Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PENENTUAN KADAR PROTEIN TOTAL , ALBUMIN, DAN


GLOBULIN SERUM DENGAN METODE KINGSLEY

Disusun oleh :

Ahmad Shofiyul Labib (182010101010)

Dimas Zabiburrohman Putra (182010101015)

Nabilla Yashinta Ixora (182010101072)

Aulya Rahmi (182010101100)

Dinda Afra Syakula (182010101136)

Yusufa Dika Pangestu (182010101154)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Biokimia “Penentuan Kadar Protein Total, Albumin, dan Globulin dengan Metode
Kingsley” dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami
berterimakasih kepada dr. Zahrah Febianti, M.biomed selaku pengampu Praktikum
Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Jember.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah
pengetahuan kita mengenai penentuan kadar protein total, albumin, dan globulin dengan
metode kingsley. Kami juga menyadari sepenuynya bahwa didalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Semoga laporan ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya.

Jember, 28 April 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Protein adalah senyawa organik kompleks yang terdiri atas unsur C, H, O, N dan
pada beberapa jenis protein mengandung unsur S (belerang) dan F (fosfor). Zat yang
disintesis dihati ini penting untuk menyusun sel, keratin, kolagen, hormone, enzyme,
dan juga protein transporter seperti hemoglobin dan mioglobin. Dalam darah manusia,
Albumin merupakan jenis protein yang penting untuk menjaga tekanan onkotik.
Protein tersusun atas beberpa subunit yang yang disebut asam amino (Mckee and
McKee,1996: 78). Antara asam amino yang satu dengan lainnya digabungkan melalui
ikatan peptida. Dua puluh asam amino yang saat ini umum dikenali berbeda satu sama l
aintergantung dari rantai sampingnya.
Kedua puluh asam amino yang terdapat pada protein bersifat esensial bagi
kesehatan.Dari 12 asam amino yang secara nutrisional nonesensial, 9 buah di antaranya
dibentuk darizat amfibolik dan 3 buah (sistein, tirosin, dan hidroksilin) dibentuk dari
asam amino yangesensial secara nutrisional. Identifikasi 12 asam amino yang dapat
disintesis oleh manusiaterutama didasarkan pada data yang berasal dari diet dengan
protein yang digantikan olehasam amino murni.
Untuk dapat berfungsi secara fisiologis, suatu protein minimal harus bersifat
3dimensi (tersier). Beberapa molekul asam amino berikatan membentuk protein.
Protein- protein yang saling berikatan akan membentuk ikatan primer. Dua
ikatan primer protein akanmembentuk ikatan sekunder (2-dimensi), dan apabila
antarrantai samping tiap proteintersebut saling berikatan, dia akan membentuk protein 3
dimensi atau protein tersier. Proteintersier yang berikatan dengan mineral makro akan
membentuk protein kuartener. Misalnyahemoglobin, protein tersier yang berikatan
dengan Fe.
Pengukuran kadar protein sangatlah penting untuk menentukan kondisi
kesehatanseorang pasien, karena minimnya jumlah protein dalam tubuh seseorang dapat
menjadi indikator dari penyakit-penyakit, seperti penyakit hati.
Pada percobaan ini, total protein dan albumin ditentukan secara
spektrofotometrik dengan mereaksikan dengan reagen biuret. Kadar albumin ditentukan
sesudah globulindipisahkan dengan mengendapkannya memakai larutan 𝑁𝑎2 𝑆𝑂4 23%
dan selanjutnya digumpalkan dengan dietileter. Pemberian dietileter juga dimaksudkan
untuk menghilangkan kekeruhan yang mungkin terjadi oleh karena adanya lipid di
dalam serum. Kekeruhan aka nmempengaruhi pembacaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara menentukan kadar protein total, albumin, dan globulin serum
memurut Kingsley
2. Apa saja yang membedakan dari kadar protein total, albumin, dan globulin serum
menurut Kingsley

1.3 Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa dapat menjelaskan penentuan kadar protein total, albumin, dan globulin
serum menurut Kingsley.
2. Mahasiswa dapat melakukan penentuan kadar protein total, albumin, dan globulin
serum menurut Kingsley

1.4 Manfaat Praktikum


1. Mahasiswa dapat menjelaskan dan mengetahui kadar protein total, albumin, dan
globulin serum menurut Kingsley.
2. Mahasiswa dapat melakukan penentuan kadar protein total, albumin, dan globulin
secara teliti dan sesuai dengan Kingsley
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum


Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentuk) tertahan dan
dibawah oleh matriks cairan (plasma). Darah lebih berat dibandingkan air dan lebih kental.
Cairan ini memiliki rasa dan bau yang khas, serta pH 7,4.(7,35– 7,45). Warna darah
bervariasi dari merah terang sampai merah tua kebiruan bergantung pada kadar oksigen
yang dibawah oleh sel darah merah. Volume darah total sekitar 5 liter pada laki-laki dewasa
berukuran rata-rata dan kurang sedikit padda perempuan dewasa. Volume ini bervariasi
sesuai ukuran tubuh dan berbanding terbalik dengan jumlah jaringan adiposa dalam tubuh.
Volume ini juga bervariasi sesuai perubahan cairan darah dan konsentrasi elektrolitnya
(Sloane, 2004)
Plasma darah adalah cairan bening kekuningan yang unsur pokoknya sama dengan
sitoplasma. Plasma terdiri dari 92% air dan mengandung campuran kompleks zat organik
dan anorganik. Protein plasma mencapai 7% plasma dan merupakan satu-satunya unsur
pokok plasma yang tidak dapat menenmbus membran kapilar untuk mencapai sel. Ada tiga
jenis protein plasma yaitu albumin, globulin dan fibrinogen (Sloane, 2004).
Protein merupakan biomolekul yang sangat penting. Dimana protein ini memiliki
fungsi yang banyak. Beberapa fungsi protein adalah sebagai katalisator (enzim),
pengangkut dan penyimpanan, penyebab gerakan, pendukung sistem kekebalan ,
pembentuk dan transmisi impuls saraf, pengontrol pertumbuhan dan diferensiasi;
pendukung kekakuan struktural,dan lain-lain (Toha, 2005).
Atas dasar kelarutannya dalam zat pelarut tertentu, protein dibagi ; albumin,
globulin, prolamin, dan glueatin. Protein dapat juga dikelompokkan berdasarkan atas jenis
utama konformasinya. Berdasarkan penggolongan,terdapat 2 kelas utama protein,yaitu:
protein fibrosa (serat) dan protein globular (Toha, 2005).

2.2 Macam-Macam Protein


2.2.1 Total Protein
Protein dalam tubuh melakukan begitu banyak fungsi (Murray,2003).
Protein terdapat di dalam sel maupun dr luar sel. Protein-protein ekstrasel yang
paling banyak di dalam darah adalah albumin, globulin, dan fibrinogen.
Fibrinogen hanya terdapat dalam plasma. Serum dan plasma susunan proteinnya
sama kecuali fibrinogen dan beberapa faktor koagulasi (Widmann, 1989).
Menurut Weatherby dan Fergusson (2002), Protein total serum terdiri dari
albumin dan globulin total. Kondisi yang mempengaruhi pembacaan albumin dan
globulin akan berdampak pada nilai protein total. Nilai protein total yang normal
belum tentu kadar albumin dan globulin total juga normal. Misalnya pada
keadaan dimana kadar albumin rendah dan kadar globulin total tinggi, atau
sebaliknya akan menghasilkan nilai protein total yang normal.
Penyerapan protein dipengaruhi oleh gangguan fungsi lambung, pankreas,
dan usus halus. Oleh karena itu, protein total dapat menggambarkan defisiensi
nutrisi dan masalah fungsi pencernaan. Penurunan nilai protein total dapat
mengindikasikan malnutrisi, gangguan fungsi pencernaan karena HCl yang
tinggi, atau gangguan fungsi hati. Malnutrisi lebih mengarah pada penurunan
protein total yang disebabkan oleh kurang tersedia asam amino essensial
(Weatherby & Fergusson, 2002).
Karena nilai protein total terdiri dari nilai albumin dan nilai globulin total,
maka kenaikan nilai protein total juga harus seiring dengan kenaikan salah satu
atau kedua nilai tersebut. Kenaikan nilai protein total dapat terjadi pada kondisi
dehidrasi, gangguan fungsi hati/kelenjar empedu, adrenal hypofunction, dan
asam amino yang tinggi (Weatherby & Fergusson, 2002).

2.2.2 Albumin
Albumin adalah protein yang larut dalam air. Albumin disintesis di hati dan
berfungsi utama untuk mempertahankan tekanan koloid osmotik darah. Hal ini
karena albumin merupakan protein dengan berat molekul besar yang tidak dapat
melintasi dinding pembuluh atau dinding kapiler sehingga dapat membantu
mempertahankan cairan yang ada di dalam sistem vascular (Sutedjo, 2007).
Albumin didistribusikan antara intravaskuler (40%) dan (60%)
ekstravaskulerkompartemen, dengan paruh sekitar 8 hari. Ada fluks lambat
konstan antarakompartemen. Dalam kasus intravaskular albumin kerugian,
bergerak albumin dariextravascualr ke kompartemen intravaskuler ke
mempertahankan COP. Karenakonsentrasi albumin serum hanya mengukur
bagian intravaskular, tidak mungkinperkiraan akurat dari seluruh tubuh albumin
pada pasien yang sakit. (Ganiswara, 2000).
Kadar albumin digunakan sebagai indikator perubahan biokimia yang
berhubungan dengan simpanan protein tubuh dan berkaitan dengan perubahan
status gizi, walaupun tidak terlalu sensitif. Pada penderita malnutrisi sering
ditemukan kadar albumin serum yang rendah, namun tidak jarang kadar albumin
serum masih dalam batas normal. Peningkatan kadar albumin berkaitan erat
dengan kadar hemoglobin darah. Penurunan kadar albumin dalam darah akan
menyebabkan terjadinya penurunan kadar hemoglobin, karena protein
merupakan salah salah unsur yang penting diperlukan dalam sintesis hemoglobin
dan pembawa zat besi, oleh karena itu apabila kadar albumin dalam tubuh
rendah, maka sintesis hemoglobin akan terganggu dan dapat mengakibatkan
penurunan kadar hemoglobin dalam darah. (Hartono, 2006).
Albumin merupakan protein utama dalam plasma manusia dan membentuk
sekitar 60% protein plasma total. Sekitar 40% albumin terdapat dalam
plasma,sedangkan 60% lainnya terdapat di ekstrasel. Setiap harinya, hepar
menghasilkansekitar 12 gram albumin, yang berarti sekitar 25% dari seluruh
sintesis protein olehhepar. Albumin awalnya dibentuk sebagai suatu
praproprotein. Peptida sinyalnyadikeluarkan sewaktu protein tersebut memasuki
sisterna retikulum endoplasma kasar,dan heksapeptida di terminal amino yang
terbentuk kemudian diputuskan ketikaprotein tersebut menempuh jalur
sekretorik. Karena massa molekulnya yang realtif rendah (69 kDa) dan
konsentrasinya yang tinggi, albumin diperkirakan menentukansekitar 75-80%
tekanan osmotik plasma pada manusia (Poedjiadi, 2009).

2.2.3 Globulin
Fraksi globulin mencakup ratusan protein serum termasuk protein pembawa,
enzim, komplemen, dan imunoglobulin. Sebagian besar disintesis di hati,
meskipun imunoglobulin disintesis oleh sel plasma. Globulin dibagi menjadi
empat kelompok dengan elektroforesis. Keempat fraksi adalah α1, α2, β dan γ,
tergantung pada pola migrasi mereka antara anoda dan katoda. Peningkatan
fraksi globulin biasanya hasil dari peningkatan imunoglobulin, tetapi bisa ada
peningkatan protein lain dalam keadaan patologis yang memiliki pola
elektroforetik yang khas (lihat Gambar 101.1.101.2). Malnutrisi dan defisiensi
imun bawaan dapat menyebabkan penurunan total globulin akibat menurunnya
sintesis, dan sindrom nefrotik dapat menyebabkan penurunan karena kehilangan
protein melalui ginjal.
Imunoglobulin (mis., Antibodi) bermigrasi terutama di wilayah γ, tetapi
beberapa bermigrasi di wilayah β dan α2 juga. Setiap molekul imunoglobulin
terdiri dari dua rantai berat yang memiliki kelas yang sama dan dua rantai ringan
yang juga sama. Setiap rantai berat memiliki wilayah variabel (di mana
pengganti asam amino membuat setiap rantai berbeda dari yang berikutnya) dan
wilayah konstan (di mana ada sangat sedikit perbedaan asam amino dari wilayah
konstan imunoglobulin lain dari jenis rantai berat itu). Rantai cahaya memiliki
tipe λ atau κ dan memiliki wilayah konstan dan variabel. Berbagai jenis
imunoglobulin dinamai dengan huruf kapital yang sesuai dengan jenis rantai
berat mereka: IgG, IgA, IgM, IgE, dan IgD. Tiga per empat tingkat
imunoglobulin dalam serum normal adalah tipe IgG. Banyak antibodi terhadap
bakteri dan virus adalah IgG.
Kumpulan normal molekul IgG terdiri dari jumlah kecil antibodi IgG
berbeda yang dihasilkan dari beragam klon sel plasma; jadi itu poliklonal. Jika
satu klon lolos dari kontrol normal, ia dapat mereproduksi secara berlebihan dan
mensintesis kelebihan protein monoklonal dengan satu kelas rantai berat dan
jenis rantai ringan (Janice T. Busher, 1990).
2.3 Nilai rujukan data klinis
Menurut Pearce pada tahun 2006:
1. Nilai rujukan protein :
Dewasa : 6,0–8,0 g/dL
Anak – anak :
a. Prematur : 4,2–7,6 g/dL
b. Bayi baru lahir : 4,6 –7,4 g/dL
c. Bayi : 6,0–6,7 g/dL
d. Anak : 6,2–8,0 g/dl
2. Nilai rujukan albumin :
a. Dewasa : 3,5–5,0 g/dL
b. Bayi baru lahir : 2,9–5,4 g/dL
c. Bayi : 4,4–5,4 g/dL
d. Anak–anak : 4,0–5,8 g/dL
3. Komposisi Serum Darah :
a. Air : 91,0 %
b. Protein : 8,0 % (Albumin, globulin, protrombin , dan fibrinogen)
c. Mineral : 0,9 % (NaOH, Natrium bikarbonat, garam dari kalsium, fosfor,
magnesium dan besi) Bahan organik : Glukosa, lemak, urea, asam urat,
kreatinin, kolestrol dan asam amino.
BAB III
METODELOGI

3.1 Alat dan Bahan


1. Tabung serologi
2. Spektrofotometrik
3. Sentrifuge
4. Serum darah
5. Mikropipet dan tip
6. Kuvet
7. Larutan dietileter
8. Reagensia (Na2SO4 23% dan Biuret)
3.2 Prosedur
1. Total protein:
Pipet 0.5 ml serum dan masukkan dalam tabung pemusing (15 ml), tambahkan
7.5 ml larutan Na2SO4 23%, campur baik-baik. Pipet 2 ml dari campuran ini,
bersihkan ujung pipet dengan tisu dan masukkan ke dalam tabung reaksi dengan
tanda TP (TP).
2. Albumin:
a. Pada sisa campuran (yang terdapat dalam tabung pemusing) tambahkan 3 ml
dietileter dan sumbat baik-baik. Kocok agak kuat dengan sesekali membuka
tutupnya untuk mengurangi tekanan yang terdapat dalam tabung tersebut.
b. Pusingkan selama 10 menit.
c. Harus terlihat 3 fase perbatasan jelas dari masing-masing campuran yang
terdapat dalam tabung pemusing tersebut. Fase yang teratas adalah eter yang
mengandung lipid, fase yang di tengah merupakan cincin endapan globulin
dan fase yang terbawah merupakan larutan yang terjernih dari albumin.
d. Miringkan dengan hati-hati tabung pemusing sehingga cincin globulin
terlepas dari dinding tabung. Masukkan hati-hati sebuah pipet 2 ml dengan
ujung atas pipet ditutup jari waktu pipet menembus lapisan eter.
e. Hisaplah larutan albumin dengan pipet tersebut sampai melampaui tanda
pipet tersebut, bersihkan ujung pipet yang basah dengan kertas tisu dan
turunkan permukaan larutan larutan sampai pada garis tanda pipet.
f. Masukkan larutan albumin ini ke dalam tabung reaksi dengan tanda A.
3. Blanko
Blanko menggunakan tabung (B) yang diisi 2 ml aquades.
4. Standar
Untuk larutan standar: 0.5 ml larutan standar dan 7.5 ml aquades, campur baik-
baik lalu ambil 2 ml dari campuran tersebut dan masukkan ke dalam tabung (S).
5. Tindakan selanjutnya
Tambahkan ke masing-masing tabung tersebut (A, TP, S, dan B) sebanyak 4 ml
reagen biuret dan biarkan selama 10 menit pada suhu kamar. Bila terjadi
kekeruhan, tambahkan 2-2.5 ml eter, kocok, kemudian pusingkan. Bila larutan
telah jernih, tidak perlu tambahkan eter.Tentukan bacaan dari masing-masing
tabung (A, TP, S, dan B) dengan spektrofotometer Panjang gelombang 545 nm.
6. Perhitungan
𝑇𝑃 = (𝑅𝑇𝑃 − 𝑅𝐵)/(𝑅𝑆 − 𝑅𝐵) × 𝐶𝑠(𝑔𝑟%)
𝐴𝑙𝑏 =(𝑅𝐴 − 𝑅𝐵)/(𝑅𝑆 − 𝑅𝐵)× 𝐶𝑠(𝑔𝑟%)
Globulin = TP – Alb
RTP = Reading TP
RS = Reading standar
CS = Kadar protein standar dalam g/100 ml
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1 Hasil
a. Total protein

Penghitungan kadar total protein :


AbsTP−AbsB
T.P = × 𝐶𝑠 (𝑔𝑟 %)
AbsS−AbsB
0.594−0.156 𝑚𝑔
= 0.420−0.156 × 6 ⁄𝑑𝐿

𝑚𝑔
= 9.95 ⁄𝑑𝑙

b. Albumin
Penghitungan kadar Albumin :

AbsAlb−AbsB
Alb = × 𝐶𝑠 (𝑔𝑟 %)
AbsS−AbsB

0.326−0.156 𝑚𝑔
= 0.240−0.156 × 6 ⁄𝑑𝐿

𝑚𝑔
= 3.86 ⁄𝑑𝑙

c. Globulin
Penghitungan kadar globulin :
Globulin = T.P – Alb

= 9.95 – 3.86

𝑚𝑔
= 6.09 ⁄𝑑𝑙

4. 2 Pembahasan
Praktikum penetapan kadar protein dalam serum ini menggunakan prinsip
metode biuret, dengan mengukur nilai absorbansi larutan. Larutan yang dimaksud
adalah larutan ungu yang merupakan hasil reaksi antara protein serum dengan ion
Cu2+ yang ada pada larutan biuret. Semakin tinggi nilai absorbansi larutan maka
semakin besar pula kadar protein. Ion Cu2+ didapatkan dari larutan biuret sebab
dalam larutan biuret terkandung 3 macam reagen yaitu CuSO4, K-Na Tartrat, dan
NaOH. CuSO4 berfungsi sebagai penyedia ion Cu2+. K-Na Tartrat berfungsi untuk
mencegah reduksi ion Cu2+ agar tidak mengendap. NaOH berfungsi sebagai
penyedia suasana basa dan membantu pembentukan Cu(OH)2 yang nantinya akan
menjadi ion Cu2+ dan 2OH- . reaksi peptide dan biuret adalah terjadinya ikatan
Cu2+ dengan N.
Pada saat sample dikocok, jangan sampai menimbulkan buih karena akan
mempengaruhi pengukuran absorbansi. Dan setelah ditetesi pereaksi biuret, sampel
didiamkan selama 10 menit dimana 10 menit ini merupakan operating time yaitu
waktu yang dibutuhkan agar seluruh reaktan/protein bereaksi seluruhnya dengan
reagen. Setelah 10 menit, maka sampel diukur absorbansinya dengan alat
spektrofotometer dengan panjang gelombang 545 nm. Panjang gelombang 545 nm
merupakan panjang gelombang serapan maksimum untuk warna ungu.
Spektrum absorbansi suatu larutan protein bervariasi tergantung pH dan
sesuai dengan susunan residu asam amino sebab setiap asam amino memiliki
absorbansi yang berbeda. Kerugian dalam metode biuret ini adalah yakni hasil
pembacaan tidak murni menunjukkan kadar protein saja, melainkan bisa saja kadar
senyawa yang mengandung benzene, gugus fenol, gugus sulfihidrin, ikut terbaca
kadarnya.
Dalam praktikum ini, protein yang digunakan adalah protein yang ada pada
serum darah. Protein mayor yang ada pada darah adalah albumin dan globulin.
Albumin berfungsi untuk mempertahankan tekanan osmotic darah, sedangkan
globulin berfungsi untuk pembentukan antibodi. Kadar normal albumin dalam darah
berkisarantara 3,4 – 5,4 gr/dl ( sekitar 60% dari protein total ) sedangkan kadar
globulin berkisar antara 3,2 – 3,9 gr/dl sehingga kadar protein total dalam darah
berkisar antara 6,6 – 8,7 gr/dl.
Pada uji pertama, kadar protein total yang didapat adalah 9,95 gr/dl. Uji
kedua menunjukkan kadar albumin yang ada yaitu 3,86 gr/dl ,dan setelah
mendapatkan kedua angka diatas maka bisa dilakukan penghitungan kadar globulin,
yaitu 6,09 gr/dl.
Hasil praktikum yang kami dapatkan menunjukkan bahwa kadar albumin
lebih rendah daripada kadar globulin. Padahal seharusnya kadar albumin sekitar
60% dari protein total. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal salah satunya
ketika pengambilan serum darah yang tidak bagus, dan pada praktikum kemarin
kelompok kami memang mengalami kesulitan ketika proses pengambilan serum
darah sehingga terjadi kesalahan mengakibatkan serum dan plasma tercampur dan
menaikan hasil TP. Faktor lain yang dapat menimbulkan kesalahan antara lain
lamanya waktu inkubasi (tidak segera dibaca absorbansinya). Inkubasi berguna
memberikan waktu untuk larutan bereaksi membentuk ikatan kompleks peptide
dengan N. Jika waktu inkubasi terlalu lama sementara reagen yang diberikan cukup
banyak, tentu saja hal ini meningkatkan nilai absorbansi yang berdampak pada
tingginya kadar protein. Kesalahan lain yang mungkin adalah kebocoran larutan
saat homogenisasi, kemungkinan ketidak akuratan spektrofotometri dalam membaca
absorbansi, dan kesalahan teknis lain seperti penggunaan mikropipet yang kurang
baik.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Percobaan kali ini menggunakan metode Kingsley, dan hasil yang
didapatkan adalah kurang akurat untuk kedua percobaan. Hal ini dapat disebabkan
oleh kesalahan pengambilan serum, penambahan reagen, lamanya waktu inkubasi
(tidak segera dibaca absorbansinya), maupun kesalahan pada pembacaan
spektrofotometer. Kadar normal untuk total protein adalah6,6 – 8,7 gr/dl, albumin
3,4 – 5,4 gr/dl ( sekitar 60% dari protein total ), dan globulin3,2 – 3,9 gr/dl,
sementara hasil yang didapatkan pada percobaan kali ini sedikit di atas normal,
untuk kadar protein total yang didapat adalah 9,95 gr/dl, kadar albumin yang ada
yaitu 3,86 gr/dl, dan kadar globulin, yaitu 6,09 gr/dl.
Kadar protein pada diri seseorang dapat dipengaruhi oleh asupan makanan
dan karena protein disintesis di liver, kondisi liver seseorang dapat sangat
mempengaruhi kadar protein dalam darah. Minimnya kadar protein dapat
menandakan kerusakan atau malfungsi dari liver seseorang, sehingga pengukuran
kadar protein merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui.

5.2 Saran
Sebaiknya menggunakan tehnik yang tepat dan lebih teliti dalam
pengambilan serum, penambahan reagen dan lamanya waktu inkubasi dikarenakan
ketiga hal tersebut lebih sering di jumpai kesalahan dan dapat menyebabkan
abnormal dalam penelitian tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Frances K, Widmann, 1989, Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium,Jakarta.


Janice T. Busher.1990. Clinical Methods: The History, Physical, and Laboratory
Examinations.Butterworth Publishers. 3rd edition.[NCBI]
Sloane, Ethel. 2004. Anatomy and physiology: an easy learner. Diterjemahkan oleh: James
Veldman, EGC, Jakarta.
Weatherby, R. & Fergusson, S., 2002, Blood chemistry and CBC Analysis Clinical
Laboratory
Testing from a Functional Perspective, 26-27 ; 85-86, Bear Mountain Publishing,
Jacksonville USA.

Anda mungkin juga menyukai