Anda di halaman 1dari 48

 

Kajian Pemberian Tambahan Penghasilan Pegawai 
(TPP) di Pemerintah Kota Cimahi 
Kerjasama Antara : 

   

Universitas Padjadjaran  Pemerintah Kota Cimahi 

DESEMBER  2014 
Tim Peneliti

Ketua :

Sintaningrum

Anggota :

Heru Nurasa

Enjat Munadjat
KATA PENGANTAR 
 
 
Dengan memanjatkan puji syukur bagi Allah SWT, karena dengan rahmat serta
karunia-Nya, kami dapat menyelasaikan dokumen tentang Kajian Pemberian
Tambahan Pengahasilan Pegawai (TPP) di lingkungan Pemerintah Kota Cimahi.
Dokumen kajian TPP ini berhasil disusun setelah melalui beberapa tahapan proses
penyusunan; pada tahap awal dibuat kesepakatan/komitmen, yang dilanjutkan dengan
penggalian data primer dan sekunder. Selanjutnya berdasarkan data dan informasi
yang tersedia dibuat perancangan formula TPP dengan mengacu kepada peraturan
perundangan yang berlaku, antara lain terkait dengan Reformasi Birokrasi, UU
Aparatur Sipil Negara, Permenpan nomor 63 tahun 2011 dan peraturak Kepala BKN
nomor 1 tahun 2013 tentang ketentuan pelaksanaan PP nomor 46 tahun 2011 tentang
Penilaian Prestasi Kerja PNS. Rancangan formula TPP, kemudian, dimatangkan
dalam focus group discussion (FGD) bersama pihak-pihak terkait di lingkungan
Pemerintah Kota Cimahi.

Tim Penyusun telah berusaha mengakomodir berbagai masukan dan kritikan yang
disampaikan para pihak selama proses penyusunan dokumen TPP Kota Cimahi.
Laporan ini berisi 5 bab, yaitu:
! Bab I : Pendahuluan
! Bab II : Tinjauan Pustaka
! Bab III : Metodologi
! Bab IV : Analisa dan Pembahasan
! Bab V : Kesimpulan

Kami memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas semua kritik, saran dan
masukan dari semua pihak, sehingga penyusunan dokumen naskah akademik TPP
Kota Cimahi dapat terselenggara dengan baik. Kami dari Tim Studi LPPM
Universitas Padjadjaran mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kota Cimahi
atas kepercayaan yang diberikan. Mudah-mudahan kegiatan ini memberikan manfaat
bagi peningkatan kinerja kota Cimahi dalam melayani warganya. Amin.

Bandung, Desember 2014


Atas Nama Tim Ahli LPPM Unpad

Dr. Sintaningrum, MT
Dr. Heru Nurasa
M.D. Enjat Munajat
   

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  ii 
CIMAHI 
 
DAFTAR ISI 
 

DAFTAR ISI  III 

DAFTAR GAMBAR  V 

DAFTAR TABEL  V 

BAB 1  PENDAHULUAN  1 

1.1  Latar Belakang  1 

1.2  Rumusan Masalah  4 

1.3  Dasar Hukum  5 

1.4  Maksud dan Tujuan  7 

1.5  Output Kajian  7 

BAB 2  . TINJAUAN PUSTAKA  8 

2.1  Pengertian Remunerasi  8 

2.2  Manajemen Kinerja  13 

2.3  Prinsip Dasar dalam Pemberian Insentif  15 

2.4  Metode Perhitungan Insentif  16 

2.5  Prinsip Sistem Tunjangan Kinerja Daerah  17 

2.6  Asumsi dasar sistem  17 

BAB 3  . METODOLOGI  22 

3.1  Metodologi  22 


3.1.1  Tahap Persiapan  22 
3.1.2  Tahap Survey, Pengumpulan dan Pengolahan Data  22 
3.1.3  Tahap Analisis dan Desain  23 
3.1.4  Tahap Penyusunan Laporan  24 

BAB 4  . ANALISA DAN PEMBAHASAN  25 

4.1  Kondisi Sumberdaya Manusia  25 

4.2  Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Kota Cimahi  26 

4.3  Formulasi Besaran Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP)  31 


4.3.1  Penentuan Kelas Jabatan  31 
4.3.2  Index Harga Jabatan  32 
KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  iii 
CIMAHI 
 
4.3.3  Faktor Penyeimbang  35 
4.3.4  ITDKP  35 

4.4  Anggaran yang dibutuhkan  36 

4.5  Besaran TPP Untuk Tiap Kelas Jabatan  37 

BAB 5  KESIMPULAN  38 

REFERENSI  39 
 
   

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  iv 
CIMAHI 
 
DAFTAR GAMBAR 
 
Gambar 1. Unsur Kompensasi .................................................................................................................... 8 
Gambar 2. Komponen Prestasi Kerja PNS ............................................................................................ 19 
Gambar 3. Komposisi SDM Kota Cimahi ................................................................................................ 25 
Gambar 4. Prosentase SDM Kota Cimahi Per‐Golongan .................................................................. 26 
Gambar 5. Pendapatan Total dan Prediksi Linear Kota Cimahi ................................................... 27 
Gambar 6. Pendapatan Asli Daerah dan Prediksi Linear Pemerintah Kota Cimahi .............. 28 
Gambar 7. Besaran Belanja Pegawai dan Prediksi Linear Pemerintah Kota Cimahi ............ 30 
Gambar 8. Rasio PAD dan Sektor Lain terhadap Besaran Pendapatan Total ........................... 30 
 
 
 
 

DAFTAR TABEL 
Tabel 1. Pendapatan Total Kota Cimahi ................................................................................................ 27 
Tabel 2. Pendapatan Asli Daerah Kota Cimahi ................................................................................... 28 
Tabel 3. Besaran Belanja Pegawai Kota Cimahi ................................................................................. 29 
Tabel 4. Prosentase PAD, Belanja Pegawai terhadap Pendapatan Total ................................... 29 
Tabel 5. Asumsi Kelas Jabatan terhadap Pangkat Golongan .......................................................... 32 
Tabel 6. Formulasi Besaran TPP Pemerintah Kota Cimahi ............................................................ 34 
Tabel 7. Skenario Besaran TPP ................................................................................................................ 37 

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  v 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

BAB 1 PENDAHULUAN 
 

1.1 Latar Belakang 
Saat  ini  masih  cukup  banyak  organisasi  yang  menilai  bahwa  remunerasi 
merupakan  suatu  komponen  biaya  yang  perlu  diminimalisir  besarannya. 
Munculnya anggapan seperti itu telah menempatkan remunerasi sebagai sarana 
yang  dapat  meningkatkan  perilaku  tidak  produktif,  yang  dapat  mengakibatkan 
terjadinya  masalah‐masalah  personal  seperti  rendahnya  motivasi,  rendahnya 
kinerja,  tingginya  turn  over,  perilaku  tidak  bertanggung  jawab,  dan  bahkan 
perilaku  tidak  jujur  di  dalam  diri  pegawai.  Untuk  dapat  mencegah  munculnya 
permasalahan  personal  dan  membesarnya  pengeluaran  remunerasi  suatu 
organisasi,  maka  diperlukan  suatu  sistem  remunerasi  yang  adil,  layak,  dan  cost 
effective. 
 
Dunia  manajemen  mengenal  konsep  3P  yang  cukup  sering  digunakan  dalam 
memberikan remunerasi kepada pegawai. Konsep 3P, yang disusun oleh Richard 
Payne,  mengkategorikan  remunerasi  menjadi  3  (tiga),  yaitu  pay  for  position, 
pay for person, dan pay for performance, dimana konsep pay for performance 
sekarang  ini  dianggap  sebagai  konsep  remunerasi  yang  paling  adil  untuk 
diterapkan. Dengan diterapkannya pemberian remunerasi berbasis kinerja akan 
dapat  mendorong  pegawai  untuk  meningkatkan  produktifitasnya  yang  pada 
akhirnya  juga  akan  meningkatkan  produktifitas  dari  perusahaan  itu  sendiri. 
Pemberian  remunerasi  berbasis  kinerja  termasuk  salah  satu  faktor  untuk 
mewujudkan manajemen kinerja yang efektif di suatu organisasi. 
 
Manajemen  kinerja  (Udekusuma,  2007)  adalah  suatu  proses  manajemen  yang 
dirancang  untuk  menghubungkan  tujuan  organisasi  dengan  tujuan  individu 
sedemikian  rupa,  sehingga  baik  tujuan  individu  maupun  tujuan  perusahaan 
dapat bertemu. Dalam hal ini bagi pekerja bukan hanya tujuan individunya yang 
tercapai  tetapi  juga  ikut  berperan  dalam  pencapaian  tujuan  organisasi,  yang 

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  1 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

membuat  dirinya  termotivasi  serta  mendapat  kepuasan  yang  lebih  besar. 


Menurut  Bacal  (1998),  terdapat  5  (lima)  pandangan  dasar  dalam  sistem 
manajemen kinerja, yaitu : 
1. Model  integratif  untuk  kinerja  organisasi.  Pada  pandangan  ini,  manajemen 
kinerja  sebagai  suatu  struktur  sistem  integratif  yang  saling 
berkesinambungan antar aspek. Sehingga, keberhasilan manajemen kinerja 
ditentukan  oleh  keseluruhan  aspek  yang  ada  dalam  suatu  organisasi,  tidak 
ditentukan bagian per bagian. 
2. Fokus pada proses dan hasil. Manajemen kinerja menjadi suatu sistem yang 
tidak hanya berorientasi pada hasil (pandangan tradisional). Proses menjadi 
salah satu aspek penunjang yang penting dalam penentuan hasil yang baik. 
3. Keterlibatan pihak yang berkaitan dalam pencapaian tujuan. Pekerja sebagai 
subyek  utama  yang  melakukan  proses  bisnis  organisasi  secara  langsung. 
Maka  dari  itu,  keterlibatan  pihak  yang  berkaitan  (pekerja)  menjadi 
penunjang dalam pencapaian tujuan organisasi. 
4. Penilaian  kinerja  objektif  dan  mengena  pada  sasaran.  Manajemen  kinerja 
mencakup penilaian kinerja objektif dan sesuai dengan sasaran tiap bagian 
organisasi yang berkaitan. Akhirnya, hal ini berpotensi pada dampak positif 
dari penilaian kinerja yang sukses dan terstruktur. 
5. Evaluasi dan pembelajaran antara atasan dan bawahan. Manajemen kinerja 
yang  baik  mampu  menyediakan  suatu  hasil  evaluasi  kinerja  terukur.  Hasil 
evaluasi  dapat  memberikan  informasi  pada  pihak  terkait  (atasan  maupun 
bawahan).  Informasi  mengenai  hasil  evaluasi  dapat  menjadi  sarana 
pembelajaran dan penentu tindakan perbaikan di masa mendatang. 
 
Dalam  mewujudkan  manajemen  kinerja  yang  efektif  di  lingkungan 
pemerintahan,  maka  Kementerian  Pendayagunaan  Aparatur  Negara  dan 
Reformasi  Birokrasi  mengeluarkan  Peraturan  Menteri  Nomor  63  Tahun  2011 
tentang  Pedoman  Penataan  Sistem  Tunjangan  Kinerja  Pegawai  Negeri,  dimana 
besarnya  tunjangan  kinerja  yang  diberikan  kepada  PNS  perlu 
mempertimbangkan  faktor  1)  tingkat  capaian  pelaksanaan  reformasi 
birokrasi instansi, 2) nilai dan kelas jabatan, 3) indeks harga nilai jabatan, 

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  2 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

4)  faktor  penyeimbang,  dan  5)  indeks  tunjangan  kinerja  daerah  provinsi. 
Intinya adalah pemberian  remunerasi  kepada  PNS  berdasarkan  kinerja  
individu yang bersangkutan. 
 
Untuk  mendukung  pemberian  tunjangan  berbasis  kinerja,  maka  pada  tahun 
2014  Pemerintah  Pusat  mengesahkan  Undang‐Undang  Nomor  5  Tahun  2014 
tentang  Aparatur  Sipil  Negara  yang  memperkuat  amanat  yang  tertera  pada 
Peraturan  Menteri  PAN‐RB  Nomor  63  Tahun  2011  tentang  Pedoman  Penataan 
Sistem  Tunjangan  Kinerja  Pegawai  Negeri.  Menurut  Undang‐Undang  tersebut, 
Pegawai  Negeri  Sipil  berhak  mendapatkan  gaji,  fasilitas,  tunjangan  kinerja,  dan 
tunjangan  kemahalan.  Dalam  Undang‐Undang  tersebut  dijelaskan  bahwa  setiap 
PNS yang berprestasi berhak mendapatkan kenaikan gaji sesuai dengan prestasi 
yang  dicapainya.  Pengukuran  capaian  prestasi  pegawai  telah  diatur  dalam 
Peraturan  Pemerintah  Nomor  46  Tahun  2011  tentang  Penilaian  Prestasi  Kerja 
Pegawai Negeri Sipil. Menurut Peraturan Pemerintah tersebut, penilaian prestasi 
kerja  PNS  dilakukan  untuk  menjamin  objektivitas  pembinaan  PNS  dalam 
mempertimbangkan kenaikan pangkat, penempatan dalam jabatan, pemindahan, 
pendidikan dan pelatihan, tugas belajar, kenaikan gaji berkala, dan lain‐lain yang 
dilakukan  berdasarkan  sistem  prestasi  kerja  dan  sistem  karier  yang 
dititikberatkan  pada  sistem  prestasi  kerja.  Penilaian  prestasi  kerja  PNS 
dilakukan  oleh  pejabat  penilai  terhadap  Sasaran  Kerja  Pegawai  (SKP)  dan 
perilaku  kerja  PNS.  Dengan  dilakukannya  penilaian  prestasi  kerja  akan  dapat 
mewujudkan  keadilan  dalam  pemberian  benefit,  mengingat  seorang  PNS  yang 
berprestasi  akan  mendapatkan  benefit  yang  lebih  baik  dibandingkan  PNS‐PNS 
lainnnya. 
 
Sampai saat ini, Pemerintah Daerah masih belum mengadopsi konsep tunjangan 
berbasis  kinerja  dalam  pemberian  kompensasi  kepada  pegawainya.  Sistem 
tunjangan  yang  diberlakukan  oleh  Pemerintah  Kota  Cimahi  sendiri  masih 
mengacu  kepada  Peraturan  Menteri  Dalam  Negeri  Nomor  21  Tahun  2011 
mengenai  Pedoman  Pengelolaan  Keuangan  Daerah,  dimana  pemerintah  Daerah 
dapat  memberikan  tambahan  penghasilan  kepada  Pegawai  Negeri  Sipil  dengan 

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  3 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

melihat  kemampuan  keuangan  daerah,  faktor  beban  kerja,  tempat 


bertugas,  kondisi  kerja,  kelangkaan  profesi  atau  prestasi  kerja.  Dalam 
penerapannya,  amanat  yang  tertulis  pada    Peraturan  Menteri    Dalam  Negeri 
Nomor    21  Tahun  2011    belum  diadopsi  seluruhnya  oleh  Pemerintah  Kota 
Cimahi. 

1.2 Rumusan Masalah 
Dengan  diberlakukannya  Peraturan  Menteri  Pendayagunaan  Aparatur  Negara 
dan  Reformasi  Birokrasi  Nomor  63  Tahun  2011  tentang  Pedoman  Penataan 
Sistem Tunjangan Kinerja Pegawai Negeri dan Undang‐Undang Nomor 5 Tahun 
2014  tentang  Aparatur  Sipil  Negara  yang  mengatur  mengenai  pemberian 
tunjangan berbasis kinerja bagi PNS, maka Pemerintah Kota Cimahi harus mulai 
berbenah  dan  mempersiapkan  model  dan  skema  pembiayaan  guna 
melaksanakan  amanat  kedua  peraturan  perundang‐undangan  tersebut.  Hal‐hal 
pokok yang harus dirumuskan yaitu: 
1. Model  pemberian  tunjangan  yang  selama  ini  diberlakukan  di  lingkungan 
Pemerintah  Kota  Cimahi  belum  dapat  mendorong      motivasi      pegawai   
untuk   berkinerja   lebih   baik,   timbulnya kecemburuan dan ketidakpuasan 
pegawai  berimbas  pada  rendahnya  performansi  kinerja  pegawai.  Hal  ini 
disebabkan oleh tunjangan yang diberikan belum memenuhi prinsip‐prinsip 
yang seharusnya ditempuh dalam pemberian tunjangan, yaitu sistem merit, 
adil,  layak,  kompetitif,  dan  transparan.  Dalam  prinsip‐prinsip  tersebut 
digambarkan  bahwa  tunjangan  yang  diberikan  haruslah  didasarkan  pada 
harga  jabatan,  sesuai  dengan  beban  tugas  dan  tanggung  jawab  pekerjaan, 
dapat  memenuhi  kebutuhan  hidup,  kompetitif  (tidak  saja  disetarakan 
dengan  sektor  swasta,  tetapi  juga  bersifat  kompetitif  di  kalangan  pegawai 
sendiri  untuk  berkinerja  lebih  baik  daripada  rekannya),  serta  transparan 
(artinya perhitungan tunjangan dilakukan secara transparan). Hal ini sesuai 
dengan  amanat  Peraturan  Menteri  Dalam  Negeri  Nomor  21  Tahun  2011 
mengenai  Pedoman  Pengelolaan  Keuangan  Daerah  dan  Peraturan  Menteri 
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 63 Tahun 
2011 tentang Pedoman Penataan Sistem Tunjangan Kinerja Pegawai Negeri. 

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  4 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

2. Dengan  diberlakukannya  tunjangan  berbasis  kinerja  dalam  bentuk  TPP, 


Pemerintah  Kota  Cimahi  harus  dapat  mengidentifikasi  sumber‐sumber 
pembiayaan untuk tunjangan berbasis kinerja dan merumuskan mekanisme 
pembiayaan tunjangan berbasis kinerja sesuai dengan perundang‐undangan  
yang berlaku dan kemampuan APBD Pemerintah Kota Cimahi. 

1.3 Dasar Hukum 
Beberapa  landasan  hukum  pokok  dalam  penyusunan  kajian  ini  adalah  sebagai 
berikut: 
1 Undang‐Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 
2 Undang‐Undang  Nomor  08  Tahun  1974  tentang  Pokok‐Pokok 
Kepegawaian  sebagaimana  telah  diubah  dengan  Undang‐
Undang  Nomor  43  Tahun  1999  tentang  Perubahan  atas 
Undang‐Undang  Nomor  08  Tahun  1974  tentang  Pokok‐Pokok 
Kepegawaian; 
3 Undang‐Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan 
Daerah  sebagaimana  telah  diubah  beberapa  kali,  terakhir 
dengan  Undang‐  Undang  Nomor  12  Tahun  2008  tentang 
Perubahan Kedua atas Undang‐ Undang Nomor 32 Tahun 2004 
tentang Pemerintahan Daerah; 
4 Undang‐Undang Nomor 05 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil 
Negara; 
5 Peraturan  Pemerintah  Nomor  07  Tahun  1977  tentang 
Peraturan  Gaji  Pegawai  Negeri  Sipil  sebagaimana  telah  diubah 
beberapa  kali,  terakhir  dengan  Peraturan  Pemerintah  Nomor 
22 Tahun 2013 tentang Perubahan Kelima Belas atas Peraturan 
Pemerintah  Nomor  07  Tahun  1977  tentang  Peraturan  Gaji 
Pegawai Negeri Sipil; 
6 Peraturan  Pemerintah  Nomor  38  Tahun  2007  tentang 
Pembagian  Urusan  Pemerintahan  antara  Pemerintah, 
Pemerintahan  Daerah  Provinsi,  Pemerintahan  Daerah 
Kabupaten/Kota; 

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  5 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

7 Peraturan  Pemerintah  Nomor  53  Tahun  2010  tentang  Disiplin 


Pegawai Negeri Sipil; 
8 Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian 
Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil; 
9 Peraturan  Presiden  Nomor  81  Tahun  2010  tentang  Grand 
Design  Reformasi  Birokrasi  2010‐2025;  Peraturan  Menteri 
Dalam  Negeri  Nomor  13  Tahun  2006  tentang  Pedoman 
Pengelolaan  Keuangan  Daerah  sebagaimana  telah  diubah 
beberapa kali, 
10 terakhir  dengan  Peraturan  Menteri  Dalam  Negeri  Nomor  21 
Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri 
Dalam  Negeri  Nomor  13  Tahun  2006  tentang  Pedoman 
Pengelolaan Keuangan Daerah; 
11 Peraturan  Menterin  Dalam  Negeri  Nomor  12  Tahun  2008 
tentang  Pedoman  Analisis  Beban  Kerja  di  Lingkungan 
Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah; 
12 Peraturan  Menteri  Pendayagunaan  Aparatur  Negara  Nomor 
Per/15/M.Pan/7/2008  tentang  Pedoman  Umum  Reformasi 
Birokrasi; 
13 Peraturan  Menteri  Pendayagunaan  Aparatur  Negara  dan 
Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map 
Reformasi Birokrasi Tahun 2010‐2014; 
14 Peraturan  Menteri  Pendayagunaan  Aparatur  Negara  dan 
Refomasi  Birokrasi  Nomor  33  Tahun  2011  tentang  Pedoman 
Analisis Jabatan; 
15 Peraturan  Menteri  Pendayagunaan  Aparatur  Negara  dan 
Reformasi  Birokrasi  Nomor  34  Tahun  2011  tentang  Pedoman 
Evaluasi Jabatan; 
16 Peraturan  Menteri  Pendayagunaan  Aparatur  Negara  dan 
Reformasi  Birokrasi  Nomor  63  Tahun  2011  tentang  Pedoman 
Penataan Sistem Tunjangan Kinerja Pegawai Negeri; 

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  6 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

17 Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 01 Tahun 
2013  tentang  Ketentuan  Pelaksanaan  Peraturan  Pemerintah 
Nomor 46  Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS. 

1.4 Maksud dan Tujuan 
Maksud  dari  penyusunan  kajian  ini  adalah  dengan  diberlakukannya  tunjangan 
berbasis  kinerja  dalam  bentuk  Tambahan  Penghasilan  Pegawai  (TPP) 
diharapkan  dapat  mendorong  motivasi  PNS  di  lingkungan  Pemerintah  Kota 
Cimahi  untuk  berkinerja  maksimal  dan  menciptakan  PNS  yang  profesional  dan 
produktif,  sehingga  tujuan  organisasi  dapat  tercapai  dengan  lebih  cepat  dan 
lebih  baik  Adapun  tujuan  dari  penyusunan  kajian  ini  adalah  untuk  menjadi 
bahan  masukan  bagi  Pemerintah  Kota  Cimahi  dalam  memberikan  tunjangan 
berbasis  kinerja  (TPP)  yang  sesuai  dengan  amanat  peraturan  perundang‐
undangan yang berlaku dan mekanisme pembiayaan tunjangan berbasis kinerja 
sesuai  dengan  peraturan  perundang‐undangan  dan  kemampuan  APBD 
Pemerintah Kota Cimahi. 

1.5 Output Kajian 
Keluaran dari penyusunan kajian ini adalah: 
1. Terumuskannya  TPP  yang  sesuai  dengan  Peraturan  Menteri 
Pendayagunaan  Aparatur  Negara  dan  Reformasi  Birokrasi  Nomor  63 
Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan Sistem Tunjangan Kinerja Pegawai 
Negeri  dan  berdasarkan  kondisi  faktual  di  lingkungan  Pemerintah  Kota 
Cimahi. 
2. Mekanisme  pembiayaan  tunjangan  berbasis  kinerja  ditinjau  dari 
kesesuaian  terhadap  ketentuan  perundang‐  undangan  dan  kemampuan 
APBD Pemerintah Kota Cimahi. 

   

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  7 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA 
 

2.1 Pengertian Remunerasi 
Pada  literatur  tentang  manajemen  kepegawaian,  manajemen  sumber  daya 
manusia,  dan  sistem  penggajian/pengupahan  ditemukan  ketidakkonsistenan 
penggunaan  istilah  remunerasi  dengan  istilah  kompensasi.  Untuk  lebih 
memahaminya,  berikut  diuraikan  beberapa  pengertian  remunerasi  dan 
kompensasi. 
Beberapa pengertian kompensasi dapat diuraikan sebagai berikut: 
! Kompensasi adalah sejumlah pembayaran yang diterima pekerja atas jasa 
pelayanannya untuk pemberi kerja pada waktu yang telah direncanakan.  
! Kompensasi adalah fungsi manajemen sumber daya manusia yang terkait 
dengan  pemberian  penghargaan  atas  presasi  kerja  berdasarkan  tugas 
yang telah ditentukan. (Ivancevich, 1995) 
Dengan  mencermati  pengertian‐pengertian  mengenai  kompensasi  tersebut 
maka  dapat  disimpulkan  bahwa  pengertian  kompensasi  itu  sangat  luas,  tidak 
hanya  mencakup  hal  yang  terkait  dengan  finansial/keuangan  saja,  namun  juga 
mencakup  hal  non‐finansial.  Mondy  &  Noe  (1993)  menjelaskan  pengertian 
kompensasi  yang  terjadi  dari  pengertian  secara  finansial  dan  non‐  finansial 
seperti pada Gambar 1 berikut. 
 
Lingkungan Eksternal

Lingkungan Internal

KOMPENSASI

FINANSIAL NON FINANSIAL

Langsung: Tidak Langsung: Pekerjaan; Lingkungan Pekerjaan:


- Upah - Jaminan Asuransi - Tugas yang menarik - Kebijakan yang sehat
- Gaji Jiwa, Kesehatan - Tantangan pekerjaan - Supervisi yang
- Komisi - Bantuan Sosial untuk - Tanggung jawab kompeten
- Bonus - Peluang akan - Rekan kerja yang
Karyawan
- Tunjangan pengakuan menyenangkan
- Cuti - Tercapainya tujuan - Kondisilingkungan
- Peluang adanya kerja yang nyaman, dll.
promosi

!  
Gambar 1. Unsur Kompensasi 

     Sumber: Mondy & Noe, 1993 
 

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  8 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

Selain pengertian kompensasi yang bersifat luas seperti yang telah diuraikan di 
atas,  terdapat  beberapa  ahli  yang  memberikan  pengertian  kompensasi  hanya 
seputar  penggajian/pengupahan  dan  berbagai  tunjangan  lainnya  dalam  suatu 
hubungan kerja. Hal ini tidak terlepas dari beragamnya pengertian  kompensasi  
yang    memang    diantaranya    terkandung    pengertian  yang  terkait 
penggajian/pengupahan  dan  berbagai  tunjangan  lainnya  tersebut. 
Beberapa pengertian tersebut adalah sebagai berikut : 
a) Selain terdiri dari upah, kompensasi dapat pula berupa tunjangan natura, 
fasilitas  perumahan,  fasilitas  kendaraan,  tunjangan  keluarga,  tunjangan 
kesehatan,  pakaian  seragam  (tunjangan  pakaian),  dan  sebagainya  yang 
dapat  dinilai  dengan  uang,  serta  bertendensi  diberikan  secara  tetap. 
(Siswanto, 1987) 
b) Kompensasi  merupakan  kontra  prestasi  terhadap  penggunaan  tenaga 
atau jasa yang telah diberikan oleh tenaga kerja. Kompensas merupakan 
jumlah  paket  yang  ditawarkan    organisasi  kepada  pekerja    sebagai 
imbalan    atas  penggunaan  tenaga  kerjanya.  Kompensasi  didefinisikan 
sebagai  apa  yang  diterima  pekerja  sebagai  tukaran  atas  kontribusinya 
kepada organisasi. (Werther & Davis dalam Wibowo, 2008) 
 
Sedangkan,  beberapa  pengertian  remunerasi  dapat  diuraikan  sebagai berikut: 
1. Remunerasi  adalah  suatu  pembayaran  berupa  uang  dan/atau  barang 
yang  diberikan  atas  prestasi  dan/atau  penghargaan  baik  selama  dalam 
suatu  hubungan  kerja  maupun  sesudah  berakhirnya  suatu  hubungan 
kerja berdasarkan suatu sistem yang terstruktur, terbuka, adil, dan layak. 
Sedangkan  dalam  hal  mengenai  bentuk/ragam  remunerasi,  maka 
remunerasi  itu  dapat  berupa  gaji  atau  upah,  honorarium,  tunjangan‐ 
tunjangan  (tetap,  khusus,  kesajahteraan,  kehadiran,  jabatan,  kemahalan, 
transportasi,  perumahan,  keluarga,  hari  raya,  kelahiran,  sakit,  kematian, 
dan  lain‐lain),  uang  lembur,  uang  harian,  uang  perjalanan,  uang 
penginapan,  jaminan/asuransi  kesehatan,  jaminan/asuransi  pendidikan, 
insentif,  bonus,  komisi,  beasiswa  pesangon,  dan/atau  pension.  (Roberia, 
2009) 

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  9 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

2. Remunerasi  merupakan  imbalan  kerja.  Remunerasi  dapat  berupa  gaji, 


honorarium,  tunjangan  tetap,  insentif,  bonus  atas  prestasi,  pesangon, 
dan/atau  pensiun.  (Pasal  2  Peraturan  Menteri  Keuangan  Nomor 
10/PMK.02/2006  tentang  Pedoman  Penetapan  Remunerasi  bagi  Pejabat 
Pengelola, Dewan Pengawas, dan Pegawai Badan Layanan Umum). 
 
Mencermati  definisi  remunerasi  yang  diuraikan  di  atas,  maka  dapat  ditarik 
benang  merah  yang  dapat  menjelaskan  kunci  pokok  dalam  memahami 
pengertian remunerasi, yaitu sesuatu tindakan yang terkait dengan pembayaran. 
Pembayaran  yang  dimaksud  dalam  hal  ini  tentunya  pembayaran  atas  jasa  atau 
pekerjaan yang telah dilakukan. Jadi pengertian remunerasi itu bersifat finansial, 
baik  dilakukan  secara  langsung  atau  tidak  langsung.  Dalam  pengertian 
remunerasi tersebut tidak terdapat pengertian yang bersifat non‐finansial. Tidak 
seperti  halnya  pengertian  kompensasi  yang  dapat  berarti  hal  yang  terkait 
finansial dan non‐finansial, baik secara langsung maupun tidak langsung. 
 
Selain bentuk‐bentuk  di atas, kompensasi dapat dikelompokkan  dalam bentuk 
khusus, yaitu: 
1. Base Wage/Pay 
Yaitu kompensasi yang dibayarkan langsung pada karyawan dalam bentuk uang, 
yang  diberikan  oleh  perusahaan  karena  pekerjaan  yang  telah  dilakukan.  Wage 
berbeda dengan salary, dimana salary adalah kompensasi dasar yang dibayarkan 
dalam  bentuk  uang  bagi  karyawan  yang  tdak  termasuk  dalam  kategori 
sebagaimana  yang  telah  ditetapkan  oleh  Fair  Labour  Standard  Activity,  yang 
pada  umumnya  adalah  manajer  dan  profesional.  Gaji  atau  upah  merupakan 
bagian  dari  remunerasi.  Di  samping  itu,  karyawan  juga  menerima  imbalan 
lainnya  seperti  tunjangan  keluarga,  iuran  bagi  pemeliharaan  kesehatan,  iuran 
untuk program pensiun serta berbagai fasilitas seperti rumah, kendaraan dinas 
dan seterusnya. 
 
 
 

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  10 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

2. Merit 
Yaitu bentuk pembayaran yang diberikan sebagai pengajuan atas sikap, tingkah 
laku  dan  prestasi  pekerjaan  yang  telah  lampau  dan  diberikan  dalam  bentuk 
kenaikan gaji/upah pokok. 
3. Incentive 
Yaitu  pembayran  yang  diberikan  langsung  sebagai  penghargaan  atas  hasil 
prestasi  berbentuk  tunai  yang  bukan  berupa  kenaikan  gaji,  baik  jangka  pendek 
maupun  jangka panjang, terhadap pekerja  individu maupun kelompok. 
4. Service and Benefits 
Merupakan manfaat yang diberikan secara tidak langsung, berbentuk antara lain 
alternatif  pembayaran  berjarak  waktu  untuk  asuransi  pelayanan  kesehatan, 
asuransi  jiwa  dan  pension.  Kompensasi  dapat  digunakan  untuk  2  (dua)  tujuan 
dasar,  yaitu  untuk  menarik  dan  mempertahankan  Sumber  Daya  Manusia  yang 
berkualitas  serta  untuk  memotivasi  karyawan  agar  mencapai  tingkat 
performansi  yang  lebih  tinggi.  Kompensasi  yang  berupa  gaji  merupakan  jenis 
kompensasi untuk mencapai tujuan pertama. Sementara jenis kompensasi yang 
dapat digunakan untuk mencapai tujuan kedua adalah insentif. 
 
Insentif  merupakan  bagian  dari  upah  berdasarkan  kinerja  (performance  pay) 
yang  diberikan  dalam  bentuk  uang  dan  ditetapkan  berdasarkan  prestasi. 
Semakin  tinggi  prestasi  kerjanya,  semakin  besar  pula  insentif  yang  diberikan. 
Menurut  Agency  Theory  (Jensen  and  Meckling,  1976  dalam  LETMI  ITB,  2007), 
insentif digunakan untuk mendorong karyawan dalam memperbaiki kualitas dan 
kuantitas hasil kerjanya serta mendorong karyawan untuk dapat melaksanakan 
tugasnya dengan baik (Ruky, 2002). 
 
Insentif  adalah  penghargaan  kepada  karyawan  atas  segala  jerih  payah  dalam 
meningkatkan tugas dalam memberikan pelayanan kepada konsumen di luar gaji 
yang  diterima  setiap  bulan  dengan  besaran  berubah‐ubah  sesuai  dengan  hasil 
kinerja. Beberapa ahli mengatakan bahwa pemberian gaji pokok hanya membuat 
para karyawan merasa aman, namun tidak mampu memberikan motivasi. Upah 

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  11 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

yang  dikaitkan  dengan  kinerja  dikatakan  mampu  memberikan  motivasi  untuk 


meningkatkan produktivitas kerja karyawan. 
 
Insentif dapat diberikan dalam beberapa bentuk, yaitu: 
1. Insentif Finansial 
Insentif finansial merupakan insentif yang diberikan kepada karyawan atas hasil 
kerja mereka dan biasanya diberikan dalam bentuk : 
a. Uang: bonus, komisi, pembagian laba, kompensasi yang ditangguhkan; 
b. Tunjangan:  tunjangan  bulanan,  asuransi  jiwa,  tunjangan  kesehatan  atau 
tunjangan cuti; 
c. Perumahan: rumah dinas atau disediakan uang kontrakan; 
d. Kendaraan; 
e. Fasilitas komunikasi; dan 
f. Fasilitas hiburan: TV, VCD. 
2. Insentif Non‐Finansial 
Insentif non‐finansial dapat diberikan dalam bentuk: 
a. Pemberian piagam penghargaan; 
b. Promosi jabatan; 
c. Pemberian tanda jasa/medali; 
d. Pemberian perlengkapan khusus pada ruangan kerja; 
e. Peluang melanjutkan pendidikan atas biaya pemerintah; 
f. Peluang mengikuti diklat; dan 
g. Peluang mendapatkan kenaikan pangkat istimewa 
3. Kombinasi 
Insentif ini diberikan dalam bentuk kombinasi antara insentif finansial dan non‐ 
finansial.  Namun  menurut  Ruky  (2002)  insentif  yang  diberikan  dalam  bentuk 
uang  lebih  dapat  meningkatkan  produktivitas  dibandingkan  dengan  teknik‐
teknik  lainnya,  seperti  penetapan  tujuan,  partisipasi  karyawan  dalam 
pengambilan  keputusan  atau  pemerkayaan  pekerjaan.  Dengan  demikian  dapat 
disimpulkan bahwa salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas karyawan 
adalah  dengan  memperbaiki  sistem  pengupahan  yang  dapat  meningkatkan 
motivasi kerja karyawan. 

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  12 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

2.2 Manajemen Kinerja 
Secara  mendasar,  manajemen  kinerja  merupakan  rangkaian  kegiatan  yang 
dimulai  dari  perencanaan  kinerja,  pemantauan/peninjauan  kinerja,  penilaian 
kinerja  dan  tindak  lanjut  berupa  pemberian  penghargaan  dan  hukuman. 
Rangkaian kegiatan tersebut haruslah dijalankan secara berkelanjutan. 
Menurut  Baird  (1986),  definisi  Manajemen  Kinerja  adalah  suatu  proses  kerja 
dari  kumpulan  orang‐  orang  untuk  mencapai  tujuan  yang  telah  ditetapkan, 
dimana  proses  kerja  ini  berlangsung  secara  berkelanjutan  dan  terus‐  menerus. 
Menurut  Direktorat  Jenderal  Anggaran  (2008),  manajemen  kinerja  merupakan 
suatu  proses  strategis  dan  terpadu  yang  menunjang  keberhasilan  organisasi 
melalui  pengembangan  performansi  aspek‐aspek  yang  menunjang  keberadaan 
suatu  organisasi.  Pada  implementasinya,  manajemen  kinerja  tidak  hanya 
berorientasi  pada  salah  satu  aspek,  melainkan  aspek‐aspek  terintegrasi  dalam 
mendukung jalannya suatu organisasi. 
 
Menurut  Dessler  (2003:322),  definisi  Manajemen  Kinerja  adalah  proses 
mengonsolidasikan  penetapan  tujuan,  penilaian,  dan  pengembangan  kinerja  ke 
dalam  satu  sistem  tunggal  bersama,  yang  bertujuan  memastikan  kinerja 
karyawan mendukung tujuan strategis perusahaan. Menurut Udekusuma (2007), 
Manajemen  kinerja  adalah  suatu  proses  manajemen  yang  dirancang  untuk 
menghubungkan  tujuan  organisasi  dengan  tujuan  individu  sedemikian  rupa, 
sehingga baik tujuan individu maupun tujuan perusahaan dapat bertemu. Dalam 
hal  ini  bagi  pekerja  bukan  hanya  tujuan  individunya  yang    tercapai  tetapi  juga 
ikut  berperan  dalam  pencapaian  tujuan  organisasi,  yang  membuat  dirinya 
termotivasi serta mendapat kepuasan yang lebih besar. 
 
Bacal  (1998)  mengungkapkan  5  (lima)  pandangan  dasar  dalam  sistem 
manajemen kinerja, yaitu: 
1 Model  integratif  untuk  kinerja  organisasi.  Pada  pandangan  ini, 
manajemen  kinerja  sebagai  suatu  struktur  sistem  integratif  yang  saling 
berkesinambungan  antar  aspek.  Sehingga,  keberhasilan  manajemen 

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  13 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

kinerja  ditentukan  oleh  keseluruhan  aspek  yang  ada  dalam  suatu 


organisasi, tidak ditentukan bagian per bagian. 
2 Fokus  pada  proses  dan  hasil.  Manajemen  kinerja  menjadi  suatu  sistem 
yang tidak hanya berorientasi pada hasil (pandangan tradisional). Proses 
menjadi salah satu aspek penunjang yang penting dalam penentuan hasil 
yang baik. 
3 Keterlibatan  pihak  yang  berkaitan  dalam  pencapaian  tujuan.  Pekerja 
sebagai  subyek  utama  yang  melakukan  proses  bisnis  organisasi  secara 
langsung.  Maka  dari  itu,  keterlibatan  pihak  yang  berkaitan  (pekerja) 
menjadi penunjang dalam pencapaian tujuan organisasi. 
4 Penilaian kinerja objektif dan mengena pada sasaran. Manajemen kinerja 
mencakup  penilaian  kinerja  objektif  dan  sesuai  dengan  sasaran  tiap 
bagian  organisasi  yang  berkaitan.  Akhirnya,  hal  ini  berpotensi  pada 
dampak positif dari penilaian kinerja yang sukses dan terstruktur. 
5 Evaluasi  dan  pembelajaran  antara  atasan  dan  bawahan.  Manajemen 
kinerja  yang  baik  mampu  menyediakan  suatu  hasil  evaluasi  kinerja 
terukur.  Hasil  evaluasi  dapat  memberikan  informasi  pada  pihak  terkait 
(atasan  maupun  bawahan).  Informasi  mengenai  hasil  evaluasi  dapat 
menjadi  sarana  pembelajaran  dan  penentu  tindakan  perbaikan  di  masa 
mendatang. 
 
Adapun tujuan dari manajemen kinerja adalah (Williams, 1998; Armstrong 
& Baron, 2005; Wibisono, 2006): 
1 Mengatur kinerja organisasi dengan lebih terstruktur dan terorganisir. 
2 Mengetahui seberapa efektif dan efisien suatu kinerja organisasi. 
3 Membantu  penentuan  keputusan  organisasi  yang  berkaitan  dengan 
kinerja  organisasi,  kinerja  tiap  bagian  dalam  organisasi,  dan  kinerja 
individual. 
4 Meningkatkan  kemampuan  organisasi  secara  keseluruhan  dengan 
perbaikan berkesinambungan. 
5 Mendorong  karyawan  agar  bekerja  sesuai  prosedur,  dengan  semangat, 
dan produktif sehingga hasil kerja optimal. 

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  14 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

  
Manajemen  kinerja  yang  efektif akan  memberikan  beberapa  hasil, 
diantaranya adalah: 
! Tujuan  yang  jelas  bagi  organisasi  dan  proses yang  
benar  untuk  mengidentifikasi,  mengembangkan,  mengukur,  dan 
membahas tujuan. 
! Integrasi    antara    tujuan    secara    luas    yang    dibuat    oleh    manajemen  
senior dengan tujuan masing‐masing pekerja. 
! Kejelasan yang lebih baik mengenai aspirasi dan tujuan organisasi. 
! Pelaksanaan dialog berkelanjutan antara manajemen dengan pekerja. 
! Pengembangan lingkungan yang lebih terbuka. 
! Perusahaan dapat mencapai hasil yang diinginkan. 
! Mendorong pengembangan pribadi. 

2.3 Prinsip Dasar dalam Pemberian Insentif 
Dalam    menyusun    skala    tunjangan    remunerasi    PNS    perlu    diperhatikan 
beberapa azas dan prinsip sebagai berikut: 
1. Azas Keadilan 
Insentif sebagai imbalan atas jasa kerja harus mencerminkan keadilan, yaitu 
bahwa imbalan tersebut harus sesuai atau sebanding dengan  jasa  kerja yang 
diberikan  oleh  masing‐masing  pegawai  dalam  proses  bekerja.  Mereka  yang 
memberikan  upaya  atau  kontribusi  lebih  besar  patut  menerima  tunjangan 
yang  lebih  tinggi.  Dengan  asas  adil  akan  tercipta  suasana  kerja  sama  yang 
baik,  semangat  kerja,  disiplin,  loyalitas,  dan  stabilitas  karyawan  akan  lebih 
baik. 
2. Azas Berimbang 
Insentif juga harus berimbang. Mereka yang menduduki jabatan yang serupa 
harus menerima tunjangan yang kira‐kira sama. 
3. Tunjangan yang Diberika Layak dan Wajar 
Insentif  harus  dapat  memenuhi  kebutuhan  hidup  pegawai  dan  keluarganya 
secara layak dan wajar. 
4. Dapat Meningkatkan Kualitas Pegawai 

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  15 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

Sistem  pemberian  insentif  harus  mampu  meningkatkan  kualitas  pegawai, 


mendorong  peningkatan  prestasi  dan  produktivitas  kerja,  menumbuhkan 
motivasi dan kreativitas. 
5. Sesuai Kemampuan Anggaran Daerah 
Sistem  insentif  harus  mampu  menjamin  kelangsungan  organisasi. 
Pemerintah Daerah tidak boleh membayar insentif terus menerus lebih tinggi 
dari kemampuan anggarannya sehingga mengakibatkan anggaran defisit. 
6. Meminimalkan Kesenjangan 
Perlu  dijaga  keseimbangan    besaran  tunjangan    untuk  tidak    terjadi 
kesenjangan  yang  mencolok  antara  jabatan  tertinggi  dengan  terendah 
maupun antar masing‐masing jabatan. 

2.4 Metode Perhitungan Insentif 
Banyak ragam penilaian kinerja PNS yang sudah dikeluarkan Pemerintah, mulai 
dari  DP3  hingga  yang  terbaru  menggunakan  Sasaran  Kerja  Pegawai  (SKP). 
Pemerintah  dalam  hal  ini  Presiden  Republik  Indonesia  sudah  mengeluarkan 
aturan  mengenai  Sasaran  Kerja  Pegawai  yaitu  Peraturan  Pemerintah  Republik 
Indonesia  Nomor  46  Tahun  2011  Tentang  Penilaian  Prestasi  Kerja  Pegawai 
Negeri  Sipil.  Penilaian  prestasi  kerja  PNS  merupakan  suatu  proses  penilaian 
secara  sistematis  yang  dilakukan  oleh  pejabat  penilai  terhadap  sasaran  kerja 
pegawai  dan  perilaku  kerja  PNS  (Pasal  1  ayat  2  PP  No.  46  Tahun  2011). 
Tujuannya  adalah  untuk  mengevaluasi  kinerja  PNS  ,  yang  dapat  memberi 
petunjuk  bagi  manajemen  dalam  rangka  mengevaluasi  kinerja  unit  dan  kinerja 
organisasi  secara  keseluruhan.  Penilaian  prestasi  kerja  PNS  menggabungkan 
antara  penilaian  Sasaran  Kerja  Pegawai  Negeri  Sipil  dengan  Penilaian  Perilaku 
Kerja. Penilaian prestasi kerja tersebut terdiri dari dua unsur yaitu SKP (sasaran 
kerja pegawai) dan Perilaku Kerja dengan bobot penilaian masing‐masing unsur 
SKP sebesar 60 % dan Perilaku Kerja sebesar 40 %. Hasil penilaian prestasi kerja 
PNS dimanfaatkan sebagai dasar pertimbangan baik tunjangan pegawai maupun 
karir‐nya. 
 
Tidak  terkecuali  Pemerintah  Kota  Cimahi,  dimana  sudah  mulai  melaksanakan 
perhitungan  tunjangan  kinerja  (TKD)  untuk  menunjang  produktivitas.  Akan 
KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  16 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

tetapi,  proses  ini  masih  belum  berdasar  kepada  peraturan  perundangan  yang 
berlaku dan butuh pelaksanaan dan pengawasan yang serius dari seluruh unsur 
Pemerintahan Kota Cimahi.  

2.5 Prinsip Sistem Tunjangan Kinerja Daerah   
Sistem Tunjangan Kinerja Daerah yang baik, haruslah menganut prinsip‐prinsip 
beikut : 
a. Transparansi,  sistem  yang  dikembangkan  haruslah  jelas  dari  segi  input, 
proses  dan  outputnya.  Sehingga  pegawai  dapat  dengan  mudah 
mengetahui proses berjalannya sistem. 
b. Keadilan,  sistem  yang  dikembangkan  berazaskan  keadilan.  Ini  berarti 
harus sesuai dengan hak dan tanggung jawab yang melekat pada individu 
masing‐masing.  
c. Akuntabilitas,  sistem  dibuat  dengan  konsep  kemudahan  melakukan 
tracking nilai‐nilai yang ditampilkan. Sehingga tidak ada kesalahpahaman 
terhadap penilaian yang berjalan. 

2.6 Asumsi dasar sistem 
Secara umum, penilaian prestasi kerja PNS dibagi dalam 2 (dua) unsur yaitu : 
1. Sasaran Kerja Pegawai (SKP) merupakan rencana kerja dan target yang akan 
dicapai oleh seorang PNS dan dilakukan berdasarkan kurun waktu tertentu. 
Sasaran kerja pegawai ini meliputi unsur : 
a. Kuantitas  merupakan  ukuran  jumlah  atau  banyaknya  hasil  kerja  yang 
dicapai oleh seorang pegawai. 
b. Kualitas  merupakan  ukuran  mutu  setiap  hasil  kerja  yang  dicapai  oleh 
seorang pegawai. 
c. Waktu merupakan ukuran lamanya proses setiap hasil kerja yang dicapai 
oleh seorang pegawai. 
d. Biaya  merupakan  besaran  jumlah  anggaran  yang  digunakan  setiap  hasil 
kerja oleh seorang pegawai. 
2. Perilaku  kerja  merupakan  setiap  tingkah  laku,  sikap  atau  tindakan  yang 
dilakukan oleh seorang PNS yang seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan 

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  17 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

sesuai  dengan  ketentuan  peraturan  perundang‐undangan  yang  berlaku. 


Adapun unsur perilaku kerja meliputi : 
a. Orientasi  pelayanan  merupakan  sikap  dan  perilaku  kerja  PNS  dalam 
memberikan  pelayanan  kepada  yang  dilayani  antara  lain  meliputi 
masyarakat,  atasan,  rekan  sekerja,  unit  kerja  terkait,  dan/atau  instansi 
lain. 
b. Integritas  merupakan  kemampuan  seorang  PNS  untuk  bertindak  sesuai 
dengan nilai, norma dan etika dalam organisasi. 
c. Komitmen  merupakan  kemauan  dan  kemampuan  seorang  PNS  untuk 
dapat  menyeimbangkan  antara  sikap  dan  tindakan  untuk  mewujudkan 
tujuan  organisasi  dengan  mengutamakan  kepentingan  dinas  daripada 
kepentingan diri sendiri, seseorang, dan/atau golongan. 
d. Disiplin merupakan kesanggupan seorang PNS untuk menaati kewajiban 
dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang‐
undangan  atau  peraturan  kedinasan  yang  apabila  tidak  ditaati  atau 
dilanggar dijatuhi sanksi. 
e. Kerja  sama  merupakan  kemauan  dan  kemampuan  seorang  PNS  untuk 
bekerja  sama  dengan  rekan  sekerja,  atasan,  bawahan  baik  dalam  unit 
kerjanya  maupun  instansi  lain  dalam  menyelesaikan  suatu  tugas  dan 
tanggung jawab yang diembannya. 
f. Kepemimpinan  merupakan  kemampuan  dan  kemauan  PNS  untuk 
memotivasi dan mempengaruhi bawahan atau orang lain yang berkaitan 
dengan bidang tugasnya demi tercapainya tujuan organisasi. 
 
Disamping  melakukan  Kegiatan  Tugas  Jabatan  yang  sudah  menjadi  tugas  dan 
fungsi  pokoknya,  apabila  seorang  pegawai  memiliki  tugas  tambahan  terkait 
dengan jabatannya, maka dapat dinilai dan ditetapkan menjadi tugas tambahan. 
Tugas  tambahan  pada  dasarnya  merupakan  kegiatan  pendukung  tugas  pokok 
yang  dibebankan  kepada  pegawai  untuk  dilaksanakan.  Seorang  PNS  yang 
melaksanakan  tugas  tambahan  yang  diberikan  oleh  pimpinan/  pejabat  penilai 
yang  berkaitan  dengan  tugas  pokok  jabatannya,  maka  hasilnya  dapat  dinilai 
sebagai bagian dari SKP (sasaran kerja pegawai). Dalam Penjelasan PP Nomor 46 

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  18 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

Tahun 2011 Pasal (10) yang dimaksud dengan tugas tambahan adalah tugas lain 
atau  tugas‐tugas  yang  ada  hubungannya  dengan  tugas  jabatan  yang 
bersangkutan  dan  tidak  ada  dalam  SKP  yang  telah  ditetapkan.  Selain  tugas 
tambahan,  PNS  yang  telah  menunjukkan  kreatifitas  yang  bermanfaat  bagi 
organisasi dalam melaksanakan tugas pokok jabatan, hasilnya juga dapat dinilai 
sebagai bagian dari capaian SKP (sasaran kerja pegawai). Pengertian kreativitas 
di  sini  maksudnya  adalah  kemampuan  individu  atau  organisasi  untuk 
menciptakan  sesuatu  yang  baru  dan  mempunyai  nilai  manfaat  bagi 
keberlangsungan organisasi. 

Sasaran Kerja 
Pegawai (SKP) = 
Penilaian Prestasi  60% 
Kerja PNS terdiri   
atas: 
  Perilaku Kerja (PK) 
= 40% 
 
  Gambar 2. Komponen Prestasi Kerja PNS 
 
Penilaian  prestasi  kerja  PNS  dilaksanakan  oleh  Pejabat  Penilai  sekali  dalam  1 
tahun  (akhir  Desember  tahun  bersangkutan/  akhir  Januari  tahun  berikutnya). 
Unsur  perilaku  kerja  yang  mempengaruhi  prestasi  kerja  yang  dievaluasi  harus 
relevan  dan  berhubungan  dengan  pelaksanaan  tugas  pekerjaan  dalam  jenjang 
jabatan  setiap  Pegawai  Negeri  Sipil  yang  dinilai.  Penilaian  prestasi  kerja  PNS 
bertujuan  untuk  menjamin  objektivitas  pembinaan  PNS  yang  dilakukan 
berdasarkan  sistem  prestasi  kerja  dan  sistem  karier  yang  dititikberatkan  pada 
sistem  prestasi  kerja.  Formula  Rumusan  Penilaian  Capaian  SKP,  berdasarkan 
aspek : 
 
a. Aspek Kuantitas: 
����������_������
��������� =   � 100 
������_������
 
 

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  19 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

b. Aspek Kualitas :  
����������_�������� 
�������� =   � 100 
������_��������
 
c. Aspek Waktu :  
 
( ����� !"#$%&'()* �  ������!"#$% ) − ���������!"#$%
����� =   � 100 
������!"#$%
 
NilaiTertimbang = 1.76 
      Untuk aspek waktu, maka terdapat beberapa kriteria hasil sebagai berikut :  
i. Jika kegiatan tidak dilakukan maka realisasi waktu 0 (nol) 
ii. Jika aspek waktu yang tingkat efisiensinya ≤ 24% diberikan nilai 
baik sampai dengan sangat baik 
iii. Jika aspek waktu yang tingkat efisiensinya > 24% diberikan nilai 
cukup sampai dengan buruk 
 
Untuk menghitung presentase tingkat efisiensi waktu dari target waktu, 
menggunakan rumus  
���������!"#$%
���������!"#$% =  100% − �100%  
������!"#$%
 
d. Biaya, faktor biaya dibutuhkan untuk jabatan fungsional, maka rumus yang 
digunakan adalah  :  
���������� ������
��������� ���  ����� =   � 100% 
������ ������
 
i. Jika Kegiatan tidak dilakukan maka realisasi biaya 0 (nol) 
ii. Jika Tingkat efisiensi ≤ 24% (bernilai baik ‐ sangat baik) 
iii. Jika Tingkat efisiensi > 24% diberikan nilai cukup sampai dengan 
buruk 
iv. Untuk menghitung presentase tingkat efisiensi biaya dari target 
biaya  

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  20 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

 
���������!"#$#
���������!"#$# =  100% − �100%  
������!"#$#
 
Nilai capaian SKP dinyatakan dengan angka dan keterangan sbb: 
a. 91 – ke atas     :Sangat baik 
b. 76 – 90    : Baik 
c. 61 – 75     : Cukup 
d. 51 – 60     : Kurang 
e. 50 – ke bawah  : Buruk   

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  21 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

BAB 3 . METODOLOGI 
 

3.1 Metodologi  
Metode  yang  dilakukan  dalam  penelitian  ini  menggunakan  Deskriptif  Analisis 
untuk  menggambarkan  kondisi  eksisting  berdasarkan  data  faktual,  untuk 
selanjutnya  dianalisis  menggunakan  data  kuantitatif.  Rincian  Tahapan 
pelaksanaan pekerjaan ini meliputi : 
1. Tahap Persiapan 
2. Tahap Survey, Pengumpulan dan Pengolahan Data 
3. Tahap Analisis dan Desain 
4. Tahap Forum Group Discussion (FGD)  
5. Tahap Penyusunan Laporan 

3.1.1 Tahap Persiapan 
Kegiatan  dimulai  dengan  melakukan  persiapan  pekerjaan  yang  dimulai  dengan 
melakukan kajian literatur dan data awal dalam rangka penetapan desain kajian 
serta inventarisasi kebutuhan data. Target pada tahap ini adalah tersepakatinya 
desain kajian, metode dan pendekatan kajian serta tersusunnya rencana survey.  

3.1.2 Tahap Survey, Pengumpulan dan Pengolahan Data 
Survei  merupakan  salah  satu  cara  yang  mampu  memberikan  informasi  yang 
akurat  atau  sering  disebut  dengan  metode  untuk  mendapatkan  data  primer 
berupa : 
a. Informasi  tentang  Pendapatan  Daerah,  Belanja  Daerah  dan  Biaya 
Daerah,  
b. Informasi terkait Sumberdaya Manusia,  
c. Informasi mekanisme TPP yang telah berjalan berikut besarannya  
Sehingga informasi yang diperoleh dapat menjadi dasar analisis kajian ini. 
 
Pengumpulan  data  diperoleh  dari  hasil  datang  langsung  ke  SETDA  Bagian 
Administrasi  dan  Pembangunan,  Bagian  Keuangan  dan  Perekonomian  serta 
Badan Kepegawaian Daerah Pemerintah Kota Cimahi. Setelah data dikumpulkan 

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  22 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

maka dilakukan pengolahan serta analisis data menggunakan analisis deskriptif 
untuk  mendapatkan  gambaran  yang  jelas  tentang  mekanisme  pembiayaan  TPP 
eksisting  berdasarkan  Anggaran  dan  Pendapatan  Belanja  Daerah  Pemerintah 
Kota Cimahi. 

3.1.3 Tahap Analisis dan Desain 
Analisis data dilakukan melalui tahapan  berikut : 
1. Analisis peraturan perundangan terkait, terutama PermenPanRB No.63 
Tahun 2011 dan PerkaBKN No.01 Tahun 2013 
2. Perumusan besaran tunjangan kinerja  
3. Perumusan  mekanisme  pembiayaan  tunjangan  kinerja.  Pada  tahap 
perumusan  besaran  tunjangan  kinerja  akan  dilakukan  penjabaran 
besaran  model  lama  dan  baru  tunjangan  kinerja  berdasarkan  faktor‐
faktor yang sudah didapatkan sebelumnya dan data kepegawaian yang 
faktual.  Output  dari  tahapan  ini  adalah  skenario  besaran  tunjangan 
berbasis  kinerja  untuk  selanjutnya  dirumuskan  mekanisme 
pembiayaannya. 
 
Dengan  adanya  skenario  besaran  tunjangan  berbasis  kinerja  yang  sudah 
dirumuskan  berpotensi  akan  menambah  beban  belanja,  khususnya  belanja 
pegawai pada struktur APBD Pemerintah Kota Cimahi.  
 
Perumusan  TPP  berdasarkan  amanat  Permenpan  Nomor  63  Tahun  2011 
tentang  Pedoman  Penataan  Sistem  Tunjangan  Kinerja  Pegawai  Negeri, 
dimana  pemberian  tunjangan  berbasis  kinerja  didasarkan  pada  tingkat 
capaian  pelaksanaan  reformasi  birokrasi,  nilai  dan  kelas  jabatan,  indeks 
harga  nilai  jabatan,  faktor  penyeimbang,  dan  indeks  tunjangan  kinerja 
daerah provinsi.  
 
Pada  tahap  ini  diperlukan  data  mengenai  Evaluasi  Jabatan  SKPD  Kota 
Cimahi.  Namun  berhubung  data  Evaluasi  Jabatan  belum  tersedia,  maka 
analisis  dilakukan  berdasarkan  data  Analisis  Jabatan  sehingga  belum 
merefleksikan kondisi yang sebenarnya.  
KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  23 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

3.1.3.1 Focus Group Discussion (FGD) 
Hasil  analisis  data  dan  temuan  dilapangan  selanjutnya  dilakukan  Focus  Group 
Discussion (FGD) pada tanggal 5 Desember 2014 yang dihadiri oleh Perwakilan 3 
SKPD yaitu Bagian Administrasi dan Pembangunan SETDA, Bagian Keuangan dan 
Perekonomian  SETDA  serta  Badan  Kepegawaian  Daerah  Pemerintah  Kota 
Cimahi.  Tahap  FGD  ini  juga  bertujuan  untuk  melakukan  cross‐check  terhadap 
data hasil lapangan dan scenario formulasi TPP. Hasil FGD selanjutnya dijadikan 
acuan untuk membuat analisis dan kesimpulan akhir.  

3.1.4 Tahap Penyusunan Laporan 
Tahap  Penyusunan  Laporan  Akhir  dilakukan  setelah  FGD  selesai  berdasarkan 
tahapan kajian di atas.  
   

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  24 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

BAB 4 . ANALISA DAN PEMBAHASAN 
 
 

4.1 Kondisi Sumberdaya Manusia 
Berdasarkan  data  yang  diperoleh,  Kondisi  Sumberdaya  Manusia  Pemerintah 
Kota  Cimahi  sampai  dengan  Desember  2013  adalah  seperti  yang  ditunjukkan 
pada Gambar 3 berikut ini.  
 

IV/e  1 
IV/d  6 
IV/c  33 
IV/b  283 
IV/a  2117 
III/d  319 
III/c  650 
III/b  565 
III/a  505 
II/d  291 
II/c  237 
II/b  508 
II/a  192 
I/d  22 
I/c  33 
I/b  38 
I/a  12 

0  500  1000  1500  2000  2500 


 
Gambar 3. Komposisi SDM Kota Cimahi 

 
Terlihat  bahwa  pegawai  dengan  golongan  IV/a  mendominasi  dengan  jumlah 
sebesar  2117  atau  sekitar  36%,  dilanjutkan  dengan  pegawai  golongan  III/c 
sebesar 11%, kemudian III/b sebesar 10% (Gambar 4). 

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  25 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

IV/ IV/d  IV/e  I/a  I/b  I/c  I/d 


c  0%  0%  0%  1%  1%  0% 
II/a 
1% 
3% 
IV/b 
5%  II/b 
9%  II/c 
4% 

II/d 
5% 
IV/a 
36% 
III/a 
9% 

III/b 
10% 

III/d  III/c 
5%  11% 

 
Gambar 4. Prosentase SDM Kota Cimahi Per‐Golongan 

 
Berdasarkan data SDM yang ada, ditunjang dengan hasil Forum Group Discussion 
yang  telah  dilaksanakan,  bahwa  60%  dari  5812  jumlah  pegawai  yang  ada 
didominasi oleh Guru. Dimana profesi Guru sudah mendapatkan tunjangan Guru. 
Sehingga apabila angka 40%‐nya adalah pegawai Pemerintah kota Cimahi, maka 
angka  tersebut  berkisar  2325  orang  pegawai  non‐Guru.  Angka  inilah  yang 
kemudian kami gunakan dalam perhitungan. 

4.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Kota Cimahi 
Berdasarkan  data  Lakip  2008‐2013  yang  kami  peroleh,  terlihat  besaran 
Pendapatan Total Pemerintah Kota Cimahi bervariasi tiap tahunnya. Akan tetapi 
terjadi  penurunan  yang  cukup  rendah  terjadi  pada  kurun  waktu  2012  menuju 
2013,  dimana  angka  realisasi  pada  2012  adalah  Rp.  872,553,880,911.00  dan 
2013  sebesar  Rp.  872,552,563,936.00  (Tabel  1).  walau  tidak  cukup  besar,  akan 
tetapi  cukup  berpengaruh  terhadap  Besaran  Belanja  Daerah,  dimana  Belanja 
Daerah cenderung naik tiap‐tahunnya.  

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  26 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

Tabel 1. Pendapatan Total Kota Cimahi 

Pendapatan Total (PT) 
Tahun 
Target  Realisasi 
2008   ‐    501,879,586,763.00  
2009   561,750,581,298.00    592,066,884,241.00  
2010   627,302,077,226.66    619,488,837,730.00  
2011   716,050,128,278.12    722,983,366,785.00  
2012   866,254,872,874.05    872,553,880,911.00  
2013   866,254,872,874.00    872,552,563,936.00  
Sumber : Olahan berdasarkan Lakip Kota Cimahi 2008‐2013 
 

Untuk  Pendapatan  Total  Kota  Cimahi,  walaupun  pada  tahun  2013  sedikit 
mengalami penurunan akan tetapi tren memperlihatkan secara total mengalami 
peningkatan (Gambar 5).  

2008  2009  2010  2011  2012  2013 

Target  Realisasi  Linear (Target)  Linear (Realisasi) 


 
Gambar 5. Pendapatan Total dan Prediksi Linear Kota Cimahi 

 
 
Untuk  pendapatan  Asli  Daerah,  tiap  tahunnya  cenderung  memperlihatkan  tren 
kenaikan,  hanya  saja  pada  tahun  2012  dan  2013  mengalami  penurunan  (Tabel 
2). 
 
 
 
 

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  27 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

Tabel 2. Pendapatan Asli Daerah Kota Cimahi 

Pendapatan Asli Daerah (PAD) 
Tahun 
Target  Realisasi 
2008   ‐    65,108,491,622.00  
2009   76,278,639,222.00    75,049,167,992.00  
2010   81,594,254,429.50    87,321,034,057.00  
2011   109,043,541,699.00    117,914,378,161.00  
2012   126,601,535,599.00    144,541,919,313.00  
2013   126,601,535,599.00    144,540,602,338.00  
Sumber : Olahan berdasarkan Lakip Kota Cimahi 2008‐2013 
 
 
Walaupun  demikian,  akan  tetapi  tren  memperlihatkan  kecenderungan 
peningkatan secara total tiap tahunnya (Gambar 6).  
 

2008  2009  2010  2011  2012  2013 

Target  Realisasi 
Linear (Target)  Expon. (Realisasi) 
 
Gambar 6. Pendapatan Asli Daerah dan Prediksi Linear Pemerintah Kota Cimahi 

 
Untuk belanja pegawai, tiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan, 
kecuali memang seperti pendapatan total dan pendapatan asli daerah. Besaran 
belanja pegawai nampaknya disesuaikan dengan kondisi tersebut. Berdasarkan  

Tabel  3)  terlihat  bahwa  tahun  2013  kondisi  realisasi  belanja  pegawai  turun 
sebesar  Rp. 454,539,775.‐.  

 
 
KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  28 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

Tabel 3. Besaran Belanja Pegawai Kota Cimahi 

Belanja Pegawai (BP) 
Tahun 
Target  Realisasi 
2008   ‐    276,542,243,307.00  
2009   300,571,937,432.00    258,450,627,297.00  
2010   399,986,271,438.00    350,649,907,025.00  
2011   444,313,663,736.00    421,283,906,932.00  
2012   540,662,141,872.80    492,294,829,754.00  
2013   540,061,099,782.80    491,840,289,979.00  
Sumber : Olahan berdasarkan Lakip Kota Cimahi 2008‐2013 
 
Berdasarkan  data  tersebut,  apabila  dibandingkan  seperti  pada  Tabel  4,  untuk 
realisasi  Pendapatan  Asli  Daerah  terhadap  belanja  total  rata‐rata  berkisar  15% 
tiap  tahunnya.  Untuk  realisasi  Belanja  Pegawai  terhadap  Pendapatan  Total 
berkisar  54%  tiap  tahunnya.  Sebaliknya,  Belanja  Pegawai  tidak  bisa  ditopang 
oleh Pendapatan Asli Daerah. Jika kondisi ini dialami, maka akan terjadi defisit.  
 
Berdasarkan  data  yang  diperoleh,  sumber  dana  untuk  Belanja  Pegawai  saat  ini 
masih  bersumber  pada  Pendapatan  Total,  mengingat  realisasi  capaian  PAD 
terhadap Pendapatan Total Kota Cimahi masih sangat kecil, yaitu rata‐rata hanya 
15%  setiap  tahunnya,  sementara  kebutuhan  Belanja  Pegawai  mengambil  porsi 
yang lebih besar.  
 
Tabel 4. Prosentase PAD, Belanja Pegawai terhadap Pendapatan Total 

Realisasi  Realisasi  Realisasi 


Tahun 
% PAD thd PT  % BP thd PT  % BP thd PAD 
2008  13%  55%  425% 
2009  13%  44%  344% 
2010  14%  57%  402% 
2011  16%  58%  357% 
2012  17%  56%  341% 
2013  17%  56%  340% 
Sumber : Olahan berdasarkan Lakip Kota Cimahi 2008‐2013 
 
 

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  29 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

Apabila  kita  proses  secara  statistik  (Gambar  7),  maka  angka  Belanja  Pegawai 
Kota  Cimahi  akan  terus  mengalami  peningkatan  secara  linear.  Ini  diakibatkan 
oleh beban Pegawai yang tiap tahunnya akan selalu mengalami peningkatan.  

2008  2009  2010  2011  2012  2013 

Target  Realisasi 
Linear (Target)  Linear (Realisasi) 

 
Gambar 7. Besaran Belanja Pegawai dan Prediksi Linear Pemerintah Kota Cimahi 

Seperti  telah  dijelaskan  sebelumnya,  porsi  Pendapatan  Asli  Daerah  terhadap 


Pendapatan Total Kota Cimahi sangat kecil hanya  mencapai angka 15% saja. Ini 
dapat terlihat seperti ditunjukkan pada Gambar 8 berikut. 

Realisasi PT  Realisasi PAD 

 144,541,919,313.00   144,540,602,338.00  

 117,914,378,161.00  

 87,321,034,057.00  
 75,049,167,992.00  
 872,552,563,936.00  
 65,108,491,622.00    872,553,880,911.00  
 722,983,366,785.00  
 619,488,837,730.00  
 592,066,884,241.00  

 501,879,586,763.00  

2008  2009  2010  2011  2012  2013 


 
Gambar 8. Rasio PAD dan Sektor Lain terhadap Besaran Pendapatan Total 

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  30 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

 
 

4.3 Formulasi Besaran Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) 
Berdasarkan  PermenPANRB  No.63  Tahun  2011,  perhitungan  besaran  TPP 
didasarkan pada komponen berikut :  
1. Kelas Jabatan 
2. Batas Nilai 
3. Nilai Rata‐rata Jabatan 
4. Index Harga Jabatan 
5. Faktor Penyeimbang 
6. ITDKP 
 

4.3.1 Penentuan Kelas Jabatan  
Data menunjukkan bahwa SDM Kota Cimahi sebesar 40% dari 5812 atau sekitar 
2325  orang  adalah  murni  pegawai  non‐Guru.  Dari  data  tersebut,  selanjutnya 
diolah merujuk pada PermenPanRB No. 63 Tahun 2011 bahwa terdapat sekitar 
17 Kelas Jabatan. Kelas Jabatan ini dapat diterapkan apabila instansi pemerintah 
sudah melaksanakan Analisa Jabatan, Analisa Beban Kerja dan Evaluasi Jabatan. 
Kondisi  yang  ada  di  Pemkot  Cimahi  memperlihatkan  bahwa  belum  dilakukan 
Evaluasi  Jabatan  (Evjab),  sehingga  dasar  penentuan  kelas  jabatan  ditentukan 
berdasarkan Golongan Ruang. Dalam hal ini, golongan tertinggi (IV/e) yang ada 
di Pemkot Cimahi menempati Kelas Jabatan 17, dan seterusnya hingga terendah 
yaitu golongan I/a menempati Kelas Jabatan 1 (Tabel 5).  

Untuk  Eselonisasi,  kemudian  disesuaikan  dengan  Jabatan  dan  Golongan  yang 


bersangkutan sehingga didapat urutan seperti ditunjukkan pada Tabel 5. 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  31 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

 
 
 
 
Tabel 5. Asumsi Kelas Jabatan terhadap Pangkat Golongan 

KELAS 
GOL  JABATAN  ESELON 
JABATAN 
17  IV/e  (1) Walikota;    
16  IV/d  (2) Wakil Walikota  II.a 
15  IV/c  (1) Sekda  II.a 
(1) Kepala Badan; (2) Kepala Dinas; (3) 
Inspektorat; (4) Direktur; (5) AsDa; (6) Staf Ahli; 
14  IV/b  (7) Sek‐Wan  II.b 
(1) Sekretaris Badan/ Dinas/ Inspektorat/ Komisi; 
(2) Inspektur Pembantu Wilayah; (3) Kepala 
Kantor; (4) Camat; (5) Wakil Direktur; (6) Kepala 
Satuan Satpol PP; (7) Kepala Bagian (Sekda/ 
13  IV/a  Sekwan)  III.a 
(1) Kepala Bidang (Badan/ Dinas/ ); (2) Kepala 
Bagian (RSUD); (3) Sekretaris Camat; (4) 
12  III/d  Sekretaris Dewan  III.b 
(1) Kepala Sub‐Bidang (Badan/ Dinas); (2) Kepala 
Sub‐Bagian(Badan/ Dinas/ Inspektorat/ Kantor/ 
Sekda/ Sekwan/ Sekretariat KPU); (3) Kepala 
Seksi (Dinas/ Kantor/ Kecamatan); (4) Kepala UPT 
11  III/c  (Dinas); (5) Kepala UPT/ UPTD (Dinas); (6) Lurah.  IV.a 
(1) Kepala Sub‐Bagian (Dinas/ Kecamatan/ 
Sekwan Pengurus Korpri); (2) Kepala Tata usaha 
(SMK); (3) Kepala Seksi (Kelurahan); (4) Sekretaris 
10  III/b  (Kelurahan)   IV.b 
9  III/a  (1) Kepala Tata Usaha SMP/SMA  V.a 
8  II/d  Struktural    
7  II/c  Struktural    
6  II/b  Struktural    
5  II/a  Struktural    
4  I/d  Struktural    
3  I/c  Struktural    
2  I/b  Struktural    
1  I/a  Struktural    
Sumber : Hasil olahan penelitian, 2014 
 

4.3.2 Index Harga Jabatan 
Berdasarkan  PerMenPANRB  No.63  Tahun  2011  bahwa  Index  Harga  Jabatan 
diperoleh  dari  hasil  pembagian  Upah  Minimum  Regional  Provinsi  (UMRP) 
dengan  Nilai  Rata‐Rata  Jabatan  Terendah.  Untuk  besaran  UMRP  Provinsi  Jawa 

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  32 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

Barat Kota Cimahi tahun 2014 sebesar Rp. 1,735,473.‐ (SK. Gubernur Jawa Barat 
No.561/Kep.1636‐Bangsos/2014).  Untuk  nilai  jabatan,  Pemkot  Cimahi  belum 
melaksanakan  Evjab  sehingga  belum  didapatkan  angka  pasti  besaran  Nilai 
Jabatan  tiap  jenjang‐nya,  sehingga  pendekatan  yang  dilakukan  adalah 
menggunakan  pendekatan  Prov.  DKI  Jakarta  dimana  Nilai  rata‐rata  Jabatan 
Terendah  berkisar  215.  Ini  dilakukan  dengan  asumsi  bahwa  pergerakan  Nilai 
Jabatan Terendah tiap provinsi/ Kota tidak telalu jauh.  
 
Berdasarkan hal ini, maka besaran nilai Index Harga Jabatan dapat kita peroleh 
sebagai berikut : 
���� ���� ����ℎ�
����� ����� ������� =    
����� ���� − ���� ������� �������ℎ
1,735,473
����� ����� ������� =   = 8,072 
215
 
 
Perlu  diketahui,  bahwa  masih  berdasarkan  PermenPANRB  No.63/2011  bahwa 
capaian  Index  Tunjangan  Kinerja  Daerah  (ITDKP)  Provinsi  Jawa  Barat  adalah 
0.567  (56.7%).  Ini  artinya,  pelaksanaan  capaian  Reformasi  Birokrasi  di  Jawa 
Barat  sudah  mencapai  0.567.  Hal  ini  akan  berpengaruh  terhadap  perolehan 
besaran  Tunjangan  Tambahan  Penghasilan  Pengawai  (TPP)  di  Kota  Cimahi. 
Seperti  ditunjukkan  pada  Tabel  6  kolom  9  bawa  besaran  TPP  akan  mengalami 
perkalian  dengan  faktor  (ITDKP  sebesar  0.567)  sehingga  dapat  dipastikan 
besaran  tunjangan  yang  diterima  tergantung  capaian  ITDKP,  karena  faktor 
pengali‐nya ada di besaran ITDKP Provinsi.  
 
Penentuan  kelasj  jabatan  untuk  Pemkot  Cimahi  sudah  dijelaskan  diatas,  yaitu 
menggunakan  data  persamaan  Golongan  Ruang  dan  Eselon.  Idealnya,  kelas 
jabatan ini merupakan hasil pemetaan dari Nilai Jabatan (Tabel 6 kolom 3)  tiap‐
tiap pegawai yang merupakan hasil dari Evaluasi Jabatan kedalam Kelas Jabatan 
yang  bersangkutan.  Akan  tetapi  dikarenakan  Pemkot  Cimahi  belum 
melaksanakan Evjab, maka dibuat berdasarkan persamaan Golongan Ruang dan 
Eselon yang dipetakan ke dalam 17 Kelas Jabatan berbeda (Tabel 5). Untuk Nilai 

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  33 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

rata‐rata  Jabatan  (Tabel  6  kolom  4)merupakan  nilai  tengah  dari  Batas  Nilai 
terendah dan tertinggi. 
 
 
Tabel 6. Formulasi Besaran TPP Pemerintah Kota Cimahi 

Nilai  Kenaikan 
TPP 
rata‐ Nilai dari  Index 
Kelas  Faktor  Tunjangan TPP  Berdasarkan 
No  Batas Nilai  rata  Nilai Rata‐ Harga  Tunjangan 
Jabatan  Penyeimbang  Cimahi   ITDKP Jawa 
Jabata rata  Jabatan 
Barat (0.567) 
n  dibawahnya 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10) 
                    
1  17  4055   Keatas       
251   8,072  
4078  32,917,483   1.00  32,917,483.23   18,664,213  
     
450   8,072  
2  16  3605  ‐  4050  3828  30,895,455   1.00  30,895,455.38   17,517,723  
     
425   8,072  
3  15  3155  ‐  3600  3378  27,263,070   1.00  27,263,070.03   15,458,161  
     
400   8,072  
4  14  2755  ‐  3150  2953  23,832,484   1.00  23,832,483.87   13,513,018  
     
325   8,072  
5  13  2355  ‐  2750  2553  20,603,697   1.00  20,603,696.90   11,682,296  
     
250   8,072  
6  12  2105  ‐  2350  2228  17,980,307   1.00  17,980,307.48   10,194,834  
   
250   8,072  
7  11  1855  ‐  2100  1978  15,962,316   1.00  15,962,315.62    9,050,633  
   
250   8,072  
8  10  1605  ‐  1850  1728  13,944,324   1.00  13,944,323.76    7,906,432  
   
250   8,072  
9  9  1355  ‐  1600  1478  11,926,332   1.00  11,926,331.90    6,762,230  
10  8  1105  ‐  1350  1228  250   8,072    9,908,340   1.00   9,908,340.03    5,618,029  
11  7  855  ‐  1100  978  225   8,072    7,890,348   1.00   7,890,348.17    4,473,827  
12  6  655  ‐  850  753  200   8,072    6,074,156   1.12   6,803,054.16    3,857,332  
13  5  455  ‐  650  553  140   8,072    4,459,762   1.10   4,905,738.21    2,781,554  
14  4  375  ‐  450  413  75   8,072    3,329,687   1.20   3,995,623.88    2,265,519  
15  3  305  ‐  370  338  65   8,072    2,724,289   1.30   3,541,575.72    2,008,073  
16  2  245  ‐  300  273  58   8,072    2,199,611   1.55   3,409,397.25    1,933,128  
17  1  190  ‐  240  215  0   8,072    1,735,473   1.70   2,950,304.10    1,672,822  
Sumber : Hasil olahan penelitian, 2014 
 
Untuk  Kenaikan  Nilai  dari  Nilai  Rata‐rata  dibawahnya  (Tabel  6  kolom  4), 
diperoleh  dari  pengurangan  rekursif  Nilai  Rata‐rata  jabatan  diatas  dengan 
dibawahnya,  begitu  seterusnya.  Selanjutnya,  Index  Harga  Jabatan  seperti  yang 
sudah  dijelaskan  sebelumnya,  diperoleh  dari  pembagian  nilai  UMRP  dibagi 
dengan Nilai Rata‐Rata Jabatan Terendah (215). 
 
1,735,473
����� ����� ������� =   = 8,072 
215
 

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  34 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

Besaran Tunjangan (Tabel 6 kolom 7), diperoleh melalui rumus : 
��������� = ����� ���� − ���� �������  � (����� ����� �������)  
 
sehinga  besaran  tunjangan  dapat  bervariasi  tergantung  dari  Nilai  Rata‐Rata 
Jabatan yang berbeda‐beda.  

4.3.3 Faktor Penyeimbang 
Faktor  penyeimbang  adalah  nilai  yang  digunakan  sebagai  dasar  pemerataan 
besaran antar kelas jabatan terutama kelas yang rendah, agar  gap besaran TPP 
yang  diterima  antar  kelas  bawah  dengan  kelas  tertinggi  tidak  terlalu  jauh. 
Berdasarkan  perhitungan  pembagian  Nilai  Tunjangan    tertingi  dibagi  Nilai 
Tunjangan Terendah (Tabel 6 kolom 8), maka besaran faktor penyeimbang Kota 
Cimahi diperoleh sebagai berikut :  
 32,917,483 
����� ������ ����������� =   = 18,97 
 1,735,473 
 
Angka  total  faktor  penyeimbang  inilah  yang  kemudian  menjadi  faktor  pengali 
Tunjangan  sehingga  untuk  Kelas  Jabatan  yang  sudah  tinggi  tidak  perlu  faktor 
pengali  lebih  (kalikan  dengan  1),  dan  sebaliknya  untuk  Kelas  Jabatan  yang 
semakin  rendah  ada  faktor  pengali  agar  besaran  tunjangan  lebih  merata. 
Sehingga apabila kita melihat sebaran nilai Total Faktor Penyeimbang, semakin 
kebawah  maka  semakin  tinggi.  Harapannya  memang  faktor  penyeimbang  ini 
menjadi  faktor  pengali  pembesar  dalam  perolehan  tunjangan  bagi  kelas‐kelas 
bawah.  Hal  ini  dapat  kita  lihat  seperti  pada  (Tabel  6  kolom  9),  dimana  faktor 
pengali menjadi faktor signifikan terhadap pendapatan tunjangan TPP tiap kelas 
terutama yang paling bawah.  

4.3.4 ITDKP 
Tidak berhenti sampai disini, besaran TPP masih tergantung pada faktor ITDKP 
(Tabel 6 kolom 10),, dimana ITDKP Jawa Barat tahun 2011 masih berkisar 0.567‐
pun  menjadi  faktor  pengali  terakhir  bagi  besaran  Tunjangan  TPP  yang  akan 
diperoleh.  Seperti  terlihat  pada  (Tabel  6  kolom  10)  besaran  tunjangan  tiap 
kelasnya  akan  mengalami  perkalian  sebesar  0.567  sehingga  dapat  dipastikan 
apabila  ITDKP  Provinsi  Jabar  semakin  tinggi,  maka  semakin  tinggi  pula 
KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  35 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

perolehan  tunjangan  TPP.  ITDKP  tergantung  dari  capaian  Reformasi  Birokrasi 


yang dilaksanakan ditingkat Provinsi‐nya.  

4.4 Anggaran yang dibutuhkan 
Selanjutnya,  kita  simulasikan  besaran  dana  yang  dibutuhkan  TPP  setiap 
tahunnya dan sebarapa besar bebannya terhadap Pendapatan Total.  
 
Diketahui  bahwa  Golongan  Ruang  terbesar  di  Pemkot  Cimahi  adalah  Golongan 
IV/a (36.4%), Golongan III/c (11.18%). Kita simulasikan sebagai berikut : 
! Pegawai A, Golongan IV/a " Kelas Jabatan 13, besaran Tunjangan setelah 
ITDKP perbulannya sebesar Rp. 11,682,296.‐. Untuk 12 Bulan, maka 12 x 
Rp. 11,682,296.‐ = Rp. 140,187,554.‐ 
! Pegawai B, Golongan III/c " Kelas Jabatan 11, besaran Tunjangan setelah 
ITDKP  perbulannya  sebesar  Rp.  9,050,633.‐.  Untuk  12  Bulan,  maka  12  x 
Rp. 9,050,633.‐ = Rp. 108,607,595.‐ 
! Pegawai  C,  Golongan  II/b  "  Kelas  Jabatan  6,  besaran  Tunjangan  setelah 
ITDKP  perbulannya  sebesar  Rp.  3,857,332.‐.  Untuk  12  Bulan,  maka  12  x 
Rp. 3,857,332.‐ = Rp. 46,287,981.‐ 
 
Dengan menggunakan Asumsi dari 5812 jumlah pegawai di Kota Cimahi, hanya 
40% atau sekitar 2325 Pegawai saja yang merupakan pegawai Non‐guru, maka 
kebutuhan dana untuk TPP dapat kita hitung sebagai berikut : 
! Kebutuhan  dana  Pegawai  A,B,C  selama  12  Bulan  sebesar  Rp. 
295,083,130.‐ 
! Maka kebutuhan dana untuk 2325 Pegawai adalah sebesar : 
������� ���� ��� 1 ��ℎ�� = 2325 �  ��. 295,083,130 ∶ 3
= ��.  228,689,425,466.16  
! Apabila  kita  melihat  Realisasi  Pendapatan  Total  Tahun  2013  sebesar 
Rp.872,552,563,936.‐  maka  beban  TPP  1  tahun  berkisar  sekitar  26.24% 
terhadap Pendapatan Total. 
 

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  36 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

Maka  dengan  demikian,  besaran  TPP  menghabiskan  dana  sebesar  Rp. 


228,984,508,596    atau  26.24%    dari  Pendapatan  Total  atau  158%  dari 
Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Cimahi. 
 
Dengan perhitungan yang sama, apabila guru tetap memperoleh besaran insentif 
sebesar  rata‐rata  Rp.  400,000.‐  maka  besaran  TPP  akan  menghabiskan  dana 
sebesar  Rp.  245,723,068,596.‐  atau  38.16%  dari  Pendapatan  Total  atau  170% 
dari Pendapatan Asli Daerah Kota Cimahi. 

4.5 Besaran TPP Untuk Tiap Kelas Jabatan 
Dengan  menggunakan  perhitungan  seperti  diuraikan  diatas,  maka  diperoleh 
besaran TPP untuk tiap kelas jabatan seperti terlihat pada Tabel 7. 
 
Tabel 7. Skenario Besaran TPP 
SKENARIO 
KELAS  BESARAN 
GOL  JABATAN  ESELON  TPP (Hasil 
JABATAN  EKSISTING 
Kajian) 
17  IV/e  (1) Walikota;      18,664,213     
16  IV/d  (2) Wakil Walikota      17,517,723     
15  IV/c  (1) Sekda  II.a   15,458,161    20,000,000  
(1) Kepala Badan; (2) Kepala Dinas; (3) 
Inspektorat; (4) Direktur; (5) AsDa; (6) Staf Ahli; 
14  IV/b  (7) Sek‐Wan  II.b   13,513,018    7,500,000  
(1) Sekretaris Badan/ Dinas/ Inspektorat/ Komisi; 
(2) Inspektur Pembantu Wilayah; (3) Kepala 
Kantor; (4) Camat; (5) Wakil Direktur; (6) Kepala 
Satuan Satpol PP; (7) Kepala Bagian (Sekda/ 
13  IV/a  Sekwan)  III.a   11,682,296    5,000,000  

(1) Kepala Bidang (Badan/ Dinas/ ); (2) Kepala 
Bagian (RSUD); (3) Sekretaris Camat; (4) 
12  III/d  Sekretaris Dewan  III.b   10,194,834    4,250,000  
(1) Kepala Sub‐Bidang (Badan/ Dinas); (2) Kepala 
Sub‐Bagian(Badan/ Dinas/ Inspektorat/ Kantor/ 
Sekda/ Sekwan/ Sekretariat KPU); (3) Kepala 
Seksi (Dinas/ Kantor/ Kecamatan); (4) Kepala 
UPT (Dinas); (5) Kepala UPT/ UPTD (Dinas); (6)   2,500,000‐
11  III/c  Lurah.  IV.a   9,050,633   3,750,000  
(1) Kepala Sub‐Bagian (Dinas/ Kecamatan/ 
Sekwan Pengurus Korpri); (2) Kepala Tata usaha 
(SMK); (3) Kepala Seksi (Kelurahan); (4)   2,000,000 ‐ 
10  III/b  Sekretaris (Kelurahan)   IV.b   7,906,432   2,250,000  
9  III/a  (1) Kepala Tata Usaha SMP/SMA  V.a   6,762,230     
8  II/d  Struktural      5,618,029     
7  II/c  Struktural      4,473,827     
6  II/b  Struktural      3,857,332     

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  37 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

5  II/a  Struktural      2,781,554     


4  I/d  Struktural      2,265,519     
3  I/c  Struktural      2,008,073     
2  I/b  Struktural      1,933,128     
1  I/a  Struktural      1,672,822     
   

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  38 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

BAB 5 KESIMPULAN 
 
 
Berdasarkan hasil kajian, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :  
1. Besaran  TPP  menghabiskan  dana  sebesar  Rp.  228,984,508,596    atau 
26.24%    dari  Pendapatan  Total  atau  158%  dari  Pendapatan  Asli  Daerah 
Pemerintah Kota Cimahi. 
2. Apabila  guru  tetap  memperoleh  besaran  insentif  sebesar  rata‐rata  Rp. 
400,000.‐  maka  besaran  TPP  akan  menghabiskan  dana  sebesar  Rp. 
245,723,068,596.‐  atau  38.16%  dari  Pendapatan  Total  atau  170%  dari 
Pendapatan Asli Daerah Kota Cimahi. 
3. Apabila  Pemerintah  Kota  Cimahi  sudah  menjalankan  Evaluasi  Jabatan, 
maka  dapat  dipastikan  jumlah  26%  ini  dapat  berkurang  dikarenakan 
dengan jabatan yang sama, belum pasti beban kerja sama sehingga kelas 
jabatan dapat berbeda pula. 
4. Pemetaan  Kelas  jabatan  yang  digunakan  untuk  Pemerintah  Kota  Cimahi 
dirasa  cukup  tinggi,  dikarenakan  lazimnya  untuk  sekarang  ini  Kelas 
Jabatan  tertinggi  (Kelas  17  dan  16)  hanya  untuk  Gubernur  dan  Wakil 
Gubernur.  Mengingat  bahasan  ini  hanya  diperuntukkan  bagi  Pemkot 
Cimahi,  maka  Jabatan  tertinggi  tersebut  ditempati  oleh  Walikota  dan 
Wakil  Walikota,  akan  tetapi  apabila  sudah  dilakukan  Evaluasi  Jabatan, 
maka  dipastikan  Jabatan  Walikota  dan  Wakil  Walikota  akan  dapat 
menempati  posisi  Kelas  Jabatan  15  atau  14.  Sehingga  pada  akhirnya 
faktor  pengali  menjadi  lebih  kecil  dan  beban  besaran  TPP  menjadi  lebih 
kecil pula. 
5. Index  Tunjangan  Kinerja  Daerah  Provinsi  (ITDKP)  Jawa  Barat 
berdasarkan  PerMenPANRB  No.63  Tahun  2011  sebesar  0.567.  Artinya 
faktor  pengali  akhir  hanya  sebesar  56.7%  saja.  Apabila  kemudian 
didapatkan  angka  ITDKP  terakhir,  maka  dapat  dipastikan  besaran 
perolehan TPP akan semakin besar pula.  
6. Agar besaran TPP semakin akurat, maka harus segera dilakukan Evaluasi 
Jabatan. 
 
KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  39 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

Referensi 
 
 
Buku 
Armstrong,  Michael  &  Baron,  Angela  (2005).  ”Managing  Performance: 
Performance  Management  in  Action.”  Institute  of  Personnel  and 
Development 
Bacal,  Robert  (1998).  ”Performance  Management  2nd  Edition.”  The  McGraw‐Hill 
Companies 
Baird, Lloyd (1986). “Managing Performance.” Wiley, 1986  
Gary  Dessler  (2003:322).  “Human  resource  management.”  Upper  Saddle  River, 
N.J. : Prentice Hall 
Ivancevich, John M. (1995).  “Human Resources Management . “ McGraw‐Hill 
Jensen,  Michael  C.    (1976).  “Theory  of  the  Firm  :  Managerial  Behavior,  Agency 
Costs and Ownership Structure.” Harvard Business School.  
Mondy & Noe (1993). “Human Resources Management.” Prentice Hall 
Ruky,  Achmad  S.  (2002).  “Sistem Manajemen Kinerja (performance management 
system)  Panduan  Praktis  untuk  Merancang  dan  Meraih  Kinerja  Prima.“ 
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 
Siswanto  (1987).  “Manajemen  Tenaga  Kerja  Indonesia.”  Jakarta  :  PT.  Bumi 
Aksara.  
Udekusuma (2007). “Manajemen Kinerja Definisi Manajemen.” Jakarta 
Wibisono,  Dermawan  (2006).  “Manajemen  Kinerja  :  Konsep,  Desain  dan  Teknik 
Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. “ Erlangga, Indonesia  
William , B. Werther & Keith, Davis (1995). Human Resources and Personal  
Management. Jakarta 
Williams,  Richard  S.  (1998).  “Performance  Management:  Perspectives  on 
Employee Performance. “ International Thomson Business Press 
 
Dokumen 
Lakip Kota Cimahi 2008‐2013 
Data PNS Cimahi 2013 
RPJMD Kota Cimahi 2012‐2017 

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  40 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

 
Peraturan Perundangan 
Undang‐Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 
Undang‐Undang  Nomor  08  Tahun  1974  tentang  Pokok‐Pokok  Kepegawaian 
sebagaimana telah diubah dengan Undang‐Undang Nomor 43 Tahun 1999 
tentang  Perubahan  atas  Undang‐Undang  Nomor  08  Tahun  1974  tentang 
Pokok‐Pokok Kepegawaian; 
Undang‐Undang  Nomor  32  Tahun  2004  tentang  Pemerintahan  Daerah 
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang‐ Undang 
Nomor  12  Tahun  2008  tentang  Perubahan  Kedua  atas  Undang‐  Undang 
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 
Undang‐Undang Nomor 05 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara; 
Peraturan  Pemerintah  Nomor  07  Tahun  1977  tentang  Peraturan  Gaji  Pegawai 
Negeri  Sipil  sebagaimana  telah  diubah  beberapa  kali,  terakhir  dengan 
Peraturan  Pemerintah  Nomor  22  Tahun  2013  tentang  Perubahan  Kelima 
Belas atas Peraturan Pemerintah Nomor 07 Tahun 1977 tentang Peraturan 
Gaji Pegawai Negeri Sipil; 
Peraturan  Pemerintah  Nomor  38  Tahun  2007  tentang  Pembagian  Urusan 
Pemerintahan  antara  Pemerintah,  Pemerintahan  Daerah  Provinsi, 
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; 
Peraturan  Pemerintah  Nomor  53  Tahun  2010  tentang  Disiplin  Pegawai  Negeri 
Sipil; 
Peraturan  Pemerintah  Nomor  46  Tahun  2011  tentang  Penilaian  Prestasi  Kerja 
Pegawai Negeri Sipil; 
Peraturan  Presiden  Nomor  81  Tahun  2010  tentang  Grand  Design  Reformasi 
Birokrasi  2010‐2025;  Peraturan  Menteri  Dalam  Negeri  Nomor  13  Tahun 
2006  tentang  Pedoman  Pengelolaan  Keuangan  Daerah  sebagaimana  telah 
diubah  beberapa  kali,  terakhir  dengan  Peraturan  Menteri  Dalam  Negeri 
Nomor  21  Tahun  2011  tentang  Perubahan  Kedua  atas  Peraturan  Menteri 
Dalam  Negeri  Nomor  13  Tahun  2006  tentang  Pedoman  Pengelolaan 
Keuangan Daerah; 

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  41 
CIMAHI 
 
   
LAPORAN AKHIR 
   

Peraturan  Menterin  Dalam  Negeri  Nomor  12  Tahun  2008  tentang  Pedoman 
Analisis  Beban  Kerja  di  Lingkungan  Departemen  Dalam  Negeri  dan 
Pemerintah Daerah; 
Peraturan  Menteri  Pendayagunaan  Aparatur  Negara  Nomor 
Per/15/M.Pan/7/2008 tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi; 
Peraturan  Menteri  Pendayagunaan  Aparatur  Negara  dan  Reformasi  Birokrasi 
Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi Tahun 2010‐
2014; 
Peraturan  Menteri  Pendayagunaan  Aparatur  Negara  dan  Refomasi  Birokrasi 
Nomor 33 Tahun 2011 tentang Pedoman Analisis Jabatan; 
Peraturan  Menteri  Pendayagunaan  Aparatur  Negara  dan  Reformasi  Birokrasi 
Nomor 34 Tahun 2011 tentang Pedoman Evaluasi Jabatan; 
Peraturan  Menteri  Pendayagunaan  Aparatur  Negara  dan  Reformasi  Birokrasi 
Nomor  63  Tahun  2011  tentang  Pedoman  Penataan  Sistem  Tunjangan 
Kinerja Pegawai Negeri; 
Peraturan  Kepala  Badan  Kepegawaian  Negara  Nomor  01  Tahun  2013  tentang 
Ketentuan  Pelaksanaan  Peraturan  Pemerintah  Nomor  46    Tahun  2011 
tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS. 
 
 
 

KAJIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) DI PEMERINTAH KOTA  42 
CIMAHI 
 

Anda mungkin juga menyukai