Anda di halaman 1dari 1

Setiap kebaikan yang kita lakukan selain diukur dari tindakan kebaikan itu sendiri, juga dinilai

dari niatnya. Jika niatnya baik maka sempurnalah kebaikan yang dilakukan, namun jika niatnya tidak
baik maka kebaikan itu sendiri akan menjadi cacat. Salah satunya Rasul jelaskan dalam hadisnya
tentang peristiwa Hijrah ,” sesungguhnya amal-amal itu tergantung pada niatnya. Setiap orang
akan mendapatkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena menjalankan perintah Allah
dan RasulNya maka hijrahnya adalah kepada allah dan RasulNya. Siapa yang berhijrah karena
wanita yang dia cintai atau karena factor dunia lain, maka hijrahnya kepada yang dia niatkan.”

Jika kita membuka asbabun wurudnya,kita akan menjumpai bahwa hadis ini mengisahkan
seorang pria yang mencintai seorang wanita bernama Ummu Qais. Ummu Qais adalah sahabiyah
yang cantik dan juga taat. Kala muncul perintah hijrah, ummu qaispun bersiap menyambut perintah
Rasul untuk berhijrah. Pria ini mulai galau , dia mencintai Ummu Qais namun dia tidak ada maksud
untuk ikut hijrah. Oleh ummu qais ditantanglah cintanya: jika kau memang mencintaiku, makaayo
kita hijrah ke yasrib. Mendengar tantangan itu, pria ini pun akhirnya mengiyakan dan ikut hijrah ke
yasrib bersama wanita yang dia cintai. Maka dalam perjalanan ke yasrib, dia dipanggil sebagai
Muhajir Ummu Qais atau orang yang hijrah karena ummu qais. Bahasa gaul zaman Sekarang adalah
bucinnya ummu qais. Segera kabar ini menyebar hingga ke telinga rasulullah kemudian beliau
merespon: sesungguhnya amal-amal itu bergantung pada niatnya.

Kisah ini bisa kita refleksikan dalam hidup kita masing-masing, sudahkah benar niat kita
dalam menjalankan kebaikan? Sudahkah memang kita niatkan untuk berjuang dijalannya? Atau
jangan-jangan banyak alasan remeh yang melatar belakangi niat kita? Contoh: gabut kak, mager kak,
bosan kak. Artinya kebaikan yang dilakukan karena dasar yang tidak kuat, kalau ntar sudah gag abut
dkk pasti kebaikan itu ditinggalkan. Namun kalau niatnya adalah Allah, akan bertahan dan tak akan
ditinggalkan. Namun melakukan kebaikan meski niatnya kurang, masih lebih baik, seenggak2nya dia
masih berada dilingkungan kebaikan, insya Allah sedikit demi sedikit niatnya jadi sempurna.

Nah dalam kasus ummu qais, si pria ini masih beruntung karena dia mencintai wanita yang
tepat mengajaknya pada hijrah menuju ketaatan. Bucin syar’I lah. Bahaya sekali, jika kita ternyata
kena bucin wanita yang ga baik. Dari awalnya taat jadi maksiat. Dari awalnya memikirkan Allah jadi
memikirkan kamu seorang. Dari tak bisa hidup jadi tak bisa hidup tanpa dirimu. Dari gelisah karena
banyak berbuat dosa menjadi gelisah saat chat tak dibalas. Ini kan menyedihkan? Sudah bucin, tapi
ke orang yang salah. Harusnya kita hanya boleh bucin ke satu hal , apa ALLAH SWT.

Anda mungkin juga menyukai