Anda di halaman 1dari 6

Nama : Yesi Apridiana

NIM : P17334122556
Jurusan : D4 TLM Alih Jenjang Poltekkes Kemenkes Bandung
Mata Kuliah : Patofisiologi
Tanggal : 8 September 2022
Materi : Patofisiologi Metabolisme Protein

RESUME PERKULIAHAN
A. Pendahuluan
Protein memiliki struktur yang bervariasi dan fungsi yang bervariasi. Kompleks
makromolekul yang terdiri dari karbon, nitrogrn, oksigen, hidrogen dan sulfur. Semua sel
tubuh dan cairan tubuh mengandung protein. Umumnya 12% dari makanan mengandung
protein.
Metabolisme protein sebagai sumber energi menghasilkan keton bodies. Kelebihan
protein tidak disimpan, tapi dirubah menjadi sel lemak. Metabolisme protein terjadi
didalam liver.

B. Fungsi Protein
Protein berfungsi sebagai alat transportasi, selain itu juga sebagai bahan pembentuk
enzim, hormon, antibodi, hemoglobin, collagen, actin, miosin dan sebagainya. Protein dapat
menjadi sumber energi, mempertahankan tekanan osmosis didalam pembuluh darah. Protein
dapat mencegah kerontokan rambut, karena 97-100% rambut terdiri dari protein keratin.
Protein juga berperan sebagai pengatur dan pembentukan sel di dalam tubuh, misal sel otot.

C. Mobilisasi dan Deaminasi Protein


Metabolisme protein terdiri dari mobilisasi protein yaitu pemecahan protein menjadi
asam amino yang dipengaruhi oleh hormon dan makanan kemudian masuk kedalam sel.
Transaminase dengan α ketoacid terjadi glukoneogenesis. Deaminasi adalah proses
katabolisme asam amino (menghilangkan gugus NH3 membentuk asam keton).
Asam keton akan mengalami oksidadi menghasilkan energi (siklus Kreb’s), asam keton
juga berperan pada proses glukoneogenesis. Asam keton akan dirubah menjadi acetyl CoA dan
benda keton yang selanjutnya benda keton akan dilepaskan ke dalam darah untuk mengalami
oksidasi didalam jaringan.

D. Deaminasi dan Eksresi Nitrogen


Bila asam amino tidak dibutuhkan lagi dalam darah maka asam amino akan mengalami
deaminasi oleh liver dan ginjal dengan merubah NH2 mnejadi NH3 dan asam keton. Asam
keton dipakai kembali menjadi sumber energi untuk membentuk glukosa.
E. Pembentukan Urea
Ammonia (NH3) dihasilkan dari proses deaminasi dan sifatnya sangat toksik terhadap
otak. Liver akan mendetoksifikasi NH3 dengan merubah menjadi urea dan dieksresikan
melalui ginjal.

Dalam siklus urea NH3 bergabung dengan karbondioksida menjadi urea.

F. Keseimbangan Nitrogen
Kesimbangan nitrogen dalam tubuh adalah jumlah yang masuk sama dengan jumah
yang keluar pada urine (NH3, urea, asam urat). Keseimbangan Nitrogen diatur oleh diet dan
hormon.
G. Kelainan Metabolisme Protein
Pada keadaan normal jumlah proein yang masuk kedalam tubuh sama dengan jumlah
protein yang dikeluarkan. Berat badan tetap seimbang. Ketidakseimbangan nitrogen
merupakan kelainan metabolisme protein. Ketidakseimbangan protein ini disebabkan karena
nitrogen yang masuk tidak sama dengan jumlah nitrogen yang keluar.
Positip balance atau intake lebih besar dari out put menyebabkan kenaikan berat badan,
karena kenaikan protein dalam jaringan. Distimuli oleh hormon anabolik. Ditemukan pada
masa pertumbuhan, masa penyembuhan dan kehamilan.
Negatip balance atau intake lebih kecil dari output. Kehilangan berat badan karena
pemecahan protein misal pada DM dan cushing’s syndrome. Kebocoran protein karena
gangguan fungsi ginjal misal pada syndroma nephrotik. Pada penyakit berat (kebutuhan
meningkat atau kerusakan sel) misalnya pada infeksi atau keganasan. Intake protein kurang
misalnya pada kelaparan.
H. Pemeriksaan Laboratorium
Untuk pemantauan fungsi metabolisme protein dapat dilakukan pemeriksaan sebagai
berikut :
1. Protein
Pemeriksaan protein total merupakan jumlah dari albumin ditambah globulin.
Pemeriksaan ini tidak perlu persiapan.
Metode pemeriksaan Biuret.
Sampel pemeriksaan serum atau plasma.
Indikasi pemeriksaan protein : penyakit liver, ginjal, Penyebab odema, keadaan
malnutrisi, malabsorbsi misalnya penyakit celiac, peradangan saluran pencernaan.
Biasanya menunjukkan kadar protein rendah.
Pada multiple myeloma biasanya kadar protein tinggi.
Umumnya pemeriksaan berupa ratio antara albumin/globulin.
Hasil normal >1
Ratio < 1 biasanya menunjukan cirhosis hepatis, auto immune, dsb.
Penggunaan torniquet yang terlalu lama dapat menyebabkan kerusakan jaringan
sehingga protein dalam sel keluar kedalam darah dan menyebabkan peningkatan
kadar protein dalam darah (Tinggi Palsu).

2. Albumin
Albummin terutama dibentuk oleh liver. Fungsi utama mempertahankan cairan
dalam pembuluh darah. Merupakan 50-60% dari total protein. Sebagai alat
pengangkut obat-obatan dan substansi lain didalam tubuh. Penting dalam
pertumbuhan jaringan.
Indikasi pemeriksaan albumin : skrining fungsi liver dan ginjal, untuk mengetahui
apakah diet kita cukup protein atau tidak dan mencari penyebab oedema.
Metode Bromocerol Green (BCG)
Sampel pemeriksaan serum atau plasma.

3. Globulin
Globulin terdiri dari beberapa fraksi seperti alpha, beta, gamma. Sebagian besar
dibentuk oleh liver. Berperan dalam sistem immune. BErikatan dengan heme,
transport besi. Fraksi globulin dapat dipisahkan dengan teknik elektroporesa.
Indikasi pemeriksaan globulin : pada kasus infeksi terutama infeksi virus, multiple
myeloma. Dengan elekrtroforesa protein umumnya berbentuk fraksa alfa, beta dan
gamma.
Konsentrasi globulin sama dengan protein total dikurangi albumin.
Globulin meningkat pada keadaan : penyakit hati, penyakit ginjal, malnutrisi, kasus
infeksi.
4. Elektroforesa Protein
Elektroforesa protein merupakan analisa komponen protein dengan metode gel
elektroporesa. Protein merupakan molekul amphoteric yang dapat mengangkut
muatan listrik (positif atau negatif) tergantung PH lingkungan.

Pemeriksaan protein spesifik dalam darah yaitu globulin. Serum darah diletakan pada
kertas khusus yang mengandung agar rose. Dialasi dengan kaca objek. Kemudian dialiri oleh arus
listrik dengan tujuan memisahkan komponen protein menjadi 5 fraksi yaitu albumin, α1 globulin,
α2 globulin, β globulin dan Ƴ globulin. Dilihat band yang terjadi dan dibandingkan dengan
standard dan baca dengan densitometer.
Interpretasi Hasil :
Kadar albumin menurun menunjukkan inflamasi berat, penyakit liver (hepatitis akut, cirrhosis
hepatis), penyakit ginjal (nephrotic syndrome).
Kadar albumin meningkat menunjukkan alkoholik berat, kehamilan dan pubertas.
Kadar Alpha 1 (anti Trypsin) menurun menunjukkan defisiensi protein misalnya syndroma
nephrotik.
Kadar Alpha 1 (anti Trypsin) meningkat menunjukkan cirrhosis hepatis, penyebaran cancer ke
liver.
Kadar Alpha 2 (makroglobulin, haptoglobin) menurun menunjukkan anemia hemolitik.
Kadar Alpha 2 (makroglobulin, haptoglobin) meningkat menunjukkan inflamasi, syndrome
nephrotik, cirrhosis hepatis, DM dan keganasan.
Kadar Beta Globulin (Transferin, beta lipoprotein) menurun menunjukkan anemia hemolitik.
Kadar Beta Globulin (Transferin, beta lipoprotein) meningkat menunjukkan anemia Fe defisiensi,
kehamilan dan terapi estrogen.
Kadar gamma Globulin (Immunoglobulin) meningkat menunjukkan cirrosis hepatis, infeksi
respirasi, penyakit kulit, rhematoid arthritis, SLE dsb.

Anda mungkin juga menyukai