PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
NIM. 212215064
YAYASAN AN-NASHER
CIREBON
2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN
Protein plasma yang paling umum dalam tubuh manusia adalah albumin. Tubuh
membutuhkan protein ini untuk membawa berbagai zat dalam darah, menjaga
keseimbangan cairan, dan sintesis energi. Jika seseorang mengalami gangguan fugsi hati
dapat menyebabkan nilai albumin menurun dari konsentrasi normalnya yaitu 3,5-5,0 g/dL
seperti hipoalbuminemia. 75% orang tua mengalami hipoalbuminemia, menurut
penelitian yang dilakukan pada tahun 2019 di Bali, Indonesia (Balqis siti.2020).
Hipoalbuminemia, atau kadar albumin yang rendah pada lansia, adalah masalah yang
sering terjadi dan disebabkan oleh berbagai faktor. Hipoalbuminemia dapat disebabkan
oleh berbagai faktor yaitu malnutrisi, penyakit kronis; seperti penyakit ginjal kronis,
penyakit hati, dan penyakit jantung, peningkatan katabolisme protein; seperti yang terjadi
pada sepsis, peningkatan kehilangan albumin; seperti yang terjadi pada luka bakar dan
proteinuria. Pemeriksaan albumin adalah salah satu indikator yang menentukan masalah
kesehatan pada pada lansia, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk
menegakkan diagnosa dokter.
Lansia di RS 45
Kuningan
Pemeriksaan
Kadar Albumin
Sampling darah
Metode
Metode
metode BCG Metode Biuret elektroforesis
turbidimetri
protein
Hasil : Normal
3,5 - 5,0 gr/dL
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Albumin
Protein, dengan akar kata "proteios" dari bahasa Yunani, yang berarti "pertama atau
utama", adalah polimer dari monomer-monomer asam amino yang terikat satu sama lain
dengan ikatan peptida (Pangistu.2019). Albumin merupakan protein plasma yang paling
banyak di dalam tubuh manusia, dengan konsentrasi sekitar 50% dari total protein plasma.
Sebagai protein yang mengangkut berbagai zat, seperti metal, bilirubin, enzim, hormon,
dan obat-obatan, albumin membantu mempertahankan tekanan osmotik koloid darah (75–
80% tekanan osmotik plasma) (Harum.2020). Protein ini memiliki banyak fungsi penting,
termasuk sebagai:
Pembawa berbagai zat dalam darah, seperti hormon, asam lemak, dan obat-obatan
Kadar albumin dalam darah normal berkisar antara 3,5 hingga 5,5 g/dL. Kadar
albumin yang rendah, atau yang disebut dengan hipoalbuminemia, merupakan kondisi yang
sering terjadi pada lansia.
Penyakit kronis, seperti penyakit ginjal kronis, penyakit hati, dan penyakit
jantung, juga dapat menyebabkan hipoalbuminemia. Penyakit-penyakit ini dapat
mengganggu produksi albumin oleh hati atau menyebabkan peningkatan
kehilangan albumin dari tubuh. Dalam kasus penyakit ginjal kronik (PGK),
glomerulus menjadi lebih permeabel, yang mengakibatkan kehilangan protein
plasma lewat urin (Harum.2020). Pada pasien yang mengalami gagal ginjal
terminal, rendahnya serum albumin menunjukkan bahwa mereka memiliki
ketahanan dan daya hidup yang rendah. Hal ini disebabkan oleh inflamasi yang
lebih tinggi dan kekurangan protein pada penderita (Putri, et al.2016) .Pada orang
lanjut usia, sirosis hepatis banyak ditemukan karena gangguan hepar dan infeksi
kronis yang berkembang lambat seiring bertambahnya usia. Sebanyak 35,2%
pasien sirosis hati berusia 51 hingga 60 tahun (Lestari, et al.2023). Hal ini terjadi
akibat penurunan fungsi organ karena bertambahnya usia.
Peningkatan katabolisme protein, seperti yang terjadi pada sepsis, juga dapat
menyebabkan hipoalbuminemia. Sepsis merupakan kondisi yang ditandai dengan
peradangan sistemik yang parah. Selain berfungsi sebagai katalis untuk berbagai
reaksi biokimia yang terjadi di dalam sel, protein menentukan ukuran dan struktur
sel dan berfungsi sebagai bagian penting dari sistem komunikasi antar sel.
Kerusakan biokatalis yang berperan atas suatu sistem metabolisme menyebabkan
gangguan metabolisme tubuh (Pangistu. 2019).
Peningkatan kehilangan albumin, seperti yang terjadi pada luka bakar dan
proteinuria, juga dapat menyebabkan hipoalbuminemia. Luka bakar dapat
menyebabkan albumin hilang melalui luka, sedangkan proteinuria merupakan
kondisi di mana protein, termasuk albumin, hilang melalui urine. Luka bakar
dapat menyebabkan kerusakan barier kulit, yang menyebabkan cairan albumin
keluar dari kulit yang rusak. Transfusi albumin adalah metode pengobatan yang
telah digunakan selama lebih dari enam puluh tahun untuk keadaan di mana kadar
albumin plasma menurun. Ini karena kadar albumin di bawah 3 g/dL memiliki
korelasi yang signifikan dengan lamanya penyembuhan luka, dan albumin serum
biasanya digunakan sebagai indikator lamanya penyembuhan luka seperti luka
setelah operasi (Suharjono.2016).
Albumin juga berperan penting dalam menjaga fungsi otot. Kadar albumin yang
rendah dapat menyebabkan penurunan kekuatan dan fungsi otot.
METODELOGI PENELITIAN
3. Observasi
Pengajuan
4. ijin
pengajuan
Seminar
5.
Proposal
Penelitian
6.
Lapangan
Pengumpulan
7.
Draft TA
8. Sidang Tugas
Akhir
Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di RSUD 45 Kuningan untuk melakukan observasi mengenai
kadar albumin yang akan diuji.
No Alat Jumlah
1. Tourniquet 1 buah
5. Kapas 30 buah
No Bahan Jumlah
1. Sentrifuge 1 buah
3. Mikropipet 2 buah
6. Fotometer 10 ml
7. Reagen Albumin
Petugas laboratorium menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan albumin metode BCG. Alat-alat yang disiapkan antara lain tabung vakum
EDTA, sentrifuga, alat ukur albumin, pipet, tabung reaksi, dan larutan standar albumin.
Bahan yang disiapkan adalah sampel darah vena.
Sampel darah yang telah diambil dari pasien dibiarkan membeku selama 15-30 menit.
Pembekuan darah dilakukan untuk memudahkan proses pemisahan serum dari plasma.
Setelah sampel darah membeku, sampel darah disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm
selama 5 menit. Sentrifugasi menyebabkan serum dan plasma terpisah. Serum berada di
bagian atas tabung vakum, sedangkan plasma berada di bagian bawah tabung vakum.
Siap kan tabung reaksi untuk blanko, standart, dan sampel. Masukkan masing-masing
reagen dan atau standart di masing-masing tabung. Serum yang telah terpisah diambil
menggunakan pipet dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Serum yang telah dimasukkan ke dalam tabung reaksi dihomogenkan dengan cara
mengocok tabung reaksi. Serum kemudian diinkubasi selama 5 menit pada suhu ruang.
f Membaca hasil pemeriksaan
Setelah inkubasi selama 5 menit, serum dibaca pada panjang gelombang 620 nm
menggunakan alat ukur albumin. Hasil pemeriksaan albumin dilaporkan dalam satuan
g/dL.
Analisa data yang digunakan pada gambaran kadar albumin pada lansia di RSUD 45
Kuningan akan diolah dengan menggunakan program SPSS versi 25 (Statitical Package for
the Social Sciences). Jenis data pada penelitian ini numerik, namun deskriptif hasilnya hanya
menggambarkan suatu keadaan dalam populasi, jika data berdistribusi normal dan homogen
dapat dilanjut dengan menggunakan uji statistik One Sample T-test.