Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ALBUMIN

Nama : Anisa Yahya


NIM : 061811009
Kelas : TLM 18-2

Program Studi Teknologi Laboratorium Medis


Universitas Binawan
Tahun Ajaran 2018/2019

1
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi maha penyayang. Penulis
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya , sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Makalah tentang Albumin. Tugas Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya, oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki tugas ini. Akhir
kata kami berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat untuk para pembaca.

Jakarta, 19 Desember 2019

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................1

KATA PENGANTAR..............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4

1.1. Latar Belakang..............................................................................................4

1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................4

1.3. Tujuan Pembahasan......................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................5

2.1 Pengertian Albumin......................................................................................5

2.2 Fungsi Albumin............................................................................................5

2.3 Farmakologi Albumin..................................................................................6

2.4 Penggunaan Albumin...................................................................................7

2.5 Pemeriksaan Albumin..................................................................................8

a. Macam-macam Pemeriksaan Albumin......................................................9

b. Pemeriksaan Metode Bromcresol Green...................................................10

BAB III PENUTUP..................................................................................................11

3.1. Kesimpulan...................................................................................................11

3.2. Saran.............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Organisme atau benda hidup, baik yang uniseluler maupun multiseluler dibangun oleh
biomolekul yaitu protein, asam nukleat, karbohidrat, dan lipid. Khusus biomolekul protein,
pada organisme mana pun, ditemukan identik satu sama lain, tetapi tidak sama. Protein
berperan biologis, terutama dalam membangun unit terkecil kehidupan, yaitu sel. Peran
biologis itu misalnya pada transformasi energi, bioenergi dan pada proses dinamisasi yang
berkesinambungan.

Kata protein berasal dari protos atau proteos yang berarti pertama atau utama. Protein
merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau manusia. Oleh karena
sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein yang terdapat dalam makanan
berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Proses kimia
dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik, karena adanya enzim, suatu protein yang
berfungsi sebagai biokatalis. Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan
atau tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan yang
berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Beberapa makanan sumber protein ialah
daging, telur, susu, ikan, beras, kacang, kedelai, gandum, jagung, dan buah-buahan.

Protein jika diklasifikasi berdasarkan daya kelarutannya dibagi menjadi albumin,


globulin, glutein, plolamin/gliadin, histon dan protamin. Yang banyak dibahas dalam dunia
kesehatan adalah protein albumin. Albumin (bahasa Latin: albus, white) adalah istilah yang
digunakan untuk merujuk ke segala jenis protein monomer yang larut dalam air dan larutan
garam, dan mengalami koagulasi saat terpapar panas. Substansi yang mengandung albumin,
seperti putih telur, disebut albuminoid.

Terdapat banyak macam proses pemeriksaan albumin dalam darah manusia. Salah
satunya adalah metode bromcresol green yang akan dibahas dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

 Apa yang dimaksud dengan albumin?


 Bagaimana cara memeriksa albumin dalam darah?

1.3.Tujuan Pembahasan

 Untuk mengetahui segala hal yang berkaitan dengan albumin.


 Untuk mengetahui cara memeriksa albumin dalam darah.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Albumin

Albumin merupakan protein plasma yang paling banyak dalam tubuh manusia, yaitu
sekitar 55-60% dan total kadar protein serum normal adalah 3,8-5,0 g/dl. Albumin terdiri dari
rantai tunggal polipeptida dengan berat molekul 66,4 kDa dan terdiri dari 585 asam amino. Pada
molekul albumin terdapat 17 ikatan disulfida yang menghubungkan asam-asam amino yang
mengandung sulfur. Molekul albumin berbentuk elips sehingga dengan bentuk molekul seperti
itu tidak akan meningkatkan viskositas plasma dan larut sempurna. Kadar albumin serum
ditentukan oleh fungsi laju sintesis, laju degradasi, dan distribusi antara kompartemen
intravaskular dan ekstravaskular. Cadangan total albumin 3,5-5,0 g/kg BB atau 250-300 g pada
orang dewasa sehat dengan berat 70 kg, dari jumlah ini 42% berada di kompartemen plasma dan
sisanya di dalam kompartemen ektravaskular (Evans, 2002). Albumin manusia (human albumin)
dibuat dari plasma manusia yang diendapkan dengan alkohol. Albumin secara luas digunakan
untuk penggantian volume dan mengobati hipoalbuminemia (Uhing, 2004: Boldt, 2010).

Albumin (bahasa Latin: albus, white) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk ke
segala jenis protein monomer yang larut dalam air dan larutan garam, dan mengalami koagulasi
saat terpapar panas. Substansi yang mengandung albumin, seperti putih telur, disebut
albuminoid.

2.2 Fungsi Albumin

a. Albumin sebagai pengikat dan pengangkut

Albumin akan mengikat secara lemah dan reversibel partikel yang bermuatan negatif dan
positif, dan berfungsi sebagai pembawa dan pengangkut molekul metabolit dan obat. Meskipun
banyak teori tentang pentingnya albumin sebagai pengangkut dan pengikat protein, namun masih
sedikit mengenai perubahan yang terjadi pada pasien dengan hipoalbuminemia (Nicholson dan
Wolmaran, 2000; Khafaji dan Web, 2003; Vincent, 2003).

b. Efek antikoagulan albumin

Albumin mempunyai efek terhadap pembekuan darah. Kerjanya seperti heparin, karena
mempunyai persamaan struktur molekul. Heparin bermuatan negatif pada gugus sulfat yang
berikatan antitrombin III yang bermuatan positif, yang menimbulkan efek antikoagulan. Albumin
serum juga bermuatan negatif (Nicholson dan Wolmaran, 2000).

5
c. Albumin sebagai pendapar

Albumin berperan sebagai buffer dengan adanya muatan sisa dan molekul albumin dan
jumlahnya relatif banyak dalam plasma. Pada keadaan pH normal albumin bermuatan negatif
dan berperan dalam pembentukan gugus anion yang dapat mempengaruhi status asam basa.
Penurunan kadar albumin akan menyebabkan alkalosis metabolik, karena penurunan albumin 1
g/dl akan meningkatkan kadar bikarbonat 3,4 mmol/L dan produksi basa >3,7 mmol/L serta
penurunan anion 3 mmol/L (Nicholson dan Wolmaran, 2000).

d. Efek antioksidan albumin

Albumin dalam serum bertindak memblok suatu keadaan neurotoxic oxidant stress yang
diinduksi oleh hidrogen peroksida atau copper, asam askorbat yang apabila teroksidasi akan
menghasilkan radikal bebas (Gum dan Swanson, 2004).

Selain yang disebut di atas albumin juga berperan mempertahankan integritas


mikrovaskuler sehingga mencegah masuknya kuman-kuman usus ke dalam pembuluh darah,
sehingga terhindar dari peritonitis bakterialis spontan (Nicholson dan Wolmaran, 2000).

2.3 Farmakologi Albumin

Sintesis albumin hanya terjadi di hepar. Pada orang sehat kecepatan sintesis albumin
adalah 194 mg/kg/hari (12-25 gram/hari). Pada keadaan normal hanya 20-30% hepatosit yang
memproduksi albumin (Evans, 2002).

Konsentrasi albumin tertinggi terdapat di dalam sel hati, yaitu berkisar antara 200-500
mcg/g jaringan hati. Adanya albumin di dalam plasma (kompartemen intravaskuler) ditransfer
melalui salah satu dari dua cara yaitu:

a. langsung dari dinding sel hati ke dalam sinusoid.


b. melalui ruang antar sel hati dan dinding sinusoid kemudian ke saluran limfe hati yaitu
duktus torasikus dan akhirnya ke dalam kompartemen intravaskuler.

Hanya albumin dalam plasma (intravaskuler) yang mempertahankan volume plasma dan
mencegah edema, sedangkan albumin ekstravaskuler tidak berperan.

Albumin merupakan 50% dari protein plasma dan yang memelihara tekanan onkotik
plasma adalah sebesar 66-75%. Sebagian fungsi albumin dapat digantikan oleh globulin yang
meningkat.

6
Degradasi albumin total pada orang dewasa dengan berat 70 kg adalah sekitar 14
gram/hari atau 5% dan pertukaran protein seluruh tubuh per hari, albumin dipecah di otot dan
kulit sebesar 40-60%, di hati 15%, ginjal sekitar 10%, dan 10% sisanya merembes ke dalam
saluran cerna melalui dinding lambung. Produk degradasi akhir berupa asam amino bebas. Pada
orang sehat kehilangan albumin adalah melalui urin dan biasanya minimal tidak melebihi dari
10-20 mg/hari karena hampir semua yang melewati membran glomerolus akan diserap kembali
(Evans, 2002).

Pemberian preparat albumin tidak diekskresi oleh ginjal. Pada keadaan sehat ekskresi
albumin melalui ginjal relatif tidak penting. Penyakit ginjal dapat mempengaruhi degradasi dan
sintesis. Pada sindrom nefrotik, albumin plasma dipertahankan dengan menurunkan degradasi
apabila kehilangan albumin 100 mg/kg BB/hari, tetapi bila kecepatan hilangnya albumin
meningkat, sintesis albumin akan meningkat lebih dan 400 mg/kg BB/hari.

2.4 Penggunaan Albumin

a. Hipovolemia

Hipovolemia dicirikan oleh defisiensi volume intravaskular akibat kekurangan cairan


eksternal atau redistribusi internal dan cairan ekstraselular. Jika terjadi hipovolemia dan disertai
hipoalbuminemia dengan hidrasi yang memadai atau edema, lebih baik digunakan albumin 25%
daripada albumin 5%. Jika hidrasi berlebihan, harus digunakan albumin 5% atau albumin 25%
dilarutkan dengan kristaloid. Walaupun kristaloid atau koloid dapat digunakan untuk pengobatan
emergency syok hipovolemik, human albumin memiliki waktu paruh intravaskular yang panjang.

b. Hipoalbuminemia

Hubungan antara hipoalbuminemia dengan hasil akhir yang buruk telah memotivasi para
klinisi untuk memberikan albumin eksogen pada pasien dengan hipoalbuminemia. Human
albumin telah diindikasikan untuk terapi hipoalbuminemia di Amerika Serikat dan negara
lainnya. Tetapi masih terdapat kontroversi, meskipun hipoalbuminemia secara langsung
menyebabkan hasil akhir pengobatan yang buruk (Khafaji dan Web, 2003). Hipoalbuminemia
bukan suatu indikasi untuk pemberian albumin karena hipoalbuminemia tidak berhubungan
langsung dengan plasma dan volume cairan lainnya, tetapi disebabkan kelebihan dan defisit
cairan di intravaskular yang disebabkan dilusi, penyakit dan faktor distribusi (Allison dan Lobo,
2000).

Hipoalbuminemia dapat terjadi akibat produksi albumin yang tidak adekuat (malnutrisi,
luka bakar, infeksi dan pada bedah mayor), katabolisme yang berlebihan (luka bakar, bedah
mayor, dan pankreatitis), kehilangan albumin dari tubuh, hemoragik, eksresi ginjal yang
berlebihan, redistribusi dalam tubuh (bedah mayor dan kondisi inflamasi).

7
Pemberian albumin akibat kehilangan protein yang berlebihan hanya memberi efek
sementara dan jika tidak diberikan akan memperparah penyakit. Pada kebanyakan kasus,
peningkatan penggantian asam amino dan atau protein akan memperbaiki kadar normal plasma
albumin secara efektif dibandingkan larutan albumin. Beberapa kasus hipoalbuminemia yang
disertai dengan cedera, infeksi atau pankreatitis tidak dapat memperbaiki kadar albumin plasma
secara cepat dan suplemen nutrisi gagal untuk memperbaiki kadar serum albumin. Pada keadaan
ini albumin mungkin digunakan untuk terapi tambahan.

2.5 Pemeriksaan Albumin

a. Macam-macam Pemeriksaan Albumin

1. Presipitat

a) Salt fractionation

b) Solvent fractionation

c) Acid fractionation

2. Trypthophan content

Metode triptofan menggunakan direk kolorimetrik memakai glyoxylic acid. Glyoxylic


acid dengan Cu2+ dan media asam (asam asetat) berkondensasi dengan triptofan yang
terdapat di dalam globulin menghasilkan warna ungu. Cara ini diperkenalkan oleh
Goldenberg dan Drewis.

3. Metode Elektroforesis protein

a) Moving boundary

b) Cellulosae acetate

c) Cellulosae acetate with elution peak

Prinsip pemeriksaan metode elektroforesis protein yaitu serum yang diletakkan dalam
suatu media penyangga kemudian dialiri listrik maka fraksi protein akan terpisah atas
dasar besar kecilnya berat molekul masing-masing protein (speicher, 1994). Metode
elektroforesis dapat digunakan untuk memisahkan protein plasma menjadi albumin
α1,α2, β, γ-globulin serta fibrinogen dan dapat mendeteksi protein abnormal terutama
paraprotein.

8
4. Dye binding

Metode dye binding didasarkan atas kemampuan protein serum untuk berikatan dengan
dye. Pada pH 4,2 albumin bersifat sebagai kation, oleh gaya elektrostatik albumin
mengikat dye yang bermuatan negatif. Jumlah albumin diukur dengan menghitung
absorben albumin-dye complex. Senyawa seperti salisilat, penisilin, bilirubin
terkonjugasi dan sulfonamide mempengaruhi ikatan albumin dengan dye.

Dye ada beberapa macam:

a) Methyl orange. Methyl orange tidak spesifik untuk albumin oleh karena β -lipoprotein
dan α1,α2 globulin juga berikatan dengan dye.

b) HABA. Meskipun lebih spesifik terhadap albumin tetapi mempunyai sensitifitas yang
rendah.

c) BCG (bromcresol green). BCG tidak dipengaruhi oleh senyawa penggangu seperti
bilirubin dan salisilat, selain itu metode BCG merupakan yang biasa digunakan. Prinsip
pemeriksaannya Brom Cresol Green dengan albumin dalam larutan citrat membentuk
komplek warna. Absorbansi dari komplek warna ini proporsional dengan konsentrasi
albumin dalam sampel.

d) Bromcresol purple

e) Bromphenol blue.

Kadar albumin serum atau plasma normal adalah (Sutedjo, 2008) :

- Dewasa 3,8 – 5,1 g/dl atau 38 – 51 g/L


- Anak anak 4,0 – 5,4 g/dl atau 40 – 50 g/L
- Bayi 4,4 – 5,4 g/dl atau 44 – 54 g/L
- Bayi baru lahir 2,9 – 5,4 g/dl atau 29 – 54 g/L

b. Pemeriksaan Metode Bromcresol Green

 Alat dan Bahan

Alat Bahan
Pipet Mikro Serum
Yellow tip dan blue tip Pereaksi
Tabung reaksi Reagent 30 m mol/ L
Rak tabung Citrat buffer pH 4,2 0,26 m mol/ L

9
Bromocresol green
Standart 5 gr/dl
 Cara Kerja

Membuat Serum

- Sampling darah vena di pasien


- Memasukkan darah pada tabung reaksi lalu disentrifuge dengan 8 rpm
selama 10 menit.
- Serumnya dipindahkan ke dalam tabung yang lain, endapannya tidak
terpakai.

Membuat sediaan

Menyiapkan 3 tabung reaksi masing masing diisi menggunakan


mikropipet 10 mikroliter serum, 10 mikroliter aquades dan 10 mikroliter
standar. Kemudian masing-masing tabung tadi diisi 1000 mikroliter
reagen BCG.

Cara Pemeriksaan

- 3 tabung tadi diinkubasi pada suhu 37 celsiun selama lebih dari 10


menit kurang dari 60 menit.
- Menggunakan alat fotometer untuk pemeriksaan
- Nyalakan Fotometer, atur panjang gelombang 546 nanometer, faktor
005,0, program c/ST. Jika salah hasil akan fatal.
- Memasukkan blanko ke dalam corong, lalu tekan zero jika muncul
angka lalu buang blanko pada corong, Kembali masukkan standar dan
tekan tombol standar jika keluar angka maka standar dibuang. Angka
yang muncul diabaikan. Terakhir memasukkan sempel dan tekan
result, keluar angkanya catat sebagai hasil dan Buang sampel pada
corong. Matikan fotometer.

Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :

 Diet tinggi lemak sebelum dilakukan pemeriksaan.


 Sampel darah hemolisis.
 Pemipetan yang tidak tepat.

10
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Albumin (bahasa Latin: albus, white) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk ke
segala jenis protein monomer yang larut dalam air dan larutan garam, dan mengalami koagulasi
saat terpapar panas. Substansi yang mengandung albumin, seperti putih telur, disebut
albuminoid.

Terdapat berbagai macam pemeriksaan kadar albumin dalam darah yaitu antara lain
presipitat, trypthophan content, metode Elektroforesis protein dan dye binding. Metode dye
binding dibagi lagi berdasarkan dye yaitu methyl orange., HABA, BCG (bromcresol green),
bromcresol purple dan bromphenol blue.

3.2 Saran

Disarankan kepada pembaca setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan albumin
yang merupakan protein yang terlarut dalam air panas dan berada dalam tubuh manusia dengan
kadar 60% dalam serum. Sehingga dapat mengetahui apa yang terjadi bila tidak menjaga kadar
albumin dalam batas normal dalam darahnya dan mengetahui manfaat albumin dalam dunia
kesehatan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Lohninger, Albert. 2008. Dasar-dasar Biokimia Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Peara, Evvelyn C. 2006. Anatomi dan fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT.Gramedia

http://kikysaky.blogspot.co.id/2011/09/pemeriksaan-albumin-serum-metode.html

http://husainfurqanabusari.blogspot.co.id/2015/06/makalah-biokimia-protein.html

http://marianusriwuagroteknologi.blogspot.co.id/2013/04/makalah-biokimia-protein.html

https://chemfany.wordpress.com/2012/03/11/makalah-protein/

https://imamri.wordpress.com/tag/laporan-praktikum-pemeriksaan-darah-biokimia/

http://sofiatussholeha.blogspot.co.id/2013/06/makalah-biokimia-protein.html

http://kartika.xyz/fisika-kelas-x/pengertian-dan-fungsi-albumin/

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43852/4/Chapter%20II.pdf

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/122734-S09023fk-Status%20albumin-Literatur.pdf

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-supriyanta-5290-3-babii.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai