Anda di halaman 1dari 18

MODUL I

ALAT UKUR RADIASI

A. PENDAHULUAN
Radiasi nuklir tidak dapat “dirasakan”oleh manusia secara langsung,
seberapapun besarnya. Agar pekerja radiasi (misal radiographer) tidak mendapat
paparan radiasi yang melebihi batas yang diizinkan maka diperlukan alat pengukur
yang dapat menunjukkan tingkat paparan radiasi di tempat kerja dan alat yang
dapat mencatat dosis radiasi yang telah diterima oleh pekerja radiasi dalam kurun
waktu tertentu. Untuk bisa melakukan pengukuran paparan radiasi tersebut
mahasiswa perlu memahami komponen dan prinsip kerja serta dapat menggunakan
alat ukur radiasi dengan baik dan benar.
Alat ukur proteksi radiasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari detector
dan peralatan penunjang, seperti sistem pengukur radiasi lainnya. alat ukur ini
dapat memberikan informasi dosis radiasi seperti paparan dalam rontgen, dosis
serap dalam rad atau gray, dan dosis ekivalen dalam rem atau Sievert.
Alat proteksi radiasi ini dibedakan menjadi tiga yaitu
a. Dosimeter personal
b. Surveimeter
c. Monitor kontaminasi

Dosimeter personal berfungsi untuk “mencatat”dosis radiasi yang telah


mengenai seorang pekerja radiasi secara akumulasi. Oleh karena itu, setiap orang
yang bekerja disuatu daerah radiasi harus selalu mengenakan dosimeter personal.
Surveimeter digunakan untuk melakukan pengukuran tingkat radiasi di suatu lokasi
secara langsung sedang monitor kontaminasi digunakan untuk mengukur tingkat
kontaminasi pada pekerja, alat, maupun lingkungan.

Modul ini akan membahas kompnen dan prinsip kerja alat ukur radiasi baik
sebagai surveimeter dan dosimeter personal (film badge, pocket dosimeter dan
TLD badge)

1
B. ALAT DAN BAHAN
1. Surveimeter merk RAM ION DIGX
2. Personal monitoring: Film badge, Pocket Dosimeter dan TLD Badge
3. Alat Tulis

C. PROSEDUR
1. Surveimeter
a. Periksa masa berlaku Sertifikat Kalibrasi Surveimeter
Periksa sertifikat kalibrasi: Pemeriksaan sertifikat kalibrasi harus
memperhatikan factor kalibrasi alat dan memeriksa tanggal validasi
sertifikat.
Bila sertifikat kalibrasinya sudah melewati batas waktunya, maka
surveimeter tersebut harus dikalibrasi ulang sebelum dapat digunakan lagi.
b. Faktor Kalibrasi
Untuk mengetahui apakah masa kalibrasi masih berlaku dan besarnya.
Faktor Kalibrasi untuk masing- masing skala. Faktor kalibrasi merupakan
suatu parameter yang membandingkan nilai yang ditunjukkan oleh alat ukur
dan nilai dosis sebenarnya.
Dsebenarnya = Dterukur x Faktor Kalibrasi
c. Periksa Baterai
Untuk mengetahui apakah baterai yang digunakan masih layak pakai atau
tidak, dilakukan dengan memutar tombol seleksi ke posisi Batt, kalau
baterai baik maka lanjutkan dengan langkah berikut: (Ingat: Jarum meteran
surveimeter pada range tertentu yang dihitamkan, jika kurang dari range
tersebut maka baterai harus diganti)
d. Pengaturan titik nol
Untuk mengenolkan jarum penunjuk skala surveimeter digunakan dengan
memutar tombol “zero”. Setelah jarum menunjuk angka “nol” langkah
selanjutnya adalah
e. Skala yang digunakan
Putar tombol seleksi pengukuran mulai dari yang terbesar, apabila belum
ada respon lanjutkan ke skala yang lebih kecil sampai terbaca responnya.

2
Pelajari pengoperasian dan pembacaan: Langkah ini perlu dilakukan,
khususnya bila akan menggunakan surveimeter “baru”. Setiap surveimeter
mempunyai tombol- tombol dan saklar- saklar yang berbeda- beda,
biasanya terdapat beberapa faktor pengalian misalnya x1; x10; x100 dan
sebagainya. Sedang display-nya juga berbeda- beda, ada yang bersaklar
rontgent/ jam; rad/jam; Sievert/jam atau mSievert/jam atau bahkan masih
dalam cpm (counts per minutes).
2. Personal Monitoring
a. Film Badge
Film badge terdiri atas dua bagian yaitu detektor film dan holder.
Detektor film dapat “menyimpan” dosis radiasi yang telah mengenainya
secara akumulasi selama film belum diproses. Semakin banyak dosis radiasi
yang telah mengenainya -atau telah mengenai orang yang memakainya-
maka tingkat kehitaman film setelah diproses akan semakin pekat.

Film
Film Baru

AgBr
Setelah
diproses

Film
Proses :
Ag+Br developer
stop bath
fixer, air
Setelah dikenai
raddiasi
Radiasi

Holder film selain berfungsi sebagai tempat film ketika digunakan juga
berfungsi sebagai penyaring (filter) energi radiasi. Dengan adanya beberapa
jenis filter pada holder, maka dosimeter film badge ini dapat membedakan
jenis dan energi radiasi yang mengenainya.

3
BATAN selalu menggunakan film dengan merk Kodak buatan USA dan
holder merk Chiyoda buatan Jepang. Hal ini dilakukan agar mempunyai
standar atau kalibrasi pembacaan yang tetap.

Keterangan
1 : tanpa filter
2 : plastik (0,5mm)
3 : plastik (1,5mm)
1 2
4 : plastik (3,0mm)

5 4 3 5 : Alumunium (0,6mm)
6 : Tembaga (0,3mm)
6 7 8 7 : Sn (0,8mm) + Pb
(0,4mm)
8 : Cd (0,8mm) + Pb
(0,4mm)

Dosimeter film badge ini mempunyai sifat akumulasi yang lebih baik
daripada dosimeter saku. keuntungan lainnya film bagde dapat
membedakan jenis radiasi yang mengenainya dan mempunyai rentang
pengukuran energi yang lebih besar daripada dosimeter saku.
Kelemahannya, untuk mengetahui dosis yang telah mengenainya harus
diproses secara khusus dan membutuhkan peralatan tambahan untuk
membaca tingkat kehitaman film, yaitu densitometer.

4
Gambar. Film Badge

5
b. Pocket Dosimeter/Dosimeter Saku
Dosimeter ini sebenarnya merupakan detektor kamar ionisasi sehingga
prinsip kerjanya sama dengan detector isian gas akan tetapi tidak
enghasilkan tanggapan secara langsung karena muatan yang terkumpul
pada proses ionisasi akan “disimpan” seperti halnya suatu kapasitor.

Gas Charger
Jarum Quartz
bermuatan +
-

0
Radiasi
Dinding
bermuatan -

Konstruksi dosimeter saku berupa tabung silinder berisi gas sebagaimana


pada Gambar diatas. Dinding silinder akan berfungsi sebagai katoda,
bermuatan negative, sedangkan sumbu logam dengan jarum ‘quartz’ di
bagian bawahnya bermuatan positif. Mula- mula, sebelum digunakan,
dosimeter ini diberi muatan menggunakan charger yaitu suatu catu daya
dengan tegangan tertentu. Jarum quartz pada sumbu detector akan
menyimpang karena perbedaan potensial. Dengan mengatur nilai tegangan
pada waktu melakukan ‘charging’ maka penyimpangan jarum tersebut
dapat diatur agar menunjukan angka nol. Dalam pemakaian di tempat kerja.
Bila ada radiasi yang memasuki detector maka radiasi tersebut akan
mengionisasi gas, sehingga akan terbentuk ion- ion positif dan negative.
Ion- ion ini akan bergerak menuju anoda atau katoda sehingga mengurangi
perbedaan potensial antara jarum dan dinding detector. Perubahan
perbedaan potensial ini menyebabkan penyimpangan jarum berkurang.
Jumlah ion- ion yang dihasilkan di dalam detector sebanding dengan
intensitas radiasi yang memasukinya, sehingga penyimpangan jarum juga
sebanding dengan intensitas radiasi yang telah memasuki detector. Skala

6
dari penyimpangan jarum tersebut kemudian dikonversikan menjadi nilai
dosis.
Keuntungan dosimeter saku ini adalah dapat dibaca secara langsung dan
tidak membutuhkan peralatan tambahan untuk pembacaannya.
Kelemahannya, dosimeter ini tidak dapat menyimpan informasi dosis yang
telah mengenainya dalam waktu yang lama (sifat akumulasi kurang baik).
Pada saat ini, sudah dibuat dan dipasarkan dosimeter saku yang
diintegrasikan dengan komponen elektronika maju (advanced components)
sehingga skala pembacaannya tidak lagi dengan melihat pergeseran jarum
(secara mekanik) melainkan dengan melihat display digital yang dapat
langsung menampilkan angka hasil pengukurannya.

Gambar. Dosimeter Saku


c. TLD Badge
Dosimeter ini sangat menyerupai dosimeter film badge, hanya detector
yang digunakan ini adalah Kristal anorganik thermoluminisensi, misalnya
bahan LiF. Proses yang terjadi pada bahan ini bila dikenai radiasi adalah
proses thermoluminisensi. Senyawa lain yang digunakan untuk TLD adalah
CaSO4. Dosimeter ini digunakan selama jangka waktu tertentu, misalnya
satu bulan, baru kemudian diproses untuk mengetahui jumlah dosis radiasi
yang telah diterimanya. Pemrosesan dilakukan dengan memanaskan Kristal
TLD sampai temperature tertentu, kemudian mendeteksi percikan- percikan
cahaya yang dipancarkannya. Alat yang digunakan untuk memproses
dosimeter ini adalah TLD Reader. Keunggulan TLD dibandingkan dengan
film badge adalah terletak pada ketelitiannya. Selain itu, ukuran Kristal

7
TLD relative lebih kecil dan setelah diproses Kristal TLD tersebut dapat
digunakan lagi.

8
MODUL II

PENGUKURAN LAJU PAPARAN RADIASI

DISEKITAR RUANGAN PESAWAT SINAR – X

A. PENDAHULUAN

Pemanfaatan pesawat Sinar – X untuk diagnostik secara tepat meliputi disain


ruangan, pemasangan, dan pengoperasian sesuai dengan norma keselamatan radiasi.
Dalam hal ini setiap pesawat Sinar – X harus sesuai dengan spesifikasi keselamatan alat,
perlengkapan proteksi radiasi, keselamatan operasional, proteksi pasien, dan uji kepatuhan
( compliance test ). Pesawat Sinar – X harus dalam kondisi yang baik dan dirawat dengan
program jaminan kualitas.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam instalasi ruangan pesawat Sinar – X
diagnostik sebelum bangunan didirikan, antara lain lokasi bangunan, letak ruangan, disain
ruangan dan tebal dinding maupun perisai pintu. Lokasi ruangan radiologi sebaiknya dekat
dengan kamar bedah dan pelayanan darurat, mudah dicapai oleh pasien bangsal dan klinik.
Mengelompokkan dua sampai empat kamar diagnostik disekitar satu kamar gelap
( sentralisasi fasilitas kamar gelap ).

Ruangan Sinar – X harus dibangun dengan cukup kuat untuk menahan beban
peralatan yang ada di dalamnya dan dibangun sedemikian, sehingga memberikan proteksi
yang cukup terhadap operator ( petugas ) dan orang lain yang berada di sekitar ruangan
pesawat Sinar – X. Persyaratan fasilitas radiologi sekurang –kurangnya adalah sebagai
berikut :

1. Ukuran minimum ruangan untuk sebuah pesawat Sinar – X diagnostik adalah


panjang 4 meter, lebar 3 meter, dan tinggi 2,8 meter, tidak termasuk ruang
operator dan kabin pasien dan kalau ada jendela maka tinggi jendela dari lantai
adalah 2 meter.
2. Ukuran ruangan untuk sebuah Sinar – X gigi panjang 3 meter, lebar 2 meter,
dan tinggi 2,8 meter.

9
3. Tebal dinding 20 cm beton atau 25 cm bata merah dengan kerapatan jenis 2,2
gr/cm3 atau yang setara dengan 2 mm Pb sehingga aman dari bahaya radiasi.

Dasar penentuan persyaratan ruangan pesawat Sinar – X diagnostik dengan


mempertimbangkan potensi bahaya radiasi yang mungkin terjadi. Agar resiko bahaya yang
diterima pekerja radiasi ( radiation worker ), staf lain ( non radiation workers ) dan
masyarakat ( public ) harus dapat ditekan sekecil – kecilnya jika mungkin dapat
ditiadakan.

B. ALAT DAN BAHAN


1. Pesawat Sinar – X
2. Alat Ukur Radiasi : Surveimeter
3. Alat tulis
4. Meteran
C. PROSEDUR
Sebelum melakukan kegiatan penyinaran, setiap pekerja radiasi ( misal
radiographer ) harus mengenakan personil monitor, seperti film badge dan/atau
Pocket Dosimeter.
Cara pengukuran laju paparan radiasi ruangan :
1. Catat data pesawat sinar X meliputi : Merk Pesawat, Type Tabung dan No. Seri
Tabung ( Tabung Bagian dalam / Insert Tube, bukan Wadah Tabung /
Tube Housing ), Filter bawaan dan Filter tambahan.
2. Catat data ruangan tempat pesawat sinar X meliputi ukuran ruangan, dinding,
ruang operator, pintu, tanda radiasi.
3. Siapakan surveymeter untuk mengukur laju paparan radiasi.
4. Sebelum melakukan penyinaran gunakan Apron.
5. Lakukan penyinaran untuk kondisi penyinaran tertentu, misalnya Thorax atau
BNO dan catat tengangan ( kV ), arus ( mA ) dan waktu ( s ) paparan.
6. Posisikan switch pada surveymeter diawali dengan skala yang lebih besar
untuk pengukuran laju dosis radiasi, bila tidak terbaca ulangi dengan skala
lebih kecil hingga skala penunjuk terbaca saat pengukuran dilakukan. (Posisi
switch yang benar adalah pada kedudukan switch dengan satuan mGray/jam
atau mRad/jam, Ingat : Dosis persatuan waktu !).

10
7. Dengan kondisi ruangan penyinaran tertutup, lakukan pengukuran laju paparan
radiasi di beberapa tempat atau titik tertentu, misalnya tempat operator, balik
pintu, ruangan tunggu, kamar gelap dan ruangan sekitar (sesuai dengan lembar
data pengukuran).
8. Formulir data praktikum seperti dibawah ini.

D. HASIL PENGAMATAN DAN PENGUKURAN


Pengamatan dan pengukuran dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD Prof.
Margono Soekarjo pada Hari Rabu, 7 Januari 2015 Pukul 14.15 WIB – selesai.
1. Hasil Pencatatan
a. Data Pesawat
 Merk Pesawat : Quantum
 Type Tabung : Varian Rad – 74
 No. Seri : 67463 – N0
 Model : Rad – DS – 4
 Insert Tabung : 67463 – N0
 Tube Housing : H44379
 Filter : 2 mm Al, max. 150 kVp

b. Data Ruangan
Ruang Pemeriksaan
 Ukuran : 6 x 5 x 3,22 meter
 Tebal Dinding : 0,28 meter
 Pintu : 2,3 x 1,32 meter
 Tebal Pintu : 0,04 meter
Ruang Operator
 Ukruan : 3 x 4 x 3,22 meter
Terdapat Tanda Radiasi (Ada)

2. Tabel Pengukuran Laju Dosis Radiasi


Radiasi Background : 8,6 µSv / h
0,0 mSv / h
Faktor Eksposi
11
a. Thorax : 58 kVp, 200 mA, 0,04 s
Kolimasi 35 x 35 cm
b. Abdomen : 68 kVp, 200 mA, 0,08 s
Kolimasi 30 x 40 cm

Gambar. Surveimeter

dalam satuan mSv/h

Belakang
No. Seri Jenis Operator Ruang Rapat Ruang Dapur Kamar Ganti Kamar Mandi
Pintu
Pesawat Pemeriksaan
Mata Gonad Mata Gonad Mata Gonad Mata Gonad Mata Gonad Mata Gonad

67463 –
Thorax 0 0 0 0 0 0,2 0 0 0 0 0 0
N0

67463 –
Abdomen 0 0 0 0 0 0,1 0 0,1 0 0 0 0
N0

Tabel 1. Pengukuran Laju Dosis Radiasi

12
MODUL III

PENGUKURAN BERKAS UTAMA SINAR-X

A. PENDAHULUAN
1. Wadah Tabung
a. Setiap wadah tabung pesawat Sinar-X diagnostik harus dibuat sedemikian
rupa sehingga kebocoran radiasi yang keluar dari berbagai arah tabung,
dengan luas tidak lebih besar 100 cm, paparan diudara 1mGy dalam 1 jam
pada jarak 1 m dari sumber radiasi Sinar-X pada saat dioperasikan tiap
tingkat yang dispesifikasikan oleh pabrik.
b. Harus nampak dengan jelas setiap tanda wadah tabung untuk menunjukan
letak fokus.
2. Konus dan Diafragma
a. Wadah tabung pesawat Sinar-X stationery harus dilengkapi dengan
kolimator yang ada lampunya
b. Sedangkan untuk pesawat Sinar-X mobile, lampu kolimatornya lebih baik
yang berbentuk konus jika mungkin
c. Diafragma yang membatasi luas lapangan atau konus harus dilengkapi
dengan persyaratan tingkat kebocoran radiasi yang menjelaskan wadah
tabung
d. Setiap konus harus diberi tanda yang tidak mudah dapus dengan luas
lapangan yang menunjukan jarak ke fokus film
3. Filter Berkas
a. Portal berkas guna tabung pesawat Sinar-X dengan kemampuan rata-rata
diatas 100 kV harus menggunakan filter setara 2,5 mm Al dengan 1,5 mm
Al filter permanen atau bawaan
b. Wadah tabung harus mempunyai total filter yang ekivalen dengan 2,0 mm
Al (dengan 1,5 mm filter permanen untuk pesawat Sinar-X yang
pengoprasiannya diatas 100 KV kecuali untuk unit mammografi atau dental
c. Total filter permanen dalam berkas guna untuk radiografi Dental
konvesional dengan tegangan tabung sekitar 70 kV harus ekivalen 1,5 mm
Al
13
d. Untuk pesawat gigi extra-oral (Panoramic dan Chepalometri) tegangan
tabung lebih besar 70 kV (sekitar 90 kV), filter total harus ekivalen 2,5 mm
Al
e. Filter bawaan harus diberi tanda ditabungnya. Filter tambahan juga harus
diberi tanda yang jelas, misalnya pada diafragma.

B. ALAT DAN BAHAN


1. Pesawat Sinar-X
2. Alat Ukur Radiasi : Surveimeter
3. Alat tulis
4. Meteran

C. PROSEDUR
1. Cek diaphragma masih berfungsi dengan baik (diaphragma harus dapat ditutup
dan dibuka).
2. Catat jenis pemeriksaan yang dilakukan dengan kondisi penyinaran tertentu,
misalnya BNO atau Thorax untuk orang dewasa
3. Catat tegangan operasi / kV, dan arus tabung / mA atau mAs yang digunakan.
4. Siapkan surveymeter untuk mengukur dosis serap atau berkas utama, posisikan
switch surveymeter pada skala yang lebih besar untuk pengukuran dosis
serap, bila tidak terbaca ulangi dengan skala lebih kecil hingga skala penunjuk
terbaca saat pengukuran dilakukan. Posisi switch yang benar adalah pada
kedudukan switch dengan satuan Gray atau Rad (Ingat : Dosis tanpa satuan
waktu !)
5. Nyalakan lampu diaphragma dan atur luas lapangan penyinaran sesuai jenis
pemeriksaan dengan ukuran kaset film, misal (30x40) cm2 atau (35x35) cm2.
6. Letakkan surveimeter tegak lurus dengan kolimator / diaphragma dengan jarak
1 meter dari titik focus tabung pesawat. Ukuran luas lapangan tersebut dapat
ditentukan dengan cara melihat bayangan sesuai ukuran diaphragma yang tepat
pada bagian atas detector surveymeter.
7. Lakukan penyinaran dan petugas berlindung di dalam ruang operator atau
diluar ruangan pesawat sinar-X
8. Formulir data praktikum seperti dibawah ini.

14
D. HASIL PENGUKURAN
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat multi-purpose detector ( Piranha)
untuk mengukur dosis output tabung sinar X

Faktor Eksposi Total


Jenis (Kondisi) maksimum Diaphragma Berkas Utama HVL
No Filter
Pemeriksaan kV mA ms (cmxcm) Jarak 1 m (mGy) (mm Al)
(mm Al)
1. Thorax 58,41 200 39,64 35 x 35 0,1819 2,62 4,0
2. Thorax 58,44 200 39,63 35 x 43 0,1819 2,62 4,0
3. Abdomen 69,12 200 79,79 35 x 43 0,5558 3,09 4,0

Tabel 2. Pengukuran Berkas Utama Pesawat Sinar-X

Gambar. 1.1. Hasil Pengukuran Berkas Utama Pemeriksaan Thorax

Gambar. 1.2. Hasil Pengukuran Berkas Utama Pemeriksaan Abdomen

15
MODUL IV

PENGUKURAN KEBOCORAN TABUNG SINAR-X

A. PENDAHULUAN
1. Wadah Tabung
a. Setiap wadah tabung pesawat sinar-x diagnostic harus dibuat sedemikian
rupa sehingga kebocoran radiasi yang keluar dari berbagai arah tabung,
dengan luas tidak lebih besar 100 cm, paparan di udara 1 mGy dalam 1 jam
pada jarak 1 m dari sumber radiasi sinar-x pada saat dioperasikan tiap
tingkat yang dispesifikasikan oleh pabrik.
b. Harus nampak dengan jelas setiap tanda wadah tabung untuk menunjukan
letak focus.
2. Konus dan Diafragma
a. Wadah tabung pesawat sinar-x stationery harus dilengkapi dengan
kolimator yang ada lampunya
b. Sedangkan untuk pesawat sinar-x mobile lampu kolimatornya lebih baik
yang berbentuk konus jika mungkin.
c. Diafragma yang membatasi luas lapangan atau konus harus dilengkapi
dengan persyaratan tingkat kebocoran radiasi yang menjelaskan wadah
tabung
d. Setiap konus harus diberi tanda yang tidak mudah dapus dengan luas
lapangan yang menunjukkan jarak ke focus film
3. Filter Berkas
a. Portal berkas guna tabung pesawat Sinar-X dengan kemampuan rata- rata
diatas 100 kV harus menggunakan total filter setara 2,5 mm Al dengan 1,5
mm Al filter permanen atau bawaan
b. Wadah tabung harus mempunyai total filter yang ekivalen dengan 2,0 mm
Al (dengan 1,5 mm filter permanen) untuk pesawat Sinar-X yang
pengoperasiannya diatas 100 kV kecuali untuk unit mammografi atau dental
c. Total filter permanen dalam berkas guna untuk radiografi dental
konvensional dengan tegangan tabung sekitar 70 kV harus ekivalen 1,5
mm Al
16
d. Untuk pesawat gigi extra-oral (Panoramic dan Chepalometri) tegangan
tabung lebih besar 70 kV (sekitar 90 kV), filter total harus ekivalen 2,5 mm
Al
e. Filter bawaan harus diberi tanda di tabungnya. Filter tambahannya juga
harus diberi tanda yabg jelas, misalnya pada diafragma.

B. ALAT DAN BAHAN


1. Pesawat Sinar-X
2. Alat Ukur Radiasi : Surveimeter
3. Alat tulis
4. Meteran

C. PROSEDUR
1. Yakinkan bahwa diafragma masih berfungsi dengan baik (diafragma harus
dapat ditutup dan dibuka). Jika masih ada celah pada diafragma atau tidak dapat
tertutup rapat maka pengukuran tidak dapat dilakukan.
2. Catat jenis pemeriksaan yang dilakukan dengan kondisi penyinaran yang
maksimum yang pernah digunakan, misalnya BNO, Lumbal atau Cranium
orang dewasa dan gemuk.
3. Catat tegangan operasi/kV, dan arus tabung/mA atau mAs yang digunakan.
4. Posisikan switch pada surveimeter diawali dengan skala yang lebih besar
untuk pengukuran laju dosis radiasi, bila tidak terbaca ulangi dengan skala
lebih kecil hingga skala penunjuk terbaca saat pengukuran dilakukan. (Posisi
switch yang benar adalah pada kedudukan switch dengan satuan mGray/jam
atau mRad/jam, Ingat : Dosis persatuan waktu!).
5. Surveimeter dipegang pada jarak 1 meter dari tabung pesawat.
6. Pesawat sinar X siap dioperasikan sesuai dengan kondisi penyinaran yang
ditentukan.
7. Lakukan pembacaan pada surveimeter.
8. Formulir data praktikum seperti dibawah ini.

17
D. HASIL PENGUKURAN

Pengukuran kebocoran tabung Pesawat sinar-X dilakukan di kamar pemeriksaan


1 Instalasi Radiologi RSUD Prof. Margono Soekarjo Purwokerto pada Hari Rabu, 7
Januari 2015. Pengukuran kebocoran tabung sinar-X dilakukan dengan menggunakan
surveimeter.

Laju dosis jarak Laju dosis jarak Laju dosis jarak Laju dosis jarak
Jenis 1 m di depan 1 m di belakang 1 m di kanan 1 m di kiri
NO KET
Pemeriksaan tabung sinar-X tabung sinar-X tabung sinar-X tabung sinar-X
(mR/jam) (mR/jam) (mR/jam) (mR/jam)
1. Vertebrae 0,0 mSv/h 0,0 mSv/h 0,0 mSv/h 0,0 mSv/h Tidak
Lumbal terdapat
dengan faktor kobocoran
eksposi : tabung
80 kV, pada
200 mA, pesawat
32 mAs (0,16 sinar-X.
s)

Tabel 3. Pengukuran Kebocoran Tabung Pesawat Sinar-X

18

Anda mungkin juga menyukai