Anda di halaman 1dari 12

ALAT UKUR RADIASI

A.   Dosimeter Personal
Manusia tidak memiliki indra khusus yang peka terhadap radiasi. Oleh sebab itu,dalam
setiap melakukan pengukuran radiasi, manusia harus mengandalkan pada kemampuan alat ukur
radiasi. Dalam hal pemantauan perorangan, manusia mengandalkan pada ”dosimeter personal”.
Dosimeter personal adalah alat pencatat dosis radiasi yang mampu merekam dosis akumulasi
yang diterima oleh setiap individu pekerja radiasi.  Maksud dari dosis radiasi secara akumulasi
adalah dosis radiasi yang mengenai dosimeter personal akan dijumlahkan dengan dosis yang
telah mengenai sebelumnya. Dosimeter personal ini harus ringan dan berukuran kecil karena alat
ini harus selalu dikenakan oleh setiap pekerja radiasi yang sedang bekerja di medan radiasi.
Terdapat tiga macam dosimeter personal yang banyak digunakan saat ini yaitu:
  dosimeter saku (pen / pocket dosemeter)
  film badge
  Thermoluminisence Dosemeter (TLD).
Interpretasi dan evaluasi penerimaan dosis radiasi yang diterima oleh setiap pekerja
radiasi didasarkan pada hasil rekaman dosimeter perorangan yang dipakai selama berada di
daerah radiasi. Evaluasi tersebut dilakukan secara periodik, misal setiap bulan atau setiap
kuartalan. Sebagai penunjang, pada saat melakukan operasi tertentu, pekerja radiasi seringkali
dilengkapi pula dengan dosimeter lain yang memungkinkan interpretasi penerimaan dosis dapat
dilakukan secara cepat atau seketika setelah selesai melakukan pekerjaan dengan radiasi.

Dosimeter Saku

Dosimeter ini sebenarnya merupakan detektor kamar ionisasi sehingga prinsip kerjanya sama
dengan detektor isian gas akan tetapi tidak menghasilkan tanggapan secara langsung karena
muatan yang terkumpul pada proses ionisasi akan “disimpan” seperti halnya suatu kapasitor.
Konstruksi dosimeter saku berupa tabung silinder berisi gas sebagaimana pada Gambar di
atas. Dinding silinder akan berfungsi sebagai katoda, bermuatan negatif, sedangkan sumbu
logam dengan jarum 'quartz' di bagian bawahnya bermuatan positif. Mula-mula, sebelum
digunakan, dosimeter ini diberi muatan menggunakan charger yaitu suatu catu daya dengan
tegangan tertentu.Jarum quartz pada sumbu detektor akan menyimpang karena perbedaan
potensial. Dengan mengatur nilai tegangan pada waktu melakukan 'charging' maka
penyimpangan jarum tersebut dapat diatur agar menunjukkan angka nol. Dalam pemakaian di
tempat kerja, bila ada radiasi yang memasuki detektor maka radiasi tersebut akan mengionisasi
gas, sehingga akan terbentuk ion-ion positif dan negatif. Ion-ion ini akan bergerak menuju anoda
atau katoda sehingga mengurangi perbedaan potensial antara jarum dan dinding detektor.
Perubahan perbedaan potensial ini menyebabkan penyimpangan jarum berkurang.
Jumlah ion-ion yang dihasilkan di dalam detektor sebanding dengan intensitas radiasi yang
memasukinya, sehingga penyimpangan jarum juga sebanding dengan intensitas radiasi yang
telah memasuki detektor. Skala dari penyimpangan jarum tersebut kemudian dikonversikan
menjadi nilai dosis.
Keuntungan dosimeter saku ini adalah dapat dibaca secara langsung dan tidak membutuhkan
peralatan tambahan untuk pembacaannya. Kelemahannya, dosimeter ini tidak dapat menyimpan
informasi dosis yang telah mengenainya dalam waktu yang lama (sifat akumulasi kurang baik).
Pada saat ini, sudah dibuat dan dipasarkan dosimeter saku yang diintegrasikan dengan
komponen elektronika maju (advanced components) sehingga skala pembacaannya tidak lagi
dengan melihat pergeseran jarum (secara mekanik) melainkan dengan melihat display digital
yang dapat langsung menampilkan angka hasil pengukurannya. 
Film Badge

Film badge terdiri atas dua bagian yaitu detektor film dan holder.Detektor film dapat
“menyimpan” dosis radiasi yang telah mengenainya secara akumulasi selama film belum
diproses. Semakin banyak dosis radiasi yang telah mengenainya, atau telah mengenai orang yang
memakainya, maka tingkat kehitaman film setelah diproses akan semakin pekat.
Prinsip kerja: Penghitaman/densitas film. Emulsi AgBr yang digunakan sebagai
detektornya. Apabila terkena radiasi akan terurai menjadi ion Ag+ dan ion Br- dan setelah
melalui tahapan proses pengambangan dan pemantapan akan terjadi bayangan laten pada
film.Tingkat kehitaman film sebanding dengan jumlah dosis radiasi. Holder film badge
terdapat beberapa filter yaitu Alumunium, timah hitam dan tembaga atau seng yang gunanya
untuk membedakan jenis dan energi radiasi. Pengukuran hanya terbatas sampai dengan 300
rem.
Holder film selain berfungsi sebagai tempat film ketika digunakan, juga berfungsi sebagai
penyaring (filter) energi radiasi. Dengan adanya beberapa jenis filter pada holder, maka
dosimeter film badge ini dapat membedakan jenis dan energi radiasi yang telah mengenainya.
Di pasar terdapat beberapa merk film maupun holder, tetapi BATAN selalu menggunakan
film dengan merk Kodak buatan USA dan holder merk Chiyoda buatan Jepang.Hal ini dilakukan
agar mempunyai standar atau kalibrasi pembacaan yang tetap.

Dosimeter film badge ini mempunyai sifat akumulasi yang lebih baik daripada dosimeter
saku. Keuntungan lainnya film badge dapat membedakan jenis radiasi yang mengenainya dan
mempunyai rentang pengukuran energi yang lebih besar daripada dosimeter saku.
Kelemahannya, untuk mengetahui dosis yang telah mengenainya harus diproses secara khusus
dan membutuhkan peralatan tambahan untuk membaca tingkat kehitaman film, yaitu
densitometer.
Cara pembacaannya :
Film badge tidak dapat dibaca secara langsung, melainkan menggunakan alat
“densitometer”.
Film Badge menggunakan satuan millirem. Jika radiasi gamma kurang dari 20 millirem
tidak dapat diukur secara akurat. Akan tetapi cukup akurat untuk eksposur lebih besar dari 100
millirem.

Dosimeter Termoluminisensi (TLD)


Dosimeter ini sangat menyerupai dosimeter film badge, hanya detektor yang digunakan ini
adalah kristal anorganik thermoluminisensi, misalnya bahan LiF. Proses yang terjadi pada bahan
ini bila dikenai radiasi adalah proses termoluminisensi. Senyawa lain yang sering digunakan
untuk TLD adalah CaSO4.
Dosimeter ini digunakan selama jangka waktu tertentu, misalnya satu bulan, baru kemudian
diproses untuk mengetahui jumlah dosis radiasi yang telah diterimanya. Pemprosesan dilakukan
dengan memanaskan kristal TLD sampai temperatur tertentu, kemudian mendeteksi percikan-
percikan cahaya yang dipancarkannya. Alat yang digunakan untuk memproses dosimeter ini
adalah TLD reader.
Prinsip Kerja: Konversi Panas menjadi Cahaya. Bahan: kristal fosfor, jika terkena
radiasi pada temperature normal, elektron-elektron bebas yang terjadi diperangkap dalam kisi-
kisi dalam bentuk cacat dengan kondisi tidak stabil. Apabila fosfor dipanaskan, energi yang
berasal dari elektron yang terperangkap akan terlepas dan kembali pada posisi semula
sambil memancarkan cahaya. Cahaya yang timbul ini akan ditangkap oleh alat “TLD Reader”
dan dikonversikan dalam pembacaan dosis radiasi.Dengan adanya proses pemanasan inilah maka
detector ini disebut Thermo Luminesence Dosimeter. Dapat mengukur dosis radiasi sampai
dengan 4.000 rem.
Keunggulan TLD dibandingkan dengan film badge adalah terletak pada ketelitiannya. Selain
itu, ukuran kristal TLD relatif lebih kecil dan setelah diproses kristal TLD tersebut dapat
digunakan lagi.

Perbandingan Beberapa Dosimeter Personal


  

Jenis Dosimeter Keuntungan Kerugian


Dosimeter Saku       Dapat langsung dibaca Pengukuran dosisradiasi terbatas.
      Sebagai indikator awal.
Film Badge       Mempunyai hard record Tidak dapat digunakan ulang
      Dapat dibaca ulang
      Bersifat medico legal.
Dosimeter TLD       Mempunyai hard record Tidak dapat dibacaulang
      Bersifat medico legal
      Dapatdigunakan ulang

Detektor Radiasi
Detektor merupakan suatu bahan yang peka terhadap radiasi, yang bila dikenai radiasi
akan menghasilkan tanggapan mengikuti mekanisme yang telah dibahas sebelumnya. Perlu
diperhatikan bahwa suatu bahan yang sensitif terhadap suatu jenis radiasi belum tentu sensitif
terhadap jenis radiasi yang lain. Sebagai contoh, detektor radiasi gamma belum tentu dapat
mendeteksi radiasi neutron.
Sebenarnya terdapat banyak jenis detektor, tetapi di sini hanya akan dibahas tiga jenis detektor
yaitu, detektor isian gas, detektor sintilasi, dan detektor semikonduktor.

Detektor Isian Gas


Detektor isian gas merupakan detektor yang paling sering digunakan untuk mengukur radiasi.
Detektor ini terdiri dari dua elektroda, positif dan negatif, serta berisi gas di antara kedua
elektrodanya.Elektroda positif disebut sebagai anoda, yang dihubungkan ke kutub listrik positif,
sedangkan elektroda negatif disebut sebagai katoda, yang dihubungkan ke kutub
negatif.Kebanyakan detektor ini berbentuk silinder dengan sumbu yang berfungsi sebagai anoda
dan dinding silindernya sebagai katoda sebagaimana berikut.

Radiasi yang memasuki detektor akan mengionisasi gas dan menghasilkan ion-ion positif dan
ion-ion negatif (elektron). Jumlah ion yang akan dihasilkan tersebut sebanding dengan energi
radiasi dan  berbanding terbalik dengan daya ionisasi gas. Daya ionisasi gas berkisar dari 25 eV
s.d. 40 eV. Ion-ion yang dihasilkan di dalam detektor tersebut akan memberikan kontribusi
terbentuknya pulsa listrik ataupun arus listrik.
Ion-ion primer yang dihasilkan oleh radiasi akan bergerak menuju elektroda yang
sesuai. Pergerakan ion-ion tersebut akan menimbulkan pulsa atau arus listrik. Pergerakan ion
tersebut di atas dapat berlangsung bila di antara dua elektroda terdapat cukup medan listrik. Bila
medan listriknya semakin tinggi maka energi kinetik ion-ion tersebut akan semakin besar
sehingga mampu untuk mengadakan ionisasi lain.

Ion-ion yang dihasilkan oleh ion primer disebut sebagai ion sekunder. Bila medan listrik di
antara dua elektroda semakin tinggi maka jumlah ion yang dihasilkan oleh sebuah radiasi akan
sangat banyak dan disebut proses ‘avalanche’.
Terdapat tiga jenis detektor isian gas yang bekerja pada daerah yang berbeda yaitu detektor
kamar ionisasi, detektor proporsional, dan detektor Geiger Mueller (GM).

 Detektor Kamar Ionisasi (ionization chamber)


Sebagaimana terlihat pada kurva karakteristik gas di atas, jumlah ion yang dihasilkan di
daerah ini relatif sedikit sehingga tinggi pulsanya, bila menerapkan pengukuran model pulsa,
sangat rendah. Oleh karena itu, biasanya, pengukuran yang menggunakan detektor ionisasi
menerapkan cara arus. Bila akan menggunakan detektor ini dengan cara pulsa maka dibutuhkan
penguat pulsa yang sangat baik. Keuntungan detektor ini adalah dapat membedakan energi yang
memasukinya dan tegangan kerja yang dibutuhkan tidak terlalu tinggi. 
Prinsip Dasar Kamar Ionisasi
Ruang memiliki katoda dan anoda
yang ditahan pada beberapa tegangan (mungkin 100 - 200 V), dan perangkat ini ditandai
oleh kapasitansi yang ditentukan oleh geometri elektroda. Pelat datar atau silinder
konsentris dapat digunakan dalam pembangunan ruang ionisasi. Desain pelat datar lebih
disukai karena memiliki volume aktif yang terdefinisi dengan baik dan memastikan bahwa
ion tidak akan terkumpul pada isolator dan menyebabkan distorsi medan listrik. Ketika
radiasi pengion memasuki gas di antara elektroda, sejumlah pasangan
ion terbatasterbentuk. Perilaku pasangan ion yang dihasilkan dipengaruhi oleh gradien
potensial dari medan listrik di dalam gas dan jenis serta tekanan gas pengisi. Di bawah
pengaruh medan listrik, ion positif akan bergerak menuju elektroda bermuatan negatif
(silinder atau pelat luar), dan ion negatif (elektron) akan bermigrasi ke arah elektroda positif
(kawat atau pelat pusat). Medan listrik di wilayah ini mencegah ion bergabung kembali
dengan elektron. Pengumpulan ion-ion ini akan menghasilkan muatan pada elektroda dan
pulsa listrik di seluruh rangkaian deteksi. Di udara, energi rata-rata yang diperlukan untuk
menghasilkan ion adalah sekitar 34 eV, oleh karena itu radiasi 1 MeV yang sepenuhnya
diserap dalam detektor menghasilkan sekitar 3 x 10 4 pasangan ion. Namun itu adalah
sinyal kecil, sinyal ini dapat sangat diperkuat menggunakan elektronik standar. Arus 1
mikro-ampere terdiri dari sekitar 10 12 elektron per detik.
Konstruksi ruang ionisasi berbeda dari penghitung proporsional. Desain pelat datar lebih
disukai untuk ruang ionisasi, atau silinder konsentris dapat digunakan dalam konstruksi
untuk memungkinkan integrasi pulsa yang dihasilkan oleh radiasi kejadian. Penghitung
proporsional dan penghitung Geiger biasanya menggunakan silinder dan elektroda
pusat. Penghitung proporsional akan membutuhkan kontrol medan listrik yang tepat antara
elektroda sehingga tidak praktis.

Detektor Proporsional
Dibandingkan dengan daerah ionisasi di atas, jumlah ion yang dihasilkan di daerah
proporsional ini lebih banyak sehingga tinggi pulsanya akan lebih tinggi. Detektor ini lebih
sering digunakan untuk pengukuran dengan cara pulsa.
Terlihat pada kurva karakteristik di atas bahwa jumlah ion  yang dihasilkan sebanding dengan
energi radiasi, sehingga detektor ini dapat membedakan energi radiasi. Akan tetapi, yang
merupakan suatu kerugian, jumlah ion atau tinggi pulsa yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh
tegangan kerja dan daya tegangan untuk detektor ini harus sangat stabil.

 Detektor Geiger Mueller (GM)


Jumlah ion yang dihasilkan di daerah ini sangat banyak, mencapai nilai saturasinya,
sehingga pulsanya relatif tinggi dan tidak memerlukan penguat pulsa lagi. Kerugian utama dari
detektor ini ialah tidak dapat membedakan energi radiasi yang memasukinya, karena berapapun
energinya jumlah ion yang dihasilkannya sama dengan nilai saturasinya. Detektor ini merupakan
detektor yang paling sering digunakan, karena dari segi elektonik sangat sederhana, tidak perlu
menggunakan rangkaian penguat.Sebagian besar peralatan ukur proteksi radiasi, yang harus
bersifat portabel, terbuat dari detektor Geiger Mueller.
Pencacah Geiger muller

          Pencacah Geiger, atau disebut juga Pencacah Geiger-Müller adalah sebuah alat pengukur
radiasi ionisasi. Pencacah Geiger bisa digunakan untuk mendeteksi radiasi alpha dan beta.
Sensornya adalah sebuah tabung Geiger-Müller, sebuah tabung yang diisi oleh gas yang akan
bersifat konduktor ketika partikel atau foton radiasi menyebabkan gas (umumnya Argon)
menjadi konduktif. Alat tersebut akan membesarkan sinyal dan menampilkan pada indikatornya
yang bisa berupa jarum penunjuk, lampu atau bunyi klik dimana satu bunyi menandakan satu
partikel. Pada kondisi tertentu, pencacah Geiger dapat digunakan untuk mendeteksi radiasi
gamma, walaupun tingkat reliabilitasnya kurang. Pencacah geiger tidak bisa digunakan untuk
mendeteksi neutron.
Bagian-bagian detector Geiger muller :
        
Katoda yaitu dinding tabung logam yang merupakan elektroda negatif. Jika tabung terbuat dari
gelas maka dinding tabung harus dilapisi logam tipis.
   Anoda yaitu kawat tipis atau wolfram yang terbentang di tengah – tengah tabung. Anoda sebagai
elektroda positif.
    Isi tabung yaitu gas bertekanan rendah, biasanya gas beratom tunggal dicampur gas poliatom (gas
yang banyak digunakan Ar dan He).

Prinsip kerja Detektor Geiger Muller :


  
       Detektor Geiger Muller meupakan salah satu detektor yang berisi gas. Selain Geiger muller
masih ada detektor lain yang merupakan detektor isiann gas yaitu detektor ionisasi dann detektor
proporsional. Ketiga macam detektor tersebut secara garis besar prinsip kerjanya sama, yaitu
sama-sama menggunakan medium gas. Perbedaannya hanya terletak pada tegangan yang
diberikan pada masing-masing detektor tersebut.
Apabila ke dalam labung masuk zarah radiasi maka radiasi akan mengionisasi gas isian.
Banyaknya pasangan eleklron-ion yang lerjadi pada deleklor Geiger-Muller tidak sebanding
dengan tenaga zarah radiasi yang datang. Hasil ionisasi ini disebul elektron primer. Karena
antara anode dan katode diberikan beda tegangan maka akan timbul medan listrik di antara kedua
eleklrode tersebut. Ion positif akan bergerak kearah dinding tabung (katoda) dengan kecepatan
yang relative lebih lambat bila dibandingkan dengan elektron-elektron yang bergerak kea rah
anoda (+) dengan cepat. Kecepatan geraknya tergantung pada besarnya tegangan V. sedangkan
besarnya tenaga yang diperlukan untuk membentukelektron dan ion tergantung pada macam gas
yang digunakan. Dengan tenaga yang relatif tinggi maka elektron akan mampu mengionisasi
atom-atom sekitarnya. sehingga menimbulkan pasangan elektron-ion sekunder. Pasangan
elektron-ion sekunder inipun masih dapat menimbulkan pasangan elektron-ion tersier dan
seterusnya. sehingga akan terjadi lucutan yang terus-menerus (avalence).
Kalau tegangan V dinaikkan lebih tinggi lagi maka peristiwa pelucutan elektron sekunder atau
avalanche makin besar dan elektron sekunder yang terbentuk makin banyak. Akibatnya, anoda
diselubungi serta dilindungi oleh muatan negative elektron, sehingga peristiwa ionisasi akan
terhenti. Karena gerak ion positif ke dinding tabung (katoda) lambat, maka ion-ion ini dapat
membentuk semacam lapisan pelindung positif pada permukaan dinding tabung. Keadaan yang
demikian tersebut dinamakan efek muatan ruang atau space charge effect.
Tegangan yang menimbulkan efek muatan ruang adalah tegangan maksimum yang membatasi
berkumpulnya elektron-elektron pada anoda. Dalam keadaan seperti ini detektor tidak peka lagi
terhadap datangnya zarah radiasi. Oleh karena itu efek muata ruang harus dihindari dengan
menambah tegangan V. penambahan tegangan V dimaksudkan supaya terjadi pelepasan muatan
pada anoda sehingga detektor dapat bekerja normal kembali. Pelepasan muatan dapat terjadi
karena elektron mendapat tambahan tenaga kinetic akibat penambahan tegangan V.
Apabila tegangan dinaikkan terus menerus, pelucutan alektron yang terjadi semakin banyak.
Pada suatu tegangan tertentu peristiwa avalanche elektron sekunder tidak bergantung lagi oleh
jenis radiasi maupun energi (tenaga) radiasi yang datang. Maka dari itu pulsa yang dihasilkan
mempunyai tinggi yang sama. Sehingga detektor Geiger muller tidak bisa digunakan untuk
mengitung energi dari zarah radiasi yang datang.
Kalau tegangan V tersebut dinaikkan lebih tinggi lagi dari tegangan kerja Geiger Muller, maka
detektor tersebut akan rusak, karena sususan molekul gas atau campuran gas tidak pada
perbandingan semula atau terjadi peristiwa pelucutan terus menerusbyang disebut continous
discharge. Hubungan antara besar tegangan yang dipakai dan banyaknya ion yang dapat
dikumpulkan dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

        Pembagian daerah tegangan kerja tersebut berdasarkan jumlah ion yang terbentuk akibat
kenaikan tegangan yang diberikan kepada detektor isian gas. Adapun pembagian tegangan
tersebut dimulai dari tegangan terendah adalah sebagai berikut:
I. = daerah rekombinasi
II. = daerah ionisasi
III. = daerah proporsional
IV. = daerah proporsioanl terbatas
V. = daerah Geiger Muller

Kurva yang atas adalah ionisasi Alpha, sedangkan kurva bawah adalah ionisasi oleh Beta. Kedua
kurva menunjukkan bahwa pada daerah tegangan kerja tersebut, detektor ionisasi dan detektor
proporsional masih dapat membedakan jenis radiasi dan energi radiasi yang datang. Dengan
demikian, detektor ionisasi dan detektor proporsional dapat digunaknan pada analisis spectrum
energi. Sedangkan detektor Geiger Muller tidak dapat membedakan jenis radiasi dan energi
radiasi.
Tampak dari gambar tersebut bahwa daerah kerja detektor Geiger Muller terletak pada daerah V.
pada tegangan kerja Geiger Muller elektron primer dapat dipercepat membentuk elektron
sekunder dari ionisasi gas dalam tabung Geiger Muller. Dalam hal ini peristiwa ionisasi tidak
tergantung pada jenis radiasi dan besarnya energi radiasi. Tabung Geiger Muller memanfaatkan
ionisasi sekunder sehingga zarah radiasi yang masuk ke detektor Geiger Muller akan
menghasilkan pulsa yang tinggi pulsanya sama. Atas dasar hal ini, detektor Geiger Muller tidak
dapat digunakan untuk melihat spectrum energi, tetapi hanya dapat digunakan untuk melihat
jumlah cacah radiasi saja. Maka detektor Geiger Muller sering disebut dengan detektor Gross
Beta gamma karena tidak bisa membedakan jenis radiasi yang datang.
Besarnya sudut datang dari sumber radiasi tidak mempengaruhi banyaknya cacah yang terukur
karena prinsip dari detektor Geiger Muller adalah mencacah zarah radiasi selama radiasi tersebut
masih bisa diukur. Berbeda dengan detektor lain misalnya detektor sintilasi dimana besarnya
sudut datang dari sumber radiasi akan mempengaruhi banyaknya pulsa yang dihasilkan.

Kelebihan Detektor Geiger Muller :


 Konstruksi simple dan Sederhana
 Biaya murah
 Operasional mudah

Kekurangan Detektor Geiger Muller :


 Tidak dapat digunakan untuk spektroskopi karena semua tinggi pulsa sama.
 Efisiensi detektor lebih buruk jika dibandingkan dengan detektor jenis lain.
 Resolusi detektor lebih rendah.
 Waktu mati besar, terbatas untuk laju cacah yang rendah.

Detektor Sintilasi
Detektor sintilasi selalu terdiri dari dua bagian yaitu bahan sintilator dan photomultiplier.
Bahan sintilator merupakan suatu bahan  padat, cair maupun gas, yang akan menghasilkan
percikan cahaya bila dikenai radiasi pengion. Photomultiplier digunakan untuk mengubah
percikan cahaya yang dihasilkan bahan sintilator menjadi pulsa listrik. Mekanisme pendeteksian
radiasi pada detektor sintilasi dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu :

Anda mungkin juga menyukai