91 Struktu Beton Bertulang Istimawan
91 Struktu Beton Bertulang Istimawan
R BETON
BERTULANG
BERDASARKAN SK.SN T-15-1991-03
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM . RI
.
ISTIMAWAN Dlp9HUSOOO
'
. STRUKTUR
BETON
BERTULANG
BERDASARKAN SK.SNI T-15-19 91-
03
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM RI
. ./, 4.··
I
ISTIMAWAN DIPOHUSODO
•
. r
DA FTA R ISi
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
•I • I
i.1.
1.2.
Baton
Peraturan dan Standar
Perencanaan Struktur Baton
. 1.3.
1.4.
Bertulang
Semen dan Air
Bahan Agregat
••
PlatTer1entur 175
Io. Analisis Plat Terlentur Satu Arah 5.11. Analisis Balok Persegi Bertulangan Rangkap 1 71
42 5.12., Perencanaan Kuat Geser dan Torsi
45 •
46
1 SoaJ-soal
Perencanaan Balok Terlentur 180
1.
Bertulangan Tarik Saja 48
1 6. PA NJA NG PENYA LURAN DAN
2. Perencanaan Plat Terlentur Satu Arah 58
SoaJ-soaJ 62 SAMBUNG AN BAJA 18 1
TULANGAN
18 1
6.1. Pendahuluan
PENAMPA NG BALOK T DAN 183
BALOK BERTULANGAN RA NGKA P 66 6.2. Panjang Penyafuran Tulangan Baja Tarik 1R5
6.3. Panjang Penyaluran Tulangan Baja Tekan
I. Pendahuluan 6.4. Persyaratan Jangkar, Kait, dan
66 Hi fl
Bengkokan
Analisis Balok T Terlentur 68 5.5. .Sambungan Batang Tulangan
1U;'
Pembatasan Penulangan Tarik Balok T 72 6.6. Sambungan Tularigan Baja Tarik
1!)3
Analisis Baok Bukan Psrsegi Empat 76 . 6.7. Sambungan Tulangan Baja Tekan
J4
Perencanaan Balok T 6.8. Pemberhentian dan Pembengkokan Batang
78
). Ba!ok Persegi Bert1Jlangan Rangkap . . 84 Tulangan Struktur Bentang 195
Sederhana
r Analisis Balok Terlentur Bertulangan Rangkap (Kond1s1 I) 86 6.9. Persyaratan Panjang Penyaluran Tulangan
3. Analisis Balok Terlentur Bertulangan Rangkap (Kondisi II} 91 M9men Positif Balok Bentang Sederhana 203
3. Perencanaan Balok Bertulangan Rangkap Soal-soal 205
97
Soal-soai "102
7. STR UKTUR BENTANG MENER
PENULA NGA N G ESER DA US DAN PLAT DUA AR AH 20 7
N PUNTIR BALOK 106 7.1. Pendahuluan 207
TERLENTUR
I. Kuat 106 7.2. Struktur Baioi< dan Plat Menerus 208
Geser
> Periiaku Balok tanpa Periulangan Geser 109 7.3. Pemberhentian Tulangan Struktur Bentang Menerus 2 10
3. Psrencanaan Penulangan Geser 1 7.4. Konsep P-mdekatan Struktur Plat Dua 230
12 Arah
i. Geser pada Balok 126 7.5.. Moman Statis Total
Tinggi 232
Tertaktor
). Gesar 1 7.6. Metode PerencanaaA Langsung
Friksi 2M
30
). Gaser pada Kansai Pendek 7.7. Metode Rangka Ekivalen
1 2t31
32
r KuatTorsi (Puntir} Soal-soal
137 264
3. Pedoman Penulangan Torsi ..; 140 ·. · . . ··;,.-
285
9. STRUKTUR KOLOM
287
287 12.7.' Struktur Dinding, Diafragma, dan Rangka Batang 434
9.1. Pendahullan
290 377
9.2. Kekuatan Kolom Eksentrisitas Kecil 9.; 3. C. 2. Fondasi Telapak Dinding
9.3. Persyaratan Detail Penulangan Kolom 292 339 4 0.3. Fondasi Telapak Kolom 11.2.
9.4. Analisis Kolom Pendek Eksentrisitas Kecil Struktur Setempat
295 Kolom 0. 4. Fondasi Bujur Sangkar
10. STRU Konse
9.5. Perencanaan Kolom Pendek Eksentrisitas Kecil 297 Langsing 10.5. Fondasi Empat Persegi Panjang p
301 329 KT 361
9.6. Hubungan Beban Aksial dan Moman Dasar
Penampang Kolom Bertulangan Seimbang 302 S
UR 0.6. Fondasi Gabungan dan
. ! .
Kakuatan Kolom Eksentrisitas Besar '305 FO 10.7. Fondasi Terikat Gabungan Pende
9.8. e
katan
9.9. Analisis Kolom Pandek Eksentrisitas Besar a ND Scal-soal
306 Peren
316 l- ASI canaa
9.10. Metode Pendekatan Empiris 11. DASAR-DASAR n
s
9.11. Faktor Reduksi Kekuatan 0 untuk Kolom SETON
320 o 10.1. Pandahu 11.3. Pola
322 a luC'll PRATEGANGAN Tegan
9. 2. Perencanaan Kolom Pendek Eksentrisitas Besar
l 11.1. Pendahuluan gan
Balok Seton Prategangan 383 435
392 12.8. Titik Pertemuan Rangka
11.4. Kehilangan Gaya Prategangan 437
394
1.5.
Analisis Balok Baton Prategangan 13. DETAIL PENULANGAN
11.6. Perencanaan Bentuk Penampang 441
13.1. Pendahuluan
dan Tata Letak Tendon 441
13.2. G_ambar Kerja Pemasangan Penulangan
442
403 13.3. S1stem Notasi dan Tanda Batang Tulangan
445
. 411 13.4. Daftar-daftar
11.7. Metode Pengimbangan Beban 13.5. Daftar Bengkokan Batang Tulangan
447
11.8. Kuat Lentur Komponen Prategangan
13.6. Pemasangan Batang Tulangan Baja
450
453
415
Apendiks
Apendiks A: Tabel-Tabel
455
..
Apendiks B: Notasi- Notasj
507
Apandiks C: Dattar Buku
515
Al.'Uan lnd e k s
5 19
Tentang Pengarang
1
52 7
j)(
Soal-soal
viii
_.: \..
O E? A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M
SADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PU .I KATA PENGANTAR
JAL.AN PATilMUP.A NO. 20 KEBAYO SARLI - JAKARTA TEL?. 71508:3, T.395083, 711529,
711580 t
.. .
J
I
.,,. " •
Sasaran utama buku ini menyajikan dasar-dasar pangertian sistem struktur beton seder
KATA PENGANTAR hana pada umumnya, dan perilaku serta kekuatan komponen struktur beton bertulang
pa da khususnya Bersamaan dengan berkembangnya p.enelitian dan
penrbitan/penerje mahan buku-buku literatur struktur baton yang meningkat pada akhir-
akhir ini, dimaksud kan juga untuk mengetengahkan informasi kepada pambaca
terutama berkaitan dengan
Jalam rangka usaha memasyarakatkan ilmu dan teknologi sesuai dengan perkembangan di
penggunaan metode dan peraturan terbaru yang diberlakukan di Indonesia. Akan tetapl
atu pihak dan mendorong terjaminnya mutu produk di lain pihak, maka Pemerintah melaiul
buku ini sama sakali dimaksudkan bukan untuk memuat berbagai risafah teoritis mengennl
Jepartemen terkait menyiapkan parangkat standar yang diproyeksikan menjadi Standar
analisis dan perencanaan struktur baton. bertulang, tetapi mengutamakan pendekatan
.
Nasional Indonesia (SNI) dan berlaku secara
nasional. pra Js dan bersifat nor.-kalkulus. Buku ini ditengkapi dengan berbagai contoh permasa
SK SNI T-15-1991-03 dengan judul "Tata Cara Penghitungan Struktur Seton untuk 'sa
lahan mendasar, berikl.'.1 fangkah-langkah penyeiesaiannya dipilih dari berbagai buku acu-
ngunan Gedung•, merupakan salah satu wujud standar yang dikeluarkan cieh Departemen
Pekeaan Umum yang perfu disebarfuaskan ." an untuk c1isajikan dalam bentuk yang sudah dikenal sebagai langkah standar. Format de
SETON BERTULANG" ini periu didukung. agar sasaran pembuatan standar tarsebut da-
mikian dipilih disertai dengan harapan agar upaya penguasaan dasar-dasar pengetahuan
at segera tercapai. d[.tn pemahaman peraturan baru mengenai struktur baton bertulang dapat berlangsung
Untuk seiap usaha memasyarakatkan standar seperti halnya penerbitan bi.;ku
"STRUKTUR
•- dengan lebih baik lagi.
Di Indonesia, peraturan atau pedoman yang mengatur perancanaan dan pelaksa
Saya ucapkan selamat atas usaha Penulis, sdr. Ir. ISTIMAWAN DIPOHL.:3000, semoga
ermanfaat.
xi
··.
Dengan memperhatikan keadaan tersebut di_ atas dan daJam rangka upaya mem plat penulangan dua arah. Pada Bab 9 dan Bab 10 diketengahkan tata-cara analisis dan
perancanaan untuk aplikasi, berturut-turut untuk komponen struktur kolom dan fondasl.
.
•perkenalkan Tata Cara Penghitungan Struktur Baton SK SNI T-15-1991-03 lebih luas,
Kamudian pada Bab 11 diketengahkan dasar-dasar pemahaman struktur baton metodo
prategangan, dan pada Bab 12 adalah tata cara penulangan yang harus diperhatikan
buku ini disusun dengan sepenuhnya menggunakannya sebagai bahan acuan utama de
pada bangunan-bangunan tahan gempa. Seperti di etahui, karena di Indonesia balum
" •
ngan menggunakan_ sistem satuan SL Sedangkan sebagai referensi (acuan) pelengka,p terse dia pedoman atau standar pelaksanaan pekerjaan detail penulangan, masih sering
nya banyak diambildari berbagai buku yar.g membahas struktur beton berdasarkan dijum pai dalam petaksanaannya di lapangan terkesan tidak sistamatis, kurang rapih,
pada ACI Building Code. Seperti diketahui, penyusunan SK SNI T-15 1991-03 juga yang tldnk jarang mengakibatkan hasilpekarjaan menjadi kurang efisien, bahkan tidak
menggu nakan ACI 318M-83 sabagai acuan utama di samping beberapa peraturan dapat morm•-
lainnya, sesuai dengan kebutuhan di Indonesia. Dangan demikian diharapkan buku • nuhi persyaratan. Untuk itu, sebagai diskusi penutup dan merupakan bab yang terokhlr,
ini dapat menambah kakayaan khazanah dunia pengatahuan dan berguna sabagai Bab13, diketengahkan diskusi mengenai tata-cara menyusun detail pemasangan tulanu
sumber informasi teknolgi serta aruan perancanaan bagi para pelajar sekolah kejuruan an yang perlu diparhatikan.
teknik, mahasiswa, teknisi, ar sitak, dan rekayasawan yang bergerak di bidang struktur
Pada kesempatan yang baik ini, parkenankan penulis menyampaikan rasa
beton.
tenmn kasih yang sebesar-basamya kepada banyak pihak yang telah membantu dalam
Kerangka dasar dan pengelompokan diskusi dalam buku ini didasarkan pada penyiap an naskah buku ini. Khususnya kepada asistan, Ir. Djoko Sumiyanto yang telah
pe ngalaman penul!s selama melaksanakan tugas sebagai pengajar di Fakultas Teknik mamban tu dalam proses editing, kepada Ir. Jacobus Wiryawan beserta stat: Freddy
Uni versitas Gadjah Mada. Dangan mengacu pada buku-buku yang meneiaah tentang Kasenda dnn
meka- Ashida di Computa Computer Centre, Yogyakarta, yang telah memberikan banyak bantu·
. nika dan kekuatan bahan, pada Bab 1 dibahas mengenai sifat-sifat penting bahan adukan '
an dalam memproses data dan kata. Kepada isteri dan anak, R3.diyanti dan Shiddieq, pu·
baton dan baja tulangan, di samping pembahasan perilaku balok terlentur pada umum nulberhwang atas kebaikannya untuk kesabaran, dorongan, dan dukungannya, dan
kepada merakalah buku ini dipersembahkan.
nya.. Pada Bab 2 dikatenyahkan pembahasan metode analisis dan perencanaan untuk
balok persegi bertulangan tarik saja, di samping juga untuk plat penulangc.;n satu arah. Se ••
dangkan Bab 3 membahas balok persegi bertulangan rangkap, balok-T, dan balok
bukan persegi empat. Bab 4 mengetengahkan diskusi mengenai analisis dan
-perencanaan pe nulangan geser dan puntir untuk berbagai kompcinen struktur beton
bertulaf!g. termasuk di antaranya untuk balok tinggi, konsol pendek, dan mekanisme
gaya geser friksi. Pada
Bab 5 diketengahkan pembahasan mengenai metode perencanaan elastik untuk struktur
baton. Meskipun pendekatan cara elastik untuk struktur baton bertulang sudah tidk di tuk terutama dalam kaitannya dangan perilaku elastik komponerY struktur, misal nya dalam
anjurkan, akan tetapi kehadirannya sebagai ilmu pengetahuan masih saja bermanfaat un didalarni memperhitungkan kemampuan kelayanan struktur yang dibahas lebih lanjut pa-
... ISTIMAWAN DIPOHUSODO
• I
\
SIFAT BAHAN SETON DAN
MEKANIKA LENTUR
1.1. B ET O N
' .
Aa
• I ..
Baton didapat dari pencampuran bahan-bahan
agregat halus dan kasar yaitu pasir, batu, batu peq h,
atau bahan semacam lainnya, dengan menambahkan
secukupnya bahan pe rekat semen, dan air sebagai
bahan pembantu guna keperluan reaksi kimia selama
proses pengerasan dan perawatan baton bertangsung.
Agregat halus dan kasar, disebut sebagai banan
susun kasar campuran, merupakan komponen
utama beton. Nilai kekuatan serta daya tahan (
dur,aJ;ility) baton merupakan fungsi ari banyak f
aktor, di antaranya ialah nilai ' bding campuran dan
mutu bahan susun, metode pelaksanaan
pengecoran, pelaksana an finishing, temperatur, dan
kondisi perawatan pengerasannya.
· Nilai kuat tekan baton relatif tinggi
dibandingkan dengan kuat tariknya, dan baton
merupakan bahan bersifat getas. Nilai kuat tariknya
hanya berkisar 9% -15.% saja dari kuat tekannya.
Pada penggunaan sebagai komponen strukturaJ
bangunan, umumnya baton diperkuat dengan
batang tulangan baja sebagai bahan yang dapat
bekerja sama dan
mampu membantu kelemahannya, ter:utama pada
bagian yang menahan gaya tarik. Oe ngan damikian
tersusun pembagian tugas, di mana batang tulangan
baja bertugas mem perkuat dan rnenahan gaya tarik,
sedangkan baton hanya diparhitungkan untuk
menahan gaya tskan. Komponen struktur baton
dengan kerja sama seperti itu disabut sebagai be.
ton bertulangan baja atau lazim disebut baton
bertulang saja Oalam perkembangannya,
didasarkan pada tujuan peningkatan kemampuan
kekuatan komponen, sering juga dijum pai baton dan
tulangan baja bersama-sama ditempatkan pada
bagian struktur di mana ke-
. puanya menahan gaya tekan.
3 1 SIFAT BAHAN BETON DAN MEKANIKA LENTURAN
BAB 1 SIFAT BAHAN BETON DAN MEKANIKA LENTllllAN J
.. .
Dengan sendirinya untuk mengatur kerjasama antara dua macam bahan yang
a sitat dan perilakunya dalam rangka membentuk satu kesatuan perilaku struktural PSI 1955 rnerupakan terjernahan dari GBVI ( Gewapend Beton Voorschriften In
nendukung beban, diperlukan cara hitungan berbeda dangan apabila hanya digu Indonesia) 1935, ialah suatu peraturan produk pemerintah penjajahan Belanda di Indone
satu macam bahan saja separti halnya pada struktur baja, kayu, alumunium, dan sia. PSI 1955 mernberikan katentuan tata cara perencanaan rnenggunakan rnetode elas
se
Y'a tik atau cara n, dengan menggunakan nilai banding modulus alastisitas baja dan baton, n,
.
Carjasama antara bahan baton dan baja tulangan hanya dapat terwujud dengan yang bernilai tatap untuk segala keadaan bahan dan pambebanan. Satasan mutu bahan
di
:m pada kaadaan-kaadaan; (1) lakatan sampuma antara batang tulangan baja di dalarn peratu:-an baik untuk beton maupun tulangan baja masih rendah di samping per
da
eton keras yang membungkusnya sehingga tidak terjadi penggalinciran di antara aturan tata cara palaksanaan yang sederhana sasuai dengan taraf teknologi yang dikuasai
ya; (2) baton yang mengalilingi barang tulangan baja barsifat kedap sehingga pada waktu itu. PBI 1971 Nl-2 diterbitkan dengan memberikan beberapa pembaharuan
melindungi dan mencegah tarjadinya karat baja; (3) angka muai kedua bahan terhadap PBI 1955, di antaranya yang terpenting adalah: (1) Di dalam perhitungan meng
ham a, di mana untuk setiap kenaikan suhu satu derajat Celcius angka muai gunakan metode elastik atau disebut juga sebagai cara n aiau metoda tegangan kerja,
baton manggunakan nilai n yang variabel tergantung pada mutu baton dan waktu (kecepatan)
0 sampai 0,000013 sedangkan baja 0,000012, sehingga tegangan yang timbul
Jerbedaan nilai dapat pembebanan, sarta keharusan untuk memasang tulangan rangkap bagi balok-balok yang
diabaikan.
ebagai konsakuensi dari lakatan yang sempuma antara kedua bahan, di daarah ikut menentukan kekuatan struktur; (2) Diperkenalkannya perhitungan metode kekuatan
1tu komponen struktur akan tarjadi retak-retak baton di dakat baja tulangan. (ultimit) yang meskipun belum merupakan keharusan untuk memakai, diketengahkan sa
Retak
mg damikian dapat diabaikan sejauh tidak mampengaruhi penampilan struktural bagai alternatif; (3) Diperkenalkannya dasar-dasar perhitungan bangunan tahan gempa.
en yang barsangkutan. . Sedangkan Standar Tata Cara Penghitungan Struktur Seton nomor: SK SNI T-15-
1991-03 memberikan ketentuan-ketentuan baru, antara lain yang terpenting untuk diper
hatikan adalah; (1) Parhitungan perencanaan lebih diutamakan serta diarahkan untuk
JER ATUR A N DA N STANDA R PERENCA mengg.unakan metode kakuatan (ultimit). sedangkan metode elastik ( cara n) masih ter
NAAN
STRUKTUR SETON BERTULANG cantum sebagai alternatif dan diberikan di bagian belakang; (2) Konsep hitungan kaarryan
an dan beban yang lebih realistik dihubungkan dangan tingkat daktilitas struktur; (3) Tata
cara hitungan gessr dan puntir pada kaadaan ultimit {batas); (4) Menggunakan satuan SI
n dan standar parsyaratan struktur bangunan pada hakekatnya ditujukan urituk dan notasi disuaikan dengan yang dipakai di kalangan internasional; (5) Ketentuan-ka
3raan uma manusia, untuk mancegah korban manusia. Olah karana itu, paratur tentuan. detail penulangan yang lebih rinci untuk beberapa komponen struktur; (6) Me
ur bangunan harus menetapkan syarat minimum yang berhubungan dengan se- gatengahkan beberapa katentuan yang belum tersedia pada peraturan sebelumnya, mi
nan. Dengan dernikian perlu disadaii bahwa suatu paraturan bangunan bukanlah salnya mengenai struktur bangunan tahan gempa, beton prategangan, pracetak, kompo
>eriakukan sebagai petunjuk praktis yang disarankan untuk dilaksanakan, bukan sit, cangkang, piat lipat, dan iain-iain.
3rupakan buku pegangan pelaksanaan, bukan pula dimaksildkan untuk meng- · Sampai dengan saat sekarang, penguasaan pengetahuan dan teknologi yang ber
oengetahuan, pertimbangan taknik, serta pengalaman-pengalaman di masa lalu. · ·kaitan dengan sifat dan perilaku struktur beton terus menerus mengalami perkembangan
raturan bangunan tidak mambebaskan tanggung jawab pihak perancana untuk sehingga standar dan peraturan yang r;nengatur tata cara perencanaan dan pelaksanaan
lkan struktur bangunan yang ekonomis dan yang lebih panting, adalah aman.
nya juga maoyesuaikan untuk selalu diperbaru. Standar Tata Cara Penghitungan Struk.1ur
ndonesia, peraturan atau pedoman standar yang mengatur perencanaan dan s·eton nomor: SK SNI T-15-1991-03 disusun dengan sepenuhnya berdasarkan partim
rnn bangunan baton bertulang telah baberapa kali mangalami perubahan dan bangan tersebut. Sehingga Panitia Panyusun mamandang parlu untuk menggunkan
1Jan, sejak Peraturan Seton lndonesf'a 1955 (PBI 1955) kemudian PSI 1971 acuan paraturan-peraturan dan standar dari berbagai negara, terutama ACI 318-83, guna
terakhir adalah Standar Tata Cara Penghitungan Struktur Baton nornor: SK SNi menyesuaikan dengan penguasaan teknologi mutakhir tetapi tetap tanpa meninggalkan
-03. Pernbaharuan tarsebut tiada lain ditujukan untuk rnemenuhi kebutuhan
pertimbangan kondisi teknologi di dalam negeri.
1ya mengimbangi pesatnya laju perkembangan ilmu pengetahuan dan taknologi Semua Peraturan dan Pedoman Standar tersebut di atas diterbitkan oleh Departe
lyang berhubungan dengan baton atau baton bertulang.
rnen Pekerjaan Umum Republik Indonesia dan diberlakukan sebagai peraturan standar
resmi. Dengan. seridirinya apabila suatu dokumen mencantumkannya sebagai peraturan
3 1 SIFAf BAHAN SETON DAN MEKANIKA LENTURAN
BAB 1 SIFAT BAHAN SETON DAN MEKANIKA LENTURAN 6
yang harus diikuti, maka sesuai dengan prosedur yang berlaku peraturan tersebut
<uatan hukum dalam pengendalian perencanaan dan pelaksanaan bangunan he- 1.4 BAHAN AGREGAT
1rtulang langkap dengan sagala sanksi yang diberlakukan. Buku ini disusun taruta
mgacu pada Standar Tata Ca.ra Panghitungan Struktur Baton nomor: SK SNI T-15- • Agregat terbagi atas agregat halus dan kasar. Agregat halus umumnya terdiri dari pasir
:>3 (sela!ljutnya disabut SK SNI T-15-1991-03), dangan tidak menutup kemung atau partikaf-partikel yang lewat saringan # 4 atau 5 mm, sedangkan agragat kasar tidak le
pada beberapa hal mengangkat permasalahan dar. menggunakan acuan dari pera wat saringan tarsabut. Ukuran maksimum agregat kasar dalam struktur baton diatur di da
ain dengan tujuan untuk dapat memperoleh pembahasan selengkap mungkin. lam peraturan untuk kepentingan berbagai komponen, namun pada dasarnya bertujuan
agar agregat dapat masuk atau lewat di antara sela-sela tulangan atau acuan. Agregat
yang digunakan harus memenuhi ketentuan Sii 0052-80 dan dalam hal-hal yang tidak
tercakup dalam standar tersebut juga harus memenuhi ketentuan ASTM ( American
SEMEN DA N
Society for Testing Materials ) C33-86 untuk agregat normal, serta pada ASTM C330-80
AIR
untuk agre
gat ringan.
n yang digunakan untuk bahan baton adalah Semen Portland atau Semen Port· Umumnya ponggunaan bahan agregat dalam adukan baton mencapai jumlah :t
ozzoian, berupa semen hidrolik yang berfungsi sebagai bahan perekat bahan su- 70% - 75% dari seluruh volume massa padat baton. Untuk mencapai kuat beton baik per
1ton. Dengan _ienis semen tersebut diperlukan air guna berlangsungnya reaksi lu diperhatikan kepadatan dan kekerasan massanya, karena umumnya semakin padat dan
kimi
lda proses hidrasi. Pada proses hidrasi semen mengeras dan mengikat bahan su keras massa agregat akan makin tinggi kekuatan dan durability-nya (daya tahan terhadap
ton membentuk massa padat. Semen Portland yang pada awalnya ditemukan di penurunan mutu akibat pengaruh cuaca). Untuk membentuk massa padat diperlukan su
kota Dorset, lnggris, adalah bahan yang umumnya digunakan untuk keperluan ter-
Semen Portland terutama mengandung kalsium dan almunium silika. Dibuat dari suilan gradasi butiran agregat yang baik. Di samping bahan agregat harus mempunyai cu
utama limestone yang mengandung kalsium oksida (CaO), dan lempung yang kup kekerasan, sitat kekal, tidak bersifat reaktiiterhadap alkali, dan tidak mengandung ba
gian-b?gian kecil (< 70 micron) atau lumpur. Nilai kuat baton yang dicapai sangat ditentu
mdung silika dioksida ( SiO;) serta almunium oksida ( Alz(J;J. Setelah melalui kan oleh mutu bahan agregat ini.
suatu
; industri, semen dipasarkan dalam bentuk bubuk dikemas dalam kantung (berat :t
. Semen Portland yang dipakai harus memenuhi syarat Sii 0013-81 dan Peraturan
Bahan Bangunan Indonesia (PUBI) 1982, sadangkan Semen Portland Pozzolan
1.5 ADUKA N BETON
memenuhi syarat Sii 0132-75. Di dalam syarat pelaksanaan pekerjaan beton h.arus
Jmkan dengan jelas· janis semen yang boleh dipakai, dan harus selalu
Seton sebagai bahan _yang berasal dari pengadukan bahan-bahan susun agregat kasar
dipertahan
suai dengan yang dipakai pada waktu penentuan rencana ·dan halus kamudian diikat dengan semen yang bereaksi dengan air sebagai bahan pere
campuran.
Air yang digunakan untuk membuat beton harus bersih, tidak boleh mengandung kat, harus dicampur dan diaduk dengan benar dan merata agar dapt dicapai mutu baton
<. asam, aikali, garam-garam, zat organik atau bahan-bahan lain yang bersif at meru J baik. Pada umumnya pengadukan bahan beton dilakukan dengan r'nenggunakan mesin,
ton dan baja tulangan. Sebaiknya dipakai air tawar bersih yang dapat diminum. a kecu,ali jika hanya untuk mendapatkan baton mutu rendah pengadukan dapat dilakukan
>erhatikan bahwa air yang berasal dari sumber alam tanpa pengolahan sering ma tanpa menggunakan mesin pangaduk; i<ekentalan adukan baton harus diawasi dan di
ung garam-garam anorganik, zat organik, dan zat-zat mengapung seperti lempung kendalikan dengan cara memeriksa slump pada setiap adukan baton baru. Nilai slump di-
mah liat, minyak, dan kotoran lainnya, yang berpengaruh buruk terhadap mutu dan . g•.makan sebagai petunjuk ketepatan jumlah pemakaian air dalam hubungannya dengan
3ton. Nilai banding berat air dan semen untuk suatu adtJkan beton dinamakan wa faktor air semen yang ingin dicapai. Waktu pengadukan yang lamanya tergantung pada
nent ratio (w.c.r.). Agar terjadi proses hidrasi yang sempurna dalam adukan beton, kapasitas isi mesin pengaduk, jumlah adukan, jenis serta susunan butir bahan susun, dan
mumnya dipakai nilai water cement ratio (w.c.r.) 0,40 - 0,60 tergantung mutu slump baton, pada umumnya tidak kurang dari 1,50 menit semenjak dimulainya penga
baton
1endak dicapai. Samakin tinggi mutu beton yang ingin dicapai umumnya menggu ,,, " dukan, dan hasiladukannya menunjukkan susunart dan wama yang merata.
nilai w.c.r. rendah, sedangkan di lain pihak, untuk menambah daya workabl1ity Sesuai dengan tingkat mutu baton yang hendak dicapai, perbandingan campur
(kele
sifat mudah dikerjakan) dipertukan nilai w.c.r. yang lebih an bahan susun harus ditentukan agar beton yang dihasilkan memberikan: (1) Kelacakan
tinggi.
dm1 konsistensi yang memungkinkan pengerjaan beton (penuangan, perataan, pama-
J
BAB 1 SIFAT BAHAN SETON DAN MEKANIKA LENTURAN
BAB 1 SIFAT BAHAN SETON DAN MEKANIKA LENllJt\AN I
3.tan) dengan mudah ke dalam acuan dan sekitar tulangan baja tanpa menimbulkan ke- 40
1ungkinan terjadinyc. segregasi atau pemisahan agregat dan bleeding air; (2) Ketahanan
1rhadap kondisi lingkungan khusus (kedap air, korosif, dan lain-lain}; (3) Memenuhi uji-: • • 35
30
1at yang hendak icapai.
Untuk kepentingan pengendalian mutu di samping pertimbangan ekonomis, be 25
n dengan nilai kuat tekan fc' lebih dari 20 MPa perbandingan campuran bahan susun
· il
20
I
nya boleh menggur.akan teknik penakaran volume, di mana volume tersebut adalah ha-
3ton baik pada percobaan maupun produksinya harus didasarkan pada teknik penakar- fc' maksiinum
I
1 berat. Untuk baton dengan nilai fc' sampai dengan 20 MPa, pada pelaksanaan produk
i
l
konversi takaran berat sewaktu membuat rencana campuran. Sedangkan untuk baton l
L------....l-------""------_._- - -1.-
0,001 0.002 0.003 0.004
mgan nilai fc' tidak lebih dari 10 MPa, perbandingan campuran boleh menggunakan ta regangan (nvnmvn)
iran volume 1 pc : 2 ps : 3 kr atau 1 pc : 3/2 ps : 5/2 kr (kedap air), dengan Gambar 1.1.
catatan nilai
ump tidak melampaui 100 mm. Sedangkan ketentuan sesuai dengan PSI 1971, dikenal Tegangan Tekan benda uji beton
berapa cara untuk menentukan perbandingan antar-fraksi bahan susun dalam suatu
geser, puntiran, ataupun merupakan gabungan dari gaya-gaya tersebut.Secara umurn
iukan. Untuk beton mutu BO, perbandingan jumlah agregat (pasir dan kerikil, atau batu dapat dipahami bahwa perilaku tersebut tergantung pada hubungan regangan-tegsngan
cah) terhadap jurniah semen tidak boleh melampaui 8 : 1. Untuk baton mutu B 1 yang terjadi di dalam baton dan juga jenis tegangan ya'1g dapat ditahan. Karena sifat
dan
125dapat memakai perbandingan campuran unsur bahan beton dalam takaran volum6 bahan. baton yang hanya mempunyai nilai kuat tarik relatif rendah, maka pada umumnya
pc :2 ps : 3 kr atau i pc :3/2 ps :5/2 kr. Apabila hendak menentukan perbandingan hanya c:perhitungkan bekerja dengan baik di daerah tekan pada penampangnya, dan hu
antar ·
:tksi bahan baton mutu K175 dan mutu lainnya yang lebih tinggi harus dilakukan per bungan regangan-tegangan yang timbul karena pengaruh gaya tekan tersebut diguna
)baan campuran rencana guna dapat menjamin tercapainya kuat tekan karakteristik kan sebagai dasar pertimbangan.
yang
nginkan dengan meriggunakan bahan-bahan susun yang ditentukan. Dalam pelaksa Kuat tekan beton diwakili oleh tegangan tekan maksimum fc'dengan satuan N/m 7
tan pekerjaan bater. di mana angka perbandingan antar-fraksi bahan susunnya dida atau MPa (Mega Pascal). Sabelum diberlakukannya sistem satuan SI di Indonesia, nilai te
ttkan dari percobaan campuran rencana harus diperhatikan bahwa jumlah semen mini gangan menggunakan satuan kgf/cm2. Kuat tekan beton umur 28 hari berkisar antara nilai
um dan nilai faktor afr semen maksimum yang digunakan harus disesuaikan dengan kea ± 1Q-65 MPa. Urituk struktur baton bertclang pada umumnya menggunakan baton de
tan sekeiiling. ngan kuat tekan berkisar 17-30 MPa, sedangkan untuk baton prategangan digunakan
baton dengan kuat tekan lebih tinggi, berkisar antara 3o-45 MPa. Untuk keadaan dan ke
pe;luan struktur khusus, baton ready-mix sanggup mencapai nilai kuat tekan 62 MPa dan
.6 KUAT S ETON TERHADAP GAYA TEKAN mbahasan lebih rinci mengenai teori serta teknologi baton berkaitan dengan meran
ng·serta penyusunan bahan-bahan tarmasuk cara pelaksanaan pengadukan, penuang
)
'· finishing, serta perawatan keras, adalah di luar lingkup pembahasan buku ini karena untuk memproduksi baton kuat tekan tinggi te:-s.ebut umumnya dilaksanakan dengan pe
r.gawasan ketat dalam laboratorium.
Nilai kuat tekan baton didapatan melalui tta-cara pengujian standar, menggu -
nakari mesin uji dengh cara membe.rlkan beban tekan bertingkat dengan kecepatan ·p_e
ningkatan beban tertentu atas benda .uji silinder beton (diameter 150 mm, tinggi 300 mm)
ku-buku acuan teknologi baton tdlah banyak yang mengulasnya. Hal yang demH-:ian lt . ,,
sampai hancur. Tata-cara pengujian yang umumnya dipakai adalah standar ASTM ( Ame
kanlah berarti bahwa pengetahuan perencanaan dan penyusunan bahan beto'.1 dike rican Society for Testing Materials) C39-86. Kuat tekan masing-masing benda uii ditentu
mpingkan, tetapi tujuan panulisan buku ini labih diutamakan dan ditujuka!'l untuk kan oleh tegangan tekan tertinggi (f0 ') yang dicapai benda uji umur 28 hari akibat beban
rnem has masalah perencanaan dan analisis siruktur baton bartulang. Perhatian tekan selama percobaan. Denqan demikian, seperti tampak pada Gambar 1.1, harap
diutamakan n dipusatkan kepada persoalan bagaimanakah perilaku komponen dica
struktur beton ber tat bahwa tegangan fc' bukanlah tegangan yang timbul pada saat benda uji hancur mela
ang pada waktu mer.ahan berbagai beban di antaranya ialah gaya aksial, lenturan, inkan tegangan maksimum pada saat regangan beton ( Eb ) mencapai nilai ± 0,002. Di Indo
gaya
nesia, dengan mengingat berbagai pertimbangan teknis dan ekonomis, masih memper-
B 1 SIF.Q" BAHAN SETON DAN MEKANltl.A LENTURAH
BAB 1 SIFAT BAHAN BETON DAN MEKANIKA LENTURAN 9
, dengan mengingat barbagai pertimbangan teknis dan ekonomis, masih memper: tnrgantung pada nilai kuat betonnya, dengan demikian nilai modulus elastisitas beton
kan menggunakan benda uji barbentuk kubus, umumnya bersisi 150 mm, sebagai pun akan akan beragam pula Sesuai dengan teori elastisitas, secara umum kemiringan
atif dari bentuk silinder. Dengan demikian, panting untuk disadari adanya perbedaan kur va pada tahap awaf menggambarkan nilai modulus elastisitas suatu bahan. Karena
psngujian dari kedua bentuk benda uji sehubungan dengan gambaran kekuatan be kur va pada baton berbentuk lengkung maka nilai regangan tidak berbanding lurus
dengan
ang ingin diketahui. Merupakan hal yang sulit untuk dapat merumuskan ecar nllal tegangannya berarti bahan baton tidak sepenuhnya barsifat elastis, sedangkan nilai
tpat ·
ngan nilai kekuc.tan yang dihasilkan oleh kedua bantuk untuk berbaga1 kondrst modulus elastisitas berubah-ubah sasuai dengan kekUatannya dan tidak apat ditetapkan
b
maupun metode pengujiannya: Faktor-faktor seperti kuat tarik baton dan luasn rnelalui kemiringan kurva. Bahan baton bersifat elasto plastis di mana akibat dari beban te
b1-
kontak pada mesin uji berpengaruh lebih besar pada kekuatan bentuk kubus t ap yang sangat kecil sekalipun, di samping mernperlihatkan kemamp·uan elastis bahan
d1ban
kan dengan bentuk silinder, sehingga diper1ukan nilai korelasi rata-rata antara kedu- beton juga menunjukkan deformasi permanen.
Untuk baton berat normal, kuat tekan silinder ukuran 150 mm x 300 mm adalah
.. Di dalam perkembangannya di berbagai negara, sejaJan dengan semakin berkem
80%
kubus ukuran 150 mm x 150 mm, dan 83% kuat kubus 200 mm x 200 mm.Seperti bangnya penggunaan baton ringan dipandang perlu untuk menyertakan besaran kera
di
hui PSI 1971 menggunakan nilai masing-masing 83% dan 87%. Kurva-kurva patan ( density) pada penetapan modulus elastisitas bahan baton. Sehingga pada pene
pad
bar 1.2. memperlihatkan hasil percobaan kuat tekan benda uji baton berumur 28 han rapannya digunakan rumus-rumus empiris yang menyertakan besaran berat disamping
k berbagai macam adukan rencana. kuat betonnya. Sesuai dengan SK SNI T-15-1991-03 pasaJ 3.1.5 digunakan rumus nilai
Oengan mengamati berma_cam kurva tegangan-regangan kuat baton berbeda, modulus elastisitas baton sebagai berikut:
ak bahwa umumnya kuat tekan maksimum tercapai pada saat nilai satuan regangan Ee = 0,043 w
50
Ji;
m g'mencapai ± 0,002. Selanjutnya nilai tegangan fe' akan turun dengan bertambah- di mana, Ee = modulus elastisitas baton tekan (MPa)
nilai regangan sampai benda uji ha11cur pada nilai e' mencapai 0,003-0,005. Seton We = berat isi baton (kg/m3)
tinggi lebih getas dan akan ha11cur pada nilai regangan rnaksimum yang lebih
rendah
fc' = kuat tekan baton (MPa)
mdinakan dengan beton kuat rendah. Pada SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.2 mene Rumus empiris tersebut hanya berlaku untuk baton dengan berat isi berkisar antara 1500
<a b hwa regangan kerja maksimum yang diperhitungkan di serat tepi baton teka11 dan 2500 kgf/m3. Untuk baton kepadatan normal dengan berat isi ± 23 kN/m3 dapat digu
ar adalah 0,003 sebagai batas hancur. Regangan kerja maksimum 0,003 terseb nakan nilai Ee= 4700Vfe'·
bo
adi tiE:ik konservatif untuk beton kuat tinggi dengan nilai fe' antara 55-80 MPa. 11dak
erti pada kurva tegangan-regangan baja, kemiringan awal kurva pada baton sangat be
!m dan umumnya sedikit agak melengkung. Kemiringan awal yang beragam tersebut
fc'= 40 t.l'a
2S
regangan (mmmvn)
2!)
l
Gambar 1.2.
,.
-. II 5 tahun
waktu (uroor)
Gambar
1.3.
Diagram
Kuat
Baton
versus
Umur
Seton
BAB 1 SIFAT BAHAN SETON DAN MEKANIKA l:ENTURAN
BAB 1 . SIFAT BAHAN SETON DAN MEKANIKA LENTURAN 11
l J
BAB 1 SIFAT BAHAN BETON DAN MEKANIKA LENTUAAN 13
SIFAT B)IHAN BETON DAN MEKANIKA LENTURAN
1
BAJ A TU LANG AN ..
fak dapat menahan gaya tarlk melebihi nilai tertentu tapa mengalami retak-rtak._ - - - - '-...= id- - -
· ar baton dapat bekerja dengan baik dalam suatu s1stem struktur, pertu d1ban
u, ag k mban tugas
an memberinya perkuatan penulangan yang terutama a an menge
m gaya tarik yang bakal timbul c!i dalam sistem. Untuk kepertuan penulaga
ters makan bahan baja yang memiliki sif at teknis menguntungkan, dn baJa
.tuiangn unakan dap.at berupa batang baja lonj_orn ataupun kawat rankai las (
wJre mesh ) irupa batang kawat baja yang dirangka1 (d1anyam) dengan tekn1k ty
pengelaan. Yan
.t tersebut. terutama dipakai untuk plat dan cangkang tipis ata struktur lm regangan
yang t
impunyai tempat cukup bebas untuk pamasangan tulangan, 1arak sas1, oan Gambar 1.4.
_seh
ton sasuai dangan persyaratan pada umumnya. Bahan batang ba1a ragk.a1 Diagram Tegangan versus Regangan Batang Tulangan Baja
da
engelasan yang dimaksud, didapat dari hasil penarikan baja pada suhu d.mgm dan
Jk dengan pola ortogonal, bujur sangkar, atau persegi empat, dengan d1las pada Sitat fisik batang tulangan baja yang paling penting untuk digunakan dalam perhi
titik pertemuannya. . tungan perencanaan baton bertulang ialah tegangan luluh ( fy) dan modulus elastisitas
Untuk panulangan baton prategangan diguflakan kawat, ba1k tunggal ataupu
( Es). Suatu diagram hubungan tegangan-regangan tipikal untuk batang baja tulangan da
:ii kumpulan kawat membentuk strand. Tersedia banyak variasi kawt dan.stran_d pat dilihat di Gambar 1.4.Tegangan luluh (titik luluh) baja ditentukan mslalui prosadur pe
dar1_
:an dan sif at yang berbeda-beda, yang paling menonjol dan leb1h se1g
_d1paka1 ngujian standar sesuai Sii 0136-84 dengan ketentuan bahwa tegangan luluh adalah te
..
strand yang berisi 7 batang kawat (satu batang di teng_ah, enam mengehhng1
secara gangan baja pada saat mana meningkatnya tegangan tidak disartai lagi dengan peningk_at
. Kuat tarik ultimit minimum untuk strand mutu 170 adalah 1700 MPa dan mutu 1 O
,,. an regangannya. Di dalam perencanaan atau analisis baton bertulang umumnya nilai te
1800 MPa, dengan titik luluh yang tidak jelas. Dalam strata pelayanan beban gangan luluh baja tulangan diketahui atau ditentukan pada awal perhitungan.
1
l<eqa,
prategangan mempunyai nilai tegangan 1000 MPa sampai dengan 1100 MPa. . .. Di samping usaha standarisasi yang telah dilakukan oleh masing-masing negara
Agar dapat berlangsung lekatan erat antara baja tulangan dengan bton, selam produsen baja, kebanyakan produksi baja tulangan baton pada dewasa ini masih berori
berpenampang bulat (BJTP) juga digunakan batang deformas1an (BJTD), entasi pada spesifikasi teknis yang ditetapkan ASTM. Di Indonesia produksi baja tulangan
pola "b · · · t
.
latang tulangan baja yang permukaannya dikasarkan secara khusus, d1 en sm er- dan baja-struktur telah diatur sesuai dengan Standar lndustri Indonesia, antara lain de
s
enoan pola tertentu. atau batang tulangan yang dipilin pada proses produksmy. ngan Sii 0136-80 dan Sii 318-80.
- ukan yang dikasarkan atau pola sirip sangat beragam tergantung pada
..
Modulus elastisitas baja tulangan ditentukan berdasarkan kemiringan awal ·kurva
mesm
)erm a Tk . t k
atau cetak yang dimdiki oleh produsen, aso.I masih dalam batas-batas.spes1 1 as1 e ,- tegangan-regangan di daerah elastik di mana antara mutu baja yang satu dengan lainnya
untu.<
lus elastisitas baja adalah 200.000 MPa, sedangkan modulus elasiHsitas untuk tendon
Daftar 1.1.
Standar batang baja tulangan ASTM 1.10 BALOK TERLENTUR
diameter luas berat Dengan msnggunakan prinsip keseimbangan statika dapat ditentukan besar momen d,
nomor nominal nominal nominai
geser yang terjadi pada setiap penampang balok yang bekerja menahan beban. Pert
batang (inch) (mm) .. (inch) (ITTTI2) (kg/m)
• tian lebih lanjut tentunya menentukan kemampuan balok tersebut untuk menahan bnt>
0,375 9,50 0, 110 71 0,559 dengan cara memperhitungkan tegangan-tegangan yang timbul di dalamnya. Dlstrlbt
# 3
4 0,500 12,7 0,200 129 0,994 tegangan-tegangan pada penampang balok sebenarnya rumit, dan asil perhitungi
5 0,625 15,9 0,310 200 1,552
yang tepat dapat diperoleh berdasarkan teori elastisitas. Akan tetapi dengan .menggun
6 0,750 19, 1 0,440 284 2,235
22,2 0,600 387 3,041 kan asumsi-asumsi dan penyederhanaan tertentu dapat dikembangkan hubungan rn n t
7 0,875
8 1,000 25,4 0,790 510 3,973 matik cukup tepat untuk ungkapan tegangan-tegangan lentur dan geser tersebut. Sep•
9 1,128 28,7 1,000 645 5,059 ti diketahui, bahwa untuk balok dari sebarang bahan homogen (serba-sama) dan ohml
10 1,270 32,3 1,270 819 6,403,
berlaku rumus lenturan sebagai berikut:
11 1,410 35,8 1,560 1006 7,906
Mc
14 1,693 43,0 2,250 1452 11,380 f=
4,000 2581 20,240 -
18 2,257 57,3 1
di mana , f = tegangan lentur
Menurut Sii 0136-80, dilakukan pengelompokan baja tulangan untuk beton bertulang se M = momen yang bekerja pada balok
perti tertera pada Oaftar 1.2 sebagai berikut: c = jarak serat terluar terhadap garis netral, baik di daerall tekan maupun tarl
Daftar 1.2. I = momen inersia penampang balok terhadap garis netral
Jenis dan Ke!as baja tulangan sesuai Sil 0136-80 Sehingga berdasarkan rumus fenturan tersebut, dihiillng momen maksimum yang dapr
·-- I .. disediakan oleh penampang balok, atau dalam hal ini disebut sebagai momen tahanan.
BATASULUR KUATTARIK fb I
KELAS SIMBOL MINIMUM MINIMUM
JENIS MR =
N/mm2 N/mm2 c
di mana, MR= momen tahanan
I I
(kgf/nlm2) (kgflmm2)
en yang berbeda. Agar dapat dibandingkan, contoh penyelesaian permasalahan meng No dan Nr masing-masing bekerja pada titik berat segitiga distribusi tegangan, baik
untul
tegangan tekan ataupun tarik. Dengan demikian lengan Uarak) di antara keduanya
adnlnl
unakan kedua macam pendekatan tersebut.
Z= 333,33 mm.
·
Agar memenuhi keseimbangan 'l:.(H) = 0, maka N0 harus sama dengan Nr.
Kedui
:ontoh 1.1
)ebuah balok kayu dengan potongan seperti tampak pada Gambar 1.5 digunakan pada • gaya N0 dan Nrbekerja bersamaan menimbulkan kopel momen dalam (atau momen
:Jrak bentangan 6,0 m di antara dua perletakan sendi-rol dan menahan beban total (ter to
nasuk berat sendiri) 17,5 kNlm'. Dengan menggunakan ukuran-ukuran nominal seperti hanan dalam) masing-masing sebesar N 0 (z) dan Nr(z ).
Untuk setiap penampang, momen tahanan dalam harus dapat men-gimbangi mo
rang tampak dalam gambar, men lentur yang ditimbulkan oleh beban luar yang bekerja.
i. Hitung tegangan /entur maksimum menggunakan cara kopel momen Maka, Mmal<s = No (z) atau Nr(Z)
dalam. · 78,75( 10)3 = N 0 (333,33)
>. Periksa hasil yang didapat dari (a} dengan menggunakan rumus lenturan. dengan demikian, N0 =
Nr = 236,27 kN
No = (luas segitiga tegangan) x (lebar
:> enyelesaian.
)ari gambar diagram pembebanan, momen maksimum dapat diperoleh: balok) atau, No = 236,27(10)3 = 112( 250 ) fpuncak (250)
Karena letak garis netral di tengah-tengah, maka fpuncak= fdasar= 7,56 N/mm2
M mal<s =
1
-wl
1
= ( 2
- (17,5) 6) =
78,75 kNm
28 8 Dengan demikian, balok kayu mampu menahan beban apabila tegangan lentur ijin
kay1
fegangan lentur maksimum dipeoleh dengan cara sebagai berikut: labih besar dari 7,56 MPa.
Dari gambar dapat diperhatikan bahwa latak garis netral (g.n) di tengah-tengah tinggi ba-.
lok. Ni!ai tegangan dan regangan pada penampang terdistribusi mengikuti garis lurus dan Memeriksa hasil yang didapat dari (a) dengan menggunakan rumus lenturan :
..
titik bemilai nol di garis netral, yang berlaku sabagai sumbu titik berat ke nilai maksimum
f = Mc
di serat tepi terluar.Oaerah di atas garis netral adalah tempat bekerjanya gaya tekan, I
sedang dimana ,
kan darah di bawah garis netral tempat bekerjanya gaya tarik. Karena tegangan
tersebut
timbul akibat perilaku lentur balok, disebut sebagai tegangan lentur. I =..]_ bh3 = 2-(250) = 2604166668 m m4
No adalah resultante gaya tekan dalam, atau jumlah seluruh satuan gaya tekan di
.. (500)
f
12
3
12
= 78,75(10)6 (250 ) =
N/mm2
atas garis netral. Sadangkan Nr adalah resultante gaya tarik dalam, atau jumlah 7 56
26041666.68 •
seluruh sa- tuan gya tarik di bawah garis netral.
250 Conteh penyelesaian tersebut di atas berdasarkan pada teori elastik dan menggunakar
anggapan-anggapan sebagai berikut:
1) bidang potongan tampang rata sebelum terientur akan tetap rata sssudah lenturat
terjadi, berarti nilai regangan akibat le11tur terdistribusi linear dengan nilai nol pada
F ris netral dan nilai maksimum pada sefat tepi terfuar,
z 2) bahan bersifat serba-sama, nilai modulus elastisitas tidak bervariasi atau bemilai tet
ai
sehingga r_egangan berbanding lurus dengan tegangan di dalam batas proporsiona
dan distribusi tegangan bervariasi linear, dengan nilai nol pada sumbu netral dan nllt
maksimum pada serat tepi terluar.
Cara pendekatan kopel momen dalam juga dapat digunakan untuk mendapatkan nilal ku
diagram regangan momen
gaya-gaya
at momen (momen tahanan) suatu balok sabagaimana contoh berikut ini. .
Gambar 1:S. Sketsa Conteh
1.1
18 BAB 1 SIFAT BAHAN BETON DAN MEKANIKA LENTURAN .
BAB 1 SIFAT BAHAN SETON DAN MEKANIKA LENTUHAN 19
z
2 '
150
- - - - - - - - - - - -1 . z
:£ ',,
,, 7.4 MPa"'
!c r C ontoh 1.3.
A 8.4 MPa '
Tentukan momen tahanan (MR) suatu balok T kayu seperti tampak pada Gambar 1.7.
Gambar 1.6. Sketsa Conteh 1.2 Tegangan Jentur ijin kayu 7,4 MPa. Gunakan ukuran-ukuran nominal seperti tertera pada
qambar dan anggaplah bahwa distribusi tegangan linear.
C on t eh
1.2.
Tentukan momen tahanan (MR) suatu balok kayu berpenampang empat persegi Penyelesaian.
panjang seperti tampak pada Gambar 1.6. Tegangan lentur ijin bahan kayu 8,4 MPa: Letak garis netral haruslah pada tempat di mana keseimbangan momen statis tercapai s·a
G_unaan ukuran-ukuran nominal seperti tertera pada gambar srta anggapan bahwa hingga diagram regangan dan tegangan dapat ditentukan.
d1stnbus1 te
gangan linear seperti tampak pada . = l:(A y) 3600(165) mm
gambar. 1042
+7500(75\ '
y l:A 11100
P enyel esaian. Karena letak garis netral·sedemikian rupa sehingga jarak serat tepi bawah terhadap garis
Resultants gaya t'1rik dan gaya tekan adalah: netral lebih jauh daripada tepi atas, tegangan ijin akan tercapai di tepi bawah lebih awal.
No = NT = 112(8,4)(75)(50) = 15,75 Te gangan-tegangan yang terjadi akan tampak SBperti dilukiskan pada gambar.
kN 112(z) =213(75) = 50 mm Selanjutnya dengan membandingkan dua segi tiga sebangun akan didapat tegangan di
M,q = No (Z} =Nr(Z) = 5,75(100)(10) = 1,575 kNm tepi atas:
Pemeriksaan momen tahanan dengan menggunak_an rumus lenturan: 74
Mc . fb I
t = 75,8 ( . ) 5 383MPa
t =- dan MR = - atas 104, 2 •
/ c
3 Tegangan di sisi bawah flens (sayap) adalah, .
1 =2-(bh3) =..!... (sq(150j =14062500 mm4
12 12 t = 45.B(?,4) 3 253MPa
flens 104,2 , .
M R = 8,4 (14062500)1
75
= 1 575 kNm
' . Gaya tarik dalam yang timbul dapat ditentukan letak dan besamya sebagai
SOAL-SOAL
1-1. Berat satuan baton bertulang normal umumnya diperhitungkan 23 kN/m3. Tentukan
berat per meter panjang untuk:
a Balok beton bertulang penampang persegi, lebar b :::: 400 mm, tinggi h = 700 mm.
b. Balok beton bertulang seperti tampak pada gambar.
{ 950 'I
·----------------------------
b. i;:>eriksa hasil hitungan (a) dengan menggunakan rumus lenturan. apa bila tegangan lentur ijinnya adalah 110 MPa.
-
22 BAB 1 SIFAT BAHAN BETON DAN MEKANIKA LENTURAN •
2
BA LOK PERSEGI DAN PLAT
BERTULANGAN TARIK SAJA
1-5. Suatu balok kayu penampang seperti tergambar, terletak di atas dukungan sederha
na bentang 3,5 m menahan beban (termasuk berat sendiri} 15,0 kN/m.
a Hitung tegangan lentur maksimumnya dengan menggunakan cara kopel 2. 1 PENDAHULUA N
momen
dalam. ·· Apabila suatu gelagar balok bentang sederhana menahan beban yang mengakibatkan
b. Periksa hasil hitungan (a) dengan menggunakan rumus lenturan. timbulnya momen lentur, akan terjadi deformasi (regangan) lentur di dalam balok tersebut.
c. Hitung besarnya gaya tekan total. Pada kejadian momen lentur positif, regangan tekan terjadi di bagian atas dan regangan
d. Hitung momen tahanannya dengan menggunakan cara kopel momen dalam apa tarik di bagian bawah dari penampang . Regangan-regangan tersebut mengakibatkan
,bila tegangan lentur ijinnya adalah 110 MPa. tim bulnya tegangan-tegangan yang harus ditahan oleh balok, tegangan tekan di
sebelah atas dan tegangan tarik di bagian bawah. Agar stabilitasnya terjamin, batang
300 balok sebagai bagian dari sistf!l yang menahan lentur harus kuat untuk menahan
11
tegangan tekan dan tarik tersebut. Uiltuk memperhitungkan kemampuan dan
kapasitas dukung komponen struk1ur baton terlentur (balok, plat, dinding, dan
sebagainya), sifat utama bahwa bahan baton kurang mampu menahan tegangan tarik
. . . . . . . . . . . . _. . ' J.
akan menjadi dasar pertimbangan. -Dangan cara memperkuat dengan batang tulangan
baja pada daerah di mana tegangan tarik be kerja akan didapat apa yang dinamakan
struk1ur baton bertulang. Apabila dirancang dan
dengan cara yang saksam struk1ur baton bartulang dengan susunan ba-
dilaksanakan
I
200
. han seperti tersebut di atas akan memberikan kemampuan yang dapat diandaikan untuk
melawan lenturan.
Gambar Soal 1-5
Karena tulangan baja dipasang di daerah tegangan tarik bekerja, di dekat serat ter-
bawah, maka secara teoretis balok disebut sebagai bertulangan baja tarik saja. Harap
dica tat bahwa di bagian tekan suatu penampang umumnya juga dipasang parkuatan
tulangan, akan tetapi dengan pengertian mekanisma yang berbeda seperti yang akan
dibahas lebih lanjut di belakang. Kecuali itu, agar panulangan mambentuk suatu
kerangka kokoh yang stabil umumnya pada masing-masing sudut komponen perlu
dlpasangi tulangan baja.
BAB 2 BALOK PERSEGI DAN Pt.AT BEATULANOAN TARIK IAJA 2 II
24 BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PlAT BERTULANGAN TARIK SAJA
muat metode tersebi.Jt sebagai altematif sejak tahun 1956, pada tahun 1963 memper
2. 2 METODE ANALISIS DAN PER ENCANAAN lakukan kedua metode setara, dan sajak tahun 1971 metoda tersebut diangkat menjadi
satu-satunya teknik analisis dan perencanaan untuk berbagai pamakaian praktis. Waiau
Perencanaan komponen struktur baton dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak timbul demikian, metode tegangan kerja masih dicantumkan, digunakan sebagai metode alter
retak berlebihan pada penampang sewaktu mendukung beban kerja, dan masih mem natif penetapan daya-guna kelayanan (serviceability) struktur. Di lndonesa. metode pe
punyai cukup keamanan serta cadangan kekuatan untuk menahan beban dan tegangan rencanaan kekuatan baru diperkenalkan daiam PSI 1971 dan dipakai sebagai metode al
lebih lanjut tanpa mengalami runtuh. Timbulnya tegangan-tegangan lentur akibat ter tamatif di samping metode tegangan kerja yang masih juga dipertahankan Proses peru
jadinya momen karena beban Juar, dan tegangan tersebut merupakan faktor yang me bahan dan pengembangannya di Indonesia terasa sangat lambat, antara lain karena me
nentukan dalam menetapkan dimensi geometris penampang komponen struktur. Proses tode lama sudah mendarah mendaging sehingga terasa sulit untuk meninggalkannya.
perencanaan atau analisis umumnya dimulai dengan memenuhi persyaratan terhadap len Sesungguhnya telah disadari bahwa tiada satupun alasan ilmiah yang masih hendak
tur, kemudian baru segi-segi lainnya, seperti kapasitas geser, defleksi, retak, dan panjang mem pertahankan metode tegangan kerja untuk perencanaan dan analisis struktur
penyaluran, dianalisis sehingga keseluruhannya memenuhi syarat. baton ber tulang, akan tetapi hambatan utama datang dari aspek pendidikan dan
Seperti diketahui, untuk bahan yang bersifat serba-sama dan elastis, distribusi re penyuluhan yang
gangan maupun tegangannya linear berupa garis lurus dari garis netral ke nilai maksimum mencakup matra cukup luas.
di serat tepi terfuar. Dengan demikian nilai tegangannya berbanding lurus dengan nilai re Anggapan-anggapan yang dipakai sebagai dasar untuk metode kekuatan (ultimit)
gangan dan hal tersabut berfaku sampai dengan dicapainya batas sebanding (propor pada dasamya mirip dengan yang digunakan untuk metoda tegangan kerja Perbedaan
tional limit). Untuk bahan baja dengan mutu yang umum digunakan sebagai komponen nya terletak pada kenyataan yang didapat dari berbagai hasil penelitian yang menun
s1ruktural, nilai batas sebanding dan nilai tegangan luluh letaknya berdekatan hampir jukkan bahwa tegangan baton tekan kira-kira sebanding dengan reaganna hanya
berimpit, dan nilai tegangan lentur ijin didapat dengan cara membagi tegangan luluh de sampai pada tingkat pembebanan tertentu. Pada tingkat pembebanan m1, apablla beban
ngan faktor aman. Pada struktur kayu, nilai tegangan lentur ijin didapatkan dengan cara ditambah terus, keadaan sebanding akan lenyap dan diagram tegangan tekan pad pe- ·
lebih langsung dengan menggunakan faktor aman pembagi terhadap tegangan lentur pa nampang balok baton akan berbentuk setara dengan kurva tegangan-regangan .baton
tah. Dengan menggunakan cara penetapan tegangan lentur ijin seperti tersebut, yang di tekan seperti terlihat pada Gambar 1.1 dan Gambar 1.2. Pada metode tegangan keria. be
dasarkan pada anggapan hubungan linear antara tegangan dengan regangan, analisis ban yang diperhitungkan adalah service loads (beban kerja), sadangkan penampang
serta perencanaan struktur kayu dan baja dapat dilakukan seperti apa yang telah dibahas komponen struktur direncana atau dianalisa berdasarkan pada nilai tegangan tekan lentr
dalam contoh-contoh masalah di Bab1. Dengan demikian mengikuti sepenuhnya sesuai ijin yang umumnya ditentukan bemilai 0,45 fc'· di mana pola distribusi tegangan tekan li
dengan teori elastisitas. near atau sebanding lurijs dengan jarak terhadap garis netr8.l. Sedangkan pada metode
Meskipun disadari bahwa pada kenyataannya bahan beton bersifat tidak serba sa kekuatan (ultimit), service loads diperbesar, dikaiikan suatu faktor beban dengan maksud
ma( nonhor.nogeneous) dan tidak sepenuhnya elastik, selama ini cara pendekatan untuk memperhitungkan terjadinya beban pada saat keruntuhan telah di ambang pintu.
linear seperti tersebut di atas juga digunakan dan dianggap benar bagi bahan baton. Kemudian dengan menggunakan beban kerja yang sudah diperbesar (beban terfaktor)
Salama tersebut, struktur direncana sedemikian sehingga didapat nilai kuat guna ada saat run
·kurun waktu cukup lama perencanaan serta analisis dic;iasarkan pada pemahaman terse .t uh yang besarnya kira-kira lebih kecil .sedikit dari kuat batas runtuh set.mgg.uhnya.
but dan dinamakan sebagai metode elastik. cara-n, atau metode tegangan kerja ( Work Kekuatan pada saat runtuh tersebut dinamakan kuat ultimit dan beban yang bekeria pada
ing Stress Design method, WSD method'}. atau dekat dengan saat runtuh dinamakan beban ultimit. Kuat rencana penampang kom
Sejak jangka waktu 30 tahun belakangan ini telah dikenal metode pendekatan lain ponen struktur didapatkan melalui perkalian kuat teoretis atau kuat nominal dengan fak
yang lebih realistik, ialah bahwa hubungan sebanding antara tegangan dan regangan tor kapasitas yang dimaksudkan untuk memperhitungkan kemungkinan. buruk Y_ang ber
da lam baton terdesak hanya berlaku sampai pada suatu batas keadaan pembebanan kaitan dengan faktor-faktor bahan, tenaga kerja. ukuran-ukuran, dan pengendalaan mutu
terten tu, yaitu pada tingkat beban sedang. Pendekatan ini dinamakan metode pekerjaan pada umumya. Kuat teoretis atau kuat nominal dipeoleh erdasrkan pada
perencanaan ke kuatan ( Ultimate Strength Design method, USO method ) atau keseimbangan statis dan kesesuaian regangan-tega,ngan yang tldak linear d1 dalam pe
metode perencanaan kuat ultimit. Metode tersebut mulai dikenalkan sejak tahun 60-an, nampang komponen tertentu.
sejak dimuat di dalam peratu ran baton di beberapa negara. ACI Building Code, misalnya,
telah mengenal baik dan me-
26 BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PLAT BERTUL.ANqAN 111.RIK BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PLAT BERTUL.ANGAN TARll< SA.JA 21
SAJA
_..... A
l l ' '
reta.k-reta.k
\ .
:_. A
::::. :::. l
b
{ rc'(tekan) fc' (tekarl
f,/ (tekan)
- - - 9._arilr - -
d
15 (tarik )
penampang satuan tegangan
poton9an A-A satuan regangan
cc (tarik) fc (tarik) (c)
(a) (b)
penampang
potongan A-A satuan regangan satuan tegangan Gambar 2.2.
(a) (b) (c) Perilaku lentur pada beban sedang
Gambar 2.1.
Perilaku lentur pada beban kecil
Pada Gambar 2.3 dapat dilihat distribusi tegangan dan regangan yang timbul pada
atau dekat keadaan pembebanan ultimit, di mana apabila kapasitas batas kekuatan baton
· . Untuk membahas metode kekuatan lebih lanjut, berikut ini diberikan tinjauan ulang
penlaku balok baton bertulang bentangan sederhana untuk memikul beban yang berang terlampaui dan tulangan baja mencapai luluh, baJok mengalami hancur. Sampai dengan ta
sur meningkat dari mula-mula kecil sampai pada suatu tingkat pembebanan yang menye hap ini, tampak bahwa tercapainya kapasitas uitimit merupakan proses yang tidak dapat· ·
babkan hancumya struktur. berulang. Komponen struktur telah retak dan tulangan baja meluluh, mulur. terjadi lendut
an besar,dan tidak akan dapat kembali ke panjang samula. Bila komponen lain dari sistem
Pada beban kecil, dengan menganggap belum terjadi retak baton, secara bersama
mengalami hal yang sama·, mencapai kapasitas ultimitnya, struktur secara keseluruhan
sama baton dan baja tulangan bekerja menahan gaya-gaya··di mana gaya tekan ditahan
akan remuk dalam strata runtuh atau setengah runtuh meskipun belum hancur secara ke
oleh baton saja. Distribusi tegangan akan tampak seperti tampak pada Gambar 2. 1 di
seluruhan: Walaupun tidak dapat dijamin sepenuhnya untuk dapat terhindar dari keadaan
ma na distrjbusi tegangannya linear, bemilai nol pada garis.netral dan sebanding tlengan
re gangan yang terjadi. Kasus demikian ditemui bila tegangan maksimum yang timbul tersebut, namun dengan menggunakan beberapa faktor aman maka tercapainya keadaan
ultimit dapat diperhitungkan serta dikendalikan.
pada pada serat tarik masih cukup rendah, niiainya masih di bawah modulus of rµpture.
Pada beban sadarig, kuat tarik baton dilampaui dan baton mengalami retak rambut seperti b
tam pak pada Gambar 2.2. Karena baton tidak dapat meneruskan gaya tarik melintasi
daerah retak, karena terputus-putus, baja tulangan akan mengambilalih memikul seluruh No
gaya-ta rik yang timbul. Distribusi tegangan untuk penampang pada atau dekat bagian
yang retak
tampak seperti pada Gambar 2.2, dan haJ yang demikian diperkirakan akan terjadi pada
ni
lai tegangan baton sampai dengan 112.fc'· Pada keadaan tersebut tegangan baton tekan h
masih dianggap bemilai sebanding dengan nilai regangannya. Pada beban yang lebih
d
besar lagi, nilai regangan serta tegangan tekan akan meningkat dan cenderung untuk ti
Nr
dak lagi sebanding antara keduanya, di mana tegangan baton tekan akan membentuk
c5 (tarik) f5 (tarik)
kurva nonlinear. Kurva tegangan di atas garis netraJ (daerah tekan) berbentuk sama de
satuan satuan
ngan kurva tegangan-regangan baton seperti yang tergambar pada Gambar 2.3. regangan tegangan
penampang (b) (c)
poton9an A-A
(•) Gambar 2.3.
Perilaku lentur dekat beban ultimit
28 BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PlAT BERTULANGAN 11\RIK SAJA
2.3 ANGGAPAN-ANGGAPA N
Sehubungan dengan anggapan nomor 3, bentuk penampang di daerah tarik dan
Pendekatan dan pengembangan metode perencanaan kekuatan didasarkan atas angga besarnya selimut baton tidaklah mempengaruhi kekuatan lentur. Tinggi penampang
pan-anggapan sebagai berikut : · yang menentukan adaJah finggi efektif d, yaitu jarak dari serat tepi tekan terluar
1) Bidang penampang rata sebelum terjadi lenturan, tetap rata setelah terjadi lenturan terhadap titik berat tulangan tarik. Regangan baton tekan maksimum pada serat tepi
dan tetap barkedudukan tegak iurus pada sumbu bujur balok (prinsip Bernoulli). Oieh tekan terluar ( eb') sebagai regangan ultimit ditetapkan sebesar 0,003 (PBI 1971
karana itu, nilai regangan dalam penampang komponen struktur terdistribusi linear menggunakan 0,0035). Penetapan nilai tersebut didasarkan atas hasil-hasil pengujian
atau sebanding lurus terhadap jarak ke garis netraJ (prinsip Naviar). yang menunjukkan bahwa umumnya regangan lentur baton hancur berada di antara
2) Tegangan sebanding dengan regangan hanya sampai pada kira-kira beban sedang, di nilai 0,003 dan 0,004. Untuk semua keadaan dianggap bahwa lekatan antara baja-
mana tegnan baton tekan tidak malampaui ± 112 fc '. Apabila baban meningkat tulangan dengan beton beriangsung sampuma, tanpa tarjadi gelinciran.
sampai bbn ut1m1t, tegangan yang timbul tidak sebanding lagi dengan
regangannya berarti d1stnbus1 tegangan tekan tidak lagi linear. Bentuk blok tegangan
baton takan pada pa_ napangnya berupa garis lengkung dimulai dari garis netraJ 2.4 K_UAT LENTUR BALOK PERSEGI
dan berakhir pada serat tepi tekan ertuar..Teangan tekan maksimum sebagai kuat
tekan lentur baton pada umumnya tidak tel')ad1 pada srat tepi tekan terluar, tatapi Telah dikemukakan bahwa distribusi tagangan baton tekan pada penampang bentuknya
agak masuk ke dalam. setara dengan kurva tagangan-ragangan baton tekan. Seperti tampak pada Gambar 2.4,
3) alar:'1 meperhitungkan kapasitas momen ultimit komponen struktur, kuat tarik baton bentuk distribusi tagangan tersebut berupa garis Iengkung dengan nilai nol pada garis
dibaikn (tldak diperhitungkan) dan seluruh gaya tarik dilimpahkan kepada tulangan netral, dan untuk mutu baton yang berbeda akan Iain pula bantuk kurva dan Iangkungan
ba.Ja tar1k. nya. Tampak bahwa tegangan takan fc'. yang merupakan tegangan maksimum, posisinya
bukan pada serat tapi takan tarluar tetapi agak masuk ke dalam.
Ke_mudin untuk meperhitungkan letak resultants gaya tarik yang bekerja pada tulangan .. Pada suatu komposisi tartentu balok manahan beban sademikian hingga
baja, baJa tulangan d1angap teregang secara serempak dengan nilai regangan diukur pa- ragangan takan lentur beton maksimum ( e'b msks) mancapai 0,003 sedangkan tegangan
· da pusat bratnya. Apablla regangan baja tulangan ( e 5) belum mencapai luluh ( ey). nilai tarik baja tu langan mencapai tegangan luluh .f y- Apabila hal demikian terjadi,
te penampang dinamakan mancapai keseimbangan regangan, atau disebut penampang
gangn baJa tulangan adalah Esfs. Hal yang demikian menganggap bahwa untuk tegang bertulangan seimbang, merupakan suatu kondisi khuus yang akan dibahas labih lanjut
n baJa tul.angan yang belum mencapai fy. maka tegangan sebanding dengan regangan- di Bab 2.5. Dengan derni· kian berarti bahwa untuk suatu komposisi baton dengari
ya sasuai hukum Hooke. Sedangkan untuk regangan yang sama atau lebih besar dari jumlah baja tertantu akan morn berikan keadaan hancur tertantu pula.
maka tegangan baja tidak lagi sabanding dengan regangannya dan digunakan nilai fy- Ey. : Berdasarkan pada anggapan-anggapan seperti yang telah dikamukakan di atas, da
pat dilakukan pengujian regangan, tegangan, dan gaya-gaya yang timbul pada penam
pang baJok yang bekarja menahan momen batas, yaitu moman akibat beban luar yang tim
bul tepat pad saat terjadi hancur. Mame ini mencarminkan kekuatan dan di masa.laJu di
sebut sebagai kuat lentur ultimit balok. Kuat lentur" suatu balok baton tersadia karana
ber langsungnya mekanisme tegangan-tegangan dalam yang timbul di dalam baJok yang
pada keadaan tertentu dapat diwakili oleh gaya-gaya dalam. Seperti tampak pada
Gambar 2.4,
N0 adaJah resultants gaya tekan dalam, merupakan resultante seluruh gaya ekan pada
daerah di atas garis netral. Sedangkan Nr adaJah resultante gaya tarik dalam, merupakan
tsil< r:y Is = ly
penampang
potongan A-A diagram regangan diagram tegangan gaya-gaya jumlah seluruh gaya tarik yang diperhitungkan untuk daerah di bawah garis natraJ. Kedua
(a) (b)
(c)
Gambar 2.4.
(d) gaya ini, arah garis kerjanya sejajar,sama besar, tetapi berlawanan arah dan dipisahkan da
Balok menahan momen ultimit ngan jarak z sehingga membentuk ..kopel momen tahanan dalam di mana nilai maksimum-
),
BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PLAT BERTULANGAN TAAIK SA.IA 31
30 BAB 2 BALOK PERSEGI DAN Pt..AT BERTULANGAN l'ARIK SAJA
nya disebut sebagai kuat lentur atau momen tahanan penampang komponen struktur ter
lentur.
Momen tahanan dalam tersebut yang akan menahan atau memikul momen I,
lentur I
rencana aktual yang ditimbulkan oleh beban luar. Untuk itu dalam merencanakan balok :I
pada kondisi pembebanan tertentu harus disusun komposisi dimensi balok beton dan I
jumlah serta besar (luas) baja tulangannya sedemikian rupa sehingga _dapat
menimbulkan momen tahanan dalm paling tidak sarna dengan momen lentur maksimum
yang ditimbul kan oleh beban. Menentukan momen tahanan dalam merupakan hal yang
kompleks se hubungan dengan bentuk diagram tegangan tekan di atas garis netral
yang berbentuk garis lengkung. Kesulitan timbul tidak hanya pada waktu menghitung
besamya Na. tetapi juga penentuan letak garis kerja gaya relatif terhadap pusat berat
Gambar 2.5.
tulangan baja tarik. Teta pi karena momen tahanan dalam pada dasamya merupakan Blok Tegangan Ekivalen untul< perencanaan dan analisis kekuatan I'
fungsi dari No dan z, tidaklah sangat penting benar untuk mengetahui bentuk tepat Ii
distribusi tegangan tekan di atas garis netral. Untuk menentukan momen tahanan dalam, telah digunakan sacara luas karena bentuknya berupa empat persegi panjang yang me
yang panting adalah mengetahui
terlebih dahulu resultante total gaya baton tekan N 0, dan letak garis kerja gaya dihitung I mudahkan dalam penggunaannya, baik untuk perencanaan maupun analisis.
terhadap serat tepi tekan terluar, sehingga jarak z dapat dihitung. Kedua nilai tersebut
Berdasarkan bentuk empat persegi panjang, seperti tampak pada Gambar 2.5, in
dapat ditentukan melalui penyederhanaan bentuk distribusi tegangan lengkung diganti
tensitas tegangan baton tekan rata-rata ditentukan sebesar 0,85 fc' dan dianggap bekerja
kan dengan bentuk ekivalen yang lebih sederhana, dengan menggunakan nilai intensitas
pada daerah tekan dari penampang balok selebar b dan sedalam a, yang mana
tegangan rata-rata sedemikian sehingga nilai dan letak resultants tidak berubah.
besamya
Untuk tujuan penyederhanaan, Whitney telah mengusulkan bentuk persegi pan
ditehtukan dengan rumus:
jang sebagai distribui tegangan baton tekan ekivalen. Standar SK SNI T-15-1991-03 pa
a= p, c
sal 3.3.2 ayat 7 juga menetapkan bentuk tersebut sebagai ketentuan, meskipun pada di c = jarak serat tekan terluar ke garis netral,
ayat 6 tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk-bentuk yang lain sepan mana, {3 = konstanta yang merupakan fungsi dart kolas kunt bolon
1
jang hal tersebutmerupakan hasil-hasil pengujian. Pada kenyataannyaT usulan Whitney
Standar SK SNI T-15-1991-03 menetapkan hilai p, diambil 0,85 untuk fr:' "' 30 ua.
J
berkurang 0,008 untuk setiap kenaikan 1 MPa kuat baton, dan nilai tersobut tldak holuh
f •
-.kurang dari 0,65. Dari berbagai hasil penelitian dan pengujian telah terbukti bahwa hasil
perhitungan dengan menggunakan distribsi tegangan persegi empat ekivalen tersebut
kan hasil yang mendekati tarhadap tegangan aktual yang rumit. Sebuah gambar
memberi
isometrik htibungan gaya".-gaya dalam dapat dilihat pada Gambar 2.6. Dengan mengguna
kan distribusi tegangan bentuk persegi empat ekivalen serta anggapan-anggapa kuat
l
rencana yang diberiakukan, dapat ditentukan besamya kuat lentur ideal Mn dari balok
di ba ton bertulang empat persegi dengan enulangan tarik saja.
fy 2.1.
biol< tegangan
tekan aktual
(a)
Gambar 2.5. dalam (c) Contoh
Tentukan Mn dari suatu balok dengn penampang seperti tampak pada Gambar 2.7, de-
kopelmomen gaya-gaya
=
ngan tulangan baja tarik saja, fc' 30 MPa, fy = 400 MPa
Blok Tegangan ekivalen Whitney
32 BAB 2 BA1..0K PERSEGI DAN PtN BERTULANGAN TARIK BAB 2 BALOK PERSEGI DAN Pt.AT BERTULANGAN TARD< SAJA 33
SAJA
b= 2SO
M n = A s fy (d-!)
2
= 1472,6(400)(523,8)(10)-6 =308,54 kNm
. f c'ab
Perhitungan di atas didasarkan pada asumsi bahwa tulangan baja telah mencapai regang
an luluh (berarti juga tegangan luluhnya) sebelum baton mencapai regahgan batas maksi
mum 0,003. Asumsi tersebut kemudian diperiksa kebenarannya.
Menentukan letak garis netraJ penampang adaiah sebagai berikut:
a = {31 c (SK SNIT-15-1991-03 pasal 3.3.2)
/3 1 = 0,85 untuk fc'= 30 MPa
a 92,40
A 9 =3025 =1472. 6 diagram tegangan maka. c =--=--=108,7 l'TYTl
nvn2 diagram regangan dan kopel momen 0,85 0,85
dalam
dengan meriggunakan segitiga sebangun pada diagram, dicari regangan yang terjadi da
Gambar 2.7. lam tulangan baja tarik bila regangan baton mancapai 0,003.
Sketsa untuk Contoh 2.1
0,003= _Es__
Fenyelesaian. c (d - c)
Dengan menggunakan anggapan bahwa tulangan baja tarik telah mencapai tegangan lu-
jadi - ( d - c)( o 003) = (570 -108,7)(0 003 ) = 0 0127 rrm/ rrm
luh ( fy). kemudian harus diperiksa sebagai berikut: Es - C ' 108,7 ' '
,
I H=O Regangan luluh tulangan baja (ey) dapat ditentukan berdasarkan hukum Hooke,
No = NT !
Es =
(0,85 fc' )ab= As fy
_ As f y 1472.6(400) 92,40 mm L 400
a - 0, 85 fc' b 0,85{300)(2E£> } _ !i_ _ 0,0020 mn/ mn
Ey 200000
- E -
5
Nilai a adaJah kedaJaman blok tegangan yang·harus terjadi bila dikehendaki kesei! hasil tersebut menunjukkan nilai regangan tulangan baja pada saat tegangan bnja fy
llbang an gaya-gaya arah horisontal. mon capai nilai 400 MPa. Karena regangan yang timbul pada baja tulangan (0,0127)
lebih be sar dari regangan luluhnya (0,002), baja tulangan mancapai tegangan luluh
Menghitung Mn : sebelum ba ton mencapai regangan maksimum 0,003 dan berarti asumsi yang
berdasarkan pada gaya baton takan : digunakan pada awal analisis benar, bahwa tegangan yang terjadi pada baja tulangan
tarik sama dengan tegang
Mn =N 0 (d -%) an
luluh baja
Mn =0,85 '(ab)(d - )
92 40
=0,85(30)(92,40) (250)( 570- )(10) -6 = 308,54
kNm 2.5 P ENA MPANG BALOK
BERTULANGAN SEIMBANG,
berdasarkan pada gaya tarik tulangan beton : KURANG, DAN LEBIH
M n = NT (d - ).
Seperti yang telah dikemukakan di atas, meskipun rumus lenturan tidak berlaku lagi
daJam metoda perencanaan kekuatan akan tetapi prinsip-prinsip
dasar teori lentur masih digu nakan pada analisis penampang.
Untuk letak garis netral tertentu, perbandingan antara re gangan
baja dengan regangan baton maksimum dapat ditetapkan
berdasarkan distribusi
34 BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PlAT BERTUl.ANGAN TARIK
SAJA BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PLAT BERTULANGAN TARIK SAJA 35
regangan linear. Sedangkan letak garis netral tergantung pada jumlah tulangan baja tarik
dikit daripada keadaan seimbang, lihat Gambar 2.8, dan tulangan baja tarik akan
yang dipasang dalam suatu penampang sademikian sehingga blok tegangan tekan baton
mendahu lui mencapai regangan luluhnya (tegangan luluhnya) sabelum baton
mempunyai kedalaman cukup agar .dapat tercapai kesaimbangan gaya-gaya, di mana
mancapai regangan maksimum 0,003. Pada tingkat keadaan ini, bertambahnya
re
baban akan mengakibatkan tu langan baja mulur (memanjang) cukup banyak sesuai
sultante tegangan tekan seimbang dengan resultante tegangan tarik (I H = 0).
dangan perilaku bahan baja (lihat di agram f-e baja), dan berarti bahwa baik
Apabila
regangan baton maupun baja terus bertambah te tapi gaya tarik yang bakerja pada
pada penampang tersebut luas tulangan baja tariknya ditambah, kedalaman blok tegang
tulangan baja tidak bertarnbah besar. Dengan demikian berdasarkan keseimbangan
an baton tekan akan bertambah pula, dan oleh karenanya letak garis netral akan bergeser
gayaaya horisontal I H= 0, gaya baton tekan tidak mungkin bartambah sedangkan
ke bawah lagi. Apabila jumlah tulangan baja tarik sedemikian sehingga letak garis netral
tegangan takannya terus maningkat berusaha mengimbangi be ban, sehingga
pada posisi di mana akan terjadi secara bersamaan regangan luluh pada baja tarik dan
mengakibatkan luas daarah takan beton pada penampang menyusut (bar kurang)
re gangan baton tekan maksimum 0,003, maka panampang disebut bertulangan
yang berarti posisi garis netral akan berubah bergerak naik. Proses tersebut di atas
seimbang. Kondisi keseimbangan regangan menempati posisi panting karena marupakan
terus berlanjut sampai suatu saat daerah baton tekan yang terus berkurang tidak
pembatas antara dua keadaan panampang balok baton bartulang yang barbada cara
mampu lagi menahan gaya tekan dan hancur sebagai afak sekunder. Cara hancur
hancurnya. I
demi kian, yang sangat dipengaruhi oleh peristiwa maluluhnya tulangan baja tarik •I
Apabila panampang balok baton bertulang mangandung jumlah tulangan baja tarik
berlangsung meningkat secara bertahap. Segara setelah baja mencapai titik luluh,
labih..banyak dari yang diparlukan untuk mencapai keseimbangan regangan, penampang II 1
lendutan balok me ningkat tajam sehingga dapat merupakan tanda awal dari
balok damikian disebut bertulangan lebih ( overreinforced). Berlebihnya tulangan baja
kehancuran. Meskipun tulangan baja barperilaku daktail (liat), tidak akan tertarik lepas
ta rik mengakibatkan garis netral bergeser ka bawah, lihat Gambar 2.8. Hal yang
dari beton sekalipun pada waktu terja di kehancuran.
demikian pa da gilirannya akan berakibat baton mandahului mancapai regangan
maksimum 0,003 sa belum tulangan baja tariknya luluh. Apabila penampang balok
tersebut dibebani momen labih besar lagi, yang bararti ragangannya samakin basar
sahingga kemampuan regang an beton terlampaui, maka akan barlangsung keruntuhan
2..6 PEMBATA SAN PENULANG A N TARIK
dengan baton hancur secara mendadak tanpa diawali dengan gejala-gajala peringatan
tarlebih dahulu. Sedangkan apabila suatu penampang balok baton bertulang
mengandung jumlah tulangan baja tarik
kurang dari yang diperlukan ·untuk mencapai keseimbangan regangan, penampang demi '
Dengan demikian ada dua macam cara hancur, yang pertama kehancuran diawali molulull-
kian disebu·t bertulangan kurang (underreinforced). Letak garis netral akan lebih naik
nya tulangan baja tarik berlangsung secara periahan dan bertahap sohingga sempat rnurn
se-
berikan tanda.-tanda keruntuhan, sedangkan bentuk kehancuran dengan diawali trnn·
cumya baton tekan terjadi secara mendadak tanpa sempat mamberikan peringatan. Tun tu
f r:c =O, 003 Jj'v
,f---=---< saja cara hancur pertama yang lebih disukai karena dengan adanya tanda peringatan, resi
flc< 0,003
ko akibatnya dapat diperkecil. Untuk itu, standar SK SNI T-15-1991-03 menetapkan pem
batasan penulangan yang perlu diperhatikan. Pada p2::>.al 3.3.3 ditetapkan bahwa jumlah
tulangan baja tarik tidak.bolah malebihi 0,75 dari jumlah tulangan baja tarik yang diperlu
kan untuk mancapai keseimbangan regangan,
g.n. penulangan lebih /
- - - - - - - r As s; 0,75 Asb
Apabila jumlah batas penulangan tersebut dapat dipenuhi akan membarikan jaminan bah
wa kehancuran daktail dapat berlangsung denga_n diawali meluluhnya tulangan baja
tarik terlebih dahulu dan tidak akan terjadi kehancuran getas yang lebih bersif at
/
/
mendadak.
/
Ungkapan pembatasan jumlah penulangan tersabut dapat pula dihubungkan da
r:s< r:y
lam kaitannya dangan rasio penulangan (p) atau kadang-kadang disebut rasio baja, per
£y )'
bandingan antara jumlah luas penampang tulangan baja tarik (As) terhadap luas efektif pa
Gambar 2.8. nampang (lebar b x tinggi efektif d ),
Variasi letak gans rmtr;1I
I I
! I
I,
f, I
_3 6 BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PL.JJ BERTUl.ANGAN lARIK SAJA
BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PlR" BERTUl...ANGAN TARD< SAJA 37
As _ Pb b d f y
p= b d
Cb - (0,85 fc' )f3 1b
Apabila pembatasan dibertakukary, di mana rasio penulangan maksimum yang
Pb d fy
diijinkan di batasi dengan o,75 kali rasio penulangan keadaan seimbang {Pb), (2- 2)
sehingga :
(0,85 fc')/3 1
Pm111cs= 0,75 Pb Dengan menggunakan persamaan (2-1) dan (2-2), dapat dicari
p,,.
Untuk menentukan rasio penulangan keadaan seimbang (Ai) dapat diuraikan berdasarkan (2 - 3)
(0,85 fc' /3, ) 600
pada Gambar 2.9 sebagai berikut: · .
Letak garis netral pada keadaan seimbang dapat ditentukan dangan menggunakan seg1 Pb =
(600+fy}
fy
tiga sebanding dari diagram regangan.
Dari persamaan terakhir tersebut di atas, untuk mendapatkan nilai Pb dapat digunakan daf
.....EJL_ _ d tar yang dibuat berdasarkan berbagai kombinasi nilai fc' dan fy-
o'. 003 - (o,003 + .)
Conteh 2.2
Oengan memasukkan nilai E,, = 200.000 MPa, maka: Pada Contoh 2. 1, tentukan jumlah tulangan baja tarik yang diperlukan untuk mencapai
Cb =
0,003 (d)
f -
keadaan seimbang, di mana d = 570 mm, b = 250 mm, Ey = 0,002. Dengan mengacu
kepada definisi keadaan keseimbangan, diagram regangan haruslah seperti ditunjukkan
L
(O, 003+ pada Gambar 2.10.
20€00
(2- Penyelesaian.
600 (d) 1)
Cb
600+fy .....EL= (d cb )
0,003 0,002
dan, !<arena I H= 0 dan Nob= NTh., maka (0,85 fc' )/31CtP =
Asb fy 0,002 Co = 0,003(570 - Cb )
0,002 c0 + 0,003 c0 = 1,71
b fc' ) /3,b
(0,85 0,85 fc I
z d . z
I
i . .
,
"' I
, ,
diagram regangan
diagram tegangan dan
kopel momeo dalarn
, -0 002 J diagram tegangan dan
diagram regangan kopel momen daiarn
Gambar 2.9.
Keadaan Seimbang Re
1a11qan Gambar 2.1o. , J
Sketsa Conteh 22
, 1
1 .1
BAB 2 BALOK PERSEGI DAN Pl.AT BERTULANGAN TAAIK SAJA 39
38 BAB 2 BALOK PERSEGI DAN Pt.AT BEATutANGAN i:a.AIK SAJA
Penyelesaian.
1,71 As 1473
Cb = 0,005=342 mm 0 0103
p = bd = 250(570) = •
ab = {31 cb = 0,85(342) = 290, 7 mm DariTabel A-6 Apendiks A, untuk fy= 400 MPa dan fc'= 30 MPa, didapat _:
Nob = (0,85fc ') b
= 0,85(30)(290,7)(250)1Q-3 = 1853,2 kN
t
I
Pmaks= 0,75 Pb= 0,0244 > 0,0103
Persyaratan peraturan dapat juga diungkapkan dalam persamaan As(maJt.sJ = 0,75 Ast>. di
Nrb = Astf y
mana Asbsudah dihitung pada Contoh 2.2.
Nrb = Nob . As(maks)= 0,75(4633) = 3466 mm2> 1473 mm2
maka tulangan yang diperlukan, Tabel A-6 pada Apandiks A membarikan nilai 0,75 Pb dan pyang disarankan untuk
A - NTh - Nob berba gai kombinasi tagangan luluh baja dan kuat baton, untuk komponen baJok dan
sb - f - f
y y plat Tabal tarsebut digunakan sebagai acuan praktis untuk menantukan agar baJok
1853,2 (10) 3 = 4633 rrm 2 mamenuhi per syaratan daktilitas yang ditetapkan. Dengan demikian konsep dan kriteria
400 penampang se imbang berguna sebagai acuan atau patokan, baik untuk perencanaan
Dengan membandingkan luas tulangan baja yang diperlukan untuk mencapai keadaan ataupun analisis dalam menentukan cara hancur yang sesuai dengan peraturan. Apabila
seimbang dengan luas tulangan tersedia pada penampang balok (3cp25 = 1473 mm2), jumlah tulangan baja tarik melabihi tulangan baja tarik yang diperlukan untuk mencapai
da pat disimpulkan penampang tersebut bertulangan kurang, di mana hancumya kaadaan seimbang,
diawali de ngan meluluhnya tulangan baja tarik. akan terjadi hancur getas, sedangkan di lain pihak bila jumlah luas tulangan baja tarik ku
Pemeriksaan apakah persyaratan balok tipe daktail terpenuhi dilakukan sebagai berikut: rang dari tulangan baja tarik yang diperlukan untuk mancapai kaadaan seimbang, terjadi
0,75 Asb= 0,75(4633) mm2 = 3475 mm2> 1473 mm2 hancur daktail.
Sampai di sini harap diperhatikan bahwa untuk balok yang sama, penulangan ringan ter SK SNI T-15-1991-03 pasaJ 3.3.5. persamaan (3.3-3) juga memberikan batas mini
nyata lebih efisien dibandingkan dengan penulangan berat. Hal tarsebut dapat dijelaskan mum rasio panulangan sebagai berikut:
bahwa untuk balok dengan dimensi tertentu, pertambahan As akan disartai dangan ber 1,4
Pmlnlmum
kurangnya panjang lengan momen pada kopel momen dalam (z= d -112a).
Agar didapat gambaran yang jeias kita tinjau ulang permasalahan pada Conteh 2.1
=-,
y
terdahulu dengan As digandakan dua kali dan kamudian dihitung nilai Mn untuk diban
Batas minimum panulangan tersebut diparlukan untuk lebit:l manjamin tidak
dingkan hasilnya, sabagai berikut:
terjadinya hancur secara tiba-tiba seperti yang terjadi pada balok tanpa tulangan.
As = 2(1473) = 2946 mm2 {naik 100%)
Karena bagaimana pun, balok baton dangan panulangan tarik yang sedikit sekaJipun
a = 2946(400) = 184,8 mm harus mempunyaf kuat moman yang lebih besar dari balok tanpa tulangan, di mana
0,85(30)(250) . yang terakhir tersabut diprhi tungkan berdasarkan modulus pacahnya. Pembatasan
minimum seperti di atas tidak ·ber laku untuk plat tipis dengan ketabaJan tetap dan
plat dari baJok T yang tearik. Penulang
an minimum plat harus memperhitungk?Fl kebutuhan memenuhi persyaratan tulangan su
18 8
M n = 0,85(30)(184,8)(250)( 570- · ){10) = 5627 sut dan suhu seperti yang telah diatur dalam SK SNI T-15-1991-03 pasaJ 3. 16.12.
kNm
PadahaJ seperti didapat dari Conteh 2.1, Mn= 308,54 kNm, hanya ada kenaikan sebesar Pemeriksaan ulang daktilitas pada permasalahan Contoh 2. 1 dengan menggunakan 0, 75 Pb
: sebagai pembatas, menggunakan Tabet A-6 Apendiks A.
C onteh 2.3
2. 7 P ERSYARATAN KEKUATA N
untuk dipakai sebagai dasar konsep faktor kaamanan tersebut. Struktur bangunan dan
komponan-komponannya harus dirancanakan untuk mampu mamikul baban labih di dalam menentukan kuat rancananya Pamakaian faktor dimaksudkan untuk mempemi
atas beban yang diharapkan bekarja. Kapasitas labih tarsebut disediakan untuk tungkan kemungkinan penyimpangan terhadap kakuatan bahan, pengerjaan, ketidak te
mamperhi tungkan dua keadaan, yaitu kamungkinan tardapatnya beban kerja yang patan ukuran, pengandalian dan pengawasan pelaksanaan, yang sekalipun masing-ma
lebih basar dari yang ditatapkan dan kamungkinan terjadinya penyimpangan kekuatan sing faktor mungkin masih dalam toleransi persyaratan tetapi kombinasinya memberikan
komponen struk tur akibat bahan dasar ataupun pengerjaan yang tidak memenuhi kapasitas lebih randah. Dengan demikian, apabila faktor;dikaJikan dangan kuat idaaJ
syaral teo ratik berarti sudah termasuk mamperhitungkan tingkat daktilitas, kepentingan, serta
Kritaria dasar kuat rencana dapat diungkapkan sebagai berikut ting
kat ketepatan ukuran suatu komponen struktur sedemikian hingga kekuatannya dapat di-
Kekuatan yang tersedia :i: Kekuatan yang dibutuhkan tentukan. ·
Standar SK SNI T-15-1991-03 pasal 2.2.3 ayat 2 memberikan fktor reduksi
Kekuatan setiap penampang komponen struktur harus diperhitungkan dengan menggu keku- atan rp untuk berbagai mekanisme, antara lain sebagai berikut:
nakan kriteria dasar tersebut. Kekuatan yang dibutuhkan, atau disebut kuat perlu =
Lentur tanpa baba aksial 0,80 'I i,
menurut ; SK SNI T-15-1991-03, dapat diungkapkan sebagai beban rencana ataupun Gaser dan Puntir = ,'I'
momen, gaya geser, dan gaya-gaya lain yang berhubungan dengan beban rencana. 0,60
Tarik aksial, tanpa dan dangan lentur = 0,80 Ii
Saban rencana atau beban terfaktor didapatkan d mengalikan beban kerja dengan
Takan aksiaJ, tanpa dan dengan lentur (sangkang) = 0,65
I
!
unsur-unsur penampang balok yang terdiri dari: jumlah dan ukuran tulangan baja tarik a = As fr 2600(400) = i3 9 mm
(A ), lebar balok (b), tinggi efektif ( cf), tinggi total ( h), fc'· dan fy. sedangkan yang dicari
adalah
5 kekuatan balok ataupun manifestasi kekuatan dalam bentuk yang lain, misalnya ,I ( a)
(0,85 fc' )b 0, 85(30)(300) 5.
menghitung Milt atau memeriksa kehandalan dimensi penampang balok tertentu terha 2 2 ·'
dap beban yang bekerja, atau menghitung jumlah beban yang dapat dipikul balok. Di lain 1 3 5,9
z = d-- = 450 - - = 3821 rrm
pihak, proses perencanaan balok terlentur adalah menentukan satu atau lebih unsur di
mensi penampang balok yang belum diketahui, atz,u menghitung jumlah kebutuhan tu Berdasarkan pada tulangan baja :
langan tarik dalam penampang berdasarkan mutu bahan dan jenis pembebanan yang su Mn = As fy z= 2600(400){ 382,1)10-S = 39,38 kNm
dah ditentukan. Panting sekali untuk mengenal perbedaan dua pekerjaan dan pennasa MR:: tjJM11 = 0,8(397,38) = 317,91 kNm
lahan tersebut dengan baik, masing-masing memiliki langkah penyelesaian berbeda.
Menghitung Mu :
C onteh 2.4
Berat sendiri balok = 0,50(0,30)(23) = 3,45 kN/m
Buktikan bahwa balok pada Gambar 2. 11 telah cukup memenuhi persyaratan SK SN/ T-
Saban mati = 12 kN/m
15-1991-03. Beban mati merata = 12 kN/m (di luar berat sendiri), beban hidup merata =
Total beban mat imerata = 15,45 kN/m
12 kN/m, Beban hidup terpusat = 54 kN (di tengah bentang). Mutu bahan : fc' = 30 MPa,
fy =
400 MPa. Pembuktian dilakukan dengan cara membandingkan kuat momen praktis Bebanmatimerata tarfaktor = 15,45(1,2) = 18,54 kN/m
MR dengan momen rencana yang ditimbulkan oleh beban rencana (beban terfaktor) Mu·
Baban hidup merata terfaktor = 12(1,6) = 19,20 kN/ m
Jika MR Mu maka balok akan memenuhi persyaratan.
Beban hidup terpusat terfaktor = 54( 1,6) = 86.4 kN
w u = 18,54 + 19,20 = 37,74 kN/m
Pu = 86,4 kN
P enyel esai an. Mu ::l8 w u £2 +l4 P.u l ·\ \ " < I/ •
Jn;c rasio penulangan sehingga penulangan balok canderung berlebihan. Meskipun hal de
mikian tidak sesuai dengan filosofi peraturan yang diberfakukan sekarang, bagaimanapun
<
balok-balok tersebut nyatanya sampai saat ini digunakan dan bekerja, sehingga analisis :
trk:••,•'••.•J
I
I '
kapasitas momennya secara rasional dilakukan dengan hanya memperhitungkan tulangan I
I baja tarik 0,75 Pb- Atau dengan kata lain, pendekatan dilakukan dengan mengabaikan ke
i:..;;;.;....
penampang diagram tegangan dan kuatan baja di luar jumlah 75% dari jumlah tulangan tarik yang dipertukan untuk mencapai
potongan A·A kopel momen dalarn
keadaan seimbang. Untuk lebih jelasnya, Contoh 2.5 berikut akan memberikan gambaran
Gambar 2.11. lebih jelas mengenai hal tersebut.
Si<etsa Conteh 2.4
1 :1
I
44 BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PLAT BERTUlANGAN RIK SAJA
BAB 2 BALOK PERSEGI DAN Pt.AT BERTUl..ANGAN TARIK SAJA 45
a (0,85 ·)
6) Hitung panjang lengan kopel momen dalam, z= d - 1a
7) Hitung momen tahanari (momen dalarn) ideal
M,,, Mn = Nr z= As fy z, atau
Mn =Noz= 0,85fc' abz
8) MR = ;Mn Gambar 2.12.
Plat beton bertulang
f
46 BAB 2 BALOK PERSEGI DAN Pt.Ar BERTUL.ANGAN T.6.RIK SAJA
tembus.. Untuk menanggulangi tekanan pons tersebut pada umumnya di tempat kolom
penumpu plat diberi penebalan berupa drop panel, atau memperbesar ukuran kolom di
ujung atas di teinpat tumpuan yang biasanya disebut sebagai kapital kolom atau kepala
i BAB 2 BALOK PERSEGI DAN Pl.AT BERTULANGAN TARIK SAJA 4
ii'
kolom. Apabila sistem tersebut digunakan untuk struktur dengan bentangan lebih pen
dek dan beban yang didukung lebih ringan, dapat pula dibuat tanpa menggunakan pena 7
balan dengan drop panel atau kepala kolom, jadi plat betul-betul rata dan didukung.lang
sung oleh kolom, lihat Gambar 2.12. lah rata-rata. Dengan demikian, cara menyebut jumlah tulangan baja untuk plat berbeda
dengan yang digunakan untuk komponen struktur lainnya. Kecuali diameter tulangan ju
ga disebutkan jarak spasi pusat ke pusat (p.k..p) batang tulangan. Tabel A-5 memberikan
kemudahan untuk penetapan tulangan pakok baja tarik untuk plat. Sebagai misal, apabila
2.10 ANALISI S PLAT TERLENTUR SATU ARAH
plat diberi penulangan baja 022 (As= 380 mm2) dengan jarak pusat ke pusat 400 mm,
ma
Karena beban yang bekerja pada plat semuanya dilimpahkan menurut arah sisi pendek,
ka setiap pias satu meter lebar plat, luas tulangan baja rata-rata 2,50 x 380 = 950,
maka suatu plat terlentur satu arah yang menerus di atas beberapa perietakan dapat mm2,
diper lakukan sebagaimana layaknya sebuah balok persegi dengan tingginya setebaf dan penulangan disebut: 022-400 atau As= 950,3 mm2/m'.
plat dan lebarnya adalah satu satuan panjang, umumnya 1 meter. Apabila diberikan Standar SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.16.12 menetapkan bahwa untuk plat
beban merata plat melendut membentuk kelengkungan satu arah, dan oleh karananya lantai serta atap struktural yang hanya menggunakan tulangan pokok lentur satu arah,
timbul momen lentur pada arah tersebut. Saban merata untuk plat biasanya salain pe nulangan pokok harus dipasang juga tulangan susut dan suhu dengan arah
menggunakan satuan kN/m2 (kPa), karena diperhitungkan untuk setiap satuan lebar tegak lurus terhadap tulangan pokoknya. Peraturan lebih jauh menetapkan bahwa
maka dalarn perencanaan dan analisis diubah satuannya menjadi beban per satuan apabila digunakan tulangan baja deformasian (BJTD) mutu 30 untuk tulangan susut
panjang (kN/m). Apabila bentangan dan beban yang bekerja memenuhi kriteria SK SNI T- berlaku syarat minimum
15-1991-03 pasal 3.1.3 ayat 3, maka peraturan memperbolehkan menggunakan koefisien As = 0,0020 bh, sedangkan untuk mutu 40 berfaku syarat minimum As = 0,0018 bh, di
momen dan gaya geser. standar. mana b dan h adalah lebar satuan dan tebal plat. Di samping itu juga barlaku ketentuan
Tulangan pokok lentur plat satu arah dipasang pada arah tegak lurus terhadap du bahwa plat struktural dengan tebal tetap, jumlah luas tulangan baja searah dengan ben
kungan. Karena analisis dan perencanaan dilakukan untuk setiap satuan lebar plat maka tangan (tulangan pokok) tidak bolah kurang dari tulangan susut dan suhu yang diperlu
jumlah penulangan jug a dihitung untuk setiap satuan lebar tersebut, dan merupakan jum- kan. Jarak dari pusat ke pusat tulangan pokok tidak boleh lebih dari tiga kalitebal plat I 1,
atau 500 mm, sedangkan jarak tulangan susut dan suhu tidak boleh lebih dari lima kali
I
tebal atau 500 mm.
Conteh 2.6
Suatu plat penulangan satu arah untuk struktur interior, penampangnya seperti tampak
pada gambar, bentangannya 4 m. Digunakan tulangan baja dengan fy = 300 MP a, se
dangkan kuat beton MPa, selimut beton pelindung tulangan baja 20 mm. Tentukafl
beban hidup yang dapat didukung oleh plat tersebut. Dari Gambar 2. 14, tulangan
baja 016 dengan jarak p.k.p. 180 mm dengan arah tegak /urus terhadap dukungan.
nampang tulangan. Per1u diketahuibahwa untuk tiga besaran perencanaan tersebut dida
1?enyelesai an
A = 1117mm 2/m' (Tabel A- patkan banyak sekali kemungkinan kombinasi antar ketiganya yang dapat memenuhi ke
•
5
60 5) butuhan kuat momen untuk penggunaan tertantu.Secara teoratik dapat dikatakan bahwa
d =165- 20- 2 balok lebar tetapi pendek kemungkinan mempunyai MR yang sama dengan balok sempit
1117 tetapi tinggi. Per1u diketahui juga bahwa keputusan untuk menentukan nilai-nilai tersebut
= = -0,0085
p bd 1000(13/j akan sangat dipengaruhi oleh batas ketantuan-ketentuan peraturan di samping juga per
dari Tabel A-6, Pmsks= 0,75 Pb= timbangan teknis pelaksanaannya. Dengan demikian, untuk menentukan bentuk dan di
0,0241
Nilai minimum A 5.untuk plat adalah yang diperiukan untuk tulangan susut dan suhu. mensi panampang balok terbaik bukaniah hal yang mudah karena perhitungan beaya ru-
Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan nilai minimum dengan memeriksa Asmln- . panya tidak hanya ditentukan oleh rendahnya volume baton maupun jumlah tulangan
As minimum= 0,0020bh= 0,0020(1000)(165) = 330 mm2/m'<As= 1117 mm2/m' baja yang harus dipasang di dalam balok, tetapi masih ada faktor lain yang harus
a As fy 1117 (300) = 19,7 mm dipartim bangkan misalnya saja dari teknis pelaksanaannya
(o, 85 fc' )b O,
85(20)(1000) Dengan memanfaatkan hubungan internal yang sudah dikenal pada waktu rnemba
19 7 has analisis balok terdahulu, kemudian dilakukan modifikasi-modifikasi tertentu agar pro
z =d -!=137- • =127,15 11Vll
2 2 ses perencanaan dapat lebih disederhanakan.
Mn = As fy z= 1117(300)(127,15)1Q-6 = 42,61 kNm (per meter lebar) Ungkapan kekuatan balok baton bertulang penampang persegi bertulangan tarik saja
MR = 0,8 Mn= 0,8(42,61) = 34,1 kNm te lah dikenal, yaitu :
Selanjutnya menghitung beban hidup yang masih dapat didukung oleh plat. Perlu diingat MR = <P N0 z= q, Nrz dan MR= 4' (0,85 fc' )ba(d -112 a)
bahwa beban yang harus didukung oleh plat adalah beban mati (berat sendiri) dan beban As fy
dimana ,
hidup (yang akan dihitung). Notasi Mu digunakan untuk momen yang dihasilkan dari be- a - (o, 85 f c' )b
ban terf aktor yang diperhitungkan.
i
Dengan menggunakan rumus-rumus tersebut dapat dilakukan usaha penyederhanaan
2
Mu(DL ) = (1,2 Wotf ) dengan cara mengembangkan besaran tertentu sedemikian sehingga dapat disusun da
-4
w 0L lam bentuk daftar.
= berat plat = 16,5 (100) (23)(10) = 3,80 kN I m2 As
2 p atau A = p bd
=·H1,2(3,80)
} = 9,12
=-
lv!_u(DL ) bd .
(4) kNm A 5 fy p bd fy p d fy
MR yang tersedia untuk menahan beban hidup : 32,1-9, 12 = 22,98
kNm a = (0,85 fc' )b (o,85 tc' )b = (0,85 fc')
kemudian ditetapkan nilai w = e.!..r..
Mu(LL) = i(1,6 WLLf 2 ) = 22,98 kNm fd
8 (22,98)
WLL = ( )2 7,18 kN /m
116 4 maka, d
a
Sehingga dapat disimpulkan_, prosedur mengh.itung MR plat terlentur satu arah menggu = w 0,85
nakan cara yang sama dengan balok persegi. masukkan dalam ungkapan MR :
memilih dan menetapkan dimensi komponen struktur baton selalu digunakan bilangan
bulat dengan tujuan agar memudahkan dan tidak banyak menimbulkan permasalahan da DariTabel A-15 didapatkaf'.' k= 3,3818 MPa.
lam pembuatan acuan (cetakan) di aksanaannya.
Bentuk lain dari masalah perencanaan disajikan pada Contoh.2.8 di mana dapat di
golongkan sebagai bentuk perencanaan bebas karena dimensi lebar balok, tinggi balok,
• Sampai tahap ini masihterdapat dua bilangan yang belum diketahui yaitu b dan dyang
da pat diperoleh melalui dua macam cara pendekatan yang berbeda.
Cara yang pertama ialah dengan memperkirakan nilai terlebih dahulu untuk kemu
b
dan luas penampang tulangan baja ti.dak atau belum ditantukan. Psnyelesaiannya dian digunakan mencari d. Pendekatan dengan cara demikian lebih mudah, karena
pada
secara taoretis akan melibatkan banyak kemungkinan kombinasi besaran-besaran
umumnya alasan praktis pelaksanaan dan arsitektural menghendaki b tidak tertalu
sehubungan batas kebutuhan ketiga faktor yang belum diketahui tersebut. Seperti
lebar. Perkirakan b = 300 mm dan gunakan rumus Mu= tP bd 2k, .
d -;
diketahui, rasio penulangan harus lebih besar dari Pmln tetapi tidak melampaui Pmaks.
sehingga kebutuhan jumlah total tulangan harus terfetak di antara dua nilai tersebut.
pertu - <P bk
Untuk digunakan pada pe
rencanaan, Tabel A-6 memberikan rekomendasi nilai yang diperlukan dan merupakan nilai
6
p maksimum. Dalam menggunakan tabel tersebut usahakan untuk tidak menggunakan ni 281 -
58 4
(10)
lai pyang lebih besar. Apabila digunakan nilai pyang lebih besar akan didapat - 0,8(301)(3,3818) B. rrm
penampang -
beton yang lebih kecil sehingga besar kemungkinan mengundang masalahi lendutan. "k . d 588,4 .
P
amen saan ras10 = 1,96 => rasio baik
Untuk perkiraan kasar, umµmnya digunakan hubungan empiris rasio antara lebar 300
b=
dan tinggi balok beton persegi yang didapat dari pengalaman praktek yang dapat diterima Berat sendiri balok baton (beban mati) akan mulai diperhitungkan yang dengan demikian
dan cukup ekonomis, ialah: berakibat momen rencana berubah dan bertambah, sehingga ukuran balok diperkirakan
1,0 s dibs 3,0 juga harus diperbesar menjadi 300 x 700 mm2.
Berdasarkan pengalaman pula, dari rentang nilai tersebut, rasio dlb yang sering diguna Berat sendiri balok = 0,30(0,70)(23) = 4,83 kN/m'.
kan dan um_umnya memenuhi syarat terletak pada nilai 1,5 dan 2,2. Hubungan-hubungan M'J tambahan karena berat balok :
seperti tersebut di atas dapat dlgunakan sebagai sarana pendekatan penyelesaian per 2
Mu = .!(1,2) (4,83) (6) = 26,08 kNm
masalahan perencanaan yang dihadapi. 8 .
Gambar 2.15.
Sketsa Rancangan
Conteh 2.8
i
bd2
3. Dari Tabel A-8 sampai A-37, dapatkan rasio penulangan.
BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PLAT BERTUlANGAN TARI< SAJA 65 4. Hitung As yang diperlukan, As pertu = pbd
5. Tentukan batang tulangan yang akan dipasang, dipilih dari tabel dengan
b3 103864806= 25966201 mm3 memperhi tungkan apakah tulangan dapat dipasang pada satu lapis di dalam
4 balok. Periksa uiang tinggi efektif aktual balok dan bandingkan dengan tinggi
b perlu= i'25966201= 296,1rrvn efektif yang dipakai untuk perhitungan. Apabila tinggi efektif aktual lebih tinggi
Dari hasil hltungan di atas tampak bahwa dengan menganggap b berarti hasil rancangan agak kon servatif (berada dalam keadaan lebih
= 300 miTI rupanya telah mendekati hasil rencana. Dengan aman). Sebaliknya, apabila tinggi efektif aktual kurang dari tinggi efektif yang
damiki&n langkah selanjutnya menghitung d yang di partukan diperhitungkan berarti dalam keadaan tidak aman dan
dangan menggunakan cara separti yang_ dilakukan pada harus dilakukan revisi perhitungan. 1 1
li1'i
I.·'
58 BAB 2 BALOK PEASEGI DAN PLAT BERTULANGAN TARIK SA.IA BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PLAT BERTULANGAN 11.RIK SA.JA 61
d perlu= Jffi t
Q3)
Daftar 2.1.
Tebal minimum balok dan plat satu arah (kutipan Tabel 32.S(a) SK SNI T-15-1991-
Apabila rasio dlb memenuhi syarat (1,5 -:- 2,2), dimensi tersebut dapat dipakai untuk
balok yang direncanaka11. TEBAL MINIMUM, h
5. Perhitungkan h kemudian hitung ulang barat balok, dan bandingkan berat balok ter- I
I '
SATU WUNG KEDUA WUNG KANTILEVER
sebut dengan bera balok yang sudah dimasukkan dalam perhitungan. · DUATUMPUAN MENERUS MENERUS
6. Lakukan revisi hitungan momen rencana Mu dengan menggunakan hasil hitungan KOMPONEN
berat sendiri balok yang terakhir. STRU<TUR KOMPONEN TIDAK MENDUKUNG ATAU MENYATU DENGAN
PAATISI ATAU KONSTRUKSI LAIN YANG AKAN
7. Dengan menggunakan b, k, dan nilai Mu yang baru didapat, hitunglah d perlu.
RUSAK AKIBATLENDUTAN BESAR
dperlu= l
Plat solid
satu -l20 -l 24 - 28 -l 10
Periksa apakah rasio dlb memanuhi syarat. arah
8. Hitur.g As yang diperlukan, As perlu = pbd
9. Pilihlah batang tulangan yang akan digunakan serta mameriksa apakah batang tulang
Balok atau
plat lajur
- l -l - - 21
l
-8
l
satu arah 16 18,5
an dapat dipasang pada balok dalam satu lapis.
1o. Tentukan h, bila perlu dengan pembulatan ke atas (dalam cm) untuk mendapatkan bi
kelayanan atau kinarja struktur pada beban kerja. Daftar 2.1 (kutipan dari Tabel 3.2.5.a
langan bulat yang baik. Hal demikian mungkin akan mengakibatkan tinggi efektif aktu
SK SNI T-15-1991-03) memberikan ketebalan minimum balok dan plat satu arah dikaitkan
aJ lebih besar daripada tinggi efektif rencana dan berarti hasil rancangan akan sedikit
de ngan panjang bentangan. Ketentuan tersabut dapat dipakai untuk komponen
kons'3f'Vatif (berada pada keadaan yang lebih aman).
struktur yang tidak mendukung atau berhubungan dengan struktur lain yang cenderung
11• Buatlah sketsa hasilrancangan.
akan ru sak akibat lendutan. Apabila mendukung atau berhubungan dengan struktur
separti ter sebut, lendutan harus dihitung secara analitis. Untuk balok atau plat satu arah
dengan te baJ kurang dari nilai yang tertera daJam daftar, lendutannya harus dihitung
2.12 PERENCANAAN PLAT TERLENTUR SATU ARAH
dan ukuran ter sebut dapat digunakan apabila lendutan memanuhi syarat. Nilai-nilai
dalam Oaftar 3.2.5.a hanya diperuntukkan bagi baJok dan plat baton bertulangan satu
Pada saat sekarang, di mana perkembangan teknologi telah rneningkat dengan pasat,
arah, nonprategangan,
untuk mendapatkan bahan struktur baton bartulang mut·u tinggi bukanlah sesuatu yang
berat baton nonnal ( we = 23 kN/m3) dan baja tulangan BJTD mutu 40. Apabila digunakan
sulit separti pada masa lalu. Dengan menggunakan bahan baja dan baton mutu tinggi
mutu tulangan baja yang lain nilai dari daftar harus dikalikan dengan faktor berikut :
akan didapat ukuran atau dimensi komponan struktur baton bartulang yang semain me
ngecll. Sebenamya pengaruh peningkatan kuat atau mutu bahan ter:tiadap deflaksi kom
_ (a, 4+ ;0) .
ponen struktur hanya kecil saja, yang berpengaruh besar adaJah ukuran penampang atau
daJam haJ ini momen inersia penampang. Akan terjadi lendutan lebih besar pada Untuk struktur beton ringan dengan.·satuan mass a
di antara 1500-2000 kgf/m3 nilai dari
kompo nen stniktur bahan mutu tinggi dibandingkan dengan komponen struktur yang daftar dikalikan dengan faktor berikut : ·
sama teta pi dibuat dari bahan dengan mutu yang lebih rendah, yang pada umumnya (1,65 - 0,005
We).
luas penam pangnya lebih besar sehingga momen inersianya juga besar.
akan tetapi bagaimanapun nilai yang didapat tidak boleh kurang dari 1,09 sedangkan
Penentuan tebal plat terfentur satu arah tergantung pada beban atau momen lentur
satu an we dalam kgf/m3. Sebagai contoh, untuk plat satu arah yang terlatak pada
' yang bekerja, defleksi yang terjadi, dan kebutuhan kuat geser yang dituntut. Standar SK
dukungan sederhana, baton dengan berat normal dan tulangan baja mutu 40, tebal
SNIT-15-1991-03 menentukan kriteria tinggi balok dan plat dikaitkan dengan bentangnya
daJam rangka usaha membatasi lendutan basar yang berakibat mengganggu kemampuan minimum yang diperlukan adalah 1l jika dikehendaki menggunakan dimensi
tersebut tanpa menghi tung lendutan, di mana l adalah panjang bentang plat.
Mangenai persyaratan lendutan labih tanjut akan dibahas lebih lanjut pada Bab 8 di
belakang.
·5 8 BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PLAT BERTULANGAN TARIK SA.JA
BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PlMBERTULANGAN TARIK SA.IA I8 I
SK SNl T-15-1991-03 pasal 3.16.7 memberikan ketentuan tebal selimut baton h . . l [ 302] 3000 ( 0,8286) .
pelindung tulangan baja untuk plat yang permukaannya tidak terbuka atau berhubungan
0,4+ =124 3 mm
langsung dengan cuaca luar, atau ti?ak kontak langsung dengan tanah. Selimut baton mtmmum= J=
ti 20 700 20
dak boleh kurang dari 20 mm apabila plat, dinding, dan plat berusuk menggunakan ba digunakan h = 125,0 mm dan selanjutnya rencanakan plat untuk setiap lebar 1m.
tang tulangan 036 atau kurang. Tidak boleh kurang dari 40 mm apabila menggunakan ba Tentukan beban mati berat sendiri plat,
tang tulangan 044 dan 056. Untuk permukaan plat yang terbuka terhadap cuaca luar (0,125)(23) =
2,875 kN/m2
atau berhubungan dengan tanah, tebal se!imut baton minimum 50 mm apabila Total beban rencana adalah,
menggunakan tuiangan 019 sampai dengan 056, dan 40 mm apabila menggunakan Wu = 1,2Wot + 1 ,6W LL
tulangan 016, ka wat W31 atau 031, atau ukuran yang lebih kecil. Apabila plat baton == 1,2(2,875) + 1,6(16) = 29,05 kN/m2
dicer langsung dan permanen berhubungan dengan tanah,- selimut baton minimum Tentukan momen rencana,
untuk segala ukuran tu 1 1 2
langan baja adaJah 70 mm. M u = 3wul2 =8(29,05)(3) =32,68 kNm
Seperti yang telah diuraikan di depan, cara yang dipakai SK SNI T-15-1991-03 un Perkirakan ddengan penggunaan tulangan Q19 dan selimut baton minimum 20 mm,
tuk membatasi timbulnya lendutan besar ialah dengan menerapkan syarat tbal d == 125 - 20 -9,5 = 95,5 mm
minimum. Akan tetapi meskipun plat telah memenuhi syarat tebal minimum, misalnya, Tentukan k yang diperlukan,
masih tetap harus dirancang untuk kuat lenumya. Lendutan plat tidak perlu dihitung
k =
ataupun diperik sa secara analitis kecuali apabila plat merupakan struktur pendukung tp bd2
atau berhubungan dengan komponen lain yang akan rusak bila mengalami lendutan
= 32,68(10)3 = 4,479 MPa
besar. 2
0,8(1) (95,5)
Standar SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.1.7 memberikan ketentuan mengenai pan
jang bentangan untuk perencanaan balok atau plat yang secara integral tidak DariTabel A-15 untuk nilai k = 4,4782 didapat p = 0,0177
periksa PmakSr
menyatu dengan dukungannya, sebagai berikut :
Pmaks = 0,0241 > 0,0177 gunakan p = 0,0177
panjang bentang = bentang bersih + tebal komponen As = p bd= 0,0177(1000)(95,5) = 1690 mm2/m'
Ketentuan tersebut dapat digunakan sebagai pedoman tetapi nilainya tidak boleh
lebih besar dari jarak antar-pusat dukungan. Karena tebal plat belum ditentukan, Dari Tabel A-3 pilihlah batang tulangan pokok, dipilih tulangan 019 dengan jarak
umumnya pa da awal perencanaan digunakan jarak antar-pusat dukungan. Conteh pusat ke pusat 150 mm {As= 1890,2 mm2). Syarat peraturan tentang jarak maksimum
berikut akan mem berikan gambaran mengenai bagaimana cara menggunakan an tara batang tuiangan telah dibahas pada Bab 2.10. Jarak minimum antara batang
ketentuan SK SNI T-15- 1991-03 untuk tebal minimum plat satu arah. tulangan untuk plat secara praktis diambil tidak kurang dari 100 mm, meskipun
peraturan mem bolehan jarak yang lebih dekat lagi seperti yang dibahas pada Conteh
Contoh 2.9 2.7.
Rencanakan suatu plat satu arah yang terletak pada dukungan sederhana dan men
dukung beban hidup terbagi rata 16 kPa. Panjang bentang 3,0 m (pusat ke pusat
dukungan), beton fc'= 20 MPa dan baja fy = 300 MPa. lkuti ketentuan SK SN/ T-15-
1991- 03 mengenai persyaratan tebal minimum dan gunakan pembulatan sampai
dengan cen timeter untuk tebaf plat.
Penyeleaaian
Oapatkan h minimum yang diperlukan kemudian perkirakan berat sendiri plat.
Dari Daftar 2.1, atau SK SNIT-15-1991-03 Tabel 3.2.5.a, Gambar 2.16.
Sketsa perencanaan Conteh 2.9
BAS 2 BALOK PERSEGI DAN Pl.AT BERTULANGAN TARIK SAJA fJ 1
6Q BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PlMBERTUt.ANGAN 'D\RIK SAJA
Periksa jarak maksimum antara batang tulangan baja disesuaikan dengan ketentuan
SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.16.6:
A. = 0,0018 bh ( 4:;) untuk mutu bajalebih tinggi dari 40,
=
Jarak maksimum 3h atau 500 mm diukur pada regangan leleh sebesar 0,35% dan dalam segala hal tidak boleh kurang
3h = 3(125) = 375 mm >.150 mm dari As= 0,0014bh.
Maka, gunakan batang tulangan 019 dengan jarak pusat ke pusat 150 mm. 1O)Jumlah luas penampang tulangan baja pokok tidak boleh kurang dari jumlah fua.s pe-
Selanjutnya. sesuai SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.16.12, menentukan penulangan nulangan susut dan suhu.
susut dan suhu (temperatur), 11) Buatlah sketsa rancangan.
As= 0,0020bh= 0,0020(1000)(125) = 250 mm2/m'
Pilih batang tulangan baja 09 dengan jarak dari pusat ke pusat 250 mm ( As= 254
mm2). atau batang 010 jarak p.k.p 300 mm (A5 = 262 mm2). Jarak maksimum = Sh
atau 500 mm. Maka, gunakanlah batang tulangan baja 09 dengan jarak p.k.p 250
mm.Sesuai SK SNI T- 15-1991-03 pasal 3.3.5 ayat 3, luas penampang tulangan
pokok harus lebih besar dari tu langan baja untuk susut dan suhu.
tulangan pokok 1890 mm2 > tulangan susut 254 mm2
Buatlah sketsa rancangan-(lihat .Gambar 2.16).
SOAL-SOAL
Soal-soal berikut ini berkaitan dengan masalah penulangan tarik saja, di mana untuk balok
gunakan selimut baton pelindung tulangan 40 mm dengan tulangan 010 untuk seng
•
kang, sedangkan untuk plat gunakan selimut baton 20 mm. J---;-------·-------·-·----,(
1500 7500 ,
2-1. Suatu balok dangan b = 350 mm, A 5 = 3025, t0 '= 30 MPa, tuiangan baja mutu 300, Gambru· Soal 2-6 ·
2-3. Hitung kapasitas momen ideal (M.'l) untuk balok dengan tulangan baja mutu 400,
I I
A s = 4028, b = 300 mm, d = 600 mm.
a. f0 ' = 20 MPa
b. fc' = 30 MPa
c. t0 ' = 35 MPa, bandingkan hasil-hasilnya dalam bentuk tabulasi.
2-4. Hitunglah momen tahanan (M,g) untuk balok dengan d = 600 mm, b = 350 mm, di
pakai 4 batang tulangan 025.
Gambar Seal 2-7
a. f 1 = 30 MPa, fy = 300
0 MPa
2-8. Suatu balok baton bertulang persegi terletak pada suatu perletakan sederhana de
= MPa
30 MPa, fy = 400
b. fc'
ngan bentangan 7 m', mendukung beban kerja merata yang terdiri dari beban hi
·2-5. Suatu balok beton bertulang terletak di atas bentangan sederhana 9 m dengan b = dup merata 20 kN/m' dan beban mati merata 24 kN/m' (sudah termasuk perkiraan
500 mm, d =1075 mm, h = 1150 mm. Balok mendukung beban kerja yang terdiri berat sendiri balok), menggunakan tulangan baja mutu 400, fc' = 20 MPa. Guna
dari hidup merata 52 kN/m' dan mati merata (tidak termasuk berat sendiri) 32 kN/m'. kanlah Tabel A-6 untuk menentukan rasio penulangan, lebar balok 400 mm, pilih bi
Periksalah apakah balok mampu r;nenahan momen lentur yang terjadi. Periksa juga langan bulat untuk h, sengkang dari batang tulangan 010. Periksalah apakah balok
rasio penulangannya untuk menjamin masih dalam batas-batas ketentuan peratur tersebut cukup kuat menahan beban dengan cara membandingkan Mu dengan MR.
an untuk: (a) penulangan 6 batang 032, dan (b) penulangan 6 batang 036, se buat sketsa rancangannya
dangkan f 0 ' = 20 MPa, fy = 300 MPa.
2-9. Rencanakan balok baton bertulang penampang persegi menahan momen rencana
total Mu=180 kNm (sudah termasuk momen karena berat sendiri). Tuntutan arsitek-
11
,,
BAB 2 BALOK PERSEGI DAN PLAT BERTULANGAN TARll< SA.JA 86
64 BAB 2 BALOK PERSEGI DAN Pt.AT BERTULANGAN TARIK SAJA
tural memertukan b = 300 mm dan h = 580 mm, fc' = 20 MPa, f y= 300 MPa. 2-15. Rencanakan suatu balok beton bertulang persegi yang terfetak di atas dukungan
Buatlah sketsa rancangan. sederhana seperti terfihat pada gambar, beban mati merata tidak termasuk berat
sendiri balok, sedangkan fc' = 20 MPa. fy = 400 MPa
2-10. Ulangi soal nomor 2-9 deng Mu= 540 kNm, lebar b= 4oo mm, h = 700 mm, fc'
30 MPa, fy = 300 MPa. 2-16. Rencanakan plat lantai baton bertulangan satu arah dengan dukungan sederhana
bantang 3 m, mendukung beban kerja hidup merata 15 kPa dan berat sendiri plat,
2- i1. Untuk balok yang dirancang pada soal 2-10, bila tulangan pokok yang dipasang fc' = 20 MPa, fy = 300 MPa. Berikan sketsa rencana.
salah pemasangannya sedemikian sehingga kedalaman efektif d = 600 mm, apakah
balok masih kuat? Periksalah dengan membandingkan Mu dengan MR dari balok 2-17. Rencanakan plat lantai baton bertulangan satu arah dengan dukungan saderhana
yang menggunakan luas penampang tulangan baja aktual,b aktual, dan tinggi efek- dan bentang 3,0 m, mendukung beban guna hidup marata 8 kPa, beban mati me
rata 1,25 kPa dan berat sendiri, fc' = 20 MPa, fy = 300 MPa, pembulatan ukuran
tif d = 600 mm.
te bal plat setiap 1O mm.
2-12. Rencanakan suatu balok baton bertulang penampang persegi pada dukungan se a rencanakan plat sesuai syarat tebal minimum paraturan.
derhana 1o m, mendukung beban kerja merata yang terdiri dari beban hidup b. rencanakan plat dengan ketebaJan yang paling tipis yang masih
merata dimungkinkan o- leh peraturan.
30 kN/m' dan beban mati merata (tidak termasuk berat sendiri balok) 15 kN/m', kare
na diba-tasi cleh ukuran kolom maka lebar balok tidak bisa lebih besar dari 400 2-18. Rencanakan plat baton dangan penulangan satu arah dan dukungan sederhana
· seperti tergambar, beban kerja h!dup marata 10 kPa. fc' = 20 MPa, fy = 400 MPa.
mm, fc' = 20 MPa, fy = 400 MPa. Berikan sketsa rencananya.
Berikan sketsa rencana.
2-13. Rencanakan suatu balok baton bertulang persegi pada dukungan sederhana 11 m,
mendukung beban kerja merata yang terdiri dari beban hidup merata 30 kN/m ' dan
beban mati merata (tidak termasuk berat sendiri balok) 23 kN/rn' lebar balok
dibatasi
450 mm, fc' = 20 MPa, fy = 300 MPa. Berikan sketsa rencana. /1 30) )1
f 1 1 11
OL
LL == 7.2
1 1 111T11 1 111111:11111
4,3 kN/m'
kN/m'
3 .: "'"T'"F53' 1
'-- = t engah
ruhan. Pada sistem seperti ini umumnya balok anak dan induk dicetak menjadi satu kesa ;: =:::= ::: ::: ,- - - - .' _:.. _ _ :- - - -
·- - - - · - - - - - · - - -- 1..:l
tuan monolit dengan plat. Sistem berbeda dapat ;uga dilaksanakan, di mana hubungan
::::::@ :tJ
11 11 11 11 11 1 1 1 1
11 I I baJok 11 11 11 baJok 1 1 I I
plat dan balok bukan merupakan satu kesatuan monolit, baik dengan cara pracetak mau 11 I· I anal< 11 11 I I anak I I 1 1
pun cetak di temp;:it. Gambar 3.1 menunjukkan sistem monol!tik tipikal. Pada umumnya 11 11 1 \_1 1 1 1
,
11 :iJ
balok anak membagi bentangan balok induk menjadi setengah, sepertigaan, seperem-". I i 1 1' 11 I 11 11
11 11 11 11 11 11 1 1
patan, seperti tampak pada Gambar 3.2. 11 11 11 II 1 1 11 11
L'
Analisis dan perencanaan balok yang dicetak menjadi satu kesatuan monolit de 11 11 balok 11 11 11 1 1 baJok 11
I I I I k I I 11 11 1 1 i'lduk 11
ngan plat lantai atau atap, didasarkan pada anggapan bahwa antara plat dengan balok- 11 kDlom 11 )'------; I I I kolom I I I I
ba 11 11 11 11 11 11 11
lok terjadi interaksi saat menahan momen lentur positif yang bekerja pada balok. lnteraksi
s: ::::: := = - =::: :t5 = :::.:.::::. . :_ :@:13
antara plat dan balok-balok yang menjadi satu kesatuan pada penampangnya 11 11 11 1 1 11
membentuk huruf T tipikal, dan oleh karena itulah balok-balok dinamakan sebagai balok ..... ,,,,. .... ......
T. Seperti tam pak dalam Gambar 3.3, plat akan beriaku sebagai lapis sayap ( flens)
11
"""
Gambar 3.2
tekan dan balok-balok Tata letak balok anak aan balok induk
1
6 8 .BAB 3 . BAL.OK T DAN BALOK PERSEGI BERTUl.ANGAN RANGKAP BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTULANGAN RANOKAP 69
lebar Hens efektl =b Sesuai dengan ketentuan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.5 ayat 1, rasio penulangan ak
' t tual ditentukan dengan menggunakan lebar badan balok (b.,) dan bukannya lebar flens
efektif (b). Ketentuan tersebut berlaku apabila badan balok dalam keadaan tertarik. Kare
na flens balok T menyediakan daerah tekan yang relatif luas, pada umumnya kapasitas
balok pendukung slstlm pial
momen tahanan ditentukan oleh luluhnya baja tulangan tarik. Maka dari itu, cukup aman
bila dilakukan anggapan bahwa baja tulangan tarik akan meluluh sebelum baton
mencapai regangan tekan batas dan kemudian hancur. Gaya tarik totaJ Nr pada
Gambar 3.3. keadaan batas (uiti mit) dillitung dengan menggunakan persamaan berikut:
Balok T sebagai bagian sistem lantai Nr = As fy
Untuk proses analisis harus diketahui terlebih dahulu bentuk blok tegangan tekan. Se
Standar SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.1.10 memberikan pembatasan lebar flans
perti halnya pada analisis balok persegi yang telah dibahas, gaya tekan total N0 harus se
efektif baJok T sebagai berikut: - imbang dan sama dengan gaya tarik total Nr- Bentuk blok tegangan takan harus
1) Labar flens afektif yang diperhitungkan tidak lebih dari seperempat_ anjng bent.ang sesuai
balok, sedangkan lebar efektif bagian plat yang menonjol di kedua s1s1 dan dengan luasan daerah baton tekan. Dengan demikian terdapat dua kemungkinan keada
balok.tldak lebih dari delapan kali tebal plat, dan jug a tidak lebih besar dari separoh an yang akan terjadi, blok tegangan tekan seluruhnya masuk di dalam daerah flens, atau
jarak bers1h de ngan balok di sebelahnya. Atau dengan kata lain, lebar flans efektif meliputi seluruh daerah flens ditambah sabagian lagi masuk di badan balok. Berdasarkan
yang diperhitung kan tidak lebih besar dan diambilnilai terkecildari nilai-nilai berikut: dua kemungkinan tersabut ditetapkan dua terminologi analisis, ialah balok Tpersegi dan
a seperempat panjang bentang balok, balok Tmumi. Perbedaan antara keduanya di samping parbedaan bentuk blok tegangan -
b. bw+ 16h,. nya adalah bahwa pada balok T persegi dengan lebar ffens etektif b dilakukan analisis
c. jarak dari pusat ke pusat antar-balok. . . da ng.an cara sama seperti balok persegi dengan lebar b (lebar flans), dengan
2) Untuk baJok yang hanya mempunyai f/ens pada satu sisi,lebar efekt1f ba1an plat yng
mengabaikan daerah baton tertarik, samentara untuk balok T mumi dilaksanakan
menonjol yang diperhitungkan tidak Iebih besar dari seperduabelas pan1ang
dengan memperhi tungkan blok tegangan tekan mencakup daerah kerja berbentuk huruf
bentang an balok, atau enam kalitebal plat, atau 112jarak bersih dengan balok di
T.
sebelahnya.
3) Untuk balok yang khusus dibentuk sebagai balok T dengan maksud untuk mendapat Contoh 3.1
kan tambahan luas daerah tekan, ketebalan flans tidak boleh lebih besar dari separoh Balok T yang merupakan bagian dari suatu sistem lantai dengan jarak spasi antar-balok
lebar balok, dan lebar f/enstotal tidak boleh lebih besar dari empat kalilebar balok. ·800 rrim, b = =
800 mm, bw 250 mm, h, 50 mm, d= =
300 mm, As = 3029. Hitunglah kuat
momen tahanan MR apab11a fy = 400 MPa (mutu 40) dan fc '= 20 MPa.
' , y =30,4 v
•r ·tb 17s,so
,k 250 J
Gambar 3.5.
Daerah tekan balok T
Pemeriksaan Pm 1 Dengan menggunakan hubungan yang sudah dikenal pada balok persegi a = 0,85 c,
,,, yang kurang lebih dapat juga diterapkan untuk balok J,
= 1,4 = =0
I'
Anln ab = 0,85(180) = 153 1 11
0035 mm
fy 400 ,
Maka, gaya tekan total dalam keadaan seimbang Nobt adalah: 1 1
1982
As 0,0264 >0,0035 Nob = 0,85fc'{b(hr) +bw ( ab- hr)}
Paktuat = bwd = (250)(3)0)
= 0,85(20){800(50) + 250(153-50)}(10)
Untuk menghitung besarnya kopel momen dalam, perlu diketahui terlebih dahulu jarak Ie = 1117,75 kN = Nrb
ngan antara gaya N0 dan Nr. Kedudukan Nr adalah-tepat pada tilik pusat luas tulangan ta Juga dikarenakan Nrb = Asb fy. maka:
rik sedangkan N 0 pada titik pusat luasan daerah tekan (Gambar 3.5). Dengan mengacu
A = 1117, 75 = 2794 mm 2
pa da garis tepi sisi atas penampang, letak titik pusat luasan terhadap tepi atas dapat Sb 40Q . .
ditetap
yang mana adalah jumlah luas tulangan baja tarik yang dibutuhkan untuk mencapai keada
kan sebagai berikut:
an seimbang.
- }: (Ay)
Sedangkan, As(maks) = 0,75 Asb = 0,75 (2794) = 2096 mm2 > 1983 mm2
Y - }:A
A 1 = 800(50) = 40000 mm2 A 2 = 250(26,5) = 6625 mm2
40000(25) +6625 (50+13.25) , mm
30 4
y 40000 + 6625
Dengan demikian kedudukan N 0 telah ditentukan, maka lengan kopel momen:
z=d -y = 300 - 30,4 = 269,6 mm
72 BAS 3 BALOK T DAN BAL.OK PERSEGI BERTULANGAN RANGKAP
BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTULANGAN RANGKAP 73
l
6
fy h, 600 + fy 300 0,0638K2
Dengan memasukkan berbagai pasangan nilai kombinasi fc' dan fY' didapat nilai As(maksJ
dalam bentuk daftar seperti yang tersusun pada Dattar 3-
350
400
0,0547K3
0,0479K" 0,512 d}
1. 35 240 0,0930Ks Kl = hr [b +bw h, -bw
300 0,0744Ke {
Kembali pada Contoh 3.1, dengan menggunakan persamaan tersebut di atas dihi
tung As<maJcsJ yang diijinkan oleh peraturan:
350
400
0,0638K,
0,0558Ks
K. 8 = ht [b+bw {0,4h86, d} -bw l
A,1,,.,..) =0,0319 h1 [b + bw {°· h5 (d)}-bw]
=0.0319(5o)[aoo + 250{ 0 ·5i) }-250]
Conteh 3.2
= 1,55(800 + 515) Untuk balok T dengan spasi jarak 1500.mm, b = 250 mm, d = 610 mm, h, = 100 mm, hi
= 2097 mm2:: 2096 mm2 tunglah kuat momen tahanan MR> apibila fc' = 20 MPa , fy = 300 MPa, As = 6029 (dua
Nilai tersebut adalah luas penampang tulangan tarik yang diijinkan dipasang sehubungan /apis). Panjang bentangan balok 8 m.
dengan persyaratan daktilitas struktur. Karena nilainya masih lebih besar dari luas
penam pang tulangan aktual As terpasang (2097 > 1983), dijamin akan tercapai Penyelesaian
parsyaratan han- cur liat (daktail) sasuai dengan peraturan. Tampak bahwa nilai Hitung lebar flens efektif :
As<ma1csJ Yang didapat sebe namya tidak barbeda jauh dengan nilai 0,75 Ast>- saperempat panjang bentang = 114(8) = 2 m = 2000 mm
bw+ 16hr= 250 + 16(100) = 1850 mm
jarak antara balok ke balok = 1500 mm
maka digunakan b = 1500 mm
74 BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTULANGAN RANGKAP
BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTULANGAN RANGKAP 76
=8987 mm2 ·
Pmln = -f-
y
dan Psktual = bd
w
t
As aktual = 3963 mm2, karena 8987 > 3963 balok akan berperilaku daktail (liat) dan PaktuaJ harus lebih besar dari Pm1n-
seperti anggapan pada awaJ perhitungan bahwa tu!angan baja tarik sudah meluluh 6) Hitung rasio penulangan untuk kemudian menentukan k,
pada waktu terjadi momen ultimit. As
p= bd
76 BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTUlANGAN AANGKAP 7) Mengacu pada Tabel pada Apendiks A, dicfapatkan nilai k yang diperlukan ntuk nilai
p yang didapat dari langkah 6.
8) Hitung mome tahanan, MR= ; bd2k
9) Pemeriksaan persyaratan daktilitas dengan menggunakan ungkapan As(maksJ darl BAS 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTUl.ANGAN RANGKAP 77
Oaftar 3-1, di mana As(maksJ harus lebih besar dari As- .
610
Gambar 3.7.
450 Daerah beton tekan
Gambar 3.6.
Sketsa Contoh 3.3
78 BAB 3 BALOK T DAH BALOK PEASEGI BERTULANGAN
RANGKAP BAB 3 BALOK T DAH BALOK PERSEGI BERTUl..ANGAN RANGKAP 79
11000(50) +54ass {10o+i (121,9)} _ Keharusan untuk mempertimbangkan segi-sagi pelaksanaan ataupun hubungan dengan
13 7
y 40000+54855 . 4, mm komponan struktur lainnya mungkin juga mempengaruhi penentuan lebar badan balok
dengan diperolehnya nilai y tersebut, maka lengan momen z misalnya ukuran kolom ataupun sistam pelaksanaan pembuatan acuan (cetakan). '
dihitung:
z = d- Y= 610 - 134,7 = 475,3 mm Contoh 3.4.
Menghitung kapasitas momen tahanan ldeaJ fv1n dan momen tahanan MF+ Rencanakan balok T untuk sistem lantai dengan tebal plat lantai 100 mm didukung oleh
Mn= Ny(z) = 1221,4(0,4753) = 580,53 kNm balok-ba/ok berjajar yang masing-masing berjarak 2 m dari sumbu ke sumbu, panjang
MR= </I Mn= 0,8(580,53) = 464,42 kNm bentangan balok 7m, lebar balok bw = =
300 mm, d 480 mm, h = 550 mm, baton fc' =
20
Memeriksa persyaratan batas penulangan As(maks) (lihat Tabet 3-1),
MPa, fy = 400 MPa (mutu 40). Momen karena beban guna MoL =85 kNm (termasuk berat
=
sistem lantai) dan MLL 170 kNm.
As('"""'! = 0,0425 ht { b+ bw( O , l d -1)}
= 0,0425 (100) 170 +
450
0 567 (610)
- Penyelesaian
)}
' 100 1 lebar tersebut.
{ (
= 5425 mm2 > 4071,5 mm2
Harap diperhatikan bahwa pada langkah terakhir tersebut menggunakan persamaan dari
Tabel 3-1 dengan mengingat bahwa daerah tekan di atas lekukan bersifat dan dianggap
berperilaku sama dengan f/ens balok T.
3 .5 PERENCANA AN BALOK T
Dalam merencanakan balok T, pada langkah awal disarankan untuk menentukan apakah
balok tersebut berperilaku sebagai balok Tpersegi atau balok Tmurni. Apabila ditentukan
sebagai balok T persegi, maka prosedur P.erencanaan sama dengan yang dilakukan
pada perencanaan balok persegi bertulangan tarik dengan ukuran-ukuran penampang
yang te lah diketahui (lihat bab 2.10). Sedangkan apabila sebagai balok Tmumi
perencanaan dila kukan dengan cara perkiraan yang kemudian diikuti dengan analisis.
Berdasarkan pada bentuknya, umumnya flens mMyediakan daerah tekan lebih dari
cukup sehingga blok tegangan tekan seluruhnya terletak di dalam daerah flens.
Sehingga hampir s_elalu di
jumpai bahwa balok T umumnya dianalisa atau direncanakan sebagai balok :r persegi.
Perencanaan balok T adalah proses menentukan dimensi tebal dan lebar flens, le
bar dan tinggi efektif badan balok, dan luas tulangan baja tarik. Dalam perencanaan pe
nampang balok T yang mendukung momen lentur positif umumnya sebagian dari
kelima bilangan sudah diketahui terlebih dahulu. Penentuan tebal flens biasanya tidak
lepas·dari perencanaan struktur plat, sedangkan dimensi balok terkait dengan kebutuhan
menahan gaya geser dan momen lentur yang timbul pada dukungan dan di tengah
bentang struk tur balok menerus. Sedangkan untuk lebar flens efektif (b), seperti sudah
dikemukakan di depan, standar SK SNI T-15-1991-03 memberikan batasan mengenai
Menentukan momen rencana,
Mu= 1,2 MoL + 1,6 MtL = 1,2(85) + 1,6(170) = 374 kNm.
Menentukan tinggi efektif balok,
d =h- 70 mm = 550 - 70 = 480 mm
Lebar flens etektif,
seperempat panjang bentangan = 114{7000) = 1750 mm
bw+ 16 h1= 300 +16(100) = 1900 mm
jarak antar-balok = 2000 mm
gunakan lebar flens efektif b = 1750 mm
Selanjutnya adalah menentukan apakah baiok akan berperilaku sebagai balok T
murni atau persegi dengan cara menghitung momen tahanan MRt dan dengan
menganggap se luruh flens berada di daerah tekan. Dengan anggapan tersebut
berarti dasar blok tegang an tekan berimpit dengan dasar flens seperti tampak
pada Gambar 3.8.
MR =t/J (0,85 fc' )bh,(d -112.h,)
= 0,8(0',85)(20)(1750)( 100){480-112(100)}(1 Q)-Q
= 1023,4 kNm
100
Karena 1023,4 > 374, maka luasan flens efektif total tidak perlu seluruhnya sebagai Contoh 3.5.
dae
rah tekan dan dengan demildan balok T diperhitungkan berperilaku sebagai bal()k
Rencanakan balok T dengan b =
650 mm, bw = 300 mm, h = 650, hr= 90 mm. Anggap
persegi dengan lebar b =
1750 mm. bahwa /ebar flans efektif yang diberikan dapat diterima Balok T akan mendukung
Rencanakan sebagai balok persegi dengan lebar b dan tinggi efektif d, momen rencana total Mu = 440 kNm, f0 ' = 20 MPa, fy = 400 MPa, gunakanlah
selimut
374 1 6 beton pelindung tulangan 40 mm dan sengkang dari batang tulangait 010.
k perfu= Mu ( O ) 1 1595
MPa
2 2
; bd 0,8(175q(480) '
Penyelesaian
Dari Tabel A-27, piiihlah rasio penulangan yang sesuai dengan nilai k = 1,1595
MPa, diperoleh: p= 0,0030.
Moman rencana total Mu = 440 kNm (diketahui).
Kedalaman efektif, d = 550 - 70 = 480
Sering terjadi bahwa nilai rasio penulangan balok T untuk kuat momen lebih rendah
dari Pm1n- tetapi masih dapat digunakan. mm Labar f/ensefektif, b = 650 mm
(diketahui).
Hitung luas tulangan baja tarik yang dibutuhkan,
Menentukan MR dengan anggapan flens seluruhnya berada dalam daerah tekan,
As= p bd= 0,0030(1750)(480) =
2520 mm2
MR = l/>(0,85fc' )bh, (d- 112.h,)
Kemudian memilih batang tulangan tarik, gunakan 4 tulangan 029 (As= 2642 mm2).
= 0,8(0,85)(20)(650)(90)(480 -112(90)1(10 = 346 kNm
bwminimum =
303 mm:::: 300 mm
MR< Mw maka balok akan berperilaku sebagai balok Tmumi.
Periksa d aktual,
Hitunglah perkiraan jarak lengan kopel momen dalam,
d = 550 -40 - 10 -112(29) = 486 mm >480 mm
z = d -112h,= 480 -112(90) = 435 mm
Periksa Pmln dan As(maa.r
14 _ J!!.L _
Hitunglah As yang diperlukan,
Pm1n = = = 0 0035
' 6
440(10)
fy 400 '
) 0,0181 3161•
As 2642 >0,0035 As - q, fyz - 0,8( 400)( 435) rnnz
PaktuaJ = bwd = ( 00)(
Tentukan batang tulangan baja tarik, gunakan 2036 dan 1040 (As total = 3292,4 mm2),
3 486 bw minimum = 288 mm.
Hitung dalam efektif aktualbalok,
Asr..- 1 = 0,0319h1 {b+b,.(0,5 (d) 1) } d = 550 - 40 - 5 - 112(40) = 485 mm
gunakan d = 485 mm
= 0,0019(100){1750 +300(0,S%4B6) -1) Pemeriksaan kapasitas balok dengan analisis MR :
} Lebar flens efektif telah ditetapkan, b = 650 mm
b-650 1'
bw =300
Memeriksa
Pmin. - = 1• 4 = 0,0035
Pmin - fy 400
- = 3292.4 = 0,0226 >0,0035 Gambar 3.11. Sketsa rancangan Contoh 3.5
Paktua/ - b d (300 }( 485 ) . .
w
Menentukan letak titik pusat daerah tekan dengan men ggunakan gans tep1 atas berbagai macam bentuk balok karena bagaimanapun perkiraan rencana tersebut selalu di
penam- pang sebagai acuan, ikuti dan diperiksa dengan proses analisis. Tetapi secara khusus metoda tersebut bekerja
- 2: (Ay) dengan baik untuk perencanaan balok T yang bentuk dasamya sedemikian sehingga titik
y - }:A pusat blok tegangan tekan berlokasi di tempat yang tidak jauh dari tengah-tengah flens
sehingga mudah untuk memperkirakan nilai z.
A '= 650(90) = 58500 m.':12 A.e= 300(63) = 18900 mm2
. 1 Suatu metode alternatif lain dalam merencana balok T murni ialah dengan cara
58500(45) +18900 90+ 2 (63) menghitung kebutuhan tulangan baja tarik untuk dua kopel momen dalam secara terpi
4) Menghitung momon tuhanun M11 dengan anggapan bahwa seluruh daerah 5) Apabila MR > M"' bolok nkun IJ111 pu11l•1ku :rnbagai balok Tpersegi dengan lebar b,
flens efek tif untuk tekan. dan apabila MR< Mu balok hurpmllnhu t•11luic1ai ba.lok T murni.
... OK T DAN BALOK PERSEGI eeRTIJlANGAN BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTUl.ANGAN RANGKAP 85
8 4 BA8 B AANGKAP
3 ,_
d-d I
Gambar 3.13. Model kerusakan pada daerah tekan
I
Nr2
--+..
=As°; fy
penampang kopel nlOOl0ll
polongan baja-baja
(a) (d)
.dihitung
pasangan kopel tulangan baja tekan dan baja tarik tambahan Dengan didapatkannya nifai a, maka letak (posisi) garis netral dapat ditentukan de
Nr
= d - c (0 003 ) = (316,9) 0,003 0,00
49
As fy= (0,85fc')ab +As'fy
') t
(A i l
- , . ... r atau Ast £. c · 193,1
fr
a
a= (0, 85 fc' )b (0, 85 fc' £y = 0,0015
)b
BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTULANGAN RANGKAP 91
9Q BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTULANGAN
RANGKAP
Sedangkan dari B 2.8 terdahulu, untuk balok bertuiangan tarik saja, telah
Karena s 'dan es keduanya lebih besar dari s Y' baik tuiangan baja tekan maupun
didapatkan hubungan sebaga1 berikut:
tk telah mencapai luluh tertebih dahulu sebelum baton tekan mencapai regang
-O _ 600(d) l ) (0,85 fc' ) p1
0,3. . -· Pma1cs- , 75 Pb - fy+S00 \0,75 fy
Dengan demikian anggapan mengnai tegangan baja benar dan sesua1 perhitUngan.
Dari pasangan kopel baton tekan dengan tulangan baja tarik, didapatkan: Maka untuk balok bertu!angan rangkap didapatkan hubungan sebagai berikut:
Mn1 = Ast fy(d-112 a) A 'f '
As(maks) =Pmsks(d )+T
=
2789,8(300)[510 - 112(164,1)110"'6 = 358,2 kNm y
Dari pasangan kopel.tulangan baja tekan dan tambahan tulangan tarik:
Mn
2
= A ' fy (d- d') = 2035,8(300)(510 - 65)(10)-6 = 271,8
Pada penampang bertulangan seimbang, apabila f5 '= fy. persamaan menjadi:
kNm
5
ikut:
r; =
Letak garis netral dari sisi tepi atas.
600 (d) Denan demiki, untuk berbagai nilai fydapat ditatapkan nilai d'ld, di mana f 5 '= fy-.
(ty +600) e1gga apblla pada suatu penampang yang mempunyai nilai aktuaJ d 'Id lebih kacil da
n rnla1yang didapat dari persamaan, maka fs'= fy-
Keseimbangan gaya desak dan tarik dalam penampang mamberikan, Apabila fs '= fy. nilai-nilai d'/d adaJah sebagai berikut:
Nob= NTb untuk: fy= 240 d'/d = 2,33
(0,85fc' )/31Cb+ As' fs'= Asb fy
fy = 300 d'ld = 3,00
As(maks) = 0,75 Asb
fy = 350 d'ld = 3,80
dengan malakukan bebarapa substitusi, didapatkan: fy= 400 d'ld= 5,00
s(mskS } - •
A
_
0 75 (0,85 f d f31Cb ) + o 75
'
( s'
Maksud dari paraturan untuk menjamin didapatkannya balok daktail (liat) akan ber
fy fy
Sedangkan SK SNI T-15-1991-03 pasaJ 3.3.3 ayat 3 menyatakan bahwa untuk kompo A -0 75
nen struktur dengan tulangan tekan. bagian Pb yang disamakan dengan tulangan tekan ti
dak perlu diraduksi dangan f aktor 0,75. Apabila ketantuan tersebut diterapkan pada per
samaan yang talu, dan dengan melakukan substitusi untuk cbt maka didapatkan:
(0,85 fc' ) /3 1 (60q {d )} As' fs'
hasil apabil_a pasangan kopel beton tekan dangan tulangan baja tarik memuaskan karana tambahan tulangan yang embenkan pasangan kopel tulangan baja
mempunyai nilai p kurang dan 0,75 Pb dan hasil perencanaan akan berperilaku tekan (A$' ) dan tulangan tarik tambqhan (As
sebagai baJok daktail. Pem batasan _daktilitas tersebut umumnya cukup t1dak akan mengakibatkan hancur getas karena merupakan pasangan tulangan baja dan
s(maksJ - ' { fy Vy+ umumnya dipakai jenis baja yang cukup liat untuk struktur baton biasa.
600) +---
-
fy
BAS 3 BALOK T DAN IW.OK PERSEGI BERTUl.ANGAH R.AHUKAP 93
92 BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTULANGAN RANGKAP
_ _ I· ,
Dengan demikian persamaan keseimbangan dapat disusun untuk menetapkan nilai tepat
cyang dipertukan, berupa persarnaan kuadrat. Pada contoh berikut ini, akan dapat No =0.85 lc' ab
diamati
permasalahan dan sekaligus pemecahannya.
garls netraJ
(c c
No = Nr
As fy = (0,85fc')bP,c: o, oo3 EsAs' Mnt = Not (z1) = Not (d-112a)
= 929,98{530 - 112(104,2)}{10r1= 444,44 kNm
Apabila persamaan tersebut dikalikan dengan c, akan didapat:
As fye = (0,85 fc' )b{3 1c2+ c(0,003) EsAs'- d'(0,003)EsAs' Mn2= Nodz2) = No2(d- d' )
satelah dilakukan pengelompokan, didapatkan persamaan: = 291,57(10)-3(530 - 65) = 135,58 kNm
(0,85 fc'bf31)c2 + (0,003 E5A 9 '-Asfy_)c- d' (0,003 )EsAs'= Mn = Mnt + Mn2= 580,02 -Nm
0 MR = 4' Mn= 0,8(580,02) = 464,02 kNm
dengan memasukkan nilai Es= 200000 MPa, persamaan menjadi: Dengan menggunakan syarat SK SNI T-15-1991-03 dilakukan pemeriksaan daktilitas
ba lok. Karena fs '< fy maka jumlah luas penampang tulangan baja tarik
2 (As ) yang
(0,85 fc'bf31)c2+ (600 As' - Asfy)C
2 - 600 d'As'= 0 diperlukan
di mana A 5 = 3053,6 mm2 As'= 981,8 /31 = sebagai pasangan dengan tulangan baja tekan untuk membentuk kopel momen dalam
mm 0,81
akan kurang dari As
fy = 400 MPa fc' = 35 MPa
Hitung ulang berapa sebenamya As 1 efektif yang berfaku.
b = 300 mm d' = 65 mm
dan setelah dilakukan substitusi, didapat persamaan: Nr2= No2
{0,85(35)(300)(0,81)} c2 + £00(981,8) - 3053,6{400)} c- 600(65)(981,8) =
A52 fy= As'f 5 '
O
7229,25 c2- 632360 c- 38290200 = O
A = As' fs' = 981,8 (296,97) nvn 2
2 729
s fy 400
c2 - 87,47 c- 5297 = O
Selanjutnya mencari nilai c atau akar persamaan pangkat dua di atas, dapat diselesaikan Kemudian didapatkan, As 1 = As-As2 =_3053,6 -729 = 2325 mm2
dengan cara sebagai berikut: Untuk pasangan kopel baton tekan dengan tulangan baja tarik,
c2 - 87,47 C= 5297 Asr 2325 .
0 0146
c2 - 87,47 C+ {112(- 87,47)} 2 = 5297 + { 112(- 87,47)} 2 p = bd= 300(530) •
c2 - 87.47 c+ 1912,7 = 5297 + 1912,7 = 7209,7
(c- 43,74)2 = 7209,7 0,75 Pb= 0,0271 (Tabel A-6)
c- 43,74 = v(7209,7) = 84,91 C= 128,7 mm dengan demikian maka: p= 0,0146 <
Penyelesaian persamaan kuadrat untuk mencari c dapat juga diselesaikan dengan cara 0,0271
sebagai berikut: Untuk memudahkan di dalam memahami analisis penampang balok bertulangan rangkap,
berikut diberikan ringkasan langkah-langkahnya,
c = =J( o+ R 2 ) - R
600 As' -As t; 600 d' A/
di mana '
.1 ,7 fc' b
dan 0 = 0,85 fc' b 1) Anggap bahwa segenap penulangan meluluh, maka: fs = ts:= fy. dan As2 = As
R 2) Dengan menggunakan persamaan pasangan kopel baton tekan dan tulangan baja ta
R /3 t'1
1
Dengan nilai c tersebut, nilai-nilai lain yang belum diketahui dapat dicari. No = N01 +N02 = 1221,55 kN
t. ,_ (c - d 6 ( 0Q = (128.7-SS) (600)= 296,97 MPa < 400
MPa
s - c 128,7
dengan demikian berarti anggapan yang digunakan benar.
a = {3 c= 0,81(128,7) = 104,2 mm
1
Nor = (0,85 fc' )ab= 0,85(35)(104,2)(300)10) -3= 929,98 kN
N02 = As'f 5 '=296,97(981,8)(10) = 291,57 kN
rik, dan As 1= As- As hitunglah tinggi blok tegangan tekan a
(As - As') fy Ast f y
a (o.as tc')b (O,B5 tc')b
3) Tentukan letak garis netral,
a
=- c
{3,
4) Dengan menggunakan diagram regangan memeriksa
regangan tulangan baja tekan maupun tarik, untuk
membuktikan apakah anggapan pada langkah awaJ benar.
r
(
BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTUlANGAN BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTUl.ANGAH RAH<IKAr 81
96 BAB
..
RANGKAP
3
7) Dapatkan a dengan menggunakan persamaan: a= fJ c
Kondisi I:
5) Apabila es' dan Es keduanya melampau1
.
E y.
hitunglah kapasitas momen teoretis Mn 1
• As,= As -AT'f ' dan p ak1uaJ_ - b d 5 1
•
y
dan Mn2- . tekan dan tarik: Mn2= As' fy{d - d') atau persyatan daktilitas diperiksa dengan membandingkan As dengan As(maksJ se
Untuk pasangan kopel gaya tulangank d n tulangan tarik: Mn2= As1 t.)..d-112a) perti yang telah dijabarkan dalam Bab 3. 7, di mana dilakukan penyelidikan apakah
Untuk pasangan kopel gaya baton ta an a
kondisi seimbang tercapai.
dangan demikian, Mn= Mn1 + Mn2
6) M R= 9 Mn .. n an membuktikan bahwa rasio penulangan (p ) pa-
•
7) Pemeriksaan syarat dakt1htas de g an baja tarik tidak melampaui 0,75 Pb
(Tabe sangan kopel gaya baton tekan dan tulang t langan baja tarik tidak lebih
dan A-6) atau membuktikan bahwa luas penampang u
3.9 PERENCANAAN BALOK 8ERTULANGAN RANGKAP
A , seperti ditetapkan persamaan dalam Bab Apabila pengamatan menunjukkan bahwa penampang balok persegi bertulangan tarik
s( mal< ) 3.7.
s A saja tidak kuat untuk menahan beban tertentu dan ukurannya tidak memungkinkan untuk
51
p aktual =bd
f
s
'
Kondisi II: tuk mendapatkan nilai c digunakan persamaan sebagai ber- -
5) Jika es'< ey dan Es 2 sy. un -
-
(
6
ikut: ,
r
f ) _ 600 d'A '= O 0
.•
(0,85 fc'b1)c2 +(600 As - s .k dang cara biasa ataupun c
pendekatan
dapatkan c dan persamaan kua ra at
seperti pada Conteh 3.7. .
(
perencanaan pada dasamya dapat dibagi menjadi dua bagian perencanaan o
kopel gaya dalam yang bila hasil keduanya dijumlahkan akan didapat kekuatan n = 230 kNm dan Mu = 370 kNm, b = 350 mm, h = 800 mm, f c' = 20 MPa, fy = 40 MPa,
apabila dipakai tulangan baja tekan gunakan cf :: 70 mm.
balok yang diperfukan.
9 8 BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTGAN RANGKAP
BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTUl.ANGAN RANGKAP 99
Penyelesaian · · . Pasangan kopel gaya tulangan baja tekan dan tarik ditentukan sedemikian rupa sehingga
Anggap bahwa d = h -100 = 700 mm, jarak pusat berat tulangan baja tarik terhadap tep1 kuat momennya memenuhi keseimbangan terhadap momen rencana
baton ditentukan 100 mm dengar'I memperhitungkan kemungkinan penggunaan dua la-
MR2 perlu = Mu- MRt = 868 - 761 107 kNm =
. pis tulangan baja tarik. Berdasarkan pada pasangan kopel gaya tulangan baja tekan dan tarik didapatkan:
Menghitung moman rencana, MR2 = tf' No2(d - d' }
Mu = 1,2MoL + 1,6MLL M R2 107000
= 1,2(230) + 1,6(370) = 276 + 592 = 868 kNm No2 <f>(d - d') = 0,8(700-70) = 212,3 kN
Terlebih dahulu dihitung apakah mungkin menggunakan balok bertulangan tarik saja. Dari
Karena No2 = As' f s maka fs 'dihitung berdasarkan letak garis netraf psangan kopel gaya
Tabel A-9, didapatkan nilai k.
be.ton tekan dan tul ngan baja tarik, kemudian dilakukan pemeriksaan terhadap
k maksimum= 5,9792 MPa regangan Es pada tulangan baJa tekan.
MR maks= 4' bd2k
a= Ast fr = 7130(240) _
= 0,8(350)(700)2(5,9792)1 = 820 kNm 28 6
Karena M ,q maks= 820 kNm < 868 kNm, maka disimpulkan tidak dapat menggunakan ba- {0,85 fc')b 0,85(20)(350) - 7. mm
lok dengan hanya bertulangan tarik saja, harus bertulangan rangkap. a 287,6
Perhitungkan bahwa pasangan l<opel gaya baton tekan dengan tulangan baja tarik mem- c = p;= 0, = 338,4 mm
85
punyai rasio penulangan kira-kira 90% dari Pmaks- Es' = c - d' (0 003) = 268,4(0,003) -
p = 0,90(0,0323) = 0,0291 c ' 338,4 - 0,0024
dengan nilai tersebut dicari nilai kdari Tabel A-9, Ey= 0,0020
k = 5,5451 MPa
Karena Ey < Es maka terbukti bahwa me!'llang tufangan baja tarik akan melufuh sebelum
Kuat momen tahanan atau kapasitas pasangan kopel gaya baton tekan dan tulangan baja
regangan _baton tekan mencapai 0,003, dan karenanya sebagai batas tegangan: t '= t
tarik adalah:
Tentukan JUmfah tulangan baja tekan yang diperfukan. Y Y-
MRt =
¢' bd2k = 0,8(350)(700)2(5,5451)(10)-6 = 761 kNm 3
Tentukan luas penampang tulangan tarik yang diperlukan untuk pasangan kopel gaya ba- As' perlu= No2 = No2 =212,3(10) _
. ts' fy 240 - 884,6 rrrn2
ton tekan dan tulangan baja tarik,
Tetukan jumfah tfangan baja tarik yang diperlukan untuk pasangan kopel gaya tulangan
Ast = pbd= 0,0291(350)(700) = 7130 baJa tekan dan tank tambahan dengan '= fy-
mm2
f5
b=350
As2= As'= 884,6 mm2
2025 ----/( !
h=800
---- I----
i
4036 1 ,. minimum
'
4036 :::19'=:.--.I, J._.../ 25
-=; t-. ::llE;3F.i--i,
Gambar 3.16. Diagram regangan Seton tekan (contoh 3.8)
Gambar 3.17. Sketsa Rancangan Canton 3.8
10 0 BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTUl.ANGAN RANGKAP BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTULANGAN RANGKAP 10 1
Tentukan luas tulangan baja tarik total yang diperlukan, 8) Dengan berdasarkan pada pasangan kopel gaya tulangan baja tekan dan tarik tam
As total = As1+ As2= 7130 + 884,6 = 8014,6 mm 2 bahan, hitung gaya tekan pada tulangan yang diperlukan (anggap bahwa d' = 70
Pilih tulangan baja tekan yang akan dipasang jika diperlukan luasan 884,6 mm 2
• mm).
Gunakan 2 batang tulangan 028 (As'= 1231,4 mm2). N - M R2
2 _02 - ;(d -d')
Pilih tulangan baja tarik yang akan dipasang jika diperlukan luasan 8014,6 mm •
Gunakan 8 batang tulangan 036 (As = 8143 mm2), tampatkan pada posisi dua iapis (4 9) Dengan N 02 = As 'f5', hitung fs 'sedemikian sehingga As' dapat ditentukan. Hal
ba tang tiap lapis). Dengan susunan tulangan tersebut kemudian diperiksa seberapa terse but dapat dilakukan dengan menggunakan letak garis natral dari pasangan
gaya ba
lebar balok yang dipertukan, apakah lebar yang ada ( b = 350 mm) masih memenuhi.
ton tekan dan tulangan baja tarik kemudian memeriksa regangan es' pada tulangan
Untuk tulangan sengkang gunakan batang tulangan 012, tinggi balok total 800 mm, sa
te kan, sedangkan nilai eydidapat dari Tabel.
limut beta pelindung tulangan 40 mm, batang tulangan tarik 036, dan jarak barsih mini
mum antar-lapis 25 mm. Maka, tinggi efektif balok dapat dihitung sebagai berikut: - As1 f r
a - (0,85 fc' )b
d aktual= 800 -6 -18 -12,5 = 723,5 mm
sedangkan tinggi efektif (d) yang digunakan 700 mm < 723,5 mm. a
c =-
/3,
Oengan demikian ringkasan langkah-langkah perencanaan balo!< bertulangan rang
Es' = c -d' (0,003)
kap adalah sebagai barikut: c
Ukuran penampang balok sudah ditentukan. Apabila Es' Ey, tulangan baja tekan telah meluluh pada momen ultimit dan f5 '=
1) Anggap bahwa d = h - 100 mm fY' se dangkan apabila Es'< Ey. hitunglah fs'= E 5 'Es dan gunakan tegangan
2) Menghitung momen rencana total Mu- tersebut untuk langkah berikutnya.
3) Dilakukan pemeriksaan apakah benar-benar perlu balok bertulangan rangkap. Dari 10) Karena N 02 = A 5 'f5 '
Ta bel Apendiks A diperoleh nilai k maksimum untuk digunakan menghitung MR
balok
maka As' perlu =
N
,°
s
bertulangan baja tarik saja. 11) Menghitung As 2 perlu,
MR maksimum = 4' bd 2k . f5 'As'
As perlu = ,-
4) Apabila MR< MIP rencanakan balok sebagai balok bertulangan rangkap, dan apabila 2 Y
MR Mu. balok direncanakan sebagai balok bertulangan tarik saja. 12) Menghitung jumlah luas tulangan baja tarik total yang diperlukan, As = Ast + As2
13) Memilih batang tulangan baja tekan As'·
Apabila harus direncanakan sebagai balok bertulangan rangkap :
14) Memilih batang tulangan baja tarik (A 5). Periksa lebar balok dengan
5) Menghitung rasio penulangan pasangan kopel gaya baton tekan dan tulangan baja
mengusahakan agadulangan dapat dipasang dalam satu lapis saja
tarik, p = 0,90(Pmaks) = 0,90(0,75 Pb) 15) Memeriksa d aktual dan bandingkan dengan d teoretis. Apabila d aktual sedikit lebih
Nilai ptersebut digunakan untuk mencari kpada Tabel. ·besar, berarti rancangan agak kohservatif (lebih aman). Apabila d aktual lebih kecil
6) Menentukan kapasitas momen dari pasangan kopel gaya baton tekan dan tulangan yang berarti perencanaan kurang aman, dilakukan perencanaan ulang.
baja tarik. 16) Berikan sketsa rancangan.
MRt = ipbd 2k
Menghitung tulangan baja tarik yang diperfukan untuk pasangan kopel gaya baton te-
kan dan tulangan baja tarik,
Ast perlu = pbd
7) Menghitung selisih momen, atau momen yang harus ditahan oleh pasangan gaya tu-
langan baja tekan dan tarik tambahan, MR2= Mu - MR1
102 BAB 3· BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTUl.ANGAN RANGKAP
BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTULANGAN RANGKAP 1Q3
SOAL-SOAL
3-1. Suatu balok T yang merupakan bagian suatu sistem plat lantai, b= 1200 mm, bw
= J bw =300 J
600 mm, hr = 160 mm, h = 1000 mm, panjang bentang 6000 mm, jarak antar-
Gambar Saal 3-4
balok (p.k.p) 1150 mm, As = 10032 (dua lapis), fc'= 20 MPa, fy= 240 MPa.
a Hitung kapasitas momen MR- Periksa apakah tulangan terpasang masihdalam
ba- 3-5. Hitung kapasitas momen balok dengan dimensi yang sudah ditetapkan seperti ter
gambar,
tas sesuai peraturan.
b. Apabila seluruh luas f/ens tersedia untuk blok tegangan tekan, berapa tulangan
baja yang diperlukan pada penampang baton tersebut.
a Balok spandre/ dengan flens pada sisi sebelah saja, fc'= 25 MPa, f 5 = 400 MPa
3-2. Hitung kapasitas momen MR untuk balok T sebagai bagian sistem lantai dengan bw= b. Balok kotak, fc'= 20 MPa, fy = 240 MPa. .
400 mm, hr= 140 mm, d = 800 mm, As = 6029 (dua lapis), panjang bentangan 10
m, jarak antar-balok (p.k.p) 2000 mm, fc'= 25 MPa. fy = 400 MPa, periksa
penulangan-
nya.
3-3. Balok T seperti tergambar terletak pada bentang sederhana 9,50 m, fc'= 20 MPa, fy
= 400 MPa, selain berat sendiri tidak ada beban mati, anggap perencanaan plat cu-
• kup baik.
a Hitung kapasitas momen MR, .
b. Hitung beban hidup yang diijinkan bekerja pada balok (kN/m), (a)
c. Hitung beban hidup yang diijinkan bekerja pada plat (kPa).
(h)
3-6. Rencanakan balok T bertulangan tarik yang menahan momen positif dengan bw =
400 mm, d = 650 mm, hr = 100 mm. Beban mati 25 kPa (tidak termasuk berat
sendiri plat dan balok) dan beban hidup 160. kPa, panjang bentang sederhana 6
Gambar Saal 3-3 m, jarak antar-bafok {p.k.p) 2000 mm, fc'= 30 MPa, dan fy= 300 MPa.
3-4. Balok T di atas bentang sederhana 6 m, jarak antar-bafok {p.k.p) 2,50 m. Apabila 3-7. Sistem lantai baton bertulang terdiri dari plat tebaJ 100 mm didukung oleh baJok
fc'= bentang menerus membentuk balok T, panjang bentang a m, jarak antar-balok T
20 MPa. fy= 400 MPa, hitung kapasitas momen MR. (p.k.p.) 1800 mm. Dimensi badan balok ditentukan berdasarkan pada momen nega-
BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTULANGAN RANGKAP 1Q 5
1Q 4 BAB 3 BALOK T DAN BALOK PERSEGI BERTULANGAN RANGKAP
3-12. Rencanakan suatu balok baton bertulang persgi yang mendukung momen renca a
tif dan persyaratan gaya geser pada dukungan,bw= 450 mm, h = 600 mm, pilih tu
tt:IMu = 1060 kN':'1 (trmasuk momen berat sendiri). Ukuran balok dibatasi, fe ar -
langan baja yang diperlukan pada tengah bentang untuk mendukung momen ren
400 mm, dan tingg1 total h=800 mm, fc'= 20 MPa, fy= 300 MPa, apabila di
cana positiftotal Mu= 780 kNm (termasuk berat sendiri), fc'= 20 MPa. fy= 400 MPa.
perlukan tulangan baja tekan, gunakan d'= 60 mm.
3-8. Tantukan penulangan balok dengan penampang seperti tergambar. Moman positif
3-13. Recanakan suatu balok baton bertulang persagi yang mendukung momen beban
beban hidup 210 kNm dan beban mati 110 kNm (sudah tennasuk berat sendiri), fc'=
mat1 (termask momen berat sendiri) 185 kNm, dan momen beban -hiduo 200 kNm
20 MPa, f1= 300 MPa. Tuntutan ars1tektural membatasi lebar maksimum b = 300 mm dan t·in · · t t 1 h ·
600 f. , 20 M gg1 o a =
mm, c = Pa, fy= 300 MPa
150
3-14.Rencanakan suatu balok baton bartulang persegi yang mendukung beban r
(termasuk berat sendiri} 15 kN/m dan beban hidup 45 kN/m Balok te I t k mda '
tumpuan d rh · · r e a pa a se
e ana pan1ang bentang 6 m, dimensi penampang maksimum dibatas·
b= 300 mm dan tinggi h= 500 mm, fc'=-20 MPa, fy= 300 MPa. '
650
3- 15. Rencna Ian balok ang ada pada Saal 3-14 dengan ketentuan hanya bertulang an
baJa tank sa1a dan d1perlebar tetapi jangan mempertinggi ( h = 500 mm).
3-9. Hitung MRdari balok dengan b = 400 mm, h = 650 mm, d' = 65 mm, As = 8029 (dua
lapis), A 5'= 2025, fc'= 30 MPa, f1= 400 MPa. •
3-10. Balok dengan b = 300 mm, h = 600 mm, d' = 65 mm, As = 6032 (dua lapis), As' =
2032, panjang bentang tumpuan sederhana 10 m. Suatu beban merata (di luar be rat
sendiri) bekerja di atasnya terdiri dari beban mati dan beban hidup, fc' = 30 MPa,
fy = 400 MPa. _
a Tentukan besarnya beban kerja yang dapat didukung oleh balok tersebut (di luar
barat sendiri).
b. Perbandingkan MR dari balok tersebut dengan kekuatan balok dengan ukuran
yang sama tetapi hanya dengan tulangan baja!arik maksimum yang diperboleh-
kan saja
3-11. Tentukan MR untuk balok dengan b= 400 mm, d= 450 mm, d'= 65 mm, A 5'= 2025,
batang tulangan baja tarik terbawah menggunakan 4036, fc' = 30 MPa, sedangkan fy=
300 MPa. •.
. .. BAB -4 PEN\ll.ANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR 10 7
4 f = Mic dan v= V S
di mana f, M, c, I adaJah
lb
(
4-1)
yang telah diterangkan di Bab 1, sedangkan v adaJah
dan seperti
tegangan geser, V adalah gaya geser akibat beban luar, S adalah momen statik terhadap
garis natral penampang, dan b adaJah lebar penampang. Tegangan-tegangan utama pada
baJok yang mendukung gaya geser dan momen lentur dihitung menggunakan persama
PENULANGAN GESER DA N PUNTIR an sebagai berikut:
di mana fpr adalah tegangan utama, f adalah tegangan lentur dan vadalah tegangan geser
yang dihitung dari persamaan (4-1). Arah atau orientasi bidang utama apat dihitung de
ngan menggunakan persamaan sebagai berikut:
2 v
tan 2a = -- (4- 3)
1
di mana a adalah sudut yang diukur dari garis horisontal.
4 .1 KUAT G ESER Mengenai seberapa besar tegangan gaser dan lentur yang timbul bervariasi tergan
I tung dari letak tempat yang ditinjau di sepanjang balok dan jaraknya terhadap garis netral.
Dalam membahas balok terlentur hendaknya mempertimbangkan pula bahwa pada saat Dengan demikian sudut kemiringan dan besarnya tegangan utama juga akan bervariasi
yang sama balok juga menahan gaya geser akibat lenturan. Kondisi kritis geser akibat pula dan merupakan fungsi dari nilru banding antara t dan v. Tapat pada garis netraJ
11
I
lentur ditunjukkan dengan timbulnya tegangan-tegangan tarik tambahan di tempat-tem akan terjadi tegangan utama dengan membentuk sudut 45° yang dapat dijelaskan
pat tertentu pada komponen struktur terlentur. Untuk komponen struktur beton bertu menggu: nakan rumus (4-3), yang mana apabiladimasukkan nilai t = 0, maka tan 2a =
!ang, apabila gaya geser yang bekerja sedemikian besar hingga di luar ker:narnpu oo, sahingga
beton
untuk menahannya, perlu memasang baja tulangan tambahan untuk rnenahan geser ter
didapat a = 45°
Seperti tampak pada Gambar 4.1, dilakukan pengamatan suatu satuan elemen ku
sebut. bus tepat pada garis netral baJok di mana f =
0. Berdasarkan prinsip keseimbangan, te
Tegangan geser dan lentur akan timbul di sepanjang komponen struktur di mana
bekerja gaya geser dan rnomen lentur, dan penampang komponen mengaJami
I gangan geser vertikaJ pada dua muka vertikal berseberangan akan sama besar tetapi arah
kerjanya berlawanan. Apabifa hanya kedua tegangan tersebut yang timbul dan bekerja
tegangan tegangan tersebut pada tempat-tempat selain di garis natral dan serat tepi
dapat dipastikan bahwa elemen akan berputar. Maka dari itu, untuk mempertahankan
penampang. Komposisi tegangan-tegangan tersebut di suatu tempat akan
ke-
menyesuaikan diri secara alami dengan mambentuk kesaimbangan tegangan geser
dan tegangan norrnaJ maksi v
mum dalam satu bidang yang .membentuk sudut kemiringan terhadap sumbu balok.
Dengan ·menggunakan lingkaran Mohr dapat ditunjukkan bahwa tegangan normal maksi I.
,/ ./A
mum dan minimum akan bekerja pada dua bidang yang saling tegak lurus satu sama
lain nya. Bidang-bidang tersebut dinamakan bidang utama dan tegangan-tegangan yang g.n..
,
/
/ '
l / / l v
be /
kerja disebut tegangan-tegangan utama.
Pernbahasan konsep tegangan lentur dan tegangan geser balok elastik bahan ser
vi /
/
ba-sama (homogen) secara panjang lebar dan terinci dapat diperoleh pada buku-buku Gambar 4.1.
mengenai mekanika dan kuat bahan. Persamaan yang umumnya digunakan untuk rneng
(a) balok dengan beban meiata
ungkapkan tegangan lentur dan tegangan geser adalah:
,450 I. A' v elemen
/'"---=====::::s=--- (b) tegangan pada satuan
Hubungan antar-tegangan geser
BAB 4 PENUl..AHGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR 10 9
1O S BAB 4 PENUl..ANGAN GESER DAN PUNTIA BALOK TERLENTUR
seimbangan harus ada tegangan geser yang be_kerja pada permukaan horisontal yang Dengan demikian, pennulaan dan perkembangan retak miring tergantung pada be
be samya sama tetapi arahnya berlawanan terhadap tegangan gesar ertikal. sar relatif tegangan geser vdan tegangan lentur f. Berdasarkan pengembangan persama
Pembahasan untuk mempertahankan keseimbngan antara tegangan geser honsontal an (4-1) tegangan-tegangan penentu ini dinyatakan sebagai:
dan tegangan geser vertikal di satiap tempat pada balok diuraikan sacara mendalam
pada banyak buku
v = Jc, :d
M
(4- 4.a)
'l
- --
I v/ ': V 0.707 V
.:
A
/
./
/
geser pada balok baton tanpa tulangan, di mana karusakan umumnya akan terjadi di dae
l , ',
',> .707 / , rah sepanjang kurang lebih tiga kali tinggi efektif balok, dan dinamakan bentang geser.
, Seperti tampak di Gambar 4.3, retak akibat tarik diagonal merupakaA salah satu cara ter
/ jadinya kerusakan geser. Untuk bentang geser yang lebih pendek, kerusakan akan timbul
/
, 1,414l A v = tegangan geser
Gambar 4.2. V = gaya geser
T=1.414 V T = gaya tarik
0,707 V= komponen gaya.
normal terhadap bidang A-A
sabagai kombinasi dari ret angan tarik lentur akan terjadi terlebih dahulu sebelum timbul retak karana tarik diagonal.
pergeseran, remuk, dan ak Oangan damikian ter jadinya retak tarik lanturan p_ada balok tanpa tulangan marupakan
balah. Sedangkan untuk kar peringatan. awal keru sakan gesar.
balok baton tan pa an Retak miring akibat geser di badan balok baton bertulang dapat tarjadi tanpa diser
tulangan dangan bentang a tai retak akibat lentur di sekitamya. atau dapat juga sebagai kelanjutan proses ratak
geser labih panjang, teg lantur
Tarik diagonal karena geser
11 Q BAB 4 PEN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR
BAB 4 PENUL.ANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR 111
bentang geser
{baglan bentang di mana terjadl geser tlnggi) 3) Timbulnya aksi pasak tulangan memanjang sebagai pertawanan terhadap gaya trans
versal yang harus ditahan.
4) Terjadinya perilaku pelengkung pada balok yang relatif tinggi, di mana segera
I setelah terjadi retak miring, beban dipikul oleh susunan reaksi gaya tekan yang
membentuk busur melengkung dengan pengikatnya (tali busur) adaJah gaya tarik di
•
I
sepanjang tu langan memanjang yang ternyata memberikan cadangan kapasitas
cukup tinggi,
5) Adanya pertawanan penulangan geser yang berupa sengkang vertikql ataupun miring
Gambar 4.3. (untuk balok bertulangan geser)
Kerusakan tipikal akibat tarik diagonal
Dalam rangka usaha mengetahui distribusi tegangan gesar yang sebenarnya terjadi
di sepanjang bentang dan kedaJaman penarnpang baJok, meskipun studi dan penelitian
yang telah mendahuluinya. Retak miring pada balok yang sebelumnya tidak m_engalai
telah difakukan secara luas untuk kurun waktu cukup lama, mekanisme kerusakan geser
retak lentur dinarnakan sebagai retak geser badan. Kejadian retak geser badan 1arang
yang tepat sebetulnya masih juga belum dikuasai sepenuhnya. Untuk menentukan se
d1- jumpai pada balok beton bertulang biasa dan lebih sering dijumpai. pada balok
berapa besar tegangan geser tersebut, umumnya peraturan-peraturan yang ada membe
baton prategangan berbentuk huruf I dengan badan tipis dan flens (sayap) lebar. Retak
rikan rekomendasi untuk menggunakan pedoman perencanaan berdasarkan nilai tegang
geser
an geser rata-rata nominal sebagai berikut:
badan juga dapat terjadi di sekitar titik balik lendutan atau pada tempat di mana terjadi
penghentian tulangan balok struktur bentang menerus. Retak miring yang terjadi sebagai Vu
Vu =
proses kelanjutan dari retak lentur yang te•ah timbul sebelumnya dinamakan sebagai re w
dimana Vu = tegangan geser rencana rata-rata nominal total (MPa),
tak geser Jentur. Retak jenis yang terakhir ini dapat dijumpai baik pada balok baton
bertu lang biasa ataupun prategangan. Proses terjadinya retak lentur umumnya Vu = gaya geser rencana total karena beban luar (kN),
cenderung me rambat dimulai dari tepi masuk ke dalam balok dengan arah harnpir
rp = faktor reduksi kuat bahan (untuk geser 0,60),
vertikal. Proses terse but terus berfanjut tanpa mengakibatkan berkurangnya·tegangan bw = lebar balok, untuk penampang persegi = b (an),
sampai tercapainya sua tu kombinasi kritis tegangan lentur dan geser di ujung salah satu d = tinggi efektif balok (cm).
retak terdaJarn, di mana
terjadi tegangan geser cukup besar yang kemudian mengakibatkan terjadinya retak mi
ring. Pada balok beton bertulangan lentur arah memanjang, tulangan baja akan bertugas Seperti yang telah dikemukakan bahwa di tempat garis netral penampang, nilai te
sepenuhnya menahan gaya tarik yang timbul akibat lenturan. Sementara itu, apabila be gangan geser sama dengan tegangan tarik diagonaJ. Maka untuk kepentingan pende
ban yang bekerja terus meningkat, tegangan tarik dan geser juga akan meningkat seiring katan perencanaan, ditetapkan bahwa tegangan geser dapat dipakai sebagai alat- ukur
dengan beban. Sedangkan tulangan baja yang diperuntukkan menahan momen lentur di yang baik untuk mengukur tegangan tarik diagonal yang terjadi, meskipun sesungguhnya
dalarn balok letaknya tidak pada tempat di mana tegangan tarik diagonal timbul. Sehingga bukanlah tegangan tarik diagonal aktual..
untuk itu diperlukan tambahan tulangan baja untuk menahan tegangan tarik diagonal ter Walaupun teori umum perencanaan geser yang dipakai sebagai dasar peraturan
sebut di tempat-tempat yang sesuai. dan persyaratan belum diubah, SK SNi=T-15-1991-03 memberikan rekomendasi bahwa
Mekanisme perlawanan geser di dalam komponen struktur beton bertulang tidak perencanaan geser dapat didasarkan pada gaya geser Vu yang bekerja pada penarnpang
lepas dari pengaruh serta tersusun sebagai kombinasi beberapa kejadian atau mekanis balok. Hal demikian berbeda dengan peraturan-peraturan sebelumnya, PSI 1971 dan se
me sebagai berikut: belumnya, yang mendasarkan pada tegangan geser. Sehingga tidak jarang terjadi penaf
1) Adanya perfawanan geser baton sebelum terjadi retak. siran bahwa gaya geser, sama seperti halnya tegangan geser, secara umum dapat
2) Adanya gaya ikatan antar-agregat (pelimpahan geser antar-permukaan butir) ke arah berlaku sebagai alat pengukur tarik diagonal yang timbul.
ta ngensial di sepanjang retakan, yang serupa dengan gaya gesek akibat saJing ikat
an tar-agregat yang tidak teratur di sepanjang permukaan baton kasar.
112 BAB 4 PENUl.ANGAN GESER DAN PUNT1R BALOK TERLENTUR BAB 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR 113
4.3 PERENCANAAN PENULANGAN GESER Dalam persamaan tersebut satuan fe' dalam MPa, bwdan d daJam mm, dan satuan Ve dalam
kN, sedangkan untuk balok persegi bwsama dengan b. Kuat geser ideal beton dikenakan
oasar pemikiran perencanaan penulangan geser atau penulangan geser badan balok faktor reduksi kekuatan =O,60 sehingga menjadi kuat geser beton (SK SNIT-15-1991-
adalah usaha menyediakan sejumfah tulangan baja untuk menahan gaya tarik arah 03 pasal 3.2.3). Sadangkan kuat geser rencana Vudidapatkan dari hasil penerapan faktor
tegak lurus terhadap retak tarik diagonal sedemikian rupa sehingga mampu mencegah beban, di mana nilai Vu lebih mudah ditentukan dengan menggunakan diagram gaya
bukaan ge ser.
retak lebih lanjut. Berdasarkan atas pemikiran tersebut dan juga dengan rnarnparhatikan Di dalam peraturan juga dinyatakan bahwa meskipun secara teoratis tidak perlu pe
pola retak seperti tergambar pada Gambar 4.3, penulangan gaser dapat dilakukan dalam nulangan geser apabila Vu s ;Vei akan tetapi peraturan mengharuskan untuk selalu
b'eberapa cara, seperti: me nyediakan penulangan gesar minimum pada semua bagian struktur baton yang
1) sengkang vertikal, menga lami lenturan (meskipun menurut perhitungan tidak memerlukannya), kecuali
2) jaringan kawat baja las yang dipasang tagaklurus tarhadap surnbu aksial, untuk:
3) sengkang miring atau diagonal, 1) plat dan fondasi plat,
4) batang tulangan miring diagonal yang dapat dilakukan dengan cara membengkok ba- 2) struktur balok baton rusuk separti yang ditentukan dalam SK SNI T-15-1991-03, pasal
tang tulangan pokok balok di tempat-tempat yang diperlukan, atau 3.1.11,
5) tulangan spiral. 3) balok yang tinggi totalnya tidak labih dari 250 mm, atau 2,5 kalitebal flans, atau 1,5
Perancanaan geser untuk komponan-komponen struktur terlantur didasarkan pa kali lebar badan balok, diambil mana yang terbesar,
da anggapan bahwa baton menahan sebagian dari gaya geser, sedangkan kelebihannya 4) tempat di mana nilai Vu<112 Vc-
atau kekuatan gasar di atas kamampuan baton untuk menahannya dilimpahkan kepada
tulangan baja gesar. Cara yang umum dilaksanakan dan lebih sering dipakai untuk Ketentuan penulangan geser minimum tersebut terutama untuk menjaga agar apa
penu langan gaser ialah dengan manggunakan sengkang, di mana selain bil.a timbul beban yang tak terduga pada komponan struktur yang mungin akan
pelaksanaannya le bih mudah juga manjamin ketepatan pemasangannya. Penulangan mengaki batkan kerusakan (kegagalan) geser. Eksperimen dan penelitian menunjukkan
dengan sengkang hanya memberikan andil terhadap sebagian pertahanan geser, bahwa ke rusakan akibat geser pada komponen struktur baton bertulang terlentur selalu
karena formasi atau arah ratak yang miring. Tatapi bagaimanapun, cara panulangan terjadi se cara tiba-tiba tanpa diawali peringatan terlebih dahulu. Pada tempat di mana
demikian tarbukti mampu mem berikan sumbangan untuk peningkatan kuat geser ultimit tidak diperfu kan tulangan geser (plat dan plat fondasi) yang memiliki ketebalan cukup
komponenaStruktur yang meng alami lenturan. untuk menahan Vur tulangan geser minimum tidak diperlukan. Sedangkan pada tempat
Untuk komponen-komponen struktur yang menahan geser dan lentur saja, persa di mana diperlu kan tulangan geser minimum, jumlah luasnya ditentukan dengan
maan (3.4-3) SK SNI T-15-1991--03 memberikan kapasitas kemampuan baton (tanpa persamaan (3.4-14) SK SNIT-15-1991-03 sebagai berikut:
pe nulangan geser) untuk menahan gaya gser adalah Ve. A _2_ bws
v- 3 f
Ve =(;N ) bw d y
Pada persamaan tarsebut, dan mengacu pada Gambar 4.4 sebagai penjelasnya:
atau dengan menggunakan persamaan (3.4-6) yang lebih terinci sebagai berikut, Av = luas penampang tulaAgan geser total dengan jarak spasi antar-tulangan
Ve =7l r;-;·+120Pw Mu
1( Vud'
bw d
s, untuk sengkang keliling tunggal Av= 2.ASJ di mana A 5 adalah luas
pe- - nampang batang tulangan sengkang (mm2).
bw = lebar balok, untuk balok persegi = b (nYTI).
di mana Mu adalah momen terfaktor yang terjadi bersamaan dengan gaya geser terf
aktor maksimum Vu pada penampang kritis, sedangkan batas atas faktor pengali dan Ve s = jarak pusat ke pusat batang tulangan geser ke arah sejajar tulangan po
adalah sebagai berikut: kok memanjang (mm).
fy = kuat luluh tulangan geser (MPa).
Vud 1O
M '
u
Vc s (0,30 vfc' )b..,P
114 BAB 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR
BAB 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR 115
• •
- - ·- t l
Av ly
I
seng lcang = Av f y
s
2
t
I
I
1 v.
y-1.414Sl bw i--!-:-
I "' flw d
s s s
• komoonoo ,
vertlkal =
d
Gambar 4.5.
Gambar 4.4. Penampang isomerrik susunan sengkang Menentukan jarak spasi sengkang berdasarl<an syarat kekuatan
Apabila gaya geser yang ·bakerja Vu lebih besar dari kapasitas geser baton rp Ve Dengan menggunakan konsep tegangan geser SK SNI T-15-1991-03 dan memberikan
maka diperlukan penulangan geser untuk memperkuatnya. Apabila gaya geser yang be beberapa substitusi, maka didapatkan:
kerja di sebarang tempat sepanjang bentang lebih besar dari 1t2.1p Ve. peraturan mengha V 4' (V + V5 )
Tegangan geser =--u -= c
ruskan memasang paling tidak tulangan geser minimum yang disyaratkan. Pada SK SNIT- </J bw d ¢ bw d
15-1991-03 pasal 3.4.1 dinyatakan bahwa dasar perencanaan tulangan geser adalah: dan persamaan tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
Vus9Vn SK SNIT-15-1991-03 pars {3.4-1)
Tegangan geser =
v c-+_s_
v.
dimana Vn=Ve +Vs SK SNIT-15-1991-03 pars (3.4-2)
bw d bw d
sehingga Vu:S <P Ve+ r/J Vs
suku pertama ( Vcfbwd ) adalah kapasitas tegangan geser baton, sedangkan suku
di mana Vu, q,, Ve, sudah ditentukan, Vn adalah kuat geser ideal atau nominal, dan Vs kedua sebagai kelebihan tegangan geser di atas kapasitas beton yang harus didukung
•
ada- lah kuat geser nominal yang dapat disediakan oleh tulangan .JSSer.
oleh tu langan baja geser pada balok.
_ Av f r d 1 bw
sehingga, v.- s S
Av+ 2 Ar =3-f-
Dengan cara s8!lla, untuk tulangan sengkang miring sesuai dengan persamaan (3.4-18)
SK SNI T-15-1991-
• di mana
A,
torsi,mm2.
y
03:
Vs = Av fy (sina + cosa) Deng.an demikian prosedur umum perencanaan tulangan sengkang adalah:
(.;) 1) Hitung nilai geser berdasarkan diagram geser Vuuntuk bentang barsih,
di mana s adalah jarak spasi pusat ke pusat antar-sangkang arah horisontal sejajar tulang
2) Tentukan apakah dibutuhkan tulangan sengkang atau tidak, apabila diperlukan seng
an pokok memanjang. kang gambarkan diagram Vs.
3) Tentukan bagian dari bentangan yang memerfukan tulangan sengkang.
Adalah lebih praktis apabila persamaan-persamaan (3.4-17) dan (3.4-18) SK SNIT-
4) Pilih ukuran diameter batang tulangan sengkang (gunakan sengkang vertikal). lkutilah
15-1991-03 disusun ulang untuk mengungkapkan jarak spasi sengkang, karena pada
petunjuk-petunjuk yang berkaitan dengan anggapan-anggapan yang bertaku dan ana
umumnya ukuran batang tulangan sengkang, kekuatan bahan, dan tinggi efektif telah ter-
lisis yang harus dilakukan.
tsntu. Maka perencanaannya adalah menentukan jarak spasi tulangan sengkang dengan
5) Tentukan jarak spasi sengkang maksimum sesuai syarat SK SNI T-15-1991-03.
menggunakan persamaan sebagai berikut: 6) Hitung kebutuhan jarak spasi sengkang berdasarkan kekuatan yang mampu disum
Av fyd
bangkan oleh penulangan sengkang.
Untuk sengkang vertikal s perfu = -
• vs
Av f yd
7) Tentukan pola dan tata letak sengkang secara keseluruhan dan buatlah gambar sket
Untuk sengkang miring s perlu= (1,414)-- . sanya.
Vs
Harap dicatat bahwa kedua persamaan tersebut digunakan untuk menghitung jarak maksi Beberapa petunjuk ketentuan penulangan sengkang
mum antar-sengkang didasarkan pada kuat bahan yang diperlukan. Kuat tulangan geser 1 ) Bahan-bahan dan tegangan maksimum
nominaJ yang diperlukan Vs dapat ditentukan dari diagram gaya geser terfaktor Vu, dan 1
Untuk mencagah terjadinya lebar retak berlebihan pada balok akibat gaya tarik diago
persamaan SK SNI T-15-1991-03 (3.4-1) serta (3.4-2): nal, SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.4.5 ayat 2 memberikan ketentuan bahwa kuat
'4us Ve+ 4Ns luluh rencana tulangan geser tidak boleh melampaui 400 MPa. Sedangkan nilai Vs
selanjutnya didapat: tidak bo
leh melebihi (213./ tc ')bwd terlepas dari be rapa ju mlah luas total penulangan geser (pasal
3.4.5 ayat 6.8).
2 ) Ukuran batang tulangan untuk sengkang
Umumnya digunakan batang tulangan 010 untuk sengkang. Pada kondisi di mana
Apabila penampang komp ;men struktur terlentur juga menahan momen tarsi (p.untiran): bentang dan beban sedemik!an rupa sehingga rnengakibatkan timbulnya gaya geser
di mana momen tarsi terfaktor Tumelebihi nilai (1124v'fcLx2y), maka kuat geser Ve yang relatif besar, ada kemungkinan harus menggunakan batang tulangan D12. Peng
adalah.
gunaan batang tulangan 012 untuk tulangan sengkang merupakan hal yang jarang di
(2FJ )
6
b d
lakukan. Untuk balok ukuran besar kadang-kadang digunakan sengkang rangkap
de ngan perhitungan kemungkinan terjadinya retak diagonal yang menyilang empat
2 w
atau lebih batang tulangan sengkang vertikal.
1+(2.50 c, :) Apabila digunakan sengkang tertutup tunggal, luas yang disediakan oleh setiap seng
kang untuk menahan geser Av adalah dua kali luas penampang batang tulangan yang
dan apabila pada komponen tersebut kuat geser tertaktor Vu > 112q, Ve. sehingga memer_
digunakan, karena setiap sengkang rnenyilang retak diagonal pada dua ternpat, se
lukan dipasang tulangan geser minimum, maka luas sengkang tertutup minimum harus dt-
hingga misalnya untuk batang tulangan 010: Av = 157 mm2, sedangkan untuk 012:
hitung dari persamaan berikut:
Av= 226 mm2.
118 BAB 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR
BAB 4 PENUL.ANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR 119
Apabila mungkin jangan menggunakan diameter batang tulangan sengkang yang
berfainan atau bermacam, gunakan ukuran batang tulangan sama untuk seluruh seng
kang kecuali tiada pilihan lain. ada umumnya yang diatur bervariasi adalah jarak spasl
,,M,f,s ,=,4,6,,k,N,,/m,,',,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, ,,,,,TI
sengkang sedangkan ukuran batang tulangannya diusahakan tetap.
3 ) Jarak antara sengkang {spas1) 8 I 10000
230 kN (a)
Jarak spasi dari usat ke pusat antar-sengkang tidak boleh lebih dari 1t2.d atau 600 mm,
mana yang lebih kecil (SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.4.5 ayat 4.1). Apabila V5 melebihi
nilai (1!3v' f c' )bwd jarak spasi sangkang tidak boleh lebih dari 114d atau 300 mm, mana
/,(----
yang lebih kecii (pasal 3.4.5 ayat 4.3). Pada umumnya akan lebih praktis dan ekonomis o l""........... ......_..J..U..i..u..u..u..i..u.u.::ai°i"'==:::============l
untuk menghitung jarak sengkang perlu pada beberapa tempat (penampang) untuk
kemudian penempatan sengkang diatur sesuai dengan kelompok jarak. Sehingga ja rak 230 kN
(b)
spasi antar-sengkang sama untuk suatu kelompok jarak dan peningkatan jarak anta ra
Gambar 4.6.
satu kelompok dengan lainnya tidak lebih dari 20 mm. Peraturan menetapkan bahwa jika
Sketsa Contoh 4.1
reaksi dukungan berupa gaya tekan vertikal di daerah ujung komponen (misalnya suatu
balok), maka geser maksimum diperhitungkan akan terjadi pada penampang ber Contoh 4. 1.
jarak d dari dukungan kecuali untuk brackets, konsol pendek, atau kondisi khusus Balok beton bertulang persegi dengan perletakan sederhana, panjang bentangan ber
yang semacam. Penampang di tempat berjarak d dari dukungan disebut sebagai pe sih 10 m, lebar b = 300 mm, tinggi efektif d = 610 mm, menahan beban rencana total (ter
nampang kritis, dan perencanaan sengkang penampang-penampang yang berada masuk berat sendiri) wu =
46 kN/m, fc' = 20 MPa, f y =
240 MPa, rencanakan penulangan
daJam jarak d dari dukungan menggunakan nilai geser sama yaitu Vu- Dengan kata lain, gesemya.
spasi sejak dari dukungan sainpai ke penampang kritis bemilai tetap dan dihitung ber
dasarkan kebutuhan sengkang di penampang kritis. Sengkang yang paling tepi dipa Penyelesaian
sang pada jarak ±1!2S dari dukungan, di mana s adalah spasi sengkang yang diperlukan di Gambar diagram gaya geser Vu (lihat Gambar 4.6).
daerah tersebut dengan maksud untuk mempertimbangkan keserasian pemasang- . an Vumaksimum = 112 Wul = 112(46)(10) = 230 kN. Gambar
keseluruhan bentang. Pel'lgaturan spsi sengkang merupakan fungsi diagram V5• diagram gaya Vs perlu (lihat Gambar 4.7).
Dalam praktek pelaksanaan, pola perencanaan sengkang sepenuhnya tergantung Vu
Vs perfu= --Vc
pada pilihan perencana yang dalam hat ini dibatasi oleh pertimbangan segi kebutuhan
kekuatan dan ekonomi biaya. Tersedia banyak kemungkinan untuk pengembangan "'
Ve = (116v'fc ' )bwfi
pola tersebut. Pada umumnya nilai gaya geser akari berangsur berkurang sejak dari =(116v'20)(300)(610)10-3 = 136,4 kN
tempat dukungan sampai di tengah bentang dan dengan demikian spasi jarak seng
kang-pun berangsur ditarnbah sejak dari penampang kntis sampai mencapai nilai jarak 246,93kN
spasi maksimum yang diperkenankan oleh peraturan. Pekerjaan ini memerlukan kete
<t
kunan karena merupakan pekerjaan detail dalam kaitannya dengan operasi panempat an
tulangan sengkang sedemikian hingga diperoleh penggunaan baja yang seekono mis
I
mungkin. Untuk balok dengan beban merata pada umumnya digunakan tidak lebih dari 76,01 kN
l
dua atau tiga macam spasi sengkang. Sedangkan untuk balok bentangan panjang atau
pembebanan terpusat yang kompleks tentunya akan membutuhkan lebih banyak I
perhitungan dalam perencanaan polanya. Pada umumnya jarak spasi sengkang diarn
5000
biltidak kurang dari 100 mm.
Gambar 4.7. Diagram V untuk Contoh 4.1
5
12 Q BAS 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR
..
5
BAB 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR 12 1
Nilai beban merata total sebesar 46 kN/m diungkapkan dengan garis miring _ .!_ bwS at _ 3A vfy -_ 3(157) (240)
diagram A v- 3 au
Smsks-
bw 300
376 8 rrvn
Vu. Karena Vs merupakan fungsidari VJtjJ kemiringan garis diagram Vs sama dengan kemi- Dari hasilpemeriksaan berdasarkan pada dua kritaria tersebut di atas, nilai terkecil yang
ringan garis diagram Vudi agi dengan ip. di pakai ialah jarak spasi maksimum 305 mm untuk keseluruhan panjang baJok.
Kemiringan garis diagram Vs :m= 4614' = 46/0,60 = 76,67 kN/m
Kemudian ditentukan tempat di mana nilai diagram Vs= 0, yaitu pada jarak 246,93176,67 = Menentukan jarak spasi yang dibutuhkan berdasarkan pada kuat geser :
3,22 m dari dukungan. Uhat Gambar 4.7 (Diagram Vs). Sampai sejauh ini telah diketahui bahwa spasi sengkang yang dibutuhkan di tempat pe
nampang kritis adalah 114,8 mm dan spasi maksimum ijin pada balok 305 mm, di
Menghitung panjang bagian bentang yang memerlukan sengkang : bagian mana sengkang harus diperhitungkan.
Mengingat kebutuhan akan tulangan sengkang harus diperhitungkan pada tempat di ma Untuk menyusun pola pada keseluruhan panjang balok periu diatur berbagai variasi
na Vu= 11'2 4' Ve= 40,92 kN, carilah kedudukan nilai tegangan geser tersebut pada diagram spasi sesuai dengan kebutuhan sengkang untuk setiap titik sejak dukungan. Mungkin
•
Vu di Gambar 4.6(c). pengaturannya lebih mudah dilakukan dengan membagi menjadi beberapa kelompok
Didapat jaraknya terhadap dukungan adalah: (23Q-40,92)/46 = 4,11 m. sengkang berdasarkan jarak spasinya Penentuan jumlah lokasi di tempat mana
Apabila dipilih tulangan 010 ( Av = 157 mm2) untuk sengkang, periksalah spasi dilakukan perhitungan spasi perlu merupakan faktor yang harus diperhitungkan dan
yang dibutuhkan pada penampang kritis, di mana merupakan tempat yang memerlukan merupakan fungsi dari diagram Vs.
spasi paJing rapat. Dengan menggunakan dalam efektif balok d = 610 mm, maka pada
pe nampang kritis didapat,
Vs= 246,93 - 610(76,67)1 G-3 = 200, 16 kN
. k k _ Av fy d _157(240)(610)(10)-3 .a mm x (m) s penu (mm)
114
1ara seng ang s - V • - 200 16 0,66 117,1
s '
t90f'itls tldak 135
Gunakan 11O mm, dan ini adalah jarak spasi tebesar yang boleh digunakan pada bagian 1,00
2,00 245.6
balok sepanjang d di antara dukungan dan penampang_ kritis. Nilai tersebut didasarkan 2,24 305
atas kuat geser yang C:isediakan oleh baja tulangan geser terpasang. Apabila
perhitungan spasi yang diperlukan pada kasus semaca ini menghasilkan nilai kurang
dari 50 mm, mungkin harus dipertimbangkan penggunaan tulangan sengkang dengan .·
diameter yang
lebih besar atau sengkang rangkap.
2,24 3,22
1,00 2,00 3,00 4,00 5.00
Menentukan spasi maksimum yang dibutuhkan :
•
jarak dart per1elakan (m)
Bandingkan nilai V 5pada penampang kritis dengan (1/3./fc'}bwd : (1! Gambar 4.8.
3v'fc'}b.,,,d = (113v'20}(300)(610)(10)-3 = 272,8 kN
••
Karena 200, 16 <272,8 ; spasi maksimum adalah nilai terkecil
Untuk mempermudah perhitungan spasi yang diperlukan pada berbagai tempat di 330 kN 330 kN
sepan jang balok dapat dikembangkan dengan membuat tabel atau daftar
berdasarkan pada ungkapan berikut ini:
Av fv d
-r
MhltiML'LUL!ULLULkMLMLUML!LUULMAMLLUjiDii
1PkN'"'
s perlu =
vs
/
v 6000 I.,
1
Nilru V5 diambil dari diagram Vs (Gambar 4.7) dengan perhitungan sebagai berikut: Gambar 4.10.
Sketsa Conteh 4.2
Vs= Vs(maksJ - mx
di mana Vs(maksJ adalah nilai Vstepat pada dukungan, m adalah kemiringan diagram Vs dan
Contoh 4.2.
x adalah jarak dari dukungan ke tempat di mana spasi sengkangnya diperhitungkan. Suatu· balok beton bertulang menerus seperti tampak pada Gambar 4. 1o. febar baiok
Av f y d
Maka, s perlu= V 400 mm, dalam efektif 780 mm. Beban rencana dan diagram gaya geser seperti tampak
s( maks) -mx dalam gambar. Beban rencana merata sudah termasuk berat sendiri balok. Rencanakan
Apabila perhitungan spasi sengkang yang diperlukan dilakukan secara acak untuk setiap penulangan geser balok apabila fc'=20 MPa dan fy = 240 MPa.
jarak 660 mm, maka pada jarak 660 mm dari dukungan akan didapatkan,
3 Penyelesaian
s perlu= Av f y d 157(2«J)(610)(10} - ·H l,-1
-3 mm Diagram gaya geser ( Vu) seperti tampak pada Gambar 4.11.
vs( maks) -mx 246,93- 76,67( 660)( 10
Ve = (116./ fc' )b.,,.cl
, • ,
)
Dengan cara yang sama spasi yang diperlukan pada tempat-tempat di sepanjang balok da
= (116./20)(400)(780)1 = 232,55 kN
pat dihitung dan ditentukan. Hasil perhitungan tersebut dibuat daftar dan gambar seperti •
tampak pad Gambar 4.8. Perlu dicatat bahwa pada tempat di mana nilai Smaks= 305 mm
1.e 9 Ve= 112(0,60)(232,55) 69,77 kN =
Karena 363 > 69,77 diperlukan tulangan sengkang.
dilampaui tidak perlu dihitung besarnya spasi sengkang.
Grafik pada Gambar 4.8 sebagai alat bantu untuk menentukan perhitungan dan po
Menghitung Vspada tempat dukungan balok :
la spasi sengkang. Misalnya spasi 135 mm dapat dimulai pada tempat berjarak 1000 mm v.
363
dari dukungan dan spasi maksimum 305 mm dimulai pada tempat berjarak 2240 mm. Vs perlu= ..JL-vc = -- -232,55= 372 45 kN
tP 0, 60 '
Tulangan sengkang pertama ditempatkan pada kira-kira berjarak separoh dari spasi
yang diperlukan pada penampang kritis. SJ<etsa perencanaan diberikan pada Gambar
363 1 meter
Ii
4.9.
Tampak pada gambar bahwa spasi sengkang dengan jarak maksimum dipasang -,J 1kN
.... 341
pa da bagian terbesar dari seluruh panjang balok. l
Vu (kN)
I
,,, , ..,.,_ I
1 1
i I
I
,./
I
,, t 11
2000 1000
9x300 mm
Gambar 4.9.
Sketsa perencanaan Contoh 4.1
Gambar 4.11. Diagram Vu untuk Contoh 4.2
12 4 BAB 4 PENUl.ANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR BAB 4 PENUl.ANGAN GES .
ER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUU 12 I
373,45 <t.
335,78
- 'I
I
2000
.I
1,00
2.00 3,00
Gambar 4.13.
Persyaratan spasi sengkang - Conteh 4.2
Menghitung Vspada tempat di mana bekerja beban terpusat :
341 Menentukan persyaratan Smaks yang harus di e . . .
Vs perlu= --- 232,55= 335,78 kN
0,60 geser yang harus disediakan dan in' hp l!h' berdasarkan tm1auan terhadap kuat
' I meng as1lkan ungkapan s b . b
Kemiringan garis diagram Vs : m= 11/0,60 = 18,33 kN/m yang digunakan sama dengan Contoh 4.1): e aga1 erikut (notasi
Diagram Vsseperti tampak pada Garnbar 4.12.
Panjang bagian balok yang memerlukan tulangan sengkang dihitung sebagai berikut,
Vs = Vs(maksJ - mx
A
. = 372,45 - 18,33(x)
1121/> Ve= 69,77 kN
Dari Gambar 4.11 dapat dilihat bahwa tempat di mana Vu= 69,77 kN adalah s perlu= yd = 157(24Q(78Q (10)-3 29390,4
tempa1beker-
janya beban terpusat yang bearak 2,0 m dari tumpuan, sedangkan tempat di antara dua . . . 372,45-18,33(x)(10)-3 372,45-18,33 x (1 -3
s
beban terpusat tidak lagi memarlukan tulangan baja sengkang. Dengan mengingat persyaratan Smaks dan untuk analisis selanjutnya, maka digunakan nilai
Apabila digunakan tulangan baja 010 ( Av = 157 mm 2) untuk sengkang, maka spasi
Smaks= 280 mm.
sengkang yang diperlukan pada penampang kritis adalah,
Vs = 372,45 - 780(18,33)1D--1= 358,15 kN
s perlu= Av f yd =157( 240)( 7 8 0)(10)-3 = 82•1 mm
vs 358,15
digunakan spasi sengkang 80 mm.
Persyaratan spasi maksimum SK SNI T-15-1991-03 adalah, (1!
3v'f c ')bwd =(113./20)(400)(780) 1Q--1 = 465, 10 kN
Dengan membandingkan terhadap Vs pada penampang kritis, didapatkan:
358, 15 < 465, 10
Sedangkan persyaratan Smaksadalah 112.datau 600 mm, 112d= 390 mm.
Pemeriksaan Smaks menghasilkan:
_ 3 Avf y 3(157)( 240)
Smaks- bw 282,6 rTVTI
400
has1I subst1tus1 dan perhitungannya dit k ( )
pak pada Gambar 4.13. uang an dafam bentuk tabel dan grafik seperti tam-
pada Gambar 4.15. Setelah terjadi retak miring, balok masih mampu memikul beban yang
4.4 GESER PADA BALOK TINGGI lebi besar, dengan demikian cenderung menunjukkan masih mempunyai cadangan ka
pasitas yang cukup tinggi. Untuk balok sejenis ini umumnya retak miring timbul
Dengan mengacu pada pembahasn di Bab 4.1, didapatkan bahwa nilai banding bentang
dengan arah lebih kecil dari 45° terhadap arah tegak bahkan kadang-kadang mendekati
geser dan tinggi efektif; a Id, menempati posisi panting dalam penetapan kuat geser ba
vertikal. Olah karena itu, apabila dipertukan pemasangan penulangan geser, dipasangi
lok. Berdasarkan pada nilai tersebut cara keruntuhan geser balok dapat ditetapkan menja-
tulangan
di empat golongan umum sebagai berikut ini, yang terdiri dari batang-batang tulangan horisontal dan vartikal.
1) balok tinggi untuk·nilai a Id< 1, Kuat gesar nominal dihitung seperti balok biasa dengan berdasaran pada persa
2) balok pendek untuk nilai aid di antara 1-2,5 di mana kuat gesemya melampaui kapasi-
maan:
tas retak miring, Vu= ¢ Vn dan · Vn= Ve Vs
3) balok biasa dengan panjang menengah untuk nilai a Id di antara 2,5-6, di mana kuat
di mana Ve adalah kuat geser beton nominal, dan Vs adalah kuat tulangan geser nominal.
gesernya menyamai kapasitas retak miring, dan
Karena penulangan geser pada penampang kritis dipakai sebagai pedoman untuk
4) balok panjang untuk nilai a Id > 6, dan kekuatan lentur lebih kecil daripada kekuatan
perencanaan penulangan pada seluruh panjang bentang maka kuat geser terfaktor Vudi··
geser. tentukan cukup pada satu tempat saja. SK_ SNI T-15-1991-03 memberikan ketentuan
Standar SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.7 memberikan ketentuan perencanaan pe-
mengenai letak penampang kritis sebagai berikut:
nampang komponen struktur tinggi, diberlakukan untuk komponen struktur lentur de
untuk beban merata x= 0, 15 f n s d
ngan nilai banding tinggi total terhadap bentang bersih: hll n = 215 untuk bentang
untuk beban terpusat x= 0,50 a
mene rus, dan 4/5 untuk bentang sederhana. Sedangkan ketentuan perencanaan
di mana bentang geser a adalah jarak dari tumpuan ke ternpat beban terpusat bekerja.
kekuatan komponen struktur lentur tinggi pada SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.4.8
Untuk memperhitungkan kuat geser baton nominal SK SNI T-15-1991 -03 mem
menggl!nakan nilai banding bentang bersih terhadap tinggi efektif komponen: l ,./d, di
perbolehkan menggunakan cara sederhana, dengan menganggap sama seperti pada
mana diberikan batasan bahwa ketentuan dalam pasal ini diberlakukan hanya untuk
balok biasa,
komponen struktur dengan i,!d kurang dari 5, dibebani pada sisi atas atau muka
Ve=(116Y'fc' )bwd
tekan, dengan posisi tum
atau dengan menggunakan cara yang lebih terinci sebagai berikut,
puan di bagian bawah.
segerabalok tinggi dengan nilai a Id < 1, terjai perilaku pelengkung di mana
Untuk Ve = ( 3 ,5 Mu 1 ( ,-;-; V, bwd
-2 d ) )7 +120 Pw
,5Vu 1 fe ' u
setelah terjadi retak miring, beban ditahan oleh susunan gaya tekan membentuk busur d
pelengkung yang diikat gaya tarik di sepanjang tulangan memanjang seperti ditunjukkan di mana Mu adalah momen terf aktor yang terjadi bersamaan dengan gaya geser terf
aktor maksimum Vu pada penampang kritis, sedangkan batas atas faktor pengali dan Ve
adalah
sebagai berikut:
busur tekan
I
{3.5- 2,5 V l.':' 2,50 dan s(Ji:')
Ve b.d
+;
l
an berikut,
1
s-
{S 12 s
2
12 ) y
Gambar 4.15.
Efek peiengkung pada balok t111uu1
12 8 BAB 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR
=( 2ffe)
= 2286,5 kN
untuk <2
Vn Ve = ( 112V'fc' )bw d = (1!2./30)(500)(1650)(10)-3 = 3195 kN > 2286,5 kN
.
d Jadi yang menentukan Ve= 2286,5 kN.
l
bwd
untuk 2 < ;< Vn= ,:{(10+ )Jfd }
5 bwd Perencanaan penulangan geser :
C ontoh 4.3. Di.anggap menggunakan tulangan baja 010 baik penulangan horisontal maupun vertikal.
Sebuah balok dengan tumpuan sederhana dengan bentang bersih f n = 3,O m, tinggi = Vu= 1706,3 > <P Ve= (0,6)(2286,5) = 1371,9 maka digunakan penulangan geser.
1,80 m, lebar b = 500 mm. Luas tulangan memanjang 5160 mm2. Beban hidup merata Av = 2(78,5) = 157 mm2 = Avh
1000 kN!m. fe' = 30 MPa dan fy = 400 MPa. Rencanakan penulangan gesernya. </>Vs= Vu-</>Ve atau,
Vu 1706,3
Peny elesaian • Vs = -Ve = 0, 0 -2286,5 = 557, 3 kN
Pemeriksaan l Jd = 300/180 = 1,67 < 5, maka diperlakukan sebagai balok tinggi. 6
Menghitung gaya geser rencana Vu :
tutangan vertlkaJ tulangan hortsontal 012-180 Apabila tarjadi retak pada tempat di mana dipartukan penulangan geser friksi, mungkin
010-180
' I
.:l
saja penyabab retak tersabut bukanlah gaya geser akan tetapi karena susut, misaJnya.
I
/ / Akan tetapi harus diingat bahwa apabila di tempat tersabut sekali terjadi retak, apapun
- .... pe nyebabnya, agar tidak terjadi panggelinciran maka suatu mekanisme penyaluran gaya-
ga ya geser harus disediakan. Untuk itu pada tampat-tempat yang barpotensi terjadi retak
I I
I 1800 ha rus dilakukan perencanaan penulangan geser friksi, yaitu perkuatan meli_ntang
I l ! I 4 lapls sepanjang retakan untuk mencegah terjadinya pergeseran relatif, dengan cara
I I I iI ' I tuIanga memisalkan bahwa re tak memang_ terjadi di tempat tersebut.
I I I I I I I I I I I l n pokok
I I I Sesuai dengan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.4.7, perencanaan penulangan geser
friksi didasarkan atas parsamaan Vu= <P Vm dengan nilai Vn ditentukan sebagai berikut:
Apabila tulangan gaser friksi dipasang tegak lurus terhadap bidang geser,
I I :,"
u 3000
Garnbar 4.16.
Penulangan Geser Balok Ttnggi Contoh 4.3
'L Vn= Avt fy µ
a
Apabila tulangan geser friksi dipasang membentuk sudut terhadap bidang geser sede-
mikian hingga gaya geser menimbulkan tagangan tarik dalam tulangan,
Vn= Avt fy (µsin a,+µcos a,)
Dengan demikian tulangan diameter 010 tidak dapat digunak sebagai ulangan hori
sontal. Gunakan tulangan 010 untuk penulangan vertikal dengan Jarak spas1
di mana, a = sudut antara tulangan geser friksi dengan bidang geser
Avt = luas penampang tulangan geser friksi
180.mm, da
µ = koefisian friksi
untuk penulangan horisontal menggunakan tulangan .diameter (dihitung dua ?12 Luas Avt yang diperlukan untuk panulangan geser friksi yang mamotong bidang geser
kak1, boleh direncanakan dengan menggunakan cara parhitungan penyaluran geser.
Avh = 226,2 mm2} sehingga diperoleh nilai V5 yang leb1h besar. Lihat Gambar 4.16 Koefisien friksi µditentukan sebagai berikut:
untuk tata cara penulangannya. baton normal µ= 1,0
baton ringan berpasir µ= 0,85
baton ringan total µ= 0,75
4.5 G ESER FRIKSI
Sedangkan untuk berbagai cara pelaksanaan, - koafisian friksi ditentukan sebagai berikut:
Ketentuan-ketentuan SK SNI T-15-1991-03 mengenai prosedur perencanaan 1) untuk baton yang dicor monolit 1,40 µ
penulang an geser yang dibahas daJam Bab 4 ini, pada umumnya memberikan 2) untuk cor baton baru yang disambungkan
batasan-batasan un tuk mencegah terjadinya retak tarik diagonal atau retak miring pada baton lama dengan permukaan yang
pada komponen. struur ter lentur. Untuk kom!'1onen yang semakin tinggi, atau tinggi telah dika-
efektif relatif bear ?1bandmgkan dengan bentang ·gesemya, retak miring akan sarkan dan babas dari kotoran · 1,00 µ
menjadi lebih tegak. Apab1la tlda trdapat penulangan geser yang memotong bidang 3) untuk cor baton baru yang disambungkan baton
ratak kemungkinan besr akan teriad1 peng gelinciran di antara dan di sepanjang dua
bidang parmukaan retak tersabut.. Dalam ke.ada
an demikian, maka harus digunakan konsep geser friksi di dalam menganahsa lamatanpa dikasarkan permukaannya 0,60 µ
mekarnsme 4) untuk baton yang dijangkar pada baja struktural
penyaluran gaya-gaya geser dalam komponen. . . _ proses giling dengan menggunakan pasak
Agar berlangsung mekanisme penyaluran gaya geser seba1 mugkm, konsap ge berka paJa atau las batang tulangan 0,70 µ
ser friksi sangat tepat untuk digunakan pada tempat-tempat sebaga1 benkut:
1) bidang permukaan sambungan pangecoran baton lama dan baru,
2) bidang sambungan permukaan kolom dengan komponen konsol pendek, 4) bidang permukaan singgung antara baton dengan plat baja.
3) bidang permukaan hubungan antar-komponan struktur baton pracetak,
Kuat geser baton Vetidak bolah diambil meiebihi nilai 0,20 fc'Ac
atau 5,50 Ac. di mana Ac adalah luas penampang baton yang
memikul penyaluran gesar. Sedangkan kuat leleh rencana
tulangan geser friksi tidak boleh lebih dari 400 MPa
'·
Kemungkinan retak geser pada konsol pendek seperti tampak pada Gambar 4.17,
Tulangan geser friksi harus ditempatkan sebaik mungkin di sepanjang bidang ge
yang mana dapat diperhatikan bahwa semakin tinggi suatu konsol, retak cendenmg me
ser dan dijangkarkan untuk mengembangkan kuat leleh yang disyaratkan pada kedua
cara
sisi nya dengan penanaman, kait,.atau pengelasan pada alat penahan khusus. Gaya tarik
rambat mendekat ke arah kolom. Standar SK SNI T-15-1991-03 memberikan batasan
ting
bersih yang memotong bidang geser harus dipikul oleh tulangan tambahan. Gaya tekan
gi bagian tepi luar daerah tumpuan tidak boleh kurang dari 0,50d. Setelah timbulretakan,
bersih permanen yang memotong bidang geser boleh diperhitungkan sebagai tambahan
bagian yang terfetak di antara retakan dan sisi bidang yang miring cenderung membentuk
terhadap gaya dalam tulangan geser friksi Avr fy. di dalam menghitung A vrperlu.
suatu elemen tekan (lihat Gambar 4.19), yang apabila berhasil terbentuk akan memberi
kan cadangan kapasitas kekuatan. Walaupun harus memperhitungkan timbulnya gaya ho
risontal pada .tumpuan, prinsip mekanisme gaya-gaya dalam tidak berbeda dengan yang
4.6 GESER PADA KONSOL PENCEK terjadi pada balok kantilevar, di mana bagian bawah merupakan daerah desak dan bagian
atas adalah daerah tarik. Dengan memperhatikan pola retak yang terjadi pada konsol
Konsol pendek ( bracket) merupakan komponen struktur baton bertulang yang sering di pen dek dan mekanisme gaya-gaya dalam tersebut penulangan dipasang seperti pada
jumpai pada bangunan berupa struktur tonjolan pada sisi muka kolom, umumnya igu
Gam bar 4.18. Tulangan dipasang dan diatur ke arah lebar konsol ditanam masuk ke
nakan untuk menyangga komponen struktur lain yang bertumpu padanya. Pada sistem kolom dan dibengkokkan ke bawah kemudian diikat dengan tulangan sengkang. Seperti
bangunan yang menggunakan sistem beton pracetak, konsol pendek disediakan seba- pada kom ponen struktur kantilever, konsol pendek harus direncanakan dan
gai tempat tumpuan gelagar, balok, ataupun plat. Karena tonjolannya hanya pendek, ma diperhitungkan sede mikian rupa sehingga kuat menahan gaya geser dan momen yang
ka perhitungan perencanaannya tidak sama seperti balok yang berhubungan dengan ko- bekerja padanya.
lom biasa, ataupun sebagai balok kantilever. SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.4.9. memberikan tata cara perencanaan konsol pen
Berkaitan dengan pembahasan di Bab 4.4, apabila pada konsol pendek didapati dek dangan nilai banding bentang retak dan tinggi efektif aid tidak Iebih dari 1,0 dangan
bahwa nilai banding antara bentang geser dengan tinggi efektif, aid kurang dari satu, ma ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
ka teori mekanisme geser yang berlaku adalah sebagai komponen struktur lentur tinggi.
1). gaya horisontal terf aktor Nuc tidak lebih besar dari gaya gesar terf aktor V
Di lain pihak agar diperhatikan, konsol pendek yang berfungsi sabagai penyangga kom 2) penampang pada muka tumpuan harus direncanakan untuk secara bersamaan memi-
ponen struktur lain juga akan menahan gaya horisontal sebagai perwujudan deformasi kul gaya geser Vu.momen [ Vua+ NuJ.h-d)], dan gaya tarik horisontal Nuc (lihat Gambar
aki bat rangkak, susut, suhu dari struktur lain tersebut, serta efek gaya ke arah horisontal 4.18).
lain nya. Dengan demikian, mekanisme geser di dalam konsol pendek juga tidak dapat 3) untuk semua perhitungan parencanaan konsol pendek menggunakan faktor reduksi
sepe nuhnya disamakan dengan balok tinggi seperti diketengahkan pada Bab 4.5. kekuatan if' = 0,60 sedangkan pada tumpuan digunakan = O,70, berdasarkan pada
anggapan-anggapan dasar seperti yang dibahas pada Bab 2.
Gambar 4.17.
Pola retak Konsol Pendek
Gambar 4.18.
Sistem penulangan Konsol Pendek
134 BAB 4 PENUL.ANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK BAB 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TEALENTUR 135
TERLENTUR
6) perhitungan tulangan An yang berfungsi memikul gaya tarik horisontaJ Nuc ditentukan
Conteh 4.4 .
berdasarkan Nuc s ip An fy.
Rencanakan suatu konsol pendek untuk menopang beban vertikal rencana Vu= 180 kN
7) gaya tarik terfaktor Nuc harus dianggap sebagai beban hidup walaupun gaya tersabut pada jarak a = 125mm dari muka kolom, /ebar konsol b = 250 mm, tebal total h = 460
terjadi akibat rangkak, susut, atau perubahan suhu; dan Nuc tidak boleh kurang dari mm, tinggi efektif d = 350 mm, fc' = 35 MPa, fy = 400 MPa, berat sendiri konsol
0,2 Vu kecuali bila digunakan cara khusus untuk mencagah terjadinya gaya tarik. boleh dia-
8) penampang kritis pada konsol pendek adalah pada sisi muka tumpuan yaitu di tempat baikan.
mana tinggi efektif harus diukur, dan tinggi efektif tidak boleh kurang dari dua kali ting
gi ujung luar d 1• Peny elesaian.
9) luas tulangan tarik utama As harus diambil sama dengan nilai yang terbesar dari ( Ar Pemeriksaan Vn :
+
V. = 1BO = 300 kN
An) dan ( 213Avt+ An)· n 4' 0,60
1O) tulangan geser sengkang Ah dipasang sejajar terhadap As dengan. luas tidak kurang
0,20 fc'bwd = 0,20(35)(250)(350)(10)-3 = 612,5 kN > Vn
dari 0,5( As - An) dan disebar merata dalam batas dua pertiga dari tinggi efektif.
5,50 bwd= 5,50(250)(350)(10)-3 = 481,25 kN > Vn
I
... ,
Bf) Ih
: : h-d - Ir-2 -a )
•
Gambar 4.20.
Rencana Penulangan Conteh 4.4
Gambar 4.19.
Keseimbangan gaya-gaya dalam korrnol p1:111d1:1k
BAB 4 PENUlANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR 137
136 BAB 4 PENUl.ANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK
TERLENTUR
Luas bidang tumpuan (landasan) dibawah beban terpusat juga harus diperiksa dan diren
Menentukan /uas tu/angan geser friksi : canakan agar gaya luar rencana Vu tidak mengakibatkan tegangan melebihi ,P(0,60)
(fc'Ai),
hubungan konsol_ dengan kolom onlit, beton normal, makaµ= dimana
1,40 adalah luas landasan.
A1 Vu= 180(10)3= t;(0,60)(35)(A
J:L=300(10) ·= 535 7 mm 2 1)
2
,.,
Avt 400(1,0) · 1 Q, '
f 35
400
y 0 ba1ok tnduk I
/(Bl) j
I
2
dipakai As= 638,5 mm
Ah= 1!2(As-An) = 112(638,5 -138,5) = 250 I balok anak (BA1I balok anak (BA 1)
2
mm
baloK lnduk
Menentukan diameter
=
tulangan :
t------rr
- f-----
(Bl)
A
mmpertu
2 638 mm2, gunakan 301 = 763,5 PENAMPANG
mm
Ah pertu = 250 mm, gunakan sengkang 3010 = 2(3)(78,5) = 471
POTONGAN A-A
5 2
U
Maka, dipasang 3010 dengan spi115 mm. Kemudian dipasang JUga tulangan 3010
se bagai rangka, dan salah satunya dilas jangkar.Hasil perencanaan penutangan konsot
pada
IT Gambar 4.21.
Tarsi pada
Gambar 4.20. balok
138 BAB 4 PENULANGAH GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR
Akibat dari gaya tarsi yang bekerja pada ·batang berpenampang bulat, permukaan
rata penampang_ transversal akan tetap rata setelah terjadinya puntir. Sedangkan akibat
pada komponen struktur yang berpenampang bukan bulat akan timbul mekanisme gaya
dan perilaku kompleks serta rumit, di mana penampang akan memilin dan melipat pada
waktu terpuntir. Secara umum, apabila penampang yang semula rata dijaga tetap rata
se telah mengalami puntir, tegangan geser maksimum akan terjadi pada tempat yang
letak nya terjauh dari pusat puntir. Pada penampang persegi,.tegangan gE:lser tarsi
maksimum
v, terjadi pada titi tengah dari sisi yang panjang dan arah kerjanya sejajar dengan
sisi ter
Gambar 4.23.
sebut seperti tampak pada Gambar 4.22. Nilai v1 merupakan fungsi dari perbandingan
Pola runtuh baiok akibat kombinasi gaya geser dan tarsi
sisi panjang yterhadap sisi pendek x, dan tersusun hubungan sebagai berikut:
T
v -- - demikian sehingga menghalangi keruntuhan lebih lanjut. Tulangan torsi pada balok
t - a x2y
umumnya dipasang pada arah memanjang balok dan letaknya disebar merata di
Gaya geser tarsi akan timbul di permukaan batang terpuntir dan cenderung sekeliling balok terpuntir.
menye babkan terjadinya retak tarik diagonal sama seperti yang diakibatkan oleh gaya Moman tarsi yang bekerja pada suatu komponen struktural seperti pada balok
geser len tur, akan tetapi gaya geser tarsi akan bekerja pada arah yang berlawanan tepi dapat dihitung dengan menggunakan prosedur analisis struktur yang lazim, dan
untuk sisi pe nampang yang berhadapan. Karena pada umumnya gaya geser dan tarsi perenca naan komponen ini didasarkan atas keadaan batas keruntuhan. Dengan
muncul secara bersamaan atau bahkan berinteraksi satu sama lain, tinjauan efek gaya demikian perilaku sistem struktur setelah mengaJami retak akibat tarsi dapat
tarik diagonal pada satu sisi permukaan penampang batang merupakan penjumlahan dirumuskan dengan menggu nakan salah satu dari dua kondisi, yaitu: (1) tarsi statis
dari keduanya Apabila demikian halnya, dan lebih-lebih apabila kuat tarik baton tertentu, di mana tidak ada redistri busi tegangan torsional ke batang struktural lain
terfampaui maka akan dapat dili hat bahwa pada permukaan terjadi retak baton yang setelah terjadi retak karena terjadi kese imbangan, dan (2) tarsi statis tak tentu, di mana
kurang lebih membentuk sudut 45° terhadap sumbu batang komponen struktur tersebut, redistribusi tegangan torsionaJ dan mo men-momen satelah terjadi retak
lihat Gambar 4.23. Dengan demi kian, diperlukan batang tulangan baja untuk dipasang mampengaruhi keserasian antara kompanen-kampo nen struktur yang bertemu pada
melintang terhadap arah retakan se- satu titik buhul.
Untuk komponen struktur statis tertentu, resultante tegangan akibat torsi dapat di
paroleh berdasarkan kondisi keseimbangan saja. Kondisi demikian hanya memerf ukan
perencanaan yang didasarkan terhadap momen tarsi luar rencana total saja, karena tidak
adanya kemungkinan redistribusi tegangan dan sering dinamakan sebagai tarsi keseim
bangan. Keruntuhan yang terjadi umumnya disebabkan karena balok atau kamponen
struktur yang tidak cukup memenuhi keseimbangan gaya-gaya dan momen daJam,
akibat bekerjanya momen tarsi luar. Sedangk untu.k komponen struktur statis tak
tentu, ang gapan-anggapan mengenai kekakuan dan keserasian regangan pada titik-
titik buhul dan redistribusi tegangan-tegangan dapat mempengaruhi resultants
tegangan sehingga ter jadi reduksi tegangan geser torsi. Dengan demikian apabila
terdapat kemungkinan terjadi
redistribusi gaya-gaya pada komponen-komponen struktur yang bertemu di titik buhul,
pada perencanaan dilakukan reduksi momen puntir rencana, dan dinamakan sebagai
tar si keserasian.
Gambar 4.22.
Distribusi Tegangan Tarsi pada penampang balok
1 4 0 BAB 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR BAB 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR 141
x,
untuk menahan gaya geser, penulangan tarsi harus didasarkan pada: fy T +--'6!_ s
Tu s Tn u 3 C,
142 BAB 4 PENUL.ANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR
BAB 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR 143
Nilai persamaan kedua tidak perlu melebihi nilai yang dlperoleh apabila 2A 1diganti dengan
bwSf 3fy. Spasi sengkang tertutup tidak boleh melebihi nilai terkecil antara 114(x1 + y,) dan
A, = Ts
s a1x1y,f y
300 mm, sedang_kan spasi baja tulangan tarsi arah memanjang yang diametemya tidak ku
rang dari 012 diatur dengan cara rnenempatkan secara menyebar merata dikelilingi seng 7) Hitung penulangan· geser yang diperlukan untuk Av tiap satuan jarak di dafam penam
pang melinang, dengan Vuadalah gaya geser luar rencana pada penampang kritis, se
kang dengan jarak satu sama lainnya tidak lebih dari 300 mm dan paling tidak dangkan Ve adalah kuat geser nominal badan baton, dan adalah gaya geser yang
ditempatkan
V5
satu batang tulangan memanjang pada sudut-sudut sengkang.
harus dipikul oleh sengkang:
Adapun ringkasan atau ikhtisar langkah-langkah perencanaan penulangan torsi pa-
da umumnya dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
1) Tentukan apakah mamen tarsi berupa tarsi keseimbangan atau keserasian.
2) Tentukan penampang kritis, umumnya berjarak d dari muka tumpuan. fiitung momen
tarsi rencana Tu-
Apabila Tu< 4' ((1124Yfc')L:x2y}, efek tarsi baleh diabaikan.
3) Menghitung kuat tarsi nominal Tc badan beton sederhana sebagai berikut:
Tc = (+sFc'} };x2y
2 nilai Vntidak boleh kurang dari VJt/>
1+(0,4 Vu) 8) Hitunglah luas tulangan memanjang At yang diperlukan untuk tarsi di mana:
CrTu
A ,= 2A
di mana C. = bw d s
· .}: x2y
Apabila komponen struktur mengalami gaya tarik aksial cukup eesar tulangan tarsi ha
rus direncanakan untuk memikul mamen tarsi total, dan nilai Tc dikalikan dengan,
A ,= 12, yxs[ TuV ] -
T +-u-
2A,) xt + y
s
1
3 c,
(1+0,30 :)
u
digunakan mana yang lebih besr, dan apabila dihitung dengan menggunakan persa
maan yang kedua tidak boleh melebihi:
di mana Nu bemiiai negatif untuk tarik.
I
4) Oiperiksa apakah Tu> rp Tc- Apabila tidak, efek tarsi boleh diabaikan. Apabila Tu> <P
Tc,
hitunglah Ts, yaitu mameo tarsi yang harus ditahan aleh tulangan, dengan batasan se-
At= 12,xs ( Tuv. ] - ( bw \j s X1 + Yr
y Tu +-u- 3 fY 1 S
bagai berikut: 3C1
untuk tarsi keseimbangan: Ts= Tn- Teo dan, 9) Rencanakan tularigannya dengan inenggunakan petunjuk yang diberikan di Bab 4.8.
untuk torsi keserasian: T5 =(1!3v'fy')L:1/3x2y- T°' dipakaiyang terkecil.
Sesuai dengan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.4.6, ditentukan bahwa untuk suatu kam Contoh 4.5.
ponen struktur yang menerima beban kambinasi geser dan tarsi, pengaruh tarsi harus Suatu Balok Tseperti diperfihatkan pada Gambar 4.23. Pada penampang kritisnya terda
diperhitungkan bersama geser dan lentur apabila, pat gaya geser rencana Vu 60 kN. Selain itu terdapat juga : (a) tarsi rencana keseimbang
Tu> cp f(1!20V'fy') an Tu = 50 kNm, (b) momen tarsi rencana keserasian Tu = 8,0 kNm, dan (c) momen tarsi
x2y}
rencana keserasian Tu= 25 kNm, tulangan lentur A s = 2193 mm2, beton normal dengan
5) Nilai Tn tidak kurang dari TJ;, dan apabila T5 >4 Tc penampang harus diperbesar. .
6) Pilihlah tulangan sengkang tertutup sebagai tulangan melintang dan gunakan diame =
fc' 25 MPa, fy = 400 MPa. Rencanakan penulangan badan yang diperfukan untuk
ter minimum 010. Apabilajarak spasi sengkang s, hitunglah luas sengkang untuk tarsi balok tersebut. ·
setiap satuan jarak lengan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
BAB 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR 14 5
14 4 BAB 4 PENUl.ANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUA
N) bwd
r
= ( -- ===;./22=55)=<350><=530> =
Ve
f
=31580 N
1+ (2.5 c, : 1+{2.5(0.0023) ::
60
Vs = Vn -Ve =--- 68,42 kN
31,58=
0,60
Av _ V5 _ 68420 _ O . .
5 - d ( ) ,3227 nrn
2
/dua
fy - 400)(530 -
/mmJarak kakt
Gambar 4.23.
Sketsa Conteh 4.5
Penyelesaian. Merencanakan sengkang tertutup gabungan uncuk tarsi dan geser :
(a) :Torsi keseimbangan Avt 2A, Av (
: s
Momen tarsi keseimbangan Tu= 50 kNm. Dicoba diameter tulangan sengkang D10, luas dua kaki As = 157 mm2
3
2 x2y= 3502(600) + 2(100)2(300) = 79500000 cm s= 157/1,9775 = 79,39 mm :::: 80 mm
q, (1124V'fc')2x2y= (0,60)(14'/25)(79,5) = 9,94 kNm < Tu= 50 sedangkan spasi maksimum ijin: 114(x 1 +y1) = 114(258 + 508) = 191,5 mm > 80 mm
kNm maka, gunakan tulangan sengkang tertutup 010 dengan spasi 80 mm.
dangan demikian harus digunakan sangkang. 8
1 35
sangkang minimum perlu= Av + 2Ar =2. bws =
< 0H 0) 23.33 rrm2
Merencanakan sengkang : • 3 fy 3 {40q
Tn= T,J qi = 50/0,60 = 83,33 kNm luas sengkang terpasang = 157 mm2 > 23,33 mm2
selimut baton 40 mm, d = 600 - 70 = 530 mm
_ bWf d _ 350(530) = 0 Merencanakan tulangan tarsi memanjang :
c, 0023/mm L x2y -79,5 (10)s
. A ,= 2A , (X + y 1 ) = 2(0,8274} (258+508) = 1267, 6 mm2
s
(.2. 0) Lx2y (2J2s) (79,5)
T 15 y IC _ l5 :25,94 kNm
'c=
'4
(0,4 Vu) 2 -
'4 { 0,4(60) }
2
atau, A1 -12,8 xs [ j' - 2A, ) +Y 1
TuV x 1
1+ - 1+ 3 fy T. +-2.... s
C, 0,0023 (50)(10)
u 3 c,
untuk tujuan praktis dianggap nilai Tc dan Vc konstan di sepanjang bentang balok
b wS .
Ts= Tn- Tc= 83,33 - 25,94 57,39 kNm = . 31 -, = 23,33 < 2A, = 2( ) (80) =132,4 mm
menggunakan salimut baton 40 mm, dan diameter tulangan sengkang tertutup 012.
2 0,8274
x 1 = 350 - 2(40 + 6) = 258 mm
y 1 = 600 - 2(40 + 6) = 508 mm y
1258
A= 12,8 (600) (80) I 50 (10)6
l 400 3 ] -
2 (132 +508
)
,4
a, =2 (2+11) =1,323 <1,50
3 . X1
50 (10)6 + 60(10)
3(0,00243)
80
A Ts 57390000 =0,8274 nm2 /rrm jarak /kaki A1= 227 mm2< 1267,6 mm2
s= (50(400)
atx y fy
1 1
1,323(25 digunakan A = 1267,6 mm2.
1
146 BAB 4 PENUL.ANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR
aX Y lr
15J3(1b)5
1,323(258)(508)(400) -
-0 2268
rrrn
2/ . ak / k ki
mmiar a
A,: 12,8 (6:1900) f25.(10)::(1 '(10)3 J -2(86,18)/ 2 508
'
3 (0,00243)
Merencanakan sengkang geser
:
( Jfd)bwd ( /25) (350) A1= 1725 mm2 > 1267 6 mm2
Luas At tersebut seperempatny d.'
.
' maka d1gunakan A,= 1725 mm2
(530)
Ve = =-;:::==================2 59543 N merata p d · · a 1 sudut-sudut atas ·
T, ) 2 J (25)106 } a a s1s1tegak dengan jarak spasi tidak mefeb:heperempat lainnya didistribusikan
103
1+ 2,5 c, v: 1+ 2.5 (0.W3 > < 60 >
( 1
L
As fapangan
= 114(A ) A
mm, gunakan
6025 (2945
mm2) unt t
:. s=
1/4(1725) +
2193 = 2624
mm2
'.>amping. uk s1s1
bawah (lapangan), dan 2018 (509 mm2)
untuk sisi
14 8 BAB 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK Trnll NT
UU
BAB 4 PENUl.ANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR 149
2016 2018
I
I
SOAL-SOAL
4-1. Balok dengan pertetakan sederhana menahan beban rencana merata 73 kN/m. Ja
rak dari pusat ke pusat dukungan 9,0 m, b= 350 mm, d= 510 mm, fc'= 30 MPa. dan
fy = 4-00 MPa. Ten1ukan jarak spasi sengkang yang dipertukan bila digunakan
tulang an baja 012 dan buatlah sketsa pola perancangan sengkang ba&ok secara
seogkang :D 10-190 keseiu ruhan. Perhitungan gaya geser balok didasarkan pada bentang bersih.
4-2. Rencanakan sengkang untuk balok tergambar di mana beban yang bekerja padanya
. 70 adalah beban-kerja. Saban mati termasuk berat sendiri balok, dengan b 400 mm, =
d = 510 mm, fc'= 20 MPa, fy = 240 MPa. Berikan sketsa pola perancangan
sengkang tersebut.
f:llllllll!:llll ll
I
Gambar 4.24.
Sketsa penulangan Contoh 4.5
DL 100 kN
l l l l l lJ
/- DL 2S
I LL 3 0 k N hT I'
•
Gambar Soal 4-2
4-3. Rencanakan sengkang untuk balok tergambar di mana beban-kerja yang bekerja
ter diri dari beban mati (termasuk berat sendiri) 22 kN/m dan beban hidup 28 kN/m,
b = 300 mm, d = 61O mm, baik untuk penulangan di bawah maupun diatas bertaku
fc' =
20 MPa dan fy= 240 MPa.
, , , , ,m,
Berikan sketsa pengaturan sengkang tersebut.
111i i11 1111111 1 1 1 1.1 :,11:1 11 1 11 1 1111 1111 111 111111 milI I I111 1
1 Gambar SoaJ 4-3
1
4-4. Rancang sengkang untuk balok tergambar, lebar dukungan 300 mm, dan beban
yang bekerja seperti tampak da&am gambar adalah beban rencana terfaktor di
mana dalam beban mati sudah termasuk berat sendiri baloknya Labar balok b =
350 mm, d= 610 mm, fc'= 20 MPa, fy= 300 MPa Berikan sketsa perencanaan pola
sengkang tersebut.
BAB 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR 15 1
15 0 BAB 4 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR
<t. Rencanakan penulangan lentur, tarik diagonal, dan tarsi menggunakan sengkang
f\J = 180 kN Pu= 180 kN tertutup dan tambahan tulangan memanjang, dan terjadi redistribusi tegangan tarsi.
1 v 2000
7
1250 K 1250 ; 2000
Wu = 85 k /m'
1v
I]
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 1 1
11 1
1, (
H 300
Lr s
2500 i
601<N
Gc.mbar Seal 4-4
1
60 kN
.
{a)
375 (b)
.·.·· · . :L .
700
( 250
2500
,.· ,
kN/m'
30
V tJ': ,u·
t:: > : ;
i
'450
I
_'.. .:l.•. ··.·.·.·.. :
11111111111
I
i !o< > F;,_, J. . . .
V• • . • • -
, T
Gambar Saal 4-5 • ,,JkL.. /I,,
,:
380
,
300 (d)
4-5. Rencanakan baiok beton bertulang persegi untuk menahan momen dan gaya geser (c)
Gambar Saal 4-7
dengan hanya menggunakan tulangan tarik saja untuk menahan lenturan. Seba
yang tampak pada gambar adalah beban guna. Beban merat terdiri dari beban mat1 4-9. Suatu ba!ok struktur menerus mempunyai selimut geser dan torsi seperti tergambar,
1,36 kNm (tidak termasuk berat sendiri balok) dan beban h1dup 1,36 kNm. Beban bw= 350 mm, d = 650 mm, fc'= 400 MPa, fy= 30 MPa, tulangan pada lapangan A s =
terpusat adalah beban mati. Sedangkan fc' = 30 MPa, fy = 400 MPa, dan anggap 1950 mm2, tulangan pada tumpuan As = 2350 mm2 dan As'= 452 mm2. Balok meng
bahwa lebar dukungan 300 mm. Berikan sketsa perencanaan termasuk pola penu- alami geser rencana Vu,= 334 kN, Vu2 = 267 kN, dan Vu3 = 192 kN. Rencanakan
langan sengkang. penulangan geser dan tarsi, buat gambar detailnya.
MPa.
4-6. Balok kanti!ever ukuran 300x600 mm, menopang beban hidup terpusat 75 kN pada
jarak 1,0 m dari muka dinding, dan momen tarsi rencana keseimbangan Tu= 28
kNm. Tinggi efektif d = 570 mm, fc' = 25 MPa, fy = 400 MPa, As = 2580 mm2 ,
rencanakan
tulangan sengkang dan tulangan tambahan yang diperlukan. Ve t I..------
i
4-7. Hitung kapasitas tarsi Tc untuk balok seperti tergambar, beton nonnal fc' = 30 MPa, -----_::::..
VJ Tu= 0,05. 1500 v '·
r,= Hm
=====-- =- '
4-8. Balok bentang dalam pertama pada suatu struktur bentang menerus, bentang ber
sih 4,50 m. Beban mati (termasuk berat sendiri) merata Wot = 20 kN/m, beban
hidup kerja wLL = 30 kN/m, lebar b = 400 mm, baton normal fc' = 35 MPa, fy = 400
Gambar SoaJ 4-9
5 Meskipun sudah tidak disarankan untuk digunakan lagi daJam perhitungan struktur,
metode perencanaan elastik masih diperfukan sebagai pengatahuan terutama daJam kait
atau kelayanan'. Metode perencanaan elastik, dengan
... . baja dan penguraian baton.
Metode perencanaan elastik di asarkan pada anggapan bahwa sif at da perilaku _bahan
baton bertulang disamakan dengan bahan homogen (serba-sama) sepert1 kayu, baJa,
dan sebagainya. Sesuai dengan teori elastisitas, tegangan dan regagan pada
enapan_g balok terlentur bahan homogen terdistribusi linear membenu_k gas _l u dan
nol d1 gans netral ke nilai maksimum di serat tepi terluar. Dengan dem1kian rnla1-rnla1
tegangan pad penampang balok terlentur berbanding lurus dengan regangannya, dan
bah.an baton di
anggao berperilaku elastik sempuma sebagaimana bahan-bahan homogen lamna. .
Tidak sama dangan metoda kakuatan atau kuat ultimit saparti yang tla_h lb.ahas d1
depan, metode perencanaan elastik atau tegangan kerja manggunakan 1la1-rnla1 baban
guna atau beban kerja (tanpa faktor), tegangan karja ijin, an hubunan in.ear antara
te gangan dan regangan. Metode tagangan kerja yang akan d1bahas benkut 1m
mangacu P da ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam SK SNI T-15-1991-03
pasal 3.15 dan d1- kenal·pula sebagai metode perencanaan alternatif. Pembahasan
kedua metode terse.but perf u didasari dengan pengetahuan perbedaan arti kekuatan
dan kegunaan kelayann) sebagai kriteria perencanaan. lstilah kekuatan berarti
kapasitas pada.sat en1elang ter)a dinya kehancuran akibat suatu beban, sedangkan
kegunaan brart1 kin11a yang memu
askan pada kondisi beban guna atau beban kerja (tgangn ke11a). Kineria yang euas
kan dapat dijelaskan sebagai keadaan yang tercapai apab1la: (1) len.dutan y te11ad1 ma
sih daJam batas yang dapat diterima sedemikian rupa sehmgga tldak tead1 krusakan
kornponen nonstrukturaJ yang didukung seperti dinding, partisi, dan g1t-lang1t; (2)_ re
takan yang timbul masih terkendali , daJam arti tidak teadi rtak sedem1k1an .besar
sehmg: ga menyebabkan kemungkinan masuknya air yang lab1h l nJut akan
mangak1batkan koros1
anya dengan masaJah kegunaan
menggunakan pendekatan tegangan kerja, memberikan hasil kurang lebih sama salama
jumlah luas tulangan tarik yang dipakai lebih kecil dari setengah jumlah maksimum pada
metode kekuatan. Konsep dan anggapan-anggapan dasar yang digunakan dalam meto
de tarsebut akan dibahas pada pasaJ berikut.
5 .3 TEGANGAN IJIN eatdakan bat.as. Resultants gaya tskan dalam dapat seiuruhnya berasal dari tegangan
be- on e an SaJa atau bersama-sama tegangan b t d '
Dalam metode perencanaan elastik menggunakan pembatas maksimum tegangan kerja gaya tarik seluruhnya berasal dari tulangan tari: on an tulangan tekan, sedang resultante
atau tegangan ijin untuk bahan baton maupun baja, sebagai berikut:
1) Tegangan pada serat baton tekan tepi tertuar komponen struktur tertentur: Conteh 5.1.
fc = 0,45 fc' Dengan menggunakan kondisi keseimbangan regangan, tentukan teg"lngan v · d
2) Untuk balok, plat_penulangan satu arah dan fondasi telapak, apabila geser hanya·dipi baang tulangan baja tarik dan serat tepi beton tertekan pada penam;ang a
kul oleh baton sendiri: ;:as a1
Ve = .2..Ji:i
11
aki•bat momen beban guna • Mw =
225 kNm. Modulus elastisitas beton 2000..0..::i
7) Untuk baja tulangan mutu 40 atau lebih, termasuk kawat anyaman las, tegangan tarik dengan keseimbangan gaya-gaya No= Nr didapatkan:
f5 150 X
tidak lebih dari: f s = 170 MPa
8) Untuk tulangan lentur dengan diameter 10 mm atau kurang, yang digunakan untuk t/ = 3217, 2
plat satu arah bentang s 4,0 m: fs = 0,50 fy Rasio fs lerhadap fc , tersebut dapat jug a diperoleh dengan menggunakan hul>ungan re -
tetapi tidak boleh lebih dari 200 MPa. gangan mear dan hukum Hooke,
300
(ultimit) pada saat menjelang terjadi keruntuhan. Perbedaan di antara keduanya ialah bah diagram regangan diagram tegW'lgan
wa distribusi tegangan pada penampang linear bagi yang pertama dan nonlinear untuk
Gambar 5.1. Si<etsa Conteh 5.r
BAB 5 METOOE PERENCANAAN B..AStlK 157
15 6 BAB 5 METODE PERENCANMN El..ASTIK
Sampai di sini harap diperhatikan bahwa yang mempengaruhi penentuan letak kN/m
3
garis netral selain nilai banding modulus elatisitas jug a sif at-sifat penampang (tinggi, fc' Ee
(MPa) (MPa)
lebar, dan luas penampang batang tulangan baja).
17 9.500
20 21.000
Dengan menggunakan kondisi keseimbangan yang kedua, •
25 23.500
Mw = 225 kNm = ( No atau NiJ x (lengan) 30 25.700
Lengan kopel momen dalam (z) adalah jarak dari pusat berat benda tegangan tekan (letak 35 27.800
resultants gaya tekan N0) terhadap pusat berat tulangan baja tarik (letak resultants g'aya 40 29.700
tarik Nr):
lengan z= 600 -1J'Jx= 600 - 113(267,2) = 510,9 mm . Mengingat nilai banding modulus elastisitas ( n) di samping sifat-sif at penampang
Maka untuk suatu momen lentur yang ditahan menimbulkan gaya tekan (atau gaya tarik): merupakan nilai-nilai yang berpengaruh terhadap posisi atau letak garis netral, maka
dalam menghitung tegangan-tegangan kerja, mengetahui nilai n adalah lebih panting
dan bu kannya nilai-nilai Es atau Ee· Sesuai dengan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.15.5
rasio mo-
. dulus elastisitas n = EJ Ec dapat ditentukan sabagai angka pembulatan terdekat tetapi ti
No = NT Mw 225
=--=-- 440 kN dak boleh kurang dari 6. Kecuali untuk perhitungan lendutan nilai n untuk baton ringan
=
Iengan 0,5109 di ambil sama dengan baton normal bagi kelas kuat beton yang sama. Untuk baton
normal
dan tegangan-tegangannya didapatkan melalui persamaan sebagai berikut: disarankan mengguna.kan nilai-nifai yang tercantum dalam Daftar 5.2 berikut:
3
N0 440(10) _ . ·
1098
fc . 150 x 150(267,2) - • MPa Oaftar 5.2. Nilai Rasio Modulus Bastisitas
hitung tegngan dengan menggunakan rumus lenturan selama hubungan tegangan dan (a) (b) penampang {c) distribusl (d) keseimbangan
penampang transtonnasi
regangan linear. potongan
tegangan gaya-gaya dalam
Gambar 5.2. Sketsa Conteh 5.2
BAB 5 METOOE PERENCANAAN El.ASTIK 161
16 0 BAB 5 METOOE PERENCANAAN B.ASTIK
t = (15,56) = 6,76 MPa kurang daripada panampang bertulangan ideal (keseimbangan regangan) sehingga
c 362.5 letak garis natralnya (atau sumbu baratnya) lebih ke atas, lebih dakat ka serat tepi
. va dalam ditentukan momen tekan, dan beban maksimum mengakibatkan tarcapainya tegangan baja tarik ijin terlebih
Dengan menggunakan makanisma kese1mbangan gaya-gaJ . ,
dahulu dari pada taganQan betory takan ijin. Sadangkan panampang bertulangan /ebih
lentur ijin Mw- d dan re-
Besamya resultants gaya-gaya diperhitungkan sebagai volume ben a tegangan, meng andu ng tulangan baja tarik lebih banyak daripada penampang bertulangan
sultante gaya tekan sarna dangan gaya tarik. seimbang, sehingga latak garis netral lebih dekat ke tepi tarik, dan beban maksimum
No= 112(6, 76)(300)(157,5)1 ()-3 = 159,7 kN akan mengakibatkan ter capainya tagangan baton tekan ijin tarlebih dahulu. Hasil
Nr= 15,56(10263,6)1Q-3 atau Nr= 140(1140,4)10-3 = 159,7 kN . barbagai penelitian menun
Harap diper:hatikan bah'."'a gaya-gaya dalam tarsebut harus seimban sama), sah1gga jukkan, pada umumnya jumlah tulangan tarik penampang bertulangan lebih pada
.k untuk pemariksaan guna mendapatkan rnlat x yang tepa . metode tegangan kerja lebih banyak dari 75%.luas penulangan seimbang pada metode
merupakan sarana yang baJ
tengan kopel momen z= 520 -113(157,5) = 467,5 mm kuat ul timit.
Mwijin = 159,7(0,4675) = 74,66 kNm ... Untuk jelasnya, pada Gambar 5.3 diperlihatkan tiga macam penampang berukuran
Dengan menggunakan cara transformasi penampang, ditentukan momen lentur IJln da- sama yang mengandung jumlah tulangan tarik yang berbeda, sesuai dangan tiga
keadaan tersebut di atas agar dapat dibandingkan. Penampang yang partama sama
lam M w- . b .k t·
Moman inersia penampang ratak transfonnasi fer adalah sebagat en u · dengan anali sis pada Conteh 5.2 dan apabila dua panampang yang lain dianalisis
lcr = 113(300)(157,5)3 + 10263,6(362,5)2 dangan cara yang sa ma maka hasilnya adalah seperti yang tercantum daiam gambar.
Penampang pada Gambar
5.3.b disebut sebagai bertulangan ideal karena pada beban kapasitas timbul bersamaan
= 390698435 + 1348701188 = 1739399626 mm
4
. tegangan-tegangan kerja ijin pada baton fc' = 9 MPa, dan pada baja = 140 MPa.
f5
BAB 5 METODE PERENCANAAN a.ASTIK 16 3
16 2 BAB 5 METOOE PERENCANAAN
B..ASTIK
b=300
Harap diperhatikan bahwa kandungan jumlah tulangan baja untuk ketiga macam penam
1v fc '= 6,76 pang berbeda sesuai dengan namanya dan panjang lengan kopel momen dalam pada pe
"1<:--i:==r-
MPa nampang bertulangan kurang sedikit agak lebih besar daripada penampang bertulangan
.--
seimbang, demikian sebaliknya pada penampang bertulangan lebih.
I
I
/
I
5 .9 PER ENCA NAAN BALOK PER
I
I SEGI BERTULANGAN TARI K SA
I JA
I
Dalam proses perencanaan diberikan nilai-nilai momen lentur, rasio modulus elastisitas,
dan tegangan-tegangan kerja ijin, untuk kemudian menetapkan nilai-nilai b, d, dan As.
(a) penampang berll.Jlangan kurang Keinginan untuk mencapai penampang baton bertulangan ideal jarang sekali dapat ter
b = 300
penuhi secara tepat karena nilai b dan h harus ditetapkan sebagai angka bulat, selain itu
nilai As yang dipasang harus dipilih dari sejumlah batang tulangan yang tersedia di
I fc' ljln=9 MPa pasaran yang jumlah luas penampangnya tidak dapat tepat sama dengan A 5 perlu.
Harap diper
1_
x::;t90,6
kN
No = 257,2 hatikan pula bahwa dalam hal menentukan ukuran balok pada bangunan gedung umum
nya untuk suatu kelompok balok yang mempunyai pembebanan dan bentangan kira-kira
saina akan ditetapkan ukuran b dan h yang sama pula. Ketentuan tersebut ditetapkan
d 520 tr_:! _
I ber
/ lengan 456,50 dasarkan pertimbangan ekonomi dan teknis pelaksanaan pembangunannya.
I
I · Untuk menjelaskannya berikut ini akan diuraikan langkah-langkah penentuan nilai-
I
I
Nr = 257,2 kN nilai teoretis b, h, dan A 5 suatu penampang baton bertulangan idea/ yang untuk
/
sementa ra waktu tanpa menghiraukan pembulatan nilai-nilai b dan h perlu, atau
==15.56 MPa pemilihan batang tulangan baja yang akan digunakan. Dengan mengacu gambar
n 9
penampang balok baton bertulangan ideal seperti pada Gambar 5.4, dari dua segitiga
(b) penampang bertulangan seimbang sebanding oqr dan uqsdida pat nilai perbandingan sebagai berikut:
b= 300
fc' ljin= 9 MPa
,:--c::==r--
1 ' No= 264,84 kN
x:196.2
gar!!_ -l-- I
I
lengan ,60
d
I
/ /
I I
I I
1 Nr = 264,84 kN I
1 I
u iS
f61 =14,85 MPa I,
-qr qs
=· ous
-r xldell fa' ijin fc'=10, 78 a
atau, l = f 1jin
m= (;' ijin+-•
n
d
m didefinisikan bagai rasio dari x ideal terhadap tinggi efektif d. I I
I
z=
I
Kemudian tengan momen dalam ideal jd= d -1/3X= d-1/3(ma'), atau j= 1 -1/3m. I /
I /
Nilai jdidefinisikan sebagai rasio da.ri lengan momen dalam ideal Ud) terhadap tinggi efek - I I
II
tif (d). I
I
Oengan menggunakan keseimbangan gaya-gaya N0 = Nr.sarta As= pbd, I
dengan
demikian, m (fc' ijin)
p = 2 s ijin)
Nilai p tersebut adalah rasio penulangan untuk penampang balok baton bertulangan
Gambar 5.5. Sketsa Contoh 5.3
ideal. Momen dalam Mw didapatkan dengan memperkalikan No (atau Nr) dengan
Iengan
Con toh
z(atau ja'):
5.3.
Mw = 112(fc'ijin)(bma)(ja') = 112(fc'ijin)jmbd2 = Rencanakan suatu penampang balok persegi untuk mendukung beban hidup terbagi
2 rata 27 kN/m dan beban mati terbagi rata 14 kN!m (tidak termasuk berat sendiri), terletak
dimana, kbd
di atas bentangan sederhana 10 m, fc' =25 MPa, fy = 400 MPa.
k= 112(fc'ijin)frn
Sedangkan untuk Mw = N,(ja') = As (fs ijin)jd, didapatkan:
Ml( A P enyelesaian
s = fs(jd ) Menentukan nilai-nilai besaran perencanaan untuk penampang balok baton bertulangan
Dengan memperkirakan menggunakan dua lapis batang tulangan baja berdiameter tc - 10,78 MPa
.! .!
(bx) (500)(32q
sama, tinggi total yang diperlukan = 807,9 + selimut beton + o sengkang + o batang tu 2 2
langan + setengah jarak bersih antar-tapis tulangan. Di mana selimut ton_40 mm (SK SNI Tegangan-tegangan yang lebih tinggi dari tegangan ijin hingga 3% - 4% umumnya
T- 15-1991-03 pssal 3.16.7), diameter batang sengkang umumnya d1paka1 010 atau masih dapat dipakai.
012, batang t4'angan pokok 025 (anggapan), setengah jarak bersih lapis tulangan 12 Penetapan ukuran balok dan pemilihan batang tulangan telah dilakukan sesuai dengan
mm lankah yang seharusnya (ideal). Dalam penetapan tersebut, batang tulangan harus da
(SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.16.6). Dengan demikian, untuk balok denan ualp1s ba pat dipasang di dalam balok termasuk memperhatikan persyaratan jarak bersih (SK SNIT-
tang tulangan baja memerlukan tambahan tinggi 85 -100 mm terhadap tmggt efekt1f d. 15:1991-03 pasal 3.16.7), selimut baton baik di sisi bawah, samping, maupun atas balok.
Apabila pada contoh di atas terdapat pembatasan tinggi balok sedemikian sehingga tidak
Tinggi total h= 807,9 +100 = 907,9 mm. boleh lebih dari 850 mm, maka digunakan ukuran balok 500 mm x 850 mm (d :::: 750
Tetapkan ukuran balok 500 mm x 950 mm. mm) dan untuk bertugas menahan momen lentur yang sama dibutuhkan As yang lebih
Pemeriksaan berat sendiri balok, dan revisi langkah apabila diperiukan. besar dari 5284 mm2. Dengan menggunakan ukuran balok 500 mm x 850 mm berarti
Berat balok = 0,50(0,95)(23) = 10,925 kN/m kandung an batang baja akan lebih besar dari penampang bertulangan ideal dan disebut
1 2 sebagcti
Mw = 337, 5+ -(24,925)(10)
8 penampang bertulangan lebih. Di lain pihak, apabila misalnya dipilih ukuran balok 500
= 337,5 + 311,5 = 649 kNm mm x 1000 mm (d :::: 900 mm) nilai As yang dibutuhkan akan lebih kecil dari 5284 mm2,
untuk b = 500 mm, dengan mengulang cara coba-coba didapatkan d = 840 mm sehingga yang berarti bahwa kandungan bajanya lebih kecil dari penampang bertulangan ideal
h = 840 + 1oo = 940 cm. Maka, ukuran balok 500 cm x 950 cm dapat dipakai. {seim bang) dan disebut sebagai penampang bertulangan kurang.
Menentukan Juas batang tulangan baja yang diperlukan : Perencanaan Penampang Bertulangan Lebih:
Apabila diperkirakan akan menggunakan batang tulangan 010, maka ntuk mendapatkan Conteh 5.4. ·
d dapat dikurangkan nilai 90 mm terhadap h, bukannya 100 mm sepert1 contoh yang lalu. Untuk momen beban guna M w =
649 kNm yang didukung oleh balok ukuran 500 mm
d aktual = 950 - 90 = 860 mm 6
= =
x 850 mm, fc' 25 MPa, fy 400 MPa, tentukan As yang diperlukan.
- - 649 (10) = 5070 mm 2
As perlu- fs (jd) - 17ri.._ 0, 8756) ( 860) Penyelesaian
gunakan 8 batang tulangan 029 dalam dua lapis, As= 5284 mm2 Tegangan-tegangan ijin dan besaran perancangan :
Dari SK SNIT-15-1991-03 pasal 3.15.3, fc' ijin = 11,25 MPa, fs ijin = 170 MPa, n = 9,
sa dangkan besaran perencanaan: m= 0,3733,j= 0,8756, dan k= 1,8386 MPa
Pemeriksaan rencana penampang :
d = 950 - 40 -10 - 29 - 12,5 = 858,5 mm
168 BAB 5 METODE PERENCANAAN
ELASTIK
BAB 5 METODE PERENCANAAN ELASTIK 169
(
fs = - 7. )=105,21 MPa
c 367,8
11,25 dengan persamaan pangkat tiga mendapatkan nilai lengan momen yang tidak
MPa
banyak berbeda (bandingkan 31,9 dan 31,5), maka untuk memperoleh pendekatan
500
.!ZQ(_x
9
)
900- X
harga As perlu dapat digunakan rumus yang lebih praktis sebagai berikut (khusus
penampang bertulangan kurang, dengan penulangan tarik saja):
x aktual
A Mw
s= (ts ijin) (besaran j )( d)
900 Maka dengan menggunakan rumus tersebut didapatkan,
6
(900-X) A _ 649(10) :...
2
s -170(0,8756)(000) 4844
I nm
-
Hasil tersebut dekat dengan hasil hitungan menggunakan persamaan pangkat tiga yang
lebih mamakan waktu, selisih hasil masih dalam batas untuk diterima.
abaikan jumlah lapis tulangan tarik yang dipasang. 8) Bandingkan 2nfc 1' dengan fs ijin
Untuk menentukan nifai-nilai As dan As' yang dipertukan pada penampang 9) Apabila 2nfc 1' < f5 ijin,
balok bertulangan rangkap umumnya digunakan metode kopel momen dalam. Pada A '- No2
cara terse but momen lentur al.<ibat beban luar dilrnbangi oleh jurnlah dari dua kopel S - (2n -1) f cf I
momen tahanan, di mana kopel yang pertama tersusun oleh pasangan resultants sedangkan apabila 2nfc 1' > fs
gaya tekan beton dan gaya tarik tulangan baja penampang bertillangan ideal, ijin,
sedangkn yang kedu tesusun A , Noz
dari pasangan resultante gaya tekan tulangan baja dan gaya tank tulangan ba1a s1sanya. c
oengan demikian, balok bertulangan rangkap dirancang sebagai penarnpang b_al.ok ber Pada penampang balok persegi dengan penulangan tarik saja yang bertugas rne
tu/angan ideal kernudian dipasang penulangan tekan dan tarik tambahan sedem1k1an nahan tekanan adalah baton, sedangkan pada penampang balok bertulangan rangkap
rupa sehingga tetak garis netral tetap berada di posisi yang kira-kira sama dengan yang bertugas adalah baton bersama-sama dengan tulangan baja tekan. Apcibila beton
penampang dan baja kedu«!nya berperilaku elastik, yaitu apabila deformasi yang terjadi akan ikut le
bertulangan ideal. nyap begitu beban dihilangkan, maka cara transformasi penampang masih dapat diguna
Dengan mengacu kepada Gambar 5.8, langkah-langkah untuk menentukan As dan kan dengan cara mengganti luas penampang tulangan baja tekan dengan baton ekivalen
As' adalah sebagai berikut ini, seluas n kali luas baja tekan. Akan tetapi baton yang menahan tegangan tekan bersamaan
1) Hitung Mw 1 = kbd2 dengan berjalannya waktu mengalami juga regangan (deformasi) rayapan dan susut
2) Hitung A 51 = p bd, dan periksa dengan: sela ma jangka waktu tertentu. Deformasi bersifat menetap yang tergantung waktu
•M.,.,1 tersebut tidak dialami oleh baja. Dengan demikian selama baton mengalami deformasi
Ast = f s ijin (jd) menetap pa da atau sebelum tegangan kerja ijin tercapai akan mengakibatkan terjadinya
proses bersi nambung pelimpahan beban dari baton ke tulangan baja. Dengan
3) Hitung Mw2 = Mw- Mwt
digunakannya angga pan bahwa distribusi tegangan linear, cara pendekatan untuk
4) Hitung N02 dan NT2 :
Mw2 memperhitungkan deforma si dan pelimpahan beban tersebut adalah dengan
Noz =M-2 = ( d _ d } memperbesar luas baton ekivalen se
bagai pengganti tulangan baja tekan, lebih besar dari n kali.
5) Hitung A s2t
Untuk memperhitungkan tegangn-tegangan, dalam rangka mentransformasikan
A52 = N"'" ""' luas tulangan baja tekan menjadi luaS' baton ekivalen, ketentuan SK SNI T-15-1991-03
fs
pasal 3.15.5 ayat 5 mengijinkan menggunakan nilai banding modulus elastisitas maksi
5 (ts ijin - f 1
mum 2n. Ketentuan tersebut dapat diartikan bahwa dalam analisis elastik tegangan tulan
Langkah ke-1 sampai dengan 6 kiranya sudah jelas, sedangkan langkah ke-7 -
I
sampai de ngan 9 akan dibahas pada uraian berikut ini. I
I
I
I paui nilai f s ijin. Dengan demikian ketentuan tersebut di samping memberikan
pendekatan pelimpahan beban kepada tulangan baja tekan juga membatasi tegangan
tulangan tekan baja agar tidak melampaui kapasitas ijinnya. Seperti diketahui, dengan
memasang tulang an baja tekan pada hakekatnya akan mengurangi luas penampang
baton tekan karena ditempati oleh tulangan. Sedangkan pada waktu memperhitungkan
Gambar s.a Cara dua kopel untuk balok bertulangan rangkap resultants gaya te-
BAB 5 METOOE PERENCANAAN ELASTIK 17 5
17 4 BAB 5 METODE PERENCANAAN a.ASTIK
kan dal Not pada kopel momen yang pertama, luas penampang baton tkan diP_9rhi 5. 11 ANALISI S BALOK PERSEGI
tun kan penuh. Dengan demikian resultante gaya tekan dalam No2harus _dllengkap1 BERTULANGAN RANGKAP
de- g memperhitungkan gaya kecil fctAs' yang sudah termasuk dalam perh1tungan
No1· Analisis balok panampang persegi tarlentur bertulangan rangkap (tulangan tekan dan ta
ngan .
Atau, No2 = 2nfc'(As'- fc1As' ) rik) adalah rumit, terutama dengan katentuan bahwa tagangan yang timbul dalam
dan No2= fs (As'- fc1As' ) . . tulangan tekan harus sama dengan 2 nfc 1 atau f s ijin, mana yang lebih kecil. Sedang di
maa yang digunakan targantung dari besamya nilai 2nfc1 dibandingkan tarhadap fs, d1- lain pihak pa da analisis lendutan, dalam menghitung momen inersia transformasi tidak
gunakan nilai yang lebih kecil. dapat menggu nakan nilai banding modulus elastis!tas 2n karena perhitungan perilaku
deformasi rayapan dan susutan manggunakan cara berbeda (lihat Bab 8).
C on toh 5.7. kN f , Dalam proses analisis, pertama-tama transfonnasi luas penampang dicoba
Suatu balok beton bertulang penampang persegi menahan momen Mw = 140 m, c = dengan menggunakan nilai banding modulus elastisitas yang berbada untuk baja
20 MPa, dengan tulangan baja menggunakan mutu 240, b = 300 mm, d 400 mm, = tulangan tarik dan tulangan takan. Untuk mendapatkan luasan baton akivalen bagi
dan apabila diperlukan penulangan tekan, digunakan d' = 90 mm. Tentukan masing-masing tu
penulangan
langan, luas penampang tulangan takan dikalikan dengan 2n sedangkan tulangan tarik
yang diperlukan.
dikalikan dengan n. Sebagian luas akivalen bagi tulangan baja takan diperhitungkan un
• tuk pengurangan luas baton yang ditempati tuiangan baja sahingga luas akivalen menjadi
P eny elesaian . ,... MP (2n-1)As'·Setalah sumbu berat penampang transfonnasi ditantukan lataknya,
9
Sesuai dengan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.15.3, n= 9, fsijin = 120 MPa, fc IJln =
keniudian dapat menentukan diagram tegangan, yang mana sekaligus
a
mamperlihatkan posisi apakah f s ijin atau 1/n f5 ijin telah tercapai. Apabila nilai 2nfc 1'
besaran perencanaan: m= 0,403, j= 0,866, p= 0,0151, k= 1,5705 MPa. ·
Mwt = kbd 2= 1,5705(300)(400)2(10)-6= 75,38 kNm tidak melampaui f s ijin, di mana
A 5 = 0,0151(300)(400) = 1812 mm 2 fc t' adalah nilai tagangan baton pada lokasi kedudukan tulangan baja tekan, maka trans
6 formasi penampang percobaan tersebut dapat diterima dan perhitungan analisis dapat di
- Mw1 - 75,38(10) 1813 mn2
Ast - f jd -120(0,866) (400) lanjutkan. Tatapi apabila nilai 2 nfc 1 ' melampaui nilai f5 ijin, maka luas baton akivaJen untuk
5
tulangan baja tekan harus diambil kurang dari 2nA5'. Dengan damikian panampang trans··
Mw2 = Mw- Mw1 = 140 - 75,38 = 64,62 kNm
_ _ M w 2 _ 64,62 (10)3 formasi tarsebut di atas tidak sahih lagi. Sampai pada langkah ini, cara tarbaik adalah ma
8, kN nentukan dan menghitung latak garis netraJ (mungkin letaknya dakat dangan garis netral
_ 20 45
No 2 - Nr2 - (d-d') (400-9q
penampang transformasi) dangan manggunakan kaseimbangan gaya-gaya, resultante
Nr 2 208,45 (10)
3
= 1737 rrro gaya tekan sama dengan gaya tarik. Dengan cara tarsebut akan didapatkan tambahan
gaya tekan sabesar Us ijin - fc/)As '.
2
As2 = fs 120
- A +A - 1813 +1737 = 3550 mm2 (tulangan tarik)
AS -
Sf S2
-
Pada komponen struktur yang memikul geser dan torsi, tegangan geser rencana v dihi
tung dengan:
v-
v-
-·bw d
As'=S019
di mana Vadalah gaya geser rencana pada penampang yang ditinjau.
As= J Perencanaan geser komponen struktur terlentur didasarkan pada anggapan bahwa
baton menahan sebagian tegangan geser sesuai dengan kemampuannya, sedang kele
bihannya atau tegangan gaser di atas kemampuan baton untuk manahannya dilimpahkan
kepada tulangan baja geser. Untuk komponen struktur yang menahan gaser dan lentur
Gambar 5.9. Sketsa Conteh 5.8 saja, kapasitas baton tanpa penulangan untuk menahan geser adaJah:
Ve =}_ Fc
112(30ox2) + (15)(1417,5)(x- 90) = 8(4538)(560 - x) 11
l1'2(300x2) + 21262,S(x- 90) = 36304(560 -_x) dan apabila dikehendaki hitungan yang lebih rinci:
1 r;- Vd
Penyelsaian persamaan pangkat dua tersebut menghas1lkan x= 238,4 mm Ve =--yfe +9 Pm M
Bandingkan 2nfe / terhadap fs ijin. 12
Kuat luluh rencana tulangan geser yang digunakan tidak boleh lebih dari 400
MPa. Sengkang dan batang atau kawat yang digunakan sebagai tulangan geser harus
dite ruskan sejarak d dari serat tekan ekstrim dan harus dijangkarkan pada kedua ujung
untuk rnendapatkan kekuatan luluh rencana tulangan. Jarak spas tulangan geser yang
dipa sang tegak lurus terhadap sumbu memanjang kornponen struktur tidak boleh
lebih dari 112d, atau 600 mm. Sedangkan sengkang miring atau tulangan pokok
memanjang yang dibengkok harus dipasang dengan jarak yang sedernikian rupa hingga
setiap garis miring 45° dari titik tengah tinggi komponen struktur ke arah tulangan tarik
memanjang menuju
reaksi atau dukungan, harus berpotongan paling tidak dengan satu garis tulangan geser.
Pada kasus di mana nilai ( v- Ve) melampaui 11e(vfe' ), maka nilai-nilaijarak spasi
maksimum tersebut di atas harus dikurangi menjadi separohnya.
Selain itu, dalam SK SNI T-15-1991-03 juga memberikan ketentuan khusus untuk
perencanaan komponen struktur plat dan fondasi telapak, di mana tegangan geser ren
cana dihitung dari:
V =--
v
b0 d
di mana V dan b0 diambil pada penampang kritis. Apabila tidak digunakan penulangan
ge ser pada komponen. nilai tegangan geser rencana v tersebut tidak boleh
melampaui Ve
sebagai berikut:
18 0 BAB 5 METODE PERENCANAAN EL.ASTIK
tii
"I
. SOAL - SOAL
5-1. Suatu balok baton bertulang penampang persegi ukuran 300 mm x 560 mm de
6 !Ii
11
kN/mm2, Es = 200 kN/mm2, momen lentur Mw= 115 kNm. Tentukan tagangan-
tegangan mak simum baik pada baton maupun tu!angan bajanya, dengan: (a)
cara kopel benda tegangan, (b) cara rumus lenturan dengan penampang
transformasi.
PANJA NG PENYALURAN DAN
5-2. Berapakah momen lantur ijin maksimum untuk balok pada Saal 51 apabila SAl\t18UNGAN BAJA TULANGAN
tegang an-tegangan ijin maksimum adalah fc = 8,3 MPa•. fs= 150 MPa ?
5-3. Suatu balok baton bertulang penampang persagi ukuran 300 mm x 500 mm de
ngan tulangan tarik 3 batang 20 mm, fc' = 21 MPa, fy = 280 MPa, (a) Tentukan
momen lentur ijin, (b) Apakah penampang bertulangan ideal, kurang, atau lebih ?
5-4. Untuk balok pada Saal 5-3 apabila digunakan tulangan 3 batang 32 mm, sadang
6. 1 PENDA HULUA N
kan pertanyaannya sama.
5-5. Untuk suatu balok baton bertulang persegi dangan lebar b = 400 mm mendukung Salah satu dasar anggapan yang digunakan dalam perencanaan dan analisis struktur
momen beban-guna Mw= 540 kNm, fc' = 28 MPa, fy = 420 MPa, berapakah ba ton bertulang ialah bahwa lekatan batang tulangan baja dengan baton yang
tinggi efektif teoretis dan luas penampang tulangan tarik yang diperlukan ? mangelilingi nya berlangsung sempuma tanpa tarjadi panggalinciran atau pergesaran.
Bardasarkan atas anggapan tarsabut dan juga sebagai akibat lebih lanjut, pada waktu
komponan struk tur baton bartulang beker:ja menahan beban akan timbul tagangan
5-6. Untu suatu balok beton bertulang persegi dengan lebar b = 300 mm mendukung
momen beban-guna yang terdiri dari beban hidup MLL = 95 kNm dan beban mati lakat yang berupa shear interlock pada permukaan singgung antara batang tulangan
MoL = 54 kNm, fc'= 28 MPa, fy = 350 MPa, tantukan ukuran penampang dan dangan baton. Untuk balok struktur yang menahan beban moman lentur misalnya,
penu tagangan lekat timbul setara dangan variasi perubahan nilai momen lentur yang ditahan
langannya, periksa pula tegangan-tegangannya, dan garnbar skatsa. di sepanjang balok. Dengan barubahnya nilai momen lentur mengakibatkan
barlangsungnya suatu intaraksi longitudi nal antara baja dan baton sehingga basar
5-7. Rancanakan suatu balok baton bertulang dangan lebar 350 mm mendukung mo tegangan tarik yang harus ditahan jug a menya suaikan di sepanjang batang tulangan
men beban hidup MLL = 305 kNm di atas dukungan sederhana bantangan 6, 10
baja tarik. Olah karenanya tegangan tarsebut dise but sabagai tegangan lekat lenturan.
m,
Distribusi tagangan lakat yang sesungguhnya terja - di di sepanjang batang baja sangat
fc' = 28 MPa, fy = 420 MPa. Gambar skatsa panampang dengan batang tulangan
rumit dan kompleks labih-labih apabila dikaitkan de ngan timbulnya ratak baton di
yang dipilih. daarah tarik. Hasil barbagai panalitian menunjukkan bahwa ragam bentuk tegangan
5-8. Rencanakan penampang balok baton bertulang yang mendukung beban hidup lekat dipengaruhi oleh terjadinya retak diagonal dan retak lentur, dan hasil pangukuran
2 menunjukkan nilai tegangan lekat cukup tinggi di tempat tapat ber sebelahan dangan
wLL = 7500 kg/m di atas bentangan 8,50 m, fc' = 210 kg/cm2, fy = 4200 kg/cm .
retak-ratak tersabut. Sahingga diperlukan parsyaratan tertentu untuk mangantisipasi
Gambar sketsa penampang dengan batang tulangan yang dipilih.
tegangan lekat lentur tinggi pada tempat-tampat rawan di sepanjang ben tang terhadap
5-9. Rancanakan suatu plat baton bartulangan satu arah mendukung baban hidup ma parubahan gaya tarik mendadak dalarn tulangan, saperti pada titik balik mo
rata wLL = 850 kg/m 2 di atas dukungan saderhana bentangan 5,50 m (p.k.p), fc' = men bentang menerus dan titik-titik pamberhantian pada bantang sederhana Sekalipun I
I I
21 MPa, fy = 280 MPa. Gambar skatsa penampang dengan batang tulangan yang tidak ada gaya tarik yang harus disalurkan pada tampat-tempat tarsebut. Tegangan lekat I
dipilih, serta periksa tegangan-tegangannya.
1
18 2 BAB 6 PANJANG PENYALURAN DAN SAMBUNGAN BAJA TUlANGAN
diperlukan pengukur 40 fy
.f. = ..fc
an atau peninjauan besar tegangan lakat lentur di sepanjang batang tulangan baja,
yang
(4) Untuk batang kawat deformasian, N I
Contoh 6.1.
Hitung penjangkaran atau panjang penyaluran ld yang diperlukan untuk batang
tulang an baja 025, tulangan puncak (tebal beton di bawahnya lebih dari 300
mm), pada suatu komponen struktur dengan beton ringan pasir, fy = 400 MPa,
fc' = 30 MPa.
P enyelesaian .
Panjang penyaluran dasar(ldb), gunakan nilai terbesar:
_ 0, 02 Abfy 0,02(490,9)(400)
l db - = 717 ITITl .p;
Gambar 6.1.
Sketsa Conteh 6.2 ·
i r1I 1
C on t oh 6.2.
Hitung penjangkaran atau panjang penyaluran yang diperlukan untuk batang tulangan
baja 029 seperti tampak pada Gambar 6. 1, dipasang sebagai tulangan atas dengan
tebal plat beton 380 mm. Batang tulangan baja tersebut merupakan tulangan tarik,
tulangan negatif pad a dukungan, fy = 400 MPa, fc' = 30 MPa, beton normal. 6db atau 60 nvn
untuk D1O -.016 : D > 4 4
P eny elesaian
o ;.
Panjang penyaluran dasar(gunakan nilai tertinggi): (a) kaJt 90" (b) kait 135°
0
f. - 100
hb - ..µ;; ::::;. untuk fy = 400 MPa
an untuk kait tersebut. Dapat ditambahkan bahwa kait dengan sudut pembengkokan go
'I
Tulangan pada bagian badan balok yang beri.Jpa sengkang geser atau tulangan
Faktor niodifikasi yang dibertakukan guna mendapatkan l dh pun_tir harus terjangkar dengan baik agar kapasitas tarik maksimumnya tercapai pada atau
.!x_ ear tengah tinggi balok.Untuk itu, penjangkaran tulangan baja sengkang harus meng-
adalah: (1)..,Untuk kuat leieh fy selain 400 MPa, 400
1kut1 ketentuan dengan menempatkan sedekat mungkin terhadap permukaan tekan atau
(2) Untuk batang 036 dan yang lebih kecil dengan tebal tarik. Penempatan kait yang demikian diperfukan karena kemungkinan terjadinya retak ta
selimut samping (normal terhadap bidang kait) tidak rik lentur yang cukup dalam segera setelah beban ultimit tercapai.
kurang dari 60 mm, dan untuk kait 90° denga11 SK SNI T-15-1991-03 menetapkan bahwa penjangkaran ujung tulangan baja seng
0,70
selimut pada perpanjangan kait tidak kurang dari 50 kang dengan kaki tunggaJ, bentuk U sederhana, atau bentuk U ganda harus dijangkar
mm, mengikuti salah satu cara berikut:
(3) Untuk batarig 036 dan yang lebih kecil dengan kait a) Kait standar ditambah suatu dalam penjangkaran 0,5 ldt di mana yang dinamakan da
yang secara vertikal dan horisontal terlingkup di da Jam penjangkaran adalah jarak dari pertengahan tinggi efektif balok, 112.d, sampai
lam sengkang atau sengkang kait yang dipasang dj de ngan titik tangen kait (titik awal pembengkokan kait), lihat Gambar 6.4.a.
0,80
sepanjang ldh dengan spasi melebihi 3db di mana b) Penjangkaran pada jarak 112.d di atas atau bawah pertengahan tinggi efektif, di daerah
db adalah diameter batang kait, tekan, untuk panjang penyaluran penuh l d tetapi tidak boleh kurang dari 24 db atau
300 mm, lihat Gambar 6.4.b.
(4) Apabila penjangkaran fy atau penyalurannya
As perlu c) Untuk sengkang tulangan baja 016 dan yang lebih kecil dibengkok mengelilingi ba
tidak khusus diperlukan dan jµmlah penulangan
As tang tulangan pokok memanjang paling tidak memutar 135°. Untuk sengkang
lentur
tersedia batang tulangan baja dengan fy> 300 MPa masih harus ditambah dengan dalam
tersedia lebih banyak, 1,30 penjangkaran 0,33 i d. Penjangkaran 0,33 ld harus diambil sebesar jarak dari
pertengahan tinggi
{5) Untuk baton agregat ringan,
Untuk semua hat, panjang penyaluran ldh tidak boleh kurang dari 8 db atau 150 mm. efektif, 112.d, sampai titik tangen kait (titik awal pembengkokan), lihat Gambar 6.4.c.
Batang tulangan yang disalurkan dengan kait standar untuk komponen struktur dengan d) SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.5.13 ayat 5 menetapkan kriteria sistem sengkang U
ujung tidak menerus dan kedua selimut samping dan atas (atau bawah) terhadap kait ku gan da yang dipasang berhadapan dengan kaki-kakinya (tanpa kait) sating tindih
rang dari 60 mm, batang kait harus diikat dengan sengkang atau sengkang kait sepanjang hingga se cara keseluruhan membentuk struktur sengkang tertutup. Kaki-kaki
l dh dengan spasi tidak lebih dari 3 db di mana db adalah diameter batang kait. sengkang U harus saling bertindih sepanjang 1,7 l d seperti tampak pada Gambar
Apabilaterca pai kondisi yang demikian ketentuan faktor modifikasi untuk yang 6.4.d dalam rangka me menuhi persyaratan sambungan lewatan. Masing-masing
bersangkutan tidak di- bengkokan di sudut seng kang U harus mengelilingi batang tulangan pokok
berlakukan. Lihat Gambar 6.3. memanjang.
·
1,
-- -
I
kal standar
meogelllngj
N r 1
tltlk tangen tlt,l: tangen tulangan
kapasltas I .!
L
..
l ' db
2
d
---....
N r +
j<.-.- ...:....-,.r 4db untuk 010 sld 025
s db untuk 029 sld 036
Lm 6 db untuk 044 sld 056 (a) (b) (c) (d)
Gambar 6.4.
Gambar 6.3. Penjangkaran tutangan sengkang
Panjang Penyaluran batang kait
BAB 6 PANJANG PENYALURAN DAN SAMBUNGAN BAJA TULANGAN 19 1
1g Q BAB 6 PANJANG PENVALURAN DAN SAMBUNGAN B.6.JA TULANGAN
'1
, I
I
Penjangkaran menggunakan kait(lihat Gambar 6.6.):
Sebagaimana ditentukan dalam SKSNI T-15-1991-93 pasaJ 3.5.5, panjang penyaluran
dasar lhb yang dibutuhkan untuk mengembangkan kuat luluh fy dalam batang kait diukur
dari lokasi timbulnya kuat luluh ke sisi luar ekstrim kait, sebagai berikut:
1OO d b 100(25)
450
lhb =
./c'
r;-; = "'!120 = 559 mm ===> untuk ty = 400MPa I
·
Guna mendapatkan ldh dikalikan faktor modifikasi fyf 4CO = 300/400 = O,75.
diperoleh f dh= 0,75(559) = 419,3 mm.
Temyata masih didapat nilai tidak kurang dari 150 mm dan 8 db= 200 mm.
Kemudian dilakukan pemeriksaan cukup tidaknya febar kolom untuk dipasang penjang
Gambar 6.5. karan,
Sketsa Conteh 6.3
419 + 40 = 459 mm < 600 mm
Dengan demiki disimpulkan bahwa penjangkaran keseluruhan masih bisa dipasang di
Con toh 6.3. , · rf
Tentukan penjangkaran atau panjang penyaluran yang diperlukan untuk kond1s1 sepe 1 dalam kolom.
yang terlihat pada Gambar 6.5, dengan fc' = 20 MPa (beton normal), fy = 300 MPa, dan
batang tulangan baja 025 adalah tulangan atas. b. Penjangkaran masuk ke balok :
Seperti hasil analisis yang didapat, untuk batang tulangan baja lurus panjang
penyaluran yang diperlukan adalah 818 mm. Sehingga pada penjangkaran masuk ke
Peny elesaian
a. Penjangkaran masuk ke kolom : . balok harus memperhitungkan kemungkinan memperoleh tempat sepanjang 818 mm
Penjangkaran menggunakan batang tulangan /urus :Dari Tabel A-39, pan1ang penyaur- menjorok lewr1t dukungan masuk ke balok. SK SNI T-15-1991-03 mencantumkan
an dasar 659 mm. Karena kedudukan elevasinya merupakan batang tulangan atas, tambahan persyarata11 perpanjangan batang tulangan baja yang bertugas sebagai
d1gu- batang tarik pada daerah m ,. men negatif. Persyaratan tersebut akan diuraikan lebih
nakan faktor modifikasi 1,40 sehingga: lanjut pada pembahasan Strukt l" Bentang Menerus pada Bab 7 di belakang.
ldpertu = 659(1,40) = 818 mm
karena 818 mm > 600 mm (tempat yang tersedia), diperlukan usaha penjangkaran yang
mungkin dapat dilakukan dengan membuat kait bangkok bersudut 90° atau 180°.
90" I,
,t·'
Gambar 6.7. Sketsa perencanaan Contoh 6.3
Gambar 6.6. Sketsa Contoh 6.3
19 2 BAB 6 PANJANG PENYALURAN DAN SAMBUNGAN BAJA TULANGAN Co
nt
= eh
6.
4. .
suatu balok persegi beton beton bertulang dengan dalam efektif d 530 mm,· e/lmut ·
1
beton 40 mm, fy.= 300 MPa, fc'= 20 MPa. Perhitungkan penggunaan tulgan bB}a 01
untuk sengkang bentuk U sederhana, apabila : ( a) menggunakan k1t 90° yang
dt· bangkok tidak mengelilingi batang tulangan baja memanjang, dan (b) t1dak 19 3
mengguna·
BAB 6 PANJANG PENYALURAN DAN SAMBUNGAN BAJA TULANGAN
Ii I
kan kait.
Penyelesaian . .
oengan mengacu pada Gambar 6.4.a dan Tabel A-39, l d ba g 010 = 1800.mm. Nilat
tersebut adalah Panjang Penyaluran Dasar, tetapi karena id minimum tersebut tldak Gambar 6.8.
da t dipasang untuk kait sengkang maka faktor modifikasi tidak digunakan. Pej Pemindahan tegangan pada sambungan lewatan tarik
gkaran mm mum yang dipertukan sejak dari pertengahan tinggi efektif balok sampai
t1t1k tangen ka1t Seperti ditentukan dalam SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.5.14, sambungan lewatan
tidak boleh digunakan untuk batang tulangan baja yang lebih besar dari 036 kecuati untuk
adalah,
fondasi telapak. Pada umumnya pelaksanaan sambungan lewatan lebih ekonomis diban
0,50 ld= 0,50(1800) = 900 mm .
dingkan dengan cara lainnya. Seperti tampak pada Gambar 6.8, sambungan lewatan beru
dengan mempertimbangkan tebal selimut baton dan keadaan geometri yang tersedta,
pa dua batang tulangan disambung bersinggungan satu sama lain kemudian diikat, atau
maka tempat yang tersedia untuk penjangkaran:
112 d -40 -3,0 db=112(530) -40 - 3,0(10) = 195 mm> 90 mm (baik) dapat juga dengan memberikanjarak spasi di antara kedua batang ke arah transversal ll
kira kira seperlima panjang lewatan namun tidak boleh lebih dart 150 mm. Untuk
Mengacu pada Garnbar 6.4.b, panjang duntuk batang tulangan 010 adalah 1_aoo mm..
. Panjang penjangkaran sesuai dengan persyaratan dipilih yang lebih besar dt antara
menghindari terjadinya kegagalan struktural, penyambungan batang tulangan baja di
!I
I
111 '
daerah momen maksimum balok atau tempat di mana terjadi tegangan tarik maksimum
mlat I,1',11,1
Sesuai dengan SK SNI T-15 1991-03 pasal 3.5.15 ayat 4, pemilihan lokasi atau Untk komponen struktur tekan yang menggunakan pengikat sengkang, di
tempat sambungan b?tang tulangan tarik harus dilakukan selang-seling berjarak minimum
600 mm. sedemikian rupa sehinga setiap penampang dapat mengembangkan paling
mana luas efektif senkang yang terdapat di sepanjang sambungan lewatan tidak 'I 11!
kurang dari 0,0015 hs, pan1ang sambungan lewatan boleh dikalikan 0,83 tetapi
1 ; !l 1 !
tidak dua kali gaya tarik yang dihitung tetapi tidak kurang dari 140 MPa untuk luas panjang totalnya tidak Ill
tulangan total yang tersedia Oafam menghitung besamya gaya tarik yang terjadi pada
setiap pe nampang, tulangan yang disambung boleh dianggap berkekuatan sama
.kurang dari 300 mm. Kaki sengkang arah tegak lurus terhadap h harus digunakan dalam
menentukan luas efektif tersebut. Sedangkan untuk komponen struktur tekan yang
I:
dengan kuat menggunakan lilitan spiral, panjang sambungan lewatan batang tulangan yang terdapat i ' ·'
di
dalam satu spiral boleh dikalikan dengan 0,75 tetapi panjang totalnya tidak boleh kurang
sambungan yang disyaratkan. Batang tulangan yang tidak disambung harus dianggap dari 300 mm.
mempunyai kekuatan sebesar bagian dari fy yang besamya ditentukan oleh nilai banding
Sambungan batang tulangan baja tekan dapat juga dilakukan dengan cara 11 1
panjang penyaluran yang tersedia terhadap l d yang diperlukan untuk mengembangkan
menum pukan ujung-ujung kedua batang kemudian dipegang dan diikat dengan I
1:'.
kuat luluh fy yang disyaratkan. Sedangkan sambungan batang tulangan baja untuk bagi I'
peralatan khu sus sedoikian rupa sehingga terjadi kontak konsentrik kokoh. Sudah
an-bagian struktur yang bertugas mengikat gaya tarik (sengkang tarik misalnya) harus
barang tentu per mukaan u1ung batang harus dipotong rata dan rapih agar didapat
dila kukan dengan cara pengelasan penuh atau sambungan mekanis kokoh, dan letak
I
kontak yang sempuma. Sambungan semacam ini hanya boleh diterapkan untuk 11 I
sam bungan batang yang bersebelahan harus selan'g-seling berjarak paling tidak 800
komponen struktur baton yang menggunakan tulangan sengkang, sengkang ikat ;I
I
I
mm.
tertutup, atau lilitan spiral. Sambungan dengan las, atau alat sambung mekanis r
A 5 ada 100 I
As pertu
(pada loi<asi lewatan) 50 11
75
6.8 PEMBERHENTIA N DAN PEMBENGKOKAN BATA NG
11
11
ngan ukuran-ukuran 045 dan 055 boleh disambung secara lewatan dengan batang ter
035 p.a
6 .7 SAMBUNGAN TULANGAN BAJA TEKAN
dan batang lain yang lebih kecil. sa
ng
Pada SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.5.16 diberikan ketentuan syarat sambungan
ter
lewatan batang tulangan baja tekan. Pada dasamya panjang minimum sambungan
se
lewatan tekan
but
dihitung sebagai panjang penyaluran yang telah dibahas pada Bab 6.3 terdahulu, da
tetapi tidak kurang dari 0,07 tyd,,. atau (0,13 fy - 24)db untuk fy lebih besar dari 400 pat
MPa, atau 300 mm. Sedangkan untuk baton dengan fc'kurang dari 20 MPa, panjang
dik
lewatan harus
ura
ditambah sepertiganya ngi
Apabila batang tulangan baja tekan dengan diameter berbeda disambung secara
di
lewatan maka panjang lewatan harus diambil nilai yang terbesar dari panjang penyaluran
te
batang- lebih besar atau panjang lewatan batang yang lebih kecil. Batang tulangan de
mp
at-tempat di sepanjang balok terlentur menye sua1ka d_engan berkurangnya momen lentur
'
II
yang dipikul. Usaha tersebut umumnya di selesa1kan dengan cara meml:9rhentikan atau
membengkok tulangan baja sedemikian rupa sehingga tetap memperhatikan dan konsisten I,'
terhadap persyaratan kekuatan struk tur teoretis, dan sesuai ketentuan persyaratan yang 'I '
1j,,
ditetapkan peraturan. I
.Dengan demkian untuk komponen struktur terlentur secara teoretis batang tulang an
ba1ana dapat d1berhentikan atau dibengkokkan kapan saja apabila sudah tidak diper lukan
lag1 untuk menahan momen. Akan tetapi, SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.5.10 ayat 3
menentuan syarat bahwa pada tempat di mana batang tulangan baja sudah tidak diper
lka lag1, .batang tersebut dapat dihentikan setelah diperpanjang sejarak sama dengan
t1g1 efektif balok atau 12 kali diameter batang, diambil nilai yang lebih besar. Oengan de
m1k1an ebeentikan batang tulangan langsung di tempat di mana sudah tidak diper·
lukan lagt t1dak d1perkenankan, akantetapi SK SN! T-15-1991-03 memperkenankan mem
bengkok batang tulangan yang sudah tidak diperlukan di tempat tersebut.
19 6 BAB 6 A1.NJANG PENYALURAN DAN SAMBUNGAN BAJA TUlANGAN
y ====:. (3.5)2 = 6
cacat. Terutama disebabkan tingkat kesulitan pemasangan di sampingjuga masalah
(-;
kuali
rangka batang, seperti yang sering dilaksanakan selama ini, temyata sering memberikan 2. =Y 1
xl 2
z
tas tenaga kerja pelaksananya. Dengan demikian lebih disukai menggunakan batang
dari persamaan tersebut di atas, didapat x = 2 02
lu
rus dengan sistem penempatan tulangan sesuai dengan persyaratan kekuatan.
penghentian dua batang tulangan b . D t . . : . ':1 yang mana merupakan titik teoretis
Selanjutnya pada SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.5.11 ayat 1 ditentukan bahwa un dengan .
Jarak a1a. an ht1k m1 batang tul h .
d, atau 12 d . angan arus I' f
digunak d1perpanjang
tuk penulangan bentang sederhana paling tidak sepertiga dari tulangan momen positif . "' =
an mana yang leb1h
besar. 12 diameter batang = 12(29) 348 mm .
harus diperpanjang masuk sepanjang muka yang sama dari komponen hingga ke
dalam tumpuan. Untuk balok, tulangan harus menerus ke dalam tumpuan paling tidak
150 mm.
420
(b) diagram Mu penampang
potongan A·A
(c)
ln
Gambar 6.1o.
Si<etsa Ccntoh 6.5
Gambar 6.9.
Detail batang tulangan baja yang direkomendasikan
P1at satu arah. bentang sederhana. penulangan tarik simetri
198 BAB 6 NJANG PENYALURAN DAN SAMBUNGAN BAJA TULANGAN
=
mini- mkauremnabadtan4g6t0ulmanmg,amn abaJapderapn_atenJg bentang ke tempat Dengan demikian apabila diukur dari tengah bentang didapat jarak,
penghentian batang tulangan
(panjang batang. setengah bentan), adaJah:
2020 + 886 = 2906 mm
temyata pula bahwa hasilnya lebih kecil dari jarak tempat pemberhentian batang tulangan
2 02 + O 46 = 2,48 m b t · 1 gan terhadap tengah bentang (3320 mm), dapat disimpulkan bahwa tempat pemberhentian
Cara yang s..:na dignakan untuk menentukan :.,a1!e : am: batang untuk dua batang tulangan yang kedua telah memenuhisyarat pula (lihat Gambar
6. i1).
d:::ba-
baja berikutnya. Sedangkan untuk _dua bkatang k e dukungan. Dengan demikian Sepasang batang tulangan yang terakhir merupakan tulangan pojok mewakili jum
ma tang tuiangan pojok bawah balo, datrus an masu lah sepertiga batang tulangan baja momen positff yang harus dipasang menerus
ka didapatkan hubungan sabagai benkut: sampai ke dukungan baJok.
2i_ _ _± Akan tetapi harus diperhatikan bahwa kelompok batang tulangan ini secara
(3,5)2 - 6 teoretis menahan tegangan fy sampai pada titik berjarak 2,86 m dari tengah bentang
(pemberhen tian teoretis dua batang tulangan yang kedua). Dua batang tulangan
Dengan d em1kiakna,md k Ja. : i · ari tengah bentang ke tempat terakhir ini juga harus diberi perpanjangan seperti yang fain. Panjang penyaJuran yang
penghentian dua batang tulangan baja berikutnya adalah: diperlukan ( f.d ) adalah 886 mm. Sedangkan bagian lurus yang dapat dimantaatkan
untuk panjang penyaluran
Pemeriksaan2 i y yang diperlukan, l,, bagi ua batang tulangan baja hanya 0,75 m, sehingga harus digunakan kait pada ujung batang dengan panjang
penya luran l dh sebagai berikut:
yang
300) 100 db 100( 29)
pertama (Iihat Tabel A-39 untuk Panjang Penyaluran Oasar).
l = 886 mm
idh = ( 400 N = (0,75) ../20 = 486mm <750mm
db . . . . k den an jarak dari tengah bentang ke Dengan mengacu pada Gambar 6.12, jarak minimum yang diperlukan dari titik pember
tem- ternyata hasilnya jauh leb1h kec1I d1band an ) shingga tempat pemberhentian
untuk hentian teoretis dua batang tulangan yang kedua (juga di mana sepasang tulangan
pat pemberhentian batang tulangan (2 mm ' hi syarat Hal yang sama pojok dari balok menahan tegangan fy) sampai ke ujung baJok adaJah:
diberia dua batang tulangan kelompok pertama telah memenu.an naluran dasamya 486 mm + 40 mm = 526 mm
I.d jug a kukan untuk dua batang tulangan yang kedua, yang panJ g :imum f
berjarak 2,02 m
886 mm. etak titik di mana batang menahn ttegangt·and:abatang turangan yang
perta- h b t ng (titik pemberhent1an eore is
sedangkan jarak atau tempat yang tersedia adalah,
d iu k ur dituaduari tenga
batang tulangan yang k dua harus diperpanjang paling tidak sepan-
m a ). U n tu k e 750 m + 40 mm = 790 mm
en a
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rencana penjangkaran telah memenuhi per
jang l d dari titik tersebut 3320 syaratan.
Gambar 6.11.
Sketsa Contoh 6.5
minimum 41 h = 486
I
{
Gambar 6.12.
Sketsa C:ntoh 6.5
•
200 BAB 6 PANJANG PENYALURAN DAN SAMBUNGAN BAJA TUlANGAN
1
1991-03 pasal 3.5.1O ayat 5, untuk balok tersebut perfu secara khusus dilakukan A _ 0,40 bws
peme riksaan dan perhitungan geser serta sengkang. Peraturan menentukan bahwa v- fy
panulang an lentur tidak diperkenankan untuk dihentikan di daerah tarik kecuali kondisinya
Dengan menganggap bahwa Av telah diketahui,jarak spasi maksimum adalah
meme nuhi salah satu keadaan sabagai berikut ini;
pasal 3.5.10 ayat 5.1 S = Av •
0,40 b...,
Gaya geser pada titik penghentian batang tulangan tidak melampaui dua pertiga
Dengan demikian, maka jumlah sengkang Ns yang ditambahkan di sepanjang 314d
harga yang diijinkan, termasuk kuat geser dari panulangan geser terpasang,
Vu S 213 ef>(Vc + Ns = (!!..)
s4
+1 = ( ) d
Av f r
4 .
+ _ 0,30 bwd
1- A t +1
'
Vs) v y
0,40 b...,
pasaf 3.5.10 ayat 5.2
Juga, dengan jarak spasi sengkang maksimum:
Pada setiap penghentian·batang tulangan atau kawat, telah disediakan suatu luas
=r : j+
sengkang tambahan di samping sengkang yang diperfukan untuk menahan geser
dan tarsi, di sepanjang jarak 314d diukur dari titik penghentian batang tulangan.
Luas sengkang tambahan Ay tidak kur dari,
5
=i maka => N s(minJ 1 = GPb+1
Luas sangkang tambahan sekaligus digabungkan dengan luas sengkang geser Con toh 6.6
dan tarsi yang diperlukan untuk daerah tersebut, dengan jarak sengkang s tidak
melampaui 1/ad(f3b), di mana f3b adalah nilai banding luas penampang
batang·tulang an terpotong terhadap luas penampang penulangan tarik total pada
Balok dengan b = 300 mm, d =
660 m A _
titik pemberhentian dua batang tulang":n bafa
tarik Tepat pada titik b rh .
6g .
jdu lap atas, empat lapis bawah),
apis pa.mg atas terletak di daerah
potongan pe · pem e ent1an V = 230 kN dan k " ·
tutangan baja D 12 be . k . • u seng ang uengan menggunakan
nampang baiok tersebut. T-15-1991-03 I 3f}ara spai 275 mm p.k.p. Sehubungan dengan ketentuan SK SN/
pasal 3.5. 10 ayat 5.3 jarak spasi s p:sa .5. 10, enksalah geser dan apabi/a diperlukan rencanakan ulang
Pada penulangan struktur menerus dengan menggunakan batang tulangan 036 , =
eng angyang d1perlukan. fc , 20 MPa, fy = 300 MPa.
atau lebih kecil, luas penampang terpasang dua kali lipat dari luas yang diperfukan · 1
untuk lenturan pada titik penghentian tulangan dan gaya geser yang terjadi tidak PenyeJesaian
melampaui tigaperempat geser ijin. Sesuai dengan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.5.10.1 d"1pen.ksa apakah:
Dengan memperhatikan ketiga kondisi tersebut di atas tampak bahwa ketentuan Vu S 213 4>(Vc + Vs)
yang pertama sudah digunakan dalam proses analisis. Meskipun diketahui bahwa !.<P (vc + \.'s) =!(0,60)( 2.)bd If'+ Av f y d
besar nya nilai Vs beragam, peraturan tidak memberikan ketentuan khusus mengenai 3 3 6 y'c S
panjang daerah di mana V5 akan timbul. Ketentuan yang kedua berhubungan engan = (O, so)(2.)3oo(s6o)ffo+ 226.2(3oq (660)
3
metode pe rencanaan, di mana harus diberikan tarnbahan sengkang apabila kuat geser 6 275
temyata tidak cukup kuat seperti yang ditentukan dafam Pasal 3.5.10 ayat 5.1.
Ketentuan kedua terse but akan dibahas lebih lanjut kemudian di bagian lain.
Ketentuan ketiga mencakup ten-
SOAL-SOAL
an sederhana (balok didukung pada pasangan tembok misaJnya}, peraturan mengijinkan
menaikkan 30% nilai M,/ Vu- Peraturan juga meneentukan bahwa ld pada titik balik dibatasi 6-1. Tentukan panjang penyaluran yang diperiukan untuk batang tulangan baja seperti
pada harga terbesar antara tinggi efektif komponen struktur (d) dan 12 dtJ- trgmbar, fc'= 30 Pa, fy= 400 MPa Periksalah penjangkaran masuk ke kolom, apa
btla tldak memenuh1 ketentuan persyaratan rencanakan penjangkaran dengan
Contoh 6.7 meng-
=
Balok terletak pada dukungan sederhana dengan b 400 mm, d = 660 mm. As= 2032, gunakan kait 180°.
fc '= 20 MPa, f y = 40q MPa, Jebar dukungan 300 mm, tebal selimut beton 40 mm,
Vu pada dukungan 360 kN. Sehubungan dengan ketentuan SK SN/ T-15-1991-03 pasal 6-2. Pada penjangkaran batang tulangan balok ke dalam ko!om tanpa memberi kait
3.5.11, periksa apakah diameter batang tulangan baja yang digunakan mencukupi. tentu 20
kan diameter batang tulangan terbesar yang mungkin untuk dipasang. fc' = MPa,
besar l d :
1,3 M n l
i d s-v-+ a
u
dari Daftar A-39, panjang penyaluran dasar yang diperlukan ( l db) ialah 1439 mm,
As 1608,6
0 0061 Gambar Soal 6-1
p = b d 400(660} = •
k= 2,2644 MPa
Mn= bd2k= 400(660)2(2,2644)1Q-6= 394,6 kNm.
maka, dmaksimum diipnkan yang memenuhi syarat adalah:
3
l d = 1,3 M n + la _ 1,3 (394,6) +(300 _ 40\
(10)
Vu 360 2 )
=1535 rrm> 1439 nm
Diameter batang tulangan baja terpasang cukup kecil dan memenuhi syarat untuk dapat
Gambar Seal 6-2
bertugas menahan tegangan yang diperlukan. Apabila i d yang diperlukan lebih besar dari
1535 mm, nilai maksimum diijinkan dapat dinaikkan dengan cara membuat kait, juga perlu 6-3. Pada balok dengan dukungan sedrhana yang menahan beban rencana terfaktor
diingat bahwa penggunaan batang tulangan baja berdiameter lebih kecil akan memberi-
(termasuk berat sendiri) 70 kN/m, bentang bersih 12 m. fc'= 20 MPa, fy= 300 MPa,
kan nilai l d yang kecil pula. lebar dukungan 300 mm, panjang batang tulangan yang tersedia 1o m.
a Rencanakan penampang balok baton bertulang persegi dengan hanya bertulang-
an tarik saja,
b. Tentukan tempat pemberhentian batang tulangan baja,
c. Tentukan tempat sambungan batang tulangan dan hitung panjang lewatan,
d. Rancang penulangan geser,
e. Periksalah apakah persyaratan pemberhentian batang tulangan di daerah tarik te-
lah dipenuhi sesuai peraturan. Apabila perlu rencanakan sengkang secukupnya.
206 BAB 6 PAN.JANG PENYALURAN DAN SAt.eUNGAN BAJA TUlANGAN 6_4.Balok seperti tampak pada gambar dengan beban merata terfaktor 146 kN/m (terma suk berat
sendiri), beban terpusat terfaktor 90 kN. fc' = 30 MPa, fy =400 M.Pa, .lebar
pertetakcm. 00 mm. . · . . .
l
a Rencanakan penampang balok beton bertulang dengan hanya bertulangan
tank
a - .
b. Tentukan pemberhentian batang tulangan baja bila diperlukan, menggunakan
pendekatan grafis.
. 7
c. Rencanakan· sangkangnya dengan mempertimbangkali gaya gesar pada
pember- hentian batang tulangan.
Ai = OO kN AJ =!ll kN
-
(l} prv)"'
bentang ujung
u.
memertukan perhitungan panjang. Cara-cara perhitungannya telah banyak dibahas te:n= •• )
dalam buku-buku Analisis Struktur, di samping juga tersedia banyak program 0a.
. bentang dalam
.
Tumpuan luar ter1etak bebas -_Wuln -Wuln
komputer untuk z Tumpuan luar menyatu dengan 2 2
w
membantu penyelesaiannya. 0 I
Oalam rangka usaha penyederhanaan perencanaan, SK SNI T-15-1991-03 pasal I 1 i 1
komponen pendukung 14W u l 15Wul
3.1.3 ayat 3 ·mengijinkan penggunaan koefisien-koefisien dari persamaan momen dan ga
ya geser standar apabila keadaan bentang dan beban memenuhi persyaratan tartentu.
Pendekatan tersebut merupakan cara perkiraan dan digunakan untuk bangunan-bangun
an gedung standar yang memiliki bentangan, tinggi lapis lantai, dan cara pelaksanaan
pembangunan yang berlaku umum. Pendekatan tersebut boleh diterapkan untuk plat pe
nulangan satu arah (tulangan tegak lurus terhadap balok), atau balok yang berupa kompo
.
Tumpuan Dalam
Dua bentang
•
12
9 wu ln
•
-
..-
nen struktur bukan prategangan dan merupakan struktur menerus. bentang ujung bentang dalam
Apabila pada struktur plat perbandingan bentang panjang (p) terhadap lebar (£) ku-
•
"'-
)
rang dari 2, maka akan mengalami lendutan pada kedua arah sumbu. Beban lantai dipikul
pada kedua arah oleh empat balok pendukung sekeliling panel plat, dengan demikian pa- . Lebih dari dua bentang
1
w wul n
/2 /
12
11wu ln
-
nel menjadi suatu plat yang melentur pada dua arah. Oengan sendirinya penulangan un
tuk plat tersebut harus menyesuaikan pula. Apabila panjang plat sama dengan lebarnya, Tumpuan Dalam
perilaku keempat balok keliling dalam menopang plat akan sama. Sedangkan apabila pan
jang tidak sama dengan lebar, balok yang lebih panjang akan memikul beban lebih
u. • a )
2.w f2
besar
dart balok yang pendek.
Cw!J
z .. Plat dengan bentang <3,0 m
12 u n
-
pendukung
Tumpuan Luer
.. - )
.
sih untuk momen posnif serta gaya geser yang ditinjau, atau harga rata-rata dua bentang
bersih yang bersebelahan untuk momen negatif. pendukung balok spandrel • · 1 2
24 Wuln
Persamaan-persamaan standar tersebut hanya dapat diterapkan pada struktur yang
memenuhi haJ-hal sebagai berikut:
1) Struktur bentang menerus (minimum ada dua bentang) dengan panjang bentang ku-
. pendukung adalah kolom ffiWuln
12
rang lebih sama di mana untuk setiap dua bentang bersebelahan, bentang yang lebih
panjang tidak melampaui 20% terhadap bentang yang pendek.
. Geser dari struktur ujung pada bidang muka kompcnen
I ' ..
Ii 1
:I I
,, 1
1, 1
I
H )
bersang-
teoritls batang c I I--titik balik .
"t
pemberhentian - jd atau 12db
kutan sesuai SK SNI T-15-1991- k, l..!:!. ( ITl·l.:n.:.l.ml:+ll-l2)--_J, lebih darl:
03.
·; I : d
Pada komponen struktur terlentur, secara teoretis batang tulangan baja dapat di- ..!..t
hentikan atau dibengkokkan bilamana sudah tidak diperlukan lagi. Gambaran secara fy ,f------, '5 n
batang o f { 'i i2 db
umum persyaratan penghentian batang tulangan untuk struktur bentangan menerus, y ';
baik tulangan untuk momen positif maupun negatif, dapat dilihat pada Gambar 7.2. Untuk
komponen struktur bentang menerus, SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.5.11 ayat 1 membe
rikan persyaratan bahwa paling tidak 114 batang tulangan momen positif harus diperpan
jang melewati dukungan sejauh 150 mm. Sedangkan pasal 3.5.12 ayat 3 juga mensya
ratkan bahwa paling tidak 1/3 batang tulangan momen negatif diperpanjang sampai mele
wati posisi ekstrem titik batik, sejarak tidak kurang dari 111s bentang bersih, tinggi ef ektif
komponen struktur d , atau 12 kali diameter batang tulangan, diambil mana yang (a) .penulangan momen negatif
terbesar. Apabila batang tulangan momen negatif C (Gambar 7.2.a) hendak dihentikan,
maka harus
batang, atau 111s bentang bersih, )
diperpanjang paling tidak sejarak panjang penyaluran l.d melewati muka dukungan. Per d
I
minimum seperempat
panjangan melewati titik penghentian teoretis yang ditentukan dengan menggunakan di diambil mana yang terbesar. (minimu penulangan momen
m\ • positil clteruskan masuk
agram momen, juga harus sama dengan tinggi efektif komponen struktur, atau 12 kali Apabila batang tulangan momen ke dukungan sfdalam
150 mm
dia meter batang tulangan, mana yang lebih besar. Batang tulangan momen negatif ne
selebih nya D (minimum 1/3 batang tulangan negatif total) harus diperpanjang paling
tidak sepan
jang i d melewati titik penghentian teoretis batang tulangan C, dan perpanjangannya minimu
m 150
ha rus melewati titik balik, sejarak tinggi efektif komponen struktur, 12 kali diameter _
I
Id (minimum)
.r-1n :--_.!!._::.:::::'...'..'.:
I
--_J/
gatii dihentikan sebelum mencapai titik balik, kasusnya menjadi sama dengan penghen- (b) penulangan momen positif
P Gambar 7.2.
ersyaratan penghentian batang tulangan untuk plat menerus
----------------------- -,.
2 12 BAB I STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pl.AT DUA ARAH
BAB 7 STRUKTUA BENTANG MENEAUS DAN PLAT DUA ARAH 2 13
,I
I ,'
apabila
I
penu
dibengkol<
\ .. J<:. :-'-- --,(
Karena penentuan teoretis tempat penghentian dan pembengkokan batang tu hm1n1mum= ;,, 1.( o, 4+ :oo) =( 360oJ( 0,4+ ) = 1oqs mm
langan menyita banyak waktu dan ketelitian, timbul kebiasaan untuk mengg.uakan Plat dengan satu tepi menerus,
e•(o. 4 + :0
pdo man-pedoman berdasar pada pengalaman yang terbukti cukup aman. Cara 1m dapt
d1pa kai apabila syarat penggunaan koefisien momen SK SNI T-15-1991-03 dapat hmm1mum = 2 ) = :( 3600)(o, 4 + 0,4286) = 124,3 mm
d1penu 1
dengan mempertimbangkan berbagai parameter yang berpengaru·n-. Suatu co.toh
detail
0 2
penulangan berikut penghentian batang tulangan yang disarankan, dapat d1hhat pada
Gambar 7.3. Berdasarkan hasiltersebut, ditentukan tebaJ plat 125 mm. Harap dicatat bahwa
perhrtung an plat tersebut menggunakan satuaniebar b = 1m.
Conteh 7.1
Menentukan Beban :
Suatu sistem struktur /antai seperti tampak pada Gambar 7.4 terdiri dari plat penulangan
Beban mati plat = O, 125(23) = 2,875 kPa
satu arah menerus didukung oleh balok-balok struktur menerus. Beban kerja yang be
kerja pada lantai terdiri dari beban mati 1,20 kPa (tidak termasuk berat sendiri plat) dan '
Beban mati total =
1,20 + 2,875 = 4,075 kPa
Wu= 1,2 WoL + 1,6 WLL .
beban hidup 10 kPa, f0 ' =
20 MPa, fy = 300 MPa: (a) Rencanakan plat lantai dengan = 1,2(4,075) + 1,6(10)
penulangan satu arah, (b) Rencanakan penulangan ba/ok pendukung menerus.
= 4,89 + 16 =
20,89 kPa (beban rencana)
Untuk perencanaan tiap lebar 1 m, maka Wu = 20,89 kN/m.
2 14 BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN PLAT DUA ARAH
BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pl.AT DUA ARAH 2 15
kNm
11
Dengan menggunakan persamaan tersebut dapat dihitung rasio baja p yang diperfukan
+ Mu = 1/16 w,/.;,2 = 1/16(20,89)(3,60)2 = 16,92 untuk tempat-tempat lainnya, dan dengan demikian dapat dihitung pula As yang diperlu
kNm I .
kan. Hasil hitungannya dibuat dalam bentuk daftar, dapat dilihat pada Daftar 7-1.
Mu = 1110 w,).1= 1110(20,89)(3,60)2 = 27,07 l<Nm Penulangan minimum untuk plat dengan ketebalan tetap adalah yang diperlukan untuk
Mu = 1m w,/.n2 = 1111(20,89)(3,60)2 = 24,61 kNm
tulangan susut seperti yang disyaratkan di dalam peraturan,
Mu = 1/24 wuf.n2 =
1124(20,89)(3,60)2 =
11,28 kNm . .
Oengan cara yang sama dan menggunakan koefisien yang sesua1, gaya geser dapat di-
As(minlmum) perlu
bh =( t;
Pada dukungan permukaan sebelah dalam di bentang u1ung (ekstenor), = 470 nm
tentukan pula. . . 1,4) 1,4(1000)(100) 2
300
Vu = 1,15 (1l2Wc/.n) = 1,15(112)(20,89)(3,60) = 43,24 kN
sedangkan pada dukungan lainnya, untuk itu, digunakan batang tulangan D10 dengan jarak p.k.p. 150 mm (As= 523,3 mm2).
Vu = 1l2Wuf n= 112(20,89)(3,60) = 37,60 kN Oaftar 7-1.
Kebutuhan luas penu!angan untuk plat
Perencanaan Plat : . · k
Dengan perkiraan batang tulangan 010 yang akan dipakai sebga1 tulangan tank poko ' Lokasi Persamaan Momen k (MPa) p perlu As(rTYTI2/m')
selimut baton 20 mm dan tebal plat 125 mm, maka nilai d dapat d1tentukan, ekster ior
d = 125 - 20 - 5 = 100 mm balok tepi_ _ .]_ w l 2 1, 4100 0,0049 490
24 u n
Perencanaan penulangan baja: . .
Dari beberapa nilai momen pilihlah nilai terbesar, didapat momen yang teriad1 pada muka tengah bentang +..1.wu ln2 2, 4175 0, 0087 870
14
dukungan dalam (interior) yang pertama dari bentang ujung,
interior
Mu = 0, 10wuf 02: 27,07 kNm
balok interior -2- w i 2 3,076
MR = ¢bd 2 k 11 u n
0, 0114 1140
karena perencanaan menggunakan Mu= MR sebagai limit (batas), maka: 3
1 2
-3 tengah bentang +16Wuln 2,1150 0,0075 750
- - z 7,o 71( 0) = 3,3838 MPa
k perlu- <P bd2 - 0,8 (1)(0,10) 2
Dari Tabel A-15, Sedangkan sebagai batas atas, dari Tabel A-15 didapat nilai p maksimum = 0,0241.
p = 0,0127 < Pmaks= 0,0241 Maka, penulangan Ientur pada p!at seperti yang tersusun pada Daftar 7.1, nilainya harus
A5 perlu = p bd= 0,0127(1000)(100) = 1270 mm2 terletak di antara batas-batas tersebut.
Jarak spasi maksimum yang diijinkan adalah nilai terkecil dari 3h dan 500 mm.
Dengan cara yang sama, dicari luas batang tulangan baja yang diperlukan untuk tempat 3h= 3(125) =
375 mm
la in yang nilainya lernh kecil dari nilai maksimum tersebut. maka ditetapkan jarak spasi maksimum adalah 375 mm.
Di dalam ungkapan berikut,
Mu Pem,eriksaan Kuat Geser:
k perlu = cp bd2 Vumaksimum = 44,44 kN terjadi pada dukungan. Pemeriksaan gaya geser pada dukung
kecuali M(Jt nilai lainnya tetap, sehingga dapat dilakukan penyederhanaan sebagai ber an menghasilkan nilai lebih teliti dibandingkan dengan yang didapat pada penampang kri
tis, yaitu penampang pada lokasi yang berjarak sama dengan tinggi efektif komponen dari
ikut:
muka dukungan.
BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pl.Al" DUA ARAH 2 17
2 16 BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN PLAT DUA ARAH
I !'
Menentukan batang tulangan baja pokok : standar 1aoop
Dengan menggunakan Tabet A-5 dari Apendiks A, susunlah pola penulangan dengan
4) I. - 1 00 d b 100(13) .
mengusahakan sesedikit mungkin macam ukuran batang dan jarak spasi terpilih. Jarak hb - ./Q = ./2o
= 291mm
spasi maksimum batang tulangan pokok 375 mm (nilai terkecil dari 3 h dan 500 mm). Di
bawah ini diberikan Gambar 7.5, gambar kerja yang disarankan untuk pengembangan 5) engan nggunakan faktor modifikasi yang telah ditetapkan pada langkah nomor 2
pola penulangan pokok dan pemberhentian atau pemotongan batang tulangan. drdapat rnla.i l dh : •
Harap dicatat bahwa dalam penentuan diameter batang tulangan untuk momen positif pa l.dh= 0,75(0,89)(291} = 194mm
da bentang paling ujung (eksterior) digunakan dua macam batang tulangan 013 dan 016, 6) s_agin penanaman atau penjangkaran dengan kait yang harus diperhitungkan untuk
dimaksudkan untuk didapatkannya kesesuaian jarak spasi dengan tempat-tempat dan d1sed1akan adalah: 194 mm>150 mm >8 db= 104 mm
bentang lainnya. Pemilihan tersebut tetap berdasarkan pertimbangan ekonomi terutama 7) Pemerikaan terhadap lebar balok yang diperfukan (termasuk selimut beton dan ruang
daJam hubungannya dengan macam batang tulangan yang tersedia. Sebetulnya pada untuk kart seperti dapat dilihat pada Gambar 7.6.):
ternpat tersebut cukup dipasang batang tulangan 016 dengan jarak spasi 200 mm, tetapi 194 + 40 = 234 < 300 mm, yang berarti masih tersedia tempat.
karena pada tempat di mana beberapa tulangan dipotong atau dihentikan harus memper
timbangkan agar jarak spasi batang yang menerus tidak melampaui nilai maksimum ijin, Tempat pemberhentian batang tulangan baja :
ma Untuk j nis struktur yang umum, pola penghentian atau pemotongan tulangan sebagai
ka seperti yang sudah dijelaskan digunakan dua macam batang tadi. mana d1sarankn seperti pada abar 7.3 dapat digunakan. Tempat pemberhentian ba
ta tulangan drtentukan sedem1k1an rupa sehingga berada di daerah desak, dengan de
Pemeriksaan penjangkaran batang tulangan ke balok : mrkian maka pemeriksaan syarat SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.5.10 ayat 5 tidak perlu dila
Prosedur berikut ini telah pemah dibahas pada Bab 6. Pada kasus ini digunakan batang kukan.
tulangan baja 013 dengan jarak spasi 250 mm p.k.p.
i ) Panjang penyaluran dasar = 234 mm (dari Tabel A-39).
2) Faktor Modffikasi untuk batang tulangan puncak digunakan 1,4 ·
Untuk batang dengan jarak spasi lebih dari 150 mm digunakan
0,8
LE;·.:.::
=,..=.=pertu ==s=1=o=mm=2 =·'·i';';':·':i:i;:::::n.: Gambar 7.5. Sketsa kerja Contoh 7.1
:'''''';·;::=A=s=pe=rt=u===7=sa=m=m=2====:..;·:; ·:-p As= 013-
300=442.40 mm2 As = 013-150::884.90 mm2
As= 010,20 mm2
..
I
Gambar 7.6.
Detail Kait - Contoh 7.1
L
I:
,l
BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pl..Af OU;
21
2 18 BAB 7 STRUKTUA BENTANG MENEAUS DAN Pl.AT DUA ARAH
kolom kolom
eksterior Interior
If) [)
; I
tti
1 ..!. 1 1 1 ,j I
16 14 10 11 16 11 11 I' I
(a) Pada dukungan sebelahdalam yang pertama, didasarkan dengan rnenganggap rn- 10
•
269 3 =0 4386 MPa
6. kperlu=...Mu._ ( )
2
lai p= 0,0127 (lihat langkah 1 sampai dengan 4): 4' bd2 0,8 (165q( 682) •
A perlu = p bd= 0,0127(300)(682) = 2598 7. Dari persamaan (2-6) pada Bab 2.14 didapatkan,
mm2
5 k= fc'w(1 - 0,59w)
( b) Pada dukungan lainnya : 0,4386 = (20 w - 11,8 w2)
- Mu= 342,8 kNm w2 - 1,6949 w = - 0,0372
6
M 342,8
3,0709 MPa (w2 - 1,6949 w + 0,7182) = 0,6810
k perlu= (10) 2
= .
q, bd2 0,8 (30q ( 682) (w - 0,8475)2 = 0,6810
OariTabel A-15, didapat p= 0,0114 (w - 0,8475) = v(0,6810) = ± 0,8252
Pmin< 0,0114 < Pmaks co = 0,0223
Oengan demikian, maka: f f ' 20
2 co = p:.L
dan
pperlu= w = (0,002 = 0,0015
A perlu = p bd= 0,0114(300)(682) = 2332 fc' 300
mm y
5
(c) Pada dukungan terluar, kofom luar : perencanaan balok dapat dilakukan dengan memperhitungkan sebagai balok T.
- Mu = 235,7 kNm
6
- - 235,7 (10)
k perlu- ip bd2 - 0,B 3( 0C,( SB 2) 2 2,1114 MPa
0 567
A S ma.Jcs - 0 0425 h f lr b + bW ( • h t d -1)}
I
w=p j,
c
dan
1
pperlu= w / = (0,0195)
y :io = 0, 0013
..... . =
A s=
As =19
_,..-- ----------
A. peBI = 1535 mm2 A•
2 33 ·
4 02 0 i
n
\
I,..
) 4[$J)
:c
A per1u=1688 mm2
A5s 3029:1981,5 mm2
/ 400
Oengan demikian, maka batang tulangan momen negatif ditempatkan menyebar pada
,
-1
I
, I
daerah selebar 660 mm. Gambar 7.9 dan Gambar 7.10 mempertihatkan pola letak
batang tulangan baja momen negatif dalam rangka memenuhi persyaratan, dan 400
menyediakan lu as penampang batang tulangan yang dipertukan untuk lenJuran. Gambar 7.11. Penjangkaran pada Kolom
Peraturan juga menen tukan apabila lebar flans efektif lebih besar dari 1110 panjang
bentang harus memasang ba 6) d8i " : 2: amu pen·11asnogkaran dengan kait yang harus diperhitungkan
tang tulangan pokok memanjang tambahan yang ditempatkan pada bagian sayap (f/ens). . untuk
Pada perencanaan ini tidak diberikan batang tulangan pokok memanjang tambahan . · m> mm>8 db = 104 mm
terse but karena dengan digunakannya batang tulangan untuk susut dan suhu, 7) Pemeriksa terhadap lebar kolom yang diperlukan (termasuk selimut baton dan ru
persyaratan ang untuk kart, seperti terlihat pada Gambar 7.11.: -
dari peraturan telah terpenuhi (lihat Garnbar 7.7 dan Gambar 7.16). 287 + 40 = 327 < 400 mm
y3a5n0gmbme.rarti masih tersedia tempat, untuk kolom 400 mm d an untuk balok m. duk tepi
Pemeriksaan penjangkaran ke Ko/om tepi :
1) Dari Tabet A-39, panjang penyaluran dasartulangan 019 adalah 380 mm.
2) Faktor modifikasi untuk batang tulangan puncak diambil 1,4 sedang untuk penulangan Perencanaan sengkang :
lebih dari yang dipertukan, Nfc ilai-nilai yangfyt=elah ditetapkan d bw
= d = 682
lah. 1 b
A 5 perlu - = 0 '= 20 MPa, 300 MPa aa .e 300 mm, tinggi efektif mm,
ar balok
90
As tersedia 1701 '
3) Dengan demikian. panjang penyaluran yang diper!ukan adalah: 1) Diakgram gdaya geser seperti tampak pada Gambar 7·12· P erencanaan sengkang dida
f.d = 380(1,4)(0,90) = 479
mm > 300 mm sar an pa a gaya geser maksimum yang terjadi pada pangkal bentangan s0belah da:
Oengan memperhitungkan ruang bebas 40 mm, maka ruang panjang penjangkaran : .pola sengkang yang.diperoleh diterapkan untuk keseluruhan panjang
tersedia, 2) Diagram Vs :
400 mm - 40 mm = 360 Ve =(11ov'fc' )bwd
mm
Karena 479 mm > 360 mm, maka memerlukan penggunaan kait dan digunakan kait f.hb = 10b = 109) = 425 mm
90° 4)
.y fc' .y 20
sebagai penyelesaiannya. 5) Oengan menggunakan faktor modifikasi yang telah ditetapkan, didapat nitai f.d fi.
ldh = 0,75(0,90)(425) = 287 mm Ve = 0,7454(300)(682) = 152,5 kN
=
112 q> Vc = 112(0,60)(152,5) 45,75 kN
Karena_ 328,5 > 45,75 maka struktur tersebut memerlukan
sengkang Menghitung Vspada dukungan, ·
Vs perlu = Vu -Ve = 328,5 -152,5- 395 kN
tP 0, 60 -
226 BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pt.AT DUA ARAH
B.A.B 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN PLAT DUA ARAH 227
4) Guakan batang tlangan baja 010 (Av = 157 m2) untuk penulangan sengkang dan
penksa kebutuhan 1arak spasi pada daerah kritis. Gunakan Gambar 7.13 untuk
acuan.
Vs= 395 - (682)(10)-3(144,27) = 296,61 kN
3
6600 _ Av f r d 157@00)( 682)(10)-
s perIU- V = 108,3 mm
s 296,61
gunakan jarak spasi 11O mm.
5) Tentukan kebutuhan jarak spasi maksimum sesuai SK SN! T-15-1991-03,
285,6 kN
(1/'3'/ fc' )b.,,,d= 1,4907(300)(682) = 305 kN
Dengan membandingkan terhadap Vspada penampang kritis, didapatkan:
305 < 395 kN
Sedangkan syarat s maks adalah 112.d atau 600 mm, di mana 112.d = 337
mm. Pemeriksaan s maks sesuai rumus yang berlaku,
56 8 56
86
Kemiringan diagram Vs - · = o6,60 = 144'27 kN Im
4> '
Jarak dari dukungan ke tempat di mana diagram Vs= 0, s maksimum = 330
km
Vs= 0 pada 395/144,27 2,74 m = 300
Diagram Vsdiperlihatkan pada Gambar 7.13.
I
x (m) s erlu (mm)
3) Tentukan rentang panjang di mana penulangan sengkang diperlukan, 0,50 99
Sengkang harus disediakan pada tempat di mana nilai Vu= 1/2 tP Vc 45:75 kN.
Dengan menggunakan diagram Vu pada Gambar 7.12 dan mengukur dan tep1 muka
e
.§.
1,00
1,50
128
180
dukung 2,00 302
an. didapat panjang rentang penulangan sengkang: .a 200 2,06 330
a;
:::l.
(328,5- 45.75) = 3,27 m Ill
86,56 -
100
<t. 3300
:
'
I 2740
I
I ),'
0 0,50 1,0 1.50 2,0 3,0
I I
jarak dari per1eta.kan (m)
Gambar 7.14. Jarak Spasi Sengkang
Diagram Vs (\di!) 395 kN
I
I
I jI
I \ 4X175 mr11,
, 1ox90 mm i \4x11smrr\, 7x300mm '5x120 mm
sisinya, misalnya balok kaku atau dinding geser. Apabila plat menahan beban luar
terma suk beban gravitasi berat sendiri yang bekerja padanya, plat melendut atau, L1 = kwuf n4• di mana nilai konstanta k adalah:
5
membentuk ce kungan seperti bentuk piring makan. Apabila sudut-sudutnya tidak k = -- -
dicetak secara monolit dengan tumpuannya boleh jadi akan terangkat karenanya. Derajat 384 Ecle
kelengkungan cekung an menunjukkan besar momen yang terjadi, semakin curam embali ada mdel .Gambar 7.17, apabila lebar lajur AB sama dengan DE, dengan an-
cekungan berarti semakin besar momennya. Untuk plat yang panjang dan lebarnya 1ang mas1ng-masmg p dan f , maka: p
tidak sama, cekungah lebih cu ram pada potongan melintang tegak lurus sisi L1As= kwAa (p }4
panjangnya, yang berarti terjadi momen le bih besar pada sisi panjang atau beban lebih AoE = kw0E (l )4
besar pada arah bentang pendek. lntensitas kecuraman cekungan, yang berarti jug a ii. na WAa dan WoE adalah bagian intensitas beban total wu yang ditransformasikan ke
besarnya momen berikut redistribusinya pada ma sing-masing arah tergantung pada <3J Bdan DE, dan Wu= wAa+ WoE-
derajat kekakuan tumpuan. Sehingga memungkinkan terjadinya kasus di mana edua persamaan lendutan tersebut di atas harus sesuai, sehingga bila dis-makan ak
perbandingan kekakuan balok terhadap plat mengakibatkan ke lengkungan dan momen drperoleh: c an
pda arah panjang lebih besar dari arah lebar, seperti yang ber laku pada plat di mana
w AB -- w
p4(l)4
+ £4 dan w - w( p }
tumpuannya barupa grid atau kolom tanpa balok. Dengan demikian
dapat pula disimpulkan, karena plat bersifat fleksibei dan umumnya bertulangan lemah
Cc - P4 + £4
maka redistribusi momennya akan sangat tergantung pada kekakuan relatif komponen
struktur tumpuan terhadap plat yang ditumpunya. Penjabaran perilaku fisik tersebut ada
Dasar metode untuk nalis_is d ·perencanaan sistem plat dua arah ialah den an
lah penyederhanaan pengertian dari suatu mekanisme statis tak tertentu berderajat ba
meggunakan rangka portal 1deahsas1 yang didapat dengan melakukan pemotongan
nyak yang sangat komp!eks.
tTktif vertikal pada seluruh bangunan di sepanjang garis tengah antara kolom-kolom.
Selanjutnya dengan menggunakan model plat seperti tampak pada Gambar 7.17,
dilakukan peninjauan lajur A B dan DEpada masing-masing tengah bentang panjang dan
!ebar. Seperti yang sudah dikenal, lendutan balo di atas tumpuan sederhana akibat .. Pada denah bangunan seperti tampak sabagian pada Gambar 7.18 dipotong vert1·-
kal 01 s · · '
be bail merata adalah: k epan1ang gans AB dan CD. Dengan pernotongan tersebut didapatkan sebuah
rang a portal untuk arah ang sesuai dengan arah pernotongan. Dengan cara yang sama.
ee: ,tongan menurut gans EFdan GH akan mendapa,tl<an rangka portal ekiva',m ke arah.
9 urus terhadap portal ya_ng pertama. Seranjutnya, penyelesaian dilakuka; i
sebagai mana layaknya rangka Prtal idea! yang terdiri dari balok horisontal atau plat
ekivalen dc.n
T
r
lebar eldvalen
poc1al ujung lebar eklvalen portal Interior
Lt
I
I
I
----t--
I
II
lebar portal
l
e l< l lla .le n
a ra n x I
L c
kolorn-kolom penumpunya. Dengan demikian plat diperhitungkan sebagai bagian dari diagram) seperti pada Gambar 7.20.a,
ba lok horisontal pada rangka portal tersebut. tampak
Gambar 7.19. Lajur Kolom dan Lajur Tengah Portal Ideal bahwa nilai geser dan momen
puntir diselu ruh tepi segmen terpotong
bemilai sama karena simetris. Apabila
tidak terdapat tahanan di ujung-ujung
7.5 MOMEN STATIS TOTAL TERFAKTOR
A dan B, panel plat dapat dianggap
sebagai balok dengan tumpuan
Untuk balok tumpuan sederhana rnomen statis total adalah M 0 = 11s w.e2, sedangkan sederha na dalam arah bentang l n-
mo men statis totaUerfaktor (rencana) untuk panel plat dua arah suatu bentang
ditentukan
dalam lajur yang dibatasi oleh sumbu-sumbu panel yang bersebelahan pada tiap sisi
dari sutnbu tumpuan. Pada Gambar 7.19. tampak bahwa jadalah panjang panel pada
arah momen yang ditinjau, sedangkan l 2 ukuran panjang arah tegaklurus padanya.
Untuk memperhitungkan bentang bersih l,.. yaitu jarak antar-muka kolom, kepala
kolom, atau dinding, tidak boleh kurang c(ari 0,65l 1• Apabila digunakan kolom atau
kepala kolom ber bentuk bufat harus diekivalensikan menjadi bujur sangkar dengan luas
penampang sama.
Selanjutnya. melalui penjelasan yang didapat dari diagram benda lepas ( free body
MUL2/m ''Mo
B )
I
1.
Ra=2"1J L2ln
(a)
(b)
,,11
·,.:r/:
l 111
JI
;/!11
- BENTANG MENERUS DAN Pl.AT DUA
234 BAB 7 sTRUKTUR BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pl.AT DUA AAAH 235
ARAH
: :
tukan momen statis total rencana pada :a
,: :,a::
Oalam proses perencanaan pael plat lantai, yang dike kan perta::li :ada
_ . d. akan untuk memikul men inersia terhadap sumbu titik pusat bruto plat. Lajur kolom harus direncanakan untuk
sebagian Untuk panel plat interior, laJUr kolom harus 1rencan . _
momen negatHinterior (dalam persen) sebag Daftar 7.3 benkut: _ dapat memikul sebagian momen positif (dalam persan) saperti tampak daJam Daftar 7.5.
Oattar 7.3. Distrirlusi Momen Negatif Interior pada Lajur Kolom Daftar 7.4. Oistribusi Momen Negatif Interior pada Lajur Kolorn
(dikutip dari SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.6.6. ayat 4 •1> (dikutip dari SK SNI T-15-1991..()3 pasal 3.6.6 ayat 4.2)
I
, ,
I
' ,,
2 3 8 BAB 7 STAUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pt.AT DUA ARAH
23
!
bahan momen tersebut dapat mengakibatkan lendutan berlebihan dan selanjutnya timbul
retak pada panel plat interior. Cara mencegah dan menguranginya dengan memperkaku Daftar 7.6. Nilai ex . ·
kolom-kolom. (dikutip dari SK SNI T-15-1991-03 p 3.6.6 ayat 10.2)
SK SNI T-15-1991-03 pasat 3.6.6 ayat 7 mengijinkan modifikasi sampai10% untuk
momen positif dan negatif terfaktor asalkan momen statis total untuk suatu panel dalam
arah yang ditinjau tidak boleh kurang dari jumiah yang disyaratkan, ia!ah M0 = 11a w,J.i..in Kekakuan Relatif Balok.a
1 J2. Peraturan mempert;mlehkan pembesaran momen positif sampai 33% yang p. l, 0 0,50 1,00 2,00 4,00
1 1
merupakan hasil redistribusi momen sistem bentang banyak. Redistribusi berfangsung dari
2,00 0,50 - 2,0 0 0 0 0 0
daerah momen negatif yang lebih besar di tumpuan ke daerah momen positif di lapangan.
1,00 0,50 0,60 0 0 0 0
Akan tetapi peraturan juga mensyaratkan bahwa apabila nilai banding beban mati terhadap
0,80 0,70 0 0 0 0
be ban hidup (tanpa faktor beban) f3a kurang dari 2, maka angka kekakuan ac harus lebih 1,00 0,70 0,10 0 0 0
be 1,25 0,80 0,40 0 0 0
sar atau sama dengan angka kekakuan minimum amin yang dicantumkan dalam Daftar 2,00 1,20 0,50 0,20 0 0
7.6. Apabila ac < amin (Daftar 7.5), momen positif terfaktor pada bentang-bentang 0,50 0,50 1,30 0,30 0 0 0
panel plat yang dipikul kolom harus dikalikan dengan faktor 65 yang ditentukan dari 0,80 1,50 0,50 0,20 0 0
1,00 1,60 0,60 0,20 0 0
persamaan:
1,25 1,90 1,00 0,50 0 0
1,80
1,60
0,50
0,80
0,10
0,30
0 0
0
di maiia.
5
Apabila digunakan penulangan geser, kekuatan nominal dibatasi sampai pada har
ga maksimum sebag_ai
berikut: Vn= Ve+ V5 -s (112'1fc' )bod
selanjutnya dalam merencanakan tulangan geser, bagian kekuatan Ve tidak boleh lebih 11
'!
besar dari 0,17(v'fc' )bod. dan luas tulangan geser yang dibutuhkan Av serta Vs dihitung
berdasarkan ketentuan dalam pasal 3.4.5 dan pasal 3.5.13. Apabila digunakan baja
profil penahan geser dan penampang kritis seperti di atas, kuat geser Vntidak boleh 1 'i, , 1' ,,,I'
lebih besar
dari 0,6(v'fc'}bod.
Dalam merencanakan plat tanpa balok penumpu dipertukan peninjauan terhadap
(b) kolom tengah
momen tak berimbang pada muka kolom penumpu. Sehingga apabila beban gravitasi, ·'',
angin, gempa, atau gaya lateral lainnya menyebabkan terjadinya pelimpahan momen an
Dengan memperhatikan Gambar 7 22 t k b
oleh ampa
wa momen yang dilimpahkan I
! I'1
tara plat dan kolom, maka sebagian dari momen yang tidak berimbang harus dilimpahkan geser bekerja bersamaan den an a . . I
sebagai lentur (y , Mu} pada keliling kolom dan sebagian menjadi tegangan geser tar keliling yang berada sejarak.112;
d eser Vu d1.t1t1k puat permukaan geser
eksentris seki-
{ fv Mu>· Hal demikian dimaksudkan untuk menjamin tersedianya cukup kekuatan v2 sebagai berikut: an s1s1 olom, sehingga d1dapatkan nilai-nilai v, dan
geser,Ii hat Gambar 7.22. Bagian momen yang dilimpahkan menjadi tegangan gesar
eksentris
akan mengecilapabila lebar permukaan bidang penampang kritis yang menahan V 'I M x
V • = Vu r v M !J x1
· dan v !J-+ " u ?
momen
:
2
makin besar, . . 4' Ac 'Jc ¢ Ac tP Jc
sahingga:
rv= d1 man u d:lh beskaran .penampang kritis, analog dengan momen inersia
1 polar. o om e sterior, X1 dan x diperoleh d
ser vertikal yang dinyatakan dengan g 2. t ( engan meempatkan permukaan ge-
1 +!. ans pu us a+ b + a), sehmgga Av = (2a + b)d:
3fiJ
2
dimana b = { c + d}, adalah lebar permukaan bidang penampang kritis kolom interior Jc= d [213a 3 -(2a + b)x2 2] + l/6adJ
yang 2 2
Sedangkan untuk kolom interior,
menahan momen dan 1 = (Ct + d) adalah permukaan yang tegak lurus terhadap b Untuk
b
kolom luar, b = {c + 112.d). .. Av = (2a+ b)d
Dengan 2 2 Jc= d (11sa 3 + 1aba 21+ 11sadJ
bagian momen tidak seimbang yang dilimpahkan sebagai lentur
adalah
demikian,
r 1Milt dimana:
3 b2 Sehubungan dengan perhitungan momen r
y 1 = 1- Y v atau , bahwa kolom atau balok seb . • encana, SK SNI T-15-1991- menekankan
y 1= 1 nahan momen tak b . b agru penumpu plat pada tumpuan interior harus mampu me-
1+! EL enm ang sebesar:
M = ,07 [( wd + 0,5wdl2(ln)2 - w/ l2' (ln)21
rt Mu bekerja melalui suatu lebar plat efektif yang dibatasi oleh garis yang dibuat pada di mana, wd = beban mat1terfaktor per satuan luas
ja wL = beban hidup terf aktor per satuan luas
rak satu setengah kali tebal atau penebalan plat (1,5h) di luar muka kolom atau kepala w/, l2'.1.n' adalah notasi untuk bentang pendek.
kolom, yang bertawanan. Untuk Ct = c21 nilai y 1
dilim-
= 0,60 yang berarti 60% dari momen
bengkokan 45_ atau kurang. Ufituk plat yang menahan beban lateral, panjang tulangan
harus ditentukan dengan analisis tetapi minimal seperti yang tertera dalam gambar.
..· bentang bersih ln - ! ben!a:ng bersih l n -0 Pemeriksaan tebal plat berdasarkan syarat lendutan :
slsi tumpuan - : sist tumpuan --
) - bentang sumbu ke sumbu --77.:. bentang sumbu ke sumbu in 1 arah memanjang = 7200-·112(450) -112(500) = 6725 mm = 6,725 m
lUMPUAN LUAR . lU>.FUAN DALAM TUMPUAN LUAR 1
(Udak ada menerus} (ada ptat menerus) (tldak ada plal menerus) ln2 arah melebar = 5500 -112(500) -112(500) = 5000 mm = 5,0
") Batang yang dibeogkok pada tumpuan luar, m nilai banding panjang terhadap lebar bentang bersih,
6725
lbuorluehhadntpakaJ bila dilalrukan ---. --,, -:-:-:--=-:-:::":"":": :-::::-:;"';7.:-;----, f3 = 5000 =1,345
anaisa .-
Ps = 7,20+5,50+ 1, 20 = o,78
2 (7,20+5,50)
am= 0 ---> karena tanpa balok tepi
Gambar 7.23.
LOKASI BENGKOKAN MINIMUM DAN PERPANJANGAN UNTUK TlJLANGAN DIDALAM PLAT TANPA BALOK
BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN PLAT DUA ARAH 245
2 4 .4 BAB 7 srnUKTUR ENT.ANG MENERUS DAN Pl.AT DUA ARAH
Gambar 7.24. Denah panel lantai ujung bangunan bertingkat, Contoh 7.2
Vc =( 2 +;J(.Ji2)Ac = (2 + 4l(J3ii) (542100}(1or 3
0 8+
1500 (6725) = 199,3 mm
h '
36
karena tidak menggunakan balok tepi, tebal tersebut harus ditambah 10%, dengan demi-
kian h = 219 mm, yang kurang lebih sama dengan perkiraan semula, sehingga tetap
- - --------
D UA
246
ARAH
BAB 7 STRUKT UR BEN TANG M ENER US DAN Pl AT
BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN PlAT OlJA AJ\Att 247
Ve =( 2 +;J(.JT.')Ac =(2+ 4, 44lV30)( 349050) (10)-3 177,8 kNm Moman nagatif eksterior, -Mu= 0,26(342)
= 88,9 kNm
b ) Arah melebar bangunan :
= 12321 kN
( ac d ( .2.. ft')A = (30(195) + 2) (.2..J36) (349050) 3
= =
M0 = 118Wuf M n2>2 1/8(11)(7,2)(5)2 247,5 kNm
Cb' · Untuk panel plat ujung, faktor distribusi momen (Oattar 7.2)
(10)- adalah: Mame rencana negatif, -Mu= 0,70(247,5) =
Vc = + 2) 12 'Y • c c 1790 12
173,25 kNm Moman rancana positif, +Mu= 0,52(247,5)
= 839 kN = 128,7 kNm Moman negatif ekstarior, -Mu= 0,26(247,5)
Ve= 4(v'fc')Ac = 4(v30)(349050)(10)-3 = 7647 kN = 64,35 kNm
nilai terkecil, Ve= 839 kN > Vn= 419,2 kN Apabila eksterior tepi banar-benar tertahan sebatulnya momen rencana positif arah
melebar bangunan dapat menggunakan faktor 0,35 < 0,52.
a( i ) =0 a l: J
( l -\
=0
Mn
f
=
=- -
0,80
= 90,24 kNm
LajurKolom Momen Moman Momen Momen Kuat momen nominal Mn yang dilimpahkan oleh geser:
Moman Moman
negatif positif negatif negatif positif negatif Y v =1 1
Interior Lapangar Eksterior Interior apangan Eksterior
1+
M;(kNm)
Faktor
239,4 177,8 88,9 173,25 128,7 64,35
3 -V
Oistribusi 75% 60% 100% 75% 60% 100% t;;
Momen Rencana 0,75 x 0,60 x 1,00 x 0,75 x 0,60 x 1,00 x
64,35
=
di mana, kolom tepi menggunakan nilai b 1 (c, + 112.d) = (450 + 97,5) = 547,50 mm
LajurKolom 239,4 177,8 88,9 173,25 128,7 1 1
(kNm) ---- ---- ---- --- ---- ---- Yv=1
1+ 547,5
=1- =0 37
1+0, 59 '
179,55 106,68 88,90
- n.22 64,35
3 695
Momen Rencana 239,40 177,80 88,90 129,94 128,70 64,35
Lajur Tengah - 179,55 - 106,68 -88,90 - 77,22 - 64,35 dengan demikian Mnv= 0,37 Mn= 0,37(90,24) = 33,39 kNm
(kNm) ---- ---- ---- 173,25
- ---- ---- Moman inersia sisi penampang kritis yang sejajar dengan arah momen terhadap sumbu
59,85 71,12 0 129,94 51,48 0 melebar bangunan:
--- I, = 2(1112(195)(547,5)3 + 195(547,5){112(547,5) -167)2 + 1112(547,5)(195)3]
= 2(2666893888 + 1216618742 + 338303672) = 8443632604 mm4
Moman inersia sisi penampang kritis yang tegak lurus dengan arah momen terhadap sum
bu melebar bangunan:
Gaya geser rencana pada kolom tepi dengan memperhitungkan momen interior : '2 = Ad 2 = (500 +195)(195)(167)2= 3779656725 mm4
239,40-64,35 Moman inersia torsional:
Vu =251,53 7,20-(0, 225+0,250} 225,50 kN Jc = 8443632604 + 3779656725 = 12223289329 mm4
V. = Vu = 225,S = 375,83 kN Tegangan geser akibat geser keliling kolom, efek Mn. dan berat dinding adalah:
3
n ¢ 0, 60 vn =_!L rv M n x = 225,5 (10) 0,37(90,24)(167)(10)6
Dengan mengacu pada Gambar 7.26, menentukan letak titik berat penapang kritis de 9 Ac Jc 0,6( 34905q 12223289329
ngan menggunakan momen statis: =1,533 MPa
=
Ac= b0 (d) d (2c1 + c2 + 2d) = 349050 ak . -· 839000
mm2 Vc m Ve = = 2 404 MPa >v -1533 MPa
simum111n =- -
d (2c1 + c2 + 2d)x= d (c1 + 112d)2 b0d 349050 ' n- •
di mana xadalah jarak titik berat penampang Jadi, tebaJ panel plat yang ditetapkan dapat digunak.
kritis, [2(450) + 500 + 390Jx= [450 + 112.(195))2
= 299756= 167 mm Untuk menahan teg_angan geser pada daerah kofom di sudut bangunan yang cenderung
x 1790 menahan geser leb1h besar, ada kemungkinan memerlukan usaha-usaha perkuatan pe
Jarak dari muka kolom ke titik berat penampang kritis, s= 167 -112(195) = 69,50 mm. nebalan yang dapat dilakukan dengan membuat kepala kolom atau pembesaran koiom
Gaya geser Vudilimpahkan dari muka kolom ke pusat berat penampang kritis dengan atau kepala geser. '
me nambahkan momen kolom eksterior Mu= 64,35 kNm.
-------------------
2 5 0 · BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pl.AT DUA ARAH
· BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pl.Ar DUA ARAH 251
sumbU putaran
Untuk pelimpahan momen geser pada daerah uka kolom interior di akukan dengan
cara yang sama,!1arap diperhatik?" bahwa kadang-kadang dihadapi permasaJahan
z pola
....,. pembebanan dan bentang yang tJdak sama pada peninjauan suatu kolom interior.
mm
Moman Lapangan :
Tulangan negatif:
Mn= As f1(d-1'2a)
sebagai langkah awal anggap (d-112a) = 0,9d
maka As= 388 mm2
27,21 =A 5 (400)(0,9)(195) =>
II II
a As f y · 388(409 S,og mm
0,85 fc' b 0,85(30)(1009 I
I
I
I
I I
27,21 = As (400)[195.-·1rz(6,09)], didapat As= 355 mm2 I I
i I
dicoba menggunakan batang tulangan 010 (78,5 mm2) dengan jarak I I
I. I
s: I I.
355
s maksimum ijin = 2h = 2(220) = 440 mm
Tulangan positif:
I I
32 33
= + M n (A ) = • (355) = 422
nm2
As - M s 27 21 I I I I
n '
dicoba menggunakan tulangan 010 (78,5 mm 2) dengan jarak
s:
78 5 Gambar 7.29. Sketsa Conteh 7.3
s= ' 000)
As P enyelesaian
s pada momen positif = : (1OOQ = 186 mm
Susunan tulangan sebagai berikut: =
daerah momen negatif kolom interior: 13010 berjarak 200 mm ·100
daerah momen positif kolom interior: 15010 barjarak 180 mm MP
a.
Re
c) penulangan arah melebar bangunan, nca
Pada dasamya proses perhitungan sama dengan yang telah dilakukan untuk arah me nak
manjang bangunan. an
Karena 114( l 1) = 114{7,2) =
1,8 m > 114(l 2),
pan
el
maka lebar lajur kolom menggunakan 2(114)(£ 2) =
112(5,5} =
2,75 m. plat
Sehingga lebar lajur tengah = 7,2 -2,75 = 4,45 m. dan
Tinggi efektif plat {d) pada arah melebar bangunan ·juga lebih pendek dari yang pen
ula
diguna kan pada arah memanjang bangunan. Untuk memperhitungkan batang nga
tulangan po kok arah memanjang bangunan digunakan d = 185 mm. Kemuoian untuk nny
seluruh ren cana penulangan plat dibuat daftar dan gambar,lihat Daftar 7.8 dan a.
Gambar 7.30. ..,
Conteh 7.3. 0
Suatu bangunan bertingkat banyak dengan sebagian denah lantai seperti pada Gambar I
7. 31. Menggunakan sistem /antai dicor secara mono/it dengan balok dan kolom persegi,
tinggi bersih tiap lantai 4,00 m, lebar panel 5,50 m, panjang panel 7,20 m. Beban yang
rlltlnjau: beban gravitasi, beban hidup 5,40 kPa, beban mati 0,70 kPa, fc' =
30 MPa, f y
Pemeriksaan penggunaan metode perencanaan langsung :
l nt arah memanjang = 7,2 -2(d) = 7,2 -0,3 = 6,9 m
a) nilai banding panjang terhadap lebar bentang = 7,2/5,5 = 1,31 < 2,0 maka berfaku aksi Pem l n2 arah melebar = 5,5 -2( d) = 5,5 -0,3 = 5,2 m
dua arah, eriks
b) masing-masing arah lebih dari tiga bentang dengan panjang bentang
aan nilai banding panjang terhadap lebar bentang bersih, /3 = 6,9/5,2 = 1,33
tebal
plat Karena semua tepi menerus, maka f3s = 1,O
bersebelahan sama, dan semua kolom duduk pada sumbunya, ·
berda Pemeriksaan lendutan menggunakan persamaan:
c) pada awal langkah dianggap tebal plat 180 mm. sarka fy
WoL =
0,70 + 0,18(23) =
4,84 kPa n O,B+ 1500
3 woL = 3(4,84) = 14,52 kPa > Wu = 5,40 kPa
syara h s (ln)
--- ---------
Dengan demikian metode perencanaan langsung dapat digunakan.
lendu
tan : 36+ 5/l {am -0,12(1+;i)}
Distribusi momen :
untuk arah memanjang bangunan:
Faktor distribusi momen (lihat Gambar 7.21):
Mu= 0,65 Mo= 0,65(437,625) = 284,456 kNm
+ Mu= 0,35 Mo= 0,35(437,625) = 153,169 kNm
258 BAB 7 STAUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pt.AT DUA ARAH
BAB 7 STRUKTUR BENT.
G MENEAUS DAN Pl.AT DUA ARAH 259
at = Ecb l b =1,46
Ecs / st
;s!:si mome lajur Ko/om dan lajur Tengah :
. memanJang bangunan
Laiur Kolom:
l2 ' 5,5 a 2 =1,46(0, 764} = 1,12 >
-=-=0,764 maka
it 7,2 1,0
- =
n= 3 ,135"p = 34,135/0,8 42,67 kNm
1 4{f2) -114{5,5) = 1,375 m <114{f ,) = 114{7 2 - 1
t
Faktor momen dari interpolasi nilai pada Dattar lebar fajur kolom = 2(1 375) -0 9 - ' ) - ,80 m
7.3: • . 4 -1,81 rn
M = O ?S+ (0,764-0, 75)0, 50 O
BO
-
_ ,..
(/' 0,90-0,75 ' Mn tiap meter febar iajur 1,81 .sa kNm
+ M =0,7S + (0,764-0,75) 0,50= 0 =
BO
u 0,90- 0,75 ' + Mn tiap meter lebar lajur = 18,38
untuk arah melebar bangunan: . 0,8 (1,81) = 12,70 kNm
Laiur Tangah:
Faktor distribusi momen (lihat Gambar 7.21):
Mu= 0,65 Mo= 0,65(325,372) = 211,492 kNm lebar laju tengah = 5,5 - 2, 75 = 2, 75 m
+ Mu= 0,35 Mo= 0,35(325,372) = 113,880 Mn tiap meter lebar lajur _ 5 6,8 91
- 0,8(2,75) = 25,86 kNm
kNm
Ecb l ,91
ab =
2 ---=1
Ecs l s2 -
- o a (2 75} = 13,93 kNm
+ Mn tiap meter lebar lajur - 3 0 ,634
72
!:..!_ = • = 1309 a2 T£, =1,91 (1.200 ) = 2,50 > b} Arah melebar bangunan , •
maka 1.0
2
f 2 5,5 '
Faktor momen dari interpolasi nilai pada Daftar 7.3: Lajur Kolom: lebar lajur kolom = 2(1• 375) -0,94 1,81 m
Mu= 0,75 - (0,75 - 0,45)0,309 = 0,66 =
Mn tiap meter febar lajur =
20,938
+ Mu= 0,75 - (0,75 - 0,45)0,309 = 0,66 0,8( 1,8 1} =14, 46 kNm
Untuk selanjutnya, agar memudahkan dalam pengerjaannya, dibuat tabel distribusi mo- •
+ Mn tiap meter lebar lajur = 11,274 -
men seperti dapat dilihat pada Daftar 7.9.
. 0,8 (1,81) - 7, 79 kNm
Laiur Tengah:
Pemeriksaan tebal plat berdasarkan syarat gaya geser : lebar lajur tengah= 7 2 - 2 75 - 4
Wu= 1,2(4,84) + 1,4(5,4) = 13,37 kPa • • - ,45 m
Mn tiap meter lebar lajur _ 71,907
karena (a )(£2'£
mengi
) > 1,0 pelimpahan geser akibat beban Wudari plat ke balok akan -
(4,0,8 S) = 20, 20 kNm
1 1 4
kuti bentuk bidang trapesium dan segitiga dengan menarik garis sudut 45° dan garis di te q,Vc = 0,60(1isv'30)(1000)(150)(10)-3= 82,158 kN
ngah-tengah panel- arah memanjang. Bagian beban yang lebih besar akan dipikul oleh
Vu< f>Vc
ba lok bentang arah melebar dengan harga terbesar terdapat di muka kolom interior Dengan demikian tebal plat cukup aman dan tahan terhadap geser.
pertama.
Gaya geser rencana untuk setiap meter lebar pada arah melebar, adalah:
. 2
V: =.!(115)( )(£ ) 1,15(13,37)(5,2) = 39 98 kN/ m'
u 2 ' Wu n2 2(5,2) '
seb ·1
agar angkah awal anggap (d- 112a) = 0,9d
25,86 = As (400)(0,9)(150), maka As= 479 mm2
a= As\ = 479(40q
0, 85 fc b 0,85(30)(1ooq = 7,513 mm
25,86 = A s (400)( 150 - 112(7,513)J did. ap t A -
' a s 442 mm2
BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pl.Ar DUA ARAH 261
• oV'T1 'A BENTANG MENERUS DAN PLAT DUA
ARAH
260 BAB 7 STRu" • "'
. tri"busi Momen - Contoh Dattar 7.10. Rencana Penufangan Plat Contoh 7.3
Oaftar 7.9• D7.3
IS Arah memanjang Arah melebar
Arah memanjang Arah melebar Momen Asper1u Ukuran Moman As.per1u Ukuran
5.5 !:J_= 7,2 =1, 31 Jenis (kNm) .Tulangan (kNm) Tulangan
= 0,76 5, 5
'1 Lajur Moman tiap m' dan jarak tiap m' dan jarak
l,
a(! )
7,2
I
Mu(\<Nm) 284.456 113,880
153,169 211,492 mm Positif 32,330 422 010 11,569 161 010
Lapangan 180mm 400mm
Faktor 66% 66%
80% 80%
Oistribusi
0,80 x 0,66 x 0,66 x
Moman Rencana 0,80 x 113,880
153,169 211.492
lajur kolom
284,456
---- ---- ----
(kNm) ---- 139,585 75,161 7.7 METODE RANGKA EKJVA LEN
227,565 122,535
0,85 x 0,85 x 0,85 x Seperti yang sudah dikemukakan di depan, apabila beban gravitasi yang bekerja pada
MomenBalok 0,85 x 75,161
139,585
122,535
227,565 suatu sistem plat, maka perencanaan dan analisis dapat dilakukan menggunakan Metode
85%
(kNm) ---- ----
104,155 ----
118,647
----
63,887
193,430 Perencanaan Langsung atau Metode Rangka Ekivalen. Perencanaan termasuk untuk
139,585 75,161 balok pendukung (bila ada) di antara tumpuan, kolom atau dinding pendukung yang
227,565 122,535 - 63,887
MomenPlat - 104,155 - 118,647
15%
1.93,430
- ---- ---- ---- membentuk rangka ortogonal. Sedangkan apabila terdapat beban lateral, meskipun sis
(kNm) ---- 20,938 11,274 tem lantai memenuhi batasan-batasan Metode Perencanaan Langsung untuk beban
34,135 18,380
gravitasi, harus dilakukan analisis elastis rangka struktur menggunakan ketentuan-keten
284,456 211,492 113,880
Moman Rencana 153,169 - tuan khusus Metode Rangka Ekivalen. Kemudian, hasil kedua analisis tersebut dapat di
- 139,585
- 122,535
- kombinasikan untuk mendapatkan hasil akhir. Sebetulnya SK SNI T-15-1991-03, seperti
lajur tengah
---- ---- ----
227,565
(kNm) ---- 71,907 38,719
30,634 disebutkan dalam pasal 3.6.3 ayat 1.2 tidak secara tegas menunjuk Metode Rangka Eki
56,891
valen untuk analisis beban lateral, tetapi hanya menyebutkan analisis portal tanpa pe
2 7 m2) dengan jarak s: ngaku dan syarat memperhitungkan p,timgaruh retak dan tulangan pada kekakuan
batang tulangan 013 (13 , m
dicoba menggunakan kompo- Mn ukt ra .
s = 1 2,7 (1000) Perbedaan dari kedua metode tersebut terletak dalam cara menentukan variasi nilai
s momen dan geser di sepanjang portal kaku fiktif. Untuk Metode Rangka Ekivalen, seba
· (1000) = 300 nm P k.p
s pada momen negatlf = 442
d. rtukan untuk
gaimana yang lazim dilakukan pada analisis dan perencanaan struktur statis tak
dihitung luas tulangan yang ipe tertentu, perhitungan variasi tersebut dilakukan dengan memisalkan terlebih dahulu
ma kekakun rela
Selanjutnya dengan cara yang sama, un la1·ur tengah Karena baang tulangan
sa- mg tif kolom berikut sistem lantai (plat dan balok) dalam analisis pendahuluan, kemudian dipe
"k t k I ·1ur kolom maup
sing-masing arah, bai . t. gi
un u a h I bar bangunan menggunakan riksa pada tahap akhirnya. Dengan cara demikian, selubung momen rencana dapat diper
k ulangan ara me e ling menyilang, maka untu pen d. posisi tulangan arah melebar bangun-
I
oleh untuk beban mati dikombinasikan dengan berbagai variasi pola beban hidup. Sesuru
5) 110 mm ' mana rf
efektif d = 180 -(20 + 13 + 6' - ' K d. d"1buat daftar penulangan sepe dengan ketentuan dalam SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.6.7 ayat 7.4 disyaratkan apabila
. bangunan
an di atas tulangan meman1ang · emu ian Metode Rangka Ekivalen digunakan untuk analisis beban gravitasi dari sistem plat dua
pada Daftar 7.10.
2 6 2 · BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pt.AT DUA ARAH
BAB 7 STRUKTUA BENTANG MENERUS DAN Pl.AT DUA ARAH 263
kaku, momen ke arah transversal pada keseluruhan sistem lantai secara lateral s )
dibagikan
dimana,
kepada plat dan balok Oika ada). Prosedur pembagian ke arah transversal dan fsb = momen inersia penampang balok dan plat, boleh jadi berbentuk b Ik
0
penyelesai an perencanaan selanjutnya pada dasarnya sarna dengan yang diterapkan T, selebar portal kaku fiktif. a
pada Metode Perencanaan Langsung. Is = momen inersia plat selebar portal kaku fiktif.
Sebagaimana diketahui, dalam sistem lantai dua arah suatu bangunan bertingkat
banyak, rangka yang dibatasi oleh dua sumbu panllantai yang bersebelahan
merupakan struktur tiga dimensi. Perhitungan dengan menggunakan portal kaku fiktif
:r
merupakan pendekatan permasalahan tiga dimensi dengan cara menganggap bahwa
rangka struktur terdiri dari susunan rangka portal kaku dua dimensi pada bidang kolom,
baik ke arah me manjang dan melebar bangunan. Dengan cara pendekatan demikian, (1 -
maka kolom atau tumpuan harus dianggap dihubungkan dengan lajur platbalok oleh
komponen puntir
yang arahnya transversal terhadap arah bentang yang sedang ditentukan momennya.
Sesuai pasal 3.6.7 ayat 3.1, untuk perhitun an mom . .
Kekakuan kolom disebarkan pada seluruh lebar portal kaku fiktif { l . atau lebar balok
nampang di luar titik buhuf atau kepala kolo d I en mrs1a plat balok di sebarang pe
plat diperhitungkan hanya sebagai lebar kolom ke arah transversal ( c2). Mekanisme lehkan menggunakan penampan b t S . a am anahsa beban grvitasi, memperbo-
puntir ter k gdan
sebut pada hakekatnya adalah pemindahan kekakuan lentur dari plat (di sepanjang rut o.
I edangkan pasal .3 .6 3ya
a t .1JUga
2.
ratkan peninjauan pengaruh ret mensya-
kom
ponen) ke ujung komponen yang bertemu dengan kolom, dan arahnya menjauh (keluar) c2 dan 2 berkaitan dengan bentang transversal pada tiap sisi kolom.
dari posisi kolom. Dengan sendirinya akibat bekerjanya puntir, efektivitas kolom untuk
me ngekang ujung-ujung balok-plat akan berkurang. Komponen puntir diasumsikan
berpe nampang konstan di seluruh panjangnya, dan kekakuannya dihitung
berdasarkan:
_ 9 EcsC
K - 3
r
l2(1- :)
di mana, K,= kekakuan puntir komponen torsi struktur, momen per unit torsi.
C = konstanta puntir balok transversal, boleh dihitung dengan mernbagi
pe nampang yang ditinjau menjadi beberapa bagian penampang
persegi yang terpisah untuk kemudian dijumlahkan sebagai berikut:
C= }:(1-0, 63)
y
x3y
3 '
Ecs = modulus elastisitas plat baton,
ka, dalam anaJisa beban lateral. u angan pada kekakuan komponen
struktur rang-
SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.6.7 a at 6 .
apabila pola beban diketahui maka analisi: menyebtan_ sesuatu yang logrs,
ialah
beban tersebut. Apabila beban hid k . bportal_ kaku f1kt1f d1lakukan berdasarkan
pola
up er.ia ervanasi tetapi tidak mel
b"h· b
kerja, atau bila kondisi beban hidu kera d I . . e r I 3/4 eban
mati
akan terbebani sekaligus, maka moen ert:kat ah sedm1k1an rupa_
hingga semua panel semua penampang dengan beban h"d r
maks1mum boleh d1anggap bekerja pada pola beban yang sesuai
dengan ko .'·up pnu tertaktor pada seluruh sistem plat. Untuk
tor dianggap bekerja di dekat ten:ee c;ns penaruh, momen positif maksimum
tertak
penuh teriaktor pada panel yang d tin·au d:::g dan suatu panel engan
314 beban hidup bila untuk keadaan yang demiki J pada panel-
panel lam yang berselang. Apa-
an momen negatif maksimum tart kt d
tu tumpuan boleh dianggap terjadi mak ku . . . a or pa a plat pada
sua-
ban hidup penuh tertaktor pada , I a cu p d1tm1au dengan
pengaturan 3/4 dari be- man teriaktor yang digunakan dt ,:a:9m
ersebelhan saja. Akan tetapi, momen-mo men akibat beban mati dan
hidup t rt kt p itungan tidak boleh kurang dari momen-mo-
. e a or penuh yang bekerja di semua bentang.
& . BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN PlAT DUA ARAH
2 4
BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pl.Ar DUA ARAH 266
SOAL-SOAL
A 8 c
Untuk plat penulangan satu arah seperti tergambar'. entkan seluru momen ,L I
7-1. da gaya geser yang terjadi akibcttbeban kerja yang terdm dan beban mati 5 1 " 1 '4
kPa (terma
11: ; :1:
suk berat sendiri} dan beban hidup 15 kPa, fc'=25 MPa, fy=400 MPa. I I 11
I
!,
;I::
I1 j1
1 _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ l11·:_l _ .
11 _
1 _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ q1
-,11----------------------------iii -
l:':- :-:-:i-:·:-:-:-:-:··--...
jl - - - - - - - - - - - - -
} ;1 !JI !I
:1 ifi ii
7-2.
Untuk balok menerus seperti terlihat dalam gambar, tentukan seluruh.r:nom.en
dan
3 -'t--t'-rt.;• a ---------- '.I: - - - - - - - - - - - - - :!: I
I'
ii
'I
4500 !1
gaya geser yang terjadi kibat dari bekerjanya beban kerja yang terdm dan beban
;1
mati 30 kN/m (termasuk berat sendiri) dan beban hidup 45 kN/m, fc' =25 MPa, dan
,,
'1
fy=400 MPa_ 4
n n
·" =.•.'.•.:.=.· ·": ...::--·:· ··.-: ·· . ...:.:-.·.-:·.--:·.··· ··'.·.:· ··.•.:·: c-... ·
.:·::::: ·:.:.:.:·
..
n n
: 1·•....:./ ··:··... ·...·.·..· .·.··: · ··· · ·· ···. 11'-l.,,
Sebagian Oenah Lantai
Gambar Saal 7-3
9000
9000 9000
IJ. 9000
w,,,
7-5. Suatu bangunan bertingkat banyak dengan sebagian denah lantai seperti tampak
pada Gambar. Digunakan sistem lantai dicor secara monolit dengan balok dan
ko lom persegi, tidak menggunakan kepaJa kolom dan pertebalan panel plat,
tinggi bersih tiap lantai 4,30 m, lebar panel 7,50 m, panjang panel 9,00 m. Coba
Gambar Saal 7-2 dengan
ukuran balok 400 mm x 800 mm, dan apabila perlu disesuaikan dengan kebutuhan
Suatu sistem lantai yang terdiri dari balok, baJok induk, dan plat. Saban ke.rja nya. Saban yang ditinjau hanyalah beban gravitasi dengan beban. liidup 7,50 kPa
7-3.
terdiri dari beban mati 1,5 kPa (tidak termasuk berat sendiri sistem) dan beban dan beban mati 0,60 kPa, fc' =
30 MPa, fy= 400 MPa. Renca·nakan panel plat ujung
htdup 7,50 dan penulangan yang diperlukafJ.
kPa, fc'=30 MPa, dan fy= 400 MPa.
a Rencanakan plat penulangan satu arah menerus. 7-6. Suatu bangunan bertingkat banyak dengan sebagian denah lantai seperti tampak
b. Rencanakan baJok menerus sepanjang kolom baris kedua. pada Gambar. Digunakan sistem lantai tanpa baJok dengan kolom bujur sangkar
Lengkapi kesemuanya dengan sketsa-sketsa yang diperlukan. 800 mm, tinggi bersih tiap lantai 4,50 m. Kolom tertentu seperti tertera dalam
gam bar berhenti hanya sampai di bawah fantai yang ditinjau, dan kolom
m enggunakan
7-4. Sama dengan soal nomor 7.3, kecuaJi jarak spa.<>i antar-balok adaJah 3,0 m dan kepala kolom serta pertebalan panel. Bangunan tidak mengalami gempa bumi se
ben tang balok 9,0 m Oarak pusat ke pusat kolom), beban kerja terdiri dari beban hingga yang ditinjau hanyalah beban gravitasi dengan beban hidup 7,40 kPa dan
mati 1,50 kPa dan beban hidup 10 kPa, fc'= 20 MPa, fy = 300 MPa. =
beban mati berat sendiri, fc' 30 MPa. fy = 400 MPa. Rencanakan panel plat dan
penulangan yang diperlukan berdasarkan tinjauan portal kaku fiktif sesuai gambar.
266 BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN PLAT DUA
ARAH
BAB 7 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN Pl.AT DUA ARAH . 267
7-9. Suatu sistem lantai ditumpu oleh balok-baJok yang pada sisi-sisinya memikul
I I beban kerja hidup terbagi rata 3,50 kPa, beban mati 1 kPa, dan berat sendiri.
I I
I I
Ukuran panel plat 6,0 m x 7,0 m, ukuran kolom bujur sangkar 400 mm, lebar
I I
I I
I badan baJok 400 mm, rasio penulangan baJok p= 0.40Pt,, sedangkan fc'= 30
I
I 1, I I
I I I I
I I dlmensl kolom 400x400 MPa dan fy= 400 MPa.
dimeosl balok 400x800
I 1 I I
I II Rencanakan panel plat ujung dari sistem lantai tersebut.
I I I I I I
7500
I I I 1 I I
1
I I t ji I I 7-10. Sistem lantai pada SoaJ 7-9 tetapi tanpa penumpu balok. Kolom tidak mengguna
1 111 I I
I I kan kepala kolom dan pertebalan panel plat. Rencanakan panel plat interior.
I I - - - - - - - - - - - - - _: I: _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _1 IL
-·-
b
I j 1 - - - - - - - - - - - - - 1 I -------------------------------------------I
1 -- --
9000 , 9000 )'
Sebaglan Oenah Lantal
Gambar Soal 7-5
7-7. Rencanakan panel plat seperti Soal 7-5 dengan menggunakan portal kaku fiktif ke
arah melebar bangunan.
7-8. Rencanakan panel plat seperti Saal 7-6 dengan menggunakan portal kaku fiktif ke
arah melebar bangunan.
8000 8000
arslran menunjukkan
7000 kolom yang berhentl
7000
8
8.2 LEND UTA N
tra
. . an ompos1t.
inersia panam Untuk menghatung momen inersia enam
pang utuh (kotor) lg pada penampang utuh di antara dua retak. rupakan bahan komposit digunakan metde retk fc, baton bertulang yang me-
Kakakuan aktual balok tertatak di antara nilai Ec fg dan Eclcr tergantung dari beberapa Hasil penelitian Branson menunjukkan bahwa nilai momen inersia realistik untuk
faktor, ialah: (1) juml ah retak yang terjadi;(2) distribusi pembebanan; dan (3) kontribusi perhitungan lendutan tertetak di antara kedua batas keadaan ekstrim tersebut. Olah kare na itu,
8
ba ton panampang utuh di antara retak. Pada saat baban mencapai suatu tingkat yang ) sejak tahun 70-an telah diperkenalkan penggunaan momen inersia efektif (/ da-
ma nyebabkan tulangan baja meluluh,umumnya kekakuan mencapai Ecfa.. Komponen
struk·
tur dengan tulangan baja tariknya mulai meluluh dikatakan telah runtuh secara struktural.
Selanjutnya komponen terus melandut maskipun tanpa ada tambahan beban, retaknya
semakin tarbuka sehingga garis netral terus bargarak mendekat ka arah tepi tertekan.
Sampai pada akhimya terjadi keruntuhan takan sekunder yang mengakibatkan kahancur
an total beton di daarah moman maksimum. Lendutan satalah komponan struktur melu
luh atau melampaui batas lendutan pada keadaan runtuh bukan merupakan faktor pertim
bangan utama dalam proses perencanaan sehingga tidak dibahas secara mendalam di
sini. Walaupun begitu, pengenalan terhadap cadangan kapasitas lendutan sabagai
ukur an daktilitas struktur khususnya terhadap gempa merupakan hal yang panting: juga
untuk
kasuslain di mana adanya kemungkinan terdapat beban lebih.
penampang batang tulangan b::iia yang t d mas1 luas penampang bahan. Luas
. ....., er apat pada penampang k
gant1kan dengan suatu luasan bet f"kt'f omponen struktur di-
. on 1 1 setara yan d. A
ya tank. Penentuan nilai A didas k d eq. g aanggap mampu menahan ga-
bahan alastik yang berbed:qmenga ana ri mekanika bahan, di mana
apabila dua masing-masing bahan akan setara dengan- ·1 b y g sam_a,
tegangan yang terjadi pada
Pada Gambar 8 2 dalah rn ai an mg modulus elastisitasnya.
· • £1 a regangan beton dis t t ·. ·
gangan tarik tepat pada kedudukan .t b era ep1 tertekan, dan £2 adalah re-
Dengan menggunakan notasi seba seri::batang tulangan baja tarik.
E. = E,
E.(fc,)
f =-
. s Ee
E E yang dikenaJ sebagai nilai banding modulus baa baja terhadap baton disebut ju
g;s:bagai angka eV:ivalensi, dan dieri imbol sebaga1 b1!angan n.
Maka didapatkan hubungan sebaga1 benkut:
fs = Es fct ) = n fct
c
O" dalam SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.15.5 ditsntukan bahwa besarnya ni i.n
ditetapa penampang penampang
1 bak>k transtormasi
d . . 1 · psrbandingan ksdua modulus elast1s1tas terse u
. d n pembulatan terdekat an ni a1 . b ·
D :a Tabel A-7 Apendiks A diberikan nilai-nilai n tersabut. Sacara teoret1s tulang .
a1a
Gambar 8.3. Penampang Transfcmiasi
dlg:ikan fung inya oleh suatu luasan baton fiktif yang satara, yang dengan sen mnya
harus mampu menahan gaya tarik yang sama pula. Resultants gaya-gaya pada batang tulangan dianggap bekerja pada pusat titik berat
Maka didapatkan, · fct Aeq= fs As ksdudukan kelompok tulangan yang berjarak d dari sarat tepi tertekan, demikian pula re
dengan melakukan beberapa substitusi, maka didapatkan: sultants gaya luas beton fiktif yang menggantikannya dianggap menernpati kedudukan
Aeq fer = n fer As yang sama. Pada Gambar 8.3 tampak bahwa luas beton fiktif digambarkan sebagai
. Aeq= n As luasan
se hingga, I .... enampang tu-
Nilai yang didapat adalah luas baton fiktif yang satara dengan uas p an ba- persegi panjang tipis sedikit rnelewati sisi-sisi balok, di mana pusat berat kedudukannya
.a an di antikannya, atau dengan kata lain, Aeq adalah luas penamp g juga berjarak d dari serat tepi terdesak. Kembali pada anggapan bahwa penampang beton
: ";:,/;,9
1
.:i y!,g itransformasikan menjadi luas fiktilbetonbsi:'adi ;e m : telah retak sampai batas garis netral, maka iuas efektif yang diperhitungkan hanya
sebatas daerah desak, di mana letak garis netral bearak y terhadap serat tepi terdesak.
Penetap
iintang transformasi yang pada awalnya t_erdm dan dua macam an an letak garis netral tersebut dilakukan dengan menggunakan persamaan keseimbangan
a ,
hitungkan menjadi satu macam bahan momen statis luas etektif terhadap serat tepi terdesak. sebagai berikut:
saia.
L: (A y ) by(i r)+
n A 5d Y = = by+n
by 2 + nA5y= 112 by 2 nA5 d
1/2 by 2 + nA5y - nA5d = 0
-- - - -
ga---
- rls ne tra l
teiah dilakukan pada Conteh 3.7 yang lalu, ptau dengan menggunakan rumus akar
persarnaan
l
pangkat dua sebagai berikut:
Y=n As [ ( 1 + 2n bAsd ) -I
regangan
- 4------
f0
- - -gar-ls n-et-ral -
430
penampang penampang
baJok transtonnasi
:s l H ll
P eny elesaian omen mers1a t.erhadap garis netral dihitung dengan persamaan ben.kut
1 '
Dengan mengacu pada penampang lintang transformasi , Gambar 8.4.b, penentuan
ke- y=n 1+ 9( 0) 1 +2 o( )O) H
lcr = ;b Y 3 + n As ( d -y) 2 + n As' {y - d) 2
dudukan garis netral dilakukan sebagai berikut:
(
8·4 LE NDUTAN SEKETIKA
y =172 ,80 mm
--------------
LloL = lendutan seketika akibat beban mati, lend pada besar dan lama waktu bekerjanya,
--
BAB 8 KEMAMPUAN KB..AYANAN 279
A.(co) = f al<tor pengali untuk beban menetap selama tak terhingga, Letak garis netral ditentukan sebagai berikut,
.
A.(t) = fal<tor pengaliuntuk beban menetap dalam wal<tu tertentu. Y=n :s[ (1 + 2 bdJ -1]
n As
B(850,5) [ (1 + 2 (250)(330)) - ]
250 8 (850 5) 1
Lendutan yang diperhitungkan tidak boleh melampauilendutan ijin dari SK SNIT- Y =109,50 mm '
15· 1991-03, Tabel 3.2.5(b). Penentuan lendutan ijin suatu sistem struktur
menentukan momen inersia penampang retak transf ormasi.
tergantung jug a
1 •
pada besar landutan yang masih dapat ditahan oleh kornponen-komponen slruktur
lain yang berinteraksi tanpa kahilangan penampilan esletika dan terjadi kerusakan pada
lcr =-3 b y 3 + n A s (d -y = 31 (250)(109,5)3 +8 (850,5)(330-109,5)2
2
)
kom·
ponen yang tertendut. Penentuan besamya lendutan merupakan tungsi dari =109411031+330812181= 440223212 4
beberapa
taktor yang harus diperhitungkan. seperti: jenis bangunan. kepekaan peralalan atau sis· menentukan momen·iners1·a penampang utuh rrm
(kotor):
tern mekanikal yang ditumpu, jenis partisi, langit-langit, atau perlengkapan lainnya. De 3 6
. lg = bh3 = (250){40Q =1333,333 (10 ) rrm4
ngan demikian dapat disimpulkan bahwa pernbatasan tersebut dimaksudkan untuk melin 1 1
dungi terhadap kerusakan yang terjadipada berbagai bagian dari sislem bangunan (baik momen padasaat timbul retak yang pertama kaJi:
komponen struktur maupun bukan) sebagai akibat lendutan yang berlebihan. Mer -
Yt
C onteh 8.2. di mana, Yr= 112(400) = 200 mm
Balok bentang sederhana l n = 8,0 m dengan beban merata, Jebar b 250 mm, tinggi maka, Mer = = 3,834(1333,333)
6
total h = 400 mm, tinggi efektif d = 330 mm, As = 850,5 mm2. Momen beban kerja Yt (10) - 25,56 kNm
mati M ,= 24.3 kNm. momen beban kerja hidup MLL = 28,3 kNm. f c' = 30 MPa. fy = 200
400 MPa.
Be0ton normal, dan dianggap bahwa 60% beban hidup terus bekerja selama 24 untuk kondisi I( beban mati + beban hidup}:
Mer - Mer 25,56
bu/an. Apakah balok tersebut memenuhi berbagai kriteria /endutan? M (Ma +Mu) = (24,3 +2 S,
11
- 3 ) = 0, 4859
untuk kondisi ( beban mati+ 60% beban hidup):
P eny ele saian _EJ.. = Mer 25,56
1
> hal<lS = 400 mn
hrnn =
fn
6 =-;-a=
8000
500 rrm
niiai:
Ee = 25700 MPa, n = 8 kondisi II : le = (0,6192) 3(1333,333) {10)6 + {1-(0,6192)3 }{44Q223 ){10)6
f, = 0,7'1fc'= 0,7(5,4772) = 3,8341 MPa 6
=652.253(10) mm 4
L1LT =..1u + }.(co)L1oL + t. . . '-0 di mana, lm adalah momen inersia efektif (/9 ) penampang di tengah bentang,
(11JsL
. - ; sedangkan dalam kasus mt P - '9 1 dan 190 adalah momen inersia efek1if penampang masing-masing ujung,
d1 mana ' ').. - 1+50 p' • co -2 O fee adalah momen inersia efek1if penampang pada ujung yang menerus.
5 tahun atau lebih: ;= 2,0 maka A( Dari kedua persamaan tersebut tampak bahwa momen inersia efektif di tengah bentang
) - , untuk beban menetap selama 24 bulan· ;= 1,65 maka ').(t) =
rupanya lebih dominan. Apabila suatu struk1ur balok bentang menerus dibebani oieh sua
1,65 untuk beban menetap selam2(4 7276) .+ 1,65(11,7) =
49,18 mm tu beban terpusat besar, maka yang diperhitungkan hanya momen inersia efektif di te
j_LT = 20,42 + • • ngah bentang saja.
Untuk menghitung !endutan di tengah bentang pada struktur bentangan menerus
Pemeriksaan persyaratan lndutan : tara lendutan aktual yang didapat dari i:._erhi yang menahan beban merata di seluruh panjangnya digunakan pendekatan perkiraan se
Oengan demikian, dapat d1per and1n an an di eroleh dari Tabel 3.2.5(b) SK SNI i-15 bagai berikut:
lendutan maks1mum 11m, yang p
tungan dengan
1991-03 sebagai berikut:
£n _ .§.QQQ = 44,44 mm > .D LL
186- 180
in _ §.Q.Q9: 22;22 mm >Llu
360- 360
lo_ = 8000=16,67 mm < Lln sedangkan momen positif di tengah bentang adalah:
480 480 Mm= Mo-112 (M8 + Mb}
ln _ .§QQ2: 33,33 mm > dn
240 - 240
maka,
. hanya untuk plat lantai dan
plat
.b t · enggunaannya al ng
Oapat disimpulkan bahwa balok dI a as1 P_ k dengan elemen nonstruktur ya
. g ataupun d1hubung an
atap rata yang t1dak menoan bila mengalami lendutan besar.
cenderung akan mengalam1 kerusakan apa
- - - - ------------
282 BA B 8 KEM AMPUAN K ELAYANAN
8.7 PENGENOA LIAN RETAK ding dengan besamy: t g pada umumnya menunjukkan bahwa I a:;
d1dasarkan Pada ber-
terte:an Yang te?adi pada batang tulang na a lah etak seban
dangan keteba! an
Sejalan dengan perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi, maka semakin lebar celah retak d . y g menyel1muti batang ba· t Ja tank dan baton
banyak dan intensif pula penggunaan bahan-bahan kuat tinggi di dunia strul<tur bangun apat d1pertah k ersebut o
an, dalam ha! ini termasuk penggunaan bahan baton dan baja tulangan. Apabila kompo tak batang tulangan secar an n agar tidak manjadi lebar d . engan demikian,
ga tercantum dalarn SK S a merata m daerah tarik. Tata cara engan cara menyebar
bJ:
nen struktur terlentur penulangannya menggunakan baja kuat tinggi, agar mencapai te
g angan tinggi diperlukan kemampuan regangan yang lebih besar pula baik bagi baja le- dan plat dengan penulan NI T-15-1991-03 pasal 3.3.6 untuk :nggu/angan tersebutju
maupun beton. Bahan baton kemampuannya terbatas sehingga timbulnya retak akan me gaya tarik (momen negati an satu arah. Perrnasalahan flens dari ada bafok-baiok
nimbulkan masalah. Seperti diketahui, baton mempunyai cukup kekuatan untuk mena ter juga dicantumkan sec pad a balok T) dan balok dengan tinggi b d ang
han tnkanan akan tetapi kurang kuat menahan gaya tarik. Sehingga komponen struktur mengalam;
1>1 it on bortulang cenderung mengalami retak yang tidak bisa dihindarkan di tempat-tem
bertulang hanya men ara khusus. Peraturan mengarahk a an leb1h dari satu me
tarik letaknya harus di eg nakan batng tulangan baja deform ;bahwa penufangan beton
p11t yanq mongalami gaya tarik. Retak pada beton merupakan kontribusi dan awal dari Apabila kuat tut h ar merata d1 daerah tarik. an dan untuk penula.ngan
kea kan · u rencana baja t. lebih d ·
daan yan9 lobih parah lagi yaitu berlangsungnya proses korosi tulangan baja, rusaknya pemenksaan secara khu Y an 300 Mpa, harus di .
pnrmukaan beton, dan dampak kerusakan jangka panjang lainnya. Olah karena itu penge tu/angan di daerah farik t I sus dalam rangka menjamin bahwa I t perhat1kan dan dilaku
langan satu arah, pemeri=tersebar secara merata. Untuk ba/o:atau susunan batang
t ahuan perilaku retak dan pengendalian lebar retak, khususnya retak lentur, perlu menda
menghitung bilangan . an nyebaran Ietak batang tulan b u P!at dengan penu-
patkan perhatian secukupnya. Dengan demikian maka prakiraan lebar retak merupakan z, seoaga.1 berikut gan a1a d1lakukan de
· ngan
Z== fs d A
hal panting dalam memperhitungkan kemampuan kelayanan komponen struktur untuk dimana, f - c
s-tegangan yan di .
kondisi pembebanan jangka panjang. b . . g perh1tungkan terjadi di .
Di dalam mempertimbangkan retak baton, perhatian lebih diutamakan pada lebar an kea, dthitung sebagai momen . dlam ba1a tulangan pada be-
pang ba1a dengan lengan m d1bag1 o/eh hasi/ kali luas pen -
eelah retak daripada jumlah retakan yang terjadi. Dengan demikian berarti lebih baik hanya
nakan nilai 0,6 f. (MPa) omen dalam, atau dibolehkan juga am
terjadi retak rambut meskipun mungkin terdapat dalam jumlah banyak, daripada terjadi de= tebal selimut b; . . menggu-
retak dengan celah besar meskipun hanya beberapa. Pada baton yang terekat erat di se on, d1ukur dari ser t t "k
- tufangan yang terdekat, (mm). a an tertepi ke sumbu batang baj
keliling batang tulangan tarik akan mengalami dua jenis tegangan, yaitu tegangan arah A - luas ef ektit beta . a
memanjang batang tulangan dan tegangan lateral. Pada saat terjadi tegangan lentur me rik n tank yang mengelilingi b .
manjang pada komponen struktur sebelum terjadi retak baton, daerah tarik komponen , yang kedudukan sumbu titik b atang ba1a tulangan pokok t -
berat penuJan . . eratnya berimpit den a
mengafami kontraksi lateral yang mengakibatkan timbulnya tekanan lateral pada lekatan z == bilan gan, d1bg1 dengan jumlah b t . gan sumbu titik
beton dan tulang an baja. Dengan timbulnya retak baton, bagian yang mengalami retak te gan sebagai batas pen ebar a ang ba1a tulangan.
gangan lateral biaksiaJnya lenyap karena tegangan tarik memanjang pada beton di maksimum 30 MN/m bag; struykt
daerah an _Penulangan lentur dengan bat
tur te b k ur terlmdung d c
, an 25 MN!m untuk struk,
itu juga hilang karena terputus. Di samping itu, tegangan lekatan memanjang antara beton r u a yang terpengaruh oleh luar.
dan batang tulangan secara perlahan-lahan mencapai maksimumnya tepat pada lokasi Con toh 8.3.
Periksa pen cuaca
ter jadinya retakan, yang mana mengakibatkan tegangan tarik baton pada tempat b
tersebut
A ye aran batang baja tu/an
mencapai maksimum pula, bahkan cenderung secara tiba-tiba dan terjadi pemusatan ta- pakah penyebaran tersebut sesu . an pada balok seperti terlihat pada G b
pasa/ 3.3.6 untuk maks ar engan ketentuan
dalam am ar 8.8. 400 MPa.
ud pengendalian retak akibat lent
SK SN! T-15-1991-03
uran pada beton bertulang, fy
=
--------- ----------
2
S4 a.AB 8 KEMAMPUAN K8..AVANAN BAB 8 KEMAMPUAN KB.AYANAN 285
p enyelesaian . . . SOAL-SOAL
. Selimut baton dengan tebal diukur dari serat tertank tertep1 sampa1 dengan
sumbu
1
berat patang tulangan terdekat (terluar), 8-1. Tentukan letak garis netral dan hitung rnomen inersia penampang lintang retak
de·= 40 + 10 + 1rz(29) = 64,5 mm . trans formasi seperti tampak dalam gambar, fc'= 30 MPa dan fy = 400 MPa.
. Luas efektif baton tarik untuk setiap batang bajatulangan A, dapat d1ungkapkan
seba-
2
I
gai berikut, b=380 300
A = - b h, ?i =z::::z:=J:T:mt
_._-..:..---
jumlah batan9 baja
sengkBng
di mana h, adalah jarak linear, dua kali jarak dari serat tertarik tartepi ke sumbu berat
010 I
pe- 4-0 mm I
(bersih ld=&lO
nulangan tarik, )
h,= (40 + 10 + 29 + 12,5)2 = 183 mm
maka, A =l/8(380)(183) = 8692,5 mm2 untuk setiap batang baja tulangan.
3. z = f s 'ifd c A .
' 100
r:- '.'."'777-.-:'":-:-'."". --, --,-- ----,---,.------+.----:+
-r
.... ., !
sengkang
010
8-2. Tentukan lg dan lcr untuk balok T, lebar efektif flens 1500 mm dan tc' = 30 MPa.
8-3. Suatu balok dengan b = 300 mm, d =
530 mm, h 600 mm, A 5 3032, terletak = =
pada bentangan sederhana 7,0 m dan menopang beban kerja mati 22 kN/m
(termasuk be
rat sendiri) dan
beban hidup 15
kN/m, fc'= 20 MPa,
fy= 300 MPa,
hitunglah:
a. lendutan seketika
akibat beban mati
dan beban hidup,
b. lendutan jangka
panjang akibat
beban mati.
•
286
9
BAB 8 KEMAMPUAN KB.AYANAN
= ,::t3
dengan fungsi dan peran seperti tersebut, kolom menempati posisi panting di dalam sis
. n ebaran penulangan lentur untuk komponen struktur yang dirancang tem struktur bangunan. Kegagalan kolom akan berakibat langsung pada runtuhnya kom
8-7. 2 dan 3-14. Apabila diperlukan buat rencana ulangnya. ponen struktur lain yang berhubungan dengannya, atau bahkan merupakan batas runtuh
total keseluruhan struktur bangunan. Pada umumnya kegagalan atau keruntuhan kompo
nen tekan tidak diawali dengan tanda peringatan yang jelas, bersifat mendadak. Oleh
karena itu, dalam merencanakan struktur kolom harus memperhitungkan secara cermat
dengan memberikan cadangan kekuatan lebih tinggi daripada untuk kompcfnen struktur
lainnya. Selanjutnya, karena penggunaan di dalam praktek umumnya kolom tidak hanya
melulu bertugas menahan beban aksial vertikal, definisi kolom diperluas dengan menca
kup juga tugas menahan kombinasi bban aksial dan momen lentur. Atau dengan kata
lain, kolom harus diperhitungkan unfuk menyangga beban aksial tekan dengan eksen
trisitas tertentu.
Secara garis besar ada tiga jenis kolom beton bertulang, seperti yang terfihat pada
Gambar 9.1:
1) Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom beton
yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi ter
tentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral, sedemikian rupa sehingga pe
nulangan keseluruhan membentuk kerangka seperti tampak pada Gambar 9.1.a.
BAB 9 STRUKTUR KOLOM 289
2 8 8 BAB 9 STRUKTUR_
KOLOM
ang pertama Hasil berbaj"ai eksperimen menunjukkan bahwa kolom berpengikat spiral temyata
. iral Bentuknya sama dengan Y
hanya ...
2) Kolom menggunakan peng1kat sp . . dalah tulangan spiral yang lebih tangguh daripada yang menggunakan tulangan sengkang, seperti dijelaskan pada
d1hhtkan sa1·a sebagai pengikat tulangan poko mem1angklom seperti pada Gambar 9.2. Keduajenis kolom berperilaku sama hanya sampai pada saat tercapainya titik
Gambar 9.1.b.
kom n luluh kolom, yaitu pada saat di bagian tepi terfuar (selimut baton) terjadipecah lepas. Pada
k h lt.k_smenerus
. . d1 sepanJanQ
ak ada 9.1.c. Merupakan one
keliling membentu e
3) Struktur kolom kompos1t sepett1 tamp P . dengan gelagar baja profit atau keadaan tersebut kolom berpengikat sengkang rusak dengan ditandai betonnya hancur,
d" kuat pada arah memanJang
struktur tekan yang iper . . okok memanjang. lapas, berongga, dan lebih lanjut tulangan-tulangan pokok memanjang cenderung terte
pipa dengan atau tanpa d1ben batang tulang p . is yang pertama, yaitu kolom kuk (buckling) pada tempat di antara dua ikatan sengkang, satu persatu atau bahkan
de- ber sama-sama. Pada saat yang bersamaan terjadi proses pelimpahan beban
btasan dalam Bab ini dibatasi hanya untudk ua l nl Ketentuan yang mengatur
per- keseluruhan
pem C1 • I t al ngkang an spira . . kepada baton bagian inti dan tulangan pokok dalam waktu sangat singkat. Hilangnya ke
ngan menggunakan peng1kat a er se n dioerkuat dengan gelagar atau pipa baJa.
syaratan untuk komponen struktur t an y gad asal 3.3.14 SK SNI T-15-1991- kakuan tulangan pokok memanjang ditandai dengan meluluh dan menekuk ke arah luar,
03. mengakibatkan tegangan tambahan pada baton bagian inti. Apabila baton inti sampai pa
atau disebut kolom komposit, dapat d11um a p p ang tulangan pokok
memanjang
I t rat
. peng1kat
I t I b rfungs1 .
Tulangan memeg a era e untuk
. masing-masmg da batas kekuatan runtuh, keseluruhan kolom runtuh secara mendadak. Kondisi yang
d mbenkan tumpuan a e lebih baik terdapat pada kolom berpengikat spiral di mana pada bagian inti, yaitu daerah
agar tetap kokoh di tempatnya, an me d tempat di antara dua pengikat. Oengan
tulangan meman1ang· hanya dapat tertekuk . b n
. . k adkan untuk membenkan sum anga
pa yang dikelilingi oleh tulangan spiral yang berupa baton yang dililit dan terkurung, masih
ter-
demikian tulangan pengikat lateral t1dak d1ma ks h kedudukan tulangan pokok kolom. efektif bertahan ke arah lateral dan masih mampu melaksanakan tugasnya menahan be
hadap kuat lentur penampang tetapi memper o o ·1kat sengkang lateral ban aksial. Kehancuran total terjadi apabila selanjutnya terjadi deformasi besar pada kolom
berbentuk
kolom dengan peng · 1
Pada umumnya penampang . k kolom dengan sengkang sp1ra (bagian inti) dan kemudian diikuti dengan meluluhnya tulangan spiral. Tulangan spiral
buiur sangkar atau empat persegi pan1ang, sedtangeba bukanlah persyaratan dan memberi kemampuan kolom untuk menyerap def ormasi cukup besar sebelum runtuh,
tidak sehingga mampu rnencagah terjadinya kehancuran seluruh struktur sebelum proses re
. d hb g tentu ketentuan ers
berbentuk bulat. Su a aran kt k b nyak pula dibuat bentuk kolom distribusi momen dan tegangan terwujud. Keuletan tersebut merupakan nilai lebih yang
perse-
harus diikuti secara ketat, karena di dalam pra le ba lat dengan menagunakan tu!
angan
gi I. .
dengan . . 1 taupun bentuk ko om u nan bentuk-bentuk didapat dengan menggunakan spiral, terutama apabila digunakan untuk sistem yang me
peng1kat spire1 a . . .. ct kemungki am
pengikat sengkang lateral. Di samping itu masin a m1- merlukan daktilitas tinggi seperti misalnya struktur tahan gempa. Dengan sendirinya ukur
salnya bentuk segi-delapan, huruf L, dan an (dimensi) dan jarak spasi spiral berpengaruh terhadap nilai beban hancur yang dicapai.
sebagainya.
tltll< luluh kolom
(kolom berpengikat spiral
mengek.Jpas seilmutnya)
\
'-
Penampatl9
Penampa119 gelagar baia
pengikat
se.ngkang
kolom berpengikat spiral hanr.ur
kolom berpengikat sengkarlg runtuh sec.ara !ib.if.tiba
Kolom Komposll beton-baja /
(c)
(b)
(a)
regangan ---1
Gambar 9.2. Hubungan Beban versus Regangan pada kolom
Gambar 9.1. Jerns-jenis Kotom
I ----------------
290 BAB 9 STRUKTUR KOLOM
I
dek sehingga efek kelangsingan dapat diabaikan karenanya. Pertama kali akan dibahas Sehingga apabila memang terjadi pad k
dalam Bab berikut adalah analisis dan perencanaan kolom pendek, yaitu struktur kolom
yang karena panjang atau tingginya sedemikian rupa sehingga tidak memerlukan penin
sama dengan Po- Sungguhpun dmikna ,8
tanpa eksentrisitas, Pn akan menjadi
dalam prktek tak akan ada kolom a '. . -15-1991-03 menentukan bahwa di
jauan terhadap efek tekuk lateral. Keruntuhan kolom yang demikian ditandai dengan ke dapat fel]adi akibat timbulnya mar: ng d1bebam tanpa eksentrisitas. Eksentrisitas beb
gagalan unsur bahannya, yaitu hancumya baton pada peristiwa n.intuh tekan atau luluh ujung-ujung kolom yang dicatak secen yang tara lain disebabkan oleh · kekangan pa
nya baja tulangan pada runtuh masan ara monoht dengan kom l pelaksanaan pe-
tarik.
gan yang kurang
sempurna
atau ponen arn,
M.aa sebagai tambahan faktor reuksi =t gunaan mutu bahan yang tidak merata.
9.2 KEKUATAN KOLOM EKSENTRISITAS KECJL m11mum, peraturan ·memberikan ketentuan untuk memperhitungkan eksentrisitas
ng1kat sengkang direduks1·200/ d bahwa kekuatan nominal kolom d
K /o an untuk kof d . pe- enaa
Hampir tidak pemah dijumpai kolom yang menopang beban aksial tekan secara konsen etentuan tersebut di atas akan memb .k om engan pengikat spiral direduksl1So/c
berikut: en an rumus kuat beban aksial maks1·m o. .
u um sepert1
tris, bahkan kombinasi beban aksial dengan eksentrisitas kecil sangat jarang ditemui. ntuk kolom dengan penutangan spiral :
Meskipun demikian untuk memperoleh dasar pengertian perilaku kolom pada waktu me ¢' Pn(maks)== 0,85if>{0,85fc' (A - A ) + f.
nahan beban dan timbulnya momen pada kolom, pertama-tama akan dibahas kolom de ."1 \ Pers. SK SNI T-15-1991-03 (3.3-1)
Untuk kolom di g st Y' 'SU
ngan beban aksial tekan eksentrisitas kecil. Apabila beban tekan P berimpit dengan sum engan penulangaQ sengkang :
¢ Pn(maksJ = 0,80if>{O,B5fc' (A - A )+ fyA
i}
bu memanjang kolom, berarti tanpa eksentrisitas, perhitungan teoretis menghasilkan te g st s Pers. SKSNI T-15-1991-03 (3.3-2)
gangan tekan merata pada permukaan penampang lintangnya. Sedangkan apabila Beban aksial bekerja d
gaya 1
tekan tersebut bekerja di suatu tempat berjarak e terhadap sumbu memanjang, kolom pe nampang tetapi akan timbul lebih besar pada satu sisi terhadap sisi lainnya.
cenderung melentur seiring dengan timbulnya momen M = P(e). Jarak e dinamakan Kondisi pembebanan tanpa eksentrisitas yang merupakan keadaan khusus, kuat beban aksial nominal
ek sentrisitas gaya terhadap sumbu kolom. Tidak sama halnya seperti pada k!3jadian atau teoretis dapat diungkapkan sebagai berikut:
beban Po= 0,85fc' ( Ag - As 1)+ fyAst
tanpa eksentrisitas, tegangan tekan yang terjadi tidak merata pada seluruh pennukaan
harus dip tb a am arah sejajar sumbu mem- · .. tulangan b . batas (ult1m1t), baton akan mengalami te untu etiap penampang kolom,
usa erat kolom, berada didala an1ang
dan t1t1k kerjanya tidak Dalam mem m kuat bebana1: am·menapai tegangan lufuh fy- Sehingga
penampang melintan t
pe itungkan kuat kolom tethada b . g, a au pusat geomstrik. pa_t d1h1tung langsung dengan menjumlahkan sial nomrnal dengan eksentrisitas
dasar anggapan bahwa akibat bekerjanya bea:n eban aks1_a1 kecilda baia pada waktu mengafami tegangan pad r ;aya-gaya dalam dari baton dan
tulangan
.eksentrisitas kecil digunakan gangan sampai nilai 0,85fc ,dan Selanjutnya sewaktu tel)· d. a mg at kuat maksimum tersebut
apabila diuraikan bih Ianjut akan
didapatkan: k ' a ' pecah lepas di ba · 1 ·
uar
cam om berarti (selimut dikedua ma-
ol tersebut, batas kekuatann g1an baton)
1991-03 pasaf 3.2.3 ayat 2, di dalam k t ya telah terfampaui. Untuk itu, SK SNI T-15-
e entuannya menganggap bahwa koJom dengan
--------------
2 9 2 BAB
KOLOM
9 STRUKl UK BAB 9 STRUKTUR KOLOM 293
i 12 batang
12 batang
\
penulangan tidak berdesakan terutama pada titik pertemuan balok-balok, plat, dengan Persyaratan detail sengkang secara rinci tercant .
Semua batang tulangan po'kok harus dilin kuc den u dr dalam pasal 3. 16.10 ayat 5.
ko lom. Sesuai dengan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.9, penulangan pokok al, paling sedikit dengan b-tang 010 8 tg . . an sengkang dan kait pengikat later-
memanjang kolom berpengikat spiralminimal terdiri dari Ej !Jatang, sedangkan untuk C1 • a asan mrnrmum te b t d"b
om dengan tulangari pokok mem . b rse u I erlakukan untuk ko-
kolom berpengi kat sengkang bentuk segi empat atau lingkaran terdiri dari 4 batang, dan anJan atang 032 at 1 b·h ·
ameter tulangan pokok lebih bes I . au e I kec1I, sedangkan untuk di-
untuk kolom de ngan pengikat sengkang berbentuk segitiga minimal terdiri dari 3 batang
tulangan.
SK SNl T-15-1991-03 pasal 3.16.6 menetapkan bahwa jarak bersih antara batang
tulangan pokok memanjang kolom berpengikalsengkang atau spiral tidak boleh kUrang
' ar ainnya umumnya s k .
dari 1,5 d• atau 40 mm. Persyaratan jarak tersebut juga harus dipertahankan ditempat nakan untuk penetapan jumlah batang tulangan baja yang dapat dipasang dalam satu ba
tempat sambungan lewatan batang tulangan. Tabel A-40 pada Apendiks A dapat digu
012, dan untuk kesemuanya tidak , eng ang lldak kurang dari batang batang ter tulangan pokok meman1·ang 48 k 1·gd. gkang p.k.p. tldak leb1h dari 16 kali
016 (lihat Tabel A-40). Jarak spasi tu n; kan ukuran yng lebi.h besar dari diame -
. • a 1 1ameter tulangan 5 k ..
ris, baik untuk kolom persegi maupun bulat. Tebal minimum selimut beton pelindung terkec1I (lebar) kolom Selan1·utnya1syarat
d. k eng ang, dan o1mensi lateral
tu · an bahwa t
langan pokok memanjang untuk kolom berpengikat spiral maupun sengkang dalam SK
Ikat hams dipasang dan diatur sedemikian ru . u angan sengkang atau kait p-'ngi-
SNI T-15-1991-03 pasal 3.16.7. ayat 1 ditetapkan tidak boleh l<urang dari 40 mm. dengan sudut lebih besar dari 1350 S k pa sehmg a sudut-sudutnya tidak dibengkok
tuk menopang batang tulangan pokokemng ang. dan ka1 pengikat harus cukup kokoh
un-
d. . emaniang ba1k yang 1 t k · .
I sepaniang sisi ke arah later-I Untuk ·t b , e a nya d1 pOJOk maupun
a . I u atang tulangan pokok memanjang harus di-
'
pasang dengan jarak bersih antaranya tidak lebihdarUSO mm di e ang i.kolom agar
·· --
BAB ' II""""'"........ ••
dukunggnlatral dapaLbeilangsung-clengan _bai k. Gambar 9.3 . memberikan penga-
9.4
ANALISIS KOLOM PENDEK EKSENTRISITAS l< UCIL
turan pemasangan batang tulangan pokok memanjang, sengkang, dan kait pengikat.
Persyaratan detail penulangan spiral tercantum dalam SK SNI T-15-1991-03 pasal Analisis kolom pendek yang menopan beban a . . .
adalah pemeriksaan terhadap kekuatangm ks" ks1abf eksentris1tas kecif pada h11k•k•l1t"•
3. 16.10 ayat 4, di mana diameter minimum batang adalah D10, dan umumnya tidak .+ a1·r rencana a imum ahan yang tersed· d ,
1a an bfirl'"U• cla
meng gunakan lebih besar darfbatang 016. Jara!< spasi bersih spiral tidak bofeh lebih dari I
80 mm dan tidak kurang dari 25 mm. Pada setiap ujung kesatuan tulangan spiral harus
penufangannya
ditambah
Contoh 9.1.
kan panjang penjangkaran 1,50 kali lilitan. Apabila memerlukan penyambungan, harus Tentkan kekuatan beban aksial maksimum an . .
di pengikat sengkang dimensi 400x400 y. g tersed1a pada kolom persegi dengan
lakukan dengan sambungan lewatan sepanjang 48 kali diameter dan tidak boleh kurang
ha 300 mm, bila per1u diperkuat dengan pengelasan. Keseluruhan penulangan spiral
dari · ' mf712, tulangan pokok 8029 sengka110 010 :;o -
llmut beton 40 mm 1bersi"J..) be kr ,
,, ,,, rupa U10m pendek f. ' - 25 M , ,
rus dilindungi dengan selimut baton paling tidak setebal 40 mm, yang dicor menyat de baik untuk tulangan memanjan m , c - . Pa, mutu baja fy ·-:- 400 MPa
ngan baton bagian inti. Lilitan tulangan spiral harus .diikat kokoh pada tempatnya, dan kangnya. g aupun sengkang. Penksalah juga kekrLc:i:an seng-
be tul-betul terletak pada garisnya dangan menggunakan pengatur jarak vartikal.
Rasia penulangan spiral Ps tidak boleh kurang dari persamaan barikut ini: Penyelesaian
Periksa rasio penulangan memanjang,
p5 minimum= 0,45 ·r AA: (SK SNI T-15 -1991-03 pasal 3.3.
9.3) P = Ast = -
-1 ) f f:'
g. . (400)2 - 0, 033
... .
---------------- ,!,
--
2 9 6 BAB 9 sTRUKTUR
KOLOM
BAB 9 STRUKTUR KOLOM
297
Ag periu Pu
0,85 rp {o, 85 fc' (1-Pg) + fyPg }
Gambar 9.4. Sketsa Contoh 9.2
o6ngan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan bentuk dan ukUran
kolol11berdasarl<an rumus diatas, banyak kemungkinan sorta pilihan sahihyang dapat me
menuhisyarat 1<e1<Uatan untuk menopang sembarang beban P.,. Untuk nilai Pg yang
lebih keell memberikan hasil Ag lebih besar, demikian pula sebaliknya. Banyak
40 nm
pertimbangan (bef'Slh)
400
dan faktor lain yang berpengaruh pada pemilihan bentuk dan ukUran kolom, diantaranya
ialah pertimbangan dan persyaratan arsitektural atau pelaksanaan pembangunan
yang menghendaki dimensi struktur seragam untuk setiap lantai agar menghemat
acuan kolom
CReonnctaenhak9a.n3 k.olom berbentuk bujur sangkar dengan pengikat sengkang untuk meno- .
pang beban kerja aksial, yang terdiri dari beban mati 1400 kN dan beban hidup 850 kN, kolom pendek, fc' = 30 MPa, fy = 400 MPa, gunakan Pg= 0,03.
0ke1lgiluinnakan satu macam ukuran batang tulangan b ·a d .
g sengkang, untuk itu dipilih batang tul aJ an d1pasang merata di sepanjang
P eny elesaian
Kuat bahan dan perkiraan pg telah ditentukan. merupakan kelipatan empat. Gunakan 8 b angan sedemikian rupa sehingga jumlahn
Saban rencana terf aktor adalah: Pu= 1,6(850) + 1,2(1400) = 3040 kN Tabel
b .k A-40 didapatkan ek entuan
t bahwa atang
pen tulangan baja 029 (A
st -
- 528
4 mm2) ya
Dari
Luas kotor penampang kolom yang diperlukan adalah:
en an lebar diameter inti maksimum 320 ggunaan 8 batang tulangan baja 029
Ag perlu = Pu ,;,e canakan tersebut memenuhi syarat. mm, dengan demikian penulangan yang
0, 804>{0, 85 fc' (1-Pg ) +f yPg } dire :
3
- 3040 (10)
- 0,80(0,65){0.85(30){1-0,03) + 4(X) (0,03)}
Meencanakan tulangan sengkang .
DanTabel A-40, pilih batang tulan .
Jarak spasi tidak boleh leb"h b g _baJa 010 untuk sengkang.
g:
1 esar dan-
48kali
16 kalidiameter
diameterbatang
batangtulan =
tu.Ian sengkg 48(10) = 480 mm
Ag perlu = 159144 mm2. Ukuran kolom arah terkecil (legb memanJang = 16(29) = 464 mm
Ul<Ur'?fl kolom bujur sangkar yang diperiukan menjadi:v'( 159144) = 399
Gunakan batang tulangan b . D ar)= 400 mm
mm
Tetapkan ukuran 400 mm, yang dengan demil<lan mengakibatkan nilai pg akan kurang se- p en·ksa susunan aia 10 untuk sengkang, dengan jarak s .
tulan
Jarak bersih batangtut! k T hang denga mengacup== · :, ·
dikit dari yang ditentukan pg= 0,03. 112{400 - 80 - 20 -3(29 - " an pada s1s1 kolom
Ag aktual = (400)2 = 160000 mm2 adalah: . .
Nilai perkiraan beban yang dapat disangga oleh daerah baton (karena Pg
berubah): Dengan demikian tid k rf }} - 10o,5 mm < 150 mm
a pe u tambahan bat ·
Behan pada daerah beton = 0,80q,(0,85fc')Ag (1 -pg) mana yang ditentukan daJam SK SNITang peng1kat tulangan pokok kolom
Skets -15-1991-03 aJ
b .
se aga1-
= 0,80(0,65)(0,85)(30)(160000)(1 - 0,03)(10)-3 a perencanaan seperti terlih t . . d pas 3.16.10 ayat 5.3 I
a pa a Gambar 9.5. ·
- = 2058 kN 1!
Dengan demikian. beban yang harus disangga oleh batang tulangan baja Contoh 9.4.
adalah:
3040 - 2058 = 982 1
dipersoalkan
Rancng ulang kolom yang u1at dengan il
kN
Kekuatan maksimum yang disediakan oleh batang tutangan baja adalah 0,804> "' peng1kat spiral. pada Contoh 9.3, sebagai kolom b
A, mal<a
tuas penampang batang tulangan baja yang diperiukan dapat dihitung sebagai berikut:
1 1
KOLOM I/'
111
gunakan spiraJ dengan jarak spasi 80 mm, jarak spasi bersih lilitan spiraJ tidak lebih dari
80 mm dan kurang dari 25 mm,
Ag pertu = o,asq,{o.as fc' (1-pg) +fy A1} Jarak spasi bersih = 80 - 13 = 67 mm
3 Sketsa perencanaan seperti tampak pada Gambar 9.6.
·. 3040(10)
Dari pembahasan di atas dapatlah disusun ikhtisar baik untuk anaJisis dan perencanaan
kolom pendek eksentrisitas kecii sebagai berikut:
- 0,85(0,70){0,85@0) (1-0,03)+ 400. 03)}
y
. . d" leh dengan cara memberikan nilai Ps(mlnJ untuk Ps·
5) Menghitung beban yang dapat didukung oleh baton dan batang tulangan pokok me
Jarak spast maks1mum tpero 4A 4(1327)
4A sp ' = 88,2 mm manjang. Tentukan.luas penampang batang tulangan baja memanjang yang diperlu
p aktual = !E. sehingga Smaks- p 350(0,0172 kan, kemudian pilih batang tulangan yang akan dipakai.
0c )
s (
mln) De s
' 6) Merancang tulangan pengikat, dapat berupa tulangan sengkang atau spiral.
s I 1
7) Buat sketsa rancangannya.
f.beba
I I kemungkinan terjadinya gaya bolak-balik pada struktur. .
I P. I P. u ll atau gempa. Seperti yang telah d'bah ' m1salnya karena arah gaya angin
ak s ia J + tris nominal atau teoretis untuk satuas pada bab-bab terdahulu, kuat beban aksial sen-
momen le n t ur
I .
!
pakan penjumlahan kontribusi kuat be= P k olom pda hakekatnya adalah meru
Luas penampang tulangan baja Ast adalah j ml dan kuat tulangan baja st fy-
O=U'
angan pokok memanJang.
t
J=D I
(a)
I
(b) (c)
I
aksial Pu pada sumbu dan momen, Mu =P i13, bekerja serentak bersama-sama seperti tam - Karena yang bekerja adalah beban sentris dian . tul
tulangan pokok memanJ·ang menah • d ggap Kesaluruhan penarnpang tennasuk
pak pada Gambar 9.7.c. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila suatu pasang- an gaya esak secara mer t D ..
an momen rencana terfaktor Mu dan beban rencana terfaktor Pu bekerja bersama-sama pa da penampang seperti ini tidak terd apat gans. a a. enga11 sendrnnya pa-
netraJ yang m · ahk
daerah tekan. Apabila beban aksial tek b k . . em1s an daerah tarik dan
· an e eria eksentns terhad b
Iah t1mbul tegangan yang tidak merat a pada penampang
·
bahk
ap sum u kolom baru-
d . .
tertentu dapat mengakibatkan timb I . ' an pa a nliru eksentrisitas
kolom terbagi menjadi daerah tekanudnyat tkgadnga _tar1k. Dengan demikian penampang
an an , em1k1an pula t 1
dakan sebagai tulangan baja tekan (A ') an d" . ugas penu angan baja dibe-
tarik (As ) yang dipasang di daerah tari g ipasang d1 daerah tekan dan tulangan baja
da suatu komponen struktur tekan, hubungannya dapat dituliskan sebagai berikut: Berdasarkan regangan yang terjadi pada batan .
. Mu atau keruntuhan penampang kolom da at dib g tul.ana baJa, awaJ kehancuran
n
e =- berikan variasi kombinasi beban lentur dan beban aksial dalam banyak cara. Apabila dike hendaki
Pu eksentrisitas yang semakin besar, beban aksial Pu harus berkurang sampai suatu
Untuk suatu penampang tertentu, hubungan tersebut di atas bemilai konstan dan mem
hancuran karena tarik, diawali dengan ,,uhn edakan men1ad1 du kondisi, ialah: (1) ke Keadaan penampang kolom penulangan sei
karena tekan diawali dengan h b ya batang tulangan tank, dan (2) ditetapkan definisinya untuk balok pada 8 b 2 m ang adalah sama seperti yang telah
kehancuran mikian sehingga letak garis netral t t da y g lalu. Jumlah tulangan baja tarik sede-
' ancumya eton tekan
nilai sedemikian rupa sehingga kolom tetap mampu menopang kedua beban, beban aksi epa pa a posis1 saat man k t · ·
an regangan luluh pada tulangan ba·a t 'k a a an erJad1 bersama-
secara
al Pu dan momen Pue. Sudah barang tentu, besar atau jumlah pengurangan Pu yang di Kondisi keseimbangan regangan tel bant dan regangan baton desak maksimum 0 003
rse u menempati · · . · ·
perlukan sebanding dengan paningkatan besarnya eksentrisitas. pembatas antara dua keadaan pen k pos1s1 pentmg karena merupakan
ampang olom baton b rt t
Dengan demikian kekuatan suatu panampang kolom dapat diperhitungkan terha cara hancumya, yaitu hancur karena ta k d h e u ang yang berbeda dalam
dap banyak kemungkinan kombinasi pasangan beban aksial dan momen. Kuat lentur pe n an ancur karena tskan. Dengan demikian kon-
nampang kolom dapat direncanakan untuk beberapa kemungkinan kuat beban aksial
yang berbeda, dengan masing-masing mempunyai pasangan kuat momen tersendiri.
Namun demikian, mekanisme tersebut tetap harus menyesuaikan dengan ketentuan SK
SNIT-15-1991-03, mengenai batas maksimum kuat beban aksial kolom, Pn(mai<sJ .
.,. b E.
nempatan tulangan yang dipasang. Penulangan simetris juga diperlukan apabila ada Gambar 9.8. Keadaan kese1·mbangan regangan - penampang kolom persegi
II
BAB 9 STRUKTUA KOLOM 305
304 BAB 9 STRUKTUR KOLOM
= eb- Apabita terdapat menerapkan eksantrisita·s tambahan pada eksentrisitas awal gaya normal kolom.
n a batang tulangan tarik. Saperti tela dtkmk:da saat e
eb f e>
Sehingga kepada eksentrisitas awal, gaya normal kolom masih harus ditambahkan pula
eksentrisitas-eksentrisitas tam
cr karena tekan ke hancur karena tank teriad arik yang diawalidengan luluhnya bahan, masing-masing untuk memperhitungkan pengaruh tekuk, ketidk-tepatan sumbu
batang atau Pn< Pnbo akan terjadi kehancuran karen ang persegi saperti pada
Gambar 9.8,
tulangan tarik. Oengan menggunakanbpekan·p
kaadaan keseimbangan regangan mem en 003 ·
O kolom terhadap sumbu sistem, dan untuk memperoleh peningkatan keamanan bagi ko
Co _..,;'·.;... -
d = 2-+ o, oo3 lom-kolom dengan eksentrisitas awal yang semakin kecil. Apabila menurut hitungan
Es suatu kolom secara teoretik hanya mendukung gaya aksial sentris, eksentrisitas
. . - 200 000 MPa. maka tambahan ter sebut tetap harus diperhitungkan. Demikian pula peraturan-peraturan
didapat: dengan mamasukkan mlat Es - . 0, 003 baton dari berbagai negara lain juga memberikan ketentuan sama, bahwa komponen
(d) - 600 (d)
tekan struktur harus di rencanakan dengan menerapkan eksentrisitas awal minimum
Cb = f - 600+fy tertentu. Ketentuan terse but dimaksudkan sebagai jalan tengah untuk mendapatkan
y +0,003
200000 pengurangan kuat rencana beban aksial penampang kolom pada beban tekan murni.
Pengaruh syarat penggunaan eksentrisitas awal minimum tersebut dengan sendirinya
keseimbangan gaya-gaya mensyarpataNn: + No2b -
memberikan pembatasan terha
NTb dap kuat tekan aksial nominal maksimum.
b- D1b
di N01b _-o• 85 fc'ab= 0,85 fc'B ,cob Seperti yang telah dibahas pada Bab 9.2, kuat beban aksial nominal maksimum di
mana, No2b= As'fy berikan melalui persamaan (3.3.1) dan (3.3.2) SK SNI T-15-1991-03. Kedua persamaan
Nrb = As fy I I h pada keadaan keseimbangan regangan, tersebut memberikan batas bahwa apabila terhadap suatu komponen struktur kolom pe
maka:
apabila bajatulangan tekan telah me u A '(f - 0 85 f ') Pb= Noth (d -:.112. a- ante pertawanan penampang kolo tar
No2b - s Y ' c . ••
. b an gaya-gaya meniadt. Titik pusat plastis merupakan t1t1k ta ng wa betonnya ditegangkan teratur sampai men-
demikian persamaan kese1m ang ,
A f
hadaOb8e5b' : 1 :i g an teratur juga hingga f y-
dengan Pb= 0,85 fc'B1cJJ + As'(fy- 0,85 kfc ) - apyang simetris ti1ik cpa1 , c .....,
pusat
. . "k t plastis dan untu pen . ya
Eksentrisitas eb diukur dan t1t1 pusa . ng Keseimbangan rotas1 gaya-ga
. h t ngah tinggt penampa . .. b g an-
plastisnya berada d1 tenga - e . mbilmomen terhadap tit1k se aran '
dalam pada Gamb- .8 dipenuh1eg a i tkan persamaan sebagai
berikut: daikata diambil dan titik pusat plastis d") N (d- d'- d") +
NTb d •
ngaruh kelangsingan diabaikan, kuat aksial nominal maksimum Pn(maksJ tidak
boleh mele bihi 0,80 P 0 untu!(\ kolom berpengikat sengkang, dan 0,85 P0
dengan pengikat spiral. Degan ketentuan tersebut, berarti sekaligus diberikan
pula pembatasan eksentrisitas mi
nimum yang harus diperhitungkan. Untuk kolom dengan eksentrisitas besar,
kedua per samaan tersebut tidak lagi dapat digunakan. Sedangkan untuk
komponen struktur kolom dengan rasio kelangsingan cukup tinggl memerlukan
peninjauan pengaruh tekuk terha dap panjangnya. Evaluasi pendekatan dengan
pembesaran momen terf aktor harus diper hitungkan dengan menggunakan
eksentrisitas minimum sebesar (15 + 0,03h} mm, baik untuk kolom berpengikat
sengkang maupun spiral terhadap masing-masing sumbu utama secara terpisah.
Kekuatan nominal Pn yang diperoleh tidak boleh melampaui niiai Pn(maks) Hal yang
terakhir ini akan dibahas lebih lanjut pada Bab 9.13 di belakang.
Eksentrisitas minimum dapat ditimbulkan oleh kekangan di ujung
komponen kare na sistem menggunakan hubungan monolit dengan komponen
struktur lainnya Sedang kan eksentrisitas tidak terduga dapat timbul akibat
pelaksanaan pekerjaan di titik-titik buhul
306 BAB 9 STRUKTUA
KOLOM
Contoh 9.5.
Tentukan kuat beban aksial "'P
b rb . ,, n suatu kolom persegi den .
e aga1kondisi berikut: (a) eksentrisitas kecil b gan en1kat sengkang
\
kolom
melendut untuk daan penampang seimbang Dim . , (, ) momen mum1, (CJ e =
125 mm {d) kea-
1 --j lendutan portal
Merupakan k u:".:' lisis yang mirip dengan Contoh 9.1 dan 9.2 terdahuiu.' I
yang tidak sempuma sehingga terjadi pergeseran sumbu sistem bangunan ataupun n 'f' n(maks)
aki bat penggunaan bahan berbeda mutu. Dengan berbagai pertimbangan tersebut, j
:::: 0,80'})[0,BSfc'(Ag - Asr)+ fy Astl
peren canaan kolom umumnya didasarkan pada momen akibat dari beban aksial
dengan eksen trisitas yang ralatif besar. Bahkan sering dijumpai kolom dalam
bangunan gedung yang menopang balok sama besar sebelah-menyebelah dengan
bentangan sama, tetapi ko lom menerima beban tidak sama berat dari kedua balok
: ( 65)[0,85(30)(175000 - 3963,2) + 400(3963,2)1(10)-3
I
karena pola beban hidup yang berbeda. Dengan beban tidak seimbang atau tidak b) Momen mumi :
sarna tersebut, berarti kolom harus menopang baik beban aksial maupun momen Merupakan kasus di mana eksentrisitas beb .
seperti yang tampak pada Gambar 9.9.a. Oen9an demikian jelas bahwa eksentrisitas nya bernilai nol, dicari kuat momen M an tak terhmgga. Karena Pu dan Pn kedua-
beban melampaui batas definisi eksentrisitas Dengan mengacu pada Gamb; 9 10 d . .
kecil seperti yang telah dibahas di depan. Contoh lain dari kolom yang harus men murni, batang tufangan b::ii ,· . , perlu d1perhat1kan bahwa dalam kasus mo-
menopang
meru k b a s1s1
sekaligus beban aksial dan momen adalah seperti tampak pada Gambar 9.9.b. Pada
bekerja (sesuai arah momen} ...,a yang etaknya pad · ·d" · mana resultante beban
ke
dua contoh tersebut, kekakuan titik buhul memaksa kolom unt9k berputar mengikuti berhadaan lainnya merupakan bat g ri:.t kn, sedangkan yng berada pada
(ber sisi ya-gaya. JUmlah gaya tarik selalu ha . angka memenuh1 keseimbangan ga-
sama) ujung balok yang didukungnya, di mana balok melentur atau melendut dikarena - rus sama dengan JUmfah gaya tekan.
kan beban yang bekerja. Perputaran akan menimbulkan rnornen pada kolom. Contoh
keti ga, dan merupakan contoh praktis, dijumpai pada struktur konsol pendek sistem
pracetak seperti terlihat pada Gambar 9.9.c, di mana tampak jelas bahwa reaksi
terhadap beban dari balok yang rnerupakan beban aksial bagi kolom, eksentris
terhadap sumbu kolom.
c
' I s"'ikan persamaan tersebut didapatkan nilai c= 77
mm denaan menye e Nr = fs As = £sEs As = 600(d -c){As)
sela-njutnya didapatkan, c
600 (440- c) (1 1188960 (440-c)
, 600(77-001 = 132,47 MPa (tekan)
fs = 77
= c 981,6) = c .
masing-masing gaya adalah: - 0 85(30)(0 85)(77)(350)(10)-3= 584,141 Keseimbangan gaya, L:(gaya) =
0, lihat Gambar 9.11:
kN
Not = 0,85fc' (,B)cb- ' ' ·- 085(30)(1981 ,6)(10)-3= - 50,531
Pn.
11.1
1vo1+ N 02 - Nr =7-c.:1862!-) c + "17 42109 _ 1188960.(.4.40- c)
kN
Seton ditempat1 baia = 0,85fc As - ' . c
- f 'A '= 132 47(1981,6)(10)-3 = 262,502 kN
N02 - s s ' Keseimbangan momen terhadap N,., L:(mcmen) = O:
N - 50 531 + No2 = 796, 112 kN Pn (315)= Nodd-112a) + No2 (380}
01 Q)-3 - 792 64 kN
fy As= 400( 19816•) (1
I
Nr - ' dan Nr
=
diabaikan.
• - ·h kecil antara hasil (N01- 50,53 1 + No
kesalahan berupa se1 ISi - }60 'k
Kopel momen dalam: _ [ 0--0, ( )(n)](1o)-3 = 237,906 R· ,,
41 kNm 85 112
44 n(2]- - 237 906 + 80,549 = 318,455 kNm
M,.,(1)= Not Z1= 5842,1502 - 50,531)(380)(10)-3= 80,549 kNm Mn = Mn(1J + Mn(2J - • k t tuk kolom berpengikat sengkang 0,65
M - No2Zz- (26 •
'.• ..._ tegangan dan.
12sj I u . ,.,_ "' 1315 4401
Oengan menggunakan
f ktor.reduksi ke ua an un 3T-15-1991-03 pasal 3.2 t 6Qi'
. 2(b)
a SK SNI . aya ,
dan untuk kasus ini mengaba1kan 350 gaya-gaya
(b)
ketentuan (a) (c) (d)
1
{ ( 0,85C ) + 742109(380)\·
Pn= - 7586,25C 440- )
315 but diatas menghasilkan persama
- d ·kedua persamaan terse . ·t ·c- 380 mm.
Penyetasajan untuk p n an "k nyetesaian iterasi akan 1dapat "' al -:_ 3436
kN. pangkat tiga dari C, dan danan teI.,pe ke da\am persamaan d1dapatkan pn -
Oengan ni!ai c= 380 mm. d1subtttu a N tegangan dan
sehingga: 9 Pn= 0,65(3436) - 22
350 J gaya-gaya
(d)
(a) (b) (c)
Pemeriksaan temadap anggapan awal :
I 0,003(380-60) = 0, 0025 Gambar 9.12. Conteh 9.5(d) - Keadaan seimbang
gs ::: 380
Sesuai dengan Gambar 9.12, besaran gaya-gaya termasuk memperhitungkan N02 seba
£ = 0,00207 gai pengurangan gaya tekan baton yang ditempati tulangan baja, sebagai berikut:
rena ss'> syr maka fs'= fy tutangan baja yang letaknya bukan di No 1 = 0,85(30)(0,85)(264)(350)(10)-3= 2003 kN
Oengan berdasarkan padaltak garis netal :gan tarik, dan tegangannya adalah: No2 = [400 - 0,85(30)](1981,6)(10)-3 = 742 kN
daerah di mana beban bekeqa bertaku se a . Nr = 400(1981,6)(10)-3 = 793 kN
600 (440-380J= 94,74 MPa <400 MPa maka, Pb = N01+ N02 - Nr= 2003 + 742 - 793 = 1952 kN
fs = 380 ·
an awat terpanuht. .
Oengan demikian maka semua anggap. ·1 125 mm sebagaibenkut: Nilai eb didapat dangan cara menjumlahkan seluruh momen terhadap garis kerja gaya
pada eksentns1 as • N
Menentul<an 1<uat momen 279125 kNmm = 279, 125 k m . tarik Nr(keseimbangan momen terhadap Nr). sebagai berikut:
MR= t? Pne= 2233(125) = k I mempunyai kombinas1 pasangan Pb ( eb + 190)= N0 ,[ d -112(0,85 cb )] + N02 (380)
Dengan hasiltersebut dapat disimd ldkan =
bo:sial t/1 p n 2233 kN. dan kuat 1952(eb+ 190)= 2003{440 - 1/2(0,85)(264)] + 742(380) ,I
mo-
. men yang ter b Penyelesaian persamaan menghasilkan eh= 291 mm, maka pada keadaan seimbang:
beban aks1 al bekerja terhadap sum u y- I
d
an moin y. I
Kuat Beba.'"I Skala sumbu vertikal (beban aksial) dan horisontal (momen) adalah merupakan bi
AKslaJ
= ;Pn langan-bilangan yang terkait dengan nilai ¢ Pn- Dalam hal ini,contoh diagram pada
(l<N) Gambar
9.14 menggunakan bilangan-bilangan tanpa dimensi. Diagram digunakan untuk menen
tukan kuat beban aksial kolom dan sekaligus kuat momen yang sesuai. Dengan demikian
9="' fungsi diagram adalah sebagai alat bantu analisis, sedangkan dalarn perencanaan untuk
Kuat Momen = ti Pn e (kNm) ---- membantu langkah coba-coba.
Gambar 9.13. Diagram lnteraksi Kofom Diagram-diagram dibuat untuk potongan melintang kolom dengan b, h, dan i' ter
tentu, dan hanya diperuntukkan untuk mutu dan kekuatan bahan yang ditentukan. De
ngan sendirinya harap dicatat bahwa untuk mutu beton dengan fc'>30 MPa. maka sesuai
Nilai q,Pnimaks)• yang dihitung pada analisis bagian (a), didapatkan dengan cara me dengan ketentuan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.2 ayat 7 harus dilakukan modifikasi ni
narik garis mendatar memotong diagram. Garis radial dari titik (O,O) menggambarkan lai {3! yang sesuai. Umumnya batang tulangan baja dipasang simetri sama pada masing-
berba gai eksantrisitas, karena pada kenyataannya kemiringan garis ini sama dengan: ma sing sisi, atau 114 dari total untuk setiap sisi. Faktor reduksi kekuatan yang sesuai SK
dJ p 1
-·-"- atau - SNI T-15-1991-03 sudah diperhitungkan di dalam diagram sehingga tidak perlu
<P Pn e e disertakan lagi dalarn perhitungan. Untuk kolom dengan bentuk penampang bulat juga
Sudut yang menggambarkan eksentrisitas yang dimaksud adalah sudut terhadap sumbu dapat dibuatkan diagramnya. Agar didapatkan gambaran cara penggunaan yang lebih
tegak diagram ( e =
O). Perpotongan antara garis e =
eb dengan diagram adalah titik jelas, berikut diberi kan contoh-contoh perhitungan dengan menggunakan diagram-
keada
diagram tersebut.
an seimbang. Exsentrisitas yang lebih kecil dari eb akan memberikan keadaan di mana
gagalan kolom ditentukan oleh kegagalan tekan, sedangkan sebaliknya untuk eksntns1-
tas yang lebih besar dari eb akan memberikan keadaan di mana kegagalan kolom
C onteh 9..6. I r
Dengan menggunakan diagram·-diagram dan berdasarkan peraturan SK SN/ T- 15-1991-
d1tentu-
03, dapatkan kuat beban aksial <P Pn untuk kolom dengan potongan melintang seperti
kan oleh kegagalan tarik. tampak pada Gambar 9. 15 dengan eksentrisitas 120 mm, fc'=30 MPa, fy =
400 MPa. l[,1
Contoh 9.5. di atas adalah contoh analisis, di mana tampak bahwa perhitungan be- i!i
ban kolom pada eksentrisitas besar memakan waktu. DemikiaA pula yang dihadapi dalam I
Penyelesaian 'I
perencanaan penampang kolom, di mana perhitungannya menggunakan cara coba-coba
Pertama-tama tentukan diagram mana yang akan dipakai sesuai dengan jenis potongan
I
yang rumit dan panjang. Dalam rangka memperpendek perhitungan telah banyak dikem
melintang kolom, kekuatan bahan, dan faktcr y .
bangkan berbagai cara hitungan dengan menggunakan alat bantu perencanaan atau ana yh = 360 mm
lisis, yang dapat berupa daftar,diagram, atau nomogram. Pada prinsipnya diagram- r =
3601500 = o,72 '1"
diagram Kedua diagram pada Gambar 9.14 masing-masing untuk nilai y = O,70 (diagram (a)) dan y
tersebut mengambil bentuk dasar diagram interaksi kolom seperti yang sudah dikenal pa = 0,75 (diagram (b)).
da Gambar 9.13, tetapi kemudian dimodifikasi sedemikian rupa sehingga .dapat
digunakan untuk berbagai keadaan yang lebih luas dan umum.
314 BAB 9 STRUKTUR KOLOM
311
f '\
8 STRlJKllJn KOi OM
oo_..,.......,. ,.'"""'T'",..,.,,...,..,...,....,,,..,"T"l"",,,.-r:r-:D: :I-A:G-:
R7AM.:::I:'N.:T::E:R; AKSlKOlOM:;-, FE '
Yr
°'
{[I
l--<1--'+;,--+e--+---t---t-;'""t:r.,..-., " " "
fe' • 30 MPa 1 l
J.-.l..-.+...>..+-"+-++r-t--+--if'"4-rr-! : -
l-4 'r-l--ti'-+-t:f-t-t-.'liI fl P
L.,J... _ l
Penyelesaian kasus Contoh 9.6 ini menggunakan diagram (a), bukan interpolasi
antara kedua diagram.
. Ast 3963
Pg = Ag 500@60) 0, 0220
diperoleh hasil yang lebih tepat lagi. 'untuk mencari kuat beban dan mornen untuk
eksen
trisitas yang berbeda pada kolom yang sama dengan menggunakan diagram, bukan lagi
merupakan kesulitan karena p9 nilainya tetap.
Contoh 9.7.
Dengan menggunakan diagram {b) dari Gambar 9.14, tentukan nilai gaya aksial. momen,
0 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0.70 0,80 0,00 1,00 dan rp Pn(maJcsJ untuk kolom dari Conteh 9.5.c dengan e = 125 mm.
P" x..!...
, 0,85 1 d'-g ti
(b)
Gambar 9.14. Diagram lnteraksi untuk perencanaan kolom
316 BAB 9 STRUKTUR KOLOM
BAB 9 STRUKTUR KOLOM 317
Peny elesaian . - ·.
Dari Conteh 9.5 didapatkan Pg = 0,0226. Dengan menggunakan kurva interpolas1 antara efisien, kadang-kadang diperlukan menggunakan prosedur pendekatan yang lebih
·1 · - o 02 dan o 03 yang berpotongan dengan garis ( e/h), diagram (b} prak tis sebagai penuntun awaJ. Untuk kolom penampang bulat misalnya, dalam
Gambar 9.14, m aJ Pg - ' ' · tk ·
kemudian titik potong tersebut diproyeksikan pada sumbu tegak akan d1dapa an. menghitung gaya tahanan nominaJ Pn pada eksentrisitas tertentu menggunakan
keseimbangan mo
Pu 0, 77
men dan gaya-gaya sama seperti pada penampang kolom persegi empat. Persamaan ke
cp 0, 85 fc' Ag
seimbang an berbeda dalam hal: {1j bentuk luasan tartekan barupa segmen lingkaran,
sehingga, . dan (2) batang tulangan baja tidak dikelompokkan dalam barisan tekan atau tarik yang
t; Pn = 0,77(0,65)(0,85)(30)(175000)(1Q-3) = 2233,48 kN
seja jar, dan tertetak di sepanjang bagian tepi sekeliling lingkaran kolom, sehingga gaya-
Proyeksi titik potong kurva Pr;dengan garis ( elh) pada sumbu mendatar mendapatkan:
gaya dan tegangan yang terjadi pada masing-masing batang tulangan harus ditinjau
Pu x!= 0,1925 satu-per satu. Luas dan titik berat sagmen lingkaran daerah tekan harus dihitung secara
q, 0, 85 fc' Ag h matemaiis sehingga memerlukan kecarmatan. Perhitungannya membutuhkan ketelitian
sehingga, Pu(e} =4P Pn (e)= 0,1925(0,65)(0,85)(30)(175000)(500)(1 ) dan mema kan waktu.
= 279,185 kNm Apabila dapat menggunakan hasilagak kasar, pendekatan dilakukan dengan meng
Sedangkan nilai tfJ Pn(maks) didapat dengan cara mencari perpotongan antara sumbu tegak gunakan metode luas penampang kolom persegi ekivalen. Penampang bulat ditransfor
dengan kurva interpolasi {Jg yarig sesuai, didapatkan: masikan menjadi kolom segi-empat ekivalen. Agar kehancuran kolom ditentukan oleh ga
Pu 1,067 ya tekan, ekivalensi dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
cp 0, 85 fc' Ag 1) tebal penampang ke arah lenturan diambil 0,80h, di mana h adalah diameter luar
sehingga, q,Pn(maks) = 1,0?7{0,65)(0,85)(30)(175000)(1Q-3} = 3095 kN kolom bulat,
2) lebar l,<olom segi-empat ekivalen b, adalah:
Ag
Harap diperhatikan bahwa pada diagram-diagram tersebut, garis horisontal yang b= 0, 8 h
mewail.i seb · ·1 • "' p memotong kurva kekuatan yang sesuai kurang 3) luas tulangan total A 5,ekivalen ditentukan dengan cara menempatkan seluruh tu!ang
n(maks)
f Pa \ { _!!
(Po -Pu) = \ Pb -1(u \ eb J
Po = PuH -1) :.}
Dari hubungan tersabut kemudian didapatkan rumus end.aka.tan nilai Pu suatu
penam pang kolom pada keadaan hancur karena tekan sebaga1 benkut.
Pa
:; t kt ang dibebani kombinasi lentur dan aksial tekan. Untuk kuat rencana 4J P u
sdi n l rterkecil antara 0,10 fc' Agdan cp Pb, maka rasio pen.ulangan P komponen
1:k ;"a::'k ;!n en
r/J =0,80 - 0 '1 fc I A . 2! 0,65
i=lk . ·1 . 0 75
Persyaatan erdsebut s: dari d nk I
penampang yang mengalam1 lentur tanpa beban a s
3
diawali g
_ 0, 15
1 P
boleh melampaw rn al • Pb kt menahan Untuk kolom dengan pengikat spiral:
3 :
0
Pada persamaan-persamaan tersebut di atas Pu = ;Pnr dan apabila <P Pnb < 0,1Ag fc',rnaka
pada persamaan untuk kolom dengan pengikat sengkang, nilai 6,1Ag fc' diganti dengan
1 ap abila m= fr
0,85 fc' b
d
an p= p'= b'd
A
BAB 9 STRUKTUR KOLOM 32 3
0,65 Pnbt sedan'gkan pada kolom.dengan pengikat spiral diganti dengan 0,70Pnb- maka persamaan untuk Pn dapat disusun ulang, dan diperoleh hasilsebagai berikut:
Pn= 0,85fc'ba
Conteh 9.8.
Keseimbangan momen terhadap pusat plastis atau titik berat geometris, dari mana jarak Suatu kolom degan engikat sengkang seperti tampak pada Gambar 9.18 menahan
eksentrisitas e ditentukan, l.(momen) = 0, menghasilkan persamaan sebagai berikut: gaya desak aks1al dn beban mati 290 kN dan beban hidup 550 kN. Eksentrisitas 9a a
terhadap pusat plast1s 400 mm. Beton normal t. ' = 30 MPa f. - 400 MP R y
l
n ' c
3963 2
• =0,0172
p 500 (46q Pemeriksaan tegangan pada tulangan tekan :
Pemeriksaan p'fl terhadap beban pada keadaan seimbang 2618(10) -3 -
205
;Pnbt a -0,85 (30)(50q - mm
- 600 (d) = 600(460) = 276 mm a 205
c= -= --= 242 mm
Cb - 600+fy 600+400 A o.as
= p1cb= 0,85(276) = 234,6 mm
242- 40)
, 0,003(200000)(276-40) 513 MP >t ::400 fs' = 0,003(200000)( = 500 MPa >fy = 400 MPa
MPa 242
276 y
maka di dalam perhitungan selanjutnya digunakan fs'= fy
dengan demikian tegangan dalam tulangan tekan sudah mencapai luluh, sesuai anggap
Pnb = 0,85fc'a,,b+ A 5 'fy - As fy an semula.
= 0,85(30)(234,6)(500)(10)-3= 2991 kN Seperti apa yang didapat di atas, bahwa Pu = 1228 < <P Pn= 1702 kN, maka perencanaan
q,Pnb = 0,65(2991) = 1944 kN > 1.1= 1228 kN . . . penampang kolom memenuhi persyaratan.
dengan demikian kolom akan mengalami haneur dengan diawal1 luluhnya tulangan
tank.
Merencanakan sengkang,
Dengan menggunakan batang tulangan 010, jarak spasi sengkang ditentukan nilai terke
Pemeriksaan kekuatan penampang : cil dari ketentuan-ketentuan berikut ini,
dengan nilai-nilai berikut: a. 16 kalidiameter tulangan pokok memanjang (029) = 464 mm
p = 0,0172 b. 48 kali diameter tulangan sengkang (010) = 480 mm
400
1 69
m = 0, 85(30) 5, c. dimensi terkecilkolom=500 mm
maka digunakan batang tulangan sengkang 010 dengan jarak 460 mm.
h -2e = 500-800 =
-0,33
2 d 920 C on teh 9.9.
0,913
Pn =0,85(30)(50Q(46Q [-o,33+J0,11+ 2(15,6 (0,0172) .913) )(10)-
bruto Pg adalah 2% dan selimut beton efektif d' = 70 mm. Beton normal, fc' = 35 MPa, ty =
= 2618 kN 400 MPa. Rencanakan penulangannya.
¢Pn= 0,65(2618) = 1702 kN > 0,1A1fc'= 0, 1(250.000)(30)(10)-3= 750
kN
.'ru= 0, 003< Penyelesaiali
maka, f)enggunaan nilai <P = 0,65 dapat diterima.
Momen dan gaya aksial rencana :
3
Pu = 1600 kN = Mu 185 (10)
Mu = 185 kNm 116 mm
Pu 1600
8
Pemeriksaan Pu terhadap beban seimbang Pua : b. 48 kali diameter tulangan sengkang (010) = 480 mm
c. dimensi terkecii kolom = 400 mm
d = 400 - 70 = 330 mm
maka digunakan batang tulangan sengkang 010 dengan jarak 400 mm.
600(339 198 mm
Cb - 600+ 400
Contoh 9.10.
/31 = 0,85 - 0,008(35 - 30) = 0,81
ab = f31c= 0,81(198) = 160,4 mm Suatu kolom bu/at dengan pengikat spiral seperti tampak pada Gambar 9.20 menahan
. . f gaya tekan aksial rencana Pu = 410 kN. Eksentrisitas gaya terhadap pusat plastis kolom
, - 198-70 (0 003) = 0,0019 < _L pendek tersebut e = 410 mm. Beton normal fc' = 30 MPa, fy 400 MPa. Rencanakan =
Es - 198 ' . Es
penulangannya dengan perkiraan jumlah tulangan pokok memanjang 2%.
f , = Es E s' = 200.000(0,0019) =·387,9 MPa
;Pnb= 0 ,65 [0,85fc'aob + As'fs'- As fy] Penyelesaian
3
= 0,65[0,85(35)(160,4)(400)+1472,6(387,9)-1472,6(400)](1 O)- Menghitung momen dan gaya aksial rencana :
= 1229 kN < Pu . k Pu = 410 kN
Deng an demikian kolom akan mengalami hancur dengan diawali baton d1 daerah te e = 410 mm
an. . P, 410
A perlu=.:..JJ.. =--= 586kN
n <P 0, 70
Memeriksa kekuatan penampang,
pn
- = A5 'fy b h fc'
-
-+
e +O 50 3 he+118
Menentukan dimensi kolom :
(d - d') d2
=
I I
Dicoba dengan kolom bulat diameter 500 mm dengan tulangan 6025 ( A 2945,2
1472,6 (40Q 400(40Q (3 51
= ...:.. 1-6_;. ;._+_0_,5_0 + 3 (400)(116 ) +1,18 mm2), gunakan tebal bersih selimut baton 40 mm, tebal efektif selimut ke pusat tulangan
2 terluar 65 mm.
(330- 70) ( 330)
= 622563 + 2278055 = 2900618 N = 2900,2 kN Pemeriksaan Pub dan Mubt
</JPn = 0,65(2900,2) = 1885,4 kN > Pu= 1600 kN tebal penampang segi-empat ekivalen = 0,8(500) = 400 mm
Dengan demikian penampang kolom memenuhi persyaratan.
(SCXJ )2
lebar penampang segi- empat ekivalel'l; 196350 491 mm
4 400 400
NW 1
tangan dan
lj ii\ j
tc .;;;==49;;;.;;;=,,!t .
} -=- -rJ rangan gaya-gaya ,,.
Gambar 9.19. Sketsa Conteh 9.9
Gambar 9.20. Penampang Ekivalen Sketsa Conteh 9.1o
1
3 2 8 . BAB 9 STRUKTUR KOLOM
Gunakan spiral tulangan 010 dengan fsy= 400 MPa. tebal bersihselimut de= 40 mm.
As= As'= 112Ast = 112 (2945,2) = 1472,6 De= h- 500 = 420 mm
mm2 2dc= -2(40)
;eoo (323.5) = 194 mm Ac = 1/4(TT)( 420 )2 = 138544 mm2
Cb 600+400
A 9 = 196350 mm2
Bti = 0.85(194) = 165 mm = O 4s(19s350_ 1) 30 = 0 0141
f, _ o.cxn (200000 )(194-7 6.5) - 363.4 MPa > t = 400MPa Ps ' 138544 400 '
s - 194 y
sedangkan spasi spiral adalah:
Pub= {0,85(30)(165)(491) + 1472,6(363,4) - 1472,6(400)]
_ 4A5 (Dc -d 4 (78,5 )(420-10) 5 1, 76 mm
3
(10)- 5 5)
2
= 2012 kN
Mub= (0,85(30)(491)(165)(200 - 112(165)) +1472,6(363,4)112(247) -. D/ (p5) (420) (0,0141)
+1472,6(400)112(247)](10)-6 gunakan spiral batang 010 dengan jarak spasi 50 mm.
= 381,573 kNm
eb = M'.LJ = 381573= 190 mm <e = 410 mm
PID 2012
9.1 3 STRUKTUR KOLOM LANGSING
Oengan demikian maka termasuk sebagai kolom pendek dengan eksentrisitas besar, dan
kehancurannya ditentukan oleh gaya tarik. Seperti yang sudah dikemukakan, struktur kolom beton umumnya bersifat lebih massal
(besar) dibandingkan dengan kolom pada struktur baja, sehingga secara struktural menja
Memeriksa kekuatan penampang kolom bu/at,
di lebih tegar dan permasalahan kelangsingan berkurang. Akan tetapi, seiring dengan pe
05 = 500 - 2(65) = 370 mm satnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin mudah untuk menda
2945,2
Ps = 196350=0,015 patkan bahan mutu tinggi di bidang konstruksi. Hal yang demikian dengan sandirinya se
makin membuka peluang untuk dapat membuat komponen struktur yang dapat berfungsi
= 400 15,69 lebih efisien dan optimal, termasuk dalam lingkungan struktur baton bertulang khususnya
m 0,85(30)
komponen kolom. Meskipun demikian, harap tetap menjadikan perhatian bahwa kompo
Persamaan untuk penampang kolom bulat dengan hancur tarik menentukan: nen struktur kolom menduduki posisi panting di dafam keseluruhan sistem struktur ba
P, -0 85 f 'h 2 r ('0,85 e -0 38)2 + P g m Ds -(0,85 e -0,38) } ngunan gedung. Sehingga upaya-upaya efisiensi dan optimasi yang dilakukan hendak
n - I C l h t 2,50 h h nya selalu berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang berkaitan dengan keten
l
2 tuan dan pembatasan yang berfaku.
.. 2f (0,85(410) -0 38) + 0,015 (15,69)(370) - (0.85 (410) _ Sampai sejauh ini, pembahasan mengenai analisis dan perencanaan kolom terba
=0,85 (30)(500)
0,38)} l 500 t 2,50(500) 500 tas pada kolom pendek, yang mana tidak termasuk mempertimbangkan kemungkinan ter
1
jadinya tekuk ( buckling) pada kolom. PE;}raturan tidak memberikan definisi batas panjang"'
= 609 kN > Pn pertu = 586 kN maksimum kolom pendek, tetapi menatapkan digunakannya suatu proses evaluasi ke
4J Pn = 0,70(609) = 426,3 kN > Pu= 410 kN langsingan pada batas nilai rasio kelangsingan tertentu. Dengan cara demikian, sebenar
Dengan demikian ukuran penampang kolom tersebut dapat digunakan. nya SK SNI T-15-1991-03 menggolongkan komponen struktur tekan menjadi dua, yaitu
I BAB 9 STRUKTUR KOLOM 3 3 1
S3Q BAB 9 STRUKT\JR
komponen struktur kolom pandek dan langsing. Semakin langsing atau semakin mudah
KOLOM Merencanakan
Ps periu =· 0,45 ( A: -1 f
penulangan spiral,
A )
f:' suatu komponen struktur tekan melentur akan mengalami fenomena tekuk. Untuk men
cegah tekuk yang tak dikehendaki, dipertukan evaluasi terhadap reduksi kekuatan yang
harus diberikan dalam perhitungan struktur kolom. Suatu kolom digolongkan langsing
apabila dimensi atau ukuran penampang lintangnya kecil dibandingkan dengan tinggi bs
basnya (tinggi yang tidak ditopang). Kolom langsing yang menahan kombinasi baban ak-
Sebelum melangkah untuk memperhitungkan momen rencana yang diperbesar
akibat dari kelangsingan, sudah barang tentu harus dilakukan pemeriksaan terlebih dahu
lu untuk menentukan apakah kelangsingan suatu komponen struktur tekan harus diperhi
M tungkan atau dapat diabaikan. SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.11 ayat 4 memberikan
ke tentuan bahwa untuk komponen struktur tekan dengan pengaku lateral, efek
Gambar 9.21. Pengaruh Pembesaran Momen
kalangsing an dapat diabaikan apabila rasio kefangsingan memenuhi:
..
ni-
balo":-.ko lom, tahanan ujungnya terletak di antara kondisi sendi dan jepit dengan
kan ini. Gaya Pu bekeria dengan esen n f kt r pembesaran momen ( magnification
. . M
lat banding total
terhadap M ,d1sebut
. . a
oatau a o . SK SNl
r'l an an berlaku pada Analisis Struktur Ba1a,
nilai· k di antara 0,75 -0,90. Untuk kolom kaku tertahan plat lantai, nilai kberkisar di
antara 0,95 - 1,0.
. . factor). Dengan dam1ki , mmp g : g d ngan didasarkan pada faktor
pembesar T-15-1991-03 membenkan anahs1s per. 1raan e Sebagai contoh, perhatikan kasus sederhana komponen tunggal seperti tampak
6 bagai suatu evatuasi pende:<atan. . pada Gambar 9.22. Untuk komponen yang ditopang terhadap pergerakan ke arah lateral,
momke ke ngsingan suatu struktur kolom diungkapkan seagai rasio kelangsmgan, Gambar 9.22.a, panjang efektifnya separoh dari apabila komponen tanpa ditopang terha
Timg a dap pergerakan ke arah lateral, Gambar 9.22.b, dan mempunyai kapasitas menyangga be
k lu
r
dimana,
k = faktor panjang efektif komponen struktur tekan: ban aksial _em pat kali lebih besar.Tentu saja komponen struktur tekan yang bebas
- . g komponen struktur tekan yang tidak d1topang,
l u - pan1an . truktur terte kuk daJam keadaan tidak tertahan ke arah lateral adalah lebih lemah daripada
r - ·an-jari putaran ( radius of gyration) potongan hntang komonen s
apabila dito pang tertahan terhadap gerakan lateral. SK SNIT-15-1991-03 pasaJ 3.3.11
- Jt k - - '/ IA . ditetapkan 0 30 h di mana h ukuran dimens1 kolom_
parse- e an - v • ' · D dalah diameter ayat 2.1mem berikan ketentuan untuk komponen struktur tekan yang ditopang dan
gi pada arah bekerjanya momen; atau 0,250,d1 mana a
tertahan terhadap pergerakan ke arah lateral, nilai faktor panjang efektif kdiambil 1,0
kolom bulat (SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.11 ayat 3).
kecualidapat dibuktikan
l
332 BAB 9 STRUKTUR KOLOM
BAB 9 STRUKTUR KOlOM 3 3 3
· ---T----r
perputaran dan I
pergeseran dlahan
Pu
ii
OI s0· 0- - 0 0
o"
tZi
0 0
,.:
0 t
0 .0 . 0
0
0
ga0ll_ /
_a I ri (\,j
...: 0
:::i _..t. I LL.
l =k lu =0,50 !
l,_ 1 I
1
Lu CQ
t I
I -·
panfang 00 0 0
efektlf - Iii ..; 0
("j 0
'/, - - - - - - - - - -1'
-perpan i = k iu = 1,00 411 1111 I I C\i
Pu pefpUtatan dan dltahan
I
I I
lu
I
pe<geseran dlahan j11 I I
I i I
I
I I
lc = O.SO I
<
-'?"-(
"'..r:a r l I j I I I
"' I I i ' I '
1
.. .Q
0 0- 0
8.
c:
OI g· 0 - 0 0 0 0 0 I I E
:::i ci rri r- 0
"5"
'D•
....- 0
C'J. 0
N 0
0
·1
.ri" 0
nen struktur tekan tanpa ditopang terhadap pergerakan ke arah lateral, nilai k lebih
besar
dengan suatu analisis bahwa nilai lebih kecil dapat digunakan. Sedangkan untuk
kompo .Q
dari 1,0 dan tergantung pada beberapa variabel seperti retak baton dan penulangan ..---..... -------._
o·
ding antara jumlah kekakuan kolom dibagi dengan panjang kolom, dan jumlah 8 11 o·
11111 I I I I I I I o· 0
3 WI I I I
I o"
kekakuan E
I
-
balok dibagi cengan panjc:mg bafok. Nilai-nilai faktor panjang efektif ktersebut didapat,
ditunjukkan
dalam·hubungan grafis nomogram atau grafik alignment, seperti dapat dilihat pada
Gambar
9.23. Apabila kekakuan relatif pada masing-masing ujung kolom A dan B sudah
;;:;-.
::i J ao ,.._ Ji
yaitu l/JA dan tp8, hubungkan kedua nilai tersebut dengan suatu garis lurus yang akan o· CJ
ci co
o
ltl c : °'
me I ·
motong garis skala niJai k yang berada di tengah. Untuk ujung kolom yang berupa o· !
c:
sendi, I I CJ
=
nilai 1J1 co, sedangkan untuk ujung jepit, nilai '/1 = 0. Dafam haf ini dibedakan antara skafa Cl
< 1 c: c:>
'O
struk1ur yang ditopang terhadap gerakan lateral dan tanpa penopang. Harap diberi E
.2
catat an, pada portal struktur baja di mana bahannya lebih bersifat serba sama dan ..r:
0
; "(
-;:;-.
isotropis, modulus elastisitas E bemilai tetap dan momen inersia /didasarkan atas luas
JS s fl" 1 1
1111 j
I I j j l
ao I
,.._ J
I
.... 1
penampang c:o
I
ltl
I I
kotor. Sedangkan untuk bahan beton nilai E bervariasi sesuai dengan mutu baton dan lc C l
:
0 0 0
g 0
II). cti
cli
strata pembebanan yang bekerja, dan nilai momen inersia juga bervariasi sesuai ::: 0
dengan "5" o· 0 o· o· o· C? N
ci o·
tingkat retak dan rasio penulangan terpasang. o" 0
l
334 BAB 9 STRUKTUR
KOLOM
BAB 9 STRUKTUR KOLOM 335
+Pu
J\j
l'0
Gambar 9.24. Kolom jepit-
bebas
(a) tanpa beban
lain- nya: ujung dari beban yang menyebabkan go yangan lateral besar,
separti baban angin, gempa, dan gaya gravitasi.
336 BAB 9 STRUKTUR KOLOM
lateral besar, dihitung dengan analisis portal elastik. bebanan 1angka pan1ang, maka nilai El diperhitungkan sama dengan balok terfentur :1
tanpa
Untuk rangka struktur yang menggunakan pengaku terhadap goyangan ke arah lateral, baban aksial:
misalnya menggunakan dinding geser, momen yang diperhitungkan hanyalah M2b _dan
faktor pembesar
o adalah 1,0. Pada umumnya, apabila defleksi lateral bangunan ttdak B = 2( Ec l g )+ Es l 56
5
. _
s.::
melampaui l ,/1500, struktur rangka dianggap _·
1+f3d
berpengaku.
Faktor 0i, dan 05 adalah pembesar momen yang secara empiris dapat ditentukan Untuk komponen kolom bertulangan sedikit ( pg s 3%) dapat dihitung secara konser1atif,
se- bagai berikut: El = Ee I g
ob = -Cm 2,50(1+/3d)
- 1.
p- 0 di mana, Ee = modulus elastisitas baton,
1--
u- Es = modulus elastisitas baja tulangan,
¢ Pc
1
as = 2. Pu C!:: = momen inersia baton kotor (penulangan diabaikan) terhadap sumbu
1,0 1--- berat penampang,
'1> 2. Pc l u1 = momen inersia terhadap sumbu pusat penampang komponen struktur,
di mana Pc adalah beban tekuk Euler,
;r2E/
{Jd = bagian dari momen rencana yang dianggap memberikan kontribusi te
I
2 2 350 550
c - (k lu } - {1,5 (5)}
,....,.,...
_ Cm 1,0
()b = -p;;- = 2850 2,40>1,0
I
1--- 1--- -- 1'
=) i
"' Pc 0,65( 7515,521)
r---- - 4-
r 450
Menghitung momen rencana terfaktor yang diperbesar ( M2b berlaku sebagai Mu).
Mc= Db M2b = 2,40(450) = 1080 kNm ::::::::·:::::-::/.··: · ·:d:···:·.·:··. <·:··1:::.<:=: j ···
Kemudian dilakukan pemeriksaan apakah kolom ukuran 500 mm x 500 mm cukup kuat '-.. sengkang
010 -300
sengkang .../ + 40 mm sengkang J 40 mm
010 -450 (bersih) 010 -400 (bersih)
menahan momen yang diperbesar Mc bersamaan dengan beban aksial Pu- Apabila tidak (a) (b) (c)
9-2. Hitug kekuatan beban aksial maksimum untuk kolom berpengikat sengkang
C on t eh 9.12.
Untuk kolom yang sama seperti pada Contoh 9. 11, tetapi dengan ketentuan sebagai se pert1 tergambar. Kolom pendek, fc' 30 MPa, fy 400 MPa. Periksa = =
ukuran pe
berikut : (a) panjang bebas yang tidak disangga , l u = 3,0 m; (b) kolom merupakan nampang tulangan sengkang dan jarak spasi yang diperlukan.
ba gian struktur rangka yang ditopang terhadap pergerakan menyamping; (c) kolom
melen dut dengan kelengkungan tunggal; (d) momen sama besar pada ujung-ujung 9-3. Dapatkan beban guna tekan aksiaJ maksimum yang dapat disangga oleh kolom
kolom.
dengan potongan melintang tergambar. Kolom pendek, beban kerja mati sama
Tentukan apakah kolom telah memenuhi syarat. dengan beban hidup, fc'= 30 MPa, fy = 400 MPa. Periksalah tulangan
sengkang nya.
Peny elesaian _ 400
Menentukan apai<ah kelangsingan komponen harus dipertimbangkan,
r= 0,30h = 0,30(500) = 150 mm
Karena rangka portal ditahan terhadap pergerakan menyamping, k = 1,0 dan selanjutnya: I
I
k lu =1,0 (300q
20 400 I
r 150 II
Karena momen di kedua ujung kolom sama besar dan kolom melendut dengan keleng-
kungan tunggal, rasio M1JM2bbernilai positif, sehingga:
iI urr:t::::rr::tt:
34-12 ( Mtb-) = [, 600 '- sngkang
22 ,\
I, 010 -400
9-5. Sama dengan soal 9-4, tetapi fc'= 30 MPa dan fy= 400 MPa. menopang beban aksial recana terfa:or ue ·k n ikat sengkang
untuk II
9-6. Hitung beban kerja hidup tkan aksial maksimum yang dapat dibebankan pada ko tor Mu = 380 kNm. Tempatkan tulangan kok mem . omen rencana tertak
1 1,
'I
lom tergambar. Kolom pendek, beban kerja mati aksial 890 kN, fc'= 20 MPa, sisi.fc'= 30 MPa, fy= 400 MPa. poan1ang sama pada keempat
fy·=
300 MPa. Periksa tulangan pengikatnya.
9-7. Rencanakan kolom pendek berpengikat sengkang untuk menopang beban ren
cana terfaktor P'J = 3100 kN. Pembatasan ruang dan alasan praktis lainnya
li! lf
mene- tapkan ukuran kolom 450 mm x 450 mm. Gunakan fc'= 20 MPa, fy = 300
40
MPa.
(ber.<h)
mm
550·
-I -3-50..
I
+7r ;r--- 500 ---
j r:mr••r:::':==•. >r
I
'"I* = mn
(berslh)
sentrisitas kecil Gunakan pg= 0,04, fc'= 20 MPa, fy= 300 MPa.
9-9. Sama dengan soal 9-8, tetapi gunakan fc'= 30 MPa, fy= 400 MPa, dan pg= 0,03. Gambar S 9-15
Rencanakan kolom pendek bulat berpengikat spiral untuk menopang beban kerja 9-14. Sama dengan soal 9-13, tetapi untuk kolom bulat berpengikat spiral.
9-10. yang terdiri dari beban mati 780 kN dan beban hidup 1450 kN pada eksentrisitas
kecil, fc'·=30 MPa.fy= 400 MPa. 9-15. Untuk kolom pendek berpengikat sengkang dengan potongan melintan se erti
tergambar, dapatkan kuat beban aksial <P Pn pada eksentrisitas 350 mm Gg
Kolom bulat pendek berpengikat spiral berdiameter 400 mm, As = 10025, tulang Pk
9-11. an spiral 010-S0, selimut baton 40 mm (bersih), menopang beban aksial dan fc' = 30 MPa f - 40 • una an
mo cukup memeuhi yart.MPa, anggap bahwa tulangan sengkang dan pengikat
men, fc'= 30 MPa, fy= 400 MPa. Dapatkan 4' Pn apabila e = 150 mm
9-12. Untuk kolom pendek dengan potongan melintang seperti tergambar, dapatkan
<P Pn dan e!J pada keadaan seimbang dengan menggunakan prinsip-prinsip
dasar.
Periksa deogan menggunakan bagan. fc' = 4.000 psi, fy = 60.000 psi. Lenturan
I
, 1
terjadi pada arah sumbu
t'
1
terkuat.
WI
:
10 BAB 10 STRUKTUR FONOASI 343
I
' I
Fondasi umumnya berlaku sebagai komponen struktur pendukung bangunan yang ter
bawah, dan telapak fondasi berfungsi sebagai elemen terakhir yang meneruskan beban
ke tanah. Sebagaimana yang menjadi tugasnya, telapak fondasi harus memenuhi
persya ratan untuk mampu dengan aman menebar beban yang diteruskannya
sedemikian rupa sehingga kapasitas atau daya dukung tanah tidak dilampaui. Sehingga
perlu diperhatikan bahwa dalam merencanakan fondasi harus memperhitungkan
keadaan yang berhubung an dengan sifat-sif at dan mekanika tanah. Dasar fondasi (d) Fondasi Telapak (e) Fondasi Telapak
harus diletakkan di atas tanah ku at pada kedalaman cukup tertentu, bebas dari lumpur, Gabungan (trapesium) Kantllever
humus, dan pengaruh perubahan cuaca. Fondasi beton bertulang pada umumnya
berupa fondasi telapak ( spread footing ) seperti tampak pada Gambar 10.1.
Pembahasan pada buku ini dibatasi hanya mengenai fondasi langsung yang berupa
fondasi telapak setempat, gabungan, atau menerus. Fondasi telapak dikombinasikan
dengan pasangan batu atau fondasi telapak di atas tiang pancang ( pile cap ), misalnya,
tidal< dibahas didalam buku ini.
Secara umum fondasi telapak baton dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Fondasi telapak kolom setempat seperti Gambar 10.1.a, sering disebut juga sebagai
fondasi telapak terpisah. Untuk menjamin keseimbangan dan efisiensi umumnya ber
bentuk telapak bujur sangkar, tetapi apabila ruangnya terbatas dapat juga berbentuk
empat persegi panjang.
2) Fondasi telapak dinding seperti Gambar 10.1.b bertugas mendukung dinding, baik
yang menumpu secara konsentris ataupun tidak.
3) Fondasi telapak gabungan, mendukung dua kolom atau lebih dan telapaknya dapat
berbentuk empat persegi panjang seperti Gambar 10.1.c, atau trapesium seperti
Gam bar 10.1.d. Apabila dua fondasi telapak terpisah digabungkan melalui baJok
pengikat, sering dinamakan sebagai fondasi telapak kantilever seperti Gambar
Gambar 10.1. Jenis-jenis Fondasi telapak
10.1.e.
BAB 10 STRUKTUR FONDASI 345
344 BAB 10 STR\JKTUR FONOASI
4) Fondasi plat seperti Gambar 10.1.f , merupakan fondasi telaak menyeluruh dengan Contoh 10.1.
telapak sangat luas dan mendukung semua kolom dan dinding struktur bangunan. Rencanakan suatu fondasi telapak beton t t l
bata setebal 300 mm seperti terlihat pada n: b;a;Og2an Bunbtuk menopang. indig batu
Umumnya digunakan apabila bangunan harus didirikan di atas tanah dasar lembek. · · · e an guna terdtn dan beban
5) Fondasi telapak tiang pancang (pile cap}. melayani pelimpahan beban kolom dari mat1 (tennasuk berat sendiri dinding) 150 kN/m dan beban hidup 300 kN.'" f. ,_
teka t h ··· im. c - 20 MPa
atas kepada sekelompok tiang pancang di bawahnya, yang kemudian diteruskan nan ana I/In 250 kPa. berat tanah w9 16 kN/1113. = '
kepada tanah pendukung melalui gesekan permukaan atau tumpuan ujung tiang.
Oalam rangka membentuk satu kesatuan struktur, dalam pelaksanaan fondasi tela Penyelesaian
pak setempat harus saling berhubungan dalam dua arah sumbu yang pada umumnya Hitung beban rencana terfaktor :
sa ling tegaklurus, dihubungkan dengan balok-balok pengikat. Apabila momen yang 1,2 WoL + 1,6 WtL
Wu =
teadi pada kolom disalurkan kepada struktur fondasi, maka balok-balok pengikat = 1,2(150) + 1,6(300)
harus direnca nakan terhadap gaya aksial, gaya geser, dan momen lentur yang didapat = 660 kN/m
dari analisis struk :ndaian tebal fondai elapak 1,0 m (di bagian belakang dilakukan pemeriksaan terhad
tur portal, di mana tinjauan bekerjanya beban gravitasi dan beban lateral gempa
dilakukan
untuk dua arah sumbu utama bangunan secara bersamaan. Apabila analisis struktur dina esah1han anggapan 1rn). _ _ _ _..-:V pcfl -- bf l--ti "' ap
mis tidak dilakukan untuk bagian bawah permukaan tanah bangunan gedung, balok-balok berat fondasi: 1,({{?3;1= 23 kN/m2 = 23 kPa
pengikat tersebut dapat direncanakan berdasarkan gaya longitudinal tarik atau tekan se Andaikan pula kedalman dasar fondasi adalah !z50 m tarhadap permukaan tanah, berat
besar 10% dari beban vertikal kolom yang bekerja pada pertemuan balok-balok pengikat. tanah yang berada d1 atas fondasi telapak: (0,5){ 8 kN/m2 = a kPa =
Maka, tekanan tanah ijin etto untuk melawan bcinRerja·adalah:
250 - 23 - 8 =
219 kPa
Tekanc:1n t aah·IJ··tn masimum untuk perencanaan kekuatan ditentukan melalui
10.2 FONDA SI TELAPA K DINDING
modifikasi yan sesuai dan kons1sten dangan yang digunakan untuk beban kerja. Hal
Pelimpahan beban kapada fondasi telapak dinding pada umumnya konsantris, kecuali tersebut dise lesaikan dengan cara mengalikan nilai tersebut di atas dengan nilai
fondasi untuk dinding penahan tanah. Fondasi yang demikian perilakunya mirip banding beban ren cana totaJ (660 kN/ terhdap beban kerja total (450 kN/m).
Dengan dem1k1an, d1dapat nilai tekanan tanah ijin maksimum khusus digunakan un-
dengan balok kantilever, di mana bagian telapak sebelah menyebelah yang dipisahkan
oleh din ding berlaku sebagai plat kantilever menyangga tekanan tanah dari bawah ke :uk perecnaan kekuatan fondasi telapak. Agar dicatat bahwa tekanan tanah tersebut
arah atas. Lenturan hanya pada satu arah, perancangannya mirip dengan yang Jangan d1art1kan sebagai tekanan tanah ijin aktual.
660 - ;,.; · t0 ""
diterapkan pada plat penulangan satu arah, didasarkan pada setiap lebar lajur 1 meter 219 (
\ 450j;
.:l._:: 3 22 kPa
di sepanjang dinding. Batang tulangan baja dipasang di bagian bawah fondasi telapak
tegak-lurus terhadap arah memanjang dinding, menahan tagangan tarik lentur yang
.. ·----- . l> -\) 0 L t-
timbul. Perlu diperhatikan me ngenai efek dan mekanisme kantilever yang berlaku, di
mana perilakunya didasarkan atas momen lentur maksimum yang timbul pada garis
sisi muka dinding apabila fondasi men dukung dinding baton, atau pada pertengahan !-·-·-
antara sumbu dinding dan garis sisi muka dinding apabila fondasi mendukung dinding
bata. Perbedaannya terutama didasarkan pa da anggapan bahwa dinding bata relatif
kurang kaku dibandingkan dengan dinding ba ton. Fondasi telapak dinding dapat
berupa baton brtulang atau tanpa tulangan. Apabila fondasi mendukung beban yag
relatif ringan di atas tanah dasar kering tanpa kohesi, fondasi dapat dibuat dari baton - ----·-
tanpa tulangan (baton polos). Untuk masing-masing jenis dinding, penampang kritis
geser dalam fondasi ditatapkan pada tempat yang berjarak sa ma dengan tinggi efektif
fondasi telapak terhadap garis sisi muka dinding. Gambar 10.2. Fondasi telapak beton nir-tulangan mencpang dinding Contoh 10.1
---------------------
346 BAB 10 smuKTUR FONOASI
BAB 10 STRUKTUR FONOASI 34 7
.t lapak yang diperlukan dapat ditentukan sebagai nilai tersebut tamyata cukup dekat dan aman terhadap anggapan awaJ tebaJ fondasi se
berikut: Selanjutnya, lebar fondas1 e hingga tidak perlu dilakukan revisi hitungan.
= 2,11 m => gunakan 2,20 m Perencanaan fondasi telapak baton tanpa tulangan umumnya mengabaikan penin
. 312,2 d" jauan kuat gaser, karena fondasi cukup tebalnya sehingga pengaruhn_ya kecil.Apabila pe
bila digunakan lebar fondasi teebut, maka nilai tekanan tanah rencana yang
nampang geser kritis terfatak pada jarak sama dengan tinggi efektif atau 950 mm (h yang
A tguna- untuk perencanaan fondasi adalah: diperlukan) dari garis sisi muka dinding, temyata tempat tersebut sudah dekat dengan :
k:
= 300 kPa· ujung tepi fondasi. Dengan demikian tentunya gaya geser yang terjadi di tempat tersebut
2,20 .
daoat dihitung momen lentur pada dapat diabaikan karena sangat kecil.
fondas1
Oenaan dikatahuinya tekanan tanah rencana, t . blok baton yang di Indonesia dikenal Apabila menggunakan ketentuan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.4.3 ayat 1.1 untuk
- U k d" ding pasangan batu bata, a au
telapak. ntu tn . , kritis momen ditantukan pada komponen struktur yang hanya dibabani oleh geser dan lentur saja, maka tegangan ga
potong- ser rata-rata pada fondasi baton tanpa tulangan terletak di atas tanah yang dianggap ber
sebagai bataco, dan sebagamy, le.tak penam 5-1991-03 pasal 3.8.4 ayat 2.b). perilaku sebagai baJok satu arah tidak bolah melampaui 11sq,../ fc '.
an di tempat seperempat tebal dmdmg (SK SN rencana ditantukan sabagai berikut: 116</J-.f fc'= 1/6(0,80)../(20) = 0,596 MPa
Dengan mangacu pada Gambar 10.2, momen
:;:e f:::;::;e1b:;:::t : .=
M -112(300)(1 025)2 = 157,6 Temyata nilai batas tersebut cukup tinggf sehingga untuk fondasi yang sedang dibahas
tidak diperluan perhitungan gaya gesernya.
umumnya di dalam praktek juga dipasang tulangan baja memanjang untuk
::::::::ne;a:":1': Pada
dasi adalah: fondasi baton dinding menerus, baik yang menggunakan tulangan pokok melintang (arah
lebar) ataupun tidak. Pemasangan tulangan tersebut pada hakakatnya akan membarikan
di mana.
s = modulus penampang = 116bh 2 integritas struktural karena dapat mangekang tarjadinya pargerakan yang berbeda dari ba
gian-bagian fondasi ( differential settlement, misalnya), yang dapat mengakibatkan timbul
b = 1.0 m dan h = tebal fondasi total nya retak melintang (arah labar). Dengan dipasangnya tulangan memanjang juga akan
(mm)
. I 3 2 5 a at 3 ditentukan bahwa modulus keruntuhan memberikan cadangan kuat lentur arah memanjang fondasi untuk mengantisipasi
len- muncul nya banyak hal yang sukar ditentukan balk dari perilaku tanah yang mendukung
Dt arb1 StK SNf T-01 1J,9,1 P3 i=rian atasan bahwa tegangan tarik fondasi ataupun beban yang bakerja.
ma.ks.imumoij6in0yang
Perencanaan tulangan arah memanjang manggunakan nilai minimum, diperhitung
ur a on ,- • c· d h i/>( f ) dengan ntlat 4' = ,
. timbul di dalam fondasi baton tanpa penulangn1 a a a ' ,../20 = 1 252 kan sama dengan tulangan susut dan suhu pada plat penulangan satu arah, yaitu:
MPa
A 5 periu = 0,0020 bh _
Maka, fr maksimum = 213(0, 70)(0,60)../fc = 0,28-.f fc - 0,28 . '. .
dan tebal fondasi telapak yang diperlukan dapat ditantukan sebaga1 benkut. = 0,0020(1000)(920) = 1840 mm2/m lebar 1
M'J
Sperlu=-
fr ba n an 50 mm pada dasar fondasi yang berhubungan angsung . Apa
M u _ 157,6 (10)-3 ndasi bila
1
t;n kualitas buruk dan diabaikan di dalam parhtungan kekuatan. Sehmgga tebal fo
-bh2
6 perlu = -,--
r 1•252 digu
telapak yang diperlukan ditentukan sebagai benkut: nak
_ 6(157,6)(10)
h2 perlu - 1,252
-0,755 m 2 0,869 + 0,05 = 0,919 =0,92 m
an
h perlu =
0,869 m mm sam ai de-
bat
ang
Di dalam praktek biasanya menganggap bahwa lapisn baton s anah bea
tulangan 019 dengan jarak spasi 150 mm p.k.p. yang luas pe nampangnya 1890 mm2, I'
rl
kiranya sudah cukup memadai. Dengan damikian tampak bahwa dengan adanya
I' I
kaharusan memasang tulangan mamanjang, meskipur. daJam jumlah mini mum
sekalipun, menghasilkan perencanaan yang tidak ekonomis. Pada akhimya mem bawa
kapada kasimpulan bahwa penggunaan fondasi baton tanpa tulangan untuk din ding
menerus perlu dipertanyakan, terutama apabila menopang baban yang cukup berat.
Perlu dipikirkan untuk menggunakan aJtematif lain, misalnya fondasi pasangan batu yang
umumnya masih cukup memadai. Untuk mandapatkan gambaran yang lebih jelas, dengan
cara membandingkannya, berikut ini diberikan penyelesaian kasus yang sama tetapi de
j'I
ngan menggunakan fondasi beton bertulang.
d
348 BAB 10 STRUKTUR FONDASI
BAB 10 STRUKTUR FONOAS 349
Conteh 10.2.
Rencanakan fondasi beton bertulang untuk dinding blok beton (bataco) tebal- 300 Apabila digunakan lebar fondasi tersebut, maka nilai tekanan tanah rencana yang
mm digu· nakan untuk perencanaan fondasi adalah:
654
seperti tampak pada Gambar 10.3. Beban kerja terdiri dari beban mati (sudah termasuk
=
berat dinding) 145 kN/m' dan bebah hidup 300 kN/m'. fc' 20 MPa, fy 300 MPa, berat = • =311,4 kPa
2 10
tanah 15,7 kNfm3, tekanan tanah ijin 240 kPa. Dasar fondasi terletak pada kedalaman Tinggi efektif fondasi aktuaJ d didapatkan dengan mengurangkan tebal selimut baton dan
1,50 m dari permukaan tanah. setengah kali diameter batang tulangan baja (dianggap manggunakan batang 025) pada
tebal fondasi total:
P eny elesaian d = 500 -75 - 12,5 = 412,5 mm
Menghitung beban rencana terfaktor : Karena pada umumnya untu_k menentukan tebal perfu fondasi baton bertulang tergan·
Wu = 1,2 WoL + 1,6 WLL tung pada nilai gaya geser yang harus dipakai, maka terlebih dahulu perlu memeriksa gaya
= 1,2(145) + 1,6(300) 654 kN/m' = v geser tersebut.
Dengan mengacu pada Gambar 10.3, krena cara fondasi dinding dalam menahan
Pertama tama memperkirakan tebal fondasi = O1 \ M
Maka berat fondasi adalah: 23(0,5) = 11,5 kN/m2 gaya geser mirip dengan kejadian pada balok atau plat penulangan satu arah,
Dasar fondasi terle pada kedalaman 1,50 m d_erm_ an taah, di atas fondasi penampang kritis geser terjadi di tampat dengan jarak sama dengan tinggi efektif fondasi
terda· pat tanah setebal(j yg (412,5 mm) dari sisi muka dinding (SK SNI T 15·1991--03 pasal 3.4.11).
beratnya adalah:CLM(1,0) = 1s.7kN/m2 ,_. Uc Vu= 0,4875(1)(311,4) = 151,81 kN/m' dinding.
Kuat geser nominal total Vn merupakan penjumlahan dari kuat gesar baton Ve dan kuat
Tekanan tanah ijin yang akanmenopang-bebanl<erja
geser tulangan geser V5• Karena tidak digunakan tulangan geser, didapat:
ad lah: 240 - 11,5 -15,7 = 21f .8 kPa
t/J Vn = <P Ve= rp (1/sVfc' )bd
Seperti yang dikerjakan pada Contoh 10.1 terdahulu, digunakan nilai banding beban
ter· = 0,60(i.16Y'20)(1000)(412,5)
faktor tarhadap beban kerja dal menentukan besamya tekanan tanah untuk kuat = 184,48 kN
ran·
Maka Vu< 9Vn
cana - ' vJ v- / / Dengan demikian maka perkiraan tebal fondasi yang ditetapkan cukup memad::ii untuk
\e;{ it z ) 127 kP
445' 7
I a
'----·- .. - --\) ·-J Q L \.i- LL--
lebar tondasi yang diperlukan adalah:
654
,
312 = 2,09 m => gunakan 2, menahan geser dan tidak diperlukan tulangan geser, sehingga tidak perlu diubah.
7 1Om Mengacu pada Gambar 10.4, penampang kritis untuk momen terjadi pada tampat
barjarak saperempat tebal dinding dari muka dinding (SK SNI T 15·199HJ3 pasal 3.8.4
ayat 2.2}.
2100
2100
l
I
I
tttttttt ttttttttttttttttttttt tt Gambar 10.4. Fondasi beton bertulang untuk dinding, Conteh 10.2
'
· f d 8 • berlaku sebagai kantilever, momen rencana kan pula penulangan memanjang minimum sebagai berikut: II ' ,
maksimum: Dengan menganggap on a
Mu= 311,4(112)(0,975)2 = 148 kNm . As perlu= 0,0020 bh= 0,0020(1000)(500)
Kemudian selanjutnya menentukan luas penampang batang tulangan yang = 1000 mm2/m'
d1pe.rlukan dengan menggunakan cara seperfr biasa, dengan d= 412,5 mm, dan b= Gunakan tulangan 016 jarak spasi 200 mm p.k.p. (A 5 = 1005 mm2). Rencana fondasi
1000 mm. _ se perti tampak pada Gambar 10.5.
6
_ Mu _ 148(10) =1,0872 MPa Untuk keadaan di mana dinding dengan beban ringan harus disangga pada tanah
2
k perlu - bd2 - 0,8 (i 000){4 i2,5) biasa. Perencanaannya akan memberikan hasilsuatu bantuk struktur fondasi sangat kecil,
Dari Dattar A-15, nilai P yang dipertukan lebih kecil dari P minimum = 0,0047, maka baik tebalnya maupun lebamy8:, sehingga perlu batasan minimal. Tebal fondasi di atas tu
langan bawah tidak boleh kurang dari 150 mm untuk fondasi di atas tanah, atau tidak ku
untuk perhitunaan selanjutnya digunakan nilai p minimum tersebut.
2 , . .
As perlu = p bd= 0,0047(1000)(412,5) 1939 mm /m dmng rang dari 300 mm untuk fondasi di atas balok ring.
gunakan batang 025 dengan jarak spas1 250 mr:i
p.k.p. As- 1964 mm ).
2
Untuk batang tulangan yang dipilih tersebut, kemudian dipenksa pan1ang. penyalurannya.
Dari Daftar A-39, panjang penyaluran dasar untuk batang tulangan 025 aaalah 659 mm. 10.3 FONDASI TELAPAK KOLOM SETEMPAT
Faktor modifikasi yang digunakan adalah:
Untuk jarak spasi lebih besar dari 150 mm = 0,80 Janis fondasi yang juga dinamakan fondasi telapak terpisah mungkin merupakan jenis
As perlu = 1939=0,99 yang sering dipakai, karena paling sederhana dan ekonomis dibandingkan berbagai jenis
As tersedia 1964 fondasi lainnya. Fondasi telapak kolom terpisah atau setempat pada umumnya berbentuk
Maka panjang penyaluran yang diperlukan: telapak bujur sangkar, atau empat persegi panjang apabila terdapat pembatasan ruang.
f.d = 659(0,80)(0,99) = 522 mm. .. Pada dasarnya fondasi tersebut berupa suatu plat yang langsung menyangga sebuah
Ruang tersedia untuk panjang penyaluran adalah 900 mm, diukur dri penampang knt1s kolom. Apabila menggunakan umpak pedestal yang dipasang di antara kolom dan fon
denga.n memperhitungkan tebal seiimut beton 75 mm, sehingga pan1ang penyaluran ma- dasi, elevasi dasar kolom mungkin tidak perlu lebih rendah dari permukaan tanah.
Dalam menyangga beban konsentris, fondasi telapak berlaku dan diperhitungkan
sih dapat dipasang. . . _ 1
Meskipun tidak disyaratkan secara khusus, d1 da1am SK SNI T-15-1991 3 as
3 .16. ditentukan bahwa seperti halnya plat penulangan satu arah, pada fondas1 sebagai struktur kantilever dua arah (x dan y) dengan beban tekanan tanah arah ke atas
12 d1ben- pada telapak fondasi. Tegangan tarik terjadi pada kedua arah di bagian bawah fondasi
fela pak. Fondasi ditulangi dengan dua lapis batang baja yang saling tegaklurus dan
2100 arahnya sejajar dengan tepi fondasi. Luas bidang singgung antara fondasi dan tanah
yang diper lukan ditentukan dan merupakan fungsi dari tekanan tanah ijin dan beban dari
kolom.
Kuat Geser
Karena fondasi telapak bekerja ke arah x dan y, perhitungan kuat gesemya harus mem
pertimbangkan dua jenis yang berbeda, yaitu kuat geser pons (geser dua sumbu) dan
kuat geser balok (geser satu sumbu). Pada umumnya tebaJ fondasi yang diperlukan
diten tukan berdasarkan pada syarat kuat geser yang harus dipenuhi. Gaya geser dua
arah sum bu disebut juga sebagru geser pons, karena kolom atau umpak pedestal
cenderung un tuk mendesak melobangi plat telapak fondasi yang mengakibatkan
timbulnya tegangan di sepanjang keliling kolom atau umpak pedestal. Beberapa
percobaan membuktikan ben tuk kegagalan kuat geser pons berupa retakan membentuk
, : 1
Gambar 10.5. Sketsa perencanaan Contoh 10.2 piramida terpancung me-lebar ke bawah. Sesuai dengan SK SNI T-15-1991-03 pasaJ
3.4.11 ayat 1.2, penampang kritis L
I '
352 BAB 10 STRUKTUR FONOASI
BAB 10 STRUKTUR FONDASI 35 3
geser dua arah ditentukan sebagai bidang vertikal terhadap telapak fondasi, mengelilingi dasi). Plat fondasi telapak berlaku sebagai balok ktil .
kolom atau umpak pedestal dengan panjang keliling minimum bo. pada jarak tidak teKanan tanah arah ke atas. Untuk menentukan letak ever pda.dua arah dengan beban
kurang dari setengah tinggi efektif fondasi dari muka kolom atau umpak pedestal. pang kritis momen lentur. sesuai dengan k t pangkal Jepit kantilever atau penam-
Perencanaan fondasi yang tiekerja pada dua arah didasarkan pada nilai kuat geser
3 • e entuan dalam SK SNI T
.8.41\)'<lt 2, ditetapkan sebagai berikut: -15-1991-03 pasal
Vn yang ditentukan tidak boleh lebih besar dari Ve kecuali apabila dipasang 1) Untuk fondasi yang menopang kofom atau um ak ede
penulangan
2 atau umpak destal (lihat Gambar 10.6.a). P P stal adalah pada muka kolom
. geser. Dari ketentuan SK SNl T-15-1991-03 pasal 3.4.11 ayat 2, Vc ditentukan dari nilai ) Untuk fondas1 yang menopang kolom den .
pada separoh dari jarak antara' muka kolom an mengunakan umpak plat baja adalah
terkecil dari persamaan-persamaan berikut: SK SNI T-15-1991-03 pasal 3 8 6 t 3 engan tepr plat baja (fihat Gambar 10.6.b).
. · · aya menentukan bahwa I t k
Ve = (1+ )(2/fJ)!i,d Pers. SK SNIT -15- 1991- 03 (3.4- 36 a) tuk pai·11ang penyaluran batang tulangan ba1·a pada f ondasi dianega penampang . krit.is un-
( 1
b)
Pelimpahan beban dari kolom ke fondasi
Ve = (4j7)bcfl Pers. SK SNI T-15- 1991-03 (3.4- 36 c) / I
Ve =( ;Jtci)bwd •
I
Penampang krltls
geser I
Untuk kedua jenis kuat geser pada fondasi tersebut, apabila untuk keduanya tanpa penu
langan geser, sebagai dasar perencanaan kuat gaser adalah Vu ip Vn• di mana Vn = Vc-
' T-15-1991-03 pasal 3.3.1.5, kuat tumpuan puan baton. Sebagaimana yang telah dibahas di atas, perencanaan kuat tumpuan juga
bida:1g. Seperti yang diarahkan oleh SK SN1 ditumpu tidak boleh lebih besar aan di berlakukan pada kasus ini. Apabila ukuran umpak kolom (plat baja) tidak mencukupi
singgung antara_ baton yang menumpu dan yang
untuk melimpahkan beban total, harus dilakukan penyesuaian dengan melaksanakan
cfJ(0,85fc'A1}- . · · . . n baik ke arah panjang maupun beberapa ketentuan sebagai berikut:
le Apabila bidang tumpuan lebih lua ata lb1.p a kuat tumpuan 1) ukuran.umpak plat baja (plat landas) diperfuas,
untuk bidang yang 2) gunan kuat baton yang lebih tinggi untuk umpak peoestal atau fondasi,
. . - . - 'r-;,.;".>r"g i:a:-q b2numpu, ,_,e, e,1., ""
bamvo. i.
1
smctCla!J •0
·...i • • ; · 3) berdasarkan pada luas plat baja, luas bidang tumpuan diperbesar sedemikian rupa se
bertrnpu dikalikan dengan:
! hingga rasio antara keduanya mencapai nilai maksimum yang diperkenankan oieh SK
lAt .
SNIT-15-1991-03.
Penggunaan umpak pedestal beton di antara kolom dan fondasi merupakan hal
.. an secara geometns serupo
A -, == luas maksimum bagian b1dang tumpuan y. g,.,.,
dima:"Ja:
"' dan konsentris ierhada.p bidang yang benum'"'·. yang umum dalam praktek perencanaan bangunan. Umpak pedestal bertugas untuk me
A == bidang yang bertumpu. nebarkan beban kolom ke bidang yang lebih luas pada fondasi sehingga akan memberi
1
kan fondasi yang lebih ekonomis. Apabila rasio dari tinggi terhadap ukuran terpendek ke
. ; c-K SNi l-15-1991-03 pasal 3.3.15 ayat arah lateral lebih dari tiga, didefinisikan sebagai kolom dan dengan demikian harus diren
U,
Selarnutnva, sesua, 0
- canakan dan ditulangi sebagai kolom (lihat Bab 9). Sedangkan apabila rasio tersebut ku
'
,
,::..:z.. s
\ A. 2,0 rang dari tiga, digolongkan sebagai umpak pedestal yang secara teoretis diperhitungkan
. . d • ,
b gaimanapun "'na "·uat tumouan untuk bidang yang tidak memerlukan penulangan. Seberapa luas penampang lintang umpak pedestal yang
Oieh i<arena itu. oalam Kea aan ren,_,c:. · " · ·
a diperfukan, pada umumnya ditentukan dengan mendasarkan pada kuat tumpuan beton
bent.:mpu tidak boleh lebih dari:
seperti yang di entukan pada SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.15, atau dengan menye
qi(O, 85fc'A 1)(2)
+ suaikan terhadap ukuran plat baja umpak kolom, atau sesuai dengan kebutuhan untuk
di manz. untuk tumpuan b digunakan ni\al cp = 0,70. b maksud menebarkan beban kolom pada bidang yang lebih luas pada fondasi. Oaiam prak
. umumnya dipakai kuat
_e.on
. . . . kni elaksanaan, e-
Disebabkan o\eh s1tuas; dan kond1s1 te p d't pu sehingqa dalam menentu- tek merencanakan umpak pedestal diberlakukan cara yang biasanya digunakan pada pe
.. · ; ·· ; bAton kolom yang um · 1 -
tori fondasi lsbm rendah oar. KUa - .. t keduanya harus benar-benar mempe. - rencanaan kolom, ialah dengan menjangkar minimum empat batang tulangan sudut (un
kan oelimpahan beban yang berlangsung Ol an ara tuk kolom persegi) ke dalam fondasi dan diperpanjang ke atas masuk ke dalam umpak
. b h dua komponen struktur.
timbangkan keadaan a .an 'd k d t meiimpahkan seluruh beban ha.nya me- pe destal, dan menggunakan tulangan sengkang sebagai pengikat.
Aoabi!a kolom beton bertulang tt a. . pa dT hkan melalui penulangan de-
. . , b t n ke1eo1hannya 1.1mpa 1
· •
lalui bidang smggung tumpuan e.o , <:>\uran tegangan batang tulangan baJa. Pelak-
npan memperhitungkan \<emampuan periyc;.
. - .--:;:- m;:.:-;:2sc.n tulangan pasa,,.
i,( dowei\ . bllamana oerlu untuk setiap
' .,, . .. . . . . . P-
10. 4 FONDASI BUJUR SANGKAR
s::::-·:a::.r:'l ·/c dcngc:., vG - .v - . • • . - asaK. Aoarn1a cara 1erveout
!:L
i l
dan 030 \ :::; , .., : . en aluran batang tulangan desak yang tp tUm- Jb:. .--n·1·a· ne!imnr.,ahan beban total diperh1tungkan se uru..n1a ;.;a c. . r
0•....H..._· . l
(dowen, harus cukup mer:'eut pan1an Pua (lihat Bab 7). Apabila pasak a
diperhitungkan kan untu kedua belah pthaK b1dang tu p . h b n antara pasak t
dengan tulangan po- a
. i-1 ·h ke d tam fondas1, u unga .
rnenyalurkan beoan '='01 . Q. • l t desak Untuk struktur kolom
oa-
ke seluruh lebar fondasi untuk kedua arah. Karena besamya momen lentur_sama untuk ,:. 1
kedua arah, maka baik ukuran maupun jarak spasi batang tulangan baja untuk ke dua II :
arah juga sama. Akan tetapi, harap diperhatikan bahwa tinggi efektif baton untuk ma sing-
masing arah tidak sama, karena seperti diketahui batang .tulangan baja saling bertum
pangan untuk kedua arah. Meskipun demikian, perhitungan perencanaan di dalam prak
tek kadang-kadang menggunakan tinggi efektif rata-rata yang ditentukan sama untuk ke
dua arah. Di samping itu, pada fondasi telapak dengan dua arah kerja juga berlaku syarat I
rasio penulangan minimum 1,41fy. dan diterapkan untuk masing-masing arah kerja.
'I
II
3 5 6 BAB 10 STRUKTUR FONDASI
tanah di atasnya digunakan nilai berat rata-rata 19,6 kN/m3 untuk kedalaman 1,7 m dari
--····r- l
-....kklc
permukaan
_ tanah sampai ka dasar fondasi. L v f C '\A, a,...., MV"!
1dt/ S<Xf tff2}
Tekanan tanah yang timbul di bawah fondasi akibat beban tersebut di atas, ,,"'--B,I
adalah: 1,7(19,6) = 33,32 kN/m2 _. -f
Oengan demikian, maka takan_an tanah ijin efektif untuk mendukung beban total, .i
(b)
adalah: (a)
240 - 33,32 = 206,7 kN/m2 Gambar 10.l. A r ·
na is1 s geser fondasi
Luas bidang telapak fondasi yang diperlukan dapat ditentukan baik dengan mengguna
xan nilai awal beban kerja dan tekanan tanah ijin maupun nilai beban kerja dan tekanan
ta
Untuk arah kerja dua arah, lihat Gambar 10.7.a:
B = lebar kolom + ( 112d'JZ-- "Z -: '
telaoak
-
I
nah ijin terfaktor sesuai SK SNI T-15-1991- = 500 + 600 = 1100 mm d
03. Oengan menguna n ni iawat beban Gaya geser total terfaktor yang bek .
ka. · \)'J o\... ·-1noo;.. 780:: ,.) LL
0
2
A perlu 6,
20 7
= 8,61m / .v · Vu Sf'Ja pa a penampang kritis adalah··
= Pu ( W 2 - B2)
Gunakan ukuran bidang telapak fondasi bujur sangkar 1,90 m x 2,_r:n = 8,41 m2, K t = 291(2,92 -1, 1002) = 2095 kN
berarti lebih kecil ± 2,3% dari yang diperlukan. Karena penetapan dimensi banyak ua geser beton adalah:
mengandung
=(1
anggapan-anggapan dan ketidakpastian, ukuran bujur sangkar tersebut akan dicoba
d ngan harapan dapat memenuhi syarat. Ve + )( )bod
Selanjutnya dihitung tekanan tanah tertaktor yang diakibatkan oleh beban yang bekerja:
p
= Pu = 1,2- (1000) +1,6(780) 291 kN I rrf. tetapi nilai tersebut tidak boleh febih besar dari:
Pu A 8,41
Tebal fondasi telapak biasanya ditentukan berdasarkan persyaratan kuat geser. Dalam
ka. sus ini akan diambil langkah memperkirakan terlebih dahulu tebaJ fondasi, untuk
Karena /3i cf'
c .
_ ={4../f])b!) d
k ,.c.--,
/ _ _ ... - - - - Y
uat geser maksimum akan men;adi
kemudi an diperiksa kuat gesemya. Apabila tebal fondasi ditentukan 700 mm, dengan . V (4t.')b.,d = 4( 0)(4 (6 = 47226 kN
tebaJ seli
,n- tf' Vc= 0,60(47226) = 2833,s --- ', I ( 1
mut baton 75 mm, dan meng9,_unakan,,_e'tt!R tulangan 025 untuk masing-masing arah,
maka tinggi efektif adaJah: d= ;700):J5 -\25 = 600 v:u<?Vn ... ,.,_;, '-< c I
Maka,
· '. ' ( ' p(r 1 C11A-"' f "Y
mm 1·
Merupakan nilai rata-rata tlnggierlektif yang akan digunakan untuk perhitungan perenca naan pada kedua arah kerja struktur kantileve r.
l<::uat geser fondasi telapak
kolom setempat dibedakan menjadi dua keadaan: (1) bekerja
Lr r1
Untuk arah ke >
total terfaktor b . . . .
o
Gr1a satu arah, lihat Gambar 1 7 b. aya geser h'::. {Q
-----i
f
J,
/ !(\)
pada dua arah sumbu: geser pons, dan (2) bekerja pada satu arah sumbu: geser '/ - yang ekel'}a pada penampang krttis adalah.
v u -PuWG ·
balok. Letak penampang geser kritis untuk mas•ng-masing kondisi seperti pada
= 291(2,9l{6:6JI= 506,3 kN . .
Gambar 10.7.
- /h.;l <) (/\ CV- ·b
BAB 10 STRUKTUR FONOAs; 359
3 58 BAB 10 STRUKTUR FONOASI
Dengan bentuk telapak bujur sangkar dan digunakannya tinggi efektif rata-rata, maka ke
Kuat geser baton adalah:
butuhan penulangan pada arah kerja yang lain dianggap sama. Gunakan untuk masing
Ve = ( N) bw = (.J2o){290 {600) = 1297 kN masing arah kerja 20 batang tulangan baja 025 {As= 9818 mm2 untuk setiap arah) dan
pe masangannya disebar merata melintang fondasi telapak pada masing-masing arah,
tf>Vn·= q,Vc o.)1297) = 78,2 kN seperti diperlihatkan pada Gambar 10.9.a
- V A. V '-._ \_ '1 {'" t()}v.L_ S I
Maka, u < 'I' n r Apabila faktor modifikasi diabaikan, panjang penyaiuran yang diperiukan untuk ba
Dengan demikian, fondasi memenuhi prsyaratan gs ngkah awal mengenai berat tang tu!angan 025 adalah 659 mm. Sedangkan tempat panjang penyaluran yang tersedia i
fon-
I
anggapan
Akan tetapi, untuk semua kasus kuat tumpuan tidak boleh melebihi,
da bidang mua kolm. Dbengnb ekn l ver lebar dengan arah kerja pada
dua arah, bahwa fondas1 bekeqa se aga1 a o t;(0,85fc'A 1)(2)
momen rencana dapat dihitg----- Karena bidang permukaan tumpuan di semua sisi lebih besar daripada bidang yang ber
tumpu, kuat tumpuan fondasi dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Mu = PuF( 1df)11M ·/ _"l '-"·) ----------.
-
MPa
607,6 (10) z = 0, 7275
k perlu= ¢bd Z - O,S (290q(600)
5
, = 4¥P=5.B'J /- I 'l-1 \
;9
/¥,
Cengan menggunakan 0
ft
ar
A-15 didapat pperlu < P minimum =
' fa - O ) S- ;1- 0 , s- .
0,0047 a1 syarat SK SNIT-15-1991-03 tidak boieh melampaui 2, selanjutnya gunakan nilai tersebut.
mat<a diaunakan Pmin· Kuat tumpuan fondasi = tp(0,85fc 1)(2,0)
2
..., As perlu = pbd= 0,0047(2900)(600) = 8120 mm = 0,70(0,85)(20)(500)2(2,0) = 5950 kN
momenpemt>ebanan
daerah , yang
dlpemitungkan untuk penampang kritls 2900
! . '1
90 i i
,· .;. 90 ---.
.- - - - -1- -- - - - - - - - - - -
-,- - '--i
---
1200 1200 00 -- 19
spasi
-----
i- --'-- 90
500
W=11.2JJOO :
A :
1911I I !
\ :
: A
= 1200
L 90
TI ,
100 --- --- --- •
:
ttttttt tttt tttttttt ttt
l -' - tii - ---
-
---
:
-.- ·j
I
•90
•
: I :
291 kN/m2
Potongan A-A
291 kNlm2
I :_ - _ _ _ f _ -- -- -- - - ---
------ - _:
Potongan A-A
t' oo
Gambar 10.9. Sketsa perencanaan Contoh 10.3
Gambar 10.8. Analisis momen fondasi telaoak
BAB 10 STRUKTUR FONDASI 361
36Q BAB 10 STRUKTUR
FONDASI
Biasanya tulangan dowel (pasak) tersebut dipasang dengan memberi kait 90°
t tum uan kolom dihitung sebagai berikut:
pada ujung bawah, dan ditempatkan di atas batang tufangan pokok fondasi telapak.
Kua p (0,85)fc'A1= 0,70(0,85)(30)(500)2 = 4462,5 kN
Dengan ca ra pemasangan seperti itu, dowel akan terikat erat di tempatnya sehingga
Sedangkan beban tumpuan renca aktual, adalah:
memperkecil ke mungkinan terjadinya pergeseran atau perubahan letaknya terutama
Pu= 1,2(1000) + 1,6(780) pada waktu pelaksa naan pengecoran beton. Katt pada pasak tersebut di atas tidak
= 2448 kN b dari kolom dapat dilim- diperhitungkan efektif da lam menentukan panjang penyaluran yang diperlukan, sesuai
Karena 2448 < 4462,5 < 5950, dapat diimpulkan bahwa be an
SK SNI T-15 1991-03 pasal
pahkan keseluruhannya kepada baton saJa. . ahan beban tersebut, SK SNI T-15- 3.5.5 ayat 3).
Untuk memperoleh kesempurnaan pellmp . . sebagai berikut·
asak ( dowen minimum ·
-o
1991 3 mensyaratkan luas penampang P
As perlu= 0,005Ag
10.5 FONDA SI EMPAT PERSEGI PANJANG
= 0,005(500)2= 1250 mm2
sak unakanlah batang tulangan 020
Perlu dipasang minimum empat batang tlanga pa, gng tulangan pasak baja diameter Fondasi empat persegi panjang biasanya digunakan di tempat dengan ruang terbatas.
(As = 1257 mm2). Akan tetapi, lebih prakt1s untud m =agunakan 4 batang tulangan 025 Perencanaan fondasi jenis ini sangat mirip dengan yang diterapkan pada bentuk telapak
sama dengan tulangan pokok kolom, denan setiap sudut kolom (As= 1964 bujur sangkar sebagaimana yang telah dibahas terdahulu. Pengecualian pokok adalah
mm2). sebagai pasak dan tempatkan masing-masmg pa ak I ruhan dapat bahwa perhitungannya dilakukan terpisah pada setiap arah kerja. Pada fondasi telapak
berlangsung tanpa de ngan dua arah kerja, analisis geser dilakukan dengan cara biasa, sedang pada
t elimpahan beban ese u .
Meskipun pada kenya aannya p . I fondasi de ngan satu arah kerja pemeriksaan hanya dikerjakan melintang sisi pendek
upun fondasi harus memenuh1
pasak, panjang penyaluran dowel ba1k ke dalam ko om ma saja. Momen lentur diperhitungkan terpisah untuk masing-masing arah, sehingga
persyaratan yang bertaku. . k d desak maka panjang penyaluran masing-masing mem punyai kebutuhan luas penampang batang tulangan baja tersendiri.
dasar Karena batang tulangan baia dalam ea aan , Batang tulangan baja arah memanjang diletakkan di bawah tulangan baja ke arah lebar
dowel ke dalam fondasi adalah: sedemikian rupa hingga tinggi efektif nya lebih besar untuk mendukung beban momen
d b ft. 25(300)=419 mm lentur yang lebih besar pa da arah itu.
f db = 4Jr - 4./2o . Pada fondasi telapak empat persegi panjang, pemasangan dan penyebaran penu
langan berbeda dengan yang dilaksanakan pada fondasi telapak bujur sangkar (SK SNI
dan tidak boleh kurang dari:
0 04d f - 0 04(25)(300) = 300 mm . T- 15-1991-03 pasal 3.8.4 ayat 4). Batang tulangan ke arah memanjang disusun dan
Panjang pen ra i d iperlukan, sama dengan panjang penyaluran dasar disebar merata di sepanjang lebar fondasi, sedangkan sebagian dari batang tulangan
dikah- yang diper lukan ke arah iebar ditempatkan pada suatu rentang di bagian tengah yang
'lli l
panjangnya sama dengan lebar fondasi. Bagian dari tulangan ke arah lebar yang
kan f ak1or modifikasi. . d. I b"h besar dari yang diperlukan, sehingga diten 1111
/3 +1
di mana {J adalah rasio sisi panjanQ terhadap sisi lebar. Kemudian sisa tulangan ke
arah lebar dipasang merata di daerah luar rentang tersebut di atas. Penataan tersebut daerah pembebanan
diperli- dlperhitungkan untuk
r penulangan dua arah
hatkan pada Gambar 10.10.
C onte h 10.4.
Rencanakan suatu tondasi beton bertulang untuk mendukung kolom beton bujur sang-
kar 500 mm berpengikat wlangan sengkang. Satu sisi fondasi dibatasi tidak dapat Jebih
besar dari 2,3 m. Beban mati kerja = 780 kN, beban hidup kerja = 780 kN, tekanan tanah
ijin =240 kPa pada kedalaman 1,65 m dari pennukaan tanah, f,'= 20 MPa, f y =300
MPa, (a)
P eny elesaian
Karena tebal fondasi telapak belum diketahui, untuk memperhitungkan berat fondasi dan
tanah di atasnya digunakan berat rata-rata 19,6 kN/m3 sedalam 1,65 m sejak dari muka
ta-
daerah pembebanan yang
D
nah sampai dasar fondasi. dlpemltunqkall untuk geser
Tekanan tanah yang timbul tepat di bawah fondasi akibat berat tersebut adalah: penu&angan satu aran
---
BAB 10 STRUKTUR FOHOASI 365
3300
Potongan A-A
Oilakukan peninjauan hanya terhadap gaya geser melintang sisi pendek saja.
Penampang kritis terletak pada jarak yang sama dengan tinggi efektif fondasi telapak (a)
3300
terhadap sisi
I
muka kolom.
Gaya geser total terfaktor yang_bekerja pada penampang kritis adalah: 3300
Vu= Pu
=
288(2,3)(0,85) = 563 kN
Kuat geser baton adalah:
Selanjutnya diperiksa anggapan yang digunakan pada langkah awal, mengenai berat fon- Potoogan B-a
L=
dasi berikut tanah di atasnya, gunakan berat tanah 15,7 kN/m3. 1400 (b)
Untuk penulangan arah memanjang, di _mana Mu= 649 kNm: = 0,0047(2300)(550) = 5946 mm2
::;
jGa unaf kand 13.dbatan.g tulangan baja 025 (A s = 6382 mm 2) • d.ipasang dengan arah meman-
k pertu = = 649(1O)s
w:
------------------
4' bd2 0,8 (230 1,1660 MPa s i ;a
q ( q2bak;i;
:
2
rta dipasang pada lapis terba-
55
gr:::::f
--
BAB 10 STRUKTUR FONDASI 36 7
.
Untuk
angan ke arah
lebar, · M 385 Gunakan 15 batang tulangan baja 025 dipasang di dalam rentang 2,3 m dan penataan se
kNm·
penul d1 6u=_ • lebihnya dapat dilihat pada Gambar 10.13. Apabila faktor modifikasi diabaikan, panjang
mana
-= 385(10) = 0, 4821
penyaluran yang diperlukan untuk batang tulangan baja 025 adalah 659 mm. Sedangkan
MPa panjang penyaluran yang tersedia melebihinya (pada arah lebar), yaitu 825 mm.
2
k pertu- f bd2 0,8(330q(S50)
Oengan -0,0047 A .. 5 d"d t per1u < pminimum = Karena bidang permukaan penumpu di semua sisi lebih besar daripada bidang pennuka
Daftar - , apa P
menggunakan • 1
;A,]
sehingga yang digunakan p minimum: an tertumpu, kuat tumpuan fondasi dihitung sebagai berikut:
As perlu = pbd
If
kuattumpuan rencana= •(0,85 f
7480
Termasuk dalam·kelompok ini adalah fondasi yang bertugas mendukung lebih dari
satu kolom atau dinding. Fondasi gabungan setempat yang mendukung dua kolom
kolom A
relatif se- ring dijumpai, dan merupakan contoh yang baik untuk dibahas pada Bablni. 500x500
Ada dua kondisi yang menjadikan alasan digunakannya fondasi jenis ini, ialah:
1) kolom tepi bangi.man yang letaknya langsung bersebelahan dengan batas tanah pe
milikan orang lain, sedemikian rupa sehingga tidak mungkin untuk membuat fondasi
kolom setempat (terpisah), dan
2) dua buah kolom berjarak sedemikian dekatnya sehingga memakai fondasi setempat
menghasilkan struktur yang tidak ekonomis, atau bahkan terjadi tumpang tindih.
Pada situasi demikian, biasanya dipilih fondasi gabungan dengan telapaknya berbentuk
empat persegi panjang atau trapesium. Pemilihan bentuk telapak fondasi berdasar pada
variasi perbedaan besar beban pada dua kolom yang ditopang, di samping juga pemba tttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt
tasan fisik (dimensi panjang dan lebar) yang dihadapi. Apabila fondasi tidak mungkin un
Gambar 10.14. Sketsa CDntoh 10.5
tuk dibuat empat persegi panjang, maka bentuk trapesium yang akan dipilih.
Oimensi fisik (kecualitebal) fondasi gabungan umumnya ditentukan berdasar pada Luas dasar fondasi yang diperlukan adalah:
tekanan tanah ijin, di samping juga keadaan ideal yang ingin dicapai, yaitu berimpitnya R 3500
titik berat luasan telapak fondasi dengan garis kerja resultante gaya dari beban kedua 257 = 257 =13,62 m 2
kolom atau dinding. Penentuan dimensi tersebut biasanya menggunakan beban kerja Dengan panjang L =7,48 m maka lebar fondasi adalah:
dalam pa- 13.62
sangannya dengan tekanan tanah ijin. 7• 48 =1,82 m
Tekanan tanah merata yang timbul akibat beban adalah:
Contoh 10.5. 3500
Tentukan bentuk dan ukuran fondasi gabungan yang mendukung beban dari dua kolom
, ( , ) +23= 280 kN /m2
seperti diperlihatkan pada Gambar 10.14. Data perencanaan: beban kerja yang bekerja 182 7 48
dari kolom A adalah 1300 kN, dari kolom B adalah 2200 kN, tekanan tanah ijin 280 kN/m2.
C ontoh 10.6.
P ehy elesaian Dengan mengunkan data perencanaan dari Contoh 10.5, tentukan ukuran fondasi
Menentukan letak resultants beban kolom dengan menggunakan keseimbangan momen gabungan apabtla ada pembatasan bahwa panjangnya tidak dapat lebih dari 6,6 m.
terhadap titik z: I
L yang dibutuhkan = 3,74(2) = 7,48 ::u =e :iaa2:; n : ( 23 kN/m , dan tekanan tanah ijin untuk
5 1 2
m
Tebal fondasi ditetapkan 1,0 m, maka berat setiap luasan =
23(1) =
23 kN/m3, dan Luas dasar fondasi yang dibutuhkan, ·
dengan demikian tekanan tanah ijin yang tersedia untuk menahan beban =
280 - 23 = 3500
--= 13,62 m 2
257 kN/m2 257
(mngabaikan tanah yang berada di atas fondasi).
r
I
37 Q BAcs 10 STRUKTUR FONDASI BAB 10 STRUKTUR FONDASI 37 1
garis kerja resultante yang tidak berimpit dengan pusat berat luasan dasar fondasi. Se
dangkan penentuan tebal fondasi dengan penulangannya didasarkan pada beban dan
tekanan tanah terfaktor, berarti menggunakan pendekatan metode kekuatan.
Pada Gambar 10.15 tampak bahwa letak kedudukan kolom relatif dekat dengan
ujung fondasi. Dengan menganggap kolom-kolom sebagai penopang dan fondasi akan
menerirna beban merata ke atas yang berasal dari tekanan tanah, maka pada
I : londasl
araJ1meman jang fondasi akan timbul momen yang mengakibatkan timbulnya tarikan di
bagian afas fon dasi. Untuk itu, tulangan pokok memanjang ditempatkan di bagian atas
\ dan disebar mera
I ; J_ ta ke arah melintang lebar fondasi. Pada arah lebar fondasi akan timbul pula momen yang
1600 ,\< 5000 -( 1000 ,y lebih kecil yang mengakibatkan desakan di bagian atas. Untuk menyebar dengan baik be
ban kolom ke arah lebar,maka di bawah setiap kolom pada bagian bawah fondasi
Gambar 10.15. Sketsa Conteh 1o.e dipasang penulangan ke arah lebar seperti yang dilakukan pada fondasi kolom
setempat. Dengan demikian tampak bahwa pada arah memanjang, struktur fondasi
Dengan menggunakan bentuk trapesium, maka luas trapesium A adalah: A= ( b + b 1)112L gabungan berlaku seba gai balok persegi lebar, sehingga perancangannya
dengan demikian, menggunakan ketentuan-ketentuan untuk mekanisme lentur.
2 A 2(13,62) Oengan demikian ringkasan prosedur perencanaan adalah sebagai berikut:
b+ b1 =T = 6,60 4,13 m
1) Oengan menganggap bahwa fondasi berlaku sebagai balok memanjang, tulangan po
Pusat berat luasan trapesium berimpit dengan resultante gaya beban dari kolom, dan le kok memanjang ditempatkan di bagian atas fondasi dan dipasang merata ke arah
taknya berjarak cdari titik z, dapat ditulis sebagai berikut: lebar.
2) Harus dilakukan pemeriksaan gaya geser, baik untuk geser satu arah pada tempat
c - L (2b +bi) = 3 74 m
- 3 (b +b1) ' yang berjarak sama dengan tinggi efektif fondasi d dari sisi muka kolom, maupun
geser dua arah (geser pons) pada keliling yang berjarak setengah tinggi efektif
Dengan demikian telah dimiliki dua persamaan yang mengandung b dan b ,. dengan me
fondasi 1,12d dari sisi muka kolom.
masukkan nilai L = 6,6 m dan ( b + b1) = 4, 13 m, maka: 3) Dalam rangka mempertahankan ketebalan fondasi yang ekonomis, dan dengan meng
6, 60(b +4,13) anggap bahwa gaya geser terjadi merata melintang ke arah lebar, seringkali diperlukan
3,74
3(4,13) ikatan sengkang atau pembengkokan batang tulangan baja, untuk menahan geser.
sehingga didapat: 4) Penulangan melintang ke arah lebar biasanya dipasang merata di bagian bawah fonda
si dalam rentang yang lebamya tidak boleh lebih besar dari lebar kolom ditambah dua
kali tinggi efektif fondasi. Perencanaan ke arah melintang lebar dilakukan sebagaimana
3, 74(3)(4 , yang diterapkan pada fondasi telapak kolom setempat dengan menganggap panjang
2,89 m
13)
nya sama dangan rentang yang tela disebutkan di atas.
b = 6,60- 4,13
bt= 4, 13 - 2,89 = 1,24 m 5) Pada bagian bawah fondasi juga dipasang penulangan memanjang dalam rangka upa
gunakan b = , 2 90 m dan b -- •1 25 m
, •
1
maka luas dasar fondasi ada! ya mendapatkan posisi teguh dan ikatan yang baik bagi sengkang maupun penulang
ah:
A aktual = 6,6(112)(1,25 + 2,90) = 13,695 m2• • • . an ke arah lebar. Meskipun mungkin kebutuhan tulangan baja di sekitar kolom hanya
Nilai yang didapat berselisih sedikit dengan perkiraan semula, sehingga tak prlu.d1rev1s1. .Kanyataannya pasangan beban kolom-kolom boleh dikatakan hamp1r selalu membenkan
Dalam rangka mengupayakan penyederhanaan perencanaan ond.at,
d1gunakan pendekatan berdasarkan perilakunya, seperti yang akan diuraikan benkut
m1. Perecan an struktur fondasi gabungan yang berbentuk empat persegi panjang
aau tras1um d1- dasarkan pada anggapan bahwa tekanan tanah merata dibawah
fodas1, mesk1pun p.ada
sodikit, tetapi harus dilakukan pemeriksaan efek kantilever di tempat tersebut.
I
372 BAB 10 STRUKTUR
FONDASI BAB 10 STRUKTUR FONDASI 37 3
SOAL-SOA1-
Conteh 10.7. ·
Tentukan ukuran fondasi gabungan eksterior dan interior dari suatu banun 10-1. Rencanakan suatu fondasi baton tak bertulang untuk dinding baton bertulang
dengan situasi seperti tampak pada Gambar 10.17. Data perencanaan: beban kel]a tebaJ 300 mm. Beban kerja terdiri dari beban mati 33,5 kN/m' (termasuk berat
dan kolom A ke fondasi 670 kN, dari kolom B ke.fondasi 1100 kN, tekanan tanah ijin sendiri dinding) dan beban hidup 33,5 kN/m'. Gunakan fc' = 20 MPa, tekanan
192 kN/m2. tanah ijin 192 kPa, berat tanah W9 =15,7 kN/m3, kedalaman dasar fondasi 1,20 m
di bawah perrnukaan tanah.
P eny elesaian
Anggap bahwa e = 0,75 m dan tentukan tebal fondasi 0,60 m sehingga, 10-2. Rencanakan ulang fondasi dinding pada Soal 10-1. apabila beban kerja terdiri dari
berat = 0,6(23) = 13,8 kN/m2. beban mati 115 kN/m' dan beban hidup 115 kN/m'.
2
Tekanan tanah ijin untuk rnenahan beban = 192 -13,8 = 178,2 kN/rn •
Menentukan gaya geser V pada balok pengikat, 10-3. Rencanakan fondasi dinding pada Soal 10-1. sebagai fondasi baton bertulang
670(0,75) dengan beban kerja terdiri dari beban mati 88 kN/m' (termasuk berat dinding) dan
V = Pe e 95,7 . kN
(L -e) 5,25 beban hidup 220 kN/m'. Gunakan fy = 300 MPa.
Reaksi-reaksi pada fondasi:
Re= P8 +V = 670 + 95,7 = 765,7 kN 10-4. Rencanakan suatu fondasi telapak setempat berbentuk bujur sangkar mendu
Ai = Pi-V = 1100 - 95,7 = 1004,3 kN kung kolom baton bertulang bujur sangkar 500 mm berpengikat sengkang. Be
Tetapkan ukuran fondasi 2,1 m x 2,1 m ( A = 4,41 m2). Oengan mnacu pada han kerja terdiri dari beban rnati 890 kN dan beban hidup 1550 kN, fc' = 20
Gmbar MPa,
fy = 400 MPa, tekanan tanah ijin165 kPa, w8 = 15,7 kN/m3. Kolom terdiri dari baton
10.17, tampak bahwa nilai anggapan awal e temyata sama dengan rnla1 e aktual dengan fc' = 35 MPa, dan diberi penulangan 8 batang tulangan baja 025 dengan
sehingga tidak diperlukan revisi parhitungan.
fy = 400 MPa. Kedalaman dasar fondasi 1,2 m dari permukaan tanah.
Luas dasar fondasi bagian dalam adalah:
1004,3 5 64 m 2
----
178,2 ' 10-5. Rencanakan suatu fondasi telapak setempat berbentuk bujur sangkar men
2 dukung kolom baton bertulang bujur sangkar 400 mm berpengikat sengkang.
Tetapkan ukuran fondasi bagian dalam 2,4 m x 2,4 m (A = 5,76 m
--
).
Beban kerja terdiri dari beban mati 890 kN dan beban hidup 700 kN, tekanan
I
kolom
I balok lkat
B
kolom A I
- -- - - -- - - --
- - - - - - I
! I
tanah ijin 240 kPa, w9 = 15,7 kN/m3. KedaJaman dasar fondasi 1,20 m di bawah
permukaan tanah. Untuk kolom maupun fondasi: fc' = 30 MPa dan fy = 300 MPa,
dan kolom ditulangi dengan 8 batang tulangan baja 022.
,, ,.,
6000 ,, i0-6. Rencanakan pelimpahan beban dari suatu kolom baton bertulang bujur sangkar
350 mm berpengikat sengkarig kepada suatu fondasi bujur sangkar 4,0 m. Pu =
2800 kN, mutu baton fondasi fc' = 20 MPa, kolom fc' = 35 MPa, semua baja fy =
400 MPa. Kolom ditulangi dengan 8 batang tulangan baja 025.
10-7. Rencanakan ulang fondasi pada Seal 10-5 dangan dibatasi ukuran lebar fondasi
tidak boleh lebih dari 2, 10 m.
/
376 BAB 10 STRUKTUR FONDASI
1o-8. Rencanakan fondasi untuk dua kolom A dan B yang berjarak p.k.p. D = 4,75 m
seperti tampak dalam gambar.Beban kerjai kolom A 440 kN dan beban dari kolom
B 660 kN. Tekanan tanah ijin 190 kPa. Tentukan jenis, denah, dan ukuran
•
•.
fondasi,
dengan mengabaikan penulangannya.
10-9. Sama separti Soal 10-8 kecuali beban kerja dari kolom A 3100 kN. dari kolom B ..
= 4,25 m.
.
4000 kN, dan D
10-10. Untuk denah kolom seperti tergambar, ada pembatasan Wtidak boleh lebih dari
4,80 m, dan D = 4,80 m. Tentukan ukuran fondasi yang tepat dengan denahnya
apabila beban kerja dari kolom A 3100 kN dan dari kolom B 3500 kN, tekanan
tanah ijin 192 kN/m2, abaikan penulangannya.
10-11. Untuk denah kolom seperti tergambar, 0 = 7,40 m. Fondasi untuk kolom bujur
sangkar A (bujur sangkar 500 mm) diletakkan sedemikian rupa sehingga sebelah
kiri rata-muka. Beban kerja dari kolom A 890 kN dan dari kolom 8 1300 kN.
Tekanan tanah ijin 216 kN/m2, tebal fondasi 0,75 m. Tentukan jenis, denah, dan
ukuran yang tepat untuk fondasi tersebut.
_:
0 ,, ----------------,
I
•
.
\
I
kolomA
kolomB W\
i
.
Gambar untuk Saal 10.8 sampai dengan Saal 10.11
k nakan untuk mendukung baban luar sesuai dengan yang diinginkan. Tujuan mem
11
o berikan tegangan awal atau prategangan, adalah untuk menimbulkan tegangan awal te
m kan baton pada lokasi di mana nantinya akan timbul tegangan tarik pada waktu komponen
p mendukung beban sedamikian rupa sehingga diharapkan sewaktu beban seluruhnya be
o kerja tegangan tarik total berkurang atau bahkan lenyap sama sekali. Dalam pemakaian
n se hari-hari, konsep struktur prategangan sudah dikenal dan digunakan sejak lama.
e Sebagai contoh, dalam pembuatan roda kayu untuk cikar atau kereta dengan cara
n memasang plat baja yang dipanaskan pada sakeliling roda, yang kamudian sagera diikat
dengan penge asan. Saperti diketahui, plat baja bila dipanaskan akan memuai
s bertambah panjang dan menyusut kembali dalam keadaan dingin. Apabila panjang
DASA R-DASA R BETON PRATEGA NGA N e tertentu pada keadaan panas tersabut dipertahankan dan dimatikan, maka pada proses
b menjadi dingin atau temparatur normal di sepanjang plat baja mengelilingi roda timbul
e tegangan tarik awal. Tegangan tarik plat baja mangakibatkan tekanan pada keseiuruhan
l sistem roda termasuk ruji-rujinya, sademikian rupa sehingga terbentuk kakokohan dan
u stabilitas roda sewaktu menopang baban. Demikian pula yang dilakukan pada
m pembuatan tong kayu, dengan cara melilitkan plat-plat pengikat baja yang dipanaskan
dan di01atikan mambentuk gelang lingkaran me ngelilingi susunan bilah-bilah kayu
d berjajar membentuk ruang (tong). Tegangan tarik pada plat baja pengikat menimbulkan
11 .1 P ENDA HULUA N
i gaya tekan awal sehingga bilah-bilah kayu sa!ing mene kan pada sisi-sisinya, dan sistam
g tong secara kaseluruhan kencang dan tidak bocor. Pada kadua contoh r;istom struktur
Struktur baton pratagangan atau pratekan didefinisikan sebagai suatu sistem
u tarsebut di atas, tegangan tarik pada plat baja merupaka'1
struktur ba ton khusus dengan cara memberikan tegangan awal tartentu pada
378 BAB 11 OASAR-OASAR BHGn Plik t:GANGAN
BAS 11 OASAR-OASAR BETON PRATEGANGAN 379
gaya prtegangan yang sengaja ditimbulkan pada tahap awal sedemikian rupa
sehingga selanjutnya sistem struktur cukup mempunyai kekokohan serta stabilitas gian utama hitungan anafisis dan perencanaan menggunakan beban kerja, tegangan ijin,
paa aktu me nopang beban. Disadari atau tidak. kita juga sering menggunakan dan anggapan-anggapan dasar seperti yang digariskan dalam SK SNI T-15-1991-03
contoh lain 1alah pada penyambungan komponen struktur dengan sistem baut. pasal
Pengencangan baut dengan 3. 11.2 sampai dengan pasal 3.11.5. Di samping itu juga harus memenuhi syarat kekuatan
menggunakan mur pada hakekatnya adalah usaha untuk menimbulkan gaya pratarik di yang ditentukan, sehingga pada beberapa tempat juga dilakukan analisis dengan meng
da tam baut sedemikian rupa sehingga keseluruhan sistem sambungan struktur menjadi gunakan beban terfaktor dan faktor reduksi kekuatan yang sesuai.
da lam keadaan tertekan. Cara yang biasa dilakukan untuk penerapan gaya prategang pada kornponen
Separti dikatahui bahan beton tidak kuat untuk menahan tegangan tarik, sehingga struk tur baton adalah. dengan menggunakan tendon baja. Terdapat dua macam cara
selalu diusahakan untuk menghindari timbulnya tegangan tarik dalam baton. Berkurang pelaksa- - naan pemberian prategangan, yaitu pra-penarikan (pretensioning) dan
atau lenyapnya tagangan tarik di dalam baton mengurangi masalah retak atau bahkan penarikan puma (post-tensioning) atau pasca-tarik. Cara pra-penarikan ( pretensioning)
ter capainya kaadaan bebas-retak pada tingkat beban kerja. Usaha menghilangkan didefinisikan seba gai cara memberikan prategangari pada beton di mana tendon ditarik
retak-re tak pada baton lebih lanjut bararti mencegah berlangsungnya proses korosi untuk ditegangkan sebelum dilakukan pengecoran adukan baton ke dalam acuan yang
(pengaratan) tulangan baja melalui proses oksidasi. Tercapainya hal tersebut merupakan telah disiapkan. Pe laksanaan cara ini, yang umumnya dilakukan di suatu tempat
salah satu ke lebihan baton prategangan dibandingkan dengan baton bertulang biasa, khusus di fapangan pen cetakan ( casting yard), pada dasamya terdiri dari lima langkah:
khususnya apa bila struktur digunakan di tempat terbuka terhadap cuaca atau lingkungan 1. Pertama-tama tendon dipasang memanjang di antara dua jangkar di tempat
korosif. Penam pang balok ·dalam keadaan teriekan mampu mencegah timbulnya pengecor an mengikuti pola tertentu sesuai dengan perhitungan perancanaan
tegangan tarik diagonal di badan balok sehingga mengurangi kecanderungan seperti tampak pada Gambar 11.1.a. Tendon tersebut kemudian ditarik hingga
terjadinya retak-retak miring. Di samping bahwa komponen struktur yang bebas retak mencapai nilai tegang
mamiliki kekakuan lebih besar di bawah beban-beban kerja karena seluruh an tarik f5 ; yang tidak lebih dari 85% kuat tariknya ( fpu), dan tidak lebih dari 94% kuat
penampangnya bekerja efektif. Selain itu, de ngan sengaja memasang tendon lu luh fpy (SK SNIT-15-1991-03 pasal 3.11.5. ayat 1). Kemudian tendon dalam
melengkung mengikuti koordinat yang diinginkan akan menimbulkan komponen gaya keadaan tertarik tersebut dijangkar kuat-kuat pada kedua ujungnya sedemikian rupa
vertikal yang sangat membantu untuk memikul geser. Ke tahanan terhadap geser yang sehingga
lebih baik dan efektivitas penampang tersebut memberikan dimensi penampang gaya tarik tetap tertahan padanya.
komponen struktur prategangan menjadi lebih ramping, yang selan jutnya memberikan 2. Apabila acuan baton belum dipasang di tempatnya, segera dipasang mengitari
keuntungan berkurangnya beban mati. tendon sesuai dengan bentuk komponen yang direncanakan.
Akan tetapi di samping kelebihan dan keuntungan tersebut, harus dipertimbang 3. Kemudian dilakukan pengecoran adukan baton ke dalam acuan berisi tendon dalam
kan pula bahwa penggunaan bahan-bahan yang lebih kuat mengakibatkan naiknya keadaan tertarik, dan dilanjutkan dengan pekerjaan perawatan pengerasan beton.
harga satuan pelaksanaan pembangunan, karena perlengkapan dan peralatan yang Da lam pelaksanaannya harus disertai upaya pengendalian keamanan dan kualitas
mahal se perti tendon baja, angker ujung, plat landas penahan, acuan yang peker jaan mengingat resiko bahaya kecelakaan yang dihadapi. Termasuk
berkakuatan ekstra. alat pendongkrak, dan sabagainya. Pelaksanaan struktur baton pelaksanaan pera watan pengerasan baton yang harus dijaga berjalan sebaik
prategangan menuntut ketelitian kerja yang lebih tinggi karena resiko keamanan yang mungkin, sedemikian rupa sehingga didapat hasil akhir berupa baton mutu tinggi
dihadapi, pangawasan kua litas yang lebih ketat, dan khusus untuk pelaksanaan yang melekat dengan baik pada tendon yang sudah ditegangkan (ditarik), lihat
komponen pracetak memerlukan penanaman investasi awal yang lebih besar di Gambar 11.1.b.
lapangan. 4. Apabila beton telah mencapai kekeraan dan kekuatan fc/ tertentu, umumnya ditetap
kan sekitar 27,S MPa sampai 30 MPa, yang memerlukan waktu 24 jam atau kurang,
ten don dipotong di tempat penjangkarannya. Karena tendon tertekat kuat dengan
baton,
seketika setelah dipotong atau dilepas pada jangkamya akan terjadi pelimpahan gaya
11. 2 KONSEP DASAR DA pratagangan tinggi kepada baton. Oengan demikian, gaya tarik tinggi To yang se
N T0
P ENDEKATA N PER ENCANAAN Karena hampir semua kelebihan baton prategangan adalah pada tlngkat heban kerja dan
besar gaya prategang umumnya ditentukan oleh tegangan ljln di dnlnrn beton. maka ba-
mula ditahan tendon beralih dan berubah menjadi gaya desak terhadap apabila letak tendon sentris terhadap penampang, atau melengkung akibat desakan
keseluruhan penampang efektif (transformasi) baton. Seperti tampak pada apabila tidak sentris. Tegang an-tegangan yang timbul sesaat setelah tendon
Gambar 111.c, gaya prategang mengakibatkan baton cenderung memandak dipotong dari jangkamya disebut se-
BAB 11 OASAR-DASAR BETON PRATEGANGAN 38 1
38Q BAB 11 OASAR-OASAR BETON PRATEGANGAN
bagai tegangan pada saat transfer (pelimpahan) tegangan. Dengan diputusnya ten don
dan bertangsung pelimpahan tegangan, beban mati (berat sendiri) diperhiturig kan bekerja
legangan k.abel f sI
serentak bersamaan dengan gaya prategangan. Keadaan tersebut digam barkan seperti
tampak pada Gambar 11.1.d, yang merupakan keadaan tegangan pa ling kritis yang timbul
sesaat setelah ber1angsung pelimpahan, tetapi sebelum terjadi kehilangan gaya
Tendon ditarik di antara dua jangkar (a) prategangan. Kehilangan gaya prategangan merupakan fenomena khusus yang akan
dibahas lebih lanjut pada Bab 11.4. Untuk keadaan yang bersifat se - mentara ini, SK SNI T-
r------------T.0t;;.. 5
= ,As 1 15-1991-03 pasal 3.11.4 ayat 1 memberikan harga-harga batas tegangan tarik di bagian
tepi atas balok tidak mef ampaui 114../ fc/ (sekitar 40% kuat tarik), dan tegangan tekan di
#i:;M;
1
bagian tepi bawah tidak lebih dari 0,60fc/· Apabila tegangan ta rik terhitung melampaui nilai
tersebut, harus dipasang tufangan tambahan (nonprate
total dalam baton yang
gang atau prategang) di daerah tarik untuk memikul gaya tarik
dihitung berdasarkan asumsi penampang utuh.
Acuan dipasang dan adukan beton dicer ke dalamnya
(b} 5. Setelah cukup kuat dan sesuai persyaratan, komponen prategang dapat dilepas dan
diangkat dari cetakannya untuk dipindahkan ke lapangan penyimpanan sehingga tem pat
pencetakan dapat dipakai untuk proses prategangan komponen berikutnya.
dan mempunyai cukup kekerasan untuk menahan tegangan sesuai dengan yang di butuhan untuk pertindungan tendon dan perhitungan ekonomi. Untuk keadaan demi
inginkan. Pelaksanaan cara ini pada dasamya terdiri dari enam langkah: kian, gaya prategan.gan hanya diperhitungkan bekerja terhadap penampang betonnya
1. Acuan baton dipasang di tempat yang sesuai dengan rencana letak komponen struk saja (bukan penampang transformasi) paling tidak sampai tercapainya keadaan seperti
tur dengan sekaligus dipasangi pipa selongsong lentur yang dibuat dari plastik atau pada Gambar 11.1.d.
metal, yang. akan menyelubungi tendon. Pipa selongsong tendon diletakkan di dalam 6. Pada umumnya jangkar ujung setelah diktmci .(dimatikan) pertu ditutupi atau dilindungi
acuan dengan posisinya diatur dan ditahan untuk membentuk pola tertentu sesuai de dengan lapis pelindung.
ngan momen perlwanan yang direncanakan.
2. Kemudian adukan baton dicor ke dalam acuan dengan menjaga agar pipa selongsong Meskipun cara penarikan puma kadang-kadang ada jug a yang dilaksanakan di
tendon tetap kokoh pada posisinya dan tidak kemasukan adukan, kemudian dilakukan sua tu tempat di luar proyek menggunakan sistem pracetak, kebanyakan dilaksanakan
perawatan pengerasan baton secukupnya sampai mencapai kekuatan tertentu. lang sung di tempat komponen struktur direncanakan. Terutama apabila satuan
3. Selanjutnya tendon dimasukkan ke dalam pipa selongsong yang sudah disiapkan di komponen ter lalu besar untuk diangkut dan dipasang, dan juga untuk komponen
dalam baton. Pada cara lain ada juga yang menempatkan pipa selongsong lengkap struktur yang meng hendaki kedudukan tendon bervariasi kompleks, melengkung, dan
de ngan tendon di dalam acuan sebelum dilakukan pengecoran adukan baton. sebagainya. Pelaksa naan penarikan tendon biasanya dengan menggunakan dongkrak
4. Tendon ditarik dengan menggunakan dongkrak di satu ujung dan jangkar mati atau hidraulis. Di pasaran telah banyak tersedia peraJatan untuk tarik tendon, dongkrak,
plat penahan pada ujung lainnya. Kadang-kadang jangkar mati atau plat penahan su pengunci, atau cangkeram tendon dengan perlindungan hak paten, digunakan dengan
dah disiapkan dipasang tertanam pada ujung komponen. Fungsi jangkar digabungkan tujuan untuk menjangkar ujung tendon pada beton sesempuma mungkin, sesedikit
dengan cara-cara mencangkeram tendon agar tidak terjadi slip (penggelinciran) dalam mungkin terjadi kehilangan te gangan.
rangka upaya agar beban atau tegangan tarikan tetap bertahan pada tendon. Beberapa sistem di antaranya yang sudah umum dipakai adalah: { 1) lnryco Cona,
Pada saat penarikan tendon, sudah terjadi kehilangan gaya prategangan berupa: per dengan strand( kawat ) tunggal atau banyak, (2) BBRV(Birkenmaier, Brandestini, Ros, dan
pendekan elastis, kehilangan tegangan akibat gesekan, dan sebagian momen beban Voght), dengan cara menanam kepala kawat di dalam kepala jangkar, (3) Freyssinet,
mati sudah bekerja sabagai dampak dari posisi lengkung tendon. Dengan demikian menggunakan cara jepit kawat dengan penyumbatan, (4) VSL(Voorspann Sys1ems Lon
gaya dongkrak harus sudah memperhitungkan hai-hal yang menyangkut kehiiangan singer), memakai jangkar mati atau hidup dan dongkrak khusus.
tegangan tersebut. Pembatasan tegangan-tegangan ijin pada tahap-tahap peiimpah
an dan pelayanan diambil sama dengan yang diberikan untuk cara pra-penarikan.
5. Apabila digunakan tendon bonded, terutama untuk lingkungan yang korosif, ruang 11.3 PO LA TEGANGAN
kosong di dalam pipa mengelilingi tendon diisi penuh pasta semen dengan cara disun BALOK BETON PRATEGA
tikkan (grouting) setelah tendon ditarik dan sebelum beban hidup bekerja. Apabila de NGAN
mikian halnya. maka tegangan akibat beban hidup dihitung berdasarkan penampang
transformasi seperti yang dilakukan pada cara pra-penarikan. Tetapi ada jug-a tendon
Pola tegangan yang terjadi pada penampang balok baton prategangan direncanakan
yang tetap dibiarkan unbonded tanpa penyuntikan pasta semen, tergantung pada ke- dengan cara meninjau tegangan akibat gaya dan beban yang bekerja pada tahap-
tahap tertentu, yaitu pada saat awa! atau transfer (pelimpahan tegarigan awal) dan
tahap akhir (pelayanan beban kea}. Untuk kepentingan analisis dan perhitungan
diperlukan kesepa
katan perjanjian tanda. untuk tegangan tarik dipakai tanda positif (+) dan untuk
tegangan desak adalah negatif (-).
\"-- pipa
selongsong Dengan menganggap bahwa penampang bebas retak pada tingkat beban kerja,
dlisi tendon
maka seluruh penampang diperhitungkan efektif memikul tegangan yang timbul sehing
Gambar 11.2 Komponen Struktur Penarikan Puma ga seluruh luas beton diperhitungkan dalam menentukan kedudukan pusat berat dan
momen inersia penampang.
384 BAB 11 OASAR-OASAR BETON PAArEGANGAN
BAB 11 DASAR-DASAR SETON PRATEGANGAN 385
C ont eh 11.1.
Untuk balok dengan penampang seperti tampak pada Gambar 11.3, tentukan tegangan + 1.38 MPa -3.33 MPa- t,952!.
Penampang Ter gan Tagangan Tagangan
tegangan yang timbul akibat gaya prategang sesaat setelah pelimpahan (transfer), dan
beoan mat! Prategang beban mat! +
juga tegangan-tegangan yang timbul pada penampang balok di tengah bentang apabila Initial prateganq
(a) lbl (c) (d)
balok terletak di atas bentang sederhana sepanjang 6,0 m. Gunakan fc' = 35 MPa dan
di anggap bahwa pada waktu transfer kuat beton baru mencapai 30 MPa. Oigunakan Gambar 11.4. Tegangan-tegangan di tengah bentang Contoh 11.1
gaya prategangan 450 kN dengan posisi tendon pada pusat berat penampang balok.
Momen lantur akibat beban mati balok:
1 1 2
Peny elesaian Ma. = -wa.i 2 =-(3,1051(6) =13,97 kNm
8 8 .
Pertama-tama adalah menghitung tegangan yang terjadi di penampang beton sesaat se
telah berlangsung pelimpahan gaya prategangan. Hitung moman inersia balok dengan menggunakan luasan penampang lintang kotor dan
Dengan bekerjanya gaya prategangan T0 pada pusat berat dan dangan anggapan mengabaikan luas transformasi tendon (karena letak tendon baja di pusat berat penam
ditahan olah seluruh luasan panampang kotor baton Ac, maka tagangan baton besamya pang, tidak ada masalah terhadap perhitungan momen inersia).
3
sama di seluruh penampang. Ig = J12 _bh 3 = .1..2l. = 2278125000 nm 4
(.300.)(450.
f = Ps = - 450 (10)3 =-3 33 MPa
Tegangan yang timbul akibat beban mati:
Ac 300(450) ' 5
f = ::: M 0 c = :: 13,97(10)
(225) ::1,38 MPa
Menghitung tegangan yang timbul akibat beban mati I 2278125000
balok :
Berat sendiri balok: w0L = 0,3(0,45)(23) = 3, 105 Menghitung tegangan yang timbul akibat gaya prategangan dan beban mati :
kN/m' f (prategangan transferTOL) = - 3,33 ± 1,38
= - 4,71 MPa (atas, tekan)
;f
I 300
= -1,95 MPa (bawah, tekan)
Hasil-hasil ini diparlihatkan pada diagram, Gambar 11.4.
Contoh tarsabut di atas menggarribarkan dua tahapan proses prategangan.
Untuk komponen pra-penarikan tahap pelimpahan tegangan ( transfer) tarjadi sesaat
sesudah endon dipotong pada ujung komponen, di mana pada saat itu gaya
prategangan dilim pahkan kepada balok seperti tampak pada Gambar 11.1. Apabila
balok seperti ini dilepas dari cetakannya kemudian diangkat pada ujung-ujungnya,
tegangan akibat beban mati mulai bekerja. Selanjutnya, baik berat balok (beban mati)
Penampang Penampang Transtormasi
Balok
maupun gaya prategangan akan memberikan andilnya dalam mambentuk pola
tegangan yang timbul di dalam balok. Tahap
Garnbar 11.3. Sketsa CDntoh 11.1 ini panting karena akan segera muncul pada waktu yang tidak terlalu lama (dalam waktu
24 jam setelah pencoran), yang disebut sebagai keadaan awal, dan tegangan-tegangan
be-
386 BAB 11 OASAR-OASAR SETON PR.«J"EGANGAN
BAB 11 DASAR-DASAR SETON PRArEGANGAN 387
ton harus masih berada dalam batas ijin seperti yang ditentukan dalam SK SNI T-15-
1991- 03 pasaJ 3.1i.4.
Penyelesaian
Dari analisis di atas didapatkan bahwa tegangan-tegangan tarik yang diakibatkan Berat balok:
oleh momen lentur beban mati di bagian bawah balok lenyap, dan pada seluruh WoL = 0,50(0,30)(23) = 3,45 kN/m'
penam pang terjadi tegangan tekan. Untuk pengembangan analisis lebih lanjut, apabila Moman akibat dari berat balok:
letak ten don diturunkan atau ditempatkan di bawah garis netral, sesaat setelah transfer , 1 ( 2
Mot =3w 2
0i = 3(3,45) 9) = 34,93 kNm
akan me
Momen akibat dari beban (DL + LL}:
ngakibatkan tegangan tekan di bagian bawah balok bertambah sekaligus menimbulkan
2
momen lentur negatif sahingga balok cenderung melengkung ke atas. Pada saat itu pula,
2
gaya berat sendiri yang berupa momen positif mulai bekerja. Jadi dengan demikian apabi MoL+LL = (woL + W LL) = (3,65+ 3.45+ 15) = 223,8 kNm
la diberikan tambahan beban yang mengakibatkan momen positif, seperti beban hidup, (9)
sampai batas tertentu masih mampu untuk ditahan balok tanpa timbul tegangan tarik di Letak garis netral:
ba gian bawah. Oleh karena itu, untuk balok bentang sederhana di mana gaya 2: (Ay)
prategangan y = --
}: A
nya bekerja eksentris, tegangan-tegangan yang timbul akibat gaya prategangan awaJ tidak
akan pemah timbul sendirian tanpa diikuti tegangan yang arahnya berlawanan dari mo dengan menggunakan tepi atas penampang sebagai garis acuan,
- 300(500) (250) + 1290,3(7) (-380)
men akibat dari beban mati. 257
y- 300(500) + 9032,1 - ,4 mm
C o n t e h 11.2. eksentrisitas kawat untaian terhadap garis netral adalah:
Untuk balok prategangan di atas perletakan sederhana dengan penampang potongan e = 380 - 257,4 122,6 mm =
seperti tampak pada Gambar 11.5, berikan analisis tegangan lentur di tengah bentang Momen inersia terhadap garis netral adalah:
pada saat transfer dan pelayanan (akhir). Abaikan kehilangan tegangan yang terjadi. 3 2 2
I = (30q(S00) +300(500)(7,4) +1290,3(122,6)
Gunakan penampang baja prategangan Aps = 1290,3 mm 2, f c' = 40 MPa, pada 1
waktu = 3268973327 rrm4
transfer kuat beton telah mencapai 35 MPa. Gaya prategangan awal 1100 kN. Beban mati Kemudian menghitung tegangan-tegangan sebagai berikut (lihat Gambar 11.6):
kerja = 3,65 kN!m' (tidak termasuk berat sendiri balok), beban hidup kerja = 15 kN!m', gu
nakan nilai n =
7. Oianggap bahwa luas penampang kotor efektif, dan untuk menghitung a . Prategangan awal:
momen inersia gunakan /uas transformasi dengan mengabaikan luasan beton yang di Karena gaya prategangan eksentris terhadap garis netral, tegangan-tegangan pada tahap
tempati baja. awal tidak merata pada penampang, dan dihitung sebagai berikut:
300 f = _ Ps ± Mc = _ Ps • Ps (
r e) c AcI Ac - I
-17,62 -17,08
Dengan menjumlahkan tegangan kerja tahap kedua pada saat balok tefah mendukung
beban kerja (prategangan +beban mati DL dan beban total):
Tegangan pada sisi atas balok = 0,54 - 17,62 = - 17,08 (desak)
Tegangan pada sisi bawah balok = - 14,74 + 16,61 = + 1,87 MPa (tarik)
Tegangan ijin baton pada tahap pelayanan beban kerja sesuai SK SNI T-15-1991-03 pasal
3.11.4 ayat 2 adalah:
Tegangan pada tepi desak : 0,45 fc'= 0,45(40) = 18 MPa
Tegangan pada tepi tarik : 1i'2V'fc' = t!Z'/40 = 3,16 MPa
-7,33 Karena 17,08 < 18 dan 1,87 < 3,16 maka tegangan yang terjadi di dalam baiok masih
_!i me menuhi syarat. Harap diperhatikan bahwa tegangan ijin tersebut seharusnya sudah
A; men cakup dan memperhitungkan pula kehilangan prategangan, sedangkan analisis di
(b) beban matl (c) saat
(e) saat akhir
(a) prat pellmpahan (d) !:; '/ atas mengabaikan efek kehilangan prategangan. Oistribusi tegangan akhir di dalam
egangan (transfer) balok dari Contoh 11.2 diperlihatkan seperti tampak pada Gambar 11.6.e. Demikianlah
Gambar 11.6. Tegangan di tengah bentang, Conteh 11.2 pola tegang an pada tengah bentang, karena momen yang diperhitungkan adalah momen
maksimum yang terjadi di tengah-tengah bentangan.
b . Berat balok : Dari uraian contoh tersebut dapat dijabarkan pola tegangan secara lebih rinci untuk
M,, c
f=± 1- cara pra-penarikan maupun penarikan puma. Pada dasamya peninjauan pola tegangan
6
- (242,6) = +2,59 MPa (tarik di bawah balok prategangan dilakukan pada dua saat yang berbeda, yaitu pada saat terjadi tegang
34,93(10) )
f - + 3268973327
6 an-tegangan awal (transfer) dan akhir (pelayanan beban kerja). Pada saat terjadi
393(10) (257. 4) =-2 75 MPa (desak di atas )
tegangan tegangan awal, beban yang diperhitungkan adalah gaya prategangan awal
f = - 3268973327 '
. I hkan tahap beban kerja awal saat terjadi transfer(prategangan + beban (sebelum me ngalami kehilangan tegangan) dan beban mati berat sendiri. Apabila letak
Oengan men1um a
tendon eksen tris terhadap garis ·netral penampang, akan mengakibatkan distribusi
tegangan pada pe
mati DL): . _ _ 7 33 +
(tarik) 10 62 _ 2,75 = + 0,54 MPa nampang tidak merata. Dalam menghitung tegangan-tegangan yang terjadi, untuk cara
Tegangan pada tept atas balok - , 'o 2 59 - - 14 74 MPa pra-penarikan menggunakan penampang transformasi , sedangkan cara penarikan puma
(desak)
t ·b wah balok -- -' 7 33 - · 10, + • an an sebelum terdapat kehi-
Tegangan pada epi a menggunakan penampang baton netto (bersih).
- '
Tegangan ijin sesaat setelah pelimpahan ( transfer? prateg g , I( f , MPa)
se-
iukur terhadap kuat desak baton saat prategangan awa cl • tarlk O tekan
tangan t egangan, d . 'k t· -·0.54
S U. ketentuan
a l . SK SNI T-15-1991-03
. . ,..pasal
'- 3.11.4 sebaga1
60("5) ben u .
= 21 MPa tepl atas + 3_ 29
T e g ang an pada tep1 desak . 0,6 0 fc; 0,
- ->
·t ·k - 114./ t 1
-
114"35 = 1 48 <D aklbal P 5
MPa
Tegangan pada tep1 an - ci - ' ' . h · · b lok masih f -
meme-
Karena 14,74 < 21 dan 0,54 < 1,48, maka sampa1 dengan ta ap im a =
nuhi syarat. ±
3
223,8 (10) (242,6) = +16,61MPa (tank di bawah )
f=+ 3268973327
=
223,8 (10)3(257, 4) -17,62 MPa (desak di Gambar 11.7. ?-:ta tegangan
atas )
f = 3268973327
390 BAB 11 OASAR-OASAR SETON PRATEGANGAN BAB 11 DASAA-OASAR BETON PRATEGANGAN 391
Dengan demikian, seperti tampak pada Gambar 11.7 didapatkan pola tegangan sebagai
berikut:
pada serat tepi atas: .
f = + P5 (e)Ct _ M o C
1t Ac I I
f == + Ps (e) ( Ac ) _ M
o
1 Ac S1 Ac S,
(12 (12 - 4)
f =
1
P5 {
Ac
1- (e)Ac}- M a
81 81
-1)
(12 -3)
an tendon tersebut harus dilakukan setepat mungkin dan dijaga agar kokoh, tidak beru
a:asi terganng mutu bahan baja, jenis tendon, niiai banding dari prategangan awal ter-
bah sewaktu pelaksanaan pencoran baton, dan tetap memenuhi perencanaan. Sedang
a ap kuat tank tendon, suhu lingkungan, dan waktu. Den an sendiri · · .
kan untuk komponen pra-penarikan, karena pelaksanaannya melalui proses fabri-kasi, mutu bahannya akan semakin berkurang kehilangan prateggannya nya, semakin
kontrol terhadap pelaksanaan perr:ibengkokan tendon dapat lebih mudah dan biasanya tingg1
dilaksanakan dengan cara menahan di bagian atas atau bawah pada beberapa tempat se- Untuk ton pr_ategangan cara pra-penarikan umumnya digunakan baja dalam ben-
suai dengan tata letak yang diinginkan. tuk kawat untaian (wrrestrand) dengan kuat tarik fpu minimum 1700 • 1850 MP t _
tung kelasnya, dan yang sering dipakai adalah kawat untaian berisi tu1·uh kaw t a
ergan Unta· t k a ·vUSUnan
d" iannya, s u awat lurus sebagai sumbu dan enam lainnya terletak mengelilingi helikal
11.4 KEH I LA NG A N GAYA P RATEG A N G A N 1 seluruh pan1angnya Enam kawat yang keliling melingkar di luar berdiarneter sam
dang yang lurus di pusat diametemya sedikit agak lebih besar. Dengan cara demikia':; s :
Penerapan gaya prategangan mengakibatkan timbulnya sekaligus regangan dan tegang :;'" setiap kawat luar akan melekat dan mencengkeram kawat sebelah dalam denan
an tarik pada tendon. Apabila karena sesuatu hal, misalnya menggunakan mutu bahan
rendah sehingga nilai regangan pada tendon rendah, maka nilai tegangannya juga akan aja kuat tinggi untuk pratagangan tidak menunjukkan karakteristik tiftk luluh t·
berkurang. Di daiam baton prategangan, kejadian tersebut dikenal sebagai loss of pre shept ert1 bhalny.a pada ba1·a daktal·l normal yang digunakan untuk penulangan beton
stress (kehilangan gaya prategangan). Pengurangan atau kehilangan tersebut sudah ter biaspaas(Ii1- a pe andmgan pada Gambar 11.9). Kuat luluh kawat prategangan
jadi sesaat setelah gaya prategangan mulai bekerja. Faktor-faktor yang mempunyai andil adalah kuat luluh
pada kehilangan tersebut ialah perilaku desak elastik beton (perpendekan), relaxation te yang d1tentukan sesuai prosedur ASTM, berdasarkan pada diagram tegangan-regangan
gangan baja tendon, penggelinciran ( slip) penjangkaran, proses rayapan dan susut be pada reangan %. Akan tetapi, titik luluh baja prategangan tidak panting seperti halnya
ton, serta kehilangan gaya gesekan di sepanjang lengkungan tendon pada cara penarik pada ba1a daktail biasa. Titik luluh tersebut digunakan sebagai dasar pertimbangan pada
an puma. Pengukuran gaya prategangan di lapangan dilakukan dengan menggunakan waktu menentukan kuat batas balok. Batang baja biasa yang ditarik sampai mencapai ke
alat pengukur tegangan (pressure gauge) yang juga mengukur langsung perpanjangan kuatan luluh_nya (misalnya fy = 300 MPa) akan kehilangan seluruh gaya prategangannya
tendon tepat pada dongkrak Uack). Untuk memperhitungkan besarnya pengurangan (ke pada saat h1langnya seluruh tegangan karena meluluh. Oleh sebab itu, tampaknya meru
hilangan) prategangan bukanlah mudah karena merupakan suatu proses, dan hasilnya sa aka suatu ke sn bagi struk1ur baton prategangan untuk menggunakan baja kuat
ngat beragam. Sebagai misal pada cara penarikan puma, pada umumnya penarikan ten 991 yang mem1hk1 stfat kehilangan r9gangan hanya kecil saja, sehingga prosentase
don tidak dilakukan bersama-sama sakaligus tetapi secara bertahap kawat demi kawat, de ke- 11angan gaya prategangan hanya sedikit.
ngan sendirinya proses perpendekan elastis juga berlangsung sacara bertahap pula.
Seperti diketahui, rangkak dan susut merupakan daformasi baton yang tergantung
pada waktu, di mana rangkak masih dipengaruhi lagi oleh macam dan cara pembebanan
yang bekerja, sedangkan susut oleh keadaan cuaca atau kelembaban. Rar.gkak pada
komponen struktur balok dengan cara pra-penarikan lebth besar dari cara penarikan
puma, karena prategangan dilakukan ketika umur baton masih muda. Dengan demikian
umur baton pada saat pembebanan adalah faktor utama dalarn menentukan besar rang
kak. Sedangkan dalam memperhitungkan pengaruh susut untuk komponen struktur pe
narikan puma, digunakan f aktor pengali reduksi tambahan untuk memperhitungkan se
lang waktu antara saat dimulainya pengeringan dengan penerapan gaya prategangan.
Kehilangan prategangan akibat rangkak dan susut mencapai nilai 5% sampai 7%.
Relaksasi tegangan baja diartikan sebagai kehilangan tegangan di bawah regangan
dan suhu yang hampir konstan. Presentase kehilangan prategangan akibat relaksasi ber-
0 regangan
Analisis tegangan lentur komponen prategangan dilakukan untuk beberapa tingkat atau
C onteh 11.3.
tahap pembebanan yang berbeda. Tahap beban kerja awal adalah periode selama
Untuk balok prategangan cara pra-penankan dengan penampang potongan seperti tam
pelak sanaan penarikan termasuk saat pelimpahan tegangan kepada baton, di mana
pak pada Gambar 11. 10, berikan analisis tegangan lentur di tengah bentang pada saat
yang diper hitungkan bekerja adalah beban mati ditambah dengan gaya prategangan
transfer dan pelayanan. Kehilangan tegangan total yang terjadi 240 MPa. Gunakan pe
sebelum terjadi kehilangan. Untuk komponen pracetak, tahap pelimpahan tegangan (
nampang baja prategangan Aps = 1000 mm2, f c' = 35 MPa, pada waktu transfer kuat
transfer) adalah se
be
!ama pengangkutan dan pemasangan komponen. Sedangkan tahap pelayanan beban
ton telah mencapai 28 MPa. Gaya prategangan awa/ 926 kN. Momen kerja beban mati
kerja, terjadi setelah kehilangan prategangan di mana yang diperhitungkan adalah beban =
berat sendiri Mbs 88 kNm, momen kerja beban hidup MLL =
113 kNm, nilai n = 7.
mati ditambah gaya prategangan dan beban hidup. Sebagai tahap yang terakhir, adalah
tahap kuat batas di mana diperhitungkan seluruh beban dan faktor-faktor pembatas Pe_ny elesaian
keku atan yang ada termasuk peninjauan terhadap retak. Letak garis netral:
Seringkali analisis komponen prategangan dilakukan hanya sampai tingkat atau
ta y = I (Ay)
hap pelayanan beban kerja dengan menggunakan beban tak terfaktor. Sebenarnya, ba IA
gaimanapun analisis terhadap kuat batas komponen juga dilakukan dengan mengguna dengan menggunakan tengah-tengah penampang sebagai garis acuan,
250 (SOC\ (0) -1000(7 -1)(175)
kan prinsip-prinsip metode kekuatan (ultimit) sebagaimana diterapkan untuk komponen
beton bertulang nonprategangan, dan akan dibahas lebih lanjut pada Bab 11.8. y 250 (50q +1000(7-1) = -S,0 15mm
SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.11.8 ayat 3 memberikan ketentuan bahwa jumiah to eksentrisitas tendon terhadap garis netraJ adalah:
tal baja tulangan nonprategangan dan prategangan harus cukup untuk menghasilkan be e =175 - 8,015 = 166,985 rnm
ban terf aktor paling sedikit sebesar 1,20 kali beban retak yang dihitung berdasarkan Moman inersia terhadap garis netral adruah:
mo dulus runtuh ( modulus of rupture) f,= 0,7o../fc', kecuali untuk komponen struktur I = 1112(250)(500)3 + 250(500)(8,015)2 + 1000(7-1)(166,985)2
lentur dengan kuat geser dan lentur paling sedikit dua kali dari yang ditentukan di =2779500636 mm4
dalam pasal gaya tarik prapenegangan T0 = P 5 = 926 kN
3.2.2.Persyaratan momen retak merupakan cara untuk menjamin bahwa retak akan tegangan dalam tendon:
timbul sebelum kekuatan lentur dicapai dengan cadangan cukup sehingga akan terjadi
f. = 926000 = 926 MP
lendutan besar sebagai peringatan awal bahwa kekuatan Mn sedang didekati. 5
1000 a
Kemudian menghitung tegangan-tegangan sebagai berikut (lihat Gambar 11.11):
3 9 6 BAB 11 OH-OASAR BETON
BAB 11 DASAR-OASAR BETON PRATEGANGAN 397
PRATEGANGAN
I.Tegangan-tegangan awal :
PELIMPAHAN (TRANSFER) PEIAYANAN (AKHIR)
a) Prategangan :
-13,513
Karena gaya prategangan eksentris terhadap garis netral,tegangan-tegangan pada tahap
prategangan awal tidak merata pad penampang, dan dihitung sebagai berikut:
f = _ P, ME_= _ P, ± P,(e )c
Ac I Ac I
Ps( e}c = 926(10) 3 (166.985 H25 a.o 15l +14 35 (tarik di atas } I
+ I + 2779500636 I
Gambar 11.11. Tegangan di tengan bentang, Contoh 11.3
926(10)3 (166,985)(241,985) = -13 46 (desak di
- , Ps( e)c bawah)
. 2779500636 '
11. Tegangan-tegangan akhir :
=
b ) Berat sendiri balok : a) Prategangan :
=
f
.M 0 c Setelah teadi kehilangan prategangan, tegangan tendon:
- I
fs = 926 -240 = 686 MPa
88 1 6 241985
f=· ( 0) ( • ) =+7 66 MPa (tarik dibawah ) . Ps= 686(1000) = 686 kN
2779500636 I 3 .
- P.
= 686(10 ) =-5,488
desak MPa ( atas dan bawah )
"T" I
5
(10) atas )
2779500636 3
+ P5 (e)c =+686(10) (166,985)(258,01) 106,, (t "k d. t )
Dengan menjumlahkan tahap beban kerja awal pada saat terjadi transfer (prategangan I 2779500636 + ' v art
1
a as
+ 4
3
beban
OL): mati P5 (e)c 686(10) (166,985)(241,99) .
Tegangan pada tepi atas balok = - 7,408 + 14,35 - 8,17 = + 1,228 MPa --= =-9,973 (desak dt bawah}
1 2779500636
(tarik)
Tegangan pada tepi bawah balok = -7,408 - 13,46 + 7,66 = - 13,208 MPa b) Berat sendiri balol< :
(desak) f- • M0c
- - I
Tegan· gan pada tendon = 926+ 7{-7,408--e(13,46) +-e(7,66) } 88(10) 6 (241,985 ) .. . .
Cb Cb
= 926-51,856-65,018+ 37= 846,126 MPa
Tegangan ijin sesaat setelah pelimpahan (transfer) prategangan sebelum terjadi
f =+
2779500636
= +7,66 MPa (tank d1 bawah )
6
kehilang
an diukur terhadap kuat desak baton pada saat prategangan awal ( fc/ ; MPa) sesuai f= 88(10) ( 258,015 8,17 MPa (desak di atas )
keten )
tuan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.11.4. 2779500636
Tegangan pada tepi desak :0,60 fc/= 0,60(28) = 16,80 MPa
Tegangan pada tepi tarik :114../fc/= 114¥28 = 1,323 MPa c) Beban mati dan hidup (DL + LL) :
Karena 13,208 < 16,80 dan 1,228 < 1,323 maka sampai dengan tahap ini balok Selain berat sendiri tidak ada beban mati (OL) tambahan, sehingga yang diperhitungkan di
masih memenuhi syarat. sini beban hidup ( LL) saja
BAB 11 DASAR-OASAR BETON PRATEGANGAN 399
398 BAB 11 OASAR·OASAR BETON
pRAJCGANGAN
M
f =:-,- 3
'= +113 (10) (24 1.95 5) = +9,838 MPa (tarik dibawah )
2779500636
3
.
113 (10) (258 ·01 5) -10,489 MPa (desak di atas )
f = 2779500636
Oengan menjumlahkan tegangan kerja tahap kedua pada saat balok mendukun!i beban
kerja (prategangan + beban mati DL dan beban total):
Tegangan sisiatas balok = - 5,488 + 10,634 - 8, 17 - 10,489 = - 13,513
(desak)
Tegangan sisi bawah balok =
-5,488 - 9,973 + 7,66 + 9,838 =
+ 2,037 MPa (tarik) (a) sebelum grouting (b) sesudah grouting
Tegangan tendon =926- 240+ 5,488- (9,973 ) + (7,66)+ ce (9,838 )}
1L
l Cb
.
Cb
b
Gambar 11.12. Sketsa Ccntoh 11.4
=686- 38,416-48,174+37+ 47,524= 683,934 MPa
Tegangan ijin baton pada tahap pelayanan beban kerja sesuai SK SNI T-15-1991-03 pasal Moman inersia terhadap garis netral adalah:
I = 1112(250)(500)3 +250(500)(9,076)2 -1112(100)(60)3 -100(60)(189 076)2
3. 11.4 ayat 2 adalah: = 2398164986 mm4 '
Tegangan pada tepi desak : 0,45 fc' = 0,45(35) = 15,75 MPa
Tegangan pada tepi tarik : 1/z./fc' = 1/2Y35 = 2,958 MPa gaya tarik prapenegangan Ta= p s = 926 kN
Karena 13,513 <15,75 dan 2,037 < 2,958 maka tegangan yang terjadi di dalam balok ma- tegangan da!am tendon:
f. - 926000
sih memenuhi syarat. 3 - = 926 MPa
1000
Kemud.tan menghitung tegangan-tegangan sebagai berikut (lihat Gambar 11. 13):
C onteh 11.4.
Untuk balok prategangan cara penarikan-puma dengan penampang potongan seperti
tampak pada Gambar 11. 12, berikan analisis tegangan Jentur di tengah bentang pada I. Tegangan-tegangan awal :
saat transfer dan pelayanan. Kehilangan tegangan total yang terjadi 171 MPa. Gunakan a) Prategangan :
penampang baja prategangan A ps =
1000 mm2, fc' =
35 MPa, pada waktu transfer kuat K rtena gaya prateangan eksentris terhadap garis netral, tegangan-tegangan pada tahap
beton telah mencapai kuat hancurnya. Gaya prategangan awal 926 kN. Momen kerja P a egangan awal tldak merata pada penampang, dan dihitung sebagai berikut: .
beban mati berat sendiri Mts
-
=
88 kNm, momen kerja beban hidup MH =
113 kNm, gu
f = _ Ps :: Mc = _ Ps ... P5 ( e jc
A: ·· / Ac - I
nakan nilai n = 7.
dimana TPs = tegangan akibat gaya prategangan aksial
P eny , c .
elesaian
Letak garis netral: Ps (e)C
· = tegangan eksentris atau momen
akibat
-,- gaya
y = :l 3
(Ay) _ Ps = 926 (10)
l:A
dengan menggunakan tengah-tengah penampang sebagai garis acuan. Ac {250(500) -60(1oq} 7,782 MPa (di atas dan bawah )
3
250(500)(0) -100(60)(-180) = +9 + P5 (e)c = +926 (179,076) (240.924)
076 (10)
y 250(500) + 100(60) ' mm eksentrisitas tendon terhadap garis netral adalah (lihat Gambar 11.12.b):
e =170 + 9,076 = 179,076 mm I 2398164986 = +16,659 (tarik diatas )
3
_ Ps (e)c = 926 (10 ) (179,076)(259,076)
I 2398164986 =-17, 914 (desak dibawah)
400 BAB 11 OASAR-OASAR SETON
BAB 11 DASAR-OASAR SETON PRATEGANGAN 401
PRArEGANGAN
- -
3. 11.4 ayat 2 adalah:
II. Tegangan-tegangan akhir (tanpa grouting) :
Setelah terjadi kehilangan prategangan. 0 0
a) Prategangan tarlk tekan tarik tekan
:
I'
4 Q2 BAB 11 DASAA-OASAA SETON PRATEGANGAN
BAB 11 DASAR-OASAR BETON PRATEGANGAN 403
3
_ Ps = 755 (10) = -6,344 MPa (di atas dan bawah 11.6 PERENCANAAN BENTUK PENAMPA NG
)
DA N TATA LETAK TENDON
Ac {250(500) -60(100)}
3
P5 (e)c _ ,755 (179,07 6) (240 ·924) = +13,583 (tarik di atas )
(10)
+-j- - T 2398164986 f = 88(10) (24 o,924 ) =-8,841 MPa (desak di atas) 2398164986
3
_ P5 (e·!c = _ 755(10) (179,076)( 259·076 ) = -14,606 (desak di
bawah)
I 2398164986
Meskipun bukan keharusan mutlak untuk selalu menmpatkan titik berat tendon di dalam
kern, akan tetapi pengetahuan mengenai batas-batas kem merupakan acuan panting di
(12- 5) dalam merencanakan penampang balok prategangan.
Pada balok dengan perletakan sederhana terdapat dua penampang kritis, pada te
ngah bentang dan di ujung bentang. Untuk penampang dengan beban maksimum di te
ngah bentang, ada kemungkinan eksentrisitas tendon sedemil<lan rupa sehingga latak
nya jatuh di luar kern. Sedangkan pada tempat di atas per1etakan, titik berat kabel
(12 - 6)
prate gangan harus terletak di daiam kern untuk mencagah terjadinya tegangan tarik
pada pe nampang. Dengan demikian, eksentrisitas letak kabel prategangan di sepanjang
balok ha rus diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan timbulnya tegangan-
tegangan yang melampaui tegangan ijin ataupun tegangan tarik yang tidak diharapkan.
(12 - 7) Dengan kata
lain, letak tendon prategangan diatur tidak menetap pada elevasi tertentu di sepanjang
balok, terkadang di bawah atau di atas garis netral bervariasi sesuai dengan kebutuhan
Pe (1 e Ac ) +.Mr s nya. Hal demikian akan semakin nyata untuk balok-balok di atas tiga perfetakan atau
lebih.
tts
Ac S2 S2 (12 - 8) Sehubungan dengan terjadinya kehilangan tegangan pada proses penegangan
Pe (1 e C2) +.M.l :s;
tendon, rasio gaya prategangan efektif adalah:
fts
,2 R=
Pe
Ac S2 PS
Dengan demikian ketidaksamaan tersebut dapat digunakan untuk perencanaan penam sehingga kehilangan gaya prategangan: P 5 - Pe= ( 1- R )P 5•
pang yang memenuhi syarat tegangan-tegangan ijin. · . . Sedangkan nilai perubahan tegangan setelah terjadi kehilangan baik di tepi atas maupun
Seperti diketahui, apabila gaya prategangan bekerja di dalam derah kern atau mt1 bawah seperti tampak pada Gambar 11.14, sebagai berikut:
penampang, maka tidak akan mengakibatkan terjadinya tegangan tank pad
fcs 0 fcs
penampang tersebut. Bentuk geometri kern atau inti tergantung pada bentuk
geometn penampang yang bersangkutan dan tidak tergantung pada besamya gaya
aksiIataupun tgangan-te gangan ijin yang disyaratkan. Oengan demikian, jarak batas
ekstnm gomet em dapat 0 al<i>at Ps
dicari, di mana jarak batas ekstrim bawah (k2 ) didapat dengan membenkan rnlat
tegangan
baton di tepi atas, t1 = O, sehingga persamaannya ..1 f1 = (1- R )lfu + ) c..,
!
® aJtibat Ps + Mo
adalah:
t = -Ps ( 1 e C1 ) M o' @ al<i>at P9+ Mo
- ·· 1
=0
1 Ac r2
- - - f:=1-R) -fci
I © ak1>a1 P8 +Mr
+s; J T M1 = (1-R)(fc1)
dengan demikian, (1-8, 1) = I
M2 = (1-R)(-fc1)
C21
0
karena e-k2 2
maka (1--r-
•
= 0 se ingga 2 =-
k?c1 ) h. k r2
- C1
Dengan cara yang sama, jarak batas ekstrim atas kern (k1 ) didapatkan dengan
memberi kan nilai tegangan baton di tepi bawah, f2 = 0, sehingga didapatkan:
,2
k1 =
-- (a) e berubah (b) 9 tetap
C2
Gambar 11.14. Perubahan setelah kehilangan tegangan
Tanda kurang menunjukkan jarak k 1 diukur ke arah atas dari garis netral penampang.
(1-R)(-'"• + :l
berikut: dari persamaan (11-5):
.1f2 = t, C!: _ Ps (1- e(x) c1 ) - M 0 (x)
t Ac ,2 S1
Kemudian dapat diperhitungkan rentang nilai tegangan yang dicadangkan untuk meno e( x ) st./ S1 )+ §_+ Mo (x) (12- 9)
pang /t.-ft = Ma+ M1, sebagai berikut: · ' \ P5 Ac Ps
f 1 r = '11 -11 (1 - fcs dari persamaan ( 11-6}:
sfcs( ) +
1
(12-11)
Modulus penampang yang diperlukan baik terhadap sisi tepi atas maupun bawah adalah e(x) + Mr(x)
S 1 dan 52 : Pe Ac Pe
Md + M r Md+M dari persamaan (11-8):
,
S1 C!: f dan S2 f t, _ Pe ( 1+ e(x) c2 ) -
,2
C!: 2:
1r Zr
M,( x)
maka, M d + M1 s Ac S2
S, C!: M (12-12)
R ft/ - (1 - R )-f - tcs e(x) s -frs( S2 ) - S 2 + M,
1
(1-R)M0 +M d + M1 (x)
Pe Ac Pe
s,..:._ ::: ::. Persamaan (11-9) dan (11-10) memberikan batas bawah eksentrisitas tendon sepanjang
R ft1 - fcs bentang komponen, sedangkan persamaan (11-11) dan (11-12) memberikan batas atas
S2(1-R)Mo +Md + nya. Secara umum dapat digambarkan seperti tampak pada Gambar 11.15, yang
C!:
dengan cara yang sama Mt 'rs - R f ci membe rikan rentang daerah ijin letak tendon di sep_anjang bentang komponen.
,
Nilai-niiai minimum S 1 dan S tersebut digunakan untuk memilih dan menentukan penam Untuk menentukan pilihan terbaik kombinasi gaya praegangan dan eksentrisitas
2
-
png yang memenuhi syarat. Untuk komponen balok prategangan dengan eksentsitas tendon berubah-ubah di sepanjang bentangnya, persamaan-persamaan (11-5) hmgga (11-8)
dapat digunakan untuk membatasi nilai-nilai modulus penampang, gaya prategang an tendon yang diijinkan, dapat juga menggunakan cara grafis seperti yang dikemukakan
dan eksentrisitas tendon. Penyelesaian diperoleh berdasarkan hubungan bahwa ek oleh Magnel. Pada dasamya cara gratis Magnet juga menggunakan empat batas tegang-
setrisitas tendon merupakan fungsi dari jarak x di sepanjang bentangan. Selanjutnya un 1batas persamaan (12-11) dan (12-12)
tuk menyusun ketidaksamaan yang dapat digunakan secara umum, lebih mudah meng
gunakan ketentuan bahwa nilai tegangan tarik lebih besar dari nol, sedangkan tegangan
tekan lebih kecil dari nol.
f. -Ps ( 1+ B C2 ) (b)
-Mo
d Ac r2 Sz
f. 2: - RPs e c2-) (c)
( 1+
-Mr
!S Ac r2 82
f, s - RPs a C1 ) (d)
( 1- -Mr
cs Ac r2 81
Persamaan-persamaan tersebut kemudian sedikit dlubah untuk mendapatkan hubungan
1/ P s sebagai fungsi linear dari eksentrisitas tendon e.
Pada tahap keadaan awal,dari persamaan (a) dan (b) didapat: kz =-;;
, emaks 9 ----
tunjukkan dengan daerah arsiran. Demikian pula persamaan (11-14) memberikan batas
bawah nilai 1/Ps sehingga tegangan tekan ijin pada keadaan awal, fcJ. tidak dilanggar.
Sedangkan padakeadaan pelayanan beban kerja, batas atas nilai 1/ P5 diberikan oleh per
(12 -14) sarnaan (11-15Yberdasarkan batas tegangan tarik ijin f, St dan persamaan (11-16) berdasar
Ps ci:: (
-f
Mo )
c1+s; kan batas tegangan tekan ijin fcs- Dengan demikian tampak bahwa arsiran menunjukkan
daerah kombinasi nilai 1/Psdan e yang memenuhi keempat syarat yang harus dipenuhi.
Sedangkan pada tahap pelayanan beban kerja, dari persamaan (c) dan (d) didapatkan: Harap diperhatikan bahwa apabila diberikan nilai 1/ P s = O untuk masing-masing em
pat persarnaan tersebut di atas, persamaan (11-13) dan (11-16) akan memberikan nilai e =
(12 -15) r 2tc,. atau e = k2, yaitu batas bawah kern (inti) penampang. Sedangkan persamaan (11-
14) dan (11-15) memberikan nilai e = - r2/c2' atau e =k1, yaitu batas atas kern. Nilai eksen
trisitas yang berhubungan dengan k 1 dan k2 tersebut dapat dilihat di Gambar 11.16.
Dari gambar tersebut tampak bahwa eksentrisi1as maksimum-ijin terdapat pada per
potongan persamaan garis (11-13) dan (11-15), iaf ah titik A. Titik perpotongan tersebut ju
1 R(-1+) (12 -16) ga memberikan nilai Ps minimum (ata nilai 1/Ps maksimum) yang memenuhi syarat,
dan merupakan penyelesaian terbaik tanpa melanggar kaidah keempat persamaan.
P. s 2: (
-f Di lain pi hak, perpotongan persamaan garis (11-14) dan (11-16), titik 8, akan
cs+Ms,') Ac memberikan nilai
1/Ps minimum atau Ps maksimum. Tentu saja untuk memperoleh penampang yang paling
Kemudian hubungan tersebut digambarkan sebagai diagram Magnel seperti tampak pada nilai 1/Psyang terietak di atas persamaan garis (11-13) adalah memenuhi syarat seperti di-
Garnbar 11.16.
Persarnaan (11-13) membentuk garis batas bawah 1/ Ps (atau batas atas Ps ), sede-
mikian rupa sehingga tegangan tarik ijin fu pada keadaan awal tidak dilampaui. Sebarang
ekonomis selalu diinginkan agar nilai Ps sekecil mungkin, atau 1/ P 5 sebesar
mungkin. Olah karena itu, nilai 1/Ps pada titik A mungkin dapat dipilih. Akan
tetapi, saperti tampak pada Gambar 11.16, apabila titik A dipilih ada
kemungkinan nilai eksentrisitas yang didapat lebih besar dari nilai c2 yang
berarti letak tendon berada di luar penarnpang komponen
yang ditinjau, ini suatu hal yang tidak mungkin.
41Q BAB 11 OASAR-OASAR BETON
PM"EGANGAN BAB 11 DASAR-OASAR BETON PRATEGANG.A\N 411
j
Komponen lentur baton prategangan dapat dibuat dalam berbagai bentuk untuk
\J
I .
\J
beagai.penggunaan dan penerapan, di mana pemilihannya didasarkan atas berbagai
seg1 pert1mbangan pula. Beberapa bentuk di antaranya adalah seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 11.17. Meskipun komponen dengan penampang bentuk
u
r persegi adalah yang paling mudah pelaksanaannya, seringkali bentuk tersebut
Balok T ganda
\.
(lanlal dan atap) memberikan hasil yang kurang ekonomis dibandingkan dengan bentuk-bentuk
penampang dengan luas badan berkurang seperti balok-T, balok I, dsb. Apabila rasio
beban mati terhadap beban hidup yang didukung besar, penggunaan balok-T akan
o.o.o.o. I
lebih menguntungkan dibandingkan de ngan bentuk persegi karena tidak timbul masalah
:J akibat tegangan tekan yang sangat be sar di bagian tepi bawah pada saat transfer gaya
prategangan. Sedangkan bentuk penam
Balol< T prategangan awal yang
(lantal dan atap)
Dari pembahasan terdahulu dapat ditarik kesimpulan bahwa eksentrisitas kabel (e}
kompo nen struktur prategangan menimbulkan momen negatif, yang akan mengimbangi
seluruh atau sebagian besar momen oleh berat sendiri. Dengan demikian pada tempat-
tempat de ngan momen berat sendiri kecil di sepanjang balok, apabila eksentrisitas
kabel tidak di sesuaikan untuk dikurangi dapat mengakibatkan kerusakan oleh momn
Balok I negatif pada sa at dilakukan prapenegangan.
(Jembatan dan
Balok Kotak
lantai) Seperti diketahui, apabila suatu bentangan kabel yang dipasang dalam po:sl me
(l<omP<>O&n Jembatan) lengkung ke bawah kemudian ditarik kuat-kuat, untuk dapat tetap mempertahankan posisi
Gambar 11.17. Komponen lentur pracetak beton prategangan (11-15) dengan garis e maks. Apabila e maks kurang daripada nilai eksentrisitas pada titik 8 yang
berarti keluar dari daerah arsiran atau yang diperkenankan, maka proses perancangan harus diu
Selain itu, letak tendon juga harus memperhitungkan pula tebal selimut baton yang lang dengan menggunakan bentuk penampang yang lebih besar.
diper Iukan sesuai peraturan. Dengan demikian perlu menentukan nilai eksentrisitas
maksimum (e maks) sebagai patokan, sedemikian rupa sehingga letak tendon masih di
dalam penam pang komponen dengan sekaligus pula memperhitungkan kebutuhan
akan selimut ba ton. Dehgan demikian,
5
nilai 1/P yang terbaik adalah perpotongan garis
lengkung di sepanjang kabel, akan memerlukan gaya vertikal ke bawah. Dengan sendiri
0
panjang komponen bervariasi menyesuaikan tarhadap besar momen akibat beban luar.
Apabila dikerjakan secara tepat, akan menghasilkan suatu komponen tanpa- memikul A 495
tegangan lentur, dan hanya memikuf tegangan aksial PIA yang bekerja, di mana P
adaJah komponen gaya longitudinal dalam tendon. Pengaruh dari gaya prategangan
dapat di pandang sebagai suatu beban merata arah ke atas jika tendon direntangkan
berbentuk
parabolis. Moman akibat gaya prategangan maksimum terhadap perletakan sebesar
nemsks) di tengah-tngah bentangan dapat disamakan dengan momen akibat beban me
rata ekivalen dari komponen 1/8qpl2, sehingga:
jI
qP =
ar(e )
;aks - beban terbagi rata ekivalen arah ke atas
I
t ;
Gambar 11.18. Sketsa Conteh 11.s
Penampang A-A
,
Wnetto= w (total ke bawah) dengan menggunakan tepi atas flans sebagai garis acuan,
l
y = 1240(80)(40)+200(610}(385) + f (50)(610)(283,33)
-qp
Mnetto = -
8
W netto p.
1240(80)+200(61O)+ f (50)(610) = 233,70 mm
f= _ f's :t M nettoY eksentrisitas tendon terhadap garis netral ad alah (lihat Gambar 11.19):
Ac I e = 690 - 233, 70 - 80 = 376,30 mm
y = - 8(184)
IA
414 BAB 11 OASAR·OASAR SETON
BAB 11 DASAR-OASAR BETON PRATEGAHQAN 415
PRATEGANGAN
1240 ./
T = M1mb = 318,623 8461726 kN
r
1.{? ::::/}';:::::: ::::::;:::::::::::::: :::::::=::: .:\}':_'_.'..'_.'._'.'.::: ::_:::::::::::-::::;\:- 9 0,3763
{:::::::;;:::;::::;:::::-::;::;_2y{
·-··:-:-:::::::
690
::::::::::::::;::: :=::::
::,::::; ·:::·· f= _.I ± Mtdl c
:::::d: :; ? e = 376.30 I Ab lb
3 6
I =_ + (456,30) + MPa
136,553(10) 2 240
_846,726(10)
80 '
, 200
' s=
fiJawah 236450
846,726{10)
3
10703476000
6
136,553(1O} (233,70} :::-
6 63
'
MPa
236450 10703476000
Tegangan ijin beton tahap beban kerja sesuai SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.11.4 ayat 2
Gambar 11.rn. Sketsa penampang Cc;-;'.c:-i 1i.5 adalah:
Tegangan pada tepi desak : 0,45 fc'= 0,45(35) = 15,75 MPa
Kemudian menghitung tegangan-tegangan yang terjadi. sebagai berikut: Tegangan pada tepitarik : 1o.V fc'= 112Y35 2,958 MPa =
a) Tegangan-tegangan awal (pada transfer) : . Karena 6,563 < 15,75 dan 2,240 < 2,958 maka tegangan di dalam balok masih memenuhi
Dengan menggunakan baja kuat tarik tinggi 8012,5 mm di mana tegangannya 72% dan syarat.
kuat ultimitnja. maka: .
Ptr = 0,72(8)(184) = 1059,84 kN I
pada keadaan awal terdapat beban kerja berat sendiri balok dan plat = 6 kN/m
Mrr =1ta(q1,)(17)2 = Prr (e) 11 .8 KUAT LENTUR KOMPONEN PRATEG ANG A N
qtr = 11,04 kN/m'
beban oleh gaya prategangan yang tak diimbangi: q1r -6 5,04 kN/m' (arah ke atas) = Seperti telah dikemukakan di depan, baja kuat tinggi untuk pratagangan tidak menunjuk
momen tak diimbangi Mrdi = 11a(5,04)(17)2 = '182,07 kNm
kan karakteristik titik luluh pasti seperti halnya pada baja daktailnormal yang digunakan
f = - P,, :M tdi c un tuk penulangan beton biasa. Mengacu kepada pembahasan Bab 2.7, penampang
Ab lb kom
ponen struktur baton bertulang mancapai kaadaan kaseimbangan regangan apabila bar
1059,84(10)
3 6
+ (233.7o) =-0,507 MPa sama-sama tercapai regangan baton eb =
0,003 di serat tepi tertakan dan regangan tu
182,07(10)
fatas = 236450 10703476000 langan baja tarik mencapai luluhnya. Pada baton pratagangan, karana titik luluh baja kuat
182,07(10) (456.30) =-12244 MPa
3 6
1059,84(10) tinggi tidak jelas lataknya maka konsep keruntuhan berimbang barubah.
fbawah = 236450 - 10703476000 kN/m momen tak diimbangi, Mtdi = 11s(3,78)( 17)2 136,553 kNm =
Tegangan ijin sesaat setelah pelimpahan (transfer) prategangan, sebelurn kehilangan te
gangan, diukur terhadap kuat desak baton pada saat prategangan awal ( fc/ ; MPa)
sesuai
ketentuan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.11.4.
Tegangan pada tepi tekan : 0,60 fc/ = 0,60(0,75)(35) = 15,75 MPa
Tegangan pada tepi tarik : 114'/ fc/ = it4'1{O,75(35)} = 1,289 MPa . . .
Karena 12,244 < 15,75 dan 0,507 < 1,289 maka sampai dengan tahap m1 balok
mas1h memenuhi syarat.
j
Untuk mewakili ekivalensi batas maksimurn rasio penulangan, p 0,75p,,. seba
penulangan nonprategangan untuk sementara ti dak diperhitungkan dalam gaimana berfaku untuk baton bertulang biasa, SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.11.a ayat 1
I
ii I
ria batas rasio antara baja tulangan prategangan dan tulangan fps = tegangan tarik dalam tulangan ptategangan, yang merupakan nilai te
menggunakan krite
nonpra tegangan adalah: gangan rata-rata di dalam baja prategang pada saat dicapainya kuat
- Pp fps
Wp - f I
= 0 361{3
,
mo men nominal Mn- Ni.lai tersebut sebagai pengganti dari fy. karena
c baja kuat tarik tinggi tidak menunjukkan titik luluh yang jelas.
·rupakan fungsi kelas mutu baton (lihat bab 2.6),
dimana, 131 = konstanta me
Se!anjutnya, apabi!a persamaan-persamaan tersebut dimasukkan ke dalam persamaan ku
yang
= = rasio penulangan baja prategang Aps fps _ f:b bd f ps Pp f ps d
bd . . a = 0,85 fc' b - 0,85 fc' b 0,85 fc'
fps= tegangan dalam tulang rategang bila kuat momen Mn d1capa1.
di mana, Aps = luas penampang baja prategangan,
Dengan demikian syarat persamaan men1ad1:
Pp f ps ::s; 0 36 R1 = Aps = rasio penulangan penampang komponen prategangan
f I I p
Pp bd
c .
'kan batas maksimum letak garis netral 0,423d dan bse-
ada dasamya persamaan memb en
at tepi tertekan apabila kuat momen Mn dicapai, yang setara dengan batas 0,75 xb se a-
aaimana ditentukan dalam Bab 2.7. .· b . b ·kut·
rt' d"1ketahui untuk penampang beriaku keseimbangan gaya-gaya se aga1 en .
epe 1 • ·k
jumlah gaya tekan = jumlah gaya tan
l_ No = l.NT
di mana untuk penampang persegi berlaku:
L No = 0,85 fc 'bf3,x
L NT = Aps/ps = PpfpJld
. d k N - o 36 f3 f 'bd dan apabila kedua ruas dibagi dengan f 'bd
apab1la x= 0,423 , ma a o - , 1 c . , .
maka akan didapatkan hubungan sebaga1 benkut:
Pp f ps = 0 36 f3
f I I f
c
dan persamaan tersebut merupakan ungkapan penampang bertulangan daktail {\iat) pada
komoonen struktur baton prateganga . . . ..
Sedngkan kuat momen nominal Mndiungk::pkan melalu• persamaan
benkut.
Mn= NT ( d -112 a)
-di mana NT = Aps fps
No= 0,85 fc'ba
dengan keseimbangan gaya-gaya, l. N0 = l. Nr. maka didapatkan:
at momen nominal akan didapatkan: maka nilai perkiraan fps disusun melalui persamaan sebagai berikut:
f1,f,,,d ) f = f (1 Y o Po fUJ )
Mn =Aps f,;s d- ( 05
P1 f11 1f ,?
1
f fc'
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kuat momen nominal tergantung pada
di mana , r P = 0, 28 untuk .El.. C?: 0, 90 pada kabel bebas tegangan, dan
nilai Pp dan fps- Nilai fps tidaklah sama untuk semua balok, semakin rendah rasio fpu
r p = O, 40 untuk-,
penulangan akan samakin tinggi nilai fpsi dan sesuai pula dengan nilai fpy
= 0, 85 pada kabel dengan relaksasi rendah .
regangannya. pu
1) sairing dengan meningkatnya penggunaan kabel prategangan dengan Apabila menyertakan pengaruh penulangan nonprategangan pada penampang, persa
maan di atas berubah menjadi persamaan (3.11-3) SK SNI T-15-1991-03 pasaJ 3.11.7
relaksasi ren dah, di mana kuat luluhnya dapat mencapai fpy= 0,90fpu.
ayat 2 sebagai berikut:
2) penggunaan kabel yang stress relieved (bebas tegangan), di mana kuat luluh fpy =
0 ,85fpu. f = f {1-( Po fp.i + d (w -
ps PJ f3 f ,
ro') )}
3) semakin meningkatnya mutu baton yang dapat dicapai di lapangan, di
-----------------
1 c p
mana untuk baton dengan nilai fc '> 35 MPa, nilai {31 lebih kecil dari 0,81
-
BAB 11 DASAR-OASAR BETON PRATEGANGAN 4 19
( c p
J
BAB 11 DASAR-OASAR SETON PRATEGANGAN 421
4 2 O BAB 11 OASAR-OASAR SETON
PRATEGANGAN
12 16 11
_ Aps _ 1000 O, M perlu = M u = (S$ + • 358 kNm <Mn·= 373.4 kNm (bonded )
0095 (
•
n rp 0,8
Pp - bd - 250 (420 ) Mn perlu =358kNm >Mn =312,04kNm (unbonded)
fse ::= 755 MPa>1i2 fpu = 112(1300) = 650
MPa
untuk fc'=35 MPa, /J1-= 0,81
11.9 KUAT GESER KOMPONEN PRATEGANGAN
dan untuk strand bebas tegangan:
h o.as dan Y p = 0,40 Analisis kuat geser untuk komponan struktur baton prategangan pada dasamya sama de
fpu MPa ngan yang dikerjakan untuk baton bartulang saparti yang talah dibahas pada Bab 4. Kuat
0,40(0,0095)(1300)) =1073
sehingga, fps = 1300 ( 0,81 gesar nominal total dinyatakan sebagai jumlah kuat gesar yang disumbangkan olah baton
1 (35) Vedan tulangan geser Vs-
Pemeriksaan daktilitas penulangan : Sasuai dengan SK SNI T-15-1991-03, dan seperti yang diberlakukan pada struktur
PP f ps _ 0,0095 (1073) 0,2912 s 0,36 tJ 1 =0,2916 baton biasa, tersadia dua cara untuk manentukan Ve. Apabila gaya prategang efektif
Wp = f I - 35
e tidak kurang dari 40% kuat tarik tufangan baja lentur, Ve dapat dihitung dari persamaan:
V1
MLL = 113 kNm
Mu = 1,2 Mot + 1,6 MLL
Aps fps 1000(86 116mm <0,423 d =178
mm
a= 0,85 fc' b 0,85(35)(250)
kuat moman nominal, Mn = No (z} = Nr(z}
dengan z = h-1.2 a= 420 -112(116) = 362 mm
Mn = Nr(348) = 1000(862)(362) = 312,04 kNm
Pemeriksaan terhadap beban yang bekerja :
Mot = 88 kNm
maksimum pada panampang yang ditinjau, dengan y, adalah jarak titik yang menimbulkan tegangan tarik utama sebesar 1!3v'fc' pada sumbu pusat komponen
pusat penampang struktur, atau pada pertemuan flans dengan badan balok jika sumbu pusat berada
balok ke tepi atas. dalam flans. Metode menggunakan Ve1 dan Vew febih teliti dan tidak terpengaruh olah
Vew= 0,30(vfe'+ fpc )bw d+ Ve besar gaya prategangan yang dipakai.
Sebagai alternatif, Vew boleh dihitung sebagai gaya geser Seperti yang berlaku pada komponen struktur baton bertulang, sumbangan penu
yang berkaitan dengan baban mati ·1ambah beban hidup langan geser terhadap kuat geser adalah:
BAB 11 OASAR-DASAR BETON PRATEGANGAN 423
BAB 11 OASAR-DASAR SETON pRAfEGANGAN
422
Avf ,d SOAL-SOAL
v s --
,
mt- be s rategangan juga harus diberi jumlah .
1
Demikian pula apaila Vu > ll·sv' _t -o jumlah tulangan geser minimum 11-1. Sebuah balok baton tanpa tulangan persegi, lebar 250 mm, tinggi 450 mm, terletak
ter-
c ;
nimum tulangan geser.Sesua& 3 pada dukungan sederhana bentangan 6,0 m, tanpa beban lain kecuali berat sen- ·
51 .
sebut adalah: diri. Tentukan tegangan lentur yang timbul di tengah bentang, fc'=35 MPa.
1 bw S
Av = -( 11-2. Balok yang sama dengan Saal 11-1 diberi gaya prategang Ps= 820 kN. Tendon
3 y
de
k nan struktur prategang saja, dengan gaya prata- ngan Ar.is= 794 mm2 dipasang tepat di pusat berat balok. Hitung tegangan-tegang
sedangkan u.nt k unsur-unsdur. ; at tarik tulangan lentur, maka luas tulangan an di dalam balok pada saat transfer di tengah bentang. Tidak ada beban lain kecua
geser gangan efektlf tldak kurang an io
minimum adalah:
Av _ Aes f pu S
f !!
li berat sendiri balok. Gambarkan diagram tegangan lengkap.
11-3. Tendon di dalam balok pada Seal 11-2, di tengah ditempatkan pada jarak
_ bentang,
- ao tyd 280 mm dari tepi atas balok. Dengan pembatasan tidak boleh terjadi tegangan
tarik, tentukan beban kerja merata maksimum yang dapat ditambahkan pada berat
di mana, bw sehdi ri. yang dapat didukung oleh balok, dan ditentukan berdasarkan tegangan-
Aps= luas penampang baja prategang tegang an yang timbul di tengah bentang. fct= 24 MPa dan fc' = 35 MPa.
fpu = kuat tarik baja prategang
tY = kuat luluh tulangan geser
· 11-6. Sebuah balok-T baton prategangan, perletakan sederhana bentangan 25,0 rr..
Pada tengah bantang: y 1 = 408 mm, Yb = 792 mm, eksentrisitas tendon (ke bawah)
e = 712 mm. Saban kerja hidup 15,7 kN/m', beban kerja mati tambahan 6 kN/m',
berat baton 23 kN/ms, luas Ac
mm4,
=
755000 mm2, momen inersia lb =
117,6. 1Q9
kuat satu kawat untaian 0112", fps = 176,4 kN. Berapa jumlah kawat untaian yang
diperlukan dan besar gaya efektif sesungguhnya, apabila beban imbangan dit&n
tukan 70% dan gaya tendon 60% dari kuat ultimitnya? Apabila tegangan baja kJat
j
tarik tinggi 65% dari kuat ultimitnya, apakah tegangan-tegangan pada
transfer dan akhir memenuhi persyaratan? fc'= 30 MPa.
424 BAB 11 OASAR-OASAR BETON PRATEGANGAN ·
11-7. Sebuah balok baton prategangan cara penarikan puma seperti tergambar, terletak
pada dukungan sederhana bentangan 16,0 m, selanjutnya fc'= fct'= 35 MPa, fps=
930 MPa, Es= 188000 MPa, Ee= 31000 MPa, Aps= 2000 mm2, kehilangan prate
gangan 20%, beban kerja mati 7,80 kN/m', beban kerja hidup 6,60 kN/m'. Kawat
t2
...
baja grouted dengan pusat kawat baja berimpit dengan pusat lubang, diameter
lu bang 60 mm. Berapa tegangan akhir pada baja?
PENULANGA N STRUKTUR
TAHAN GEMPA
12.1 PENDAHULUA N
Apabila sistem struktur telah ditentukan, tempat-tempat yang direncanakan _bagi Gambar 12.1. Pola pembentukan sendi plastis
sendi-sendi plastis untuk pemencaran energi harus ditentukan dan dibuatan deta1lya
sedemikian rupa sehingga komponen struktur yang bersangkutan benar-benar Sedangkan di lain pihak, dengan menggunakan balok-balok kuat dan lebih kaku,
berpenla ku daktail. Mekanisme terbentuknya sendi plastis dikendalikan dan diarahkan meka nisme goyangan portal dengan sendi-sendi plastis terbentuk pada kolom-kolom
agar timbul di tempat-tempat yang direncanakan dengan cara meningkatkan kuat dari satu tingkat seperti tampak pada Gambar 12.1.b, yang pada umumnya hanya
komponen-ko po nen struktur yang bersebelahan. Komponen-komponen struktur lain diizinkan untuk rangka struktur rendah, karena alasan-alasan sebagai berikut :
tersebut harus d1be ri cukup cadangan kekuatan untuk menjamin berlangsungnya a) pemencaran energi berlangsung terpusat di dalam sejumlah kecil komponen struktur
mekanise pemencaran energi selama gempa berlangsung. Sebagai contoh, di dalam kolom, yang mungkin tidak memiliki cukup daktilitas karena besamya gaya-gaya
mekamse goyangan rangka portal dengan sendi-sendi plastis yang terbentuk ?alam aksial yang bekerja bersamaan,
balokbalok, JUmlah keku atan kolom-kolom pada suatu titik buhul harus dibuat leb1h b) daktilitas yang dituntut pada kolom-kolom untuk mencapai tingkat daktilitas tinggi
besar dan kekuatan baloknya untuk memaksa terjadinyasendi plastis di dalam balok. akan sulit dipenuhi, dan
Oengan demikian, mekanisme goyangan portal dengan sendi-sendi plastis c) simpangan besar yang terjadi pada struktur mengakibatkan timbulnya efek P-11
terben tuk dalam balok-balok seperti tampak pada Gambar 12.1.a hendaknya sel_alu yang merupakan kondisi berbahaya bagi stabilitas struktur.
diusahakan sejauh keadaan memungkinkan, karena akan memberikan keuntungan-
keuntungan se bagai berikut : Pada bab-bab terdahulu dalam buku ini telah dibahas berbagai kasus
a) pemencaran energi berlangsung tersebar dalam banyak komponen, perencanaan komponen struktur agar berperilaku daktail untuk menghindari
b) bahaya ketidakstabilan struktur akibat efek P-11 hanya kecil, keruntuhan getas. Daktili tas suatu struktur pada hakekatnya adalah perbandingan
c) sendi-sendi plastis di dalam balok dapat berfungsi dengan sangat baik, yang antara simpangan maksimum rencana dengan simpangan luluh awal pada komponen
memung kinkan berlangsungnya rotasi-rotasi plastis besar, dan struktur yang ditinjau. Standar SK SNI T-15-1991-03 menetapkan tingkatan daktilitas
d) daktmtas balok yang dituntut untuk mencapai tingkat 4 pada umumnya dengan rencana untuk struktur baton bertu lang, yang dibagi dalam tiga kelas sebagai berikut :
mudah dapat dipenuhi. 1) Tingkat dakti/itas 1 :
Struktur baton bertulang diproporsikan sedemikian rupa sehingga ketentuan tambah
an atas penyelesaian detail '/ struktur hanya sedikit. Struktur sepenuhnya berperilaku
a) Sendl Plastls pada balok-balok
elastis, µ = 1 (di mana µ adalah daktilitas simpangan struktur}. Beban gempa
rencana
4 2 8 -- BAB 12 PENULANGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA BAB 12 PENUl.ANGAN STRUKT\JR TAHAN G 429
harus dihitung berdasarkan faktor K = 4 ( K adalah faktor jenis struktur, suatu dalam analisis, dan se-
konstanta yang menggambarkan kemampuan respons inelastik struktur akibat
bekerjanya beban gempa Merupkan fungsi tipe struktur dan kemampuan daktilitas
bahan komponen yang bertugas sebagai pemencar energi. Semakin tinggi nilai K.
semakin rendah ke mampuan daktilitasnya, lihat Daftar 12.1).
2} Tingkat dakWitas 2 : ,
Struktur beton bertulang diproporsikan berdasarkan suatu ketentuan penyelesaian de
tail khusus yang memungkinkan struktur memberikan respons inelastik terhadap
be ban siklis yang bekerja tanpa mengalami keruntuhan getas, µ= 2. Kondisi
demikian di namakan juga sebagai daktilitas terbatas. Dalam hal ini beban gempa
rencana harus di
perhitungkan dengan menggunakan nilai faktor Kminimum = 2.
3) Tingkat daktilitas 3 :
Struktur baton bertulang diproporsikan berdasarkan suatu ketentuan penyelesaian de
tail khusus yang memungkinkan struktur memberikan respons inelastik terhadap be
ban siklis yang bekerja dan mampu menjamin pengembangan mekanisme terbentuk
nya sendi-sendi plastis dengan kapasitas dissipasi energi yang diperlukan tanpa
meng
alami keruntuhan, µ = 4. Kondisi ini dinamakan juga sebagai daktilitas penuh. Dalam
haJ
demikian beban gempa rencana harus diperhitungkan dengan menggunakan nilai fak
tor Kminimum = 1.
Proporsi penulangan :
a) Untuk sembarang penampang komponen struktur lentur, jumlah tulangan untuk tingkat daktilitas 2 :
memanjang
, di bagian atas maupun bawah tidak boleh kurang dari : 3 fv As.1
bwd
14
t fy bw
bwd di mana : As. 1 = luas satu kaki tulangan melintang (sengkang), mm2,
dan rasio penulangan, ps7
fy As.a = luas tulangan memanjang atas, mm2,
-
Untuk kepentingan konstruksi (pelaksanaan), paling tidak harus disediakan dua
As,b = luas tulangan memanjang bawah, mm2,
batang tulangan menerus pada masing-masing kedua sisi atas dan bawah.
fy = kuat luluh tulangan memanjang, MPa
Sambungan tewatan pada tulangan lentur hanya dilaksanakan dengan memasangi
tu langan sengkang tertutup atau tulangan spiral di seluruh panjangnya. Jarak
12.5 STRUKTUR RANGKA DENGAN BEBAN
maksimum antar-tulangan melintang yang meliliti sambungan lewatan tersebut tidak
lebih dari di 4 atau 100 mm. Sambungan lewatan tidak boleh digunakan dalam LENTUR DAN BEBAN AKSIAL BESAR
daerah joint( pertemu an), dalam jarak dua kali tinggi komponen (atau h, untuk
tingkat daktilitas 2) dari muka joint, dan pada lokasi di mana analisis menunjukkan Bila pada komponen struktur rangka yang menahan beban lentur dan aksial yang
terjadinya luluh lentur akibat per pindahan lateral inelastis dari rangka. Sambungan ditimbul kan oleh beban gempa dengan besar gaya tekan aksial terfaktor melebihi nifai:
las dan mekanikal yang memenuhi syarat boleh digunakan untuk penyambungan
tulangan. Pelaksanaannya pada setiap iapis tulangan tidak lebih dari pengaturan -Aa-
berselang-seling dan memenuhi syarat spasi jarak penyambungan. Sehubungan fc '
dengan proporsi penulangan memanjang, kuat momen positif pada muka joint tidak 10
boleh kurang dari setengah kuat momen negatif yang disediakan pada sisi muka joint maka dimensi penampang terpendeknya tidak boleh kurang dari 300 mm (untuk tingkat
tersebut. Pada sembarang penampang kompo nen struktur, kuat momen positif daktilitas 3), atau 250 mm (untuk tingkat daktilitas 2). Rasio dimensi pendek penampang
maupun negatif tidak boleh kurang dari seperempat kuat momen maksimum yang terhadap dimensi yang tegak lurus padanya tidak boleh kurang dari 0,40. Sedangkan
per bandingan tinggi kolom terhadap dimensi pendek penampangnya tidak boleh lebih
terdapat pada kedua ujung joint.
besar da-ri 25. Untuk kolom yang menahan momen yang dapat berbaJik tanda,
b) Pada sepanjang dua kali tinggi (atau h untuk tingkat daktili1as 2) diukur dari muka
perbandingan
kom pone_n pendukung ke arah tengah bentang, di kedua ujung komponen struktur
nya tidak boleh lebih besar dari 16, sedangkan untuk kolom kantilever tidak lebih dari 1o.
lentur harus dipasang sengkang tertutup. Demikian pula untuk di sepanjang dua
Untuk struktur rangka dengan tingkat daktilitas 3, kuat lentur minimum harus me-
kali tinggi komponen pada kedua sisi dari suatu penampang di mana mungkin
menuhi persamaan-persamaan sebagai berikut :
berlangsung luluh lentur sehubungan dengan perpindahan lateral inelastis dari
l.Mu.k 0,70 W d l.Mkap,b
rangka.
:lM..i.k < 1,05 2: (M0 J< + MLk + o M:J< )
l.Mksp,b = ?a Mnak.b
4 3 2 . BAB 12 PENUl.AHGAN STRUKTUR TAHAN
GEMPA BAB 12 PEHULANGAN STRUKTUft TAHAN arMrA 4 3 3
dimana.
Sedangkan untuk struktur rangka dengan tingkat daktilitas 3, kuat lentur minimum kolom
Z.M u k = jumlah momen rencana kolom pada pusat joint (perteman).
harus memenuhi persamaan berikut :
Ku.at
· lentur kolom harus dihitung untuk gaya aksial terf aktor yang Mu,k '2 1,0S(Mo,k + ML,k+ wcl'ME.J
Gaya aksial rencana yang bekerja pada kolom sebagai berikut :
kons1s- ten dengan arah gaya lateral yang ditinjau. .
wd = koefisien pembesar dinamis yang memperhitungkan pengaruh dan Nu,k '2 1,0S(No,k + NL,k+ w PE.J
terbentuknya sendi plastis pada struktur secara keseluruhan = 1,3.
Proporsi penulangan :
l_M = jumlah momen kapasitas balok pada pusat joint, yang berhubung-
kap,b an dengan kapasitas lentur aktual balok (untuk jumlah luas a) Rasia penulangan p, tidak boleh kurang dari 0,01, tidak lebih dari 0,06, dan padadae
rah sambungan tidak lebih dari 0,08. Sambungan lewatan hanya digunakan di luar
tulangan yang sebenamya terpasang).
da erah sendi plastis potensial dan harus diproporsikan sebagai sambungan tarik.
Mo,k = momen pada kolom akibat beban mati.
Sehu bungan dengan proporsi penulangan memanjang, kuat momen positif pada
Mu. =
momen pada kolom akibat beban hidup.
muka
ME.k = momen pada kolom akibat beban gempa dasar (tanpa faktor
joint tidak boleh kurang dari setengah kuat momen negatif yang disediakan pada sisi
penga- li tambahan)
muka joint tersebut. Pada sembarang penampang komponen struktur, kuat momen
K = faktor jenis struktur, suatu konstanta yang menggambarkan
kemam- positif maupun negatif tidak boleh kurang dari seperempat kuat momen maksimum
puan respons inelastik struktur akibat bekerjanya beban gempa. yang terdapat pada kedua ujung joint. Sambungan dengan pengelasan dan mekanikal
yang memenuhi syarat boleh digunakan di sembarang tempat asal pengaturan pe
Uhat Daftar 12.1.
q, 0 = f aktor penambahan kekuatan ( overstrength factor ). Fakto_r untuk
nyambungan batang memanjang pada suatu penampang tidak lebih dari pengaturan
memperhitungkan pengaruh penambahan kekuatan maks1mal tu
berselang-seling dan jarak antar-sambungan 600 mm.
langan terhadap kuat luluh yang ditetapkan, ditentukan 1,25 untuk
b) Tulangan transversal boleh terdiri dari sengkang tertutup tunggal atau majemuk, atau
baja dengan fy s 400 MPa, dan 1,40 untuk fy '2 MPa.
menggunakan kait silang penutup berdiameter dan jarak spasi sama dengan diameter
M = kuat momen lentur nominal aktual balok yang d1h1tung terhadap lu- dan spasi yang ditetapkan untuk sengkang tertutup. Tulangan melintang (transversal)
na1<.b as tulangan sebenarnya pada penampang balok yang ditinjau.
harus dipasang dengan jarak spasi tidak melebihi seperempat dimensi terkecil kompo
nen, 8 kali diameter tulangan pokok memanjang (tingkat daktilitas 3) atau 10 kali
Kemudian gaya aksial rencana Nu.k yang bekerja pada kolom dihitung sebagai berikut untuk tingkat daktilitas 2, dan s 100 mm (untuk tingkat daktilitas 3) atau s 200 mm
:
(untuk ting kat daktilitas 2}. Jarak spasi kait silang ataupun kaki sengkang tertutup
- 0,70 Rv 2,M kao.b +1OSN
Nu,k - l, g ,k majemuk tidak boleh lebih dari 350 mm.
b
Pada setiap muka jointdan pada kedua sisi setiap penampang yang berpotensi
Nu.k < 1,05 ( N g,k + O N E.k ) meng alami luluh lentur akibat berlangsungnya perpindahan lateral inelastis dari
rangka harus dipasangi tulangan transversal di sepanjang i.0 dari muka yang ditinjau.
di mana, Rv adalah faktor reduksi yang dihitung dari
Panjang l 0 tidak boleh kurang dari : .
: Av = 1,0 untuk 1< ns4
(1) tinggi komponen dimensi struktur, untuk Nu,k s 0,30 Ag fc' ·
Rv = 1,1 - 0,025n untuk 4< n
(2) satu setengah kali tinggi komponen dimensi struktur, untuk Nu,k > 0,30 Ag fc
s20 Rv = 0,60 untuk n>20
(3) seperempat bentang bersih komponen struktur,
n adalah jumlah lantai banyak di atas kolom yang ditinjau.
(4) 450 mm.
lb = bentang balok diukur dari pusat joint(pertemuan).
Apabila gaya tekan aksial terfaktor yang berhubungan dengan pengaruh gempa yang
Ng,k = gaya aksial akibat beban gravitasi terfaktor pada pusat joint.
bekerja pada kolom nilainya melampaui 0,10 Ag fc' · dan kolom berfungsi sebagai struk
N E. k = gaya aksial akibat beban gempa pada pusat joint.
tur penyangga komponen kaku terputus, misalnya dinding, agar dapat mengembang
kan respons inelastis maka pada seluruh tinggi kolom yang berfungsi tersebut di atas
harus diberi tulangan transversal. Tulangan transversal tersebut harus menerus masuk
434 BAB 12 PENULANGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA
BAB 12 PENULANGAN STRUKTUR TAHAN GEMPJ\ 435
dengan,
Mkllp = momen kapasitas {momen nominal aktual) di sendi plastis pada satu sing-masing arah, dan tidak lebih dari 450 mm. Tulangan yang dipasang untuk menahan
ujung atau bidang muka kolom geser dan mencapai kuat geser tertentu harus dipasang menerus dan didistribusikan
M ' = momen kapasitas pada ujung lainnya merata di seluruh bidang geser. Selanjutnya, untuk komponen struktur dengan tingkat
ln =
bentang bersih komponen
Sedangkan gaya geser rencana komponen struktur terlentur dengan beban aksial besar,
kolom misalnya, dengan tingkat daktilitas 2, dihitung sebagai berikut:
.. daktilitas 3, rasio penulangan dinding struktural di sepanjang sumbu memanjang dan
tran.sversal tidak boleh kurang dari :
0,70
-- dan 0,0025
y
436 BAB 12 PENULANGAN STRUKT\JR TAHAN GEMPA
BAB 12 PENUL.ANGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA 437
Sedangkan jarak spasi tulangan pada setiap arah tidak boleh melampaui :
16 Seianjutnya, di luar daerah ujung sapanjang lo. jarak antara.tulangan vertikal tidak
f dan boleh melampaui 200 mm, dan jarak spasi antar-tulangan mendatar tidak boleh lebih dari:
0,04 (a) tiga kali tebal dinding; (b) seperfima lebar dinding; dan (c) 450 mm. Kemudian jarak an
y tar-tulangan mendatar di dalam daerah ujung lo tidak boleh lebih dari 200 mm, dan
Semua tulangan tarik menerus dalam komponen harus dijangkar atau disambung sesuai untuk struktur dengan tingkat daktilitas 3 disyaratkan :(a) enam kali diameter tulangan
dengan ketentuan pasal 3.5, atau pasal 3.14.6 ayat 2 untuk struktur dengan tingkat dakti vertikal;
li1as 3. (b) seperenam tinggi dindlng; (c) tidak lebih besar dari dua kali lebar dinding.
Komponen struktur yang menahan tegangan tekan lebih dari 0,20 fc'harus diberi
tulangan transversal pada seluruh panjangnya. Pemasangan tulangan transversal terse
but boleh dihentikan pada suatu penampang di mana tegangan tekan yang didapat dari 12.8 TJTJK PERTEMUAN RANGKA
perhitungan lebih kecil dari 0, 15 fc '. Dalam hal demikian, tegangan harus dihitung
untuk gaya terfaktor menggunakan suatu model elastis linear dengan penampang Dalam perencanaan struktur bangunan tahan gempa, titik pertemuan (joint) rangka harus
bruto kompo nen struktur yang ditinjau. memenuhi beberapa ketemuan. Moman lentur dan gaya geser kolom, serta geser
Apabila tebal dinding lebih besar atau sama dengan 200 mm, dan atau apabila ho
nilai gaya geser terfaktor yang bekerja pada suatu bidang dinding melampaui nilai : risontal vih dan geser vertikal v1v yang melewati inti joint harus dianalisis dengan memper
.6!A cVl/'lfc ' hitungkan seluruh pengaruh gaya-gaya yang membentuk keseimbangan pada titik perte
muan Uoint). Gaya yang bekerja dalam tulangan pokok memanjang balok pada sisi muka
maka pada dinding tersebut paling sedikit harus dipasang tulangan dalam dua lapis. kolom harus ditentukan dengan anggapan bahwa tegangan di dalam tulangan tarik lentur
Untuk komponen struktur dinding atau diafragma, pada batas dan sekeliling tepi adalah 1,25 fy dan faktor reduksi kekuatan sesuai dengan yang ditentukan dalam SK SNI
bukaan dinding dan diafragma di mana tegangan akibat gaya terfaktor termasuk pengaruh T-15-1991-03 pasal 3.2.3. Keseimbangan gaya-gaya pada titik pertemuan rangka dapat
gempa pada serat teriuar mencapai nilai maksimumnya, dan melampaui nilaj 0,20 fc', dilihat pada Gambar 12.1, di mana :
harus dibuat struktur pengaku pembatas. Ketentuan tersebut diberlakukan apabila V1h= Nok1+ Nna -Vkol
seluruh komponen struktur dinding atau diafragma belum diperkuat sedemikian rupa dengan,
sehingga
cukup memenuhi ketentuan-ketentuan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.14.4. ayat 4.1 hing N0ki = Nrn = 0,70 M kao.kt
ga ayat 4.3, mengenai tulangan transversal. Komponen struktur pembatas boleh dihenti )
kan
dari pada daerah di mana tegangan tekan yang didapat dari perhitungan tidak lebih ( zkl
M1<ap ,1<a )
0,15 fc' · Tegangan tersebut harus dihitung untuk gaya terfaktor menggunakan suatu NOka = NTl<a = 0,70 (--;;;;:-
mo del alastis linear dan penampang bruto. Apabila diperlukan struktur pembatas,
harus menggunakan tulangan transversal (melintang) seperti ditentukan dalam 0,70-f/)k-1 M1cap,ki +f...1<a M k.o;:;.i<.a ')
{.kl . l ka
peraturan.
Sedangkan tulangan transversal dalam dinding yang mengandung struktur pembatas ha Vi
rus dijangkarkan dengan baik ke dalam inti terkekang struktur pembatas untuk a .. (hk•"- +hk.t).
memung kinkan dapat berlangsungnya pengembangan tegangan luluh tarik dari
2
!
tulangan trans
versal tersebut. Komponen struktur pembatas dalam dinding struktural harus diproporsi dari gaya tekan yang bekerja di'dalam bidang diafragma dan gaya yang didapat dengan membagi
kan untuk memikul seluruh beban gravitasi terfaktor yang bekarja pada dinding termasuk momen terf aktor pada penampang dengan jarak antar-sisi diafragma
beban tributari dan berat sendiri, dan juga gaya vertikal perfu untuk menahan momen gu
ling yang dihitung dari gaya terfaktor berhubungan dengan pengaruh gempa. Sedang
kan struktur pembatas dalam diafragma struktural diproporsikan untuk menahan jumlah
Sedangkan tegangan geser horisontal nominal dalam joint diberikan oleh persamaan se
bagai berikut :
b.\
v,,
=(
<
J
V
""
di mana, bi adalah lebar efektif joint (mm), he acialah tinggi total penampang
kolom dalam arah geser yang ditinjau (mm), dan nilai v1h tidai< boleh melebihi
1,50v'fc'·
:.......
4 3 8 BAB 12 PENUt..ANGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA BAB 12 PENULANGAN STRUKruR TAHAN GEMPA 439
Apabila lebar penampang kolom lebih besar dari lebar balok, maka b1 aru dibil a) apabila tegangan tekan rata-rata minimum pada penampang bruto kolom baton di
sebagai nilai terkecil antara lebar kolom dan lebar balok ditambah eten ah t1gg1 total pe atas joint, termasuk tegangan prategangan apabila ada, melebihi nilai 0,10fc.'
nampang kolom. Sedangkan apabila lebar penampang kolom leb1h kecll d lebar maka Vch di ambil sebagai berikut :
balok, bl harus diambil sebagai nilai terkeil antara lebar balok dan lebar kolom
d1tambah sete-
ngah tinggi total penampang kolom. . . . .
Mekanisme untuk meneruskan gaya geser horisontal V111 pada mt1 1omt paa
dasarnya terdiridari dua macam, yang pertama gaya geser Vch dipikul oleh strat.baton b) apabila balok diberi prategangan melewati titik pertemuan, maka :
dia gonal yang me!ewati daerah tekan ujung joint, dan yang kedua ada!ah Vch = 0, 70 Pcs
mekarnsm p.ael rangka yang terdiri dari sengkang horisontal dan strat diagonal di mana Pcs adalah gaya permanen dalarn baja prategang yang terletak pada posisi se
bton.daerah tank 1omt pertiga dari tinggi balok.
yang memikul gaya geser Vsh• sehingga didapat hubungan sabaga1 benkut : c} apabila seluruh balok pada joint dirancang sehingga penampang kritis dari sendi plas
Vsh+ Vch= V/h tis terletak pada suatu jarak yang febih kecil dari tinggi penarnpang balok diukur dari
Nilai geser Vch yang dipikul oleh baton strat harus diperhitungkan sma_ dengan nol, rnu ka kolom, maka :
arti nya beton tidak ikut memikul geser, kecuali untuk ketentuan sebaga1 benkut :
(1 As'
r - -r---i: , <
di mana , rasio -s 1
As
apabila gaya aksial tarik pada kolom melebihi nilai 0,20fc'· seluruh geser joint
v,d v harus ditahan oleh baja tulangan. Untuk gaya aksial tarik yang lebih kecil dari
nilai batas tersebut, Vch didapat dari interpolasi linear antara nol sampai nilai
''- II I I!
yang diberikan oleh persamaan di atas dengan nilai Nn.k = 0.
I
N Did .,,,.,,.......,,,,,,;.----_ _-_ _' - - - - - - - - - - - - - Nnra
>
= -- - - ii:::- - - - T v- -ii-
: :' '-
Tulangan geser horisontal harus dapat memikul gaya geser rencana join Vs yang
t h
II melewati ujung-ujung bidang keruntuhan potensial. Luas total efektif tulangan geser ho
1::
II I
I
11
' II
II
II
., ' risontal yang melewati bidang kritis diagonal dan yang diletakkan di daerah lebar joint etek
·•.
dari :
NTld 11 II I II
II Himp,_:nan sengkang horisontal tersebut harus didistribusikan rnerata di antara tulangan
II Aih=
balok memanjang atas dan bawah.
;,d 1-
Tulangan titik pertemuan (joint) vertikal harus dapat menahan geser vertikal V5 v se
besar :
di mana,
Gambar 12.2.
Gaya-gaya pada titik pertemuan rangka
sedangkan A 5c'dan A 5c adalah luas tulangan tarik dan tekan longitudinal.
.............. . -
Apabila terdapat tegangan aksial tarik pada seluruh penarnpang kolom yang bemilai
ku rang atau sama dengan 0,20 f c . maka nilai Vcvdiambil sebagai interpolasi linear
antara nol sampai nilai yang diberikan oleh persamaan di atas dengan nilai
13
Nn,kdiambil sarna dengan nol. Selain itu, apabila diharapkan t(3rbantuknya sendi
plastis pada kolom di sebelah atas dan bawah dari jointsebagai bagian dari
mekanisme dissipasi energi utama, maka Vcvha rus diambilsama dengan no! untuk
seluruh nilai gaya aksial yang bekerja pada kolom.
Luas tulangan joint vertikal yang dibutuhkan dalam daerah sepanjang lebar perte-
muan ef ektif b1 ditentukan dengan persamaan :
DETAIL DAN FABRI KASI TULANGAN
-- Vsv
A1 v fy
Tulangan geser vertikal tersebut harus terdiri dari tulangan kolom antara ( intermediate
bars) yang terletak pada bidang lsntur antara ujung tulangan sisi luar, atau.terdiri dari
seng kang pengikat vortikal, atau tulangan vertikal khusus yang diletakkan dalam kolom
dan di jangkarkan secukupnya untuk meneruskan gaya tarik yang disyaratkan ke dalam
joint. Ja rak antara tulangan vertikal pada tiap bidang balok yang menuju ke titik 13.1 PENDA HULUA N
perterr.uan tidak boleh melebihi 200 mm, dan minimum terdapat satu batang tulangan
kolom antara pada Berkas dokumen pembangunan gedung yang disiapkan dan disusun oleh Konsultan Pe
setiap sisi kolom. rencana berup gambar-gambar perencanaan dan spesifikasi teknik pelaksanaan.
Panjang penyaluran l dh dari suatu batang tulangan 010 hingga 035 dengan kait Gambar perencanaan tersebut terdiri dari gambar keadaan lapangan, rencana
standar go 0 dalam beton normal tidak boleh kurang dari Bdbt 150 mm, dan panjang arsitektural, struktu ral, mekanikal, dan elektrikaJ, yang masing-masing terrnasuk
perlu memuat suplemen spesifikasi dan gambar detail sampai tingkat tertentu. Berkas
seperti ditentukan dalam persamaan berikut : dokumen merupakan hasil produk ta hap perancangan dan perencanaan suatu proyek.
fydb /Ti Tahap berikutnya adalah pelaksanaan pembangunan, yang merupakan tahapan paling
f dh = --fr;
5,4 rumit, melibatkan semakin banyak tenaga
Untuk beton dengan agregat ringan, panjang penyaluran batang tulangan dengan stan kerja dengan berbagai strata keahlian sehingga memerlukan koordinasi dan pengelolaan
dar kait 90° tidak boleh kurang dari 10db, 190 mm, dan 1,25 kali panjang perlu sesuai per yang optimal. Di a'ltara sekian banyak kegiatan dalam tahap ini, pelaksanaan pekerjaan
samaan di atas. Kait go0 yang dimaksud harus terletak di dalam inti yang terkekang ba ton bertulang merupakan bagian yang terdiri dari banyak sub-kegiatan pula, dan di
dari antara nya yang cukup panting adalah pekerjaan detaildan fabrikasi penulangan.
suatu kolom atau suatu komponen struktur pembatas Dalam praktek peJaksanaan, sistem struktur beton bertulang untuk proyek bangun
Panjang penyaluran batang tulangan lurus ld berdiameter 010 hingga 035 tidak an gedung direncanakan, dibuat pendetailan penulangannya, dan difabrikasi berdasar
kan pada berbagai ketentuan yang diberik dalam peraturan-peraturan. Di Indonesia, se
boleh kurang dari:
a) 2,5 kali panjang perlu sesuai persamaan f dh di atas, apabila tinggi dari baton yang lain harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam SK SNI T-15-1991-03,
ditu ang dalam satu kali pencetakan di bawah tulangan tersebut tidak melebihi 300 harus pula mengikuti beberapa peraturan lainnya dari Oepartemen Pekerjaan Umum RI,
mm, antara lain ialah: Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI 1982), Pedo ,
b) 3,5 kali panjang perlu sesuai persamaan f dh di atas, apabila tinggi baton yang dituang man Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung (SK SNl-1726-1989-F),
dalam satu kalipenuangan di bawah batang tulangan tersebut melebihi 300 mm. Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tem
Batang tulangan lurus yang berakhir pada suatu joint harus menembus inti terke bok Bertulang untuk Gedung. Di samping itu banyak pula institusi yang menerbitkan pu
kang dari suatu kolom atau suatu komponen struktur pembatas. Setiap bagian dari pan blikasi secara berkala, misalnya produsen baja, yang berisi informasi dan rekomendasi
jang penanaman lurus yang tidak tertetak di dalam inti yang terkekang harus ditingkatkan mu takhir dari industri baja tulangan mengenai produk bahan dan pelaksanaan
dengan faktor 1,6. pengerjaan.
442 BAB 13 . DETAIL BAe 1 CETAIL PENULANGAN 443
PENut.ANGAN
-------, J
itkan dengan kepentingan efisiensi sistem pengendalian persediaan dan penyimpanan 1. O&ENSI SIEMJA KO.OM 400JUOO
2. l.U.T CAA 'IWI O€n. TANGGA 1
__
I.2
bahan, perencanaan operasi bengkel, urut-urutan bagian pekerjaan, dan jadwal kebu- 3. D!MENSI DNONl KOHSCl. -
(IJfAT G.<MIAR DETl.l
i
tuhan tenaga kerja.
..,.,..
-z : _j
L
I
L. . .1
t--- --,- -L 1 ....;... -
U'
berupa gambar denah dilengkapi dengan gambar penampang dan potongan lengkap pa TIPE LEBAA I TINGGI BAWAH
LAPIS 1 LAPIS 2
ATAS
LAPIS1
JUMl..AH
LAS 2
DIAMETER SPASI OARl MUKA OUKUNG.AN
da beberapa tempat panting. Dalam gambar memuat segala detail penulangan termasuk BA 20C
1 400
2020 1020pan-
jaig 2100
2016 I24 012 2s100,35120,35140,48200
skedul penulangan untuk balok, balok induk, kolom, dan komponen struktur lainnya, i I
200
1 400 1 22
I
81 2022 2016 010 3s10C,3s150,5s200
da lam rangka memperjelas dan menentukan penempatan batang tulangan. Gambar tol'Sl .4012
kerja pemasangan tulangan dilengkapi pula dengan daftar-daftar atau tabel yang
811 2028 2025pan- 3025 20252c'."..a()n()- I 2s60,3s100,4s120,4S150
I
350 1025 jang3600 12 001102 66210
000 102Span- dan lnJl(.a
membarikan informasi mengenai jumlah dan macam bentuk penulangan, batang jang 2400 duia.rqa'l !
350 2025 can- 2025 2025 I 24 1 012
tulangan yang serupa tetapi bervariasi dalam ukuran, bentuk, tempat dan detail 612 1 700 2028 iang 3500 I
1torsi so1s Jcrq 2XC ; 4 1 010 2s80,3s100,3s120.4s150
813 200
1 400 2022 2020 j 24 012
pelaksanaan bagi tukang besi yang meng olah di bengkel dan memasangnya di / 2s100,3s120,3s140,46200
I
1 0161
614 350 2028 2s00.3s100,3s120.46150
lapangan. Gambar dengan segala keterangannya harus dibuat dengan sejelas-jelasnya 2028 oan- 1 3025
]2l!0rl2l;52000 1 2144
I
001120
/ '00 1025 Jing 3800
1025pan- • • dan
7s200
agar dapat dibaca dengan mudah oleh para pekerja, terutama tukang besi, di lapangan. fang 2400 du
Penyiapan gambar kerja pemasangan tulangan mengacu dan didasarkan pada
ber
,
2025 c::a"l- I 38
815 350 2028 2028pan- 3025
Jang 3600 !Orsi 4016 iang 2000 I 012 2s80,3s100,3s120,4s150,7s200
kas dokumen kontrak termasuk spesifikasi teknis yang berkaitan dengan pelaksanaan
1 700 1025
1025pan-
Jang 2400
dan ITT.IQ
dukln;al
I
pe kerjaan. Gambar tersebut bernifat melengkapi gambar perencanaan, bahkan tidak 816 350
1 900 2028 2025 pan- 20."C.S carr
20252.COO
Jaig 1 38 012 2s80,3s100,4s120,4s150,6s21 0
batang tuJangan yang tersedia. Dengan demikian, jelas bahwa gambar kerja harus
dibuat dengan memeriksa ulang persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi. Ukuran-
ukuran struktur bangunan tidak perlu untuk dicantumkan lagi dalam gambar kerja, kecuali
apabila
,memang diperlukan untuk kepentingan pemasangan batang tulangan setepat mungkin.
Suatu contoh gambar kerja pemasangan tulangan untuk plat suatu sistem lantai dapat
dili hzt pada Gambar 13.2. Apabila gambar tersebut dibandingkan terhadap Gambar
13.1, ycing merupakan gambar perencanaan untuk sistem yang sama, tampak nyata
sekali be danya. Gambar 13.1 adalah gambar denah sistem balok dan lantai yang
merupakan bagian dari gambar struktural,yang terdapat dalam berkas dokumen kontrak.
Tampak bahwa gam bar perencanaan memperlihatkan denah lantai, menunjukkan
penempatan komponen komponen struktur dengan menampakkan ukuran balok induk,
balok, dan plat, penem patan lobang-lobang sparing, penulangan pokok untuk
penggunaan tipikal, tempat sam bungan dan cara penyambungannya, serta informasi
lain yang berkaitan dengan struktur bangunan. Sedangkan gambar kerja pemasangan
tulangan melengkapi gambar perenca naan dengan memberikan seluruh informasi yang
diperiukan untuk fabrikasi dan pema sangan batang tulangan dengan menggunakan
sistem notasi yang tepat untuk ukuran, bentuk, dimensi, dan lokasi dari masing-masing
batang tulangan, dan daftar pembeng kokan tulangan. Kadang-kadang juga disertakan
ketentuan mengenai penopang atau penyangga batang tulangan. Dengan demikian,
gambar kerja pemasangan selain diguna kan sebagai pedoman untuk pemasangan
batang tulangan di dalam cetakan (acuan) be ton dapat juga digunakan sebagai dasar
pemesanan dan pembelian keseluruhan kebu tuhan batang tulangan baja. Sehingga
! 12'00 l ------ _,..., ----- ------ ----- untuk itu, validitas penafsiran terhadap berkas do kumen kontrak berikut spesifikasi teknis
dan seiuruh gambar perencanaannya merupakan
i
I PL3 120 I "°10-240x36so 2lf27010-120X900 12x506-200x4000 16010-240x3250 2x30010-, 20ll900 2x506-200x38001
14010-240x3290 16010-240x2890 I
PL4 120 1 14()10-240x7650 2lf27010-120x900 2x506-200x8000 32010-240x3250 2x64010-12C:lC900 2x506-200X3600 !
. 4010-240x7290 32010-240x2890
PL5 120 I ro10-240x3250 2lc22010-120x750 2x406-200X3600 14010-240x1650 I
• mi 0-240x3050
2x27D10-12Cx750 2x406-200X2000
!
><
14010-240x1450
PK1 150 Iro10-120x3050 7010-120X3050 1606-200x875 1606-200x87S
-:><" !
PK2 150 1 ro10-120x5550 7010-120x5450
>< 2806-200x875 2806-200llB75
"><"""1
belum fabrikasi di bengkel kerja dilaksanakan. arsitektural dan struktural dan kemudian tetap digunakan pada gambar kerja
pemasangan, kecualiapabila dibutuhkan sistem nama yang lebih tpat. Dengan
berdasarkan pada kondisi bangunan nya, ada kemungkinan diperiukannya dua sistem
13.3 SISTEM NOTASI DAN TANDA BATANG TULANGAN nama. Sistem yang pertama adalah na ma dari berbagai macam komponen struktur
pada bangunan, sedangkan yang kedua ada lah nama masing-masing batang tulangan
Sistem notasi biasanya ditetapkan pada gambar-gambar perencanaan dalam suatu komponen struktur. Sistem notasi untuk komponen struktur dapat dilakukan
dengan cara pemberian nomor kepada setiap
kesalahan pem sangan yang lebih sering mengakibatkan sesuatu yang fatal sifatnya, dan
juga pada akhir-
l sesuai dangan sif at dan tujuan dibuatnya gambar pemasangan. Umumnya daftar
mencantumkan informasi mengenai jumlah batang tulangan, nomor notasi komponen, dan
BAB 13 DETAIL PENULAHGAN 447 dimensi fisik komponen yang ditulangi, ditambah dengan informasi mengenai ukuran serta
panjang batang tulangan lurus, nomor notasi batang tulangan bangkok, lokasi serta jarak
spa!5i batang tulangan, dan catatan khusus serta informasi lain yang berhubungan dengan
penulangan. Seperti yang sudah dikemukakan, agar sasarannya tercapai penyajian daftar
13.4 DAFTAR-DAFTAR
dilakukan bersamaan dan dihubungkan dengan gambar-gambar tipikal untuk penampang
potongan dan denah suatu komponen struktur. Umumnya daftar-daftar ini dilengkaoi de
Daftar-daftar akan muncul baik pada gambar perencanaan maupun gambar kerja
ngan daftar batang tulangan baja untuk memberikan detail pembengkokan batang tulang
pema sangan tulangan (shop drawing), yang mana dimaksudkan untuk
an yag diperlukan.
menjelaskan gambar se cara sistematik (lihat Gambar 13.1 dan 13.2).
Tidak ada format standar yang tersedia untuk membuat daftar-daftar tersebut, baik
Pada gambar perencanaan (Gambar 13.1), pada umumnya daftar dibuat
untuk gambar perencanaan maupun gambar kerja pemasangan tulangan. Dengan demi
dafarn ben tuk tabel yang terdiri dari nomor notasi komponen, dimensi baton, dan
kian, penyusunannya semata-mata berlandaskan pada teknik penyampaian informasi
ukuran serta lokasi komponen yang ditulangi. Agar bisa beriungsi dengan baik,
ten tang sekelompok materi yang serupa, seperti kelompok penulangan pada balok,
informasi dari daftar disajikan dengan cara menghubungkan dengan gambar-
balok in duk, kolom, dan fondasi. Format daftar akan beragam sesuai dengan
gambar bagian tipikal, baik penampang potongan maupun denahnya. Pada
kebutuhan untuk suatu pekerjaan dan kreativitas para pengelolanya.
umumnya daftar digunakan untuk komponen-kom ponen struktur tipikal, di
antaranya ialah plat, balok, balok induk, balok anak, kolom, fonda si, dan dinding.
Standar Fabrikasi
Apabila suatu bagian dari komponen struktur memerlukan detail rancang an
Proses fabrikasi yang dilakukan di dalam bengkel kerja adalah pekerjaan baja yang
penulangan khusus, daftar juga harus dilengkapi dengan gambar tersebut.
terdiri dari pemotongan, pembengkokan, pemberkasan, dan pemberian tanda pada
Daftar serupa juga digunakan pada gambar-gambar kerja pemasangan tulangan,
batang tu
tetapi ditambah lagi dengan informasi yang bersifat lebih detail dan menjelaskan,
langan baja. Pelaksanaan pemotongan dan pembengkokan batang tulangan baja meru
.
ter dan panjangnya masing-masing, dan b1asanya · d.1pak a1
·d"k bangkan sen-
s1stem 1 pakan pekerjaan panting dan harus dilakukan dengan cermat mengingat pengaruhnya
diri oleh pabrik produsen sesuai dengan standar yang dianut. terhadap kapasitas komponen struktur yang direncanakan. Pekerjaan membengkok L a-
448 BAB 13 DETAIL
BAB 13 DETAIL ?ENULANGAN 449
PENULANGAN
detaJI dlmenst
A
c -,
G
c=+1' =
- - =db======:,;;::=====- (
f39koK
2+ ? l --
J ::i D •diameter bengkoken I
'"I
B
B
- -'
do
1b
A G Ar 0 JE 029 - 036 :D =8
4 d:,, a1 db
} A GJ
W 60 D-1-4 - 056 :0 ::1O
le6TI
r.im
U
(a) oongl<okan 180" db (b) bengkolca n so-
J
c
Dlmensi bengkokan 180" Dimensi bengkokan 906
Diameter stanclal untuk semua jenls standar untuk semua jenls
batang tulangan
i B "
0
....i.Q..\ I Ht. " G HA (\LA l G
Batang
Tulangan A atau G J D
batang tulangan
A atauG D
LJ
. j
1- "L A IL D
·
j:H
B
c
D B
c
· B
c
D D6
08
ao
100
50
70
40
50
100
140
40
50
1 a 0 I 09 120 80 55 160 55
010 130 90 eo 180 60
t lf Ef fJ 11J
012 150 100 80 300 80
013
R.
160 110 85 320 85
014 170 120 go 240 90
, K
016 180 130 100 260 100
L -4
: K 018 190 150 110 300 110
019 200 160 120 320 120
D20 Z2"J 170 130 340 130
D I K 022 250 180 140 360 1o40
' '
c:-25 280 190 150 150
p
c[J{j: 0
028 350 260 220 440 220
B Cl 029 300 280 230 480 230
0 032 .uo 320 270 520 270
036 500 380 320 610 :l20
:J40 560 440 380 660 380
D50 750 580 490 870 490
\s c 0
o\ GJ
I 9
0 MAKS. 1:?.5' ' ·H
Ii 9_ _ •..• F I iE A/ GJ
_!'."3 5
A"' 0 - ...
K detail
dimensi detail dlmensl , A atau G
0
S! ,•
' ...
A
0
''
T- - -
-W' ;: I
r
A atau G
I ,
i 6 d-:, atau 60
t
- - - - ·o mm
I
untul< 010-016 :D>4
db
ad..!atau 60 nvn
/ -·
(b) 1<a1t 135• ;,<--_; ---../'
(a) kait 90"
H
kait d 1:>en9ko1tan sengkang
Gambar 13.3. BengKokan batang tulangan tip:kal
(dikutip dari ketentuan Concrete Reinforcing Steel Institute. Cicago. Illinois. USA) DIMENSI KAIT DAN BENGKOKAN SENGKANG
kal 90" kall 135°
Diameter
Batang Tulangan 0 bengkol<an bengkol<an perldraan
A atau G A atauG H
010 40 110 110 70
012 50 120 120 75
014 60 13.4. Detail
30 130 80
Gambar Kait Standar
018 65 160 155 85
............ . .
.,
an yang diberikan di dalam gambar pemasangan dan daftar batang tulangan, baik menge
1 i I I ! ; I j
nai ukuran panjang maupun detail pembengkokannya. Dari produsen (pabrik) kadang 2 IIj' ' t I I I
I ! i I I . l
kadang telah dikeluarkan pedoman dan standar pembengkokan batang tulangan untuk 3 II I I I f I I l
4 !I 1 I . I ii I
diameter tertentu yang bersif at umum. Penerapan bentuk standar tersebut tentunya su 5 Ii I I I I I i
dah dipertimbangkan sewaktu menyusun gambar pemasangan dan dattar batang tulang 6 I ! ; i I l
i, 7 I I ! !
an, terutama dalam hal detail bengkokan. Karena di Indonesia belum tersedia standarisasi i
bentuk bengkokan batang tulangan untuk berbagai macam kebutuhan, sebagai contoh I aI I I
1 9I I
, I I
nya, bentuk bengkokan batang tulangan baja dapat dilihat pada Gambar 13.3. Gambar ter I o !\ ' II I '
I ll 1! I i : !' i
sebut dikutip dari sebagian ketentuan CRSI ( Concrete Reinforcing Steel Institute ), Chica 1 121 iI
go, Illinois, USA, untuk digunakan sebagai bahan perbandingan. Akan tetapi, bagaimana j 13 1 I lI I I
pun pembengkokan tetap harus memenuhi ketentuan dan persyaratan SK SNI T-15- 141 I
'I
I
I I
15 ii I' Ii !
1991-03 pasal 3.16.1, 3.16.2, dan 3.16.3, yang telah menetapkan persyaratan minimum 161I II i I
I 17 1
detailbengkokan dan kait baja tulangan, seperti diperlihatkan pada Gambar 13.4.Di dalam
' 181 I !I
daftar pada gambar tersebut juga diperlihatkan panjang tambahan yang diperlukan untuk I 19 1l !! l
kait (A dan G) yang harus ditambahkan pada panjang total yang diperlukan. SK SNI T-15- I 20 :: i• l
/ 21 : I I I I I I
1991-03 juga mengharuskan pembengkokan batang tulangan baja dikerjakan dalam kea I 22 !
I
I
I
;
l
i j I i
I !
daan dingin, kecuali apabila ditentukan lain oleh Arsitek atau Konsultan Perencana. Untuk i 23 l I : ' i
! 241 I I I II
mendapatkan panjang batang tulangan baja lurus yang sesuai dengan yang diinginkan di I
I I I
I ! j I I
dapatkan dengan cara memotong batang panjang dari produksi pabrik. Toleransi yang di
I
I
261 I I I
berikan pada proses fabrikasi batang tulangan baja juga harus diberikan pedomannya. I21: I I i
: '
28 1 . I
Sebagai contoh, toleransi pemotongan untuk batang baja tulangan lurus adaiah 25 mm,
I
I
! 29 1 I i I I I
kecuali apabila ditentukan toleransi khusus untuk batang ini. Untuk itu, pada saat Kon
· 1i-321 ==c----i---+--+--+-+1I --+' I I
-+'I- 1
1:=:iI::,I==::=t:='-l
1 I I
dan kesepakatan mengenai toleransi tersebut dari Konsultan Perencana atau Pengawas. i j : I I
331 I I
I
; I
--1
- i I I
341 ! I I I I I I I I II I I I
I
; I I
II ! II I i lI I
I I I I
III ! I
36 1 I i
!II I 1
! i
I I I I I
I
I I l
I 37 ' I I
II I i I I 1
I I I I
38 1 !
;
i : I I I ! iII i !
I i : j
! 391 I I
i
I i
I I
I !
I
I
i :
i I : l I i
!
Daftar batang baja tulangan digunakan pada proses fabrikasi yang dilakukan di dalam i I 40 ;
: 42
41! !
i
:
!
I
!
I
i
!
! I
I
ir !:
I
I
I
I
III
I
bengkel kerja, iaJah pemotongan, pembengkokan, pengangkutan, dan pemasangan ser
i I I
i 43 ! I I I I
II I I I
i
! I
I
ta pemeriksaan pekerjaan. Daftar tersebut merupakan dattar kebutuhan bahan yang me 441 I l I ! I
I I
<; I i I i I i
nyajikan keterangan lengkap mengenai berbagai batang baja tulangan yang dibutuhkan. ! I
I I
-
Gambar 13.5. O at.'ar bengkokan batang baja tulangan tioikal
w1:s
Suatu contoh formulir daftar bengkokan batang baja tulangan dapat dilihat pada
Gambar
13.5, daftar tersebut dibuat berdasarkan pada gambar pemasangan penulangan
Gambar
13.2 dan detail bengkokallpada Gambar 13.3 terdahulu. TIPE SB TIPE SBU (ATA:!) TIP
Daftar bengkokan batang baja tulangan umumnya memuat informasi baik batang PENYANGGA TIJlANGAN PLAT .WANGGA rut.lT N L AS)
lu rus maupun yang dibengkok, dan .iienyajikan semua dimensi detail batang tulangan
ter masuk bengkokannya, demikian juga informasi mengenai mutu tulangan baja dan
jumlah yang digunakan. Dattar batang baja tulangan jenis yang demikian dapat
digunakan pula untuk tambahan keterangan pada daftar detailbengkokan, dan gambar
pemasangan. T!PE BC - BANGKU TIPE JC - BANGl<U' ,
=
TIPE JCU - BANGKU
4
TULANGAN TUNGGAL TUL.ANGAN
TUL.ANGAN ATASBALOK
BALOKANAK
ANAK
-
tambahan upaya yang harus dilakukan untuk setiap satuan berat sampai dengan
tercapainya produk akhir seperti yang dirancang. Dari berbagai tambahan biaya upah
pengerjaan tersebut di antara nya yang menonjol adalah biaya pembengkokan dan
biaya tambahan untuk fabrikasi khu sus pada setiap satuan beratnya.
HCM
daknya digunakan baton mutu yang sama dangan baton struktural yang dlrencanakan
untuk tempat tersebut.
Kecermatan dan kerapihan pemasangan baja tulangan berikut segenap pekerjaan
bantu akan sangat berpengaruh dalam usaha penghematan dan efisiensi biaya konstruk
si. Karena dengan demikian tidak t'erjadi bongkar pasang pekerjaan, pengecoran baton
dapat berlangsung dengan sempuma masuk ke dalam seluruh sela-sela batang tulangan
sehingga dihasilkan baton bertuiang mulus tanpa terjadi kropos-kropos. Bahkan yang
lebih panting, tercapainya hasil akhir sademikian sehingga kekokohan struktur tidak ter A PENDIKS A
ganggu dan aman. terhindar dari akibat kecarobohan pelaksanaannya. Sekali lagi, karena
di Indonesia belum tarsedia standarisasi jenis dan ukuran penopang batang tulangan, se TABEL-TABEL
bagai contoh bentuk standar, jenis, dan ukuran penopang batang tulangan baja dapat
diperlihatkan pada Gambar 13.8. Standar tarsebut dikutip dari sebagian ketentuan CRSI,
USA, untuk digunakan sebagai bahan perbandingan. Oalam praktek umumnya penopang
batang tulangan baja dibuat dan ditentukan di lapangan, kecuali apabila gambar peren-
canaan ataupun spesifikasi menyebut lain.
29,0
0
6,60
5
5,
190
P32 032
32,00
8,043
6,310
036
36,0
0
10,1
79
7,99
0
040
40,0
0
12,5
65
9,87
0
050
50,
00
19,6
35
15,
400
TABEL A-4 TA BEL A-5
LUA S PENAMPANG TULANGAN BAJA PER METER PANJANG PLAT
LUAS PENAMPANG TULANGAN BA JA
Luas P:.nampang (mm2) ·- diameter Luas Penampang (mm2)
diameter
batang batang Jarak Spasi p.k.p (mm)
Jumlah Batang
;\ ._,
2 3 4 (mm) 50 100 150 200 250 300 350 400 450
(mm) 1
7 8 9
5 6 6 565,5 282,7 188,5 141,4 113,1 94,2 80,8 70,7 62,8
197,9 226,2 254,5 111,7
56,6 84,9 113,1 141,4 169,6 452,4 8 1005,3 502,7 335,1 251,3 201,1 167,6 143,6 125,7
6 28,3 251,4 301,6 351,9 402,2
150,9 201,1 9 1272,3 636,2 424,1 318,1 254,5 212,1 181,8 159,0 141.4
@ 50,3 100,6
190,8 254,5 318, 1 381,6 445,2
509,0 572,6
10 1570,8 785,4 523,6 392,7 314,2 261,8 224,4 196,3 174,5 II
9 63,6 127,2 314,2 628,3 760,9
78,5 157,0 235,6 392.7 471,2 549,8 904,8 1017,9 1131,0 754,0 565,5 452,4 377,0 323,1 282,7 251,3
(10" 791,7 12 2261,9
226,2 339,3 565,5 678,6 13 2654,6 1327,3 884,9 663,7 530,9 442,4 379,2 331,8 294,9
ft 113,1
398,2
452,4
630,9 663,7 796,4 929,1 1061,8 1194,6
14 3078,8 1539,4 1026,3 769,7 615,8 513, 1 439,8 384,8 342,1
13 132,7 265,4 1078,0 1232,0 1386,0 I
16 4021,2 2010,6 1340,4 1005,3 804,20 670,2 574,5 502,7 446,8
308,0 462,0 616,0 770,0 924,0
it4· 154,0
804,2 1005,3 1206,4 1407,4 1608,5 1809,5 18 5089,4 2544,7 1696,5 1272,3 1017,9 848,2 727,1 636.2 565,5
201, 1 402,2 603,2 2290,2
'.16' 2035,8 19 5670,6 2835,3 1890,2 1417,6 1134,1 945, 1 810,1 708,8 630, 1
1272,4 1781,3
957,9 1526,8 20 6283,2 3141,6 2094,4 1570,8 1256,6 1047,2 897,6 785,4 698, 1
18 254,5 509,0 763,4 1984,5 2468,0 2551,5
19,,. 283,5 850,5 1134,0 1417,5 1701,0 2513,3 2827,4 1267,1 1086,1 950,3 844,7
567,0 1885,0 2199, 22 3801,3 2534,2 1900,7 1520,5
628,4 942,5 1256,6 1570,8 1636,2 1402,5 1227,2 1090,8
20 314,2 1
2280,8 2660,9 3041,0 3421,2 25 4908,7 3272,5 2454,4 1963,5
1520,5 1900,7
22 380,1 760,2 1140,4 3436,1 3927,0 4418, 1 28 6157,5 4105,0 3078,8 2463,0 2052,5 1759,3 1539,4 1368.3
2454,8 2945,2
25"' 490,9 981,8 1472,6 1963,5 5541,7 29 6605,2 4403,5 3302,6 2642,1 2201,7 1887,2 1651,3 1467,8
1231,5
2463,0 1847.J 36,6 4310,3 4926,0
3078.7 32 8042,5 5361,7 4021,2 3217,0 2680,8 2297,9 2010,6 1787,2
28 615,7 3963,2 4623,7 5284,0 5944,5
3302,6 36 6785,8 5089,1 4071,5 3392,9 2908,2 2544,7 2261,9
660,5 1321,0 1981,6 2642,1 4021,3 48,?5,5 5? 9.8 6434,0 7238,3
29 3217,0 40 8377,6 6283,2 5026,5 4188,8 3590,4 3141,6 2792.5
804,3 1608,6 241,S.,8 4071,5 9160,9
32
36 1017,9 2035,8 3053,6
5089,4 6107,2 7125, 8143,0
8796,6 10053 h 1309 50 13090 9817.5 7854,0 6545,0 5609,9 4908.7 43€?3,3 I I
1
40 1255,6 5026,6 6283,2 7539,8
2513,3 3769,9 13745 n 1612
50 963,5 7854,0 9817,5 11781
3927,0 5890,5 4 15708
459
TABEL A-6
KONSTANTA PERENCANA AN
-- _..
0 0 0 0 0
m m <.n t:..> <...
m ... . i c . l m
<...
0: 0: < . . . 0: . < ...
< . .
3: en
'1l '1 l '1 l ' 1l '1 l '
. e . e . e . e...... 'Tl
1 lI\) -t
e
I\) 0 -I\)
:...i <.n w t:..> m N c> <n
'1
.<D _.. ......
en
N 01 01 m 0> w 8 .,.,
'Tl
s::
'1l -t
I\.)
C -t
.,.
1\) 1\) 1\) ..... 0 - 0
<o cn "....J <0 0 s::
01 01 1\) 1\) 8 '1l Zm
.. .
a » IU
I\.)
o"rm
Z :s>
(,.) cu I\) - 01 0 _C11
t:. > <» m Oi 8 <0 <:n s:: t/) I
-t .....,
O O O'I Ol O o 8 '1l );lit
IU
z
-t
U> U> (A) ..... Q.(11
c..> l>
0
·m · ai·oo Cll :..._, m
s::
I\) 0 I\) .... ()) "' 8 IU'1l m
-t
0
w w w ... o .<n U1
c.> z
<o m "c.> <o <o ...,, a, s::
o ....i ._,, 01 .Jlo. cn 8 '1J
IU
---------------
0,0222 4.3428 0,0266 4,9695
0,0091 2,0185 0,0135 2,8757 0,0179 3.6555 0,0223 4,3579
0,0267 4,9829
0,0092 2.0388 0,0136 2,8943 I Q,Q18Q 3,6723 0,0224 4,3730 0,0268
4,9962
-------- 0,0093
0,0094
2,0591
2,0794
0,0137 2,9128 0,0181
0,0269
0,0138 2,9313 0,0182
0,0270
3,6891 0,0225
5,0095
3,7058 0,0226
5,0227
4,3880
4,4030
TABEL A-8
RASIO PENULANGAN (;>) vs KOEFISIEN
TAHANAN (k)
(fc' = 17 MPa, f1 = 240 MPa, k dalam MPa)
p k p k p k p
k p k
I
3, 1227 0,0189
0,0215 4,3745 0,0259 5,0762
3,9290 0,0216
0,0233 4,3912
4,6695 0,0260 5,0913
5,3442 0,0217 4,4079 0,0261 5,1065
tl _
462 0,0218 4,4245 0,0262 5, 1216
0,0219 4,4410 0,0263 5, 1367
0,0220 4,4576 0,0264
4 6 3 4,4741 0,0265 5, 1517
0,0221 5, 1667
0,0222 4,4906 0,0266 5, 1817
0,0223 4,5070 0,0267 5, 1967
.
0,0224 4,5234 0,0268 5,2116
-·------------------ I
:I
I
k p k p k p k p k p k p k
k p k p
p k p 5,7801 0,0318 5.9137 O,Q188 4,0315 0,0232 4,8363 0,0276 5,5885 0,0320 6,2880 0,0364 6,9349
5,7936 0,0319 5,9269 0,0233 4,8540 0,0277 5,6050 0,0321 6,3033 0,0365 6,9490
-
5,6430 0,0308 0,Q189 4,0504
5,5026 0,0298 5,8071 0,0320 5,9400
0,0278 5,3588 0,0288 0,0190 4,0693 0,0234 4,8717 0,0278 5,6214 C,0322 6,3186 0,0366 6,9631
5,6569 0,0309 5,8205 0,0321 5,9531
0,0279 5,3733 0,0289 5,5168 0,0299 0,0191 4,0881 0,0235 4,8893 0,0279 5,6379 0,0323 6,3338 0,0367 6,9771
0,0300 5,6707 0,0310 5,8339 0,0322 5,9662
0,0280 5,3878 0,0290 5,5310 0,0192 4,1069 0,0236 4,9069• 0,0280 5,6543 0,0324 6,3490 0,0368 ' 6,9911
5,5451 0,0301 5,6845 0,0311
0,0281 5,4023 Q.,0291 0,0193 4,1257 0,0237 4,9245 0,0281 5,6706
5,5592 0,0302 5,6983 0,0312
0,0282 5,4167 0,0292 5,8473 0,0323 5,9792 0,0194 4, 1444 0,0238 4,9420 0,0282 5,0870 . o,0325 6,3642 0,0369 7,0051
5,5733 0,0303 5,7120 0,0313
0,0283 5,4311 0,0293 0,0195 4, 1631 0,0239 4,9595 0,0283 5,7033
0,0304 5 7257 0,0314 5,8607 0,0326 6,3793 0,0370 7,0190
0,0284 5,4455 0,0294 5,5873 0,0284 5,7196 0,0327
5,8740 0,0196 4, 1818 0,0240 4,9770 6,3944 0,0371 7,0330
0,0285 5,4598 0.0295 5,6013 0,0305 5,7393 0.0315
5,8872 0,0197 4,2004 0,0241 4,9945 0,0285 5,7359 0,0328 6,4095 0,0372 7,0469
5,6152 0,0306 5,7529 0,0316
0,0286 5,4741 0,0296 5,9005 0,0198 4,2191 0,0242 5,0119 0,0286 5,7521 0,0329
5,7665 0,0317 6,4246 0,0373 7,0607
0,0287 5,4884 0,0297 5,6292 0,0307
0,0199 4,2377 0,0243 5,0293 0,0287 5,7683 0,0330 6,4397 0,0374 7,0746
0,0200 4,2563 0,0244 5,0467 0,0288 5,7845 0,0331 6,4547 0,0375 7,0884
0,0201 4,2748 0,0245 5,0640 0,0289 5,8006 0,0332 6,4697 0,0376 7, 1022
0,0202 4,2933 0,0246 5,0814 0,0290 5,8168 0,0333 6,4846 0,0377 7, 1160
TABEL A-10FISIEN TAHANAN (k) 0,0203 4,3118 0,0247 5,0987 0,0291 5,8329 0,0334 6,4996 0,0378 7,1297
RA SIO PENULANGAN (p) vs KOE k dalam MPa) 0,0204 4,3303 5, 1159 0,0292 5,8490
0,0335 6,5145 0,0379 7,1434
( fc' =
25 MPa, fy 240 MPa, = 0,0205 4,3487 0,0249
0,0250
5, 1332
5, 1504
0,0293
0,0294
5,8650 0,0336
5,8810
6,5293 0,0380 7,1571
0,0206
0,0337 4,3671 6,5442 0,0381 7, 1707
k p k p k 0,0207 4,3855 0,0251 5, 1676 0,0295 5,8970 7,1844
p k p 0,0338 6,5590 0,0382
p k 0,0252 5, 1848 0,0296 5,9130
0,0208
0,0339 4,4039 6,5738 0,0383 7,1980
0,0136 3,0126 0,0162 3,5312 0,0209
0,0340 4,4222 0,0253 5,2019 0,0297 5,9289 6,5886 0,0384 7,2115
0,0084 1,9201 0,0110 2,4755
0,0058 1,3463 3,0329 0,0163 3,5508 0,0210 4,4405 0,0254 5,2190 0,0298 5.9448 7,2251
1,9418 0,0111 2,4965 0,0137 0,0341 6,6033 0,0385
0,0059 1,3687 0,0085 3,0531 0,0164 3,5704 4,4588 0,0255 5,2361 0,0299 5,9607
0,0112 2,5175 0,0138 0,0211
0,0342 6,6180 0,0386 7,2386
0,0060 1,3911 0,0086 1,9635
2,5384 0,0139 3,0734 0,0165 3,5899 0,0212
0,0343 4,4770 0,0256 5,2531 0,0300 5,9766 6,6327 0,0387 7,2521
1,4134 0,0087 1,9851 0,0113
0,0061 3,0936 0,0166 3,6094 0,0213 4,4953 0,0257 5,2702 0,0301 5,9924 0,0388 7,2656
2,0067 0,0114 2,5593 0,0140 0,0344 6,6474
0,0062 1,4357 0,0088 0,0167 3,6289 4,5135 0,0258 5,2872 0,0302 6,C082
0,0115 2,5802 0,0141 3,1137 0,0214
0,0345 6,6620 0,0389 7,2790
0,0063 1,4580 0,0089 2,0283
0,0142 3, 1339 0,0168 3,64!13 0,0215
0,0346 4,5316 0,0259 5,3041 0,0303 6,0240 6,6766 0,0390 7,2924
0,0090 2,0499 0,0116 2,6011
0,0064 1,4803 3, 1540 0,0169 3,6678 0,0216 4,5498 0,0260 5,3211 0,0304 6.0397
2,0714 0,0117 2,6219 0,0143 0,0347 6,6912 0,0391 7,3058
0,0065 1,5026 0,0091 0,0170 3,6871 4,5679 0,0261 5,3380 0,0305 5,0555
0,0118 2,6427 0,0144 3,1741 0,0217
0,0348 6,7058 0,0392 7,3192
0,0066 1,5248 0,0092 2,0929
0,0145 3,1942 0,0171 3,7065 0,0218
0,0349 4,5860 0,0262 5,3549 0,0306 6,0711 6,7203 0,0393 7,3325
0,0093 2,1144 0,0119 2,6635
0,0067 1,5470 3,2142 0,0172 3,7258 0,0219 4,6040 0,0263 5,3717 0,0307 6,0868 0,0394 7,3458
2,1359 0,0120 2,6843 0,0146 0,0350 6,7348
0,0068 1,5691 0.0094 0,0173 3,7452 0,0220 4,6221 0,0264 5,3886 0,0308 6,1025
0,012..1 2,7050 0,0147 3,2343 0,0351 6,7493 0,0395 7,3591
0,0069 1,5913 0,0095 2,1573
2,7257 0,0148 3,2542 0,0174 3,7644 0,0221
0,0352 4,6401 0,0265 5,4054 0,03G9 6,1181 6,7637 0,0396 7,3723
0,0070 1,6134 0,0096 2,1787 0,0122
2,7463 0,0149 .3,2742 0,0175 3,7837 J,0222
0,0353 4,6581 0,0266 5,4222 0,0310 6,1337 6,7781 0,0397 7,3855
0,0071 1,6355 O,OQ97 2,2001 0,0123
O,Q150 3,2941 0,0176 3,8029 0,0223
0,0354 4,6760 0,0267 5,4389 0,0311 6,1492 5,7925 0,0398 7,3987
0,0098 2,2214 0,0124 2,7670
0,0072 1,6575 3,3141 0,0177 3,8221 0,0224 4,6939 0,0268 5,4557 0,0312 6,1647
0,0125 2,7876 0,0151 0,0355 6,8069 0,0399 7,4119
0,0073 1,6796 0,0099 2,2428
2,8082 0,0152 3,3339 0,0178 3,8413 0,0225
0,0356 .7118 0,0269 5,4724 0,0313 6,1802 6,8212 0,0400 7,4250
0,0074 1,7016 0,0100 2,2641 0,0126
0,0153 3,3538 0,0179 3,8604 0,0226
0,0357 4,7297 0,0270 5,4890 0,0314 6,1957 6,8355 .0,0401 7,4381
0,0101 2,2853 0,0127 2,8287
0,0075 1,7235 0,0180 3,8796 0,0227 4,7475 0,0271 5,5057 0,0315 6.2112
0,0128 2,8493 0,0154 3,3736 0,0358 6,8498 0,0402 7,4512
0,0076 ' 1,7455 0,0102 2,3066
0,0155 3,3934 0,0181 3,8987 0,0228
0,0359 4,7654 0,0272 5,5223 0,0316 6,2266 6,8640 0,0403 7,4643
0,0077 1,7674 0,0103 2,3278 0,0129 2,8698
2,8903 0,0156 3,4132 0,0182 3,9177 0,0229
0,0360 4,7831 0,0273 5,5389 0,0317 6,2420 6,8783
0,0078 1,7893 0,0104 2,3490 0,0130
0,0157 3,4329 0,0183 3,9368 0,0230
0,0361 4,8009 0,0274 5,5554 0,0318 6,2574 6,8925
0,0079 1,8112 0,0105 2,3701 0,0131 2,9107
0,0158 3,4526 0,0184 3,9558 0,0231
0,0362 4,8186 0,0275 5,5720 0,0319 6,2727 6,9066
0,0080 1,8330 0,0106 2,3913 .0.0132 2,9311
2,9515 0,0159 3,4723 0,0185' 3,9748 0,0363 6,9200
,,
464
j 465
J
1 TABEL A-11 (lanjutan)
I
I
,8475 0,0124 2,8018 3,7728
0,0080 0,0257 5,419 0,0301 6, 1977 0,0343 6,8993
i 8697 • 0,0125 2,82200,0169 3,7929 0,0213 4,5981
0,0081 5,4380 0,0302 6,2148 0,0344 6,9155 0,0386 7,5762 0,0428 8, 1969 0,0470 8,7776
2,8442a.0110 4,617 2 0,0258
0,0082 0,0214
1
0,0083
0,0084
1·.9140 I
1,93610,0128
0.0127 2.8653
0.0171
2 88640,0172
0,0215
0,0216
4,636
4,655 5
4 0,0259
0,0260 5,474 2 0,0304 6,2491 0,0346 6,9479 0,0388 7,6066 0,0430 8,2255 0,0472 8,8043
1 9582 O.Q129 0,0261 5,4923 0,0305 6,2662 0,0347 6,9640 0,0389 7,6218 0,0431 8,2397 0,0473 8,8176
0,0085 3,8130 0,0217 4,674 6
2:9075 0,0173 4,6936 0,0262 5,5104 0,0306 6,2833 0,0348 6,9801 0,0390 7.6370 0,0432 8,2539 0,0474 8,8309
I
0,0218
0,0086
2,0023 I J.O 31 2.9496 O,Ci 75 3,8531 0,0219 4.7127
4 7317
I 0.0263
0,0264
5,528
5,5465 0,0308 6,3174 0,0350 7,0123 0,0392 7.6673 0.0434 8,2823 0,0476 8,8573
0,0087 I
0.0088 2.0243 2,9706 4 7507 0,0265 0,0309 6,3344 0,0351 7,0284 0,0393
0.0221
I
0.0132 2,9916 0,0177 25 0,0310 6,3514 0.0352 7,0444 IJ,094 7.6975 0,0436 8,3106 0,0478 8.8837
4 7697 0,0266 5,58
0,0178
0,0089 2.0463 I 3,0126
3,0335 0,0179
3.9131 0,0222
3,0963 0,0182
0,0091 2.0902
0.0135
I 3,1171 0,0183
3,1380
3.9330 0.0223
O,Q184
3,9530 0,0224 4,8076
3,9729 0,0225
4:7887
0,0268 5,6184 0,0312 6,3853 0,0354 '7.0764 0,0396 7,7276 0,0438 8,3388 0,0480 8,9100
8,9231
!
0,0093 2,1340 0,0137 5,6363 0,0313 0,0355 7,0924 0,0397 7,7426 0,0439 8,3529 0,0481
2, ". 121 . 0,0226 0,0269 644022
0,0092
0,0094 2.1559 0,0138 3,1588 0,0185 3,9928 4,8265
0,0136 4,0126 0,0227 4,8454 0,0270 0,0314 6,4191 0,0356 7,1083 0,0398 7,7576 0,0440 8,3669 0,0482 8,9362
0,0139 3,1796 0,0186
0,0095 2,1778 0,0228
0,0096 2,1996 0,0140 3,2004 .0,0187 4,0325
3,2211 0,0188 4,0523 0,0229 5,65 42
0,0097 2,2214 0,0141
0,0142 4,0721 0,0230 5,6721 0,0315 6,4360 0,0357 7,1243 0,0399 7,7726 ·0,0441 6,3809 0,0483 8,9493
0,0098 2,2432 4,8643 0,0271
2,2650 0,0143 4,0919 0,0231 5,6899 0,0316 6,4528 0,0358 7,1402 0,0400 7,7875 0,0442 8,3949 0,0484 8,9623
0,0099 4,8831 0,0272
0,0144 4,1116 0,0232
0,0100 2,2867 4,9019 0,0273 5,7077 0,0317 6,4697 0,0359 7,1560 0,0401 7,8024 0,0443 8,4089
4,1314 0,0233 0,0274 5,7255 0,0318 6,4865 0,0360 7, 1719 0,0402 7,8173 0,0444 8,4228
0,0101 2,3084 0,0145
4.9207
4,9395 0,0275 5,7433 0,0319 6,5033 0,0361 7,1877 0,0403 7.8322 0,0445 8,4368
4,9583 0,0276 5,7611
4,9770 0,0277 5,7788
3,2418 0,0189
467
466
1
TABEL A-12 TABEL A-12 (lanjutan)
RA SIO PENULANGAN (p)
(k)vs KOEFISIEN TAHANAN
RA SIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k)
(fc' = 35 MPa, f 1 = 240 MPa, k dalam MPa) ( fc' =
35 MPa, f1 =
240 MPa, k dalam MPa)
k
p p k p k p p k p k p k p k p k
k p k 4,2095 0,0234 5,0843
0,0190
0,0146 0,0102 2,3470 3,2970
0,0058 1,3593 4,2298 0,0235 5,1038 0,0278 5,9216 0,0322 6,7213 0,0366 7,4833 0,0410 8,2078 0,0454 8,8947
2,3690 0,0147 3,3182 0,0191 6,7390 0,0367 7,5002 0,0411 8,2238 0,0455 8,9098
0,0059 1,3822 0,0103 3,3393 0,0192 4,2501 0,0236 5,1232 0,0279 5,9402 0,0323
0,0148 0,0368 7,5171 0,0412 8,2398 0,0456 8,9250
0,0060 1,4050 0,0104 2,3910 0,0237 5,1426 0,0280 5,9588 0,0324 6,7567
0,0149 3,3604 0,0193 4,2703 5,1620 7,5339 0,0413 8,2558 0,0457 8,9401
0,0061 1,4279 0,0105 2,4130 4,2906 0,0238 0,0281 5,9773 0,0325 6,7744 0,0369
0,0062 1,4507 0,0106 2,4349 3,3815 0,0194 0,0282 5,9958 0,0326 6,7921 0,0370 7,5507 0,0414 8,2718 0,0458 8,9553
0,0150 4,3108 0,0239 5,1814
0,0063 1,4735 0,0107 2,4568 0,0151 3,4026 0,0195 0,0283 6,0144 0,0327 6,8097 0,0371 7,5675 0,0415 8,2877 0,0459 8.9703
2,4787 0,0196 4,J310 0,0240 5,2007 6,0329 0,0328 6,8274 0,0372 7,5843 0,0416 8,3037 0,0460 8,9854
0,0064 1,4962 0,0108 0,0152 3,4237 0.0284
4.3512 0,0241 5,2201
0.0065 1,5190 0,0109 2,5006 0,0153 3,4447 0.0197 0.0285 6,0513 0,0329 6,8450 0,0373 7,6011 0,0417 8,3196 0,0461 9,0005
4,3713 0,0242 5,2394
1,5417 0,0110 2,5225 0,0154 3,4657 0,0198 0,0286 6,0698 0,0330 6,8626 0,0374 7,6178 0,0418 8,3355 0,0462 9,0155
0,0066 0,0243 5,2587
2,5444 3,4867 0,0199 4,3915 0,0287 6,0882 0,0331 6,8802 0,0375 7,6346 0,0419 8,3514 0,0463 9,0305
0,0067 1,5644 0,0111 0,0155
4,4116 0,0244 5,2779 6,8978 0,0376 7,6513 0,0420 8,3672 0,0464 9,0455
0,0068 1,5871 0,0112 2,5662 0,0156 3,5077 0,0200 0,0288 6,1066 0,0332
2,5880 3,5287 0,0201 4,4317 0,0245 5,2972 0,0289 6.1250 0,0333 6,9153 0,0377 7,6680 0,0421 8,3830 0,0465 9,0605
0,0069 1,6098 0,0113 0,0157 0,0246 5,3164
0,0070 1,6324 0,0114 2,6098 0,0158 3,5496 0,0202 4,4518 0,0290 6,1434 0,0334 6,9328 0,0378 7,6846 0,0422 8,3989 0,0466 9,0755
4,4719 0,0247 5,3356
1,6551 0,0115 2,6316 0,0159 3,5705 0,0203 0.0291 6,1618 0,0335 6,9503 0,0379 7,7013 0,0423 8,4147 0,0467 9,0904
0,0071 0.0248 5,3548
2,6533 0,0160 3,5914 0,0204 4,4919 0,0292 6, 1801 0,0336 6,9678 0,0380 7,7179 0,0424 8,4304 0,0468 9, 1053
0,0072 1,6777 0.0116 0,0249 5,3740
2,6751 3,6123 0,0205 4,5119 0.0293 6, 1984 0,0337 6,9853 0,0381 7,7345 0,0425 8,4462 0,0469 9,1202
0,0073 1,7003 0,0117 0,0161 5,3931
4,5320 0,0250 0,0382 7,7511 0,0426 8,4619 0,0470 9,1351
0,0074 1,7228 0,0118 2,6968 0,0162 3,6332 0,0206 0.0294 6,2167 0,0338 7,0027
4,5519 0,0251 5,4123
0,0075 1,7454 0,0119 2,7185 0,0163 3.6540 0,0207 0,0295 6,2350 0,0339 7,0201 0,0383 7,7677 0,0427 8,4776 0,0471 9, 1500
4,5719 0,0252 5,4314
1,7679 0,0120 2,7402 0,0164 3.6748 0,0208 0,0296 6,2533 0,0340 7,0376 0,0384 7,7842 0,0428 8,4:933 0,0472 9.1648
0,0076 0,0253 5,4505
2,7618 0,0209 4,5919 0,0297 6,2715 0,0341 7,0549 0,0385 7,8008 0,0429 8,5090 0,0473 9, 1797
0,0077 1,7904 0,0121 0,0165 3,6957
4,6118 0,0254 5,4696 7,8173 0,0430 8,5247 0,0474 9, 1945
0,0078 1,8129 0,0122 2,7835 0,0166 3.7 64 0,0210 0,0298 6,2897 0,0342 7,0723 0,0386
2.8051 3,7372 0.0211 4,6317 0,0255 5,4886 0,0299 6,3079 0,0343 7,0897 0,0387 7,8338 0,0431 8,5403 0,0475 9,2092
0,0079 1,8354 0,0123 0,0167
4,6516 0.0256 5,5077 9,2240
1,8579 0,0124 2,8267 0,0168 3.7580 0.0212 0,0300 6,3261 0,0344 7,1070 0,0388 7,8503 0,0432 8,5559 0,0476
0,0080 0,0257 5,5267
C,0081 1,8803 0,0125 2,8483 0,0169 3.7787 0.02i 3 4,6715 0,0301 6,3443 0,0345 7,1243 0,0389 7,8667 0,0433 8,5715 0,0477 9,2388
4,6913 0,0258 5,5457
1,9027 0,0126 2,8698 3,7994 0,0214 0,0302 6,3624 0,0346 7,1416 0,0390 7,8832 0,0434 8,5871 0,0478 9,2535
0,0082 0,0170 0,0259 5,5647
3,8201 0,0215 4,7112 0,0303 6,3806 0,0347 7, 1589 0,0391 7,8996 0,0435 8,6027 0,0479 9,2682
0,0083 1,9251 0,0127 2,8914 0,0171 5,58:36
2,9129 4,7310 0,0260 7,9160 0,0436 8,6162 0,0480 9,2829
0,0084 1,9475 0,0128 0,0172 3.8407 0,0216 0,0304 6,3987 0,0348 7,1761 0,0392
0.0217 4,7508 0,0261 5,6026
1,9698 0,0129 2,9344 0,0173 3.8614 4,7706 0,0262 5,6215 0.0305 6,4168 0,0349 7,1933 0,0393 7,9323 0,0437 8,6337 0,0481 9,2976
0,0085
0,0086
0,0087
1,9922
2,0145
0,0130
0,0131
2,9559 0,0174
2,9774 0,0175
3.8820 0,0218
3.9026 I 0.0219 4.7903
4,8100
I 0.0263
0,0264
5,6404
5,6593
0,0306
0.0307
6,4348
6,4529
0,0350
0,0351
7,2106
7,2278
0,0394
0,0395
7,9487
7,9650
0,0438
0,0439
8,6492
8,6647
0,0482
0,0483
0,0484
9,3122
9,3268
9,3414
0,0088 2,0368 0,0132 2,9988 0,0176 3.9232 \ 0,0220 CJ.0308 6,4709 0,0352 7,2449 0,0396 7,9814 0,0440 8,6802
0,0177 3,9438 0,0221 4,8298 1 0,0265 5,6781 0,0353 7,2621 0,0397 7,9977 0,0441 8,6956 0,0485 9,3560
0,0089 2,0591 0,0133 3,0202 0,0309 6,4889
0,0134 3,0417 3,9644 0.0222 4,8495 0,0266 5,6970 ·J.0310 6,5069 I 0,0354 7,2792 0.098 9,0139 0,0442 8,71i 1 0,0486 9,3706
0,0090 2,0814 0,0178
5,7158 0,0487 9,3852
I
0,0091 2, 1036 0,0135 3,0630 0,0179 3,9849 O,C223 4,8691 0,0267 0,031\ 6,5249 0,0355 7,2963 0,0399 8,0302 0,0443 8,7265
3,0844 4,8888 0.0268 5,7346 5,5428 a,0356 7,3134 0,0400 3.0464 0,04..W. 6,7419 0,0488 9,3997
0,0092 2. 1258 0,0136 0,0180 4,0054 0,0224 5,7534 O,G312
0,0137 3,1058 0,0181 4,0259 0,0225 4,9084 0,0269 0,0313 6,5607 0,0357 7,3305 0,0401 8,0627 0,0445 8,7572 0,0489 9,4142
0,0093 2,1480
0,0138 3,1271 0,0182 4,0464 0,0226 4,9281 0,0270 5,7722 0,0314 6,5787 0,0358 7,3476 0:0402 8,0789 0,0446 8,7726 0,0490 9,4287
0;0094 2,1702
0,0095 2,1924 0,0139 3,1484 0,0183 0,0227 4,9477 0,0271 5,7909 0,0315 6,5966 0,0359 7,3646 0,0403 8,0951 0,0447 8,7879 0,0491 9,4432
4,0668
0,0096 2,2145 0,0140 3, 0,0228 4,9673 0,0272 5,8096 0,0316 6,6144 0,0360 7,3816 0,0404 8, 1112 0,0448 8,8032 0,0492 9,4576
0,0184 4,0873
0,0097 2,2366 1697 0,0141 3,1910 0,0185 4,9868 0,0273 5,8283 0,0317 6,6323 0,0361 7,3986 0,0405 8,1274 0,0449 8,8185 0,0493 9,4721
4,1077 0,0229 5,8470
0,0098 2,2587 0,0142 3,2122 0.0230 5,0064 0,0274 0,0318 6,6501 0,0362 7,4156 0,0406 8,1435 0,0450 8,8338 0,0494 9,4865
0,0186 4.1281
0,0099 2,2808 0,0143 3,2334 .0,0187 4,1485 0,0231 5,0259 0,0275 5,8657 0,0319 6,6679 0,0363 7,4326 0,0407 8,1596 0,0451 8,8490 0,0495 9,5009
0,0276 5,8844 0,0320 6,6857 0,0364 7,4495 0,0408 8,1757 0,0452 8,8643 0,0496 9,5153
0,0188 4,1688 0,0232 5,0454
0,0100 2,3029 0,0144 3,2547 0,0277 5,9030 0 ,0321 6,7035 0,0365 7,4664 0,0409 8,1917 0,0453 8,8795 0,0497 9,5296
0,0189 4,1892 0,0233 5,0649
0,0101 2,3250 0,0145 3,2759
46
8 J 469
----- -------- ---- l TABEL A-13 (lanjutan)
( fc' =
TABEL A-12 (lanjutan)
35 MPa, fy (p) 240
RA SIO PENULANGAN
=
MPa, k dalam MPa}
vs KOEFISIEN TAHANAN (k)
RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN {k)
(fc' = 40 MPa, f = 240 MPa, k dalam
p 1
p k p k
k p k MPa)
p k
k p k p k p k
0,0516 9,7987 0,05259,9238 p k p
0,0507 9,6721 0,05269,9376
9,6863 0,0517 9,8127
0,0508 0,05279,9513
0,0193 9,7004 0,0518 9,8267 4,3155 0,0237 5,2108 0,0281 6,0731 0,0325 6,9026 0,0369 7,6992
0,0509 0,05289,9651 0,0534 10,047
0,0194 9,7145 0,0519 9,8406 4,3362 0,0238 5,2308 0,0282 6,0924 0,0326 6,9211 0,0370 7,7169
0,0510 0,05299,9788 0,0535 10,060
0,0498 9,5440 9,7286 0,0520 9,8545 0,0371 7,7346
0,0511 0,05309,9925 0,0195 4,3569 0,0239 5,2507 0,0283 6,1116 0,0327 6,9395
0,0499 9,5583 0,0521 9,8684 0,0536 10,074
0,0512 9,7427 0,053110,006 0,0196 4,3776 0,0240 5,2706 0,0284 6,1307 0,0328 6,9580 0,0372 7,7523
0,0500 9,5726 9,7567 0,0522 9,8823 0,0537 10,088
0,0513 0,053210.019 o.o·:·)7 4,3983 0,0241 5,2905 0,0285 6,1499 0,0329 6,9764 0,0373 . 7,7700
0,0501 9,5869 9,7707 0,0523 9,8961 0,0538 10,101
0,0514 0,053310,033 0,0198 4,4189 0,0242 5,3104 0,0286 6,1691 0,0330 6,9948 0,0374 7,7876
0,0502 9,6011 9,7847 0,0524 9,8961 6,1882 0,0331 7,0132 0,0375 7,8053
0,0515 5,3303 0,0287
9,6154 0,0199 4,4395 0,0243
0,0503 0,0200 4,4502 0,0244 5,3502 0,0288 6,2073 0.0332 7,0315 0,0376 7,8229
9,6296
0,0504
9,6438
0,0201 4,4808 0,0245 5,3700
5,3899
0,0289
0,0290
6,2264
6,2455
0,0333
0,0334
7,0499
7,0682
o,o3n
0,0378
7,8405
7,8581
0,0505
0,0506 9,6580 0,0202 4,5013 0,0246 I!(
0,0203 4,5219 0,0247 5,4097 0,0291 6,2646 0,0335 7,0865 0,0379 7,8756
0,0204 4,5424 0,0248 5,4295 0,0292 6,2836 0,0336 7,1048 0,0380 7,8932
TA BEL A -13 0,0205 4,5630 0,0249 5,4492 0,0293 6,3026 0,0337 7,1231 0,0381 7,9107
RASIO PENULANGAN (p} vs KOEFISIEN TAH ANAN 0,0206 4,5835 0,0251 5,4690
0,0250 0,0294 6,3216
6,3406 0,0338
0,0339 7,1414 0,0382 7,9282
( fc' =
40 MPa, t1 =
(k) MPa, k dalam MPa)
240
0,0207 4,6040 5,4887 0,0295
7,1596 0,0383 7,9457
0,0208 4,6244 0,0252 5,5085 0,0296 6,3596 0,0340 7, 1779 0,0384 7,9632
p k p k\ k p k
p
0,0209
0,0210
4,6449
4,6653
0,0253
0,0254
5,5282
5,5479
0,0297
0,0298
6,3786
6,3975
0,0341
0,0342
7,1961
7,2143
0,0385
0,0386
7,9807
7,9981
I
2,0237 2,6256 0,0214 4,7469 0,0258 5,6265 0,0302 6,4731 0,0346 7,2869 0,0390 8,0678
0,0114
0,0115 2,6476 0,0142 3,2367
2,0462 0,0116 3,2583 0,0169 3,8133
3,8345 0,0215 4,7673 0,0259 5,6461 0,0303 6,4920 0,0347 7,3050 0,0391 8,0851
i,4553 0,0089 2,0687 2,6697 0,0143 0,0170 3,8556 4,7876 0,0260 5,6657 0,0304 5,5108 0,0348 7,3231 0,0392 8, 1025
0,0062 0,0171 0,0216
<so12 3,2798
2,6917 0,0144
0,0068
0,0075
o,orn1
1,7295 0,0095
0,0074 1,5927
0,0102
1,7522 0,0096
2,2033
2,2257
0,0123 2,8235 O,Oi50 3l4C88 I 0.0177 3,9818
0,0222 4.9093 0,0266 5,7829 0,0310 5,6235 0,0354 7,4313 0,0398
0,0399
8,2062
8,2234
0,0069 1,6156 3,4303 0,0178 4,0028 0,0223 4,9295 0,0267 5,8023 0,0311 6,6423 0,0355 7,4493
1,7749 0,0103 0,0124 2,8454 0,0151
I
0,0076 2,2481 6,6610 0,0356 7,4673 0,0400 8,2406
0,0070 1,6384 I 0,0097 3,4517 0,0179 4,0238 0,0224 4,9497 0,0268 5,8218 0,0312
0,0104
0,0077
0,0071
0,0078
0098
1
1,7976
,00 12 o•
1,8203 0,0105
2,2704 0,012.5
O.D126
2,8673
2,8891
0,0152
O,Q153 3.4731 0,0180 4,0447 0,0225 ...
o.02s9
4,9699 I 5,8412 0,0313 6.6797 0,0357 7,4852 0,0401 8,2578
0,0079 •1,8430
0.0072 840 00,0106
0099 2,2927 3,4945 0,0181 4,0657 0,0226 4,9901 0,0270 5,8606 0,0314 6,6983 0,0358 7,5031 0,0402 8,2750
0.0080
0,0073 1,8656 0,0107 0,0127 2,91 iO \ 0,0154
:06"? \ 0:0100 2,3150 2,9328 0,0155 3,5159 0,0182 4,0866 0,0227 5.0102 0.0271 5,8800 0,0315 5,7170 0,0359 7,5210 0,0403 8,2922
0,0081 1,8883 0,0108 0,0128
2,3373 0,0183 4, 1075 7,5389 0,0404 8,3093
0,0082 1,9109 0,0109 2,9546
1
O,Oi 56 3,5372 0,0228 5.0303 0,0272 5,8994 0,0316 6,7356 0,0360
2,3596 0,0129 3,5586
0,0083 1,9335 0,0110 2,3819 0,0130 2,9764 0,0157 0,0184 4, 0,0229 5,0505 0,0273 5,9188 0,0317 6,7542 0,0361 7,5568 0,0405 8,3264
0,0084 1,9561 0,0111 0,0131 2,9982 0,0158 3,5799 7,5747 0,0406 8,3436
0,0185 4,1492 0,0230 5,0706 0,0274 5,9382 0,0318 6,7729 • 0,0362
2,4041 7,5925 ' 0,0407 8,3606
0,0132 3,0200 0,0159 3,6012 0,0186 4, 0,0231 5,0906 0,0275 5,9575 0,0319 6.7914 0,0363
2,4263
4,1909 0,0232 5, 1107 0,0276 5,9768 0,0320 6,8100 0,0364 7,6103 0,0408 8,3777
0,0160 3,6225 0,0187
2,4485 0,0133 3,0417 5,9961 0,0321 6,8286 0,0365 7,6281 0,0409 8,3948
0,0161 3,6438 0,0188 4,2117 0,0233 5, 1308 0,0277
2,4707 0,0134 3,0634 4,2325 0,0234 5, 1508 0,0278 6,0154 0,0322 6,8571 0,0366 7,6459 0,0410 8,4118
0,0162 3,6650 0,0189
2,4929 .0,0135 3,0852
0,0190 4,2533 0,0235 5, 1708 0,0279 6,0347 0,0323 6,8656 0,0367 7,6637 0,0411 8,4288
0,0136 3,1069 0,0163 3,6863
2,5151 4,2741 0,0236 5, 1908 0,0280 6,0539 0,0324 6,8841 0,0368 7,6814 0,0412 8,4459
3,1285 0,0164 3,7075 0,0191
2,5372 0,0137
4,2948
3,1502 0,0165 3,7287 0,0192
2,5593 0,0138 4 71
------------ J
470
p k II
10,152 0,0553 10,673 0,0047 1,3410 0,0079 2,1751 0,0111 2,9451 0,0143 3,6513 0,0175 4,2934 '1 1
I
9,3712 0,0503 9,9224 0,0538 0.0574 10,976
0,0468 10,467 4,6801
0,0433
O,O.d.34
8,799
8.8157 I 9,9379 0,0539 0,0068 1,8956 0,0100 2,6876 0,0132 3,4158 0,0164 4,0799 0,0196
0,0432 9,3872 0,0504 9,9533 0,0575 10,991 0,0069 1,9213 0,0101 2,7114 0,0133 3,4375 0,0165 4,0996 0,0197 4,6978
0,0505 0,0540 10,482
8,6654 0.0469
0,0470 9,4032 11,005 1,9469 0,0102 2,7350 0,0134 3.4591 0,0166 4, 1193 0,0198 4,7155
0,0435 9.9687 0,0541 10,497 0,0575 0,0070
9,4192 0,0506 4,7331
0,0436 8,84 0.0471 11,01g 0,0071 1,9725 0,0103 2,7586 0,0135 3,4807 0,0167 4, 1389 0,0199
0,0507 9,9841 0,0542 10,512 0,0577
0,0437 a.86 =
8,8821
I 0.0412
0.0473
9,4352
9,4512 0,0508
9,9995 0,0543 10,527 0,0578 11,033
11,047
0,0072 1,9981 0,0104 2,7822 0,0136 3,5023 0,0168 4, 1584 0,0200 4,7506
0,0438 0,0579 0,0073 2,0235 0,0105 2,8056 0,0137 3,5237 0,0169 4, 1779 0,0201 4,7681
0,0509 10,014 0,0544 10,541 0,0074 2,0490 0,0106 2,8290 0,0138 3,5452 0,0170 4, 1973 0,0202 4,7855
9,4672
I
8,8986 0,0474 I '
I. , ,
0.0439 10,556 0,0580 11,061 3,5665 0,0171 4,2166 0,0203 4,8028
0,0475 9,4831 0.0510
0,0511 10.030 0,0545 0.0075 2.074.'3 0,0107 2.8524 0.0139
0,0440 8,9152
8,9317 0,0476 9,4990 10,571 0,0581 11,076
0,0441 10,045 0,0546 0.0076 2.0996 0,0108 2,8757 0,0140 3,5878 0,0172 4,2359 0,0204 4,8201
10,050 0,0547 10,585 11,090
9,5149 0,0512 O,C582 0,0077 2, 1248 0,0109 2,8989 O,Q141 3,6090 0,0173 4,2552 0,0205 4,83"13
O,O.d.42 8,9482 0,0477 11,104
9,5308 0,0513 10,076 0,0548 10,600 0,0583 0,0078 2. 1500 0,0110 2.9221 0,0142 3,6302 0,0174 4,2743
8,9647 0,0478
0.0443 10,615 0,0584 11,118
0,0479 9,5467 10.091 0,0549
0,0514 10,630
0.0444
0.0445
8.9811
8,9976 0,0480 9.5625 0,0515 ,.,
10,106 0,0550
.... r;:: 10,644
9.0140
...1 I 0.0481
I 9,o784 0•.0516 .o. .
1 1 j 0.05 10,659. _
u"'.044 9,0304 I Q,0482 9,5942 0.0 !.-.. .137 0,0552
6
0.0447
472
j
473
0,0085. 2,3582 0,0124 4,9767 0,0241 5,6879 0,0085 2,3965 0,0129 3,5165 0,0173 4,5543 0,0217 5,5098 ,0,0261 6,3.831
0,0202
0,0086 2,4229 O,Q130 3,5410 0,0174 4,5769 0,0218 5,5306 0,0262 6,4020
0,0087 2,4492 0,0131 3,5655 0,0175 4,5995 0,0219 5,5513 0,0263 6,4209
0,0088 2,4755 0,0132 3,5899 0,0176 4,6221 0,0220 5,5720 0,0264 6,4397
0,0089 2,5018 0,0133 3,6143 o,01n 4,6446 0,0221 5,5926 0,0265 6,4584
0,0090 2,5280 0,0134 3,6386 0,0178 4,6670 0,0222 5,6132 0,0266 6,4771
474 475
J
1
TABEL A-16 (lanjutan)
RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k) TABEL A-17 (lanjutan)
( fc' =
25 MPa, f1 =
300 MPa, k dalam MPa) RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (le)
( fc' = 30 MPa, f = 300 MPa, k dalam MPa)
1
p k p k p k p k p k
p k p
0,0267 6,4958 0,0274 6,6254 0,0281 6,7529 0,0288 6,8783 0,0295 7,0016
0,0268 6,5145 0,0275 6,6437 0,0282 6,7709 0,0289 6,8960 0,0296 7,0190 0,0192 5, 1075 0,0226 k p k p k
0,0269 6,5331 0,0276 6,6620 0,0283 6,7889 0,0290 6,9137 0,0297 7,0364 0,0193 5, 1307 0,0227 p k
0,0270 6,5516 0,0277 6,6803 0,0284 6,8069 0,0291 6,9314 0,0298 7,0538 0,0194 5, 1538 0,0228
0,0299 7,0711 5,87600,02606,6035 0,0294 7,29010,0328
0,0271 6,5701 0,0278 6,6985 0,0285 6,8248 0,0292 6,9490 0,Q195 5,1770 0,0229 7,9358
5,89790,02616,6243 0,0295 7,30970,0329
0,0272 6,5886 0,0279 6,7167 0,0286 6,8427 0,0293 6,9666 0,0300 7,0884 0,0196 5,2000 0,0230 7,9541
5,91990,02626,6450 0,0296 7,32920,0330
0,0273 6,6070 0,0280 6,7348 0,0287 6,8605 0,0294 6,9841 0,0301 7, 1056 0,0197 5,2231 0,0231 5,94180,02636,6657 7,9725
0,0297 7,34870,0331 7,9908
7,38760,0333 8,0273
0,0198 5,2461 0,0232 5,9637 0,0264 6,6864 0,0300 7,40700,0334 8,0455
TA BEL A-17 0,0199 5.2691 0,0233 5,9855 0,0265 6,7070 0,0301 7,42640,0335 8,0636
RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k) 0,02005,2920 6,0073 0,0266 6.7276 0,0302 7,44570,0336 8,0817
( fc' = 30 MPa, fy = 300 MPa, k dalam MPa) 0,02015,3149
0,02025,3378
6,0291 0,0267
0,0234 6,0508 0,0268
6,7d82
6,7687
0,0303
0,0304
7,46500,0337
7,48420,0338
8,0998
8, 1179
0,02035,3606 0,0235 6,0725 0,0269 6,7892 0,0305 7,50350,0339 8,1359
p k p k p k p k p k 0,02045,3834 0,0236 6,0942 0,0270 6,8097 0,0306 7,52260,0340 8, 1539
0,02055,4062 0,0237 6, 1158 0,0271 0,0307 7,54180,0341
6,8301 8,1718
0,0076 2,1778 0,0105 2,9549 0,0134 3,7022 0,0163 4,4197 0,02065,4289 0,0238 6, 1374 0,0272 0,0308 7,56090,0342
0,0047 1,3709 6,8505 8, 1897
1,3992 0,0077 2,2051 O,Q106 2,9811 0,0135 3,7274 0,0164 4,4439 0,02075,4516 0,0239 6,1590 0,0273 0,0309 7,58000,0343
0,0048 6,8708 8,2076
3,7526 0,0165 4,4681 0,0310 7,59900,0344
0,0049 1,4275 0,0078 2,2323 0,0107 3,0074 0,0136 0,0240 6,1805 0,0274 6,8912 8,2255
0,0311 7,61800,0345
0,0050 1,4558 0,0079 2,2595 O,Q108 3,0335 0,0137 3,7778 0,0166 4,4923 0,0241 6,2020 0,0275 8,2433
0,0209 5,4968 6,9114 0,0312 7,63700,0346
0,0051 1,4840 0,0080 2,2867 0,0109 3,0597 0,0138 3,8029 0,0167 4,5164 0,0242 6,2234 0,0276 8,2610
0,0210 5,5194 6,9317 7,65590,0347 8,2788
0,0052 1,5121 0,0081 2,3139 0,0110 3,0858 0,0139 3,8280 0,0168 4,5404 0,0211 0,0243 6,2448 o.02n 6,9519 7,67490,0348
0,0140 3,8531 0,0169 4,5645 8,2965
0,0053 1,5403 0,0082 2,3410 0,0111 3,1119 0,0212 0,0244 6,2662 0,0278 6,9721 7,69370,0349
5,5645 8,3141
0,0054 1,5684 0,0083 2,3681 0,0112 3, 1380 0,0141 3,8781 0,0170 4,5885 0,0213 0,0245 6,2876 0,0279 6,9922 0,0314 7,71250,0350
5,5870 8,3318
0,0055 1,5965 0,0084 2,3951 0,0113 3,1640 0,0142 3,9031 0,0171 4,6124 0,0248 6,3089 0,0280 7,0123 0,0315 7,73130,0351 8,3493
0,0056 1,6245 0,0085 2,4221 0,0114 3, 1900 0,0143 3,9281 0,0172 4,6364 0,0247 6,3301 0,0281 7,75010,0352 8,3669
0,02155,6318 7,0324
0,0057 1,6525 0.0086 2,4491 0,0115 3,2159 0,0144 3,9530 0,0173 4,6603 0,0248 6,3514 0,0282 7,76880,0353 8,3844
0,02165,65420,0317 7,0524 7,78750,0354
0,0058 1,6805 0,0087 2,4760 0,0116 3,2418 0,0145 3,9779 0,0174 4,6841 0,0249 6,3726 0,0283
0,02175,67650,0318 7,0724 8,4019
3,2677 4,0027 0,0175 4,7079 7,80620,0355 8,4194
0,0059 1,7084 0,0088 2,5029 0,0117 O,Q146 0,0250 6,3938 0,03190,0284 7,0924 7,82480,0356 8,4368
0,0060 1,7363 0,0089 2,5298 0,0118 3,2935 0,0147 4,0275 0,0176 4,7317 0,02510,02195,72110,0320
6,4149 0,0285 7, 1123 7,84340,0357 8,4542
0,0061 1,7641 0,0090 2,5566 0,0119 3,3194 0,0148 4,0523 0.0177 4,7555 0,02520,0220.74330,0321
6,4360 0,0286 7,1322 7,86190,0358 8,4715
0,0062 1,7920 0,0091 2,5834 0,0120 3,3451 0,0149 4,0770 0,0178 4,7792 0,0253 6,4570 0,0322 0,0287 7,1521 7,88040,0359 8,4888
0,0063 1,8197 0,0092 2,6102 0,0121 3,3709 0,0150 4, 1018 0,0179 4,8029 0,02540,0222 5,7an0,0323
6,4781 0,0288 7.1719 7,89890,0360
0,02235,80980.0324 8,5061
0,0064 1,8475 0,0093 2.6369 0,0122 3,3966 0,0151 4,1264 0,0180 4,8265 0,0255 6,4991 0,0289 7, , 917 7,91740,0361 8,5233
0,0065 1,8752 0,0094 2,6636 0,0123 3,4222 0,0152 4, 1511 0,0181 4,8501 0,02560,02245,83190,0325
6,5200 0,0290 7,2114 I
0,0066 1,9029 0,0095 2,6903 0,0124 3,4478 0,0153 4, 1757 0,0182 4,8737 0,0257 6,5409 0,0326 0,0291 7,2311
0,0067 0,0183 4,8972 0,0327
1,9305 0,0096 2,7169 0,0125 3,4734 0,0154 4,2002 0,0258 6,5618 0,0292 7,2508
0,0068 1,9582 0,0097 2,7435 0,0126 3,4990 0,0155 4,2248 0,0184 4,9207 0,0259 6,5827 0,0293 7,2705
0,0069 1,9857 0,0098 2,7700 0,0127 3,5245 0,0156 4,2493 0,0185 4,9442
0,0070 2,0133 0,0099 2,7965 0,0128 3,5500 0,0157 4,2737 0,0186 4,9677
0,0071 2,0408 0,0100 2,8230 0,0129 3,5755 0,0158 4,2981 0,0187 4,9910
0,0072 2,0682 0.0101 2,8494 0,0130 3,6009 0,0159 4,3225 0,0188 5,0144
0,0073 2,0957 0,0102 2,8758 0,0131 3,6263 0,0160 4,3469 0,0189 5,0377
0,0074 2, 1231 0,0103 2,9022 0,0132 3,6516 0,0161 4,3712 0,0190 5,0610 I I
0,0075 2,1504 I 0,0104 2,9286 0,0133 3,6769 0,0162 4,3955 0,0191 5,0843
rf: I
476
477
j
TABEL A-18 .
RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k) TABEL A-18 (lanjutan)
(fc' = 35 MPa, f = 300 MPa, k dalam MPa) RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (Jc)
=
1
(fc' 35 MPa, f1 =
300 MPa, k dalam MPa)
p k p k p k
p k p
k 0,02235,9355
2,6044 0,0135 3,7735 0,0179 4,8839
p k p k p k p k
0,0047 1,3765 0,0091 0,02245,9588 p k
0,0048 1,4050 0,0092 2,6316 0,0136 3,7994 0,0180 4,9084 0,02255,9819
2,6588 0,0137 3,8252 0,0181 4,9330 0,0267 6,9284 0,0295 7,5297
0,0049 1,4336 0,0093 0,02266,0051 0,0323 8,1072 0,0351 8,6609 0,0379 9,1908
0,0094 2,6859 0,0138 3,8511 0,0182 4,9575 0,02276,0282 0,0268 6,2806 0,0296 7,5507 0,0324 8,1274
0,0050 1,4621 0,0352 8,6802 0,0380 9,2092
0,0139 3,8769 0,0183 4,9819 0,02286,0513 0,0269 6,9722 0,0297 7,5717
0,0051 1,4905 0,0095 2,7131 0,0325 8,1475 0,0353 8,6995 0,0381
0,02296,0744 0,0270 6,9940 0,0298 7,5927 9,22n
0,0052 1,5190 0,0096 2,7402 0,0140 3,9026 0,0184 5,0064 0,0326 8,1676 0,0354 8,7188
0,02306,0974 0,0271 7,0158 0,0382 9,2461
0,0053 1,5474 O,C097 2,7673. 0,0141 3,9284 0,0185 5,0308 0,0299 7,6137 0,0327 8,1an 0,0355
0,02316,1204 8,7380 0,0383 9,2645
0,0054 1,5758 0,0098 2,7943 0,0142 3,9541 0,0186 5,0551 0,0272 7,0376 0,0300 7,6346 0,0328
0,02326, 1434 8,2078 0,0356 8,7572 0,0384
0,0187 5,0795 0,0273 7,0593 0,0301 7,6555 9,2829
0,0055 1,6041 0,0099 2,8213 0,0143 3,9798 0,0329 8.2278 0,0357 0,n64
0,02336,1664 0,0274 7,0810 0,0302 7,6763 0,0385 9,3012
0,0056 1,6324 0,0100 2,8483 0,0144 4,0054 0,0188 5, 1038 0,0330 8,2478 0,0358 8,7956
0,02346,1893 0,0275 7,1027 0,0386 9,3195
0,0057 1,6607 0,0101 2,8752 0,0145 4,0310 0,0189 5, 1281 0,0303 7,6971 0,0331 8,2678 0,0359
0,02356,2122 0,0276 8,8147 0,0387 9,3378
0,0058 1,6890 0,0102 2,9022 0,0146 4,0566 0,0190 5, 1523 7, 1243 0,0304 7,7179 0,0332
0,02366,2350 8,2877 0,0360 8,8338 0,0388 9,3560
2,9290 0,0147 4,0822 0,0191 5, 1765 0,0277 7,1459 0,0305 7,7387
0,0059 1,7172 0,0103 0,02376,2578 0,0333 8,3077 0,0361 8,8528 0,0389
0,0278 7,1675 0,0306 7,7594 9,3742
0,0060 1,7454 0,0104 2,9559 0,0148 4,10n 0,0192 5,2007 0,02386,2806 0,0334 8,3275 0,0362 8,8719
0,0279 7, 1890 0,0307 7,7801 0,0390 9,3924
0,0061 1,7735 0,0105 2,9827 0,0149 4,1332 0,0193 5,2249 0,02396,3034 0,0335 8,3474 0,0363 8,8909
0,0280 0,0391 9,22n
0,0062 1,8017 0,0106 3,0095 0,0 50 4,1586 0,Q194 5,2490 0,02406,3261 7,2106 0,0308 7,8008 0,0336 8,3672 0,0364 8,9098 0,0392 9,4287
0,0107 3,0363 0,0151 4, 1841 0,0195 5,2731 0,02416,3488 0,0281 7,2320 0,0309 7,8214
0,0063 1,8298 0,0337 8.3870 0,0365 8,9288 0,0393 9,4468
5,2972 0,02426,3715 0,0282 7,2535 0,0310 7,8420
0,0064 1,8579 0,0108 3,0630 0,0152 4,2095 0,0196 0,0338 8,4068 0,0366 8,94n
0,02436,3941 0,0283 0,0394 9,4848
0,0065 1,8859 0,0109 3,0897 0,0153 4,2349 0,0197 5,3212 7,2749 0,0311 7,8626 0,0339 8,4265
0.02446,4168 0,0367 8,9666 0,0395 9,4829
0,0066 1,9139 0,0110 3,1164 0,0154 4,2602 0,Q198 5,3452 0,0284 7,2963 0,0312 7,8832 0,0340
0,02456,4393 8,4482 0,0368 8,9854 0,0396 9,5009
0,0067 1,9419 0,0111 3, 1431 0,0155 4,2855 0,0199 5,3692 0,0285 7,3177 0,0313 7,9037 0,0341 8.4659
0,02466,4619 0,0369 9,0042 0,0397 9,5188
0,0068 1,9698 0,0112 3,1697 0,0156 4,3108 0,0200 5,3931 0,02476.4844 0,0286 7,3390 0,0314 7,9242 0,0342 8,4855 0,0370 9,0230 0,0398 S,5368
0,0069 1,9878 0,0113 3, 1963 0,0157 4,3360 0,0201 5,4171 0,02486,5069 0,0287 7,3603 0,0315 7,9446 0,0343 8,5051 0,0371 9,0418 0,0399 9,5547
0,0070 2,0257 0,0114 3,2228 0,0158 4,3613 0,0202 5,4409 0,02496,5294 0,0288 7,3816 0,0316 7,9650 0,0344 8.5247 0,0372 9,0605 0,0400 9,5726
2,0535 0,0115 3,2494 0,0159 4,3865 0,0203 5,4648 0,02506,5518 0,0289 7,4029 0,0317 7,9854 0,034.'5
0,0071 8.5442 0,0373 9,0792 0,0401
0,02516,5742 0,0290 7,4241 0,0318 9,5904
0,0072 2,0814 0,0116 3,2759 0,0160 4,4116 0,0204 5,4886 8,0058 0,0346 8,5637 0,0374 9,0979
0,02526,5966 0,0402 9,6082
0,0073 2, 1092 0,0117 3,3023 0,0161 4,4367 0,0205 5,5124 0,0291 7,4453 0,0319 8,0261 0,0347 8,5832 0,0375 9, 1165
0,02536,6189 0.0292 7,4064 0,0320 8,0464 0,0376
0,0074 2,1369 0,0118 3,3288 0,0162 4,4618 0,0206 5,5362 0,0348 8,6027 9, 1351
0,02546,6412 0,0293 7,4875 0,0321
0,0075 2,1647 0,0119 3,3552 0,0163 4,4869 0,0207 5,5599 8,0667 0,0349 8.6221 0,0377 9, 1537
0,02556,6635 0,0294
0,0076 2, 1924 0.0120 3,3815 0,0164 4,51i9 0,0208 5,5836 5086 0.022 8,0870 0,0350 8.6415 0,0378 9, 1722
0,02566,6857
0,0077 2,2200 0,0121 3,4079 0,0165 4,5370 0,0209 5,6073 0,02576,7079
0,0078 2,2477 0,0122 3,4342 0,0166 4,5619 0,0210 5,6309 0,02586,7301
0,0079 2,2753 0,0123 3,4605 0,0167 4,5869 0,0211 5,6546 0,02596,7301
0,0080 2,3029 0,0124 3,4867 0,0168 4,6118 0,0212 5,6781 0,02606,7744
0,0081 2,3305 0,0125 3,5129 O,OH39 4,6367 0,0213 5,7017 0,02616,7965
0,0082 2,3580 0,0126 3,5391 0,0170 4,6615 0,0214 5,7252 0,02626,8186
0,0083 2,3355 0,Q171 4,6864 0,0215 5,7487 0,02636,8406
0,0127 3,5653
0,02646,8626
0,0084 2,4130 0,0128 3,5914 O,Q172 4,7112 0,02 6 5,7722
0,02656,8846
0,0085 2,4404 0,0129 3,6175 0,0173 4,7359 0,0217 5,7956 0,02666,9065
0,0086 2,4678 0,0130 3,6436 0,0174 4,7607 0,0218 5,8190
0,0087 2,4952 0,0131 3,6696 0,0175 4,7854 0,0219 5,8424
0,0088 2,5225 0,0132 3,6957 0,0176 4,8100 0,0220 5,8657
0,0089 2,5498 0,0133 3,7216 0,0177 4,8347 0,0221 5,8890
0,0090 2,5771 0,0134 3,7476 0,0178 4,8593 0,0222 5,9123
47
8
479
TA BEL A-19 TABEL A-19 (lanjutan) .
RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k) RASIO PNULANGAN (p) vs KOEflSIEN TAHANAN (k)
= =
(fc' 40 MPa, f1 300 MPa, k dalam MPa) =
( fc =
40 MPa, f1 300 MPa, k dalam MPa)
0,0081 2,3429 0,0125 3,5426 0,0169 4,6909 0,02 3 5,7877 0,0257 6,8332
0,0082 2,3707 0,0126 3,5692 0,0170 4,7164 0,0214 5,8121 0,0258 6,8564
0,0083 2,3985 0,0127 3,5959 0,0171 4,7418 0,0215 5,8364 0,0259 6,8795
0,0084 2,4263 0,0128 3,6225 0,0172 4,7673 0,0216 5,8606 0,0260 6,9026
0,0085 2,4541 0,0129 3,6491 0,0173 4,7927 0,0217 5,8849 0,0261 6,9257
0,0086 2,4818 0,0130 3,6757 0,0174 4,8181 0,0218 5,9091 0,0262 6,9488
0,0087 2,5095 0,0131 3,7022 0,0175 4,8435 0,0219 5;9333 0,0263 6,9718
0,0088 2,5372 0,0132 3,7287 '0,0176 4,8688 0,0220 5,9575 0,0264 6,9948
0,0089 2,5648 0,0133 3,7552 0,0177 4,8941 0,0221 5,9816 0,0265 7,0178
0,0090 2,5925 0,0134 3,7816 0,0178 4,9194 0,0222 6,0058 0,0266 7,0407
480 48
k k p k 10,239
p k p p p k p k p k
"
9,9340 p p k p 10,258
k
9,9533 10.2n
0,0047 1,3807 0,0091 0,0135
2,6201 9,9726 3,8081 0,0179 4,9447 0,0223 6,0298 0,0267 7,0636 0,0301 7,8273 0,0335 8,5602 0,0369 0,040310,295
0,0048 1,4094 0,0092 0,0136
2,6476 9,9918 3,8345 0,0180 4,9699 0,0224 6,0539 0,0268 7,3881 9,2625 0,0404
0,0302 7,8493 0,0336 8,5813 0,0370 10.314
0,0049 1,4381 0,0093 0,0137
2,6752 10,011 3,8608 0,0181 4,9951 0,0225 6,0780 0,0269 7, 0,0303 7,8712 0,0337 9,2827 0,0405
8,6024 0,0371 10,333
0,0094 0,0138
2,7027 10,030 3,8872 0,0182 5,0203 0,0226 6,1020 1094 0,0304 7,8932 0,0338 9,3028
0,0050 1,4668 8,6234 0,0372 0,0406 10,352
5,0454 0,0227 6,1260 0,0270 7,1323 9,3230
0,0051 1,4955 0,0095 O,Q139
2,7302 10,049 3,9135 0,0183 0,0305 7,9151 0,0339 8,6444 0,0373 0,0407 10,370
0,0271 7, 9,3431
0,0052 1,5241 0,0096 0,0140
2,7577 10,068 3,9398 0,0184 5,0706 0,0228 6, 1499 0,0306 7,9370 0,0340 0,0408
1551 8,6654 0,0374 10,389
0,0053 1,5527 0,0097 0,0141
2,7851 10,087 3,9661 0,0185 5,0957 0,02d 5,1738 0,0307 7,9588 0,0341 9,3631 0,0409
0,0272 7, 8,6864 0.0375 9,3832 10,408
0,0054 1,5813 0,0098 0,0142
2,8125 10,106 3.9923 0,0186 5, 1207 0,0230 6, 1978 0,0308 7,9807 0,0342 0,0410
1779 8,7073 0,0376 10.426
0,0055 1,6098 0,0099 0,0143
2,8399 10,125 (.i ,0185 0,0187 5, 1458 0,0231 6,2216 0,0309 8,0025 9,4032 0,0411 10,445
0,0273 7,2006 0,0343 8,7282 0,0377
0,0056 1,6384 0,0100 0,0144
2,8673 10,144 4,0447 0,0188 5,1708 0,0232 6,2455 0,0310 8,0243 9,4232 0,0412 10.t.64
0,0274 7,2234 0,0344 8,7491 0,0378
0,0057 1,6669 0,0101 0,0145
2,8946 10, .0709 0,0189 5,1958 0,0233 6,2693 0,0311 8,0460 9,4432 0,0413 10.482
163 0,0275 7,2461 0,0345 8,7699 0,0379
0,0058 1,6953 0,0102 0,0146
2,9219 10,182 4,0970 0,0190 5,2208 0,0234 6,2931 0,0312 8,0678 9,4632 0,0414 10.501
0,0276 7,2688 0,0346 8,7908 0,0380
0,0059 1,7238 0,0103 2,9492 10,201
0,0147 4, 1231 0,0191 5,2457 0,0235 6,3169 0,0313 8,0895 0,0347 9,4831 0,0415 10,519
0,0277 7,2914 8,8116
0,0060 1,7522 0,0104 0,0148
2,9764 10,220 4,1492 0,0192 5,2706 0,0236 6,3406 0,0381 9,5030 0,0416 10,538
0,0278 7,3141 0,0314 8, 1111 0,0348 8,8323 0,0382
9,5229
3,Q036 0,0149 4, 1753 0,0193 5,2955 0,0237 6,3644
0,0061 1,7806 0,0105 0,0279 7,3367 0,0315 8,1328 0,0349 8,8531
0,0383 9,5427
0,0417
0,0062 1,8090 0,0106 3,0308 0,0150 4,2013 0,0194 5,3204 0,0238 6,3881 0,0316 8, 1544 0,0350 8,8738 0,0384 0,0418
0,0280 7,3592 9,5625
0,0063 1,8373 0,0107 3,0580 0,0151 4,2273 0,0195 5,3452 0,0239 6,4117 0,0317 8, 1760 0,0351 8,8945 0,0385 0,0419
0,0281 7,3818 9,5823
0,0064 1,8656 0,0108 3,0852 0,0152 4,2533 0,0196 5,3700 0,0240 6,4354 0,0318 8, 1976 0,0352 8,9152 0,0386 0,0420
0,0282 7,4043 9,6021
0,0065 1,8939 0,0109 3, 1123 0,0153 4,2792 0,0197 5,3948 0,0241 6,4590 0,0319 8,2191 0,0353 8,9358 0,0387 0,0421
0,0283 7,4268 9,6218
0,0066 1,9222 0,0110 3, 1394 0,0154 4,3052 0,0198 5,4196 0,0242 6,4826 0,0320 8,2406 0,0354 8,9564 ·o,0388 0,0422
0,0284 7,4493 9,6415
0,0067 1,9504 0,0111 3, 1664 0,0155 4,3311 0,0199 5,4443 0,0243 6,5061 0,0321 8,2621 0,0355 8,9770 0,0389 0,0423
0,0285 7,4717 9,6612
0,0068 1,9786 O,Q112 3, 1935 0,0156 4,3569 0,0200 5,4690 0,0244 6,5297 0,0322 8,2836 0,0356 8,9976 0,0390 0,0424
0,0286 7,4942 9,.6809
0,0069 2,0068 0,0113 3,2205 0,0157 4,3828 0,0201 5,4937 0,0245 6,5532 0,0323 8,3050 0,0357 9,0181 0,0391 0,0425
0,0287 7,5166 9,7005
0.0070 2,0350 0,Q114 3,2475 0,0158 4,4086 0,0202 5,5183 0,0246 6,5767 0,0324 8,3264 0,0358 9,0386 0,0392 9,7201 0,0426
0,0288 7,5389 0,0325
0,0071 2,0631 0,0115 3,2744 0,0159 4,4344 0,0203 5,5430 0,0247 6,6001 8,3478 0,0359 9,0591 0,0393 0,0427
0,0289 7,5613 9,7397
0,0072 2,0912 0,0116 3,3014 0,0160 4,4602 0,0204 5,5675 0,0248 6,6235 0,0326 8,3692 0,0360 9,0796 0,0394 0,0428
0,0290 7,5836 9,7592
0,0073 2, 1193 0,0117 3,3283 0,0161 4,4859 0,0205 5,5921 0,0249 6,6469 0,0327 8,3905 0,0361 9,1000 0,0395 0,0429
0,0291 7,6059 9,n80
0,0074 2,1473 0,0118 3,3552 0,0162 4,5116 0,0206 5,6167 0,0250 6,6703 0,0328 8,4118 0,0362 9,1204 0,0396 0,0430
0,0292 7,6281 0,0329 9,7983
0,0075 2, 1753 0,0119 3,3820 0,0163 4,5373 0,0207 5,6412 0,0251 6,6937 8,4331 0,0363 9, 1408 0.0397 0,0431
0,0293 7,6504 9,8177
0,0076 2,2033 0,0120 3,4088 0,0164 4,5630 0,0208 5,6657 0,0252 6,7170 0,0330 8.4544 0.0364 9.1611 0,0398 0,0432
0,0294 7,"'6726 9,8372
0,0077 2,2313 0,0121 3,4356 0,0165 4,5886 0,0209 5,6901 0,0253 6,7403 0,0331 8,4756 0,0365 9,1814 0,0399 0,0433
0,0295 7,69'17 9,8566
0,0078 2,2592 0,0122 3,4624 0,0166 4,6142 0,0210 5,7146 0,0254 6,7636 0,0332 8,4968 0,0366 9,2017 0,0400 0,0434
0,0296 7,7169 0,0333 8,5179 9,8760
0,0079 2.2872 0,0123 3,4892 0,0167 4,6398 0,0211 5,7390 6,7868 0,0297 0,0367 9.2220 0,0435
I
I
0,0080 2,3150 0,0124 3,5159 0,0168 4,6653 0,0212 5.7634 6,8100 7,7390 0,0334 0,0401 9,8954 0.0436
8.5391 Q.,0368 9,2422 0,0402
0,0298 7,7611 9,9147
0.0255
0,0299 7,7832
-------------------- TABEL A-20
k p k p k TABEL A-21 (lanjutan)
k
RASIO p k
PENULANGAN p(p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k)
p RASIO PENULANGAN ( vs KOEFISIEN TAHANAN
(fc' = 17 MPa, f1= 350 MPa,0,0118
k dalam MPa) (k)
0,01444,1584
0,0040
3,5380
2,8602
2,88730,0119 3,5629 0,01454,1811 ( fc' = 20 MPa, fy = 350 MPa, k dalam MPa}
0,0041
0,0042
2,91430,0120 3,5878
3,6125
0,01464,2038
0,01474,2263 - k k
2,94130,0121 p k p k p p p k
0,0043 3,6372 0,01484,2488
2,96820,0122
0,0044 3,6618 0,01494,2711
2,99500,0123 0,0080 2,5687 0,0104 3,2491 0,0128 3,8879 0,Q152 4,4851 0,0176 5,0406
0,0045 1,3320 0,0066 2,1248' 0,0092 3,6863 0,01504,2934
3,02170,0124 0,0081 2,5979 0,0105 3,2766 0,0129 3,9136 0,0153 4,5091 0,0177 5,0628
O,C0.!6 1,3635 0,0067 2,1542 0,0093 3,7107 0,01514,3156
3,04830,0125
0,0047 1,3950 0,0068 2,'1834 0,0094 3,7350 0,01524,3377 0,0082 2,6270 0,0106 3,3040 0,0130 3,9393 0,0154 4,5330 0,0178 5,0850
3,07490,0126
0,0048 2,2126 0,0095 3,7593 0,01534,3598 0,0083 2,6560 0,0107 3,3313 0,0131 3,9648 0,0155 4,5568 0,0179 5, 1071
1,4264 0,0069 3,10130,0127
0,0049 3,7834 0,01544,3817 0,0084 2,6850 0,0108 3,3585 0,0132 3,9903 0,0156 4,5806 0,0180 · 5,'1291
1,4577 0,0070 2,2417 0,0096 3,12770,0128
0,0050 3,8075 0,01554,4036 4,6042 0,0181 - 5,1511
1,4889 0,0071 2,2707 0,0097 3,i 5400,0129 0,0085 2,7139 0,0109 3,3857 0,0133 4,0158 0,0157
0,0051 3,8315 0,01564,4254
1,5200 O,CC72 2,2996 0,0098 3,18020,0130 0,0086 2,7427 0,0110 3,4127 0,0134 4,0411 0,0158 4,6279 0,0182 5, 1730
0,0052 3,8554 0,01574,4471
0,0099 3,20630,0131 0,0087 2,7715 0,0111 3,4397 0,0135 4,0664 0,0159 4,6514 0,0183 5, 1948
0,0053 ,,5511 0,0073 2,3284 3,8792 0,01584,4687
3,23230,0132 0,0136 4,0916 0,0160 4,6749 0,0184 5,2165
0,0054 1,5820 0,0074 2,3572 0,0100 0,01594,4902 0,0088 2,8002 0,0112 3,4667
3,2582O,Q133 0,01343,9030
O,OC55 0,00561,6129 0,0075 2,3859 0,0101 3,9266 0,01604,5116 0,0089 2,8288 0,0113 3,4936 0,0137 4, 1167 0,0161 4,6983 0,0185 5,2382
3,28410,0135
0,0057 0,0102 3,9502 0,01614,5330 0,0090 2,8573 0,0114 3,5204 0,0138 4,1418 0,0162 4,7216 0,0186 5,2598
1,6437 0,0076 2,4144 3,30990,0136
0.0058 3,9736 O,Q1624,5542 0,0091 2,8857 0,0115 3,5471 0,0139 4, 1668 0,0163 4,7449 0,0187 5,2813
1,6744 0,0077 2,4429 0,0103 3,33560,0137
0,0059 3,9970 0,01634,5754 0,0164 4,7680
1,7050 0,0078 2,4713 0,0104 3,36120,0138 0,0092 2,9141 0,0116 3,5737 0,Q140 4,1917 0,0188 5,3028
0,0060 4,0203 0,01644,5965
1,7356 0,0079 2,4997 0,0105 3,38670,0139 0,0093 2,9424 0,0117 3,6003 0,0141 4.2166 0,0165 4,7912 0,0189 5,3241
0,0061 4,0436 0.01654,6175
2,5279. 0,0106 3,41210,0140 0,0094 2,9707 0,0118 3,6268 O,Q142 4,2413 0,0166 4,8142 0,0190 5,3454
0,0062 1,7660 0,0080 4,0667 0,01664,6385
3,43750,0141 0,0095 2,9989 0,0119 3,6533 O,Q143 4,2660 0,0167 4,8372 0,0191 5,3667
0.0063 1,7964 0.0081 2,5561 0,0107 4,0898
3,46270,0142 4,8601 0,0192 5,3878
0.0064 1.8267 0,0082 2,5841 0,0108 4, 127 0,0096 3,0270 0,0120 3,6796 O,Q144 4,2907 0,0168
3,48790,0143
0,0065 0.0083 2,6121 0,0109 4,1356 0,0097 3,0550 0,0121 3,7059 0,0145 4,3152 0,0169 4,8829 0,0193 5,4089
1,8569 3,5130
0,0084 2,6400 0,0110 0,0098 3,0829 0,0122 3,7321 0,0146 4,3397 0,0170 4,9056 0,0194 5,4299
1,8870
1,9170 0,0085 2,6678 0,0111 0,0099 3, 1100 0,0123 3,7583 0,0147 4,3641 0,0171 4,9283 0,0195 5,4509
1,9469 0,0086 2,6956 O,Q112 0,0100 3, 1386 0,0124 3,7843 0,0148 4,3884 0,0172 4,9509 0,0196 5,4717
1,9768 0.0087 2,7232 0,0113 0,0101 3, 1664 0,0125 3,8104 0,0149 4,4127 0.0173 4,9734
2.0066 0,0088 2,7508 0,0114 0,0102 3, 1940 0,0126 3,8363 0,0150 4,4369 0,0174 4,9959
2.0363 0.0089 2,7782 0,0115 0,0103 3,2216 0,0127 3,8621 0,0151 4,4610 0,0175 5,0183
2,0659 0,0090 2,8056 0,0116
2.0954 0,0091 2,8329 0,0117
TA SEL A -22
TA BEL A -21
RAS O PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k) RASIO P;:NULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k)
(fc' = 20 MPa, fr = 350 MPa, k dalam MPa) ( fc = 25 MPa, fy =
350 MPa, k dalam MPa)
k p k p k p k p. k p k p k
p k p k p k p
2,3624 1,3864
0,00410,00401,35370,00501,6777 0,00601,9959 0,00702,30830,00802,6150
0,00561,8467 0,0064 2,0920 0,0072 2,3327
0,0040 1,3422 0,0048 1,5967 2,3921 1,4190
0,00420,00511,7098 0,00612,0274 0,00712,33930,00812,6453
0,00571,8776 0,0065 2, 1223 0,0073
0,0041 1,3743 0,0049 1,6282 2,4217 1,4515
0,00430,00521,7418 0,00622,05890,00722,37010,00822,6756
0,00581,9084 0,0066 2, 1526 0,0074
0,0042 1,4063 0.0050 1,6597 0,0075 2,4513 0,00440,00531,77380,00632.09030,00732,40090,00832,7058
1,4840
0,00591,9392 0,0067 2, 1828
0,0043 1,4382 0,0051 1,6910
0,0068 2,212 0,0076 2,4807 0,00450,00541,80570,00642,1216
1,5165 0,00742,43170,00842,7360
0,00601,6597
0,0044 1.4700 0,0052 1,7228 0,00612,0005 0,0069 2,2429 0,0077 2,5101 0,00460,00551,83750,00652,1529
1,5488 0,00752,46240,00852,7661
0,00561,86930,00662,18410,00762,49300,00862,7962
0,0045 1,5018 0,0053 1,7535 0,00622,0311 0,0070 2,2729 0,0078 2,5395 0,0047 1,5811
0,00571,90110,00672,21520,00772,52360,00872,8262
0,0045 1,5335 0,0054 1,7846 0,00632,0616 0,0071 2,3028 0,0079 1,6134
0,00480,00581,93270,00682,24630,00782,55410,00882,8561
0,0047 1,5652 0,0055 1,8157 1,6456
0,00490,00591,9644 0,00692.2774 0,00792,58460,00892,8860
482 483
TABEL A-22 (lanjutan)
RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k) TABEL A-23
(fc' = 25 MPa, fy = 350 MPa, k dalam MPa) RASIO PENULANGAN (p) vs KOEf.ISIEN TAHANAN
(k)
0,0041 1,3945 0,0085 2,8009 0,0129 4,1141 0,0173 5,3340 0,0217 6,4605 ... - I
0,0042 1,4275 0,0086 2,8318 0,0130 4,1429 0,0174 5,3606 0,0218 6,4851
0,0043 1,4605 0,0087 2,8627 0,0131 4,1716 0,0175 5,3872 0,0219 6,5095
0,0044 1,4934 0,0088 2,8934 0,0132 4,2002 0,0176 5,4137 0,0220 6,5340
0,0045 1,5262 0,0089 2.9242 0,0133 4,2288 0.0177 5,4402 0,0221 6,5583
0,0046 1,5590 0,0090 2,9549 0,0134 4,2574 0,0178 5,4667 0,0222 6,5827
0,0047 1,5918 0,0091 2.9855 0,0135 4,2859 0,0179 5,4931 0,0223 6,6069
0,0048 1,6245 0,0092 3.0161 0,0136 4,3144 0,0180 5,5194 0,0224 6,6312
0,0049 1,6572 0,0093 3,0466 0,0137 4,3428 0,0181 5,5457 0,0225 6,6554
0,0050 1,6898 0,0094 3,0771 0,0138 4,3712 0,0182 5,5720 0,0226 6,6795
0,0051 1,7223 0,0095 3, 1076 0,0139 4,3995 0,0183 5,5982 0,0227 6,7036
0,0052 1,7549 0,0096 3,1380 0,0140 4,4278 O,Q184 5,6244 0,0228 6,7276
0,0053 1,7873 0,0097 3.1683 0,0141 4,4560 0,0185 5,6505 0,0229 6,7516
0,0054 1,8197 0,0098 3, 1986 0,0142 4,4842 0,0186 5,6765 0,0230 6,7756
0,0055 1,8521 0,0099 3.2289 0,0143 4,5123 0,0187 5,7025 0,0231 6,7994
0,0056 1,8844 0,0100 3,2591 0,0144 4,5404 0,0188 5,7285 0,0232 6,8233
0,0057 1,9167 O,Q101 3,2892 0,0145 4,5685 0,0189 5,7544 0,0233 6,8471
0,0058 1,9490 0,010.2 3,3194 0,0146 4,5965 0,0190 5,7803 0,0234 6,8708
0,0059 1,9811 0,0103 3,3494 0,0147 4,6244 0,0191 5,8061 0,0235 6,8945
0,0060 2,0133 0,0104 3,3794 0,0148 4,6523 0,0192 5,8319 0,0236 6,9182
0,0061 2,0454 0,0105 3.4094 0,0149 4,6801 0,0193 5,8576 0,0237 6,9418
0,0062 2,0774 O,Q106 3.4393 0,0150 4,7079 0,0194 5,8833 0,0238 6,9654
0,0063 2, 1094 0,0107 3.4692 0,0151 4,7357 0,0195 5,9089 0,0239 6,9889
0,0064 ..2, 1413 0,0108 3,4990 0,0152 4,7634 0,0196 5,9345 0,0240 7,0123
0,0065 2,1732 0,0109 3,5288 0,0153 4,7910 0,0197 5,9600 0,0241 7,0357
0,0066 2,2051 0,0110 3.5585 0,0154 4,8186 0,0198 5,9855 0,0242 . 7,0591
0,0067 2,2369 0,0111 3,5882 0,0155 4,8462 0,0199 6,0109 0,0243 7,0824
0,0068 2,2686 0,0112 3.6178 0,0156 4.8737 0.0200 6,0363 0,0244 7, 1057
0,0069 2,3003 0,0113 3.6474 0,0157 4,9012 0,0201 6,0617 0,0245 7,1289
0,0070 2,3320 0,0114 3,6769 0,0158 4,9286 0,0202 6,0870 0,0246 7, 1521
0,0071 2,3636 0,0115 3.7064 O,Q159 4,9559 0,0203 6, 1122 0,0247 7, 1752
0,0072 2,3951 0,0116 3,7358 0,0190 4,9833 0,0204 6, 1374 0,0248 7,1983
0,0073 2,4266 0,0117 3,7652 0,0161 5,0105 0,0205 6, 1625 0,0249 7,2213
0,0074 2,4581 0,0118 3,7945 0,0162 5,0377 0,0206 6, 1876 0,0250 7,2443
0,0075 2,4895 0,0119 3,8238 0,0163 5,0649 0,0207 6,2127 0,0251 7,2672
0,0076 2,5208 0,0120 3,8531 0,0164 5,0920 0,0208 6,2377 0,0252 7,2901
0,0077 2,5522 0,0121 3.8823 0,0165 5,1191 0,0209 6,2627 0,0253 7,3129
0,0078 2,5834 0,0122 3,9114 0.0166 5,1461 0,0210 6,2876 0,0254 7,3357
0,0079 2,6146 O,Q123 3,9405 0,0167 5,1731 0,0211 6,3124 0,0255 7,3584
0,0080 2,6458 0,0124 3.9696 0,0168 5,2000 0,0212 6,3372 0,0256 7,3811
0,0081 2,6769 0,0125 3,9986 0,0169 5,2269 0,0213 6,3620 0,0257 7.4038
0,0082 2.7080 0,0126 4.0275 0,0170 5.2538 0,0214 6,3867 0,0258 7,4264
0,0083 2,7390 0,0127 4.0564 0,0171 5,2805 0,0215 6,4114 I 7,4489
o.02s9
TABEL A-23 (lanjutan) pkp kTABELpA-24 (lanjutan)
k p k p k
RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k)
(k)
( fc' = 30 MPa, f = 350 MPa, k dalam
1 MPa) k
0,01705,35320,0202( fc'= 35 MPa, f1
6,22740,0234 = 350
7,0593MPa; k dalam
0,0266 MPa)
7,8489 0,02988,5962
p
k k p 0,01715,38120,0203 6,25400,0235 . 7,0846 7,8729
0,0267 0,02998,6189
k p 0,01725,40910,0204 6,28060,0236 7,1099 I 0,0268 7,8968 0,03008,6416
p k p 0,01735,43700,0205 6,30720,0237 7,1351 0,0269 7,9207 0,03018,6641
0,0281 7,9327 0,0288 8,0817
7,62750,0274 7,7813 0,01745,46480,02066,33370,0238 7,1603 0,0270 7,9446 0,03028,6866
0,0282 7,9541 0,0289 8,1028
7,4714 . 0,0267 7,64960,0275 7,8031 0,01755,49260,0207 6,3602(J,0239 7,1855 0,0271 7,9684 0,03038,7091
0,0260 0,0283 7,9755 0,0290 5;1239
7,67170,0276 7,8248 0,01765,52030,02086,41300,0240 7.2106 0.0272 7,9922 0,03048,7316
0,0261 7,4939 0,0268 7,9969 0,0291 8,1449
7,69370,0277 7,8465 0,0284 0,01775,54810,0209 6,41300,0241 7.2356 0,0273 8,0160 0,03058,7540
0,0262 7,5163 0,0269 0,0285 8,018?. 0,0292 6,1658
7,71570,0278 7,8681 0,01785,57570,0210 6,43930,0242 7,2607 0,0274 8,0397 0,03068,7764
0,0263 7,5386 0,0270 0,0286 8,0394 0,0293 8,1868
7,73760,0279 7,8897 0,01795,60340,0211 6,46560,0243 7,2856 0,0275 8,0633 0,03078,7988
0,0264 7,5609 0,0271 7,75950,0280 7,9112 0,0287 8,0606 0,01805,63090,0212 6,49190,0244 7,3106 0,0276 8,0870 0,03088,8211
0,0265 7,5832 0,0272 0,01815,65850,0213 6,51810,0245 7,3355 0,0277 8,1105 0,03098,8433
7,6054 I 0,0273 I 0,01825,68600,0214 6,54430,0246 7,3603 0,0278 8, 1341 0,03108,8655
0,0266
0,01835,71350,02156,57050,0247 7,3852 0,0279 8,1576 0,03118,8877
0,01845,74090,0216 6,59660,0248 7,4099 0,0280 8, 1810 0,03128,9098
0,01855,76830,0217 6,62260,0249 7,4347 0,0281 8,2045 0,03138,9319
0,01865.79560,02186,64860.0250 7,4594 0,0282 8,2278 0,03148,9540
0,01875,82290,0219 6,67460,0251 7,4840 0,0283 8,2512 0,03158,9760
0,01885,85010,0220 6,70050,0252 7,5086 0,0284 8,2745 0,03168,9980
TA BEL A -24 0,018S5,87740,0221 6,72640,0253 7,5332 0,0285 8,2977 0.03179,0199
RA SIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k) 0,01905,90450,0222 6,75230,0254 7,5577 0,0286 8,3209 0,03189,04, 8
I
1,9981 0,0071 0..N...'.I.Q_.7 3,0900 0,0105 3,5878
0,0071 2,3939 I0.0115 3.7860 0.0159 5, 1082 0,0203 6,3604 0,0247 7,5426 ::J,0038 1,4398 0,0055 2,0320 0,0072
2,5601 I 3,1202 0,0106 3,6161
0.0072 2,4263 I 0.0116 3,8169 1 0,0160 5, 1374 0,0204 5,3881 0,0248 7,5687 a.0039 1,4755 0,0056 2,0659 0,0073 3, 1502 0,0107
O,CC88 3,6442
0,0073 2,4587 I 0.0111 3,8477 0,0161 5, 1666 0,0205 6.4157 0,0249 7,5947 0,0040 1,5112 0,0057 2,0996 0,0074 2,5921 I 0,0089 3,1802 0,0108 3,6723
0,0074 2,4911 0,0118 3,8784 0,0162 5, 1958 0,0206 6,4432 0,0250 7,6207 0,0041 1,5467 0,0058 2, 1332 0,0075 3,2100
2,6241 0,0090 0,0109 3,7003
0,0075 2,5234 0,0119 3,9091 0,0163 5,2249 0,0207 6,4708 0,0251 7,6467 a.0042 1,5820 0,0059 2,1667 0,0076 2,6559 0,0091 3,2397 0,0110 3,7281
0,0076 2,5556 0,0120 3,9398 O,Q164 5,2540 0,0208 6,4i 30 0,0252 7,6726 0,0043 1,6173 0,0060 2,2001 0,0077 2,6876 0,0092 3,2693 0,0111 3,7558
O,C077 2,5879 0,0121 3,9705 0,0165 5,2831 0,0209 6,5257 0,0253 7,6984 0,0044 1,6525 0,0061 2,2334 0,0078 2,7193 3,2988
0,0093 0,0112 3,7834
0,0078 2,6201 0,0122 4,0011 0,0166 5,3i 21 0,0210 6,5532 0,0254 7,7243 0,0045 1,6876 0,0062 2,2665 0,0079 3,3282
2,7508 0,0094 0,0113 3,8109
0,0079 2,6522 0,0123 4,0316 0,0167 5,3411 0,0211 6,5806 0,0255 7,7501 0,0046 1,7225 0,0063 2.2996 0,0080 2,7822 0,0095 3,3575 0,0114 3,8383
0,0080 2,6844 0,0124 4,0622 i 0,0168 5,3700 0,0212 6;6079 0,0256 7,7758 0,0047 1,7573 0,0064 2,3326 0,0081 2,8134 0,0096 3,3867 0,0115 3,8656
I I
0,0081 2,7165 0,0125 4,0927 I 0,0169 5,3989 0,0213 6,6352 0,0257 7,8016 0,0048 1,7921 0,0065 2,3654 0,0082 2,8446 0,0097 3,4158 O,Q116 3,8928
0,0082 2,7485 5,4278 0,0214 6,6625 0,0258 7,8273 0,0049 1,8267 0,0066 2,3981 0,0083 2,8757 0,0098 3,4447
0.0126 4, 1231 0.0170 6,6898 0,0259 7,8529 0,0117 3,9199
0,0083 2,7805 0,0127 4,1536 0,0171 5,4567 0,0215 0,0050 1,8612 0,0067 2,4307 0,0084 3,4735 0,0118
2,9066 0,0099 3,9468
0,0051 1,8956 0,0068 2,4632 0,0085 3,5023
2.9375 0,0100 0,0119 3,9736
488
489
TABEL A-26 (lanjutan) . TABEL A-28
RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN RASIO PENULANGAN (p) vs KOEF.ISIEN TAHANAN (k)
(k)
(fc' = 17 MPa, fy = 400 MPa, k dalam MPa) (fc' = 25 MPa, fy = 400 MPa, k dalam MPa}
p k p k p k p k p k p k p k
p k p k p k
0,0132 4,3125 0,01364,4129 0,0035 1,3537 0,0069 2,5802 0,0103 3,7194 0,0137 4,n13 0,0171 5,7359
4,0004 0,0124 4,10620,0128 4,2102
0,0120 0,0133 4,3377 0,01374,4378 0,0036 1,3911 0,0070 2,6150 0,0104 3,7516 0,0138 4,8009 0,0172 5,7629
4,0270 0,0125 4,13240,0129 4,2359
0,0121 0,0134 4,3629 0,01384,4625 0,0037 1,4283 0,0071 2,6497 0,0105 3,7837 0,0139 4,8304 0,0173 5,7899
4,15840,0130 4,2616
O,O i 22 4,0535 0,0126 0,0135 4,3880 0,0106 3,8157 0,0140 4,8599 0,0174 5,8168 .
4,18440,0131 4,2871 0,0038 1,4655 0,0072 2,6843
0,0123 4,0799 Q,0127 2,7188 0,0107 3,84n 0,0141 4,8893 0,0175 S,843l'
0,0039 1,5026 0,0073
0,0040 1,5396 0,0074 2,7532 0,0108 3,8796 0,0142 4,9186 0,0176' 5,8703.
0,0041 1,5765 0,0075 2,7876 0,0109 3,9114 O,Q143 4,9478 o,01n 5,8970
0,0042 1,6134 0,0076 2,8219 0,0110 3,9431 0,0144 4,9770 0,0178 5,9236
0,0043 1,6502 O,OOTi 2,8561 O,Q111 3,9748 0,0145 5,0061 0,0179 5,9501
. 0,0044 1,6869 0,0078 2,8903 0,0112 4,0063 0,0146 5,0351 0,0180 5,9766
0,0045 1,7235 0,0079 2,9243 0,0113 4,0378 0,0147 5,0640 0,0181 6,0029
0,0046 1,7601 0,0080 2,9583 0,0114 4,0693 0,0148 5,0929 0,0182 6,0292
TABEL A-27 0,0047 1,7966 0,0081 2,9923 0,0115 4,1006 0,0149 5,1217 0,0183 6,0555
RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k} 4,1319 0,0150 5,1504 0,0184 6,0816
= 20 MPs, fy = 400
0,0048 1,8330 0,0082 3,0261 0,0116
( fc' MPs, k dalsm MPa) 0,0049 1,8693 0,0083 3,0599 0,0117 4,1631 0,0151 5, 1790 0,0185 6, 1077
0,0050 1,9056 0,0084 3,0936 0,0118 4,1942 0,0152 5,2076 O,Q186 6,1337
·p k k p k p k 0,0051 1,9418 0,0085 3,1272 0,0119 4,2253 0,0153 5,2361 0,0187 6,1596
p k p
0,0052 1,9779 0,0086 3,1607 0,0120 4,2563 0,0154 5,2645 0,0188 6,1854
3,1227 0,0113 3,9173 0,0139 4,6480 0,0053 2,0139 0,0087 3, 1942 0,0121 4,2872 0,0155 5,2928 0,0189 6,2112
0,0087
0,0035 1,3422 0,0061 2,2644
3,1545 0,0114 3,9466 0,0140 4,6749 0.0054 2,0499 0,0088 3,2276 0,0122 4,3180 0,0156 5,3211 0,0190 6,2369
0,0036 1,3788 0,0062 2,2986 0,0088
3,9758 0,0141 4,7016 0,0055 2,0858 0,0089 3,2609 0,0123 4,3487 0,0157 5,3493 0,0191 6,2625
0,0037 1,4154 0,0063 2,3327 0,0089 3,1861 0,0115
3,2177 0,0116 4,0049 0,0142 4,7283 0,0056 2, 1216 0,0090 3,2941 0,0124 4,3794 0,0158 5,3774 0,0192 6,2880
0,0038 1,4518 0,0064 2,3667 0,0090
3,2491 0,0117 4,0339 0,0143• 4,7548 0,0057 2, 1573 0,0091 3,3273 0,0125 4,4100 0,0159 5,4054 O,Q193 6,3135
0,0039 1,4882 0,0065 2,4006 0,0091
3,2805 0,0118 4,0628 0,0144 4,7813 0,0058 2, 1930 0,0092 3,3604 0,0126 4,4405 0,0160 5,4333 0,0194 6,3389
0,0040 1,5245 0,0066 2,4344 0,0092
0,0119 4,0916 0,0145 4,8076 0,0059 2,2286 0,0093 3,3934 0,0127 4,4710 0,0161 5,4612 0,0195 6,3642
0,0041 1,5607 0,0067 2,4681 0,0093 3,3118
3,3429 0,0120 4,1203 0,0146 4,8339 0,0060 2,2641 0,0094 3,4264 0,0128 4,5013 0,0162 5,4890 0,0196 6,3894
0.0042 1,5967 0,0068 2,5017 0,0094
3,3740 0,0121 4,1489 0,0147 4,8601 0,0061 2,2995 0,0095 3,4592 0,0129 4,5316 0,0163 5,5168 0,0197 6,4146
0,0043< 1,6327 0,0069 2,5353 0,0095
3,4050 0,0122 4,1775 0,0148 4,8861 0,0062 2,3349 0,0096 3,4920 0,0130 4,5619 0,0164 5,5444 0,0198 6,4397
0,004$ 1,6686 0,0070 2,5687 0,0096 4,9121
3,4359 0,0123 4,2059 0,0149 0,0063 2,3701 0,0097 3,5247 0,0131 4,5920 0,0165 5,5720 0,0199 6,4647
0.0045 1,7044 0,0071 2,6021 0,0097
3,4667 0,0124 4,2343 0,0150 4,9380 0,0064 2,4053 0,0098 3,5574 0,0132 4,6221 0,0166 5,5995 0,0200 . 6,4896
0,0046 1,7401 0,0072 2,6353 0,0098
3,4974 0,0125 4,2625 0,0151 4,9638 0,0065 2,4405 0,0099 3,5899 0,0133 4,6521 O,Q167 5,6269 0,0201 ..s,_t)145
0,0047 1,7757 0,0073 2,6685 0,0099
3,5280 0,0126 4,2907 0,0152 4,9895 0,0066 2,4755 O,Q100 3,6224 0,0134 4,6820 0,0168 5,6543 0,0202 6,5392
0,0048 1,8113 0,0074 2,7015 0,0100
0,0127 4,3187 0,0153 5,0151 0,0067 2,5105 0,0101 3,6548 0,0135 4,7118 0,0169 5,6815 0,0203 6,5639
0,0049 1,8467 0,0075 2,7345 0,0101 3,5585
3,5889 0,0128 4,3467 0,0154 5,0406 0,0068 2,5454 0,0102 3,6871 0,0136 4,7416 0,0170 5,7087
0.0050 1,8820 0,0076 2,7674 0,0102
3,6193 0,0129 4,3745 0,0155 5,0660
0,0051 1,9172 0,0077 2,8002 0,0103
3,6495 0,0130 4,4023 0,0156 5,0913
0,0052 1,9524 0,0078 2,8328 0,0104
0,0131 4,4300 0,0157 5, 1166
0,0053 1,9874 0,0079 2,8654 O,Q105 3,6796
0,0080 2,8979 3,7097 0,0132 4,4576 0,0158 5, 1417
0,0054 2,0224 0,0106 5,1667
2,9303 0,0107 3,7396 0,0133 4,4851 0,0159
0,0055 2,0572 0,0081
0,0082 2,9626 3,7695 0,0134 4,5125 0,0160 5, 1917
0,0056 2,0920 0,0108
4,5398 0,0161 5,2165
0,0057 2, 1266 0,0083 2,9948 0,0109 3,7992 0,0135
3,8289 0,0136 4,5670 0,0162 5,2413
0,0058 2, 1612 0,0084 3,0270 0,0110
3,8584 0,0137 4,5941 0,0163 5,2659
0.0059 2, 1957 0,0085 3,0590 0,0111
0,0060 2,2301 0,0086 3,0909 0,0112 3,8879 0,0138 4,6211
490 4 91
TABEL A-29
RASIO PENULANGAN {p) vs KOEFISIEN TAHANAN {k) TABEL A-30
{fc:' = 30 MPa, f1 = 400 MPa, k dalam MPa) RASIO PENULANGAN { vs KOEFISIEN TAHANAN {k)
=
(fc:' 35 MPa, f1 = 400 MPa, k dalam MPa)
p k p k p k p k p k
p k p k p k p k p k
0,00351,3615o.oon 2,8934 . 0,01194,3144 0,01615,62440,02036,8233
0,0035 1,3670 0,0079 2,9917 0,0123 4,5119 0,0167
0,00361,3992 0,0078 2,92860,Q1204,34690,01625,65420,02046,8505 5,9278_ 0,0211 7,2392
0,00371,43690,0079 2,96360,01214,37930,01635,68400,02056,8n6 0,0036 1,4050 0,0080 3,0274 0,0124 4,5453 0,0168 5,9588 0,0212 7,2678
0,0037 . 1,4431 0,0081 3,0630 0,0125 4,5786 0,0169 5,9897 0,0213 7,2963
0,0038 1,4746 0.,0080 2,9986 0,0122 4,4117 0,0164 5,7137 0,0206 6,9047 0,0038 1,4811 0,0062 3,0986 0,0126 4,6118 0,0170 6,0205 0,0214 7,3248
0,0039 1,5121 0,0081 3,0335 0,0123 4,4439 0,0165 5,7433 0,0207 6,9317 0,0039 1,5190 0,0083 3,1342 0,0127 4,6450 0,0171 6,0513 0,0215 7,3532
0,0040 1,5497 0,0082 3,0684 0,0124 4,4762 0,0166 5,7729 0,0208 6,9586 0,0040 1,5568 0,0084 3, 1697 0,0128 4,6781 0,0172 6,0821 0,0216 7,3816
0,0041 1,5871 0,0083 3,1032 0,Q125 4,5083 0,0167 5,8024 0,0209 6,9855 0.0041 1,5947 0,0085 3,2051 0,0129 4,7112 0,0173 6, 1128 0,0217
0,0042 1,6245 0,0084 3,1380 0,0126 4,5404 0,0168 5,8319 0,0210 7,0123 0,0042 7,4099
1,6324 0,0086 3,2405 0,0130 4,7442 0,0174 6, 1434 0,0218 7,4382
0,0043 1,6618 0,0085 3, 1727 0,0127 4,5725 0.Q169 5,8613 0,0211 7,0391 0.0043 1,6701 0,0087 3,2759 0,0131 4,7n1 0,0175 6.1740
0,0044 1,6991 0,0086 3,2073 O,Q128 4,6045 0,0170 5,8906 0,0212 7,0658 0,0044 0,0219 7,4664
1,7078 0,0088 3,3111 0,0132 4,8100 0,Q176 6,2045
0,0045 1,7363 0,0087 3,2418 0,0129 4,6364 0,0171 . 5,9199 0,0213 7,0924 0,0045 0,0220 7,4946
1,7454 0,0089 3,3464 0,0133 4,8429 o,01n 6,2350
0,0046 1,7734 0,0088 3,2763 0,0130 4,6682 0,0172 5,9491 0,0214 7, 1190 0,0046 1,7829 0,0090 3,3815 0,0221 7,5227
0,0134 4,8757 0,0178 6,2654 0,0222 7,5507
0,0047 1,8105 0,0089 3,3108 0,0131 4,7000 0,0173 5,9782 0,0215 7,1455 0:0047 1,8204 0,0091 3,4166 0,0135 4,9084 0,0179 6,2958
0,0048 1,8475 0,0090 3,3451 0,0132 4,7317 0,0174 6,0073 0,0216 7,1719 0,0048 0,0223 7,5787
1,8579 0,0092 3,4517 0,0136 4,9411 0,0180 6,3261
0,0175 6,0363 0,0217 7,1983 0,0224 7,6067
0,0049 1,8844 0,0091 3,3794 0,0133 4,7634 0,0049 1,8952 0,0093 3,4867 0,0137 4,9738 0,0181 6,3564 0,0225 7,6346
0,0050 1,9213 0,0092 3,4137 - 0,0134 4,7950 0,0176 6,0653 0,0218 7,2246 0,0050 1,9326 0,0094 3,5217 0,0138 5,0064 0,0182 6,3866
0,0051 1,9582 0,0093 3,4478 0,0135 4,8265 0,0177 6,0942 0,0219 7,2508 1,9698 0,0226 7,6624
0,0051 0,0095 3,5566 0,0139 5,0389 0,0183 6,4168 0,0227 7,1 802
0,0052 2,0071 0,0096 3,5914 0,0140 5,0714 0,0184 6,4469
0,0179 6, 1518 0,0221 7,3031 0,0228 7,7178
0,0053 2,0316 0,0095 3,5160 0,0137 4,8894 0,0053 2,0442 0,0097 3,6262 0,0141 5, 1038 0,0185 6,4769 0,0229 7,/456
0,0054 2,0682 0,0096 3,5500 0,0138 4,9207 0,0180 6, 1805 0,0222 7,3292 0,0054 2,0814 0,0098 3,6610 0,0142 5,1361 0,0186 6,5069 0,0230 7,T732
0,0055 2,1048 0,0097 3,5839 0,0139 4,9520 0,0181 6,2091 0,0223 7,3552 0,0055 2, 1184 0,0099 3,6957 0,0143 5, 1685 0,0187 6,53€8
0,0056 2, 1413 0,0098 3,6178 0,0140 4,9833 0,0182 6,2377 0,0224 7,3811 0,0231 7,8008
0,0056 2, 1554 0,0100 3,7303 0,0144 5,2007 0,0188 6,5667 0,0232 7,8283
0,0057 2, 1778 0,0099 3,6516 0,0141 5,0144 0,0183 6,2662 0,0225 7,4070 0,0057 2, 1924 0,0101 3,7649 0,0145
5,2329 0,0189 6,5966 0,0233 7,8557
0,0058 2,2141 0,0100 3,6853 0,0142 5,0455 0,0184 6,2947 0,0226 7,4328 0,0058 2,2293 0,0102 3,7994 0,0146 5,2651 0,0190 6,6263 0,0234
0,0059 2,2505 0,0101 3,7190 O,Q143 5,0765 0,0185 6,3231 0,0227 7,4586 0,0059 7,8832
2,2661 0,0103 3,8339 0,0147 5,2972 0,0191 6,6561 0,0235
0,0060 2,2867 0,0102 3,7526 0,0144 5, 1075 0,0186 6,3514 0,0228 7,4842 0,0060 2,3029 0,0104 3,8683 7,9105
0,0148 5,3292 0,0192 6,6857 0,0236 7.9378
0,0061 2,3229 0,0103 3,7862 0,0145 5, 1384 0,0187 6,3796 0,0229 7,5099 0,0061 2,3396 0,0105 3,9026 0,0149 5,3612 0,0193 6,7153 0,0237 7,965C
0,0062 2,3590 0,0104 3,8197 0,0146 5,1693 0,0188 6,4078 0,0230 7,5354 0,0062 2,3763 0,0106 3,9369 0,0150 5,3931 0,0194 6,7449 0,0238
0,0063 2,3951 0,0105 3,8531 0,0147 5,2000 0,0189 6,4360 0,0231 7,5609 7,9922
0,0063 2,4130 0,0107 3,9712 0,0151 5,4250 0,0195 6,n44 0,0239 8,0194
0,0064 2,4311 0.0106 3,8864 0,0148 5,2308 0,0190 6,4641 0,0232 7,5863 0,0064 2,4495 0,0108 4,0054 0,0152 5,4569 0,0196 6,8039 - 0,0240 8,0464
0,0065 ·2,4671 0,0107 3,9197 0,0149 5,2614 0,0191 6,4921 0,0233 7,6117 J,0065 2,4860 0,0109 4,0396 0,0153 5,4886 0,0197 6,8333 0,0241 8,0735
0.0066 2,5029 0,0108 3,9530 0,0150 5,2920 0,0192 6,5200 0,0234 7,6370 0,0066 2,5225 0,0110 4,0736 0,0154 5,5203 0,0198 6,8626 0,0242 8.1004
0,0067 2.5387 0,0109 3,9861 0,0151 5,3225 0,0193 6,5479 0,0235 7,6623 0,0067 2,5589 0,0111 4,1077 0,0155 5,5520 0,0199 6,8919 0,0243 8, 1274
0,0068 2,5745 0,0110 4,0193 0,0152 5,3530 0,0194 6,5757 0,0236 7,6874 0,0068 2,5953 0,0112 4, 1417 0,0156 5,5836 0,0200 6,9211 0,0244 8, 1542
0,0069 2,6102 0,0111 4,0523 0,Q153 5,3834 0,0195 6,6035 0,0237 7,7125 0,0069 2,6316 0,0113 4, 1756 0,0157. 5,6152 0,0201 6,9503 0,0245 8, 1810
0,0070 2,6458 0,0112 4,0853 0,0154 5,4137 0,0196 6,6312 0,0238 7,7376 0,0070 2,6678 0,0114 4,2095 0,0158 5,6467 0,0202 6,9795 0,0246 8,2078
0,0071 2,6814 0,0113 4, 1182 0,0155 5,4440 0,0197 6,6588 0,0239 7,7626 0,0071 2,7040 0,0115 4,2433 0,0159 5,6781 0,0203 7,0085 0,0247 8,2345
0,0072 2,7169 0,0114 4, 1511 0,0156 5,4742 0,0198 6,6864 0,0240 7,7875 0,0072 2,7402 0,Q116 4.2n1 0,0160 5,7095 0,0204 7,0376 0,0248 8,2611
0,0073 2,7523 0,0115 4, 1839 0,0157 5,5044 0,0199 6,7139 0,0241 7,8124 0,0073 2,7763 0,0117 4,3108 0,0161 5,7409 0,0205 7,0665 0,0249 8,2877
0,0074 2,18n 0,0116 4,2166 0,0158 5,5345 0,0200 6,7413 0,0242 7,8372 0,0074 2,8123 0,0118 4,3444 0,0162 5,7722 0,0206 7,0954 0,0250 8,3143
0,0075 2,8230 0,0117 4,2493 0,0159 5,5645 0,0201 6,7687 0,0243 7,8619 0,0075 2,8483 0,0119 4,3781 0,0163 5,8034 0,0207 7,1243 0,0251 8,3408
0,0076 2,8582 0,0118 4,2819 0,0160 5,5945 0,0202 6,7960' 0,0244 7,8866 0,0076 2,8842 0,Q120 4,4i 16 0,0164 5,8348 0,0208 7, 1531 0,0252 8,3672
0,0077 2,9201 0,0121 4,4451 0,0165 5,8657 0,0209 7,1819 0,0253 8,3936
0,0078 2,9559 0,0122 4,4786 0,0166 5,8968 0,0210 7,2106 0,0254 8,4199
492 4 93
TABEL A-30 (lanjutan} .
RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN. TAHANAN (k) TABEL A-31 (lanjutan}
(fc' = 35 MPa, fy = 400 MPa, k dalam MPa} RASIO PENULANGAN ( vs KOEFISIEN TAHANAN (k)
= =
(fc' 40 MPa, f1 400 MPa,. k dalam MPa}
p k p k p k p k p k
p k p k p k p k p k
0,02558,4462 . 0,0259 8,5507 . 0,0263 8,6544 0,0267 8,7572 0,02718,8592
0,02568,4724 0,0260 8,6802 0,0268 8,7828 0,0195 6,9026 0,0216 7,5389 0,0237 8,1544 0,0258 8,7491
8,5767 0,0264 0,0279 9,3230
0,02578,4986 0,0261 8,6027 0,0265 8,7015 0,0269 8,8083 0,0196 6,9334 0,0217 7,5687 0,0238 8,1832 0,0259 8,nsg 0,0280 9,3498
0,02588,5247 0,0262 8,6286 0,0266 8,7316 0,0270 8,8338 0,0197 6.9641 0,0218 7,5984 0,0239 8,2119 0,0260 8,8046 0,0281 9,3765
0,0198 6,9948 0,0219 7,6281 0,0240 8,2406 0,0261 8,8323 0,0282 9,4032
0,0199 7,0254 0,0220 7,6578 0,0241 8,2693 0,0262 8,8600 0,0283 9,4299
0,0200 7,0560 0,0221 7,6874 0,0242 8,2979 0,0263 8,887'6 0,0284 9,4565
TABEL A-31 0,0201 7,0865 0,0222 7,7169 0,0243 8,3264 0,0264 8,9152 0,0285
RASIO PENULA NGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k) 9,4831
0,0202 7, 1170 0,0223 7,7464 0,0244 8,3550 0,0265 8,9427. 0,0286
( fc' = 40 MPa, f = 400 MPa, k dalam MPa)
1
0,0203
0,0204
7, 1475 0,0224 7,7758 0,0245 8,3834 0,0266 8,9702 0,0287
9,5090
9,5361
7,1779 0,0225 7,8053 0,0246 8,4118 0,0267 8,9976 0,0288 9,5625
0,0205 7,2082 0,0226 7,8346 0,0247 8,4402 0,0268 9,0250 0,0289 9,5889
0,0206 7,2385 0,0227 7,8639 0,0248 8,4685 0,0269 9,0523 0,0290 9,6152
0,0207 7,2688 0,0228 7,8932 0,0249 8,4968 0.0270 9,0796 0,0291 9,6415
p k p k p k p k p k 0,0208 7,2990 0,0229 7,9224 0,0250 8,5250 0,0271 9,1068 0,0292 9,6678
0,0209 7,3291 0,0230 7,9516 0,0251 8,5532 0,0272 9, 1340 0,0293 9,6940
0,00351,37110,00672,57410,00993,7287 0,01314,8350 0,0163 5,8930 0,0210 7,3592 0,0231 7,9807 0,0252 8,5813 0,0273 9,1611 0,0294 9,7201
0,00361,40940,00682,61090,01003,7640 0,01324,8688 0,0164 5,9253 0,0211 . 7,3893 0,0232 8,0098 0,0253 8,6094 0,0274 9, 1882 0,0295 9,7462
0,00371,44770,00692,64760,01013,7993 0,01334,9025 0,0165 5,9575 0,0212 7,4193 0,0233 8,0388 0,0254 8,6374 0.0275 9,2153
0,00381,48590,00702,6844 b,01023,8345 . 0,01344,9362 0,0166 5,9897 0,0213 7,4493 0,0234 8,0678 0,0255 8,6654 0,0276 9,2422
0,00391,52410,0071 2,72100,01033,8696 0,01354,9699 0,0167 6,0218
0,0214 7,4792 0,0235 8,0967 0,0256 8,6934 0,0277 9,2692
0,00401,56220,0072 2,7577 0,01043,90470,01365,0035 0,0168 6,0539
0,00411,60030,00732,7942 0,01053,9398 0,01375,0371 0,0169 6,0860 0.0215 7,5091 0,0236 8, 1256 0,0257 8,7212 0.0278 9.2961
0,00421,63840,0074 2,83080,01063,9748 0,01385,0706 0,0170. 6,1180
0,00431,67640,00752,86730,01074,00980,01395, 1040 0,0171 6, 1499
0,00441,71430,00762,90370,01084,0447 0,01405, 1374 0,0172 6,1818
0,00451,7522O,C-0772,94010,01094,07960,01415, 1708 0,0173 6,2137
0,00461,79010,00782,9764 0,01104,1144 0,01425,2041 0,0174 6,2455
0,00471,82790,00793,01270,01114,1492 0,01435,2374 0,0175 6,2773 TA BEL A-32
0,00481,86560,00803,04900,01124,1840 0,01445.2706 0,0176 6,3090 RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k) •·
0,00491,90330,0081 3,08520,01134,2187 0,01455,3038
0,00501,94100,0082 3, 1213 0,01144,25330,01465,3369
0,0177
0,0178
6,3406
6,3723
p k p
( fc' =
17 kMPa, f1 p= 500 MPa,
k k dalam
p I
MPa)
k p k
0,00511,97860,00833, 1574 0,01154,28790,01475,3700 0,0179 6,4038 I
G,00522,0162O,OCe43, 1935 0,01164,3224 0,01485,4031 0,0180 6,4354 0,00281,3320
0,00532,0537O,CC853,22950,01174,35690,01495,4361 0,0181 6,4668 0,0029,,3770
0,00542.09120,00883,26550,01184,3914 0,01505,4690 0,0182 6,4983 0.00301,4219
0,00552, 12860,00873,30140,01194,42580,01515,5019
0,00562,16600,0088 3,33720,Q1204,46020,01525,5347
0,0183
0,0184
0,0185
6,5297
6,5610
6,5923
0.00311,4666
0,00321,5112
0,00331,5555
0,0043 1,9896
0,0044 2,0320
0,0058
0,0059
2,6081
2,6480
I.0,0074
I
0.0013 3, 1876
3,2249
0,0088
0,0089
3,7281
3,7627
0,00572,20330,00893,37310,01214,49450,01535,5675
0,00582,24060,0090 3,40880,01224,5287 0,01545,6003 0,0186 6,6235 0.00341,5997 0,0045 2,0743 0,0060 2,6876 0,0075 3,2619 -0,0090 3,7972
0,00592,27780,0091 3,44460,01234,5630 0,01555,6330 0,0187 6,6547 0.00351,6437 0,0046 2, 1164 0,0061 2,7271 0,0076 3,2988 0,0091 3,8315
0,00602,31500,0092 3,48020,01244,59710,01565,6657 0,0188 6,6859 0,00361,6876 0,0047 2, 1583 0,0062 2;7665 0,0077 3,3356 0,0092 3,8656
0,00612,35220,0093 3,51590,01254,63130,01575,6983 0,0189 6,7170 0,0037,,7312 0,0048 2,2001 0,0063 2,8056 0,0078 3,3721 0,0093 3,8996
0,00622,38930,0094 3,55150,01264,6653 0,01585,7308 0,0190 6,7480 0,00381,7747 0,0049 2,2417 0,0064 2,8446 0.0079 3,4085 0,0094 3,9333
0,00632,42630,0095 3,58700,0127 4,6994 0,01595,7634 ;0,0191 6,7790 0,0039,,8180
0,0050 2,2831 0,0065 2,8834 0,0080 3,4447 0,0095 3,9669
0,00642,46330,0096 . 3,62250,01284,7333 0,01605,7958 0,0192 6,8100 0,0040,,8612
0,0193 6,8409 0.00411,9041 0,0051 2,3243 0,0066 2,9221 0,0081 3,4807 0,0096 4,0004
0,00652,50030,0097 3,65790,01294,76730,01615,8283
0,0194 6,8718 0.00421,9469 0,0052 2,3654 0,0067 2,9605 0,0082 3,5166 0,0097 4:0336
0,00662,53720,0098 3,69330,01304,8012 0,01625,8606
0,0053 2,4063 0,0068 2,9988 0,0083 3,5523 0,0098 4,0667
0,0054 2,4470 0,0069 3,0369 0,0084 3,5878 0,0099 4,0996
0,0055 2,4875 0,0070 3,0749 0,0085 3,6231 0,0100 4,1324
0,0056 2,5279 0,0071 3,1126 0,0086 3,6583
0,0057 2,5681 0,0072 3,1502 0,0087
_,3_ ,6933
494
TABEL A-34
p RASIO
k PENULANGAN
p k p(p) vs KOEFISIEN
k p k
TAHANAN p(} k
TABEL A-33
RASIO PENULANGAN ( vs KOEFISIEN TAHANAN (fc' = 25 MPa, fy :: 500 MPa, k0,0103
0,00281,35370,0053 2,48430,00783,5410
dalam MPa)
4,5241 0,0128 5,4333
(k) 0,00291,40040,0054 2,52800,00793,5818 0,0104 4,5619 0,0129 5,4682
(fc' = 20 MPa, fy = 500 MPa, k dalam MPa) 0,00301,44690,0055 2,57150,00803,6224 0,0105 4,5995 0,0130 5,5029
0,00311,49330,00562,61500,00813,6629 0,0106 4,6371 0,0131 5,5375
0,00321,53960,0057 2,6S830,00823,7033 0,0107 4,6745 0,0132 5,5720
k 0,00331,58570,0058 2,70150,00833,7435 0,0108 4,7118 0,0133 5,60f33
k p k p k p k p
p 0,00341,63180,00592,74460,00843,7837 0,0109 4,7490 0,013.4 5;6406
0,0110 4,7861 0,0135· 5,6747
0,0085 3,7172 0,0104 4,4023 0,00351,6777o,ooeo ·2,78760,00853,8237
0,0028 1,3422 0,0047 2,1871. 0,0066 2,9787 0,0111 4,8231 0,0136 5,7087
0,0105 4,4369 0,00361,72350,0061 2,83050,00863,8636
0,0029 1,3880 0,0048 2,2301 0,0067 3,0189 0,0086 3,7545 0,0112 4,8599 0,0137 5,7426
0,00371,76920,0062 2,87320,00873,9034
1,4336 0,0049 2.2729 0,0068 3,0590 0,0087 3,7918 0,0106 4,4713 0,0113 4,8966 0,0138 s.ne4 5,8101
0,0030 0,00381,81480,00632,91580,00883,9431
0,0088 3,8289 0,0107 4,5056 0,0114 4,9332 0,0139 5,8436
0,003i 1,4791 0,0050 2,3156 0,0069 3,0989 0,00391,86030,0064 2,95830,00893,9827
0,0108 4,5398 0,0115 4,9697 0,0140 5,8770
0,0032 1,5245 o.'oos1 2,3582 0,0070 3,1386 0,0089 3,8658 0,00401,90560,00653,00070,00904,0221
0,0116 5,0061 0,0141 5,9103
1,5697 0,0052 2,4006 0,0071 . 3,1782 0,0090 3,9026 0,0109 4,5738 0,00411,95080,00663,04300,00914,0614
0,0033 0,0117 5,0423 0,0142 5,9435
0,0053 . 2.4428 0,0072 3,21n 0,0091 3,9393 0,0110 4,6076 0,00421,99590,0067 3,08510,00924, 1006
0,0034 1,6147 0,0118 5,0785 0,0143 5,9766
0,0092 3,9758 0,0111 4,6413 0.00432,04090,0068 3, 1272 0,00934,1397
0,0035 1,6597 0,0054 2.4849 0,0073 3,2570 0,0119 5, 1145 0,0144 6,0095
4,6749 0,00442,08580,00693, 1691 0,00944,1787
0,0036 1,7044 0,0055 2.5269 0,0074 3,2961 0,0093 4,0121 O,Oi12 0,0120 5, 1504 0,0145 6,0424
0,00452,13050,0070 3,21090,00954,2175
0,0056 2,5687 0,0075 3,3352 0,0094 4,0483 0,0113 4,7083 0,0121 5, 1862 0,0146 6,0751
0,0037 1,7490 0,00462, 17520,00713,25260,00964,2563
0,0095 4,0844 0,0114 4,7415 0,0122 5.2218 0,0147 6,1077
0,0038 1,7935 0,0057 2,6104 0,0076 3,3740 0,00472,21970,0072 3,29410,00974,2949
0,0115 4,n47 0,0123 5,2574 0,0148
0,0039 1,8378 0,0058 2,6519 o,oon 3,4127 0,0096 4, 1203 0,00482,26410,00733,33560,00984,3334
0,0124 5,2928
1,8820 0,0059 2,6933 0,0078 3,4513 0,0097 4, 1561 0,0116 4,8076 0.00492,30830,0074 3,37690,00994,3717
0,0040 0,0125 5.3281
0,0060 2,7345 0,0079 3,4897 0,0098 4,1917 0,0117 4,8404 0,00502,35250,00753,41810,01004,4100
0,0041 1,9260 0,0126 5,3633
0,0099 4,2272 0,0118 4,8731 0,00512,39653,45920,01014,4481
0.0042 1,9699 0,0061 2.ns6 0,0080 3,5280 0,0127 5,3984
4,2625 0,00522,44053,50020,01024,4862
0,0043 2,0136 0,0062 2,8165 0;0081 3,5661 0,0100
0,0044 2,0572 0,0063 2,8573 0,0082 3,6041 O,Q101 4,2977
0,0045 2, 1007 0,0064 2,8979 0,0083 3,6419 0,0102 4,3327
0,0046 2, 1439 0,0065 2.9384 0,0084 3,6796 0,0103 4,3676
0,0076
o.oon
497
496 I
,I
I
I
TABEL A-35
RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN.TAHANAN (k) TABEL A-36
(fc' = 30 MPa, fy = 500 MPa, k dalam MPa)
RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k)
(fc' = 35 MPa, fy = 500 MPa, _k dalam MPa)
k p k p k p k p /( .·--
p k p k p k p k p k
0,0028 1,3670 0,0062 2,9380 0,0096 4,4116 0,0130 5,7878 0,0164 7,0665
0,0029 1,4146 0,0063 2,9827 0,0097 4,4535 0,0131 5,8268 0,0165 7,1027
0,0030 1,4621 0,0064 3,0274 0,0098 4,4953 0,0132 5,8657 0,0166 7, 1387
0,0031 1,5095 0,0065 3,0719 0,0099 4,5370 0,0133 5,9045 0,0167 7, 1741
0,0032 1,5568 0,0066 3,1164 0,0100 4,5786 0,0134 5,9433 0,0168 7,2106
0,0028 1,3615 0,0058 2,7346 0,0088 4,0193 0,0118 5,2154 0,0148 6,3231
0,0119 5,2538 0,0149 6,3585 0,0033 1,6041 0,0067 3, 1608 0,0101 4,6201 0,0135 5,9819 0,0169 7,24fJ4
0,0029 1,4087 . 0,0059 2,7789 0,0089 4,0606
4,1018 0,0120 5,2920 0,0150 6,3938 0,0034 1,6513 0,0068 3,2051 0,0102 4,6615 0.0136 6,0205 0,0170 12s2·t
0,0030 1,4558 0,0060 2,8230 0,0090
1,5028 0,0061 2.8671 0,0091 4,1429 0,0121 5,3302 0,0151 6,4290 0,0035 1,6984 0,0069 3,2494 0,0103 4,7029 0,0137 6,0590 0,0171 7,3177
0,0031
0,0032 1,5497 0,0062 2,9110 0,0092 4,1839 0,0122 5,3682 0,0152 6,4641 0,0036 1,7454 0,0070 3,2935 0,0104 4,7442 0,0138 6,0974 0,0172 7,3532
0;0033 1,5965 0,0063 2,9549 0,0093 4,2248 0,0123 5,4062 0,0153 6,4991 0,0037 1,7923 0,0071 3,3376 0,0105 4,7854 0,0139 6, 1358 0,0173 7,3887
0,0034 1,6432 0,0064 2,9986 0,0094 4,2656 0,0124 5,4440 0,0154 6,5340 0,0038 1,8391 0,0072 3,3815 0,0106 4,8265 0,0140 6, 1740 0,0174 7,4241
0,0035 1,6898 0,0065 3,0423 0,0095 4,3063 0,0125 5,4818 0,0155 6,5688 0,0039 1,8859 0,0073 3,4254 0,0107 4,8675 0,0141 6,2122 0,0175 ..7,4594
0,0036 1,7363 0,0066 3,0858 0,0096 4,3469 0,0126 5,5194 0,0156 6,6035 0,0040 1,9326 0,0074 3,4692 0,0108 4,9084 0,0142 6,2502 0,0176 7,4946
0,0037 1,7827 0,0067 3, 1293 0,0097 4,3874 0,0127 5,5570 0,0157 6,6381 0.0041 1,9792 0,0075 3,5129 0,0109 4,9493 0,0143 6,2882 0,0177 7,5297
0,0038 1,8290 0,0068 3, 1727 0,0098 4,4278 0,0128 5,5945 0,0158 6,6725 0,0042 2,0257 0,0076 3,5566 0,0110 4,9901 0.0144 6,3261 0,0178 7,5647
0,0039 1,8752 0,0069 3,2159 0,0099 4,4681 0,0129 5,6318 0,0159 6,7070 0,0043 2,0721 0,0077 3,6001 0,0111 5,0308 0,0145 6,3639 0,0179 7,5997
0,0040 1,9213 0,0070 3,2591 0,0100 4,5083 0,0130 5,6691 0,0160 6,7413 0,0044 2, 1184 0,0078 3,6436 0,0112 5,0714 0,0146 6,4017 0,0180 7,6346
0,0041 1,9674 0,0071 3,3022 0,0101 4,5485 0,0131 5,7063 0,0161 6,7756 0,0045 2, 1647 0,0079 3,6870 0,0113 5,1119 0,01 t.7 6,4393 0,0181 7,6694
0,0042 2,0133 0,0072 3,3451 0,0102 4,5885 0,0132 5,7433 0,0162 6,8097 0,0046 2,2108 0,0080 3,7303 0,0114 5,1523 0,0148 6,4769 0,0182 7,7041
0,0043 2,0591 0,0073 3,3880 0,0103 4,6284 0,0133 5,7803 0,0163 6,8437 0,0047 2,2569 0,0081 3,7735 0,0115 5,1927 0,0149 6,5144 0,0183 7,7387
0,0044 2.1048 0,0074 3,4308 0,0104 4,6682 0,0134 5,8172 0,0164 6,8776 0.0048 2,3029 0,0082 3,8166 0,0116 5,2329 0,0150 6,5518 0,0184 7,7732
0,0045 2, 1504 0,0075 3,4734 0,0105 4,7079 0,0135 5,8539 0,0165 6,9114 0,0049 2,3488 0,0083 3,8597 0,0117 5,2731 0,Q151 6,5891 0,0185 7,8077
0,0046 2, 1960 0,0076 3,5160 0,0106 4,7476 0,0136 5,8906 0,0166 6,9452 0,0050 2,3946 0,0084 3,9026 0,0118 5,3132 0,0152 6,6263 0.0186 7,8420
0,0047 2,2414 0,0077 3,5585 0,0107 4,7871 0,0137 5,9272 0,0167 6,9788 0.005.1 2,4404 0,0085 3,9455 0,0119 5,3532 0.0153 6,6635 0,0187 7,8763
0,0048 2,2867 0,0078 3,6009 0,0108 4,8265 0,0138 5,9637 0,0168 7,0123 0.0052 2,4860 0,0086 3,9883 0,0120 5,3931 0.0154 6,7005 0,0188 7,9105
0,0049 2,3320 0,0079 3,6432 0,0109 4,8659 0,0139 6,0001 0,0169 7,0458 0.0053 2,5316 0,0087 4,0310 0,0121 5,4330 0,0155 6,7375 0,0189 7.9446
0,0050 2,3771 0,0080 3,6853 0.01 o '1,9051 0,0140 6,0363 0,0170 7,0791 0,0054 2,5771 0,0038 4,0736 0,0122 5,4727 0,0156 6,7744 0,0190 7,9786
0,0051 2,4221 0,0081 3,7274 0,0111 4,9442 0,0141 6,0725 0,0171 7, 1123 0,0055 2,6225 0,0089 4, 1162 0,0123 5,5124 0,0157 6;8112 0,0191 8,0126
0,0052 2,4671 0,0082 3,7694 O.Q112 4,9833 O,Q142 6, 1086 0,0172 7, 1455 0,0056 2,6678 0,0090 4, 1586 0,0124 5,5520 0,0158 6,8479 0,0192 8,0464
0,0053 2,5119 0,0083 3,8113 0,0113 5,0222 0,0143 6,1446 0,0173 7, 1785 0.0057 2,7131 0,0091 4,2010 0,0125 5,5915 0,0159 6,8846 0,0193. ....0802
0,0054 2,5566 0,0084 3,8531 0,0114 5,0610 0,0144 6, 1805 0,0174 7,2114 0.0058 2,7582 0,0092 4,2433 0,0126 5,6309 0,0160 6,9211 0,0194 8, 1139
3,8948 0,0115 5,0998 0,0145 6,2163 0,0175 7,2443 0,0059 2,8033 0,0093 4,2855 0,0127 5,6703 0,0161 6,9576 0,0195 8, 1475
0,0055 2,6013 0,0085
0,0086 3,9364 0,0116 5,1384 0,0146 6,2520 0,0176 7,2770 0,0060 2,8483 0,0094 4,3276 0,0128 5,7095 0.0162 6,9940 0,0196 8,1$10
0,0056 2.6458
0,0057 2,6903 0,0087 3.9779 0,0117 5,1770 0,0147 6.2876 0.0177 7,3097 0.0061 2,8932 0,0095 4,3597 0,0129 5,7487 0,0163 7,0303 0,0197 8,2145
498
499
p k p p k k p k p k
TABEL A-37
RASIO PENULANGAN (p) vs KOEFISIEN TAHANAN (k)
TABEL A-38
0,00291,41900,0067 = 40 MPa, f1=
0,00281,3711 . 0,0066 3,13940,01044,8012 0,0142
(f,:' 3,1845 500 MPa,
. 0,01054,84350,0143
6,3565
k dalam MPa)
6,3959
0,01807,8053
0,01817,8419 LEBAR BALOK MINIMUM (cm)
0,00301,46680,0068 3,22950,01064,8857O,Q144 6,4354 0,01827,8786
·0,00311,51460,0069 3,27440,01074,92780,0145 6,4747 0,01837,9151
0,00321,56220,0070 3,31930,01084,96990,0146 6,5140 0,01847,9516
0,00331,60980,0071 3,36410,01095,01190,0147 6,5532 0,01857,9880
0,01868,0243
Tulangan Jumlah Batang Tulangan Baja dalam satu lapis
0,00341,6574 0,0072 3,40880,01105,0538 0,0148 6,5923 Tambahan
0,00351,70480,00733,45350,01115.09570,0149 6,6313 0,01878,0605 setiap
6,6703 0,Q1888,0967 Baja 3
0,0036;,75220,0074 3,49810,01125, 1374 I 0.01so
2 4 5 6 7 8 9 10
6,7092 0,01898,1328 Batang
0,00371,79950,00753,54260,01135, 1791 0,0151 6,7480 0,01908, 1688
0,00381,84680,00763,58700,01145,2208 O,Q152 6,7868 0,01918,2048 41,50
o.oon 0 10 18,00 28,50
I
6,8255 0,01928,2406 '1 4,50 21,50 25,00 32,00 35.50 38,00 3,50
0,00391,8939 3,6314O,Q1155,2623 0,0153
6,8641 0,01938,2764 0 12 14,90 18,60 22,30 26,00 29,70 33,40 37,10 40,80 44,50
0,00401,94100,00783,67570,01165,3038 0,0154 3,70
0,00411,98800,00793,71990,01175,3452 0,0155 6,9026 0,01948,3122 0 13 15,10 18,90 22,70 26,50 30,30 34, 10 37,90 41,70 45,50 3,SO
6,9411 0,01958,3478 0 14 15,30 19,20 23,10 27,00 30,90 34,80
0,00422,03500,00803,76400,01185,38660,0156 38,70 42,60 46,50 3,90
6,9795 0,01968,3834
0,00432,08180,0081 3,80810,01195,4278 0,0157 16 15,70 19,80 23,90 28,00 32,10 36,20 40,30 44,40 48,50 4,; Q..
7,0178 0,01978,4189
0,00442, 12860,0082 3,85210,01205,4690 0,0158 0 18 16,10 20,40 24,70 29,00 33,30 37,60 41,90 46,20
7,0560 0,01988,4544 50,50 4,30
0,00452,17530,00833,89600,01215,51010,0159 D 19 16,30
7,0942 0,01998,4897 20,70 25,10 29,50 33,90 38,30 42,70 47,10 51,50 4,40
0,00462,22200,0084 3,93980,01225,5512 0,0160
7, 1323 0,02008,5250 0 20 16,50 21,00 25,50 30,00 34,50 39,00 43,50 48,00 52,50 4,50
0,00472,26850,00853,98360,01235,5921 0,0161
7, 1703 0,02018,5602 0 22 16,90 21,60 26,30 31,00 35,70 40,40 45,10 54,50
0,00482,31500,00864,02730,01245,6330 0,0162 49,80 4,70
7,2082 0,02028,5954 025 17,50
0,00492.36150,00874,07090,01255,67380,0163 22,50 27,50 32,50 37,50 42,50 47,50 52,50 57,50 5,00
7,2461 0,02038,6304
0,00502.40780,00884, 1144 0,01265,7146 0,0164 0 28 18,40 24,00 29,60 35,20 40,80 46,40 52,00 57,60 63,20 5,60
7,2839 0,02048,6654
0,00512,45410,00894, 15790,01275,7552 0,0165 0 29 18,70 24,50 30,30 65,10 5,80
7,3216 0,02058,7003 36,10 41 ,90 47,70 53,50 59,30
0,00522,50030,009{)4,20130,01285,79580,0166
7,3592 0,02068,7352 0 32 19,60 26,00 32,40 38,80 45,20 51,60 58,00 64,40 70,80 6,40
0,00532,54640,00914,24460,01295,8364 0,0167
7,3968 0,02078,7699 0 36 20,80 28,00 35,20 42,40 49,60 56,80 78,40 7,20
64,00
0,00542,59250,00924,28790,01305,8768 O,Q168
0,00552,63850,00934,33110,01315,9172 O,Q169 7,4343 0,02088,8046 I Q 4() 22,00 30,00 38,00 46,00 54,00 62,00 70,00
71,20
78,00 86,00 8,00
0,00562,68440,0094 4,37420,01325,95750,0170 7,4717 I 0,02098,8393
0,02108,8738
I
i 0 50 25,00 35,00 45,00 55,00 65,00 75,00 85,00 95,00
105,0 10,0 I
7.5091
- ER A NGAN .Tabej dth.ttung menggunaKan sengkang 010, Jarak tiersth minimum 2.50 cm. danI
0,00572,73020,00954,41720,01335,99n 0,0171
7,5464 0,02118,9083
0,00582,77600,00964,46020,01345.03790.0172 KE 1
7,5836 0,02128,9427
0,00592,82160,00974,50300,01356.07800,0173 tebal sehmut beton 4,0 cm.
7,6207 0,02138,9770
0,00602,86730,00984,54590,01366.1180 0,0174
7,5578 0,02149,0113
0,00612,91280,00994,58860,01376, 1579 0,0175
0,00622,95830,01004,6313O,Q1386,19780,0176 7,6947
0,00633,0036o,o; 01 4,6738O,Q1396,2375o.01n 7,7317
0,00643,04900,0102 4,71640,Q140s.2n3 0,0178 7.7685
0,00653,09420,01034,75880,01416.31690,0179
500
501
fc'
Batangf y
Tulangan, (MPa) 17 MPa 20 MPa 25 MPa 30 MPa 35 MPs 40 MPs
TABEL A-39 TABEL A-39 (lanjutan)
010 PANJANG
240 PENYALURAN
144144 144CASAR
144 (mm)
144 144
180 PANJANG PENYALURAN CASAR (mm)
300 180180 180 180 180
350
400
210210
240240
210
240
2rn
240
2·10
240
210
240
• Batang
fc'
I
fy
Tulangan (MPa) 17 MPa 20 MPa 25 MPa 30 MPs 35 MPa 40 MPa
I
012 025 240 571 527 471 430 398 373
I
3CO 216216 216 216 216216
300 714 659 589 538 498 466
350 252252 252 252 252252 400
350 833 768 687 627 581 543
400 288288 288 288 288288
952 878 785 717 664 621
187 187 187 187 028 240 717 661 591 539 500 467
013 240 187187
234 234 300 898 826 739 674 524 584
300 234234 234 234 I
350 273273 273 273 273 273 I 350 1045 964 862 787 729 681
400 312312 312 312 312 312
I 400 1195 1101 985 899 833 779
I 350
400
1975 1821 1629 1487 i
1204 1288
..
300 457 422 377 360 360 360 300 2910 2683 2400 2191 2028 1897
350 533 492 440 420 420 420 350 3395 3130 2800 2556 2366 2216
400 610 562 503 480 480 480 3880 3578 3200 2921 2704 2530
!
400
022 240 443 408 365 333 317 317 055 240 2328 2147 1920 1753 1623 1518
300 553 510 4S6 416 396 396
300 2910 2683 2400 2191 2028 1897
350 645 595 53 486 462 462 3395 3130 2556 2366 2216
350 2800
400 738 680 2
608 555 528 528 400 3880 3578 3200 2921 2704 2530
502
503
TABEL A-40
JUMLAH MAKSIMUM BATANG TULANGAN DALAM SATU BARIS
PENULA NGAN KOLOM
TABEL A-41
TEBAL MINIMUM BALOK NONPRATEGANGAN ATAU PLAT
aw(fl
SATU ARAH APABILA LENDUTAN TIDAK DIHITUNG
a:
w
e:. TEBAL MINIMUM, h
i
500
520
196350 20 19 18 18 17 16 15 14 13 12 250000 24 24 20 20
212372 21 20 19 19 18 16 15 15 14 "i 3 270400 24 24 24 24
20 20
20 20
16
16
16 16
16 16
16
16
Lantai tidak menahan araubemuboogan de-
ngan komponen nonstruktural yang
lendutan akibat beban hidup L
- -
mLngkin rusal( alcibat lenoutan yang besar
360
540 229022 22 21 20 19 18 17 16 16 15 13 291600 28 24 24 24 24 20 20 20 16 16
Konstruksiatao atau lantai menahan Bagian dati lendutan total yang terjadi sete-
-l -
560 246300 23 21 21 20 19 18 17 16 15 14 313600 28 24 24 24 24 20 20 20 16 16 arau berhubungal dengan omponen lah pemascwigan komponen nonstruktural
l"IOl'lSll'UK- tural yang mungki't rusaK (jumtah dari lendutan jangka panjang aid-
akibatlendtr.an rang besar batsemua beOan yang bekerja dan lendut- 480
013 580 264208 24 22 22 21 20 18 17 17 16 14 336400 28 28 24 24 24 20 20 20 20 16
an seketika yang terjadi akibat penambah-
600 282743 24 23 23
22 21 19 18 17 16 15 360000 28 28 28 28 24 24 20 20 20 16 Konstruksi atap atau iantai yang menahan ansembarang beban hidup
620
640
301907
321699
25
26
24
25
23
23
24
23
21
22
20
21
18
19
18
19
17
17
16
16
384400
409600
32
32
28
28
28
28
28
28
24
28
24
24
24
24
20 20
24
20
20
a.tau bertlubungan ciengai komponen
nonstruk- tural yang mungkin tidak rusak -i -
660 342119 7 25 25
24 23 21 20 19 18 17 435600 32 32 32 28 28 24 24 24 20 20
aki>at lendut- an yang besar 240
680 363168 8 26 26 25 24 22 20 20 19 17 462400 36 32 32 32 28 28 28 24 24 20
700 384845 29 27 26 24 23 21 21 19 18 490000 36 32 32 32 28 28 28 24 24 20
dikutip dari Tabel 3.2.S(b) SK SNI T-15-1991-03
504 505
. TA BEL A-43
TEBAL MINIMUM DARI PLAT TANPA BALOK INTERIOR
506
a = tinggi blok tegangan tekan persegi ekivalen, atau panjang bentang geser yaitu ja Ct =
ukuran kolom persegi atau kolom persegi ekivalen, kepala kolom, atau kcnsol
rak antara beban terpusat dan muka tumpuan. pendek, diukur dalam arah transversal terhadap arah bentang di mana
A = luas efektif baton tarik di sekitar tulangan lentur tarik, bertitik pusat sama momen lentur sedang ditentukan, mm. .
dengan c
= konstanta penampang untuk menentukan kekakuan puntir.
Ab = tulangan tersebut, dibagi dengan jumlah batang tulangan atau kawat, Cm faktor yang menghubungkan diagram momen aktual dengan suatu diagram mo
Ac = mm·2. luas penampang satu batang tulangan, mm2. = men merata ekivalen.
luas inti komponen struktur'tekan bertulangan spiral diukur dengan diameter bJlfI.x2y, faktor yang menghubungkan sifat tegangan
serat terluar spiral, atau luas penampang baton yang menahan penyaluran c,
= geser. jarak dari serat tekan tertuar ke pusat tulangan tarik,
A, geser, atau luas beton pada penampang yang ditinjau pada struktur prategangan, d mm. jarak dari serat tekan terfuar ke pusat tulangan tekan,
mm2.
= luas dari tulangan di dalam konsol pendek yang menahan momen terfaktor,
mm.
[VuB + Nuc( h-cl)], mm2. = diameter nominal batang tulangan, kawat, atau strand prategangan, mm.
A; = d' tebal selimUt baton diukur dari serat tarik terluar ke pusat batang tulangan atau
iuas brute penampang, mm2.
A,, = = kawat yang terdekat, mm.
luas tulangan geser yang paralel dengan tulangan lentur tarik, mm2. db = diameter dasar plat kepala tiang, atau jarak dari serat tekan terluar ke titik berat
A, =
Iuas profil baja, pipa baja, atau tabung pada penampang komposit, atau luas tulangan prategangan, mm.
de =
total tulangan longitudinal yang menahan tarsi, mm2. jarak dari serat tarik terfuar ke pusat tulangan tarik, mm.
A1 =
luas total tulangan longitudinal yang menahan tarsi, mm2.
An = dp = beban mati, atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati.
A::. luas tulangan dalam konsol pendek yang menahan gaya tarik Nf.JC1 mm2. eksentrisitas gaya terhadap sumbu, atau dasar logaritma Napier.
luas tulangan prategangan pada daerah tarik, mm2.
- d.= pengaruh beban gempa, atau moman dan gaya dalam yang berhubungan dengan
A. = luas tulangan tarik non-prategangan. mm2. D =
gempa.
A . luas tulangan tekan, mm 2. e =
I=
E =
A: =luas satu kaki sengkang tertutup pada daerah sejarak s untuk menahan tarsi, E: = modulus elastisitas baton. MPa.
mm2 E.:a modulus elastisitas balok baton.
Av = luas tulangan geser pada daerah sejarak .s, atau luas tulangan geser yang = modulus elastisitas kolom
tegak lurus terhadap tulangan lentur tarik dalam suatu daerah sejarak s pada Ex beton. modulus elastisitas plat
komponen struktur lentur tinggi, mm2. = baton.
Avf = luas tulangan geser friksi, mm2. =
modulus elastisitas baja tulangan, MPa.
Avn = luas tulangan geser paralel dengan tulangan lentur tarik dalam daerah sejarak Sa E. kekakuan lentur komponen struktur tekan.
mm2. El = kuat tekan baton, MPa.
Aw = luas penampa119 so.tu kawat yang disalurkan atau disambung lewat, mm2. fc' = akar dari kuat tekan baton, MPa.
vfe' kuat tekan baton pada saat pemberian prategangan, MPa.
Ar = luas da&rah yang dibebani. =
A2 = Iuas maksimum dari sebagian permukaan pendukung yang secara geometris akar kuat tekan baton pada keadaan prategangan awal, MPa.
fc/ =
kuat tarik beiah rata-rata baton agregat ringan. MPa.
vfc1'=
fct =
c = serupa dan konsentris dengan daerah yang dibebani. lebar daerah tekan
b = C1 = komponen struktur, mm.
b, = lebar bagian penampang yang dibatasi oleh sengkang tertutup yang menahan tar si (puntir).
lebar penampang pada bidang kontak yang ditinjau terhadap geser horisontal. lebar badan balok, atau
bv = diameter penampang bulat, mm.
b..., = keliling (perimeter) penaripang kritis pr.da plat dan fondasi, mm. jarak dari serat tekan
bo = terluar ke garis netral, mm.
ukuran fd = tegangan akibat beban ati tak terfaktor pada serat teriuar
kolom penampang, di
persegi mana tegangan tarik disebabkan oleh beban luar, MPa
atau = tegangan tekan pada baton, setefah memperhitungkan
kolom semua kehilangan etek prategangan pada titik berat
persegi
penampang yang menahan beban luar atau paaa
ekivalen.
pertemuan badan dengan flans jika titik berat
kepala
penampang terletak dalam flans. MPa. (Pada
kolom.
komponen struktur komposit, adalah resultante dari
atau
tegangan te kan pada titik berat penampang komposit
konsol
atau pada pertemuan badan dengan fleris jika titik
pendek,
diukur berat penampang komposit berada dalam flans, akibat
dalam gaya prate
arah r...tngan dan momen yang ditahan oleh komponen struktur
bentang pracetak yang bekerja sendiri).
di mana f,,. = tegangan tekan pada baton akibat gaya prategangan efaktif saja
momen (setelah mem-
lentur 509
sedang
ditentuka
n, mm.
508
pang«I mana tegangan tarik terjadi akibat beban luar, MPa. . . l = l'° x faktor modifikasi yang ber1aku = panjang penyaluran kait standar
t,,. = · tegangan didalam tutangan prategangan pada taraf kuat nominal, tarik, diukur dari penampang kritis hingga ujung luar kait {panjang penyaluran
yang lu rus antara penampang kritis dan titik mula kait, titik garis singgung,
MPa
ditambah jari
fpu _ kuat tarik yang disyaratkan untuk tendon prategangan, MPa.
fpy' = kuat luJuh tendon prategangan, MPa.
jari dan diameter tulangan), mm.
f, - modulus rurrtuh tentur baton, MPa. lhb = panjang penyaluran dasar kait standar tarik. mm
t. = tegangan dalam tulangan pada beban kerja, MPa . . ln = bentang bersih untuk momen positif atau geser dan rata-rata bentang bersih yang
r.= tegangan efektif didalarn tulangan prategangan, setelah memperh1tungkan bersebelahan untuk momen negatif, atau panjang bentang bersih dalam arah mo-
keh1- men yang dihitung diukur dari muka ke muka tumpuan.
langan tegangan efek prategangan, MPa. lu = panjang komponen struktur tekan yang tidak ditopang.
fy = tegangan luluh baja tulangan yang disyaratkan, MPa. . . . . . . . lv
l.,.
= panjang lengan kepala geser diukur dari titik beban terpusat atau reaksi,
mm. panjang dinding horisontaf, mm.
F = beban akibat berat dan tekanan fluida dengan berat 1erns dan t1ngg1 maKs1mum
terkontrol, atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengannya. lx = panjang tendon prategangan dari ujung penjangkaran ke suatu titik x; m.
l, = panjang bentang pada arah momen yang dihitung, diukur dari muka ke muka tum
h = tebal atau tinggi total komponen struktur, mm. puan.
hv = tinggi total penampang kepala geser, mm.
hw = tinggi total dinding diukur dari dasar ke puncak, mm. . .
l2 = panjang bentang pada arah transversal terhadap l 1, diukur dari pusat ke pus3t
tumpuan.
H = beban akibat berat dan tekanan tanah, air tanah, atau matenal lam, atau momen
L = beban hidup, atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengannya.
dan gaya dalam yang berhubungan dengannya
I = momen inersia penampang yang menahan beban luar terfaktor.
Mc = momen terfaktor, digunakan untuk perencanaan komponen struktur tekan.
M:t = momen retak.
t = momen inersia terhadap sumbu titik pusat penampang bruto balok.
Mf:t' = momen yang menyebabkan teadinya retak lentur pada penampang akibat beban
{: = momen inersia penampang bruto kolom. luar.
t,. momen inersia penampang retak yang ditransformasikan menjadi baton.
le = momen inersia efektif untuk perhitungan lendutan. 510
1g = momen inersia penampang bruto baton terhadap garis sumbunya, dengan meng-
abaikan tulangannya.
I,, = momen inersia terhadap sumbu titik pusat bruto plat.
= momen inersia tulangan terhadap sumbu pusat penampang komponen struktur.
4 = momen inersia baja profit struktural, pipa, atau tabung, terhadap sumbu penam-
pang komponen struktur komposit.
k = faktor panjang efektif komponen struktur tekan.
K = koefisien friksi Wobble per meter panjang tendon prategang.
Kb = kekakuan lentur balok, momen per unit rotasi.
Kc = kekakuan lentur kolom, momen par unit rotasi.
K. = kekakuan lentur plat, momen per unit rotasi.
= kekakuan puntir komponen tarsi struktur, momen per unit rotasi.
t = panjang bentang balok atau plat searah dengan penulangan yang ditinjau,
proyeksi bersih struktur kantilever, mm.
t. = panjang penjangkaran tambahan pada daerah tumpuan atau pada titik ballk
lengkung ( inflection point ), mm.
le = jarak vertikal antara dua tumpuan (dinding), mm.
1.d = panjang penyaluran, mm.
ldb = panjang penyaluran dasar, mm.
M..,, = momen yang telah dimodifikasi. melentur dalam kelengkungan tunggal, negatif bila melentur dalam kelengkungan
M. 7lak.=
momen terfaktor maksimum pada penamoang akibat beban luar. ganda.
M,.., = A. fy (d - 112 a) = kuat momen nominal suatu penampang, Nm. M2b = nilai yang lebih besar dari momen ujung terfaktor pada komponen struktur tekan
M!J = momen maksimum dalam komponen struktur pada saat perhitungan fendutan, akibat beban yang tidak menimbulkan goyangan ke samping yang berarti, dihi
atau kuat momen plastis perlu dari penampang kepala geser. tung dengan analisis rangka elastis konvensionaf.
M'J = momen terf aktor pada penampang. M211 = nilai yang lebih besar dari momen ujung terfaktor pada komponen struktur tekan
Mv = tahanan momen yang disumbangkan oleh tulangan kepala geser. akibat beban yang menimbulkan goyangan kesamping yang berarti, dihitung de
M = momen total statis terfaktor. ngan analisis rangka elastis konvensionaJ.
M1b = nilai yang lebih kecil dari momen ujung terf aktor pada komponen struktur tekan Ne = gaya tarik dalam baton akibat beban mati dan hidup tidak terfaktor ( D+L ).
akibat beban yang tldak menimbulkan goyangan ke samping yang berarti, dihi
tung dengan analisis rangka elastis konvensional, positif bila komponen struktur 511
=
Tc = Vcw = k n tarsi nominal yang disumbangkan baton. kuat momen torsi
Tn = u nominal.
T. = a kuat momen tarsi nominal yang disumbangkan oleh tulangan tarsi. momen tarsi
Tu = t terfaktor pada penampang.
u = kua.t perlu untuk menahan beban terfaktor atau momen dan gaya dalam yang ber-
m hubungan dengannya.
Ve = kuat geser nominal yang disumbangkan baton.
o
Ve1 = kuat geser nominal yang disumbangkan baton pada saat terjadi retak diagonal ak- ibat
m
kombinasi momen dan geser.
e
kuat geser badan. <Zt = sudut antara tulangan gesar friksi dengan bidang geser.
nominal
yang = nilai rata-rata a untuk semua balok pada tepi suatu panel.
disumbang 01 = koetisien sebagai fungsi dari y,Jx 1•
kan baton
pada saat av = rasio kekakuan lengan kepala geser terhadap penampang plat komposit di seki
terjadi tamya.
retak
diagonal fJ = rasio bentang bersih arah memanjang temadap arah meiebar plat dua arah, atau
ak-
rasio antara sisi panjang terhadap sisi pendek fondasi.
ibat
tegangan A, = rasio luas tulangan yang terputus terhadap luas total tulangan tarik pada suatu
tank penampang.
utama
yang f3c = rasio sisi panjang terhadap sisi pendek dari beban terpusat atau mukaJumpuan.
berlebihan fJd = rasio beban mati aksiaJ terfaktor maksimum terhadap bAban aksi terlaktor mak
di dalam simum, di mana beban yang ditinjau hanya beban gravitasi daJam menghitung P
vd gaya geser pada penampang akibat beban mati tak tertaktor. atau rasio beban lateral terfaktor r:naksimum yang bekerja terhadap beban lateral
0
= gaya geser teriaktor pada penampang akibat beban luar, terjadi bersamaan total tertaktor pada tingkat yang ditinjau dalam perhitungan P,.
v, den- gan M,.,,.•. fJ. = rasio panjang tepi menerus terhadap perimeter total suatu panel plat
kuat geser nominaJ.
Vn = kuat geser horisontal (struktur lentur komposit).
{3, =faktor reduksi tinggi blok tegangan tekan ek.ivalen beton.
y, = bagian momen tidak berimbang yang dipindahkan sebagai lentur pada hubungan
Vm komponen vertikaJ dari gaya prategang efektif pada penampang. plat-kolom
= kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser. fp =faktor untuk memperhitungkan tendon prategangan.
VP = gaya geser terlaktor pada penampang. Yv = 1- rr = bagian momen tidak berimbang yang dipindahkan sebagai geser eksentris
v. tegangan geser ijin baton, pada hubungan plat-kolom.
=
MPa. unit massa beton,
Vu =
kgf/m3.
Ve =
We =
512 51l
=
l
p. , untuk menggambarkan pengaruh kelengkungan komponen
struktur di antara ujung-ujung komponen struktur takan.
Pw = faktor pembesar momen untuk rangka yang tidak dttahan terhadap
; = goyangan ke
faktor samping, untuk menggambarkan penyimpangan lateraJ akibat beban
6,, = pemb lateral dan
esar gravitasi. ,
mome
jumlah lengan yang serupa dari kepaJa geser.
{J. = n
untuk
faktor koreksi yang berkaitan dangan unit massa beton, atau faktor
rangk pengaJi untuk penanibahan lendutan jangka panjang.
a
.==
koefisien friksi bahan.
'5. yang A.lbd = rasio penulangan tarik non-prategangan.
ditaha A.'lbd = rasio penulangan takan non-
n prategangan. rasio penulangan pada
µ = terha keadaan seimbang regangan.
dap
p = goyan
rasio luas tulangan gaser horisontaJ terhadap luas bruto
p' gan penampang baton verti- kal.
= ke rasio luas tulangan geser vertikal terhadap luas bruto penampang baton
p,, = sam- horison-
p,, = . taJ.
p rasio penulangan prategangan.
Pn = i rasio volume tulangan spiral terhadap velum inti total (diukur dari sisi
n luar ke sisi spiral) da ri sebuah komponen struktur tekan dengan
Pp = g tulangan spiral.
A.lb.,,,d
faktor
reduksi
kekuatan. .
·,
APEN DIKS C
DAFTAR BUKU ACUAN
oo = p fy lf c'
ca = p'f y He'
oop = ppf,,.f fc'
CQ,., copwi CQ,.' = indeks tulangan untuk penampang yang mempunyai flans, dihitung seba-
gai cop dan ori, dengan b diambilsebesar lebar badan, dan luas tulangan harus se
suai dengan yang diperlukan untuk menyembangkan kuat tekan dari bagian ba-
dan saja.
514
ll
1. -h:tvnad Antono, Ir.,Prof., Beton Tulangan, Yogyakarta: Penerbit Andi Offset, 1983. 24. Rice, Paul F.; Hoffman, Edward S.; Gustafson, David P.;dan Gouwens, Albert
2. AC(SUMding Code Requirements for Reinforced Concrete AC/ 318 M-83. Detroit: J., Structural Design Guide to the AC/ Building Ca<!e (3rd ed.), New York: Van
American Concrete Institute, 1983. Nostrand Reinhold Company Inc., 1985.
3. ACI, Commentary on Building Code Requirements for Reinforced Conaete AC/ 25. Rooseno, Beton Tulang, Jakarta: PT Pembangunan Djakarta, 1965.
318 M-83. Detroit: American Concrete Institute, 1983. 26. Sanis, Gajanan M., Handbook of Composite Construction Engineering, New
4. Banson, Dan E•• Deformation of Concrete Structures, New York : Mc Graw York: Van Nostrand Reinhold Company, 1979.
Hill,19n. 27. Spiegel, Leonard, dan limbrunner, George F., Reinforced Concrete Design, New
5. BSI, Code of Practice tor the Structural Use of Concrete, Part I : Design, Materials Jersey: Prentice-Hall, Inc., 1980.
and Worlcmanship. London: British Standard Institute, 1972. 2B. Sutami, Konstroksi Beton Indonesia {cetakan ke 4), Jakarta : Sadan Penerbit Peker
6. Boen, Teddy, Manual Bangunan Tahan Gempa, Jakarta. 1978. jaan Umum, 1971.
7. Bowels, J.E., Foundation Analysis and Design, Tokyo: Mc Graw-Hill Kogakusha Ltd., 29. Terzaghi. Kart, dan Peck, Ralph B., Soil Mechanics in Engineering Practice, New
1977. York: Wiley, 1968.
8. CRSI, CRSI Handbook - (2oo ed.), Chicago: Concrete Reinforcing Steel Institute, 30. Timoschenko, S.P., dan Gere, J.M., Theory of Bastic Stability, New York: Mc Graw-
1975. Hill, 1961.
9. Ferguson, Phil. M., Reinforced Concrete Fundamentals (41t1 ed.), New York: Wiley, 31. Vanderbilt, Mortimer D.; Sozen, Mete A.; Siess, Chester P., Deflections of Multiple
1981. Panel Reinforced Concrete Roor Slabs, JoumaJ of Structural Division A3CE..
10. Hadipratomo, Winami, Struktur Beton Prategang, Bandung: Penerbit Nova, 1984.
August 1965.
11. Hawkins, N.M.; Criswell, M.E.; Roll. F., Shear Strength of Slabs without Shear Rein-
32. Vanderbilt, M.D., Shear Strength of Continuous Plates, Journal of Structural Division
forcement, Shear in Reinforced Concrete Vol 2, Detroit: American Concrete lnsti· ASCE. May 1972.
tute, 1974. 3.3. Vis, W.C., dan Sagel, R., Perhitungan Perencanaan Sederhana untuk Beton Bertu
12. Hsu, Thomas T.C., Torsion of Reinforced Concrece, New York: Van Nostrand Rein !ang, 's-Hertogenbosch : STUVO, Netherland.
hold Company Inc., 1984. 34. Wang, C.K.. dan Salmon, Charles G., Reinforced Concrete Design (4tti ed), New
13. Lin, T.Y., dan Bums, Ned H., Design of Prestressed Concrete Structures (3rd ed.}, York: Harper & Row Publisher, Inc., 1985.
New York: John Wiley & Sons, Inc., 1982. 35. Wangsadinata, Wiratman, Teori Kekuatan Batas, Bandung: DPMB Departemen Pe
14. Magnel, G., Prestressed Concrete, New York: Mc Graw-Hill Book Co., 1954. kerjaan Umum RI, 1968.
15. Manual, R.F., Failure of Deep Beams, Shear in Reinforced Concrete Vol. 2, Detroit: 36. Yayasan Dana Normalisasi Indonesia, Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1871 -
American Concrete Institute, 1974. NI 2, Bandung: DPMB Departemen Pekerjaan Umum RI. 1971.
16. Mosley, W.H., dan Bungay, J.H., Reinforced Concrete Design, London: The Macmil 37. Yayasan Dana Normalisasi Indonesia, Peraturan Perencanaan Bangunan Baja In
lan Press. ltd., 1987. donesia (PPBBI) 1983, Bandung: DPMB Departemen Pekerjaan Umum RI. 1983.
H. Muto, Kiyoshi, Aseismic Design Analysis of Buildings, Tokyo: Maruzen Company 38. Yayasan Dana Normalisasi Indonesia, Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur
Ltd., 1974. Baton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang untuk Gedung - 1983, Ban
18. Nawy, Edward G., Reinforced Concrete A Fundamental Approach, New Jersey: dung: DPMB Departemen Pekerjaan.Umum RI, 1983.
Prentice-Hall, Inc., 1985. 39. Yayasan Dana Normalisasi Indonesia, Peraturan Pembebanan Indonesia untuk
19. Neville, Gerald 8., Notes on Building Code Requirements for Reinforced Gedung1983, Bandung: DPMB Departemen Pekerjaan Umum RI, 1983.
Concrete AC/ 318-83, Illinois : Portland Cement Association, 1984. 40. Yayasan LPMB. Standar SK SN/ T-15-1991-03 : Tata Cara Penghitungan Struktur
20. Kong, F.K.; Evans, R.H.; Cohan, Edward; Roll, Frederic; Handbook of Structural Baton untuk Bangunan Gedung, Bandung: LPMB Dep. Pekerjaan Umum RI, 1991.
Concrete, Massachusetts: Pitman Publishing Inc., 1983.
21. Nilson, Arthur H., Design of Prestressed Concrete, New#york: John Wiley & Sons,
Inc., 1978.
22. Park, R., dan Gamble, W.L, Reinforced Concrete Slabs, New York: Wiley, 1980.
23. PCI, PC/ Design Handbook, Chicago: Prestreed Concrete Institute, 1971.
516 517
I NDEKS
\
,
""' A Balok Baton
beban sementara, 41
beban terfaktor, 25, 27, 1, 152
(lanjutan)
beban tetap, 41
Adukan Baton, 5-6 kelacakan analisis bukan persegi empat,
tingkat pembebanan, 9
( workability ), 6 karapatan 76
( density ), 9 bertulangan kurang, 520
mutu baton, 6 seimbang, lebih, 33
nilai banding barat, 6 baton polos, 109
nilai kekentalan ( slump ), 5 besaran perencanaan, 50, 460
perawatan keras, 6 diagram kuat geser, 120
proses hidrasi, 4 koefisien geser dan momen,
rencana campuran,4 209
segregasi, 6 koefisien tahanan, 51, 462-500
sifat kekal, 5 penulangan maksimal, 35, 90
perencanaan bertulangan tarik
Agregat .
saja,50 perencanaan
halus, kasar, ringan, 5
Air bertular.gan rangkap, 97
mutu air, 4 perencanaan penulangan geser,
bleeding, 6 112,
water cement ratio, 5 127, 130, 132, 140
Aksi Pasak, 111 perilaku pelengkung, 111, 126
American Concrete Institute rasio penulangan, 35
tebal selimut baton, 99
(ACI) 318-83, 3
Balok T, 66
AC/ Building Code, 24
analisis, 68
American Society of Testing and Materials
balok T persegi, 69
ASTM A-615, 429
distribusi tulangan tarik
ASTM C330-80, 5
flens, 223 lebar flens efektif,
ASTM C33-86, S ASTM
68 perencanaan, 78
C39-86, 7
tulangan tarik, 72
Analisis Struktur Orde Kedua, 335
Balok Ttnggi
Analogi Piring Makan, 230 Angka
Ekivalensi, 157, 173 keruntuhan geser, 126
perilaku pelengkung, 126
kuat geser,
a 127 Baja
baja struktur, 288, 290,
Bahan Seton
353 baja tulangan (lihat
abu terbang ( fly ash), 12
Tulangan) gelagar baja,
agregat (lihat Agregat)
290
air (lihat Air)
kawat las baja (!ihat
daya tahan ( durability ), 1,5
Tulangan) kolom baja, 353
semen hid:-olik.4
pipa baja, 288
semen Portland,4
Beban
semen Portland Pozzolan, 4
beban aksial (lihat Kolom)
serat (fibre ) baja. 12
Balok Seton beban angin, 41
beban gempa, 41
ana du 6 137
analisis bertulangan tarik saja, 42 beban hidup, 41
beban luar, 25, 26, 29
analisis bertulangan rangkap, 86
beban kerja, 25, 152
beban mati, 41
,,
B lang, 1, 23 Faktor (lanjutan) penampang kritis,
at baton normal, 8, 9 118
faktor beban, 25,41
on baton polos, 109, 183, 352 perencanaan sengkang, 112-
fal<tor jenis struktur, 429
a baton prategangan, 377-424 117
n faktor kapasitas, 25
baton ready-mix , 7 syarat koafisien geser, 208
g f aktor pembesaran
kuat gaser, 112, 127 Goyangan Porta! (lihat Kolom)
k momen,335 faktor
kuat tarik baton, 7, 10 reduksi kekuatan,
a
kuat tekan baton, 7 41,320
m kurva kuat baton versus waktu, 9 Fondasi 5 21
u kurva tegangan-regangan, 8 beban eksentris, 372
a modulus alastisitas, 9, 157 beban ringan, 351
i, pengujiari Split Cilinder, 1O detail penulangan, 350, 359
2 regangan, 8 distribusi penulangan,
b sifat alasto plastis, 9 361, 366 distribusi
e sifat getas, 8 tekanan tanah trapesium,
n sifat-sifat dan konstanta, 461 370 kuat gaser pons, 351
d
sitat rangkak dan susut, 9, 11. 173 kuat tumpuan,
a
tegangan. 8 353 mekanisme
u Branson, 270 kantilever, 351
ji panjang
, c penyaluran·pasak, 354,
7 360 pelimpahan beban
, Concrete Reinforcing Steel Institute .ctari kolom, 353
8 (CRSI), 448, 453 penampang kritis geser,
b 349 penampang kritis
e D momen, 349, 352
r penulangan minimum. 347
a
Oaktaii. 35 perencanaan, 347, 355,
t
i Oinding gaser, 429 362. 368, 374 resultante
s Dokumen Kontrak, 443 beban kolom, _369. 373
i, selimut baton, 348
9 E tekanan tanah dasar
b fondasi,369 tekanan
e Eksentrisitas tanah ijio efektif, 368
r beban aksiaJ (lihat Kolom) beban tinggi efektii rata-
a kolom (lihat Fondasi) rata. 355, 358
t Euler, 336
s
e
n F G
d
i Faktor Gambar
ri f aktor aman. 27, 41 gambar perencanaan,443, 445
,. gambar kerja, 444, 446
4 Gaser Lentur
0 bentang gaser,
b 109, 126 gaya
a tarik diagonal,
t 108 geser
o torsi, 137
n
keruntuhan geser (lihat
b Balok Tinggi) keentuan
e sengkang, 117
r macam penulangan
t geser, 112 mekanisme
u perlawanan geser, 110
H Kolom (lanjutan) Metode Rangka Ekivalen, 261 Ptat ter1entur (lanjutan)
kolom langsing, 329-338 lokasi pembengvrykan tulangan, 242
Hancur Getas, 39 Modulus
kolom pendek, 290 modulus elastisitas baja, 13 pendekatan semi eiastik, 234, 261 .
Homogen (serba sama), 15, 17, 24
komposit, 288 modulus etastisitas ·baton, 9, 157 penulangan minimum, 47
Hooke, 153 kuat kolom pendek, 290-329 modulus of rupture, 10, 26 peiimpahan momen tak berimbang. 240
pendekatan Whitney, 319, 326 Mohr (lihat Tegangan), 106 perencanaan plat dua arah, 243, 254
pengikat sengkang, 293 perencanaan plat satu arah, 58
K Moman lnersia
pengikat spiral, 294 penampang retak, 271 plat rata. 46
perencanaan memakai diagram, 313 panampang efaktif, 281 syarat matoda perancanaan langsung,
Kakuatan perencanaan eksentrisitas kecit, 297
kuat geser (lihat Seton) penampang utuh, 271 235
portal bergoyang, 335 Moman lsntur tabal piat minimum, 48
kuat gesar nominal, 239
rasio penulangan kolom, 292 momen lentur nominal. 31 tebaf seiimut beton, 48
kuat geser pons, 351
rasio penulangan spiral, 294 momen tahanan dalam, 29 Prategangan
kuat lentur, 29
syarat selimut baton, 292 syarat koefisien moman,·208 analisis, 384, 386, 394-403
kuat lentur nominal plat, 25,31
Kansai Pendek Moman retak, 276 bahan dan perlengkapan, 381, 393
kuat perlu. kuat rencana, 40
koefisien geser, 131 Moman Statis Total Terfaktor, 232 batasan, 379
kuat tarik baton (lihat Baton)
konsep geser friksi, 130 cara pengimbangan beban,411-4i5
kuat tekan beton (lihat Seton)
perencanaan, 133 N diagram Magnet, 409
kuat tarsi, 137, 141
pola retak, 132 dongkrak penegang, 379
kuat tumpuan, 353
Nilai banding Modulus Elastisitas, 157, 173 geometri kem, 404
syarat kekuatan, 39
jangkar penahan, 380
Kemampuan Kelayanan
L ? kabel bebas tegangan, 417
batasan kelayanan, 152
kehilangan gaya prategangan, 392
lendutan ijin maksimum, 269
Lentur Elastis, 15-22 Pemencaran Energi, 426 kesepakatan tanda. 383
lendutan jangka panjang, 277
gaya-gaya dalam. 15-22, 154 Penopang Tulangan, 452 kuat tarik strand, 393
lenoutan seketika. 275
konsep momen dalam. 15-22. 54 Pedestal, 287 penampang tipikaf, 410
lendutan bentang_ menerus. 281
kopel momen dalam, 15-22 Peraturan penarikan puma, 382
rnomen inersia retak, 271
rumus lentur eiastis, 15-22 GBVI 1935,3 penulangan geser, 421
penyebaran tuiangan lentur, 281
Lobang Sparing, 441 PBI 1955,2,3 pola tegangan bafok, 383
tebal minimum, 48
PBI 1971 Nl-2,2,3, 6, 8, 24, 28, 41 pra-penarikanan, 379
Koeiisien
PUBI 1982. 4 prategangan sebagian, 415
koetisien geser friksi (lihat Kansai Pen
M Sil 0132-75, 4 tahap pembebanan, 381
dek)
Sil 0052-80. 5 tata letak tendon, 403-411
kceiisien geser dan momen (lihat Ba
Magnel, 407 Sii 0136-80. 13, 14 ?usat P!astis Kolom, 308
lok)
Metode Perencanaan Tegangan Kerja. Sii 0318-80, 13
koetisien tahanan (lihat Balok)
24, 152 Sil 0013-81, 4
Kolom, analisis balok bertulangan tank saja. 1 !
anaJisis eksentrisitas besar, 305-316 Sii 0136-84, 13 R
1U
SK SNl-1726-1989-F, 435
analisis eksentrisitas kecil, 290-301 analisis balok bertulangan rangkap, 1 r•, r1angkak ( creep ) dan Susut, lihat Seton
beban aksial dan momen, 301 Perilaku Struktur, 7, 230
transformasi penampang, 158 Regangan
diagram interaksi. 312, 313, 314 Plat tertentur, 45, 230
penampang seimbang regangan. 1fl1 distribusi regangan baton, 27
eksentrisitas beban, 289, 302, 306 analisis olat satu arah, 46
perencanaan balok bertulangan tartk, keseimbangan regangan, 29
taktor pembesaran momen, 335 163-171 faktor distribusi momen, 235. 236, 237
kekakuan relatif balok, 239 regangan batas, 28
faktor reduksi kekuatan, 32 perencanaan balok bertulangan rn11u·
kepaJa kolom, 46 regangan luluh baja, 29
jari-jari putaran ( radius of gyration ), 331 kap. 171-175
jumlah tulangan dalam sabaris, 502 koefisien geser dan momen, 209 Retak
perencanaan kuat gesElr dan torftl, 1 1f retak geser badan, 110
keruntuhan, 292, 293, 343, 353 konsep plat dua arah, 230
Metode Perencanaan Kekuat an. !4 retak geser friks 132
kuat geser nominal, 239
Metode Perencanaan LangsumJ, :14
522 523
"""'+ · .
TENTANG PENG A RA NG
5 2. j'