JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2020
i
PENGARUH ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR
(OCB), JOB SATISFACTION, DAN AFFECTIVE
COMMITMENT TERHADAP TURNOVER INTENTION
KARYAWAN PT. SUZUKI FINANCE
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2020
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL LUAR i
SAMPUL DALAM II
DAFTAR ISI III
DAFTAR TABEL V
DAFTAR GAMBAR VI
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH PENELITAN 1
1.2 RUMUSAN MASALAH PENELITIAN 3
1.3 TUJUAN PENELITIAN 4
1.4 MANFAAT PENELITIAN 4
1.4.1 Secara Praktis 4
1.4.2 Secara Akademik 4
BAB II 5
TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 KAJIAN TEORITIK 5
2.1. Turnover Intention (Niat Berpindah) 5
2.1.2 Organizational Citizenship Behavior (OCB) 8
2.1.3 Job Satisfaction ( Kepuasan Kerja) 11
2.1.4 Affective Commitment (Komitmen Afektif) 13
2.2 KAJIAN EMPIRIK 14
2.2.1 Harif Amali Rifai (2005) 14
2.2.2 A’yuninnisa, Rizqi N. (2015) 15
2.2.3 Gusti Putu Evan Berta Manuel, Agoes Ganesha Rahyuda (2015) 16
2.2.4 Tiara Dean Risa1, Debora E. Purba (2019) 16
2.2.5 Supriadi, et. al. (2019) 17
2.2.6 Pandu Satrio Wibowo (2015) 17
2.2.7 Saoula et. al. (2019) 18
2.2.8 B achruddin Saleh Luturlean, Arif Partono Prasetio (2019) 19
2.2.9 I Wayan Suana et al (2020) 19
2.2.10 Kuswanto et al (2018) 20
2.2.11 Farlianto (2014) 21
2.2.12 Budi Artiningrum, Aryana Satrya (2015) 21
2.2.13 Ni Made Tiya Jumani Monica, Made Surya Putra (2017) 22
2.2.14 Rita Andini (2006) 23
2.2.15 Rindi Sari (2014) 24
iii
iv
BAB III 41
METODE PENELITIAN 41
3.1 PENDEKATAN PENELITIAN 41
3.2 POPULASI, BESARAN SAMPEL, DAN TEKNIK SAMPLING 41
3.3 DATA DAN SUMBER 41
3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA 42
3.5 DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL 42
3.5.1 Organizational citizenship behavior (ocb) 42
3.5.2 Job satisfaction (kepuasan kerja) 43
3.5.3 Affective commitment (komitmen afektif) 44
3.5.4 Turnover intention (niat berpindah) 44
3.6P ENGUJIAN INSTRUMEN PENELITIAN 45
3.6.1 uji validitas 45
3.6.2 uji reliabilitas 46
3.7TE KNIK ANALISIS 46
DAFTAR PUSTAKA 48
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Sumber daya manusia sebagai salah satu elemen utama dari perusahaan
merupakan hal yang sangat penting karena faktor manusia sangat berperan dalam
mencapai tujuan organisasi. Sumber daya manusia tidak saja membantu organisasi
dalam mencapai tujuannya tetapi juga membantu menentukan apa yang benar-
benar dapat dicapai dengan sumber daya yang tersedia. Perusahaan yang memiliki
sumber daya manusia yang baik adalah sebagai modal agar dapat bersaing dengan
perusahaan lain yang lebih maju. Kompetisi antar perusahaan semakin ketat,
karena perusahaan tidak hanya dihadapkan pada persaingan dalam negeri, tetapi
juga luar negeri. Menghadapi situasi dan kondisi tersebut, perusahaan harus
Sumber Daya Manusia (SDM). Organisasi yang memiliki SDM yang baik akan
2002).
sebagai keinginan seseorang untuk tetap tinggal atau pindah dari organisasinya
(Lum et al., 1998). Turnover intention juga didefinisikan sebagai faktor yang
memediasi keinginan dan tindakan berhenti dari organisasi itu sendiri (Glissmeyer
et. al., 2008). Turnover intention menjadi masalah yang cukup serius didalam
1
2
akan mengeluarkan kembali biaya untuk proses rekruitmen dan pelatihan. George
dan Jones (2007:11) menyebutkan kerugian dari turnover yang terjadi selain akan
kerja yang lebih dekat dengan karyawannya yang berimplikasi pada memberikan
lebih terikat pada organisasi (Chen et al., 1998); karenanya, tingkat turnover yang
oleh anggota organisasi yang dapat dilihat berdasarkan loyalitas, dan fokus
terhadap tujuan yang ditetapkan oleh organisasi (Crow et al., 2012). Kepuasan
kerja juga memiliki hubungan dengan turnover intention. Ketika kepuasan kerja
cenderung tinggi dan pada akhirnya akan memiliki efek pada kinerja dari
perusahaan itu sendiri (Kasimati, 2011; Ejaz, 2008). Kepuasan kerja menjadi
prediktor yang tepat untuk mengukur turnover intention karyawan dan kepuasan
3
kerja selalu memiliki pengaruh negatif terhadap turnover intention dari karyawan
(Chen, 2006; Yucel, 2012; Faisal et al., 2012). Komitmen afektif biasanya
Intention”. Turnover dipilih karena adanya tingkat turnover yang tinggi dapat
Intention. Secara spesifik, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Suzuki Finance?
sebagai berikut:
Intention
Affective Commitment
Intention
Turnover Intention yang lebih komprehensif dengan objek yang lebih luas.
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi
TINJAUAN PUSTAKA
merupakan sinyal awal dari turnover karyawan aktual dalam organisasi (Mobley,
2011; Purba, Oostrom, Born, & Van der Molen, 2016). Tett dan Meyer (1993)
organisasi, yang mencakup pemikiran atau gagasan untuk pergi, perilaku mencari
262). Ongori (2007) berpendapat bahwa setiap rencana oleh karyawan untuk
diartikan sebagai kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti bekerja dari
pekerjaannya secara sukarela atau pindah dari satu tempat kerja ke tempat kerja
yang lain menurut pilihannya sendiri (Mobley, 1986). Turnover mengarah pada
5
6
seberapa menarik pekerjaan yang ada saat ini, dan tersedianya alternatif
pekerjaan lain.
al., 1998)
rekruitmen dan pelatihan. George dan Jones (2007:11) menyebutkan kerugian dari
turnover yang terjadi selain akan membuat peningkatan biaya, manajer akan sulit
untuk menciptakan hubungan kerja yang lebih dekat dengan karyawannya yang
karyawan, menjadi minat utama para profesional, akademisi, praktisi dan manajer
organisasi yang telah menghabiskan cukup banyak perhatian untuk itu (Abid &
7
Butt, 2017; Muqadas, Rehman, & Aslam , 2017; Sumaira Khalid et al., 2018; Ton
dan kecenderungan karyawan untuk lebih terikat pada organisasi (Chen et al.,
1998); karenanya, tingkat niat turnover yang rendah. Saifudin, Ishfaq dan Adeel
keengganan karyawan untuk menjadi bagian dari organisasi dan semakin tinggi
masa kerja, biaya pelatihan dan peningkatan kepuasan kerja. Karyawan yang tidak
2013).
kepuasan kerja tidak terpenuhi, Hal ini menyebabkan masalah yang serius ketika
tinggi dan pada akhirnya akan memiliki efek kepada kinerja dari perusahaan itu
sendiri (Kasimati, 2011; Ejaz, 2008). Kepuasan kerja menjadi prediktor yang tepat
untuk mengukur turnover intention karyawan dan kepuasan kerja selalu memiliki
8
pengaruh negatif terhadap turnover intention dari karyawan (Chen, 2006; Yucel,
mengikat, tidak berkaitan dengan sistem reward formal organisasi, dan secara
dapat melampaui indikator kinerja yang dibutuhkan oleh sebuah organisasi serta
kesejahteraan rekan kerja, kelompok kerja, dan perusahaan (Lovell, Kahn, Anton,
Dimensi OCB
(kepatuhan umum),dimana karyawan akan melakukan apa yang harus lakukan dan
Penelitian dari Organ ini merupakan salah satu penelitian yang dilakukan oleh
para peneliti yang mempelajari dan menguji OCB pada pekerja dalam sebuah
positif antara OCB dengan aspek-aspek pekerjaan lainnya, seperti job satisfaction
9
dan job characteristic. Karyawan yang sudah merasa puas dengan pekerjaannya
mempunyai potensi yang lebih besar untuk menunjukkan OCB. Hal tersebut
disebabkan oleh kepuasan dan rasa nyaman yang sudah diperoleh dalam
Behavior meliputi :
Pertama, dimensi altruism yaitu tindakan suka rela yang dilakukan oleh
seseorang atau pun kelompok orang untuk menolong orang lain tanpa
perbuatan baik (Sears et al, Irfa 2012). Sedangkan menurut Walstern dan Piliavin
menolong yang timbul bukan karena adanya tekanan atau kewajiban, melainkan
bersifat suka rela dan tidak berdasarkan normanorma tertentu. Refleks menolong
akan muncul apabila individu yang altruistif melihat seseorang yang perlu untuk
dibantu, baik orang yang sudah dikenal maupun orang asing yang belum dikenal
(stranger). Ciri-ciri lain dari perilaku ini adalah ketika seseorang melakukan
dan mendengarkan kata hati. Big Five Teori memaparkan individu yang
mempunyai skor tinggi pada traits conscientiousness memiliki kontrol diri yang
menerima dan mematuhi aturan dan prosedur yang ada di dalam perusahaan. Bila
dilihat dari konteks sebuah perusahaan dengan adanya perilaku ini akan sangat
memiliki sikap yang lebih baik daripada rekan-rekan kerjanya yang lain yaitu
ditunjukkan dengan ketaatan pada regulasi dan prosedur perusahaan yang lebih
baik.
yang bertujuan untuk mencegah munculnya masalah. Secara arti kata courtesy
dapat diartikan dengan sikap sopan dan mempertimbangkan orang lain. Contoh
tindakan Courtesy dalam dunia kerja antara lain menawari teman kerja untuk
makan bersama, apabila sedang memiliki tugas yang sama selalu mengingatkan
teman kerjanya agar tidak lupa atau mungkin menawarinya untuk saling sharing
sikap sportsmanship yang tinggi akan sangat memperhatikan hal-hal detail dalam
pekerjaannya, melakukan pekerjaan dengan fair dan tidak banyak mengeluh serta
sikap ini tentunya akan sangat menguntungkan karena para pekerja akan dengan
terlihat bila perusahaan mengeluarkan kebijakan baru mengenai suatu hal, pekerja
akan muncul.
11
secara penuh (self involvement) dan lebih perhatian terhadap perusahaan. Individu
perusahaannya. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan selalu berperan aktif dalam
semua kegiatan yang ada dalam perusahaan, seperti training pegawai, workshop,
dan lain sebagainya. Selain itu juga selalu memperhatikan informasi penting baik
dari luar ataupun dari dalam perusahaan yang dapat bermanfaat bagi
perusahaannya.
kepuasan hidup karena sebagian besar waktu manusia dihabiskan di tempat kerja.
menyenangkan atau secara emosional positif yang berasal dari penilaian seseorang
organisasi;
kepuasan
Promosi akan selalu diikuti oleh tugas, tanggung jawab dan wewenang
13
rekan kerja.
Terakhir, komitmen kelanjutan adalah kesadaran akan biaya yang terkait dengan
organisasi, lebih cenderung untuk tetap di organisasi dan tidak memiliki niat
untuk pergi (Steers & Porter, 1983; Meyer & Allen, 1991).
loyalitas serta afeksi positif terhadap organisasi. Selain itu, tampak tingkah laku
berusaha ke arah tujuan organisasi dan keinginan untuk tetap bergabung dengan
turnover yang rendah dan tingkat ketidakhadiran yang rendah. Selain itu,
komitmen karyawan juga berhubungan dengan hasil lain yang diinginkan, seperti
persepsi iklim organisasi, yaitu organisasi yang hangat dan mendukung dan
Secara empiris dalam studi ini mengacu pada beberapa hasil studi
kebanyakan dari mereka tidak secara spesifik menjelaskan jenis komitmen yang
dan keadilan prosedural sebagai anteseden kepuasan kerja dan kepuasan kerja
komitmen afektif. Analisis SEM dari data survei dari 383 perawat yang bekerja
untuk rumah sakit swasta di Indonesia mendukung bahwa model teoritis telah
signifikan antara keadilan prosedural dan keadilan distributif dan kepuasan kerja.
signifikan OCB
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek langsung dan tidak langsung
komitmen afektif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah versi
Indonesia dari Pay Satisfaction Questionnaire (Heneman & Schwab, 1985), Skala
Komitmen Afektif (Allen & Meyer, 1990), dan Turnover Intention Scale, yang
Data 150 responden yang terlibat dianalisis menggunakan analisis jalur dengan
signifikan diprediksi oleh kepuasan pembayaran (γ1 = -.19, p <.05) dan komitmen
oleh kepuasan membayar (γ2 = .32, p <.05). Model ini mendukung mediasi parsial
dan ada pengaruh langsung dan tidak langsung dari kepuasan pembayaran
16
2.2.3 Gusti Putu Evan Berta Manuel, Agoes Ganesha Rahyuda (2015)
Teknik analisis yang digunakan di dalam penelitian ini adalah menggunakan Path
antara hubungan kepuasan kerja dengan turnover intention dengan peran mediasi
warga organisasi (OCB) dalam hubungan antara kepuasan kerja & niat turnover.
kepuasan kerja yang tinggi, ditunjukkan oleh emosi positif terhadap aspek
pekerjaan, akan menunjukkan OCB tingkat tinggi dengan membantu rekan kerja
17
dan organisasi mereka, dan pada gilirannya menunjukkan niat turnover yang
rendah. Data diambil dari guru di Sekolah Internasional di Jakarta (N = 80). Hasil
antara kepuasan kerja dan intensi turnover, yang menunjukkan bahwa semua
struktural dengan analisis struktur sesaat (Amos) 23. Pentingnya penelitian ini
karena dapat memiliki implikasi besar dalam berkontribusi pada pola penelitian
baru dan memberikan input untuk pengusaha. Hasil penelitian ini menunjukkan
citizenship behavior (OCB) (X2) terhadap turnover intention (Y) pada karyawan
divisi produksi sektor manufaktur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
ini melibatkan 50 karyawan divisi produksi PT. Laju Usaha Gemilang. Subjek
diminta untuk mengisi skala turnover intention, skala kepuasan kerja, dan skala
18
menggunakan uji regresi linier berganda didapatkan hasil berupa nilai t hitung
pada X1 sebesar -4.392 dan nilai Sig. 0.000<0.05, yang berarti ada pengaruh
negatif dan signifikan antara X1 terhadap Y. Nilai t hitung pada X2 sebesar -0.909
dan nilai Sig. 0.368>0.05, yang berarti tidak ada pengaruh antara X2 terhadap Y.
Sementara itu, didapatkan hasil berupa nilai F hitung sebesar 9.826, nilai Sig.
0.000<0.05, dan R Square 0.295 atau 29.5%, yang berarti ada pengaruh antara X1
perusahaan saat ini memberikan banyak upaya dan memanfaatkan sumber daya
karena itu, sangat penting untuk menyerukan penelitian lebih lanjut untuk
banyak sektor. Oleh karena itu, dorongan dari makalah ini adalah untuk menguji
niat turnover (TI). Akibatnya, penelitian ini mengusulkan kerangka kerja untuk
langsung antara variabel telah dibahas. Oleh karena itu makalah ini diharapkan
19
komitmen afektif secara langsung dan tidak langsung melalui mediasi kepuasan
emosional ini diyakini memiliki dampak positif pada kinerja organisasi. Studi saat
ini meneliti 428 peserta dari berbagai industri di Indonesia. Menggunakan analisis
yang sangat kecil pada kepuasan kerja. Kepuasan kerja berpengaruh positif
kerja. Kontribusi dari makalah ini adalah untuk memberikan analisis yang lebih
luas mengenai stres dan sikap kerja untuk meningkatkan kebijakan organisasi
PT. Kwalita Bali Kabupaten Gianyar. Jumlah responden pada penelitaian ini
adalah sebanyak 35 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
20
indikator dan empat variabel penelitian penelitian dan teknik analisis data yang
digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil
turnover intention artinya semakin tinggi tingkat kepuasan kerja karyawan maka
positif terhadap turnover intention artinya semakin tinggi tingkat stres yang
dimana semakin baik dan nyaman lingkungan kerja maka tingkat turnover
perlunya untuk lebih lanjut ditelusuri mengenai kondisi tersebut dan melihat
apakah hal itu dipengaruhi oleh kohesivitas karyawan dan kepuasan kerja.
kerja. Dalam hal ini kohesivitas memegang peranan penting dalam meningkatkan
21
negatif yang signifikan terhadap niat berpindah. Hal ini menunjukkan bahwa
dan ketidakpastian terhadap kondisi pekerjaan dan kenaikan biaya sumber daya
dan program pelatihan yang baru dibangun. Omset tinggi, di samping itu, juga
kepuasan pembayaran, kerja shift malam, dan bekerja terhadap intensi turnover.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 76 call center karyawan PT
gaji berpengaruh negatif terhadap intensi turnover, kerja shift malam berpengaruh
negatif terhadap kepuasan kerja, kerja shift malam berpengaruh positif terhadap
intensi turnover, kepuasan kerja berpengaruh negatif terhadap intensi turnover dan
22
pekerjaan kepuasan sebagian memediasi antara kerja shift malam pada niat
turnover.
gaji dan intensi turnover. Dengan demikian, penelitian ini mampu membuktikan
bahwa perusahaan yang memiliki manajemen karir yang baik tentu dapat
mendorong karyawan untuk tetap, fenomena perang untuk bakat adalah salah satu
intention. Penelitian dilakukan pada dua hotel di Desa Mas, Kecamatan Ubud,
Kabupaten Gianyar, Bali yaitu Hotel Taman Harum dan Hotel Bali Spirit. Jumlah
indikator. Teknik analisis data adalah analisis regresi linier berganda. Hasil
(uncertainity) terhadap kondisi tenaga kerja dan peningkatan biaya sumber daya
manusia yakni yang berupa biaya pelatihan yang sudah diinvestasikan pada
karyawan sampai biaya rekrutmen dan pelatihan kembali. Turnover yang tinggi
Kerja dan Komitmen Organisasi baik secara parsial maupun simultan terhadap
ini adalah penelitian populasi dengan jumlah responden sebanyak 130 karyawan.
dari hasil β = -0,329 (**p<0.01; p=0,000), dengan ∆R2 stres kerja terhadap
Intention sebesar 0,041. 4) Kepuasan kerja, stres kerja dan komitmen organisasi
25
kerja, stres kerja dan komitmen organisasi terhadap turnover intention sebesar
0,133.
Menurut Harrison, Newman, dan Roth (2006), OCB dapat diamati sebagai
salah satu tahap utama dari proses penarikan. Proses ini mencakup berbagai
karena itu OCB dianggap sebagai salah satu perilaku yang terkait dengan proses
berhenti (Berry, Lelchook, & Clark, 2012). Menurut temuan dari studi
diskresioner (sukarela) yang tidak secara resmi diakui sebagai kontribusi bernilai
tinggi pada efektivitas fungsi organisasi yang efisien dan efektif adalah
belakang karyawan untuk terus bekerja secara sukarela. Karyawan yang memiliki
dalam pekerjaan mereka akan melaksanakan tujuan pribadi mereka selaras dengan
tujuan perusahaan. Dengan demikian perilaku ini akan bermanfaat bagi diri
mereka sendiri dan perusahaan. Sudah saatnya bagi pengusahan untuk melakukan
pergantian.
Selain itu juga Hullin et.al (1985) mengakui bahwa alternatif pekerjaan
dan kepuasan kerja dapat memiliki pengaruh yang substansial pada keinginan
meninggalkan pekerjaannya (Price dan Muller, 1981 ; pada William dan Hazer,
alternatif dan panjangnya masa kerja dalam organisasi itu sebenarnya merupakan
Amali Rivai, 2001). Pada level individual, kepuasan seseorang terhadap suatu
kesempatan kerja alternatif, dan panjangnya masa kerja merupakan kendala yang
penting untuk meninggalkan pekerjaan yang ada (Robbins, 2001). Kepuasan kerja
yang diperoleh dari pengalaman kerja, yang berkenaan dengan individu, bukan
kelompok dan menyangkut masa lalu, bukan masa yang akan datang. Pekerja
yang dapat mengganggu kinerja organisasi: turnover yang tinggi, tingkat absensi
yang tinggi, kelambanan dalam bekerja, keluhan atau bahkan mogok kerja. Mathis
itu, hal ini dibuktikan pada penelitian Lum et al., (1998); Johson (1987); Yuyetta
Intention
28
Affective Commitment
identifikasi, dan internalisasi) dan OCB yang melaporkan sendiri. Studi ini
afektif, adalah prediktor signifikan dari laporan diri OCB. Dapat dikatakan bahwa
dari identifikasi individu dengan dan keterlibatan dalam organisasi' (Mowdayet al.
1979: 226). Wiener (1982) mencatat bahwa komitmen dapat berfungsi sebagai
komitmen kuat tetap menunjukkan perilaku inovatif dan spontan yang berada di
keterikatan individu terhadap suatu organisasi (Meyer dan Allen 1984). Dyne dan
mungkin.
terhadap dukungan yang mereka terima dari organisasi mereka. Ketika individu
merasa diperlakukan dengan baik oleh organisasi mereka, mereka membalas dan
serta organisasi (Konovsky dan Pugh 1994; Organ 1988). Dengan demikian,
sebagai anteseden OCB. Shore dan Wayne (1993) mencatat bahwa ada hubungan
antara komitmen afektif dan peringkat pengawas OCB. Temuan serupa juga
tidak terkait dengan perilaku itu. Seseorang ingin membantu orang lain dengan
organisasi tugas atau masalah yang relevan secara nasional karena tindakan
O'Reilly dan Chatman (1986) mencatat bahwa ada hubungan positif antara
identifikasi, dan internalisasi dan OCB. Dengan demikian, komitmen afektif dapat
Angle dan Perry (1981) dan William dan Hazer (1986) mengemukakan
bahwa kepuasan kerja adalah penentu komitmen yang didasarkan pada pertukaran
sumber daya antara individu dan organisasi. Lum et al. (1998) berpendapat bahwa
faktor terkait peran), masih belum ada hubungan yang jelas yang dapat
yang tidak jelas antara sikap dan perilaku dari waktu ke waktu. Porter dkk. (1974)
evaluatif terkait tetapi lebih global antara karyawan dan organisasi yang
dari sikap dan perilaku. Sikap dan perilaku ini akan berkembang pada pekerjaan
al. 1974). DeCotiis dan Summers (1987) menyatakan pandangan yang sama
adalah sementara itu kepuasan dan komitmen masing-masing adalah fungsi dari
individu (DeCotiis dan Summers 1987). Sebagai contoh, seorang karyawan yang
sehubungan dengan kenaikan gaji yang mereka terima tidak memadai. Meskipun
mendapatkan banyak perhatian dalam penelitian perilaku (Allen dan Meyer 1990).
Selain itu, komitmen semacam ini didasarkan pada keterikatan psikologis, oleh
karena itu, lebih tepat dimasukkan untuk menyelidiki model terintegrasi yang
bermanfaat. Analisis Meta dari Mathieu dan Zajac (1990) menemukan bahwa
komitmen afektif cenderung rendah di antara karyawan yang tidak yakin tentang
apa yang diharapkan dari mereka atau yang diharapkan berperilaku dengan cara
yang tampaknya tidak sesuai dengan nilai-nilai organisasi. Dapat dikatakan bahwa
komitmen afektif yang lemah cenderung mengalami stres dan merasa tidak senang
ketika perubahan organisasi terjadi (Begley dan Czajka 1993). Dapat dikatakan
komitmen afektif yang kuat akan dapat memperkuat sikap mereka terhadap hasil
Kualitas pekerjaan yang dipilih lebih tinggi bagi mereka yang membuat pilihan
mereka secara bebas daripada mereka yang lebih dibatasi oleh faktor lain (Meyer
komitmen afektif menunjukkan korelasi rata-rata 0,39 (Wanous et al. 1992). Oleh
informasi yang akurat yang mencerminkan kondisi nyata dari pekerjaan (Wanous
et al. 1992), pada gilirannya, mengarah pada komitmen afektif yang tinggi.
Affective Commitment
Terakhir, komitmen kelanjutan adalah kesadaran akan biaya yang terkait dengan
organisasi, lebih cenderung untuk tetap di organisasi dan tidak memiliki niat
untuk pergi (Steers & Porter, 1983; Meyer & Allen, 1991).
membedakan antara orang yang menginap dan yang keluar. Mueller dan Price
psikologis, dan sosial. Salah satu variabel yang disebutkan sebagai faktor yang
Sebuah studi meta-analisis yang dilakukan oleh Meyer, Stanley, Herscovitch, dan
niat berpindah.
Skala Komitmen Afektif sebagai yang tertinggi (ρ = -.59), relatif terhadap Skala
X1
OCB Y
Affective X3 Turnover
X2 Commitment Intention
Job Satisfaction
Gambar 2.1 menunjukan bahwa variabel OCB (X1), Job satisfaction (X2), dan
(Y)
35
Ta
be
l
2.
1
–
Pe
ne
liti Nama Metode
Judul Tujuan Hasil Peneliti
an Peneliti/Tahun Penelitian
te
rd
ah
ul
u
N
o
1 Harif Amali Rifai A Test of The Penelitian ini SEM Temuan utama d
(2005) Relationship bertujuan untuk penelitian ini ada
Among menguji model a. Keadilan
Perceptions of yang Prosedural dan
Justice Job mengidentifikas Distributif yang
Satisfaction i dampak dari memiliki efek po
Affective keadilan terhadap kepuasa
Commitment and kepuasan kerja kerja, b. Kepuasa
Organizational dan OCB Kerja berpengaru
Citizenship positif kuat terha
Behavior komitmen afektif
Komitmen afekti
memiliki efek
langsung terhada
OCB
36
terhadap
Turnover
BAB III
METODE PENELITIAN
untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel atau lebih (Umar, 2005).
data yang akan digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel dinyatakan
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan yang bekerja pada PT.
anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi itu. Pada studi ini, besaran sampel ditetapkan
sebanyak 50 responden
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang
diperoleh sacara resmi oleh instansi yang berkompeten. Dalam penelitian ini data
41
kuisioner mengenai penelitian ini. Data sekunder dari PT. Suzuki Finance
Indonesia
landasan teori yaitu kepuasan kerja, stres kerja, komitmen organisasi dan turnover
2006: 251), pengertian dari OCB meliputi 5 kategori mayor sikap yang dimiliki
minimal di dalam organisasi dengan tetap hadir, taat pada ketentuan dan
emosi yang senang atau emosi yang positif yang berasal dari penilaian kerja atau
2. Gaji, sejumlah upah yang diterima dan tingkat dimana hal ini bisa
dukungan perilaku.
43
4. Rekan kerja, tingkat di mana rekan kerja pandai secara teknis dan
menjadi tiga komponen model, dan salah satu dari dimensi tersebut akan
dibahas dalam penelitian ini adalah dalam konteks model sukarela (voluntary
turnover), Variabel intensi keluar diukur dengan tiga item yang rnenggali
bekerja sekarang.
atau uji instrumen penelitian. Dalam studi ini adalah uji validitas item, yaitu
skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir
(Sugiyono, 2002:124). Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat
mengukur apa yang akan diukur (Husein, 2002:103). Formulasi koefisien yang
item maka nilai r adalah lebih besar dari 0,3. Dengan demikian maka pertanyaan
r xy =N ∑ xy−¿ ¿ ¿ ¿ (1)
Dimana :
2
- (∑ x ) = Jumlah nilai X kemudian dikuadratkan
2
- (∑ y ) = Jumlah nilai Y kemudian dikuadratkan
Uji Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat
pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Untuk menguji tingkat realibilitas
dikatakan baik bila koefisien bernilai antara 0,6 sampai 1,0 (Husein, 2002:113).
Reliabilitas yang kurang dari 0,6 dipertimbangkan kurang baik, sedangkan 0,7
berikut :
2
n ∑ σt
( )(
r 11 =
n−1
1−
σ t2 ) (2)
Dimana :
- σ t 2 = Varians total
46
Data yang diperoleh dari responden yaitu karyawan PT. Suzuki Finance
Analisis regresi merupakan salah satu teknik analisis data dalam statistika yang
Dimana :
- Y = Variabel terikat
- α = Konstanta
- X = Variabel bebas
- e = Eror
47
DAFTAR PUSTAKA
A’yuninnisa, Rizqi Nur’aini, and Ridwan Saptoto. 2015. “The Effects of Pay
Satisfaction and Affective Commitment on Turnover Intention.”
International Journal of Research Studies in Psychology 4(2): 57–70.
Evan Berta Manuel, Gusti, and Agoes Ganesha Rahyuda. 2015. “Pengaruh
Kepuasan Kerja, Komitmen Afektif, Komitmen Kalkulatif, Dan Komitmen
Normatif Terhadap Turnover Intention Di Ayodya Resort Bali.” E-Jurnal
Manajemen Universitas Udayana 4(8): 2243–68.
Luh, Ni, and Ketut Sri. 2018. “Citizenship Behavior Pada Karyawan.”
(September): 5–6.
Monica, Ni Made Tiya Jumani, and Made Putra Surya. 2017. “KEPUASAN
KERJA TERHADAP TURNOVER INTENTION Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Universitas Udayana , Bali , Indonesia Menurut Waspodo , Dkk .
( 2013 ), Tingginya Tingkat Turnover Intention Telah Menjadi Masalah Bagi
Banyak Perusahaan , Dimana Dampak Negatif Yang.” 6(3): 1644–73.
49
Pivi, Fazi Gisele, and Zubair Hassan. 2015. “The Impact of Organizational
Citizenship Behaviour on Employee’s Job Satisfaction, Commitment and
Turnover Intention in Dining Restaurants Malaysia.” International Journal
of Accounting and Business Management 4(2): 108–25.
Putri, Novia Annisa, Nurmala Katrina Pandjaitan, and Sadikin Kuswanto. 2018.
“Pengaruh Kohesivitas Dan Kepuasan Kerja Terhadap Turnover Intention
Karyawan The Effect of Cohesiveness and Job Satisfaction on Employees
Turnover Intention.” 9(1): 35–44.
Supriadi, Yudi Nur, Eeng Ahman, Lili Adi Wibowo, and Chairul Furqon. 2019.
“Organizational Citizenship Behavior Model for Turnover Intention
Management.” International Journal of Recent Technology and Engineering
8(2 Special Issue): 340–47.