Dokumen - Tips - Pra Rancangan Pabrik Biodiesel Jarak PDF
Dokumen - Tips - Pra Rancangan Pabrik Biodiesel Jarak PDF
PENDAHULUAN
1
panjang sekitar 1 inchi (sekitar 2,5 cm) dan mengandung 2 – 3 biji. Usia Jatropha
curcas apabila dirawat dengan baik, dapat mencapai usia 50 tahun.
2
terlalu terpengaruh dengan keputusan pemerintah tentang kenaikan harga BBM
dan tidak terpengaruh dengan ketidakstabilan harga minyak bumi terutama BBM
pada pasaran global saat ini.
Cepat berbuah dan produktif
Tanaman jarak dapat cepat berbuah dalam jangka waktu 5 bulan. Masa
produktivitas tanaman jarak sangat tinggi yaitu mencapai usia 50 tahun. Para ahli
sementara melakukan penelitian untuk pengembangan tanaman jarak varietas
baru dengan menggunakan radiasi.
Penggunaan minyak jarak bersifat langsung
Minyak jarak dapat digunakan secara langsung. Penggunaannya tidak
memerlukan etanol ataupun metanol. Berbeda dengan biodiesel lainnya, minyak
jarak dapat digunakan tanpa pencampuran minyak diesel lagi. Minyak nabati yang
dihasilkan oleh tanaman lain dalam proses pemakaiannya diperlukan
pencampuran dengan konsentrasi tertentu.
Selain sebagai penghasil biodiesel tanaman jarak memiliki banyak keunggulan
yaitu hampir seluruh bagian tanaman jarak memiliki kegunaan, misal sebagai obat
tradisional. Tanaman jarak jenis tertentu (Ricinus comunis) untuk bahan kosmetik
dan minyak pelumas.
Akan tetapi minyak jarak memiliki beberapa kelemahan yaitu:
Memiliki viskositas 10 – 20 kali lebih tinggi dari bahan bakar diesel.
Memiliki volatilitas yang rendah, sehingga proses pembakaran menjadi lambat
Memiliki berat molekul yang tinggi (600-900)
Memiliki titik nyala (Flash point) yang tinggi (di atas 200 °C) sehingga cenderung
membentuk polimerisasi thermal dan oksidatif, yang menyebabkan terbentuknya
deposit pada nozzle injector dan melekat pada cincin piston.
Karakteristik biodiesel berbasis jarak pagar lebih mendekati karakteristik
diesel. Namun kendala yang dihadapi saat ini untuk mengembangkan biodiesel dari
jarak pagar adalah tingkat ketersediaan biji jarak pagar yang masih rendah dan harga
jual bijinya sangat mahal yaitu sekitar Rp 10.000,00 per kg karena adanya kebutuhan
biji yang tinggi untuk bibit sementara penanaman jarak pagar masih daiam skala
kecil dan upaya perkebunan jarak pagar baru mulai dilakukan secara komersial awal
tahun 2006, dengan areal tanam yang masih terbatas. Untuk mendukung
pengembangan jarak pagar di Indonesia maka diperlukan penanaman jarak pagar
skala besar agar pasokan bahan baku terjamin dengan harga jual biji jarak pagar
3
turun menjadi Rp. 600,00 – Rp 750,00 / kg. Nilai tambah jarak pagar dapat lebih
ditingkatkan dengan mengolahnya lebih lanjut menjadi produk-produk turunan lain.
4
Kebutuhan Biodiesel Nasional
2.000.000
1.500.000
y = 410000x + 473333
R² = 0,9998
1.000.000
500.000
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
5
2) PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XIII Distrik Kalimantan Selatan dan
Tengah sedang membangun pabrik biodiesel berbahan baku minyak kelapa
sawit mentah (CPO) dengan kapasitas produksi 23.126,4 ton/tahun.
3) Departemen Pertanian (Deptan) sedang membangun pabrik biodiesel
berbahan baku minyak kelapa sawit mentah (CPO) dengan kapasitas
produksi 7.300 ton/tahun berlokasi di Medan, Sumatera Utara. Pabrik
tersebut direncanakan telah beroperasi di akhir tahun 2012.
4) PT. Alegria Indonesia sedang membangun pabrik biodiesel berbahan baku
biji jarak di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur dengan kapasitas produksi
10.560 ton/tahun.
Dari data-data di ats diperkirakan produksi biodiesel dalam negeri tahun
2015 mencapai 4.440.068,64 ton. Sementara kebutuhan biodiesel dalam negeri
dan permintaan ekspor mencapai 4.776.190 ton. Sehingga terdapat kekurangan
biodiesel sebesar 336.121,36 ton. Dengan estimasi pabrik yang akan dirancang
akan memenuhi kekurangan sebesar ¾ bagian maka pabrik yang akan dirancang
berkapasitas produksi 250.000 ton/tahun.
6
Ordo Euphorbiales
Famili Euphorbiaceae
Genus Jatropha
Spesies Jatropha curcas L.
Minyak Jarak Pagar (Jatropha Oil)
Sifat fisik dari minyak jarak pagar:
Bilangan asam (mg KOH/g) : 3,8
Viskositas kinematik pada 40°C (cSt) : 3,5
Nilai kalori (MJ/kg) : 39,5
Bilangan cetane : 51
Nilai solidisasi (°C) :2
Titik didih (°C) : 286
Bilangan iodium : 97,7
Berat spesifik pada 40 °C : 0,91 – 0,92 kg/L
Densitas (g/ml) : 0,92
Kandungan sulfur (ppm) : 0,13
Sifat kimia dari minyak jarak pagar:
Trigliserida dapat terhidrolisis menghasilkan asam lemak dan gliserin
menurut reaksi sebagai berikut:
CH2 C OO R1 CH2 – OH
CH C OO R2 + 3H2O 3 HOOCR + C H – OH
CH2 C OO R3 CH2 – OH
Trigliserida Air Asam lemak Gliserin
Dapat bereaksi dengan alkali membentuk sabun alkali dengan gliserin
menurut reaksi sebagai berikut:
CH2 C OO R1 CH2 – OH
CH C OO R2 + 3NaOH 3NaOOCR + C H – OH
CH2 C OO R3 CH2 – OH
Trigliserida Alkali Sabun Alkali Gliserin
Metanol
Sifat fisik dari metanol:
Berat molekul (kg/kmol) : 32,4
Bentuk : Cair
7
Kenampakan : Jernih
Kemurnian : min 95% (berat)
Kelarutan : maks 100% dalam H2O
maks 14% dalam biodiesel
Densitas (kg/m3) : 791,3
Viskositas (cp) : 0,86
Titik didih (°C) : 64,8
Titik nyala (°C) : 65
Titik beku (°C) : - 97,8
Panas penguapan (kJ/kg) : 1128,8
Tekanan uap (mm) : 100 pada 21,2°C
ΔHf (kJ/mol) : -201,1667
Tc (°C) : 239,42
Pc : 80,90 bar
Kapasitas panas (Cp) : 81,6 J/gmol.K
Sifat kimia dari metanol:
Senyawa alifatik yang paling sederhana, reaktivitasnya ditentukan oleh gugus
hidroksinya. Reaksi dari metanol dapat terjadi melalui pecahnya ikatan C-O
atau ikatan O-H dan bercirikan reaksi substitusi dari gugus H dan OH.
Reaksi-reaksi metanol yang penting dalam industri antara lain:
1. Reaksi Esterifikasi
2. Reaksi Dehidrogenasi, yaitu menurut persamaan reaksi:
CH3OH CH2O +H2
KOH
Sifat fisik dari KOH:
Berat molekul (kg/kmol) : 56,11
Densitas (kg/m3) : 2044
ΔHf (kJ/mol) : -606,5126
Titik didih : 13200C
Titik leleh : 3800C
Cp (J/gmol.K) : 65,428
Bentuk : kristal padat
Kenampakan : putih
8
Specific gravity pada 700F : 2,044 gr/cc
Sifat kimia dari KOH:
1. Merupakan basa kuat yang mudah terdisosiasi menjadi ion K+ dan OH-
menurut reaksi berikut:
KOH K+ + OH-
2. Bereaksi dengan asam membentuk garam:
KOH + HCl KCl + H2O
H2SO4
Sifat fisik dari asam sulfat (H2SO4):
Berat molekul (g/mol) : 98,08
ΔHf (J/gmol) : -813989
Titik beku : 10,310C
Tc : 650,850C
Pc : 64 bar
Cp : 139 J/gmol
Sifat kimia dari asam sulfat (H2SO4):
1. Merupakan asam kuat
2. Jika ditambah basa akan membentuk garam dan air
3. Dengan Pb2+ membentuk PbSO4
Pb2+ + SO42- PbSO4
4. Dengan Ba2+ membentuk BaSO4
Ba2+ + SO42- BaSO4
b) Produk
Biodiesel (Fatty acids methyl ester)
Tabel 1.4 Karakteristik biodiesel dari minyak jarak pagar:
No. Parameter Nilai
1 Densitas (g/cm3, 20°C) 0,879
2 Flash point (°C) 191
3 Bilangan cetane (ISO 5165) 57 – 62
4 Viskositas (mm2/s, 40°C) 4,20
5 Net Cal. Val. (Mj/L) 32,80
6 Bilangan iod 95 – 106
9
7 Sulphated iod 0,014
8 Residu karbon 0,025
Sifat kimia dari biodiesel :
1. Pada tahap esterifikasi asam lemak bebas direaksikan dengan metanol
menjadi biodiesel sehingga tidak mengurangi perolehan biodiesel:
[H+]
R’ – COOH + R – OH R’ – COOR + H2O
Asam lemak bebas alkohol ester alkil air
2. Pada tahap transesterifikasi asam lemak bebas direaksikan dengan alkohol
menjadi alkohol ester (Fatty acids methyl ester) supaya gliserin dapat
dikeluarkan dari minyak.
H2C – O – COR1 [OH-] H2C – OH
H C – O – COR2 + 3 R – OH H C – OH + 3 R’ – COOR
H2C – O – COR3 H2C – OH
Trigliserida alkohol gliserin ester alkil
Gliserol
Sifat fisik dari gliserol :
BM : 92,09 g/mol
Boiling point : 287,85 0C
Freezing point : 18,18 0C
Kelarutan : maks 0,24% dalam biodiesel
Cp : 221,792 J/gmol0K
Tc : 576,95 0C
Pc : 75,00 bar
Sifat kimia dari gliserin :
Bereaksi dengan kalium menghasilkan monosodium gliserolate pada suhu
kamar menurut reaksi berikut :
H2C – OH K H2C – OK
H C – OH H C – OH
H2C – OH H2C – OH
10
1.4 Lokasi Pabrik
Pemilihan lokasi pabrik didasarkan atas pertimbangan yang secara praktis lebih
menguntungkan, baik ditinjau dari segi teknis maupun ekonomis. Adapun faktor-
faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi pabrik antara lain :
1. Penyediaan Bahan Baku
Lokasi pabrik sebaiknya dekat dengan penyediaan bahan baku dan pemasaran
produk untuk menghemat biaya transportasi. Pabrik juga sebaiknya dekat dengan
pelabuhan jika ada bahan baku atau produk yang dikirim dari atau ke luar negeri.
2. Pemasaran
Ester dalam hal ini ditujukan untuk menggantikan bahan bakar mesin diesel
sehingga merupakan bahan yang sangat dibutuhkan oleh banyak industri baik
sebagai bahan bakar untuk menjalankan mesin, selain itu juga dapat digunakan
untuk bahan bakar kendaraan yang menggunakan mesin diesel. Sehingga
diusahakan pendirian pabrik dilakukan di suatu kawasan industri.
3. Ketersediaan Energi dan Air
Air merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam suatu pabrik, baik untuk
proses, pendingin, atau kebutuhan lainnya. Sumber air biasanya berupa sungai, air
laut, atau danau. Energi merupakan faktor utama dalam operasional pabrik.
4. Ketersediaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan pelaku dari proses produksi. Ketersediaan tenaga kerja
yang terampil dan terdidik akan memperlancar jalannya proses produksi.
5. Kondisi Geografis dan Sosial
Letak pabrik sebaiknya terletak di daerah yang stabil dari gangguan bencana
alam(banjir, gempa bumi, dll). Kebijakan pemerintah setempat juga turut
mempengaruhi lokasi pabrik yang akan dipilih. Kondisi sosial masyarakat
diharapkan memberidukungan terhadap operasional pabrik sehingga dipilih lokasi
yang memiliki masyarakat yang dapat menerima keberadaan pabrik.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, maka pabrik Biodiesel ini
dalam perencanaannya akan didirikan di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Provinsi Nusa Tenggara Timur sangat cocok untuk pengembangan Jatropha
curcas (Tanaman Jarak Pagar), karena merupakan tanaman tahunan yang tahan
kekeringan. Tanaman ini mampu tumbuh dengan cepat dan kuat dilahan yang
beriklim panas, tandus dan berbatu seperti di Nusa Tenggara Timur. Tumbuhan ini
11
sangat toleran terhadap kondisi kering dan dapat tumbuh di daerah yang mempunyai
curah hujan rendah yaitu 200-1.500mm/ tahun. Sebagian besar dari tanah tersebut
mempunyai solum dangkal, ini berarti dari aspek teknis produksi Jatropha curcas
dapat dikembangkan dan diproduksi secara luas hampir diseluruh wilayah di Nusa
Tenggara Timur.
1.4.1 Peluang Pengembangan Jarak Pagar (Jatropha) di Nusa Tenggara Timur
Tersedianya lahan seluas 2.177.456 Ha.
Masyarakat Nusa Tenggara Timur telah lama mengenal jarak pagar
(jatropha) sebagai bahan untuk penerangan dan obat tradisional.
Jarak pagar cocok dikembangkan di Nusa Tenggara Timur karena tahan
terhadap kekeringan dan dapat ditanam pada tanah berbatuan, berkerikil,
berpasir maupun mengandung garam.
Jarak pagar tidak terlalu memerlukan perawatan, dapat beradaptasi dengan
berbagai cuaca, tidak diserang hama dan tidak dikonsumsi oleh ternak.
Jarak pagar dapat bertahan dalam waktu lama dalam kondisi kering, mudah
berkembang biak.
Dukungan Pemerintah Propinsi, Kabupaten/Kota dalam pengembangan
jarak pagar yang ditandai dengan adanya perjanjian kerjasama (MoU)
dengan investor/ pengusaha lainnya.
Adanya kecenderungan minat investor untuk berinvestasi dibidang jatropha
yang ditandai dengan kehadiran investor (PT. Amarta Trans Nusantara dan
PT. Rajawali Nasional Indonesia).
Minyak Jarak
Metanol
Mixer
Kolom
Metil ester,Trigliserida
Distilasi II
14
sumber/pemasok gugus alkil, metanol adalah yang paling umum digunakan
karena harganya murah dan reaktivitasnya paling tinggi (sehingga reaksi
disebut metanolisis). Di sebagian besar dunia ini, biodiesel praktis identik
dengan ester metil asam-asam lemak (Fatty Acid Metil Ester, FAME). Reaksi
transesterifikasi trigliserida menjadi metil ester dapat dilihat pada gambar 1.6:
O O
H2C – O – C – R1 H3C ––– O – C – R1 H2C –– OH
O O
Katalis
HC – O – C – R2 + 3CH3OH H3C ––– O – C – R2 + CH – OH
O O
H2C – OH H2C – OH
O
HC –– O – C – R2 + CH3OH HC –– OH + CH3 – O – C – R1
O O
15
H2C – OH H2C –– OH
HC –– OH + CH3OH CH – OH + CH3 – O – C – R1
O
16
BAB II
DESAIN PROSES
Dari Tripalmitoleat
KOH
C3H5(C16H30O2)3 + 3CH3OH 3C17H33O2 + C3H5(OH3)
Dari Tristearat
18
KOH
C3H5(C18H35O2)3 + 3CH3OH 3C19H38O2 + C3H5(OH3)
Dari Trioleat
KOH
C3H5(C18H33O2)3 + 3CH3OH 3C19H36O2 + C3H5(OH3)
Dari Trilinoleat
KOH
C3H5(C18H31O2)3 + 3CH3OH 3C19H34O2 + C3H5(OH3)
Dari Trilinolenat
KOH
C3H5(C18H30O2)3 + 3CH3OH 3C19H33O2 + C3H5(OH3)
Dari Triarachidat
KOH
C3H5(C20H39O2)3 + 3CH3OH 3C21H42O2 + C3H5(OH3)
ROOCR1 + O–R’ R1 –– C –– O–
OR’
R1 = palmitat / palmitoleat / stearat / oleat / linoleat / linolenat / arachidat.
c. Intermediet tetrahedral akan bereaksi dengan alkohol untuk meregenerasi ion
metoksida
OR ROH+
R1 –– C –– O – + HOR’ R1 –– C –– O – + O–R’
OR’ OR’
d. Intermediet reaksi (c) akan menyusun atom-atomnya menjadi ester asam lemak
dan digliserida
ROH+
R1 –– C –– O – R1COOR’ + HOR
OR’
e. Digliserida akan dikonversi menjadi monogliserida seperti reaksi di atas,
kemudian dihasilkan biodiesel dan gliserol
19
Trigliserida (TG) + R’OH Digliserida (DG) + R’COOR1
Digliserida (DG) + R’OH Monogliserida (MG) + R’COOR2
Monogliserida (MG)+ R’OH Gliserol + R’COOR3
R1= R2= R3= palmitat / palmitoleat / stearat / oleat / linoleat / linolenat /
arachidat.
Sumber: Ma dkk, 1999
Reaksi Trigliserida menjadi Biodiesel dilakukan pada reaktor yang
dioperasikan pada suhu 600C dan tekanan 1 atm (Yuli Setyo Indartono, 2006),
kondisi itu dipilih mendasarkan pada pertimbangan proses transesterifikasi dalam
pembuatan biodiesel ini dipengaruhi oleh kandungan asam lemak bebas dan
kandungan air dalam trigliserida, rasio molar trigliserida dan metanol, katalis,
temperatur dan tekanan reaksi. Kandungan moisture minyak <0,06% w/w.
Kandungan asam lemak bebas dalam minyak diusahakan serendah mungkin (<1%
w/w). Rasio molar trigliserida dan metanol yang dipilih 6:1. Penggunaan katalis
KOH 0,2% berat minyak, dan temperatur di sekitar titik didih normal metanol
(Tanaka dkk, 1989).
Reaksi transesterifikasi menggunakan katalis basa kuat KOH 96% sebesar
0,2% berat trigliserida yang berfungsi meningkatkan kecepatan reaksi dan
memperoleh konversi yang tinggi (Tanaka dkk, 1989).
2.2.1 Tinjauan Thermodinamika
Pada reaksi transesterifikasi, terjadi reaksi antara trigliserida dengan metanol
dan menghasilkan biodiesel dan gliserol.
CH2 C OOR1 CH2 C OO R1 CH2 OH
Katalis
CH C OO R2 + 3CH3 – OH CH C OO R2 + CH OH
KOH
CH2 C OOR3 (l) CH2 C OOR3 (l) CH2 OH (l)
Trigliserida Metanol Biodiesel Gliserol
20
Komponen ΔH0f (kkal/mol)
Tripalmitat -490,701
Metanol -48,08
Metil Palmitat -170,050
Gliserol 139,8
H298 508,531
Tripalmitoleat -186,054
Metanol -48,08
Metil Palmitoleat -68,502
Gliserol 139,8
H298 305,432
Tristearat -520,299
Metanol -48,08
Metil Stearat -179,917
Gliserol 139,8
H298 528,262
Trioleat -463,476
Metanol -48,08
Metil Oleat -160,975
Gliserol 139,8
H298 490,381
Trilinoleat -363,789
Metanol -48,08
Metil Linoleat -127,746
Gliserol 139,8
H298 423,923
Trilinolenat -285,533
Metanol -48,08
Metil Linolenat -101,661
Gliserol 139,8
H298 371,752
Triarachidat -549,898
Metanol -48,08
Metil Arachidat -189,783
Gliserol -139,8
H298 268,395
21
Dari perhitungan ΔH0f reaksi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
reaksi pembentukan biodiesel bersifat endotermis. Reaksi Transesterifikasi
merupakan reaksi reversible (Groggins, 1958). Oleh karena itu metanol dibuat
berlebih (excess) agar reaksi bergeser ke kanan (produk) (Pasae, 2006).
= . exp −
dimana:
k = kecepatan reaksi R = konstanta gas ideal
A = faktor tumbukan T = suhu
Ea = energi aktivitas
Dari persamaan di atas maka dapat diketahui bahwa harga k semakin besar
jika:
= 920 kg/m3
26.307,392
= = 28,6 m = 28600 dm
920
Menghitung konstanta kecepatan reaksi (k)
A + 3B 3C + D
Kinetika kecepatan reaksi dari kanan ke kiri sangat kecil maka bisa diambil
asumsi sebagai berikut:
-rA = k1.CA.CB3
Konsentrasi CB sangat besar dan berlebih, sehingga konsentrasi B dapat
dianggap konstan. Persamaan kecepatan reaksi menjadi:
-rA = k1.CA
22
Sehingga orde reaksi proses transesterifikasi minyak jarak pagar dapat
dianggap orde reaksi tingkat 1 semu.
Input – output + perubahan karena reaksi = akumulasi
0 – 0 + (-rA. V) =
-rA. V =
= 0.
(− . )
0
=
−
= 0
−
= 0∫ .
= 0∫ . ( )
= ∫
,
= ∫
dimana:
t = 1 jam (Journal of the American Oil Chemist’society vol 77, 12 Dec 2000)
,
60 menit = − ln(1 − )|
60 k = 3,912
k = 0,0652 L/(gmol.menit)
23
24
2.3.2 Langkah Proses
1. Pengepresan Biji Jarak
Bahan baku yang digunakan dipilih dengan kriteria biji jarak kering
dari biji jarak yang telah menguning dan yang sudah tua. Bahan baku
tersebut disimpan di dalam Gudang Biji Jarak Pagar (G-101), kemudian
diangkut dan dipindahkan oleh Bucket elevator Biji Jarak Pagar (B-101).
Biji jarak tersebut kemudian dihancurkan dengan penekanan alat pengepress
yaitu Twin Screw Press (SP-101) yang berefisiensi 94% (Perry,1999)
sehingga akan dihasilkan minyak. Minyak hasil pengepresan tersebut masih
mengandung partikel-partikel ampas sehingga perlu dihilangkan dengan
menggunakan Vibrating Filter (VP-101). Hasilnya, filtrat (minyak jarak)
ditampung di dalam Tangki Minyak Jarak (T-202). Ampas hasil
pengepresan dan ampas dari vibrating filter ditampung di dalam bak
penampung ampas untuk dijadikan bahan bakar boiler dan pupuk. Gambar
2.1 memperlihatkan diagram proses pengambilan minyak dari biji jarak
pagar.
Minyak Jarak
2. Proses degumming
Minyak jarak hasil penyaringan pada vibrating filter menghasilkan
minyak jarak dimana minyak tersebut mengandung gum (getah) yaitu
posfor dalam bentuk fosfolipid yang dapat menyebabkan minyak menjadi
keruh dan meningkatkan akumulasi air dalam minyak. Oleh sebab itu, perlu
dilakukan pemisahan gum yang terkandung dalam minyak jarak dengan
proses degumming. Proses ini dilakukan dengan penambahan asam fosfat
pekat (85%) sebanyak 0,1% dari berat minyak. Proses ini dilakukan pada
temperatur 600-800C dengan pengadukan intensitas tinggi menggunakan
Mixer I (M-301) selama 5 menit. Selanjutnya dilakukan pemisahan gum
25
yang terbentuk dari minyak menggunakan Centrifuge (CF-101) selama 15
menit. Proses ini berhasil menurunkan kadar posfor dalam minyak jarak
hingga ±92% (Rahayu et al, 2007). Gambar 2.2 berikut memperlihatkan
diagram proses degumming.
3. Esterifikasi Multistage
Minyak jarak yang dihasilkan dengan penyaringan menggunakan
Vibrating Filter (VP-101) memiliki kadar FFA yang cukup tinggi
diasumsikan 7,78 % .Minyak jarak tersebut perlu diesterifikasi untuk
menurunkan kadar FFA. Bahan baku dengan kadar FFA yang tinggi (>1%)
diesterifikasi terlebih dahulu untuk mengkonversi asam lemak bebas
menjadi metil ester (Freedman,1984). Minyak jarak yang ditampung di
dalam Tangki Minyak Jarak (T-202) kemudian dipompakan ke bagian atas
Reaktor Esterifikasi I (R-401) untuk proses esterifikasi. Reaktor yang
digunakan adalah reaktor fixed bed. Proses Reaksi Esterifikasi akan
berlangsung dengan rasio molar metanol dan minyak biasanya sebesar 6:1
dengan menambahkan 1% asam sulfat sebagai katalis dalam basis minyak,
pada temperature 600C. Sebelumnya metanol dan H2SO4 telah dicampur
terlebih dahulu di dalam Mixer II (M-302), kemudian dipompakan ke dalam
Reaktor Esterifikasi. Reaksi esterifikasi :
RCOOH + CH3OH RCOOCH3 + H2O
Dalam reaktor esterifikasi I minyak asam lemak bebas / FFA (Free
Fatty Acid) akan terkonversi menjadi metil ester dengan yield 71,32%
(Yuliana,2009). Komponen lain yaitu minyak lemak (Trigliserida) dan
produk samping esterifikasi yaitu air dan metanol kemudian diseparasi
menggunakan Kolom Distilasi I (D-501) untuk menguapkan metanol. Hasil
atas berupa metanol dan air sedangkan hasil bawah berupa metil ester dan
minyak. Metanol direcycle, sementara hasil bawah dialirkan masuk
Decanter I (ST-601) sehingga metil ester terpisah, kemudian dipompa ke
tangki penyimpanan, Tangki Biodiesel (T-208). Minyak yang diesterifikasi
26
pada reaktor esterifikasi I menurunkan kadar FFA hingga menjadi ±2,36 %.
Kadar FFA yang diizinkan untuk reaksi transesterifikasi adalah <1%.
(Freedman,1984). Dengan demikian minyak diumpankan pada Reaktor
Esterifikasi II (R-402) untuk diesterifikasi kembali dengan metanol
campuran hasil recycle. Dalam reaktor minyak asam lemak bebas (FFA)
terkonversi menjadi metil ester dengan yield 71,32% sehingga FFA sisa
hasil reaksi pada reaktor esterifikasi II hanya ±0,69 %. Selanjutnya
komponen tersebut diseparasi menggunakan Kolom Distilasi II (D-502)
untuk menguapkan metanol. Metanol di recycle. Komponen hasil bawah
yaitu metil ester dan minyak asam lemak (trigliserida) dialirkan ke Decanter
II (ST-602) untuk memisahkan kedua komponen tersebut. Metil ester
(biodiesel) hasil pemisahan dialirkan ke Tangki Biodiesel (T-208).
Trigliserida yang mengandung FFA <1% artinya trigliserida tersebut
memenuhi untuk reaksi transesterifikasi sehingga trigliserida dialirkan ke
Reaktor Transesterifikasi I (R-403) untuk proses Transesterifikasi. Gambar
2.3 berikut memperlihatkan diagram proses reaksi esterifikasi.
Minyak Jarak
Metanol
Mixer
H2SO4 + Metanol
Metanol
Kolom
Metil ester,Trigliserida
Distilasi II
4. Transesterifikasi
Pemisahan pada Decanter II (ST-602) menghasilkan residu (hasil
bawah) yaitu minyak jarak asam lemak (trigliserida). Minyak tersebut
kemudian dialirkan ke Reaktor Transesterifikasi I (R-403). Reaksi
transesterifikasi akan berlangsung dengan rasio molar metanol dan minyak
27
sebesar 5:1 (Andy,2006), dan ditambahkan 1% katalis basa yaitu Kalium
Hidroksida (KOH) pada temperatur 600C. Dimana sebelumnya metanol dan
KOH telah dicampurkan terlebih dulu pada Mixer III (M-303), kemudian
dipompa ke dalam Reaktor Transesterifikasi I (R-403). Di dalam reaktor
trigliserida terkonversi menjadi metil ester asam lemak/ FAME (Fatty Acid
Metil Ester) dengan yield 98% dengan produk lain yaitu gliserol.
Selanjutnya produk tersebut dialirkan ke Kolom Distilasi III (D-503) untuk
menguapkan metanol. Trigliserida sisa dalam reaksi transesterifikasi I
±1,8%. Kadar trigliserida tersebut tidak memenuhi batas minimum yang
diizinkan pada biodiesel yaitu 0,4% (RSNI EB 020551), sehingga perlu
dilakukan reaksi transesterifikasi tahap kedua. Minyak hasil bawah Kolom
Distilasi III (D-503) kemudian dialirkan memasuki Reaktor
Transesterifikasi II (R-404), dimana sebelumnya metanol dan KOH telah
dicampurkan terlebih dulu pada Mixer II (M-302) lalu dipompakan ke
Reaktor Transesterifikasi II (R-404). Di dalam reaktor trigliserida akan
terkonversi menjadi metil ester asam lemak/ FAME (Fatty Acid Metil Ester)
dengan yield 98% dengan produk lain yaitu gliserol. Hasil reaksi
transesterifikasi pada reaktor menghasilkan trigliserida sisa dengan kadar
±0,03% sehingga telah memenuhi batas minimum kadar trigliserida dalam
biodiesel sehingga proses transesterifikasi dihentikan. Gambar 2.4 berikut
memperlihatkan diagram proses reaksi transesterifikasi.
Metanol
5. Recovery Metanol
Pemisahan metanol dengan komponen lain terjadi baik pada proses
esterifikasi maupun transesterifikasi. Pemisahan pada proses esterifikasi
28
terjadi dimana komponen produk pada Reaktor Esterifikasi I (R-403)
diuapkan komponen metanolnya dengan cara mengalirkan pada Kolom
Distilasi I (D-501). Distilat dari proses pemisahan tersebut berupa metanol
99,8% dan air 0,2% dikembalikan lagi ke tangki metanol. Demikian juga
prosesnya untuk pemisahan metanol pada Reaktor Esterifikasi II (R-404).
Pemisahan metanol pada proses transesterifikasi dimana komponen
produk dari reaktor dipisahkan menggunakan Kolom Distilasi III (D-503)
yang sebelumnya komponen telah dipanaskan terlebih dahulu dalam
Exhanger (E-703) sampai suhu 70,70C. Distilat (hasil atas) dari hasil
pemisahan tersebut berupa metanol 99,8% dan air 0,2% dikembalikan lagi
ke Tangki Metanol (T-205). Demikian juga prosesnya untuk Reaktor
Transesterifikasi II (R-404). Selanjutnya residu (bottom) dialirkan ke ke
tangki pemisah Decanter I (ST-601).
29
Gambar 2.5 Diagram proses pencucian biodiesel
30
Tabel 2.4 Neraca Massa pada Centrifuge (CF-101)
Masuk (Kg) Keluar (Kg)
No. Komponen
Arus 7 Arus 8 Arus 9
1 Minyak (JCO) 32.257,84 32,26 32.225,58
2 Gliserol 35,55 35,55 0
3 Residu gum 0,25 0,00 0,25
67,81 32.225,83
TOTAL 32.293,64 32.293,64
31
5.439,76 32.439,08
TOTAL 37.878,84 37.878,84
Tabel 2.8 Neraca Massa pada Mixer III (M-303)
Masuk (kg) Keluar (kg)
No. Komponen
Arus 18 Arus 19 Arus 20
1 Metanol - 5.641,64 5.641,64
2 H2O - 11,31 11,31
3 H2SO4 31,32 - 31,32
31,32 5.652,95
TOTAL 5.684,27 5.684,27
32
1 Metanol 6.688,19 - 6.688,19
2 H2O 13,40 - 13,40
3 KOH - 296,89 296,89
6.701,59 296,89
TOTAL 6.998,48 6.998,48
33
TOTAL 5,94 6.146,06 6.152,00
6.152,00 6.152,00
34
4.242,81 31.631,56
TOTAL 35.874,37 35.874,37
35
1 FFA(l) 12.139,66 0 3032,31
2 Metil ester(l) 0 0 4212,33
3 Trigliserida(l) 118.423,03 0 118.423,03
4 Residu gum(l) 0,4508 0 0,45
5 Air(l) 3.366,63 0 28.055,65
6 Metanol(l) 0 277.194 266.766,83
7 H2SO4(l) 0 1219,6 0
133.929,77 278.413,67
TOTAL 412.343,44 420.490,60
Dibutuhkan massa steam sebanyak : 566,31 kg.
36
Tabel 2.24 Neraca Panas pada Condensor I (CD-801)
Masuk (kJ) Keluar (kJ)
No. Komponen
Arus 15 Arus 16
1 Metanol(g) 2.244.323,95 1.928.933,09
2 H2O(l) 1.546,78 599,09
TOTAL 2.245.870,73 1.929.532,18
Dibutuhkan air pendingin sebanyak 2.157,94 kg
37
105.629,41 915.641,04
TOTAL 1.021.270,44
1.021.272,82
Karena dQ/dT = 0 maka proses berlangsung secara adiabatik, dimana tidak
diperlukan air pendingin atau pun steam.
Tabel 2.27 Neraca Panas pada Cooler I (C-901)
Masuk (kJ) Keluar (kJ)
No. Komponen
Arus 50 Arus 51
1 Metil ester(l)
88033,25 70.877,71
2 H2O(l) 40636,05 15.650,17
TOTAL 128.669,30 86.257,88
Dibutuhkan massa air pendingin sebanyak : 287,49 kg.
38
Keamanan terhadap kemungkinan adanya bahya kebakaran, ledakan, asap / gas
beracun harus benar-benar diperhatikan dalam penentuan tata letak pabrik.
Untuk itu harus dilakukan penempatan alat-alat pengaman. Tangki
penyimpanan bahan baku ataupun produk berbahaya harus diletakkan di area
khusus serta perlu adanya jarak antara bangunan satu dengan yang lain, guna
memberikan ruang yang leluasa untuk keselamatan.
3. Luas area yang tersedia
Pemakaian tempat disesuaikan dengan area yang tersedia. Jika harga tanah
tinggi, maka diperlukan efisiensi dalam pemakaian ruangan hingga peralatan
tertentu diletakkan di atas peralatan yang lain ataupun lantai ruangan diatur
sedemikian rupa agar menghemat tempat.
4. Instalasi dan Utilitas
Pemasangan dan distribusi yang baik dari gas, udara, steam dan listrik akan
membantu kemudahan kerja dan perawatannya. Penempatan pesawat proses
sedemikian rupa sehingga petugas dapat dengan mudah mencapainya dan
dapat menjamin kelancaran operasi serta memudahkan perawatannya.
Faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi pabrik yaitu:
- Persediaan bahan baku - Persediaan buruh
- Pemasaran - Pajak dan peraturan daerah
- Sumber tenaga dan bahan bakar - Karakteristik tempat
- Iklim - Perlindungan terhadap bencana
- Fasilitas transportasi - Masyarakat sekitar
- Persediaan air - Keamanan negara
- Bahan-bahan buangan
Selain hal-hal di atas, di dalam menentukan lokasi suatu pabrik ada beberapa
orientasi yaitu:
a.) Orientasi kepada bahan mentah (raw material oriented), yaitu penentuan lokasi
suatu pabrik berdasarkan jarak antara bahan mentah dengan pabrik. Jadi pabrik
yang raw material oriented pasti dekat dengan sumber bahan mentah.
b.) Orientasi pasar (market oriented), yaitu penentuan lokasi pabrik berdasarkan
atas jarak antara pabrik dengan daerah pemasaran hasil produksi.
c.) Junction oriented, yaitu penentuan lokasi pabrik berdasarkan atas jarak antara
pabrik dengan sumber bahan mentah dengan pasar.
39
d.) Selain orientasi-orientasi tersebut di atas, di dalam penentuan lokasi pabrik ada
faktor lain yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
Upah buruh yang rendah
Pajak ringan
Dekat dengan sumber air
Dekat dengan sumber tenaga
Namun sifat-sifat bahan baku maupun produk juga digunakan sebagai bahan
pertimbangan penentuan lokasi pabrik. Misal pabrik dengan “weight lossing”,
dimana hasil produksi jauh lebih ringan bila dibandingkan dengan bahan bakunya,
maka pabrik tersebut sebaiknya terletak di dekat sumber bahan baku. Sebaliknya
untuk “weight gainning”, dimana hasil lebih berat bila dibandingkan dengan bahan
bakunya, maka sebaiknya pabrik tersebut didirikan di dekat daerah pemasaran.
Perincian penggunaan lahan pabrik Biodiesel dapat dilihat pada tabel 2.1:
Tabel 2.28 Perincian Penggunaan Lahan
No. Lokasi Ukuran (m) Luas (m2)
1 Pos Jaga 2 x (5 x 5) 50
2 Musholla 15 x 15 225
3 Utilitas 20 x 40, 30 x 15 1250
4 Aula 20 x 15 300
5 Kantor 20 x 25 500
6 Bengkel 20 x 15 300
7 Unit K2PK 20 x 15 300
8 Area Proses 70 x 40 2800
9 Taman & jalan 7075
10 Poliklinik 15 x 10 150
11 Penyimpanan bahan baku 65 x 30 1950
12 Unit pengolahan limbah 30 x 15 450
13 Area perluasan 35 x 60, 150 2250
14 Ruang kontrol 15 x 20 300
15 Laboratorium 15 x 20 300
16 Penyimpanan produk 20 x 20 400
17 Gudang 20 x 20 400
18 Gudang utilitas 10 x 15 150
40
19 Parkir mobil 2 x (25 x 5) 250
20 Parkir motor 20 x 20 400
21 Unit transportasi 10 x 20 200
Total 20000
5
1 2 17 3 15 14 4
21
7
8 11
6
18
20 9 12
19
16 10
13
41
Keterangan:
1. Pos Jaga 13. Daerah Perluasan
2. Tempat Parkir 14. Gudang Peralatan
3. Rumah Timbangan 15. Gudang Bahan Baku &
4. Bengkel Penolong
5. Pembangkit Listrik 16. Kantin
6. Perkantoran 17. Poliklinik
7. Laboratorium 18. Perpustakaan
8. Ruang Kontrol 19. Musholla
9. Daerah Proses 20. Taman Lapangan
10. Pengolahan Limbah 21. Jalan
11. Pengolahan Air
12. Pembangkit Uap
42
BAB III
43
Lama penyimpanan : 30 hari
Jumlah : 2 buah
Kondisi operasi :
- Temperatur (T) : 300C
- Tekanan (P) : 1 atm (14,699 psi)
Volume Tangki = 31.375,43 m3 (2 buah)
Diameter Tangki = 23,71 m = 933,32 in
Tinggi Tangki = 41,49 m = 1633,32 in
Tebal dinding silinder tangki = 3,82 in (dipilih tebal tutup standar = 4 in)
Tebal tutup tangki = 3,82 in (dipilih tebal tutup standar = 4 in)
44
Volume Tangki = 31.492,39 m3
Diameter Tangki = 29,91 m = 1177,37 in
Tinggi Tangki = 52,33 m = 2060,41 in
Tebal dinding silinder tangki = 5,06 in (dipilih tebal tutup standar = 5 ¼ in)
Tebal tutup tangki = 5,06 in (dipilih tebal tutup standar =5 ¼ in)
45
Tebal dinding silinder tangki = 5,4 in (dipilih tebal tutup standar = 5 ½ in)
Tebal tutup tangki = 5,4 in (dipilih tebal tutup standar = 5 ½ in)
Diameter blade pengaduk = 33,59 ft
Lebar blade pengaduk = 6,72 ft
Tinggi pengaduk dari dasar = 33,59 ft
Daya motor pengaduk = 49.684,68 lbf.ft /sec = 90,34 HP
Diameter dalam jaket = 1220,42 in = 31 m
Diameter luar jaket = 1221,42 in = 31,02 m
Luas jaket yang dilalui steam = 1916,84 in2 = 48,69 m2
Tebal dinding jaket = 1,29 in (dipilih tebal tutup standar = 1 in)
46
- Temperatur (T) = 600C
- Tekanan (P) = 1 atm (14,699 psi)
Volume Tangki = 38.780,93 m3
Diameter Tangki = 30,95 m = 1218,44 in = 101,54 ft
Tinggi Tangki = 54,16 m = 2132,27 in
Tebal dinding silinder tangki = 5,33 in (dipilih tebal tutup standar = 5 in)
3.10 Decanter
Fungsi : memisahkan metil ester dari campurannya berdasarkan perbedaan
densitas komponennya.
Bentuk : horisontal silinder
Bahan : carbon steel, SA-283 Grade C
Jumlah : 1 unit
Kondisi operasi :
- Temperatur : 70,690C
- Tekanan : 1 atm = 14,696 psia
47
Tiinggi zat cair berat = 2,66 m
3.11 Mixer
Fungsi : mencampurkan metanol dengan katalis H2SO4
Jenis : Tangki pencampur berpengaduk turbine vertical blade
Bentuk : silinder tegak dengan alas datar dan tutup elipsoidal
Bahan : carbon steel, SA-283 Grade C
Waktu tinggal : 1 jam
Kondisi operasi : kondisi ruang
Volume Tangki = 6461,54 m3
Diameter Tangki = 17,03 m = 670,46 in = 55,87 ft
Tinggi Tangki = 29,80 m = 1173,31 in
Tebal dinding silinder tangki = 2,57 in (dipilih tebal tutup standar = 3 in)
Tebal tutup tangki = 2,57 in (dipilih tebal tutup standar = 3 in)
Diameter blade pengaduk = 18,62 ft
Lebar blade pengaduk = 3,72 ft
Tinggi pengaduk dari dasar = 18,62 ft
Daya motor pengaduk = 2602,16 lbf. ft /sec = 4,73 HP
Jumlah lilitan koil sebanyak 34 buah
48
BAB IV
ANALISA EKONOMI
49
Dalam hubungan ini :
Ex = Harga alat untuk tahun x
Ey = Harga alat untuk tahun y
Nx = Nilai index tahun x
Ny = Nilai index tahun y
50
Merupakan pengeluaran yang berkaitan dengan fixed capital dan harganya
tetap, tidak tergantung waktu maupun tingkat produksi.
4.3.3 General Expense
General expense adalah pengeluaran yang tidak berkaitan dengan
produksi, tetapi berhubungan dengan operasional perusahaan secara umum.
51
minimum dan berapa harga serta unit penjualan yang harus dicapai agar
mendapat keuntungan.
Fa 0,3.Ra
BEP 100%
Sa Va 0,7.Ra
Dalam hubungan ini :
Fa = Fixed manufacturing cost
Ra = Regulated cost
Va = Variable cost
Sa = Penjualan produk
e). Shut Down Point (SDP)
Shut down point adalah titik atau saat penentuan suatu aktivitas produksi
harus dihentikan. Penyebabnya antara lain karena variable cost terlalu
tinggi, atau bisa juga karena keputusan manajemen akibat tidak ekonomisnya
suatu aktivitas produksi (tidak menghasilkan keuntungan).
0,3.Ra
SDP 100%
Sa Va 0,7.Ra
52
Total 41.481.872,35
53
Fixed manufacturing cost
54
Satpam 16 2.000.000,00 384.000.000,00
Sopir 4 1.500.000,00 72.000.000,00
Pesuruh 4 1.000.000,00 48.000.000,00
Total 228 9.696.000.000,00
55