Anda di halaman 1dari 422

STRUKTlJ

R BETON
BERTULANG
BERDASARKAN SK.SN T-15-1991-03
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM . RI

.
ISTIMAWAN Dlp9HUSOOO
'
. STRUKTUR
BETON
BERTULANG
BERDASARKAN SK.SNI T-15-19 91-
03
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM RI

. ./, 4.··
I

ISTIMAWAN DIPOHUSODO


. r
DA FTA R ISi

KATA PENGANTAR

Kepala Sadan Penelitian dan Pengembangan


Departemen Pekeaan Umum Republik
Indonesia IR. Soenarjono Danoedjo

KATA PENGANTAR

Ji·· 1. SIFAT BAHAN SETON DAN


MEKANIKA LENTUR

•I • I
i.1.
1.2.
Baton
Peraturan dan Standar
Perencanaan Struktur Baton

. 1.3.
1.4.
Bertulang
Semen dan Air
Bahan Agregat

r 1.5. Adukan Seton


1.6.. ... .Kµat Seton Terhadap Gaya Tekan
· 1.7. - Kuat Seton Terhadap Gaya Tarik
1.8. ·· Sifat Rangkak dan Susut
1.9. Baja Tutangan
1.1O. Balok Ter1en'tur 1
j Soal-soai 2

2. BALOK PERSEGI DAN PLAT


. ·. BERTULANGAN TARIK SAJA
,.,, I , , 2.1. Pendahuluan
2.2. Metode Analisis dan Perencanaan
2.3. Anggapan-anggapan
2.4. Kuat Lentur Penampang Balok Persegi
5.4. Keseimbangan Gayaaya
Dalam
5.5. Hubungan Tegangan dan Regangan . 1t
5.6. Metode Transformasi Penampang
I. Penampang Balok Bertulangan h""I
1tlt1
Seimbang, Kurang, atau Lebih 5.7. Analisis Balok Persegi Bertulangan Tarik
33 159
Saja
..· .
':
Tarik Pambatasan Penulangan
i.
35 5.8. Penampang Balok Bertulangan
Seimbang, Kurang, atau Lebih
Parsyaratan Kekuatan 3 ... 5.9. Perencanaan Balok Persegi Bertulangan Tarik
161
Analisis Balok Terlentur 163
Saja
Bertulangan Tarik Saja 171
L e 5.10. Perencanaan Balok Persegi Bertulangan Rangkap

••
PlatTer1entur 175
Io. Analisis Plat Terlentur Satu Arah 5.11. Analisis Balok Persegi Bertulangan Rangkap 1 71
42 5.12., Perencanaan Kuat Geser dan Torsi
45 •
46
1 SoaJ-soal
Perencanaan Balok Terlentur 180
1.
Bertulangan Tarik Saja 48
1 6. PA NJA NG PENYA LURAN DAN
2. Perencanaan Plat Terlentur Satu Arah 58
SoaJ-soaJ 62 SAMBUNG AN BAJA 18 1
TULANGAN
18 1
6.1. Pendahuluan
PENAMPA NG BALOK T DAN 183
BALOK BERTULANGAN RA NGKA P 66 6.2. Panjang Penyafuran Tulangan Baja Tarik 1R5
6.3. Panjang Penyaluran Tulangan Baja Tekan
I. Pendahuluan 6.4. Persyaratan Jangkar, Kait, dan
66 Hi fl
Bengkokan
Analisis Balok T Terlentur 68 5.5. .Sambungan Batang Tulangan
1U;'
Pembatasan Penulangan Tarik Balok T 72 6.6. Sambungan Tularigan Baja Tarik
1!)3
Analisis Baok Bukan Psrsegi Empat 76 . 6.7. Sambungan Tulangan Baja Tekan
J4
Perencanaan Balok T 6.8. Pemberhentian dan Pembengkokan Batang
78
). Ba!ok Persegi Bert1Jlangan Rangkap . . 84 Tulangan Struktur Bentang 195
Sederhana
r Analisis Balok Terlentur Bertulangan Rangkap (Kond1s1 I) 86 6.9. Persyaratan Panjang Penyaluran Tulangan
3. Analisis Balok Terlentur Bertulangan Rangkap (Kondisi II} 91 M9men Positif Balok Bentang Sederhana 203
3. Perencanaan Balok Bertulangan Rangkap Soal-soal 205
97
Soal-soai "102
7. STR UKTUR BENTANG MENER
PENULA NGA N G ESER DA US DAN PLAT DUA AR AH 20 7
N PUNTIR BALOK 106 7.1. Pendahuluan 207
TERLENTUR
I. Kuat 106 7.2. Struktur Baioi< dan Plat Menerus 208
Geser
> Periiaku Balok tanpa Periulangan Geser 109 7.3. Pemberhentian Tulangan Struktur Bentang Menerus 2 10
3. Psrencanaan Penulangan Geser 1 7.4. Konsep P-mdekatan Struktur Plat Dua 230
12 Arah
i. Geser pada Balok 126 7.5.. Moman Statis Total
Tinggi 232
Tertaktor
). Gesar 1 7.6. Metode PerencanaaA Langsung
Friksi 2M
30
). Gaser pada Kansai Pendek 7.7. Metode Rangka Ekivalen
1 2t31
32
r KuatTorsi (Puntir} Soal-soal
137 264
3. Pedoman Penulangan Torsi ..; 140 ·. · . . ··;,.-

SoaJ-soaJ ..149 · 8. KEMAMPUAN KELA 268


' - . YANAN
METODE PERENCA NAAN ELASTIK 268
15 8.1. Pendahuluan
269
2 8.2. Lendutan
I. Pendahuluan 152 8.3. Moman lnersia Penampang
271
- Konsep dan Anggapan-anggapan Retak
1 275
53 8:4. Lendutan Seketika
3. Tegangan ijin 154 .
T vu

I 12. PENULANGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA


12.1. Pendahuluan
12.2. Pemencaran Energi dan Tingkat Daktilitas
8.5. Lendutan Jangka Panjang 420
12.3. Persyaratan Perencanaan dan Analisis
428
12.4. Struktur Rangka dengan Beban Lentur dan
2n I I Beban Aksial Kecil
8.6.
8.7.
Lendutan Struktur Bentang Menerus
Pangendalian Retak
281
,.,.. 281
• • 12.5. Struktur Rangka dengan Beban Lentur dan
Beban Aksial Besar
429

12.6. Ketentuan Kuat Gaser 431


Soal-soat·

285

9. STRUKTUR KOLOM
287
287 12.7.' Struktur Dinding, Diafragma, dan Rangka Batang 434
9.1. Pendahullan
290 377
9.2. Kekuatan Kolom Eksentrisitas Kecil 9.; 3. C. 2. Fondasi Telapak Dinding
9.3. Persyaratan Detail Penulangan Kolom 292 339 4 0.3. Fondasi Telapak Kolom 11.2.
9.4. Analisis Kolom Pendek Eksentrisitas Kecil Struktur Setempat
295 Kolom 0. 4. Fondasi Bujur Sangkar
10. STRU Konse
9.5. Perencanaan Kolom Pendek Eksentrisitas Kecil 297 Langsing 10.5. Fondasi Empat Persegi Panjang p
301 329 KT 361
9.6. Hubungan Beban Aksial dan Moman Dasar
Penampang Kolom Bertulangan Seimbang 302 S
UR 0.6. Fondasi Gabungan dan
. ! .
Kakuatan Kolom Eksentrisitas Besar '305 FO 10.7. Fondasi Terikat Gabungan Pende
9.8. e
katan
9.9. Analisis Kolom Pandek Eksentrisitas Besar a ND Scal-soal
306 Peren
316 l- ASI canaa
9.10. Metode Pendekatan Empiris 11. DASAR-DASAR n
s
9.11. Faktor Reduksi Kekuatan 0 untuk Kolom SETON
320 o 10.1. Pandahu 11.3. Pola
322 a luC'll PRATEGANGAN Tegan
9. 2. Perencanaan Kolom Pendek Eksentrisitas Besar
l 11.1. Pendahuluan gan
Balok Seton Prategangan 383 435
392 12.8. Titik Pertemuan Rangka
11.4. Kehilangan Gaya Prategangan 437
394
1.5.
Analisis Balok Baton Prategangan 13. DETAIL PENULANGAN
11.6. Perencanaan Bentuk Penampang 441
13.1. Pendahuluan
dan Tata Letak Tendon 441
13.2. G_ambar Kerja Pemasangan Penulangan
442
403 13.3. S1stem Notasi dan Tanda Batang Tulangan
445
. 411 13.4. Daftar-daftar
11.7. Metode Pengimbangan Beban 13.5. Daftar Bengkokan Batang Tulangan
447
11.8. Kuat Lentur Komponen Prategangan
13.6. Pemasangan Batang Tulangan Baja
450
453
415
Apendiks
Apendiks A: Tabel-Tabel
455

..
Apendiks B: Notasi- Notasj
507
Apandiks C: Dattar Buku
515
Al.'Uan lnd e k s
5 19
Tentang Pengarang
1
52 7

11.9. Kuat Gaser Komponen Prategangan 421


423
• •• '•
·''#' '

j)(
Soal-soal

viii
_.: \..
O E? A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M
SADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PU .I KATA PENGANTAR
JAL.AN PATilMUP.A NO. 20 KEBAYO SARLI - JAKARTA TEL?. 71508:3, T.395083, 711529,
711580 t
.. .
J
I

.,,. " •
Sasaran utama buku ini menyajikan dasar-dasar pangertian sistem struktur beton seder
KATA PENGANTAR hana pada umumnya, dan perilaku serta kekuatan komponen struktur beton bertulang
pa da khususnya Bersamaan dengan berkembangnya p.enelitian dan
penrbitan/penerje mahan buku-buku literatur struktur baton yang meningkat pada akhir-
akhir ini, dimaksud kan juga untuk mengetengahkan informasi kepada pambaca
terutama berkaitan dengan
Jalam rangka usaha memasyarakatkan ilmu dan teknologi sesuai dengan perkembangan di
penggunaan metode dan peraturan terbaru yang diberlakukan di Indonesia. Akan tetapl
atu pihak dan mendorong terjaminnya mutu produk di lain pihak, maka Pemerintah melaiul
buku ini sama sakali dimaksudkan bukan untuk memuat berbagai risafah teoritis mengennl
Jepartemen terkait menyiapkan parangkat standar yang diproyeksikan menjadi Standar
analisis dan perencanaan struktur baton. bertulang, tetapi mengutamakan pendekatan

.
Nasional Indonesia (SNI) dan berlaku secara
nasional. pra Js dan bersifat nor.-kalkulus. Buku ini ditengkapi dengan berbagai contoh permasa
SK SNI T-15-1991-03 dengan judul "Tata Cara Penghitungan Struktur Seton untuk 'sa
lahan mendasar, berikl.'.1 fangkah-langkah penyeiesaiannya dipilih dari berbagai buku acu-
ngunan Gedung•, merupakan salah satu wujud standar yang dikeluarkan cieh Departemen
Pekeaan Umum yang perfu disebarfuaskan ." an untuk c1isajikan dalam bentuk yang sudah dikenal sebagai langkah standar. Format de
SETON BERTULANG" ini periu didukung. agar sasaran pembuatan standar tarsebut da-
mikian dipilih disertai dengan harapan agar upaya penguasaan dasar-dasar pengetahuan
at segera tercapai. d[.tn pemahaman peraturan baru mengenai struktur baton bertulang dapat berlangsung
Untuk seiap usaha memasyarakatkan standar seperti halnya penerbitan bi.;ku
"STRUKTUR
•- dengan lebih baik lagi.
Di Indonesia, peraturan atau pedoman yang mengatur perancanaan dan pelaksa
Saya ucapkan selamat atas usaha Penulis, sdr. Ir. ISTIMAWAN DIPOHL.:3000, semoga

ermanfaat.
xi

Jakarta. Oesember 1993


.
·Kepala SA DA N UTBANG
;
PU l
J
: ,, 1.
'

··.

Ir. Soenarjono Danoedjo


naanben alami pembaharuan bt? dimaks m gi pesatnya la.ju perkembangan ilmu p:·gatahuan dan teknologi khususnya yang
gunan
beton berapa kali, sajak Paraturan udkan e berkaitan dengan baton ataupun struktur bAton bertulang.
bartulang
yang Baton Indonesia 1955 (PBI un hik n Dalcm era pembangunan,. kadang-kadang dirasakan bahwa di suatu daerah
diterbitka
n oleh 1955), PBl 1971, sarta yang memen g atau lokasl tertentu terutama di kota-kota basar dengan bangunan-bangunan pencakar
Departem terakhir adalah Standar SK uhi i
en langit nya, kebutuhan akan terssdianya peraturan yang memadai dan mencakup
Pekerja SNI T-15-1991-03 yang juga kebutu m perkembang fm teknofogi mutakhir sangat mendesak. Tatapi hendal<nya diingat pufa
Umum RI
di or al s.ebagai Pedoman han b bahwa karena lu asnya negen ini, di daerah lainterutama di pelosok-pelosok terkadang
telah
Seton 1989. Pembaharuan dalam a masih dijumpal puh•
meng
tersabut tentunya upaya n 1dU
bahwa konsep peraturan yang lama belum sepenuhnya dikuasai. Dengan sendirinya
un tuk menghadapi keadaan tidak seimbang yang demikian, menjadi bagian tugas bagi
para teknokrat dan rekayasawan yang bergerak di bidan struktur baton untuk
da Bab 8, dan baton pratagangan. Pada Bab 6 diketengahkan mengenai tata-cnr tt ptt
mengatasinya terutama melaJui upaya pendidikan dan pelatihan intens!f yang
nyambungan dan perhitungan sarta persyartan panjang penyaluran batang baja tuhmu
bersinambung.
an, sedangkan Bab 7 mengetangahkan diskusi mengenai struktur bentang menerus dun

Dengan memperhatikan keadaan tersebut di_ atas dan daJam rangka upaya mem plat penulangan dua arah. Pada Bab 9 dan Bab 10 diketengahkan tata-cara analisis dan
perancanaan untuk aplikasi, berturut-turut untuk komponen struktur kolom dan fondasl.

.
•perkenalkan Tata Cara Penghitungan Struktur Baton SK SNI T-15-1991-03 lebih luas,
Kamudian pada Bab 11 diketengahkan dasar-dasar pemahaman struktur baton metodo
prategangan, dan pada Bab 12 adalah tata cara penulangan yang harus diperhatikan
buku ini disusun dengan sepenuhnya menggunakannya sebagai bahan acuan utama de
pada bangunan-bangunan tahan gempa. Seperti di etahui, karena di Indonesia balum
" •
ngan menggunakan_ sistem satuan SL Sedangkan sebagai referensi (acuan) pelengka,p terse dia pedoman atau standar pelaksanaan pekerjaan detail penulangan, masih sering
nya banyak diambildari berbagai buku yar.g membahas struktur beton berdasarkan dijum pai dalam petaksanaannya di lapangan terkesan tidak sistamatis, kurang rapih,
pada ACI Building Code. Seperti diketahui, penyusunan SK SNI T-15 1991-03 juga yang tldnk jarang mengakibatkan hasilpekarjaan menjadi kurang efisien, bahkan tidak
menggu nakan ACI 318M-83 sabagai acuan utama di samping beberapa peraturan dapat morm•-
lainnya, sesuai dengan kebutuhan di Indonesia. Dangan demikian diharapkan buku • nuhi persyaratan. Untuk itu, sebagai diskusi penutup dan merupakan bab yang terokhlr,
ini dapat menambah kakayaan khazanah dunia pengatahuan dan berguna sabagai Bab13, diketengahkan diskusi mengenai tata-cara menyusun detail pemasangan tulanu
sumber informasi teknolgi serta aruan perancanaan bagi para pelajar sekolah kejuruan an yang perlu diparhatikan.
teknik, mahasiswa, teknisi, ar sitak, dan rekayasawan yang bergerak di bidang struktur
Pada kesempatan yang baik ini, parkenankan penulis menyampaikan rasa
beton.
tenmn kasih yang sebesar-basamya kepada banyak pihak yang telah membantu dalam
Kerangka dasar dan pengelompokan diskusi dalam buku ini didasarkan pada penyiap an naskah buku ini. Khususnya kepada asistan, Ir. Djoko Sumiyanto yang telah
pe ngalaman penul!s selama melaksanakan tugas sebagai pengajar di Fakultas Teknik mamban tu dalam proses editing, kepada Ir. Jacobus Wiryawan beserta stat: Freddy
Uni versitas Gadjah Mada. Dangan mengacu pada buku-buku yang meneiaah tentang Kasenda dnn
meka- Ashida di Computa Computer Centre, Yogyakarta, yang telah memberikan banyak bantu·
. nika dan kekuatan bahan, pada Bab 1 dibahas mengenai sifat-sifat penting bahan adukan '
an dalam memproses data dan kata. Kepada isteri dan anak, R3.diyanti dan Shiddieq, pu·
baton dan baja tulangan, di samping pembahasan perilaku balok terlentur pada umum nulberhwang atas kebaikannya untuk kesabaran, dorongan, dan dukungannya, dan
kepada merakalah buku ini dipersembahkan.
nya.. Pada Bab 2 dikatenyahkan pembahasan metode analisis dan perencanaan untuk
balok persegi bertulangan tarik saja, di samping juga untuk plat penulangc.;n satu arah. Se ••
dangkan Bab 3 membahas balok persegi bertulangan rangkap, balok-T, dan balok
bukan persegi empat. Bab 4 mengetengahkan diskusi mengenai analisis dan
-perencanaan pe nulangan geser dan puntir untuk berbagai kompcinen struktur beton
bertulaf!g. termasuk di antaranya untuk balok tinggi, konsol pendek, dan mekanisme
gaya geser friksi. Pada
Bab 5 diketengahkan pembahasan mengenai metode perencanaan elastik untuk struktur

baton. Meskipun pendekatan cara elastik untuk struktur baton bertulang sudah tidk di tuk terutama dalam kaitannya dangan perilaku elastik komponerY struktur, misal nya dalam
anjurkan, akan tetapi kehadirannya sebagai ilmu pengetahuan masih saja bermanfaat un didalarni memperhitungkan kemampuan kelayanan struktur yang dibahas lebih lanjut pa-
... ISTIMAWAN DIPOHUSODO
• I

\
SIFAT BAHAN SETON DAN
MEKANIKA LENTUR

1.1. B ET O N

' .

Aa

• I ..
Baton didapat dari pencampuran bahan-bahan
agregat halus dan kasar yaitu pasir, batu, batu peq h,
atau bahan semacam lainnya, dengan menambahkan
secukupnya bahan pe rekat semen, dan air sebagai
bahan pembantu guna keperluan reaksi kimia selama
proses pengerasan dan perawatan baton bertangsung.
Agregat halus dan kasar, disebut sebagai banan
susun kasar campuran, merupakan komponen
utama beton. Nilai kekuatan serta daya tahan (
dur,aJ;ility) baton merupakan fungsi ari banyak f
aktor, di antaranya ialah nilai ' bding campuran dan
mutu bahan susun, metode pelaksanaan
pengecoran, pelaksana an finishing, temperatur, dan
kondisi perawatan pengerasannya.
· Nilai kuat tekan baton relatif tinggi
dibandingkan dengan kuat tariknya, dan baton
merupakan bahan bersifat getas. Nilai kuat tariknya
hanya berkisar 9% -15.% saja dari kuat tekannya.
Pada penggunaan sebagai komponen strukturaJ
bangunan, umumnya baton diperkuat dengan
batang tulangan baja sebagai bahan yang dapat
bekerja sama dan
mampu membantu kelemahannya, ter:utama pada
bagian yang menahan gaya tarik. Oe ngan damikian
tersusun pembagian tugas, di mana batang tulangan
baja bertugas mem perkuat dan rnenahan gaya tarik,
sedangkan baton hanya diparhitungkan untuk
menahan gaya tskan. Komponen struktur baton
dengan kerja sama seperti itu disabut sebagai be.
ton bertulangan baja atau lazim disebut baton
bertulang saja Oalam perkembangannya,
didasarkan pada tujuan peningkatan kemampuan
kekuatan komponen, sering juga dijum pai baton dan
tulangan baja bersama-sama ditempatkan pada
bagian struktur di mana ke-
. puanya menahan gaya tekan.
3 1 SIFAT BAHAN BETON DAN MEKANIKA LENTURAN
BAB 1 SIFAT BAHAN BETON DAN MEKANIKA LENTllllAN J

.. .
Dengan sendirinya untuk mengatur kerjasama antara dua macam bahan yang
a sitat dan perilakunya dalam rangka membentuk satu kesatuan perilaku struktural PSI 1955 rnerupakan terjernahan dari GBVI ( Gewapend Beton Voorschriften In
nendukung beban, diperlukan cara hitungan berbeda dangan apabila hanya digu Indonesia) 1935, ialah suatu peraturan produk pemerintah penjajahan Belanda di Indone
satu macam bahan saja separti halnya pada struktur baja, kayu, alumunium, dan sia. PSI 1955 mernberikan katentuan tata cara perencanaan rnenggunakan rnetode elas
se
Y'a tik atau cara n, dengan menggunakan nilai banding modulus alastisitas baja dan baton, n,
.
Carjasama antara bahan baton dan baja tulangan hanya dapat terwujud dengan yang bernilai tatap untuk segala keadaan bahan dan pambebanan. Satasan mutu bahan
di
:m pada kaadaan-kaadaan; (1) lakatan sampuma antara batang tulangan baja di dalarn peratu:-an baik untuk beton maupun tulangan baja masih rendah di samping per
da
eton keras yang membungkusnya sehingga tidak terjadi penggalinciran di antara aturan tata cara palaksanaan yang sederhana sasuai dengan taraf teknologi yang dikuasai
ya; (2) baton yang mengalilingi barang tulangan baja barsifat kedap sehingga pada waktu itu. PBI 1971 Nl-2 diterbitkan dengan memberikan beberapa pembaharuan
melindungi dan mencegah tarjadinya karat baja; (3) angka muai kedua bahan terhadap PBI 1955, di antaranya yang terpenting adalah: (1) Di dalam perhitungan meng
ham a, di mana untuk setiap kenaikan suhu satu derajat Celcius angka muai gunakan metode elastik atau disebut juga sebagai cara n aiau metoda tegangan kerja,
baton manggunakan nilai n yang variabel tergantung pada mutu baton dan waktu (kecepatan)
0 sampai 0,000013 sedangkan baja 0,000012, sehingga tegangan yang timbul
Jerbedaan nilai dapat pembebanan, sarta keharusan untuk memasang tulangan rangkap bagi balok-balok yang
diabaikan.
ebagai konsakuensi dari lakatan yang sempuma antara kedua bahan, di daarah ikut menentukan kekuatan struktur; (2) Diperkenalkannya perhitungan metode kekuatan
1tu komponen struktur akan tarjadi retak-retak baton di dakat baja tulangan. (ultimit) yang meskipun belum merupakan keharusan untuk memakai, diketengahkan sa
Retak
mg damikian dapat diabaikan sejauh tidak mampengaruhi penampilan struktural bagai alternatif; (3) Diperkenalkannya dasar-dasar perhitungan bangunan tahan gempa.
en yang barsangkutan. . Sedangkan Standar Tata Cara Penghitungan Struktur Seton nomor: SK SNI T-15-
1991-03 memberikan ketentuan-ketentuan baru, antara lain yang terpenting untuk diper
hatikan adalah; (1) Parhitungan perencanaan lebih diutamakan serta diarahkan untuk
JER ATUR A N DA N STANDA R PERENCA mengg.unakan metode kakuatan (ultimit). sedangkan metode elastik ( cara n) masih ter
NAAN
STRUKTUR SETON BERTULANG cantum sebagai alternatif dan diberikan di bagian belakang; (2) Konsep hitungan kaarryan
an dan beban yang lebih realistik dihubungkan dangan tingkat daktilitas struktur; (3) Tata
cara hitungan gessr dan puntir pada kaadaan ultimit {batas); (4) Menggunakan satuan SI
n dan standar parsyaratan struktur bangunan pada hakekatnya ditujukan urituk dan notasi disuaikan dengan yang dipakai di kalangan internasional; (5) Ketentuan-ka
3raan uma manusia, untuk mancegah korban manusia. Olah karana itu, paratur tentuan. detail penulangan yang lebih rinci untuk beberapa komponen struktur; (6) Me
ur bangunan harus menetapkan syarat minimum yang berhubungan dengan se- gatengahkan beberapa katentuan yang belum tersedia pada peraturan sebelumnya, mi
nan. Dengan dernikian perlu disadaii bahwa suatu paraturan bangunan bukanlah salnya mengenai struktur bangunan tahan gempa, beton prategangan, pracetak, kompo
>eriakukan sebagai petunjuk praktis yang disarankan untuk dilaksanakan, bukan sit, cangkang, piat lipat, dan iain-iain.
3rupakan buku pegangan pelaksanaan, bukan pula dimaksildkan untuk meng- · Sampai dengan saat sekarang, penguasaan pengetahuan dan teknologi yang ber
oengetahuan, pertimbangan taknik, serta pengalaman-pengalaman di masa lalu. · ·kaitan dengan sifat dan perilaku struktur beton terus menerus mengalami perkembangan
raturan bangunan tidak mambebaskan tanggung jawab pihak perancana untuk sehingga standar dan peraturan yang r;nengatur tata cara perencanaan dan pelaksanaan
lkan struktur bangunan yang ekonomis dan yang lebih panting, adalah aman.
nya juga maoyesuaikan untuk selalu diperbaru. Standar Tata Cara Penghitungan Struk.1ur
ndonesia, peraturan atau pedoman standar yang mengatur perencanaan dan s·eton nomor: SK SNI T-15-1991-03 disusun dengan sepenuhnya berdasarkan partim
rnn bangunan baton bertulang telah baberapa kali mangalami perubahan dan bangan tersebut. Sehingga Panitia Panyusun mamandang parlu untuk menggunkan
1Jan, sejak Peraturan Seton lndonesf'a 1955 (PBI 1955) kemudian PSI 1971 acuan paraturan-peraturan dan standar dari berbagai negara, terutama ACI 318-83, guna
terakhir adalah Standar Tata Cara Penghitungan Struktur Baton nornor: SK SNi menyesuaikan dengan penguasaan teknologi mutakhir tetapi tetap tanpa meninggalkan
-03. Pernbaharuan tarsebut tiada lain ditujukan untuk rnemenuhi kebutuhan
pertimbangan kondisi teknologi di dalam negeri.
1ya mengimbangi pesatnya laju perkembangan ilmu pengetahuan dan taknologi Semua Peraturan dan Pedoman Standar tersebut di atas diterbitkan oleh Departe
lyang berhubungan dengan baton atau baton bertulang.
rnen Pekerjaan Umum Republik Indonesia dan diberlakukan sebagai peraturan standar
resmi. Dengan. seridirinya apabila suatu dokumen mencantumkannya sebagai peraturan
3 1 SIFAf BAHAN SETON DAN MEKANIKA LENTURAN
BAB 1 SIFAT BAHAN SETON DAN MEKANIKA LENTURAN 6

yang harus diikuti, maka sesuai dengan prosedur yang berlaku peraturan tersebut
<uatan hukum dalam pengendalian perencanaan dan pelaksanaan bangunan he- 1.4 BAHAN AGREGAT
1rtulang langkap dengan sagala sanksi yang diberlakukan. Buku ini disusun taruta
mgacu pada Standar Tata Ca.ra Panghitungan Struktur Baton nomor: SK SNI T-15- • Agregat terbagi atas agregat halus dan kasar. Agregat halus umumnya terdiri dari pasir
:>3 (sela!ljutnya disabut SK SNI T-15-1991-03), dangan tidak menutup kemung atau partikaf-partikel yang lewat saringan # 4 atau 5 mm, sedangkan agragat kasar tidak le
pada beberapa hal mengangkat permasalahan dar. menggunakan acuan dari pera wat saringan tarsabut. Ukuran maksimum agregat kasar dalam struktur baton diatur di da
ain dengan tujuan untuk dapat memperoleh pembahasan selengkap mungkin. lam peraturan untuk kepentingan berbagai komponen, namun pada dasarnya bertujuan
agar agregat dapat masuk atau lewat di antara sela-sela tulangan atau acuan. Agregat
yang digunakan harus memenuhi ketentuan Sii 0052-80 dan dalam hal-hal yang tidak
tercakup dalam standar tersebut juga harus memenuhi ketentuan ASTM ( American
SEMEN DA N
Society for Testing Materials ) C33-86 untuk agregat normal, serta pada ASTM C330-80
AIR
untuk agre
gat ringan.
n yang digunakan untuk bahan baton adalah Semen Portland atau Semen Port· Umumnya ponggunaan bahan agregat dalam adukan baton mencapai jumlah :t
ozzoian, berupa semen hidrolik yang berfungsi sebagai bahan perekat bahan su- 70% - 75% dari seluruh volume massa padat baton. Untuk mencapai kuat beton baik per
1ton. Dengan _ienis semen tersebut diperlukan air guna berlangsungnya reaksi lu diperhatikan kepadatan dan kekerasan massanya, karena umumnya semakin padat dan
kimi
lda proses hidrasi. Pada proses hidrasi semen mengeras dan mengikat bahan su keras massa agregat akan makin tinggi kekuatan dan durability-nya (daya tahan terhadap
ton membentuk massa padat. Semen Portland yang pada awalnya ditemukan di penurunan mutu akibat pengaruh cuaca). Untuk membentuk massa padat diperlukan su
kota Dorset, lnggris, adalah bahan yang umumnya digunakan untuk keperluan ter-
Semen Portland terutama mengandung kalsium dan almunium silika. Dibuat dari suilan gradasi butiran agregat yang baik. Di samping bahan agregat harus mempunyai cu
utama limestone yang mengandung kalsium oksida (CaO), dan lempung yang kup kekerasan, sitat kekal, tidak bersifat reaktiiterhadap alkali, dan tidak mengandung ba
gian-b?gian kecil (< 70 micron) atau lumpur. Nilai kuat baton yang dicapai sangat ditentu
mdung silika dioksida ( SiO;) serta almunium oksida ( Alz(J;J. Setelah melalui kan oleh mutu bahan agregat ini.
suatu
; industri, semen dipasarkan dalam bentuk bubuk dikemas dalam kantung (berat :t
. Semen Portland yang dipakai harus memenuhi syarat Sii 0013-81 dan Peraturan
Bahan Bangunan Indonesia (PUBI) 1982, sadangkan Semen Portland Pozzolan
1.5 ADUKA N BETON
memenuhi syarat Sii 0132-75. Di dalam syarat pelaksanaan pekerjaan beton h.arus
Jmkan dengan jelas· janis semen yang boleh dipakai, dan harus selalu
Seton sebagai bahan _yang berasal dari pengadukan bahan-bahan susun agregat kasar
dipertahan
suai dengan yang dipakai pada waktu penentuan rencana ·dan halus kamudian diikat dengan semen yang bereaksi dengan air sebagai bahan pere
campuran.
Air yang digunakan untuk membuat beton harus bersih, tidak boleh mengandung kat, harus dicampur dan diaduk dengan benar dan merata agar dapt dicapai mutu baton
<. asam, aikali, garam-garam, zat organik atau bahan-bahan lain yang bersif at meru J baik. Pada umumnya pengadukan bahan beton dilakukan dengan r'nenggunakan mesin,
ton dan baja tulangan. Sebaiknya dipakai air tawar bersih yang dapat diminum. a kecu,ali jika hanya untuk mendapatkan baton mutu rendah pengadukan dapat dilakukan
>erhatikan bahwa air yang berasal dari sumber alam tanpa pengolahan sering ma tanpa menggunakan mesin pangaduk; i<ekentalan adukan baton harus diawasi dan di
ung garam-garam anorganik, zat organik, dan zat-zat mengapung seperti lempung kendalikan dengan cara memeriksa slump pada setiap adukan baton baru. Nilai slump di-
mah liat, minyak, dan kotoran lainnya, yang berpengaruh buruk terhadap mutu dan . g•.makan sebagai petunjuk ketepatan jumlah pemakaian air dalam hubungannya dengan
3ton. Nilai banding berat air dan semen untuk suatu adtJkan beton dinamakan wa faktor air semen yang ingin dicapai. Waktu pengadukan yang lamanya tergantung pada
nent ratio (w.c.r.). Agar terjadi proses hidrasi yang sempurna dalam adukan beton, kapasitas isi mesin pengaduk, jumlah adukan, jenis serta susunan butir bahan susun, dan
mumnya dipakai nilai water cement ratio (w.c.r.) 0,40 - 0,60 tergantung mutu slump baton, pada umumnya tidak kurang dari 1,50 menit semenjak dimulainya penga
baton
1endak dicapai. Samakin tinggi mutu beton yang ingin dicapai umumnya menggu ,,, " dukan, dan hasiladukannya menunjukkan susunart dan wama yang merata.
nilai w.c.r. rendah, sedangkan di lain pihak, untuk menambah daya workabl1ity Sesuai dengan tingkat mutu baton yang hendak dicapai, perbandingan campur
(kele
sifat mudah dikerjakan) dipertukan nilai w.c.r. yang lebih an bahan susun harus ditentukan agar beton yang dihasilkan memberikan: (1) Kelacakan
tinggi.
dm1 konsistensi yang memungkinkan pengerjaan beton (penuangan, perataan, pama-

J
BAB 1 SIFAT BAHAN SETON DAN MEKANIKA LENTURAN
BAB 1 SIFAT BAHAN SETON DAN MEKANIKA LENllJt\AN I

3.tan) dengan mudah ke dalam acuan dan sekitar tulangan baja tanpa menimbulkan ke- 40
1ungkinan terjadinyc. segregasi atau pemisahan agregat dan bleeding air; (2) Ketahanan

1rhadap kondisi lingkungan khusus (kedap air, korosif, dan lain-lain}; (3) Memenuhi uji-: • • 35

30
1at yang hendak icapai.
Untuk kepentingan pengendalian mutu di samping pertimbangan ekonomis, be 25
n dengan nilai kuat tekan fc' lebih dari 20 MPa perbandingan campuran bahan susun

· il
20
I

nya boleh menggur.akan teknik penakaran volume, di mana volume tersebut adalah ha-

3ton baik pada percobaan maupun produksinya harus didasarkan pada teknik penakar- fc' maksiinum

I
1 berat. Untuk baton dengan nilai fc' sampai dengan 20 MPa, pada pelaksanaan produk
i
l

konversi takaran berat sewaktu membuat rencana campuran. Sedangkan untuk baton l
L------....l-------""------_._- - -1.-
0,001 0.002 0.003 0.004
mgan nilai fc' tidak lebih dari 10 MPa, perbandingan campuran boleh menggunakan ta regangan (nvnmvn)

iran volume 1 pc : 2 ps : 3 kr atau 1 pc : 3/2 ps : 5/2 kr (kedap air), dengan Gambar 1.1.
catatan nilai
ump tidak melampaui 100 mm. Sedangkan ketentuan sesuai dengan PSI 1971, dikenal Tegangan Tekan benda uji beton
berapa cara untuk menentukan perbandingan antar-fraksi bahan susun dalam suatu
geser, puntiran, ataupun merupakan gabungan dari gaya-gaya tersebut.Secara umurn
iukan. Untuk beton mutu BO, perbandingan jumlah agregat (pasir dan kerikil, atau batu dapat dipahami bahwa perilaku tersebut tergantung pada hubungan regangan-tegsngan
cah) terhadap jurniah semen tidak boleh melampaui 8 : 1. Untuk baton mutu B 1 yang terjadi di dalam baton dan juga jenis tegangan ya'1g dapat ditahan. Karena sifat
dan
125dapat memakai perbandingan campuran unsur bahan beton dalam takaran volum6 bahan. baton yang hanya mempunyai nilai kuat tarik relatif rendah, maka pada umumnya
pc :2 ps : 3 kr atau i pc :3/2 ps :5/2 kr. Apabila hendak menentukan perbandingan hanya c:perhitungkan bekerja dengan baik di daerah tekan pada penampangnya, dan hu
antar ·
:tksi bahan baton mutu K175 dan mutu lainnya yang lebih tinggi harus dilakukan per bungan regangan-tegangan yang timbul karena pengaruh gaya tekan tersebut diguna
)baan campuran rencana guna dapat menjamin tercapainya kuat tekan karakteristik kan sebagai dasar pertimbangan.
yang
nginkan dengan meriggunakan bahan-bahan susun yang ditentukan. Dalam pelaksa Kuat tekan beton diwakili oleh tegangan tekan maksimum fc'dengan satuan N/m 7
tan pekerjaan bater. di mana angka perbandingan antar-fraksi bahan susunnya dida atau MPa (Mega Pascal). Sabelum diberlakukannya sistem satuan SI di Indonesia, nilai te
ttkan dari percobaan campuran rencana harus diperhatikan bahwa jumlah semen mini gangan menggunakan satuan kgf/cm2. Kuat tekan beton umur 28 hari berkisar antara nilai
um dan nilai faktor afr semen maksimum yang digunakan harus disesuaikan dengan kea ± 1Q-65 MPa. Urituk struktur baton bertclang pada umumnya menggunakan baton de
tan sekeiiling. ngan kuat tekan berkisar 17-30 MPa, sedangkan untuk baton prategangan digunakan
baton dengan kuat tekan lebih tinggi, berkisar antara 3o-45 MPa. Untuk keadaan dan ke
pe;luan struktur khusus, baton ready-mix sanggup mencapai nilai kuat tekan 62 MPa dan
.6 KUAT S ETON TERHADAP GAYA TEKAN mbahasan lebih rinci mengenai teori serta teknologi baton berkaitan dengan meran
ng·serta penyusunan bahan-bahan tarmasuk cara pelaksanaan pengadukan, penuang
)
'· finishing, serta perawatan keras, adalah di luar lingkup pembahasan buku ini karena untuk memproduksi baton kuat tekan tinggi te:-s.ebut umumnya dilaksanakan dengan pe
r.gawasan ketat dalam laboratorium.
Nilai kuat tekan baton didapatan melalui tta-cara pengujian standar, menggu -
nakari mesin uji dengh cara membe.rlkan beban tekan bertingkat dengan kecepatan ·p_e
ningkatan beban tertentu atas benda .uji silinder beton (diameter 150 mm, tinggi 300 mm)
ku-buku acuan teknologi baton tdlah banyak yang mengulasnya. Hal yang demH-:ian lt . ,,
sampai hancur. Tata-cara pengujian yang umumnya dipakai adalah standar ASTM ( Ame
kanlah berarti bahwa pengetahuan perencanaan dan penyusunan bahan beto'.1 dike rican Society for Testing Materials) C39-86. Kuat tekan masing-masing benda uii ditentu
mpingkan, tetapi tujuan panulisan buku ini labih diutamakan dan ditujuka!'l untuk kan oleh tegangan tekan tertinggi (f0 ') yang dicapai benda uji umur 28 hari akibat beban
rnem has masalah perencanaan dan analisis siruktur baton bartulang. Perhatian tekan selama percobaan. Denqan demikian, seperti tampak pada Gambar 1.1, harap
diutamakan n dipusatkan kepada persoalan bagaimanakah perilaku komponen dica
struktur beton ber tat bahwa tegangan fc' bukanlah tegangan yang timbul pada saat benda uji hancur mela
ang pada waktu mer.ahan berbagai beban di antaranya ialah gaya aksial, lenturan, inkan tegangan maksimum pada saat regangan beton ( Eb ) mencapai nilai ± 0,002. Di Indo
gaya
nesia, dengan mengingat berbagai pertimbangan teknis dan ekonomis, masih memper-
B 1 SIF.Q" BAHAN SETON DAN MEKANltl.A LENTURAH
BAB 1 SIFAT BAHAN BETON DAN MEKANIKA LENTURAN 9

, dengan mengingat barbagai pertimbangan teknis dan ekonomis, masih memper: tnrgantung pada nilai kuat betonnya, dengan demikian nilai modulus elastisitas beton
kan menggunakan benda uji barbentuk kubus, umumnya bersisi 150 mm, sebagai pun akan akan beragam pula Sesuai dengan teori elastisitas, secara umum kemiringan
atif dari bentuk silinder. Dengan demikian, panting untuk disadari adanya perbedaan kur va pada tahap awaf menggambarkan nilai modulus elastisitas suatu bahan. Karena
psngujian dari kedua bentuk benda uji sehubungan dengan gambaran kekuatan be kur va pada baton berbentuk lengkung maka nilai regangan tidak berbanding lurus
dengan
ang ingin diketahui. Merupakan hal yang sulit untuk dapat merumuskan ecar nllal tegangannya berarti bahan baton tidak sepenuhnya barsifat elastis, sedangkan nilai
tpat ·
ngan nilai kekuc.tan yang dihasilkan oleh kedua bantuk untuk berbaga1 kondrst modulus elastisitas berubah-ubah sasuai dengan kekUatannya dan tidak apat ditetapkan
b
maupun metode pengujiannya: Faktor-faktor seperti kuat tarik baton dan luasn rnelalui kemiringan kurva. Bahan baton bersifat elasto plastis di mana akibat dari beban te
b1-
kontak pada mesin uji berpengaruh lebih besar pada kekuatan bentuk kubus t ap yang sangat kecil sekalipun, di samping mernperlihatkan kemamp·uan elastis bahan
d1ban
kan dengan bentuk silinder, sehingga diper1ukan nilai korelasi rata-rata antara kedu- beton juga menunjukkan deformasi permanen.
Untuk baton berat normal, kuat tekan silinder ukuran 150 mm x 300 mm adalah
.. Di dalam perkembangannya di berbagai negara, sejaJan dengan semakin berkem
80%
kubus ukuran 150 mm x 150 mm, dan 83% kuat kubus 200 mm x 200 mm.Seperti bangnya penggunaan baton ringan dipandang perlu untuk menyertakan besaran kera
di
hui PSI 1971 menggunakan nilai masing-masing 83% dan 87%. Kurva-kurva patan ( density) pada penetapan modulus elastisitas bahan baton. Sehingga pada pene
pad
bar 1.2. memperlihatkan hasil percobaan kuat tekan benda uji baton berumur 28 han rapannya digunakan rumus-rumus empiris yang menyertakan besaran berat disamping
k berbagai macam adukan rencana. kuat betonnya. Sesuai dengan SK SNI T-15-1991-03 pasaJ 3.1.5 digunakan rumus nilai
Oengan mengamati berma_cam kurva tegangan-regangan kuat baton berbeda, modulus elastisitas baton sebagai berikut:
ak bahwa umumnya kuat tekan maksimum tercapai pada saat nilai satuan regangan Ee = 0,043 w
50
Ji;
m g'mencapai ± 0,002. Selanjutnya nilai tegangan fe' akan turun dengan bertambah- di mana, Ee = modulus elastisitas baton tekan (MPa)
nilai regangan sampai benda uji ha11cur pada nilai e' mencapai 0,003-0,005. Seton We = berat isi baton (kg/m3)
tinggi lebih getas dan akan ha11cur pada nilai regangan rnaksimum yang lebih
rendah
fc' = kuat tekan baton (MPa)
mdinakan dengan beton kuat rendah. Pada SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.2 mene Rumus empiris tersebut hanya berlaku untuk baton dengan berat isi berkisar antara 1500
<a b hwa regangan kerja maksimum yang diperhitungkan di serat tepi baton teka11 dan 2500 kgf/m3. Untuk baton kepadatan normal dengan berat isi ± 23 kN/m3 dapat digu
ar adalah 0,003 sebagai batas hancur. Regangan kerja maksimum 0,003 terseb nakan nilai Ee= 4700Vfe'·
bo
adi tiE:ik konservatif untuk beton kuat tinggi dengan nilai fe' antara 55-80 MPa. 11dak
erti pada kurva tegangan-regangan baja, kemiringan awal kurva pada baton sangat be
!m dan umumnya sedikit agak melengkung. Kemiringan awal yang beragam tersebut
fc'= 40 t.l'a

2S

regangan (mmmvn)
2!)
l
Gambar 1.2.

I I Barbagai Kuat Tekan benda uji baton


J
I

,.
-. II 5 tahun

waktu (uroor)

Gambar
1.3.
Diagram
Kuat
Baton
versus
Umur
Seton
BAB 1 SIFAT BAHAN SETON DAN MEKANIKA l:ENTURAN
BAB 1 . SIFAT BAHAN SETON DAN MEKANIKA LENTURAN 11

... .. 1.8 SIFAT RANGKAK DAN SUSUT


Jentuk kurva yang berbeda apabila kondisi pembebanan berbeda. Atau dengan
ka-
Apabifa diperhatikan, hubungan regangan-tegangan untuk mutu beton sama akan
1, dengan kondisi pembebaryan berbeda, yang berarti nilai regangannya berbeda,
diperoleh bentuk kurva yang berbeda pula. Pada umumnya nilai kuat maksimuni Pada baton yang sedang menahan beban akan terbentuk suatu hubungan regangan
un-
utu baton tertentu akan berkurang pada tingkat pembebanan yang lebih lamban dan tegangan yang merupakan fungsi dari waktu pembebanan. Baton menunjukkan sifat
lower rates of strain. Nilai kuat baton beragam sesuai dengan umumya dan elastis mumi hanya pada waktu menahan beban singkat. Sedangkan pada beban tidak
biasanya singkat, sementara baton mengalami regangan dan tegangan akibat beban terjadi pula
uat baton ditentukan pada waktu beton mencapai umur 28 hari setelah pengecoran.
k kurva kuat beton versus waktu untuk mutu baton tertentu tampak seperti pada peningkatan regangan sesuai dengan jangka waktu pembebanan, dan disebut sebagai
,ar 1.3. Umumnya pada umur 7 hari kuat beton mencapai 70% dan pada umur 14 deformasi rangkak ( creep). Rangkak adalah sifat di mana baton mengalami perubahan
bentuk {deformasi) permanen akibat beban tetap yang bekerja padanya Rangkak timbul
iencapai 85o/o-90% dari kuat beton umur 28 hari. Pada kondisi pembebanan tekan
dengan intensitas yang semakin berkurang untuk selang waktu tertentu dan kemungkin
tu baton menunjukkan suatu fenomena yang disebut rangkak ( creep).
an berakhir setelah beberapa tahun berjalan. Pada umumnya baton dengan mutu tinggi
mempunyai tingkat nilai rangkak yang lebih kecil dibandingkan dengan mutu beton
lebih rendah. Besarnya deformasi rangkak sebanding dengan besamya beban yang
KUAT SETON TERHADAP GAYA TARIK ditahan dan juga jangka waktu pembebanan. Pada umumnya rangkak tidak
mengakibatkan dam
pak langsung terhadap kekuatan struktur tetapi akan mengakibatkan timbulnya redistri
cuat tekan dan tarik bahan beton tidal< berbanding lurus, setiap usaha perbaikan busi tegangan pada beban kerja dah kemudian mengakibatkan terjadinya peningkatan
kekuatan tekan hanya disertai peningkatan kecil nilai kuat tariknya. Suatu perkiraan lendutan (defleksi).
dapat dipakai, bahwa nilai kuat tarik bahan beton normal hanya berkisar antara Pada umumnya proses creep (rangkak) selalu dihubungkan dengan susut arena
5% dari kuat tek&nnya. Kuat tarik bahan beton yang tepat sulit untuk diukur. Suatu keduanya terjadi bersamaan dan sering-kalimemberikan pengaruh sama, ialah deformasi
endekatan yang umum dilakukan dengan menggunakan modulus of rupture, yang bertambah sesuai dengan berjalannya waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi be
ialafi
Jan tarik lentur beton yang timbul pada pengujian hancur balok beton polos (tanpa samya rangkak adalah: {1) sifat bahan dasar, seperti komposisi dan kehalusan semen, ku
an), sebagai pengukur kuat tarik sesuai teori elastisitas. Kuat tarik bahan beton alitas adukan, dan kandungan mineral dalam agregat; (2) rasio air terhadap jumlah semen,
juga
1kan melalui pengujian split cilinder yang umumnya memberikan hasil yang lebih atau kadar air; (3) suhu pada waktu proses pengerasan; (4) kelembaban nisbi selama
ba-
lebih mencermin kan kuat tarik yang sebenamya. Nilai pendekatan yang diperoleh I· :penggunaan; (5) umur baton pada saat beban bekerja; (6) lama pembebanan; (7) nilai ta
1sil pengujian berulang kali mencapai kekuatan 0,50-0,60 kali .../tc', sehingga I .gangan; (8) nilai banding luas permukaan dan volume komponen struktur; dan (9) nilai
untuk
normal digunakan nilai 0,57.../tc'. Pengujian tersebut menggunakan benda uji slump. Sedangkan proses susut secara umum didefinisikan sebagai perubahan volume
silin
ton berdiameter 150 mm c.. panjang 300 mm, diletakkan pada arah memanjang di
lat penguji kemudian beban tekan diberikan merata arah iegak dari atas pada yang tidak berhubungan dengan beban. Pada umumnya faktor-faktor yang mempenga
selu
ruhi terjadinya rangkak jug a mempengaruhi susut, khususnya faktor-f aktor yang ber
.njang silinder. Apahila kuat-tarik terlampaui, benda uji terbelah menjadi dua hubungan dengan hilangnya kelembaban. Proses susut pada baton apabila dihalangi s
bagian
ung ke ujung. Tegangan tarik yang timbul sewaktµ benda uji terbelah disebut cara tidak merata {oleh penulangan misafnya), akan menimbulkan deformasi yang umum
seba
it cilinder strength, diperhitungkan sebagai berikut:
nya bersifat menambah terhadap deformasi rangkak. Maka dari itu, agar dapat dicapai
2 p
fr =-; L D ting kat kelayanan baik diperlukan pengendalian dan perhitungan dalam hal proses
susut ter
a, t, = kuat tarik belah (N/m2), sebut.
P = beban pada waktu belah (N),
L = panjang benda uji silinder (m),
D = diameter benda uji silinder (m).

l J
BAB 1 SIFAT BAHAN BETON DAN MEKANIKA LENTUAAN 13
SIFAT B)IHAN BETON DAN MEKANIKA LENTURAN
1

BAJ A TU LANG AN ..
fak dapat menahan gaya tarlk melebihi nilai tertentu tapa mengalami retak-rtak._ - - - - '-...= id- - -
· ar baton dapat bekerja dengan baik dalam suatu s1stem struktur, pertu d1ban
u, ag k mban tugas
an memberinya perkuatan penulangan yang terutama a an menge
m gaya tarik yang bakal timbul c!i dalam sistem. Untuk kepertuan penulaga
ters makan bahan baja yang memiliki sif at teknis menguntungkan, dn baJa
.tuiangn unakan dap.at berupa batang baja lonj_orn ataupun kawat rankai las (
wJre mesh ) irupa batang kawat baja yang dirangka1 (d1anyam) dengan tekn1k ty
pengelaan. Yan
.t tersebut. terutama dipakai untuk plat dan cangkang tipis ata struktur lm regangan
yang t
impunyai tempat cukup bebas untuk pamasangan tulangan, 1arak sas1, oan Gambar 1.4.
_seh
ton sasuai dangan persyaratan pada umumnya. Bahan batang ba1a ragk.a1 Diagram Tegangan versus Regangan Batang Tulangan Baja
da
engelasan yang dimaksud, didapat dari hasil penarikan baja pada suhu d.mgm dan
Jk dengan pola ortogonal, bujur sangkar, atau persegi empat, dengan d1las pada Sitat fisik batang tulangan baja yang paling penting untuk digunakan dalam perhi
titik pertemuannya. . tungan perencanaan baton bertulang ialah tegangan luluh ( fy) dan modulus elastisitas
Untuk panulangan baton prategangan diguflakan kawat, ba1k tunggal ataupu
( Es). Suatu diagram hubungan tegangan-regangan tipikal untuk batang baja tulangan da
:ii kumpulan kawat membentuk strand. Tersedia banyak variasi kawt dan.stran_d pat dilihat di Gambar 1.4.Tegangan luluh (titik luluh) baja ditentukan mslalui prosadur pe
dar1_
:an dan sif at yang berbeda-beda, yang paling menonjol dan leb1h se1g
_d1paka1 ngujian standar sesuai Sii 0136-84 dengan ketentuan bahwa tegangan luluh adalah te

..
strand yang berisi 7 batang kawat (satu batang di teng_ah, enam mengehhng1
secara gangan baja pada saat mana meningkatnya tegangan tidak disartai lagi dengan peningk_at
. Kuat tarik ultimit minimum untuk strand mutu 170 adalah 1700 MPa dan mutu 1 O
,,. an regangannya. Di dalam perencanaan atau analisis baton bertulang umumnya nilai te
1800 MPa, dengan titik luluh yang tidak jelas. Dalam strata pelayanan beban gangan luluh baja tulangan diketahui atau ditentukan pada awal perhitungan.

1
l<eqa,
prategangan mempunyai nilai tegangan 1000 MPa sampai dengan 1100 MPa. . .. Di samping usaha standarisasi yang telah dilakukan oleh masing-masing negara
Agar dapat berlangsung lekatan erat antara baja tulangan dengan bton, selam produsen baja, kebanyakan produksi baja tulangan baton pada dewasa ini masih berori
berpenampang bulat (BJTP) juga digunakan batang deformas1an (BJTD), entasi pada spesifikasi teknis yang ditetapkan ASTM. Di Indonesia produksi baja tulangan
pola "b · · · t

.
latang tulangan baja yang permukaannya dikasarkan secara khusus, d1 en sm er- dan baja-struktur telah diatur sesuai dengan Standar lndustri Indonesia, antara lain de
s
enoan pola tertentu. atau batang tulangan yang dipilin pada proses produksmy. ngan Sii 0136-80 dan Sii 318-80.
- ukan yang dikasarkan atau pola sirip sangat beragam tergantung pada

..
Modulus elastisitas baja tulangan ditentukan berdasarkan kemiringan awal ·kurva
mesm
)erm a Tk . t k
atau cetak yang dimdiki oleh produsen, aso.I masih dalam batas-batas.spes1 1 as1 e ,- tegangan-regangan di daerah elastik di mana antara mutu baja yang satu dengan lainnya

pengujian untuk meiakukan pendekatan dan penelitian yang berhubungan dengan


lng diperkenankan oi-ah standar. Baja tulangan _pols (JTP) hnya d1gunakan tidak banyak bervariasi. Ketentuan SK S T-15-1991-03 menetapkan bahwa nilai modu

untu.<

lus elastisitas baja adalah 200.000 MPa, sedangkan modulus elasiHsitas untuk tendon

Jan pengikat sengk atau spiral,.umumna d1ben k1t pada u1ungnya.


Di banyak nagara termasuk di negara k1ta, telah d1laksanakan banyak percobaan prategangan harus dibuktikan dan ditentukan melalui pengujian atau dipasok oleh pabrik
•• produsen. Umumnya untuk tendon prategangan nilai modulusnya lebih rendah, sesuai
dengan penetapan ASTM A416 biasanya dipakai nilai 186.000 MPa.
Jmi penulangan baton. Di antaranya adalah percobaan penulangan liengan cara
cement di mana digunakan bahan kayu, bambu, atau bahan lain utuk peulang2n ASTM menggolongkan batang tulangan baja dengan memberi namer, dart # 3
. Ataupun baton de-ngan perkuatan fiber (serat) di mana se·agat b an 1mbuhar. sampai dengan # 18 sesuai dengan spesifikasi diameter, luas penampang, dan berat tiap
1
Jatan digunakan serat-serat baja atau serat dan serbuk bahan lam, dem1k1an pula satuan panjang seperti terfihat dalam Daftar 1.1 sebagai berikut ini.
usa
lemperbaiki mutu b& an betonnya sendiri dengan menggunakan abu terbang ( fly
dan sebagainya.
14 BAB 1 SIFAT" BAHAN <:>trON DAN MEKANIKA LENTURAN BAB 1 SIFAT BAHAN SETON DAN MEKANIKA LENlllf\AN '

Daftar 1.1.
Standar batang baja tulangan ASTM 1.10 BALOK TERLENTUR

diameter luas berat Dengan msnggunakan prinsip keseimbangan statika dapat ditentukan besar momen d,
nomor nominal nominal nominai
geser yang terjadi pada setiap penampang balok yang bekerja menahan beban. Pert
batang (inch) (mm) .. (inch) (ITTTI2) (kg/m)
• tian lebih lanjut tentunya menentukan kemampuan balok tersebut untuk menahan bnt>
0,375 9,50 0, 110 71 0,559 dengan cara memperhitungkan tegangan-tegangan yang timbul di dalamnya. Dlstrlbt
# 3
4 0,500 12,7 0,200 129 0,994 tegangan-tegangan pada penampang balok sebenarnya rumit, dan asil perhitungi
5 0,625 15,9 0,310 200 1,552
yang tepat dapat diperoleh berdasarkan teori elastisitas. Akan tetapi dengan .menggun
6 0,750 19, 1 0,440 284 2,235
22,2 0,600 387 3,041 kan asumsi-asumsi dan penyederhanaan tertentu dapat dikembangkan hubungan rn n t
7 0,875
8 1,000 25,4 0,790 510 3,973 matik cukup tepat untuk ungkapan tegangan-tegangan lentur dan geser tersebut. Sep•
9 1,128 28,7 1,000 645 5,059 ti diketahui, bahwa untuk balok dari sebarang bahan homogen (serba-sama) dan ohml
10 1,270 32,3 1,270 819 6,403,
berlaku rumus lenturan sebagai berikut:
11 1,410 35,8 1,560 1006 7,906
Mc
14 1,693 43,0 2,250 1452 11,380 f=
4,000 2581 20,240 -
18 2,257 57,3 1
di mana , f = tegangan lentur
Menurut Sii 0136-80, dilakukan pengelompokan baja tulangan untuk beton bertulang se M = momen yang bekerja pada balok
perti tertera pada Oaftar 1.2 sebagai berikut: c = jarak serat terluar terhadap garis netral, baik di daerall tekan maupun tarl
Daftar 1.2. I = momen inersia penampang balok terhadap garis netral
Jenis dan Ke!as baja tulangan sesuai Sil 0136-80 Sehingga berdasarkan rumus fenturan tersebut, dihiillng momen maksimum yang dapr
·-- I .. disediakan oleh penampang balok, atau dalam hal ini disebut sebagai momen tahanan.
BATASULUR KUATTARIK fb I
KELAS SIMBOL MINIMUM MINIMUM
JENIS MR =
N/mm2 N/mm2 c
di mana, MR= momen tahanan

I I
(kgf/nlm2) (kgflmm2)

1 ·235 382 fb = tegangan lentur ijin


polos BJTP24
(24) (39) - Langkah tersebut dapat dilakukan secara langsung untuk baJok dari sebarang ba
2 I BJTP30 294
(30)
480
(49)
han serba-sama dengan bentuk dan ukuran penampang tertentu di mana momen
inersil dapat dihitung dengan mudah. Lain halnya dengan balok beton bertulang,
defor- 1 8JTD24 .235 382 penggunaar rumus lentur tersebut akan menghadapi masalah terutama sehubungan
masian (24) {39) sifat bahan betor bertulang yang tidak homogen dan tidak berperilaku elastik pada
2 8JTD30 294 480 seluruh jenjang kekuat annya.
(30) (49) Konsep lain ialah konsep kopel momen dalam, yang jika digunakan untuk meng·
3 BJTD35 343 490 analisa kuat balok akan bersifat lebih umum dan dapat digunakan baik untuk bahan balo
(35) (50) homogen ataupun tidak, juga untuk balok yang mempunyai distribusi tegangan linea1
4 BJT040 392 559 maupun nonlinear. Konsep tersebut akan memudahkan bila digunakan untuk menjabar·
(40) (57) kan mekanisme gaya-gaya da/am bafok baton bertulang karena mampu menggambarkan
5 BJTOSO 490 61 pola tahanan c:Jasar yang terjadi.
(SO) {68) Untuk dapat mengenaJ lebih jauh kedua konsep, yaitu metode kopel momen da
iam dan rumus lenturan, berikut ini diketengahkan tiga macam analisis balok kayu homo-
I
L
BAB 1 SIF/iJ" BAHAN SETON DAN MEKANIKA LENTlJl\AN 1
6 BAB 1 SF/iJ" BAHAN SETON DAN MEKANIKA LENTURAN

en yang berbeda. Agar dapat dibandingkan, contoh penyelesaian permasalahan meng No dan Nr masing-masing bekerja pada titik berat segitiga distribusi tegangan, baik
untul
tegangan tekan ataupun tarik. Dengan demikian lengan Uarak) di antara keduanya
adnlnl
unakan kedua macam pendekatan tersebut.
Z= 333,33 mm.
·
Agar memenuhi keseimbangan 'l:.(H) = 0, maka N0 harus sama dengan Nr.
Kedui
:ontoh 1.1
)ebuah balok kayu dengan potongan seperti tampak pada Gambar 1.5 digunakan pada • gaya N0 dan Nrbekerja bersamaan menimbulkan kopel momen dalam (atau momen
:Jrak bentangan 6,0 m di antara dua perletakan sendi-rol dan menahan beban total (ter to
nasuk berat sendiri) 17,5 kNlm'. Dengan menggunakan ukuran-ukuran nominal seperti hanan dalam) masing-masing sebesar N 0 (z) dan Nr(z ).
Untuk setiap penampang, momen tahanan dalam harus dapat men-gimbangi mo

rang tampak dalam gambar, men lentur yang ditimbulkan oleh beban luar yang bekerja.
i. Hitung tegangan /entur maksimum menggunakan cara kopel momen Maka, Mmal<s = No (z) atau Nr(Z)
dalam. · 78,75( 10)3 = N 0 (333,33)
>. Periksa hasil yang didapat dari (a} dengan menggunakan rumus lenturan. dengan demikian, N0 =
Nr = 236,27 kN
No = (luas segitiga tegangan) x (lebar
:> enyelesaian.
)ari gambar diagram pembebanan, momen maksimum dapat diperoleh: balok) atau, No = 236,27(10)3 = 112( 250 ) fpuncak (250)
Karena letak garis netral di tengah-tengah, maka fpuncak= fdasar= 7,56 N/mm2
M mal<s =
1
-wl
1
= ( 2
- (17,5) 6) =
78,75 kNm
28 8 Dengan demikian, balok kayu mampu menahan beban apabila tegangan lentur ijin
kay1
fegangan lentur maksimum dipeoleh dengan cara sebagai berikut: labih besar dari 7,56 MPa.
Dari gambar dapat diperhatikan bahwa latak garis netral (g.n) di tengah-tengah tinggi ba-.
lok. Ni!ai tegangan dan regangan pada penampang terdistribusi mengikuti garis lurus dan Memeriksa hasil yang didapat dari (a) dengan menggunakan rumus lenturan :

..
titik bemilai nol di garis netral, yang berlaku sabagai sumbu titik berat ke nilai maksimum
f = Mc
di serat tepi terluar.Oaerah di atas garis netral adalah tempat bekerjanya gaya tekan, I
sedang dimana ,
kan darah di bawah garis netral tempat bekerjanya gaya tarik. Karena tegangan
tersebut
timbul akibat perilaku lentur balok, disebut sebagai tegangan lentur. I =..]_ bh3 = 2-(250) = 2604166668 m m4
No adalah resultante gaya tekan dalam, atau jumlah seluruh satuan gaya tekan di
.. (500)

f
12
3

12
= 78,75(10)6 (250 ) =
N/mm2

atas garis netral. Sadangkan Nr adalah resultante gaya tarik dalam, atau jumlah 7 56
26041666.68 •
seluruh sa- tuan gya tarik di bawah garis netral.

250 Conteh penyelesaian tersebut di atas berdasarkan pada teori elastik dan menggunakar
anggapan-anggapan sebagai berikut:
1) bidang potongan tampang rata sebelum terientur akan tetap rata sssudah lenturat
terjadi, berarti nilai regangan akibat le11tur terdistribusi linear dengan nilai nol pada
F ris netral dan nilai maksimum pada sefat tepi terfuar,
z 2) bahan bersifat serba-sama, nilai modulus elastisitas tidak bervariasi atau bemilai tet
ai
sehingga r_egangan berbanding lurus dengan tegangan di dalam batas proporsiona
dan distribusi tegangan bervariasi linear, dengan nilai nol pada sumbu netral dan nllt
maksimum pada serat tepi terluar.

Cara pendekatan kopel momen dalam juga dapat digunakan untuk mendapatkan nilal ku
diagram regangan momen
gaya-gaya
at momen (momen tahanan) suatu balok sabagaimana contoh berikut ini. .
Gambar 1:S. Sketsa Conteh

1.1
18 BAB 1 SIFAT BAHAN BETON DAN MEKANIKA LENTURAN .
BAB 1 SIFAT BAHAN SETON DAN MEKANIKA LENTUHAN 19

50 c 8,4 MPa v 120


71

z
2 '

150
- - - - - - - - - - - -1 . z
:£ ',,
,, 7.4 MPa"'

Gambar 1.7. Sketsa Conteh 1.3


25

!c r C ontoh 1.3.
A 8.4 MPa '
Tentukan momen tahanan (MR) suatu balok T kayu seperti tampak pada Gambar 1.7.
Gambar 1.6. Sketsa Conteh 1.2 Tegangan Jentur ijin kayu 7,4 MPa. Gunakan ukuran-ukuran nominal seperti tertera pada
qambar dan anggaplah bahwa distribusi tegangan linear.
C on t eh
1.2.
Tentukan momen tahanan (MR) suatu balok kayu berpenampang empat persegi Penyelesaian.
panjang seperti tampak pada Gambar 1.6. Tegangan lentur ijin bahan kayu 8,4 MPa: Letak garis netral haruslah pada tempat di mana keseimbangan momen statis tercapai s·a
G_unaan ukuran-ukuran nominal seperti tertera pada gambar srta anggapan bahwa hingga diagram regangan dan tegangan dapat ditentukan.
d1stnbus1 te
gangan linear seperti tampak pada . = l:(A y) 3600(165) mm
gambar. 1042
+7500(75\ '
y l:A 11100
P enyel esaian. Karena letak garis netral·sedemikian rupa sehingga jarak serat tepi bawah terhadap garis
Resultants gaya t'1rik dan gaya tekan adalah: netral lebih jauh daripada tepi atas, tegangan ijin akan tercapai di tepi bawah lebih awal.
No = NT = 112(8,4)(75)(50) = 15,75 Te gangan-tegangan yang terjadi akan tampak SBperti dilukiskan pada gambar.
kN 112(z) =213(75) = 50 mm Selanjutnya dengan membandingkan dua segi tiga sebangun akan didapat tegangan di
M,q = No (Z} =Nr(Z) = 5,75(100)(10) = 1,575 kNm tepi atas:
Pemeriksaan momen tahanan dengan menggunak_an rumus lenturan: 74
Mc . fb I
t = 75,8 ( . ) 5 383MPa
t =- dan MR = - atas 104, 2 •
/ c
3 Tegangan di sisi bawah flens (sayap) adalah, .
1 =2-(bh3) =..!... (sq(150j =14062500 mm4
12 12 t = 45.B(?,4) 3 253MPa
flens 104,2 , .
M R = 8,4 (14062500)1
75
= 1 575 kNm
' . Gaya tarik dalam yang timbul dapat ditentukan letak dan besamya sebagai

berikut: Nr = tegangan x /uasan=l (7,4)(104,2} (50){10)-3 =


Cara pendekatan kopel momen dalam dapat juga digunakan untuk menganalisa bentuk
bentuk penampang tak beraturan bukan empat persegi, walaupun apabila untuk balok ba 19,277kN
2
han serba-sama (homogen) lebih tepat bila menggunakan rumus lenturan.
... Gaya Nrterletak pada 213(104,2) = 69,5 mm di bawah garis netral. Karena bentuk luasan
daerah tekan bukan empat persegi,gaya tekan dalam diuraikan menjadi beberapa kompo
nen seperti tampak pada Gambar 1.8. Dengan mengacu pada Gambar 1.7 dan Gambar
1.8, komponen gaya tekan dalam, komponen kopel momen dalam dan MR dapat
dihitung.
2 Q BAB 1 SIFAT BAHAN BETON DAN MEKANIKA LENTURAN
BAB 1 SIFAT BAHAN BETON DAN MEKANIKA 11 N lllllAN 2 1

SOAL-SOAL

1-1. Berat satuan baton bertulang normal umumnya diperhitungkan 23 kN/m3. Tentukan
berat per meter panjang untuk:
a Balok beton bertulang penampang persegi, lebar b :::: 400 mm, tinggi h = 700 mm.
b. Balok beton bertulang seperti tampak pada gambar.
{ 950 'I

Garnbar 1.8. Sketsa Conteh


1.3 1%100®tiBS78iQl0000-"J! j1:D
SCJ-m
Komponen gaya-gaya adalah sebagai berikut:
=-----1-•••··•·• t.:.={i?·E=--=•-....-
N01 = 3,253(120)(30)(10-3) = 1i,71 kN r---.:i.;
N02 = 1.12(2, 130)(120)(30)(10 -3) = 3,834 kN
N 03 = ;12(3,253)(45,8)(50)(10 -:i) = 3,725 kN 650
Lengan momen komponen gaya tekan terhadap gaya tarik:
= 69,5 + 45,8 + 15 = 130,3 mm
z,
= 69,5 + 45,8 + 20 = 135,3 mm
z2
z 3 = 69,5 + 213(45,8) = 100 mm
Kopel momen dalam = ( komponen gaya} x (lengan momen):
M,q 1 = 11,71(130,3)(1Q -3) = 1,526 kNm Gambar Saal 1-1
MR2 = 3,834(135,3)(10 -3) = 0,519 kNm
MR 3 = 3,725(100)(10 -3) = 0,373 kNm 1-2. a. Hitung momen tahanan ( MR ) dari balok kayu persegi b = 150 mm, h = 350 mm,
Jumlah komponen-komponen gaya tekan: ·
dan Fb= 7 MPa, dengan menggunakan cara kopel momen da/am.
b. Periksalah hasil hitungan pada (a) dengan menggunakan rumus lenturan.
N 0 = N 01 + N02 + N 03 = 19,269 kN (bandi_ngkan dengan Nr = 19,277
kN) Jumlah komponen-!<omponen kopel momen dalam :
MR = MR 1 + Mp2 + M_q3 2,418 kNm = 1-3. Suatu balok kayu dengan b = 200 mm, h =400 mm, terletak di atas dukungan seder
P2maiiksaan menggunakan rumus lenturan: hana bentang 4,0 m menahan beban mati (termasuk berat sendiri) 10 kN/m dan
2 be ban terpusat 27 kN tepat di tengah-tengah bentang.
ft = Ix +A (d)
a Hitung tegangan ientur maksimumnya dengan mengsunakan cara kopel mo- ·
men dalam.
3 3 . 2 2
= , (5q (150) + 1 (120) + 7500(29,2) + 3600(60,2) b. Periksa hasil hitungan (a) denan menggunakan rumus lenturan.
(30)
= 33773844 nrn4
6 1-4. Suatu balok kayu penampang seperti tergambar, terletak di atas dukungan sederha
M = !El_= 7,4(33773844) (10)- ,
2 399
kNm
na bentang 4,0 m menahan beban (termasuk berat send iri) 17,5 kN/m.
=
R C (104,2)
(bandingkan dengan MR = 2,418 kNm ) gen, tersusun dari bahan agregat di samping digunakannya baja tulangan. Untuk itu ru mus
lenturan bahan homogen (serba-sama) tidak dapat digunakan, sehingga umumnya
penyelesaiannya menggunakan cara kopel momen dafam.
Seperti yang telah dijelaskan sebeiumnya, balok beton bertulang bukan bahan homo "
a Hitung tegangan lentur maksimumnya dengan menggunakan cara kopel momen c. Hitung besarnya gaya tekan total.
dalam. d. Hitung momen tahanannya dengan menggunakan cara kopel momen dalam

·----------------------------
b. i;:>eriksa hasil hitungan (a) dengan menggunakan rumus lenturan. apa bila tegangan lentur ijinnya adalah 110 MPa.

-
22 BAB 1 SIFAT BAHAN BETON DAN MEKANIKA LENTURAN •

2
BA LOK PERSEGI DAN PLAT
BERTULANGAN TARIK SAJA

Gambar Soal 1-4

1-5. Suatu balok kayu penampang seperti tergambar, terletak di atas dukungan sederha
na bentang 3,5 m menahan beban (termasuk berat sendiri} 15,0 kN/m.
a Hitung tegangan lentur maksimumnya dengan menggunakan cara kopel 2. 1 PENDAHULUA N
momen
dalam. ·· Apabila suatu gelagar balok bentang sederhana menahan beban yang mengakibatkan
b. Periksa hasil hitungan (a) dengan menggunakan rumus lenturan. timbulnya momen lentur, akan terjadi deformasi (regangan) lentur di dalam balok tersebut.
c. Hitung besarnya gaya tekan total. Pada kejadian momen lentur positif, regangan tekan terjadi di bagian atas dan regangan
d. Hitung momen tahanannya dengan menggunakan cara kopel momen dalam apa tarik di bagian bawah dari penampang . Regangan-regangan tersebut mengakibatkan
,bila tegangan lentur ijinnya adalah 110 MPa. tim bulnya tegangan-tegangan yang harus ditahan oleh balok, tegangan tekan di
sebelah atas dan tegangan tarik di bagian bawah. Agar stabilitasnya terjamin, batang
300 balok sebagai bagian dari sistf!l yang menahan lentur harus kuat untuk menahan

11
tegangan tekan dan tarik tersebut. Uiltuk memperhitungkan kemampuan dan
kapasitas dukung komponen struk1ur baton terlentur (balok, plat, dinding, dan
sebagainya), sifat utama bahwa bahan baton kurang mampu menahan tegangan tarik

. . . . . . . . . . . . _. . ' J.
akan menjadi dasar pertimbangan. -Dangan cara memperkuat dengan batang tulangan
baja pada daerah di mana tegangan tarik be kerja akan didapat apa yang dinamakan
struk1ur baton bertulang. Apabila dirancang dan
dengan cara yang saksam struk1ur baton bartulang dengan susunan ba-
dilaksanakan
I

200
. han seperti tersebut di atas akan memberikan kemampuan yang dapat diandaikan untuk
melawan lenturan.
Gambar Soal 1-5
Karena tulangan baja dipasang di daerah tegangan tarik bekerja, di dekat serat ter-
bawah, maka secara teoretis balok disebut sebagai bertulangan baja tarik saja. Harap
dica tat bahwa di bagian tekan suatu penampang umumnya juga dipasang parkuatan
tulangan, akan tetapi dengan pengertian mekanisma yang berbeda seperti yang akan
dibahas lebih lanjut di belakang. Kecuali itu, agar panulangan mambentuk suatu
kerangka kokoh yang stabil umumnya pada masing-masing sudut komponen perlu
dlpasangi tulangan baja.
BAB 2 BALOK PERSEGI DAN Pt.AT BEATULANOAN TARIK IAJA 2 II
24 BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PlAT BERTULANGAN TARIK SAJA

muat metode tersebi.Jt sebagai altematif sejak tahun 1956, pada tahun 1963 memper
2. 2 METODE ANALISIS DAN PER ENCANAAN lakukan kedua metode setara, dan sajak tahun 1971 metoda tersebut diangkat menjadi
satu-satunya teknik analisis dan perencanaan untuk berbagai pamakaian praktis. Waiau
Perencanaan komponen struktur baton dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak timbul demikian, metode tegangan kerja masih dicantumkan, digunakan sebagai metode alter
retak berlebihan pada penampang sewaktu mendukung beban kerja, dan masih mem natif penetapan daya-guna kelayanan (serviceability) struktur. Di lndonesa. metode pe
punyai cukup keamanan serta cadangan kekuatan untuk menahan beban dan tegangan rencanaan kekuatan baru diperkenalkan daiam PSI 1971 dan dipakai sebagai metode al
lebih lanjut tanpa mengalami runtuh. Timbulnya tegangan-tegangan lentur akibat ter tamatif di samping metode tegangan kerja yang masih juga dipertahankan Proses peru
jadinya momen karena beban Juar, dan tegangan tersebut merupakan faktor yang me bahan dan pengembangannya di Indonesia terasa sangat lambat, antara lain karena me
nentukan dalam menetapkan dimensi geometris penampang komponen struktur. Proses tode lama sudah mendarah mendaging sehingga terasa sulit untuk meninggalkannya.
perencanaan atau analisis umumnya dimulai dengan memenuhi persyaratan terhadap len Sesungguhnya telah disadari bahwa tiada satupun alasan ilmiah yang masih hendak
tur, kemudian baru segi-segi lainnya, seperti kapasitas geser, defleksi, retak, dan panjang mem pertahankan metode tegangan kerja untuk perencanaan dan analisis struktur
penyaluran, dianalisis sehingga keseluruhannya memenuhi syarat. baton ber tulang, akan tetapi hambatan utama datang dari aspek pendidikan dan
Seperti diketahui, untuk bahan yang bersifat serba-sama dan elastis, distribusi re penyuluhan yang
gangan maupun tegangannya linear berupa garis lurus dari garis netral ke nilai maksimum mencakup matra cukup luas.
di serat tepi terfuar. Dengan demikian nilai tegangannya berbanding lurus dengan nilai re Anggapan-anggapan yang dipakai sebagai dasar untuk metode kekuatan (ultimit)
gangan dan hal tersabut berfaku sampai dengan dicapainya batas sebanding (propor pada dasamya mirip dengan yang digunakan untuk metoda tegangan kerja Perbedaan
tional limit). Untuk bahan baja dengan mutu yang umum digunakan sebagai komponen nya terletak pada kenyataan yang didapat dari berbagai hasil penelitian yang menun
s1ruktural, nilai batas sebanding dan nilai tegangan luluh letaknya berdekatan hampir jukkan bahwa tegangan baton tekan kira-kira sebanding dengan reaganna hanya
berimpit, dan nilai tegangan lentur ijin didapat dengan cara membagi tegangan luluh de sampai pada tingkat pembebanan tertentu. Pada tingkat pembebanan m1, apablla beban
ngan faktor aman. Pada struktur kayu, nilai tegangan lentur ijin didapatkan dengan cara ditambah terus, keadaan sebanding akan lenyap dan diagram tegangan tekan pad pe- ·
lebih langsung dengan menggunakan faktor aman pembagi terhadap tegangan lentur pa nampang balok baton akan berbentuk setara dengan kurva tegangan-regangan .baton
tah. Dengan menggunakan cara penetapan tegangan lentur ijin seperti tersebut, yang di tekan seperti terlihat pada Gambar 1.1 dan Gambar 1.2. Pada metode tegangan keria. be
dasarkan pada anggapan hubungan linear antara tegangan dengan regangan, analisis ban yang diperhitungkan adalah service loads (beban kerja), sadangkan penampang
serta perencanaan struktur kayu dan baja dapat dilakukan seperti apa yang telah dibahas komponen struktur direncana atau dianalisa berdasarkan pada nilai tegangan tekan lentr
dalam contoh-contoh masalah di Bab1. Dengan demikian mengikuti sepenuhnya sesuai ijin yang umumnya ditentukan bemilai 0,45 fc'· di mana pola distribusi tegangan tekan li
dengan teori elastisitas. near atau sebanding lurijs dengan jarak terhadap garis netr8.l. Sedangkan pada metode
Meskipun disadari bahwa pada kenyataannya bahan beton bersifat tidak serba sa kekuatan (ultimit), service loads diperbesar, dikaiikan suatu faktor beban dengan maksud
ma( nonhor.nogeneous) dan tidak sepenuhnya elastik, selama ini cara pendekatan untuk memperhitungkan terjadinya beban pada saat keruntuhan telah di ambang pintu.
linear seperti tersebut di atas juga digunakan dan dianggap benar bagi bahan baton. Kemudian dengan menggunakan beban kerja yang sudah diperbesar (beban terfaktor)
Salama tersebut, struktur direncana sedemikian sehingga didapat nilai kuat guna ada saat run
·kurun waktu cukup lama perencanaan serta analisis dic;iasarkan pada pemahaman terse .t uh yang besarnya kira-kira lebih kecil .sedikit dari kuat batas runtuh set.mgg.uhnya.
but dan dinamakan sebagai metode elastik. cara-n, atau metode tegangan kerja ( Work Kekuatan pada saat runtuh tersebut dinamakan kuat ultimit dan beban yang bekeria pada
ing Stress Design method, WSD method'}. atau dekat dengan saat runtuh dinamakan beban ultimit. Kuat rencana penampang kom
Sejak jangka waktu 30 tahun belakangan ini telah dikenal metode pendekatan lain ponen struktur didapatkan melalui perkalian kuat teoretis atau kuat nominal dengan fak
yang lebih realistik, ialah bahwa hubungan sebanding antara tegangan dan regangan tor kapasitas yang dimaksudkan untuk memperhitungkan kemungkinan. buruk Y_ang ber
da lam baton terdesak hanya berlaku sampai pada suatu batas keadaan pembebanan kaitan dengan faktor-faktor bahan, tenaga kerja. ukuran-ukuran, dan pengendalaan mutu
terten tu, yaitu pada tingkat beban sedang. Pendekatan ini dinamakan metode pekerjaan pada umumya. Kuat teoretis atau kuat nominal dipeoleh erdasrkan pada
perencanaan ke kuatan ( Ultimate Strength Design method, USO method ) atau keseimbangan statis dan kesesuaian regangan-tega,ngan yang tldak linear d1 dalam pe
metode perencanaan kuat ultimit. Metode tersebut mulai dikenalkan sejak tahun 60-an, nampang komponen tertentu.
sejak dimuat di dalam peratu ran baton di beberapa negara. ACI Building Code, misalnya,
telah mengenal baik dan me-
26 BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PLAT BERTUL.ANqAN 111.RIK BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PLAT BERTUL.ANGAN TARll< SA.JA 21
SAJA

_..... A

l l ' '
reta.k-reta.k
\ .
:_. A
::::. :::. l
b
{ rc'(tekan) fc' (tekarl
f,/ (tekan)

- - - 9._arilr - -
d

15 (tarik )
penampang satuan tegangan
poton9an A-A satuan regangan
cc (tarik) fc (tarik) (c)
(a) (b)
penampang
potongan A-A satuan regangan satuan tegangan Gambar 2.2.
(a) (b) (c) Perilaku lentur pada beban sedang
Gambar 2.1.
Perilaku lentur pada beban kecil
Pada Gambar 2.3 dapat dilihat distribusi tegangan dan regangan yang timbul pada
atau dekat keadaan pembebanan ultimit, di mana apabila kapasitas batas kekuatan baton
· . Untuk membahas metode kekuatan lebih lanjut, berikut ini diberikan tinjauan ulang
penlaku balok baton bertulang bentangan sederhana untuk memikul beban yang berang terlampaui dan tulangan baja mencapai luluh, baJok mengalami hancur. Sampai dengan ta
sur meningkat dari mula-mula kecil sampai pada suatu tingkat pembebanan yang menye hap ini, tampak bahwa tercapainya kapasitas uitimit merupakan proses yang tidak dapat· ·
babkan hancumya struktur. berulang. Komponen struktur telah retak dan tulangan baja meluluh, mulur. terjadi lendut
an besar,dan tidak akan dapat kembali ke panjang samula. Bila komponen lain dari sistem
Pada beban kecil, dengan menganggap belum terjadi retak baton, secara bersama
mengalami hal yang sama·, mencapai kapasitas ultimitnya, struktur secara keseluruhan
sama baton dan baja tulangan bekerja menahan gaya-gaya··di mana gaya tekan ditahan
akan remuk dalam strata runtuh atau setengah runtuh meskipun belum hancur secara ke
oleh baton saja. Distribusi tegangan akan tampak seperti tampak pada Gambar 2. 1 di
seluruhan: Walaupun tidak dapat dijamin sepenuhnya untuk dapat terhindar dari keadaan
ma na distrjbusi tegangannya linear, bemilai nol pada garis.netral dan sebanding tlengan
re gangan yang terjadi. Kasus demikian ditemui bila tegangan maksimum yang timbul tersebut, namun dengan menggunakan beberapa faktor aman maka tercapainya keadaan
ultimit dapat diperhitungkan serta dikendalikan.
pada pada serat tarik masih cukup rendah, niiainya masih di bawah modulus of rµpture.
Pada beban sadarig, kuat tarik baton dilampaui dan baton mengalami retak rambut seperti b
tam pak pada Gambar 2.2. Karena baton tidak dapat meneruskan gaya tarik melintasi
daerah retak, karena terputus-putus, baja tulangan akan mengambilalih memikul seluruh No
gaya-ta rik yang timbul. Distribusi tegangan untuk penampang pada atau dekat bagian
yang retak
tampak seperti pada Gambar 2.2, dan haJ yang demikian diperkirakan akan terjadi pada
ni
lai tegangan baton sampai dengan 112.fc'· Pada keadaan tersebut tegangan baton tekan h

masih dianggap bemilai sebanding dengan nilai regangannya. Pada beban yang lebih
d
besar lagi, nilai regangan serta tegangan tekan akan meningkat dan cenderung untuk ti
Nr
dak lagi sebanding antara keduanya, di mana tegangan baton tekan akan membentuk
c5 (tarik) f5 (tarik)
kurva nonlinear. Kurva tegangan di atas garis netraJ (daerah tekan) berbentuk sama de
satuan satuan
ngan kurva tegangan-regangan baton seperti yang tergambar pada Gambar 2.3. regangan tegangan
penampang (b) (c)
poton9an A-A
(•) Gambar 2.3.
Perilaku lentur dekat beban ultimit
28 BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PlAT BERTULANGAN 11\RIK SAJA

BAB 2 BALOK PERSEGI DAN Pl.AT BERTULANGAN TARIK SAJA 29

2.3 ANGGAPAN-ANGGAPA N
Sehubungan dengan anggapan nomor 3, bentuk penampang di daerah tarik dan
Pendekatan dan pengembangan metode perencanaan kekuatan didasarkan atas angga besarnya selimut baton tidaklah mempengaruhi kekuatan lentur. Tinggi penampang
pan-anggapan sebagai berikut : · yang menentukan adaJah finggi efektif d, yaitu jarak dari serat tepi tekan terluar
1) Bidang penampang rata sebelum terjadi lenturan, tetap rata setelah terjadi lenturan terhadap titik berat tulangan tarik. Regangan baton tekan maksimum pada serat tepi
dan tetap barkedudukan tegak iurus pada sumbu bujur balok (prinsip Bernoulli). Oieh tekan terluar ( eb') sebagai regangan ultimit ditetapkan sebesar 0,003 (PBI 1971
karana itu, nilai regangan dalam penampang komponen struktur terdistribusi linear menggunakan 0,0035). Penetapan nilai tersebut didasarkan atas hasil-hasil pengujian
atau sebanding lurus terhadap jarak ke garis netraJ (prinsip Naviar). yang menunjukkan bahwa umumnya regangan lentur baton hancur berada di antara
2) Tegangan sebanding dengan regangan hanya sampai pada kira-kira beban sedang, di nilai 0,003 dan 0,004. Untuk semua keadaan dianggap bahwa lekatan antara baja-
mana tegnan baton tekan tidak malampaui ± 112 fc '. Apabila baban meningkat tulangan dengan beton beriangsung sampuma, tanpa tarjadi gelinciran.
sampai bbn ut1m1t, tegangan yang timbul tidak sebanding lagi dengan
regangannya berarti d1stnbus1 tegangan tekan tidak lagi linear. Bentuk blok tegangan
baton takan pada pa_ napangnya berupa garis lengkung dimulai dari garis netraJ 2.4 K_UAT LENTUR BALOK PERSEGI
dan berakhir pada serat tepi tekan ertuar..Teangan tekan maksimum sebagai kuat
tekan lentur baton pada umumnya tidak tel')ad1 pada srat tepi tekan terluar, tatapi Telah dikemukakan bahwa distribusi tagangan baton tekan pada penampang bentuknya
agak masuk ke dalam. setara dengan kurva tagangan-ragangan baton tekan. Seperti tampak pada Gambar 2.4,
3) alar:'1 meperhitungkan kapasitas momen ultimit komponen struktur, kuat tarik baton bentuk distribusi tagangan tersebut berupa garis Iengkung dengan nilai nol pada garis
dibaikn (tldak diperhitungkan) dan seluruh gaya tarik dilimpahkan kepada tulangan netral, dan untuk mutu baton yang berbeda akan Iain pula bantuk kurva dan Iangkungan
ba.Ja tar1k. nya. Tampak bahwa tegangan takan fc'. yang merupakan tegangan maksimum, posisinya
bukan pada serat tapi takan tarluar tetapi agak masuk ke dalam.
Ke_mudin untuk meperhitungkan letak resultants gaya tarik yang bekerja pada tulangan .. Pada suatu komposisi tartentu balok manahan beban sademikian hingga
baja, baJa tulangan d1angap teregang secara serempak dengan nilai regangan diukur pa- ragangan takan lentur beton maksimum ( e'b msks) mancapai 0,003 sedangkan tegangan
· da pusat bratnya. Apablla regangan baja tulangan ( e 5) belum mencapai luluh ( ey). nilai tarik baja tu langan mencapai tegangan luluh .f y- Apabila hal demikian terjadi,
te penampang dinamakan mancapai keseimbangan regangan, atau disebut penampang
gangn baJa tulangan adalah Esfs. Hal yang demikian menganggap bahwa untuk tegang bertulangan seimbang, merupakan suatu kondisi khuus yang akan dibahas labih lanjut
n baJa tul.angan yang belum mencapai fy. maka tegangan sebanding dengan regangan- di Bab 2.5. Dengan derni· kian berarti bahwa untuk suatu komposisi baton dengari
ya sasuai hukum Hooke. Sedangkan untuk regangan yang sama atau lebih besar dari jumlah baja tertantu akan morn berikan keadaan hancur tertantu pula.
maka tegangan baja tidak lagi sabanding dengan regangannya dan digunakan nilai fy- Ey. : Berdasarkan pada anggapan-anggapan seperti yang telah dikamukakan di atas, da
pat dilakukan pengujian regangan, tegangan, dan gaya-gaya yang timbul pada penam
pang baJok yang bekarja menahan momen batas, yaitu moman akibat beban luar yang tim
bul tepat pad saat terjadi hancur. Mame ini mencarminkan kekuatan dan di masa.laJu di
sebut sebagai kuat lentur ultimit balok. Kuat lentur" suatu balok baton tersadia karana
ber langsungnya mekanisme tegangan-tegangan dalam yang timbul di dalam baJok yang
pada keadaan tertentu dapat diwakili oleh gaya-gaya dalam. Seperti tampak pada
Gambar 2.4,
N0 adaJah resultants gaya tekan dalam, merupakan resultante seluruh gaya ekan pada
daerah di atas garis netral. Sedangkan Nr adaJah resultante gaya tarik dalam, merupakan
tsil< r:y Is = ly
penampang
potongan A-A diagram regangan diagram tegangan gaya-gaya jumlah seluruh gaya tarik yang diperhitungkan untuk daerah di bawah garis natraJ. Kedua
(a) (b)
(c)
Gambar 2.4.
(d) gaya ini, arah garis kerjanya sejajar,sama besar, tetapi berlawanan arah dan dipisahkan da
Balok menahan momen ultimit ngan jarak z sehingga membentuk ..kopel momen tahanan dalam di mana nilai maksimum-

),
BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PLAT BERTULANGAN TAAIK SA.IA 31
30 BAB 2 BALOK PERSEGI DAN Pt..AT BERTULANGAN l'ARIK SAJA

nya disebut sebagai kuat lentur atau momen tahanan penampang komponen struktur ter
lentur.
Momen tahanan dalam tersebut yang akan menahan atau memikul momen I,
lentur I

rencana aktual yang ditimbulkan oleh beban luar. Untuk itu dalam merencanakan balok :I

pada kondisi pembebanan tertentu harus disusun komposisi dimensi balok beton dan I
jumlah serta besar (luas) baja tulangannya sedemikian rupa sehingga _dapat
menimbulkan momen tahanan dalm paling tidak sarna dengan momen lentur maksimum
yang ditimbul kan oleh beban. Menentukan momen tahanan dalam merupakan hal yang
kompleks se hubungan dengan bentuk diagram tegangan tekan di atas garis netral
yang berbentuk garis lengkung. Kesulitan timbul tidak hanya pada waktu menghitung
besamya Na. tetapi juga penentuan letak garis kerja gaya relatif terhadap pusat berat
Gambar 2.5.
tulangan baja tarik. Teta pi karena momen tahanan dalam pada dasamya merupakan Blok Tegangan Ekivalen untul< perencanaan dan analisis kekuatan I'
fungsi dari No dan z, tidaklah sangat penting benar untuk mengetahui bentuk tepat Ii
distribusi tegangan tekan di atas garis netral. Untuk menentukan momen tahanan dalam, telah digunakan sacara luas karena bentuknya berupa empat persegi panjang yang me
yang panting adalah mengetahui
terlebih dahulu resultante total gaya baton tekan N 0, dan letak garis kerja gaya dihitung I mudahkan dalam penggunaannya, baik untuk perencanaan maupun analisis.
terhadap serat tepi tekan terluar, sehingga jarak z dapat dihitung. Kedua nilai tersebut
Berdasarkan bentuk empat persegi panjang, seperti tampak pada Gambar 2.5, in
dapat ditentukan melalui penyederhanaan bentuk distribusi tegangan lengkung diganti
tensitas tegangan baton tekan rata-rata ditentukan sebesar 0,85 fc' dan dianggap bekerja
kan dengan bentuk ekivalen yang lebih sederhana, dengan menggunakan nilai intensitas
pada daerah tekan dari penampang balok selebar b dan sedalam a, yang mana
tegangan rata-rata sedemikian sehingga nilai dan letak resultants tidak berubah.
besamya
Untuk tujuan penyederhanaan, Whitney telah mengusulkan bentuk persegi pan
ditehtukan dengan rumus:
jang sebagai distribui tegangan baton tekan ekivalen. Standar SK SNI T-15-1991-03 pa
a= p, c
sal 3.3.2 ayat 7 juga menetapkan bentuk tersebut sebagai ketentuan, meskipun pada di c = jarak serat tekan terluar ke garis netral,
ayat 6 tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk-bentuk yang lain sepan mana, {3 = konstanta yang merupakan fungsi dart kolas kunt bolon
1
jang hal tersebutmerupakan hasil-hasil pengujian. Pada kenyataannyaT usulan Whitney

Standar SK SNI T-15-1991-03 menetapkan hilai p, diambil 0,85 untuk fr:' "' 30 ua.

J
berkurang 0,008 untuk setiap kenaikan 1 MPa kuat baton, dan nilai tersobut tldak holuh
f •
-.kurang dari 0,65. Dari berbagai hasil penelitian dan pengujian telah terbukti bahwa hasil
perhitungan dengan menggunakan distribsi tegangan persegi empat ekivalen tersebut
kan hasil yang mendekati tarhadap tegangan aktual yang rumit. Sebuah gambar
memberi
isometrik htibungan gaya".-gaya dalam dapat dilihat pada Gambar 2.6. Dengan mengguna
kan distribusi tegangan bentuk persegi empat ekivalen serta anggapan-anggapa kuat

l
rencana yang diberiakukan, dapat ditentukan besamya kuat lentur ideal Mn dari balok
di ba ton bertulang empat persegi dengan enulangan tarik saja.

fy 2.1.

biol< tegangan
tekan aktual
(a)
Gambar 2.5. dalam (c) Contoh
Tentukan Mn dari suatu balok dengn penampang seperti tampak pada Gambar 2.7, de-
kopelmomen gaya-gaya
=
ngan tulangan baja tarik saja, fc' 30 MPa, fy = 400 MPa
Blok Tegangan ekivalen Whitney

32 BAB 2 BA1..0K PERSEGI DAN PtN BERTULANGAN TARIK BAB 2 BALOK PERSEGI DAN Pt.AT BERTULANGAN TARD< SAJA 33
SAJA

b= 2SO

M n = A s fy (d-!)
2
= 1472,6(400)(523,8)(10)-6 =308,54 kNm
. f c'ab
Perhitungan di atas didasarkan pada asumsi bahwa tulangan baja telah mencapai regang
an luluh (berarti juga tegangan luluhnya) sebelum baton mencapai regahgan batas maksi
mum 0,003. Asumsi tersebut kemudian diperiksa kebenarannya.
Menentukan letak garis netraJ penampang adaiah sebagai berikut:
a = {31 c (SK SNIT-15-1991-03 pasal 3.3.2)
/3 1 = 0,85 untuk fc'= 30 MPa
a 92,40
A 9 =3025 =1472. 6 diagram tegangan maka. c =--=--=108,7 l'TYTl
nvn2 diagram regangan dan kopel momen 0,85 0,85
dalam
dengan meriggunakan segitiga sebangun pada diagram, dicari regangan yang terjadi da
Gambar 2.7. lam tulangan baja tarik bila regangan baton mancapai 0,003.
Sketsa untuk Contoh 2.1
0,003= _Es__
Fenyelesaian. c (d - c)
Dengan menggunakan anggapan bahwa tulangan baja tarik telah mencapai tegangan lu-
jadi - ( d - c)( o 003) = (570 -108,7)(0 003 ) = 0 0127 rrm/ rrm
luh ( fy). kemudian harus diperiksa sebagai berikut: Es - C ' 108,7 ' '
,
I H=O Regangan luluh tulangan baja (ey) dapat ditentukan berdasarkan hukum Hooke,
No = NT !
Es =
(0,85 fc' )ab= As fy
_ As f y 1472.6(400) 92,40 mm L 400
a - 0, 85 fc' b 0,85{300)(2E£> } _ !i_ _ 0,0020 mn/ mn
Ey 200000
- E -
5

Nilai a adaJah kedaJaman blok tegangan yang·harus terjadi bila dikehendaki kesei! hasil tersebut menunjukkan nilai regangan tulangan baja pada saat tegangan bnja fy
llbang an gaya-gaya arah horisontal. mon capai nilai 400 MPa. Karena regangan yang timbul pada baja tulangan (0,0127)
lebih be sar dari regangan luluhnya (0,002), baja tulangan mancapai tegangan luluh
Menghitung Mn : sebelum ba ton mencapai regangan maksimum 0,003 dan berarti asumsi yang
berdasarkan pada gaya baton takan : digunakan pada awal analisis benar, bahwa tegangan yang terjadi pada baja tulangan
tarik sama dengan tegang
Mn =N 0 (d -%) an
luluh baja
Mn =0,85 '(ab)(d - )
92 40
=0,85(30)(92,40) (250)( 570- )(10) -6 = 308,54
kNm 2.5 P ENA MPANG BALOK
BERTULANGAN SEIMBANG,
berdasarkan pada gaya tarik tulangan beton : KURANG, DAN LEBIH
M n = NT (d - ).
Seperti yang telah dikemukakan di atas, meskipun rumus lenturan tidak berlaku lagi
daJam metoda perencanaan kekuatan akan tetapi prinsip-prinsip
dasar teori lentur masih digu nakan pada analisis penampang.
Untuk letak garis netral tertentu, perbandingan antara re gangan
baja dengan regangan baton maksimum dapat ditetapkan
berdasarkan distribusi
34 BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PlAT BERTUl.ANGAN TARIK
SAJA BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PLAT BERTULANGAN TARIK SAJA 35

regangan linear. Sedangkan letak garis netral tergantung pada jumlah tulangan baja tarik
dikit daripada keadaan seimbang, lihat Gambar 2.8, dan tulangan baja tarik akan
yang dipasang dalam suatu penampang sademikian sehingga blok tegangan tekan baton
mendahu lui mencapai regangan luluhnya (tegangan luluhnya) sabelum baton
mempunyai kedalaman cukup agar .dapat tercapai kesaimbangan gaya-gaya, di mana
mancapai regangan maksimum 0,003. Pada tingkat keadaan ini, bertambahnya
re
baban akan mengakibatkan tu langan baja mulur (memanjang) cukup banyak sesuai
sultante tegangan tekan seimbang dengan resultante tegangan tarik (I H = 0).
dangan perilaku bahan baja (lihat di agram f-e baja), dan berarti bahwa baik
Apabila
regangan baton maupun baja terus bertambah te tapi gaya tarik yang bakerja pada
pada penampang tersebut luas tulangan baja tariknya ditambah, kedalaman blok tegang
tulangan baja tidak bertarnbah besar. Dengan demikian berdasarkan keseimbangan
an baton tekan akan bertambah pula, dan oleh karenanya letak garis netral akan bergeser
gayaaya horisontal I H= 0, gaya baton tekan tidak mungkin bartambah sedangkan
ke bawah lagi. Apabila jumlah tulangan baja tarik sedemikian sehingga letak garis netral
tegangan takannya terus maningkat berusaha mengimbangi be ban, sehingga
pada posisi di mana akan terjadi secara bersamaan regangan luluh pada baja tarik dan
mengakibatkan luas daarah takan beton pada penampang menyusut (bar kurang)
re gangan baton tekan maksimum 0,003, maka panampang disebut bertulangan
yang berarti posisi garis netral akan berubah bergerak naik. Proses tersebut di atas
seimbang. Kondisi keseimbangan regangan menempati posisi panting karena marupakan
terus berlanjut sampai suatu saat daerah baton tekan yang terus berkurang tidak
pembatas antara dua keadaan panampang balok baton bartulang yang barbada cara
mampu lagi menahan gaya tekan dan hancur sebagai afak sekunder. Cara hancur
hancurnya. I

demi kian, yang sangat dipengaruhi oleh peristiwa maluluhnya tulangan baja tarik •I

Apabila panampang balok baton bertulang mangandung jumlah tulangan baja tarik
berlangsung meningkat secara bertahap. Segara setelah baja mencapai titik luluh,
labih..banyak dari yang diparlukan untuk mencapai keseimbangan regangan, penampang II 1

lendutan balok me ningkat tajam sehingga dapat merupakan tanda awal dari
balok damikian disebut bertulangan lebih ( overreinforced). Berlebihnya tulangan baja
kehancuran. Meskipun tulangan baja barperilaku daktail (liat), tidak akan tertarik lepas
ta rik mengakibatkan garis netral bergeser ka bawah, lihat Gambar 2.8. Hal yang
dari beton sekalipun pada waktu terja di kehancuran.
demikian pa da gilirannya akan berakibat baton mandahului mancapai regangan
maksimum 0,003 sa belum tulangan baja tariknya luluh. Apabila penampang balok
tersebut dibebani momen labih besar lagi, yang bararti ragangannya samakin basar
sahingga kemampuan regang an beton terlampaui, maka akan barlangsung keruntuhan
2..6 PEMBATA SAN PENULANG A N TARIK
dengan baton hancur secara mendadak tanpa diawali dengan gejala-gajala peringatan
tarlebih dahulu. Sedangkan apabila suatu penampang balok baton bertulang
mengandung jumlah tulangan baja tarik
kurang dari yang diperlukan ·untuk mencapai keseimbangan regangan, penampang demi '
Dengan demikian ada dua macam cara hancur, yang pertama kehancuran diawali molulull-
kian disebu·t bertulangan kurang (underreinforced). Letak garis netral akan lebih naik
nya tulangan baja tarik berlangsung secara periahan dan bertahap sohingga sempat rnurn
se-
berikan tanda.-tanda keruntuhan, sedangkan bentuk kehancuran dengan diawali trnn·
cumya baton tekan terjadi secara mendadak tanpa sempat mamberikan peringatan. Tun tu
f r:c =O, 003 Jj'v
,f---=---< saja cara hancur pertama yang lebih disukai karena dengan adanya tanda peringatan, resi
flc< 0,003
ko akibatnya dapat diperkecil. Untuk itu, standar SK SNI T-15-1991-03 menetapkan pem
batasan penulangan yang perlu diperhatikan. Pada p2::>.al 3.3.3 ditetapkan bahwa jumlah
tulangan baja tarik tidak.bolah malebihi 0,75 dari jumlah tulangan baja tarik yang diperlu
kan untuk mancapai keseimbangan regangan,
g.n. penulangan lebih /
- - - - - - - r As s; 0,75 Asb
Apabila jumlah batas penulangan tersebut dapat dipenuhi akan membarikan jaminan bah
wa kehancuran daktail dapat berlangsung denga_n diawali meluluhnya tulangan baja
tarik terlebih dahulu dan tidak akan terjadi kehancuran getas yang lebih bersif at
/
/
mendadak.
/
Ungkapan pembatasan jumlah penulangan tersabut dapat pula dihubungkan da
r:s< r:y
lam kaitannya dangan rasio penulangan (p) atau kadang-kadang disebut rasio baja, per
£y )'
bandingan antara jumlah luas penampang tulangan baja tarik (As) terhadap luas efektif pa
Gambar 2.8. nampang (lebar b x tinggi efektif d ),
Variasi letak gans rmtr;1I

I I
! I
I,

f, I
_3 6 BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PL.JJ BERTUl.ANGAN lARIK SAJA
BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PlR" BERTUl...ANGAN TARD< SAJA 37

As _ Pb b d f y
p= b d
Cb - (0,85 fc' )f3 1b
Apabila pembatasan dibertakukary, di mana rasio penulangan maksimum yang
Pb d fy
diijinkan di batasi dengan o,75 kali rasio penulangan keadaan seimbang {Pb), (2- 2)
sehingga :
(0,85 fc')/3 1
Pm111cs= 0,75 Pb Dengan menggunakan persamaan (2-1) dan (2-2), dapat dicari
p,,.
Untuk menentukan rasio penulangan keadaan seimbang (Ai) dapat diuraikan berdasarkan (2 - 3)
(0,85 fc' /3, ) 600
pada Gambar 2.9 sebagai berikut: · .
Letak garis netral pada keadaan seimbang dapat ditentukan dangan menggunakan seg1 Pb =
(600+fy}

fy
tiga sebanding dari diagram regangan.
Dari persamaan terakhir tersebut di atas, untuk mendapatkan nilai Pb dapat digunakan daf
.....EJL_ _ d tar yang dibuat berdasarkan berbagai kombinasi nilai fc' dan fy-
o'. 003 - (o,003 + .)
Conteh 2.2
Oengan memasukkan nilai E,, = 200.000 MPa, maka: Pada Contoh 2. 1, tentukan jumlah tulangan baja tarik yang diperlukan untuk mencapai

Cb =
0,003 (d)
f -
keadaan seimbang, di mana d = 570 mm, b = 250 mm, Ey = 0,002. Dengan mengacu
kepada definisi keadaan keseimbangan, diagram regangan haruslah seperti ditunjukkan
L
(O, 003+ pada Gambar 2.10.
20€00
(2- Penyelesaian.
600 (d) 1)
Cb
600+fy .....EL= (d cb )
0,003 0,002
dan, !<arena I H= 0 dan Nob= NTh., maka (0,85 fc' )/31CtP =
Asb fy 0,002 Co = 0,003(570 - Cb )
0,002 c0 + 0,003 c0 = 1,71

b fc' ) /3,b
(0,85 0,85 fc I

z d . z

I
i . .
,

"' I
, ,

diagram regangan
diagram tegangan dan
kopel momeo dalarn
, -0 002 J diagram tegangan dan
diagram regangan kopel momen daiarn
Gambar 2.9.
Keadaan Seimbang Re
1a11qan Gambar 2.1o. , J
Sketsa Conteh 22

, 1
1 .1
BAB 2 BALOK PERSEGI DAN Pl.AT BERTULANGAN TAAIK SAJA 39
38 BAB 2 BALOK PERSEGI DAN Pt.AT BEATutANGAN i:a.AIK SAJA

Penyelesaian.
1,71 As 1473
Cb = 0,005=342 mm 0 0103
p = bd = 250(570) = •
ab = {31 cb = 0,85(342) = 290, 7 mm DariTabel A-6 Apendiks A, untuk fy= 400 MPa dan fc'= 30 MPa, didapat _:
Nob = (0,85fc ') b
= 0,85(30)(290,7)(250)1Q-3 = 1853,2 kN
t
I
Pmaks= 0,75 Pb= 0,0244 > 0,0103
Persyaratan peraturan dapat juga diungkapkan dalam persamaan As(maJt.sJ = 0,75 Ast>. di
Nrb = Astf y
mana Asbsudah dihitung pada Contoh 2.2.
Nrb = Nob . As(maks)= 0,75(4633) = 3466 mm2> 1473 mm2
maka tulangan yang diperlukan, Tabel A-6 pada Apandiks A membarikan nilai 0,75 Pb dan pyang disarankan untuk
A - NTh - Nob berba gai kombinasi tagangan luluh baja dan kuat baton, untuk komponen baJok dan
sb - f - f
y y plat Tabal tarsebut digunakan sebagai acuan praktis untuk menantukan agar baJok
1853,2 (10) 3 = 4633 rrm 2 mamenuhi per syaratan daktilitas yang ditetapkan. Dengan demikian konsep dan kriteria
400 penampang se imbang berguna sebagai acuan atau patokan, baik untuk perencanaan
Dengan membandingkan luas tulangan baja yang diperlukan untuk mencapai keadaan ataupun analisis dalam menentukan cara hancur yang sesuai dengan peraturan. Apabila
seimbang dengan luas tulangan tersedia pada penampang balok (3cp25 = 1473 mm2), jumlah tulangan baja tarik melabihi tulangan baja tarik yang diperlukan untuk mencapai
da pat disimpulkan penampang tersebut bertulangan kurang, di mana hancumya kaadaan seimbang,
diawali de ngan meluluhnya tulangan baja tarik. akan terjadi hancur getas, sedangkan di lain pihak bila jumlah luas tulangan baja tarik ku
Pemeriksaan apakah persyaratan balok tipe daktail terpenuhi dilakukan sebagai berikut: rang dari tulangan baja tarik yang diperlukan untuk mancapai kaadaan seimbang, terjadi
0,75 Asb= 0,75(4633) mm2 = 3475 mm2> 1473 mm2 hancur daktail.
Sampai di sini harap diperhatikan bahwa untuk balok yang sama, penulangan ringan ter SK SNI T-15-1991-03 pasaJ 3.3.5. persamaan (3.3-3) juga memberikan batas mini
nyata lebih efisien dibandingkan dengan penulangan berat. Hal tarsebut dapat dijelaskan mum rasio panulangan sebagai berikut:
bahwa untuk balok dengan dimensi tertentu, pertambahan As akan disartai dangan ber 1,4
Pmlnlmum
kurangnya panjang lengan momen pada kopel momen dalam (z= d -112a).
Agar didapat gambaran yang jeias kita tinjau ulang permasalahan pada Conteh 2.1
=-,
y
terdahulu dengan As digandakan dua kali dan kamudian dihitung nilai Mn untuk diban
Batas minimum panulangan tersebut diparlukan untuk lebit:l manjamin tidak
dingkan hasilnya, sabagai berikut:
terjadinya hancur secara tiba-tiba seperti yang terjadi pada balok tanpa tulangan.
As = 2(1473) = 2946 mm2 {naik 100%)
Karena bagaimana pun, balok baton dangan panulangan tarik yang sedikit sekaJipun
a = 2946(400) = 184,8 mm harus mempunyaf kuat moman yang lebih besar dari balok tanpa tulangan, di mana
0,85(30)(250) . yang terakhir tersabut diprhi tungkan berdasarkan modulus pacahnya. Pembatasan
minimum seperti di atas tidak ·ber laku untuk plat tipis dengan ketabaJan tetap dan
plat dari baJok T yang tearik. Penulang
an minimum plat harus memperhitungk?Fl kebutuhan memenuhi persyaratan tulangan su
18 8
M n = 0,85(30)(184,8)(250)( 570- · ){10) = 5627 sut dan suhu seperti yang telah diatur dalam SK SNI T-15-1991-03 pasaJ 3. 16.12.
kNm

PadahaJ seperti didapat dari Conteh 2.1, Mn= 308,54 kNm, hanya ada kenaikan sebesar Pemeriksaan ulang daktilitas pada permasalahan Contoh 2. 1 dengan menggunakan 0, 75 Pb
: sebagai pembatas, menggunakan Tabet A-6 Apendiks A.

(562,7 -308,54) x 100%= 82%


(308,54)

C onteh 2.3
2. 7 P ERSYARATAN KEKUATA N

Panerapan faktor keamanan daJam struktur bangunan di satu pihak bartujuan 1 1

untuk me ngandalikan kemungkinan terjadinya runtuh yang mambahayakan


bagi penghuni, di lain pihak harus juga memperhitungkan faktor ekonomi
bangunan. Sehingga untuk menda patkan faktor kaamanan yang sesuai, perlu
ditatapkan kebutuhan relatit yang ingin dicapai
4Q BAB 2 BALOK PERSEGI DAN Pl.AT BERTULANGAN V.AIK SAJA
BAB 2 BALOK PEASEGI DAN Pl.AT BERTULANGAN TARD< SAJA 41

untuk dipakai sebagai dasar konsep faktor kaamanan tersebut. Struktur bangunan dan
komponan-komponannya harus dirancanakan untuk mampu mamikul baban labih di dalam menentukan kuat rancananya Pamakaian faktor dimaksudkan untuk mempemi
atas beban yang diharapkan bekarja. Kapasitas labih tarsebut disediakan untuk tungkan kemungkinan penyimpangan terhadap kakuatan bahan, pengerjaan, ketidak te
mamperhi tungkan dua keadaan, yaitu kamungkinan tardapatnya beban kerja yang patan ukuran, pengandalian dan pengawasan pelaksanaan, yang sekalipun masing-ma
lebih basar dari yang ditatapkan dan kamungkinan terjadinya penyimpangan kekuatan sing faktor mungkin masih dalam toleransi persyaratan tetapi kombinasinya memberikan
komponen struk tur akibat bahan dasar ataupun pengerjaan yang tidak memenuhi kapasitas lebih randah. Dengan demikian, apabila faktor;dikaJikan dangan kuat idaaJ
syaral teo ratik berarti sudah termasuk mamperhitungkan tingkat daktilitas, kepentingan, serta
Kritaria dasar kuat rencana dapat diungkapkan sebagai berikut ting
kat ketepatan ukuran suatu komponen struktur sedemikian hingga kekuatannya dapat di-
Kekuatan yang tersedia :i: Kekuatan yang dibutuhkan tentukan. ·
Standar SK SNI T-15-1991-03 pasal 2.2.3 ayat 2 memberikan fktor reduksi
Kekuatan setiap penampang komponen struktur harus diperhitungkan dengan menggu keku- atan rp untuk berbagai mekanisme, antara lain sebagai berikut:
nakan kriteria dasar tersebut. Kekuatan yang dibutuhkan, atau disebut kuat perlu =
Lentur tanpa baba aksial 0,80 'I i,
menurut ; SK SNI T-15-1991-03, dapat diungkapkan sebagai beban rencana ataupun Gaser dan Puntir = ,'I'

momen, gaya geser, dan gaya-gaya lain yang berhubungan dengan beban rencana. 0,60
Tarik aksial, tanpa dan dangan lentur = 0,80 Ii
Saban rencana atau beban terfaktor didapatkan d mengalikan beban kerja dengan
Takan aksiaJ, tanpa dan dengan lentur (sangkang) = 0,65
I

faktor beban, dan


kemudian digunakan subskrip u sebagai penunjuknya.Dengan demikian, apabila diguna Tekan aksia I,tanpa dan dengan lantur (spiral) = o, 70
kan kata sifat rencana atau rancangan menunjukkan bahwa beban sudah terfaktor. Untuk Tumpuan pada baton = O, 70
beban mati dan hidup SK SNI T-15-1991-03 pasaJ 3.2.2 ayat 1 menetapkan bahwa Dengan damikia. dapat dinyatakan bahwa kuat momen yang digunakan MR (kapasi1as
beban rencana, gaya gesar rancana, dan momen rencana ditetapkan hubungannya momen) sama dangan kuat momen ideaJ Mn dikalikan dangan f aktor ,
dengan beban kerja atau beban guna melalui persamaan sebagai berikut: MR =; Mn (2-4)
U= 1,20+ 1,6L persamaan (3.2-1) SK SNIT-15-1991-03 Konsep i<eamanan seperti di atas, berbeda dengan apa yang telah kita kenaJ dalam
di mana U adalah kuat rencana (kuat perlu), D adalah beban mati, dan L adalah beban PSI 1971. DaJam PSI 1971, faktor atau koefisien keamanan terdiri dari koeflsian
hi dup. Faktor beban berbeda untuk beban mati, beban hidup, beban angin, atauun pamakaian
be ban gempa. Katantuan faktor baban untuk jenis pembebanan lainnya, tergantung (y p). bahan (y m). dan beban (y 5). Koefisien pemakaian baton hanya dibedakan untuk
kombi nasi pembebanannya terdapat dalam SK SNI T-15-1991-03 pasaJ 3.2.2 ayat 2,3, ta gangan takan lentur pada baban tetap (beban mati + beban hidup) dan beban
sementara
dan 4.
- (beb8!1·ati + baban hidup + ebal"! angin atau gempa), sementara untuk tulangan baja
Sebagai contoh baban rancana adalah Wu = 1,2woL + 1,6wLL, sadangkan momen
tidak dibadakan. Koefisian bah untuk baton maupun baja didasarkan pada tingkat pa
perlu atau momen rancana untuk beban mati dan hidup adalah Mu = 1,2MoL + ka pasitas teoretik komponen struktur dengan menggunakan faktor reduksi kekuatan (9)
1,6MLL. Penggunaan faktor beban adalah usaha untuk mamperkirakan kemungkinan
terdapat be ban kerja yang labih basar dari yang ditatapkan, perubahan penggunaan,
ataupun urutan dan matoda pelaksanaan yang berbeda Separti diketahui, kanyataan di
dalam praktak terdapat beban hidup trtantu yang cendarung timbul labih basar dari
perkiraan awal. Lain haJnya dengan beban mati yang sebagian basar darinya berupa
barat sandiri, sa hingga faktor beban dapat ditentukan lebih kecil. Untuk
mamparhitungkan berat struktur, berat satuan baton bert1:1lang rata-rata ditetapkan
sabesar. 2400 kgf/m3 = 23 kN/m3 dan penyimpangannya.tergantung pada jumlah
kandungan baja tulangannya. Kuat ultimit komponan struktur harus mamperhitungkan
seluruh baban kerja yang bekerja dan ma
sing-ma-sing dikalikan dangan faktor beban yang sesuai.
PasaJ 3.2.3 memberikan katentuan konsep kaamanan lapis kadua ialah raduksi
nyimpangan pelaksanaan pekerjaan, berlaku baik untuk keadaan beban tatap maupun 1
beban sementara merupakan gabungan beban tetap dengan pengaruh-pe ngaruh I
beban sementara. Dengan demikian, faktor keamanan suatu komponen angin dan gampa. Dangan demikian, besar faktor keamanan untuk masing-ma sing
struktur baton bertulang tidak jelas karena nilainya merupakan gabungan dari jenis beban (beban mati, beban hidup, beban angin, atau beban gempa) tidak dike
baton dan baja, yang ter gantung pada variasi komposisinya. Sedangkan tahui proporsinya. Dangan demikian pula, analisis dan perencanaan untuk setiap
koefisien beban, secara global dibeda kan ar.tara .beban tetap dan_ beban penam pang harus dihitung dua kaJi, masing-masing untuk kondisi beban tetap dan
sem':ltara, berlaku baik untuk baton maupun baja. Saban tatap tardiri dari beban se mentara. Dari kedua perhitungan tarsebut diambil yang paling aman,
beban mati terrnasuk barat komponen sendiri, dan beban hidup. Sedangkan sehingga tidak ja rang keputusan akhir didasarkan pada nilai yang terlalu konservatif.

42 BAB 2 BALOK PERSEGI DAN Pt.AT BERTut.ANGAN TARIK SA.IA


BAB 2 BALOK PERSEGI DAN Pl.AT BERTULANGAN TARUC SAJA 43

2. 8 · ANALISIS BALOK TERLENTUR DariTabel A-6 didapat: 0,75pb= 0,0244


BERTULANGAN TARIK SAJA karena 0,0193 < 0,0244, dapat dipastikan tulangan baja tarik sudah meluluh.
Pm1n= 1 1
(,.4 .4 = 0,0035 < 0,0193
=
Analisis penampang balok terfentur dilakukan dengan terfebih dahufu mengetahui dimen si y 400

!
unsur-unsur penampang balok yang terdiri dari: jumlah dan ukuran tulangan baja tarik a = As fr 2600(400) = i3 9 mm
(A ), lebar balok (b), tinggi efektif ( cf), tinggi total ( h), fc'· dan fy. sedangkan yang dicari
adalah
5 kekuatan balok ataupun manifestasi kekuatan dalam bentuk yang lain, misalnya ,I ( a)
(0,85 fc' )b 0, 85(30)(300) 5.

menghitung Milt atau memeriksa kehandalan dimensi penampang balok tertentu terha 2 2 ·'
dap beban yang bekerja, atau menghitung jumlah beban yang dapat dipikul balok. Di lain 1 3 5,9
z = d-- = 450 - - = 3821 rrm
pihak, proses perencanaan balok terlentur adalah menentukan satu atau lebih unsur di
mensi penampang balok yang belum diketahui, atz,u menghitung jumlah kebutuhan tu Berdasarkan pada tulangan baja :
langan tarik dalam penampang berdasarkan mutu bahan dan jenis pembebanan yang su Mn = As fy z= 2600(400){ 382,1)10-S = 39,38 kNm
dah ditentukan. Panting sekali untuk mengenal perbedaan dua pekerjaan dan pennasa MR:: tjJM11 = 0,8(397,38) = 317,91 kNm
lahan tersebut dengan baik, masing-masing memiliki langkah penyelesaian berbeda.
Menghitung Mu :
C onteh 2.4
Berat sendiri balok = 0,50(0,30)(23) = 3,45 kN/m
Buktikan bahwa balok pada Gambar 2. 11 telah cukup memenuhi persyaratan SK SN/ T-
Saban mati = 12 kN/m
15-1991-03. Beban mati merata = 12 kN/m (di luar berat sendiri), beban hidup merata =
Total beban mat imerata = 15,45 kN/m
12 kN/m, Beban hidup terpusat = 54 kN (di tengah bentang). Mutu bahan : fc' = 30 MPa,
fy =
400 MPa. Pembuktian dilakukan dengan cara membandingkan kuat momen praktis Bebanmatimerata tarfaktor = 15,45(1,2) = 18,54 kN/m
MR dengan momen rencana yang ditimbulkan oleh beban rencana (beban terfaktor) Mu·
Baban hidup merata terfaktor = 12(1,6) = 19,20 kN/ m
Jika MR Mu maka balok akan memenuhi persyaratan.
Beban hidup terpusat terfaktor = 54( 1,6) = 86.4 kN
w u = 18,54 + 19,20 = 37,74 kN/m
Pu = 86,4 kN
P enyel esai an. Mu ::l8 w u £2 +l4 P.u l ·\ \ " < I/ •

Menentukan MR: =i-(37,74)(6)


2
+f (86,4){6) = 299,43 kNm < 317,91 kNm .
As= 2600 mm2 (Tabet A-2)
Terbukti bahwa balok tersebut memenuhi syarat.
- - 2600 0
p - b d - 300(450) ·
0193 Analisis dapat pula diterapkan untuk suatu komponen struktur yang pada masa lalu
direncanakan berdasarkan pda metoda te9angan ·kerja {cara-n ). Seperti diketahui, pada
300
54 kN
metode perencanaan tegangan (beban) kerja mungkin tidak menggunakan pembatasan

Jn;c rasio penulangan sehingga penulangan balok canderung berlebihan. Meskipun hal de
mikian tidak sesuai dengan filosofi peraturan yang diberfakukan sekarang, bagaimanapun

<
balok-balok tersebut nyatanya sampai saat ini digunakan dan bekerja, sehingga analisis :

trk:••,•'••.•J
I
I '
kapasitas momennya secara rasional dilakukan dengan hanya memperhitungkan tulangan I

I baja tarik 0,75 Pb- Atau dengan kata lain, pendekatan dilakukan dengan mengabaikan ke
i:..;;;.;....

penampang diagram tegangan dan kuatan baja di luar jumlah 75% dari jumlah tulangan tarik yang dipertukan untuk mencapai
potongan A·A kopel momen dalarn
keadaan seimbang. Untuk lebih jelasnya, Contoh 2.5 berikut akan memberikan gambaran
Gambar 2.11. lebih jelas mengenai hal tersebut.
Si<etsa Conteh 2.4
1 :1
I
44 BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PLAT BERTUlANGAN RIK SAJA
BAB 2 BALOK PERSEGI DAN Pt.AT BERTUl..ANGAN TARIK SAJA 45

Conteh 2.5 2.9 PLAT TERLENTUR


= = 300 mm, As = 6032 (dua lapis), dan
Hitunglah MR dari balok dengan d 500 mm, b
mutu bahan : kuat beton 20 MPa, tulangan baja fy = 300 MPa • Struktur bangunan gedung umumoya tersusun atas komponen plat lantai, balok anak,
ba lok induk, dan kolom, yang umumnya dapat merupakan satu kesatuan monolit atau
Penyeleaalan. t ter rangkai seperti haJnya pada sistem pracetak. Plat juga dipakai untuk atap, dinding,
As= 4824 mm2 dan lan tai tangga, jembatan, atau pelabuhan.Patak plat dibatasi oleh balok anak pada
4824 kedua sisi panjang dan oleh baJok induk pada kedua sisi pendek. Apabila plat didukung
=- =0 0322
sepanjang kaempat sisinya seperti tersebut di atas, dinamakan sabagai plat dua arah di
p bd (300)(500) ' -
mana lentur an akan timbul pada dua arah yang saJing tegak lurus. Namun, apabila
0,75P?,= 0,0241 = Pmaks
perbandingan sisi panjang terhadap sisi pendek yang sating tegak lurus lebih besar dari
Karena p> 0,75pbt digunakan p= 0,0241 sebagai maksimum,
2, plat dapat diang gap hanya bekerja sebagai plat satu arah dengan lenturan utarna
maka, nilai A s efektif= pbd = 0,0241(300)(500) = 3615 mm2.
pada ara.{1 sisi yang lebih pendek. Sehingga struktur plat satu arah dapat didefinisikan
As 35 (300) _
212 6 sebagai plat yang didukung pada dua tepi yang berhadapan sedemikian sehingga
a 0,85 ' b 0,85(20)(300 ) - ' mm lenturan timbul hanya dalam satu arah saja, yaitu pada arah yang tegak lurus tefhadap
a 212,6 arah dukungan tepi.
SK SNI T-15-1991-03 juga mengenaJ jenis plat lain, yaitu plat yang diberi penulang
z =d -2=
-= 393,7 an baja pada dua arah atau lebih yang tidak menggunakan balok-baJok untuk media pe
500-- 2
nvn
Mn = A 5 fy z= 3615(300)(393, 7)(10)-e= 426,97 kNm limpahan beban tetapi menumpu langsung pada kolom sebagai komponen struktur pe
MR = ?Mn= (0,8)(426,97) = 341,58 kNm nopang. Dalam hal demikian, plat dianggap didukung oleh sistem grid , terdiri dari balok
balok yang tingginya sarna dengan plat dan menyatu menjadi satu kesatuan dengan plat
Dengan demikian dapat diberikan ringkasan atau ikhtisar analisis untuk balok perse itu sendiri. Kolom-kolom penyangga memberikan tekanan pons yang hendak menembus
gi terlentur bertulangan tarik saja, dengan urutan sebagai berikut: plat ke atas. Sistem kerja demikian berakibatkan timbulnya tegangan gesar cukup besar
yang dinarnakan geser pons, dan apabila plat tldak kuat akan retak atau bahkun pocnh
t) Buat daftar hal-hal yang diketahui. tor-
2) Tentukan apa yang harus dicari (pekerjaan analisis umunya mencari MR , Mn ,
beban hidup atau mati yang dapat didukung).
3) Hitung rasio penulangan :
As
p= b d
4) Bandingkan hasilnya dengan 0,75pb atau Pmaks juga terhadap Pmlni untuk menentukan
apakah penampang memen.uhi syarat.
5) Hitung kedalaman blok tegangan baton tekan :
As fy

a (0,85 ·)
6) Hitung panjang lengan kopel momen dalam, z= d - 1a
7) Hitung momen tahanari (momen dalarn) ideal
M,,, Mn = Nr z= As fy z, atau
Mn =Noz= 0,85fc' abz
8) MR = ;Mn Gambar 2.12.
Plat beton bertulang
f
46 BAB 2 BALOK PERSEGI DAN Pt.Ar BERTUL.ANGAN T.6.RIK SAJA

tembus.. Untuk menanggulangi tekanan pons tersebut pada umumnya di tempat kolom
penumpu plat diberi penebalan berupa drop panel, atau memperbesar ukuran kolom di
ujung atas di teinpat tumpuan yang biasanya disebut sebagai kapital kolom atau kepala
i BAB 2 BALOK PERSEGI DAN Pl.AT BERTULANGAN TARIK SAJA 4
ii'

kolom. Apabila sistem tersebut digunakan untuk struktur dengan bentangan lebih pen
dek dan beban yang didukung lebih ringan, dapat pula dibuat tanpa menggunakan pena 7
balan dengan drop panel atau kepala kolom, jadi plat betul-betul rata dan didukung.lang
sung oleh kolom, lihat Gambar 2.12. lah rata-rata. Dengan demikian, cara menyebut jumlah tulangan baja untuk plat berbeda
dengan yang digunakan untuk komponen struktur lainnya. Kecuali diameter tulangan ju
ga disebutkan jarak spasi pusat ke pusat (p.k..p) batang tulangan. Tabel A-5 memberikan
kemudahan untuk penetapan tulangan pakok baja tarik untuk plat. Sebagai misal, apabila
2.10 ANALISI S PLAT TERLENTUR SATU ARAH
plat diberi penulangan baja 022 (As= 380 mm2) dengan jarak pusat ke pusat 400 mm,
ma
Karena beban yang bekerja pada plat semuanya dilimpahkan menurut arah sisi pendek,
ka setiap pias satu meter lebar plat, luas tulangan baja rata-rata 2,50 x 380 = 950,
maka suatu plat terlentur satu arah yang menerus di atas beberapa perietakan dapat mm2,
diper lakukan sebagaimana layaknya sebuah balok persegi dengan tingginya setebaf dan penulangan disebut: 022-400 atau As= 950,3 mm2/m'.
plat dan lebarnya adalah satu satuan panjang, umumnya 1 meter. Apabila diberikan Standar SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.16.12 menetapkan bahwa untuk plat
beban merata plat melendut membentuk kelengkungan satu arah, dan oleh karananya lantai serta atap struktural yang hanya menggunakan tulangan pokok lentur satu arah,
timbul momen lentur pada arah tersebut. Saban merata untuk plat biasanya salain pe nulangan pokok harus dipasang juga tulangan susut dan suhu dengan arah
menggunakan satuan kN/m2 (kPa), karena diperhitungkan untuk setiap satuan lebar tegak lurus terhadap tulangan pokoknya. Peraturan lebih jauh menetapkan bahwa
maka dalarn perencanaan dan analisis diubah satuannya menjadi beban per satuan apabila digunakan tulangan baja deformasian (BJTD) mutu 30 untuk tulangan susut
panjang (kN/m). Apabila bentangan dan beban yang bekerja memenuhi kriteria SK SNI T- berlaku syarat minimum
15-1991-03 pasal 3.1.3 ayat 3, maka peraturan memperbolehkan menggunakan koefisien As = 0,0020 bh, sedangkan untuk mutu 40 berfaku syarat minimum As = 0,0018 bh, di
momen dan gaya geser. standar. mana b dan h adalah lebar satuan dan tebal plat. Di samping itu juga barlaku ketentuan
Tulangan pokok lentur plat satu arah dipasang pada arah tegak lurus terhadap du bahwa plat struktural dengan tebal tetap, jumlah luas tulangan baja searah dengan ben
kungan. Karena analisis dan perencanaan dilakukan untuk setiap satuan lebar plat maka tangan (tulangan pokok) tidak bolah kurang dari tulangan susut dan suhu yang diperlu
jumlah penulangan jug a dihitung untuk setiap satuan lebar tersebut, dan merupakan jum- kan. Jarak dari pusat ke pusat tulangan pokok tidak boleh lebih dari tiga kalitebal plat I 1,

atau 500 mm, sedangkan jarak tulangan susut dan suhu tidak boleh lebih dari lima kali
I
tebal atau 500 mm.

Conteh 2.6
Suatu plat penulangan satu arah untuk struktur interior, penampangnya seperti tampak
pada gambar, bentangannya 4 m. Digunakan tulangan baja dengan fy = 300 MP a, se
dangkan kuat beton MPa, selimut beton pelindung tulangan baja 20 mm. Tentukafl
beban hidup yang dapat didukung oleh plat tersebut. Dari Gambar 2. 14, tulangan
baja 016 dengan jarak p.k.p. 180 mm dengan arah tegak /urus terhadap dukungan.

016-180 => '


Gambar 2.13.
·· '!'"!\l:';l\
,c-
IJ il{\\\lltt;,,
i
1000 A
-;<' 20
l 1"
Plat Satu Arah (bersii)
Gambar 2.14.
Sketsa Conteh 2.6
BAB 2 BALOK PEASEGI DAN Pl.AT BERTULANGAN TARIK SAJA 49
48 BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PLAT BERTULANGAN RIK SAJA

nampang tulangan. Per1u diketahuibahwa untuk tiga besaran perencanaan tersebut dida
1?enyelesai an
A = 1117mm 2/m' (Tabel A- patkan banyak sekali kemungkinan kombinasi antar ketiganya yang dapat memenuhi ke


5
60 5) butuhan kuat momen untuk penggunaan tertantu.Secara teoratik dapat dikatakan bahwa
d =165- 20- 2 balok lebar tetapi pendek kemungkinan mempunyai MR yang sama dengan balok sempit
1117 tetapi tinggi. Per1u diketahui juga bahwa keputusan untuk menentukan nilai-nilai tersebut
= = -0,0085
p bd 1000(13/j akan sangat dipengaruhi oleh batas ketantuan-ketentuan peraturan di samping juga per
dari Tabel A-6, Pmsks= 0,75 Pb= timbangan teknis pelaksanaannya. Dengan demikian, untuk menentukan bentuk dan di
0,0241
Nilai minimum A 5.untuk plat adalah yang diperiukan untuk tulangan susut dan suhu. mensi panampang balok terbaik bukaniah hal yang mudah karena perhitungan beaya ru-
Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan nilai minimum dengan memeriksa Asmln- . panya tidak hanya ditentukan oleh rendahnya volume baton maupun jumlah tulangan
As minimum= 0,0020bh= 0,0020(1000)(165) = 330 mm2/m'<As= 1117 mm2/m' baja yang harus dipasang di dalam balok, tetapi masih ada faktor lain yang harus
a As fy 1117 (300) = 19,7 mm dipartim bangkan misalnya saja dari teknis pelaksanaannya
(o, 85 fc' )b O,
85(20)(1000) Dengan memanfaatkan hubungan internal yang sudah dikenal pada waktu rnemba
19 7 has analisis balok terdahulu, kemudian dilakukan modifikasi-modifikasi tertentu agar pro
z =d -!=137- • =127,15 11Vll
2 2 ses perencanaan dapat lebih disederhanakan.
Mn = As fy z= 1117(300)(127,15)1Q-6 = 42,61 kNm (per meter lebar) Ungkapan kekuatan balok baton bertulang penampang persegi bertulangan tarik saja
MR = 0,8 Mn= 0,8(42,61) = 34,1 kNm te lah dikenal, yaitu :
Selanjutnya menghitung beban hidup yang masih dapat didukung oleh plat. Perlu diingat MR = <P N0 z= q, Nrz dan MR= 4' (0,85 fc' )ba(d -112 a)
bahwa beban yang harus didukung oleh plat adalah beban mati (berat sendiri) dan beban As fy
dimana ,
hidup (yang akan dihitung). Notasi Mu digunakan untuk momen yang dihasilkan dari be- a - (o, 85 f c' )b
ban terf aktor yang diperhitungkan.

i
Dengan menggunakan rumus-rumus tersebut dapat dilakukan usaha penyederhanaan
2
Mu(DL ) = (1,2 Wotf ) dengan cara mengembangkan besaran tertentu sedemikian sehingga dapat disusun da
-4
w 0L lam bentuk daftar.
= berat plat = 16,5 (100) (23)(10) = 3,80 kN I m2 As
2 p atau A = p bd
=·H1,2(3,80)
} = 9,12
=-
lv!_u(DL ) bd .
(4) kNm A 5 fy p bd fy p d fy
MR yang tersedia untuk menahan beban hidup : 32,1-9, 12 = 22,98
kNm a = (0,85 fc' )b (o,85 tc' )b = (0,85 fc')
kemudian ditetapkan nilai w = e.!..r..
Mu(LL) = i(1,6 WLLf 2 ) = 22,98 kNm fd
8 (22,98)
WLL = ( )2 7,18 kN /m
116 4 maka, d
a
Sehingga dapat disimpulkan_, prosedur mengh.itung MR plat terlentur satu arah menggu = w 0,85
nakan cara yang sama dengan balok persegi. masukkan dalam ungkapan MR :

2.11 PERENCANAAN BALOK TERLENTUR


MR = ;(0,85 fc'){b)( ru 0, 5){d -ru 2 ( SS)}
MR = ; bd 2f c' co (1-0,59 ru} (2 - 5)
BERTULANGAN TARIK SAJA dari persamaan tersebut didapat bilangan k, sebagai berikut :
K = fc' w (1 - 0,59 w) (2 - 6)
Oalam proses perencanaan balok penampang persegi terlentur untuk fy dan fc' tertentu, Bilangan k disebut sebagai koefisien tahanan yang nilainya tergantung pada p, fc dan fy
''ang harus ditetapkan lebih lanjut adalah dimensi lebar balok, tinggi balok, dan luas pa- Tabel A-8 sampai dengan A-37 pada Apendiks A. memberikan nilai k dalam satuan MPa
,' 50 BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PLAT BERTULANGAN V.RIK SAJA
BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PL.AT BERTUL.ANGAN TARIK SAJA 61
untuk setiap nilai p dan berbagai pasangan fc' dan fr Nilai p yang digunakan dalam tabel
adalah nilai maksimum atau 0,75p11-
Dengan demikian ungkapan ·secara umum untuk MR menjadi : Tulangan yang diperlukan :
MR = t;bd 2k (2-7) As = p bd
Sebagai contoh, akan dihitung kembaii momen tahanan MR untuk Conteh 2.4. = 0,0135(250)(570) = 1924 mm2
1) = ..&. = 2600 0 0193
p bd 300(450) '. Secara teoretis sebarang batang tuJangan atau kombinasi beberapa batang tulangan
2) Dari Tabel A-29 didapat k= 6,5479 MPa yang jumiah total luas penampangnya sama dengan atau lebih dari 19,24 cm2 dapat
MR = ;bd2k= 0,8(300)(450)2(6,5479)(10) -3 ma
= 318,23 kNm menuhi kebutuhan. Tetapi harus diingat bahwa peraturan mengharuskan untuk mema
Dengan menggunakan cara di atas, pendekatan analisis menjadi lebih singkat dan sang paling tidak dua batang tulangan baja tarik di sudut-sudut sengkang agar terbentuk
lebih mudah dibandingkan dengan yang digunakan pada penyelesaian Contoh 2.4 di ha kerangka penulangan kokoh. Kemudian agar mudah dalam pelaksanaan pemasangannya
laman 42, dan kedua-duanya dapat diterima. batang-batang tulangan baja yang dipilih sebaiknya terdiri dari batang dengan diameter
sama dan sedapat mungkin ditempatkan dalam satu baris (elevasi) yang sama. SK SNIT-
C on t eh 2.7. 15-1991-03 menetapkan persyaratan jarak bersih minimum antar-tulangan dan selimut
Rencanakan suatu balok persegi beton bertulang untuk menahan momen beban kerja beton pelindung tulangan baja. Jarak bersih antara tulangan dalam satu baris tidak boleh
mati 65 kNm (termasuk berat sendiri) ditambah momen beban guna hidup 135 kNm. kurang dari diameter tulangan, atau 25 mm, atau 1,33 ukuran agregat maksimum.
Pertimbangan arsitektural butuh lebar balok 250 mm, dan tinggi balok total 650 mm. Apabila diperfukan penulangan lebih dari satu lapis maka jarak bersih antara
Gunakan bahan beton f c '= 20 MP a dan baja fy = 400 MP a. Dari tiga besaran lapis satu dengan lainnya minimum 25 mm. Persyaratan selimut baton tercantum dalam
perencanaan yang harus ditentukan dalam persoalan ini, b dan h telah ditetapkan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.16.7, antara lain dapat disebu1kan di sini, bahwa untuk
Sehingga penyele saian dan penentuan luas penampang tuiangan baja yang diperlukan balok dan kolom yang tidak berhubungan langsung dengan cuaca luar atau tidak
dapat dilaksanakan kontak langsung dengan tanah, tebal selimut baton untuk segala macam tulangan
Jangsung. adalah 40 mm. Pada Tabel A-38 menggabungkan persyaratan jarak antara tulangan
dan selimut baton ke da lam tabel lebar minim•.;,n balok untuk berbagai lapis batang
Peny elesaian tulangan. Harap diperhatikan bahwa tulangan yang digunakan sebagai sengkang adalah
Total momen rencana : tulangan 010. Sengkang ada lah suatu bentuk khusus penulangan yang ten.:tama
MR = 1,2 MoL + 1,6 MLL ditujukan dan berfungsi sebagai pe ngikat membentuk kerangka tulangan, di samping
bennanfaat menahan geser yang lebih lanjut dibahas pada Bab 4: ·untuk
= 1,2(65) + 1,6(135) = 294 kNm
mempertimbangkan pemilihan batcing tulangiin baja da
perkircikan d =
(h-80) = (650 - 80) 570 mm = lam rangka memanuhi kebutuhan As (1853 mm2), dapat dipakai pilihan kombinasi
Karena MR = ipbd 21c; dan sebagai batas bawati MR= Mu , maka ungkapan dapat ditulis =
berikut: 3 batang 029 :A 5 1983 mFT12
se- bagai : Mu= t;bd2k, 4 batang 025 :A 5 = 1964 mm2
di mana k adalah : 5 batang 022 :.As= 1900 mm2
6
Mu 294(10) Dengan menyimak ulang tabel A-38 didapatkan bahwa satu-satunya pilihan kombinasi
k- · -- 2
4,52 MPa
- bd 2- 0,8(250)(570) yang dapat diterima adalah 3 batang 029, yang apabila disusun dalam satu lapis membu-
DariTabel A-27, didapatkan nilai k= 4,5398 untuk p= 0,0135. tuhkan lebar balok minimum 245 mm. Dua kombinasi yang lain ternyata tidak dapat
DariTabel A-6 (atau A-27), didapatkan :0,75 Pb= 0,0163 =Pmaks dipa sang dalam satu lapis pada balok dengan !ebar 250 mm.
Sampai dengan tahap ini harus dilakukan pemeriksaan tinggi efektif aktual yang tersedia
{d) untuk dibandingkan dengan tinggi yang semula diperkirakan. ·
d aktua = 650 - 40 - 5 - 112(29) = 590,S mm
Hasil tersebut agak lebih besar dari nilai d yang samula diperkirakan dan dipakai dalam per
1,4 5 hitungan sehingga tampak bahwa hasil d aktual agak konservatif atau pada kondisi yang
sedangkan Pm1n=- ,- 0,003
y lebih aman. Karena perbedaannya kecil tidak per!u revisi hitungan. Pada umumnya untuk
52 BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PLAT BERTUlANGAN TARIK SA.IA
BAB 2 BALOK PERSEGI DAN Pt.AT BERTULANGAN TARIK SA.JA 53

memilih dan menetapkan dimensi komponen struktur baton selalu digunakan bilangan
bulat dengan tujuan agar memudahkan dan tidak banyak menimbulkan permasalahan da DariTabel A-15 didapatkaf'.' k= 3,3818 MPa.
lam pembuatan acuan (cetakan) di aksanaannya.
Bentuk lain dari masalah perencanaan disajikan pada Contoh.2.8 di mana dapat di
golongkan sebagai bentuk perencanaan bebas karena dimensi lebar balok, tinggi balok,
• Sampai tahap ini masihterdapat dua bilangan yang belum diketahui yaitu b dan dyang
da pat diperoleh melalui dua macam cara pendekatan yang berbeda.
Cara yang pertama ialah dengan memperkirakan nilai terlebih dahulu untuk kemu
b
dan luas penampang tulangan baja ti.dak atau belum ditantukan. Psnyelesaiannya dian digunakan mencari d. Pendekatan dengan cara demikian lebih mudah, karena
pada
secara taoretis akan melibatkan banyak kemungkinan kombinasi besaran-besaran
umumnya alasan praktis pelaksanaan dan arsitektural menghendaki b tidak tertalu
sehubungan batas kebutuhan ketiga faktor yang belum diketahui tersebut. Seperti
lebar. Perkirakan b = 300 mm dan gunakan rumus Mu= tP bd 2k, .
d -;
diketahui, rasio penulangan harus lebih besar dari Pmln tetapi tidak melampaui Pmaks.
sehingga kebutuhan jumlah total tulangan harus terfetak di antara dua nilai tersebut.
pertu - <P bk
Untuk digunakan pada pe
rencanaan, Tabel A-6 memberikan rekomendasi nilai yang diperlukan dan merupakan nilai
6
p maksimum. Dalam menggunakan tabel tersebut usahakan untuk tidak menggunakan ni 281 -
58 4
(10)
lai pyang lebih besar. Apabila digunakan nilai pyang lebih besar akan didapat - 0,8(301)(3,3818) B. rrm
penampang -
beton yang lebih kecil sehingga besar kemungkinan mengundang masalahi lendutan. "k . d 588,4 .
P
amen saan ras10 = 1,96 => rasio baik
Untuk perkiraan kasar, umµmnya digunakan hubungan empiris rasio antara lebar 300
b=
dan tinggi balok beton persegi yang didapat dari pengalaman praktek yang dapat diterima Berat sendiri balok baton (beban mati) akan mulai diperhitungkan yang dengan demikian
dan cukup ekonomis, ialah: berakibat momen rencana berubah dan bertambah, sehingga ukuran balok diperkirakan
1,0 s dibs 3,0 juga harus diperbesar menjadi 300 x 700 mm2.
Berdasarkan pengalaman pula, dari rentang nilai tersebut, rasio dlb yang sering diguna Berat sendiri balok = 0,30(0,70)(23) = 4,83 kN/m'.
kan dan um_umnya memenuhi syarat terletak pada nilai 1,5 dan 2,2. Hubungan-hubungan M'J tambahan karena berat balok :
seperti tersebut di atas dapat dlgunakan sebagai sarana pendekatan penyelesaian per 2
Mu = .!(1,2) (4,83) (6) = 26,08 kNm
masalahan perencanaan yang dihadapi. 8 .

Jumlah berat total mengakibatkan Mu= 281 + 26,08 = 307,08 kNm


Conteh 2.8 Dengan menggunakan nilai p, k, dan b yang sama seperti hitungan terdahulu, didaptkan
Rencanakan suatu balok persegi beton bertuang yang bertulangan tarik saja yang ter nilai dbaru.
letak pada dukungan sederhana untuk beb_an guna mati 13,10 kN/m' (tidak termasuk
berat sendiri) dan beban guna hidup 29,2 kNlm'. Panjang bentang balok 6 m. Gunakan [K 307,08(10)
6
tulangan baja D 1O untuk sengkangnya, fc' = 20 MPa,_ fy = 300 MPa.
d pertu =y = 0,8 (300)(3,3818) 615,1 mm=
P "k . d 615,1 . .
amen saan ras10 b= = 2,05 => raSIO baik
300
Penyelesaian 2
M u = iwuf 2 =i(62,44) (6) = 281 kNm
Hitung momen rencana Mu yang untuk sementara dengan tanpa memperhitungkan berat
sendiri, yang tentunya akan dimasukkan juga dalam perhitungan kemudian. Uhat Tabel A-6, perkirakan nilai p, gunakan I' = 0,O 1?l .
Wu = 1 ,2WoL + 1 ,6WLL
= 1,2(13,1) + 1,6(29,2) = 62,44 kN/m'
Harap dicatat bahwa yang dihitung di atas adalah beban renr.ana tertaktor.
Luas tulangan yang diperlukan : As= pbfi . · 1% dari nilai b aktual). Selanjutnya menentukan tinggi balok total h.
As = 0,0127(300)(615, 1) ;;: 2343 mm2 h perlu = 615, 1 + 112(29) + 5 + 40 = 674,6 mm => gunakan h = 680 mm
Dari Tabel A-4 dipilih 4 batang tulangan 029, · tinggi balok efektif aktual: d = 680 - 40 - 5 - 112(29) = 620,5 mm > 615, 1
As = 2642 mm2 > 2343 mm2 mm
Nil · kti" 2642 d 620.5
Dari Tabet A-38 diperoleh b = 303,0 mm_yang masih dalam batas toleransi (berselisih 1 ru a tr p = 300(620,S) 0,0142 dan rasio
b = 2,068
300
selanjutnya men
cari b dan d melalui hbungan matematik. Sebagai contoh, ditotapkan rasio dlb =
2,0,
S4 BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PLAT BERTULANGAN RIK SAJA
maka d = 2b, kemudian dengan menggunakan lagi rumus Mu= ¢bd2 kdidapatkan:
6

Gambar 2.15.
Sketsa Rancangan
Conteh 2.8

Perhitungan di atas berdasarkan ukuran penampang balok 300 x 700 mm2,


sedangkan hasil rencana didapatkan 300 x 680 mm2. Kemungkinan masih dapat
dilakukan modifikasi proporsi tulangan baja dan baton sedemikian hingga didapat
penampang yang lebih efi sien. Untuk mengetahui efisiensi hasil perencanaan
dilakukan dengan cara menghitung berapa persen kelebihan kapasitas penampang
terhadap yang diperlukan, atau nilai ban
ding antara kuat balok terhadap momen yang bekerja.
Sketsa rancangan diberikan pada Gambar 2.15, mungkin saja rencana tersebut
belum merupakan yang terbaik dan masih dapat dioptimalkan lagi. Sketsa hasil
rancangan akhir harus jelas dan umumnya menunjukkan dimensi-dimensi sebagai
berikut:
a lebar balok.
b. tinggi balok total dan/atau tinggi efektif.
c. jumlah dan ukuran batang tulangan pokok, jumlah luas.
d. selimut beton pelindung tulangn baja.
e. ukurari sengkang.

Cara pendekatan yang kedua untuk pemecahan permasalahan pada contoh


ini ia-. lah dengan menetapkan terlebih dahulu rasio dlb yang diinginkan dan
Mu -

i
bd2
3. Dari Tabel A-8 sampai A-37, dapatkan rasio penulangan.
BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PLAT BERTUlANGAN TARI< SAJA 65 4. Hitung As yang diperlukan, As pertu = pbd
5. Tentukan batang tulangan yang akan dipasang, dipilih dari tabel dengan
b3 103864806= 25966201 mm3 memperhi tungkan apakah tulangan dapat dipasang pada satu lapis di dalam
4 balok. Periksa uiang tinggi efektif aktual balok dan bandingkan dengan tinggi
b perlu= i'25966201= 296,1rrvn efektif yang dipakai untuk perhitungan. Apabila tinggi efektif aktual lebih tinggi
Dari hasil hltungan di atas tampak bahwa dengan menganggap b berarti hasil rancangan agak kon servatif (berada dalam keadaan lebih
= 300 miTI rupanya telah mendekati hasil rencana. Dengan aman). Sebaliknya, apabila tinggi efektif aktual kurang dari tinggi efektif yang
damiki&n langkah selanjutnya menghitung d yang di partukan diperhitungkan berarti dalam keadaan tidak aman dan
dangan menggunakan cara separti yang_ dilakukan pada harus dilakukan revisi perhitungan. 1 1

bahasan sebelumnya. 6. Buatlah sketsa hasilrancangan


Kemudian dapat disusun suatu ikhtisar perencanaan balok
persegi terlentur bertu- langan tarik saja sebagai berikut: b} Merencana dimensi penampang dan As
a) Ukuran penampang diketahui, menghitung As
1. Ubahlah beban atau momen menjadi beban atau momen rencana dan
1. Ubahlah beban atau moman yang bekerja menjadi beban atau momen mungkin ter masuk menentukan perkiraan berat .sendiri balok yang belum
rencana (Wu
diketahui dimensinya untuk diperhitungkan sebagai bebari mati. Tinggi dan
atau Mu}. termasuk berat sendiri. lebar balok terpilih agar meme nuhi syarat dan berupa bilangan bulat. Jangan
2. Berdasarkan h yang diketahui, perkirakan d dengan
lupa untuk menggunakan faktor beban di dalam memperhitungkan beban mati
menggunakan hubungan d = h - 80 mm, dan kemudian tambahan.
hitunglah kyang diperlukan memakai persamaan : 2. Pilihlah rasio penulangan yang diperlukan dengan menggunakan tabel A-4 untuk
k keperluan tersebut, kecuali bila dimensi
- balok terlalu kecil atau memang dikehendaki
pengurangan penulangan.
281(10)=
2 Mu =103864806 Pmin S P S Pmaks
bd perlu ip k 0,8 mm1
(3,3818) 3. DariTabel A-8 sampai A-37, dapatkan nilai k.
apabila d = 2b, maka b( 2b)2 = 4. Perkirakan b dan kemudian hitung d yang diperlukan,
103864806 mm3
1

li1'i
I.·'
58 BAB 2 BALOK PEASEGI DAN PLAT BERTULANGAN TARIK SA.IA BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PLAT BERTULANGAN 11.RIK SA.JA 61

d perlu= Jffi t
Q3)
Daftar 2.1.
Tebal minimum balok dan plat satu arah (kutipan Tabel 32.S(a) SK SNI T-15-1991-

Apabila rasio dlb memenuhi syarat (1,5 -:- 2,2), dimensi tersebut dapat dipakai untuk
balok yang direncanaka11. TEBAL MINIMUM, h

5. Perhitungkan h kemudian hitung ulang barat balok, dan bandingkan berat balok ter- I

I '
SATU WUNG KEDUA WUNG KANTILEVER
sebut dengan bera balok yang sudah dimasukkan dalam perhitungan. · DUATUMPUAN MENERUS MENERUS
6. Lakukan revisi hitungan momen rencana Mu dengan menggunakan hasil hitungan KOMPONEN
berat sendiri balok yang terakhir. STRU<TUR KOMPONEN TIDAK MENDUKUNG ATAU MENYATU DENGAN
PAATISI ATAU KONSTRUKSI LAIN YANG AKAN
7. Dengan menggunakan b, k, dan nilai Mu yang baru didapat, hitunglah d perlu.
RUSAK AKIBATLENDUTAN BESAR

dperlu= l
Plat solid
satu -l20 -l 24 - 28 -l 10
Periksa apakah rasio dlb memanuhi syarat. arah
8. Hitur.g As yang diperlukan, As perlu = pbd
9. Pilihlah batang tulangan yang akan digunakan serta mameriksa apakah batang tulang
Balok atau
plat lajur
- l -l - - 21
l
-8
l
satu arah 16 18,5
an dapat dipasang pada balok dalam satu lapis.
1o. Tentukan h, bila perlu dengan pembulatan ke atas (dalam cm) untuk mendapatkan bi
kelayanan atau kinarja struktur pada beban kerja. Daftar 2.1 (kutipan dari Tabel 3.2.5.a
langan bulat yang baik. Hal demikian mungkin akan mengakibatkan tinggi efektif aktu
SK SNI T-15-1991-03) memberikan ketebalan minimum balok dan plat satu arah dikaitkan
aJ lebih besar daripada tinggi efektif rencana dan berarti hasil rancangan akan sedikit
de ngan panjang bentangan. Ketentuan tersabut dapat dipakai untuk komponen
kons'3f'Vatif (berada pada keadaan yang lebih aman).
struktur yang tidak mendukung atau berhubungan dengan struktur lain yang cenderung
11• Buatlah sketsa hasilrancangan.
akan ru sak akibat lendutan. Apabila mendukung atau berhubungan dengan struktur
separti ter sebut, lendutan harus dihitung secara analitis. Untuk balok atau plat satu arah
dengan te baJ kurang dari nilai yang tertera daJam daftar, lendutannya harus dihitung
2.12 PERENCANAAN PLAT TERLENTUR SATU ARAH
dan ukuran ter sebut dapat digunakan apabila lendutan memanuhi syarat. Nilai-nilai
dalam Oaftar 3.2.5.a hanya diperuntukkan bagi baJok dan plat baton bertulangan satu
Pada saat sekarang, di mana perkembangan teknologi telah rneningkat dengan pasat,
arah, nonprategangan,
untuk mendapatkan bahan struktur baton bartulang mut·u tinggi bukanlah sesuatu yang
berat baton nonnal ( we = 23 kN/m3) dan baja tulangan BJTD mutu 40. Apabila digunakan
sulit separti pada masa lalu. Dengan menggunakan bahan baja dan baton mutu tinggi
mutu tulangan baja yang lain nilai dari daftar harus dikalikan dengan faktor berikut :
akan didapat ukuran atau dimensi komponan struktur baton bartulang yang semain me
ngecll. Sebenamya pengaruh peningkatan kuat atau mutu bahan ter:tiadap deflaksi kom
_ (a, 4+ ;0) .
ponen struktur hanya kecil saja, yang berpengaruh besar adaJah ukuran penampang atau
daJam haJ ini momen inersia penampang. Akan terjadi lendutan lebih besar pada Untuk struktur beton ringan dengan.·satuan mass a
di antara 1500-2000 kgf/m3 nilai dari
kompo nen stniktur bahan mutu tinggi dibandingkan dengan komponen struktur yang daftar dikalikan dengan faktor berikut : ·
sama teta pi dibuat dari bahan dengan mutu yang lebih rendah, yang pada umumnya (1,65 - 0,005
We).
luas penam pangnya lebih besar sehingga momen inersianya juga besar.
akan tetapi bagaimanapun nilai yang didapat tidak boleh kurang dari 1,09 sedangkan
Penentuan tebal plat terfentur satu arah tergantung pada beban atau momen lentur
satu an we dalam kgf/m3. Sebagai contoh, untuk plat satu arah yang terlatak pada
' yang bekerja, defleksi yang terjadi, dan kebutuhan kuat geser yang dituntut. Standar SK
dukungan sederhana, baton dengan berat normal dan tulangan baja mutu 40, tebal
SNIT-15-1991-03 menentukan kriteria tinggi balok dan plat dikaitkan dengan bentangnya
daJam rangka usaha membatasi lendutan basar yang berakibat mengganggu kemampuan minimum yang diperlukan adalah 1l jika dikehendaki menggunakan dimensi
tersebut tanpa menghi tung lendutan, di mana l adalah panjang bentang plat.
Mangenai persyaratan lendutan labih tanjut akan dibahas lebih lanjut pada Bab 8 di
belakang.
·5 8 BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PLAT BERTULANGAN TARIK SA.JA
BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PlMBERTULANGAN TARIK SA.IA I8 I

SK SNl T-15-1991-03 pasal 3.16.7 memberikan ketentuan tebal selimut baton h . . l [ 302] 3000 ( 0,8286) .
pelindung tulangan baja untuk plat yang permukaannya tidak terbuka atau berhubungan
0,4+ =124 3 mm
langsung dengan cuaca luar, atau ti?ak kontak langsung dengan tanah. Selimut baton mtmmum= J=
ti 20 700 20
dak boleh kurang dari 20 mm apabila plat, dinding, dan plat berusuk menggunakan ba digunakan h = 125,0 mm dan selanjutnya rencanakan plat untuk setiap lebar 1m.
tang tulangan 036 atau kurang. Tidak boleh kurang dari 40 mm apabila menggunakan ba Tentukan beban mati berat sendiri plat,
tang tulangan 044 dan 056. Untuk permukaan plat yang terbuka terhadap cuaca luar (0,125)(23) =
2,875 kN/m2
atau berhubungan dengan tanah, tebal se!imut baton minimum 50 mm apabila Total beban rencana adalah,
menggunakan tuiangan 019 sampai dengan 056, dan 40 mm apabila menggunakan Wu = 1,2Wot + 1 ,6W LL
tulangan 016, ka wat W31 atau 031, atau ukuran yang lebih kecil. Apabila plat baton == 1,2(2,875) + 1,6(16) = 29,05 kN/m2
dicer langsung dan permanen berhubungan dengan tanah,- selimut baton minimum Tentukan momen rencana,
untuk segala ukuran tu 1 1 2
langan baja adaJah 70 mm. M u = 3wul2 =8(29,05)(3) =32,68 kNm
Seperti yang telah diuraikan di depan, cara yang dipakai SK SNI T-15-1991-03 un Perkirakan ddengan penggunaan tulangan Q19 dan selimut baton minimum 20 mm,
tuk membatasi timbulnya lendutan besar ialah dengan menerapkan syarat tbal d == 125 - 20 -9,5 = 95,5 mm
minimum. Akan tetapi meskipun plat telah memenuhi syarat tebal minimum, misalnya, Tentukan k yang diperlukan,
masih tetap harus dirancang untuk kuat lenumya. Lendutan plat tidak perlu dihitung
k =
ataupun diperik sa secara analitis kecuali apabila plat merupakan struktur pendukung tp bd2
atau berhubungan dengan komponen lain yang akan rusak bila mengalami lendutan
= 32,68(10)3 = 4,479 MPa
besar. 2
0,8(1) (95,5)
Standar SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.1.7 memberikan ketentuan mengenai pan
jang bentangan untuk perencanaan balok atau plat yang secara integral tidak DariTabel A-15 untuk nilai k = 4,4782 didapat p = 0,0177
periksa PmakSr
menyatu dengan dukungannya, sebagai berikut :
Pmaks = 0,0241 > 0,0177 gunakan p = 0,0177

panjang bentang = bentang bersih + tebal komponen As = p bd= 0,0177(1000)(95,5) = 1690 mm2/m'
Ketentuan tersebut dapat digunakan sebagai pedoman tetapi nilainya tidak boleh
lebih besar dari jarak antar-pusat dukungan. Karena tebal plat belum ditentukan, Dari Tabel A-3 pilihlah batang tulangan pokok, dipilih tulangan 019 dengan jarak
umumnya pa da awal perencanaan digunakan jarak antar-pusat dukungan. Conteh pusat ke pusat 150 mm {As= 1890,2 mm2). Syarat peraturan tentang jarak maksimum
berikut akan mem berikan gambaran mengenai bagaimana cara menggunakan an tara batang tuiangan telah dibahas pada Bab 2.10. Jarak minimum antara batang
ketentuan SK SNI T-15- 1991-03 untuk tebal minimum plat satu arah. tulangan untuk plat secara praktis diambil tidak kurang dari 100 mm, meskipun
peraturan mem bolehan jarak yang lebih dekat lagi seperti yang dibahas pada Conteh
Contoh 2.9 2.7.
Rencanakan suatu plat satu arah yang terletak pada dukungan sederhana dan men
dukung beban hidup terbagi rata 16 kPa. Panjang bentang 3,0 m (pusat ke pusat
dukungan), beton fc'= 20 MPa dan baja fy = 300 MPa. lkuti ketentuan SK SN/ T-15-
1991- 03 mengenai persyaratan tebal minimum dan gunakan pembulatan sampai
dengan cen timeter untuk tebaf plat.

Penyeleaaian
Oapatkan h minimum yang diperlukan kemudian perkirakan berat sendiri plat.
Dari Daftar 2.1, atau SK SNIT-15-1991-03 Tabel 3.2.5.a, Gambar 2.16.
Sketsa perencanaan Conteh 2.9
BAS 2 BALOK PERSEGI DAN Pl.AT BERTULANGAN TARIK SAJA fJ 1
6Q BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PlMBERTUt.ANGAN 'D\RIK SAJA

Periksa jarak maksimum antara batang tulangan baja disesuaikan dengan ketentuan
SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.16.6:
A. = 0,0018 bh ( 4:;) untuk mutu bajalebih tinggi dari 40,
=
Jarak maksimum 3h atau 500 mm diukur pada regangan leleh sebesar 0,35% dan dalam segala hal tidak boleh kurang
3h = 3(125) = 375 mm >.150 mm dari As= 0,0014bh.
Maka, gunakan batang tulangan 019 dengan jarak pusat ke pusat 150 mm. 1O)Jumlah luas penampang tulangan baja pokok tidak boleh kurang dari jumlah fua.s pe-
Selanjutnya. sesuai SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.16.12, menentukan penulangan nulangan susut dan suhu.
susut dan suhu (temperatur), 11) Buatlah sketsa rancangan.
As= 0,0020bh= 0,0020(1000)(125) = 250 mm2/m'
Pilih batang tulangan baja 09 dengan jarak dari pusat ke pusat 250 mm ( As= 254
mm2). atau batang 010 jarak p.k.p 300 mm (A5 = 262 mm2). Jarak maksimum = Sh
atau 500 mm. Maka, gunakanlah batang tulangan baja 09 dengan jarak p.k.p 250
mm.Sesuai SK SNI T- 15-1991-03 pasal 3.3.5 ayat 3, luas penampang tulangan
pokok harus lebih besar dari tu langan baja untuk susut dan suhu.
tulangan pokok 1890 mm2 > tulangan susut 254 mm2
Buatlah sketsa rancangan-(lihat .Gambar 2.16).

Dengan demikian maka ringkasan langkah-langkah atau ikhtisar perencanaan plat


terlentur satu arah adalah sebagai berikut :
1) Hitung h minimum plat sesuai dengan Oaftar 2.1 atau SK SNI T-15-1991-03 Tabel
3.2.5.a, pembulatan dalam centimeter.
2) Hitung beban mati berat sendiri plat, dan kemudian hitunglah beban rencana total Wu.
3) Hitung momen rencana Mu-
4) Perkirakan dan hitung tinggi efektif plat d, gunakan batang tulangan baja 019 dan se-
limut baton pelindung tulangan baja 20 mm, dengan hubungannya sebagai berikut:
·· d= h - 29,5 mm
5) Hitung kperlu,
k= I
'bd2
6) Tentukan rasio penulangan pdari Tabel A-6 sampai A-10 dan tidak melmpaui Pmak .I
Apabila p > Pmaks maka plat dibuat lebihtebal lagi.
7) Hitung As yang diperlukan,
As = pbd
8) Dengan menggunakan Tabel A-3 pilihlah tulangan baja pokok yang akan dipasang.
Periksalah jarak maksimum antara tulangan dari pusat ke pusat 3h atau_ 500 111m.
Periksa ulang anggapan yang digunakan pada langkah ke 4.
9) Sesuai SK SNI T-15-1991-03 pilih tulangan untuk susut dan suhu sebagai berikut :
As =0,0020bh untuk baja mutu 30,
As == 0,0018bhuntuk baja mutu 40,
62 BAB 2 BALOK PERSEGI DAN Pl.Ar BERTULANGAN TARIK SAJA
BAB 2 BAlOK PERSEGI DAN PLAT BERTULANGAN TARIK SAJA 63

SOAL-SOAL

Soal-soal berikut ini berkaitan dengan masalah penulangan tarik saja, di mana untuk balok
gunakan selimut baton pelindung tulangan 40 mm dengan tulangan 010 untuk seng

kang, sedangkan untuk plat gunakan selimut baton 20 mm. J---;-------·-------·-·----,(
1500 7500 ,

2-1. Suatu balok dangan b = 350 mm, A 5 = 3025, t0 '= 30 MPa, tuiangan baja mutu 300, Gambru· Soal 2-6 ·

tentukan kuat 'momen (Mn ) apabila :


a. d = 360 mm Suatu balok baton bertulang persegi mendukung beban di atas bentang 7,0 m se
b. d = 540
mm perti tergambar. Saban mati 24 kN/m' tidak termasuk berat sendiri,0t = 20 MPa, fy =
1

c. d = 720 mm, bandingkan hasil-hasilnya dalam bentuk tabulasi. 400 MPa, b =


400 mm, h = 650 mm, dan menggunakan 5 batang tulangan 028.
Buktikan bahwa balok tersebut cukup kuat untuk menahan momen yang terjadi.
2-2. Hitunglah kapasitas momen ideal (Mn} untuk balok dengan lebar b = 300 mm, d =
520 mm, fc ' = 30 MPa, fy = 400 MPa, dengan penulangannya sebagai berikut : 2-7. Plat satu arah seperti tergambar dengan bentang 3 m dari pusat ke pusat dukung
a. 3 batang tulangan baja 025 an. Hitung MR dan tentukan beban kerja hidup yang bisa didukung oleh balok, be
b. 3 batang tulangan baja 028 ban mati yang bekerja hanyalah berat sendiri, f0 ' = 20 MPa, fy = 300 MPa .
c. 3 batang tulangan baja 032, bandingkan hasilnya dalam bentuk tabulasi.

2-3. Hitung kapasitas momen ideal (M.'l) untuk balok dengan tulangan baja mutu 400,
I I
A s = 4028, b = 300 mm, d = 600 mm.
a. f0 ' = 20 MPa
b. fc' = 30 MPa
c. t0 ' = 35 MPa, bandingkan hasil-hasilnya dalam bentuk tabulasi.

2-4. Hitunglah momen tahanan (M,g) untuk balok dengan d = 600 mm, b = 350 mm, di
pakai 4 batang tulangan 025.
Gambar Seal 2-7
a. f 1 = 30 MPa, fy = 300
0 MPa
2-8. Suatu balok baton bertulang persegi terletak pada suatu perletakan sederhana de
= MPa
30 MPa, fy = 400
b. fc'
ngan bentangan 7 m', mendukung beban kerja merata yang terdiri dari beban hi
·2-5. Suatu balok beton bertulang terletak di atas bentangan sederhana 9 m dengan b = dup merata 20 kN/m' dan beban mati merata 24 kN/m' (sudah termasuk perkiraan
500 mm, d =1075 mm, h = 1150 mm. Balok mendukung beban kerja yang terdiri berat sendiri balok), menggunakan tulangan baja mutu 400, fc' = 20 MPa. Guna
dari hidup merata 52 kN/m' dan mati merata (tidak termasuk berat sendiri) 32 kN/m'. kanlah Tabel A-6 untuk menentukan rasio penulangan, lebar balok 400 mm, pilih bi
Periksalah apakah balok mampu r;nenahan momen lentur yang terjadi. Periksa juga langan bulat untuk h, sengkang dari batang tulangan 010. Periksalah apakah balok
rasio penulangannya untuk menjamin masih dalam batas-batas ketentuan peratur tersebut cukup kuat menahan beban dengan cara membandingkan Mu dengan MR.
an untuk: (a) penulangan 6 batang 032, dan (b) penulangan 6 batang 036, se buat sketsa rancangannya
dangkan f 0 ' = 20 MPa, fy = 300 MPa.
2-9. Rencanakan balok baton bertulang penampang persegi menahan momen rencana
total Mu=180 kNm (sudah termasuk momen karena berat sendiri). Tuntutan arsitek-
11
,,
BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PLAT BERTULANGAN TARll< SA.JA 86
64 BAB 2 BALOK PERSEGI DAN Pt.AT BERTULANGAN TARIK SAJA

tural memertukan b = 300 mm dan h = 580 mm, fc' = 20 MPa, f y= 300 MPa. 2-15. Rencanakan suatu balok beton bertulang persegi yang terfetak di atas dukungan
Buatlah sketsa rancangan. sederhana seperti terfihat pada gambar, beban mati merata tidak termasuk berat
sendiri balok, sedangkan fc' = 20 MPa. fy = 400 MPa
2-10. Ulangi soal nomor 2-9 deng Mu= 540 kNm, lebar b= 4oo mm, h = 700 mm, fc'
30 MPa, fy = 300 MPa. 2-16. Rencanakan plat lantai baton bertulangan satu arah dengan dukungan sederhana
bantang 3 m, mendukung beban kerja hidup merata 15 kPa dan berat sendiri plat,
2- i1. Untuk balok yang dirancang pada soal 2-10, bila tulangan pokok yang dipasang fc' = 20 MPa, fy = 300 MPa. Berikan sketsa rencana.
salah pemasangannya sedemikian sehingga kedalaman efektif d = 600 mm, apakah
balok masih kuat? Periksalah dengan membandingkan Mu dengan MR dari balok 2-17. Rencanakan plat lantai baton bertulangan satu arah dengan dukungan saderhana
yang menggunakan luas penampang tulangan baja aktual,b aktual, dan tinggi efek- dan bentang 3,0 m, mendukung beban guna hidup marata 8 kPa, beban mati me
rata 1,25 kPa dan berat sendiri, fc' = 20 MPa, fy = 300 MPa, pembulatan ukuran
tif d = 600 mm.
te bal plat setiap 1O mm.
2-12. Rencanakan suatu balok baton bertulang penampang persegi pada dukungan se a rencanakan plat sesuai syarat tebal minimum paraturan.
derhana 1o m, mendukung beban kerja merata yang terdiri dari beban hidup b. rencanakan plat dengan ketebaJan yang paling tipis yang masih
merata dimungkinkan o- leh peraturan.
30 kN/m' dan beban mati merata (tidak termasuk berat sendiri balok) 15 kN/m', kare
na diba-tasi cleh ukuran kolom maka lebar balok tidak bisa lebih besar dari 400 2-18. Rencanakan plat baton dangan penulangan satu arah dan dukungan sederhana
· seperti tergambar, beban kerja h!dup marata 10 kPa. fc' = 20 MPa, fy = 400 MPa.
mm, fc' = 20 MPa, fy = 400 MPa. Berikan sketsa rencananya.
Berikan sketsa rencana.
2-13. Rencanakan suatu balok baton bertulang persegi pada dukungan sederhana 11 m,
mendukung beban kerja merata yang terdiri dari beban hidup merata 30 kN/m ' dan
beban mati merata (tidak termasuk berat sendiri balok) 23 kN/rn' lebar balok
dibatasi
450 mm, fc' = 20 MPa, fy = 300 MPa. Berikan sketsa rencana. /1 30) )1

Gambar Soal 2·18


2-14. Rencanakan suatu balok baton bertulang penampang persegi pada dukungan se
derhana 14 m, mendukung beban kerja"merata yang terdiri dari beban hidup merata
20 kN/m' dan beban mati merata (tidak termasuk berat sendiri balok) 12 kN/m', fc' =
30 MPa, fy = 400 MPa. Berikan sketsa rencana.

f 1 1 11
OL
LL == 7.2

1 1 111T11 1 111111:11111
4,3 kN/m'
kN/m'

Gambar Seal 2-15


,.
l BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTULANGAN RANGKAP 87
\:

3 .: "'"T'"F53' 1

'-- = t engah

PENA MPANG BALOK T DAN Gambar 3.1.


Sistem balok dan balok induk lantai
B.ALOK BERTULA NGA N RANGKA P
sebagai badan. Dalam hal ini, plat yang berfungsi sebagai flens dari balok T juga harus
di rencana dan diperhitungkan tersendiri terhadap lenturan pada arah melintang
terhadap balok-balok pendukungnya. Dengan demikian plat yang berlungsi sebagai
f/enstersebut akan berperilaku sebagai komponen struktur yang bekerja pada dua arah
lenturan yang saJing tegak lurus. Pada perpotongan antar-balok T, struktur akan
mendukung momen lentur negatif di mana tepi atas plat berada dalam keadaan tertarik
3.1 P ENDA HULUA N sedangkan badan balok di bagian bawah dalam keadaan terdesak. HaJ demikian akan
tampak lebih jelas pada tum puan bentangan sebelah dalam (interior} struktur balok
Komponen lantai atau atap bangunan gedung struktur baton bertulang dapat berupa plat bentangan menerus yang akan dibahas lebih lanjut kelak.
dengan seluruh beban yang didukung langsung dilimpahkan ke kolom dan selanjutnya Untuk keperluan perencanaan dan analisis, serta penyederhartaan perilaku plat ter
ka fondasi .bangunan. Seperti yang telah dikemukakan di depan, bentangan struktur plat lentur pada dua arah yang rumit, standar SK SNI T-15-1991-03 menetapkan kriteria lebar
demikian tidak dapat panjang karena pada ketebalan tertentu (berarti juga berat sendiri) efektif tertentu untuk plat ( f/ens) yang diperhitungkan bekerja sama dengan balok-balok I
menghasilkan struktur yang tidak hemat dan praktis. Olah karena itu telah banyak dikem dalam rangka menahan momen lentur yang bekerja pada balok. Labar f/ens efektif untuk
bangkan jenis sistem struktur plat yang bertujuan untuk memperoleh bentangan sepan bentuk simetrik tidak boleh diperhitungkan lebih besar dari jarak spasi antar-balok pen-
jang mungkin dengan masalah beban mati sekecil mungkin. Salah satu di antaranya dukung (lihat Gambar 3.3). ·
dina makan sistem balok anak dan induk, terdiri dari plat yang bertumpu pada balok anak
yang
membe.ntuk rangka dengan balok induk serta kolom sebagai penopang struktur keselu 1 1 11 11 11 I I I I II

ruhan. Pada sistem seperti ini umumnya balok anak dan induk dicetak menjadi satu kesa ;: =:::= ::: ::: ,- - - - .' _:.. _ _ :- - - -
·- - - - · - - - - - · - - -- 1..:l
tuan monolit dengan plat. Sistem berbeda dapat ;uga dilaksanakan, di mana hubungan
::::::@ :tJ
11 11 11 11 11 1 1 1 1
11 I I baJok 11 11 11 baJok 1 1 I I
plat dan balok bukan merupakan satu kesatuan monolit, baik dengan cara pracetak mau 11 I· I anal< 11 11 I I anak I I 1 1
pun cetak di temp;:it. Gambar 3.1 menunjukkan sistem monol!tik tipikal. Pada umumnya 11 11 1 \_1 1 1 1
,
11 :iJ
balok anak membagi bentangan balok induk menjadi setengah, sepertigaan, seperem-". I i 1 1' 11 I 11 11
11 11 11 11 11 11 1 1
patan, seperti tampak pada Gambar 3.2. 11 11 11 II 1 1 11 11

L'
Analisis dan perencanaan balok yang dicetak menjadi satu kesatuan monolit de 11 11 balok 11 11 11 1 1 baJok 11
I I I I k I I 11 11 1 1 i'lduk 11
ngan plat lantai atau atap, didasarkan pada anggapan bahwa antara plat dengan balok- 11 kDlom 11 )'------; I I I kolom I I I I
ba 11 11 11 11 11 11 11
lok terjadi interaksi saat menahan momen lentur positif yang bekerja pada balok. lnteraksi
s: ::::: := = - =::: :t5 = :::.:.::::. . :_ :@:13
antara plat dan balok-balok yang menjadi satu kesatuan pada penampangnya 11 11 11 1 1 11
membentuk huruf T tipikal, dan oleh karena itulah balok-balok dinamakan sebagai balok ..... ,,,,. .... ......
T. Seperti tam pak dalam Gambar 3.3, plat akan beriaku sebagai lapis sayap ( flens)
11
"""
Gambar 3.2
tekan dan balok-balok Tata letak balok anak aan balok induk
1
6 8 .BAB 3 . BAL.OK T DAN BALOK PERSEGI BERTUl.ANGAN RANGKAP BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTULANGAN RANOKAP 69

lebar Hens efektl =b Sesuai dengan ketentuan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.5 ayat 1, rasio penulangan ak

' t tual ditentukan dengan menggunakan lebar badan balok (b.,) dan bukannya lebar flens
efektif (b). Ketentuan tersebut berlaku apabila badan balok dalam keadaan tertarik. Kare
na flens balok T menyediakan daerah tekan yang relatif luas, pada umumnya kapasitas
balok pendukung slstlm pial
momen tahanan ditentukan oleh luluhnya baja tulangan tarik. Maka dari itu, cukup aman
bila dilakukan anggapan bahwa baja tulangan tarik akan meluluh sebelum baton
mencapai regangan tekan batas dan kemudian hancur. Gaya tarik totaJ Nr pada
Gambar 3.3. keadaan batas (uiti mit) dillitung dengan menggunakan persamaan berikut:
Balok T sebagai bagian sistem lantai Nr = As fy
Untuk proses analisis harus diketahui terlebih dahulu bentuk blok tegangan tekan. Se
Standar SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.1.10 memberikan pembatasan lebar flans
perti halnya pada analisis balok persegi yang telah dibahas, gaya tekan total N0 harus se
efektif baJok T sebagai berikut: - imbang dan sama dengan gaya tarik total Nr- Bentuk blok tegangan takan harus
1) Labar flens afektif yang diperhitungkan tidak lebih dari seperempat_ anjng bent.ang sesuai
balok, sedangkan lebar efektif bagian plat yang menonjol di kedua s1s1 dan dengan luasan daerah baton tekan. Dengan demikian terdapat dua kemungkinan keada
balok.tldak lebih dari delapan kali tebal plat, dan jug a tidak lebih besar dari separoh an yang akan terjadi, blok tegangan tekan seluruhnya masuk di dalam daerah flens, atau
jarak bers1h de ngan balok di sebelahnya. Atau dengan kata lain, lebar flans efektif meliputi seluruh daerah flens ditambah sabagian lagi masuk di badan balok. Berdasarkan
yang diperhitung kan tidak lebih besar dan diambilnilai terkecildari nilai-nilai berikut: dua kemungkinan tersabut ditetapkan dua terminologi analisis, ialah balok Tpersegi dan
a seperempat panjang bentang balok, balok Tmumi. Perbedaan antara keduanya di samping parbedaan bentuk blok tegangan -
b. bw+ 16h,. nya adalah bahwa pada balok T persegi dengan lebar ffens etektif b dilakukan analisis
c. jarak dari pusat ke pusat antar-balok. . . da ng.an cara sama seperti balok persegi dengan lebar b (lebar flans), dengan
2) Untuk baJok yang hanya mempunyai f/ens pada satu sisi,lebar efekt1f ba1an plat yng
mengabaikan daerah baton tertarik, samentara untuk balok T mumi dilaksanakan
menonjol yang diperhitungkan tidak Iebih besar dari seperduabelas pan1ang
dengan memperhi tungkan blok tegangan tekan mencakup daerah kerja berbentuk huruf
bentang an balok, atau enam kalitebal plat, atau 112jarak bersih dengan balok di
T.
sebelahnya.
3) Untuk balok yang khusus dibentuk sebagai balok T dengan maksud untuk mendapat Contoh 3.1
kan tambahan luas daerah tekan, ketebalan flans tidak boleh lebih besar dari separoh Balok T yang merupakan bagian dari suatu sistem lantai dengan jarak spasi antar-balok
lebar balok, dan lebar f/enstotal tidak boleh lebih besar dari empat kalilebar balok. ·800 rrim, b = =
800 mm, bw 250 mm, h, 50 mm, d= =
300 mm, As = 3029. Hitunglah kuat
momen tahanan MR apab11a fy = 400 MPa (mutu 40) dan fc '= 20 MPa.

3.2 A NALISIS BALOK T TERLENTUR P enyelesaian


Karena panjang bentangan tidak dike .ahi, lebar flans efektif ditentukan berdasarkan
Persyaratan daktilitas (liat) balok T sama dengan yang disyaratkan bagi bal eegi di
te bal flens dan jarak antara baJok satu dengan lainnya.
mana rasio penulangan ·maksimum tidak boleh lebih besar dari 0,75 p,,. Tetap1 rnlai_ terse bw + 16h1= 250 + 16(50) = 1050 mm
- but tidaldah sama dengan nilai-nilai yang tercantum dalam tabel untuk baJok _perseg1,
=
jarak antara balok ke balok 800 mm
kare na bentuk balok T memberikan daerah tekan khusus yang cenderung leb1h luas. Dengan demikian b yang digunakan = 800 mm
Untuk digunakan seba.gai alat bantu dalam perencanaan dan analisis diberikan variasi
Oianggap bahwa tulangan baja tarik mencapai tegangan luluhnya, untuk kemudian
pendekat
menghitung Nr.
an nilai o, 75 Pb sebagaimana balok persegi yang dapat diikuti lebih lanjut pada Bab 3.3.
NT = As fy= 1982(400)10-3= 792,8 kN
Sedangkan nilai rasio penulangan minimum ditetapkan seperti yang sudah dikenal
Seandainya f/ens ditegangkan penuh seluruhnya hingga mencapai 0,85 fc', akan mem
daJam
berikan gaya tekan total: N0 =
(0,85fc' )h,b = 0,85(20)(50)(800)1 (}-3=680 kN
pembahasan terdahulu:
1,4
An1n =
fy
70 ·BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTULANGAN RANGKAP
BAS 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTUl.ANGAN RANGKAP 71

' , y =30,4 v

•r ·tb 17s,so
,k 250 J
Gambar 3.5.
Daerah tekan balok T

Gambar 3.4. Momen tahanan da/amnominal (ideal) dapat ditentukan:


Sl<etsa Contoh 2.1 Mn = Nr(z)= 793,2(0,2696) = 213,8 kNm
Dengan demikian momen tahanan MR adalah:
Karena 792,8 > 680, daerah blok tegangan tekan akan meliputi flans seluruhnya
MR=' Mn= 0,8(213,8) = 171 kNm
ditam bah sebagian masuk ke daerah balok di bawah flens, dengan sisa gaya tekan
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan anggapan bahwa penampang akan hancur liat (dak
yang beker- ja adalah: N0 = 792,8 - 680 = 112,8 kN.
tail), di mana tulangan baja akan meluluh terlebih dahulu.
Tampak bahwa daerah blok tegngan tekan masuk ke daerah balok di bawah flans, oleh
Untuk balok T penyelesaiannya akan lebih mudah dengan cara membandingkan jumlah
karenanya dilakukan analisis balok Tmumi.
luas tulangan tarik aktual terhadap 75% tulangan tarik perlu untuk mencapai keadaan se
Sisa gaya tekan tersebut di atas (Nr- N0) bekerja di daerah badan balok di bawah
f/ens. imbang (0, 75Asb).
Nr- No= (0,85fc' }bw (a- hr ) Kedudukan garis netral pada keadaan seimbang didapat sebagai berikut:
Penyelesaian untuk a akan didapat:
112 8
= 600 (d) 600 (300 180 mm
. Nr - No • 76,50 )
mm Cb f y +600 400+600
a = (0,85 fc' }bw + hr -0,85(20)(250 } +50

Pemeriksaan Pm 1 Dengan menggunakan hubungan yang sudah dikenal pada balok persegi a = 0,85 c,
,,, yang kurang lebih dapat juga diterapkan untuk balok J,
= 1,4 = =0
I'
Anln ab = 0,85(180) = 153 1 11

0035 mm
fy 400 ,
Maka, gaya tekan total dalam keadaan seimbang Nobt adalah: 1 1
1982
As 0,0264 >0,0035 Nob = 0,85fc'{b(hr) +bw ( ab- hr)}
Paktuat = bwd = (250)(3)0)
= 0,85(20){800(50) + 250(153-50)}(10)
Untuk menghitung besarnya kopel momen dalam, perlu diketahui terlebih dahulu jarak Ie = 1117,75 kN = Nrb
ngan antara gaya N0 dan Nr. Kedudukan Nr adalah-tepat pada tilik pusat luas tulangan ta Juga dikarenakan Nrb = Asb fy. maka:
rik sedangkan N 0 pada titik pusat luasan daerah tekan (Gambar 3.5). Dengan mengacu
A = 1117, 75 = 2794 mm 2
pa da garis tepi sisi atas penampang, letak titik pusat luasan terhadap tepi atas dapat Sb 40Q . .
ditetap
yang mana adalah jumlah luas tulangan baja tarik yang dibutuhkan untuk mencapai keada
kan sebagai berikut:
an seimbang.
- }: (Ay)
Sedangkan, As(maks) = 0,75 Asb = 0,75 (2794) = 2096 mm2 > 1983 mm2
Y - }:A
A 1 = 800(50) = 40000 mm2 A 2 = 250(26,5) = 6625 mm2
40000(25) +6625 (50+13.25) , mm
30 4
y 40000 + 6625
Dengan demikian kedudukan N 0 telah ditentukan, maka lengan kopel momen:
z=d -y = 300 - 30,4 = 269,6 mm
72 BAS 3 BALOK T DAN BAL.OK PERSEGI BERTULANGAN RANGKAP
BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTULANGAN RANGKAP 73

3.3 PEMBATASAN PENULANGAN TARIK BALOK-T


Daftar 3-1
Apabila diamati langkah-langkah analisis pada pemeriksaan hancur daktail (liat) Contoh Nilai-nilai A._• lJ11lJk Balok T
3.1 sebenamya didasarkan atas hubungan-hubungan sebagai berikut:
600
fc' (MPa) fy
1) Co = fy + 600(d) {MPa)
Astm s} {rrvTI2)

2) So = 0,85 cb (dimana /11 = 0,85) 17 240 0,0452K1 dimana :


3) Nob= 0,85 fc'{bh,+ bw(CltJ - h1)}
300
350
0,0362K2
0,0310KJ .
K3 = h,[b+ bw{0·;d}-bw]
4) Nob= Nn,= Asb fy 400 0 0271K"
5) As(maJcs)= 0,75 Asb
20 240 0,0532K1
Untuk mencari As(maJcsJ dengan kombinasi persamaan-persamaan di atas,
300 0,0425K2
didapat kan persamaan sebagai berikut: 350 0,0365K3
_ 0,75 NDb 400 0,0319K"
As(maJcs J
fy . 25 240 0,066SK1 K4 = hr[b+bw {°'5 d}- bw]
= O,?S(O 85 f ')[bh +{{3,&XJ (d) h,}bw ]
300 0,0532K2
fy ' c f &JO +fy
350
400
0,0456K3
0,0399K"
d}-bw]
K 5 =h.[b+b w{°' S

K =hr [b+bw f0· d}- bw]


0,638 fc' ht [ b+bw {( f3' ) 600 d _ 1}] 30 240 0,0798K1

l
6
fy h, 600 + fy 300 0,0638K2
Dengan memasukkan berbagai pasangan nilai kombinasi fc' dan fY' didapat nilai As(maksJ
dalam bentuk daftar seperti yang tersusun pada Dattar 3-
350
400
0,0547K3
0,0479K" 0,512 d}
1. 35 240 0,0930Ks Kl = hr [b +bw h, -bw
300 0,0744Ke {
Kembali pada Contoh 3.1, dengan menggunakan persamaan tersebut di atas dihi
tung As<maJcsJ yang diijinkan oleh peraturan:
350
400
0,0638K,
0,0558Ks
K. 8 = ht [b+bw {0,4h86, d} -bw l
A,1,,.,..) =0,0319 h1 [b + bw {°· h5 (d)}-bw]
=0.0319(5o)[aoo + 250{ 0 ·5i) }-250]
Conteh 3.2
= 1,55(800 + 515) Untuk balok T dengan spasi jarak 1500.mm, b = 250 mm, d = 610 mm, h, = 100 mm, hi
= 2097 mm2:: 2096 mm2 tunglah kuat momen tahanan MR> apibila fc' = 20 MPa , fy = 300 MPa, As = 6029 (dua
Nilai tersebut adalah luas penampang tulangan tarik yang diijinkan dipasang sehubungan /apis). Panjang bentangan balok 8 m.
dengan persyaratan daktilitas struktur. Karena nilainya masih lebih besar dari luas
penam pang tulangan aktual As terpasang (2097 > 1983), dijamin akan tercapai Penyelesaian
parsyaratan han- cur liat (daktail) sasuai dengan peraturan. Tampak bahwa nilai Hitung lebar flens efektif :
As<ma1csJ Yang didapat sebe namya tidak barbeda jauh dengan nilai 0,75 Ast>- saperempat panjang bentang = 114(8) = 2 m = 2000 mm
bw+ 16hr= 250 + 16(100) = 1850 mm
jarak antara balok ke balok = 1500 mm
maka digunakan b = 1500 mm
74 BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTULANGAN RANGKAP
BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTULANGAN RANGKAP 76

Nr = As fy= 3963(300)1Q-3 = 1189,8 kN


Berikut diberikan ikhtisar analisis penampang baJok T terlentur, sebagai berikut:
Berdasarkan luasnya, flens mampu menyediakan gaya tekan sebesar: 1) Tentukan lebar f/ens efektif menggunakan ketentuan SK SNI T-15-1991-03 pasal
No = (0,85 fc' )bh1= 0,8?(20)(1500)(100)(10)-3 = 2550 kN
Karena 2550 > 1189,8 f/ensmenyed_i akan daerah tekan cukup luas sedemikian ·' 3.1.10.
2) Gunakan anggapan bahwa tulangan bajatarik telah meluluh, untuk kemudian menghi-
sehingga blok tegangan tekan seluruhnya masih berada di dalamnya. Maka balok
tunggaya tarik total, Afr= As fy
berlaku sebagai balok T persegi dengan lebar b =1500 mm.
3) Hitung gaya tekan yang tersedia apabila hanya daerah flens saja yang menyediakan
Untuk balok demiki. meskipun untuk menentukan MR dianggap sebagai balok T per daerah tekan, N 0 =
0.8S/c'bh1
segi, ada kemungkinan pada waktu dilakukan pemeriksaan As maksimuni, balok tersebut
4) Apabila Nr > N0, balok berperilaku sebagai balok T mumi dan selisih gaya tekan akan
berperilaku sebagai balok T mumi pada keadaan seimbang.
ditampung di sebagian daerah badan baJok di bawah flens. Sedangkan bila Nr < N°'
Pemariksaan Pmi,,.
1,4 1,4 berperilaku sebagai balok persegi dengan lebar b, atau disebut ba/ok T persegi.

Pmln =-;;= =0,0047


300 ,Apabila dihitung sebagai balok T mumi, langkah selanjutnya adalah sebagai berikut:
As 3963
5) Tentukan letak batas tepi bawah blok tangan tekan di daerah badan balok di bawah
250 ( 6 10 ) 0,0260 >0,0047
Ps.Jdua1 = bwd =
ffens.
Rasia penulangan P.!kta yang akan digunakan untuk menghitung k, Nr - No
_ As 3963 O 0043 a (0,85 fc' )bw +hr
P - b d 1500(610) '
6) Peliksa Pmim
1,4 d As
Harap menjadikan perh.atian, dalam kasus ini diperlukan sikap hati-hati untuk tidak men Pmln =-,- an Ps.ktual =b d
campur-adukkan dua pengertian yang berbeda antara rasio penulangan aktual yang di y w
gunakan untuk menghitung kuat momen dan yang digunakan untuk membandingkan Pa1ctua1harus lebih besar dari Pmin-
nya dengan Pmin· Kedua rasio penulangan dihitung dengan cara dan penggunaan yang 7) Tentukan letak titik pusat daerah tekan total dengan menggunakan hubungan
berbeda. atau persamaan sebagai berikut:
-
Oengan hasil p = 0,0043 gunakanlah Tabel A-15 untuk mendapatkan nilai k. Y -;- ): A
Dari tabel didapat kparlu = 1,2409 MPa. kemudian, z= d - y
MR = i? bd 2k= 0,8(1500)(610)2(1,2409)(10)-<>
8) Hitung momen tahanan, MR= tp Nrf..z) atau q,N.,{z)
= 554,1 kNm 9) Pemeriksaan persyaratan daktilitas menggunakan ungkapan As(maksJ dari Daftar 3-1,
Periksalah daktilitas balok dengap membandingkan antara nilai A 5 dengan A aktuaJ,
As(maksJ h_arus lebih besar dari A 8aktaJ.
{0,567 (d) )}
As( maks ) =0,0425 ht b+ bw
{ l h, -1 Sedangkan apabila dihitung sebagai balok T persegi, langkahnya adalah sebagai berikut:
0 5 610
= o,0425 (100>{1fOO + 2so( > 5) Periksa 14 · As
· 1)} Pmim

=8987 mm2 ·
Pmln = -f-
y
dan Psktual = bd
w
t
As aktual = 3963 mm2, karena 8987 > 3963 balok akan berperilaku daktail (liat) dan PaktuaJ harus lebih besar dari Pm1n-

seperti anggapan pada awaJ perhitungan bahwa tu!angan baja tarik sudah meluluh 6) Hitung rasio penulangan untuk kemudian menentukan k,
pada waktu terjadi momen ultimit. As
p= bd
76 BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTUlANGAN AANGKAP 7) Mengacu pada Tabel pada Apendiks A, dicfapatkan nilai k yang diperlukan ntuk nilai
p yang didapat dari langkah 6.
8) Hitung mome tahanan, MR= ; bd2k
9) Pemeriksaan persyaratan daktilitas dengan menggunakan ungkapan As(maksJ darl BAS 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTUl.ANGAN RANGKAP 77
Oaftar 3-1, di mana As(maksJ harus lebih besar dari As- .

Apabila pemeriksaan batasan tulangan maksimum (langkah 9) menghasilkan As le Penyeleaaian


bih besar dari As(maksr momen tahanan MR dihitung dengan menggunakan As(maks) yang Labar flens efektif diperhitungkan 170 mm. _
dalam hal ini disebut sebagai As efektif. Anggaplah bahwa tulangan bajatarik akan melutuh, hitung N,,
Nr = As fy= 4071,5(300)1<r'= 1221,4 kN
Hitung gaya tekan di daerah antara dua lekukan seluas 170 x 100 mm2,
3.4 ANALISI S BALOK
N0 = (0,85 fc' )hr b = 0,85(20)(100)(170)1Q-3
BUKA N PERSEGI EMPAT = 289 kN
Karena 1221,4 > 289 maka blok tegru:igan tekan masih membutuhkan sebagian daerah di
bawah lekukan untuk menampung selisih tegangan tekan yang besamya adaJah:
1221,4 - 289 = 932,4 kN
Selisih tegangan tekan tersabut akan dicakup oleh daerah tekan di bawah lekukan, per
hatikan Gambar 3.7, sedaJam;
a Nr - No +h =
1
932,4 (1-0 )3 +100
Balok-balok dengan bentuk penampang selain persagi dan huruf T juga sering diguna (0,85 fc' ) 0,85( 20 )( 450 )
bw
kan khususnya untuk struktur yang manggunakan sistem pracetak. Sistem pracetak = 221,9 mm dari tap( atas balok
membutuhkan ruang-ruang tertentu untuk mengatur penempatan dan keserasian antara Pemeriksaan Pmlnr
komponen satu dengan lainnya. Pendekatan analisis sama dengan yang telah dibahas, Pm1n = = 1,4 = 0 0047
yaitu didasarkan pada konsep kopel momen dalam, hanya saja bentuk blok tegangan ba fy 300 '
ton tekan menyesuaikan dengan bentuk penampang balok. Sehingga pada prinsipnya 4071 5
= = • = 0 0148 >0 0047
metode analisis sama dengan yang digunakan pada balok Tmumi. Paktua/ bwd (450)( 610 ) ' '
Tentukan kedudukan gaya tekan N0 pada titik berat daerah tekan, dan mengacu pada
Conteh 3.3 Gambar 3.8, titik pusat tersebut terletak pada jarak y dari tepi atas penarnpang (garis acu
Hitunglah kuat momen tahanan MR untuk balok yang tergambar pada Gambar 3.6, le an).
kukan yang tampak pada penampang balok kemungkinan disediakan untuk tempat me y = :l(Ay)
nopang plat pracetak, fy =300 MPa (mutu 30), fc 20 MPa.
):A
A 1 = 170(100) = 17000 mm2 A 2 = 121,9(450) = 54855 mm2
140170140 II

610

Gambar 3.7.
450 Daerah beton tekan

Gambar 3.6.
Sketsa Contoh 3.3
78 BAB 3 BALOK T DAH BALOK PEASEGI BERTULANGAN
RANGKAP BAB 3 BALOK T DAH BALOK PERSEGI BERTUl..ANGAN RANGKAP 79

11000(50) +54ass {10o+i (121,9)} _ Keharusan untuk mempertimbangkan segi-sagi pelaksanaan ataupun hubungan dengan
13 7
y 40000+54855 . 4, mm komponan struktur lainnya mungkin juga mempengaruhi penentuan lebar badan balok
dengan diperolehnya nilai y tersebut, maka lengan momen z misalnya ukuran kolom ataupun sistam pelaksanaan pembuatan acuan (cetakan). '
dihitung:
z = d- Y= 610 - 134,7 = 475,3 mm Contoh 3.4.
Menghitung kapasitas momen tahanan ldeaJ fv1n dan momen tahanan MF+ Rencanakan balok T untuk sistem lantai dengan tebal plat lantai 100 mm didukung oleh
Mn= Ny(z) = 1221,4(0,4753) = 580,53 kNm balok-ba/ok berjajar yang masing-masing berjarak 2 m dari sumbu ke sumbu, panjang
MR= </I Mn= 0,8(580,53) = 464,42 kNm bentangan balok 7m, lebar balok bw = =
300 mm, d 480 mm, h = 550 mm, baton fc' =
20
Memeriksa persyaratan batas penulangan As(maks) (lihat Tabet 3-1),
MPa, fy = 400 MPa (mutu 40). Momen karena beban guna MoL =85 kNm (termasuk berat
=
sistem lantai) dan MLL 170 kNm.
As('"""'! = 0,0425 ht { b+ bw( O , l d -1)}
= 0,0425 (100) 170 +
450
0 567 (610)
- Penyelesaian
)}
' 100 1 lebar tersebut.
{ (
= 5425 mm2 > 4071,5 mm2
Harap diperhatikan bahwa pada langkah terakhir tersebut menggunakan persamaan dari
Tabel 3-1 dengan mengingat bahwa daerah tekan di atas lekukan bersifat dan dianggap
berperilaku sama dengan f/ens balok T.

3 .5 PERENCANA AN BALOK T

Dalam merencanakan balok T, pada langkah awal disarankan untuk menentukan apakah
balok tersebut berperilaku sebagai balok Tpersegi atau balok Tmurni. Apabila ditentukan
sebagai balok T persegi, maka prosedur P.erencanaan sama dengan yang dilakukan
pada perencanaan balok persegi bertulangan tarik dengan ukuran-ukuran penampang
yang te lah diketahui (lihat bab 2.10). Sedangkan apabila sebagai balok Tmumi
perencanaan dila kukan dengan cara perkiraan yang kemudian diikuti dengan analisis.
Berdasarkan pada bentuknya, umumnya flens mMyediakan daerah tekan lebih dari
cukup sehingga blok tegangan tekan seluruhnya terletak di dalam daerah flens.
Sehingga hampir s_elalu di
jumpai bahwa balok T umumnya dianalisa atau direncanakan sebagai balok :r persegi.
Perencanaan balok T adalah proses menentukan dimensi tebal dan lebar flens, le
bar dan tinggi efektif badan balok, dan luas tulangan baja tarik. Dalam perencanaan pe
nampang balok T yang mendukung momen lentur positif umumnya sebagian dari
kelima bilangan sudah diketahui terlebih dahulu. Penentuan tebal flens biasanya tidak
lepas·dari perencanaan struktur plat, sedangkan dimensi balok terkait dengan kebutuhan
menahan gaya geser dan momen lentur yang timbul pada dukungan dan di tengah
bentang struk tur balok menerus. Sedangkan untuk lebar flens efektif (b), seperti sudah
dikemukakan di depan, standar SK SNI T-15-1991-03 memberikan batasan mengenai
Menentukan momen rencana,
Mu= 1,2 MoL + 1,6 MtL = 1,2(85) + 1,6(170) = 374 kNm.
Menentukan tinggi efektif balok,
d =h- 70 mm = 550 - 70 = 480 mm
Lebar flens etektif,
seperempat panjang bentangan = 114{7000) = 1750 mm
bw+ 16 h1= 300 +16(100) = 1900 mm
jarak antar-balok = 2000 mm
gunakan lebar flens efektif b = 1750 mm
Selanjutnya adalah menentukan apakah baiok akan berperilaku sebagai balok T
murni atau persegi dengan cara menghitung momen tahanan MRt dan dengan
menganggap se luruh flens berada di daerah tekan. Dengan anggapan tersebut
berarti dasar blok tegang an tekan berimpit dengan dasar flens seperti tampak
pada Gambar 3.8.
MR =t/J (0,85 fc' )bh,(d -112.h,)
= 0,8(0',85)(20)(1750)( 100){480-112(100)}(1 Q)-Q
= 1023,4 kNm

100

Gambar 3.8. Balol<: T - Conteh 3.4


80 BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTULANGAN RANGKAP BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTlA..ANG.AH RANOKAP 81

Karena 1023,4 > 374, maka luasan flens efektif total tidak perlu seluruhnya sebagai Contoh 3.5.
dae
rah tekan dan dengan demildan balok T diperhitungkan berperilaku sebagai bal()k
Rencanakan balok T dengan b =
650 mm, bw = 300 mm, h = 650, hr= 90 mm. Anggap
persegi dengan lebar b =
1750 mm. bahwa /ebar flans efektif yang diberikan dapat diterima Balok T akan mendukung
Rencanakan sebagai balok persegi dengan lebar b dan tinggi efektif d, momen rencana total Mu = 440 kNm, f0 ' = 20 MPa, fy = 400 MPa, gunakanlah
selimut
374 1 6 beton pelindung tulangan 40 mm dan sengkang dari batang tulangait 010.
k perfu= Mu ( O ) 1 1595
MPa
2 2
; bd 0,8(175q(480) '
Penyelesaian
Dari Tabel A-27, piiihlah rasio penulangan yang sesuai dengan nilai k = 1,1595
MPa, diperoleh: p= 0,0030.
Moman rencana total Mu = 440 kNm (diketahui).
Kedalaman efektif, d = 550 - 70 = 480
Sering terjadi bahwa nilai rasio penulangan balok T untuk kuat momen lebih rendah
dari Pm1n- tetapi masih dapat digunakan. mm Labar f/ensefektif, b = 650 mm
(diketahui).
Hitung luas tulangan baja tarik yang dibutuhkan,
Menentukan MR dengan anggapan flens seluruhnya berada dalam daerah tekan,
As= p bd= 0,0030(1750)(480) =
2520 mm2
MR = l/>(0,85fc' )bh, (d- 112.h,)
Kemudian memilih batang tulangan tarik, gunakan 4 tulangan 029 (As= 2642 mm2).
= 0,8(0,85)(20)(650)(90)(480 -112(90)1(10 = 346 kNm
bwminimum =
303 mm:::: 300 mm
MR< Mw maka balok akan berperilaku sebagai balok Tmumi.
Periksa d aktual,
Hitunglah perkiraan jarak lengan kopel momen dalam,
d = 550 -40 - 10 -112(29) = 486 mm >480 mm
z = d -112h,= 480 -112(90) = 435 mm
Periksa Pmln dan As(maa.r
14 _ J!!.L _
Hitunglah As yang diperlukan,
Pm1n = = = 0 0035
' 6
440(10)
fy 400 '
) 0,0181 3161•
As 2642 >0,0035 As - q, fyz - 0,8( 400)( 435) rnnz
PaktuaJ = bwd = ( 00)(
Tentukan batang tulangan baja tarik, gunakan 2036 dan 1040 (As total = 3292,4 mm2),
3 486 bw minimum = 288 mm.
Hitung dalam efektif aktualbalok,
Asr..- 1 = 0,0319h1 {b+b,.(0,5 (d) 1) } d = 550 - 40 - 5 - 112(40) = 485 mm
gunakan d = 485 mm
= 0,0019(100){1750 +300(0,S%4B6) -1) Pemeriksaan kapasitas balok dengan analisis MR :
} Lebar flens efektif telah ditetapkan, b = 650 mm

= 6997 nm2>2642 nm2


Oengan menganggap bahwa tulangan baja tarik meluluh, maka gaya tarik Nr adalah:
Nr = A 5 fy = 3292,4(400)(10)-3= 1317 kN
Dengan menganggap seluruh flens sebgai daerah tekan, makagaya tekan oleh flens:
N0 =
(0,85fc' )bh 1 =
0;85(20)(650)(90)(10)-3 = 9B4,5 kN < 1317 kN
Karena 1317 > 994,5 maka blok tegangan tekan masuk ke daerah badan balok di
bawah flens sehingga monumpung selisih gaya tekan sebesar: 1317 - 994,5 = 322,5
kN. Seli sih gaya tekan tersobut bokerj di daerah badan baJok di bawah flens.
Oengan demikian
analisis balok dilakuknn uubagal balok Tmumi sesuai dengan anggapan semula.
Kedalaman blok tounngnn tnknn total, a. seperti pada Gambar 3.10 dapat dihitung seba-
gai berikut, 3
Gambar 3.9. Sketsa perencanaan Conteh 3.4 N1 N,, 322,5 (10)
a ,.., ---...._ .11, . +90 =153 mm
(O,U !1 I,,')II. 0, ll!J( 20 )( 300 )
82 BAS BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTUlANGAN BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTULANGAH AANOKAf' 83
3 RANGKAP

b-650 1'

bw =300

Gambar 3.10. Oaerah tekan Contoh 3.5

Memeriksa
Pmin. - = 1• 4 = 0,0035
Pmin - fy 400
- = 3292.4 = 0,0226 >0,0035 Gambar 3.11. Sketsa rancangan Contoh 3.5
Paktua/ - b d (300 }( 485 ) . .
w
Menentukan letak titik pusat daerah tekan dengan men ggunakan gans tep1 atas berbagai macam bentuk balok karena bagaimanapun perkiraan rencana tersebut selalu di
penam- pang sebagai acuan, ikuti dan diperiksa dengan proses analisis. Tetapi secara khusus metoda tersebut bekerja

- 2: (Ay) dengan baik untuk perencanaan balok T yang bentuk dasamya sedemikian sehingga titik
y - }:A pusat blok tegangan tekan berlokasi di tempat yang tidak jauh dari tengah-tengah flens
sehingga mudah untuk memperkirakan nilai z.
A '= 650(90) = 58500 m.':12 A.e= 300(63) = 18900 mm2
. 1 Suatu metode alternatif lain dalam merencana balok T murni ialah dengan cara
58500(45) +18900 90+ 2 (63) menghitung kebutuhan tulangan baja tarik untuk dua kopel momen dalam secara terpi

y = ------ -=----= 63,7


58500+1 8900
sah. Kopel momen yang terdiri dari pasangan gaya tekan di daerah flens dengan gaya
tarik pada tulangan, dan pasangan gaya tekan di daerah badan balok di bawah flens
z = d - y= 485 - 63,7 = 421,3 mm
den gan gaya tarik pada tulangan. Kemudian As yang diperlukan dihitung, yang
Menghituna momen tahanan MR,
merupakan jumlah kebutuhan tulangan baja tarik dalam membentuk keseimbangan
. - M R = q,NT_ z= Ok,8(13) 0 o ·: udapat disimpulkan bahwa berdasarkan kedua kopel momen tersebut. Metode demikian sama dengan pendekatan
Seoerti yang sudah d1tentu an, u - ·.
yang digu nakan pada perencanaan balok bertulangan tekan atau bertulangan rangkap.
racangan untuk momen lentur telah memenuh1
syarat. Memeriksa As(maksJ.
Dari segenap uraian di atas dapat diringkas langkah-langkah atau ikhtisar peren -
5 canaan balok T sebagai berikut:
As( maks = 0,0319 h, {b+ bw ( o. (d )
1) Menghitung momen rencana Mu-
-1)} 2) Menetapkan tinggi efektif, d = h - 70 mm.
0 51
= 0,0319(90 ){650 + 48S)
3) Menetapkan lebar flons efektif menggunakan ketentuan SK SNI T-15-1991-03 pasal
300 ( ' -1)}
= 3372 mm2 >3292 ,4 nm2 ni maupun persegi. Pada pelaksanaanknya .; . A Cara tersebut dapat digunakan untuk
kernudian digunakan untuk menentu an rn at s·
Sketsa rancangannya dapat dilihat pada Gambar 3.11.

. t d. akan baik untuk balok


Tmur- z
Metode perkiraan seperti bahasan d1 atas dapa igun rk"1rakan nilai
yang
d"lakukan dengan mempe
3.1.10. MR= ;(0,85 f,, )1111, ( <I ir.11,)
I

4) Menghitung momon tuhanun M11 dengan anggapan bahwa seluruh daerah 5) Apabila MR > M"' bolok nkun IJ111 pu11l•1ku :rnbagai balok Tpersegi dengan lebar b,
flens efek tif untuk tekan. dan apabila MR< Mu balok hurpmllnhu t•11luic1ai ba.lok T murni.
... OK T DAN BALOK PERSEGI eeRTIJlANGAN BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTUl.ANGAN RANGKAP 85
8 4 BA8 B AANGKAP
3 ,_

·1 kah lanjutnya adalah sebagai berikut:


Apabila dihitung sebagai blok T perseg1 gd nilai b dan d yang sudah diketahui, Apabila penampang tersebut dikehendaki untuk menopang beban yang lebih besar dari
6) Merencanakan sebgaa blok T perseg1 eng kapasitasnya, sedangkan dilain pihak seringkali pertimbangan teknis pelaksanaan dan
selanjutnya mengh1tung k perlu•. ar sitektural membatasi dimensi balok, maka diperiukan usaha-usaha lain untuk
Mu memperbe sar kuat momen penampang balok yang sudah tertentu dimensinya tersebut.
k perlu=bd2
4' ·1 · k rl ang didapat Apabila hal demikian yang dihadapi, SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.3 ayat 4
7) OariTabel Apendiks A menentukan nilai P berdasarkan m a1 pe uy . memperbolehkan pe nambahan tulangan baja tarik lebih dari batas nilai p maksimum
8) Menghitung, As perlu = d.. . lok Periksalah d aktual bersamaan dengan penam bahan tulangan baja di daerah tekan penampang bafok.
dibanding- Hasilnya adalah balok dengan pe nulangan rangkap di mana tulangan baja tarik
9) Pilih batang tulangan aJa tank d penksa eb:eb hi d yang dihitung (teoretis) dipasang di daarah tarik dan tulangan tekan di daerah tekan. Pada keadaan damikian
berarti tulangan baja tekan bermanfaat untuk memperbesar kekuatan balok.
berarti
kan dengan dyang d1tetapan, b1la d a_J<t_u m ) Apabila d aktual kurang dari d Akan tetapi, dari barbagai penggunaan tulangan tekan dangan tujuan untuk pe
teo- ningkatan kuat lentur suatu penampang terbukti marupakan cara yang kurang efisien
rancangan agak konservat1f (pada pos1s1 aman . harus diulang ter utama dari segi ekonomi baja tulangan dan pelaksanaannya dibandingkan dengan
retis, berarti rancangan tidak aman dan kemungkinan perencanaan . manfa at yang dapat dicapai. Dengan usaha mempertahankan dimensi balok tetap
1O) Memeriksa Pmlr> kecil pada umumnya akan mengundang masalah lendutan dan periunya menambah
1,4 - jumlah tulangan geser pada daerah dekat tumpuan, sehingga akan memperumit
Pmln =-,- dan Pa1<1ual - b d
y w pelaksanaan pemasang annya. Penambahan penulangan tekan dengan tujuan utama
lebih besar dari Pm11>· Apabila tidak, dirancang ulang. untuk memperbesar kuat lentur penampang umumnya jarang dilakukan, kecuali apabila
Pa1<1ua1harUs d ·Tabel 3-1 sangat tarpaksa.
11) Pemeriksaan persyaratan daktilitas mnggunakan ungkapan As(maks) an .
Untuk balok dari suatu struktur bentang menerus, penambahan dan pemasangan
A s(maks) harus lebih besar dan As aktual.
tulangan pokok di daerah tekan pada mulanya didasarkan pada pertimbangan teknis pe
12) Berikan skatsa rancangan. lakSanaan sebagai alasan utamanya. Pada Gambar 3.12 tampak bahwa moman positif
. k h yelesaiannya sebagai ter jadi di A dan C sehingga tulangan tarik pokok ditempatkan di bagian bawah bafok,
berikut: Apabila dihitung sebagai balok Tmum1, lang a pen
sedang kan pada titik B dan D timbul momen negatif sehingga dasar balok menjadi
6) Menentukan z= d - 1!2.ht . .
7) Menghitung As yang diperlukan berdasarkan has1l dart langkah 6, daerah tekan dan penulangan baja tarik ditempatkan di bagian atas balok. Apabila untuk
suatu penam pang balok tertentu momen negatif perletakan sedemikian basar,
Mu
As = 4'
fy z pemasangan tulangan
tarik daerah perletakan (posisinya di atas) harus memperhatikan selimut momen negatif
8) Memilih batang tulangan tarik, dan pariksa labar balok. . .
9) Menentukan tinggi
. al (d -J<tu-"' dan 1-kukan anahsis balok.
efektlfaktu a ' a11, d. A e c 0 beban meraia

1o) Berikan sketsa


rancangan.

a.s· BALOK PERSEGI BERTULANGAN RNGKAP


. n den an kuat bahan tertentu, kuat momen atau mo- Pmaks= 0,75pb
Untuk suatu panampang kofl!pone g kan nilai k yang sesuai dengan
nilai h maksimum dihitung dengan mengguna . . .
men ta a a;;eangkutan. Seperti telah diketahui, nilai k merupakan f ungs1 dan ras10 pe
Pmaks y g aks. ntuk penampang balok baton bertulang ber-
nulangan p, sedangkan batas p m umu
tulangan tarik saja telah ditetapkan, yrutu:
diagram momen
Gambar 3.12. Balok bentang menerus
' '1"'11
! f

BAB 3 BALOK T DAN BALOK PEASEGI BERTULANGAN RANGKAP 87


8 6 BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTULANGAN
RANGKAP

3. ANALISIS BALOK TERLENTUR


dengan memberi panjang penyaluran secukupnya. Untuk itu, pemasangan 7 BERTULANGAN RANGKA_P (KONDISI I)
umumnya diatur dengan meneruskan sebagian tulangan tarik tersebut ke sepanjang
bentang balok
menerobos melewati daerah tekan jienampang bagian tengah bentang. Dengan teknik Analisis lentur balok persegi bertulan an r ·· . _ .
menyangkut penentuan kuat n . JI angkap epert1 d11elaskan dengan Gambar 3 14
pemasangan seperti tersebut balok menjadi bertulangan rangkap. d' A A • f • dan , omm entur Mn suatu penampang dengan nilal-nilal b. d
Kecuali memperhatikan panjang penyaluran yang diperiukan, tulangan-tulangan 'y yang sudah tertentu. Ang _ • •
. pokok memanjang tersebut juga harus terikat baik dengan sengkailg tertutup untuk men
' 5' s• c•
untuk analisis balok baton bartulangan ran k
gapan anggapan dasar yang digunakan
langan tarik saja. Hanya ada satu tambah ::pad ndasamya s_arn deng_an baJok
cegah terjadinya tekuk tulangan tekan. Seperti yang terjadi pada komponen struktur te
bertu: tulangan baja tekan (f '} k ggap yang panting 1alah bahwa
kan, balok tertentu juga cenderung akan mengalami peristiwa tekuk seperti terlihat pada
tegangan
Gambar 3.13. Apabila terjadi tekuk, bersamaan dengan itu selimut baton akan mengalami s merupa an fungsi dari regang
an baja tekan. Seperti pembahasan terdahu annya epat paa titik barat tulang-
pecah lepas. Sehingga peraturan mengharuskan untuk memasang dan mengikat erat tu sampai pada tingkat di m lu, tulangan ba1a berpenlaku elastik
langan pokok membentuk rangka kokoh seperti yang dikerjakan untuk tulangan pokok hanya ana regangannya mencapai luluh ( ) o
memanjang komponen struktur kolom (dibahas pada Bab 10). Sesuai dengan SK SNIT- regangan tekan baja (es') sama atau lebih besar d . ey . engan kata lain, apabila
batas maksimum tegangan tekan baja (f. , ) d. b regangan luluhnya (ey)
15-1991-03 pasal 3.16.11, pemasangan sengkang diharuskan pada seluruh daerah di
makasebagai Sedangkan apabila regangan tekan b ·as an iam. I ama dengan
mana penulangan tekan digunakan. Apabila sabagai tulangan pokok tekan mengguna
tegangan luluhnya Ur>· tegangan tekan baja - f. ,= E 'E d. Bl YE g teriad1 kurang
kan batang 032 atau lebih kecil, paling tidak sengkang yang dipakai adalah batang 010,
dari regangan luluhnya maka
sedangkan untuk tulangan pokok tekan 036 atau lebih besar menggunakan sengkang s s s• Imana s adalah modulus ela f ·t b
masing-masing keadaan (kondisi) tersebut ter antun . . _s 1s1_as aja. Tercapainya
batang 012. Jarak antar-sengkang tidak boleh lebih besar dari nilai terkecil dari: 16 kali di Oengan dua bahan be b d g g dan pos1s1 gans netral penampang.
ameter batang tulangan memanjang, 48 kali diameter batang tulangan sengkang, atau r e a yang akan menahan gaya tek N b
panjang sisi terpendek penampang balok. Sebagai altematif, dapat juga digunakan ba- tekan, gaya takan total terbagi menjadi dua kom . an aton dan baja °'
baton No, dan yang ditahan oleh t I _ponen ialah gaya tekan yang ditahan
tang rangkai las pabrik dengan luas yang setara. oleh
Penambahan tulangan tekan juga lebih sering dikaitkan dengan pengendalian len- u angan ba1a tekan N Sah· d. d
momen tahanan dalam total dari balok di erhit -:e . mgga ' alam analisis
dutan (defleksi). Pada Bab 8 dapat diikuti bahwa penulangan tekan memberikan bantuan pel momen dalam, yaitu kopel pasan anpb ungkan terdin dan dua bagian atau dua ko-
yang cukup berarti dalam usaha mengurangi lendutan jangka waktu panjanQ akibat peri- sangan tulangan baja tekan dengan ; b ehton takan dengan tulangan baja tarik dan pa-
d' am a an tulangan baja tarik K d k
laku rangkak dan susut. cuam saperti tergambar pada Gambar 3 14 K . e ua ope/ momen
merupakan penjumlahan kedua ko I . . uat momen total balok bartulangan
rangkap t k. pe momen dalam dengan m b .
e an yang d1tempati oleh tulangan baja tekan. snga a1kan luas baton

d-d I
Gambar 3.13. Model kerusakan pada daerah tekan
I

Nr2
--+..
=As°; fy
penampang kopel nlOOl0ll
polongan baja-baja
(a) (d)

Onmhnr :t 14 l\1111l1·a·; l1;1lok bertulangan rangkap


BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTUl.ANGAH RANGKAP 89
-·•,,...., T DAN BALOK PERSEGI BERTULANGAN
8 8 BAS RANGKAP
3

.dihitung
pasangan kopel tulangan baja tekan dan baja tarik tambahan Dengan didapatkannya nifai a, maka letak (posisi) garis netral dapat ditentukan de

Kuat momen dan


. .. ngan menggunakan rumus a= fJtc dan kemudian dilakukan pemeriksaan terhadap kebe
sebagai berikut: M - AL_ z naran anggapan-anggapan yang digunakan.
· n2- ,.T2 2 Kasus di mana kedua penulangan baik tekan maupun tarik telah meluluh
tulangan baja tarik telah meluluh, sehingga f s =
Dengan menganggap . sebelum atau paling tidak pada saat regangan baton tekan mencapai 0,003 digolongkan
fr: · sebagai kondisi I , lihat Contoh 3.6. Sedangkan kasus di mana tulangan baja tarik
.'. Mn2= A 82 fy ( d- d' maluiuh tetapi tu
K eimbangan gaya-gaya: l:(H) = 0, sehingga No2 Nra maka: langan baja tekan belum juga meluluh pada saat regangan baton tekan mencapai
es . As 'Is'= A52 fy f '- f ·
Apabila dianggap tulangan baja tekan sudah meluluh, seh. ga Y 0,003 digolongkan sebagai kondisi II , lihat Bab 3.8 dan Contoh 3.7.
mg .s - .
Contoh 3.6.
As 'fy = A52
fy Hitung kuat momen tahanan MR untuk balok dengan b = 300 mm, d = 510 mm, d' = 65
di mana As'=
As2
aka Mn2= As 'fy (d-d) b · t 'k di mm, h =600 mm,A5 =6D32 (dua lapis), As'= 2016, fc'=20 MPa, fy= 300 MPa.
edangkan kuat momen dari pasangan kopel gaya baton tekan dan tulangan aia an -
Penyelesaian
hitung sebagai barikut:
Mn1 = Nn Zt Dianggap bahwa semua penulangan telah meluluh, maka fs'= fy dan fs = fy.
dengan demikian,
Dengan menganggap tulangan baja tarik telah meluluh, fs = fY :
As2 = As'
Mnt = Ast fy (d-112 a)
As = As1 + As2
Karena As = Ast + As2t As1= As -As2 Ast = As - As'= 4825,6 - 2035,8 = 2789,8 mm2
maka: dan karena As2= A 51 = As- As'
Oari pasangan kopel baton tekan dan tulangan baja tarik, tinggi blok tegangan tekan ba
As'·maka: dengan Mn1=(As -As')fy(d-112
ton dapat dihitung sebagai berikut,
demikian, a}

d'd tk kuat momen ideal balok Ast f y 27898(30q


Oengan menjumlahkan dua kopel moman tersebut I
an 8 164 1
= (0,85 fc' )b 0,85(20)(300) ' mm
bertulangan rangkap: M -(A - A ')f (d- !2a) + A 'f, (d-d')
Mn= Mnt + n2- s s Y 1 s y h d M Dengan manggunakan anggapan sama dengan yang dipakai pada balok bertulangan
Moman tahanan MR didapatkan dengan mangaMlikan f aktor reduksi kekuatan ter a ap tarik saja tentang hubungan antara tinggi blok tegangan beton tekan dengan jarak garis
ni
netral penampang balok terhadap serat tepi tekan (a = {31c), maka letak garis netra!
MR= 4' n dapat diten
. . an bahwa kedua penulangan baik tekan tukan dan selanjutnya digunakan untuk mameriksa ragangan-regangan tulangan baja.
mau- Ungap_ e l a a n g tidak pada saat regangan a a 164,1 ..
c =-=--=--=193,1 mm
baton mencapai pun an at di eriksa dengan manghitimg regangan-regangan f31 0, 85 0, 85 .
yang ter Pemeriksaan raganga.:i-regangan untul< mengetahui apakah asumsi yang digunakan be
O,C:03.dHaJ tetrsteef') id mar.tbatas yang dengan sendirinya tergantung pada letak
(pos1s1) nar, yang berarti bahwa kedua penulangan baik tulangan tekan ataupun talik talah luluh
pat pa a saa . sebelum baton hancur, lihat Gambar 3.14.b.
garis netraJ pada penampang balk. d t rt bih dahulu menghitung tinggi Regangan yang diperhitungkan terjadi pada saat dicapai momen ultimit, ialah:
blok Letak garis netral dapat d1tentukan engan e e
tegangan baton tekan. £ I :; c - d' {o oo ) (193,1-65) 0,003
0 0020
• c ' 3 193,1
= No1 + No2
t

Nr
= d - c (0 003 ) = (316,9) 0,003 0,00
49
As fy= (0,85fc')ab +As'fy
') t
(A i l
- , . ... r atau Ast £. c · 193,1
fr
a
a= (0, 85 fc' )b (0, 85 fc' £y = 0,0015
)b
BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTULANGAN RANGKAP 91
9Q BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTULANGAN
RANGKAP

Sedangkan dari B 2.8 terdahulu, untuk balok bertuiangan tarik saja, telah
Karena s 'dan es keduanya lebih besar dari s Y' baik tuiangan baja tekan maupun
didapatkan hubungan sebaga1 berikut:
tk telah mencapai luluh tertebih dahulu sebelum baton tekan mencapai regang
-O _ 600(d) l ) (0,85 fc' ) p1
0,3. . -· Pma1cs- , 75 Pb - fy+S00 \0,75 fy
Dengan demikian anggapan mengnai tegangan baja benar dan sesua1 perhitUngan.
Dari pasangan kopel baton tekan dengan tulangan baja tarik, didapatkan: Maka untuk balok bertu!angan rangkap didapatkan hubungan sebagai berikut:
Mn1 = Ast fy(d-112 a) A 'f '
As(maks) =Pmsks(d )+T
=
2789,8(300)[510 - 112(164,1)110"'6 = 358,2 kNm y
Dari pasangan kopel.tulangan baja tekan dan tambahan tulangan tarik:
Mn
2
= A ' fy (d- d') = 2035,8(300)(510 - 65)(10)-6 = 271,8
Pada penampang bertulangan seimbang, apabila f5 '= fy. persamaan menjadi:
kNm
5

Mn = Mn 1 + Mn2= 358,2 + 271,8 = 530 kNm As(ma1csJ= Pma1<s (d) + As'


maka MR = 4' Mn= 0.8(629,4) = 504 kNm Seperti diketahui, nilai-nilai Pmaks balok bertulangan tarik saja untuk berbagai mutu baton
dan baja talah diberikan pada Tabel A-6.
Kedua penulangan baik tekan maupun tarik talah mancapai luluh mendahului saat baton
tekan mencapai ragangan 0,003. Maskipun demikian, perencanaan balok tersebut balum Selanjutnya, manentukan nilai fs'pada penampang bertulangan seimbang,
memenuhi persyaratan daktilitas apabila p aktua/lebih besar dari 0,75 Pb· sehingga masih
f s, _
- Es
'E s _ 0,003 (cb- d' ) Es = 60()1--
( d' )
diperlukan pameriksaan akan hal tersebut.
Cb Cb
Pambatasan SK SNI T-15-1991-03 untuk ppada pasal 3.3.3 ayat 3, bartaku baik
un- tuk balok baton bertulangan rangkap maupun tarik saja. Parsamaan As(maks) untuk dengan melakukan substitusi untuk cb, didapatkan:
balok bartulangan rangkap dapat dikembangkan dan diolah lebih tanjut saperti halnya
yang te lah dilakukan pada waktu menyusun Daftar 3.1 untuk balok T , dengan cara f :={1- +;(<1')}600
{1-( )(ooi rr )}soo
sebagai ber-

ikut:
r; =
Letak garis netral dari sisi tepi atas.
600 (d) Denan demiki, untuk berbagai nilai fydapat ditatapkan nilai d'ld, di mana f 5 '= fy-.
(ty +600) e1gga apblla pada suatu penampang yang mempunyai nilai aktuaJ d 'Id lebih kacil da
n rnla1yang didapat dari persamaan, maka fs'= fy-
Keseimbangan gaya desak dan tarik dalam penampang mamberikan, Apabila fs '= fy. nilai-nilai d'/d adaJah sebagai berikut:
Nob= NTb untuk: fy= 240 d'/d = 2,33
(0,85fc' )/31Cb+ As' fs'= Asb fy
fy = 300 d'ld = 3,00
As(maks) = 0,75 Asb
fy = 350 d'ld = 3,80
dengan malakukan bebarapa substitusi, didapatkan: fy= 400 d'ld= 5,00

s(mskS } - •
A
_
0 75 (0,85 f d f31Cb ) + o 75
'
( s'
Maksud dari paraturan untuk menjamin didapatkannya balok daktail (liat) akan ber
fy fy
Sedangkan SK SNI T-15-1991-03 pasaJ 3.3.3 ayat 3 menyatakan bahwa untuk kompo A -0 75
nen struktur dengan tulangan tekan. bagian Pb yang disamakan dengan tulangan tekan ti
dak perlu diraduksi dangan f aktor 0,75. Apabila ketantuan tersebut diterapkan pada per
samaan yang talu, dan dengan melakukan substitusi untuk cbt maka didapatkan:
(0,85 fc' ) /3 1 (60q {d )} As' fs'
hasil apabil_a pasangan kopel beton tekan dangan tulangan baja tarik memuaskan karana tambahan tulangan yang embenkan pasangan kopel tulangan baja
mempunyai nilai p kurang dan 0,75 Pb dan hasil perencanaan akan berperilaku tekan (A$' ) dan tulangan tarik tambqhan (As
sebagai baJok daktail. Pem batasan _daktilitas tersebut umumnya cukup t1dak akan mengakibatkan hancur getas karena merupakan pasangan tulangan baja dan
s(maksJ - ' { fy Vy+ umumnya dipakai jenis baja yang cukup liat untuk struktur baton biasa.
600) +---
-
fy
BAS 3 BALOK T DAN IW.OK PERSEGI BERTUl.ANGAH R.AHUKAP 93
92 BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTULANGAN RANGKAP

Tentukan letak garis netral,


oemikian pula yang diterapkan pada struktur plat dan balok rendah. dimana
a= /J1c /31=0,81 (SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.2.ayat 7)
t." mungkin tidak akan mencapai fy. cukup dijamin dengan membuktikan bahwa
pasangan kopel beton tekan dan tulangan baja tarik (Ast = As - As') adalah daktail
dan tidak per1u merisaukan daktilitas penulangan rangkap secara keseluruhan. Dalam
' a 92,90
c =-=--=114,7 nm
/3, 81 o.
P.emeriksaan regangan tulangan baja dengan berdasarkan segi tiga sebangun, lihat
kasus seperti ini hendaknya menggunakan persamaan-persamaan yang sudah
Gam bar 3.15.a :
disebutkan di atas.
Pada tulangan takan,
Pemeriksaan penulangan minimum dilakukan sebagai berikut:
278 8
= = 9, 0 0182 E r = C -d' (O ) = (114, 7 -65)0,003_
QQ
Pt b d _ 300(510) ' s c ' 3 114,7 -0, 001 3
Pmin= 0,0241
Oengan 0,0182 < 0,0241, berarti kriteria persyaratan penulangan minimum telah terpe- Pada tulangan tarik,
E =d -C (o 00 )
3
= (530-114,7)0,003 0,0 109
nuhi. s c ' 114,7
Untuk baja mutu 40, ey= 0,0020
Karena Es > Ey > Es', maka tulangan baja tarik telah meluluh tetapi baja tekan belum. De
3.8 ANALISIS BALOK TERLENTUR ngan demikian, temyata anggapan-anggapan pada langkah awal tidak benar. Maka diper
BERTULANGAN RANGKAP (KONDISI II) lukan mencari letak garis netral ter1ebih dahulu. Oengan mengacu pada Gambar 3. 14, dan
menggunakan keseimbangan gaya-gaya horisontal (2HF = O), akan didapatkan nilai c.
Seperti pembahasan terdahulu, umumnyaiulangan baja tekan (As' ) mencapai tegangan
Nr= N01+ No2
luluh sebelum baton mencapai regangan tekan 0,003. Tetapi hat yang demikian tidak
As fy = (0,85 fc' )ba+ fs'As'
akan berlangsung pada balok rendah dengan penulangan baja kuat tinggi. Dengan me
ngacu kepada Gambar 3.14.b, apabila letak garis netral penampang balok relatif tinggi, sedangkan,
ada kemungkinan pada saat momen ultimit terjadi, regangan ss'< sy (belum mencapai lu a= {J,c dan fs'= Es' Es = (c - d 0.003(Es )
luh). Seperti dikeitahui nilai Es' (berarti juga fs' ) dan tinggi blok tegangan tekan a, tergan
tung pada letak garis netral. Sedangkan di lain pihak, suatu penampang harus memenuhi
syarat keseimbangan di mana gaya tekan total harus seimbang dengan gaya tarik total.

_ _ I· ,
Dengan demikian persamaan keseimbangan dapat disusun untuk menetapkan nilai tepat
cyang dipertukan, berupa persarnaan kuadrat. Pada contoh berikut ini, akan dapat No =0.85 lc' ab

diamati
permasalahan dan sekaligus pemecahannya.
garls netraJ

Contoh 3.7. d d -.!


Hitung kuat momen tahanan MR dari balok dengan b = 300 mm, d = 530 mm, d '= 2
65 mm,
h = 600 mm, As = 3036, As'= 2025, fc'= 35 MPa, fy = 400 MPa.
Penyelesaian
Dianggap semua tulangan baja, baik tarik maupun tekan telah mencapai luluh, maka
dite- ,,k
diagram regangan kopel momen
tapkan: As2= As' kuat ba1as beton-baja
a Gambar
Dengan mengacu pada (As - As') fy
3.14.b, As1 f y 207t8(400 ) SZ,S mm 00
(o,85 t/)b (o.85 fc' )b 0,85(35)(300 ) Gambar 3.15. Pemeriksaan Kompatibilitas Contoh 3.7
94 BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTUlANGAN RANGKAP BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTULANGAN RANGKAP 95

Dengan melakukan beberapa substitusi didapatkan: Nr = As fy= 3053,6(400)(10)-3= 1221,44 kN

(c c
No = Nr
As fy = (0,85fc')bP,c: o, oo3 EsAs' Mnt = Not (z1) = Not (d-112a)
= 929,98{530 - 112(104,2)}{10r1= 444,44 kNm
Apabila persamaan tersebut dikalikan dengan c, akan didapat:
As fye = (0,85 fc' )b{3 1c2+ c(0,003) EsAs'- d'(0,003)EsAs' Mn2= Nodz2) = No2(d- d' )
satelah dilakukan pengelompokan, didapatkan persamaan: = 291,57(10)-3(530 - 65) = 135,58 kNm
(0,85 fc'bf31)c2 + (0,003 E5A 9 '-Asfy_)c- d' (0,003 )EsAs'= Mn = Mnt + Mn2= 580,02 -Nm
0 MR = 4' Mn= 0,8(580,02) = 464,02 kNm
dengan memasukkan nilai Es= 200000 MPa, persamaan menjadi: Dengan menggunakan syarat SK SNI T-15-1991-03 dilakukan pemeriksaan daktilitas
ba lok. Karena fs '< fy maka jumlah luas penampang tulangan baja tarik
2 (As ) yang
(0,85 fc'bf31)c2+ (600 As' - Asfy)C
2 - 600 d'As'= 0 diperlukan
di mana A 5 = 3053,6 mm2 As'= 981,8 /31 = sebagai pasangan dengan tulangan baja tekan untuk membentuk kopel momen dalam
mm 0,81
akan kurang dari As
fy = 400 MPa fc' = 35 MPa
Hitung ulang berapa sebenamya As 1 efektif yang berfaku.
b = 300 mm d' = 65 mm
dan setelah dilakukan substitusi, didapat persamaan: Nr2= No2
{0,85(35)(300)(0,81)} c2 + £00(981,8) - 3053,6{400)} c- 600(65)(981,8) =
A52 fy= As'f 5 '
O
7229,25 c2- 632360 c- 38290200 = O
A = As' fs' = 981,8 (296,97) nvn 2
2 729
s fy 400
c2 - 87,47 c- 5297 = O
Selanjutnya mencari nilai c atau akar persamaan pangkat dua di atas, dapat diselesaikan Kemudian didapatkan, As 1 = As-As2 =_3053,6 -729 = 2325 mm2
dengan cara sebagai berikut: Untuk pasangan kopel baton tekan dengan tulangan baja tarik,
c2 - 87,47 C= 5297 Asr 2325 .
0 0146
c2 - 87,47 C+ {112(- 87,47)} 2 = 5297 + { 112(- 87,47)} 2 p = bd= 300(530) •
c2 - 87.47 c+ 1912,7 = 5297 + 1912,7 = 7209,7
(c- 43,74)2 = 7209,7 0,75 Pb= 0,0271 (Tabel A-6)
c- 43,74 = v(7209,7) = 84,91 C= 128,7 mm dengan demikian maka: p= 0,0146 <
Penyelesaian persamaan kuadrat untuk mencari c dapat juga diselesaikan dengan cara 0,0271
sebagai berikut: Untuk memudahkan di dalam memahami analisis penampang balok bertulangan rangkap,
berikut diberikan ringkasan langkah-langkahnya,
c = =J( o+ R 2 ) - R
600 As' -As t; 600 d' A/
di mana '
.1 ,7 fc' b
dan 0 = 0,85 fc' b 1) Anggap bahwa segenap penulangan meluluh, maka: fs = ts:= fy. dan As2 = As
R 2) Dengan menggunakan persamaan pasangan kopel baton tekan dan tulangan baja ta
R /3 t'1
1
Dengan nilai c tersebut, nilai-nilai lain yang belum diketahui dapat dicari. No = N01 +N02 = 1221,55 kN
t. ,_ (c - d 6 ( 0Q = (128.7-SS) (600)= 296,97 MPa < 400
MPa
s - c 128,7
dengan demikian berarti anggapan yang digunakan benar.
a = {3 c= 0,81(128,7) = 104,2 mm
1
Nor = (0,85 fc' )ab= 0,85(35)(104,2)(300)10) -3= 929,98 kN
N02 = As'f 5 '=296,97(981,8)(10) = 291,57 kN
rik, dan As 1= As- As hitunglah tinggi blok tegangan tekan a
(As - As') fy Ast f y
a (o.as tc')b (O,B5 tc')b
3) Tentukan letak garis netral,
a
=- c
{3,
4) Dengan menggunakan diagram regangan memeriksa
regangan tulangan baja tekan maupun tarik, untuk
membuktikan apakah anggapan pada langkah awaJ benar.
r
(

BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTUlANGAN BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTUl.ANGAH RAH<IKAr 81
96 BAB

..
RANGKAP
3
7) Dapatkan a dengan menggunakan persamaan: a= fJ c

£s'= (0,003 8) Menghitung gaya-gaya tekan, 1


c )

d -c ( ) Not = (0,85 fc' )ba


- 0,003
s I No2= As'fs'
s c ' bararti tulangan baja tarik telah meluluh, akan timbu ,kamudian diperiksa dengan menghitung gaya tarik,
Oengan menganggap e_s E y•. yag..
Nr= As fy
salah satu dari dua kond1s1 benkut mt. d langkah awal batul dan tuiang-
a. Kond .1s1. 1.· Es ·sY.. menunjukkan bahwa anggapan pa a di mana Nr harus sama dengan + N0 2-
N01
9) Menghitung kuat momen tahanan ideal untuk masing-masing kopel,
an bajatekan meluluh. da langkah awal tidak betul dan tu- Mnt = No1 (d-
b. Kondisj It: Es' s Ey. menunjukkan bahwa anggapan pa
112a) Mn2=
langan baja tekan belum meluluh. .
No2(d- d') Mn
. kemun kinan lagi, salah satunya ialah =Mn1+ Mn2
apablia Harap dicatat bahwa masth ada dua . g .h b lum 10) MR = t/I Mn
melampaui tegangan luluh.
1 baja tank mast e 11) Pemeriksaan syarat daktilitas dengan membuktikan bahwa rasio penulangan pasang
E s'< E y, yang berarti tegangan tu angan. . . t rkadang juga timbul pada balok atau
Keadaan tersebut termasuk jarang te11ad1, tetap1rleb.h an kopel gaya baton tekan dan tulangan baja tarik tidak melampauinilai 0,75 Pb (Tabel
plat bertulangan rangkap dengan penulangan be a 1 an. A-6), dan As 1 dihitung berdasarkan keadaan bahwa tegangan pada tulangan baja ta
kan belum mencapai fy.

Kondisi I:
5) Apabila es' dan Es keduanya melampau1
.
E y.
hitunglah kapasitas momen teoretis Mn 1
• As,= As -AT'f ' dan p ak1uaJ_ - b d 5 1


y
dan Mn2- . tekan dan tarik: Mn2= As' fy{d - d') atau persyatan daktilitas diperiksa dengan membandingkan As dengan As(maksJ se
Untuk pasangan kopel gaya tulangank d n tulangan tarik: Mn2= As1 t.)..d-112a) perti yang telah dijabarkan dalam Bab 3. 7, di mana dilakukan penyelidikan apakah
Untuk pasangan kopel gaya baton ta an a
kondisi seimbang tercapai.
dangan demikian, Mn= Mn1 + Mn2
6) M R= 9 Mn .. n an membuktikan bahwa rasio penulangan (p ) pa-

7) Pemeriksaan syarat dakt1htas de g an baja tarik tidak melampaui 0,75 Pb
(Tabe sangan kopel gaya baton tekan dan tulang t langan baja tarik tidak lebih
dan A-6) atau membuktikan bahwa luas penampang u
3.9 PERENCANAAN BALOK 8ERTULANGAN RANGKAP
A , seperti ditetapkan persamaan dalam Bab Apabila pengamatan menunjukkan bahwa penampang balok persegi bertulangan tarik
s( mal< ) 3.7.
s A saja tidak kuat untuk menahan beban tertentu dan ukurannya tidak memungkinkan untuk
51
p aktual =bd
f
s
'
Kondisi II: tuk mendapatkan nilai c digunakan persamaan sebagai ber- -
5) Jika es'< ey dan Es 2 sy. un -
-
(
6
ikut: ,
r
f ) _ 600 d'A '= O 0

.•
(0,85 fc'b1)c2 +(600 As - s .k dang cara biasa ataupun c
pendekatan
dapatkan c dan persamaan kua ra at
seperti pada Conteh 3.7. .

6) Menghitung tegangan pada tulangan baja tekan,


c d'
diperbesar dikarenakan alasan-alasan arsitektural ataupun teknis pelaksanaan, misalnya, toh 3.8.
pilihan akan jatuh pada balok bertlarigan rangkap. Sedangkan prosedur C Rencanakan penulangan balok persegi baton bertulang untuk mendukung momen MoL

(
perencanaan pada dasamya dapat dibagi menjadi dua bagian perencanaan o
kopel gaya dalam yang bila hasil keduanya dijumlahkan akan didapat kekuatan n = 230 kNm dan Mu = 370 kNm, b = 350 mm, h = 800 mm, f c' = 20 MPa, fy = 40 MPa,
apabila dipakai tulangan baja tekan gunakan cf :: 70 mm.
balok yang diperfukan.
9 8 BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTGAN RANGKAP
BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTUl.ANGAN RANGKAP 99

Penyelesaian · · . Pasangan kopel gaya tulangan baja tekan dan tarik ditentukan sedemikian rupa sehingga
Anggap bahwa d = h -100 = 700 mm, jarak pusat berat tulangan baja tarik terhadap tep1 kuat momennya memenuhi keseimbangan terhadap momen rencana
baton ditentukan 100 mm dengar'I memperhitungkan kemungkinan penggunaan dua la-
MR2 perlu = Mu- MRt = 868 - 761 107 kNm =
. pis tulangan baja tarik. Berdasarkan pada pasangan kopel gaya tulangan baja tekan dan tarik didapatkan:
Menghitung moman rencana, MR2 = tf' No2(d - d' }
Mu = 1,2MoL + 1,6MLL M R2 107000
= 1,2(230) + 1,6(370) = 276 + 592 = 868 kNm No2 <f>(d - d') = 0,8(700-70) = 212,3 kN
Terlebih dahulu dihitung apakah mungkin menggunakan balok bertulangan tarik saja. Dari
Karena No2 = As' f s maka fs 'dihitung berdasarkan letak garis netraf psangan kopel gaya
Tabel A-9, didapatkan nilai k.
be.ton tekan dan tul ngan baja tarik, kemudian dilakukan pemeriksaan terhadap
k maksimum= 5,9792 MPa regangan Es pada tulangan baJa tekan.
MR maks= 4' bd2k
a= Ast fr = 7130(240) _
= 0,8(350)(700)2(5,9792)1 = 820 kNm 28 6
Karena M ,q maks= 820 kNm < 868 kNm, maka disimpulkan tidak dapat menggunakan ba- {0,85 fc')b 0,85(20)(350) - 7. mm
lok dengan hanya bertulangan tarik saja, harus bertulangan rangkap. a 287,6
Perhitungkan bahwa pasangan l<opel gaya baton tekan dengan tulangan baja tarik mem- c = p;= 0, = 338,4 mm
85
punyai rasio penulangan kira-kira 90% dari Pmaks- Es' = c - d' (0 003) = 268,4(0,003) -
p = 0,90(0,0323) = 0,0291 c ' 338,4 - 0,0024
dengan nilai tersebut dicari nilai kdari Tabel A-9, Ey= 0,0020
k = 5,5451 MPa
Karena Ey < Es maka terbukti bahwa me!'llang tufangan baja tarik akan melufuh sebelum
Kuat momen tahanan atau kapasitas pasangan kopel gaya baton tekan dan tulangan baja
regangan _baton tekan mencapai 0,003, dan karenanya sebagai batas tegangan: t '= t
tarik adalah:
Tentukan JUmfah tulangan baja tekan yang diperfukan. Y Y-
MRt =
¢' bd2k = 0,8(350)(700)2(5,5451)(10)-6 = 761 kNm 3
Tentukan luas penampang tulangan tarik yang diperlukan untuk pasangan kopel gaya ba- As' perlu= No2 = No2 =212,3(10) _
. ts' fy 240 - 884,6 rrrn2
ton tekan dan tulangan baja tarik,
Tetukan jumfah tfangan baja tarik yang diperlukan untuk pasangan kopel gaya tulangan
Ast = pbd= 0,0291(350)(700) = 7130 baJa tekan dan tank tambahan dengan '= fy-
mm2
f5
b=350
As2= As'= 884,6 mm2

2025 ----/( !

h=800

---- I----

i
4036 1 ,. minimum

'
4036 :::19'=:.--.I, J._.../ 25
-=; t-. ::llE;3F.i--i,
Gambar 3.16. Diagram regangan Seton tekan (contoh 3.8)
Gambar 3.17. Sketsa Rancangan Canton 3.8
10 0 BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTUl.ANGAN RANGKAP BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTULANGAN RANGKAP 10 1

Tentukan luas tulangan baja tarik total yang diperlukan, 8) Dengan berdasarkan pada pasangan kopel gaya tulangan baja tekan dan tarik tam
As total = As1+ As2= 7130 + 884,6 = 8014,6 mm 2 bahan, hitung gaya tekan pada tulangan yang diperlukan (anggap bahwa d' = 70
Pilih tulangan baja tekan yang akan dipasang jika diperlukan luasan 884,6 mm 2
• mm).
Gunakan 2 batang tulangan 028 (As'= 1231,4 mm2). N - M R2
2 _02 - ;(d -d')
Pilih tulangan baja tarik yang akan dipasang jika diperlukan luasan 8014,6 mm •
Gunakan 8 batang tulangan 036 (As = 8143 mm2), tampatkan pada posisi dua iapis (4 9) Dengan N 02 = As 'f5', hitung fs 'sedemikian sehingga As' dapat ditentukan. Hal
ba tang tiap lapis). Dengan susunan tulangan tersebut kemudian diperiksa seberapa terse but dapat dilakukan dengan menggunakan letak garis natral dari pasangan
gaya ba
lebar balok yang dipertukan, apakah lebar yang ada ( b = 350 mm) masih memenuhi.
ton tekan dan tulangan baja tarik kemudian memeriksa regangan es' pada tulangan
Untuk tulangan sengkang gunakan batang tulangan 012, tinggi balok total 800 mm, sa
te kan, sedangkan nilai eydidapat dari Tabel.
limut beta pelindung tulangan 40 mm, batang tulangan tarik 036, dan jarak barsih mini
mum antar-lapis 25 mm. Maka, tinggi efektif balok dapat dihitung sebagai berikut: - As1 f r
a - (0,85 fc' )b
d aktual= 800 -6 -18 -12,5 = 723,5 mm
sedangkan tinggi efektif (d) yang digunakan 700 mm < 723,5 mm. a
c =-
/3,
Oengan demikian ringkasan langkah-langkah perencanaan balo!< bertulangan rang
Es' = c -d' (0,003)
kap adalah sebagai barikut: c
Ukuran penampang balok sudah ditentukan. Apabila Es' Ey, tulangan baja tekan telah meluluh pada momen ultimit dan f5 '=
1) Anggap bahwa d = h - 100 mm fY' se dangkan apabila Es'< Ey. hitunglah fs'= E 5 'Es dan gunakan tegangan
2) Menghitung momen rencana total Mu- tersebut untuk langkah berikutnya.
3) Dilakukan pemeriksaan apakah benar-benar perlu balok bertulangan rangkap. Dari 10) Karena N 02 = A 5 'f5 '
Ta bel Apendiks A diperoleh nilai k maksimum untuk digunakan menghitung MR
balok
maka As' perlu =
N

s
bertulangan baja tarik saja. 11) Menghitung As 2 perlu,
MR maksimum = 4' bd 2k . f5 'As'
As perlu = ,-
4) Apabila MR< MIP rencanakan balok sebagai balok bertulangan rangkap, dan apabila 2 Y
MR Mu. balok direncanakan sebagai balok bertulangan tarik saja. 12) Menghitung jumlah luas tulangan baja tarik total yang diperlukan, As = Ast + As2
13) Memilih batang tulangan baja tekan As'·
Apabila harus direncanakan sebagai balok bertulangan rangkap :
14) Memilih batang tulangan baja tarik (A 5). Periksa lebar balok dengan
5) Menghitung rasio penulangan pasangan kopel gaya baton tekan dan tulangan baja
mengusahakan agadulangan dapat dipasang dalam satu lapis saja
tarik, p = 0,90(Pmaks) = 0,90(0,75 Pb) 15) Memeriksa d aktual dan bandingkan dengan d teoretis. Apabila d aktual sedikit lebih
Nilai ptersebut digunakan untuk mencari kpada Tabel. ·besar, berarti rancangan agak kohservatif (lebih aman). Apabila d aktual lebih kecil
6) Menentukan kapasitas momen dari pasangan kopel gaya baton tekan dan tulangan yang berarti perencanaan kurang aman, dilakukan perencanaan ulang.
baja tarik. 16) Berikan sketsa rancangan.
MRt = ipbd 2k
Menghitung tulangan baja tarik yang diperfukan untuk pasangan kopel gaya baton te-
kan dan tulangan baja tarik,
Ast perlu = pbd
7) Menghitung selisih momen, atau momen yang harus ditahan oleh pasangan gaya tu-
langan baja tekan dan tarik tambahan, MR2= Mu - MR1
102 BAB 3· BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTUl.ANGAN RANGKAP
BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTULANGAN RANGKAP 1Q3

SOAL-SOAL

Pada soal-soaJ herikut, kecuali disebutkan khusus ketentuan iaJah: sengkang


mengguna kan batang tulangan 010, selimut baton 40 mm, jarak bersih antara lapis
tulangan 25 mm:

3-1. Suatu balok T yang merupakan bagian suatu sistem plat lantai, b= 1200 mm, bw
= J bw =300 J
600 mm, hr = 160 mm, h = 1000 mm, panjang bentang 6000 mm, jarak antar-
Gambar Saal 3-4
balok (p.k.p) 1150 mm, As = 10032 (dua lapis), fc'= 20 MPa, fy= 240 MPa.
a Hitung kapasitas momen MR- Periksa apakah tulangan terpasang masihdalam
ba- 3-5. Hitung kapasitas momen balok dengan dimensi yang sudah ditetapkan seperti ter
gambar,
tas sesuai peraturan.
b. Apabila seluruh luas f/ens tersedia untuk blok tegangan tekan, berapa tulangan
baja yang diperlukan pada penampang baton tersebut.
a Balok spandre/ dengan flens pada sisi sebelah saja, fc'= 25 MPa, f 5 = 400 MPa
3-2. Hitung kapasitas momen MR untuk balok T sebagai bagian sistem lantai dengan bw= b. Balok kotak, fc'= 20 MPa, fy = 240 MPa. .
400 mm, hr= 140 mm, d = 800 mm, As = 6029 (dua lapis), panjang bentangan 10
m, jarak antar-balok (p.k.p) 2000 mm, fc'= 25 MPa. fy = 400 MPa, periksa
penulangan-
nya.

3-3. Balok T seperti tergambar terletak pada bentang sederhana 9,50 m, fc'= 20 MPa, fy
= 400 MPa, selain berat sendiri tidak ada beban mati, anggap perencanaan plat cu-
• kup baik.
a Hitung kapasitas momen MR, .
b. Hitung beban hidup yang diijinkan bekerja pada balok (kN/m), (a)
c. Hitung beban hidup yang diijinkan bekerja pada plat (kPa).

(h)

Garyibar Soal 3-5

3-6. Rencanakan balok T bertulangan tarik yang menahan momen positif dengan bw =
400 mm, d = 650 mm, hr = 100 mm. Beban mati 25 kPa (tidak termasuk berat
sendiri plat dan balok) dan beban hidup 160. kPa, panjang bentang sederhana 6
Gambar Saal 3-3 m, jarak antar-bafok {p.k.p) 2000 mm, fc'= 30 MPa, dan fy= 300 MPa.

3-4. Balok T di atas bentang sederhana 6 m, jarak antar-bafok {p.k.p) 2,50 m. Apabila 3-7. Sistem lantai baton bertulang terdiri dari plat tebaJ 100 mm didukung oleh baJok
fc'= bentang menerus membentuk balok T, panjang bentang a m, jarak antar-balok T
20 MPa. fy= 400 MPa, hitung kapasitas momen MR. (p.k.p.) 1800 mm. Dimensi badan balok ditentukan berdasarkan pada momen nega-
BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTULANGAN RANGKAP 1Q 5
1Q 4 BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTULANGAN RANGKAP

3-12. Rencanakan suatu balok baton bertulang persgi yang mendukung momen renca a
tif dan persyaratan gaya geser pada dukungan,bw= 450 mm, h = 600 mm, pilih tu
tt:IMu = 1060 kN':'1 (trmasuk momen berat sendiri). Ukuran balok dibatasi, fe ar -
langan baja yang diperlukan pada tengah bentang untuk mendukung momen ren
400 mm, dan tingg1 total h=800 mm, fc'= 20 MPa, fy= 300 MPa, apabila di
cana positiftotal Mu= 780 kNm (termasuk berat sendiri), fc'= 20 MPa. fy= 400 MPa.
perlukan tulangan baja tekan, gunakan d'= 60 mm.

3-8. Tantukan penulangan balok dengan penampang seperti tergambar. Moman positif
3-13. Recanakan suatu balok baton bertulang persagi yang mendukung momen beban
beban hidup 210 kNm dan beban mati 110 kNm (sudah tennasuk berat sendiri), fc'=
mat1 (termask momen berat sendiri) 185 kNm, dan momen beban -hiduo 200 kNm
20 MPa, f1= 300 MPa. Tuntutan ars1tektural membatasi lebar maksimum b = 300 mm dan t·in · · t t 1 h ·
600 f. , 20 M gg1 o a =
mm, c = Pa, fy= 300 MPa

150
3-14.Rencanakan suatu balok baton bartulang persegi yang mendukung beban r
(termasuk berat sendiri} 15 kN/m dan beban hidup 45 kN/m Balok te I t k mda '
tumpuan d rh · · r e a pa a se
e ana pan1ang bentang 6 m, dimensi penampang maksimum dibatas·
b= 300 mm dan tinggi h= 500 mm, fc'=-20 MPa, fy= 300 MPa. '

650
3- 15. Rencna Ian balok ang ada pada Saal 3-14 dengan ketentuan hanya bertulang an
baJa tank sa1a dan d1perlebar tetapi jangan mempertinggi ( h = 500 mm).

Gambar Saal 3-8

3-9. Hitung MRdari balok dengan b = 400 mm, h = 650 mm, d' = 65 mm, As = 8029 (dua
lapis), A 5'= 2025, fc'= 30 MPa, f1= 400 MPa. •

3-10. Balok dengan b = 300 mm, h = 600 mm, d' = 65 mm, As = 6032 (dua lapis), As' =
2032, panjang bentang tumpuan sederhana 10 m. Suatu beban merata (di luar be rat
sendiri) bekerja di atasnya terdiri dari beban mati dan beban hidup, fc' = 30 MPa,
fy = 400 MPa. _
a Tentukan besarnya beban kerja yang dapat didukung oleh balok tersebut (di luar
barat sendiri).
b. Perbandingkan MR dari balok tersebut dengan kekuatan balok dengan ukuran
yang sama tetapi hanya dengan tulangan baja!arik maksimum yang diperboleh-
kan saja

3-11. Tentukan MR untuk balok dengan b= 400 mm, d= 450 mm, d'= 65 mm, A 5'= 2025,
batang tulangan baja tarik terbawah menggunakan 4036, fc' = 30 MPa, sedangkan fy=
300 MPa. •.
. .. BAB -4 PEN\ll.ANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR 10 7

4 f = Mic dan v= V S

di mana f, M, c, I adaJah
lb
(
4-1)
yang telah diterangkan di Bab 1, sedangkan v adaJah
dan seperti
tegangan geser, V adalah gaya geser akibat beban luar, S adalah momen statik terhadap
garis natral penampang, dan b adaJah lebar penampang. Tegangan-tegangan utama pada
baJok yang mendukung gaya geser dan momen lentur dihitung menggunakan persama
PENULANGAN GESER DA N PUNTIR an sebagai berikut:

BALOK TERLENTUR fpr= ± ;: +v


2
{4- 2)

di mana fpr adalah tegangan utama, f adalah tegangan lentur dan vadalah tegangan geser
yang dihitung dari persamaan (4-1). Arah atau orientasi bidang utama apat dihitung de
ngan menggunakan persamaan sebagai berikut:
2 v
tan 2a = -- (4- 3)
1
di mana a adalah sudut yang diukur dari garis horisontal.
4 .1 KUAT G ESER Mengenai seberapa besar tegangan gaser dan lentur yang timbul bervariasi tergan
I tung dari letak tempat yang ditinjau di sepanjang balok dan jaraknya terhadap garis netral.
Dalam membahas balok terlentur hendaknya mempertimbangkan pula bahwa pada saat Dengan demikian sudut kemiringan dan besarnya tegangan utama juga akan bervariasi
yang sama balok juga menahan gaya geser akibat lenturan. Kondisi kritis geser akibat pula dan merupakan fungsi dari nilru banding antara t dan v. Tapat pada garis netraJ
11

I
lentur ditunjukkan dengan timbulnya tegangan-tegangan tarik tambahan di tempat-tem akan terjadi tegangan utama dengan membentuk sudut 45° yang dapat dijelaskan
pat tertentu pada komponen struktur terlentur. Untuk komponen struktur beton bertu menggu: nakan rumus (4-3), yang mana apabiladimasukkan nilai t = 0, maka tan 2a =
!ang, apabila gaya geser yang bekerja sedemikian besar hingga di luar ker:narnpu oo, sahingga
beton
untuk menahannya, perlu memasang baja tulangan tambahan untuk rnenahan geser ter
didapat a = 45°
Seperti tampak pada Gambar 4.1, dilakukan pengamatan suatu satuan elemen ku
sebut. bus tepat pada garis netral baJok di mana f =
0. Berdasarkan prinsip keseimbangan, te
Tegangan geser dan lentur akan timbul di sepanjang komponen struktur di mana
bekerja gaya geser dan rnomen lentur, dan penampang komponen mengaJami
I gangan geser vertikaJ pada dua muka vertikal berseberangan akan sama besar tetapi arah
kerjanya berlawanan. Apabifa hanya kedua tegangan tersebut yang timbul dan bekerja
tegangan tegangan tersebut pada tempat-tempat selain di garis natral dan serat tepi
dapat dipastikan bahwa elemen akan berputar. Maka dari itu, untuk mempertahankan
penampang. Komposisi tegangan-tegangan tersebut di suatu tempat akan
ke-
menyesuaikan diri secara alami dengan mambentuk kesaimbangan tegangan geser
dan tegangan norrnaJ maksi v
mum dalam satu bidang yang .membentuk sudut kemiringan terhadap sumbu balok.
Dengan ·menggunakan lingkaran Mohr dapat ditunjukkan bahwa tegangan normal maksi I.
,/ ./A

mum dan minimum akan bekerja pada dua bidang yang saling tegak lurus satu sama
lain nya. Bidang-bidang tersebut dinamakan bidang utama dan tegangan-tegangan yang g.n..
,
/
/ '

l / / l v
be /
kerja disebut tegangan-tegangan utama.
Pernbahasan konsep tegangan lentur dan tegangan geser balok elastik bahan ser
vi /

/
ba-sama (homogen) secara panjang lebar dan terinci dapat diperoleh pada buku-buku Gambar 4.1.
mengenai mekanika dan kuat bahan. Persamaan yang umumnya digunakan untuk rneng
(a) balok dengan beban meiata
ungkapkan tegangan lentur dan tegangan geser adalah:
,450 I. A' v elemen
/'"---=====::::s=--- (b) tegangan pada satuan
Hubungan antar-tegangan geser
BAB 4 PENUl..AHGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR 10 9
1O S BAB 4 PENUl..ANGAN GESER DAN PUNTIA BALOK TERLENTUR

seimbangan harus ada tegangan geser yang be_kerja pada permukaan horisontal yang Dengan demikian, pennulaan dan perkembangan retak miring tergantung pada be
be samya sama tetapi arahnya berlawanan terhadap tegangan gesar ertikal. sar relatif tegangan geser vdan tegangan lentur f. Berdasarkan pengembangan persama
Pembahasan untuk mempertahankan keseimbngan antara tegangan geser honsontal an (4-1) tegangan-tegangan penentu ini dinyatakan sebagai:
dan tegangan geser vertikal di satiap tempat pada balok diuraikan sacara mendalam
pada banyak buku
v = Jc, :d
M
(4- 4.a)

acuan mengenai mekanika dan kuat bahan. 0


.
Apabila satuan elemen tersebut dipotong bersudut menurut. b1dang A-A, t = k2 bcf2. (4 - 4.b)
4 te-
gangan-tegangan akan menyesuaikan sedemikian rupa sehmgg kes1mbangan gaya di mana k dan adalah konstanta nilai banding.
k 1 2
gaya digambarkan seperti tampak pada Gambar 4.2. Karena yang d1amat1 adalah suatu s
tuan luas maka besar v (tegangan geser) sama besar dengan V (gaya gesar). Dalam Separti yang talah dibahas tardahulu, tagangan tarik utama merupakan fungsi per
kbnd1- si seimbang, apabila seluruh gaya-gaya yang tegak lurus terhadap bidang A-A bandingan f terhadap v, sehingga berdasarkan parsamaan (4-4) didapat hubungan seba
dijumlah- gai berikut:
f k2M M
kan (l: F= 0) didapatkan:
0,707V + 0,707V =
v= k,. v d = k v d
3
M . f k a
T
Oengan berdasarkan pada, gaya = Juas x tegangan, persamaan keseimbangan gaya ter-
ap abI1a bentang geser : a = v• akan d1dapat V = 3 d
sebut di atas dapat diungkapkan sebagai berikut: Dari berbagai hasil eksperimen didapatkan bahwa nilai banding bantang gesar (a)
0,707v(1) + 0,707v(1) = t ( 1,414} =-
di mana t= tegangan tarik tarhadap tinggi etaktif (d) temyata merupakan faktor yang barpengaruh dan menempati
1,414v= t ( ,414) posisi panting dalam panatapan kekuatan gesar suatu balok. Apabila faktor-faktor salain
v= t aid diambil tatap maka variasi kapasitas geser untuk saluruh panjang balok dapat
ditetap kan pula.
Dari persamaan (4-2} didapat,
fpr:.../V 2 = ± V
Hai demikian menunjukkan bahwa pada bidang yang tegak lurus bidang A-A juga
timbul tagangan tekan sebesar v. Selain itu, ternyata pula bahwa dengan bekerf'anya 4.2 PERILAKU BALOK TA NPA P ENULANGAN GESER
gaya gesr pada balok akan menimbulkan tegangan tarik di tempat gari netral dengan
arah keqa membentuk sudut 45° terhadap garis horisontal. Tegangan tank tersebut Saperti yang telah dinyatakan terdahulu bahwa tegangan tarik dengan variasi besar dan
sama besarny kemiringan, baik sabagai akibat geser saja atau gabungan dangan lentur, akan timbul di
dengan tegangan geser, dan pada perencanaan ataupun analisis diparhitungkan sebag1 setiap tempat di sepanjang balok, yang harus_ diperhitungkan pada analisis dan perenca
gaya tarik diagonal yang pada intansitas tertantu dapat mengakibatkan timbulnya retak mi- naan. Pembahasan dalam Bab 4.1 sebenarnya merupakan deskripsi tapat untuk kejadian

ring pada baton.

'l
- --
I v/ ': V 0.707 V
.:
A
/

./
/
geser pada balok baton tanpa tulangan, di mana karusakan umumnya akan terjadi di dae
l , ',
',> .707 / , rah sepanjang kurang lebih tiga kali tinggi efektif balok, dan dinamakan bentang geser.
, Seperti tampak di Gambar 4.3, retak akibat tarik diagonal merupakaA salah satu cara ter
/ jadinya kerusakan geser. Untuk bentang geser yang lebih pendek, kerusakan akan timbul
/
, 1,414l A v = tegangan geser
Gambar 4.2. V = gaya geser
T=1.414 V T = gaya tarik
0,707 V= komponen gaya.
normal terhadap bidang A-A
sabagai kombinasi dari ret angan tarik lentur akan terjadi terlebih dahulu sebelum timbul retak karana tarik diagonal.
pergeseran, remuk, dan ak Oangan damikian ter jadinya retak tarik lanturan p_ada balok tanpa tulangan marupakan
balah. Sedangkan untuk kar peringatan. awal keru sakan gesar.
balok baton tan pa an Retak miring akibat geser di badan balok baton bertulang dapat tarjadi tanpa diser
tulangan dangan bentang a tai retak akibat lentur di sekitamya. atau dapat juga sebagai kelanjutan proses ratak
geser labih panjang, teg lantur
Tarik diagonal karena geser
11 Q BAB 4 PEN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR
BAB 4 PENUL.ANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR 111

bentang geser
{baglan bentang di mana terjadl geser tlnggi) 3) Timbulnya aksi pasak tulangan memanjang sebagai pertawanan terhadap gaya trans
versal yang harus ditahan.
4) Terjadinya perilaku pelengkung pada balok yang relatif tinggi, di mana segera
I setelah terjadi retak miring, beban dipikul oleh susunan reaksi gaya tekan yang
membentuk busur melengkung dengan pengikatnya (tali busur) adaJah gaya tarik di

I
sepanjang tu langan memanjang yang ternyata memberikan cadangan kapasitas
cukup tinggi,
5) Adanya pertawanan penulangan geser yang berupa sengkang vertikql ataupun miring
Gambar 4.3. (untuk balok bertulangan geser)
Kerusakan tipikal akibat tarik diagonal
Dalam rangka usaha mengetahui distribusi tegangan gesar yang sebenarnya terjadi
di sepanjang bentang dan kedaJaman penarnpang baJok, meskipun studi dan penelitian
yang telah mendahuluinya. Retak miring pada balok yang sebelumnya tidak m_engalai
telah difakukan secara luas untuk kurun waktu cukup lama, mekanisme kerusakan geser
retak lentur dinarnakan sebagai retak geser badan. Kejadian retak geser badan 1arang
yang tepat sebetulnya masih juga belum dikuasai sepenuhnya. Untuk menentukan se
d1- jumpai pada balok beton bertulang biasa dan lebih sering dijumpai. pada balok
berapa besar tegangan geser tersebut, umumnya peraturan-peraturan yang ada membe
baton prategangan berbentuk huruf I dengan badan tipis dan flens (sayap) lebar. Retak
rikan rekomendasi untuk menggunakan pedoman perencanaan berdasarkan nilai tegang
geser
an geser rata-rata nominal sebagai berikut:
badan juga dapat terjadi di sekitar titik balik lendutan atau pada tempat di mana terjadi
penghentian tulangan balok struktur bentang menerus. Retak miring yang terjadi sebagai Vu
Vu =
proses kelanjutan dari retak lentur yang te•ah timbul sebelumnya dinamakan sebagai re w
dimana Vu = tegangan geser rencana rata-rata nominal total (MPa),
tak geser Jentur. Retak jenis yang terakhir ini dapat dijumpai baik pada balok baton
bertu lang biasa ataupun prategangan. Proses terjadinya retak lentur umumnya Vu = gaya geser rencana total karena beban luar (kN),
cenderung me rambat dimulai dari tepi masuk ke dalam balok dengan arah harnpir
rp = faktor reduksi kuat bahan (untuk geser 0,60),
vertikal. Proses terse but terus berfanjut tanpa mengakibatkan berkurangnya·tegangan bw = lebar balok, untuk penampang persegi = b (an),
sampai tercapainya sua tu kombinasi kritis tegangan lentur dan geser di ujung salah satu d = tinggi efektif balok (cm).
retak terdaJarn, di mana
terjadi tegangan geser cukup besar yang kemudian mengakibatkan terjadinya retak mi
ring. Pada balok beton bertulangan lentur arah memanjang, tulangan baja akan bertugas Seperti yang telah dikemukakan bahwa di tempat garis netral penampang, nilai te
sepenuhnya menahan gaya tarik yang timbul akibat lenturan. Sementara itu, apabila be gangan geser sama dengan tegangan tarik diagonaJ. Maka untuk kepentingan pende
ban yang bekerja terus meningkat, tegangan tarik dan geser juga akan meningkat seiring katan perencanaan, ditetapkan bahwa tegangan geser dapat dipakai sebagai alat- ukur
dengan beban. Sedangkan tulangan baja yang diperuntukkan menahan momen lentur di yang baik untuk mengukur tegangan tarik diagonal yang terjadi, meskipun sesungguhnya
dalarn balok letaknya tidak pada tempat di mana tegangan tarik diagonal timbul. Sehingga bukanlah tegangan tarik diagonal aktual..
untuk itu diperlukan tambahan tulangan baja untuk menahan tegangan tarik diagonal ter Walaupun teori umum perencanaan geser yang dipakai sebagai dasar peraturan
sebut di tempat-tempat yang sesuai. dan persyaratan belum diubah, SK SNi=T-15-1991-03 memberikan rekomendasi bahwa
Mekanisme perlawanan geser di dalam komponen struktur beton bertulang tidak perencanaan geser dapat didasarkan pada gaya geser Vu yang bekerja pada penarnpang
lepas dari pengaruh serta tersusun sebagai kombinasi beberapa kejadian atau mekanis balok. Hal demikian berbeda dengan peraturan-peraturan sebelumnya, PSI 1971 dan se
me sebagai berikut: belumnya, yang mendasarkan pada tegangan geser. Sehingga tidak jarang terjadi penaf
1) Adanya perfawanan geser baton sebelum terjadi retak. siran bahwa gaya geser, sama seperti halnya tegangan geser, secara umum dapat
2) Adanya gaya ikatan antar-agregat (pelimpahan geser antar-permukaan butir) ke arah berlaku sebagai alat pengukur tarik diagonal yang timbul.
ta ngensial di sepanjang retakan, yang serupa dengan gaya gesek akibat saJing ikat
an tar-agregat yang tidak teratur di sepanjang permukaan baton kasar.
112 BAB 4 PENUl.ANGAN GESER DAN PUNT1R BALOK TERLENTUR BAB 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR 113

4.3 PERENCANAAN PENULANGAN GESER Dalam persamaan tersebut satuan fe' dalam MPa, bwdan d daJam mm, dan satuan Ve dalam
kN, sedangkan untuk balok persegi bwsama dengan b. Kuat geser ideal beton dikenakan
oasar pemikiran perencanaan penulangan geser atau penulangan geser badan balok faktor reduksi kekuatan =O,60 sehingga menjadi kuat geser beton (SK SNIT-15-1991-
adalah usaha menyediakan sejumfah tulangan baja untuk menahan gaya tarik arah 03 pasal 3.2.3). Sadangkan kuat geser rencana Vudidapatkan dari hasil penerapan faktor
tegak lurus terhadap retak tarik diagonal sedemikian rupa sehingga mampu mencegah beban, di mana nilai Vu lebih mudah ditentukan dengan menggunakan diagram gaya
bukaan ge ser.
retak lebih lanjut. Berdasarkan atas pemikiran tersebut dan juga dengan rnarnparhatikan Di dalam peraturan juga dinyatakan bahwa meskipun secara teoratis tidak perlu pe
pola retak seperti tergambar pada Gambar 4.3, penulangan gaser dapat dilakukan dalam nulangan geser apabila Vu s ;Vei akan tetapi peraturan mengharuskan untuk selalu
b'eberapa cara, seperti: me nyediakan penulangan gesar minimum pada semua bagian struktur baton yang
1) sengkang vertikal, menga lami lenturan (meskipun menurut perhitungan tidak memerlukannya), kecuali
2) jaringan kawat baja las yang dipasang tagaklurus tarhadap surnbu aksial, untuk:
3) sengkang miring atau diagonal, 1) plat dan fondasi plat,
4) batang tulangan miring diagonal yang dapat dilakukan dengan cara membengkok ba- 2) struktur balok baton rusuk separti yang ditentukan dalam SK SNI T-15-1991-03, pasal
tang tulangan pokok balok di tempat-tempat yang diperlukan, atau 3.1.11,
5) tulangan spiral. 3) balok yang tinggi totalnya tidak labih dari 250 mm, atau 2,5 kalitebal flans, atau 1,5
Perancanaan geser untuk komponan-komponen struktur terlantur didasarkan pa kali lebar badan balok, diambil mana yang terbesar,
da anggapan bahwa baton menahan sebagian dari gaya geser, sedangkan kelebihannya 4) tempat di mana nilai Vu<112 Vc-
atau kekuatan gasar di atas kamampuan baton untuk menahannya dilimpahkan kepada
tulangan baja gesar. Cara yang umum dilaksanakan dan lebih sering dipakai untuk Ketentuan penulangan geser minimum tersebut terutama untuk menjaga agar apa
penu langan gaser ialah dengan manggunakan sengkang, di mana selain bil.a timbul beban yang tak terduga pada komponan struktur yang mungin akan
pelaksanaannya le bih mudah juga manjamin ketepatan pemasangannya. Penulangan mengaki batkan kerusakan (kegagalan) geser. Eksperimen dan penelitian menunjukkan
dengan sengkang hanya memberikan andil terhadap sebagian pertahanan geser, bahwa ke rusakan akibat geser pada komponen struktur baton bertulang terlentur selalu
karena formasi atau arah ratak yang miring. Tatapi bagaimanapun, cara panulangan terjadi se cara tiba-tiba tanpa diawali peringatan terlebih dahulu. Pada tempat di mana
demikian tarbukti mampu mem berikan sumbangan untuk peningkatan kuat geser ultimit tidak diperfu kan tulangan geser (plat dan plat fondasi) yang memiliki ketebalan cukup
komponenaStruktur yang meng alami lenturan. untuk menahan Vur tulangan geser minimum tidak diperlukan. Sedangkan pada tempat
Untuk komponen-komponen struktur yang menahan geser dan lentur saja, persa di mana diperlu kan tulangan geser minimum, jumlah luasnya ditentukan dengan
maan (3.4-3) SK SNI T-15-1991--03 memberikan kapasitas kemampuan baton (tanpa persamaan (3.4-14) SK SNIT-15-1991-03 sebagai berikut:
pe nulangan geser) untuk menahan gaya gser adalah Ve. A _2_ bws
v- 3 f
Ve =(;N ) bw d y

Pada persamaan tarsebut, dan mengacu pada Gambar 4.4 sebagai penjelasnya:
atau dengan menggunakan persamaan (3.4-6) yang lebih terinci sebagai berikut, Av = luas penampang tulaAgan geser total dengan jarak spasi antar-tulangan

Ve =7l r;-;·+120Pw Mu
1( Vud'
bw d
s, untuk sengkang keliling tunggal Av= 2.ASJ di mana A 5 adalah luas
pe- - nampang batang tulangan sengkang (mm2).
bw = lebar balok, untuk balok persegi = b (nYTI).
di mana Mu adalah momen terfaktor yang terjadi bersamaan dengan gaya geser terf
aktor maksimum Vu pada penampang kritis, sedangkan batas atas faktor pengali dan Ve s = jarak pusat ke pusat batang tulangan geser ke arah sejajar tulangan po
adalah sebagai berikut: kok memanjang (mm).
fy = kuat luluh tulangan geser (MPa).
Vud 1O
M '
u
Vc s (0,30 vfc' )b..,P
114 BAB 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR
BAB 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR 115

• •
- - ·- t l
Av ly

I
seng lcang = Av f y
s
2
t
I
I
1 v.
y-1.414Sl bw i--!-:-
I "' flw d
s s s
• komoonoo ,
vertlkal =
d

Gambar 4.5.
Gambar 4.4. Penampang isomerrik susunan sengkang Menentukan jarak spasi sengkang berdasarl<an syarat kekuatan

Apabila gaya geser yang ·bakerja Vu lebih besar dari kapasitas geser baton rp Ve Dengan menggunakan konsep tegangan geser SK SNI T-15-1991-03 dan memberikan
maka diperlukan penulangan geser untuk memperkuatnya. Apabila gaya geser yang be beberapa substitusi, maka didapatkan:
kerja di sebarang tempat sepanjang bentang lebih besar dari 1t2.1p Ve. peraturan mengha V 4' (V + V5 )
Tegangan geser =--u -= c
ruskan memasang paling tidak tulangan geser minimum yang disyaratkan. Pada SK SNIT- </J bw d ¢ bw d
15-1991-03 pasal 3.4.1 dinyatakan bahwa dasar perencanaan tulangan geser adalah: dan persamaan tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
Vus9Vn SK SNIT-15-1991-03 pars {3.4-1)
Tegangan geser =
v c-+_s_
v.
dimana Vn=Ve +Vs SK SNIT-15-1991-03 pars (3.4-2)
bw d bw d
sehingga Vu:S <P Ve+ r/J Vs
suku pertama ( Vcfbwd ) adalah kapasitas tegangan geser baton, sedangkan suku
di mana Vu, q,, Ve, sudah ditentukan, Vn adalah kuat geser ideal atau nominal, dan Vs kedua sebagai kelebihan tegangan geser di atas kapasitas beton yang harus didukung

ada- lah kuat geser nominal yang dapat disediakan oleh tulangan .JSSer.
oleh tu langan baja geser pada balok.

Untuk sengkang tegak (vertikal), Vs dapat dihitung dengan menggunakan per


Luas daerah tempat bekerjanya tegangan yang harus ditahan oleh tulangan geser
samaan (3.4-17) SK SNI T-15-1991-03: adalah 1,414sbwsehingga seperti tampak pada Gambar 4.5 gaya tarik diagonal adalah:
Av f v d
Vs = . 1414 sb ( Vs )
s ' w \ bwd
Persamaan-persamaan tersebut di atas dapat diuraikan dengan menganggap
bah wa sengkang menahan komponen vertikal dari gaya tarik diagonal yang bekerja di komponen vertikal gaya tarik diagonal:
daerah 112s kanan dan kiri d sengkang yang bersangkutan (lihat Gambar 4.5).
Sedangkan kom ponen horisontal dimasukkan dalam perencanaan tulangan pokok
0 707 (1 414 sb ) Vs =sb {. Vs )= Vss
' ' w bwd w \ bwd d
memanjang.
Seperti telah disebutkan terdahulu, sebagai pembatas geser rencana ( Vu) atau ga
Av fy adalah kapasitas tarik ultimit sengkang. Karena ke arah vertikal harus terjadi keseim
bangan, maka:
ya geser yang telah dikalikan dengan faktor beban, sama dengan kuat geser baton ditam-
bah kuat geser tulangan geser.
A f - Vss
v y - d
116 BAB 4 PENUl.ANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR
BAB 4 PENUl.ANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR 117

_ Av f r d 1 bw
sehingga, v.- s S
Av+ 2 Ar =3-f-
Dengan cara s8!lla, untuk tulangan sengkang miring sesuai dengan persamaan (3.4-18)

SK SNI T-15-1991-
• di mana
A,
torsi,mm2.
y

adaJah luas satu kaki sengkang tertutup pada daerah


sejarak
s1:1nt
u
menahan

03:
Vs = Av fy (sina + cosa) Deng.an demikian prosedur umum perencanaan tulangan sengkang adalah:
(.;) 1) Hitung nilai geser berdasarkan diagram geser Vuuntuk bentang barsih,
di mana s adalah jarak spasi pusat ke pusat antar-sangkang arah horisontal sejajar tulang
2) Tentukan apakah dibutuhkan tulangan sengkang atau tidak, apabila diperlukan seng
an pokok memanjang. kang gambarkan diagram Vs.
3) Tentukan bagian dari bentangan yang memerfukan tulangan sengkang.
Adalah lebih praktis apabila persamaan-persamaan (3.4-17) dan (3.4-18) SK SNIT-
4) Pilih ukuran diameter batang tulangan sengkang (gunakan sengkang vertikal). lkutilah
15-1991-03 disusun ulang untuk mengungkapkan jarak spasi sengkang, karena pada
petunjuk-petunjuk yang berkaitan dengan anggapan-anggapan yang bertaku dan ana
umumnya ukuran batang tulangan sengkang, kekuatan bahan, dan tinggi efektif telah ter-
lisis yang harus dilakukan.
tsntu. Maka perencanaannya adalah menentukan jarak spasi tulangan sengkang dengan
5) Tentukan jarak spasi sengkang maksimum sesuai syarat SK SNI T-15-1991-03.
menggunakan persamaan sebagai berikut: 6) Hitung kebutuhan jarak spasi sengkang berdasarkan kekuatan yang mampu disum
Av fyd
bangkan oleh penulangan sengkang.
Untuk sengkang vertikal s perfu = -
• vs
Av f yd
7) Tentukan pola dan tata letak sengkang secara keseluruhan dan buatlah gambar sket
Untuk sengkang miring s perlu= (1,414)-- . sanya.
Vs
Harap dicatat bahwa kedua persamaan tersebut digunakan untuk menghitung jarak maksi Beberapa petunjuk ketentuan penulangan sengkang
mum antar-sengkang didasarkan pada kuat bahan yang diperlukan. Kuat tulangan geser 1 ) Bahan-bahan dan tegangan maksimum
nominaJ yang diperlukan Vs dapat ditentukan dari diagram gaya geser terfaktor Vu, dan 1
Untuk mencagah terjadinya lebar retak berlebihan pada balok akibat gaya tarik diago
persamaan SK SNI T-15-1991-03 (3.4-1) serta (3.4-2): nal, SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.4.5 ayat 2 memberikan ketentuan bahwa kuat
'4us Ve+ 4Ns luluh rencana tulangan geser tidak boleh melampaui 400 MPa. Sedangkan nilai Vs
selanjutnya didapat: tidak bo
leh melebihi (213./ tc ')bwd terlepas dari be rapa ju mlah luas total penulangan geser (pasal
3.4.5 ayat 6.8).
2 ) Ukuran batang tulangan untuk sengkang
Umumnya digunakan batang tulangan 010 untuk sengkang. Pada kondisi di mana
Apabila penampang komp ;men struktur terlentur juga menahan momen tarsi (p.untiran): bentang dan beban sedemik!an rupa sehingga rnengakibatkan timbulnya gaya geser
di mana momen tarsi terfaktor Tumelebihi nilai (1124v'fcLx2y), maka kuat geser Ve yang relatif besar, ada kemungkinan harus menggunakan batang tulangan D12. Peng
adalah.
gunaan batang tulangan 012 untuk tulangan sengkang merupakan hal yang jarang di
(2FJ )
6
b d
lakukan. Untuk balok ukuran besar kadang-kadang digunakan sengkang rangkap
de ngan perhitungan kemungkinan terjadinya retak diagonal yang menyilang empat
2 w
atau lebih batang tulangan sengkang vertikal.
1+(2.50 c, :) Apabila digunakan sengkang tertutup tunggal, luas yang disediakan oleh setiap seng
kang untuk menahan geser Av adalah dua kali luas penampang batang tulangan yang
dan apabila pada komponen tersebut kuat geser tertaktor Vu > 112q, Ve. sehingga memer_
digunakan, karena setiap sengkang rnenyilang retak diagonal pada dua ternpat, se
lukan dipasang tulangan geser minimum, maka luas sengkang tertutup minimum harus dt-
hingga misalnya untuk batang tulangan 010: Av = 157 mm2, sedangkan untuk 012:
hitung dari persamaan berikut:
Av= 226 mm2.
118 BAB 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR
BAB 4 PENUL.ANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR 119
Apabila mungkin jangan menggunakan diameter batang tulangan sengkang yang
berfainan atau bermacam, gunakan ukuran batang tulangan sama untuk seluruh seng

kang kecuali tiada pilihan lain. ada umumnya yang diatur bervariasi adalah jarak spasl
,,M,f,s ,=,4,6,,k,N,,/m,,',,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, ,,,,,TI
sengkang sedangkan ukuran batang tulangannya diusahakan tetap.
3 ) Jarak antara sengkang {spas1) 8 I 10000
230 kN (a)
Jarak spasi dari usat ke pusat antar-sengkang tidak boleh lebih dari 1t2.d atau 600 mm,
mana yang lebih kecil (SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.4.5 ayat 4.1). Apabila V5 melebihi
nilai (1!3v' f c' )bwd jarak spasi sangkang tidak boleh lebih dari 114d atau 300 mm, mana

/,(----
yang lebih kecii (pasal 3.4.5 ayat 4.3). Pada umumnya akan lebih praktis dan ekonomis o l""........... ......_..J..U..i..u..u..u..i..u.u.::ai°i"'==:::============l
untuk menghitung jarak sengkang perlu pada beberapa tempat (penampang) untuk
kemudian penempatan sengkang diatur sesuai dengan kelompok jarak. Sehingga ja rak 230 kN
(b)
spasi antar-sengkang sama untuk suatu kelompok jarak dan peningkatan jarak anta ra
Gambar 4.6.
satu kelompok dengan lainnya tidak lebih dari 20 mm. Peraturan menetapkan bahwa jika
Sketsa Contoh 4.1
reaksi dukungan berupa gaya tekan vertikal di daerah ujung komponen (misalnya suatu
balok), maka geser maksimum diperhitungkan akan terjadi pada penampang ber Contoh 4. 1.
jarak d dari dukungan kecuali untuk brackets, konsol pendek, atau kondisi khusus Balok beton bertulang persegi dengan perletakan sederhana, panjang bentangan ber
yang semacam. Penampang di tempat berjarak d dari dukungan disebut sebagai pe sih 10 m, lebar b = 300 mm, tinggi efektif d = 610 mm, menahan beban rencana total (ter
nampang kritis, dan perencanaan sengkang penampang-penampang yang berada masuk berat sendiri) wu =
46 kN/m, fc' = 20 MPa, f y =
240 MPa, rencanakan penulangan
daJam jarak d dari dukungan menggunakan nilai geser sama yaitu Vu- Dengan kata lain, gesemya.
spasi sejak dari dukungan sainpai ke penampang kritis bemilai tetap dan dihitung ber
dasarkan kebutuhan sengkang di penampang kritis. Sengkang yang paling tepi dipa Penyelesaian
sang pada jarak ±1!2S dari dukungan, di mana s adalah spasi sengkang yang diperlukan di Gambar diagram gaya geser Vu (lihat Gambar 4.6).
daerah tersebut dengan maksud untuk mempertimbangkan keserasian pemasang- . an Vumaksimum = 112 Wul = 112(46)(10) = 230 kN. Gambar
keseluruhan bentang. Pel'lgaturan spsi sengkang merupakan fungsi diagram V5• diagram gaya Vs perlu (lihat Gambar 4.7).
Dalam praktek pelaksanaan, pola perencanaan sengkang sepenuhnya tergantung Vu
Vs perfu= --Vc
pada pilihan perencana yang dalam hat ini dibatasi oleh pertimbangan segi kebutuhan
kekuatan dan ekonomi biaya. Tersedia banyak kemungkinan untuk pengembangan "'
Ve = (116v'fc ' )bwfi
pola tersebut. Pada umumnya nilai gaya geser akari berangsur berkurang sejak dari =(116v'20)(300)(610)10-3 = 136,4 kN
tempat dukungan sampai di tengah bentang dan dengan demikian spasi jarak seng
kang-pun berangsur ditarnbah sejak dari penampang kntis sampai mencapai nilai jarak 246,93kN

spasi maksimum yang diperkenankan oleh peraturan. Pekerjaan ini memerlukan kete
<t
kunan karena merupakan pekerjaan detail dalam kaitannya dengan operasi panempat an
tulangan sengkang sedemikian hingga diperoleh penggunaan baja yang seekono mis
I
mungkin. Untuk balok dengan beban merata pada umumnya digunakan tidak lebih dari 76,01 kN
l
dua atau tiga macam spasi sengkang. Sedangkan untuk balok bentangan panjang atau
pembebanan terpusat yang kompleks tentunya akan membutuhkan lebih banyak I
perhitungan dalam perencanaan polanya. Pada umumnya jarak spasi sengkang diarn
5000
biltidak kurang dari 100 mm.
Gambar 4.7. Diagram V untuk Contoh 4.1
5
12 Q BAS 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR

..
5
BAB 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR 12 1

sang sengkang dengan pemeriksaan terhadap nilai Vu.


SK SNI T-15-1991-03 pasI3.4.5 ayat 5 menetapkan perhitungan perlu tidaknya dipa
Apabila naai Vu>.112 .;Vc diperlukan pemasangan sengkang.
112• Ve= 112(0,60)(136;4) = 40,92 kN
.. Padatempat dimana V >(1!3../fc' )bwd digunakan spasi sengkang dengan nilai yang terke
cii di antara nilai-nilai 1/4d dan 300 mm.
Kriteria lain dari SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.4.5 ayat 5 yang perlu
diperhatikan ia-

Karena 230 > 40,92 maka tulangan sengkang diperlukan.


Di tempat dukungan Vs= (230/0,60) -136,4 = 246,93 kN.
.. lah persyaratan luas penampang tulangan minimum sesuai SK SNI T-15-1991-03
persa maan (3.4-14) sebagai berikut:

Nilai beban merata total sebesar 46 kN/m diungkapkan dengan garis miring _ .!_ bwS at _ 3A vfy -_ 3(157) (240)
diagram A v- 3 au
Smsks-
bw 300
376 8 rrvn

Vu. Karena Vs merupakan fungsidari VJtjJ kemiringan garis diagram Vs sama dengan kemi- Dari hasilpemeriksaan berdasarkan pada dua kritaria tersebut di atas, nilai terkecil yang
ringan garis diagram Vudi agi dengan ip. di pakai ialah jarak spasi maksimum 305 mm untuk keseluruhan panjang baJok.
Kemiringan garis diagram Vs :m= 4614' = 46/0,60 = 76,67 kN/m
Kemudian ditentukan tempat di mana nilai diagram Vs= 0, yaitu pada jarak 246,93176,67 = Menentukan jarak spasi yang dibutuhkan berdasarkan pada kuat geser :
3,22 m dari dukungan. Uhat Gambar 4.7 (Diagram Vs). Sampai sejauh ini telah diketahui bahwa spasi sengkang yang dibutuhkan di tempat pe
nampang kritis adalah 114,8 mm dan spasi maksimum ijin pada balok 305 mm, di
Menghitung panjang bagian bentang yang memerlukan sengkang : bagian mana sengkang harus diperhitungkan.
Mengingat kebutuhan akan tulangan sengkang harus diperhitungkan pada tempat di ma Untuk menyusun pola pada keseluruhan panjang balok periu diatur berbagai variasi
na Vu= 11'2 4' Ve= 40,92 kN, carilah kedudukan nilai tegangan geser tersebut pada diagram spasi sesuai dengan kebutuhan sengkang untuk setiap titik sejak dukungan. Mungkin


Vu di Gambar 4.6(c). pengaturannya lebih mudah dilakukan dengan membagi menjadi beberapa kelompok
Didapat jaraknya terhadap dukungan adalah: (23Q-40,92)/46 = 4,11 m. sengkang berdasarkan jarak spasinya Penentuan jumlah lokasi di tempat mana
Apabila dipilih tulangan 010 ( Av = 157 mm2) untuk sengkang, periksalah spasi dilakukan perhitungan spasi perlu merupakan faktor yang harus diperhitungkan dan
yang dibutuhkan pada penampang kritis, di mana merupakan tempat yang memerlukan merupakan fungsi dari diagram Vs.
spasi paJing rapat. Dengan menggunakan dalam efektif balok d = 610 mm, maka pada
pe nampang kritis didapat,
Vs= 246,93 - 610(76,67)1 G-3 = 200, 16 kN
. k k _ Av fy d _157(240)(610)(10)-3 .a mm x (m) s penu (mm)
114
1ara seng ang s - V • - 200 16 0,66 117,1
s '
t90f'itls tldak 135
Gunakan 11O mm, dan ini adalah jarak spasi tebesar yang boleh digunakan pada bagian 1,00
2,00 245.6
balok sepanjang d di antara dukungan dan penampang_ kritis. Nilai tersebut didasarkan 2,24 305
atas kuat geser yang C:isediakan oleh baja tulangan geser terpasang. Apabila
perhitungan spasi yang diperlukan pada kasus semaca ini menghasilkan nilai kurang
dari 50 mm, mungkin harus dipertimbangkan penggunaan tulangan sengkang dengan .·
diameter yang
lebih besar atau sengkang rangkap.
2,24 3,22
1,00 2,00 3,00 4,00 5.00
Menentukan spasi maksimum yang dibutuhkan :


jarak dart per1elakan (m)

Bandingkan nilai V 5pada penampang kritis dengan (1/3./fc'}bwd : (1! Gambar 4.8.
3v'fc'}b.,,,d = (113v'20}(300)(610)(10)-3 = 272,8 kN

••
Karena 200, 16 <272,8 ; spasi maksimum adalah nilai terkecil

Vs= 200, 16 kN pada penampang


dari 112.d dan 600 mm.

Spasi sengkang yang diperlukan


kritis
11'2d = 112(610) = 305 mm
12 2 BAB 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK
BAB 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIA BALOK TERLENTUR 12 3
TERLENTUR

Untuk mempermudah perhitungan spasi yang diperlukan pada berbagai tempat di 330 kN 330 kN
sepan jang balok dapat dikembangkan dengan membuat tabel atau daftar
berdasarkan pada ungkapan berikut ini:
Av fv d
-r
MhltiML'LUL!ULLULkMLMLUML!LUULMAMLLUjiDii
1PkN'"'
s perlu =
vs
/
v 6000 I.,
1
Nilru V5 diambil dari diagram Vs (Gambar 4.7) dengan perhitungan sebagai berikut: Gambar 4.10.
Sketsa Conteh 4.2
Vs= Vs(maksJ - mx
di mana Vs(maksJ adalah nilai Vstepat pada dukungan, m adalah kemiringan diagram Vs dan
Contoh 4.2.
x adalah jarak dari dukungan ke tempat di mana spasi sengkangnya diperhitungkan. Suatu· balok beton bertulang menerus seperti tampak pada Gambar 4. 1o. febar baiok
Av f y d
Maka, s perlu= V 400 mm, dalam efektif 780 mm. Beban rencana dan diagram gaya geser seperti tampak
s( maks) -mx dalam gambar. Beban rencana merata sudah termasuk berat sendiri balok. Rencanakan
Apabila perhitungan spasi sengkang yang diperlukan dilakukan secara acak untuk setiap penulangan geser balok apabila fc'=20 MPa dan fy = 240 MPa.
jarak 660 mm, maka pada jarak 660 mm dari dukungan akan didapatkan,
3 Penyelesaian
s perlu= Av f y d 157(2«J)(610)(10} - ·H l,-1
-3 mm Diagram gaya geser ( Vu) seperti tampak pada Gambar 4.11.
vs( maks) -mx 246,93- 76,67( 660)( 10
Ve = (116./ fc' )b.,,.cl
, • ,
)
Dengan cara yang sama spasi yang diperlukan pada tempat-tempat di sepanjang balok da
= (116./20)(400)(780)1 = 232,55 kN
pat dihitung dan ditentukan. Hasil perhitungan tersebut dibuat daftar dan gambar seperti •
tampak pad Gambar 4.8. Perlu dicatat bahwa pada tempat di mana nilai Smaks= 305 mm
1.e 9 Ve= 112(0,60)(232,55) 69,77 kN =
Karena 363 > 69,77 diperlukan tulangan sengkang.
dilampaui tidak perlu dihitung besarnya spasi sengkang.
Grafik pada Gambar 4.8 sebagai alat bantu untuk menentukan perhitungan dan po
Menghitung Vspada tempat dukungan balok :
la spasi sengkang. Misalnya spasi 135 mm dapat dimulai pada tempat berjarak 1000 mm v.
363
dari dukungan dan spasi maksimum 305 mm dimulai pada tempat berjarak 2240 mm. Vs perlu= ..JL-vc = -- -232,55= 372 45 kN
tP 0, 60 '
Tulangan sengkang pertama ditempatkan pada kira-kira berjarak separoh dari spasi
yang diperlukan pada penampang kritis. SJ<etsa perencanaan diberikan pada Gambar
363 1 meter
Ii
4.9.
Tampak pada gambar bahwa spasi sengkang dengan jarak maksimum dipasang -,J 1kN
.... 341
pa da bagian terbesar dari seluruh panjang balok. l
Vu (kN)
I
,,, , ..,.,_ I
1 1

i I
I
,./
I
,, t 11

2000 1000
9x300 mm

setengah bentang = 5000 mm 1


341 -

Gambar 4.9.
Sketsa perencanaan Contoh 4.1
Gambar 4.11. Diagram Vu untuk Contoh 4.2
12 4 BAB 4 PENUl.ANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR BAB 4 PENUl.ANGAN GES .
ER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUU 12 I

373,45 <t.
335,78

- 'I
I
2000

.I
1,00
2.00 3,00

Gambar 4.12. jarak darJ (m)


Diagram V untuk Contoh 4.2
5

Gambar 4.13.
Persyaratan spasi sengkang - Conteh 4.2
Menghitung Vspada tempat di mana bekerja beban terpusat :
341 Menentukan persyaratan Smaks yang harus di e . . .
Vs perlu= --- 232,55= 335,78 kN
0,60 geser yang harus disediakan dan in' hp l!h' berdasarkan tm1auan terhadap kuat
' I meng as1lkan ungkapan s b . b
Kemiringan garis diagram Vs : m= 11/0,60 = 18,33 kN/m yang digunakan sama dengan Contoh 4.1): e aga1 erikut (notasi
Diagram Vsseperti tampak pada Garnbar 4.12.
Panjang bagian balok yang memerlukan tulangan sengkang dihitung sebagai berikut,
Vs = Vs(maksJ - mx

A
. = 372,45 - 18,33(x)
1121/> Ve= 69,77 kN
Dari Gambar 4.11 dapat dilihat bahwa tempat di mana Vu= 69,77 kN adalah s perlu= yd = 157(24Q(78Q (10)-3 29390,4
tempa1beker-
janya beban terpusat yang bearak 2,0 m dari tumpuan, sedangkan tempat di antara dua . . . 372,45-18,33(x)(10)-3 372,45-18,33 x (1 -3
s
beban terpusat tidak lagi memarlukan tulangan baja sengkang. Dengan mengingat persyaratan Smaks dan untuk analisis selanjutnya, maka digunakan nilai
Apabila digunakan tulangan baja 010 ( Av = 157 mm 2) untuk sengkang, maka spasi
Smaks= 280 mm.
sengkang yang diperlukan pada penampang kritis adalah,
Vs = 372,45 - 780(18,33)1D--1= 358,15 kN
s perlu= Av f yd =157( 240)( 7 8 0)(10)-3 = 82•1 mm
vs 358,15
digunakan spasi sengkang 80 mm.
Persyaratan spasi maksimum SK SNI T-15-1991-03 adalah, (1!
3v'f c ')bwd =(113./20)(400)(780) 1Q--1 = 465, 10 kN
Dengan membandingkan terhadap Vs pada penampang kritis, didapatkan:
358, 15 < 465, 10
Sedangkan persyaratan Smaksadalah 112.datau 600 mm, 112d= 390 mm.
Pemeriksaan Smaks menghasilkan:
_ 3 Avf y 3(157)( 240)
Smaks- bw 282,6 rTVTI
400
has1I subst1tus1 dan perhitungannya dit k ( )
pak pada Gambar 4.13. uang an dafam bentuk tabel dan grafik seperti tam-

Seperti yang telah disebutkan di atas pada ba ian .


sat yang bekerja padanya (lihat Gambar 4 1'3 )·t·d k g baJok d1 antara dua beban terpu-
t . · · 1 a memerfukan sangkan k
asan spas1 maksimum 280 mm tidak b r1 ku . g, ma a pemba-
Pada sekitar tangah bentang balok de d.pada bag1an balok tersebut.
yang diperkenankan peraturan Pada bapa. ipbaaJsang. sengkang dengan spasi
maksimum
. . ag1an ok d1 antara dukung d
Janya beban terpusat dipasang tul an an tempat beker- Sk t
angan sengkang spasi 200 mm
sengkang selengkapnya dapat dilihat ada Garn : sa
perencanaan separoh bantang balok saja: . P. bar 4.14,
karena s1metn hanya digambar

Gambar 4.14. Sketsa rencana sengkang Contoh 4.2


BAB 4 PENUlANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR 12 7
126 BAB 4 PENUlANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUA

pada Gambar 4.15. Setelah terjadi retak miring, balok masih mampu memikul beban yang
4.4 GESER PADA BALOK TINGGI lebi besar, dengan demikian cenderung menunjukkan masih mempunyai cadangan ka
pasitas yang cukup tinggi. Untuk balok sejenis ini umumnya retak miring timbul
Dengan mengacu pada pembahasn di Bab 4.1, didapatkan bahwa nilai banding bentang
dengan arah lebih kecil dari 45° terhadap arah tegak bahkan kadang-kadang mendekati
geser dan tinggi efektif; a Id, menempati posisi panting dalam penetapan kuat geser ba
vertikal. Olah karena itu, apabila dipertukan pemasangan penulangan geser, dipasangi
lok. Berdasarkan pada nilai tersebut cara keruntuhan geser balok dapat ditetapkan menja-
tulangan
di empat golongan umum sebagai berikut ini, yang terdiri dari batang-batang tulangan horisontal dan vartikal.
1) balok tinggi untuk·nilai a Id< 1, Kuat gesar nominal dihitung seperti balok biasa dengan berdasaran pada persa
2) balok pendek untuk nilai aid di antara 1-2,5 di mana kuat gesemya melampaui kapasi-
maan:
tas retak miring, Vu= ¢ Vn dan · Vn= Ve Vs
3) balok biasa dengan panjang menengah untuk nilai a Id di antara 2,5-6, di mana kuat
di mana Ve adalah kuat geser beton nominal, dan Vs adalah kuat tulangan geser nominal.
gesernya menyamai kapasitas retak miring, dan
Karena penulangan geser pada penampang kritis dipakai sebagai pedoman untuk
4) balok panjang untuk nilai a Id > 6, dan kekuatan lentur lebih kecil daripada kekuatan
perencanaan penulangan pada seluruh panjang bentang maka kuat geser terfaktor Vudi··
geser. tentukan cukup pada satu tempat saja. SK_ SNI T-15-1991-03 memberikan ketentuan
Standar SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.7 memberikan ketentuan perencanaan pe-
mengenai letak penampang kritis sebagai berikut:
nampang komponen struktur tinggi, diberlakukan untuk komponen struktur lentur de
untuk beban merata x= 0, 15 f n s d
ngan nilai banding tinggi total terhadap bentang bersih: hll n = 215 untuk bentang
untuk beban terpusat x= 0,50 a
mene rus, dan 4/5 untuk bentang sederhana. Sedangkan ketentuan perencanaan
di mana bentang geser a adalah jarak dari tumpuan ke ternpat beban terpusat bekerja.
kekuatan komponen struktur lentur tinggi pada SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.4.8
Untuk memperhitungkan kuat geser baton nominal SK SNI T-15-1991 -03 mem
menggl!nakan nilai banding bentang bersih terhadap tinggi efektif komponen: l ,./d, di
perbolehkan menggunakan cara sederhana, dengan menganggap sama seperti pada
mana diberikan batasan bahwa ketentuan dalam pasal ini diberlakukan hanya untuk
balok biasa,
komponen struktur dengan i,!d kurang dari 5, dibebani pada sisi atas atau muka
Ve=(116Y'fc' )bwd
tekan, dengan posisi tum
atau dengan menggunakan cara yang lebih terinci sebagai berikut,
puan di bagian bawah.
segerabalok tinggi dengan nilai a Id < 1, terjai perilaku pelengkung di mana
Untuk Ve = ( 3 ,5 Mu 1 ( ,-;-; V, bwd
-2 d ) )7 +120 Pw
,5Vu 1 fe ' u
setelah terjadi retak miring, beban ditahan oleh susunan gaya tekan membentuk busur d
pelengkung yang diikat gaya tarik di sepanjang tulangan memanjang seperti ditunjukkan di mana Mu adalah momen terf aktor yang terjadi bersamaan dengan gaya geser terf
aktor maksimum Vu pada penampang kritis, sedangkan batas atas faktor pengali dan Ve
adalah
sebagai berikut:
busur tekan
I
{3.5- 2,5 V l.':' 2,50 dan s(Ji:')
Ve b.d

Harap diperhatikan perbedaannya dengan persamaan untuk baJok biasa


Apabila gaya geser terfaktor Vumelebihi kuat geser q, Ve;. maka harus dipasang tulangan
geser untuk memperkuatnya, di mana kuat tulangan gesar Vs dihitung dengan persama

+;
l
an berikut,

v- + Avti [11 d 'i } f d


Av( -

1
s-
{S 12 s
2
12 ) y
Gambar 4.15.
Efek peiengkung pada balok t111uu1
12 8 BAB 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR

BAB 4 PENULANGAN GESER OAH PUNTIR BALOK TERl..ENTUR 12 9

di mana. f n = bentang bersih


Av = luas penampang sengkang vertikal
Avh= luas penampang tulangan geser memanjang pemeriksaan (3,5 -2,5 :.) = 3,5 -2,5 (0,3311 ) =2,67 >2,5
s = jarak spasi sengkang vertikal
s2 = jarak spasi vertikal tulangan geser memanjang maka gunakan nilai 2,50
Lebih lanjut SK SNI T-15-1991-03 memberikan persyaratan jumlah minimum penu!angan 5160

geser Av d an Avh ad.alah sebagai berikut:


Pw =500( 1650) = 0,0063
Av minimum = 0,0015 bwS dengan s s 1/5ds 500 mm V u d =3 0202
Avh minimum = 0,0025 b..,s2 dengan s2 s 1/3d s 500 mm Mu '
Jumlah tulangan geser yang diperlukan pada penampang kritis harus dipasang juga pada Menghitung kapasitas Ve :
seluruh bentang, dan apabila didapati Vu > 112 Vnmaka di seluruh panjang bentang
harus dipasang penulangan geser horisontal dan vertikal dalam jumlah minimum. Ve = (2,50) (J'd +120 Pw :)bwd
SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.4.8 ayat 4 memberika'n batasan kuat geser nominal
vn maksimum untuk komponen struktur lentur tinggi sebagai berikut: =(2,50) (/36 +120(0,0063) (3,0202 >) (5(()) (1650) (10)-3

=( 2ffe)
= 2286,5 kN
untuk <2
Vn Ve = ( 112V'fc' )bw d = (1!2./30)(500)(1650)(10)-3 = 3195 kN > 2286,5 kN
.
d Jadi yang menentukan Ve= 2286,5 kN.
l
bwd
untuk 2 < ;< Vn= ,:{(10+ )Jfd }
5 bwd Perencanaan penulangan geser :
C ontoh 4.3. Di.anggap menggunakan tulangan baja 010 baik penulangan horisontal maupun vertikal.
Sebuah balok dengan tumpuan sederhana dengan bentang bersih f n = 3,O m, tinggi = Vu= 1706,3 > <P Ve= (0,6)(2286,5) = 1371,9 maka digunakan penulangan geser.
1,80 m, lebar b = 500 mm. Luas tulangan memanjang 5160 mm2. Beban hidup merata Av = 2(78,5) = 157 mm2 = Avh
1000 kN!m. fe' = 30 MPa dan fy = 400 MPa. Rencanakan penulangan gesernya. </>Vs= Vu-</>Ve atau,
Vu 1706,3
Peny elesaian • Vs = -Ve = 0, 0 -2286,5 = 557, 3 kN
Pemeriksaan l Jd = 300/180 = 1,67 < 5, maka diperlakukan sebagai balok tinggi. 6
Menghitung gaya geser rencana Vu :

berat sendiri balok = 0,50{ 1,80)23 = 20,70


v+-- J Av(1
kN/m ] A [11 d )} f d

beban rencana total = 1,20(20,70) + 1,60(1000) = 1625 kN/m s- l S 12


-
s2 .. 12 Y
jarak penampang kritis: 0,1? f n= 0,15(300) = 45 cm < 500
mm
gaya geser rencana Vu pada penampan·g kritis: 1 3000] 30001] (400) (1650)
557,3(10)3
= 15 17 1
Vu= 1'2(1625)(3) -1625(0,45) = 1706,3 7 ( 1-
kN
- 1660 + 1650
[ S ( 12 s2 12 )
Menghitung kuat geser nominal Vn :
</> Vn= 0,60{213Vfe')bwd= 0,60(2.13)v'30{500){1650)(10)-3 = 1807 kN > Vu= 1706,3 dianggap S=
kN s2
·Mu = 11'2{1625)(3)(0.45) - 112(1625)(0,45)2 = 932,3 kNm
M u _ 932.3 (10)-3 557,3(10)3 = (157/s)(0,2348 + 0,7652)660. 000
0 3311
Vud -1706,3( 1650) • s= 186 mm<11s d = 115(1650) =330 mm <500 mm, dipakai s= 180 mm
persyaratan penulangan minimum:
Av = 0,0015 bwS = 0,0015(500)(180) = 135 mm2<Av= 157 mm2 (baik)
Avh= 0,0025 bwS2= 0,0025(500)(180) = 225 mm2> A vh= 157 mm2 (tak baik)
13 0 BAB 4 PENUlANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR
BAB 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR 13 1

tutangan vertlkaJ tulangan hortsontal 012-180 Apabila tarjadi retak pada tempat di mana dipartukan penulangan geser friksi, mungkin
010-180
' I
.:l
saja penyabab retak tersabut bukanlah gaya geser akan tetapi karena susut, misaJnya.
I
/ / Akan tetapi harus diingat bahwa apabila di tempat tersabut sekali terjadi retak, apapun
- .... pe nyebabnya, agar tidak terjadi panggelinciran maka suatu mekanisme penyaluran gaya-
ga ya geser harus disediakan. Untuk itu pada tampat-tempat yang barpotensi terjadi retak
I I

I 1800 ha rus dilakukan perencanaan penulangan geser friksi, yaitu perkuatan meli_ntang
I l ! I 4 lapls sepanjang retakan untuk mencegah terjadinya pergeseran relatif, dengan cara
I I I iI ' I tuIanga memisalkan bahwa re tak memang_ terjadi di tempat tersebut.
I I I I I I I I I I I l n pokok
I I I Sesuai dengan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.4.7, perencanaan penulangan geser
friksi didasarkan atas parsamaan Vu= <P Vm dengan nilai Vn ditentukan sebagai berikut:
Apabila tulangan gaser friksi dipasang tegak lurus terhadap bidang geser,
I I :,"

u 3000
Garnbar 4.16.
Penulangan Geser Balok Ttnggi Contoh 4.3
'L Vn= Avt fy µ
a
Apabila tulangan geser friksi dipasang membentuk sudut terhadap bidang geser sede-
mikian hingga gaya geser menimbulkan tagangan tarik dalam tulangan,
Vn= Avt fy (µsin a,+µcos a,)
Dengan demikian tulangan diameter 010 tidak dapat digunak sebagai ulangan hori
sontal. Gunakan tulangan 010 untuk penulangan vertikal dengan Jarak spas1
di mana, a = sudut antara tulangan geser friksi dengan bidang geser
Avt = luas penampang tulangan geser friksi
180.mm, da
µ = koefisian friksi
untuk penulangan horisontal menggunakan tulangan .diameter (dihitung dua ?12 Luas Avt yang diperlukan untuk panulangan geser friksi yang mamotong bidang geser
kak1, boleh direncanakan dengan menggunakan cara parhitungan penyaluran geser.
Avh = 226,2 mm2} sehingga diperoleh nilai V5 yang leb1h besar. Lihat Gambar 4.16 Koefisien friksi µditentukan sebagai berikut:
untuk tata cara penulangannya. baton normal µ= 1,0
baton ringan berpasir µ= 0,85
baton ringan total µ= 0,75
4.5 G ESER FRIKSI
Sedangkan untuk berbagai cara pelaksanaan, - koafisian friksi ditentukan sebagai berikut:
Ketentuan-ketentuan SK SNI T-15-1991-03 mengenai prosedur perencanaan 1) untuk baton yang dicor monolit 1,40 µ
penulang an geser yang dibahas daJam Bab 4 ini, pada umumnya memberikan 2) untuk cor baton baru yang disambungkan
batasan-batasan un tuk mencegah terjadinya retak tarik diagonal atau retak miring pada baton lama dengan permukaan yang
pada komponen. struur ter lentur. Untuk kom!'1onen yang semakin tinggi, atau tinggi telah dika-
efektif relatif bear ?1bandmgkan dengan bentang ·gesemya, retak miring akan sarkan dan babas dari kotoran · 1,00 µ
menjadi lebih tegak. Apab1la tlda trdapat penulangan geser yang memotong bidang 3) untuk cor baton baru yang disambungkan baton
ratak kemungkinan besr akan teriad1 peng gelinciran di antara dan di sepanjang dua
bidang parmukaan retak tersabut.. Dalam ke.ada
an demikian, maka harus digunakan konsep geser friksi di dalam menganahsa lamatanpa dikasarkan permukaannya 0,60 µ
mekarnsme 4) untuk baton yang dijangkar pada baja struktural
penyaluran gaya-gaya geser dalam komponen. . . _ proses giling dengan menggunakan pasak
Agar berlangsung mekanisme penyaluran gaya geser seba1 mugkm, konsap ge berka paJa atau las batang tulangan 0,70 µ
ser friksi sangat tepat untuk digunakan pada tempat-tempat sebaga1 benkut:
1) bidang permukaan sambungan pangecoran baton lama dan baru,
2) bidang sambungan permukaan kolom dengan komponen konsol pendek, 4) bidang permukaan singgung antara baton dengan plat baja.
3) bidang permukaan hubungan antar-komponan struktur baton pracetak,
Kuat geser baton Vetidak bolah diambil meiebihi nilai 0,20 fc'Ac
atau 5,50 Ac. di mana Ac adalah luas penampang baton yang
memikul penyaluran gesar. Sedangkan kuat leleh rencana
tulangan geser friksi tidak boleh lebih dari 400 MPa

BAB 4 PENUlANGAN GESEA DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR 13 3


13 2 BAB 4 PENUL.ANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR

Kemungkinan retak geser pada konsol pendek seperti tampak pada Gambar 4.17,
Tulangan geser friksi harus ditempatkan sebaik mungkin di sepanjang bidang ge
yang mana dapat diperhatikan bahwa semakin tinggi suatu konsol, retak cendenmg me
ser dan dijangkarkan untuk mengembangkan kuat leleh yang disyaratkan pada kedua
cara
sisi nya dengan penanaman, kait,.atau pengelasan pada alat penahan khusus. Gaya tarik
rambat mendekat ke arah kolom. Standar SK SNI T-15-1991-03 memberikan batasan
ting
bersih yang memotong bidang geser harus dipikul oleh tulangan tambahan. Gaya tekan
gi bagian tepi luar daerah tumpuan tidak boleh kurang dari 0,50d. Setelah timbulretakan,
bersih permanen yang memotong bidang geser boleh diperhitungkan sebagai tambahan
bagian yang terfetak di antara retakan dan sisi bidang yang miring cenderung membentuk
terhadap gaya dalam tulangan geser friksi Avr fy. di dalam menghitung A vrperlu.
suatu elemen tekan (lihat Gambar 4.19), yang apabila berhasil terbentuk akan memberi
kan cadangan kapasitas kekuatan. Walaupun harus memperhitungkan timbulnya gaya ho
risontal pada .tumpuan, prinsip mekanisme gaya-gaya dalam tidak berbeda dengan yang
4.6 GESER PADA KONSOL PENCEK terjadi pada balok kantilevar, di mana bagian bawah merupakan daerah desak dan bagian
atas adalah daerah tarik. Dengan memperhatikan pola retak yang terjadi pada konsol
Konsol pendek ( bracket) merupakan komponen struktur baton bertulang yang sering di pen dek dan mekanisme gaya-gaya dalam tersebut penulangan dipasang seperti pada
jumpai pada bangunan berupa struktur tonjolan pada sisi muka kolom, umumnya igu
Gam bar 4.18. Tulangan dipasang dan diatur ke arah lebar konsol ditanam masuk ke
nakan untuk menyangga komponen struktur lain yang bertumpu padanya. Pada sistem kolom dan dibengkokkan ke bawah kemudian diikat dengan tulangan sengkang. Seperti
bangunan yang menggunakan sistem beton pracetak, konsol pendek disediakan seba- pada kom ponen struktur kantilever, konsol pendek harus direncanakan dan
gai tempat tumpuan gelagar, balok, ataupun plat. Karena tonjolannya hanya pendek, ma diperhitungkan sede mikian rupa sehingga kuat menahan gaya geser dan momen yang
ka perhitungan perencanaannya tidak sama seperti balok yang berhubungan dengan ko- bekerja padanya.
lom biasa, ataupun sebagai balok kantilever. SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.4.9. memberikan tata cara perencanaan konsol pen
Berkaitan dengan pembahasan di Bab 4.4, apabila pada konsol pendek didapati dek dangan nilai banding bentang retak dan tinggi efektif aid tidak Iebih dari 1,0 dangan
bahwa nilai banding antara bentang geser dengan tinggi efektif, aid kurang dari satu, ma ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
ka teori mekanisme geser yang berlaku adalah sebagai komponen struktur lentur tinggi.
1). gaya horisontal terf aktor Nuc tidak lebih besar dari gaya gesar terf aktor V
Di lain pihak agar diperhatikan, konsol pendek yang berfungsi sabagai penyangga kom 2) penampang pada muka tumpuan harus direncanakan untuk secara bersamaan memi-
ponen struktur lain juga akan menahan gaya horisontal sebagai perwujudan deformasi kul gaya geser Vu.momen [ Vua+ NuJ.h-d)], dan gaya tarik horisontal Nuc (lihat Gambar
aki bat rangkak, susut, suhu dari struktur lain tersebut, serta efek gaya ke arah horisontal 4.18).
lain nya. Dengan demikian, mekanisme geser di dalam konsol pendek juga tidak dapat 3) untuk semua perhitungan parencanaan konsol pendek menggunakan faktor reduksi
sepe nuhnya disamakan dengan balok tinggi seperti diketengahkan pada Bab 4.5. kekuatan if' = 0,60 sedangkan pada tumpuan digunakan = O,70, berdasarkan pada
anggapan-anggapan dasar seperti yang dibahas pada Bab 2.

Gambar 4.17.
Pola retak Konsol Pendek

Gambar 4.18.
Sistem penulangan Konsol Pendek
134 BAB 4 PENUL.ANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK BAB 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TEALENTUR 135
TERLENTUR

4) tulangan A, harus diperhitungkan untuk menahan momen lentur sebesar,


11) rasio
[Vua+ NuJ.h-d)]. penulangan:
5) perhitungan_ tulangan geser friksi A.,, harus dihitung sesuai dengan SK SNI T-15- p= 2: 0,04 (f'yc')
1991-03 pasaJ 3.4.7 dengan ketentuan tambahan: bAds
a untuk baton normal, kuat geser Vu tidak boleh lebih besar dari nilai-nilai 0,2 Selain ketentuan-ketentuan di atas masih ada syarat cara penjangkaran tulangan pokok
fc'bwd pada sisi muka konso! pendek yang harus diperhatikan, dipilih dari salah satu cara berikut:
atau 5,5 b.,,..cf. 1) dengan las struktural terhadap tulangan transversal yang paling tidak berdiameter sa
b. untuk baton ringan total atau beton ringan berpasir, kuat geser Vu tidak bofeh lebih ma, dan las direncanakan untuk dapat mengembangkan kuat leleh fy dari tuiangan As.
dari: 2) dengan membengkok batik tulangan tarik utama As hingga membentuk putaran hori
(0,20-0 ,0?) td bwd atau (5 ,50 -1,90 ) bw sontal, atau,
d 3) dengan cara lain yang mampu memberikan penjangkaran positif.

6) perhitungan tulangan An yang berfungsi memikul gaya tarik horisontaJ Nuc ditentukan
Conteh 4.4 .
berdasarkan Nuc s ip An fy.
Rencanakan suatu konsol pendek untuk menopang beban vertikal rencana Vu= 180 kN
7) gaya tarik terfaktor Nuc harus dianggap sebagai beban hidup walaupun gaya tersabut pada jarak a = 125mm dari muka kolom, /ebar konsol b = 250 mm, tebal total h = 460
terjadi akibat rangkak, susut, atau perubahan suhu; dan Nuc tidak boleh kurang dari mm, tinggi efektif d = 350 mm, fc' = 35 MPa, fy = 400 MPa, berat sendiri konsol
0,2 Vu kecuali bila digunakan cara khusus untuk mencagah terjadinya gaya tarik. boleh dia-
8) penampang kritis pada konsol pendek adalah pada sisi muka tumpuan yaitu di tempat baikan.
mana tinggi efektif harus diukur, dan tinggi efektif tidak boleh kurang dari dua kali ting
gi ujung luar d 1• Peny elesaian.
9) luas tulangan tarik utama As harus diambil sama dengan nilai yang terbesar dari ( Ar Pemeriksaan Vn :
+
V. = 1BO = 300 kN
An) dan ( 213Avt+ An)· n 4' 0,60
1O) tulangan geser sengkang Ah dipasang sejajar terhadap As dengan. luas tidak kurang
0,20 fc'bwd = 0,20(35)(250)(350)(10)-3 = 612,5 kN > Vn
dari 0,5( As - An) dan disebar merata dalam batas dua pertiga dari tinggi efektif.
5,50 bwd= 5,50(250)(350)(10)-3 = 481,25 kN > Vn

I
... ,
Bf) Ih
: : h-d - Ir-2 -a )

Gambar 4.20.
Rencana Penulangan Conteh 4.4
Gambar 4.19.
Keseimbangan gaya-gaya dalam korrnol p1:111d1:1k
BAB 4 PENUlANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR 137
136 BAB 4 PENUl.ANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK
TERLENTUR

Luas bidang tumpuan (landasan) dibawah beban terpusat juga harus diperiksa dan diren
Menentukan /uas tu/angan geser friksi : canakan agar gaya luar rencana Vu tidak mengakibatkan tegangan melebihi ,P(0,60)
(fc'Ai),
hubungan konsol_ dengan kolom onlit, beton normal, makaµ= dimana
1,40 adalah luas landasan.
A1 Vu= 180(10)3= t;(0,60)(35)(A
J:L=300(10) ·= 535 7 mm 2 1)

Avt - fy µ 400(1,40) ' A = 180(10)3 .. 1303 mm 2


f 0, 65(0,70)(35) I 1 ), -'! ::C (} . /
hubungan konsol dengan
. kolom
3 nonmonolitik, maka µ= 1,
_ 300(1O) = 750 mm Gunakan plat 110x110 mm2 tebal 15
mm. I ".,

2
,.,
Avt 400(1,0) · 1 Q, '

dipakai nilai yang besar Avt= 750 mm2


4.7 7 KUAT TORSI (PUNTIR) ! :. j
Menentukan /uas tulangan lentur : . .
Karena gaya horisontal Nuc tidak ada ketentuannya, digunakan Nuc Gaya torsi terjadi pada waktu suatu komponen struktur memikul beban gaya sedemikian
minimum
hingga terpuntir terhadap sumbu memanjgnya. Conteh yang mudah dilihat secara visu
Nucminimum = 0,20 Vu= 0,20(180) = 36 kN.
al adalah pada perkakas mesin, misalnya sistem pemindahan tenaga melalui tangkai pada
Mu Vua+ N uc(h -d)
motor elektrik, pemindahan tenaga pada roda kereta api, dan sebagainya. Pada struktur
Ar = f tY x (lengaf9 . q, fY x (Ienga
bangunan juga terdapat komponen-komponen struktur yang mengalami 'gaya puntir atau
di mana, (lengan) = 0,85d
3
3
180(10) (125)+36(10) (11O) 342 mm torsi ini, dan seringkali timbul bersarnaan dengan lentur dan geser. Contoh yang paling
= 2 mudah adalah balok anak seperti tarnpak pada Garnbar 4.21. Balok induk 81 terangkai se
Ar = 0,65(400)(0,85) @50) bagai satu kesatuan rangka monolit dengan balok anak BA-1 seperti tampak pada Gambar
3
A _ N!J c 36(10) 138,5 mm 2 4.21.a. Pada Gambar 4.21.b tampak bahwa sebagai akibat sifat kekakuannya timbul mo.;
n - f fy 0,65(400) •
men di tempat dukungan balok anak BA-1 dan momen ini mengakibatkan gaya puntir
ter hadap balok induk.
Menentukan tulangan pokok A,:
As= [2.:'J(Avt) + A,J = 213(750) + 138,5 = 638,5 mm
I
2
2 J
As= Ar+ An= 342 + 138,5 t = 480,5 mm 35 ( ) r ,...- l.
As minimum :::: (0,04) I bd= (0,04) (25) = 30,63 nm
-
2 '' I

f 35
400
y 0 ba1ok tnduk I
/(Bl) j

I
2
dipakai As= 638,5 mm
Ah= 1!2(As-An) = 112(638,5 -138,5) = 250 I balok anak (BA1I balok anak (BA 1)
2
mm
baloK lnduk

Menentukan diameter
=
tulangan :
t------rr
- f-----
(Bl)
A
mmpertu
2 638 mm2, gunakan 301 = 763,5 PENAMPANG

mm
Ah pertu = 250 mm, gunakan sengkang 3010 = 2(3)(78,5) = 471
POTONGAN A-A
5 2

dipasang sepanjang 213(d) = 233,3 mm (vertikal). . I

U
Maka, dipasang 3010 dengan spi115 mm. Kemudian dipasang JUga tulangan 3010
se bagai rangka, dan salah satunya dilas jangkar.Hasil perencanaan penutangan konsot
pada
IT Gambar 4.21.
Tarsi pada
Gambar 4.20. balok
138 BAB 4 PENULANGAH GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR

BAB 4 PENUlANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR 13 9

Akibat dari gaya tarsi yang bekerja pada ·batang berpenampang bulat, permukaan
rata penampang_ transversal akan tetap rata setelah terjadinya puntir. Sedangkan akibat
pada komponen struktur yang berpenampang bukan bulat akan timbul mekanisme gaya
dan perilaku kompleks serta rumit, di mana penampang akan memilin dan melipat pada
waktu terpuntir. Secara umum, apabila penampang yang semula rata dijaga tetap rata
se telah mengalami puntir, tegangan geser maksimum akan terjadi pada tempat yang
letak nya terjauh dari pusat puntir. Pada penampang persegi,.tegangan gE:lser tarsi
maksimum
v, terjadi pada titi tengah dari sisi yang panjang dan arah kerjanya sejajar dengan
sisi ter
Gambar 4.23.
sebut seperti tampak pada Gambar 4.22. Nilai v1 merupakan fungsi dari perbandingan
Pola runtuh baiok akibat kombinasi gaya geser dan tarsi
sisi panjang yterhadap sisi pendek x, dan tersusun hubungan sebagai berikut:
T
v -- - demikian sehingga menghalangi keruntuhan lebih lanjut. Tulangan torsi pada balok
t - a x2y
umumnya dipasang pada arah memanjang balok dan letaknya disebar merata di
Gaya geser tarsi akan timbul di permukaan batang terpuntir dan cenderung sekeliling balok terpuntir.
menye babkan terjadinya retak tarik diagonal sama seperti yang diakibatkan oleh gaya Moman tarsi yang bekerja pada suatu komponen struktural seperti pada balok
geser len tur, akan tetapi gaya geser tarsi akan bekerja pada arah yang berlawanan tepi dapat dihitung dengan menggunakan prosedur analisis struktur yang lazim, dan
untuk sisi pe nampang yang berhadapan. Karena pada umumnya gaya geser dan tarsi perenca naan komponen ini didasarkan atas keadaan batas keruntuhan. Dengan
muncul secara bersamaan atau bahkan berinteraksi satu sama lain, tinjauan efek gaya demikian perilaku sistem struktur setelah mengaJami retak akibat tarsi dapat
tarik diagonal pada satu sisi permukaan penampang batang merupakan penjumlahan dirumuskan dengan menggu nakan salah satu dari dua kondisi, yaitu: (1) tarsi statis
dari keduanya Apabila demikian halnya, dan lebih-lebih apabila kuat tarik baton tertentu, di mana tidak ada redistri busi tegangan torsional ke batang struktural lain
terfampaui maka akan dapat dili hat bahwa pada permukaan terjadi retak baton yang setelah terjadi retak karena terjadi kese imbangan, dan (2) tarsi statis tak tentu, di mana
kurang lebih membentuk sudut 45° terhadap sumbu batang komponen struktur tersebut, redistribusi tegangan torsionaJ dan mo men-momen satelah terjadi retak
lihat Gambar 4.23. Dengan demi kian, diperlukan batang tulangan baja untuk dipasang mampengaruhi keserasian antara kompanen-kampo nen struktur yang bertemu pada
melintang terhadap arah retakan se- satu titik buhul.
Untuk komponen struktur statis tertentu, resultante tegangan akibat torsi dapat di
paroleh berdasarkan kondisi keseimbangan saja. Kondisi demikian hanya memerf ukan
perencanaan yang didasarkan terhadap momen tarsi luar rencana total saja, karena tidak
adanya kemungkinan redistribusi tegangan dan sering dinamakan sebagai tarsi keseim
bangan. Keruntuhan yang terjadi umumnya disebabkan karena balok atau kamponen
struktur yang tidak cukup memenuhi keseimbangan gaya-gaya dan momen daJam,
akibat bekerjanya momen tarsi luar. Sedangk untu.k komponen struktur statis tak
tentu, ang gapan-anggapan mengenai kekakuan dan keserasian regangan pada titik-
titik buhul dan redistribusi tegangan-tegangan dapat mempengaruhi resultants
tegangan sehingga ter jadi reduksi tegangan geser torsi. Dengan demikian apabila
terdapat kemungkinan terjadi
redistribusi gaya-gaya pada komponen-komponen struktur yang bertemu di titik buhul,
pada perencanaan dilakukan reduksi momen puntir rencana, dan dinamakan sebagai
tar si keserasian.

Gambar 4.22.
Distribusi Tegangan Tarsi pada penampang balok
1 4 0 BAB 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR BAB 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR 141

4.8 PEDOMAN PENULANGAN TORSI di mana, Tn = Tc+ T5


Tc= kuat momen tarsi nominal yang disumbangkan oleh beton.
Ketentuan perencanaan tulangan t!Jrsi diberikan dalam SK SNI T-15-1991-03 pasal .4.6, Ts= kuat momen tarsi nominal yang disumbangkan oleh tulangan
di mana ditetapkan untuk komponen struktur baton bertulang penampang persegt atau torsi.
dengan f!ens yang menerima beban kombinasi geser dan tarsi, dan pengaruh tarsi harus Kuat momen tarsi yang diberikan oleh baton harus dihitung dangan:
diperhitungkan bersama geser dan lentur apabila momen tarsi terf aktor Tu pada
kompa
- c:m) 2x 2y
Tc --r:=======-
nen tersebut melampaui '[(1120V'fy')2x 2}1. Sadangkan untuk struktur statis tak tentu di
mana terjadi pengurangan momen tors! pada komponennya akibat terjadinya redistribusi 1+(0,4 Vu ) 2
CrTu
gaya-gaya dalam, nilai Tu d apat dikurangi menjadi q>[(113v'fy')2113x 2 . •
}1
Untuk kompanen struktur baik dengan penampang persegi atau dengan flans, di mana Cr = adalah fak1or yang menghubungkan sifat tegangan geser.
jumlah 2x2yharus dihitung sebagai komponen persegi dari penampang. Dalam hal ini
ba 2bxw2dy
gian menjarok sayap (f/ens) yang diperhitungkan dalam perencanaan tidak boleh diambil Untuk komponen struktur yang mengalami gaya aksial tarik cukup besar, tulangan
melebihi tiga kali tebalnya Sedangkan suatu penampang persegi berongga dapat dipan tarsi harus direncanakan untuk memikul momen tarsi total. Apabila dilakukan
dang sebagai penampang pejal asalkan tebal dinding h tidak kurang dari 1/4X. Suatu pe perhitungan yang tidak rinci maka nilai Tc dan Vc harus dikalikan dengan,
nampang katak berongga dengan tebal dinding kurang dari 1/4X tetapi lebih dari 111ox
2
dapat jug a diperhitungkan sebagai suatu penampang pejal tetapi nilai 2 x y harus (1+0,30 )
dikali
kan dengan 114hlx. Apabila h kurang dari 111ox, kekakuan dinding harus diperhitungkan. di mana Nu bemilai negatif untuk tarik.
Penampang yang letaknya di antara tumpuan dan penampang kritts yang berjarak d dari Apabila rriamen tarsi terfaktor Tu melebihi kuat momen tarsi;Tc. harus disediakan
muka tumpuan direncanakan terhadap momen tarsi T111 sama dengan perhitungan untuk tulangan tarsi untuk memenuhi persamaan Tu s tp Tn dan Tn= Tc + Ts. di mana kuat
penampang kritis. mo men tarsi T5 harus dihitung dari:
Apabila komponen struktur memerlukan penulangan tarsi maka harus dipasang tu- A ,a, x 1y 1
langan baja yang merupakan tambahan terhadap penulangan yang sudah ada yakni pe fy
nulangan untuk menahan gaya geser, lentur, atau gaya aksial. Penulangan yang diperlu Ts
s
kan untuk menahan gaya tarsi pemasangannya dapat dikombinasikan dengan yang diper Ar adalah luas satu kaki sengkang tertutup penahan tarsi dalam jarak s, sedangkan:
lukan untuk menahan gaya-gaya yang lain asalkan luas penampang tulangan total yang
terpasang merupakan jumlah dari masing-masing kebutuhan penulangan yang perlu un a, = -1l{ 2+y-, \J s 1,50
3 1
tuk menahan gaya-gaya tersebut, dan juga memenuhi persyaratan terberat untuk spasi
Untuk penufangan tarsi harus selafu disediakan suatu luas minimum tulangan sengkang
dan penempatan penulangannya Tulangan tarsi terdiri dari sengkang tertutup, seng
tertutup.
kang pengikat tertutup, atau lilitan spiral,·yang dikombinasikan dengan tulangan meman
Selanjutnya harus disediakan tulangan memanjang A 1yang didistribusikan di seke
jang. Kuat luluh rencana tulangan tarik tidak boleh diambil lebih dari 400 MPa. Untuk me liling perimeter sengkang tertutup,
persa
dan dihitung sebagai nilai yang besar dari dua
ngembangkan kuatluluh rencana, tulangan sengkang yang berupa batang tulangan atau
kawat lainnya yang berfungsi juga sebagai tulangan tarsi harus dipasang menerus sejarak · maan berikut:
d dari serat tekan ter1uar dan harus dijangkarkan. Tulangan tarsi harus disediakan palingti
dak sejarak ( b,+ d) diluar titik teoretis yang dipertukan. Kuat momen tarsi Ts tidak boleh
le-
bihdari 4Tc. .
Dengan cara memperlakukan sama seperti pada waktu merencanakan penulangan Ai =!2,B xs[ Tu ]-ZA,) Y + 1

x,
untuk menahan gaya geser, penulangan tarsi harus didasarkan pada: fy T +--'6!_ s
Tu s Tn u 3 C,
142 BAB 4 PENUL.ANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR
BAB 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR 143

Nilai persamaan kedua tidak perlu melebihi nilai yang dlperoleh apabila 2A 1diganti dengan
bwSf 3fy. Spasi sengkang tertutup tidak boleh melebihi nilai terkecil antara 114(x1 + y,) dan
A, = Ts
s a1x1y,f y
300 mm, sedang_kan spasi baja tulangan tarsi arah memanjang yang diametemya tidak ku
rang dari 012 diatur dengan cara rnenempatkan secara menyebar merata dikelilingi seng 7) Hitung penulangan· geser yang diperlukan untuk Av tiap satuan jarak di dafam penam
pang melinang, dengan Vuadalah gaya geser luar rencana pada penampang kritis, se
kang dengan jarak satu sama lainnya tidak lebih dari 300 mm dan paling tidak dangkan Ve adalah kuat geser nominal badan baton, dan adalah gaya geser yang
ditempatkan
V5
satu batang tulangan memanjang pada sudut-sudut sengkang.
harus dipikul oleh sengkang:
Adapun ringkasan atau ikhtisar langkah-langkah perencanaan penulangan torsi pa-
da umumnya dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
1) Tentukan apakah mamen tarsi berupa tarsi keseimbangan atau keserasian.
2) Tentukan penampang kritis, umumnya berjarak d dari muka tumpuan. fiitung momen
tarsi rencana Tu-
Apabila Tu< 4' ((1124Yfc')L:x2y}, efek tarsi baleh diabaikan.
3) Menghitung kuat tarsi nominal Tc badan beton sederhana sebagai berikut:

Tc = (+sFc'} };x2y
2 nilai Vntidak boleh kurang dari VJt/>
1+(0,4 Vu) 8) Hitunglah luas tulangan memanjang At yang diperlukan untuk tarsi di mana:
CrTu
A ,= 2A
di mana C. = bw d s
· .}: x2y
Apabila komponen struktur mengalami gaya tarik aksial cukup eesar tulangan tarsi ha
rus direncanakan untuk memikul mamen tarsi total, dan nilai Tc dikalikan dengan,
A ,= 12, yxs[ TuV ] -
T +-u-
2A,) xt + y
s
1

3 c,
(1+0,30 :)
u

digunakan mana yang lebih besr, dan apabila dihitung dengan menggunakan persa
maan yang kedua tidak boleh melebihi:
di mana Nu bemiiai negatif untuk tarik.

I
4) Oiperiksa apakah Tu> rp Tc- Apabila tidak, efek tarsi boleh diabaikan. Apabila Tu> <P
Tc,
hitunglah Ts, yaitu mameo tarsi yang harus ditahan aleh tulangan, dengan batasan se-
At= 12,xs ( Tuv. ] - ( bw \j s X1 + Yr
y Tu +-u- 3 fY 1 S
bagai berikut: 3C1
untuk tarsi keseimbangan: Ts= Tn- Teo dan, 9) Rencanakan tularigannya dengan inenggunakan petunjuk yang diberikan di Bab 4.8.
untuk torsi keserasian: T5 =(1!3v'fy')L:1/3x2y- T°' dipakaiyang terkecil.
Sesuai dengan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.4.6, ditentukan bahwa untuk suatu kam Contoh 4.5.
ponen struktur yang menerima beban kambinasi geser dan tarsi, pengaruh tarsi harus Suatu Balok Tseperti diperfihatkan pada Gambar 4.23. Pada penampang kritisnya terda
diperhitungkan bersama geser dan lentur apabila, pat gaya geser rencana Vu 60 kN. Selain itu terdapat juga : (a) tarsi rencana keseimbang
Tu> cp f(1!20V'fy') an Tu = 50 kNm, (b) momen tarsi rencana keserasian Tu = 8,0 kNm, dan (c) momen tarsi
x2y}
rencana keserasian Tu= 25 kNm, tulangan lentur A s = 2193 mm2, beton normal dengan
5) Nilai Tn tidak kurang dari TJ;, dan apabila T5 >4 Tc penampang harus diperbesar. .
6) Pilihlah tulangan sengkang tertutup sebagai tulangan melintang dan gunakan diame =
fc' 25 MPa, fy = 400 MPa. Rencanakan penulangan badan yang diperfukan untuk
ter minimum 010. Apabilajarak spasi sengkang s, hitunglah luas sengkang untuk tarsi balok tersebut. ·
setiap satuan jarak lengan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
BAB 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR 14 5
14 4 BAB 4 PENUl.ANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUA

Merencanakan sengkang geser :

N) bwd
r
= ( -- ===;./22=55)=<350><=530> =
Ve

f
=31580 N

1+ (2.5 c, : 1+{2.5(0.0023) ::

60
Vs = Vn -Ve =--- 68,42 kN
31,58=
0,60
Av _ V5 _ 68420 _ O . .
5 - d ( ) ,3227 nrn
2
/dua
fy - 400)(530 -
/mmJarak kakt
Gambar 4.23.
Sketsa Conteh 4.5
Penyelesaian. Merencanakan sengkang tertutup gabungan uncuk tarsi dan geser :
(a) :Torsi keseimbangan Avt 2A, Av (

Menghitung mamen tarsi rencana


s = +-=2
s 08274) +0 3227= 1977S rrm2
t t I

: s
Momen tarsi keseimbangan Tu= 50 kNm. Dicoba diameter tulangan sengkang D10, luas dua kaki As = 157 mm2
3
2 x2y= 3502(600) + 2(100)2(300) = 79500000 cm s= 157/1,9775 = 79,39 mm :::: 80 mm
q, (1124V'fc')2x2y= (0,60)(14'/25)(79,5) = 9,94 kNm < Tu= 50 sedangkan spasi maksimum ijin: 114(x 1 +y1) = 114(258 + 508) = 191,5 mm > 80 mm
kNm maka, gunakan tulangan sengkang tertutup 010 dengan spasi 80 mm.
dangan demikian harus digunakan sangkang. 8
1 35
sangkang minimum perlu= Av + 2Ar =2. bws =
< 0H 0) 23.33 rrm2
Merencanakan sengkang : • 3 fy 3 {40q
Tn= T,J qi = 50/0,60 = 83,33 kNm luas sengkang terpasang = 157 mm2 > 23,33 mm2
selimut baton 40 mm, d = 600 - 70 = 530 mm
_ bWf d _ 350(530) = 0 Merencanakan tulangan tarsi memanjang :
c, 0023/mm L x2y -79,5 (10)s
. A ,= 2A , (X + y 1 ) = 2(0,8274} (258+508) = 1267, 6 mm2
s
(.2. 0) Lx2y (2J2s) (79,5)
T 15 y IC _ l5 :25,94 kNm
'c=
'4
(0,4 Vu) 2 -
'4 { 0,4(60) }
2
atau, A1 -12,8 xs [ j' - 2A, ) +Y 1

TuV x 1

1+ - 1+ 3 fy T. +-2.... s
C, 0,0023 (50)(10)
u 3 c,
untuk tujuan praktis dianggap nilai Tc dan Vc konstan di sepanjang bentang balok
b wS .
Ts= Tn- Tc= 83,33 - 25,94 57,39 kNm = . 31 -, = 23,33 < 2A, = 2( ) (80) =132,4 mm
menggunakan salimut baton 40 mm, dan diameter tulangan sengkang tertutup 012.
2 0,8274
x 1 = 350 - 2(40 + 6) = 258 mm
y 1 = 600 - 2(40 + 6) = 508 mm y
1258
A= 12,8 (600) (80) I 50 (10)6
l 400 3 ] -
2 (132 +508
)
,4
a, =2 (2+11) =1,323 <1,50
3 . X1
50 (10)6 + 60(10)
3(0,00243)
80

A Ts 57390000 =0,8274 nm2 /rrm jarak /kaki A1= 227 mm2< 1267,6 mm2
s= (50(400)
atx y fy
1 1
1,323(25 digunakan A = 1267,6 mm2.
1
146 BAB 4 PENUL.ANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR

BAB 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR


147

Luas A 1 tersebut seperempatnya di sudut-sudut atas, dan seperempat lainnya didistribu n c


Vs = V. -V - 60
-oso- 5
9,54= 40,46 kN
sikan merata pada sisi tegak penampang melintang balok dengan jarak spasi tidak mele-
bihi 300 mm, . Av = Vs _ 40460 ·
)
:L As lapangan = 114(A + As= 114(1267,6) + 2193 = 2510 mm2
1 s fy d - {400)(530) = 0, 1908 nm2 /mm jarak /dua kaki
gunakan 6025 (2945 mm2) untuk sisi bawah (lapangan), dan 2016 (402 mm2) untuk sisi
samping. Gambar 4.24 memperiihatkan rencana pemasangan tulangan. Merencanakan sengkang tertutu
Avt - 2Ar Av p gabungan untuk torsi dan geser :
( b) Tarsi keserasian : . s -7+ 7=2(0,2268) +0,1908= 0,6444nm2
Menghitung mamen tarsi rencana : D1coba diameter tulangan senakan
Moman tarsi keseimbangan Tu= 8 kNm. s - 157 g 010, luas dua kakiAs = 157mm2
:L x2y= (350)2(600) + 2(100)2(300) = 79500000 mm3 -'0,6444. = 243,62 nm
4' (1124Y'fc'):Lx2y= 0,60(1124./25)(79,5) = 9,94 kNm > Tu= 8 kNm spaksi maksimum ijin·. 1i4(x + y, ) = 1/4{258 + 508) 1
1
dengan demikian dampak tarsi keserasian dalam kasus ini dapat
ma a, gunakan tulangan sengkan t = 91,5 mm < 243,6
diabaikan. mm g ertutup 010 dengan spasi 190
sengkang · · mm
(c} Tarsi keserasian : minimum perlu= Av+ 2Ar = .2. bws =.2. (350)(19q 55 2
Menghitung momen tarsi rencana : 3 1
luas r 3 (400) = .42 rrm
Moman tarsi keseimbangan Tu= 25 kNm > i:f> (1124Y'fc'):Lx2y= 9,94 kNm
sengkang terpasang = 157 mm2 > 55,42 mm2
dengan demikian harus digunakan sengkang.
Karena merupakan tarsi keserasian, maka penampang tersebut bo"3h direncana- Merencanakan tulangan tarsi mem an1.ang·
kan terhadap momen tarsi Tu= q, (1mfy' ):L113x2yapabila momen tarsi luar melampaui nilai
tersebut.
Tu= 4' (1!3Y'fy'):L113x2y= 26,50 kNm > Tu= 25 kNm
dangan demikian penampangnya harus direncanakan terhadap Tu= 25 kNm. atau,
y Vu t
S
Merencanakan sengkang :
3 c,
T.u
dengan menggunakan hasil perhitungan (a): 1 bws
Tc= 25,94 kNm
,r = 2A f -- 2(0' 2268 190) = 86,18 rrrn2
Ts= Tn - Tc= (25/0,60) - 25,94 = 15.73 kNm 55,42 <
Ar =
s
Ts
1 1

aX Y lr
15J3(1b)5
1,323(258)(508)(400) -
-0 2268
rrrn
2/ . ak / k ki
mmiar a
A,: 12,8 (6:1900) f25.(10)::(1 '(10)3 J -2(86,18)/ 2 508

'

3 (0,00243)
Merencanakan sengkang geser
:
( Jfd)bwd ( /25) (350) A1= 1725 mm2 > 1267 6 mm2
Luas At tersebut seperempatny d.'
.
' maka d1gunakan A,= 1725 mm2
(530)
Ve = =-;:::==================2 59543 N merata p d · · a 1 sudut-sudut atas ·
T, ) 2 J (25)106 } a a s1s1tegak dengan jarak spasi tidak mefeb:heperempat lainnya didistribusikan
103
1+ 2,5 c, v: 1+ 2.5 (0.W3 > < 60 >
( 1
L
As fapangan
= 114(A ) A
mm, gunakan
6025 (2945
mm2) unt t
:. s=
1/4(1725) +
2193 = 2624
mm2
'.>amping. uk s1s1
bawah (lapangan), dan 2018 (509 mm2)
untuk sisi
14 8 BAB 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK Trnll NT
UU
BAB 4 PENUl.ANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR 149

2016 2018

I
I
SOAL-SOAL
4-1. Balok dengan pertetakan sederhana menahan beban rencana merata 73 kN/m. Ja
rak dari pusat ke pusat dukungan 9,0 m, b= 350 mm, d= 510 mm, fc'= 30 MPa. dan
fy = 4-00 MPa. Ten1ukan jarak spasi sengkang yang dipertukan bila digunakan
tulang an baja 012 dan buatlah sketsa pola perancangan sengkang ba&ok secara
seogkang :D 10-190 keseiu ruhan. Perhitungan gaya geser balok didasarkan pada bentang bersih.

4-2. Rencanakan sengkang untuk balok tergambar di mana beban yang bekerja padanya
. 70 adalah beban-kerja. Saban mati termasuk berat sendiri balok, dengan b 400 mm, =
d = 510 mm, fc'= 20 MPa, fy = 240 MPa. Berikan sketsa pola perancangan
sengkang tersebut.

f:llllllll!:llll ll
I
Gambar 4.24.
Sketsa penulangan Contoh 4.5
DL 100 kN

l l l l l lJ
/- DL 2S

I LL 3 0 k N hT I'

Gambar Soal 4-2

4-3. Rencanakan sengkang untuk balok tergambar di mana beban-kerja yang bekerja
ter diri dari beban mati (termasuk berat sendiri) 22 kN/m dan beban hidup 28 kN/m,
b = 300 mm, d = 61O mm, baik untuk penulangan di bawah maupun diatas bertaku
fc' =
20 MPa dan fy= 240 MPa.

, , , , ,m,
Berikan sketsa pengaturan sengkang tersebut.

111i i11 1111111 1 1 1 1.1 :,11:1 11 1 11 1 1111 1111 111 111111 milI I I111 1
1 Gambar SoaJ 4-3
1
4-4. Rancang sengkang untuk balok tergambar, lebar dukungan 300 mm, dan beban
yang bekerja seperti tampak da&am gambar adalah beban rencana terfaktor di
mana dalam beban mati sudah termasuk berat sendiri baloknya Labar balok b =
350 mm, d= 610 mm, fc'= 20 MPa, fy= 300 MPa Berikan sketsa perencanaan pola
sengkang tersebut.
BAB 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR 15 1
15 0 BAB 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR

<t. Rencanakan penulangan lentur, tarik diagonal, dan tarsi menggunakan sengkang
f\J = 180 kN Pu= 180 kN tertutup dan tambahan tulangan memanjang, dan terjadi redistribusi tegangan tarsi.

1 v 2000
7
1250 K 1250 ; 2000
Wu = 85 k /m'
1v

I]
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 1 1
11 1
1, (
H 300

Lr s

2500 i
601<N
Gc.mbar Seal 4-4
1
60 kN
.
{a)

375 (b)

.·.·· · . :L .
700
( 250
2500
,.· ,
kN/m'
30
V tJ': ,u·
t:: > : ;

i
'450
I
_'.. .:l.•. ··.·.·.·.. :

1 1 1 1 I 1 1 1 11 111 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 I 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 111 1 1 1 111 1 1 111 1 1 ·:.:.:.•· ::<::.:: '··.·.·:.····.••.•.:.••.

11111111111
I
i !o< > F;,_, J. . . .
V• • . • • -
, T
Gambar Saal 4-5 • ,,JkL.. /I,,
,:

380
,
300 (d)
4-5. Rencanakan baiok beton bertulang persegi untuk menahan momen dan gaya geser (c)
Gambar Saal 4-7
dengan hanya menggunakan tulangan tarik saja untuk menahan lenturan. Seba
yang tampak pada gambar adalah beban guna. Beban merat terdiri dari beban mat1 4-9. Suatu ba!ok struktur menerus mempunyai selimut geser dan torsi seperti tergambar,
1,36 kNm (tidak termasuk berat sendiri balok) dan beban h1dup 1,36 kNm. Beban bw= 350 mm, d = 650 mm, fc'= 400 MPa, fy= 30 MPa, tulangan pada lapangan A s =
terpusat adalah beban mati. Sedangkan fc' = 30 MPa, fy = 400 MPa, dan anggap 1950 mm2, tulangan pada tumpuan As = 2350 mm2 dan As'= 452 mm2. Balok meng
bahwa lebar dukungan 300 mm. Berikan sketsa perencanaan termasuk pola penu- alami geser rencana Vu,= 334 kN, Vu2 = 267 kN, dan Vu3 = 192 kN. Rencanakan
langan sengkang. penulangan geser dan tarsi, buat gambar detailnya.

MPa.
4-6. Balok kanti!ever ukuran 300x600 mm, menopang beban hidup terpusat 75 kN pada
jarak 1,0 m dari muka dinding, dan momen tarsi rencana keseimbangan Tu= 28
kNm. Tinggi efektif d = 570 mm, fc' = 25 MPa, fy = 400 MPa, As = 2580 mm2 ,
rencanakan
tulangan sengkang dan tulangan tambahan yang diperlukan. Ve t I..------
i
4-7. Hitung kapasitas tarsi Tc untuk balok seperti tergambar, beton nonnal fc' = 30 MPa, -----_::::..
VJ Tu= 0,05. 1500 v '·
r,= Hm

=====-- =- '
4-8. Balok bentang dalam pertama pada suatu struktur bentang menerus, bentang ber
sih 4,50 m. Beban mati (termasuk berat sendiri) merata Wot = 20 kN/m, beban
hidup kerja wLL = 30 kN/m, lebar b = 400 mm, baton normal fc' = 35 MPa, fy = 400
Gambar SoaJ 4-9

(a) diagram geser

(b) diagram torsi


. ,.
BAB 5 METOOE PERENCANAAN ElASTIK 153

5 Meskipun sudah tidak disarankan untuk digunakan lagi daJam perhitungan struktur,
metode perencanaan elastik masih diperfukan sebagai pengatahuan terutama daJam kait
atau kelayanan'. Metode perencanaan elastik, dengan
... . baja dan penguraian baton.

METODE PERENCANA AN ELASTIK

5.1 P ENDA HULUA N

Metode perencanaan elastik di asarkan pada anggapan bahwa sif at da perilaku _bahan
baton bertulang disamakan dengan bahan homogen (serba-sama) sepert1 kayu, baJa,
dan sebagainya. Sesuai dengan teori elastisitas, tegangan dan regagan pada
enapan_g balok terlentur bahan homogen terdistribusi linear membenu_k gas _l u dan
nol d1 gans netral ke nilai maksimum di serat tepi terluar. Dengan dem1kian rnla1-rnla1
tegangan pad penampang balok terlentur berbanding lurus dengan regangannya, dan
bah.an baton di
anggao berperilaku elastik sempuma sebagaimana bahan-bahan homogen lamna. .
Tidak sama dangan metoda kakuatan atau kuat ultimit saparti yang tla_h lb.ahas d1
depan, metode perencanaan elastik atau tegangan kerja manggunakan 1la1-rnla1 baban
guna atau beban kerja (tanpa faktor), tegangan karja ijin, an hubunan in.ear antara
te gangan dan regangan. Metode tagangan kerja yang akan d1bahas benkut 1m
mangacu P da ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam SK SNI T-15-1991-03
pasal 3.15 dan d1- kenal·pula sebagai metode perencanaan alternatif. Pembahasan
kedua metode terse.but perf u didasari dengan pengetahuan perbedaan arti kekuatan
dan kegunaan kelayann) sebagai kriteria perencanaan. lstilah kekuatan berarti
kapasitas pada.sat en1elang ter)a dinya kehancuran akibat suatu beban, sedangkan
kegunaan brart1 kin11a yang memu
askan pada kondisi beban guna atau beban kerja (tgangn ke11a). Kineria yang euas
kan dapat dijelaskan sebagai keadaan yang tercapai apab1la: (1) len.dutan y te11ad1 ma
sih daJam batas yang dapat diterima sedemikian rupa sehmgga tldak tead1 krusakan
kornponen nonstrukturaJ yang didukung seperti dinding, partisi, dan g1t-lang1t; (2)_ re
takan yang timbul masih terkendali , daJam arti tidak teadi rtak sedem1k1an .besar
sehmg: ga menyebabkan kemungkinan masuknya air yang lab1h l nJut akan
mangak1batkan koros1
anya dengan masaJah kegunaan
menggunakan pendekatan tegangan kerja, memberikan hasil kurang lebih sama salama
jumlah luas tulangan tarik yang dipakai lebih kecil dari setengah jumlah maksimum pada
metode kekuatan. Konsep dan anggapan-anggapan dasar yang digunakan dalam meto
de tarsebut akan dibahas pada pasaJ berikut.

5.2 KO NSEP DAN ANGGAPA N-A NGGA PA N

Anggapan-anggapan dasar yang digunakan matode tegangan kerja untuk komponen


struktur terlentur adalah:
1) Bidang penampang rata saat sebelum terjadi lenturan akan tatap rata setelah meng
alami lenturan, berarti distribusi regangan sebanding atau linear.
2) Bagi bahan baja maupun baton diberlakukan sapenuhnya hukum Hooke di mana nilai
tegangan sebanding linear dengan nilai regangannya,
3) Bahan beton tidak diperhitungkan untuk manahan gaya tarik, sehingga seluruhnya di
bebankan kepada tulangan tarik baja,
4) Batang tulangan baja terlekat sempuma dengan baton sehingga tidak terjadi peng
gelinciran.
Anggapan yang pertama sangat tapat, anggapan kadua masih cukup taliti untuk
bahan baton pada nilai tegangan-tegangan yang tidak labih dari setengah nilai kuat tekan
baton fc 'umur 28 hari. Sahubungan dangan anggapan yang ketiga, memang benar bah
wa hanya beton yang letaknya di daerah tarik dekat dengan garis netraJ yang cenderung
tidak ratak. Di sampir.g karena nilai tegangan yang ditransformasikan menjadi baton tarik
ekivalen umumnya hanya bamilai kecil, sehingga untuk penyederhanaan hitungan
diang gap seluruh gaya tarik dibebankan pada batang tulangan baja. Anggapan
keampat yang barkaitan dengan lekatan antara baja dan baton adalah baik.
Bartolak dari dasar-dasar anggapan tersabut, meskipun bahan baton bukanlah ba
han bersifat serba-sama ( nonhomogeneous), rumus lanturan elastik tetap dapat
diguna kan dengan cara transformasi luasan teoretik antara bahan yang satu dangan
lainnya ber dasarkan pada nilai banding modulus alastisitas bahan baja dan baton.
SK SNI T-15-1991-03 memberikan ketentuan bahwa metode perencanaan elastik
hanya boleh digunakan untuk komponen struktur baton bertulang non prategangan, dan
seluruh ketentuan tata cara parancanaan dapat diberlakukan untuk matode ini kacuali
re distribusi momen negatif dalam komponen struktur lentur manerus pasaJ 3.1.4. Nilai
faktor beban dan faktor reduksi kekuatan (t;) pada metoda perencanaan elastik ditetapkan
1,0.
15 4 BAB 5 METOOE PERENCANAAN ELASTIK
BAB 5 METODE PERENCANAAN ELASTIK 15 5

5 .3 TEGANGAN IJIN eatdakan bat.as. Resultants gaya tskan dalam dapat seiuruhnya berasal dari tegangan
be- on e an SaJa atau bersama-sama tegangan b t d '
Dalam metode perencanaan elastik menggunakan pembatas maksimum tegangan kerja gaya tarik seluruhnya berasal dari tulangan tari: on an tulangan tekan, sedang resultante
atau tegangan ijin untuk bahan baton maupun baja, sebagai berikut:
1) Tegangan pada serat baton tekan tepi tertuar komponen struktur tertentur: Conteh 5.1.
fc = 0,45 fc' Dengan menggunakan kondisi keseimbangan regangan, tentukan teg"lngan v · d
2) Untuk balok, plat_penulangan satu arah dan fondasi telapak, apabila geser hanya·dipi baang tulangan baja tarik dan serat tepi beton tertekan pada penam;ang a
kul oleh baton sendiri: ;:as a1
Ve = .2..Ji:i
11
aki•bat momen beban guna • Mw =
225 kNm. Modulus elastisitas beton 2000..0..::i

MPa rd-· ba1a 200000 MPa. an


dan geser maksimum yang dipiul bersama oleh beton dan tulangan baja:
V =Vc +'!_ ..ff!
8 Penyelesaian
3) Untuk ba!ok rusuk, apabila geser dipikul beton saja:
Ve =.2_ .Jf!
10
Dianggap bahwa distribusi regangan linear, juga tegangan seba d"

seperti diperihatkan pada Gambar 5.1. Langkah pertama penyelmenghitung


s, i n : volume ben
d
., :
4) Untuk plat penulangan dua arah dan fondasi telapak dengan penulangan geser terdiri kan letak gans netral. Gaya-gaya dalam didapatkan dengan cara
dari batang atau kawat, geser yang dipikul oleh baton: da tegangan.
Ve =.2_ N
12 • Maka gaya tekan dalam dari baton adalah:
, No= 112 fc'bx= 150 fc' X
5) Untuk perletakan pada daerah yang dibebani: Ve= 0,30 fc' Gaya tarik dalam adalah:
6) Untuk baja tulangan mutu 30, tegangan tarik pada tulangan tidak boleh lebih dari:
fs = 140 MPa
Nr= fsAs = f5 (4)(804,3) = 3217,2 f
5

7) Untuk baja tulangan mutu 40 atau lebih, termasuk kawat anyaman las, tegangan tarik dengan keseimbangan gaya-gaya No= Nr didapatkan:
f5 150 X
tidak lebih dari: f s = 170 MPa
8) Untuk tulangan lentur dengan diameter 10 mm atau kurang, yang digunakan untuk t/ = 3217, 2

plat satu arah bentang s 4,0 m: fs = 0,50 fy Rasio fs lerhadap fc , tersebut dapat jug a diperoleh dengan menggunakan hul>ungan re -
tetapi tidak boleh lebih dari 200 MPa. gangan mear dan hukum Hooke,

300

5 .4 KESEJMBANGAN GAYA-GAYA DALAM


I
keselmbangan .I
gaya-gaya dalarn
Dua keadaan seimbang diberlakukan untuk setiap penampang yang menahan lentur, z //
/
ialah: (1) resultante gaya tekan dalam harus sama dengan resultante gaya tarik dalam, dan /
/
(2) kopel momen dalam yang tersusun atas pasangan resultants gaya tekan dan gaya tarik 4032 I
/
harus sama atau lebih besar dari momen lentur akibat beban luar. Dengan demikian, kese
imbangan gaya-gaya dalam tersebut berlaku baik untuk beban kerja ataupun beban batas ts Is = Cs E . .

(ultimit) pada saat menjelang terjadi keruntuhan. Perbedaan di antara keduanya ialah bah diagram regangan diagram tegW'lgan

wa distribusi tegangan pada penampang linear bagi yang pertama dan nonlinear untuk
Gambar 5.1. Si<etsa Conteh 5.r
BAB 5 METOOE PERENCANAAN B..AStlK 157
15 6 BAB 5 METODE PERENCANMN El..ASTIK

5 .5 HUBUNGAN TEGANGAN DA REGANGAN ·


!!.= (600- x)
Ee X
Seperti yang telah dibahas pada Bab 1, kurva tegangan-regangan baja linear di bagian
': =·Es Es =!!.{n) - (600- x) (10) ba wah batas sebanding ( proportional Hmit) sedangkan untuk bahan baton hanya
fc Ee Ee Ee X mendekati
di mana n adalah nilai banding modulus elastisitas Es! Ee· linear meskipun pada saat atau sebelum mencapai tegangan kerja ijin. Modulus
Dengan demikian didapatkan dua ungkapan, yang apabila disamakan akan didapat: elastisitas baja berbagai kekuatan hanya sedikit berbeda satu dengan lainnya, sedang
150 x ·_ (600- x)1 O pada baton sangat beragam karena juga targantung pada nilai berat jenis (kerapatan),
3217, 2 - x selain kekuat ann.ya. Pada Standar SK SNI T-15-1991-o3 ditetapkan nilai modulus

150 x2 = 32171(600 - x) elatisitas baja E,=


x2 + 214,48 X= 128688
200.000 MPa sedangkan untuk baton Ee= 0,043 wc1.sov'fc' dimana wc adalah berat jenis
·baton. Oaftar 5.1 berikut memberik nilai..nilai modulus elastisitas baton Ee untuk berba-
penyelesaian persamaan kuadrat tersebut menghasilkan:
( x+ 107,24)2 = 128688 + (107,24)2 gai mutu beton.
x= {140188 - 107,24 = 267,2 mm Daftar 5.1. Nilai Modulus E!astisitas Seton
( Ee = 0,043 ·wc'·5:.J tc'· .berat beton normal 23 )

Sampai di sini harap diperhatikan bahwa yang mempengaruhi penentuan letak kN/m
3

garis netral selain nilai banding modulus elatisitas jug a sif at-sifat penampang (tinggi, fc' Ee
(MPa) (MPa)
lebar, dan luas penampang batang tulangan baja).
17 9.500
20 21.000
Dengan menggunakan kondisi keseimbangan yang kedua, •
25 23.500
Mw = 225 kNm = ( No atau NiJ x (lengan) 30 25.700
Lengan kopel momen dalam (z) adalah jarak dari pusat berat benda tegangan tekan (letak 35 27.800
resultants gaya tekan N0) terhadap pusat berat tulangan baja tarik (letak resultants g'aya 40 29.700

tarik Nr):
lengan z= 600 -1J'Jx= 600 - 113(267,2) = 510,9 mm . Mengingat nilai banding modulus elastisitas ( n) di samping sifat-sif at penampang
Maka untuk suatu momen lentur yang ditahan menimbulkan gaya tekan (atau gaya tarik): merupakan nilai-nilai yang berpengaruh terhadap posisi atau letak garis netral, maka
dalam menghitung tegangan-tegangan kerja, mengetahui nilai n adalah lebih panting
dan bu kannya nilai-nilai Es atau Ee· Sesuai dengan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.15.5
rasio mo-
. dulus elastisitas n = EJ Ec dapat ditentukan sabagai angka pembulatan terdekat tetapi ti
No = NT Mw 225
=--=-- 440 kN dak boleh kurang dari 6. Kecuali untuk perhitungan lendutan nilai n untuk baton ringan
=
Iengan 0,5109 di ambil sama dengan baton normal bagi kelas kuat beton yang sama. Untuk baton
normal
dan tegangan-tegangannya didapatkan melalui persamaan sebagai berikut: disarankan mengguna.kan nilai-nifai yang tercantum dalam Daftar 5.2 berikut:
3
N0 440(10) _ . ·
1098
fc . 150 x 150(267,2) - • MPa Oaftar 5.2. Nilai Rasio Modulus Bastisitas

Nr 440(10) 3 fc' (MPa) n


f5 = H 7, 1377
32 2 321 2 17 10
MPa 9
20
25 9
30 8
35 7
40 6
158 .BAB 5 METODE PERENCANAAN ELASTIK
BAB 5 METOOE PERENCANAAN ElASTIK 15 9

5.6 METODE TRANSFORMASI PENAMPA NG


5.7 ANALISIS BALOK PERSEGI
BERTULANGAN TARIK SAJA
Metode transformasi penampang untuk baton bertulang dapat dijelaskan sebagai berikut
ini. Luas penampang tulangan baja dan baton ditransformasikan menjadi satu macam pe
Di dalam analisis perifaku penampang umumnya diketahui nifai banding modulus elastisi
nampang bahan serba-sama dengan tujuan untuk menyamakan perilaku dalam mekanis
. tas dan tegangan-tegangan kerja ijin bahan-bahan yang digunakan. Sehingga
me menahan beban. Meskipun disadari bahwa sifat kedua macam bahan sama sekali
permasa lahannya dapat berupa: (1) membandingkan tegangan kerja akibat momen
berbeda sitatnya, cara transfonnasi penampang dimaksudkan sebagai langkah penyeder
lentur beban guna terhadap tegangan kerja ijin, atau, (2) menentukan momen lentur.
hanaan dalam analisis lenturan menurut teori elastisitas. Transformasi dilakukan dengan
mengganti luasan penampang baja dengan luasan baton ekivalen {luasan semu). De beban guna ijin
yang dapat didukung oleh penampang.
ngan demikian As adalah luas penampang tulangan baja yang diganti dengan luas beton
ekivalen AM sedangkan fs adalah tegangan baja tarik yang diganti dengan tegangan ba Ada dua metode pendekatan untuk penyelesaiannya yaitu cara keseimbangan
ton tarik ekivalen fbt-
gaya-gaya dalam dan cara transformasi penampang. Cara keseimbangan gaya-gaya
da lam adalah seperti yang dibahas pada Contoh 5.1, di mana momen lentur akibat
Dalam upaya mendapatkan luas transformasi , ada dua syarat yang harus dipenuhi.
beban luar diimbangi atau dilawan oleh kopel momen gaya dalam. Kopel ini tersusun
Syarat yang pertama. agar tetap berada dalam keseimbangan jumlah gaya tarik bernilai
tetap sehingga digunakan persamaan, atas resul tante gaya tekan dalam N0 dan resultante gaya tarik da/am Nr , di mana arah
kerja kedua nya berlawanan dan terpisah pada jarak yang disebut sebagai lengan momen
As fs = Abt fbt
(z). Sedang kan pada metode transformasi penampang, digunakan rumus lenturan yang
Syarat yang kedua, agar tetap tercapai kesesuaian deformasi maka satuan regangan per sudah dike naJ Meli di mana sebagai I a9alah momen inersia penampang retak
panjangan bernilai tetap sehingga,
transfonnasi terhadap sumbu beratnya Ucr). Harap diperhatikan bahwa untuk penampang
!L_ _k terlentur murni (tanpa gaya axial) garis netralnya diperhitungkan berimpit dengan sumbu
Es - Et:tt berat penampang.
Dengan menggunakan nilai banding modulus elastisitas,
Con toh 5.2.
Es
n =-
Ebt Tentukan momen lentur beban guna ijin Mw yang dapat didukung oleh penampang
penyelesaian persamaan-persamaan di atas menghasilkan, seperti tergambar pada Gambar 5.2.a, f c '= 20 MPa, f5 ijin = 140 MPa. Tentukan letak
Ab1= nAs garis netral dengan menggunakan metode transformasi penampang kemudian
k Mw b= 300
fs tentukan
dan, fbt =- dengan menggunakan metode keseimbangan gaya-gaya dalam'=6.76 MPa _
maupun transformasi
n penampang.
Dengan demikian fuas beton ekivalen Abt adalah n kali luas penampang batang tulangan
baja, sedangkan tegangan tarik ekivalen fb 1(tegangan semu) adalah 11n kalitegangan tarik
sesungguhnya. Dalam hal ini adalah tegangan di dalam batang tulangan baja.
Kedua persamaan terakhir sangat berguna di dalam perhitungan perencanaan me
toda tegangan kerja !<arena penampang baton bertulang dianggap diganti dan diperlaku
kan sebagai penampang dari satu macam bahan saja ialah baton ekivalen. Dengan
demiki an di daerah tarik, beton ekivalen mengambil alih tugas menahan tarikan. Perlu
dicatat bahwa penggunaan penampang transforrnasi tersebut sangat memudahkan untuk
meng ft:lt =15,56 MPa

hitung tegngan dengan menggunakan rumus lenturan selama hubungan tegangan dan (a) (b) penampang {c) distribusl (d) keseimbangan
penampang transtonnasi
regangan linear. potongan
tegangan gaya-gaya dalam
Gambar 5.2. Sketsa Conteh 5.2
BAB 5 METOOE PERENCANAAN El.ASTIK 161
16 0 BAB 5 METOOE PERENCANAAN B.ASTIK

Dengan manggunakan rumus lanturan, didapat:


Penyelesa n . unakan metode transfonnasi penampang, lihat 6,76(1739399626)(10)-0
Tentukan letak gans n; n ding modulus elastisitas diambil 9 (lihat Daftar Mw ijin atau
2e Gambar 5.2.b. Untuk c . ' d erah tekan sedangkan luasan 157,5
15,56(1739399626)(10)-0 74,7 kNm
5. ). Lasan 300A(x)_di9( \a:Og ) · d 2 t:rpusat pad jarak (520 -x) di bawah ga-
tank el<Jvalen = n s - • ' 362,5
ris netral. d I san daerah tarik ekivalen
Keseimbangan momen statis luasan daerah baton tekan an ua
terhadap garis netral menghasilkan: _ 5 . 8 PE N.A MPANG BALOK BERTULANGA
112(300)x2 = 10263,6(520 - x) N SEIMBANG, KURANG, ATAU LEBIH
x= 157,5 mm
Pada bab-bab tardahulu telah banyak dibahas mengenai penampang balok baton bertu
Menentukan distri si tegangan-tegangan y g i:d(K SNI T-15-1991-03 pasal langan kurang, saimbang, dan lebih, dalam hubungannya dengan pola runtuh yang akan
3.15.3 Apabila tegangan tjtn baton tekan fc = 0,45(c - 9 . t f di dalam baton terjadi sehubungan dangan tercapainya kuat lentur batas. Pada matode perencanaan
ayat 1) terdapat di serat tapi tardasak, tagangan tank aktual yang se ara bt elastik atau tegangan kerja juga mangenal tiga kaadaan penulangan tarsebut, yang tentu
akivalen adalah: saja definisinya sadikit berbeda terutama karena hubungannya terbatas hanya dengan
9(362,5) 20,71 MPa >fbt iiin= _91 (140) =15,5 6MPa tegangan-tegangan ijin yang berlaku. Penampang baton bertulanan seimbang atau ide
fbr = 157,5 al adalah suatu kaadaan penampang di mana fetak garis natral sademikian sehingga te
hal demikian tak boleh terjadi, nilainya melampauitegangan tarik iji n (fbtijin).. t gangan ijin baton tekan maupun baja tarik tercapai pada saat yang bersamaan. Dengan
. t k pada Gambar 5 2(c) dt mana egang-
Maka distribusi tegangan ditantukan sepert1 am .. f - 15 56 MP sadangkan tegang- demikian daya guna bahan baton dan baja pada komposisi tersebut mencapai keadaan
an tarik aktual diambii sama dangan tegangan tank IJln bt - • ' paling akonomis pada metode tegangan kerja.
an tekan aktual f c diambil nilai yang sabanding, ialah: Penampang bertulangan kurang mangandung jumlah luas batang tulangan tarik

t = (15,56) = 6,76 MPa kurang daripada panampang bertulangan ideal (keseimbangan regangan) sehingga
c 362.5 letak garis natralnya (atau sumbu baratnya) lebih ke atas, lebih dakat ka serat tepi
. va dalam ditentukan momen tekan, dan beban maksimum mengakibatkan tarcapainya tegangan baja tarik ijin terlebih
Dengan menggunakan makanisma kese1mbangan gaya-gaJ . ,
dahulu dari pada taganQan betory takan ijin. Sadangkan panampang bertulangan /ebih
lentur ijin Mw- d dan re-
Besamya resultants gaya-gaya diperhitungkan sebagai volume ben a tegangan, meng andu ng tulangan baja tarik lebih banyak daripada penampang bertulangan
sultante gaya tekan sarna dangan gaya tarik. seimbang, sehingga latak garis netral lebih dekat ke tepi tarik, dan beban maksimum
No= 112(6, 76)(300)(157,5)1 ()-3 = 159,7 kN akan mengakibatkan ter capainya tagangan baton tekan ijin tarlebih dahulu. Hasil
Nr= 15,56(10263,6)1Q-3 atau Nr= 140(1140,4)10-3 = 159,7 kN . barbagai penelitian menun
Harap diper:hatikan bah'."'a gaya-gaya dalam tarsebut harus seimban sama), sah1gga jukkan, pada umumnya jumlah tulangan tarik penampang bertulangan lebih pada
.k untuk pemariksaan guna mendapatkan rnlat x yang tepa . metode tegangan kerja lebih banyak dari 75%.luas penulangan seimbang pada metode
merupakan sarana yang baJ
tengan kopel momen z= 520 -113(157,5) = 467,5 mm kuat ul timit.
Mwijin = 159,7(0,4675) = 74,66 kNm ... Untuk jelasnya, pada Gambar 5.3 diperlihatkan tiga macam penampang berukuran
Dengan menggunakan cara transformasi penampang, ditentukan momen lentur IJln da- sama yang mengandung jumlah tulangan tarik yang berbeda, sesuai dangan tiga
keadaan tersebut di atas agar dapat dibandingkan. Penampang yang partama sama
lam M w- . b .k t·
Moman inersia penampang ratak transfonnasi fer adalah sebagat en u · dengan anali sis pada Conteh 5.2 dan apabila dua panampang yang lain dianalisis
lcr = 113(300)(157,5)3 + 10263,6(362,5)2 dangan cara yang sa ma maka hasilnya adalah seperti yang tercantum daiam gambar.
Penampang pada Gambar
5.3.b disebut sebagai bertulangan ideal karena pada beban kapasitas timbul bersamaan
= 390698435 + 1348701188 = 1739399626 mm
4
. tegangan-tegangan kerja ijin pada baton fc' = 9 MPa, dan pada baja = 140 MPa.
f5
BAB 5 METODE PERENCANAAN a.ASTIK 16 3
16 2 BAB 5 METOOE PERENCANAAN
B..ASTIK

b=300
Harap diperhatikan bahwa kandungan jumlah tulangan baja untuk ketiga macam penam
1v fc '= 6,76 pang berbeda sesuai dengan namanya dan panjang lengan kopel momen dalam pada pe
"1<:--i:==r-
MPa nampang bertulangan kurang sedikit agak lebih besar daripada penampang bertulangan
.--
seimbang, demikian sebaliknya pada penampang bertulangan lebih.

I
I

/
I
5 .9 PER ENCA NAAN BALOK PER
I
I SEGI BERTULANGAN TARI K SA
I JA
I

Dalam proses perencanaan diberikan nilai-nilai momen lentur, rasio modulus elastisitas,
dan tegangan-tegangan kerja ijin, untuk kemudian menetapkan nilai-nilai b, d, dan As.
(a) penampang berll.Jlangan kurang Keinginan untuk mencapai penampang baton bertulangan ideal jarang sekali dapat ter
b = 300
penuhi secara tepat karena nilai b dan h harus ditetapkan sebagai angka bulat, selain itu
nilai As yang dipasang harus dipilih dari sejumlah batang tulangan yang tersedia di

I fc' ljln=9 MPa pasaran yang jumlah luas penampangnya tidak dapat tepat sama dengan A 5 perlu.
Harap diper

1_
x::;t90,6
kN
No = 257,2 hatikan pula bahwa dalam hal menentukan ukuran balok pada bangunan gedung umum
nya untuk suatu kelompok balok yang mempunyai pembebanan dan bentangan kira-kira
saina akan ditetapkan ukuran b dan h yang sama pula. Ketentuan tersebut ditetapkan
d 520 tr_:! _
I ber
/ lengan 456,50 dasarkan pertimbangan ekonomi dan teknis pelaksanaan pembangunannya.
I
I · Untuk menjelaskannya berikut ini akan diuraikan langkah-langkah penentuan nilai-
I
I
Nr = 257,2 kN nilai teoretis b, h, dan A 5 suatu penampang baton bertulangan idea/ yang untuk
/
sementa ra waktu tanpa menghiraukan pembulatan nilai-nilai b dan h perlu, atau
==15.56 MPa pemilihan batang tulangan baja yang akan digunakan. Dengan mengacu gambar
n 9
penampang balok baton bertulangan ideal seperti pada Gambar 5.4, dari dua segitiga
(b) penampang bertulangan seimbang sebanding oqr dan uqsdida pat nilai perbandingan sebagai berikut:

b= 300
fc' ljin= 9 MPa
,:--c::==r--
1 ' No= 264,84 kN
x:196.2

gar!!_ -l-- I
I
lengan ,60
d
I
/ /
I I
I I
1 Nr = 264,84 kN I
1 I
u iS
f61 =14,85 MPa I,

(c) penampang bertulangan lebih

Gambar 5.3. Berbagai keadaan penampang beton bertulang


Gambar 5.4. Penampang Ba!ok Seton bertulangan ideal
BAB 5 METODE PERENCANAAN ELASTIC 1S 5
16 4 BAB 5 METODE PERENCANAAN ELASTIK

-qr qs
=· ous
-r xldell fa' ijin fc'=10, 78 a
atau, l = f 1jin
m= (;' ijin+-•
n
d
m didefinisikan bagai rasio dari x ideal terhadap tinggi efektif d. I I
I
z=
I
Kemudian tengan momen dalam ideal jd= d -1/3X= d-1/3(ma'), atau j= 1 -1/3m. I /
I /
Nilai jdidefinisikan sebagai rasio da.ri lengan momen dalam ideal Ud) terhadap tinggi efek - I I
II
tif (d). I
I
Oengan menggunakan keseimbangan gaya-gaya N0 = Nr.sarta As= pbd, I

112( fc 'ijin)(bma') =Us ijin)(pbd)

dengan
demikian, m (fc' ijin)
p = 2 s ijin)

Nilai p tersebut adalah rasio penulangan untuk penampang balok baton bertulangan
Gambar 5.5. Sketsa Contoh 5.3
ideal. Momen dalam Mw didapatkan dengan memperkalikan No (atau Nr) dengan
Iengan
Con toh
z(atau ja'):
5.3.
Mw = 112(fc'ijin)(bma)(ja') = 112(fc'ijin)jmbd2 = Rencanakan suatu penampang balok persegi untuk mendukung beban hidup terbagi
2 rata 27 kN/m dan beban mati terbagi rata 14 kN!m (tidak termasuk berat sendiri), terletak
dimana, kbd
di atas bentangan sederhana 10 m, fc' =25 MPa, fy = 400 MPa.

k= 112(fc'ijin)frn
Sedangkan untuk Mw = N,(ja') = As (fs ijin)jd, didapatkan:
Ml( A P enyelesaian
s = fs(jd ) Menentukan nilai-nilai besaran perencanaan untuk penampang balok baton bertulangan

Besaran-besaran m, j, p, dan k dinamakan sebagai empat besaran perencanaan untuk


=
ideal. Tegangan-tegangan ijin, fc 0,45fc' = 11,25 MPa, dan fs =
170 MPa (mutu baja 40),
nilai n = 9.
suatu penampang bertulangan ideal. Nilai-nilainya tergantung pada tegangan kerja ijin fc'
Dengan mengacu pada Gambar 5.5, dan menggunakan hubungan segitiga sabangun,
dan fs serta nilai banding modulus elastisitas n. Besaran m, j, dan p adalah bilangan
11,25
tanpa m= 0,3733
dimensi, sedangkan untuk k umumnya dalam MPa. 11,25+
9
170
Dengan demikian nngkasan laf1gkah-langkah untuk menentukan nilai-nilai teoretis b, h,
j = 1 -1.G m= 0,8756
dan As penampang balok baton bertulangan ideal adalah sebagai berikut:
k = i12fd71j= 112(11,2S)(0,3733)(0,8756) = 1,8386 MPa
1) Menentukan nilai bd2 yang diperlukan dari M,Jk.
._ :_ mfc 1 (0,3733)(11i25)
2) Perkirakan nilai b kemudian tentukan d, memilih komposisi b dan h kemudian p - 2 fs 2 170 0,0124
memerik-
sa beratnya. Menentukan ukuran balok sementara dengan perkiraan berat balok 7 kN/m.
3) Tentukan As dari p bd dan periksalah nilai tersebut dari persamaan,
M...,.. i
Mw (beban hidup) = (27) (10) = 337,5 kNm
2

As = f s ijin(jd) Mw (beban mati) = a1 (14+7) (10)2 = 262,5 kNm


Mw= 337,5 + 262,5 = 600 kNm
Tanpa adanya pembatasan ukuran balok (terutama untuk tingginya), diinginkan
ukuran ba lok mendekati keadaan penampang bertulangan ideal, maka:
BAB 5 METODE PERENCANAAN ELASTIK 167
166 BAB 5 METOOE PERENCANAAN ELASTIK

letak garis netral:


500 x{112X) = 5284(9)(858,5-x)
3263353255 rrm3 X2 + 190,2 X = 163307,3
selanjutnya dilakukan cara coba-coba nilai b dan d sebagai berikut: x= 320 mm
lengan kopel momen =
858,5-113(320) = 752 mm
3
dicoba b didapat d Mw 649(10)
No = Nr =--= 863kN
Iengan 752
300 1042,9
380 926,7 4 = Nr = 863(10)3 163,32MPa
450 851,6
As 5284
500 807,9
, No 863(10)
3

Dengan memperkirakan menggunakan dua lapis batang tulangan baja berdiameter tc - 10,78 MPa
.! .!
(bx) (500)(32q
sama, tinggi total yang diperlukan = 807,9 + selimut beton + o sengkang + o batang tu 2 2
langan + setengah jarak bersih antar-tapis tulangan. Di mana selimut ton_40 mm (SK SNI Tegangan-tegangan yang lebih tinggi dari tegangan ijin hingga 3% - 4% umumnya
T- 15-1991-03 pssal 3.16.7), diameter batang sengkang umumnya d1paka1 010 atau masih dapat dipakai.
012, batang t4'angan pokok 025 (anggapan), setengah jarak bersih lapis tulangan 12 Penetapan ukuran balok dan pemilihan batang tulangan telah dilakukan sesuai dengan
mm lankah yang seharusnya (ideal). Dalam penetapan tersebut, batang tulangan harus da
(SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.16.6). Dengan demikian, untuk balok denan ualp1s ba pat dipasang di dalam balok termasuk memperhatikan persyaratan jarak bersih (SK SNIT-
tang tulangan baja memerlukan tambahan tinggi 85 -100 mm terhadap tmggt efekt1f d. 15:1991-03 pasal 3.16.7), selimut baton baik di sisi bawah, samping, maupun atas balok.
Apabila pada contoh di atas terdapat pembatasan tinggi balok sedemikian sehingga tidak
Tinggi total h= 807,9 +100 = 907,9 mm. boleh lebih dari 850 mm, maka digunakan ukuran balok 500 mm x 850 mm (d :::: 750
Tetapkan ukuran balok 500 mm x 950 mm. mm) dan untuk bertugas menahan momen lentur yang sama dibutuhkan As yang lebih
Pemeriksaan berat sendiri balok, dan revisi langkah apabila diperiukan. besar dari 5284 mm2. Dengan menggunakan ukuran balok 500 mm x 850 mm berarti
Berat balok = 0,50(0,95)(23) = 10,925 kN/m kandung an batang baja akan lebih besar dari penampang bertulangan ideal dan disebut
1 2 sebagcti
Mw = 337, 5+ -(24,925)(10)
8 penampang bertulangan lebih. Di lain pihak, apabila misalnya dipilih ukuran balok 500
= 337,5 + 311,5 = 649 kNm mm x 1000 mm (d :::: 900 mm) nilai As yang dibutuhkan akan lebih kecil dari 5284 mm2,
untuk b = 500 mm, dengan mengulang cara coba-coba didapatkan d = 840 mm sehingga yang berarti bahwa kandungan bajanya lebih kecil dari penampang bertulangan ideal
h = 840 + 1oo = 940 cm. Maka, ukuran balok 500 cm x 950 cm dapat dipakai. {seim bang) dan disebut sebagai penampang bertulangan kurang.

Menentukan Juas batang tulangan baja yang diperlukan : Perencanaan Penampang Bertulangan Lebih:
Apabila diperkirakan akan menggunakan batang tulangan 010, maka ntuk mendapatkan Conteh 5.4. ·
d dapat dikurangkan nilai 90 mm terhadap h, bukannya 100 mm sepert1 contoh yang lalu. Untuk momen beban guna M w =
649 kNm yang didukung oleh balok ukuran 500 mm
d aktual = 950 - 90 = 860 mm 6
= =
x 850 mm, fc' 25 MPa, fy 400 MPa, tentukan As yang diperlukan.
- - 649 (10) = 5070 mm 2
As perlu- fs (jd) - 17ri.._ 0, 8756) ( 860) Penyelesaian
gunakan 8 batang tulangan 029 dalam dua lapis, As= 5284 mm2 Tegangan-tegangan ijin dan besaran perancangan :
Dari SK SNIT-15-1991-03 pasal 3.15.3, fc' ijin = 11,25 MPa, fs ijin = 170 MPa, n = 9,
sa dangkan besaran perencanaan: m= 0,3733,j= 0,8756, dan k= 1,8386 MPa
Pemeriksaan rencana penampang :
d = 950 - 40 -10 - 29 - 12,5 = 858,5 mm
168 BAB 5 METODE PERENCANAAN
ELASTIK
BAB 5 METODE PERENCANAAN ELASTIK 169

n f. (xd - x ) =9 (11,25)( 750 35 8

(
fs = - 7. )=105,21 MPa
c 367,8

Menentukan luas penampang tulangan baja yang dibutuhkan :


500 . 3
A = Nr = 1034,4 (10 ) = 9832 rrm 2
s fs ijin 1O 5,21
sw l
I
Dari hasil tersebut tampak bahwa memang terjadi peningl<atan kebutuhan luas penam
pang tulangan dibandingkan dengan Contoh 5.3 (penampang bertulangan seimbang )
I W;;;.;.;,;.;....;;.;.J
terdahulu. Dengan demikian memang betul bahwa balok yang sedang dihadapi ini bertu
langan lebih. Langkah selanjutnya memilih batang tufangan baja yang akan dipasang se
kaligus menetapkan susunan pemasangannya, menghitung ulang d yang tersedia, dan
Gambar 5.6. Sketsa Contoh 5.4 kemudian memeriksa sekalilagi tegangan-tegangannya.
Dari pembahasan di atas tampak bahwa apabila penulangan semakin ber1ebihan, te
Selanjutnya memeriksa apakah penampang balok dalam keadan beulangan kurang, se gangan yang terjadi akan semakin berkurang pula. Dengan demikian balok tersebut men
imbang, atau lebih (berdasarkan pada contoh yang lalu telah d1ketahu1 bahwa
jadi tidak efisien bahkan tidak ekonomis untuk dilaksanakan. Pilihan cara lain untuk meng
penampang
atasi hal tersebut adalah dengan memasang tulangan desak untuk meningkatkan nilai re
dalam keadaan bertulangan lebih).
sultante gaya desak tanpa mengakibatkan letak garis netraf berubah banyak. Di samping
Dengan•perkiraan menggunakan dua lapis tulangan baja, ditentukan d
6
= 75 cm.
-
Mw 649(10) itu, manfaat lain·penggunaan batang tulangan desak adalah pengurangan lendutan dalam
k pertu =-b d2 500(75q = 2,3076 jangka waktu panjang akibat rayapan dan susut baton, yang berarti dengan demikian se
MPa
Karena 2,3076 > 1,8386 berarti bukan penampang bertulangan ideal tetapi cara tidak langsung membantu dalam hat pengendafian lendutan.
bertulangan iebih. Seperti tampak pada Gambar 5.6. gaya desak N0 harus lebih besar
daripada penam pang bertulangan ideal. Salah satu cara untuk mengusahakannyaiah Perencanaan Penampang Bertulangan Kurang:
dengan mnam bah jumlah luas penampang tulangan baja tarik sedemikian rupa Contoh S.S.
sehmgga letak gans ne- Untuk momen beban-guna Mw= 649 kNm yang didukung oleh balok ukuran 500 mm x
tral turun, berarti tegangan pada baja juga berkurang. 1000 mm, fc'=25 MPa, fy = 400 MPa, tentukan As yang diperlukan.

Menentukan distribusi tegangan : Penyelesaian


Mw = No( d -113x) Tegangan-tegangan ijin dan besaran perancangan :
649( 10)6 = 112(11,25)(500 x){750 -113(x)} Dari SK SNIT-15-1991-03 pasal 3.15. .fc' iftn = 11,25 MPa, fs ijin = 170 MPa, n = 9, be
Penyelesaian persamaan kuadrat tersebut memberikan nilai x(letak garis saran perencanaan: m= 0,3733;j= 0,8756; dan k= 1,8386 MPa.
netral),
Memeriksa apakah penampang dalam keadaan bertulangan kurang, seimbang, atau lebih
x= 367,8 mm (pada kasus ini, berdasarkan pada contoh yang lafu telah diketahui bahwa penampang
Na= 112(11,25)(500)(367,8)(1 0)-3 = 1034,40 kN
dalam keadaan bertulangan kurang). Dengan memperkirakan akan digunakan dua lapis
lengan kopel momen = d -1/3x= 627,4 mm tulangan baja, ditentukan d =
900 mm.
Mw= N 0 x (lengan) = 1034,40(627,40)(10)- 3 = 649 kNm
Agar garis netral terletak pada jarak x dari serat tepi terdesak, tegangan yang digunakan
untuk menghitung kebutuhan luas penampang tulangan diperoleh dengan mengguna 6
k erlu= Mw = 549 (10) =16025 MPa
kan hubungan tegangan linear (garis lurus) sehingga akan didapatkan nilai tegangan p b d2 500(9'.Xl) 2 '
baja
yang lebih kecil dari tegangan ijin (170 MPa).
BAB 5 METOOE PERENCANAAN B..ASTIK 17 1
17 0 BAB 5 METODE PERENCANAAN
ELASTIK

11,25 dengan persamaan pangkat tiga mendapatkan nilai lengan momen yang tidak
MPa
banyak berbeda (bandingkan 31,9 dan 31,5), maka untuk memperoleh pendekatan
500
.!ZQ(_x
9
)
900- X
harga As perlu dapat digunakan rumus yang lebih praktis sebagai berikut (khusus
penampang bertulangan kurang, dengan penulangan tarik saja):
x aktual
A Mw
s= (ts ijin) (besaran j )( d)
900 Maka dengan menggunakan rumus tersebut didapatkan,
6
(900-X) A _ 649(10) :...

2
s -170(0,8756)(000) 4844
I nm
-
Hasil tersebut dekat dengan hasil hitungan menggunakan persamaan pangkat tiga yang
lebih mamakan waktu, selisih hasil masih dalam batas untuk diterima.

Gambar 5.7. Sketsa Contoh 5.5


C on toh 5.6.
= =
k ;=
K 1 6025 < 1 8386 bararti bukan panampang bertulangan ideal tetapi bertulangan Untuk fc' 25 MPa dan fy 400 MPa, bandingkan nilai p untuk penampang balok bertu
Apabila paampang ditulangi dengan jumlah yang ideal jelas ak mapu langan ideal pada cara tegangan kerja dengan ni/ai p ijin maksimum pada cara perancang
an kuat ultimit.
mea han mmen lentur yang lebih besar. Seperti tampak pada Gambar 5.7,
d1bad1gkaeb
Penyelesaian
n an yang terjadi pada penampang bertulangan ideal, gaya desak yang teria 1 No
kcil. Jarak gar1S natral dari serat tepi terdesak xberkurang atau dengan kata lam letak Untuk penulangan ideal, fc ijin = 0,45fc'· f5ijin = 170 MPa, m= 0,3733 maka:
ideal =!!!_fc ijin = 0,3733(0,45)(25)
ga-_ ris natral naik. Sehingga tegangan desak yang timbul pada baton akan berkurang
atau le
bih kecil daripada tegangan desak baton ijin. p 2 f ijin
5
2 (170) O, O 124
Untuk mendapatkan nilai p maksimum balok bertulangan tarik saja pada perencanaan
Menentukan distribusi tegangan :
kuat ultimit diperoleh dari Tabet A-28, p maks = 0,0203. Pada umumnya nilai puntuk
Mw= No( d -1!3x) penulan gan ideal metode perencanaan elastik kira-kira 50% - 75% dari nilai
6 170
649(10) = 2 ( ) x ) (500 x)(9oO- ) maksimum metode perencanaan kekuatan.
2\ 9 900- x
x 3- 2700 x2 - 412307,95 x+ _;371076254,6 = O . . .
Penyelesaian persamaan pangkat tiga tersebut akan memberian ntlai x (latak gans net-
5 .10 PERENCANAAN BALOK PERSEGI
raJ), x= 317,50 mm BERTULANGAN RANGKAP
170( x ) -170( 317,S ) =10,296 MPa
fc =9 900- X - 9 900-317,5
Seperti telah dibahas pada bab terdahulu, apabila terdapat pembatasan ukuran tinggi ba
No= 112 fc'bx= 112(10,296)(500)(317,5)(10)- 3 = 817,2 kN lok persegi atau momen lentur yang didukung lebih besar dari momen tahanan penam
lengan kopal moman = d-1/3x= 900 -1tJ(317,5) = 794,2 mm pang bertulangan ideal, maka pada metode perencanaan elastik canderung mengguna
Mw= N0 x(lengan) = 817,2(0,7942) = 649 kNm kan penulangan rangkap (tulangan tarik As dan takan As'). Dengan demikian mengakibat
3
817• 2 (10)
Nr No 4807 rrm2 kan jumlah tulangan tarik yang dipasang terbatasi pada nilai 40%-60% dari penulangan
As periu = , ··· atau' f iJ"in 170 maksimum metode perencanaan kekuatan. Dalam praktek perencanaan, permasalahan
s lJln s
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pada penampang baiok bertulang_an yang sering dihadapi apakah seluruh tulangan tarik yang diperfukan As dapat dipasang
kurang yang lebih menentukan adalah tulangan bajanya. sedangkan upaya penyelasaian pa da satu lapis saja di dalam balok. Apabila tempatnya tidak mancukupi dan terpaksa
dipa-
BAB 5 METOOE PERENCANAAN a.ASTIK 17 3
17 2 BAB 5 METODE PERENCANAAN 8..ASTIK

6) Hitung -As= Ast + As2


lebih dari satu lapis tentu akan berakibat- berubah-ubahnya nilai d di dalam
proses sang · · d tt ·t rt kan 7) Hitung fct':
erhitungan. Nilai d adalah jarak pusat berat penulangan tank terha ap sera ep1· e e·
6i dalam pembahasan berikut ini ,dianggap bahwa nilai d sudah tertentu dengan
t ,_ fc' ijin (md - d' )
meng- c1 - md

abaikan jumlah lapis tulangan tarik yang dipasang. 8) Bandingkan 2nfc 1' dengan fs ijin
Untuk menentukan nifai-nilai As dan As' yang dipertukan pada penampang 9) Apabila 2nfc 1' < f5 ijin,
balok bertulangan rangkap umumnya digunakan metode kopel momen dalam. Pada A '- No2
cara terse but momen lentur al.<ibat beban luar dilrnbangi oleh jurnlah dari dua kopel S - (2n -1) f cf I
momen tahanan, di mana kopel yang pertama tersusun oleh pasangan resultants sedangkan apabila 2nfc 1' > fs
gaya tekan beton dan gaya tarik tulangan baja penampang bertillangan ideal, ijin,
sedangkn yang kedu tesusun A , Noz
dari pasangan resultante gaya tekan tulangan baja dan gaya tank tulangan ba1a s1sanya. c

oengan demikian, balok bertulangan rangkap dirancang sebagai penarnpang b_al.ok ber Pada penampang balok persegi dengan penulangan tarik saja yang bertugas rne
tu/angan ideal kernudian dipasang penulangan tekan dan tarik tambahan sedem1k1an nahan tekanan adalah baton, sedangkan pada penampang balok bertulangan rangkap
rupa sehingga tetak garis netral tetap berada di posisi yang kira-kira sama dengan yang bertugas adalah baton bersama-sama dengan tulangan baja tekan. Apcibila beton
penampang dan baja kedu«!nya berperilaku elastik, yaitu apabila deformasi yang terjadi akan ikut le
bertulangan ideal. nyap begitu beban dihilangkan, maka cara transformasi penampang masih dapat diguna
Dengan mengacu kepada Gambar 5.8, langkah-langkah untuk menentukan As dan kan dengan cara mengganti luas penampang tulangan baja tekan dengan baton ekivalen
As' adalah sebagai berikut ini, seluas n kali luas baja tekan. Akan tetapi baton yang menahan tegangan tekan bersamaan
1) Hitung Mw 1 = kbd2 dengan berjalannya waktu mengalami juga regangan (deformasi) rayapan dan susut
2) Hitung A 51 = p bd, dan periksa dengan: sela ma jangka waktu tertentu. Deformasi bersifat menetap yang tergantung waktu
•M.,.,1 tersebut tidak dialami oleh baja. Dengan demikian selama baton mengalami deformasi
Ast = f s ijin (jd) menetap pa da atau sebelum tegangan kerja ijin tercapai akan mengakibatkan terjadinya
proses bersi nambung pelimpahan beban dari baton ke tulangan baja. Dengan
3) Hitung Mw2 = Mw- Mwt
digunakannya angga pan bahwa distribusi tegangan linear, cara pendekatan untuk
4) Hitung N02 dan NT2 :
Mw2 memperhitungkan deforma si dan pelimpahan beban tersebut adalah dengan
Noz =M-2 = ( d _ d } memperbesar luas baton ekivalen se
bagai pengganti tulangan baja tekan, lebih besar dari n kali.
5) Hitung A s2t
Untuk memperhitungkan tegangn-tegangan, dalam rangka mentransformasikan
A52 = N"'" ""' luas tulangan baja tekan menjadi luaS' baton ekivalen, ketentuan SK SNI T-15-1991-03
fs
pasal 3.15.5 ayat 5 mengijinkan menggunakan nilai banding modulus elastisitas maksi
5 (ts ijin - f 1
mum 2n. Ketentuan tersebut dapat diartikan bahwa dalam analisis elastik tegangan tulan
Langkah ke-1 sampai dengan 6 kiranya sudah jelas, sedangkan langkah ke-7 -
I
sampai de ngan 9 akan dibahas pada uraian berikut ini. I
I
I
I paui nilai f s ijin. Dengan demikian ketentuan tersebut di samping memberikan
pendekatan pelimpahan beban kepada tulangan baja tekan juga membatasi tegangan
tulangan tekan baja agar tidak melampaui kapasitas ijinnya. Seperti diketahui, dengan
memasang tulang an baja tekan pada hakekatnya akan mengurangi luas penampang
baton tekan karena ditempati oleh tulangan. Sedangkan pada waktu memperhitungkan
Gambar s.a Cara dua kopel untuk balok bertulangan rangkap resultants gaya te-
BAB 5 METOOE PERENCANAAN ELASTIK 17 5
17 4 BAB 5 METODE PERENCANAAN a.ASTIK

kan dal Not pada kopel momen yang pertama, luas penampang baton tkan diP_9rhi 5. 11 ANALISI S BALOK PERSEGI
tun kan penuh. Dengan demikian resultante gaya tekan dalam No2harus _dllengkap1 BERTULANGAN RANGKAP
de- g memperhitungkan gaya kecil fctAs' yang sudah termasuk dalam perh1tungan
No1· Analisis balok panampang persegi tarlentur bertulangan rangkap (tulangan tekan dan ta
ngan .
Atau, No2 = 2nfc'(As'- fc1As' ) rik) adalah rumit, terutama dengan katentuan bahwa tagangan yang timbul dalam
dan No2= fs (As'- fc1As' ) . . tulangan tekan harus sama dengan 2 nfc 1 atau f s ijin, mana yang lebih kecil. Sedang di
maa yang digunakan targantung dari besamya nilai 2nfc1 dibandingkan tarhadap fs, d1- lain pihak pa da analisis lendutan, dalam menghitung momen inersia transformasi tidak
gunakan nilai yang lebih kecil. dapat menggu nakan nilai banding modulus elastis!tas 2n karena perhitungan perilaku
deformasi rayapan dan susutan manggunakan cara berbeda (lihat Bab 8).
C on toh 5.7. kN f , Dalam proses analisis, pertama-tama transfonnasi luas penampang dicoba
Suatu balok beton bertulang penampang persegi menahan momen Mw = 140 m, c = dengan menggunakan nilai banding modulus elastisitas yang berbada untuk baja
20 MPa, dengan tulangan baja menggunakan mutu 240, b = 300 mm, d 400 mm, = tulangan tarik dan tulangan takan. Untuk mendapatkan luasan baton akivalen bagi
dan apabila diperlukan penulangan tekan, digunakan d' = 90 mm. Tentukan masing-masing tu
penulangan
langan, luas penampang tulangan takan dikalikan dengan 2n sedangkan tulangan tarik
yang diperlukan.
dikalikan dengan n. Sebagian luas akivalen bagi tulangan baja takan diperhitungkan un
• tuk pengurangan luas baton yang ditempati tuiangan baja sahingga luas akivalen menjadi
P eny elesaian . ,... MP (2n-1)As'·Setalah sumbu berat penampang transfonnasi ditantukan lataknya,
9
Sesuai dengan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.15.3, n= 9, fsijin = 120 MPa, fc IJln =
keniudian dapat menentukan diagram tegangan, yang mana sekaligus
a
mamperlihatkan posisi apakah f s ijin atau 1/n f5 ijin telah tercapai. Apabila nilai 2nfc 1'
besaran perencanaan: m= 0,403, j= 0,866, p= 0,0151, k= 1,5705 MPa. ·
Mwt = kbd 2= 1,5705(300)(400)2(10)-6= 75,38 kNm tidak melampaui f s ijin, di mana
A 5 = 0,0151(300)(400) = 1812 mm 2 fc t' adalah nilai tagangan baton pada lokasi kedudukan tulangan baja tekan, maka trans
6 formasi penampang percobaan tersebut dapat diterima dan perhitungan analisis dapat di
- Mw1 - 75,38(10) 1813 mn2
Ast - f jd -120(0,866) (400) lanjutkan. Tatapi apabila nilai 2 nfc 1 ' melampaui nilai f5 ijin, maka luas baton akivaJen untuk
5
tulangan baja tekan harus diambil kurang dari 2nA5'. Dengan damikian panampang trans··
Mw2 = Mw- Mw1 = 140 - 75,38 = 64,62 kNm
_ _ M w 2 _ 64,62 (10)3 formasi tarsebut di atas tidak sahih lagi. Sampai pada langkah ini, cara tarbaik adalah ma
8, kN nentukan dan menghitung latak garis netraJ (mungkin letaknya dakat dangan garis netral
_ 20 45
No 2 - Nr2 - (d-d') (400-9q
penampang transformasi) dangan manggunakan kaseimbangan gaya-gaya, resultante
Nr 2 208,45 (10)
3
= 1737 rrro gaya tekan sama dengan gaya tarik. Dengan cara tarsebut akan didapatkan tambahan
gaya tekan sabesar Us ijin - fc/)As '.
2
As2 = fs 120
- A +A - 1813 +1737 = 3550 mm2 (tulangan tarik)
AS -
Sf S2
-

md = 0,403(400) = 161,2 mm Contoh 5.8.


9 (161,2-00) 3 9752 MPa Suatu balok baton bertulang persegi bertulangan rangkap seperti tampak pada Gambar
fct' 161,2 , 5.9, fc'= 30 MPa menggunakan baja mutu 30. Hitung momen lentur yang dapat didu
2nfc1 = 2(9)(3,9752) = 71,55 MPa<120 MPa (ijin maksimum) kung.
berarti menggunakan rasio modulus elastisitas_ 2n dapat
ditarima Penyelesaian
3 Sesuai dengan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.15.3, maka: n= 8, fs ijin = 140 MPa, dan fc'
As' No2 208.45 (1O) = 3085 nm2(tulangan takan) ijin = 13,50 MPa.
(2n -1) fc/ 17(3,9752) Menentukan sumbu berat penampang transfonnasi :
112bx2 + (2n-1)A 5 ' (x- d') = n (A s )(d- x)
BAB 5 METOOE PERENCANAAN B..ASTIK 17 7
17 6 BAB 5 METOOE PERENCANAAN
ELASTIK

_ 5.12 PERENCANA A N KUAT GESER DAN TORSI

Pada komponen struktur yang memikul geser dan torsi, tegangan geser rencana v dihi
tung dengan:
v-
v-
-·bw d
As'=S019
di mana Vadalah gaya geser rencana pada penampang yang ditinjau.
As= J Perencanaan geser komponen struktur terlentur didasarkan pada anggapan bahwa
baton menahan sebagian tegangan geser sesuai dengan kemampuannya, sedang kele
bihannya atau tegangan gaser di atas kemampuan baton untuk manahannya dilimpahkan
kepada tulangan baja geser. Untuk komponen struktur yang menahan gaser dan lentur
Gambar 5.9. Sketsa Conteh 5.8 saja, kapasitas baton tanpa penulangan untuk menahan geser adaJah:
Ve =}_ Fc
112(30ox2) + (15)(1417,5)(x- 90) = 8(4538)(560 - x) 11
l1'2(300x2) + 21262,S(x- 90) = 36304(560 -_x) dan apabila dikehendaki hitungan yang lebih rinci:
1 r;- Vd
Penyelsaian persamaan pangkat dua tersebut menghas1lkan x= 238,4 mm Ve =--yfe +9 Pm M
Bandingkan 2nfe / terhadap fs ijin. 12

23 90 ., .atv-ds1 dan Ve s 1-'e


d1. mana rn
n(;/= ( )( 2,97)( ; )= 129,18 MPa M 1
2 2 8 1 <140MPa Untuk komponen struktur yang menerima beban tekan aksiaJ, apabila dikehendaki hitung
dengan demikian panampang transformasi dapat diterima. an rind:
Menentukan momen lentur dalam dengan menggunakan cara kopel momen.
No1= 112(12,97)(300)(238,4)(1 0)-3 = 463,81 kN Ve =(1+ 10NAJ, /f.
=
No 21262,5(8,074)(10)-3 = 171,67 kN
2
N = 140(4538)(10)-3= 635,32 kN di mana nilai besaran : dinyatakan dalam
,;, = 463 81{560-113(238,4)}(10)-3 + 171,67(470)(10)-3 = 303,56 Nm MPa.
g
·.
Pemeriksaan omen l ntur dalam dengan menggunakan cara penampang Untuk komponen struktur yang menerima beban tarik aksiaJ besar, tulangan geser
transormas1. harus direncanakan untuk memikul geser totaJ kecuaJi apabila dilakukan perhitungan
fc, =i/3(300)(238,4)3 + 21262,5(238,4-90)2 + 36304(560-238,4) rinci di mana Vetidak lebihdari nilai:
= 1354935910 + 468254682 + 3754797834
= 5577988426 mm4
-6
v = (1+ 0,60A gN )2 /f:
c 11
fe ijin (/er) 12,97(5577988426)(10) -303,47 kNm
Mw = x = 238,4 Apabila tegangan geser rencana v lebih besar dari tegangan geser yang dapat dipi
-6 kul oleh baton Ve, harus dipasang tulangan geser, dengan syarat nilai ( v - Ve) tidak lebih
f5 ijin(le,) _ 140(5577988426)(10) 3 03,53 kNm dari 318(./fe), yang ketentuannya antara lain adaJah sebagai barikut:
atau, Mw = n(d - x) - 9 (560- 238.4)
Tulangan geser berupa sengkang tegak lurus terhadap sumbu memanjang komponen
struktur,
17 8 BAB 5 METODE PERENCANAAN aASTIK
BAB 5 METODE PERENCANAAN ELASTIK 17 9

Apabila digunakan tulangan geser berupa tulangan miring:


A = (v -v ) bw s vc =_.!. (1+_Pgc_) lfi
12 'j'c
v. c (sin a +cos ex) f
5
Apabila tulangan geser terdiri dari tulangan tunggal atau satu kumpulan tulangan paralel dimana: Ve 1/8'/fc
:S '
tunggal yang semuanya dioongkokkan pada jarak sama dari perletakan:
bw d
Pc= nilai banding antara sisi panjang terhadap sisi pendek dari beban ter u-
sat atau daerah reaksi. p
Av = (v -vc ) ( .
f
sin a) s Sea.ngkan kapasitas geser di sekitar beban terpusat atau suatu reaksi
di mana ( v- Ye) tidak boleh melebihi 3Ja(vfc). ditentukan oleh kond1s1 terberat dari dua keadaan: (a) aksi balok pada plat atau fondasi
Sedangkan pada ternpat-tempat tertentu pada komponen struktur di mana nilai V > 1.Q
telapak de ngn penamang kritis menerus pada suatu bidang yang memotong
Ve seluruh lebar' dan berJarak d an muka beban terpusat atau daerah tumpuan, dan (b} aksi
perlu dipasang sejumlah tulangan geser minimum: dua arah pada plat dan fondas1 telp.ak, denga suatu p ampang kritis tegak lurus
A = bw s terhadap bidang plat dan terfetak sedem1k1an rupa hmgga kellhngnya minimum tetapi
v .3 f tidak perlu lebih dekat d .
y
i12dterhadap keliling beban terpusat atau daerah reaksi. an
kecuali untuk komponen sebagai berikut:
1) plat dan fondasi telapak (dangkal),
2) balok dengan tinggi total tidak lebih dari 250 mm, atau 2,5 kali tebal sayap (flans),
atau 11210bar badan penampang ( web), dipilih nilai terbesar,
3) struktur balok rusuk seperti yang didefinisikan SK SNI T-15-1991-03 pasaJ 3.1.11.

Kuat luluh rencana tulangan geser yang digunakan tidak boleh lebih dari 400
MPa. Sengkang dan batang atau kawat yang digunakan sebagai tulangan geser harus
dite ruskan sejarak d dari serat tekan ekstrim dan harus dijangkarkan pada kedua ujung
untuk rnendapatkan kekuatan luluh rencana tulangan. Jarak spas tulangan geser yang
dipa sang tegak lurus terhadap sumbu memanjang kornponen struktur tidak boleh
lebih dari 112d, atau 600 mm. Sedangkan sengkang miring atau tulangan pokok
memanjang yang dibengkok harus dipasang dengan jarak yang sedernikian rupa hingga
setiap garis miring 45° dari titik tengah tinggi komponen struktur ke arah tulangan tarik
memanjang menuju
reaksi atau dukungan, harus berpotongan paling tidak dengan satu garis tulangan geser.
Pada kasus di mana nilai ( v- Ve) melampaui 11e(vfe' ), maka nilai-nilaijarak spasi
maksimum tersebut di atas harus dikurangi menjadi separohnya.
Selain itu, dalam SK SNI T-15-1991-03 juga memberikan ketentuan khusus untuk
perencanaan komponen struktur plat dan fondasi telapak, di mana tegangan geser ren
cana dihitung dari:
V =--
v
b0 d
di mana V dan b0 diambil pada penampang kritis. Apabila tidak digunakan penulangan
ge ser pada komponen. nilai tegangan geser rencana v tersebut tidak boleh
melampaui Ve
sebagai berikut:
18 0 BAB 5 METODE PERENCANAAN EL.ASTIK
tii
"I

. SOAL - SOAL

5-1. Suatu balok baton bertulang penampang persegi ukuran 300 mm x 560 mm de
6 !Ii
11

ngan tulagan tarik 3 batang 028 letaknya 60 mm dari dasar balok, Ee = 20


.. ,

kN/mm2, Es = 200 kN/mm2, momen lentur Mw= 115 kNm. Tentukan tagangan-
tegangan mak simum baik pada baton maupun tu!angan bajanya, dengan: (a)
cara kopel benda tegangan, (b) cara rumus lenturan dengan penampang
transformasi.
PANJA NG PENYALURAN DAN
5-2. Berapakah momen lantur ijin maksimum untuk balok pada Saal 51 apabila SAl\t18UNGAN BAJA TULANGAN
tegang an-tegangan ijin maksimum adalah fc = 8,3 MPa•. fs= 150 MPa ?

5-3. Suatu balok baton bertulang penampang persagi ukuran 300 mm x 500 mm de
ngan tulangan tarik 3 batang 20 mm, fc' = 21 MPa, fy = 280 MPa, (a) Tentukan
momen lentur ijin, (b) Apakah penampang bertulangan ideal, kurang, atau lebih ?

5-4. Untuk balok pada Saal 5-3 apabila digunakan tulangan 3 batang 32 mm, sadang
6. 1 PENDA HULUA N
kan pertanyaannya sama.

5-5. Untuk suatu balok baton bertulang persegi dangan lebar b = 400 mm mendukung Salah satu dasar anggapan yang digunakan dalam perencanaan dan analisis struktur
momen beban-guna Mw= 540 kNm, fc' = 28 MPa, fy = 420 MPa, berapakah ba ton bertulang ialah bahwa lekatan batang tulangan baja dengan baton yang
tinggi efektif teoretis dan luas penampang tulangan tarik yang diperlukan ? mangelilingi nya berlangsung sempuma tanpa tarjadi panggalinciran atau pergesaran.
Bardasarkan atas anggapan tarsabut dan juga sebagai akibat lebih lanjut, pada waktu
komponan struk tur baton bartulang beker:ja menahan beban akan timbul tagangan
5-6. Untu suatu balok beton bertulang persegi dengan lebar b = 300 mm mendukung
momen beban-guna yang terdiri dari beban hidup MLL = 95 kNm dan beban mati lakat yang berupa shear interlock pada permukaan singgung antara batang tulangan
MoL = 54 kNm, fc'= 28 MPa, fy = 350 MPa, tantukan ukuran penampang dan dangan baton. Untuk balok struktur yang menahan beban moman lentur misalnya,
penu tagangan lekat timbul setara dangan variasi perubahan nilai momen lentur yang ditahan
langannya, periksa pula tegangan-tegangannya, dan garnbar skatsa. di sepanjang balok. Dengan barubahnya nilai momen lentur mengakibatkan
barlangsungnya suatu intaraksi longitudi nal antara baja dan baton sehingga basar
5-7. Rancanakan suatu balok baton bertulang dangan lebar 350 mm mendukung mo tegangan tarik yang harus ditahan jug a menya suaikan di sepanjang batang tulangan
men beban hidup MLL = 305 kNm di atas dukungan sederhana bantangan 6, 10
baja tarik. Olah karenanya tegangan tarsebut dise but sabagai tegangan lekat lenturan.
m,
Distribusi tagangan lakat yang sesungguhnya terja - di di sepanjang batang baja sangat
fc' = 28 MPa, fy = 420 MPa. Gambar skatsa panampang dengan batang tulangan
rumit dan kompleks labih-labih apabila dikaitkan de ngan timbulnya ratak baton di
yang dipilih. daarah tarik. Hasil barbagai panalitian menunjukkan bahwa ragam bentuk tegangan
5-8. Rencanakan penampang balok baton bertulang yang mendukung beban hidup lekat dipengaruhi oleh terjadinya retak diagonal dan retak lentur, dan hasil pangukuran
2 menunjukkan nilai tegangan lekat cukup tinggi di tempat tapat ber sebelahan dangan
wLL = 7500 kg/m di atas bentangan 8,50 m, fc' = 210 kg/cm2, fy = 4200 kg/cm .
retak-ratak tersabut. Sahingga diperlukan parsyaratan tertentu untuk mangantisipasi
Gambar sketsa penampang dengan batang tulangan yang dipilih.
tegangan lekat lentur tinggi pada tempat-tampat rawan di sepanjang ben tang terhadap
5-9. Rancanakan suatu plat baton bartulangan satu arah mendukung baban hidup ma parubahan gaya tarik mendadak dalarn tulangan, saperti pada titik balik mo
rata wLL = 850 kg/m 2 di atas dukungan saderhana bentangan 5,50 m (p.k.p), fc' = men bentang menerus dan titik-titik pamberhantian pada bantang sederhana Sekalipun I
I I

21 MPa, fy = 280 MPa. Gambar skatsa penampang dengan batang tulangan yang tidak ada gaya tarik yang harus disalurkan pada tampat-tempat tarsebut. Tegangan lekat I
dipilih, serta periksa tegangan-tegangannya.

1
18 2 BAB 6 PANJANG PENYALURAN DAN SAMBUNGAN BAJA TUlANGAN

BAB 6 Ai\NJANG PENYALURAN DAN SAMBUNGAN BAJA TULANGAN 18 3


/
tinggi di suatu tempat sampai dengan batas tertentu mungkin hanya akan mengakibatkan I
panggalinciran lokal yang relatif kacil, tetapi apabila meningkat lebih lanjut dapat ,I
tegangan maksimum. Sehingga apabila keseluruhan panjang batang tulangan mengalami
mengaki batkan bukaan retak lebih leba apabila baton sudah tidak mampu lagi
tegangan,.penyaluran kakuatan lekatan batang akan tetap terjamin. Untuk kasus-kasus
menahannya. Bersamaan dengan itu akan terjadi pula defleksi balok. Dalam batas-batas
tertent d1 mana karena terbatasnya tempat atau penempatan tulangan baja tidak me
tertentu, kejadi an demikian umumnya masih dapat diterima sepanjang retak-retak baton mungkmkan untuk memasang panjang penyaluran yang diperlukan, penyelesaian de
tidak menjalar ke seluruh panjang batang tulangan baja, yang mana berarti bahwa ngan car:a membuat penambatan khusus seperti kait atau bengkokan yang sedemikian
lekatan antara baton dan baja secara keseluruhan telah hilang. Meskipun demikian, rupa sehmgga dapat membarikan kuat penjangkaran yang memadai.
penggelinciran batang tulang an baja terhadap beton yang mengelilinginya boleh jadi
tidak akan mengakibatkan kerun tuhan balok secara menyeluruh. Karena sekalipun
terjadi pemisahan menyeluruh pada hampir sepanjang batang tulangan baja, balok 6.2 PANJANG PENYA LURAN
masih dapat melanjutkan memikul beban selama ujung-ujungnya tetap kokoh terjangkar. TULANGAN BAJA TARIK
Dengan demikian maka upaya untuk menjamin tercapainya lekatan kuat adalah de
ngan memperhitungkan efek penambatan atau panjangkaran ujung-ujung batang tulang
Panjang penyaluran adalah panjang penambatan yang diperfukan untuk mangembang
an baja di daJam baton. Apabila penambatan ujung-ujung batang tulangan tersabut dija
kan tegangan lufuh dafam tulangan, merupakan fungsi dari fy. diameter, dan tegangan
min beriungsi dan berfangsung dangan baik, lekatan antara baton dan baja pada kasalu
lekat. Panjang penyaJuran menentukan tahanan terhadap targelincimya tulangan.
ruhan panjang batang tulangan akan tetap kokoh pula, dan dengan demikian kapasitas
SK SNI T-15-19 1-0 pasal 3.5.2. menentukan bahwa panjang penyaluran f d untuk ba
daya dukung balok tidak terganggu. Kaadaannya mirip dengan perilaku busur yang tarikat
tang tulangan baiatank deformasian dan tulangan baja rangkai las adalah sebagai
pada ujung-ujungnya. Penambatan atau panjangkaran ujung batang tulangan baja akan berikut,
berlangsung dangan baik apabila batang tulangan tersebut tertanam kokoh di dalam ba i d = panjang penyaluran dasar (l. x faktor modifikasi
ton pada jarak kedalaman tertentu yang disebut sabagai panjang penyaluran batang tu a). Panjang Penyaluran Dasar - !. db
langan baja (f.d). Apabila di dalam suatu balok batang-batang tulangan bajanya masing (1) Untuk batang tulangan baja 036 atau lebih kecil,
masing diberikan parpanjangan yang sama atau labih besar dari panjang penyaluran yang 0,02 A/
disyaratkan, dijamin tidak akan terjadi kagagaJan lakatan dini. Dangan demikian dapat di v
simpulkan bahwa perkfr'aan kekokohan balok baton bartulang tidak hanya ditentukan oleh lai (ii
"' fc I
kualitas lekatan antara baton dengan tulangan bajanya, tetapi juga ditantukan oleh bebe
rapa faktor lain termasuk sistem penjangkarannya. Olah karena itu, persyaratan penga l.bdalam mm, dan tidak boleh kurang dari 0,06 dtJ fy. sedang fy dan fc' dalam MPa.
d1 mana, Ab = luas penampang batang tulangan baja (mm2)
manan untuk menghindari kegagalan lekatan ialah dengan mengatur jarak (panjang) dari
dtJ = diameter nominal batang tulangan baja (mm)
setiap titik pada batang tulangan yang diparhitungkan mengalami tegangan maksimum, fs (2) Untuk batang turangan baja 045,
atau fy , terhadap ujung terdekat tidak boleh kurang dari panjang penyalurannya. Apabila
25 fy
hal tersebut terpenuhi maka integritas kekokohan setiap titik di sepanjang batang
tulang an termasuk pada tempat-tempat yang mungkin mengalami kegagaJan
l71 = Jfci
kecilsetampat da pat dijamin kekuatannya. Oengan menggunakan cara tarsebut tidak (3) Untuk batang tulangan baja 055, ; I

diperlukan pengukur 40 fy
.f. = ..fc
an atau peninjauan besar tegangan lakat lentur di sepanjang batang tulangan baja,
yang
(4) Untuk batang kawat deformasian, N I

sudah barang tantu merupakan hal yang cuku·p rumit.


Metode perencanaan bardasarkan SK SNI T-15-1991-03 mengabaikan besamya
b). Faktor Modifikasi
nilai tegangan lakat tinggi yang timbul satampat, walaupun mungkin tegangan tersebut
(1) Batang tulangan baja paling atas,
akan mengakibatkan terjadinya panggelinciran tulangan terhadap baton di tempat yang 1,40
tepat bersebelahan dengan retak baton. Perhatian labih diutamakan atau ditujukan (2) Batang tulangan baja dengan fy > 400MPa 2-
untuk menyediakan panjang penambatan tertentu, melewati tempat di mana batang 400
mengalami fy
BAB 6 PAN.JANG PENYALURAN DAN SAMBUNGAN BAJA TULANGAN 18 5
184 8.A.B 6 PANJANG PEN't&.LURAN DAN SAMBUNGAN BAJA TUt.ANGAN

6.3 PANJANG PENYALURAN


(3) Untuk baton ringan apabila kuat tarik belah fct s TULANGAN BAJA
1,0 TEKAN
(4) Untuk beton ringan apabila' kuat tarik belah rata-ra
Panjang enyaluran batang tulangan tekan lebih pendek dibandingkan untuk batang tu
ta fct Udak ditentukan: fang_an tank. Untuk batang tulangan baja deformasian yang bekerja menahan gaya
Untuk beton ringan sepenuhnya, 1,33
1,18
tekan, pan1angpenyaluran dasar (ldb) dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Untuk baton ringan pasir,
ldb= tt4{db tyrifc'
(5) Penulangan mendatar dengan spasi p.k.p. 150 mm,
0,80 dan ktentuan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.5.3 membatasi bahwa panjang penyaluran
dan paling tidal< berjarak bersih antar-batang 70
mm, A s perlu dasartadak boleh kurang dari 0,04 dt/y atau 200 mm.
As Faktor modifikasi berikut ini digunakan untuk menentukan panjang penyaluran ba
(6) Penulangan tersadia lebih banyak, tersedia tang tutangan baja yang menahan gaya tekan:
As pertu
(7) Batang tulangan baja yang terkungkung di dalam
lilit A
an penulangan spiral dengan diameter tidak kurang 1) Penulangan tersedia lebih banyak,
5
tersedia
aari 5 mm dan jarak spasi lilitan spiral tidak tebih
0,75 2) Batang tulangan baja yang terkungkung di dalam
dari
pe nulangan spiral dengan diameter tidak kurang
100 mm,
dari
dari empat batang tulangan ba.Ja Kriteria umum berkas tulangan yang harus diperhatikan dapat
Untuk mendapatkan panjang penyaluran yang dipertukan, panjang penyaluran da
diperoleh dari SK SNI T-15-
sar ( i db) pada bagian (a) dikalikan dengan taktor modifikasi di bagian (b) sesuai deng
pe runtukannya. Menurut SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.5.2 ayat 5, dalam segala hal 1991-03 pasal 3.16.6 ayat 6.
panJan9
penyaluran f d tidak boleh kurang dari 300 mm kecuali pada sambungan lewatan berda
sarkan pasal 3.5.15, dan sambungan tulangan sengkang badan balok pada pasal .5.13.
Pada Tabel A-39 disediakan daftar panjang penyaluran dasar (l..db) untuk berbagat keku
atan baton, mutu baja. dan berbagai macam ukuran batang tulangan baja.
Dalam daftar f aktor modifikasi juga diberikan kriteria batang tulangan pokok meman-
jang dengan ke'1udukan elevasi paling atas dengan lapisan baton di bawahnya tidak
ku rang dari 300 mm. Krtteria tersebut dalam rangka untuk memperhitungkan
kelembaban udara dan kemungl<lnan terdapatnya udara yang terperangkap di bawah
tulangan, yang mempengaruhi mutu kekuatan (daya) tekat sehingga memungkinkan
terjadinya pengge-
linciran sewaktu menahan beban yang tidak begitu besar.
Untuk penutangan dengan menggunakan berkas batang tulangan, S SNI T-
15- 1991-03 pasal 3.5.4 menetapkan bahwa perhitungan panjang penyaluran
dllakukan e ngan cara memperhitungkan panjang penyaluran masing-masing unsur
berkas ke d1an dikalikan 1,20 untuk beri<as berisi tiga batang, dengan 1,33 untuk
berkas yang bnsa em pat batang tulangan baja Penulangan dengan menggunakan
brkas tulang_ 1alah .pe makaian beberapa batang tulangan baja yang secara paralel
bersmggungan dnkat men1d1 satu. Dalam satu beri<.as (satu ikatan) paling banyak terdiri
5 mm dan spasi lilitan spiral tidak lebih dari 100 mm, o, 75
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa suatu batang tulangan baja
harus mem punyai cukup panjang penambatan atau panjang penyaluran
sedemikian rupa sehingga keseluruhan panjang batang dapat mengembangkan
kemampuannya untuk menahan gaya tekan atau tarik dengan sepenuhnya
tanpa terjadi kehilangan daya lekatan dengan baton. Dengan kata lain, bahwa
jarak antara ujung batang dengan bagian yang bertugas menahan tegangan tidak
boleh kurang dari panjang penyaluran l..d.

Contoh 6.1.
Hitung penjangkaran atau panjang penyaluran ld yang diperlukan untuk batang
tulang an baja 025, tulangan puncak (tebal beton di bawahnya lebih dari 300
mm), pada suatu komponen struktur dengan beton ringan pasir, fy = 400 MPa,
fc' = 30 MPa.

P enyelesaian .
Panjang penyaluran dasar(ldb), gunakan nilai terbesar:
_ 0, 02 Abfy 0,02(490,9)(400)
l db - = 717 ITITl .p;

Gambar 6.1.
Sketsa Conteh 6.2 ·
i r1I 1

BAB 6 PANJANG PENYALURAN DAN SAMBUNGAN BAJA TULANGAN 18 7


18 6 BAB 6 PANJANG PENYALURAN DAN SAMBUNGAN BAJA TULANGAN

atau, ldb = 0,06 db fy= 0,06(25)(400) =


600 mm
maka digunakan ,l db= 720 mm (periksalah dengan menggunakan Daftar A-39)
baglan l urus "- ' ... j ...,,,... ..._T' db ba_glanlu_ru_s--==

Faktor modifikasi : D = diameter bengkokan /"--1--+-....;:c.--

abatang tulangan baja atas: gunakan 1,40. untuk 010-025 :o = 6 db


b.baton ringan pasir: gunakan 1,18 4db atau 60 nvn 029 - 036 : D = 8 do
044 - 050: D=10 db
rnaka, panjang penyaluran perlu: i d= 720(1,40)(1,18) = 1189,4 mm (a} bengkokan 180" (b} bengkokan 90"
bengkokan rulangan pokok

C on t oh 6.2.
Hitung penjangkaran atau panjang penyaluran yang diperlukan untuk batang tulangan
baja 029 seperti tampak pada Gambar 6. 1, dipasang sebagai tulangan atas dengan
tebal plat beton 380 mm. Batang tulangan baja tersebut merupakan tulangan tarik,
tulangan negatif pad a dukungan, fy = 400 MPa, fc' = 30 MPa, beton normal. 6db atau 60 nvn
untuk D1O -.016 : D > 4 4
P eny elesaian

o ;.
Panjang penyaluran dasar(gunakan nilai tertinggi): (a) kaJt 90" (b) kait 135°

e•• = o. =o,o2(6l(400) = 965mm


kait dan bengkokan sengkang

fc' 30 Gambar 6.2.


Kait Standar SK SNI T-15-1991-03
atau, l db= 0,06 db fy = 0,06 (29)(400) = 696 mm
rnaka digunakan I.db= 965 mm (periksalah dengan menggunakan Tabel A-39)
da 135.0 ditetapan sebagai standar untuk penulangan sengkang dan penularlgan
Faktor modifikasi : pe ng1kat lainnya. Ka1t standar tulangan baja dapat dilihat pada Gambar 6.2 di mana
a tulangan atas: 1,40 ukuran di- ameter dan radiu bengokan yang tertera dalam gambar adalah ukuran sisi
b. jarak spasi batang tulangan p.k.p > 15 cm, gunakan: 0,80
daJam batang
rnaka, panjang penyaluran perlu: f.d = 965(1,4)(0,8) = 1081 mm tlangan. Pelu d1perhat1kan bahwa struktur kait pada batang tulangan tekan tidak efektif,
tldak dapat d1harapkan berfungsi sebagai jangkar pada ujung batang, serta tidak diperhi I
tungkan sebagai tambahan pertawanan tekan dari tulangan.
6.4 P ERSYARATAN JANGKAR, KAIT, DAN BENGKOKAN Secara mum kapasitas penjangkaran kait di dalam massa baton kurang lebih sama
dngan kapas1as tulangan lurus dengan panjang penanaman total yang sama. Kebiasaan
Apabila karena sesuatu hal pelaksanaan panjang penyaluran yang diperlukan untuk bc d1 .masa lal.u llak.ukan dengan menghitung panjang sebenarnya sepanjang
tang tulangan tarik tidak mungkin untuk dipasang karena keterbatasan ruang misalnya, lengkungan katt sampat u1ung tulangan. Khusus untuk kait 90°, kadang kala
atau bila aiinginkan untuk mendapatkan kapasitas penuh dalam penanaman yang paling penjangkaran cukup di peroleh dengan cara mengukur panjag 12 kali diameter
pendek, maka sebagai penggantinya perlu diusahakan sistem penjangkaran mekanis di tarhadap ujung tulangan kait. Penggunaan cara tersebut tanpa penjelasan dan dianggap
ujung-ujung batang tulangan yang dapat berupa kait atau bengkokan. kurang dapat dibenarkan.
Meskipun SK SNI T-15-1g91--03 pasal 3.5.6 menetapkan bahwa penjangkaran Peraturan SK SNI T-15-1991-03 menyatakan langsung panjang penyaluran tdh (ll
me kanis boleh menggunakan sebarang cara atau sistem setelah terbukti ht Gambar 6.3) yang diperlukan untuk menyaJurkan fy dalam batang kait. Sebagaimana
kekuatannya mela lui pengujian, namun penjangkaran mekanis penulangan pokok d1tentukan dalam pasal 3.5.5, panjang penyaJuran dasar f.hb yang dibutuhkan untuk me
0
umumnya dipenuhi de ngan menggunakan kait bersudut pembengkokan go atau 180° ngembangkan kuat luluh fy dalam batang kait diukur dari lokasi timbulnya kuat luluh ke sisi
di ujung batang. Dalam luar ekstrim kait, sebagai berikut:
hat ini, SK SNI T-15-1991--03 juga menetapkan standar dimensi dan radius
pembengkok

0
f. - 100
hb - ..µ;; ::::;. untuk fy = 400 MPa
an untuk kait tersebut. Dapat ditambahkan bahwa kait dengan sudut pembengkokan go
'I

BAB 6 A\NJANG PENYALURAN DAN SAMBUNGAN BAJA TULANGAN 189


18 8 BAB 6 PANJANG PENYALURAN DAN SAMBUNGAN BAJA TULANGAN

Tulangan pada bagian badan balok yang beri.Jpa sengkang geser atau tulangan
Faktor niodifikasi yang dibertakukan guna mendapatkan l dh pun_tir harus terjangkar dengan baik agar kapasitas tarik maksimumnya tercapai pada atau
.!x_ ear tengah tinggi balok.Untuk itu, penjangkaran tulangan baja sengkang harus meng-
adalah: (1)..,Untuk kuat leieh fy selain 400 MPa, 400
1kut1 ketentuan dengan menempatkan sedekat mungkin terhadap permukaan tekan atau
(2) Untuk batang 036 dan yang lebih kecil dengan tebal tarik. Penempatan kait yang demikian diperfukan karena kemungkinan terjadinya retak ta
selimut samping (normal terhadap bidang kait) tidak rik lentur yang cukup dalam segera setelah beban ultimit tercapai.
kurang dari 60 mm, dan untuk kait 90° denga11 SK SNI T-15-1991-03 menetapkan bahwa penjangkaran ujung tulangan baja seng
0,70
selimut pada perpanjangan kait tidak kurang dari 50 kang dengan kaki tunggaJ, bentuk U sederhana, atau bentuk U ganda harus dijangkar
mm, mengikuti salah satu cara berikut:
(3) Untuk batarig 036 dan yang lebih kecil dengan kait a) Kait standar ditambah suatu dalam penjangkaran 0,5 ldt di mana yang dinamakan da
yang secara vertikal dan horisontal terlingkup di da Jam penjangkaran adalah jarak dari pertengahan tinggi efektif balok, 112.d, sampai
lam sengkang atau sengkang kait yang dipasang dj de ngan titik tangen kait (titik awal pembengkokan kait), lihat Gambar 6.4.a.
0,80
sepanjang ldh dengan spasi melebihi 3db di mana b) Penjangkaran pada jarak 112.d di atas atau bawah pertengahan tinggi efektif, di daerah
db adalah diameter batang kait, tekan, untuk panjang penyaluran penuh l d tetapi tidak boleh kurang dari 24 db atau
300 mm, lihat Gambar 6.4.b.
(4) Apabila penjangkaran fy atau penyalurannya
As perlu c) Untuk sengkang tulangan baja 016 dan yang lebih kecil dibengkok mengelilingi ba
tidak khusus diperlukan dan jµmlah penulangan
As tang tulangan pokok memanjang paling tidak memutar 135°. Untuk sengkang
lentur
tersedia batang tulangan baja dengan fy> 300 MPa masih harus ditambah dengan dalam
tersedia lebih banyak, 1,30 penjangkaran 0,33 i d. Penjangkaran 0,33 ld harus diambil sebesar jarak dari
pertengahan tinggi
{5) Untuk baton agregat ringan,

Untuk semua hat, panjang penyaluran ldh tidak boleh kurang dari 8 db atau 150 mm. efektif, 112.d, sampai titik tangen kait (titik awal pembengkokan), lihat Gambar 6.4.c.
Batang tulangan yang disalurkan dengan kait standar untuk komponen struktur dengan d) SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.5.13 ayat 5 menetapkan kriteria sistem sengkang U
ujung tidak menerus dan kedua selimut samping dan atas (atau bawah) terhadap kait ku gan da yang dipasang berhadapan dengan kaki-kakinya (tanpa kait) sating tindih
rang dari 60 mm, batang kait harus diikat dengan sengkang atau sengkang kait sepanjang hingga se cara keseluruhan membentuk struktur sengkang tertutup. Kaki-kaki
l dh dengan spasi tidak lebih dari 3 db di mana db adalah diameter batang kait. sengkang U harus saling bertindih sepanjang 1,7 l d seperti tampak pada Gambar
Apabilaterca pai kondisi yang demikian ketentuan faktor modifikasi untuk yang 6.4.d dalam rangka me menuhi persyaratan sambungan lewatan. Masing-masing
bersangkutan tidak di- bengkokan di sudut seng kang U harus mengelilingi batang tulangan pokok
berlakukan. Lihat Gambar 6.3. memanjang.

·
1,

-- -
I

kal standar
meogelllngj
N r 1
tltlk tangen tlt,l: tangen tulangan

potongan - I rz 77 '7'7- -:-..,...,.,....,...,.,.,..,.,....,.- ,. _:,... ::;1

kapasltas I .!
L
..
l ' db
2
d
---....
N r +
j<.-.- ...:....-,.r 4db untuk 010 sld 025
s db untuk 029 sld 036
Lm 6 db untuk 044 sld 056 (a) (b) (c) (d)

Gambar 6.4.
Gambar 6.3. Penjangkaran tutangan sengkang
Panjang Penyaluran batang kait
BAB 6 PANJANG PENYALURAN DAN SAMBUNGAN BAJA TULANGAN 19 1
1g Q BAB 6 PANJANG PENVALURAN DAN SAMBUNGAN B.6.JA TULANGAN

'1
, I
I
Penjangkaran menggunakan kait(lihat Gambar 6.6.):
Sebagaimana ditentukan dalam SKSNI T-15-1991-93 pasaJ 3.5.5, panjang penyaluran
dasar lhb yang dibutuhkan untuk mengembangkan kuat luluh fy dalam batang kait diukur
dari lokasi timbulnya kuat luluh ke sisi luar ekstrim kait, sebagai berikut:
1OO d b 100(25)
450
lhb =
./c'
r;-; = "'!120 = 559 mm ===> untuk ty = 400MPa I
·
Guna mendapatkan ldh dikalikan faktor modifikasi fyf 4CO = 300/400 = O,75.
diperoleh f dh= 0,75(559) = 419,3 mm.
Temyata masih didapat nilai tidak kurang dari 150 mm dan 8 db= 200 mm.
Kemudian dilakukan pemeriksaan cukup tidaknya febar kolom untuk dipasang penjang
Gambar 6.5. karan,
Sketsa Conteh 6.3
419 + 40 = 459 mm < 600 mm
Dengan demiki disimpulkan bahwa penjangkaran keseluruhan masih bisa dipasang di
Con toh 6.3. , · rf
Tentukan penjangkaran atau panjang penyaluran yang diperlukan untuk kond1s1 sepe 1 dalam kolom.
yang terlihat pada Gambar 6.5, dengan fc' = 20 MPa (beton normal), fy = 300 MPa, dan
batang tulangan baja 025 adalah tulangan atas. b. Penjangkaran masuk ke balok :
Seperti hasil analisis yang didapat, untuk batang tulangan baja lurus panjang
penyaluran yang diperlukan adalah 818 mm. Sehingga pada penjangkaran masuk ke
Peny elesaian
a. Penjangkaran masuk ke kolom : . balok harus memperhitungkan kemungkinan memperoleh tempat sepanjang 818 mm
Penjangkaran menggunakan batang tulangan /urus :Dari Tabel A-39, pan1ang penyaur- menjorok lewr1t dukungan masuk ke balok. SK SNI T-15-1991-03 mencantumkan
an dasar 659 mm. Karena kedudukan elevasinya merupakan batang tulangan atas, tambahan persyarata11 perpanjangan batang tulangan baja yang bertugas sebagai
d1gu- batang tarik pada daerah m ,. men negatif. Persyaratan tersebut akan diuraikan lebih
nakan faktor modifikasi 1,40 sehingga: lanjut pada pembahasan Strukt l" Bentang Menerus pada Bab 7 di belakang.
ldpertu = 659(1,40) = 818 mm
karena 818 mm > 600 mm (tempat yang tersedia), diperlukan usaha penjangkaran yang
mungkin dapat dilakukan dengan membuat kait bangkok bersudut 90° atau 180°.

(a) kal (b) kalt 180" 1 11,

90" I,

,t·'
Gambar 6.7. Sketsa perencanaan Contoh 6.3
Gambar 6.6. Sketsa Contoh 6.3
19 2 BAB 6 PANJANG PENYALURAN DAN SAMBUNGAN BAJA TULANGAN Co
nt
= eh
6.
4. .
suatu balok persegi beton beton bertulang dengan dalam efektif d 530 mm,· e/lmut ·

1
beton 40 mm, fy.= 300 MPa, fc'= 20 MPa. Perhitungkan penggunaan tulgan bB}a 01
untuk sengkang bentuk U sederhana, apabila : ( a) menggunakan k1t 90° yang
dt· bangkok tidak mengelilingi batang tulangan baja memanjang, dan (b) t1dak 19 3
mengguna·
BAB 6 PANJANG PENYALURAN DAN SAMBUNGAN BAJA TULANGAN
Ii I

kan kait.

Penyelesaian . .
oengan mengacu pada Gambar 6.4.a dan Tabel A-39, l d ba g 010 = 1800.mm. Nilat
tersebut adalah Panjang Penyaluran Dasar, tetapi karena id minimum tersebut tldak Gambar 6.8.
da t dipasang untuk kait sengkang maka faktor modifikasi tidak digunakan. Pej Pemindahan tegangan pada sambungan lewatan tarik
gkaran mm mum yang dipertukan sejak dari pertengahan tinggi efektif balok sampai
t1t1k tangen ka1t Seperti ditentukan dalam SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.5.14, sambungan lewatan
tidak boleh digunakan untuk batang tulangan baja yang lebih besar dari 036 kecuati untuk
adalah,
fondasi telapak. Pada umumnya pelaksanaan sambungan lewatan lebih ekonomis diban
0,50 ld= 0,50(1800) = 900 mm .
dingkan dengan cara lainnya. Seperti tampak pada Gambar 6.8, sambungan lewatan beru
dengan mempertimbangkan tebal selimut baton dan keadaan geometri yang tersedta,
pa dua batang tulangan disambung bersinggungan satu sama lain kemudian diikat, atau
maka tempat yang tersedia untuk penjangkaran:
112 d -40 -3,0 db=112(530) -40 - 3,0(10) = 195 mm> 90 mm (baik) dapat juga dengan memberikanjarak spasi di antara kedua batang ke arah transversal ll
kira kira seperlima panjang lewatan namun tidak boleh lebih dart 150 mm. Untuk
Mengacu pada Garnbar 6.4.b, panjang duntuk batang tulangan 010 adalah 1_aoo mm..
. Panjang penjangkaran sesuai dengan persyaratan dipilih yang lebih besar dt antara
menghindari terjadinya kegagalan struktural, penyambungan batang tulangan baja di
!I
I
111 '

daerah momen maksimum balok atau tempat di mana terjadi tegangan tarik maksimum
mlat I,1',11,1

seyogyanya tidak dilakukan, di samping penempatan titik-titik sambung dilakukan


300 mm dan 24 do-
I

berselang-seling sehing ga tidak membentuk garis lemah struktur.


24 d0 = 24(10) = 240 mm
maka, ditentukan panjang penjangkaran minimum sesuai persyaratan adalah 300 ":'m. De
ngan mempertimbangkan tebal selimut beton, panjang penjangkaran diukur s01ak dan I:
pertengahan tinggi efektif balok yaitu:
6 .6 SAMBUNGAN TULANGAN BAJA TARIK
112 d - 40 = 112(530) - 40 = 225 mm< 300 mm (tidal< baik)
Daktilitas balok dengan tulangan baja yang menggunakan sambungan lewatan harus te
tap sama dengan yang tanpa sambungan. Persyaratan panjang lewatan dimaksudkan
6.5 SAMBUNGAN BATANG TULANGAN un tuk menghindari keruntuhan atau kegagalan sambungan pada waktu tercapainya
keku atan nominal lentur di tempat tersebut. Kebutuhan panjang lewatan bertambah
Karena keterbatasan dalam proses pengangkutan (transportasi) maka panjang batang tu sasuai degan meningkatnya tegangan dan bertambahnya jumlah luas penampang
langan baja hasilindustri yang tersedia di pasaran umumnya dibatasi hanya 1 dan 6 me· tulangan ba ja pada sambungan. Panjang minimum sambungan lewatan tarik diambil
tar masing-masing untuk diameter kecil dan besar. Dengan terbatasnya pan1an batang berdasarkan sya rat kelas yang sesuai tetapi tidak boleh kurang dari 300 mm. Syarat
tulangan baja maka dalam pelaksanaan penulangan pekerjaan baton bertulan_g masing-masing kelas sambungan diungkapkan dengan panjang penyaluran tegangan
d1perlukan sistem penyambungan batang tulangan. Penyelesaian sambungan dapat tarik ·ctd) batang tulang an baja tertentu, sebagai berikut:
d1lakukn de ngan cara pengelasan, penggunaan alat sambung mekanis, atau yang 1) sambungan Kalas A dengan panjang sambungan lewatan 1,0 i d.
umumnya d1guna kan dengan menggunakan sambungan lewatan, yaitu 2) sambungan Kalas B dengan panjang sambungan lewatan 1,3 I.cit
menumpangkan_ dan -enyatukan bagian panjang tertentu ujung-ujung batang yang 3j sambungan Kalas C dengan panjang sambungan lewatan 1,7 f dt
disambung kemud1an dnkat dengan di mana id adalah panjang penyaluran tarik untuk kuat luluh fy yang disyaratkan sesuai
menggunakan kawat baja, seperti dipertihatkan pada Gambar 6.8. da ngan peraturan pasal 3.5.2, seperti yang telah dibahas di Bab 6.1 tardahulu. Untuk
sam bungan batang tulangan baja tarik, SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.5. 14 memberikan
keten tuan seperti yang dapat dijumpai pada Daftar 6.1.
' Im
i1l

BAB 6 NJANG PENYALURAN DAN SAMBUNGAN BAJA TULANGAN 19


1 4 BAB 6 PAN.JANG PENYALURAN DAN SAMBUNGAN BAJA TULANGAN 5
'111i'
'

Sesuai dengan SK SNI T-15 1991-03 pasal 3.5.15 ayat 4, pemilihan lokasi atau Untk komponen struktur tekan yang menggunakan pengikat sengkang, di
tempat sambungan b?tang tulangan tarik harus dilakukan selang-seling berjarak minimum
600 mm. sedemikian rupa sehinga setiap penampang dapat mengembangkan paling
mana luas efektif senkang yang terdapat di sepanjang sambungan lewatan tidak 'I 11!

kurang dari 0,0015 hs, pan1ang sambungan lewatan boleh dikalikan 0,83 tetapi
1 ; !l 1 !
tidak dua kali gaya tarik yang dihitung tetapi tidak kurang dari 140 MPa untuk luas panjang totalnya tidak Ill
tulangan total yang tersedia Oafam menghitung besamya gaya tarik yang terjadi pada
setiap pe nampang, tulangan yang disambung boleh dianggap berkekuatan sama
.kurang dari 300 mm. Kaki sengkang arah tegak lurus terhadap h harus digunakan dalam
menentukan luas efektif tersebut. Sedangkan untuk komponen struktur tekan yang
I:
dengan kuat menggunakan lilitan spiral, panjang sambungan lewatan batang tulangan yang terdapat i ' ·'
di
dalam satu spiral boleh dikalikan dengan 0,75 tetapi panjang totalnya tidak boleh kurang
sambungan yang disyaratkan. Batang tulangan yang tidak disambung harus dianggap dari 300 mm.
mempunyai kekuatan sebesar bagian dari fy yang besamya ditentukan oleh nilai banding
Sambungan batang tulangan baja tekan dapat juga dilakukan dengan cara 11 1
panjang penyaluran yang tersedia terhadap l d yang diperlukan untuk mengembangkan
menum pukan ujung-ujung kedua batang kemudian dipegang dan diikat dengan I
1:'.

kuat luluh fy yang disyaratkan. Sedangkan sambungan batang tulangan baja untuk bagi I'
peralatan khu sus sedoikian rupa sehingga terjadi kontak konsentrik kokoh. Sudah
an-bagian struktur yang bertugas mengikat gaya tarik (sengkang tarik misalnya) harus
barang tentu per mukaan u1ung batang harus dipotong rata dan rapih agar didapat
dila kukan dengan cara pengelasan penuh atau sambungan mekanis kokoh, dan letak
I

kontak yang sempuma. Sambungan semacam ini hanya boleh diterapkan untuk 11 I

sam bungan batang yang bersebelahan harus selan'g-seling berjarak paling tidak 800
komponen struktur baton yang menggunakan tulangan sengkang, sengkang ikat ;I
I
I

mm.
tertutup, atau lilitan spiral. Sambungan dengan las, atau alat sambung mekanis r

Oaftar 6.1. Sambungan Lewatan Tarik


lainnya dapat juga dilakukan dengan memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam
(dikutip .dari Tabet 3.5.15 SK SNI T-15-1991-03) SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.5.14. Persyaratan sam bungan khusus untuk kolom
Persentase Maksimum dari As yang disambung didalam Panjang Lewatan Per1u diatur dalam SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.5. 17. 11,

A 5 ada 100 I

As pertu
(pada loi<asi lewatan) 50 11

75
6.8 PEMBERHENTIA N DAN PEMBENGKOKAN BATA NG
11
11

2 :S Kelas A Kelas A Kelas B


Kelas e TULANGAN STRUKTUR BENTANG SEDERHA NA I
Kelas C
2 >
Kelas B !
Kebutuha lus tulangan tarik As maksimum bagi komponen truktur hanya diperiukan di I I
tempat teqadinya momen maksimum. Oengan demikian jumlah maksimum tulangan baja I

ngan ukuran-ukuran 045 dan 055 boleh disambung secara lewatan dengan batang ter
035 p.a
6 .7 SAMBUNGAN TULANGAN BAJA TEKAN
dan batang lain yang lebih kecil. sa
ng
Pada SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.5.16 diberikan ketentuan syarat sambungan
ter
lewatan batang tulangan baja tekan. Pada dasamya panjang minimum sambungan
se
lewatan tekan
but
dihitung sebagai panjang penyaluran yang telah dibahas pada Bab 6.3 terdahulu, da
tetapi tidak kurang dari 0,07 tyd,,. atau (0,13 fy - 24)db untuk fy lebih besar dari 400 pat
MPa, atau 300 mm. Sedangkan untuk baton dengan fc'kurang dari 20 MPa, panjang
dik
lewatan harus
ura
ditambah sepertiganya ngi
Apabila batang tulangan baja tekan dengan diameter berbeda disambung secara
di
lewatan maka panjang lewatan harus diambil nilai yang terbesar dari panjang penyaluran
te
batang- lebih besar atau panjang lewatan batang yang lebih kecil. Batang tulangan de
mp
at-tempat di sepanjang balok terlentur menye sua1ka d_engan berkurangnya momen lentur
'

II
yang dipikul. Usaha tersebut umumnya di selesa1kan dengan cara meml:9rhentikan atau
membengkok tulangan baja sedemikian rupa sehingga tetap memperhatikan dan konsisten I,'

terhadap persyaratan kekuatan struk tur teoretis, dan sesuai ketentuan persyaratan yang 'I '
1j,,

ditetapkan peraturan. I

.Dengan demkian untuk komponen struktur terlentur secara teoretis batang tulang an
ba1ana dapat d1berhentikan atau dibengkokkan kapan saja apabila sudah tidak diper lukan
lag1 untuk menahan momen. Akan tetapi, SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.5.10 ayat 3
menentuan syarat bahwa pada tempat di mana batang tulangan baja sudah tidak diper
lka lag1, .batang tersebut dapat dihentikan setelah diperpanjang sejarak sama dengan
t1g1 efektif balok atau 12 kali diameter batang, diambil nilai yang lebih besar. Oengan de
m1k1an ebeentikan batang tulangan langsung di tempat di mana sudah tidak diper·
lukan lagt t1dak d1perkenankan, akantetapi SK SN! T-15-1991-03 memperkenankan mem
bengkok batang tulangan yang sudah tidak diperlukan di tempat tersebut.
19 6 BAB 6 A1.NJANG PENYALURAN DAN SAMBUNGAN BAJA TUlANGAN

BAB 6 NJANG PENYALURAN DAN SAMBUNGAN BAJA


TULANGAN 19 7
Pada struktur terlentur dengan dimensi tatap dan bentang sederhana, kita ketahui
Dalam praktek pelaksanaan, syarat tersebut selalu di . . .
bahwa jumlah As yang diperlukan bervariasi sesuai dengan momen lentur akibat bentang sederhana seluruh tufangan b h d. penuh1 karena pada umumnya untuk
beban
yang timbul, dan bentuk kurva A yang diperlukan sebangun dengan bentuk . awa ipasang men
annya. Lihat Gambar 6.9 untuk detail batang tuf b . erus asuk ke muka dukung-
diagram
momen lentur. Dengan demikian diagram momen lentur dapat dipakai sebagai kurva angan BJa yang drrekomendasikan.
As Con toh 6.5.
yang diperlukan hanya dengan mengganti skala vertikal yang sesuai. Sebagai ordinat
Balok dibebani merata ter!etak di atas duku
ialah jumlah luas penampang tulangan baja, atau jumlah batang tulangan baja
(mengguna
kan diameter sama untuk seluruh batang tulangan). Dengan cara tersebut didapatkan ko pada _Ga'!1bar 6.10, memerlukan 6 batan tu::n bentng sederhana seperti tampak
relasi panting, yaitu dengan menggunakan ordinat maksimum diagram dapat ditentukan
As maksimum yang diperlukan yang dinyatakan dalam jumlah batang tulangan. Varia5i
Apabila tmggi efe/dif baiok d 480 = I -
er1e ih (Asyang diper/ukan - A t mm, c - 20 MPa
gan ba1a 029 untuk penulangan tarik.
, yf,-- 300 ra,
b ., b" Mn I ak ada tulangan
bentuk diagram momen lentur memungkinkan penyelesaian cara ini, baik secara
grafis t"d
- s erpasang = 3oa3 mm 2 t k .n. batang tu-
langan baja dapat dihentikan. an d
atau yang lebih akurat ialah pendekatan matematis. Untuk cara grafis diperfukan gambar .... J. en 1 mana
diagram momen berskala. Pada saat menentukan tempat penghentian batang tulangan Penyelesaian u
baja harus diingat bahwa penghentian batang-batang tersebut mengikuti pola simetris. Tentukan di mana dua batang tulangan ba·a an . .
Apabila dikehendaki batang dibengkokkan, di dalam praktek dilaksanakan pembengkok mana hanya 4 batang yang diperlukan J!:k dg rtama akan d1hent1kan, yaitu tempat di
an dengan memulainya di tempat yang berjarak setengah tinggi efektif balok dari tempat namakan X1. Diagram momen lentur adlah ers: empat terse ut ke tengah bentang di
tepat di mana batang tulangan sudah tidak diperlukan lagi. Batang tulangan yang dibeng seimbangan garis tangen kurva pada tifk P aan ku_adrat tmgkat dua (parabola), ke
kok harus dijangkar dengan baik atau dibuat menerus dipadukan dengan penulangan pa kuadrat jarak dari tengah bentang. ' momen maks1mum bervariasi sesuai dengan
da muka yang berlawanan. Harap diperhatikan bahwa sistem penulangan balok dan plat Maka penyelesaian untuk jarak xdengan hubungan
dengan memanfaatkan pembengkokan tulangan sedemikian rupa sehingga membentuk 2 persamaan sebagai berikut:

y ====:. (3.5)2 = 6
cacat. Terutama disebabkan tingkat kesulitan pemasangan di sampingjuga masalah

(-;
kuali
rangka batang, seperti yang sering dilaksanakan selama ini, temyata sering memberikan 2. =Y 1
xl 2
z
tas tenaga kerja pelaksananya. Dengan demikian lebih disukai menggunakan batang
dari persamaan tersebut di atas, didapat x = 2 02
lu
rus dengan sistem penempatan tulangan sesuai dengan persyaratan kekuatan.
penghentian dua batang tulangan b . D t . . : . ':1 yang mana merupakan titik teoretis
Selanjutnya pada SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.5.11 ayat 1 ditentukan bahwa un dengan .
Jarak a1a. an ht1k m1 batang tul h .
d, atau 12 d . angan arus I' f
digunak d1perpanjang
tuk penulangan bentang sederhana paling tidak sepertiga dari tulangan momen positif . "' =
an mana yang leb1h
besar. 12 diameter batang = 12(29) 348 mm .
harus diperpanjang masuk sepanjang muka yang sama dari komponen hingga ke
dalam tumpuan. Untuk balok, tulangan harus menerus ke dalam tumpuan paling tidak
150 mm.
420
(b) diagram Mu penampang
potongan A·A
(c)
ln
Gambar 6.1o.
Si<etsa Ccntoh 6.5
Gambar 6.9.
Detail batang tulangan baja yang direkomendasikan
P1at satu arah. bentang sederhana. penulangan tarik simetri
198 BAB 6 NJANG PENYALURAN DAN SAMBUNGAN BAJA TULANGAN

. n an batang tulangan adalah 460 mm dan J·arak


,
I
I
I
BAB 6 PAN.JANG PENW.URAN DAN SAMBUNGAN BAJA TULANGAN 19 9

=
mini- mkauremnabadtan4g6t0ulmanmg,amn abaJapderapn_atenJg bentang ke tempat Dengan demikian apabila diukur dari tengah bentang didapat jarak,
penghentian batang tulangan
(panjang batang. setengah bentan), adaJah:
2020 + 886 = 2906 mm
temyata pula bahwa hasilnya lebih kecil dari jarak tempat pemberhentian batang tulangan
2 02 + O 46 = 2,48 m b t · 1 gan terhadap tengah bentang (3320 mm), dapat disimpulkan bahwa tempat pemberhentian
Cara yang s..:na dignakan untuk menentukan :.,a1!e : am: batang untuk dua batang tulangan yang kedua telah memenuhisyarat pula (lihat Gambar
6. i1).
d:::ba-
baja berikutnya. Sedangkan untuk _dua bkatang k e dukungan. Dengan demikian Sepasang batang tulangan yang terakhir merupakan tulangan pojok mewakili jum
ma tang tuiangan pojok bawah balo, datrus an masu lah sepertiga batang tulangan baja momen positff yang harus dipasang menerus
ka didapatkan hubungan sabagai benkut: sampai ke dukungan baJok.
2i_ _ _± Akan tetapi harus diperhatikan bahwa kelompok batang tulangan ini secara
(3,5)2 - 6 teoretis menahan tegangan fy sampai pada titik berjarak 2,86 m dari tengah bentang
(pemberhen tian teoretis dua batang tulangan yang kedua). Dua batang tulangan
Dengan d em1kiakna,md k Ja. : i · ari tengah bentang ke tempat terakhir ini juga harus diberi perpanjangan seperti yang fain. Panjang penyaJuran yang
penghentian dua batang tulangan baja berikutnya adalah: diperlukan ( f.d ) adalah 886 mm. Sedangkan bagian lurus yang dapat dimantaatkan
untuk panjang penyaluran
Pemeriksaan2 i y yang diperlukan, l,, bagi ua batang tulangan baja hanya 0,75 m, sehingga harus digunakan kait pada ujung batang dengan panjang
penya luran l dh sebagai berikut:
yang
300) 100 db 100( 29)
pertama (Iihat Tabel A-39 untuk Panjang Penyaluran Oasar).
l = 886 mm
idh = ( 400 N = (0,75) ../20 = 486mm <750mm

db . . . . k den an jarak dari tengah bentang ke Dengan mengacu pada Gambar 6.12, jarak minimum yang diperlukan dari titik pember
tem- ternyata hasilnya jauh leb1h kec1I d1band an ) shingga tempat pemberhentian
untuk hentian teoretis dua batang tulangan yang kedua (juga di mana sepasang tulangan
pat pemberhentian batang tulangan (2 mm ' hi syarat Hal yang sama pojok dari balok menahan tegangan fy) sampai ke ujung baJok adaJah:
diberia dua batang tulangan kelompok pertama telah memenu.an naluran dasamya 486 mm + 40 mm = 526 mm
I.d jug a kukan untuk dua batang tulangan yang kedua, yang panJ g :imum f
berjarak 2,02 m
886 mm. etak titik di mana batang menahn ttegangt·and:abatang turangan yang
perta- h b t ng (titik pemberhent1an eore is
sedangkan jarak atau tempat yang tersedia adalah,
d iu k ur dituaduari tenga
batang tulangan yang k dua harus diperpanjang paling tidak sepan-
m a ). U n tu k e 750 m + 40 mm = 790 mm
en a
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rencana penjangkaran telah memenuhi per
jang l d dari titik tersebut 3320 syaratan.

Gambar 6.11.
Sketsa Contoh 6.5
minimum 41 h = 486
I
{
Gambar 6.12.
Sketsa C:ntoh 6.5


200 BAB 6 PANJANG PENYALURAN DAN SAMBUNGAN BAJA TUlANGAN

. BAB 6 NJANG PENW..URAN DAN SAMBUNGAN BAJA TUl.ANGAN 201


Dengan penghentian atau pemotongan dua batang tulangan yang kedua sebenar
nya hanya didapat sedikit penghematan luas tulangan baja. Ofeh sebab itu, dalam peren
tang pemindanan letak titik pemberhentian batang tufan
canaan di atas sebaiknya empat batang tulangan baja diteruskan sampai ke dukungan.
Selain itu, karena pada perencanaan tersebut penghentian batang tulangan dilakukan
di
Untuk memperhitungkan berapa sengkan
batang tufangan terhenti untuk daerah sepanjangg
gan.
::::;gb . ·
dd1tabah pada ujung
9 1
daerah tarik, dengan demikian mengakibatkan berkurangnya kapasitas atau jumlah sengkang daripada luas mu .ah d1perhitungkan dafam
kemampuan penampangnya
dukung terhadap gaya geser balok. Oleh karena itu, sesuai·ketentuan dalam SK SNI T-15- Tambahan luas panampang sengkang yang diperfukan adalah
1

1
1991-03 pasal 3.5.1O ayat 5, untuk balok tersebut perfu secara khusus dilakukan A _ 0,40 bws
peme riksaan dan perhitungan geser serta sengkang. Peraturan menentukan bahwa v- fy
panulang an lentur tidak diperkenankan untuk dihentikan di daerah tarik kecuali kondisinya
Dengan menganggap bahwa Av telah diketahui,jarak spasi maksimum adalah
meme nuhi salah satu keadaan sabagai berikut ini;
pasal 3.5.10 ayat 5.1 S = Av •
0,40 b...,
Gaya geser pada titik penghentian batang tulangan tidak melampaui dua pertiga
Dengan demikian, maka jumlah sengkang Ns yang ditambahkan di sepanjang 314d
harga yang diijinkan, termasuk kuat geser dari panulangan geser terpasang,
Vu S 213 ef>(Vc + Ns = (!!..)
s4
+1 = ( ) d
Av f r
4 .
+ _ 0,30 bwd
1- A t +1
'
Vs) v y
0,40 b...,
pasaf 3.5.10 ayat 5.2
Juga, dengan jarak spasi sengkang maksimum:
Pada setiap penghentian·batang tulangan atau kawat, telah disediakan suatu luas

=r : j+
sengkang tambahan di samping sengkang yang diperfukan untuk menahan geser
dan tarsi, di sepanjang jarak 314d diukur dari titik penghentian batang tulangan.
Luas sengkang tambahan Ay tidak kur dari,
5
=i maka => N s(minJ 1 = GPb+1

0,40 bwS 8/Jb


fy yang dipakai ialah nilai Ns yang terbesar dari kedua nilai di atas. \/
1

Luas sangkang tambahan sekaligus digabungkan dengan luas sengkang geser Con toh 6.6
dan tarsi yang diperlukan untuk daerah tersebut, dengan jarak sengkang s tidak
melampaui 1/ad(f3b), di mana f3b adalah nilai banding luas penampang
batang·tulang an terpotong terhadap luas penampang penulangan tarik total pada
Balok dengan b = 300 mm, d =
660 m A _
titik pemberhentian dua batang tulang":n bafa
tarik Tepat pada titik b rh .
6g .
jdu lap atas, empat lapis bawah),
apis pa.mg atas terletak di daerah
potongan pe · pem e ent1an V = 230 kN dan k " ·
tutangan baja D 12 be . k . • u seng ang uengan menggunakan
nampang baiok tersebut. T-15-1991-03 I 3f}ara spai 275 mm p.k.p. Sehubungan dengan ketentuan SK SN/
pasal 3.5. 10 ayat 5.3 jarak spasi s p:sa .5. 10, enksalah geser dan apabi/a diperlukan rencanakan ulang
Pada penulangan struktur menerus dengan menggunakan batang tulangan 036 , =
eng angyang d1perlukan. fc , 20 MPa, fy = 300 MPa.
atau lebih kecil, luas penampang terpasang dua kali lipat dari luas yang diperfukan · 1

untuk lenturan pada titik penghentian tulangan dan gaya geser yang terjadi tidak PenyeJesaian
melampaui tigaperempat geser ijin. Sesuai dengan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.5.10.1 d"1pen.ksa apakah:
Dengan memperhatikan ketiga kondisi tersebut di atas tampak bahwa ketentuan Vu S 213 4>(Vc + Vs)
yang pertama sudah digunakan dalam proses analisis. Meskipun diketahui bahwa !.<P (vc + \.'s) =!(0,60)( 2.)bd If'+ Av f y d
besar nya nilai Vs beragam, peraturan tidak memberikan ketentuan khusus mengenai 3 3 6 y'c S
panjang daerah di mana V5 akan timbul. Ketentuan yang kedua berhubungan engan = (O, so)(2.)3oo(s6o)ffo+ 226.2(3oq (660)
3
metode pe rencanaan, di mana harus diberikan tarnbahan sengkang apabila kuat geser 6 275
temyata tidak cukup kuat seperti yang ditentukan dafam Pasal 3.5.10 ayat 5.1.
Ketentuan kedua terse but akan dibahas lebih lanjut kemudian di bagian lain.
Ketentuan ketiga mencakup ten-

= 124,17 kN < 230 kN


(tidak baik)

202 BAB 6 PANJANG PENYALURAN DAN SAMBUNGAN BAJA TULANGAN
BAB 6 PANJANG PENYALURAN DAN SAMBUNGAN BAJA TULANGAN 203

Dengan demikian, sesuai dengan SK SNI T-15e1991-03 pasal 3.5.10.2 perlu P


6.9 P ER SVARATA N PANJANG PENVALURAN
ambah an tulangan sengkang di sepanjang jarak 3/4ddart ujung batang tulangan terhent1.
TULANGAN MOMEN POSITIF BALOK BENTANG
N - 0,30 bwd +1 atau N = 6/3 +1
s A f . s b SEDERHA NA
v y
N = 0,30(30q(660) +1= 1,88 atau N s =6(.!.) +1=3 SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.5.11 memberikan persyaratan panjang penyaJuran
s 226,2 @00) . 3 .
batang tulangan momen positif untuk baJok dukungan sederhana dan pada titik balik
Tambahkan 3 buah sengkang di sepanjang 314d = 495 mm, dan jarak spasi sengkang di
perhitungkan sebagai berikut: pada awalnya terdaoat: 495/275 =
dengan
sen kang '.:8 momen. Se perti yang sudah dikemukakan di depan, pasai 3.5. i1 ayat1 menetapkan
bahwa sepertiga bagian tulangan momen positif harus diperpanjang masuk sepanjang
jarak spasi 275 mm, ditambah 3 sengkang menjadi 4,8 sengkan 01 sepan1ang 495 mm, muka yang sama da ri komponen hingga ke dalam tumpuan. Untuk baJok, tulangan
maka didapat spasi yang baru = 495/4,8 = 103 mm, gunakan spas1 100 mm. harus menerus ke dalam tumpuan paling tidak 150 mm. Sedangkan ayat 3 mengatur
Dengan demikian pola perencanaan pemasangan senkang agak berubah, kh_u panjang penyaluran tuiangan momen positif di sekitar daerah tumpuan dan titik balik
susnya di daerah sepanjang 495 mm dari ujung pemberhent1a batang tulangan baJ momen. Maksud ketentuan terse but tiada lain juga digunakan untuk keperluan
Harao dicatat bahwa masalah yang berkaitan dengan pemberhentian batang tulangan _ba1a pemeriksaan panjang penyaiuran dengan memperpanjang dua batang tulangan sampai
di da.erah tarik dapat dihindari dengan cara memperpanjang batang tersebut ssuai de ke dukungan balok seperti yang dilakukan
ngan ketentuan yang diberikan SK SNI T-15-1991-03 pasaJ 3.5.10 ayat 3 atau diteruskan pada Conteh 6.5. Mesl<lpun pendekatannya boleh jadi tidak menggunakan diagram mo
sampai ke dukungan balok. _ men, akan tetapi perhitungan dengan mendasarkan pada diagram momen aktual seperti
Sebagai kesimpulan, untuk mendapatkan gambaran umum persyaratan pember yang diterapkan pada Contoh 6.5 dapat juga digunakan.
hentian batang tulangan di daerah momen positif pada balck dengan bentang seerhana Persyaratan memberikan pembatasan ukuran (dimensi) batang tulangan baja yang
dapat di!ihat pada Gambar 6.13. Apabila batang tulangan A diberhentikan atau d1potong, dapat digunakan sedemikian rupa sehingga panjang penyaluran i d yang disyaratkan
ditempuh langl<ah sebagai berikut: .. . tidak melampaui nilai sebagai berikut:
1) tentukan l.dsedemikian rupa hingga melewati daerah mo.men_pos1t1f _mak ni:u, dan
1 di mana, Mn = kuat momen nominal [A fy{d-112a)] dengan menganggap seluruh pe-
5
2) tentukan perpanjangan dari titik emberhentian teoret1s se1ar. k tmgg1 etekt1f balcK nulangan pada penampang menerima tegangan luluh fy.
atau i2 kali diameter batang tu!angan baja, diambil nilai yang lebin besar. . Vu = gaya geser rencana total yang bekerja pada penampang,
Selanjutnya; batang tulangan momen positif selebihnya B harus diperpajan_g spaniang la = panjang penjangkaran tambahan pada dukungan, di mana diambil seba
g d yang melewati titik pemberhentian teoretis batang tulangan A dan mas1h d1ben gai penjumlahan panjang penjangkaran yang melewati sumbu dukung
perpan- jangan 150 mm lagi ke arah dukungan balok. an dan panjang penjangkaran ekiva!en dari kait atau jangkar mekanis
yang digunakan.
titik batas teoritis
batang A tldak ---.
a:oeriuKall !aq1 . Konsekuensi pembatasc. n tersebut memberikan syarat penggunaan se-minin:ial
mungkin batang tulangan baja, namun.cukup kuat sampai saat momen yang bekerja me
t oj(minimum)
ngakibatkan batang-batang harus menahan tegangan fy- Nilai MJ Vu adalah perkiraan jarak
,, 2d:;r arau d l
dari penampang yang ditinjau sampai tempat bekerjanya momen Mn yang sama dengan
fs=O . !y ! ,q. dan di mana tegangan ty bekea pada tulangan.
; ./ Datang A I Untuk itu, jarak dari ujung ke tempat di mana batang tulangan menahan dan menya
,..,.;,,./,,.;_,,,_,.,. .,:
:J ·;------· --
B
'1L'.i. .1,1n
mum )
:_
'-tlatang
·1, lurkan tegangan fy adalah: MJ Vu+ la.• sehingga periu dipiiih batang-batang tuiangan baja
'j :-:-.inimum se-;trtiga tutangan ,., ,
'- oos11it drteruskan sedemikian rupa sehingga panjang penyaluran i d tidak melebihi jarak tersebut. Untuk
samoa1
.asuk ke pertetakan struktur di mana ujung penuiangannya berbatasan dengan reaksi tekan, atau ujung tu
Gambar 6.13. langan dilingkup oleh reaksi tekan seperti haJnya yang terjadi pada balok dengan dukung-
Persvara:an ;:;srr::;ementian ba:ang :uiar.gc..ri
mrr.en ;:cs;c:f '.:aiok tentar.g seaerhar:a
BAB 6 PANJANG PENYALURAN DAN SAMBUNGAN BAJA TULANGAN 205
2Q4 BAB 6 NJANG PENYALURAN DAN SAt.t3UNGAN BAJA TULANGAN

SOAL-SOAL
an sederhana (balok didukung pada pasangan tembok misaJnya}, peraturan mengijinkan
menaikkan 30% nilai M,/ Vu- Peraturan juga meneentukan bahwa ld pada titik balik dibatasi 6-1. Tentukan panjang penyaluran yang diperiukan untuk batang tulangan baja seperti
pada harga terbesar antara tinggi efektif komponen struktur (d) dan 12 dtJ- trgmbar, fc'= 30 Pa, fy= 400 MPa Periksalah penjangkaran masuk ke kolom, apa
btla tldak memenuh1 ketentuan persyaratan rencanakan penjangkaran dengan
Contoh 6.7 meng-
=
Balok terletak pada dukungan sederhana dengan b 400 mm, d = 660 mm. As= 2032, gunakan kait 180°.
fc '= 20 MPa, f y = 40q MPa, Jebar dukungan 300 mm, tebal selimut beton 40 mm,
Vu pada dukungan 360 kN. Sehubungan dengan ketentuan SK SN/ T-15-1991-03 pasal 6-2. Pada penjangkaran batang tulangan balok ke dalam ko!om tanpa memberi kait
3.5.11, periksa apakah diameter batang tulangan baja yang digunakan mencukupi. tentu 20
kan diameter batang tulangan terbesar yang mungkin untuk dipasang. fc' = MPa,

Penyelesaian fy= 300 MPa.


Karena ujung balok berbatasan dengan reaksi tekan dukungan, terlebih dahulu diperiksa

besar l d :
1,3 M n l
i d s-v-+ a
u
dari Daftar A-39, panjang penyaluran dasar yang diperlukan ( l db) ialah 1439 mm,
As 1608,6
0 0061 Gambar Soal 6-1
p = b d 400(660} = •
k= 2,2644 MPa
Mn= bd2k= 400(660)2(2,2644)1Q-6= 394,6 kNm.
maka, dmaksimum diipnkan yang memenuhi syarat adalah:
3
l d = 1,3 M n + la _ 1,3 (394,6) +(300 _ 40\
(10)
Vu 360 2 )
=1535 rrm> 1439 nm

Diameter batang tulangan baja terpasang cukup kecil dan memenuhi syarat untuk dapat
Gambar Seal 6-2
bertugas menahan tegangan yang diperlukan. Apabila i d yang diperlukan lebih besar dari
1535 mm, nilai maksimum diijinkan dapat dinaikkan dengan cara membuat kait, juga perlu 6-3. Pada balok dengan dukungan sedrhana yang menahan beban rencana terfaktor
diingat bahwa penggunaan batang tulangan baja berdiameter lebih kecil akan memberi-
(termasuk berat sendiri) 70 kN/m, bentang bersih 12 m. fc'= 20 MPa, fy= 300 MPa,
kan nilai l d yang kecil pula. lebar dukungan 300 mm, panjang batang tulangan yang tersedia 1o m.
a Rencanakan penampang balok baton bertulang persegi dengan hanya bertulang-
an tarik saja,
b. Tentukan tempat pemberhentian batang tulangan baja,
c. Tentukan tempat sambungan batang tulangan dan hitung panjang lewatan,
d. Rancang penulangan geser,
e. Periksalah apakah persyaratan pemberhentian batang tulangan di daerah tarik te-
lah dipenuhi sesuai peraturan. Apabila perlu rencanakan sengkang secukupnya.

206 BAB 6 PAN.JANG PENYALURAN DAN SAt.eUNGAN BAJA TUlANGAN 6_4.Balok seperti tampak pada gambar dengan beban merata terfaktor 146 kN/m (terma suk berat
sendiri), beban terpusat terfaktor 90 kN. fc' = 30 MPa, fy =400 M.Pa, .lebar
pertetakcm. 00 mm. . · . . .
l
a Rencanakan penampang balok beton bertulang dengan hanya bertulangan
tank
a - .
b. Tentukan pemberhentian batang tulangan baja bila diperlukan, menggunakan
pendekatan grafis.
. 7
c. Rencanakan· sangkangnya dengan mempertimbangkali gaya gesar pada
pember- hentian batang tulangan.

Ai = OO kN AJ =!ll kN

STR UKTUR BENTA NG


MENERUS DAN PLAT DUA ARAH
lI TI Wu=140 kN/ m '

7.1 PENDA HULUA N

Gambar Soal 6-4


Struktur gedung baton bertulang dengan sistem cetak di tempat dapat terdiri dari plat lan
tai menerus yang dicetak menjadi satu kesatuan monolit dengan balok-balok penumpu
nya. Balok-balok terdiri dari balok anak dan induk juga merupakan struktur bentang
mene rus dari bentang satu ke bentang lainnya. Plat lantai merupakan panel-panel baton
bertu lang yang mungkin bertulangan dua atau satu arah saja, tergantung sistem
struktumya. Apabila nilai perbandingan antara panjang dan lebar plat tidak lebih dari 2,
digunakan pe nulangan dua arah. Pada sistem struktur bentang menerus demikian,
baJok bertugas me neruskan beban yang disangga sendiri maupun dari plat kepada
kolom penyangga (lihat Gambar 3.1). Kontinuitas penulangan plat diteruskan masuk ke
daJam baJok-baJok dan ke mudian diteruskan masuk _ke kolom. Dengan cara demikian,
sistem plat secara keseluruh an menjadi satu kesatuan membentuk rangka struktur
bangunan kaku statis tak tertentu yang sangat kompleks. Perilaku masingmasing
komponen struktur dipengaruhi oleh hu bungan kaku dengan komponen lainnya: Beban
tidak saja hanya mengakibatkan timbul nya momen, gaya geser, atau lendutan,
langsung pada komponan struktur yang mena- hannya, tatapi komponen-komponen
struktur lain yang berhubungan juga ikut berinter aksi karena hubungan kaku antar
komponen.
Basar momen atau gaya geser yang diteruskan dari komponen struktur tartentu ke
pada komponen lain melalui titik hubungan (titik buhul) tergantung pada nilai kekakuan
re latif terhadap segenap komponen struktur yang bertemu pada titik tersebut. Cara
perhi tungan momen dan gaya geser akibat beban yang bekerja pada plat dan
kemudian dite ruskan kepada rangka struktur secara keseluruhan merupakan
mekanisme khusus dan
j
l
BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN PLAT DUA AAAH 209
208 BAB 7 STAUKTUA BENTANG MENERUS DAN PLAT DUA ARAH

-
(l} prv)"'
bentang ujung
u.
memertukan perhitungan panjang. Cara-cara perhitungannya telah banyak dibahas te:n= •• )

dalam buku-buku Analisis Struktur, di samping juga tersedia banyak program 0a.
. bentang dalam

.
Tumpuan luar ter1etak bebas -_Wuln -Wuln
komputer untuk z Tumpuan luar menyatu dengan 2 2
w
membantu penyelesaiannya. 0 I
Oalam rangka usaha penyederhanaan perencanaan, SK SNI T-15-1991-03 pasal I 1 i 1
komponen pendukung 14W u l 15Wul
3.1.3 ayat 3 ·mengijinkan penggunaan koefisien-koefisien dari persamaan momen dan ga
ya geser standar apabila keadaan bentang dan beban memenuhi persyaratan tartentu.
Pendekatan tersebut merupakan cara perkiraan dan digunakan untuk bangunan-bangun
an gedung standar yang memiliki bentangan, tinggi lapis lantai, dan cara pelaksanaan
pembangunan yang berlaku umum. Pendekatan tersebut boleh diterapkan untuk plat pe
nulangan satu arah (tulangan tegak lurus terhadap balok), atau balok yang berupa kompo
.
Tumpuan Dalam

Dua bentang

12
9 wu ln

-
..-
nen struktur bukan prategangan dan merupakan struktur menerus. bentang ujung bentang dalam
Apabila pada struktur plat perbandingan bentang panjang (p) terhadap lebar (£) ku-

"'-
)
rang dari 2, maka akan mengalami lendutan pada kedua arah sumbu. Beban lantai dipikul
pada kedua arah oleh empat balok pendukung sekeliling panel plat, dengan demikian pa- . Lebih dari dua bentang
1
w wul n
/2 /
12
11wu ln

-
nel menjadi suatu plat yang melentur pada dua arah. Oengan sendirinya penulangan un
tuk plat tersebut harus menyesuaikan pula. Apabila panjang plat sama dengan lebarnya, Tumpuan Dalam
perilaku keempat balok keliling dalam menopang plat akan sama. Sedangkan apabila pan
jang tidak sama dengan lebar, balok yang lebih panjang akan memikul beban lebih
u. • a )
2.w f2
besar
dart balok yang pendek.
Cw!J
z .. Plat dengan bentang <3,0 m
12 u n

z Balok dengan rasio jumlah kekakuan kolo


w ujung bentang lebih dari
m temadap
8 kekakuan balok pada tiap
0
. Tiga atau lebih bentangan

7.2 2 STRUKTUR BALOK DAN PLAT MENERUS

Persamaan momen standar merupakan hasilperkalian wJ.n2 dengan suatu koefisien, de


mikian pula persamaan gaya gaser standar adalah perkalian wJ.n dengan koefisien tertan
tu. Dalam hal tarsebut, Wu adalah beban merata rencana terfaktor, ln adalah bentang ber
struktur menyatu dengan

-
pendukung
Tumpuan Luer
.. - )

.
sih untuk momen posnif serta gaya geser yang ditinjau, atau harga rata-rata dua bentang
bersih yang bersebelahan untuk momen negatif. pendukung balok spandrel • · 1 2
24 Wuln
Persamaan-persamaan standar tersebut hanya dapat diterapkan pada struktur yang
memenuhi haJ-hal sebagai berikut:
1) Struktur bentang menerus (minimum ada dua bentang) dengan panjang bentang ku-
. pendukung adalah kolom ffiWuln
12

rang lebih sama di mana untuk setiap dua bentang bersebelahan, bentang yang lebih
panjang tidak melampaui 20% terhadap bentang yang pendek.
. Geser dari struktur ujung pada bidang muka kompcnen
I ' ..

2) Pen:'bebanan berupa beban merata.


3) Berdasarkan pada beban-kerja, nilai maksimum perbandingan beban hidup
a:
w
en
w
. pendukung dalam yang pertama
us( w f n J
wuf n . 1.'
terhadap beban mati yang diijinkan adalah 3:1. C!J
Gaser pada bidang muka komponen pendukung lainnya 2 :r
4) Penampang komponen struktur prismatis.
11' 1 1:
1

Ii 1

:I I

,, 1
1, 1
I

2 1Q BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN PlAT DUA ARAH


BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN PLAT DUA ARAH 211

oengan dipenuhinya persyaratan tersebut di atas pada urnurnnya persarnaan rnornen


tian atang penulangan di daerah tarik pada balok bntan .
dan gaya geser standar rnernberikan hasil yang cukup baik dan arnan. ca d1 persilahkan untuk mencarrnati ulang Co t h 6 4 g sederhana. Untuk itu,
Apabila kondisi struktur tidak rnernenuhi pernbatasan-pernbatasan di atas, pemba- p n o . yang lalu
ataupun ada.Gambar 7.2.b tampak bahwa apabila batang tulan m .. . .
dikarenakan alasan-alasan ekonrni diperlukan atau diinginkan hasilyang lebih tepat, k.an harus d1beri perpanJ·angan sedem"ikr·an rupa seh.mgga omen po··sit1f .A d1hent1-
ma
me9momen
t1k na positif maksimum dan per . . rnpung proyeks1 id dari ti-
ka harus dilakukan analisis yang lebih teliti secara matematis dan lebih bersifat panjangan tersebut JUga mel f ··
'
teoretis.
Persamaan momen dan gaya geser dicantumkan dalam Garnbar 7.1, sedangkan penggu- teoretis sejarak sama dengan tinggi efekff k • ewa I t1t1k penghentian
tang tulangan, diambil yang terbesar: Deng1anodmpk en ds.lruktur, atau 12 kali diameter ba-
naannya akan diberikan contohnya di bagian belakang dari bab ini. . · em1 tan apat disimpulk b h . .
t1k penghentian teoretis tar antun ad . an a wa lokas1 t1-
bentuk diagram rnomen yangg terjatBa ul nbatang tulangan xang dihentikan dan
7.3 P EMBERHENTIAN TULANGAN jang melewati titik penghentian teoretis batag A an omen po1t1f harus diperpan
lam dukungan se1·arak 150 S e1ara .f..d dan paling t1dak masuk ke
STRUKTUR BENTA NG MENERUS da-
mm. yarat penghent1an batang t I .
Oengan memperlakukan sama seperti layaknya pada bentang sederhana, luas penam harus diterapkan untuk kasus tersebut · Seb agai. t ambahan aguarandgitiannjad1
·daerabh tarik juga an batang tulangan momen positif pada titik b rk h
pang batang tulangan pokok yang diperlukan untuk suatu penampang komponen struk . u JUga
tur tertentu merupakan fungsi da momen rencana. Maka, setara dengan momen yang ahwa ukur- 1991-03 pasal 3.5 11 ayat 3 sepert1·ya d:b ha I arus memenuh1 syarat
ni- 1 ainya beragam di sepanjang bentang, luas batang tulangan baja juga berubah-ubah SK SNI T-15-
. ng 1 a as pada Bab 6.9.
de ngan tetap berdasarkan pada syarat teoretis kekuatan komponen struktur yang

H )
bersang-
teoritls batang c I I--titik balik .

"t
pemberhentian - jd atau 12db
kutan sesuai SK SNI T-15-1991- k, l..!:!. ( ITl·l.:n.:.l.ml:+ll-l2)--_J, lebih darl:
03.
·; I : d
Pada komponen struktur terlentur, secara teoretis batang tulangan baja dapat di- ..!..t
hentikan atau dibengkokkan bilamana sudah tidak diperlukan lagi. Gambaran secara fy ,f------, '5 n
batang o f { 'i i2 db
umum persyaratan penghentian batang tulangan untuk struktur bentangan menerus, y ';
baik tulangan untuk momen positif maupun negatif, dapat dilihat pada Gambar 7.2. Untuk
komponen struktur bentang menerus, SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.5.11 ayat 1 membe
rikan persyaratan bahwa paling tidak 114 batang tulangan momen positif harus diperpan
jang melewati dukungan sejauh 150 mm. Sedangkan pasal 3.5.12 ayat 3 juga mensya
ratkan bahwa paling tidak 1/3 batang tulangan momen negatif diperpanjang sampai mele
wati posisi ekstrem titik batik, sejarak tidak kurang dari 111s bentang bersih, tinggi ef ektif
komponen struktur d , atau 12 kali diameter batang tulangan, diambil mana yang (a) .penulangan momen negatif

terbesar. Apabila batang tulangan momen negatif C (Gambar 7.2.a) hendak dihentikan,
maka harus
batang, atau 111s bentang bersih, )
diperpanjang paling tidak sejarak panjang penyaluran l.d melewati muka dukungan. Per d
I
minimum seperempat
panjangan melewati titik penghentian teoretis yang ditentukan dengan menggunakan di diambil mana yang terbesar. (minimu penulangan momen
m\ • positil clteruskan masuk
agram momen, juga harus sama dengan tinggi efektif komponen struktur, atau 12 kali Apabila batang tulangan momen ke dukungan sfdalam
150 mm
dia meter batang tulangan, mana yang lebih besar. Batang tulangan momen negatif ne
selebih nya D (minimum 1/3 batang tulangan negatif total) harus diperpanjang paling
tidak sepan
jang i d melewati titik penghentian teoretis batang tulangan C, dan perpanjangannya minimu
m 150
ha rus melewati titik balik, sejarak tinggi efektif komponen struktur, 12 kali diameter _
I
Id (minimum)
.r-1n :--_.!!._::.:::::'...'..'.:
I
--_J/
gatii dihentikan sebelum mencapai titik balik, kasusnya menjadi sama dengan penghen- (b) penulangan momen positif
P Gambar 7.2.
ersyaratan penghentian batang tulangan untuk plat menerus
----------------------- -,.
2 12 BAB I STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pl.AT DUA ARAH
BAB 7 STRUKTUA BENTANG MENEAUS DAN PLAT DUA ARAH 2 13

,I
I ,'

1sno mmmum!_..:.ln =benta


(a)struktur menerus ng dalam
- bentang bersih------?J1
(bJ Potongan A-A

apabila
I
penu
dibengkol<
\ .. J<:. :-'-- --,(

Gambar 7.4. Sketsa untuk Conteh 7.1


Penyef
esaian
Perbedaan mendasar dibandingkan dengan perencanaan lentur seperti yang dibahas
·;::1;:;:::i=;:·::•.·;·· terdahulu adalah bentang-bentang bersambungan sehingga membentuk struktur mene
rus, dan untuk menentukan momen dan gaya geser digunakan persamaan dan koetisien
m15in0innfvLnim,,_,;;.,,_, ln = bentang bersi:h:..:._ --;1 SK SNIT-15-1991-03.
Bagian a:
(b) struktur menerus - bentang ujung Tebal Plat :
Gambar 7.3. Plat dirancang dengan berdasarkan persyaratan ketebaJan minimum SK SNf T-15-1991-
Detail penulangan dan penghentian batang tulangan yang 03 Tabel 9.5.a, kemudian dengan tebal yang didapat diperkirakan berat sendiri plat.
disarank untuk struktur plat penulangan satu arah dan balok Plat dengan kedua tepi ujung menerus,
bertulangan tank

Karena penentuan teoretis tempat penghentian dan pembengkokan batang tu hm1n1mum= ;,, 1.( o, 4+ :oo) =( 360oJ( 0,4+ ) = 1oqs mm
langan menyita banyak waktu dan ketelitian, timbul kebiasaan untuk mengg.uakan Plat dengan satu tepi menerus,
e•(o. 4 + :0
pdo man-pedoman berdasar pada pengalaman yang terbukti cukup aman. Cara 1m dapt
d1pa kai apabila syarat penggunaan koefisien momen SK SNI T-15-1991-03 dapat hmm1mum = 2 ) = :( 3600)(o, 4 + 0,4286) = 124,3 mm
d1penu 1
dengan mempertimbangkan berbagai parameter yang berpengaru·n-. Suatu co.toh
detail
0 2
penulangan berikut penghentian batang tulangan yang disarankan, dapat d1hhat pada
Gambar 7.3. Berdasarkan hasiltersebut, ditentukan tebaJ plat 125 mm. Harap dicatat bahwa
perhrtung an plat tersebut menggunakan satuaniebar b = 1m.
Conteh 7.1
Menentukan Beban :
Suatu sistem struktur /antai seperti tampak pada Gambar 7.4 terdiri dari plat penulangan
Beban mati plat = O, 125(23) = 2,875 kPa
satu arah menerus didukung oleh balok-balok struktur menerus. Beban kerja yang be
kerja pada lantai terdiri dari beban mati 1,20 kPa (tidak termasuk berat sendiri plat) dan '
Beban mati total =
1,20 + 2,875 = 4,075 kPa
Wu= 1,2 WoL + 1,6 WLL .
beban hidup 10 kPa, f0 ' =
20 MPa, fy = 300 MPa: (a) Rencanakan plat lantai dengan = 1,2(4,075) + 1,6(10)
penulangan satu arah, (b) Rencanakan penulangan ba/ok pendukung menerus.
= 4,89 + 16 =
20,89 kPa (beban rencana)
Untuk perencanaan tiap lebar 1 m, maka Wu = 20,89 kN/m.
2 14 BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN PLAT DUA ARAH
BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pl.AT DUA ARAH 2 15

Menentukan momen dan gaya geser :


Dengan menggunakan persamaan momen SK SNI T-15·1.991 03 .dan mengacu k erlu = M_g_ = Mu (10) -3 _
: 11
pada Gambar 7.1. dan 7.4, maka momen dapat ditentukan sebagai benkut. Mu I ,

p ,bd2 0,8 (1)(0,10)2 8


+Mu = 1114 w,/.n2 = 1114(20,89)(3,60)2 = 19,34 di mana Mu menggunakan satuan kNm. jl

kNm
11

Dengan menggunakan persamaan tersebut dapat dihitung rasio baja p yang diperfukan
+ Mu = 1/16 w,/.;,2 = 1/16(20,89)(3,60)2 = 16,92 untuk tempat-tempat lainnya, dan dengan demikian dapat dihitung pula As yang diperlu
kNm I .
kan. Hasil hitungannya dibuat dalam bentuk daftar, dapat dilihat pada Daftar 7-1.
Mu = 1110 w,).1= 1110(20,89)(3,60)2 = 27,07 l<Nm Penulangan minimum untuk plat dengan ketebalan tetap adalah yang diperlukan untuk
Mu = 1m w,/.n2 = 1111(20,89)(3,60)2 = 24,61 kNm
tulangan susut seperti yang disyaratkan di dalam peraturan,
Mu = 1/24 wuf.n2 =
1124(20,89)(3,60)2 =
11,28 kNm . .
Oengan cara yang sama dan menggunakan koefisien yang sesua1, gaya geser dapat di-
As(minlmum) perlu
bh =( t;
Pada dukungan permukaan sebelah dalam di bentang u1ung (ekstenor), = 470 nm
tentukan pula. . . 1,4) 1,4(1000)(100) 2
300
Vu = 1,15 (1l2Wc/.n) = 1,15(112)(20,89)(3,60) = 43,24 kN
sedangkan pada dukungan lainnya, untuk itu, digunakan batang tulangan D10 dengan jarak p.k.p. 150 mm (As= 523,3 mm2).
Vu = 1l2Wuf n= 112(20,89)(3,60) = 37,60 kN Oaftar 7-1.
Kebutuhan luas penu!angan untuk plat

Perencanaan Plat : . · k
Dengan perkiraan batang tulangan 010 yang akan dipakai sebga1 tulangan tank poko ' Lokasi Persamaan Momen k (MPa) p perlu As(rTYTI2/m')
selimut baton 20 mm dan tebal plat 125 mm, maka nilai d dapat d1tentukan, ekster ior
d = 125 - 20 - 5 = 100 mm balok tepi_ _ .]_ w l 2 1, 4100 0,0049 490
24 u n
Perencanaan penulangan baja: . .
Dari beberapa nilai momen pilihlah nilai terbesar, didapat momen yang teriad1 pada muka tengah bentang +..1.wu ln2 2, 4175 0, 0087 870
14
dukungan dalam (interior) yang pertama dari bentang ujung,
interior
Mu = 0, 10wuf 02: 27,07 kNm
balok interior -2- w i 2 3,076
MR = ¢bd 2 k 11 u n
0, 0114 1140
karena perencanaan menggunakan Mu= MR sebagai limit (batas), maka: 3
1 2
-3 tengah bentang +16Wuln 2,1150 0,0075 750
- - z 7,o 71( 0) = 3,3838 MPa
k perlu- <P bd2 - 0,8 (1)(0,10) 2

Dari Tabel A-15, Sedangkan sebagai batas atas, dari Tabel A-15 didapat nilai p maksimum = 0,0241.
p = 0,0127 < Pmaks= 0,0241 Maka, penulangan Ientur pada p!at seperti yang tersusun pada Daftar 7.1, nilainya harus
A5 perlu = p bd= 0,0127(1000)(100) = 1270 mm2 terletak di antara batas-batas tersebut.
Jarak spasi maksimum yang diijinkan adalah nilai terkecil dari 3h dan 500 mm.
Dengan cara yang sama, dicari luas batang tulangan baja yang diperlukan untuk tempat 3h= 3(125) =
375 mm
la in yang nilainya lernh kecil dari nilai maksimum tersebut. maka ditetapkan jarak spasi maksimum adalah 375 mm.
Di dalam ungkapan berikut,
Mu Pem,eriksaan Kuat Geser:
k perlu = cp bd2 Vumaksimum = 44,44 kN terjadi pada dukungan. Pemeriksaan gaya geser pada dukung
kecuali M(Jt nilai lainnya tetap, sehingga dapat dilakukan penyederhanaan sebagai ber an menghasilkan nilai lebih teliti dibandingkan dengan yang didapat pada penampang kri
tis, yaitu penampang pada lokasi yang berjarak sama dengan tinggi efektif komponen dari
ikut:
muka dukungan.
BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pl.Al" DUA ARAH 2 17
2 16 BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN PLAT DUA ARAH

Untuk penulangan lebih banyak dari yang tersedia


Apabila tanpa penulangan geser, kuat geser Vn dari plat adalah kuat geser baton saja, · As perfu 490
yaitu: As tersedia 530,9 0 89
9 V;,= ;Ve= ¢(116'/fc')..,,d = 0,60(0,7454)(1000)(100) = 44,72 •
kN =
3) Oengan demikian, maka panjang penyaluran dasar adalah:
Oengan demikian, maka:
ld perfu = 234(1,4)(0,8)(0,89) = 233 mm
Vu< tjl Vn sehingga pada plat tersebut tidak diperlukan penulangan geser karena baton
ternyata nilainya lebih keil dari bata minimum 300 mm sasuai SK SNI +-15-1991-o
masih cukup mampu menahannya. 3 pasal 3.5.2. ayat 5, m_aka gunakan 300 mm. Karena tempat yang tersedia tidak
cuku'"' untuk mamasang pan1ang panyaluran 300 mm, diselesaikan dengan kait I

I !'
Menentukan batang tulangan baja pokok : standar 1aoop
Dengan menggunakan Tabet A-5 dari Apendiks A, susunlah pola penulangan dengan
4) I. - 1 00 d b 100(13) .
mengusahakan sesedikit mungkin macam ukuran batang dan jarak spasi terpilih. Jarak hb - ./Q = ./2o
= 291mm
spasi maksimum batang tulangan pokok 375 mm (nilai terkecil dari 3 h dan 500 mm). Di
bawah ini diberikan Gambar 7.5, gambar kerja yang disarankan untuk pengembangan 5) engan nggunakan faktor modifikasi yang telah ditetapkan pada langkah nomor 2
pola penulangan pokok dan pemberhentian atau pemotongan batang tulangan. drdapat rnla.i l dh : •

Harap dicatat bahwa dalam penentuan diameter batang tulangan untuk momen positif pa l.dh= 0,75(0,89)(291} = 194mm
da bentang paling ujung (eksterior) digunakan dua macam batang tulangan 013 dan 016, 6) s_agin penanaman atau penjangkaran dengan kait yang harus diperhitungkan untuk
dimaksudkan untuk didapatkannya kesesuaian jarak spasi dengan tempat-tempat dan d1sed1akan adalah: 194 mm>150 mm >8 db= 104 mm
bentang lainnya. Pemilihan tersebut tetap berdasarkan pertimbangan ekonomi terutama 7) Pemerikaan terhadap lebar balok yang diperfukan (termasuk selimut beton dan ruang
daJam hubungannya dengan macam batang tulangan yang tersedia. Sebetulnya pada untuk kart seperti dapat dilihat pada Gambar 7.6.):
ternpat tersebut cukup dipasang batang tulangan 016 dengan jarak spasi 200 mm, tetapi 194 + 40 = 234 < 300 mm, yang berarti masih tersedia tempat.
karena pada tempat di mana beberapa tulangan dipotong atau dihentikan harus memper
timbangkan agar jarak spasi batang yang menerus tidak melampaui nilai maksimum ijin, Tempat pemberhentian batang tulangan baja :
ma Untuk j nis struktur yang umum, pola penghentian atau pemotongan tulangan sebagai
ka seperti yang sudah dijelaskan digunakan dua macam batang tadi. mana d1sarankn seperti pada abar 7.3 dapat digunakan. Tempat pemberhentian ba
ta tulangan drtentukan sedem1k1an rupa sehingga berada di daerah desak, dengan de
Pemeriksaan penjangkaran batang tulangan ke balok : mrkian maka pemeriksaan syarat SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.5.10 ayat 5 tidak perlu dila
Prosedur berikut ini telah pemah dibahas pada Bab 6. Pada kasus ini digunakan batang kukan.
tulangan baja 013 dengan jarak spasi 250 mm p.k.p.
i ) Panjang penyaluran dasar = 234 mm (dari Tabel A-39).
2) Faktor Modffikasi untuk batang tulangan puncak digunakan 1,4 ·
Untuk batang dengan jarak spasi lebih dari 150 mm digunakan
0,8

As peBJ= 1140 nvn2


As perllJ = 490 mm2 As pertu =1270 nvn2
As= 016-150::1340,40 nvn2 As= 016-150::1340,40 mm2
As= 013-250=530.90 mm2

LE;·.:.::
=,..=.=pertu ==s=1=o=mm=2 =·'·i';';':·':i:i;:::::n.: Gambar 7.5. Sketsa kerja Contoh 7.1
:'''''';·;::=A=s=pe=rt=u===7=sa=m=m=2====:..;·:; ·:-p As= 013-
300=442.40 mm2 As = 013-150::884.90 mm2
As= 010,20 mm2
..
I
Gambar 7.6.
Detail Kait - Contoh 7.1

L
I:

,l
BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pl..Af OU;
21
2 18 BAB 7 STRUKTUA BENTANG MENEAUS DAN Pl.AT DUA ARAH

kolom kolom
eksterior Interior

bentang ujung bentang dalam


I
plat I I

If) [)
; I

tti
1 ..!. 1 1 1 ,j I

16 14 10 11 16 11 11 I' I

i 74>.12'lnt 400 6600


I
400 6600 ' 400·
I I' :

:J,m l -3-60'0-- ---300 -


+- Gambar 7.8. Potongan penampang 8-B dari Gambar 7.4(a)
(a) penulangan bentang dalam (Interior)

Beban hidup kerja total = 39 kN/m'


0,30 ln
Beban mati kerja total = 20,13 kN/m'
Beban Rencana: .
Wu = 1,2 WoL + 1,6 WLL
= 1,2(20,13) + 1,6(39)
= 24, 16 + 62,40 = 86,56 kN/m'

m1sinolnrfviunm· -3600 -+--¥- Moman dan Gaya Gaser rancana :


; 3 an gaya geser rencana dihitung dengan menggunakan persamaan SK SNI T-15-
(b) penulangan bentang ujung (eksterlor)
Gambar 7.7. Sketsa perencanaan Conteh 7.1
+ Mu = 1/14 Wr/.n2 = 1114(86,56)(6,60)2 = 269,3 kNm
Skatsa Perencanaan + Mu = 1/16 Wr/.n2 = 1/16(86,56)(6,60)2 = 235,7 kNm
:
Sketsa perencanaan akhir untuk plat seperti tampak pada Gambar 7.7, untuk lebih menje- Mu = 1/10 Wuf.n2 = 1/10(86,56)(6,60)2 = 377,1 kNm
laskan digambar masing-masing untuk bentang bagian dalam dan ujung. Mu = 1/11 Wuf.n2 = 1/11(86,56)(6,60)2 = 342,8 kNm
Vu = 112 Wuf.n = 112 (86,56)(6,60) = 285,6 kN
Vu = 1,15(112) Wuf.n= 1,15(112)(86,56)(6,60) = 3?8,5 kN
Bagian b:
Masih sebagai kelanjutan penyelesaian Contoh 7.1, pada bagian ini akan dibahas peren-
canaan balok struktur menerus. o·ari Gambar 7.4.a dapat dilihat bahwa balok-balok terse- Perancanaan Balok :.
but terbentang di antara kolom-kolom bangunan. Untuk menentukan besarnya momen ngan berdasarkan pada momen lemur maksimum, ditentukan ukuran-ukuran (dimensi)
digunakan koefisien SK SNI T-15-1991-03 seperti tampak pada Gambar 7.8. a ok. Moman tersebut terjadi di bentangan eksterior pada muka dukungan sebelah da
lam, berupa momen lentur negatif Mu= 1110 wuf.n2·
Pembabanan : ada tempat ini, bagian atas balok merupakan daerah tarik dan balok direncan k
Behan hidup kerja = (10)(3,9) = 39 kN/m' sebaga1 balok persegi. a an
Behan mati kerja =(1,2)(3,9) 4,68= 1) Moman negatif maksimum = 377,1 kNm
kN/m'
2) Berdasarkan pada Tabel A-6, didapat psaran = 0,0127
Berat sendiri plat = (0,125)(23)(3,9) = 11,125 kN/m'
3) Berdasarkan pada Tabel A-15, didapat k = 3,3818 MPa
Berat sendiri balok diperhitungkan dengan menganggap bahwa lebar balok 300 mm,
dan 4) Tetapkan b = 300 mm, maka:

tingginya 750 mm,


Berat sendiri balok = (0,75 -0,125)(0,30)(23) = 4,325 kN/m'
BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pl.AT DUA ARAH 221
220 BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pl.AT DUA
ARAH

(a) Pada momen positif bentangan ujung :


mm 1. Moman rencana, Mu= 269,3 kNm
682
dperfu = = 377,1 (10)
6 2. Tinggi efektif balok, d = 682 mm (lihat pada perencanaan momen negatif)
3. Penentuan lebar flans (sayap) efektif:
0,8 ( 300}( 3,3818)
rasiO dlb = 6821300 ;::·2,27 cukup baik 1/4panjang bentang= 0,25(6600) = 1650 mm
5) Pemeriksaan perkiraan tinggi balok berdasarkan pada anggapan bahwa penulangan
terdiri dari satu lapis tulangan 036, dengan batang 010 untuk sengkangnya.
bw+ 16 ht= 300 + 16(125) =
2300 mm
Jarak spasi antar-balok = 3900 mm
h perf u = 682 + 18 + 10 + 40 = 750 mm maka gunakan lebar flans efektif b =
1650 mm
Gunakan h = 750- mm, dan tinggi efektif d = 682 mm 4. Dengan menganggap seluruh luas flans adalah daerah desak, maka:
Berdasar SK SNI T-15-1991-03 Tabel 3.2.5(a), pemeriksaan h minimum ialah,
30
MR = c/>(0,85 fc' )bh 1( d -112 ht )
h .. = -1-(EIDJ)(o 4+ = 296 mm <750 mm = 0,8(0,85)(20)(1650)(125){682 - 112(125)} 1738 kNm =
minimum 18,5 ' 700)
5. Dengan nilai yang didapat dari langkah ke 4: MR= 1738 > 269,3
Oengan demikian, perkiraan berat balok dengan b = 300 _mm dan tinggi h = 750 maka dapat diambil kesimpula bahwa balok berfaku sebagai balok persegi
mm, sampai dengan tahap ini temyata sesuai. de ngan b=1650 mm, dan tinggi efektif d= 682 mm.
6) Penulangan rencana momen negatif sebagai berikut: . 6

(a) Pada dukungan sebelahdalam yang pertama, didasarkan dengan rnenganggap rn- 10

269 3 =0 4386 MPa
6. kperlu=...Mu._ ( )
2
lai p= 0,0127 (lihat langkah 1 sampai dengan 4): 4' bd2 0,8 (165q( 682) •

A perlu = p bd= 0,0127(300)(682) = 2598 7. Dari persamaan (2-6) pada Bab 2.14 didapatkan,
mm2
5 k= fc'w(1 - 0,59w)
( b) Pada dukungan lainnya : 0,4386 = (20 w - 11,8 w2)
- Mu= 342,8 kNm w2 - 1,6949 w = - 0,0372
6
M 342,8
3,0709 MPa (w2 - 1,6949 w + 0,7182) = 0,6810
k perlu= (10) 2
= .
q, bd2 0,8 (30q ( 682) (w - 0,8475)2 = 0,6810
OariTabel A-15, didapat p= 0,0114 (w - 0,8475) = v(0,6810) = ± 0,8252
Pmin< 0,0114 < Pmaks co = 0,0223
Oengan demikian, maka: f f ' 20
2 co = p:.L
dan
pperlu= w = (0,002 = 0,0015
A perlu = p bd= 0,0114(300)(682) = 2332 fc' 300
mm y
5
(c) Pada dukungan terluar, kofom luar : perencanaan balok dapat dilakukan dengan memperhitungkan sebagai balok T.
- Mu = 235,7 kNm
6
- - 235,7 (10)
k perlu- ip bd2 - 0,B 3( 0C,( SB 2) 2 2,1114 MPa

DariTabel A-15, didapat p= 0,0075


Pmin< 0,0075 < Pmaks
Oengan demikian, maka:
A perlu = p bd= 0,0075(300)(682) = 1535 mm2
5
7) Penulangan rencana momen positif sebagai berikut:
Pada tempat teadi momen positif, balok bagian atas merupakan daerah desak. Kare
na bagian atas balok berhubungan dengan plat dan merupakan satu kesatuan monolit,
8. Luas penampang batang tulangan baja yang diperlukan,
A 5 perlu = p bd= 0,0015(1650)(682) = 1688 mm2
9. Gunakan 3 batang tulangan baja ·029 ( As= 1981,5 mm2)
lebar b perlu = 245 mm < b tersedia = 300 mm - (terpenuhi)
10. Pemeriksaan Pmino
1,4
Arin = 300= 0, 0047
As 1981,5
Paktua1 = bw d = 300( GB 2} 0,0097 >0,0047
11. Pemeriksaan As maks (lihat Daftar 3.1),
BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENEAUS DAN Pl.AT DUA ARAH 223

222 BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN PLAT DUA ARAH

0 567
A S ma.Jcs - 0 0425 h f lr b + bW ( • h t d -1)}
I

5 As pertu=° 1535 mm2


= o.0425 (125i{1sso ... aoo (o, B2l 1)} As= 6019 =1701 mm2

= 12102 mm 2 > 1981,5 mm 2

( b) Pada momen positif bentangan dalam:


1. Momen rencana, Mu= 235,7 kNm
2. sampai dengan 5. Lihat perhitungan momen positif bentangan. ujung.
Gunakan lebar flans efektif b = 1650 mm, tinggi efektif balok d = 682
(a) pada kotom tepi
mm,
MR= 1738 kNm > Muo
dengan demikian, bertaku sebagai balok persegi.
6
235 7 1
k erlu= = • ( 0) 2 =0,3839 MPa
6. p bd 2 0,8 650)( 682)
As pertu = 2598 mm2
7. Dari persamaan (2-6) pada bab 2.10 didapat hubungan sebagai berikut, As= 4020 =1256.6 mm2
4022 =1520,5 mm2
k= fc'w(1 - 0,59w)
0,3839 = (20 w - 11,8 w2)
sehingga didapat nilai w = 0,0195

w=p j,
c
dan
1
pperlu= w / = (0,0195)
y :io = 0, 0013

8. Luas penampang batang tulangan baja yang diperlukan adalah:


(b) pada dukungan daJam yang pertama
As perlu = p bd= 0,0013(1650)(682) = 1463 mm2
9. Gunakan 3 batang tulangan baja 029 (As= 1981,5 mm2), maka:
b perlu = 245 mm
i 0. dan ii . Pemeriksaan Pmin dan As maks sama dengan yang dllakukan pada
perhi-
A 5 perlu= 2332 mm2
tungan momen positif bentangan ujung. As= 4020 =1256,6 mm2
3022 =1140,4 mm2

Pemilihan batang tulangan baja untuk momen negatif :


Pada SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.6. ayat 6 disyaratkan bahwa untuk flans yang berada
di daerah tarik, sebagian dari batang tulangan pokok dipasang tersebar merata pada ren
tang lebar flens efektif atau selebar 1110 panjang bentang, mana yang lebih kecil. Untuk
ba lok yang didukung balok induk tepi atau kolom tepi, ruang tersedia untuk panjang
pen jangkaran terbatas. Untuk keperluan tersebut lebi.h baik digunakan batang tulangan
ber diameter kecil sehingga syarat panjang penjangkaran pada umumnya dapat terpenuhi.
(c) pada dutamgan lainoya
1110 Bentang = 111o(6600) = 660 mm•
lebar flens efektif, b = i650 mm Gambar 7.9. Penu!angan balok pada momen negatif, Contoh 7.1
----------------------
224 BAB 7 sTRUKTUR BENTANG MENERUS DAN
ARAH
Pt.Ar DUA BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN PLAT DUA ARAH 225

..... . =
A s=
As =19
_,..-- ----------
A. peBI = 1535 mm2 A•

2 33 ·
4 02 0 i
n
\

I,..
) 4[$J)
:c
A per1u=1688 mm2
A5s 3029:1981,5 mm2

/ 400

Gambar 7.10. Sketsa perencanaan balok Conteh 7.1

Oengan demikian, maka batang tulangan momen negatif ditempatkan menyebar pada
,
-1
I
, I

daerah selebar 660 mm. Gambar 7.9 dan Gambar 7.10 mempertihatkan pola letak
batang tulangan baja momen negatif dalam rangka memenuhi persyaratan, dan 400

menyediakan lu as penampang batang tulangan yang dipertukan untuk lenJuran. Gambar 7.11. Penjangkaran pada Kolom
Peraturan juga menen tukan apabila lebar flans efektif lebih besar dari 1110 panjang
bentang harus memasang ba 6) d8i " : 2: amu pen·11asnogkaran dengan kait yang harus diperhitungkan
tang tulangan pokok memanjang tambahan yang ditempatkan pada bagian sayap (f/ens). . untuk
Pada perencanaan ini tidak diberikan batang tulangan pokok memanjang tambahan . · m> mm>8 db = 104 mm
terse but karena dengan digunakannya batang tulangan untuk susut dan suhu, 7) Pemeriksa terhadap lebar kolom yang diperlukan (termasuk selimut baton dan ru
persyaratan ang untuk kart, seperti terlihat pada Gambar 7.11.: -
dari peraturan telah terpenuhi (lihat Garnbar 7.7 dan Gambar 7.16). 287 + 40 = 327 < 400 mm
y3a5n0gmbme.rarti masih tersedia tempat, untuk kolom 400 mm d an untuk balok m. duk tepi
Pemeriksaan penjangkaran ke Ko/om tepi :
1) Dari Tabet A-39, panjang penyaluran dasartulangan 019 adalah 380 mm.
2) Faktor modifikasi untuk batang tulangan puncak diambil 1,4 sedang untuk penulangan Perencanaan sengkang :
lebih dari yang dipertukan, Nfc ilai-nilai yangfyt=elah ditetapkan d bw
= d = 682
lah. 1 b
A 5 perlu - = 0 '= 20 MPa, 300 MPa aa .e 300 mm, tinggi efektif mm,
ar balok
90
As tersedia 1701 '
3) Dengan demikian. panjang penyaluran yang diper!ukan adalah: 1) Diakgram gdaya geser seperti tampak pada Gambar 7·12· P erencanaan sengkang dida
f.d = 380(1,4)(0,90) = 479
mm > 300 mm sar an pa a gaya geser maksimum yang terjadi pada pangkal bentangan s0belah da:
Oengan memperhitungkan ruang bebas 40 mm, maka ruang panjang penjangkaran : .pola sengkang yang.diperoleh diterapkan untuk keseluruhan panjang

tersedia, 2) Diagram Vs :
400 mm - 40 mm = 360 Ve =(11ov'fc' )bwd
mm
Karena 479 mm > 360 mm, maka memerlukan penggunaan kait dan digunakan kait f.hb = 10b = 109) = 425 mm
90° 4)
.y fc' .y 20
sebagai penyelesaiannya. 5) Oengan menggunakan faktor modifikasi yang telah ditetapkan, didapat nitai f.d fi.
ldh = 0,75(0,90)(425) = 287 mm Ve = 0,7454(300)(682) = 152,5 kN
=
112 q> Vc = 112(0,60)(152,5) 45,75 kN
Karena_ 328,5 > 45,75 maka struktur tersebut memerlukan
sengkang Menghitung Vspada dukungan, ·
Vs perlu = Vu -Ve = 328,5 -152,5- 395 kN
tP 0, 60 -
226 BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pt.AT DUA ARAH
B.A.B 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN PLAT DUA ARAH 227

4) Guakan batang tlangan baja 010 (Av = 157 m2) untuk penulangan sengkang dan
penksa kebutuhan 1arak spasi pada daerah kritis. Gunakan Gambar 7.13 untuk
acuan.
Vs= 395 - (682)(10)-3(144,27) = 296,61 kN
3
6600 _ Av f r d 157@00)( 682)(10)-
s perIU- V = 108,3 mm
s 296,61
gunakan jarak spasi 11O mm.
5) Tentukan kebutuhan jarak spasi maksimum sesuai SK SN! T-15-1991-03,
285,6 kN
(1/'3'/ fc' )b.,,,d= 1,4907(300)(682) = 305 kN
Dengan membandingkan terhadap Vspada penampang kritis, didapatkan:
305 < 395 kN
Sedangkan syarat s maks adalah 112.d atau 600 mm, di mana 112.d = 337
mm. Pemeriksaan s maks sesuai rumus yang berlaku,

328,5 kN s maks = 3 Av fy 3 (157)(30Q 471 mm


Diagram \{/ ) j)L,_ ei - ------:tt.- bw 300
Maka digunakan s maks = 337::: 330 mm.
Gambar 7.12. Perencanaan sengkang Conteh 7.1

56 8 56
86
Kemiringan diagram Vs - · = o6,60 = 144'27 kN Im
4> '
Jarak dari dukungan ke tempat di mana diagram Vs= 0, s maksimum = 330
km
Vs= 0 pada 395/144,27 2,74 m = 300
Diagram Vsdiperlihatkan pada Gambar 7.13.
I
x (m) s erlu (mm)
3) Tentukan rentang panjang di mana penulangan sengkang diperlukan, 0,50 99
Sengkang harus disediakan pada tempat di mana nilai Vu= 1/2 tP Vc 45:75 kN.
Dengan menggunakan diagram Vu pada Gambar 7.12 dan mengukur dan tep1 muka
e
.§.
1,00
1,50
128
180
dukung 2,00 302
an. didapat panjang rentang penulangan sengkang: .a 200 2,06 330
a;
:::l.
(328,5- 45.75) = 3,27 m Ill

86,56 -

100

<t. 3300

:
'
I 2740
I
I ),'
0 0,50 1,0 1.50 2,0 3,0
I I
jarak dari per1eta.kan (m)
Gambar 7.14. Jarak Spasi Sengkang
Diagram Vs (\di!) 395 kN

Gambar 7.13. Diagram V 5 Conteh 7.1


BAB ? STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN PLAT DUA ARAH 229
228 BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pl.AT DUA
ARAH

I
I
I jI
I \ 4X175 mr11,
, 1ox90 mm i \4x11smrr\, 7x300mm '5x120 mm

soi ' 5x120 rml


l 6600
(a) penutangan pokok bentang ujung (eksteriof)
Gambar 7.15. Jarak spasi sengkang pada bentang ujung
(demikian pula untuk bentang dalam) - Conteh 7.1

6) Kebutuhan jarak spasi berdasarkan pada kuat geser,


Vs= Vs(maksJ - mx= 395 - 144,27(x)
3
I _ A.; f y d _ 157(300)( 682)(10f 32122.2 =
s per u- Vs - (395-144,27 x) (395 -144,27 x)
Hasil untuk sebarang nilai x didapatkan dalam bentuk dattar dan grafik seperti
tampak pada Gambar 7.14.
7) Oengan menggunakan Gambar 7.14, pola penulangan sengkang ditentukan seperti
tampak pada Gambar 7.15. Meskipun bentuk diagram gaya gesar tidak simetris, pola (b) penulangan pokok befltang dalam (Interior)
penulangan sengkang dibuat simetris terhadap sumbu tengah bentang. Tentu hal
yang demikian menghasilkan kekuatan yang sedikit agak berlebihan. Sketsa rencana
diberikan pada Gambar 7.16.

Oigabungkan dengan hasilperencanaan plat, tampak bahwa tempat-tempat peng


t1entian atau pemotongan batang tulangan baja seperti tampak pada Gambar 7.
berlaku juga untuk balok. Dengan demikian, karena seluruh penghentian batang
tulangan baja dapat dilakukan di daerah desak maka persyaratan SK SN! T-15-1991-03
pasal 3.5.10 ayat
5 tidak perlu diperiksa lagi.

(c) Potongan penampang A • A

Gambar 7.16. Sketsa Perencanaan Conteh 7.1


230 BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN PLAT DUA ARAH

BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pl.AT DUA ARAH 231

7.4 KONSEP PENDEKATA N


STRUKTUR PLAT DUA ARAH

SK SNI T-15-1991-03 memberikari dua attematif pendekatan untuk anaJisis dan


perenca naan sistem plat penulangan dua arah, Metode Perencanaan Langsung
(direct" design method) dan Metode Rangka Ekivalen (equivalent frame method). Kedua
metode terse but dapat digolongkan sebagai metode semi elastik. Pendekatan semi
elastik digunakan untuk kasus-kasus standar dengan rnenerapkan faktor keamanan
terhadap kapasitas ke kuatannya. Seperti diketahui, selain pendekatan semi elastik
seperti pada kedua metode tersebut dikenal juga beberapa pendekatan lain untuk
plat, misalnya teori garis luluh (yield line theory) atau teori perencanaan batas ( limit
state theory ), yang diluar pembahas an buku ini.
Untuk membahas lenturan plat dua arah, pertama-tama ditinjau perilaku fisik suatu
panel plat segi empat yang ditumpu oleh komponen struktur sangat kaku pada keempat Gambar 7.17. Model Panel P'at Dua Arah

sisinya, misalnya balok kaku atau dinding geser. Apabila plat menahan beban luar
terma suk beban gravitasi berat sendiri yang bekerja padanya, plat melendut atau, L1 = kwuf n4• di mana nilai konstanta k adalah:
5
membentuk ce kungan seperti bentuk piring makan. Apabila sudut-sudutnya tidak k = -- -
dicetak secara monolit dengan tumpuannya boleh jadi akan terangkat karenanya. Derajat 384 Ecle
kelengkungan cekung an menunjukkan besar momen yang terjadi, semakin curam embali ada mdel .Gambar 7.17, apabila lebar lajur AB sama dengan DE, dengan an-
cekungan berarti semakin besar momennya. Untuk plat yang panjang dan lebarnya 1ang mas1ng-masmg p dan f , maka: p
tidak sama, cekungah lebih cu ram pada potongan melintang tegak lurus sisi L1As= kwAa (p }4
panjangnya, yang berarti terjadi momen le bih besar pada sisi panjang atau beban lebih AoE = kw0E (l )4
besar pada arah bentang pendek. lntensitas kecuraman cekungan, yang berarti jug a ii. na WAa dan WoE adalah bagian intensitas beban total wu yang ditransformasikan ke
besarnya momen berikut redistribusinya pada ma sing-masing arah tergantung pada <3J Bdan DE, dan Wu= wAa+ WoE-
derajat kekakuan tumpuan. Sehingga memungkinkan terjadinya kasus di mana edua persamaan lendutan tersebut di atas harus sesuai, sehingga bila dis-makan ak
perbandingan kekakuan balok terhadap plat mengakibatkan ke lengkungan dan momen drperoleh: c an
pda arah panjang lebih besar dari arah lebar, seperti yang ber laku pada plat di mana
w AB -- w
p4(l)4
+ £4 dan w - w( p }
tumpuannya barupa grid atau kolom tanpa balok. Dengan demikian
dapat pula disimpulkan, karena plat bersifat fleksibei dan umumnya bertulangan lemah
Cc - P4 + £4
maka redistribusi momennya akan sangat tergantung pada kekakuan relatif komponen
struktur tumpuan terhadap plat yang ditumpunya. Penjabaran perilaku fisik tersebut ada
Dasar metode untuk nalis_is d ·perencanaan sistem plat dua arah ialah den an
lah penyederhanaan pengertian dari suatu mekanisme statis tak tertentu berderajat ba
meggunakan rangka portal 1deahsas1 yang didapat dengan melakukan pemotongan
nyak yang sangat komp!eks.
tTktif vertikal pada seluruh bangunan di sepanjang garis tengah antara kolom-kolom.
Selanjutnya dengan menggunakan model plat seperti tampak pada Gambar 7.17,
dilakukan peninjauan lajur A B dan DEpada masing-masing tengah bentang panjang dan
!ebar. Seperti yang sudah dikenal, lendutan balo di atas tumpuan sederhana akibat .. Pada denah bangunan seperti tampak sabagian pada Gambar 7.18 dipotong vert1·-
kal 01 s · · '
be bail merata adalah: k epan1ang gans AB dan CD. Dengan pernotongan tersebut didapatkan sebuah
rang a portal untuk arah ang sesuai dengan arah pernotongan. Dengan cara yang sama.
ee: ,tongan menurut gans EFdan GH akan mendapa,tl<an rangka portal ekiva',m ke arah.
9 urus terhadap portal ya_ng pertama. Seranjutnya, penyelesaian dilakuka; i
sebagai mana layaknya rangka Prtal idea! yang terdiri dari balok horisontal atau plat
ekivalen dc.n
T

232 BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pl.AT DUA


ARAH
BAB 7 STRUKTUR BENTANG MEHEAUS DAN PLAT DUA ARAH 233

leba! p<>rtaJ eklva.len arah y

r
lebar eldvalen
poc1al ujung lebar eklvalen portal Interior
Lt

I
I
I

----t--
I

II

lebar portal
l
e l< l lla .le n
a ra n x I

L c

setengah lajur tengah J'


Gambar 7.18. Pemotongan vertikal Denah Bangunan

kolorn-kolom penumpunya. Dengan demikian plat diperhitungkan sebagai bagian dari diagram) seperti pada Gambar 7.20.a,
ba lok horisontal pada rangka portal tersebut. tampak
Gambar 7.19. Lajur Kolom dan Lajur Tengah Portal Ideal bahwa nilai geser dan momen
puntir diselu ruh tepi segmen terpotong
bemilai sama karena simetris. Apabila
tidak terdapat tahanan di ujung-ujung
7.5 MOMEN STATIS TOTAL TERFAKTOR
A dan B, panel plat dapat dianggap
sebagai balok dengan tumpuan
Untuk balok tumpuan sederhana rnomen statis total adalah M 0 = 11s w.e2, sedangkan sederha na dalam arah bentang l n-
mo men statis totaUerfaktor (rencana) untuk panel plat dua arah suatu bentang
ditentukan
dalam lajur yang dibatasi oleh sumbu-sumbu panel yang bersebelahan pada tiap sisi
dari sutnbu tumpuan. Pada Gambar 7.19. tampak bahwa jadalah panjang panel pada
arah momen yang ditinjau, sedangkan l 2 ukuran panjang arah tegaklurus padanya.
Untuk memperhitungkan bentang bersih l,.. yaitu jarak antar-muka kolom, kepala
kolom, atau dinding, tidak boleh kurang c(ari 0,65l 1• Apabila digunakan kolom atau
kepala kolom ber bentuk bufat harus diekivalensikan menjadi bujur sangkar dengan luas
penampang sama.
Selanjutnya. melalui penjelasan yang didapat dari diagram benda lepas ( free body
MUL2/m ''Mo

B )
I
1.
Ra=2"1J L2ln
(a)
(b)
,,11

Gambar 7.2.0. Sketsa hitungan Mc.men Sederhana M0 ,!


1 :1

·,.:r/:

l 111
JI

;/!11
- BENTANG MENERUS DAN Pl.AT DUA
234 BAB 7 sTRUKTUR BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pl.AT DUA AAAH 235
ARAH

. . b nda lepas ditengah bentang akan didapat se-


Apabila dilakukadn pGemobtaorn7ga2nOa an:momen pada tengah bentang Mo Pada metode perencanaan langsung, yang diperoleh adalah pendekatan nilai mo
adalah: men dan geser dengan menggunakan penyederhanaan koefisien-koefisien yang telah
erti tampak pa a am · ·'
p Mo= 1f2(Wu l2ln1)1!2(ln1) -1f2 (Wu l2ln1)114{ln1 ) disediakan oleh peraturan, dengan pembatasan sebagai berikut:
. · Mo= 1/8 wJ 2 (ln1)2 . . . 1) Minimum ada tiga bentang menerus pada masing-masing arah peninjauan.
. ena adan a tahanan pada tumpuan, Moakan terdistribus1 ba1k ke 2) Panel plat berbentuk persegi dengan rasio antara bentang panjang terhadap Iebar
tumpuan Selan1µtnya kar y t antung dari nilai banding derajat kekakuannya
me- maupun tapangan yang besamya erg diu kur dari sumbu ke sumbu tumpuan tidak lebih dari 2.
talui persamaan beriJ<ut: · 3) Panjang bentang bersebelahan pada masing-masing arah tidak boleh berbeda lebih
Mo= Mc+ 1f2(MA + Ma) dari sepertiga bentang yang lebih panjang.
· rt" diijinkan pada struktur bentang 4) Letak pusat kolom dapat menyimpang maksimum 10% dari bentang pada arah
me- Sedangkan redistribusi momen negat1f e1'J:k untuk digunakan pada sistem
plat nerus sesuai SK SNI T-15-1991-03 pas · · penyim pangan dari sumbu antara garis pusat kolom yang berurutan.
yang direncanakan dengan metode perencanaan langsung. 5) Beban mati yang diperhitungkan hanyalah beban gravitasi saja dan tersebar merata
pa da seluruh panel. Beban hidup tidak boleh melampaui 3 kali beban mati.
6) Apabila panel plat ditumpu oleh balok pada keempat sisinya, syarat kekakuan relatif ba
7.6 METODE PERENCANAAN LANGSUNG lok pada dua arah yang saling tegaklurus adalah:
a1(f 2}2

: :
tukan momen statis total rencana pada :a
,: :,a::
Oalam proses perencanaan pael plat lantai, yang dike kan perta::li :ada

;:;; tribuskanguntuk dapat


2,0 :S
. a2
( 2 :S 5,0
f 1}
Sesuai SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.6.6 ayat 3.2, distribusi momen statis total ter- ·
rena adanya tahanan pada tumpuan, positif dan negatif. faktor M0 pada bentang interior dikalikan faktor 0,35 untuk momen positif, dan faktor 0,65
, ka ortal terhadap momen-momen untuk mo.men negatif terf aktor (rencana), lihat Gambar i.21. Sedangkan ayat 3.3 menen
merencanakan penampang ra p . tersebut didistribusikan ke lajur ko-
Kemudian momen-mom n posit1f da.n ne a 1f ecar; ur kolom ditentukan 25% dari tukan distribusi momen statis total terfaktor M0 bentang tepi (eksterior) seperti yang ter
lebar lorn, tajur tengah, dan la1ur balok (b1la a a . e ar . . . mbu kolom cantum pada Daftar 7.2.
sedangkan lajur portal untuk masirig-masing di seblah kaan dan km dan san dimensi
an distribu-
lebar lajur tengah adalah sisanya. Selan1utnya tmggal merenca . .
Daftar 7.2. Faktor Oistribusi Momen M bentang eksterior
si penulangan pada kedua arah yang saling tegaklurus sesua1 dengan penm1auan. 0
(dikutip dari SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.6.6 ayat 3)

(1) (2) (3) (4) (5)


Plat dengan Plat tanpa balok di antara
balok di tumpuan interior
Tepi eksterior anta- ra Tepi eksterior
tidak ditahan semua Tanpa Oengan sepenuhnya
tumpan Batok Tepi Balok Tepi ditahan
MomenNega-
tif terfaktor in- 0,75 0,70 0,70 0,70 0,65
terior
Moman
Positif 0,63 0,57 0,52 0,50 0,35
terfaktor
0,52Mo MomenNega-
tif terfaktor
Gambar 7.21. Oistribusi M 0 pada Momen Positif dan Negatif eksterior . 0,00 0,16 0,26 0,30 0,65
236 BAS 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pt.AT DUA ARAH
BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pl.AT DUA ARAH 237

_ . d. akan untuk memikul men inersia terhadap sumbu titik pusat bruto plat. Lajur kolom harus direncanakan untuk
sebagian Untuk panel plat interior, laJUr kolom harus 1rencan . _
momen negatHinterior (dalam persen) sebag Daftar 7.3 benkut: _ dapat memikul sebagian momen positif (dalam persan) saperti tampak daJam Daftar 7.5.

Oattar 7.3. Distrirlusi Momen Negatif Interior pada Lajur Kolom Daftar 7.4. Oistribusi Momen Negatif Interior pada Lajur Kolorn
(dikutip dari SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.6.6. ayat 4 •1> (dikutip dari SK SNI T-15-1991..()3 pasal 3.6.6 ayat 4.2)

0,50 1,00 2,00 4 0,50 1,00 2, 00


l, l1
=0 75 75 75 a1l2
- -= 0 Pr = 0 100 100 100
l1 l1
a /.2 90 75 45 B, 2.50 75 75 75
1
l1 a1i2
- -1 p, = 0 100 100 100
lnterpolasi linear untuk nilai antara i1
8. 2.50 90 75 45
lnterpolasi linear untuk nil ai antara
Nilai a pada Oaftar 7 3 adalah untuk arah bentang l t· Untuk plat dua arah yang
ditud":bpu
' • 1 a
1 . .
balok. a 1 diambil sebagai nilai banding kekakuan lentur pane P t dengan lebar yang
1
Oaftar 7.5. Distribusi Momen Positif pada Lajur Kolom
a-
k kuan masmg-masing
tasi oleh garis tengah panel bersebelahan terhadap kea (dikutip dari SK SNI T-15-1991..()3 pasal 3.6.6 ayat 4.4)
balok.

Dengan demikian maka: 4


2,00
Ecb l b i1 0,50 1, 00
a, = Ecs ls a,f.2 60 60 60
--= 0
dimana Ecb dan Ecs masing-masing adalah modulus elastisitas balok dan plat, sedangkan
l, 90 75 45
lb dan fs masing-masing adalah momen inersia balok dan plat. a1i2 2:: 1

Apabila, a,( :) " 1,0


l
lnterpolasi linear untuk nilai antara

· d. akan untuk memikul 85%


momen rencana dalam balok di antara dukung an harus irencan
dari momen lajur kolom. Bagian momen positif dan negatif terfaktor yang tidak dipikul oleh lajur kolom
diang gap bekerja pada setengah lajur tengah di kedua sisi lajur kolom. Panjang
bentang ber turutan tidak selalu harus sama, demikian juga lebar lajur kolom. Dengan
sedangkan untuk. demikian ma sing-masing lajur tengah direncanakan mampu menahan jumlah dari dua
momen rencana didapat dengan interpolasi linear antara 85% dan 0%. kali setengah momen lajur tengah. Lajur tengah yang·sajajar dan bersabelahan dengan
Untuk panel plat eksterior, lajur kolom harus direncanakan untuk dapat memikul sebagian tumpuan din ding tepi direncanakan dengan momen dari setengah lajur tengah yang
didapat dari baris pertama kolom interior.
momen negatif eksterior (dalam persen) sebagai Daftar 7.4.
Untuk rangka portal berbentang banyak apabila tidak semua bentang dibebani se
Sedangkan, EcbC cara serempak, akan terasa bahwa metode perencanaan langsung sangat peka terhadap
fJr 2 Ecs f
perubahan momen lapangan positif. Apabila beban bekerja secara berselang-seling pada
= s
adalah nilai banding kekakuan torsi penampang balok tepi terhadap kekakuan lentur plat C adalah konstanta penampang untuk menentukan kekakuan puntir, Ecb adalah modulus elastisitas
dengan lebar sama dengan bentang balok, yang diukur antar-sumbu tumpuan, di mana balok baton, Ecs adalah modulus elastisitas plat baton, sedangkan Is adalah mo-
bentang-bentang, perubahan nilai momen negatif di tumpuan umumnya perubahan momen positif tersebut dapat mencapai 50% dari yang diperoleh dengan
hanya kecil se dangkan perubahan momen positif lapangan cukup besar. cara distribusi beban secara merata. Pertam-
Apabila nilai banding beban hidup terhadap beban mati cukup besar, maka

I
, ,

I
' ,,
2 3 8 BAB 7 STAUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pt.AT DUA ARAH
23
!

BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pl.AT DUA ARAH


9

bahan momen tersebut dapat mengakibatkan lendutan berlebihan dan selanjutnya timbul
retak pada panel plat interior. Cara mencegah dan menguranginya dengan memperkaku Daftar 7.6. Nilai ex . ·
kolom-kolom. (dikutip dari SK SNI T-15-1991-03 p 3.6.6 ayat 10.2)
SK SNI T-15-1991-03 pasat 3.6.6 ayat 7 mengijinkan modifikasi sampai10% untuk
momen positif dan negatif terfaktor asalkan momen statis total untuk suatu panel dalam
arah yang ditinjau tidak boleh kurang dari jumiah yang disyaratkan, ia!ah M0 = 11a w,J.i..in Kekakuan Relatif Balok.a
1 J2. Peraturan mempert;mlehkan pembesaran momen positif sampai 33% yang p. l, 0 0,50 1,00 2,00 4,00
1 1

merupakan hasil redistribusi momen sistem bentang banyak. Redistribusi berfangsung dari
2,00 0,50 - 2,0 0 0 0 0 0
daerah momen negatif yang lebih besar di tumpuan ke daerah momen positif di lapangan.
1,00 0,50 0,60 0 0 0 0
Akan tetapi peraturan juga mensyaratkan bahwa apabila nilai banding beban mati terhadap
0,80 0,70 0 0 0 0
be ban hidup (tanpa faktor beban) f3a kurang dari 2, maka angka kekakuan ac harus lebih 1,00 0,70 0,10 0 0 0
be 1,25 0,80 0,40 0 0 0
sar atau sama dengan angka kekakuan minimum amin yang dicantumkan dalam Daftar 2,00 1,20 0,50 0,20 0 0
7.6. Apabila ac < amin (Daftar 7.5), momen positif terfaktor pada bentang-bentang 0,50 0,50 1,30 0,30 0 0 0
panel plat yang dipikul kolom harus dikalikan dengan faktor 65 yang ditentukan dari 0,80 1,50 0,50 0,20 0 0
1,00 1,60 0,60 0,20 0 0
persamaan:
1,25 1,90 1,00 0,50 0 0

(2- /3a )(1-)


65 =1+----------_,,;,-
am
0,33
2,00
0,50
4,90

1,80
1,60
0,50
0,80

0,10
0,30
0 0
0

4 + f3a 0,80 2,00 0,90 0,10 0 0


1,00 2,30 0,90 0,40 0 0
dimana, 1,25 2,80 1,50 0,80 0,20 0
2,00 13,00 2,60 1,20 0,50 0,30
_ 2,Kc
0c - 2, (Ks + Kb )
adalah nilai banding kekakuan lentur antara kolom di atas dan di bawah plat (Kc) terhadap Sedangkan apabila digunakan penulangan geser, tinjauan keseluruhan dilakukan sepe
gabungan kekakuan plat (K5) dan balok ( Kb) pada suatu titik buhul, dalam arah bentang nuhnya seperti yang telah dibahas di Bab 4 yang lalu.
di mana momen dihitung. Nilai kekakuan diungkapkan sebagai momen per unit rotasi. Akibat bekerjanya geser dalam kondisi aksi dua arah, dapat timbul retak diagonal di
Sesuai SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.4.11 kekuatan geser plat terhadap beban terpusat sepanjang kerucut terpancung atau piramida imajiner di sekeliling pertemuan kolom de
ditentukan oleh kondisi terberat dari aksi balok lebar dan panel plat penulangan dua arah. ngan plat. Penampang kritis yang tegak lurus terhadap bidang plat dan terfetak sedemiki
Dalam kondisi balok lebar, penampang kritis sejajar dengan garis pusat panel an rupa hingga keliling penampang adalah bo. tetapi tidak lebih dekat dari 112dterhadap
arah transversal, menerus sepanjang bidang yang memotong seluruh lebar, dan terletak ke liling beban terpusat atau daerah reaksi, atau perubahan tebal plat ke kepala
pada jarak d dari muka beban terpusat atau muka daerah reaksi. Seperti pada balok kolom. Dengan sendirinya apabila tidak digunakan pertebalan hanya ada satu
penulangan penampang kritis untuk kondisi aksi dua arah.
satu arah, lebar bwpenampang kritis dikalikan dengan tinggi efektif d, ditempatkan sejarak Apabila tidak menggunakan tulangan gser. kuat geser nominal diambil nilai terkecil dari
d dari muka kepala kolom bujur sangkar ekivalen atu pertebalannya (kalau ada). tiga persamaan berikut ini:
Dalam keadaan umum, tanpa penulangan geser kekuatan nominal dalam kondisi balok le
bar adalah: 1) Ve= ( 2+ p:)( )b d 0

Vn= Vc=(11oVfc' )bwd


apabila dikehendaki hasil lebih teliti, sebagai alternatif SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.4.3 di mana f3c adalah nilai banding sisi panjang terhadap sisi pendek kolom di daerah
ayat 2 memberikan rumus lebih terinci dengan memasukkan pengaruh unsur, beban terpusat atau reaksi gaya.
PwVud
Mu
2) Vc=( a.d +2) (,:/t.' )bod
. II
240 BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN PLAT DUA ARAH BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN PLAT DUA ARAH 241 II

di maiia.
5

a = 40 untuk kolom interior


a5 = 30 untuk kolom tepi
a = 20 untuk kolom sudut
5

3) Ve·= 4{..f fc' )bo<J

Apabila digunakan penulangan geser, kekuatan nominal dibatasi sampai pada har

ga maksimum sebag_ai
berikut: Vn= Ve+ V5 -s (112'1fc' )bod
selanjutnya dalam merencanakan tulangan geser, bagian kekuatan Ve tidak boleh lebih 11

'!
besar dari 0,17(v'fc' )bod. dan luas tulangan geser yang dibutuhkan Av serta Vs dihitung
berdasarkan ketentuan dalam pasal 3.4.5 dan pasal 3.5.13. Apabila digunakan baja
profil penahan geser dan penampang kritis seperti di atas, kuat geser Vntidak boleh 1 'i, , 1' ,,,I'

lebih besar
dari 0,6(v'fc'}bod.
Dalam merencanakan plat tanpa balok penumpu dipertukan peninjauan terhadap
(b) kolom tengah

Gambar 7.22.. Pelimpahan geser dari momen ke kolom


I
[ii

momen tak berimbang pada muka kolom penumpu. Sehingga apabila beban gravitasi, ·'',
angin, gempa, atau gaya lateral lainnya menyebabkan terjadinya pelimpahan momen an
Dengan memperhatikan Gambar 7 22 t k b
oleh ampa
wa momen yang dilimpahkan I
! I'1
tara plat dan kolom, maka sebagian dari momen yang tidak berimbang harus dilimpahkan geser bekerja bersamaan den an a . . I

sebagai lentur (y , Mu} pada keliling kolom dan sebagian menjadi tegangan geser tar keliling yang berada sejarak.112;
d eser Vu d1.t1t1k puat permukaan geser
eksentris seki-
{ fv Mu>· Hal demikian dimaksudkan untuk menjamin tersedianya cukup kekuatan v2 sebagai berikut: an s1s1 olom, sehingga d1dapatkan nilai-nilai v, dan
geser,Ii hat Gambar 7.22. Bagian momen yang dilimpahkan menjadi tegangan gesar
eksentris
akan mengecilapabila lebar permukaan bidang penampang kritis yang menahan V 'I M x
V • = Vu r v M !J x1
· dan v !J-+ " u ?
momen
:
2
makin besar, . . 4' Ac 'Jc ¢ Ac tP Jc
sahingga:
rv= d1 man u d:lh beskaran .penampang kritis, analog dengan momen inersia
1 polar. o om e sterior, X1 dan x diperoleh d
ser vertikal yang dinyatakan dengan g 2. t ( engan meempatkan permukaan ge-
1 +!. ans pu us a+ b + a), sehmgga Av = (2a + b)d:
3fiJ
2
dimana b = { c + d}, adalah lebar permukaan bidang penampang kritis kolom interior Jc= d [213a 3 -(2a + b)x2 2] + l/6adJ
yang 2 2
Sedangkan untuk kolom interior,
menahan momen dan 1 = (Ct + d) adalah permukaan yang tegak lurus terhadap b Untuk
b
kolom luar, b = {c + 112.d). .. Av = (2a+ b)d
Dengan 2 2 Jc= d (11sa 3 + 1aba 21+ 11sadJ
bagian momen tidak seimbang yang dilimpahkan sebagai lentur
adalah
demikian,
r 1Milt dimana:
3 b2 Sehubungan dengan perhitungan momen r
y 1 = 1- Y v atau , bahwa kolom atau balok seb . • encana, SK SNI T-15-1991- menekankan
y 1= 1 nahan momen tak b . b agru penumpu plat pada tumpuan interior harus mampu me-
1+! EL enm ang sebesar:
M = ,07 [( wd + 0,5wdl2(ln)2 - w/ l2' (ln)21

rt Mu bekerja melalui suatu lebar plat efektif yang dibatasi oleh garis yang dibuat pada di mana, wd = beban mat1terfaktor per satuan luas
ja wL = beban hidup terf aktor per satuan luas
rak satu setengah kali tebal atau penebalan plat (1,5h) di luar muka kolom atau kepala w/, l2'.1.n' adalah notasi untuk bentang pendek.
kolom, yang bertawanan. Untuk Ct = c21 nilai y 1
dilim-
= 0,60 yang berarti 60% dari momen

pah kan oleh lentur, dan sisanya (40%) oleh geser.


242 BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN PLAT DUA
BAB 7 STRUKTUR BENTANG
ARAH
tv.,
Rus DAN PLAT DUA ARAH 245

Pada Gambar 7.23 diberikan kutipan gambar dari SK SNI T-15-1"


Tanpa Drop Panel Dengan Drop Panel persyaratan lokasi pembengkokan minimum dan · perpanjangan untuk tula.
plat tanpa balok. Sehubungan dengan ketentuan tersebut, apabila ban.tang ...
belahan tidak sama panjang, perpanjangan tulangan negatif yang melampaui bida.
letakan seperti yang ditetapkan dalam gambar harus didasarkan pada kebutuhan bem..
yang terpanjang. Batang tulangan yang dibengkokkan hanya boleh dilakukan apabila ra
sio antara teba! plat terhadap panjang bentang mengizinkan penggunaan sudut pem
0

bengkokan 45_ atau kurang. Ufituk plat yang menahan beban lateral, panjang tulangan
harus ditentukan dengan analisis tetapi minimal seperti yang tertera dalam gambar.

Con toh 7.2.


Suatu bangunan bertingkat banyak dengan sebagian denah lantai seperti tampak pada
Gambar 7.26. Digunakan sistem lantai tanpa balok dengan kolom persegi, tinggi bersih
{ij tiap lantai 3,50 m. Bangunan tidak mengalami gempa bumi sehingga yang ditinjau ha
?:
Cl1 50 nyalah beban gravitasi dengan beban hidup 2,40 kPa, beban mati 0,50 kPa, sedang f c
CD
150 mm '= 30 MPa, fy = 400 MPa. Rencanakan panel plat ujung dan penulangan yang
diperlukan.
en
c
Penyelesaian
< 100
Pemeriksaan penggunaan metode perencanaan langsung :
a) nilai banding panjang terhadap lebar bentang = 7,2/5,5 = 1,31 < 2,0 sehingga
berlaku aksi dua arah,
b) masing-masing arah lebih dari tiga bentang dengan panjang bentang bersebelahan
sama, semua kolom duduk pada sumbunya,
c) pada awal langkah dianggap tebal plat 220 mm.
WoL = 0,50 + 0,22(23) = 5,56 kPa
3 WoL = 3(5,56) = 16,68 kPa > WLL = 2,40 kPa
Dengan demikian metode perencanaan langsung dapat digunakan.

..· bentang bersih ln - ! ben!a:ng bersih l n -0 Pemeriksaan tebal plat berdasarkan syarat lendutan :
slsi tumpuan - : sist tumpuan --
) - bentang sumbu ke sumbu --77.:. bentang sumbu ke sumbu in 1 arah memanjang = 7200-·112(450) -112(500) = 6725 mm = 6,725 m
lUMPUAN LUAR . lU>.FUAN DALAM TUMPUAN LUAR 1
(Udak ada menerus} (ada ptat menerus) (tldak ada plal menerus) ln2 arah melebar = 5500 -112(500) -112(500) = 5000 mm = 5,0
") Batang yang dibeogkok pada tumpuan luar, m nilai banding panjang terhadap lebar bentang bersih,
6725
lbuorluehhadntpakaJ bila dilalrukan ---. --,, -:-:-:--=-:-:::":"":": :-::::-:;"';7.:-;----, f3 = 5000 =1,345
anaisa .-
Ps = 7,20+5,50+ 1, 20 = o,78
2 (7,20+5,50)
am= 0 ---> karena tanpa balok tepi
Gambar 7.23.
LOKASI BENGKOKAN MINIMUM DAN PERPANJANGAN UNTUK TlJLANGAN DIDALAM PLAT TANPA BALOK
BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN PLAT DUA ARAH 245
2 4 .4 BAB 7 srnUKTUR ENT.ANG MENERUS DAN Pl.AT DUA ARAH

sooxsoo Pemeriksaan tebal plat berdasarkan syarat gaya gese :


Wu= 1,6WLL + 1,2WvL
-------:- --m-. -------"'. ---- = 1,6(2,40) + 1,2(5,56) = 10,512 kPa = 11kPa
. , • - . I
I - -- - . I - I
I I I Kolom Interior:
5500 I I I Gaya geser natto terf aktor kaliling
I I I kolom, Vu= [(l t)(l2) -( c1 +_d)(c 2 + d)]wu
I I I
I I I = [(7,2)(5,5) - (0,5 + 0,195)(0,5 + 0,195)]11
@, ,.
= 430,3 kN
bo= 2( c,+ d + C2+ d) = 2(C1 + C2+ 2d)
-----------r;r- -----------
I ln1 1 I _uas permukaan bidang gesar,
5500 I I I Ac= (o)d) =2(C1 + C2+ 2d) =2(195)(500 + 500 + 390)= 542100 2
I I I
I I f3c = mla1 banding sisi panjang dan pandek kolom = 500/500 = ... Omm
I f Vu 430,3 •,
I 4SOx500 I Vn = -=--= 717. 2 kN
------ ---'-t?Zt=
f
"' 0,60 I

----------W=-- mencari nilai terkecil Ve dari,


-. 450

Gambar 7.24. Denah panel lantai ujung bangunan bertingkat, Contoh 7.2
Vc =( 2 +;J(.Ji2)Ac = (2 + 4l(J3ii) (542100}(1or 3

pemeriksaan lendutan, = 17815 kN


(0,8+ 1 0 )tn Vc =( a;od + 2)( 1 )Ac = :i) + 2)(, J30) (542100)(10)-3
(4
{am - 0,12 H)}
h = 1189 kN
36 +5/!
. . . Ve = 4(v'fc' )Ac = 4(v'30)(542100)(10)-3 =
11877 kN
karena am= 0, maka unsur kekakuan dalam persamaan tersebut menjadi negatif, sehing rnlai terkecll, Ve = 1189 kN > Vn - 717• 2 kN dapat da. gunakan pada perhitungan awal.

ga menggunakan persamaan berikut:


f
o,a +1"'50o o a+-2-
h " 36+9 /! (l,) dan h " • 3500 (£,)
dipilih menggunakan yang terakhir dengan panjang bentang yang menentukan,

0 8+
1500 (6725) = 199,3 mm
h '
36
karena tidak menggunakan balok tepi, tebal tersebut harus ditambah 10%, dengan demi-
kian h = 219 mm, yang kurang lebih sama dengan perkiraan semula, sehingga tetap

menggunakan h = 220 mm.


Persyaratan tebal minimum plat tanpa balok menurut peraturan SK SNI T-15-1991-03 ada-
--- - - - - - - - -
lah 120 mm. Maka, perhitungkan d = 220 -25 = 195 mm.

- - --------
D UA

246
ARAH
BAB 7 STRUKT UR BEN TANG M ENER US DAN Pl AT
BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN PlAT OlJA AJ\Att 247

Kolom Eksterior: · . Perhitungan momen statis total,


0 kN/ '
. erhitungkan ada tambahan beban dari dinding ekstenor 4, m lnt ar meinanjang = 7200 -112(450)_; 112(500) = 6725 mm = 6,725 m
. DIp IT
Gaya geser n etto terfaktor ke '0'"495:)-{O 45+112(0 1.95)}(0 5+0,195)111+(5,5-0,5) Ln2 arah melebar = 5500 -112(500) -112{500) = 5000 mm = 5,0 m
(4,0)(1,2) vu==:[(5,5)112(7,2+
= 251,53 kN 0,65 1. 1 = 0,65(7200) = 4680 mm, gunakan ln1 = 6,725 m
t I I I

0,65 l 2 = 0,65(5500) = 3575 mm, gunakan l n2 = 5,0 m


_ Vu _
v,, - 4' - 0,
= 419.2 a) Arah memanjang bangunan :
kN M0 =11awuf iln 1)2=·11a(11)(5,5)(6,725)2 = 342 kNm
60
bo= 2C1 + d + C2+ d = 2c1 + C2+ 2d Untuk panel plat ujung, faktor distribusi moman (Daftar 7.2) adalah:
Luas permukaan bidang geser: 500 390) Mu pada tumpuan interior pertama = 0, 70 M0
Ac = ( bo )d= d(2C1 + C2 + 2d) = 195(900 + + + Mupada lapangan = 0,52 M0
= 349050 mm2 _ 4501500 = o 90 Mu pada muka ekstarior = 0,26 M0
f3 c = nilai banding sisi panjang dan pendek kolom - ' Moman rencana negatif, -Mu= 0,70(342) = 239,4
mencari nilai terkecil Vedari, kNm Moman rencana positif, +Mu= 0,52(342) =

Ve =( 2 +;J(.JT.')Ac =(2+ 4, 44lV30)( 349050) (10)-3 177,8 kNm Moman nagatif eksterior, -Mu= 0,26(342)
= 88,9 kNm
b ) Arah melebar bangunan :
= 12321 kN
( ac d ( .2.. ft')A = (30(195) + 2) (.2..J36) (349050) 3
= =
M0 = 118Wuf M n2>2 1/8(11)(7,2)(5)2 247,5 kNm
Cb' · Untuk panel plat ujung, faktor distribusi momen (Oattar 7.2)
(10)- adalah: Mame rencana negatif, -Mu= 0,70(247,5) =
Vc = + 2) 12 'Y • c c 1790 12
173,25 kNm Moman rancana positif, +Mu= 0,52(247,5)
= 839 kN = 128,7 kNm Moman negatif ekstarior, -Mu= 0,26(247,5)
Ve= 4(v'fc')Ac = 4(v30)(349050)(10)-3 = 7647 kN = 64,35 kNm
nilai terkecil, Ve= 839 kN > Vn= 419,2 kN Apabila eksterior tepi banar-benar tertahan sebatulnya momen rencana positif arah
melebar bangunan dapat menggunakan faktor 0,35 < 0,52.

- - - - - - -,--"r Distribusi momen Lajur Ko/om dan Lajur Teng ah :


.._...,_--"1:::" Pada lajur kolom akstarior tidak ada balok tapi yang mengalami puntir, dengan demikian
I
nilai banding kekakuan f3c = 0, salanjutnya juga a 1 = 0.
Dari' daftar momen rancana aksterior lajur kolom (lihat Daftar), faktor distribusi momen ne-
+d =695 gatif pada tumpuan ekstarior adalah 100%, mcmen positif lapangan 60%, dan momen ne
gatif interior 75%. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Daftar 7.7.

Pemeriksaan kapasitas pelimpahan momen geser pada tumpuan kolom eksterior :


Mu pada kolom interior = 239,40 kNm
Mu pada kolom akstarior = 64,35 kNm
Vu= 251,53 kN yang bekerja di pennukaan kolom
Kuat momen nominal Mn yang akan dipakai untuk palimpahan moman gesar kolom tepi
adalah yang diparoleh bardasarkan nilai: - Mu= 64,35 kNm.

Gambar 7.26. Letak bidang kritis Kolom El<.sterior, Conteh 72


248 BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pl.AT DUA
A.RAH
BAB 7 ·sTRUKTUR BENTANG MENERUS DAN PUV DUA ARAH 249

Oaftar 7.7. Distribusi Momen


Moman eksterior rencana total:
Arah 5
it
memanjang
5 Arah
· melebar Mue= Mu+ Vu(112s) =
64,35 + 225,50(112)(69,50)(10)-3= 72 19 kNm
=0,76
· l.2 = 7,2 =1,31 Kuat momen tak seimbang minimum yang diperlukan: '
1.1 7, 2 ' I; 5,5 72,19
MIJIJ

a( i ) =0 a l: J
( l -\
=0
Mn
f
=
=- -
0,80
= 90,24 kNm

LajurKolom Momen Moman Momen Momen Kuat momen nominal Mn yang dilimpahkan oleh geser:
Moman Moman
negatif positif negatif negatif positif negatif Y v =1 1
Interior Lapangar Eksterior Interior apangan Eksterior
1+
M;(kNm)
Faktor
239,4 177,8 88,9 173,25 128,7 64,35
3 -V
Oistribusi 75% 60% 100% 75% 60% 100% t;;
Momen Rencana 0,75 x 0,60 x 1,00 x 0,75 x 0,60 x 1,00 x
64,35
=
di mana, kolom tepi menggunakan nilai b 1 (c, + 112.d) = (450 + 97,5) = 547,50 mm
LajurKolom 239,4 177,8 88,9 173,25 128,7 1 1
(kNm) ---- ---- ---- --- ---- ---- Yv=1
1+ 547,5
=1- =0 37
1+0, 59 '
179,55 106,68 88,90
- n.22 64,35
3 695
Momen Rencana 239,40 177,80 88,90 129,94 128,70 64,35
Lajur Tengah - 179,55 - 106,68 -88,90 - 77,22 - 64,35 dengan demikian Mnv= 0,37 Mn= 0,37(90,24) = 33,39 kNm
(kNm) ---- ---- ---- 173,25
- ---- ---- Moman inersia sisi penampang kritis yang sejajar dengan arah momen terhadap sumbu
59,85 71,12 0 129,94 51,48 0 melebar bangunan:
--- I, = 2(1112(195)(547,5)3 + 195(547,5){112(547,5) -167)2 + 1112(547,5)(195)3]
= 2(2666893888 + 1216618742 + 338303672) = 8443632604 mm4
Moman inersia sisi penampang kritis yang tegak lurus dengan arah momen terhadap sum
bu melebar bangunan:
Gaya geser rencana pada kolom tepi dengan memperhitungkan momen interior : '2 = Ad 2 = (500 +195)(195)(167)2= 3779656725 mm4
239,40-64,35 Moman inersia torsional:
Vu =251,53 7,20-(0, 225+0,250} 225,50 kN Jc = 8443632604 + 3779656725 = 12223289329 mm4
V. = Vu = 225,S = 375,83 kN Tegangan geser akibat geser keliling kolom, efek Mn. dan berat dinding adalah:
3
n ¢ 0, 60 vn =_!L rv M n x = 225,5 (10) 0,37(90,24)(167)(10)6
Dengan mengacu pada Gambar 7.26, menentukan letak titik berat penapang kritis de 9 Ac Jc 0,6( 34905q 12223289329
ngan menggunakan momen statis: =1,533 MPa
=
Ac= b0 (d) d (2c1 + c2 + 2d) = 349050 ak . -· 839000
mm2 Vc m Ve = = 2 404 MPa >v -1533 MPa
simum111n =- -
d (2c1 + c2 + 2d)x= d (c1 + 112d)2 b0d 349050 ' n- •
di mana xadalah jarak titik berat penampang Jadi, tebaJ panel plat yang ditetapkan dapat digunak.
kritis, [2(450) + 500 + 390Jx= [450 + 112.(195))2
= 299756= 167 mm Untuk menahan teg_angan geser pada daerah kofom di sudut bangunan yang cenderung
x 1790 menahan geser leb1h besar, ada kemungkinan memerlukan usaha-usaha perkuatan pe
Jarak dari muka kolom ke titik berat penampang kritis, s= 167 -112(195) = 69,50 mm. nebalan yang dapat dilakukan dengan membuat kepala kolom atau pembesaran koiom
Gaya geser Vudilimpahkan dari muka kolom ke pusat berat penampang kritis dengan atau kepala geser. '
me nambahkan momen kolom eksterior Mu= 64,35 kNm.
-------------------
2 5 0 · BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pl.AT DUA ARAH
· BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pl.Ar DUA ARAH 251

sumbU putaran
Untuk pelimpahan momen geser pada daerah uka kolom interior di akukan dengan
cara yang sama,!1arap diperhatik?" bahwa kadang-kadang dihadapi permasaJahan
z pola
....,. pembebanan dan bentang yang tJdak sama pada peninjauan suatu kolom interior.

b} penulangan arah memanjang banguan.


Moman nominal pada lajur ko!om (!ihat Dattar?.7):
Moman Kolorn Interior : Mn-- 1O7,9,55 - 224,44 kNm
80
M L 10668
omen apangan : Mn = = 133,35 kNm
0180
8 9
Momen Kolom Eksterior : M - 8, O -11
n - O,80 - 1,13
Momen nominal pada lajur tengah (lihat Dattar 7.7):
59 8
\._ sumbu putaran
Moman Kolom Interior : Mn - · 5 _- 74,81
kNm 0180
M _ 71,12_
Moman Lapangan :
n - O, - 88,90 kNm
80
Moman Kolom Eksterior: Mn= O
Gambar 72.7. Pelimpahan Momen ke Kolom dengan lentur

Perencanaan tulangan lajur kolom:


Merencanakan penulangan plat, lebar lajur kolom = 2(114)(5,5) =
2,75 m
a) penulangan tambahan pada plat di daerah muka kolom, .t . . 224 44
Moman tak imbang yang dilimpahkan ke kolom dengan M m enor meter lebar = --'-
2,75
= 81 615
,
t1ap
lentur:
. 133,35
r r=
1- r v=
1-0,37 = 0,63
Mnt= r I Mn= 0,63(90,24) = 56,85 kNm
+ Mn Iapangan tiap matar labar = 2,?S = 48,491kNm
Momen dilimpahkan ka lajur salebar [c2 + 2(1,50 h)], lihat Gambar Tulangan negatif:
7.29. Mn= As fy (d - 1f2a)
c2 + 2(1,50 h) = 500 + 3(220) = 1160 mm sebagai langkah awaJ anggap (d-112a) = 0,9d
Mn1= As fd -1f2a) 81,615 = As (400)(0,9)(195), maka A 5 = 1163 mm2
perkirakan (d-112a). = 0,90d, m.aka:
a= As fy 1163(400)
56,85(10)6= As(400)0,90(195) 1 24
0,85 fc' b 0,85(30)(100q 8. mm
As= 810 mm2 untuk lebar lajur 1160 mm
81,615 = As (400)[195 - 1!2(18,24)], didapat As= 1098 mm2
Pemeriksaan A 5: dicoba menggunakan batang tulangan D16 (201, 1 mm2) dengan jarak s
810(400) -10 95 201,1 .
s = -(1000)
a - 0,85(30)(1160) - • mm
56,85(10)6: A 5 (400)[195 - 112(10,95)] As
As= 750 mm2 . 2011
Maka untuk tulangan tambahan ini gunakan batang tulangan 016 berjarak p.k.p. 100 s pada momen negatif = 109'8 (1000) = 183 mm p. k . p .
mm, dan dipasang pada lajur kolom selebar 500 mm, kemudian dijangkarkan ke
dalam kolom sesuai dengan panjang penyaluran yang diperlukan.
BAB . 7 STAUKTUR BENTANG MENERUS DAN PlAT DUA ARAH 2 53
252 ·BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENEAUS DAN PLAT DUA
AAAH

Daftar 7.8. Rencana Penulangan Plat Conteh 7 2


apabita digunakan tulangan yang sama untuk daerah momen positif,
- Mn ( ) · 81,615 ( 1 8 )
maka: s p a momen pos = s . 3 Arah memanjang Arah melebar
I Moman A. pent I Ukuran Moman1Asper1L Ukuran
= 308 mm p.k.p
+ n 11,491
smaksimum ijin= 2h= 2(220) = 440 Janis (kNm) Tulangan (kNm) Tulangan
mm
Lajur Momen tiap m' dan jarak tiap m' dan Jarak
Tu!angan positif:
A s = +_ Kolorn Negatif 81,615 1098 016 47,251 658 013
-
-(1098) -652 180m.'11 200mm
Interior
MMnn.{A s - rTVl1·2 Negatif 40,410 544 013 23,400 326 010
811615 Eksterior 240mm 200mm
dicoba menggunakan batang tulangan 013 (132,7 mm2), dengan jarak s :
Positif 48,491 652 013 28,080 391 010
5= (1000) Lapangan 200mm 220mm
As '
. Tengah Negatif 27,210 355 010 9,733 136 010
s pa a mom . 'f = 132,7 (""100 O) = 204 Interior 200mm 400mm
en
mm
d pos1t1 652 Negatif 0 0 010 0 0 010
'
untuk daerah momen negatif kolom eksterior apabila menggunakan 013, Eksterior 400mm 400mm
. 106,68 Positif 32,330 422 010 11,569 161 010

s pada momen negat1f = 88,9 (204) = 245 Lapangan 180mm 400mm

mm

Susunan tulangan sebagai berikut:


daerah momen negatif kolom interior: 15016 berjarak 180 mm
daerah momen positif kolom interior: 13013 berjarak 200 mm
daerah momen negatif kolom eksterior: 10013 berjarak 240 mm, dan 8
ba- tang dipasang di luar lebar lajur pelimpahan momen lentur 1160 mm.

Perencanaan tulangan lajur tengah:


Labar lajur tengah = 5,5 - 2,75 :;: 2,75 m
59,85
Moman Kolom Interior Mn =o.ao= 74,81 kNm
:

Moman Lapangan :

Mn interior tiap meter lebar = 2,75 = 27' 21 kNm


+ Mn tapangan tiap meter lebar
= 2,75 = 32- '33 kNm

Tulangan negatif:
Mn= As f1(d-1'2a)
sebagai langkah awal anggap (d-112a) = 0,9d
maka As= 388 mm2
27,21 =A 5 (400)(0,9)(195) =>

Gambar 7.28. Sketsa pemasangan tulangan Contoh 7.2


BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN PLAT DUA ARAH 255
2 54 BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN PLAT DUA ARAH

II II

a As f y · 388(409 S,og mm
0,85 fc' b 0,85(30)(1009 I
I
I
I
I I
27,21 = As (400)[195.-·1rz(6,09)], didapat As= 355 mm2 I I
i I
dicoba menggunakan batang tulangan 010 (78,5 mm2) dengan jarak I I
I. I
s: I I.

s = 78,5 (HXX> ) dlmoosl kolom 400x400


As dlmensi balok 300x500
I I I I
spada momen negatif 7 5 (100 = 221 nm p.k.p. I I '.Y:XJI I
= 8. I

355
s maksimum ijin = 2h = 2(220) = 440 mm
Tulangan positif:
I I
32 33
= + M n (A ) = • (355) = 422
nm2
As - M s 27 21 I I I I
n '
dicoba menggunakan tulangan 010 (78,5 mm 2) dengan jarak
s:
78 5 Gambar 7.29. Sketsa Conteh 7.3
s= ' 000)
As P enyelesaian
s pada momen positif = : (1OOQ = 186 mm
Susunan tulangan sebagai berikut: =
daerah momen negatif kolom interior: 13010 berjarak 200 mm ·100
daerah momen positif kolom interior: 15010 barjarak 180 mm MP
a.
Re
c) penulangan arah melebar bangunan, nca
Pada dasamya proses perhitungan sama dengan yang telah dilakukan untuk arah me nak
manjang bangunan. an
Karena 114( l 1) = 114{7,2) =
1,8 m > 114(l 2),
pan
el
maka lebar lajur kolom menggunakan 2(114)(£ 2) =
112(5,5} =
2,75 m. plat
Sehingga lebar lajur tengah = 7,2 -2,75 = 4,45 m. dan
Tinggi efektif plat {d) pada arah melebar bangunan ·juga lebih pendek dari yang pen
ula
diguna kan pada arah memanjang bangunan. Untuk memperhitungkan batang nga
tulangan po kok arah memanjang bangunan digunakan d = 185 mm. Kemuoian untuk nny
seluruh ren cana penulangan plat dibuat daftar dan gambar,lihat Daftar 7.8 dan a.
Gambar 7.30. ..,
Conteh 7.3. 0

Suatu bangunan bertingkat banyak dengan sebagian denah lantai seperti pada Gambar I
7. 31. Menggunakan sistem /antai dicor secara mono/it dengan balok dan kolom persegi,
tinggi bersih tiap lantai 4,00 m, lebar panel 5,50 m, panjang panel 7,20 m. Beban yang
rlltlnjau: beban gravitasi, beban hidup 5,40 kPa, beban mati 0,70 kPa, fc' =
30 MPa, f y
Pemeriksaan penggunaan metode perencanaan langsung :
l nt arah memanjang = 7,2 -2(d) = 7,2 -0,3 = 6,9 m
a) nilai banding panjang terhadap lebar bentang = 7,2/5,5 = 1,31 < 2,0 maka berfaku aksi Pem l n2 arah melebar = 5,5 -2( d) = 5,5 -0,3 = 5,2 m
dua arah, eriks
b) masing-masing arah lebih dari tiga bentang dengan panjang bentang
aan nilai banding panjang terhadap lebar bentang bersih, /3 = 6,9/5,2 = 1,33
tebal
plat Karena semua tepi menerus, maka f3s = 1,O
bersebelahan sama, dan semua kolom duduk pada sumbunya, ·
berda Pemeriksaan lendutan menggunakan persamaan:
c) pada awal langkah dianggap tebal plat 180 mm. sarka fy
WoL =
0,70 + 0,18(23) =
4,84 kPa n O,B+ 1500
3 woL = 3(4,84) = 14,52 kPa > Wu = 5,40 kPa
syara h s (ln)

--- ---------
Dengan demikian metode perencanaan langsung dapat digunakan.
lendu
tan : 36+ 5/l {am -0,12(1+;i)}

256 BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN PLAT DUA


ARAH BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN PLAT DUA ARAH 267

karena u·nsur kekakuan am dalam persamaan tersebut belum diketahui, sehingga


Ecb= Ecs
dipakai persamaan berikut:
400 a, = Ecb I b _ 5104094299_
146
o a +i ·oa+ Ecsl st
h :s: ' 1500 (l } . 1500 (690 =153 mm •
36+9 /3 n 36+12
dan tidak perlu lebih dari: 3499200000-
untuk arah melebar bangunan:
lb2 = lb
400
0 8-+--
fy
0 8 +-- =
'52 1112(h)3(l2) = 1112(180)3(5500) = 2673000000 mm4
h .s • 1500 (l ) = ' 1500 (690 = 205 Ecb= Ecs - ·
mm
36 n 36 a = Ecb I b =
5104094299_ 191
dengan demikian anggapan awal tebaJ plat h = 180 mm, sampai sejauh ini dapat 1 '
dipakai. Ecs l s2 2673000000-
Perhitungan am dilakukan sebagai berikut: maka, am= [1,46(2) + 1/4(1,91)(2)] = 1,69
Berdasarkan penampang pada hubungan plat dengan balok yang membentuk balok
T Kemudian diulang sekalilagi pemeriksaan dengan menggunakan persamaan fend t
fy u an.
seperti terlihat pada Gambar 7.30, maka lokasi titik berat penampang dapat ditentukan:
h
O, B+ 1500
Sesuai SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.6.2 ayat 4, lebar efektif ( bE) diperhitungkan
(ln
sebagai
berikut:
bE= 2( h- t) + bw= 2(500 -180) + 300 = 940 36+ sp{a -0,12(1+)}
mm m
dengan syarat panjang sayap (flens) tidak lebih dari 4t = 4(180) = 720 400
mm. ( 0,8 ) (69CO)
Persamaan statis momen terhadap tepi atas: +
(180)(940)(90) + (300)(320)(160 + 180) = [(180)(940) + (300) -
(320)]y =- -.:... 150 0!.. 161 nm
fs 1 = 1112(h)3(l 1) = 1112(180)3(7200) = 3499200000 mm4
= 15228000+32640000 180,50
y 265200000 mm
lb= 1/3(300)(0,5>3+1112(940)(180)3+(940)(1 0)(90,5)2+113(300)
(319,5)3
= 5104094299 mm4.
untuk arah memanjang bangunan:
lbt = lb
36+5(1,33){1,69-0,12(1+1,;3)}
Dengan demiian, dapat tetap digunakan tebal h = 180 mm, dengan d = 1SO mm.

Perhitungan Moman Statis Total :


beban rencana adalah:
Wu= 1,2 Wot.+ 1,4 WLL
Wu= 1,2(4,84) + 1,4(5,4) = 13,37 kPa
untuk arah memanjang bangunan:
0,65 l t = 0,65(7200) = 4680 mm, gunakan ln1 = 6,9 m
Gambar 7.30. Penampang Balok T - hubuno1111 plat cl01n baJok Mo = 118Wuf 2(ln1)2 = 118(13,37)(5,5)(6,9)2 = 437 625 kNm
untuk arah mefebar bangunan: · '
0,6S l2= 0,65(5500) = 3575 mm, gunakan ln1= 5,2 m
Mo = 118wuf , (ln2)2= 1/8(13,37)(7,2)(5,2)2 = 325,372 kNm

Distribusi momen :
untuk arah memanjang bangunan:
Faktor distribusi momen (lihat Gambar 7.21):
Mu= 0,65 Mo= 0,65(437,625) = 284,456 kNm
+ Mu= 0,35 Mo= 0,35(437,625) = 153,169 kNm
258 BAB 7 STAUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pt.AT DUA ARAH
BAB 7 STRUKTUR BENT.
G MENEAUS DAN Pl.AT DUA ARAH 259

at = Ecb l b =1,46
Ecs / st
;s!:si mome lajur Ko/om dan lajur Tengah :
. memanJang bangunan
Laiur Kolom:
l2 ' 5,5 a 2 =1,46(0, 764} = 1,12 >
-=-=0,764 maka
it 7,2 1,0
- =
n= 3 ,135"p = 34,135/0,8 42,67 kNm
1 4{f2) -114{5,5) = 1,375 m <114{f ,) = 114{7 2 - 1
t
Faktor momen dari interpolasi nilai pada Dattar lebar fajur kolom = 2(1 375) -0 9 - ' ) - ,80 m
7.3: • . 4 -1,81 rn
M = O ?S+ (0,764-0, 75)0, 50 O
BO
-
_ ,..
(/' 0,90-0,75 ' Mn tiap meter febar iajur 1,81 .sa kNm
+ M =0,7S + (0,764-0,75) 0,50= 0 =
BO
u 0,90- 0,75 ' + Mn tiap meter lebar lajur = 18,38
untuk arah melebar bangunan: . 0,8 (1,81) = 12,70 kNm
Laiur Tangah:
Faktor distribusi momen (lihat Gambar 7.21):
Mu= 0,65 Mo= 0,65(325,372) = 211,492 kNm lebar laju tengah = 5,5 - 2, 75 = 2, 75 m
+ Mu= 0,35 Mo= 0,35(325,372) = 113,880 Mn tiap meter lebar lajur _ 5 6,8 91
- 0,8(2,75) = 25,86 kNm
kNm
Ecb l ,91
ab =
2 ---=1
Ecs l s2 -
- o a (2 75} = 13,93 kNm
+ Mn tiap meter lebar lajur - 3 0 ,634
72
!:..!_ = • = 1309 a2 T£, =1,91 (1.200 ) = 2,50 > b} Arah melebar bangunan , •
maka 1.0
2
f 2 5,5 '
Faktor momen dari interpolasi nilai pada Daftar 7.3: Lajur Kolom: lebar lajur kolom = 2(1• 375) -0,94 1,81 m
Mu= 0,75 - (0,75 - 0,45)0,309 = 0,66 =
Mn tiap meter febar lajur =
20,938
+ Mu= 0,75 - (0,75 - 0,45)0,309 = 0,66 0,8( 1,8 1} =14, 46 kNm
Untuk selanjutnya, agar memudahkan dalam pengerjaannya, dibuat tabel distribusi mo- •
+ Mn tiap meter lebar lajur = 11,274 -
men seperti dapat dilihat pada Daftar 7.9.
. 0,8 (1,81) - 7, 79 kNm
Laiur Tengah:
Pemeriksaan tebal plat berdasarkan syarat gaya geser : lebar lajur tengah= 7 2 - 2 75 - 4
Wu= 1,2(4,84) + 1,4(5,4) = 13,37 kPa • • - ,45 m
Mn tiap meter lebar lajur _ 71,907
karena (a )(£2'£
mengi
) > 1,0 pelimpahan geser akibat beban Wudari plat ke balok akan -
(4,0,8 S) = 20, 20 kNm
1 1 4
kuti bentuk bidang trapesium dan segitiga dengan menarik garis sudut 45° dan garis di te q,Vc = 0,60(1isv'30)(1000)(150)(10)-3= 82,158 kN
ngah-tengah panel- arah memanjang. Bagian beban yang lebih besar akan dipikul oleh
Vu< f>Vc
ba lok bentang arah melebar dengan harga terbesar terdapat di muka kolom interior Dengan demikian tebal plat cukup aman dan tahan terhadap geser.
pertama.
Gaya geser rencana untuk setiap meter lebar pada arah melebar, adalah:
. 2
V: =.!(115)( )(£ ) 1,15(13,37)(5,2) = 39 98 kN/ m'
u 2 ' Wu n2 2(5,2) '

tinggi efektif plat d = h - 20 - 112¢ = 150 mm


tP Vc= ¢(1tsv'fc' )bd
+ Mn tiap meter lebar lajur = 38,719 -
o, 8 (4,45 ) - 10,88 kNm
Merencanakan penulangan plat
Momen t umpuan terbesar arah m' eman.
M - A t. (d 1ang bangunan: Mn= 25 86 kr••m
n- S Y - 112a\ I

seb ·1
agar angkah awal anggap (d- 112a) = 0,9d
25,86 = As (400)(0,9)(150), maka As= 479 mm2
a= As\ = 479(40q
0, 85 fc b 0,85(30)(1ooq = 7,513 mm
25,86 = A s (400)( 150 - 112(7,513)J did. ap t A -
' a s 442 mm2
BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pl.Ar DUA ARAH 261
• oV'T1 'A BENTANG MENERUS DAN PLAT DUA
ARAH
260 BAB 7 STRu" • "'

. tri"busi Momen - Contoh Dattar 7.10. Rencana Penufangan Plat Contoh 7.3
Oaftar 7.9• D7.3
IS Arah memanjang Arah melebar
Arah memanjang Arah melebar Momen Asper1u Ukuran Moman As.per1u Ukuran
5.5 !:J_= 7,2 =1, 31 Jenis (kNm) .Tulangan (kNm) Tulangan
= 0,76 5, 5
'1 Lajur Moman tiap m' dan jarak tiap m' dan jarak
l,
a(! )
7,2

al\ '112 ) = \12 = 2, 50 Koiom Negatif


Interior
81,6 i5 1098 016
180mm
47,251 658 013
200mm
Momen Positif 48.491 652 013 28,080 391 010
Momen Momen Momen negatif
Lajur negatif Lapangan 200mm 220mm
negatif negatif
Interior
Interior Eksterior Tengah Negatif 27,210 355 I 010 9,733 136 010
Eksterior Interior 200mm 400

I
Mu(\<Nm) 284.456 113,880
153,169 211,492 mm Positif 32,330 422 010 11,569 161 010
Lapangan 180mm 400mm
Faktor 66% 66%
80% 80%
Oistribusi
0,80 x 0,66 x 0,66 x
Moman Rencana 0,80 x 113,880
153,169 211.492
lajur kolom
284,456
---- ---- ----
(kNm) ---- 139,585 75,161 7.7 METODE RANGKA EKJVA LEN
227,565 122,535
0,85 x 0,85 x 0,85 x Seperti yang sudah dikemukakan di depan, apabila beban gravitasi yang bekerja pada
MomenBalok 0,85 x 75,161
139,585
122,535
227,565 suatu sistem plat, maka perencanaan dan analisis dapat dilakukan menggunakan Metode
85%
(kNm) ---- ----
104,155 ----
118,647
----
63,887
193,430 Perencanaan Langsung atau Metode Rangka Ekivalen. Perencanaan termasuk untuk
139,585 75,161 balok pendukung (bila ada) di antara tumpuan, kolom atau dinding pendukung yang
227,565 122,535 - 63,887
MomenPlat - 104,155 - 118,647
15%
1.93,430
- ---- ---- ---- membentuk rangka ortogonal. Sedangkan apabila terdapat beban lateral, meskipun sis
(kNm) ---- 20,938 11,274 tem lantai memenuhi batasan-batasan Metode Perencanaan Langsung untuk beban
34,135 18,380
gravitasi, harus dilakukan analisis elastis rangka struktur menggunakan ketentuan-keten
284,456 211,492 113,880
Moman Rencana 153,169 - tuan khusus Metode Rangka Ekivalen. Kemudian, hasil kedua analisis tersebut dapat di
- 139,585
- 122,535
- kombinasikan untuk mendapatkan hasil akhir. Sebetulnya SK SNI T-15-1991-03, seperti
lajur tengah
---- ---- ----
227,565
(kNm) ---- 71,907 38,719
30,634 disebutkan dalam pasal 3.6.3 ayat 1.2 tidak secara tegas menunjuk Metode Rangka Eki
56,891
valen untuk analisis beban lateral, tetapi hanya menyebutkan analisis portal tanpa pe
2 7 m2) dengan jarak s: ngaku dan syarat memperhitungkan p,timgaruh retak dan tulangan pada kekakuan
batang tulangan 013 (13 , m
dicoba menggunakan kompo- Mn ukt ra .
s = 1 2,7 (1000) Perbedaan dari kedua metode tersebut terletak dalam cara menentukan variasi nilai
s momen dan geser di sepanjang portal kaku fiktif. Untuk Metode Rangka Ekivalen, seba
· (1000) = 300 nm P k.p
s pada momen negatlf = 442
d. rtukan untuk
gaimana yang lazim dilakukan pada analisis dan perencanaan struktur statis tak
dihitung luas tulangan yang ipe tertentu, perhitungan variasi tersebut dilakukan dengan memisalkan terlebih dahulu
ma kekakun rela
Selanjutnya dengan cara yang sama, un la1·ur tengah Karena baang tulangan
sa- mg tif kolom berikut sistem lantai (plat dan balok) dalam analisis pendahuluan, kemudian dipe
"k t k I ·1ur kolom maup
sing-masing arah, bai . t. gi
un u a h I bar bangunan menggunakan riksa pada tahap akhirnya. Dengan cara demikian, selubung momen rencana dapat diper
k ulangan ara me e ling menyilang, maka untu pen d. posisi tulangan arah melebar bangun-
I
oleh untuk beban mati dikombinasikan dengan berbagai variasi pola beban hidup. Sesuru
5) 110 mm ' mana rf
efektif d = 180 -(20 + 13 + 6' - ' K d. d"1buat daftar penulangan sepe dengan ketentuan dalam SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.6.7 ayat 7.4 disyaratkan apabila
. bangunan
an di atas tulangan meman1ang · emu ian Metode Rangka Ekivalen digunakan untuk analisis beban gravitasi dari sistem plat dua
pada Daftar 7.10.
2 6 2 · BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pt.AT DUA ARAH
BAB 7 STRUKTUA BENTANG MENERUS DAN Pl.AT DUA ARAH 263

arah yang memenuhi batasan-batasan Metode Perencanaan Langsung, maka momen


Apabila balok membentuk rangka den an kofo .
momen terf aktor yang diperoleh dapat dikurangi secara proporsional sedemikian rupa momennya, nilai K, yang sesuai dengan ruus di m dalam ah. bent yang ditinjau
se hingga jumlah CiQsolut momen positif dan negatif rata-rata yang digunakan di dalam momen inersia plat dengan balok yang ada terhad atas haru d1k1kan nil banding dari
peren canaan tidakmelampaui 11S wJ.J.l )2: Untuk analisis beban lateral, pembesaran perhitungkan balok, sehingga rumus menjadi: ap momen 1ners1a plat sa1a tanpa
momen pa., da kolom untuk memperhitungkan penggoyangan akibat beban-beban mem-
vertikal harus di
!akukan sesuai dengan persyaratan SK SNI TIS-1991-03 pasal 3.3.11 ayat 5 dan pasal K 1= 2: 9Ecs C ( lsb )
3
3.3.12. Dengan diperolehnya variasi momen longitudinal dan geser terfaktor pada portal
. .. l2(1- :)
I

kaku, momen ke arah transversal pada keseluruhan sistem lantai secara lateral s )
dibagikan
dimana,
kepada plat dan balok Oika ada). Prosedur pembagian ke arah transversal dan fsb = momen inersia penampang balok dan plat, boleh jadi berbentuk b Ik
0
penyelesai an perencanaan selanjutnya pada dasarnya sarna dengan yang diterapkan T, selebar portal kaku fiktif. a
pada Metode Perencanaan Langsung. Is = momen inersia plat selebar portal kaku fiktif.
Sebagaimana diketahui, dalam sistem lantai dua arah suatu bangunan bertingkat
banyak, rangka yang dibatasi oleh dua sumbu panllantai yang bersebelahan
merupakan struktur tiga dimensi. Perhitungan dengan menggunakan portal kaku fiktif

:r
merupakan pendekatan permasalahan tiga dimensi dengan cara menganggap bahwa
rangka struktur terdiri dari susunan rangka portal kaku dua dimensi pada bidang kolom,
baik ke arah me manjang dan melebar bangunan. Dengan cara pendekatan demikian, (1 -
maka kolom atau tumpuan harus dianggap dihubungkan dengan lajur platbalok oleh
komponen puntir
yang arahnya transversal terhadap arah bentang yang sedang ditentukan momennya.
Sesuai pasal 3.6.7 ayat 3.1, untuk perhitun an mom . .
Kekakuan kolom disebarkan pada seluruh lebar portal kaku fiktif { l . atau lebar balok
nampang di luar titik buhuf atau kepala kolo d I en mrs1a plat balok di sebarang pe
plat diperhitungkan hanya sebagai lebar kolom ke arah transversal ( c2). Mekanisme lehkan menggunakan penampan b t S . a am anahsa beban grvitasi, memperbo-
puntir ter k gdan
sebut pada hakekatnya adalah pemindahan kekakuan lentur dari plat (di sepanjang rut o.
I edangkan pasal .3 .6 3ya
a t .1JUga
2.
ratkan peninjauan pengaruh ret mensya-
kom
ponen) ke ujung komponen yang bertemu dengan kolom, dan arahnya menjauh (keluar) c2 dan 2 berkaitan dengan bentang transversal pada tiap sisi kolom.
dari posisi kolom. Dengan sendirinya akibat bekerjanya puntir, efektivitas kolom untuk
me ngekang ujung-ujung balok-plat akan berkurang. Komponen puntir diasumsikan
berpe nampang konstan di seluruh panjangnya, dan kekakuannya dihitung
berdasarkan:
_ 9 EcsC
K - 3

r
l2(1- :)
di mana, K,= kekakuan puntir komponen torsi struktur, momen per unit torsi.
C = konstanta puntir balok transversal, boleh dihitung dengan mernbagi
pe nampang yang ditinjau menjadi beberapa bagian penampang
persegi yang terpisah untuk kemudian dijumlahkan sebagai berikut:
C= }:(1-0, 63)
y
x3y
3 '
Ecs = modulus elastisitas plat baton,
ka, dalam anaJisa beban lateral. u angan pada kekakuan komponen
struktur rang-
SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.6.7 a at 6 .
apabila pola beban diketahui maka analisi: menyebtan_ sesuatu yang logrs,
ialah
beban tersebut. Apabila beban hid k . bportal_ kaku f1kt1f d1lakukan berdasarkan
pola
up er.ia ervanasi tetapi tidak mel
b"h· b
kerja, atau bila kondisi beban hidu kera d I . . e r I 3/4 eban
mati
akan terbebani sekaligus, maka moen ert:kat ah sedm1k1an rupa_
hingga semua panel semua penampang dengan beban h"d r
maks1mum boleh d1anggap bekerja pada pola beban yang sesuai
dengan ko .'·up pnu tertaktor pada seluruh sistem plat. Untuk
tor dianggap bekerja di dekat ten:ee c;ns penaruh, momen positif maksimum
tertak
penuh teriaktor pada panel yang d tin·au d:::g dan suatu panel engan
314 beban hidup bila untuk keadaan yang demiki J pada panel-
panel lam yang berselang. Apa-
an momen negatif maksimum tart kt d
tu tumpuan boleh dianggap terjadi mak ku . . . a or pa a plat pada
sua-
ban hidup penuh tertaktor pada , I a cu p d1tm1au dengan
pengaturan 3/4 dari be- man teriaktor yang digunakan dt ,:a:9m
ersebelhan saja. Akan tetapi, momen-mo men akibat beban mati dan
hidup t rt kt p itungan tidak boleh kurang dari momen-mo-
. e a or penuh yang bekerja di semua bentang.
& . BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN PlAT DUA ARAH
2 4
BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pl.Ar DUA ARAH 266

SOAL-SOAL
A 8 c
Untuk plat penulangan satu arah seperti tergambar'. entkan seluru momen ,L I
7-1. da gaya geser yang terjadi akibcttbeban kerja yang terdm dan beban mati 5 1 " 1 '4
kPa (terma
11: ; :1:
suk berat sendiri} dan beban hidup 15 kPa, fc'=25 MPa, fy=400 MPa. I I 11

I
!,
;I::
I1 j1
1 _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ l11·:_l _ .
11 _
1 _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ q1

-,11----------------------------iii -
l:':- :-:-:i-:·:-:-:-:-:··--...
jl - - - - - - - - - - - - -
} ;1 !JI !I
:1 ifi ii

Gambar Soal 7-1


;,i\i q1 ,11 I
Iii ill

7-2.
Untuk balok menerus seperti terlihat dalam gambar, tentukan seluruh.r:nom.en
dan
3 -'t--t'-rt.;• a ---------- '.I: - - - - - - - - - - - - - :!: I
I'
ii
'I
4500 !1
gaya geser yang terjadi kibat dari bekerjanya beban kerja yang terdm dan beban
;1
mati 30 kN/m (termasuk berat sendiri) dan beban hidup 45 kN/m, fc' =25 MPa, dan
,,
'1
fy=400 MPa_ 4

n n
·" =.•.'.•.:.=.· ·": ...::--·:· ··.-: ·· . ...:.:-.·.-:·.--:·.··· ··'.·.:· ··.•.:·: c-... ·
.:·::::: ·:.:.:.:·
..
n n
: 1·•....:./ ··:··... ·...·.·..· .·.··: · ··· · ·· ···. 11'-l.,,
Sebagian Oenah Lantai
Gambar Saal 7-3

9000
9000 9000
IJ. 9000
w,,,
7-5. Suatu bangunan bertingkat banyak dengan sebagian denah lantai seperti tampak
pada Gambar. Digunakan sistem lantai dicor secara monolit dengan balok dan
ko lom persegi, tidak menggunakan kepaJa kolom dan pertebalan panel plat,
tinggi bersih tiap lantai 4,30 m, lebar panel 7,50 m, panjang panel 9,00 m. Coba
Gambar Saal 7-2 dengan
ukuran balok 400 mm x 800 mm, dan apabila perlu disesuaikan dengan kebutuhan
Suatu sistem lantai yang terdiri dari balok, baJok induk, dan plat. Saban ke.rja nya. Saban yang ditinjau hanyalah beban gravitasi dengan beban. liidup 7,50 kPa
7-3.
terdiri dari beban mati 1,5 kPa (tidak termasuk berat sendiri sistem) dan beban dan beban mati 0,60 kPa, fc' =
30 MPa, fy= 400 MPa. Renca·nakan panel plat ujung
htdup 7,50 dan penulangan yang diperlukafJ.
kPa, fc'=30 MPa, dan fy= 400 MPa.
a Rencanakan plat penulangan satu arah menerus. 7-6. Suatu bangunan bertingkat banyak dengan sebagian denah lantai seperti tampak
b. Rencanakan baJok menerus sepanjang kolom baris kedua. pada Gambar. Digunakan sistem lantai tanpa baJok dengan kolom bujur sangkar
Lengkapi kesemuanya dengan sketsa-sketsa yang diperlukan. 800 mm, tinggi bersih tiap lantai 4,50 m. Kolom tertentu seperti tertera dalam
gam bar berhenti hanya sampai di bawah fantai yang ditinjau, dan kolom
m enggunakan
7-4. Sama dengan soal nomor 7.3, kecuaJi jarak spa.<>i antar-balok adaJah 3,0 m dan kepala kolom serta pertebalan panel. Bangunan tidak mengalami gempa bumi se
ben tang balok 9,0 m Oarak pusat ke pusat kolom), beban kerja terdiri dari beban hingga yang ditinjau hanyalah beban gravitasi dengan beban hidup 7,40 kPa dan
mati 1,50 kPa dan beban hidup 10 kPa, fc'= 20 MPa, fy = 300 MPa. =
beban mati berat sendiri, fc' 30 MPa. fy = 400 MPa. Rencanakan panel plat dan
penulangan yang diperlukan berdasarkan tinjauan portal kaku fiktif sesuai gambar.
266 BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN PLAT DUA
ARAH
BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pl.AT DUA ARAH . 267

7-9. Suatu sistem lantai ditumpu oleh balok-baJok yang pada sisi-sisinya memikul
I I beban kerja hidup terbagi rata 3,50 kPa, beban mati 1 kPa, dan berat sendiri.
I I
I I
Ukuran panel plat 6,0 m x 7,0 m, ukuran kolom bujur sangkar 400 mm, lebar
I I
I I
I badan baJok 400 mm, rasio penulangan baJok p= 0.40Pt,, sedangkan fc'= 30

I
I 1, I I
I I I I
I I dlmensl kolom 400x400 MPa dan fy= 400 MPa.
dimeosl balok 400x800
I 1 I I
I II Rencanakan panel plat ujung dari sistem lantai tersebut.
I I I I I I
7500
I I I 1 I I
1

I I t ji I I 7-10. Sistem lantai pada SoaJ 7-9 tetapi tanpa penumpu balok. Kolom tidak mengguna
1 111 I I
I I kan kepala kolom dan pertebalan panel plat. Rencanakan panel plat interior.
I I - - - - - - - - - - - - - _: I: _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _1 IL

-·-
b
I j 1 - - - - - - - - - - - - - 1 I -------------------------------------------I
1 -- --
9000 , 9000 )'
Sebaglan Oenah Lantal
Gambar Soal 7-5

7-7. Rencanakan panel plat seperti Soal 7-5 dengan menggunakan portal kaku fiktif ke
arah melebar bangunan.

7-8. Rencanakan panel plat seperti Saal 7-6 dengan menggunakan portal kaku fiktif ke
arah melebar bangunan.

8000 8000

arslran menunjukkan
7000 kolom yang berhentl

portal yang dilinjau

7000

garis tepl bangunan

Sebagian Denah Lantal

Gambar SoaJ 7-6 •


BAB 8 KEMAMPUAN KELAYANAN 289

8
8.2 LEND UTA N

Pedoman pengandalian landutan tardapat pada SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.2.5,


yang membarikan Tabal 3.2.5.a (lihat Oaftar 2.1, B - 2) dan Tabaf 3.2.5.c di mana
.. didapatkan daftar tabal minimum dari balok serta plat untuk penulangan satu dan dua
arah, dan Tabel
3.2.5.b yang memberikan _nifai-nilru lendutan maksimum ijin. Tabel 3.2.S(a) telah
dikenal pada Bab 2, sedangkan Tabel 3.2.S(b) dan Tabal 3.2.S(c) dicantumkan pada
KEMAMPUAN KELAYANAN Apendiks A. Dengan demii<ian untuk mengikuti peraturan tersabut, digunakan salah
satu dari dua teori sebagai berikut:
1) menggunakan langsung kriteria yang ditetapkan dalam tabel-tabal, yaitu daftar tebal
atau tinggi minimum komponen struktur yang diperbolehkan, dan/atau
2) manghitung lendutan yang terjadi dengan menggunakan rumus-rumus lendutan
stan dar digabungkan dengan ketentuan-katentuan yang barkaitan dengan momen
iner sia serta pengaruh riwayat beban dan waktu dari komponen struktur yang
ditinjau.
a .1 P E N D A H U LU A N_
Cara pertama dengan menggunakan pedoman tebal (tinggi) minimum, lebih
tk n bahwa setiap komponen struktur harus
SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.2.1 mensyara ad k beban rencana terf aktor yang be- seder hana dan langsung didapatkan nilainya dari tabel sehingga didapat dengan
memiliki cukup kekuatan struktural untuk mendu ung enap komponennya harus direnca mudah. Tabel tebal minimum plat dan balok, Tabel 3.2.5.a, berlaku untuk struktur
kerja padanya. Atau dengan kata lain, struktu k: tsr cana minimum sama dengan nonprategangan, pe nulangan satu arah, dan tidak berlaku untuk struktur yang apabila
kuat mengalami lendutan canderung mengakibatkan kerusakan pada komponen
nakan sehingga penampangnya mepuya1 ndan a a terf aktor yang sesuai. Di nonstruktural, misalnya dinding partisi. Untuk struktur yang disebut terakhir, lendutan
sam perlu yang dihitung berdasarkan kombmas1 bh bka amp n kelayanan pada harus dihitung dengan cermat dan teliti mengingat resiko tinggi yang harus dihadapi.
tingkat beban Sedangkan Tabel 3.2.5.c memberikan
1 tebal minimum pelat tanpa balok interior, berlaku untuk struktur nonprategangan dan pe
ping itu, komponen truktur harus memenu . emperilaku struktur yang cukup b 'k da nulangan dua arah. Pada cara kedua, di mana lendutan dihitung dengan menggunakan
s . a1 pa
u menjamtn tercapamya . t.d k
kerja (layan), atau mamp b t hanya dalam strata beban ker)a, ' metoda dan formula standar untuk lendutan elastis, atau dengan kata lain, peraturan me
a
keqa.
. Kemam puan kelayanan ter a as
t
strata beban k korosi tulangan, dan rusaknya netapkan parhitungan atau pemeriksaan lendutan didasarkan atas perilaku bahan pada
per-
pada kuat batas, dan ditentukan oleh lendutan, e; berbagai pertimbangan, yang strata beban kerja (layan). Semua lendutan yang dihitung dengan manggunakan formula
antar standar atau cara hitungan lain yang dapat diterima tidak boleh melebihi nilai lendutan- fjin
mukaan balok atau plat baton bertulang. Mleng gnonstruktur seperti jendela, pintu,
part1- . · t tika dampak pada e amen dt
lain
mel di es , k dikehendaki, lendutan harus maksimum yang ditetapkan dalam Tabet 3.2.5.b. Pada strata babari karja, pada awa1nya
-
iput1 seg1 e "d apa
si, ataupun terjadinya getaran-getaran ya:at1b:ban kerja. Retak-retak yang terjadi yang tertanam di dalam beton. Dengan em1d_1an,ksudkan untuk· (1) mendapatkan pen-
pada kendalikan sampai batas-bata tertentu p d"b 'kan toleransi hanya sampai retak
rambut baton bertulang harus dibatas1 dan dapat I en fd k saja kemampuan
struktural tetapi saja Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan I : korosi pada
batang tulangan baja jug perlindungan terhadap berlangsung ya.rosepembahasan
yang berhubungan de
komponen struktur baton terlentur masih menampilkan perilaku alastik {lihat Gambar 1.1) yang melampaui kuat tarik beton. Dangan demikian, untuk manantukan nilai momen
tetapi kemudian mengalami retak di daerah tarik pada saat momen yang inersia digunakan potongan penampang ratak seperti tampak pada Gambar 8.1.
bekarja sedami kian basar sehingga mangakibatkan timbulnya tagangan
. tarik . I Moman inersia terhadap garis netral penampang ratak separti Gambar 8.1, yang di
ngan eval . d d retak pada baton komponen (2) sebut sebagai lei, ditentukan bardasarkan anggapan bahwa beton di daerah tarik telah ra
ima an
uas1 len k k struktur penlaku en-
utan
jelasan dalam hal pengaruh retak tehadap ke u::mi bahasan bagaimaa suatu t ak. Dengan demikian baton dianggap sudah tidak mempunyai kekuatan tarik lagi, dan da
kompo r1rah tarik sempit di antara garis natra1 dan batas atas retakan diabaikan dalam perhitungan.
dutan seketika maupun jangka pn1ang, d n ( ) p cukup baik secara estetika tanpa Momen inersia penampang retak (b-) merupakan batas ekstrim minimum dari rentang nilai
me nen struktur yang telah retak masah dapat aanggap
ngurangi keandalan dan kinerja strukturalnya. "
BAB 8 KEMAMPUAN KELAYANAN 271
2 7 0 . BAB 8 KEMAMPUAN
KB.AYANAN

lam rangka usaha untuk mendapatkan hasil hitun . .


pendekatan tersebut digunakan secara I d gan lendutan yang lebah realistik, dan
sa-masa sebelumnya, dipakai salah satuu a pertur diberbagai negara. Pada ma
SNI T-15-1991-03 memberikan rekomendasi omh ine1a fc,., atau Demikian pula
SK kan momen inersia efektif 4. di mana, per ' ungan lendutan dengan
mengguna-
I daefah
I beton retak
fc.< (;. <
I Dengan demikian nilai momen inersi f ktif
I tasnya, moman inersia penampang retak da e e tergtug pada nilai kedua pemba-
I I M . . an momen mers1a penampa t h .
tutanaan I
I
e e e e omen mers1a penampang utuh dihitung dengan men·ggunakan persamanagn
ubuerik1(ukto· tor) . .
tank . - - - - - - -.----+ lg = -bh3
Gambar 8.1. Penampang Retai<
o . 12
engan d1tetapkannya momen inersia efektif s b . d
dutan komponen struktur dapat d"h"t d e agai asar perhitungan, maka besar len-
yang digunakan untuk memperhitungkan besar lendutan. Sebagai batas lawannya, di ma 1 I ung . engan menggunakan rumus standar.
na penampang masih mampu untuk bertahan terhadap lendutan, ialah momen inersia ke
adaan panampang utuh tanpa retak (). Pada kenyataannya la dan lg terdapat bersamaan
dalam suatu komponen struktur tarlentur di mana momen maksimum yang bekerja melam 8.3 MOMEN INERSIA PENAMPANG RETAK
paui batas momen retak. Keadaan utuh masih dapat bertahan karena momen lentur yang
bekarja pada suatu tempat tertentu relatif masih kecil sehingga saat tegangan lantur mak Seperti diketahui, beton bertulang terdiri dari b h . .
simum tarjadi masih belum melampaui modulus retak. Bagian yang belum retak di bawah diri dari batang tulangan baja Oengan d "kia an beton yang d1ben penguat yang ter-
garis netral di sepanjang bentang balok masih memiliki tingkat kekakuan yang berbeda sifatnya, membentu mekanism:' terdapat dua unsur bahan utama yang
memberi· kan kontribusi tarhadap kekakuan seluruh balok. Moman inersia penampang sunan bahan yang demikian dinamakan bah eqkasama truktural di dalam komponen.
Su-
retak lcr di perhitungkan pada atau di dakat panampang ratak, sedangkan momen

tra
. . an ompos1t.
inersia panam Untuk menghatung momen inersia enam
pang utuh (kotor) lg pada penampang utuh di antara dua retak. rupakan bahan komposit digunakan metde retk fc, baton bertulang yang me-
Kakakuan aktual balok tertatak di antara nilai Ec fg dan Eclcr tergantung dari beberapa Hasil penelitian Branson menunjukkan bahwa nilai momen inersia realistik untuk
faktor, ialah: (1) juml ah retak yang terjadi;(2) distribusi pembebanan; dan (3) kontribusi perhitungan lendutan tertetak di antara kedua batas keadaan ekstrim tersebut. Olah kare na itu,
8
ba ton panampang utuh di antara retak. Pada saat baban mencapai suatu tingkat yang ) sejak tahun 70-an telah diperkenalkan penggunaan momen inersia efektif (/ da-
ma nyebabkan tulangan baja meluluh,umumnya kekakuan mencapai Ecfa.. Komponen
struk·
tur dengan tulangan baja tariknya mulai meluluh dikatakan telah runtuh secara struktural.
Selanjutnya komponen terus melandut maskipun tanpa ada tambahan beban, retaknya
semakin tarbuka sehingga garis netral terus bargarak mendekat ka arah tepi tertekan.
Sampai pada akhimya terjadi keruntuhan takan sekunder yang mengakibatkan kahancur
an total beton di daarah moman maksimum. Lendutan satalah komponan struktur melu
luh atau melampaui batas lendutan pada keadaan runtuh bukan merupakan faktor pertim
bangan utama dalam proses perencanaan sehingga tidak dibahas secara mendalam di
sini. Walaupun begitu, pengenalan terhadap cadangan kapasitas lendutan sabagai
ukur an daktilitas struktur khususnya terhadap gempa merupakan hal yang panting: juga
untuk
kasuslain di mana adanya kemungkinan terdapat beban lebih.
penampang batang tulangan b::iia yang t d mas1 luas penampang bahan. Luas
. ....., er apat pada penampang k
gant1kan dengan suatu luasan bet f"kt'f omponen struktur di-
. on 1 1 setara yan d. A
ya tank. Penentuan nilai A didas k d eq. g aanggap mampu menahan ga-
bahan alastik yang berbed:qmenga ana ri mekanika bahan, di mana
apabila dua masing-masing bahan akan setara dengan- ·1 b y g sam_a,
tegangan yang terjadi pada
Pada Gambar 8 2 dalah rn ai an mg modulus elastisitasnya.
· • £1 a regangan beton dis t t ·. ·
gangan tarik tepat pada kedudukan .t b era ep1 tertekan, dan £2 adalah re-
Dengan menggunakan notasi seba seri::batang tulangan baja tarik.

fs = tegangan baja tarik


fct(tarl<J = tegangan tarik baton teoretis pada kedudukan tulan b-· .
Es = modulus elastisitas baja ga n aJa ank
t
Ee = modulus elastisitas beton
kc unudian dikembangkan hubungan tefgangan-r egangan sebagaa. ben.kut:
"" _ _s_ d (ct
c-2 - E an e2 = -
s Es
2 7 2 .BAB. 8 KEMAMPUAN Ka.AVANAN

BAB 8 KEMAMPUAN KELAYANAN 273


. k kedua persamaan tersebut, ditentukan f s sebagai berikut:
dengan mengguna
f / ·
an 'er 5

E. = E,
E.(fc,)
f =-
. s Ee
E E yang dikenaJ sebagai nilai banding modulus baa baja terhadap baton disebut ju
g;s:bagai angka eV:ivalensi, dan dieri imbol sebaga1 b1!angan n.
Maka didapatkan hubungan sebaga1 benkut:
fs = Es fct ) = n fct
c
O" dalam SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.15.5 ditsntukan bahwa besarnya ni i.n
ditetapa penampang penampang
1 bak>k transtormasi
d . . 1 · psrbandingan ksdua modulus elast1s1tas terse u
. d n pembulatan terdekat an ni a1 . b ·
D :a Tabel A-7 Apendiks A diberikan nilai-nilai n tersabut. Sacara teoret1s tulang .
a1a
Gambar 8.3. Penampang Transfcmiasi
dlg:ikan fung inya oleh suatu luasan baton fiktif yang satara, yang dengan sen mnya
harus mampu menahan gaya tarik yang sama pula. Resultants gaya-gaya pada batang tulangan dianggap bekerja pada pusat titik berat
Maka didapatkan, · fct Aeq= fs As ksdudukan kelompok tulangan yang berjarak d dari sarat tepi tertekan, demikian pula re
dengan melakukan beberapa substitusi, maka didapatkan: sultants gaya luas beton fiktif yang menggantikannya dianggap menernpati kedudukan
Aeq fer = n fer As yang sama. Pada Gambar 8.3 tampak bahwa luas beton fiktif digambarkan sebagai
. Aeq= n As luasan
se hingga, I .... enampang tu-
Nilai yang didapat adalah luas baton fiktif yang satara dengan uas p an ba- persegi panjang tipis sedikit rnelewati sisi-sisi balok, di mana pusat berat kedudukannya
.a an di antikannya, atau dengan kata lain, Aeq adalah luas penamp g juga berjarak d dari serat tepi terdesak. Kembali pada anggapan bahwa penampang beton
: ";:,/;,9
1
.:i y!,g itransformasikan menjadi luas fiktilbetonbsi:'adi ;e m : telah retak sampai batas garis netral, maka iuas efektif yang diperhitungkan hanya
sebatas daerah desak, di mana letak garis netral bearak y terhadap serat tepi terdesak.
Penetap
iintang transformasi yang pada awalnya t_erdm dan dua macam an an letak garis netral tersebut dilakukan dengan menggunakan persamaan keseimbangan
a ,
hitungkan menjadi satu macam bahan momen statis luas etektif terhadap serat tepi terdesak. sebagai berikut:
saia.
L: (A y ) by(i r)+
n A 5d Y = = by+n
by 2 + nA5y= 112 by 2 nA5 d
1/2 by 2 + nA5y - nA5d = 0

Persamaan berpangkat dua, diselesaikan dengan mencari akar-akarnya seperti yang

-- - - -
ga---
- rls ne tra l
teiah dilakukan pada Conteh 3.7 yang lalu, ptau dengan menggunakan rumus akar
persarnaan

l
pangkat dua sebagai berikut:

Y=n As [ ( 1 + 2n bAsd ) -I
regangan

diagram Gambar diagram tegangan


tortnntur
Dengan ditetapkannya letak garis
netral, momen inersia penampang
retak Ucr) dapat dihi tung dengan
menggunakan rumus transformasi,
seperti yang telah dikenal pada teori
me kanika bahan.
BAB 8 KEMAMPUAN KELAYANAN 275

274 BAB 8 KEMAMPUAN KaAVANAN

- 4------
f0
- - -gar-ls n-et-ral -
430

penampang penampang
baJok transtonnasi

Gambar 8.4. Sketsa untuk Conteh 8.1


Gambar as. Balok bertulangan rangkap

sih cukup memadai dan memberikan hasil cuku . . .


C onteh 8.1. menjadi separti tampak pada Gambar 8.5. p ba1k. Hasll transformas1 penampang akan
Hitunglah momen inersia penampang retak untuk penampang Iintang seperti tampak
pada Gambar 8.5.a, di mana As.= 1290 mm2, n = 9 (Tabel A-7), fc' = 20 MPa. Kedudukan g.aris netral ditetapkan berdasarkan persamaan ben.kut,
. 112 by 2 + nAs'.Y - nA 'd'-nA d A -
dan m · · s s + n sY - O

:s l H ll
P eny elesaian omen mers1a t.erhadap garis netral dihitung dengan persamaan ben.kut
1 '
Dengan mengacu pada penampang lintang transformasi , Gambar 8.4.b, penentuan
ke- y=n 1+ 9( 0) 1 +2 o( )O) H
lcr = ;b Y 3 + n As ( d -y) 2 + n As' {y - d) 2
dudukan garis netral dilakukan sebagai berikut:

(
8·4 LE NDUTAN SEKETIKA
y =172 ,80 mm

Momen inersia penampang retak, 3


Lendutan seketika pada komponen struktur"ter"ad· .
2 seketika itu pula ter1·adi lendutan U t k J '. apab1la segera setelah beban bekerja
·
I,,, = b y 3+
(172,8) n As (d -y)2 = (200) +9 (1290 ) (430-
172,8) n u memperh1tungkann k
gap berperilaku elastis sepenuhnya · Pada SK SNI T-151991y-0a3 poamspo1 n3e2n 5st-ruktur
dia.ng-
= 343985357+ 768022862=1112008219 rrm4
tap kan bahwa lendutan seketika d"h"t d .. a ...· ayat 2.3 d1te -
efektif le berdasarkan persamaan bek i engan menggunakan nilai momen inersia
Untuk penampang balok dengan tulangan desak, luasan baja desak jug a ditransfor
masikan menjadi baton fiktif. Penetapan letak garis netral serta perhitungan momen iner
sia penampang retak juga dilakukan seperti langkah di atas. Batang tulangan baja desak '·= ( J;.+H:'f }'" s '·
menempati daerah beton desak, yang seperti diketahui daerah ini harus dimanfaatkan se

efektif mungkin dalam rangka menghimpun potensi kekuatan penampang oahan. De


dimana, le = momen inersia efektif
ngan sendirinya pengurangan luas baton desak untuk ditempati batang tulangan desak
fc, = momen inersia penampang retak transformasi
lg =. momen inersia penampang utuh terhadap sumbu
seberapapun kecilnya akan berpengaruh terhadap perhitungan, mengingat daerah de seluruh batang tulangan diabaikan. berat penampang,
sak baton adalah potensial untuk diperhitungkan dalam menghitung kekuatan penam
MMa _= momen maksimum. pada komponen struktur saat lendutan dihitung
pang. Oengan demikian transformasi luas penampang batang tulangan desak 'menjadi lu
er - momen pada saat timbuf retak yang pertama kali. .
as beton fiktif ( n -1)As'· bukan lagi nAs'· Akan tetapi, karena perhitungan lendutan meru
pakan perkiraan saja, penggunaan nilai nA5'dalam perhitungan kadang-kadang dinilai ma-
276 BAB a KEMAMPUAN BAB 8 KEMAMPUAN KELAYANAN 277
KELAYANAN

Mcrdihitung dari rumus sebagai 8.5 L E N D UTAN J A NG KA PA NJ A NG


berikut: f,I
g
Mer =
-- Pada komponan struktur baton bertulang, di samping terjadi lendutan seketika
. Yt akan mengalami pula landutan yang timbul secara berangsur-angsur dalam jangka wakt
di mana, f, = modulus retak baton, untuk beton berat normal f,= 0,7.../( fc' ), SK SNIT- cukup lama. Lendutan tersebut terutama disebabkan oleh sifat atau perilaku rayapan dan
15-1991-03 juga memberikan mcdifikasi nilai f, untuk beton agregat susut pada bahan baton, yang mengakibatkan bartarnbahnya regangan. Dengan sendiri
ringan. nya, bertambahnya regangan mengakibatkan perubahan distribusi tegangan pada beton
y, = jarak dari garis netral penampang utuh (mengabaikan tulangan baja) ke dan tulangan baja sehingga lendutan jug a bertambah untuk beban yang bersif at mene
serat tepi tertarik. tap. Selanjutnya, lendutan tersebut dinamakan lendutan berjangka panjang, dan dihitung
Dengan mengamati persamaan momen inersia efektif le tersebut di atas dapat di berdasarkan atas dua hal:( 1) besarnya beban mati dan hidup yang menetap, dan (2)
simpulkan bahwa apabila nilai momen maksimum kurmg dari momen retak Mc,,_ maka mo rasio perbandingan tulangan dasak terhadap tulangan tarik pada balok.
men inersia penampang utuh menjadi f aktor yang dominan. Sedangkan apab1la mornen Nilai lendutan dinyatakan dalam perkalian suatu faktor dengan lendutan seketika
maksimum lebih tinggi dari momen retak, momen inersia penampang retak fer lebih me yang disebabkan oleh beban menetap.
nentukan. Dalam segala hal, nilai fe tidak boleh melampaui lg. dan terletak di antara nilai-niiai
/ dan l . Untuk struktur balok bentang menerus dianjurkan menggunakan nilai rata-rata
j LT = L11A = Li;( S )
rsia efektif pada penampang kritis momen negatif dan positif. . 1+ 50 p'
Perhitungan lendutan aktual umumnya menggunakan formula standar bagi struktur di mana, L1Lr= lendutan jangka panjang
berperiiaku elastik. Dengan sendirinya rumus umum lendutan yang diperoleh dari buku L11 = lendutan seketika disebabkan oleh beban yang menetap
buku acuan makanika bahan cukup baik untuk dipakai, atau dapat juga menggunakan
tek-
s = konstanta ketergantungan waktu untuk beban tetap, ditetapkan seba
gai berikut:
nik-teknik perhitungan lebih teliti apabila diperlukan.
Lendutan komponen struktur merupakan fungsi dari panjang bentang, perletakan untuk 5 tahun atau lebih s= 2.0
dan kondisi ujung (bentang sederhana, menerus, atau jepit), jenis beban (terpusat, mera- (oo) s= 1,4
12 bulan
ta), dan kekakuan lentur komponen ( 6 bulan s= 1,2
E1).
Lendutan maksimum adalah: 3
3 bulan s= 1,0
KW (ln ) p' = As'lbd, rasio penulangan tekan komponen nonpratekan, adalah nilai di
Li maks - 48 E I tengah bentang untuk balok dua tumpuan dan menerus, pada tumpu
c er

W = beban total di sepanjang bentang, an untuk kantilever.


dimana.
l n - = oanjang bentang bersih, As'= luas penampang tulangan desak
Ee = modulus elastisitas beton, As = luas penampang tulangan tarik
fer =
momen inersia penampang retak,
K = faktor tingkat kekakuan tumpuan. Karena beban hidup tidak selalu bekerja di sepanjang waktu, yang diperhitungkan hanya
Persamaan tersebut juga dapat dinyatakan dalam momen lentur sehingga !endutan sebagian beban hidup yang dianggap sebagai beban menetap, di samping beban mati
setiap tempat pada balok dapat dihitung sebagai berikut: yang memang bersifat permanen. Sehingga lendutan total jangka panjang diperhitung
kM(l n )2 kan sebagai berikut:
Li L! Lr=L!LL + A.(co)L!oL + .(t)Ll sL
Ee le le = efektif.
dimana,
k = faktor tingkat kekakuan tumpuan dan kondisi beban, momen
M = momen yang bekerja tepat pada penampang yang ditinjau, enersia
dimana,
L1LL =
lendutan seketika akibat beban hidup,
L1sL = utan akibat sabagian beban hidup yang menetap, nilainya tergan tung

--------------
LloL = lendutan seketika akibat beban mati, lend pada besar dan lama waktu bekerjanya,

--
BAB 8 KEMAMPUAN KB..AYANAN 279

278. BAB 8 KEMAMPUAN KELAYANAN

A.(co) = f al<tor pengali untuk beban menetap selama tak terhingga, Letak garis netral ditentukan sebagai berikut,

.
A.(t) = fal<tor pengaliuntuk beban menetap dalam wal<tu tertentu. Y=n :s[ (1 + 2 bdJ -1]
n As
B(850,5) [ (1 + 2 (250)(330)) - ]
250 8 (850 5) 1
Lendutan yang diperhitungkan tidak boleh melampauilendutan ijin dari SK SNIT- Y =109,50 mm '
15· 1991-03, Tabel 3.2.5(b). Penentuan lendutan ijin suatu sistem struktur
menentukan momen inersia penampang retak transf ormasi.
tergantung jug a
1 •
pada besar landutan yang masih dapat ditahan oleh kornponen-komponen slruktur
lain yang berinteraksi tanpa kahilangan penampilan esletika dan terjadi kerusakan pada
lcr =-3 b y 3 + n A s (d -y = 31 (250)(109,5)3 +8 (850,5)(330-109,5)2
2
)
kom·
ponen yang tertendut. Penentuan besamya lendutan merupakan tungsi dari =109411031+330812181= 440223212 4
beberapa
taktor yang harus diperhitungkan. seperti: jenis bangunan. kepekaan peralalan atau sis· menentukan momen·iners1·a penampang utuh rrm
(kotor):
tern mekanikal yang ditumpu, jenis partisi, langit-langit, atau perlengkapan lainnya. De 3 6
. lg = bh3 = (250){40Q =1333,333 (10 ) rrm4
ngan demikian dapat disimpulkan bahwa pernbatasan tersebut dimaksudkan untuk melin 1 1
dungi terhadap kerusakan yang terjadipada berbagai bagian dari sislem bangunan (baik momen padasaat timbul retak yang pertama kaJi:
komponen struktur maupun bukan) sebagai akibat lendutan yang berlebihan. Mer -
Yt
C onteh 8.2. di mana, Yr= 112(400) = 200 mm
Balok bentang sederhana l n = 8,0 m dengan beban merata, Jebar b 250 mm, tinggi maka, Mer = = 3,834(1333,333)
6

total h = 400 mm, tinggi efektif d = 330 mm, As = 850,5 mm2. Momen beban kerja Yt (10) - 25,56 kNm
mati M ,= 24.3 kNm. momen beban kerja hidup MLL = 28,3 kNm. f c' = 30 MPa. fy = 200
400 MPa.
Be0ton normal, dan dianggap bahwa 60% beban hidup terus bekerja selama 24 untuk kondisi I( beban mati + beban hidup}:
Mer - Mer 25,56
bu/an. Apakah balok tersebut memenuhi berbagai kriteria /endutan? M (Ma +Mu) = (24,3 +2 S,
11
- 3 ) = 0, 4859
untuk kondisi ( beban mati+ 60% beban hidup):
P eny ele saian _EJ.. = Mer 25,56

'·= ( :)'i.+{i-( :)},


Pemeriksaan tinggi minimum: Ma ( M DL+ 0, 60 M LL ) - (24,3 + 16,981) = 0,6192
Dari Tabel 3.2.5. a SK SNI T-15-1991-03:

1
> hal<lS = 400 mn
hrnn =
fn
6 =-;-a=
8000
500 rrm

dengan demikian perlu dilakukan pemeriksaan lendutan.


Besaran-besaran dasar :
kondisi I : le = (0,485 3(1333,333) (10)6 +{1-(0,485S, 3}(440,223)(10) 6
6
Sesuai SK SNI T-15-1991-03, Es= 200.000 MPa, dan dari Tabel A-7 didapatkan niiai- =542,681(10) rrm4 • ·

niiai:
Ee = 25700 MPa, n = 8 kondisi II : le = (0,6192) 3(1333,333) {10)6 + {1-(0,6192)3 }{44Q223 ){10)6
f, = 0,7'1fc'= 0,7(5,4772) = 3,8341 MPa 6
=652.253(10) mm 4

Momen lnersia Efektif :


Pertama-tama memperhitungkan berbagai kondisi yang dicakup dalam ungkapan rumus Lendutan seketika :
2
di atas. Mornen inersia penampang retak transformasi akan ditentukan dengan m·engacu L1 =M(ln ) = 5( 8000)2 ( M\ _ ( M)
pada Gambar 8.7. Dengan luas penampang batang tulangan baja tarik 850,5 mm2, dan 48 Ee l e 48( 25700) lJ = 2:> 9,4 lJ:""J mm
angka ekivalensi 8 (lihat Tabel A-7), memberikan luas transformasi,
nA = 8(850,5) = 6804 mm2
5
BAB 8 · KEMAMPUAN KB.AVAHAN 281
. K'""uAMPUAN Ka.AYANAN
BAB 8 =""

8.6 LENDUTAN STRUKTUR BENTANG MENERUS


an beban mati seketika: 6
lendut (.M) - 259,4 \24,3)(10 = 4 ,7276 Balok baton bertulang dengan bentangan menerus umumnya berupa balok yang menja
mm
di satu kesatuan monolit dengan plat sehingga diperhitungkan sebagai balok T pada te
..& 0- =259,4 \le 1333,333 (10) ngah bentang, dan boleh jadi berpenulanga rangkap pada tepi dukungan. Sesuai SK
· b hidup seketika: 6
lendutan be 259,4( .,,. s 59 4(24,3) SNI T-15-1991-03 pasal 3.2.5 ayat 4, nilai momen inersia efektif untuk struktur tersebut
an (10)
0) - 2 boleh diambil sebagai nilai rata-rc.ta momen inersia efektif untuk penampang di mana mo
24,3+28,,.. ' . 6
L1LL = 542,68(10)5 1333,333(10)
men negatif dan positif adaJah kritis. Untuk menghitung momen inersia efektif positif dan
= 25. 1427-4,7275:= 20,42 mm negatif perlu menghitung terlebih dahulu selubung (selimut) momen lentur di seluruh
lendutan 60% beban hidup seketika: , 24 3 } bentang struktur menerus.
24,3+C,6J1_28,3) _ · Selanjutnya nilai momen inersia efek1if secara sederhana dihitung sebagai berikut:
L1LL = (259,4){ 6 52,253 1333,333 1) Balok dengan kedua ujungnya menerus:
= 16,4170- 4,7276=11,7 4 rata-rata = 0,70 Im+ 0,15 (/6 1 + 192 )
mm 2) Balok dengan satu ujungnya menerus:
ferata-rata = 0,85 Im+ 0,15 fee
Lendutan jangka panjang : . •I

L1LT =..1u + }.(co)L1oL + t. . . '-0 di mana, lm adalah momen inersia efektif (/9 ) penampang di tengah bentang,
(11JsL
. - ; sedangkan dalam kasus mt P - '9 1 dan 190 adalah momen inersia efek1if penampang masing-masing ujung,
d1 mana ' ').. - 1+50 p' • co -2 O fee adalah momen inersia efek1if penampang pada ujung yang menerus.
5 tahun atau lebih: ;= 2,0 maka A( Dari kedua persamaan tersebut tampak bahwa momen inersia efektif di tengah bentang
) - , untuk beban menetap selama 24 bulan· ;= 1,65 maka ').(t) =
rupanya lebih dominan. Apabila suatu struk1ur balok bentang menerus dibebani oieh sua
1,65 untuk beban menetap selam2(4 7276) .+ 1,65(11,7) =
49,18 mm tu beban terpusat besar, maka yang diperhitungkan hanya momen inersia efektif di te
j_LT = 20,42 + • • ngah bentang saja.
Untuk menghitung !endutan di tengah bentang pada struktur bentangan menerus
Pemeriksaan persyaratan lndutan : tara lendutan aktual yang didapat dari i:._erhi yang menahan beban merata di seluruh panjangnya digunakan pendekatan perkiraan se
Oengan demikian, dapat d1per and1n an an di eroleh dari Tabel 3.2.5(b) SK SNI i-15 bagai berikut:
lendutan maks1mum 11m, yang p
tungan dengan
1991-03 sebagai berikut:
£n _ .§.QQQ = 44,44 mm > .D LL
186- 180
in _ §.Q.Q9: 22;22 mm >Llu
360- 360
lo_ = 8000=16,67 mm < Lln sedangkan momen positif di tengah bentang adalah:
480 480 Mm= Mo-112 (M8 + Mb}
ln _ .§QQ2: 33,33 mm > dn
240 - 240
maka,
. hanya untuk plat lantai dan
plat
.b t · enggunaannya al ng
Oapat disimpulkan bahwa balok dI a as1 P_ k dengan elemen nonstruktur ya
. g ataupun d1hubung an
atap rata yang t1dak menoan bila mengalami lendutan besar.
cenderung akan mengalam1 kerusakan apa
- - - - ------------
282 BA B 8 KEM AMPUAN K ELAYANAN

M8 dan Mb= momen lentur negatif (akibat beban kerja) pada


dengan,
dukungan, BAB 8 KEMAMPUAN KELAVANAN 283
Mo = momen statis (beban kerja) pada balok di atas tumpuan gangan tinggi
·
s kbaton tid
sederhana, h"
Mm= momen di tengah bentang,
tuhan d" e mgga a marnpu f • ·
m = lendutan di tengah . r mana beton terbefah memb
Cara-cara pengendai·
agr menahannya dan ferjad"fah
entuk retakan. ' awaJ kerun-
bentang.
b . . 1an retak yan t
agar hasd penelitian an g ercantum dalam peratur . . . -

8.7 PENGENOA LIAN RETAK ding dengan besamy: t g pada umumnya menunjukkan bahwa I a:;
d1dasarkan Pada ber-
terte:an Yang te?adi pada batang tulang na a lah etak seban
dangan keteba! an
Sejalan dengan perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi, maka semakin lebar celah retak d . y g menyel1muti batang ba· t Ja tank dan baton
banyak dan intensif pula penggunaan bahan-bahan kuat tinggi di dunia strul<tur bangun apat d1pertah k ersebut o
an, dalam ha! ini termasuk penggunaan bahan baton dan baja tulangan. Apabila kompo tak batang tulangan secar an n agar tidak manjadi lebar d . engan demikian,
ga tercantum dalarn SK S a merata m daerah tarik. Tata cara engan cara menyebar

bJ:
nen struktur terlentur penulangannya menggunakan baja kuat tinggi, agar mencapai te
g angan tinggi diperlukan kemampuan regangan yang lebih besar pula baik bagi baja le- dan plat dengan penulan NI T-15-1991-03 pasal 3.3.6 untuk :nggu/angan tersebutju
maupun beton. Bahan baton kemampuannya terbatas sehingga timbulnya retak akan me gaya tarik (momen negati an satu arah. Perrnasalahan flens dari ada bafok-baiok
nimbulkan masalah. Seperti diketahui, baton mempunyai cukup kekuatan untuk mena ter juga dicantumkan sec pad a balok T) dan balok dengan tinggi b d ang
han tnkanan akan tetapi kurang kuat menahan gaya tarik. Sehingga komponen struktur mengalam;
1>1 it on bortulang cenderung mengalami retak yang tidak bisa dihindarkan di tempat-tem
bertulang hanya men ara khusus. Peraturan mengarahk a an leb1h dari satu me
tarik letaknya harus di eg nakan batng tulangan baja deform ;bahwa penufangan beton
p11t yanq mongalami gaya tarik. Retak pada beton merupakan kontribusi dan awal dari Apabila kuat tut h ar merata d1 daerah tarik. an dan untuk penula.ngan
kea kan · u rencana baja t. lebih d ·
daan yan9 lobih parah lagi yaitu berlangsungnya proses korosi tulangan baja, rusaknya pemenksaan secara khu Y an 300 Mpa, harus di .
pnrmukaan beton, dan dampak kerusakan jangka panjang lainnya. Olah karena itu penge tu/angan di daerah farik t I sus dalam rangka menjamin bahwa I t perhat1kan dan dilaku
langan satu arah, pemeri=tersebar secara merata. Untuk ba/o:atau susunan batang
t ahuan perilaku retak dan pengendalian lebar retak, khususnya retak lentur, perlu menda
menghitung bilangan . an nyebaran Ietak batang tulan b u P!at dengan penu-
patkan perhatian secukupnya. Dengan demikian maka prakiraan lebar retak merupakan z, seoaga.1 berikut gan a1a d1lakukan de
· ngan
Z== fs d A
hal panting dalam memperhitungkan kemampuan kelayanan komponen struktur untuk dimana, f - c
s-tegangan yan di .
kondisi pembebanan jangka panjang. b . . g perh1tungkan terjadi di .
Di dalam mempertimbangkan retak baton, perhatian lebih diutamakan pada lebar an kea, dthitung sebagai momen . dlam ba1a tulangan pada be-
pang ba1a dengan lengan m d1bag1 o/eh hasi/ kali luas pen -
eelah retak daripada jumlah retakan yang terjadi. Dengan demikian berarti lebih baik hanya
nakan nilai 0,6 f. (MPa) omen dalam, atau dibolehkan juga am
terjadi retak rambut meskipun mungkin terdapat dalam jumlah banyak, daripada terjadi de= tebal selimut b; . . menggu-
retak dengan celah besar meskipun hanya beberapa. Pada baton yang terekat erat di se on, d1ukur dari ser t t "k
- tufangan yang terdekat, (mm). a an tertepi ke sumbu batang baj
keliling batang tulangan tarik akan mengalami dua jenis tegangan, yaitu tegangan arah A - luas ef ektit beta . a
memanjang batang tulangan dan tegangan lateral. Pada saat terjadi tegangan lentur me rik n tank yang mengelilingi b .
manjang pada komponen struktur sebelum terjadi retak baton, daerah tarik komponen , yang kedudukan sumbu titik b atang ba1a tulangan pokok t -
berat penuJan . . eratnya berimpit den a
mengafami kontraksi lateral yang mengakibatkan timbulnya tekanan lateral pada lekatan z == bilan gan, d1bg1 dengan jumlah b t . gan sumbu titik
beton dan tulang an baja. Dengan timbulnya retak baton, bagian yang mengalami retak te gan sebagai batas pen ebar a ang ba1a tulangan.
gangan lateral biaksiaJnya lenyap karena tegangan tarik memanjang pada beton di maksimum 30 MN/m bag; struykt
daerah an _Penulangan lentur dengan bat
tur te b k ur terlmdung d c
, an 25 MN!m untuk struk,
itu juga hilang karena terputus. Di samping itu, tegangan lekatan memanjang antara beton r u a yang terpengaruh oleh luar.
dan batang tulangan secara perlahan-lahan mencapai maksimumnya tepat pada lokasi Con toh 8.3.
Periksa pen cuaca
ter jadinya retakan, yang mana mengakibatkan tegangan tarik baton pada tempat b
tersebut
A ye aran batang baja tu/an
mencapai maksimum pula, bahkan cenderung secara tiba-tiba dan terjadi pemusatan ta- pakah penyebaran tersebut sesu . an pada balok seperti terlihat pada G b
pasa/ 3.3.6 untuk maks ar engan ketentuan
dalam am ar 8.8. 400 MPa.
ud pengendalian retak akibat lent
SK SN! T-15-1991-03
uran pada beton bertulang, fy
=
--------- ----------
2
S4 a.AB 8 KEMAMPUAN K8..AVANAN BAB 8 KEMAMPUAN KB.AYANAN 285

p enyelesaian . . . SOAL-SOAL
. Selimut baton dengan tebal diukur dari serat tertank tertep1 sampa1 dengan
sumbu
1
berat patang tulangan terdekat (terluar), 8-1. Tentukan letak garis netral dan hitung rnomen inersia penampang lintang retak
de·= 40 + 10 + 1rz(29) = 64,5 mm . trans formasi seperti tampak dalam gambar, fc'= 30 MPa dan fy = 400 MPa.
. Luas efektif baton tarik untuk setiap batang bajatulangan A, dapat d1ungkapkan
seba-
2

I
gai berikut, b=380 300
A = - b h, ?i =z::::z:=J:T:mt
_._-..:..---
jumlah batan9 baja
sengkBng
di mana h, adalah jarak linear, dua kali jarak dari serat tertarik tartepi ke sumbu berat
010 I
pe- 4-0 mm I
(bersih ld=&lO
nulangan tarik, )
h,= (40 + 10 + 29 + 12,5)2 = 183 mm
maka, A =l/8(380)(183) = 8692,5 mm2 untuk setiap batang baja tulangan.
3. z = f s 'ifd c A .

di mana f = 0,60 fy= 0,60(400) = 240


5
MPa
L=• · .
=1;::.·.'<-::::=!· ;=·
·=·· :-!- - ±' ::: ·==: :·' lso
-
z= 24064,5(8692,5) =19,79 MN / m<25 MN/ m dan 30 MN '2o mnd '-- 19.200 I
(bersih)
Im
Oengan demikian penyebaran batang baja tulangan tarik telah memenuhi ketentuan, baik (a) (b) (c)
Gambar Saal 8-1
untuk struktur terlindung rnaupun struktur terbuka.

' 100
r:- '.'."'777-.-:'":-:-'."". --, --,-- ----,---,.------+.----:+
-r
.... ., !

sengkang
010

Gambar 8.6. Sketsa Conteh 8.3 G::imbar Soal 8-2

8-2. Tentukan lg dan lcr untuk balok T, lebar efektif flens 1500 mm dan tc' = 30 MPa.
8-3. Suatu balok dengan b = 300 mm, d =
530 mm, h 600 mm, A 5 3032, terletak = =
pada bentangan sederhana 7,0 m dan menopang beban kerja mati 22 kN/m
(termasuk be
rat sendiri) dan
beban hidup 15
kN/m, fc'= 20 MPa,
fy= 300 MPa,
hitunglah:
a. lendutan seketika
akibat beban mati
dan beban hidup,
b. lendutan jangka
panjang akibat
beban mati.

286

9
BAB 8 KEMAMPUAN KB.AYANAN

. onen struktur dengan b = 250 mm, d = 430 mm, h =


84 Balok lantai mendukung komp d h 5 0 m cenderung rusak
. A <- 2016 bentang karena se er ana ' '.
500 mm, As= 3029, .s - . ' an kar·a terdiri dari beban mati 9 kN/m (tldak
ter-
lendutan besar y d1alam11:1ya. -b 20 N/m anggaplah 60% beban hidup
mene- masuk berat sendin) dan beban I up '
tap, fc'= 20 MPa, fy= 300 MPa.
a Periksalah lendutan balok. k cang ulanglah balok tersebut
STR UKTUR KOLOM
se-
. hil meriksaan tidak memuas an, ran
b. Apab1la as peuh1' baik persyaratan kuat lentur maupun
lendutan. hingga memen

. an·an akibat dari beban mati dan beban


hidup 8-5. Hitung perkiraan lendutan 1angka pl kJ . ; lantai yang direncana
untuk soal 8-3. 9.1 PENDA HULUA N
menetap untuk (a) plat, dan (b} ba o sis em '
Anggap 10% beban hidup menetap.
SK SNI T-15-1991-03 memberikan definisi, adalah komponen struktur bangunan
. . Gambar Saal 8-1(a) dan (b) apakah persyaratan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang
yang 8-6. Periksa dan penampang hntang I t r dalam rangka pengendalian
retak tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Sedangkan komponen struktur
ditetapkan untuk penyebaran penulangan en u yang menahan beban aksial vertikal dengan rasio bagian tinggi dengan dimensi lateral ter
telah dipenuhi. kecil kurang dari tiga dinamakan eedestal. Sebagai bagian dari suatu kerangka bangunan

= ,::t3
dengan fungsi dan peran seperti tersebut, kolom menempati posisi panting di dalam sis
. n ebaran penulangan lentur untuk komponen struktur yang dirancang tem struktur bangunan. Kegagalan kolom akan berakibat langsung pada runtuhnya kom
8-7. 2 dan 3-14. Apabila diperlukan buat rencana ulangnya. ponen struktur lain yang berhubungan dengannya, atau bahkan merupakan batas runtuh
total keseluruhan struktur bangunan. Pada umumnya kegagalan atau keruntuhan kompo
nen tekan tidak diawali dengan tanda peringatan yang jelas, bersifat mendadak. Oleh
karena itu, dalam merencanakan struktur kolom harus memperhitungkan secara cermat
dengan memberikan cadangan kekuatan lebih tinggi daripada untuk kompcfnen struktur
lainnya. Selanjutnya, karena penggunaan di dalam praktek umumnya kolom tidak hanya
melulu bertugas menahan beban aksial vertikal, definisi kolom diperluas dengan menca
kup juga tugas menahan kombinasi bban aksial dan momen lentur. Atau dengan kata
lain, kolom harus diperhitungkan unfuk menyangga beban aksial tekan dengan eksen
trisitas tertentu.
Secara garis besar ada tiga jenis kolom beton bertulang, seperti yang terfihat pada
Gambar 9.1:
1) Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom beton
yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi ter
tentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral, sedemikian rupa sehingga pe
nulangan keseluruhan membentuk kerangka seperti tampak pada Gambar 9.1.a.
BAB 9 STRUKTUR KOLOM 289

2 8 8 BAB 9 STRUKTUR_
KOLOM
ang pertama Hasil berbaj"ai eksperimen menunjukkan bahwa kolom berpengikat spiral temyata
. iral Bentuknya sama dengan Y
hanya ...

2) Kolom menggunakan peng1kat sp . . dalah tulangan spiral yang lebih tangguh daripada yang menggunakan tulangan sengkang, seperti dijelaskan pada
d1hhtkan sa1·a sebagai pengikat tulangan poko mem1angklom seperti pada Gambar 9.2. Keduajenis kolom berperilaku sama hanya sampai pada saat tercapainya titik
Gambar 9.1.b.
kom n luluh kolom, yaitu pada saat di bagian tepi terfuar (selimut baton) terjadipecah lepas. Pada
k h lt.k_smenerus
. . d1 sepanJanQ
ak ada 9.1.c. Merupakan one
keliling membentu e
3) Struktur kolom kompos1t sepett1 tamp P . dengan gelagar baja profit atau keadaan tersebut kolom berpengikat sengkang rusak dengan ditandai betonnya hancur,
d" kuat pada arah memanJang
struktur tekan yang iper . . okok memanjang. lapas, berongga, dan lebih lanjut tulangan-tulangan pokok memanjang cenderung terte
pipa dengan atau tanpa d1ben batang tulang p . is yang pertama, yaitu kolom kuk (buckling) pada tempat di antara dua ikatan sengkang, satu persatu atau bahkan
de- ber sama-sama. Pada saat yang bersamaan terjadi proses pelimpahan beban
btasan dalam Bab ini dibatasi hanya untudk ua l nl Ketentuan yang mengatur
per- keseluruhan
pem C1 • I t al ngkang an spira . . kepada baton bagian inti dan tulangan pokok dalam waktu sangat singkat. Hilangnya ke
ngan menggunakan peng1kat a er se n dioerkuat dengan gelagar atau pipa baJa.
syaratan untuk komponen struktur t an y gad asal 3.3.14 SK SNI T-15-1991- kakuan tulangan pokok memanjang ditandai dengan meluluh dan menekuk ke arah luar,
03. mengakibatkan tegangan tambahan pada baton bagian inti. Apabila baton inti sampai pa
atau disebut kolom komposit, dapat d11um a p p ang tulangan pokok
memanjang
I t rat
. peng1kat
I t I b rfungs1 .
Tulangan memeg a era e untuk
. masing-masmg da batas kekuatan runtuh, keseluruhan kolom runtuh secara mendadak. Kondisi yang
d mbenkan tumpuan a e lebih baik terdapat pada kolom berpengikat spiral di mana pada bagian inti, yaitu daerah
agar tetap kokoh di tempatnya, an me d tempat di antara dua pengikat. Oengan
tulangan meman1ang· hanya dapat tertekuk . b n
. . k adkan untuk membenkan sum anga
pa yang dikelilingi oleh tulangan spiral yang berupa baton yang dililit dan terkurung, masih
ter-
demikian tulangan pengikat lateral t1dak d1ma ks h kedudukan tulangan pokok kolom. efektif bertahan ke arah lateral dan masih mampu melaksanakan tugasnya menahan be
hadap kuat lentur penampang tetapi memper o o ·1kat sengkang lateral ban aksial. Kehancuran total terjadi apabila selanjutnya terjadi deformasi besar pada kolom
berbentuk
kolom dengan peng · 1
Pada umumnya penampang . k kolom dengan sengkang sp1ra (bagian inti) dan kemudian diikuti dengan meluluhnya tulangan spiral. Tulangan spiral
buiur sangkar atau empat persegi pan1ang, sedtangeba bukanlah persyaratan dan memberi kemampuan kolom untuk menyerap def ormasi cukup besar sebelum runtuh,
tidak sehingga mampu rnencagah terjadinya kehancuran seluruh struktur sebelum proses re
. d hb g tentu ketentuan ers
berbentuk bulat. Su a aran kt k b nyak pula dibuat bentuk kolom distribusi momen dan tegangan terwujud. Keuletan tersebut merupakan nilai lebih yang
perse-
harus diikuti secara ketat, karena di dalam pra le ba lat dengan menagunakan tu!
angan
gi I. .
dengan . . 1 taupun bentuk ko om u nan bentuk-bentuk didapat dengan menggunakan spiral, terutama apabila digunakan untuk sistem yang me
peng1kat spire1 a . . .. ct kemungki am
pengikat sengkang lateral. Di samping itu masin a m1- merlukan daktilitas tinggi seperti misalnya struktur tahan gempa. Dengan sendirinya ukur
salnya bentuk segi-delapan, huruf L, dan an (dimensi) dan jarak spasi spiral berpengaruh terhadap nilai beban hancur yang dicapai.
sebagainya.
tltll< luluh kolom
(kolom berpengikat spiral
mengek.Jpas seilmutnya)
\
'-
Penampatl9
Penampa119 gelagar baia

pengikat
se.ngkang
kolom berpengikat spiral hanr.ur
kolom berpengikat sengkarlg runtuh sec.ara !ib.if.tiba
Kolom Komposll beton-baja /
(c)

(b)
(a)

regangan ---1
Gambar 9.2. Hubungan Beban versus Regangan pada kolom
Gambar 9.1. Jerns-jenis Kotom
I ----------------
290 BAB 9 STRUKTUR KOLOM

BAB 9 STRUKTUA KOLOM 291


Selanjutnya SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.10 mensyaratkan peninjauan
penga ruh kelangsingan kolom sebagai bahan pertimbangan panting di dalam Po= A9{0,B5fc'(1 - p )+ f. p, } ·
perencanaan ko
lom. Kiranya haJ demikian dapat dimengerti mengingat semakin langsing atau semakin Sad p -A { I g y g
+ pg ( - )} .
o - g 0,85fc fy 0,85fc'
panjang suatu kolom, kekuatan penampangnya akan berkurang bersamaan dengan angkan peraturan memberikan ketentu -
tim kuatan sebagru berikut: an hubungan dasar antara beban den k
bulnya masalah tekuk yang dihadapi. Keruntuhan kolom langsing lebih ditentukan di mana, A - Pu s. ; Pn gan e-
g -luas kotor penampang lintang k .(
oleh 1
A o om mmz)
kegagalan tekuk ( buckling ) lateral daripada kuat lentur penampangnya. Berdasarkan
keadaan alami, struk1ur kolom baton umumnya bersifat lebih massaJ (besar)
dibandingkan total penampang penulan .
-I
st -
uas
dengan kolom struktur gelagar baja, dengan demikian secara struktural menjadi lebih P - ku t b b .
gan meman1ang (mm2\
o - a e an aksiaf nominal atau t . i
kaku Pn = kuat beban aksial nominal t teoret1 tanpa eksentrisitas
dan permasal&han kelangsingan akan berkurang untuk kolom baton bertulang. Hasil per
kiraan melalui pengamatan menunjukkan bahwa lebih dart 90% kolom baton bertulang p be aksial tertaktor a au eoret1s dengan k t .. tertehtu
de e
u =
ban k .. sen ns1tas
yang digunakan untuk portal dengan pengaku, dan febih dari 40% untuk portal tanpa pe
A ngan e sentns1tas
Pg ::--E
ngaku pada rangka bangunan gedung, pada umumnya digolongkan sebagai kolom pen Ag

I
dek sehingga efek kelangsingan dapat diabaikan karenanya. Pertama kali akan dibahas Sehingga apabila memang terjadi pad k
dalam Bab berikut adalah analisis dan perencanaan kolom pendek, yaitu struktur kolom
yang karena panjang atau tingginya sedemikian rupa sehingga tidak memerlukan penin
sama dengan Po- Sungguhpun dmikna ,8
tanpa eksentrisitas, Pn akan menjadi
dalam prktek tak akan ada kolom a '. . -15-1991-03 menentukan bahwa di
jauan terhadap efek tekuk lateral. Keruntuhan kolom yang demikian ditandai dengan ke dapat fel]adi akibat timbulnya mar: ng d1bebam tanpa eksentrisitas. Eksentrisitas beb
gagalan unsur bahannya, yaitu hancumya baton pada peristiwa n.intuh tekan atau luluh ujung-ujung kolom yang dicatak secen yang tara lain disebabkan oleh · kekangan pa
nya baja tulangan pada runtuh masan ara monoht dengan kom l pelaksanaan pe-
tarik.
gan yang kurang
sempurna
atau ponen arn,
M.aa sebagai tambahan faktor reuksi =t gunaan mutu bahan yang tidak merata.
9.2 KEKUATAN KOLOM EKSENTRISITAS KECJL m11mum, peraturan ·memberikan ketentuan untuk memperhitungkan eksentrisitas
ng1kat sengkang direduks1·200/ d bahwa kekuatan nominal kolom d
K /o an untuk kof d . pe- enaa
Hampir tidak pemah dijumpai kolom yang menopang beban aksial tekan secara konsen etentuan tersebut di atas akan memb .k om engan pengikat spiral direduksl1So/c
berikut: en an rumus kuat beban aksial maks1·m o. .
u um sepert1
tris, bahkan kombinasi beban aksial dengan eksentrisitas kecil sangat jarang ditemui. ntuk kolom dengan penutangan spiral :
Meskipun demikian untuk memperoleh dasar pengertian perilaku kolom pada waktu me ¢' Pn(maks)== 0,85if>{0,85fc' (A - A ) + f.
nahan beban dan timbulnya momen pada kolom, pertama-tama akan dibahas kolom de ."1 \ Pers. SK SNI T-15-1991-03 (3.3-1)
Untuk kolom di g st Y' 'SU
ngan beban aksial tekan eksentrisitas kecil. Apabila beban tekan P berimpit dengan sum engan penulangaQ sengkang :
¢ Pn(maksJ = 0,80if>{O,B5fc' (A - A )+ fyA
i}
bu memanjang kolom, berarti tanpa eksentrisitas, perhitungan teoretis menghasilkan te g st s Pers. SKSNI T-15-1991-03 (3.3-2)
gangan tekan merata pada permukaan penampang lintangnya. Sedangkan apabila Beban aksial bekerja d
gaya 1
tekan tersebut bekerja di suatu tempat berjarak e terhadap sumbu memanjang, kolom pe nampang tetapi akan timbul lebih besar pada satu sisi terhadap sisi lainnya.
cenderung melentur seiring dengan timbulnya momen M = P(e). Jarak e dinamakan Kondisi pembebanan tanpa eksentrisitas yang merupakan keadaan khusus, kuat beban aksial nominal
ek sentrisitas gaya terhadap sumbu kolom. Tidak sama halnya seperti pada k!3jadian atau teoretis dapat diungkapkan sebagai berikut:
beban Po= 0,85fc' ( Ag - As 1)+ fyAst
tanpa eksentrisitas, tegangan tekan yang terjadi tidak merata pada seluruh pennukaan
harus dip tb a am arah sejajar sumbu mem- · .. tulangan b . batas (ult1m1t), baton akan mengalami te untu etiap penampang kolom,
usa erat kolom, berada didala an1ang
dan t1t1k kerjanya tidak Dalam mem m kuat bebana1: am·menapai tegangan lufuh fy- Sehingga
penampang melintan t
pe itungkan kuat kolom tethada b . g, a au pusat geomstrik. pa_t d1h1tung langsung dengan menjumlahkan sial nomrnal dengan eksentrisitas
dasar anggapan bahwa akibat bekerjanya bea:n eban aks1_a1 kecilda baia pada waktu mengafami tegangan pad r ;aya-gaya dalam dari baton dan
tulangan
.eksentrisitas kecil digunakan gangan sampai nilai 0,85fc ,dan Selanjutnya sewaktu tel)· d. a mg at kuat maksimum tersebut
apabila diuraikan bih Ianjut akan
didapatkan: k ' a ' pecah lepas di ba · 1 ·
uar
cam om berarti (selimut dikedua ma-
ol tersebut, batas kekuatann g1an baton)
1991-03 pasaf 3.2.3 ayat 2, di dalam k t ya telah terfampaui. Untuk itu, SK SNI T-15-
e entuannya menganggap bahwa koJom dengan
--------------
2 9 2 BAB
KOLOM
9 STRUKl UK BAB 9 STRUKTUR KOLOM 293

pengikat spiral masihlebih ulet sehingga diberikan faktor reduksi kekuatan f =


0,70
6 batang
sa dangkan kolom dengan pengikat sengkang 0,65. Faktor keamaiian yang lebih
tinggi di
berikan untuk kolom berpengikat sengkang dalam rangka memperhitungkan kecende
rungan runtuh Secara mendadak-dan terbatasnya kemampuan menyerap enerjipada
ko-
lom tersebut. Akan tetapi, apabila diambilkeputusan untuk menggunakan kolom
berpe ngikat spiral dengan berdasarkan pada pertimbangan nilai kel<Uatan dan
ekonomi (di luar pertimbangan ketahanan daktail), harap diperhatikan bahwa > 1"50mm,1> 150/mm

peningkatan kekuatan yang


diperoleh adalah 0,70/0,65 = 1,08 atau hanya 8% saja.
Ungkapan tarsebut memberikan gambaran mengenai kuat beban aksial maksimum
yang dapat disediakan oleh kolom sebarang penampang dengan eksentrisitas minimum.
Seperti yang akan dibahas lebih lanjut pada Bab 9.9, dan dalam bentuk analisis pada
s 150 mm s 150 mm
Bab
9.11, untuk eksentrisitas (dengan momen yang menyertainya) yang semakin besar, f
Pn
akan berkurang.

9.3 P ERSYARATAN DETAIL PENULANGAN KOLOM

i 12 batang
12 batang
\

Pembatasan jumlah tulangan komponen balok agar penampang berperilaku


daktaildapat dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk kolom agak sukar karena
beban aksial tekan lebih dominan sehingga keruntuhan tekan sul t dihindari. Jumlah
luas penampang tulang an pokok memanjang kolom dibatasi dengan rasio penulangan
pg antara 0,01 dan 0,08.. Penulangan yang lazim dilakukan di antara 1,5% sampai 3%
,;._,;. j._,(
dari luas penampang kolom. Khusus untuk struktur bangunan berlantai banyak,
Gambar 9.3. mal<simum 150 mm
kadang-kadang penulangan kolom Susunan penulangan kofam tikal
dapat mencapai 4%, namun disarankan untuk tidak menggunakan nilai lebih dari 4% agar (

penulangan tidak berdesakan terutama pada titik pertemuan balok-balok, plat, dengan Persyaratan detail sengkang secara rinci tercant .
Semua batang tulangan po'kok harus dilin kuc den u dr dalam pasal 3. 16.10 ayat 5.
ko lom. Sesuai dengan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.9, penulangan pokok al, paling sedikit dengan b-tang 010 8 tg . . an sengkang dan kait pengikat later-
memanjang kolom berpengikat spiralminimal terdiri dari Ej !Jatang, sedangkan untuk C1 • a asan mrnrmum te b t d"b
om dengan tulangari pokok mem . b rse u I erlakukan untuk ko-
kolom berpengi kat sengkang bentuk segi empat atau lingkaran terdiri dari 4 batang, dan anJan atang 032 at 1 b·h ·
ameter tulangan pokok lebih bes I . au e I kec1I, sedangkan untuk di-
untuk kolom de ngan pengikat sengkang berbentuk segitiga minimal terdiri dari 3 batang
tulangan.
SK SNl T-15-1991-03 pasal 3.16.6 menetapkan bahwa jarak bersih antara batang
tulangan pokok memanjang kolom berpengikalsengkang atau spiral tidak boleh kUrang
' ar ainnya umumnya s k .
dari 1,5 d• atau 40 mm. Persyaratan jarak tersebut juga harus dipertahankan ditempat nakan untuk penetapan jumlah batang tulangan baja yang dapat dipasang dalam satu ba
tempat sambungan lewatan batang tulangan. Tabel A-40 pada Apendiks A dapat digu
012, dan untuk kesemuanya tidak , eng ang lldak kurang dari batang batang ter tulangan pokok meman1·ang 48 k 1·gd. gkang p.k.p. tldak leb1h dari 16 kali
016 (lihat Tabel A-40). Jarak spasi tu n; kan ukuran yng lebi.h besar dari diame -
. • a 1 1ameter tulangan 5 k ..
ris, baik untuk kolom persegi maupun bulat. Tebal minimum selimut beton pelindung terkec1I (lebar) kolom Selan1·utnya1syarat
d. k eng ang, dan o1mensi lateral
tu · an bahwa t
langan pokok memanjang untuk kolom berpengikat spiral maupun sengkang dalam SK
Ikat hams dipasang dan diatur sedemikian ru . u angan sengkang atau kait p-'ngi-
SNI T-15-1991-03 pasal 3.16.7. ayat 1 ditetapkan tidak boleh l<urang dari 40 mm. dengan sudut lebih besar dari 1350 S k pa sehmg a sudut-sudutnya tidak dibengkok
tuk menopang batang tulangan pokokemng ang. dan ka1 pengikat harus cukup kokoh
un-
d. . emaniang ba1k yang 1 t k · .
I sepaniang sisi ke arah later-I Untuk ·t b , e a nya d1 pOJOk maupun
a . I u atang tulangan pokok memanjang harus di-

'

294 BAB 9 STRUKTUR KOLOM

pasang dengan jarak bersih antaranya tidak lebihdarUSO mm di e ang i.kolom agar
·· --
BAB ' II""""'"........ ••
dukunggnlatral dapaLbeilangsung-clengan _bai k. Gambar 9.3 . memberikan penga-
9.4
ANALISIS KOLOM PENDEK EKSENTRISITAS l< UCIL
turan pemasangan batang tulangan pokok memanjang, sengkang, dan kait pengikat.
Persyaratan detail penulangan spiral tercantum dalam SK SNI T-15-1991-03 pasal Analisis kolom pendek yang menopan beban a . . .
adalah pemeriksaan terhadap kekuatangm ks" ks1abf eksentris1tas kecif pada h11k•k•l1t"•
3. 16.10 ayat 4, di mana diameter minimum batang adalah D10, dan umumnya tidak .+ a1·r rencana a imum ahan yang tersed· d ,
1a an bfirl'"U• cla
meng gunakan lebih besar darfbatang 016. Jara!< spasi bersih spiral tidak bofeh lebih dari I
80 mm dan tidak kurang dari 25 mm. Pada setiap ujung kesatuan tulangan spiral harus
penufangannya
ditambah
Contoh 9.1.
kan panjang penjangkaran 1,50 kali lilitan. Apabila memerlukan penyambungan, harus Tentkan kekuatan beban aksial maksimum an . .
di pengikat sengkang dimensi 400x400 y. g tersed1a pada kolom persegi dengan
lakukan dengan sambungan lewatan sepanjang 48 kali diameter dan tidak boleh kurang
ha 300 mm, bila per1u diperkuat dengan pengelasan. Keseluruhan penulangan spiral
dari · ' mf712, tulangan pokok 8029 sengka110 010 :;o -
llmut beton 40 mm 1bersi"J..) be kr ,
,, ,,, rupa U10m pendek f. ' - 25 M , ,
rus dilindungi dengan selimut baton paling tidak setebal 40 mm, yang dicor menyat de baik untuk tulangan memanjan m , c - . Pa, mutu baja fy ·-:- 400 MPa
ngan baton bagian inti. Lilitan tulangan spiral harus .diikat kokoh pada tempatnya, dan kangnya. g aupun sengkang. Penksalah juga kekrLc:i:an seng-
be tul-betul terletak pada garisnya dangan menggunakan pengatur jarak vartikal.
Rasia penulangan spiral Ps tidak boleh kurang dari persamaan barikut ini: Penyelesaian
Periksa rasio penulangan memanjang,
p5 minimum= 0,45 ·r AA: (SK SNI T-15 -1991-03 pasal 3.3.
9.3) P = Ast = -

-1 ) f f:'
g. . (400)2 - 0, 033

dimana volume tulangan spiral satu putaran


, Ps = volume inti kolom setinggi s l o,o 1 - 0, o S S'f t.-1 olA.....
s
Ag
= jarak spasi tulangan spiral p.k.p. (pitch)
=
luas penampang lintang kotor dari kolom
,,
1 Dengan.menggunakan Tabel A-40, untuk lebar inti 3
baton d1 kedua sisi) dan deng
· an menggunakan batang t I .
.
20 mm (lebar kolom d1kurnnaf selimut
"
Ac = luas penampang lintang inti kolom ( tepi luar ka tepi luar spiral)
fy = tegangan luluh tulangan baja spiral, tidak lebih dari 400 MPa.
I JUmlah maksimum batang tulangan adalah
baja sudah sesuai.
8 0 u g ba1a mem,Clnjang 029 ,
. engan dam1k1an 1umlah batang tulangan
I
Jumlah spiral yang didapat berdasarkan rasio penulangan tarsabut di atas secara teoretis Dari definisi Ps tersebut dapat dikembangkan parkiraan rasio penulangan spiral ak tual yang lebin
akan memberikan. spiral yang mampu memperbaiki keadaan sewaktu tarjadi kehilangan praktis dikaitkan dengan sifat fisik penampang lintang kolorn. Ditentukan bahwa De adalah diameter inti
kekuatan pada saat terjadi pecah lepas baton lapis teriuar (lihat Gambar 9.2). kolom (dari tepi ka tepi terluar spiral), Ds adalah diameter spi ral dari pusat ke pusat (p.k.p.), dan Asp adalah
luas penampang batang tulangan spiral.
Menghitung kuat kolom maksimum :
Selanjutnya ungkapan Ps dapat disusun sebagai berikut:
Aso lt2Ds rp Pn(maks)= 0,80¢{0,BSfc' (Ag -Asr) + fy AsJ
Ps= ;r O
'=,0,80(0,65}{0,85(30)(160000 - 5284) + 4QQ(5284)V·· .. ,
3
= 3151 kN 1\ 1 u)

Pemeriksaan pengikat sengkang :


Penulangan sengkang menggunakan f:Jtan tulan
tuk penggunaan batang tulangan pok k g . gan D10 umumnya dapat uiterima un-
Jarak spasi tulangan sengkang tid k bool mhemn1ang sampai dengan 032.
_c_ (s) . . a e leb1h besar dari ·1 • . . .
48 yang :
kaJ1 diameter batang tuJangan k rn ai terkec1f benkut mi
4 16 seng = )=
kaJi d. ang 48(10 480 mm
Apabila perbedaan kecil antara De dan Ds diabaikan, sehingga 05 = De. maka rumus terse 1om =
Iebar ko1ameter batang tulangan memanjang = 16(29) = 464 mm
but di atas 400 mm
menjadi:
!
Dengan demikiari jarak spasi tufangan sen k
an tulangan sengkang ditetapkan den an ang 400 m tlah memenuhi syarat. Susun
tang tufangan pokok memanjang g . d a memenksa 1arak bersih antara :1atang-ba-
, sesuai engan persyaratan tidak boleh febih besar dari

... .

---------------- ,!,

--
2 9 6 BAB 9 sTRUKTUR
KOLOM
BAB 9 STRUKTUR KOLOM

297

. sar dari 150 mm, sengkang


memertukan
Dengan menggunakan Tabel A-40, dihitung Pm1n untuk nilai Ac sebagai berikut:
150 mm. Apabila jarak bersih tersebut h kedudukan tulangan pokok sesuai
Ps{mn)=0 ,45
Ag ) t; =0,45 (113411 - ) 30
= 0,0204
leb1kh de-
.o t bahan untuk memper Ac -1 fy 1
batang peng1kat am 1-03 as al 3.16.1 o.
ayat 5.3. . 70686 400
ngan ketentuan·SK SN T-15-199 :... 2() - 2(10) -3(29)} = 121 mm < 150 mm (
. Jarak bersth= 112{400 . n untuk kolom ini. 0, 0209 > 0,0204
4Asp 4(78,
Ps aktual = 5) =
Maka tidak diperiukan tutangan peng1kat De
tambaha s 300(SO)
Jarak bersih spiral tidak boleh lebih besar dari 80 mm dan tidak kurang dari 25 mm.

C on teh 9.2. an lintang seperti tergambar pada Jarak bersih = 50 mm -10 mm = 40 mm


Gambr m·tungkan apakah kolom dengan penamp _ g p - 2400 kN dengan Maka, kolom yang sesuai dengan kondisi yang ditentukan telah memenuhi syarat.
P eksentn-
e 1 beban akstal rencana u -
9.4 cukup kuat untuk menopang ·ksalah tulangan sengkangnya.
sitas kecil, fc' = 30 MPa, fy = 400 MPa, pen 9.5 PERENCA NAAN KOLOM PENCEK
peny .
elesa1an
b t
didaoat 2 dan untuk diameter kolom
aou amm . EKSENTR ISITA S KECIL
I
Dari Tabet A-4 didapat Asr = 3436,_1 mm A - 1 3
113411mm2. luas penampang lintang kotor dart kolom g - Parencanaan kolom baton bertulang pada hakekatnya menentukan dimensi serta ukur an-
- = 0,0303 ukuran baik baton maupun batang tulangan baja, sejak dari menentukan ukuran dan bentuk
Maka, Pg - 113411 penampang kolom, menghitung kebutuhan penulangannya sampai dengan me milih
0,01 < pg= 0,0303 < 0,08 an 7 batang tulangan baja tulangan sengkang atau spiral sehingga didapat ukuran dan jarak spasi yang tepat. Karena
. D . tt A-40 untuk diameter inti kolom 300 m pengguna rasio luas penulangan terhadap baton Pg harus berada dalam daerah batas nilai
Dan a ar •
D25 cukup memenuhi syarat. 0,01 s Pg s 0,08, maka persamaan kuat perlu yang diberikan pada Bab 9.2 dimodifikasi
untuk dapat memenuhi syarat tersebut.
Kuat kof om maksimum : f A J Untuk kolom dengan pengikat sengkang,
tP Pn(mal<s) = 0,85</>{0,85fc' (A5(g3 )A( 41 3436,1) + 4D0(3436,1)}(10)- if> Pn(maks)= 0,80¢{0,85fc' (Ag - Ast) + fy (A 5J}
3 Ast
= 0,85(0,70}{0,8 Pg = -
Ag
= 2486 kN k ·
"h lebih besar dari beban aksial yang be eria.
temyata kuat kolom mas1 sehingga didapat, Ast = Pg Ag
maka, ¢Pn(maksJ = 0,80 {0,85fc' (Ag - pg Ag)+ fy Pg Ag}
Pemeriksaan pengikaJ$pkaL t 4 2 dan Tabel A-4D, dapat disimpulkan = 0,80¢Ag{0,85fc' (1- p + fy pg }
. t
01-03
, pasal 3.16.10
. aya
k ·. Itelah memenuh1 syara Karena, Pu s Pn(maksJ maka dapat disuun ungkapan Ag perlu berdasarkan pada kuat ko
Denaan SK SN! T- 15- 19 . <P
baha menggunakan batang tulangan D10 untu
lom Pu dan rasio penulangan pg. sebagai berikut:
spira

Untuk kolom ngan pengikat s kan9,


p
Ag perlu .
0,80 qi {0,85 fc (1 - pg } + fyPg }

Untuk kolom dengan pengikat spiral,


- ---------- ---

Ag periu Pu
0,85 rp {o, 85 fc' (1-Pg) + fyPg }
Gambar 9.4. Sketsa Contoh 9.2

BAB 9 STRUKTUR KOLOM 299

o6ngan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan bentuk dan ukUran
kolol11berdasarl<an rumus diatas, banyak kemungkinan sorta pilihan sahihyang dapat me
menuhisyarat 1<e1<Uatan untuk menopang sembarang beban P.,. Untuk nilai Pg yang
lebih keell memberikan hasil Ag lebih besar, demikian pula sebaliknya. Banyak
40 nm
pertimbangan (bef'Slh)
400
dan faktor lain yang berpengaruh pada pemilihan bentuk dan ukUran kolom, diantaranya
ialah pertimbangan dan persyaratan arsitektural atau pelaksanaan pembangunan
yang menghendaki dimensi struktur seragam untuk setiap lantai agar menghemat
acuan kolom

dan perancahnya. Gambar 9.5. s·Ketsa perencanaan Saal


9.3

CReonnctaenhak9a.n3 k.olom berbentuk bujur sangkar dengan pengikat sengkang untuk meno- .
pang beban kerja aksial, yang terdiri dari beban mati 1400 kN dan beban hidup 850 kN, kolom pendek, fc' = 30 MPa, fy = 400 MPa, gunakan Pg= 0,03.
0ke1lgiluinnakan satu macam ukuran batang tulangan b ·a d .
g sengkang, untuk itu dipilih batang tul aJ an d1pasang merata di sepanjang
P eny elesaian
Kuat bahan dan perkiraan pg telah ditentukan. merupakan kelipatan empat. Gunakan 8 b angan sedemikian rupa sehingga jumlahn
Saban rencana terf aktor adalah: Pu= 1,6(850) + 1,2(1400) = 3040 kN Tabel
b .k A-40 didapatkan ek entuan
t bahwa atang
pen tulangan baja 029 (A
st -
- 528
4 mm2) ya
Dari
Luas kotor penampang kolom yang diperlukan adalah:
en an lebar diameter inti maksimum 320 ggunaan 8 batang tulangan baja 029
Ag perlu = Pu ,;,e canakan tersebut memenuhi syarat. mm, dengan demikian penulangan yang
0, 804>{0, 85 fc' (1-Pg ) +f yPg } dire :
3
- 3040 (10)
- 0,80(0,65){0.85(30){1-0,03) + 4(X) (0,03)}
Meencanakan tulangan sengkang .
DanTabel A-40, pilih batang tulan .
Jarak spasi tidak boleh leb"h b g _baJa 010 untuk sengkang.

g:
1 esar dan-
48kali
16 kalidiameter
diameterbatang
batangtulan =
tu.Ian sengkg 48(10) = 480 mm
Ag perlu = 159144 mm2. Ukuran kolom arah terkecil (legb memanJang = 16(29) = 464 mm
Ul<Ur'?fl kolom bujur sangkar yang diperiukan menjadi:v'( 159144) = 399
Gunakan batang tulangan b . D ar)= 400 mm
mm
Tetapkan ukuran 400 mm, yang dengan demil<lan mengakibatkan nilai pg akan kurang se- p en·ksa susunan aia 10 untuk sengkang, dengan jarak s .
tulan
Jarak bersih batangtut! k T hang denga mengacup== · :, ·
dikit dari yang ditentukan pg= 0,03. 112{400 - 80 - 20 -3(29 - " an pada s1s1 kolom
Ag aktual = (400)2 = 160000 mm2 adalah: . .
Nilai perkiraan beban yang dapat disangga oleh daerah baton (karena Pg
berubah): Dengan demikian tid k rf }} - 10o,5 mm < 150 mm
a pe u tambahan bat ·
Behan pada daerah beton = 0,80q,(0,85fc')Ag (1 -pg) mana yang ditentukan daJam SK SNITang peng1kat tulangan pokok kolom
Skets -15-1991-03 aJ
b .
se aga1-
= 0,80(0,65)(0,85)(30)(160000)(1 - 0,03)(10)-3 a perencanaan seperti terlih t . . d pas 3.16.10 ayat 5.3 I

a pa a Gambar 9.5. ·
- = 2058 kN 1!

Dengan demikian. beban yang harus disangga oleh batang tulangan baja Contoh 9.4.
adalah:
3040 - 2058 = 982 1
dipersoalkan
Rancng ulang kolom yang u1at dengan il
kN
Kekuatan maksimum yang disediakan oleh batang tutangan baja adalah 0,804> "' peng1kat spiral. pada Contoh 9.3, sebagai kolom b
A, mal<a
tuas penampang batang tulangan baja yang diperiukan dapat dihitung sebagai berikut:

A nu- 982(10)3 -4721 2


st pe - 0,80(0,65)(400) - nm Peny elesaian
Gunakan fc '= 30 MPa, fr = 400 MPa da.n rid
Seperti haJnya pada Contoh 9 3· P ·_ pe raan Pg= 0,03.
· · u - 3040 kN
' / i/ !11

BAB 9 STRUKTUR KOLOM 301 1 1111


1 1

300 BAB 9 STRUKTUR


1

1 1

KOLOM I/'
111

gunakan spiraJ dengan jarak spasi 80 mm, jarak spasi bersih lilitan spiraJ tidak lebih dari
80 mm dan kurang dari 25 mm,
Ag pertu = o,asq,{o.as fc' (1-pg) +fy A1} Jarak spasi bersih = 80 - 13 = 67 mm
3 Sketsa perencanaan seperti tampak pada Gambar 9.6.
·. 3040(10)
Dari pembahasan di atas dapatlah disusun ikhtisar baik untuk anaJisis dan perencanaan
kolom pendek eksentrisitas kecii sebagai berikut:
- 0,85(0,70){0,85@0) (1-0,03)+ 400. 03)}

Ag perlu = 139084 Analisis :


2
mm Tetapkan diameter k'?lom 430 1) Pemeriksaan apakah pgmasih di dalam batas yang memenuhi syarat,
mm, 0,01 s p9 s 0,08
A aktual = 145220 mm2 2) Pemeriksaan jumlah tulangan pokok memanjang untuk mendapatkan jarak bersih anta
Beban pada derah baton = 0,85q>(0,85fc')Ag(1)-(P15220)(1 - 0 03)(10)-3 =
2137 kN =
ra batang tulangan (lihat Tabel A-40). Untuk kolom berpengikat sengkang paling sedi
kit 4 batang, dan kolom berpengikat spiral minimum 6 batang tulangan memanjang.
I
0,85(0,70)(0,85)(30 .
b · dalah·
Beban yang harus disangga oleh batang tulangan aia a .
3040 - 2137 = 903 kN 33
903(10) 903(10) 4031 3) Menghitung kuat beban aksiaJ maksimum Pn(maksJt lihat Bab 9.2.
nm2
Ast perlu= O, 80 <P (t ) 0.80(0,70)(400) 4) Pemeriksaan penulangan lateral (tulangan pengikat). Untuk pengikat sengkang, perik
• ..Y = 4623,7 mm2). Dari Tabet A-40 didapatkan ba- sa dimensi batang tulangannya, jarak spasi, dan susunan penampang daJam hubung
Gunakan 7 batang tulangan baia 029 ( Ast b . 032 untuk diameter inti kolom
bulat a annya dengan batang tulangan memanjang. Untuk pengikat spiraJ, diperiksa dimensi
. an batang tulangan aia . batang tulangannya, rasio penulangan Ps. dan jarak spasi bersih antara spasi.
t tasan makstmal pengguna .
. ng direncanakan memenuht syara . makslmum 350 mm,
dengan dem1k1an penulangan ya Perencanaan :
1) Menentukan kekuatan bahan-bahan yang dipakai. Tentukan rasio penulangan Pg yang
Merencanakan tulangan spiral : .. . t I ngan baja 013 untuk penulangan direncanakan apabila diinginkan.
Dari Dattar A-40, tentukan Ac dan memtlth batang u a_ . 2) Menentukan beban rencana teriaktor Pu-
spiral dengan penentuan jarak spasi didasarkan pada ntlai Pg·
Ag -1)-f2. =0,45 (145220 -1) =
1

3) Menentukan luas kotor penampang kolom yang diperfukan Ag-


30 72
0,01
Ps(min) = 0,45 ( A f 96211 400
c 4) Memilih bentuk dan ukuran penampang kolom, gunakan bilangan bulat.

y
. . d" leh dengan cara memberikan nilai Ps(mlnJ untuk Ps·
5) Menghitung beban yang dapat didukung oleh baton dan batang tulangan pokok me
Jarak spast maks1mum tpero 4A 4(1327)
4A sp ' = 88,2 mm manjang. Tentukan.luas penampang batang tulangan baja memanjang yang diperlu
p aktual = !E. sehingga Smaks- p 350(0,0172 kan, kemudian pilih batang tulangan yang akan dipakai.
0c )
s (
mln) De s
' 6) Merancang tulangan pengikat, dapat berupa tulangan sengkang atau spiral.
s I 1
7) Buat sketsa rancangannya.

9. 6 HUBUNGAN BEBAN A KSIAL DAN MOMEN


I
Untuk menjelaskan kesepadanan statika antara beban aksiaJ eksentris dengan kombinasi I
beban aksial-momen digunakan Gambar 9.7. Apabila gaya dari beban Pu bekerja pada
pe nampang kolom berjarak e terhadap sumbu seperti terfihat pada Gambar 9.7.a,
akibat yang ditimbulkan akan sama dengan apabila suatu pasangan yang terdiri dari gaya
beban

Gambar 9.6. Sketsa perencanaan Contoh 9.4


-------------------
302 BAB 9 STRUKTUR KOLOM
-:- BAB 9 STRUKTUR KOLOM 303

f.beba
I I kemungkinan terjadinya gaya bolak-balik pada struktur. .

beban el<sentrls e u Pu· Me u Pf u

I P. I P. u ll atau gempa. Seperti yang telah d'bah ' m1salnya karena arah gaya angin
ak s ia J + tris nominal atau teoretis untuk satuas pada bab-bab terdahulu, kuat beban aksial sen-
momen le n t ur
I .

!
pakan penjumlahan kontribusi kuat be= P k olom pda hakekatnya adalah meru

Luas penampang tulangan baja Ast adalah j ml dan kuat tulangan baja st fy-

O=U'
angan pokok memanJang.
t

J=D I
(a)
I
(b) (c)
I

Gambar 9.7. Hubungan Beban Aksial - Momen - Eksentrisitas

aksial Pu pada sumbu dan momen, Mu =P i13, bekerja serentak bersama-sama seperti tam - Karena yang bekerja adalah beban sentris dian . tul
tulangan pokok memanJ·ang menah • d ggap Kesaluruhan penarnpang tennasuk
pak pada Gambar 9.7.c. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila suatu pasang- an gaya esak secara mer t D ..
an momen rencana terfaktor Mu dan beban rencana terfaktor Pu bekerja bersama-sama pa da penampang seperti ini tidak terd apat gans. a a. enga11 sendrnnya pa-
netraJ yang m · ahk
daerah tekan. Apabila beban aksial tek b k . . em1s an daerah tarik dan
· an e eria eksentns terhad b
Iah t1mbul tegangan yang tidak merat a pada penampang
·
bahk
ap sum u kolom baru-
d . .
tertentu dapat mengakibatkan timb I . ' an pa a nliru eksentrisitas
kolom terbagi menjadi daerah tekanudnyat tkgadnga _tar1k. Dengan demikian penampang
an an , em1k1an pula t 1
dakan sebagai tulangan baja tekan (A ') an d" . ugas penu angan baja dibe-
tarik (As ) yang dipasang di daerah tari g ipasang d1 daerah tekan dan tulangan baja
da suatu komponen struktur tekan, hubungannya dapat dituliskan sebagai berikut: Berdasarkan regangan yang terjadi pada batan .
. Mu atau keruntuhan penampang kolom da at dib g tul.ana baJa, awaJ kehancuran
n
e =- berikan variasi kombinasi beban lentur dan beban aksial dalam banyak cara. Apabila dike hendaki
Pu eksentrisitas yang semakin besar, beban aksial Pu harus berkurang sampai suatu
Untuk suatu penampang tertentu, hubungan tersebut di atas bemilai konstan dan mem
hancuran karena tarik, diawali dengan ,,uhn edakan men1ad1 du kondisi, ialah: (1) ke Keadaan penampang kolom penulangan sei
karena tekan diawali dengan h b ya batang tulangan tank, dan (2) ditetapkan definisinya untuk balok pada 8 b 2 m ang adalah sama seperti yang telah
kehancuran mikian sehingga letak garis netral t t da y g lalu. Jumlah tulangan baja tarik sede-
' ancumya eton tekan
nilai sedemikian rupa sehingga kolom tetap mampu menopang kedua beban, beban aksi epa pa a posis1 saat man k t · ·
an regangan luluh pada tulangan ba·a t 'k a a an erJad1 bersama-
secara
al Pu dan momen Pue. Sudah barang tentu, besar atau jumlah pengurangan Pu yang di Kondisi keseimbangan regangan tel bant dan regangan baton desak maksimum 0 003
rse u menempati · · . · ·
perlukan sebanding dengan paningkatan besarnya eksentrisitas. pembatas antara dua keadaan pen k pos1s1 pentmg karena merupakan
ampang olom baton b rt t
Dengan demikian kekuatan suatu panampang kolom dapat diperhitungkan terha cara hancumya, yaitu hancur karena ta k d h e u ang yang berbeda dalam
dap banyak kemungkinan kombinasi pasangan beban aksial dan momen. Kuat lentur pe n an ancur karena tskan. Dengan demikian kon-
nampang kolom dapat direncanakan untuk beberapa kemungkinan kuat beban aksial
yang berbeda, dengan masing-masing mempunyai pasangan kuat momen tersendiri.
Namun demikian, mekanisme tersebut tetap harus menyesuaikan dengan ketentuan SK
SNIT-15-1991-03, mengenai batas maksimum kuat beban aksial kolom, Pn(mai<sJ .

9.7 P ENA MPANG KOLOM


BERTULANGAN SEIMBANG i I

Seperti yang disajikan dalam contoh-contoh terdahulu, di dalam praktek perencanaan ko


lom umumnya digunakan penulangan simetris, di mana penulangan pada kedua sisi yang ;,
berhadapan sama jumlahnya. Tujuan utamanya mencegah kesalahan atau kekeliruan pa
k ,,k er = .:z. Nr b =As I

.,. b E.
nempatan tulangan yang dipasang. Penulangan simetris juga diperlukan apabila ada Gambar 9.8. Keadaan kese1·mbangan regangan - penampang kolom persegi

II
BAB 9 STRUKTUA KOLOM 305
304 BAB 9 STRUKTUR KOLOM

at b0rguna dalam menen-


merupakan indikator yang sang beban Pb ter- 9.8 KEKUATAN KOLOM EKSENTRISITAS BESAR
d. . keseimbangan regangan kan seimbang pada suatu . .
t an cara hancumya. Setiap penampang kl sae tertentu.Maka pada penu\angan
Peraturan terdahulu (PSI 1971) memberikan ketentuan bahwa setiap struktur bangunan
baia tentu dikombinasikan dengan suau ks entnerda arkan keseimbangan
baton bertulang bertingkat harus mempunyai kolom-kolom dengan kekakuan yang sede
regangan yang
. teh beban se1m ang mikian rupa sehingga untuk setiap pembebanan, stabilitas struktur secara keseluruhan te
bertainan akan dipero . kolom baton yang sama. . . ' -
tap terjamin. Stabilitas struktur dapat diperhitungkan dengan meninjau tekuk
bertainan pula, meskipun untuk penamp ntrisitas besar teriadi dengan 1dahu1ui
pada··setiap kolom satu persatu (tekuk parsial} seperti halnya pada kolom-kolom
lulu-
Awal keruntuhan kolom dengan e . kan di atas. peralihan dan keadaan ha tunggal. Memperhi tungkan tekuk parsial kolom-kolom dapat dilakukar. dengan

= eb- Apabita terdapat menerapkan eksantrisita·s tambahan pada eksentrisitas awal gaya normal kolom.
n a batang tulangan tarik. Saperti tela dtkmk:da saat e
eb f e>
Sehingga kepada eksentrisitas awal, gaya normal kolom masih harus ditambahkan pula
eksentrisitas-eksentrisitas tam
cr karena tekan ke hancur karena tank teriad arik yang diawalidengan luluhnya bahan, masing-masing untuk memperhitungkan pengaruh tekuk, ketidk-tepatan sumbu
batang atau Pn< Pnbo akan terjadi kehancuran karen ang persegi saperti pada
Gambar 9.8,
tulangan tarik. Oengan menggunakanbpekan·p
kaadaan keseimbangan regangan mem en 003 ·
O kolom terhadap sumbu sistem, dan untuk memperoleh peningkatan keamanan bagi ko
Co _..,;'·.;... -
d = 2-+ o, oo3 lom-kolom dengan eksentrisitas awal yang semakin kecil. Apabila menurut hitungan
Es suatu kolom secara teoretik hanya mendukung gaya aksial sentris, eksentrisitas
. . - 200 000 MPa. maka tambahan ter sebut tetap harus diperhitungkan. Demikian pula peraturan-peraturan
didapat: dengan mamasukkan mlat Es - . 0, 003 baton dari berbagai negara lain juga memberikan ketentuan sama, bahwa komponen
(d) - 600 (d)
tekan struktur harus di rencanakan dengan menerapkan eksentrisitas awal minimum
Cb = f - 600+fy tertentu. Ketentuan terse but dimaksudkan sebagai jalan tengah untuk mendapatkan
y +0,003
200000 pengurangan kuat rencana beban aksial penampang kolom pada beban tekan murni.
Pengaruh syarat penggunaan eksentrisitas awal minimum tersebut dengan sendirinya
keseimbangan gaya-gaya mensyarpataNn: + No2b -
memberikan pembatasan terha
NTb dap kuat tekan aksial nominal maksimum.
b- D1b

di N01b _-o• 85 fc'ab= 0,85 fc'B ,cob Seperti yang telah dibahas pada Bab 9.2, kuat beban aksial nominal maksimum di
mana, No2b= As'fy berikan melalui persamaan (3.3.1) dan (3.3.2) SK SNI T-15-1991-03. Kedua persamaan
Nrb = As fy I I h pada keadaan keseimbangan regangan, tersebut memberikan batas bahwa apabila terhadap suatu komponen struktur kolom pe
maka:
apabila bajatulangan tekan telah me u A '(f - 0 85 f ') Pb= Noth (d -:.112. a- ante pertawanan penampang kolo tar
No2b - s Y ' c . ••
. b an gaya-gaya meniadt. Titik pusat plastis merupakan t1t1k ta ng wa betonnya ditegangkan teratur sampai men-
demikian persamaan kese1m ang ,
A f
hadaOb8e5b' : 1 :i g an teratur juga hingga f y-
dengan Pb= 0,85 fc'B1cJJ + As'(fy- 0,85 kfc ) - apyang simetris ti1ik cpa1 , c .....,
pusat
. . "k t plastis dan untu pen . ya
Eksentrisitas eb diukur dan t1t1 pusa . ng Keseimbangan rotas1 gaya-ga
. h t ngah tinggt penampa . .. b g an-
plastisnya berada d1 tenga - e . mbilmomen terhadap tit1k se aran '
dalam pada Gamb- .8 dipenuh1eg a i tkan persamaan sebagai
berikut: daikata diambil dan titik pusat plastis d") N (d- d'- d") +
NTb d •
ngaruh kelangsingan diabaikan, kuat aksial nominal maksimum Pn(maksJ tidak
boleh mele bihi 0,80 P 0 untu!(\ kolom berpengikat sengkang, dan 0,85 P0
dengan pengikat spiral. Degan ketentuan tersebut, berarti sekaligus diberikan
pula pembatasan eksentrisitas mi
nimum yang harus diperhitungkan. Untuk kolom dengan eksentrisitas besar,
kedua per samaan tersebut tidak lagi dapat digunakan. Sedangkan untuk
komponen struktur kolom dengan rasio kelangsingan cukup tinggl memerlukan
peninjauan pengaruh tekuk terha dap panjangnya. Evaluasi pendekatan dengan
pembesaran momen terf aktor harus diper hitungkan dengan menggunakan
eksentrisitas minimum sebesar (15 + 0,03h} mm, baik untuk kolom berpengikat
sengkang maupun spiral terhadap masing-masing sumbu utama secara terpisah.
Kekuatan nominal Pn yang diperoleh tidak boleh melampaui niiai Pn(maks) Hal yang
terakhir ini akan dibahas lebih lanjut pada Bab 9.13 di belakang.
Eksentrisitas minimum dapat ditimbulkan oleh kekangan di ujung
komponen kare na sistem menggunakan hubungan monolit dengan komponen
struktur lainnya Sedang kan eksentrisitas tidak terduga dapat timbul akibat
pelaksanaan pekerjaan di titik-titik buhul
306 BAB 9 STRUKTUA
KOLOM

BAB 9 STRUKTUA KOLOM 307

kuat beban aksial <P Pn. di mana Pn adaJah kuat b . .


teoretis pada eksentrisitas tertentu. eban aksral nominal atau kuat beban aksial

Contoh 9.5.
Tentukan kuat beban aksial "'P
b rb . ,, n suatu kolom persegi den .
e aga1kondisi berikut: (a) eksentrisitas kecil b gan en1kat sengkang

\
kolom
melendut untuk daan penampang seimbang Dim . , (, ) momen mum1, (CJ e =
125 mm {d) kea-
1 --j lendutan portal

500 mm, d = d' 60 mm


A
30 ens1 penampang melintang kolom: b ::: 350 ',,,m h -
= • s- '29, As' = 3029 b3 k Ii • -
I
an terhadap sumbu Y-Y (sumbu pendek) f. ,- Merupa o om pendek, tinjauan lentur-
f
I I , c - P\ dan fy = 400 MPa.
(a) (b) (c) Penyelesaian
Gambar 9.9. Kolom dengan pembebanan eksentris a) Eksentrisitas kecil
:

Merupakan k u:".:' lisis yang mirip dengan Contoh 9.1 dan 9.2 terdahuiu.' I
yang tidak sempuma sehingga terjadi pergeseran sumbu sistem bangunan ataupun n 'f' n(maks)
aki bat penggunaan bahan berbeda mutu. Dengan berbagai pertimbangan tersebut, j
:::: 0,80'})[0,BSfc'(Ag - Asr)+ fy Astl
peren canaan kolom umumnya didasarkan pada momen akibat dari beban aksial
dengan eksen trisitas yang ralatif besar. Bahkan sering dijumpai kolom dalam
bangunan gedung yang menopang balok sama besar sebelah-menyebelah dengan
bentangan sama, tetapi ko lom menerima beban tidak sama berat dari kedua balok
: ( 65)[0,85(30)(175000 - 3963,2) + 400(3963,2)1(10)-3
I
karena pola beban hidup yang berbeda. Dengan beban tidak seimbang atau tidak b) Momen mumi :
sarna tersebut, berarti kolom harus menopang baik beban aksial maupun momen Merupakan kasus di mana eksentrisitas beb .
seperti yang tampak pada Gambar 9.9.a. Oen9an demikian jelas bahwa eksentrisitas nya bernilai nol, dicari kuat momen M an tak terhmgga. Karena Pu dan Pn kedua-
beban melampaui batas definisi eksentrisitas Dengan mengacu pada Gamb; 9 10 d . .
kecil seperti yang telah dibahas di depan. Contoh lain dari kolom yang harus men murni, batang tufangan b::ii ,· . , perlu d1perhat1kan bahwa dalam kasus mo-
menopang
meru k b a s1s1
sekaligus beban aksial dan momen adalah seperti tampak pada Gambar 9.9.b. Pada
bekerja (sesuai arah momen} ...,a yang etaknya pad · ·d" · mana resultante beban
ke
dua contoh tersebut, kekakuan titik buhul memaksa kolom unt9k berputar mengikuti berhadaan lainnya merupakan bat g ri:.t kn, sedangkan yng berada pada
(ber sisi ya-gaya. JUmlah gaya tarik selalu ha . angka memenuh1 keseimbangan ga-
sama) ujung balok yang didukungnya, di mana balok melentur atau melendut dikarena - rus sama dengan JUmfah gaya tekan.
kan beban yang bekerja. Perputaran akan menimbulkan rnornen pada kolom. Contoh
keti ga, dan merupakan contoh praktis, dijumpai pada struktur konsol pendek sistem
pracetak seperti terlihat pada Gambar 9.9.c, di mana tampak jelas bahwa reaksi
terhadap beban dari balok yang rnerupakan beban aksial bagi kolom, eksentris
terhadap sumbu kolom.

beban aksial eksentrisitas besar adalah menentukan kuat kolom dengan


9.9 ANALISIS KOLOM PENDEK Langkah pertama penampang tertentu yang rnenopang berbagai kombi nasi beban dan
analisis kolom exsentrisitasnya. Didalam pelaksanaannya dilakukan dengan rnencari nilai
EKSENTRISITAS BESAR
pendek dengan
Z'2
r
==--- -l2.-.:.-I
)'350 J legangan gaya-gaya
(d)
(a) (b)

Gambar 9.10. Conloh 9 (ti) llllhJk ti OQ


BAB 9 STRUKTUR KOLOM 3 Q9
308 BAB 9 smUKTUR
KOLOM

. . an yang lebih c) e = 125


rendah mm
. • - ' maka A ,harus pada kond1s1 tegang Pada analisis bagian (a) saluruh batang tulangan baja dalam keadaan tekan.
Apabila d1kehendaki As - As • . s b ada pada tegangan
luluh. Sedangkan pada analisis bagian ( b) batang tulangan.baja, yang terfetak di daerah
dari tegangan luluh, sedangkan A,d1anggap er bukan di pihak be
No- = gaya tekan baton
1
kerjanya beban (sesuai arah momen), dalam keadaan tarik. Dengan demikian, dapat dicari
No 2 = gaya tekan nilai eksentrisitas pada saat mana batang tulangan mengalami perafihan dari keadaan tarik
bajatulangan
NT = gaya tank baja tulangan . 9 10 c didapatkan persamaan: menjadi tekan. Olah karena nilai eksentrisitas yang dimaksud belum diketahui, keadaan
Dengan mengacu pada diagram regangan d1 Gambar . . • regangan dianggap seperti yang tergambar pada Gambar 9.11, yang untuk kemudian di
, 0,003 (c -60) betulkan apabila perlu.
Es ::; c Anggapan-anggapan pada keadaan beban batas runtuh
adalah: 1} regangan baton makum 0,003
karena fs' = Es Es'
dengan substitusi. didapat: 2) apabila Es'> ey. dengan demikian fs'= fy
200000(0.003)(c -60} 6oo(c -GOl 3) Es adalah tarik.
·= c c 4) apabila e 5 < Ey. dengan demikian fs< fy
keseimbangan yang didapat dari Gambar 9.10.d: Selanjutnya dilakukan evaluasi besarnya gaya tekan dan tarik di mana bilangan yang be
lum diketahui ialah Pn dan c. Gaya N 02 adalah gaya yang bekerja pada batang tulangan
No1+ No2= Nr . k luas baton yang ditempati
batang dengan melakukan substitusi·dan mempeh1tu.ng _an de sak termasuk memperhitungkan pengurangan gaya tekan baton seluas As' karena
. maan sebaga1 benkut. ditem pati oleh tulangan baja tekan, sedar.gkan Nr adalah gaya tarik total pada tulangan.
tulangan tekan, dida z. (0,85c)(b) + fs'As'- 0,85fc' (As') = fy As Not = 0,85fc'ab= 0,85(30}(0,85c)(350) = 7586,25 c
600(c -601( 1. ) -0,S5{30){1981,6) No2= f5' - 0,85fc'As'= As' ( fy - 0,85fc ')
400(1981,6}
198 6
o 85(3 (0, 85 c)(35 + = 1981,6(400 - 0,85(30}] = 742109

c
' I s"'ikan persamaan tersebut didapatkan nilai c= 77
mm denaan menye e Nr = fs As = £sEs As = 600(d -c){As)
sela-njutnya didapatkan, c
600 (440- c) (1 1188960 (440-c)
, 600(77-001 = 132,47 MPa (tekan)
fs = 77
= c 981,6) = c .
masing-masing gaya adalah: - 0 85(30)(0 85)(77)(350)(10)-3= 584,141 Keseimbangan gaya, L:(gaya) =
0, lihat Gambar 9.11:
kN
Not = 0,85fc' (,B)cb- ' ' ·- 085(30)(1981 ,6)(10)-3= - 50,531
Pn.
11.1
1vo1+ N 02 - Nr =7-c.:1862!-) c + "17 42109 _ 1188960.(.4.40- c)
kN
Seton ditempat1 baia = 0,85fc As - ' . c
- f 'A '= 132 47(1981,6)(10)-3 = 262,502 kN
N02 - s s ' Keseimbangan momen terhadap N,., L:(mcmen) = O:
N - 50 531 + No2 = 796, 112 kN Pn (315)= Nodd-112a) + No2 (380}
01 Q)-3 - 792 64 kN
fy As= 400( 19816•) (1
I

Nr - ' dan Nr
=
diabaikan.
• - ·h kecil antara hasil (N01- 50,53 1 + No
kesalahan berupa se1 ISi - }60 'k
Kopel momen dalam: _ [ 0--0, ( )(n)](1o)-3 = 237,906 R· ,,
41 kNm 85 112
44 n(2]- - 237 906 + 80,549 = 318,455 kNm
M,.,(1)= Not Z1= 5842,1502 - 50,531)(380)(10)-3= 80,549 kNm Mn = Mn(1J + Mn(2J - • k t tuk kolom berpengikat sengkang 0,65
M - No2Zz- (26 •
'.• ..._ tegangan dan.
12sj I u . ,.,_ "' 1315 4401
Oengan menggunakan
f ktor.reduksi ke ua an un 3T-15-1991-03 pasal 3.2 t 6Qi'
. 2(b)
a SK SNI . aya ,
dan untuk kasus ini mengaba1kan 350 gaya-gaya
(b)
ketentuan (a) (c) (d)

maka didapatkan kuat momen:


R =. M -
n- ' '
0 65(318 455} = 206,996 Gambar 9.11. Cootoh 9 !1(<: ) - 11 - l ;.11 mm
M
kNm
BAB 9 STRUKTUR KOLOM 3 11

3 10 BAB 9 smuKTUR KOLOM

1
{ ( 0,85C ) + 742109(380)\·
Pn= - 7586,25C 440- )
315 but diatas menghasilkan persama
- d ·kedua persamaan terse . ·t ·c- 380 mm.
Penyetasajan untuk p n an "k nyetesaian iterasi akan 1dapat "' al -:_ 3436
kN. pangkat tiga dari C, dan danan teI.,pe ke da\am persamaan d1dapatkan pn -
Oengan ni!ai c= 380 mm. d1subtttu a N tegangan dan
sehingga: 9 Pn= 0,65(3436) - 22
350 J gaya-gaya
(d)
(a) (b) (c)
Pemeriksaan temadap anggapan awal :
I 0,003(380-60) = 0, 0025 Gambar 9.12. Conteh 9.5(d) - Keadaan seimbang
gs ::: 380
Sesuai dengan Gambar 9.12, besaran gaya-gaya termasuk memperhitungkan N02 seba
£ = 0,00207 gai pengurangan gaya tekan baton yang ditempati tulangan baja, sebagai berikut:
rena ss'> syr maka fs'= fy tutangan baja yang letaknya bukan di No 1 = 0,85(30)(0,85)(264)(350)(10)-3= 2003 kN
Oengan berdasarkan padaltak garis netal :gan tarik, dan tegangannya adalah: No2 = [400 - 0,85(30)](1981,6)(10)-3 = 742 kN
daerah di mana beban bekeqa bertaku se a . Nr = 400(1981,6)(10)-3 = 793 kN
600 (440-380J= 94,74 MPa <400 MPa maka, Pb = N01+ N02 - Nr= 2003 + 742 - 793 = 1952 kN
fs = 380 ·
an awat terpanuht. .
Oengan demikian maka semua anggap. ·1 125 mm sebagaibenkut: Nilai eb didapat dangan cara menjumlahkan seluruh momen terhadap garis kerja gaya
pada eksentns1 as • N
Menentul<an 1<uat momen 279125 kNmm = 279, 125 k m . tarik Nr(keseimbangan momen terhadap Nr). sebagai berikut:
MR= t? Pne= 2233(125) = k I mempunyai kombinas1 pasangan Pb ( eb + 190)= N0 ,[ d -112(0,85 cb )] + N02 (380)
Dengan hasiltersebut dapat disimd ldkan =
bo:sial t/1 p n 2233 kN. dan kuat 1952(eb+ 190)= 2003{440 - 1/2(0,85)(264)] + 742(380) ,I
mo-
. men yang ter b Penyelesaian persamaan menghasilkan eh= 291 mm, maka pada keadaan seimbang:
beban aks1 al bekerja terhadap sum u y- I
d
an moin y. I

men MR= 279,125 kNm, di mana , q,Pb= 0,65(1952) = 1269 kN I ri

momen MR= tP P,,eb= 1269(291)(10)-3= 369,3


dalah pada saat kNm
·b · ·adin a keadaan re- a an
d) Keadaan se1m ang seimbang
Seperti dijelaskan pada Gambar: 9.12, te ma:capai 0,003 dan bersamaan pula tegang Hasil perhitungan dari empat bagian Contoh 9.5 kemudian diwujudkan dalam bentuk daf
at gangan tekan baton di serat tep1 terdesa . an luluhnya. Oideiinisikan Pb adalah ku tar dan digambarkan sebagai diagram seperti tampak pada Gambar 9.13 dan dinamakan
pada batang tulangan baja tarik r:nencap :::
seimbang, eb adalah eksentsitas beban Diagram lnteraksi Ko/om. Di dalam gambar tersebut, semua kuat beban aksial diungkap
beban aksial nominal atau teorets pada .t desak ke garis netral keadaan se1mbang. kan sebagai <P Pn pada sumbu tegak dan kuat momen diungkapkan sebagai </I Pne pada
aksiai Pb, dan Cb adalah jarak dan sera •k::eimbangan regangan, dapat dihitung sumbu datar. Diagram hanya berlaku untuk kolom yang dianalisis saja, dan dapat mem-
c,, se berikan gambaran tentang susunan pasangan kombinasi beban aksial dan kuat momen
Oengan menggunakan persamaan p bagi penampang kolom yang bersangkutan. Setiap titik yang terletak pada garis penuh
bagai berikut: (44Ql memberikan pasangan beban dan momen yang diijinkan. Untuk titik-titik yang berada
=
600 (d) 600 - = 264mm di daerah sebelah dalam diagram juga memberikan pasangan beban dan momen ijin,
,,I
Cb = 600 +fy 1000 akan tetapi dengan menggunakannya berarti perencanaan kolom akan berfebihan (
overde signed). Sebaliknya, dengan menggunakan titik-titik yang tertetak di daerah
Kemudian dapat ditetapkan ts':
sebelah luar diagram akan didapat pasangan beban dan momen yang menghasilkan
I 204(0,00 0,0023
penulangan ku rang ( underdesigned'j.
' es == 6.4 ' - 002 disimpulkan bahwa tulangan baja tekan
sudah Oengan didapatnya nil1 Es > ey -,· -400 MPa.
meluluh, dengan demik1an maka fs - fy-
3 12 BAB 9 STRUKTUR KOLOM
BAB 9 STRUKTUR KOLOM 3 13

Kuat Beban KuatMomen


••o Contoh diagram-diagram yang dimaksud disajikan pada Gambar 9.14. Pada contoh
e aksial (kN) t;Pn e (kNm)
diagram-diagram tersebut digunakan definisi-definisi sebagai berikut:
;Pn maks Ast .
3000 kecil 3092 o- kecil Pg =
00 0 206,996 . Ag
2233
1269
279,125
369,30
h = ukuran kolom arah tegak-lurus pada sumbu lentur, lihat sketsa penampang
yang tertera pada sudut atas tiap diagram,
2000
r = nilai banding jarak antar-pusat berat tulangan larik terfuar terhadap tebal atau
tinggi potgan melintang kolom arah lenturan.

Kuat Beba.'"I Skala sumbu vertikal (beban aksial) dan horisontal (momen) adalah merupakan bi
AKslaJ
= ;Pn langan-bilangan yang terkait dengan nilai ¢ Pn- Dalam hal ini,contoh diagram pada
(l<N) Gambar
9.14 menggunakan bilangan-bilangan tanpa dimensi. Diagram digunakan untuk menen
tukan kuat beban aksial kolom dan sekaligus kuat momen yang sesuai. Dengan demikian
9="' fungsi diagram adalah sebagai alat bantu analisis, sedangkan dalarn perencanaan untuk
Kuat Momen = ti Pn e (kNm) ---- membantu langkah coba-coba.
Gambar 9.13. Diagram lnteraksi Kofom Diagram-diagram dibuat untuk potongan melintang kolom dengan b, h, dan i' ter
tentu, dan hanya diperuntukkan untuk mutu dan kekuatan bahan yang ditentukan. De
ngan sendirinya harap dicatat bahwa untuk mutu beton dengan fc'>30 MPa. maka sesuai
Nilai q,Pnimaks)• yang dihitung pada analisis bagian (a), didapatkan dengan cara me dengan ketentuan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.2 ayat 7 harus dilakukan modifikasi ni
narik garis mendatar memotong diagram. Garis radial dari titik (O,O) menggambarkan lai {3! yang sesuai. Umumnya batang tulangan baja dipasang simetri sama pada masing-
berba gai eksantrisitas, karena pada kenyataannya kemiringan garis ini sama dengan: ma sing sisi, atau 114 dari total untuk setiap sisi. Faktor reduksi kekuatan yang sesuai SK
dJ p 1
-·-"- atau - SNI T-15-1991-03 sudah diperhitungkan di dalam diagram sehingga tidak perlu
<P Pn e e disertakan lagi dalarn perhitungan. Untuk kolom dengan bentuk penampang bulat juga
Sudut yang menggambarkan eksentrisitas yang dimaksud adalah sudut terhadap sumbu dapat dibuatkan diagramnya. Agar didapatkan gambaran cara penggunaan yang lebih
tegak diagram ( e =
O). Perpotongan antara garis e =
eb dengan diagram adalah titik jelas, berikut diberi kan contoh-contoh perhitungan dengan menggunakan diagram-
keada
diagram tersebut.
an seimbang. Exsentrisitas yang lebih kecil dari eb akan memberikan keadaan di mana
gagalan kolom ditentukan oleh kegagalan tekan, sedangkan sebaliknya untuk eksntns1-
tas yang lebih besar dari eb akan memberikan keadaan di mana kegagalan kolom
C onteh 9..6. I r
Dengan menggunakan diagram·-diagram dan berdasarkan peraturan SK SN/ T- 15-1991-
d1tentu-
03, dapatkan kuat beban aksial <P Pn untuk kolom dengan potongan melintang seperti
kan oleh kegagalan tarik. tampak pada Gambar 9. 15 dengan eksentrisitas 120 mm, fc'=30 MPa, fy =
400 MPa. l[,1

Contoh 9.5. di atas adalah contoh analisis, di mana tampak bahwa perhitungan be- i!i
ban kolom pada eksentrisitas besar memakan waktu. DemikiaA pula yang dihadapi dalam I
Penyelesaian 'I
perencanaan penampang kolom, di mana perhitungannya menggunakan cara coba-coba
Pertama-tama tentukan diagram mana yang akan dipakai sesuai dengan jenis potongan
I

yang rumit dan panjang. Dalam rangka memperpendek perhitungan telah banyak dikem
melintang kolom, kekuatan bahan, dan faktcr y .
bangkan berbagai cara hitungan dengan menggunakan alat bantu perencanaan atau ana yh = 360 mm
lisis, yang dapat berupa daftar,diagram, atau nomogram. Pada prinsipnya diagram- r =
3601500 = o,72 '1"
diagram Kedua diagram pada Gambar 9.14 masing-masing untuk nilai y = O,70 (diagram (a)) dan y
tersebut mengambil bentuk dasar diagram interaksi kolom seperti yang sudah dikenal pa = 0,75 (diagram (b)).
da Gambar 9.13, tetapi kemudian dimodifikasi sedemikian rupa sehingga .dapat
digunakan untuk berbagai keadaan yang lebih luas dan umum.
314 BAB 9 STRUKTUR KOLOM

311
f '\
8 STRlJKllJn KOi OM
oo_..,.......,. ,.'"""'T'",..,.,,...,..,...,....,,,..,"T"l"",,,.-r:r-:D: :I-A:G-:
R7AM.:::I:'N.:T::E:R; AKSlKOlOM:;-, FE '
Yr
°'
{[I
l--<1--'+;,--+e--+---t---t-;'""t:r.,..-., " " "
fe' • 30 MPa 1 l
J.-.l..-.+...>..+-"+-++r-t--+--if'"4-rr-! : -

l-4 'r-l--ti'-+-t:f-t-t-.'liI fl P

L.,J... _ l

Gambar 9.15. Sketsa Conteh 9.6

Penyelesaian kasus Contoh 9.6 ini menggunakan diagram (a), bukan interpolasi
antara kedua diagram.
. Ast 3963
Pg = Ag 500@60) 0, 0220

0,01 < Pg= 0,0220 < 0,08


I I e 120
0,70 0,80 0,00 1,00
'h= soo= 0• 24
Berdasarkan atas hasil-hasiltersebut kemudian ditentukan perpotongan antara nilai-nilai
Pg dan elh pada diagram (a), seperti tampak pada Gambar 9.14. Dari trtik perpotongan ter-
sebut ditarik garis horisontal sehingga memotong sumbu vertikal di sebelah kiri, kemudian
dibaca nilai yang didapat, yaitu:
Pu
9 0,85 le' Ag =0, 763
kemudian diperoleh:
I i I I 1
Pu= 4' Pn= 0,763(0,65)(0,85){30)(180000){1Q-3} = 2276 kN I

selanjutrtya, kuat momen pasangannya dapat pula ditentukan:


Pu(e)=; Pne= (2276)(0,12) = 273,17 kNm .
Apabila digunakan nilai-nilai interpolasi antara diagram untuk r = 0,70 dan y =O, 75 akan
I!
i/
!
I I'

diperoleh hasil yang lebih tepat lagi. 'untuk mencari kuat beban dan mornen untuk
eksen
trisitas yang berbeda pada kolom yang sama dengan menggunakan diagram, bukan lagi
merupakan kesulitan karena p9 nilainya tetap.

Contoh 9.7.
Dengan menggunakan diagram {b) dari Gambar 9.14, tentukan nilai gaya aksial. momen,
0 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0.70 0,80 0,00 1,00 dan rp Pn(maJcsJ untuk kolom dari Conteh 9.5.c dengan e = 125 mm.
P" x..!...
, 0,85 1 d'-g ti
(b)
Gambar 9.14. Diagram lnteraksi untuk perencanaan kolom
316 BAB 9 STRUKTUR KOLOM
BAB 9 STRUKTUR KOLOM 317

Peny elesaian . - ·.
Dari Conteh 9.5 didapatkan Pg = 0,0226. Dengan menggunakan kurva interpolas1 antara efisien, kadang-kadang diperlukan menggunakan prosedur pendekatan yang lebih
·1 · - o 02 dan o 03 yang berpotongan dengan garis ( e/h), diagram (b} prak tis sebagai penuntun awaJ. Untuk kolom penampang bulat misalnya, dalam
Gambar 9.14, m aJ Pg - ' ' · tk ·
kemudian titik potong tersebut diproyeksikan pada sumbu tegak akan d1dapa an. menghitung gaya tahanan nominaJ Pn pada eksentrisitas tertentu menggunakan
keseimbangan mo
Pu 0, 77
men dan gaya-gaya sama seperti pada penampang kolom persegi empat. Persamaan ke
cp 0, 85 fc' Ag
seimbang an berbeda dalam hal: {1j bentuk luasan tartekan barupa segmen lingkaran,
sehingga, . dan (2) batang tulangan baja tidak dikelompokkan dalam barisan tekan atau tarik yang
t; Pn = 0,77(0,65)(0,85)(30)(175000)(1Q-3) = 2233,48 kN
seja jar, dan tertetak di sepanjang bagian tepi sekeliling lingkaran kolom, sehingga gaya-
Proyeksi titik potong kurva Pr;dengan garis ( elh) pada sumbu mendatar mendapatkan:
gaya dan tegangan yang terjadi pada masing-masing batang tulangan harus ditinjau
Pu x!= 0,1925 satu-per satu. Luas dan titik berat sagmen lingkaran daerah tekan harus dihitung secara
q, 0, 85 fc' Ag h matemaiis sehingga memerlukan kecarmatan. Perhitungannya membutuhkan ketelitian
sehingga, Pu(e} =4P Pn (e)= 0,1925(0,65)(0,85)(30)(175000)(500)(1 ) dan mema kan waktu.
= 279,185 kNm Apabila dapat menggunakan hasilagak kasar, pendekatan dilakukan dengan meng
Sedangkan nilai tfJ Pn(maks) didapat dengan cara mencari perpotongan antara sumbu tegak gunakan metode luas penampang kolom persegi ekivalen. Penampang bulat ditransfor
dengan kurva interpolasi {Jg yarig sesuai, didapatkan: masikan menjadi kolom segi-empat ekivalen. Agar kehancuran kolom ditentukan oleh ga
Pu 1,067 ya tekan, ekivalensi dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
cp 0, 85 fc' Ag 1) tebal penampang ke arah lenturan diambil 0,80h, di mana h adalah diameter luar
sehingga, q,Pn(maks) = 1,0?7{0,65)(0,85)(30)(175000)(1Q-3} = 3095 kN kolom bulat,
2) lebar l,<olom segi-empat ekivalen b, adalah:

Ag
Harap diperhatikan bahwa pada diagram-diagram tersebut, garis horisontal yang b= 0, 8 h
mewail.i seb · ·1 • "' p memotong kurva kekuatan yang sesuai kurang 3) luas tulangan total A 5,ekivalen ditentukan dengan cara menempatkan seluruh tu!ang
n(maks)

leb1h pada pos1s1


ini menunjukkan suatu kenyataan bahwa persamaan kese1mbangan
agai rn aJ gaya- . an total pada dua lapis sejajar berjarak 1/3(20 ) dalam arah lentur, di adaJah dia
., mana 0
eih = o.rn.
Hal yang uumnya dilakukan dengan cara coba-coba berdasarkan anggapan-anggapan tertentu. Bag1an
gaya akan memberikan nilai kuat maksimum yang kira-kira sama apabilapersyaratan per hitungan tersebut pada umumnya merupakan bagian awal yang sangat menr.tukan pan
eksen- jang atau singkatnya seluruh proses. Untuk mendapatkan arah langkah perh1tungan yang
trisitas minimum dipenuhi. .
Dari kedua contoh tersebut di atas dapat disimpul_kan bahwa engg aa dagra
secara gratis temyata memberikan alternatif penyelesaian yang lebth prkt1s, 1eb1h-leb1h
untuk digunakan dalam proses analisis. Sedangkan dalam perencanaan dtagr _tersebut
dapat digunakan untuk acuan dalam melakukan coba-coba, yang dengan dem1k1an akan
mempersingkat perhitungan.

9.10 METODE PENDEKATA N EMPIRIS

Untuk dapat merencanakan keserasian regangan-regangan tentunya harus


menghitung terlebih.dahulu regangan (dan tegangan) pada baton dan tulangan baja,
5 5
meter lingkaran tulangan terluar dari pusat ke pusat.
Dengan berdasarkan pada penampang ekiva!en tersebut, maka analisis dan
perencanaan selanjutnya dapat dilakukan seperti pada kolom segi-empat.
Sedangkan apabila hancur kolom ditentukan oleh gaya tarik, penyelesaian
dilakukan dengan tetap menggunakan penampang kolom bulat (tidak
ditransformasikan rnenjadi persegi) untuk menghitung ga ya tekan penampang
N0 dengan menggantikan 80% dari Ast ditempatkan sebagai dua la
pis atau dua deret tulangan yang sejajar dengan jarak 0,75 05• Conteh penggunaan
me
tode pendekatan tersebut di atas diberikan pada Conteh 9. 10.
Metoda pendekatan empiris guna mendapatkan nilai Pu suatu
penampang secara ka5ar, dapat dilakukan dengan menyederhanakan kurva
pada diagram interaksi menjadi garis lurus. Seperti yang sudah dijelaskan
melalui pembahasan pada bab-bab terdahulu beserta contoh-contohnya,
diperoleh pemahaman bahwa kapasitas penampang kolom yang menahan
kombinasi beban aksial dan momen lentur dapat digambarkan daJam ben tuk
diagram interaksi. Seperti diketahui, apabila Pu lebih besar dari Pb, maka Nob
harus ber tambah, yang mengakibatkan cb dan 8tJ bertambah pula. Berarti
letak garis netral penam pang bergeser ke pihak tulangan baja tarik sehingga
mengakibatkan tegangan daiam tu-
3 18 BAB 9 STRUKTUR KOLOM
BAB 9 STRUKTUR KOLOM 3 19

Dengan menggunakan penyederhanaan kurva diagram interaksi menjadi garis lu


Po
rus seperti di atas, Whitney juga mengetengahkan suatu pendekatan persamaan empiris
untuk menghitung kapasitas penampang kolom di daerah hancur tekan. Persamaan Whit
ney yang terutama dimaksudkan untuk diterapkan ·pada kolom berpenampang persegi,
meskipun tidak tertutup kernungkinan penggunaan untuk kolom penampang bulat, yang
umumnya membutuhkan perhitungan lebih rumit.
Persamaan Whitney didasarkan atas anggapan-anggapan sebagai
berikut:
1) penempatan tulangan diatur simetris dalam satu baris sejajar terhadap sumbu lentur
penampang persegi, As= As'·
2) tulangan tekan telah meluluh, fs'= fy.
Gambar 9.16. Pendekatan empiris Diagram lnteraksi 3) luas baton yang ditempati batang tulangan baja tekan diabaikan dalam perhitungan,
4) tinggi blok tegangan ekivalen adalah 0,54 d, setarc:t dengan nilai a rata-rata untuk pe
. . ada keadaan Pu> Pb atau e < eb dapat nampang persegi dalam keadaan seimbang,
ter- langan baja tarik berkurang. Dengan dem1kian P bal'knya apabila p < Pb dan
eksen- 5) keruntuhan karena tekan yang menentukan.
jadi kehancuran karena gaya tekan. Pada keadaan se I • tarik d gaya tekan
tu- bah k kopel momen dalam pasangan gaya
trisitasnya bertam • ma a ( d d' ) tidak berubah Tegangan Diagram interaksi kolom sebagai ungkapan kapasitas kekuatan penampang
langan baja harus bertambah karena lengan momennya - d berakibt
kolom yang menahan kombinasi beban aksial dan momen lentur digambarkan seperti
terjadinya di dalam tulangan baja tarik akan bertambah besar kaeana, andal
contoh pa da Gambar 9.17. Pada gambar tersebut juga diperlihatkan garis lurus
Gambar 9.16,
hancur karena gaya tarik pada e >ab. Hal tersebut seprt1 d1unukk am persamaan pende katan Whitney di daerah hancur tekan, untuk dapat dibandingkan.
yaitu gambar penyederhanaan kurva diagram interakst mn1a1 gns lurus. Tampak bahwa pende katan empiris Whitney tidal< selalu konservatif, terutama pada
Dari gambar tersebut dapat diperoleh hubungan sebagai benkut. daerah di mana beban ren cana Pu cukup dekat dengan beban keadaan penampang
Po - Pu Mu seimbang Pbo di daerah yang
Pa - Pb = Mb diarsir. Penyelesaian memberikan hasil yang konservatif apabila beban rencana Pu lebih
besar dari kapasitas beban penampang dalam keadaan seimbang Pbr dengan eksentrisi
(P0 - Pu ) =( Po - Pb) u tas kecil.
b
Pue
(Po -Pu ) = (Pa - Pb)P
8
b b

f Pa \ { _!!
(Po -Pu) = \ Pb -1(u \ eb J
Po = PuH -1) :.}
Dari hubungan tersabut kemudian didapatkan rumus end.aka.tan nilai Pu suatu
penam pang kolom pada keadaan hancur karena tekan sebaga1 benkut.
Pa

Gambar 9.17. Diagram lnteraksi - Gaya Aksiat versus Momen (P - M) tipikat


1
320 BAB 9 sTRUKTUR KOLOM

.d hancur tekan menentukan: BAB 9 STRUKTUR KOLOM 32 1


Persamaan Whitney untuk penampang persegr engan
. As' fy b h fc'
.kekuatannya, lebih besar dari nilai yang digunakan bila komponen yang
bersangkutan hanya menahan beban aksiaJ tekan sentris. Seperti diketahui, sesuai
+ 3 h6 dengan pembahas
Pn - 6 + 0 50 an pada Bab 2, untuk komponen yang menahan lenturan mumi.tanpa beban aksial, digu
·
- +1,18 -
( d -d') d2 . nakan faktor reduksi kekuatan t; = 0,80. Sedangkan pada pembahasan kolom sejauh
t

ini, digunakan faktor reduksi kekuatan "'=


0,70 untuk kolom dengan pengikat spiral,
. - endekatan empiris untuk dimensi penampang
ko- Whitney juga membenkan persamaan p . . dan rp =
lorn bulat, baik untuk hancur tekan maupun hancur tank.
hancur tekan 0,65 untuk kolom dengan pengikat sengkang. Padahal seperti diketahui, kolom yang
. Persamaan untuk penampang buIat dengan ,
menentukan. dibebani eksentris akan menahan beban aksial maupun momen. Sehingga dapat disim
pulkan bahwa untuk kasus di mana kolom menopang beban aksial kecil tetapi pasangan
. Asfy Ag f c momennya besar dapat diberfakukan seperti komponen struktur lentur, atau balok pada
Pn +10 + 9,6 h e 2 + 1,18 umumnya. Kemudian SK SNI T-15-1991-03 pasaJ 3.2.3 ayat 2.2 menetapkan bahwa un
Os ' (O,Bh +0,6705)
tuk kolom dengan beban aksial yang semakin mengecil, nilai dapat ditingkatkan secara
nampang bulat dengan hancur tarik menentukan: linear sampai 0,80 seharga dengan nifai q, Pn yang berkurang dari 0,10fc'A9 sampai nol.
Persamaan untuk pe 2 } Sebagai pembatasan tambahan adalah bahwa fy tidak lebih dari 400 MPa. penulangan si
Pn
h 2 = 0,85 fc' 0
e 85 Pg mO s (-0 38)
(-J;---0,3B) + 2,50 h h . metris, dan y tidak kurang dari 0,65. Ketentuan tersebut dengan sendirinya berfaku un
{ tuk kolom dengan pengikat spiral maupun sengkang. Dengan demikian dapat disimpul
di mana, h = diameter penampang, kan, penggunaan nilai <P seperti pada contoh-contoh terdahulu adalah sedikit agak mem
Os = diameter lingkaran tulangan terjauh dari sumbu, perlonggar ketentuan yang tercantum dalam peraturan. Atau dengan kaia lain, penggu
e = eksentrisi1as terhadap pusat plastis penampang, naan rp tersebut memberikan hasilperencanaan yang sedikit agak konservatif.
A st tuas penulangan total Sebagai contoh, apabila ketentuan tersebut di atas dipakai pada Conteh 9.5,
Pg = Ag = luas penampang 0,10 = 0, 10(30)(350)(500}( 10}-3 = 525 kN
fc'A9
bruto

fy dengan demikian bila cp Pn adalah 525 kN, maka rp =


0,65, sedangkan apabila f/JPn =0, ma
m = O 85 f ' ka ¢ = 0,80. Untuk momen mumi, seperti yang dihadapi pada Conteh 9.5.b, ¢> Pne (atau
rf an sudah ,dikeukakan di depan bahwa metode pendekatan Whitney kuat momen MR ) akan menjadi:
membe pe ii edikit kurang teliti terutama untuk kasus dengan eksentrisitas ,.. P. = 206,996(0,8) = 254 76 kN
't' nB 0,65 ' m
besar. Nam
ri an. tersebut memberikan andii yang bermanf aat untuk pemahaman ana Seperti yang diatur dalam peraturan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.2.3 ayat 2.2, kuat
1- baga1manapun cara
kom ponen diperiihatkan sebagai garis putus pada kurva Gambar .13, untuk nilai ;Pn di
sis dan perencanaan.
anta ra 525 kN dan nol. Dengan demikian peningkatan nilai ti> yang diijinkan untuk beban
aksial kecil harus tercermin pula dalam diagram interaksi. Variasi nilai faktor reduksi
kekuatan 4> yang sesuai dengan peraturan tersebut di atas juga dapat diungkapkan
FAKTOR REDUKSI KEKUATAN t/> UNTUK KOLOM
9 .11 melalui persama an-persamaan berikut ini:
Untuk kolom dengan pengikat sengkang:
SK SNI T-15-1991-o3 pasaJ 3.3.3 ayat 3 memberikan pembatasan tulangan untuk komo 0,20 p"t

:; t kt ang dibebani kombinasi lentur dan aksial tekan. Untuk kuat rencana 4J P u
sdi n l rterkecil antara 0,10 fc' Agdan cp Pb, maka rasio pen.ulangan P komponen
1:k ;"a::'k ;!n en
r/J =0,80 - 0 '1 fc I A . 2! 0,65

i=lk . ·1 . 0 75
Persyaatan erdsebut s: dari d nk I
penampang yang mengalam1 lentur tanpa beban a s
3
diawali g

_ 0, 15
1 P
boleh melampaw rn al • Pb kt menahan Untuk kolom dengan pengikat spiral:
3 :
0

momen lentur engan . d hal tersebut <P -0,80 - O f 'A ce 0,70


den an meluluhnya batang tulangan tarik terlebih dahulu. Se1alan engan · : ' c g
unk komponen dengan beban aksial kecil diijinkan untuk memperbesar faktor
reduks1

322 BAB 9 STAUKTUA KOLOM

Pada persamaan-persamaan tersebut di atas Pu = ;Pnr dan apabila <P Pnb < 0,1Ag fc',rnaka
pada persamaan untuk kolom dengan pengikat sengkang, nilai 6,1Ag fc' diganti dengan
1 ap abila m= fr
0,85 fc' b
d
an p= p'= b'd
A
BAB 9 STRUKTUR KOLOM 32 3

0,65 Pnbt sedan'gkan pada kolom.dengan pengikat spiral diganti dengan 0,70Pnb- maka persamaan untuk Pn dapat disusun ulang, dan diperoleh hasilsebagai berikut:

Pn = 0, 85c f I bd r2dh - 2e+ ( h -28


2d
)
I
2 d. ')
+ 2mp \ 1-
( l
9.1 2 PERENCANA AN KOLOM PENCEK J
EKSENTRISITAS BESAR Selajutnya, seperti halnya cara penyelesaian pada Contoh 9.5 Gambar g 11 0 08
perhitung akan menjadi lebih mudah apabila keseimbangan omen diprhlt 9
Seperti yang telah dikemukakan terdahulu, diagram interaksi terutama diperuntukkan se terhadap t1t1k berat tulangan tarik. an
bagai aiat bantu analisis, sedangkan untuk proses perencanaan kolom dengan beban ek
Dengan demikian eksentrisitas diperhitungkan sebagai:
sentris diagram tersebut digunakan untuk pendeatan coba-coba. Pada penampang ko
lom pendek yang dibebani dengan beban aksial eksentrisitas besar,yaitu pada e > eb e=le+
h)J
, r ( d -2.
atau P n <Pb• awal keruntuhan ditandai dengan luluhnya tulangan baja tarik. Dengan
selanjutnya didapatkan hubungan sebagai berikut:
demikian berarti fs =fY' sedangkan tegangan pada tulangan baja tekan masih terdapat dua
h - 2e e'
kemung-
2d = 1-d
kinan, sudah mencapai luluh atau belum. sehingga persamaan untuk Pn berubah menjadi:
Keseimbangan gaya-gaya, l.H= 0, pada penampang kolom pendek dengan beban aksial
eksentrisitas besar adalah sebagai berikut:
2
Pn= No1 + No2- Nr P,, = 0,85 fc' bd - )+ 2mp(-1---) ]
Pn= 0,85fc' ba+ As'fs'- Asfs
Apabila penulangan tekan dan tarik simetris, As =As'· dan keduanya sudah mencapai
lu- luh, maka dldapatkan:
[(1- :·i + r(--

Pn= 0,85fc'ba

Conteh 9.8.
Keseimbangan momen terhadap pusat plastis atau titik berat geometris, dari mana jarak Suatu kolom degan engikat sengkang seperti tampak pada Gambar 9.18 menahan
eksentrisitas e ditentukan, l.(momen) = 0, menghasilkan persamaan sebagai berikut: gaya desak aks1al dn beban mati 290 kN dan beban hidup 550 kN. Eksentrisitas 9a a
terhadap pusat plast1s 400 mm. Beton normal t. ' = 30 MPa f. - 400 MP R y

Mn = P, e = 0,85 fc' ba ( %-) + As' tr( -d')


penulangannya d k. .
engan per, 1raan }Um/ah
tulangan
c • Y- a.
poko encanakan memanjang 2'%-
3%.
k
+A.tr( d - )

Pn e = 0,85 fc' ba ( %-1) + Asfy (d -d' ) Penyelesaian


Menghitung momen dan gaya aksial rencana,
dengan melakukan substitusi nilai Pn didapatkan
persamaan:
=
Pu = 1,2WoL + 1,6wu 1,"2(290) + 1,4(550)
Pn e = Pn 2
h Pn
fc' b) +Asfy (d - d')
=1228 kN
2
( Pn ) ( 1,70
P (!l - ) -A f Pue = 1228(400)(10)-3=
Menentukan penulangan,
491,2 kNm
(d - d') - O
1,70 fc b n 2 e S'Y -
Ditaksir ukuran olomASOO mm x 500 mm dengan jumlah penulangan 33.
'
dari persamaan yang terakhir kemudian didapat persamaan untuk Pn sebagai
berikut: P =p' = b = 0,015 dengan d'= 40 mm
= o 85 f 'b [(11-e) (11 -e)2
+ + 2Asfy (d As= As'= 0,015(500)(460) = 3450 mm2
2 2 0, 85 fc' b Dicoba dengan 6029 pada masing-masing sisi kolom (As=As 3963,2 mm2)

l
n ' c

324 BAB 9 STRUKTUR KOlOM


I BAB 9 STAUKTUR KOLOM 325

3963 2
• =0,0172
p 500 (46q Pemeriksaan tegangan pada tulangan tekan :
Pemeriksaan p'fl terhadap beban pada keadaan seimbang 2618(10) -3 -
205
;Pnbt a -0,85 (30)(50q - mm
- 600 (d) = 600(460) = 276 mm a 205
c= -= --= 242 mm
Cb - 600+fy 600+400 A o.as
= p1cb= 0,85(276) = 234,6 mm
242- 40)
, 0,003(200000)(276-40) 513 MP >t ::400 fs' = 0,003(200000)( = 500 MPa >fy = 400 MPa
MPa 242
276 y
maka di dalam perhitungan selanjutnya digunakan fs'= fy
dengan demikian tegangan dalam tulangan tekan sudah mencapai luluh, sesuai anggap
Pnb = 0,85fc'a,,b+ A 5 'fy - As fy an semula.
= 0,85(30)(234,6)(500)(10)-3= 2991 kN Seperti apa yang didapat di atas, bahwa Pu = 1228 < <P Pn= 1702 kN, maka perencanaan
q,Pnb = 0,65(2991) = 1944 kN > 1.1= 1228 kN . . . penampang kolom memenuhi persyaratan.
dengan demikian kolom akan mengalami haneur dengan diawal1 luluhnya tulangan
tank.
Merencanakan sengkang,
Dengan menggunakan batang tulangan 010, jarak spasi sengkang ditentukan nilai terke
Pemeriksaan kekuatan penampang : cil dari ketentuan-ketentuan berikut ini,
dengan nilai-nilai berikut: a. 16 kalidiameter tulangan pokok memanjang (029) = 464 mm
p = 0,0172 b. 48 kali diameter tulangan sengkang (010) = 480 mm
400
1 69
m = 0, 85(30) 5, c. dimensi terkecilkolom=500 mm
maka digunakan batang tulangan sengkang 010 dengan jarak 460 mm.
h -2e = 500-800 =
-0,33
2 d 920 C on teh 9.9.

(1- dd' ) =1-0, 087= 3


Suatu kolom dengan pengikat sengkang seperti tampak pada Gambar 9. 19 menahan
gaya desak aksial batas Pu = 1600 kN dan momen Mu = 185 kNm. Perkiraan penulangan

0,913
Pn =0,85(30)(50Q(46Q [-o,33+J0,11+ 2(15,6 (0,0172) .913) )(10)-
bruto Pg adalah 2% dan selimut beton efektif d' = 70 mm. Beton normal, fc' = 35 MPa, ty =
= 2618 kN 400 MPa. Rencanakan penulangannya.
¢Pn= 0,65(2618) = 1702 kN > 0,1A1fc'= 0, 1(250.000)(30)(10)-3= 750
kN
.'ru= 0, 003< Penyelesaiali
maka, f)enggunaan nilai <P = 0,65 dapat diterima.
Momen dan gaya aksial rencana :
3
Pu = 1600 kN = Mu 185 (10)
Mu = 185 kNm 116 mm
Pu 1600
8

tegangan dal1 Menentukan penulangan :


b
; k Oitaksir ukuran kolom 400 mm x 400 mm dengan jumlah penulangan 2%.
As
Gambar 9.18. Sketsa Conteh 9.8 p =p' = bd = 0,01 dengan d' =70mm
326 BAB 9 STAUKTUA KOLOM BAB 9 STRUKTUR KOLOM 32 7

- A ,_ o 01(400)(330) = 1320 mm2


As - s - '
• Merencanakan sengkang,
26 2)
Dicoba dengan 3025 pada masing-masing sisi kolom {As= 147 , mm Oengan menggunakan batang tulangan 010, jarak spasi sengkang ditentukan nilai terke
cil dari ketentuan-ketentua'1 berikut ini,
- 1472,6 =0 0112.
p - 400(330) ' a. 16 kali diameter tulangan pokok memanjang {025) = 400 mm

Pemeriksaan Pu terhadap beban seimbang Pua : b. 48 kali diameter tulangan sengkang (010) = 480 mm
c. dimensi terkecii kolom = 400 mm
d = 400 - 70 = 330 mm
maka digunakan batang tulangan sengkang 010 dengan jarak 400 mm.
600(339 198 mm
Cb - 600+ 400
Contoh 9.10.
/31 = 0,85 - 0,008(35 - 30) = 0,81
ab = f31c= 0,81(198) = 160,4 mm Suatu kolom bu/at dengan pengikat spiral seperti tampak pada Gambar 9.20 menahan
. . f gaya tekan aksial rencana Pu = 410 kN. Eksentrisitas gaya terhadap pusat plastis kolom
, - 198-70 (0 003) = 0,0019 < _L pendek tersebut e = 410 mm. Beton normal fc' = 30 MPa, fy 400 MPa. Rencanakan =
Es - 198 ' . Es
penulangannya dengan perkiraan jumlah tulangan pokok memanjang 2%.
f , = Es E s' = 200.000(0,0019) =·387,9 MPa
;Pnb= 0 ,65 [0,85fc'aob + As'fs'- As fy] Penyelesaian
3
= 0,65[0,85(35)(160,4)(400)+1472,6(387,9)-1472,6(400)](1 O)- Menghitung momen dan gaya aksial rencana :
= 1229 kN < Pu . k Pu = 410 kN
Deng an demikian kolom akan mengalami hancur dengan diawali baton d1 daerah te e = 410 mm
an. . P, 410
A perlu=.:..JJ.. =--= 586kN
n <P 0, 70
Memeriksa kekuatan penampang,
pn
- = A5 'fy b h fc'
-
-+
e +O 50 3 he+118
Menentukan dimensi kolom :
(d - d') d2
=
I I

Dicoba dengan kolom bulat diameter 500 mm dengan tulangan 6025 ( A 2945,2
1472,6 (40Q 400(40Q (3 51

= ...:.. 1-6_;. ;._+_0_,5_0 + 3 (400)(116 ) +1,18 mm2), gunakan tebal bersih selimut baton 40 mm, tebal efektif selimut ke pusat tulangan
2 terluar 65 mm.
(330- 70) ( 330)
= 622563 + 2278055 = 2900618 N = 2900,2 kN Pemeriksaan Pub dan Mubt
</JPn = 0,65(2900,2) = 1885,4 kN > Pu= 1600 kN tebal penampang segi-empat ekivalen = 0,8(500) = 400 mm
Dengan demikian penampang kolom memenuhi persyaratan.
(SCXJ )2
lebar penampang segi- empat ekivalel'l; 196350 491 mm
4 400 400

NW 1
tangan dan
lj ii\ j
tc .;;;==49;;;.;;;=,,!t .
} -=- -rJ rangan gaya-gaya ,,.
Gambar 9.19. Sketsa Conteh 9.9
Gambar 9.20. Penampang Ekivalen Sketsa Conteh 9.1o
1
3 2 8 . BAB 9 STRUKTUR KOLOM

d- d'= 213(370) = 247


mm BAB 9 STRUKTUA KOLOM 329

Gunakan spiral tulangan 010 dengan fsy= 400 MPa. tebal bersihselimut de= 40 mm.
As= As'= 112Ast = 112 (2945,2) = 1472,6 De= h- 500 = 420 mm
mm2 2dc= -2(40)
;eoo (323.5) = 194 mm Ac = 1/4(TT)( 420 )2 = 138544 mm2
Cb 600+400
A 9 = 196350 mm2
Bti = 0.85(194) = 165 mm = O 4s(19s350_ 1) 30 = 0 0141
f, _ o.cxn (200000 )(194-7 6.5) - 363.4 MPa > t = 400MPa Ps ' 138544 400 '
s - 194 y
sedangkan spasi spiral adalah:
Pub= {0,85(30)(165)(491) + 1472,6(363,4) - 1472,6(400)]
_ 4A5 (Dc -d 4 (78,5 )(420-10) 5 1, 76 mm
3
(10)- 5 5)
2
= 2012 kN
Mub= (0,85(30)(491)(165)(200 - 112(165)) +1472,6(363,4)112(247) -. D/ (p5) (420) (0,0141)
+1472,6(400)112(247)](10)-6 gunakan spiral batang 010 dengan jarak spasi 50 mm.
= 381,573 kNm
eb = M'.LJ = 381573= 190 mm <e = 410 mm
PID 2012
9.1 3 STRUKTUR KOLOM LANGSING
Oengan demikian maka termasuk sebagai kolom pendek dengan eksentrisitas besar, dan
kehancurannya ditentukan oleh gaya tarik. Seperti yang sudah dikemukakan, struktur kolom beton umumnya bersifat lebih massal
(besar) dibandingkan dengan kolom pada struktur baja, sehingga secara struktural menja
Memeriksa kekuatan penampang kolom bu/at,
di lebih tegar dan permasalahan kelangsingan berkurang. Akan tetapi, seiring dengan pe
05 = 500 - 2(65) = 370 mm satnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin mudah untuk menda
2945,2
Ps = 196350=0,015 patkan bahan mutu tinggi di bidang konstruksi. Hal yang demikian dengan sandirinya se
makin membuka peluang untuk dapat membuat komponen struktur yang dapat berfungsi
= 400 15,69 lebih efisien dan optimal, termasuk dalam lingkungan struktur baton bertulang khususnya
m 0,85(30)
komponen kolom. Meskipun demikian, harap tetap menjadikan perhatian bahwa kompo
Persamaan untuk penampang kolom bulat dengan hancur tarik menentukan: nen struktur kolom menduduki posisi panting di dafam keseluruhan sistem struktur ba
P, -0 85 f 'h 2 r ('0,85 e -0 38)2 + P g m Ds -(0,85 e -0,38) } ngunan gedung. Sehingga upaya-upaya efisiensi dan optimasi yang dilakukan hendak
n - I C l h t 2,50 h h nya selalu berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang berkaitan dengan keten
l
2 tuan dan pembatasan yang berfaku.
.. 2f (0,85(410) -0 38) + 0,015 (15,69)(370) - (0.85 (410) _ Sampai sejauh ini, pembahasan mengenai analisis dan perencanaan kolom terba
=0,85 (30)(500)
0,38)} l 500 t 2,50(500) 500 tas pada kolom pendek, yang mana tidak termasuk mempertimbangkan kemungkinan ter

1
jadinya tekuk ( buckling) pada kolom. PE;}raturan tidak memberikan definisi batas panjang"'
= 609 kN > Pn pertu = 586 kN maksimum kolom pendek, tetapi menatapkan digunakannya suatu proses evaluasi ke
4J Pn = 0,70(609) = 426,3 kN > Pu= 410 kN langsingan pada batas nilai rasio kelangsingan tertentu. Dengan cara demikian, sebenar
Dengan demikian ukuran penampang kolom tersebut dapat digunakan. nya SK SNI T-15-1991-03 menggolongkan komponen struktur tekan menjadi dua, yaitu
I BAB 9 STRUKTUR KOLOM 3 3 1
S3Q BAB 9 STRUKT\JR
komponen struktur kolom pandek dan langsing. Semakin langsing atau semakin mudah
KOLOM Merencanakan
Ps periu =· 0,45 ( A: -1 f
penulangan spiral,
A )
f:' suatu komponen struktur tekan melentur akan mengalami fenomena tekuk. Untuk men
cegah tekuk yang tak dikehendaki, dipertukan evaluasi terhadap reduksi kekuatan yang
harus diberikan dalam perhitungan struktur kolom. Suatu kolom digolongkan langsing
apabila dimensi atau ukuran penampang lintangnya kecil dibandingkan dengan tinggi bs
basnya (tinggi yang tidak ditopang). Kolom langsing yang menahan kombinasi baban ak-
Sebelum melangkah untuk memperhitungkan momen rencana yang diperbesar
akibat dari kelangsingan, sudah barang tentu harus dilakukan pemeriksaan terlebih dahu
lu untuk menentukan apakah kelangsingan suatu komponen struktur tekan harus diperhi
M tungkan atau dapat diabaikan. SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.11 ayat 4 memberikan
ke tentuan bahwa untuk komponen struktur tekan dengan pengaku lateral, efek
Gambar 9.21. Pengaruh Pembesaran Momen
kalangsing an dapat diabaikan apabila rasio kefangsingan memenuhi:

k lu < 34 _ 12( Mtb )


r ' M2b
di mana M 1b dan M2b adalah momen-momen ujung terfaktor pada kolom yang
posisinya berlawanan. Momen-momen tersebut terjadi akibat beban yang tidak
menimbulkan go yangan ke samping yang besar, dihitung dengan analisis struktur
elastis. Moman M2b ada
lah momen ujung terfaktor yang lebih besar dan selalu positif. Sedangkan momen M1b
bernilai negatif apabila komponen kolom terlentur dalam lengkungan ganda, dan positif
d Diagram lnterai<si
pa a apabila terlentur dalam lengkungan tunggal. Untuk komponen struktur tekan tanpa pe
ngaku lateral, atau tidak disokong untuk tertahan ke arah samping, efek kelangsingan
men lentur tambahan (momen sekunder) akibat dapat diabaikan apabila memenuhi:
sial dengan lentur akan r:nendapatan moah I t I di mana p adalah beban aksial dan L1
efek P-.1 dan mengalam1 deformas1 ke ar a era., ditin'au Apabila di- k l'.J < 22
r
adalah defleksi kolom tertekuk ke arah lateral pad a;;entriita e dan dia Panjang efektif kf u diperlakukan sebagai panjang modifikasi kolom untuk memper
tinjau suatu kolom langsing yang menahan gayGa a bs1 9 1 tampak dengan adanya hitungkan efek tahanan ujung yang bukan sendi. Faktor panjang efektif tahanan ujung k
efek
bervariasi antara nilai 0,50-2,0 tergantung kondisinya, untuk keadaan tipikal adalah seba
· rti diperlihatkan pada am ar · •
gram interaksmya sepe b h p (L1) Moman lentur tambahan, atau d1-· gai nilai-nilai berikut ini:
tekuk mengakibatkan momen lentur ta a a ka;megakibatkan kapasitas gaya normal Kedua ujung sendi, tidak tergerak lateral k= 1,0
sebut momen sek nder'. degan _s nnb:naan demikian jumlah momen menjadi Pue Kedua ujung jepit k= 0,50
+ Satu ujung jepit, ujung lain bebas k= 2,0
turun atau mengeetl, dan_ u men1a I u- d'd- kan pada momen yang sudah dibesar- Kedua ujung jepit, ada gerak lateral k= 1,0
1 'utnya tm1auan kekuatan I asar .
Pu (L1), dan se an1 . t ·sitas ( e +L1) sehingga menghasilkan Mtota> dan Untuk kolom yang merupakan komponen rangka yang dikenaJ sebagai portal

..
ni-
balo":-.ko lom, tahanan ujungnya terletak di antara kondisi sendi dan jepit dengan
kan ini. Gaya Pu bekeria dengan esen n f kt r pembesaran momen ( magnification
. . M
lat banding total
terhadap M ,d1sebut
. . a
oatau a o . SK SNl
r'l an an berlaku pada Analisis Struktur Ba1a,
nilai· k di antara 0,75 -0,90. Untuk kolom kaku tertahan plat lantai, nilai kberkisar di
antara 0,95 - 1,0.
. . factor). Dengan dam1ki , mmp g : g d ngan didasarkan pada faktor
pembesar T-15-1991-03 membenkan anahs1s per. 1raan e Sebagai contoh, perhatikan kasus sederhana komponen tunggal seperti tampak
6 bagai suatu evatuasi pende:<atan. . pada Gambar 9.22. Untuk komponen yang ditopang terhadap pergerakan ke arah lateral,
momke ke ngsingan suatu struktur kolom diungkapkan seagai rasio kelangsmgan, Gambar 9.22.a, panjang efektifnya separoh dari apabila komponen tanpa ditopang terha
Timg a dap pergerakan ke arah lateral, Gambar 9.22.b, dan mempunyai kapasitas menyangga be
k lu
r
dimana,
k = faktor panjang efektif komponen struktur tekan: ban aksial _em pat kali lebih besar.Tentu saja komponen struktur tekan yang bebas
- . g komponen struktur tekan yang tidak d1topang,
l u - pan1an . truktur terte kuk daJam keadaan tidak tertahan ke arah lateral adalah lebih lemah daripada
r - ·an-jari putaran ( radius of gyration) potongan hntang komonen s
apabila dito pang tertahan terhadap gerakan lateral. SK SNIT-15-1991-03 pasaJ 3.3.11
- Jt k - - '/ IA . ditetapkan 0 30 h di mana h ukuran dimens1 kolom_
parse- e an - v • ' · D dalah diameter ayat 2.1mem berikan ketentuan untuk komponen struktur tekan yang ditopang dan
gi pada arah bekerjanya momen; atau 0,250,d1 mana a
tertahan terhadap pergerakan ke arah lateral, nilai faktor panjang efektif kdiambil 1,0
kolom bulat (SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.11 ayat 3).
kecualidapat dibuktikan
l
332 BAB 9 STRUKTUR KOLOM
BAB 9 STRUKTUR KOlOM 3 3 3

· ---T----r
perputaran dan I
pergeseran dlahan

Pu
ii
OI s0· 0- - 0 0
o"
tZi
0 0
,.:
0 t
0 .0 . 0
0
0
ga0ll_ /
_a I ri (\,j
...: 0
:::i _..t. I LL.
l =k lu =0,50 !
l,_ 1 I
1
Lu CQ
t I
I -·
panfang 00 0 0
efektlf - Iii ..; 0
("j 0
'/, - - - - - - - - - -1'
-perpan i = k iu = 1,00 411 1111 I I C\i
Pu pefpUtatan dan dltahan
I
I I
lu
I
pe<geseran dlahan j11 I I
I i I
I
I I
lc = O.SO I
<

-'?"-(
"'..r:a r l I j I I I
"' I I i ' I '
1
.. .Q
0 0- 0
8.
c:
OI g· 0 - 0 0 0 0 0 I I E
:::i ci rri r- 0
"5"
'D•
....- 0
C'J. 0
N 0
0

·1
.ri" 0

(a) goyangan kesamping dltahan (b) goyangan kesamplng tak dltahan


'""
Gambar 9.22.. Panjang efektif dan goyangan ke samping

nen struktur tekan tanpa ditopang terhadap pergerakan ke arah lateral, nilai k lebih
besar
dengan suatu analisis bahwa nilai lebih kecil dapat digunakan. Sedangkan untuk
kompo .Q
dari 1,0 dan tergantung pada beberapa variabel seperti retak baton dan penulangan ..---..... -------._

...ZU /.: . ...ZU/ .


ke
kakuan relatif struktur. Pada dasamya digunakan nilai k= 1,0 apabila pada titik !rJ tii o o o o
H H
pertemuan II
dengan balok-balok di ujung tidak terdapat momen. $
Fak1or k diperhitungkan sabagai fungsi dari kekakuan relatif '/1 dari kolom ,.._
c. ao c:o
terhadap balok-balok pada pertemuan di ujung-ujung kolom. Kekakuan relatif l/J
....
adalah nilai ban C?

Ill N
- ir; ri e>i o· o· 0-


ding antara jumlah kekakuan kolom dibagi dengan panjang kolom, dan jumlah 8 11 o·
11111 I I I I I I I o· 0
3 WI I I I
I o"
kekakuan E
I

-
balok dibagi cengan panjc:mg bafok. Nilai-nilai faktor panjang efektif ktersebut didapat,
ditunjukkan
dalam·hubungan grafis nomogram atau grafik alignment, seperti dapat dilihat pada
Gambar
9.23. Apabila kekakuan relatif pada masing-masing ujung kolom A dan B sudah
;;:;-.
::i J ao ,.._ Ji
yaitu l/JA dan tp8, hubungkan kedua nilai tersebut dengan suatu garis lurus yang akan o· CJ
ci co
o
ltl c : °'
me I ·
motong garis skala niJai k yang berada di tengah. Untuk ujung kolom yang berupa o· !
c:
sendi, I I CJ

=
nilai 1J1 co, sedangkan untuk ujung jepit, nilai '/1 = 0. Dafam haf ini dibedakan antara skafa Cl
< 1 c: c:>
'O
struk1ur yang ditopang terhadap gerakan lateral dan tanpa penopang. Harap diberi E
.2
catat an, pada portal struktur baja di mana bahannya lebih bersifat serba sama dan ..r:
0

; "(
-;:;-.
isotropis, modulus elastisitas E bemilai tetap dan momen inersia /didasarkan atas luas
JS s fl" 1 1
1111 j
I I j j l
ao I
,.._ J
I
.... 1
penampang c:o
I
ltl
I I

kotor. Sedangkan untuk bahan beton nilai E bervariasi sesuai dengan mutu baton dan lc C l
:
0 0 0
g 0

II). cti
cli
strata pembebanan yang bekerja, dan nilai momen inersia juga bervariasi sesuai ::: 0
dengan "5" o· 0 o· o· o· C? N
ci o·
tingkat retak dan rasio penulangan terpasang. o" 0

l
334 BAB 9 STRUKTUR
KOLOM
BAB 9 STRUKTUR KOLOM 335

+Pu

J\j
l'0
Gambar 9.24. Kolom jepit-
bebas
(a) tanpa beban

Gambar 9.25. Pergerakan menyamping Rangka Portal


Untuk menjawab pertanyaan apakah suatu penopang kolom cukup kuat untuk
ber tahan terhadap goyangan ke samping harus diberikan ketentuan yang jelas,
Perecanaan komponn struktur tekan dengan menggunakan cara perkiraan
sehingga da pat dibedakan secara tegas dengan struktur tanpa penopang. Goyangan
mo n:'e yang d1perbesar dapat d1gunakan apabila nilai rasio kelangsingan k lufr <i
ke samping da pat dijabarkan sebagai suatu deformasi di mana satu ujung komponen
OO. Apabila rnlai kl.Jr > 100,_. maka perencanaan harus menggunakan Analisis
bergerak ke arah lintang terhadap ujung tainnya. Sebagai contoh sederhana adalah
Struktur Orde Kedua
kolom yang pada satu ujung terjepit dan bebas pada ujung lainnya (kolom kantilever atau
yng cukup rum1t karena harus memperhitungkan efek detleksi dan menggunakan
tiang bendera). olom seperti ini akan tertekuk seperti terlihat pada Gambar 9.24. Ujung
reduk s1 modulus tangen baton, yang akan lebih terjamin ketapatannya apabila
atas bergerak mehntang (bergoyang ke samping) terhadap ujung bawah karena tidak
menggunakan alat antu ko":1ute untuk memecahkan sekunipulan parsamaan secara
ditopang atau disangga, dan pergerakan tersebut yang dinamakan goyangan ke arah
simultan. Akan
lateral. Pada struktur beton ber tulang sangat jarang dihadapi permasalahan struktur
tetap1_ hal dem1k1an Jarang terjadi karena umumnya nilai batas atas (maksimum) rasio
tunggaJ seperti di atas, umumnya merupakan berbagai bentuk rangka kaku. Contoh
ke langsmgan kolom struktur bangunan baton bertulang kurang fabih adalah 70.
lainnya adalah berupa rangka portal se derhana seperti tampak pada Gambar 9.25. I' I
SK SNIT-15-1991-03 pasaJ 3.3.11 ayat 5 menatapkan bahwa perencanaan kompo
Ujung bagian atas rangka dapat bergerak ke
nen struktur tekan baton bertulang dilakukan dengan menggunakan beban aksial ren
_ na P yang did t d · ·· ·
ca u apa an ana11s1s rangka elastik dan momen rencana yang sudah dib k
arah lateral karena tidak ditopang atau disangga. Pada ujung bawah hubungannya dapat Mc• yang d.1det·mr·sr·kan
sebagai: esar an
berupa sendi, jepit, atau keadaan di antara keduanya. Seperti yang telah dijelaskan,
per gerakan ke arah lateral itulah yang dimaksudkan sebagai goyangan ke samping, di
:v'c = ob M2b+ os M2s Pars SK SNIT-15-1991-03 (3.3-6)
mana, indeks 2 menunjuk kepada yang terbesar dari kedua momen ujung
yang apa bila terjadi tentunya akan berakibat pada perub9-han bentuk komponen
komoo nen tekan, indeks b menyatakan dengan pengaku atau basar
struktur tekan yang terbebani. Dengar. demikian pnjang efektif tidak hanya
momen-,;, _ men yang dihasilkan dari goyangan lateraJ yang tidak besar, dan 0
merupakan fungidari kon disi ujung dan panjang aktual, tetapi juga dipengaruhi
indeks sme
adanya pergerakan atau t1dak.
nyatakan momen yang brhubungan dengan goyangan.
Dalam struktur baton bertulang, untuk bertahan terhadap pergerakan
Mc = momen rencana yang diperbesar, digunakan hanya untuk
menyamping dikenal berbagai cara. Sebagai contoh, cara yang lazim adaJah marencana komponen struktur tekan baton bertufang. ,,.
menggunakan struktur din ding geser, partisi penyekat, atau pertambatan diagonal
yang cukup kuat dan kaku pada bidangnya untuk bertahan terhadap pergerakao
o = faktor pembesar momen, diuraikan menjadi t5b yaitu faktor
pembesar untuk portal dengan pengaku yang mancenninkan
horisontal. Cara lain yang umum diterap kan dalam sistem struktur adalah
pengaruh dari ke lengkungan di antara kedua ujung komponen
menggunakan ruang inti pusat kaku (core) penahan geser yang direncanakan
tekan dengan momen adalah akibat baban vertikal atau beban
mampu menahan beban lateral dan juga gerakan lateral akibat kondisi pembebanan
gravitasi, dan c5s adalah faktor pembesar mor:nen untuk portal
yang tidak simetris, pada struktur bangunan gedung biasanya lalu
tanpa pengaku yang mencerminkan pergeseran ak1bat momen ,'!
dimanfaatkan jug a sebagai ruang tangga, ruang elevator, atau kebutuhan arsitektural 1 11',I

lain- nya: ujung dari beban yang menyebabkan go yangan lateral besar,
separti baban angin, gempa, dan gaya gravitasi.
336 BAB 9 STRUKTUR KOLOM

BAB 9 STRUKTUR KOLOM 337


M tJ = momen terfaktor terbesar pada ujung komponen tekan akibat dari be-
2 ban yang tidak menyebabkan goyangan besar, momen akibat dari
gaya vertikal atau gravitasi, dihitung dengan analisis portal elastik. . Didalam ungkapan Pc. peraturan SK SNI T-15-1991-03 pasaJ 3.3.11 ayat 5.2. mem
M = momen terfaktor terbesar yang terjadi di manapun di sepanjang kom benkan ketentuan untuk memperhitungkan B sebagai berikut:
25
ponen struktur tekan akibat dari beban yang menyebabkan goyangan Apabila emperhitugkan dampak sifat nonelastik baton, retak, dan rangkak untuk pem :: /

lateral besar, dihitung dengan analisis portal elastik. bebanan 1angka pan1ang, maka nilai El diperhitungkan sama dengan balok terfentur :1

tanpa
Untuk rangka struktur yang menggunakan pengaku terhadap goyangan ke arah lateral, baban aksial:
misalnya menggunakan dinding geser, momen yang diperhitungkan hanyalah M2b _dan
faktor pembesar
o adalah 1,0. Pada umumnya, apabila defleksi lateral bangunan ttdak B = 2( Ec l g )+ Es l 56

5
. _
s.::
melampaui l ,/1500, struktur rangka dianggap _·
1+f3d
berpengaku.
Faktor 0i, dan 05 adalah pembesar momen yang secara empiris dapat ditentukan Untuk komponen kolom bertulangan sedikit ( pg s 3%) dapat dihitung secara konser1atif,
se- bagai berikut: El = Ee I g
ob = -Cm 2,50(1+/3d)
- 1.
p- 0 di mana, Ee = modulus elastisitas baton,
1--
u- Es = modulus elastisitas baja tulangan,
¢ Pc
1
as = 2. Pu C!:: = momen inersia baton kotor (penulangan diabaikan) terhadap sumbu
1,0 1--- berat penampang,
'1> 2. Pc l u1 = momen inersia terhadap sumbu pusat penampang komponen struktur,
di mana Pc adalah beban tekuk Euler,
;r2E/
{Jd = bagian dari momen rencana yang dianggap memberikan kontribusi te

Pc = ( kf u )2 tap terhadap deformasi, biasanya ditentukan sebagai nilai banding dari


momen beban mati terfak1or maksimum terhadap momen beban total
dan Pu adalah beban rencana aksial terfaktor, X.Pu dan 2Pc adalah jumlah untuk semua terfak1or maksimum, nilainya selalu positif.
kolom dalam satu tingkat, Cm adalah faktor koreksi seperti ditentukan berikut ini.
Untuk komponen struktur ditopang tertahan ke arah samping (berpengaku) dan C onteh 9.11.
tanpa beban transversal pada dukungan, Ko/om bujur sangkar 500x500 mfTl2, penulangan pokok memanjang 12029, tulangan
M. . . ) sengkang 013 dengan spasi 450 mm, mempunyai parameter-parameter berikut ini :
Cm = 0,60 +0,40 M
( · u C!:: 0,40 a Panjang bebas yang tidak disangga , l u = 5,0 m.
I 2b ..
b. Tanpa ditopang untuk menahan goyangan ke samping.
di mana M1b ;.:,; M2ti-sadangkan untuk kelengkungan tunggal Mtt/ M2b> 0. c. Perputaran pada ujung kolom (dalam bentuk kombinasi dengan goyangan ke sam-
Apabila hasil dari Analisis Struktur menunjukkan bahwa di kedua ujung tidak terdapat mo ping) difahan sedemikian rupa sehingga faktor panjang efektif k = 1,5.
man, rasio MttJM2b diambil sama dengan satu. Sedangkan apabila eksentrisitas ujung d.f3d = 0,25
yang didapat kurang dari (15 + 0,03h) mm, momen ujung yang didapat dari perhitungan e. Cm= 1,0 (konservatif).
boleh digunakan untuk menentukan rasio M 1tJ M2t>- Apabila perhitungan menunjukkan Hitung/ah momen rencana yang diperbesar Mc dihasilkan dari kelangsingan komponen,
bahwa pada kedua ujung komponen struktur kolom, baik berpengaku maupun tidak, tida dengan Pu= 2850 kN, Mu = 450 kNm, fc 30 MPa, fy = 400 MPa.
terdapat momen atau eksentrisitas ujung kurang dari (15 + 0,03h) mm, maka M2b harus
d1- dasarkan pada eksentrisitas minimum (15 + 0,03h) mm terhadap setiap sumbu utama P eny elesaian •
se cara terpisah (lihat SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.11 ayat 5.4 dan ayat 5.5). Untuk Menentukan apakah kelangsingan komponen harus dipertimbangkan,
kom· ponen struktur lainnya, Cm ditentukan sama dengan 1,0. r= 0,30h= 0,30(500) = 150 mm
k lu 1,5(500Q _
r 150 - 50> 22 - kelangsingan diperhitungkan
338 BAB 9 STRUKTUR KOLOM
BAB 9 STRUKTUR KOLOM 339

Evaluasi berbagai variabel yang diperlukan berkaitan dengan penentuan nilai fJ


:
SOAL-SOAL
= 1112(h)4= 1112(500>4 = 5208,333(10)6 rrm4
Ee didapat dari Tabel A-7: 25700 MPa 9-1. Hitung kekuatan beban aksiaf dari kolom berpengikat sengkang seperti tergam
. 6
EI - Ee l g 25700(5208,333)(10) =42833 ,333 kNm2 bar. Kolom pendek dangan fc' = 20 MPa, fy = 300 MPa. Periksa ukuran penam
-2.50(1+/Jd) 2,50 (1+0,25} pang tulangan sengkang dan jarak spasi yang diperlukan.
P, - - n2 (42833,333) 7515,521 kN

I
2 2 350 550
c - (k lu } - {1,5 (5)}
,....,.,...
_ Cm 1,0
()b = -p;;- = 2850 2,40>1,0

I
1--- 1--- -- 1'

=) i
"' Pc 0,65( 7515,521)
r---- - 4-
r 450
Menghitung momen rencana terfaktor yang diperbesar ( M2b berlaku sebagai Mu).
Mc= Db M2b = 2,40(450) = 1080 kNm ::::::::·:::::-::/.··: · ·:d:···:·.·:··. <·:··1:::.<:=: j ···

Kemudian dilakukan pemeriksaan apakah kolom ukuran 500 mm x 500 mm cukup kuat '-.. sengkang
010 -300
sengkang .../ + 40 mm sengkang J 40 mm
010 -450 (bersih) 010 -400 (bersih)
menahan momen yang diperbesar Mc bersamaan dengan beban aksial Pu- Apabila tidak (a) (b) (c)

cukup kuat, kolom harus direncana ulang. Gambar Soal 9-1

9-2. Hitug kekuatan beban aksial maksimum untuk kolom berpengikat sengkang
C on t eh 9.12.
Untuk kolom yang sama seperti pada Contoh 9. 11, tetapi dengan ketentuan sebagai se pert1 tergambar. Kolom pendek, fc' 30 MPa, fy 400 MPa. Periksa = =
ukuran pe
berikut : (a) panjang bebas yang tidak disangga , l u = 3,0 m; (b) kolom merupakan nampang tulangan sengkang dan jarak spasi yang diperlukan.
ba gian struktur rangka yang ditopang terhadap pergerakan menyamping; (c) kolom
melen dut dengan kelengkungan tunggal; (d) momen sama besar pada ujung-ujung 9-3. Dapatkan beban guna tekan aksiaJ maksimum yang dapat disangga oleh kolom
kolom.
dengan potongan melintang tergambar. Kolom pendek, beban kerja mati sama
Tentukan apakah kolom telah memenuhi syarat. dengan beban hidup, fc'= 30 MPa, fy = 400 MPa. Periksalah tulangan
sengkang nya.
Peny elesaian _ 400
Menentukan apai<ah kelangsingan komponen harus dipertimbangkan,
r= 0,30h = 0,30(500) = 150 mm
Karena rangka portal ditahan terhadap pergerakan menyamping, k = 1,0 dan selanjutnya: I
I
k lu =1,0 (300q
20 400 I
r 150 II
Karena momen di kedua ujung kolom sama besar dan kolom melendut dengan keleng-
kungan tunggal, rasio M1JM2bbernilai positif, sehingga:
iI urr:t::::rr::tt:
34-12 ( Mtb-) = [, 600 '- sngkang
22 ,\
I, 010 -400

Gambar Soal 9·2 t


M 2b Gambar SoaJ 9-3
9-4. Sua kol?m bulat pendek berpengikat spiral, diameter 450 mm, tulangan pokok
Karena nilai 20 < 22, dampak kelangsingan kolom dapat diabaikan (lihat SK SNI T-
15· 1991-03 Pasal 10.11.4.1) dan perencanaan kolom sesuai dengan penyelesaian terdm dan 8 ?atang tulangan baja 029, selimut baton 40 mm, tulangan spiral 01o
pada den.gan spa.s1 50 mm p.k.p, fc'= 20 MPa, fy = 300 MPa. Dapatkan kekuatan beban
aks1al maks1mum kolom tersebut, dan juga periksalah tulangan spiralnya.
Contoh 9.11 telah memenuhi syarat.
I
BAB 9 STAUKTUR KOLOM 341
'· lil l
340
KOLOM
BAB 9 STRUKTUR
'(I
9-13. Rencanakan kolom pendek penam an . l i1
, ·1 11 '

9-5. Sama dengan soal 9-4, tetapi fc'= 30 MPa dan fy= 400 MPa. menopang beban aksial recana terfa:or ue ·k n ikat sengkang
untuk II
9-6. Hitung beban kerja hidup tkan aksial maksimum yang dapat dibebankan pada ko tor Mu = 380 kNm. Tempatkan tulangan kok mem . omen rencana tertak
1 1,
'I
lom tergambar. Kolom pendek, beban kerja mati aksial 890 kN, fc'= 20 MPa, sisi.fc'= 30 MPa, fy= 400 MPa. poan1ang sama pada keempat
fy·=
300 MPa. Periksa tulangan pengikatnya.

9-7. Rencanakan kolom pendek berpengikat sengkang untuk menopang beban ren
cana terfaktor P'J = 3100 kN. Pembatasan ruang dan alasan praktis lainnya

li! lf
mene- tapkan ukuran kolom 450 mm x 450 mm. Gunakan fc'= 20 MPa, fy = 300
40
MPa.
(ber.<h)
mm
550·

Gambar Saal 9-12

-I -3-50..
I
+7r ;r--- 500 ---

j r:mr••r:::':==•. >r
I

Gambar Saal 9-6 40mm

'"I* = mn
(berslh)

Rencanakan kolom pendek persegi berpengikat sengkang untuk menopang be


9-8. ban kerja yang terdiri dari beban mati 890 kN dan beban hidup 700 kN pada ek Penampang A-A

sentrisitas kecil Gunakan pg= 0,04, fc'= 20 MPa, fy= 300 MPa.

9-9. Sama dengan soal 9-8, tetapi gunakan fc'= 30 MPa, fy= 400 MPa, dan pg= 0,03. Gambar S 9-15

Rencanakan kolom pendek bulat berpengikat spiral untuk menopang beban kerja 9-14. Sama dengan soal 9-13, tetapi untuk kolom bulat berpengikat spiral.
9-10. yang terdiri dari beban mati 780 kN dan beban hidup 1450 kN pada eksentrisitas
kecil, fc'·=30 MPa.fy= 400 MPa. 9-15. Untuk kolom pendek berpengikat sengkang dengan potongan melintan se erti
tergambar, dapatkan kuat beban aksial <P Pn pada eksentrisitas 350 mm Gg
Kolom bulat pendek berpengikat spiral berdiameter 400 mm, As = 10025, tulang Pk
9-11. an spiral 010-S0, selimut baton 40 mm (bersih), menopang beban aksial dan fc' = 30 MPa f - 40 • una an
mo cukup memeuhi yart.MPa, anggap bahwa tulangan sengkang dan pengikat
men, fc'= 30 MPa, fy= 400 MPa. Dapatkan 4' Pn apabila e = 150 mm

9-12. Untuk kolom pendek dengan potongan melintang seperti tergambar, dapatkan
<P Pn dan e!J pada keadaan seimbang dengan menggunakan prinsip-prinsip
dasar.
Periksa deogan menggunakan bagan. fc' = 4.000 psi, fy = 60.000 psi. Lenturan
I

, 1
terjadi pada arah sumbu
t'
1

terkuat.
WI

:
10 BAB 10 STRUKTUR FONOASI 343

I
' I

STR UKT UR FONDA SI

(a) Fondasi Telapak


Kolom setempat (b) Fondasi Dlndlng
{c) Fondasi Telapax
Gabungan (persegQ

10.1 · P ENDA HULUA N

Fondasi umumnya berlaku sebagai komponen struktur pendukung bangunan yang ter
bawah, dan telapak fondasi berfungsi sebagai elemen terakhir yang meneruskan beban
ke tanah. Sebagaimana yang menjadi tugasnya, telapak fondasi harus memenuhi
persya ratan untuk mampu dengan aman menebar beban yang diteruskannya
sedemikian rupa sehingga kapasitas atau daya dukung tanah tidak dilampaui. Sehingga
perlu diperhatikan bahwa dalam merencanakan fondasi harus memperhitungkan
keadaan yang berhubung an dengan sifat-sif at dan mekanika tanah. Dasar fondasi (d) Fondasi Telapak (e) Fondasi Telapak
harus diletakkan di atas tanah ku at pada kedalaman cukup tertentu, bebas dari lumpur, Gabungan (trapesium) Kantllever

humus, dan pengaruh perubahan cuaca. Fondasi beton bertulang pada umumnya
berupa fondasi telapak ( spread footing ) seperti tampak pada Gambar 10.1.
Pembahasan pada buku ini dibatasi hanya mengenai fondasi langsung yang berupa
fondasi telapak setempat, gabungan, atau menerus. Fondasi telapak dikombinasikan
dengan pasangan batu atau fondasi telapak di atas tiang pancang ( pile cap ), misalnya,
tidal< dibahas didalam buku ini.
Secara umum fondasi telapak baton dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Fondasi telapak kolom setempat seperti Gambar 10.1.a, sering disebut juga sebagai
fondasi telapak terpisah. Untuk menjamin keseimbangan dan efisiensi umumnya ber
bentuk telapak bujur sangkar, tetapi apabila ruangnya terbatas dapat juga berbentuk
empat persegi panjang.
2) Fondasi telapak dinding seperti Gambar 10.1.b bertugas mendukung dinding, baik
yang menumpu secara konsentris ataupun tidak.
3) Fondasi telapak gabungan, mendukung dua kolom atau lebih dan telapaknya dapat
berbentuk empat persegi panjang seperti Gambar 10.1.c, atau trapesium seperti
Gam bar 10.1.d. Apabila dua fondasi telapak terpisah digabungkan melalui baJok
pengikat, sering dinamakan sebagai fondasi telapak kantilever seperti Gambar
Gambar 10.1. Jenis-jenis Fondasi telapak
10.1.e.
BAB 10 STRUKTUR FONDASI 345
344 BAB 10 STR\JKTUR FONOASI

4) Fondasi plat seperti Gambar 10.1.f , merupakan fondasi telaak menyeluruh dengan Contoh 10.1.
telapak sangat luas dan mendukung semua kolom dan dinding struktur bangunan. Rencanakan suatu fondasi telapak beton t t l
bata setebal 300 mm seperti terlihat pada n: b;a;Og2an Bunbtuk menopang. indig batu
Umumnya digunakan apabila bangunan harus didirikan di atas tanah dasar lembek. · · · e an guna terdtn dan beban
5) Fondasi telapak tiang pancang (pile cap}. melayani pelimpahan beban kolom dari mat1 (tennasuk berat sendiri dinding) 150 kN/m dan beban hidup 300 kN.'" f. ,_
teka t h ··· im. c - 20 MPa
atas kepada sekelompok tiang pancang di bawahnya, yang kemudian diteruskan nan ana I/In 250 kPa. berat tanah w9 16 kN/1113. = '
kepada tanah pendukung melalui gesekan permukaan atau tumpuan ujung tiang.
Oalam rangka membentuk satu kesatuan struktur, dalam pelaksanaan fondasi tela Penyelesaian
pak setempat harus saling berhubungan dalam dua arah sumbu yang pada umumnya Hitung beban rencana terfaktor :
sa ling tegaklurus, dihubungkan dengan balok-balok pengikat. Apabila momen yang 1,2 WoL + 1,6 WtL
Wu =
teadi pada kolom disalurkan kepada struktur fondasi, maka balok-balok pengikat = 1,2(150) + 1,6(300)
harus direnca nakan terhadap gaya aksial, gaya geser, dan momen lentur yang didapat = 660 kN/m
dari analisis struk :ndaian tebal fondai elapak 1,0 m (di bagian belakang dilakukan pemeriksaan terhad
tur portal, di mana tinjauan bekerjanya beban gravitasi dan beban lateral gempa
dilakukan
untuk dua arah sumbu utama bangunan secara bersamaan. Apabila analisis struktur dina esah1han anggapan 1rn). _ _ _ _..-:V pcfl -- bf l--ti "' ap
mis tidak dilakukan untuk bagian bawah permukaan tanah bangunan gedung, balok-balok berat fondasi: 1,({{?3;1= 23 kN/m2 = 23 kPa
pengikat tersebut dapat direncanakan berdasarkan gaya longitudinal tarik atau tekan se Andaikan pula kedalman dasar fondasi adalah !z50 m tarhadap permukaan tanah, berat
besar 10% dari beban vertikal kolom yang bekerja pada pertemuan balok-balok pengikat. tanah yang berada d1 atas fondasi telapak: (0,5){ 8 kN/m2 = a kPa =
Maka, tekanan tanah ijin etto untuk melawan bcinRerja·adalah:
250 - 23 - 8 =
219 kPa
Tekanc:1n t aah·IJ··tn masimum untuk perencanaan kekuatan ditentukan melalui
10.2 FONDA SI TELAPA K DINDING
modifikasi yan sesuai dan kons1sten dangan yang digunakan untuk beban kerja. Hal
Pelimpahan beban kapada fondasi telapak dinding pada umumnya konsantris, kecuali tersebut dise lesaikan dengan cara mengalikan nilai tersebut di atas dengan nilai
fondasi untuk dinding penahan tanah. Fondasi yang demikian perilakunya mirip banding beban ren cana totaJ (660 kN/ terhdap beban kerja total (450 kN/m).
Dengan dem1k1an, d1dapat nilai tekanan tanah ijin maksimum khusus digunakan un-
dengan balok kantilever, di mana bagian telapak sebelah menyebelah yang dipisahkan
oleh din ding berlaku sebagai plat kantilever menyangga tekanan tanah dari bawah ke :uk perecnaan kekuatan fondasi telapak. Agar dicatat bahwa tekanan tanah tersebut
arah atas. Lenturan hanya pada satu arah, perancangannya mirip dengan yang Jangan d1art1kan sebagai tekanan tanah ijin aktual.
660 - ;,.; · t0 ""
diterapkan pada plat penulangan satu arah, didasarkan pada setiap lebar lajur 1 meter 219 (
\ 450j;
.:l._:: 3 22 kPa
di sepanjang dinding. Batang tulangan baja dipasang di bagian bawah fondasi telapak
tegak-lurus terhadap arah memanjang dinding, menahan tagangan tarik lentur yang
.. ·----- . l> -\) 0 L t-
timbul. Perlu diperhatikan me ngenai efek dan mekanisme kantilever yang berlaku, di
mana perilakunya didasarkan atas momen lentur maksimum yang timbul pada garis
sisi muka dinding apabila fondasi men dukung dinding baton, atau pada pertengahan !-·-·-
antara sumbu dinding dan garis sisi muka dinding apabila fondasi mendukung dinding
bata. Perbedaannya terutama didasarkan pa da anggapan bahwa dinding bata relatif
kurang kaku dibandingkan dengan dinding ba ton. Fondasi telapak dinding dapat
berupa baton brtulang atau tanpa tulangan. Apabila fondasi mendukung beban yag
relatif ringan di atas tanah dasar kering tanpa kohesi, fondasi dapat dibuat dari baton - ----·-
tanpa tulangan (baton polos). Untuk masing-masing jenis dinding, penampang kritis
geser dalam fondasi ditatapkan pada tempat yang berjarak sa ma dengan tinggi efektif
fondasi telapak terhadap garis sisi muka dinding. Gambar 10.2. Fondasi telapak beton nir-tulangan mencpang dinding Contoh 10.1
---------------------
346 BAB 10 smuKTUR FONOASI
BAB 10 STRUKTUR FONOASI 34 7

.t lapak yang diperlukan dapat ditentukan sebagai nilai tersebut tamyata cukup dekat dan aman terhadap anggapan awaJ tebaJ fondasi se
berikut: Selanjutnya, lebar fondas1 e hingga tidak perlu dilakukan revisi hitungan.
= 2,11 m => gunakan 2,20 m Perencanaan fondasi telapak baton tanpa tulangan umumnya mengabaikan penin
. 312,2 d" jauan kuat gaser, karena fondasi cukup tebalnya sehingga pengaruhn_ya kecil.Apabila pe
bila digunakan lebar fondasi teebut, maka nilai tekanan tanah rencana yang
nampang geser kritis terfatak pada jarak sama dengan tinggi efektif atau 950 mm (h yang
A tguna- untuk perencanaan fondasi adalah: diperlukan) dari garis sisi muka dinding, temyata tempat tersebut sudah dekat dengan :

k:
= 300 kPa· ujung tepi fondasi. Dengan demikian tentunya gaya geser yang terjadi di tempat tersebut
2,20 .
daoat dihitung momen lentur pada dapat diabaikan karena sangat kecil.
fondas1
Oenaan dikatahuinya tekanan tanah rencana, t . blok baton yang di Indonesia dikenal Apabila menggunakan ketentuan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.4.3 ayat 1.1 untuk
- U k d" ding pasangan batu bata, a au
telapak. ntu tn . , kritis momen ditantukan pada komponen struktur yang hanya dibabani oleh geser dan lentur saja, maka tegangan ga
potong- ser rata-rata pada fondasi baton tanpa tulangan terletak di atas tanah yang dianggap ber
sebagai bataco, dan sebagamy, le.tak penam 5-1991-03 pasal 3.8.4 ayat 2.b). perilaku sebagai baJok satu arah tidak bolah melampaui 11sq,../ fc '.
an di tempat seperempat tebal dmdmg (SK SN rencana ditantukan sabagai berikut: 116</J-.f fc'= 1/6(0,80)../(20) = 0,596 MPa
Dengan mangacu pada Gambar 10.2, momen

:;:e f:::;::;e1b:;:::t : .=
M -112(300)(1 025)2 = 157,6 Temyata nilai batas tersebut cukup tinggf sehingga untuk fondasi yang sedang dibahas
tidak diperluan perhitungan gaya gesernya.
umumnya di dalam praktek juga dipasang tulangan baja memanjang untuk

::::::::ne;a:":1': Pada
dasi adalah: fondasi baton dinding menerus, baik yang menggunakan tulangan pokok melintang (arah
lebar) ataupun tidak. Pemasangan tulangan tersebut pada hakakatnya akan membarikan

di mana.
s = modulus penampang = 116bh 2 integritas struktural karena dapat mangekang tarjadinya pargerakan yang berbeda dari ba
gian-bagian fondasi ( differential settlement, misalnya), yang dapat mengakibatkan timbul
b = 1.0 m dan h = tebal fondasi total nya retak melintang (arah labar). Dengan dipasangnya tulangan memanjang juga akan
(mm)

. I 3 2 5 a at 3 ditentukan bahwa modulus keruntuhan memberikan cadangan kuat lentur arah memanjang fondasi untuk mengantisipasi
len- muncul nya banyak hal yang sukar ditentukan balk dari perilaku tanah yang mendukung
Dt arb1 StK SNf T-01 1J,9,1 P3 i=rian atasan bahwa tegangan tarik fondasi ataupun beban yang bakerja.
ma.ks.imumoij6in0yang
Perencanaan tulangan arah memanjang manggunakan nilai minimum, diperhitung
ur a on ,- • c· d h i/>( f ) dengan ntlat 4' = ,
. timbul di dalam fondasi baton tanpa penulangn1 a a a ' ,../20 = 1 252 kan sama dengan tulangan susut dan suhu pada plat penulangan satu arah, yaitu:
MPa
A 5 periu = 0,0020 bh _
Maka, fr maksimum = 213(0, 70)(0,60)../fc = 0,28-.f fc - 0,28 . '. .
dan tebal fondasi telapak yang diperlukan dapat ditantukan sebaga1 benkut. = 0,0020(1000)(920) = 1840 mm2/m lebar 1

M'J
Sperlu=-
fr ba n an 50 mm pada dasar fondasi yang berhubungan angsung . Apa
M u _ 157,6 (10)-3 ndasi bila
1
t;n kualitas buruk dan diabaikan di dalam parhtungan kekuatan. Sehmgga tebal fo
-bh2
6 perlu = -,--
r 1•252 digu
telapak yang diperlukan ditentukan sebagai benkut: nak
_ 6(157,6)(10)
h2 perlu - 1,252
-0,755 m 2 0,869 + 0,05 = 0,919 =0,92 m
an

h perlu =
0,869 m mm sam ai de-
bat
ang
Di dalam praktek biasanya menganggap bahwa lapisn baton s anah bea
tulangan 019 dengan jarak spasi 150 mm p.k.p. yang luas pe nampangnya 1890 mm2, I'

rl
kiranya sudah cukup memadai. Dengan damikian tampak bahwa dengan adanya
I' I
kaharusan memasang tulangan mamanjang, meskipur. daJam jumlah mini mum
sekalipun, menghasilkan perencanaan yang tidak ekonomis. Pada akhimya mem bawa
kapada kasimpulan bahwa penggunaan fondasi baton tanpa tulangan untuk din ding
menerus perlu dipertanyakan, terutama apabila menopang baban yang cukup berat.
Perlu dipikirkan untuk menggunakan aJtematif lain, misalnya fondasi pasangan batu yang
umumnya masih cukup memadai. Untuk mandapatkan gambaran yang lebih jelas, dengan
cara membandingkannya, berikut ini diberikan penyelesaian kasus yang sama tetapi de
j'I
ngan menggunakan fondasi beton bertulang.

d
348 BAB 10 STRUKTUR FONDASI
BAB 10 STRUKTUR FONOAS 349

Conteh 10.2.
Rencanakan fondasi beton bertulang untuk dinding blok beton (bataco) tebal- 300 Apabila digunakan lebar fondasi tersebut, maka nilai tekanan tanah rencana yang
mm digu· nakan untuk perencanaan fondasi adalah:
654
seperti tampak pada Gambar 10.3. Beban kerja terdiri dari beban mati (sudah termasuk
=
berat dinding) 145 kN/m' dan bebah hidup 300 kN/m'. fc' 20 MPa, fy 300 MPa, berat = • =311,4 kPa
2 10
tanah 15,7 kNfm3, tekanan tanah ijin 240 kPa. Dasar fondasi terletak pada kedalaman Tinggi efektif fondasi aktuaJ d didapatkan dengan mengurangkan tebal selimut baton dan
1,50 m dari permukaan tanah. setengah kali diameter batang tulangan baja (dianggap manggunakan batang 025) pada
tebal fondasi total:
P eny elesaian d = 500 -75 - 12,5 = 412,5 mm
Menghitung beban rencana terfaktor : Karena pada umumnya untu_k menentukan tebal perfu fondasi baton bertulang tergan·
Wu = 1,2 WoL + 1,6 WLL tung pada nilai gaya geser yang harus dipakai, maka terlebih dahulu perlu memeriksa gaya
= 1,2(145) + 1,6(300) 654 kN/m' = v geser tersebut.
Dengan mengacu pada Gambar 10.3, krena cara fondasi dinding dalam menahan
Pertama tama memperkirakan tebal fondasi = O1 \ M
Maka berat fondasi adalah: 23(0,5) = 11,5 kN/m2 gaya geser mirip dengan kejadian pada balok atau plat penulangan satu arah,
Dasar fondasi terle pada kedalaman 1,50 m d_erm_ an taah, di atas fondasi penampang kritis geser terjadi di tampat dengan jarak sama dengan tinggi efektif fondasi
terda· pat tanah setebal(j yg (412,5 mm) dari sisi muka dinding (SK SNI T 15·1991--03 pasal 3.4.11).
beratnya adalah:CLM(1,0) = 1s.7kN/m2 ,_. Uc Vu= 0,4875(1)(311,4) = 151,81 kN/m' dinding.
Kuat geser nominal total Vn merupakan penjumlahan dari kuat gesar baton Ve dan kuat
Tekanan tanah ijin yang akanmenopang-bebanl<erja
geser tulangan geser V5• Karena tidak digunakan tulangan geser, didapat:
ad lah: 240 - 11,5 -15,7 = 21f .8 kPa
t/J Vn = <P Ve= rp (1/sVfc' )bd
Seperti yang dikerjakan pada Contoh 10.1 terdahulu, digunakan nilai banding beban
ter· = 0,60(i.16Y'20)(1000)(412,5)
faktor tarhadap beban kerja dal menentukan besamya tekanan tanah untuk kuat = 184,48 kN
ran·
Maka Vu< 9Vn
cana - ' vJ v- / / Dengan demikian maka perkiraan tebal fondasi yang ditetapkan cukup memad::ii untuk
\e;{ it z ) 127 kP
445' 7
I a
'----·- .. - --\) ·-J Q L \.i- LL--
lebar tondasi yang diperlukan adalah:
654
,
312 = 2,09 m => gunakan 2, menahan geser dan tidak diperlukan tulangan geser, sehingga tidak perlu diubah.
7 1Om Mengacu pada Gambar 10.4, penampang kritis untuk momen terjadi pada tampat
barjarak saperempat tebal dinding dari muka dinding (SK SNI T 15·199HJ3 pasal 3.8.4
ayat 2.2}.

2100
2100

l
I
I
tttttttt ttttttttttttttttttttt tt Gambar 10.4. Fondasi beton bertulang untuk dinding, Conteh 10.2

'

- Garnbar 10.3. Fondasi beton bertu!ang untuk dinding, Contoh 10.2


350 BAB 10 STRUKTUR FONOASI BAB 10 STRUKTUR FONOASI 35 1

· f d 8 • berlaku sebagai kantilever, momen rencana kan pula penulangan memanjang minimum sebagai berikut: II ' ,
maksimum: Dengan menganggap on a
Mu= 311,4(112)(0,975)2 = 148 kNm . As perlu= 0,0020 bh= 0,0020(1000)(500)
Kemudian selanjutnya menentukan luas penampang batang tulangan yang = 1000 mm2/m'
d1pe.rlukan dengan menggunakan cara seperfr biasa, dengan d= 412,5 mm, dan b= Gunakan tulangan 016 jarak spasi 200 mm p.k.p. (A 5 = 1005 mm2). Rencana fondasi
1000 mm. _ se perti tampak pada Gambar 10.5.
6
_ Mu _ 148(10) =1,0872 MPa Untuk keadaan di mana dinding dengan beban ringan harus disangga pada tanah
2
k perlu - bd2 - 0,8 (i 000){4 i2,5) biasa. Perencanaannya akan memberikan hasilsuatu bantuk struktur fondasi sangat kecil,
Dari Dattar A-15, nilai P yang dipertukan lebih kecil dari P minimum = 0,0047, maka baik tebalnya maupun lebamy8:, sehingga perlu batasan minimal. Tebal fondasi di atas tu
langan bawah tidak boleh kurang dari 150 mm untuk fondasi di atas tanah, atau tidak ku
untuk perhitunaan selanjutnya digunakan nilai p minimum tersebut.
2 , . .
As perlu = p bd= 0,0047(1000)(412,5) 1939 mm /m dmng rang dari 300 mm untuk fondasi di atas balok ring.
gunakan batang 025 dengan jarak spas1 250 mr:i
p.k.p. As- 1964 mm ).
2

Untuk batang tulangan yang dipilih tersebut, kemudian dipenksa pan1ang. penyalurannya.
Dari Daftar A-39, panjang penyaluran dasar untuk batang tulangan 025 aaalah 659 mm. 10.3 FONDASI TELAPAK KOLOM SETEMPAT
Faktor modifikasi yang digunakan adalah:
Untuk jarak spasi lebih besar dari 150 mm = 0,80 Janis fondasi yang juga dinamakan fondasi telapak terpisah mungkin merupakan jenis
As perlu = 1939=0,99 yang sering dipakai, karena paling sederhana dan ekonomis dibandingkan berbagai jenis
As tersedia 1964 fondasi lainnya. Fondasi telapak kolom terpisah atau setempat pada umumnya berbentuk
Maka panjang penyaluran yang diperlukan: telapak bujur sangkar, atau empat persegi panjang apabila terdapat pembatasan ruang.
f.d = 659(0,80)(0,99) = 522 mm. .. Pada dasarnya fondasi tersebut berupa suatu plat yang langsung menyangga sebuah
Ruang tersedia untuk panjang penyaluran adalah 900 mm, diukur dri penampang knt1s kolom. Apabila menggunakan umpak pedestal yang dipasang di antara kolom dan fon
denga.n memperhitungkan tebal seiimut beton 75 mm, sehingga pan1ang penyaluran ma- dasi, elevasi dasar kolom mungkin tidak perlu lebih rendah dari permukaan tanah.
Dalam menyangga beban konsentris, fondasi telapak berlaku dan diperhitungkan
sih dapat dipasang. . . _ 1
Meskipun tidak disyaratkan secara khusus, d1 da1am SK SNI T-15-1991 3 as
3 .16. ditentukan bahwa seperti halnya plat penulangan satu arah, pada fondas1 sebagai struktur kantilever dua arah (x dan y) dengan beban tekanan tanah arah ke atas
12 d1ben- pada telapak fondasi. Tegangan tarik terjadi pada kedua arah di bagian bawah fondasi
fela pak. Fondasi ditulangi dengan dua lapis batang baja yang saling tegaklurus dan
2100 arahnya sejajar dengan tepi fondasi. Luas bidang singgung antara fondasi dan tanah
yang diper lukan ditentukan dan merupakan fungsi dari tekanan tanah ijin dan beban dari
kolom.

Kuat Geser
Karena fondasi telapak bekerja ke arah x dan y, perhitungan kuat gesemya harus mem
pertimbangkan dua jenis yang berbeda, yaitu kuat geser pons (geser dua sumbu) dan
kuat geser balok (geser satu sumbu). Pada umumnya tebaJ fondasi yang diperlukan
diten tukan berdasarkan pada syarat kuat geser yang harus dipenuhi. Gaya geser dua
arah sum bu disebut juga sebagru geser pons, karena kolom atau umpak pedestal
cenderung un tuk mendesak melobangi plat telapak fondasi yang mengakibatkan
timbulnya tegangan di sepanjang keliling kolom atau umpak pedestal. Beberapa
percobaan membuktikan ben tuk kegagalan kuat geser pons berupa retakan membentuk
, : 1
Gambar 10.5. Sketsa perencanaan Contoh 10.2 piramida terpancung me-lebar ke bawah. Sesuai dengan SK SNI T-15-1991-03 pasaJ
3.4.11 ayat 1.2, penampang kritis L
I '
352 BAB 10 STRUKTUR FONOASI
BAB 10 STRUKTUR FONDASI 35 3

geser dua arah ditentukan sebagai bidang vertikal terhadap telapak fondasi, mengelilingi dasi). Plat fondasi telapak berlaku sebagai balok ktil .
kolom atau umpak pedestal dengan panjang keliling minimum bo. pada jarak tidak teKanan tanah arah ke atas. Untuk menentukan letak ever pda.dua arah dengan beban
kurang dari setengah tinggi efektif fondasi dari muka kolom atau umpak pedestal. pang kritis momen lentur. sesuai dengan k t pangkal Jepit kantilever atau penam-
Perencanaan fondasi yang tiekerja pada dua arah didasarkan pada nilai kuat geser
3 • e entuan dalam SK SNI T
.8.41\)'<lt 2, ditetapkan sebagai berikut: -15-1991-03 pasal
Vn yang ditentukan tidak boleh lebih besar dari Ve kecuali apabila dipasang 1) Untuk fondasi yang menopang kofom atau um ak ede
penulangan
2 atau umpak destal (lihat Gambar 10.6.a). P P stal adalah pada muka kolom
. geser. Dari ketentuan SK SNl T-15-1991-03 pasal 3.4.11 ayat 2, Vc ditentukan dari nilai ) Untuk fondas1 yang menopang kolom den .
pada separoh dari jarak antara' muka kolom an mengunakan umpak plat baja adalah
terkecil dari persamaan-persamaan berikut: SK SNI T-15-1991-03 pasal 3 8 6 t 3 engan tepr plat baja (fihat Gambar 10.6.b).
. · · aya menentukan bahwa I t k
Ve = (1+ )(2/fJ)!i,d Pers. SK SNIT -15- 1991- 03 (3.4- 36 a) tuk pai·11ang penyaluran batang tulangan ba1·a pada f ondasi dianega penampang . krit.is un-

Ve = ( aod + 2) /fJ )b, d Pers. SK SNIT -15-1991- 03 (3.4- 36


ngan penampang kritis momen lentur. gap sama {benmp1t) de-

( 1
b)
Pelimpahan beban dari kolom ke fondasi
Ve = (4j7)bcfl Pers. SK SNI T-15- 1991-03 (3.4- 36 c) / I

Semua beban yang disangga ofeh kolom (termas ..


fondasi melafui umpak pedestal (bila ad ) b uk berat sndin kolom) dilimpahkan ke
/Jc = rasio sisi panjang terhadap sisi pendek dari beban terpusat yang , a erupa desakan dan beton dan tulangan b aJ.a.
dimana.
bekerja atau bidang reaksi.
b =panjang keliling penampang kritis geser dua arah yang bekerja pada
0
fondasi telapak. Kolom beton
atau Pedestal
Ve, fc'·dan dseperti yang telah ditentukan terdahulu, sedangkan nilai a 5
betoo
ada- lah 40 untuk kolom interior, 30 untuk kolom eksterior, dan 20 untuk
kolom
sudut.
Penggunaan penulangan geser di dalam fondasi tidak disarankan karena tidak praktis, ter
utama berkaitan dengan kesulitan pemasangan di samping lebih praktis untuk menambah
ketebalan f ondasi sedikit saja. Olah karena itu, umumnya perencanaan kuat geser f ondasi
telapak didasarkan sepenuhnya pada kuat geser baton saja. Perilaku fondasi telapak
yang bakerja pada satu arah dapat disamakan dengan balok atau plat penulangan satu
arah. Sesuai dengan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.4.11 ayat 1.1 ditentukan bahwa pe
nampang kritis geser satu arah pada fondasi adalah pada bldang vertikal mamotong lebar Kolom gelagar
di tempat yang berjarak sama dengan tinggi efektif dari muka beban terpusat atau bidang baja -
·-
reaksi. Sama seperti halnya pada balok atau plat dengan penulangan satu arah, kuat ge
ser baton pada fondasi telapak diperhitungkan sebagai b - ---- .
- --------------·------ ------------------ ---- ------ --- "---

Ve =( ;Jtci)bwd •

I
Penampang krltls
geser I

Untuk kedua jenis kuat geser pada fondasi tersebut, apabila untuk keduanya tanpa penu
langan geser, sebagai dasar perencanaan kuat gaser adalah Vu ip Vn• di mana Vn = Vc-

Momen dan penyaluran batang tulangan


(b)
Pe.nentuan ukuran dan jarak spasi tulangan baja yang terutama merupakan fungsi Penampang kn.t.is untuk perencanaan fond . b
Gambar
momen 10.6•
bertulan asr eton
lentur yang timbul akibat tekanan tanah ke atas (setelah dikurangi dengan berat plat ton-
9 yang mendukung kclom atau umpak pedestal
BAB 10 STRUKTUR FONDASI 355
5 4 BAB 10 STRUKTUR FONOASI

' T-15-1991-03 pasal 3.3.1.5, kuat tumpuan puan baton. Sebagaimana yang telah dibahas di atas, perencanaan kuat tumpuan juga
bida:1g. Seperti yang diarahkan oleh SK SN1 ditumpu tidak boleh lebih besar aan di berlakukan pada kasus ini. Apabila ukuran umpak kolom (plat baja) tidak mencukupi
singgung antara_ baton yang menumpu dan yang
untuk melimpahkan beban total, harus dilakukan penyesuaian dengan melaksanakan
cfJ(0,85fc'A1}- . · · . . n baik ke arah panjang maupun beberapa ketentuan sebagai berikut:
le Apabila bidang tumpuan lebih lua ata lb1.p a kuat tumpuan 1) ukuran.umpak plat baja (plat landas) diperfuas,
untuk bidang yang 2) gunan kuat baton yang lebih tinggi untuk umpak peoestal atau fondasi,
. . - . - 'r-;,.;".>r"g i:a:-q b2numpu, ,_,e, e,1., ""
bamvo. i.
1
smctCla!J •0
·...i • • ; · 3) berdasarkan pada luas plat baja, luas bidang tumpuan diperbesar sedemikian rupa se
bertrnpu dikalikan dengan:
! hingga rasio antara keduanya mencapai nilai maksimum yang diperkenankan oieh SK

lAt .
SNIT-15-1991-03.
Penggunaan umpak pedestal beton di antara kolom dan fondasi merupakan hal
.. an secara geometns serupo
A -, == luas maksimum bagian b1dang tumpuan y. g,.,.,
dima:"Ja:
"' dan konsentris ierhada.p bidang yang benum'"'·. yang umum dalam praktek perencanaan bangunan. Umpak pedestal bertugas untuk me
A == bidang yang bertumpu. nebarkan beban kolom ke bidang yang lebih luas pada fondasi sehingga akan memberi
1
kan fondasi yang lebih ekonomis. Apabila rasio dari tinggi terhadap ukuran terpendek ke
. ; c-K SNi l-15-1991-03 pasal 3.3.15 ayat arah lateral lebih dari tiga, didefinisikan sebagai kolom dan dengan demikian harus diren
U,
Selarnutnva, sesua, 0
- canakan dan ditulangi sebagai kolom (lihat Bab 9). Sedangkan apabila rasio tersebut ku
'
,
,::..:z.. s
\ A. 2,0 rang dari tiga, digolongkan sebagai umpak pedestal yang secara teoretis diperhitungkan

. . d • ,
b gaimanapun "'na "·uat tumouan untuk bidang yang tidak memerlukan penulangan. Seberapa luas penampang lintang umpak pedestal yang
Oieh i<arena itu. oalam Kea aan ren,_,c:. · " · ·
a diperfukan, pada umumnya ditentukan dengan mendasarkan pada kuat tumpuan beton
bent.:mpu tidak boleh lebih dari:
seperti yang di entukan pada SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.15, atau dengan menye
qi(O, 85fc'A 1)(2)
+ suaikan terhadap ukuran plat baja umpak kolom, atau sesuai dengan kebutuhan untuk
di manz. untuk tumpuan b digunakan ni\al cp = 0,70. b maksud menebarkan beban kolom pada bidang yang lebih luas pada fondasi. Oaiam prak
. umumnya dipakai kuat
_e.on
. . . . kni elaksanaan, e-
Disebabkan o\eh s1tuas; dan kond1s1 te p d't pu sehingqa dalam menentu- tek merencanakan umpak pedestal diberlakukan cara yang biasanya digunakan pada pe
.. · ; ·· ; bAton kolom yang um · 1 -
tori fondasi lsbm rendah oar. KUa - .. t keduanya harus benar-benar mempe. - rencanaan kolom, ialah dengan menjangkar minimum empat batang tulangan sudut (un
kan oelimpahan beban yang berlangsung Ol an ara tuk kolom persegi) ke dalam fondasi dan diperpanjang ke atas masuk ke dalam umpak
. b h dua komponen struktur.
timbangkan keadaan a .an 'd k d t meiimpahkan seluruh beban ha.nya me- pe destal, dan menggunakan tulangan sengkang sebagai pengikat.
Aoabi!a kolom beton bertulang tt a. . pa dT hkan melalui penulangan de-
. . , b t n ke1eo1hannya 1.1mpa 1
· •
lalui bidang smggung tumpuan e.o , <:>\uran tegangan batang tulangan baJa. Pelak-
npan memperhitungkan \<emampuan periyc;.
. - .--:;:- m;:.:-;:2sc.n tulangan pasa,,.
i,( dowei\ . bllamana oerlu untuk setiap
' .,, . .. . . . . . P-
10. 4 FONDASI BUJUR SANGKAR
s::::-·:a::.r:'l ·/c dcngc:., vG - .v - . • • . - asaK. Aoarn1a cara 1erveout
!:L
i l

· O"''"' o•pasanri Satu Oatc.ng p · ·


n "''.l'"' ;u!2r1cc.n memar.1an:;1 , ··• · , . t enggunak::;n tulangan pasaK Pada fondasi telapak bujur sangkar setempat (terpisah), penulangan dipasang tersebar
c.•C· '; • . ... " , , • ; . . n asak tambahan a au m - . . . . d sarnbunaan ewa an ·
lurn 1·ug::i mencuKup., aapat d1pa.sa g p I kok kolom asalkan tldak leb1h kok kolom harus disamour.g engan . n um ak plat baja (plat landas) pada tl! m
· - . .. d · batang tu anaan po • rnpuannya,
dengan diameter yang leb1h besa. an 8 t 2 3)- Panjang penyaluran tulangan pasak e
. 'SK "'N' T-1 .1991-03 oasal 3.8. aya. . . d' erlu- !a prorn atau kolom dengan menggunaka . p I I r d...,, bdana singgung

dan 030 \ :::; , .., : . en aluran batang tulangan desak yang tp tUm- Jb:. .--n·1·a· ne!imnr.,ahan beban total diperh1tungkan se uru..n1a ;.;a c. . r
0•....H..._· . l
(dowen, harus cukup mer:'eut pan1an Pua (lihat Bab 7). Apabila pasak a
diperhitungkan kan untu kedua belah pthaK b1dang tu p . h b n antara pasak t
dengan tulangan po- a
. i-1 ·h ke d tam fondas1, u unga .
rnenyalurkan beoan '='01 . Q. • l t desak Untuk struktur kolom
oa-
ke seluruh lebar fondasi untuk kedua arah. Karena besamya momen lentur_sama untuk ,:. 1

kedua arah, maka baik ukuran maupun jarak spasi batang tulangan baja untuk ke dua II :
arah juga sama. Akan tetapi, harap diperhatikan bahwa tinggi efektif baton untuk ma sing-
masing arah tidak sama, karena seperti diketahui batang .tulangan baja saling bertum
pangan untuk kedua arah. Meskipun demikian, perhitungan perencanaan di dalam prak
tek kadang-kadang menggunakan tinggi efektif rata-rata yang ditentukan sama untuk ke
dua arah. Di samping itu, pada fondasi telapak dengan dua arah kerja juga berlaku syarat I

rasio penulangan minimum 1,41fy. dan diterapkan untuk masing-masing arah kerja.
'I

II
3 5 6 BAB 10 STRUKTUR FONDASI

BAS 10 STRUKTUR FONOASI 35 7


Contoh 10.3.
Rencanakan suatu fondasi baton bertu/ang bujur sangkar yang·mendukung kolom ba
ton 500x500 mf112 dengan pengika.t tu/angan sengkang. Data perencanaan: beban
kerja mati = 1ODO kN, beban kerja hidup = 780 kN, tekanan tanah ijin = 240 kPa pada
kedalam
i I

an 1.70 m dari permukaan tanah, fc' kolom = 30 MPa, f c' fondasi =


20 MPa, f y 300 MPa, =
tulangan memanjang kolom terdiri dari batang tulangan baja 025.
/I
Peny elesaian
Karena tebal fondasi telapak belum diketahui, untuk memperhitungkan berat fondasi dan '
1 ,

tanah di atasnya digunakan nilai berat rata-rata 19,6 kN/m3 untuk kedalaman 1,7 m dari
--····r- l
-....kklc
permukaan
_ tanah sampai ka dasar fondasi. L v f C '\A, a,...., MV"!
1dt/ S<Xf tff2}
Tekanan tanah yang timbul di bawah fondasi akibat beban tersebut di atas, ,,"'--B,I
adalah: 1,7(19,6) = 33,32 kN/m2 _. -f
Oengan demikian, maka takan_an tanah ijin efektif untuk mendukung beban total, .i

(b)
adalah: (a)
240 - 33,32 = 206,7 kN/m2 Gambar 10.l. A r ·
na is1 s geser fondasi
Luas bidang telapak fondasi yang diperlukan dapat ditentukan baik dengan mengguna
xan nilai awal beban kerja dan tekanan tanah ijin maupun nilai beban kerja dan tekanan
ta
Untuk arah kerja dua arah, lihat Gambar 10.7.a:
B = lebar kolom + ( 112d'JZ-- "Z -: '
telaoak

-
I
nah ijin terfaktor sesuai SK SNI T-15-1991- = 500 + 600 = 1100 mm d
03. Oengan menguna n ni iawat beban Gaya geser total terfaktor yang bek .
ka. · \)'J o\... ·-1noo;.. 780:: ,.) LL
0
2
A perlu 6,
20 7
= 8,61m / .v · Vu Sf'Ja pa a penampang kritis adalah··
= Pu ( W 2 - B2)
Gunakan ukuran bidang telapak fondasi bujur sangkar 1,90 m x 2,_r:n = 8,41 m2, K t = 291(2,92 -1, 1002) = 2095 kN
berarti lebih kecil ± 2,3% dari yang diperlukan. Karena penetapan dimensi banyak ua geser beton adalah:
mengandung

=(1
anggapan-anggapan dan ketidakpastian, ukuran bujur sangkar tersebut akan dicoba
d ngan harapan dapat memenuhi syarat. Ve + )( )bod
Selanjutnya dihitung tekanan tanah tertaktor yang diakibatkan oleh beban yang bekerja:
p
= Pu = 1,2- (1000) +1,6(780) 291 kN I rrf. tetapi nilai tersebut tidak boleh febih besar dari:
Pu A 8,41
Tebal fondasi telapak biasanya ditentukan berdasarkan persyaratan kuat geser. Dalam
ka. sus ini akan diambil langkah memperkirakan terlebih dahulu tebaJ fondasi, untuk
Karena /3i cf'
c .
_ ={4../f])b!) d
k ,.c.--,
/ _ _ ... - - - - Y
uat geser maksimum akan men;adi

kemudi an diperiksa kuat gesemya. Apabila tebal fondasi ditentukan 700 mm, dengan . V (4t.')b.,d = 4( 0)(4 (6 = 47226 kN
tebaJ seli
,n- tf' Vc= 0,60(47226) = 2833,s --- ', I ( 1
mut baton 75 mm, dan meng9,_unakan,,_e'tt!R tulangan 025 untuk masing-masing arah,
maka tinggi efektif adaJah: d= ;700):J5 -\25 = 600 v:u<?Vn ... ,.,_;, '-< c I
Maka,
· '. ' ( ' p(r 1 C11A-"' f "Y
mm 1·

Merupakan nilai rata-rata tlnggierlektif yang akan digunakan untuk perhitungan perenca naan pada kedua arah kerja struktur kantileve r.
l<::uat geser fondasi telapak
kolom setempat dibedakan menjadi dua keadaan: (1) bekerja
Lr r1
Untuk arah ke >
total terfaktor b . . . .
o
Gr1a satu arah, lihat Gambar 1 7 b. aya geser h'::. {Q
-----i
f
J,
/ !(\)

pada dua arah sumbu: geser pons, dan (2) bekerja pada satu arah sumbu: geser '/ - yang ekel'}a pada penampang krttis adalah.
v u -PuWG ·
balok. Letak penampang geser kritis untuk mas•ng-masing kondisi seperti pada
= 291(2,9l{6:6JI= 506,3 kN . .
Gambar 10.7.
- /h.;l <) (/\ CV- ·b
BAB 10 STRUKTUR FONOAs; 359
3 58 BAB 10 STRUKTUR FONOASI

Dengan bentuk telapak bujur sangkar dan digunakannya tinggi efektif rata-rata, maka ke
Kuat geser baton adalah:
butuhan penulangan pada arah kerja yang lain dianggap sama. Gunakan untuk masing
Ve = ( N) bw = (.J2o){290 {600) = 1297 kN masing arah kerja 20 batang tulangan baja 025 {As= 9818 mm2 untuk setiap arah) dan
pe masangannya disebar merata melintang fondasi telapak pada masing-masing arah,
tf>Vn·= q,Vc o.)1297) = 78,2 kN seperti diperlihatkan pada Gambar 10.9.a
- V A. V '-._ \_ '1 {'" t()}v.L_ S I
Maka, u < 'I' n r Apabila faktor modifikasi diabaikan, panjang penyaiuran yang diperiukan untuk ba
Dengan demikian, fondasi memenuhi prsyaratan gs ngkah awal mengenai berat tang tu!angan 025 adalah 659 mm. Sedangkan tempat panjang penyaluran yang tersedia i
fon-
I

d. ·k anggapan yang d1gunakan pa a ' 1125 mm.


Selanjutnya ipen sa b . ·1ai berat tanah adalah 15,7 kN/m3. Kuat tumpuan rencana tidak boieh melebihi,
dasi berikut tanah di atasnya, gunakan se aga1 ni
(0,85fc'A 1)
- 23(0,7) + 15,7d(!) 3.1; ' 1m2 adalah agak konservatif (aman), kecuali apabila bidang permukaan tumpuan di semua sisi lebih besar dari bidang yang ber
berselisih Sehingga anggapan yang ipa a1 ,
tumpu, yang dengan demikian kuat tumpuan rencana tidak boleh melebihi,
sedikit, sehingga tidak prlu revisi hitungan. nam an kritis momen lentur adalah
pa-
Seperti tampak pada Gambar 10.8, leta etekaangtanah tarfaktor dan
+85 f dA 1 )

anggapan
Akan tetapi, untuk semua kasus kuat tumpuan tidak boleh melebihi,
da bidang mua kolm. Dbengnb ekn l ver lebar dengan arah kerja pada
dua arah, bahwa fondas1 bekeqa se aga1 a o t;(0,85fc'A 1)(2)
momen rencana dapat dihitg----- Karena bidang permukaan tumpuan di semua sisi lebih besar daripada bidang yang ber
tumpu, kuat tumpuan fondasi dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Mu = PuF( 1df)11M ·/ _"l '-"·) ----------.

= 291(1,2)112(1,2)(2,9)= 607,,61 kNm - '""


Perencanaan batang tulangan baja: y· ·-

-
MPa
607,6 (10) z = 0, 7275
k perlu= ¢bd Z - O,S (290q(600)
5
, = 4¥P=5.B'J /- I 'l-1 \

;9
/¥,
Cengan menggunakan 0
ft
ar
A-15 didapat pperlu < P minimum =
' fa - O ) S- ;1- 0 , s- .
0,0047 a1 syarat SK SNIT-15-1991-03 tidak boieh melampaui 2, selanjutnya gunakan nilai tersebut.
mat<a diaunakan Pmin· Kuat tumpuan fondasi = tp(0,85fc 1)(2,0)
2
..., As perlu = pbd= 0,0047(2900)(600) = 8120 mm = 0,70(0,85)(20)(500)2(2,0) = 5950 kN

momenpemt>ebanan
daerah , yang
dlpemitungkan untuk penampang kritls 2900

! . '1
90 i i
,· .;. 90 ---.
.- - - - -1- -- - - - - - - - - - -
-,- - '--i
---
1200 1200 00 -- 19
spasi
-----
i- --'-- 90
500

W=11.2JJOO :
A :
1911I I !
\ :
: A
= 1200
L 90
TI ,
100 --- --- --- •
:
ttttttt tttt tttttttt ttt
l -' - tii - ---
-
---
:
-.- ·j
I

•90

: I :
291 kN/m2
Potongan A-A
291 kNlm2
I :_ - _ _ _ f _ -- -- -- - - ---
------ - _:
Potongan A-A

t' oo
Gambar 10.9. Sketsa perencanaan Contoh 10.3
Gambar 10.8. Analisis momen fondasi telaoak
BAB 10 STRUKTUR FONDASI 361
36Q BAB 10 STRUKTUR
FONDASI

Biasanya tulangan dowel (pasak) tersebut dipasang dengan memberi kait 90°
t tum uan kolom dihitung sebagai berikut:
pada ujung bawah, dan ditempatkan di atas batang tufangan pokok fondasi telapak.
Kua p (0,85)fc'A1= 0,70(0,85)(30)(500)2 = 4462,5 kN
Dengan ca ra pemasangan seperti itu, dowel akan terikat erat di tempatnya sehingga
Sedangkan beban tumpuan renca aktual, adalah:
memperkecil ke mungkinan terjadinya pergeseran atau perubahan letaknya terutama
Pu= 1,2(1000) + 1,6(780) pada waktu pelaksa naan pengecoran beton. Katt pada pasak tersebut di atas tidak
= 2448 kN b dari kolom dapat dilim- diperhitungkan efektif da lam menentukan panjang penyaluran yang diperlukan, sesuai
Karena 2448 < 4462,5 < 5950, dapat diimpulkan bahwa be an
SK SNI T-15 1991-03 pasal
pahkan keseluruhannya kepada baton saJa. . ahan beban tersebut, SK SNI T-15- 3.5.5 ayat 3).
Untuk memperoleh kesempurnaan pellmp . . sebagai berikut·
asak ( dowen minimum ·
-o
1991 3 mensyaratkan luas penampang P
As perlu= 0,005Ag
10.5 FONDA SI EMPAT PERSEGI PANJANG
= 0,005(500)2= 1250 mm2
sak unakanlah batang tulangan 020
Perlu dipasang minimum empat batang tlanga pa, gng tulangan pasak baja diameter Fondasi empat persegi panjang biasanya digunakan di tempat dengan ruang terbatas.
(As = 1257 mm2). Akan tetapi, lebih prakt1s untud m =agunakan 4 batang tulangan 025 Perencanaan fondasi jenis ini sangat mirip dengan yang diterapkan pada bentuk telapak
sama dengan tulangan pokok kolom, denan setiap sudut kolom (As= 1964 bujur sangkar sebagaimana yang telah dibahas terdahulu. Pengecualian pokok adalah
mm2). sebagai pasak dan tempatkan masing-masmg pa ak I ruhan dapat bahwa perhitungannya dilakukan terpisah pada setiap arah kerja. Pada fondasi telapak
berlangsung tanpa de ngan dua arah kerja, analisis geser dilakukan dengan cara biasa, sedang pada
t elimpahan beban ese u .
Meskipun pada kenya aannya p . I fondasi de ngan satu arah kerja pemeriksaan hanya dikerjakan melintang sisi pendek
upun fondasi harus memenuh1
pasak, panjang penyaluran dowel ba1k ke dalam ko om ma saja. Momen lentur diperhitungkan terpisah untuk masing-masing arah, sehingga
persyaratan yang bertaku. . k d desak maka panjang penyaluran masing-masing mem punyai kebutuhan luas penampang batang tulangan baja tersendiri.
dasar Karena batang tulangan baia dalam ea aan , Batang tulangan baja arah memanjang diletakkan di bawah tulangan baja ke arah lebar
dowel ke dalam fondasi adalah: sedemikian rupa hingga tinggi efektif nya lebih besar untuk mendukung beban momen
d b ft. 25(300)=419 mm lentur yang lebih besar pa da arah itu.
f db = 4Jr - 4./2o . Pada fondasi telapak empat persegi panjang, pemasangan dan penyebaran penu
langan berbeda dengan yang dilaksanakan pada fondasi telapak bujur sangkar (SK SNI
dan tidak boleh kurang dari:
0 04d f - 0 04(25)(300) = 300 mm . T- 15-1991-03 pasal 3.8.4 ayat 4). Batang tulangan ke arah memanjang disusun dan
Panjang pen ra i d iperlukan, sama dengan panjang penyaluran dasar disebar merata di sepanjang lebar fondasi, sedangkan sebagian dari batang tulangan
dikah- yang diper lukan ke arah iebar ditempatkan pada suatu rentang di bagian tengah yang
'lli l
panjangnya sama dengan lebar fondasi. Bagian dari tulangan ke arah lebar yang
kan f ak1or modifikasi. . d. I b"h besar dari yang diperlukan, sehingga diten 1111

Luas tulangan baja yang terse ia e ' .. ditempatkan di daiam


tukan faktor modifikasi sebagai berikut:
• . b
As perlu = 0,64
A s tersedia 1964
Panjang penyaluran ld pe 1 i g mutu baton tondasi,panjang penya-
Karena mutu beton c o uk ke dalam kolom akan kurang daripada yang
ma- luran perlu f dbatang tulangan yang mas sak an·ang penyaluran l d tidak
boleh
suk ke dalam fondasi. Untuk batang tulangaln de da' P at ilihat pada Gambar 10.9.b.
Ba-
kurang
. p njangkaran batang tu angan
200 mm. an tulangan pokok memanjang kolom
dan e . d
tang tulangan pasak dipasang berdampmgan eng
pada sudut-sudutnya.
Gambar 10.10. Denan penulangan 7ondasi empat persegi panjang
-------------------
362 BAB 10 STRUKTUR FONOASI
BAB 10 STRUKTUR FONOASI 363

rentang tersebut adalah:


2 3300

/3 +1
di mana {J adalah rasio sisi panjanQ terhadap sisi lebar. Kemudian sisa tulangan ke
arah lebar dipasang merata di daerah luar rentang tersebut di atas. Penataan tersebut daerah pembebanan
diperli- dlperhitungkan untuk
r penulangan dua arah
hatkan pada Gambar 10.10.

C onte h 10.4.
Rencanakan suatu tondasi beton bertulang untuk mendukung kolom beton bujur sang-
kar 500 mm berpengikat wlangan sengkang. Satu sisi fondasi dibatasi tidak dapat Jebih
besar dari 2,3 m. Beban mati kerja = 780 kN, beban hidup kerja = 780 kN, tekanan tanah
ijin =240 kPa pada kedalaman 1,65 m dari pennukaan tanah, f,'= 20 MPa, f y =300
MPa, (a)

tulangan baja memanjang kolom 025. 3300

P eny elesaian
Karena tebal fondasi telapak belum diketahui, untuk memperhitungkan berat fondasi dan
tanah di atasnya digunakan berat rata-rata 19,6 kN/m3 sedalam 1,65 m sejak dari muka
ta-
daerah pembebanan yang

D
nah sampai dasar fondasi. dlpemltunqkall untuk geser
Tekanan tanah yang timbul tepat di bawah fondasi akibat berat tersebut adalah: penu&angan satu aran

i ,65(i9,6) = 32,34 kPa


Oengan demikian, tekanan tanah ijin efektif untuk mendukung beban total, adalah:
240 - 32,34 = 207,7 kPa m
e
Oengan rnenggunakan nilai awal beban kerja, nj
A rt = 780+780_ 7 51 2 (b) a
pe u 207,7 ' m di
,
Gunakan ukuran telapak fondasi empat persegi panjang 2,3 m x 3,3 m, yang
memberikan Gambar 10.11. Ar:atisis geser fcndc.si
luas telapak 7,59 m2.
Selanjutnya, dihitung tekanan tanah terfaktor yang diakibatkan beban yang bekerja: Untuk arah kerja dua arah, lihat Gambar 10.11.a:
= Pu = 1,2(780) +1,6(780) = 288 kN I 2 B= lebar kolom + (112d)2 .
Pu A 7,59 m = 500 + 550 = 1050 mm
Tebal fondasi telapak biasanya ditentukan berdasarkan persyaratan kuat geser. Oalam ka Gaya geser total terfaktor yang bekerja pad ..
Vu = Pu (A -8.) a penampang krit1s adalah:
sus ini akan diambil langkah memperkirakan terlebih dahulu tebal fondasi, untuk kemudi-

an dilakukan pemeriksaan kuat gesemya. = 288(7,59 - 1,052) = 1868 kN


Apabila tebaJ fondasi ditentukan 650 mm, tebal selimut beton 75 mm, dan menggu- Kuat geser baton adalah:
nakan batang tulangan 025 mm untuk masing-masing arah, maka tinggi efektif adalah:
d = 650 - 75 - 25 = 550 mm
Ve=( 1+ /J )(2/TJ )bod
Nilai tersebut adalah rata-rata tinggi efektif, yang digunakan untuk perhitungan perenca-
Karena f3c = 500 mm/500 mm-- 1, maka kuat geser baton akan
naan pada dua arah kerja kantilever. Pertama-tama, pemeriksaan terhadap kuat geser:
-----------------
,,, I
,11

---
BAB 10 STRUKTUR FOHOASI 365

364 BAB 10 smutmJR FONOASI

3300

Ve =(1 +) (2./i7)bod =6(.Ji;i)bod


tetapi nilai tersebut tidak boleh lebih besar dari:
Ve ='(4.Ji;;)bod
sehingga kuat geser maksimum adalah:
Ve = (4:./fc') bod = 4(./2o)(105Q(4)(55 = 41323 kN
<Wn= rpVc= 0,60(41323) = 24794 kN
Maka.
A AI t l I AI AI AI 1A
I l
tI i iAl 1A A 1 A1 t t t
Untuk srah kerja satu arah, lihat Gambar 10.11.b: j

Potongan A-A
Oilakukan peninjauan hanya terhadap gaya geser melintang sisi pendek saja.
Penampang kritis terletak pada jarak yang sama dengan tinggi efektif fondasi telapak (a)
3300
terhadap sisi

I
muka kolom.
Gaya geser total terfaktor yang_bekerja pada penampang kritis adalah: 3300

Vu= Pu
=
288(2,3)(0,85) = 563 kN
Kuat geser baton adalah:

Ve =( iN )bwd = (J2o)(230 (550) = 943 kN


.8.
8
l
<Wn= <P Vc= 0,60(943) = 566 kN
I daerah pembebanan yang
Maka, Vu> 4' Vn
i A i1A A A A A A A A A A A A A 1A t
Oengan demikian, maka kuat geser fondasi agak kurang sedikit. Namun, karena nilai seli-
I dlperhitungkan untuk momen
'-- I 1 1 I 1 1 : I i 1 1 : ! ! I 1 1 1
sih sangat kecil, fondasi dapat dianggap memenuhi syarat. I I . I

Selanjutnya diperiksa anggapan yang digunakan pada langkah awal, mengenai berat fon- Potoogan B-a
L=
dasi berikut tanah di atasnya, gunakan berat tanah 15,7 kN/m3. 1400 (b)

23(0.65) + 15,7(1) = 30,65 kPa gai berikut: Mu = PuF(112F)(W)


Maka, anggapan awal tekanan tanah 32,34 kPa cukup aman dan tidak perlu direvisi. = 288(1,4)112(1,4)(2,3) = 649 kNm
Untuk analisis momen lentur dilakukan peninjauan terpisah untuk masing-masing arah de sedangkan momen rencana arah lebar adalah sebagai berikut:
ngan letak penampang kritis momen lentur pada bidang muka kolom. Dengan menggu Mu = pj=(112F)(L)
nakan tekanan tanah terf aktor dan anggapan bahwa fondasi bekerja sebagai balok kan = 288(0,90)112(0,90)(3,3) = 385 kNm
tilever lebar pada masing-masing arah kerja, momen rencana dapat dihitung.
Oengan mengacu pada Gambar 10.12.b, momen rencana arah memanjang adalah seba-
Gambar 10.12. Analisis momen !entur •:ndasi Dengan Daftar A-15, didapat pperlu < pminimum = 0,0047, maka digunakan . .
A perlu= pbd pm1mmum.
Perencanaan batang tulangan baja : 5

Untuk penulangan arah memanjang, di _mana Mu= 649 kNm: = 0,0047(2300)(550) = 5946 mm2

::;
jGa unaf kand 13.dbatan.g tulangan baja 025 (A s = 6382 mm 2) • d.ipasang dengan arah meman-
k pertu = = 649(1O)s
w:
------------------
4' bd2 0,8 (230 1,1660 MPa s i ;a
q ( q2bak;i;
:
2
rta dipasang pada lapis terba-
55

gr:::::f
--
BAB 10 STRUKTUR FONDASI 36 7

366 BAB 10 STRUKTUR FONDASI

.
Untuk
angan ke arah
lebar, · M 385 Gunakan 15 batang tulangan baja 025 dipasang di dalam rentang 2,3 m dan penataan se
kNm·
penul d1 6u=_ • lebihnya dapat dilihat pada Gambar 10.13. Apabila faktor modifikasi diabaikan, panjang
mana
-= 385(10) = 0, 4821
penyaluran yang diperlukan untuk batang tulangan baja 025 adalah 659 mm. Sedangkan
MPa panjang penyaluran yang tersedia melebihinya (pada arah lebar), yaitu 825 mm.
2
k pertu- f bd2 0,8(330q(S50)
Oengan -0,0047 A .. 5 d"d t per1u < pminimum = Karena bidang permukaan penumpu di semua sisi lebih besar daripada bidang pennuka
Daftar - , apa P
menggunakan • 1

;A,]
sehingga yang digunakan p minimum: an tertumpu, kuat tumpuan fondasi dihitung sebagai berikut:
As perlu = pbd

If
kuattumpuan rencana= •(0,85 f

: l[3i =r0·,2559 = 5.51


2
·= 0,0047(3300)(550) = 8531 mm .
I b . 025 (A - 8836
fondas1 dipasang ke arah lebar
mm2),

tetapi tidak dissbar merata di sepanJ9


Gunakan i8 batang tu angan a1a . _s -: .
51 1
serta di asang pada lapis ke-
:pat persgi panjang, sebagian
dua di atas penulangan arah meman1ang. n u . an
dari batang tulangan baja ke arah lebar dipasang pada suatu rentng d1 tengah yang p
·an n a sama dengan !ebar fondasi,tepat di bawah kolom yang dtdukungnya. .
JBai:n tulangan ke arah lebar yang ditempatkan di dalam rentang tersebut
adalah.
2
f3 +1
g
f3 - 1sisi
_ _si_s.i..p:_a_n.j:.a.._n
·= 3,3 = ,43 di mana ,
lebar 2,3
=-2-=0,823= 82,3 %
f3 +1 1,43+1 . - Gambar 10.13. Sketsa rencana Conteh rn.4
82 301c dari 18 batang tulangan baja 025 dipasang dt dalam rentang 2,3 m
sedang Maka,
0
• d · t tersebut
kan sisanya dipasang merata di bagian luar an ran ang .
(0,823)(18) = 14,8 batang
A1
Akan tetapi, untuk berbagai hal, nilai v(A.:_/A 1) tidak boleh lebih dari 2,
sehingga: kuat tumpuan fondasi = ?(0,85fc'A 1)(2)
= 0,70(0,85)(20)(500)2(2,0) = 5950 kN
Kuat tumpuan kolom dihitung sebagai berikut:
(0,85)fc'A 1= 0,70(0,85)(20)(500)2= 2975 kN
Sedangkan beban tumpuan rencana aktual, adalah:
Pu= 1,2(780) + 1,6(780)
= 2184 kN
Karena 2184 < 2975 < 5950, dapat disimpulkan bahwa beban dari kolom dapat
dilim- pahkan keseluruhannya kepada baton saja.
Untuk kesempumaan pelimpahan beban tersebut, gunakan 4 batang
tulangan baja sebagai pasak ( dowe. dan dipasang sesuai dengan letak
tulangan pokok kolom (satu
untuk setiap sudut kolom). Penentuan panjang penyaluran yang diperlukan untuk
batang tulangan pasak batang 025 dilakukan seperti pada pembahasan Conteh 12.3.
Untuk fondasi yang mendukung beban eksentris atau kolom yang didukung
me limpahkan beban momen, perancangannya merupakan bentuk pengembangan
dari apa yang telah dibahas terdahulu. Oistribusi tekanan tanah yang terjadi tidak lagi
merata melin tang arah lebar fondasi, akan tetapi dianggap cenderung membentuk
variasi sebanding (linear). Untuk menjamin terjadinya persentuhan permukaan positif
antara telapak fondasi dengan tanah, atau agar tidak timbul fekanan tanah negatif,
resultante gaya harus terletak dalam daerah sepertiga tengah ( kern) telapak fondasi.
Oengan diketahuinya pola distribusi tekanan tanah, fondasi dapat
direncanakan untuk mampu menahan semua momen dan gaya geser yang
bekerja seperti halnya fon dasi yang mendukung beban konsentris.
BAB 10 STRUKTUR FONOASI 36g
3 6 8 : BAB 10 STRUKTUR
FONOASI

7480

10.6 . FONDASI GABUNGAN 600 5000

Termasuk dalam·kelompok ini adalah fondasi yang bertugas mendukung lebih dari
satu kolom atau dinding. Fondasi gabungan setempat yang mendukung dua kolom
kolom A
relatif se- ring dijumpai, dan merupakan contoh yang baik untuk dibahas pada Bablni. 500x500
Ada dua kondisi yang menjadikan alasan digunakannya fondasi jenis ini, ialah:
1) kolom tepi bangi.man yang letaknya langsung bersebelahan dengan batas tanah pe
milikan orang lain, sedemikian rupa sehingga tidak mungkin untuk membuat fondasi
kolom setempat (terpisah), dan
2) dua buah kolom berjarak sedemikian dekatnya sehingga memakai fondasi setempat
menghasilkan struktur yang tidak ekonomis, atau bahkan terjadi tumpang tindih.
Pada situasi demikian, biasanya dipilih fondasi gabungan dengan telapaknya berbentuk
empat persegi panjang atau trapesium. Pemilihan bentuk telapak fondasi berdasar pada
variasi perbedaan besar beban pada dua kolom yang ditopang, di samping juga pemba tttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt
tasan fisik (dimensi panjang dan lebar) yang dihadapi. Apabila fondasi tidak mungkin un
Gambar 10.14. Sketsa CDntoh 10.5
tuk dibuat empat persegi panjang, maka bentuk trapesium yang akan dipilih.
Oimensi fisik (kecualitebal) fondasi gabungan umumnya ditentukan berdasar pada Luas dasar fondasi yang diperlukan adalah:
tekanan tanah ijin, di samping juga keadaan ideal yang ingin dicapai, yaitu berimpitnya R 3500
titik berat luasan telapak fondasi dengan garis kerja resultante gaya dari beban kedua 257 = 257 =13,62 m 2
kolom atau dinding. Penentuan dimensi tersebut biasanya menggunakan beban kerja Dengan panjang L =7,48 m maka lebar fondasi adalah:
dalam pa- 13.62
sangannya dengan tekanan tanah ijin. 7• 48 =1,82 m
Tekanan tanah merata yang timbul akibat beban adalah:
Contoh 10.5. 3500
Tentukan bentuk dan ukuran fondasi gabungan yang mendukung beban dari dua kolom
, ( , ) +23= 280 kN /m2
seperti diperlihatkan pada Gambar 10.14. Data perencanaan: beban kerja yang bekerja 182 7 48
dari kolom A adalah 1300 kN, dari kolom B adalah 2200 kN, tekanan tanah ijin 280 kN/m2.
C ontoh 10.6.
P ehy elesaian Dengan mengunkan data perencanaan dari Contoh 10.5, tentukan ukuran fondasi
Menentukan letak resultants beban kolom dengan menggunakan keseimbangan momen gabungan apabtla ada pembatasan bahwa panjangnya tidak dapat lebih dari 6,6 m.
terhadap titik z: I

L Mz= 1300(0,6) + 2200(5,6) = 3500(x) P enyelesaian I


x= 3,74 m (diukur dari z) perti yang telah dihitung pada Conteh 10.5, letak resultants beban kolom 3 74 m d ·
ti11k z. , an
Dengan bentuk telapak empat persegi panjang, tentukan panjang L sedemikian rupa se
hingga pusat berat luasan telapak berimpit dengan garis kerja resultante gaya beban R. 2

L yang dibutuhkan = 3,74(2) = 7,48 ::u =e :iaa2:; n : ( 23 kN/m , dan tekanan tanah ijin untuk
5 1 2
m
Tebal fondasi ditetapkan 1,0 m, maka berat setiap luasan =
23(1) =
23 kN/m3, dan Luas dasar fondasi yang dibutuhkan, ·
dengan demikian tekanan tanah ijin yang tersedia untuk menahan beban =
280 - 23 = 3500
--= 13,62 m 2
257 kN/m2 257
(mngabaikan tanah yang berada di atas fondasi).
r
I
37 Q BAcs 10 STRUKTUR FONDASI BAB 10 STRUKTUR FONDASI 37 1

garis kerja resultante yang tidak berimpit dengan pusat berat luasan dasar fondasi. Se
dangkan penentuan tebal fondasi dengan penulangannya didasarkan pada beban dan
tekanan tanah terfaktor, berarti menggunakan pendekatan metode kekuatan.
Pada Gambar 10.15 tampak bahwa letak kedudukan kolom relatif dekat dengan
ujung fondasi. Dengan menganggap kolom-kolom sebagai penopang dan fondasi akan
menerirna beban merata ke atas yang berasal dari tekanan tanah, maka pada

I : londasl
araJ1meman jang fondasi akan timbul momen yang mengakibatkan timbulnya tarikan di
bagian afas fon dasi. Untuk itu, tulangan pokok memanjang ditempatkan di bagian atas
\ dan disebar mera
I ; J_ ta ke arah melintang lebar fondasi. Pada arah lebar fondasi akan timbul pula momen yang
1600 ,\< 5000 -( 1000 ,y lebih kecil yang mengakibatkan desakan di bagian atas. Untuk menyebar dengan baik be
ban kolom ke arah lebar,maka di bawah setiap kolom pada bagian bawah fondasi
Gambar 10.15. Sketsa Conteh 1o.e dipasang penulangan ke arah lebar seperti yang dilakukan pada fondasi kolom
setempat. Dengan demikian tampak bahwa pada arah memanjang, struktur fondasi
Dengan menggunakan bentuk trapesium, maka luas trapesium A adalah: A= ( b + b 1)112L gabungan berlaku seba gai balok persegi lebar, sehingga perancangannya
dengan demikian, menggunakan ketentuan-ketentuan untuk mekanisme lentur.
2 A 2(13,62) Oengan demikian ringkasan prosedur perencanaan adalah sebagai berikut:
b+ b1 =T = 6,60 4,13 m
1) Oengan menganggap bahwa fondasi berlaku sebagai balok memanjang, tulangan po
Pusat berat luasan trapesium berimpit dengan resultante gaya beban dari kolom, dan le kok memanjang ditempatkan di bagian atas fondasi dan dipasang merata ke arah
taknya berjarak cdari titik z, dapat ditulis sebagai berikut: lebar.
2) Harus dilakukan pemeriksaan gaya geser, baik untuk geser satu arah pada tempat
c - L (2b +bi) = 3 74 m
- 3 (b +b1) ' yang berjarak sama dengan tinggi efektif fondasi d dari sisi muka kolom, maupun
geser dua arah (geser pons) pada keliling yang berjarak setengah tinggi efektif
Dengan demikian telah dimiliki dua persamaan yang mengandung b dan b ,. dengan me
fondasi 1,12d dari sisi muka kolom.
masukkan nilai L = 6,6 m dan ( b + b1) = 4, 13 m, maka: 3) Dalam rangka mempertahankan ketebalan fondasi yang ekonomis, dan dengan meng
6, 60(b +4,13) anggap bahwa gaya geser terjadi merata melintang ke arah lebar, seringkali diperlukan
3,74
3(4,13) ikatan sengkang atau pembengkokan batang tulangan baja, untuk menahan geser.
sehingga didapat: 4) Penulangan melintang ke arah lebar biasanya dipasang merata di bagian bawah fonda
si dalam rentang yang lebamya tidak boleh lebih besar dari lebar kolom ditambah dua
kali tinggi efektif fondasi. Perencanaan ke arah melintang lebar dilakukan sebagaimana
3, 74(3)(4 , yang diterapkan pada fondasi telapak kolom setempat dengan menganggap panjang
2,89 m
13)
nya sama dangan rentang yang tela disebutkan di atas.
b = 6,60- 4,13
bt= 4, 13 - 2,89 = 1,24 m 5) Pada bagian bawah fondasi juga dipasang penulangan memanjang dalam rangka upa
gunakan b = , 2 90 m dan b -- •1 25 m
, •
1
maka luas dasar fondasi ada! ya mendapatkan posisi teguh dan ikatan yang baik bagi sengkang maupun penulang
ah:
A aktual = 6,6(112)(1,25 + 2,90) = 13,695 m2• • • . an ke arah lebar. Meskipun mungkin kebutuhan tulangan baja di sekitar kolom hanya
Nilai yang didapat berselisih sedikit dengan perkiraan semula, sehingga tak prlu.d1rev1s1. .Kanyataannya pasangan beban kolom-kolom boleh dikatakan hamp1r selalu membenkan
Dalam rangka mengupayakan penyederhanaan perencanaan ond.at,
d1gunakan pendekatan berdasarkan perilakunya, seperti yang akan diuraikan benkut
m1. Perecan an struktur fondasi gabungan yang berbentuk empat persegi panjang
aau tras1um d1- dasarkan pada anggapan bahwa tekanan tanah merata dibawah
fodas1, mesk1pun p.ada
sodikit, tetapi harus dilakukan pemeriksaan efek kantilever di tempat tersebut.

I
372 BAB 10 STRUKTUR
FONDASI BAB 10 STRUKTUR FONDASI 37 3

1o.7 FONDASI TERIKAT GABUNGAN


kanan tanah R1 • Dengan demikian, di tempat hubungan balok pengikat dengan kolom
Jenis lain fondasi gabungan biasanya disebut sebagai fondasi kantilever atau fondasi in terior tidak terjadi momen akibat eksentrisitas gaya. Untuk mempertahankan agar
ter ikat gabungan. Janis fondasi tersabut dipilih apabila jarak batas pemilikan tanah balok pengikat tetap dalam keadaan seimbang, diperlukan gaya geser vertikaJ V.
begitu dekat sedemikian rupa sehingga m"enghalangi atau membatasi penggur.aan jenis Dengan nilai Pe diketahui dan menggunakan prinsip keseimbangan statika, R9 dan V
fondasi yang lain. Sebagai contoh, untuk menggunakan fondasi telapak kolom setempat dapat dihitung.
temyata ruang yang tersedia tidak mencukupi, sedangkan kolom lain yang terdekat Keseimbangan momen terhadap garis kerja Re adalah sebagai berikut:
masih terlalu jauh dan tidak ekonomis untuk digabungkan guna membentuk fondasi PeB = V ( L- e)
gabungan empat persegi ataupun trapesium. Dengan demikian fondasi terikat adalah V = Pe e
dua fondasi kolom (L -e)
setempat yang diikat dengan balok pengikat. Keseimbangan gaya-gaya vertikal adalah sebagai berikut:
Pada Gambar 10.16 tampak bahwa deretan fondasi di tepi bangunan terpaksa Re= Pe+ V
dibu at eksentris di bawah dinding tepi sehingga tidak melanggar garis batas pemilikan P,, e
tanah bangunan. Keadaan tersebut akan mengakibatkan timbulnya tekanan tanah di R,, = P. + (L - e)
bawah fon dasi dengan distribusi yang tidak merata, yang dapat mengakibatkan Harap diperhatikan bahwa arah kerja Vke bawah pada balok pengikat, yang berarti bahwa
terjadinya puntiran
V merupakan gaya angkat ke atas terhadap fondasi interior.
dan rotasi fondasi, yang pada gilirannya dapat menyebabkan terjadinya penggulingan.
M = - V
Untuk mengimbangi gerakan rotasi tersebut, fondasi bagian tepi (eksterior) dihubungkan
R; = P; - Pe e )
melalui balok pengikat yang cukup kaku dengan fondasi bagian dalam (interior} yang ter ( L-e
dekat letaknya sedemikian rupa sehingga struktur fondasi secara keseluruhan lebih stabil
dan tekanan tanah yang terjadi di bawah fondasi Uraian di afas dapat diringkas bahwa menjadi lebih besar dari berselisih sebesar V,
merata. R8 P8
Balok pengikat, sebagai batang lentur akan menahan baik momen lentur maupun sementara itu R; menjadi lebih kecil dari P1 dengan nilai selisih yang sama. Luas dasar
geser yang diakibatkan oleh gaya-gaya P8 dan Re yang bekerja pada kolom eksterior. fon dasi yang diperlukan ditentukan dengan berdasarkan pada nilai reaksi beban kerja
Seperti yang terlihat pada Gambar 10.16, arah momen yang terjadi berlawanan dengan Redan R1 dibagi oleh tekanan tanah ijin netto (setelah dikurangi berat sendiri fondasi).
arah jarum jam, dan karena R,,> Pe. maka gaya geser adalah positif. Pada kolom bagian da Untuk mendapatkan nilai luas tersebut dilakukan dengan cara memasukkan nilai e coba-
lam (interior), tidak terjadi eksentrisitas antara beban kolom Pi dengan resultants gaya te-
coba, sehingga didapatkan nilai e coba-coba mencapai sama dangan nilai e aktual.
'I Perencanaan struktur fondasi bagian interior dilakukan dengan merancang fondasi
setempat dengan beban R;., sedangkan fondasi eksterior pada umumnya dipertimbang
kan sebagai suatu struktur dengan momen lentur melintang satu arah, sama seperti pada
fondasi dinding. Tulangan memanjangnya adalah perpanjangan dari tulangan balok peng
ikat yang dimasukkan ke fondasi. Penentuan tebal fondasi dan penulangannya didasar
kan pada beban terfaktor sesuai dengan perencanaan metode kekuatan. Balok pengikat
dapat dibertakukan sebagai batang l,entur, dan dianggap tidak bersinggungan ataupun
tertumpu pada tanah di bawahnya. Dapat pula digunakan anggapan penyederhanaan
yang lain, yaitu memperhitungkan bahwa berat balok disangga oleh tanah di bawahnya
dan direncanakan sebagai balok empat persegi panjang yang menyangga beban terfaktor
dengan gaya geser konstan serta momen lentur negatif yang bervariasi linear.

Garnbar 10.16. Fondasi kantilever


I
BAB 10 STRUKTUR FONDASI 37 5
37 4 BAB 10 STRUKTUR
FONDASI

SOAL-SOA1-
Conteh 10.7. ·
Tentukan ukuran fondasi gabungan eksterior dan interior dari suatu banun 10-1. Rencanakan suatu fondasi baton tak bertulang untuk dinding baton bertulang
dengan situasi seperti tampak pada Gambar 10.17. Data perencanaan: beban kel]a tebaJ 300 mm. Beban kerja terdiri dari beban mati 33,5 kN/m' (termasuk berat
dan kolom A ke fondasi 670 kN, dari kolom B ke.fondasi 1100 kN, tekanan tanah ijin sendiri dinding) dan beban hidup 33,5 kN/m'. Gunakan fc' = 20 MPa, tekanan
192 kN/m2. tanah ijin 192 kPa, berat tanah W9 =15,7 kN/m3, kedalaman dasar fondasi 1,20 m
di bawah perrnukaan tanah.
P eny elesaian
Anggap bahwa e = 0,75 m dan tentukan tebal fondasi 0,60 m sehingga, 10-2. Rencanakan ulang fondasi dinding pada Soal 10-1. apabila beban kerja terdiri dari
berat = 0,6(23) = 13,8 kN/m2. beban mati 115 kN/m' dan beban hidup 115 kN/m'.
2
Tekanan tanah ijin untuk rnenahan beban = 192 -13,8 = 178,2 kN/rn •
Menentukan gaya geser V pada balok pengikat, 10-3. Rencanakan fondasi dinding pada Soal 10-1. sebagai fondasi baton bertulang
670(0,75) dengan beban kerja terdiri dari beban mati 88 kN/m' (termasuk berat dinding) dan
V = Pe e 95,7 . kN
(L -e) 5,25 beban hidup 220 kN/m'. Gunakan fy = 300 MPa.
Reaksi-reaksi pada fondasi:
Re= P8 +V = 670 + 95,7 = 765,7 kN 10-4. Rencanakan suatu fondasi telapak setempat berbentuk bujur sangkar mendu
Ai = Pi-V = 1100 - 95,7 = 1004,3 kN kung kolom baton bertulang bujur sangkar 500 mm berpengikat sengkang. Be
Tetapkan ukuran fondasi 2,1 m x 2,1 m ( A = 4,41 m2). Oengan mnacu pada han kerja terdiri dari beban rnati 890 kN dan beban hidup 1550 kN, fc' = 20
Gmbar MPa,
fy = 400 MPa, tekanan tanah ijin165 kPa, w8 = 15,7 kN/m3. Kolom terdiri dari baton
10.17, tampak bahwa nilai anggapan awal e temyata sama dengan rnla1 e aktual dengan fc' = 35 MPa, dan diberi penulangan 8 batang tulangan baja 025 dengan
sehingga tidak diperlukan revisi parhitungan.
fy = 400 MPa. Kedalaman dasar fondasi 1,2 m dari permukaan tanah.
Luas dasar fondasi bagian dalam adalah:
1004,3 5 64 m 2

----
178,2 ' 10-5. Rencanakan suatu fondasi telapak setempat berbentuk bujur sangkar men
2 dukung kolom baton bertulang bujur sangkar 400 mm berpengikat sengkang.
Tetapkan ukuran fondasi bagian dalam 2,4 m x 2,4 m (A = 5,76 m

--
).
Beban kerja terdiri dari beban mati 890 kN dan beban hidup 700 kN, tekanan
I
kolom
I balok lkat
B

kolom A I
- -- - - -- - - --
- - - - - - I

! I
tanah ijin 240 kPa, w9 = 15,7 kN/m3. KedaJaman dasar fondasi 1,20 m di bawah
permukaan tanah. Untuk kolom maupun fondasi: fc' = 30 MPa dan fy = 300 MPa,
dan kolom ditulangi dengan 8 batang tulangan baja 022.

,, ,.,
6000 ,, i0-6. Rencanakan pelimpahan beban dari suatu kolom baton bertulang bujur sangkar
350 mm berpengikat sengkarig kepada suatu fondasi bujur sangkar 4,0 m. Pu =
2800 kN, mutu baton fondasi fc' = 20 MPa, kolom fc' = 35 MPa, semua baja fy =
400 MPa. Kolom ditulangi dengan 8 batang tulangan baja 025.

10-7. Rencanakan ulang fondasi pada Seal 10-5 dangan dibatasi ukuran lebar fondasi
tidak boleh lebih dari 2, 10 m.

Gambar 10.11. Sketsa Conteh 10.7

/
376 BAB 10 STRUKTUR FONDASI

1o-8. Rencanakan fondasi untuk dua kolom A dan B yang berjarak p.k.p. D = 4,75 m
seperti tampak dalam gambar.Beban kerjai kolom A 440 kN dan beban dari kolom
B 660 kN. Tekanan tanah ijin 190 kPa. Tentukan jenis, denah, dan ukuran

•.
fondasi,
dengan mengabaikan penulangannya.

10-9. Sama separti Soal 10-8 kecuali beban kerja dari kolom A 3100 kN. dari kolom B ..
= 4,25 m.

.
4000 kN, dan D

10-10. Untuk denah kolom seperti tergambar, ada pembatasan Wtidak boleh lebih dari
4,80 m, dan D = 4,80 m. Tentukan ukuran fondasi yang tepat dengan denahnya
apabila beban kerja dari kolom A 3100 kN dan dari kolom B 3500 kN, tekanan
tanah ijin 192 kN/m2, abaikan penulangannya.

10-11. Untuk denah kolom seperti tergambar, 0 = 7,40 m. Fondasi untuk kolom bujur
sangkar A (bujur sangkar 500 mm) diletakkan sedemikian rupa sehingga sebelah
kiri rata-muka. Beban kerja dari kolom A 890 kN dan dari kolom 8 1300 kN.
Tekanan tanah ijin 216 kN/m2, tebal fondasi 0,75 m. Tentukan jenis, denah, dan
ukuran yang tepat untuk fondasi tersebut.

_:
0 ,, ----------------,
I


.
\
I

kolomA
kolomB W\
i

.
Gambar untuk Saal 10.8 sampai dengan Saal 10.11
k nakan untuk mendukung baban luar sesuai dengan yang diinginkan. Tujuan mem

11
o berikan tegangan awal atau prategangan, adalah untuk menimbulkan tegangan awal te
m kan baton pada lokasi di mana nantinya akan timbul tegangan tarik pada waktu komponen
p mendukung beban sedamikian rupa sehingga diharapkan sewaktu beban seluruhnya be
o kerja tegangan tarik total berkurang atau bahkan lenyap sama sekali. Dalam pemakaian
n se hari-hari, konsep struktur prategangan sudah dikenal dan digunakan sejak lama.
e Sebagai contoh, dalam pembuatan roda kayu untuk cikar atau kereta dengan cara
n memasang plat baja yang dipanaskan pada sakeliling roda, yang kamudian sagera diikat
dengan penge asan. Saperti diketahui, plat baja bila dipanaskan akan memuai
s bertambah panjang dan menyusut kembali dalam keadaan dingin. Apabila panjang
DASA R-DASA R BETON PRATEGA NGA N e tertentu pada keadaan panas tersabut dipertahankan dan dimatikan, maka pada proses
b menjadi dingin atau temparatur normal di sepanjang plat baja mengelilingi roda timbul
e tegangan tarik awal. Tegangan tarik plat baja mangakibatkan tekanan pada keseiuruhan
l sistem roda termasuk ruji-rujinya, sademikian rupa sehingga terbentuk kakokohan dan
u stabilitas roda sewaktu menopang baban. Demikian pula yang dilakukan pada
m pembuatan tong kayu, dengan cara melilitkan plat-plat pengikat baja yang dipanaskan
dan di01atikan mambentuk gelang lingkaran me ngelilingi susunan bilah-bilah kayu
d berjajar membentuk ruang (tong). Tegangan tarik pada plat baja pengikat menimbulkan
11 .1 P ENDA HULUA N
i gaya tekan awal sehingga bilah-bilah kayu sa!ing mene kan pada sisi-sisinya, dan sistam
g tong secara kaseluruhan kencang dan tidak bocor. Pada kadua contoh r;istom struktur
Struktur baton pratagangan atau pratekan didefinisikan sebagai suatu sistem
u tarsebut di atas, tegangan tarik pada plat baja merupaka'1
struktur ba ton khusus dengan cara memberikan tegangan awal tartentu pada
378 BAB 11 OASAR-OASAR BHGn Plik t:GANGAN
BAS 11 OASAR-OASAR BETON PRATEGANGAN 379

gaya prtegangan yang sengaja ditimbulkan pada tahap awal sedemikian rupa
sehingga selanjutnya sistem struktur cukup mempunyai kekokohan serta stabilitas gian utama hitungan anafisis dan perencanaan menggunakan beban kerja, tegangan ijin,
paa aktu me nopang beban. Disadari atau tidak. kita juga sering menggunakan dan anggapan-anggapan dasar seperti yang digariskan dalam SK SNI T-15-1991-03
contoh lain 1alah pada penyambungan komponen struktur dengan sistem baut. pasal
Pengencangan baut dengan 3. 11.2 sampai dengan pasal 3.11.5. Di samping itu juga harus memenuhi syarat kekuatan
menggunakan mur pada hakekatnya adalah usaha untuk menimbulkan gaya pratarik di yang ditentukan, sehingga pada beberapa tempat juga dilakukan analisis dengan meng
da tam baut sedemikian rupa sehingga keseluruhan sistem sambungan struktur menjadi gunakan beban terfaktor dan faktor reduksi kekuatan yang sesuai.
da lam keadaan tertekan. Cara yang biasa dilakukan untuk penerapan gaya prategang pada kornponen
Separti dikatahui bahan beton tidak kuat untuk menahan tegangan tarik, sehingga struk tur baton adalah. dengan menggunakan tendon baja. Terdapat dua macam cara
selalu diusahakan untuk menghindari timbulnya tegangan tarik dalam baton. Berkurang pelaksa- - naan pemberian prategangan, yaitu pra-penarikan (pretensioning) dan
atau lenyapnya tagangan tarik di dalam baton mengurangi masalah retak atau bahkan penarikan puma (post-tensioning) atau pasca-tarik. Cara pra-penarikan ( pretensioning)
ter capainya kaadaan bebas-retak pada tingkat beban kerja. Usaha menghilangkan didefinisikan seba gai cara memberikan prategangari pada beton di mana tendon ditarik
retak-re tak pada baton lebih lanjut bararti mencegah berlangsungnya proses korosi untuk ditegangkan sebelum dilakukan pengecoran adukan baton ke dalam acuan yang
(pengaratan) tulangan baja melalui proses oksidasi. Tercapainya hal tersebut merupakan telah disiapkan. Pe laksanaan cara ini, yang umumnya dilakukan di suatu tempat
salah satu ke lebihan baton prategangan dibandingkan dengan baton bertulang biasa, khusus di fapangan pen cetakan ( casting yard), pada dasamya terdiri dari lima langkah:
khususnya apa bila struktur digunakan di tempat terbuka terhadap cuaca atau lingkungan 1. Pertama-tama tendon dipasang memanjang di antara dua jangkar di tempat
korosif. Penam pang balok ·dalam keadaan teriekan mampu mencegah timbulnya pengecor an mengikuti pola tertentu sesuai dengan perhitungan perancanaan
tegangan tarik diagonal di badan balok sehingga mengurangi kecanderungan seperti tampak pada Gambar 11.1.a. Tendon tersebut kemudian ditarik hingga
terjadinya retak-retak miring. Di samping bahwa komponen struktur yang bebas retak mencapai nilai tegang
mamiliki kekakuan lebih besar di bawah beban-beban kerja karena seluruh an tarik f5 ; yang tidak lebih dari 85% kuat tariknya ( fpu), dan tidak lebih dari 94% kuat
penampangnya bekerja efektif. Selain itu, de ngan sengaja memasang tendon lu luh fpy (SK SNIT-15-1991-03 pasal 3.11.5. ayat 1). Kemudian tendon dalam
melengkung mengikuti koordinat yang diinginkan akan menimbulkan komponen gaya keadaan tertarik tersebut dijangkar kuat-kuat pada kedua ujungnya sedemikian rupa
vertikal yang sangat membantu untuk memikul geser. Ke tahanan terhadap geser yang sehingga
lebih baik dan efektivitas penampang tersebut memberikan dimensi penampang gaya tarik tetap tertahan padanya.
komponen struktur prategangan menjadi lebih ramping, yang selan jutnya memberikan 2. Apabila acuan baton belum dipasang di tempatnya, segera dipasang mengitari
keuntungan berkurangnya beban mati. tendon sesuai dengan bentuk komponen yang direncanakan.
Akan tetapi di samping kelebihan dan keuntungan tersebut, harus dipertimbang 3. Kemudian dilakukan pengecoran adukan baton ke dalam acuan berisi tendon dalam
kan pula bahwa penggunaan bahan-bahan yang lebih kuat mengakibatkan naiknya keadaan tertarik, dan dilanjutkan dengan pekerjaan perawatan pengerasan beton.
harga satuan pelaksanaan pembangunan, karena perlengkapan dan peralatan yang Da lam pelaksanaannya harus disertai upaya pengendalian keamanan dan kualitas
mahal se perti tendon baja, angker ujung, plat landas penahan, acuan yang peker jaan mengingat resiko bahaya kecelakaan yang dihadapi. Termasuk
berkakuatan ekstra. alat pendongkrak, dan sabagainya. Pelaksanaan struktur baton pelaksanaan pera watan pengerasan baton yang harus dijaga berjalan sebaik
prategangan menuntut ketelitian kerja yang lebih tinggi karena resiko keamanan yang mungkin, sedemikian rupa sehingga didapat hasil akhir berupa baton mutu tinggi
dihadapi, pangawasan kua litas yang lebih ketat, dan khusus untuk pelaksanaan yang melekat dengan baik pada tendon yang sudah ditegangkan (ditarik), lihat
komponen pracetak memerlukan penanaman investasi awal yang lebih besar di Gambar 11.1.b.
lapangan. 4. Apabila beton telah mencapai kekeraan dan kekuatan fc/ tertentu, umumnya ditetap
kan sekitar 27,S MPa sampai 30 MPa, yang memerlukan waktu 24 jam atau kurang,
ten don dipotong di tempat penjangkarannya. Karena tendon tertekat kuat dengan
baton,
seketika setelah dipotong atau dilepas pada jangkamya akan terjadi pelimpahan gaya
11. 2 KONSEP DASAR DA pratagangan tinggi kepada baton. Oengan demikian, gaya tarik tinggi To yang se
N T0
P ENDEKATA N PER ENCANAAN Karena hampir semua kelebihan baton prategangan adalah pada tlngkat heban kerja dan
besar gaya prategang umumnya ditentukan oleh tegangan ljln di dnlnrn beton. maka ba-
mula ditahan tendon beralih dan berubah menjadi gaya desak terhadap apabila letak tendon sentris terhadap penampang, atau melengkung akibat desakan
keseluruhan penampang efektif (transformasi) baton. Seperti tampak pada apabila tidak sentris. Tegang an-tegangan yang timbul sesaat setelah tendon
Gambar 111.c, gaya prategang mengakibatkan baton cenderung memandak dipotong dari jangkamya disebut se-
BAB 11 OASAR-DASAR BETON PRATEGANGAN 38 1
38Q BAB 11 OASAR-OASAR BETON PRATEGANGAN

bagai tegangan pada saat transfer (pelimpahan) tegangan. Dengan diputusnya ten don
dan bertangsung pelimpahan tegangan, beban mati (berat sendiri) diperhiturig kan bekerja
legangan k.abel f sI
serentak bersamaan dengan gaya prategangan. Keadaan tersebut digam barkan seperti
tampak pada Gambar 11.1.d, yang merupakan keadaan tegangan pa ling kritis yang timbul
sesaat setelah ber1angsung pelimpahan, tetapi sebelum terjadi kehilangan gaya
Tendon ditarik di antara dua jangkar (a) prategangan. Kehilangan gaya prategangan merupakan fenomena khusus yang akan
dibahas lebih lanjut pada Bab 11.4. Untuk keadaan yang bersifat se - mentara ini, SK SNI T-
r------------T.0t;;.. 5
= ,As 1 15-1991-03 pasal 3.11.4 ayat 1 memberikan harga-harga batas tegangan tarik di bagian
tepi atas balok tidak mef ampaui 114../ fc/ (sekitar 40% kuat tarik), dan tegangan tekan di

#i:;M;
1

bagian tepi bawah tidak lebih dari 0,60fc/· Apabila tegangan ta rik terhitung melampaui nilai
tersebut, harus dipasang tufangan tambahan (nonprate
total dalam baton yang
gang atau prategang) di daerah tarik untuk memikul gaya tarik
dihitung berdasarkan asumsi penampang utuh.
Acuan dipasang dan adukan beton dicer ke dalamnya
(b} 5. Setelah cukup kuat dan sesuai persyaratan, komponen prategang dapat dilepas dan
diangkat dari cetakannya untuk dipindahkan ke lapangan penyimpanan sehingga tem pat
pencetakan dapat dipakai untuk proses prategangan komponen berikutnya.

Komponen baton prategang cara pra-penarikan biasanya dibuat di lahan pencetak an


atau casting yard, suatu tempat di luar lapangan pembangunan, bukan di ternpat kom- ponen
Tendon dipotong dan gaya desak diiimpahkan kepada beton (c) tersebut direncanakan. Komponen diangkut ke lapangan pembangunan dalam keadaan
sudah siap tinggal dipasang pada tempatnya. Apabila keadaan memungkinkan baik secara
fisik maupun ekonomi, lahan pencetakan disiapkan menjadi satu di dekat la pangan
pembangunan sehingga mengurangi biaya transportasi dan dimungkinkannya mencetak
komponen yang lebih besar ukurannya tanpa disertai masalah transportasi.
Setelah seluruh proses hifangnya gaya prategangan berlangsung (Gambar 11.1.e), pada
" 0,60/ci (tei<an)
tahap pelayanan beban kerja tersusun suatu kombinasi beban mati, beban hidup, dan gaya
prategangan. SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.11.4 ayat 2 memberikan batasan te gangan tarik
Kombinasi baton rnati dan prategangan (d) pada bagian tepi bawah balok tidak boleh lebih dari 112./ fc'· sedangkan te gangan tekan pada
bagian tepi atas tidak meiebihi 0,45fc'· Nilai tegangan tarik ijin tersebut diambil hanya sedikit di
bawah nilai modulus runtuh baton normal f,= 0,7.../ fc'· karena ke mungkinan bahaya retak atau
tekuk secara tiba-tiba di daerah tersebut hanya kecil karena umumnya posisi tendon berada di
dekat serat sisi terbawah. Pembatasan tegangan tarik ijin tersebut sudah termasuk
memperhitungkan penyediaan tebal selimut (pelindung ba ton) sesuai dengan SK SNI T-15-
1991-03 pasal 3.16.7 ayat 3.1, di mana untuk kondisi ko rosif tebalnya ditambah di atas syarat
minimum. Selanjutnya, nilai-nilai tegangan ijin baton
Kombinasi t-eoan mati, prategangan, beban hidup, seteiah kehiiangan gaya prategangan (e)
yang tercantum dalam pasal 3.11.4 ayat 1 dan ayat 2 boleh dilampaui apabila dapat dibukti kan
dengan pengujian atau analisis bahwa kemampuan struktumya tidak berkurang.
Penarikan puma (post-tensioning) didefinisikan sebagai cara memberikan prate
Gambar 11.1. Komponen Struktur pra-penarikan
gangan pada baton, di mana tendon baru ditarik setelah betonnya dicetak teriebih dahulu
382 BAB 11 DASAR-DASAR BETON PRAT'EGANGAN BAB 11 DASAR-OASAR BETON PRATEGANGAN 383

dan mempunyai cukup kekerasan untuk menahan tegangan sesuai dengan yang di butuhan untuk pertindungan tendon dan perhitungan ekonomi. Untuk keadaan demi
inginkan. Pelaksanaan cara ini pada dasamya terdiri dari enam langkah: kian, gaya prategan.gan hanya diperhitungkan bekerja terhadap penampang betonnya
1. Acuan baton dipasang di tempat yang sesuai dengan rencana letak komponen struk saja (bukan penampang transformasi) paling tidak sampai tercapainya keadaan seperti
tur dengan sekaligus dipasangi pipa selongsong lentur yang dibuat dari plastik atau pada Gambar 11.1.d.
metal, yang. akan menyelubungi tendon. Pipa selongsong tendon diletakkan di dalam 6. Pada umumnya jangkar ujung setelah diktmci .(dimatikan) pertu ditutupi atau dilindungi
acuan dengan posisinya diatur dan ditahan untuk membentuk pola tertentu sesuai de dengan lapis pelindung.
ngan momen perlwanan yang direncanakan.
2. Kemudian adukan baton dicor ke dalam acuan dengan menjaga agar pipa selongsong Meskipun cara penarikan puma kadang-kadang ada jug a yang dilaksanakan di
tendon tetap kokoh pada posisinya dan tidak kemasukan adukan, kemudian dilakukan sua tu tempat di luar proyek menggunakan sistem pracetak, kebanyakan dilaksanakan
perawatan pengerasan baton secukupnya sampai mencapai kekuatan tertentu. lang sung di tempat komponen struktur direncanakan. Terutama apabila satuan
3. Selanjutnya tendon dimasukkan ke dalam pipa selongsong yang sudah disiapkan di komponen ter lalu besar untuk diangkut dan dipasang, dan juga untuk komponen
dalam baton. Pada cara lain ada juga yang menempatkan pipa selongsong lengkap struktur yang meng hendaki kedudukan tendon bervariasi kompleks, melengkung, dan
de ngan tendon di dalam acuan sebelum dilakukan pengecoran adukan baton. sebagainya. Pelaksa naan penarikan tendon biasanya dengan menggunakan dongkrak
4. Tendon ditarik dengan menggunakan dongkrak di satu ujung dan jangkar mati atau hidraulis. Di pasaran telah banyak tersedia peraJatan untuk tarik tendon, dongkrak,
plat penahan pada ujung lainnya. Kadang-kadang jangkar mati atau plat penahan su pengunci, atau cangkeram tendon dengan perlindungan hak paten, digunakan dengan
dah disiapkan dipasang tertanam pada ujung komponen. Fungsi jangkar digabungkan tujuan untuk menjangkar ujung tendon pada beton sesempuma mungkin, sesedikit
dengan cara-cara mencangkeram tendon agar tidak terjadi slip (penggelinciran) dalam mungkin terjadi kehilangan te gangan.
rangka upaya agar beban atau tegangan tarikan tetap bertahan pada tendon. Beberapa sistem di antaranya yang sudah umum dipakai adalah: { 1) lnryco Cona,
Pada saat penarikan tendon, sudah terjadi kehilangan gaya prategangan berupa: per dengan strand( kawat ) tunggal atau banyak, (2) BBRV(Birkenmaier, Brandestini, Ros, dan
pendekan elastis, kehilangan tegangan akibat gesekan, dan sebagian momen beban Voght), dengan cara menanam kepala kawat di dalam kepala jangkar, (3) Freyssinet,
mati sudah bekerja sabagai dampak dari posisi lengkung tendon. Dengan demikian menggunakan cara jepit kawat dengan penyumbatan, (4) VSL(Voorspann Sys1ems Lon
gaya dongkrak harus sudah memperhitungkan hai-hal yang menyangkut kehiiangan singer), memakai jangkar mati atau hidup dan dongkrak khusus.
tegangan tersebut. Pembatasan tegangan-tegangan ijin pada tahap-tahap peiimpah
an dan pelayanan diambil sama dengan yang diberikan untuk cara pra-penarikan.
5. Apabila digunakan tendon bonded, terutama untuk lingkungan yang korosif, ruang 11.3 PO LA TEGANGAN
kosong di dalam pipa mengelilingi tendon diisi penuh pasta semen dengan cara disun BALOK BETON PRATEGA
tikkan (grouting) setelah tendon ditarik dan sebelum beban hidup bekerja. Apabila de NGAN
mikian halnya. maka tegangan akibat beban hidup dihitung berdasarkan penampang
transformasi seperti yang dilakukan pada cara pra-penarikan. Tetapi ada jug-a tendon
Pola tegangan yang terjadi pada penampang balok baton prategangan direncanakan
yang tetap dibiarkan unbonded tanpa penyuntikan pasta semen, tergantung pada ke- dengan cara meninjau tegangan akibat gaya dan beban yang bekerja pada tahap-
tahap tertentu, yaitu pada saat awa! atau transfer (pelimpahan tegarigan awal) dan
tahap akhir (pelayanan beban kea}. Untuk kepentingan analisis dan perhitungan
diperlukan kesepa
katan perjanjian tanda. untuk tegangan tarik dipakai tanda positif (+) dan untuk
tegangan desak adalah negatif (-).
\"-- pipa
selongsong Dengan menganggap bahwa penampang bebas retak pada tingkat beban kerja,
dlisi tendon
maka seluruh penampang diperhitungkan efektif memikul tegangan yang timbul sehing
Gambar 11.2 Komponen Struktur Penarikan Puma ga seluruh luas beton diperhitungkan dalam menentukan kedudukan pusat berat dan
momen inersia penampang.
384 BAB 11 OASAR-OASAR BETON PAArEGANGAN
BAB 11 DASAR-DASAR SETON PRATEGANGAN 385

Untuk tujuan menerangkan dan menjelaskan mengenai tegangan-tegangan


-1.38 MPa ·- 3,33 MPa - 4,71 MPa
yang timbul, sebagai contoh digunakan bentuk balok empat persegi panjang
dengan ke dudukan tendon tepat di pusat berat penampang. Meskipun di dalam
praktek banyak juga digunakan bentuk persegi, seringkali bentuk tersebut
memberikan hasil yang kurang ekonomis dibandingkan dengan bentuk lainnya yang
lebih kompleks, misalnya bentuk balok-T, balok I, dan sebagainya.

C ont eh 11.1.
Untuk balok dengan penampang seperti tampak pada Gambar 11.3, tentukan tegangan + 1.38 MPa -3.33 MPa- t,952!.
Penampang Ter gan Tagangan Tagangan
tegangan yang timbul akibat gaya prategang sesaat setelah pelimpahan (transfer), dan
beoan mat! Prategang beban mat! +
juga tegangan-tegangan yang timbul pada penampang balok di tengah bentang apabila Initial prateganq
(a) lbl (c) (d)
balok terletak di atas bentang sederhana sepanjang 6,0 m. Gunakan fc' = 35 MPa dan
di anggap bahwa pada waktu transfer kuat beton baru mencapai 30 MPa. Oigunakan Gambar 11.4. Tegangan-tegangan di tengah bentang Contoh 11.1
gaya prategangan 450 kN dengan posisi tendon pada pusat berat penampang balok.
Momen lantur akibat beban mati balok:
1 1 2
Peny elesaian Ma. = -wa.i 2 =-(3,1051(6) =13,97 kNm
8 8 .
Pertama-tama adalah menghitung tegangan yang terjadi di penampang beton sesaat se
telah berlangsung pelimpahan gaya prategangan. Hitung moman inersia balok dengan menggunakan luasan penampang lintang kotor dan
Dengan bekerjanya gaya prategangan T0 pada pusat berat dan dangan anggapan mengabaikan luas transformasi tendon (karena letak tendon baja di pusat berat penam
ditahan olah seluruh luasan panampang kotor baton Ac, maka tagangan baton besamya pang, tidak ada masalah terhadap perhitungan momen inersia).
3
sama di seluruh penampang. Ig = J12 _bh 3 = .1..2l. = 2278125000 nm 4
(.300.)(450.
f = Ps = - 450 (10)3 =-3 33 MPa
Tegangan yang timbul akibat beban mati:
Ac 300(450) ' 5
f = ::: M 0 c = :: 13,97(10)
(225) ::1,38 MPa
Menghitung tegangan yang timbul akibat beban mati I 2278125000
balok :
Berat sendiri balok: w0L = 0,3(0,45)(23) = 3, 105 Menghitung tegangan yang timbul akibat gaya prategangan dan beban mati :
kN/m' f (prategangan transferTOL) = - 3,33 ± 1,38
= - 4,71 MPa (atas, tekan)
;f
I 300
= -1,95 MPa (bawah, tekan)
Hasil-hasil ini diparlihatkan pada diagram, Gambar 11.4.
Contoh tarsabut di atas menggarribarkan dua tahapan proses prategangan.
Untuk komponen pra-penarikan tahap pelimpahan tegangan ( transfer) tarjadi sesaat
sesudah endon dipotong pada ujung komponen, di mana pada saat itu gaya
prategangan dilim pahkan kepada balok seperti tampak pada Gambar 11.1. Apabila
balok seperti ini dilepas dari cetakannya kemudian diangkat pada ujung-ujungnya,
tegangan akibat beban mati mulai bekerja. Selanjutnya, baik berat balok (beban mati)
Penampang Penampang Transtormasi
Balok
maupun gaya prategangan akan memberikan andilnya dalam mambentuk pola
tegangan yang timbul di dalam balok. Tahap
Garnbar 11.3. Sketsa CDntoh 11.1 ini panting karena akan segera muncul pada waktu yang tidak terlalu lama (dalam waktu
24 jam setelah pencoran), yang disebut sebagai keadaan awal, dan tegangan-tegangan
be-
386 BAB 11 OASAR-OASAR SETON PR.«J"EGANGAN
BAB 11 DASAR-DASAR SETON PRArEGANGAN 387

ton harus masih berada dalam batas ijin seperti yang ditentukan dalam SK SNI T-15-
1991- 03 pasaJ 3.1i.4.
Penyelesaian
Dari analisis di atas didapatkan bahwa tegangan-tegangan tarik yang diakibatkan Berat balok:
oleh momen lentur beban mati di bagian bawah balok lenyap, dan pada seluruh WoL = 0,50(0,30)(23) = 3,45 kN/m'
penam pang terjadi tegangan tekan. Untuk pengembangan analisis lebih lanjut, apabila Moman akibat dari berat balok:
letak ten don diturunkan atau ditempatkan di bawah garis netral, sesaat setelah transfer , 1 ( 2
Mot =3w 2
0i = 3(3,45) 9) = 34,93 kNm
akan me
Momen akibat dari beban (DL + LL}:
ngakibatkan tegangan tekan di bagian bawah balok bertambah sekaligus menimbulkan
2
momen lentur negatif sahingga balok cenderung melengkung ke atas. Pada saat itu pula,
2
gaya berat sendiri yang berupa momen positif mulai bekerja. Jadi dengan demikian apabi MoL+LL = (woL + W LL) = (3,65+ 3.45+ 15) = 223,8 kNm
la diberikan tambahan beban yang mengakibatkan momen positif, seperti beban hidup, (9)
sampai batas tertentu masih mampu untuk ditahan balok tanpa timbul tegangan tarik di Letak garis netral:
ba gian bawah. Oleh karena itu, untuk balok bentang sederhana di mana gaya 2: (Ay)
prategangan y = --
}: A
nya bekerja eksentris, tegangan-tegangan yang timbul akibat gaya prategangan awaJ tidak
akan pemah timbul sendirian tanpa diikuti tegangan yang arahnya berlawanan dari mo dengan menggunakan tepi atas penampang sebagai garis acuan,
- 300(500) (250) + 1290,3(7) (-380)
men akibat dari beban mati. 257
y- 300(500) + 9032,1 - ,4 mm
C o n t e h 11.2. eksentrisitas kawat untaian terhadap garis netral adalah:
Untuk balok prategangan di atas perletakan sederhana dengan penampang potongan e = 380 - 257,4 122,6 mm =
seperti tampak pada Gambar 11.5, berikan analisis tegangan lentur di tengah bentang Momen inersia terhadap garis netral adalah:
pada saat transfer dan pelayanan (akhir). Abaikan kehilangan tegangan yang terjadi. 3 2 2
I = (30q(S00) +300(500)(7,4) +1290,3(122,6)
Gunakan penampang baja prategangan Aps = 1290,3 mm 2, f c' = 40 MPa, pada 1
waktu = 3268973327 rrm4
transfer kuat beton telah mencapai 35 MPa. Gaya prategangan awal 1100 kN. Beban mati Kemudian menghitung tegangan-tegangan sebagai berikut (lihat Gambar 11.6):
kerja = 3,65 kN!m' (tidak termasuk berat sendiri balok), beban hidup kerja = 15 kN!m', gu
nakan nilai n =
7. Oianggap bahwa luas penampang kotor efektif, dan untuk menghitung a . Prategangan awal:
momen inersia gunakan /uas transformasi dengan mengabaikan luasan beton yang di Karena gaya prategangan eksentris terhadap garis netral, tegangan-tegangan pada tahap
tempati baja. awal tidak merata pada penampang, dan dihitung sebagai berikut:
300 f = _ Ps ± Mc = _ Ps • Ps (

r e) c AcI Ac - I

I di mana , Ps = tegangan akibat gaya prategangan aksial


Ac
I P (e)c
5

500
---= tegangan akibat gaya eksentris, atau momen
1
3
p 1100(10) .
- As = - ( =-7,33 MPa ( desak d1 atas dan bawah )
c 300 500)
P5 (e)c 1100(10)3 (122,6)(257.4)
Penampang Penampang + --=+ +10,62 (tarik di atas )
Balok Transtormasl 1 3268973327
3
P5 ( e)c 1100(10) (122, 6)(242.6) -10.0 (desak di bawah)
- Gambar 11.5. Sketsa Contoh 11.2
--=
1 3268973327
BAS 11 OASAR-OASAR SETON PRATEGANGAN 389
BAB 11 OASAR-OASAR SETON
388
PRATEGANGAN

-17,62 -17,08
Dengan menjumlahkan tegangan kerja tahap kedua pada saat balok tefah mendukung
beban kerja (prategangan +beban mati DL dan beban total):
Tegangan pada sisi atas balok = 0,54 - 17,62 = - 17,08 (desak)
Tegangan pada sisi bawah balok = - 14,74 + 16,61 = + 1,87 MPa (tarik)
Tegangan ijin baton pada tahap pelayanan beban kerja sesuai SK SNI T-15-1991-03 pasal
3.11.4 ayat 2 adalah:
Tegangan pada tepi desak : 0,45 fc'= 0,45(40) = 18 MPa
Tegangan pada tepi tarik : 1i'2V'fc' = t!Z'/40 = 3,16 MPa
-7,33 Karena 17,08 < 18 dan 1,87 < 3,16 maka tegangan yang terjadi di dalam baiok masih
_!i me menuhi syarat. Harap diperhatikan bahwa tegangan ijin tersebut seharusnya sudah
A; men cakup dan memperhitungkan pula kehilangan prategangan, sedangkan analisis di
(b) beban matl (c) saat
(e) saat akhir

(a) prat pellmpahan (d) !:; '/ atas mengabaikan efek kehilangan prategangan. Oistribusi tegangan akhir di dalam
egangan (transfer) balok dari Contoh 11.2 diperlihatkan seperti tampak pada Gambar 11.6.e. Demikianlah
Gambar 11.6. Tegangan di tengah bentang, Conteh 11.2 pola tegang an pada tengah bentang, karena momen yang diperhitungkan adalah momen
maksimum yang terjadi di tengah-tengah bentangan.
b . Berat balok : Dari uraian contoh tersebut dapat dijabarkan pola tegangan secara lebih rinci untuk
M,, c
f=± 1- cara pra-penarikan maupun penarikan puma. Pada dasamya peninjauan pola tegangan
6
- (242,6) = +2,59 MPa (tarik di bawah balok prategangan dilakukan pada dua saat yang berbeda, yaitu pada saat terjadi tegang
34,93(10) )
f - + 3268973327
6 an-tegangan awal (transfer) dan akhir (pelayanan beban kerja). Pada saat terjadi
393(10) (257. 4) =-2 75 MPa (desak di atas )
tegangan tegangan awal, beban yang diperhitungkan adalah gaya prategangan awal
f = - 3268973327 '
. I hkan tahap beban kerja awal saat terjadi transfer(prategangan + beban (sebelum me ngalami kehilangan tegangan) dan beban mati berat sendiri. Apabila letak
Oengan men1um a
tendon eksen tris terhadap garis ·netral penampang, akan mengakibatkan distribusi
tegangan pada pe
mati DL): . _ _ 7 33 +
(tarik) 10 62 _ 2,75 = + 0,54 MPa nampang tidak merata. Dalam menghitung tegangan-tegangan yang terjadi, untuk cara
Tegangan pada tept atas balok - , 'o 2 59 - - 14 74 MPa pra-penarikan menggunakan penampang transformasi , sedangkan cara penarikan puma
(desak)
t ·b wah balok -- -' 7 33 - · 10, + • an an sebelum terdapat kehi-
Tegangan pada epi a menggunakan penampang baton netto (bersih).
- '
Tegangan ijin sesaat setelah pelimpahan ( transfer? prateg g , I( f , MPa)
se-
iukur terhadap kuat desak baton saat prategangan awa cl • tarlk O tekan
tangan t egangan, d . 'k t· -·0.54
S U. ketentuan
a l . SK SNI T-15-1991-03
. . ,..pasal
'- 3.11.4 sebaga1
60("5) ben u .
= 21 MPa tepl atas + 3_ 29
T e g ang an pada tep1 desak . 0,6 0 fc; 0,
- ->
·t ·k - 114./ t 1

-
114"35 = 1 48 <D aklbal P 5
MPa
Tegangan pada tep1 an - ci - ' ' . h · · b lok masih f -
meme-
Karena 14,74 < 21 dan 0,54 < 1,48, maka sampa1 dengan ta ap im a =
nuhi syarat. ±

c .Beban mati dan hidup (DL + LL) : -


M. c ,
garis nr _ _ _
_ @ aldbat P5 +
@ aklbal + Mr

3
223,8 (10) (242,6) = +16,61MPa (tank di bawah )
f=+ 3268973327
=
223,8 (10)3(257, 4) -17,62 MPa (desak di Gambar 11.7. ?-:ta tegangan
atas )
f = 3268973327
390 BAB 11 OASAR-OASAR SETON PRATEGANGAN BAB 11 DASAA-OASAR BETON PRATEGANGAN 391

Dengan demikian, seperti tampak pada Gambar 11.7 didapatkan pola tegangan sebagai
berikut:
pada serat tepi atas: .
f = + P5 (e)Ct _ M o C
1t Ac I I
f == + Ps (e) ( Ac ) _ M
o
1 Ac S1 Ac S,
(12 (12 - 4)
f =
1
P5 {
Ac
1- (e)Ac}- M a
81 81
-1)

dimana, M 0 = momen lentur beban berat sendiri


Md= momen lentur beban mati
pada serat tepi bawah:
f =_
Ps P5 ( e)c 2 + M o M1 = momen lentur beban hidup
C2
M, = Mo+ Md+ M 1 = jumlah momen
2 Ac I I
{ = _ P5 _ P (e) (Ac) +
5
8 = .!._
c
Mo
2
(12- 2) subskrip 1 dan 2 masing-masing menunjukkan sisi sebelah atas dan bawah
Ac 82 Ac
garis netral.
82
Pe = RP5 di mana R adalah rasio kehilangan gaya pratagangan.
f == _ P5 {1+ (e) Ac } + o
2
Ac 82 2
Sedangkan pada saat terjadi tegangan-tegangan akhir (pelayanan beban kerja), beban
yang diperhitungkan adalah gaya prategangan setelah mengalami kehilangan tegangn, Seperti diketahui, nilai momen di tempat-tempat menuju ke dukungan pada ujung
beban mati, dan beban hidup. Apabila menggunakan tendon bonded pada cara penank komponen berangsur-angsur semakin berkurang dan pola tegangan dengan sendirinya
an puma, perhitungan menggunakan penampang transformasi.. akan berubah pula menyesuaikan dengannya. Sebagai misal apabila eksentrisitas Ietak
tendon di sepanjang balok tetap nilainya, gaya prategangan netto (lihat Gambar
Sehingga tersusun hubungan sebagai berikut: 11.6.a) akan timbul di ujung balok di mana momen akibat berat sendiri balok dan beban
adalah nol (bentang sederhana), sehingga cenderung timbul tegangan tarik pada
tempat tersebut. Karena timbulnya tegangan tarik tidak diinginkan, maka kedudukan
tendon pada penam pang di ujung balok digeser sedemikian rupa sehingga eksentrisitas
terhadap garis netral mengecil. Hasilnya adalah berupa tendon yang dipasang dengan
cara membengkoknya seperti terlihat pada Gambar 11.8. Uniu·k komponen cara
penarikan puma pembengkok-

(12 -3)

(a) prapenarlkan (b) penarican puma


Gambar 11.8. Teneon me!engkung
392 BAB 11 OASAR-OASAR BETON PFW"EGANGAN
BAB 11 OASAR-OASAR SETON PRATEGANGAN 393

an tendon tersebut harus dilakukan setepat mungkin dan dijaga agar kokoh, tidak beru
a:asi terganng mutu bahan baja, jenis tendon, niiai banding dari prategangan awal ter-
bah sewaktu pelaksanaan pencoran baton, dan tetap memenuhi perencanaan. Sedang
a ap kuat tank tendon, suhu lingkungan, dan waktu. Den an sendiri · · .
kan untuk komponen pra-penarikan, karena pelaksanaannya melalui proses fabri-kasi, mutu bahannya akan semakin berkurang kehilangan prateggannya nya, semakin
kontrol terhadap pelaksanaan perr:ibengkokan tendon dapat lebih mudah dan biasanya tingg1
dilaksanakan dengan cara menahan di bagian atas atau bawah pada beberapa tempat se- Untuk ton pr_ategangan cara pra-penarikan umumnya digunakan baja dalam ben-
suai dengan tata letak yang diinginkan. tuk kawat untaian (wrrestrand) dengan kuat tarik fpu minimum 1700 • 1850 MP t _
tung kelasnya, dan yang sering dipakai adalah kawat untaian berisi tu1·uh kaw t a
ergan Unta· t k a ·vUSUnan
d" iannya, s u awat lurus sebagai sumbu dan enam lainnya terletak mengelilingi helikal
11.4 KEH I LA NG A N GAYA P RATEG A N G A N 1 seluruh pan1angnya Enam kawat yang keliling melingkar di luar berdiarneter sam
dang yang lurus di pusat diametemya sedikit agak lebih besar. Dengan cara demikia':; s :
Penerapan gaya prategangan mengakibatkan timbulnya sekaligus regangan dan tegang :;'" setiap kawat luar akan melekat dan mencengkeram kawat sebelah dalam denan
an tarik pada tendon. Apabila karena sesuatu hal, misalnya menggunakan mutu bahan
rendah sehingga nilai regangan pada tendon rendah, maka nilai tegangannya juga akan aja kuat tinggi untuk pratagangan tidak menunjukkan karakteristik tiftk luluh t·
berkurang. Di daiam baton prategangan, kejadian tersebut dikenal sebagai loss of pre shept ert1 bhalny.a pada ba1·a daktal·l normal yang digunakan untuk penulangan beton
stress (kehilangan gaya prategangan). Pengurangan atau kehilangan tersebut sudah ter biaspaas(Ii1- a pe andmgan pada Gambar 11.9). Kuat luluh kawat prategangan
jadi sesaat setelah gaya prategangan mulai bekerja. Faktor-faktor yang mempunyai andil adalah kuat luluh
pada kehilangan tersebut ialah perilaku desak elastik beton (perpendekan), relaxation te yang d1tentukan sesuai prosedur ASTM, berdasarkan pada diagram tegangan-regangan
gangan baja tendon, penggelinciran ( slip) penjangkaran, proses rayapan dan susut be pada reangan %. Akan tetapi, titik luluh baja prategangan tidak panting seperti halnya
ton, serta kehilangan gaya gesekan di sepanjang lengkungan tendon pada cara penarik pada ba1a daktail biasa. Titik luluh tersebut digunakan sebagai dasar pertimbangan pada
an puma. Pengukuran gaya prategangan di lapangan dilakukan dengan menggunakan waktu menentukan kuat batas balok. Batang baja biasa yang ditarik sampai mencapai ke
alat pengukur tegangan (pressure gauge) yang juga mengukur langsung perpanjangan kuatan luluh_nya (misalnya fy = 300 MPa) akan kehilangan seluruh gaya prategangannya
tendon tepat pada dongkrak Uack). Untuk memperhitungkan besarnya pengurangan (ke pada saat h1langnya seluruh tegangan karena meluluh. Oleh sebab itu, tampaknya meru
hilangan) prategangan bukanlah mudah karena merupakan suatu proses, dan hasilnya sa aka suatu ke sn bagi struk1ur baton prategangan untuk menggunakan baja kuat
ngat beragam. Sebagai misal pada cara penarikan puma, pada umumnya penarikan ten 991 yang mem1hk1 stfat kehilangan r9gangan hanya kecil saja, sehingga prosentase
don tidak dilakukan bersama-sama sakaligus tetapi secara bertahap kawat demi kawat, de ke- 11angan gaya prategangan hanya sedikit.
ngan sendirinya proses perpendekan elastis juga berlangsung sacara bertahap pula.
Seperti diketahui, rangkak dan susut merupakan daformasi baton yang tergantung
pada waktu, di mana rangkak masih dipengaruhi lagi oleh macam dan cara pembebanan
yang bekerja, sedangkan susut oleh keadaan cuaca atau kelembaban. Rar.gkak pada
komponen struktur balok dengan cara pra-penarikan lebth besar dari cara penarikan
puma, karena prategangan dilakukan ketika umur baton masih muda. Dengan demikian
umur baton pada saat pembebanan adalah faktor utama dalarn menentukan besar rang
kak. Sedangkan dalam memperhitungkan pengaruh susut untuk komponen struktur pe
narikan puma, digunakan f aktor pengali reduksi tambahan untuk memperhitungkan se
lang waktu antara saat dimulainya pengeringan dengan penerapan gaya prategangan.
Kehilangan prategangan akibat rangkak dan susut mencapai nilai 5% sampai 7%.
Relaksasi tegangan baja diartikan sebagai kehilangan tegangan di bawah regangan
dan suhu yang hampir konstan. Presentase kehilangan prategangan akibat relaksasi ber-

0 regangan

Gambar 11.9. Perbandingan diagram tegangan-regangan


394 BAB 11 DASAR-DASAR SETON PRATEGANGAN
BAB 11 DASAR-DASAA SETON PAATEGANGAN 39 5

Baton prategangan menggunakan baton mutu tinggi (nilai ft:'berkisar 30 - 45


MPa), dengan alasan-alasan sebagai barikut: (1) deformasi volume (susut) baton
mut tinggi tebih kecil, sehingga kehilangan prategangannya akan berkurang; (2)
mekanisme lekatan dan penyaluran tegangan di dalam peton bertangsung lebih baik;
(3) untuk cara pracetak, membuat beton mutu tinggi lebih mudah daripada cara cetak
di tempat karena pengen dalian mutu dapat berlangsung lebih bail<. Sebagai
tambahan, kadang kala juga diguna kan semen kuat awal tinggi (type semen Ill) agar
dapat tercapai pengerasan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, dan dengan
demikian penggunaan acuan beton dapat diatur seoptimum mungkin.

11.5 ANALISIS BALOK SETON PRATEGANG AN


Gambar 11.10. Si<etsa Conteh 11.3

Analisis tegangan lentur komponen prategangan dilakukan untuk beberapa tingkat atau
C onteh 11.3.
tahap pembebanan yang berbeda. Tahap beban kerja awal adalah periode selama
Untuk balok prategangan cara pra-penankan dengan penampang potongan seperti tam
pelak sanaan penarikan termasuk saat pelimpahan tegangan kepada baton, di mana
pak pada Gambar 11. 10, berikan analisis tegangan lentur di tengah bentang pada saat
yang diper hitungkan bekerja adalah beban mati ditambah dengan gaya prategangan
transfer dan pelayanan. Kehilangan tegangan total yang terjadi 240 MPa. Gunakan pe
sebelum terjadi kehilangan. Untuk komponen pracetak, tahap pelimpahan tegangan (
nampang baja prategangan Aps = 1000 mm2, f c' = 35 MPa, pada waktu transfer kuat
transfer) adalah se
be
!ama pengangkutan dan pemasangan komponen. Sedangkan tahap pelayanan beban
ton telah mencapai 28 MPa. Gaya prategangan awa/ 926 kN. Momen kerja beban mati
kerja, terjadi setelah kehilangan prategangan di mana yang diperhitungkan adalah beban =
berat sendiri Mbs 88 kNm, momen kerja beban hidup MLL =
113 kNm, nilai n = 7.
mati ditambah gaya prategangan dan beban hidup. Sebagai tahap yang terakhir, adalah
tahap kuat batas di mana diperhitungkan seluruh beban dan faktor-faktor pembatas Pe_ny elesaian
keku atan yang ada termasuk peninjauan terhadap retak. Letak garis netral:
Seringkali analisis komponen prategangan dilakukan hanya sampai tingkat atau
ta y = I (Ay)
hap pelayanan beban kerja dengan menggunakan beban tak terfaktor. Sebenarnya, ba IA
gaimanapun analisis terhadap kuat batas komponen juga dilakukan dengan mengguna dengan menggunakan tengah-tengah penampang sebagai garis acuan,
250 (SOC\ (0) -1000(7 -1)(175)
kan prinsip-prinsip metode kekuatan (ultimit) sebagaimana diterapkan untuk komponen
beton bertulang nonprategangan, dan akan dibahas lebih lanjut pada Bab 11.8. y 250 (50q +1000(7-1) = -S,0 15mm
SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.11.8 ayat 3 memberikan ketentuan bahwa jumiah to eksentrisitas tendon terhadap garis netraJ adalah:
tal baja tulangan nonprategangan dan prategangan harus cukup untuk menghasilkan be e =175 - 8,015 = 166,985 rnm
ban terf aktor paling sedikit sebesar 1,20 kali beban retak yang dihitung berdasarkan Moman inersia terhadap garis netral adruah:
mo dulus runtuh ( modulus of rupture) f,= 0,7o../fc', kecuali untuk komponen struktur I = 1112(250)(500)3 + 250(500)(8,015)2 + 1000(7-1)(166,985)2
lentur dengan kuat geser dan lentur paling sedikit dua kali dari yang ditentukan di =2779500636 mm4
dalam pasal gaya tarik prapenegangan T0 = P 5 = 926 kN
3.2.2.Persyaratan momen retak merupakan cara untuk menjamin bahwa retak akan tegangan dalam tendon:
timbul sebelum kekuatan lentur dicapai dengan cadangan cukup sehingga akan terjadi
f. = 926000 = 926 MP
lendutan besar sebagai peringatan awal bahwa kekuatan Mn sedang didekati. 5
1000 a
Kemudian menghitung tegangan-tegangan sebagai berikut (lihat Gambar 11.11):
3 9 6 BAB 11 OH-OASAR BETON
BAB 11 DASAR-OASAR BETON PRATEGANGAN 397
PRATEGANGAN

I.Tegangan-tegangan awal :
PELIMPAHAN (TRANSFER) PEIAYANAN (AKHIR)
a) Prategangan :
-13,513
Karena gaya prategangan eksentris terhadap garis netral,tegangan-tegangan pada tahap
prategangan awal tidak merata pad penampang, dan dihitung sebagai berikut:
f = _ P, ME_= _ P, ± P,(e )c
Ac I Ac I

di mana , := tegangan akibat gaya prategangan aksial


====:a. ==:::::i. =- -:====--,-..i:::::==.::::::===-----
t:::=
ps (e}c = tegangan akibat gaya eksentris, atau momen + 2.037
I
3
I
_ Ps = 926 (1O) =- 7 408 MPa (desak di atas dan (b) beban matt (c) saat pelimpahan
I
(d) prategangan (e) beban ma.ti
(a) prategangan (f) saat akhlr
bawah ) +
Ac 250 (500) ' (transfer) 1 beban hldup

Ps( e}c = 926(10) 3 (166.985 H25 a.o 15l +14 35 (tarik di atas } I
+ I + 2779500636 I
Gambar 11.11. Tegangan di tengan bentang, Contoh 11.3
926(10)3 (166,985)(241,985) = -13 46 (desak di
- , Ps( e)c bawah)
. 2779500636 '
11. Tegangan-tegangan akhir :

=
b ) Berat sendiri balok : a) Prategangan :
=
f
.M 0 c Setelah teadi kehilangan prategangan, tegangan tendon:
- I
fs = 926 -240 = 686 MPa
88 1 6 241985
f=· ( 0) ( • ) =+7 66 MPa (tarik dibawah ) . Ps= 686(1000) = 686 kN
2779500636 I 3 .
- P.
= 686(10 ) =-5,488
desak MPa ( atas dan bawah )
"T" I
5

f = 88 ( 25 a.o 15) _ _ 8,17 MPa (desak di Ac 250(500)


d1

(10) atas )
2779500636 3
+ P5 (e)c =+686(10) (166,985)(258,01) 106,, (t "k d. t )
Dengan menjumlahkan tahap beban kerja awal pada saat terjadi transfer (prategangan I 2779500636 + ' v art
1
a as
+ 4
3
beban
OL): mati P5 (e)c 686(10) (166,985)(241,99) .
Tegangan pada tepi atas balok = - 7,408 + 14,35 - 8,17 = + 1,228 MPa --= =-9,973 (desak dt bawah}
1 2779500636
(tarik)
Tegangan pada tepi bawah balok = -7,408 - 13,46 + 7,66 = - 13,208 MPa b) Berat sendiri balol< :
(desak) f- • M0c
- - I
Tegan· gan pada tendon = 926+ 7{-7,408--e(13,46) +-e(7,66) } 88(10) 6 (241,985 ) .. . .
Cb Cb
= 926-51,856-65,018+ 37= 846,126 MPa
Tegangan ijin sesaat setelah pelimpahan (transfer) prategangan sebelum terjadi
f =+
2779500636
= +7,66 MPa (tank d1 bawah )
6
kehilang
an diukur terhadap kuat desak baton pada saat prategangan awal ( fc/ ; MPa) sesuai f= 88(10) ( 258,015 8,17 MPa (desak di atas )
keten )
tuan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.11.4. 2779500636
Tegangan pada tepi desak :0,60 fc/= 0,60(28) = 16,80 MPa
Tegangan pada tepi tarik :114../fc/= 114¥28 = 1,323 MPa c) Beban mati dan hidup (DL + LL) :
Karena 13,208 < 16,80 dan 1,228 < 1,323 maka sampai dengan tahap ini balok Selain berat sendiri tidak ada beban mati (OL) tambahan, sehingga yang diperhitungkan di
masih memenuhi syarat. sini beban hidup ( LL) saja
BAB 11 DASAR-OASAR BETON PRATEGANGAN 399
398 BAB 11 OASAR·OASAR BETON
pRAJCGANGAN

M
f =:-,- 3
'= +113 (10) (24 1.95 5) = +9,838 MPa (tarik dibawah )
2779500636
3
.
113 (10) (258 ·01 5) -10,489 MPa (desak di atas )
f = 2779500636
Oengan menjumlahkan tegangan kerja tahap kedua pada saat balok mendukun!i beban
kerja (prategangan + beban mati DL dan beban total):
Tegangan sisiatas balok = - 5,488 + 10,634 - 8, 17 - 10,489 = - 13,513
(desak)
Tegangan sisi bawah balok =
-5,488 - 9,973 + 7,66 + 9,838 =
+ 2,037 MPa (tarik) (a) sebelum grouting (b) sesudah grouting
Tegangan tendon =926- 240+ 5,488- (9,973 ) + (7,66)+ ce (9,838 )}
1L
l Cb
.
Cb
b
Gambar 11.12. Sketsa Ccntoh 11.4
=686- 38,416-48,174+37+ 47,524= 683,934 MPa
Tegangan ijin baton pada tahap pelayanan beban kerja sesuai SK SNI T-15-1991-03 pasal Moman inersia terhadap garis netral adalah:
I = 1112(250)(500)3 +250(500)(9,076)2 -1112(100)(60)3 -100(60)(189 076)2
3. 11.4 ayat 2 adalah: = 2398164986 mm4 '
Tegangan pada tepi desak : 0,45 fc' = 0,45(35) = 15,75 MPa
Tegangan pada tepi tarik : 1/z./fc' = 1/2Y35 = 2,958 MPa gaya tarik prapenegangan Ta= p s = 926 kN
Karena 13,513 <15,75 dan 2,037 < 2,958 maka tegangan yang terjadi di dalam balok ma- tegangan da!am tendon:
f. - 926000
sih memenuhi syarat. 3 - = 926 MPa
1000
Kemud.tan menghitung tegangan-tegangan sebagai berikut (lihat Gambar 11. 13):
C onteh 11.4.
Untuk balok prategangan cara penarikan-puma dengan penampang potongan seperti
tampak pada Gambar 11. 12, berikan analisis tegangan Jentur di tengah bentang pada I. Tegangan-tegangan awal :
saat transfer dan pelayanan. Kehilangan tegangan total yang terjadi 171 MPa. Gunakan a) Prategangan :
penampang baja prategangan A ps =
1000 mm2, fc' =
35 MPa, pada waktu transfer kuat K rtena gaya prateangan eksentris terhadap garis netral, tegangan-tegangan pada tahap
beton telah mencapai kuat hancurnya. Gaya prategangan awal 926 kN. Momen kerja P a egangan awal tldak merata pada penampang, dan dihitung sebagai berikut: .
beban mati berat sendiri Mts
-
=
88 kNm, momen kerja beban hidup MH =
113 kNm, gu
f = _ Ps :: Mc = _ Ps ... P5 ( e jc
A: ·· / Ac - I
nakan nilai n = 7.
dimana TPs = tegangan akibat gaya prategangan aksial
P eny , c .
elesaian
Letak garis netral: Ps (e)C
· = tegangan eksentris atau momen
akibat
-,- gaya
y = :l 3
(Ay) _ Ps = 926 (10)
l:A
dengan menggunakan tengah-tengah penampang sebagai garis acuan. Ac {250(500) -60(1oq} 7,782 MPa (di atas dan bawah )
3
250(500)(0) -100(60)(-180) = +9 + P5 (e)c = +926 (179,076) (240.924)
076 (10)
y 250(500) + 100(60) ' mm eksentrisitas tendon terhadap garis netral adalah (lihat Gambar 11.12.b):
e =170 + 9,076 = 179,076 mm I 2398164986 = +16,659 (tarik diatas )
3
_ Ps (e)c = 926 (10 ) (179,076)(259,076)
I 2398164986 =-17, 914 (desak dibawah)
400 BAB 11 OASAR-OASAR SETON
BAB 11 DASAR-OASAR SETON PRATEGANGAN 401
PRArEGANGAN

b) Berat sendiri balok f = +88(10) (259,076) - . .


6 -+9,506 MPa (tank di bawah )
:
f =::t Mo 2398164986
c f = 88(10 )
6
6
I 259
076 (240,924)
8,841 MPa (desak diatas)
1 2398164986
f = 88 ( 0) ( • } ·= 9 506 MP (t 'k dibawah )
+ 2398164986
6 + ' a an c) Beban mati dan hidup (DL + LL) :
88(10) (240.924) . Selain berat sendlri tidak ada beban mati (OL) tambahan, sehingga yang diperhitungkan
f=
2398 1
· =-8,841 MPa (desak d1 beban hidup ( LL) saja ·
64986 atas)
Dangan menjumlahkan tahap pembebanan awal pada saat terjadi transfer (prategangan Mc
f = :± -
+ 1
beban mati DL): 6
f = +113(10)
Tegangan di tepi atas =-
7,782 + 16,659 - 8,841 = + 0,036 MPa (tarik) (259,076) +12,'208 MPa (tarik dibawah )
Tegangan di tepi bawah = - 7,782 - 17,914 + 9,506 = - 16,190 MPa (desak) 2398164986
6
f = 113(10)
(240,924)
Tegangan tendon =926+7{-7.782- (17,914) + J!..(9,506)} -11,352 MPa (desak di atas )
Cb Cb 2398164986
=926- 54,474- 86,676+ 45,995= 830,845 MPa Dengan enjumlahkan tegangan kerja tahap kedua pada saat bafok telah mendukung
Tegangan ijin sesaat setelah pelimpahan (transfer) pratsgangan, sebelum kehilangan beban keria (prategangan + beban mati DL + beban total):
tegangan, diukur terhadap kuat desak baton pada saat prategangan awal (f c/, MPa) Tegangan di sisi atas =-
6,344 + 13,583 - 8,841 - 11,352 = - 12,954 (desak)
sesu ai ketentuan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.11.4. Tegangan di sisi bawah = - 6,344 - 14,606 + 9,506 + 12,208 = + 0,764 MPa (tarik)
Tegangan pada tepi desak : 0,60 fc/= 0,60(35) = 21 MPa
Tegangan tendon =926-171+7{-6,344-J!..(14,606)+J!..(9,506) + (12,208) }
Tegangan pada tepi tarik : 114'/ fc / = i14v'35 = 1,479 MPa Cb Cb
Karena 16,190 < 21 dan 0,036 < 1,479 maka sampai dengan tahap ini balok masih = 755- 44,408- 70,671+45,994+59,067= 744,982 MPa
me- menuhi syarat. Tegangan ijin beton pada tahap pelayanan beban kerja sasuai SK SNI T-15-1991-03 pasal

- -
3. 11.4 ayat 2 adalah:
II. Tegangan-tegangan akhir (tanpa grouting) :
Setelah terjadi kehilangan prategangan. 0 0
a) Prategangan tarlk tekan tarik tekan
:

tegangan dalam tendon:


fs = 926 - 171 = 755 MPa
P5 = 755(1000) = 755 i<N
3
Ps 755(10)
- Ac = - { () _ ( O.O )} -6,344 MPa (di atas dan bawah )
250 500 60 1
3
P5 (e}c = (179,076)(240,92 +13,583 (tarik diatas )
755(10)
+ I + 2398164986
3
_ P5 ( e}c = 755(10)
(179,076)(259,076) =-14606 (desak dibawah}
I 2398164986 '
b ) Berat sendiri balok :
f = -!= Mo c (a) tanpa grouting (b) dengan grouting
I
Gambar 11.13. Tegangan di tengah bentang, Conteh 11.4

I'
4 Q2 BAB 11 DASAA-OASAA SETON PRATEGANGAN
BAB 11 DASAR-OASAR BETON PRATEGANGAN 403

Tegangan pada tepi desak :0,45 fc'= 0,45(35) = 15,75 MPa


c) Beban mati dan hidup (DL + LL) :
Tegangan pada tepi tarik :112./ fc'= 1121'35 = 2,958 MPa . .
Karena 12,954 < 15,75 dan 0,764 < 2,958 maka tegangan d1 dalam balok masth Selain berat sendiri tidak ada beban mati ( DL) tambahan, sehingga yang diperhitungkan
di sini beban hidup (LL) saja, berdasarkan penampang transformasi.
meme- nuhi syarat.
Mc
f=±-
1
Ill. Tegangan-tegangan akhir (dengan grouting) 113 242 14
: 1
Letak garis f= ( O)s .2 ) =+9 882 MPa (tarik dibawah )
netral:
+ (
}: (Ay) 2769624683 '
y =......._
A 113(10) 6( 257,786 ) -4 0 .518 MP (d k d" t }
f 1 1
= =- • a esa a as
2769624683
dengan menggun;an luas transformasi dan tengah-tengah penampang sebagai acuan,
Dengan menjumlahkan tegangan kerja tahap kedua pada saat balok telah mendukung
_ 250( 500)(0) -1000(7 -1)(-170\ + 7,786 mm beban kerja (prategangan + beban mati DL dan beban total):
y - 250(500) +1000(7 -1)
Tegangan di sisi atas = - 6,344 + 13,583 - 8,841 - 10,518 = - 12,120 (desak)
eksentrisitas tendon terhadap garis netral adalah (1.ihat Gambar 11.12): Tegangan di sisi bawah = - 6,344 - 14,606 + 9,506 + 9,882 = -1,562 MPa (tarik)
e=170 - 7,786 = 162,214 mm 8 162
(14,606)
214 + c (9,506)+
Momen inersia transformasi terhadap garis netral adalah: Tegangan tendon =926-171+7{-6,344- 9,882) }
Cb ( b 242.214
J = 1112(250)(500)3 250(500)(7, 786)2 + 1000(7-1)(162,214)2
= 755- 44,408-70,671+ 45,994+46,327= 732,170 MPa
= 2769624683 mm4 Tegangan ijin beton pada tahap pelayanan beban kerja sesuai SK SNI T-15-1991-03 pasal
Setelah terjadi kehilangan prategangan, tegangan dalam tendon: 3. 11.4 ayat 2 adalah:
fs = 926 - 171 = 755 MPa Tegangan pada tepi desak: 0,45 fc'= 0,45(35) = 15,75 MPa
P5 = 755(1000) = 755 kN Tegangan pada tepi tarik : 112.Vfc'= 10/35 = 2,958 MPa
Karena 12,120 < 15,75 dan -1,562 < 2,958 maka tegangan masih memenuhi syarat.
a) Prategangan :

3
_ Ps = 755 (10) = -6,344 MPa (di atas dan bawah 11.6 PERENCANAAN BENTUK PENAMPA NG
)
DA N TATA LETAK TENDON
Ac {250(500) -60(100)}
3
P5 (e)c _ ,755 (179,07 6) (240 ·924) = +13,583 (tarik di atas )
(10)
+-j- - T 2398164986 f = 88(10) (24 o,924 ) =-8,841 MPa (desak di atas) 2398164986
3
_ P5 (e·!c = _ 755(10) (179,076)( 259·076 ) = -14,606 (desak di
bawah)
I 2398164986

b) Berat sendiri balok :


M') c
f = --
1
f = + 88(1O)s (259,076) =+9 506 MPa (tarik di bawah )
1
2398164986
5
Proses perhitungan perencanaan balok prategangan terdiri dari
beberapa langkah. Perta ma kali dilakukan pemilihan bentuk dan ukuran
penampang, kemudian peninjauan besar gaya prategang dan
eksentrisitas tendon untuk penampang dengan beban atau momen
kritis, dan berikutnya adalah penentuari tata-letak (lay out) tendon di
sepanjang balok. Kemudian berdasarkan pada hasil penetapan
tersebut dilakukan pemeriksaan terhadap segenap tegangan-tegangan
yang timbul, lendutan pada beban kerja, kemampuan terha dap geser,
kuat penampang, dan sebagainya.
Apabila untuk persarnaan-persarnaan (11-1) hingga (11-4)
diberikan nilai batas te gangan-tegangan ijinnya, maka lebih tepat
disebut sebagai ketidaksamaan yang merupa kan dasar penting dalam
analisis balok beton prategangan. Persamaan-persamaan terse but
digunakan untuk mengendalikan agar tegangan di sepanjang
komponen tidak me lampaui nilai-nilai tegangan ijin, sebagai berikut:
Q BAB t1 oASAR-OASAR SETON PRR"EGANGAN 405
4 4 BAB 11 OASAR-OASAR BETON PRArEGANGAN

Meskipun bukan keharusan mutlak untuk selalu menmpatkan titik berat tendon di dalam
kern, akan tetapi pengetahuan mengenai batas-batas kem merupakan acuan panting di
(12- 5) dalam merencanakan penampang balok prategangan.
Pada balok dengan perletakan sederhana terdapat dua penampang kritis, pada te
ngah bentang dan di ujung bentang. Untuk penampang dengan beban maksimum di te
ngah bentang, ada kemungkinan eksentrisitas tendon sedemil<lan rupa sehingga latak
nya jatuh di luar kern. Sedangkan pada tempat di atas per1etakan, titik berat kabel
(12 - 6)
prate gangan harus terletak di daiam kern untuk mencagah terjadinya tegangan tarik
pada pe nampang. Dengan demikian, eksentrisitas letak kabel prategangan di sepanjang
balok ha rus diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan timbulnya tegangan-
tegangan yang melampaui tegangan ijin ataupun tegangan tarik yang tidak diharapkan.
(12 - 7) Dengan kata
lain, letak tendon prategangan diatur tidak menetap pada elevasi tertentu di sepanjang
balok, terkadang di bawah atau di atas garis netral bervariasi sesuai dengan kebutuhan
Pe (1 e Ac ) +.Mr s nya. Hal demikian akan semakin nyata untuk balok-balok di atas tiga perfetakan atau
lebih.
tts
Ac S2 S2 (12 - 8) Sehubungan dengan terjadinya kehilangan tegangan pada proses penegangan
Pe (1 e C2) +.M.l :s;
tendon, rasio gaya prategangan efektif adalah:

fts
,2 R=
Pe
Ac S2 PS
Dengan demikian ketidaksamaan tersebut dapat digunakan untuk perencanaan penam sehingga kehilangan gaya prategangan: P 5 - Pe= ( 1- R )P 5•
pang yang memenuhi syarat tegangan-tegangan ijin. · . . Sedangkan nilai perubahan tegangan setelah terjadi kehilangan baik di tepi atas maupun
Seperti diketahui, apabila gaya prategangan bekerja di dalam derah kern atau mt1 bawah seperti tampak pada Gambar 11.14, sebagai berikut:
penampang, maka tidak akan mengakibatkan terjadinya tegangan tank pad
fcs 0 fcs
penampang tersebut. Bentuk geometri kern atau inti tergantung pada bentuk
geometn penampang yang bersangkutan dan tidak tergantung pada besamya gaya
aksiIataupun tgangan-te gangan ijin yang disyaratkan. Oengan demikian, jarak batas
ekstnm gomet em dapat 0 al<i>at Ps
dicari, di mana jarak batas ekstrim bawah (k2 ) didapat dengan membenkan rnlat
tegangan
baton di tepi atas, t1 = O, sehingga persamaannya ..1 f1 = (1- R )lfu + ) c..,
!
® aJtibat Ps + Mo
adalah:
t = -Ps ( 1 e C1 ) M o' @ al<i>at P9+ Mo
- ·· 1
=0
1 Ac r2
- - - f:=1-R) -fci
I © ak1>a1 P8 +Mr

+s; J T M1 = (1-R)(fc1)
dengan demikian, (1-8, 1) = I
M2 = (1-R)(-fc1)
C21
0
karena e-k2 2
maka (1--r-

= 0 se ingga 2 =-
k?c1 ) h. k r2
- C1

Dengan cara yang sama, jarak batas ekstrim atas kern (k1 ) didapatkan dengan
memberi kan nilai tegangan baton di tepi bawah, f2 = 0, sehingga didapatkan:
,2
k1 =
-- (a) e berubah (b) 9 tetap
C2
Gambar 11.14. Perubahan setelah kehilangan tegangan
Tanda kurang menunjukkan jarak k 1 diukur ke arah atas dari garis netral penampang.

4 Q6 BAB 11 OASAR-DASAR BETON


PAATEGANGAN

L\ t,= (1-R) , f +s;-J


M ,,
, Sehingga ketidaksamaan menjadi sebagai
BAB 11 DASAR-DASAR BETON PRATEGANGAN 407

(1-R)(-'"• + :l
berikut: dari persamaan (11-5):
.1f2 = t, C!: _ Ps (1- e(x) c1 ) - M 0 (x)
t Ac ,2 S1
Kemudian dapat diperhitungkan rentang nilai tegangan yang dicadangkan untuk meno e( x ) st./ S1 )+ §_+ Mo (x) (12- 9)
pang /t.-ft = Ma+ M1, sebagai berikut: · ' \ P5 Ac Ps
f 1 r = '11 -11 (1 - fcs dari persamaan ( 11-6}:

=f,, -(1-A)(fu+ :)-to, s _ Ps (1+ e(x) c 2 ) - M 0 (x )


f. .
Ac s
Cl
r2 2
= Rf.- (1- R) Mo -f e(x) s -fc1(
S2
Ps ) -.§_
Ac + Ps tJ (x)
M (12-10)
81
ri cs
dari persamaan (11-7):

f2r = -fc; - L\ f2 + f1s


f 2: _ Pe (1- e( x ) c1 ) - M,(x)
Mo
= -R fc; - (1-R)5+ cs Ac
frs r2
S1

sfcs( ) +
1
(12-11)
Modulus penampang yang diperlukan baik terhadap sisi tepi atas maupun bawah adalah e(x) + Mr(x)
S 1 dan 52 : Pe Ac Pe
Md + M r Md+M dari persamaan (11-8):
,
S1 C!: f dan S2 f t, _ Pe ( 1+ e(x) c2 ) -
,2
C!: 2:
1r Zr
M,( x)
maka, M d + M1 s Ac S2
S, C!: M (12-12)
R ft/ - (1 - R )-f - tcs e(x) s -frs( S2 ) - S 2 + M,
1
(1-R)M0 +M d + M1 (x)
Pe Ac Pe
s,..:._ ::: ::. Persamaan (11-9) dan (11-10) memberikan batas bawah eksentrisitas tendon sepanjang
R ft1 - fcs bentang komponen, sedangkan persamaan (11-11) dan (11-12) memberikan batas atas
S2(1-R)Mo +Md + nya. Secara umum dapat digambarkan seperti tampak pada Gambar 11.15, yang
C!:
dengan cara yang sama Mt 'rs - R f ci membe rikan rentang daerah ijin letak tendon di sep_anjang bentang komponen.
,
Nilai-niiai minimum S 1 dan S tersebut digunakan untuk memilih dan menentukan penam Untuk menentukan pilihan terbaik kombinasi gaya praegangan dan eksentrisitas
2
-
png yang memenuhi syarat. Untuk komponen balok prategangan dengan eksentsitas tendon berubah-ubah di sepanjang bentangnya, persamaan-persamaan (11-5) hmgga (11-8)
dapat digunakan untuk membatasi nilai-nilai modulus penampang, gaya prategang an tendon yang diijinkan, dapat juga menggunakan cara grafis seperti yang dikemukakan
dan eksentrisitas tendon. Penyelesaian diperoleh berdasarkan hubungan bahwa ek oleh Magnel. Pada dasamya cara gratis Magnet juga menggunakan empat batas tegang-
setrisitas tendon merupakan fungsi dari jarak x di sepanjang bentangan. Selanjutnya un 1batas persamaan (12-11) dan (12-12)
tuk menyusun ketidaksamaan yang dapat digunakan secara umum, lebih mudah meng
gunakan ketentuan bahwa nilai tegangan tarik lebih besar dari nol, sedangkan tegangan
tekan lebih kecil dari nol.

Gambar 11.15. Rentang tatas letak tendon


408 BAB 11 OASAR-OASAR BETON PfW"EGANGAN

BAB 11 OASAR-OASAR SETON PRATEGANGAN 'f 0 9


an yang harus dipenuhi,dua batasan pada tahap keadaan awal dan dua lainnya pada
ta hap pelayanan beban kerja. seperti yang sudah dikenal sebagai berikut:
f. 2:
( 1e- C1)
Ps (a)
-Mo
ti ·Ac ,2 S1.

f. -Ps ( 1+ B C2 ) (b)
-Mo
d Ac r2 Sz
f. 2: - RPs e c2-) (c)
( 1+
-Mr
!S Ac r2 82
f, s - RPs a C1 ) (d)
( 1- -Mr
cs Ac r2 81
Persamaan-persamaan tersebut kemudian sedikit dlubah untuk mendapatkan hubungan
1/ P s sebagai fungsi linear dari eksentrisitas tendon e.
Pada tahap keadaan awal,dari persamaan (a) dan (b) didapat: kz =-;;
, emaks 9 ----

(12 -13) Gambar 11. 6. Diagram Magnel

tunjukkan dengan daerah arsiran. Demikian pula persamaan (11-14) memberikan batas
bawah nilai 1/Ps sehingga tegangan tekan ijin pada keadaan awal, fcJ. tidak dilanggar.
Sedangkan padakeadaan pelayanan beban kerja, batas atas nilai 1/ P5 diberikan oleh per
(12 -14) sarnaan (11-15Yberdasarkan batas tegangan tarik ijin f, St dan persamaan (11-16) berdasar
Ps ci:: (
-f
Mo )
c1+s; kan batas tegangan tekan ijin fcs- Dengan demikian tampak bahwa arsiran menunjukkan
daerah kombinasi nilai 1/Psdan e yang memenuhi keempat syarat yang harus dipenuhi.
Sedangkan pada tahap pelayanan beban kerja, dari persamaan (c) dan (d) didapatkan: Harap diperhatikan bahwa apabila diberikan nilai 1/ P s = O untuk masing-masing em
pat persarnaan tersebut di atas, persamaan (11-13) dan (11-16) akan memberikan nilai e =
(12 -15) r 2tc,. atau e = k2, yaitu batas bawah kern (inti) penampang. Sedangkan persamaan (11-
14) dan (11-15) memberikan nilai e = - r2/c2' atau e =k1, yaitu batas atas kern. Nilai eksen
trisitas yang berhubungan dengan k 1 dan k2 tersebut dapat dilihat di Gambar 11.16.
Dari gambar tersebut tampak bahwa eksentrisi1as maksimum-ijin terdapat pada per
potongan persamaan garis (11-13) dan (11-15), iaf ah titik A. Titik perpotongan tersebut ju

1 R(-1+) (12 -16) ga memberikan nilai Ps minimum (ata nilai 1/Ps maksimum) yang memenuhi syarat,
dan merupakan penyelesaian terbaik tanpa melanggar kaidah keempat persamaan.
P. s 2: (
-f Di lain pi hak, perpotongan persamaan garis (11-14) dan (11-16), titik 8, akan
cs+Ms,') Ac memberikan nilai
1/Ps minimum atau Ps maksimum. Tentu saja untuk memperoleh penampang yang paling
Kemudian hubungan tersebut digambarkan sebagai diagram Magnel seperti tampak pada nilai 1/Psyang terietak di atas persamaan garis (11-13) adalah memenuhi syarat seperti di-
Garnbar 11.16.
Persarnaan (11-13) membentuk garis batas bawah 1/ Ps (atau batas atas Ps ), sede-
mikian rupa sehingga tegangan tarik ijin fu pada keadaan awal tidak dilampaui. Sebarang
ekonomis selalu diinginkan agar nilai Ps sekecil mungkin, atau 1/ P 5 sebesar
mungkin. Olah karena itu, nilai 1/Ps pada titik A mungkin dapat dipilih. Akan
tetapi, saperti tampak pada Gambar 11.16, apabila titik A dipilih ada
kemungkinan nilai eksentrisitas yang didapat lebih besar dari nilai c2 yang
berarti letak tendon berada di luar penarnpang komponen
yang ditinjau, ini suatu hal yang tidak mungkin.
41Q BAB 11 OASAR-OASAR BETON
PM"EGANGAN BAB 11 DASAR-OASAR BETON PRATEGANG.A\N 411

j
Komponen lentur baton prategangan dapat dibuat dalam berbagai bentuk untuk

\J
I .

\J
beagai.penggunaan dan penerapan, di mana pemilihannya didasarkan atas berbagai
seg1 pert1mbangan pula. Beberapa bentuk di antaranya adalah seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 11.17. Meskipun komponen dengan penampang bentuk

u
r persegi adalah yang paling mudah pelaksanaannya, seringkali bentuk tersebut
Balok T ganda

\.
(lanlal dan atap) memberikan hasil yang kurang ekonomis dibandingkan dengan bentuk-bentuk
penampang dengan luas badan berkurang seperti balok-T, balok I, dsb. Apabila rasio
beban mati terhadap beban hidup yang didukung besar, penggunaan balok-T akan

o.o.o.o. I
lebih menguntungkan dibandingkan de ngan bentuk persegi karena tidak timbul masalah
:J akibat tegangan tekan yang sangat be sar di bagian tepi bawah pada saat transfer gaya
prategangan. Sedangkan bentuk penam
Balol< T prategangan awal yang
(lantal dan atap)

/--------: --_.., :--------


\ : : .:;
pang balok-T terbalik sesuai untuk menerima pelimpahan gaya
------ : .. .. : ---- besar di tepi bagian bawah, tetapi penampang seperti ini tidak efisien untuk menahan
mo men positif, di tengah-tengah bentang misalnya. Balok dengan penampang bentuk
Plat berlubang kotak digunakan pada komponen struktur yang dikehendaki langsing tetapi cukup
(lantai dan atap)
memiliki sta bilitas lateral dan tahan terhadap momen puntir. Sedangkan bentuk balok-1
Balok T ternalik
(kOmponen penopang) umumnya di gunakan untuk struktur balok prategangan dengan bentangan panjang
dan menerus yang harus menahan momen positif dan negatif bergantian.

11. 7 METODE PENGIMBANGAN BEBA N

Dari pembahasan terdahulu dapat ditarik kesimpulan bahwa eksentrisitas kabel (e}
kompo nen struktur prategangan menimbulkan momen negatif, yang akan mengimbangi
seluruh atau sebagian besar momen oleh berat sendiri. Dengan demikian pada tempat-
tempat de ngan momen berat sendiri kecil di sepanjang balok, apabila eksentrisitas
kabel tidak di sesuaikan untuk dikurangi dapat mengakibatkan kerusakan oleh momn
Balok I negatif pada sa at dilakukan prapenegangan.
(Jembatan dan
Balok Kotak
lantai) Seperti diketahui, apabila suatu bentangan kabel yang dipasang dalam po:sl me
(l<omP<>O&n Jembatan) lengkung ke bawah kemudian ditarik kuat-kuat, untuk dapat tetap mempertahankan posisi
Gambar 11.17. Komponen lentur pracetak beton prategangan (11-15) dengan garis e maks. Apabila e maks kurang daripada nilai eksentrisitas pada titik 8 yang
berarti keluar dari daerah arsiran atau yang diperkenankan, maka proses perancangan harus diu
Selain itu, letak tendon juga harus memperhitungkan pula tebal selimut baton yang lang dengan menggunakan bentuk penampang yang lebih besar.
diper Iukan sesuai peraturan. Dengan demikian perlu menentukan nilai eksentrisitas
maksimum (e maks) sebagai patokan, sedemikian rupa sehingga letak tendon masih di
dalam penam pang komponen dengan sekaligus pula memperhitungkan kebutuhan
akan selimut ba ton. Dehgan demikian,
5
nilai 1/P yang terbaik adalah perpotongan garis
lengkung di sepanjang kabel, akan memerlukan gaya vertikal ke bawah. Dengan sendiri
0

nya, apabila kabel dalam keadaan terbungkus baton dan kemudian


dilakukan prapene gangan maka akan menimbulkan gaya-gaya ke atas
menekan betonnya, yang berlawanan arah dengan gaya untuk
mempertahankan posisi. Dengan demikian, akibat gaya prate gangan kabel
akan memberikan beban aksial tekan P dan beban terbagi rata ke atas ter
hadap baton yang membungkusnya. Berdasarkan kenyataan tersebut,
muncul suatu konsep yang memandang bahwa upaya prategangan kabel
yang terutama dilakukan se bagai proses pengimbangan beban dalam
komponen struktur.Tendon sengaja dipasang dan diletakkan dalam posisi
sedemikian rupa hingga eksentrisitas gaya prategang di se-
---------------------
4 12 BAB 11 OASAR-DASAR SETON PRMEG.ANGAN
BAS 11 DASAA-DASAR BETON PRIJ"EGAHGAN
4 13

panjang komponen bervariasi menyesuaikan tarhadap besar momen akibat beban luar.
Apabila dikerjakan secara tepat, akan menghasilkan suatu komponen tanpa- memikul A 495
tegangan lentur, dan hanya memikuf tegangan aksial PIA yang bekerja, di mana P
adaJah komponen gaya longitudinal dalam tendon. Pengaruh dari gaya prategangan
dapat di pandang sebagai suatu beban merata arah ke atas jika tendon direntangkan
berbentuk
parabolis. Moman akibat gaya prategangan maksimum terhadap perletakan sebesar
nemsks) di tengah-tngah bentangan dapat disamakan dengan momen akibat beban me
rata ekivalen dari komponen 1/8qpl2, sehingga:
jI
qP =
ar(e )
;aks - beban terbagi rata ekivalen arah ke atas
I
t ;
Gambar 11.18. Sketsa Conteh 11.s
Penampang A-A

,
Wnetto= w (total ke bawah) dengan menggunakan tepi atas flans sebagai garis acuan,
l

y = 1240(80)(40)+200(610}(385) + f (50)(610)(283,33)
-qp
Mnetto = -
8
W netto p.
1240(80)+200(61O)+ f (50)(610) = 233,70 mm
f= _ f's :t M nettoY eksentrisitas tendon terhadap garis netral ad alah (lihat Gambar 11.19):
Ac I e = 690 - 233, 70 - 80 = 376,30 mm

C on toh 11.5. Moman inersia terhadap garis netral adalah :


Untuk balok prategangan dengan penampang potongan seperti tampak pada Gambar I = 1112(1240)(80} 3 + 1240(80)(193, 7)2 + 1112(200)(610)3
11. 19, ben·kan analisis tegangan lentur di tengah bentang pada saat transfer dan + 200(610)(151,3)2+ 1136(50)(610)3 + 112(50)(610)(49,63)2
pela yanan dengan cara pengimbangan beban. Gunakan tendon prategangan yang = 10703476000 mm4
terdiri dari 7 kawat, diameter 12,7 mm, dengan Aps = 9,87 mm2, kuat ultimit 184 kN,
Esp = Pengimbangan beban :
193000 MPa. Letak tendon di tengah arah lebar badan balok, pusatnya berjarak 80 mm Beban imbangan diambil70% dari beban total.
dari tepi bawah. Kuat hancur beton fc' = 35 MPa, pada waktu transfer kuat beton telah beban hidup = 1,24(2,50) = 3,1 o
mencapai 0,75 kuat hancurnya, Eb= 29000 MPa. Beban mati berat sendiri balok dan plat kN/m'
beban otaf = Wu+ Wbs+ Wot = 3, 10 + 6,0 + 3,50 = 12,60 kN/m'
beton Wbs = 6 kN/m', beban mati yang bekerja pada balok dan plat Wot = 3,5 kN/m', be
=
ban hidup wLL 2,50 kN/m2, panjang bentangan balok 17,0 m danjarak antar-sumbu ba . beban tmbangan =
0,70(12,60) =
8,82 kN/m' (ke atas} ·
/ok 1,24 m. Beban imbangan dfambil 70% dari beban total, sedangkan gaya efektif satu Moman 1mbangan, mb= 11a(8,82){17)2= 318,623 kNm
kawat diambil 60% dari kuat ultimit, tegangan baja kuat tarik tinggi 72% kuat ultimitnya. M;mb= T(e)= T(0,3763)
T = 318,623_ .·
0,3763 -846,726 kN
Peny elesaian
Geometri penampang : Gaya efektif satu kawat untaian = 0,60( 184} = 110,40 kN
menentukan lebar efektif flans balok-T: Jumlah kawat untaian perlu = _I_= 846·?26_
77b
114panjang bentang: 114(17000) = 4250
mm h
110,40 110,40 - · ua
b0 + 16 h,: 200 + 16(80) = 1480 mm
gunakan 8 buah kawat untaian diameter 12,5 mm.
jarak p.k.p. antar-balok: 1240 mm :::. tetapkan lebar efektif flens b = 1240
mm Letak garis netral:
(Ay} Gaya kerja efektif =_I = 846, 726_
1472 - 57.5 '0
0

y = - 8(184)
IA
414 BAB 11 OASAR·OASAR SETON
BAB 11 DASAR-OASAR BETON PRATEGAHQAN 415
PRATEGANGAN

1240 ./
T = M1mb = 318,623 8461726 kN

r
1.{? ::::/}';:::::: ::::::;:::::::::::::: :::::::=::: .:\}':_'_.'..'_.'._'.'.::: ::_:::::::::::-::::;\:- 9 0,3763
{:::::::;;:::;::::;:::::-::;::;_2y{
·-··:-:-:::::::

690
::::::::::::::;::: :=::::
::,::::; ·:::·· f= _.I ± Mtdl c
:::::d: :; ? e = 376.30 I Ab lb
3 6

I =_ + (456,30) + MPa
136,553(10) 2 240
_846,726(10)
80 '
, 200
' s=
fiJawah 236450
846,726{10)
3
10703476000
6
136,553(1O} (233,70} :::-
6 63
'
MPa
236450 10703476000
Tegangan ijin beton tahap beban kerja sesuai SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.11.4 ayat 2
Gambar 11.rn. Sketsa penampang Cc;-;'.c:-i 1i.5 adalah:
Tegangan pada tepi desak : 0,45 fc'= 0,45(35) = 15,75 MPa
Kemudian menghitung tegangan-tegangan yang terjadi. sebagai berikut: Tegangan pada tepitarik : 1o.V fc'= 112Y35 2,958 MPa =
a) Tegangan-tegangan awal (pada transfer) : . Karena 6,563 < 15,75 dan 2,240 < 2,958 maka tegangan di dalam balok masih memenuhi
Dengan menggunakan baja kuat tarik tinggi 8012,5 mm di mana tegangannya 72% dan syarat.
kuat ultimitnja. maka: .
Ptr = 0,72(8)(184) = 1059,84 kN I

pada keadaan awal terdapat beban kerja berat sendiri balok dan plat = 6 kN/m
Mrr =1ta(q1,)(17)2 = Prr (e) 11 .8 KUAT LENTUR KOMPONEN PRATEG ANG A N
qtr = 11,04 kN/m'
beban oleh gaya prategangan yang tak diimbangi: q1r -6 5,04 kN/m' (arah ke atas) = Seperti telah dikemukakan di depan, baja kuat tinggi untuk pratagangan tidak menunjuk
momen tak diimbangi Mrdi = 11a(5,04)(17)2 = '182,07 kNm
kan karakteristik titik luluh pasti seperti halnya pada baja daktailnormal yang digunakan
f = - P,, :M tdi c un tuk penulangan beton biasa. Mengacu kepada pembahasan Bab 2.7, penampang
Ab lb kom
ponen struktur baton bertulang mancapai kaadaan kaseimbangan regangan apabila bar
1059,84(10)
3 6
+ (233.7o) =-0,507 MPa sama-sama tercapai regangan baton eb =
0,003 di serat tepi tertakan dan regangan tu
182,07(10)
fatas = 236450 10703476000 langan baja tarik mencapai luluhnya. Pada baton pratagangan, karana titik luluh baja kuat
182,07(10) (456.30) =-12244 MPa
3 6
1059,84(10) tinggi tidak jelas lataknya maka konsep keruntuhan berimbang barubah.
fbawah = 236450 - 10703476000 kN/m momen tak diimbangi, Mtdi = 11s(3,78)( 17)2 136,553 kNm =
Tegangan ijin sesaat setelah pelimpahan (transfer) prategangan, sebelurn kehilangan te
gangan, diukur terhadap kuat desak baton pada saat prategangan awal ( fc/ ; MPa)
sesuai
ketentuan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.11.4.
Tegangan pada tepi tekan : 0,60 fc/ = 0,60(0,75)(35) = 15,75 MPa
Tegangan pada tepi tarik : 114'/ fc/ = it4'1{O,75(35)} = 1,289 MPa . . .
Karena 12,244 < 15,75 dan 0,507 < 1,289 maka sampai dengan tahap m1 balok
mas1h memenuhi syarat.

b) Tegangan-tegangan akhir {pelayanan beban kerja) : ,


Beban yang tak diimbangi: beban total- 70% = 12,60 -8,82 = 3,78
pembahasan. Cara demikian ditempuh untuk memudahkan pe mahaman pengertian
Pertama-tama ditinjau komponen struktur baton pratagangan di mana dasar yang harus dikuasai, dan dengan sendirinya perfu melakukan panyesuaian
tendon dilekatkan atau bonded, untuk cara pra-penarikan dan penarikan puma. seperlunya sewaktu mengacu katantuan SK SNI T-15-1991-03 kar :ma per aturan
Di samping itu, pembahasan juga hanya meliputi komponen-komponen memperhitungkan keadaan prategangan sebagian yang rnana pengaruh penu langan
struktur baton prategangan yang mengandung tulangan prategal)gan saja, nonprategangan juga termasuk dipertimbangkan.
yang disebut sabagai sistem prategang an penuh. Oengan demikian pengaruh
=

j
Untuk mewakili ekivalensi batas maksimurn rasio penulangan, p 0,75p,,. seba
penulangan nonprategangan untuk sementara ti dak diperhitungkan dalam gaimana berfaku untuk baton bertulang biasa, SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.11.a ayat 1
I

ii I

4 16 BAB 11 OASAR-OASAR BETON PRATEGANGAN BAB 11 DASAR-OASAR BETON PRMEGANGAN 4 17

ria batas rasio antara baja tulangan prategangan dan tulangan fps = tegangan tarik dalam tulangan ptategangan, yang merupakan nilai te
menggunakan krite
nonpra tegangan adalah: gangan rata-rata di dalam baja prategang pada saat dicapainya kuat
- Pp fps
Wp - f I
= 0 361{3
,
mo men nominal Mn- Ni.lai tersebut sebagai pengganti dari fy. karena
c baja kuat tarik tinggi tidak menunjukkan titik luluh yang jelas.
·rupakan fungsi kelas mutu baton (lihat bab 2.6),
dimana, 131 = konstanta me
Se!anjutnya, apabi!a persamaan-persamaan tersebut dimasukkan ke dalam persamaan ku
yang
= = rasio penulangan baja prategang Aps fps _ f:b bd f ps Pp f ps d
bd . . a = 0,85 fc' b - 0,85 fc' b 0,85 fc'
fps= tegangan dalam tulang rategang bila kuat momen Mn d1capa1.
di mana, Aps = luas penampang baja prategangan,
Dengan demikian syarat persamaan men1ad1:
Pp f ps ::s; 0 36 R1 = Aps = rasio penulangan penampang komponen prategangan
f I I p
Pp bd
c .
'kan batas maksimum letak garis netral 0,423d dan bse-
ada dasamya persamaan memb en
at tepi tertekan apabila kuat momen Mn dicapai, yang setara dengan batas 0,75 xb se a-
aaimana ditentukan dalam Bab 2.7. .· b . b ·kut·
rt' d"1ketahui untuk penampang beriaku keseimbangan gaya-gaya se aga1 en .
epe 1 • ·k
jumlah gaya tekan = jumlah gaya tan
l_ No = l.NT
di mana untuk penampang persegi berlaku:
L No = 0,85 fc 'bf3,x
L NT = Aps/ps = PpfpJld
. d k N - o 36 f3 f 'bd dan apabila kedua ruas dibagi dengan f 'bd
apab1la x= 0,423 , ma a o - , 1 c . , .
maka akan didapatkan hubungan sebaga1 benkut:
Pp f ps = 0 36 f3
f I I f
c
dan persamaan tersebut merupakan ungkapan penampang bertulangan daktail {\iat) pada
komoonen struktur baton prateganga . . . ..
Sedngkan kuat momen nominal Mndiungk::pkan melalu• persamaan
benkut.
Mn= NT ( d -112 a)
-di mana NT = Aps fps
No= 0,85 fc'ba
dengan keseimbangan gaya-gaya, l. N0 = l. Nr. maka didapatkan:
at momen nominal akan didapatkan: maka nilai perkiraan fps disusun melalui persamaan sebagai berikut:
f1,f,,,d ) f = f (1 Y o Po fUJ )
Mn =Aps f,;s d- ( 05
P1 f11 1f ,?
1

f fc'
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kuat momen nominal tergantung pada
di mana , r P = 0, 28 untuk .El.. C?: 0, 90 pada kabel bebas tegangan, dan
nilai Pp dan fps- Nilai fps tidaklah sama untuk semua balok, semakin rendah rasio fpu

r p = O, 40 untuk-,
penulangan akan samakin tinggi nilai fpsi dan sesuai pula dengan nilai fpy
= 0, 85 pada kabel dengan relaksasi rendah .
regangannya. pu

Untuk menjamin penampang bertulangan fiat (daktail),


Bardasarkan atas beberapa pertimbangan sehubungan dangan Pp f ps
parkembangan praktek pelaksanaan struktur baton prategangan, yang antara lain Wp --,-=0,36 /31
ialah: c

1) sairing dengan meningkatnya penggunaan kabel prategangan dengan Apabila menyertakan pengaruh penulangan nonprategangan pada penampang, persa
maan di atas berubah menjadi persamaan (3.11-3) SK SNI T-15-1991-03 pasaJ 3.11.7
relaksasi ren dah, di mana kuat luluhnya dapat mencapai fpy= 0,90fpu.
ayat 2 sebagai berikut:
2) penggunaan kabel yang stress relieved (bebas tegangan), di mana kuat luluh fpy =
0 ,85fpu. f = f {1-( Po fp.i + d (w -
ps PJ f3 f ,
ro') )}
3) semakin meningkatnya mutu baton yang dapat dicapai di lapangan, di

-----------------
1 c p
mana untuk baton dengan nilai fc '> 35 MPa, nilai {31 lebih kecil dari 0,81

-
BAB 11 DASAR-OASAR BETON PRATEGANGAN 4 19

4 18 BAB 11 OASAR-OASAR BETON PRATEGANGAN

untuk strand yang stress relieved :


fse 0,50fpu fpy
dimana. t•• dalah tegangan efeklif tulangan prategang sesudah ,-o.as dan r p = 0,40
memperhltungkan
semµa kehilangan prategangan yang mungkin pu
terjadi. fps = 1300 (1 0,40 ( 0,0094)(1300 )\
PP 1pu d (a>
f +
I d
-roj) O 17
7
sahingga r i::"
\_v,.j }
0 81
I )I = 1076

( c p

dimana, d' s. 0,15dp Pemeriksaan daktilitas penulangan :


Untuk komponen struklur yang menggunakan tendon prategangan tanpa lekatan (tanpa ro
P
= Pp f ps 0,009 4( 1076)
fc ' 3 5 = 0,289 :S 0,36 /11 = 0,36 (0,81) = 0, 2916
grouting) dan dengan rasio perbandingan antara bentangan terhadap tinggi komponen

ti· dak lebih dari 35: Perhitungan momen nominal :


No= Nr
Nr = Aps fps
No= 0,85 fc 'ba
di mana, fps s. fPY a Aps fps 1000(1076)
fps S ( f58 + 400) 0,85 fc' b 0,85 (35)(250) 145mm <0,423 d =180mm
Sedang untuk komponen struktur yang menggunakan tendon prategangan tanpa lekat· =
an (tanpa grouting) dan dengan rasio perbandingan antara bentangan terhadap tinggi
kuat momen nominal, Mn= No (z) = Nr(z}
komponen lebih besar dari 35, nilai te gangannya:
de an z= h -112a = 425 -112(145) = 352,5 mm
fc' ng Mn = Nr(352,5) = 1000(1076)(352,5) = 379,29 kNm
fp5 = f56 + 70+ -
300 Pp
Pemeriksaan terhadap beban yang bekerja :
dimana, fps S fpy MoL = 88 kNm
fps S Use+ MLL = 113 kNm
200)
Mu = 1,2 MoL + 1,6 Mu
C o n to h 1 .6 .
Ap a b i la pa da C ontoh 11.3 ditentukan bahwa strand bebas tegangan M perlu - M u _ 1,2(88) + 1 ,6(113)
n - tP - O , B =358 kNm < Mn = 379,29 kNm
(stress relieved) dengan fpu =
1300 MPa. berikan analisa pendekatan kuat ultimit
dengan mengabaikan

penulangan nonprategangan. C onteh 11.7.


Apabila pada ontoh 11A. mengguna!<an kabel strand bebas tegangan dengan f -
Peny elesaian. 1300 MPa, berrkan analisis pendekafan kuat ultimit dengan mengabaikan penulanua
Pendekatan nilai tegangan sewaktu kuat momen nominal dicapai: nonprategangan, untuk keadaan bonded dan unbonded, bentangan balok 16 m.
f = f (1 Y P PP fru )
ps ;:v (3, fc Penyelesaian.
Menghitung fps :
Aps 1000
P p = bd 250( 425) 0,0094 Pendekatan nilai tegangan sewaktu kuat momen nominal dicapai:

f = 686 MPa>1/2 fpu= 112(1300) = 650 MPa f


ps
=f
pu
(1 y P Pp f Pl )
R f '
59
Pf c
untuk fc'= 35 MPa, /31 = 0,81

J
BAB 11 DASAR-OASAR SETON PRATEGANGAN 421
4 2 O BAB 11 OASAR-OASAR SETON
PRATEGANGAN

12 16 11
_ Aps _ 1000 O, M perlu = M u = (S$ + • 358 kNm <Mn·= 373.4 kNm (bonded )
0095 (

n rp 0,8
Pp - bd - 250 (420 ) Mn perlu =358kNm >Mn =312,04kNm (unbonded)
fse ::= 755 MPa>1i2 fpu = 112(1300) = 650
MPa
untuk fc'=35 MPa, /J1-= 0,81
11.9 KUAT GESER KOMPONEN PRATEGANGAN
dan untuk strand bebas tegangan:

h o.as dan Y p = 0,40 Analisis kuat geser untuk komponan struktur baton prategangan pada dasamya sama de
fpu MPa ngan yang dikerjakan untuk baton bartulang saparti yang talah dibahas pada Bab 4. Kuat
0,40(0,0095)(1300)) =1073
sehingga, fps = 1300 ( 0,81 gesar nominal total dinyatakan sebagai jumlah kuat gesar yang disumbangkan olah baton
1 (35) Vedan tulangan geser Vs-
Pemeriksaan daktilitas penulangan : Sasuai dengan SK SNI T-15-1991-03, dan seperti yang diberlakukan pada struktur
PP f ps _ 0,0095 (1073) 0,2912 s 0,36 tJ 1 =0,2916 baton biasa, tersadia dua cara untuk manentukan Ve. Apabila gaya prategang efektif
Wp = f I - 35
e tidak kurang dari 40% kuat tarik tufangan baja lentur, Ve dapat dihitung dari persamaan:

Perhitungan momen nominal (bonded):


\/c, = (- 2 - " ' 5MVu d )b d
2 0 Y 1c + w
u
N0 = Nr
dengan batasan Ve s (0,4V fc' )bwCf, dan tidak perlu kurang dari ( 11sv' fe' )bw d, Vud!Mu
NT = ApJps
No = 0,85 fe' ba tidak boleh lebih dari 1,0 di mana Mu adalah momen terfaktor yang terjadi secara
barsamaan de ngan Vu pada panampang yang ditinjau. Unsur d dalam VudiMu adalah jarak
Aps fps - 1000 (107 = 144mm < 0,423 d =178
mm dari serat tepi tekan terluar ke titik berat tulangan prategang.
a= o. 85 fc' b - 0,85 (35)(250) Kuat geser Ve boleh pula diperhitungkan sebagai nilai terkecil dari persamaan-per
kuat momen nominal, Mn =
No (z) = Nr(z) samaan Ve1 dan Vcw berikut ini:
= 348 mm
dengan z = h -1.e a= 420 -112(144}
Mn = NT(348) = 1000(1073)(348} = 373,40 kNm v.={( R)t>w d+V,+ HR)t>wd
I!
dimana ,
Perhitungan mamen nominal keadaan unbonded :
II
nilai banding bentangan terhadap tinggi balok: 16000/500 = 32
35
fc' 862 MPa dan nilai Mmaks dan harus dihitung dari kombinasi beban yang menimbrJlkan momen '11,
frs =fss + 70+ 100 Pp = 755+ 70+ 100(0,0095t I

V1
MLL = 113 kNm
Mu = 1,2 Mot + 1,6 MLL
Aps fps 1000(86 116mm <0,423 d =178
mm
a= 0,85 fc' b 0,85(35)(250)
kuat moman nominal, Mn = No (z} = Nr(z}
dengan z = h-1.2 a= 420 -112(116) = 362 mm
Mn = Nr(348) = 1000(862)(362) = 312,04 kNm
Pemeriksaan terhadap beban yang bekerja :
Mot = 88 kNm
maksimum pada panampang yang ditinjau, dengan y, adalah jarak titik yang menimbulkan tegangan tarik utama sebesar 1!3v'fc' pada sumbu pusat komponen
pusat penampang struktur, atau pada pertemuan flans dengan badan balok jika sumbu pusat berada
balok ke tepi atas. dalam flans. Metode menggunakan Ve1 dan Vew febih teliti dan tidak terpengaruh olah
Vew= 0,30(vfe'+ fpc )bw d+ Ve besar gaya prategangan yang dipakai.
Sebagai alternatif, Vew boleh dihitung sebagai gaya geser Seperti yang berlaku pada komponen struktur baton bertulang, sumbangan penu
yang berkaitan dengan baban mati ·1ambah beban hidup langan geser terhadap kuat geser adalah:
BAB 11 OASAR-DASAR BETON PRATEGANGAN 423
BAB 11 OASAR-DASAR SETON pRAfEGANGAN
422

Avf ,d SOAL-SOAL
v s --
,
mt- be s rategangan juga harus diberi jumlah .
1
Demikian pula apaila Vu > ll·sv' _t -o jumlah tulangan geser minimum 11-1. Sebuah balok baton tanpa tulangan persegi, lebar 250 mm, tinggi 450 mm, terletak
ter-
c ;
nimum tulangan geser.Sesua& 3 pada dukungan sederhana bentangan 6,0 m, tanpa beban lain kecuali berat sen- ·
51 .
sebut adalah: diri. Tentukan tegangan lentur yang timbul di tengah bentang, fc'=35 MPa.
1 bw S
Av = -( 11-2. Balok yang sama dengan Saal 11-1 diberi gaya prategang Ps= 820 kN. Tendon
3 y
de
k nan struktur prategang saja, dengan gaya prata- ngan Ar.is= 794 mm2 dipasang tepat di pusat berat balok. Hitung tegangan-tegang
sedangkan u.nt k unsur-unsdur. ; at tarik tulangan lentur, maka luas tulangan an di dalam balok pada saat transfer di tengah bentang. Tidak ada beban lain kecua
geser gangan efektlf tldak kurang an io
minimum adalah:
Av _ Aes f pu S
f !!
li berat sendiri balok. Gambarkan diagram tegangan lengkap.

11-3. Tendon di dalam balok pada Seal 11-2, di tengah ditempatkan pada jarak
_ bentang,
- ao tyd 280 mm dari tepi atas balok. Dengan pembatasan tidak boleh terjadi tegangan
tarik, tentukan beban kerja merata maksimum yang dapat ditambahkan pada berat
di mana, bw sehdi ri. yang dapat didukung oleh balok, dan ditentukan berdasarkan tegangan-
Aps= luas penampang baja prategang tegang an yang timbul di tengah bentang. fct= 24 MPa dan fc' = 35 MPa.
fpu = kuat tarik baja prategang
tY = kuat luluh tulangan geser

. kokan tendon yang dimaksudkan untuk


11-4. Sama dengan Saal 11-3. kecuali letak tendon di tengah-tengah bantang pada jarak
mengu- Dengan d1lakukannya pembeng I t d. u·iung balok
ternyata memberikan _ 330 mm di bawah tepi atas balok, dan tegangan ijin seperti ketentuan dalam SK
1
· · t mperkecil momen en ur •
rangi eksentns1tas a au me . n at bermanf aat untuk melawan gaya ge- SNI T-15-1991-03 pasal 3.11.4.
dampak timbulnya gaya vert1kal ke ats yan· a g hingga dapat pula mengurangi
atau ser yang diakibatkan oleh beban mat1 dan ' up, se 11-5. Balok persegi lebar 300 mm, tinggi 450 mm, bentangan sederhana 10,0 m meng
mengimbangi gaya lintang. gunakan baja prategangan yang dipasang tepat di tengah-tangah lebar pada jarak
50 mm dari sisi bawah, diberikan tegangan tarik awal 1100' Ma. fpu = 1720 MPa,
fc/= fc'= 35 MPa, dan n= 7, (a) Hitung tegangan-tegangan baton di atas, di bawah,
dan tagangan baja pada saat pelimpahan tegangan sesaat setalah pemotongan ka
bel, (b) Hitung kambali tegangan-tegangan tarsebut satelah terjadi kehilangan pra
tagangan 20%, berapa beban kerja maksimum yang dapat disangga balok. Tinjal!
an penampang hanya berdasarkan momen lantur maksimum saja.

· 11-6. Sebuah balok-T baton prategangan, perletakan sederhana bentangan 25,0 rr..
Pada tengah bantang: y 1 = 408 mm, Yb = 792 mm, eksentrisitas tendon (ke bawah)
e = 712 mm. Saban kerja hidup 15,7 kN/m', beban kerja mati tambahan 6 kN/m',
berat baton 23 kN/ms, luas Ac
mm4,
=
755000 mm2, momen inersia lb =
117,6. 1Q9

kuat satu kawat untaian 0112", fps = 176,4 kN. Berapa jumlah kawat untaian yang
diperlukan dan besar gaya efektif sesungguhnya, apabila beban imbangan dit&n
tukan 70% dan gaya tendon 60% dari kuat ultimitnya? Apabila tegangan baja kJat
j
tarik tinggi 65% dari kuat ultimitnya, apakah tegangan-tegangan pada
transfer dan akhir memenuhi persyaratan? fc'= 30 MPa.
424 BAB 11 OASAR-OASAR BETON PRATEGANGAN ·

11-7. Sebuah balok baton prategangan cara penarikan puma seperti tergambar, terletak
pada dukungan sederhana bentangan 16,0 m, selanjutnya fc'= fct'= 35 MPa, fps=
930 MPa, Es= 188000 MPa, Ee= 31000 MPa, Aps= 2000 mm2, kehilangan prate
gangan 20%, beban kerja mati 7,80 kN/m', beban kerja hidup 6,60 kN/m'. Kawat
t2
...
baja grouted dengan pusat kawat baja berimpit dengan pusat lubang, diameter
lu bang 60 mm. Berapa tegangan akhir pada baja?
PENULANGA N STRUKTUR
TAHAN GEMPA

12.1 PENDAHULUA N

Standar SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.14.2 memberikan ketentuan-ketentuan tata-


cara perencanaan dan pelaksanaan penulangan struktur bangunan baton bertulang
yang di rencanakan tahan terhadap gempa. SK SNI T-15-1991-03 (demikian pula buku
Gambar Saal 11·7
ini) tidak memberikan secara spesifik langkah-langkah atau standar analisis dan
perencanaan struk tur bangunan tahan gempa. Untuk itu pembaca dipersilakan
11-8. Suatu plat baton prategangan, tebal 250 mm, tulangan pokok satu arah berupa mengacu pada buku-buku penerbitan lain yang memberikan pembahasan secara
kawat ungrouted, diameter 7 mm, berjarak 175 mm, lubang selubung untuk kawat
khusus. Pada prinsipnya, ketentu an perencanaan diberikan untuk gaya rencana akibat
berdiameter 1o mm, posisi kawat konsentrik terhadap lubang, jarak titik berat
gerak gempa yang ditentukan ber dasarkan dissipasi energi di dalam daerah nonlinear
kawat
dari respons struktur yang dimaksud kan. DaJam hal ini, beban lateral rencana dasar
di tengah bentangan 15 mm terhadap tepi bawah sedangkan di ujung-ujung ben
akibat gerak gempa untuk suatu daerah ha rus diambil sesuai dengan ketentuan yang
tang eksentrisitas kawat 1O mm di atas titik berat penampang. Apabila berat beton
ditetapkan dalam SK SNl-1.726-1989-F ten tang Tata Cara Perencanaan Ketahanan
23 kN/m3, beban kerja hidup 3,9 kN/m2, kuat tarik baja 1470 MPa, fps= 1030 MPa
Gempa untuk Rumah dan Gedung. Dalam stan dar tersebut ditentukan bahwa gedung-
(sebelum terjadi kehilangan prategangan 17%), f,,' =f/=35..MPa, Ee = 31000 MPa, gedung dengan segenap komponen struktur pe nahan gempa harus direncanakan dan
sedangkan Es = 196000 MPa, berapa bentangan maksimum di atas perletakan dibuat detailnya sedemikian rupa_ sehinga keselu ruhannya mampu memberikan
sederhana? perilaku daktail sepenuhnya. Ketentuan tersebut didasar kan pada kenyataan bahwa
secara ekoriomi tidaklah lazim untuk merencanakan struktur gedung sedemikian kuat
11-9. Balok pra-penarikan persegi lebar 300 mm, tinggi 600 mm, perfetakan sederhana sehingga tahan terhadap gempa secara elastik. Sehubungan dengan haJ tersebut,
dengan bentangan 12,0 m. Tendon ditempatkan di tengah-tengah lebar pada jarak peraturan menetapkan suatu taraf gempa rencana yang menjamin struktur gedung
175 mm dari tepi bawah dengan luas penampang Aps = 1562,5 mm 2, dipratarik tidak rusak sewaktu menahan gempa kecil atau sedang. Sedangkan se waktu
dengan gaya 1300 kN setelah kehilangan prategangan. Jika fc/ = fc' = 35 MPa, menahan gempa kuat yang lebih jarang terjadi, struktur mampu mempertahankan
be rapakah beban hidup merata yang dapat dipikul dengan aman oleh balok perilaku perubahan bentuk secara daktail dengan memancarkan energi dan membatasi
tersebut? gaya gempa yang masuk ke dalam struktur melalui pola rencana yang terkendali sehingga
tidak mengakibatkan keruntuhan tatal.
426 BAB 12 PENULANGAN STRUKTUR TAHAN
GEMPA
BAB 12 PENULANGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA 427

Falsafah dasar tersebut diberlakukan untuk segenap komponen struktur


gedung, yang apabila berhasil diterapkan akan menjamin terbantuknya sen?i-sendi
plastis yan letaknya menyebar sewaktu struktur secara keseluruhan mengalamt
!"ngaruh-pengarun gaya gempa yang, melampaui perhitngan gempa rencana.

12.2 PEMENCARAN ENERGI DAN


TINGKAT DAKTILITA S

Tujuan untuk mengandalikan dan mempertahankan perilaku elasto-plastis dalam struktu


pada waktu menahan gaya gempa merupakan dasar untuk teknik pencadangan energ1
yang dipakai dalam perencanaan struktur daktail, di_m a perilaku st_ruktur yang
men:as kan setelah melampaui batas elastik harus tetap teriamm dengan ba1k. Dengan
sendinnya hal demikian berbeda dengan dasar-dasar yang digunakan pada respons
elastik, di mana seluruh energi potensial yang tersimpan dikembalikan menjadi energi
kinetik seluruhnya. b) Sendl Pfastls pada kolom-kolom

Apabila sistem struktur telah ditentukan, tempat-tempat yang direncanakan _bagi Gambar 12.1. Pola pembentukan sendi plastis
sendi-sendi plastis untuk pemencaran energi harus ditentukan dan dibuatan deta1lya
sedemikian rupa sehingga komponen struktur yang bersangkutan benar-benar Sedangkan di lain pihak, dengan menggunakan balok-balok kuat dan lebih kaku,
berpenla ku daktail. Mekanisme terbentuknya sendi plastis dikendalikan dan diarahkan meka nisme goyangan portal dengan sendi-sendi plastis terbentuk pada kolom-kolom
agar timbul di tempat-tempat yang direncanakan dengan cara meningkatkan kuat dari satu tingkat seperti tampak pada Gambar 12.1.b, yang pada umumnya hanya
komponen-ko po nen struktur yang bersebelahan. Komponen-komponen struktur lain diizinkan untuk rangka struktur rendah, karena alasan-alasan sebagai berikut :
tersebut harus d1be ri cukup cadangan kekuatan untuk menjamin berlangsungnya a) pemencaran energi berlangsung terpusat di dalam sejumlah kecil komponen struktur
mekanise pemencaran energi selama gempa berlangsung. Sebagai contoh, di dalam kolom, yang mungkin tidak memiliki cukup daktilitas karena besamya gaya-gaya
mekamse goyangan rangka portal dengan sendi-sendi plastis yang terbentuk ?alam aksial yang bekerja bersamaan,
balokbalok, JUmlah keku atan kolom-kolom pada suatu titik buhul harus dibuat leb1h b) daktilitas yang dituntut pada kolom-kolom untuk mencapai tingkat daktilitas tinggi
besar dan kekuatan baloknya untuk memaksa terjadinyasendi plastis di dalam balok. akan sulit dipenuhi, dan
Oengan demikian, mekanisme goyangan portal dengan sendi-sendi plastis c) simpangan besar yang terjadi pada struktur mengakibatkan timbulnya efek P-11
terben tuk dalam balok-balok seperti tampak pada Gambar 12.1.a hendaknya sel_alu yang merupakan kondisi berbahaya bagi stabilitas struktur.
diusahakan sejauh keadaan memungkinkan, karena akan memberikan keuntungan-
keuntungan se bagai berikut : Pada bab-bab terdahulu dalam buku ini telah dibahas berbagai kasus
a) pemencaran energi berlangsung tersebar dalam banyak komponen, perencanaan komponen struktur agar berperilaku daktail untuk menghindari
b) bahaya ketidakstabilan struktur akibat efek P-11 hanya kecil, keruntuhan getas. Daktili tas suatu struktur pada hakekatnya adalah perbandingan
c) sendi-sendi plastis di dalam balok dapat berfungsi dengan sangat baik, yang antara simpangan maksimum rencana dengan simpangan luluh awal pada komponen
memung kinkan berlangsungnya rotasi-rotasi plastis besar, dan struktur yang ditinjau. Standar SK SNI T-15-1991-03 menetapkan tingkatan daktilitas
d) daktmtas balok yang dituntut untuk mencapai tingkat 4 pada umumnya dengan rencana untuk struktur baton bertu lang, yang dibagi dalam tiga kelas sebagai berikut :
mudah dapat dipenuhi. 1) Tingkat dakti/itas 1 :
Struktur baton bertulang diproporsikan sedemikian rupa sehingga ketentuan tambah
an atas penyelesaian detail '/ struktur hanya sedikit. Struktur sepenuhnya berperilaku
a) Sendl Plastls pada balok-balok
elastis, µ = 1 (di mana µ adalah daktilitas simpangan struktur}. Beban gempa
rencana
4 2 8 -- BAB 12 PENULANGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA BAB 12 PENUl.ANGAN STRUKT\JR TAHAN G 429

harus dihitung berdasarkan faktor K = 4 ( K adalah faktor jenis struktur, suatu dalam analisis, dan se-
konstanta yang menggambarkan kemampuan respons inelastik struktur akibat
bekerjanya beban gempa Merupkan fungsi tipe struktur dan kemampuan daktilitas
bahan komponen yang bertugas sebagai pemencar energi. Semakin tinggi nilai K.
semakin rendah ke mampuan daktilitasnya, lihat Daftar 12.1).
2} Tingkat dakWitas 2 : ,
Struktur beton bertulang diproporsikan berdasarkan suatu ketentuan penyelesaian de
tail khusus yang memungkinkan struktur memberikan respons inelastik terhadap
be ban siklis yang bekerja tanpa mengalami keruntuhan getas, µ= 2. Kondisi
demikian di namakan juga sebagai daktilitas terbatas. Dalam hal ini beban gempa
rencana harus di
perhitungkan dengan menggunakan nilai faktor Kminimum = 2.
3) Tingkat daktilitas 3 :
Struktur baton bertulang diproporsikan berdasarkan suatu ketentuan penyelesaian de
tail khusus yang memungkinkan struktur memberikan respons inelastik terhadap be
ban siklis yang bekerja dan mampu menjamin pengembangan mekanisme terbentuk
nya sendi-sendi plastis dengan kapasitas dissipasi energi yang diperlukan tanpa
meng
alami keruntuhan, µ = 4. Kondisi ini dinamakan juga sebagai daktilitas penuh. Dalam
haJ
demikian beban gempa rencana harus diperhitungkan dengan menggunakan nilai fak
tor Kminimum = 1.

12.3 P ERSYARATAN PERENCANAAN


DAN ANALISIS

Standar SK SNI T-15-1991-03 mensyaratkan bahwa perencanaan proporsi rangka baton


bertulang penahan gaya gempa dengan tingkat daktilitas 2 harus didasarkan pada keten
tuan pas al 3.14.9, sedangkan untuk tingkat daktilitas 3 berdasarkan pasal 3.14.2
sampai degan 3.14.8. Kesemuanya harus tetap memenuhi persyaratan umum baton
bertulang yang tercantum dalam pasal 3.1 sampai dengan 3.11, termasuk pula faktor
reduksi kekuat an harus diambilsesuai dengan ketentuan pada pasal 3.2.3. Dengan
sendirinya, demiki an pula halnya persyaratan untuk rangka struktur dengan tingkat
daktilitas 1.
Komponen struktur kaku yang diasumsikan tidak merupakan bagian dari sistem
pe- nahan gaya lateral dapat digunakan asalkan pengaruhnya atas respons sistem
struktur ke seluruhan ditinjau dan diperhitungkan dalam perencanaan. Konsekuensi
atas kerun tuhan komponen struktural dan nonstruktural yang bukan merupakan bagian
dari sistem penahan gaya lateral juga harus diperhitungkan. Dengan demikian, interaksi
semua kom ponen struktural dan nonstruktural yang secara nyata mempengaruhi
respons struktur ba ik linear maupun nonlinear terhadap gerakan gempa harus ditinjau
Oaftar 12.1 . sistem penahan gaya lateral harus juga memenuhi ketentuan pasal 3.14.8 dari SK SNI
Faktor
T-15-1991-03.
jenis
Struktur Kuat tekan bahan baton fc yang digunakan untuk komponen struktur penahan ga
K ya akibat gempa tidak boleh kurang dari 20 MPa. Sedangkan apabila menggunakan ba
{dlk darf Tabel
han agregat ringan, kuat tekannya 3.14.1boleh
tidak SK SNI T-15-1991-o3)
melampaui 30 MPa. Baja tulangan
penahan gaya lentur dan aksial akibat gaya gempa yang digunakan untuk komponen
Janis Struktur Janis Bahan Bangunan K struktur rang ka dan dinding partisi harus memenuhi ketentuan ASTM A-615. Baja mutu
Rangka baton bertulang 1,0 300 dan 400 boleh digunakan untuk komponen struktur tersebut, apabila :(a) kuat luluh
baton prategang parsial 1,4 aktual berda sarkan pengujian di pabrik tidak melampaui at luluh yang ditentukan lebih
Dinding Gaser beton bertu!ang 1,0
rangka daktail dari 120 MPa, dan (b) rasio tegangan tarik batas aktual terhadap kuat luluh tarik aktual
Dinding Geser beton bertulang 1,0 nilainya tidak ku rang dari 1,25.
kantilever daktail
Dinding Geser baton bertulang 1,5
kantilever dakti-
litas terbatas 12.4 STRUKTUR RANGKA DENGA N BEBAN
Rangka dengan beton bertulang 2,5
ikatan diagonal
LENTUR DAN BEBAN AKSIAL KECIL
Struktur Kantilever baton bertulang 2,5
tidak bertingkat Komponen yang dimaksud adalah komponen rangka yang bertugas menahan gaya
Cerobong, baton bertulang 3,0 gem pa dan diproporsikan terutama untuk menahan lentur dengan gaya tekan aksial
Tangki kecil
terf aktor yang bekerja pada komponen tersebut dibatasi tidak lebih dari :
Ag fc '
10
mua komponen struktur yang diasumsikan bukan merupakan bagian dari
43Q BAB 12 PENULAHGAN STRUKTUR TAHAN GEMA\

BAB 12 PENULANGAN STRUKTUR TAHAH GEMPA 431


Apabila nilai tersebut dilampaui berarti beban tekan aksiaf lebih dominan, dan kompoen
digolongkan sebagai struktur yang akan dibahas pada Bab 12.5. Dengan mempert1m
Jarak spasi maksimum sengkang tidak boleh lebih dari :
bangkan perilaku yang berbeda pada komponen struktur langsing, maka untuk kompo
(1) seperempat tinggi efektif komponen, 114d,
nen struktur lentur yang dimaksud diberikan pula pembatasan geometri. Bentang bersih
komponen tidak kurang dari empat kali tinggi efektifnya, kecuali untuk balok perangkai (2) 8 kafi (atau 10 kaliuntuk tingkat daktilitas 2) diameter batang tulangan
memanjang terkecil,
dinding geser. Rasio lebar terhadap tinggi komponen tidak kurang dari 0,30 untuk struk
tur rangka dengan ingkat daktilitas 3, dan 0,25 untuk tingkat daktilitas 2. Sedangkan le
(3) 24 kalidiameter batang tulangan sengkang,
bar komponen tidak kurang dari 250 mm untuk tingkat daktilitas 3, atau 200 mm untuk (4) 200 mm untuk tingkat daktilitas 3, dan 300 mm untuk tingkat daktilitas 2,
{5) untuk tingkat daktilitas 3 :
tingkat daktilitas 2, dan harus lebih lebar dari komponen penumpunya.

Proporsi penulangan :
a) Untuk sembarang penampang komponen struktur lentur, jumlah tulangan untuk tingkat daktilitas 2 :
memanjang
, di bagian atas maupun bawah tidak boleh kurang dari : 3 fv As.1

bwd
14
t fy bw
bwd di mana : As. 1 = luas satu kaki tulangan melintang (sengkang), mm2,
dan rasio penulangan, ps7
fy As.a = luas tulangan memanjang atas, mm2,
-
Untuk kepentingan konstruksi (pelaksanaan), paling tidak harus disediakan dua
As,b = luas tulangan memanjang bawah, mm2,
batang tulangan menerus pada masing-masing kedua sisi atas dan bawah.
fy = kuat luluh tulangan memanjang, MPa
Sambungan tewatan pada tulangan lentur hanya dilaksanakan dengan memasangi
tu langan sengkang tertutup atau tulangan spiral di seluruh panjangnya. Jarak
12.5 STRUKTUR RANGKA DENGAN BEBAN
maksimum antar-tulangan melintang yang meliliti sambungan lewatan tersebut tidak
lebih dari di 4 atau 100 mm. Sambungan lewatan tidak boleh digunakan dalam LENTUR DAN BEBAN AKSIAL BESAR
daerah joint( pertemu an), dalam jarak dua kali tinggi komponen (atau h, untuk
tingkat daktilitas 2) dari muka joint, dan pada lokasi di mana analisis menunjukkan Bila pada komponen struktur rangka yang menahan beban lentur dan aksial yang
terjadinya luluh lentur akibat per pindahan lateral inelastis dari rangka. Sambungan ditimbul kan oleh beban gempa dengan besar gaya tekan aksial terfaktor melebihi nifai:
las dan mekanikal yang memenuhi syarat boleh digunakan untuk penyambungan
tulangan. Pelaksanaannya pada setiap iapis tulangan tidak lebih dari pengaturan -Aa-
berselang-seling dan memenuhi syarat spasi jarak penyambungan. Sehubungan fc '
dengan proporsi penulangan memanjang, kuat momen positif pada muka joint tidak 10
boleh kurang dari setengah kuat momen negatif yang disediakan pada sisi muka joint maka dimensi penampang terpendeknya tidak boleh kurang dari 300 mm (untuk tingkat
tersebut. Pada sembarang penampang kompo nen struktur, kuat momen positif daktilitas 3), atau 250 mm (untuk tingkat daktilitas 2). Rasio dimensi pendek penampang
maupun negatif tidak boleh kurang dari seperempat kuat momen maksimum yang terhadap dimensi yang tegak lurus padanya tidak boleh kurang dari 0,40. Sedangkan
per bandingan tinggi kolom terhadap dimensi pendek penampangnya tidak boleh lebih
terdapat pada kedua ujung joint.
besar da-ri 25. Untuk kolom yang menahan momen yang dapat berbaJik tanda,
b) Pada sepanjang dua kali tinggi (atau h untuk tingkat daktili1as 2) diukur dari muka
perbandingan
kom pone_n pendukung ke arah tengah bentang, di kedua ujung komponen struktur
nya tidak boleh lebih besar dari 16, sedangkan untuk kolom kantilever tidak lebih dari 1o.
lentur harus dipasang sengkang tertutup. Demikian pula untuk di sepanjang dua
Untuk struktur rangka dengan tingkat daktilitas 3, kuat lentur minimum harus me-
kali tinggi komponen pada kedua sisi dari suatu penampang di mana mungkin
menuhi persamaan-persamaan sebagai berikut :
berlangsung luluh lentur sehubungan dengan perpindahan lateral inelastis dari
l.Mu.k 0,70 W d l.Mkap,b
rangka.
:lM..i.k < 1,05 2: (M0 J< + MLk + o M:J< )
l.Mksp,b = ?a Mnak.b
4 3 2 . BAB 12 PENUl.AHGAN STRUKTUR TAHAN
GEMPA BAB 12 PEHULANGAN STRUKTUft TAHAN arMrA 4 3 3

dimana.
Sedangkan untuk struktur rangka dengan tingkat daktilitas 3, kuat lentur minimum kolom
Z.M u k = jumlah momen rencana kolom pada pusat joint (perteman).
harus memenuhi persamaan berikut :
Ku.at
· lentur kolom harus dihitung untuk gaya aksial terf aktor yang Mu,k '2 1,0S(Mo,k + ML,k+ wcl'ME.J
Gaya aksial rencana yang bekerja pada kolom sebagai berikut :
kons1s- ten dengan arah gaya lateral yang ditinjau. .
wd = koefisien pembesar dinamis yang memperhitungkan pengaruh dan Nu,k '2 1,0S(No,k + NL,k+ w PE.J
terbentuknya sendi plastis pada struktur secara keseluruhan = 1,3.
Proporsi penulangan :
l_M = jumlah momen kapasitas balok pada pusat joint, yang berhubung-
kap,b an dengan kapasitas lentur aktual balok (untuk jumlah luas a) Rasia penulangan p, tidak boleh kurang dari 0,01, tidak lebih dari 0,06, dan padadae
rah sambungan tidak lebih dari 0,08. Sambungan lewatan hanya digunakan di luar
tulangan yang sebenamya terpasang).
da erah sendi plastis potensial dan harus diproporsikan sebagai sambungan tarik.
Mo,k = momen pada kolom akibat beban mati.
Sehu bungan dengan proporsi penulangan memanjang, kuat momen positif pada
Mu. =
momen pada kolom akibat beban hidup.
muka
ME.k = momen pada kolom akibat beban gempa dasar (tanpa faktor
joint tidak boleh kurang dari setengah kuat momen negatif yang disediakan pada sisi
penga- li tambahan)
muka joint tersebut. Pada sembarang penampang komponen struktur, kuat momen
K = faktor jenis struktur, suatu konstanta yang menggambarkan
kemam- positif maupun negatif tidak boleh kurang dari seperempat kuat momen maksimum
puan respons inelastik struktur akibat bekerjanya beban gempa. yang terdapat pada kedua ujung joint. Sambungan dengan pengelasan dan mekanikal
yang memenuhi syarat boleh digunakan di sembarang tempat asal pengaturan pe
Uhat Daftar 12.1.
q, 0 = f aktor penambahan kekuatan ( overstrength factor ). Fakto_r untuk
nyambungan batang memanjang pada suatu penampang tidak lebih dari pengaturan
memperhitungkan pengaruh penambahan kekuatan maks1mal tu
berselang-seling dan jarak antar-sambungan 600 mm.
langan terhadap kuat luluh yang ditetapkan, ditentukan 1,25 untuk
b) Tulangan transversal boleh terdiri dari sengkang tertutup tunggal atau majemuk, atau
baja dengan fy s 400 MPa, dan 1,40 untuk fy '2 MPa.
menggunakan kait silang penutup berdiameter dan jarak spasi sama dengan diameter
M = kuat momen lentur nominal aktual balok yang d1h1tung terhadap lu- dan spasi yang ditetapkan untuk sengkang tertutup. Tulangan melintang (transversal)
na1<.b as tulangan sebenarnya pada penampang balok yang ditinjau.
harus dipasang dengan jarak spasi tidak melebihi seperempat dimensi terkecil kompo
nen, 8 kali diameter tulangan pokok memanjang (tingkat daktilitas 3) atau 10 kali
Kemudian gaya aksial rencana Nu.k yang bekerja pada kolom dihitung sebagai berikut untuk tingkat daktilitas 2, dan s 100 mm (untuk tingkat daktilitas 3) atau s 200 mm
:
(untuk ting kat daktilitas 2}. Jarak spasi kait silang ataupun kaki sengkang tertutup
- 0,70 Rv 2,M kao.b +1OSN
Nu,k - l, g ,k majemuk tidak boleh lebih dari 350 mm.
b
Pada setiap muka jointdan pada kedua sisi setiap penampang yang berpotensi
Nu.k < 1,05 ( N g,k + O N E.k ) meng alami luluh lentur akibat berlangsungnya perpindahan lateral inelastis dari
rangka harus dipasangi tulangan transversal di sepanjang i.0 dari muka yang ditinjau.
di mana, Rv adalah faktor reduksi yang dihitung dari
Panjang l 0 tidak boleh kurang dari : .
: Av = 1,0 untuk 1< ns4
(1) tinggi komponen dimensi struktur, untuk Nu,k s 0,30 Ag fc' ·
Rv = 1,1 - 0,025n untuk 4< n
(2) satu setengah kali tinggi komponen dimensi struktur, untuk Nu,k > 0,30 Ag fc
s20 Rv = 0,60 untuk n>20
(3) seperempat bentang bersih komponen struktur,
n adalah jumlah lantai banyak di atas kolom yang ditinjau.
(4) 450 mm.
lb = bentang balok diukur dari pusat joint(pertemuan).
Apabila gaya tekan aksial terfaktor yang berhubungan dengan pengaruh gempa yang
Ng,k = gaya aksial akibat beban gravitasi terfaktor pada pusat joint.
bekerja pada kolom nilainya melampaui 0,10 Ag fc' · dan kolom berfungsi sebagai struk
N E. k = gaya aksial akibat beban gempa pada pusat joint.
tur penyangga komponen kaku terputus, misalnya dinding, agar dapat mengembang
kan respons inelastis maka pada seluruh tinggi kolom yang berfungsi tersebut di atas
harus diberi tulangan transversal. Tulangan transversal tersebut harus menerus masuk
434 BAB 12 PENULANGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA
BAB 12 PENULANGAN STRUKTUR TAHAN GEMPJ\ 435

ke dalam.komponen struktur kaku terputus paling tidak sejarak panjang penyaluran ba


tang tulangan pokok memanjang terbesar di dalam kolom. Apabila ujung bawah kolom Vu,k = 1,05 (vo.k +Vi. k ± rod Vc; k)
berakhir pada suatu komponen dinding maka pemasangan tulangan transversal dite =
dengan w d faktor pembesar dinamis 1,3. =
ruskan masuk ke daerah dinding paJing tidak sejarak panjang penyaluran tulangan po Untuk komponen struktur rangka dengan tingkat daktilitas 3, dan beban kombinasi lentur
kok kolom terbesar sejak dari titik pemutusan. Sedangkan apabila ujung kolom dan gaya aksiaJ, kuat geser rencana harus ditentukan berdasarkan terjadinya sendi
berakhir pada struktur fondasi telapak atau rakit maka tuiangan transversal harus plastis pada ujung-ujung balok ya11g bertemu dengan komponen tersebut.
dipasang me nerus paling kurang masuk sejauh 300 mm ke daJam daerah fondasi. Kuat geser rencana dihitung sebagai berikut:
V. M u. k atas +Mu. k bawah
u,k h
n
12.6 KETENTUA N KUAT GESER dan dalam segala hal tidak periu lebih besar dari:
4,0 )
Vu,k =1,05 (Va k :J( VE
Gaya geser rencana komponen struktur terlentur dengan beban aksial kecil, semisal kom
+Vu
ponen balok dan sebagainya, dengan tingkat daktilitas 2, dihitung sebagai berikut: dengan, M'J ,k a = momen rencana komponen pada ujung atas, pada bidang muka
balok,
Vu.b = 1,0 5 ( V0 b + VL.b ± O VE; b) M'J 1c baw811 = momen rencana komponen pada ujung bawah, pada bidang mu
dengan, V0 .b = gaya geser akibat beban mati tertaktor ka balok,
VL.b = gaya geser akibat beban hidup terfaktor h.7 = tinggi bersih komponen yang ditinjau.
Vi:.b = gaya geser akibat beban gempa
terf aktor
K = faktor jenis struktur ( K> 2,0) 12.7 STR UKTUR DINDING, DIAFR
Untuk komponen struktur rangka dengan tingkat daktilitas 3, dengan yang terutama dibe
bani lentur seperti tersebut di atas, gaya geser rencana harus ditentukan dari pertimbang
• AGMA DA N RANGKA BATA NG
an mengenai gaya statis berupa gaya gravitasi pada bagiannya di antara sisi-sisi muka ko
SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.14.5 memberikan persyaratan dimensi dan detaii dinding
lom. Dengan demikian, sesuai dengan konsep perencanaan kapasitas memperhitungkan
dan rangka batang struktural yang relatif kaku dan berfungsi sebagai bagian dari sistem
pula terjadinya sendi-sendi plastis pada kedua ujung, dengan menggunakan tanda mo
penahan gaya gempa, seperti juga diafragma, strat, struktur penyokong dan pengikat, ba
men yang berlawanan.
tang utama rangka, atau komponen struktur pengumpul gaya lainnya yang beriungsi me
Gaya geser rencana dihitung dari:
M kap+ M kao iimpahkan gaya yang ditimbulkan oleh gempa. Strat adalah suatu elemen dari diafragma
Vu,b =0,7 l + 1,05 Vg struktural yang berfungsi untuk me111berikan · kesinambungan keliling terhadap bukaan di
n
dalam diafragma
tetapi tidak perlu lebih besar dari :
Secara umum, rasio penulangan PvUntuk dinding struktural tidak boleh kurang dari
Vu.b = 1,05 ( ViH+ VL.b ± O VE b) yang disyaratkan dalam pasal 3.7.3. Demikian pula halnya jarak spasi tulangan untuk ma

dengan,
Mkllp = momen kapasitas {momen nominal aktual) di sendi plastis pada satu sing-masing arah, dan tidak lebih dari 450 mm. Tulangan yang dipasang untuk menahan
ujung atau bidang muka kolom geser dan mencapai kuat geser tertentu harus dipasang menerus dan didistribusikan
M ' = momen kapasitas pada ujung lainnya merata di seluruh bidang geser. Selanjutnya, untuk komponen struktur dengan tingkat

ln =
bentang bersih komponen
Sedangkan gaya geser rencana komponen struktur terlentur dengan beban aksial besar,
kolom misalnya, dengan tingkat daktilitas 2, dihitung sebagai berikut:
.. daktilitas 3, rasio penulangan dinding struktural di sepanjang sumbu memanjang dan
tran.sversal tidak boleh kurang dari :
0,70
-- dan 0,0025
y
436 BAB 12 PENULANGAN STRUKT\JR TAHAN GEMPA
BAB 12 PENUL.ANGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA 437

Sedangkan jarak spasi tulangan pada setiap arah tidak boleh melampaui :
16 Seianjutnya, di luar daerah ujung sapanjang lo. jarak antara.tulangan vertikal tidak
f dan boleh melampaui 200 mm, dan jarak spasi antar-tulangan mendatar tidak boleh lebih dari:
0,04 (a) tiga kali tebal dinding; (b) seperfima lebar dinding; dan (c) 450 mm. Kemudian jarak an
y tar-tulangan mendatar di dalam daerah ujung lo tidak boleh lebih dari 200 mm, dan
Semua tulangan tarik menerus dalam komponen harus dijangkar atau disambung sesuai untuk struktur dengan tingkat daktilitas 3 disyaratkan :(a) enam kali diameter tulangan
dengan ketentuan pasal 3.5, atau pasal 3.14.6 ayat 2 untuk struktur dengan tingkat dakti vertikal;
li1as 3. (b) seperenam tinggi dindlng; (c) tidak lebih besar dari dua kali lebar dinding.
Komponen struktur yang menahan tegangan tekan lebih dari 0,20 fc'harus diberi
tulangan transversal pada seluruh panjangnya. Pemasangan tulangan transversal terse
but boleh dihentikan pada suatu penampang di mana tegangan tekan yang didapat dari 12.8 TJTJK PERTEMUAN RANGKA
perhitungan lebih kecil dari 0, 15 fc '. Dalam hal demikian, tegangan harus dihitung
untuk gaya terfaktor menggunakan suatu model elastis linear dengan penampang Dalam perencanaan struktur bangunan tahan gempa, titik pertemuan (joint) rangka harus
bruto kompo nen struktur yang ditinjau. memenuhi beberapa ketemuan. Moman lentur dan gaya geser kolom, serta geser
Apabila tebal dinding lebih besar atau sama dengan 200 mm, dan atau apabila ho
nilai gaya geser terfaktor yang bekerja pada suatu bidang dinding melampaui nilai : risontal vih dan geser vertikal v1v yang melewati inti joint harus dianalisis dengan memper
.6!A cVl/'lfc ' hitungkan seluruh pengaruh gaya-gaya yang membentuk keseimbangan pada titik perte
muan Uoint). Gaya yang bekerja dalam tulangan pokok memanjang balok pada sisi muka
maka pada dinding tersebut paling sedikit harus dipasang tulangan dalam dua lapis. kolom harus ditentukan dengan anggapan bahwa tegangan di dalam tulangan tarik lentur
Untuk komponen struktur dinding atau diafragma, pada batas dan sekeliling tepi adalah 1,25 fy dan faktor reduksi kekuatan sesuai dengan yang ditentukan dalam SK SNI
bukaan dinding dan diafragma di mana tegangan akibat gaya terfaktor termasuk pengaruh T-15-1991-03 pasal 3.2.3. Keseimbangan gaya-gaya pada titik pertemuan rangka dapat
gempa pada serat teriuar mencapai nilai maksimumnya, dan melampaui nilaj 0,20 fc', dilihat pada Gambar 12.1, di mana :
harus dibuat struktur pengaku pembatas. Ketentuan tersebut diberlakukan apabila V1h= Nok1+ Nna -Vkol
seluruh komponen struktur dinding atau diafragma belum diperkuat sedemikian rupa dengan,
sehingga
cukup memenuhi ketentuan-ketentuan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.14.4. ayat 4.1 hing N0ki = Nrn = 0,70 M kao.kt
ga ayat 4.3, mengenai tulangan transversal. Komponen struktur pembatas boleh dihenti )
kan
dari pada daerah di mana tegangan tekan yang didapat dari perhitungan tidak lebih ( zkl
M1<ap ,1<a )
0,15 fc' · Tegangan tersebut harus dihitung untuk gaya terfaktor menggunakan suatu NOka = NTl<a = 0,70 (--;;;;:-
mo del alastis linear dan penampang bruto. Apabila diperlukan struktur pembatas,
harus menggunakan tulangan transversal (melintang) seperti ditentukan dalam 0,70-f/)k-1 M1cap,ki +f...1<a M k.o;:;.i<.a ')
{.kl . l ka
peraturan.
Sedangkan tulangan transversal dalam dinding yang mengandung struktur pembatas ha Vi
rus dijangkarkan dengan baik ke dalam inti terkekang struktur pembatas untuk a .. (hk•"- +hk.t).
memung kinkan dapat berlangsungnya pengembangan tegangan luluh tarik dari
2
!
tulangan trans
versal tersebut. Komponen struktur pembatas dalam dinding struktural harus diproporsi dari gaya tekan yang bekerja di'dalam bidang diafragma dan gaya yang didapat dengan membagi
kan untuk memikul seluruh beban gravitasi terfaktor yang bekarja pada dinding termasuk momen terf aktor pada penampang dengan jarak antar-sisi diafragma
beban tributari dan berat sendiri, dan juga gaya vertikal perfu untuk menahan momen gu
ling yang dihitung dari gaya terfaktor berhubungan dengan pengaruh gempa. Sedang
kan struktur pembatas dalam diafragma struktural diproporsikan untuk menahan jumlah
Sedangkan tegangan geser horisontal nominal dalam joint diberikan oleh persamaan se
bagai berikut :
b.\
v,,
=(

<
J
V
""
di mana, bi adalah lebar efektif joint (mm), he acialah tinggi total penampang
kolom dalam arah geser yang ditinjau (mm), dan nilai v1h tidai< boleh melebihi
1,50v'fc'·
:.......

4 3 8 BAB 12 PENUt..ANGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA BAB 12 PENULANGAN STRUKruR TAHAN GEMPA 439

Apabila lebar penampang kolom lebih besar dari lebar balok, maka b1 aru dibil a) apabila tegangan tekan rata-rata minimum pada penampang bruto kolom baton di
sebagai nilai terkecil antara lebar kolom dan lebar balok ditambah eten ah t1gg1 total pe atas joint, termasuk tegangan prategangan apabila ada, melebihi nilai 0,10fc.'
nampang kolom. Sedangkan apabila lebar penampang kolom leb1h kecll d lebar maka Vch di ambil sebagai berikut :
balok, bl harus diambil sebagai nilai terkeil antara lebar balok dan lebar kolom
d1tambah sete-
ngah tinggi total penampang kolom. . . . .
Mekanisme untuk meneruskan gaya geser horisontal V111 pada mt1 1omt paa
dasarnya terdiridari dua macam, yang pertama gaya geser Vch dipikul oleh strat.baton b) apabila balok diberi prategangan melewati titik pertemuan, maka :

dia gonal yang me!ewati daerah tekan ujung joint, dan yang kedua ada!ah Vch = 0, 70 Pcs
mekarnsm p.ael rangka yang terdiri dari sengkang horisontal dan strat diagonal di mana Pcs adalah gaya permanen dalarn baja prategang yang terletak pada posisi se
bton.daerah tank 1omt pertiga dari tinggi balok.
yang memikul gaya geser Vsh• sehingga didapat hubungan sabaga1 benkut : c} apabila seluruh balok pada joint dirancang sehingga penampang kritis dari sendi plas
Vsh+ Vch= V/h tis terletak pada suatu jarak yang febih kecil dari tinggi penarnpang balok diukur dari
Nilai geser Vch yang dipikul oleh baton strat harus diperhitungkan sma_ dengan nol, rnu ka kolom, maka :
arti nya beton tidak ikut memikul geser, kecuali untuk ketentuan sebaga1 benkut :

(1 As'

r - -r---i: , <
di mana , rasio -s 1
As
apabila gaya aksial tarik pada kolom melebihi nilai 0,20fc'· seluruh geser joint
v,d v harus ditahan oleh baja tulangan. Untuk gaya aksial tarik yang lebih kecil dari
nilai batas tersebut, Vch didapat dari interpolasi linear antara nol sampai nilai
''- II I I!
yang diberikan oleh persamaan di atas dengan nilai Nn.k = 0.

I
N Did .,,,.,,.......,,,,,,;.----_ _-_ _' - - - - - - - - - - - - - Nnra

>
= -- - - ii:::- - - - T v- -ii-

< --l -----Lb- ·1)


0, 70 M k ki : ----

(·1- -1.--; - -LI - - - - -


bl
v,

: :' '-
Tulangan geser horisontal harus dapat memikul gaya geser rencana join Vs yang
t h

II melewati ujung-ujung bidang keruntuhan potensial. Luas total efektif tulangan geser ho

1::
II I
I
11
' II
II
II
., ' risontal yang melewati bidang kritis diagonal dan yang diletakkan di daerah lebar joint etek
·•.

ofJll I k=====g= ====== - ===== NCi<a 0.70 Mkap,\ Vsh


tit br tidak boleh kurang
a

dari :
NTld 11 II I II
II Himp,_:nan sengkang horisontal tersebut harus didistribusikan rnerata di antara tulangan
II Aih=
balok memanjang atas dan bawah.
;,d 1-
Tulangan titik pertemuan (joint) vertikal harus dapat menahan geser vertikal V5 v se
besar :

di mana,

Gambar 12.2.
Gaya-gaya pada titik pertemuan rangka
sedangkan A 5c'dan A 5c adalah luas tulangan tarik dan tekan longitudinal.
.............. . -

440 BAB 12 PENULANGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA

Apabila terdapat tegangan aksial tarik pada seluruh penarnpang kolom yang bemilai
ku rang atau sama dengan 0,20 f c . maka nilai Vcvdiambil sebagai interpolasi linear
antara nol sampai nilai yang diberikan oleh persamaan di atas dengan nilai
13
Nn,kdiambil sarna dengan nol. Selain itu, apabila diharapkan t(3rbantuknya sendi
plastis pada kolom di sebelah atas dan bawah dari jointsebagai bagian dari
mekanisme dissipasi energi utama, maka Vcvha rus diambilsama dengan no! untuk
seluruh nilai gaya aksial yang bekerja pada kolom.
Luas tulangan joint vertikal yang dibutuhkan dalam daerah sepanjang lebar perte-
muan ef ektif b1 ditentukan dengan persamaan :
DETAIL DAN FABRI KASI TULANGAN
-- Vsv
A1 v fy

Tulangan geser vertikal tersebut harus terdiri dari tulangan kolom antara ( intermediate
bars) yang terletak pada bidang lsntur antara ujung tulangan sisi luar, atau.terdiri dari
seng kang pengikat vortikal, atau tulangan vertikal khusus yang diletakkan dalam kolom
dan di jangkarkan secukupnya untuk meneruskan gaya tarik yang disyaratkan ke dalam
joint. Ja rak antara tulangan vertikal pada tiap bidang balok yang menuju ke titik 13.1 PENDA HULUA N
perterr.uan tidak boleh melebihi 200 mm, dan minimum terdapat satu batang tulangan
kolom antara pada Berkas dokumen pembangunan gedung yang disiapkan dan disusun oleh Konsultan Pe
setiap sisi kolom. rencana berup gambar-gambar perencanaan dan spesifikasi teknik pelaksanaan.
Panjang penyaluran l dh dari suatu batang tulangan 010 hingga 035 dengan kait Gambar perencanaan tersebut terdiri dari gambar keadaan lapangan, rencana
standar go 0 dalam beton normal tidak boleh kurang dari Bdbt 150 mm, dan panjang arsitektural, struktu ral, mekanikal, dan elektrikaJ, yang masing-masing terrnasuk
perlu memuat suplemen spesifikasi dan gambar detail sampai tingkat tertentu. Berkas
seperti ditentukan dalam persamaan berikut : dokumen merupakan hasil produk ta hap perancangan dan perencanaan suatu proyek.
fydb /Ti Tahap berikutnya adalah pelaksanaan pembangunan, yang merupakan tahapan paling
f dh = --fr;
5,4 rumit, melibatkan semakin banyak tenaga
Untuk beton dengan agregat ringan, panjang penyaluran batang tulangan dengan stan kerja dengan berbagai strata keahlian sehingga memerlukan koordinasi dan pengelolaan
dar kait 90° tidak boleh kurang dari 10db, 190 mm, dan 1,25 kali panjang perlu sesuai per yang optimal. Di a'ltara sekian banyak kegiatan dalam tahap ini, pelaksanaan pekerjaan
samaan di atas. Kait go0 yang dimaksud harus terletak di dalam inti yang terkekang ba ton bertulang merupakan bagian yang terdiri dari banyak sub-kegiatan pula, dan di
dari antara nya yang cukup panting adalah pekerjaan detaildan fabrikasi penulangan.
suatu kolom atau suatu komponen struktur pembatas Dalam praktek peJaksanaan, sistem struktur beton bertulang untuk proyek bangun
Panjang penyaluran batang tulangan lurus ld berdiameter 010 hingga 035 tidak an gedung direncanakan, dibuat pendetailan penulangannya, dan difabrikasi berdasar
kan pada berbagai ketentuan yang diberik dalam peraturan-peraturan. Di Indonesia, se
boleh kurang dari:
a) 2,5 kali panjang perlu sesuai persamaan f dh di atas, apabila tinggi dari baton yang lain harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam SK SNI T-15-1991-03,
ditu ang dalam satu kali pencetakan di bawah tulangan tersebut tidak melebihi 300 harus pula mengikuti beberapa peraturan lainnya dari Oepartemen Pekerjaan Umum RI,
mm, antara lain ialah: Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI 1982), Pedo ,
b) 3,5 kali panjang perlu sesuai persamaan f dh di atas, apabila tinggi baton yang dituang man Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung (SK SNl-1726-1989-F),
dalam satu kalipenuangan di bawah batang tulangan tersebut melebihi 300 mm. Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tem
Batang tulangan lurus yang berakhir pada suatu joint harus menembus inti terke bok Bertulang untuk Gedung. Di samping itu banyak pula institusi yang menerbitkan pu
kang dari suatu kolom atau suatu komponen struktur pembatas. Setiap bagian dari pan blikasi secara berkala, misalnya produsen baja, yang berisi informasi dan rekomendasi
jang penanaman lurus yang tidak tertetak di dalam inti yang terkekang harus ditingkatkan mu takhir dari industri baja tulangan mengenai produk bahan dan pelaksanaan
dengan faktor 1,6. pengerjaan.
442 BAB 13 . DETAIL BAe 1 CETAIL PENULANGAN 443
PENut.ANGAN

Pekerjaan detail penulangan terdiridari persiapan gambar pemasangan tulangan,


rencana detail penulangan, dan daftar kebutuhan berbagai macam batang tulangan.
Kesemuanya itu akan digunakan sebagai pedoman di dalam pembelian, penjadwalan I
pengadaan, mau pun persiapan proses fabrikasi dan rencana pemasangan. Sedangkan
pekerjaan fabrikasi terdiri dari pelaksanaan pekerjaan di dalam bengkel untuk pekerjaan - -©
penulangan, seperti memotong, membengkok, menguntai, memberi tanda pengenal, I
termasuk mengatur
penimbunan sementra di dalam gudang.
Teknik-teknik pelaksanaannya juga dikembangkan dengan menggunakan
kompu- ter elektronik atau alat pemroses data lainnya untuk menghindari karuwetan dan : - - ! - !
menda patkan kemudahan di dalam menyusun daftar batang tulangan atau komponen -
lain pada proses detail penulangan. Hai tersebut bukan hanya membantu dalam upaya CATATAH: ©
mendapat
kan hasil yang tapat sesuai dengan yang dikahendaki dokuman, tetapi juga dapat dika

-------, J
itkan dengan kepentingan efisiensi sistem pengendalian persediaan dan penyimpanan 1. O&ENSI SIEMJA KO.OM 400JUOO
2. l.U.T CAA 'IWI O€n. TANGGA 1

__
I.2

bahan, perencanaan operasi bengkel, urut-urutan bagian pekerjaan, dan jadwal kebu- 3. D!MENSI DNONl KOHSCl. -
(IJfAT G.<MIAR DETl.l

i
tuhan tenaga kerja.
..,.,..
-z : _j
L
I

L. . .1
t--- --,- -L 1 ....;... -
U'

13.2 GAMBAR KERJA PEMASANGAN TULANGAN 0 0 PO'l'ONQMf BAU:I<

GAMBAB eoTONGAH MEl_lNTANG BAHGUNNf

RENCANA PENUL.AHGJ.H BAL.OK-BALOK


Gambar kerja atau lebih dikenal dan disebut shop drawing untuk pemasangan tulangan, DIMENSI !
I
PENULANG.AN SENGKANG

berupa gambar denah dilengkapi dengan gambar penampang dan potongan lengkap pa TIPE LEBAA I TINGGI BAWAH
LAPIS 1 LAPIS 2
ATAS
LAPIS1
JUMl..AH
LAS 2
DIAMETER SPASI OARl MUKA OUKUNG.AN

da beberapa tempat panting. Dalam gambar memuat segala detail penulangan termasuk BA 20C
1 400
2020 1020pan-
jaig 2100
2016 I24 012 2s100,35120,35140,48200

skedul penulangan untuk balok, balok induk, kolom, dan komponen struktur lainnya, i I
200
1 400 1 22
I
81 2022 2016 010 3s10C,3s150,5s200
da lam rangka memperjelas dan menentukan penempatan batang tulangan. Gambar tol'Sl .4012

kerja pemasangan tulangan dilengkapi pula dengan daftar-daftar atau tabel yang
811 2028 2025pan- 3025 20252c'."..a()n()- I 2s60,3s100,4s120,4S150

I
350 1025 jang3600 12 001102 66210
000 102Span- dan lnJl(.a
membarikan informasi mengenai jumlah dan macam bentuk penulangan, batang jang 2400 duia.rqa'l !
350 2025 can- 2025 2025 I 24 1 012
tulangan yang serupa tetapi bervariasi dalam ukuran, bentuk, tempat dan detail 612 1 700 2028 iang 3500 I
1torsi so1s Jcrq 2XC ; 4 1 010 2s80,3s100,3s120.4s150

pemasangannya. Gambar terse but digunakan sebagai pedoman dan petunjuk I


1025
.1025 pan-
1ang 2400
!
i
I dan rruu :
ouiarr;an 1 I
76200
l

813 200
1 400 2022 2020 j 24 012
pelaksanaan bagi tukang besi yang meng olah di bengkel dan memasangnya di / 2s100,3s120,3s140,46200

I
1 0161
614 350 2028 2s00.3s100,3s120.46150
lapangan. Gambar dengan segala keterangannya harus dibuat dengan sejelas-jelasnya 2028 oan- 1 3025
]2l!0rl2l;52000 1 2144
I
001120
/ '00 1025 Jing 3800
1025pan- • • dan
7s200

agar dapat dibaca dengan mudah oleh para pekerja, terutama tukang besi, di lapangan. fang 2400 du
Penyiapan gambar kerja pemasangan tulangan mengacu dan didasarkan pada
ber

,
2025 c::a"l- I 38
815 350 2028 2028pan- 3025
Jang 3600 !Orsi 4016 iang 2000 I 012 2s80,3s100,3s120,4s150,7s200

kas dokumen kontrak termasuk spesifikasi teknis yang berkaitan dengan pelaksanaan
1 700 1025
1025pan-
Jang 2400
dan ITT.IQ
dukln;al
I
pe kerjaan. Gambar tersebut bernifat melengkapi gambar perencanaan, bahkan tidak 816 350
1 900 2028 2025 pan- 20."C.S carr
20252.COO
Jaig 1 38 012 2s80,3s100,4s120,4s150,6s21 0

jarang merupakan gambar koreksi apabila didapati kekurang-tepatan dalam memenuhi I


1025 Jang 4800
1025pan-
jang 3200
!OfSI 6016
dan rruu
duklrqan
I
peratur an-perati.Jran. Meskipun gambar perencanaan sudah termasuk memuat gambar I 817
350 2028 2025 2025 carr I 2e 012 2s80,3s100,4s120,4s150
1
1025 Jang 010 6s210
j
3JO 12
pende tailan tulangan, dalam rangka memperoleh susunan pemasangan batang I j2a0n2g52c4a0n0- oan rnJ1Ca
dUlrll"g2rl .
tulangan sete pat-tepatnya kadangkala diperlukan rincian lebih teliti, terutama dikaitkan
dengan panjang Gambar 13.1. Gambar perencanaan rangKa struktur (plat. balok, dan balok induk)
444 BAB 13 DETAIL PENULANGAN BAB 13 DETAIL PENULANGAN 445
.

batang tuJangan yang tersedia. Dengan demikian, jelas bahwa gambar kerja harus
dibuat dengan memeriksa ulang persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi. Ukuran-
ukuran struktur bangunan tidak perlu untuk dicantumkan lagi dalam gambar kerja, kecuali
apabila
,memang diperlukan untuk kepentingan pemasangan batang tulangan setepat mungkin.
Suatu contoh gambar kerja pemasangan tulangan untuk plat suatu sistem lantai dapat
dili hzt pada Gambar 13.2. Apabila gambar tersebut dibandingkan terhadap Gambar
13.1, ycing merupakan gambar perencanaan untuk sistem yang sama, tampak nyata
sekali be danya. Gambar 13.1 adalah gambar denah sistem balok dan lantai yang
merupakan bagian dari gambar struktural,yang terdapat dalam berkas dokumen kontrak.
Tampak bahwa gam bar perencanaan memperlihatkan denah lantai, menunjukkan
penempatan komponen komponen struktur dengan menampakkan ukuran balok induk,
balok, dan plat, penem patan lobang-lobang sparing, penulangan pokok untuk
penggunaan tipikal, tempat sam bungan dan cara penyambungannya, serta informasi
lain yang berkaitan dengan struktur bangunan. Sedangkan gambar kerja pemasangan
tulangan melengkapi gambar perenca naan dengan memberikan seluruh informasi yang
diperiukan untuk fabrikasi dan pema sangan batang tulangan dengan menggunakan
sistem notasi yang tepat untuk ukuran, bentuk, dimensi, dan lokasi dari masing-masing
batang tulangan, dan daftar pembeng kokan tulangan. Kadang-kadang juga disertakan
ketentuan mengenai penopang atau penyangga batang tulangan. Dengan demikian,
gambar kerja pemasangan selain diguna kan sebagai pedoman untuk pemasangan
batang tulangan di dalam cetakan (acuan) be ton dapat juga digunakan sebagai dasar
pemesanan dan pembelian keseluruhan kebu tuhan batang tulangan baja. Sehingga
! 12'00 l ------ _,..., ----- ------ ----- untuk itu, validitas penafsiran terhadap berkas do kumen kontrak berikut spesifikasi teknis
dan seiuruh gambar perencanaannya merupakan

-- hal yang sangat menentukan.


Pada umumnya, gambar kerja pemasangan atau shop drawing tersebut harus dia-
0 jukan kepada Konsultan Pengawas untuk diperiksa dan dimintakan persetujuannya se

GAMBAR PENUL.4NGAN aAT LANIAI

Gambar 13.2. Gambar pemasangan tulangan plat


RENCANA PENULANGAN PLAT LANTAl
PENULA NG AN-:-- -- ;

I PLAT TEBAL! ARAH PAN.JANG ARAH PEDEK


j BAWAH ATAS SUSUT BAWAH ATAS SUSUT '
I PL1
l 120
I gj:g= 2lf27010-120x900 2x506-200x6000 24010-240x3250
24010-240x2890
2x47010-120x900 2x506-200x3600! !
PL.2 120 I,,oi1010-240x3250
0-240x2950
2x22010-120x750 2x406-200x3600 14010-240x2650
14010-240x2350
2lf27010-120x750 2x406-200x30Cl04
I

i
I PL3 120 I "°10-240x36so 2lf27010-120X900 12x506-200x4000 16010-240x3250 2x30010-, 20ll900 2x506-200x38001
14010-240x3290 16010-240x2890 I
PL4 120 1 14()10-240x7650 2lf27010-120x900 2x506-200x8000 32010-240x3250 2x64010-12C:lC900 2x506-200X3600 !
. 4010-240x7290 32010-240x2890
PL5 120 I ro10-240x3250 2lc22010-120x750 2x406-200X3600 14010-240x1650 I

• mi 0-240x3050
2x27D10-12Cx750 2x406-200X2000
!
><
14010-240x1450
PK1 150 Iro10-120x3050 7010-120X3050 1606-200x875 1606-200x87S
-:><" !
PK2 150 1 ro10-120x5550 7010-120x5450
>< 2806-200x875 2806-200llB75
"><"""1
belum fabrikasi di bengkel kerja dilaksanakan. arsitektural dan struktural dan kemudian tetap digunakan pada gambar kerja
pemasangan, kecualiapabila dibutuhkan sistem nama yang lebih tpat. Dengan
berdasarkan pada kondisi bangunan nya, ada kemungkinan diperiukannya dua sistem
13.3 SISTEM NOTASI DAN TANDA BATANG TULANGAN nama. Sistem yang pertama adalah na ma dari berbagai macam komponen struktur
pada bangunan, sedangkan yang kedua ada lah nama masing-masing batang tulangan
Sistem notasi biasanya ditetapkan pada gambar-gambar perencanaan dalam suatu komponen struktur. Sistem notasi untuk komponen struktur dapat dilakukan
dengan cara pemberian nomor kepada setiap

---··· · nya diperoleh nilai ekonomi bangunan yang terkendali.


Oengan sendirinya masih banyak lagi sistem yang dapat dikembangkan, yang. ter
gantung pada kreativitas para pengelola proyek. Tetapi, yang penting untuk iperhatikan ialah
. .
446 BAB 13 DETAIL PENULANG.AN bahwasa setiap sistem yang dipilih atau dikembangkan haruslah kons1sten, seder: hana,
logis, mudah untuk diikuti,. dan tidak membingungkan terutama bagi para tkang
besi da.n pekerja lainnya. Untuk batang tulangan baja lurus dikenali dengan ukuran diame-
kolom, sehingga masing-masing bagian balok, balok induk, dan plat dapat
yang em me_merole
nama tersendiri, seperti yang dipakai pada Gambar 13.1 dan 13.2 Atau,_ d_apat iuga d
lakukan dengan cara memberi kombinasi nama alfabet dan nomor melalu1 s1stem
koordi nat, di mana baris ·kolom melalui sumbunya untuk satu arah diberi nomor urut
sedangkan
untuk arah yang lain diberi nama aJf abet. . . .
Untuk far.dasi, biasanya diberikan nomor unrt tersendiri sesua1 dengan ierns
atau ukuran fondasi, sehingga tidak tergantung pada sistem koordinat. Sdangkan
blok pe ngikat, penghubung, pedestal, dapat diberikan nama sesuai dangan s1stem
koordmat.
Pada bangunan gedung berlantai banyak, untuk komponen-komponen struktur
seperti balok, balok anak, balok induk, balok latai, plat lantai, dan dinding, pada umumnya
diberi tanda yang menyatakan nomor lantai dalam bangunan, jenis_ komp.one struktur,
dan baru nomor pengenal. Sebagai contoh, balok induk nomor 2 d1 lanta1 1 dmamakan
1812; balok atap nomor 4 dinamakan BAt4. Tanda alfabet untuk berbagai komponen
struktur diberikan sebagai berikut:
B :Balok D : Dinding K :Kolom
BA :Balok Anak P :Plat KP :Kolom Praktis
81 :Balok lnduk PL : Plat Lantai KK : Kolom Konsol
BAt: Balok Atap PK :Plat Kansai KC : Kolom
endawan BL :Balok Latai PF : Plat Fondasi
F : Fondas1
Bersamaan dengan dikembangkannya sistem notasi untuk komponen-komponen
struk tur, dikembangkan pula sistem nama dan notasi untuk batang tulangan baj.
Untuk proyek bangunan gedung, biasanya yang memerlukan notast.dan eno
r
an hanya batang tulangan baja bangkok. Salah satu contoh sistem yang b1asa dipakai ia
lah dengan memberi nama dengan sebarang huruf diikuti nomor angka urut untuk keselu
ruhan proyek dengan tidak menghiraukan tempat dan komponen strukturnya_- Sebgai
misal batang 6K7 adalah batang tulangan baja no.6 yang mana bentuk dan dimensmya
' · t dapat
dapat dilihat pada dattar detail pembengkokan, sedangkan lokas1 peempa_ annya. • _
dilihat pada gambar {atau daftar) balok-balok. Ketelitian dalam memben notas1 yang
s1s em atik akan sangat mempengaruhi kerapihan hasil pekerjaan, terhindar dari
1

kesalahan pem sangan yang lebih sering mengakibatkan sesuatu yang fatal sifatnya, dan
juga pada akhir-
l sesuai dangan sif at dan tujuan dibuatnya gambar pemasangan. Umumnya daftar
mencantumkan informasi mengenai jumlah batang tulangan, nomor notasi komponen, dan
BAB 13 DETAIL PENULAHGAN 447 dimensi fisik komponen yang ditulangi, ditambah dengan informasi mengenai ukuran serta
panjang batang tulangan lurus, nomor notasi batang tulangan bangkok, lokasi serta jarak
spa!5i batang tulangan, dan catatan khusus serta informasi lain yang berhubungan dengan
penulangan. Seperti yang sudah dikemukakan, agar sasarannya tercapai penyajian daftar
13.4 DAFTAR-DAFTAR
dilakukan bersamaan dan dihubungkan dengan gambar-gambar tipikal untuk penampang
potongan dan denah suatu komponen struktur. Umumnya daftar-daftar ini dilengkaoi de
Daftar-daftar akan muncul baik pada gambar perencanaan maupun gambar kerja
ngan daftar batang tulangan baja untuk memberikan detail pembengkokan batang tulang
pema sangan tulangan (shop drawing), yang mana dimaksudkan untuk
an yag diperlukan.
menjelaskan gambar se cara sistematik (lihat Gambar 13.1 dan 13.2).
Tidak ada format standar yang tersedia untuk membuat daftar-daftar tersebut, baik
Pada gambar perencanaan (Gambar 13.1), pada umumnya daftar dibuat
untuk gambar perencanaan maupun gambar kerja pemasangan tulangan. Dengan demi
dafarn ben tuk tabel yang terdiri dari nomor notasi komponen, dimensi baton, dan
kian, penyusunannya semata-mata berlandaskan pada teknik penyampaian informasi
ukuran serta lokasi komponen yang ditulangi. Agar bisa beriungsi dengan baik,
ten tang sekelompok materi yang serupa, seperti kelompok penulangan pada balok,
informasi dari daftar disajikan dengan cara menghubungkan dengan gambar-
balok in duk, kolom, dan fondasi. Format daftar akan beragam sesuai dengan
gambar bagian tipikal, baik penampang potongan maupun denahnya. Pada
kebutuhan untuk suatu pekerjaan dan kreativitas para pengelolanya.
umumnya daftar digunakan untuk komponen-kom ponen struktur tipikal, di
antaranya ialah plat, balok, balok induk, balok anak, kolom, fonda si, dan dinding.
Standar Fabrikasi
Apabila suatu bagian dari komponen struktur memerlukan detail rancang an
Proses fabrikasi yang dilakukan di dalam bengkel kerja adalah pekerjaan baja yang
penulangan khusus, daftar juga harus dilengkapi dengan gambar tersebut.
terdiri dari pemotongan, pembengkokan, pemberkasan, dan pemberian tanda pada
Daftar serupa juga digunakan pada gambar-gambar kerja pemasangan tulangan,
batang tu
tetapi ditambah lagi dengan informasi yang bersifat lebih detail dan menjelaskan,
langan baja. Pelaksanaan pemotongan dan pembengkokan batang tulangan baja meru
.
ter dan panjangnya masing-masing, dan b1asanya · d.1pak a1
·d"k bangkan sen-
s1stem 1 pakan pekerjaan panting dan harus dilakukan dengan cermat mengingat pengaruhnya
diri oleh pabrik produsen sesuai dengan standar yang dianut. terhadap kapasitas komponen struktur yang direncanakan. Pekerjaan membengkok L a-
448 BAB 13 DETAIL
BAB 13 DETAIL ?ENULANGAN 449
PENULANGAN

detaJI dlmenst
A
c -,
G

c=+1' =
- - =db======:,;;::=====- (
f39koK
2+ ? l --
J ::i D •diameter bengkoken I
'"I
B
B

s o --i:-1 U untuk 010-025 :0=6


A atauG

- -'
do
1b

A G Ar 0 JE 029 - 036 :D =8
4 d:,, a1 db

} A GJ
W 60 D-1-4 - 056 :0 ::1O
le6TI
r.im

U
(a) oongl<okan 180" db (b) bengkolca n so-

J
c
Dlmensi bengkokan 180" Dimensi bengkokan 906
Diameter stanclal untuk semua jenls standar untuk semua jenls
batang tulangan
i B "
0
....i.Q..\ I Ht. " G HA (\LA l G
Batang
Tulangan A atau G J D
batang tulangan

A atauG D

LJ
. j
1- "L A IL D
·
j:H
B
c
D B
c
· B
c
D D6
08
ao
100
50
70
40
50
100
140
40
50
1 a 0 I 09 120 80 55 160 55
010 130 90 eo 180 60

t lf Ef fJ 11J
012 150 100 80 300 80
013

R.
160 110 85 320 85
014 170 120 go 240 90
, K
016 180 130 100 260 100

L -4
: K 018 190 150 110 300 110
019 200 160 120 320 120
D20 Z2"J 170 130 340 130
D I K 022 250 180 140 360 1o40
' '
c:-25 280 190 150 150
p

c[J{j: 0
028 350 260 220 440 220
B Cl 029 300 280 230 480 230
0 032 .uo 320 270 520 270
036 500 380 320 610 :l20
:J40 560 440 380 660 380
D50 750 580 490 870 490
\s c 0

o\ GJ
I 9
0 MAKS. 1:?.5' ' ·H
Ii 9_ _ •..• F I iE A/ GJ
_!'."3 5
A"' 0 - ...
K detail
dimensi detail dlmensl , A atau G
0
S! ,•
' ...
A
0
''
T- - -
-W' ;: I

r
A atau G
I ,

i 6 d-:, atau 60
t
- - - - ·o mm
I
untul< 010-016 :D>4
db
ad..!atau 60 nvn
/ -·
(b) 1<a1t 135• ;,<--_; ---../'
(a) kait 90"
H
kait d 1:>en9ko1tan sengkang
Gambar 13.3. BengKokan batang tulangan tip:kal
(dikutip dari ketentuan Concrete Reinforcing Steel Institute. Cicago. Illinois. USA) DIMENSI KAIT DAN BENGKOKAN SENGKANG
kal 90" kall 135°
Diameter
Batang Tulangan 0 bengkol<an bengkol<an perldraan
A atau G A atauG H
010 40 110 110 70
012 50 120 120 75
014 60 13.4. Detail
30 130 80
Gambar Kait Standar
018 65 160 155 85
............ . .
.,

BAB 13 DETAIL PENUlANGAN 4 5 1


450 BAB 13 DETAIL PENutANGAN DAFTAR BENGKOKAN BAJA TULANGAN

PROYEK ........................................... MUTU BAJA .......... PAODUKSI


tang tulangan baja tennasuk membuat kait standar, umumnya harus sesuai dengan per ·················...... ACUAN GAMBAR
LOKASI .............................................
syaratan SK SNI T-15-1991-03 yang ketentuan-ketentuannya telah dibahas pada Bab 6. HALAMAN
BAGIAN PEKERJAAN KE ......:::::::: · - ·;·······················.... DIBUAT TGL. .................REVI ...................
......................
KOMPONEN STRUKTUR .................
Di dalam bengkel kerja, proses pekerjaan membengkok dilakukan dengan pertama-
tama memotong batang baja tulang,an lurus sesuai dengan panjang yang dibutuhkan apa .......................
bila dibengkok. Kemudian hasil potongan-potongan dibawa ke bagian khusus pembeng • . ............. Di PERIKSA : .............
kokan. Kedua bagian pekerjaan tersebut dikerjakan dengan berpedoman pada ketentu SKETSA G ;H J i K A 10 1'PANJAN TANDA i
'!·TOTAL IGUDANG j
1· 1·

an yang diberikan di dalam gambar pemasangan dan daftar batang tulangan, baik menge
1 i I I ! ; I j
nai ukuran panjang maupun detail pembengkokannya. Dari produsen (pabrik) kadang 2 IIj' ' t I I I
I ! i I I . l
kadang telah dikeluarkan pedoman dan standar pembengkokan batang tulangan untuk 3 II I I I f I I l
4 !I 1 I . I ii I
diameter tertentu yang bersif at umum. Penerapan bentuk standar tersebut tentunya su 5 Ii I I I I I i
dah dipertimbangkan sewaktu menyusun gambar pemasangan dan dattar batang tulang 6 I ! ; i I l
i, 7 I I ! !
an, terutama dalam hal detail bengkokan. Karena di Indonesia belum tersedia standarisasi i

bentuk bengkokan batang tulangan untuk berbagai macam kebutuhan, sebagai contoh I aI I I
1 9I I
, I I
nya, bentuk bengkokan batang tulangan baja dapat dilihat pada Gambar 13.3. Gambar ter I o !\ ' II I '
I ll 1! I i : !' i
sebut dikutip dari sebagian ketentuan CRSI ( Concrete Reinforcing Steel Institute ), Chica 1 121 iI
go, Illinois, USA, untuk digunakan sebagai bahan perbandingan. Akan tetapi, bagaimana j 13 1 I lI I I

pun pembengkokan tetap harus memenuhi ketentuan dan persyaratan SK SNI T-15- 141 I
'I
I
I I
15 ii I' Ii !
1991-03 pasal 3.16.1, 3.16.2, dan 3.16.3, yang telah menetapkan persyaratan minimum 161I II i I
I 17 1
detailbengkokan dan kait baja tulangan, seperti diperlihatkan pada Gambar 13.4.Di dalam
' 181 I !I
daftar pada gambar tersebut juga diperlihatkan panjang tambahan yang diperlukan untuk I 19 1l !! l
kait (A dan G) yang harus ditambahkan pada panjang total yang diperlukan. SK SNI T-15- I 20 :: i• l

/ 21 : I I I I I I
1991-03 juga mengharuskan pembengkokan batang tulangan baja dikerjakan dalam kea I 22 !
I
I
I
;
l
i j I i
I !
daan dingin, kecuali apabila ditentukan lain oleh Arsitek atau Konsultan Perencana. Untuk i 23 l I : ' i
! 241 I I I II
mendapatkan panjang batang tulangan baja lurus yang sesuai dengan yang diinginkan di I
I I I
I ! j I I
dapatkan dengan cara memotong batang panjang dari produksi pabrik. Toleransi yang di
I

I
261 I I I
berikan pada proses fabrikasi batang tulangan baja juga harus diberikan pedomannya. I21: I I i
: '

28 1 . I
Sebagai contoh, toleransi pemotongan untuk batang baja tulangan lurus adaiah 25 mm,
I
I

! 29 1 I i I I I
kecuali apabila ditentukan toleransi khusus untuk batang ini. Untuk itu, pada saat Kon
· 1i-321 ==c----i---+--+--+-+1I --+' I I
-+'I- 1
1:=:iI::,I==::=t:='-l
1 I I
dan kesepakatan mengenai toleransi tersebut dari Konsultan Perencana atau Pengawas. i j : I I
331 I I
I
; I
--1
- i I I

341 ! I I I I I I I I II I I I
I
; I I
II ! II I i lI I
I I I I
III ! I
36 1 I i
!II I 1
! i
I I I I I
I
I I l
I 37 ' I I
II I i I I 1
I I I I
38 1 !
;
i : I I I ! iII i !
I i : j
! 391 I I
i
I i
I I
I !
I
I
i :
i I : l I i
!
Daftar batang baja tulangan digunakan pada proses fabrikasi yang dilakukan di dalam i I 40 ;
: 42
41! !
i
:
!
I
!
I
i
!
! I
I
ir !:
I
I
I
I
III
I
bengkel kerja, iaJah pemotongan, pembengkokan, pengangkutan, dan pemasangan ser
i I I
i 43 ! I I I I
II I I I
i
! I

I
ta pemeriksaan pekerjaan. Daftar tersebut merupakan dattar kebutuhan bahan yang me 441 I l I ! I
I I
<; I i I i I i
nyajikan keterangan lengkap mengenai berbagai batang baja tulangan yang dibutuhkan. ! I
I I

-
Gambar 13.5. O at.'ar bengkokan batang baja tulangan tioikal
w1:s

452 BAB 13 DETAIL PENll..ANGAN

BAB 13 DETAIL PENULANGAN 453

Suatu contoh formulir daftar bengkokan batang baja tulangan dapat dilihat pada
Gambar
13.5, daftar tersebut dibuat berdasarkan pada gambar pemasangan penulangan
Gambar
13.2 dan detail bengkokallpada Gambar 13.3 terdahulu. TIPE SB TIPE SBU (ATA:!) TIP
Daftar bengkokan batang baja tulangan umumnya memuat informasi baik batang PENYANGGA TIJlANGAN PLAT .WANGGA rut.lT N L AS)
lu rus maupun yang dibengkok, dan .iienyajikan semua dimensi detail batang tulangan
ter masuk bengkokannya, demikian juga informasi mengenai mutu tulangan baja dan
jumlah yang digunakan. Dattar batang baja tulangan jenis yang demikian dapat
digunakan pula untuk tambahan keterangan pada daftar detailbengkokan, dan gambar
pemasangan. T!PE BC - BANGKU TIPE JC - BANGl<U' ,
=
TIPE JCU - BANGKU

4
TULANGAN TUNGGAL TUL.ANGAN
TUL.ANGAN ATASBALOK
BALOKANAK
ANAK

Pembengk ok an Tambat.an dan Fabrikasi Khusus


Sabot pekerjaan tulangan baja diukur berdasarkan satuan beratnya, demikian pula
daiam mengukur biayanya Pada harga dasamya ditambahkan berbagai tambahan
biaya upah pengerjaan yang pada prinsipnya tergantung pada seberapa banyak BANTGIPKEU THINCGGI T!PE CHC TIPE CHC'J TIP E

-
tambahan upaya yang harus dilakukan untuk setiap satuan berat sampai dengan
tercapainya produk akhir seperti yang dirancang. Dari berbagai tambahan biaya upah
pengerjaan tersebut di antara nya yang menonjol adalah biaya pembengkokan dan
biaya tambahan untuk fabrikasi khu sus pada setiap satuan beratnya.
HCM

BANGKU TINGGI SANGKU TINGGI


Tambahan biaya upah pengerjaan akibat pembengkokan tambahan yang TUL.ANGAN TUNGGAL TUL.ANGAN BERJAJAR TULANGAN ATAS BANGKU TlNGGI
BERJAJAR PENOPANG PLAT METAL
dibeban
kan tergantung pada penggolongan atau klasifikasi berat pengerjaannya. Sehingga pe
kerjaan pembengkokan batang tulangan umuinnya digolongkan menjadi dua, ialah . Gmbar 13.8. Standar jenis dan ukuran kawat penopang batang tulangan
pem bengkokan ringan dan berat. Nilai tambahan biaya tiap satuan berat pada (d:kutip dan ketentuan Concrete Reinforcing Steel Institute, Chicago, Illinois, USA}

pembengkokan ringan lebih tinggi daripada pembengkokan berat mengingat


peningkatan jumlah yang di olah, dalam arti jumlah bengkokan yang dilakukan setiap
satuan berat baja juga lebih ba nyak. Digolongkan sebagai pembengkokan berat 13 .6 PEMASA NGAN BATANG TULANGAN BAJA
adalah untuk batang tulangan baja 013
- 050, dibengkok tidak lebih dari enam tempat, bengkokan hanya satu macam radius,
Penopang atang tulangan baja digunakan untuk mempertahankan kedudukan batang
dan tidak dibengkok pada arah kebalikan. Sedangkan yang digolongkan
tulangan_ se1ak pemasangan sampai dengan saat pencoran adukan baton, yang dapat
pembengkokan ri ngan adalah untuk batang tulangan baja berdiameter sampai dengan
di bat a batang tulangan diameter kecil, kawat baja, logam, beton, atau bahan lain
D12, semua tulang an pengikat sengkang atau spiral untuk balok dan kolom, dan
yang d1setu1u1. Kekkoh kedudukan batang tulangan baja tersebuf harus
semua batang tulangan baja 013 - 050 y:mg dibengkok pada lebih dari enam tempat, diupayakan terse lenggara sebaJk-ba1knya mengingat banyak sekali gaya-gaya ekstra
dibengkok lebih dari satu bi dang, bengkokan lebih dari satu macam radius, atau yang harus ditahan nya selama proses pengerjaan baton dn tulangannya Yang
pasangan dari radius dengan beng kokan lainnya. Fabrikasi khusus adalah fabrikasi
dirriaksud dengan gaya-ga y ekstra dapat berasal dari getaran-getaran berbagai mesin
batang tulangan baja yang khusus ditu jukan untuk menyesuaikan dengan keadaan
dan peralatan, termasuk me sm penggetar pemadat baton, ataupun karena diinjak-injak
pelaksanaan pekerjaan tertentu di mana ter dapat keharusan untuk melaksanakan
oleh para pekerja. Jarak spasi antara tulangan aja atau kebutuhan tebal tertentu
toleransi khusus, tertampauinya standar minimum, dan juga bengkokan atau spiral yang
pada struktur tipis yang menuntut ketepatan akuras1 pemasangan, seperti plat lantai
tidak biasa dikerjakan dengan cara normal.
misalnya, harus dijaga agar tidak-mudah begeser atau berubah. Demikian pula agar
dapat dipenuhinya ketebalan selimut beton pehndng batg tulnga sesuai
persyaratan peraturan, penopang batang tula'lgan pa
b_ag1an-bag1an tep1 dan komponen harus terpasang dengan baik. Apabila pada mt d1gunakan blok baton (sering disebut tahu beton ) sebagai penopan tulangan, hen-
bagian
454 CAB 13 0£1,...I PENutANGAN

daknya digunakan baton mutu yang sama dangan baton struktural yang dlrencanakan
untuk tempat tersebut.
Kecermatan dan kerapihan pemasangan baja tulangan berikut segenap pekerjaan
bantu akan sangat berpengaruh dalam usaha penghematan dan efisiensi biaya konstruk
si. Karena dengan demikian tidak t'erjadi bongkar pasang pekerjaan, pengecoran baton
dapat berlangsung dengan sempuma masuk ke dalam seluruh sela-sela batang tulangan
sehingga dihasilkan baton bertuiang mulus tanpa terjadi kropos-kropos. Bahkan yang
lebih panting, tercapainya hasil akhir sademikian sehingga kekokohan struktur tidak ter A PENDIKS A
ganggu dan aman. terhindar dari akibat kecarobohan pelaksanaannya. Sekali lagi, karena
di Indonesia belum tarsedia standarisasi jenis dan ukuran penopang batang tulangan, se TABEL-TABEL
bagai contoh bentuk standar, jenis, dan ukuran penopang batang tulangan baja dapat
diperlihatkan pada Gambar 13.8. Standar tarsebut dikutip dari sebagian ketentuan CRSI,
USA, untuk digunakan sebagai bahan perbandingan. Oalam praktek umumnya penopang
batang tulangan baja dibuat dan ditentukan di lapangan, kecuali apabila gambar peren-
canaan ataupun spesifikasi menyebut lain.

A -1 Janis dan Kalas Baja Tulangan


: Dmens dan Berat Batang Tulangan Baia (ASTM)
A- D1mans1dan Berat Batang Tulangan Bafa (Sii)
4 Luas Penampang Batang Tulangan Saia
A-5 Luas Penampang s t T 1 •
A -6 Konstanta Pernncaa g u angan Baja per Meter Panjang Plat
A-7 Sifat-Sifat dan Konstanta
Seton A-8 s/d A 37 R · p
A - 3 8 L bar Bal 1in ngan (p ) versus Koefisien Tahanan (k )
A-39 Panjang Penyaluran Dasar
A-4O Jumlah Maksimum Satan T 1
A - 41 Tebal Minimum Balok Nog utangan Oalam Satu Baris Penulangan Kolom
dak dihitun npra egangan atau Plat Satu Arah apabila Lendutan ti-

A-42 Lendutan ljin Maksimum


A - 43 Tebal Minimum Plat Tanpa Balok Interior
-------------- ------- TABEL A-1
JENIS DAN KELAS BAJA TULANGAN
(Sii 0136-80) TA BEL A-2
DIMENSI DAN BERAT BATANG TULANGAN BAJA
(STANDAR ASTM)
BATASULUR KUATTARIK BATANG REGANGAN SUDUT DIAMETER
JENIS !<EL.AS SIMBOL MINIMUM MINIMUM WI MINIMUM LENGKUNG LENGKUNG diameter luas berat
Nhnm2 N/mm2 % nomor nominal nominaf
(1cgfhnm2) nomina
(1cgfnnm2) batang (inch) (rrm) (inch2) (ITTT12) (kghn)
· polos 1 # 3
B.JTP24 235 382 No.2 20 0,375 9,50 0,110 71
4 0,559
180° 3d 0,500 12,7 0,200 129
5 0,994
(24) 0,625 15,9 0,310 200
6 1,552
I (39) No.3 24 0,750 19,1 0,440 284 2,235
I 7 0,875 22,2 0,600 387 3,041
8 1,000 25,4 0,790 510 3,973
9 1,128 28,7 1,000 645 5,059
10 1,270 32,3 1,270 819 6,403
11 1,410 35,8
defor· 2 BJTP30 294 480 No.2 16 1,560 1006 7,906
14 1.693 43,0
180° 3d 2,250 1452 11,380
18 2,257 57,3
(30) (49} No.3 20 4,000 2581 20,240

1 BJTD24 235 382 setara


No.2 18
masian - 180° 3d
(24) (39) setara
No.3 22
/i.:
2 BJT030 Z94 480 setara I
No.2 14 TA BEL A-3
!
180° 4d DIMENSI DAN BERAT BATANG TULANGAN BAJA
I
I
(30) (49) setara STANDAR INDUSTRI INDONESJA (Sii 0136-80)
No.3 18
Tulangan baja diameter
I 3 BJT035 343 490 setara maks
luas
berat
nominal nominal nominal
No.2 18 040 4d Polos Deform (mm) (cm2) (kg/m)
180°
(35) (50) setara maks P6 00 6,00 0,283 0.222
No.3 20 050 5d PS 08 8,00 0,503 0,395
P9 09 9,00 0,636 0,499
4 .8JTD40 392 559 setara P10 010 10,00 0,785 0,617
I No.2 16
180° 5d
P12
P13
012
rn3
12,00
13,00
1,131
1,327
0,888
1,040
(40) {57) setara ?14 014 14,00 1,540 1,210
No.3 18 P16 016 16,00 2,011 1,580
P18 018 -18,00 2,545 2,000
5 BJTOSO 490 618 setara maks P19 019 19,00 2,835 2,230
No.2 12 022 Sd P20 020 20,00
I 3, 142 2.470

(50) 900 456


(63) setara maks
No.3 14 025 6d
P22 022
22,00 4 57
3,801
2,980
P25 025
25,00
4,909
3,850
P28 028
28,00 s,
151 4,830
029

29,0
0

6,60
5

5,
190
P32 032
32,00
8,043
6,310
036

36,0
0

10,1
79

7,99
0
040

40,0
0

12,5
65

9,87
0
050

50,
00

19,6
35

15,
400
TABEL A-4 TA BEL A-5
LUA S PENAMPANG TULANGAN BAJA PER METER PANJANG PLAT
LUAS PENAMPANG TULANGAN BA JA
Luas P:.nampang (mm2) ·- diameter Luas Penampang (mm2)
diameter
batang batang Jarak Spasi p.k.p (mm)
Jumlah Batang
;\ ._,
2 3 4 (mm) 50 100 150 200 250 300 350 400 450
(mm) 1
7 8 9
5 6 6 565,5 282,7 188,5 141,4 113,1 94,2 80,8 70,7 62,8
197,9 226,2 254,5 111,7
56,6 84,9 113,1 141,4 169,6 452,4 8 1005,3 502,7 335,1 251,3 201,1 167,6 143,6 125,7
6 28,3 251,4 301,6 351,9 402,2
150,9 201,1 9 1272,3 636,2 424,1 318,1 254,5 212,1 181,8 159,0 141.4
@ 50,3 100,6
190,8 254,5 318, 1 381,6 445,2
509,0 572,6
10 1570,8 785,4 523,6 392,7 314,2 261,8 224,4 196,3 174,5 II
9 63,6 127,2 314,2 628,3 760,9
78,5 157,0 235,6 392.7 471,2 549,8 904,8 1017,9 1131,0 754,0 565,5 452,4 377,0 323,1 282,7 251,3
(10" 791,7 12 2261,9
226,2 339,3 565,5 678,6 13 2654,6 1327,3 884,9 663,7 530,9 442,4 379,2 331,8 294,9
ft 113,1
398,2
452,4
630,9 663,7 796,4 929,1 1061,8 1194,6
14 3078,8 1539,4 1026,3 769,7 615,8 513, 1 439,8 384,8 342,1
13 132,7 265,4 1078,0 1232,0 1386,0 I
16 4021,2 2010,6 1340,4 1005,3 804,20 670,2 574,5 502,7 446,8
308,0 462,0 616,0 770,0 924,0
it4· 154,0
804,2 1005,3 1206,4 1407,4 1608,5 1809,5 18 5089,4 2544,7 1696,5 1272,3 1017,9 848,2 727,1 636.2 565,5
201, 1 402,2 603,2 2290,2
'.16' 2035,8 19 5670,6 2835,3 1890,2 1417,6 1134,1 945, 1 810,1 708,8 630, 1
1272,4 1781,3
957,9 1526,8 20 6283,2 3141,6 2094,4 1570,8 1256,6 1047,2 897,6 785,4 698, 1
18 254,5 509,0 763,4 1984,5 2468,0 2551,5
19,,. 283,5 850,5 1134,0 1417,5 1701,0 2513,3 2827,4 1267,1 1086,1 950,3 844,7
567,0 1885,0 2199, 22 3801,3 2534,2 1900,7 1520,5
628,4 942,5 1256,6 1570,8 1636,2 1402,5 1227,2 1090,8
20 314,2 1
2280,8 2660,9 3041,0 3421,2 25 4908,7 3272,5 2454,4 1963,5
1520,5 1900,7
22 380,1 760,2 1140,4 3436,1 3927,0 4418, 1 28 6157,5 4105,0 3078,8 2463,0 2052,5 1759,3 1539,4 1368.3
2454,8 2945,2
25"' 490,9 981,8 1472,6 1963,5 5541,7 29 6605,2 4403,5 3302,6 2642,1 2201,7 1887,2 1651,3 1467,8
1231,5
2463,0 1847.J 36,6 4310,3 4926,0
3078.7 32 8042,5 5361,7 4021,2 3217,0 2680,8 2297,9 2010,6 1787,2
28 615,7 3963,2 4623,7 5284,0 5944,5
3302,6 36 6785,8 5089,1 4071,5 3392,9 2908,2 2544,7 2261,9
660,5 1321,0 1981,6 2642,1 4021,3 48,?5,5 5? 9.8 6434,0 7238,3
29 3217,0 40 8377,6 6283,2 5026,5 4188,8 3590,4 3141,6 2792.5
804,3 1608,6 241,S.,8 4071,5 9160,9
32
36 1017,9 2035,8 3053,6
5089,4 6107,2 7125, 8143,0
8796,6 10053 h 1309 50 13090 9817.5 7854,0 6545,0 5609,9 4908.7 43€?3,3 I I
1
40 1255,6 5026,6 6283,2 7539,8
2513,3 3769,9 13745 n 1612
50 963,5 7854,0 9817,5 11781
3927,0 5890,5 4 15708
459
TABEL A-6
KONSTANTA PERENCANA AN

Tulangan Baja Mutu Baton (MPa)

mutu fc' = 17 fc'= 20 fc'= 25 fc' = 30 fc'=35 fc'= 40


baja fy p rrin /Ji':;; 0,85 /jp;: 0,85 P1 = 0,a5 P i = o,a5 /J1= 0,81 /J1 = 0,77
BJTP
.,. BJTD p maks p sm p maks p sm p maks p sm p maks p sm p maks p sm p maks p sm

Q
24 240 0,0058 0,0274 0,0132 0,0323 0,0156 0,0403 0,0198 0,0484 0,0239 0,0538 0,0269 0,0564 0,0313
30 300 0,0047 0,0205 0,0107 0,0241 0,0127 0,0301 0,0159 0,0361 0,0195 0,0402 0,0221 0,0436 0,0251
35 350 0,0040 0,0166 0,0093 0,0196 0,0107 0,0244 0,0132 0,0293 0,0163 0,0326 0,0183 0,0354 0,0214
40 400 0,0035 0,0138 0,0083 0,0163 0,0092 0,0203 0,0117 0,0244 -0J5!42 0,0271 0,0160 0,0295 0,0185
50 500 0,0028 0,0100 0,0070 0,0118 0,0074 0,0148 0,0098 0,0177 0,0113 0,0197 0,0126 0,0214 0,0143

Keterangan : .·p maks :; 0,75 pa


p sm = p saran = nllai p yang disarankan untuk keper1uan perkiraan.

-- _..

0 0 0 0 0
m m <.n t:..> <...
m ... . i c . l m
<...
0: 0: < . . . 0: . < ...
< . .

3: en
'1l '1 l '1 l ' 1l '1 l '
. e . e . e . e...... 'Tl
1 lI\) -t
e
I\) 0 -I\)
:...i <.n w t:..> m N c> <n
'1
.<D _.. ......
en
N 01 01 m 0> w 8 .,.,
'Tl
s::
'1l -t
I\.)
C -t
.,.
1\) 1\) 1\) ..... 0 - 0
<o cn "....J <0 0 s::
01 01 1\) 1\) 8 '1l Zm
.. .
a » IU

I\.)
o"rm
Z :s>
(,.) cu I\) - 01 0 _C11
t:. > <» m Oi 8 <0 <:n s:: t/) I

-t .....,
O O O'I Ol O o 8 '1l );lit
IU
z
-t
U> U> (A) ..... Q.(11
c..> l>
0
·m · ai·oo Cll :..._, m
s::
I\) 0 I\) .... ()) "' 8 IU'1l m
-t
0
w w w ... o .<n U1
c.> z
<o m "c.> <o <o ...,, a, s::
o ....i ._,, 01 .Jlo. cn 8 '1J
IU

W c..> N _.. _O> l:;


-..... <o m o "o m :...., s::
"' I\) .... <O .... O'l 8 '1l
IU
=- --_ - :-

---------------
0,0222 4.3428 0,0266 4,9695
0,0091 2,0185 0,0135 2,8757 0,0179 3.6555 0,0223 4,3579
0,0267 4,9829
0,0092 2.0388 0,0136 2,8943 I Q,Q18Q 3,6723 0,0224 4,3730 0,0268
4,9962

-------- 0,0093

0,0094
2,0591

2,0794
0,0137 2,9128 0,0181
0,0269
0,0138 2,9313 0,0182
0,0270
3,6891 0,0225
5,0095
3,7058 0,0226
5,0227
4,3880

4,4030

TABEL A-8
RASIO PENULANGAN (;>) vs KOEFISIEN
TAHANAN (k)
(fc' = 17 MPa, f1 = 240 MPa, k dalam MPa)

p k p k p k p
k p k

0,0058 1,3248 0,0102 2,2400 0,0146 3,ong


0,0190 3,8383 0,0234 4,5214
0,0059 1,3484 0,0103 2,2599 0,0147 3,0960
0,0191 3,8547 0,0235 4,5360
0,0060 1,3680 0,0104 2,2798 0,0148 3, 1141
0,0192 3,8711 0,0236 4,5506
0,0061 1,3896 p,0105 2,2996 0,0149 3,1322
0,0193 3,8874 0,0237 4,5651
0,0062 1,4112 0,0106 2,3194 0,0150 3,1502
0,0194 3,9036 0,0238 4,5797
0,0063 1,4327 0,0107 2,3391 0,0151 3,1682
0,0195 3,9199 0,0239 4,5941
0,0064 1,4541 0,0108 2,3588 0,0152 3,1861
0,Q196 3,9360 0,0240 4,6085
0,0065 1,4755 0,0109 2,3785 0,0153 3,2040
0,0197 3,9522 0,0241 4,6229
0,0066 1,4969 0,0110 2,3981 0,0154 3,2219
0,0198 3,9683 0,0242 4,6373
0,0067 1,5183 0,0111 2,41n 0,0155 3,2397
0,0198 3,9844 0,0243 4,6516
0,0068 1,5396 0,0112 2,4372 0,0156 3,2575
0,0200 4,0004 0,0244 4,6658
0,0069 1,5608 0,0113 2,4567 0,0157 3,2753
0,0201 4,0164 0,0245 4,6801
0,0070 1,5820 0,0114 2,4762 0,0158 3,2930
0,0202 4,0323 0,0246 4,6942
0,0071 1,6032 0,0115 2,4956 0,0159 3,3106
0,0203 4,0482 0,0247 4,7084
0,0072 1,6244 0,0116 2,5150 0,0160 3,3282
0,0204 4,0641 0,0248 4,7225
0,0073 1,6455 0,0117 2,5343 0,0161 3,3458
0,0205 4,0799 0,0249 4,7366
0,0074 1,6665 0,0118 2,5537 0,0162 3,3634
0,0206 4,0957 0,0250 4,7506
0,0075 1,6876 0,0119 2,5729 0,0163 3,3809
0,0207 4, 1114 0,0251 4,7646
0,0076 1,7085 0,0120 2,5921 O,Q164 3,3983
O,C208 4, 1271 0,0252 4,7785
0,0077 1,7295 0,0121 2,6113 0,0165 3,4 58
0,0209 4, 1428 0,0253 4,7924
0,0078 1,7504 0,0122 2,6305 0,0166 3,4331
0,0210 4, 1584 0,0254 4,8063
0,0079 1,7712 0,0123 2,6496 0,0167 3,4505
0,0211 4,1740 0,0255 4,8201
0,0080 1,7921 0,0124 2,6686 0,0168 3,4678
0,0212 4, 1895 0,0256 4,8339
0,0081 1,8128 0,0125 2,6876 0,0169 3,4850
0,0213 4,2050 0,0257 4,8476
0,0082 1,8336 0,0126 2,7066 0,0170 3,5023
0,0214 4,2205 0,0258 4,8613
0,0083 1,8543 0,0127 2,7256 0,0171 3,5195
0,0215 4,2359 0,0259 4,8750
0,0084 1,8749 0,0128 2,7445 0,0172 3,5366
0,0216 4,2513 0.0260 4,8886
0,0085 1,8956 0,0129 2,7633 0,0173 3,5537
0,0217 4,2667 0,0261 4,9022
0,0086 1,9161 0,0130 2,7822 0,0174 3,5708
0,0218 4,2820 0.0262 4,9158
0,0087 1,9367 0,0131 2,8009 0,0175 3,5878
0,0219 4,2972 0,0263 4,9293
0,0088 1,9572 0,0132 2,8197 0,0176 3,6048
0,0220 4,3125 0.0264 4,9427
0,0089 1,9777 0,0133 2,8384 o.01n 3,6217
0,0221 4,3276 0,0265 4,9562
0,0090 1,9981 O,Oi 34 2,8570 0,0178 3,6386
l
0,0063 1,4446 0;0107 2.3735 0.0151 3,2366
0,0064 1,4664 0,0108 2,3938 0,0152 3,2554
0,0065 1,4882 0,0109 2,4141 O,Q153 3,2742
0,0066 1,5100 0,0110 2,4344 0,0154 3,2930
0,0067 1,5317 0,0111 2,4546 0,0155 3,3118
0,0068 1,5534 0,0112 2,4749 0,0156 3,3305
TA BEL A- 0,0069 1,5751 0,0113 2,4950 0,0157 3,3492
0,0070 1,5967 0,0114 2,5152 0,0158 3,3678
0,0071 1,6183 0,0115 2,5353 0,0159 3,3864
0,0072 1,6399 0,0116 2,5554 0,0160 3,4050
0,0073 1,6614 0,0117 2,5754 0,0161 3,4236
9 0,0074 1,6830 0,0118 2.5954 0,0162 3,4421
0,0075 1,7044 O,Q119 2,6154 0,0163
RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN 3,4605
TAHANAN (k)
0,0076
o,oon
1,7259
1,7473
0,0120
0,0121
2,5353
2,6552
0,0164
0,0165
3,4790
3,4974
= =
(fc' 20 MPa, f1 240 MPa, k dalam MPa) 0,0078 1,7686 0,0122 2,6751 0,0166 3,5158
0,0079 1,7900 0,0123 2,6949
p k p k p k
O,Q167 3,5341
0,0080 1,8113 0,0124 2,7147 0,0168 3,5524
p k 0,0081 1,8325 0,0125 2,7345
p k 0,0169 3,5707
0,0082 1,8537 0,0126 2,7542 0,Q170 3,5889
0,0083 1,8749 0,0127 2,n39 0,Q171 3,6071
0;0058 1,3348 0,0102 2,2712 0,0084 1,8961 0,0128 2,7936 0,Q172
0,Q148 0,0190 3,6253
3,9466 0,0234 4,6858
0,0085 1,9172 0,0129 2,3132 0,0173
3,1418 0,0086 0,0191 3,6434
3,9641 0,0235 4,7016
1,9383 0,0130 2,8328 0,0174
0,0059 1,3569 0,0103 2,2917 0,0147 0,0087 0,0192 3,6616
3,9816 0,0236 4,7176
1,9594 0,0131 2,9524 0,0175
3,1608 0,0193 3,6796
3,9991 0,0237 4,7336
0,0060 1,3788 0,0104 0,0088 1,9804 0,0132 2,5719 0,0176
2,3122 0,0148 0,0194 3,69n
4,0165 0,0238 4,7495
0,0089 2,0014 0,0133 2,8914 o,01n
3,1798 0,0195 3,7157
4,0339 0,0239 4,7654
0,0061 1,4008 0,0105 0,0090 2,0224 0,0134 2,9109 0,01]8
2,3327 0,0149 0,0196 3,7336
4,0512 0,0240 4,7813
0,0091 2,0433 0,Q135 2,9303 0,0179
3,1988 0,0197 3,7516
4,0686 0,0241 4,7971
0,0062 1,4227 0,0108 2,3531
0,0092 2,0642 0,0136 2,9497 0,0180
0,0150 0,0093 2,0850 0,0137 2,9691 0,0198 3,7695
4,0858 0,0242 4,8129
0,0181 3,7873
3,2177 0,0199 4,1031 0,0225 4,5398
0,0243 4,8286
0,0269 5,2264 0,0200 4,1203
0,0095 2,0996 0,0139 2,9498 0,0183 3,7225 0,0094 2, 0,0244 4,8444
0,0201 4, 1375 0,0270
0,02455,2413
4,8601
0,0227 4,4179 0,0271 5,0359 1059 0,0138 0,0202 4,1547 0,0248 4,8757
2,9884 0,0203 4, 1718 0,0247 4,8913
0,0204 4, 1889 0,0248
0,0097 2,1399 0,0141 2,9866 0,0185 3,7558 0,0096 2, 1474
0,0182 3,8052 0,0226 4,9069 4,5561
0,0140 3,0270 0,0184 0,0205 3,8407
0,0229 4,44n 0,0273 5,0621 0,0183 4,2059
3,8230 0,0249
0,0227 4,9225
4,5724
0,0098 2,1600 0,0142 3,0049 0,0186 3,7724 0,0206 4,2229 0,0250 4,9380
0,0228 4,5887 0,0272
0,0230 4,4825 0.0274 5,0752 0,0097 2, 1681 0,0141 3,0402 0,Q185 0,0207 5,2709
4,2399 0,0251 4,9535
3,8584
0,0099 2,1801 0,0143 3,0232 Q,0187 3,7889 0,0208 4,2569 0,0252 ,i '
4,9689
0,0229
0 ,0098 4,6049
2,1888 0,0273 5,2856
0,0231 4,4773 0,0142 3,0654 0,0186 0,0209 3,8761
4,2738 0,0253 4,9844
0,0100 2,2001 0,0144 3,0415 0,0188 3,8055 0,0230 4,6211 0,0274 0,0210 4,2907 0,0254 4,9997
0,0099 2,2095 0,0143 3,0845 5,3003
0,0232 4,4920 0,0187
0,0211 3,8938
4,3075 0,0255 5,0151
0,0231 4,6373 0,0275 0,0212
5,3150 4,3243 0,0256 5,0304
0,0101 ,0100 2,2301 0,0144 3,1037 0,0188
2,2201 0,0145 3,0597 0,0189 3,8219 0,0213 3,9114
4,34110,0232
0,0274,65345,0457
0,0233 4,5067 0,0276 5,3296 ,0101 0,0214
2,2507 4,3578
0,0145 0,0258 5,0609

I
3, 1227 0,0189
0,0215 4,3745 0,0259 5,0762
3,9290 0,0216
0,0233 4,3912
4,6695 0,0260 5,0913
5,3442 0,0217 4,4079 0,0261 5,1065

tl _
462 0,0218 4,4245 0,0262 5, 1216
0,0219 4,4410 0,0263 5, 1367
0,0220 4,4576 0,0264
4 6 3 4,4741 0,0265 5, 1517
0,0221 5, 1667
0,0222 4,4906 0,0266 5, 1817
0,0223 4,5070 0,0267 5, 1967

.
0,0224 4,5234 0,0268 5,2116
-·------------------ I

:I
I

TABEL A-9 (lanjutan) TABEL A-10 (lanjutan)


RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k)
RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k)
{fc' = 20 MPa, fy = 240 MPa, k dalam MPa) (fc' = 25 MPa, fy = 240 MPa, k dalam MPa)

k p k p k p k p k p k p k
k p k p
p k p 5,7801 0,0318 5.9137 O,Q188 4,0315 0,0232 4,8363 0,0276 5,5885 0,0320 6,2880 0,0364 6,9349
5,7936 0,0319 5,9269 0,0233 4,8540 0,0277 5,6050 0,0321 6,3033 0,0365 6,9490
-
5,6430 0,0308 0,Q189 4,0504
5,5026 0,0298 5,8071 0,0320 5,9400
0,0278 5,3588 0,0288 0,0190 4,0693 0,0234 4,8717 0,0278 5,6214 C,0322 6,3186 0,0366 6,9631
5,6569 0,0309 5,8205 0,0321 5,9531
0,0279 5,3733 0,0289 5,5168 0,0299 0,0191 4,0881 0,0235 4,8893 0,0279 5,6379 0,0323 6,3338 0,0367 6,9771
0,0300 5,6707 0,0310 5,8339 0,0322 5,9662
0,0280 5,3878 0,0290 5,5310 0,0192 4,1069 0,0236 4,9069• 0,0280 5,6543 0,0324 6,3490 0,0368 ' 6,9911
5,5451 0,0301 5,6845 0,0311
0,0281 5,4023 Q.,0291 0,0193 4,1257 0,0237 4,9245 0,0281 5,6706
5,5592 0,0302 5,6983 0,0312
0,0282 5,4167 0,0292 5,8473 0,0323 5,9792 0,0194 4, 1444 0,0238 4,9420 0,0282 5,0870 . o,0325 6,3642 0,0369 7,0051
5,5733 0,0303 5,7120 0,0313
0,0283 5,4311 0,0293 0,0195 4, 1631 0,0239 4,9595 0,0283 5,7033
0,0304 5 7257 0,0314 5,8607 0,0326 6,3793 0,0370 7,0190
0,0284 5,4455 0,0294 5,5873 0,0284 5,7196 0,0327
5,8740 0,0196 4, 1818 0,0240 4,9770 6,3944 0,0371 7,0330
0,0285 5,4598 0.0295 5,6013 0,0305 5,7393 0.0315
5,8872 0,0197 4,2004 0,0241 4,9945 0,0285 5,7359 0,0328 6,4095 0,0372 7,0469
5,6152 0,0306 5,7529 0,0316
0,0286 5,4741 0,0296 5,9005 0,0198 4,2191 0,0242 5,0119 0,0286 5,7521 0,0329
5,7665 0,0317 6,4246 0,0373 7,0607
0,0287 5,4884 0,0297 5,6292 0,0307
0,0199 4,2377 0,0243 5,0293 0,0287 5,7683 0,0330 6,4397 0,0374 7,0746
0,0200 4,2563 0,0244 5,0467 0,0288 5,7845 0,0331 6,4547 0,0375 7,0884
0,0201 4,2748 0,0245 5,0640 0,0289 5,8006 0,0332 6,4697 0,0376 7, 1022
0,0202 4,2933 0,0246 5,0814 0,0290 5,8168 0,0333 6,4846 0,0377 7, 1160
TABEL A-10FISIEN TAHANAN (k) 0,0203 4,3118 0,0247 5,0987 0,0291 5,8329 0,0334 6,4996 0,0378 7,1297
RA SIO PENULANGAN (p) vs KOE k dalam MPa) 0,0204 4,3303 5, 1159 0,0292 5,8490
0,0335 6,5145 0,0379 7,1434
( fc' =
25 MPa, fy 240 MPa, = 0,0205 4,3487 0,0249
0,0250
5, 1332
5, 1504
0,0293
0,0294
5,8650 0,0336
5,8810
6,5293 0,0380 7,1571
0,0206
0,0337 4,3671 6,5442 0,0381 7, 1707
k p k p k 0,0207 4,3855 0,0251 5, 1676 0,0295 5,8970 7,1844
p k p 0,0338 6,5590 0,0382
p k 0,0252 5, 1848 0,0296 5,9130
0,0208
0,0339 4,4039 6,5738 0,0383 7,1980
0,0136 3,0126 0,0162 3,5312 0,0209
0,0340 4,4222 0,0253 5,2019 0,0297 5,9289 6,5886 0,0384 7,2115
0,0084 1,9201 0,0110 2,4755
0,0058 1,3463 3,0329 0,0163 3,5508 0,0210 4,4405 0,0254 5,2190 0,0298 5.9448 7,2251
1,9418 0,0111 2,4965 0,0137 0,0341 6,6033 0,0385
0,0059 1,3687 0,0085 3,0531 0,0164 3,5704 4,4588 0,0255 5,2361 0,0299 5,9607
0,0112 2,5175 0,0138 0,0211
0,0342 6,6180 0,0386 7,2386
0,0060 1,3911 0,0086 1,9635
2,5384 0,0139 3,0734 0,0165 3,5899 0,0212
0,0343 4,4770 0,0256 5,2531 0,0300 5,9766 6,6327 0,0387 7,2521
1,4134 0,0087 1,9851 0,0113
0,0061 3,0936 0,0166 3,6094 0,0213 4,4953 0,0257 5,2702 0,0301 5,9924 0,0388 7,2656
2,0067 0,0114 2,5593 0,0140 0,0344 6,6474
0,0062 1,4357 0,0088 0,0167 3,6289 4,5135 0,0258 5,2872 0,0302 6,C082
0,0115 2,5802 0,0141 3,1137 0,0214
0,0345 6,6620 0,0389 7,2790
0,0063 1,4580 0,0089 2,0283
0,0142 3, 1339 0,0168 3,64!13 0,0215
0,0346 4,5316 0,0259 5,3041 0,0303 6,0240 6,6766 0,0390 7,2924
0,0090 2,0499 0,0116 2,6011
0,0064 1,4803 3, 1540 0,0169 3,6678 0,0216 4,5498 0,0260 5,3211 0,0304 6.0397
2,0714 0,0117 2,6219 0,0143 0,0347 6,6912 0,0391 7,3058
0,0065 1,5026 0,0091 0,0170 3,6871 4,5679 0,0261 5,3380 0,0305 5,0555
0,0118 2,6427 0,0144 3,1741 0,0217
0,0348 6,7058 0,0392 7,3192
0,0066 1,5248 0,0092 2,0929
0,0145 3,1942 0,0171 3,7065 0,0218
0,0349 4,5860 0,0262 5,3549 0,0306 6,0711 6,7203 0,0393 7,3325
0,0093 2,1144 0,0119 2,6635
0,0067 1,5470 3,2142 0,0172 3,7258 0,0219 4,6040 0,0263 5,3717 0,0307 6,0868 0,0394 7,3458
2,1359 0,0120 2,6843 0,0146 0,0350 6,7348
0,0068 1,5691 0.0094 0,0173 3,7452 0,0220 4,6221 0,0264 5,3886 0,0308 6,1025
0,012..1 2,7050 0,0147 3,2343 0,0351 6,7493 0,0395 7,3591
0,0069 1,5913 0,0095 2,1573
2,7257 0,0148 3,2542 0,0174 3,7644 0,0221
0,0352 4,6401 0,0265 5,4054 0,03G9 6,1181 6,7637 0,0396 7,3723
0,0070 1,6134 0,0096 2,1787 0,0122
2,7463 0,0149 .3,2742 0,0175 3,7837 J,0222
0,0353 4,6581 0,0266 5,4222 0,0310 6,1337 6,7781 0,0397 7,3855
0,0071 1,6355 O,OQ97 2,2001 0,0123
O,Q150 3,2941 0,0176 3,8029 0,0223
0,0354 4,6760 0,0267 5,4389 0,0311 6,1492 5,7925 0,0398 7,3987
0,0098 2,2214 0,0124 2,7670
0,0072 1,6575 3,3141 0,0177 3,8221 0,0224 4,6939 0,0268 5,4557 0,0312 6,1647
0,0125 2,7876 0,0151 0,0355 6,8069 0,0399 7,4119
0,0073 1,6796 0,0099 2,2428
2,8082 0,0152 3,3339 0,0178 3,8413 0,0225
0,0356 .7118 0,0269 5,4724 0,0313 6,1802 6,8212 0,0400 7,4250
0,0074 1,7016 0,0100 2,2641 0,0126
0,0153 3,3538 0,0179 3,8604 0,0226
0,0357 4,7297 0,0270 5,4890 0,0314 6,1957 6,8355 .0,0401 7,4381
0,0101 2,2853 0,0127 2,8287
0,0075 1,7235 0,0180 3,8796 0,0227 4,7475 0,0271 5,5057 0,0315 6.2112
0,0128 2,8493 0,0154 3,3736 0,0358 6,8498 0,0402 7,4512
0,0076 ' 1,7455 0,0102 2,3066
0,0155 3,3934 0,0181 3,8987 0,0228
0,0359 4,7654 0,0272 5,5223 0,0316 6,2266 6,8640 0,0403 7,4643
0,0077 1,7674 0,0103 2,3278 0,0129 2,8698
2,8903 0,0156 3,4132 0,0182 3,9177 0,0229
0,0360 4,7831 0,0273 5,5389 0,0317 6,2420 6,8783
0,0078 1,7893 0,0104 2,3490 0,0130
0,0157 3,4329 0,0183 3,9368 0,0230
0,0361 4,8009 0,0274 5,5554 0,0318 6,2574 6,8925
0,0079 1,8112 0,0105 2,3701 0,0131 2,9107
0,0158 3,4526 0,0184 3,9558 0,0231
0,0362 4,8186 0,0275 5,5720 0,0319 6,2727 6,9066
0,0080 1,8330 0,0106 2,3913 .0.0132 2,9311
2,9515 0,0159 3,4723 0,0185' 3,9748 0,0363 6,9200
,,

0,0081 1,8548 0,0107 2,4124 0,0133


2,9719 0,0160 3,4920 0,0186 3,9937
0,0082 1,8766 0,0108 2,4334 0,0134
2,9923 0,0161 3,5116 0,0187 4,0126
0,0083 1,8984 0,0109 2,4545 0,0135
I

464
j 465
J
1 TABEL A-11 (lanjutan)
I

TABEL A-11 RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k)


RASIO PENULANGAN (p} vs KOEFISIEN TAHANAN (k)
( t ' - 30 MPa, fy = 240 MPa, k dalam MPa) ( fc' = 30 MPa, f = 240 MPa, k dalam MPa)
1
c -
k p p
k p
k
0,0190 4,1511
2,3301 0,0146 3,2625 0,0234
0,0058 0,0102
1,3539 0,0191 4,1707
2,3518 0,0147 3,2832 0,0235 5,0144 0,0279 5,8142 0,0321 6,5368 0,0363 7,2193 0,0405 7,8619 0,0447 8,4646
0,0103 1,3766 0,0192 4,1904
0,0059 0,0148 3,3039 7,2351 0,0406 7,8767 0,0448 8,4784
0,0104
1,3992
2,3735 0,0193 4,21000,0236 5,0331 0,0280 5,8319 0,0322 6,5535 0,0364
0,0060 2,3951 0,0149 3,3245 7,2508 0,0407 7,8915 0,0449 8,4923
0,0105 0,0237 5,0517 0,0281 5,8495 0,0323 6,5702 0,0365
0,0061 1,4218 2,4167 0,0150 5,0703 7,9063 0,0450 . 8,5061
0,0106 0,0282 5,8672 0,0324 6,5868 0,0366 7,2665 0,0408
0,0062
0,0107 1,4445 2,4383 0,0151 5,0889 0,0451 8,5199
3,3657 4,2493 0,0239 0,0283 5,8848 0,0325 6,6035 0,0367 7,2822 0,0409 7,9210
O,Q152 0,0153
0,0063 1,4670
o,orn8 0.0109 2,4599 3,38630,0195 0,0240 5,1075 0.0284 5,9C23 0,0326 6,6201 0,0368 7,2979 0,0410 7,9358 0,0452 8,5336
1,4896 2,4814 0,0154 0,0195 4,2688
0,0110
0,0064 3,4068 5,1261 0,0285 5,9199 0,0327 6,6367 0,0369 7,3136 0,0411 7,9505 0,0453 8,5474
2,5029 0,0155 4,2884 0,0241
0,0111
0,0065 1,5121 3,42730,0197 5,1446 5,9374 0,0328 6,6533 0,0370 7,3292 0,0412 7,9651 0,0454 8,5611
2,5244 0,0156 4,3079 0,0242 0,0286
0,0112
0,0066 1,5347 3,44780,0198
2,5459 0,0157 0,0243 5,1631 0,0287 5,9549 0,0329 6,6698 0,0371 7,3448 0,0413 7,9798 0,0455 8,5748
0,0113 1,5571 3,46830,0199 4,3274
0,0067 2,5674 0,0158 0,0244 5,1816 0,0288 5,9724 0,0330 6,6864 0,0372 7,3604 0,0414 7,9944 0,0456 8,5885
0,0114 1,5796 3,48880,0200 4,3459
0,0068
0,0115 2,5888 0,0159 5,2000 0,0289 5,9899 0,0331 6,7029 0,0373 7,3759 0,0415 8,0090 0,0457 8,6022
3,5092
0,0069 1,6021 2,6102 0,0160 5,2185 0,0374 7,3915 0,0416 8,0236 0,0458 8,6158
0,0116 3,5296 4,3858 0,0246 0,0290 6,0073 0,0332 6,7194
0,0070 1,6245 2,6316 0,0161 0,0202
0,0117 3,5500 0,0247 5,2369 0,0291 6,0247 0;0333 6,7358 0,0375 7,4070 0,0417 8,0382 0,0459 8,6294
1,6469 2,6529 0,0162 0,0203 4,4052
0,0071
0,0118 3,5704 0,0248 5,2553 0,0292 6,0421 0,0334 6,7523 0,0376 7,4225 0,0418 8,0527 0,0460 8,6430
0,0163 4,4246
o.o
0,0072 1,6693 2,6743 3,5907 0,0204 8,0672 0,0461 8,6566
19 2,6956 C,0164 0,0165 0,0205 4,4439 0,0249 5,2737 0,0293 6,0595 0,0335 6.7687 0,0377 7,4380 0,0419
0,0073 1,6916 3,6110 0,0462 8.6701
O.Q120 2,7i 69 0,0166 4,4633 0,0250 5,2920 o·.0294 6,0769 0,0336 6,7851 0,0378 7,4534 0,0420 8,0817
0,0074 1,7140 3,6313 0,0206
1:7808 \ 00121 i,ao31 I 2,7381
0.0122 O,Oi 67 4,4826 0,0251 5,3103 0,0295 6,0942 0,0337 6,8015 0,0379 7,4688 0,0421 8,0962 0,0463 8,6836
0,0075 1,7363 3,6516 0,0207
0.0123 2,7594 3.6718 0,0208 4,5019 0,0252 5,3286 0,0296 6,1115 0,0338 6,8178 0,0380 7,4842 0,0422 8, 1107 0,0464 8,6971
0,0076 1
7586 2,7806 3,6921 0,0253 5,3469 0,0297 6, 1288 0,0339 6,8342 0,0381 7,4996 0,0423 8, 1251 0,0465 8,7106
0,0077 3,7123 0,0254 0,0298 6,1460 0,0340 6,8505 0,0382 7,5150 0,0424 8, 1395
0,0210 4,5404
0,0078 3,7325 5,3834 0,0299 6, 1633 0,041 6,8668 0,0383 7,5303 0,0425 8, 1539 0,0467 8,7375
0,0211 4,5597 0,0255
0.0168 3,7526 5,4016 0,0300 6,1805 0,0342 6,8830 0,0384 7,5456 0,0426 8,1682 0,0468 8,7509

I
,8475 0,0124 2,8018 3,7728
0,0080 0,0257 5,419 0,0301 6, 1977 0,0343 6,8993
i 8697 • 0,0125 2,82200,0169 3,7929 0,0213 4,5981
0,0081 5,4380 0,0302 6,2148 0,0344 6,9155 0,0386 7,5762 0,0428 8, 1969 0,0470 8,7776
2,8442a.0110 4,617 2 0,0258
0,0082 0,0214
1
0,0083
0,0084
1·.9140 I
1,93610,0128
0.0127 2.8653
0.0171
2 88640,0172
0,0215
0,0216
4,636
4,655 5
4 0,0259
0,0260 5,474 2 0,0304 6,2491 0,0346 6,9479 0,0388 7,6066 0,0430 8,2255 0,0472 8,8043
1 9582 O.Q129 0,0261 5,4923 0,0305 6,2662 0,0347 6,9640 0,0389 7,6218 0,0431 8,2397 0,0473 8,8176
0,0085 3,8130 0,0217 4,674 6
2:9075 0,0173 4,6936 0,0262 5,5104 0,0306 6,2833 0,0348 6,9801 0,0390 7.6370 0,0432 8,2539 0,0474 8,8309

I
0,0218
0,0086
2,0023 I J.O 31 2.9496 O,Ci 75 3,8531 0,0219 4.7127
4 7317
I 0.0263
0,0264
5,528
5,5465 0,0308 6,3174 0,0350 7,0123 0,0392 7.6673 0.0434 8,2823 0,0476 8,8573
0,0087 I

I 0,0176 3,8731- 0,0220 5,5645 7,6824 0,0435 8,2965 0,0477 8.8706


I
1

0.0088 2.0243 2,9706 4 7507 0,0265 0,0309 6,3344 0,0351 7,0284 0,0393
0.0221

I
0.0132 2,9916 0,0177 25 0,0310 6,3514 0.0352 7,0444 IJ,094 7.6975 0,0436 8,3106 0,0478 8.8837
4 7697 0,0266 5,58
0,0178
0,0089 2.0463 I 3,0126
3,0335 0,0179
3.9131 0,0222

0.0133 2.ose2 I 3.05d5 0.0 80 0,0267 5,6004


0,0090
0.013.d.
0,0181 3.8931 7,7125 0,0437 8,3247 0,0479 8.8969
I I

3,0754 1 0,0311 6,3683 0,0353 7,0604 0,0395 I

3,0963 0,0182
0,0091 2.0902
0.0135
I 3,1171 0,0183
3,1380
3.9330 0.0223
O,Q184
3,9530 0,0224 4,8076
3,9729 0,0225
4:7887
0,0268 5,6184 0,0312 6,3853 0,0354 '7.0764 0,0396 7,7276 0,0438 8,3388 0,0480 8,9100
8,9231
!
0,0093 2,1340 0,0137 5,6363 0,0313 0,0355 7,0924 0,0397 7,7426 0,0439 8,3529 0,0481
2, ". 121 . 0,0226 0,0269 644022
0,0092
0,0094 2.1559 0,0138 3,1588 0,0185 3,9928 4,8265
0,0136 4,0126 0,0227 4,8454 0,0270 0,0314 6,4191 0,0356 7,1083 0,0398 7,7576 0,0440 8,3669 0,0482 8,9362
0,0139 3,1796 0,0186
0,0095 2,1778 0,0228
0,0096 2,1996 0,0140 3,2004 .0,0187 4,0325
3,2211 0,0188 4,0523 0,0229 5,65 42
0,0097 2,2214 0,0141
0,0142 4,0721 0,0230 5,6721 0,0315 6,4360 0,0357 7,1243 0,0399 7,7726 ·0,0441 6,3809 0,0483 8,9493
0,0098 2,2432 4,8643 0,0271
2,2650 0,0143 4,0919 0,0231 5,6899 0,0316 6,4528 0,0358 7,1402 0,0400 7,7875 0,0442 8,3949 0,0484 8,9623
0,0099 4,8831 0,0272
0,0144 4,1116 0,0232
0,0100 2,2867 4,9019 0,0273 5,7077 0,0317 6,4697 0,0359 7,1560 0,0401 7,8024 0,0443 8,4089
4,1314 0,0233 0,0274 5,7255 0,0318 6,4865 0,0360 7, 1719 0,0402 7,8173 0,0444 8,4228
0,0101 2,3084 0,0145
4.9207
4,9395 0,0275 5,7433 0,0319 6,5033 0,0361 7,1877 0,0403 7.8322 0,0445 8,4368
4,9583 0,0276 5,7611
4,9770 0,0277 5,7788
3,2418 0,0189

467
466
1
TABEL A-12 TABEL A-12 (lanjutan)
RA SIO PENULANGAN (p)
(k)vs KOEFISIEN TAHANAN
RA SIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k)
(fc' = 35 MPa, f 1 = 240 MPa, k dalam MPa) ( fc' =
35 MPa, f1 =
240 MPa, k dalam MPa)
k
p p k p k p p k p k p k p k p k
k p k 4,2095 0,0234 5,0843
0,0190
0,0146 0,0102 2,3470 3,2970
0,0058 1,3593 4,2298 0,0235 5,1038 0,0278 5,9216 0,0322 6,7213 0,0366 7,4833 0,0410 8,2078 0,0454 8,8947
2,3690 0,0147 3,3182 0,0191 6,7390 0,0367 7,5002 0,0411 8,2238 0,0455 8,9098
0,0059 1,3822 0,0103 3,3393 0,0192 4,2501 0,0236 5,1232 0,0279 5,9402 0,0323
0,0148 0,0368 7,5171 0,0412 8,2398 0,0456 8,9250
0,0060 1,4050 0,0104 2,3910 0,0237 5,1426 0,0280 5,9588 0,0324 6,7567
0,0149 3,3604 0,0193 4,2703 5,1620 7,5339 0,0413 8,2558 0,0457 8,9401
0,0061 1,4279 0,0105 2,4130 4,2906 0,0238 0,0281 5,9773 0,0325 6,7744 0,0369
0,0062 1,4507 0,0106 2,4349 3,3815 0,0194 0,0282 5,9958 0,0326 6,7921 0,0370 7,5507 0,0414 8,2718 0,0458 8,9553
0,0150 4,3108 0,0239 5,1814
0,0063 1,4735 0,0107 2,4568 0,0151 3,4026 0,0195 0,0283 6,0144 0,0327 6,8097 0,0371 7,5675 0,0415 8,2877 0,0459 8.9703
2,4787 0,0196 4,J310 0,0240 5,2007 6,0329 0,0328 6,8274 0,0372 7,5843 0,0416 8,3037 0,0460 8,9854
0,0064 1,4962 0,0108 0,0152 3,4237 0.0284
4.3512 0,0241 5,2201
0.0065 1,5190 0,0109 2,5006 0,0153 3,4447 0.0197 0.0285 6,0513 0,0329 6,8450 0,0373 7,6011 0,0417 8,3196 0,0461 9,0005
4,3713 0,0242 5,2394
1,5417 0,0110 2,5225 0,0154 3,4657 0,0198 0,0286 6,0698 0,0330 6,8626 0,0374 7,6178 0,0418 8,3355 0,0462 9,0155
0,0066 0,0243 5,2587
2,5444 3,4867 0,0199 4,3915 0,0287 6,0882 0,0331 6,8802 0,0375 7,6346 0,0419 8,3514 0,0463 9,0305
0,0067 1,5644 0,0111 0,0155
4,4116 0,0244 5,2779 6,8978 0,0376 7,6513 0,0420 8,3672 0,0464 9,0455
0,0068 1,5871 0,0112 2,5662 0,0156 3,5077 0,0200 0,0288 6,1066 0,0332
2,5880 3,5287 0,0201 4,4317 0,0245 5,2972 0,0289 6.1250 0,0333 6,9153 0,0377 7,6680 0,0421 8,3830 0,0465 9,0605
0,0069 1,6098 0,0113 0,0157 0,0246 5,3164
0,0070 1,6324 0,0114 2,6098 0,0158 3,5496 0,0202 4,4518 0,0290 6,1434 0,0334 6,9328 0,0378 7,6846 0,0422 8,3989 0,0466 9,0755
4,4719 0,0247 5,3356
1,6551 0,0115 2,6316 0,0159 3,5705 0,0203 0.0291 6,1618 0,0335 6,9503 0,0379 7,7013 0,0423 8,4147 0,0467 9,0904
0,0071 0.0248 5,3548
2,6533 0,0160 3,5914 0,0204 4,4919 0,0292 6, 1801 0,0336 6,9678 0,0380 7,7179 0,0424 8,4304 0,0468 9, 1053
0,0072 1,6777 0.0116 0,0249 5,3740
2,6751 3,6123 0,0205 4,5119 0.0293 6, 1984 0,0337 6,9853 0,0381 7,7345 0,0425 8,4462 0,0469 9,1202
0,0073 1,7003 0,0117 0,0161 5,3931
4,5320 0,0250 0,0382 7,7511 0,0426 8,4619 0,0470 9,1351
0,0074 1,7228 0,0118 2,6968 0,0162 3,6332 0,0206 0.0294 6,2167 0,0338 7,0027
4,5519 0,0251 5,4123
0,0075 1,7454 0,0119 2,7185 0,0163 3.6540 0,0207 0,0295 6,2350 0,0339 7,0201 0,0383 7,7677 0,0427 8,4776 0,0471 9, 1500
4,5719 0,0252 5,4314
1,7679 0,0120 2,7402 0,0164 3.6748 0,0208 0,0296 6,2533 0,0340 7,0376 0,0384 7,7842 0,0428 8,4:933 0,0472 9.1648
0,0076 0,0253 5,4505
2,7618 0,0209 4,5919 0,0297 6,2715 0,0341 7,0549 0,0385 7,8008 0,0429 8,5090 0,0473 9, 1797
0,0077 1,7904 0,0121 0,0165 3,6957
4,6118 0,0254 5,4696 7,8173 0,0430 8,5247 0,0474 9, 1945
0,0078 1,8129 0,0122 2,7835 0,0166 3.7 64 0,0210 0,0298 6,2897 0,0342 7,0723 0,0386
2.8051 3,7372 0.0211 4,6317 0,0255 5,4886 0,0299 6,3079 0,0343 7,0897 0,0387 7,8338 0,0431 8,5403 0,0475 9,2092
0,0079 1,8354 0,0123 0,0167
4,6516 0.0256 5,5077 9,2240
1,8579 0,0124 2,8267 0,0168 3.7580 0.0212 0,0300 6,3261 0,0344 7,1070 0,0388 7,8503 0,0432 8,5559 0,0476
0,0080 0,0257 5,5267
C,0081 1,8803 0,0125 2,8483 0,0169 3.7787 0.02i 3 4,6715 0,0301 6,3443 0,0345 7,1243 0,0389 7,8667 0,0433 8,5715 0,0477 9,2388
4,6913 0,0258 5,5457
1,9027 0,0126 2,8698 3,7994 0,0214 0,0302 6,3624 0,0346 7,1416 0,0390 7,8832 0,0434 8,5871 0,0478 9,2535
0,0082 0,0170 0,0259 5,5647
3,8201 0,0215 4,7112 0,0303 6,3806 0,0347 7, 1589 0,0391 7,8996 0,0435 8,6027 0,0479 9,2682
0,0083 1,9251 0,0127 2,8914 0,0171 5,58:36
2,9129 4,7310 0,0260 7,9160 0,0436 8,6162 0,0480 9,2829
0,0084 1,9475 0,0128 0,0172 3.8407 0,0216 0,0304 6,3987 0,0348 7,1761 0,0392
0.0217 4,7508 0,0261 5,6026
1,9698 0,0129 2,9344 0,0173 3.8614 4,7706 0,0262 5,6215 0.0305 6,4168 0,0349 7,1933 0,0393 7,9323 0,0437 8,6337 0,0481 9,2976
0,0085
0,0086
0,0087
1,9922
2,0145
0,0130
0,0131
2,9559 0,0174
2,9774 0,0175
3.8820 0,0218
3.9026 I 0.0219 4.7903
4,8100
I 0.0263
0,0264
5,6404
5,6593
0,0306
0.0307
6,4348
6,4529
0,0350
0,0351
7,2106
7,2278
0,0394
0,0395
7,9487
7,9650
0,0438
0,0439
8,6492
8,6647
0,0482
0,0483
0,0484
9,3122
9,3268
9,3414
0,0088 2,0368 0,0132 2,9988 0,0176 3.9232 \ 0,0220 CJ.0308 6,4709 0,0352 7,2449 0,0396 7,9814 0,0440 8,6802
0,0177 3,9438 0,0221 4,8298 1 0,0265 5,6781 0,0353 7,2621 0,0397 7,9977 0,0441 8,6956 0,0485 9,3560
0,0089 2,0591 0,0133 3,0202 0,0309 6,4889
0,0134 3,0417 3,9644 0.0222 4,8495 0,0266 5,6970 ·J.0310 6,5069 I 0,0354 7,2792 0.098 9,0139 0,0442 8,71i 1 0,0486 9,3706
0,0090 2,0814 0,0178
5,7158 0,0487 9,3852
I
0,0091 2, 1036 0,0135 3,0630 0,0179 3,9849 O,C223 4,8691 0,0267 0,031\ 6,5249 0,0355 7,2963 0,0399 8,0302 0,0443 8,7265
3,0844 4,8888 0.0268 5,7346 5,5428 a,0356 7,3134 0,0400 3.0464 0,04..W. 6,7419 0,0488 9,3997
0,0092 2. 1258 0,0136 0,0180 4,0054 0,0224 5,7534 O,G312
0,0137 3,1058 0,0181 4,0259 0,0225 4,9084 0,0269 0,0313 6,5607 0,0357 7,3305 0,0401 8,0627 0,0445 8,7572 0,0489 9,4142
0,0093 2,1480
0,0138 3,1271 0,0182 4,0464 0,0226 4,9281 0,0270 5,7722 0,0314 6,5787 0,0358 7,3476 0:0402 8,0789 0,0446 8,7726 0,0490 9,4287
0;0094 2,1702
0,0095 2,1924 0,0139 3,1484 0,0183 0,0227 4,9477 0,0271 5,7909 0,0315 6,5966 0,0359 7,3646 0,0403 8,0951 0,0447 8,7879 0,0491 9,4432
4,0668
0,0096 2,2145 0,0140 3, 0,0228 4,9673 0,0272 5,8096 0,0316 6,6144 0,0360 7,3816 0,0404 8, 1112 0,0448 8,8032 0,0492 9,4576
0,0184 4,0873
0,0097 2,2366 1697 0,0141 3,1910 0,0185 4,9868 0,0273 5,8283 0,0317 6,6323 0,0361 7,3986 0,0405 8,1274 0,0449 8,8185 0,0493 9,4721
4,1077 0,0229 5,8470
0,0098 2,2587 0,0142 3,2122 0.0230 5,0064 0,0274 0,0318 6,6501 0,0362 7,4156 0,0406 8,1435 0,0450 8,8338 0,0494 9,4865
0,0186 4.1281
0,0099 2,2808 0,0143 3,2334 .0,0187 4,1485 0,0231 5,0259 0,0275 5,8657 0,0319 6,6679 0,0363 7,4326 0,0407 8,1596 0,0451 8,8490 0,0495 9,5009
0,0276 5,8844 0,0320 6,6857 0,0364 7,4495 0,0408 8,1757 0,0452 8,8643 0,0496 9,5153
0,0188 4,1688 0,0232 5,0454
0,0100 2,3029 0,0144 3,2547 0,0277 5,9030 0 ,0321 6,7035 0,0365 7,4664 0,0409 8,1917 0,0453 8,8795 0,0497 9,5296
0,0189 4,1892 0,0233 5,0649
0,0101 2,3250 0,0145 3,2759

46
8 J 469
----- -------- ---- l TABEL A-13 (lanjutan)
( fc' =
TABEL A-12 (lanjutan)
35 MPa, fy (p) 240
RA SIO PENULANGAN
=
MPa, k dalam MPa}
vs KOEFISIEN TAHANAN (k)
RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN {k)
(fc' = 40 MPa, f = 240 MPa, k dalam
p 1
p k p k
k p k MPa)
p k
k p k p k p k
0,0516 9,7987 0,05259,9238 p k p
0,0507 9,6721 0,05269,9376
9,6863 0,0517 9,8127
0,0508 0,05279,9513
0,0193 9,7004 0,0518 9,8267 4,3155 0,0237 5,2108 0,0281 6,0731 0,0325 6,9026 0,0369 7,6992
0,0509 0,05289,9651 0,0534 10,047
0,0194 9,7145 0,0519 9,8406 4,3362 0,0238 5,2308 0,0282 6,0924 0,0326 6,9211 0,0370 7,7169
0,0510 0,05299,9788 0,0535 10,060
0,0498 9,5440 9,7286 0,0520 9,8545 0,0371 7,7346
0,0511 0,05309,9925 0,0195 4,3569 0,0239 5,2507 0,0283 6,1116 0,0327 6,9395
0,0499 9,5583 0,0521 9,8684 0,0536 10,074
0,0512 9,7427 0,053110,006 0,0196 4,3776 0,0240 5,2706 0,0284 6,1307 0,0328 6,9580 0,0372 7,7523
0,0500 9,5726 9,7567 0,0522 9,8823 0,0537 10,088
0,0513 0,053210.019 o.o·:·)7 4,3983 0,0241 5,2905 0,0285 6,1499 0,0329 6,9764 0,0373 . 7,7700
0,0501 9,5869 9,7707 0,0523 9,8961 0,0538 10,101
0,0514 0,053310,033 0,0198 4,4189 0,0242 5,3104 0,0286 6,1691 0,0330 6,9948 0,0374 7,7876
0,0502 9,6011 9,7847 0,0524 9,8961 6,1882 0,0331 7,0132 0,0375 7,8053
0,0515 5,3303 0,0287
9,6154 0,0199 4,4395 0,0243
0,0503 0,0200 4,4502 0,0244 5,3502 0,0288 6,2073 0.0332 7,0315 0,0376 7,8229
9,6296
0,0504
9,6438
0,0201 4,4808 0,0245 5,3700
5,3899
0,0289
0,0290
6,2264
6,2455
0,0333
0,0334
7,0499
7,0682
o,o3n
0,0378
7,8405
7,8581
0,0505
0,0506 9,6580 0,0202 4,5013 0,0246 I!(
0,0203 4,5219 0,0247 5,4097 0,0291 6,2646 0,0335 7,0865 0,0379 7,8756
0,0204 4,5424 0,0248 5,4295 0,0292 6,2836 0,0336 7,1048 0,0380 7,8932
TA BEL A -13 0,0205 4,5630 0,0249 5,4492 0,0293 6,3026 0,0337 7,1231 0,0381 7,9107
RASIO PENULANGAN (p} vs KOEFISIEN TAH ANAN 0,0206 4,5835 0,0251 5,4690
0,0250 0,0294 6,3216
6,3406 0,0338
0,0339 7,1414 0,0382 7,9282
( fc' =
40 MPa, t1 =
(k) MPa, k dalam MPa)
240
0,0207 4,6040 5,4887 0,0295
7,1596 0,0383 7,9457
0,0208 4,6244 0,0252 5,5085 0,0296 6,3596 0,0340 7, 1779 0,0384 7,9632

p k p k\ k p k
p
0,0209
0,0210
4,6449
4,6653
0,0253
0,0254
5,5282
5,5479
0,0297
0,0298
6,3786
6,3975
0,0341
0,0342
7,1961
7,2143
0,0385
0,0386
7,9807
7,9981

0,0058 1,3634 0,0085 k


0,0059
0,0060
1,3864
1,'1094
0,0086
0,0087
1.9786 I 0.0112 2,5814 0,0139 3, 1718
0,0166 3,7499 0,0211 4,6857 0,0255 5,5675 0,0299 6,4164 0,0343 7,2325 0,0387 8,0156
8,0330
2,0012 0,0113 2,6035 O.Q1 AO 3, 1935 0,0167 3,7711 0,0212 4,7062 0,0256 5,5872 0,0300 6,4354 0,0344' 7,2506 0,0388
0,0061 1,4324 0,0088
0,0168 3,7922 0,0213 4,7265 0,0257 5,6068 0,0301 6,4543 0,0345 7,2688 0,0389 8,0504
0,0141 3,2151

I
2,0237 2,6256 0,0214 4,7469 0,0258 5,6265 0,0302 6,4731 0,0346 7,2869 0,0390 8,0678
0,0114
0,0115 2,6476 0,0142 3,2367
2,0462 0,0116 3,2583 0,0169 3,8133
3,8345 0,0215 4,7673 0,0259 5,6461 0,0303 6,4920 0,0347 7,3050 0,0391 8,0851
i,4553 0,0089 2,0687 2,6697 0,0143 0,0170 3,8556 4,7876 0,0260 5,6657 0,0304 5,5108 0,0348 7,3231 0,0392 8, 1025
0,0062 0,0171 0,0216
<so12 3,2798
2,6917 0,0144

3,3229 0,0173 3,8977


2,7357 O,Q146
0,0090 2,0912
0,0063 1 3,3014 0,0172 3,8767 0,0217 4,8079 0,0261 5,6852 0,0305 6,5297 0,0349 7,3412 0,0393 a, 1198
0.0091 2, 1136 0,0117
4783 2, 1361 0,0218 4,8282 . 0,0262 5,7048 0,0306 6,5485 0,0350 7,3592 0,0394 8, 1371
0,0092 0,0118 2,7137 O,Q145
0,0064 0,0093 2,1585 0,0119
0,0065 1 5241 0,0094 2, 1809 2,7577 0,0147 3,3444 0,0174 3,S1188 0,0219 4,8485 0,0263 5,7243 0,0307 6,5673 0,0351 7,3773 0,0395 8, 1717
8, 1544
0,0066 1:5470 0,0120 3,3659 0,0175 3,9398 0,0220 4,8688 0,0264 5,7439 0,0308 6,5860 0,0352 7,3953 0,0396
0,0067 1,5699 0,0121
0,0122 2.7796
2,8015 0,0148
0,0149 3,3874 0,0176 3,9608 0,0221 4,8890 0,0265 5,7634 0,0309 6,6048 0,0353 7,4133 0,0397.8, 1890

0,0068
0,0075
o,orn1
1,7295 0,0095
0,0074 1,5927
0,0102
1,7522 0,0096
2,2033
2,2257
0,0123 2,8235 O,Oi50 3l4C88 I 0.0177 3,9818
0,0222 4.9093 0,0266 5,7829 0,0310 5,6235 0,0354 7,4313 0,0398
0,0399
8,2062
8,2234
0,0069 1,6156 3,4303 0,0178 4,0028 0,0223 4,9295 0,0267 5,8023 0,0311 6,6423 0,0355 7,4493
1,7749 0,0103 0,0124 2,8454 0,0151
I
0,0076 2,2481 6,6610 0,0356 7,4673 0,0400 8,2406
0,0070 1,6384 I 0,0097 3,4517 0,0179 4,0238 0,0224 4,9497 0,0268 5,8218 0,0312
0,0104
0,0077
0,0071
0,0078
0098
1
1,7976
,00 12 o•
1,8203 0,0105
2,2704 0,012.5
O.D126
2,8673
2,8891
0,0152
O,Q153 3.4731 0,0180 4,0447 0,0225 ...
o.02s9
4,9699 I 5,8412 0,0313 6.6797 0,0357 7,4852 0,0401 8,2578

0,0079 •1,8430
0.0072 840 00,0106
0099 2,2927 3,4945 0,0181 4,0657 0,0226 4,9901 0,0270 5,8606 0,0314 6,6983 0,0358 7,5031 0,0402 8,2750
0.0080
0,0073 1,8656 0,0107 0,0127 2,91 iO \ 0,0154
:06"? \ 0:0100 2,3150 2,9328 0,0155 3,5159 0,0182 4,0866 0,0227 5.0102 0.0271 5,8800 0,0315 5,7170 0,0359 7,5210 0,0403 8,2922
0,0081 1,8883 0,0108 0,0128
2,3373 0,0183 4, 1075 7,5389 0,0404 8,3093
0,0082 1,9109 0,0109 2,9546
1
O,Oi 56 3,5372 0,0228 5.0303 0,0272 5,8994 0,0316 6,7356 0,0360
2,3596 0,0129 3,5586
0,0083 1,9335 0,0110 2,3819 0,0130 2,9764 0,0157 0,0184 4, 0,0229 5,0505 0,0273 5,9188 0,0317 6,7542 0,0361 7,5568 0,0405 8,3264
0,0084 1,9561 0,0111 0,0131 2,9982 0,0158 3,5799 7,5747 0,0406 8,3436
0,0185 4,1492 0,0230 5,0706 0,0274 5,9382 0,0318 6,7729 • 0,0362
2,4041 7,5925 ' 0,0407 8,3606
0,0132 3,0200 0,0159 3,6012 0,0186 4, 0,0231 5,0906 0,0275 5,9575 0,0319 6.7914 0,0363
2,4263
4,1909 0,0232 5, 1107 0,0276 5,9768 0,0320 6,8100 0,0364 7,6103 0,0408 8,3777
0,0160 3,6225 0,0187
2,4485 0,0133 3,0417 5,9961 0,0321 6,8286 0,0365 7,6281 0,0409 8,3948
0,0161 3,6438 0,0188 4,2117 0,0233 5, 1308 0,0277
2,4707 0,0134 3,0634 4,2325 0,0234 5, 1508 0,0278 6,0154 0,0322 6,8571 0,0366 7,6459 0,0410 8,4118
0,0162 3,6650 0,0189
2,4929 .0,0135 3,0852
0,0190 4,2533 0,0235 5, 1708 0,0279 6,0347 0,0323 6,8656 0,0367 7,6637 0,0411 8,4288
0,0136 3,1069 0,0163 3,6863
2,5151 4,2741 0,0236 5, 1908 0,0280 6,0539 0,0324 6,8841 0,0368 7,6814 0,0412 8,4459
3,1285 0,0164 3,7075 0,0191
2,5372 0,0137
4,2948
3,1502 0,0165 3,7287 0,0192
2,5593 0,0138 4 71

------------ J
470

TABEL A-13 (lanjutan) TABEL A-14


RA SIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k) RASIO p; ULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN
(k)
(fc' = 40 MPa, f 1= 240 MPa, k dalam MPa) ( fc - 17 MPa, " = 300 MPa, k dalam MPa)
p k p
k
p k p k p k p k p k
k p k
p
!1

p k II
10,152 0,0553 10,673 0,0047 1,3410 0,0079 2,1751 0,0111 2,9451 0,0143 3,6513 0,0175 4,2934 '1 1

9,6100 0,0518 10,688


0,0448 9,0468 0,0483 0,0519 10,167 0,0554 0,0080 2,2001 0,0112 2,9682 0,0144 3,6723 0,0176 4,3125
I

8,4628 9,6258 0,0048 1,3680


0,0413 9,0632 0,0484 10,703
8,4798 0,0449 10,182 0,0555 0,0049 1,3950 0,0081 2,2251 0,0113 2,9912 0,0145 3,6933 0,0177 4,3314
0,0414 0,0520
I

9,0796 0,0485 9,6415 10,717


8,4968 0,0450 0,0521 10,197 0,0556 0,0050 1,4219 0,0082 2,2500 0,0114 3,0141 0,0146 3,7142 0,0178 4,3503
0,0415 0,0486 9,6573
0,0451 9,0959 0,0557 10,732 0,0083 2,'ZJ48 0,0115 3,0369 0,0147 3,/ 350 0,0179 4,3692
0,0416 8,5137 0,0522 10,213 0,0051 1,4488
0,0452 9,1122 0,0487 9,6730 10,746
8,5306 0,0523 10,228 0,0558 0,0052 1,4755 0,0084 2.2996 0,0116 3,0597 0,0148 3,7558 0,0180 4,3880
0,0417 0,0488 9,6887 10,761
0,0453 9,1285 10,243 . 0,0559 2,3243 0,0117 3,0824 0,0149 3,7765 0,0181 4,4067
0,0418 8,5475 9,7044 0,0524 0.0053 1,5023 0,0085
0,0454 9, 1448 0,0489 0,0560 10,775
0,0419 8,5644 0,0525 10,258 0,0054 1,5289 0,0086 2.3490 0,0118 3,1051 0,0150 3,7972 0,0182 4,4254
9,1611 0,0490 9,7201 10,790
8,5813 0,0455 10,273 0,0561 0,0055 1,5555 0,0087 2,3736 0,0119 3,1277 0,0151 3,8178 0,0183 4,4440
0,0420 0,0491 9,7358 0,0526
0,0456 9,1n4 0,0562 10,804 0,0088 2,3981 0,0120 3,1502 0,0152 3,8383 0,0184 4,4625
0,0421 8,5982 9,7514 0,0527 10,288 0,0056 1,5820
0,0457 9,1936 0,0492 10,819 0,0185 4,4810
0,0422 8,6150 0,0528 10,303 0,0563 0,0057 1,6085 0,0089 2,4226 0,0121 3,1727 0,0153 3,8588
0,0458 9,2098 0,0493 9,7671 10,833
0,0423 8,6318 0,0529 10,318 0,0564 0.0058 1,6349 0,0090 2,4470 0,0122 3,1951 0,0154 3,8792 0,0186 4,4994
0,0459 9,2261 0,0494 9,7827 10,847
0,0424 8,6486 0,0530 10,333 0,0565 0,0059 1,6613 0,0091 2,4713 0,0123 3,2174 0,0155 3,8996 0,0187 4,5177
0,0460 9,2422 0,0495 9,7983 10,862
0,0425 8,6654 0,0531 10,348 0,0566 0,0060 1,6876 0,0092 2,4956 0,0124 3,2397 0,0156 3,9199 0,0188 4,5360
9,2584 0,0496 9,8138 10,876
8,6822 0,0461 10,363 0,0567 0,0061 1,7138 0,0093 2,5198 0,0125 3,2619 0,0157 3,9401 0,0189 4,5542
0,0426 0,0497 9,8294 0,0532
0,0462 9,2746 0,0568 10,891 0,0094 2,5440 0,0126 3,2841 O,Q158 3,9602 0,0190 4,5724
0,0427 8,6989 0,0533 10,378 0,0062 1,7399
0,0463 9,2907 0,0498 9,8450 10,905
0,0428 8,7157 0,0534 10,393 0.0569 0,0063 1,7660 0,0095 2,5681 0,0127 3,3062 0,0159 3,9803 0,0191 4,5905
9,3066 0,0499 9,8605 10,919
8,7324 0,0464 0,0535 10,408 0,0570 0,0064 1,7921 . 0,0096 2.5921 O,Q128 3,3282 0,0160 4,0004 0,0192 4,6085
0,0429 0.0500 9,8760
8,7491 0.0465 9,3230 0,0571 10,934 0,0097 2,6161 0,0129 3,3502 0,0161 4,0203 0,0193 4,6265
0.0430 0,0536 10,423 0,0065 1,8180
9,3390 0,0501 9,8915 10.948
8,7658 0,0466 0,0537 10,438 0,0572 0,0066 1,8439 0,0098 2,6400 0,0130 3,3721 0,0162 4,0403 0,0194 4,6444
0,0431 9,3551 0.0502 9,9070
8,7824 0,0467 10,452 0,0573 10,962 1,8698 0,0099 2.6639 0,0131 3,3940 0,0163 4,0601 0,0195 4,6623
0,0067

I
9,3712 0,0503 9,9224 0,0538 0.0574 10,976
0,0468 10,467 4,6801
0,0433
O,O.d.34
8,799
8.8157 I 9,9379 0,0539 0,0068 1,8956 0,0100 2,6876 0,0132 3,4158 0,0164 4,0799 0,0196
0,0432 9,3872 0,0504 9,9533 0,0575 10,991 0,0069 1,9213 0,0101 2,7114 0,0133 3,4375 0,0165 4,0996 0,0197 4,6978
0,0505 0,0540 10,482
8,6654 0.0469
0,0470 9,4032 11,005 1,9469 0,0102 2,7350 0,0134 3.4591 0,0166 4, 1193 0,0198 4,7155
0,0435 9.9687 0,0541 10,497 0,0575 0,0070
9,4192 0,0506 4,7331
0,0436 8,84 0.0471 11,01g 0,0071 1,9725 0,0103 2,7586 0,0135 3,4807 0,0167 4, 1389 0,0199
0,0507 9,9841 0,0542 10,512 0,0577
0,0437 a.86 =
8,8821
I 0.0412
0.0473
9,4352
9,4512 0,0508
9,9995 0,0543 10,527 0,0578 11,033
11,047
0,0072 1,9981 0,0104 2,7822 0,0136 3,5023 0,0168 4, 1584 0,0200 4,7506
0,0438 0,0579 0,0073 2,0235 0,0105 2,8056 0,0137 3,5237 0,0169 4, 1779 0,0201 4,7681
0,0509 10,014 0,0544 10,541 0,0074 2,0490 0,0106 2,8290 0,0138 3,5452 0,0170 4, 1973 0,0202 4,7855
9,4672

I
8,8986 0,0474 I '
I. , ,
0.0439 10,556 0,0580 11,061 3,5665 0,0171 4,2166 0,0203 4,8028
0,0475 9,4831 0.0510
0,0511 10.030 0,0545 0.0075 2.074.'3 0,0107 2.8524 0.0139
0,0440 8,9152
8,9317 0,0476 9,4990 10,571 0,0581 11,076
0,0441 10,045 0,0546 0.0076 2.0996 0,0108 2,8757 0,0140 3,5878 0,0172 4,2359 0,0204 4,8201
10,050 0,0547 10,585 11,090
9,5149 0,0512 O,C582 0,0077 2, 1248 0,0109 2,8989 O,Q141 3,6090 0,0173 4,2552 0,0205 4,83"13
O,O.d.42 8,9482 0,0477 11,104
9,5308 0,0513 10,076 0,0548 10,600 0,0583 0,0078 2. 1500 0,0110 2.9221 0,0142 3,6302 0,0174 4,2743
8,9647 0,0478
0.0443 10,615 0,0584 11,118
0,0479 9,5467 10.091 0,0549
0,0514 10,630
0.0444
0.0445
8.9811
8,9976 0,0480 9.5625 0,0515 ,.,
10,106 0,0550
.... r;:: 10,644
9.0140
...1 I 0.0481
I 9,o784 0•.0516 .o. .
1 1 j 0.05 10,659. _
u"'.044 9,0304 I Q,0482 9,5942 0.0 !.-.. .137 0,0552
6
0.0447

472

j
473

k p k 0,0193 4,8010 0,0232 5,5310


p k p
0,0194 4,8208 0,0233 5,5486
0,0125 3,3352 0,0195 4,8404 0,0234 5,5662
0,0047 1,3514 0,0086 2,3836
0,0126 3,3585 0,0196 4,8601 0,0235 5.5838
0,0048 1,3788 0,0087 2,4090
2,4344 0,0127 3,3818 0,0197 4,8796 0,0236 5,6013
0,0049 1,4063 0,0088
0,0050 1,4336 0:0089 2,4597 TABEL A-15
0,0128 3,4050 0,0198 4,8991 0,0237 5,6187
RASIO PENULANGAN2,4849
(p) vs KOEFISIEN
0,0129 3,4282 TAHANAN (k) I0,0199 4,9186 0,0238 5,6361
0,0051
0,0052
1,4609
1,4882 = 0,0090
(fc:' 0,0091
20 MPa, f1
2,5101 =
300 MPa, k dalam MPa)
O,Q130 3,4513 0,0200 4,9380 0,0239
0,0201
5,6534
4,9574 0,0240 5,6707
1,5154 0,0092 2,5353 0,0131 3,4744
O,C053
p 0,0093 2,5604 0,0132 3,4974 k p k
0,0054 1,5426
0,0094 2,5854 0,0133 3,5204
0,0055 1,5697
0,0134 3,5433 0,0164 4,2059 0,0203 4,9959
0,0056 1,5967 0,0095 2,6104
1,6237 0,0096 2,6353 0,0135 3,5661 0,0165 4,2272 0,0204 5,0151
0,0057
1,6507 0,0097 2,6602 0,0136 3,5889 0,0166 4,2484 0,0205 5,0342
0,0058
1,6776 0,0098 2,6850 o',0137 3,6117 0,0167 4,2695 0,0206 5,0533
0,0059
2,7098 0,0138 3,6344 0,0168 4,2907 0,0207 5,0724
0,0060 1,7044 0,0099
0,0100 2,7345 0,0139 3,6570 0,0169 4,3117 0,0208 5,0913
0,0061 1,7312
0,0101 2,7592 0,0140 3,6796 0,0170 4,3327 0,0209 5,1103
0,0062 1,7579
1,7846 0,0102 2,7838 0,0141 3,7022 0,0171 4,3537 0,0210 5,1291
0,0063
0,0103 2,8083 0,0142 3,7246 0,0172 4,3745 0,0211 5,1480
0,0064 1,8113
1,8378 0,0104 2,8328 0,0143 3,7471 0,0173 4,3954 0,0212 5,1667
0,0065
2,8573 0,0144 3,7695 0,0174 4,4162 0,0213 5,1855
0,0066 1,8643 0,0105
0,0106 2,8817 0,0145 3,7918 0,0175 4,4369 0,0214 5,2041
0,0067 1,8908
2,9060 0,0146 3,8141 0,0176 4,4576 0,0215 5,2227
0,0068 1,9172 0,0107
0,0108 2,9303 0,0147 3,8363 o,01n 4,4782 0,0216 5,2413
0,0069 1,9436
0,0109 2,9546 0,0148 3,8584 0,0178 4,4988 0,0217 5,2598
0,0070 1,9699
0,0110 2,9787 0,0149 3,8806 0,0179 4,5193 0,0218 5,2782
0,0071 1,9962
2,0224 0,0111 3,0029 0,0150 3,9026 0,0180 4,5398 0,0219 5,2966
0,0072
0,0112 3,0270 0,015·1 3,9246 0,0181 4,5602 0,0220 5,3150
0,0073 2,0485
0,0113 3,0510 0,0152 3,9466 0,0182 4,5806 0,0221 5,3333
0,0074 2,0746
0,0114 3,0750 0,0153 3,9685 0,0183 4,6009 0,0222 5,3515
0,0075 2,1007
0,0154 3,9903 0,0184 4,6211 0,0223 5,3697
0,0076 2, 1266 0,0115 3,0989
0,0116 3,1227 0,0155 4,0121 0,0185 4,6413 0,0224 5,3878
0,0077 2,1526 5,4059
2, 1785 O,Q117 3,1466 0,0156 4,0339 0,0186 4,6615 0,9225
0,0078
3,1703 0,0157 4,0556 0,0187 4,6816 0,0226 5,4239
0,0079 2,2043 O,Q118
0,0158 4,0772 0,0188 4,7016 0,0227 5,4419
0,0080 2,2301 0,0119 3,1940
0,0159 4,0988 0,0189 4,7216 0,0228 5,4598
0,0081 2,2558 0,0120 3,21n
0,0160 4, 0,0190 4,7415 0,0229 5,4n7
0,0082 2,2815 0,0121 3,2413
0,0083 2,3071 0,0122 3,2648 0,0161 1203
4, 0,0191 4,7614 0,0230 5,4955
0,0084 2,3327 0,0123 3,2883 0,0162 1418
4,1632 0,0192 4,7813 0,0231 5,5133
3,3118 0,0163 4,1846
0,0056 1,6134 0,0100 2,7876 0,0144 3,8796 0,0188 4,8893 0,0232 ·5,8168
0,0057 1,6410 0.0 01 2,8133 0,0145 3,9034 0,0189 4,9113 0,0233 5,8369
5,8570
1
0,0058 1,6685 0,0102 2,8390 0,0146 3,9272 0,0190 4,9332 0,0234
0,0059 1,6961 0,0103 2,8647 0,0147 3,9510 0,0191 4,9551 0,0235 5,8770
0,0060 1,7235 0,0104 2,8903 0,0148 3,9748 0,0192 4,9770 0,0236 5,8970
TABEL A-16 0,0061 1,7510 0,0105 2,9158 0,0149 3,9985 0,0193 4,9988 0,0237 5,9170
RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k) 0,0062 1,7784 0,0106 2,9413 0,0150 4,0221 0,0194 5,0206 0,0238 5,9369
(fc' =
25 MPa, f1 = 300 MPa, k dalam MPa) 0,0063
0,0064
1,8057
1,8330
0,0107 2,9668
0,0108 2,9923
O,Q151
0,0152
4,0457
4,0693
0,0195
0,0196
5,0423
5,0640
0,0239
0,0240
5,9567
5,9766
0,0065 1,8603 0,0109 3,0176 0,0153 4,0928 0,0197 5,0857 0,0241 5,9964
p k p k p k p k p k
5,1073 0,0242 6,0i 61
0,0066 1,8875 0,0110 3,0430 0,0154 4, 1163 0,0198
0,0067 1,9147 O,Q111 3,0683 0,0155 4,1397 0,0199 5, 1289 0,0243 6,0358
0,0047 1,3631 0,0091 2,5541 0,0135 3,6629 0,0179 4,6894 0,0223
0,0068 1,9418 0,0112 3,0936 0,0156 4, 1631 0,0200 5, 1504 0,0244 6,0555
5,6338
0,0069 1,9689 0,0113 3, 1188 0,0157 ti,1865 0,0201 5, 1719 0,0245 6,0751
0,0048 1,3911 0,0092 2,5802 0,0136 3,6871 0,0180 4,7118 0,0224
0,0070 1,9959 0,0114 3, 1440 0,0158 4,2098 0,0202 5, 1933 0,0246 6,0945
5,6543
0,0071 2,0229 0,0115 3, 1691 0,0159 4.2330 0,0203 5,2147 0,0247 6, 1142
0,0049 1,4190 0,0093 2,6063 0,0137 3,7113 0,0181 4,7342 0,0225
0,0072 2,0499 0,0116 3, 1942 O,Q160 4,2563 0,0204 5,2361 0,0248 6, 1337
5,6747
0,0073 2,0768 0,0117 3,2192 0,0161 4,2794 0,0205 5,2574 0,0249 6,1531
0,0050 1,4469 0,0094 2,6323 0,0138 3,75 0,0182 4,7564 0,0226
5,6951 0,0074 2, 1037 0,0118 3,2443 0,0162 4,3026 0,0206 5,2787 0,0250 6,1725
0,0051 1,4748 0,0095 2,6583 0,0139 3,7596 0,0183 4,no1 0,0227 0,0075 2, 1305 0,0119 3,2692 0,0163 4,3257 0,0207 5,2999 0,0251 6, 1919
0,0076 2,1573 0,0120 3,2941 0,Q164 4,3487 0,0208 5,3211 0,0252 6,2112
5,7155
0,0077 2, 1841 0,0121 3,3190 0,0165 4,3717 0,0209 5,3422 0,0253 6,2304
0,0052 1,5026 0,0096 2,6843 0,0140 3,7837 0,0184 4,8009 0,0228
5,7359 0,0078 ...2,2108 0,0122 3,3439 0,0166 4,3947 0,0210 5,3633 0,0254 6,2497
0,0053 1,5303 . 0,0097 2,7102 0,0141 3.aon
0,0185 4,8231 0,0229 5,7562 0,0079 2,2374 0,0123 3,3687 0,0167 4,4176 0,0211 5,3844 0,0255 6,2689
6,2880
3,8317 0,0186 4,8452 0,0230 0,0080 2,2641 0,0124 3,3934 O,Qi 68 4,4405 0,0212 5,4054 0,0256
0,0054 1,5581 0,0098 2,7360 0,0142
5,n64 0,0081 2,2906 0,0125 3,4181 0,0169 4,4634 0,0213 5,4264 0,0257 6,3071
3,8557 0,0187 4,8673 0,0231 0,0082 2,3172 0,0126 3,4428 0,0170 4.62 0,0214 5,4473 . 0,0258 6,3262
0,0055 1,5857 0,0099 2,7618 0,0143
5,7966 0,0083 2,3437 0,0127 3,4674 0,0171 4,5089 0,0215 5,4682 0,0259 6,3452
0,0084 2,3701 0,0128 3,4920 0,0172 4,5316 .0,0216 5,4890 0,0260 6,3642

0,0085. 2,3582 0,0124 4,9767 0,0241 5,6879 0,0085 2,3965 0,0129 3,5165 0,0173 4,5543 0,0217 5,5098 ,0,0261 6,3.831
0,0202
0,0086 2,4229 O,Q130 3,5410 0,0174 4,5769 0,0218 5,5306 0,0262 6,4020
0,0087 2,4492 0,0131 3,5655 0,0175 4,5995 0,0219 5,5513 0,0263 6,4209
0,0088 2,4755 0,0132 3,5899 0,0176 4,6221 0,0220 5,5720 0,0264 6,4397
0,0089 2,5018 0,0133 3,6143 o,01n 4,6446 0,0221 5,5926 0,0265 6,4584
0,0090 2,5280 0,0134 3,6386 0,0178 4,6670 0,0222 5,6132 0,0266 6,4771

474 475

J
1
TABEL A-16 (lanjutan)
RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k) TABEL A-17 (lanjutan)
( fc' =
25 MPa, f1 =
300 MPa, k dalam MPa) RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (le)
( fc' = 30 MPa, f = 300 MPa, k dalam MPa)
1
p k p k p k p k p k
p k p
0,0267 6,4958 0,0274 6,6254 0,0281 6,7529 0,0288 6,8783 0,0295 7,0016
0,0268 6,5145 0,0275 6,6437 0,0282 6,7709 0,0289 6,8960 0,0296 7,0190 0,0192 5, 1075 0,0226 k p k p k
0,0269 6,5331 0,0276 6,6620 0,0283 6,7889 0,0290 6,9137 0,0297 7,0364 0,0193 5, 1307 0,0227 p k
0,0270 6,5516 0,0277 6,6803 0,0284 6,8069 0,0291 6,9314 0,0298 7,0538 0,0194 5, 1538 0,0228
0,0299 7,0711 5,87600,02606,6035 0,0294 7,29010,0328
0,0271 6,5701 0,0278 6,6985 0,0285 6,8248 0,0292 6,9490 0,Q195 5,1770 0,0229 7,9358
5,89790,02616,6243 0,0295 7,30970,0329
0,0272 6,5886 0,0279 6,7167 0,0286 6,8427 0,0293 6,9666 0,0300 7,0884 0,0196 5,2000 0,0230 7,9541
5,91990,02626,6450 0,0296 7,32920,0330
0,0273 6,6070 0,0280 6,7348 0,0287 6,8605 0,0294 6,9841 0,0301 7, 1056 0,0197 5,2231 0,0231 5,94180,02636,6657 7,9725
0,0297 7,34870,0331 7,9908
7,38760,0333 8,0273
0,0198 5,2461 0,0232 5,9637 0,0264 6,6864 0,0300 7,40700,0334 8,0455
TA BEL A-17 0,0199 5.2691 0,0233 5,9855 0,0265 6,7070 0,0301 7,42640,0335 8,0636
RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k) 0,02005,2920 6,0073 0,0266 6.7276 0,0302 7,44570,0336 8,0817
( fc' = 30 MPa, fy = 300 MPa, k dalam MPa) 0,02015,3149
0,02025,3378
6,0291 0,0267
0,0234 6,0508 0,0268
6,7d82
6,7687
0,0303
0,0304
7,46500,0337
7,48420,0338
8,0998
8, 1179
0,02035,3606 0,0235 6,0725 0,0269 6,7892 0,0305 7,50350,0339 8,1359
p k p k p k p k p k 0,02045,3834 0,0236 6,0942 0,0270 6,8097 0,0306 7,52260,0340 8, 1539
0,02055,4062 0,0237 6, 1158 0,0271 0,0307 7,54180,0341
6,8301 8,1718
0,0076 2,1778 0,0105 2,9549 0,0134 3,7022 0,0163 4,4197 0,02065,4289 0,0238 6, 1374 0,0272 0,0308 7,56090,0342
0,0047 1,3709 6,8505 8, 1897
1,3992 0,0077 2,2051 O,Q106 2,9811 0,0135 3,7274 0,0164 4,4439 0,02075,4516 0,0239 6,1590 0,0273 0,0309 7,58000,0343
0,0048 6,8708 8,2076
3,7526 0,0165 4,4681 0,0310 7,59900,0344
0,0049 1,4275 0,0078 2,2323 0,0107 3,0074 0,0136 0,0240 6,1805 0,0274 6,8912 8,2255
0,0311 7,61800,0345
0,0050 1,4558 0,0079 2,2595 O,Q108 3,0335 0,0137 3,7778 0,0166 4,4923 0,0241 6,2020 0,0275 8,2433
0,0209 5,4968 6,9114 0,0312 7,63700,0346
0,0051 1,4840 0,0080 2,2867 0,0109 3,0597 0,0138 3,8029 0,0167 4,5164 0,0242 6,2234 0,0276 8,2610
0,0210 5,5194 6,9317 7,65590,0347 8,2788
0,0052 1,5121 0,0081 2,3139 0,0110 3,0858 0,0139 3,8280 0,0168 4,5404 0,0211 0,0243 6,2448 o.02n 6,9519 7,67490,0348
0,0140 3,8531 0,0169 4,5645 8,2965
0,0053 1,5403 0,0082 2,3410 0,0111 3,1119 0,0212 0,0244 6,2662 0,0278 6,9721 7,69370,0349
5,5645 8,3141
0,0054 1,5684 0,0083 2,3681 0,0112 3, 1380 0,0141 3,8781 0,0170 4,5885 0,0213 0,0245 6,2876 0,0279 6,9922 0,0314 7,71250,0350
5,5870 8,3318
0,0055 1,5965 0,0084 2,3951 0,0113 3,1640 0,0142 3,9031 0,0171 4,6124 0,0248 6,3089 0,0280 7,0123 0,0315 7,73130,0351 8,3493
0,0056 1,6245 0,0085 2,4221 0,0114 3, 1900 0,0143 3,9281 0,0172 4,6364 0,0247 6,3301 0,0281 7,75010,0352 8,3669
0,02155,6318 7,0324
0,0057 1,6525 0.0086 2,4491 0,0115 3,2159 0,0144 3,9530 0,0173 4,6603 0,0248 6,3514 0,0282 7,76880,0353 8,3844
0,02165,65420,0317 7,0524 7,78750,0354
0,0058 1,6805 0,0087 2,4760 0,0116 3,2418 0,0145 3,9779 0,0174 4,6841 0,0249 6,3726 0,0283
0,02175,67650,0318 7,0724 8,4019
3,2677 4,0027 0,0175 4,7079 7,80620,0355 8,4194
0,0059 1,7084 0,0088 2,5029 0,0117 O,Q146 0,0250 6,3938 0,03190,0284 7,0924 7,82480,0356 8,4368
0,0060 1,7363 0,0089 2,5298 0,0118 3,2935 0,0147 4,0275 0,0176 4,7317 0,02510,02195,72110,0320
6,4149 0,0285 7, 1123 7,84340,0357 8,4542
0,0061 1,7641 0,0090 2,5566 0,0119 3,3194 0,0148 4,0523 0.0177 4,7555 0,02520,0220.74330,0321
6,4360 0,0286 7,1322 7,86190,0358 8,4715
0,0062 1,7920 0,0091 2,5834 0,0120 3,3451 0,0149 4,0770 0,0178 4,7792 0,0253 6,4570 0,0322 0,0287 7,1521 7,88040,0359 8,4888
0,0063 1,8197 0,0092 2,6102 0,0121 3,3709 0,0150 4, 1018 0,0179 4,8029 0,02540,0222 5,7an0,0323
6,4781 0,0288 7.1719 7,89890,0360
0,02235,80980.0324 8,5061
0,0064 1,8475 0,0093 2.6369 0,0122 3,3966 0,0151 4,1264 0,0180 4,8265 0,0255 6,4991 0,0289 7, , 917 7,91740,0361 8,5233
0,0065 1,8752 0,0094 2,6636 0,0123 3,4222 0,0152 4, 1511 0,0181 4,8501 0,02560,02245,83190,0325
6,5200 0,0290 7,2114 I
0,0066 1,9029 0,0095 2,6903 0,0124 3,4478 0,0153 4, 1757 0,0182 4,8737 0,0257 6,5409 0,0326 0,0291 7,2311
0,0067 0,0183 4,8972 0,0327
1,9305 0,0096 2,7169 0,0125 3,4734 0,0154 4,2002 0,0258 6,5618 0,0292 7,2508
0,0068 1,9582 0,0097 2,7435 0,0126 3,4990 0,0155 4,2248 0,0184 4,9207 0,0259 6,5827 0,0293 7,2705
0,0069 1,9857 0,0098 2,7700 0,0127 3,5245 0,0156 4,2493 0,0185 4,9442
0,0070 2,0133 0,0099 2,7965 0,0128 3,5500 0,0157 4,2737 0,0186 4,9677
0,0071 2,0408 0,0100 2,8230 0,0129 3,5755 0,0158 4,2981 0,0187 4,9910
0,0072 2,0682 0.0101 2,8494 0,0130 3,6009 0,0159 4,3225 0,0188 5,0144
0,0073 2,0957 0,0102 2,8758 0,0131 3,6263 0,0160 4,3469 0,0189 5,0377
0,0074 2, 1231 0,0103 2,9022 0,0132 3,6516 0,0161 4,3712 0,0190 5,0610 I I

0,0075 2,1504 I 0,0104 2,9286 0,0133 3,6769 0,0162 4,3955 0,0191 5,0843

rf: I

476

477
j
TABEL A-18 .
RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k) TABEL A-18 (lanjutan)
(fc' = 35 MPa, f = 300 MPa, k dalam MPa) RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (Jc)
=
1
(fc' 35 MPa, f1 =
300 MPa, k dalam MPa)
p k p k p k
p k p
k 0,02235,9355
2,6044 0,0135 3,7735 0,0179 4,8839
p k p k p k p k
0,0047 1,3765 0,0091 0,02245,9588 p k
0,0048 1,4050 0,0092 2,6316 0,0136 3,7994 0,0180 4,9084 0,02255,9819
2,6588 0,0137 3,8252 0,0181 4,9330 0,0267 6,9284 0,0295 7,5297
0,0049 1,4336 0,0093 0,02266,0051 0,0323 8,1072 0,0351 8,6609 0,0379 9,1908
0,0094 2,6859 0,0138 3,8511 0,0182 4,9575 0,02276,0282 0,0268 6,2806 0,0296 7,5507 0,0324 8,1274
0,0050 1,4621 0,0352 8,6802 0,0380 9,2092
0,0139 3,8769 0,0183 4,9819 0,02286,0513 0,0269 6,9722 0,0297 7,5717
0,0051 1,4905 0,0095 2,7131 0,0325 8,1475 0,0353 8,6995 0,0381
0,02296,0744 0,0270 6,9940 0,0298 7,5927 9,22n
0,0052 1,5190 0,0096 2,7402 0,0140 3,9026 0,0184 5,0064 0,0326 8,1676 0,0354 8,7188
0,02306,0974 0,0271 7,0158 0,0382 9,2461
0,0053 1,5474 O,C097 2,7673. 0,0141 3,9284 0,0185 5,0308 0,0299 7,6137 0,0327 8,1an 0,0355
0,02316,1204 8,7380 0,0383 9,2645
0,0054 1,5758 0,0098 2,7943 0,0142 3,9541 0,0186 5,0551 0,0272 7,0376 0,0300 7,6346 0,0328
0,02326, 1434 8,2078 0,0356 8,7572 0,0384
0,0187 5,0795 0,0273 7,0593 0,0301 7,6555 9,2829
0,0055 1,6041 0,0099 2,8213 0,0143 3,9798 0,0329 8.2278 0,0357 0,n64
0,02336,1664 0,0274 7,0810 0,0302 7,6763 0,0385 9,3012
0,0056 1,6324 0,0100 2,8483 0,0144 4,0054 0,0188 5, 1038 0,0330 8,2478 0,0358 8,7956
0,02346,1893 0,0275 7,1027 0,0386 9,3195
0,0057 1,6607 0,0101 2,8752 0,0145 4,0310 0,0189 5, 1281 0,0303 7,6971 0,0331 8,2678 0,0359
0,02356,2122 0,0276 8,8147 0,0387 9,3378
0,0058 1,6890 0,0102 2,9022 0,0146 4,0566 0,0190 5, 1523 7, 1243 0,0304 7,7179 0,0332
0,02366,2350 8,2877 0,0360 8,8338 0,0388 9,3560
2,9290 0,0147 4,0822 0,0191 5, 1765 0,0277 7,1459 0,0305 7,7387
0,0059 1,7172 0,0103 0,02376,2578 0,0333 8,3077 0,0361 8,8528 0,0389
0,0278 7,1675 0,0306 7,7594 9,3742
0,0060 1,7454 0,0104 2,9559 0,0148 4,10n 0,0192 5,2007 0,02386,2806 0,0334 8,3275 0,0362 8,8719
0,0279 7, 1890 0,0307 7,7801 0,0390 9,3924
0,0061 1,7735 0,0105 2,9827 0,0149 4,1332 0,0193 5,2249 0,02396,3034 0,0335 8,3474 0,0363 8,8909
0,0280 0,0391 9,22n
0,0062 1,8017 0,0106 3,0095 0,0 50 4,1586 0,Q194 5,2490 0,02406,3261 7,2106 0,0308 7,8008 0,0336 8,3672 0,0364 8,9098 0,0392 9,4287
0,0107 3,0363 0,0151 4, 1841 0,0195 5,2731 0,02416,3488 0,0281 7,2320 0,0309 7,8214
0,0063 1,8298 0,0337 8.3870 0,0365 8,9288 0,0393 9,4468
5,2972 0,02426,3715 0,0282 7,2535 0,0310 7,8420
0,0064 1,8579 0,0108 3,0630 0,0152 4,2095 0,0196 0,0338 8,4068 0,0366 8,94n
0,02436,3941 0,0283 0,0394 9,4848
0,0065 1,8859 0,0109 3,0897 0,0153 4,2349 0,0197 5,3212 7,2749 0,0311 7,8626 0,0339 8,4265
0.02446,4168 0,0367 8,9666 0,0395 9,4829
0,0066 1,9139 0,0110 3,1164 0,0154 4,2602 0,Q198 5,3452 0,0284 7,2963 0,0312 7,8832 0,0340
0,02456,4393 8,4482 0,0368 8,9854 0,0396 9,5009
0,0067 1,9419 0,0111 3, 1431 0,0155 4,2855 0,0199 5,3692 0,0285 7,3177 0,0313 7,9037 0,0341 8.4659
0,02466,4619 0,0369 9,0042 0,0397 9,5188
0,0068 1,9698 0,0112 3,1697 0,0156 4,3108 0,0200 5,3931 0,02476.4844 0,0286 7,3390 0,0314 7,9242 0,0342 8,4855 0,0370 9,0230 0,0398 S,5368
0,0069 1,9878 0,0113 3, 1963 0,0157 4,3360 0,0201 5,4171 0,02486,5069 0,0287 7,3603 0,0315 7,9446 0,0343 8,5051 0,0371 9,0418 0,0399 9,5547
0,0070 2,0257 0,0114 3,2228 0,0158 4,3613 0,0202 5,4409 0,02496,5294 0,0288 7,3816 0,0316 7,9650 0,0344 8.5247 0,0372 9,0605 0,0400 9,5726
2,0535 0,0115 3,2494 0,0159 4,3865 0,0203 5,4648 0,02506,5518 0,0289 7,4029 0,0317 7,9854 0,034.'5
0,0071 8.5442 0,0373 9,0792 0,0401
0,02516,5742 0,0290 7,4241 0,0318 9,5904
0,0072 2,0814 0,0116 3,2759 0,0160 4,4116 0,0204 5,4886 8,0058 0,0346 8,5637 0,0374 9,0979
0,02526,5966 0,0402 9,6082
0,0073 2, 1092 0,0117 3,3023 0,0161 4,4367 0,0205 5,5124 0,0291 7,4453 0,0319 8,0261 0,0347 8,5832 0,0375 9, 1165
0,02536,6189 0.0292 7,4064 0,0320 8,0464 0,0376
0,0074 2,1369 0,0118 3,3288 0,0162 4,4618 0,0206 5,5362 0,0348 8,6027 9, 1351
0,02546,6412 0,0293 7,4875 0,0321
0,0075 2,1647 0,0119 3,3552 0,0163 4,4869 0,0207 5,5599 8,0667 0,0349 8.6221 0,0377 9, 1537
0,02556,6635 0,0294
0,0076 2, 1924 0.0120 3,3815 0,0164 4,51i9 0,0208 5,5836 5086 0.022 8,0870 0,0350 8.6415 0,0378 9, 1722
0,02566,6857
0,0077 2,2200 0,0121 3,4079 0,0165 4,5370 0,0209 5,6073 0,02576,7079
0,0078 2,2477 0,0122 3,4342 0,0166 4,5619 0,0210 5,6309 0,02586,7301
0,0079 2,2753 0,0123 3,4605 0,0167 4,5869 0,0211 5,6546 0,02596,7301
0,0080 2,3029 0,0124 3,4867 0,0168 4,6118 0,0212 5,6781 0,02606,7744
0,0081 2,3305 0,0125 3,5129 O,OH39 4,6367 0,0213 5,7017 0,02616,7965
0,0082 2,3580 0,0126 3,5391 0,0170 4,6615 0,0214 5,7252 0,02626,8186
0,0083 2,3355 0,Q171 4,6864 0,0215 5,7487 0,02636,8406
0,0127 3,5653
0,02646,8626
0,0084 2,4130 0,0128 3,5914 O,Q172 4,7112 0,02 6 5,7722
0,02656,8846
0,0085 2,4404 0,0129 3,6175 0,0173 4,7359 0,0217 5,7956 0,02666,9065
0,0086 2,4678 0,0130 3,6436 0,0174 4,7607 0,0218 5,8190
0,0087 2,4952 0,0131 3,6696 0,0175 4,7854 0,0219 5,8424
0,0088 2,5225 0,0132 3,6957 0,0176 4,8100 0,0220 5,8657
0,0089 2,5498 0,0133 3,7216 0,0177 4,8347 0,0221 5,8890
0,0090 2,5771 0,0134 3,7476 0,0178 4,8593 0,0222 5,9123

47
8
479
TA BEL A-19 TABEL A-19 (lanjutan) .
RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k) RASIO PNULANGAN (p) vs KOEflSIEN TAHANAN (k)
= =
(fc' 40 MPa, f1 300 MPa, k dalam MPa) =
( fc =
40 MPa, f1 300 MPa, k dalam MPa)

0,0081 2,3429 0,0125 3,5426 0,0169 4,6909 0,02 3 5,7877 0,0257 6,8332
0,0082 2,3707 0,0126 3,5692 0,0170 4,7164 0,0214 5,8121 0,0258 6,8564
0,0083 2,3985 0,0127 3,5959 0,0171 4,7418 0,0215 5,8364 0,0259 6,8795
0,0084 2,4263 0,0128 3,6225 0,0172 4,7673 0,0216 5,8606 0,0260 6,9026
0,0085 2,4541 0,0129 3,6491 0,0173 4,7927 0,0217 5,8849 0,0261 6,9257
0,0086 2,4818 0,0130 3,6757 0,0174 4,8181 0,0218 5,9091 0,0262 6,9488
0,0087 2,5095 0,0131 3,7022 0,0175 4,8435 0,0219 5;9333 0,0263 6,9718
0,0088 2,5372 0,0132 3,7287 '0,0176 4,8688 0,0220 5,9575 0,0264 6,9948
0,0089 2,5648 0,0133 3,7552 0,0177 4,8941 0,0221 5,9816 0,0265 7,0178
0,0090 2,5925 0,0134 3,7816 0,0178 4,9194 0,0222 6,0058 0,0266 7,0407

480 48
k k p k 10,239
p k p p p k p k p k
"
9,9340 p p k p 10,258
k
9,9533 10.2n
0,0047 1,3807 0,0091 0,0135
2,6201 9,9726 3,8081 0,0179 4,9447 0,0223 6,0298 0,0267 7,0636 0,0301 7,8273 0,0335 8,5602 0,0369 0,040310,295
0,0048 1,4094 0,0092 0,0136
2,6476 9,9918 3,8345 0,0180 4,9699 0,0224 6,0539 0,0268 7,3881 9,2625 0,0404
0,0302 7,8493 0,0336 8,5813 0,0370 10.314
0,0049 1,4381 0,0093 0,0137
2,6752 10,011 3,8608 0,0181 4,9951 0,0225 6,0780 0,0269 7, 0,0303 7,8712 0,0337 9,2827 0,0405
8,6024 0,0371 10,333
0,0094 0,0138
2,7027 10,030 3,8872 0,0182 5,0203 0,0226 6,1020 1094 0,0304 7,8932 0,0338 9,3028
0,0050 1,4668 8,6234 0,0372 0,0406 10,352
5,0454 0,0227 6,1260 0,0270 7,1323 9,3230
0,0051 1,4955 0,0095 O,Q139
2,7302 10,049 3,9135 0,0183 0,0305 7,9151 0,0339 8,6444 0,0373 0,0407 10,370
0,0271 7, 9,3431
0,0052 1,5241 0,0096 0,0140
2,7577 10,068 3,9398 0,0184 5,0706 0,0228 6, 1499 0,0306 7,9370 0,0340 0,0408
1551 8,6654 0,0374 10,389
0,0053 1,5527 0,0097 0,0141
2,7851 10,087 3,9661 0,0185 5,0957 0,02d 5,1738 0,0307 7,9588 0,0341 9,3631 0,0409
0,0272 7, 8,6864 0.0375 9,3832 10,408
0,0054 1,5813 0,0098 0,0142
2,8125 10,106 3.9923 0,0186 5, 1207 0,0230 6, 1978 0,0308 7,9807 0,0342 0,0410
1779 8,7073 0,0376 10.426
0,0055 1,6098 0,0099 0,0143
2,8399 10,125 (.i ,0185 0,0187 5, 1458 0,0231 6,2216 0,0309 8,0025 9,4032 0,0411 10,445
0,0273 7,2006 0,0343 8,7282 0,0377
0,0056 1,6384 0,0100 0,0144
2,8673 10,144 4,0447 0,0188 5,1708 0,0232 6,2455 0,0310 8,0243 9,4232 0,0412 10.t.64
0,0274 7,2234 0,0344 8,7491 0,0378
0,0057 1,6669 0,0101 0,0145
2,8946 10, .0709 0,0189 5,1958 0,0233 6,2693 0,0311 8,0460 9,4432 0,0413 10.482
163 0,0275 7,2461 0,0345 8,7699 0,0379
0,0058 1,6953 0,0102 0,0146
2,9219 10,182 4,0970 0,0190 5,2208 0,0234 6,2931 0,0312 8,0678 9,4632 0,0414 10.501
0,0276 7,2688 0,0346 8,7908 0,0380
0,0059 1,7238 0,0103 2,9492 10,201
0,0147 4, 1231 0,0191 5,2457 0,0235 6,3169 0,0313 8,0895 0,0347 9,4831 0,0415 10,519
0,0277 7,2914 8,8116
0,0060 1,7522 0,0104 0,0148
2,9764 10,220 4,1492 0,0192 5,2706 0,0236 6,3406 0,0381 9,5030 0,0416 10,538
0,0278 7,3141 0,0314 8, 1111 0,0348 8,8323 0,0382
9,5229
3,Q036 0,0149 4, 1753 0,0193 5,2955 0,0237 6,3644
0,0061 1,7806 0,0105 0,0279 7,3367 0,0315 8,1328 0,0349 8,8531
0,0383 9,5427
0,0417
0,0062 1,8090 0,0106 3,0308 0,0150 4,2013 0,0194 5,3204 0,0238 6,3881 0,0316 8, 1544 0,0350 8,8738 0,0384 0,0418
0,0280 7,3592 9,5625
0,0063 1,8373 0,0107 3,0580 0,0151 4,2273 0,0195 5,3452 0,0239 6,4117 0,0317 8, 1760 0,0351 8,8945 0,0385 0,0419
0,0281 7,3818 9,5823
0,0064 1,8656 0,0108 3,0852 0,0152 4,2533 0,0196 5,3700 0,0240 6,4354 0,0318 8, 1976 0,0352 8,9152 0,0386 0,0420
0,0282 7,4043 9,6021
0,0065 1,8939 0,0109 3, 1123 0,0153 4,2792 0,0197 5,3948 0,0241 6,4590 0,0319 8,2191 0,0353 8,9358 0,0387 0,0421
0,0283 7,4268 9,6218
0,0066 1,9222 0,0110 3, 1394 0,0154 4,3052 0,0198 5,4196 0,0242 6,4826 0,0320 8,2406 0,0354 8,9564 ·o,0388 0,0422
0,0284 7,4493 9,6415
0,0067 1,9504 0,0111 3, 1664 0,0155 4,3311 0,0199 5,4443 0,0243 6,5061 0,0321 8,2621 0,0355 8,9770 0,0389 0,0423
0,0285 7,4717 9,6612
0,0068 1,9786 O,Q112 3, 1935 0,0156 4,3569 0,0200 5,4690 0,0244 6,5297 0,0322 8,2836 0,0356 8,9976 0,0390 0,0424
0,0286 7,4942 9,.6809
0,0069 2,0068 0,0113 3,2205 0,0157 4,3828 0,0201 5,4937 0,0245 6,5532 0,0323 8,3050 0,0357 9,0181 0,0391 0,0425
0,0287 7,5166 9,7005
0.0070 2,0350 0,Q114 3,2475 0,0158 4,4086 0,0202 5,5183 0,0246 6,5767 0,0324 8,3264 0,0358 9,0386 0,0392 9,7201 0,0426
0,0288 7,5389 0,0325
0,0071 2,0631 0,0115 3,2744 0,0159 4,4344 0,0203 5,5430 0,0247 6,6001 8,3478 0,0359 9,0591 0,0393 0,0427
0,0289 7,5613 9,7397
0,0072 2,0912 0,0116 3,3014 0,0160 4,4602 0,0204 5,5675 0,0248 6,6235 0,0326 8,3692 0,0360 9,0796 0,0394 0,0428
0,0290 7,5836 9,7592
0,0073 2, 1193 0,0117 3,3283 0,0161 4,4859 0,0205 5,5921 0,0249 6,6469 0,0327 8,3905 0,0361 9,1000 0,0395 0,0429
0,0291 7,6059 9,n80
0,0074 2,1473 0,0118 3,3552 0,0162 4,5116 0,0206 5,6167 0,0250 6,6703 0,0328 8,4118 0,0362 9,1204 0,0396 0,0430
0,0292 7,6281 0,0329 9,7983
0,0075 2, 1753 0,0119 3,3820 0,0163 4,5373 0,0207 5,6412 0,0251 6,6937 8,4331 0,0363 9, 1408 0.0397 0,0431
0,0293 7,6504 9,8177
0,0076 2,2033 0,0120 3,4088 0,0164 4,5630 0,0208 5,6657 0,0252 6,7170 0,0330 8.4544 0.0364 9.1611 0,0398 0,0432
0,0294 7,"'6726 9,8372
0,0077 2,2313 0,0121 3,4356 0,0165 4,5886 0,0209 5,6901 0,0253 6,7403 0,0331 8,4756 0,0365 9,1814 0,0399 0,0433
0,0295 7,69'17 9,8566
0,0078 2,2592 0,0122 3,4624 0,0166 4,6142 0,0210 5,7146 0,0254 6,7636 0,0332 8,4968 0,0366 9,2017 0,0400 0,0434
0,0296 7,7169 0,0333 8,5179 9,8760
0,0079 2.2872 0,0123 3,4892 0,0167 4,6398 0,0211 5,7390 6,7868 0,0297 0,0367 9.2220 0,0435
I
I
0,0080 2,3150 0,0124 3,5159 0,0168 4,6653 0,0212 5.7634 6,8100 7,7390 0,0334 0,0401 9,8954 0.0436
8.5391 Q.,0368 9,2422 0,0402
0,0298 7,7611 9,9147
0.0255
0,0299 7,7832
-------------------- TABEL A-20
k p k p k TABEL A-21 (lanjutan)
k
RASIO p k
PENULANGAN p(p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k)
p RASIO PENULANGAN ( vs KOEFISIEN TAHANAN
(fc' = 17 MPa, f1= 350 MPa,0,0118
k dalam MPa) (k)
0,01444,1584
0,0040
3,5380
2,8602
2,88730,0119 3,5629 0,01454,1811 ( fc' = 20 MPa, fy = 350 MPa, k dalam MPa}
0,0041
0,0042
2,91430,0120 3,5878
3,6125
0,01464,2038
0,01474,2263 - k k
2,94130,0121 p k p k p p p k
0,0043 3,6372 0,01484,2488
2,96820,0122
0,0044 3,6618 0,01494,2711
2,99500,0123 0,0080 2,5687 0,0104 3,2491 0,0128 3,8879 0,Q152 4,4851 0,0176 5,0406
0,0045 1,3320 0,0066 2,1248' 0,0092 3,6863 0,01504,2934
3,02170,0124 0,0081 2,5979 0,0105 3,2766 0,0129 3,9136 0,0153 4,5091 0,0177 5,0628
O,C0.!6 1,3635 0,0067 2,1542 0,0093 3,7107 0,01514,3156
3,04830,0125
0,0047 1,3950 0,0068 2,'1834 0,0094 3,7350 0,01524,3377 0,0082 2,6270 0,0106 3,3040 0,0130 3,9393 0,0154 4,5330 0,0178 5,0850
3,07490,0126
0,0048 2,2126 0,0095 3,7593 0,01534,3598 0,0083 2,6560 0,0107 3,3313 0,0131 3,9648 0,0155 4,5568 0,0179 5, 1071
1,4264 0,0069 3,10130,0127
0,0049 3,7834 0,01544,3817 0,0084 2,6850 0,0108 3,3585 0,0132 3,9903 0,0156 4,5806 0,0180 · 5,'1291
1,4577 0,0070 2,2417 0,0096 3,12770,0128
0,0050 3,8075 0,01554,4036 4,6042 0,0181 - 5,1511
1,4889 0,0071 2,2707 0,0097 3,i 5400,0129 0,0085 2,7139 0,0109 3,3857 0,0133 4,0158 0,0157
0,0051 3,8315 0,01564,4254
1,5200 O,CC72 2,2996 0,0098 3,18020,0130 0,0086 2,7427 0,0110 3,4127 0,0134 4,0411 0,0158 4,6279 0,0182 5, 1730
0,0052 3,8554 0,01574,4471
0,0099 3,20630,0131 0,0087 2,7715 0,0111 3,4397 0,0135 4,0664 0,0159 4,6514 0,0183 5, 1948
0,0053 ,,5511 0,0073 2,3284 3,8792 0,01584,4687
3,23230,0132 0,0136 4,0916 0,0160 4,6749 0,0184 5,2165
0,0054 1,5820 0,0074 2,3572 0,0100 0,01594,4902 0,0088 2,8002 0,0112 3,4667
3,2582O,Q133 0,01343,9030
O,OC55 0,00561,6129 0,0075 2,3859 0,0101 3,9266 0,01604,5116 0,0089 2,8288 0,0113 3,4936 0,0137 4, 1167 0,0161 4,6983 0,0185 5,2382
3,28410,0135
0,0057 0,0102 3,9502 0,01614,5330 0,0090 2,8573 0,0114 3,5204 0,0138 4,1418 0,0162 4,7216 0,0186 5,2598
1,6437 0,0076 2,4144 3,30990,0136
0.0058 3,9736 O,Q1624,5542 0,0091 2,8857 0,0115 3,5471 0,0139 4, 1668 0,0163 4,7449 0,0187 5,2813
1,6744 0,0077 2,4429 0,0103 3,33560,0137
0,0059 3,9970 0,01634,5754 0,0164 4,7680
1,7050 0,0078 2,4713 0,0104 3,36120,0138 0,0092 2,9141 0,0116 3,5737 0,Q140 4,1917 0,0188 5,3028
0,0060 4,0203 0,01644,5965
1,7356 0,0079 2,4997 0,0105 3,38670,0139 0,0093 2,9424 0,0117 3,6003 0,0141 4.2166 0,0165 4,7912 0,0189 5,3241
0,0061 4,0436 0.01654,6175
2,5279. 0,0106 3,41210,0140 0,0094 2,9707 0,0118 3,6268 O,Q142 4,2413 0,0166 4,8142 0,0190 5,3454
0,0062 1,7660 0,0080 4,0667 0,01664,6385
3,43750,0141 0,0095 2,9989 0,0119 3,6533 O,Q143 4,2660 0,0167 4,8372 0,0191 5,3667
0.0063 1,7964 0.0081 2,5561 0,0107 4,0898
3,46270,0142 4,8601 0,0192 5,3878
0.0064 1.8267 0,0082 2,5841 0,0108 4, 127 0,0096 3,0270 0,0120 3,6796 O,Q144 4,2907 0,0168
3,48790,0143
0,0065 0.0083 2,6121 0,0109 4,1356 0,0097 3,0550 0,0121 3,7059 0,0145 4,3152 0,0169 4,8829 0,0193 5,4089
1,8569 3,5130
0,0084 2,6400 0,0110 0,0098 3,0829 0,0122 3,7321 0,0146 4,3397 0,0170 4,9056 0,0194 5,4299
1,8870
1,9170 0,0085 2,6678 0,0111 0,0099 3, 1100 0,0123 3,7583 0,0147 4,3641 0,0171 4,9283 0,0195 5,4509
1,9469 0,0086 2,6956 O,Q112 0,0100 3, 1386 0,0124 3,7843 0,0148 4,3884 0,0172 4,9509 0,0196 5,4717
1,9768 0.0087 2,7232 0,0113 0,0101 3, 1664 0,0125 3,8104 0,0149 4,4127 0.0173 4,9734
2.0066 0,0088 2,7508 0,0114 0,0102 3, 1940 0,0126 3,8363 0,0150 4,4369 0,0174 4,9959
2.0363 0.0089 2,7782 0,0115 0,0103 3,2216 0,0127 3,8621 0,0151 4,4610 0,0175 5,0183
2,0659 0,0090 2,8056 0,0116
2.0954 0,0091 2,8329 0,0117

TA SEL A -22
TA BEL A -21
RAS O PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k) RASIO P;:NULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k)
(fc' = 20 MPa, fr = 350 MPa, k dalam MPa) ( fc = 25 MPa, fy =
350 MPa, k dalam MPa)

k p k p k p k p. k p k p k
p k p k p k p
2,3624 1,3864
0,00410,00401,35370,00501,6777 0,00601,9959 0,00702,30830,00802,6150
0,00561,8467 0,0064 2,0920 0,0072 2,3327
0,0040 1,3422 0,0048 1,5967 2,3921 1,4190
0,00420,00511,7098 0,00612,0274 0,00712,33930,00812,6453
0,00571,8776 0,0065 2, 1223 0,0073
0,0041 1,3743 0,0049 1,6282 2,4217 1,4515
0,00430,00521,7418 0,00622,05890,00722,37010,00822,6756
0,00581,9084 0,0066 2, 1526 0,0074
0,0042 1,4063 0.0050 1,6597 0,0075 2,4513 0,00440,00531,77380,00632.09030,00732,40090,00832,7058
1,4840
0,00591,9392 0,0067 2, 1828
0,0043 1,4382 0,0051 1,6910
0,0068 2,212 0,0076 2,4807 0,00450,00541,80570,00642,1216
1,5165 0,00742,43170,00842,7360
0,00601,6597
0,0044 1.4700 0,0052 1,7228 0,00612,0005 0,0069 2,2429 0,0077 2,5101 0,00460,00551,83750,00652,1529
1,5488 0,00752,46240,00852,7661
0,00561,86930,00662,18410,00762,49300,00862,7962
0,0045 1,5018 0,0053 1,7535 0,00622,0311 0,0070 2,2729 0,0078 2,5395 0,0047 1,5811
0,00571,90110,00672,21520,00772,52360,00872,8262
0,0045 1,5335 0,0054 1,7846 0,00632,0616 0,0071 2,3028 0,0079 1,6134
0,00480,00581,93270,00682,24630,00782,55410,00882,8561
0,0047 1,5652 0,0055 1,8157 1,6456
0,00490,00591,9644 0,00692.2774 0,00792,58460,00892,8860
482 483
TABEL A-22 (lanjutan)
RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k) TABEL A-23
(fc' = 25 MPa, fy = 350 MPa, k dalam MPa) RASIO PENULANGAN (p) vs KOEf.ISIEN TAHANAN
(k)

p k p k p k p k ( fc' = 30 MPa, fy = 350 MPa, k dalam MPa)


0,0183 5,4368 0,0214 6,1660
2,9158 0,0121 3,8117 ' 0,0152 4,6521
0,0090 0,0184 5,4612 0,0215 6,1886
2,9456 0,0122 3,8397 0,0153 4,6782
0,0091 0,0185 5,4856 0,0216 6,2112
0,0092 2,9753 0,0123 3,8676 0,0154 4,7044
0,0186 5,5098 0,0217 6,2337
3,0050 0,0124 3,8955 0,0155 4,7304
0,0093 5,5340 0,0218 6,2561
3,9233 0,0156 4,7564 O,Q187
0,0094 3,0346 0,0125
0,0188 5,5582 0,0219 6,2784
3,0641 0,0126 3,9510 0,0157 4,7824
0,0095 0,0189 5,5823 0,0220 6,3008
0,0127 3,9787 0,0158 4,8083
0,0096 3,0936 0,0221 6,3230
0,0159 4,8341 0,0190 5,6063
0,0097 3, 1230 0.0128 4,0063
0,0160 4,8599 0,0191 5,6303 0,0222 6,3452
0,0098 3,1523 0,0129 4,0339
4,8856 O,Q192 5,6543 0,0223 6,3673
0,0099 3, 1817 0,0130 4,0614 0,0161
0,0162 4,9113 0,0193 5,6781 0,0224 6,3894
O,Q100 3,2109 0,0131 4,0889
0,0163 . 4,9369 0,0194 5,7019 0,0225 6,4114
0,0101 3,2401 0,0132 4,1163
0,0164 4,9624 0,0195 5,7257 0,0226 6,4334
0,0102 3,2692 0,0133 4,1436
0,0165 4,9879 0,0196 5,7494 0,0227 6,4553
0,0103 3,2983 0,0134 4, 1709
0,0166 5,0134 0,0197 5,7730 0,0228 6,4771
0,0104 3,3273 0,0135 4, 1981
0,0167 5,0387 0,0198 5,7966 0,0229 6,4989
0,0105 3,3563 0,0136 4,2253
O,Q168 5,0640 0,0199 5,8201 0,0230 6,520"!
0,0106 3,3852 0,0137 4,2524
0,0169 5,0893 0,0200 5,8436 0,0231 6,5423
0,0107 3,4140 0,0138 4,2794
0,0170 5,1145 0,0201 5,8670 0,0232 6,5639
0,0108 3,4428 0,0139 4,3064
0,0171 5,1396 0,0202 5,8904 0,0233 6,5855
0,0109 3,4715 0,0140 4,3334
0,0172 . 5,1647 0,0203 5,9136 0,0234 6,6070
0,0110 3,5002 0,0141 4,3602
0,0173 5,1898 0,0204 5,9369 0,0235 6,6284
0,0111 3,5288 0,0142 4,3871
0,0174 5,2147 0,0205 5,9601 0,0236 6,6498
0,0112 3,5574 0,0143 4,4138
0,0175 5,2396 0,0206 5,9832 0,0237 6,6712
0,0113 3,5858 0,0144 4,4405
0,0176 5,2645 0,0207 6,0062 0,0238 6,6924
0,0114 3,6143 0,0145 4,4672
0,0177 5,2893 0,0208 6,0292 0,0239 6,7136
0,0115 3,6427 0,0146 4,4938
0,0178 5,3140 0,0209 6,0522 0,0240 6,7348
0,0116 3,6710 0,0147 4,5203
0,0179 5,3387 0,0210 6,0751 0,0241 6,7559
0,0117 3,6993 0,0148 4,5468
0,0180 5,3633 0,0211 6,0979 0,0242 6,7769
0,0118 3,7275 0,0149 4,5732
0,0181 5,3879 0,0212 6, 1207 0,0243 5,7979
0,0119 3,7556 010150 4,5995
0,0182 5,4124 0,0213 6,1434 0,0244 6,8188
0,0120 3,7837 0,0151 4,6258
1 · 1'
p k p k p .'! p k p k l j,
'I:
484
0,0040 1,3615 0,0084 2,7700 0,0128485
4,0853 0,0172 5,3073 0,0216 6,4360 .
_·_ . . _' J · · I!
. · . 1, 1 1

0,0041 1,3945 0,0085 2,8009 0,0129 4,1141 0,0173 5,3340 0,0217 6,4605 ... - I

0,0042 1,4275 0,0086 2,8318 0,0130 4,1429 0,0174 5,3606 0,0218 6,4851
0,0043 1,4605 0,0087 2,8627 0,0131 4,1716 0,0175 5,3872 0,0219 6,5095
0,0044 1,4934 0,0088 2,8934 0,0132 4,2002 0,0176 5,4137 0,0220 6,5340
0,0045 1,5262 0,0089 2.9242 0,0133 4,2288 0.0177 5,4402 0,0221 6,5583
0,0046 1,5590 0,0090 2,9549 0,0134 4,2574 0,0178 5,4667 0,0222 6,5827
0,0047 1,5918 0,0091 2.9855 0,0135 4,2859 0,0179 5,4931 0,0223 6,6069
0,0048 1,6245 0,0092 3.0161 0,0136 4,3144 0,0180 5,5194 0,0224 6,6312
0,0049 1,6572 0,0093 3,0466 0,0137 4,3428 0,0181 5,5457 0,0225 6,6554
0,0050 1,6898 0,0094 3,0771 0,0138 4,3712 0,0182 5,5720 0,0226 6,6795
0,0051 1,7223 0,0095 3, 1076 0,0139 4,3995 0,0183 5,5982 0,0227 6,7036
0,0052 1,7549 0,0096 3,1380 0,0140 4,4278 O,Q184 5,6244 0,0228 6,7276
0,0053 1,7873 0,0097 3.1683 0,0141 4,4560 0,0185 5,6505 0,0229 6,7516
0,0054 1,8197 0,0098 3, 1986 0,0142 4,4842 0,0186 5,6765 0,0230 6,7756
0,0055 1,8521 0,0099 3.2289 0,0143 4,5123 0,0187 5,7025 0,0231 6,7994
0,0056 1,8844 0,0100 3,2591 0,0144 4,5404 0,0188 5,7285 0,0232 6,8233
0,0057 1,9167 O,Q101 3,2892 0,0145 4,5685 0,0189 5,7544 0,0233 6,8471
0,0058 1,9490 0,010.2 3,3194 0,0146 4,5965 0,0190 5,7803 0,0234 6,8708
0,0059 1,9811 0,0103 3,3494 0,0147 4,6244 0,0191 5,8061 0,0235 6,8945
0,0060 2,0133 0,0104 3,3794 0,0148 4,6523 0,0192 5,8319 0,0236 6,9182
0,0061 2,0454 0,0105 3.4094 0,0149 4,6801 0,0193 5,8576 0,0237 6,9418
0,0062 2,0774 O,Q106 3.4393 0,0150 4,7079 0,0194 5,8833 0,0238 6,9654
0,0063 2, 1094 0,0107 3.4692 0,0151 4,7357 0,0195 5,9089 0,0239 6,9889
0,0064 ..2, 1413 0,0108 3,4990 0,0152 4,7634 0,0196 5,9345 0,0240 7,0123
0,0065 2,1732 0,0109 3,5288 0,0153 4,7910 0,0197 5,9600 0,0241 7,0357
0,0066 2,2051 0,0110 3.5585 0,0154 4,8186 0,0198 5,9855 0,0242 . 7,0591
0,0067 2,2369 0,0111 3,5882 0,0155 4,8462 0,0199 6,0109 0,0243 7,0824
0,0068 2,2686 0,0112 3.6178 0,0156 4.8737 0.0200 6,0363 0,0244 7, 1057
0,0069 2,3003 0,0113 3.6474 0,0157 4,9012 0,0201 6,0617 0,0245 7,1289
0,0070 2,3320 0,0114 3,6769 0,0158 4,9286 0,0202 6,0870 0,0246 7, 1521
0,0071 2,3636 0,0115 3.7064 O,Q159 4,9559 0,0203 6, 1122 0,0247 7, 1752
0,0072 2,3951 0,0116 3,7358 0,0190 4,9833 0,0204 6, 1374 0,0248 7,1983
0,0073 2,4266 0,0117 3,7652 0,0161 5,0105 0,0205 6, 1625 0,0249 7,2213
0,0074 2,4581 0,0118 3,7945 0,0162 5,0377 0,0206 6, 1876 0,0250 7,2443
0,0075 2,4895 0,0119 3,8238 0,0163 5,0649 0,0207 6,2127 0,0251 7,2672
0,0076 2,5208 0,0120 3,8531 0,0164 5,0920 0,0208 6,2377 0,0252 7,2901
0,0077 2,5522 0,0121 3.8823 0,0165 5,1191 0,0209 6,2627 0,0253 7,3129
0,0078 2,5834 0,0122 3,9114 0.0166 5,1461 0,0210 6,2876 0,0254 7,3357
0,0079 2,6146 O,Q123 3,9405 0,0167 5,1731 0,0211 6,3124 0,0255 7,3584
0,0080 2,6458 0,0124 3.9696 0,0168 5,2000 0,0212 6,3372 0,0256 7,3811
0,0081 2,6769 0,0125 3,9986 0,0169 5,2269 0,0213 6,3620 0,0257 7.4038
0,0082 2.7080 0,0126 4.0275 0,0170 5.2538 0,0214 6,3867 0,0258 7,4264
0,0083 2,7390 0,0127 4.0564 0,0171 5,2805 0,0215 6,4114 I 7,4489
o.02s9
TABEL A-23 (lanjutan) pkp kTABELpA-24 (lanjutan)
k p k p k
RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k)
(k)
( fc' = 30 MPa, f = 350 MPa, k dalam
1 MPa) k
0,01705,35320,0202( fc'= 35 MPa, f1
6,22740,0234 = 350
7,0593MPa; k dalam
0,0266 MPa)
7,8489 0,02988,5962
p
k k p 0,01715,38120,0203 6,25400,0235 . 7,0846 7,8729
0,0267 0,02998,6189
k p 0,01725,40910,0204 6,28060,0236 7,1099 I 0,0268 7,8968 0,03008,6416
p k p 0,01735,43700,0205 6,30720,0237 7,1351 0,0269 7,9207 0,03018,6641
0,0281 7,9327 0,0288 8,0817
7,62750,0274 7,7813 0,01745,46480,02066,33370,0238 7,1603 0,0270 7,9446 0,03028,6866
0,0282 7,9541 0,0289 8,1028
7,4714 . 0,0267 7,64960,0275 7,8031 0,01755,49260,0207 6,3602(J,0239 7,1855 0,0271 7,9684 0,03038,7091
0,0260 0,0283 7,9755 0,0290 5;1239
7,67170,0276 7,8248 0,01765,52030,02086,41300,0240 7.2106 0.0272 7,9922 0,03048,7316
0,0261 7,4939 0,0268 7,9969 0,0291 8,1449
7,69370,0277 7,8465 0,0284 0,01775,54810,0209 6,41300,0241 7.2356 0,0273 8,0160 0,03058,7540
0,0262 7,5163 0,0269 0,0285 8,018?. 0,0292 6,1658
7,71570,0278 7,8681 0,01785,57570,0210 6,43930,0242 7,2607 0,0274 8,0397 0,03068,7764
0,0263 7,5386 0,0270 0,0286 8,0394 0,0293 8,1868
7,73760,0279 7,8897 0,01795,60340,0211 6,46560,0243 7,2856 0,0275 8,0633 0,03078,7988
0,0264 7,5609 0,0271 7,75950,0280 7,9112 0,0287 8,0606 0,01805,63090,0212 6,49190,0244 7,3106 0,0276 8,0870 0,03088,8211
0,0265 7,5832 0,0272 0,01815,65850,0213 6,51810,0245 7,3355 0,0277 8,1105 0,03098,8433
7,6054 I 0,0273 I 0,01825,68600,0214 6,54430,0246 7,3603 0,0278 8, 1341 0,03108,8655
0,0266
0,01835,71350,02156,57050,0247 7,3852 0,0279 8,1576 0,03118,8877
0,01845,74090,0216 6,59660,0248 7,4099 0,0280 8, 1810 0,03128,9098
0,01855,76830,0217 6,62260,0249 7,4347 0,0281 8,2045 0,03138,9319
0,01865.79560,02186,64860.0250 7,4594 0,0282 8,2278 0,03148,9540
0,01875,82290,0219 6,67460,0251 7,4840 0,0283 8,2512 0,03158,9760
0,01885,85010,0220 6,70050,0252 7,5086 0,0284 8,2745 0,03168,9980
TA BEL A -24 0,018S5,87740,0221 6,72640,0253 7,5332 0,0285 8,2977 0.03179,0199
RA SIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k) 0,01905,90450,0222 6,75230,0254 7,5577 0,0286 8,3209 0,03189,04, 8

( fc' = 35 MPa,1 f = 350 MPa, k dalam MPa)


0,01915,93170,02236,77810,0255
0,01925,95880,0224 6,80390,0256
7.5822
7,6067
0,0287
0,0288
8,3441
8,3672
0,03199,0636
0,03209,0854
0,01935,98580,02256,82960,0257 7,6311 0.0289 8,3903 0,03219, 1072
k p k p k 0,Q19.f"' 6,01200,02266,85530,0258 7,6555 0,0290 8,4133 0,03229,1289
p
p k p k 0,01956,03980,02276,88090,0259 7,6798 0,0291 8,4363 0,03239, 1506 .
0,0118 3,8425 0,0144 4,6118 0,01966,06670,02286,90650,02€0 7,7041 0,0292 8,4593 0,03249, 1722
3,0452
jll
0,01976,09360,0229 6,93210,0261 7,7283 0,0293 8,4822 0,03259, 1938
1

0,0040 1,3670 0,0066 2,2200 0,0092


3,8726 0,0145 4,6408 0,01986, 1204 0,0230 6,95760,0262 7,7525 0,0294 8,5051 0,03269,2154
0,0067 2,2523 0,0093 3,0764 0,0119
0,0041 1,A003 0,0146 4,6698 0,01996, 14720,02316,98310,0263 7.7767 0.0295 8,5279 r,1

0,0094 3. 1075 3,9026


0,0042 1,4336 0,0068 2,2845 0,02006,1740 • 0,0232 7,00850,0264 7,8008 0,0296 8,5507
0,0120 3,9327 0,0147 4,6988
0,0043 1,4668 0,0069 2,3167 0,0095 0,02016,20070,02337,03390,0265 7.8249 0,0297 8,5735
3,1386 0,0121 3,9626 0,0148 4,7277
0,0044 1,5000 0,0070 2,3488 0,0096
3,1697 0,0122 3,9926 0,0149 4,7565
0,0045 1,5332 0,0071 2,3809 0,0097
0,0123 4,0225 0,0150 4,7854
1,5663 0,0072 2,4130 0,0098 3,2007
0,0046 0,0151 4,8142
0,0099 3,2317 0,0124 4,0523 0,0152 4,8429
0,0047 1,5994 0,0073 2,4450 4,0822
0,0074 2,4769 3,2626 0,0125
0,0048 1,6324
0,0100 3,2935 0,0126
0,0049 1,6654 0,0075 2,5088 4,8716
0,0101 3,3243 0,0127 4, 1119 0,0153
0,0050 1,6984 0,0076 2,5407 4,9003
0,0102 3,3552 0,0128 4, 1417 0,0154
0,0051 1,7313 0.0077 2,5726 0,0155 4,9289
O,Q103 3,3859 0,0129 4,1714
0,0052 1,7642 0,0078 2,6044 4,9575
0,0104 3,4166 O,Q130 4,2011.J O,Q156
0,0053 1,7970 0,0079 2,6361
3,4473 0,0131 4,2306 0,0157 4,9860
0,0054 1,8298 0,0080 2,6678 0,0105
3,4780 0,0132 4,2602 0,0158 5,0145
0,0055 1,8625 0,0081 2,6995 0,0106
3,5086 0,0133 4,2897 0,0159 5,0429
0,0056 1,8952 0,0082 2,7311 0,0107
3,5391 0,0134 4,3192 0,0160 5,0714
0,0057 1,9279 0,0083 2,7627 0,0108
4,3487 O,o161 5,0997
0,0084 2,7943 0,0109 3,5697 0,0135
0,0058 1,9605 0,0162 5, 1281
0,0110 3,6001 0,0136 4,3781
0,0059 1,9931 0,0085 2,8258
3,6306 0,0137 4,4074 0,0163 5,1564
0,0060 2,0257 0,0086 2,8573 0,0111
3,6610 0,0138 4,4367 0,0164 5,1846
0,0061 2,0582 0,0087 2,8887 0,0112
3,6913 0,0139 4,4660 O,Q165 5,2128
0,0062 2,0906 0,0088 2,9201 0,0113
3,7216 0,0140 4,4953 0,0166 5,2410
0,0063 2,1230 0,0089 2,9514 0,0114
3,7519 0,0141 4,5245 0,0167 5,2691
0,0064 2,1554 0,0090 2,9827 0,0115
3,7821 0,0142 4,5536 0,0168 5,2972
0,0065 2.1878 0,0091 3,0140 0,0116
3,8123 0,0143 4,5827 0,0169 5,3252
0,0117
486 487
TABEL A-25 .
RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k) TABEL (p)
A-25 (lanjutan) TAHANAN (k}
RASIO PENULANGAN vs KOEFISIEN
( fc' = 40 MPs, f = 350 MPa, k dalam MPa)
1 (fc':: 40 MPa, = 350 MPa; k dalam MPa)
f1
p k p k p k p k p k p k p k p k p k p k
0,0040 1,3711 2,8125 . 0,0128
0,0084 4,1840 0,0172 5,4855 0,0216 6,7170 0,0260 7,8786 0,0279 8,3585 0,0298 8,8254 0,0317 9,2793 0,0336
0,0041 1,4046 0,0085
2,8445 0,0129 4,2143 0,0173 5,5142 0,0217 6,7442 9,7201
0,0261 7,9041 0,0280 8,3834 0,0299 8,8496 0,0318 9,3028
0,0042 1,4381 0,0086 2,8764 0,0130 4,2448 0,0174 5,5430 0,0218 6,7713 8,4083 0,0300 0,0337 9,7430
0,0262 0,0281
I
6,7984 7,9297 8,8738 0,0319 9,3263 0,0338
0,0043 1,4716 0,0087 2,9082 0,0131 4,2749 0,0175 5,5716 0,0219 9,7658
0,0263 7,9552 0,0282 8.4331 0.0301 8,8980 0,0320 9,3498 0,0339 9,7885
0,0044 1,5050 0,0088 2,9401 0,0132 4,3052 0,0176 5,6003 0,0220 6,8255
0,0264 7,9807 0,0283 8,4579 0,0302 8,9221 0,0321 9,3732 0,0340 9,8113
0,0045 1,5384 0,0089 2,9719 0,0133 4,3354 0,0177 5,6289 0,0221 6,8525
0,0265 8,0061 0,0284 8,4826 0,0303 8,9401 0,0322 9,3966 0,0341 9,8339
0,0046 1,5718 0.0090 3,0036 0,0134 4,3656 0,0178 5,6575 0,0222 6,8795
0,0266 8,0315 0,0285 8,5074 0,0304 8,9702 I 0,0323 9,4199 0,0342 9,8566
0,0047 1,6051 I 0.0091 3,0354 0,0135 4,3957 0,0179 5,6861 0,0223 6,9065
0,0267 8,0569 0,0286 8,5320 0,0305
6,9334 8,9942 0,0324 9,4432 0,0343 9,8792
0,0048 ;,6384 0,0092 3,0671 O,Q136 4,4258 0,0180 5,7146 0,0224
0,0268 8,0822 0,0287 8,5567 0,0306 9,0181 0,0325 9,4665 0,0344 9,9018
0,0049 1,6716 0,0093 3,0987 0,0137 4,4559 0,0181 5,7430 0,02.25 6,9603
0,0269 8, 1075 0,0288 8,5813 0,0307 9,0420 0,0326 9,4897 0,0345 9,9244
0,0050 1,7048 0,0094 3, 1303 0,0138 4,4859 0,0182 5,7715 0,0226 6,9871
0,0270 8, 1328 0,0289 8,6059 0,0308 9,0659 0,0327 9,5129 0,0346 9,9469
0.0051 1,7380 0,0095 3, 1619 0,0139 4,5159 0,0183 5,7999 0,0227 7,0139
0,0271 8, 1580 0,0290 8,6304 0,0309 9,0898 0,0328 9,5361 0,0347 9,9694
0,0052 ;,7711 0,0096 3,1935 0,0140 4,5459 0,0184 5,8283 0,0228 7,0407 0,0272 8, 1832 0,0291 8,6549 0,0310 9, 1136 0,0329 9,5592 0,0348 9,9918
0,0053 1,8042 0,0097 3,2250 0,0141 4,5758 0,0185 5,8566 0,0229 7,0675
0,0273 8,2084 0,0292 8,6794 0,0311 9,1374 0,0330 9,5823 0,0349 10,014
0,0054 1,8373 0,0098 3,2565 0,0142 4,6057 0,0186 5,8849 0,0230 7,0942 0,0274 8,2335 0,0293 8,7038 0,0312 9, 1611 0,0331 9,6054 0,0350 10,036
0,0055 1,8703 0,0099 3,2879 0,0143 4,6355 0,0187 5,9132 0,0231 7,1208 0,0275 8,2586 0,0294 8,7282 0,0313 9, 1848 0,0332 9,6284 0,0351 10,058
0,0056 1,9033 0,0100 3,3193 0,0144 4,6653 0,0188 5,9414 0,0232 7,1475 ·::l,0276 8,2836 0,0295 8,7526 0,0314 9,2085 0,0333 9,6514 0,0352 10,081
0,0057 1,9363 0,0101 3,3507 0,0145 4,6951 0,0189 5,9696 0,0233 7,1741
0,0277 8,3086 0,0296 8,7769 0,0315 9,2321 0,0334 9,6743 0,0353 10,103
0,0058 1,9692 0,0102 3,3820 0,0146 4,7248 0,0190 5,9977 0,0234 7,2006
0,0278 8,3336 0,0297 8,8012 0,0316 9,2557 0,0335 9,6972 0,0354 10,125
0,0059 2,0021 0,0103 3,4133 O,Q147 4,7546 0,0191 6,0258 0,0235 7,2272
0,0060 2,0350 0,0104 3,4446 0,0148 4,7842 0,0192 6,0539 0,0236 7,2536
0,0061 2,0678 0,0105 3,4750 0,0149 4,8139 0,0193 6,0820 0,0237 7,2801
0,0238 7,3065
TA BEL A - 26
0,0062 2, 1005 0,0106 3,5070 0,0150 4,8435 0,0194 6, 1100
0,0063 2, 1333 0.0107 3,5381 0;0151 4,8730 0,0195 6,1379 0,0239 7,3329. A ASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k)
0,0064 2, 1660 I 0,0108 3,5692 0,0152 4,9025 0,0196 6, 1659 0,0240 7,3592 ( fc' = 17 MPa, f1 = 40 0 MPa. k dalam MPa)
0,0065 2, 1987 0.0109 3,6003 0,0153 4,9320 0,0197 6, 1938 0,0241 7,3855
0,0066 2,2313 0,0110 3,6314 0,0154 4,9615 O,Q198 6,2216 0,0242 7,4118 p k k p k p k p p k
0,0067 2,2639 0,0111 3,6624 0,0155 4,9909 0,0199 6,2495 0,0243 7,4381
0.0068 2.2965 0,0112 3,6933 0,0156 5,0203 0,0200 6,2773 0,0244 7,4643 0,0035' 1,3320 0,0052 1,9298 0,0069 2,4956 0,0086 3,0293 0,0103 3,5309
0,0069 2,3290 i 0,01i3 3,7243 i 0,0157 5,0496 0,0201 6,3050 0,0245 7,4904 0.0036 1,3680 0,0053 1,9640 0,0070 3,0597
0,0070 2.3615 I
0,0114 3,7552 I o,0158 5,0789 0,0202 6,3327 0,0246 7,5166 .J,0037 1,4040 0,0054. -?·c- . g II
:27 0,0104 3,5594

I
1,9981 0,0071 0..N...'.I.Q_.7 3,0900 0,0105 3,5878
0,0071 2,3939 I0.0115 3.7860 0.0159 5, 1082 0,0203 6,3604 0,0247 7,5426 ::J,0038 1,4398 0,0055 2,0320 0,0072
2,5601 I 3,1202 0,0106 3,6161
0.0072 2,4263 I 0.0116 3,8169 1 0,0160 5, 1374 0,0204 5,3881 0,0248 7,5687 a.0039 1,4755 0,0056 2,0659 0,0073 3, 1502 0,0107
O,CC88 3,6442
0,0073 2,4587 I 0.0111 3,8477 0,0161 5, 1666 0,0205 6.4157 0,0249 7,5947 0,0040 1,5112 0,0057 2,0996 0,0074 2,5921 I 0,0089 3,1802 0,0108 3,6723
0,0074 2,4911 0,0118 3,8784 0,0162 5, 1958 0,0206 6,4432 0,0250 7,6207 0,0041 1,5467 0,0058 2, 1332 0,0075 3,2100
2,6241 0,0090 0,0109 3,7003
0,0075 2,5234 0,0119 3,9091 0,0163 5,2249 0,0207 6,4708 0,0251 7,6467 a.0042 1,5820 0,0059 2,1667 0,0076 2,6559 0,0091 3,2397 0,0110 3,7281
0,0076 2,5556 0,0120 3,9398 O,Q164 5,2540 0,0208 6,4i 30 0,0252 7,6726 0,0043 1,6173 0,0060 2,2001 0,0077 2,6876 0,0092 3,2693 0,0111 3,7558
O,C077 2,5879 0,0121 3,9705 0,0165 5,2831 0,0209 6,5257 0,0253 7,6984 0,0044 1,6525 0,0061 2,2334 0,0078 2,7193 3,2988
0,0093 0,0112 3,7834
0,0078 2,6201 0,0122 4,0011 0,0166 5,3i 21 0,0210 6,5532 0,0254 7,7243 0,0045 1,6876 0,0062 2,2665 0,0079 3,3282
2,7508 0,0094 0,0113 3,8109
0,0079 2,6522 0,0123 4,0316 0,0167 5,3411 0,0211 6,5806 0,0255 7,7501 0,0046 1,7225 0,0063 2.2996 0,0080 2,7822 0,0095 3,3575 0,0114 3,8383
0,0080 2,6844 0,0124 4,0622 i 0,0168 5,3700 0,0212 6;6079 0,0256 7,7758 0,0047 1,7573 0,0064 2,3326 0,0081 2,8134 0,0096 3,3867 0,0115 3,8656

I I
0,0081 2,7165 0,0125 4,0927 I 0,0169 5,3989 0,0213 6,6352 0,0257 7,8016 0,0048 1,7921 0,0065 2,3654 0,0082 2,8446 0,0097 3,4158 O,Q116 3,8928
0,0082 2,7485 5,4278 0,0214 6,6625 0,0258 7,8273 0,0049 1,8267 0,0066 2,3981 0,0083 2,8757 0,0098 3,4447
0.0126 4, 1231 0.0170 6,6898 0,0259 7,8529 0,0117 3,9199
0,0083 2,7805 0,0127 4,1536 0,0171 5,4567 0,0215 0,0050 1,8612 0,0067 2,4307 0,0084 3,4735 0,0118
2,9066 0,0099 3,9468
0,0051 1,8956 0,0068 2,4632 0,0085 3,5023
2.9375 0,0100 0,0119 3,9736
488
489
TABEL A-26 (lanjutan) . TABEL A-28
RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN RASIO PENULANGAN (p) vs KOEF.ISIEN TAHANAN (k)
(k)
(fc' = 17 MPa, fy = 400 MPa, k dalam MPa) (fc' = 25 MPa, fy = 400 MPa, k dalam MPa}
p k p k p k p k p k p k p k
p k p k p k

0,0132 4,3125 0,01364,4129 0,0035 1,3537 0,0069 2,5802 0,0103 3,7194 0,0137 4,n13 0,0171 5,7359
4,0004 0,0124 4,10620,0128 4,2102
0,0120 0,0133 4,3377 0,01374,4378 0,0036 1,3911 0,0070 2,6150 0,0104 3,7516 0,0138 4,8009 0,0172 5,7629
4,0270 0,0125 4,13240,0129 4,2359
0,0121 0,0134 4,3629 0,01384,4625 0,0037 1,4283 0,0071 2,6497 0,0105 3,7837 0,0139 4,8304 0,0173 5,7899
4,15840,0130 4,2616
O,O i 22 4,0535 0,0126 0,0135 4,3880 0,0106 3,8157 0,0140 4,8599 0,0174 5,8168 .
4,18440,0131 4,2871 0,0038 1,4655 0,0072 2,6843
0,0123 4,0799 Q,0127 2,7188 0,0107 3,84n 0,0141 4,8893 0,0175 S,843l'
0,0039 1,5026 0,0073
0,0040 1,5396 0,0074 2,7532 0,0108 3,8796 0,0142 4,9186 0,0176' 5,8703.
0,0041 1,5765 0,0075 2,7876 0,0109 3,9114 O,Q143 4,9478 o,01n 5,8970
0,0042 1,6134 0,0076 2,8219 0,0110 3,9431 0,0144 4,9770 0,0178 5,9236
0,0043 1,6502 O,OOTi 2,8561 O,Q111 3,9748 0,0145 5,0061 0,0179 5,9501
. 0,0044 1,6869 0,0078 2,8903 0,0112 4,0063 0,0146 5,0351 0,0180 5,9766
0,0045 1,7235 0,0079 2,9243 0,0113 4,0378 0,0147 5,0640 0,0181 6,0029
0,0046 1,7601 0,0080 2,9583 0,0114 4,0693 0,0148 5,0929 0,0182 6,0292
TABEL A-27 0,0047 1,7966 0,0081 2,9923 0,0115 4,1006 0,0149 5,1217 0,0183 6,0555
RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k} 4,1319 0,0150 5,1504 0,0184 6,0816
= 20 MPs, fy = 400
0,0048 1,8330 0,0082 3,0261 0,0116
( fc' MPs, k dalsm MPa) 0,0049 1,8693 0,0083 3,0599 0,0117 4,1631 0,0151 5, 1790 0,0185 6, 1077
0,0050 1,9056 0,0084 3,0936 0,0118 4,1942 0,0152 5,2076 O,Q186 6,1337
·p k k p k p k 0,0051 1,9418 0,0085 3,1272 0,0119 4,2253 0,0153 5,2361 0,0187 6,1596
p k p
0,0052 1,9779 0,0086 3,1607 0,0120 4,2563 0,0154 5,2645 0,0188 6,1854
3,1227 0,0113 3,9173 0,0139 4,6480 0,0053 2,0139 0,0087 3, 1942 0,0121 4,2872 0,0155 5,2928 0,0189 6,2112
0,0087
0,0035 1,3422 0,0061 2,2644
3,1545 0,0114 3,9466 0,0140 4,6749 0.0054 2,0499 0,0088 3,2276 0,0122 4,3180 0,0156 5,3211 0,0190 6,2369
0,0036 1,3788 0,0062 2,2986 0,0088
3,9758 0,0141 4,7016 0,0055 2,0858 0,0089 3,2609 0,0123 4,3487 0,0157 5,3493 0,0191 6,2625
0,0037 1,4154 0,0063 2,3327 0,0089 3,1861 0,0115
3,2177 0,0116 4,0049 0,0142 4,7283 0,0056 2, 1216 0,0090 3,2941 0,0124 4,3794 0,0158 5,3774 0,0192 6,2880
0,0038 1,4518 0,0064 2,3667 0,0090
3,2491 0,0117 4,0339 0,0143• 4,7548 0,0057 2, 1573 0,0091 3,3273 0,0125 4,4100 0,0159 5,4054 O,Q193 6,3135
0,0039 1,4882 0,0065 2,4006 0,0091
3,2805 0,0118 4,0628 0,0144 4,7813 0,0058 2, 1930 0,0092 3,3604 0,0126 4,4405 0,0160 5,4333 0,0194 6,3389
0,0040 1,5245 0,0066 2,4344 0,0092
0,0119 4,0916 0,0145 4,8076 0,0059 2,2286 0,0093 3,3934 0,0127 4,4710 0,0161 5,4612 0,0195 6,3642
0,0041 1,5607 0,0067 2,4681 0,0093 3,3118
3,3429 0,0120 4,1203 0,0146 4,8339 0,0060 2,2641 0,0094 3,4264 0,0128 4,5013 0,0162 5,4890 0,0196 6,3894
0.0042 1,5967 0,0068 2,5017 0,0094
3,3740 0,0121 4,1489 0,0147 4,8601 0,0061 2,2995 0,0095 3,4592 0,0129 4,5316 0,0163 5,5168 0,0197 6,4146
0,0043< 1,6327 0,0069 2,5353 0,0095
3,4050 0,0122 4,1775 0,0148 4,8861 0,0062 2,3349 0,0096 3,4920 0,0130 4,5619 0,0164 5,5444 0,0198 6,4397
0,004$ 1,6686 0,0070 2,5687 0,0096 4,9121
3,4359 0,0123 4,2059 0,0149 0,0063 2,3701 0,0097 3,5247 0,0131 4,5920 0,0165 5,5720 0,0199 6,4647
0.0045 1,7044 0,0071 2,6021 0,0097
3,4667 0,0124 4,2343 0,0150 4,9380 0,0064 2,4053 0,0098 3,5574 0,0132 4,6221 0,0166 5,5995 0,0200 . 6,4896
0,0046 1,7401 0,0072 2,6353 0,0098
3,4974 0,0125 4,2625 0,0151 4,9638 0,0065 2,4405 0,0099 3,5899 0,0133 4,6521 O,Q167 5,6269 0,0201 ..s,_t)145
0,0047 1,7757 0,0073 2,6685 0,0099
3,5280 0,0126 4,2907 0,0152 4,9895 0,0066 2,4755 O,Q100 3,6224 0,0134 4,6820 0,0168 5,6543 0,0202 6,5392
0,0048 1,8113 0,0074 2,7015 0,0100
0,0127 4,3187 0,0153 5,0151 0,0067 2,5105 0,0101 3,6548 0,0135 4,7118 0,0169 5,6815 0,0203 6,5639
0,0049 1,8467 0,0075 2,7345 0,0101 3,5585
3,5889 0,0128 4,3467 0,0154 5,0406 0,0068 2,5454 0,0102 3,6871 0,0136 4,7416 0,0170 5,7087
0.0050 1,8820 0,0076 2,7674 0,0102
3,6193 0,0129 4,3745 0,0155 5,0660
0,0051 1,9172 0,0077 2,8002 0,0103
3,6495 0,0130 4,4023 0,0156 5,0913
0,0052 1,9524 0,0078 2,8328 0,0104
0,0131 4,4300 0,0157 5, 1166
0,0053 1,9874 0,0079 2,8654 O,Q105 3,6796
0,0080 2,8979 3,7097 0,0132 4,4576 0,0158 5, 1417
0,0054 2,0224 0,0106 5,1667
2,9303 0,0107 3,7396 0,0133 4,4851 0,0159
0,0055 2,0572 0,0081
0,0082 2,9626 3,7695 0,0134 4,5125 0,0160 5, 1917
0,0056 2,0920 0,0108
4,5398 0,0161 5,2165
0,0057 2, 1266 0,0083 2,9948 0,0109 3,7992 0,0135
3,8289 0,0136 4,5670 0,0162 5,2413
0,0058 2, 1612 0,0084 3,0270 0,0110
3,8584 0,0137 4,5941 0,0163 5,2659
0.0059 2, 1957 0,0085 3,0590 0,0111
0,0060 2,2301 0,0086 3,0909 0,0112 3,8879 0,0138 4,6211
490 4 91
TABEL A-29
RASIO PENULANGAN {p) vs KOEFISIEN TAHANAN {k) TABEL A-30
{fc:' = 30 MPa, f1 = 400 MPa, k dalam MPa) RASIO PENULANGAN { vs KOEFISIEN TAHANAN {k)
=
(fc:' 35 MPa, f1 = 400 MPa, k dalam MPa)
p k p k p k p k p k
p k p k p k p k p k
0,00351,3615o.oon 2,8934 . 0,01194,3144 0,01615,62440,02036,8233
0,0035 1,3670 0,0079 2,9917 0,0123 4,5119 0,0167
0,00361,3992 0,0078 2,92860,Q1204,34690,01625,65420,02046,8505 5,9278_ 0,0211 7,2392
0,00371,43690,0079 2,96360,01214,37930,01635,68400,02056,8n6 0,0036 1,4050 0,0080 3,0274 0,0124 4,5453 0,0168 5,9588 0,0212 7,2678
0,0037 . 1,4431 0,0081 3,0630 0,0125 4,5786 0,0169 5,9897 0,0213 7,2963
0,0038 1,4746 0.,0080 2,9986 0,0122 4,4117 0,0164 5,7137 0,0206 6,9047 0,0038 1,4811 0,0062 3,0986 0,0126 4,6118 0,0170 6,0205 0,0214 7,3248
0,0039 1,5121 0,0081 3,0335 0,0123 4,4439 0,0165 5,7433 0,0207 6,9317 0,0039 1,5190 0,0083 3,1342 0,0127 4,6450 0,0171 6,0513 0,0215 7,3532
0,0040 1,5497 0,0082 3,0684 0,0124 4,4762 0,0166 5,7729 0,0208 6,9586 0,0040 1,5568 0,0084 3, 1697 0,0128 4,6781 0,0172 6,0821 0,0216 7,3816
0,0041 1,5871 0,0083 3,1032 0,Q125 4,5083 0,0167 5,8024 0,0209 6,9855 0.0041 1,5947 0,0085 3,2051 0,0129 4,7112 0,0173 6, 1128 0,0217
0,0042 1,6245 0,0084 3,1380 0,0126 4,5404 0,0168 5,8319 0,0210 7,0123 0,0042 7,4099
1,6324 0,0086 3,2405 0,0130 4,7442 0,0174 6, 1434 0,0218 7,4382
0,0043 1,6618 0,0085 3, 1727 0,0127 4,5725 0.Q169 5,8613 0,0211 7,0391 0.0043 1,6701 0,0087 3,2759 0,0131 4,7n1 0,0175 6.1740
0,0044 1,6991 0,0086 3,2073 O,Q128 4,6045 0,0170 5,8906 0,0212 7,0658 0,0044 0,0219 7,4664
1,7078 0,0088 3,3111 0,0132 4,8100 0,Q176 6,2045
0,0045 1,7363 0,0087 3,2418 0,0129 4,6364 0,0171 . 5,9199 0,0213 7,0924 0,0045 0,0220 7,4946
1,7454 0,0089 3,3464 0,0133 4,8429 o,01n 6,2350
0,0046 1,7734 0,0088 3,2763 0,0130 4,6682 0,0172 5,9491 0,0214 7, 1190 0,0046 1,7829 0,0090 3,3815 0,0221 7,5227
0,0134 4,8757 0,0178 6,2654 0,0222 7,5507
0,0047 1,8105 0,0089 3,3108 0,0131 4,7000 0,0173 5,9782 0,0215 7,1455 0:0047 1,8204 0,0091 3,4166 0,0135 4,9084 0,0179 6,2958
0,0048 1,8475 0,0090 3,3451 0,0132 4,7317 0,0174 6,0073 0,0216 7,1719 0,0048 0,0223 7,5787
1,8579 0,0092 3,4517 0,0136 4,9411 0,0180 6,3261
0,0175 6,0363 0,0217 7,1983 0,0224 7,6067
0,0049 1,8844 0,0091 3,3794 0,0133 4,7634 0,0049 1,8952 0,0093 3,4867 0,0137 4,9738 0,0181 6,3564 0,0225 7,6346
0,0050 1,9213 0,0092 3,4137 - 0,0134 4,7950 0,0176 6,0653 0,0218 7,2246 0,0050 1,9326 0,0094 3,5217 0,0138 5,0064 0,0182 6,3866
0,0051 1,9582 0,0093 3,4478 0,0135 4,8265 0,0177 6,0942 0,0219 7,2508 1,9698 0,0226 7,6624
0,0051 0,0095 3,5566 0,0139 5,0389 0,0183 6,4168 0,0227 7,1 802
0,0052 2,0071 0,0096 3,5914 0,0140 5,0714 0,0184 6,4469
0,0179 6, 1518 0,0221 7,3031 0,0228 7,7178
0,0053 2,0316 0,0095 3,5160 0,0137 4,8894 0,0053 2,0442 0,0097 3,6262 0,0141 5, 1038 0,0185 6,4769 0,0229 7,/456
0,0054 2,0682 0,0096 3,5500 0,0138 4,9207 0,0180 6, 1805 0,0222 7,3292 0,0054 2,0814 0,0098 3,6610 0,0142 5,1361 0,0186 6,5069 0,0230 7,T732
0,0055 2,1048 0,0097 3,5839 0,0139 4,9520 0,0181 6,2091 0,0223 7,3552 0,0055 2, 1184 0,0099 3,6957 0,0143 5, 1685 0,0187 6,53€8
0,0056 2, 1413 0,0098 3,6178 0,0140 4,9833 0,0182 6,2377 0,0224 7,3811 0,0231 7,8008
0,0056 2, 1554 0,0100 3,7303 0,0144 5,2007 0,0188 6,5667 0,0232 7,8283
0,0057 2, 1778 0,0099 3,6516 0,0141 5,0144 0,0183 6,2662 0,0225 7,4070 0,0057 2, 1924 0,0101 3,7649 0,0145
5,2329 0,0189 6,5966 0,0233 7,8557
0,0058 2,2141 0,0100 3,6853 0,0142 5,0455 0,0184 6,2947 0,0226 7,4328 0,0058 2,2293 0,0102 3,7994 0,0146 5,2651 0,0190 6,6263 0,0234
0,0059 2,2505 0,0101 3,7190 O,Q143 5,0765 0,0185 6,3231 0,0227 7,4586 0,0059 7,8832
2,2661 0,0103 3,8339 0,0147 5,2972 0,0191 6,6561 0,0235
0,0060 2,2867 0,0102 3,7526 0,0144 5, 1075 0,0186 6,3514 0,0228 7,4842 0,0060 2,3029 0,0104 3,8683 7,9105
0,0148 5,3292 0,0192 6,6857 0,0236 7.9378
0,0061 2,3229 0,0103 3,7862 0,0145 5, 1384 0,0187 6,3796 0,0229 7,5099 0,0061 2,3396 0,0105 3,9026 0,0149 5,3612 0,0193 6,7153 0,0237 7,965C
0,0062 2,3590 0,0104 3,8197 0,0146 5,1693 0,0188 6,4078 0,0230 7,5354 0,0062 2,3763 0,0106 3,9369 0,0150 5,3931 0,0194 6,7449 0,0238
0,0063 2,3951 0,0105 3,8531 0,0147 5,2000 0,0189 6,4360 0,0231 7,5609 7,9922
0,0063 2,4130 0,0107 3,9712 0,0151 5,4250 0,0195 6,n44 0,0239 8,0194
0,0064 2,4311 0.0106 3,8864 0,0148 5,2308 0,0190 6,4641 0,0232 7,5863 0,0064 2,4495 0,0108 4,0054 0,0152 5,4569 0,0196 6,8039 - 0,0240 8,0464
0,0065 ·2,4671 0,0107 3,9197 0,0149 5,2614 0,0191 6,4921 0,0233 7,6117 J,0065 2,4860 0,0109 4,0396 0,0153 5,4886 0,0197 6,8333 0,0241 8,0735
0.0066 2,5029 0,0108 3,9530 0,0150 5,2920 0,0192 6,5200 0,0234 7,6370 0,0066 2,5225 0,0110 4,0736 0,0154 5,5203 0,0198 6,8626 0,0242 8.1004
0,0067 2.5387 0,0109 3,9861 0,0151 5,3225 0,0193 6,5479 0,0235 7,6623 0,0067 2,5589 0,0111 4,1077 0,0155 5,5520 0,0199 6,8919 0,0243 8, 1274
0,0068 2,5745 0,0110 4,0193 0,0152 5,3530 0,0194 6,5757 0,0236 7,6874 0,0068 2,5953 0,0112 4, 1417 0,0156 5,5836 0,0200 6,9211 0,0244 8, 1542
0,0069 2,6102 0,0111 4,0523 0,Q153 5,3834 0,0195 6,6035 0,0237 7,7125 0,0069 2,6316 0,0113 4, 1756 0,0157. 5,6152 0,0201 6,9503 0,0245 8, 1810
0,0070 2,6458 0,0112 4,0853 0,0154 5,4137 0,0196 6,6312 0,0238 7,7376 0,0070 2,6678 0,0114 4,2095 0,0158 5,6467 0,0202 6,9795 0,0246 8,2078
0,0071 2,6814 0,0113 4, 1182 0,0155 5,4440 0,0197 6,6588 0,0239 7,7626 0,0071 2,7040 0,0115 4,2433 0,0159 5,6781 0,0203 7,0085 0,0247 8,2345
0,0072 2,7169 0,0114 4, 1511 0,0156 5,4742 0,0198 6,6864 0,0240 7,7875 0,0072 2,7402 0,Q116 4.2n1 0,0160 5,7095 0,0204 7,0376 0,0248 8,2611
0,0073 2,7523 0,0115 4, 1839 0,0157 5,5044 0,0199 6,7139 0,0241 7,8124 0,0073 2,7763 0,0117 4,3108 0,0161 5,7409 0,0205 7,0665 0,0249 8,2877
0,0074 2,18n 0,0116 4,2166 0,0158 5,5345 0,0200 6,7413 0,0242 7,8372 0,0074 2,8123 0,0118 4,3444 0,0162 5,7722 0,0206 7,0954 0,0250 8,3143
0,0075 2,8230 0,0117 4,2493 0,0159 5,5645 0,0201 6,7687 0,0243 7,8619 0,0075 2,8483 0,0119 4,3781 0,0163 5,8034 0,0207 7,1243 0,0251 8,3408
0,0076 2,8582 0,0118 4,2819 0,0160 5,5945 0,0202 6,7960' 0,0244 7,8866 0,0076 2,8842 0,Q120 4,4i 16 0,0164 5,8348 0,0208 7, 1531 0,0252 8,3672
0,0077 2,9201 0,0121 4,4451 0,0165 5,8657 0,0209 7,1819 0,0253 8,3936
0,0078 2,9559 0,0122 4,4786 0,0166 5,8968 0,0210 7,2106 0,0254 8,4199

492 4 93
TABEL A-30 (lanjutan} .
RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN. TAHANAN (k) TABEL A-31 (lanjutan}
(fc' = 35 MPa, fy = 400 MPa, k dalam MPa} RASIO PENULANGAN ( vs KOEFISIEN TAHANAN (k)
= =
(fc' 40 MPa, f1 400 MPa,. k dalam MPa}
p k p k p k p k p k
p k p k p k p k p k
0,02558,4462 . 0,0259 8,5507 . 0,0263 8,6544 0,0267 8,7572 0,02718,8592
0,02568,4724 0,0260 8,6802 0,0268 8,7828 0,0195 6,9026 0,0216 7,5389 0,0237 8,1544 0,0258 8,7491
8,5767 0,0264 0,0279 9,3230
0,02578,4986 0,0261 8,6027 0,0265 8,7015 0,0269 8,8083 0,0196 6,9334 0,0217 7,5687 0,0238 8,1832 0,0259 8,nsg 0,0280 9,3498
0,02588,5247 0,0262 8,6286 0,0266 8,7316 0,0270 8,8338 0,0197 6.9641 0,0218 7,5984 0,0239 8,2119 0,0260 8,8046 0,0281 9,3765
0,0198 6,9948 0,0219 7,6281 0,0240 8,2406 0,0261 8,8323 0,0282 9,4032
0,0199 7,0254 0,0220 7,6578 0,0241 8,2693 0,0262 8,8600 0,0283 9,4299
0,0200 7,0560 0,0221 7,6874 0,0242 8,2979 0,0263 8,887'6 0,0284 9,4565
TABEL A-31 0,0201 7,0865 0,0222 7,7169 0,0243 8,3264 0,0264 8,9152 0,0285
RASIO PENULA NGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k) 9,4831
0,0202 7, 1170 0,0223 7,7464 0,0244 8,3550 0,0265 8,9427. 0,0286
( fc' = 40 MPa, f = 400 MPa, k dalam MPa)
1
0,0203
0,0204
7, 1475 0,0224 7,7758 0,0245 8,3834 0,0266 8,9702 0,0287
9,5090
9,5361
7,1779 0,0225 7,8053 0,0246 8,4118 0,0267 8,9976 0,0288 9,5625
0,0205 7,2082 0,0226 7,8346 0,0247 8,4402 0,0268 9,0250 0,0289 9,5889
0,0206 7,2385 0,0227 7,8639 0,0248 8,4685 0,0269 9,0523 0,0290 9,6152
0,0207 7,2688 0,0228 7,8932 0,0249 8,4968 0.0270 9,0796 0,0291 9,6415
p k p k p k p k p k 0,0208 7,2990 0,0229 7,9224 0,0250 8,5250 0,0271 9,1068 0,0292 9,6678
0,0209 7,3291 0,0230 7,9516 0,0251 8,5532 0,0272 9, 1340 0,0293 9,6940
0,00351,37110,00672,57410,00993,7287 0,01314,8350 0,0163 5,8930 0,0210 7,3592 0,0231 7,9807 0,0252 8,5813 0,0273 9,1611 0,0294 9,7201
0,00361,40940,00682,61090,01003,7640 0,01324,8688 0,0164 5,9253 0,0211 . 7,3893 0,0232 8,0098 0,0253 8,6094 0,0274 9, 1882 0,0295 9,7462
0,00371,44770,00692,64760,01013,7993 0,01334,9025 0,0165 5,9575 0,0212 7,4193 0,0233 8,0388 0,0254 8,6374 0.0275 9,2153
0,00381,48590,00702,6844 b,01023,8345 . 0,01344,9362 0,0166 5,9897 0,0213 7,4493 0,0234 8,0678 0,0255 8,6654 0,0276 9,2422
0,00391,52410,0071 2,72100,01033,8696 0,01354,9699 0,0167 6,0218
0,0214 7,4792 0,0235 8,0967 0,0256 8,6934 0,0277 9,2692
0,00401,56220,0072 2,7577 0,01043,90470,01365,0035 0,0168 6,0539
0,00411,60030,00732,7942 0,01053,9398 0,01375,0371 0,0169 6,0860 0.0215 7,5091 0,0236 8, 1256 0,0257 8,7212 0.0278 9.2961
0,00421,63840,0074 2,83080,01063,9748 0,01385,0706 0,0170. 6,1180
0,00431,67640,00752,86730,01074,00980,01395, 1040 0,0171 6, 1499
0,00441,71430,00762,90370,01084,0447 0,01405, 1374 0,0172 6,1818
0,00451,7522O,C-0772,94010,01094,07960,01415, 1708 0,0173 6,2137
0,00461,79010,00782,9764 0,01104,1144 0,01425,2041 0,0174 6,2455
0,00471,82790,00793,01270,01114,1492 0,01435,2374 0,0175 6,2773 TA BEL A-32
0,00481,86560,00803,04900,01124,1840 0,01445.2706 0,0176 6,3090 RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k) •·
0,00491,90330,0081 3,08520,01134,2187 0,01455,3038
0,00501,94100,0082 3, 1213 0,01144,25330,01465,3369
0,0177
0,0178
6,3406
6,3723
p k p
( fc' =
17 kMPa, f1 p= 500 MPa,
k k dalam
p I
MPa)
k p k
0,00511,97860,00833, 1574 0,01154,28790,01475,3700 0,0179 6,4038 I
G,00522,0162O,OCe43, 1935 0,01164,3224 0,01485,4031 0,0180 6,4354 0,00281,3320
0,00532,0537O,CC853,22950,01174,35690,01495,4361 0,0181 6,4668 0,0029,,3770
0,00542.09120,00883,26550,01184,3914 0,01505,4690 0,0182 6,4983 0.00301,4219
0,00552, 12860,00873,30140,01194,42580,01515,5019
0,00562,16600,0088 3,33720,Q1204,46020,01525,5347
0,0183
0,0184
0,0185
6,5297
6,5610
6,5923
0.00311,4666
0,00321,5112
0,00331,5555
0,0043 1,9896
0,0044 2,0320
0,0058
0,0059
2,6081
2,6480
I.0,0074
I
0.0013 3, 1876
3,2249
0,0088
0,0089
3,7281
3,7627
0,00572,20330,00893,37310,01214,49450,01535,5675
0,00582,24060,0090 3,40880,01224,5287 0,01545,6003 0,0186 6,6235 0.00341,5997 0,0045 2,0743 0,0060 2,6876 0,0075 3,2619 -0,0090 3,7972
0,00592,27780,0091 3,44460,01234,5630 0,01555,6330 0,0187 6,6547 0.00351,6437 0,0046 2, 1164 0,0061 2,7271 0,0076 3,2988 0,0091 3,8315
0,00602,31500,0092 3,48020,01244,59710,01565,6657 0,0188 6,6859 0,00361,6876 0,0047 2, 1583 0,0062 2;7665 0,0077 3,3356 0,0092 3,8656
0,00612,35220,0093 3,51590,01254,63130,01575,6983 0,0189 6,7170 0,0037,,7312 0,0048 2,2001 0,0063 2,8056 0,0078 3,3721 0,0093 3,8996
0,00622,38930,0094 3,55150,01264,6653 0,01585,7308 0,0190 6,7480 0,00381,7747 0,0049 2,2417 0,0064 2,8446 0.0079 3,4085 0,0094 3,9333
0,00632,42630,0095 3,58700,0127 4,6994 0,01595,7634 ;0,0191 6,7790 0,0039,,8180
0,0050 2,2831 0,0065 2,8834 0,0080 3,4447 0,0095 3,9669
0,00642,46330,0096 . 3,62250,01284,7333 0,01605,7958 0,0192 6,8100 0,0040,,8612
0,0193 6,8409 0.00411,9041 0,0051 2,3243 0,0066 2,9221 0,0081 3,4807 0,0096 4,0004
0,00652,50030,0097 3,65790,01294,76730,01615,8283
0,0194 6,8718 0.00421,9469 0,0052 2,3654 0,0067 2,9605 0,0082 3,5166 0,0097 4:0336
0,00662,53720,0098 3,69330,01304,8012 0,01625,8606
0,0053 2,4063 0,0068 2,9988 0,0083 3,5523 0,0098 4,0667
0,0054 2,4470 0,0069 3,0369 0,0084 3,5878 0,0099 4,0996
0,0055 2,4875 0,0070 3,0749 0,0085 3,6231 0,0100 4,1324
0,0056 2,5279 0,0071 3,1126 0,0086 3,6583
0,0057 2,5681 0,0072 3,1502 0,0087
_,3_ ,6933
494
TABEL A-34
p RASIO
k PENULANGAN
p k p(p) vs KOEFISIEN
k p k
TAHANAN p(} k
TABEL A-33
RASIO PENULANGAN ( vs KOEFISIEN TAHANAN (fc' = 25 MPa, fy :: 500 MPa, k0,0103
0,00281,35370,0053 2,48430,00783,5410
dalam MPa)
4,5241 0,0128 5,4333
(k) 0,00291,40040,0054 2,52800,00793,5818 0,0104 4,5619 0,0129 5,4682
(fc' = 20 MPa, fy = 500 MPa, k dalam MPa) 0,00301,44690,0055 2,57150,00803,6224 0,0105 4,5995 0,0130 5,5029
0,00311,49330,00562,61500,00813,6629 0,0106 4,6371 0,0131 5,5375
0,00321,53960,0057 2,6S830,00823,7033 0,0107 4,6745 0,0132 5,5720
k 0,00331,58570,0058 2,70150,00833,7435 0,0108 4,7118 0,0133 5,60f33
k p k p k p k p
p 0,00341,63180,00592,74460,00843,7837 0,0109 4,7490 0,013.4 5;6406
0,0110 4,7861 0,0135· 5,6747
0,0085 3,7172 0,0104 4,4023 0,00351,6777o,ooeo ·2,78760,00853,8237
0,0028 1,3422 0,0047 2,1871. 0,0066 2,9787 0,0111 4,8231 0,0136 5,7087
0,0105 4,4369 0,00361,72350,0061 2,83050,00863,8636
0,0029 1,3880 0,0048 2,2301 0,0067 3,0189 0,0086 3,7545 0,0112 4,8599 0,0137 5,7426
0,00371,76920,0062 2,87320,00873,9034
1,4336 0,0049 2.2729 0,0068 3,0590 0,0087 3,7918 0,0106 4,4713 0,0113 4,8966 0,0138 s.ne4 5,8101
0,0030 0,00381,81480,00632,91580,00883,9431
0,0088 3,8289 0,0107 4,5056 0,0114 4,9332 0,0139 5,8436
0,003i 1,4791 0,0050 2,3156 0,0069 3,0989 0,00391,86030,0064 2,95830,00893,9827
0,0108 4,5398 0,0115 4,9697 0,0140 5,8770
0,0032 1,5245 o.'oos1 2,3582 0,0070 3,1386 0,0089 3,8658 0,00401,90560,00653,00070,00904,0221
0,0116 5,0061 0,0141 5,9103
1,5697 0,0052 2,4006 0,0071 . 3,1782 0,0090 3,9026 0,0109 4,5738 0,00411,95080,00663,04300,00914,0614
0,0033 0,0117 5,0423 0,0142 5,9435
0,0053 . 2.4428 0,0072 3,21n 0,0091 3,9393 0,0110 4,6076 0,00421,99590,0067 3,08510,00924, 1006
0,0034 1,6147 0,0118 5,0785 0,0143 5,9766
0,0092 3,9758 0,0111 4,6413 0.00432,04090,0068 3, 1272 0,00934,1397
0,0035 1,6597 0,0054 2.4849 0,0073 3,2570 0,0119 5, 1145 0,0144 6,0095
4,6749 0,00442,08580,00693, 1691 0,00944,1787
0,0036 1,7044 0,0055 2.5269 0,0074 3,2961 0,0093 4,0121 O,Oi12 0,0120 5, 1504 0,0145 6,0424
0,00452,13050,0070 3,21090,00954,2175
0,0056 2,5687 0,0075 3,3352 0,0094 4,0483 0,0113 4,7083 0,0121 5, 1862 0,0146 6,0751
0,0037 1,7490 0,00462, 17520,00713,25260,00964,2563
0,0095 4,0844 0,0114 4,7415 0,0122 5.2218 0,0147 6,1077
0,0038 1,7935 0,0057 2,6104 0,0076 3,3740 0,00472,21970,0072 3,29410,00974,2949
0,0115 4,n47 0,0123 5,2574 0,0148
0,0039 1,8378 0,0058 2,6519 o,oon 3,4127 0,0096 4, 1203 0,00482,26410,00733,33560,00984,3334
0,0124 5,2928
1,8820 0,0059 2,6933 0,0078 3,4513 0,0097 4, 1561 0,0116 4,8076 0.00492,30830,0074 3,37690,00994,3717
0,0040 0,0125 5.3281
0,0060 2,7345 0,0079 3,4897 0,0098 4,1917 0,0117 4,8404 0,00502,35250,00753,41810,01004,4100
0,0041 1,9260 0,0126 5,3633
0,0099 4,2272 0,0118 4,8731 0,00512,39653,45920,01014,4481
0.0042 1,9699 0,0061 2.ns6 0,0080 3,5280 0,0127 5,3984
4,2625 0,00522,44053,50020,01024,4862
0,0043 2,0136 0,0062 2,8165 0;0081 3,5661 0,0100
0,0044 2,0572 0,0063 2,8573 0,0082 3,6041 O,Q101 4,2977
0,0045 2, 1007 0,0064 2,8979 0,0083 3,6419 0,0102 4,3327
0,0046 2, 1439 0,0065 2.9384 0,0084 3,6796 0,0103 4,3676
0,0076
o.oon

497
496 I
,I
I

I
TABEL A-35
RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN.TAHANAN (k) TABEL A-36
(fc' = 30 MPa, fy = 500 MPa, k dalam MPa)
RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k)
(fc' = 35 MPa, fy = 500 MPa, _k dalam MPa)
k p k p k p k p /( .·--
p k p k p k p k p k

0,0028 1,3670 0,0062 2,9380 0,0096 4,4116 0,0130 5,7878 0,0164 7,0665
0,0029 1,4146 0,0063 2,9827 0,0097 4,4535 0,0131 5,8268 0,0165 7,1027
0,0030 1,4621 0,0064 3,0274 0,0098 4,4953 0,0132 5,8657 0,0166 7, 1387
0,0031 1,5095 0,0065 3,0719 0,0099 4,5370 0,0133 5,9045 0,0167 7, 1741
0,0032 1,5568 0,0066 3,1164 0,0100 4,5786 0,0134 5,9433 0,0168 7,2106
0,0028 1,3615 0,0058 2,7346 0,0088 4,0193 0,0118 5,2154 0,0148 6,3231
0,0119 5,2538 0,0149 6,3585 0,0033 1,6041 0,0067 3, 1608 0,0101 4,6201 0,0135 5,9819 0,0169 7,24fJ4
0,0029 1,4087 . 0,0059 2,7789 0,0089 4,0606
4,1018 0,0120 5,2920 0,0150 6,3938 0,0034 1,6513 0,0068 3,2051 0,0102 4,6615 0.0136 6,0205 0,0170 12s2·t
0,0030 1,4558 0,0060 2,8230 0,0090
1,5028 0,0061 2.8671 0,0091 4,1429 0,0121 5,3302 0,0151 6,4290 0,0035 1,6984 0,0069 3,2494 0,0103 4,7029 0,0137 6,0590 0,0171 7,3177
0,0031
0,0032 1,5497 0,0062 2,9110 0,0092 4,1839 0,0122 5,3682 0,0152 6,4641 0,0036 1,7454 0,0070 3,2935 0,0104 4,7442 0,0138 6,0974 0,0172 7,3532
0;0033 1,5965 0,0063 2,9549 0,0093 4,2248 0,0123 5,4062 0,0153 6,4991 0,0037 1,7923 0,0071 3,3376 0,0105 4,7854 0,0139 6, 1358 0,0173 7,3887
0,0034 1,6432 0,0064 2,9986 0,0094 4,2656 0,0124 5,4440 0,0154 6,5340 0,0038 1,8391 0,0072 3,3815 0,0106 4,8265 0,0140 6, 1740 0,0174 7,4241
0,0035 1,6898 0,0065 3,0423 0,0095 4,3063 0,0125 5,4818 0,0155 6,5688 0,0039 1,8859 0,0073 3,4254 0,0107 4,8675 0,0141 6,2122 0,0175 ..7,4594
0,0036 1,7363 0,0066 3,0858 0,0096 4,3469 0,0126 5,5194 0,0156 6,6035 0,0040 1,9326 0,0074 3,4692 0,0108 4,9084 0,0142 6,2502 0,0176 7,4946
0,0037 1,7827 0,0067 3, 1293 0,0097 4,3874 0,0127 5,5570 0,0157 6,6381 0.0041 1,9792 0,0075 3,5129 0,0109 4,9493 0,0143 6,2882 0,0177 7,5297
0,0038 1,8290 0,0068 3, 1727 0,0098 4,4278 0,0128 5,5945 0,0158 6,6725 0,0042 2,0257 0,0076 3,5566 0,0110 4,9901 0.0144 6,3261 0,0178 7,5647
0,0039 1,8752 0,0069 3,2159 0,0099 4,4681 0,0129 5,6318 0,0159 6,7070 0,0043 2,0721 0,0077 3,6001 0,0111 5,0308 0,0145 6,3639 0,0179 7,5997
0,0040 1,9213 0,0070 3,2591 0,0100 4,5083 0,0130 5,6691 0,0160 6,7413 0,0044 2, 1184 0,0078 3,6436 0,0112 5,0714 0,0146 6,4017 0,0180 7,6346
0,0041 1,9674 0,0071 3,3022 0,0101 4,5485 0,0131 5,7063 0,0161 6,7756 0,0045 2, 1647 0,0079 3,6870 0,0113 5,1119 0,01 t.7 6,4393 0,0181 7,6694
0,0042 2,0133 0,0072 3,3451 0,0102 4,5885 0,0132 5,7433 0,0162 6,8097 0,0046 2,2108 0,0080 3,7303 0,0114 5,1523 0,0148 6,4769 0,0182 7,7041
0,0043 2,0591 0,0073 3,3880 0,0103 4,6284 0,0133 5,7803 0,0163 6,8437 0,0047 2,2569 0,0081 3,7735 0,0115 5,1927 0,0149 6,5144 0,0183 7,7387
0,0044 2.1048 0,0074 3,4308 0,0104 4,6682 0,0134 5,8172 0,0164 6,8776 0.0048 2,3029 0,0082 3,8166 0,0116 5,2329 0,0150 6,5518 0,0184 7,7732
0,0045 2, 1504 0,0075 3,4734 0,0105 4,7079 0,0135 5,8539 0,0165 6,9114 0,0049 2,3488 0,0083 3,8597 0,0117 5,2731 0,Q151 6,5891 0,0185 7,8077
0,0046 2, 1960 0,0076 3,5160 0,0106 4,7476 0,0136 5,8906 0,0166 6,9452 0,0050 2,3946 0,0084 3,9026 0,0118 5,3132 0,0152 6,6263 0.0186 7,8420
0,0047 2,2414 0,0077 3,5585 0,0107 4,7871 0,0137 5,9272 0,0167 6,9788 0.005.1 2,4404 0,0085 3,9455 0,0119 5,3532 0.0153 6,6635 0,0187 7,8763
0,0048 2,2867 0,0078 3,6009 0,0108 4,8265 0,0138 5,9637 0,0168 7,0123 0.0052 2,4860 0,0086 3,9883 0,0120 5,3931 0.0154 6,7005 0,0188 7,9105
0,0049 2,3320 0,0079 3,6432 0,0109 4,8659 0,0139 6,0001 0,0169 7,0458 0.0053 2,5316 0,0087 4,0310 0,0121 5,4330 0,0155 6,7375 0,0189 7.9446
0,0050 2,3771 0,0080 3,6853 0.01 o '1,9051 0,0140 6,0363 0,0170 7,0791 0,0054 2,5771 0,0038 4,0736 0,0122 5,4727 0,0156 6,7744 0,0190 7,9786
0,0051 2,4221 0,0081 3,7274 0,0111 4,9442 0,0141 6,0725 0,0171 7, 1123 0,0055 2,6225 0,0089 4, 1162 0,0123 5,5124 0,0157 6;8112 0,0191 8,0126
0,0052 2,4671 0,0082 3,7694 O.Q112 4,9833 O,Q142 6, 1086 0,0172 7, 1455 0,0056 2,6678 0,0090 4, 1586 0,0124 5,5520 0,0158 6,8479 0,0192 8,0464
0,0053 2,5119 0,0083 3,8113 0,0113 5,0222 0,0143 6,1446 0,0173 7, 1785 0.0057 2,7131 0,0091 4,2010 0,0125 5,5915 0,0159 6,8846 0,0193. ....0802
0,0054 2,5566 0,0084 3,8531 0,0114 5,0610 0,0144 6, 1805 0,0174 7,2114 0.0058 2,7582 0,0092 4,2433 0,0126 5,6309 0,0160 6,9211 0,0194 8, 1139
3,8948 0,0115 5,0998 0,0145 6,2163 0,0175 7,2443 0,0059 2,8033 0,0093 4,2855 0,0127 5,6703 0,0161 6,9576 0,0195 8, 1475
0,0055 2,6013 0,0085
0,0086 3,9364 0,0116 5,1384 0,0146 6,2520 0,0176 7,2770 0,0060 2,8483 0,0094 4,3276 0,0128 5,7095 0.0162 6,9940 0,0196 8,1$10
0,0056 2.6458
0,0057 2,6903 0,0087 3.9779 0,0117 5,1770 0,0147 6.2876 0.0177 7,3097 0.0061 2,8932 0,0095 4,3597 0,0129 5,7487 0,0163 7,0303 0,0197 8,2145

498
499
p k p p k k p k p k
TABEL A-37
RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k)
TABEL A-38
0,00291,41900,0067 = 40 MPa, f1=
0,00281,3711 . 0,0066 3,13940,01044,8012 0,0142
(f,:' 3,1845 500 MPa,
. 0,01054,84350,0143
6,3565
k dalam MPa)
6,3959
0,01807,8053
0,01817,8419 LEBAR BALOK MINIMUM (cm)
0,00301,46680,0068 3,22950,01064,8857O,Q144 6,4354 0,01827,8786
·0,00311,51460,0069 3,27440,01074,92780,0145 6,4747 0,01837,9151
0,00321,56220,0070 3,31930,01084,96990,0146 6,5140 0,01847,9516
0,00331,60980,0071 3,36410,01095,01190,0147 6,5532 0,01857,9880
0,01868,0243
Tulangan Jumlah Batang Tulangan Baja dalam satu lapis
0,00341,6574 0,0072 3,40880,01105,0538 0,0148 6,5923 Tambahan
0,00351,70480,00733,45350,01115.09570,0149 6,6313 0,01878,0605 setiap
6,6703 0,Q1888,0967 Baja 3
0,0036;,75220,0074 3,49810,01125, 1374 I 0.01so
2 4 5 6 7 8 9 10
6,7092 0,01898,1328 Batang
0,00371,79950,00753,54260,01135, 1791 0,0151 6,7480 0,01908, 1688
0,00381,84680,00763,58700,01145,2208 O,Q152 6,7868 0,01918,2048 41,50
o.oon 0 10 18,00 28,50

I
6,8255 0,01928,2406 '1 4,50 21,50 25,00 32,00 35.50 38,00 3,50
0,00391,8939 3,6314O,Q1155,2623 0,0153
6,8641 0,01938,2764 0 12 14,90 18,60 22,30 26,00 29,70 33,40 37,10 40,80 44,50
0,00401,94100,00783,67570,01165,3038 0,0154 3,70
0,00411,98800,00793,71990,01175,3452 0,0155 6,9026 0,01948,3122 0 13 15,10 18,90 22,70 26,50 30,30 34, 10 37,90 41,70 45,50 3,SO
6,9411 0,01958,3478 0 14 15,30 19,20 23,10 27,00 30,90 34,80
0,00422,03500,00803,76400,01185,38660,0156 38,70 42,60 46,50 3,90
6,9795 0,01968,3834
0,00432,08180,0081 3,80810,01195,4278 0,0157 16 15,70 19,80 23,90 28,00 32,10 36,20 40,30 44,40 48,50 4,; Q..
7,0178 0,01978,4189
0,00442, 12860,0082 3,85210,01205,4690 0,0158 0 18 16,10 20,40 24,70 29,00 33,30 37,60 41,90 46,20
7,0560 0,01988,4544 50,50 4,30
0,00452,17530,00833,89600,01215,51010,0159 D 19 16,30
7,0942 0,01998,4897 20,70 25,10 29,50 33,90 38,30 42,70 47,10 51,50 4,40
0,00462,22200,0084 3,93980,01225,5512 0,0160
7, 1323 0,02008,5250 0 20 16,50 21,00 25,50 30,00 34,50 39,00 43,50 48,00 52,50 4,50
0,00472,26850,00853,98360,01235,5921 0,0161
7, 1703 0,02018,5602 0 22 16,90 21,60 26,30 31,00 35,70 40,40 45,10 54,50
0,00482,31500,00864,02730,01245,6330 0,0162 49,80 4,70
7,2082 0,02028,5954 025 17,50
0,00492.36150,00874,07090,01255,67380,0163 22,50 27,50 32,50 37,50 42,50 47,50 52,50 57,50 5,00
7,2461 0,02038,6304
0,00502.40780,00884, 1144 0,01265,7146 0,0164 0 28 18,40 24,00 29,60 35,20 40,80 46,40 52,00 57,60 63,20 5,60
7,2839 0,02048,6654
0,00512,45410,00894, 15790,01275,7552 0,0165 0 29 18,70 24,50 30,30 65,10 5,80
7,3216 0,02058,7003 36,10 41 ,90 47,70 53,50 59,30
0,00522,50030,009{)4,20130,01285,79580,0166
7,3592 0,02068,7352 0 32 19,60 26,00 32,40 38,80 45,20 51,60 58,00 64,40 70,80 6,40
0,00532,54640,00914,24460,01295,8364 0,0167
7,3968 0,02078,7699 0 36 20,80 28,00 35,20 42,40 49,60 56,80 78,40 7,20
64,00
0,00542,59250,00924,28790,01305,8768 O,Q168
0,00552,63850,00934,33110,01315,9172 O,Q169 7,4343 0,02088,8046 I Q 4() 22,00 30,00 38,00 46,00 54,00 62,00 70,00
71,20
78,00 86,00 8,00
0,00562,68440,0094 4,37420,01325,95750,0170 7,4717 I 0,02098,8393
0,02108,8738
I
i 0 50 25,00 35,00 45,00 55,00 65,00 75,00 85,00 95,00
105,0 10,0 I
7.5091
- ER A NGAN .Tabej dth.ttung menggunaKan sengkang 010, Jarak tiersth minimum 2.50 cm. danI
0,00572,73020,00954,41720,01335,99n 0,0171
7,5464 0,02118,9083
0,00582,77600,00964,46020,01345.03790.0172 KE 1
7,5836 0,02128,9427
0,00592,82160,00974,50300,01356.07800,0173 tebal sehmut beton 4,0 cm.
7,6207 0,02138,9770
0,00602,86730,00984,54590,01366.1180 0,0174
7,5578 0,02149,0113
0,00612,91280,00994,58860,01376, 1579 0,0175
0,00622,95830,01004,6313O,Q1386,19780,0176 7,6947
0,00633,0036o,o; 01 4,6738O,Q1396,2375o.01n 7,7317
0,00643,04900,0102 4,71640,Q140s.2n3 0,0178 7.7685
0,00653,09420,01034,75880,01416.31690,0179

500
501
fc'
Batangf y
Tulangan, (MPa) 17 MPa 20 MPa 25 MPa 30 MPa 35 MPs 40 MPs
TABEL A-39 TABEL A-39 (lanjutan)
010 PANJANG
240 PENYALURAN
144144 144CASAR
144 (mm)
144 144
180 PANJANG PENYALURAN CASAR (mm)
300 180180 180 180 180
350
400
210210
240240
210
240
2rn
240
2·10
240
210
240
• Batang
fc'

I
fy
Tulangan (MPa) 17 MPa 20 MPa 25 MPa 30 MPs 35 MPa 40 MPa

240 173173 173 173 173173

I
012 025 240 571 527 471 430 398 373

I
3CO 216216 216 216 216216
300 714 659 589 538 498 466
350 252252 252 252 252252 400
350 833 768 687 627 581 543
400 288288 288 288 288288
952 878 785 717 664 621

187 187 187 187 028 240 717 661 591 539 500 467
013 240 187187
234 234 300 898 826 739 674 524 584
300 234234 234 234 I
350 273273 273 273 273 273 I 350 1045 964 862 787 729 681
400 312312 312 312 312 312
I 400 1195 1101 985 899 833 779

029 240 769 709 634 579 536 501


014 240 202202 202 202 202202 300 961 886 793 724 670 627
300 252252 252 252 252252 350 1121 1034 925 844 782 731
350 294294 294 294 294294 400 1282 1 182 1057 965 893 835
400 336336 336 336 336336
032 240 936 863 772 705 653 610
300 1170 1079 965 881 816 763
240 234 230 230 230 230 230
016 350 1365 1259 1126 1028 952 890
300
350
293
341
288
336 I 336288 288
336
288
336
288
336 ! 400 1561 1439 1287
1 175
1017
400 390 384 384 384 384 384
977 892
I I
826 773
I
1185 1093 II
I 036 240
I 300 1481 1366 1221 9€6
I

1728 1593 1425


1115
1301
I 1032
1127
I

I 350
400
1975 1821 1629 1487 i
1204 1288

259 259 259


I 1376
018 2-iO 296 273 259 040 240 1455 1342 1254 1095 1014 949
300 370 329 324 324 324 324 1819 1677 1500 1369 1268 1186
350
400
416
476
384
439
378
432
378
432
l
378
432
378
432 I I 300
350
400
2122
2425
1957
2236
1750
2000
1598
1826
1479
1690
1383
1581
'
330 27 274 274 274 045 240 1455 1342 1254 1095 I 1014 949
019 240 304
300 413
481
380 34'.2
399
342
399
342
399
342
399
300 1819 1677 1500 1369 !
1268
1598 I 1479
1186
1383
350 443 350 2122 1957 1750
550 507 456 456 456 456 1581
I
400 400 2425 2236 2000
1826 1690
-
oo 240 365 337 30 288 288 288 050 240 2328 2147 1920 1753 1623 1518

..
300 457 422 377 360 360 360 300 2910 2683 2400 2191 2028 1897
350 533 492 440 420 420 420 350 3395 3130 2800 2556 2366 2216
400 610 562 503 480 480 480 3880 3578 3200 2921 2704 2530
!
400

022 240 443 408 365 333 317 317 055 240 2328 2147 1920 1753 1623 1518
300 553 510 4S6 416 396 396
300 2910 2683 2400 2191 2028 1897
350 645 595 53 486 462 462 3395 3130 2556 2366 2216
350 2800
400 738 680 2
608 555 528 528 400 3880 3578 3200 2921 2704 2530
502
503
TABEL A-40
JUMLAH MAKSIMUM BATANG TULANGAN DALAM SATU BARIS
PENULA NGAN KOLOM

TABEL A-41
TEBAL MINIMUM BALOK NONPRATEGANGAN ATAU PLAT
aw(fl
SATU ARAH APABILA LENDUTAN TIDAK DIHITUNG
a:
w
e:. TEBAL MINIMUM, h

SATU WUNG KEDUA WUNG KANTILEVER


CJ
z DUA TUMPUA MENERUS MENERUS ·
<(
1,5 tulangan a. KOMPONEN
· pokok atau ::?
400 mm <( STRUKTUR KOMPONEN TIDAK MENDUKUNG ATAU MENYATU DENGAN
z
w PARTISIATAU KONSTRUKSI LAIN YANG AKAN RUSAK
a.
(/) AKIBATLENDUTAN BESAR
<(
CD JUMLAH BATANG <(
'.:)
JUMLAH BATANG
...I
Plat solid l
(mm2)
Diameter Tulangan Pokok
(mm2)
Diameter Tulangan Pokok satu arah - 20 -f 24 -f 28 -f 10
16 18 19 20 22 25. 28 29 32 36 16 18 19 20 22 25 28 29 32 36
a: Balok atau
010 220 38013 8 8 7 7 7 6 6 48400 8 8 8 8 8 8 4 4 4 4 plat fajur !. -f - f.
240 45239 9 8 8 8 7 7 6 6 6 - 57600 8 8 8 8 8 8 8 8 4 4 saru arah - 16 18,5 -21 -8f.
260 53093 10 9 9 9 8 7 7 7 6 6 67600 12 12 8 8 8 8 8 8 8 4
280 61575 11 10 10 9 9 8 8 7 7 6 78400 12 12 12 12 8 8 8 8 8 8 dikutip dari Tabel 3.2.S(a) SK SNI T-.15-1991-03
300 70686 12 11 11 10 10 9 8 8 7 7 90000 12 12 12 12 12 8 8 8 8 8
320 80425 12 12 11 11 10 10 9 89 7 102400 16 12 12 12 12 12 8 8 8 8
340 90792 13 13 12 12 11 10 9 9 9 8 115600 16 16 i2 12 12 12 12 12 8 8 TABEL A -42
360 101788 14 13 13 13 12 11 10 10 9 . 8 129600 16 16 16 16 12 12 12 12 12 8
LENDUTAN IJIN MA
380 113411 15 14 14 13 13 12 11 11 10 9 144400 16 16 16 16 12 12 12 12 12 8
KSIMUM

LENDUTAN YANG BATAS


400 TIPE KOMPONEN STRUKTUR DIPERHITUNGKAN
125664 16 15 14 14 13 12 11 11 10 9 160000 20 16 16 16 16 16 12 12 12 12 LENOUTAN
420
138544 17 16 15 15 14 13 12 12 11 10 176400 20 20 16 16 16 16 12 12 12 12
152053 18 16 16 16 15 14 13 12 11 11 193600 20 20 20 20 Atap datar1X1ak menahan atau berhubll1gan i .
440
166190 18 17 17 16 15 14 13 13 12 11 211600 !20 20 20 20 I
16
20
16
16
16
16
16 12
16 12
12
12
dengan komponen nonsll'Uktural yang
lendutan aJObat beban hidup L
-
46;. mungkin 180 I
480 180956 19 18 18 17 16 5 14 14 13 12 230400 24 20 20 20 20 16 16 16 16 12 aJ<:an ru5aK aJ<:ibaI lenoutan yang besar I

i
500
520
196350 20 19 18 18 17 16 15 14 13 12 250000 24 24 20 20
212372 21 20 19 19 18 16 15 15 14 "i 3 270400 24 24 24 24
20 20
20 20
16
16
16 16
16 16
16
16
Lantai tidak menahan araubemuboogan de-
ngan komponen nonstruktural yang
lendutan akibat beban hidup L
- -
mLngkin rusal( alcibat lenoutan yang besar
360
540 229022 22 21 20 19 18 17 16 16 15 13 291600 28 24 24 24 24 20 20 20 16 16
Konstruksiatao atau lantai menahan Bagian dati lendutan total yang terjadi sete-
-l -
560 246300 23 21 21 20 19 18 17 16 15 14 313600 28 24 24 24 24 20 20 20 16 16 arau berhubungal dengan omponen lah pemascwigan komponen nonstruktural
l"IOl'lSll'UK- tural yang mungki't rusaK (jumtah dari lendutan jangka panjang aid-
akibatlendtr.an rang besar batsemua beOan yang bekerja dan lendut- 480
013 580 264208 24 22 22 21 20 18 17 17 16 14 336400 28 28 24 24 24 20 20 20 20 16
an seketika yang terjadi akibat penambah-
600 282743 24 23 23
22 21 19 18 17 16 15 360000 28 28 28 28 24 24 20 20 20 16 Konstruksi atap atau iantai yang menahan ansembarang beban hidup
620
640
301907
321699
25
26
24
25
23
23
24
23
21
22
20
21
18
19
18
19
17
17
16
16
384400
409600
32
32
28
28
28
28
28
28
24
28
24
24
24
24
20 20
24
20
20
a.tau bertlubungan ciengai komponen
nonstruk- tural yang mungkin tidak rusak -i -
660 342119 7 25 25
24 23 21 20 19 18 17 435600 32 32 32 28 28 24 24 24 20 20
aki>at lendut- an yang besar 240
680 363168 8 26 26 25 24 22 20 20 19 17 462400 36 32 32 32 28 28 28 24 24 20
700 384845 29 27 26 24 23 21 21 19 18 490000 36 32 32 32 28 28 28 24 24 20
dikutip dari Tabel 3.2.S(b) SK SNI T-15-1991-03
504 505
. TA BEL A-43
TEBAL MINIMUM DARI PLAT TANPA BALOK INTERIOR

TANPA PENEBALAN DENGAN PENEBALAN


TEGA NGAN PANEL PANELPANEL PANEL
LULUH, fr EKSTERIOR INTERIOREKSTERIOR INTERIOR
(MPa)
BALOK PINGGIRBALOK PINGGIR
YaTidakYaTidak

!_r,_ !:!1.. !_r,_ !_r,_ !_r,_ !_r,_


300 33 36 36 40 40
36

400 lB_ !!!.. APENDIKS B


30 33 33 33 36 36

dikutip dari Tabet 3.2.5(c) SK SNI T-15-191-03 NOTASl-NOTASI

506
a = tinggi blok tegangan tekan persegi ekivalen, atau panjang bentang geser yaitu ja Ct =
ukuran kolom persegi atau kolom persegi ekivalen, kepala kolom, atau kcnsol
rak antara beban terpusat dan muka tumpuan. pendek, diukur dalam arah transversal terhadap arah bentang di mana
A = luas efektif baton tarik di sekitar tulangan lentur tarik, bertitik pusat sama momen lentur sedang ditentukan, mm. .
dengan c
= konstanta penampang untuk menentukan kekakuan puntir.
Ab = tulangan tersebut, dibagi dengan jumlah batang tulangan atau kawat, Cm faktor yang menghubungkan diagram momen aktual dengan suatu diagram mo
Ac = mm·2. luas penampang satu batang tulangan, mm2. = men merata ekivalen.
luas inti komponen struktur'tekan bertulangan spiral diukur dengan diameter bJlfI.x2y, faktor yang menghubungkan sifat tegangan
serat terluar spiral, atau luas penampang baton yang menahan penyaluran c,
= geser. jarak dari serat tekan tertuar ke pusat tulangan tarik,
A, geser, atau luas beton pada penampang yang ditinjau pada struktur prategangan, d mm. jarak dari serat tekan terfuar ke pusat tulangan tekan,
mm2.
= luas dari tulangan di dalam konsol pendek yang menahan momen terfaktor,
mm.

[VuB + Nuc( h-cl)], mm2. = diameter nominal batang tulangan, kawat, atau strand prategangan, mm.
A; = d' tebal selimUt baton diukur dari serat tarik terluar ke pusat batang tulangan atau
iuas brute penampang, mm2.
A,, = = kawat yang terdekat, mm.
luas tulangan geser yang paralel dengan tulangan lentur tarik, mm2. db = diameter dasar plat kepala tiang, atau jarak dari serat tekan terluar ke titik berat
A, =
Iuas profil baja, pipa baja, atau tabung pada penampang komposit, atau luas tulangan prategangan, mm.
de =
total tulangan longitudinal yang menahan tarsi, mm2. jarak dari serat tarik terfuar ke pusat tulangan tarik, mm.
A1 =
luas total tulangan longitudinal yang menahan tarsi, mm2.
An = dp = beban mati, atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati.
A::. luas tulangan dalam konsol pendek yang menahan gaya tarik Nf.JC1 mm2. eksentrisitas gaya terhadap sumbu, atau dasar logaritma Napier.
luas tulangan prategangan pada daerah tarik, mm2.
- d.= pengaruh beban gempa, atau moman dan gaya dalam yang berhubungan dengan
A. = luas tulangan tarik non-prategangan. mm2. D =
gempa.
A . luas tulangan tekan, mm 2. e =
I=
E =
A: =luas satu kaki sengkang tertutup pada daerah sejarak s untuk menahan tarsi, E: = modulus elastisitas baton. MPa.
mm2 E.:a modulus elastisitas balok baton.
Av = luas tulangan geser pada daerah sejarak .s, atau luas tulangan geser yang = modulus elastisitas kolom
tegak lurus terhadap tulangan lentur tarik dalam suatu daerah sejarak s pada Ex beton. modulus elastisitas plat
komponen struktur lentur tinggi, mm2. = baton.
Avf = luas tulangan geser friksi, mm2. =
modulus elastisitas baja tulangan, MPa.
Avn = luas tulangan geser paralel dengan tulangan lentur tarik dalam daerah sejarak Sa E. kekakuan lentur komponen struktur tekan.
mm2. El = kuat tekan baton, MPa.
Aw = luas penampa119 so.tu kawat yang disalurkan atau disambung lewat, mm2. fc' = akar dari kuat tekan baton, MPa.
vfe' kuat tekan baton pada saat pemberian prategangan, MPa.
Ar = luas da&rah yang dibebani. =
A2 = Iuas maksimum dari sebagian permukaan pendukung yang secara geometris akar kuat tekan baton pada keadaan prategangan awal, MPa.
fc/ =
kuat tarik beiah rata-rata baton agregat ringan. MPa.
vfc1'=
fct =
c = serupa dan konsentris dengan daerah yang dibebani. lebar daerah tekan
b = C1 = komponen struktur, mm.
b, = lebar bagian penampang yang dibatasi oleh sengkang tertutup yang menahan tar si (puntir).
lebar penampang pada bidang kontak yang ditinjau terhadap geser horisontal. lebar badan balok, atau
bv = diameter penampang bulat, mm.
b..., = keliling (perimeter) penaripang kritis pr.da plat dan fondasi, mm. jarak dari serat tekan
bo = terluar ke garis netral, mm.
ukuran fd = tegangan akibat beban ati tak terfaktor pada serat teriuar
kolom penampang, di
persegi mana tegangan tarik disebabkan oleh beban luar, MPa
atau = tegangan tekan pada baton, setefah memperhitungkan
kolom semua kehilangan etek prategangan pada titik berat
persegi
penampang yang menahan beban luar atau paaa
ekivalen.
pertemuan badan dengan flans jika titik berat
kepala
penampang terletak dalam flans. MPa. (Pada
kolom.
komponen struktur komposit, adalah resultante dari
atau
tegangan te kan pada titik berat penampang komposit
konsol
atau pada pertemuan badan dengan fleris jika titik
pendek,
diukur berat penampang komposit berada dalam flans, akibat
dalam gaya prate
arah r...tngan dan momen yang ditahan oleh komponen struktur
bentang pracetak yang bekerja sendiri).
di mana f,,. = tegangan tekan pada baton akibat gaya prategangan efaktif saja
momen (setelah mem-
lentur 509
sedang
ditentuka
n, mm.
508
pang«I mana tegangan tarik terjadi akibat beban luar, MPa. . . l = l'° x faktor modifikasi yang ber1aku = panjang penyaluran kait standar
t,,. = · tegangan didalam tutangan prategangan pada taraf kuat nominal, tarik, diukur dari penampang kritis hingga ujung luar kait {panjang penyaluran
yang lu rus antara penampang kritis dan titik mula kait, titik garis singgung,
MPa
ditambah jari
fpu _ kuat tarik yang disyaratkan untuk tendon prategangan, MPa.
fpy' = kuat luJuh tendon prategangan, MPa.
jari dan diameter tulangan), mm.

f, - modulus rurrtuh tentur baton, MPa. lhb = panjang penyaluran dasar kait standar tarik. mm
t. = tegangan dalam tulangan pada beban kerja, MPa . . ln = bentang bersih untuk momen positif atau geser dan rata-rata bentang bersih yang
r.= tegangan efektif didalarn tulangan prategangan, setelah memperh1tungkan bersebelahan untuk momen negatif, atau panjang bentang bersih dalam arah mo-
keh1- men yang dihitung diukur dari muka ke muka tumpuan.
langan tegangan efek prategangan, MPa. lu = panjang komponen struktur tekan yang tidak ditopang.
fy = tegangan luluh baja tulangan yang disyaratkan, MPa. . . . . . . . lv
l.,.
= panjang lengan kepala geser diukur dari titik beban terpusat atau reaksi,
mm. panjang dinding horisontaf, mm.
F = beban akibat berat dan tekanan fluida dengan berat 1erns dan t1ngg1 maKs1mum
terkontrol, atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengannya. lx = panjang tendon prategangan dari ujung penjangkaran ke suatu titik x; m.
l, = panjang bentang pada arah momen yang dihitung, diukur dari muka ke muka tum
h = tebal atau tinggi total komponen struktur, mm. puan.
hv = tinggi total penampang kepala geser, mm.
hw = tinggi total dinding diukur dari dasar ke puncak, mm. . .
l2 = panjang bentang pada arah transversal terhadap l 1, diukur dari pusat ke pus3t
tumpuan.
H = beban akibat berat dan tekanan tanah, air tanah, atau matenal lam, atau momen
L = beban hidup, atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengannya.
dan gaya dalam yang berhubungan dengannya
I = momen inersia penampang yang menahan beban luar terfaktor.
Mc = momen terfaktor, digunakan untuk perencanaan komponen struktur tekan.
M:t = momen retak.
t = momen inersia terhadap sumbu titik pusat penampang bruto balok.
Mf:t' = momen yang menyebabkan teadinya retak lentur pada penampang akibat beban
{: = momen inersia penampang bruto kolom. luar.
t,. momen inersia penampang retak yang ditransformasikan menjadi baton.
le = momen inersia efektif untuk perhitungan lendutan. 510
1g = momen inersia penampang bruto baton terhadap garis sumbunya, dengan meng-
abaikan tulangannya.
I,, = momen inersia terhadap sumbu titik pusat bruto plat.
= momen inersia tulangan terhadap sumbu pusat penampang komponen struktur.
4 = momen inersia baja profit struktural, pipa, atau tabung, terhadap sumbu penam-
pang komponen struktur komposit.
k = faktor panjang efektif komponen struktur tekan.
K = koefisien friksi Wobble per meter panjang tendon prategang.
Kb = kekakuan lentur balok, momen per unit rotasi.
Kc = kekakuan lentur kolom, momen par unit rotasi.
K. = kekakuan lentur plat, momen per unit rotasi.
= kekakuan puntir komponen tarsi struktur, momen per unit rotasi.
t = panjang bentang balok atau plat searah dengan penulangan yang ditinjau,
proyeksi bersih struktur kantilever, mm.
t. = panjang penjangkaran tambahan pada daerah tumpuan atau pada titik ballk
lengkung ( inflection point ), mm.
le = jarak vertikal antara dua tumpuan (dinding), mm.
1.d = panjang penyaluran, mm.
ldb = panjang penyaluran dasar, mm.
M..,, = momen yang telah dimodifikasi. melentur dalam kelengkungan tunggal, negatif bila melentur dalam kelengkungan
M. 7lak.=
momen terfaktor maksimum pada penamoang akibat beban luar. ganda.
M,.., = A. fy (d - 112 a) = kuat momen nominal suatu penampang, Nm. M2b = nilai yang lebih besar dari momen ujung terfaktor pada komponen struktur tekan
M!J = momen maksimum dalam komponen struktur pada saat perhitungan fendutan, akibat beban yang tidak menimbulkan goyangan ke samping yang berarti, dihi
atau kuat momen plastis perlu dari penampang kepala geser. tung dengan analisis rangka elastis konvensionaf.
M'J = momen terf aktor pada penampang. M211 = nilai yang lebih besar dari momen ujung terfaktor pada komponen struktur tekan
Mv = tahanan momen yang disumbangkan oleh tulangan kepala geser. akibat beban yang menimbulkan goyangan kesamping yang berarti, dihitung de
M = momen total statis terfaktor. ngan analisis rangka elastis konvensionaJ.
M1b = nilai yang lebih kecil dari momen ujung terf aktor pada komponen struktur tekan Ne = gaya tarik dalam baton akibat beban mati dan hidup tidak terfaktor ( D+L ).
akibat beban yang tldak menimbulkan goyangan ke samping yang berarti, dihi
tung dengan analisis rangka elastis konvensional, positif bila komponen struktur 511

beban aksial terfaktor, normal terhadap penampang, dan yang terjadi


1 wd = beban mati terfaktor per unitluas.
Nu = bersamaan dengan Vu diambilpositif untuk tekan, negatif untuk tarik, dan = beban hidup terfaktor per unit luas.
memperhitungkan pengaruh tarik akibat rangkak atau susut. Wu = beban terfaktor per unit panjang bentang bafok atau per unit luas plat.
gaya tarik terfaktor yang bekerja pada puncak konsol pendek yang terjadi bersa- W = beban angin, atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengannya
Hue =
maan dengan V111 diambi!positif untuk tarik. x = dimensi pendek bagian berbentuk persegi dari penampang.
kuat beban aksial nominal pada kondisi regangan seimtang. x, = dimensi pusat Ice pusat yang pendek, sengkang persegi tertutup.
Pb =
beban kritis. Ix2 y = konstanta torsi penampang.
Pc =
kuat beban aksial nominal pada eksentrisitas yang diberikan. y = dimensi panjang bagian berbentuk persegi dari penampang.
Pn =
kuat dukung "beban aksial nominal dinding. y, = dimensi pusat ke pusat yang panjang,sengkang persegi tertutup.
Pnw =
gaya tendon prategangan pada ujung angkur. y, = jarak dari sumbu pusat penampang bruto, mengabaikan tulangan, ke serat tarik
P. =
beban aksial terlaktor pada eksentrisitas yang dibalikan, s t;Pn terluar.
p'J =
p
• x =
gaya tndon pratagangan pada sebarang titik x. z = besaran pembatas distribusi tegangan lentur.
kuat beban aksial nominal pada eksentrisitas nol. a = rasio kekakuan lentur penampang baJok terhadap kekakuan plat, dengan lebar
Po =
yang dibatasi secara lateral oleh garis sumbu panel yang bersebelahan (bila ada)
r = radius girasi penampang komponen struktur tekan.
spasi tulangan geser atau tarsi ke arah paralel dengan tulangan longitudinal, mm. pada setiap sisi balok, atau sudut antara sengkang miring dan sumbu longitudinal
s =
jarak antar kawat yang akan disalurkan atau disambung lewat. komponen struktur, atau perubahan sudut total dari profil tendon prategangan da
Si.. =
lam radian, dari ujung angkur ke seberang titik x
S1 = spasi tulangan vertikal pada tjinding, mm. CZe = rasio kekakuan lentur kolom di atas dan di bawah plat terhadap gabungan keka
spasi tulangan geser atau tarsi yang tegak lurus terhadap tulangan longitudinal
S:z = kuan plat dan balok pada suatu titik buhul, dalam arah bentang di mana momen
atau spasi dari tulangan horisontat dalam dinding, mm.
pengaruh kombinasi dari suhu, rangkak, susut, dan perbedaan penurunan. dihitung.
T

=
Tc = Vcw = k n tarsi nominal yang disumbangkan baton. kuat momen torsi
Tn = u nominal.
T. = a kuat momen tarsi nominal yang disumbangkan oleh tulangan tarsi. momen tarsi
Tu = t terfaktor pada penampang.
u = kua.t perlu untuk menahan beban terfaktor atau momen dan gaya dalam yang ber-

m hubungan dengannya.
Ve = kuat geser nominal yang disumbangkan baton.
o
Ve1 = kuat geser nominal yang disumbangkan baton pada saat terjadi retak diagonal ak- ibat
m
kombinasi momen dan geser.
e
kuat geser badan. <Zt = sudut antara tulangan gesar friksi dengan bidang geser.
nominal
yang = nilai rata-rata a untuk semua balok pada tepi suatu panel.
disumbang 01 = koetisien sebagai fungsi dari y,Jx 1•
kan baton
pada saat av = rasio kekakuan lengan kepala geser terhadap penampang plat komposit di seki
terjadi tamya.
retak
diagonal fJ = rasio bentang bersih arah memanjang temadap arah meiebar plat dua arah, atau
ak-
rasio antara sisi panjang terhadap sisi pendek fondasi.
ibat
tegangan A, = rasio luas tulangan yang terputus terhadap luas total tulangan tarik pada suatu
tank penampang.
utama
yang f3c = rasio sisi panjang terhadap sisi pendek dari beban terpusat atau mukaJumpuan.
berlebihan fJd = rasio beban mati aksiaJ terfaktor maksimum terhadap bAban aksi terlaktor mak
di dalam simum, di mana beban yang ditinjau hanya beban gravitasi daJam menghitung P
vd gaya geser pada penampang akibat beban mati tak tertaktor. atau rasio beban lateral terfaktor r:naksimum yang bekerja terhadap beban lateral
0

= gaya geser teriaktor pada penampang akibat beban luar, terjadi bersamaan total tertaktor pada tingkat yang ditinjau dalam perhitungan P,.
v, den- gan M,.,,.•. fJ. = rasio panjang tepi menerus terhadap perimeter total suatu panel plat
kuat geser nominaJ.
Vn = kuat geser horisontal (struktur lentur komposit).
{3, =faktor reduksi tinggi blok tegangan tekan ek.ivalen beton.
y, = bagian momen tidak berimbang yang dipindahkan sebagai lentur pada hubungan
Vm komponen vertikaJ dari gaya prategang efektif pada penampang. plat-kolom
= kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser. fp =faktor untuk memperhitungkan tendon prategangan.
VP = gaya geser terlaktor pada penampang. Yv = 1- rr = bagian momen tidak berimbang yang dipindahkan sebagai geser eksentris
v. tegangan geser ijin baton, pada hubungan plat-kolom.
=
MPa. unit massa beton,
Vu =
kgf/m3.
Ve =
We =
512 51l
=
l
p. , untuk menggambarkan pengaruh kelengkungan komponen
struktur di antara ujung-ujung komponen struktur takan.
Pw = faktor pembesar momen untuk rangka yang tidak dttahan terhadap
; = goyangan ke
faktor samping, untuk menggambarkan penyimpangan lateraJ akibat beban
6,, = pemb lateral dan
esar gravitasi. ,
mome
jumlah lengan yang serupa dari kepaJa geser.
{J. = n
untuk
faktor koreksi yang berkaitan dangan unit massa beton, atau faktor
rangk pengaJi untuk penanibahan lendutan jangka panjang.
a

.==
koefisien friksi bahan.
'5. yang A.lbd = rasio penulangan tarik non-prategangan.
ditaha A.'lbd = rasio penulangan takan non-
n prategangan. rasio penulangan pada
µ = terha keadaan seimbang regangan.
dap
p = goyan
rasio luas tulangan gaser horisontaJ terhadap luas bruto
p' gan penampang baton verti- kal.
= ke rasio luas tulangan geser vertikal terhadap luas bruto penampang baton
p,, = sam- horison-
p,, = . taJ.
p rasio penulangan prategangan.
Pn = i rasio volume tulangan spiral terhadap velum inti total (diukur dari sisi
n luar ke sisi spiral) da ri sebuah komponen struktur tekan dengan
Pp = g tulangan spiral.
A.lb.,,,d
faktor
reduksi
kekuatan. .
·,

APEN DIKS C
DAFTAR BUKU ACUAN
oo = p fy lf c'
ca = p'f y He'
oop = ppf,,.f fc'
CQ,., copwi CQ,.' = indeks tulangan untuk penampang yang mempunyai flans, dihitung seba-
gai cop dan ori, dengan b diambilsebesar lebar badan, dan luas tulangan harus se
suai dengan yang diperlukan untuk menyembangkan kuat tekan dari bagian ba-
dan saja.

514
ll

1. -h:tvnad Antono, Ir.,Prof., Beton Tulangan, Yogyakarta: Penerbit Andi Offset, 1983. 24. Rice, Paul F.; Hoffman, Edward S.; Gustafson, David P.;dan Gouwens, Albert
2. AC(SUMding Code Requirements for Reinforced Concrete AC/ 318 M-83. Detroit: J., Structural Design Guide to the AC/ Building Ca<!e (3rd ed.), New York: Van
American Concrete Institute, 1983. Nostrand Reinhold Company Inc., 1985.
3. ACI, Commentary on Building Code Requirements for Reinforced Conaete AC/ 25. Rooseno, Beton Tulang, Jakarta: PT Pembangunan Djakarta, 1965.
318 M-83. Detroit: American Concrete Institute, 1983. 26. Sanis, Gajanan M., Handbook of Composite Construction Engineering, New
4. Banson, Dan E•• Deformation of Concrete Structures, New York : Mc Graw York: Van Nostrand Reinhold Company, 1979.
Hill,19n. 27. Spiegel, Leonard, dan limbrunner, George F., Reinforced Concrete Design, New
5. BSI, Code of Practice tor the Structural Use of Concrete, Part I : Design, Materials Jersey: Prentice-Hall, Inc., 1980.
and Worlcmanship. London: British Standard Institute, 1972. 2B. Sutami, Konstroksi Beton Indonesia {cetakan ke 4), Jakarta : Sadan Penerbit Peker
6. Boen, Teddy, Manual Bangunan Tahan Gempa, Jakarta. 1978. jaan Umum, 1971.
7. Bowels, J.E., Foundation Analysis and Design, Tokyo: Mc Graw-Hill Kogakusha Ltd., 29. Terzaghi. Kart, dan Peck, Ralph B., Soil Mechanics in Engineering Practice, New
1977. York: Wiley, 1968.
8. CRSI, CRSI Handbook - (2oo ed.), Chicago: Concrete Reinforcing Steel Institute, 30. Timoschenko, S.P., dan Gere, J.M., Theory of Bastic Stability, New York: Mc Graw-
1975. Hill, 1961.
9. Ferguson, Phil. M., Reinforced Concrete Fundamentals (41t1 ed.), New York: Wiley, 31. Vanderbilt, Mortimer D.; Sozen, Mete A.; Siess, Chester P., Deflections of Multiple
1981. Panel Reinforced Concrete Roor Slabs, JoumaJ of Structural Division A3CE..
10. Hadipratomo, Winami, Struktur Beton Prategang, Bandung: Penerbit Nova, 1984.
August 1965.
11. Hawkins, N.M.; Criswell, M.E.; Roll. F., Shear Strength of Slabs without Shear Rein-
32. Vanderbilt, M.D., Shear Strength of Continuous Plates, Journal of Structural Division
forcement, Shear in Reinforced Concrete Vol 2, Detroit: American Concrete lnsti· ASCE. May 1972.
tute, 1974. 3.3. Vis, W.C., dan Sagel, R., Perhitungan Perencanaan Sederhana untuk Beton Bertu
12. Hsu, Thomas T.C., Torsion of Reinforced Concrece, New York: Van Nostrand Rein !ang, 's-Hertogenbosch : STUVO, Netherland.
hold Company Inc., 1984. 34. Wang, C.K.. dan Salmon, Charles G., Reinforced Concrete Design (4tti ed), New
13. Lin, T.Y., dan Bums, Ned H., Design of Prestressed Concrete Structures (3rd ed.}, York: Harper & Row Publisher, Inc., 1985.
New York: John Wiley & Sons, Inc., 1982. 35. Wangsadinata, Wiratman, Teori Kekuatan Batas, Bandung: DPMB Departemen Pe
14. Magnel, G., Prestressed Concrete, New York: Mc Graw-Hill Book Co., 1954. kerjaan Umum RI, 1968.
15. Manual, R.F., Failure of Deep Beams, Shear in Reinforced Concrete Vol. 2, Detroit: 36. Yayasan Dana Normalisasi Indonesia, Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1871 -
American Concrete Institute, 1974. NI 2, Bandung: DPMB Departemen Pekerjaan Umum RI. 1971.
16. Mosley, W.H., dan Bungay, J.H., Reinforced Concrete Design, London: The Macmil 37. Yayasan Dana Normalisasi Indonesia, Peraturan Perencanaan Bangunan Baja In
lan Press. ltd., 1987. donesia (PPBBI) 1983, Bandung: DPMB Departemen Pekerjaan Umum RI. 1983.
H. Muto, Kiyoshi, Aseismic Design Analysis of Buildings, Tokyo: Maruzen Company 38. Yayasan Dana Normalisasi Indonesia, Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur
Ltd., 1974. Baton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang untuk Gedung - 1983, Ban
18. Nawy, Edward G., Reinforced Concrete A Fundamental Approach, New Jersey: dung: DPMB Departemen Pekerjaan.Umum RI, 1983.
Prentice-Hall, Inc., 1985. 39. Yayasan Dana Normalisasi Indonesia, Peraturan Pembebanan Indonesia untuk
19. Neville, Gerald 8., Notes on Building Code Requirements for Reinforced Gedung1983, Bandung: DPMB Departemen Pekerjaan Umum RI, 1983.
Concrete AC/ 318-83, Illinois : Portland Cement Association, 1984. 40. Yayasan LPMB. Standar SK SN/ T-15-1991-03 : Tata Cara Penghitungan Struktur
20. Kong, F.K.; Evans, R.H.; Cohan, Edward; Roll, Frederic; Handbook of Structural Baton untuk Bangunan Gedung, Bandung: LPMB Dep. Pekerjaan Umum RI, 1991.
Concrete, Massachusetts: Pitman Publishing Inc., 1983.
21. Nilson, Arthur H., Design of Prestressed Concrete, New#york: John Wiley & Sons,
Inc., 1978.
22. Park, R., dan Gamble, W.L, Reinforced Concrete Slabs, New York: Wiley, 1980.
23. PCI, PC/ Design Handbook, Chicago: Prestreed Concrete Institute, 1971.
516 517
I NDEKS
\

,
""' A Balok Baton
beban sementara, 41
beban terfaktor, 25, 27, 1, 152
(lanjutan)
beban tetap, 41
Adukan Baton, 5-6 kelacakan analisis bukan persegi empat,
tingkat pembebanan, 9
( workability ), 6 karapatan 76
( density ), 9 bertulangan kurang, 520
mutu baton, 6 seimbang, lebih, 33
nilai banding barat, 6 baton polos, 109
nilai kekentalan ( slump ), 5 besaran perencanaan, 50, 460
perawatan keras, 6 diagram kuat geser, 120
proses hidrasi, 4 koefisien geser dan momen,
rencana campuran,4 209
segregasi, 6 koefisien tahanan, 51, 462-500
sifat kekal, 5 penulangan maksimal, 35, 90
perencanaan bertulangan tarik
Agregat .
saja,50 perencanaan
halus, kasar, ringan, 5
Air bertular.gan rangkap, 97
mutu air, 4 perencanaan penulangan geser,
bleeding, 6 112,
water cement ratio, 5 127, 130, 132, 140
Aksi Pasak, 111 perilaku pelengkung, 111, 126
American Concrete Institute rasio penulangan, 35
tebal selimut baton, 99
(ACI) 318-83, 3
Balok T, 66
AC/ Building Code, 24
analisis, 68
American Society of Testing and Materials
balok T persegi, 69
ASTM A-615, 429
distribusi tulangan tarik
ASTM C330-80, 5
flens, 223 lebar flens efektif,
ASTM C33-86, S ASTM
68 perencanaan, 78
C39-86, 7
tulangan tarik, 72
Analisis Struktur Orde Kedua, 335
Balok Ttnggi
Analogi Piring Makan, 230 Angka
Ekivalensi, 157, 173 keruntuhan geser, 126
perilaku pelengkung, 126
kuat geser,
a 127 Baja
baja struktur, 288, 290,
Bahan Seton
353 baja tulangan (lihat
abu terbang ( fly ash), 12
Tulangan) gelagar baja,
agregat (lihat Agregat)
290
air (lihat Air)
kawat las baja (!ihat
daya tahan ( durability ), 1,5
Tulangan) kolom baja, 353
semen hid:-olik.4
pipa baja, 288
semen Portland,4
Beban
semen Portland Pozzolan, 4
beban aksial (lihat Kolom)
serat (fibre ) baja. 12
Balok Seton beban angin, 41
beban gempa, 41
ana du 6 137
analisis bertulangan tarik saja, 42 beban hidup, 41
beban luar, 25, 26, 29
analisis bertulangan rangkap, 86
beban kerja, 25, 152
beban mati, 41
,,
B lang, 1, 23 Faktor (lanjutan) penampang kritis,
at baton normal, 8, 9 118
faktor beban, 25,41
on baton polos, 109, 183, 352 perencanaan sengkang, 112-
fal<tor jenis struktur, 429
a baton prategangan, 377-424 117
n faktor kapasitas, 25
baton ready-mix , 7 syarat koafisien geser, 208
g f aktor pembesaran
kuat gaser, 112, 127 Goyangan Porta! (lihat Kolom)
k momen,335 faktor
kuat tarik baton, 7, 10 reduksi kekuatan,
a
kuat tekan baton, 7 41,320
m kurva kuat baton versus waktu, 9 Fondasi 5 21
u kurva tegangan-regangan, 8 beban eksentris, 372
a modulus alastisitas, 9, 157 beban ringan, 351
i, pengujiari Split Cilinder, 1O detail penulangan, 350, 359
2 regangan, 8 distribusi penulangan,
b sifat alasto plastis, 9 361, 366 distribusi
e sifat getas, 8 tekanan tanah trapesium,
n sifat-sifat dan konstanta, 461 370 kuat gaser pons, 351
d
sitat rangkak dan susut, 9, 11. 173 kuat tumpuan,
a
tegangan. 8 353 mekanisme
u Branson, 270 kantilever, 351
ji panjang
, c penyaluran·pasak, 354,
7 360 pelimpahan beban
, Concrete Reinforcing Steel Institute .ctari kolom, 353
8 (CRSI), 448, 453 penampang kritis geser,
b 349 penampang kritis
e D momen, 349, 352
r penulangan minimum. 347
a
Oaktaii. 35 perencanaan, 347, 355,
t
i Oinding gaser, 429 362. 368, 374 resultante
s Dokumen Kontrak, 443 beban kolom, _369. 373
i, selimut baton, 348
9 E tekanan tanah dasar
b fondasi,369 tekanan
e Eksentrisitas tanah ijio efektif, 368
r beban aksiaJ (lihat Kolom) beban tinggi efektii rata-
a kolom (lihat Fondasi) rata. 355, 358
t Euler, 336
s
e
n F G
d
i Faktor Gambar
ri f aktor aman. 27, 41 gambar perencanaan,443, 445
,. gambar kerja, 444, 446
4 Gaser Lentur
0 bentang gaser,
b 109, 126 gaya
a tarik diagonal,
t 108 geser
o torsi, 137
n
keruntuhan geser (lihat
b Balok Tinggi) keentuan
e sengkang, 117
r macam penulangan
t geser, 112 mekanisme
u perlawanan geser, 110
H Kolom (lanjutan) Metode Rangka Ekivalen, 261 Ptat ter1entur (lanjutan)
kolom langsing, 329-338 lokasi pembengvrykan tulangan, 242
Hancur Getas, 39 Modulus
kolom pendek, 290 modulus elastisitas baja, 13 pendekatan semi eiastik, 234, 261 .
Homogen (serba sama), 15, 17, 24
komposit, 288 modulus etastisitas ·baton, 9, 157 penulangan minimum, 47
Hooke, 153 kuat kolom pendek, 290-329 modulus of rupture, 10, 26 peiimpahan momen tak berimbang. 240
pendekatan Whitney, 319, 326 Mohr (lihat Tegangan), 106 perencanaan plat dua arah, 243, 254
pengikat sengkang, 293 perencanaan plat satu arah, 58
K Moman lnersia
pengikat spiral, 294 penampang retak, 271 plat rata. 46
perencanaan memakai diagram, 313 panampang efaktif, 281 syarat matoda perancanaan langsung,
Kakuatan perencanaan eksentrisitas kecit, 297
kuat geser (lihat Seton) penampang utuh, 271 235
portal bergoyang, 335 Moman lsntur tabal piat minimum, 48
kuat gesar nominal, 239
rasio penulangan kolom, 292 momen lentur nominal. 31 tebaf seiimut beton, 48
kuat geser pons, 351
rasio penulangan spiral, 294 momen tahanan dalam, 29 Prategangan
kuat lentur, 29
syarat selimut baton, 292 syarat koefisien moman,·208 analisis, 384, 386, 394-403
kuat lentur nominal plat, 25,31
Kansai Pendek Moman retak, 276 bahan dan perlengkapan, 381, 393
kuat perlu. kuat rencana, 40
koefisien geser, 131 Moman Statis Total Terfaktor, 232 batasan, 379
kuat tarik baton (lihat Baton)
konsep geser friksi, 130 cara pengimbangan beban,411-4i5
kuat tekan beton (lihat Seton)
perencanaan, 133 N diagram Magnet, 409
kuat tarsi, 137, 141
pola retak, 132 dongkrak penegang, 379
kuat tumpuan, 353
Nilai banding Modulus Elastisitas, 157, 173 geometri kem, 404
syarat kekuatan, 39
jangkar penahan, 380
Kemampuan Kelayanan
L ? kabel bebas tegangan, 417
batasan kelayanan, 152
kehilangan gaya prategangan, 392
lendutan ijin maksimum, 269
Lentur Elastis, 15-22 Pemencaran Energi, 426 kesepakatan tanda. 383
lendutan jangka panjang, 277
gaya-gaya dalam. 15-22, 154 Penopang Tulangan, 452 kuat tarik strand, 393
lenoutan seketika. 275
konsep momen dalam. 15-22. 54 Pedestal, 287 penampang tipikaf, 410
lendutan bentang_ menerus. 281
kopel momen dalam, 15-22 Peraturan penarikan puma, 382
rnomen inersia retak, 271
rumus lentur eiastis, 15-22 GBVI 1935,3 penulangan geser, 421
penyebaran tuiangan lentur, 281
Lobang Sparing, 441 PBI 1955,2,3 pola tegangan bafok, 383
tebal minimum, 48
PBI 1971 Nl-2,2,3, 6, 8, 24, 28, 41 pra-penarikanan, 379
Koeiisien
PUBI 1982. 4 prategangan sebagian, 415
koetisien geser friksi (lihat Kansai Pen
M Sil 0132-75, 4 tahap pembebanan, 381
dek)
Sil 0052-80. 5 tata letak tendon, 403-411
kceiisien geser dan momen (lihat Ba
Magnel, 407 Sii 0136-80. 13, 14 ?usat P!astis Kolom, 308
lok)
Metode Perencanaan Tegangan Kerja. Sii 0318-80, 13
koetisien tahanan (lihat Balok)
24, 152 Sil 0013-81, 4
Kolom, analisis balok bertulangan tank saja. 1 !
anaJisis eksentrisitas besar, 305-316 Sii 0136-84, 13 R
1U
SK SNl-1726-1989-F, 435
analisis eksentrisitas kecil, 290-301 analisis balok bertulangan rangkap, 1 r•, r1angkak ( creep ) dan Susut, lihat Seton
beban aksial dan momen, 301 Perilaku Struktur, 7, 230
transformasi penampang, 158 Regangan
diagram interaksi. 312, 313, 314 Plat tertentur, 45, 230
penampang seimbang regangan. 1fl1 distribusi regangan baton, 27
eksentrisitas beban, 289, 302, 306 analisis olat satu arah, 46
perencanaan balok bertulangan tartk, keseimbangan regangan, 29
taktor pembesaran momen, 335 163-171 faktor distribusi momen, 235. 236, 237
kekakuan relatif balok, 239 regangan batas, 28
faktor reduksi kekuatan, 32 perencanaan balok bertulangan rn11u·
kepaJa kolom, 46 regangan luluh baja, 29
jari-jari putaran ( radius of gyration ), 331 kap. 171-175
jumlah tulangan dalam sabaris, 502 koefisien geser dan momen, 209 Retak
perencanaan kuat gesElr dan torftl, 1 1f retak geser badan, 110
keruntuhan, 292, 293, 343, 353 konsep plat dua arah, 230
Metode Perencanaan Kekuat an. !4 retak geser friks 132
kuat geser nominal, 239
Metode Perencanaan LangsumJ, :14
522 523
"""'+ · .

Retak (lanjutan) Tegangan (lanjutan)


retak geser lenur, 110 tegangan batas sabanding (propor-
retak lentur, 27 Tulangan (lanjutan)
tional limit ), 24, 157- standar pembengkokan, 448
retak tarsi, 139 tegangan-tegangan dalam, 29, -154 syarat jangkar, kait, dan bengkokan (Ii-
tegangan gesar ijin, 178 hat Sambungan Tulangan)
tegangan gesar nominaJ, 111, 115
s tegangan kerja, tegangan ijin,
tendon prategangan, 393
tulangan deformasian (BJTD), 12.
25, 152, 154 456 tulangan gaser friksi, 132
Sambungan Tulangan tegangan lekat lenturan, 181 tulangan polos (BJTP), 12. 456
faktor modifikasi,.183, 185, 188 tegangan iuiuh, 13 tulangan tarik balok T (lihat Bak>k T)
panjang penyaluran dasar, 183, 185,
tagangan tarik dan tekan, 23 tulangan tarsi (lihat Tarsi)
187, 203 Taknologi Baton, 6
pemberhentian tulangan, 195,
200-203, 210
Teori garis luluh, 230 w
Teori perencanaan batas, 230
sambungan lewatan, 193-195 Tingkat Daktilitas, 477 Whitney, 30,319, 326
sambungan mekanis, 195 Tarsi
.... syarat jangkar, kait dan
diagram tegangan tarsi, 138
bengkokan, 186, 189
perencanaan, 140
tegangan lekat lanturan, 181
pola runtuh tarsi, 139
titik balik tulangan, 196
tarsi keseimbangan dan keserasian,
tulangan atas, 183
139
Sandi Plastis, 427, 428
Transformasi Penampang, 153, 158
Seiimut baton
Tulangan
balok, 99
daftar bengkokan, 450
fondasi, 346
dimensi dan berat, 457
kolom, 394
fabrikasi tulangan, 442
piat, 48
jenis dan kelas, 456
Sistem Struktur
kait standar, 187
bentang menerus, 207
kawat rangkai las, 12
bentang sederhana, tunggaJ, 23, 195
kawat strand, 12,393
panjang bentang, 58
modulus elastisitas, 13
sistem grid, 231
panjang penambatan (lihat
!endutan plat, 231
Sambungan Tulang2n)
rangka portal idealisasi, 232, 233
pamberhentian tulangan (lihat Sam-
bungan Tulangan)
pembengkokan berat dan ringan, 452
T
rasio penulangan, 35
rasio penulangan minimum, 39
Tarik diagonal, 108
rasio penulangan yang disarankan,
Tegangan
38, 508
blok tegangan, 28
rasio penulangan versus koefisien ta
blok tegangan tekan ekivalen, 30
hanan, 462-500
distribusi tegangan, 26
sambungan lawatan (lihat
konsep lingkaran Mohr, 106
Sambungan Tulangan)
konstanta garis netraJ. 31
sengkang, 12, 116-118, 189, 225
tegangan batas, 29
spasi sengkang, 121, 125, 225
spiral, 12
524
525
·/ r

TENTANG PENG A RA NG

Lahir di Serang, Banten, pada tahun1945.Masa sekolah, sejak Sekolah Rakyat


sampai dengan Pendidikan 1inggi di ewati di kota Yogyakarta. Sejak sewaktu
menjadi mahasiswa di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, sambilbekerja ikut
menangani kegfatan sur vey perencanaan dan studi, antara lain Proyek
Pengembangan Persawahan Pasang Su rut (P4S) UGM pada tahun 1970, Studi
Kelayakan Pengembangan dan Perluasan Pela buhan Panjang, Lampung, pada
tahun 1971 (PT Dwi Delta - UGM). Sebetum bergabung
sebagai Staf Pengajar sempat bekerja pada PT (PERSERO) Waskita Karya, sejak tahun
1972 sampai doogan 1979. Sebagai Engineer dan Manajer Lapangan menangani pelak
sanaan proyek-proyek bangunan Hotel di Yogyakarta, bangunan multi stories,
bangunan bangunan Pelabuhan dan Assembling Plant, bangunan jaringan transmisi 150
KV Muara Karang-Cawang, di Cabang Khusus Jakarta, kemudian sempat ditugaskan
di Padang (Sumbar) untuk menangani pembangunan Proyek Pabrik Semen lndarung II.
Sejak tahun 1979 sampai sekarang, bekerja sebagai stat pengajar pada Program Studi
Teknik Struktur, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Selain
mengajar Analisis Struktur dan Struktur Seton, juga memberikan konsuitasi beberapa ke
giatan perancangan dan perencanaan pemb2;ngunan, antara lain pengalamannya
sebagai anggota Tim Pengkajian Fondasi Cakar Ayam (Ff UGM,1980), anggota Tim
EvaJuator Ba ngunan Gardu lnduk Jaringan Transmisi PLN Jawa-Tengah (PLN-FT
UGM. 1981), me· nangani Proyek Pengembangan Prasarana Kata daerah Bukit Nagoya
Pulau Batam (BaJak Otorita Batam-FT UGM.1985), Proyek Monumen Yogya Kembali(FT
UGM,1987). dan lain lain. Salama periode waktu tahun1986-1989, duduk sebagai
anggota Tim Penyusun Standar Tata Cara Penghitungan Struh1ur Beton.untuk
Bangunan Gedung SK SNI T-15- 1991-03, Departemen Pekerjaan Umui;n Republik
Indonesia. Selain itu, sejak tahun 1984 sampai dengan 1994 juga aktif di bidang
Manajemen Proyek dalam rangka realisasi pem bangunan bantuan Bank Dunia sebaQai
Pengelola Pembangunan Fisik Kampus UGM Bulaksumur, Proyek Pengembangan
Pendidikan Tinggi UGM.

5 2. j'

Anda mungkin juga menyukai