Disusun oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Biokimia “Penentuan Kadar Protein Total, Albumin, dan Globulin dengan Metode
Kingsley” dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami
berterimakasih kepada dr. Zahrah Febianti, M.biomed selaku pengampu Praktikum
Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Jember.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah
pengetahuan kita mengenai penentuan kadar protein total, albumin, dan globulin dengan
metode kingsley. Kami juga menyadari sepenuynya bahwa didalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Semoga laporan ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
2.2.2 Albumin
Albumin adalah protein yang larut dalam air. Albumin disintesis di hati dan
berfungsi utama untuk mempertahankan tekanan koloid osmotik darah. Hal ini
karena albumin merupakan protein dengan berat molekul besar yang tidak dapat
melintasi dinding pembuluh atau dinding kapiler sehingga dapat membantu
mempertahankan cairan yang ada di dalam sistem vascular (Sutedjo, 2007).
Albumin didistribusikan antara intravaskuler (40%) dan (60%)
ekstravaskulerkompartemen, dengan paruh sekitar 8 hari. Ada fluks lambat
konstan antarakompartemen. Dalam kasus intravaskular albumin kerugian,
bergerak albumin dariextravascualr ke kompartemen intravaskuler ke
mempertahankan COP. Karenakonsentrasi albumin serum hanya mengukur
bagian intravaskular, tidak mungkinperkiraan akurat dari seluruh tubuh albumin
pada pasien yang sakit. (Ganiswara, 2000).
Kadar albumin digunakan sebagai indikator perubahan biokimia yang
berhubungan dengan simpanan protein tubuh dan berkaitan dengan perubahan
status gizi, walaupun tidak terlalu sensitif. Pada penderita malnutrisi sering
ditemukan kadar albumin serum yang rendah, namun tidak jarang kadar albumin
serum masih dalam batas normal. Peningkatan kadar albumin berkaitan erat
dengan kadar hemoglobin darah. Penurunan kadar albumin dalam darah akan
menyebabkan terjadinya penurunan kadar hemoglobin, karena protein
merupakan salah salah unsur yang penting diperlukan dalam sintesis hemoglobin
dan pembawa zat besi, oleh karena itu apabila kadar albumin dalam tubuh
rendah, maka sintesis hemoglobin akan terganggu dan dapat mengakibatkan
penurunan kadar hemoglobin dalam darah. (Hartono, 2006).
Albumin merupakan protein utama dalam plasma manusia dan membentuk
sekitar 60% protein plasma total. Sekitar 40% albumin terdapat dalam
plasma,sedangkan 60% lainnya terdapat di ekstrasel. Setiap harinya, hepar
menghasilkansekitar 12 gram albumin, yang berarti sekitar 25% dari seluruh
sintesis protein olehhepar. Albumin awalnya dibentuk sebagai suatu
praproprotein. Peptida sinyalnyadikeluarkan sewaktu protein tersebut memasuki
sisterna retikulum endoplasma kasar,dan heksapeptida di terminal amino yang
terbentuk kemudian diputuskan ketikaprotein tersebut menempuh jalur
sekretorik. Karena massa molekulnya yang realtif rendah (69 kDa) dan
konsentrasinya yang tinggi, albumin diperkirakan menentukansekitar 75-80%
tekanan osmotik plasma pada manusia (Poedjiadi, 2009).
2.2.3 Globulin
Fraksi globulin mencakup ratusan protein serum termasuk protein pembawa,
enzim, komplemen, dan imunoglobulin. Sebagian besar disintesis di hati,
meskipun imunoglobulin disintesis oleh sel plasma. Globulin dibagi menjadi
empat kelompok dengan elektroforesis. Keempat fraksi adalah α1, α2, β dan γ,
tergantung pada pola migrasi mereka antara anoda dan katoda. Peningkatan
fraksi globulin biasanya hasil dari peningkatan imunoglobulin, tetapi bisa ada
peningkatan protein lain dalam keadaan patologis yang memiliki pola
elektroforetik yang khas (lihat Gambar 101.1.101.2). Malnutrisi dan defisiensi
imun bawaan dapat menyebabkan penurunan total globulin akibat menurunnya
sintesis, dan sindrom nefrotik dapat menyebabkan penurunan karena kehilangan
protein melalui ginjal.
Imunoglobulin (mis., Antibodi) bermigrasi terutama di wilayah γ, tetapi
beberapa bermigrasi di wilayah β dan α2 juga. Setiap molekul imunoglobulin
terdiri dari dua rantai berat yang memiliki kelas yang sama dan dua rantai ringan
yang juga sama. Setiap rantai berat memiliki wilayah variabel (di mana
pengganti asam amino membuat setiap rantai berbeda dari yang berikutnya) dan
wilayah konstan (di mana ada sangat sedikit perbedaan asam amino dari wilayah
konstan imunoglobulin lain dari jenis rantai berat itu). Rantai cahaya memiliki
tipe λ atau κ dan memiliki wilayah konstan dan variabel. Berbagai jenis
imunoglobulin dinamai dengan huruf kapital yang sesuai dengan jenis rantai
berat mereka: IgG, IgA, IgM, IgE, dan IgD. Tiga per empat tingkat
imunoglobulin dalam serum normal adalah tipe IgG. Banyak antibodi terhadap
bakteri dan virus adalah IgG.
Kumpulan normal molekul IgG terdiri dari jumlah kecil antibodi IgG
berbeda yang dihasilkan dari beragam klon sel plasma; jadi itu poliklonal. Jika
satu klon lolos dari kontrol normal, ia dapat mereproduksi secara berlebihan dan
mensintesis kelebihan protein monoklonal dengan satu kelas rantai berat dan
jenis rantai ringan (Janice T. Busher, 1990).
2.3 Nilai rujukan data klinis
Menurut Pearce pada tahun 2006:
1. Nilai rujukan protein :
Dewasa : 6,0–8,0 g/dL
Anak – anak :
a. Prematur : 4,2–7,6 g/dL
b. Bayi baru lahir : 4,6 –7,4 g/dL
c. Bayi : 6,0–6,7 g/dL
d. Anak : 6,2–8,0 g/dl
2. Nilai rujukan albumin :
a. Dewasa : 3,5–5,0 g/dL
b. Bayi baru lahir : 2,9–5,4 g/dL
c. Bayi : 4,4–5,4 g/dL
d. Anak–anak : 4,0–5,8 g/dL
3. Komposisi Serum Darah :
a. Air : 91,0 %
b. Protein : 8,0 % (Albumin, globulin, protrombin , dan fibrinogen)
c. Mineral : 0,9 % (NaOH, Natrium bikarbonat, garam dari kalsium, fosfor,
magnesium dan besi) Bahan organik : Glukosa, lemak, urea, asam urat,
kreatinin, kolestrol dan asam amino.
BAB III
METODELOGI
𝑚𝑔
= 9.95 ⁄𝑑𝑙
b. Albumin
Penghitungan kadar Albumin :
AbsAlb−AbsB
Alb = × 𝐶𝑠 (𝑔𝑟 %)
AbsS−AbsB
0.326−0.156 𝑚𝑔
= 0.240−0.156 × 6 ⁄𝑑𝐿
𝑚𝑔
= 3.86 ⁄𝑑𝑙
c. Globulin
Penghitungan kadar globulin :
Globulin = T.P – Alb
= 9.95 – 3.86
𝑚𝑔
= 6.09 ⁄𝑑𝑙
4. 2 Pembahasan
Praktikum penetapan kadar protein dalam serum ini menggunakan prinsip
metode biuret, dengan mengukur nilai absorbansi larutan. Larutan yang dimaksud
adalah larutan ungu yang merupakan hasil reaksi antara protein serum dengan ion
Cu2+ yang ada pada larutan biuret. Semakin tinggi nilai absorbansi larutan maka
semakin besar pula kadar protein. Ion Cu2+ didapatkan dari larutan biuret sebab
dalam larutan biuret terkandung 3 macam reagen yaitu CuSO4, K-Na Tartrat, dan
NaOH. CuSO4 berfungsi sebagai penyedia ion Cu2+. K-Na Tartrat berfungsi untuk
mencegah reduksi ion Cu2+ agar tidak mengendap. NaOH berfungsi sebagai
penyedia suasana basa dan membantu pembentukan Cu(OH)2 yang nantinya akan
menjadi ion Cu2+ dan 2OH- . reaksi peptide dan biuret adalah terjadinya ikatan
Cu2+ dengan N.
Pada saat sample dikocok, jangan sampai menimbulkan buih karena akan
mempengaruhi pengukuran absorbansi. Dan setelah ditetesi pereaksi biuret, sampel
didiamkan selama 10 menit dimana 10 menit ini merupakan operating time yaitu
waktu yang dibutuhkan agar seluruh reaktan/protein bereaksi seluruhnya dengan
reagen. Setelah 10 menit, maka sampel diukur absorbansinya dengan alat
spektrofotometer dengan panjang gelombang 545 nm. Panjang gelombang 545 nm
merupakan panjang gelombang serapan maksimum untuk warna ungu.
Spektrum absorbansi suatu larutan protein bervariasi tergantung pH dan
sesuai dengan susunan residu asam amino sebab setiap asam amino memiliki
absorbansi yang berbeda. Kerugian dalam metode biuret ini adalah yakni hasil
pembacaan tidak murni menunjukkan kadar protein saja, melainkan bisa saja kadar
senyawa yang mengandung benzene, gugus fenol, gugus sulfihidrin, ikut terbaca
kadarnya.
Dalam praktikum ini, protein yang digunakan adalah protein yang ada pada
serum darah. Protein mayor yang ada pada darah adalah albumin dan globulin.
Albumin berfungsi untuk mempertahankan tekanan osmotic darah, sedangkan
globulin berfungsi untuk pembentukan antibodi. Kadar normal albumin dalam darah
berkisarantara 3,4 – 5,4 gr/dl ( sekitar 60% dari protein total ) sedangkan kadar
globulin berkisar antara 3,2 – 3,9 gr/dl sehingga kadar protein total dalam darah
berkisar antara 6,6 – 8,7 gr/dl.
Pada uji pertama, kadar protein total yang didapat adalah 9,95 gr/dl. Uji
kedua menunjukkan kadar albumin yang ada yaitu 3,86 gr/dl ,dan setelah
mendapatkan kedua angka diatas maka bisa dilakukan penghitungan kadar globulin,
yaitu 6,09 gr/dl.
Hasil praktikum yang kami dapatkan menunjukkan bahwa kadar albumin
lebih rendah daripada kadar globulin. Padahal seharusnya kadar albumin sekitar
60% dari protein total. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal salah satunya
ketika pengambilan serum darah yang tidak bagus, dan pada praktikum kemarin
kelompok kami memang mengalami kesulitan ketika proses pengambilan serum
darah sehingga terjadi kesalahan mengakibatkan serum dan plasma tercampur dan
menaikan hasil TP. Faktor lain yang dapat menimbulkan kesalahan antara lain
lamanya waktu inkubasi (tidak segera dibaca absorbansinya). Inkubasi berguna
memberikan waktu untuk larutan bereaksi membentuk ikatan kompleks peptide
dengan N. Jika waktu inkubasi terlalu lama sementara reagen yang diberikan cukup
banyak, tentu saja hal ini meningkatkan nilai absorbansi yang berdampak pada
tingginya kadar protein. Kesalahan lain yang mungkin adalah kebocoran larutan
saat homogenisasi, kemungkinan ketidak akuratan spektrofotometri dalam membaca
absorbansi, dan kesalahan teknis lain seperti penggunaan mikropipet yang kurang
baik.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Percobaan kali ini menggunakan metode Kingsley, dan hasil yang
didapatkan adalah kurang akurat untuk kedua percobaan. Hal ini dapat disebabkan
oleh kesalahan pengambilan serum, penambahan reagen, lamanya waktu inkubasi
(tidak segera dibaca absorbansinya), maupun kesalahan pada pembacaan
spektrofotometer. Kadar normal untuk total protein adalah6,6 – 8,7 gr/dl, albumin
3,4 – 5,4 gr/dl ( sekitar 60% dari protein total ), dan globulin3,2 – 3,9 gr/dl,
sementara hasil yang didapatkan pada percobaan kali ini sedikit di atas normal,
untuk kadar protein total yang didapat adalah 9,95 gr/dl, kadar albumin yang ada
yaitu 3,86 gr/dl, dan kadar globulin, yaitu 6,09 gr/dl.
Kadar protein pada diri seseorang dapat dipengaruhi oleh asupan makanan
dan karena protein disintesis di liver, kondisi liver seseorang dapat sangat
mempengaruhi kadar protein dalam darah. Minimnya kadar protein dapat
menandakan kerusakan atau malfungsi dari liver seseorang, sehingga pengukuran
kadar protein merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui.
5.2 Saran
Sebaiknya menggunakan tehnik yang tepat dan lebih teliti dalam
pengambilan serum, penambahan reagen dan lamanya waktu inkubasi dikarenakan
ketiga hal tersebut lebih sering di jumpai kesalahan dan dapat menyebabkan
abnormal dalam penelitian tersebut.
DAFTAR PUSTAKA