Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ALAT DETEKSI DAN

PENGUKURAN RADIASI

“Dosimeter Personal”

DISUSUN OLEH :

NAMA : 1. NAILA AMANI (012200030)

2. NANDA FISTA E (012200026)

3. ZAHRA MARDATILLA (012200040)

KELOMPOK :C

PROGRAM STUDI : D-IV TEKNOKIMIA NUKLIR

PEMBIMBING : HARIES HANDOYO, M.Eng.

TanggalPelaksanaanPraktikum : 21 November 2023

TanggalPengumpulan : 5 Desember 2023

POLITEKNIK TEKNOLOGI NUKLIR INDONESIA

YOGYAKARTA

2023
I. ACARA: DOSIMETER PERSONAL

II. TUJUAN:
1. Mempelajari jenis-jenis dosimeter personal
2. Mempelajari prinsip kerja detektor personal
3. Mengetahui nilai sebenarnya pada detektor

III. DASAR TEORI


3.1 Radiasi
1) Pengertian Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam
bentuk panas, partikel, atau gelombang elektromagnetik / cahaya (foton)
dari sumber radiasi. Ada beberapa sumber radiasi yang kita kenal disekitar
kehidupan kita, contohya adalah televisi, lampu penerangan, alat pemanas
makanan (microwave), computer, dan lain-lain. Radiasi dalam bentuk
gelombang elektromagnetik disebut juga dengan foton, foton sendiri
adalah jenis radiasi yang tidak mempunyai massa dan muatan listrik.
Misalnya adalah sinar gamma dan sinar-X, dan juga termasuk radiasi
tampak seperti sinar lampu, sinar matahari, gelombang microwave, radar,
dan handphone (BATAN,2008).
2) Jenis Radiasi
Secara garis besar radiasi digolongkan ke dalam radiasi pengion dan
radiasi non-pengion (BATAN, 2008).
a. Radiasi Pengion
Adalah radiasi yang apabila menumbuk atau menabrak sesuatu,
akan muncul partikel bermuatan listrik yang disebut ion (radiasi yang
dapat menimbulkan ionisasi). Yang termasuk ke dalam radiasi pengion
adalah sinar-X, parikel alfa (α), partikel beta (β), sinar gamma (γ),
partikel neutron.
Partikel (β), partikel alfa (α), dan neutron dapat menimbulkan
ionisasi secara langsung. Meskipun tidak memiliki massa dan muatan
listrik, sinar-X, sinar gamma, dan sinar kosmik juga termasuk ke dalam
radiasi pengion karena dapat menimbulkan ionisasi secara tidak
langsung.
b. Radiasi non-pengion
Adalah radiasi yang tidak menimbulkan ionisasi. Yang termasuk
ke dalam radiasi non-pengion adalah gelombang radio, gelombang
mikro, inframerah, cahaya tampak dan ultraviolet.
3) Besaran dan Satuan Radiasi
Satuan radiasi ada beberapa macam, tergantung pada kriteria
penggunaannya, yaitu: (BATAN, 2008)
a. Satuan untuk paparan radiasi
Paparan radiasi dinyatakan dengan satuan Rontgen, (sering
disingkat dengan R) adalah suatu satuan yang menunjukkan besarnya
intensitas sinar-X atau sinar gamma yang dapat menghasilkan ionisasi
di udara dalam jumlah tertentu.
Satuan Rontgen penggunaannya terbatas untuk mengetahui
besarnya paparan radiasi sinar-X atau sinar gamma di udara. Satuan
Rotgen belum bias digunakan untuk mengetahui besarnya paparan
yang diterima oleh suatu medium, khususnya oleh jaringan kulit
manusia.
b. Satuan Dosis absorbsi medium
Radisi pengion yang mengenai medium akan menyerahkan
energinya kepada medium tersebut. Dalam hal ini medium menyerap
radiasi. Untuk mengetahui banyaknya radiasi yang terserap oleh suatu
medium digunakan satuan dosis radiasi terserap atau Radiation
Absorbed Dose (disingkat Rad). Jadi dosis absorbsi merupakan ukuran
banyaknya energi yang diberikan oleh radiasi pengion kepada medium.
Dalam satuan SI, satuan dosis radiasi serap disebut dengan Gray
(disingkat Gy). Dalam hal ini 1 Gy sama dengan energi yang diberikan
kepada medium sebesar 1 Joule/Kg. Dengan demikian maak: 1 Gy =
100 Rad. Sedangkan hubungan antara Rontgen dengan Gray adalah: 1
R = 0,00869 Gy.
c. Satuan dosis ekuivalen
Satuan untuk dosis ekuivalen lebih banyak digunakan berkaitan
dengan pengaruh radiasi terhadap tubuh manusia atau ssitem biologis
lainnya. Dosis ekuivalen ini semula berasal dari pengertian Rontgen
Equivalen of Man (disingkat Rem) yang kemudian menjadi nama
satuan untuk dosis ekuivalen.
Hubungan antara dosis ekuivalen dengan dosis adsorbsi dan
quality faktor adalah sebagai berikut:
Dosis ekuivalen (Rem) = Dosis serap (Gy) x Q
Sedangkan dalam satuan SI, dosis ekuivalen mempunyai satuan
Sievert (disingkat Sv). Hubungan antara Sievert dengan Gray dan
Quality adalah sebagai berikut:
Dosis ekuivalen (Sv) = Dosis serap (Gy) x Q
Berdasarkan perhitungan: 1 Gy = 100 Rad, maka 1 Sv = 100 Rem
3.2 Dosimeter
1. Pengertian Dosimeter
Dosimeter adalah sebuah perangkat atau alat untuk engukur
paparan radiasi pengion dan mengukur tingkat radiasi pengion yang
diterima setiap orang yang berada di medan radasi. Alat ukur
dosimeter sangat penting terutama digunakan untuk memeperkirakan
dosis radiasi yang disimpan pada individu yang memakai perangkat.
Pekerja yang terpapar radiasi seperti radiographer, pekerja pembangkit
listrik tenaga nuklir, dan Dokter yang memakai radioterapi.

Gambar 1. Dosimeter

2. Jenis Dosimeter
Dosimeter dibagi menjadi beberapa macam salah satunya adalah
Dosimeter Personal. Dosimeter personal adalah sebuah alat portable
kecil untuk mengukur dan merekam dosis radiasi pengion yang
diterima setiap pekerja radiasi yang sedang bekerja di medan radiasi.
Dosimeter personal dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
a. Dosimeter Saku
Digunakan untuk mengukur dosis radiasi berdasarkan atau
prinsip respon dari instrument sebanding dengan energi radiasi
yang diserap oleh instrument tersebut. Berdasarkan pembacaan
dosisnya terdapat dua macam, dapat dibaca secara akumulasi
dan non-akumulasi.
b. Film Badge
Film Badge terdiri dari dua bagian yaitu detektor film dan
holder. Detektor film dapat “menyimpan” dosis radiasi yang
mengenainya atau telah mengenai secara akumulasi selama
film belum diproses.
c. Thermoluminensence Dosimeter (TLD)
Dosimeter ini mirip dengan dosimeter film badge, hanya
detektor yang digunakan adalah kristal organic
thermoluminensensi.

IV. METODE
A. Alat & Bahan
 Pen dosimeter
 Film Badge
 TLD
B. Cara Kerja
 Pendose
1. Pendose dinyalakan menggunakan tombol power (pendose digital),
untuk pendose analog tidak perlu karena sudah menyala
2. Pastikan baterai pendosenya masih cukup untuk diguanakan
3. Pendose digunakan diluar saku supaya dapat mengukur radiasi yang
menegenai tubuh.
 TLD & Film Badge
1. Dosimeter digunakan diluar saku
2. Digunakan selama berada di medan radiasi
3. Dosimeter diukur selama 3 bulan sekali

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Pendose / Dosimeter Saku
Pendose termasuk dalam dosimeter perorangan, dosimeter ini digunakan
untuk “mencatat” dosis radiasi yang diterima pekerja radiasi secara akumulasi
dalam selang waktu tertentu, misalnya selama satu bulan. Dosimeter personal ini
harus ringan dan berukuran kecil karena alat ini harus selalu dikenakan oleh
setiap pekerja radiasi yang sedang bekerja di medan radiasi.
Tipe-tipe pendose:
1. Digital

Gambar 2. Pendose Digital

2. Analog

Gambar 3. Pendose Analog


Bagian-bagian pendose

Gambar 4. Bagian-bagian pendose

1. Magnifying Lens

Magnifying lens atau lensa pembesar berfungsi untuk memperbesar


ukuran dari skala saat ingin melihat nilai dosis yang diterima.

2. Scale

Scale atau skala berfungsi sebagai skala pembaca nilai dosis radiasi
yang diterima oleh detektor dalam pendose.

3. Optical Lenses

Optical lenses atau lensa optik berfungsi untuk memperbesar objek


yang diamati (jarum/skala) pada pendose.

4. Fiber

Fiber atau jarum memiliki fungsi untuk menunjukkan dosis pada skala
pendose.

5. Frame

Frame atau dinding silinder berfungsi sebagai katoda atau yang


bermuatan negatif.

6. Ion Chamber

Ion chamber atau ruang ionisasi berfungsi sebagai tempat terjadinya


ionisasi gas dalam pendose.
7. Insulation

Insulation memiliki peran sebagai anoda atau yang bermuatan positif.

8. Capacitor

Capasitor berfungsi untuk menyimpan ion-ion yang terkena radiasi


menjadi pulsa listrik.

9. Charging Pin

Charging pin atau pin pengisi daya memiliki fungsi sebagai jalur
masuk catu daya ketika di charger.

Prinsip kerja pendose

Cara kerja dari pendose yaitu sebelum digunakan pendose ini diberi
muatan menggunakan charger yaitu suatu catu daya dengan tegangan tertentu.
Ketika diberikan daya ini jarum pada sumbu detektor akan menyimpang
karena perbedaan potensial yang diterima oleh jarum. Dengan mengatur nilai
tegangan pada waktu melakukan ’charging' maka penyimpangan jarum
tersebut dapat diatur agar menunjukkan angka nol.
Gambar 5. Prinsip Kerja pendose

Dalam proses kerjanya, ketika ada radiasi yang memasuki detektor


maka radiasi tersebut akan mengionisasi gas, sehingga akan terbentuk ion-ion
positif dan negatif. Ion-ion ini akan bergerak menuju anoda atau katoda
sehingga mengurangi perbedaan potensial antara jarum dan dinding detektor.
Perubahan perbedaan potensial ini menyebabkan penyimpangan jarum
berkurang.

Jumlah ion-ion yang dihasilkan di dalam detektor sebanding dengan


intensitas radiasi yang memasukinya, sehingga penyimpangan jarum juga
sebanding dengan intensitas radiasi yang telah memasuki detektor. Skala dari
penyimpangan jarum tersebut kemudian dikonversikan menjadi nilai dosis.
Untuk melihat nilai dosis, ujung bawah pendose harus diarahkan ke sumber
cahaya terlebih dahulu untuk memberikan penerangan pada bagian skala.

Kalibrasi alat ukur pendose


Sebelum dilakukan penyinaran pada kalibrasi pendose terlebih dahulu
dilakukan pengecekan stabilitas alat ukur radiasi dengan tujuan untuk
mengetahui alat ukur yang akan digunakan berfungsi dengan baik yaitu farmer
dosimeter sebelum digunakan untuk kalibrasi pendose. Dan juga dilakukan
pengukuran laju kerma udara untuk menentukan waktu penyinaran yang
dibutuhkan untuk setiap dosis yang digunakan. Waktu penyinaran diperoleh
dari dosis yang digunakan dikalikan dengan laju kerma udara.

Pada proses kalibrasi, pendose diletakkan pada meja kalibrasi dengan


jarak yang telah ditentukan dari sumber. Sebelum diletakkan di meja kalibrasi
pendose harus diberi sumber daya terlebih dahulu untuk menunjukkan skala
yang menunjuk pada angka nol. Digunakan laser untuk mengetahui posisi
yang tepat pada detektor pendose agar tegak lurus dengan titik tengah sumber
radiasi.

Setelah semuanya siap, dilakukan penyinaran terhadap pendose dari


ruang kontrol selama waktu yang telah ditentukan. Hasil pengukuran yang
didapat dicatat dan dilakukan pengukuran selama 5 kali. Suhu dan kelembaban
udara juga dicatat untuk setiap pengukuran pendose. Selanjutnya dilakukan
perhitungan nilai faktor kalibrasi pada pendose.

Contoh perhitungan sederhana

 Pada suatu penelitian nuklir, pendose dikalibrasi menggunakan dosis


standar sebesar 100 𝜇Sv, dengan dosis standar sebesar 99,2 𝜇Sv.
setelah penyinaran, didapat dosis yang terukur sebesar 104𝜇Sv. Maka
faktor kalibrasinya?
➔ Jawab:
Ds
Faktor Kalibrasi: , dimana Ds adalah Dosis standar dan Du
Du
adalah dosis terukur, jadi faktor kalibrasinya sebesar 99,2𝜇𝑆𝑣
104𝜇𝑆𝑣 , didapat faktor kalibrasi sebesar 0,96

Kelebihan dan kekurangan

1. Kelebihan Pendose

● Mudah dibawa
● Dapat dibaca secara langsung

● Tidak membutuhkan peralatan tambahan

● Charging mudah dilakukan

2. Kekurangan Pendose

● Sifat akumulasi kurang baik

● Arus mudah bocor

● Skala pengukuran relatif kecil

● Tidak dapat membedakan jenis radiasi yang masuk

● Memerlukan cahaya untuk membaca hasil dosis

5.2 Film Badge


Film Badge merupakan salah satu alat ukur radiasi yang
digunakan untuk mencatatdosis radiasi yang terakumulasi selama periode
tertentu. Film badge ini ringan, mudahdibawa dan mudah penggunaannya.
Disamping itu juga kuat , dapat mengukur radiasi dari 10mRem sampai
dengan 20 Rem ( dan dapat dibaca ulang).
Film badge terdiri atas dua bagian yaitu detektor film dan holder.
Detektor film dapat “menyimpan” dosis radiasi yang telah mengenainya
secara akumulasi selama film belumdiproses. Semakin banyak dosis radiasi
yang telah mengenainya atau telah mengenai orangyang memakainya maka
tingkat kehitaman film setelah diproses akan semakin pekat.
Alat ini mempunyai komponen utama film yang konduktornya suatu
emulsi fotografidan bekerja dengan memanfaatkan efek kimiawi. Prinsip dasar
yang terjadi pada film badge adalah adanya kehitam-hitaman pada film.
Dosimeter atau pengukur dosis dengan film badge berdasarkan atas
adanya kenyataan bahwa radiasi pengion yang mengenai halide-perak dalam
emulsi akan mengakibatkan terbentuknya Ag yang telah dikebangkan
menyebabkan penghitaman pada film. Derajat penghitaman atau disebut
“Densitas optis” film, dapat diukur secara tepat dengan menggunakan
densitometer.
Gambar 6. Filter-filter Film badge

Detektor yang digunakan pada Film Badge berbentuk film fotografi,


yang berbentuk emulsi butiran-butiran perak halide, biasanya perak bromide
(AgBr), ditunjang oleh matrik gelatin dan kemudian dilapisi bahan “acetat”.
Film ini berfungsi sebagai detektor karena apabila terkena radiasi, ion Ag+¿¿
akan
berubah menjadi Ag dan disebut sebagai bayangan “latent”. Detektor ini dapat
menyimpan atau merekam dosis radiasi yang mengenainya secara akumulasi
selama film belum diproses. Pemrosesan dilakukan dengan larutan kimia yang
akan memunculkan bayangan hitam pada film tersebut.

Holder film selain berfungsi sebagai tempat film ketika digunakan juga
berfungsi sebagai penyaring (filter) energi radiasi. Dengan adanya beberapa
jenis filter pada holder,maka dosimeter film badge ini dapat membedakan
jenis dan energi radiasi yang telah mengenainya. Tingkat kehitaman bayangan
film sebanding dengan intensitas radiasi yang mengenainya.Semakin banyak
radiasi yang mengenainya, tingkat kehitaman film akan semakin pekat. Holder
film selain sebagai berfungsi sebagai tempat film, juga sebagai (filter) untuk
membedakan jenis dan energi radiasi yang menenainya

Energi radiasi pengion yang mengenai film akan menyebabkan


beberapa butiran AgBr terionisasi (AgBr). Semakin besar dosis radiasi yang
diserap semakin banyak butiran AgBr yang terionisasi. Dalam proses penucian
dengan larutan pengembang (developer), butiran- butiran Ag+ yang
terionisasi akan berubah menjadi logam perak yang berwarna hitam.
Proses pencucian kedua dengan larutan fixer akan melarutkan molekul-
molekul AgBr sisa, sedangkan yang telah menjadi logam perak akan terikat
kuat sebagai bayangan hitam laten. Terlihat bahwa tingkat kehitaman
bayangan akan sesuai dengan banyak dosis yang telah mengenainya.

Kelebihan & Kekurangan Film Badge

 Mempunyai sifat akumulasi yang baik


 Dapat membedakan jenis dan energi radiasi karena terdapat filter:
Plastik,, Al, Cu, Campuran Sn dan Pb, Campuran Cd dan Pb.
 Range pengukuran untuk: gamma 10mR - 1800 R, Beta 50mRad –
1000 Rad, dan neutron 5mRad- 500 Rad
 Dapat disimpan untuk keperluan arsip
 Mempunyai rentang pengukuran energi yang lebih besar daripada
dosimeter saku
 Film harus diproses secara khusus
 Membutuhkan alat tambahan yaitu densitometer untuk membaca
tingkat kehitaman film
 Pemaparan panas berkepanjangan dapat mempengaruhi film
 Paparan kurang dari 20 milirem radiasi gamma tidak dapat diukur
secara akurat
5.3 Themoluminensesi Dosimeter (TLD)
Dosimeter ini memiliki kemiripan dengan dosimeter film badge, hanya
detektor yang digunakan adalah kristal anorganik thermoluminesensi,
misalnya bahan LiF. Proses yang terjadi pada bahan ini adalah proses
thermoluminesensi. Dosimeter ini dapat digunakan selama jangka waktu
tertentu, misalnya satu bulan, baru kemudian diproses untuk mengetahui
jumlah dosis radiasi yang diterimanya.

Gambar 7. TLD dosimeter


Prinsip Kerja

TLD didasarkan pada eksitasi elektron oleh radiasi pengion (diikuti


oleh proses terperangkap) dan pelepasan elektron yang terperangkap dengan
pemanasan menyebabkan pancaran cahaya. Pengukuran kuantitas keluaran
cahaya dilakukan dengan menggunakan tabung penggada cahaya (PMT tube)
dan kelurannya digambarkan sebagai fungsi tempratur yang disebut kurva
pancar, ini dilakukan semua oleh instrument tambahan sebagai pembacaan
dosis TLD yakni TLD reader. Kuantitas pancaran cahaya pada kurva pancar
tadi sesuai dengan dosis radiasi yang diterima oleh TLD.

Kemampuan Pengukuran

TLD dapat digunakan sebagai dosimeter foton, beta, neutron,


diskriminasi dan ekstrimiti. TLD mampu mendeteksi dosis dalam rentang
0,01mSv sampai dengan 2 Sv. Pengaruh pemudaran atau pengurangan dosis
tatkala penyimpanan pada umumnya kecil yaitu sekitar 5% pertahun pada
tempratur 25℃.

Kelebihan & Kekurangan TLD

 Memiliki kepekaan dan ketelitian yang tinggi


 Mempunyai kestabilan jangka Panjang yang baik terhadap berbagai
kondisi
 Mudah diproses
 Dapat digunakan berulang kali
 Mempunyai linieritas terhadap dosis yang lebih lebar dibandingkan
film badge
 Apabila terjadi kegagalan proses pembacaan tidak dapat diulangi
kembali (sehingga informasi dosis hilang)
 Memerlukan instrumen tambahan untuk membaca dosis yang
mengenainya
 Memerlukan biaya yang relatif besar untuk pembacaan dosis yang
mengenainya

VI. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Jenis-jenis dosimeter personal yang umum digunakan adalah dosimeter saku atau
pendose, Film Badge, dan TLD
2. Prinsip kerja detektor personal beragam untuk pendose prinsip kerja yang
digunakan adalah isian gas, film badge menggunakan prinsip kerja berdasarkan
film nya yang terdapat filter ketika film tersebut dikenai radiasi maka filmnya
akan menghitam sesuai banyaknya radiasi yang mengenainya, derajat
penghitaman tersebut disebut juga “Densitas optis” yang kemudian akan
dilakukan pembacaan menggunakan alat “densitometer”, TLD mempunyai
prinsip kerja berdasarkan eksitasi elektron oleh radiasi pengion dimana elektron
tersebut aakn terperangkap pada kristal di dalam TLD, kemudian kristal tersebut
dipanaskan supaya mengetahui dosis yang mengenai TLD menggunakan
instrumen tambahan yaitu TLD reader
3. Nilai sebenarnya untuk dosimeter perorangan berbeda-beda karena pada
dosimeter personal terdapat dosis pembacaan yaitu secara akumulasi dan non-
akumulasi.
4. Pada pendose hasil yang tertera pada layer / jarum (analog) dikali dengan faktor
kalibrasi pendose tersebut, untuk Film Badge dan TLD tidak dapat langsung
dibaca
Untuk dosis nya karena bersifat akumulasi dan perlunya instrumen tambahan
supaya dapat mengetahui dosisnya.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Avief, Arief, dkk. 2019. Makalah Prototype Dosimeter Dilengkapi Sensor Jarak.
Yogyakarta : Universitas Muhammadiyah.
Buku Saku BATAN. Alat Ukur Proteksi Radiasi.
Putri, Diajeng s,dkk. 2023. Makalah Alat Deteksi dan Pengukuran Radiasi. Yogyakarta
: Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai