A. TUJUAN
B. DASAR TEORI
Protein tersusun dari asam amino yang berikatan satu sama lain dengan ikatan peptida.
Protein plasma yang beredar terdiri atas :
1. Albumin
2. Globulin
b. IGA
c. IGM
d. IGE
e. IGD
3. Fibrinogen
4. Terdapat sejumlah kecil dalam: Enzim, protein struktural dan metabolik ( hormon dan
protein transfer ).
Alat
- Tabung reaksi ukuran 5 ml
- Rak tabng reaksi
- Pipet
- Spektrofotometer
Bahan
- Reagen biuret
- Reagen standar protein
- Serum atau plasma
D. CARA KERJA
HASIL
1. Blanko isinya biuret murni
0,1g /dl
2. Sample isinya biuret + serum 20 µl
6,2 g/dl
PEMBAHASAN
LINERITAS
Batas lineritas alat adalah 12 g/dl. Apabila di dapatkan nilai diatas angka tersebut
serum harus di encerkan dengan NaCl + 1 hasil di kalikan 2
NILAI NORMAL
Bayi 4,6 -7,0 g/dl
3 tahun sd dewasa 6,6 -8,7 g/ dl
PERTANYAAN
1. Jelaskan mengapa pada penyakit sindroma nefrotik terjadi hipoalbumin?
2. Jelaskan mengapa pada penyakit sirosis hepatis terjadi hipoalbumin ?
Jawaban
1.karena tejadi kerusakan di gromerolus, dan gromerolus tidak dapat menyaring darah
pada semestinya sehingga allbumin keluar bersama urin
2.sirosis hepatis atau penyakit hati, di hati albumin di produksi apabila terjadi kerusakan akan
terjadi hipoalbumin
F. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan kami dapat menyimpulakan bahwa total protein kurang dari 6,6 -8,7g /dl
maka akan menyebabkan hipoalbumin yaitu terjadinya penyakit hati secara sistematis
berbagai penyebab hipoalbumin dapat di kelompokan menjadi 3 kelompok besar :
1. Hipoalbuminemia yang disebabkan oleh kurangnya ketersediaaan bahan mentah sintesis
protein, yaitu asam-asam amino yang bersal dari makan.
2. Yang disebabkan oleh gangguan tempat sintesis,yaitu ,organ hati
3. Disebabkan oleh terjadinya kehilangan albumin melalui alat pembuangan atau ekskres.i
A.TUJUAN
- Dapat mengetahui dan menjelaskan manfaat pemeriksaan resistensi osmotic darah cara
visual
- Dapat menentukan resistensi osmotic darah
- Dapat menyimpulkan hasil resistensi osmotic darah setelah membandingkan dengan nilai
normal dengan dikaitkan dengan diagnosa penyakit.
-
B.DASAR TEORI
Hemolisa adalah peristiwa keluarnya hemoglobin dari dalam sel darah merah menuju
ke cairan di sekelilingnya. Keluarnya hemoglobin ini disebabkan karena pecahnya membran
sel darah merah. Membran sel darah merah mudah dilalui atau ditembus oleh ion-ion H+,
OH-, NH4+, PO4, HCO3-, Cl-, dan juga oleh substansi-substansi yang lain seperti glukosa, asam
amino, urea dan asam urat. Sebaliknya membran sel darah merah tidak dapat ditembus oleh
Na+, K+, Ca++, Mg++, fosfat organik dan juga substansi lain seperti hemoglobin dan protein
plasma. Secara umum, membran yang dapat dilalui atau ditembus oleh suatu substansi
dikatakan bahwa membran ini permeabel terhadap substansi tesebut. Membran yang betul-
betul semi permeabel adalah membran yang hanya dapat ditembus oleh molekul air saja,
tetapi tidak dapat ditembus oleh substansi lain. Tidak ada membran pada organisme yang
bersifat betul-betul semi permeabel, yang ada adalah membran yang bersifat permeabel
selektif, yaitu membran yang dapat ditembus oleh molekul air dan substansi-substansi lain,
tetapi tidak dapat ditembus oleh substansi yang lain lagi. Jadi membran sel darah merah
termasuk yang permeable selektif.
1. Hemolisa Osmotik
Hemolisa osmotik terjadi karena adanya perbedaan yang besar antara tekanan osmosa
cairan di dalam sel darah merah dengan cairan di sekeliling sel darah merah. Dalam hal ini
tekanan osmosa isi sel jauh lebih besar darapada tekanan osmosa di luar sel. Tekanan osmosa
isi sel darah merah adalah sama dengan tekanan osmosa larutan NaCl 0,9 %. Bila sel darah
merah dimasukkan ke dalam larutan 0,8 %, belum terlihat adanya hemolisa, tetapi sel darah
merah yang dimasukkan ke dalam larutan NaCl 0,4 % hanya sebagian saja dari sel darah
merah yang mengalami hemolisa, sedangkan sebagian sel darah merah yang lainnya masih
utuh. Perbedaan ini diebabkan karena umur sel darah merah berbeda-beda. Sel darah merah
yang sudah tua, membran sel mudah pecah, sedangkan sel darah merah yang muda,
membran selnya kuat. Bila sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan NaCl 0,3 %, semua
sel darah merah akan mengalami hemolisa. Hal ini disebut hemolisa sempurna. Larutan yang
mempunyai tekanan osmosa lebih kecil daripada tekanan osmosa isi sel darah merah disebut
larutan hipotonis, sedangkan larutan yang mempunyai tekanan osmosa lebih besar dari
tekanan osmosa isi sel darah merah disebut larutan hipertonis. Suatu larutan yang mempunyai
tekanan osmosa yang sama besar dengan tekanan osmosa isi sel disebut larutan isotonis.
2. Hemolisa Kimiawi
Pada hemolisa kimiawi, membran sel darah merah dirusak oleh macam-macam
substansi kimia. Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa dinding sel darah merah
terutama terdiri dari lipida dan protein membentuk suatu lapisan yang disebut lipoprotein.
Jadi setiap substansi kimia yang dapat melarutkan lemak (pelarut lemak) dapat merusak atau
melarutkan membran sel darah merah. Kita mengenal bermacam-macam pelarut lemak yaitu
kloroform, aseton, alkohol, benzena dan eter. Substansi lain yang dapat merusak membran sel
darah merah diantaranya adalah bisa ular, bisa kalajengking, garam empedu, saponin,
nitrobenzene, pirogalol, asam karbon, resin dan senyawa arsen.
Sel darah merah yang ditempatkan dalam larutan garam yang isotonis tidak akan
mengalami kerusakan dan tetap utuh. Tetapi bila sel darah merah ditempatkan dalam air
destilata, sel darah merah akan megalami hemolisa, karena tekanan osomose isi sel darah
merah jauh lebih besar daripada tekanan osmose di luar sel sehingga mengakibatkan banyak
air masuk ke dalam sel darah merah (osmosis). Selanjutnya air yang banyak masuk ke dalam
sel darah merah itu akan menekan membran sel darah sehingga membran pecah.
ALAT
Tabung reaksi
Rak
Pipet
BAHAN
HCL 0,5%
Aquades
Darah vena
EDTA
D. CARA KERJA
1. Menyusun sebanyak 24 tabung reaksi pada rak dan dibagi menjadi 2 baris, masing-
masing berisis 12 tabung..
2. Memberi nomor pada setiap tabung dan di urut kan sebagai berikut : 25, 24, 23, 22,
21, 20, 19, 18, 17, 16, 15, 14.
3. Kemudian menetesi NaCl 0,5 % dengan pipet kapiler yang banyaknya disesuaikan
dengan nomor tabung.
4. menetesi pula aquades pada tiap tabung, sampai volumenya berjumlah 25 tetes tiap
tabung. Contoh : 24 tetes NaCl 0,5 % + 1 tetes aquades, 23 tetes NaCl 0,5 % + 2
tetes aquades.
5. Konsentrasi NaCl pada masing-masing larutan menjadi sebagai berikut : 0,5 %; 0,48
%; 0,46 %; 0,44 %; 0,42 %; 0,40 %; 0,38 %; 0,36 %; 0,34 %; 0,32 %; 0,30 %; 0,28
%.
6. mengambil 3 cc darah vena dan diberi 2 tetes EDTA lalu pada masing-masing
tabung ditetesi 1 tetes darah, mencampur serta mendiamkan 2 jam, pada
temperatur kamar. Untuk kontrol tidak diberi darah.
7. membaca tabung dimana terjadi permulaan hemolisis dan tabung dimana terjadi
hemolisis yang sempurna (complete hemolisis).
8. Membandingkan hasil dengan control normal
PERTANYAAN
1. penyakitnya anemia hemolitik otonum?
2. Jelaskan penyakit malari yang behubungan dengan hemolisis sel arah merah
JAWABAN
1. Karena usia sel darah merah belum matang yaitu kurang dari normal pada anemia
hemolitik otoimun ini di dalam sel serum penderita di temukan otoantibody.bila antibody ini
di camputr dengan suspensi SDM normal (berasal dari orang yang tidak menderita penyakit
ini dan mempunyai golongan arah yang sama ),akan terjadi pengikatan dan mungkin
aglutinasin SDM normal tadi
F. KESIMPULAN
Darah mengalami lisis karena terjadi perbedaaan yang besar antara tekanan osmosa cairan di
dalam sel dan di sekililing sel, Dalam hal ini tekanan osmosa isi sel jauh lebih besar
darapada tekanan osmosa di luar sel
UJI PEMERIKSAAN TOTAL PROTEIN
ABSTRACT
Tujuan: mengetahui kadar protein dalam darah noramal atau tidak dan komplikasi-komplikasi
bagi kesehatan tubuh
Metode: dalam praktikum biokimia metode yng digunakan adalah metode biuret dengan
sampel darah dari seorang praktikum yaitu Sobirin
Hasil: kadar albumin dalam darah seorang praktikum mengalami peningkatan atau
hiperalbumin. Setelah dilakukan pengukuran ternyata nilai kadar albumin dalam darah 5,9
g/dL.
Kesimpulan: kadar albumin dalam darah jika mengalami peningkatan akan mengakibatkan
dehidrasi sedangkan kadar albumin dalam darah jika mengalami penurunan akan
mengakibatkan sindroma nefrotik, sirosis hepatis, dan edema.
PENDAHULUAN
Protein tersusun dari asam amino yang mempunyai ikatan peptida. Protein berperan
biologis, terutama dalam membangun unit terkecil kehidupan yaitu sel. Peran biologis itu
misalnya pada trasnformasi energy, bioenergi, dan pada proses dinamisasi yang
berkesinambungan. Dalam parktikum biokimia ini yang dibahas adalah protein plasma dalam
darah. SUATU molekul protein terdiri dari untaian banyak asam amino, jumlahnya bisa
ratusan sampai ribuan. Ada protein yang asam amino beruntai ke samping, sehingga
membentuk cabang. BM suatu protein belasan sampai ratusan ribu. Protein yang tergolong
paling besar ialah globulin, dengan BM = 920.000. Jika protein dipecah atau dicernakan,
terbentuk suatu hasil antara yang disebut peptida. Peptida dibina atas beberapa asam amino.
Dua asam amino beruntai disebut dipeptida, tiga beruntai disebut tripeptida. Jika beruntaian
banyak disebut polipeptida. Ada bagian atau organel sel berupa protein, ada dalam bentuk
peptida.
Dalam plasma darah terdapat berpuluh macam protein, seperti albumin untuk
mengangkut berbagai zat, globulin untk membina antibodi, fibrinogen untuk pembekuan
darah jika terjadi luka a Otot jantung, otot polos yang membina berbagai saluran dalam
tubuh, dan otot rangka yang membuat anggota dapat digerakkan, mengandung serat yang
dapat berkerut yang disebut miofibril. Miofibril ini juga protein. Rambut dan bulu juga dibina
atas keratin, seperti halnya yang membina kulit ari. Tulang memiliki bahan dasar yang
disebut osein, suatu protein.
Tulang rawan memiliki bahan dasar khondrin, juga protein. Hormon banyak yang
protein, peptida, atau ubahan salah satu asam amino. Enzim adalah biokatalisator dan itu
adalah protein juga. Protein dibagi atas dua golongan: 1) sederhana; 2) gabungan. Yang
sederhana jika diuraikan oleh suatu enzim akan pecah jadi asam amino saja. Yang gabungan
terdiri dari gabungan protein dengan bahan organik lain.
Yang sederhana seperti: albumin, globulin, glutein, histon, kasein, dan vitelin. Albumin
pengangkut zat dalam plasma darah, dan globulin pembina bahan kekebalan atau antibodi.
Glutein adalah protein yang terkandung dalam biji sereal (padi, jagung, gandum, jelai,
sorgum), histon adalah poros lilitan DNA dalam kromosom, kasein terkandung dalam susu,
dan vitelin adalah protein yang membina kuning telur.
PROTEIN gabungan yang kompleks ialah seperti hemoglobin,lipoprotein, dan
glikoprotein. Hemoglobin (Hb) adalah pigmen pernapasan dalam eritrosit, berguna untuk
mengikat oksigen dalam paru. Pigmen ini mengandung unsur besi (Fe), yang membuat
eritrosit dan darah keseluruhan jadi berwarna merah.
Dalam sel tubuh kita protein dibikin dari monomer asam amino. Asam amino yang 20
macam itu tersimpan dalam sitoplasma, yang sewaktu akan bergabung membentuk untaian
jika dari inti datang perintah untuk menyintesa sejenis protein. Asam amino dalam sitoplasma
itu dibawa darah dari usus, sebagai hasil pencernaan protein dalam bahan makanan. Asalnya
protein makanan itu diproduksi oleh tumbuhan.tau darah berkontak dengan bagian pembuluh
darah yang kesat. Fungsi protein adalah:
1) Zat pembangun
2) Memperbaiki sel-sel yang telah rusak
3) Berperan dalam pembekuan darah
4) Berperan dalam pengangkutan hormone
5) Membantu daya tahan tubuh
6) Memainkan peranan penting dalam mekanisme pertahanan tubuh. Globulin terdiri atas:
α,β,ϒ. Diantara globulin tersebut globulin gamma mempunyai potensi sebagai antibodi yaitu:
IgA, IgG, IgD, IgM, IgE yang mempunyai fungsi yang berbeda-beda
kekurangan air;
Jika tubuh kita kurang cairan, maka darah akan mengental. Hal ini disebabkan cairan dalam
darah tersedot untuk kebutuhan dalam tubuh. Proses tersebut akan berpengaruh pada kinerja
otak dan jantung.
Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum biokimia ini adalah uju biuret dengan uji darah
dari seorang praktikum yaitu Sobirin.
Hasil
Didapatkan kadar albumin dalam darah yang diukur adalah 5,9 g/dL.
Pembahasan
Kadar albumin yang diujikan menyatakan bahwa kadar albumin dalam darah mengalami
peningkatan atau hiperalbumin, karena kadar albumin dalam darah manusia normalnya 3,4-
4,5 g/dL dan ini dapat mengakibatkan dehidrasi bagi orang tersebut.
Kesimpulan
Dehidrasi dapat disebabkan oleh kadar albumin dalam darah meningkat karena Jika tubuh
kita kurang cairan, maka darah akan mengental. Hal ini disebabkan cairan dalam darah
tersedot untuk kebutuhan dalam tubuh. Proses tersebut akan berpengaruh pada kinerja otak
dan jantung. Sedangkan seseorang yang mengalami kadar albumin meningkat akan
mengakibatkan sindroma nefrotik, sirosis hepatis, dan edema(pembengkakan)
DAFTAR PUSTAKA
1) http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1000103433,41994,
diakses pada tanggal 15 Juni 2010
2) http://medicastore.com/penyakit/719/Sindroma_Nefrotik.html
diakses pada tanggal 15 Juni 2010
3) http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100503065448AAS9Llt
diakses pada tanggal 15 Juni 2010
4) http://id.wikipedia.org/wiki/Dehidrasi diakses pada tanggal 15 Juni 2010
5) Murray, Rober K. 2003. Biokimia Harper. Jakarta: EGC
6) Saryono. 2010. Buku petunjuk Praktikum Biokimia. Gombong: Stikes muhammadiyah
Gombong