Anda di halaman 1dari 4

DEFINISI DAN PENYEBAB HIPERALBUMINEMIA

DEFINISI
Albumin adalah protein terbanyak dalam serum (Yuliantini, 2013). Albumin
membentuk sekitar 60% protein plasma total. Sekitar 40% albumin terdapat dalam
plasma dan 60% terdapat dalam ruang ekstrasel. Hati menghasilkan sekitar 12 gram
albumin per hari, yaitu sekitar 25% dari semua sintesis protein oleh hati. Penurunan
relatif dini terhadap proses pembentukan protein terjadi pada kondisi-kondisi
malnutrisi protein (Susetyowati, 2006) .
Albumin terdiri dari satu rantai polipeptida dengan beberapa asam amino dan
mengandung 17 ikatan disulfida. Adanya protase berfungsi untuk membagi albumin
menjadi tiga domain yang memiliki fungsi yang berbeda-beda. Albumin memiliki
bentuk elips sehingga tidak meningkatkan vaskositas plasma sebanyak peningkatan
yang dilakukan oleh molekul panjang seperti filonirogen. Karena konsentrasinya yang
tinggi dan massa molekulnya yang relatif rendah, albumin diperkirakan menentukan
75-80% tekanan osmotik plasma manusia (Susetyowati,et al., 2017).
Kadar albumin serum ditentukan oleh fungsi laju sintesis, laju degradasi, dan
distribusi antara kompartemen intravaskular dan ekstravaskular. Cadangan total
albumin 3,5-5,0 g/kg BB atau 250-300 g pada orang dewasa sehat dengan berat 70 kg,
dari jumlah ini 42% berada di kompartemen plasma dan sisanya di dalam
kompartemen ektravaskular . Albumin manusia (human albumin) dibuat dari plasma
manusia yang diendapkan dengan alkohol. Albumin secara luas digunakan untuk
penggantian volume dan mengobati hypoalbuminemia (Putri,et al., 2016).

PENYEBAB
Kemungkinan penyebab protein darah tinggi termasuk :
1. Dehidrasi
Ini menyebabkan darah menebal, menyebabkan konsentrasi unsur-unsur. Hasil tes,
oleh karena itu akan menunjukan bahwa ada kadar globulin yang tinggi dalam darah,
sedangkan sebenarnya ini bukan masalahnya.
2. HIV/AIDS
Virus sel yang menyerang sel-sel kekebalan tubuh, membuatnya rentan terhadap
penyakit lain. Ini mengahasilkan globulin dalam serum yang tinggii, karena tubuh
mencoba mengompensasi dengan memproduksi lebih banyak ( sel imun juga dikenal
sebagai imunoglobulin ).
3. Gammopathy monoklonal
Gammopati monoklonal dengan nilai yang ditentukan ( MGUS ) adalah dimana
tubuh menghasilkan protein abnormal yang disebut protein monoklonal atau
monoklonal M. Meskipun protein ini abnomal, biasanya tidak menyebabkan masalah.
Namun, dalam beberapa kasus kondisi ini dapat berkembang selama bertahun-tahun
dan menghasilkan penyakit, termasuk kanker.
4. Mieloma multipel
Suatu kondisi dimana sel-sel myeloma (sel-sel plasma di dalam sumsum tulang yang
menghasilkan antibodi) menjadi sel kanker dan berkembang biak. Ini meningkatkan
jumlah sel plasma yang bermanifestasi sebagai kadar albumin yang tinggi dalam
darah.
5. Amiloidois
Kondisinya mirip dengan (MGUS) dimana protein abnormal yang disebut protein
amiloid diproduksi oleh sel-sel di sumsum tulang. Ini disimpan dalam organ berbeda
seperti jantung, ginjal, limpa, hati, sistem saraf dan saluran pencernaan.
Penyebab amiloidosis belum diketahui, tetapi dianggap sebagai kondisi yang sangat
jarang.

PATOFISIOLOGI
Patofisiologi hipoalbuminemia meliputi gangguan proses sintesis albumin di hepar
dan peningkatan proses katabolisme albumin. Sintesis albumin terjadi di dalam
hepatosit dan segera dikeluarkan ke intravaskular tanpa penyimpanan di hepar.
Albumin intravaskular akan di distribusi ke seluruh jaringan, di mana 30−40%
albumin dapat ditemukan di vaskular, otot, kulit, hepar, dan usus.
Albumin dapat masuk ke intravaskular melalui dua jalur, yaitu sistem kelenjar
limfatik di hepar ke dalam duktus torasikus dan sistem sinusoid. Albumin akan
mengalami penguraian di otot dan kulit sebesar 40−60%, di hepar sebesar 15%, di
ginjal sebesar 10%, dan 10% sisanya di dalam saluran cerna. Hasil akhir dari
degradasi albumin adalah asam amino bebas.

Gambar 1. Faktor penyebab penurunan konsentrasi albumin (Sumber: dr.Eva


Naomi, 2021)

Penurunan Sintesis dan Peningkatan Katabolisme Albumin 

Penurunan sintesis albumin disebabkan adanya gangguan pada hepatosit, seperti


inflamasi yang bersifat akut maupun kronis (sirosis hepatis). Penurunan produksi
albumin juga dapat ditemui pada kondisi diet rendah protein dan kalori normal.
Penurunan laju sintesis albumin dapat disertai dengan peningkatan laju katabolisme.
[8]
Mekanisme peningkatan katabolisme albumin belum dapat dijelaskan sepenuhnya,
tetapi beberapa studi menyatakan sekitar 60% proses katabolisme terjadi di kulit, otot,
dan fibroblas. Katabolisme merupakan proses penguraian molekul yang berukuran
besar dan kompleks menjadi bentuk yang lebih sederhana dan dapat digunakan
menjadi energi. Ketidakseimbangan antara sintesis albumin dengan klirens albumin di
ginjal dan traktus gastrointestinal serta proses katabolisme dapat menyebabkan
hipoalbuminemia.[8]

Inflamasi dan Peningkatan Permeabilitas Vaskular 

Hipoalbuminemia sering dihubungkan dengan kondisi inflamasi. Respon inflamasi


akan menghasilkan sitokin berupa mediator peradangan. Mekanisme respon inflamasi
juga akan menstimulasi percepatan proliferasi sel dan deposisi matriks sel
melalui growth factor yang diinduksi oleh vascular endothelial growth factor (VEGF).
VEGF dapat meningkatkan permeabilitas vaskular dan kapiler sehingga terjadi
peningkatan pengeluaran serum albumin ke ruang interstisial serta menyebabkan
peningkatan volume distribusi albumin.[6,8]

Penurunan kadar serum albumin dalam keadaan inflamasi akut juga disebabkan
karena albumin merupakan protein reaktan fase akut.[9]

Efek Hiperkoagulabilitas terhadap Hipoalbuminemia 

Efek hiperkoagulabilitas terhadap hipoalbuminemia dapat dijelaskan melalui peran


albumin sebagai antikoagulan dengan menghambat proliferasi fibrin dan agregasi
platelet. Beberapa studi telah membuktikan pemberian infus albumin dapat
menghambat trombosit. Albumin juga berperan seperti heparin melalui mekanisme 
peningkatan efek antitrombin III.[10]

Tabel 1. Patofisiologi Hipoalbuminemia Berdasarkan Penyakit Penyebab[6]

Anda mungkin juga menyukai