Anda di halaman 1dari 13

2.1.

1 Mutu (M5)
Mutu pelayanan keperawatan merupakan suatu pelayanan keperawatan yang
komrehensif yang meliputi bio-psiko-soiso-spritual yang diberikan oleh perawat
profesional kepada pasien (individu, keluarga maupun masyarakat) baik sakit maupun
sehat, dimana perawatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien dan standar
pelayanan (Rakhmawati, 2009). Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan
selalu terkait dengan struktur, proses, dan outcome system pelayanan rumah sakit.
Secara umum aspek penilaian meliputi evaluasi, dokumentasi, instrument, dan audit
(EDIA) (Nursalam, 2015).

Macam-macam mutu pelayanan keperawatan menurut Nursalam (2015)


adalah sebagai berikut:
1. Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk
mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak
terhadap pelayanan kesehatan. Program keselamatan pasien adalah suatu usaha
untuk menurunkan angka kejadian tidak diharapkan (KTD) yang sering terjadi
pada pasien selama di rawat di rumah sakit.
2. Ketepatan identifikasi pasien
Berdasarkan data pengkajian pada tanggal 10 Desember 2018 tentang
identifikasi pasien di Ruang Seruni A didapatkan data sebagai berikut:
a. Semua pasien menggunakan gelang identitas pasien. Jika terdapat pasien
yang tidak menggunakan gelang dikarenakan putus, dan langsung
dipakaikan gelang yang baru oleh perawat.
b. Gelang identitas: pasien laki-laki menggunakan gelang identitas berwarna
biru, sementara pasien perempuan memakai gelang berwarna merah muda.
c. Gelang identitas pasien terdapat: nama lengkap, nomer rekam medis, tangal
lahir dan alamat lengkap. mengenai fungsi identitas belum sepenuhnya
disampaikan kepada pasien dan keluarga. Identifikasi pasien beresiko:
(1). Gelang : Pasien alergi (sudah ada gelang,
Merah tidak
ditemukan pasien alergi)
2. Peningkatan Komunikatif
(2). Gelang : Risiko jatuhEfektif
(sudah ada gelang, ada
Kuning
pasien resiko jatuh sudah dipasang gelang resiko
jatuh)
(3). Gelang : Pasien DNR (sudah ada gelang,
Ungu tidak ditem
mukan pasien DNR)
(4). Gelang : Terpasang Implan Radioaktif (belum
Abu-abu ada
gelang)
(5). Gelang : Keterbatasan ekstremitas (belum
Putih ada
gelang)
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 08-13 Januari 2018,
komunikasi efektif yang sudah diterapkan di ruang Seruni A RSUD Dr.Soetomo
yaitu menggunakan metode SBAR.
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
Di ruangan Seruni A kewaspadaan terhadap obat high alert sudah dilakukan
dengan memisahkan tempat obat high alert (obat-obat Look alike,Sound alike)
dengan obat lainnya. Salah satu cara untuk mewaspadai pemberian obat,
perawat menggunakan doublecrosscheck mulai dari proses persiapan sampai
pemberian ke pasien.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 10 Desember 2018, didapatkan
kewaspadaan tentang obat yang perlu diwaspadai sudah dilakukan dengan
memisahkan obat-obat high alert pada tempat yang telah disediakan, selain itu
Ruang Seruni A sudah memberikan label pembeda antara high alert dan LASA.
Double crosscheck dan pemberian labeling sudah ada, selain itu dalam
idenfikasi obat dilakukan dengan lengkap (memperhatikan tanggal expaired
setelah obat itu dibuka, menuliskan dosis obat yang akan diberikan, dan nama
perawat yang membuka). Sistem pendokumentasian di Ruang Seruni A
menggunakan lembar RPO. Menerapkan prinsip 7 benar di ruang Seruni A
Dr.Soetomo sudah dilakukan.
4. Kepastian tepat
Ketepatan sebelum melakukan tindakan terdiri dari 8 tepat 1 waspada , yaitu
tepat lokasi, tepat pasien, dan tepat prosedur, tepat dosis, tepat waktu, tepat rute,
tepat informasi, tepat respon, tepat dokumentasi. Proses untuk memastikan tepat
pasien yang dilakukan di ruangan yaitu menggunakan crosscheck pada gelang
identifikasi sedangkan tepat prosedur dilakukan di ruang operasi menggunakan
beberapa check list untuk mencegah kesalahan prosedur.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 10 Desember 2018 di Seruni A
RSUD Dr.Soetomo sudah terdapat form check list pre operasi. Penandaan lokasi
operasi tidak dilakukan di ruang Seruni A, tetapi dilakukan di ruang bedah.
Persiapan operasi di ruang Seruni A yaitu mempersiapkan jalur infus,
menganjurkan pasien untuk puasa, cek darah laboratorium, persiapan transfusi
dan berdoa sebelum berangkat ke ruang operasi.
2. Pengurangan resiko infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan
Sebagai upaya pencegahan infeksi, di Seruni A RSUD Dr.Soetomo telah
terbentuk tim Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI). Infeksi nosokomial
meliputi phlebitis, dekubitus, ISK, ILO. Pendataan infeksi setiap hari dilakukan
di masing-masing ruangan oleh IPCLN kemudian dijadikan satu setiap bulannya
oleh IPCN (Depkes RI, 2012).
Berdasarkan hasil pengkajian kepada pasien dan keluarga pada tanggal 10
Desember 2018, didapatkan bahwa perawat sudah menerapkan lima momen
mencuci tangan yang ditetapkan oleh WHO. Saat melakukan tindakan antara
pasien satu dengan pasien lainya perawat telah menerapkan satu handscoon satu
pasien untuk tindakan pengambilan sampel darah dan perawatan luka.
Pengunaan masker di ruangan hanya pada saat perawat berkontak dengan pasien
yang beresiko menularkan penyakit melalui droplet. Dalam pemberian
healtheducation mengenai cara cuci tangan yang benar dilakukan saat timbang
terima pasien baru dengan pendokumentasian keluarga pasien mengisi form
healtheducation. Saat dikaji, dari 20 pasien terdapat 14 pasien beserta keluarga
yang mengatakan bahwa rutin melakukan cuci tangan meskipun tidak dengan 6
langkah cuci tangan.
3. Pengurangan resiko jatuh
Berdasarkan data yang diperoleh dari tim pengendalian mutu, di Seruni A
RSUD Dr.Soetomo pada 10 Desember 2018, tidak ditemukan kejadian pasien
jatuh. Pengkajian resiko jatuh pada pasien dilakukan pada saat awal pasien
masuk ke ruangan rawat inap menggunakan form sesuai untuk dewasa.
Pemberian intervensi pada pasien disesuaikan dengan kriteria rendah, sedang,
atau tinggi berdasarkan SPO yang telah ada. Selain itu sudah ada usaha
pencegahan pasien jatuh yang dilakukan meliputi menutup side rail, mengunci
bed pasien, dan masing-masing pasien diberi penunggu pasien sebanyak 1
orang.
Pengkajian pasien resiko jatuh pada tanggal 10 Desember 2018 dilakukan
dengan menggunakan form pengkajian Morse Fall Scale (MFS) untuk pasien
dewasa. Dari data pengkajian didapatkan bahwa tidak ada pasien yang jatuh
selama 1 hari pengkajian.

Tabel 2.14 Penilaian Resiko Jatuh pada Pasien di Ruang Seruni A RSUD
Dr.Soetomo Surabaya tanggal 15 Januari 2018

No Resiko Jatuh 16/05/2017


1. Tidak Beresiko 0
2. Resiko Sedang 14 (70%)
3. Resiko Tinggi 6 (30%)
4. Pasien Jatuh 0
Total 20 (100%)
Sumber: Hasil Kuisioner tanggal 10 Desember 2018

Tabel diatas menjelaskan bahwa hasil pengkajian tanggal 10 Desember 2018


menunjukkan bahwa tidak terdapat pasien yang mengalami kejadian jatuh (0%)
dari total 20 pasien. Sebagian besar klien beresiko sedang yaitu sebesar 70%
pada tanggal 10 Desember 2018 dari 20 pasien.
4. Angka Kejadian Flebitis
Penilaian flebitis dilakukan pada tanggal 10 Desember 2018 dengan instrumen
VIS (Visual Infussion Score). Berdasarkan hasil penilaian tersebut didapatkan
tidak ada pasien (0%) yang mengalami flebitus.

Tabel 2.25 Kejadian flebitus pada pasien di Ruang Seruni A RSUD


Dr.Soetomo tanggal 16 Mei 2017

No. Phlebitis 10/12/2018


1 Ya 0
2 Resiko 2
3 Tidak 18
Total 20 (100%)
Sumber: Hasil Kuisioner 10 Desember 2018
Hasil pengkajian tanggal 10 Desember 2018 menunjukkan bahwa tidak
ada pasien yang phlebitis dari total 20 pasien.
5. Angka kejadian decubitus

Hasil pengkajian pada tanggal 10 Desember 2018 di dapatkan data


tentang kejadian dekubitus pada pasien seperti tabel dibawah ini.

Tabel 2.26 Angka Kejadian Dekubitus


No Dekubitus 10/12/2018

1. Jumlah pasien dengan decubitus 0


2. Jumlah pasien yang beresiko dekubitus 7

Jumah klien yang tidak beresiko


3. decubitus 13

Total 20 (100%)

Sumber: Hasil Kuisioner 10 Desember 2018

Tabel diatas menjelaskan bahwa hasil pengkajian tanggal 10 Desember 2018


menunjukkan bahwa tidak terdapat pasien yang mengalami dekubitus dan 7
pasien beresiko decubitus.
6. Restrain

Pasien yang dirawat di Seruni A RSUD Dr. Soetomo dari jumlah 36 pasien
tidak ada pasien yang terpasang restrain, pada tanggal 10 Desember 2018,
pemberian restrain dianjurkan untuk di terapkan di ruang Seruni A hanya ketika
pasien sedang gelisah.

7. ILO (Infeksi Luka Operasi)

Pengkajian ILO dilakukan pada tanggal 10 Desember 2018 dengan instrumen


ILO. Pasien yang dirawat di Seruni A RSUD Dr.Soetomo tidak ada data yang
mengalami ILO karena di ruangan Seruni A tidak ada data pasien yang
mengalami infeksi luka operasi.

8. ISK

Penilaian resiko ISK dilakukan pada tanggal 10 Desember 2018 dengan


instrumen penilaian ISK. Pasien yang dirawat di Seruni A RSUD Dr.Soetomo
tidak ada yang mengalami ISK dari total 36 pasien, yang terpasang kateter urin
17 pasien.

9. Kecemasan

Penilaian kecemasan pasien dilakukan dengan cara memberikan


kuesioner kecemasan Diri Zung Self. Berdasarkan rekapitulasi kuesioner
pada tanggal 10 Desember 2018 didapatkan sebagian besar pasien
mengalami kecemasan ringan, dan sisanya mengalami kecemasan sedang.

NO Kecemasan 10-12-2018

1 Tidak cemas 0

2 Kecemasan ringan 12

3 Kecemasan sedang 8

4 Kecemasan berat 0

Total 20
Sumber: Hasil Kuisioner 10 Desember 2018

10. Kepuasan

Berdasarkan angket survei kepuasan pasien/keluarga selama 1 hari 10


Desember 2018 didapatkan bahwa sebagian besar pasien Seruni A RSUD
Dr.Soetomo merasa puas dengan pelayanan kesehatan yang telah diberikan.

Tabel 2.27 Kepuasan Pasien di R. Seruni A RSUD Dr.Soetomo. 10 Desember


2018
Kepuasan
No pasien 15/01/2018
1. Puas 8 (40%)
2. Cukup puas 12(60%)
3. Tidak puas 0
Total 20 (100%)

Sumber: Hasil Kuisioner 10 Desember 2018

Tabel diatas menjelaskan bahwa hasil pengkajian tanggal 10-13


Desember 2018 menunjukkan bahwa sebagian besar pasien mengatakan puas
dengan pelayanan di ruang Seruni A
11. Pengetahuan
Penilaian pengetahuan pasien/keluarga dilakukan dengan cara memberikan
kuesioner tingkat pengetahuan. Berdasarkan rekapitulasi kuesioner pada
tanggal 10 Desember 2018didapatkan sebagian besar pasien berpengetahuan
cukup, dan sisanya berpengetahuan baik dan kurang.

Tabel 2.31 Penilaian Tingkat Pengetahuan pada Pasien/Keluarga di Ruang


Seruni A RSUD Dr.Soetomo tanggal 10 Desember 2018

NO Pengetahuan 15/01/2018
1. Cukup 6
2. Baik 140
3. Kurang
Total 20 (100%)
Sumber: Hasil Kuisioner 10 Desember 2018

Tabel diatas menjelaskan bahwa hasil pengkajian tanggal 10 Desember 2018


menunjukkan bahwa terdapat 6 pasien yang berpengetahuan cukup dan 14
berpengetahuan baik dari total 20 pasien.
12. Praktik Mahasiswa
Berdasarkan data mahasiswa pada tanggal10 Desember 2018, mahasiswa yang praktik
di ruang Seruni A RSUD Dr.Soetomo D3 PPNI Mojokerto berjumlah 5 orang, D4
Keperawatan Gadar 13 orang. Jadi total mahasiswa yang praktik berjumlah 18 orang .

Kapasistas SERUNI A
1. BOR (Bed Occupancy Ratio =
Angka Penggunaan Tempat Tidur)
BOR menurut Huffman (1994) adalah“the ratio of patient service days to
inpatient bed count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut
Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan
waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah
antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Rumus :
(jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100%
(jlh tempat tidur × jlh hari dalam satu periode)

Diagram 2.1 Kapasitas BOR Ruang Seruni A Bulan Juni-November


Tahun 2018
BOR
BOR
120%
106% 111%
100% 98% 102%
90% 88%
80%
60%
40%
20%
0%
Juni Juli Agustus September Oktober November

2. ALOS (Average Length of


Stay = Rata-Rata Lamanya Klien Dirawat)
ALOS menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization stay of
inpatient discharge during the period underconsideration”. ALOS menurut Depkes
RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang klien. Indikator ini disamping
memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang
perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-
9 hari (Depkes, 2005).
Rumus :
(jumlah lama dirawat)
(jumlah klien keluar (hidup + mati)
Diagram 2.2 Kapasitas ALOS Ruang Seruni A Bulan Juni-NovemberTahun 2018
ALOS
8 8 8 8 8

Juni Juli Agustus September Oktober November


ALOS

3. TOI (Turn Over Interval =


Tenggang Perputaran)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong
tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.

Rumus :
((jumlah tempat tidur ×  Periode) −  Hari Perawatan)
(jumlahklien keluar (hidup + mati))

Diagram 2.3 Kapasitas TOI Ruang Seruni A Bulan Juni-November Tahun 2018
TOI
2 1.58
1.5 1.18
1
0.5 0.26
0 -0.18
-0.56
Juni Juli Agustus September Oktober November
-0.5
-1.02
-1
-1.5

TOI

4. BTO (Bed Turn Over = Angka


Perputaran Tempat Tidur)
BTO menurut Huffman (1994) adalah “…the net effect of changed in
occupancy rateand length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah
frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur
dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat
tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.

Rumus :
Jumlah klien keluar (hidup + mati)
(jumlah tempat tidur)

Diagram 2.4 Kapasitas BTO Ruang Seruni A Bulan Juni-November Tahun 2018
BTO
4 3.36
2.98 3.11
3 2.51 2.58 2.28
2
1
0
Juni Juli Agustus September Oktober November
BTO

5. GDR (%0)
GDR (Gross Death Rate) adalah angka kematian umum untuk
setiap 1000 penderita keluar
Rumus :
(Jumlah pasien mati seluruhnya) x 1000%
(Jumlah pasien keluar (hidup+mati)

Diagram 2.5 Kapasitas GDR Ruang Seruni A Bulan Juni-


November Tahun 2018

6. NDR (%0)
NDR (Net Death Rate) adalah angka kematian 48 jam
setelah dirawat untuk tiap – tiap 1000 penderita keluar
Rumus :
(Jumlah pasien mati >48 jam) x 1000%
(jumlah pasien keluar (hidup +mati))

Diagram 2.6 Kapasitas NDR Ruang Seruni A Bulan Juni-


November Tahun 2018
NDR
NDR
4%
3% 3%
3%
2%
2% 1%
1%1% 1% 1%
1% 1%
0%
Juni Juli Agustus September Oktober November

Anda mungkin juga menyukai