Narator 1 : Untuk mengingat Yesus Kristus Sang Juru Selamat yang mati disalib, saat
ini kita akan mengikuti prosesi Jalan Salib. Waktu-waktu terakhir kehidupan
Yesus Kristus di dunia, waktu-waktu yang berat ketika Ia disiksa hingga mati di
atas kayu Salib.
Jalan Salib, Via Dolorosa, kiranya mampu mengingatkan kita akan
penderitaan yang ditanggung oleh Yesus Kristus. Jalan penderitaan yang
merupakan pilihan sadar, yang dijalani dengan kerelaan meski harus
menanggung sakit, malu, lapar dan dahaga.
Narator 2 : Melalui Jalan Salib ini, marilah kita menyadari cinta kasih Tuhan yang
teramat besar bagi kita. Ia rela turun ke dunia, disiksa dan dipermalukan demi
menebus dosa-dosa kita. Jangan pernah menyia-nyiakan kasih pengurbanan-
Nya, tetapi hiduplah sebagai anak-anak yang layak untuk dicintai-Nya.
Narator : Karena kasih sayang-Mu kepada manusia, Engkau rela turun ke dalam dunia
untuk selamatkan kami yang penuh dosa. Kendati tidak bersalah, Engkau
membiarkan diri-Mu ditindas oleh mereka yang membenci-Mu, hingga akhirnya
mati di atas kayu Salib.
Narator 1 : Lalu Yesus pun memanggul Salib-Nya menuju ke Golgota yang artinya tempat
tengkorak.
Narator 2 : Engkau menaggung Salib yang berat itu, tanpa mengeluh dan memberontak.
Ajarlah kami untuk setia meneladani kasih-Mu, cinta-Mu, dan kesetiaan-Mu,
dalam kehidupan kami.
Narator 1 : Yesus pun bangkit dan kembali mengangkat Salib-Nya dengan langkah yang
tertatih-tatih.
Narator 2 : Salib yang semakin menindih, membuat Engkau tidak kuat lagi untuk
membawanya. Dosa-dosa kami yang terus bertambah, membuat Salib-Mu
semakin berat. Engkau harus jatuh dan menahan sakitnya tertindih oleh dosa-
dosa kami. Ajarilah kami untuk mau bertobat dari segala kebiasaan buruk yang
kami lakukan.
PERHENTIAN 4 “ YESUS BERJUMPA DENGAN IBUNYA “
Narator 1 : Di tengah perjalanan, Yesus berjumpa dengan Maria, ibu-Nya.
Narator 1 : Ibu Maria tetap setia berada di dekat Yesus, meski dalam keadaan yang sulit.
Narator 2 : Ya Tuhan, ajarlah kami untuk setia mengikuti-Mu, walau kehidupan ini penuh
cobaan dan tantangan.
Narator 1 : Simon dari Kirene pun membantu memikul Salib Yesus. Simon membantu
dalam ketakutan atas paksaan prajurit.
Narator 2 : Ya Tuhan, ajarlah kami untuk selalu belajar membantu sesama kami bukan
dengan paksaan, namun dengan kerelaan hati.
Prajurit : Yang benar saja! Baru begini sudah jatuh lagi! (sambil mendorong Yesus)
Simon : Bangunlah!! Marilah lanjutkan perjalanan. (sambil mengangkat Yesus)
Narator 1 : Dengan tabah dan teguh hati, Yesus kembali bangun dan memikul Salib-Nya
yang berat. Ia meneruskan perjalanan itu tanpa mengeluh.
Narator 2 : Apa yang dinubuatkan Nabi Yesaya kini menjadi kenyataan, “Dia dianiaya, Dia
membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya, seperti anak domba
yang dibawa ke tempat pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan
orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.”
Perempuan 1 : Kasihanilah Dia, Dia adalah Putera Allah. (Menatap Yesus sambil menangis)
Prajurit 1 : Apa? Putera Allah? Hahaha… (…tertawa mengejek…) Dia adalah penghujat
Allah dan musuh Kaisar.
Prajurit 2 : Dan juga pelanggar Hukum Taurat.
Yesus : Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan
tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu.
membuang undi atas jubah-Ku.” Yesus telah menjadi manusia yang paling hina.
Bagaimanakah sikap kita terhadap-Nya? Apakah sudah seperti yang dikatakan-
Nya pada hari penghakiman?“ Ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku
pakaian, ketika Aku sakit, kamu melawat Aku, ketika Aku di penjara, kamu
mengunjungi Aku. Sebab sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan
untuk salah seorang yang paling hina ini, kamu melakukannya untuk Aku.
Narator 1 : Perjuangan Yesus pun telah sampai pada puncak-Nya. Ia disalibkan. Melalui
penyaliban-Nya dosa-dosa kita terhapuskan.
Narator 2 :Dengan demikian genaplah yang
tertulis dalam Kitab Suci, “Manusia lama kita telah turut disalibkan bersama
Yesus, supaya kuasa dosa hilang dari tubuh kita, agar kita jangan
menghambakan diri lagi kepada dosa.”
PERHENTIAN 11 “ YESUS MATI DI SALIB “
Narator 1 : Ketika itu, hari sudah kira-kira pukul dua belas, lalu kegelapan meliputi seluruh
daerah itu sampai pukul tiga, (…Gemuruh Guntur…) sebab matahari tidak
bersinar. Lalu tabir Bait Suci terbelah dua.
Yesus : Eloi-eloi lama sabakhtani? (hening sejenak, dengan nafas yang tersengal-
sengal)….Ya Bapa ke dalam tanganMu kuserahkan Nyawaku!!!... ( Setelah itu
para prajurit ketakutan melihat Yesus wafat secara demikian)
Prajurit 1 : Sungguh…orang ini adalah Anak Allah.
Narator 2 : Perjuangan-Mu telah usai. Dengan wafat di kayu Salib, Engkau telah
membuktikan ketaatan-Mu kepada Bapa dan cinta-Mu kepada manusia. Ajarlah
kami untuk tidak menyia-nyiakan kematian-Mu di kayu Salib. Ajar kami untuk
mensyukuri kasih-Mu dan berusaha meneruskan kasih kepada sesama.