Management MENGHITUNG BOR
Management MENGHITUNG BOR
0.00 / 5 5
1/5
2/5
3/5
4/5
5/5
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan,
mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus
harian rawat inap :
1. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to inpatient bed count days
in a period under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase
pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi
rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah
antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Rumus :
(jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100%
(jlh tempat tidur × jlh hari dalam satu periode)
2. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
ALOS menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization stay of inpatient discharged
during the period under consideration”. ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama
rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat
dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara
6-9 hari (Depkes, 2005).
Rumus :
(jumlah lama dirawat)
(jlh pasien keluar (hidup + mati))
3. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari
telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus :
((jumlah tempat tidur × Periode) − Hari Perawatan)
(jlh pasien keluar (hidup + mati))
4. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)
BTO menurut Huffman (1994) adalah “…the net effect of changed in occupancy rate and length of
stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu
periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu
tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Rumus :
Jumlah pasien dirawat (hidup + mati)
(jumlah tempat tidur)
5. NDR (Net Death Rate)
NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap
1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.
Rumus :
Jumlah pasien mati > 48 jam × 100%
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))
6. GDR (Gross Death Rate)
GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita
keluar.
Rumus :
Jumlah pasien mati seluruhnya × 100%
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))
MENGHITUNG TENAGA PERAWAT
A. Cara rasio
Metoda ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator personal yang
diperlukan.Metoda ini paling sering digunakan karena sederhana dan mudah.Metoda ini hanya
mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas SDM rumah
sakit,da kapan personal tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang
mebutuhkan.Bisa digunakan bila: kemampuan dan sumber daya untuk prencanaan personal
terbatas,jenis,tipe, dan volume pelayanan kesehatan relatif stabil.Cara rasio yang umumnya
digunakan adalah berdasarkan surat keputusan menkes R.I. Nomor 262 tahun 1979 tentang
ketenagaan rumah sakit,dengan standar sebagai berikut :
Khusus Disesuiakan
Keterangan :
TM = Tenaga Medis
TT = Tempat Tidur
TPP = Tenaga Para Medis Perawatan
TPNP = tenaga para medis non perawatan
TNP = tenaga non medis
Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak rumah sakit yang lambat laun
meninggalkan cara ini karena adanya beberapa alternatif perhitungan yang lain yang lebih sesuai
dengan kondisi rumah sakit dan profesional.
B. Cara Demand
Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga mennurut kegiatan yang memang nyata
dilakukan oleh perawat. Menurut Tutuko (1992) setiap klien yang masuk ruang gawat darurat
dibutuhkan waktu sebagai berikut:
1. untuk kasus gawat darurat : 86,31 menit
2. untuk kasus mendesak : 71,28 menit
3. untuk kasus tidak mendesak : 33,09 menit
Hasil penelitian di rumah sakit di Filipina, menghasilkan data sebagai berikut:
2 Bedah 3,4
REFERENSI
Soejadi, DR, DHHSA, 1996, Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit, Katiga Bina: Jakarta.
Wuryanto, Sis, Amd Perkes, SKM, tanpa tahun, Grafik Barber Johnson, Pormiki: Yogyakarta
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ketenagaan merupakan salah satu sumber daya yang diperlukan dalam sistem kesehatan suatu
negara untuk meningkatkan kesehatan hidup masyarakat. Ketenagaan membutuhkan masa
persiapan yang terpanjang dibandingkan dengan sumber daya yang lain dan tergantung yang
menyalurkan mobilisasi atau usaha-usaha untuk pemerataan pelayanan.
Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan juga sangat ditunjang oleh pemberian
asuhan keperawatan yang tepat dan kompetensi perawat yang memadai. Oleh karena itu, perlu
kiranya dilakukan perencanaan yang strategis dan sistematis dalam memenuhi kebutuhan tenaga
keperawatan. Dan perencanaan yang baik mempertimbangkan : klasifikasi klien berdasarkan tingkat
ketergantungan, metode pemberian asuhan keperawatan, jumlah dan kategori tenaga keperawatan
serta perhitungan jumlah tenaga keperawatan. Untuk itu diperlukan kontribusi dari manager
keperawatan dalam menganalisis dan merencanakan kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit
rumah sakit. (Windy Rakhmawati, S.Kp, M.Kep).
B. RUMUSAN MASALAH
Dari fakta di atas menunjukan bahwa ketenagakerjaan merupakan indicator penting untuk
keberhasialn suatu rumah sakit melakukan pelayanan pada msyarakat. Dari factor tersebut maka
diambil rumusan masalah “Perhitungan Ketenagakerjaan Yang Efektif Dan Efisien.”
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umumnya adalah agar mengetahui perhitungan ketenagakerjaan yang efektif dan efisien
2. Tujuan Khusus
d) Dengan adanya pre planning ini diharapkan agar menambah pengetahuan tentang pembagian
tenaga perawat di sebuah unit di rumah sakit secara efektif dan efisien.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. HAKEKAT KETENAGAKERJAAN
Hakekat ketenagakerjaan pada intinya adalah pengeturan, mobilisasi potensi, proses motivasi,
dan pengembangan sumber daya manusia dalam memenuhi kepuasan melalui karyanya. Hal ini
berguna untuk tercapainya tujuan individu, organisasi, ataupun komunitas dimana ia berkarya.
Keputusan yang diambil tentang ketenagakerjaan sangat dipengaruhi oleh falsaah yang dianut
oleh pimpinan keperawatan tentang pendayagunaan tenaga kerja. Misalnya, pandangan tentang
motivasi kerja dan konsep tentang tenaga keperawatan. Dari pandangan tersebut akan terbentuk
pola ketenagakerjaan yang disesuaikan dengan gambaran pimpinan.
1. Pembagian Kerja
Prinsip dasar untuk mencapai efisiensi yaitu pekerjaan dibagi-bagi sehingga setiap orang memilik
tugas tertentu. Untuk ini kepala bidang keperawatan perlu mengetahui tentang :
3. mengetahui ruang lingkup tugas kepala bidang keperawatan dan kedudukan dalam organisasi
5. mengetahui hal- hal-hal yang dapat didelegasikan kepada staf dan kepada tenaga non keperawatan
1. jumlah tugas yang dibebankan seseorang terbatas dan sesuai dengan kemampuannya
2. tiap bangsal / bagian memiliki perincian aktivitas yang jelas dan tertulis
Disamping itu setiap staf mengetahui kepada siapa dia harus melapor, minta bantuan atau
bertanya, dan siapa atasan langsung serta dari siapa dia menerima tugas
2. Pendelegasian Tugas
Pendelegasian adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada staf untuk bertindak
dalam batas-batas tertentu. Dengan pendelegasian, seorang pimpinan dapat mencapai tujuan dan
sasaran kelompok melalui usaha orang lain, hal mana merupakan inti manajemen. Selain itu dengan
pendelegasian , seorang pimpinan mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan hal lain yang
lebih penting seperti perencanaan dan evaluasi. Pendelegasian juga merupakan alat pengembangan
dan latihan manajemen yang bermanfaat. Staf yang memiliki minat terhadap tantangan yang lebih
besar akan menjadi lebih komit dan puas bila diberikan kesempatan untuk memegang tugas atau
tantangan yang penting. Sebaliknya kurangnya pendelegasian akan menghambat inisiatif staf.
Keuntungan bagi staf dengan melakukan pendelegasian adalah mengambangkan rasa tanggung
jawab, meningkatkan pengetahuan dan rasa percaya diri, berkualitas, lebih komit dan puas pada
pekerjaan.. Disamping itu mamfaat pendelegasian untuk kepala bidang keperawatan sendiri adalah
mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan hal-hal lain seperti perencanaan dan evaluasi,
meningkatkan kedewasaan dan rasa percaya diri, memberikan pengaruh dan power baik intern
maupun ekstern, dapat mencapai pelayanan dan sasaran keperawatan melalui usaha orang lain
Walaupun pendelegasian merupakan alat manajemen yang efektif, banyak pimpinan yang gagal
mengerjakan pendelegasian ini. Beberapa alasan yang menghambat dalam melakukan
pendelegasian :
o meyakini pendapat yang salah “Jika kamu ingin hal itu dilaksanakan dengan tepat, kerjakanlah
sendiri”.
o takut persaingan
o merasa tidak pasti tentang apa dan kapan melakukan pendelegasian, mempunyai definisi kerja
yang tidak jelas
o kurang kontrol yang memberikan peringatan dini adanya masalah, sehubungan dengan tugas yang
didelegasika
o kurang keyakinan dan dan kepercayaan terhadap staf, merasa staf kurang memiliki ketrampilan atau
pengetahuan untuk melakukan tugas tersebut.
Dalam pendelegasian wewenang, masalah yang terpenting adalah apa tugas dan seberapa besar
wewenang yang harus dan dapat dilimpahkan kepada staf.
b. Kemampuan staf ; tugas yang didelegasikan jangan terlalu ringan atau terlalu berat.
c. Hasil yang diharapkan ; Applebaum dan Rohrs menyarankan agar pimpinan jangan mendelegasikan
tanggung jawab untuk perencanaan strategik atau mengevaluasi dan mendisiplin bawahan baru.
Mereka juga menyarankan agar mendelegasikan tugas yang utuh dari pada mendelegasikan
sebagian aspek dari suatu kegiatan.
jangan membaurkan dengan pelemparan tugas. Oleh karena itu jangan mendelegasikan tugas yang
anda sendiri tidak mau melakukannya.
jangan mendelegasikan tugas pada seseorang yang kurang memiliki ketrampilan atau pengetahuan
untuk sukses
kembangkan tingkat keterampilan dan pengetahuan staf, sehingga mereka dapat melakukan tugas
yang didelegasikan
antisipasi kesalahan yang dapat terjadi dan ambil langkah pemecahan masalahnya
berikan penjelasan yang jelas tentang tanggung jawab, wewenang, tanggung gugat dan dukungan yang
tersedia
berikan pengakuan dan penghargaan atas tugas yang telah terlaksana dengan baik
Langkah yang harus ditempuh agar dapat melakukan pendelegasian yang efektif :
4. uraikan hasil spesifik yang anda harapkan dan kapan anda harapkan hasil tersebut
5. jelaskan batas wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki staf tersebut
6. minta staf tersebut menyimpulkan pokok tugasnya dan cek penerimaan staf tersebut atas tugas
yang didelegasikan.
8. berikan dukungan
9. evaluasi hasilnya
3. Koordinasi
Koordinasi adalah keselarasan tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian antar tenaga yang ada
dibangsal. Keselarasan ini dapat terjalin antar perawat dengan anggota tim kesehatan lain maupun
dengan tenaga dari bagian lain.
Manfaat Koordinasi:
- menghindari perasaan lepas antar tugas yang ada dibangsal / bagian dan perasaan lebih penting dari
yang lain
Cara koordinasi:
4. Manajemen Waktu
Dalam mengorganisir sumber daya, sering kepala bidang keperawatan mengalami kesulitan
dalam mengatur dan mengendalikan waktu. Banyak waktu pengelola dihabiskan untuk orang lain.
Oleh karena itu perlu pengontrolan waktu sehingga dapat digunakan lebih efektif.
1. analisa waktu yang dipakai; membuat agenda harian untuk menentukan kategori kegiatan yang ada
3. menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan, dan perkembangannnya serta tujuan yang
akan dicapai
4. mendelegasikan
4. telpon
Didalam penerapan kebutuhan ketenagakerjaan harus diperhatikan adanya faktor yang terkait
beban kerja perawat, diantaranya seperti berikut :
g. Pemberian cuti
Menurut Suyanto (2008), perhitungan tenaga kerja perawat perlu diperhatikan hal-hal, sebagai berikut :
a. Faktor klien, meliputi : tingkat kompleksitas perawat, kondisi pasien sesuai dengan jenis penyakit dan usianya,
jumlah pasien dan fluktuasinya, keadaan sosial ekonomi dan harapan pasien dan keluarga.
b. Faktor tenaga, meliputi : jumlah dan komposisi tenaga keperawatan, kebijakan pengaturan dinas, uraian tugas
perawat, kebijakan personalia, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja, tenaga perawat spesialis dan sikap
ethis professional.
c. Faktor lingkungan, meliputi : tipe dan lokasi rumah sakit, lay out keperawatan, fasilitas dan jenis pelayanan
yang diberikan, kelengkapan peralatan medik atau diagnostik, pelayanan penunjang dari instalasi lain dan
macam kegiatan yang dilaksanakan.
d. Faktor organisasi, meliputi : mutu pelayanan yang ditetapkan dan kebijakan pembinaan dan pengembangan.
b. Hasil Work Shop Perawatan oleh Dep.Kes RI di Ciloto Tahun 1971 menyebutkan bahwa :
Jumlah tenaga keperawatan : pasien = 5 : 9 tiap shift.
Klasifikasi Klien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Menurut Douglas (1984, dalam Swansburg &
Swansburg, 1999) membagi klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan klien dengan menggunakan
standar sebagai berikut :
ambulasi dibantu
dilakukan suction
gelisah / disorientasi
Tingkat ketergantungan perhitungan tenaga perawat ada beberapa metode, antara lain yaitu
Metode Douglas
Metode Gillies
Metode Swanburg
1) Metode Douglas
Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan
dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana masingmasing kategori
mempunyai nilai standar per shift nya, yaitu sebagai berikut :
dst
Contoh kasus
Ruang rawat dengan 17 orang klien, dimana 3 orang dengan ketergantungan minimal, 8 orang
dengan ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan total.
Pagi 0,17 x 3 = 0,51 0.27 x 8 = 2.16 0.36 x 6 = 2.16 4.83 (5) orang
Sore 0.14 x 3 = 0.42 0.15 x 8 = 1.2 0.3 x 6 = 1.8 3.42 (4) orang
Malam 0.07 x 3 = 0.21 0.10 x 8 = 0.8 0.2 x 6 = 1.2 2.21 (2) orang
Kelas I : 2 jam/hari
Kelas II : 3 jam/hari
Kelas IV : 6 jam/hari
Untuk tiga kali pergantian shift ¨ Pagi : Sore : Malam = 35% : 35 % : 30%
Contoh :
8 jam
3) Metode Gillies
Gillies (1994) menjelaskan rumus kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit perawatan
adalah sebagai berikut :
Masing2 tiap perawat
Perawat
1. waktu keperawatan langsung (rata rata 4-5 jam/klien/hari) dengan spesifikasi pembagian adalah :
keperawatan mandiri (self care) = ¼ x 4 = 1 jam , keperawatan partial (partial care ) = ¾ x 4 = 3 jam ,
keperawatan total (total care) = 1-1.5 x 4 = 4-6 jam dan keperawatan intensif (intensive care) = 2 x 4
jam = 8 jam.
4. Rata rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu unit berdasarkan rata- rata biaya
atau menurut Bed Occupancy Rate (BOR) dengan rumus :
7. Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja efektif 6 hari maka 40/6 =
6.6 = 7 jam per hari, kalau hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam per hari)
8. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus ditambah 20% (untuk antisipasi
kekurangan /cadangan ).
Contoh
2. Rata rata = 17 klien / hari (3 orang dengan ketergantungan minimal, 8 orang denganketergantungan
partial dan 6 orang dengan ketergantungan total)
3. Jumlah jam kerja tiap perawat = 40 jam/minggu ( 6 hari/minggu ) jadi jumlah jam kerja perhari 40
jam dibagi 6 = 7 jam /hari
17 orang
Jadi,,
4) Metode Swansburg
Contoh:
Pada suatu unit dengan 24 tempat tidur dan 17 klien rata rata perhari .
Jumlah jam kontak langsung perawat – klien = 5 jam /klien/hari.
1) total jam perawat /hari : 17 x 5 jam = 85 jam jumlah perawat yang dibutuhkan : 85 / 7 = 12,143 ( 12
orang) perawat/hari
2) Total jam kerja /minggu = 40 jam jumlah shift perminggu = 12 x 7 (1 minggu) = 84 shift/minggu
jumlah staf yang dibutuhkan perhari = 84/6 = 14 orang (jumlah staf sama bekerja setiap hari dengan
6 hari kerja perminggu dan 7 jam/shift)
DAFTAR PUSTAKA
Douglas, Laura Mae. (1992) The effective Nurse : Leader and Manager ., 4 Th. Ed,. Mosby -
WB Saunders.
Marquis, B.L. dan Huston, C.J. (1998). Management Decision Making for Nurses (3rd ed)
Marquis, B.L. dan Huston, C.J. (2000). Leaderships Roles and Management Functions in
Swansburg, R.C. & Swansburg, R.J. (1999). Introductory management and leadership for
nurses. Canada : Jones and Barlett Publisher
Reaksi:
Contoh :
Hasil analisis selama 6 bulan Pada ruangan dengan kategori medikal bedah didapatkan rata-rata
pasien yang dirawat : Self care 5 orang, partial care 10 orang dan total care 5 orang
Jawaban:
Dari data di atas kita sudah tahu untuk rata-rata pasien (TT x BOR) = 20 orang, dan langkah
selanjutnya kita harus menghitung terlebih dahulu jam asuhan yang harus diberikan :
Self Care = (5 x 1 jam) + (5 x 1 jam) + (5 x 0,25 jam) = 11,25 jam
Partial Care = (10 x 3 jam) + (10 x 1 jam) + (10 x 0,25 jam) = 42,5 jam
Total Care = (5 x 6 jam) + (5 x 1 jam) + (5 x 0,25) = 36,25 jam
Catatan : Jumlah Perawat bukan hal yang utama dalam pemberian pelayanan tetapi terdapat aspek
lain yang sangat berperan yaitu KOMITMEN PERAWAT dalam melaksanakan Asuhan.
Reaksi:
demikian langkah - langkah mengurus Surat Kelakuan Baik (SKCK) dari kepolisian
setempat, semoga bermanfaat dan bisa membantu,
Reaksi:
Catatan:
1. Pemohon harus menulis dengan jelas dan lengkap disertai materai Rp. 6.000,00
2. Pemohon harus datang sendiri (Suami/Istri dapat diwakilkan salah satu nya asalkan dapat
melampirkan Fotokopi Buku nikah atau Surat Kuasa Bermaterai 6000.00)
3. Tulis dengan huruf balok
4. Semua berkas-berkas di masukkan kedalam Map berwarna HIJAU
Nb:
Info: Rekan-rekan saya, bulan lalu sudah ke Surabaya untuk memperpanjang SIP, bahkan
ada 1 teman yang SIP nya sudah mati 1 tahun, semua kesana TANPA TES dan TANPA
BIAYA, cuma yang pengen legalisir STR TERBARU dipersilakan fotokopi dulu trus proses
legalisir sekalian.
-->
ppni_jatim@yahoo.co.id
4 Kantor DPP PPNI (Pusat) Jl. Jaya Mandala Raya Phone : +62218315069
No 15, Patra Kuningan Fax :
Jakarta. 12870 +62218315070dppppni@gmail.com
Reaksi:
A. PENGERTIAN
DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk spesies
aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri
otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever (DHF).
Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus
(Arthropodborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk AEDES (AEDES ALBOPICTUS dan AEDES
AEGEPTY).
4. Batuk
5. Epistaksis
6. Disuria
8. Muntah
9. Ptekie
10. Ekimosis
11. Perdarahan gusi
12. Muntah darah
13. Hematuria masif
14. Melena
1. Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan (uji tourniquet positif)
2. Derajat II
Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.
3. Derajat III
Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20 mmhg, kulit
dingin, lembab, gelisah, hipotensi)
4. Derajat IV
Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur
D. Pohon masalah.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Darah Lengkap = Hemokonsentrasi (Hemaokrit meningkat 20 % atau lebih),
Thrombocitopeni (angka thrombosit 100. 000/ mm3 atau kurang)
2. Serologi = Uji HI (hemaaglutinaion Inhibition Test)
3. Rontgen Thorax = Effusi Pleura
3. Jika kejang maka dapat diberi luminal ( anticonvulsan ) untuk anak <1 th dosis 50 mg IM dan untuk
anak >1th 75 mg IM. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3 mg / Kg BB
anak <1 th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ Kg BB.
1. Pasang infus RL
2. Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 – 30 ml/ kg BB )
b. Keperawatan
3. Pada pasien DHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht,
Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter per hari, beri kompres
4. Pada pasien DHF derajat II : Pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan
gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
5. Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri O2 pengawasan tanda – tanda vital
tiap 15 menit, pasang cateter, observasi produksi urine tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
2. Resiko Perdarahan
3. Berikan kompres
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu
makan
3. Implementasi
2. Monitor tanda – tanda meningkatnya kekurangan cairan : turgor tidak elastis, ubun – ubun cekung,
produksi urine menurun
9. Mengurangi kehilangan cairan yang tidak telihat (insesible water loss / IWL)
1. Mengkaji dan mencatat tanda – tanda Vital (kualitas dan Frekwensi denyut nadi, tekanan darah ,
Capillary Refill )
2. Mengkaji dan mencatat sirkulasi pada ekstremitas (suhu , kelembaban dan warna)
3. Menilai kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada ekstremitas seperti dingin , nyeri ,
pembengkakan kaki )
3. Kebutuhan nutrisi adekuat
1. Ijinkan anak memakan makanan yang dapat ditoleransi anak. Rencanakan untuk memperbaiki
kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.
2. Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
3. Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi sering
4. Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama
1. Mengkaji perasaan dan persepsi orang tua atau anggota keluarga terhadap situasi yang penuh stress
2. Ijinkan orang tua dan keluarga untuk memberikan respon secara panjang lebar dan identifikasi
faktor yang paling mencemaskan keluarga
3. Identifikasikan koping yang biasa digunakan dan seberapa besar keberhasilannya dalam mengatasi
keadaan
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku ajar IKA infeksi dan penyakit tropis IDAI Edisi I. Editor : Sumarmo, S Purwo Sudomo,
Harry Gama, Sri rejeki Bag IKA FKUI jkt 2002.
2. Christantie, Effendy. SKp, Perawatan Pasien DHF. Jakarta, EGC, 1995
3. Prinsip – Prinsip Keperawatan Nancy Roper hal 269 – 267
Diposkan oleh WAHYU ASUHAN KEPERAWATAN di 04.28 Tidak ada komentar:
Reaksi:
Posting LamaBeranda
Langganan: Entri (Atom)
Arsip Blog
▼ 2012 (6)
o ▼ Oktober (2)
PERENCANAAN TENAGA KEPERAWATAN Efektifitas dan efi...
cara perhitungan tenaga perawat
o ► September (2)
o ► Februari (1)
o ► Januari (1)
► 2011 (9)
► 2006 (1)
Label
ASKEP ANAK (1)
ASKEP DALAM (1)
demam. berdarah (1)
DENGUE HAEMORAGIG FEVER (2)
DHF (1)
Izin (1)
KESEHATAN (1)
MAKALAH (1)
pathway (1)
Perihal: Permohonan(1)
PERPANJANGAN. (1)
Registrasi (1)
SKCK (1)
SPM dan SOP OBGIN (1)
Surat (2)
Surat Berkelakuan Baik Kepolisian (1)
Surat Keterangan (1)
Surat Keterangan (SKCK) (1)
TENAGA KESEHATAN (1)
Mengenai Saya
ASUHAN KEPERAWATAN
Sederhana Tapi Bersahaja
Lihat profil lengkapku
Entri Populer
LP dan WOC EPILEPSI
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN EPILEPSI A. Definisi Epilepsi bukanlah
suatu penyakit teta...
RESUME VERTIGO
RESUME TINJAUAN KASUS I. BIODATA Nama : Ny. S Umur :
46...
cara perhitungan tenaga perawat
RESUM E MIALGIA
RESUME TINJAUAN KASUS I. BIODATA Nama : Ny. S Umur :
62...
26,938
Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.