DI SUSUN OLEH :
NAMA : DASRI
NIM : N10122029
KELOMPOK :3
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2024
DAFTAR ISI
SAMPUL.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
3.2 Alat...........................................................................................................8
3.3 Bahan........................................................................................................8
3.4 Prosedur....................................................................................................8
BAB V PEMBAHASAN..........................................................................................12
BAB VI PENUTUP..................................................................................................16
5.1 Kesimpulan.............................................................................................16
5.2 Saran.......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
iii
asam amino penyusunannya, albumin ikan gabus tergolong protein lengkap, di
susun dari asam amino esensial dan non esensial, Kandungan Albumin banyak
terkandung pada bahan makanan yaitu telur, (albumin telur), susu (laktal
albumin) dan darah (albumin serum) (Jamaluddin, 2020).
Ikan gabus mengandung asam amino dan asam lemak dengan kadar yang
tinggi dan memiliki kemampuan bagus dalam proses penyembuhan luka. ekstrak
daging ikan gabus mengandung asam amino dan asam lemak yang penting dalam
sintesis serat kolagen, terutama glisin, selama proses penyembuhan luka. asam
amino yang dikandung dalam daging ikan gabus di antaranya asam amino arginin
(3,55%), valin (7,58%), isoleusin (5,36%), asam aspartat (16,09%), tirosin
(1,99%), alanin (15,62%), dan tirosin (2,68%). Albumin yang dikandung dalam
daging ikan gabus berperan penting dalam peredaran dan farmakodinamik obat
antikanker. Jumlah albumin dalam plasma darah manusia kurang lebih 60% atau
4,5 g tiap 100 mL plasma darah. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan
albumin dalam tubuh adalah dengan pemberian albumin serum manusia (Human
Serum Albumin, HSA) (Alviodinasyari, 2019).
Pada manusia, albumin serum berfungsi sebagai modulator yang signifikan
dari tekanan onkotik plasma dan pengangkut ligan endogen dan eksogen (obat-
obatan). Dalam pengobatan klinis, albumin serum dapat diukur melalui pengujian
laboratorium serum standar, dan ukuran ini telah digunakan sebagai penanda
yang sangat sensitif untuk status gizi pasien secara individu (Moman, 2020).
Albumin juga merupakan cairan koloid yang diberikan kepada pasien yang
membutuhkan resusitasi cairan, terutama dalam keadaan trauma (yaitu syok
hipovolemik) atau dalam keadaan paracentesis volume besar. Sebagai nilai
laboratorium, albumin serum juga dapat membantu dokter mengenai wawasan
fungsi hati pasien atau kemampuan untuk biosintesis protein dan faktor penting
untuk homeostasis tubuh total (Moman,2020).
iv
1.2. Tujuan Praktikum
1. Mampu menjelaskan prinsip pengujian albumin urin
2. Mampu mengukur kadar albumin urin
v
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
bervariasi dari 2-20 mg/dL atau dari 20-200 mg/L. Kadar yang kurang 15 mg/L
dianggap normal dan bila > dari 20 mg/L dianggap patologis. Pengukuran kadar
albumin memakai antibodi spesifik terhadap albumin yang kemudian dikat
dengan konjugat enzim yang akan mengubah warna substrat dari putih sampai
merah. Metode yang sering dipakai berupa imunochromatography atau lateral
flow test. Adanya mikroalbuminuria pada penderita diabetes menunjukkan
terjadinya komplikasi nefropati, yang harus segera dicegah progresivitas
glomerulopatinya agar tidak jatuh ke dalam gagal ginjal. Ekskresi albumin ini
dapat juga dilaporkan sebagai rasio terhadap kreatinin urine sehingga didapatkan
rasio albumin: kreatinin urine dalam satuan mg/g kreatinin (Nugraha, 2019).
Nefropati diabetik merupakan komplikasi mikrovaskular diabetes yang
secara klinis ditandai dengan manifestasi mikroalbuminuria yang terus
berkembang menjadi albuminuria di ikuti dengan penurunan laju filtrasi
glomerulus yang berlangsung selama jangka waktu yang panjang, sering selama
10 sampai 20 tahun. Nefropati diabetik merupakan penyebab ketiga jatuhnya
gagal ginjal ke stadium akhir (Faradilla, 2017). Mikroalbuminuria penting untuk
dikontrol karena menjadi indikator perjalanan penyakit Diabetes Melitus tipe 2
(Ritonga, 2018).
Proteinuria adalah adanya protein dalam urine yang melebihih 300 mg.
Proteinuria berarti konsentrasi protein melebihi 0,3 g/L dalam urin 24 jam, atau
pemeriksaan kualitatif menunjukkan +1 atau +2 atau 1 g/L atau lebih dalam urine
yang dikeluarkan kateter atau midstream yang diambil minimal dua kali dengan
jarak 6 jam. Proteinuria merupakan gejala umum penyakit ginjal namun tidak
spesifik. Proteinuria ortostatik dapat terjadi disebabkan oleh peningkatan
sementara albuminuria. Proteinuria benigna terjadi pada orang dewasa muda dan
dapat disebabkan setelah melakukan olahraga yang berat (Tandra, 2018).
Proteinuria adalah ciri khas penyakit ginjal. Oleh karena itu, pengukuran
kandungan protein urin memainkan peran sentral dalam setiap pekerjaan
diagnostik untuk penyakit ginjal. Dalam banyak kasus, analisis proteinuria
8
terbatas pada pengukuran kandungan protein total karena mengetahui bahwa
kadar proteinuria (proteinuria nefrotik) yang sangat tinggi merupakan
karakteristik penyakit glomerulus. Meski begitu, proteinuria juga bisa menjadi
manifestasi dari gangguan reabsorpsi protein tubular atau bahkan fisiologis.
Ulasan ini akan membahas fisiologi penanganan protein ginjal dan memberikan
panduan tentang analisis yang lebih canggih dari proteinuria yang membedakan
albumin, protein dengan berat molekul rendah dan imunoglobulin (Bökenkamp,
2020).
Tes non-invasif ini tersedia di sebagian besar laboratorium klinis rutin dan
dapat memandu dokter dalam proses diagnostik sebelum memesan diagnostik
yang jauh lebih mahal (tes genetik molekuler) dan / atau invasif (biopsi ginjal).
Sementara ada hubungan antara proteinuria nephrotic range dan penyakit
glomerular, ada banyak tumpang tindih dengan penyakit non-glomerular yang
juga dapat menyebabkan proteinuria besar dan albuminuria. Proteinuria patologis
dapat terjadi akibat dua mekanisme utama (atau kombinasi keduanya):
(i) permeabilitas yang berlebihan dari penghalang glomerulus untuk
protein
(ii) gangguan reabsorpsi protein di tubulus proksimal (Bökenkamp, 2020).
9
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.2. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini, yaitu:
11
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
Supernatan
mengandung
Pemisahan Albumin albumin sedangkan
1.
dan Globulin presipitat
mengandung
globulin
2. Standar 0,0523
3. Sampel 0,018
4.2. Perhitungan
12
A Sampel− A Blanko
Konsentrasi Albumin = x Standar x pengenceran
A Standar− A Blanko
0,018
Konsentrasi Albumin = x 0 ,5 x 10
0,0523
13
BAB V
PEMBAHASAN
14
gangguan dalam proses metabolisme tubuh. Selain kondisi normal, ada keadaan
dimana kadar albumin di dalam urin berada dalam kadar yang tidak normal yang
disebut dengan albuminuria. Albuminuria atau biasa juga disebut sebagai
proteinuria adalah gejala penyakit ginjal dimana kadar albumin di dalam urin
berada jumlah yang berlebih. Ginjal yang tidak sehat akan membiarkan albumin
mengalir dari darah ke urin. Ginjal yang rusak memungkinkan beberapa albumin
masuk ke dalam urin. Semakin sedikit albumin yang terdapat di dalam di dalam
urin, maka akan semakin baik.
Apabila ginjal mengalami gangguan atau bahkan rusak, maka fungsi
penyaring ginjal pun akan terganggu. Kondisi inilah yang membuat albumin tidak
tersaring dan bocor. Albumin inilah nantinya akan terbuang bersama urin.
Pemeriksaan albumin bersama dengan kreatin pada urin dilakukan untuk
mendeteksi gangguan atau penyakit pada ginjal yang diakibatkan oleh adanya
komplikasi diabetes atau hipertensi. Seseorang yang kadar albumin dan kreatinnya
meningkat dalam kadar yang sedikit, ada kemungkinan mengidap penyakit ginjal
tahap awal. Namun, apabila kadar albumin dan kreatinin menjadi sangat tinggi,
maka hal tersebut mengindikasikan penyakit ginjal yang lebih parah.
Dalam melakukan pemeriksaan protein dalam urin, ada beberapa metode
yang digunakan, namun metode alternatif yang sering digunakan dalam
pemeriksaan kadar albumin urin dengan metode carik celup. Metode carik celup
ini merupakan metode yang sangat efektif karena hasilnya lebih cepat, biayanya
lebih murah, lebih mudah dilakukan dan dapat dipercaya. Hasil pemeriksaanya 16
dapat dibaca secara manual maupun secara semiautomatik. Namun metode ini
merupakan metode pemeriksaan yang peka terhadap fluktuasi kandungan air
dalam urin sehingga kepekatan dalam urin dapat menyebabkan hasil pemeriksaan
yang tinggi palsu dan rendah palsu. Selain itu berbagai variasi sensitivitas dan
spesifisitas yang luas yang didapat bergantung dari waktu pengambilan sampel
dan kondisi probandus.
Pada praktikum kali ini, dilakukan pemeriksaan albumin dari sampel urin
dengan menggunakan Reagen biuret (berisi CuSO₄, Na-K Tartrat, NaOH, dan
KJ). Untuk pemeriksaan albumin, hal pertama yang harus dilakukan adalah
15
mengambil sampel urin yang telah dicampurkan dengan aquades kemudian
disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Setelah itu, diambil
supernatan yang berisi albumin. Kemudian dilakukan pembuatan blanko, dengan
cara memasukkan 3 mL larutan biuret ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan
lagi dengan 2 mL aquades lalu di inkubasi pada suhu 37 oC selama 10 menit.
Untuk pembuatan sampel dan standard, prosedur yang dilakukan hampir sama
dengan pembuatan blanko, yang membedakan hanyalah sampelnya. Untuk
pembuatan standard, maka sampel yang digunakan adalah albumin standard.
Sedangkan untuk pembuatan sampel, maka sampel yang digunakan adalah sampel
urin. Setelah semuanya di inkubasi pada suhu 37 derajat C selama 10 menit, maka
sampel, standard dan blanko diukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm.
Pada praktikum kali ini, terkhusus probandus kelompok 3 didapatkan nilai,
absorbansi standar 0,0523 dan nilai abrosbansi sampel 0,018. Kemudian
dimasukkan ke dalam rumus perhitungan kosentrasi albumin didapatkan nilai
akhir 0,172 gr/100 ml yang termasuk dalam kategori normal. Dengan
diperolehnya kadar albumin pada sampel urin probandus yang normal, maka
dapat dikatakan bahwa probandus tidak mengalami gangguan dalam proses
metabolisme tubuh.
Albuminuria di bagi menjadi mikroalbuminuria dan makroalbuminuria.
Mikroalbuminuria terjadi apabila laju ekskresi albumin berada diantara 2 hingga
200 µg/menit atau 30-300 mg/24 jam. Sedangkan makroalbuminuria terjadi
apabila laju ekskresi albumin melebihi 200 µg/menit atau 30-300 mg/24 jam.
Mikroalbuminuria merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
peningkatan sedang dalam tingkat albumin urin. Ini terjadi pada saat ginjal
membocorkan sedikit albumin ke dalam urin, atau dengan kata lain, pada saat
terjadi permeabilitas tinggi albumin di glomerulus ginjal. Mikroalbuminuria
diakibatkan oleh asupan protein hewani, lemak hewani, dan kolesterol dalam
makanan yang tinggi, infeksi, demam, gagal jantung kongestif, hiperglikemia,
hipertensi, dan penyebab lainnya yang dapat mengubah kedua pengiriman protein
dan hemodinamik glumerulus. Mikroalbuminuria merupakan prediktor merugikan
16
yang penting dari hasil glikemik pada pradiabetes. Orang dengan pradiabetes
dengan peningkatan mikroalbuminuria bahkan dalam kisaran yang disebut normal
dikaitkan dengan peningkatan perkembangan menjadi diabetes dan penurunan
pembalikan menjadi normoglikemia. Oleh karena itu, individu pradiabetes dengan
mikroalbuminuria memerlukan intervensi yang lebih agresif untuk mencegah
diabetes di dalamnya. Diabetes melitus menyebabkan perubahan progresif ke arah
ginjal sehingga menyebabkan diabetik renal nefropati. Gejala awal yang terjadi
pada penderita nefropati adalah peningkatan kadar albumin urin.
17
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
1. Rentang normal kadar albumin urin yaitu 0-1 g/mL atau 0-100 g/100 mL.
2. Albumin merupakan salah satu protein utama dalam plasma manusia dan
menyusun sekitar 60% dari total protein plasma
3. Keberadaan albumin dalam air dengan jumlah yang melebihi batas
normal, dapat mengindikasikan terjadinya gangguan dalam proses
metabolisme tubuh.
4. Albuminuria di bagi menjadi mikroalbuminuria dan makroalbuminuria.
5. Mikroalbuminuria terjadi apabila laju ekskresi albumin berada diantara 2
hingga 200 µg/menit atau 30-300 mg/24 jam
6. Makroalbuminuria terjadi apabila laju ekskresi albumin melebihi 200
µg/menit atau 30-300 mg/24 jam
6.2. Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
Bakri, S. H. 2021. Upaya Peningkatan Kesehatan dan Gizi Ibu Hamil. Bandung:
Media Sains Indonesia.
Jamaluddin, J., Gunawan, G., Nurhafsah, S., Jerni, P. A., Okvhyanitha, D.,
Mantika, A. F., Widodo, A. 2020. Kadar Albumin Pada Ikan Sidat Anguilla
marmorata Q Gaimard dan Anguilla bicolor Asal Sungai Palu dan Danau
Poso. Ghidza: Jurnal Gizi dan Kesehatan, 4(1): 60-68. . Viewed on 7
Februari 2024. Available at : https://https://scholar.google.com
Luvriyani, Eva. 2019. Gambaran Kadar Albumin Pada Ibu Hamil Trimester III di
Puskesmas Watubelah Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon. Jurnal An
nasher, 1(1): 1-8. . Viewed on 7 Februari 2024. Available at :
https://ejournal.aakannasher.ac.id
Moman, R. N., Gupta, N., & Varacallo, M. 2020. Physiology, Albumin. Treasure
Island: StatPearls Publishing.
19
Nugraha et al. 2019. Analisis Cairan Tubuh dan Urine. Surabaya: Airlangga
University Press dengan PIPS Unair.
Purba, H., Purba, S., K., R., Napitupulu, L. 2020. Pemeriksaan Kadar Albumin
pada Pasien Penderita Diabetes Melitus Tipe II yang Rawat Inap di Rumah
Sakit Adam Malik. The Indonesian Journal of Medical Laboratory, 1(1): 19-
25. Viewed on 7 Februari 2024. Available at: https://ijml.jurnalsenior.com
Ritonga, E. E. P., Lim, H., & Silangit, T. 2018. Hubungan Diabetes Melitus Tipe
2 Dengan Mikroalbuminuria Pada Usia Dewasa Di Klinik Prodia Medan
Pada Tahun 2017. Jurnal Kedokteran Methodist, 11(1): 115-118. . Viewed
on 7 Februari 2024 From: www.methodist.ac.id.
Syarif, J., Indrawati, A., & Marselina, M. 2019. Gambaran Kadar Albumin Darah
pada Usia Lanjut yang Tinggal di Jalan Bung Lorong 10 Kecamatan
Tamalanrea Makassar. Jurnal Media Laboran, 9(2): 44-48. Viewed on 7
Februari 2024. Available at : https://uit.e-journal.id
Thomy, Z. dan Harnelly, E., 2018. Buku Ajar Dasar-Dasar Biologi Sel Dan
Molekuler: Buku Untuk Mahasiswa. Aceh: Syiah Kuala University Press.
20