Anda di halaman 1dari 46

FUNGSI HUTAN MANGROVE DALAM MENINGKATKAN

KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP DI PESISIR

KARANGAN ILMIAH SANTRI

oleh

SHAFIYAH NANDA PRATIWI

NIS : 161710176

Program Ilmu Pengetahuan Sosial

Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut

2018-2019
FUNGSI HUTAN MANGROVE DALAM MENINGKATKAN
KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP DI PESISIR

KARANGAN ILMIAH SANTRI

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas akhir tingkat Mu’allimin

oleh

SHAFIYAH NANDA PRATIWI

NIS : 161710176

Program Ilmu Pengetahuan Sosial

Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut

2018-2019
LEMBAR PERSETUJUAN

FUNGSI HUTAN MANGROVE DALAM PENINGKATAN KUALITAS


LINGKUNGAN HIDUP DI PESISIR

Oleh

Shafiyah Nanda Pratiwi

NIS 161710176

disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing Wali Kelas

Syifa Utami H, S.Pd Enung Jubaedah, S.Pd

ii
LEMBAR PENGESAHAN

FUNGSI HUTAN MANGROVE DALAM PENINGKATAN KUALITAS


LINGKUNGAN HIDUP DI PESISIR

Oleh

Shafiyah Nanda Pratiwi

NIS 161710176

Karya tulis ini telah diujikan tanggal 25 Oktober 2018

Penguji I, Penguji II,

Yuliati, S.Pd Mega Sri Elianti, S.Pd

iii
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Shafiyah Nanda Pratiwi

Kelas : XII IPS 2

Menyatakan bahwa karangan ilmiah santri ini benar-benar merupakan karya

sendiri, dan jika ternyata karya ini karya yang sudah ada atau karya orang lain,

maka saya bersedia untuk mendapatkan sanksi.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Garut, Oktober 2018

Penulis

iv
RIWAYAT HIDUP

Nama : Shafiyah Nanda Pratiwi

NIS : 161710176

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 09 Maret 2001

Alamat : Kp. Seungkeu RT. 01 RW. 04

Desa Sukamukti Kec. Banyuresmi Kab. Garut

Jawa Barat

Riwayat Pendidikan

- 2006 - 2007 : TK Raudlatul Jannah

- 2007- 2013 : SDN Bekasi Jaya I

- 2013 - 2016 : MTs. Persis Tarogong

- 2016 - 2019 : MA Persis Tarogong

Riwayat Organisasi

- 2009-2010 : Sekretaris Kelas III SDN. Bekasi Jaya 1

- 2010-2011 : Bendahara Kelas IV SDN. Bekasi Jaya 1

- 2011-2012 : Bendahara Kelas V SDN. Bekasi Jaya 1

- 2014-2015 : Peralatan Kelas VIII MTS.Persis Tarogong

- 2016-2017 : Peralatan Kelas X MA. Persis Tarogong

- 2017-2018 : SIE. HUMAS staf UGM MA. Persis Tarogong

v
Nama Orang Tua

Ayah : Sadaliyanto

Tempat, tanggal lahir : Klaten, 20 Oktober 1972

Ibu : Rusiati, SE

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 20 April 1973

Alamat : Kp. Seungkeu RT. 01 RW. 04

Desa Sukamukti Kec. Banyuresmi Kab. Garut

Jawa Barat

Pekerjaan Orang Tua

Ayah : Pelaut

Ibu : Wiraswasta

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis ucapkan karena dengan rahmat dan karunia-Nya

jugalah penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul ―FUNGSI HUTAN

MANGROVE DALAM MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN

HIDUP DI PESISIR‖.

Dalam rangka memenuhi persyaratan salah satu tugas akhir tingkat

Mu’allimin atau Madrasah Aliyah Pesantren Persatuan Islam No. 76 Tarogong

Garut. Penulis tidak lupa memanjatkan shalawat serta salam semoga dilimpah

curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai hamba-Nya yang telah

menyelamatkan umat dari kegelapan menuju cahaya islam, juga sahabat-

sahabatnya, keluarganya, serta para pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis mempunyai sebuah keyakinan bahwa penilaian dalam bentuk

usaha yang optimal adalah merupakan suatu hal yang patut dihargai, maka

walupun jika mengukur pada hasilnya kurang memadai, bahkan banyak amat

kekurangannya. Keyakinan diataslah yang mendorong penulis untuk

menyelesaikan tugas sekaligus tanggung jawab ini.

Penulis menyadari dalam rangka penyusunan karya tulis ini, tidak

mungkin terwujud tanpa adanya perhatian serta bimbingan dari berbagai pihak,

maka untuk itu penulis ucapkan banyak terimakasih kepada:

1. H. M. Iqbal Santoso selaku pimpinan Pesantren Persatuan Islam Tarogong

Garut yang telah memberi motivasi untuk menyelesaikan karya tulis ini.

vii
2. Aceng Sarif Mahmud, S.Pd.I selaku mudir mudir Mu’allimin Pesantren

Persatuan Islam Tarogong Garut yang telah memberi dukungannya.

3. Syifa Utami, S.Pd selaku pembimbing karya tulis ini yang telah banyak

meluangkan waktunya untuk membimbing dan menuntun penulis.

4. Enung Jubaedah, S.Pd dan Muhammad Fahad, S.KM selaku biro karya

tulis yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menyusun

karya tulis ini.

5. Ayah, Mama dan adik-adik yang selalu memberi motivasi, dukungan dan

do’a untuk anak tercintanya.

6. Enung Jubaedah, S.Pd selaku wali kelas XII IPS 2 yang selalu memotivasi

penulis.

7. Teman dekat saya (Hamna, Zebina, Rizka, Ilma, Nijma, Avrillia, dkk)

yang selalu menghibur dan memberi bantuannya.

8. Teman-teman XII IPS 2 beserta teman seperjuangan yang selalu kompak

ketika mengerjakan apapun.

9. A Iqbal, teh Dina, dan teh Millati yang telah memberi bantuannya.

10. NCT yang selalu memberi semangat kepada penulis saat mengerjakan

karya tulis ini

Atas segala bimbingan dan bantuan baik moril maupun materil penulis

sampaikan jazaakumullahu khairon katsiron. Amin.

Garut, Oktober 2018

Penulis

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 4
D. Metode dan Teknik Penulisan ................................................................... 5
E. Sitematika Penulisan ................................................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORETIS ........................................................................ 6
A. Hutan Mangrove ....................................................................................... 6
B. Lingkungan Hidup .................................................................................. 15
C. Kerusakan Lingkungan Hidup ................................................................ 17
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................... 20
A. Kerusakan Lingkungan Hidup di Pesisir ................................................ 20
B. Fungsi Mangrove dalam Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup .... 23
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 29
A. Simpulan ................................................................................................. 29
B. Saran ....................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... xi
LAMPIRAN ........................................................................................................ xiii

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Dampak kerusakan lingkungan oleh alam .................................. 22


Gambar 3.2 Dampak kerusakan lingkungan oleh manusia ............................ 22

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia

Tenggara dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Luas

perairan Indonesia menurut Badan Informasi Geospasial tahun 2015

sebesar 6.315.222 km2. . Dengan ketetapan United Nation Concention Law

of The Sea (UNCLOS) Indonesia memiliki batas wilayah laut berupa (1)

Laut Wilayah yang merupakan bagian laut dengan jarak 12 mil dari garis

dasar. (2) Landasan Kontinen merupakan kelanjutan dari wilayah daratan

hingga kedalaman 200 m dari permukaan laut dari negara yang

wilayahnya berbatasan dengan laut, dan (3) Zona Ekonomi Eksklusif

(ZEE) merupakan batas luar dari sebuah negara adalah 200 mil dari garis

dasar.

Indonesia sebagai negara dengan perairan yang luas memiliki

kekayaan dan keanekaragaman hayati (biodiversity) laut terbesar di dunia

dengan ekosistem pesisir dan pantai seperti mangrove, terumbu karang

(coral reefs) dan padang lamun (sea grass beds). Sehingga Indonesia

terkenal dengan pemandangan alamnya yang indah dan sumber daya alam

nya yang melimpah. Potensi kekayaan alam Indonesia sangat

menguntungkan warga Indonesia apabila penduduknya dapat mengelola

dan melestarikan kekayaan alam tersebut.

1
2

Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki panjang pantai

sekitar 99.093 km sehingga banyak masyarakat Indonesia yang tinggal di

pesisir. Namun masih banyak penduduk yang belum mampu untuk

melestarikan sumber daya alam dan menjaga kualitas lingkungannya. Hal

ini menyebabkan banyaknya lingkungan pesisir yang rusak dan tidak

termanfaatkan dengan baik. Kerusakan lingkungan hidup sangat

berdampak bagi penduduk wilayah itu sendiri karena akan mengganggu

kehidupan dan kesehatan masyarakat wilayah tersebut.

Kerusakan lingkungan hidup adalah berkurangnya sumber

daya air, udara, dan tanah, kerusakan ekosistem dan punahnya fauna.

Wilayah pesisir yang tidak terawat dan mengalami pengalihfungsian lahan

kemungkinan besar akan mengalami kerusakan lingkungan dan krisis

ekosistem. Kerusakan lingkungan mengakibatkan terjadinya bencana

seperti abrasi (pengikisan air laut), krisis ekosistem, dan hilangnya tempat

tinggal hewan yang berada di perairan. Salah satu cara untuk memperbaiki

kerusakan lingkungan yaitu dengan melestarikan dan mengenal mangrove

lebih dalam. Mangrove sangat berpengaruh untuk meningkatkan kualitas

lingkungan hidup di wilayah pesisir.

Hutan Mangrove memiliki manfaat yang sangat banyak dan

memiliki potensi yang tinggi untuk tumbuh di Indonesia, tetapi masih

banyak penduduk pesisir yang belum memahami fungsi dan manfaat

hutan mangrove. Sehingga masyarakat banyak yang merusak,


3

mengabaikan atau mengalihfungsikan hutan Mangrove menjadi wilayah

pertambakan.

Persebaran Mangrove di Indonesia banyak terdapat di Irian Jaya,

Kalimantan, Sumatera dan sebagian pulau Jawa. Jenis-jenis mangrove di

Indonesia sangat beragam diantaranya adalah api-api (avicennia), Buah-

buah bakau (rhizophora), Pidada (sonneralia), Buah Nipah (nypa fruticans

sonneralia, caseolaris), Tengar (Ceriops), Kendeda (Bruguiera), Pohon

Nirih (Xylocarpus). Di Indonesia tercatat kurang lebih 202 jenis tumbuhan

mangrove, meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis pemanjat, 44

jenis herba tanah, 44 jenis epifit, dan 1 jenis paku (Ervawi, 2017: 96)

Kerusakan lingkungan pesisir yang telah terjadi di Indonesia

diantaranya terjadi di Aceh, pesisir Karawang, Minahasa, Kalimantan dan

Cilacap. Kerusakan ini tidak sesuai dengan yang telah dijelaskan dalam

Qs. Al- A’raf: 56:

ۚ ‫ص ََل ِح َه ا َو ا د ْ ع ُ ى ه ُ َخ ْى ف ً ا َو ط َ َم ع ً ا‬ ِ ‫اْل َ ْر‬


ْ ِ ‫ض ب َ عْ د َ إ‬ ْ ‫َو ََل ت ُفْ ِس د ُوا ف ِ ي‬

‫ب ِم َه ال ْ ُم ْح ِس ن ِ ي َه‬
ٌ ‫ت اَّللَّ ِ ق َ ِر ي‬
َ ‫إ ِ َّن َر ْح َم‬

“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan dimuka bumi, sesudah (Allah)

memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan

harapan. Sesungguhnya Allah dekat kepada orang yang berbuat baik”.

Berdasarkan dalil diatas menunjukan bahwa sebagai umat manusia

kita memiliki tanggung jawab untuk mengurangi resiko kerusakan

lingkungan dan mengembalikan kualitas lingkungan tersebut.


4

Atas permasalahan diatas dan supaya terperinci dalam pembahasannya

penulis tertarik untuk menyusun karya tulis mengenai “FUNGSI

HUTAN MANGROVE DALAM MENINGKATKAN KUALITAS

LINGKUNGAN HIDUP DI PESISIR”

B. Rumusan Masalah

Untuk dapat memecahkan masalah-masalah ini penulis membuat

rumusan masalah yang berupa pernyataan yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan hutan mangrove?

2. Apa saja kerusakan yang terjadi pada lingkungan hidup di wilayah

pesisir?

3. Apa fungsi mangrove dalam meningkatkan kualitas lingkungan hidup?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penyusunan karangan ilmiah ini adalah untuk :

1. Untuk mengetahui pengertian hutan mangrove

2. Untuk mengetahui kerusakan yang terjadi pada lingkungan hidup di

daerah pesisir.

3. Untuk mengetahui fungsi hutan mangrove dalam meningkatkan

kualitas lingkungan hidup.


5

D. Metode dan Teknik Penulisan

a) Metode Penulisan

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu bersifat

pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan

terperinci. (KBBI:2007:254)

b) Teknik Penulisan

Teknik yang digunakan adalah bibliografi yaitu pengumpulan

buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas

dalam penyusunan karangan ilmiah. (Winarno,1997:205)

E. Sitematika Penulisan

Dalam pembahasan karya tulis ini agar penulis terarah dan mengenai

sasaran penulisan akan menggunakan sistematiksa pembahasan

BAB I : PENDAHULUAN yang meliputi : Latar belakang masalah,

Rumusan masalah, Tujuan penulisan, Metode penulisan serta Sistematika

penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORETIS yang meliputi : Pengertian Hutan

Mangrove dan lingkungan hidup, Persebaran dan Manfaat Hutan

Mangrove, pengertian kerusakan lingkungan hidup, faktor penyebab

kerusakan Lingkungan Hidup.

BAB III : PEMBAHASAN MASALAH yang meliputi : Fungsi

Mangrove dalam meningkatkan kualitas lingkungan hidup

BAB IV : PENUTUP yang meliputi : Simpulan serta Saran.


BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Hutan Mangrove

1. Definisi Hutan Mangrove

Hutan Mangrove adalah hutan yang tumbuh di air payau dan

dipengaruhi oleh pasang surut air laut untuk mencegah pengikisan air

laut dan membentuk suatu ekosistem.

Menurut Macnae (1968) Mangrove merupakan perpaduan antara

bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggris grove (Noor, dkk(2012:1))

sehingga kata Mangrove lebih popular untuk hutan bakau di Indonesia

dan menurut Mastaller (1997) Mangrove berasal dari bahasa melayu

kuno mangi-mangi yang digunakan untuk menerangkan marga

Avicennia dan masih digunakan sampai saat ini dibagian timur (Noor,

dkk(2012:1)). Tomlinson (1986) dan Wightman (1989) mendefinisikan

Mangrove baik sebagai tumbuhan yang terdapat di daerah pasang surut

maupun sebagai komunitas. Mangrove juga didefinisikan sebagai

formasi tumbuhan daerah litoral yang khas di pantai daerah tropis dan

sub tropis yang terlindung (saenger, dkk, 1983). Sementara Soerianegara

(1987) mendefinisikan mangrove sebagai hutan yang terutama tumbuh

pada tanah lumpur aluvial di daerah pantai dan muara sungai yang

dipengaruhi pasang surut air laut, dan terdiri atas jenis-jenis pohon

Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera,

6
7

Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphyphora dan Nypa. Hutan

mangrove adalah hutan yang tumbuh di air payau dan dipengaruhi oleh

pasang surut air laut.

Di Prancis padanan yang digunakan untuk mangrove adalah kata

Manglier (Phurnomobasuki dalam Ghufran :2012). Mangrove menurut

Ghuffran (2012), hutan mangrove sering disebut sebagai hutan bakau

atau hutan payau (mangrove forest atau mangrove swamp forest) sebuah

ekosistem yang terus-menerus mengalami tekanan pembangunan.

Mangrove menurut arief dalam Ghufran (2012), hutan mangrove dikenal

dengan istilah vloedbosh, kemudian dikenal dengan istilah ―payau‖

karena sifat habitatnya yang payau, yaitu daerah dengan kadar garam

antara 0,5 sampai 30 gram. Disebut juga ekosistem hutan pasang surut

karena terdapat di daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

Berdasarkan jenis pohonnya, yaitu bakau, maka kawasan mangrove juga

disebut hutan bakau. Mangrove menurut Supriharyono dalam Ghufran

(2012), kata mangrove memiliki dua arti, pertama sebagai komunitas,

yaitu komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan

terhadap garam/salinitas dan pasang surut air laut, dan kedua sebagai

individu spesies. Mangrove menurut Tomlinson dalam Ghufran (2012)

adalah istilah umum untuk kumpulan pohon yang hidup di daerah

berlumpur, basah, dan terletak di perairan pasang surut daerah tropis.

Berdasarkan pendapat para ahli tentang definisi mangrove, maka

yang dimaksud dengan mangrove adalah kelompok tumbuhan berkayu


8

yang tumbuh di sekeliling garis pantai dan memiliki adaptasi yang tinggi

terhadap salinitas payau dan harus hidup pada kondisi lingkungan yang

demikian.

2. Persebaran Hutan Mangove

Luas hutan mangrove di Indonesia 3,5 juta hektar, Indonesia

merupakan mangrove yang terluas di dunia (18—23%) melebihi Brazil

(1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha), dan Australia (0,97 juta ha) (Spalding

dkk, 1997 dalam Noor dkk, 1999). Mangrove terluas di Indonesia

terdapat di Irian Jaya sekitar 1.350.600 ha (38%), Kalimantan 978.200

ha (28%), dan Sumatera 673.300 ha (19%) (Dit. Bina Program INTAQ,

1996). Indonesia memiliki hutan mangrove yang luas yang terdapat di

seputar Dangkalan Sunda, dipantai utara Jawa, pantai timur Sumatra,

dan pantai barat serta selatan Kalimantan. Di bagian timur Indonesia,

hutan-hutan mangrove yang masih baik terdapat di pantai barat daya

Papua, terutama di sekitar Teluk Bintuni. Mangrove di Papua mencapai

luas 1,3 juta ha, sekitar sepertiga dari luas hutan bakau Indonesia.

3. Manfaat hutan mangrove

Salah satu manfaat hutan mangrove adalah untuk melindungi garis

pantai dari abrasi atau pengikisan (Ervawi,2017:160). Jepang berupaya

untuk mengurangi dampak ancaman tsunami dengan memasang Green

Belt atau sabuk hijau hutan mangrove. Manfaat yang lain diantaranya :
9

a. Menghasilkan Kayu

Pemanfaatan kayu dari hutan mangrove telah dijadikan

sumber mata pencaharian dan alat untuk memenuhi kebutuhan

penduduk di wilayah pesisir.

Jenis-jenis kayu dari hasil hutan mangrove diantaranya adalah :

1) Kayu Arang

Arang mangrove memiliki kualitas yang baik setelah arang

kayu oak dari Jepang dan arang onshyu dari Cina. Pengusahaan

arang mangrove di Indonesia sudah dilakukan sejak ratusan

tahun lalu. Pada tahun 1998 produksi arang mangrove sebagian

besar diekspor dengan Negara tujuan seperti Jepang dan Taiwan

melalui Singapura (Inoue et al. dalam Anwar dan Gunawan,

2007).

2) Kayu Cerocok

Kayu cerocok banyak digunakan sebagai kayu alas pondasi

bangunan untuk daerah dengan kondisi tanah yang labil.

Nugroho (2009) menyebutkan bahwa pemanfaatan kayu

mangrove untuk kayu cerocok berkaitan dengan karakteristik

masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dan bantaran sungai

dengan kondisi wilayah yang berlumpur dan rawa.

Haikal (2008) mengemukakan bahwa kayu mangrove untuk

kayu cerocok banyak digunakan masyarakat untuk membangun

rumah sebagai kayu pancang bagi pondasi rumah warga yang


10

tidak terlepas dari kondisi daerah yang merupakan daerah rawa

bergambut, di samping itu karena harganya yang relatif murah

dibandingkan pondasi beton.

3) Kayu Bakar

Kayu dari hutan mangrove dimanfaatkan masyarakat

sebagai kayu bakar karena mudah memperolehnya dan sudah

menjadi kebiasaan. Pariyono (2006) menyebutkan bahwa kayu

bakar sebagai sumber energi untuk kebutuhan memasak

dirasakan besar manfaatnya karena dapat diperoleh dengan

mudah dengan harga yang tidak mahal.

Sedangkan, (Inoue et al dalam Anwar dan Gunawan, 2007)

menyebutkan bahwa kayu bakar Rhizophoraceae merupakan

kayu bakar berkualitas baik karena menghasilkan panas yang

tinggi dan awet.

b. Menghasilkan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), seperti:

1) Bahan pangan pengganti beras maupun untuk tepung kue dari

buah Lindur (Brunguiera Gymnorrhiza).

2) Bahan minuman sirup, dodl, pudding dari buah Pidada

(Sonneratia Caseolaris).

3) Bahan pembuat sabun dari buah Pidada (Sonneratia

Caseolaris).

4) Bahan tepung kue dari buah Api-api (Avicennia sp).


11

5) Bahan kosmetik (lulur dingin) dari buah Nyirih (Xylocarpus

Granatum).

6) Bahan berbagai obat-obatan, bahan baku Alkohol, cuka, dan

gula merah dari nuah Nipah (Nypa Fruticans).

7) Bahan pewarna kulit pakaian dari kulit kayu bakau

(Rhizophora Mucronata), Lindur (Bruguiera Gymnorrhiza),

dan Mentigi (Ceriops Tagal) (Ervawi, 2017:160-161).

4. Fungsi Hutan Mangrove

Menurut Davis, Dkk (1995) hutan mangrove memiliki beberapa

fungsi, diantaranya :

a. Habitat Satwa Langka

Lebih dari 100 jenis burung hidup di hutan Mangrove, daratan

lumpur yang luas berbatasan dengan hutan Mangrove merupakan

tempat mendaratnya ribuan burung pantai ringan mirgan, termasuk

jenis burung langka Blekok Asia (Limnodrumus Semipalmatus).

b. Pelindung terhadap Bencana Alam

Vegetasi hutan bakau dapat melindungi bangunan, tanaman,

pertanian, atau vegetasi alami dari kerusakan akibat badai atau angin

yang bermuatan garam melalui proses filtrasi.

c. Pengendapan Lumpur

Sifat fisik pada tanaman Mangove membantu proses pengendapan

lumpur. Pengendapan lumpur berhubungan erat dengan

penghilangan racun dan unsur hara air, karena bahan-bahan tersebut


12

seringkali terikat pada partikel lumpur. Dengan hutan mangrove,

kualitas air laut terjaga dari endapan lumpur erosi.

d. Penambah Unsur Hara

Sifat fisik hutan Mangrove cenderung memperlambat aliran air dan

terjadi pengendapan. Seiring dengan proses pengendapan ini terjadi

unsur hara yang berasal dari berbagai sumber, termasuk pencucian

dari areal pertanian.

e. Penghambat Racun

Banyak racun yang memasuki ekosistem perairan dalam keadaan

terikat pada permukaan lumpur atau terdapat diantara kisi-kisi

molekul partikel tanah air. Beberapa spesies tertentu dalam hutan

Mangrove bahkan membantu proses penghambatan racun secara

aktif.

f. Sumber Alam dalam Kawasan (In-Situ) dan Luar Kawasan (Ex-

Situ)

Hasil alam In-Situ mencakup semua fauna dan hasil pertambangan

atau mineral yang dapat dimanfaatkan secara langsung di dalam

kawasan. Sedangkan sumber daya alam Ex-Situ meliputi produk-

produk ilmiah di hutan Mangrove dan terangkut atau berpindah ke

tempat lain yang kemudian digunakan oleh masyarakat di daerah

tersebut, menjadi sumber makanan bagi organisme lain atau

menyediakan fungsi lain seperti menambah luas pantai karena

pemindahan pasir dan lumpur.


13

g. Transportasi

Pada beberapa hutan mangrove, transportasi melalui air merupakan

cara yang paling efisien dan paling sesuai dengan lingkungan.

h. Sumber Plasma Nutfah

Plasma nutfah merupakan pembawa sifat keturunan yang dapat

berupa organ utuh atau bagian dari tumbuhan atau hewan serta

mikroorganisme, sehingga plasma nutfah dianggap sebagai salah

satu kekayaan alam berharga. Keberadaan plasma nutfah sangat

bermanfaat baik bagi perbaikan jenis-jenis flora dan fauna juga

keberlangsungan kehidupan liar itu sendiri di masa depan.

i. Rekreasi dan Pariwisata

Hutan Mangrove memiliki nilai estetika, baik dari faktor alam

maupun dari kehidupan yang ada di dalamnya. Hutan Mangrove

yang telah dikembangkan menjadi objek wisata alam antara lain di

Sinjai (sumatera selatan), Muara Angke (DKI Jakarta), Suwung

(Denpasar, Bali), Blanakan Cikeong (Jawa Barat), dan Cilacap (Jaw

Tengah). Hutan mangrove memberikan objek wisata yang berbeda

dengan wisata alam lainnya. Karakteristik hutannya yang berada di

peralihan antara darat dan laut memiliki keunikan dalam beberapa

hal. Para wisatawan juga memperoleh pelajaran tentang lingkungan

langsung dari alam. Pantai Padang, Sumatera Barat yang memiliki

areal Mangrove seluas 43,80 ha dalam kawasan hutan, memiliki

peluang untuk dijadikan areal wisata Mangrove.


14

Disamping dari mendapatkan pendapatan bagi pengelola melalui

penjuaan tiket dan parkir, kegiatan ini mampu menumbuhkan

perekonomian masyarakat di sekitarnya dengan menyediakan

lapangan kerja, dan kesempatan membuka usaha, seperti warung

makan, membuka penginapan, menyewakan perahu, dan menjadi

pemandu wisata.

j. Sarana Pendidikan dan Penelitian

Upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

membutuhkan laboratorium lapang yang baik untuk kegiatan

penelitian dan pendidikan sehingga hutan Mangrove sangat cocok

sebagai objek penelitian untuk kemajuan pendidikan tentang

ekosistem perairan, kehutanan, dan sebagainya.

k. Memelihara Proses-proses dan Sistem Alami

Hutan Mangrove memiliki peran yang tinggi dalam mendukung

berlangsungnya proses-proses ekologi, geomorfologi, atau geologi.

l. Penyerapan Karbon

Proses fotosintesis mengubah karbon anorganik (CO2) menjadi

karbon organik dalam bentuk bahan vegetasi. Pada sebagian besar

ekosistem, bahan ini membusuk dan melepaskan karbon kembali ke

atmosfer sebagai (CO2). Akan tetapi hutan Mangrove justru

mengandung sejumlah besar bahan organic yang tidak membusuk.

Karena itu, hutan bakau lebih berfungsi sebagai penyerapan karbon

dibandingkan dengan sumber karbon.


15

m. Memelihara Iklim Mikro

Hutan Mangrove mampu menjaga beban dan curah hujan kawasan

tersebut, sehingga keseimbangan iklim mikro terjaga

n. Evapotranspirasi

Evapotranspirasi adalah gabungan evaporasi dan transpirasi

tumbuhan yang hidup di permukaan bumi. Air yang diuapkan oleh

tanaman dilepas ke atmosfer. Evporasi merupakan pergerakan air ke

udara dari berbagai sumber seperti tanah, atap, dan badan air.

Transpirasi merupakan pergerakan air didalam tumbuhan yang

hilang melalui stomata akibat diuapkan oleh daun. Evapotranspirasi

adalah bagian terpenting dalam siklus air.

o. Mencegah berkembangnya Tanah Sulfat Masam

Keberadaan hutan Mangrove dapat mencegah teroksidasinya

lapisan pirit dan menghalangi berkembangnya kondisi alam.

B. Lingkungan Hidup

Menurut Munadjat Danusaputro, lingkungan atau lingkungan

hidup adalah semua benda dan daya serta kondisi, termasuk didalamnya

manusia dan tingkah tingkah perbuatannya, yang terdapat dalam ruang

dimana manusia berada dan memengaruhi kelangsungan hidup serta

kesejahteraan manusia dan jasad-jasad hidup lainnya(Munadjat,1985:67).

Sedangkan menurut Otto Soemarwoto lingkungan hidup diartikan

sebagai ruang yang ditempati suatu makhluk bersama dengan benda hidup

dan tak hidup didalamnya (Otto, 1991:48). Maksud dari pengertian


16

tersebut adalah manusia bersama tumbuhan, hewan dan jasad renik

menempati suatu ruang tertentu. Kecuali makhluk hidup, dalam ruang itu

terdapat juga benda tak hidup, seperti udara yang terdiri atas bermacam

gas, air dalam bentuk uap, cair dan padat, tanah dan batu. Ruang yang

ditempati makhluk hidup bersama benda hidup dan tak hidup inilah yang

dinamakan sebagai lingkungan hidup.

Secara yuridis pengertian lingkungan hidup pertama kali

dirumuskan dalam UU No.4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan

Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (UULH-1982) yang kemudian

dirumuskan kembali dalam UU No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup (UUPLH-1997) dan terakhir dalam UU No.32 Tahun

2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH-

2009). Perbedaan mendasar pengertian lingkungan hidup menurut

UUPLH-2009 dengan kedua undang undang sebelumnya, yaitu tidak

hanya untuk menjaga kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan

manusia serta makhluk hidup lain, tetapi juga kelangsungan alam itu

sendiri.

Berdasarkan dalam pengertian ketiga undang-undang tersebut,

bahwa lingkungan hidup terdiri atas dua unsur atau komponen, yaitu unsur

atau komponen makhluk hidup (Biotic) dan unsur atau komponen makhluk

tak hidup (Abiotic)


17

C. Kerusakan Lingkungan Hidup

1. Definisi Kerusakan Lingkungan Hidup

Kerusakan lingkungan adalah tindakan yang menimbulkan

perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat-sifat fisik atau

hayati yang mengakibatkan lingkungan menjadi kurang atau tidak

berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan yang

berkesinambungan. Kerusakan lingkungan hidup akan mengakibatkan

suatu perubahan sifat-sifat dan unsur-unsur lingkungan yang berakibat

peran dan arti penting lingkungan hidup bagi kehidupan menjadi

terganggu, bahkan tidak berfungsi lagi. Kerusakan lingkungan ini

ditandai dengan hilangnya sumber daya tanah, air, udara, punahnya

flora dan fauna liar, dan kerusakan ekosistem.

2. Faktor Penyebab Kerusakan Lingkungan Hidup

Faktor yang menyebabkan kerusakan lingkungan terbagi menjadi

dua, yaitu faktor peristiwa alam dan faktor perbuatan manusia.

a. Faktor peristiwa alam diantaranya seperti :

1) Erupsi Gunung Berapi

Yang bisa menyebabkan awan panas, guguran material

letusan gunung, bebatuan, abu vulkanik, lava dan erosi tanah dan

terjadinya polusi udara oleh zat beracun, sumber air tercemar,

lahan – lahan yang terkena lava akan rusak.


18

2) Banjir

Banjir akan menyebabkan rusaknya sarana dan prasana

seperti rumah penduduk, gedung-gedung, kendaraan, dan fasiitas

umum. Banjir juga melumpuhkan jalur transportasi dan berujung

dengan kerugian. Luapan air karena banjir akan membuat

lingkungan menjadi kotor dan tidak sedikit sampah yang

berserakan tentu hal ini akan mencemari lingkungan dan juga

menimbulkan berbagai macam penyakit. Lalu Luapan air karena

banjir akan membuat lingkungan menjadi kotor dan tidak sedikit

sampah yang berserakan tentu hal ini akan mencemari lingkungan

dan juga menimbulkan berbagai macam penyakit.

3) Tsunami

Terjadi kerusakan dimana-mana, lahan pertanian dan

perikanan rusak, menghambat perekonomian, menyebarkan bibit

penyakit, kerugian spiritual dan material.

4) Tanah Longsor

Peristiwa alam ini mampu memakan korban jiwa,

menghilangkan tempat tinggal, menutup jalur transportasi,

menghambat perekonomian, dan merusak sarana prasarana,

menyebabkan trauma psikis, menyebabkan harga tanah turun dan

rusaknya sanitasi lingkungan.


19

5) Abrasi

Peristiwa alam ini sangat merugikan, khususnya bagi

penduduk di pesisir pantai yang umumnya sering mengalami

peristiwa ini, peristiwa ini menyebabkan penyusutan area pantai,

rusaknya hutan bakau yang sangat bermanfaat bagi masyarakat

sekitar, dan rusaknya ekosistem laut.

b. Faktor perbuatan manusia diantaranya :

1) Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan

suara) sebagai dampak adanya kawasan industri.

2) Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau

sistem pembuangan air dan kesalahan dalam menjaga daerah

aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan.

3) Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari

rusaknya hutan.

4) Penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan).

5) Perburuan liar.

6) Merusak hutan bakau.

7) Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.

8) Pembuangan sampah di sembarang tempat.

9) Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).


BAB III

PEMBAHASAN

A. Kerusakan Lingkungan Hidup di Pesisir

Kota-kota besar di Indonesia seperti Yogyakarta, Surabaya, Bali,

dan Kalimantan sebagian wilayahnya berada di pesisir dan memiliki

potensi besar untuk menjadi kota pariwisata, perdagangan dan industri,

karena letaknya yang strategis. Sumber daya pesisir memiliki produktifitas

yang tinggi, dan memungkinkan terjadi banyak kegiatan di wilayahnya

seperti lapangan kerja, sumber rekreasi, dan sumber bahan baku. Kegiatan

di wilayah pesisir memungkinan terjadinya pencemaran dan kerusakan

lingkungan yang akan mengancam perkembangan potensi kota pesisir

tersebut.

Penyebab kerusakan lingkungan di pesisir adalah laut menerima

aliran dari sungai yang mengandung zat pencemar, terjadinya abrasi,

reklamasi, pengalihfungsian lahan, pembuangan limbah, dan penebangan

mangrove untuk pemukiman atau perkebunan. Selain itu, beberapa oknum

sering membuang limbah langsung ke laut tanpa di olah terlebih dahulu

dan dengan cara illegal, yang dapat merusak flora dan fauna yang ada

dibawah ataupun di pesisir laut. Beberapa bahan pencemar yang

mempengaruhi lingkungan laut antara lain sebagai berikut : merkuri,

20
21

minyak, plastik, kertas, kaleng, dan sebagainya. Hal ini dapat

mempengaruhi kelancaran perkembangan potensi wilayah pesisir tersebut,

karena kualitas yang rendah dan banyaknya fasilitas yang rusak akibat

manusia atau alam. Contoh kerusakan lingkungan pesisir yang disebabkan

oleh alam diilustrasikan melalui gambar 3.1.

Gambar 3.1 Dampak kerusakan lingkungan oleh alam

Sumber: detik.com
Dan contoh dari kerusakan lingkungan pesisir oleh faktor
antropogenik atau manusia dapat dilihat dari banyaknya fauna laut yang
terhambat pertumbuhannya karena terkena sampah yang dibuang
masyarakat ke laut yang mengancam kesehatan fauna tersebut, dan akan
berujung kepada kepunahan, diilustrasikan melalui gambar 3.2.

Gambar 3.2 Dampak kerusakan lingkungan oleh manusia

Sumber: kompasiana.com
22

Kerusakan lingkungan merupakan hal serius yang dapat

mengancam kualitas hidup masyarakat dan ekosistem di sekitarnya.

Seperti yang terjadi di salah satu wilayah pesisir dan kelautan di daerah

Belawan di Kelurahan Sincanang, Kecamatan Medan Belawan, Su-

matera Utara. Hutan mangrove pada daerah tersebut sudah banyak

ditebang untuk dijadikan pemukiman penduduk. Selain itu, limbah yang

dihasilkan dari pabrik-pabrik di sekitarnya juga dibuang secara langsung

ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu, sehingga mengubah warna air

laut. Limbah tersebut bermuara di sekitar wilayah pesisir dan laut di

daerah tersebut dan membunuh banyak makhluk hidup di dalamnya,

sehingga memberi peluang pada bibit penyakit seperti malaria dan lain-

lain. Berdasarkan contoh, dapat disimpulkan bahwa kerusakan bukan

hanya merugikan ekosistem yang ada di sekitarnya saja, melainkan

berpengaruh kepada lingkungan masyarakat dan kesehatan masyarakat

di wilayah tersebut.

Penanganan limbah dan sampah di wilayah laut dan pesisir

Indonesia belum mencapai tahap maksimal. Oleh karena itu, untuk

meminimalisir terjadinya pembuangan limbah dan sampah ke laut,

masyarakat membutuhkan bantuan pemerintah setempat untuk

menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga wilayah pesisir dari

ancaman kerusakan dengan upaya menyediakan tempat pembuangan

sampah di wilayah pesisir, adanya penyuluhan yang baik untuk

masyarakat atas dampak yang terjadi akibat tindakan-tindakan yang


23

merusak pesisir dan laut, memberikan bantuan dana yang dapat memper-

baiki kerusakan lingkungan yang terjadi, mendukung dan mendanai

gerakan pengangkatan sampah dari laut, penerapan prinsip 3M

(mengurangi produksi sampah, penggunaan kembali sampah yang layak

pakai, daur ulang), memberikan sanksi yang tegas kepada perusak

lingkungan, mengadakan program penanaman mangrove di sekitar

wilayah pesisir, dan lain sebagainya.

Menjaga wilayah pesisir dan laut tidak hanya mengandalkan

kebijakan pemerintah, akan tetapi dengan tidak membuang sampah

sembarangan saat wisata, menggunakan produk ramah lingkungan,

menggunakan deterjen dan sabun secukupnya dan melestarikan hutan

mangrove juga termasuk ke dalam upaya menjaga lingkungan pesisir

dan laut dari kerusakan.

B. Fungsi Mangrove dalam Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup

Melestarikan hutan mangrove merupakan salah satu cara untuk

meminimalisir terjadinya kerusakan dan pencemaran lingkungan pesisir

dan laut. Diperingatinya Hari Mangrove Dunia (World Mangrove Day)

pada setiap tanggal 26 Juli membuktikan bahwa mangrove memiliki peran

penting dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi hutan mangrove yang

beragam, memunculkan peluang bagi masyarakat yang melestarikannya

untuk menjaga lingkungan sekaligus mendapat keuntungan. Hutan

mangrove berpotensi untuk tumbuh di Indonesia dikarenakan letak


24

geografis dan iklim tropis yang menjadi faktor pendukung tumbuhnya

mangrove.

Manfaat hutan mangrove bukan hanya sebagai benteng untuk

pencegahan abrasi akan tetapi, manfaat hutan mangrove sangat beragam

diantaranya adalah menghasilkan hasil hutan kayu yang dapat

dimanfaatkan sebagai peralatan furniture atau kayu bakar untuk

kehidupan sehari-hari. Selain hasil hutan kayu, hutan mangrove juga dapat

menghasilkan hasil hutan bukan kayu seperti bahan obat-obatan, kosmetik,

minuman, pembuat sabun, dll yang dapat di manfaatkan oleh masyarakat

untuk dijual dan dapat dijadikan sebagai produk khas wilayah pesisir.

Fungsi hutan mangrove untuk meningkatkan kualitas lingkungan

hidup sangat beragam dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi apabila

penduduk wilayah pesisir tersebut dapat melestarikan, mengendalikan dan

mengelola hutan mangrove dengan baik dan benar. Hutan mangrove

adalah salah satu ekosistem wilayah pesisir dan laut yang sangat potensial

bagi kesejahteraan masyarakat baik dari segi ekonomi, sosial dan

lingkungan hidup.

Hutan mangrove di Indonesia memegang peranan penting untuk

dunia, dari total 15,2 juta hectare hutan mangrove dunia yang tersebar di

124 negara tropis dan sub tropis, karena 21 persen diantaranya berada di

Indonesia (Wiratno), Sehingga hutan mangrove di Indonesia sangat layak

dijadikan hutan lindung. Hal ini membuktikan bahwa kerusakan hutan

mangrove akan memberikan dampak yang sangat berpengaruh terhadap


25

kelangsungan hidup manusia dan ekosistem sekitarnya bukan hanya di

Indonesia tapi berdampak juga pada dunia.

Fungsi hutan mangrove untuk meningkatkan kualitas lingkungan

hidup diantaranya adalah menjaga kestabilan garis pantai dan mencegah

abrasi. Selain menjaga kestabilan garis pantai dan mencegah abrasi, hutan

mangrove juga berfungsi untuk menahan sedimen sehingga jika terjadi

secara terus-menerus, maka akan menumbuhkan lahan baru atau

memperluas daratan. Hal ini terjadi karena sistem perakaran mangrove

yang sangat rapat dan lebat dapat menahan sedimen yang terbawa oleh air

laut.

Hutan mangrove dapat menyangga proses intrusi (perbedaan

tekanan dimana tenakan air tanah lebih kecil dibandingkan air laut) yang

menyebabkan batas antara air tawar dan asin menjadi kabur. Sehingga air

tanah di wilayah pesisir pantai menjadi asin dan hutan mangrove

membantu untuk memberikan batasan sehingga gelombang air laut dapat

dipecah ketika melewati hutan mangrove sehingga masuknya air asin ke

dalam pori-pori tanah atau daratan dapat diperkecil sehingga tidak terjadi

kelangkaan air tawar di kawasan pantai.

Penduduk pesisir harus sadar akan pentingnya menjaga kelestarian

hutan mangrove karena hutan mangrove menghasilkan lebih banyak

oksigen daripada hutan pada umumnya. Dan hutan mangrove menyerap

karbon lebih banyak karena tumbuhan mangrove memiliki daun yang


26

lebih banyak daripada hutan lain. Hal ini sangat meguntungkan bagi

penduduk pesisir apabila menjaga lingkungannya dengan baik.

Bagi invertebrata atau pemakan bahan pelapukan, hutan mangrove

berfungsi sebagai sumber bahan makanan. Hutan mangrove juga berfungsi

sebagai Nursery Ground yang berarti kawasan pengasuhan bagi hewan-

hewan yang biasa berkembang biak dan tumbuh di area hutan mangrove

seperti udang, ikan, kepiting, kerang, dan sebagainya sebelum akhirnya

dilepas kembali ke hutan setelah dewasa. Selain itu, hutan mangrove

menjadi habitat bagi banyak burung-burung langka, kera ekor panjang,

dan juga buaya rawa, harimau bengal, kijing bintik, kancil, dan satwa-

satwa liar lain yang pertumbuhannya jarang dan terancam mengalami

kepunahan.

Hutan mangrove berfungsi juga sebagai sumber plasma nutfah

yang merupakan pembawa sifat keturunan yang dapat berupa organ utuh

atau bagian dari tumbuhan atau hewan serta mikroorganisme, sehingga

plasma nutfah dianggap sebagai salah satu kekayaan alam berharga.

Keberadaan plasma nutfah sangat bermanfaat baik bagi perbaikan jenis-

jenis flora dan fauna juga keberlangsungan kehidupan liar itu sendiri di

masa depan.

Dalam bidang ekonomi, hutan mangrove dapat meningkatkan

perekonomian wilayah pesisir dan laut apabila melakukan kegiatan

ekonomi dengan memanfaatkan hasil hutan mangrove dengan baik, seperti

hutan mangrove adalah penghasil kayu yang dapat digunakan sebagai


27

bahan bangunan, furniture, bahan bakar dan dapat menjadi bahan bakar

fosil.

Hutan mangrove sebagai sumber bahan baku kertas, yang mana

kertas itu sangat dibutuhkan pada kegiatan apapun, apabila penduduk

pesisir menjual sesuatu dari kertas yang berasal dari mangrove,

kemungkinan besar terjualnya dan permintaannya akan tinggi dan

menguntungkan.

Karena menjadi salah satu tempat untuk berkembangbiak banyak

hewan, hutan mangrove pun berfungsi menjadi tempat pembibitan hewan,

terutama ikan. Kondisi air yang baik merupakan salah satu alasan kawasan

hutan mangrove sangat baik untuk dijadikan penghasil bibit hewan yang

baik.

Fungsi yang sangat terlihat pada kawasan hutan mangrove yaitu

adalah sebagai sarana rekreasi dan sarana pendidikan. Karena saat para

wisatawan berkunjung ke hutan mangrove bukan hanya keindahan yang

dapat dirasakan akan tetapi bertambahnya pengetahuan akan menjadi nilai

tambah yang diperoleh wisatawan saat berwisata ke hutan mangrove,

sehingga menambah kepuasan tersendiri saat berwisata ke tempat yang

bermanfaat seperti hutan mangrove.

Salah satu hutan mangrove yang produktif di Indonesia adalah

hutan mangrove di pesisir pantai Rebo, kecamatan sungailiat, Kabupaten

Bangka. Pemerintah dan masyarakat nya ikut serta dalam melestarikan dan

mengelola mangrove di pesisir pantai Rebo, sehingga fungsi hutan


28

mangrove telah meningkatkan kualitas lingkungan hidup masyarakat di

pesisir pantai Rebo, karena hutan mangrove tersebut menjadi wisata

rekreasi, pelindung dari abrasi, dan memproduksi makanan atau minuman

dari hutan mangrove yang dapat dijual dan dapat meningkatkan

perekonomian masyarakat.
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Sebagai penutup dari penyusunan karya tulis ini, perlu kiranya diambil

beberapa kesimpulan dari apa yang telah penulis bahas dan uraikan pada

bab-bab sebelumnya, dapat dihasilkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Mangrove merupakan komunitas tumbuhan berkayu yang hidup di

daerah yang terkena pasang surut air laut, dan memiliki akar unik yang

memiliki adaptasi yang tinggi untuk hidup di perairan yang berlumpur.

2. Kerusakan lingkungan hidup yaitu berkurangnya atau hilangnya fungsi

suatu lingkungan karena tindakan yang merubah sifat atau bentuk

lingkungan sehingga fungsinya tidak dapat dimanfaatkan dengan baik.

Kerusakan lingkungan didaerah pesisir diantaranya adalah abrasi,

lingkungan hidup menjadi kotor dan kualitas lingkungan hidup

menurun. Penyebab kerusakan lingkungan diantaranya adalah erosi

oleh ombak, membuang limbah tanpa diolah, menggunakan deterjen

dan sabun secara berlebih, membuang sampah kaleng, plastik dan

kertas ke laut.

3. Fungsi mangrove dalam meningkatkan kualitas hidup sangat beragam,

dan yang paling dikenal masyarakat adalah sebagai pencegah abrasi.

Manfaat lainnya diantaranya adalah menjadi habitat satwa langka,

pelindung dari bencana atau meminimalisir dampak dari bencana alam,

29
30

pengendapan lumpur yang berguna untuk penghilangan racun dan

unsur hara air, sumber alam dalam kawasan dan luar kawasan,

transportasi, sumber plasma nutfah, objek pariwisata, sarana

pendidikan dan penelitian,pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari,

penyerapan karbon, memelihara iklim mikro, evapotranspirasi,

mencegah berkembangnya tanah sulfat masam.

B. Saran

1. Kepada Pembaca :

1) Kerusakan lingkungan adalah tanggung jawab bersama,

bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau petugas

kebersihan lingkungan. Maka dari itu kita harus

memunculkan kesadaran pada diri sendiri untuk menjaga

lingkungan kita.

2) Hutan mangrove sangat bermanfaat bagi lingkungan. Oleh

karena itu kita harus menjaga dan melestarikan hutan

mangrove dan mencegah terjadinya kegiatan yang dapat

merusak hutan mangrove

3) Hutan mangrove memiliki banyak manfaat dan fungsi. Agar

mencapai tingkat maksimal saat melestarikannya maka kita

harus mempelajari tentang hutan mangrove untuk

kepmendapatkan kualitas lingkungan yang diharapkan.

4) Proses peningkatan kualitas lingkungan hidup melalui hutan

mangrove akan terjadi lebih cepat apabila digerakkan oleh


31

pribadi yang dapat menjalankan kegiatan ekonomi dengan

baik, kreatif dan dapat memanfaatkan hasil dari hutan

mangrove dengan baik dan disertai pengendalian yang

terencana.

2. Kepada Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan :

1) Mempertegas sanksi untuk oknum yang merusak lingkungan

hidup dan mengalih fungsikan lahan kehutanan.

2) Melengkapi fasilitas untuk menjaga lingkungan hidup.

3. Kepada penulis lain :

5) Apabila akan mengadakan penelitian dengan tema yang sesuai

dengan karangan ilmiah ini, disarankan untuk melakukan

penelitian lebih lanjut dan mencari referensi yang lebih lengkap.


Daftar Pustaka

Akib, M. (2016). Hukum Lingkungan Perspektif Global dan Nasional. Jakarta:


Rajawali pers.

Ervawi. (2017). Mangrove Investasi Dunia Akhirat. Bogor: Perpustakaan


Nasional.

Januri, N. (2008). Mencegah Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Media Pusindo.

Kartodiharjo, H. (2017). Analisis Kebijakan. Bogor: Sajogyo institute.

Kartodiharjo, H. (2017). Dibalik Krisis Ekosistem : Pemikiran tentang Kehutanan


dan Lingkungan. Jakarta: LP3ES.

Sindhu, Y. (2017). Geografi untuk SMA/MA kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Wardiyatmoko, K. (2014). Geografi untuk SMA/MA kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Anisa, A. (2016). Retrieved from 15 Fungsi Hutan Mangrove bagi Kehidupan


Makhluk Hidup: https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hutan/fugsi-hutan-
mangrove

APA, h. t. (2018, september 22). Retrieved oktober 22, 2018, from wikipedia:
https://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_bakau

Fatma, D. (2017). ilmugeografi.com. Retrieved from Bencana Tsunami:


https://ilmugeografi.com/bencana-alam/bencana-tsunami

Ilham, D. (2016). KONSERVASI HUTAN MANGROVE DI PESISIR PANTAI


KOTA TERNATE TERINTEGRASI DENGAN KURIKULUM
SEKOLAH. BioEdukasi, 488-492.

Januri, N. (2008). Mencegah Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Media Pusindo.

Miswadi, D. (2017). Pemanfaatan Kayu Mangrove oleh Masyarakat Suku Asli


Sungai Liong Pulau Bengkalis. Dinamika Maritim, 36-37.

penadidik. (2017). Retrieved from 16 Dampak Tanah Longsor Terhadap


Lingkungan dan Masyarakat: https://ilmugeografi.com/bencana-
alam/dampak-tanah-longsor

xi
Pramudji. (2000). Retrieved from DAMPAK PERILAKU MANUSIA PADA
EKOSISTEM MANGROVE DI INDONESIA:
www.oseanografi.lipi.go.id

Sari, M. (2015). Retrieved from Abrasi Pantai-Penyebab-Dampak dan


Pencegahan: https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/laut/abrasi-pantai

Sari, M. (2015). Dampak Letusan GUnung Berapi pada lingkungan. Retrieved


from https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/gunung/dampak-letusan-
gunung-berapi

Sari, M. (2015). ilmugeografi.com. Retrieved from Dampak Letusan Gunung


Berapi pada Lingkungan: https://ilmugeografi.com/ilmu-
bumi/gunung/dampak-letusan-gunung-berapi

Voony, L. (2017). Penyebab Rusaknya Lingkungan Hidup. kompasiana.

Yudia, M. (2015). Kondisi Pesisir Pantai dan Kelautan semakin


Mengkhawatirkan. Analisa Daily.

xii
xiii
xiv

Anda mungkin juga menyukai