Anda di halaman 1dari 25

PENGERTIAN EKSTRASI DAN JENIS EKSTRAKSI

Ekstraksi adalah jenis pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau
cairan. Proses ekstraksi bermula dari penggumpalan ekstrak dengan pelarut kemudian terjadi
kontak antara bahan dan pelarut sehingga pada bidang datar antarmuka bahan ekstraksi dan
pelarut terjadi pengendapan massa dengan cara difusi. 
Bahan ekstraksi yang telah tercampur dengan pelarut yang telah menembus kapiler-
kapiler dalam suatu bahan padat dan melarutkan ekstrak larutan dengan konsentrasi lebih tinggi
di bagian dalam bahan ekstraksi dan terjadi difusi yang memacu keseimbangan konsentrasi
larutan dengan larutan di luar bahan (Sudjadi, 1988).
    Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan cara dingin dan cara panas. Jenis-jenis
ekstraksi tersebut sebagai berikut:
1.      Ekstraksi secara dingin
·         Maserasi, merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan
terlindung dari cahaya.
Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia
yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin(Sudjadi,
1988).

Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya antara lain
waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan
lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti
benzoin, tiraks dan lilin.

Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut :

· Modifikasi maserasi melingkar

· Modifikasi maserasi digesti

· Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat

· Modifikasi remaserasi

· Modifikasi dengan mesin pengaduk (Sudjadi, 1988).

·         Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari


dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air
oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk
kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon (Sudjadi, 1988).

Keuntungan metode ini adalah :


-          Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap
pemanasan secara langsung.
-          Digunakan pelarut yang lebih sedikit
-          Pemanasannya dapat diatur (Sudjadi, 1988).

Kerugian dari metode ini :

-          Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-
menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.
-          Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut
tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih
banyak untuk melarutkannya.
-          Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan
titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah
komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif (Sudjadi,
1988).
Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik dan
tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya heksan : diklormetan
= 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan mempunyai komposisi
yang berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah (Sudjadi, 1988).

·         Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia yang
telah dibasahi.Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel
padat (marc) telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak
merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama
proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien (Sutriani,L . 2008).

2. Ekstraksi secara panas


·         Metode refluks

Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang
mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung..

Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah
manipulasi dari operator (Sutriani,L . 2008).

·         Metode destilasi uap

Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak menguap
(esensial) dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia
yang mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik
didih tinggi pada tekanan udara normal (Sutriani,L . 2008).
Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai daya melarutkanyang
tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya melarutkan yang tinggi ini berhubungan dengan
kepolaran pelarut dan kepolaran senyawa yang diekstraksi. Terdapat kecenderungan kuat bagi
senyawa polar larut dalam pelarut polar dan sebaliknya(Sutriani,L . 2008).

Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh:


·         Selektivitas, pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan.
·         Kelarutan, pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar.
·    Kemampuan tidak saling bercampur, pada ekstraksi cair, pelarut tidak boleh larut dalam bahan
ekstraksi.
·      Kerapatan, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dengan
bahan ekstraksi.
·         Reaktivitas, pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen bahan
ekstraksi.
·         Titik didih, titik didh kedua bahan tidak boleh terlalu dekat karena ekstrak dan pelarut
dipisahkan dengan cara penguapan, distilasi dan rektifikasi.
·         Kriteria lain, sedapat mungkin murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak beracun, tidak
mudah terbakar, tidak eksplosif bila bercampur udara, tidak korosif, buaka emulsifier, viskositas
rendah dan stabil secara kimia dan fisik (Sutriani,L . 2008).
Ekstraksi adalah :  
proses pemindahan atau pencucian suatu konstituen dalam suatu sampel ke suatu pelarut dengan
cara mengaduk atau melarutkannya.

Pengertian lain dari ekstraksi adalah :


Pemisahan atau pengambilan zat cair dalam suatu bahan atau sampel.

Proses ekstraksi dapat dibedakan 2 fase, dapat dilakukan 1 kali ekstraksi  dan beberapa kali
ekstraksi  kontinyu.

Dari segi teknik ekstraksi dapat dibagi menjadi 3 bagian :


o Ekstraksi cair-cair    (ekstraksi pelarut).
o Ekstraksi padat-cair (leaching).
o Ekstraksi Super kritis
Ekstraksi pelarut adalah  solut dipindahkan dari pelarut yang satu ke pelarut yang lain yang tidak
tercampur dengan cara mengocok berulang. Dilaboratorium kimia dilakukan dengan
menggunakan corong pemisah. Setelah pengocokan dibiarkan memisah menjadi 2 lapisan. Salah
satu lapisan diambil, sedangkan lapisan ke 2 dibuang atau di ekstraksi kembali dengan cara yang
sama.

Ekstraksi leaching adalah ekstraksi suatu konstituen dan sampel padat dengan cara melarutkan
langsung dalam suatu pelarut yang sesuai lalu disaring filtrasi, diuapkan sampai kering di
laboratorium. Ekstraksi ini dilakukan menggunakan alat soklet.

Istilah-istilah umum dalam ekstraksi :


o Material ekstraksi : bahan yang akan di ekstraksi
o Solven (media ekstraksi) : suatu zat cair yang dapat melakukan ekstraksi.
o Ekstrak : material yang dipisahkan dari zat pembawanya.
o Rafinat (residu) : material yangsudah di ekstraksi.
o Diluen : cairan pembawa.
o Ekstraktor : alat ekstraksi.
o Estraksi padat-cair : ekstraksi dari bahan padat.
o Ektraksi cair-cair (ekstraksi pelarut) : ekstraksi dari bahan cair.
Sifat - Sifat Pelarut :
o Selektif, hanya dapat melarutkan konstituen yang kita inginkan.
o Sulubilitas, mampu melarutkan atau mengekstraksi dalam jumlah yang banyak.
o kemampuan memisahkan.
o Densitas yang berbeda.
o Reaktifitas, pelarut tudak boleh bereaksi dengan zat yang diambil .
o Titik didih dapat bereaksi dengan bahan yang diekstraksi.
o Murah.
o Tidak beracun, eksplosif dan korosif.
Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi :
o Ukuran partikel
o Jenis pelarut
o Temperatur
o Pencampuran
Ekstraksi padat - cair yang digunakan untuk memisahkan enalit yang terdapat pada padatan yang
menggunakan pelarut organik. Padatan yang akan diekstraksi, terlebih dahulu dilembutkan
dengan cara ditumbuk atau juga di iris - iris, kemudian padatkan yang telah halus dibungukus
dengan kertas saring. Padatan organik dimasukkan ke dalam labu alas bulat.

Kemudian alat ekstraksi soklet di rangkai dengan kondensor. Ekstraksi dilakukan dengan
memanaskan pelarut organik sampai semua analit terekstrak.
 PENGERTIAN EKSTRAKSI 
Proses ekstraksi (Pemisahan) itu sendiri dibagi menjadi bermacam-macam menurut asal dan
bahan yang akan dipisah. Secara garis besar, ada dua macam pemisahan.

A. Ekstraksi padat-cair (leaching) adalah proses pemisahan cairan dari padatan dengan
menggunakan cairan sebagai bahan pelarutnya.

B. Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan cairan dari suatu larutan dengan
menggunakan cairan sebagai bahan pelarutnya.

TAHAP-TAHAP EKSTRAKSI

 1. Mencampur bahan ekstraksi dengan pelarut dan membiarkannya saling


berkontak.    Dalam hal ini terjadi perpindahan massa dengan cara difusi pada bidang
antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut. Dengan demikian terjadi ekstraksi yang sebenarnya,
yaitu pelarutan ekstraksi.

 2. Memisahkan larutan ekstrak dari rafinat, kebanyakan dengan cara penjernihan atau
filtrasi.

 3. Mengisolasi ekstrak dari larutan dan mendapatkan kembali pelarut, umumnya


dilakukan dengan menguapkan pelarut. Dalam hal-hal tertentu, larutan ekstrak dapat
langsung diolah lebih lanjut atau dioalh setelah dipekatkan.

FAKTOR- FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN ANTARA LAIN SEBAGAI


BERIKUT:

o 1. Ukuran partikel
Ukuran partikel mempengaruhi laju ekstraksi dalam beberapa hal. Semakin kecil ukurannya,
semakin besar luas permukaan antara padat dan cair; sehingga laju perpindahannya menjadi
semakin besar. Dengan kata lain, jarak untuk berdifusi yang dialami oleh zat terlarut dalam
padatan adalah kecil.

o 2. Zat pelarut

Larutan yang akan dipakai sebagai zat pelarut seharusnya merupakan pelarut pilihan yang
terbaik dan viskositasnya harus cukup rendah agar dapat dapat bersikulasi dengan mudah.
Biasanya, zat pelarut murni akan diapaki pada awalnya, tetapi setelah proses ekstraksi
berakhir, konsentrasi zat terlarut akan naik dan laju ekstraksinya turun, pertama karena
gradien konsentrasi akan berkurang dan kedua zat terlarutnya menjadi lebih kental.

o 3.Temperatur

Dalam banyak hal, kelarutan zat terlarut (pada partikel yang diekstraksi) di dalam pelarut
akan naik bersamaan dengan kenaikan temperatur untuk memberikan laju ekstraksi yang
lebih tinggi.

o 4. Pengadukan fluida

Pengadukan pada zat pelarut adalah penting karena akan menaikkan proses difusi, sehingga
menaikkan perpindahan material dari permukaan partikel ke zat pelarut.

Pemilihan juga diperlukan tahap-tahap lainnya. pada ektraksi padat-cair misalnya, dapat
dilakukan pra-pengolahan (pengecilan) bahan ekstraksi atau pengolahan lanjut dari rafinat
(dengan tujuan mendapatkan kembali sisa-sisa pelarut). 
Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini :

o 1.Selektivitas

Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen lain
dari bahan ekstraksi. Dalam praktek, terutama pada ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga
bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang
diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu
misalnya di ekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.
o 2.Kelarutan

Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar (kebutuhan
pelarut lebih sedikit).

o 3.Kemampuan tidak saling bercampur

Pada ekstraksi cair-cair pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut dalam bahan
ekstraksi.

o 4.Kerapatan

Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaaan kerapatan yaitu
besar amtara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan
mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila beda
kerapatan kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan menggunakan gaya
sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).

o 5.Reaktifitas

Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen-
komponen bahan ekstraksi. Sebaliknya dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya reaksi
kimia (misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi.
Seringkali ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan
dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan.

o 6.Titik didih

Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan, destilasi atau
rektifikasi, maka titik didih kedua bahan it tidak boleh terlalu dekat, dan keduanya tidak
membentuk aseotrop. ditinjau dari segi ekonomi, akan menguntungkan jika pada proses
ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu tinggi (seperti juga halnya dengan panas penguapan
yang rendah).

o 7. Kriteria yang lain

Pelarut sedapat mungkin harus:


Murah

Tersedia dalam jumlah besar

Tidak beracun

Tidak dapat terbakar

Tidak eksplosif bila bercampur dengan udara

Tidak korosif

Tidak menyebabkan terbentuknya emulsi

Memilliki viskositas yang rendah

Stabil secara kimia dan termis.

Karena hampir tidak ada pelarut yang memenuhi syarat di atas, maka untuk setiap proses
ekstraksi harus dicari pelarut yang paling sesuai. 
Beberapa pelarut yang terpenting adalah : air, asam-asam organik dan anorganik,
hidrokarbon jenuh, toluen, karbon disulfit, eter, aseton, hidrokarbon yang mengandung
khlor, isopropanol, etanol.

A.     EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 


Leaching ialah ekstraksi padat-cair dengan perantara suatu zat pelarut. Proses ini
dimaksudkan untuk mengeluarkan zat terlarut dari suatu padatan atau untuk memurnikan
padatan dari cairan yang membuat padatan terkontaminasi, seperti pigmen.  
Metode yang digunakan untuk ekstraksi akan ditentukan oleh banyaknya zat yang larut,
penyebarannya dalam padatan, sifat padatan dan besarnya partikel. Jika zat terlarut
menyebar merata di dalam padatan, material yang dekat permukaan akan pertama kali larut
terlebih dahulu. Pelarut, kemudian akan menangkap bagian pada lapisan luar sebelum
mencapai zat terlarut selanjutnya, dan proses akan menjadi lebih sulit dan laju ekstraksi
menjadi turun.
Biasanya proses leaching berlangsung dalam tiga tahap, yaitu: Pertama perubahan fase dari
zat terlarut yang diambil pada saat zat pelarut meresap masuk. Kedua terjadi proses difusi
pada cairan dari dalam partikel padat menuju keluar. Ketiga perpindahan zat terlarut dari
padatan ke zat pelarut.

Pada ekstraksi padat-cair, satu atau beberapa komponen yang dapat larut dipisahkan dari
bahan padat dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara teknis dalam skala besar
terutama dibidang, industri bahan alami dan makanan, misalnya untuk memperoleh bahan-
bahan aktif dari tumbuhan atau organ-organ binatang untuk keperluan farmasi, gula dari
umbi, minyak dari biji-bijian, kopi dari biji kopi.

Alat-alat ekstraksi tak kontinu dan kontinu berikut ini biasanya merupakan bagian dari suatu
instalasi lengkap, yang misalnya terdiri atas:

1. Alat untuk pengolahan awal (pengecilan ukuran, pengeringan) bahan ekstraksi.

 2. Ekstraktor yang sebenarnyaperlengkapan untuk memisahkan (dengan penjernihan


atau penyaringan) larutan ekstrak dari rafinat (seringkali menyatu dengan ekstraktor)

3. Peralatan untuk mengisolasi ekstrak atau meningkatkan konsentrasi larutan ekstrak dan
memperoleh kembali pelarut (dengan cara penguapan).

B.    EKSTRAKSI CAIR-CAIR 
Ekstraksi cair-cair adalah proses pemindahan suatu komponen campuran cairan dari suatu
larutan ke cairan yang lain (yaitu pelarutnya). Pada suatu campuran dua cairan yang saling
larut, salah satu adalah sebagai zat terlarut (solute), dan yang lain adalah sebagai zat
pembawanya (diluent). Jika suatu campuran dimurnikan dengan bantuan cairan ketiga, yang
disebut dengan zat pelarut (solvent) dan zat pelarutnya tidak mudah larut atau larut
sebagian, maka akan terbentuk dua fase lapisan. Kejadian ini menunjukkan bahwa zat
pelarut larut bagian dengan zat pembawa atau dengan kedua zat pembawa dan zat
terlarutnya pada temperatur tersebut. Lapisan yang kaya-zat pelarut disebut dengan fase
ekstrak, dan lapisan yang lain disebut dengan fase rafinat. Setelah kondidi kesetimbangan
dicapai, pada analisis akan didapatkan bahwa fase ekstrak terdiri dari zat pelarut yang jenuh
dengan acuan terhadap kedua zat terlarut dan zat pembawanya, dan fase rafinat akan terdiri
atas zat 
Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan pelarut yang
pertama (media pembawa) dan masuk ke dalam pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai
syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak saling melarut ( atau hanya dalam
daerah yang sempit). Agar terjadi perpindahan massa yang baik –yang berarti performansi
ekstraksi yang besar- haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluas mungkin
di antara kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan didistribusikan menjadi tetes-
tetes kecil (misalnya dengan bantuan perkakas pengaduk). Tentu saja pendistribusian ini
tidak boleh terlalu jauh, karena akan menyebabkan terbentuknya emulsi yang tidak dapat
lagi atau sukar sekali dipisahkan. Turbulensi pada saat mencampur tidak perlu terlalu besar.
Yang penting perbedaan konsentrasi sebagai gaya penggerak pada bidang batas tetap ada.
Hal ini berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan sedapat mungkin segera disingkirkan dari
bidang batas.
Pada saat pemisahan, cairan yang telah terdistribusi menjadi tetes-tetes harus menyatu
kembali menjadi sebuah fasa homogen dan berdasarkan perbedaan kerapatan yang cukup
besar dapat dipisahkan dari cairan yang lain. Kecepatan pembentukan fasa homogen ikut
menentukan output sebuah ekstraktor cair-cair. Kuantitas pemisahan persatuan waktu dalam
hal ini semakin besar jika permukaan lapisan antar fasa didalam alat semakin luas.
Sama halnya seperti pada ekstraksi padat-cair, alat ekstraksi tak kontinu dan kontinu yang
akan dibahas berikut ini eringkali merupakan bagian dari suatu instalasi lengkap. Instalasi
tersebut biasanya terdiri atas ekstraktor yang sebenarnya (dengan zone-zone pencampuran
dan pemisahan) dan sebuah peralatan yang dihubungkan dibelakangnya (misalnya alat
penguap, kolom rektifikasi) untuk mengisolasi ekstrak atau memekatkan larutan ekstrak dan
mengambil kembali pelarut.

Ekstraksi, jika dibandingkan dengan distilasi, mempunyai banyak keuntungan,


mengingat:

1. Distilasi membutuhkan panas yang besar, misalnya pada larutan dengan relative volatility
sangat dekat.

2. Pemisahan pada proses distilasi akan mengalami kesulitan untuk komponen-komponen


azeotrop.

3. Komponen-komponen di dalam larutan dapat rusak dalam proses pemanasan.

4. Jika komponen yamg akan dipisahkan mempunyai perbedaan sifat fisika yang kecil
o

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ektraksi dpakai jika proses distilasi dianggap
kurang praktis atau terlalu mahal biaya operasionalnya, atau jika distilasi tidak mampu
untuk memisahkannya. Ekstraksi akan lebih praktis dibanding distilasi jika relative
volatility (kemampuan mudah berubahnya cairan ke bentuk gas) kedua komponen sangat
dekat yaitu antara 1,0 dan 1,2, selain itu, ekstraksi cair-cair mungkin lebih ekonomis
daripada distilasi atau steam stripping pada pengolahan limbah cair, jika relative volatility
dari larutan terhadap air kurang dari 4.
Pada kasus lain, komponen-komponen yang akan dipisahkan mungkin sangat sensitif
terhadap panas, seperti antibiotik, atau relative non-volatile, seperti garam-garam mineral,
dan ekstraksi cair-cair akan memberikan biaya operasional yang minim untuk pemisahan.
Bagaimanapun juga penggunaan distilasi harus dievaluasi secara lebih teliti sebelum
memastikan untuk menggunakan ekstraksi cair-cair. 
Proses ektraksi biasanya menyangkut: a)ekstraksi cair-cair, b) mendapatkan pelarut
kembali,c) raffinate desollventizing (penghilangan/pengambilan pelarut pada rafinat)
Sebuah contoh proses ekstraksi cair-cair dengan biaya yang ekonomis adalah mendapatkan
asam asetat dari air dengan menggunakan etil eter atau etil asetat. Pelarut didapatkan
kembali dengan distilasi dan rafinat dimurnikan dari pelarutnya dengan distilasi uap. Dalam
beberapa hal pelarut yang dipakai mempunyai titi didih yang lebih tinggi daripada larutan.

      Macam-macam Metode Ekstraksi


Teknik ekstraksi dapat dibedakan menjadi tiga cara yaitu ekstraksi bertahap (batch-
extraction), ekstraksi kontinyu (ekstraksi samapi habis), dan ekstraksi arah berlawanan (counter
current extraction).
·         Ekstraksi Bertahap (batch-extraction )
Ekstraksi bertahap merupakan cara yang paling sederhana. Caranya cukup dengan menambahkan
pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut semula kemudian dilakukan
pengocokan sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi zat yang akan diekstraksi pada kedua
lapisan, setelah ini tercapai lapisan didiamkan dan dipisahkan.
·         Ekstraksi Kontinyu (ekstraksi samapi habis)
Ekstraksi kontinyu digunakan bila perbandingan distribusi relaitf kecil sehingga untuk
pemisahan yang kuantitatif diperlukan beberapa tahap ekstraksi.Efesiensi yang tinggi pada
ekstraksi tergantung pada viskositas fase dan factor-faktor lain yang mempengaruhi kecepatan
tercapainya suatu kesetimbangan, salah satu diantaranya adalah dengan menggunakan luas
kontak yang besar.
·         Ekstraksi Arah Berlawanan (counter current extraction)
Ekstraksi kontinyu counter current, fase cair pengekstraksi dialirkan dengan arah yang
berlawanan dengan larutan yang mengandung zt yang akan diekstraksi. Biasanya digunakan
untuk pemisahan zat, isolasi atau pemurnian. Sangat penting untuk fraksionasi senyawa organik
tetapi kurang bermanfaat untuk senyawa-senyawa an-organik.

 III.            faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses ekstraksi antara lain :


1. Jenis pelarut
Jenis pelarut mempengaruhi senyawa yang tersari, jumlah solut yang terekstrak dan kecepatan
ekstraksi.
2. Temperatur
Secara umum, kenaikan temperatur akan meningkatkan jumlah zat terlarut ke dalam pelarut.
Temperatur pada proses ekstraksi memang terbatas hingga suhu titik didih pelarut yang
digunakan.
3. Rasio pelarut dan bahan baku
Jika rasio pelarut bahan baku besar maka akan memperbesar pula jumlah senyawa yang terlarut.
Akibatnya laju ekstraksi akan semakin meningkat.
4. Ukuran partikel
Laju ekstraksi juga meningkat apabila ukuran partikel bahan baku semakin kecil. Dalam arti lain,
rendemen ekstrak akan semakin besar bila ukuran partikel semain kecil.

Ekstraksi merupakan suatu metoda pemisahan berdasarkan kelarutan suatu zat yang tak
saling campur. Metoda - metoda ekstraksi terdiri dari maserasi, sokletasi,perkolasi serta
refluks. Metoda yang digunakan untuk bunga sependong hingga didapat ekstrak adalah
metoda sokletasi. Sokletasi ini menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan
dapat melarutkan senyawa organic yang terdapat dalam bahan alam dalam suhu panas,
dimana sample terpisah dari pelarut, sample hanya dilewati oleh pelarut.Sample yang
akan diekstraksi dibagi menjadi 5 bagian dan dibungkus dengan kertas saring. Setiap
bungkus sample dilakukan ± 2 jam atau sampai warna pelarut seperti warna aslinya.
Pelarut yang digunakan adalah n-heksan. Saat penggantian bungkus sample tidak
dilakukannya penggantian pelarut atau penambahan pelarut. Ekstrak yang diperoleh dari
ekstraksi ini dievaporasi agar didapat ekstrak pekat. Proses evaporasi bertujuan untuk
menguapkan pelarut dari ekstrak sehingga didapat ekstrak pekat. Dilakukan dalam
keadaan vakum agar tidak ada senyawa yang keluar atau masuk dari evaporator dan juga
evaporator ini menggunakan pendingin balik. Ektrak pekat yang diperoleh disimpan
dalam vial.

Penyairan secara berkesinambungan, dimana cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap
cairan akan terkondensasi molekul-molekul cairan penyari oleh pendingin balik dengan turun
kedalam klonsong menyari simplisia dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu alas bulat
setelah melewati pipa siphon, proses ini berlangsung hingga penyarian zat aktif menjadi
sempurna
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu bahan dari campurannya, biasanya dengan
menggunakan pelarut. Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan
pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran (Suyitno,
1989). Shriner et al. (1980) menyatakan bahwa pelarut polar akan melarutkan solut yang polar
dan pelarut non polar akan melarutkan solut yang non polar atau disebut dengan “like dissolve
like”.
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua
cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut organik.Ekstraksi
yang dilakukan menggunakan metoda sokletasi, yakni sejennis ekstraksi dengan pelarut organik
yang dilakukan secara berulang ulang dan menjaga jumlah pelarut relatif konstan dengan
menggunakan alat soklet. Minyak nabati merupakan suatu senyawa trigliserida dengan rantai
karbon jenuh maupun tidak jenuh. Minyak nabati umumnya larut dalam pelarut organik, seperti
heksan dan benzen. Untuk mendapatkan minyak nabati dari bahagian tumbuhannya,
dapatdilakukan dengan metoda sokletasi menggunakan pelarut yang sesuai.
Adapun prinsip sokletasi ini adalah
Penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang
digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali
dan sisanya adalah zat yang tersari. Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah
menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak
melarutkan zat padat yang tidak diinginkan.
Metoda sokletasi seakan merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan
perkolasi. Jika pada metoda pemisahan minyak astiri ( distilasi uap ), tidak dapat digunakan
dengan baik karena persentase senyawa yang akan digunakan atau yang akan diisolasi cukup
kecil atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan untuk maserasi ataupun perkolasi ini, maka
cara yang terbaik yang didapatkan untuk pemisahan ini adalah sokletasi
Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan, sehingga
uap yang timbul setelah dingin secara kontunyu akan membasahi sampel, secara teratur pelarut
tersebut dimasukkan kembali kedalam labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi
tersebut. Pelarut yang telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan
rotary evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran organik
berbentuk cair atau padat
2 ditemui pada suatu zat padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut
yang diinginkan.
Syarat syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi :
1. Pelarut yang mudah menguap
Ex : heksan, eter, petroleum eter, metil klorida dan alkohol
2.Titik didih pelarut rendah.
3. Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan.
4. Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi.
5. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan.
6. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar.
7. Ekstraksi sinambung dengan menggunakan alat soklet merupakan suatu prosedur ekstraksi
kontituen kimia tumbuhan dari jaringan tumbuhan yang telah dikeringkan. Ekstraksi dilakukan
dengan menggunakan secara berurutan pelarut – pelarut organik dengan kepolaran yang semakin
menigkat. Dimulai dengan pelarut heksana, eter, petroleum eter, atau kloroform untuk
memisahkan senyawa – senyawa trepenoid dan lipid – lipid, kemudian dilanjutkan dengan
alkohol dan etil asetat untuk memisahkan senyawa – senyawa yang lebih polar. Walaupun
demikian, cara ini seringkali tidak menghasilkan pemisahan yang sempurna dari senyawa –
senyawa yang diekstraksi.
Cara menghentikan sokletasi adalah dengan menghentikan pemanasan yang sedang
berlangsung. Sebagai catatan, sampel yang digunakan dalam sokletasi harus dihindarkan dari
sinar matahari langsung. Jika sampai terkena sinar matahari, senyawa dalam sampel akan
berfotosintesis hingga terjadi penguraian atau dekomposisi. Hal ini akan menimbulkan senyawa
baru yang disebut senyawa artefak, hingga dikatakan sampel tidak alami lagi. Alat sokletasi tidak
boleh lebih rendah dari
pipa kapiler, karena ada kemungkinan saluran pipa dasar akan tersumbat. Juga tidak
boleh terlalu tinggi dari pipa kapiler karena sampel tidak terendam seluruhnya.
Dibanding dengan cara terdahulu ( destilasi ), maka metoda sokletasi ini lebih
efisien, karena:
1. Pelarut organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam secara berulang kali.
2. Waktu yang digunakan lebih efisien.
3. Pelarut lebih sedikit dibandingkan dengan metoda maserasi atau perkolasi.
4. Pelarut tidak mengalami perubahan yang spesifik.
Keunggulan sokletasi :
1. Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang.
2. Jumlah pelarut yang digunakan sedikit.
3. Proses sokletasi berlangsung cepat.
4. Jumlah sampel yang diperlukan sedikit.
5. Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik dalam bahan berulang kali.
Kelemahan sokletasi :
1. Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang mudah rusak atau
senyawa senyawa yang tidak tahan panas karena akan terjadi penguraian.
2. Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, dengan menggunakan
pereaksi meyer, Na, wagner, dan reagen reagen lainnya.
3. Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga mudah
menguap.

Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan secara kimia dan fisika kandungan zat simplisia
menggunakan pelarut yang sesuai. Hal-hal yang penting diperhatikan dalam melakukan ekstrasi
yaitu pemilihan pelarut yang sesuai dengan sifat-sifat polaritas senyawa yang ingin  diekstraksi
ataupun sesuai dengan sifat kepolaran kandungan kimia yang diduga dimiliki simplisia tersebut,
hal lain yang perlu diperhatikan adalah ukuran simplisia harus diperkecil dengan cara perajangan
untuk memperluas sudut kontak pelarut dan simplisia, tapi jangan terlalu halus karna
dikhawatirkan menyumbat pori-pori saringan menyebabkan sulit dan lamanya poses ekstraksi.
A. Proses yang terjadi selama proses ekstraksi :
 pembilasan senyawa-senyawa dalam simplisia keluar dari simplisia
 melarutnya kandungan senyawa kimia oleh pelarut keluar dari sel tanaman melalui proses
difusi dengan 3 tahapan : 1. penentrasi pelarut kedalam sel tanaman sehingga terjadi
pengembangan (swelling) sel tanaman. 2. proses disolusi yaitu melarutnya kandungan senyawa
didalam pelarut. 3. difusi dari senyawa tanaman, keluar dari sel tanaman (simplisia).
B. Pertimbangan pemilihan metode ekstraksi didasarkan pada :

 bentuk/tekstur bahan yang digunakan


 kandungan air dari bahan yang diekstrasi
 jenis senyawa yang akan diekstraksi
 sifat senyawa yang akan diekstraksi
Pemilihan metode ekstraksi tergantung bahan yang digunakan, bahan yang mengandung
mucilago dan bersifat mengembang kuat hanya boleh dengan cara maserasi. sedangkan kulit
dan akar sebaiknya di perkolasi. untuk bahan yang tahan panas sebaiknya diekstrasi dengan
cara refluks sedangkan simplisia yang mudah rusak karna pemanasan dapat diekstrasi
dengan metode soxhlet.

C. Hal Yang Penting Diperhatikan Dalam Ekstraksi


Pada umumnya untuk menghindari reaksi enzimatik dan hidrolisis, maka dilakukan perendaman
simplisia dalam alkohol yang mendidih untuk mematikan jaringan simplisia. Alkohol secara
umum sangat baik untuk proses ekstraksi awal simplisia.
Proses ekstraksi dalam simplisia  berdasarkan prinsip kesetimbangan konsentrasi, apabila
konsentrasi antara pelarut dan simplisia telah setimbang maka pelarut akan jenuh dan tidak bisa
menarik kandungan kimia dalam simplisia oleh sebab itu dilakukan penambahan pelarut baru
dalam metode ekstrasi jenis tertentu.
Ekstrasi pada simplisia jaringan hijau (berklorofil), bila diekstraksi ulang warna hijau hilang
sempurna, maka diasumsikan seluruh klorofil & senyawa yang berbobot rendah lainnya sudah
terekstraksi seluruhnya.

D. Faktor Yang mempengaruhi Kesetimbangan Konsentrasi Dalam Ekstraksi :


 perbandingan jumlah simplisia dan pelarut
 proses difusi sel yang utuh
 lama perendaman dan pengembangan simplisia
 kecepatan proses disolusi simplisia yang terintegrasi
 kecepatan terjadinya kesetimbangan
 suhu dan pH interaksi senyawa terlarut dan tidak larut
 tingkat lipopilitas (kepolaran)
E. Macam-macam Metode Ekstrasi
Bersasarkan energi/suhu yang digunaka ekstrasi dibagi menjadi 2 :
- cara dingin : maserasi dan perkolasi
- cara panan : refluks dan soxhletasi

Metode ekstraksi yang umum dilakukan :


1. Maserasi
Maserasi adalah metode ekstrasi dengan prinsip pencapaian kesetimbangan konsentrasi,
menggunakan pelarut yang direndamkan pada simplisia dalam suhu kamar, bila dibantu
pengadukan secara konstan maka disebut maserasi kinetik. Remaserasi adalalah penambahan
pelarut kedalam simplisia yang diekstrasi, maserat (hasil maserasi) pertama disaring, sisa
simplisia (residu) diekstrasi dengan menambahkan pelarut yang baru dengan cara yang sama
seperti diatas. kekurangan metode ini, butuh waktu yang lama dan memerlukan pelarut dalam
jumlah yang banyak.

2. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru hingga semua pelarut
tertarik dengan sempurna (exhaustive extraction), umunya dilakukan pada suhu kamar. tahapan
perkolasi penetesan pelarut serta penampungan perkolat nya hingga didapat volume 1 sampai 5
kali jumlah bahan.
Proses keberhasilan ekstraksi dengan cara perkolasi dipengaruhi selektifitas pelarut, kecepatan
alir pelarut dan suhunya, ukuran simplisia tidak boleh terlalu halus, karna dapat menyumbat pori-
pori saringan perkolator.

3. Refluks
Refluks adalah proses ekstraksi dengan pelarut yang didihkan beserta simplisia selama waktu
tertentu dan jumlah pelarutnya konstan, karna pelarut terus bersirkulasi didalam refluks
(menguap, didinginkan, kondensasi, kemudian menetes kembali ke menstrum (campuran pelarut
dan simplisia) di dalam alat). Umumnya dilakukan pengulangan pada residu pertama, hingga
didapat sebanyak 3-5 kali hingga didapat proses ekstraksi sempurna (exhaustive extraction).

4. Soxhletasi atau ekstraksi sinambung


Soxhletasi atau ekstraksi sinambung adalah proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang
selalu baru dengan menggunakan soxhlet. ekstrasi terjadi secara kontinyu,dengan jumlah pelarut
yang relatif konstan

Metode ekstraksi lainnya :


5. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (maserasi dengan pengadukan konstan) yang dilakukan pada
suhu temperatur yang lebih tinggi, umumnya 40-50 Celcius

6. Infus dan dekok


Infus adalah ekstraksi dengan menggunakan air yang mendidih pada suhu 96-98 C, dalam waktu
tertentu sekitar 15-20 menit, sedangkan dekok adalah proses infus yang terjadi selama skitar 30
menit lebih, untuk dekok sekarang sudah sangat jarang digunakan.

7. Destilasi Uap
Destilasi uap adalah ekstraksi dengan cara mengalirkan uap air pada simplisia (umumnya cara ini
dilakukan pada kandungan kimia simplisia yang mudah menguap seperti minyak atsiri), sehingga
uap air menarik kandungan zat didalam simplisia, yang kemudian terkondensasi bersama-sama
menghasilkan ekstrak cair (campuran).

8. Ekstraksi ultrasonik
Ekstrasi dengan bantuan getaran ultrasonik (>20.000 Hz) memberikan efek meningkatkan
permeabilitas dinding sel, sehingga banyak zat yang bisa ditarik oleh pelarut.

Disadur dari Farmasi Unisba


      DEFINISI DAN JENIS-JENIS EKSTRAKSI
Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang
paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam
tingkat makro ataupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat pelarut dengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur , seperti benzen, karbon
tetraklorida atau kloroform. Batasan nya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang
berbada dalam kedua fase pelarut.
Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran
berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak saling bercampur. Ekstraksi
pelarut umumnya digunakan untuk memisahkan sejmlah gugus yang diinginkan dan mungkin
merupakan gugs pengganggu dalam analisis secara keseluruhan. Kadang-kadang gugus-gugs
pengganggu ini diekstraksi secara selektif.
Teknik pengerjaan meliputi penambahan pelarut organik pada larutan air yang
mengandung gugus yang bersangkutan. Dalam pemilihan pelarut organik agar kedua jenis
pelarut (dalam hal ini pelarut organik dan air) tidak saling tercamupr satu sama lain. Selanjutnya
proses pemisahan dilakukan dalam corong pisah dengan jalan pengocokan beberapa kali.
Untuk memilih jenis pelarut yang sesai harus diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
1. Harga konstanta distribusi tinggi untuk gugus yang bersangkutan dan konstanta distribusi rendah
untuk gugus pengotor lainnya.
2. Kelarutan pelarut organik rendah dalam air
3. Viskositas kecil dan tidak membentuk emulsi dengan air
4. Tidak mudah terbakar dan tidak bersifat racun
5. Mudah melepas kembali gugs yang terlarut didalamnya ntk keperluan analisa lebih lanjut
Ekstraksi dapat dilakukan secara kontinue atau bertahap, ekstraksi bertahap cukup
dilakukan dengan corong pisah.Campuran dua pelarut dimasukkan dengan corong pemisah,
lapisan dengan berat jenis yang lebih ringan berada pada lapisan atas.
Dengan jalan pengocokan proses ekstraksi berlangsung, mengingat bahwa proses
ekstraksi merupakan proses kesetimbanganmaka pemisahan salah satu lapisan pelarut dapat
dilakukan setelah kedua jenis pelarut dalam keadaan diam. Lapisan yang ada dibagian bawah
dikeluarkan dari corong dengan jalan membuka kran corong dan dijaga agar jangan sampai
lapisan atas ikut mengalir keluar. Untuk tujuan kuantitatif, sebaiknya ekstraksi dilakukan lebih
dari satu kali.
Analisis lebih lanjut setelah proses ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai metode
seperti volumetri, spektrofotometri dan sebagainya. Jika sebagai metode analisis digunakan
metode spekttrofotometri, tidak perlu dilakukan pelepasan karena konsentrasi gugus yang
bersangkutan dapat ditentukan langsung dalam lapisan organik. Metode spektrofotometri dapat
digunakan untuk pelarut air maupun organik.
Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke
dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut
kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi
dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven
pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam
pelarut. Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya. [Lucas,
Howard J, David Pressman. Principles and Practice In Organic Chemistry]
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah:
 Tipe persiapan sampel
 Waktu ekstraksi
 Kuantitas pelarut
 Suhu pelarut
 Tipe pelarut
Ekstraksi lebih efisien bila dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut yang lebih
kecil daripada jumlah pelarutnya banyak tetapi ekstraksinya hanya sekali (Arsyad, 2001).

Macam Metoda Ekstraksi :


1.      Ekstraksi Cara Dingin
Metoda ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi berlangsung, tujuannya
untuk menghindari rusaknya senyawa yang dimaksud rusak karena pemanasanan. Jenis ekstraksi
dingin adalah :
*        Maserasi merupakan proses ekstraksi menggunakan pelarut diam atau dengan beberapa kali
pengocokan pada suhu ruangan. Pada dasarnya metoda ini dengan cara merendam sample
dengan sekali-sekali dilakukan pengocokan. Umumnya perendaman dilakukan 24 jam dan
selanjutnya pelarut diganti dengan pelarut baru. Ada juga maserasi kinetik yang merupakan
metode maserasi dengan pengadukan secara sinambung tapi yang ini agak jarang dipakai.
*        Perkolasi  merupakan ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada suhu ruangan. Prosesnya terdiri
dari tahap pengembangan bahan, maserasi antara,  perkolasi sebenarnya
(penetesan/penampungan ekstrak) secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak yang
jumlahnya satu sampai lima kali volume bahan, ini bahasa buku agak rumit ya…? Prosedurnya
begini: sampel di rendam dengan pelarut, selanjutnya pelarut (baru) dilalukan (ditetes-teteskan)
secara terus menerus sampai warna pelarut tidak lagi berwarna atau tetap bening yang artinya
sudah tidak ada lagi senyawa yang terlarut.

2.      Ekstraksi Cara Panas


Metoda ini pastinya melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan adanya panas secara otomatis
akan mempercepat proses penyarian dibandingkan cara dingin. Metodanya adalah:
*        Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut yang dilakukan pada titik didih pelarut tersebut,
selama waktu tertentu dan sejumlah pelarut tertentu dengan adanya pendingin balik (kondensor).
Umumnya dilakukan tiga sampai lima kali pengulangan proses pada residu pertama, sehingga
termasuk proses ekstraksi sempurna, ini bahasa buku lagi. Prosedurnya: masukkan sampel dalam
wadah, pasangkan kondensor, panaskan. Pelarut akan mengekstraksi dengan panas, terus akan
menguap sebagai senyawa murni dan kemudian terdinginkan dalam kondensor, turun lagi ke
wadah, mengekstraksi lagi dan begitu terus. Proses umumnya dilakukan selama satu jam.
*        Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru,
umumnya dilakukan menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi konstan dengan adanya
pendingin balik (kondensor). Disini sampel disimpan dalam alat Soxhlet dan tidak dicampur
langsung dengan pelarut dalam wadah yang di panaskan, yang dipanaskan hanyalah pelarutnya,
pelarut terdinginkan dalam kondensor dan pelarut dingin inilah yang selanjutnya mengekstraksi
sampel.
*        Digesti merupakan maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) yang dilakukan pada suhu
lebih tinggi dari suhu ruangan, secara umum dilakukan pada suhu 40ºC – 50ºC.

*        Infusa merupakan proses ekstraksi dengan merebus sample (khusunya simplisia) pada suhu
900C

II.                MACAM – MACAM PELARUT EKSTRAKSI


1.      n-heksan
2.      etil asetat
3.      etanol
4.      metanol
5.      air
6.      klorofrom (pelarut organic)
7.      CHCL3 (pelarut organic)
8.      Karbon tetraklorida (pelarut organic)
9.      CCL4 (pelarut organic)

V.                 DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, M. N. 1997. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Gramedia. Jakarta.
Basset, J. dkk. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Mikro dan Semimikro. PT. Kalman Media
Pustaka. Jakarta.

BAB I
PENDAHULUAN

Berbagai jenis bahan terdapat di alam memiliki jenis, bentuk dan komposisi yang
beragam. Dalam pemanfaatanya, manusia dapat mengambil seluruh zat dari bahan tersebut atau
dapat mengambil beberapa zat yang dibutuhkannya saja dari suatu bahan. Untuk dapat
mengambil atau memperoleh zat tersebut dapat dilakukan dengan berbagai proses, salah satunya
yaitu ekstraksi.
Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran
berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak saling bercampur. Ekstraksi
pelarut umumnya digunakan untuk memisahkan sejmlah gugus yang diinginkan dan mungkin
merupakan gugs pengganggu dalam analisis secara keseluruhan. Kadang-kadang gugus-gugus
pengganggu ini diekstraksi secara selektif.
Proses ekstraksi dapat dibedakan menurut bentuk campurannya menjadi dua jenis, yaitu
padat-cair dan cair-cair. Zat yang diekstraksi dalam ekstraksi padat-cair yaitu berbentuk padatan.
Sedangkan pada ekstraksi cai-cair, zat yang diekstraksi merupakan bentuk cairan. Ekstraksi cair-
cair inilah yang biasa disebut ekstraksi pelarut.
Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang
paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam
tingkat makro ataupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat pelarut dengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur , seperti benzen, karbon
tetraklorida atau kloroform. Batasan nya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang
berbada dalam kedua fase pelarut.

  
BAB II
ISI

A.  Pengertian
Secara umum definisi ekstraksi pelarut/cair-cair adalah proses pemisahan suatu
komponen/solut dari larutan fase air menggunakan pelarut organik tertentu. Dalam proses
ekstraksi dihasilkan dua jenis larutan yaitu larutan fase organik dan fase air. Larutan fase organik
yang dihasilkan dari proses ekstraksi adalah larutan yang kaya dengan solut yang diinginkan dan
sering disebut ekstrak sedangkan larutan fase air adalah larutan yang miskin dengan solut disebut
rafinat.

B.  Prinsip dasar ekstraksi pelarut


Hukum fase Gibb’s menyatakan bahwa :
P + V = C + 2
Keterangan :
P = fase
C = Komponen
V = Derjat kebebasan
Pada ekstraksi pelarut , kita mempunyai P = 2 , yaitu fase air dan organik, C= 1, yaitu zat
terlarut di dalam pelarut dan fase air pada temperatur dan tekanan tetap, sehingga V = 1, jadi kita
akan dapat :
2 + 1 = 1+2, yaitu P + V = C + 2

C.  Klasifikasi Ekstraksi
Beberapa cara dapat mengklasifikasikan sistem ekstraksi. Cara kalsik adalah
mengklasifikasikan berdasarkan sifat zat yang diekstraksi., sebagai khelat atau sistem ion
berasosiasi. Sekarang klasifikasi didasarkan atas proses ekstraksi. Bila ekstraksi ion logam
berlangsung , maka proses ekstraksi berlangsung dengan mekanisme tertentu .
Golongan ekstraksi berikutnya dikenali sebagai ekstraksi melalui solvasi sebab spesies
ekstraksi disolvasi ke fase organik. Golongan ekstraksi ketiga adalah proses yang melibatkan
pembentukan pasangan ion. Ekstraksi berlangsung melalui pembentukan spesies netral yang
tidak bermuatan diekstrksi ke fase organik. Sedangakan kategori terakhir merupakan ekstraksi
sinergis . Nama yang digunakan menyatakan adanya efek saling memperkuat yang berakibat
pada penambahan ekstraksi dengan memanfaatkan pelarut pengekstraksi.
Tiga metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap, ekstraksi kontinyu,
dan ekstraksi counter current. Ekstraksi bertahap merupakan cara yang paling sederhana.
Caranya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan
pelarut semula kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi
yang akan diekstraksi pada kedua lapisan, setelah ini tercapai lapisan didiamkan dan dipisahkan.
Kesempurnaan ekstraksi tergantung pada pada banyaknya ekstraksi yang dilakukan. Hasil
yang baik diperoleh jika jumlah ekstraksi yang dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut
sedikit-sedikit.(Khopkar 1990)
 Perbandingan antara konsentrasi solut dalam fase organik terhadap solut dalam fase air
disebut koefisien distribusi (Kd). Efisiensi proses ekstraksi atau dapat dinyatakan dengan persen
solut yang terekstrak ke dalam fase organik. diperoleh dengan persamaan sebagai berikut:

Keterangan :
E   = persen ekstraksi untuk sekali ekstraksi
D   = perbandingan distribusi
Vw  =  volume fase air
V0 = volume vase organik
Bila volume fase air dan fase organik sama (Vw = Vo), persamaan menjadi :

Ekstraksi dianggap ideal secara kuantitatif bila E = 100 %, berarti :

Persamaan ini menunjukkan bahwa jika Vw = Vo, ekstraksi dikatakan baik untuk harga D besar.
D.  Tujuan Ekstraksi
Adapun tujuan daripada ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang
terdapat didalam simplisia. Basic daripada ekstraksi ini adalah perpindahan massa komponen zat
padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian
berdifusi masuk ke dalam pelarut.
Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi:
1.   Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme. Dalam kasus ini,
prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk
mengembangkan proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.
2.   Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya alkaloid,
flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan
keberadaannya belum diketahui. Dalam situasi seperti ini, metode umum yang dapat digunakan
untuk senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia
atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia tertentu.
3.   Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional, dan biasanya dibuat
dengan cara, misalnya Tradisional Chinese medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba
yang dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan sebagai obat. Proses ini harus
ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan melalui kajian ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut,
khususnya jika tujuannya untuk memvalidasi penggunaan obat tradisional.
4.   Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara apapun. Situasi ini
(utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika tujuannya adalah untuk menguji
organisme, baik yang dipilih secara acak atau didasarkan pada penggunaan tradisional untuk
mengetahui adanya senyawa dengan aktivitas biologi khusus.

E.  Metode Ekstraksi
1.   Ekstraksi secara dingin
a.   Metode maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari
cahaya.
Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya antara lain
waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan
lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti
benzoin, tiraks dan lilin.

Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut :


·      Modifikasi maserasi melingkar
·      Modifikasi maserasi digesti
·      Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat
·      Modifikasi remaserasi
·      Modifikasi dengan mesin pengaduk
·      Metode Soxhletasi

Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan


sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh
pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke
dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon.
Keuntungan metode ini adalah :
·      Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan
secara langsung.
·      Digunakan pelarut yang lebih sedikit
·      Pemanasannya dapat diatur
Kerugian dari metode ini :
·      Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-
menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.
·      Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut
tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih
banyak untuk melarutkannya.
·      Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan
titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah
komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif.

Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik dan tidak
dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya heksan : diklormetan = 1 :
1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan mempunyai komposisi yang
berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah.
b.   Metode Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia yang telah
dibasahi.Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat
(marc) telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata
atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses
perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien.

2. Ekstraksi secara panas


a. Metode refluks
Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang
mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung.
Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari
operator.

b.   Metode destilasi uap


Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak menguap (esensial)
dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang
mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih
tinggi pada tekanan udara normal.

F.  Syarat Pelarut
Teknik pengerjaan meliputi penambahan pelarut organik pada larutan air yang
mengandung gugus yang bersangkutan.
Adapun syarat pelarut lainnya yaitu :
1.    Harga konstanta distribusi tinggi untuk gugus yang bersangkutan dan konstanta distribusi rendah
untuk gugus pengotor lainnya.
2.    Kelarutan pelarut organik rendah dalam air
3.    Viskositas kecil dan tidak membentuk emulsi dengan air
4.    Tidak mudah terbakar dan tidak bersifat racun
5.    Mudah melepas kembali gugs yang terlarut didalamnya ntk keperluan analisa lebih lanjut

G. Pelucutan (Striping)
Adalah pengambilan kembali zat terlarut yang telah diekstraksi dari fase organik untuk
digunakan dalam analisis lebih lanjut :
•       Zat terlarut yang telah diekstrak dapat diukur absorbansinya menggunakan kolorimeter untuk
mengetahui konsentrasinya
•       Bila fase organik mudah menguap (dietil eter) dapat ditambah sedikit air kemudian diuapkan di
atas penangas air untuk mendapatkan zat terlarutnya
•       Bila pelarut pengekstrak tidak mudah menguap, zat terlarut dipisahkan dari pelarut dengan cara
kimia, yaitu dengan mencampur larutan asam atau reagensia lain dengan pengocokan
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :
1.    Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut.
2.    Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik.
3.    Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran berdasarkan
proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak saling bercampur.
4.    Tiga metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap, ekstraksi kontinyu, dan
ekstraksi counter current.
5.    Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam sampel.
6.    Metode ekstraksi mencakup ekstraksi secara dingin dan ekstraksi secara panas. Ekstraksi secara
dingin terdiri dari metode maserasi dan metode perkolasi. Ekstraksi secara panas terdiri dari
metode refluks dan metode destilasi uap.

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, M. N. 1997. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Gramedia. Jakarta
Basset, J. dkk. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
http : greenman92.blogspot.com/2011/02/ekstraksi-pelarut.html. diakses Kamis, 17 Mei 2012
http : rohyami.staff.uii.ac.id/2012/04/10/ekstraksi-pelarut/. diakses Kamis, 17 Mei 2012
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Underwood, A. L dan Day A. R. 1990. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Penerbit Erlangga.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai