Anda di halaman 1dari 39

PENERAPAN METODE VISUAL ACTION THERAPY (VAT) DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN TERHADAP FUNGSI-


FUNGSI BENDA KATEGORI ALAT MAKAN PADA KASUS AFASIA
GLOBAL PASCA STROKE DI INSTALASI REHABILITASI MEDIK
RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Ahli Madya Terapi Wicara

Disusun Oleh:

ADHA SYAPUTRA

TW/11/00235

PENDIDIKAN DIPLOMA III


PROGRAM STUDI TERAPI WICARA
POLITEKNIK AL ISLAM BANDUNG
2019
1 LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Adha Syaputra


NPM : TW/11/00235
Judul : PENERAPAN METODE VISUAL ACTION THERAPY (VAT) DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN TERHADAP
FUNGSI-FUNGSI BENDA KATEGORI ALAT MAKAN PADA
KASUS AFASIA GLOBAL PASCA STROKE DI INSTALASI
REHABILITASI MEDIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG

Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi tugas Proposal Tugas Akhir
pada Program Studi Terapi Wicara Politeknik Al Islam Bandung.

Bandung, Maret 2019

Disetujui oleh

Pembimbing I Pembimbing II

(dr. Tertianto Prabowo,Sp.KFR) ( Hendra Djuhendi, A.Md.TW,S.Pd,.MM)

i
2 LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Adha Syaputra

NPM : TW/11/00235

Judul : Penerapan Metode Visual Action Therapy (VAT) Dalam


Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Terhadap Fungsi-
Fungsi Benda Kategori Alat Makan Pada Kasus Afasia Global
Pasca Stroke Di Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah Sakit
Immanuel Bandung

Telah diperiksa didepan Dewan Penguji Proposal Tugas Akhir dan dinyatakan Lulus
pada tanggal .......

DEWAN PENGUJI

1. Ketua : Tetty Ekasari, A.Md.TW., S.Pd.,M.Pd ( )


2. Penguji I : Riani Shopianty,A.Md.TW., S.Pd.,M.Pd ( )
3. Penguji II : Tetty Ekasari, A.Md.TW., S.Pd.,M.Pd ( )

ii
3 DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran......................................................................6

iii
4 DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Klasifikasi Afasia..................................................................................11


Tabel 3.1. Rencana Jadwal Penelitian................................................................16
Tabel 3.2. Rencana Pertemuan pada Proses Terapi Harian...............................16
Tabel 3.3. Prosedur Penelitian...........................................................................19
Tabel 3.4. Tujuan dan Program Terapi Harian.....................................................24
Tabel 3.5. Rencana pelaksanaan terapi..................................................................25
Tabel 3.6. Kriteria penilaian.............................................................................27
Tabel 3.7. Teknik analisis data...........................................................................29

iv
5 DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................iv
DAFTAR ISI................................................................................................................v
KATA PENGANTAR................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................4
1.5 Kerangka Pemikiran..............................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................7


2.1 Definisi..................................................................................................7
2.2 Penyebab................................................................................................8
2.3 Klasifikasi............................................................................................11
2.4 Karakteristik........................................................................................11
2.5 Metode Terapi......................................................................................12

BAB III METODE PENELITIAN..............................................................................14


3.1 Jenis atau Desain Penelitian................................................................14
3.2 Teknik penelitian.................................................................................15
3.3 Lokasi dan waktu penelitian................................................................15
3.4 Jenis dan Sumber data.........................................................................17
3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data..........................................19
3.6 Tahap pengumpulan data dan pengolahan data...................................22
3.7 Teknik Analis Data..............................................................................28

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................30

v
6 KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga, penulis dapat menyelesaikan Proposal
Tugas Akhir. Penulis mengambil judul Proposal Tugas Akhir sebagai berikut :
Penerapan Metode Visual Action Therapy (Vat) Dalam Meningkatkan Kemampuan
Pemahaman Terhadap Fungsi-Fungsi Benda Kategori Alat Makan Pada Kasus
Afasia Global Pasca Stroke Di Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah Sakit
Immanuel Bandung. Dalam penulisan Proposal ini penulis banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak baik moril, materi maupun spiritual. Maka dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. Dr. Hj. Sri DjatnikaSA, SE.,M.Si, sebagai Direktur Politeknik Al-Islam
Bandung.
2. Tetty Ekasari, A.Md.TW., S.Pd.,M.Pd, sebagai ketua Program Studi Terapi
Wicara Politeknik Al-Islam Bandung.
3. Kepada dr. Tertianto Prabowo,Sp.KFR sebagai pebimbing I yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, membantu penulis dengan keikhlasan
dan kesabarannya dan selalu memotivasi.
4. Bapak Hendra Djuhendi, A.Md.TW,S.Pd,.MM sebagai pebimbing II yang
telah memberikan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan Laporan
Praktikum II ini.
5. Bapak Dian Supriatna A.Md TW dan ibu Wina , A.Md. TW sebagai
pebimbing lapangan yang telah memberikan ilmu, pengarahan beserta waktu
luangnya untuk penulis menyelsaikan Proposal Tugas Akhir ini.
6. Kepada kedua orang tua yang telah mendoakan dan memberi dukungan
kepada penulis dalam menyelesaikan Proposal Tugas Akhir ini.

vi
7. Kepada pasien dan istri pasien yang telah berkenan memberikan izin kepada
penulis untuk melakukan wawancara, observasi dan tes kepada pasien.
8. Semua dosen yang telah memberikan ilmunya selama perkuliahan
berlangsung.
9. Rekan rekan seperjuangan atas semangat, nasehat dan bantuan sehingga
penulis termotivasi dalam menyelesaikan Proposal Tugas Akhir.
10. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang sangat
membantu, memberi dukungan dalam menyelesaikan Proposal Tugas Akhir .
Penulis berharap semoga Proposal Tugas Akhir ini bermanfaat khususnya bagi
penulis pribadi dan umumnya bagi semua orang yang membutuhkan. Penulis
menyadari bahwa Proposal Tugas Akhir ini jauh dari kata sempurna maka penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sebagai bahan
perbaikan dan penyempurna. Semoga allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat,
karunia, dan hidayahnya kepada kita semua. Amin.

Bandung, Maret 2019

Penulis

vii
7 BAB I
8 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakatberuoa simbol

bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.Berbahasa merupakan

prosesmengomunikasikan Bahasa tersebut. Proses berbahasa sendiri

memerlukan pikiran dan perasaan yang dilakukan oleh otak manusia untuk

menghasilkan kata-kata atau kalimat. Alat bicara yang baik akan

mempermudah berbahasa dengan baik. Namun, mereka yang memiliki kelainan

fungsi otak dan bicaranya, tentu mempunyai kesulitan dalam berbahasa, baik

produktif maupun reseptif.Inilah yang disebut sebagai ganguan berbahasa.

Dalam berbahasa diperlukan modalitas atau cara tertentu, sehingga dengan

mempergunakan cara-cara tertentu Bahasa dapat dipergunakan sebagai alat

komunikasi. Modalitas atau car-cara berbahasa tersebut meliputi modalitas

verbal (lisan), grafis (tulisan dan symbol visual lainnya), dan gestural (mimic,

pantomimik dan isyarat).Dari ketiga modalitas Bahasa tersebut, modalitas

verbal meupakan modalitas yang dominan, mempunyai beberapa-beberapa

kelebihan dibandingkan dengan yang lainnya.

Namun kenyataannya seringkali dalam kehidupan sehari-hari kita

menemukan keadaan dimana orang-orang seperti anak balita, anak usia sekolah,

remaja, dewasa dan lansia mengalami kesulitan (kehilangan kemampuan)

1
dalam proses simbolisasi (coding). Kesulitan simbolisasi ini menyebabkan

seseorang tidak mampu menginformasikan konsep atatau pengertiannya

menjadi symbol-simbol yang dapat dimengerti oleh orang lain diligkungannya.

Salah satu jenis kelainan Bahasa yang biasa disebut “afasia” akibat

kerusakan pusat-pusat Bahasa di korteks serebri.Adanya lesi dipusat Bahasa

korteks serebri, menyebabkan penderita mengalami kesulitan atau kehilangan

kemampuan simbolisasi secara pasif (decoding) atau secara aktif (encoding).

Menurut Rosenbek dan Kertesz dalam buku perilaku komunikasi normal

(2000: 25) menjelaskan bahwa pertama, afasia pada dewasa tidak terjadi secara

perlahan, tetapi mendadak. Penyebabnya bermacam-macam, seperti gangguan

pembuluh darah otak , trauma, radang dan tumor. Perjalanan dan gangguannya

dapat perlahan sesuai dengan patofissiologi yang mendasarinya.Sehingga

ditambahkan kata “yang didapat” dan “baru terjadi” untuk membedak antara

afasia atrofi korteks yang gradial akibat demensi atau pengaruh genetika.

Kongenital, lingkungan yag mempengaruhi perkembangan berbahasa. Kedua,

afasia adalah gangguan modalitas yang saling menyilang dan sering dijumpai

bersama aleksia dan agrafia.Kadang dijumpai pula apraksia, alkalkulia dan

apraksia konstruksional. Gangguan-gangguan berbahasa tersebut sebenarnya

akan sangat mempengaruhi proses berkomunikasi dan berbahasa.

Hasil assesmen yang dilakukan penulis pada pasien di Rumah sakit

Immanuel Bandung yang mengalami Afasia dengan sindroma Afasia Global

2
terdapat mengalami gangguan bahasa reseptif dan ekspresif yang

mempengaruhi dalam berkomunikasi pada pasien.

Oleh karena penulis ingin melakukan penelitian dengan subjek tunggal

mengenai “penerapan metode Visual Action Therapy (VAT} untuk

meningkatkan pemahaman bahasa pada kasus Afasia Global”

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang yang telah di uraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah penerapan metode Visual Action Therapy (VAT) dapat

meningkatkan kemampuan Bahasa reseptif pada kasus Afasia Global ?

2. Bagaimana tingkat keberhasilan penerapan metode Visual Action

Therapy (VAT) untuk meningkatkan kemampuan Bahasa reseptif pada

kasus Afasia Global ?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari uraian rumusan masalah yang telah di urikan di atas,maka tujuan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui penerapan metode Visual Action Therapy (VAT)

meningkatkan pemahaman Bahasa reseptif pada kasus afasia global.

3
2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan metode Visual Action Therapy

(VAT) dalam meningkatkan pemahaman Bahasa reseptif pada kasus

afasia global.

1.4 Manfaat Penelitian

Penulis berharap hasil penelitian ini mampu memberikan manfaat kepada

pihak pihak terkait tentang terapi wicara umumnya gangguan bahasa bicara

khususnya. Diantaranya:

1. Manfaat Teoritis :

Menjadikan penulisan ini sebagai bahan pertimbangan bagi parah ahli

mengenai penerapan metode Visual Action Therapy (VAT) untuk

meningkatkan pemahaman bahasa terhadap fungsi tingkat kata benda.

2. Manfaat Praktis :

a) Penulis:

Menjadi suatu pengalaman dasar dan ilmu dalam melaksanakan

penelitian untuk melaksanakan penerapan suatu metode terhadap kasus

yang akan diangkat ke dalam penelitian.

b) Keluarga

Menambah pengetahuan bagi keluarga untuk penanganan dan

stimulasi yang bisa diberikan kepada pasien Afasia Global.

c) Pasien

Membrikan gambaran mengenai cara penaganan dan pelaksanaan

metode Visual Action Therapy (VAT) untuk Meningkatkan

4
kemampuan bahasa dan bicara terutama dalam meningkatkan

kemampuan pemahamanbahasa tingkat kata benda .

d) Masyarakat

Semoga tugas akhir ini bisa membantu menambah pengetahuan

mengenai kasus gangguan dalam bidang bicara yang banyak terjadi di

masyarakat sekitar.

5
1.5 Kerangka Pemikiran

Asesment Stroke Gangguan Berbahasa


reseptif dan ekspresif

Metode Visual Action Afasia Global Afasia


Therapy(VAT)

Meningkatkan pemahaman
fungsi tingkat kata benda

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini penulis pun menggambarkan

hal pertama dilakukan adalah pengambilan data yang disebut juga dengan

assesment sehingga penulis mendapatkan data bahwa pasien mengalami

gangguan pada bahasa reseftif dan ekspresif. Dalam ilmu terapi wicara apabila

terjadi gangguan pada fungsional bicara karena cedera neuromoskuler disebut

disa.

6
7
9 BAB II
10 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Stroke atau cedera serebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak

yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak secara tiba-tiba,

dan merupakan keadaan yang timbul karna gangguan peredaran darah diotak

yang menyebatkan terjadinnya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan

seseorang menderita kelumpuhan atau kematian (Brunner& Suddarth, 2002;75).

Afasia merupakan gangguan bahasa perolehan yang disebabkanoleh cedera

otak dan di tandai ole h gangguan pemahaman serta gangguan pengutaraan

bahasa,lisan maupun tertulis (Afasia, Reni Dharmaperwira-PRINS; 5).

Afasia global adalah bentuk afasia yang paling berat.ini di sebabkan lesi

yang luas yang merusak sebagian besar atau semua area bahasa pada otak

kadang ini ditandai oleh tidak ada lagi atau berkurang sekali bahasa spontan dan

menjadi beberapa patah kata yang di ucapkan secara berulang-ulang, misalnya

“baaah, baaah, baah” atau “maaa, maaa, maaa”.

Pemahaman bahasa hilang atau berkurang, repetisi, membaca dan menulis

juga terganggu berat. Afasia global hamper selalu disertai dengan hemifarese

atau hemiplegia.

Afasia global (total) adalah gangguan kemampuan komunikasi yang berat

dan didapat, dimana semua modalitas Bahasa terkena, biasanya tidak satupun

8
modalitas komunikasi lebih baik dari yang lain. Ditambah lagi kemampuan

pemecahan masalah visual dan non-verbal serta keterampilan kognitif lain

sangat menurun sederajat kemampuan Bahasa. (Rimawati Tedjasukmana dan

kusumoputro, 1999)

2.2 Penyebab

Afasia dapat disebabkan oleh beberapa factor antara lain:

1. Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO)

Dapat disebabkan oleh emboli, thrombosis, atau perdarahan di otak.

2. Trombosis

Trombosis merupakan penyumbatan pembuluh darah yang diakibatkan

oleh perubahan dinding pembuluh,kejadian ini sering disebabkan oleh

arteriosclerosis.

3. Emboli

Emboli, yakni gumpalan darah yang terjadi dalam sistem pembuluh

darah, yang lalu dengan dengan aliran darah terbawa ke otak dan kemudian

disana menyumbat sebuah pembuluh,ternyata lebih sering terjadi sebagai

penyebab GPDO dari pada yang dulu diduga.

4. Perdarahan otak

Perdarahan otak terjadi apabila dinding suatu pembuluh sobek dan

darah yang mengumpal (hematom) mendesak jaringan sekitarnya lalu

mengencetnya. Pendarahan otak biasanya disebabkan oleh tekanan darah

9
tinggi, aneurisma yang pecah atau malformasi pembuluh darah,tetapi bisa

juga di sebabkan oleh pemakaian obat antikoagulan.

5. Tumor otak

Tumor Otak (neoplasma kranial) sering berkembang dengan

perlahan,sedangkan jaringan otak menyesuailkan diri dengan perubahan ini

sehingga sering tumor itu menyebabkan gangguan pada stadium

berikut.tumor dapat menimbulkan edema dan dapat menekan pembuluh

darah.dengan demekian,dapat terjadi gangguan akut,jauh dari tempat

keletakan tumor. Sakit kepala seringkali merupakan gejala pertam.Dapat

pula muncul rasa mual dan muntah-muntah.ciri-ciri gejala sebenarnya

tergantung dari lokasi pada tumor.Neoplasma bisa terletak ekstraserebral

atau intraserebral.Meningiom adalah tumor ekstraserebral yang

jinak.Tumor ini biasanya terjadi pada orang yang berumur antara 30 dan 40

tahun dan lebih sering pada wanita.Pertumbuhannya lambat dan sering

dapat dikeluarkan dengan baik melalui operasi.

Giloblastomaadalah tumor ganas intraserebralyang tumbuh cepat dan dapat

menginfiltrasi hemisfer sebelahnya.Tumor ini adalah tumor primer otak

yang paling banyak terdapatpadaorang dewasa dansering sekali muncul

sekitar umur 50 tahun.Prognosisnya biasanya buruk.

Kecuali tumor primer (dalam arti mulai dalam otak)

tadi,bisajugaterjadi tumor sekunder dalam otak: metastasis dari tumor yang

terjadi tempat tubuh lain,misalnya tumor paru-paru, kulit atau buah dada.

10
6. Trauma

Trauma sering diklasifikasikan sebagai terbuka atau tertutup,

tergantung dari rusak-setidaknya tengkorak.Tingkat kehilangan

kesadaran dan kurun wakru amnesia-traumatic (APT) merupakan

ukuran pentiing untuk menilai keparahan kerusakan otak.

Sebuah pukulan pada tengkorak dapat menyebabkan suatu kerusakan

tepat dibawahnya, tetapi karna isi tengkorak terbentuk pada sisilain

(efek ‘contre-coup’), maka tempat itu pun sering terjadi

kerusakan.Akibat luka tembakan atau bom telah dipelajari dengan

cermat sejak perang dunia ke-2 dan telah banyak menyuumbangkan

teori-teori lokalisasi.Disinipun sering timbul akibat-akibat yang

meluas di otak.

Trauma dapat juga makin dikomplikasikan oleh perdarahan

(hematomekstra atau intraserebral).

7. Infeksi

Infeksi dengan akibat meningitis atau ensefalitas bisa mengakibatkan

kerusakan otak.Pada masa sebelum ada antibiotika, sering terjadi abses

di lobus temporalis sebagai akibat infeksi telinga.Dewasa ini yang

paling banyak dijumpai adalah ensefalitas karna herfes

simfleks.Dalam hal ini kehilangan daya ingat sering kali menutupi

kemungkinan adanya afasia. Infeksi virus lain, seperti AIDS, dapat

juga menjadi penyebabnya.

11
2.3 Klasifikasi

Tabel 2.1. Klasifikasi Afasia

Jenis Afasia Kelancaran perkataan Meniru Pemahaman

Afasia Global Tidak lancer - -


Afasia Broca Tidak lancer - +
Afasia Transkortikal motoris Tidak lancer + +
Afasia Transkortikal Campuran Tidak lancer + -
Afasia Wernicke Lancar - -
Afasia Transkortikal Sensoris Lancar + -
Afasia Konduksi Lancar - +
Afasia Anomis Lancar + +

2.4 Karakteristik

Menurut Dharmaperwira-prins, Reni (2002), karakteristik afasia global

yaitu sebagai berikut:

1. Bicara spontan sangat tidak lancar

2. Memiliki beberapa kata atau ucapan stereotip

3. Menunjuk biasanya juga tidak bisa lagi sehingga memeriksa pemahaman

auditif menjadi sangat sukar

4. Meniru ucapan, membaca dan dengan bersuara dan menulis sesuatu

sama sekali tidak mungkin dilakukan

5. Hemiplegia kanan

6. Hemianopsia

7. Hemianestesia

12
2.5 Metode Terapi

2.5.1 Nama metode dan sumber

Metode yang digunakan adalah Visual Action Therapy (VAT) yang

dikembangkan oleh Helm,Benson,1978 dalam buku AFASIA.

2.5.2 Dasar pemikiran metode

Visual Action Therap (VAT), dalam terapi kegiatan Visual yang

menggunakan lambing-lambang abstrak, ternyata pasien-pasien dengan

Afasia Global sanggup menggunakan suatu sistem komunikasi

alternatif.berangkal dari hal ini, Nancy Helm mendapat ide untuk

mengembangkan penggunaan gerak-isyarat dengan pemakain

simbolisasi yang lebih konkret, yaitu gambar atau lukisan. Dalam

metode intruksi terprogram yang dikembangkan olehnya, mula-mula

diletakan hubungan antara benda dan suatugambar yang ukurannya

sesuai dengan yang sebenarnya. Kemudian pada tingkat I dalam enam

langkah, dilatih pengenalan danpenciptaan gerak-gerak isyarat, dengan

menggunakan benda-benda berikut atribut-atributnyayang sesuai, seperti

martil dengan paku-paku dan sebilah kayu.enam langkah berikutnya

(massih pada tingkat I) menghantar pasiennya pada gerak –isyarat tanpa

benda, yaitu gerak isyarat representatif, keenam langkah terakhir

dilatihpada tingkat II dengan gambar-gambar tindakan ; dan akhirnya

pada tingkat III dengan gambar kecil benda-benda yang dipakai. Beralih

13
kelangkah berikutnya baru diperbolehkan apabila langkah sebelumnya

100% berhasil, atau dalam tiga pertemuan berturut-turut , 90% berhasil

(Afasia, Reni Dharmaperwira-PRINS; 5)

2.5.3 Tujuan metode

Tujuan menggunakan metode diatas adalah:

1. Untuk penggunaan gerak-isyarat dengan pemakaian simbolisasi yang

lebih konkret.

2. Melatih untuk membuat gesture yang melambangkan stimulasi yang

tak tampak melalui manipulasi objek yang nyata.

14
11 BAB III
12 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis atau Desain Penelitian

Jenis penulisan yang akan dilakukan pada usulan proposal ini adalah

studi kasus. Kasus yang dimaksud bisa tunggal atau jamak, misalnya berupa

individu atau kelompok. Di sini perlu dilakukan analisis secara tajam terhadap

berbagai faktor yang terkait dengan kasus tersebut sehingga akan diperoleh

kesimpulan yang akurat (Sutedi, 2009). Penulisan ini memusatkan diri secara

intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus.

Data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan

kata lain data dalam studi kasus ini dikumpulkan dari berbagai sumber

(Nawawi, 2003).  Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasus

sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus

secara intensif dan rinci. Pada studi kasus setiap data dicatat secara cermat,

kemudian dikaji, dihubungkan satu sama lain, kalau perlu dibahas dengan

penulis lain sebelum menarik kesimpulan-kesimpulan penyebab terjadinya

kasus atau persoalan yang ditunjukkan oleh individu tersebut. Studi kasus

bukan untuk menguji hipotesis, namun sebaliknya hasil studi kasus dapat

menghasilkan hipotesis yang dapat diuji melalui penulisan lebih lanjut.

15
Fenomena yang menjadi kasus dalam penulisan ini adalah mengenai kekakuan

pada anggota bicara yaitu bibir, pipi, lidah dan pada pernafasan. Penulisan dan

penerapan latihan yang akan diberikan bertujuan untuk mengurangi kekakuan

pada oral motor dan mengoptialkan pernapasannya.

3.2 Teknik penelitian

Teknik studi kasus ini dilakukan dengan melakukan pengumpulan data

terlebih dahulu sebelum akhirnya melakukan studi kasus. Dimana penulis

akan melakukan penilaian yang didapatkan pada saat tes awal sehingga

nantinya akan dibandingkan dengan penilaian hasil tes akhir setelah dilakukan

penerapan metode visual action therapy (VAT) untuk meningkatkan

kemampuan bahasa reseptif. Serta akan menggambarkan mengenai

perencanaan, pelaksanaan dan hasil penerapan metode visual action therapy

(VAT).

3.3 Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi Penelitian

Tempat : Rs.Immanuel kota Bandung

Durasi : 30 menit

Frekuensi : 2 x perminggu

16
3.3.1 Waktu Penelitian

Penelitian di mulai pada bulan january sampai maret 2019.

3.3.2 Jadwal Penelitian

Pelaksanaan penelitian akan dilakukan berdasarkan jadwal yang telah

direncanakan, yaitu:

Tabel 3.1. Rencana Jadwal Penelitian

Bulan
No Kegiatan
Febuari-Maret April-Mei
1 Pengambilan data 
2 Penyususnan proposal 
3 Bimbingan proposal 
4 Seminar proposal 
5 Pelaksanaan terapi  
6 Evaluasi 

Tabel 3.2. Rencana Pertemuan pada Proses Terapi Harian

No Pertemuan Maret April Mei


1. 1 11
2. 2 14
3. 3 18
4. 4 21
5. 5 25
6. 6 2

8
7. 7 4
8. 8 7
9. 9 11
10 10 14
.
11 11 18
.

17
12 12 21
.
13 13 25
.
14 14 1
.
15 15 4
.
16 16 8
.
17 17 11
.
18 18 15
.
19 19 18
.
20 20 22
.

3.4 Jenis dan Sumber data

3.4.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini merupakan

data primer maupun sekunder dimana penulis mengambil data diperoleh

data diperoleh dari wawancara, observasi, tes, serta menggali informasi

terkait melalui referensi buku, materi kuliah, internet, dan lain

sebagainya.

3.4.2 Sumber data

18
Penelitian ini menerapkan metode terapi yang dilakukan langsung

kepada subjek penelitian yaitu salah satu pasien afasia global di Rumah

Sakit Immanuel kota Bandung dengan identitas sebagai sebagai berikut:

Nama : Tn.B

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, Tanggal Lahir : Cianjur, 10 agustus 1960

Usia : 59 Tahun 4 Bulan

Pendidikan Pasien : SD

Suku Bangsa : Sunda

Bahasa Yang Digunakan : Bahasa Indonesia

Agama : Islam

Alamat/No. Hp : Jl. Kopo Kencana

19
3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Tabel 3.3. Prosedur Penelitian


Teknik Lampiran
N
Pengumpulan Instrumen Responden Indiktaor
o
Data
Format Keluarga dan Untuk mendapatkan

informed pasien data berupa; identitas

consent dan klien,kemampuan


Informed
wawancara(gide bahasa,bicara,suara,
1. Consentdan 1 dan 2
interview) irama kelancaran,
Wawancara
menelan dan data yang

berkaitan dengan faktor

penyebab.
Untuk mendukung

hasil wawancara yang

telah dilakukan

sebelumnya meliputi

2 Observasi Format observasi Pasien aspek bahasa,bicara, 3

suara,

iramakelancaran

,menelan serta kondisi

relevan lainnya.
3 Pemeriksaaan Format PAW Pasien Untuk melihat apakah

Alat Wicara ada struktur organ-

organ bicara yang tidak

sempurna baik secara

anatomi maupun 4

20
ketidakmampuan atau

kurang berfungsi secara

fisiologis untuk

memproduksi bunyi.
Untuk menilai bicara

spontan, membaca, 5

menulis(keterangan

pribadi), membaca

4 Tedyva Format tedyva Pasien bersuara, komponen-

komponen fungsional

bicara, dan kerja kelima

saraf otak yangn

terlibat dalam bicara.


Untuk mengetahui ada
Format token
5 Token test Pasien tidaknya gangguan 6
test
reseptif
Untuk mengetahui

6 Tadir Format tes tadiir Pasien diagnosis diferensial 7

sindroma mana
Untuk mengetahui ada

tidaknya gangguan
7 Tes suara Format tes suara Pasien
suara berupa nada, 8

kualitas da kenyaringan
8 Tes Irama Format tes Irama Pasien Untuk mengetahui ada

Kelancaran kelancaran tidaknya perpanjangan,

pengulangan dan

penghentian pada suku 9

kata ataupun kata saat

21
berbicara.
Format Untuk mengetahui

skreening apakah ada gangguan


Anamnesa
disfagia dan menghisap,mengunyah
9 Makan dan Pasien
wawancara dan menelan pasa saat 10
Minum
makan dan makan ataupun minum.

minum
10 Studi Hasil CT- untuk bahan

Dokumen Scan pelengkap dan

penguat data yang


11
didapatkan sendiri

oleh penullis.
11 Tes awal dan Format tes Pasien Untuk mengetahui

tes akhir awal dan tes keberhasilan terapi 12

akhir yang dicapai dengan

membandingkan

kedua hasil tes

tersebut.

22
3.6 Tahap pengumpulan data dan pengolahan data

Sebelum melakukan wawancara penulis melakukan informed concent

kepada pasien sebagai persetujuan untuk melakukan pengambilan data oleh

penulis, riwayat penyakit yang diderita pasien dan keluarga pasien. Dan

melakukan berbagai tes yang digunakan untuk menunjang dan menentukan

diagnosa, selanjutnya data yang didapat oleh penulis kemudian dikumpulkan

dan diolah sehingga dapat ditegakan diagnosa dan dijadikan acuan untuk

membuat program serta menentukan materi terapi yang akan diberikan.

3.6.1 Tahap perencanaan terapi

Perencanan terapi dimulai dengan membuat tujuan dan program

terapi jangka panjang, jangka pendek, dan harian, memilih metode yang

akan digunakan, materi terapi yang diberikan, serta penggunaan media

penunjang terapi

1. Tujuan dan Program Terapi Jangka Panjang

a. Tujuan Terapi Jangka Panjang

1) Untuk meningkatkan kemampuan pemahaman bahasa

reseptif pasien agar dapat berkomunikasi secara normal.

2) Untuk meningkatkan kemampuan pemahaman bahasa

ekspresif pasien agar dapat berkomunikasi secara normal.

23
b. Program Terapi Jangka Panjang:

1) Melatih kemampuan pemahaman bahasa reseptif dan

ekpresif tingkat kata, frase, clausa dan kalimat.

2. Tujuan dan Program Terapi Jangka Pendek

a. Tujuan Program Terapi Jangka Pendek

1) Meningkatkan kemampuan pemahaman bahasa reseptif

tingkat kata benda kategori jenis alat makan meliputi :

a) Piring

b) Garpu

c) Sendok

d) Gelas

b. Program Terapi Jangka Pendek

1) Melatih meningkatkan kemampuan pemahaman bahasa

reseptif tingkat kata benda kategori jenis alat makan, dengan

cara memperagakan simbol/gerak isyarat,

menunjuk/mengambil dan mengklasifikasikan benda:

a) Piring

b) Garpu

c) Sendok

d) Gelas

24
3. Tujuan dan Program Terapi Harian

a. Tujuan dan Program Terapi Hari

Tabel 3.4 .Tujuan dan Program Terapi Harian.

Pertemua Tujuan Program

n
Melatih kemampuan

pemahaman bahasa reseptif - Latihan mengenal fungsi alat

kategori jenis alat makan yaitu kategori jenis alat makan

piring, garpu, sendok, dan dengan menggunakan kartu


1-20
gelas, dengan cara bergambar dan benda

mengenalkan nama benda konkrit.

melalui peragaan simbol/gerak

isyarat dan fungsi benda.


Evaluasi - Membandingkan tes awal
21
dan tes akhir

25
b. Tahap Rencana Pelaksanaan Terapi

Tabel 3.5. Rencana pelaksanaan terapi

Pertemuan Stimulus Respon yang diharapkan


1-20 -2 menit penulis mengucapkan - pasien mampu menjawab salam

salam, menanyakan kabar lalu dan do’a.

mengajak pasien untuk membaca - tekanan darah pasien berada

do’a. dibatas normal, sehingga mapu

-2 menit penulis memeriksa dilaksanakan terapi.

tekanan darah pasien agar tahu - pasien mampu memahami apa saja

tekanan darah pasien saat akan materi terapi yang sudah dikenalkan

dilakukan terapi. oleh penulis

-2 menit penulis memperkenalkan - pasien mampu mengetahui fungsi

materi terapi yang akan dilakukan benda-benda yang sesuai dengan

kepada pasien. instruksi

-15 menit pasien latihan mengenal

fungsi benda.

-2 menit istirahat relaksasi.

-5 menit penulis mengajak pasien

untuk melakukan latihan menunjuk

pada tingkat kata benda kembali.

-5 menit penulis melakukan

advis/saran kepada keluarga pasien.

26
c. Langkah-langkah rencana terapi

Berikut merupakan langkah-langkah terapi yang digunakan:

a. Pasien diberikan stimulus berupa contoh gerakan fungsi

kategori benda.

b. Ketika pasien salah menggunakan fungsi benda yang

dicontohkan, maka terapis memberikan contoh fungi benda

yang benar.

Contoh : “terapis memberikan contoh fungsi benda ‘sendok’

respon pasien menggunakn sendok untuk merapikan rambut,

kemudian terapi memberikan contoh, bahan ‘sendok’

digunakan untuk makan.”

c. Skor 2, jika pasien dapat menunjukkan funngsi benda dengan

benar yang diberikan terapis.

d. Skor 0, jika pasien tidak dapat menunjukkan fungsi benda

dengan benar yang diberikan terapis

4. Durasi dan frekuensi

a. Durasi

Pelaksanaan terapi direncanakan selama 30 menit setiap

pertemuan.

b. Frekuensi

27
Frekuensi pertemuan yaitu 20 x terapi, 1 x oertemuan untuk

evaluasi, proses terapi akan dilakukan selama 2 x seminggu.

5. Kriteria penilaian

Dalam metode pendekatan studi kasus, tolak ukur penilaian

dan keberhasilan terapi yang akan dicapai adalah dengan

membandingkan hasil yang diperoleh pada saat tes awal dan hasil

hasil yang didapatkan setelah dilakukan terapi tes akhir dengan

menerapkan metode Visual Action Therapy (VAT) untuk

menningkatkan pemahaman fungsi benda.

Dilakukan tes awal sebagai gambaran awal kemapuan dan

ketidakmapuan pasien, untuk selanjutnya melakkan perbandingan

hasil terapi beserta kriteria penilaiannya.

Tabel 3.6. Kriteria penilaian

No Stimulus Respon
RB RS
Kategori peralatan makan
1 Piring
2 Gelas
3 Sendok
4 Garpu
Keterangan :

RB : Respon benar, Skor 2, jika pasien dapat menunjukkan

funngsi benda dengan benar yang diberikan terapis.

28
RS : Respon salah, Skor 0, jika pasien tidak dapat menunjukkan

funsi benda dengan benar yang diberikan terapis

3.7 Teknik Analis Data

Dalam teknik analisa data, maka penulis akan menghitung kriteria

keberhasilan dengan cara berikut :

Penulis membuat kriteria keberhasilan untuk keseluruhan jumlah tes yang

diajukan penulis sebanyak 4 item dengan bobot poin 8 poin. Penulis

menggunakan 4 skala keberhasilan yaitu sangat berhasil, berhasil, cukup

berhasil, dan tidak berhasil. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dibawah ini:

Rumus skala presentasi hasil tes awal

Nilai hasil tes awal x 100%

Jumlah poin maksimal

Rumus skala presentasi hasil tes akhir

Nilai hasil tes akhir x 100%

Jumlah poin maksimal

Rumus skala presentasi hasil keseluruhan tes

(Nilai hasil tes akhir - Nilai hasil tes awal) x 100%

29
Jumlah poin maksimal

Untuk itu dalam menentukan kriteria keberhasilan terapi jangka pendek pada

aspek pemahaman fungsi benda dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.7. Teknik analisis data

No Kenaikan respon benar Skala presentase Skala kebarhasilan


1 7-8 75% - 100% Sangat berhasil
2 5-6 50% - 75% Berhasil
3 3-4 25% - 50% Cukup berhasil
4 0-2 0 – 25% Tidak berhasil

30
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2001). Manajemen Klinik Akademi Terapi Wicara-YBW.


Jakarta:ATW-YBW
Googlass. dan Kaplan. 1972. Sindrom-Sindrom Afasia. dalam Afasia
Deskripsi Pemseriksaan Penanganan. Edisi : Kedua. Jakarta : EGC.
Notoatmodj, Soekidjo. (2002). Metodologi Penelitia Kesehatan. (2 ed).
Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Prins, Dharmaperwira. 2002. Afasia Deskripsi Pemeriksaan Penanganan.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Pinzon. (2010). Awas Stroke! Penanganan dan Pencegahan Penyakit Stroke.
Yogyakarta : Andi.
Peraturan Menteri Kesehetan Republik Indonesia. 2014. Standar Pelayanan
Terapi Wicara. Jakarta : Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Permata, Indah Sari. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Terjadinya Stroke Berulang Pada Penderita Pasca Stroke. Surakarta :
Universitas Muhammadiyah. [Online]Tersedia00 April 2018
Satyanegara, 2014. Ilmu Bedah Saraf. Jakarta: Percetakan PT Gramedia.
Setyono, Bambang. 2000. Terapi Wicara Untuk Praktisi Pendidikan dan
Kesehatan. Jakarta : EGC.
Sukmadinata, N. S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Suryabrata, Sumadi. (2012). Metodologi Penelitian. (1 ed).
Jakarta:Rajawali
Weiner, Howard L. dan Levitt, Lawrence P. 2000. Buku Saku Neurologi. Edisi
: Kelima. Jakarta : EGC.

31

Anda mungkin juga menyukai