Anda di halaman 1dari 199

Bayan Masturoh oleh Mufti Lutfi al Banjari

Posted on 23/09/2015

Istri Sebagai Partner Dalam Dakwah


oleh Mufti Muhammad Luthfi Al Banjari

Kepentingan Masturoh

Kisah isteri Maulana Jusuf Al Khandalawi Rah.A :

Maulana Jusuf ini rumahnya terpisahkan hanya oleh selembar karung goni dengan mesjid tempat
beliau mengatur kerja dakwah. Rumahnya bukan terpisahkan oleh kain yang mahal, tirai yang
mahal, tidak tapi hanya terpisahkan oleh karung goni, begitu sederhananya kehidupan beliau ini.

Sangking sibuknya maulana Jusuf ini disibukkan oleh kerja dakwah, menuntaskan buku hayatus
sahabah, menegakkan ushul-ushul dakwah, mengatur jemaah, kadang-kadang baru bisa
mengunjungi istrinya dua minggu sekali saja.

Suatu ketika istri Maulana Jusuf ini sakit keras, datanglah utusan dari rumah beliau untuk
menyampaikan bahwa isterinya sakit keras. Namun asbab kesibukan beliau dalam dakwah,
ummat banyak yang membutuhkan arahan beliau, sehingga syekh jusuf mengatakan kepada
utusan isterinya, “Sampaikan salam kepada isteriku, katakan padanya sebentar lagi saya akan
menjumpainya.” Syekh Jusuf diberi kabar agar bisa segera datang untuk mendoakan isterinya
yang sakit keras dan mendampingi isterinya menjelang wafat.

Syekh Jusuf asbab kesibukannya mengurus umat beliau menyampaikan kepada utusan bahwa
syekh Jusuf akan datang 30 menit lagi untuk menemani istrinya. Namun istri syekh Jusuf ini
wanita yang luar biasa, mendengar pesan dari syekh jusuf dari utusannya ini, istrinya berkata :

“Sampaikan salamku kepada syekh Jusuf, dan katakan bahwa saya sedekahkan waktu 30 menit
yang diberikan kepada saya ini, untuk ummat Rasullullah Saw. Tidak usah datang jangan alihkan
kesibukkan beliau ini dari dakwah.”

Dan betul dakwah terus dijalankan oleh Maulana Jusuf Rah.A, belum sempat didatangi, istrinya
sudah meninggal dunia. Waktu 30 menit yang disedekahkan oleh istri syekh jusuf Rah.A ini
berapa hidayah untuk ummat Rasullullah Saw. Istri yang seperti inilah yang kita ingin, kita
bentuk agar fikir dakwah ini juga terbentuk dalam diri mereka. Inilah kepentingan menjadikan
istri kita ini sebagai partner dalam dakwah.

Suatu kedzoliman jadikan istri kita ini hanya sebagai hamba sahaya yang kerjanya hanya
mencuci pakaian kita, membersihkan rumah, ataupun memasak makanan untuk kita. Allah tidak
cipatakan seorang istri ini hanya untuk menjadi hamba sahaya saja. Ketahuilah bahwa orang tua
dari istri kita ini tidak pernah terpikirkan semenjak anaknya lahir itu sampai dia menikah hanya
untuk menjadi hamba-hamba sahaya kita.
Coba tanya mertua kita apakah ingin anak mereka menjadi hamba sahaya ? saya rasa tidak. Dan
dalam Al Quran pun tidak ada ayat yang menjadikan istri ini sebagai hamba sahaya, tetapi yang
ada adalah untuk dijadikan partner dalam dakwah dan juga dalam pendidikan anak. Inilah
kepentingan menjadikan istri kita partner dalam kerja dakwah, insya allah kita niatkan.

Jadi dalam dakwah tanggung jawab suami dan istri sama, laki-laki dan perempuan mempunyai
tanggung jawab yang sama dalam dakwah. Maka fikirnya bagi para istri ini adalah :

1. Bagaimana saya membantu menyiapkan suami saya untuk kerja dakwah ?


2. Bagaimana saya mewujudkan pendidikan anak ?

Al Quran menceritakan walaupun tanggung jawab dakwah ini sama untuk laki-laki dan
perempuan, “ana wamanit taba’ani”, hanya saja medan kerjanya laki-laki dan perempuan yang
dibedakan oleh Allah Swt. Disinilah ciri-ciri kelaki-lakian dapat kita lihat yaitu dari medan
kerjanya. Ciri-ciri kesempurnaan laki-laki ini dapat dilihat dari 4 perkara ini :

1. Memakmurkan mesjid :

“Fi buyutina adlun kuffa wayukafihatun yusabbihulahu fi adlun asori rijalun…”

Dirumah-rumah yang didirikan dan disebut nama Allah didalamnya ini maksudnya mesjid atau
rumah Allah. Mesjid ini milik Allah, jangan kalian besarkan selain Allah di mesjid. Jika ada
bupati atau gubernur minta dipilih dalam mesjid, maka jangan pilih mereka.

Mesjid bukan untuk kampanye atau menceritakan kebesaran gubernur atau bupati, tapi murni
hanya untuk membersarkan Allah saja. Bertasbih setiap pagi dan petang dan sholat 5 kali sehari,
siapa ? laki-laki, rijalun. Jadi sholat berjamaah ini adalah kerja daripada laki-laki.

Namun kalau perempuan mau sholat di masjid jangan dilarang, hanya saja sholatnya wanita ini
dirumah sendirian nyalebih baik 25 derajat dibanding sholatnya bersama laki-laki di mesjid.
Maka nanti jika ada anak laki-laki datang mau melamar anak kita, yang pertama kali kita seleksi
adalah kita tanyakan, “Dimana kamu tadi shubuh sholat ?” kalau di jawab, “di rumah.” Maka
katakan. “Maaf saya tidak bisa menikahkan anak saya dengan orang yang tidak sempurna kelaki-
lakiannya.”

2. Buat kerja Dakwah :

Allah berfirman :

“ kami tidak mengutus sebelum kamu, wahai Muhammad, seorang Nabi kecuali laki-laki”

Tidak ada Nabi yang wanita, semua kerja Nabi ini dilakukan oleh laki-laki. Apa kerja Nabi ini
adalah berdakwah.

Kerja mendakwahkan agama Allah ini adalah kerja laki-laki, yang pergi mendakwahkan agama
Allah kemana-mana ini adalah laki-laki. Walaupun secara tanggung jawab laki-laki dan
perempuan ini mempunyai tanggung jawab yang sama dalam dakwah namun medannya beda.
Kalau perempuan menghidupkan dakwah dari rumahnya, kalau laki-laki ini dengan melakukan
2.5 jam mengajak orang taat kepada Allah.

Dimulai dengan berjaulah mengajak para laki-laki dikampungnya untuk mau menghidupkan
sholat berjamaah di mesjid. Jadi ciri-ciri kelakian ini selain sholat berjamaah di mesjid, tapi juga
mengajak orang dikampungnya untuk memakmurkan mesjid minimal 2.5 jam. Karkun/ahbab
yang tidak menyediakan waktu 2.5 jam ini adalah karkun/ahbab yang telah kehilangan kelaki-
lakiannya.

3. Siap mengangkat pedang untuk perang di jalan Allah

“Sebagaian orang beriman adalah laki-laki, laki-laki yang menepati janji siap mati di jalan Allah,
sebagaimana mereka menghembuskan nafasnya mati sebagai syahid, sebagian lagi dari mereka
ada yang menunggu kapan saya mati syahid, dan yang sebagian lagi tetap setia tidak merubah
janji mereka untuk mati dijalan Allah.”

Jadi ciri kelaki-lakian yang ketiga adalah kesiapan dia untuk mengangkat pedang yang sudah
diasah istrinya di rumah untuk membela agama Allah sampai gugur mati syahid.

Jadi ciri kelaki-lakian yang ketiga dari laki-laki ini adalah memiliki pedang dirumahnya yang
disiapkan sewaktu-waktu untuk dia mengangkat pedang memenuhi janjinya mati di jalan Allah.
Jadi laki-laki yang tidak punya pedang adalah laki-laki yang sempurna ciri kelaki-lakiannya
tersebut. Insya Allah siap punya pedang di rumah.

Laki-laki ini harus siap berperang jika ada panggilan, sedangkan perang ini dilakukan di luar
rumah. Laki-laki yang berani berperang di dalam rumah ini laki-laki yang banci, yaitu laki-laki
yang telah kehilangan kelaki-lakiannya. Nabi Saw bersabda :

“Apakah kamu akan menjadi seseorang yang memukuli istrinya di siang hari, seperti hamba
sahaya, dan lalu melampiaskan nafsunya dimalam hari.”

Nabi Saw marah dengan perlakuan suami yang seperti ini kepada istrinya. Nabi Saw marah
dengan laki-laki yang beraninya berkelahi dalam rumah. Rumah bukan tempat tempur bagi
seorang laki-laki. Bukannya medan untuk suami berkelahi dengan istri, tidak. Nabi SAW marah
kepada suami yang berkelahi dengan istrinya di rumah.

4. Pemimpin bagi kaum wanita di rumahnya :

“Ar Rijalun kawammuna alannisa”

Artinya : Laki-laki ini adalah pemimpin bagi kaum wanita.

Jadi ciri yang lain dari sempurnanya seorang laki-laki ini adalah sebagai pemimpin bagi kaum
wanita dirumahnya. Laki-laki ini harus jadi pelindung, penyantun, dan pemimpin bagi wanita.
Laki-laki yang sempurna adalah laki-laki yang bisa memimpin wanita, sedangkan laki-laki yang
tidak sempurna adalah laki-laki yang dipimpin oleh wanita atau menyerahkan urusannya kepada
wanita.

Untuk berangkat berjuang di jalan Allah 4 bulan, saya liat dulu istri saya, kalau dia setuju saya
berangkat, kalau dia tidak setuju maka saya tidak bisa berangkat, ini laki-laki yang telah hilang
kelaki-lakiannya yaitu laki-laki yang Banci. Tanggung jawab laki-laki sebagai pemimpin ada 2
faktor :

1. Karena Nafkah yang dia berikan


2. Karena Tarbiyah, pendidikan, taklim yang diberikan oleh suaminya.

Note :

Tanggung Jawab Suami kepada isteri :

1. Mengajari istri tentang Iman


2. Mengajari Isteri Ilmu Agama (Taklim Rumah)
3. Memberi Nafkah Semampunya
4. Menggauli istri dengan Akhlaq yang baik
5. Memimpin istri di rumah
6. Menyiapkan isteri sebagai partner dalam dakwah

Maka laki-laki yang bisa menjadi pemimpin adalah laki-laki yang memberikan nafkah dan
mendidik istrinya atau menghidupkan taklim :

1. Jika suami hanya memberikan nafkah saja, tapi tidak memberikan taklim rumah, dan si isteri
mencari taklim dari luar rumahnya, ikut pengajian-pengajian diluar, maka ini akan menyebabkan
isteri jadi penentang suaminya. Si istri setiap di beri tahu, dia akan bilang, “Ustadzah ini bilang
seperti ini, ustadz itu bilang seperti itu…..” Maka dia akan jadi penentang kita saja, karena asbab
tidak hidupnya taklim di rumah, dan istri hanya datang ke taklim ibu-ibu saja. Laki-laki yang
hanya memberikan nafkah saja tapi tidak menghidupkan taklim rumah, maka laki-laki seperti ini
akan kehilangan kelaki-lakiannya dimata istri, kehilangan kepemimpinannya.

2. Begitu juga laki-laki yang hanya memberi taklim saja, kerjanya taklim terus tiap hari, tetapi
masih meminta-minta uang atau nafkah dari isterinya, maka laki-laki seperti ini akan kehilangan
kelaki-lakiannya. Laki-laki seperti ini setiap ada takaza agama dia akan bilang, “Saya akan
tanyakan dulu istri saya ?”, “Saya izin dulu sama istri saya”, “Terserah istri saya saja”.

Note :

Asbab dia tidak menafkahi istrinya, akhirnya suami seperti ini mandul di mata istri. Suami yang
impotent secara kepemimpinan adalah laki-laki yang tidak mampu menafkahi isterinya ataupun
menyuruh isterinya bekerja menanggung beban suami. Laki-laki yang malam hari dia gauli
istrinya dan siang hari dia minta uang ke istrinya, ini laki-laki macam apa? ini namanya laki-laki
murahan yaitu laki-laki pelacur. Akhirnya kehidupan suami ini diatur dibawah ketiak istri.
Sementara dalam suatu hadits dikatakan bahwa :
“laki-laki yang paling Allah benci adalah yang takut sama isterinya.”

Maka Allah jelaskan dalam Al Quran ini peran daripada laki-laki ini yaitu : sholat berjamaah,
berdakwah, berperang, mencari nafkah, dan memberi taklim dirumah. Kerja laki-laki ini 4 diluar
rumah dan hanya 1 di dalam rumah yaitu memberikan taklim, sedangkan sholat berjamaah,
berperang, berdakwah, dan mencari nafkah semuanya dikerjakan di luar rumah. Jadi Allah sudah
fitrahkan laki-laki ini lebih banyak di luar rumah dibanding di dalam rumah. Laki-laki yang
banyak di luar rumah itulah laki-laki, tetapi laki-laki yang lebih banyak dirumah, itulah banci
atau laki-laki yang kewanita-wanitaan, atau laki-laki yang telah kehilangan kelaki-lakiannya.

Bagaimana Nabi SAW memperlakukan istrinya di rumah ?

Nabi SAW ini karakter wibawanya nampak jika diatas mimbar. Kalau sedang memberi bayan ini
berapi-api, matanya merah seperti sedang seorang panglima yang sedang memimpin perang.
Namun kalau sudah sampai ke rumah menjadi sangat lembut kepada istrinya.

Kisah :

Nabi SAW pulang ke rumah dan bertanya kepada Aisyah R.ha, “Wahai Aisyah adakah yang bisa
dimakan hari ini ?” Aisyah R.ha menjawab, “Tidak ada ya Rasullullah.” Ini jawaban memang
makanan betul-betul tidak ada di rumah Nabi SAW, bukannya aisyah tidak mau masak, tidak.

Beginilah mujahaddahnya kehidupan orang yang paling dimuliakan oleh penduduk langit dan
bumi. Namun bagaimana sikap Nabi SAW ketika mengetahui aisyah R.ha tidak masak karena
tidak ada makanan, “Kalau begitu hari ini saya puasa.” Selesai masalah, tidak perlu perang
dirumah. Nabi tidak perang sama istrinya hanya karena tidak ada makanan di rumah.

Suatu ketika Nabi SAW pulang kerumah dalam keadaan sedang puasa sunnah, lalu Aisyah R.ha
hari itu sedang kebagian hadiah makanan berupa roti dan madu. Maka oleh Aisyah R.ha di
suguhkan makanan tersebut kepada Rasullullah SAW untuk dinikmati.

Aisyah berkata, “Ya Rasullullah SAW hari ini kita ada makanan roti dan madu mari kita nikmati
sama-sama.” Inilah kerinduan istri bermesraan dengan suami yang sibuk sekali untuk ummat.
Apa kata Nabi SAW, “Wahai Aisyah sebenarnya hari ini saya berpuasa” Namun untuk
menyenangkan istrinya hari itu Nabi SAW batalkan puasanya untuk makan dengan istrinya.
Begitulah sikap yang dicontohkan Nabi SAW kepada istrinya agar bisa membawa istrinya
kedalam kerja dakwah ini.

Tapi hari ini ada saja ahbab yang bicara sama istrinya : “Kamu ini fikirnya makan saja, takaza
belum selesai.” Disampaikan dengan suara lantang. Naudzubillah, laki-laki yang macam apa
kelakuannya seperti ini. Nabi SAW memberikan contoh bagaimana membawa istri kepada kerja
dakwah harus dibawa dengan kelembutan. Nabi SAW sampaikan :

“Wanita ini seperti kaca, mudah pecah. Jadi harus diberlakukan dengan hati-hati.”
Imam Bukhori Rah.A meriwayatkan :
Suatu ketika Nabi SAW pergi haji dengan ke sembilan istrinya. Dalam perjalanan Onta ini
dibawa oleh seorang sahabat, Ambasa RA. Onta yang memimpin ini biasanya kecepatannya
bergantung dari yang membawanya. Maka ketika ontanya ini melaju cepat, Nabi SAW menegur
Ambasa RA, “Wahai Ambasa yang kamu bawa ini adalah kaca-kaca yang mudah pecah.”
Maksudnya istri-istri Nabi SAW. Nabi menegur agar mereka diberlakukan dengan hati-hati,
tidak sama dengan laki-laki.

Jadi kerja atas wanita ini sangat penting namun harus dibawa penuh kehati-hatian kata syekh
ilyas rah.a. Maka Allah Swt inginkan laki-laki ada kelembutan di dalam rumah, dan
menghabiskan banyak waktunya di luar rumah.

Untuk apa menghabiskan waktu di luar rumah? untuk memakmurkan mesjid, berdakwah,
berperang, dan mencari nafkah. Laki-laki ini sudah menjadi fitrahnya medan kerjanya di luar
rumah, dan didalam rumah hanya untuk memberikan taklim. Sedangkan perempuan ini medan
kerjanya dijelaskan dalam surat al ahzab ini sebagai panduan :

“Wa qola fi buyuti bihunna” artinya : “Wahai wanita tinggallah kamu di rumah-rumah kalian”

Medan kerja wanita yang pertama ini adalah di rumah-rumah mereka. Jadi azas kerja wanita ini
di dalam rumah dia. Allah Swt sudah perintahkan kaum wanita untuk tetap berada di dalam
rumah-rumah mereka.

“Wahai istri-istri Nabi SAW dan wanita-wanita yang mengikuti istri-istri Nabi tinggalah di
dalam rumah-rumah kalian.”

“Wala tabarujna tabauhu fi jahilina ula” artinya : “Andaikata kalian keluar rumah untuk
memenuhi keperluan, janganlah kalian seperti orang-orang jahil yang memperlihatkan
perhiasannya”

Allah perintahkan agar kaum wanita ini keluar rumah untuk memenuhi keperluan mereka,
janganlah keluar dengan bertabarruj, yaitu menampakkan aurat mereka, alias seperti telanjang,
seperti suku fak-fak di Irian sana, atau suku-suku lainnya yang menampakkan aurat mereka.

Jangan membuka aurat, atau pakaian, seperti wanita primitif. Maka wanita modern dalam
pandangan islam adalah wanita yang senantiasa berada dalam rumah-rumah mereka, dan ketika
keluar mereka menutup aurat mereka. Sedangkan wanita primitif adalah wanita yang suka
berkeliaran di luar rumah, dan menampakkan aurat mereka, membuka pakaian mereka sehingga
terlihat aurat mereka. Jangan jadikan istri kita wanita primitif tetapi jadikan istri kita wanita yang
modern. Suami mana yang mau menjadikan istrinya orang primitif.

Kerja wanita :
1. Dirikan sholat di rumah à Wa akimish sholah
2. Membayar Zakat à Wa’tunazakah
3. Menghidupkan perintah Allah dan Sunnah Rasul di dalam rumah àWa’atiu nallah warosulahu
Kenapa wanita ini Allah tetapkan medan kerjanya di rumah ? Tujuannya adalah :

“Liyuzhiba ankumuhisaya zaituni qulikum tathiro”

Artinya :

“Allah hendak membersihkan kotoran-kotoran yang ada di hati-hati kalian wahai ahlul bait
keluarga Nabi dan setiap keluarga yang hendak berjumpa di hari kiamat.”

Allah hendak menghilangkan kotoran-kotoran dari hati wanita ini sebersih-bersihnya, dengan
menempatkan mereka di dalam rumah. Jadi nanti jumpa di hari kiamat dalam keadaan bersih.
Dirumahkannya wanita ini untuk membersihkan kotoran-kotoran yang ada di hati,
menyelamatkan mereka dari segala bentuk kemaksiatan. Dirumahkannya wanita ini untuk
dimuliakan agar terjaga kesucian hatinya, tapi kalau wanita ini sudah keluar rumah maka dia kan
menjadi sumber segala kerusakan dan sumber segala kemasiatan. Manfaat terbesar bagi seorang
wanita ini jika dia bisa bertahan di dalam rumahnya.

Satu orang wanita tidak punya cadar atau punya satu saja untuk keluar masturot tapi dia tinggal
di rumah, ini lebih baik dari satu orang wanita punya sejuta cadar atau pabrik cadar tapi kerja di
pom bensin.

Kerisauan Mubayyin :

Bahkan kalau ada nanti suatu saat restauran karkun tapi pelayannya semuanya wanita-wanita
pakai cadar, bakar saja restauran seperti itu, penghinaan kepada islam, penghinaan kepada
tabligh. Kalau nanti ada yang minta ganti, ganti saja, minta ganti sama saya.

Lalu apa kerja wanita yang kedua di dalam rumah tersebut, selain dari pada mengerjakan sholat
dan dan amaliat ibadat lainnya :

“Wazkurna ma yutla fi buyutikum ayautul bil hikmah innaloha kana fi kumuhadiroh”

Artinya:

“Bacakan, ajarkan kepada kaum wanita yang berada di rumah tadi, apa-apa yang Allah
wahyukan dirumah kalian daripada Al Quran dan hikmah kisah hidup Rasullullah Saw”

Jadi wanita, Sebelum ada SK menteri agama, menteri pendidikan, Allah sudah keluarkan SK
melalui surat Ahzab, Allah sudah angkat para kaum wanita ini menjadi guru-guru di rumah dia.
Jadi Allah menginginkan wanita ini sebagai guru di rumah dia sendiri, inilah target dari kerja
wanita.

Jadi target dari kerja masturot ini apa :

1. Tinggal di dalam rumah membersihkan diri dari kotoran-kotoran melalui :


sholat dan ibadat agar à hati tetap suci.
Menghidupkan dari pada sunnah-sunnah Nabi SAW à Suasana Malaikat bukan Kuburan
berkhidmat kepada suami à Ridho Allah

2. Menjadi guru bagi anak-anak mereka sebagai pendidik dan pembina generasi pejuang agama

Keberhasilan dalam kerja masturot ini bukannya dilihat dari banyaknya jumlah jemaah masturoh
dikeluarkan, tetapi dilihat dari banyaknya taklim dihidupkan rumah masing-masing dan semakin
banyak laki-laki atau suami yang didorong istrinya untuk keluar di jalan Allah.

Masalah Maqomi :

Kenapa taklim (masturoh) mahalah berkurang dari laporan subgozari? ini tidak masalah, ini
karena banyak taklim mahalah yang tidak sesuai dengan tertib. Belum keluar 15 hari, sudah buat
taklim mahalah. Sehingga taklimnya dihentikan, jadi jumlahnya berkurang, ini bagus. Jadi yang
paling baik adalah bagaimana taklim dirumah diutamakan.

Bagaimana kita bisa memfungsikan 2 tujuan medan kerja wanita ini? Wanita ini merupakan
salah satu pilar atau tiang negara menurut Islam. Jadi negara ini bisa berjalan dengan baik
tergantung daripada wanitanya.

Kekuatan islam bergantung daripada wanita. Namun kekuatan wanita ini terdiri dari 2 hal tadi
diam dirumah membersihkan diri dan sebagai pendidik generasi pejuang agama, penerus ummat
Rasullullah Saw. Inilah isi daripada bayan ulama kita di bangladesh. Jika ini bisa terjadi, wanita
kembali kepada 2 hal ini

1. Wanita tinggal dirumah mereka mensucikan diri dari kotoran-kotoran


2. Sebagai pendidik bagi generasi penerus

maka nanti islam akan tersebar dan akan lahir dari rumah mereka generasi-generasi pejuang
agama. Dari rumah-rumah orang islam akan lahir banyak Hafidz, Ulama, ataupun Da’i, asbab
wanita kembali kepada 2 tujuan tadi. Sebagaimana :

1. Mariam R.ha tinggal di rumahnya maka Allah mudahkan Rizkinya dan Allah anugerahkan Isa
AS.
2. Siti Hajar R.ha bersabar didalam rumahnya keluar kecuali karena perintah Allah maka Allah
mudahkan rizkinya dari arah yang tidak disangka-sangka dan Allah anugerahkan Ismail AS

Jadi ada 2 hal yang akan Allah anugerahkan jika wanita ini jika mau tinggal di rumah
menghidupkan daripada amal-amal dan mendidik anak dengan baik :

1. Allah akan mudahkan rizkinya, diberkahi.


2. Allah akan anugerahkan anak yang sholeh.

Kalau wanita keluar rumah maka dia akan menghadapi 2 hal :


1. Keberkahan rizki akan Allah cabut
2. Anak-anaknya tidak akan menjadi orang sholeh

Musuh-musuh islam mereka tahu ini kekuatan daripada wanita ini, maka mereka berusaha
merusaknya 2 perkara ini :

1. Bagaimana wanita ini keluar dari rumah.

Mereka membuat propaganda : “Wanita dalam islam sudah di dzolimin oleh kaum lelaki, dengan
hanya menyuruh mereka untuk tetap dalam rumah saja. Padahal wanita ini dilahirkan equal,
setara dengan laki-laki, maka harus ada kesetaraan gender. Ini namanya emansipasi wanita.”

Sehingga hari ini banyak wanita yang keluar rumah dan di IAIN sendiri suara mereka
diwujudkan atas nama emansipasi dan kesetaraan gender. Akhirnya banyak anak-anak orang
islam berpenampilan seperti orang kafir. Bahkan lebih parah lagi, sampe ada istri kyai tanpa
malu-malu menjadi promotor dan sponsor ide itu agar wanita bisa keluar rumah. Ini adalah cara-
cara yahudi dan musuh-musuh islam menghancurkan kekuatan islam, yaitu dengan
mengeluarkan wanita islam dari rumah.

2. Bagaimana wanita ini dirumah tidak bisa jadi pendidik atau guru bagi anak-anaknya.

Mereka membuat strategi jitu yaitu dengan mebuat maraknya TV di rumah-rumah orang islam.
Sehingga apa yang terjadi anak-anak bukan lebih dekat ke ibunya atau belajar dari ibunya, tapi
kini anak-anak lebih dekat ke TV dan lebih banyak belajar dari TV. Guru dari anak-anak ini
bukan lagi ibunya tapi TV, dan tokoh-tokoh seperti superman, batman, dan sebagainya.

Jadi kerja Dakwah ini arahnya kesana yaitu mengembalikan peran wanita ini sebagai ahli rumah
dan pendidik bagi anak-anak.

Tertib dari alim ulama adalah untuk kerja Masturoh ini :

1. Utamakan taklim rumah bukan dibawa keluar 3 hari.

Ini ada ahbab baru keluar 3hr jarang pulang, pulang langsung bawa istri keluar 3 hari bukan
speerti itu. Baru 3 hari pulang-pulang kerumah sudah bilang, “Kamu kalau mau masih sama saya
pergi 3 hari atau hubungan kita sampai disini saja”. Kerja ini bukan seperti itu caranya, hidupkan
taklim dirumah dengan tertib dan istiqomah, ini yang betul.

Kargozari :

Waktu kami di Jordania tahun 1985, ada karkun baru pulang keluar dijalan Allah. Setelah pulang
ujug-ujub bilang sama istrinya bahwa ini TV haram harus dikeluarkan dari rumah. Si istri protes,
“Kamu ini aneh, ini TV kan kamu yang beli, kenapa tiba-tiba baru pulang dari khuruj
mengeluarkan fatwa bahwa ini haram.” Akhirnya ribut sama istri, sang suami bersikeras,
“Keluarkan ini TV karena TV ini tidak baik bagi pendidikan anak.” Apa kata istrinya,
“Keluarkan saja TV ini, maka saya akan ikut keluar bersama TV ini.”
Wanita ini kalau sudah marah pengaruhnya bisa lebih hebat dari setan, Allah bilang dalam AL
Quran :

1. “Inkana syaiton kana dhoifa” : Tipu Daya Setan itu lemah

2. “Inkana kunna Adzim” : Tipu Daya Wanita ini besar

Tipu Daya wanita ini lebih hebat dari tipu daya iblis laknatullah alaih.

Contoh :

70 orang wali bawa taskilan kumpul di mesjid, si wali ditaskil langsung siap ambil takaza. Tetapi
pada waktu pulang kerumah istrinya melotot, kata istrinya “Mau Apa Kamu.” Maka si wali ini
akan langsung celeng, lemah, kendor, ciut, akhirnya 70 taskilannya akan kabur semua.

70 orang wali bawa taskilan yang siap keluar, tapi si walinya gak siap. Kalau istri sudah menjadi
partner dalam dakwah, maka dia akan bilang, “Ini tas dan ini uang, silahkan abang keluar ambil
takaza bawa taskilan.” Maka mau gak mau si wali ini pergi juga kalau dibegitukan.

Balik ke cerita, setelah mendapat respond seperti itu dari istrinya, bingung nih ahbab, akhirnya
balik ke markaz. Di markaz dia ceritakan semuanya. Maka masyeikh bilang, siapa yang
menyuruh kamu buang TV? apakah ada di bayan-bayan tangguh kita untuk menyuruh buang
TV? tidak ada, yang ada hidupkan taklim itu saja. Akhirnya si ahbab ini pulang tidak jadi buang
TV, tapi apa yang dia lakukan? hidupkan taklim.

Setelah berhari dia hidupkan taklim, akhirnya istrinya duduk juga dalam taklim. Hari ke 27
diajaklah istrinya keluar 3 hari masturoh, tapi taklim tetap terus di jaga istiqomah. Setelah pulang
3 hari, besoknya pulang kerja si ahbab tidak melihat TV nya yang biasa ada di ruang tamu kini
tidak ada.

Maka si ahbab bertanya kepada istrinya, “Kemana TV kita?” si istrinya bilang, “ah sudah gak
usah diungkit lagi masalah TV”. Si ahbab ini penasaran, selesai taklim, dia pergi ke gudang dia
dapati TV nya sudah pecah. Si ahbab tanya pada istrinya, “Ini TV kenapa kamu pecahkan, kan
masih bisa di jual.” Maka si istri bilang, “Kan abang bilang TV itu haram, maka kalau kita jual
berarti kita akan makan hasil dari barang haram.”

Jadi suami yang hebat adalah bukan suami yang bisa memecah TV, tetapi suami yang bisa
mentarghib dan mendidik istrinya dengan taklim sehingga si istri mau memecahkan TV. Ada
ahbab datang ke saya, “Alhamdullillah ustadz saya sudah hancurkan TV di rumah saya, apakah
itu hebat?” tidak itu bukan suatu kehebatan, yang hebat itu jika anda bisa buat istri pecahkan TV.
Maka dengan taklim ini adalah pintu masuknya agama dalam rumah.

“Taklim adalah pintu masuknya agama dalam rumah”

Dalam Musyawarah Harian hal yang perlu kita musyawarah termasuk mentarghib ahbab-ahbab
ini agar menghidupkan taklim rumah mereka. Salah satu problem yang harus di up date setiap
musyawarah harian adalah memfungsikan taklim rumah terlebih dahulu. Fikirnya dalam
musyawarah antara lain bagaimana rumah-rumah ahbab di mahalah kita dapat hidup taklim
rumah.

Problem taklim rumah dalam musyawarah harian ini jangan ditinggalkan harus terus disisipkan
untuk dimusyawarahkan. Kita fikirkan bagaimana di mahalah kita setiap rumah hidup taklim
rumah. Kita tanya setiap ahbab, “Bagaimana sudah hidup belum taklim di rumah kamu?” saling
bertanya dan saling memberikan masukan.

Kalau belum kita fikirkan bagaimana hidup taklim di rumah dia dan kita targhib dia agar mau
menghidupkan taklim di rumahnya. Dalam kargozari di Banglore, ada beberapa desa yang setiap
rumah hidup taklim semuanya. Ahbab ini banyak yang aneh, diluar rumah dia jos, kerja seperti
malaikat, tapi ketika di rumah taklim tidak dibuatnya. Inilah kelemahan kita para ahbab dalam
kerja dakwah, ngejos di luar rumah, tapi dalam rumah sendiri tidak hidup taklim.

Padahal segala kemaksiatan di dalam rumah kita ini akan hilang dengan menghidupkan taklim
didalam rumah, tidak perlu kita pecahkan TV, hidupkan taklim saja, maka semua masalah rumah
akan terselesaikan.

Ahbab setiap tahun berangkat 4 bulan dan setiap hari 8 jam untuk dakwah, tapi aneh kok
anaknya tidak ada yang jadi hafidz atau ulama? ini kenapa? karena tidak hidup daripada taklim
rumah tadi. Istri tidak mendukung daripada taklim rumah. Untuk bisa mentarget taklim ada 3
acara :

1. Ketika 2.5 jam khususi di selipkan pembicaraan tentang pentingnya taklim rumah setelah
taskyl 40 hari atau 4 bulan.

2.Waktu Jaulah I dan II, akhir dari pembicaraan mubayin targhib tentang taklim rumah

3. Waktu keluar 3 hari dengan Mahalah, di hari ke 3 dijelaskan tentang tanggung jawab suami
terhadap keluarga dan pentingnya menghidupkan taklim rumah.

Jika di satu mahalah hanya ada 2 ahbab ditargetkan agar 1 orang ahbab bisa dapat 3 orang baru,
lalu menghidupkan taklim rumah maka jumlah ahbab bulan berikutnya akan menjadi 8 orang dan
8 rumah hidup taklim rumah. Maka dengan begini jumlah taklim rumah akan terus bertambah
dalam bulan berikutnya. Taklim ini adalah pintu masuknya agama ke rumah-rumah kita, yang
akan membuat sunnah-sunnah Nabi Saw hidup di rumah-rumah kita.

Taklim rumah ini dibagi 2 :

1. Taklim Fadhilah Amal


2. Mudzakaroh 6 sifat

Untuk 2 bagian ini kita lakukan dalam 30 menit saja sebagai tahap awal, jangan kelamaan nanti
pada kabur. Namun dilakukan secara terus menerus dan bertahap sampai 2.5 jam. 30 menit ini
dibagi lagi yaitu 20 menit taklim kitabi dan 10 menit mudzakaroh. Tertib membaca Fadhilah
amal ini berurut sehingga terbaca 7 bab fadhilah tadi. Jadi 1 bab dapat dibaca 3 menit kurang
lebih, sisanya 10 menit buat mudzakaroh.

Jika ini diamalkan taklim rumah seperti ini, maka agama akan masuk melalui taklim ini kedalam
rumah kita. Sehingga nanti istri dan anak-anak kita akan tergairahkan untuk menghidupkan
sunnah-sunnah Nabi SAW dirumah kita. Salah satu sunnah Nabi SAW ini adalah kesederhanaan
hidup. Istri dan anak-anak kita akan tersuasanai untuk hidup sederhana. Dengan taklim rumah
yang hidup, kesederhaan ini akan wujud dalam kehidupan rumah tangga kita : makan jadi
sederhana, pakaian yang sederhana, rumah juga sederhana saja, isi rumah sederhana saja. Inilah
yang dimaksudkan dengan mensederhanakan keperluan hidup, sehingga uang yang biasa kita
hambur-hamburkan untuk keperluan, bisa kita gunakan untuk menyambut takaza agama.

Adab Terhadap Tamu

Untuk keperluan kita sendiri dan keperluan rumah kita boleh kita sederhanakan, namun kalau
kedatangan tamu maka kita harus lebihkan jangan disederhanakan. Contoh : kalau yang makan
anggota keluarga saja, boleh kita makan sayur dan telor ceplok saja, tapi kalau kita kedatangan
tamu maka kita potong ayam atau potong kambing untuk tamu kita. Jangan sampe sehari-hari
kalau kita makan keluarga pake kambing atau ayam, giliran tamu datang hanya kasih telor saja.

Maka dengan taklim rumah dan dibantu dengan didikan dari ibunya, maka nanti anak-anak kita
akan terbentuk dengan agama. Sehingga nanti akan banyak anak-anak yang dikirm ke pondok-
pondok pesantren, lahirlah hafidz-hafidz dan ulama-ulama, penerus generasi berikutnya. Saya
suka perhatikan banyak santri-santri di pondok saya atau di pondok-pondok lain, ini santri-santri
tidak kerasan di pondok. Ini disebabkan ibu dari ini anak, suka kangen, jadi sering disuruh
pulang akhirnya pendidikannya di pesantren terganggu dan merusak suasana yang seharusnya
bisa menjadi kebiasaan santri tersebut.

2. Hidupkan Musyawarah Harian dengan Istri

Apa yang kita musyawarahkan ? pertama kita sederhanakan musyawarah kita dengan menggilir
orang yang membaca taklim kitab dan pemberi mudzakaroh dan materi mudzakaroh. Jangan kita
terus yang baca taklim dan mudzakaroh, nanti pas kita tidak ada, maka tidak hidup taklim di
rumah. Lalu kalau sudah terbiasa baru di libatkan dalam dalam fikir atas takaza-takaza yang
dibicarakan dalam musyawarah mahalah ataupun halaqoh. Apa yang dibentangkan dalam
musyawarah mahalah atau halaqoh kita sampaikan dalam musyawarah di rumah, baik itu dalam
bentuk kargozari ataupun takaza.

Contoh :

“Tadi di mahalah dibentangkan ada jemaah butuh satu orang lagi untuk berangkat ke China” lalu
istri yang sudah menjadi partner dalam dakwah ini akan bilang, “Kalau gitu abang saja yang
berangkat.”
“Minggu pertama atau kedua atau ketiga atau keempat, kita musyawarahkan anak kita yang
keberapa yang berangkat 3 hari diminggu pertama, atau menantu kita berangkat di minggu
berikutnya, mertua kita di minggu ketiga, dan kita minggu ke empat. Mari kita musyawarahkan.”

Dengan hidupnya musyawarah harian maka suasana dakwah akan hidup di rumah kita. Lalu
dalam musyawarah juga kita bicarakan target keluar masturoh istri kita yang 3 hari setiap 3 atau
4 bulan, dan takaza-takaza masturoh seperti keluar 15 hari ataupun 2 bulan.

3. Pelajari Masa’il dan di tanyakan kepada Ulama

Bagaimana dalam masa’il ini istri kita bertanya kepada kita, dan pertanyaannya dapat kita
tanyakan kepada Ulama, lalu kita sampaikan kembali kepada istri kita. Jangan sampai jadi istri
sudah 10 tahun, tetapi rukun mandi junub tidak tahu. Jika ditanya apa rukun mandi junub, lalu
istri jawab, “rukun mandi junub ini ada dua yaitu air dan sabun.”

Jawaban apa itu, 10 tahun jadi istri tapi tidak tahu rukun Junub. Apa itu Istri ahbab menjawab
rukun mandi junub itu air dan sabun? Ini adalah kewajiban kita sebagai suami mengajarkan istri
ilmu masail walaupun melalui pertanyaan-pertanyaan kepada ulama.

Taklim berikutnya adalah Taklim Mahalah bukan di Halaqoh. Persyaratan adalah :

1. Ada ahbab-ahbab lama yang sudah paham menghandle kerja masturoh.

2. Ada beberapa istri ahbab yang sudah pernah keluar 15 hari atau 40 hari atau 3 hari berkali-kali
yang bisa menghandle kerja masturoh

3. Rumah harus munasib yaitu tertutup, dan musyawarah dilakukan oleh rijal oleh laki-laki.
Pembaca kitab harus yang bisa baca, lancar bacanya dan yang sudah pernah keluar masturoh.

Contoh :

Jadi dalam musyawarah harus dipilih istri yang lancar membacanya dan sudah pernah keluar 3
hari. Jika ada istri yang tidak lancar baca kitabnya, atau gagap, jangan dipaksakan. Jika
dipaksakan padahal istri yang membaca ini sudah pernah keluar 3 hari, tapi dia gagap, lalu
ditegor sama ibu-ibu yang belum pernah keluar 3 hari, nanti akan menyebabkan yang membaca
ini minder, lalu kitabnya akan dilanjutkan kepada yang belum pernah keluar tapi lancar
membacanya.

Disini telah terjadi 2 kesalahan :

1. Kesalahan memilih yang gagap dalam membaca


2. Menyerahkan kitab kepada yang lancar membacanya tanpa musyawarah

Jika hal ini berulang terus dalam taklim mahalah, maka nanti perempuan yang sama yang lancar
membacanya, fasih, tapi belum pernah keluar 3 hari, lama-kelamaan dia akan memakai buku-
buku lain yang tidak ditertibkan (selain fadhilah amal atau riyadhus shalihin), tanpa musyawarah.
Sekali waktu boleh ada bayan, dua bulan sekali atau lebih, namun yang memberi bayan harus
orang yang sudah mengerti kerja masturoh atau dari jemaah masturoh yang bergerak. Ada ustadz
tapi belum pernah keluar masturoh, lalu dia bayan, yang dibahas masalah tertib yang dia belum
tau, kacau jadinya. Kalau semua persyaratan ini sudah terpenuhi, maka dimusyawarahkan di
Halaqoh, lalu diberitahukan di Markaz.

4. Bawa istri kita keluar 3 hari setiap 3 – 4 bulan sekali, lalu 15 hari, dan 40 hari atau 2 bulan
IPB

Jika istri kita ini sudah 3 kali keluar 3 hari maka kita bawa istri kita ini keluar 15 hari. Lalu
setelah pulang 15 hari, bawa lagi istri kita keluar 3 hari, 3 atau 4 bulan berikutnya sampai 3 kali.
Baru setelah itu bawa istri kita keluar 40 hari ataupun 2 bulan masturoh India Pakistan
Bangladesh. Dalam satu tahun dia sudah keluar 3 kali 3 hari + 15 hari. Jangan sampai setelah
keluar 3 hari ataupun 15 hari sesudahnya jadi sepi, pensiun tidak keluar lagi, maka jazbah yang
terbentuk oleh istri kita nanti akan hilang. Jadi harus diprogramkan secara rutin berdasarkan
tertib yang sudah diatur.

Untuk jemaah 3 hari harus ada 2 atau 3 pasang orang lama dan selebihnya boleh 3 atau 4 pasang
orang baru. Bagi yang sudah pernah keluar 15 hari atau 40 hari masturoh, sudah harus
menyiapkan jemaah 3 harinya dengan tertib yang benar, diatur untuk program berikutnya, jangan
pensiun. Jadi agar jazbahnya tidak hilang, bagi yang sudah keluar 15 hari atau 40 hari atau 2
bulan IPB, sudah harus bisa mengatur jadwalnya untuk keluar 3 hari 3 – 4 bulan berikutnya.

Kalau diperhatikan masalah ini, maka manfaatnya ada 2 hal :

1. Kalau tertib 3 hari untuk keluar setiap 3 – 4 bulan dijaga, maka jazbah istri kita yang didapat
ketika keluar ini akan terjaga dan dan suami istri ini sudah berhak untuk dikirim dakwah ke
negara-negara lain.

2. Orang-orang yang baru akan mendapatkan manfaat dari pasangan-pasangan yang sudah keluar
40 hari + 3 hari secara istiqomah.

Lalu pasangan yang sudah 15 hari harus kita pikirkan bagaimana dia bisa berangkat 40 hari.
Kalau dia belum dapat 40 hari maka perlu di ingatkan tentang tertib yang perlu dijaga untuk
menjaga jazbah istri kita, yaitu keluar 3 hari setiap 3 – 4 bulan secara istiqomah. Jadi untuk
menjaga syarat-syarat keluar masturoh adalah tanggung jawab dari pada penanggung jawab
daerah dan syuro. Targhib keluar ini penting, tapi juga harus diperhatikan syarat- syarat keluar
jangan sampai dilanggar.

Syarat untuk keluar 3 hari masturoh, maka suami sudah harus keluar 3 hari sebelumnya. Orang
baru jangan ditaskyl untuk masturoh. Maka dalam bayan masturoh ini, mubayin tidak boleh
mentaskyl. Contoh : “Coba ibu-ibu siapa yang belum 4 bulan IPB catat nama, atau siapa yang
siap berangkat 40 hari.” Ini tidak ada tertib yang seperti ini jadi jangan dilakukan. Taskilan
setelah bayan masturoh ini hanya 2 saja :
1. Taskyl mempersiapkan suaminya untuk berangkat keluar 40 hari ataupun 4 bulan dari
mahalah.
2. Taskyl menghidupkan taklim rumah

Syarat untuk keluar bagi masturoh :

1. Syarat keluar 3 hari masturoh suami harus sudah pernah keluar 3 hari. Suami yang belum
pernah keluar 3 hari tidak boleh keluar 3 hari masturoh.

2. Syarat keluar 15 hari masturoh, maka suaminya sudah harus pernah keluar 40 hari minimal
dan dalam rombongan diusahakan harus ada 2 pasangan yang sudah berangkat 40 hari masturot
untuk mengangkat kerja yang 15 hari.

3. Syarat keluar 40 hari masturoh, ini untuk suami yang sudah pernah keluar 4 bulan.

4. Untuk keluar 2 bulan IPB ini ada sedikit kemudahan, yaitu cukup dengan keluar 3 hari secara
istiqomah selama 5 kali. Ini karena ke IPB ini untuk belajar, namun suami sudah harus pernah ke
IPB sebelumnya.

5. Syarat untuk membawa istri takaza ke negeri jauh maka pasangan ini harus sudah pernah ke
IPB. Jika belum pernah tidak dibenarkan untuk ambil takaza negeri jauh. Kalau hanya bisa 40
hari pergi ke india saja, tidak usah ke pakistan ataupun bangladesh.

6. Syarat ke Negeri jiran / tetangga boleh dalam jemaah ini pasangan yang baru 15 hari namun
harus didampingi minimal oleh 2 pasang yang sudah ke IPB.

Syarat untuk menerima jemaah 3 hari masturoh :

1. Minimal sudah pernah keluar 3 hari suami-istri

2. Rumah di usahakan tertutup bukan terbuka untuk umum atau terlihat tempat jemuran oleh
umum.

3. Rumah yang didatangi jemaah, maka tuan rumahnya tidak boleh ada yang daftari atau pergi
baik suami ataupun istri. Contoh misalnya : lagi ada jemaah suaminya pergi kerja ini tidak boleh,
ataupun istri ada acara keluarga ini tidak boleh.

Syarat Nusroh jemaah 3 hari masturoh :

1. Tidak boleh bawa anak untuk menghindari gangguan, anak boleh diatur untuk dititipkan sama
orang yang dipercaya maupun sama keluarga ahbab mahalah.

2. Di usahakan jangan ikut makan dengan tamu yaitu sama jemaah gerak masturoh, justru
dianjurkan membawa makanan untuk jemaah. Jangan bawa makanan tapi makanan habis sama
kita juga di tempat jemaah, bahkan ngabisin makanan nusroh yang lainnya juga. Jangan seperti
itu. Usahakan setelah selesai dzuhur langsung pulang agar tidak menggangu tamu untuk makan,
nanti waktu program berikutnya balik lagi.

Tambahan :

Jangan memberatkan tuan rumah, jatah teh cuman untuk 10 orang, tapi yang datang karkun 30
orang, kasihan tuan rumah, bawa saja air masing-masing. Minimal kalau tidak bisa bantu
makanan, jangan menyusahkan tuan rumah. Kalau tidak bisa bantu makanan, bantu yang lain
seperti nyuci, ngebersihin, atau ngerapihin dengan ijin tuan rumah.

Jadi penting kita bawa istri kita ini menjadi partner dalam dakwah, maka ini akan memacu kerja
kita lebih cepat. Nabi SAW sabdakan : 2 rakaat sembahyang orang yang sudah nikah ini 70
derajat lebih afdhol dibanding yang belum nikah. Maksudnya apa ? ini seperti kecepatan yang
kekuatannya ini 1 : 35 (satu berbanding tiga lima). Ibarat kecepatan mobil 100 km/jam ini yang
tanpa istri, kalau dengan istri bisa 35 x 100 km/jam jadi 3500 km/jam, sangat cepat, seperti
kecepatannya jet tempur. Insya Allah kita semua niat…

Posted in BayanTagged bayan masturah, lutfi al banjari, masturahTinggalkan komentar

Siapakah imannya yang paling menakjubkan


Posted on 25/08/2015

Siapakah imannya yang paling menakjubkan. Man A’jabal Khalqi Imanan.

ّ ‫ ل‬yg imannya paling menakjubkan (man a’jabul khalqi


“Wahai manusia, siapakah makhluk ‫لَاه‬
imanan )?”

Demikian pertanyaan Nabi Muhammad ‫ صلى هللا عليه وآله وسلم‬kepada sahabatnya di suatu pagi.

Para sahabat langsung menjawab, “Malaikat !”

Nabi menjawab, “Bagaimana para malaikat tidak beriman sedangkan mereka pelaksana perintah
ّ ‫”? ل‬
‫لَاه‬

Sahabat menjawab lagi, “Kalo begitu, para Nabi-lah yg imannya paling menakjubkan !”

“Bagaimana para Nabi tidak beriman, padahal wahyu turun kepada mereka” sahut Nabi.

Untuk ketiga kalinya, sahabat mencoba memberikan jawaban, “Kalo begitu, sahabat²mu yaa
Rasulullah”

Rasul pun menolak jawaban itu dengan berkata, “Bagaimana sahabat²ku tidak beriman,
sedangkan mereka menyaksikan apa yg mereka saksikan !”
Rasul yg mulia lalu meneruskan kalimatnya, “Orang yg imannya paling menakjubkan adalah
kaum yang datang sesudah kalian.

Mereka BERIMAN kepadaku, walopun mereka tidak melihatku. Mereka MEMBENARKANKU


tanpa pernah melihatku.

Posted in BayanTagged imanTinggalkan komentar

Pesan dan Nasehat Rasulullah Bulan Ramadhan


Posted on 29/06/2015

Pesan dan Nasehat Rasulullah Bulan Ramadhan. Semoga bisa menyegarkan ingatan kita kembali
dan memabah semangat ibadah kita pada bulan Ramadhan Tahun ini.

Berikut adalah Khutbah Rasulullah Menjelang Ramadhan.

“Wahai manusia! Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah
rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia disisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang
paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya
adalah jam-jam yang paling utama.

Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-NYA. Di bulan ini
nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah.
Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah
membimbingmu untuk melakukan shiyam dan membaca Kitab-Nya.

Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah
dengan rasa lapar dan hausmu di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan miskin.
Muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda, sambungkanlah tali persaudaraanmu, jaga
lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya dan
pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya. Kasihilah anak-anak yatim,
niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu.

Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada
waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla
memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih; Dia menjawab mereka ketika mereka
menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan doa mereka
ketika mereka berdoa kepada-Nya.

Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah


dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban (dosa) mu, maka ringankanlah
dengan memperpanjang sujudmu.
Ketahuilah! Allah ta’ala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan
mengazab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka
pada hari manusia berdiri di hadapan Rabb al-alamin.

Wahai manusia! Barang siapa di antaramu memberi buka kepada orang-orang mukmin yang
berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan
dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu. (Sahabat-sahabat lain bertanya: “Ya Rasulullah!
Tidaklah kami semua mampu berbuat demikian.”

Rasulullah meneruskan: “Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma.
Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air.”

Wahai manusia! Siapa yang membaguskan akhlaknya di bulan ini ia akan berhasil melewati
sirathol mustaqim pada hari ketika kaki-kaki tergelincir. Siapa yang meringankan pekerjaan
orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan
meringankan pemeriksaan-Nya di hari kiamat.

Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia
berjumpa dengan-Nya. Barang siapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan
memuliakanya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa menyambungkan tali
persaudaraan (silaturahmi) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya
pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah
akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.

Barangsiapa melakukan shalat sunat di bulan ini, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari
api neraka. Barangsiapa melakukan shalat fardu baginya ganjaran seperti melakukan 70 shalat
fardu di bulan lain. Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan
memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa di bulan ini
membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Quran pada bulan-bulan
yang lain.

Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada
Tuhanmu agar tidak pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka
mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu,
maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu.

Amirul mukminin k.w. berkata: “Aku berdiri dan berkata: “Ya Rasulullah! Apa amal yang paling
utama di bulan ini?” Jawab Nabi: “Ya Abal Hasan! Amal yang paling utama di bulan ini adalah
menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah”.

Wahai manusia! sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang senantiasa besar lagi penuh
keberkahan, yaitu bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan;
bulan yang Allah telah menjadikan puasanya suatu fardhu, dan qiyam di malam harinya suatu
tathawwu’.”
“Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan di dalamnya,
samalah dia dengan orang yang menunaikan suatu fardhu di dalam bulan yang lain.”

“Ramadhan itu adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu adalah pahalanya surga. Ramadhan itu
adalah bulan memberi pertolongan ( syahrul muwasah ) dan bulan Allah memberikan rizqi
kepada mukmin di dalamnya.”

“Barangsiapa memberikan makanan berbuka seseorang yang berpuasa, adalah yang demikian itu
merupakan pengampunan bagi dosanya dan kemerdekaan dirinya dari neraka. Orang yang
memberikan makanan itu memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa tanpa sedikitpun
berkurang.”

Para sahabat berkata, “Ya Rasulullah, tidaklah semua kami memiliki makanan berbuka puasa
untuk orang lain yang berpuasa. Maka bersabdalah Rasulullah saw, “Allah memberikan pahala
kepada orang yang memberi sebutir kurma, atau seteguk air, atau sehirup susu.”

“Dialah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya pembebasan
dari neraka. Barangsiapa meringankan beban dari budak sahaya (termasuk di sini para pembantu
rumah) niscaya Allah mengampuni dosanya dan memerdekakannya dari neraka.”

“Oleh karena itu banyakkanlah yang empat perkara di bulan Ramadhan; dua perkara untuk
mendatangkan keridhaan Tuhanmu, dan dua perkara lagi kamu sangat menghajatinya.”

“Dua perkara yang pertama ialah mengakui dengan sesungguhnya bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah dan mohon ampun kepada-Nya . Dua perkara yang kamu sangat memerlukannya ialah
mohon surga dan perlindungan dari neraka.”

“Barangsiapa memberi minum kepada orang yang berbuka puasa, niscaya Allah memberi minum
kepadanya dari air kolam-Ku dengan suatu minuman yang dia tidak merasakan haus lagi
sesudahnya, sehingga dia masuk ke dalam surga.” (HR. Ibnu Huzaimah).

Posted in BayanTagged bulan ramadhan, nasehat rasulullah, pesan rasulullahTinggalkan


komentar

Bayan Maulana Saad


Posted on 29/06/2015

Bayan Maulana Saad Al Khandalawi. Masyeikh. Markaz Dunia, Nizammuddin. New Delhi,
India. Bayan Subuh

Keputusan terhadap umat akan dilihat dari perintah-perintah yang dilaksanakan. Umat dahulu
juga mempunyai agama atau perintah-perintah, tetapi mereka melalaikannya bahkan ada yang
mengingkarinya.
Namun sudah menjadi tradisi Allah Ta’ala pada umat-umat terdahulu setiap mereka lalai dari
Agama Allah, maka Allah kirim Nabi kepada mereka untuk memberikan peringatan. Sehingga
ketika mereka telah melampaui batas dan tidak menghiraukan peringatan yang telah diberikan,
Allah hancurkan umat-umat itu.

Umat dapat mengetahui Agama jika mereka melakukan kerja Dakwah. Jika Dakwah tidak
dilakukan maka agama akan hilang. Siapa saja yang mengamalkan agama maka hidupnya akan
mengalami progress atau peningkatan qualitas hidup. Bagi yang tidak mengenal Agama,
Peningkatan hanya akan tercapai melalui Dakwah.

Dengan Dakwah manusia akan mengenal Agama dan mau mengamalkan Agama. Tanpa Dakwah
maka manusia akan jauh dari Agama dan terjadi kerusakan dalam kehidupan manusia.

Ulama ini adalah pewaris ilmu para Nabi, maka peran ulama dalam memperbaiki umat sangatlah
penting. Jika para ulama hanya duduk-duduk saja dirumah maka kehidupan masyarakat akan
rusak.

Nanti pada hari mizan agama, pengadilan agama, para ulama ada yang dimuliakan karena ilmu
mereka dan ada yang dihinakan karena ilmu mereka. Allah akan minta pertanggung jawaban dari
para ulama ini, apa yang telah mereka lakukan untuk umat.

Ulama yang dilaknat Allah adalah ulama yang ilmunya tidak dapat menambah ketakwaan, atau
rasa takut bagi dirinya. Ulama yang tidak ada risau terhadap umat maka di dunia ini ketika adzab
turun, Allah akan timpakan adzab ini kepada dia terlebih dahulu.

Seperti kisah seorang ulama yang kulitnya tidak merinding melihat kemaksiatan yang terjadi di
lingkungannya. Ulama ini tidak mau buat dakwah maka Firman Allah kepada malaikat Jibril AS,
untuk menurunkan Adzab dimulai dari ulama tersebut terlebih dahulu.

Para Anbiya AS, melakukan kerja Dakwah karena rasa takut kepada Allah. Bukan karena hasil
dari keadaan-keadaan seperti senang, susah, miskin, kaya, sakit, sehat. Semua Anbiya AS
menjalankan Dakwah karena rasa Takut kepada Allah dan dilakukan dalam keadaan apapun baik
susah maupun senang, dalam keadaan berat ataupun ringan, dalam keadaan sakit ataupun sehat.

Para Anbiya AS tidak pernah meninggalkan kerja dakwah walaupun mereka Disiksa. Dan
mereka tidak pernah meminta bahkan berharap untuk menerima imbalan walaupun itu hanya
sekedar ucapan terima kasih.

Para Anbiya AS ini melakukan usaha atas iman dan amal melalui Dakwah sehingga lingkungan
yang rusak menjadi baik. Namun ketika Nabi mereka wafat, dan Dakwah telah ditinggalkan,
lambat laun kaum yang tadinya taat dapat berubah menjadi Kafir.

Atas perkara inilah, yang diusahakan oleh Nabi Shallallahu alaihi wassalam adalah melibatkan
sahabat dalam kerja Nubuwat agar dapat melanjutkan kerja dakwah ini. Inilah usaha nabi yaitu
mencetak da’i-da’i yang akan melanjutkan usaha dakwah Nabi.
Sekarang kita tidak akan mendapatkan Nabi lagi walaupun jaman telah menjadi rusak melebihi
kerusakan yang terjadi pada kaum-kaum terdahulu. Kerja Nubuwat ini telah diwarisi Nabi
Shallallahu alaihi wassalam kepada umat ini, dan akan berlanjut sampai hari kiamat.

Setiap Sahabat yang menerima Dakwah Nabi Shallallahu alaihi wassalam kepada Islam, maka
yang pertama kali mereka lakukan adalah Dakwah. Begitupula setiap wahyu turun maka yang
diperintahkan oleh Nabi adalah menyampaikan kepada yang tidak hadir disini. Jika Dakwah
ditinggalkan maka umat ini akan jauh dari Allah.

Pertama yang akan dicabut oleh Allah jika umat ini meninggalkan Dakwah adalah Rasa Harap,
sehingga ini akan membuat mereka berharap kepada selain Allah. Jadi penyakit yang akan
timbul pertama kali ketika Dakwah ditinggalkan adalah penyakit Syirik, karena Rasa Harap
kepada Allah telah hilang dan berganti menjadi Rasa Harap kepada Selain Allah atau berharap
kepada Mahluk.

Yang kedua, Jika Dakwah ini ditinggalkan maka yang akan tercabut dari diri manusia adalah
keinginan untuk menjalankan Amal Ibadat seperti sholat, baca qur’an, dzikir, zakat, haji, dan
lain-lain. Dan yang terakhir jika Dakwah ditinggalkan adalah tercabutnya rasa kasih sayang
terhadap manusia. Tanpa Dakwah maka Akhlaq manusia akan rusak, dan kebathilan akan timbul
dimana-mana.

Dengan Dakwah, Agama akan datang dan hanya dengan Dakwah agama akan terpelihara. Kerja
Dakwah ini hanya dapat dilakukan bila ada pengorbanan dan mujahaddah. Orang mengira bahwa
dakwah itu untuk orang lain, padahal dakwah itu adalah untuk diri sendiri. Bagaimana yang kita
bicarakan ini dapat tertanam dalam hati. Hanya dengan Dakwah kita dapat mengenal Allah dan
mendapatkan rasa cinta kepada Allah.

Setiap orang beriman dapat mengisi dan memenuhi cahaya Iman kedalam hatinya melalui
Amalan Dakwah ini. Hanya dengan amalan sajalah kita dapat menyenangkan Allah. Dan
Dakwah ini adalah amalan yang dapat mendatangkan rasa senang dan rasa cinta Allah Ta’ala.
Dakwah ini adalah amalan para kekasih Allah. Karena Dakwah seseorang dimuliakan dan karena
Dakwah pula seseorang dihinakan.

Seperti Bilal RA asbab kerja Dakwah yang sebelumnya dia hanya seorang budak, setelah
memeluk Islam dia dimuliakan oleh Allah di dunia dan di akherat. Di dunia dia meninggal
sebagai gubernur dan sebelum meninggalpun langkah kakinya sudah terdengar oleh Nabi
Shallallahu alaihi wassalam diakherat. Dan dengan Dakwah ini pulalah Allah telah menghinakan
Firaun yang menentang Dakwah Nabi Musa AS di dunia dan di akherat. Di dunia ini siapa yang
tidak melaknat Firaun Laknatullah Alaih.

Dengan Dakwah maka seseorang akan mendapatkan Iman, Iman itu adalah :

1. Rasa Harap dan Takut kepada Allah


2. Keyakinan terhadap Perkataan Nabi Shallallahu alaihi wassalam tentang kehidupan di
Akherat.
Jika manusia tidak punya rasa harap kepada Allah, maka agama hanya akan menjadi tradisi.
Sedangkan yang namanya Agama adalah meletakkan keinginan Allah diatas keinginan kita.
Tiada yang lebih penting daripada keinginan Allah. Yang namanya seorang Hamba itu adalah
seseorang yang melakukan apa yang tuannya mau. Seorang hamba yang baik adalah hamba yang
taat pada tuannya.

Iman adalah Penghambaan kepada Allah dengan melakukan ketaatan. Kini karena umat telah
kehilangan Rasa Harap kepada Allah, sehingga Rasa Harap mereka terletak pada Asbab seperti
Pabrik, Toko, Sawah, Jabatan, dan lain-lain. Maka ketika mati, mereka tidak akan membawa
apa-apa selain kesia-siaan. Ketika Harap pada Allah dalam diri manusia ini telah hilang maka
yang akan dibicarakan mereka hanya perkara asbab dan keduniaan saja.

Saat ini umat hanya membicarakan dunia saja, sementara para sahabat yang menjadi
pembicaraan mereka adalah kebesaran Allah dan akheratNya. Hari ini manusia suka
membicarakan perkara yang tidak berharga. Ini karena mereka tidak tau nilai dari amal agama.

Inilah sebabnya saat ini kerja Dakwah sangat diperlukan yaitu sebagai sarana umat untuk
mengenal Allah dan janji-janji Allah. Tanpa Dakwah manusia tidak akan mengenal Allah dan
tidak akan mengenal janji-janji Allah.

Jika seseorang tidak mempunyai Iman, maka perbuatan dosa akan menadi keahliannya seperti
berjudi, mencuri, korupsi, dan lain-lain. Jika suasana Agama sudah terbentuk maka setiap
pendosa akan berdatangan minta dihukum, karena merasa bersalah dan takut kepada Allah. Dan
ini dapat terwujud melalui Kerja Dakwah. Hanya dengan kerja Dakwah suasana amaliat, suasana
agama, akan terbentuk.

Penjagaan terbaik pada diri kita adalah Iman. Jika seseorang tidak mempunyai Iman maka dia
tidak mempunyai benteng penjagaan. Ia akan menjadi orang yang serba bergantung kepada yang
lain. Hatinya akan menjadi gelap sehingga tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk. Ketika lingkungan rusak sangat sulit bagi seseorang mengamalkan agama. Tetapi
dengan Dakwah lingkungan yang rusak akan menjadi baik.

Hanya dengan Dakwah kita dapat mengetahui pentingnya Agama. Tanpa Dakwah sifat harap
kepada Allah tidak akan wujud dan keyakinan manusia hanya terletak pada asbab. Jika sifat
harap manusia timbul dari asbab maka Iman tidak akan wujud dalam diri manusia. Karena Iman
itu membawa manusia dari yakin pada asbab menjadi yakin pada Qudratullah.

Tanpa Iman manusia tidak dapat mengamalkan Agama. Apa itu agama :

1. Perintah Allah
2. Cara Rasullullah Shallallahu alaihi wassalam
3. Niat yang Ikhlas

Agama itu adalah menjalankan seluruh perintah Allah dan ikut seluruh aspek kehidupan
Rasullullah Shallallahu alaihi wassalam dengan niat hanya untuk menyenangkan Allah. Kita
tidak lain diciptakan hanya untuk menghambakan diri kita kepada Allah.
Dimana selama 24 jam kita melakukan ketaatan terhadap apa yang Allah ingini dalam setiap
waktu, tempat dan keadaan. Segala bentuk amal ibadah kita, harus dilakukan dengan perasaan
Ihsan, yaitu perasaan merasa diperhatikan oleh Allah, dan Ikhlas, yaitu semata-mata hanya untuk
menyenangkan Allah. Walaupun itu ibadah dalam perdagangan, istinja, makan, bergaul, dan
lain-lain. Ibadah itu bukan hanya di mesjid tetapi segala sesuatu yang kita lakukan dengan
membawa rasa melihat Allah dan dilihat oleh Allah.

Jika kita tidak membawa Ihsan dalam setiap perbuatan kita maka kecenderungan manusia ini
akan berbuat menurut nafsunya saja. Orang tidak akan takut memakan makanan yang haram,
melakukan maksiat, dan mendzolimi orang lain. Makanan Haram akan mengeluarkan keinginan
untuk melakukan perbuatan yang haram. Penghasilan yang haram akan menghancurkan agama
yang wujud dalam diri kita. Hanya dengan perkara atau makanan yang halal manusia dapat
menjalankan agama dan tidak merusak amal-amalnya.

Segala sesuatu yang terlihat dan tidak terlihat ada dalam kontrol Allah SWT. Ular tidak akan bisa
membunuh tanpa izin Allah, bahkan ular tidak akan bisa tetap menjadi ular tanpa izin dari Allah
ta’ala, mungkin bisa menjadi tongkat, seperti tongkat musa AS. Agama ini adalah segala
kehendak-kehendak Allah atas diri manusia. Jika kita penuhi kehendak Allah, maka Allah akan
penuhi keinginan kita.

Hanya dengan Agama manusia dapat menguasai dunia. Hanya dengan menjalankan perintah-
perintah Allah langit dan bumi dapat tunduk manusia. Sebagaimana yang telah terjadi pada para
sahabat, berjalan diatas air, mendatangkan hujan, menghidupkan binatang yang mati dan lain-
lain.

Hanya orang-orang yang menjalankan perintah Allah mereka dapat memiliki kekuatan yang luar
biasa. Karena dengan ketaatan, kekuatan Allah ada bersama mereka. Seperti tongkat Musa AS
yang menjadi ular, seperti Ibrahim AS ketika dilempar ke Api, dan lain-lain.

Segala sesuatu ini Allah ciptakan untuk menguji manusia. Manusia yang tidak lolos dari ujian
Allah Ta’ala akan terperangkap ciptaan Allah, terperangkap oleh dunia. Untuk ini kita perlu
berkorban di jalan Allah agar Allah kuatkan Iman kita dengan HidayahNya.

Posted in BayanTinggalkan komentar

Bayan Masyaikh Pakistan di Masjid Kebun Jeruk


Posted on 29/06/2015

Bayan Para Masyaikh yang Mana Mereka Telah Mengorbankan Waktu Diri Harta dan
Fikirannya Untuk Agama. Setiap Kata-kata Mengandung Ilmu dan Hikmah yang Akan
Meningkatkan Kepahaman Kita dalam Agama. Resapi…Amalkan dan Sampaikan kepada Orang
Lain.

DAKWAH ADALAH USAHA IMAN ATAS SELURUH MANUSIA


Berikut adalah beberapa pesan yang disampaikan oleh Bay Wahab, Amir Da’wah tabligh di
Pakistan, orang yang telah lama dalam usaha da’wah Rasulullah shallallahu alaihi wassalam:

Kita dikirim oleh Allah SWT ke dunia ini dengan umur yang sangat singkat, namun dengan
umur yang sangat singkat itu kita diperintahkan untuk mendapatkan dan membina akhirat yang
selama-lamanya.

Hendaknya kita jangan merasa menjadi orang indonesia, atau orang jakarta, atau orang pakistan,
atau lainnya, tapi hendaklah kita merasa diri kita ini adalah umat Rasululah shallallahu alaihi
wassalam.

Rasulullah shallallahu alaihi wassalam adalah nabi terakhir yang dikirim untuk seluruh manusia
seluruh alam hingga hari kiamat, nabi-nabi terdahulu hanya dikirim untuk kaumnya atau
negaranya saja. dikatakan kepada nabi isa as itu ada manusi akufur kepada Allah, tapi nabi Isa as
katakan aku tidak diutus kepada orang itu aku diutus hanya kepada kaum bani israil.

Kini Rasulullah shallallahu alaihi wassalam telah wafat dan tak akan ada nabi lagi setelah Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wassalam, tapi risalah agama yang dibawa nabi tetap harus sampai
keseluruh alam hingga hari kiamat.

Maka kita sebagai umat RAsulullah shallallahu alaihi wassalam mempunyai kewajiban untuk
meneruskan tugas ini, tugas da’wah menyampaikan agam a ke seluruh alam.

Baik yang muda, yang tua, yang sakit, yang sembuh, yang kaya, yang miskin, yang pejabat
maupun rakyat,laki-laki maupun perempuan, yang awam atau bodoh maupun yang pintar sebagai
umat Rasulullah shallallahu alaihi wassalam mempunyai kewajiban ini.

Maka sekarang diri kita pertama kali MOHON AMPUN (BERISTIGHFAR) kepada Allah SWT,
karena kita telah lupa dan melalaikan tugas ini.

Ada manusia yang menganggap petani adalah pekerjaannya, supir taksi pekerjaanny a, pedagang
adalah pekerjaann ya, bisnis adalah pekerjaannya, padahal kerja umat RAsulullah shallallahu
alaihi wassalam yang sesungguhnya adalah kerja da’wah.

Maka kita MOHON AMPUN (BERISTIGHFAR) kepada Allah SWT karena tidak menganggap
kerja da’wah adalah pekerjaan kita.

Kita harus merasa kasihan kepada orang Amerika, orang Eropa, dll yang tidak beriman kepada
Allah SWT dan
Rasul-Nya, karena apabila mereka mati maka mereka akan masuk kedalam kubur dengan 99 ular
yang mematukinya sampai hari kiamat selanjutnya akan disiksa abadi di dalam neraka selama-
lamanya.

Hendaknya usaha da’wah kita kita niatkan seperti yang Rasulullah shallallahu alaihi wassalam
niatkan yaitu untuk seluruh alam, dan bawa usaha ini dengan kasih sayang dan hikmah.
Apabila kita niatkan seperti Rasulullah shallallahu alaihi wassalam maka do’a kita, bicara
da’wah kita, ibadah kita akan mendapatkan pahala seluruh alam.

Mendirikan shalat akan mendapatkan pahala, tapi mengajak orang lain untuk mendirikan shalat
akan mendapat pahala yang besar dari Allah SWT.

Apabila kita buat kerja yang sama dengan kerja Rasulullah maka Allah SWT akan berikan
pertolongan kepada kita sebagaimana Allah SWT tolong Rasulullah SAW dan do’a kita akan
dikabulkan oleh Allah SWT.

Apabila ada orang yang menentang kita dalam usaha da’wah maka sesungguhnya dia bukan
menentang kita tapi menentang pekerja da’wah dan oleh Allah SWT akan diberikan 2 keputusan
apakah dia akan diberikan hidayah atau dihancurkan oleh Allah SWT.

Maka kita jangan takut kepada siapapun, hendaknya kita hanya takut kepada Allah SWT dan
berharap hanya kepada Allah SWT.

Maka kita hendaknya sampaikan kalimat Laa ilaaha illallaah kepada seluruh manusia yang ada
diseluruh alam.

Apabila kita perbanyak bicarakan kalimat Laa ilaaha illallaah dan bicarakan kebesaran Allah,
buat halaqah-halaqah untuk meningkatkan iman, membicarakan akhirat, surga dan neraka
sedetail-detailnya, perbanyak ta’lim tentang keutamaan ber’amal, perbanyak dzikir dan do’a,
kemudian baru shalat kita akan mempunyai ruh.

Mari kita sama-sama niatkan dalam diri kita untuk buat kerja yang sama dengan kerja Rasulullah
SAW yaitu kerja da’wah sampaikan kalimah iman kepada umat seluruh alam, sampaikan risalah
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam hingga hari kiamat dengan begitu Allah SWT akan tolong
kita , Allah SWT akan selesaikan masalah-masalah kita.

Bayan Bay Wahhab di Masjid Kebon Jeruk

Posted in BayanTagged masjid kebun jeruk, masyaikhTinggalkan komentar

Bayan Pentingnya Usaha Atas Iman


Posted on 27/06/2015

Bayan Pentingnya Usaha Atas Iman. Kita harus yakin pada yang ghaib sebagaimana kita yakin
pada yang nyata. Seperti ketika kita melihat dan memegang tangan kita sendiri, ini adalah
sesuatu yang pasti dan nyata.

Seperti ketika kita melihat tembok, tanah, mobil, dan lain-lain yang masih nampak oleh mata dan
tersentuh oleh tangan kita. Kita harus yakin pada perintah Allah yang ghaib sebagaimana kita
yakin terhadap benda-benda dan apa yang kita lihat manfaatnya. Semua yang kita lihat saat ini
adalah pasti, sedangkan janji Allah ini lebih pasti lagi. Kita tidak bisa melihat usus kita, jantung
kita, otak kita, dan bagaimana fungsinya, tetapi kita meyakini bahwa itu semua ada dan berfungsi
dengan baik. Begitu pula dengan janji Allah yang tidak dapat kita lihat harus kita yakini
fungsinya dan eksistensinya sebagaimana kita yakin pada jantung, usus, dan otak kita, walaupun
kita tidak melihatnya. Namun pada hari ini, Yakin kita masih tertambat hanya pada yang nampak
saja, sehingga kita seringkali meninggalkan perintah Allah yang ghaib hasilnya ini demi
mendapatkan yang nampak.

Padahal yang nampak baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah. Berapa banyak orang
yang merasa beli mobil mewah itu baik tetapi ternyata setelah dibeli tau-taunya malah
menyusahkan seperti : perawatannyalah, pajaknyalah, ongkos bensinnyalah, dan lain-lain. Begitu
juga dengan membeli rumah mewah, tetapi ternyata malah merepotkan, seperti listrik lebih
mahal, bersihinnya lebih susah, dan semua biaya meningkat. Ini asbab nafsu kita yang besar dan
logika kita yang mengira bahwa semua itu baik. Jadi sesuatu yang nampak baik menurut kita
belum tentu baik menurut Allah, tetapi yang baik menurut Allah sudah pasti baik bagi kita.
Untuk itu kita harus mengutamakan yang ghaib dulu atau perintah Allah diatas nafsu atau
keinginan kita terhadap yang nampak. Jika ini bisa kita lakukan, ini baru namanya orang yang
beriman dan yakin pada yang ghaib. Berani menafikan yang nampak dan hanya membenarkan
yang ghaib itu baru namanya Iman.

Jangan kita sampai celaka seperti Iblis Laknatullah Allaih, karena celakanya iblis ini bukannya
karena si iblis ini tidak yakin pada Allah tetapi karena Iblis ini sombong. Iblis sendiri yakinnya
sempurna, bahkan mengakui bahwa Allah yang menciptakannya, “…Engkau ciptakan Aku dari
Api…” ini kata Iblis. Kata-kata “Engkau ciptakan aku dari api ini” ini merupakan kalimat
pengakuan dari Iblis bahwa Allah adalah Khaliq dan dia hanya mahluq ciptaanNya. Jadi Iblis
sendiri keyakinannya sempurna dari pengakuannya sebagai ciptaan Allah. Bahkan ketika itu Iblis
berbicara langsung dengan Allah berarti yakinnya sangat sempurna seperti sempurnanya yakin
kita ketika kita melihat benda-benda disekeliling kita saat ini dan dapat merasakannya. Ini
kesempurnaan Imannya Iblis, sehingga menurut logikapun bisa dibenarkan bahwa Iblis menolak
sujud kepada Adam AS sebagai simbol pengabdian bahwa sujud itu hanya untuk Allah. Namun
disini kesalahan Iblis adalah bahwa dia hanya melihat perintah Allah saja, bukan melihat siapa
yang memerintahkan. Sehingga yang terlihat oleh Iblis adalah kekurangannya Adam AS dan
Kelebihan dirinya, gengsi dan derajat.

Disini Iblis melogikakan perintah Allah menurut akal dia, bukan karena siapa yang
memerintahkan, inilah yang namanya kesombongan. Jadi saat ini, yakin saja tetapi tidak mau
menjalankan perintah Allah, ini tidak cukup dan tidak benar. Yakin lalu taat pada seluruh
perintah Allah walaupun itu tidak bisa diterima oleh akal kita, ini baru benar namanya. Yakin
tetapi tidak mau taat ini seperti pembalap yang yakin pada kemampuannya dalam membawa
mobil di jalan raya tetapi tidak mau ikut aturan lalu lintas maka suatu saat nanti dia akan
mendapat masalah bahkan akan celaka. Kesalahan kita hari ini suka melogikakan perintah Allah
dan tidak melihat siapa yang memerintahkan, yaitu Allah sebagai yang mengeluarkan perintah.
Sehingga ini menyebabkan kita menolak perintah Allah seperti Iblis. Menolak perintah Allah
dengan logika, yaitu yang baik menurut kita saja bukan dari sisi Allah, inilah yang namanya
kesombongan. Jadi sifat sombong ini adalah salah satu sifat yang sangat dibenci Allah. Yang
harus kita jaga adalah apa perintah Allah untuk kita lalu kita amalkan dalam kondisi apapun.
Mengapa harus kita amalkan padahal tidak masuk diakal ? karena ini Allah yang memerintahkan.
Jangan kita kotak-katik perintah Allah seperti Iblis, menurut mau kita saja, tetapi kita lihat siapa
yang memerintahkan. Pada hakekatnya semua kebenaran dan kebaikan ini hanya Allah yang tau.
Kita ini tidak tau apa-apa, hanya sok tau saja. Seakan-akan merasa diri ini lebih tau dari Allah ini
baru kesombongan namanya.

Di dalam Qur’an mahfum Allah bilang bahwa Ibrahim AS ini adalah satu umat, padahal dalam
tata bahasa bahwa umat itu adalah plural atau banyak. Sedangkan Ibrahim AS hanya satu orang
kenapa dibilang satu umat oleh Allah Ta’ala. Ini karena Ibrahim AS membawa tugas dan amanah
dari Allah. Sebagaimana ada dalam suatu riwayat dikatakan oleh Nabi SAW bahwa Muadz bin
Jabar RA ini adalah satu umat, ini dikarenakan kesungguhan dan ketegaran Muadz RA dalam
menjalankan tugas yang diberikan oleh Allah dan RasulNya kepadanya. Keteguhan dan
kesungguhan seseorang dalam mengamalkan perintah Allah ini menjadi perbedaan setiap orang
dalam mengamalkan agama. Inilah sebabnya satu orang bisa menjadi atau mewakili satu umat
yang sama dalam kesungguhan dan keteguhan dalam beramal. Sedangkan kita ini adalah Choiru
Ummah, Umat Terbaik, karena kita mengemban Amanah Allah dan NabiNya yaitu melanjutkan
tugas kenabian. Apa itu tugas kenabian? yaitu Dakwah. Apa itu Dakwah ? yaitu Mengajak
Manusia kepada Allah.

Segala sesuatu yang datangnya dari Allah, inilah yang namanya kebaikan dan pasti baik.
Sedangkan yang mungkar ini adalah segala sesuatu yang datang selain dari Allah dan
bertentangan dengan apa yang Allah perintahkan. Dulu yang namanya Nabi harus dilantik dulu,
tetapi kita ini dipilih langsung oleh Allah melalui perantara Nabi SAW dan Al Qur’an. Dalam Al
Qur’an Allah perintahkan pada Nabi untuk menjelaskan Jalan Hidupnya dan untuk memberitahu
siapa itu pengikutnya. ”Qul Hadzihi Sabilli Ad’U Illallah ala Bashirotin ana wamanittaba’ani…”
: Katakanlah wahai Muhammad : Ini adalah jalanku, Aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak kamu kepada Allah dengan Hujjah yang nyata….” (12:108). Siapa itu pengikut Nabi
SAW yaitu orang-orang yang mengajak manusia taat kepada Allah. Tugas Nabi adalah Dakwah
kepada Allah dan begitu pula pengikut-pengikutnya.

Jadi kita perlu tanamkan bahwa kita berdakwah ini karena perintah Allah dan karena tanggung
jawab kita sebagai Umat Nabi SAW. Betul haram hukumnya dakwah tanpa Ilmu, tetapi modal
dakwah adalah sampaikan walaupun hanya satu ayat. Jangan ketika berdakwah kita berbicara
perkara yang kita tidak tahu ilmunya, tetapi sampaikan apa yang kita ketahui ilmunya. Ilmu
seperti apa ? yaitu apa-apa yang diajarkan dan disampaikan ulama kepada kita. Inilah yang kita
sampaikan kepada orang lain. Sedangkan kita keluar ini adalah untuk belajar menyampaikan dan
dalam rangka memperbaiki diri. Jangan kita keluar atau berdakwah dengan niat untuk
memperbaiki orang lain, karena jika itu terjadi nanti ketika orang lain terperbaiki, kitanya malah
terancam menjadi seperti orang munafik. Mengapa kita menjadi seperti orang munafik, karena
kalau kita tidak amalkan apa yang kita ucapkan berarti hanya dimulut saja seperti orang munafik.
Lalu jika orang lain tidak terperbaiki kita akan kecewa. Jadi niatkan ketika dakwah adalah untuk
perbaikan diri sendiri maksudnya apa yang kita ucapkan itu untuk diri kita sendiri, kita nasehati
diri kita sendiri di ulang-ulang, kita kesankan agar masuk ke hati dan dapat mengamalkannya
secara istiqomah. Jangan kita sampai kecewa kalau orang tidak tertaskil oleh dakwah kita, karena
hidayah itu ditangan Allah bukan ditangan kita. Bahkan nabi sekalipun tidak bisa memberikan
hidayah kepada orang yang dia cintai. Jadi kita keluar ini tujuannya untuk diri kita sendiri bukan
untuk orang lain, yaitu agar kita bisa dapat fikir dan risau Nabi SAW. Jangan kita lari dari
masalah dan kesulitan, karena mujahaddah kita dalam menghadapi kesulitan atau masalah ini
dapat menjadi sarana tarbiyah, pelajaran, bagi kita untuk dapat membentuk sifat sahabat dalam
diri kita dan agar kita bisa mendapatkan pengalaman Iman. Apa itu pengalaman Iman yaitu
pengalaman dimana kita bisa merasakan kebesaran Allah dan pertolongan Allah atas diri kita
dalam menghadapi masalah.

Kita keluar dijalan Allah ini bukan karena mendapatkan cuti, atau dapat izin keluarga, atau
kerjaan yang sudah rampung, kalau karena ini berarti kita syirik kepada Allah. Dapat keluar
karena kemudahan dari Mahluk, jika ditolak oleh mahluk kita tidak mau keluar di jalan Allah, ini
syirik namanya, takut keluar karena mahluk. Siapa itu mahluk ? selain Allah adalah mahluk. Jadi
jangan sampai kita takut kepada selain Allah. Jika kita tidak takut kepada Allah maka Allah akan
buat hidup kita takut pada segala sesuatu seperti takut miskin, takut dimarahin, takut dimusuhin,
takut dipecat, takut sama istri, dan lain-lain. Penting kita luruskan niat lagi untuk apa kita keluar
di jalan Allah. Karena Amal ini tergantung dari apa yang di niatkan. Di jaman Sahabat ada
seorang pemuda berperang dengan gagah berani lalu mati di medan pertempuran, tetapi apa kata
nabi bahwa pemuda itu penghuni Neraka. Ini dikarenakan pemuda itu berperang bukan karena
Allah tetapi karena dia ingin mengangkat nama kaumnya. Begitu juga ketika Nabi SAW hijrah
ke madinah ada seorang pemuda ikut hijrah tetapi Nabi SAW menyayangkan hijrahnya pemuda
itu. Ini disebabkan pemuda itu hijrah karena wanita yang dicintai bukan karena Allah. Sehingga
ketika dia mendapatkan apa yang dia inginkan, Allah tidak beri dia pahala hijrah karena agama.

Kita keluar di jalan Allah bisa kapan saja dikarenakan rasa takut kita pada Allah bukan karena
yang lain-lain. Cara mengikis sifat syirik ini yaitu dengan pergi di jalan Allah, semata-mata
karena Allah, dengan meninggalkan perkara yang kita cintai : dari anak, istri, rumah, harta,
perdagangan, dan lain-lain. Nabi SAW bersabda mahfum, “Tidak sempurna Iman kamu sebelum
kamu mencintai Allah dan Rasulnya melebihi cinta kamu terhadap apa-apa yang kamu cintai
seperti : anak, istri, harta, rumah, perdagangan, bahkan diri kamu sendiri.” Jadi sebenarnya
ketika kita keluar di jalan Allah yang paling banyak berkorban ini adalah keluarga kita sendiri.
Bagaimana kondisi mereka ketika kita tinggalkan itulah tanggung jawab kita. Jika kita keluar ini
tidak tertib maka kita dzolim terhadap keluarga kita. Kita dzolim kepada keluarga kita karena
kita telah menyia-nyiakan pengorbanan mereka dan waktu mereka. Tetapi jika kita keluar
dengan tertib dan Allah telah jadikan kita asbab hidayah maka ini manfaatnya adalah untuk
keluarga kita. Disini Yakin kita dan Yakin keluarga kitapun akan terperbaiki. Segala pahala yang
kita dapat dari Keluar di jalan Allah akan mengalir juga kepada keluarga kita.

Tetapi jika kita tidak bisa mengambil manfaat ketika kita keluar di jalan Allah dan tidak tertib,
maka keluarga kitapun tidak akan mendapatkan manfaat apa-apa. Sedangkan Jika kita tidak
keluar maka yakin keluarga kita masih bergantung pada mahluk yaitu kita sebagai kepala
keluarga. Jika keluarga kita meninggal dalam keyakinan seperti ini berarti resikonya kita telah
membiarkan keluarga kita mati dalam keadaan syirik kepada Allah. Atas perkara ini penting kita
dakwahkan perkara Iman kepada keluarga kita dan libatkan mereka dalam kerja agama sehingga
mereka bisa terperbaiki imannya seperti kita dan bisa merasakan pentingnya berkorban untuk
agama. Dengan ini maka Iman keluarga kita akan terperbaiki dan terjaga. Hari ini mengapa umat
lemah Iman dan tidak faham agama, ini dikarenakan umat saat ini tidak dilibatkan dalam
pengorbanan atas Agama. Dahulu sahabat untuk bisa kuat Imannya dan faham atas agama yang
Nabi SAW bawa, ini dikarenakan nabi SAW mengikut sertakan para sahabat dalam perjuangan
agama.

Nabi SAW sudah memberikan kita warning, peringatan, kepada kita dalam mahfum hadits
dikatakan nanti di akhir zaman jika kita tidak buat dakwah, maka nanti diakhir jaman akan
terjadi :

1. Tidak tertinggal dari Islam melainkan hanya sekedar nama saja


Hari di KTP orang Indonesia banyak yang menyatakan agamanya Islam tetapi kelakuan dan
kehidupannya jauh dari yang dicontohkan Nabi SAW

2. Tidak tertinggal dari Al Qur’an hanya sekedar tulisannya saja


Hari ini berapa banyak mesjid yang ramai dari ukiran-ukiran kaligrafi Al Qur’an tetapi kosong
dari amal agama mesjidnya.

3. Tidak tertinggal dari mesjid melainkan hanya bangunan-bangunan megah saja


Hari ini orang berlomba-lomba membangun mesjid tetapi tidak memikirkan bagaimana
memakmurkannya, sehingga mesjidnya kosong dari jemaah.

Hari ini mesjid banyak dimana-mana tetapi kosong dari amal agama. Di Kordova, Spanyol,
Mesjid Kordova pernah menjadi pusat perkembangan Islam di dunia, namun kini telah menjadi
pusat pariwisata, bahkan didalamnya terdapat gereja. Ini asbab ditinggalkannya Dakwah
sehinggah fungsi mesjid telah hilang dan orang tidak ada lagi yang peduli dengan mesjid. Di
Indonesia saja ada ± 300.000 mesjid, dan di jakarta berapa banyak mejid mewah dan megah.
Namun berapa banyak mesjid yang 5 waktu orang ramai sholat berjamaah. Dan berapa banyak
yang sudah makmur hidup dengan Amalan mesjid Nabawi ? Hari ini orang ke mesjid bukan
bertambah keimanannya, tetapi malah makin rusak seperti dipakai untuk berbisnis,
membicarakan aib orang lain, dipakai sebagai sarana untuk politik, hujat menghujat orang lain.
Hari ini di Mesjid bukan terlihat suasana akherat tetapi malah suasana maksiat kepada Allah
seperti wanita yang memakai pakaian yang terlihat auratnya.

Padahal di jaman Nabi, ketika orang kafir masuk mesjid ke mesjid Nabi, setelah keluar telah bisa
menjadi orang beriman. Di zaman Nabi SAW setiap ada masalah bisa langsung ke mesjid, lalu
pulang-pulang masalah bisa terselesaikan dan hati bisa tenang. Beda kita hari ini, orang kafir ke
mesjid malah dipakai foto-foto untuk pariwisata, dan ketika orang Islam ke mesjid bukannya
hilang masalah malah tambah masalah, seperti ditagih sumbanganlah, musti berpihak pada
siapalah dan lain-lain. Mengapa hari ini kita lihat orang ke mesjid buat melaksanakan ibadah
tetapi ketika keluar dari mesjid masih terus bermaksiat dan tidak berhenti dari berbuat dosa.
Padahal Mesjid ini Allah perintahkan dibangun atas dasar Taqwa, Takut kepada Allah. Tetapi
mengapa ketaqwaan kita tidak bertambah ketika kita masuk ke mesjid. Ini dikarenakan mesjid
tersebut tidak mempunyai ruh. Apa itu ruh dari mesjid yaitu amal-amal agama, dan inilah yang
dibentuk oleh Nabi SAW dimesjid Nabawi yaitu membuat Amal Mesjid. Apa itu Amal Mesjid
Nabawi yaitu Dakwah, Taklim, Dzikir Ibadah, dan Khidmat. Sehingga orang yang tadinya kafir
masuk ke mesjid nabawi keluar-keluar sudah masuk Islam.
Ini dikarenakan di mesjid hidup amal-amal agama. Nabi SAW itu sendiri adalah Ketua Mesjid
pertama, Takmir Mejid Awallun, yang kerjanya memikirkan bagaimana Mesjid Nabawi ini dan
mesjid-mesjid kecil disekitarnya bisa makmur. Caranya adalah dengan mengirimkan rombongan
Dakwah dan menerima rombongan orang-orang yang mau belajar agama. Inilah fikir Nabi SAW,
bahkan ketika hijrah ke madinah yang Nabi SAW fikirkan pertama kali bukannya tempat tinggal
untuk dirinya, dimana keluarga dia tinggal, tetapi bagaimana mesjid dapat berdiri. Di sekitar
Madinah ini ada mesjid-mesjid kecil dimana Nabi SAW mengirim rombongan dakwah ke
mesjid-mesjid itu dan menerima rombongan atau perorangan dari mesjid-mesjid itu buat belajar
agama kepada beliau SAW.

Madinah sebelum Islam masuk merupakan kota yang tidak kalah Jahilnya dari Mekkah. Di
Madinah ketika islam belum masuk terdapat banyak sekali rumah-rumah perjudian, pelacuran,
bahkan orang-orangnya bisa dibilang Jahil dan Barbar. Namun asbab dihidupkannya Dakwah
dari Mesjid Madinah oleh Nabi SAW, ini seperti cahaya yang menerangi kegelapan. Jadi
bagaimana kita bisa menghilangkan kegelapan, maka perlu kita hadirkan amalan nuraniat, atau
amalan yang dapat menghadirkan nur cahaya dari Allah. Jika cahaya masuk kegelapan pasti
hilang. Sehingga lambat laun rumah-rumah yang mempunyai bendera putih atau lambang
kemaksiatan ketika itu perlahan-lahan lenyap dari kota madinah asbab dakwahnya Nabi SAW
dan para Sahabat RA.

Lalu penduduknya menjadi orang-orang yang Allah muliakan dan kotanya diberi gelar Al
Munawaroh yaitu tempat terpancarnya Cahaya atau Hidayah. Begitu juga kalau kita sering ke
mesjid, maka sepulangnya kita dari mesjid, kita akan menjadi sarana untuk menghantarkan nur
rahmat dan hidayah Allah kepada rumah-rumah kita. Mesjid ini adalah pusat turunnya rahmat
dan nur hidayah Allah. Jadi Mesjid ini adalah generatornya Nur Hidayah dan kita adalah
kendaraannya untuk menyebar Nur Hidayah tersebut. Jika generatornya mati, maka matilah
sarana penyebar rahmat dan hidayah.

Jadi mesjid ini adalah jantung dari suatu kota atau desa atau daerah. Jika mesjidnya baik dalam
artian hidup amal-amal agama seperti amal mesjid Nabawi, maka baiklah daerah itu. Tetapi jika
mesjidnya mati berarti matilah daerah itu, maksudnya daerahnya gersang amal dan banyak
permusuhan atau masalah. Mesjid yang hidup dengan amal agama dan ramai jemaahnya, maka
daerahnya akan makmur, seperti hidup sillaturhami, ukhwah yang baik, rukun, tentram, dan
damai. Setiap ada masalah maka dapat diselesaikan oleh jemaah mesjid itu. Tetapi daerah yang
mesjidnya mati dari amal agama dan sepi dari jemaah, maka daerahnya akan timbul banyak
masalah seperti permusuhan antar tetangga, ketidak pedulian sosial, kejahatan akan berkembang,
perjudian, permabukan, dan perzinaan akan tersebar di daerah itu. Dan ini adalah suatu
kenyataan yang terjadi dibanyak daerah. Jika yang haq tidak ditegakkan dan disebar, maka yang
bathil akan masuk dan tersebar. Jika tidak ada dakwah atas yang haq maka dakwah atas yang
bathil akan masuk.

Penting saat ini kita fikirkan bagaimana mesjid-mesjid yang ada ini dapat makmur dengan amal
agama. Allah perintahkan pada kita di dalam Al Qur’an untuk memakmurkan mesjid-mesjid
Allah bukan hanya satu tetapi setiap orang memakmurkan banyak mesjid. “Innama ya’muru
masajidallahu man amanna billahi wal yaumil akhir…” (9:17). Dari mesjid ini kebaikan akan
tersebar. Hidupkan dakwah dari mesjid maka nanti Allah akan perbaiki keadaan umat. Jika setiap
dari kita ini sungguh-sungguh dalam dakwah maka nanti Allah akan perbaiki amal-amal kita.
“Wahai orang-orang yang beriman takutlah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang
benar (qoulan sadida), niscaya Allah akan memperbaiki bagimu amal-amalmu dan mengampuni
bagimu dosa-dosamu…”(33 : 70-71). Apa itu perkataan yang benar atau Qoulan Sadida yaitu
mengajak orang kepada Allah. “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang
mengajak untuk taat kepada Allah (dakwah waman ahsanu qoulan mimman da’a Illallah)” (41 :
33).

Jadi kita ajak orang kepada Allah bukan kepada figur, kepada organisasi, kepada partai, kepada
harta benda, tetapi hanya kepada Allah. Sedangkan segala sesuatu selain Allah ini adalah dunia
atau mahluk. Hari ini orang saling ajak mengajak kepada golongannya, ini malah akan memecah
belah islam. Seperti firqoh-firqoh atau aliran-aliran yang ada, mereka mengajak orang kepada
golongannya masing-masing. Apa yang mereka lakukan adalah membenarkan firqoh mereka dan
menyalahkan yang lain sehingga terpecah belah semuanya. Jika ummat sudah terpecah belah
maka pertolongan Allah tidak akan turun, dan jika umat sudah saling menghujat maka jatuhlah
mereka dari pandangan Allah.

Pada hakekatnya, yang benar itu hanya Rasullullah SAW dan sahabatnya saja, itulah yang
seharusnya jadi acuan kita, bukan alirannya. Kalau ditanya siapa yang paling benar, jawab saja
yang paling benar itu adalah Nabi SAW dan sahabat RA, cukup itu saja. Kita ikuti saja Nabi
SAW dan para Sahabat RA, yaitu mereka yang sudah jelas-jelas ada jaminannya dari Allah.
Bukan aliran kita, atau aliran saya, atau guru saya, atau pendapat saya yang bener, tetapi yang
bener itu hanya Nabi SAW dan para sahabatnya.

Pernah dalam suatu riwayat tentang 2 pimpinan Islam terbesar di Indonesia yaitu Buya Hamka
dari Muhammadiyah dan KH. Idham Khalid dari Nahdlatul Ulama pergi Haji bersama. Ketika
sholat subuh hari pertama maka KH Idham Khalid memimpin sholat subuh berjamaah sebagai
Imam. Ketika itu KH Idham Khalid menyadari dibelakangnya ada Buya Hamka dari
Muhammadiyah yang menganut faham sholat subuh tanpa Qunut. Walaupun KH Idham Khalid
adalah dari NU yang menganut Qunut ketika subuh, tetapi ketika itu malah melakukan sholat
subuh tanpa Qunut seperti Muhammadiyah. Hari esoknya, ketika Buya Hamka menjadi Imam
Subuh, beliau menyadari dibelakangnya ada KH Idham Khalid dari NU yang memakai Qunut
ketika subuh, maka ketika itu beliau memilih melakukan Subuh tidak seperti biasanya ala
muhammadiyah tetapi ala NU yaitu dengan menggunakan Qunut. Inilah toleransi dan akhlaq
yang baik yang dicontohkan oleh 2 ulama besar dalam menghadapi perbedaan. Bukannya kita
malah saling menyalahkan atau saling menghujat dengan keyakinan, “saya yang paling benar”.

Kebenaran itu pada hakekatnya hanya Allah yang tau, dan siapa yang paling benar yaitu Nabi
SAW dan para sahabatnya RA. Selama dia mengakui Allah dan Rasulnya maka mereka saudara
kita. Jangan kita pernah merasa menjadi yang paling baik dan paling benar karena ini sifatnya
setan. Posisikan diri kita sebagai orang yang ingin menambah ilmunya, dengan demikian kita
akan siap menerima perbedaan. Inilah maksud dari hadits Nabi SAW bahwa perbedaan diantara
umatku ini adalah Rahmat. Sedangkan yang bukan rahmat dan mendatangkan Laknat adalah jika
perbedaan menjadi perpecahan dan permusuhan.
Jangan mau kita diadu domba dan di iming-imingi kekuasaan apalagi membawa umat kepada
partai politik yang saling berebut kekuasaan. Dalam mahfum hadits dikatakan “Apabila umatku
sudah mengagungkan dunia maka hancurlah kehebatan islam, jika umatku sudah meninggalkan
amar ma’ruf nahi mungkar maka hilanglah darinya keberkahan wahyu, dan apabila umatku
saling menghujat (bermusuhan) maka jatuhlah dia dari pandangan Allah.” Inilah yang akan
terjadi jika kita umat islam sudah mengagungkan dunia, meninggalkan dakwah, dan saling
menjatuhkan. Kita hari ini setiap orang pingin duduk di kekuasaan, saling menjatuhkan, dan
saling memperebutkan kedudukan. Padahal dahulu antara Abu Bakar RA dan Umar RA saling
sodor menyodorkan kekuasaan dan saling memuji kelebihan masing-masing ketika di tawari
kekuasaan. Ali RA ketika hendak diangkat menjadi khalifah harus dipaksa-paksa dulu, baru
dengan terpaksa menerima Amanah tersebut. Itupun dengan rasa khawatir dan takut kepada
Allah yang sangat tinggi, takut dia salah dalam menjalankan amanah Allah sebagai khalifah.

Inilah yang dilakukan sahabat dalam perkara kekuasaan bukan seperti kita malah diperebutkan
dan saling menjatuhkan. Hari ini orang sukanya menyalahkan pemimpin yang buruk padahal
menurut mahfum hadits pemimpin yang buruk datang asbab bangsa atau umat yang buruk juga.
Mengapa umat atau bangsa menjadi buruk keadaan dan moralnya, ini tolak ukurnya adalah
kondisi agamanya. Seperti kalau sekumpulan pemabuk berkumpul untuk memilih pemimpin,
maka yang akan terpilih pasti modelnya dari kalangan pemabuk-pemabuk juga. Jika suatu umat
durhaka kepada Allah atau buruk agamanya maka Allah akan angkat dari mereka pemimpin
yang buruk juga. Beda dengan musyawarah di mesjid yang diadakan oleh orang-orang yang taat
dan sholeh. Maka yang terpilih sesuai dengan keadaan umatnya di mesjid itu yaitu mereka akan
terpilih dari orang-orang yang taat dan sholeh juga. Hari ini kalau kita mau mendapat pemimpin
yang baik maka kita mulai dari menggarap umat terlebih dahulu. Dari umat yang baik maka akan
keluar pemimpin yang baik. Caranya bagaimana yaitu dengan hidupkan dakwah, sebarkan yang
haq. Jika yang haq sudah masuk berarti yang bathil pasti lenyap.

Jangan kita menjadi orang-orang yang merusak, karena Nabi SAW tidak pernah mencontohkan
kepada kita untuk merusak walaupun itu dalam keadaan berperang. Tidak pernah nabi SAW
dalam keadaan berperang merusak tempat-tampat peribadatan atau gereja, rumah penduduk, atau
mengganggu wanita, orang tua, dan anak kecil. Di Madinah pun ketika hijrah tidak pernah nabi
SAW memerintahkan sahabat untuk menghancurkan tempat-tempat maksiat seperti rumah
pelacuran, rumah perjudian, tetapi hidupkan dakwah dan libatkan umat dalam pergerakan
Agama. Nanti Allah perbaiki keadaan yang rusak menjadi keadaan yang baldatun, thoyibatun,
warrabbun ghaffur (damai, aman, dan sejahtera). Asbab hidupnya dakwah di madinah tempat
maksiatpun hilang dan madinah menjadi tempat terpancarnya agama dan kebaikan. Dari segi
ekonomi, hubungan sosial, kesejahteraan, semuanya mengalami peningkatan asbab wujudnya
agama melalui dakwahnya para sahabat RA. Hanya dengan agama semua masalah yang ada
dapat terselesaikan dan terpecahkan. Begitu juga dengan bangsa ini yang ditimpa banyak
masalah, jika kita masih juga tidak mau menggunakan agama sebagai solusi maka masalah kita
tidak akan pernah selesai.

Hari ini orang-orang bisanya hanya menyalahkan orang-orang yang terlibat dalam Usaha
Dakwah wa Tabligh. Orang bilang banyak orang yang ikut dakwah wa tabligh ini bisa jatuh
miskin dan ada yang bangkrut. Disini mereka malah menyalahkan kegiatan dakwah wa Tabligh
ini sebagai asbab kesulitan dan masalah. Padahal jika diambil statistik orang-orang yang
bangkrut, berapa banyak orang bangkrut di data statistik itu, lalu ada tidak mereka terlibat dalam
dakwah. Kenyataannya kebanyakan orang bangkrut bukan karena dakwah tetapi karena
kebodohannya sendiri. Ada istri jadi sakit gara-gara suaminya menjadi da’i, padahal sekarang
berapa banyak istri-istri orang dirumah sakit yang tergeletak disana, apakah suami mereka
karkun atau da’i. Jadi tidak ada hubungan antara kerja agama dengan masalah kita. Kita dapat
masalah karena meninggalkan kerja agama bukannya karena ada dalam kerja agama.

Ciri-ciri orang yang mengamalkan agama dengan benar adalah mereka yang Taqwanya kepada
Allah meningkat dan Akhlaqnya menjadi baik. Apa ciri-ciri orang yang rasa takutnya,
Taqwanya, kepada Allah meningkat yaitu mereka yang Amalnya bertambah atau meningkat. Jadi
orang yang belajar agama tetapi akhlaqnya makin buruk dan amalnya tidak ada peningkatan
maka apa yang dipelajarinya ini perlu dipertanyakan. Nabi itu dibenci bukan karena akhlaqnya
tetapi apa yang didakwahkan oleh Nabi SAW. Hari ini kita dibenci bukan karena apa yang kita
dakwahkan tetapi karena akhlaq kita. Begitu juga sahabat mengaji, belajar, dengan Nabi SAW,
setiap pulang pengajian pasti ada peningkatan dalam amal. Ini dikarenakan setiap mereka belajar
satu ilmu, langsung diamalkan dan disampaikan kepada yang lain.

Ciri-ciri orang bertaqwa yang lainnya adalah ketika dalam belajar selalu menanyakan apa amal
yang terbaik atau amal yang dicintai Allah. Sahabat itu kalau bertanya kepada Nabi SAW selalu
minta yang terbaik atau yang terhebat, atau yang tertinggi nilainya disisi Allah. Sahabat selalu
ingin menjadi yang terbaik, the best one. Beda dengan kita, malah suka nanya mana amal yang
termudah, mana amal yang paling ringan, mana amal yang paling gampang, selalu ingin yang
mudah dan yang rendah nilainya. Ini dikarenakan kita ingin nafsu kita terpenuhi sehingga kita
melalaikan amal yang terbaik dan memilih amal yang rendah, sekedar menggugurkan kewajiban
saja.

Hari ini banyak kegiatan yang ingin memberikan contoh yang baik tetapi masalahnya perkara
yang baik ini belum tentu bener. Seperti di TV ada seorang ustadz yang dengan bangga
menganjurkan pemirsanya untuk sholat berjamaah dengan istri dan anaknya dirumah.
Masalahnya cara seperti ini ikut nabi yang mana ? Rasullullah SAW tidak pernah mencontohkan
kepada kita untuk sholat wajib berjamaah bersama anak dan istri dirumah. Nabi SAW bahkan
dalam keadaan sakitpun minta dipapah untuk menghadiri sholat berjamaah ke mesjid menjelang
beliau wafat. Buya Hamka pernah berkata jika kalian ingin melihat orang islam maka lihatlah
ketika hari Raya Idul Fitri, itulah orang Islam. Tetapi jika mau melihat orang beriman maka
datanglah ke mesjid ketika sholat subuh, itulah yang namanya orang beriman. Untuk perkara ini
penting kita buat usaha atas Iman.

Bayan Ust Abdurrahman Lubis


Jumindar Penanggung Jawab Bekasi

Posted in BayanTagged usaha atas imanTinggalkan komentar

Bayan Usaha Dakwah Usaha Nubuwah


Posted on 27/06/2015
Usaha Nubuwah adalah suatu usaha atas hati-hati manusia untuk dapat kenal kepada Allah dan
mau taat kepada seluruh perintah Allah. Usaha nubuwah ini adalah Kerja Dakwah dan Tabligh
yang dilakukan oleh para Anbiya AS dan Rasullullah SAW.

Dalam gerakan ini usaha nubuwah ini merupakan sarana tarbiyat atau pendidikan ummat untuk
mencapai kesempurnaan agama dalam diri mereka dan dalam diri manusia di seluruh alam
sehingga mereka siap untuk melanjutkan risalat kenabian. Hasil yang dicari dari sarana tarbiyat
ini adalah Tazkiyatun Nafs (Perbaikan Nafsu atau Sifat) dan Tazkiyatun Iman (Perbaikan Iman).
Melalui sarana tarbiyat ini manusia akan terdidik untuk mendapatkan sifat-sifat kenabian dan
sifat-sifat para sahabat Nabi SAW.

Mengapa kita memerlukan latihan ini ? Hewan bila di tarbiyah (dilatih / dididik) maka akan
memberikan banyak manfaat kepada manusia, tetapi bila dibiarkan saja maka akan menjadi liar
hingga mendatangkan banyak masalah dan kerugian bagi manusia. Seperti kerbau akan
bermanfaat jika didik dalam menggarap sawah, jika kerbau tidak di didik maka kerbau ini akan
menjadi liar yang merusak sawah petani. Begitu juga dengan kuda yang menjadi kendaraan,
gajah yang buat angkutan, anjing yang untuk melacak, dan kera yang buat memetik buah,
semuanya perlu pelatihan atau tarbiyah untuk bisa mendatangkan manfaat. Namun jika kuda,
gajah, anjing dan kera tersebut tidak di latih, maka mereka dapat menjadi binatang perusak.
Begitu juga dengan manusia apabila ditarbiyah atau dididik melalui napak tilas kehidupan dan
perjuangan Nabi SAW dan Sahabatnya maka akan terbentuk pada diri mereka sifat-sifat
kenabian dan qualitas para sahabat RA. Qualitas tersebut seperti keyakinan yang benar, akhlaq
yang baik, ketaqwaan yang tinggi, dan ksih sayang terhadap ummat. Tetapi bila dibiarkan begitu
saja tanpa latihan yang benar maka yang lahir adalah sifat-sifat yang liar seperti binatang perusak
tadi. Sehingga mereka bisa menjadi manusia yang hina bahkan lebih hina dari binatang.
Walaupun dia suka membaca buku agama yang banyak, jika tidak ada latihan / didikan yang
benar tetap saja manusia ini mempunyai kecenderungan menjadi liar. Ini dikarenakan Sifat dan
Keimanan ini akan datang melalui mujahaddah.

Mujahaddah itu adalah segala bentuk kesusahan, kesulitan, pengorbanan, yang dilewati demi
agama bukan melalui bacaan. Seperti seorang petinju jika dia ingin menjadi petinju namun dia
tidak melatih diri, hanya dengan membaca buku cara bertinju saja, maka ketika ada pertandingan
ternyata hasilnya berbeda dari yang diharapkan. Di buku mungkin dia bisa tahu definisi hook dan
cara bertinju lainnya namun karena tidak ada latihan, ternyata sekali pukul sudah jatuh, langsung
KO. Jadi untuk bisa jadi seorang petinju ini perlu ada latihan dan mujahaddah dalam berlatih
agar bisa menjadi kebiaasaan. Sehingga nanti ketika datang pertandingan tinju dia sudah siap dan
sudah terbiasa dengan keadaan yang akan dihadapinya. Begitu juga sholat, jika kita tidak ada
latihan, mujahaddah membiasakan diri, pergi ke mesjid untuk sholat berjamaah tepat pada
waktunya, walaupun kita banyak baca buku agama, kita akan terasa berat untuk ke mesjid.
Seperti waktu subuh jika kita tidak ada latihan atau kurang latihan sholat subuh berjamaah di
mesjid maka ketika adzan datang kita lansung KO, tidak bisa bangun dari tidur untuk pergi
sholat. Ini karena kita belum terbiasa untuk datang ke mesjid untuk sholat berjamaah. Untuk
menjadikan sholat ke mesjid menjadi kebiasaan kita, maka ini diperlukan latihan agar terbiasa.
Jika kita sudah biasa melatih diri, bermujahaddah membiasakan diri sholat lima waktu ke mesjid
maka Insya Allah, ke mesjid untuk sholat berjamaah pada waktunya bukan hal yang sulit seperti
sebelumnya. Inilah pentingnya latihan dan mujahaddah dalam agama. Melalui Mujahaddah ini
akan lahir pengalaman Iman yang akan membentuk sifat seseorang menjadi seperti sifat nabi-
nabi AS dan para sahabat RA. Inilah yang diajarkan Nabi SAW kepada sahabat, bukan membaca
buku tetapi melalui latihan, pengamalan, dan pengorbanan.

Konsep Usaha Nubuwah

Methode yang di ambil dalam sistem nubuwah ini adalah dengan mengunakan konsep
pemanfaatan waktu untuk mengamalkan agama. Jadi yang ditekankan dalam kegiatan ini adalah
pemanfaatan waktu. Hari ini banyak orang yang bilang bahwa dunia dan akherat harus seimbang.
Jika benar berarti 50% dari 24 jam harus kita gunakan untuk agama yaitu 12 jam dan 50% lagi
untuk dunia yaitu 12 jam. Jika tidur kita sudah 8 jam berarti waktu dunia kita cuman 4 jam. Hari
ini siapa yang mampu melakukannya. Jika kita tidur 8 jam sehari berarti itu adalah 1/3 hidup kita
sudah terpakai hanya untuk tidur. Jika kita berumur 60 tahun berarti 20 tahun dari umur kita
sudah kita pakai hanya untuk tidur. Sekarang bagaimana kita mensiasati sisanya yang 40 tahun
untuk mempersiapkan bekal di akherat tanpa harus melupakan dunia.

Mahfum Hadits, Nabi SAW bersabda :

“wahai sahabat-sahabatku jika Allah beri 10 perintah kepada kalian, lalu kalian melanggar 1
perintahnya, maka ini sudah bisa menjadi asbab kalian masuk ke dalam Neraka Allah. Namun
nanti ada umatku sesudah kalian, Allah beri mereka 10 perintah namun 1 perintah saja mereka
laksanakan sudah dapat menjadi asbab mereka masuk ke dalam SurgaNya Allah Ta’ala.”

(Al Hadits)

Sahabat dari 10 perintah Allah, satu saja mereka langgar maka sudah dapat menjadi asbab
mereka masuk kedalam neraka. Namun, umat sesudah sahabat di akhir zaman ini kata Nabi
SAW dalam mahfum hadits ini, satu perintah saja yang mereka laksanakan dari 10 perintah yang
Allah kasih, sudah dapat menjadi asbab mereka masuk kedalam SurgaNya Allah Ta’ala. Atas
dasar ini, yang di dapat dari hadits tersebut adalah 1 perintah dari 10 perintah berarti 1/10 nya.
Bilangan ini digunakan sebagai tertib waktu untuk mempermudah kita mengamalkan agama
secara sempurna melalui tahapan-tahapan. Tertib ini merupakan hasil dari Ijtihad para Ulama,
sebagai cara atau methode untuk mempermudah manusia dalam beramal dan menjalankan usaha
nubuwah atau usaha atas Iman. Atas perkara inilah Ulama membuat tertib atau tahapan untuk
mempermudah manusia mewujudkan kesempurnaan agama dalam diri mereka dan diri umat
seluruh alam.

Syekh Ibnu Atha’illah Rah.A berkata :

“Jika Allah cinta pada seorang hambanya maka Allah akan sibukkan dia setiap waktu dalam
amal-amal Agama. Seluruh waktunya sibuk dengan perkara yang Allah cintai yaitu amal-amal
Agama.”

Tahapan itu adalah dengan mensedekahkan waktu kita untuk agama :


1. Minimal memberikan 1/10 waktunya untuk agama dengan patokan umur ± 60 – 70 : 2.5 jam
tiap hari, 3 hari tiap bulan, 40 hari tiap tahun, minimal 4 bulan seumur hidup. ( Tertib Minimum
= Tertib Sedekah : 1/10 penghasilan kita = 1/10 waktu kita ) : Ijtihad Ulama

2. Memberikan 1/ 3 hidupnya untuk agama : 8 jam tiap hari, 10 hari tiap bulan, 4 bulan tiap
tahunnya. ( Tertib Umar Al Faroukh RA. ) : Umar RA pernah menanyakan pada istri-istri
prajurit islam batas kesiapan mereka untuk ditinggal pergi oleh suaminya ketika fissabillillah
yaitu 4 bulan. Sehingga Shift prajurit yang berperang diputar setiap 4 bulan.

3. Memberikan seluruh waktunya untuk Agama : Tidak ada Nishab lagi yang ada hanya kesiapan
mengambil takaza kapan saja diperlukan. ( Tertib Abu Bakar R.A ) : Dalam suatu riwayat ketika
datang takaza menyumbangkan harta untuk Fissabillillah, saat itu, Utsman RA memberikan 1/3
hartanya untuk agama, Umar menyumbangkan 1/2 untuk agama, sedangkan Abu Bakar RA
menyumbangkan seluruh harta dan waktunya untuk agama. Inilah menurut sebagian ulama level
keimanan yang paling tinggi setelah kenabian yaitu tahapan shidiqqien.

Hari ini kehidupan kita sudah jauh daripada kehidupan yang dicontohkan oleh para sahabat RA,
bukan dari keduniaannya, tetapi dari segi amal-amal agama yang mereka kerjakan. Ini
disebabkan karena kehidupan kita dari segi pengorbanan untuk agama sudah sangat jauh
tertinggal dari kehidupan sahabat yang penuh dengan pengorbanan untuk agama. Dan Latihan
yang dilakukan sahabat juga sudah kita tinggalkan hari ini. Latihan seperti apa yang telah kita
tinggalkan ? yaitu latihan melawan hawa nafsu, meninggalkan harta, anak, istri, perdagangan,
demi agama. Dengan tahapan ini tujuannya adalah bagaimana kehidupan dan pengorbanan kita
dapat ditingkatkan sehingga tidak tertinggal jauh daripada pengorbanan para sahabat RA. Asbab
pengorbanan inilah Allah telah ridho pada mereka dan pertolongan Allah selalu bersama mereka
dimanapun mereka berada. Melalui usaha nubuwah ini bagaimana pengorbanan dan kehidupan
kita dapat mencapai tingkat pengorbanan dan tingkat derajat kehidupan para Sahabat RA. Ketika
tahapan Iman sudah sampai kepada tingkatan keimanan para Sahabat RA, maka kefahamanpun
akan Allah berikan pula kepada kita dan keluarga kita. Allah telah berikan kefahaman bukan
hanya kepada para sahabat tetapi juga kepada anak, istri, dan keluarga mereka asbab
pengorbanan mereka. Sebagaimana anak-anaknya Abu Bakar RA, Aisyah R.ha dan Asma R.ha,
yang menghibur kakeknya yang marah kepada ayah mereka, karena pergi dijalan Allah tetapi
tidak meninggalkan bekal untuk keluarganya. Apa yang dilakukan anak-anak Abu Bakar RA,
yaitu Aisyah R.ha dan Asma R.ha, ketika itu ? yaitu mereka tidak mengadu pada kakeknya atau
mengeluh mengenai sikap ayahnya tersebut, tetapi mereka justru memikirkan jalan keluar untuk
ayah mereka agar kakek mereka tidak berprasangka buruk pada anaknya yaitu Abu Bakar RA.
Ketika itu mereka menggiring tangan kakeknya ke lemari yang tergeletak disana batu batuan
dengan mengatakan bahwa itu emas yang disentuh tangan kakeknya yang ditinggalkan ayahnya
sebagai bekal untuk keluarga mereka. Ayah Abu Bakar RA yang buta itupun akhirnya merasa
tenang setelah cucunya mengatakan demikian. Inilah kelebihan yang Allah berikan kepada
keluarga yang mau mengorbankan seluruh waktu dan hartanya untuk agama yaitu rasa cukup dan
kefahaman atas agama.

Nabi SAW di hina, di caci, di timpuki, menderita karena agama tetapi mengapa pertolongan
Allah tidak turun kepada Nabi SAW ketika itu di mekkah. Padahal Nabi SAW adalah mahluk
yang paling Allah cintai. Ini karena Allah hendak meletakkan standard pengorbanan bagi Umat
ini terutama kepada para sahabat ketika itu. Ketika Nabi SAW bersedih atas cobaan yang dia
hadapi dan kesusahan yang maha dahsyat, Allah menghibur beliau SAW dengan kisah-kisah
perjuangan, pengorbanan, dan kesusahan Nabi-Nabi dan Ummat-ummat terdahulu dalam
membawa agama. Ketika pengorbanan dan keimanan sampai kepada level yang Allah mau,
maka ketika itu baru Nusroh Ghaibiyah ( Pertolongan Allah ) akan nampak, seperti yang terjadi
pada perang Badr. Allah kirimkan tentara malaikat di perang Badr sehingga pasukan sahabat
yang jumlahnya 300 orang tanpa perlengkapan perang yang lengkap mampu mengalahkan
musuh yang jumlahnya 3 kali lipat yaitu ± 1000 orang dengan persenjataan yang lengkap.
Maiyatullah (Kebersamaan dengan Allah) akan bersama orang-orang yang siap bermujahaddah
membantu agama Allah. Bagaimana kita mendzohirkan Qudratullah dalam kehidupan kita ?
Masyaikh berkata caranya adalah dengan menafikan ( menolak ) logika dan penglihatan kita, dan
membenarkan perintah Allah dalam segala keadaan. Kita jangan terkesan dengan keadaan-
keadaan, jangan terkesan dengan apa yang kita miliki dan apa yang tidak kita miliki atau, tetapi
kesankan diri kita hanya pada Janji Allah dan hanya membenarkan perintahNya dalam segala
keadaan. Baru ketika itu pertolongan Allah akan nampak. Terus tingkatkan pengorbanan, karena
pertolongan Allah akan datang jika pengorbanan kita untuk agama bertambah.

Syeikh Meiji Mehrab Rah.A dari India berkata :

“Iman akan naik jika ada usaha atas Iman, Iman akan turun jika usaha atas Iman menurun, Iman
akan istiqomah jika usaha atas Iman juga Istiqomah.”

Kini kebendaan naik dan meningkat karena adanya usaha atas kebendaan yang terus meningkat.
Jika Iman manusia ini tidak di usahakan maka demand atau permintaan atau keinginan manusia
atas hidayah atau Iman akan berkurang. Tetapi jika ada usaha atas Iman maka deman atau
permintaan atau keinginan manusia akan hidayah akan bertambah.

Maulana Saad, Masyeikh India, berkata Iman manusia ada tiga tingkatan :

1. Iman Kuat : Dia Tau, Dia Taat, dan Dia Ridha pada seluruh Perintah Allah.

2. Iman Lemah : Dia Tau Perintah Allah tetapi tidak ada usaha atas Ketaatan

3. Iman Keluar : Dia Tau Perintah Allah tetapi dia menghindar demi kepentingan dunia
Mudzakaroh Pengorbanan Nabi SAW dan Sahabat RA

Hubungan kita dengan Allah Ta’ala hanya dapat dilakukan dalam Agama. Agama adalah hal-hal
yang di inginkan Allah Ta’ala pada diri manusia dalam setiap waktu, tempat, dan keadaan.
Dengan Dakwah maka kita dapat mewujudkan Agama dalam diri kita. Target dari dakwah
adalah membuat sifat dan membentuk Iman dalam diri kita. Sebagaimana sahabat mendapat sifat
dan Iman melalui dakwah yang penuh pengorbanan, sehingga Iman dan sifat Mereka terbentuk
sesuai dengan yang Allah Ta’ala inginkan. 13 tahun sahabat berdakwah atas perkara Iman saja,
sebelum syariat diturunkan. Pengorbanan yang mereka lakukan membuat Iman mereka menjadi
kuat. Sehingga setiap perintah yang turun dapat dengan mudah dilaksanakan oleh sahabat.
Para sahabat disiksa hanya untuk mempertahankan Iman. Bilal RA dipanggang dan ditiban batu
yang melebihi bobot badannya ditengah terik panas matahari namun Imannya tidak goyang.
Kabab RA dipanggang punggungnya di atas bara namun Imannya tidak goyah. Ammar RA
disiksa dengan ayah ibunya dipasir yang panas sehingga orang tuanya Syahid. Namun demi yang
namanya Iman mereka bersabar atas penderitaan. Inilah kesabaran para Sahabat dalam
memperjuangkan Agama.

Begitu pula penderitaan yang dialami Nabi SAW semenjak kecil. Ketika lahir ayahnya telah
tiada. Rasulullah SAW hanya merasakan kasih sayang seorang ibu dalam 2 bulan saja. Baru
merasakan sedikit kebahagiaan dengan kakeknya, Rasulullah SAW harus bersabar melihat
kakeknya meninggal hanya dalam waktu kurang dari setahiun. Tarbiyah demi tarbiyah Allah
berikan kepada Nabi SAW supaya siap menerima tanggung jawab kenabian. Tarbiyah yang
Allah berikan kepada Nabi SAW ini telah membentuk sifat dalam diri Nabi SAW.

Setelah ayat pertama turun yaitu ayat Iqro : “Bacalah”, Nabi SAW dituntut untuk membaca
keadaan ummat. Namun karena takutnya menerima wahyu pertama kali, untuk beberapa saat
Nabi berusaha menenangkan diri. Lalu turunlah perintah “Ya hayyuhal Mudatsir Kum Fa Anzir
Farabbaka Fakabbir.” Artinya : “Wahai orang yang berselimut bangunlah dan besarkanlah nama
tuhanmu.” Inilah awal dari perintah Allah SWT kepada Nabi SAW untuk memulai dakwah. Jadi
kita berdakwah bukan karena nafsu kita tetapi ini karena perintah Allah sebagaimana yang Allah
perintahkan kepada Nabi SAW. Setelah turun ayat ini, Nabi SAW berkata kepada istrinya,
“Mulai hari ini tidak ada waktu untuk istirahat lagi.” Semenjak itu Nabi SAW tidak pernah
berhenti dari kerja dakwah. Pergi pagi baju bersih pulang petang baju sudah kotor. Pernah suatu
hari Nabi SAW asbab keletihan dari menyampaikan agama pada orang, beliau hendak
beristirahat sebentar. Namun belum sempat tertidur turunlah ayat : “Ya Ayyuhal Muzammil
Kumillaila illa qollila…” Ketika itu Nabi SAW diperintahkan untuk bangun malam menghadap
Allah, mendirikan ibadah malam, sehingga hilanglah waktu untuk istirahat beliau SAW. Inilah
kerja Nabi SAW yang tidak mengenal waktu dan lelah. Cobaan dan kepayahan dilewati oleh
Nabi SAW, sampai-sampai Nabi SAW berkata mahfum : “Tidak ada satu manusiapun yang
penderitaannya melebihi aku”. Pernah Nabi SAW membawa Siti Fatimah ke Masjidil Haram,
ketika dalam keadaan sujud Nabi SAW badannya di lempari kotoran onta oleh orang kafir
Quraish, sehingga membuat Siti Fatimah yang masih kecil menangis melihat keadaan ayahnya.
Melihat kotoran yang menempel pada badan ayahnya, Siti Fatimah sambil menangis berusaha
membersihkan kotoran onta tersebut dari ayahnya. Ketika beliau berdakwah, orang-orang yang
memberikan beliau gelar Al-Amin, berbalik menghina beliau dengan panggilan Al Majnun (
orang gila ). Kehidupan beliau diboikot sehingga beliau berhari-hari dengan istrinya tidak makan
apapun selain biji korma dan air putih. Selama 3 bulan dapur nabi SAW tidak mengeluarkan
asap, tidak ada masakan atau makanan.

Belum lagi ketika beliau ke Thaif dengan penuh harapan penduduk Thaif mau memeluk Islam,
ternyata yang diterimanya adalah siksaan. Rasululllah SAW dihina dan dilemparkan batu,
sampai keluar kotapun masih dihajar. Darah segar Rasullullah SAW mengalir dari kepala beliau
SAW banyak sekali. Disinilah Rasulullah SAW berdoa yang doanya menggetarkan hati seluruh
penduduk langit. Ketika itu seluruh penduduk langit murka dan Allah Ta’ala telah
memerintahkan malaikat untuk siap menerima perintah apapun dari Nabi SAW jika Nabi SAW
berkeinginan menghancurkan Thaif. Tetapi apa yang dikatakan Nabi SAW menjawab kesediaan
para malaikat tersebut yaitu Nabi SAW berdoa yang bunyinya : “Ya Allah bukan ini yang aku
mau, aku berdoa karena kelemahanku dalam berdakwah, karena ketidak mampuanku dalam
menyampaikan “. Lalu Nabi SAW malah mendoakan kebaikan untuk para penduduk Thaif agar
suatu saat nanti mereka mau memeluk Islam. Inilah yang dilakukan Nabi SAW yaitu membalas
keburukan dengan kebaikan. Inilah kesabaran Rasullullah SAW dalam menghadapi cobaan.
Ketika semua malaikat telah siap untuk menghancurkan Thaif yang telah menyiksa beliau, tetapi
beliau malah mendoakan kebaikan buat mereka yang telah menyiksa beliau SAW. Namun
cobaan dan ujian kepada Nabi SAW tidak hanya berhenti sampa di Thaif saja, masih banyak lagi
cobaan dan penderitaan yang harus dilewati Nabi SAW. Di saat penting-pentingnya Dakwah
Rasulullah SAW di Mekkah berturut-turut Rasulullah SAW harus kehilangan 2 orang yang
dicintai dan mendukungnya dalam berdakwah yaitu istrinya, Khadijah R.ha, yang selalu
menghiburnya ketika sedih dan pamannya Abu Thalib yang selalu membelanya dari siksaan
orang kafir Quraisy. Cobaan demi cobaan, kesusahan demi kesusahan, terus di alami Nabi SAW
hingga akhir hayatnya. Menjelang ajalnya Nabi SAW barulah bisa berkata, “Tidak akan ada lagi
kesusahan setelah hari ini.”

Sahabat RA ini mencintai Nabi SAW melebihi cinta mereka pada keluarganya, pada orang
tuanya, bahkan melebihi kecintaan mereka pada dirinya sendiri. Sahabat untuk bersabar ketika
harus meninggalkan anak, istri dan mendapat berbagai macam siksaan, ini mudah saja bagi
mereka. Tetapi Tidaklah mudah bagi sahabat menahan kesabaran ketika mereka melihat
Rasulullah SAW dihina dan disiksa. Ini karena mereka. sahabat dahulu adalah seorang yang
pemberani dan pendekar-pendekar perang. Ketika Hamzah RA mendengar Rasulullah SAW
ditimpuki kotoran oleh Abu Jahal, beliau RA langsung menyampiri Abu Jahal dan memukulnya
hingga jatuh dan berdarah, didepan para petinggi quraisy pada waktu itu. Padahal waktu itu
Rasulullah SAW tidak pernah menyuruh mereka mambalas atau menyatakan perang kepada
orang kafir Quraish atas perlakuan mereka. Justru beliau malah menyuruh mereka, para sahabat
RA, untuk bersabar atas orang kafir quraisy. Para sahabat rela bersabar diatas segala penderitaan
demi Agama Allah. Mereka disiksa, keluarga mereka dibunuh, dihina dan dicaci maki, tetapi apa
yang nabi anjurkan kepada mereka, yaitu bersabar, bukan membalas dengan nafsu dan dendam.

Allah Ta’ala menguji kesabaran para sahabat ketika susah dan sempit yaitu ketika di Mekkah,
dan Allah Ta’ala menguji mereka ketika senang dan lapang ketika di Madinah. Ketika perjanjian
Hudaiybiyah, para sahabat RA ditest kehormatannya oleh Allah Ta’ala. Sejauh mana mereka
siap mengorbankan kehormatan mereka untuk Agama. Ketika perjanjian Hudaibiyah, saat itu
para sahabat RA sudah dalam posisi siap tempur, dan keuntungan keadaan berpihak pada sahabat
RA ketika itu. Namun apa yang terjadi disaat sahabat sudah merasa ini waktunya bagi mereka
untuk membalas semua kekejaman kaum Quraish kepada mereka dan keluarga mereka. Justru
keadaan yang menguntungkan itu ditolak mentah-mentah oleh Rasulullah SAW. Bahkan
Rasullullah SAW menerima tawaran kafir quraisy yang tidak seimbang dan merugikan posisi
mereka pada waktu itu. Secara logika apa yang diputuskan oleh Nabi SAW tidak dapat diterima
oleh akal dan nalar para sahabat RA ketika itu. Hal ni membuat harga diri para sahabat ketika itu
tercabik-cabik. Namun karena ini sudah menjadi keputusan Rasulullah SAW, maka mereka
harus taat. Inilah kesabaran sahabat ketika mereka telah telah diujung kesabaran mereka untuk
menggempur kafir quraisy, mereka masih tetap taat kepada Nabi SAW. Tetapi kejadian ini
diabadikan oleh Allah Ta’ala dalam Al-Quran sebagai kemenangan umat Islam, walaupun para
sahabat mengalami kekecewaan.
Bagaimana diceritakan ketika penaklukan kota Mekkah, orang kafir quraisy ketakutan melihat
kekuatan umat Islam ketika itu. Abu Sofyan, Jendral orang quraisy yang ikut diberbagai
pertempuran melawan umat Islam, Hindun yang memakan hati paman Nabi, semua orang yang
pernah menyiksa sahabat orang yang sama ketika itu sangat ketakutan. Namun apa yang terjadi,
ketika Nabi berbicara di depan ka’bah kepada orang kafir Quraish, ”Tahukah kalian apa yang
akan aku lakukan kepada kalian?” mereka menjawab dengan ketakutan, “tidak ya Rasulullah”
Rasulullah SAW bersabda, “Aku akan membebaskan kalian sebagaimana saudaraku Yusuf AS
membebaskan saudara-saudaranya.” Inilah yang dilakukan Rasulullah SAW kepada orang yang
sama yang telah menyiksa beliau SAW dan para sahabatnya.

Inilah kesabaran yang harus dipunyai seorang beriman. Sedangkan hari ini kita sudah merasa
kehilangan kesabaran terhadap saudara sendiri, keluarga sendiri, teman sendiri, terhadap
lingkungan sendiri. Bagaimana kita bisa menjadi seperti mereka, Nabi dan para Sahabat RA, jika
kita tidak mempunyai kesabaran seperti yang mereka miliki. Para sahabat juga dihina ketika
sedang berdakwah, tetapi mereka bisa bersabar diri. Keadaan kita dibandingkan para sahabat
sangatlah jauh berbeda. Karena pengorbanan yang mereka lakukan dalam berdakwah berbeda
dengan kita, sehingga tingkat kesabaran yang kita punya juga berbeda dengan mereka. Asbab
kesabaran dan pengorbanan mereka, hidayah tersebar. Masalah sahabat dibandingkan dengan
masalah yang kita hadapi sangatlah tidak sebanding, karena kita tidak melalui penyiksaan-
penyiksaan, pembunuhan massal terhadap orang yang kita cintai, ditimpuki, dan lain-lain. Untuk
itu penting kita keluar di jalan Allah untuk melatih diri kita agar bisa mendapatkan sifat para
sahabat. Dengan tarbiyat yang kita dapati ketika berdakwah, ini dapat membentuk sifat-sifat
mulia dalam diri kita. Inilah yang dilakukan para Anbiya AS dan para sahabat dalam
menjalankan usaha atas agama, “The Efforts of Deen”, atau Dakwah. Mereka harus melakukan
total pengorbanan sebagai bukti kecintaan mereka kepada Allah Ta’ala dan Nabi SAW.

Mudzakaroh Pengorbanan Ibrahim AS dan keluarganya

Ibrahim AS baru bisa mempunyai anak ketika beliau berumur 98 tahun. Ketika itu beliau diuji 2
kali oleh Allah Ta’ala. Pertama ketika beliau harus meninggalkan anak yang baru ia punya dan
yang ia dambakan, dan istrinya dipadang pasir. Disini terlihat bahwa Allah hendak menguji
Ibrahim AS dengan perintahNya, agar Ibrahim AS ini hatinya senantiasa terpaut pada Allah. Hari
ini seseorang yang pulang kerja saja tidak sabar buru-buru pulang ingin bertemu dengan anak
dan istrinya, tetapi lihat Ibrahim AS malah diperintahkan untuk meninggalkan anak dan istrinya.
Dengan penuh kesedihan dan kesabaran dalam menjalankan perintahNya, Ibrahim AS tinggalkan
anak dan istrinya di padang pasir. Demi menjalankan perintah Allah, keluargapun Ibrahim AS
rela mengorbankannya. Ibrahim AS di test kesabaran dan keyakinannya oleh Allah untuk
meninggalkan anak dan istrinya di padang pasir.

Setelah Siti Hajar mengetahui bahwa itu adalah perintah Allah maka dia pun Ridho di tinggal
Ibrahim AS ditengah padang pasir. Inilah keyakinan siti hajar dan ketaatannya terhadap perintah
Allah. Hari ini orang jika melihat suami meninggalkan anak dan istri untuk mendekatkan diri
kepada Allah, orang-orang sudah mencapnya sebagai orang yang tidak bertanggung jawab. Jika
suami pergi untuk mencari keduniaan di anggap sebagai orang yang penuh tanggung jawab.
Inilah kesalah fahaman kita hari ini, dikira kita yang menghidupkan keluarga kita. Orang yang
mau berkorban untuk agama di jelekkan dan orang yang buat usaha atas dunia di muliakan.
Allah telah buktikan bahwa Allah tidak perlu Ibrahim AS, Uang, atau Mahluk apapun dalam
memelihara Siti Hajar dan Ismail AS dipadang pasir yang tandus. Allahlah yang memelihara
segala-galanya, mahluk tidak dapat memberikan manfaat dan mudharat tanpa seizin Allah.
Asbab keyakinan dan ketaatan Ibrahim AS dan keluarganya yaitu Siti Hajar dan Ismail AS,
Allah telah buat Mekkah daerah yang tandus dan tidak ada manusia yang mau datang menjadi
daerah yang berkah keluar air zam zam dan ramai pengunjung. Setelah beberapa lama tidak
bertemu, Ibrahim AS Allah izinkan untuk bertemu dengan siti hajar dan Ismail AS, dengan
syarat tidak boleh turun dari kudanya dan tidak boleh berbicara. Setelah itu Ibrahim AS harus
balik lagi ke Palestina tempat dia harus berdakwah. Hari jika kita diposisi nabi Ibrahim AS,
sudah lama di jalan Allah rindu pada keluarga, sekalinya bertemu tidak boleh turun dari kuda,
tidak boleh memeluknya, dan tidak boleh berbicara. Inilah kesabaran seorang Nabi dan seorang
Da’inya Allah. Setelah lolos dari ujian ini baru Allah izinkan Ibrahim AS berkumpul dengan Siti
Hajar dan Ismail AS.

Ujian kedua, ketika Ibrahim AS lagi senang-senangnya bermain bersama Ismail AS, turun
perintah untuk menyembelih Ismail AS. Inilah pengorbanan Nabi Ibrahim AS dalam
membuktikan kecintaannya terhadap Allah Ta’ala, bahwa tidak ada yang lebih besar dari Allah
di hatinya. Ini adalah ujian dari Allah untuk membuktikan bahwa hati Ibrahim AS tidak mendua
kepada Allah dan kepada selain Allah walaupun itu keluarga. Ketaatan kepada Allah Ta’ala bagi
Ibrahim AS lebih berharga dibanding keluarganya. Inilah kesiapan dan kesabaran seorang Nabi
dan seorang da’i dalam menjalankan perintah Allah.

Begitupula kepada siti hajar dan Ismail AS ketika mendapatkan perintah ini. Nabi Ibrahim dan
Ismail AS digoda setan dengan perkataan, “Wahai Ibrahim ini adalah anakmu bagaimana kamu
bisa membunuh darah dagingmu sendiri, apakah kamu tega.” Mendengar godaan dari setan ini
maka Ismail AS mengusir setan itu dengan melemparkan batu. Lalu Ismail AS berkata kepada
ayahnya, ”wahai ayah jika ini perintah Allah jalankanlah, saya ikhlas menerimanya.” Begitu juga
Siti Hajar yang di goda oleh setan yang mengatakan bahwa saat ini Ibrahim AS akan membunuh
anaknya. Siti Hajar terperanjat kaget saekan-akan tidak percaya. Lalu Siti Hajar bertanya,
“Apakah ini adalah perintah dari Allah ?” si setan menjawab,”benar.” Mendengar ini siti hajar
menimpuk setan itu dengan batu dan berkata, “Kalau begitu kamu ini setan, masa Ibrahim AS
harus melanggar perintah tuhannya.” Inilah keyakinan dan kesabaran keluarganya seorang Nabi
dan Da’inya Allah dalam menjalankan perintah Allah. Ini berlaku bagi siapa saja yang siap
berkorban di jalan Allah maka nanti Allah akan buat keluarganya mempunyai keyakinan dan
ketaatan seperti keluarganya Ibrahim AS.

Keadaan ini tidak hanya Allah berikan kepada Nabi Ibrahim AS tetapi juga kepada para sahabat
RA seperti Abu Bakar RA. Asbab pengorbanan Abu Bakar RA, anak-anaknyapun mempunyai
keyakinan yang sama seperti ayahnya. Suatu ketika Abu Bakar hendak keluar di jalan Allah, ia
telah korbankan seluruh hartanya untuk digunakan di jalan Allah. Lalu Nabi SAW bertanya apa
yang telah kamu tinggalkan untuk rumahmu, dia menjawab, “Saya tinggalkan Allah dan
RasulNya.” Ketika ayah Abu Bakar RA yang buta dan masih dalam keadaan Kafir berkunjung
kerumahnya Abu Bakar, dia berkata dengan nada marah kepada cucunya, “Pasti Abu Bakar telah
meninggalkan kalian pergi tanpa meninggalkan apapun.” Lalu Siti Aisyah R.ha beserta adiknya
Asma R.ha membimbing kakeknya ke arah meja dan berkata, “Tidak kakek, ayah telah
meninggalkan kita batu emas ini.” Seraya membimbing tangan kakeknya ke meja memegang
batu yang dikira emas oleh kakekanya. Inilah keyakinan yang ditanamkan Allah kedalam
anaknya Abu Bakar RA, sehingga mereka rela ditinggalkan oleh ayahnya tanpa ditinggali
apapun.

Nusrottulloh, pertolongan Allah Ta’ala, akan datang kepada orang yang melakukan total
pengorbanan dan mempunyai kecintaan terhadap agama seperti sahabat RA. Suatu ketika anak
laki-laki Abu Bakar berkata kepada ayahnya, “wahai Ayah, ketika perang Badr, saya mempunyai
kesempatan 3 kali untuk membunuhmu, tetapi setiap saya hendak melakukannya, rasa cintaku
kepadamu menghalangiku untuk melakukannya “. Lalu Abu Bakar menjawab, ”wahai anakku,
jika saat itu aku mendapatkan kesempatan untuk memenggal kepalamu, pasti aku akan
melakukannya tanpa ragu-ragu karena aku lebih mencintai Allah Ta’ala dan RasulNya daripada
kamu.”

Inilah cinta sahabat RA terhadap Allah Ta’ala, dan inilah kecintaan yang Allah Ta’ala mau, tidak
mendua kepada yang lain. Seorang sahabat ditanya oleh Rasulullah. ”Apakah yang akan engkau
lakukan jika engkau malihat istri engkau berduaan dengan lelaki lain dalam kamarmu.” Sahabat
menjawab, “Akan saya penggal leher lelaki itu.” Lalu Rasulullah SAW bersabda mahfumnya,
”Saya lebih pencemburu dari kamu, dan Allah lebih pencemburu dari saya. Begitu pula
cemburunya Allah Ta’ala terhadap hambanya jika dapatiNya dalam hati hambanya kebesaran
mahkluk selain kebesaran Allah Ta’ala”

Ada seorang sahabat yang tidak bisa tidur sebelum melihat wajah Nabi SAW karena sangking
cintanya kepada Nabi SAW. Seorang sahabat berkata, “Sebelum aku memeluk Islam tidak ada
seorangpun yang kubenci melebihi Muhammad SAW, tetapi setelah aku memeluk Islam tidak
ada satu manusiapun yang lebih aku cintai daripada Nabi SAW”. Sahabat sangking cintanya
kepada nabi SAW rela mengorbankan anak, istri, pekerjaan, jabatan, harta, dan harga diri. Tetapi
jika takaza agama dibentangkan maka mereka rela meninggalkan Nabi SAW demi agama.
Sebagaimana perpisahan Nabi SAW dengan Muadz yang akan pergi berdakwah ke Yaman. Nabi
SAW berkata kepadanya bahwa ini adalah pertemuan mereka yang terakhir, namun Muadz RA
dengan hati yang hancur dan kesedihan yang luar biasa karena harus berpisah dengan orang yang
paling dicintainya tetap melanjutkan perjalanan demi kepentingan agama.

Para sahabat ketika takaza jihad dibentangkan maka mereka langsung meninggalkan segala yang
mereka cintai seperti istri yang baru dinikahi pada malam pertama, kebun korma yang siap
dipanen, seluruh harta bendanya untuk agama. Bahkan keluarga merekapun diberi semangat oleh
anggota keluarga mereka sendiri untuk berjihad di jalan Allah. Namun karena lemahnya iman
kita maka kita belum mampu melakukan pengorbanan seperti mereka. Kesalah fahaman yang
terjadi saat ini adalah kita menyangka bahwa diri dan harta kita adalah milik kita. Padahal semua
yang kita miliki dan yang kita lihat ini adalah milik Allah Ta’ala. Untuk membenarkan kesalah
fahaman ini maka kita harus keluar dijalan Allah Ta’ala belajar berkorban seperti para Nabi AS
dan para sahabat RA.
Bagaimana cara memperbaiki Ummat dan menyelesaikan masalah Ummat ?

Satu-satunya cara terbaik memperbaiki ummat yaitu dengan cara mengenalkan agama kepada
mereka dan memperbaiki keimanan mereka. Hanya dengan keimanan yang benar kepada Allah
dan pengamalan agama yang sempurna maka kehidupan manusia akan terperbaiki. Namun
Agama tidak mungkin bisa diamalkan secara sempurna tanpa keimanan yang benar. Dan untuk
memperbaiki keimanan ini yang sifatnya Ghaib hanya bisa menggunakan methode Rasullullah
SAW yang caranya langsung diajarkan oleh Allah Ta’ala.

Imam Malik Rah.A berkata :

“Tidak ada cara yang terbaik dalam memperbaiki Ummat saat ini selain cara yang digunakan
Rasullullah SAW pada kurun waktu awal Islam”

Bagaimana Nabi SAW memperbaiki umat yaitu dengan cara berdakwah, mengenalkan agama
kepada manusia. Hanya dengan adanya dakwah, umat dapat mengenal siapa Allah dan manfaat
daripada agamanya. Asbab adanya kerja dakwah ini maka Madinah yang tadinya kota penuh
kemaksiatan menjadi kota pusat peradaban Islam. Sehingga Madinah mendapatkan gelar Al
Munawarah, tempat terpancarnya cahaya. Lalu bagaimana caranya agar kita bisa menciptakan
kehidupan seperti di madinah, atau bangsa yang Madani ( Bangsa Madinah ) yang kita idam-
idamkan. Cara pertama adalah dengan mengirimkan rombongan dan menerima rombongan
seperti yang dilakukan Nabi SAW di mesjid Nabawi. Ini perlu dilakukan agar ummat bisa
mendapat tarbiyah yang sama seperti sahabat ketika pergi di jalan Allah dan belajar kepada Nabi
SAW di Mesjid Nabawi. Apa targetnya ketika kita keluar di jalan Allah :

I. Target Kedalam :

Bagaimana dalam diri kita dapat terbentuk Sifat dan Qualitas Sahabat
Bagaimana Amal Agama ini dapat sempurna kita kerjakan
Bagaimana Fikir dan Risau Nabi SAW, Kecintaan dan Kesedihan Nabi SAW, Maksud Hidup
Nabi SAW, Kerja Nabi SAW menjadi bagian dari kita juga.
Tazkiyatun Nafs, Tazkiyatun Amal, Tazkiyatun Iman.

Target Keluar :

Membentuk Syukbah ( Persahabatan dan Pertemanan à Ukhwah Islamiyah )


Membentuk Biyah ( Suasana Amal / Maqomi : Dakwah, Taklim, Dzikir, Khidmat )
Mengeluarkan Rombongan Fissabillillah ( Menyiapkan Ummat untuk terlibat dalam Dakwah )

Jika kerja dakwah ini dikerjakan dengan maksimal, maka hasil dari kerja dakwah ini adalah :

Dakwah ↑ – Iman ↑ – Amal ↑ – Ilmu ↑ – Akhlaq ↑ – Maksiat ↓ – Ukhwah ↑ – Perpecahan ↓ :

Ketika Agama akan wujud, keberkahan akan turun dari langit dan dari bumi, ekonomi akan
membaik, orang akan lebih memilih hidup sederhana, sehingga harga barang akan turun, import
akan berkurang, mata uang akan menguat, harga akan stabil, inflasi dapat ditekan. Ketika ini
kondisi umat akan membaik, yang bathil akan lenyap, keamanan dan ketentraman akan wujud,
kebaikan akan meningkat, doa akan di dengar, pertolongan Allah akan turun, dan kejayaan umat
islam akan kembali.

Dakwah ↓ – Iman ↓ – Amal ↓ – Ilmu ↓ – Akhlaq ↓ – Maksiat ↑ – Ukhwah ↓ – Perpecahan ↑ :


Ketika ini Agama akan hancur, keberkahan akan Allah cabut, kondisi umat akan memburuk,
orang banyak maunya, permintaan akan barang meningkat, sehingga harga-harga akan naik,
ekonomi akan berantakan, gap antara yang kaya dan yang miskin akan sangat mencolok, korupsi
dimana-mana, kejahatan merajalela, kerusakan dimana-mana. Kita akan lihat orang akan
berbondong-bondong keluar dari islam, maksiat akan tersebar, yang bathil akan masuk, manusia
mulai merusak, keamanan dan ketentraman akan hilang, doa tidak akan didengar, pertolongan
Allah tidak akan datang, yang turun adalah adzab dari Allah, dan islam akan dihinakan dimana-
mana. Ketika ini maka Allah akan datangkan berbagai macam bencana dan musibah kepada
ummat manusia.

Jika Dakwah yang Haq ditegakkan maka kebaikan-kebaikan akan datang dan Maksiat akan
lenyap. Tetapi jika Dakwah yang Haq tidak ditegakkan, maka Dakwah yang Bathil akan masuk
dan Maksiat akan merajalela. Apa itu Dakwah yang bathil yaitu segala bentuk usaha yang
mengajak manusia untuk bermaksiat kepada Allah dari iklan TV, cara berniaga, tempat-tempat
hiburan, perjudian, fashion show, club-club malam untuk bermabuk-mabukan dan perzinaan.
Hari ini mengapa kejahatan gampang tersebar, bahkan semakin hari semakin canggih
kejahatannya. Kejahatan makin maju padahal tidak ada sekolahnya untuk ilmu dan sistem
kejahatan. Ini karena tidak perlu sekolah untuk jadi orang jahat, cukup berkumpul dan bertemu
dengan pencuri maka kita akan mendapatkan keahlian mencurinya, begitu juga dengan pemabuk,
penjudi, dan lain-lain. Padahal kalau kita perhatikan sekolah umum yang mengajarkan ilmu
agama banyak, sarjana agama banyak, pesantren dan madrasah pendidikan agama ada dimana-
mana, tetapi mengapa kini yang namanya kebaikan tidak tersebar ? Jawabannya adalah ini
dikarenakan para Ahlul Kebaikan tidak menyebar, atau tidak adanya pergerakan orang-orang
baik yang menyebarkan kebaikan. Sedangkan hari in yang bergerak adalah kejahatan dan para
ahlul maksiat. Mereka bergerak, menyebar ke mana-mana, dan ketika bertemu saling
mengajarkan sehingga tercipta suasana kejahatan diantara mereka. Jadi asbab adanya pertemuan
dan pergerakan bisa membuat kejahatan makin tersebar dan semakin maju. Cukup dengan
pergerakan saja, tidak perlu ada promosi dengan kata-kata, maka sesuatu itu dapat mudah
tersebar. Seperti cara berpakaian group musik rock yang terkenal misalnya. Mereka para the
rocker ini tidak banyak bicara, tetapi hanya bergerak bertemu orang, tau-tau yang lain sudah
mengikuti gaya dan penampilan mereka. Begitu juga dengan kebaikan, mengapa kebaikan tidak
tersebar, ini karena para ahli kebaikan, para ahli agama tidak bergerak. Mereka hanya duduk-
duduk saja di tempatnya. Maka jika keadaannya seperti ini, bisa dipastikan kebaikan tidak akan
tersebar dan tidak akan meningkat. Mungkin akan datang suatu masa dimana kebaikan akan
hilang dan kebathilan akan tersebar dimana-mana jika para ahlul agama dan ahlul kebaikan tidak
mau bergerak menyebarkan yang haq. Dengan keluar di jalan Allah menyebar ke permukaan
bumi memberi contoh yang baik dan mengajak orang kepada Allah maka kita sudah
menyebarkan kebaikan dan menegakkan yang Haq.

Jadi untuk dapat menyelesaikan masalah ummat itu mudah saja, tidak usah banyak teori, cukup
dalam sunnah saja, kehidupan sahabat sudah dapat menyelesaikan masalah semuanya. Caranya
yaitu ummat islam kembali pada kerja dakwah ini dan keluar di jalan Allah, berganti-ganti atau
bergiliran. Nanti Allah Ta’ala akan selesaikan semua masalah. Ummat islam dan amal islam
akan menjadi kuat. Ummat islam ini di ibaratkan oleh ulama adalah seperti air. Air ini jika ia
mengalir atau bergerak maka air ini adalah suci dan mensucikan. Jika aliran sungai ini melewati
kotoran-kotoran dipinggiran sungai, maka pinggiran sungaipun akan terbersihkan dari kotoran.
Tetapi jika air ini tidak bergerak seperti air yang ada dikubangan, maka air yang seperti ini akan
membawa banyak masalah, seperti menjadi tempat najis, banyak kotoran, sarang penyakit, tidak
bersih, tidak sehat, dan tidak bisa mensucikan. Semua kotoran menumpuk di air kubangan, atau
di air yang tidak bergerak, berbeda dengan air yang bergerak atau mengalir. Jadi kalau ummat
islam ini tidak bergerak, maka masalah akan banyak timbul dan ummat akan menjadi sarang
kotoran sebagaimana air yang tidak bergerak yaitu menjadi air yang membawa masalah. Selama
Ummat Islam dalam keadaan bergerak, berdakwah fissabillillah, maka Allah akan selesaikan
semua masalah. Allah akan tolong ummat ini dan Allah akan ciutkan hati orang kafir terhadap
ummat islam. Dan Allah akan bersihkan kotoran-kotoran yang ada dalam hati ummat islam. Atas
perkara inilah kita perlu membawa ummat ini untuk bergerak, pergi dijalan Allah untuk
berdakwah. Inilah pergerakan memperbaiki ummat dalam Dakwah dan Tabligh, yaitu dengan
mengirimkan rombongan dakwah pergi bergerak dijalan Allah dan memakmurkan mesjid Allah
dengan amal-amal agama.

Dakwah membentuk Syukbah ( Persahabatan ) dan Biyah ( Suasana Amal )

Nabi SAW menyatukan ummat ini dengan kerja dakwah. Sehingga timbul diantara mereka rasa
sepenanggungan dan seperjuangan. Inilah yang terjadi antara kaum muhajjirin dan anshor di
madinah. Inilah rasa yang dimiliki antara Nabi SAW dan para sahabatnnya RA yaitu perasaan
syukbah, rasa persahabatan dan sepenanggungan dengan Nabi SAW. Lalu Biyah akan datang
dengan membentuk suasana amal seperti di mesjid Nabawi. Sehingga ketika suasana amal ini
wujud di mesjid Nabawi bisa membuat seorang kafir masuk ke mesjid nabawi keluar-keluar
sudah menjadi orang beriman.

Lalu bagaimana caranya membentuk Syukbah dan Biyah ini dikalangan umat ?

Mengirimkan rombongan-rombongan dakwah untuk pergi di jalan Allah

membentuk syukbah diantara jemaah dan mesjid yang didatangi

Menerima rombongan-rombongan dakwah dan para pelajar di mesjid-mesjid kita

membuat suasana amal atau Biyah dengan program-program agama

Inilah yang dilakukan Nabi SAW dalam mengenalkan agama yaitu dengan mengirimkan
rombongan dakwah dan menerima rombongan atau orang-orang yang mau belajar di mesjid
Nabawi. Sehingga terbentuk suasana syukbah, persahabatan antara Nabi SAW dan para
sahabatnya. Dan terbentuk pula suasana amal, biyah, dari orang-orang yang mau belajar kepada
Nabi SAW. Di jaman Nabi SAW sampai ke jaman Khulafaur Rasyidin jika orang masuk ke
mesjid Nabawi maka akan terlihat halaqoh-halaqoh pembicaraan Iman dan pengajaran agama.
Sehingga suasana ini di mesjid Nabawi mampu memberikan kesan kepada orang-orang yang
tidak mengenal agama. Sehingga ketika itu kita lihat banyak orang kafir masuk islam karena
terkesan dengan suasana amal dan suasana persahabatan yang dibuat Nabi SAW di mesjid
Nabawi.
Ketika syukbah dan Biyah sudah terbentuk, maka ketika itu akan terlihat orang-orang
berbondong-bondong masuk kedalam Islam. Inilah cara Islam mengenalkan agama yaitu dengan
dakwah sehingga terbentuk yang namanya syukbah dan Biyah di kehidupan umat. Masalahnya
mengenalkan agama dan mengamalkan agama adalah dua hal yang berbeda. Agar umat dapat
mengamalkan agama diperlukan keimanan yang kuat. Sedangkan Iman ini akan kuat jika ada
Hidayah dari Allah. Hidayah akan datang jika ada pengorbanan dari orang tersebut untuk
membuat usaha atas Iman atau Hidayah. Inilah yang dilakukan Nabi SAW dalam mendidik
sahabat untuk mendapatkan yang namanya Iman, yaitu membuat usaha atas hidayah Allah.

Hari ini mengapa umat tidak bisa mengamalkan agama secara sempurna ini dikarenakan umat
tidak di bawa kepada pengorbanan untuk agama seperti sahabat RA. Melalui pengorbanan akan
datang kesadaran dalam beramal dan rasa tanggung jawab terhadap agama. Nabi SAW mendidik
sahabat untuk mendapatkan Iman dengan cara membawa mereka kepada pengorbanan untuk
agama. Hanya dengan melalui pengorbanan untuk agama maka keimanan akan datang. Seperti
Bilal RA ketika disiksa oleh Abu Jahal agar Bilal mau murtad dari islam. Bilal disiksa dipadang
pasir yang panas terpanggang oleh panasnya padang pasir, tubuhnya ditiban batu besar yang
melebihi bobot badannya saat itu, tetapi siapa yang di ingat oleh Bilal ketika itu ?
“Ahad…Ahad”, yaitu Allah yang diingatnya, bukannya Abu Jahal yang menyiksanya ketika itu.
Waktu bilal menyebut “Ahad..ahad..” ketika itulah Iman telah masuk. Mengingat Allah dalam
keadaan susah dan bersabar atasnya inilah yang dapat mendatangkan Iman. Lalu bagaimana
nasehat atau respon Nabi SAW ketika tahu Bilal RA di siksa ? Nabi SAW menasehati Bilal RA
untuk bersabar karena dibalik kesabaran dalam mujahaddah atas agama tersimpan rahasia-
rahasia Allah berupa kefahaman agama dan kekuatan Iman. Ketika Bilal ditanya oleh seseorang
kapan masa yang paling bahagia di dalam kehidupannya, Bilal menjawab yaitu ketika Abu Jahal
menyiksanya dipadang pasir ketika itu. Saat itulah masa yang paling bahagia bagi Bilal karena
saat itulah dia dapat merasakan manisnya Iman. Bilal RA dapat merasakan manisnya Iman dan
kebahagiaan dalam beragama yaitu ketika dia berkorban untuk agama. Begitu juga dengan yang
dirasakan oleh sahabat-sahabat RA lainnya ketika mereka merasakan manisnya Iman melalui
pengorbanan untuk agama.

Iman ini adalah bukan suatu benda yang dapat disentuh, atau dilihat oleh mata, atau dibeli oleh
uang, tetapi keimanan ini adalah pemberian dari Allah. Allah berikan yang namanya Iman ini
karena adanya keinginan dan usaha seseorang atas Hidayah atau Keimanan. Iman inilah yang
memberikan kekuatan pada seseorang untuk dapat mengamalkan agama secara sempurna. Iman
ini adalah seperti ruh pada jasad, ruh ini tidak nampak, tetapi mampu menghidupkan jasad
manusia untuk bergerak. Dan Iman ini akan datang melalui pengorbanan seseorang atas Iman.
Melalui pengorbanan inilah Nabi SAW mendidik sahabat agar datang kepada mereka keimanan
yang sempurna untuk dapat menerima dan mentaati seluruh perintah-perintah Allah. Pendidikan
Keimanan yang diberikan oleh Nabi SAW kepada sahabat ini berlangsung selama 13 tahun
sebelum perintah sholat turun. Hari ini mengapa orang susah sholat, ini dikarenakan belum
adanya kesiapan atas keimanan mereka untuk menerima perintah-perintah Allah.

Kesempurnaan keimanan sahabat mampu membawa mereka ketingkat keyakinan bahwa ada
harta tidak ada harta tidak ada masalah. Hari ini ummat karena kekurangan harta maka mereka
berlaku anarkis, merusak, bahkan menjadi liar melebihi liarnya binatang. Beda dengan jaman
sahabat, mereka mampu berkeyakinan bahwa harta yang mereka miliki tidak dapat memberikan
manfaat dan mudharat tanpa seizin Allah. Sehingga orang seperti Abu Bakar RA mampu
menyerahkan seluruh hartanya uintuk agama. Nabi SAW rumahnya sangat kecil, sangking
kecilnya ketika hendak sholat saja harus menyingkirkan kaki Aisyah R.ha. Pernah dapur nabi
tidak mengepul asap selama 2 bulan berarti selama itu dirumah Nabi SAW kekasih Allah tidak
terdapat makanan. Pakaiannya hanya 2 helai saja dan makannnya dari roti gandum yang kasar
yang untuk merngunyahnya saja harus menggunakan minyak samin agar lunak. Tetapi Nabi
SAW tidak pernah mengeluh, bahkan setiap pulang selalu mengucapkan, “Bayyiti Jannati..”
yaitu rumahku surgaku. Begitu juga ketika Allah menawarkan Nabi SAW untuk menjadi Nabi
yang kaya tetapi beliau SAW menolaknya dan lebih memilih amalan sehari lapar dan sehari
kenyang karena ketika lapar bisa bersabar dan ketika kenyang bisa bersyukur. Inilah yang
diajarkan Nabi SAW kepada umatnya yaitu mencari kebahagiaan dan kenikmatan dengan amal
bukan kebendaan. Nabi SAW faham dibalik amal ini ada pertolongan Allah untuk segala
masalah.

Pertanyaannya sekarang adalah : “apakah itu mungkin mencari kenikmatan dan ketenangan
hidup lewat amal walaupun keadaan kita susah ?” jawabnya mungkin dan bisa karena memang
sudah ada buktinya dan contohnya yaitu Nabi SAW dan para Sahabat RA. Ini dikarenakan
tingkat keimanan pada level tertentu mampu mendatangkan kenikmatan walaupun dalam
keadaan susah. Inilah yang didakwahkan oleh para Nabi AS, Sahabat RA, Tabi’in, dan para
ulama yaitu bagaimana umat bisa sampai pada derajat Iman yang sudah tidak terkesan pada
keadaan baik miskin atau kaya, menang atau kalah, sehat atau sakit. Bagi orang yang sudah
sampai pada derajat keimanan seperti itu, mereka hanya terkesan pada perintah Allah saja. Apa
perintah Allah pada diri mereka pada saat itu, inilah yang menjadi prioritas orang-orang yang
sudah sampai pada kesempurnaan Iman.

Jika keimanan sudah wujud dalam kehidupan umat, maka kehidupan umat akan sendirinya
terperbaiki seperti kehidupan sahabat yang tadinya jahil menjadi kehidupan yang mulia. Bahkan
Sahabat yang tadinya jahil asbab keimanan mereka maka kehidupan mereka menjadi
percontohan ummat dan menjadi pusat peradaban manusia sedunia. Jika Iman sudah wujud
dalam diri ummat, maka yang namanya tingkat kejahatan akan menurun, kehidupan sosial
manusia akan membaik, ekonomi akan membaik, dan lain-lain. Ini semua asbab adanya
perbaikan keimanan. Jika Iman baik, maka amal akan meningkat, akhlaq manusia akan
membaik, perbuatan maksiat dari mencuri, berzina, mabuk-mabukan, penganiayaan, kerusakan
akan berkurang. Suasana inilah yang perlu kita semua wujudkan, dengan Iman yang benar,
manusia akan terhindar dari prilaku anarkis dan vandalisme. Langkah pertama untuk
mendatangkan keimanan ini adalah dengan mengorbankan sedikit harta dan waktu kita untuk
Khuruj Fissabillillah, pergi di jalan Allah, semampu kita.

Allah berfirman :

“ Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebaikan (Iman) yang sempurna, sebelum kamu
menginfakkan (korbankan) sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan
sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya ” ( 3 : 92 ).

Rasullullah SAW bersabda mahfum :


“Tidak sempurna Iman kamu sebelum engkau mencintai aku melebihi perkara-perkara yang
kamu cinta dari anak kamu, istri kamu, harta kamu, perdagangan kamu, kedua orang tuamu,
bahkan dirimu sendiri.” (Al Hadits )
Mudzakaroh Cara Abu Bakar RA menyelesaikan Masalah Ummat

Setelah Nabi SAW wafat ketika itu terjadi goncangan hebat didalam ummat islam. Banyak
masalah bermunculan yang harus dihadapi ummat islam ketika itu :

Orang murtad dimana-mana


Orang islam tidak mau membayar zakat
Nabi-nabi palsu bermunculan
Musuh Islam di luar madinah sudah siap menyerang ummat islam.

Ketika itu kira-kira 1 minggu, 7 hari saja, sahabat-sahabat di kota Madinah semuanya buntu,
tidak mempunyai jalan keluar atau solusi. Orang-orang di madinah hanya memikirkan
bagaimana nasib orang-orang islam dan siapa yang akan menggantikan Nabi SAW, ini saja
kesibukan sahabat selama seminggu. Asbab kefakuman sahabat ini, tidak ada fikir untuk agama,
maka tidak ada lagi yang keluar di jalan Allah, semua rombongan tertunda. Akibatnya ketika itu
karena tidak ada fikir agama adalah 100.000 orang islam menjadi murtad. Satu minggu saja
sahabat ini vakum dari dakwah, dari keluar di jalan Allah, walaupun di jaman itu hidup ulama-
ulama besar dan sahabat-sahabat yang besar dan kuat, 100.000 orang murtad dari islam. Lalu
Nabi palsu bermunculan, dan tentara Romawi sudah sampai di perbatasan siap masuk ke
madinah untuk menghancurkan ummat islam.

Setelah Abu Bakar RA dilantik menjadi khalifah, bagaimana cara Abu Bakar RA menyelesaikan
masalah ini. Keputusan pertama yang dibuat Abu Bakar RA adalah segara mengirimkan
rombongan yang tertunda pergi di jalan Allah, yaitu yang telah dibentuk oleh Nabi SAW
sebelum beliau SAW wafat. Abu Bakar RA memutuskan untuk mengirim seluruh orang beriman
yang laki-laki untuk keluar di jalan Allah semuanya. Para sahabat bingung dengan keputusan
Abu Bakar RA. Mereka memikirkan jika semua laki-laki keluar dijalan Allah, maka siapa yang
akan menjaga madinah dari musuh, siapa yang akan menjaga ummul mukminin dan keluarga
Nabi SAW. Maka Abu Bakar RA dengan suara lantang berkata, “Kalian tetap keluar di jalan
Allah, nanti Allah yang akan menjaga semuanya.” Ketika itu yang orang-orang fikirkan adalah
keselamatan orang-orang islamnya, padahal yang harus dirisaukan adalah bagaimana
menyelamatkan agamanya terlebih dahulu. Inilah yang difikirkan Abu Bakar RA. Inilah
perbedaan fikir yang mencolok antara satu orang sahabat ini melawan fikir sahabat-sahabat yang
lain. Disini ada perbedaan pendapat diantara sahabat yang dapat menjadi pelajaran bagi kita
semuanya.

Ketika itu Abu Bakar RA yakin sepenuhnya jika kita menolong agamaNya, maka Allah pasti
akan menolong mereka. Jika kita keluar di jalan Allah untuk melaksanakan perintah Allah, maka
pasti Allah akan tolong kita. Jadi keputusan Abu Bakar ini untuk mengeluarkan seluruh laki-laki
ke luar madinah di jalan Allah ini sungguh tidak masuk diakal bagi sahabat yang lainnya.
Apalagi ketika itu hewan-hewan buas bisa masuk kapan saja memangsa wanita dan anak-anak di
Madinah, jika semua laki-lakinya keluar dari Madinah. Secara logika laki-laki yang ada
seharusnya dibagi menjadi dua yaitu yang menjaga dalam kota dan yang menjaga diluar kota
atau yang pergi di jalan Allah. Tetapi disini Abu Bakar RA justru menyuruh laki-lakinya untuk
semuanya keluar, pergi di jalan Allah.

Abu Bakar RA menyelesaikan masalah dengan menggunakan 2 prinsip :

Prinsip Taqwa :

“Saya tidak rela agama berkurang di jaman kekhalifahan saya ini walaupun itu hanya seutas tali
yang mengikat di leher hewan qurban.”

Takwa ini maksudnya adalah Sempurna Amal. Jadi atas dasar prinsip ini, Abu Bakar RA tidak
rela dijamannya agama ini berkurang sedikitpun walaupun itu hanya seutas tali yang mengikat
leher hewan korban. Fikirnya Abu Bakar RA ini adalah bagaimana agama dapat sempurna
diamalkan oleh umat islam ketika itu. Inilah prinsip yang digunakan untuk menghadapi orang-
orang islam yang tidak mau membayar zakat. Jadi mereka diancam akan diberantas jika mereka
tidak mau membayar zakat.

Prinsip Tawakkul :

“Keluarkan semua laki-laki untuk pergi di jalan Allah. Nanti biar Allah yang menjaga Ummul
mukminin, keluarga nabi dan wanita-wanita di madinah.”

Abu Bakar RA lebih rela melihat keluarga Nabi dalam bahaya, dibanding harus melihat agama
dalam bahaya. Jadi bagi Abu Bakar RA, derajat Agama ini lebih utama dibanding keluarga Nabi
SAW dan ummat islam itu sendiri. Agama lebih penting untuk diselamatkan dibandingkan
ummat itu sendiri. Abu Bakar RA, mengirimkan semua laki-laki keluar dijalan Allah dan
berserah diri kepada Allah atas keadaan di Madinah inilah Tawakkalnya Abu Bakar RA. Prinsip
ini yang digunakan untuk menghadapi orang murtad, nabi palsu, dan musuh islam yang mau
menyerang madinah dari luar.

Disinilah terdapat 2 perbedaan pemikiran dan menyangkut kepada masalah keimanan. Dimana
Abu Bakar RA yakin jika semua pergi di jalan Allah mendakwahkan agama Allah, maka nanti
Allah akan selesaikan semua masalah : orang murtad, nabi palsu, yang tidak mau bayar zakat,
dan pasukan romawi yang sudah siap menyerang. Hanya dalam waktu tempo 3 hari saja setelah
semua pergi di jalan Allah akhirnya masalah terselesaikan : Madinah tetap aman, 100.000 orang
murtad masuk islam lagi, orang membayar zakat lagi, Nabi palsu dapat ditumpas, dan Pasukan
Romawi mundur. Jadi risaunya Abu Bakar RA ini adalah Islamnya atau Agamanya dulu, bukan
orang-orang Islamnya. Hari ini ada pemikiran seperti yang terjadi ketika sahabat berbeda
pendapat dahulu. Sekarang kebanyakan kita ini risaunya adalah orang-orang islamnya, seperti
orang islam ada yang dibunuh, diperkosa, diperangi, hak-haknya dirampas, kekurangan makan,
miskin keadaannya, pengungsi-pengungsi, ini boleh saja. Tetapi seharusnya yang lebih penting
lagi adalah risau atas islamnya. Akibat islamnya tidak dijaga, sehingga Allah tidak menjaga
ummat islam. Ini karena islam itu sendiri sudah diacuhkan oleh orang islam. Kita lihat hari ini
orang islam kebanyakan tidak sholat, mesjid kosong. Sholat berjamaah di masjid sudah tidak
diacuhkan oleh umat saati ini. Lalu sunnah-sunnah Rasullullah SAW sudah ditinggalkan oleh
orang islam, bahkan dianggap aneh bagi yang mengamalkannya. Kehidupan orang islam sudah
seperti kehidupan orang yahudi dan nasrani, tidak ada bedanya dengan cara-cara atau kehidupan
orang kafir, sulit dibedakan mana yang beriman dan mana yang kafir. Semua kehidupan sunnah
Nabi SAW sudah ditinggalkan oleh ummat islam itu sendiri. Tetapi begitu terjadi musibah,
semua orang berpikir sama, “Apa dosa saya ? Kenapa ini bisa terjadi, musibah seperti ini ?
Kenapa Allah tidak tolong kita ?”. Ummat islam diusir, dibunuh, dijajah, diperkosa hak-haknya,
tetapi fikirnya hanya diri mereka sendiri saja (“Apa dosa saya ?”). Padahal jemaah-jemaah
dakwah sudah datang mengajak kepada sunnah, kembali kepada amal Nabi SAW, amalkan
islam, taat pada perintah Allah. Walaupun perkara-perkara ini sudah didengar berkali-kali, tetapi
tetap saja sama tidak ada peningkatan amal. Ditaskil, diminta untuk keluar di jalan Allah tidak
mau, maka itulah akibatnya, musibah banyak datang. Tetapi fikirnya “Apa dosa saya ?”.
Islamnya sudah kita tinggalin, kita acuhkan, tetapi ketika musibah tiba-tiba datang tidak terpikir
amal-amal kita yang buruk, bahkan bertanya, “Kenapa Allah tinggalkan kita ? kenapa Allah
tidak tolong kita ?”

Inilah sifat manusia, ketika senang mereka beramai-ramai meninggalkan perintah Allah,
melupakan Allah, tidak mempedulikan kehendakNya. Tetapi ketika musibah datang baru nangis-
nangis kepada Allah minta ditolong. Sudah menjadi sifat manusia hanya ingat kepada Allah
dikala susah dan suka melupakan Allah dikala senang. Bahkan ketika kesusahan itu datang
bisanya hanya merengek minta tolong tetapi tidak mau memikirkan apa yang Allah kehendaki
atas dirinya saat itu dan tidak mau memikirkan kekurangan atau keburukan amal yang telah dia
perbuat. Orang seperti ini bagaimana do’anya mau di dengar oleh Allah ? Jadi kalau mau
masalah ummat selesai, kirimkan rombongan untuk pergi di jalan Allah sebanyak-banyaknya
secara bergiliran. Nanti Allah akan selesaikan masalah yang ada pada ummat ini sebagaimana
Allah selesaikan masalah yang terjadi pada kekhalifahan Abu Bakar RA.

Mudzakaroh “Learning By Doing” – Belajar dengan Beramal

Hari ini banyak orang yang membicarakan tentang pengorbanan Nabi SAW dan para sahabat RA
untuk agama. Namun masalahnya pada hari ini tidak semua orang yang mengerti dan memahami
maksud dan kepentingan dari pengorbanan Nabi SAW dan para Sahabat RA tersebut. Ini
disebabkan karena kita tidak melakukan pengorbanan yang sama seperti mereka. Untuk bisa
merasakan pengorbanan Nabi SAW dan Sahabat dalam memperjuangkan agama maka kita harus
ikuti napak tilas mereka. Seperti pelatih renang dan orang yang baru mau belajar berenang.
Walaupun si pelatih ini juara dunia dan juara olimpiade renang dan ahli dalam menjelaskan
tentang air dan teknik renang kepada muridnya, tetapi jika si murid renang ini tidak terjun ke air
maka dia tidak akan mampu memahami apa yang dikatakan dan dijelaskan gurunya. Tetapi jika
si murid sudah terjun ke air, maka dia akan tau apa yang dirasakan dan dimaksud gurunya.
Semakin dicoba dan diusahakan semakin mengerti dia akan penjelasan gurunya, sampai pada
akhirnya dia bisa berenang bahkan menjadi sehebat gurunya. Ini karena si murid tersebut sudah
merasakannya langsung pengorbanan gurunya ketika berada di dalam air. Begitu juga mengapa
hari ini umat sangat jauh dari agama, sehingga yang tinggal hanya pengetahuan atau teori saja,
bangunan-bangunan saja, tulisan-tulisan saja, ini dikarenakan umat tidak dilibatkan dalam
pengorbanan untuk agama sebagaimana Nabi SAW telah melibatkan para sahabat dalam
pengorbanan untuk agama. Sehingga hari ini umat hanya tahu saja tetapi tidak ada kefahaman
dan kerisauan terhadap agama.
Tujuan dari keluar di jalan Allah itu sendiri sebagai individu adalah dalam rangka islah atau
perbaikan diri, sebagaimana trainingnya atau latihannya seorang tentara yang dikirim ke barak
untuk peningkatan qualitas. Ketika tentara ini balik ke barak maka dia akan di evaluasi
kekurangannya dan akan menjalankan traning atau latihan-latihan kembali dalam rangka
meningkatkan kualitas. Sehingga ketika tentara balik ke medan pertempuran maka kemampuan
dan kesiapannya akan menjadi lebih tambah baik lagi. Jadi kita perlu mengembalikan umat islam
ini kepada baraknya agar bisa dilatih kembali dan ditingkatkan qualitasnya. Namun hari ini
permasalaannya ummat hari ini sedang terjangkit penyakit lemah Iman. Asbab lemah Iman ini
ummat tidak ada gairah atau tidak ada kekuatan untuk memperbaiki diri, atau meningkatkan
amal ibadah. Maka untuk mengobati lemah iman ini perlu perawatan khusus. Ibarat orang sakit
maka mesjid ini adalah rumah sakitnya orang beriman agar orang beriman ini dapat terperbaiki
Iman dan Hatinya. Jika kita sakit badan maka kita bisa pergi ke dokter dan tinggal di rumah
sakit. Tetapi rusaknya hati atau iman ini hanya Allah yang bisa memperbaiki yaitu di rumah
sakitnya orang beriman, di mesjid. Jika mesjid tempat pabriknya perbaikan untuk orang beriman
sudah tidak digunakan lagi, maka bisa dijamin bahwa kehidupan ummat saat ini sudah terjangkit
banyak penyakit hati dan penyakit iman. Mengapa diri kita bisa terperbaiki dengan keluar di
jalan Allah ? Dengan keluar di jalan Allah maka kita akan mempunyai waktu khusus untuk
memperbaiki keimanan dan amaliat kita. Kita keluar di jalan Allah ini adalah latihan
meninggalkan perkara-perkara yang kita cintai sebagaimana sahabat telah meninggalkan
perkara-perkara yang mereka cintai demi agama Allah. Dengan demikian akan terbentuk dalam
diri kita keyakinan bahwa bukan kitalah yang memelihara keluarga kita tetapi Allah lah yang
memelihara keluarga kita. Dengan keluar di jalan Allah kita akan mendapatkan kefahaman dan
perasaan yang dirasakan oleh sahabat ketika mereka berkorban untuk agama di jalan Allah
sampai tidak ada lagi yang bisa mereka korbankan untuk agama Allah.

Semakin bertambah pengorbanan kita maka akan semakin bertambah pemahaman kita atas
pengorbanan sahabat untuk agama Allah. Sampai pada akhirnya kecintaan pada agama akan
timbul, ketaqwaan dalam menjalankan perintah Allah akan meningkat, dan kehidupan agama
kita, keluarga kita, kerabat kita, tetangga kita, akan terperbaiki. Dengan keluar di jalan Allah kita
akan mendapatkan banyak pelajaran seperti dari bertemu dengan ulama-ulama untuk
mendapatkan pengajaran dari mereka, berteman dengan orang-orang sholeh, menambah
pertemanan, meningkatkan ilmu dan wawasan, menambah pengalaman, merasakan napak tilas
nabi dan sahabat sehingga wujud didalam diri kita kecintaan sahabat pada agama, kerisauan Nabi
SAW terhadap ummat, dan lain-lain.

Da’i ini hanya mempunyai 2 keadaan saja :

Maqomi
Khuruj Fissabillillah

Khuruj Fissabillillah atau Keluar di Jalan Allah ada 2 cara :

Nishab Waktu Keluar yang di istiqomahkan


Takaza Pembentangan Kepentingan Agama
Namun untuk dapat menggerakkan ummat ke arah kebaikan ini diperlukan risau dan fikir yang
sungguh-sungguh, sebagaimana risau dan fikir Nabi SAW. Begitu juga dalam menyiapkan
Ummat ini diperlukan sifat-sifat Nabi SAW dan Sahabat. Para Sahabat ini dimuliakan oleh Allah
karena memiliki sifat-sifat dan qualitas-qualitas yang Allah sukai. Jika kita bisa mendapatkan
qualitas atau sifat ini, maka kemuliaan yang Allah berikan kepada para Sahabat RA, juga akan
Allah berikan kepada kita. Sifat, Risau, dan Fikir ini akan datang melalui keadaan-keadaan
mujahaddah atas agama, pengalaman berjuang untuk agama.

Bagaiaman cara mendapatkan Sifat, Risau, dan Fikir ini :

Pergi Khuruj Fissabillillah ( Keluar di jalan Allah )


Membuat Amal Maqomi

Inilah kepentingan kita bawa fikir ketika kita pergi di jalan Allahingan ketika ah dengan amal-
amal agama.dijalan ALlah ak, berbeda dengan air yang bergerak atau mengalir. h. etang h :

Bagaimana diri kita bisa terperbaiki atau meningkat qualitasnya


Bagaimana Amal Maqomi dapat wujud di mesjid yang dikunjungi

3. Bagaimana rombongan dari mesjid itu bisa keluar di jalan Allah

Sedangkan maksudnya Dakwah ini adalah untuk memenuhi takaza ( pembentangan atau
penawaran kerja agama ) yang ada, bukan nishab ( waktu yang di istiqomahkan untuk keluar )
saja. Jika waktunya nishab tetapi datang takaza, maka tinggalkan nishab untuk memenuhi takaza.
Sahabat-sahabat RA menurut ulama, nishab harian mereka itu 12 jam untuk agama, sisanya buat
selain agama. Sahabat meluangkan waktu mereka untuk mesjid itu 12 jam, sedangkan takazanya
mereka 24 jam, kapan saja diminta mereka siap tinggalkan semua. Jadi sahabat ini nishab 12
jam, sedangkan kesiapan mereka untuk ditaskil ( dipanggil ) memenuhi takaza, yaitu 24 jam. Jadi
dengan gerak yang dilakukan seperti sahabat ini maka Allah akan tolong ummat islam. Maksud
daripada Dakwah ini adalah memenuhi takaza, dimana daerah yang belum islam, dimana daerah
yang belum mengucapkan syahadat, dimana daerah yang belum dimasuki jemaah, dimana daerah
yang belum hidup amal mesjid Nabawi ? kita siap berangkat kapan saja. Keadaan sahabat itu
seperti itu, siap kapan saja berangkat ketika dibentangkan takaza.

Dari riwayat Tirmidzi, Allah berfirman :

“Wahai anak Adam jadikan seluruh hidupmu untuk beribadah kepadaKu, niscaya Aku akan
penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku akan penuhi kebutuhanmu. Dan apabila engkau tidak
mengerjakannya, niscaya Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak akan
memenuhi kebutuhanmu.”

Keadaannya di jaman Nabi ini beda dengan kita, ketika itu para sahabat selalu dalam keadaan
siap mengambil takaza lagi dan lagi. Sekali taskil sahabat itu lamanya mereka pergi di jalan
Allah adalah 4 bulan full, yaitu di jaman Umar RA. Ketika mereka pulang dari ambil takaza,
ternyata ada takaza lagi, sehingga mereka berangkat lagi 4 bulan di jalan Allah. Inilah kehidupan
sahabat dalam memenuhi takaza agama. Dalam setahun berarti sahabat ini 8 bulan di jalan Allah
dan hanya 4 bulan saja tinggal di kampungnya. Sahabat ini 4 bulan dikampungnya adalah 2
bulan untuk mesjid, dan sisanya 2 bulan lagi adalah 1 bulan di rumah bersama keluarga dan 1
bulan ( 24 jam x 30 hari = waktu sahabat di pasar / di sawah selama 1 tahun ) lagi untuk buat
kerja yang mampu memenuhi keperluan untuk 1 tahun. Allah telah ringkaskan buat sahabat kerja
untuk 1 tahun dapat dilakukan dalam 1 bulan saja. Ini karena apa ? ini adalah berkat amalan
dakwah sehingga kehidupan sahabat ini penuh dengan keberkahan. Sedangkan kita kini kerja
satu tahun tidak cukup untuk satu bulan, berbeda dengan keberkahan yang didapat oleh para
Sahabat RA. Inilah yang terjadi jika ummat telah meninggalkan kerja dakwah ini, maka Allah
akan cabut keberkahan rizki dari kehidupan ummat. Kalau ummat islam ini kembali kepada
amalan dakwah, sibuknya mengambil takaza, maka kerja 3 hari saja bisa mencukupi kerja satu
bulan. Tetapi jika ummat islam sibuk mengurusi dunia saja, tinggalkan amalan dakwah, tidak
mau mengambil takaza agama, maka kerja 1 bulan tidak bisa mencukupi keperluan 3 hari, tidak
ada keberkahan. Ini semuanya karena manusia sudah melecehkan Allah dan perjuangan untuk
agama Allah. Padahal semua rezki itu datang dari Allah, dan sedangkan syetan itu hanya
menakut-nakuti kita.

Allah berfirman :

“Inna syaithon ya adzikumul fakro waya’murukum bil fahsya…”

artinya :

“Setan itu menakut-nakuti kamu dengan kefakiran.”

Setan akan membisikkan : “Kalau kamu korban, ambil takaza lagi, lalu ambil takaza lagi, maka
miskin kamu nantinya. Bangkrut nanti usaha kamu. Terlantar nanti rumah tangga kamu.”
Masalahnya hari ini kita lebih percaya pada perkataan syetan dibanding percaya pada perkataan
Allah. Sedangkan Allah menjanjikan kepada yang pergi di jalan Allah ampunan dan keuntungan-
keuntungan.

Keuntungan Dunia-Akherat :

Keuntungan dunia Rizki yang berkah


Keuntungan Akherat Ampunan ( masuk surganya Allah )

Allah berfirman :

“Walladzina’amanu wahajaru wajahadu fissabillillahi walladzina awawwa nasharu ulaika humul


mukminuna haqqan lahummaghfirotuw warizqun kariim.” ( 8 : 74 )

Artinya :

“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah ( Muhajjir ) serta berjuang pada jalan Allah, dan
orang-orang yang memberi tempat kediaman ( Anshor ) dan memberi pertolongan (kerja sama
antara Muhajjir dan Anshor / orang tempatan), mereka itulah orang-orang yang beriman dengan
Haq ( yang benar-benar beriman ). Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia.”
Keadaan dalam kerja dakwah ini hanya 2 saja :

1. Muhajjir orang-orang yang Hijrah untuk agama Allah

2. Anshor orang-orang yang Nushroh ( memberi pertolongan )

Orang yang melakukan 2 keadaan ini, merekalah orang-orang yang beriman dengan sebenarnya,
Iman yang Haq. Apa yang Allah ganjarkan untuk mereka ? Allah akan ampuni dosa-dosa mereka
dan Allah akan berikan mereka rizki yang mulia. Siapa bilang orang yang dakwah akan menjadi
miskin ? Sedangkan Allah mengatakan akan memberikan ampunan dan rizki yang mulia lagi.
Bagaimana datangnya rizki yang mulia ? itu adalah kerjanya Allah, bukan kerjanya kita.
Sedangkan kerja kita :

1. Buat Amalan Dakwah Maqomi dan Intiqoli ( Khuruj Fissabillillah )

2. Nusroh Menolong para Muhajjirin / Pendatang

Kita jangan memikirkan kerjanya Allah. Allah itu Maha Tahu bagaimana cara mendatangkan
rizki yang mulia itu. Kerja Dakwah ini bukan kerja yang susah, tetapi kerja yang sangat mudah.
Sangking mudahnya dapat diberikan dan dibawa oleh semua orang dari yang Raja, yang jelata,
yang cendikia, yang tidak pernah sekolah, yang tua, yang muda, yang miskin, yang kaya, yang
ulama, yang awam, yang sehat, dan yang sakit sekalipun. Lalu bagaimana caranya ? mudah saja,
yaitu ngikut saja, ikutin saja programnya. Dengan cara ikut-ikutan saja, mengikuti jalan ini,
maka dia akan faham dan mengerti maksudnya.

Contoh :

Seperti di kampung, ketika seseorang belajar bagaimana menanam padi. Dia tidak dikasih kuliah
ama petani, atau dimasukin ke kampus pertanian. Bagaimana cara nyangkul, cara menggaruk,
cara menyebar benih, cara menanam, cara membersihkannya, cara mengatur air, ini tidak ada
kuliahnya sama sekali. Lalu bagaimana cara belajarnya ? yaitu dengan mengikuti bapak kita atau
petani ke sawah, belajar langsung dengan mengikuti apa yang mereka lakukan di sawah. Belajar
langsung dengan pengamalannya, “Learning by Doing”. Bapak pagi-pagi bangun habis sholat
bawa cangkul langsung ke sawah, maka kitapun demikian juga bawa cangkul ke sawah. Bapak
mencangkul disawah, kita lihat sebentar, lalu kita ikut nyangkul. Ini caranya, ikutin saja,
amalkan saja, lama-lama mahir juga, lama-lama faham juga, karena sehari-hari begitu saja
kerjanya maka lama-kelamaanpun jadi bisa. Tanpa kuliah, tanpa masuk keperguruan tinggi,
seseorang bisa langsung menjadi petani. Sekarang kalau kita lihat orang-orang yang lulus dari
perguruan tinggi bidang pertanian, dengan gelar professor, doktor, ahli pertanian, yang nanam
padi juga bukan mereka, tetapi menanam orang kampung juga, para petani lapangan lansung
yang tidak pernah sekolah. Yang mengirim beras ke kota itu siapa ? yang mengirim beras kepada
orang-orang pintar di kota itu adalah orang bodoh-bodoh juga dari desa yang mengirimkannya.
Justru beras datangnya dari mereka yang tidak pernah kuliah dikirim kepada ahli-ahli pertanian
yang kuliah.
Ashabul Kahfi adalah satu rombongan pemuda yang risau terhadap iman, dan bagaimana
menyelamatkan Iman. Mereka bermusyawarah, mengambil keputusan untuk melarikan diri dari
kemaksiatan yang ada. Mereka hijrah ke gunung, dan kehutan-hutan. Mereka mengambil
keputusan tidak mau mati dikampungnya demi menyelamatkan iman mereka. Dalam perjalanan
ikutlah seekor anjing, karena ngikut saja, mengekor perjalanan pemuda ashabul kahfi ini, maka
anjingpun Allah selamatkan juga. Pemuda-pemuda ini adalah mereka yang cinta pada Allah dan
cinta kepada Iman. Mereka ini risau atas keselamatan iman mereka. Sehingga mereka buat
keputusan bahwa mereka harus pergi dari kampung mereka, menjauhi suasana kemaksiatan, dan
tinggal di goa. Atas fikir mereka ini, maka Allah selamatkan mereka. Sedangkan anjing yang
cuman ngikut-ngikut mereka saja, Allah selamatkan juga. Inilah keberkahan dengan mengikuti
jejak langkah orang yang pergi di jalan Allah untuk menyelamatkan Iman. Anjing ini binatang
najis, dan tidak berakal, tidak mengerti apa-apa, tetapi karena dia ngikut saja, maka selamat juga.
Ketika pemuda itu berjalan, si anjing berjalan juga. Ketika si pemuda berhenti, si anjing berhenti.
Ketika pemuda-pemuda itu masuk ke dalam goa, si anjingpun ikut-ikutan masuk juga. Ketika
para pemuda itu tidur, maka si anjingpun ikut tidur. Akhirnya ditidurkan oleh Allah selama 309
tahun. Anjing Ashabul Kahfi ini adalah satu-satunya anjing yang masuk surga. Kalau anjing saja
ikut pergi dijalan Allah diselamatkan, apalagi kita yang beriman mau keluar di jalan Allah.
Sedangkan kita ini ummat yang da’i, modal kita bukan tinggal dihutan, masuk kegoa
mengucilkan diri, tidur disana, kita ini bukan yang seperti itu. Kita bukan lari dari tempat yang
penuh dengan kemungkaran dan kemaksiatan, bahkan kita tetap berada ditempat yang seperti itu
dengan buat kerja untuk merubah tempat itu menjadi tempat yang penuh dengan ketaatan kepada
Allah. Nanti Allah akan tolong kita dan selamatkan kita. Sedangkan orang-orang yang ikut-ikut
kitapun juga akan Allah selamatkan, walaupun tidak mengerti apa-apa, tidak pernah ke
madrasah, tidak bisa ngaji, Insyaallah akan diselamatkan juga. Jadi kerja ini sangat mudah, ikut
saja dengan rombongan, lalu ikutin amalannya, seperti anjingnya ashabul kahfi yang Allah
selamatkan juga. Jika anjing yang mengikuti ahli ibadah saja selamat, apalagi anjing yang
mengikutin para ahlul dakwah.

Mudzakaroh Pentingnya Memakmurkan Mesjid

Nabi SAW sudah memberikan kita warning, peringatan, kepada kita dalam mahfum hadits
dikatakan nanti di akhir zaman jika kita tidak buat dakwah, maka akan terjadi :

1. Tidak tertinggal dari Islam melainkan hanya sekedar nama saja

Hari ini di KTP orang Indonesia banyak yang menyatakan agamanya Islam tetapi kelakuan dan
kehidupannya jauh dari yang dicontohkan Nabi SAW

2. Tidak tertinggal dari Al Qur’an hanya sekedar tulisannya saja

Hari ini berapa banyak mesjid yang ramai dari ukiran-ukiran kaligrafi Al Qur’an tetapi kosong
dari amal agama mesjidnya.

3. Tidak tertinggal dari mesjid melainkan hanya bangunan-bangunan megah saja


Hari ini orang berlomba-lomba membangun mesjid tetapi tidak memikirkan bagaimana
memakmurkannya, sehingga mesjidnya kosong dari jemaah.

Hari ini mesjid banyak dimana-mana tetapi kosong dari amal agama. Di Kordova, Spanyol,
Mesjid Kordova pernah menjadi pusat perkembangan Islam di dunia, namun kini telah menjadi
pusat pariwisata, bahkan didalamnya terdapat gereja. Ini asbab ditinggalkannya Dakwah

sehinggah fungsi mesjid telah hilang dan orang tidak ada lagi yang peduli dengan mesjid. Di
Indonesia saja ada ± 300.000 mesjid, dan di jakarta berapa banyak mejid mewah dan megah.
Namun berapa banyak mesjid yang 5 waktu orang ramai sholat berjamaah. Dan berapa banyak
yang sudah makmur hidup dengan Amalan mesjid Nabawi ? Hari ini orang ke mesjid bukan
bertambah keimanannya, tetapi malah makin rusak seperti dipakai untuk berbisnis,
membicarakan aib orang lain, dipakai sebagai sarana untuk politik, hujat menghujat orang lain.
Hari ini di Mesjid bukan terlihat suasana akherat tetapi malah suasana maksiat kepada Allah
seperti wanita yang memakai pakaian yang terlihat auratnya. Padahal di jaman Nabi, ketika
orang kafir masuk mesjid ke mesjid Nabi, setelah keluar telah bisa menjadi orang beriman. Di
zaman Nabi SAW setiap ada masalah bisa langsung ke mesjid, lalu pulang-pulang masalah bisa
terselesaikan dan hati bisa tenang. Beda kita hari ini, orang kafir ke mesjid malah dipakai foto-
foto untuk pariwisata, dan ketika orang Islam ke mesjid bukannya hilang masalah malah tambah
masalah, seperti ditagih sumbanganlah, musti berpihak pada siapalah dan lain-lain. Mengapa hari
ini kita lihat orang ke mesjid buat melaksanakan ibadah tetapi ketika keluar dari mesjid masih
terus bermaksiat dan tidak berhenti dari berbuat dosa. Padahal Mesjid ini Allah perintahkan
dibangun atas dasar Taqwa, Takut kepada Allah. Tetapi mengapa ketaqwaan kita tidak
bertambah ketika kita masuk ke mesjid. Ini dikarenakan mesjid tersebut tidak mempunyai ruh.
Apa itu ruh dari mesjid yaitu amal-amal agama, dan inilah yang dibentuk oleh Nabi SAW
dimesjid Nabawi yaitu membuat Amal Mesjid. Apa itu Amal Mesjid Nabawi yaitu Dakwah,
Taklim, Dzikir Ibadah, dan Khidmat. Sehingga orang yang tadinya kafir masuk ke mesjid nabawi
keluar-keluar sudah masuk Islam. Ini dikarenakan di mesjid hidup amal-amal agama. Nabi SAW
itu sendiri adalah Ketua Mesjid pertama, Awallun Takmir Mesjid, yang kerjanya memikirkan
bagaimana Mesjid Nabawi ini dan mesjid-mesjid kecil disekitar Madinah bisa makmur dengan
jemaah dan amal-amal agama. Caranya adalah dengan mengirimkan rombongan Dakwah dan
menerima rombongan orang-orang yang mau belajar agama. Inilah fikir Nabi SAW, bahkan
ketika hijrah ke madinah yang Nabi SAW fikirkan pertama kali bukannya tempat tinggal untuk
dirinya, dimana keluarga dia tinggal, tetapi bagaimana mesjid dapat berdiri. Di sekitar Madinah
ini ada mesjid-mesjid kecil dimana Nabi SAW mengirim rombongan dakwah ke mesjid-mesjid
itu dan menerima rombongan atau perorangan dari mesjid-mesjid itu buat belajar agama kepada
beliau SAW.

Madinah sebelum Islam masuk merupakan kota yang tidak kalah Jahilnya dari Mekkah. Di
Madinah ketika islam belum masuk terdapat banyak sekali rumah-rumah perjudian, pelacuran,
bahkan orang-orangnya bisa dibilang Jahil dan Barbar. Namun asbab dihidupkannya Dakwah
dari Mesjid Madinah oleh Nabi SAW, ini seperti cahaya yang menerangi kegelapan. Jadi
bagaimana kita bisa menghilangkan kegelapan, maka perlu kita hadirkan amalan nuraniat, atau
amalan yang dapat menghadirkan nur cahaya dari Allah. Jika cahaya masuk kegelapan pasti
hilang. Sehingga lambat laun rumah-rumah yang mempunyai bendera putih atau lambang
kemaksiatan ketika itu perlahan-lahan lenyap dari kota madinah asbab dakwahnya Nabi SAW
dan para Sahabat RA. Lalu penduduknya menjadi orang-orang yang Allah muliakan dan kotanya
diberi gelar Al Munawaroh yaitu tempat terpancarnya Cahaya atau Hidayah. Begitu juga kalau
kita sering ke mesjid, maka sepulangnya kita dari mesjid, kita akan menjadi sarana untuk
menghantarkan nur rahmat dan hidayah Allah kepada rumah-rumah kita. Mesjid ini adalah pusat
turunnya rahmat dan nur hidayah Allah. Jadi Mesjid ini adalah generatornya Nur Hidayah dan
kita adalah kendaraannya untuk menyebar Nur Hidayah tersebut. Jika generatornya mati, maka
matilah sarana penyebar rahmat dan hidayah. Bagaimana caranya kita bisa memakmurkan atau
menghidupkan mesjid ? yaitu dengan menghidupkan amalan-amalan mesjid Nabi SAW.

Apa itu Amal Mesjid Nabawi :

1. Dakwah Illallah

Mengajak manusia taat kepada Allah

2. Taklim wa Taklum

Belajar dan Mengajar

3. Dzikir Ibadah

Dzikir, Baca Qur’an, Sholat berjamaah, Do’a, Sholat Sunnat, Adab-adab

4. Khidmat

Melayani Mesjid dan Memenuhi Hajat Orang

Mesjid ini adalah jantung dari suatu kota atau desa atau daerah. Jika mesjidnya baik dalam artian
hidup amal-amal agama seperti amal mesjid Nabawi, maka baiklah daerah itu. Tetapi jika
mesjidnya mati, gersang dari jemaah dan amal-amal agama, berarti matilah daerah itu,
maksudnya daerah itu bisa di asumsikan terdapat banyak masalah. Mesjid yang hidup dengan
amal agama dan ramai jemaahnya, maka daerahnya akan makmur, seperti hidup sillaturhami,
ukhwah yang baik, rukun, tentram, dan damai. Setiap ada masalah maka dapat diselesaikan oleh
jemaah mesjid itu melalui musyawarah, sillaturahmi, dan gotong royong. Tetapi daerah yang
mesjidnya mati dari amal agama dan sepi dari jemaah, maka daerahnya akan timbul banyak
masalah seperti permusuhan antar tetangga, ketidak pedulian sosial, dan kejahatan akan
berkembang dari premanisme, perjudian, permabukan, sampai perzinaan akan tersebar di daerah
itu. Dan ini adalah suatu kenyataan yang terjadi dibanyak daerah. Jika yang haq tidak ditegakkan
dan disebar, maka yang bathil akan masuk dan tersebar. Jika tidak ada dakwah atas yang haq
maka dakwah yang bathil akan masuk. Apa itu dakwah yang bathil yaitu ajakan untuk berjudi,
membeli minuman keras, dan lain-lain, secara terang-terangan ataupun sembunyi-sembunyi.

Penting saat ini kita fikirkan bagaimana mesjid-mesjid yang ada ini dapat makmur dengan amal
agama. Allah perintahkan pada kita di dalam Al Qur’an untuk memakmurkan mesjid-mesjid
Allah bukan hanya satu tetapi setiap orang memakmurkan banyak mesjid. “Innama ya’muru
masajidallahu man amanna billahi wal yaumil akhir…” ( 9:17 ). Dari mesjid ini kebaikan akan
tersebar. Hidupkan dakwah dari mesjid maka nanti Allah akan perbaiki keadaan umat. Jika setiap
dari kita ini sungguh-sungguh dalam dakwah maka nanti Allah akan perbaiki amal-amal kita.
“Wahai orang-orang yang beriman takutlah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang
benar ( qoulan sadida ), niscaya Allah akan memperbaiki bagimu amal-amalmu dan mengampuni
bagimu dosa-dosamu…”( 33 : 70-71 ). Apa itu perkataan yang benar atau Qoulan Sadida yang
bisa memperbaiki amal-amal ibadah kita dan menjadi asbab ampunan terhadap dosa kita ? Allah
berfirman “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang mengajak untuk taat
kepada Allah ( dakwah à waman Ahsanu Qoulan mimman da’a Illallah )” ( 41 : 33 ).

Jadi kita ajak orang kepada Allah bukan kepada figur, kepada organisasi, kepada partai, kepada
harta benda, tetapi hanya kepada Allah. Sedangkan segala sesuatu selain Allah ini adalah dunia
atau mahluk. Hari ini orang saling ajak mengajak kepada golongannya, ini malah akan memecah
belah islam. Seperti firqoh-firqoh atau aliran-aliran yang ada, mereka mengajak orang kepada
golongannya masing-masing. Apa yang mereka lakukan adalah membenarkan firqoh mereka dan
menyalahkan yang lain sehingga terpecah belah semuanya. Jika ummat sudah terpecah belah
maka pertolongan Allah tidak akan turun, dan jika umat sudah saling menghujat maka jatuhlah
mereka dari pandangan Allah. Pada hakekatnya, yang benar itu hanya Rasullullah SAW dan
sahabatnya saja, itulah yang seharusnya jadi acuan kita, bukan alirannya. Kalau ditanya siapa
yang paling benar, jawab saja yang paling benar itu adalah Nabi SAW dan sahabat RA, cukup itu
saja. Kita ikuti saja Nabi SAW dan para Sahabat RA, yaitu mereka yang sudah jelas-jelas ada
jaminannya dari Allah. Bukan aliran kita, atau aliran saya, atau guru saya, atau pendapat saya
yang bener, tetapi yang bener itu hanya Nabi SAW dan para sahabatnya. Jadi bagaimana semua
aliran yang ada sama-sama bahu membahu bersatu bersama memikul tanggung jawab dakwah
ini. Jangan sampai perbedaan yang ada malah membuahkan perpecahan antar umat dan
terhalangnya umat dari tanggung jawab meneruskan risalat kenabian. Tetapi jadikan perbedaan
ini sebagai rahmat dan wacana keilmuan untuk dipelajari.

Pernah dalam suatu riwayat tentang 2 pimpinan Islam terbesar di Indonesia yaitu Buya Hamka
dari Muhammadiyah dan KH. Idham Khalid dari Nahdlatul Ulama pergi Haji bersama. Ketika
sholat subuh hari pertama maka KH Idham Khalid memimpin sholat subuh berjamaah sebagai
Imam. Ketika itu KH Idham Khalid menyadari dibelakangnya ada Buya Hamka dari
Muhammadiyah yang menganut faham sholat subuh tanpa Qunut. Walaupun KH Idham Khalid
adalah dari NU yang menganut Qunut ketika subuh, tetapi ketika itu malah melakukan sholat
subuh tanpa Qunut seperti Muhammadiyah. Hari esoknya, ketika Buya Hamka menjadi Imam
Subuh, beliau menyadari dibelakangnya ada KH Idham Khalid dari NU yang memakai Qunut
ketika subuh, maka ketika itu beliau memilih melakukan Subuh tidak seperti biasanya ala
muhammadiyah tetapi ala NU yaitu dengan menggunakan Qunut. Inilah toleransi dan akhlaq
yang baik yang dicontohkan oleh 2 ulama besar dalam menghadapi perbedaan. Bukannya kita
malah saling menyalahkan atau saling menghujat dengan keyakinan, “saya yang paling benar”.
Kebenaran itu pada hakekatnya hanya Allah yang tau, dan siapa yang paling benar yaitu Nabi
SAW dan para sahabatnya RA. Selama dia mengakui Allah dan Rasulnya maka mereka saudara
kita. Jangan kita pernah merasa menjadi yang paling baik dan paling benar karena ini sifatnya
setan. Posisikan diri kita sebagai orang yang ingin menambah ilmunya, dengan demikian kita
akan siap menerima perbedaan. Inilah maksud dari hadits Nabi SAW bahwa perbedaan diantara
umatku ini adalah Rahmat. Sedangkan yang bukan rahmat dan mendatangkan Laknat adalah jika
perbedaan menjadi perpecahan dan permusuhan.
Jadi kerja dakwah ini adalah kerja untuk seluruh umat islam. Inilah tanggung jawab umat
Muhammad SAW sebagai penerus risalat kenabian. Atas perkara ini perlu kita keluar di jalan
Allah untuk bisa melatih diri kita menghidupkan Amal Mesjid Nabawi dari latihan 3 hari, 40 hari
sampai, 4 bulan, tergantung kesiapannya. Inilah salah satu tujuan kita keluar di jalan Allah
bagaimana mesjid-mesjid yang didatangi oleh rombongan khuruj fissabillillah dapat hidup amal-
amal mesjid Nabawi.
Mengapa Kita harus Menghidupkan Amal Maqomi

Tujuan menghidupkan amal Maqomi adalah bagaimana kita bisa menghidupkan suasana agama
di lingkungan mesjid kita. Terutama bagi yang pulang dari Khuruj Fissabillillah penting bagi
mereka menghidupkan amal maqomi untuk menjaga dan memelihara keimanan mereka. Jadi
tujuan dari membuat amal maqomi bukan untuk merubah lingkungan tetapi untuk mewarnai
lingkungan yaitu lingkungan yang hidup dengan amal agama.

3 Perkara yang dibuat Nabi SAW setelah Hijrah :

1. Membangun Mesjid

2. Meluangkan Masa untuk Mesjid

3. Membuat Amalan Mesjid

Apa itu Amalan Mesjid :

1. Dakwah Illallah

2. Taklim Wa Taklum

3. Dzikir Ibadah

4. Khidmat

Sedangkan 4 Amal Mesjid Nabawi ini dapat diwujudkan dengan 6 cara ( 6 Amal Maqomi ) :

I. Amal Maqomi Harian :

1. Musyawarah à Keadaan Agama : Kargozari, Usul, Program.

Fadhilah : Fikir sesaat lebih baik dari 70 tahun ibadah sunnat

2. Taklim Mesjid & Rumah à untuk Islah diri, keluarga, dan ummat.

Fadhilah : siapa yang memudahkan langkah kaki ke majelis Ilmu maka Allah akan memudahkan
langkah kakinya menuju Surga.

3. 2.5 Jam à Dakwah harian melalui Sillaturrahmi dan Ihtilat


Fadhilah : Mereka yang bertemu dan berpisah karena Allah akan Allah dudukkan di mimbar-
mimbar Cahaya dan akan mendapatkan naungan Arasy Allah di padang Mahsyar.

II. Amal Maqomi Mingguan :

4. Jaulah (keliling) di Mesjid Sendiri dan Jaulah di Mesjid tetangga : Memancing hidayah turun
di Mesjid kita dan mesjid tetangga.

Fadhilah : Sepagi sepetang di jalan Allah lebih baik dari pada seluruh dunia beserta isinya.

III. Amal Maqomi Bulanan :

5. Keluar 3 Hari keluar Fissabillillah : Ishlah diri, menyediakan 1/10 waktu untuk agama setiap
30 hari

Fadhilah : Setiap amal ibadah dan harta yang dikorbankan di jalan Allah, Allah gandakan dari
700.000 kali sampai sebanyak yang Allah mau.

Untuk dapat mempunyai kekuatan dalam melakukan kerja Maqomi dengan baik maka kita harus
menjaga 5 Amalan Infirodhi (Dzikir Ibadah) :

1. Menjaga Sholat 5 waktu berjamaah tidak tertinggal Takbiratul Ulla

2. Menjaga Sholat Tahajjud tiap malam

3. Menjaga Bacaan Qur’an minimal 1 juz tiap hari

4. Menjaga Amalan Dzikir dan Wirid Pagi dan Petang

5. Menjaga Adab-adab ( Terutama menjaga pandangan )

Target dan Tujuan dari membuat amal intiqoli, amal maqomi, dan amal infirodhi ini adalah
bagaimana di diri kita ini dapat terbentuk 6 Qualitas Utama Sahabat RA :

1. Qualitas Yakin Sahabat : La Illaha Illallah Muhammadurrasullullah

2. Qualitas Sholat Sahabat : Khusyu’ wa Khudu’

3. Qualitas Makrifat Sahabat : Ilmu dan Dzikir

4. Qualitas Akhlaq Sahabat : Iqromul Muslimin (Memuliakan Saudara Muslim)

5. Qualitas Keikhlasan Sahabat : Tashihun Niat

6. Qualitas Pengorbanan Sahabat : Dakwah Khuruj Fissabillillah


Untuk dapat mewujudkan ini semua maka diperlukan 6 perkara :

1. Yakin yang benar

2. Cara Nabi SAW atau Sunnah

3. Niat yang Ikhlas

4. Tawajjuh

5. Mengedepankan nilai Amal

6. Mujahaddah atas Nafsu

Jika suatu mesjid sudah hidup amal-amal agama maka rahmat Allah akan turun di kampung
tersebut bercurah-curah. Keadaan kampung akan aman, tentram, dan sejahtera. Bukan dengan
cara perbaikan ekonomi, fasilitas kota, keamanan, tetapi dengan perbaikan amalan mesjid, baru
keadaan masyarakat di daerah itu terperbaiki. Sebagaimana terperbaikinya kehidupan kota
madinah yang jahil asbab hidupnya amal-amal mesjid Nabawi.

7 Jaminan Allah SWT berikan bagi yang menghidupkan Amalan Mesjid :

1. Keberkahan Rizki dan pertolongan dari arah yang tidak disangka-sangka

2. Allah akan menjaga rumah kita sebagaimana Allah menjaga Baitullah

3. Allah akan jaga istri dan anak kita sebagaimana Allah jaga istri dan anak Ibrahim AS

4. Allah akan menangkan yang Haq dan hancurkan yang Bathil

5. Allah akan jadikan diri kita sebagai asbab hidayah

6. Allah akan jaga anak keturunan kita hingga 11 keturunan

7. Allah akan lindungi keluarga dan kampung kita dari fitnah dajjal

Target dari Usaha Nubuwah

Target yang paling penting adalah bagaimana kehidupan kita ini tidak telalu ketinggalan jauh
dari kehidupan para sahabat RA. Jadi penting kita mempunyai target dalam melaksanakan kerja
kenabian ini.

Diantaranya target dari usaha Nubuwah adalah :


Bagaimana Ummat dapat mengamalkan agama secara sempurna selama 24 jam.
Bagaimana Ummat dapat melanjutkan Risalat Kenabian yaitu Kerja Dakwah
Bagaimana Ummat dapat mengikuti Napak Tilas Pengorbanan Kehidupan Sahabat

Sehingga nanti semua manusia dapat selamat dunia dan akherat. Inilah yang namanya jalan
keselamatan. Apa itu Jalan keselamatan yaitu Jalan Hidayah atau Sunnanul Huda. Allah telah
berikan kepada Nabi SAW Sunnanul Huda : jalan-jalan petunjuk atau jalan-jalan hidayah, agar
manusia bisa mendapatkan yang namanya kebahagiaan dan keselamatan. Siapa saja yang
berjalan diluar Sunnanul Huda niscaya mereka akan tersesat dan jauh dari petunjuk Allah. Jika
kita tidak diberi petunjuk maka kita akan sengsara hidup di dunia ini dan di akherat nanti. Seperti
orang buta yang kehilangan tongkat, jalannya akan menderita, nabrak sana nabrak sini, terjatuh-
jatuh. Begitulah orang yang hidup tanpa hidayah. Sedangkan Dakwah ini adalah salah satu
Sunnah Nabi SAW yang akan mendatangkan hidayah atau petunjuk kepada manusia.

Hari ini orang islam banyak yang hidup dengan cara Yahudi dan Nasrani, padahal satu-satunya
kehidupan yang di ridhoi Allah dan yang Allah telah jamin hanya kehidupan Nabi SAW.
Kehidupan Nabi SAW ini adalah suatu kehidupan yang didasari atas wahyu Allah, langsung
petunjuknya dari Allah. Sehingga ketika Nabi SAW mengamalkan petunjuk atau wahyu itu
dengan sempurna maka kehidupan Nabi SAW penuh dengan keberkahan dan pertolongan Allah.
Beda dengan kehidupan kita hari ini yang penuh dengan kesulitan dan tidak ada pertolongan
Allah. Hari ini kita setiap ada masalah baru lari ke ulama minta do’a karena merasa do’anya
tidak didengar oleh Allah. Tetapi setelah minta do’a, ketika pulang kehidupannya tidak berubah,
sama saja dengan sebelumnya seperti kehidupan Yahudi dan Nasrani. Bagaimana Allah akan
tolong kita jika kita masih seperti itu cara hidupnya. Beda dengan sahabat setiap ada masalah
langsung lari kepada Allah, diselesaikan dengan sholat dan do’a, maka pertolongan Allah
langsung turun saat itu juga. Mengapa doa sahabat ijabah dan sedangkan doa kita tidak ? padahal
Tuhannya sama, Nabinya sama, Kitabnya sama, Kiblatnya sama. Ini disebabkan kehidupan yang
kita jalani berbeda dengan sahabat RA.

Usaha ini adalah usaha atas napak tilas pergerakan dan pengorbanan para sahabat. Seseorang
pernah bertanya kepada seorang Masyaikh dari pakistan, Maulana Yunus, “Apa batasan atau
kapan akhir dari perjalanan seseorang ini dalam membuat Amal Maqomi dan Amal Intiqoli ?”
jadi maksudnya apa batasan akhir amalan dakwah ini sehingga orang sudah dapat dikatakan
sampai pada maksud dan tujuannya. Maulana Yunus katakan “Yaitu ketika pengorbanan ummat
ini sudah sampai pada level seperti pengorbanan para sahabat.” Sangking tingginya pengorbanan
para sahabat ini sehingga mereka bisa menarik langsung apa saja yang ada dari khazanah Allah
kapanpun mereka perlukan. Iman mereka ini, para sahabat RA, sudah sampai pada taraf
walaupun diperlihatkan pada mereka surga dan neraka, maka Iman mereka sudah tidak dapat
naik lagi ataupun berkurang. Namun selama kita ketika ditaskil masih ada rasa berat, masih
merasa memerlukan ini dan itu, dan masih terkesan hati kita pada selain Allah, berarti kerja atas
nishab waktu 40 hari, 4 bulan, ini adalah yang terbaik bagi dia untuk dilakukannya dalam rangka
islah dan dalam rangka perjalanan mendekati kepada kehidupan sahabat RA. Jika dia sudah bisa
ditaskil, sudah mempunyai kesiapan untuk berangkat kapan saja diperlukan untuk agama, maka
ketika itu nishab waktu sudah tidak berlaku lagi buat dia. Jika dalam hidupnya tidak ada lagi
yang lebih penting dari perintah Allah dan rasulnya, ketika itu baru kapanpun diperlukan dia
akan siap meninggalkan semua perkara yang dicintai demi agama. Sahabat ini kapan saja ada
takaza atau permintaan untuk fissabillillah mereka selalu siap. Sehingga tidak ada nishab waktu
diantara sahabat, yang ada kapan dibutuhkan mereka selalu siap dan tidak ada keraguan
sedikitpun meninggalkan yang mereka punya. Sahabat sudah meletakkan hidupnya untuk
mencapai maksud, sehingga siap mengorbankan segala-galanya kapan saja diminta untuk
fissabillillah. Inilah sahabat, sedangkan kita belum bisa seperti itu. Mereka, para sahabat RA,
sudah tidak terkesan lagi pada apa yang mereka miliki, tetapi hanya pada apa yang Allah
janjikan.

Seseorang ulama bertanya kepada Masyeikh yang juga seorang Syeikhul Hadits, “Mengapa anda
mau ikut dalam usaha ini yang tidak ada haditsnya mengenai tentang nishab 40 hari, 4 bulan, di
jalan Allah tersebut ?” Lalu Masyeikh katakan mahfum, “Kerja dakwah ini adalah ijhtihad dari
Maulana Ilyas, dan saya merasa cocok dengan ijtihad beliau. Andaikata ada suatu usaha lain
yang lebih baik daripada usaha ini dalam memperbaiki kehidupan ummat maka saya akan bantu
dan ikut dalam perjuangan usaha tersebut !” Tetapi masalahnya saat ini yang ada dan banyak
membawa ummat kepada perbaikan hanyalah usaha ini dan telah nampak hasilnya. Dan usaha
atas amar ma’ruf atau kerja dakwah ini adalah usaha yang paling diperlukan ummat saat ini.

Maulana Ilyas Rah.A ketika memulai usaha ini asbab fikirnya atas agama dan risaunya terhadap
kondisi ummat saat itu di mewat, beliau telah melakukan beberapa usaha atas perbaikan ummat :

1. Usaha Atas Ilmu Mendirikan Madrasah

Namun ketika itu yang beliau temui adalah kegagalan, dan tidak effektif. Seperti ketika beliau
membangun madrasah, salah seorang muridnya yang terbaik setelah lulus pergi kekota, dengan
harapan murid tersebut dapat memberikan perbaikan terhadap kehidupan ummat di kota.
Ternyata setelah bertemu kembali beberapa lama kemudian, si murid yang terbaik yang telah
tinggal di kota ini, ketika bertemu telah hilang dari dirinya ciri-ciri keislamannya. Ini
menunjukkan kegagalan atau ketidak effektifan usaha atas madrasah dalam memperbaiki ummat.
Ketika si murid dibawa kepada suasana kota dimana amal agama tidak ada maka akan terjadi
kemerosotan Iman.

2. Usaha atas Dzikir Ibadah Mengajarkan Amalan Dzikir Tarekat

Beliau mempunyai murid dalam membuat amalan dzikir, karena beliau sendiri juga adalah
seorang Mursyid tarekat. Namun masalahnya adalah murid-murid tarekat ini mempunyai
kecenderungan untuk menyendiri, melakukan uzlah dengan membuat amalan dzikir. Sehingga
perbaikan atas kehidupan ummatpun juga tidak nampak melalui cara ini.

3. Usaha atas Kerja Dakwah Usaha atas Amar Ma’ruf & Fissabillillah

Asbab fikir beliau yang kuat atas agama dan kerisauannya atas ummat yang sudah rusak ini,
sehingga Allah telah memberi petunjuk, ilham, kepada beliau untuk memulai kembali usaha
nubuwah. Usaha Nubuwah yaitu usaha yang dibuat Rasulullah SAW pada waktu kurun awal
islam berkembang. Apa itu usaha Nubuwah ? yaitu kerja dakwah, menyiapkan ummat
melanjutkan risalah kenabian. Rombongan dikirim untuk Fisabillillah agar dapat membuat dan
membawa suasana agama sehingga orang tertarik kembali untuk menghidupkan amal-amal
agama di dalam rumahnya, lingkungannya, dan di seluruh alam. Caranya dengan membuat amal
maqomi dan amal intiqoli, yaitu usaha atas ketaatan, amar ma’ruf, dan usaha atas pengorbanan,
khuruj fissabillillah.

Nabi SAW ditarbiyah oleh Allah agar gantungannya benar dengan cara memutuskan hubungan
beliau dengan orang-orang yang disekitarnya dan yang dicintainya. Beliau SAW sebelum
berdakwah diberi gelar oleh orang-orang “Al Amin”, “Yang Terpercaya”. Dan dicintai oleh
banyak orang. Namun setelah datang perintah untuk berdakwah, orang yang sama yang memberi
beliau gelar Al Amin memberi gelar yang baru menjadi “Al Majnun”, “Orang Gila”. Dan orang-
orang yang mencintainya menjadi orang-orang yang paling benci dengannya bahkan dari
kalangan keluarganya sendiri. Dari kecil Beliau SAW di tarbiyah agar selalu mempunyai
gantungan yang benar agar tidak tawajjuh kepada selain Allah. Belum lahir, ayahnya tempak
seorang anak bergantung sudah wafat. Lalu baru sesaat bertemu ibunya ditengah perjalanan
pulang ibunya wafat. Pamannya yang selalu melindunginya ketika saat-saat dibutuhkan dalam
dakwah beliau juga Allah wafatkan. Istri beliau, Khadijah R.ha, yang selalu mendukungnya
dalam kerja dakwah dan yang selalu menghiburnya dikala susah juga Allah wafatkan pada kurun
masa awal kenabian. Beliau telah kehilangan segalanya dan kehilangan tempat bergantung selain
kepada Allah. Bagaimana Allah mentarbiyah sahabat agar mempunyai tarbiyah yang sama
seperti Nabi SAW sehingga gantungannya hanya kepada Allah, Sahabat RA diperintahkan untuk
hijrah bersama Nabi SAW meninggalkan segalanya dari anak, istri, harta, jabatan, kampung
halaman, dan lain-lain.

Lalu bagaimana teguhnya Nabi SAW mempertahankan kerja dakwah ini yaitu ketika beliau
ditawarkan harta, jabatan, dan wanita oleh para petinggi quraish, apa jawab Nabi SAW,
“Walaupun engkau mampu meletakkan bulan ditangan kananku dan matahari ditangan kiriku,
Aku tidak akan tinggalkan kerja dakwah ini walaupun hanya sekejap saja. Pilihannya hanya dua
yaitu mati dalam mendakwahkan agama Allah, atau hidup melihat agama tersebar.” Inilah
keteguhan Nabi SAW memegang usaha dakwah. Inilah maksud dari usaha ini bagaimana fikir
nabi menjadi fikir kita, risau nabi menjadi risau kita, kesedihan nabi menjadi kesedihan kita,
kecintaan nabi menjadi kecintaan kita, mijaz nabi menjadi mijaz kita. Ini diperlukan
pengorbanan dan training khusus yang dilakukan secara terus menerus sampai pada akhirnya
wujud dalam diri kita. Inilah mengapa kita penting keluar di jalan Allah dan membuat amal
maqomi di mesjid kita.

Dengan Usaha Nubuwah ( Kerja Dakwah ) ini bagaimana kita dapat mewujudkan kehidupan
Nabi SAW ke dalam kehidupan kita. Bagaimana caranya ? yaitu dengan ikut dari pada Napak
Tilas kehidupan Nabi dan Sahabat. Untuk perkara ini maka kita harus menjadikan maksud hidup
nabi menjadi Maksud hidup kita, Kerja Nabi menjadi kerja kita, Fikir Nabi menjadi Fikir kita,
Amal Nabi menjadi Amal kita, Perasaan Nabi menjadi Perasaan kita, Pola hidup nabi menjadi
Pola hidup kita dan Do’a Nabi menjadi Do’a kita. Dengan cara inilah baru kehidupan Nubuwah
akan wujud dalam kehidupan kita sebagaimana hidup di dalam kehidupan sahabat RA. Inilah
targetnya yaitu menghidupkan kembali kehidupan nubuwah yang diamalkan oleh para sahabat
RA kedalam kehidupan kita sehari-hari. Apa itu kehidupan Nubuwah yaitu kehidupan Nabi
SAW selama 24 jam.

Apa itu Maksud Hidup Nabi :


Dakwah à Menyampaikan Agama, memberi peringatan dan kabar gembira tentang Allah dan
kehidupan Akherat.

Apa itu Amal Nabi :

Seluruh Sunnah Nabi SAW dari ujung rambut sampai ujung kaki
Seluruh Kehidupan Nabi SAW selama 24 jam
Seluruh Perjalanan Hidup Nabi, Risau Nabi dan Fikir Nabi

Apa itu Kerja Nabi :

Dakwah Illallah
Taklim wa Taklum
Dzikir Ibadah
Khidmat

Apa itu Fikir Nabi :

Bagaimana umat dari yang pertama lahir sampai yang terakhir mati di hari kiamat dapat
mengucapkan La Illaha Illallah

Bagaimana umat dapat selamat dari Adzab Allah Ta’ala dunia dan akherat dan masuk ke dalam
SurgaNya Allah Ta’ala

Bagaimana seluruh manusia dapat mengamalkan agama secara sempurna.

Bagaimana umat ini dapat melanjutkan tugas Dakwah

Maka untuk dapat mewujudkan ini diperlukan usaha agar kehidupan Nabi SAW dapat wujud
dalam kehidupan kita. Mengapa kita perlu mengusahakan ini ? karena seluruh aspek kehidupan
Nabi SAW itulah yang namanya Agama. Tanpa usaha maka kehidupan nabi tidak akan bisa
wujud dalam kehidupan kita. Methode yang diajarkan oleh Nabi SAW dalam mewujudkan
Agama ini adalah “Learning By Doing”. Belajar dengan cara Pengamalan. Seperti orang yang
belajar membawa mobil dengan praktek dan orang yang belajar mobil dengan membaca. Orang
yang membaca cara membawa mobil belum tentu bisa membawa mobil dibandingkan dengan
orang yang belajar membawa mobil dengan praktek. Yang mengamalkan membawa mobil
dengan praktek dia akan lebih memahami apa yang harus dilakukan jika ada keadaan-keadaaan.
Seperti apa yang harus dia lakukan dengan gas, gigi, dan fasilitas mobil lainnya ketika mobil
jalan, atau sedang berhenti, atau sedang dalam keadaan berbelok. Sedangkan yang dengan
membaca, dia akan terseok-seok dalam membawa mobil ketika diberi keadaan-keadaan. Inilah
perbedaan antara orang yang mengetahui dan memahami.

Ciri-ciri Orang yang faham akan agama, adalah Jika Allah memberi dia ujian atau cobaan, maka
dia akan mengerti bagaimana cara menghadapi masalah atau ujian tersebut. Sedangkan orang
yang hanya tau teori agama, dia akan panik atau bingung menghadapi masalah atau keadaan
tersebut sebagaimana orang yang bingung membawa mobil karena hanya belajar dari buku saja.
Ini dikarenakan tidak adanya latihan atau praktek pengamalan agama. Sehingga ketika dia diberi
ujian oleh Allah, dia tidak memahami kemauan Allah atas diri dia dalam keadaan tersebut. Ilmu
agama akan memberikan kefahaman kepada kita jika diamalkan. Kefahaman ini hasilnya adalah
keyakinan atas amal yang kita buat. Namun orang akan faham agama jika dia sudah amalkan
agama. Seperti orang yang tau rasanya membawa mobil dengan praktek dan orang yang hanya
membaca buku tentang membawa mobil. Hanya dengan Praktek membawa mobil baru kita bisa
faham membawa mobil. Begitu juga dengan Agama hanya dengan praktek pengamalan, baru kita
bisa siap terhadap keadaan dan ujian yang Allah kasih. Dengan mengamalkan kehidupan Nabi
SAW, baru kehidupan Nabi SAW akan wujud dalam kehidupan kita dan memahami pentingnya
kehidupan Nabi SAW dalamkehidupan kita. Nabi SAW dikatakan sebagai Al Qur’an berjalan
karena seluruh kehidupan Al Qur’an wujud dalam diri Nabi SAW. Begitu juga Sahabat yang
mencontoh seluruh aspek dari kehidupan Nabi Muhammad SAW, merekapun adalah Al-Qur’an
berjalan. Maka dalam rangka mewujudkan ini diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dan terus
menerus sampai sempurna. Tidak bisa hanya dengan latihan 3 hari, 40 hari, atau 4 bulan itu
hanya sarana saja seperti bilangan 6 tahun di SD, 3 tahun di SMP, dan 3 tahun di SMA, namun
yang namanya menyempurnakan ilmu atau belajar atau latihan itu dilakukan sampai mati tidak
ada bilangannya.

Tertib Pergi di Jalan Allah

Untuk mencapai kesuksesan perbaikan diri maka diperlukan tertib aturan yang mengatur
seseorang ketika keluar di jalan Allah. Maka ketika keluar di jalan Allah tertib atau ushul ini
perlu dijalankan sebagai tolak ukur perbaikan :

I. Yang Ditingkatkan

1 Dakwah Illallah
2 Taklim wa Taklum
3 Dzikir Ibadah
4 Khidmat

II. Yang Dikurangi :

Waktu Makan dan Minum


Waktu Tidur dan Istirahat
Memenuhi Hajat keluar Mesjid
Bicara dunia dan sia-sia

III. Yang Dijaga :

Ketaatan pada Amir selama Amir taat pada Allah dan Rasul
Amalan Istima’i (bersama) dibanding Infirodhi (individu)
Kehormatan dan Kemuliaan Mesjid
Sabar dan Tahammul (Tahan Uji)

IV. Yang Ditinggalkan :


Berharap kepada Mahluk hanya berharap kepada Allah
Meminta kepada Mahluk hanya minta kepada Allah
Memakai barang tanpa izin
Boros dan Mubazir

V. Yang Dihindari :

Bicara Politik dalam dan luar negeri


Bicara Khilafiyah
Bicara Aib (Jemaah atau Masyarakat)
Bicara Status Sosial dan Derma

VI. Yang Didekati :

Ahli Ilmu (Ulama)


Ahli Dzikir (Mursyid Tarekat)
Ahli Dakwah (Mubaligh)
Ahli Penulis Kitab (Mussanif)

VII. Yang Di jauhi:

Mencela atau menghina Aliran Agama


Mengkritik Aliran Agama
Membanding-bandingkan Aliran Agama
Menerima atau Menolak Dalil Ulama sebelum di konfirmasikan

Azas dan Fondasi dari Usaha Nubuwah ini :

1 Usaha atas Hati bukan Akal


2 Usaha atas Diri bukan Harta
3 Usaha atas Musyawarah bukan Perintah
4 Usaha atas Diam-diam / Tersembunyi bukan Propaganda / Pamer Kekuatan
5 Usaha atas Bil Ma’ruf bukan Nahi Mungkar
6 Usaha atas Persamaan/Kesatuan bukan Perbedaan/Perpecahan
7 Usaha atas Berita Gembira (Fadhilah) bukan Ancaman
8 Usaha atas Gerak bukan Tulisan
9 Usaha atas Individu bukan Kelompok / Perkumpulan
10 Usaha atas Kedamaian bukan Peperangan
11 Usaha atas Kerendah Hatian bukan kesombongan
12 Usaha atas Umum (akar / dasar) bukan Teknis (cabang / bagian )
13 Usaha atas penjelasan yang singkat (ringkas) bukan detail

Perumpamaan Agama :

“Agama itu seperti pohon. Pohon itu bukan tumbuh karena perintah dan larangan. Pohon tumbuh
karena diletakkan pada tempat yang baik, lingkungan yang baik, pemupukan, dan pengairan.
Begitu juga agama jika di letakkan pada tempat yang benar dan pada lingkungan baik, maka dia
akan tumbuh dengan baik. Dakwah dengan tertib yang benar ini adalah tempatnya, lalu buat
suasana amal. Kerja Dakwah ini mensuasanai lingkungan bukan merubah lingkungan. Cara
mensuasanai lingkungan ini adalah dengan menghidupkan sunnah dan amal ibadah.
Pengairannya adalah dengan menghidupkan Taklim, agar hati manusia ini ada gairah untuk
beribadah. Pemupukannya adalah dengan sillaturrahmi, bina hubungan, dan akhlaq yang baik.
Baru dengan ini agama akan wujud, dan orang akan datang. Jadi Agama bukannya tumbuh
dengan perintah dan larangan tetapi karena suasana amal dan akhlaq yang baik.”

“Agama itu tidak bisa dipaksakan. Semua orang kalo di perintah dan di larang-larang, maka
kecenderungan mereka akan menolak, menentang, berontak, bahkan mendebat. Kita harus satu
bahasa dulu dengan mereka, cari persamaan, jangan memaksa. Hanya ada satu bahasa yang bisa
buat semua orang ngerti dan sefaham, yaitu kebaikan. Semua orang kalo disuruh-suruh gak bisa
satu bahasa, tetapi kalo dikasih hadiah, kue, baju, minyak wangi semuanya bakal ngerti. Di hati
orang itu akan berkata, “..Oh rupanya Orang ini mau berbuat baik kepada saya”. Ketika ini baru
Agama dapat masuk setelah ada kesan kebaikan kita pada diri mereka”

“ Agama ini harus kita dulu yang bawa. Jika kita sudah merasa senang dengan agama dan tidak
merasa terbebani, nanti orang lain akan ikut dan nanya-nanya. Seperti orang yang sedang makan
es krim. Kalo yang makan sudah senang maka yang lain akan minta dan nanya-nanya. Tetapi
jika yang makan tidak suka bagaimana yang lain mau datang untuk minta atau nanya-nanya.
Begitu juga agama jika kita yang membawa agama sudah tidak suka bagaimana yang lain bisa
suka. Jangan kita buat standard yang sulit untuk di ikuti oleh orang lain tetapi kita harus bisa
menunjukkan kepada mereka bahwa agama itu mudah diamalkan dan diikuti. Lalu seiring waktu
kita buat suasana agar mereka mau untuk meningkatkan pengorbanan.”

Mengapa Kita harus berpartisipasi dalam pergerakan ini

Yang perlu kita sadari adalah bahwa hampir lebih dari 80 % kandungan Al Qur’an itu isinya
mengenai perjuangan para Nabi AS dalam berdakwah, kisah-kisah ummat yang menolak dakwah
para Nabi AS. Tidak ada diterangkan di dalam Al Qur’an ini mengenai jumlah ibadah Nabi-
Nabi, berapa banyak sholatnya ? berapa banyak dzikirnya ? berapa banyak puasanya ? tetapi
justru yang diceritakan adalah kebanyakan daripada pengorbanan para Nabi. Ini karena Allah
ingin kita belajar dari pada pengorbanan para Nabi-nabi ini. Napak tilas pengorbanan merekalah
yang telah mendapatkan ridho Allah ini yang patut kita ikuti. Bahkan jantung daripada Al Qur’an
itu sendiri yaitu surat yassin, isinya menjelaskan kisah seorang pemuda yang mengajak kaumnya
untuk mengikuti daripada ajakan, dakwah, nabi-nabi yang telah datang kepada mereka. Sekarang
caranya bagaimana kita mengikuti Napak Tilas mereka yang telah di ridhoi Allah ini.

Allah berfirman :

“ Orang-orang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islam) diantara orang-orang Muhajirin
dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka
dan Allah menyediakan bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Dan
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” ( 9 : 100 )
Dan dalam ayat ini Allah telah menggambarkan orang-orang yang telah Allah Ridhoi :

1. Orang islam yang terdahulu dan yang pertama masuk islam ( Awallun Muslimin )

2. Orang-orang Muhajjir dan Anshor

3. Orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik

Jadi yang perlu kita lakukan sekarang adalah dengan meniru-niru pergerakan mereka yaitu
menjadi orang-orang yang Muhajjrih ( hijrah membawa agama ) dan jika tidak pergi di jalan
Allah kita bisa menjadi Anshor ( orang-orang yang menerima Muhajjirin ). Dengan pergi di jalan
Allah ini meniru-niru daripada pergerakan dan perjuangan merka yang telah di ridhoi Allah ini,
mudah-mudahan Allah juga golongkan kita termasuk daripada “Orang-orang yang mengikuti
mereka ( Nabi dan Sahabat, Muhajjir dan Anshor ) dengan baik.” Untuk perkara inilah penting
kita ikut mengambil bagian dari pada usaha nubuwah ini.

Allah berfirman :

“Walladzina’amanu wahajaru wajahadu fissabillillahi walladzina awawwa nasharu ulaika humul


mukinuna haqqan lahummaghfirotuw warizqun kariim.” ( 8 : 74 )

Artinya : Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah ( Muhajjir ) serta berjuang pada jalan
Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman ( Anshor ) dan memberi pertolongan
(kerja sama antara Muhajjir dan Anshor / orang tempatan), mereka itulah orang-orang yang
beriman dengan Haq ( yang benar-benar beriman ). Mereka memperoleh ampunan dan rezeki
yang mulia.

Jadi orang-orang yang beriman ini, mereka tidak ada keraguan dalam menjalankan perintah
Allah dan mereka buktikan dengan berkorban di jalan Allah. Allah telah bahwa orang yang mau
berjuang di jalan Allah lah yang Imannya adalah Haq, Iman yang sebenarnya. Kita tidak bisa
mengklaim diri kita beriman jika kita belum bisa membuktikan diri kita kepada Allah, bahwa
kita mau berkorban di jalannya sebagaimana nabi SAW dan para Sahabat RA dahulu yang telah
membuktikan keimanan mereka dengan pengorbanan yang nyata di jalan Allah.

Allah berfirman :

“Apakah Kamu mengira bahwa kamu akan masuk Surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-
orang yang berjihad diantaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.” ( 3:142)

Rasullulah SAW bersabda mahfum :

“Permisalan seorang yang melakukan Jihad di jalan Allah adalah seperti orang yang berpuasa di
siang hari, menghabiskan masanya membaca qur’an dalam sholat, bersedekah secara terus
menerus sampai si Mujahid itu kembali. Itupun orang yang pergi di jalan Allah masih melebihi
daripada itu.”
Allah Swt berfirman :

“Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan
mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan
hari kemudian serta bejihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada kaum yang zalim (At-Taubah-19)”

Ayat ini turun asbab ketika Rasullah Saw hijrah, parah orang kafir Quraish mencibir bahwa Nabi
SAW sudah meninggalkan amalan yang besar ke tempat yang tidak ada sama sekali keutamaan
yaitu Madinah. Mereka berpendapat bahwa tinggal di Mekkah itu lebih mulia dan melayani
orang ibadah haji tentu nilainya lebih tinggi dibanding hijrah ke Madinah untuk berdakwah.
Maka Allah bantahlah cibiran kafir Quraish ini bahwa tidak sama nilainya, lebih tinggi orang-
orang yang pergi di jalan Allah. Padahal sholat di masjidil haram ini nilaninya 100.000 kali lebih
tinggi di banding mesjid-mesjid di luar tanah haram, belum lagi nilainya bertambah ketika bulan
Ramadhan, namun semuanya itu ditinggalkan oleh Nabi Saw dan para Sahabat RA demi takaza
dakwah. Apalagi kalau dibandingkan hanya meninggalkan kantor, meninggalkan pesantren,
wong keutamaan masjidil haram di bulan ramadhan dan berkhidmat untuk jemaah Haji aja di
tinggalkan demi Takaza Dakwah.

Jangan sampai yang namanya Dunia menghalangi kita dari Kerja Dakwah ini dan dari berjuang
di jalan Allah. Apa itu yang namanya dunia ? segala sesuatu selain Allah yang dapat menjauhkan
kita dari perintah Allah adalah dunia.

Allah berfirman :

“Katakanlah : Jika Bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, kaum


keluargamu, harta kekayaanmu yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiaannya, rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari pada
Allah dan rasulNya dan dari berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusanNya. Dan Allah tidak akan memberi petunujuk kepada orang-orang yang fasik.” (9 :
24)

Inilah definisi dunia menurut sebagian ulama, dan bagaimana dengan teknologi, ekonomi,
kekuasaan, dan kekuatan militer ? Itu hanyalah keperluan manusia saja bahkan hanya seperti
hiasan dunia saja. Jadi jangan sampai kita salah faham, bukan berarti kita tidak perlu teknologi,
ekonomi, kekuasaan, dan kekuatan militer, hanya saja itu bukan sebagai maksud kita, tetapi
hanya sebagai keperluan saja.

Allah berfirman :

“Sesungguhnya kami telah jadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar kami
menguji mereka siapakah diantara mereka yang terbaik perbuatannya.” (18 : 7)

Dari riwayat Tirmidzi, Allah berfirman dalam Hadits Qudsi :


“Wahai anak Adam jadikan seluruh hidupmu untuk beribadah kepadaKu, niscaya Aku akan
penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku akan penuhi kebutuhanmu. Dan apabila engkau tidak
mengerjakannya, niscaya Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak akan
memenuhi kebutuhanmu.”

Rasullullah SAW bersabda mahfum :

“Apabila engkau membaktikan dirimu hanya untuk kepentingan perniagaan, dan menyebar
lembu-lembumu untuk pertanian, dan engkau puas dengannya, dan meninggalkan Jihad, maka
Allah akan melimpahkan kehinaan ke atasmu. Kehinaan ini tidak akan diangkat sehingga engkau
kembali kepada agamamu ( dan berjihad di jalannya )”. ( HR Abu Dawud )

Orang-orang yang sibuknya hanya memperbaiki memperbaiki keperluan saja dan melupakan
maksud, maka pasti dan pasti kehidupannya akan dipenuhi masalah. Kalau memperbaiki
keperluan ini dijadikan maksud maka yang terjadi adalah masalah akan bermunculan. Seperti
seorang turis yang naik kapal pesiar lalu dia transit di suatu pulau. Kalau si turis ini ketika dia
turun kepulau tersebut lalu membangun rumah membeli mobil dan semua peralatan hidup maka
hidupnya akan menjadi masalah ketika dia harus meninggalkan pulau untuk pergi ke kota yang
dia tuju. Ini karena transit di pulau itu bukan maksud hanya keperluan, dan itu semua harus kita
tinggalkan untuk menuju tempat tujuan terakhir yaitu akheratnya Allah. Jadi harta, teknologi,
ekonomi, semua ini hanya keperluan saja bahkan menjadi ujian buat kita, karena semua itu hanya
perhiasan dunia yang suatu saat harus kita tinggalkan menuju kampung akherat. Namun bukan
berarti kita melupakan keperluan kita di dunia ini, karena walau bagaimanapun yang namanya
keperluan ini adalah sarana untuk dapat mencapai maksud.

Ibarat / Kiasan :

Kapal adalah alat atau kendaraan menuju kampung akherat. Namun yang terpenting dari kapal
ini yang perlu di jaga agar jangan sampai terjadi adalah bagaimana agar kapal ini jangan sampai
bolong sehingga air dapat masuk kedalam kapal. Sehingga menyebabkan kapal bisa tenggelam.
Air ini adalah dunia, tanpa air kapal tidak bisa jalan, namun jika air masuk kedalam kapal, maka
kapal bisa karam. Jadi penting kita usahakan bagaimana hati kita ini tidak bolong kemasukan air
dunia. Jika dunia sudah masuk kedalam hati maka hati kita akan tenggelam sebagaimana
tenggelammnya kapal yang kemasukan air. Jadi dunia ini hanya keperluan saja agar kapal kita
bisa sampai pada tujuannya yaitu akherat. Orang yang hatinya sudah kemasukan dunia ini akan
terjangkit penyakit wahan. Apa itu penyakit Wahan yaitu penyakit cinta dunia (Hubbud Dunia)
dan Takut Mati. Lalu bagaimana mengatasi penyakit ini, ulama buat ijtihad yaitu dengan
meninggalkan dunia yang kita cintai ini sementara saja dengan pergi di jalan Allah. Pergi di jalan
Allah meninggalkan dunia yang kita cintai ini hanya latihan saja sebelum maut menjemput dan
kita harus meninggalkan dunia selamannya. Inilah cara kita mempersiapkan diri.

Allah berfirman :

“Wahai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan satu perniagaan yang dapat
menyelamatkan kamu dari adzab yang pedih ? yaitu kamu beriman kepada Allah dan RasulNya,
lalu kamu berjuang di jalan Allah dengan harta dan diri kamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu
andaikan jika kamu mengetahuinya. Allah akan mengampuni dosa-dosamu, dan Allah akan
memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan tempat tinggal
yang baik di dalam surga. Itulah Keuntungan ( kemenangan dan kejayaan ) yang besar.”

( 61 : 10 – 12 )

Disini Allah menawarkan kepada orang beriman suatu perdagangan dengan Allah, berbisnis
dengan Allah, yang dapat menyelamatkan kita dari pada siksa Allah yang pedih. Padahal Allah
tidak memerlukan kita. Jadi tawaran ini hanya sebagai kasih sayang Allah kepada kita agar mau
beramal. Tawaran perniagaan yang seperti apa yang Allah tawarkan :

1. Beriman kepada Allah dan RasulNya

2. Berjuang di jalanNya dengan harta dan diri kita

Maka keuntungannya dari perniagaan ini hingga Allah katakan sebagai keuntungan,
kemenangan, kejayaan yang besar andaikan saja kita mengetahuinya. Apa keuntungan itu :

1. Ampunan dosa-dosa kita

2. Dimasukkan kedalam Surga

Jadi derajat mereka yang mau berkorban di jalan Allah ini sangat tinggi sekali di sisi Allah,
sehingga Allah menawarkan Jihad Fissabillillah ini sebagai suatu perniagaan yang dapat
memberikan keuntungan bagi kita. Bahkan Allah mengancam bagi mereka yang tidak mau
berkorban di jalan Allah atau mau berhenti atau istirahat daripada jalan Allah ini :

Allah berfirman :

“ Dan belanjakanlah hartamu di jalan Allah, dan janganlah kamu melemparkan diri kamu ke
dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik. “ ( 2 : 195 )

Asbabun Nuzul daripada ayat ini adalah ketika seorang sahabat hendak cuti atau istirahat, atau
tidak mau ikut pergi di jalan Allah karena sedang mempunyai urusan. Sehingga turunlah ayat ini
untuk mereka yang ada terlintas untuk istirahat atau berhenti dari berjuang di jalan Allah.

Di dalam Al Qur’an Allah berfirman :

“ Sesungguhnya Kalian adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru
kepada yang Ma’ruf (dakwah), dan mecegah yang mungkar, dan beriman kepada Allah…”

(3 :111)

Disini Allah bilang kita sebagai Choiru Ummat atau Umat terbaik tentu ada sebabnya. Ini
dikarenakan kita diamanahkan untuk memikul suatu kerja yang tidak diamanah kepada umat
sebelumnya yaitu kerja kenabian atau kerja dakwah. Menyeru manusia kepada yang Ma’ruf dan
mencegah yang mungkar atau dakwah ini adalah identitas umat Nabi SAW sebagai pelanjut
risalat kenabian. Jika kita tidak melakukan tugas ini maka ini seperti polisi yang berpakaian
polisi tetapi tidak mau mengerjakan tugasnya, hanya mau duduk-duduk saja diwarung, pasti dia
akan dimarahi atasannya. Baju Polisi yang melambangkan identitas seorang polisi ini seperti
kerja dakwah yang merupakan identitas umat ini. Jika kita tidak melakukan tugas yang menjadi
identitas kita sebagai umat Nabi SAW maka kita akan dimurkai Allah Ta’ala.

Dalam Mahfum Hadits, Dari Aisyah R.ha berkata mendengar Nabi SAW bersabda :

“ Hai Manusia, Allah SWt berfirman kepada kalian : “Serulah (dakwahlah) kepada manusia
untuk berbuat kebaikan dan cegahlah mereka dari perbuatan mungkar”, sebelum datang kepada
kalian (akibatnya) dimana kalian berdo’a kepadaKu tetapi Aku tidak akan menerima do’a kalian,
kalian meminta kepadaKu tetapi Aku tidak akan memenuhi permintaan kalian, kalian memohon
pertolongan kepadaKu tetapi Aku tidak akan menolong kalian.” (At Targhib)

Dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda mahfumnya :

“Apabila umatku sudah mengagungkan dunia (maksudnya : mendahulukan dunia dibanding


perintah Allah), maka tercabutlah dari mereka dari kehebatan islam. Apabila umatku
meninggalkan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar (Dakwah), maka diharamkan bagi mereka
keberkahan wahyu (Kefahaman Agama). Dan apabila umatku sudah saling caci mencaci (hujat
menghujat) satu sama lain, maka jatuhlah mereka dari pandangan Allah Ta’ala.” (HR Hakim dan
Tirmidzi)

Dari Abu Said Al Khudri, Nabi SAW bersabda :

“Barangsiapa melihat suatu kemungkaran maka hendaklah cegah dengan tangannya. Jika tidak
mampu cegahlah dengan lidahnya. Jika tidak mampu hendaklah dia merasa benci dalam hatinya
dan ini adalah selemah-lemahnya Iman.” (HR Muslim)

Oleh karena itu penting ada diantara kita yang siap melakukan inisiatif untuk mengajak manusia
kearah perbaikan seperti yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW. Walaupun itu hanya
segolongan orang yang memulainya demi tegaknya agama dan perbaikan atas ummat.

Allah berfirman :

“Dan hendaklah ada diantara kalian segolongan ummat (jemaah) yang menyeru kepada
kebaikan, menyeru kepada yang Ma’ruf, dan mencegah kemungkaran, dan merekalah orang-
orang yang beruntung.” (3:104)

Disini bahkan Allah bilang bagi orang yang mau menyeru manusia kepada kebaikan ini sebagai
orang-orang yang beruntung. Dan hanya orang-orang yang mencintai Allah, Rasul, dan
Agamanya Allah saja yang mampu berfikir ke arah tersebut dan mau membuat usaha perbaikan
atas Ummat. Tanda-tanda kecintaan seseorang kepada Allah yaitu terlihat dari keinginan dia
mengikuti orang yang paling Allah cintai agar dia bisa mendapatkan cinta dari Allah kepadanya.
Allah berfirman :

“Katakanlah (hai Muhammad SAW) : Jika kamu mencintai Allah , ikutilah Aku, niscaya Allah
akan mengasihimu, dan mengampuni dosa-dosamu..” (3:31)

Inilah yang Allah minta kepada orang yang mengaku cinta kepada Allah yaitu dengan mengikuti
jalan orang yang paling dicintaiNya yaitu Nabi SAW. Hanya dengan cara Nabi SAW kita akan
mendapatkan cinta Allah SWT, ini karena Allah telah mewariskan kepada Nabi Sunnanul Huda
atau Jalan-jalan Hidayah (Petunjuk). Jika kita berjalan diluar Sunnanul Huda niscaya tersesatlah
kita. Sekarang bagaimana cara mengikuti Nabi SAW ? Apa itu jalan Nabi SAW ?

Allah berfirman :

“Katakanlah (hai Muhammad SAW) : ini adalah jalanku, Aku dan orang-orang yang
mengikutiku mengajak (manusia) kepada Allah dengan Hujjah yang nyata…” (12:108)

Allah telah perintahkan kepada Nabi SAW untuk menjelaskan jalan hidupnya kepada manusia
agar mereka mengikutinya. Apa itu jalan hidup Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya yaitu
mengajak orang untuk taat kepada Allah dan semua Perintah-perintahNya. Inilah yang namanya
Dakwah yaitu mengajak orang kepada Allah saja dan untuk taat kepada perintah-perintahNya.
Inilah maksud dikirimkan rombongan-rombongan dakwah ke seluruh pelosok dunia. Jadi jalan
dakwah ini adalah jalan hidup kenabian dan salah satu sunnah Nabi SAW. Hanya dengan
mengikuti jalan yang orang kita cintai baru cinta kita ini dapat dibenarkan. Bagaimana kita bisa
mengaku cinta sementara kita tidak mau mengikuti orang yang kita cintai.

Dalam Hadits Mahfum Nabi SAW bersabda :

“Barang siapa yang mengamalkan sunnahku berarti dia mencintaiku, dan barang siapa yang
mencintaiku maka dia akan di surga bersamaku.” (Al Hadits)

“Semua orang dari ummatku akan masuk surga kecuali yang menolak.” Para sahabat bertanya,
“Siapakah yang menolak ya Rasullullah SAW ?” Nabi SAW menjawab, “Mereka yang menolak
Sunnahku.” (Al Hadits)

Sedangkan Dakwah ini adalah Sunnah Nabi SAW yang nyata, bahkan kita ini disunnahkan
dalam suatu riwayat nabi SAW :
“Balighul Anni Walau Ayyat”

Artinya : “ Sampaikanlah kepada mereka walaupun hanya satu ayat ”

Dalam Haji Wada, Haji Nabi SAW yang pertama dan yang terakhir Nabi SAW bersabda
mahfum kepada para sahabat yang hadir :

“Sudahkah aku sampaikan kepada kamu perintah-perintah Allah ?” para sahabat RA semua
menjawab, “Ya, engkau telah menyampaikan risalah itu !” lalu Baginda Nabi SAW berkata : “Ya
Allah, saksikanlah ini ( pengakuan umatku ).” Nabi SAW bersabda kembali : “Hendaklah yang
hadir disini menyampaikan kepada yang tidak hadir disini…”

Inilah sign, tanda, dari Nabi SAW agar kita siap untuk menyampaikan agama ke suluruh
permukaan bumi. Inilah sebabnya banyak maqam sahabat ditemukan di luar negeri. Dari 114.000
sahabat hanya 14.000 sahabat yang ditemukan makamnya antara Mekkah dan Madinnah,
selebihnya di luar negeri. Seperti Saad bin Abi Waqqash RA makamnya ditemukan di Cina,
Ayub Al Anshori di Turkey, Tariq bin Ziyad RA di Spanyol, dan lain-lain. Andaikata sahabat ini
hanya memikirkan ibadah saja di mesjidil haram dan mesjid nawabi maka islam tidak akan
tersebar dan kita kemungkinan masih menyembah patung dan kuburan.

Imam Malik Rah. A berkata :

“Tidak ada cara lain untuk memperbaiki ummat ini selain menggunakan cara Nabi SAW ketika
memperbaiki Ummat pada kurun Awal.”

Jadi hanya dengan dakwah ummat akan terperbaiki karena dakwah ini adalah sarana atau alat
untuk mempromosikan atau menyebar luaskan agama. Sudah tertulis dalam sejarah setiap ummat
terdahulu setelah tidak ada lagi kerja dakwah dari nabi-nabi mereka maka kecenderungan mereka
akan menjadi kafir melalui tahapan :

Tahap Pertama manusia akan meninggalkan amal ibadah

Tahap Kedua manusia akan mengerjakan maksiat atau perbuatan mungkar

Tahap Ketiga manusia akan meninggalkan agama menjadi kafir atau murtad karena sudah tidak
ada lagi keyakinan pada agama bahwa agama dapat menyelesaikan masalah.

Tanpa Dakwah maka agama lambat laun akan pudar hingga tidak ada lagi orang yang
mengamalkannya. Bahkan ketika ada yang mengamalkannya akan nampak aneh, bahkan yang
mengamalkannya akan dicap seperti orang gila. Jika tidak ada dakwah maka tidak ada orang
yang saling ingat mengingati karena Allah. Padahal di dalam Al Qur’an dibilang bahwa
peringatan itu baik buat orang beriman. Tanpa Dakwah, agama ini seperti barang bagus tetapi
tidak laku atau tidak ada yang mau membeli. Ini karena tidak ada yang mempromosikannya
sehingga tidak ada yang mau membeli. Dakwah ini adalah sarana untuk mempromosikan
manfaat-manfaat agama dan menjelaskan kerugian yang terjadi bila kita meninggalkannya. Jadi
Dakwah ini adalah tulang punggung agama. Tanpa Dakwah yang Haq maka Dakwah yang Bathil
akan masuk. Jika Dakwah yang bathil sudah masuk seperti promosi minuman keras, perjudian,
prostitusi, pakaian-pakaian yang vulgar, dan lain-lain, maka keimanan orang akan menurun. Jika
Iman sudah menurun maka Amal Ibadah akan berkurang, akhlaq manusia akan menjadi buruk,
muamalah dan muasyaroh manusia akan rusak. Ketika itu maka do’a tidak akan didengar dan
pertolongan Allah tidak akan datang, yang ada hanya kerusakan yang terjadi dalam kehidupan
manusia. Ketika itu semua masalah akan berdatangan. Namun dengan Dakwah maka keimanan
akan datang, agama akan tersebar, amal agama akan meningkat, akhlaq manusia akan bagus,
perdagangan dan hubungan antar manusia akan baik, dan pertolongan Allah akan datang kepada
ummat ini. Atas perkara ini penting kita membantu agama Allah agar Allah perbaiki kehidupan
kita.

Allah berfirman :

“Hai orang-orang beriman jika kamu membantu agama Allah maka Allah akan menolongmu dan
menguatkankan kedudukanmu.” (47:7)

ini adalah janji Allah bagi mereka yang mau membantu agama Allah maka Allah akan menolong
kehidupan kita memperbaiki keadaan rusak dan Allah akan menyelesaikan seluruh masalah yang
dihadapi oleh seluruh manusia. Inilah yang dianjurkan ulama yaitu belajar menyelesaikan
masalah dengan amal agama. Belajar menyelesaikan masalah dengan pertolongan Allah.
Bagaimana cara mendatangkan pertolongan Allah yaitu dengan menjalankan perintahnya. Setiap
perintah Allah dibaliknya pasti ada pertolongan Allah. Seperti seorang duta negara yang
diperintahkan negaranya jika terjadi sesuatu pasti negara tersebut akan menolong dutanya karena
si duta bertindak berdasarkan perintah negara. Apalagi dengan menolong agama Allah, pasti
Allah akan menolong kita balik. Hanya dengan agama Allah saja semua permasalahan dapat
terselesaikan. Namun syaratnya harus ada niat dan kesungguhan usaha dari ummat tersebut
untuk memperbaiki keadaan.

Allah berfirman :

“…Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan nasib suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…” (13 : 11)

Jadi Allah baru mau membantu merubah suatu kaum setelah kaum itu mau berusaha untuk
merubah kehidupannya sendiri. Allah akan mendatangkan perbaikan pada suatu kaum jika kaum
itu mau buat usaha perbaikan. Apa yang harus diperbaiki pertama kali yaitu kondisi agamanya,
karena baik atau buruknya manusia tergantung pada kondisi agama yang ada diri mereka.
Sedangkan Agama ini adalah solusi yang Allah berikan untuk menyelesaikan seluruh masalah
manusia sampai hari kiamat.

Hidupkan amal-amal mesjid nabawi di setiap mesjid maka akan datang perbaikan dan
peningkatan qualitas hidup bagi orang-orang yang tinggal di kampung itu. Sebagaimana
terperbaikinya kehidupan ummat di madinah pada jaman Nabi SAW. Bagaimana kehidupan para
sahabat terperbaiki dan meningkat qualitasnya setelah Agama tersebar melalui mesjid Nabawi.
Syaratnya harus ada orang yang mau bergerak mengajak manusia kepada kebaikan.

Dari Anas RA :

Kami para sahabat RA bertanya “Ya Rasullullah SAW kami tidak akan menyuruh orang untuk
berbuat baik sebelum kami sendiri mengamalkan semua kebaikan dan menjauhi semua
kemungkaran.” Maka Nabi SAW bersabda, “ Tidak, bahkan serulah orang untuk berbuat baik,
meskipun kalian belum mengamalkan semuanya. Dan cegahlah kemungkaran, meskipun kalian
belum menghindari semuanya.”
(HR Thabrani)

Inilah isyarat dari Nabi mengenai pentingnya kerja dakwah walaupun kita belum sempurna
mengerjakan kebaikan dan belum sempurna meninggalkan kemaksiatan. Dan hanya dengan
mendakwahkan agama saja keadaan akan terperbaiki bukan dengan ekonomi, teknologi,
kebudayaan atau dengan kekuasaan itu hanya keperluan saja. Kalau masih memerlukan itu
berarti agama belum sempurna karena tidak bisa menyelsaikan masalah manusia. Sedangkan
Agama ini sudah sempurna Allah berikan kepada manusia sebagai solusi untuk menyelesaikan
seluruh masalah. Siapa saja yang mencari solusi diluar solusi yang telah Allah berikan kepada
manusia maka yang akan terjadi hanyalah masalah. Selain dengan agama maka manusia hanya
menyelesaikan masalah dengan masalah, bukan masalah selesai tetapi hanya akan menambah
masalah.

Allah berfirman :

“…Pada hari ini telah aku sempurnakan untukmu agamamu dan telah Aku sempurnakan
nikmatKu kepadamu dan telah Aku relakan islam menjadi agamamu…” (5 : 3)

Semua sudah sempurna Allah berikan dari rumus dan methode untuk menyelesaikan seluruh
masalah yang di hadapi oleh manusia sampai hari kiamat, tidak ada cara lain. Selain cara Allah
dapat dipastikan akan menemukan kegagalan. Seperti kaum ad yang sukses membuat usaha atas
kesehatan dan kekuatan tetapi ingkar terhadap Agama maka mereka berakhir binasa. Kaum
Madyan yang sukses membuat usaha atas perbaikan ekonomi dan keuangan juga berakhir binasa
karena mereka ingkar terhadap Allah dan AgamaNya. Kaum Saba yang sukses membuat usaha
atas pertanian namun ingkar terhadap perintah Allah maka mereka Allah binasakan. Kaum Luth
yang sukses membuat usaha atas peningkatan qualitas seksualitas untuk mencapai kebahagiaan,
merekapun Allah binasakan. Kaum Tsamud yang sukses membuat usaha atas teknologi arsitektur
juga Allah telah hancurkan. Firaun dan Namrud yang sukses membuat usaha atas kekuasaan,
sangking berkuasa sampai mengaku sebagai tuhan, juga Allah hancurkan. Qorun yang sukses
membuat usaha atas peningkatan harta dan kebendaan juga Allah telah hancurkan. PM Hamman
Laknatullah Alaih yang sukses membuat usaha atas karir politik juga telah Allah hancurkan
karena ingkar terhadap perintah Allah. Abrahah yang sukses membuat usaha atas kekuatan
militer juga telah Allah hancurkan. Hanya dengan cara Nabi dan para sahabat saja keadaan akan
terperbaiki selain itu akan berakibatkan kebinasaan. Hanya dengan amal-amal agama saja
keadaan terperbaiki, bahkan akan Allah buat ummat islam berkuasa kembali. Lalu Allah akan
menukar keadaan mereka yang susah dan penuh dengan masalah dan penderitaan menjadi
keadaan yang aman dan sentosa. Dan ini adalah janji Allah yang mutlak kepastiannya. Caranya
mendapatkannya bagaimana ? yaitu dengan menghidupkan amal-amal agama didalam kehidupan
ummat saat ini.

Allah berfirman :

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang beriman diantara kamu dan yang mengerjakan
amal-amal sholeh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi,
sebagaimana mereka telah menjadikan orang-orang sebelum kamu berkuasa, dan sungguh dia
akan menguhkan bagi mereka Agama yang telah di RidhoiNya untuk mereka, dan Dia benar-
benar akan menukar keadaan mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman
sentausa… ” ( 24 : 55 )

Apa yang perlu kita fikirkan dan kita risaukan saat ini. Bagaimana umat yang 6 milyar, tetapi
hanya 1.5 milyar yang muslim. Dari 1.5 milyar berapa banyak yang sudah melakukan sholat.
Lalu berapa banyak orang yang mati tiap hari tanpa mengucapkan La Illaha Illallah. Tiap hari
kurang lebih 200.000 orang mati tanpa mengucapkan La Illaha Illallah, ini siapa yang
bertanggung jawab. Kita ini Allah kasih islam bukannya gratis tetapi datang dengan tanggung
jawab untuk menyampaikan agama kepada yang belum tau. Akherat adalah tempat untuk saling
menagih Hak, nanti asbab orang tidak dakwah ini maka ini bisa menjadi asbab orang tersebut
masuk kedalam Neraka. Anaknya, Saudaranya, tetangganya, temannya dan umat akan menagih
haknya kenapa tidak disampaikan atau diajak dalam berbuat kebaikan ketika di dunia, kenapa
mereka tidak diperingatkan. Asbab ini Allah bisa kirim kita ke Neraka. Tetapi ada orang yang
dosanya sejauh mata memandang, tetapi Allah tunjukan suatu buku amalan yang penuh dengan
amal Ibadah orang lain asbab dia mengajak satu orang lain untuk tobat dan orang ini mengajak
yang lainnya dalam amal dan ibadah. Sehingga Allah duplikatkan amal ibadah mereka kepada
orang pertama yang mengajak mereka.

Jika tidak ada risau dan fikir maka agama tidak bisa bergerak atau berkembang. Kalau Kerja
Agama tidak jalan maka kerusakan akan timbul dimana-mana. Tanpa agama manusia ini akan
rusak dan merusaki, jauh lebih jahat dari binatang sebagaimana kaum jahiliyah terdahulu yang
menjadikan ibu hamil sebagai ladang judi. Ibu hamil ini di belah perutnya hidup-hidup lalu
diambil anaknya untuk sebagai bahan perjudian. Jadi tanpa Dakwah atas yang Haq maka
Dakwah terhadap yang Bathil akan tegak dan merajalela. Seperti Iklan yang ada di TV
menawarkan baju-baju ketat yang tidak pantas bagi wanita dikenakan. Dulu di Indonesia tahun
1970-an jika ada orang pakai rok mini atau baju ketat yang terlihat auratnya maka orang ini akan
dibilang tidak punya moral. Tetapi kini orang yang berpakaian demikian akan dibilang maju dan
modern. Hari ini karena tidak ada usaha atas agama, perempuan bangga memperlihatkan aurat
mereka, sehingga laki-laki mudah tergoda untuk bermaksiat. Maksiat dimana-mana, perjudian,
perzinahan, dan minum-minuman keras dimana-mana sudah menjadi hal biasa. Saat ini dalam
diri ummat sudah ada rasa kebanggaan ketika melanggar perintah Allah, inilah yang namanya
Dzoluman Jahula, yaitu Kebodohan yang Paling Jahil. Sahabat dibilang jahil karena belum
mengenal agama, sedangkan kita lebih super jahil dari mereka karena kita sudah tahu
perintahnya tetapi masih dilanggar. Ini karena tidak ada Kerja Agama atau Dakwah.

Berdasarkan perkiraan, dulu tahun 1980-an jika orang ditanya berapa persen penduduk Indonesia
jawabnya 90% penduduk Indonsia adalah orang Islam ( 90% dari 200Jt = 180Jt). Tetapi kini
tahun 2003 karena tidak ada kerja Dakwah, umat Islam tinggal 85 % menurut pendataan
penduduk. Ini siapa yang salah, butuh berapa lama lagi untuk umat Islam di Indonesia pindah
agama jika dalam 20 tahun terjadi penurunan 5% dari jumlah total umat Islam. 5% dari 200 juta
orang berarti 10 juta orang pindah agama dalam kurun waktu kurang lebih 20 tahun. Ini berarti
satu juta orang tiap 2 tahun lari dari agama Islam. Ini perlu jadi fikir kita jika tidak maka nanti
tanpa kita sadari cucu-cucu kita telah tidak kenal Allah lagi. Salah siapa, ini salah kita karena
kurang sungguh-sungguh dalam kerja agama. Hanya dengan Dakwah, yang bathil akan hilang
dan yang Haq akan tegak. Namun hanya Dakwah yang dicontohkan oleh Nabi SAW yang akan
effective dalam menumpas kebathilan. Perancis tidak ada dakwah, maka gereja mereka dijadikan
Night Club. Dan inipun bisa terjadi pada kita di indonesia yang mayoritas islam jika kita tidak
mau mengerjakan Kerja Dakwah dan Tabligh ini. Di Perancis tahun 1960-an Mesjid hanya satu
namun asbab ada kerja dakwah dari orang-orang India yang mengirimkan rombongan jemaah
tabligh kesana, sekarang di Paris saja terdapat 700 mesjid, dan diseluruh Perancis terdapat 2000
mesjid. Dulu Nabi SAW asbab kerja bermulai dari 5 orang sahabat dengan sungguh-sungguh
berapa banyak umat Islam kini termasuk kita yaitu tidak kurang 1.5 milyar orang telah masuk
kedalam Islam. Jika ada Fikir dan Risau yang sungguh-sungguh maka Agama akan wujud dalam
diri kita dan dalam diri umat.

Nikmat yang paling tinggi bagi umat ini adalah diwarisinya umat ini atas kerja nubuwah atau
kerjanya para Nabi. Nabi tidak diwariskan harta dan takhta, tetapi Nabi dan umat ini diwarisi
kerja Nubuwat oleh Allah Ta’ala. Asbab kerja ini umat ini diangkat derajatnya oleh Allah
sebagai “Choiru Ummah : Umat Terbaik”, dan telah diberitakan dalam kitab-kitab terdahulu
yang membuat nabi-nabi iri terhadap umat ini. Penting kita jadikan Kerja Nubuwat ini menjadi
kerja kita, karena ini adalah identitas kita sebagai Umat Nabi SAW dan Amanah dari Allah
Ta’ala. Dan semua nikmat di dunia ini akan dihisab oleh Allah Ta’ala termasuk Nikmat terbesar
umat ini yaitu kerja Dakwah. Sahabat karena telah menjadikan Kerja, Fikir, dan Maksud Nabi
menjadi Kerja, Fikir, dan Maksud hidup mereka, maka kemuliaanpun dan kejayaan Allah
datangkan di bawah kaki mereka. Bilal RA sebelumnya menjadi budak lalu meninggal sebagai
Gubernur di Yamman. Jaman Umar RA, Romawi dan Persia beserta kemewahannya takluk
dibawah kaki Umar RA.

Allah berfirman :

Artinya : Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjuang di jalan Allah dengan harta dan
diri mereka adalah lebih tinggi derajat mereka di sisi Allah, dan mereka itulah yang mendapatkan
kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari padaNya,
keridhoanNya, dan Surga, mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang kekal. ( 9 : 20-21 )

Sahabat telah korbankan segala-galanya, anak, istri, harta, dan diri mereka agar kita dapat
selamat dari adzab Allah, tetapi lihat kini apa yang kita lakukan, hanya duduk saja sibuk dengan
urusan kita masing2x, tidak ada waktu sama sekali buat agama. Apa yang akan kita katakan nanti
kepada mereka jika bertemu dengan para Sahabat. Bagaimana Jika sahabat tidak buat kerja
Agama. Apa yang terjadi jika kita tidak memeluk Islam pada hari ini, ketika Mati Allah buang
kita ke neraka selama-lamanya. Bagaimana perasaan orang yang dilempar Allah ke dalam
Neraka selama-lamanya karena kita belum sempat menyampaikan perkara ini kepada mereka.

Nabi SAW menangisi kita tiap hari dan selalu mendo’akan kita hingga kakinya bengkak bengkak
dan matanya menjadi sembab karena kebanyakan menangis. Ketika hidupnya, Nabi SAW sudah
mengatakan kita sebagai kekasih dan mereka yang lebih beruntung dari Sahabat, yang Imannya
paling afdhol, karena mereka tidak pernah melihat Aku dan mukjizatku kata nabi, tetapi mereka
beriman kepadaku. Kitalah yang dirindukan dan dirisaukan oleh Nabi SAW siang dan malam
dalam do’anya. Sebelum beliau wafat menjelang sakratul maut yang di ingatnya adalah umatnya,
Nabi SAW bekata kepada Jibril jika ini sakit yang dirasakan umatku maka timpakanlah seluruh
sakit umatku sampai hari kiamat kepadaku saja. Inilah fikir dan risau Nabi. Sebelum Nabi SAW
wafat kata-kata terakhir yang keluar dari mulut Nabi SAW adalah “ummati…ummati : umatku,
umatku”. Ketika dibangkitkan yang diingat Nabi SAW pertama kali adalah umatnya, bukan
istrinya, keluarganya, sahabatnya tetapi umatnya. Ketika umat Nabi SAW berjatuhan di shirath
seperti hujan, Nabi SAW menunggu di ujung shirath sambil bersujud kepada Allah berdo’a :
Selamatkan umatku, selamatkan umatku ya Allah. Inilah fikir dan risau Nabi terhadap kita. Jika
kita duduk-duduk saja nanti ketemu nabi apa yang akan kita katakan kepadanya.

Allah telah mudahkan agama ini untuk kita, beda dengan sahabat yang harus menjalankan agama
dengan sempurna 100%. Inilah standard sahabat dalam menjalankan agama, kurang sedikit maka
Allah akan turunkan adzab dan dapat menjadi asbab tercampaknya mereka kedalam neraka.
Tetapi kalau kita dalam sebuah mahfum hadits cukup dengan 10% saja sudah bisa menjadi asbab
kita selamat dari adzab Allah Ta’ala. Tetapi cara dan modelnya harus sama dengan sahabat. 10%
dari 1 tahun adalah 40 hari, 10 persen dari 1 bulan adalah 3 hari. 10% dari 24 jam adalah 2.5 jam,
dan ini yang harus kita jaga minimal. Yang penting adalah keistiqomahan kita untuk menjaga
10% waktu kita buat agama Allah. Sehingga Fikir Nabi dan Risau Nabi masuk kedalam diri kita.

Posted in BayanTinggalkan komentar

Wasiat 7 – Tidak Meminta-minta


Posted on 24/06/2015

Wasiat 7 – Tidak Meminta-minta. Meminta-minta adalah sikap yang sama sekali tidak diajarkan
oleh Rasulullah Saw.. Demikian juga para nabi dan rasul sebelum beliau, tidak ada yang
mengajarkan untuk meminta-minta kepada manusia. Para utusan Allah Swt. justru memberikan
keteladanan berupa kemandirian.

Sejak belia, nabi Muhammad Saw. sudah bekerja sebagai penggembala. Saat beranjak dewasa,
beliau bekerja sebagai pedagang. Bagaimana dengan nabi-nabi sebelumnya? Nabi Nuh AS.
adalah seorang tukang kayu, nabi Musa AS. adalah penggembala, dan nabi Daud AS. adalah
seorang pandai besi. Ini adalah sebagian keteladanan yang dicontohkan oleh para utusan Allah
Swt. dimana mereka mengajarkan kepada kita untuk tidak hidup dari meminta-minta kepada
manusia.

Dalam salah satu haditsnya, Rasulullah Saw. bersabda,

“Sungguh, seseorang dari kalian mengambil talinya lalu membawa seikat kayu bakar di atas
punggungnya, kemudian ia menjualnya, sehingga dengannya Allah menjaga kehormatannya. Itu
lebih baik baginya daripada ia meminta-minta kepada manusia. Mereka memberinya atau tidak
memberinya”.[HR. Bukhari]

Saudaraku yang dirahmati Allah, sesungguhnya meminta-minta itu bukanlah perbuatan yang
diajarkan dalam Islam. Bahkan, hukum asalnya pun adalah haram. Meminta-minta hanya
dibolehkan untuk keperluan yang berkenaan dengan kepentingan umum umat Islam, seperti
untuk pembangunan sarana peribadatan, pendidikan, bantuan untuk fakir-miskin dan anak-anak
yatim.
Namun, untuk kepentingan seperti tersebut di atas pun, tetap harus diperhatikan cara
melakukannya. Yaitu, dengan cara mendatangi orang-orang yang memiliki kelebihan harta
kekayaan kemudian membicarakan keperluan-keperluan itu dengan baik. Atau dengan
mengumumkan keperluan-keperluan itu di masjid, atau cara lain yang sesuai dengan apa yang
dicontohkan oleh Rasulullah Saw. dan para sahabatnya. Fenomena meminta-minta yang
seringkali kita temukan saat ini di mana banyak sekali bagian dari umat ini yang meminta-minta
di jalanan, itu bukanlah hal yang patut dilakukan. Karena, selain tidak dicontohkan oleh
Rasulullah Saw., tata cara seperti itu juga bisa menimbulkan citra yang kurang baik bagi Islam
dan kaum muslimin.

Namun, apakah umat Islam dilarang secara total dari perbuatan meminta-minta atau adakah
golongan yang dikecualikan? Salah seorang sahabat Rasulullah Saw. yaitu Qabishah bin
Mukhariq al Hilali RA. meriwayatkan bahwasanya Rasulullah Saw. pernah berkata kepadanya,

“Wahai, Qabishah! Sesungguhnya meminta-minta tidak dihalalkan kecuali bagi salah seorang
dari tiga macam: (1) seseorang yang menanggung hutang orang lain, ia boleh meminta-minta
sampai ia melunasinya, kemudian ia berhenti (tidak meminta-minta lagi), (2) seseorang yang
ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan
sandaran hidup, dan (3) orang yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga ada tiga orang yang
berakal dari kaumnya mengatakan “Si Fulan telah ditimpa kesengsaraan,” ia boleh meminta-
minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup. Meminta-minta selain tiga hal itu, wahai
Qabishah, adalah haram, dan orang yang memakannya adalah memakan yang haram”.[HR.
Muslim]

Betapa tidak terhormatnya sikap meminta-minta ini hingga Rasulullah Saw. bersabda,

“Seseorang senantiasa minta-minta kepada orang lain hingga ia akan datang pada hari Kiamat
dengan tidak ada sekerat daging pun di wajahnya”.[HR. Bukhari]

Dalam hadits ini Rasulullah Saw. bermaksud untuk menegaskan betapa buruknya perilaku
kebiasaan meminta-minta kepada manusia. Dengan hadits tersebut di atas, Rasulullah Saw.
menyampaikan bahwa di akhirat kelak, wajah orang-orang yang terbiasa meminta-minta kepada
manusia selama hidup di dunia, tidak akan terdapat daging pada wajahnya, yang nampak
hanyalah bagian tengkoraknya saja.

Kondisi ini adalah hukuman bagi orang-orang yang enggan melepaskan diri dari kebiasan untuk
meminta-minta tanpa sedikitpun ada rasa malu di dalam dirinya.

Islam mensyariatkan kepada para pemeluknya dari sikap mental peminta-minta. Maksud sikap
meminta-minta ini adalah ketika seseorang terbiasa hidup dari meminta-minta kepada orang lain,
baik uang ataupun hal-hal lainnya, meski sebenarnya hal-hal yang dia pinta itu bukanlah sesuatu
yang ia butuhkan secara mendesak.

Di dalam Al Quran Allah Swt. berfirman:


“(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak
dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang Kaya Karena
memelihara diri dari minta-minta. kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka
tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan, apa saja harta yang baik yang kamu
nafkahkan (di jalan Allah), Maka Sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.” (QS. Al Baqarah [2]:
273).

Tentang ayat ini, Ibnu Katsir menerangkan bahwa di dalam ayat ini Allah Swt. berkehendak agar
umat-Nya tidak memelas dalam meminta-minta kepada manusia dan juga supaya mereka tidak
meminta dengan memaksa kepada manusia, meminta sesuatu yang sebenarnya tidak mereka
butuhkan. Karena, orang yang meminta-minta padahal sebenarnya dia memiliki sesuatu yang
bisa mencegahnya dari meminta-minta, maka sungguh orang itu termasuk yang meminta-minta
kepada manusia secara paksa.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah RA., Rasululah Saw. bersabda, “Barangsiapa
yang meminta-minta harta orang lain untuk dikumpulkannya maka sungguh dia telah meminta
barak api jahannam, maka hendaklah dia mempersedikitkannya atau memperbanyakannya”.
[HR. Muslim]

Untuk memperkuat penjelasan tentang jeleknya sikap meminta-minta, mari kita simak ulasan
Abu Hamid Al Ghazali.Ia memaparkan, “Pada dasarnya meminta-minta itu adalah haram, namun
dibolehkan karena adanya tuntutan atau kebutuhan yang mendesak yang mengarah kepada
tuntutan, sebab meminta-minta berarti mengeluh terhadap Allah, dan di dalamnya terkandung
makna remehnya nikmat yang dikaruniakan oleh Allah kepada hamabaNya dan itulah keluhan
yang sebenarnya. Pada meminta-minta terkandung makna bahwa peminta-minta menghinakan
dirinya kepada selain Allah Ta’ala dan biasanya dia tidak akan terlepas dari hinaan orang yang
dipinta-pinta, dan terkadang dia diberikan oleh orang lain karena faktor malu atau riya, dan ini
adalah haram bagi orang yang mengambilnya”.

Dari Samuroh bin Jundub RA. bahwa Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya meminta-minta itu
sama seperti seseorang menggores wajahnya sendiri kecuali jika dia meminta kepada penguasa
atau meminta karena darurat”. [HR. At Tirmidzi]

Di dalam kehidupan kita saat ini, kita menemukan bahwa meminta-minta tidak lagi hanya
didasarkan karena keterpaksaan belaka. Ada orang-orang yang menjadikan cara meminta-minta
kepada manusia sebagai cara mereka memperoleh penghidupan. Mereka meminta-minta dalam
keadaan yang tidak terpaksa karena sebenarnya mereka tidak sedang benar-benar membutuhkan
apa yang mereka pinta. Bahkan, ada juga yang menjadi peminta-minta padahal kehidupannya
tidak terkategori sebagai orang yang kekurangan.

Dalam salah satu haditsnya, Nabi Muhammad Saw. telah menjelaskan standar kaya yang
mengharamkan seseorang untuk meminta-minta.

Hadits ini diriwayatkan oleh Sahl bin Hanzhalah, bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda,
“Barangiapa yang meminta-minta padahal dia memiliki apa yang membuatnya berkecukupan
maka sesungguhnya dia memperbanyak meminta neraka jahannam. Para sahabat bertanya,
“Apakah ukuran yang menjadikan seseorang dikatakan berkecukupan?” Rasulullah Saw.
menjawab, “Apa yang bisa membuat dia makan dan menyambung hidupnya”.

Sahabatku yang mulia, sesungguhnya panutan kita, Muhammad Saw. sangat menghargai dan
menyukai pekerjaan seseorang meskipun hanya menghasilkan upah yang sedikit, ketimbang
orang yang hanya menengadahkan tangannya kepada orang lain. Meskipun pekerjaan seseorang
itu hanya pedagang asongan, buruh bangunan, atau pekerjaan-pekerjaan lainnya yang menurut
sebahagian pandangan masyarakat kita dinilai sebagai pekerjaan yang remeh, itu adalah sebuah
kebaikan yang teramat besar dibandingkan orang yang hanya mengandalkan hidupnya dari
meminta-minta kepada orang lain.

Dalam sebuah keterangan dari Zubair bin Awwam RA. Disebutkan bahwasanya Rasulullah Saw.
bersabda, “Seandainya salah seorang dari kalian mencari kayu bakar dan memanggulnya di atas
punggungnya, sehingga dengannya ia dapat bersedekah dan mencukupi kebutuhannya (sehingga
tidak meminta kepada) orang lain, itu lebih baik daripada ia meminta-minta kepada orang lain,
baik ia memberinya atau menolak permintaannya. Karena tangan yang di atas itu lebih utama
dibanding tangan yang di bawah. Dan mulailah (nafkahmu dengan) orang-orang yang menjadi
tanggung jawabmu.” [HR. Muttafaqun ‘alaih]

Saudara-saudaraku yang dicintai Allah, demikianlah ketujuh wasiat yang disampaikan oleh suri
teladan kita Muhammad Saw. kepada sahabatnya yaitu Abu Dzar Al Ghifari RA.. Meskipun
wasiat atau nasehat ini ditujukan kepada Abu Dzar RA., akan tetapi yang dimaksud oleh
Rasulullah Saw. adalah seluruh umatnya hingga masa kini dan masa nanti. Termasuk kita,
termasuk anda, termasuk saya.

Segala yang diwasiatkan Rasulullah Saw. tiada lain dan tiada bukan adalah sebagai pedoman
bagi kita untuk bisa meraih kebahagiaan hidup baik di dunia dan di akhirat. Tak ada satupun
wasiat yang beliau sampaikan dengan tanpa tujuan apalagi dengan kesia-siaan. Semoga kita bisa
mengamalkan ke-tujuh wasiat Rasulullah Saw. ini sehingga kita menjadi bagian dari golongan
orang-orang yang oleh Allah Swt. diberi kebahagiaan dunia dan akhirat. Amin.

Posted in BayanTagged tidak meminta mintaTinggalkan komentar

Wasiat 6 – Tidak Takut Celaan Ketika Berdakwah di


Jalan Allah
Posted on 24/06/2015

Wasiat 6 – Tidak Takut Celaan Ketika Berdakwah di Jalan Allah. Saudaraku yang dimuliakan
Allah, tentu kita masih tahu bagaimana tantangan dan rintangan yang menimpa Muhammad Saw.
ketika beliau melakukan dakwahnya. Rintangan dakwah seperti tidak hanya dihadapi oleh
Rasulullah Saw., melainkan juga oleh para nabi dan rasul sebelum beliau.

Sejatinya, dakwah memang selalu menemui rintangan dan tantangan, bagaimanapun bentuknya,
dari mulai cibiran, gunjingan, hinaan, celaan hingga rintangan-rintangan yang bersifat fisik.
Rintangan dan tantangan itu terutama datang dari mereka yang tidak berkenan melihat
dakwahIslam berlangsung dengan baik dan lancar.

Meski begitu, Rasulullah Saw. mengajarkan kepada kita untuk tetap bersikap berani menghadapi
berbagai rintangan dan tantangan dakwah. Keberanian ini beliai contohkan dengan sikap tidak
pantang mundur dalam melakukan dakwahnya yang beliau jalani dengan dakwah secara rahasia
kemudian dilanjutkan dengan dakwah secara terbuka.

Di dalam Al Qur`ân, Allah Swt. menyinggung tentang orang-orang yang menyampaikan risalah
Allah tanpa ada rasa takut di dalam dirinya. Allah Swt. berfirman:

“(Yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan
tidak merasa takut kepada siapa pun selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pembuat
perhitungan”. (QS. Al Ahzaab [33]: 39].

Allah Swt. juga menyampaikan bahwa orang-orang yang tidak takut dicela hanya karena
mengutarakan suatu kebenaran dari ajaran-Nya, merupakan orang yang dicintai oleh-Nya. Allah
Swt. berfirman,

“Wahai orang-orang yang beriman! Barangsiapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari
agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka
pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi
bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut
kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa
yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui.” [QS. Al
Mâidah [5]: 54].

Apabila celaan-celaan menyerang kita karena aktifitas dakwah yang kita lakukan, maka Allah
Swt. sudah secara lugas memberikan petunjuk-Nya supaya kita bisa menghadapi situasi seperti
ini. Allah Swt. berfirman,

“Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabb-mu Dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.” (QS. An Nahl [16]: 125).

Posted in BayanTagged Dakwah, dijalan allahTinggalkan komentar

Wasiat 5 – Berani Berkata Benar Meskipun Pahit


Posted on 24/06/2015

Wasiat 5 – Berani Berkata Benar Meskipun Pahit. Saudaraku yang dirahmati Allah, seringkali
manusia, bahkan mungkin termasuk kita sendiri, bertemu dengan situasi di mana sulit sekali
untuk menyatakan bahwa ini adalah suatu kebenaran dan ini adalah suatu kesalahan. Latar
belakangnya bisa macam-macam. Bisa karena ada rasa sungkan, atau rasa segan karena yang
sedang kita hadapi adalah orang yang kita hormati atau jabatan atau kedudukannya berada di atas
kita.

Padahal semestinya, sepahit apapun kebenaran, ia tetap haruslah diungkap baik ditujukan kepada
diri sediri maupun orang lain.

Sesungguhnya jihad yang paling utama ialah mengatakan kalimat yang haq (kebenaran) kepada
penguasa. Banyak sekali terjadi di sekitar kita, di mana seseorang, bahkan sekali lagi mungkin
termasuk diri kita sendiri, yang tiba-tiba seolah bisu ketika harus menyatakan kebenaran kepada
atasan atau pemimpin kita. Padahal Rasulullah Saw. di dalam salah satu haditsnya bersabda,

“Jihad yang paling utama ialah mengatakan kalimat yang haq (kebenaran) kepada penguasa yang
zhalim”. [HR. Ahmad].

Lantas, bagaimanakah cara menyampaikan suatu kebenaran kepada atasan, pemimpin atau
penguasa? Caranya adalah dengan mengunjungi mereka dan memberi nasehat kepada mereka
dengan cara yang baik. Jika cara ini tidak bisa dilakukan, maka dapat dilakukan dengan menulis
surat atau melalui orang yang menjadi wakil mereka. Bila cara ini bisa dilakukan, maka tidak
perlu menyampaikannya dengan mengadakan orasi, provokasi dan demonstrasi. Apalagi,
penyampaian masukan secara persuasif biasanya jauh lebih efektif dibandingkan
menyampaikannya dengan cara berteriak-teriak di jalanan.

Islam adalah agama yang paripurna, mencakup segala aspek kehidupan manusia. Islam
memberikan petunjuk tentang bagaimana aturan dalam setiap sendi-sendi kehidupan kita.
Termasuk di dalamnya petunjuk tentang bagaimana cara menyampaikan nasehat kepada seorang
pemimpin, atasan atau penguasa.

Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa yang ingin menasihati penguasa, janganlah ia


menampakkan dengan terang-terangan. Hendaklah ia pegang tangannya lalu menyendiri
dengannya. Kalau penguasa itu mau mendengar nasihat itu, maka itu yang terbaik. Dan bila si
penguasa itu enggan (tidak mau menerima), maka sungguh ia telah melaksanakan kewajiban
amanah yang dibebankan kepadanya” [HR. Ahmad].

Posted in BayanTagged berani berkata benarTinggalkan komentar

Wasiat 4 – Memperbanyak Ucapan Laa Haula Walaa


Quwwata Illa Billah.
Posted on 24/06/2015

Wasiat 4 – Memperbanyak Ucapan La Haula Walaa Quwwata Illa Billah. Saudaraku yang
berbahagia, mengapakah dalam wasiat Rasulullah Saw. kepada Abu Dzar RA. ini beliau
menyebutkan kalimat Lâ haulâ wa lâ quwwata illâ billâh?
Hal ini tiada lain adalah untuk mengingatkan kita bahwasanya sudah semestinya kita meyakini
bahwa apa yang kita lakukan semata-mata terjadi adalah karena kehendak Allah Swt.. Tiada hal
apapun juga, besar ataupun kecil, yang terjadi di alam raya ini tanpa kehendak-Nya. Sehingga
sungguh tiadalah pantas bagi siapapun untuk merasa sombong dan tinggi hati atas apa yang telah
dilakukannya.

Kalimat ini juga untuk meneguhkan kepada kita semua bahwasanya hanya Allah-lah satu-
satunya Dzat yang Maha Kuasa memberikan pertolongan kepada seluruh makhluk-Nya. Inilah
makna kalimat yang kita ucapan setiap kali melakukan shalat,

“Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan”. [QS.
Al Fâtihah [1]: 5].

Tanpa kehendak dan pertolongan Allah Swt. tentulah kita tidak akan pernah bisa mencapai
segala apa yang kita rencanakan dan kita upayakan. Bahkan, suatu upaya yang kita lakukan pun
sesungguhnya terjadi berkat pertolongan-Nya.

Seorang penuntut ilmu tidak akan bisa mencapai dan duduk di suatu masjlis keilmuan jika tidak
ada pertolongan Allah Swt. yang menyampaikannya ke tempat itu. Demikian pula dengan
seorang guru atau pendidik, ia tidak akan bisa memainkan perannya secara baik jika tanpa
adanya pertolongan dari Allah Swt..

Oleh karena itu, apapun peran dan pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manusia, tidak
selayaknya ia merasa sombong. Tidak seharusnya ia merasa bahwa apa yang berhasil diraihnya
semata-mata adalah murni hasil kerja keras dan jerih payahnya. Sesungguhnya selalu ada Allah
Swt. di balik setiap peristiwa yang terjadi pada diri manusia.

Artinya, ketika seseorang mengucapkan kalimat, “La Haula Walaa Quwwata Illa Billah (tidak
ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah),” dengan sepenuh hati, maka
sesungguhnya ia telah mengakui ketidakberdayaan dan kelemahan dirinya di hadapan Allah
Swt.. Selain itu, ia juga menunjukkan bahwa sesungguhnya dirinya adalah benar-benar
senantiasa membutuhkan pertolongan dari Allah Swt..

Posted in BayanTagged Laa Haula Walaa Quwwata Illa BillahTinggalkan komentar

Wasiat 3 – Menyambung Tali Silahturahim


Posted on 24/06/2015

Wasiat 3 – Menyambung Tali Silahturahim. Silaturahim adalah ibadah yang teramat agung,
mulia lagi mudah dan memberikan banyak berkah bagi yang melakukannya. Kita hendaknya
tidak melalaikan ibadah yang satu ini. Apalagi kita merupakan makhluk yang senantiasa tidak
bisa luput dari keterikatan dengan manusia lainnya.
Di dalam Al Quran, Allah Swt. berfirman, “Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An Nisaa’ [4]: 1).

Selain itu, Rasulullah Saw. bersabda di dalam salah satu haditsnya, “Wahai sekalian manusia,
tebarkanlah salam, memberi orang makan , sambungkanlah silaturahim, solatlah ketika manusia
sedang tidur, niscaya kamu akan masuk surga dengan selamat.” [HR. At Tirmidzi].

Saudaraku, silaturahim merupakan fitrah manusia. Karena silaturahim dapat menyempurnakan


kebutuhan manusia akan interaksi sosial di antara sesama mereka. Bahkan, sebagaimana hadits
di atas, silaturahim itu memiliki banyak sekali manfaat bagi orang yang melakukannya, salah
satunya dapat mengantarkan orang yang melakukannya menuju surga dengan selamat.

Terlebih lagi kita hidup di tengah zaman yang sudah sedemikian canggih dan maju. Berbagai
moda transportasi sudah ditemukan dan semakin dikembangkan. Demikian halnya dengan alat-
alat komunikasi yang kian hari kian canggih saja. Berbagai moda transportasi dan alat-alat
komunikasi sebenarnya bisa semakin memberi kemudahan untuk kita menjalin silaturahim
dengan teman, sahabat, saudara dan karib kerabat tanpa terhalang jarak dan waktu.

Perkembangan teknologi transportasi dan komunikasi ini benar-benar sudah membantah


kesulitan kita untuk menyambung jalinan tali silaturahim. Sudah semestinya, kita justru semakin
giat menjalin dan memperkuat silaturahim kita dengan saudara-saudara kita. Apalagi Allah Swt.
menjanjikan ganjaran kebaikan yang besar bagi kita yang melakukannya.

Lebih jauh, Allah Swt. memperingatkan orang yang memutuskan silaturahim dan mengancam
orang seperti ini dengan laknat dan adzab-Nya. Tentang peringatan dan ancaman ini Allah Swt.
berfirman,

“Maka, apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan
memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan
ditulikan-Nya telinga mereka, dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.” (QS. Muhammad [47]:
22-23).

Sahabatku yang dimuliakan Allah, masih tentang manfaat dari silaturahim, Rasulullah Saw.
bersabda,

“Barangsiapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan
umurnya), maka hendaklah ia menyambung (tali) silaturahim.” [HR. Bukhari].

Barangkali kita sempat bertanya-tanya, bagaimana mungkin ajal bisa diakhirkan, atau bagaimana
mungkin umur seseorang bisa ditambahkan. Bukankah ajal telah ditetapkan dan tidak dapat
bertambah dan berkurang sebagaimana firman-Nya,

“Maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun
dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS. Al A’raf [7]: 34).
Para ulama memberikan penjelasan tentang masalah ini. Di antaranya,

Pertama. Yang dimaksud dengan tambahan di sini, yaitu tambahan berkah dalam umur.
Kemudahan melakukan ketaatan dan menyibukkan diri dengan hal yang bermanfaat baginya di
akhirat, serta terjaga dari kesia-siaan.

Kedua. Berkaitan dengan ilmu yang ada pada malaikat yang terdapat di Lauh Mahfudz dan
semisalnya. Umpama usia si fulan tertulis dalam Lauh Mahfuzh berumur 60 tahun. Akan tetapi
jika dia menyambung silaturahim, maka akan mendapatkan tambahan 40 tahun, dan Allah telah
mengetahui apa yang akan terjadi padanya (apakah ia akan menyambung silaturahim ataukah
tidak). Inilah makna firman Allah Ta’ala ,

“Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki).” (QS.
Ar Ra’d [13]: 39).

Demikian ini ditinjau dari ilmu Allah. Apa yang telah ditakdirkan, maka tidak akan ada
tambahannya. Bahkan tambahan tersebut adalah mustahil. Sedangkan ditinjau dari ilmu
makhluk, maka akan tergambar adanya perpanjangan atau penambahan usia.

Dan, yang ketiga. Maksudnya bahwa namanya akan tetap diingat dan disanjung. Sehingga
seolah-olah ia tidak pernah mati. Demikianlah yang diceritakan oleh Al Qadli, dan riwayat ini
dha’if (lemah) atau bathil. Wallahu a’lam. [Shahih Muslim dengan Syarah Nawawi, bab
Shilaturrahim Wa Tahrimu Qathi’atiha (16/114)].

Namun, di luar penjelasan tersebut di atas, Ibnu Hajar RA. memberikan tanggapannya tentang
permasalahan ini, “Berkata Ibnu Tin, ‘Secara lahiriah, hadits ini bertentangan dengan firman
Allah,

“Maka apabila telah datang ajal mereka, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat
pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS. Al A’raf [7]: 34).

Untuk mencari titik temu kedua dalil tersebut di atas, dapat ditempuh melalui dua jalan. Pertama,
tambahan umur yang dimaksud merupakan kinayah dari usia yang diberi berkah, karena
mendapat taufiq (kemudahan) menjalankan ketaatan, menyibukkan waktunya dengan hal yang
bermanfaat untuk di akhirat kelak, serta menjaga waktunya dari kesia-siaan.

Kesimpulannya, silaturahim dapat menjadi sebab mendapatkan taufiq (kemudahan) menjalankan


ketaatan dan menjaga dari kemaksiatan, sehingga nama orang yang melakukan silaturahim itu
akan tetap dikenang dengan mulia. Seolah-olah orang itu tidak pernah mati.

Kedua, tambahan itu secara hakiki atau sesungguhnya. Hal itu berkaitan dengan ilmu malaikat
yang diberi tugas mengenai umur manusia. Adapun yang ditunjukkan oleh ayat pertama di atas,
maka hal itu berkaitan dengan ilmu Allah Ta’ala . Umpamanya dikatakan kepada malaikat, umur
si fulan 100 tahun jika ia menyambung silaturahim, dan 60 tahun jika ia memutuskannya.
Dalam ilmu Allah telah diketahui bahwa fulan tersebut akan menyambung atau memutuskan
silaturahim, maka yang ada dalam ilmu Allah tidak akan maju atau mundur, sedangkan yang ada
dalam ilmu malaikat itulah yang mungkin bisa bertambah atau berkurang. Demikianlah yang
diisyaratkan oleh firman Allah Swt.,

“Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan
di sisi-Nya-lah tedapat Ummul Kitab (Lauh Mahfudz).” (QS. Ar Ra’d [13]: 39).

Berdasarkan nukilan ini, jelaslah, bahwa para ulama Rahimahumullah mempunyai tiga pendapat
dalam menafsirkan penambahan umur. Pendapat pertama, keberkahan. Pendapat kedua,
perpanjangan hakiki atau sesungguhnya. Pendapat ketiga, keharuman nama setelah
meninggalnya.

Akhirnya, hal terpenting yang wajib kita jadikan jalan keluar dari perbedaan makna
memanjangkan umur baik bermakna hakikat ataupun majazi (kiasan) ini, yaitu memperpanjang
umur tersebut dengan menggunakan dan menghabiskannya untuk mendapatkan tambahan
kebaikan. Adapun seseorang yang panjang umurnya tetapi jelek amalannya, maka ia termasuk
orang-orang yang merugi.

Keutamaan silaturahim yang lainnya, dijelaskan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam


banyak hadits. Diantaranya ialah :

Pertama. Silaturahim merupakan salah satu tanda dan kewajiban iman. Sebagaimana dijelaskan
Rasulullah Saw. dalam hadits Abu Hurairah RA., beliau bersabda,

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah bersilaturahim.” (HR.
Mutafaq ‘alaihi).

Kedua. Mendapatkan rahmat dan kebaikan dari Allah Ta’ala . Sebagaimana sabda Rasulullah
Saw., “Allah menciptakan makhluk-Nya, ketika selesai menyempurnakannya, bangkitlah rahim
dan berkata, “Ini tempat orang yang berlindung kepada Engkau dari pemutus rahim.” Allah
menjawab, “Tidakkah engkau ridha, Aku sambung orang yang menyambungmu dan memutus
orang yang memutusmu?” Dia menjawab,“Ya, wahai Rabb.” (HR. Mutafaqun ‘alaihi).

Ibnu Abi Jamrah berkata,“Kata ‘Allah menyambung’, adalah ungkapan dari besarnya karunia
kebaikan dari Allah kepadanya.”

Sedangkan Imam Nawawi menyampaikan perkataan ulama dalam uraian beliau, “Para ulama
berkata, ‘hakikat shilah adalah kasih-sayang dan rahmat. Sehingga, makna kata ‘Allah
menyambung’ adalah ungkapan dari kasih-sayang dan rahmat Allah.” [Lihat syarah beliau atas
Shahih Muslim 16/328-329].

Ketiga. Silaturahim adalah salah satu sebab penting masuk syurga dan dijauhkan dari api neraka.
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw., “Dari Abu Ayub Al Anshari, beliau berkata, seorang
berkata, ”Wahai Rasulullah, beritahulah saya satu amalan yang dapat memasukkan saya ke
dalam syurga.” Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam menjawab, “Menyembah Allah dan tidak
menyekutukanNya, menegakkan shalat, menunaikan zakat dan bersilaturahim.” [Diriwayatkan
oleh Jama’ah].

Silaturahim adalah ketaatan dan amalan yang mendekatkan seorang hamba kepada Allah Ta’ala,
serta tanda ketundukkan seorang hamba kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Dan
orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan
mereka takut kepada Rabbnya dan takut kepada hisab yang buruk.” (QS. Ar Ra’d [13]: 21).

Demikianlah sebagian keutamaan silaturahim. Setelah mengetahui berbagai macam


keutamaannya dan juga ancaman Allah Swt. terhadap orang yang memutuskan silaturahim,
sungguh tak ada alasan lagi bagi kita untuk tidak menggiatkan diri menyambungkan tali
silaturahim.

Posted in BayanTagged SilahturahimTinggalkan komentar

Wasiat 2 – Melihat Pada Orang yang Lebih Rendah Dalam


Hal Materi
Posted on 24/06/2015

Wasiat 2 – Melihat Pada Orang yang Lebih Rendah Dalam Hal Materi. Wasiat Kedua dari
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kepada Abu Dzar Al Ghifari RA. adalah Melihat Pada
Orang yang Lebih Rendah Dalam Hal Materi dan Penghidupan.

Saudaraku yang dirahmati Allah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memerintahkan kita
agar senantiasa melihat orang yang berada di bawah kita dalam masalah kehidupan dunia dan
mata pencaharian. Tujuan dari hal itu adalah supaya kita tetap mensyukuri nikmat yang telah
Allah berikan kepada kita. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di
atasmu, karena yang demikian lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang
telah diberikan kepadamu” . [HR. Bukhari].

Melalui hadits ini, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengingatkan umatnya untuk tidak
menengadahkan pandangan kepada mereka yang kehidupannya berada pada tempat lebih tinggi
dalam segi keduniawian. Orang-orang yang dimaksud ini adalah orang-orang yang hidup di
dalam gelimang harta kekayaan yang melimpah, posisi atau kedudukan atau jabatan yang tinggi,
dan lain sebagainya.

Disadari atau tidak, kita seringkali lupa untuk mengikuti perintah Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam ini. Kita seringkali melihat kepada orang-orang yang berada di atas kita. Padahal ini
merupakan salah satu jebakan syaitan yang bisa menjerumuskan kita ke dalam jurang kerugian.
Bagaimana hal itu terjadi? Yaitu ketika kita silau melihat mereka yang hidupnya menurut kita
jauh lebih enak, nyaman dan tentram, sehingga kita pun lupa untuk mensyukuri segala karunia
Allah Swt. yang sudah kita miliki.
Ketika kita tinggal di rumah kontrakan dan terpukau melihat mereka yang tinggal di rumah
sendiri yang megah nan mewah, maka ingatlah selalu bahwa di luar sana masih banyak saudara-
saudara kita yang hidup tidak lebih baik dari kita. Yaitu, mereka yang tinggal di kolong-kolong
jembatan dan di emperan pertokoan.

Atau, ketika kita melihat orang lain yang memiliki penghasilan lebih besar daripada kita
kemudian timbul rasa iri hati pada diri kita, maka ingatlah bahwa di luar sana masih begitu
banyak orang-orang yang bekerja serabutan, orang-orang tidak memiliki pekerjaan, dan orang-
orang yang tidak tahu darimana dan bagaimana ia dapat uang esok hari.

Akan tetapi lain halnya apabila kita berbicara dalam urusan agama, ketaatan, pendekatan diri
kepada Allah Swt.. Dalam urusan ini sudah seharusnya kita melihat kepada orang yang berada di
atas kita, yaitu para nabi, para sahabat, para syuhada, dan orang-orang shaleh. Mengapa? Supaya
kita termotivasi untuk meneladani kesungguhan dan kegigihan mereka dalam meningkatkan
kualitas ibadah terhadap Allah Swt.. Bahkan, sudah semestinya kita berlomba-lomba untuk
melakukannya. Allah Swt. berfirman,

“Dan untuk yang demikian itu, hendaknya orang berlomba-lomba”. (QS. Al Muthaffifîn [83]:
26).

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memerintahkan kita untuk melihat kepada orang yang
berada di bawah kita dalam masalah dunia. Hal ini dimaksudkan agar kita menjadi orang-orang
yang senantiasa bersyukur dan qana’ah. Yaitu, orang yang senantiasa merasa cukup dengan apa
yang Allah telah karuniakan kepada kita, tanpa perasaan iri dan dengki terhadap manusia.

Abu Dzar RA. adalah teladan kita dalam hal ini. Beliau mencari makan untuk hari yang sedang
dijalaninya. Adapun untuk keesokan harinya beliau akan mencarinya lagi. Beliau melakukan
yang demikian itu terus-menerus dalam kehidupannya. Mudah-mudahan Allah Swt. meridhai
beliau.

Posted in BayanTagged wasiat rasulullahTinggalkan komentar

Wasiat 1 – Mencintai Orang Miskin


Posted on 24/06/2015

Wasiat 1 – Mencintai Orang Miskin. Di dalam Al Quran Allah Swt. berfirman, “Tahukah kamu
(orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak
menganjurkan memberi makan orang miskin” (QS. Al Maa’uun [107] : 1-3).

Tentang penjelasan ayat-ayat ini, Sayyid Quthb menegaskan: “Bila keimanan seseorang benar-
benar meresap kuat dalam dada, ia tidak akan menghardik anak yatim, dan tidak akan
membiarkan orang-orang miskin kelaparan. Masalah keimanan bukanlah hanya semboyan dan
ucapan, melainkan perubahan dalam hati yang melahirkan kebaikan dalam hidup bersama
dengan manusia yang lain, terutama mereka yang sangat membutuhkan bantuan. Allah tidak
ingin keimanan hamba-Nya hanya kalimat yang diucapkan, melainkan harus diterjemahkan
dalam perbuatan nyata. Bila tidak, keimanan itu menjadi sekedar buih yang tidak bermakna dan
tidak berpengaruh apa-apa.” (Fi dzilalil Qur’an, vol.6, hal. 3985).

Wasiat yang Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tujukan kepada Abu Dzar ini hakikatnya
adalah wasiat untuk umat Islam secara umum. Dalam hadits ini, Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam berwasiat kepada Abu Dzar agar mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan
mereka. Kita sebagai umat Islam hendaknya menyadari bahwa nasihat beliau ini tertuju kepada
kita semua.

Orang-orang miskin yang dimaksud adalah mereka yang hidupnya tidak berkecukupan, tidak
punya kepandaian untuk mencukupi kebutuhannya, dan mereka tidak mau meminta-minta
kepada manusia. Pengertian ini sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. ,

“Orang miskin itu bukanlah mereka yang berkeliling meminta-minta kepada orang lain agar
diberikan sesuap dan dua suap makanan dan satu-dua butir kurma.” Para sahabat bertanya: “Ya
Rasulullah, (kalau begitu) siapa yang dimaksud orang miskin itu?” Beliau menjawab,”Mereka
ialah orang yang hidupnya tidak berkecukupan, dan dia tidak mempunyai kepandaian untuk itu,
lalu dia diberi shadaqah (zakat), dan mereka tidak mau meminta-minta sesuatu pun kepada orang
lain.”

Islam menganjurkan umatnya berlaku tawadhu` terhadap orang-orang miskin, duduk bersama
mereka, menolong mereka, serta bersabar bersama mereka.

Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkumpul bersama orang-orang miskin, datanglah
beberapa pemuka Quraisy hendak berbicara dengan beliau Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam., tetapi mereka enggan duduk bersama dengan orang-orang miskin itu, lalu mereka
menyuruh beliau agar mengusir orang-orang fakir dan miskin yang berada bersama beliau.
Maka, masuklah dalam hati beliau keinginan untuk mengusir mereka, dan ini terjadi dengan
kehendak Allah Ta’ala. Lalu turunlah ayat:

“Janganlah engkau mengusir orang yang menyeru Rabb-nya di pagi dan petang hari, mereka
mengharapkan wajah-Nya”. (QS. Al – An’âm [6] : 52).

Mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka, yaitu dengan membantu dan menolong
mereka, bukan sekedar dekat dengan mereka. Apa yang ada pada kita, kita bagi dan kita berikan
kepada mereka karena kita akan diberikan kemudahan oleh Allah Ta’ala dalam setiap urusan,
dihilangkan kesusahan pada hari Kiamat, dan memperoleh ganjaran yang besar.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa menghilangkan satu kesusahan


dunia dari seorang mukmin, Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat.
Dan barangsiapa yang memudahkan kesulitan orang yang dililit hutang, Allah akan memudahkan
atasnya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim)

Dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah RA., Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda, “Orang yang membiayai kehidupan para janda dan orang-orang miskin
bagaikan orang yang berjihad fii sabiilillaah.” –Saya (perawi) kira beliau bersabda-, “Dan
bagaikan orang yang shalat tanpa merasa bosan serta bagaikan orang yang berpuasa terus-
menerus”. [HR. Bukhari dan Muslim].

Semasa hidupnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam selalu berkumpul berdampingan dengan
orang-orang miskin. Bahkan beliau memohon kepada Allah agar dihidupkan dalam keadaan
tawadhu’, yang beliau ucapkan dengan kata “miskin”. Sebagaimana hadits sabda beliau,

“Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, matikanlah aku dalam keadaan miskin, dan
kumpulkanlah aku bersama rombongan orang-orang miskin”. [HR. Ibnu Majah].

Ini adalah doa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam agar Allah Ta’ala memberinya sifat
tawadhu` dan kerendahan hati, serta agar beliau tidak termasuk orang-orang yang sombong lagi
zhalim apalagi menjadi termasuk kalangan orang-orang kaya yang melampaui batas. Hadits ini
tidaklah bermakna bahwa beliau meminta untuk dijadikan manusia yang miskin. Sebagaimana
dijelaskan oleh Ibnu Atsir RA., bahwa kata “miskin” dalam hadits di atas bermakna tawadhu[1].
Hal ini diperkuat dengan hadits lain di mana Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memohon
perlindungan kepada Allah Swt. dari kefakiran.

Permohonan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ini bukanlah tanpa alasan. Sesungguhnya
beliau telah mengetahui bahwa terdapat perbedaan jarak waktu antara orang-orang miskin dan
orang-orang kaya dari kalangan kaum muslimin ketika memasuki surga. Dimana orang-orang
miskin akan setengah hari lebih cepat memasuki surga dibandingkan orang-orang kaya. Kadar
waktu setengah hari ini adalah lima ratus tahun. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

“Orang-orang faqir kaum Muslimin akan memasuki surga sebelum orang-orang kaya (dari
kalangan kaum Muslimin) selama setengah hari, yaitu lima ratus tahun”. [HR. At Tirmidzi dan
Ibnu Majah]

Mengapa bisa seperti ini, dan orang-orang miskin seperti apakah yang akan masuk surga dengan
lebih cepat itu? Hal ini terjadi karena orang-orang kaya akan terlebih dahulu menghadapi
perhitungan dan pertanggungjawaban tentang bagaimanakah harta kekayaan mereka itu
dipergunakan, dimanakah harta kekayaan mereka itu dibelanjakan. Apakah mereka
mempergunakannya untuk beribadah kepada Allah Swt., ataukah untuk bermaksiat terhadap-
Nya.

Adapun orang–orang miskin yang dimaksud dalam hadits di atas adalah mereka yang senantiasa
berupaya dengan segenap kemampuan untuk melakukan amal perbuatan yang merupakan bentuk
ketaatan mereka kepada Allah Swt.. Mereka adalah orang-orang miskin yang meskipun dengan
keadaan mereka yang serba kekurangan, akan tetapi kekurangan mereka itu tidak menghalangi
mereka untuk tetap berpegang kepada Sunnah dan menghindari perbuatan-perbuatan bid’ah.
Keterbatasan mereka tidak lantas membuat mereka terjerumus kepada perbuatan munkar.
Mereka tetap berkomitmen menunaikan perbuatan ma’ruf.

Dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu alaihi wasallam meminta kepada Allah Swt. agar
beliau dijadikan orang yang mencintai orang-orang miskin. Beliau bersabda,
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu agar aku dapat melakukan perbuatan-perbuatan baik,
meninggalkan perbuatan munkar, mencintai orang miskin, dan agar Engkau mengampuni dan
menyayangiku. Jika Engkau hendak menimpakan suatu fitnah (malapetaka) pada suatu kaum,
maka wafatkanlah aku dalam keadaan tidak terkena fitnah itu. Dan aku memohon kepada-Mu
rasa cinta kepada-Mu, rasa cinta kepada orang-orang yang mencintaimu, dan rasa cinta kepada
segala perbuatan yang mendekatkanku untuk mencintai-Mu”. [HR. Ahmad].

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga menginformaskan kepada kita semua bahwasanya
Allah Swt. akan melimpahkan rezeki-Nya kepada kita apabila kita memberikan pertolongan
kepada orang-orang miskin dan orang-orang yang membutuhkan uluran tangan kita. Rasulullah
Saw. bersabda,

“Kalian hanyalah mendapat pertolongan dan rezeki dengan sebab adanya orang-orang lemah dari
kalangan kalian”.[HR. Bukhari]

Bahkan dalam sabdanya yang lain, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberitahukan
bahwa betapa besar peran yang diberikan oleh orang-orang yang hidup dalam keterbatasan,
terhadap umat ini. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

“Sesungguhnya Allah menolong ummat ini dengan sebab orang-orang lemah mereka di antara
mereka, yaitu dengan doa, shalat, dan keikhlasan mereka”.[HR. An Nasai]

Sepanjang usianya, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tak pernah luput untuk berempati
kepada kaum miskin. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam teramat mencintai mereka. Maka
tak heran apabila beliau senantiasa berwasiat kepada sahabat-sahabatnya untuk senantiasa
mencintai mereka yang kekurangan secara ekonomi. Wasiat Rasulullah Saw. itu sebagaimana
yang beliau sampaikan kepada Abu Dzar RA., salah seorang sahabatnya.

Besarnya perhatian Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kepada kaum papa ini menginspirasi
Ibn Majah untuk mebuat bab khusus yang membahas keutamaan orang-orang miskin, yaitu bab
Fadlul Faqr (keutamaan kefakiran), bab Manzilatul Fuqara’ (derajat orang-orang miskin), dan
bab Mujalasatul Fuqara (bergaul dengan orang-orang miskin) di dalam kitab karyanya.

Dalam suatu riwayat dari Ibnu ‘Umar disebutkan bahwa pada suatu ketika sahabat-sahabat
Rasulullah Saw. yang miskin dari kalangan kaum muhajirin menceritakan betapa beruntungnya
sahabat-sahabat mereka yang kaya, di mana mereka memiliki kesempatan yang lebih lapang
untuk melakukan kebajikan sehingga bisa memperoleh pahala lebih banyak dibandingkan
mereka.

Mendengar hal itu, Rasulullah Saw. langsung bersabda: “Wahai orang-orang yang miskin, aku
akan memberikan kabar gembira kepada kalian, bahwa orang mukmin yang miskin akan masuk
surga lebih dahulu dari pada orang mukmin yang kaya, dengan tenggang waktu setengah hari, itu
sama dengan lima ratus tahun. Bukankah Allah berfirman: Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu
adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS. Al Hajj [22] : 47).

Lantas, bagaimanakah dengan kehidupan Rasulullah Saw. sendiri. Apakah beliau termasuk
orang-orang yang hidup di dalam kemiskinan ataukah bergelimang harta kekayaan? Rasulullah
Saw. hidup di dalam kesederhanaan dan kebersahajaan. Bahkan, isteri beliau yaitu ‘Aisyah RA.
pernah menceritakan bahwa di rumah mereka pernah tidak mengepul asap (tidak memasak)
selama satu bulan lamanya. ‘Aisyah RA. menceritakan bahwa ketika itu ia dan sang suami
tercinta hanya meminum air dan makan beberapa butir kurma.

Ada salah satu doa Rasulullah Saw. yang berbunyi, “Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan
miskin, matikanlah dalam keadaan miskin dan kumpulkanlah dengan orang-orang miskin.” [HR.
Ibnu Majah]. Maksud dari “miskin” dalam hadits ini bukanlah keadaan tidak memiliki apa-apa,
melarat, sengsara atau maksud lainnya yang dipahami sebagian orang terhadap kata “miskin”.
Miskin dalam hadits ini seperti yang dijelaskan Imam Baihaqi bahwa maksudnya adalah khusyu’
dan tawadlu.

Jadi, dalam hadits tersebut di atas, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam meminta kepada Allah
Swt. supaya beliau dijadikan sebagai orang yang senantiasa hidup di dalam keadaan yang
menjadikan diri beliau sebagai orang yang khusyu dan tawadlu.

Kepada sahabat-sahabatnya, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam selalu menceritakan bahwa


diri dan keluarganya tidak pernah mempunyai harta yang jumlahnya mencapai satu Sha’ (3751
gram) biji-bijian atau kurma. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa beliau hanya mempunyai
harta sebanyak satu Mud (938 gram) makanan[2].

Mencintai orang-orang miskin adalah bukti dari keimanan kita kepada Sang Khaliq. Apabila
ajaran mulia dari Rasulullah Saw. ini sudah benar-benar dipahami dan diamalkan oleh kita
semua, tentulah kita tidak akan menyaksikan bayi yang ditahan rumah sakit hanya karena orang
tuanya tidak bisa menebus biaya persalinan. Tentulah juga kita tidak akan menyaksikan orang-
orang miskin yang akhirnya meregang nyawa karena ditolak berobat oleh rumah sakit sebab
kendala biaya.

Mari kita perhatikan, ternyata fenomena-fenomena sosial tersebut hampir setiap hari kita
temukan baik di hadapan mata kita secara langsung, maupun informasi memalui media-media.
Semoga kita termasuk umat Rasulullah Saw. yang senantiasa meneladani beliau dalam mencintai
orang-orang miskin dan kaum lemah.

[1] An Nihâyah fî Gharîbil Hadîts (II/385), Imam Ibnul-Atsir RA..


[2] Sunan Ibnu Majah : 4147-8.

Posted in BayanTagged Mencintai Orang Miskin, orang miskinTinggalkan komentar

7 wasiat rasulullah
Posted on 24/06/2015

7 Wasiat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam


Segala puji hanya milik Allah Swt. yang telah mengirimkan utusan-Nya bernama Muhammad
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebagai suri teladan untuk seluruh umat manusia. Seorang
insan yang telah memberikan contoh berperikehidupan mulia bagi seluruh alam.

Melalui ribuan haditsnya, Muhammad Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah


mengabadikan wasiat tentang nilai-nilai kebajikan sebagai pedoman hidup bagi umatnya dan
juga bagi seluruh manusia. Salah satunya adalah wasiat yang beliau sampaikan kepada salah
seorang sahabatnya yaitu Abu Dzar Al Ghifari RA..

Dari Abu Dzar RA., ia berkata: “Kekasihku (Rasulullah) Shallallahu ‘alaihi wa sallam berwasiat
kepadaku dengan tujuh hal:

(1) supaya aku mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka,

(2) beliau memerintahkan aku agar aku melihat kepada orang yang berada di bawahku dan tidak
melihat kepada orang yang berada di atasku,

(3) beliau memerintahkan agar aku menyambung silaturahimku meskipun mereka berlaku kasar
kepadaku,

(4) aku dianjurkan agar memperbanyak ucapan lâ haulâ walâ quwwata illâ billâh (tidak ada daya
dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah),

(5) aku diperintah untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit,

(6) beliau berwasiat agar aku tidak takut celaan orang yang mencela dalam berdakwah kepada
Allah, dan

(7) beliau melarang aku agar tidak meminta-minta sesuatu pun kepada manusia”.

Hadits ini diriwayatkan oleh imam-imam ahli hadits, diantaranya adalah Imam Ahmad, Imam
Ath Thabrani, Imam Ibnu Hibban, Imam Abu Nu’aim, dan Imam Al Baihaqi.

Allahu akbar. semoga kita bisa mengamalkan dan menyampaikan …

Posted in BayanTagged wasiat rasulullah1 Komentar

Bayan Ustad Lutfi


Posted on 01/06/2015

Bayan Ust. Muhammad Luthfi Al Banjari Syuro Indonesia

Assalamu ‘alaikum. Wr. Wb. (ba’da muqadimah)


Ada dua kiat menghadirkan Nusrotullah karena tidak ada satupun yang bisa kita selesaikan tanpa
pertolongan Allah SWT. Bahkan Nabi SAW menganjurkan kepada kita untuk memperbanyak
dzikir bacaan “La Haula Wala Quwwata Illa Billah” ( tidak ada kekuatan selain kekuatan Allah).
Ini maksudnya apa ? Maksudnya adalah tidak ada satu kekuatan kita untuk melakukan ketaatan
ataupun menghindari kemaksiatan selain dari pertolongan Allah.

Lanjutkan membaca Bayan Ustad Lutfi

Posted in BayanTagged Bayan Ustad LutfiTinggalkan komentar

Bayan KH Uzairon
Posted on 27/04/2015
Bayan KH Uzairon Thoifur Abdillah Bayan Markaz Trangkil versi teks. nasehat agar amalan kita
mendapatkan nusratullah

Lanjutkan membaca Bayan KH Uzairon

Posted in BayanTagged bayan kh uzairon, bayan kh uzairon 2014, bayan kyai uzairon, bayan
kyai uzairon mp3, Ceramah KH Uzairon, kh uzairon meninggal, kh uzairon temboro, kh uzairon
thoifur abdillah1 Komentar
Bayan Maulana Tariq Jamil Pakistan Terjemah
Text Indonesia
Posted on 16/03/2015

Bayan Maulana Tariq Jamil Pakistan Terjemah Text Indonesia. Saudara-saudaraku,


sempurnakanlah ibadah kalian. Lalu, sempurnakanlah akhlak kalian.

Jika kalian berakhlak baik, maka angin Islam akan bertiup. Jadilah orang yang berguna bagi
orang lain.

Salah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah


“Ya Rasulullah, aku ingin menjadi orang yang terbaik di antara yang lain.” Rasulullah S.A.W.
bersabda “Sempurnakan akhlakmu maka kau akan menjadi yang terbaik di antara orang-orang.”

Salah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah


“Ya Rasulullah, aku ingin tetap teguh dalam imanku dan aku berharap dapat memenuhinya.”
Rasulullah S.A.W. bersabda “Sempurnakan akhlaqmu, maka imanmu akan lengkap.”

Jadi saudara-saudaraku, kita melihat banyak orang yang shalat dan puasa, banyak yang memakai
sorban dan berjenggot lebat, tapi kita jarang menemukan orang-orang yang berakhlak baik.
Orang-orang yang mau memaafkan sudah menjadi langka di dunia ini.

Ketika seorang istri marah, maka dia ngambek kepada suaminya, ketika seorang suami marah dia
pun ngambek kepada istrinya, ketika anak-anak marah, mereka berkata kasar pada orangtuanya,
ketika orangtua marah, mereka memukuli anaknya, padahal sikap itu dapat mempengaruhi sisi
psikologis si anak.

Di dekat rumahku, ada dua orang saudara kandung yang hidup berdekatan. Salah satunya
meninggal dunia, namun saudara yang satunya tidak mau menghadiri pemakamannya. Aku
berkata kepada dia dan anak laki-lakinya “Setelah dia wafat, perselisihan di antara kalian juga
berakhir, jadi kau harus menghadiri pemakamannya.”

Dia berkata “Tidak, kami belum pernah bertatap muka selagi dia masih hidup, jadi apa tujuannya
sekarang?” Aku berkata “Dia sudah wafat sekarang. Setidaknya, ingatlah susu ibumu dimana
kalian dulu sering berbagi.” Aku sudah memohon kepadanya, tapi dia tetap tidak mau
menghadirinya. Dunia ini terisi dengan orang-orang seperti itu.

Namun kelakuan kita adalah: Mengucapkan salam kepada mereka yang mengucapkan salam,
namun jika dia tidak memulai salam duluan, maka kita tidak mau mengucapkannya. Siapapun
yang tersenyum pada kita, maka kita balik membalas senyumnya, namun siapapun yang
mencibir kita, maka kita menimpuknya dengan bata. Itulah kelakuan kita.

Rasulullah S.A.W. bersabda


“Seseorang dengan akhlak yang baik melampaui seseorang yang shalat Tahajjud dan berpuasa
seumur hidupnya.” Kenapa? Karena sifat ini sangat jarang ditemui.

Intisari dari akhlak yang baik adalah menjaga lidah maka semua akhlak yang lain akan
mengikutinya. Jika kalian menjaga lidah pada saat marah atau bahagia, berbicara hanya yang
perlu, maka tidak ada seorang pun yang derajatnya lebih tinggi daripada kalian. Tak ada seorang
pun yang dapat mengejar kalian, bahkan dengan shalat Tahajjud, berpuasa, haji, dan umrah.

Ketika kalian melihat macet di jalan, kalian memilih jalan alternatif, bukankah begitu? Bahkan
GPS memberitahu kita untuk mencari jalan lain. Ketika jalannya kosong, maka kalian mengebut.
Jika jalannya kosong, kenapa kalian tidak memanfaatkannya?

Sebagai contoh:
Pada jalan shalat selalu dipadati orang. Jalan puasa, jalan haji, jalan ilmu pengetahuan juga, jalan
membaca Qur’an dan hadist juga padat. Tapi ada satu jalan yang kosong, yaitu jalan akhlak,
karena tidak mudah menjadi orang yang sabar dan mau memaafkan.

Meskipun kalian mengendarai Bajaj, masih terasa lebih cepat daripada Mercedez Benz, karena
mobil Mercedez benz terjebak macet, sementara Bajaj yang kalian kendarai tetap jalan.

Jadi demi Allah, jika kalian memperbaiki akhlak, maka tidak akan ada yang dapat mengejar
kalian.

Semoga bermanfaat

Bayan Masturoh oleh Mufti Lutfi al Banjari


Posted on 23/09/2015

Istri Sebagai Partner Dalam Dakwah


oleh Mufti Muhammad Luthfi Al Banjari
Kepentingan Masturoh

Kisah isteri Maulana Jusuf Al Khandalawi Rah.A :

Maulana Jusuf ini rumahnya terpisahkan hanya oleh selembar karung goni dengan mesjid tempat
beliau mengatur kerja dakwah. Rumahnya bukan terpisahkan oleh kain yang mahal, tirai yang
mahal, tidak tapi hanya terpisahkan oleh karung goni, begitu sederhananya kehidupan beliau ini.

Sangking sibuknya maulana Jusuf ini disibukkan oleh kerja dakwah, menuntaskan buku hayatus
sahabah, menegakkan ushul-ushul dakwah, mengatur jemaah, kadang-kadang baru bisa
mengunjungi istrinya dua minggu sekali saja.

Suatu ketika istri Maulana Jusuf ini sakit keras, datanglah utusan dari rumah beliau untuk
menyampaikan bahwa isterinya sakit keras. Namun asbab kesibukan beliau dalam dakwah,
ummat banyak yang membutuhkan arahan beliau, sehingga syekh jusuf mengatakan kepada
utusan isterinya, “Sampaikan salam kepada isteriku, katakan padanya sebentar lagi saya akan
menjumpainya.” Syekh Jusuf diberi kabar agar bisa segera datang untuk mendoakan isterinya
yang sakit keras dan mendampingi isterinya menjelang wafat.

Syekh Jusuf asbab kesibukannya mengurus umat beliau menyampaikan kepada utusan bahwa
syekh Jusuf akan datang 30 menit lagi untuk menemani istrinya. Namun istri syekh Jusuf ini
wanita yang luar biasa, mendengar pesan dari syekh jusuf dari utusannya ini, istrinya berkata :

“Sampaikan salamku kepada syekh Jusuf, dan katakan bahwa saya sedekahkan waktu 30 menit
yang diberikan kepada saya ini, untuk ummat Rasullullah Saw. Tidak usah datang jangan alihkan
kesibukkan beliau ini dari dakwah.”

Dan betul dakwah terus dijalankan oleh Maulana Jusuf Rah.A, belum sempat didatangi, istrinya
sudah meninggal dunia. Waktu 30 menit yang disedekahkan oleh istri syekh jusuf Rah.A ini
berapa hidayah untuk ummat Rasullullah Saw. Istri yang seperti inilah yang kita ingin, kita
bentuk agar fikir dakwah ini juga terbentuk dalam diri mereka. Inilah kepentingan menjadikan
istri kita ini sebagai partner dalam dakwah.

Suatu kedzoliman jadikan istri kita ini hanya sebagai hamba sahaya yang kerjanya hanya
mencuci pakaian kita, membersihkan rumah, ataupun memasak makanan untuk kita. Allah tidak
cipatakan seorang istri ini hanya untuk menjadi hamba sahaya saja. Ketahuilah bahwa orang tua
dari istri kita ini tidak pernah terpikirkan semenjak anaknya lahir itu sampai dia menikah hanya
untuk menjadi hamba-hamba sahaya kita.

Coba tanya mertua kita apakah ingin anak mereka menjadi hamba sahaya ? saya rasa tidak. Dan
dalam Al Quran pun tidak ada ayat yang menjadikan istri ini sebagai hamba sahaya, tetapi yang
ada adalah untuk dijadikan partner dalam dakwah dan juga dalam pendidikan anak. Inilah
kepentingan menjadikan istri kita partner dalam kerja dakwah, insya allah kita niatkan.

Jadi dalam dakwah tanggung jawab suami dan istri sama, laki-laki dan perempuan mempunyai
tanggung jawab yang sama dalam dakwah. Maka fikirnya bagi para istri ini adalah :
1. Bagaimana saya membantu menyiapkan suami saya untuk kerja dakwah ?
2. Bagaimana saya mewujudkan pendidikan anak ?

Al Quran menceritakan walaupun tanggung jawab dakwah ini sama untuk laki-laki dan
perempuan, “ana wamanit taba’ani”, hanya saja medan kerjanya laki-laki dan perempuan yang
dibedakan oleh Allah Swt. Disinilah ciri-ciri kelaki-lakian dapat kita lihat yaitu dari medan
kerjanya. Ciri-ciri kesempurnaan laki-laki ini dapat dilihat dari 4 perkara ini :

1. Memakmurkan mesjid :

“Fi buyutina adlun kuffa wayukafihatun yusabbihulahu fi adlun asori rijalun…”

Dirumah-rumah yang didirikan dan disebut nama Allah didalamnya ini maksudnya mesjid atau
rumah Allah. Mesjid ini milik Allah, jangan kalian besarkan selain Allah di mesjid. Jika ada
bupati atau gubernur minta dipilih dalam mesjid, maka jangan pilih mereka.

Mesjid bukan untuk kampanye atau menceritakan kebesaran gubernur atau bupati, tapi murni
hanya untuk membersarkan Allah saja. Bertasbih setiap pagi dan petang dan sholat 5 kali sehari,
siapa ? laki-laki, rijalun. Jadi sholat berjamaah ini adalah kerja daripada laki-laki.

Namun kalau perempuan mau sholat di masjid jangan dilarang, hanya saja sholatnya wanita ini
dirumah sendirian nyalebih baik 25 derajat dibanding sholatnya bersama laki-laki di mesjid.
Maka nanti jika ada anak laki-laki datang mau melamar anak kita, yang pertama kali kita seleksi
adalah kita tanyakan, “Dimana kamu tadi shubuh sholat ?” kalau di jawab, “di rumah.” Maka
katakan. “Maaf saya tidak bisa menikahkan anak saya dengan orang yang tidak sempurna kelaki-
lakiannya.”

2. Buat kerja Dakwah :

Allah berfirman :

“ kami tidak mengutus sebelum kamu, wahai Muhammad, seorang Nabi kecuali laki-laki”

Tidak ada Nabi yang wanita, semua kerja Nabi ini dilakukan oleh laki-laki. Apa kerja Nabi ini
adalah berdakwah.

Kerja mendakwahkan agama Allah ini adalah kerja laki-laki, yang pergi mendakwahkan agama
Allah kemana-mana ini adalah laki-laki. Walaupun secara tanggung jawab laki-laki dan
perempuan ini mempunyai tanggung jawab yang sama dalam dakwah namun medannya beda.
Kalau perempuan menghidupkan dakwah dari rumahnya, kalau laki-laki ini dengan melakukan
2.5 jam mengajak orang taat kepada Allah.

Dimulai dengan berjaulah mengajak para laki-laki dikampungnya untuk mau menghidupkan
sholat berjamaah di mesjid. Jadi ciri-ciri kelakian ini selain sholat berjamaah di mesjid, tapi juga
mengajak orang dikampungnya untuk memakmurkan mesjid minimal 2.5 jam. Karkun/ahbab
yang tidak menyediakan waktu 2.5 jam ini adalah karkun/ahbab yang telah kehilangan kelaki-
lakiannya.

3. Siap mengangkat pedang untuk perang di jalan Allah

“Sebagaian orang beriman adalah laki-laki, laki-laki yang menepati janji siap mati di jalan Allah,
sebagaimana mereka menghembuskan nafasnya mati sebagai syahid, sebagian lagi dari mereka
ada yang menunggu kapan saya mati syahid, dan yang sebagian lagi tetap setia tidak merubah
janji mereka untuk mati dijalan Allah.”

Jadi ciri kelaki-lakian yang ketiga adalah kesiapan dia untuk mengangkat pedang yang sudah
diasah istrinya di rumah untuk membela agama Allah sampai gugur mati syahid.

Jadi ciri kelaki-lakian yang ketiga dari laki-laki ini adalah memiliki pedang dirumahnya yang
disiapkan sewaktu-waktu untuk dia mengangkat pedang memenuhi janjinya mati di jalan Allah.
Jadi laki-laki yang tidak punya pedang adalah laki-laki yang sempurna ciri kelaki-lakiannya
tersebut. Insya Allah siap punya pedang di rumah.

Laki-laki ini harus siap berperang jika ada panggilan, sedangkan perang ini dilakukan di luar
rumah. Laki-laki yang berani berperang di dalam rumah ini laki-laki yang banci, yaitu laki-laki
yang telah kehilangan kelaki-lakiannya. Nabi Saw bersabda :

“Apakah kamu akan menjadi seseorang yang memukuli istrinya di siang hari, seperti hamba
sahaya, dan lalu melampiaskan nafsunya dimalam hari.”

Nabi Saw marah dengan perlakuan suami yang seperti ini kepada istrinya. Nabi Saw marah
dengan laki-laki yang beraninya berkelahi dalam rumah. Rumah bukan tempat tempur bagi
seorang laki-laki. Bukannya medan untuk suami berkelahi dengan istri, tidak. Nabi SAW marah
kepada suami yang berkelahi dengan istrinya di rumah.

4. Pemimpin bagi kaum wanita di rumahnya :

“Ar Rijalun kawammuna alannisa”

Artinya : Laki-laki ini adalah pemimpin bagi kaum wanita.

Jadi ciri yang lain dari sempurnanya seorang laki-laki ini adalah sebagai pemimpin bagi kaum
wanita dirumahnya. Laki-laki ini harus jadi pelindung, penyantun, dan pemimpin bagi wanita.
Laki-laki yang sempurna adalah laki-laki yang bisa memimpin wanita, sedangkan laki-laki yang
tidak sempurna adalah laki-laki yang dipimpin oleh wanita atau menyerahkan urusannya kepada
wanita.

Untuk berangkat berjuang di jalan Allah 4 bulan, saya liat dulu istri saya, kalau dia setuju saya
berangkat, kalau dia tidak setuju maka saya tidak bisa berangkat, ini laki-laki yang telah hilang
kelaki-lakiannya yaitu laki-laki yang Banci. Tanggung jawab laki-laki sebagai pemimpin ada 2
faktor :
1. Karena Nafkah yang dia berikan
2. Karena Tarbiyah, pendidikan, taklim yang diberikan oleh suaminya.

Note :

Tanggung Jawab Suami kepada isteri :

1. Mengajari istri tentang Iman


2. Mengajari Isteri Ilmu Agama (Taklim Rumah)
3. Memberi Nafkah Semampunya
4. Menggauli istri dengan Akhlaq yang baik
5. Memimpin istri di rumah
6. Menyiapkan isteri sebagai partner dalam dakwah

Maka laki-laki yang bisa menjadi pemimpin adalah laki-laki yang memberikan nafkah dan
mendidik istrinya atau menghidupkan taklim :

1. Jika suami hanya memberikan nafkah saja, tapi tidak memberikan taklim rumah, dan si isteri
mencari taklim dari luar rumahnya, ikut pengajian-pengajian diluar, maka ini akan menyebabkan
isteri jadi penentang suaminya. Si istri setiap di beri tahu, dia akan bilang, “Ustadzah ini bilang
seperti ini, ustadz itu bilang seperti itu…..” Maka dia akan jadi penentang kita saja, karena asbab
tidak hidupnya taklim di rumah, dan istri hanya datang ke taklim ibu-ibu saja. Laki-laki yang
hanya memberikan nafkah saja tapi tidak menghidupkan taklim rumah, maka laki-laki seperti ini
akan kehilangan kelaki-lakiannya dimata istri, kehilangan kepemimpinannya.

2. Begitu juga laki-laki yang hanya memberi taklim saja, kerjanya taklim terus tiap hari, tetapi
masih meminta-minta uang atau nafkah dari isterinya, maka laki-laki seperti ini akan kehilangan
kelaki-lakiannya. Laki-laki seperti ini setiap ada takaza agama dia akan bilang, “Saya akan
tanyakan dulu istri saya ?”, “Saya izin dulu sama istri saya”, “Terserah istri saya saja”.

Note :

Asbab dia tidak menafkahi istrinya, akhirnya suami seperti ini mandul di mata istri. Suami yang
impotent secara kepemimpinan adalah laki-laki yang tidak mampu menafkahi isterinya ataupun
menyuruh isterinya bekerja menanggung beban suami. Laki-laki yang malam hari dia gauli
istrinya dan siang hari dia minta uang ke istrinya, ini laki-laki macam apa? ini namanya laki-laki
murahan yaitu laki-laki pelacur. Akhirnya kehidupan suami ini diatur dibawah ketiak istri.
Sementara dalam suatu hadits dikatakan bahwa :

“laki-laki yang paling Allah benci adalah yang takut sama isterinya.”

Maka Allah jelaskan dalam Al Quran ini peran daripada laki-laki ini yaitu : sholat berjamaah,
berdakwah, berperang, mencari nafkah, dan memberi taklim dirumah. Kerja laki-laki ini 4 diluar
rumah dan hanya 1 di dalam rumah yaitu memberikan taklim, sedangkan sholat berjamaah,
berperang, berdakwah, dan mencari nafkah semuanya dikerjakan di luar rumah. Jadi Allah sudah
fitrahkan laki-laki ini lebih banyak di luar rumah dibanding di dalam rumah. Laki-laki yang
banyak di luar rumah itulah laki-laki, tetapi laki-laki yang lebih banyak dirumah, itulah banci
atau laki-laki yang kewanita-wanitaan, atau laki-laki yang telah kehilangan kelaki-lakiannya.

Bagaimana Nabi SAW memperlakukan istrinya di rumah ?

Nabi SAW ini karakter wibawanya nampak jika diatas mimbar. Kalau sedang memberi bayan ini
berapi-api, matanya merah seperti sedang seorang panglima yang sedang memimpin perang.
Namun kalau sudah sampai ke rumah menjadi sangat lembut kepada istrinya.

Kisah :

Nabi SAW pulang ke rumah dan bertanya kepada Aisyah R.ha, “Wahai Aisyah adakah yang bisa
dimakan hari ini ?” Aisyah R.ha menjawab, “Tidak ada ya Rasullullah.” Ini jawaban memang
makanan betul-betul tidak ada di rumah Nabi SAW, bukannya aisyah tidak mau masak, tidak.

Beginilah mujahaddahnya kehidupan orang yang paling dimuliakan oleh penduduk langit dan
bumi. Namun bagaimana sikap Nabi SAW ketika mengetahui aisyah R.ha tidak masak karena
tidak ada makanan, “Kalau begitu hari ini saya puasa.” Selesai masalah, tidak perlu perang
dirumah. Nabi tidak perang sama istrinya hanya karena tidak ada makanan di rumah.

Suatu ketika Nabi SAW pulang kerumah dalam keadaan sedang puasa sunnah, lalu Aisyah R.ha
hari itu sedang kebagian hadiah makanan berupa roti dan madu. Maka oleh Aisyah R.ha di
suguhkan makanan tersebut kepada Rasullullah SAW untuk dinikmati.

Aisyah berkata, “Ya Rasullullah SAW hari ini kita ada makanan roti dan madu mari kita nikmati
sama-sama.” Inilah kerinduan istri bermesraan dengan suami yang sibuk sekali untuk ummat.
Apa kata Nabi SAW, “Wahai Aisyah sebenarnya hari ini saya berpuasa” Namun untuk
menyenangkan istrinya hari itu Nabi SAW batalkan puasanya untuk makan dengan istrinya.
Begitulah sikap yang dicontohkan Nabi SAW kepada istrinya agar bisa membawa istrinya
kedalam kerja dakwah ini.

Tapi hari ini ada saja ahbab yang bicara sama istrinya : “Kamu ini fikirnya makan saja, takaza
belum selesai.” Disampaikan dengan suara lantang. Naudzubillah, laki-laki yang macam apa
kelakuannya seperti ini. Nabi SAW memberikan contoh bagaimana membawa istri kepada kerja
dakwah harus dibawa dengan kelembutan. Nabi SAW sampaikan :

“Wanita ini seperti kaca, mudah pecah. Jadi harus diberlakukan dengan hati-hati.”

Imam Bukhori Rah.A meriwayatkan :


Suatu ketika Nabi SAW pergi haji dengan ke sembilan istrinya. Dalam perjalanan Onta ini
dibawa oleh seorang sahabat, Ambasa RA. Onta yang memimpin ini biasanya kecepatannya
bergantung dari yang membawanya. Maka ketika ontanya ini melaju cepat, Nabi SAW menegur
Ambasa RA, “Wahai Ambasa yang kamu bawa ini adalah kaca-kaca yang mudah pecah.”
Maksudnya istri-istri Nabi SAW. Nabi menegur agar mereka diberlakukan dengan hati-hati,
tidak sama dengan laki-laki.
Jadi kerja atas wanita ini sangat penting namun harus dibawa penuh kehati-hatian kata syekh
ilyas rah.a. Maka Allah Swt inginkan laki-laki ada kelembutan di dalam rumah, dan
menghabiskan banyak waktunya di luar rumah.

Untuk apa menghabiskan waktu di luar rumah? untuk memakmurkan mesjid, berdakwah,
berperang, dan mencari nafkah. Laki-laki ini sudah menjadi fitrahnya medan kerjanya di luar
rumah, dan didalam rumah hanya untuk memberikan taklim. Sedangkan perempuan ini medan
kerjanya dijelaskan dalam surat al ahzab ini sebagai panduan :

“Wa qola fi buyuti bihunna” artinya : “Wahai wanita tinggallah kamu di rumah-rumah kalian”

Medan kerja wanita yang pertama ini adalah di rumah-rumah mereka. Jadi azas kerja wanita ini
di dalam rumah dia. Allah Swt sudah perintahkan kaum wanita untuk tetap berada di dalam
rumah-rumah mereka.

“Wahai istri-istri Nabi SAW dan wanita-wanita yang mengikuti istri-istri Nabi tinggalah di
dalam rumah-rumah kalian.”

“Wala tabarujna tabauhu fi jahilina ula” artinya : “Andaikata kalian keluar rumah untuk
memenuhi keperluan, janganlah kalian seperti orang-orang jahil yang memperlihatkan
perhiasannya”

Allah perintahkan agar kaum wanita ini keluar rumah untuk memenuhi keperluan mereka,
janganlah keluar dengan bertabarruj, yaitu menampakkan aurat mereka, alias seperti telanjang,
seperti suku fak-fak di Irian sana, atau suku-suku lainnya yang menampakkan aurat mereka.

Jangan membuka aurat, atau pakaian, seperti wanita primitif. Maka wanita modern dalam
pandangan islam adalah wanita yang senantiasa berada dalam rumah-rumah mereka, dan ketika
keluar mereka menutup aurat mereka. Sedangkan wanita primitif adalah wanita yang suka
berkeliaran di luar rumah, dan menampakkan aurat mereka, membuka pakaian mereka sehingga
terlihat aurat mereka. Jangan jadikan istri kita wanita primitif tetapi jadikan istri kita wanita yang
modern. Suami mana yang mau menjadikan istrinya orang primitif.

Kerja wanita :
1. Dirikan sholat di rumah à Wa akimish sholah
2. Membayar Zakat à Wa’tunazakah
3. Menghidupkan perintah Allah dan Sunnah Rasul di dalam rumah àWa’atiu nallah warosulahu

Kenapa wanita ini Allah tetapkan medan kerjanya di rumah ? Tujuannya adalah :

“Liyuzhiba ankumuhisaya zaituni qulikum tathiro”

Artinya :

“Allah hendak membersihkan kotoran-kotoran yang ada di hati-hati kalian wahai ahlul bait
keluarga Nabi dan setiap keluarga yang hendak berjumpa di hari kiamat.”
Allah hendak menghilangkan kotoran-kotoran dari hati wanita ini sebersih-bersihnya, dengan
menempatkan mereka di dalam rumah. Jadi nanti jumpa di hari kiamat dalam keadaan bersih.
Dirumahkannya wanita ini untuk membersihkan kotoran-kotoran yang ada di hati,
menyelamatkan mereka dari segala bentuk kemaksiatan. Dirumahkannya wanita ini untuk
dimuliakan agar terjaga kesucian hatinya, tapi kalau wanita ini sudah keluar rumah maka dia kan
menjadi sumber segala kerusakan dan sumber segala kemasiatan. Manfaat terbesar bagi seorang
wanita ini jika dia bisa bertahan di dalam rumahnya.

Satu orang wanita tidak punya cadar atau punya satu saja untuk keluar masturot tapi dia tinggal
di rumah, ini lebih baik dari satu orang wanita punya sejuta cadar atau pabrik cadar tapi kerja di
pom bensin.

Kerisauan Mubayyin :

Bahkan kalau ada nanti suatu saat restauran karkun tapi pelayannya semuanya wanita-wanita
pakai cadar, bakar saja restauran seperti itu, penghinaan kepada islam, penghinaan kepada
tabligh. Kalau nanti ada yang minta ganti, ganti saja, minta ganti sama saya.

Lalu apa kerja wanita yang kedua di dalam rumah tersebut, selain dari pada mengerjakan sholat
dan dan amaliat ibadat lainnya :

“Wazkurna ma yutla fi buyutikum ayautul bil hikmah innaloha kana fi kumuhadiroh”

Artinya:

“Bacakan, ajarkan kepada kaum wanita yang berada di rumah tadi, apa-apa yang Allah
wahyukan dirumah kalian daripada Al Quran dan hikmah kisah hidup Rasullullah Saw”

Jadi wanita, Sebelum ada SK menteri agama, menteri pendidikan, Allah sudah keluarkan SK
melalui surat Ahzab, Allah sudah angkat para kaum wanita ini menjadi guru-guru di rumah dia.
Jadi Allah menginginkan wanita ini sebagai guru di rumah dia sendiri, inilah target dari kerja
wanita.

Jadi target dari kerja masturot ini apa :

1. Tinggal di dalam rumah membersihkan diri dari kotoran-kotoran melalui :

sholat dan ibadat agar à hati tetap suci.


Menghidupkan dari pada sunnah-sunnah Nabi SAW à Suasana Malaikat bukan Kuburan
berkhidmat kepada suami à Ridho Allah

2. Menjadi guru bagi anak-anak mereka sebagai pendidik dan pembina generasi pejuang agama

Keberhasilan dalam kerja masturot ini bukannya dilihat dari banyaknya jumlah jemaah masturoh
dikeluarkan, tetapi dilihat dari banyaknya taklim dihidupkan rumah masing-masing dan semakin
banyak laki-laki atau suami yang didorong istrinya untuk keluar di jalan Allah.
Masalah Maqomi :

Kenapa taklim (masturoh) mahalah berkurang dari laporan subgozari? ini tidak masalah, ini
karena banyak taklim mahalah yang tidak sesuai dengan tertib. Belum keluar 15 hari, sudah buat
taklim mahalah. Sehingga taklimnya dihentikan, jadi jumlahnya berkurang, ini bagus. Jadi yang
paling baik adalah bagaimana taklim dirumah diutamakan.

Bagaimana kita bisa memfungsikan 2 tujuan medan kerja wanita ini? Wanita ini merupakan
salah satu pilar atau tiang negara menurut Islam. Jadi negara ini bisa berjalan dengan baik
tergantung daripada wanitanya.

Kekuatan islam bergantung daripada wanita. Namun kekuatan wanita ini terdiri dari 2 hal tadi
diam dirumah membersihkan diri dan sebagai pendidik generasi pejuang agama, penerus ummat
Rasullullah Saw. Inilah isi daripada bayan ulama kita di bangladesh. Jika ini bisa terjadi, wanita
kembali kepada 2 hal ini

1. Wanita tinggal dirumah mereka mensucikan diri dari kotoran-kotoran


2. Sebagai pendidik bagi generasi penerus

maka nanti islam akan tersebar dan akan lahir dari rumah mereka generasi-generasi pejuang
agama. Dari rumah-rumah orang islam akan lahir banyak Hafidz, Ulama, ataupun Da’i, asbab
wanita kembali kepada 2 tujuan tadi. Sebagaimana :

1. Mariam R.ha tinggal di rumahnya maka Allah mudahkan Rizkinya dan Allah anugerahkan Isa
AS.
2. Siti Hajar R.ha bersabar didalam rumahnya keluar kecuali karena perintah Allah maka Allah
mudahkan rizkinya dari arah yang tidak disangka-sangka dan Allah anugerahkan Ismail AS

Jadi ada 2 hal yang akan Allah anugerahkan jika wanita ini jika mau tinggal di rumah
menghidupkan daripada amal-amal dan mendidik anak dengan baik :

1. Allah akan mudahkan rizkinya, diberkahi.


2. Allah akan anugerahkan anak yang sholeh.

Kalau wanita keluar rumah maka dia akan menghadapi 2 hal :

1. Keberkahan rizki akan Allah cabut


2. Anak-anaknya tidak akan menjadi orang sholeh

Musuh-musuh islam mereka tahu ini kekuatan daripada wanita ini, maka mereka berusaha
merusaknya 2 perkara ini :

1. Bagaimana wanita ini keluar dari rumah.


Mereka membuat propaganda : “Wanita dalam islam sudah di dzolimin oleh kaum lelaki, dengan
hanya menyuruh mereka untuk tetap dalam rumah saja. Padahal wanita ini dilahirkan equal,
setara dengan laki-laki, maka harus ada kesetaraan gender. Ini namanya emansipasi wanita.”

Sehingga hari ini banyak wanita yang keluar rumah dan di IAIN sendiri suara mereka
diwujudkan atas nama emansipasi dan kesetaraan gender. Akhirnya banyak anak-anak orang
islam berpenampilan seperti orang kafir. Bahkan lebih parah lagi, sampe ada istri kyai tanpa
malu-malu menjadi promotor dan sponsor ide itu agar wanita bisa keluar rumah. Ini adalah cara-
cara yahudi dan musuh-musuh islam menghancurkan kekuatan islam, yaitu dengan
mengeluarkan wanita islam dari rumah.

2. Bagaimana wanita ini dirumah tidak bisa jadi pendidik atau guru bagi anak-anaknya.

Mereka membuat strategi jitu yaitu dengan mebuat maraknya TV di rumah-rumah orang islam.
Sehingga apa yang terjadi anak-anak bukan lebih dekat ke ibunya atau belajar dari ibunya, tapi
kini anak-anak lebih dekat ke TV dan lebih banyak belajar dari TV. Guru dari anak-anak ini
bukan lagi ibunya tapi TV, dan tokoh-tokoh seperti superman, batman, dan sebagainya.

Jadi kerja Dakwah ini arahnya kesana yaitu mengembalikan peran wanita ini sebagai ahli rumah
dan pendidik bagi anak-anak.

Tertib dari alim ulama adalah untuk kerja Masturoh ini :

1. Utamakan taklim rumah bukan dibawa keluar 3 hari.

Ini ada ahbab baru keluar 3hr jarang pulang, pulang langsung bawa istri keluar 3 hari bukan
speerti itu. Baru 3 hari pulang-pulang kerumah sudah bilang, “Kamu kalau mau masih sama saya
pergi 3 hari atau hubungan kita sampai disini saja”. Kerja ini bukan seperti itu caranya, hidupkan
taklim dirumah dengan tertib dan istiqomah, ini yang betul.

Kargozari :

Waktu kami di Jordania tahun 1985, ada karkun baru pulang keluar dijalan Allah. Setelah pulang
ujug-ujub bilang sama istrinya bahwa ini TV haram harus dikeluarkan dari rumah. Si istri protes,
“Kamu ini aneh, ini TV kan kamu yang beli, kenapa tiba-tiba baru pulang dari khuruj
mengeluarkan fatwa bahwa ini haram.” Akhirnya ribut sama istri, sang suami bersikeras,
“Keluarkan ini TV karena TV ini tidak baik bagi pendidikan anak.” Apa kata istrinya,
“Keluarkan saja TV ini, maka saya akan ikut keluar bersama TV ini.”

Wanita ini kalau sudah marah pengaruhnya bisa lebih hebat dari setan, Allah bilang dalam AL
Quran :

1. “Inkana syaiton kana dhoifa” : Tipu Daya Setan itu lemah

2. “Inkana kunna Adzim” : Tipu Daya Wanita ini besar


Tipu Daya wanita ini lebih hebat dari tipu daya iblis laknatullah alaih.

Contoh :

70 orang wali bawa taskilan kumpul di mesjid, si wali ditaskil langsung siap ambil takaza. Tetapi
pada waktu pulang kerumah istrinya melotot, kata istrinya “Mau Apa Kamu.” Maka si wali ini
akan langsung celeng, lemah, kendor, ciut, akhirnya 70 taskilannya akan kabur semua.

70 orang wali bawa taskilan yang siap keluar, tapi si walinya gak siap. Kalau istri sudah menjadi
partner dalam dakwah, maka dia akan bilang, “Ini tas dan ini uang, silahkan abang keluar ambil
takaza bawa taskilan.” Maka mau gak mau si wali ini pergi juga kalau dibegitukan.

Balik ke cerita, setelah mendapat respond seperti itu dari istrinya, bingung nih ahbab, akhirnya
balik ke markaz. Di markaz dia ceritakan semuanya. Maka masyeikh bilang, siapa yang
menyuruh kamu buang TV? apakah ada di bayan-bayan tangguh kita untuk menyuruh buang
TV? tidak ada, yang ada hidupkan taklim itu saja. Akhirnya si ahbab ini pulang tidak jadi buang
TV, tapi apa yang dia lakukan? hidupkan taklim.

Setelah berhari dia hidupkan taklim, akhirnya istrinya duduk juga dalam taklim. Hari ke 27
diajaklah istrinya keluar 3 hari masturoh, tapi taklim tetap terus di jaga istiqomah. Setelah pulang
3 hari, besoknya pulang kerja si ahbab tidak melihat TV nya yang biasa ada di ruang tamu kini
tidak ada.

Maka si ahbab bertanya kepada istrinya, “Kemana TV kita?” si istrinya bilang, “ah sudah gak
usah diungkit lagi masalah TV”. Si ahbab ini penasaran, selesai taklim, dia pergi ke gudang dia
dapati TV nya sudah pecah. Si ahbab tanya pada istrinya, “Ini TV kenapa kamu pecahkan, kan
masih bisa di jual.” Maka si istri bilang, “Kan abang bilang TV itu haram, maka kalau kita jual
berarti kita akan makan hasil dari barang haram.”

Jadi suami yang hebat adalah bukan suami yang bisa memecah TV, tetapi suami yang bisa
mentarghib dan mendidik istrinya dengan taklim sehingga si istri mau memecahkan TV. Ada
ahbab datang ke saya, “Alhamdullillah ustadz saya sudah hancurkan TV di rumah saya, apakah
itu hebat?” tidak itu bukan suatu kehebatan, yang hebat itu jika anda bisa buat istri pecahkan TV.
Maka dengan taklim ini adalah pintu masuknya agama dalam rumah.

“Taklim adalah pintu masuknya agama dalam rumah”

Dalam Musyawarah Harian hal yang perlu kita musyawarah termasuk mentarghib ahbab-ahbab
ini agar menghidupkan taklim rumah mereka. Salah satu problem yang harus di up date setiap
musyawarah harian adalah memfungsikan taklim rumah terlebih dahulu. Fikirnya dalam
musyawarah antara lain bagaimana rumah-rumah ahbab di mahalah kita dapat hidup taklim
rumah.

Problem taklim rumah dalam musyawarah harian ini jangan ditinggalkan harus terus disisipkan
untuk dimusyawarahkan. Kita fikirkan bagaimana di mahalah kita setiap rumah hidup taklim
rumah. Kita tanya setiap ahbab, “Bagaimana sudah hidup belum taklim di rumah kamu?” saling
bertanya dan saling memberikan masukan.

Kalau belum kita fikirkan bagaimana hidup taklim di rumah dia dan kita targhib dia agar mau
menghidupkan taklim di rumahnya. Dalam kargozari di Banglore, ada beberapa desa yang setiap
rumah hidup taklim semuanya. Ahbab ini banyak yang aneh, diluar rumah dia jos, kerja seperti
malaikat, tapi ketika di rumah taklim tidak dibuatnya. Inilah kelemahan kita para ahbab dalam
kerja dakwah, ngejos di luar rumah, tapi dalam rumah sendiri tidak hidup taklim.

Padahal segala kemaksiatan di dalam rumah kita ini akan hilang dengan menghidupkan taklim
didalam rumah, tidak perlu kita pecahkan TV, hidupkan taklim saja, maka semua masalah rumah
akan terselesaikan.

Ahbab setiap tahun berangkat 4 bulan dan setiap hari 8 jam untuk dakwah, tapi aneh kok
anaknya tidak ada yang jadi hafidz atau ulama? ini kenapa? karena tidak hidup daripada taklim
rumah tadi. Istri tidak mendukung daripada taklim rumah. Untuk bisa mentarget taklim ada 3
acara :

1. Ketika 2.5 jam khususi di selipkan pembicaraan tentang pentingnya taklim rumah setelah
taskyl 40 hari atau 4 bulan.

2.Waktu Jaulah I dan II, akhir dari pembicaraan mubayin targhib tentang taklim rumah

3. Waktu keluar 3 hari dengan Mahalah, di hari ke 3 dijelaskan tentang tanggung jawab suami
terhadap keluarga dan pentingnya menghidupkan taklim rumah.

Jika di satu mahalah hanya ada 2 ahbab ditargetkan agar 1 orang ahbab bisa dapat 3 orang baru,
lalu menghidupkan taklim rumah maka jumlah ahbab bulan berikutnya akan menjadi 8 orang dan
8 rumah hidup taklim rumah. Maka dengan begini jumlah taklim rumah akan terus bertambah
dalam bulan berikutnya. Taklim ini adalah pintu masuknya agama ke rumah-rumah kita, yang
akan membuat sunnah-sunnah Nabi Saw hidup di rumah-rumah kita.

Taklim rumah ini dibagi 2 :

1. Taklim Fadhilah Amal


2. Mudzakaroh 6 sifat

Untuk 2 bagian ini kita lakukan dalam 30 menit saja sebagai tahap awal, jangan kelamaan nanti
pada kabur. Namun dilakukan secara terus menerus dan bertahap sampai 2.5 jam. 30 menit ini
dibagi lagi yaitu 20 menit taklim kitabi dan 10 menit mudzakaroh. Tertib membaca Fadhilah
amal ini berurut sehingga terbaca 7 bab fadhilah tadi. Jadi 1 bab dapat dibaca 3 menit kurang
lebih, sisanya 10 menit buat mudzakaroh.

Jika ini diamalkan taklim rumah seperti ini, maka agama akan masuk melalui taklim ini kedalam
rumah kita. Sehingga nanti istri dan anak-anak kita akan tergairahkan untuk menghidupkan
sunnah-sunnah Nabi SAW dirumah kita. Salah satu sunnah Nabi SAW ini adalah kesederhanaan
hidup. Istri dan anak-anak kita akan tersuasanai untuk hidup sederhana. Dengan taklim rumah
yang hidup, kesederhaan ini akan wujud dalam kehidupan rumah tangga kita : makan jadi
sederhana, pakaian yang sederhana, rumah juga sederhana saja, isi rumah sederhana saja. Inilah
yang dimaksudkan dengan mensederhanakan keperluan hidup, sehingga uang yang biasa kita
hambur-hamburkan untuk keperluan, bisa kita gunakan untuk menyambut takaza agama.

Adab Terhadap Tamu

Untuk keperluan kita sendiri dan keperluan rumah kita boleh kita sederhanakan, namun kalau
kedatangan tamu maka kita harus lebihkan jangan disederhanakan. Contoh : kalau yang makan
anggota keluarga saja, boleh kita makan sayur dan telor ceplok saja, tapi kalau kita kedatangan
tamu maka kita potong ayam atau potong kambing untuk tamu kita. Jangan sampe sehari-hari
kalau kita makan keluarga pake kambing atau ayam, giliran tamu datang hanya kasih telor saja.

Maka dengan taklim rumah dan dibantu dengan didikan dari ibunya, maka nanti anak-anak kita
akan terbentuk dengan agama. Sehingga nanti akan banyak anak-anak yang dikirm ke pondok-
pondok pesantren, lahirlah hafidz-hafidz dan ulama-ulama, penerus generasi berikutnya. Saya
suka perhatikan banyak santri-santri di pondok saya atau di pondok-pondok lain, ini santri-santri
tidak kerasan di pondok. Ini disebabkan ibu dari ini anak, suka kangen, jadi sering disuruh
pulang akhirnya pendidikannya di pesantren terganggu dan merusak suasana yang seharusnya
bisa menjadi kebiasaan santri tersebut.

2. Hidupkan Musyawarah Harian dengan Istri

Apa yang kita musyawarahkan ? pertama kita sederhanakan musyawarah kita dengan menggilir
orang yang membaca taklim kitab dan pemberi mudzakaroh dan materi mudzakaroh. Jangan kita
terus yang baca taklim dan mudzakaroh, nanti pas kita tidak ada, maka tidak hidup taklim di
rumah. Lalu kalau sudah terbiasa baru di libatkan dalam dalam fikir atas takaza-takaza yang
dibicarakan dalam musyawarah mahalah ataupun halaqoh. Apa yang dibentangkan dalam
musyawarah mahalah atau halaqoh kita sampaikan dalam musyawarah di rumah, baik itu dalam
bentuk kargozari ataupun takaza.

Contoh :

“Tadi di mahalah dibentangkan ada jemaah butuh satu orang lagi untuk berangkat ke China” lalu
istri yang sudah menjadi partner dalam dakwah ini akan bilang, “Kalau gitu abang saja yang
berangkat.”

“Minggu pertama atau kedua atau ketiga atau keempat, kita musyawarahkan anak kita yang
keberapa yang berangkat 3 hari diminggu pertama, atau menantu kita berangkat di minggu
berikutnya, mertua kita di minggu ketiga, dan kita minggu ke empat. Mari kita musyawarahkan.”

Dengan hidupnya musyawarah harian maka suasana dakwah akan hidup di rumah kita. Lalu
dalam musyawarah juga kita bicarakan target keluar masturoh istri kita yang 3 hari setiap 3 atau
4 bulan, dan takaza-takaza masturoh seperti keluar 15 hari ataupun 2 bulan.
3. Pelajari Masa’il dan di tanyakan kepada Ulama

Bagaimana dalam masa’il ini istri kita bertanya kepada kita, dan pertanyaannya dapat kita
tanyakan kepada Ulama, lalu kita sampaikan kembali kepada istri kita. Jangan sampai jadi istri
sudah 10 tahun, tetapi rukun mandi junub tidak tahu. Jika ditanya apa rukun mandi junub, lalu
istri jawab, “rukun mandi junub ini ada dua yaitu air dan sabun.”

Jawaban apa itu, 10 tahun jadi istri tapi tidak tahu rukun Junub. Apa itu Istri ahbab menjawab
rukun mandi junub itu air dan sabun? Ini adalah kewajiban kita sebagai suami mengajarkan istri
ilmu masail walaupun melalui pertanyaan-pertanyaan kepada ulama.

Taklim berikutnya adalah Taklim Mahalah bukan di Halaqoh. Persyaratan adalah :

1. Ada ahbab-ahbab lama yang sudah paham menghandle kerja masturoh.

2. Ada beberapa istri ahbab yang sudah pernah keluar 15 hari atau 40 hari atau 3 hari berkali-kali
yang bisa menghandle kerja masturoh

3. Rumah harus munasib yaitu tertutup, dan musyawarah dilakukan oleh rijal oleh laki-laki.
Pembaca kitab harus yang bisa baca, lancar bacanya dan yang sudah pernah keluar masturoh.

Contoh :

Jadi dalam musyawarah harus dipilih istri yang lancar membacanya dan sudah pernah keluar 3
hari. Jika ada istri yang tidak lancar baca kitabnya, atau gagap, jangan dipaksakan. Jika
dipaksakan padahal istri yang membaca ini sudah pernah keluar 3 hari, tapi dia gagap, lalu
ditegor sama ibu-ibu yang belum pernah keluar 3 hari, nanti akan menyebabkan yang membaca
ini minder, lalu kitabnya akan dilanjutkan kepada yang belum pernah keluar tapi lancar
membacanya.

Disini telah terjadi 2 kesalahan :

1. Kesalahan memilih yang gagap dalam membaca


2. Menyerahkan kitab kepada yang lancar membacanya tanpa musyawarah

Jika hal ini berulang terus dalam taklim mahalah, maka nanti perempuan yang sama yang lancar
membacanya, fasih, tapi belum pernah keluar 3 hari, lama-kelamaan dia akan memakai buku-
buku lain yang tidak ditertibkan (selain fadhilah amal atau riyadhus shalihin), tanpa musyawarah.

Sekali waktu boleh ada bayan, dua bulan sekali atau lebih, namun yang memberi bayan harus
orang yang sudah mengerti kerja masturoh atau dari jemaah masturoh yang bergerak. Ada ustadz
tapi belum pernah keluar masturoh, lalu dia bayan, yang dibahas masalah tertib yang dia belum
tau, kacau jadinya. Kalau semua persyaratan ini sudah terpenuhi, maka dimusyawarahkan di
Halaqoh, lalu diberitahukan di Markaz.
4. Bawa istri kita keluar 3 hari setiap 3 – 4 bulan sekali, lalu 15 hari, dan 40 hari atau 2 bulan
IPB

Jika istri kita ini sudah 3 kali keluar 3 hari maka kita bawa istri kita ini keluar 15 hari. Lalu
setelah pulang 15 hari, bawa lagi istri kita keluar 3 hari, 3 atau 4 bulan berikutnya sampai 3 kali.
Baru setelah itu bawa istri kita keluar 40 hari ataupun 2 bulan masturoh India Pakistan
Bangladesh. Dalam satu tahun dia sudah keluar 3 kali 3 hari + 15 hari. Jangan sampai setelah
keluar 3 hari ataupun 15 hari sesudahnya jadi sepi, pensiun tidak keluar lagi, maka jazbah yang
terbentuk oleh istri kita nanti akan hilang. Jadi harus diprogramkan secara rutin berdasarkan
tertib yang sudah diatur.

Untuk jemaah 3 hari harus ada 2 atau 3 pasang orang lama dan selebihnya boleh 3 atau 4 pasang
orang baru. Bagi yang sudah pernah keluar 15 hari atau 40 hari masturoh, sudah harus
menyiapkan jemaah 3 harinya dengan tertib yang benar, diatur untuk program berikutnya, jangan
pensiun. Jadi agar jazbahnya tidak hilang, bagi yang sudah keluar 15 hari atau 40 hari atau 2
bulan IPB, sudah harus bisa mengatur jadwalnya untuk keluar 3 hari 3 – 4 bulan berikutnya.

Kalau diperhatikan masalah ini, maka manfaatnya ada 2 hal :

1. Kalau tertib 3 hari untuk keluar setiap 3 – 4 bulan dijaga, maka jazbah istri kita yang didapat
ketika keluar ini akan terjaga dan dan suami istri ini sudah berhak untuk dikirim dakwah ke
negara-negara lain.

2. Orang-orang yang baru akan mendapatkan manfaat dari pasangan-pasangan yang sudah keluar
40 hari + 3 hari secara istiqomah.

Lalu pasangan yang sudah 15 hari harus kita pikirkan bagaimana dia bisa berangkat 40 hari.
Kalau dia belum dapat 40 hari maka perlu di ingatkan tentang tertib yang perlu dijaga untuk
menjaga jazbah istri kita, yaitu keluar 3 hari setiap 3 – 4 bulan secara istiqomah. Jadi untuk
menjaga syarat-syarat keluar masturoh adalah tanggung jawab dari pada penanggung jawab
daerah dan syuro. Targhib keluar ini penting, tapi juga harus diperhatikan syarat- syarat keluar
jangan sampai dilanggar.

Syarat untuk keluar 3 hari masturoh, maka suami sudah harus keluar 3 hari sebelumnya. Orang
baru jangan ditaskyl untuk masturoh. Maka dalam bayan masturoh ini, mubayin tidak boleh
mentaskyl. Contoh : “Coba ibu-ibu siapa yang belum 4 bulan IPB catat nama, atau siapa yang
siap berangkat 40 hari.” Ini tidak ada tertib yang seperti ini jadi jangan dilakukan. Taskilan
setelah bayan masturoh ini hanya 2 saja :

1. Taskyl mempersiapkan suaminya untuk berangkat keluar 40 hari ataupun 4 bulan dari
mahalah.
2. Taskyl menghidupkan taklim rumah

Syarat untuk keluar bagi masturoh :


1. Syarat keluar 3 hari masturoh suami harus sudah pernah keluar 3 hari. Suami yang belum
pernah keluar 3 hari tidak boleh keluar 3 hari masturoh.

2. Syarat keluar 15 hari masturoh, maka suaminya sudah harus pernah keluar 40 hari minimal
dan dalam rombongan diusahakan harus ada 2 pasangan yang sudah berangkat 40 hari masturot
untuk mengangkat kerja yang 15 hari.

3. Syarat keluar 40 hari masturoh, ini untuk suami yang sudah pernah keluar 4 bulan.

4. Untuk keluar 2 bulan IPB ini ada sedikit kemudahan, yaitu cukup dengan keluar 3 hari secara
istiqomah selama 5 kali. Ini karena ke IPB ini untuk belajar, namun suami sudah harus pernah ke
IPB sebelumnya.

5. Syarat untuk membawa istri takaza ke negeri jauh maka pasangan ini harus sudah pernah ke
IPB. Jika belum pernah tidak dibenarkan untuk ambil takaza negeri jauh. Kalau hanya bisa 40
hari pergi ke india saja, tidak usah ke pakistan ataupun bangladesh.

6. Syarat ke Negeri jiran / tetangga boleh dalam jemaah ini pasangan yang baru 15 hari namun
harus didampingi minimal oleh 2 pasang yang sudah ke IPB.

Syarat untuk menerima jemaah 3 hari masturoh :

1. Minimal sudah pernah keluar 3 hari suami-istri

2. Rumah di usahakan tertutup bukan terbuka untuk umum atau terlihat tempat jemuran oleh
umum.

3. Rumah yang didatangi jemaah, maka tuan rumahnya tidak boleh ada yang daftari atau pergi
baik suami ataupun istri. Contoh misalnya : lagi ada jemaah suaminya pergi kerja ini tidak boleh,
ataupun istri ada acara keluarga ini tidak boleh.

Syarat Nusroh jemaah 3 hari masturoh :

1. Tidak boleh bawa anak untuk menghindari gangguan, anak boleh diatur untuk dititipkan sama
orang yang dipercaya maupun sama keluarga ahbab mahalah.

2. Di usahakan jangan ikut makan dengan tamu yaitu sama jemaah gerak masturoh, justru
dianjurkan membawa makanan untuk jemaah. Jangan bawa makanan tapi makanan habis sama
kita juga di tempat jemaah, bahkan ngabisin makanan nusroh yang lainnya juga. Jangan seperti
itu. Usahakan setelah selesai dzuhur langsung pulang agar tidak menggangu tamu untuk makan,
nanti waktu program berikutnya balik lagi.

Tambahan :

Jangan memberatkan tuan rumah, jatah teh cuman untuk 10 orang, tapi yang datang karkun 30
orang, kasihan tuan rumah, bawa saja air masing-masing. Minimal kalau tidak bisa bantu
makanan, jangan menyusahkan tuan rumah. Kalau tidak bisa bantu makanan, bantu yang lain
seperti nyuci, ngebersihin, atau ngerapihin dengan ijin tuan rumah.

Jadi penting kita bawa istri kita ini menjadi partner dalam dakwah, maka ini akan memacu kerja
kita lebih cepat. Nabi SAW sabdakan : 2 rakaat sembahyang orang yang sudah nikah ini 70
derajat lebih afdhol dibanding yang belum nikah. Maksudnya apa ? ini seperti kecepatan yang
kekuatannya ini 1 : 35 (satu berbanding tiga lima). Ibarat kecepatan mobil 100 km/jam ini yang
tanpa istri, kalau dengan istri bisa 35 x 100 km/jam jadi 3500 km/jam, sangat cepat, seperti
kecepatannya jet tempur. Insya Allah kita semua niat…

Posted in BayanTagged bayan masturah, lutfi al banjari, masturahTinggalkan komentar

Siapakah imannya yang paling menakjubkan


Posted on 25/08/2015

Siapakah imannya yang paling menakjubkan. Man A’jabal Khalqi Imanan.

ّ ‫ ل‬yg imannya paling menakjubkan (man a’jabul khalqi


“Wahai manusia, siapakah makhluk ‫لَاه‬
imanan )?”

Demikian pertanyaan Nabi Muhammad ‫ صلى هللا عليه وآله وسلم‬kepada sahabatnya di suatu pagi.

Para sahabat langsung menjawab, “Malaikat !”

Nabi menjawab, “Bagaimana para malaikat tidak beriman sedangkan mereka pelaksana perintah
ّ ‫”? ل‬
‫لَاه‬

Sahabat menjawab lagi, “Kalo begitu, para Nabi-lah yg imannya paling menakjubkan !”

“Bagaimana para Nabi tidak beriman, padahal wahyu turun kepada mereka” sahut Nabi.

Untuk ketiga kalinya, sahabat mencoba memberikan jawaban, “Kalo begitu, sahabat²mu yaa
Rasulullah”

Rasul pun menolak jawaban itu dengan berkata, “Bagaimana sahabat²ku tidak beriman,
sedangkan mereka menyaksikan apa yg mereka saksikan !”

Rasul yg mulia lalu meneruskan kalimatnya, “Orang yg imannya paling menakjubkan adalah
kaum yang datang sesudah kalian.

Mereka BERIMAN kepadaku, walopun mereka tidak melihatku. Mereka MEMBENARKANKU


tanpa pernah melihatku.

Posted in BayanTagged imanTinggalkan komentar


Pesan dan Nasehat Rasulullah Bulan Ramadhan
Posted on 29/06/2015

Pesan dan Nasehat Rasulullah Bulan Ramadhan. Semoga bisa menyegarkan ingatan kita kembali
dan memabah semangat ibadah kita pada bulan Ramadhan Tahun ini.

Berikut adalah Khutbah Rasulullah Menjelang Ramadhan.

“Wahai manusia! Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah
rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia disisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang
paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya
adalah jam-jam yang paling utama.

Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-NYA. Di bulan ini
nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah.
Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah
membimbingmu untuk melakukan shiyam dan membaca Kitab-Nya.

Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah
dengan rasa lapar dan hausmu di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan miskin.
Muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda, sambungkanlah tali persaudaraanmu, jaga
lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya dan
pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya. Kasihilah anak-anak yatim,
niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu.

Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada
waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla
memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih; Dia menjawab mereka ketika mereka
menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan doa mereka
ketika mereka berdoa kepada-Nya.

Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah


dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban (dosa) mu, maka ringankanlah
dengan memperpanjang sujudmu.

Ketahuilah! Allah ta’ala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan
mengazab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka
pada hari manusia berdiri di hadapan Rabb al-alamin.

Wahai manusia! Barang siapa di antaramu memberi buka kepada orang-orang mukmin yang
berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan
dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu. (Sahabat-sahabat lain bertanya: “Ya Rasulullah!
Tidaklah kami semua mampu berbuat demikian.”
Rasulullah meneruskan: “Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma.
Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air.”

Wahai manusia! Siapa yang membaguskan akhlaknya di bulan ini ia akan berhasil melewati
sirathol mustaqim pada hari ketika kaki-kaki tergelincir. Siapa yang meringankan pekerjaan
orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan
meringankan pemeriksaan-Nya di hari kiamat.

Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia
berjumpa dengan-Nya. Barang siapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan
memuliakanya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa menyambungkan tali
persaudaraan (silaturahmi) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya
pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah
akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.

Barangsiapa melakukan shalat sunat di bulan ini, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari
api neraka. Barangsiapa melakukan shalat fardu baginya ganjaran seperti melakukan 70 shalat
fardu di bulan lain. Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan
memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa di bulan ini
membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Quran pada bulan-bulan
yang lain.

Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada
Tuhanmu agar tidak pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka
mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu,
maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu.

Amirul mukminin k.w. berkata: “Aku berdiri dan berkata: “Ya Rasulullah! Apa amal yang paling
utama di bulan ini?” Jawab Nabi: “Ya Abal Hasan! Amal yang paling utama di bulan ini adalah
menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah”.

Wahai manusia! sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang senantiasa besar lagi penuh
keberkahan, yaitu bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan;
bulan yang Allah telah menjadikan puasanya suatu fardhu, dan qiyam di malam harinya suatu
tathawwu’.”

“Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan di dalamnya,
samalah dia dengan orang yang menunaikan suatu fardhu di dalam bulan yang lain.”

“Ramadhan itu adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu adalah pahalanya surga. Ramadhan itu
adalah bulan memberi pertolongan ( syahrul muwasah ) dan bulan Allah memberikan rizqi
kepada mukmin di dalamnya.”

“Barangsiapa memberikan makanan berbuka seseorang yang berpuasa, adalah yang demikian itu
merupakan pengampunan bagi dosanya dan kemerdekaan dirinya dari neraka. Orang yang
memberikan makanan itu memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa tanpa sedikitpun
berkurang.”

Para sahabat berkata, “Ya Rasulullah, tidaklah semua kami memiliki makanan berbuka puasa
untuk orang lain yang berpuasa. Maka bersabdalah Rasulullah saw, “Allah memberikan pahala
kepada orang yang memberi sebutir kurma, atau seteguk air, atau sehirup susu.”

“Dialah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya pembebasan
dari neraka. Barangsiapa meringankan beban dari budak sahaya (termasuk di sini para pembantu
rumah) niscaya Allah mengampuni dosanya dan memerdekakannya dari neraka.”

“Oleh karena itu banyakkanlah yang empat perkara di bulan Ramadhan; dua perkara untuk
mendatangkan keridhaan Tuhanmu, dan dua perkara lagi kamu sangat menghajatinya.”

“Dua perkara yang pertama ialah mengakui dengan sesungguhnya bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah dan mohon ampun kepada-Nya . Dua perkara yang kamu sangat memerlukannya ialah
mohon surga dan perlindungan dari neraka.”

“Barangsiapa memberi minum kepada orang yang berbuka puasa, niscaya Allah memberi minum
kepadanya dari air kolam-Ku dengan suatu minuman yang dia tidak merasakan haus lagi
sesudahnya, sehingga dia masuk ke dalam surga.” (HR. Ibnu Huzaimah).

Posted in BayanTagged bulan ramadhan, nasehat rasulullah, pesan rasulullahTinggalkan


komentar

Bayan Maulana Saad


Posted on 29/06/2015

Bayan Maulana Saad Al Khandalawi. Masyeikh. Markaz Dunia, Nizammuddin. New Delhi,
India. Bayan Subuh

Keputusan terhadap umat akan dilihat dari perintah-perintah yang dilaksanakan. Umat dahulu
juga mempunyai agama atau perintah-perintah, tetapi mereka melalaikannya bahkan ada yang
mengingkarinya.

Namun sudah menjadi tradisi Allah Ta’ala pada umat-umat terdahulu setiap mereka lalai dari
Agama Allah, maka Allah kirim Nabi kepada mereka untuk memberikan peringatan. Sehingga
ketika mereka telah melampaui batas dan tidak menghiraukan peringatan yang telah diberikan,
Allah hancurkan umat-umat itu.

Umat dapat mengetahui Agama jika mereka melakukan kerja Dakwah. Jika Dakwah tidak
dilakukan maka agama akan hilang. Siapa saja yang mengamalkan agama maka hidupnya akan
mengalami progress atau peningkatan qualitas hidup. Bagi yang tidak mengenal Agama,
Peningkatan hanya akan tercapai melalui Dakwah.
Dengan Dakwah manusia akan mengenal Agama dan mau mengamalkan Agama. Tanpa Dakwah
maka manusia akan jauh dari Agama dan terjadi kerusakan dalam kehidupan manusia.

Ulama ini adalah pewaris ilmu para Nabi, maka peran ulama dalam memperbaiki umat sangatlah
penting. Jika para ulama hanya duduk-duduk saja dirumah maka kehidupan masyarakat akan
rusak.

Nanti pada hari mizan agama, pengadilan agama, para ulama ada yang dimuliakan karena ilmu
mereka dan ada yang dihinakan karena ilmu mereka. Allah akan minta pertanggung jawaban dari
para ulama ini, apa yang telah mereka lakukan untuk umat.

Ulama yang dilaknat Allah adalah ulama yang ilmunya tidak dapat menambah ketakwaan, atau
rasa takut bagi dirinya. Ulama yang tidak ada risau terhadap umat maka di dunia ini ketika adzab
turun, Allah akan timpakan adzab ini kepada dia terlebih dahulu.

Seperti kisah seorang ulama yang kulitnya tidak merinding melihat kemaksiatan yang terjadi di
lingkungannya. Ulama ini tidak mau buat dakwah maka Firman Allah kepada malaikat Jibril AS,
untuk menurunkan Adzab dimulai dari ulama tersebut terlebih dahulu.

Para Anbiya AS, melakukan kerja Dakwah karena rasa takut kepada Allah. Bukan karena hasil
dari keadaan-keadaan seperti senang, susah, miskin, kaya, sakit, sehat. Semua Anbiya AS
menjalankan Dakwah karena rasa Takut kepada Allah dan dilakukan dalam keadaan apapun baik
susah maupun senang, dalam keadaan berat ataupun ringan, dalam keadaan sakit ataupun sehat.

Para Anbiya AS tidak pernah meninggalkan kerja dakwah walaupun mereka Disiksa. Dan
mereka tidak pernah meminta bahkan berharap untuk menerima imbalan walaupun itu hanya
sekedar ucapan terima kasih.

Para Anbiya AS ini melakukan usaha atas iman dan amal melalui Dakwah sehingga lingkungan
yang rusak menjadi baik. Namun ketika Nabi mereka wafat, dan Dakwah telah ditinggalkan,
lambat laun kaum yang tadinya taat dapat berubah menjadi Kafir.

Atas perkara inilah, yang diusahakan oleh Nabi Shallallahu alaihi wassalam adalah melibatkan
sahabat dalam kerja Nubuwat agar dapat melanjutkan kerja dakwah ini. Inilah usaha nabi yaitu
mencetak da’i-da’i yang akan melanjutkan usaha dakwah Nabi.

Sekarang kita tidak akan mendapatkan Nabi lagi walaupun jaman telah menjadi rusak melebihi
kerusakan yang terjadi pada kaum-kaum terdahulu. Kerja Nubuwat ini telah diwarisi Nabi
Shallallahu alaihi wassalam kepada umat ini, dan akan berlanjut sampai hari kiamat.

Setiap Sahabat yang menerima Dakwah Nabi Shallallahu alaihi wassalam kepada Islam, maka
yang pertama kali mereka lakukan adalah Dakwah. Begitupula setiap wahyu turun maka yang
diperintahkan oleh Nabi adalah menyampaikan kepada yang tidak hadir disini. Jika Dakwah
ditinggalkan maka umat ini akan jauh dari Allah.
Pertama yang akan dicabut oleh Allah jika umat ini meninggalkan Dakwah adalah Rasa Harap,
sehingga ini akan membuat mereka berharap kepada selain Allah. Jadi penyakit yang akan
timbul pertama kali ketika Dakwah ditinggalkan adalah penyakit Syirik, karena Rasa Harap
kepada Allah telah hilang dan berganti menjadi Rasa Harap kepada Selain Allah atau berharap
kepada Mahluk.

Yang kedua, Jika Dakwah ini ditinggalkan maka yang akan tercabut dari diri manusia adalah
keinginan untuk menjalankan Amal Ibadat seperti sholat, baca qur’an, dzikir, zakat, haji, dan
lain-lain. Dan yang terakhir jika Dakwah ditinggalkan adalah tercabutnya rasa kasih sayang
terhadap manusia. Tanpa Dakwah maka Akhlaq manusia akan rusak, dan kebathilan akan timbul
dimana-mana.

Dengan Dakwah, Agama akan datang dan hanya dengan Dakwah agama akan terpelihara. Kerja
Dakwah ini hanya dapat dilakukan bila ada pengorbanan dan mujahaddah. Orang mengira bahwa
dakwah itu untuk orang lain, padahal dakwah itu adalah untuk diri sendiri. Bagaimana yang kita
bicarakan ini dapat tertanam dalam hati. Hanya dengan Dakwah kita dapat mengenal Allah dan
mendapatkan rasa cinta kepada Allah.

Setiap orang beriman dapat mengisi dan memenuhi cahaya Iman kedalam hatinya melalui
Amalan Dakwah ini. Hanya dengan amalan sajalah kita dapat menyenangkan Allah. Dan
Dakwah ini adalah amalan yang dapat mendatangkan rasa senang dan rasa cinta Allah Ta’ala.
Dakwah ini adalah amalan para kekasih Allah. Karena Dakwah seseorang dimuliakan dan karena
Dakwah pula seseorang dihinakan.

Seperti Bilal RA asbab kerja Dakwah yang sebelumnya dia hanya seorang budak, setelah
memeluk Islam dia dimuliakan oleh Allah di dunia dan di akherat. Di dunia dia meninggal
sebagai gubernur dan sebelum meninggalpun langkah kakinya sudah terdengar oleh Nabi
Shallallahu alaihi wassalam diakherat. Dan dengan Dakwah ini pulalah Allah telah menghinakan
Firaun yang menentang Dakwah Nabi Musa AS di dunia dan di akherat. Di dunia ini siapa yang
tidak melaknat Firaun Laknatullah Alaih.

Dengan Dakwah maka seseorang akan mendapatkan Iman, Iman itu adalah :

1. Rasa Harap dan Takut kepada Allah


2. Keyakinan terhadap Perkataan Nabi Shallallahu alaihi wassalam tentang kehidupan di
Akherat.

Jika manusia tidak punya rasa harap kepada Allah, maka agama hanya akan menjadi tradisi.
Sedangkan yang namanya Agama adalah meletakkan keinginan Allah diatas keinginan kita.
Tiada yang lebih penting daripada keinginan Allah. Yang namanya seorang Hamba itu adalah
seseorang yang melakukan apa yang tuannya mau. Seorang hamba yang baik adalah hamba yang
taat pada tuannya.

Iman adalah Penghambaan kepada Allah dengan melakukan ketaatan. Kini karena umat telah
kehilangan Rasa Harap kepada Allah, sehingga Rasa Harap mereka terletak pada Asbab seperti
Pabrik, Toko, Sawah, Jabatan, dan lain-lain. Maka ketika mati, mereka tidak akan membawa
apa-apa selain kesia-siaan. Ketika Harap pada Allah dalam diri manusia ini telah hilang maka
yang akan dibicarakan mereka hanya perkara asbab dan keduniaan saja.

Saat ini umat hanya membicarakan dunia saja, sementara para sahabat yang menjadi
pembicaraan mereka adalah kebesaran Allah dan akheratNya. Hari ini manusia suka
membicarakan perkara yang tidak berharga. Ini karena mereka tidak tau nilai dari amal agama.

Inilah sebabnya saat ini kerja Dakwah sangat diperlukan yaitu sebagai sarana umat untuk
mengenal Allah dan janji-janji Allah. Tanpa Dakwah manusia tidak akan mengenal Allah dan
tidak akan mengenal janji-janji Allah.

Jika seseorang tidak mempunyai Iman, maka perbuatan dosa akan menadi keahliannya seperti
berjudi, mencuri, korupsi, dan lain-lain. Jika suasana Agama sudah terbentuk maka setiap
pendosa akan berdatangan minta dihukum, karena merasa bersalah dan takut kepada Allah. Dan
ini dapat terwujud melalui Kerja Dakwah. Hanya dengan kerja Dakwah suasana amaliat, suasana
agama, akan terbentuk.

Penjagaan terbaik pada diri kita adalah Iman. Jika seseorang tidak mempunyai Iman maka dia
tidak mempunyai benteng penjagaan. Ia akan menjadi orang yang serba bergantung kepada yang
lain. Hatinya akan menjadi gelap sehingga tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk. Ketika lingkungan rusak sangat sulit bagi seseorang mengamalkan agama. Tetapi
dengan Dakwah lingkungan yang rusak akan menjadi baik.

Hanya dengan Dakwah kita dapat mengetahui pentingnya Agama. Tanpa Dakwah sifat harap
kepada Allah tidak akan wujud dan keyakinan manusia hanya terletak pada asbab. Jika sifat
harap manusia timbul dari asbab maka Iman tidak akan wujud dalam diri manusia. Karena Iman
itu membawa manusia dari yakin pada asbab menjadi yakin pada Qudratullah.

Tanpa Iman manusia tidak dapat mengamalkan Agama. Apa itu agama :

1. Perintah Allah
2. Cara Rasullullah Shallallahu alaihi wassalam
3. Niat yang Ikhlas

Agama itu adalah menjalankan seluruh perintah Allah dan ikut seluruh aspek kehidupan
Rasullullah Shallallahu alaihi wassalam dengan niat hanya untuk menyenangkan Allah. Kita
tidak lain diciptakan hanya untuk menghambakan diri kita kepada Allah.

Dimana selama 24 jam kita melakukan ketaatan terhadap apa yang Allah ingini dalam setiap
waktu, tempat dan keadaan. Segala bentuk amal ibadah kita, harus dilakukan dengan perasaan
Ihsan, yaitu perasaan merasa diperhatikan oleh Allah, dan Ikhlas, yaitu semata-mata hanya untuk
menyenangkan Allah. Walaupun itu ibadah dalam perdagangan, istinja, makan, bergaul, dan
lain-lain. Ibadah itu bukan hanya di mesjid tetapi segala sesuatu yang kita lakukan dengan
membawa rasa melihat Allah dan dilihat oleh Allah.
Jika kita tidak membawa Ihsan dalam setiap perbuatan kita maka kecenderungan manusia ini
akan berbuat menurut nafsunya saja. Orang tidak akan takut memakan makanan yang haram,
melakukan maksiat, dan mendzolimi orang lain. Makanan Haram akan mengeluarkan keinginan
untuk melakukan perbuatan yang haram. Penghasilan yang haram akan menghancurkan agama
yang wujud dalam diri kita. Hanya dengan perkara atau makanan yang halal manusia dapat
menjalankan agama dan tidak merusak amal-amalnya.

Segala sesuatu yang terlihat dan tidak terlihat ada dalam kontrol Allah SWT. Ular tidak akan bisa
membunuh tanpa izin Allah, bahkan ular tidak akan bisa tetap menjadi ular tanpa izin dari Allah
ta’ala, mungkin bisa menjadi tongkat, seperti tongkat musa AS. Agama ini adalah segala
kehendak-kehendak Allah atas diri manusia. Jika kita penuhi kehendak Allah, maka Allah akan
penuhi keinginan kita.

Hanya dengan Agama manusia dapat menguasai dunia. Hanya dengan menjalankan perintah-
perintah Allah langit dan bumi dapat tunduk manusia. Sebagaimana yang telah terjadi pada para
sahabat, berjalan diatas air, mendatangkan hujan, menghidupkan binatang yang mati dan lain-
lain.

Hanya orang-orang yang menjalankan perintah Allah mereka dapat memiliki kekuatan yang luar
biasa. Karena dengan ketaatan, kekuatan Allah ada bersama mereka. Seperti tongkat Musa AS
yang menjadi ular, seperti Ibrahim AS ketika dilempar ke Api, dan lain-lain.

Segala sesuatu ini Allah ciptakan untuk menguji manusia. Manusia yang tidak lolos dari ujian
Allah Ta’ala akan terperangkap ciptaan Allah, terperangkap oleh dunia. Untuk ini kita perlu
berkorban di jalan Allah agar Allah kuatkan Iman kita dengan HidayahNya.

Posted in BayanTinggalkan komentar

Bayan Masyaikh Pakistan di Masjid Kebun Jeruk


Posted on 29/06/2015

Bayan Para Masyaikh yang Mana Mereka Telah Mengorbankan Waktu Diri Harta dan
Fikirannya Untuk Agama. Setiap Kata-kata Mengandung Ilmu dan Hikmah yang Akan
Meningkatkan Kepahaman Kita dalam Agama. Resapi…Amalkan dan Sampaikan kepada Orang
Lain.

DAKWAH ADALAH USAHA IMAN ATAS SELURUH MANUSIA

Berikut adalah beberapa pesan yang disampaikan oleh Bay Wahab, Amir Da’wah tabligh di
Pakistan, orang yang telah lama dalam usaha da’wah Rasulullah shallallahu alaihi wassalam:

Kita dikirim oleh Allah SWT ke dunia ini dengan umur yang sangat singkat, namun dengan
umur yang sangat singkat itu kita diperintahkan untuk mendapatkan dan membina akhirat yang
selama-lamanya.
Hendaknya kita jangan merasa menjadi orang indonesia, atau orang jakarta, atau orang pakistan,
atau lainnya, tapi hendaklah kita merasa diri kita ini adalah umat Rasululah shallallahu alaihi
wassalam.

Rasulullah shallallahu alaihi wassalam adalah nabi terakhir yang dikirim untuk seluruh manusia
seluruh alam hingga hari kiamat, nabi-nabi terdahulu hanya dikirim untuk kaumnya atau
negaranya saja. dikatakan kepada nabi isa as itu ada manusi akufur kepada Allah, tapi nabi Isa as
katakan aku tidak diutus kepada orang itu aku diutus hanya kepada kaum bani israil.

Kini Rasulullah shallallahu alaihi wassalam telah wafat dan tak akan ada nabi lagi setelah Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wassalam, tapi risalah agama yang dibawa nabi tetap harus sampai
keseluruh alam hingga hari kiamat.

Maka kita sebagai umat RAsulullah shallallahu alaihi wassalam mempunyai kewajiban untuk
meneruskan tugas ini, tugas da’wah menyampaikan agam a ke seluruh alam.

Baik yang muda, yang tua, yang sakit, yang sembuh, yang kaya, yang miskin, yang pejabat
maupun rakyat,laki-laki maupun perempuan, yang awam atau bodoh maupun yang pintar sebagai
umat Rasulullah shallallahu alaihi wassalam mempunyai kewajiban ini.

Maka sekarang diri kita pertama kali MOHON AMPUN (BERISTIGHFAR) kepada Allah SWT,
karena kita telah lupa dan melalaikan tugas ini.

Ada manusia yang menganggap petani adalah pekerjaannya, supir taksi pekerjaanny a, pedagang
adalah pekerjaann ya, bisnis adalah pekerjaannya, padahal kerja umat RAsulullah shallallahu
alaihi wassalam yang sesungguhnya adalah kerja da’wah.

Maka kita MOHON AMPUN (BERISTIGHFAR) kepada Allah SWT karena tidak menganggap
kerja da’wah adalah pekerjaan kita.

Kita harus merasa kasihan kepada orang Amerika, orang Eropa, dll yang tidak beriman kepada
Allah SWT dan
Rasul-Nya, karena apabila mereka mati maka mereka akan masuk kedalam kubur dengan 99 ular
yang mematukinya sampai hari kiamat selanjutnya akan disiksa abadi di dalam neraka selama-
lamanya.

Hendaknya usaha da’wah kita kita niatkan seperti yang Rasulullah shallallahu alaihi wassalam
niatkan yaitu untuk seluruh alam, dan bawa usaha ini dengan kasih sayang dan hikmah.

Apabila kita niatkan seperti Rasulullah shallallahu alaihi wassalam maka do’a kita, bicara
da’wah kita, ibadah kita akan mendapatkan pahala seluruh alam.

Mendirikan shalat akan mendapatkan pahala, tapi mengajak orang lain untuk mendirikan shalat
akan mendapat pahala yang besar dari Allah SWT.
Apabila kita buat kerja yang sama dengan kerja Rasulullah maka Allah SWT akan berikan
pertolongan kepada kita sebagaimana Allah SWT tolong Rasulullah SAW dan do’a kita akan
dikabulkan oleh Allah SWT.

Apabila ada orang yang menentang kita dalam usaha da’wah maka sesungguhnya dia bukan
menentang kita tapi menentang pekerja da’wah dan oleh Allah SWT akan diberikan 2 keputusan
apakah dia akan diberikan hidayah atau dihancurkan oleh Allah SWT.

Maka kita jangan takut kepada siapapun, hendaknya kita hanya takut kepada Allah SWT dan
berharap hanya kepada Allah SWT.

Maka kita hendaknya sampaikan kalimat Laa ilaaha illallaah kepada seluruh manusia yang ada
diseluruh alam.

Apabila kita perbanyak bicarakan kalimat Laa ilaaha illallaah dan bicarakan kebesaran Allah,
buat halaqah-halaqah untuk meningkatkan iman, membicarakan akhirat, surga dan neraka
sedetail-detailnya, perbanyak ta’lim tentang keutamaan ber’amal, perbanyak dzikir dan do’a,
kemudian baru shalat kita akan mempunyai ruh.

Mari kita sama-sama niatkan dalam diri kita untuk buat kerja yang sama dengan kerja Rasulullah
SAW yaitu kerja da’wah sampaikan kalimah iman kepada umat seluruh alam, sampaikan risalah
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam hingga hari kiamat dengan begitu Allah SWT akan tolong
kita , Allah SWT akan selesaikan masalah-masalah kita.

Bayan Bay Wahhab di Masjid Kebon Jeruk

Posted in BayanTagged masjid kebun jeruk, masyaikhTinggalkan komentar

Bayan Pentingnya Usaha Atas Iman


Posted on 27/06/2015

Bayan Pentingnya Usaha Atas Iman. Kita harus yakin pada yang ghaib sebagaimana kita yakin
pada yang nyata. Seperti ketika kita melihat dan memegang tangan kita sendiri, ini adalah
sesuatu yang pasti dan nyata.

Seperti ketika kita melihat tembok, tanah, mobil, dan lain-lain yang masih nampak oleh mata dan
tersentuh oleh tangan kita. Kita harus yakin pada perintah Allah yang ghaib sebagaimana kita
yakin terhadap benda-benda dan apa yang kita lihat manfaatnya. Semua yang kita lihat saat ini
adalah pasti, sedangkan janji Allah ini lebih pasti lagi. Kita tidak bisa melihat usus kita, jantung
kita, otak kita, dan bagaimana fungsinya, tetapi kita meyakini bahwa itu semua ada dan berfungsi
dengan baik. Begitu pula dengan janji Allah yang tidak dapat kita lihat harus kita yakini
fungsinya dan eksistensinya sebagaimana kita yakin pada jantung, usus, dan otak kita, walaupun
kita tidak melihatnya. Namun pada hari ini, Yakin kita masih tertambat hanya pada yang nampak
saja, sehingga kita seringkali meninggalkan perintah Allah yang ghaib hasilnya ini demi
mendapatkan yang nampak.
Padahal yang nampak baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah. Berapa banyak orang
yang merasa beli mobil mewah itu baik tetapi ternyata setelah dibeli tau-taunya malah
menyusahkan seperti : perawatannyalah, pajaknyalah, ongkos bensinnyalah, dan lain-lain. Begitu
juga dengan membeli rumah mewah, tetapi ternyata malah merepotkan, seperti listrik lebih
mahal, bersihinnya lebih susah, dan semua biaya meningkat. Ini asbab nafsu kita yang besar dan
logika kita yang mengira bahwa semua itu baik. Jadi sesuatu yang nampak baik menurut kita
belum tentu baik menurut Allah, tetapi yang baik menurut Allah sudah pasti baik bagi kita.
Untuk itu kita harus mengutamakan yang ghaib dulu atau perintah Allah diatas nafsu atau
keinginan kita terhadap yang nampak. Jika ini bisa kita lakukan, ini baru namanya orang yang
beriman dan yakin pada yang ghaib. Berani menafikan yang nampak dan hanya membenarkan
yang ghaib itu baru namanya Iman.

Jangan kita sampai celaka seperti Iblis Laknatullah Allaih, karena celakanya iblis ini bukannya
karena si iblis ini tidak yakin pada Allah tetapi karena Iblis ini sombong. Iblis sendiri yakinnya
sempurna, bahkan mengakui bahwa Allah yang menciptakannya, “…Engkau ciptakan Aku dari
Api…” ini kata Iblis. Kata-kata “Engkau ciptakan aku dari api ini” ini merupakan kalimat
pengakuan dari Iblis bahwa Allah adalah Khaliq dan dia hanya mahluq ciptaanNya. Jadi Iblis
sendiri keyakinannya sempurna dari pengakuannya sebagai ciptaan Allah. Bahkan ketika itu Iblis
berbicara langsung dengan Allah berarti yakinnya sangat sempurna seperti sempurnanya yakin
kita ketika kita melihat benda-benda disekeliling kita saat ini dan dapat merasakannya. Ini
kesempurnaan Imannya Iblis, sehingga menurut logikapun bisa dibenarkan bahwa Iblis menolak
sujud kepada Adam AS sebagai simbol pengabdian bahwa sujud itu hanya untuk Allah. Namun
disini kesalahan Iblis adalah bahwa dia hanya melihat perintah Allah saja, bukan melihat siapa
yang memerintahkan. Sehingga yang terlihat oleh Iblis adalah kekurangannya Adam AS dan
Kelebihan dirinya, gengsi dan derajat.

Disini Iblis melogikakan perintah Allah menurut akal dia, bukan karena siapa yang
memerintahkan, inilah yang namanya kesombongan. Jadi saat ini, yakin saja tetapi tidak mau
menjalankan perintah Allah, ini tidak cukup dan tidak benar. Yakin lalu taat pada seluruh
perintah Allah walaupun itu tidak bisa diterima oleh akal kita, ini baru benar namanya. Yakin
tetapi tidak mau taat ini seperti pembalap yang yakin pada kemampuannya dalam membawa
mobil di jalan raya tetapi tidak mau ikut aturan lalu lintas maka suatu saat nanti dia akan
mendapat masalah bahkan akan celaka. Kesalahan kita hari ini suka melogikakan perintah Allah
dan tidak melihat siapa yang memerintahkan, yaitu Allah sebagai yang mengeluarkan perintah.
Sehingga ini menyebabkan kita menolak perintah Allah seperti Iblis. Menolak perintah Allah
dengan logika, yaitu yang baik menurut kita saja bukan dari sisi Allah, inilah yang namanya
kesombongan. Jadi sifat sombong ini adalah salah satu sifat yang sangat dibenci Allah. Yang
harus kita jaga adalah apa perintah Allah untuk kita lalu kita amalkan dalam kondisi apapun.
Mengapa harus kita amalkan padahal tidak masuk diakal ? karena ini Allah yang memerintahkan.
Jangan kita kotak-katik perintah Allah seperti Iblis, menurut mau kita saja, tetapi kita lihat siapa
yang memerintahkan. Pada hakekatnya semua kebenaran dan kebaikan ini hanya Allah yang tau.
Kita ini tidak tau apa-apa, hanya sok tau saja. Seakan-akan merasa diri ini lebih tau dari Allah ini
baru kesombongan namanya.

Di dalam Qur’an mahfum Allah bilang bahwa Ibrahim AS ini adalah satu umat, padahal dalam
tata bahasa bahwa umat itu adalah plural atau banyak. Sedangkan Ibrahim AS hanya satu orang
kenapa dibilang satu umat oleh Allah Ta’ala. Ini karena Ibrahim AS membawa tugas dan amanah
dari Allah. Sebagaimana ada dalam suatu riwayat dikatakan oleh Nabi SAW bahwa Muadz bin
Jabar RA ini adalah satu umat, ini dikarenakan kesungguhan dan ketegaran Muadz RA dalam
menjalankan tugas yang diberikan oleh Allah dan RasulNya kepadanya. Keteguhan dan
kesungguhan seseorang dalam mengamalkan perintah Allah ini menjadi perbedaan setiap orang
dalam mengamalkan agama. Inilah sebabnya satu orang bisa menjadi atau mewakili satu umat
yang sama dalam kesungguhan dan keteguhan dalam beramal. Sedangkan kita ini adalah Choiru
Ummah, Umat Terbaik, karena kita mengemban Amanah Allah dan NabiNya yaitu melanjutkan
tugas kenabian. Apa itu tugas kenabian? yaitu Dakwah. Apa itu Dakwah ? yaitu Mengajak
Manusia kepada Allah.

Segala sesuatu yang datangnya dari Allah, inilah yang namanya kebaikan dan pasti baik.
Sedangkan yang mungkar ini adalah segala sesuatu yang datang selain dari Allah dan
bertentangan dengan apa yang Allah perintahkan. Dulu yang namanya Nabi harus dilantik dulu,
tetapi kita ini dipilih langsung oleh Allah melalui perantara Nabi SAW dan Al Qur’an. Dalam Al
Qur’an Allah perintahkan pada Nabi untuk menjelaskan Jalan Hidupnya dan untuk memberitahu
siapa itu pengikutnya. ”Qul Hadzihi Sabilli Ad’U Illallah ala Bashirotin ana wamanittaba’ani…”
: Katakanlah wahai Muhammad : Ini adalah jalanku, Aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak kamu kepada Allah dengan Hujjah yang nyata….” (12:108). Siapa itu pengikut Nabi
SAW yaitu orang-orang yang mengajak manusia taat kepada Allah. Tugas Nabi adalah Dakwah
kepada Allah dan begitu pula pengikut-pengikutnya.

Jadi kita perlu tanamkan bahwa kita berdakwah ini karena perintah Allah dan karena tanggung
jawab kita sebagai Umat Nabi SAW. Betul haram hukumnya dakwah tanpa Ilmu, tetapi modal
dakwah adalah sampaikan walaupun hanya satu ayat. Jangan ketika berdakwah kita berbicara
perkara yang kita tidak tahu ilmunya, tetapi sampaikan apa yang kita ketahui ilmunya. Ilmu
seperti apa ? yaitu apa-apa yang diajarkan dan disampaikan ulama kepada kita. Inilah yang kita
sampaikan kepada orang lain. Sedangkan kita keluar ini adalah untuk belajar menyampaikan dan
dalam rangka memperbaiki diri. Jangan kita keluar atau berdakwah dengan niat untuk
memperbaiki orang lain, karena jika itu terjadi nanti ketika orang lain terperbaiki, kitanya malah
terancam menjadi seperti orang munafik. Mengapa kita menjadi seperti orang munafik, karena
kalau kita tidak amalkan apa yang kita ucapkan berarti hanya dimulut saja seperti orang munafik.
Lalu jika orang lain tidak terperbaiki kita akan kecewa. Jadi niatkan ketika dakwah adalah untuk
perbaikan diri sendiri maksudnya apa yang kita ucapkan itu untuk diri kita sendiri, kita nasehati
diri kita sendiri di ulang-ulang, kita kesankan agar masuk ke hati dan dapat mengamalkannya
secara istiqomah. Jangan kita sampai kecewa kalau orang tidak tertaskil oleh dakwah kita, karena
hidayah itu ditangan Allah bukan ditangan kita. Bahkan nabi sekalipun tidak bisa memberikan
hidayah kepada orang yang dia cintai. Jadi kita keluar ini tujuannya untuk diri kita sendiri bukan
untuk orang lain, yaitu agar kita bisa dapat fikir dan risau Nabi SAW. Jangan kita lari dari
masalah dan kesulitan, karena mujahaddah kita dalam menghadapi kesulitan atau masalah ini
dapat menjadi sarana tarbiyah, pelajaran, bagi kita untuk dapat membentuk sifat sahabat dalam
diri kita dan agar kita bisa mendapatkan pengalaman Iman. Apa itu pengalaman Iman yaitu
pengalaman dimana kita bisa merasakan kebesaran Allah dan pertolongan Allah atas diri kita
dalam menghadapi masalah.
Kita keluar dijalan Allah ini bukan karena mendapatkan cuti, atau dapat izin keluarga, atau
kerjaan yang sudah rampung, kalau karena ini berarti kita syirik kepada Allah. Dapat keluar
karena kemudahan dari Mahluk, jika ditolak oleh mahluk kita tidak mau keluar di jalan Allah, ini
syirik namanya, takut keluar karena mahluk. Siapa itu mahluk ? selain Allah adalah mahluk. Jadi
jangan sampai kita takut kepada selain Allah. Jika kita tidak takut kepada Allah maka Allah akan
buat hidup kita takut pada segala sesuatu seperti takut miskin, takut dimarahin, takut dimusuhin,
takut dipecat, takut sama istri, dan lain-lain. Penting kita luruskan niat lagi untuk apa kita keluar
di jalan Allah. Karena Amal ini tergantung dari apa yang di niatkan. Di jaman Sahabat ada
seorang pemuda berperang dengan gagah berani lalu mati di medan pertempuran, tetapi apa kata
nabi bahwa pemuda itu penghuni Neraka. Ini dikarenakan pemuda itu berperang bukan karena
Allah tetapi karena dia ingin mengangkat nama kaumnya. Begitu juga ketika Nabi SAW hijrah
ke madinah ada seorang pemuda ikut hijrah tetapi Nabi SAW menyayangkan hijrahnya pemuda
itu. Ini disebabkan pemuda itu hijrah karena wanita yang dicintai bukan karena Allah. Sehingga
ketika dia mendapatkan apa yang dia inginkan, Allah tidak beri dia pahala hijrah karena agama.

Kita keluar di jalan Allah bisa kapan saja dikarenakan rasa takut kita pada Allah bukan karena
yang lain-lain. Cara mengikis sifat syirik ini yaitu dengan pergi di jalan Allah, semata-mata
karena Allah, dengan meninggalkan perkara yang kita cintai : dari anak, istri, rumah, harta,
perdagangan, dan lain-lain. Nabi SAW bersabda mahfum, “Tidak sempurna Iman kamu sebelum
kamu mencintai Allah dan Rasulnya melebihi cinta kamu terhadap apa-apa yang kamu cintai
seperti : anak, istri, harta, rumah, perdagangan, bahkan diri kamu sendiri.” Jadi sebenarnya
ketika kita keluar di jalan Allah yang paling banyak berkorban ini adalah keluarga kita sendiri.
Bagaimana kondisi mereka ketika kita tinggalkan itulah tanggung jawab kita. Jika kita keluar ini
tidak tertib maka kita dzolim terhadap keluarga kita. Kita dzolim kepada keluarga kita karena
kita telah menyia-nyiakan pengorbanan mereka dan waktu mereka. Tetapi jika kita keluar
dengan tertib dan Allah telah jadikan kita asbab hidayah maka ini manfaatnya adalah untuk
keluarga kita. Disini Yakin kita dan Yakin keluarga kitapun akan terperbaiki. Segala pahala yang
kita dapat dari Keluar di jalan Allah akan mengalir juga kepada keluarga kita.

Tetapi jika kita tidak bisa mengambil manfaat ketika kita keluar di jalan Allah dan tidak tertib,
maka keluarga kitapun tidak akan mendapatkan manfaat apa-apa. Sedangkan Jika kita tidak
keluar maka yakin keluarga kita masih bergantung pada mahluk yaitu kita sebagai kepala
keluarga. Jika keluarga kita meninggal dalam keyakinan seperti ini berarti resikonya kita telah
membiarkan keluarga kita mati dalam keadaan syirik kepada Allah. Atas perkara ini penting kita
dakwahkan perkara Iman kepada keluarga kita dan libatkan mereka dalam kerja agama sehingga
mereka bisa terperbaiki imannya seperti kita dan bisa merasakan pentingnya berkorban untuk
agama. Dengan ini maka Iman keluarga kita akan terperbaiki dan terjaga. Hari ini mengapa umat
lemah Iman dan tidak faham agama, ini dikarenakan umat saat ini tidak dilibatkan dalam
pengorbanan atas Agama. Dahulu sahabat untuk bisa kuat Imannya dan faham atas agama yang
Nabi SAW bawa, ini dikarenakan nabi SAW mengikut sertakan para sahabat dalam perjuangan
agama.

Nabi SAW sudah memberikan kita warning, peringatan, kepada kita dalam mahfum hadits
dikatakan nanti di akhir zaman jika kita tidak buat dakwah, maka nanti diakhir jaman akan
terjadi :
1. Tidak tertinggal dari Islam melainkan hanya sekedar nama saja
Hari di KTP orang Indonesia banyak yang menyatakan agamanya Islam tetapi kelakuan dan
kehidupannya jauh dari yang dicontohkan Nabi SAW

2. Tidak tertinggal dari Al Qur’an hanya sekedar tulisannya saja


Hari ini berapa banyak mesjid yang ramai dari ukiran-ukiran kaligrafi Al Qur’an tetapi kosong
dari amal agama mesjidnya.

3. Tidak tertinggal dari mesjid melainkan hanya bangunan-bangunan megah saja


Hari ini orang berlomba-lomba membangun mesjid tetapi tidak memikirkan bagaimana
memakmurkannya, sehingga mesjidnya kosong dari jemaah.

Hari ini mesjid banyak dimana-mana tetapi kosong dari amal agama. Di Kordova, Spanyol,
Mesjid Kordova pernah menjadi pusat perkembangan Islam di dunia, namun kini telah menjadi
pusat pariwisata, bahkan didalamnya terdapat gereja. Ini asbab ditinggalkannya Dakwah
sehinggah fungsi mesjid telah hilang dan orang tidak ada lagi yang peduli dengan mesjid. Di
Indonesia saja ada ± 300.000 mesjid, dan di jakarta berapa banyak mejid mewah dan megah.
Namun berapa banyak mesjid yang 5 waktu orang ramai sholat berjamaah. Dan berapa banyak
yang sudah makmur hidup dengan Amalan mesjid Nabawi ? Hari ini orang ke mesjid bukan
bertambah keimanannya, tetapi malah makin rusak seperti dipakai untuk berbisnis,
membicarakan aib orang lain, dipakai sebagai sarana untuk politik, hujat menghujat orang lain.
Hari ini di Mesjid bukan terlihat suasana akherat tetapi malah suasana maksiat kepada Allah
seperti wanita yang memakai pakaian yang terlihat auratnya.

Padahal di jaman Nabi, ketika orang kafir masuk mesjid ke mesjid Nabi, setelah keluar telah bisa
menjadi orang beriman. Di zaman Nabi SAW setiap ada masalah bisa langsung ke mesjid, lalu
pulang-pulang masalah bisa terselesaikan dan hati bisa tenang. Beda kita hari ini, orang kafir ke
mesjid malah dipakai foto-foto untuk pariwisata, dan ketika orang Islam ke mesjid bukannya
hilang masalah malah tambah masalah, seperti ditagih sumbanganlah, musti berpihak pada
siapalah dan lain-lain. Mengapa hari ini kita lihat orang ke mesjid buat melaksanakan ibadah
tetapi ketika keluar dari mesjid masih terus bermaksiat dan tidak berhenti dari berbuat dosa.
Padahal Mesjid ini Allah perintahkan dibangun atas dasar Taqwa, Takut kepada Allah. Tetapi
mengapa ketaqwaan kita tidak bertambah ketika kita masuk ke mesjid. Ini dikarenakan mesjid
tersebut tidak mempunyai ruh. Apa itu ruh dari mesjid yaitu amal-amal agama, dan inilah yang
dibentuk oleh Nabi SAW dimesjid Nabawi yaitu membuat Amal Mesjid. Apa itu Amal Mesjid
Nabawi yaitu Dakwah, Taklim, Dzikir Ibadah, dan Khidmat. Sehingga orang yang tadinya kafir
masuk ke mesjid nabawi keluar-keluar sudah masuk Islam.

Ini dikarenakan di mesjid hidup amal-amal agama. Nabi SAW itu sendiri adalah Ketua Mesjid
pertama, Takmir Mejid Awallun, yang kerjanya memikirkan bagaimana Mesjid Nabawi ini dan
mesjid-mesjid kecil disekitarnya bisa makmur. Caranya adalah dengan mengirimkan rombongan
Dakwah dan menerima rombongan orang-orang yang mau belajar agama. Inilah fikir Nabi SAW,
bahkan ketika hijrah ke madinah yang Nabi SAW fikirkan pertama kali bukannya tempat tinggal
untuk dirinya, dimana keluarga dia tinggal, tetapi bagaimana mesjid dapat berdiri. Di sekitar
Madinah ini ada mesjid-mesjid kecil dimana Nabi SAW mengirim rombongan dakwah ke
mesjid-mesjid itu dan menerima rombongan atau perorangan dari mesjid-mesjid itu buat belajar
agama kepada beliau SAW.

Madinah sebelum Islam masuk merupakan kota yang tidak kalah Jahilnya dari Mekkah. Di
Madinah ketika islam belum masuk terdapat banyak sekali rumah-rumah perjudian, pelacuran,
bahkan orang-orangnya bisa dibilang Jahil dan Barbar. Namun asbab dihidupkannya Dakwah
dari Mesjid Madinah oleh Nabi SAW, ini seperti cahaya yang menerangi kegelapan. Jadi
bagaimana kita bisa menghilangkan kegelapan, maka perlu kita hadirkan amalan nuraniat, atau
amalan yang dapat menghadirkan nur cahaya dari Allah. Jika cahaya masuk kegelapan pasti
hilang. Sehingga lambat laun rumah-rumah yang mempunyai bendera putih atau lambang
kemaksiatan ketika itu perlahan-lahan lenyap dari kota madinah asbab dakwahnya Nabi SAW
dan para Sahabat RA.

Lalu penduduknya menjadi orang-orang yang Allah muliakan dan kotanya diberi gelar Al
Munawaroh yaitu tempat terpancarnya Cahaya atau Hidayah. Begitu juga kalau kita sering ke
mesjid, maka sepulangnya kita dari mesjid, kita akan menjadi sarana untuk menghantarkan nur
rahmat dan hidayah Allah kepada rumah-rumah kita. Mesjid ini adalah pusat turunnya rahmat
dan nur hidayah Allah. Jadi Mesjid ini adalah generatornya Nur Hidayah dan kita adalah
kendaraannya untuk menyebar Nur Hidayah tersebut. Jika generatornya mati, maka matilah
sarana penyebar rahmat dan hidayah.

Jadi mesjid ini adalah jantung dari suatu kota atau desa atau daerah. Jika mesjidnya baik dalam
artian hidup amal-amal agama seperti amal mesjid Nabawi, maka baiklah daerah itu. Tetapi jika
mesjidnya mati berarti matilah daerah itu, maksudnya daerahnya gersang amal dan banyak
permusuhan atau masalah. Mesjid yang hidup dengan amal agama dan ramai jemaahnya, maka
daerahnya akan makmur, seperti hidup sillaturhami, ukhwah yang baik, rukun, tentram, dan
damai. Setiap ada masalah maka dapat diselesaikan oleh jemaah mesjid itu. Tetapi daerah yang
mesjidnya mati dari amal agama dan sepi dari jemaah, maka daerahnya akan timbul banyak
masalah seperti permusuhan antar tetangga, ketidak pedulian sosial, kejahatan akan berkembang,
perjudian, permabukan, dan perzinaan akan tersebar di daerah itu. Dan ini adalah suatu
kenyataan yang terjadi dibanyak daerah. Jika yang haq tidak ditegakkan dan disebar, maka yang
bathil akan masuk dan tersebar. Jika tidak ada dakwah atas yang haq maka dakwah atas yang
bathil akan masuk.

Penting saat ini kita fikirkan bagaimana mesjid-mesjid yang ada ini dapat makmur dengan amal
agama. Allah perintahkan pada kita di dalam Al Qur’an untuk memakmurkan mesjid-mesjid
Allah bukan hanya satu tetapi setiap orang memakmurkan banyak mesjid. “Innama ya’muru
masajidallahu man amanna billahi wal yaumil akhir…” (9:17). Dari mesjid ini kebaikan akan
tersebar. Hidupkan dakwah dari mesjid maka nanti Allah akan perbaiki keadaan umat. Jika setiap
dari kita ini sungguh-sungguh dalam dakwah maka nanti Allah akan perbaiki amal-amal kita.
“Wahai orang-orang yang beriman takutlah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang
benar (qoulan sadida), niscaya Allah akan memperbaiki bagimu amal-amalmu dan mengampuni
bagimu dosa-dosamu…”(33 : 70-71). Apa itu perkataan yang benar atau Qoulan Sadida yaitu
mengajak orang kepada Allah. “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang
mengajak untuk taat kepada Allah (dakwah waman ahsanu qoulan mimman da’a Illallah)” (41 :
33).
Jadi kita ajak orang kepada Allah bukan kepada figur, kepada organisasi, kepada partai, kepada
harta benda, tetapi hanya kepada Allah. Sedangkan segala sesuatu selain Allah ini adalah dunia
atau mahluk. Hari ini orang saling ajak mengajak kepada golongannya, ini malah akan memecah
belah islam. Seperti firqoh-firqoh atau aliran-aliran yang ada, mereka mengajak orang kepada
golongannya masing-masing. Apa yang mereka lakukan adalah membenarkan firqoh mereka dan
menyalahkan yang lain sehingga terpecah belah semuanya. Jika ummat sudah terpecah belah
maka pertolongan Allah tidak akan turun, dan jika umat sudah saling menghujat maka jatuhlah
mereka dari pandangan Allah.

Pada hakekatnya, yang benar itu hanya Rasullullah SAW dan sahabatnya saja, itulah yang
seharusnya jadi acuan kita, bukan alirannya. Kalau ditanya siapa yang paling benar, jawab saja
yang paling benar itu adalah Nabi SAW dan sahabat RA, cukup itu saja. Kita ikuti saja Nabi
SAW dan para Sahabat RA, yaitu mereka yang sudah jelas-jelas ada jaminannya dari Allah.
Bukan aliran kita, atau aliran saya, atau guru saya, atau pendapat saya yang bener, tetapi yang
bener itu hanya Nabi SAW dan para sahabatnya.

Pernah dalam suatu riwayat tentang 2 pimpinan Islam terbesar di Indonesia yaitu Buya Hamka
dari Muhammadiyah dan KH. Idham Khalid dari Nahdlatul Ulama pergi Haji bersama. Ketika
sholat subuh hari pertama maka KH Idham Khalid memimpin sholat subuh berjamaah sebagai
Imam. Ketika itu KH Idham Khalid menyadari dibelakangnya ada Buya Hamka dari
Muhammadiyah yang menganut faham sholat subuh tanpa Qunut. Walaupun KH Idham Khalid
adalah dari NU yang menganut Qunut ketika subuh, tetapi ketika itu malah melakukan sholat
subuh tanpa Qunut seperti Muhammadiyah. Hari esoknya, ketika Buya Hamka menjadi Imam
Subuh, beliau menyadari dibelakangnya ada KH Idham Khalid dari NU yang memakai Qunut
ketika subuh, maka ketika itu beliau memilih melakukan Subuh tidak seperti biasanya ala
muhammadiyah tetapi ala NU yaitu dengan menggunakan Qunut. Inilah toleransi dan akhlaq
yang baik yang dicontohkan oleh 2 ulama besar dalam menghadapi perbedaan. Bukannya kita
malah saling menyalahkan atau saling menghujat dengan keyakinan, “saya yang paling benar”.

Kebenaran itu pada hakekatnya hanya Allah yang tau, dan siapa yang paling benar yaitu Nabi
SAW dan para sahabatnya RA. Selama dia mengakui Allah dan Rasulnya maka mereka saudara
kita. Jangan kita pernah merasa menjadi yang paling baik dan paling benar karena ini sifatnya
setan. Posisikan diri kita sebagai orang yang ingin menambah ilmunya, dengan demikian kita
akan siap menerima perbedaan. Inilah maksud dari hadits Nabi SAW bahwa perbedaan diantara
umatku ini adalah Rahmat. Sedangkan yang bukan rahmat dan mendatangkan Laknat adalah jika
perbedaan menjadi perpecahan dan permusuhan.

Jangan mau kita diadu domba dan di iming-imingi kekuasaan apalagi membawa umat kepada
partai politik yang saling berebut kekuasaan. Dalam mahfum hadits dikatakan “Apabila umatku
sudah mengagungkan dunia maka hancurlah kehebatan islam, jika umatku sudah meninggalkan
amar ma’ruf nahi mungkar maka hilanglah darinya keberkahan wahyu, dan apabila umatku
saling menghujat (bermusuhan) maka jatuhlah dia dari pandangan Allah.” Inilah yang akan
terjadi jika kita umat islam sudah mengagungkan dunia, meninggalkan dakwah, dan saling
menjatuhkan. Kita hari ini setiap orang pingin duduk di kekuasaan, saling menjatuhkan, dan
saling memperebutkan kedudukan. Padahal dahulu antara Abu Bakar RA dan Umar RA saling
sodor menyodorkan kekuasaan dan saling memuji kelebihan masing-masing ketika di tawari
kekuasaan. Ali RA ketika hendak diangkat menjadi khalifah harus dipaksa-paksa dulu, baru
dengan terpaksa menerima Amanah tersebut. Itupun dengan rasa khawatir dan takut kepada
Allah yang sangat tinggi, takut dia salah dalam menjalankan amanah Allah sebagai khalifah.

Inilah yang dilakukan sahabat dalam perkara kekuasaan bukan seperti kita malah diperebutkan
dan saling menjatuhkan. Hari ini orang sukanya menyalahkan pemimpin yang buruk padahal
menurut mahfum hadits pemimpin yang buruk datang asbab bangsa atau umat yang buruk juga.
Mengapa umat atau bangsa menjadi buruk keadaan dan moralnya, ini tolak ukurnya adalah
kondisi agamanya. Seperti kalau sekumpulan pemabuk berkumpul untuk memilih pemimpin,
maka yang akan terpilih pasti modelnya dari kalangan pemabuk-pemabuk juga. Jika suatu umat
durhaka kepada Allah atau buruk agamanya maka Allah akan angkat dari mereka pemimpin
yang buruk juga. Beda dengan musyawarah di mesjid yang diadakan oleh orang-orang yang taat
dan sholeh. Maka yang terpilih sesuai dengan keadaan umatnya di mesjid itu yaitu mereka akan
terpilih dari orang-orang yang taat dan sholeh juga. Hari ini kalau kita mau mendapat pemimpin
yang baik maka kita mulai dari menggarap umat terlebih dahulu. Dari umat yang baik maka akan
keluar pemimpin yang baik. Caranya bagaimana yaitu dengan hidupkan dakwah, sebarkan yang
haq. Jika yang haq sudah masuk berarti yang bathil pasti lenyap.

Jangan kita menjadi orang-orang yang merusak, karena Nabi SAW tidak pernah mencontohkan
kepada kita untuk merusak walaupun itu dalam keadaan berperang. Tidak pernah nabi SAW
dalam keadaan berperang merusak tempat-tampat peribadatan atau gereja, rumah penduduk, atau
mengganggu wanita, orang tua, dan anak kecil. Di Madinah pun ketika hijrah tidak pernah nabi
SAW memerintahkan sahabat untuk menghancurkan tempat-tempat maksiat seperti rumah
pelacuran, rumah perjudian, tetapi hidupkan dakwah dan libatkan umat dalam pergerakan
Agama. Nanti Allah perbaiki keadaan yang rusak menjadi keadaan yang baldatun, thoyibatun,
warrabbun ghaffur (damai, aman, dan sejahtera). Asbab hidupnya dakwah di madinah tempat
maksiatpun hilang dan madinah menjadi tempat terpancarnya agama dan kebaikan. Dari segi
ekonomi, hubungan sosial, kesejahteraan, semuanya mengalami peningkatan asbab wujudnya
agama melalui dakwahnya para sahabat RA. Hanya dengan agama semua masalah yang ada
dapat terselesaikan dan terpecahkan. Begitu juga dengan bangsa ini yang ditimpa banyak
masalah, jika kita masih juga tidak mau menggunakan agama sebagai solusi maka masalah kita
tidak akan pernah selesai.

Hari ini orang-orang bisanya hanya menyalahkan orang-orang yang terlibat dalam Usaha
Dakwah wa Tabligh. Orang bilang banyak orang yang ikut dakwah wa tabligh ini bisa jatuh
miskin dan ada yang bangkrut. Disini mereka malah menyalahkan kegiatan dakwah wa Tabligh
ini sebagai asbab kesulitan dan masalah. Padahal jika diambil statistik orang-orang yang
bangkrut, berapa banyak orang bangkrut di data statistik itu, lalu ada tidak mereka terlibat dalam
dakwah. Kenyataannya kebanyakan orang bangkrut bukan karena dakwah tetapi karena
kebodohannya sendiri. Ada istri jadi sakit gara-gara suaminya menjadi da’i, padahal sekarang
berapa banyak istri-istri orang dirumah sakit yang tergeletak disana, apakah suami mereka
karkun atau da’i. Jadi tidak ada hubungan antara kerja agama dengan masalah kita. Kita dapat
masalah karena meninggalkan kerja agama bukannya karena ada dalam kerja agama.

Ciri-ciri orang yang mengamalkan agama dengan benar adalah mereka yang Taqwanya kepada
Allah meningkat dan Akhlaqnya menjadi baik. Apa ciri-ciri orang yang rasa takutnya,
Taqwanya, kepada Allah meningkat yaitu mereka yang Amalnya bertambah atau meningkat. Jadi
orang yang belajar agama tetapi akhlaqnya makin buruk dan amalnya tidak ada peningkatan
maka apa yang dipelajarinya ini perlu dipertanyakan. Nabi itu dibenci bukan karena akhlaqnya
tetapi apa yang didakwahkan oleh Nabi SAW. Hari ini kita dibenci bukan karena apa yang kita
dakwahkan tetapi karena akhlaq kita. Begitu juga sahabat mengaji, belajar, dengan Nabi SAW,
setiap pulang pengajian pasti ada peningkatan dalam amal. Ini dikarenakan setiap mereka belajar
satu ilmu, langsung diamalkan dan disampaikan kepada yang lain.

Ciri-ciri orang bertaqwa yang lainnya adalah ketika dalam belajar selalu menanyakan apa amal
yang terbaik atau amal yang dicintai Allah. Sahabat itu kalau bertanya kepada Nabi SAW selalu
minta yang terbaik atau yang terhebat, atau yang tertinggi nilainya disisi Allah. Sahabat selalu
ingin menjadi yang terbaik, the best one. Beda dengan kita, malah suka nanya mana amal yang
termudah, mana amal yang paling ringan, mana amal yang paling gampang, selalu ingin yang
mudah dan yang rendah nilainya. Ini dikarenakan kita ingin nafsu kita terpenuhi sehingga kita
melalaikan amal yang terbaik dan memilih amal yang rendah, sekedar menggugurkan kewajiban
saja.

Hari ini banyak kegiatan yang ingin memberikan contoh yang baik tetapi masalahnya perkara
yang baik ini belum tentu bener. Seperti di TV ada seorang ustadz yang dengan bangga
menganjurkan pemirsanya untuk sholat berjamaah dengan istri dan anaknya dirumah.
Masalahnya cara seperti ini ikut nabi yang mana ? Rasullullah SAW tidak pernah mencontohkan
kepada kita untuk sholat wajib berjamaah bersama anak dan istri dirumah. Nabi SAW bahkan
dalam keadaan sakitpun minta dipapah untuk menghadiri sholat berjamaah ke mesjid menjelang
beliau wafat. Buya Hamka pernah berkata jika kalian ingin melihat orang islam maka lihatlah
ketika hari Raya Idul Fitri, itulah orang Islam. Tetapi jika mau melihat orang beriman maka
datanglah ke mesjid ketika sholat subuh, itulah yang namanya orang beriman. Untuk perkara ini
penting kita buat usaha atas Iman.

Bayan Ust Abdurrahman Lubis


Jumindar Penanggung Jawab Bekasi

Posted in BayanTagged usaha atas imanTinggalkan komentar

Bayan Usaha Dakwah Usaha Nubuwah


Posted on 27/06/2015

Usaha Nubuwah adalah suatu usaha atas hati-hati manusia untuk dapat kenal kepada Allah dan
mau taat kepada seluruh perintah Allah. Usaha nubuwah ini adalah Kerja Dakwah dan Tabligh
yang dilakukan oleh para Anbiya AS dan Rasullullah SAW.

Dalam gerakan ini usaha nubuwah ini merupakan sarana tarbiyat atau pendidikan ummat untuk
mencapai kesempurnaan agama dalam diri mereka dan dalam diri manusia di seluruh alam
sehingga mereka siap untuk melanjutkan risalat kenabian. Hasil yang dicari dari sarana tarbiyat
ini adalah Tazkiyatun Nafs (Perbaikan Nafsu atau Sifat) dan Tazkiyatun Iman (Perbaikan Iman).
Melalui sarana tarbiyat ini manusia akan terdidik untuk mendapatkan sifat-sifat kenabian dan
sifat-sifat para sahabat Nabi SAW.

Mengapa kita memerlukan latihan ini ? Hewan bila di tarbiyah (dilatih / dididik) maka akan
memberikan banyak manfaat kepada manusia, tetapi bila dibiarkan saja maka akan menjadi liar
hingga mendatangkan banyak masalah dan kerugian bagi manusia. Seperti kerbau akan
bermanfaat jika didik dalam menggarap sawah, jika kerbau tidak di didik maka kerbau ini akan
menjadi liar yang merusak sawah petani. Begitu juga dengan kuda yang menjadi kendaraan,
gajah yang buat angkutan, anjing yang untuk melacak, dan kera yang buat memetik buah,
semuanya perlu pelatihan atau tarbiyah untuk bisa mendatangkan manfaat. Namun jika kuda,
gajah, anjing dan kera tersebut tidak di latih, maka mereka dapat menjadi binatang perusak.
Begitu juga dengan manusia apabila ditarbiyah atau dididik melalui napak tilas kehidupan dan
perjuangan Nabi SAW dan Sahabatnya maka akan terbentuk pada diri mereka sifat-sifat
kenabian dan qualitas para sahabat RA. Qualitas tersebut seperti keyakinan yang benar, akhlaq
yang baik, ketaqwaan yang tinggi, dan ksih sayang terhadap ummat. Tetapi bila dibiarkan begitu
saja tanpa latihan yang benar maka yang lahir adalah sifat-sifat yang liar seperti binatang perusak
tadi. Sehingga mereka bisa menjadi manusia yang hina bahkan lebih hina dari binatang.
Walaupun dia suka membaca buku agama yang banyak, jika tidak ada latihan / didikan yang
benar tetap saja manusia ini mempunyai kecenderungan menjadi liar. Ini dikarenakan Sifat dan
Keimanan ini akan datang melalui mujahaddah.

Mujahaddah itu adalah segala bentuk kesusahan, kesulitan, pengorbanan, yang dilewati demi
agama bukan melalui bacaan. Seperti seorang petinju jika dia ingin menjadi petinju namun dia
tidak melatih diri, hanya dengan membaca buku cara bertinju saja, maka ketika ada pertandingan
ternyata hasilnya berbeda dari yang diharapkan. Di buku mungkin dia bisa tahu definisi hook dan
cara bertinju lainnya namun karena tidak ada latihan, ternyata sekali pukul sudah jatuh, langsung
KO. Jadi untuk bisa jadi seorang petinju ini perlu ada latihan dan mujahaddah dalam berlatih
agar bisa menjadi kebiaasaan. Sehingga nanti ketika datang pertandingan tinju dia sudah siap dan
sudah terbiasa dengan keadaan yang akan dihadapinya. Begitu juga sholat, jika kita tidak ada
latihan, mujahaddah membiasakan diri, pergi ke mesjid untuk sholat berjamaah tepat pada
waktunya, walaupun kita banyak baca buku agama, kita akan terasa berat untuk ke mesjid.
Seperti waktu subuh jika kita tidak ada latihan atau kurang latihan sholat subuh berjamaah di
mesjid maka ketika adzan datang kita lansung KO, tidak bisa bangun dari tidur untuk pergi
sholat. Ini karena kita belum terbiasa untuk datang ke mesjid untuk sholat berjamaah. Untuk
menjadikan sholat ke mesjid menjadi kebiasaan kita, maka ini diperlukan latihan agar terbiasa.
Jika kita sudah biasa melatih diri, bermujahaddah membiasakan diri sholat lima waktu ke mesjid
maka Insya Allah, ke mesjid untuk sholat berjamaah pada waktunya bukan hal yang sulit seperti
sebelumnya. Inilah pentingnya latihan dan mujahaddah dalam agama. Melalui Mujahaddah ini
akan lahir pengalaman Iman yang akan membentuk sifat seseorang menjadi seperti sifat nabi-
nabi AS dan para sahabat RA. Inilah yang diajarkan Nabi SAW kepada sahabat, bukan membaca
buku tetapi melalui latihan, pengamalan, dan pengorbanan.

Konsep Usaha Nubuwah

Methode yang di ambil dalam sistem nubuwah ini adalah dengan mengunakan konsep
pemanfaatan waktu untuk mengamalkan agama. Jadi yang ditekankan dalam kegiatan ini adalah
pemanfaatan waktu. Hari ini banyak orang yang bilang bahwa dunia dan akherat harus seimbang.
Jika benar berarti 50% dari 24 jam harus kita gunakan untuk agama yaitu 12 jam dan 50% lagi
untuk dunia yaitu 12 jam. Jika tidur kita sudah 8 jam berarti waktu dunia kita cuman 4 jam. Hari
ini siapa yang mampu melakukannya. Jika kita tidur 8 jam sehari berarti itu adalah 1/3 hidup kita
sudah terpakai hanya untuk tidur. Jika kita berumur 60 tahun berarti 20 tahun dari umur kita
sudah kita pakai hanya untuk tidur. Sekarang bagaimana kita mensiasati sisanya yang 40 tahun
untuk mempersiapkan bekal di akherat tanpa harus melupakan dunia.

Mahfum Hadits, Nabi SAW bersabda :

“wahai sahabat-sahabatku jika Allah beri 10 perintah kepada kalian, lalu kalian melanggar 1
perintahnya, maka ini sudah bisa menjadi asbab kalian masuk ke dalam Neraka Allah. Namun
nanti ada umatku sesudah kalian, Allah beri mereka 10 perintah namun 1 perintah saja mereka
laksanakan sudah dapat menjadi asbab mereka masuk ke dalam SurgaNya Allah Ta’ala.”

(Al Hadits)

Sahabat dari 10 perintah Allah, satu saja mereka langgar maka sudah dapat menjadi asbab
mereka masuk kedalam neraka. Namun, umat sesudah sahabat di akhir zaman ini kata Nabi
SAW dalam mahfum hadits ini, satu perintah saja yang mereka laksanakan dari 10 perintah yang
Allah kasih, sudah dapat menjadi asbab mereka masuk kedalam SurgaNya Allah Ta’ala. Atas
dasar ini, yang di dapat dari hadits tersebut adalah 1 perintah dari 10 perintah berarti 1/10 nya.
Bilangan ini digunakan sebagai tertib waktu untuk mempermudah kita mengamalkan agama
secara sempurna melalui tahapan-tahapan. Tertib ini merupakan hasil dari Ijtihad para Ulama,
sebagai cara atau methode untuk mempermudah manusia dalam beramal dan menjalankan usaha
nubuwah atau usaha atas Iman. Atas perkara inilah Ulama membuat tertib atau tahapan untuk
mempermudah manusia mewujudkan kesempurnaan agama dalam diri mereka dan diri umat
seluruh alam.

Syekh Ibnu Atha’illah Rah.A berkata :

“Jika Allah cinta pada seorang hambanya maka Allah akan sibukkan dia setiap waktu dalam
amal-amal Agama. Seluruh waktunya sibuk dengan perkara yang Allah cintai yaitu amal-amal
Agama.”

Tahapan itu adalah dengan mensedekahkan waktu kita untuk agama :

1. Minimal memberikan 1/10 waktunya untuk agama dengan patokan umur ± 60 – 70 : 2.5 jam
tiap hari, 3 hari tiap bulan, 40 hari tiap tahun, minimal 4 bulan seumur hidup. ( Tertib Minimum
= Tertib Sedekah : 1/10 penghasilan kita = 1/10 waktu kita ) : Ijtihad Ulama

2. Memberikan 1/ 3 hidupnya untuk agama : 8 jam tiap hari, 10 hari tiap bulan, 4 bulan tiap
tahunnya. ( Tertib Umar Al Faroukh RA. ) : Umar RA pernah menanyakan pada istri-istri
prajurit islam batas kesiapan mereka untuk ditinggal pergi oleh suaminya ketika fissabillillah
yaitu 4 bulan. Sehingga Shift prajurit yang berperang diputar setiap 4 bulan.
3. Memberikan seluruh waktunya untuk Agama : Tidak ada Nishab lagi yang ada hanya kesiapan
mengambil takaza kapan saja diperlukan. ( Tertib Abu Bakar R.A ) : Dalam suatu riwayat ketika
datang takaza menyumbangkan harta untuk Fissabillillah, saat itu, Utsman RA memberikan 1/3
hartanya untuk agama, Umar menyumbangkan 1/2 untuk agama, sedangkan Abu Bakar RA
menyumbangkan seluruh harta dan waktunya untuk agama. Inilah menurut sebagian ulama level
keimanan yang paling tinggi setelah kenabian yaitu tahapan shidiqqien.

Hari ini kehidupan kita sudah jauh daripada kehidupan yang dicontohkan oleh para sahabat RA,
bukan dari keduniaannya, tetapi dari segi amal-amal agama yang mereka kerjakan. Ini
disebabkan karena kehidupan kita dari segi pengorbanan untuk agama sudah sangat jauh
tertinggal dari kehidupan sahabat yang penuh dengan pengorbanan untuk agama. Dan Latihan
yang dilakukan sahabat juga sudah kita tinggalkan hari ini. Latihan seperti apa yang telah kita
tinggalkan ? yaitu latihan melawan hawa nafsu, meninggalkan harta, anak, istri, perdagangan,
demi agama. Dengan tahapan ini tujuannya adalah bagaimana kehidupan dan pengorbanan kita
dapat ditingkatkan sehingga tidak tertinggal jauh daripada pengorbanan para sahabat RA. Asbab
pengorbanan inilah Allah telah ridho pada mereka dan pertolongan Allah selalu bersama mereka
dimanapun mereka berada. Melalui usaha nubuwah ini bagaimana pengorbanan dan kehidupan
kita dapat mencapai tingkat pengorbanan dan tingkat derajat kehidupan para Sahabat RA. Ketika
tahapan Iman sudah sampai kepada tingkatan keimanan para Sahabat RA, maka kefahamanpun
akan Allah berikan pula kepada kita dan keluarga kita. Allah telah berikan kefahaman bukan
hanya kepada para sahabat tetapi juga kepada anak, istri, dan keluarga mereka asbab
pengorbanan mereka. Sebagaimana anak-anaknya Abu Bakar RA, Aisyah R.ha dan Asma R.ha,
yang menghibur kakeknya yang marah kepada ayah mereka, karena pergi dijalan Allah tetapi
tidak meninggalkan bekal untuk keluarganya. Apa yang dilakukan anak-anak Abu Bakar RA,
yaitu Aisyah R.ha dan Asma R.ha, ketika itu ? yaitu mereka tidak mengadu pada kakeknya atau
mengeluh mengenai sikap ayahnya tersebut, tetapi mereka justru memikirkan jalan keluar untuk
ayah mereka agar kakek mereka tidak berprasangka buruk pada anaknya yaitu Abu Bakar RA.
Ketika itu mereka menggiring tangan kakeknya ke lemari yang tergeletak disana batu batuan
dengan mengatakan bahwa itu emas yang disentuh tangan kakeknya yang ditinggalkan ayahnya
sebagai bekal untuk keluarga mereka. Ayah Abu Bakar RA yang buta itupun akhirnya merasa
tenang setelah cucunya mengatakan demikian. Inilah kelebihan yang Allah berikan kepada
keluarga yang mau mengorbankan seluruh waktu dan hartanya untuk agama yaitu rasa cukup dan
kefahaman atas agama.

Nabi SAW di hina, di caci, di timpuki, menderita karena agama tetapi mengapa pertolongan
Allah tidak turun kepada Nabi SAW ketika itu di mekkah. Padahal Nabi SAW adalah mahluk
yang paling Allah cintai. Ini karena Allah hendak meletakkan standard pengorbanan bagi Umat
ini terutama kepada para sahabat ketika itu. Ketika Nabi SAW bersedih atas cobaan yang dia
hadapi dan kesusahan yang maha dahsyat, Allah menghibur beliau SAW dengan kisah-kisah
perjuangan, pengorbanan, dan kesusahan Nabi-Nabi dan Ummat-ummat terdahulu dalam
membawa agama. Ketika pengorbanan dan keimanan sampai kepada level yang Allah mau,
maka ketika itu baru Nusroh Ghaibiyah ( Pertolongan Allah ) akan nampak, seperti yang terjadi
pada perang Badr. Allah kirimkan tentara malaikat di perang Badr sehingga pasukan sahabat
yang jumlahnya 300 orang tanpa perlengkapan perang yang lengkap mampu mengalahkan
musuh yang jumlahnya 3 kali lipat yaitu ± 1000 orang dengan persenjataan yang lengkap.
Maiyatullah (Kebersamaan dengan Allah) akan bersama orang-orang yang siap bermujahaddah
membantu agama Allah. Bagaimana kita mendzohirkan Qudratullah dalam kehidupan kita ?
Masyaikh berkata caranya adalah dengan menafikan ( menolak ) logika dan penglihatan kita, dan
membenarkan perintah Allah dalam segala keadaan. Kita jangan terkesan dengan keadaan-
keadaan, jangan terkesan dengan apa yang kita miliki dan apa yang tidak kita miliki atau, tetapi
kesankan diri kita hanya pada Janji Allah dan hanya membenarkan perintahNya dalam segala
keadaan. Baru ketika itu pertolongan Allah akan nampak. Terus tingkatkan pengorbanan, karena
pertolongan Allah akan datang jika pengorbanan kita untuk agama bertambah.

Syeikh Meiji Mehrab Rah.A dari India berkata :

“Iman akan naik jika ada usaha atas Iman, Iman akan turun jika usaha atas Iman menurun, Iman
akan istiqomah jika usaha atas Iman juga Istiqomah.”

Kini kebendaan naik dan meningkat karena adanya usaha atas kebendaan yang terus meningkat.
Jika Iman manusia ini tidak di usahakan maka demand atau permintaan atau keinginan manusia
atas hidayah atau Iman akan berkurang. Tetapi jika ada usaha atas Iman maka deman atau
permintaan atau keinginan manusia akan hidayah akan bertambah.

Maulana Saad, Masyeikh India, berkata Iman manusia ada tiga tingkatan :

1. Iman Kuat : Dia Tau, Dia Taat, dan Dia Ridha pada seluruh Perintah Allah.

2. Iman Lemah : Dia Tau Perintah Allah tetapi tidak ada usaha atas Ketaatan

3. Iman Keluar : Dia Tau Perintah Allah tetapi dia menghindar demi kepentingan dunia
Mudzakaroh Pengorbanan Nabi SAW dan Sahabat RA

Hubungan kita dengan Allah Ta’ala hanya dapat dilakukan dalam Agama. Agama adalah hal-hal
yang di inginkan Allah Ta’ala pada diri manusia dalam setiap waktu, tempat, dan keadaan.
Dengan Dakwah maka kita dapat mewujudkan Agama dalam diri kita. Target dari dakwah
adalah membuat sifat dan membentuk Iman dalam diri kita. Sebagaimana sahabat mendapat sifat
dan Iman melalui dakwah yang penuh pengorbanan, sehingga Iman dan sifat Mereka terbentuk
sesuai dengan yang Allah Ta’ala inginkan. 13 tahun sahabat berdakwah atas perkara Iman saja,
sebelum syariat diturunkan. Pengorbanan yang mereka lakukan membuat Iman mereka menjadi
kuat. Sehingga setiap perintah yang turun dapat dengan mudah dilaksanakan oleh sahabat.

Para sahabat disiksa hanya untuk mempertahankan Iman. Bilal RA dipanggang dan ditiban batu
yang melebihi bobot badannya ditengah terik panas matahari namun Imannya tidak goyang.
Kabab RA dipanggang punggungnya di atas bara namun Imannya tidak goyah. Ammar RA
disiksa dengan ayah ibunya dipasir yang panas sehingga orang tuanya Syahid. Namun demi yang
namanya Iman mereka bersabar atas penderitaan. Inilah kesabaran para Sahabat dalam
memperjuangkan Agama.

Begitu pula penderitaan yang dialami Nabi SAW semenjak kecil. Ketika lahir ayahnya telah
tiada. Rasulullah SAW hanya merasakan kasih sayang seorang ibu dalam 2 bulan saja. Baru
merasakan sedikit kebahagiaan dengan kakeknya, Rasulullah SAW harus bersabar melihat
kakeknya meninggal hanya dalam waktu kurang dari setahiun. Tarbiyah demi tarbiyah Allah
berikan kepada Nabi SAW supaya siap menerima tanggung jawab kenabian. Tarbiyah yang
Allah berikan kepada Nabi SAW ini telah membentuk sifat dalam diri Nabi SAW.

Setelah ayat pertama turun yaitu ayat Iqro : “Bacalah”, Nabi SAW dituntut untuk membaca
keadaan ummat. Namun karena takutnya menerima wahyu pertama kali, untuk beberapa saat
Nabi berusaha menenangkan diri. Lalu turunlah perintah “Ya hayyuhal Mudatsir Kum Fa Anzir
Farabbaka Fakabbir.” Artinya : “Wahai orang yang berselimut bangunlah dan besarkanlah nama
tuhanmu.” Inilah awal dari perintah Allah SWT kepada Nabi SAW untuk memulai dakwah. Jadi
kita berdakwah bukan karena nafsu kita tetapi ini karena perintah Allah sebagaimana yang Allah
perintahkan kepada Nabi SAW. Setelah turun ayat ini, Nabi SAW berkata kepada istrinya,
“Mulai hari ini tidak ada waktu untuk istirahat lagi.” Semenjak itu Nabi SAW tidak pernah
berhenti dari kerja dakwah. Pergi pagi baju bersih pulang petang baju sudah kotor. Pernah suatu
hari Nabi SAW asbab keletihan dari menyampaikan agama pada orang, beliau hendak
beristirahat sebentar. Namun belum sempat tertidur turunlah ayat : “Ya Ayyuhal Muzammil
Kumillaila illa qollila…” Ketika itu Nabi SAW diperintahkan untuk bangun malam menghadap
Allah, mendirikan ibadah malam, sehingga hilanglah waktu untuk istirahat beliau SAW. Inilah
kerja Nabi SAW yang tidak mengenal waktu dan lelah. Cobaan dan kepayahan dilewati oleh
Nabi SAW, sampai-sampai Nabi SAW berkata mahfum : “Tidak ada satu manusiapun yang
penderitaannya melebihi aku”. Pernah Nabi SAW membawa Siti Fatimah ke Masjidil Haram,
ketika dalam keadaan sujud Nabi SAW badannya di lempari kotoran onta oleh orang kafir
Quraish, sehingga membuat Siti Fatimah yang masih kecil menangis melihat keadaan ayahnya.
Melihat kotoran yang menempel pada badan ayahnya, Siti Fatimah sambil menangis berusaha
membersihkan kotoran onta tersebut dari ayahnya. Ketika beliau berdakwah, orang-orang yang
memberikan beliau gelar Al-Amin, berbalik menghina beliau dengan panggilan Al Majnun (
orang gila ). Kehidupan beliau diboikot sehingga beliau berhari-hari dengan istrinya tidak makan
apapun selain biji korma dan air putih. Selama 3 bulan dapur nabi SAW tidak mengeluarkan
asap, tidak ada masakan atau makanan.

Belum lagi ketika beliau ke Thaif dengan penuh harapan penduduk Thaif mau memeluk Islam,
ternyata yang diterimanya adalah siksaan. Rasululllah SAW dihina dan dilemparkan batu,
sampai keluar kotapun masih dihajar. Darah segar Rasullullah SAW mengalir dari kepala beliau
SAW banyak sekali. Disinilah Rasulullah SAW berdoa yang doanya menggetarkan hati seluruh
penduduk langit. Ketika itu seluruh penduduk langit murka dan Allah Ta’ala telah
memerintahkan malaikat untuk siap menerima perintah apapun dari Nabi SAW jika Nabi SAW
berkeinginan menghancurkan Thaif. Tetapi apa yang dikatakan Nabi SAW menjawab kesediaan
para malaikat tersebut yaitu Nabi SAW berdoa yang bunyinya : “Ya Allah bukan ini yang aku
mau, aku berdoa karena kelemahanku dalam berdakwah, karena ketidak mampuanku dalam
menyampaikan “. Lalu Nabi SAW malah mendoakan kebaikan untuk para penduduk Thaif agar
suatu saat nanti mereka mau memeluk Islam. Inilah yang dilakukan Nabi SAW yaitu membalas
keburukan dengan kebaikan. Inilah kesabaran Rasullullah SAW dalam menghadapi cobaan.
Ketika semua malaikat telah siap untuk menghancurkan Thaif yang telah menyiksa beliau, tetapi
beliau malah mendoakan kebaikan buat mereka yang telah menyiksa beliau SAW. Namun
cobaan dan ujian kepada Nabi SAW tidak hanya berhenti sampa di Thaif saja, masih banyak lagi
cobaan dan penderitaan yang harus dilewati Nabi SAW. Di saat penting-pentingnya Dakwah
Rasulullah SAW di Mekkah berturut-turut Rasulullah SAW harus kehilangan 2 orang yang
dicintai dan mendukungnya dalam berdakwah yaitu istrinya, Khadijah R.ha, yang selalu
menghiburnya ketika sedih dan pamannya Abu Thalib yang selalu membelanya dari siksaan
orang kafir Quraisy. Cobaan demi cobaan, kesusahan demi kesusahan, terus di alami Nabi SAW
hingga akhir hayatnya. Menjelang ajalnya Nabi SAW barulah bisa berkata, “Tidak akan ada lagi
kesusahan setelah hari ini.”

Sahabat RA ini mencintai Nabi SAW melebihi cinta mereka pada keluarganya, pada orang
tuanya, bahkan melebihi kecintaan mereka pada dirinya sendiri. Sahabat untuk bersabar ketika
harus meninggalkan anak, istri dan mendapat berbagai macam siksaan, ini mudah saja bagi
mereka. Tetapi Tidaklah mudah bagi sahabat menahan kesabaran ketika mereka melihat
Rasulullah SAW dihina dan disiksa. Ini karena mereka. sahabat dahulu adalah seorang yang
pemberani dan pendekar-pendekar perang. Ketika Hamzah RA mendengar Rasulullah SAW
ditimpuki kotoran oleh Abu Jahal, beliau RA langsung menyampiri Abu Jahal dan memukulnya
hingga jatuh dan berdarah, didepan para petinggi quraisy pada waktu itu. Padahal waktu itu
Rasulullah SAW tidak pernah menyuruh mereka mambalas atau menyatakan perang kepada
orang kafir Quraish atas perlakuan mereka. Justru beliau malah menyuruh mereka, para sahabat
RA, untuk bersabar atas orang kafir quraisy. Para sahabat rela bersabar diatas segala penderitaan
demi Agama Allah. Mereka disiksa, keluarga mereka dibunuh, dihina dan dicaci maki, tetapi apa
yang nabi anjurkan kepada mereka, yaitu bersabar, bukan membalas dengan nafsu dan dendam.

Allah Ta’ala menguji kesabaran para sahabat ketika susah dan sempit yaitu ketika di Mekkah,
dan Allah Ta’ala menguji mereka ketika senang dan lapang ketika di Madinah. Ketika perjanjian
Hudaiybiyah, para sahabat RA ditest kehormatannya oleh Allah Ta’ala. Sejauh mana mereka
siap mengorbankan kehormatan mereka untuk Agama. Ketika perjanjian Hudaibiyah, saat itu
para sahabat RA sudah dalam posisi siap tempur, dan keuntungan keadaan berpihak pada sahabat
RA ketika itu. Namun apa yang terjadi disaat sahabat sudah merasa ini waktunya bagi mereka
untuk membalas semua kekejaman kaum Quraish kepada mereka dan keluarga mereka. Justru
keadaan yang menguntungkan itu ditolak mentah-mentah oleh Rasulullah SAW. Bahkan
Rasullullah SAW menerima tawaran kafir quraisy yang tidak seimbang dan merugikan posisi
mereka pada waktu itu. Secara logika apa yang diputuskan oleh Nabi SAW tidak dapat diterima
oleh akal dan nalar para sahabat RA ketika itu. Hal ni membuat harga diri para sahabat ketika itu
tercabik-cabik. Namun karena ini sudah menjadi keputusan Rasulullah SAW, maka mereka
harus taat. Inilah kesabaran sahabat ketika mereka telah telah diujung kesabaran mereka untuk
menggempur kafir quraisy, mereka masih tetap taat kepada Nabi SAW. Tetapi kejadian ini
diabadikan oleh Allah Ta’ala dalam Al-Quran sebagai kemenangan umat Islam, walaupun para
sahabat mengalami kekecewaan.

Bagaimana diceritakan ketika penaklukan kota Mekkah, orang kafir quraisy ketakutan melihat
kekuatan umat Islam ketika itu. Abu Sofyan, Jendral orang quraisy yang ikut diberbagai
pertempuran melawan umat Islam, Hindun yang memakan hati paman Nabi, semua orang yang
pernah menyiksa sahabat orang yang sama ketika itu sangat ketakutan. Namun apa yang terjadi,
ketika Nabi berbicara di depan ka’bah kepada orang kafir Quraish, ”Tahukah kalian apa yang
akan aku lakukan kepada kalian?” mereka menjawab dengan ketakutan, “tidak ya Rasulullah”
Rasulullah SAW bersabda, “Aku akan membebaskan kalian sebagaimana saudaraku Yusuf AS
membebaskan saudara-saudaranya.” Inilah yang dilakukan Rasulullah SAW kepada orang yang
sama yang telah menyiksa beliau SAW dan para sahabatnya.
Inilah kesabaran yang harus dipunyai seorang beriman. Sedangkan hari ini kita sudah merasa
kehilangan kesabaran terhadap saudara sendiri, keluarga sendiri, teman sendiri, terhadap
lingkungan sendiri. Bagaimana kita bisa menjadi seperti mereka, Nabi dan para Sahabat RA, jika
kita tidak mempunyai kesabaran seperti yang mereka miliki. Para sahabat juga dihina ketika
sedang berdakwah, tetapi mereka bisa bersabar diri. Keadaan kita dibandingkan para sahabat
sangatlah jauh berbeda. Karena pengorbanan yang mereka lakukan dalam berdakwah berbeda
dengan kita, sehingga tingkat kesabaran yang kita punya juga berbeda dengan mereka. Asbab
kesabaran dan pengorbanan mereka, hidayah tersebar. Masalah sahabat dibandingkan dengan
masalah yang kita hadapi sangatlah tidak sebanding, karena kita tidak melalui penyiksaan-
penyiksaan, pembunuhan massal terhadap orang yang kita cintai, ditimpuki, dan lain-lain. Untuk
itu penting kita keluar di jalan Allah untuk melatih diri kita agar bisa mendapatkan sifat para
sahabat. Dengan tarbiyat yang kita dapati ketika berdakwah, ini dapat membentuk sifat-sifat
mulia dalam diri kita. Inilah yang dilakukan para Anbiya AS dan para sahabat dalam
menjalankan usaha atas agama, “The Efforts of Deen”, atau Dakwah. Mereka harus melakukan
total pengorbanan sebagai bukti kecintaan mereka kepada Allah Ta’ala dan Nabi SAW.

Mudzakaroh Pengorbanan Ibrahim AS dan keluarganya

Ibrahim AS baru bisa mempunyai anak ketika beliau berumur 98 tahun. Ketika itu beliau diuji 2
kali oleh Allah Ta’ala. Pertama ketika beliau harus meninggalkan anak yang baru ia punya dan
yang ia dambakan, dan istrinya dipadang pasir. Disini terlihat bahwa Allah hendak menguji
Ibrahim AS dengan perintahNya, agar Ibrahim AS ini hatinya senantiasa terpaut pada Allah. Hari
ini seseorang yang pulang kerja saja tidak sabar buru-buru pulang ingin bertemu dengan anak
dan istrinya, tetapi lihat Ibrahim AS malah diperintahkan untuk meninggalkan anak dan istrinya.
Dengan penuh kesedihan dan kesabaran dalam menjalankan perintahNya, Ibrahim AS tinggalkan
anak dan istrinya di padang pasir. Demi menjalankan perintah Allah, keluargapun Ibrahim AS
rela mengorbankannya. Ibrahim AS di test kesabaran dan keyakinannya oleh Allah untuk
meninggalkan anak dan istrinya di padang pasir.

Setelah Siti Hajar mengetahui bahwa itu adalah perintah Allah maka dia pun Ridho di tinggal
Ibrahim AS ditengah padang pasir. Inilah keyakinan siti hajar dan ketaatannya terhadap perintah
Allah. Hari ini orang jika melihat suami meninggalkan anak dan istri untuk mendekatkan diri
kepada Allah, orang-orang sudah mencapnya sebagai orang yang tidak bertanggung jawab. Jika
suami pergi untuk mencari keduniaan di anggap sebagai orang yang penuh tanggung jawab.
Inilah kesalah fahaman kita hari ini, dikira kita yang menghidupkan keluarga kita. Orang yang
mau berkorban untuk agama di jelekkan dan orang yang buat usaha atas dunia di muliakan.

Allah telah buktikan bahwa Allah tidak perlu Ibrahim AS, Uang, atau Mahluk apapun dalam
memelihara Siti Hajar dan Ismail AS dipadang pasir yang tandus. Allahlah yang memelihara
segala-galanya, mahluk tidak dapat memberikan manfaat dan mudharat tanpa seizin Allah.
Asbab keyakinan dan ketaatan Ibrahim AS dan keluarganya yaitu Siti Hajar dan Ismail AS,
Allah telah buat Mekkah daerah yang tandus dan tidak ada manusia yang mau datang menjadi
daerah yang berkah keluar air zam zam dan ramai pengunjung. Setelah beberapa lama tidak
bertemu, Ibrahim AS Allah izinkan untuk bertemu dengan siti hajar dan Ismail AS, dengan
syarat tidak boleh turun dari kudanya dan tidak boleh berbicara. Setelah itu Ibrahim AS harus
balik lagi ke Palestina tempat dia harus berdakwah. Hari jika kita diposisi nabi Ibrahim AS,
sudah lama di jalan Allah rindu pada keluarga, sekalinya bertemu tidak boleh turun dari kuda,
tidak boleh memeluknya, dan tidak boleh berbicara. Inilah kesabaran seorang Nabi dan seorang
Da’inya Allah. Setelah lolos dari ujian ini baru Allah izinkan Ibrahim AS berkumpul dengan Siti
Hajar dan Ismail AS.

Ujian kedua, ketika Ibrahim AS lagi senang-senangnya bermain bersama Ismail AS, turun
perintah untuk menyembelih Ismail AS. Inilah pengorbanan Nabi Ibrahim AS dalam
membuktikan kecintaannya terhadap Allah Ta’ala, bahwa tidak ada yang lebih besar dari Allah
di hatinya. Ini adalah ujian dari Allah untuk membuktikan bahwa hati Ibrahim AS tidak mendua
kepada Allah dan kepada selain Allah walaupun itu keluarga. Ketaatan kepada Allah Ta’ala bagi
Ibrahim AS lebih berharga dibanding keluarganya. Inilah kesiapan dan kesabaran seorang Nabi
dan seorang da’i dalam menjalankan perintah Allah.

Begitupula kepada siti hajar dan Ismail AS ketika mendapatkan perintah ini. Nabi Ibrahim dan
Ismail AS digoda setan dengan perkataan, “Wahai Ibrahim ini adalah anakmu bagaimana kamu
bisa membunuh darah dagingmu sendiri, apakah kamu tega.” Mendengar godaan dari setan ini
maka Ismail AS mengusir setan itu dengan melemparkan batu. Lalu Ismail AS berkata kepada
ayahnya, ”wahai ayah jika ini perintah Allah jalankanlah, saya ikhlas menerimanya.” Begitu juga
Siti Hajar yang di goda oleh setan yang mengatakan bahwa saat ini Ibrahim AS akan membunuh
anaknya. Siti Hajar terperanjat kaget saekan-akan tidak percaya. Lalu Siti Hajar bertanya,
“Apakah ini adalah perintah dari Allah ?” si setan menjawab,”benar.” Mendengar ini siti hajar
menimpuk setan itu dengan batu dan berkata, “Kalau begitu kamu ini setan, masa Ibrahim AS
harus melanggar perintah tuhannya.” Inilah keyakinan dan kesabaran keluarganya seorang Nabi
dan Da’inya Allah dalam menjalankan perintah Allah. Ini berlaku bagi siapa saja yang siap
berkorban di jalan Allah maka nanti Allah akan buat keluarganya mempunyai keyakinan dan
ketaatan seperti keluarganya Ibrahim AS.

Keadaan ini tidak hanya Allah berikan kepada Nabi Ibrahim AS tetapi juga kepada para sahabat
RA seperti Abu Bakar RA. Asbab pengorbanan Abu Bakar RA, anak-anaknyapun mempunyai
keyakinan yang sama seperti ayahnya. Suatu ketika Abu Bakar hendak keluar di jalan Allah, ia
telah korbankan seluruh hartanya untuk digunakan di jalan Allah. Lalu Nabi SAW bertanya apa
yang telah kamu tinggalkan untuk rumahmu, dia menjawab, “Saya tinggalkan Allah dan
RasulNya.” Ketika ayah Abu Bakar RA yang buta dan masih dalam keadaan Kafir berkunjung
kerumahnya Abu Bakar, dia berkata dengan nada marah kepada cucunya, “Pasti Abu Bakar telah
meninggalkan kalian pergi tanpa meninggalkan apapun.” Lalu Siti Aisyah R.ha beserta adiknya
Asma R.ha membimbing kakeknya ke arah meja dan berkata, “Tidak kakek, ayah telah
meninggalkan kita batu emas ini.” Seraya membimbing tangan kakeknya ke meja memegang
batu yang dikira emas oleh kakekanya. Inilah keyakinan yang ditanamkan Allah kedalam
anaknya Abu Bakar RA, sehingga mereka rela ditinggalkan oleh ayahnya tanpa ditinggali
apapun.

Nusrottulloh, pertolongan Allah Ta’ala, akan datang kepada orang yang melakukan total
pengorbanan dan mempunyai kecintaan terhadap agama seperti sahabat RA. Suatu ketika anak
laki-laki Abu Bakar berkata kepada ayahnya, “wahai Ayah, ketika perang Badr, saya mempunyai
kesempatan 3 kali untuk membunuhmu, tetapi setiap saya hendak melakukannya, rasa cintaku
kepadamu menghalangiku untuk melakukannya “. Lalu Abu Bakar menjawab, ”wahai anakku,
jika saat itu aku mendapatkan kesempatan untuk memenggal kepalamu, pasti aku akan
melakukannya tanpa ragu-ragu karena aku lebih mencintai Allah Ta’ala dan RasulNya daripada
kamu.”

Inilah cinta sahabat RA terhadap Allah Ta’ala, dan inilah kecintaan yang Allah Ta’ala mau, tidak
mendua kepada yang lain. Seorang sahabat ditanya oleh Rasulullah. ”Apakah yang akan engkau
lakukan jika engkau malihat istri engkau berduaan dengan lelaki lain dalam kamarmu.” Sahabat
menjawab, “Akan saya penggal leher lelaki itu.” Lalu Rasulullah SAW bersabda mahfumnya,
”Saya lebih pencemburu dari kamu, dan Allah lebih pencemburu dari saya. Begitu pula
cemburunya Allah Ta’ala terhadap hambanya jika dapatiNya dalam hati hambanya kebesaran
mahkluk selain kebesaran Allah Ta’ala”

Ada seorang sahabat yang tidak bisa tidur sebelum melihat wajah Nabi SAW karena sangking
cintanya kepada Nabi SAW. Seorang sahabat berkata, “Sebelum aku memeluk Islam tidak ada
seorangpun yang kubenci melebihi Muhammad SAW, tetapi setelah aku memeluk Islam tidak
ada satu manusiapun yang lebih aku cintai daripada Nabi SAW”. Sahabat sangking cintanya
kepada nabi SAW rela mengorbankan anak, istri, pekerjaan, jabatan, harta, dan harga diri. Tetapi
jika takaza agama dibentangkan maka mereka rela meninggalkan Nabi SAW demi agama.
Sebagaimana perpisahan Nabi SAW dengan Muadz yang akan pergi berdakwah ke Yaman. Nabi
SAW berkata kepadanya bahwa ini adalah pertemuan mereka yang terakhir, namun Muadz RA
dengan hati yang hancur dan kesedihan yang luar biasa karena harus berpisah dengan orang yang
paling dicintainya tetap melanjutkan perjalanan demi kepentingan agama.

Para sahabat ketika takaza jihad dibentangkan maka mereka langsung meninggalkan segala yang
mereka cintai seperti istri yang baru dinikahi pada malam pertama, kebun korma yang siap
dipanen, seluruh harta bendanya untuk agama. Bahkan keluarga merekapun diberi semangat oleh
anggota keluarga mereka sendiri untuk berjihad di jalan Allah. Namun karena lemahnya iman
kita maka kita belum mampu melakukan pengorbanan seperti mereka. Kesalah fahaman yang
terjadi saat ini adalah kita menyangka bahwa diri dan harta kita adalah milik kita. Padahal semua
yang kita miliki dan yang kita lihat ini adalah milik Allah Ta’ala. Untuk membenarkan kesalah
fahaman ini maka kita harus keluar dijalan Allah Ta’ala belajar berkorban seperti para Nabi AS
dan para sahabat RA.
Bagaimana cara memperbaiki Ummat dan menyelesaikan masalah Ummat ?

Satu-satunya cara terbaik memperbaiki ummat yaitu dengan cara mengenalkan agama kepada
mereka dan memperbaiki keimanan mereka. Hanya dengan keimanan yang benar kepada Allah
dan pengamalan agama yang sempurna maka kehidupan manusia akan terperbaiki. Namun
Agama tidak mungkin bisa diamalkan secara sempurna tanpa keimanan yang benar. Dan untuk
memperbaiki keimanan ini yang sifatnya Ghaib hanya bisa menggunakan methode Rasullullah
SAW yang caranya langsung diajarkan oleh Allah Ta’ala.

Imam Malik Rah.A berkata :

“Tidak ada cara yang terbaik dalam memperbaiki Ummat saat ini selain cara yang digunakan
Rasullullah SAW pada kurun waktu awal Islam”
Bagaimana Nabi SAW memperbaiki umat yaitu dengan cara berdakwah, mengenalkan agama
kepada manusia. Hanya dengan adanya dakwah, umat dapat mengenal siapa Allah dan manfaat
daripada agamanya. Asbab adanya kerja dakwah ini maka Madinah yang tadinya kota penuh
kemaksiatan menjadi kota pusat peradaban Islam. Sehingga Madinah mendapatkan gelar Al
Munawarah, tempat terpancarnya cahaya. Lalu bagaimana caranya agar kita bisa menciptakan
kehidupan seperti di madinah, atau bangsa yang Madani ( Bangsa Madinah ) yang kita idam-
idamkan. Cara pertama adalah dengan mengirimkan rombongan dan menerima rombongan
seperti yang dilakukan Nabi SAW di mesjid Nabawi. Ini perlu dilakukan agar ummat bisa
mendapat tarbiyah yang sama seperti sahabat ketika pergi di jalan Allah dan belajar kepada Nabi
SAW di Mesjid Nabawi. Apa targetnya ketika kita keluar di jalan Allah :

I. Target Kedalam :

Bagaimana dalam diri kita dapat terbentuk Sifat dan Qualitas Sahabat
Bagaimana Amal Agama ini dapat sempurna kita kerjakan
Bagaimana Fikir dan Risau Nabi SAW, Kecintaan dan Kesedihan Nabi SAW, Maksud Hidup
Nabi SAW, Kerja Nabi SAW menjadi bagian dari kita juga.
Tazkiyatun Nafs, Tazkiyatun Amal, Tazkiyatun Iman.

Target Keluar :

Membentuk Syukbah ( Persahabatan dan Pertemanan à Ukhwah Islamiyah )


Membentuk Biyah ( Suasana Amal / Maqomi : Dakwah, Taklim, Dzikir, Khidmat )
Mengeluarkan Rombongan Fissabillillah ( Menyiapkan Ummat untuk terlibat dalam Dakwah )

Jika kerja dakwah ini dikerjakan dengan maksimal, maka hasil dari kerja dakwah ini adalah :

Dakwah ↑ – Iman ↑ – Amal ↑ – Ilmu ↑ – Akhlaq ↑ – Maksiat ↓ – Ukhwah ↑ – Perpecahan ↓ :

Ketika Agama akan wujud, keberkahan akan turun dari langit dan dari bumi, ekonomi akan
membaik, orang akan lebih memilih hidup sederhana, sehingga harga barang akan turun, import
akan berkurang, mata uang akan menguat, harga akan stabil, inflasi dapat ditekan. Ketika ini
kondisi umat akan membaik, yang bathil akan lenyap, keamanan dan ketentraman akan wujud,
kebaikan akan meningkat, doa akan di dengar, pertolongan Allah akan turun, dan kejayaan umat
islam akan kembali.

Dakwah ↓ – Iman ↓ – Amal ↓ – Ilmu ↓ – Akhlaq ↓ – Maksiat ↑ – Ukhwah ↓ – Perpecahan ↑ :

Ketika ini Agama akan hancur, keberkahan akan Allah cabut, kondisi umat akan memburuk,
orang banyak maunya, permintaan akan barang meningkat, sehingga harga-harga akan naik,
ekonomi akan berantakan, gap antara yang kaya dan yang miskin akan sangat mencolok, korupsi
dimana-mana, kejahatan merajalela, kerusakan dimana-mana. Kita akan lihat orang akan
berbondong-bondong keluar dari islam, maksiat akan tersebar, yang bathil akan masuk, manusia
mulai merusak, keamanan dan ketentraman akan hilang, doa tidak akan didengar, pertolongan
Allah tidak akan datang, yang turun adalah adzab dari Allah, dan islam akan dihinakan dimana-
mana. Ketika ini maka Allah akan datangkan berbagai macam bencana dan musibah kepada
ummat manusia.

Jika Dakwah yang Haq ditegakkan maka kebaikan-kebaikan akan datang dan Maksiat akan
lenyap. Tetapi jika Dakwah yang Haq tidak ditegakkan, maka Dakwah yang Bathil akan masuk
dan Maksiat akan merajalela. Apa itu Dakwah yang bathil yaitu segala bentuk usaha yang
mengajak manusia untuk bermaksiat kepada Allah dari iklan TV, cara berniaga, tempat-tempat
hiburan, perjudian, fashion show, club-club malam untuk bermabuk-mabukan dan perzinaan.
Hari ini mengapa kejahatan gampang tersebar, bahkan semakin hari semakin canggih
kejahatannya. Kejahatan makin maju padahal tidak ada sekolahnya untuk ilmu dan sistem
kejahatan. Ini karena tidak perlu sekolah untuk jadi orang jahat, cukup berkumpul dan bertemu
dengan pencuri maka kita akan mendapatkan keahlian mencurinya, begitu juga dengan pemabuk,
penjudi, dan lain-lain. Padahal kalau kita perhatikan sekolah umum yang mengajarkan ilmu
agama banyak, sarjana agama banyak, pesantren dan madrasah pendidikan agama ada dimana-
mana, tetapi mengapa kini yang namanya kebaikan tidak tersebar ? Jawabannya adalah ini
dikarenakan para Ahlul Kebaikan tidak menyebar, atau tidak adanya pergerakan orang-orang
baik yang menyebarkan kebaikan. Sedangkan hari in yang bergerak adalah kejahatan dan para
ahlul maksiat. Mereka bergerak, menyebar ke mana-mana, dan ketika bertemu saling
mengajarkan sehingga tercipta suasana kejahatan diantara mereka. Jadi asbab adanya pertemuan
dan pergerakan bisa membuat kejahatan makin tersebar dan semakin maju. Cukup dengan
pergerakan saja, tidak perlu ada promosi dengan kata-kata, maka sesuatu itu dapat mudah
tersebar. Seperti cara berpakaian group musik rock yang terkenal misalnya. Mereka para the
rocker ini tidak banyak bicara, tetapi hanya bergerak bertemu orang, tau-tau yang lain sudah
mengikuti gaya dan penampilan mereka. Begitu juga dengan kebaikan, mengapa kebaikan tidak
tersebar, ini karena para ahli kebaikan, para ahli agama tidak bergerak. Mereka hanya duduk-
duduk saja di tempatnya. Maka jika keadaannya seperti ini, bisa dipastikan kebaikan tidak akan
tersebar dan tidak akan meningkat. Mungkin akan datang suatu masa dimana kebaikan akan
hilang dan kebathilan akan tersebar dimana-mana jika para ahlul agama dan ahlul kebaikan tidak
mau bergerak menyebarkan yang haq. Dengan keluar di jalan Allah menyebar ke permukaan
bumi memberi contoh yang baik dan mengajak orang kepada Allah maka kita sudah
menyebarkan kebaikan dan menegakkan yang Haq.

Jadi untuk dapat menyelesaikan masalah ummat itu mudah saja, tidak usah banyak teori, cukup
dalam sunnah saja, kehidupan sahabat sudah dapat menyelesaikan masalah semuanya. Caranya
yaitu ummat islam kembali pada kerja dakwah ini dan keluar di jalan Allah, berganti-ganti atau
bergiliran. Nanti Allah Ta’ala akan selesaikan semua masalah. Ummat islam dan amal islam
akan menjadi kuat. Ummat islam ini di ibaratkan oleh ulama adalah seperti air. Air ini jika ia
mengalir atau bergerak maka air ini adalah suci dan mensucikan. Jika aliran sungai ini melewati
kotoran-kotoran dipinggiran sungai, maka pinggiran sungaipun akan terbersihkan dari kotoran.
Tetapi jika air ini tidak bergerak seperti air yang ada dikubangan, maka air yang seperti ini akan
membawa banyak masalah, seperti menjadi tempat najis, banyak kotoran, sarang penyakit, tidak
bersih, tidak sehat, dan tidak bisa mensucikan. Semua kotoran menumpuk di air kubangan, atau
di air yang tidak bergerak, berbeda dengan air yang bergerak atau mengalir. Jadi kalau ummat
islam ini tidak bergerak, maka masalah akan banyak timbul dan ummat akan menjadi sarang
kotoran sebagaimana air yang tidak bergerak yaitu menjadi air yang membawa masalah. Selama
Ummat Islam dalam keadaan bergerak, berdakwah fissabillillah, maka Allah akan selesaikan
semua masalah. Allah akan tolong ummat ini dan Allah akan ciutkan hati orang kafir terhadap
ummat islam. Dan Allah akan bersihkan kotoran-kotoran yang ada dalam hati ummat islam. Atas
perkara inilah kita perlu membawa ummat ini untuk bergerak, pergi dijalan Allah untuk
berdakwah. Inilah pergerakan memperbaiki ummat dalam Dakwah dan Tabligh, yaitu dengan
mengirimkan rombongan dakwah pergi bergerak dijalan Allah dan memakmurkan mesjid Allah
dengan amal-amal agama.

Dakwah membentuk Syukbah ( Persahabatan ) dan Biyah ( Suasana Amal )

Nabi SAW menyatukan ummat ini dengan kerja dakwah. Sehingga timbul diantara mereka rasa
sepenanggungan dan seperjuangan. Inilah yang terjadi antara kaum muhajjirin dan anshor di
madinah. Inilah rasa yang dimiliki antara Nabi SAW dan para sahabatnnya RA yaitu perasaan
syukbah, rasa persahabatan dan sepenanggungan dengan Nabi SAW. Lalu Biyah akan datang
dengan membentuk suasana amal seperti di mesjid Nabawi. Sehingga ketika suasana amal ini
wujud di mesjid Nabawi bisa membuat seorang kafir masuk ke mesjid nabawi keluar-keluar
sudah menjadi orang beriman.

Lalu bagaimana caranya membentuk Syukbah dan Biyah ini dikalangan umat ?

Mengirimkan rombongan-rombongan dakwah untuk pergi di jalan Allah

membentuk syukbah diantara jemaah dan mesjid yang didatangi

Menerima rombongan-rombongan dakwah dan para pelajar di mesjid-mesjid kita

membuat suasana amal atau Biyah dengan program-program agama

Inilah yang dilakukan Nabi SAW dalam mengenalkan agama yaitu dengan mengirimkan
rombongan dakwah dan menerima rombongan atau orang-orang yang mau belajar di mesjid
Nabawi. Sehingga terbentuk suasana syukbah, persahabatan antara Nabi SAW dan para
sahabatnya. Dan terbentuk pula suasana amal, biyah, dari orang-orang yang mau belajar kepada
Nabi SAW. Di jaman Nabi SAW sampai ke jaman Khulafaur Rasyidin jika orang masuk ke
mesjid Nabawi maka akan terlihat halaqoh-halaqoh pembicaraan Iman dan pengajaran agama.
Sehingga suasana ini di mesjid Nabawi mampu memberikan kesan kepada orang-orang yang
tidak mengenal agama. Sehingga ketika itu kita lihat banyak orang kafir masuk islam karena
terkesan dengan suasana amal dan suasana persahabatan yang dibuat Nabi SAW di mesjid
Nabawi.

Ketika syukbah dan Biyah sudah terbentuk, maka ketika itu akan terlihat orang-orang
berbondong-bondong masuk kedalam Islam. Inilah cara Islam mengenalkan agama yaitu dengan
dakwah sehingga terbentuk yang namanya syukbah dan Biyah di kehidupan umat. Masalahnya
mengenalkan agama dan mengamalkan agama adalah dua hal yang berbeda. Agar umat dapat
mengamalkan agama diperlukan keimanan yang kuat. Sedangkan Iman ini akan kuat jika ada
Hidayah dari Allah. Hidayah akan datang jika ada pengorbanan dari orang tersebut untuk
membuat usaha atas Iman atau Hidayah. Inilah yang dilakukan Nabi SAW dalam mendidik
sahabat untuk mendapatkan yang namanya Iman, yaitu membuat usaha atas hidayah Allah.
Hari ini mengapa umat tidak bisa mengamalkan agama secara sempurna ini dikarenakan umat
tidak di bawa kepada pengorbanan untuk agama seperti sahabat RA. Melalui pengorbanan akan
datang kesadaran dalam beramal dan rasa tanggung jawab terhadap agama. Nabi SAW mendidik
sahabat untuk mendapatkan Iman dengan cara membawa mereka kepada pengorbanan untuk
agama. Hanya dengan melalui pengorbanan untuk agama maka keimanan akan datang. Seperti
Bilal RA ketika disiksa oleh Abu Jahal agar Bilal mau murtad dari islam. Bilal disiksa dipadang
pasir yang panas terpanggang oleh panasnya padang pasir, tubuhnya ditiban batu besar yang
melebihi bobot badannya saat itu, tetapi siapa yang di ingat oleh Bilal ketika itu ?
“Ahad…Ahad”, yaitu Allah yang diingatnya, bukannya Abu Jahal yang menyiksanya ketika itu.
Waktu bilal menyebut “Ahad..ahad..” ketika itulah Iman telah masuk. Mengingat Allah dalam
keadaan susah dan bersabar atasnya inilah yang dapat mendatangkan Iman. Lalu bagaimana
nasehat atau respon Nabi SAW ketika tahu Bilal RA di siksa ? Nabi SAW menasehati Bilal RA
untuk bersabar karena dibalik kesabaran dalam mujahaddah atas agama tersimpan rahasia-
rahasia Allah berupa kefahaman agama dan kekuatan Iman. Ketika Bilal ditanya oleh seseorang
kapan masa yang paling bahagia di dalam kehidupannya, Bilal menjawab yaitu ketika Abu Jahal
menyiksanya dipadang pasir ketika itu. Saat itulah masa yang paling bahagia bagi Bilal karena
saat itulah dia dapat merasakan manisnya Iman. Bilal RA dapat merasakan manisnya Iman dan
kebahagiaan dalam beragama yaitu ketika dia berkorban untuk agama. Begitu juga dengan yang
dirasakan oleh sahabat-sahabat RA lainnya ketika mereka merasakan manisnya Iman melalui
pengorbanan untuk agama.

Iman ini adalah bukan suatu benda yang dapat disentuh, atau dilihat oleh mata, atau dibeli oleh
uang, tetapi keimanan ini adalah pemberian dari Allah. Allah berikan yang namanya Iman ini
karena adanya keinginan dan usaha seseorang atas Hidayah atau Keimanan. Iman inilah yang
memberikan kekuatan pada seseorang untuk dapat mengamalkan agama secara sempurna. Iman
ini adalah seperti ruh pada jasad, ruh ini tidak nampak, tetapi mampu menghidupkan jasad
manusia untuk bergerak. Dan Iman ini akan datang melalui pengorbanan seseorang atas Iman.
Melalui pengorbanan inilah Nabi SAW mendidik sahabat agar datang kepada mereka keimanan
yang sempurna untuk dapat menerima dan mentaati seluruh perintah-perintah Allah. Pendidikan
Keimanan yang diberikan oleh Nabi SAW kepada sahabat ini berlangsung selama 13 tahun
sebelum perintah sholat turun. Hari ini mengapa orang susah sholat, ini dikarenakan belum
adanya kesiapan atas keimanan mereka untuk menerima perintah-perintah Allah.

Kesempurnaan keimanan sahabat mampu membawa mereka ketingkat keyakinan bahwa ada
harta tidak ada harta tidak ada masalah. Hari ini ummat karena kekurangan harta maka mereka
berlaku anarkis, merusak, bahkan menjadi liar melebihi liarnya binatang. Beda dengan jaman
sahabat, mereka mampu berkeyakinan bahwa harta yang mereka miliki tidak dapat memberikan
manfaat dan mudharat tanpa seizin Allah. Sehingga orang seperti Abu Bakar RA mampu
menyerahkan seluruh hartanya uintuk agama. Nabi SAW rumahnya sangat kecil, sangking
kecilnya ketika hendak sholat saja harus menyingkirkan kaki Aisyah R.ha. Pernah dapur nabi
tidak mengepul asap selama 2 bulan berarti selama itu dirumah Nabi SAW kekasih Allah tidak
terdapat makanan. Pakaiannya hanya 2 helai saja dan makannnya dari roti gandum yang kasar
yang untuk merngunyahnya saja harus menggunakan minyak samin agar lunak. Tetapi Nabi
SAW tidak pernah mengeluh, bahkan setiap pulang selalu mengucapkan, “Bayyiti Jannati..”
yaitu rumahku surgaku. Begitu juga ketika Allah menawarkan Nabi SAW untuk menjadi Nabi
yang kaya tetapi beliau SAW menolaknya dan lebih memilih amalan sehari lapar dan sehari
kenyang karena ketika lapar bisa bersabar dan ketika kenyang bisa bersyukur. Inilah yang
diajarkan Nabi SAW kepada umatnya yaitu mencari kebahagiaan dan kenikmatan dengan amal
bukan kebendaan. Nabi SAW faham dibalik amal ini ada pertolongan Allah untuk segala
masalah.

Pertanyaannya sekarang adalah : “apakah itu mungkin mencari kenikmatan dan ketenangan
hidup lewat amal walaupun keadaan kita susah ?” jawabnya mungkin dan bisa karena memang
sudah ada buktinya dan contohnya yaitu Nabi SAW dan para Sahabat RA. Ini dikarenakan
tingkat keimanan pada level tertentu mampu mendatangkan kenikmatan walaupun dalam
keadaan susah. Inilah yang didakwahkan oleh para Nabi AS, Sahabat RA, Tabi’in, dan para
ulama yaitu bagaimana umat bisa sampai pada derajat Iman yang sudah tidak terkesan pada
keadaan baik miskin atau kaya, menang atau kalah, sehat atau sakit. Bagi orang yang sudah
sampai pada derajat keimanan seperti itu, mereka hanya terkesan pada perintah Allah saja. Apa
perintah Allah pada diri mereka pada saat itu, inilah yang menjadi prioritas orang-orang yang
sudah sampai pada kesempurnaan Iman.

Jika keimanan sudah wujud dalam kehidupan umat, maka kehidupan umat akan sendirinya
terperbaiki seperti kehidupan sahabat yang tadinya jahil menjadi kehidupan yang mulia. Bahkan
Sahabat yang tadinya jahil asbab keimanan mereka maka kehidupan mereka menjadi
percontohan ummat dan menjadi pusat peradaban manusia sedunia. Jika Iman sudah wujud
dalam diri ummat, maka yang namanya tingkat kejahatan akan menurun, kehidupan sosial
manusia akan membaik, ekonomi akan membaik, dan lain-lain. Ini semua asbab adanya
perbaikan keimanan. Jika Iman baik, maka amal akan meningkat, akhlaq manusia akan
membaik, perbuatan maksiat dari mencuri, berzina, mabuk-mabukan, penganiayaan, kerusakan
akan berkurang. Suasana inilah yang perlu kita semua wujudkan, dengan Iman yang benar,
manusia akan terhindar dari prilaku anarkis dan vandalisme. Langkah pertama untuk
mendatangkan keimanan ini adalah dengan mengorbankan sedikit harta dan waktu kita untuk
Khuruj Fissabillillah, pergi di jalan Allah, semampu kita.

Allah berfirman :

“ Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebaikan (Iman) yang sempurna, sebelum kamu
menginfakkan (korbankan) sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan
sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya ” ( 3 : 92 ).

Rasullullah SAW bersabda mahfum :

“Tidak sempurna Iman kamu sebelum engkau mencintai aku melebihi perkara-perkara yang
kamu cinta dari anak kamu, istri kamu, harta kamu, perdagangan kamu, kedua orang tuamu,
bahkan dirimu sendiri.” (Al Hadits )
Mudzakaroh Cara Abu Bakar RA menyelesaikan Masalah Ummat

Setelah Nabi SAW wafat ketika itu terjadi goncangan hebat didalam ummat islam. Banyak
masalah bermunculan yang harus dihadapi ummat islam ketika itu :
Orang murtad dimana-mana
Orang islam tidak mau membayar zakat
Nabi-nabi palsu bermunculan
Musuh Islam di luar madinah sudah siap menyerang ummat islam.

Ketika itu kira-kira 1 minggu, 7 hari saja, sahabat-sahabat di kota Madinah semuanya buntu,
tidak mempunyai jalan keluar atau solusi. Orang-orang di madinah hanya memikirkan
bagaimana nasib orang-orang islam dan siapa yang akan menggantikan Nabi SAW, ini saja
kesibukan sahabat selama seminggu. Asbab kefakuman sahabat ini, tidak ada fikir untuk agama,
maka tidak ada lagi yang keluar di jalan Allah, semua rombongan tertunda. Akibatnya ketika itu
karena tidak ada fikir agama adalah 100.000 orang islam menjadi murtad. Satu minggu saja
sahabat ini vakum dari dakwah, dari keluar di jalan Allah, walaupun di jaman itu hidup ulama-
ulama besar dan sahabat-sahabat yang besar dan kuat, 100.000 orang murtad dari islam. Lalu
Nabi palsu bermunculan, dan tentara Romawi sudah sampai di perbatasan siap masuk ke
madinah untuk menghancurkan ummat islam.

Setelah Abu Bakar RA dilantik menjadi khalifah, bagaimana cara Abu Bakar RA menyelesaikan
masalah ini. Keputusan pertama yang dibuat Abu Bakar RA adalah segara mengirimkan
rombongan yang tertunda pergi di jalan Allah, yaitu yang telah dibentuk oleh Nabi SAW
sebelum beliau SAW wafat. Abu Bakar RA memutuskan untuk mengirim seluruh orang beriman
yang laki-laki untuk keluar di jalan Allah semuanya. Para sahabat bingung dengan keputusan
Abu Bakar RA. Mereka memikirkan jika semua laki-laki keluar dijalan Allah, maka siapa yang
akan menjaga madinah dari musuh, siapa yang akan menjaga ummul mukminin dan keluarga
Nabi SAW. Maka Abu Bakar RA dengan suara lantang berkata, “Kalian tetap keluar di jalan
Allah, nanti Allah yang akan menjaga semuanya.” Ketika itu yang orang-orang fikirkan adalah
keselamatan orang-orang islamnya, padahal yang harus dirisaukan adalah bagaimana
menyelamatkan agamanya terlebih dahulu. Inilah yang difikirkan Abu Bakar RA. Inilah
perbedaan fikir yang mencolok antara satu orang sahabat ini melawan fikir sahabat-sahabat yang
lain. Disini ada perbedaan pendapat diantara sahabat yang dapat menjadi pelajaran bagi kita
semuanya.

Ketika itu Abu Bakar RA yakin sepenuhnya jika kita menolong agamaNya, maka Allah pasti
akan menolong mereka. Jika kita keluar di jalan Allah untuk melaksanakan perintah Allah, maka
pasti Allah akan tolong kita. Jadi keputusan Abu Bakar ini untuk mengeluarkan seluruh laki-laki
ke luar madinah di jalan Allah ini sungguh tidak masuk diakal bagi sahabat yang lainnya.
Apalagi ketika itu hewan-hewan buas bisa masuk kapan saja memangsa wanita dan anak-anak di
Madinah, jika semua laki-lakinya keluar dari Madinah. Secara logika laki-laki yang ada
seharusnya dibagi menjadi dua yaitu yang menjaga dalam kota dan yang menjaga diluar kota
atau yang pergi di jalan Allah. Tetapi disini Abu Bakar RA justru menyuruh laki-lakinya untuk
semuanya keluar, pergi di jalan Allah.

Abu Bakar RA menyelesaikan masalah dengan menggunakan 2 prinsip :

Prinsip Taqwa :
“Saya tidak rela agama berkurang di jaman kekhalifahan saya ini walaupun itu hanya seutas tali
yang mengikat di leher hewan qurban.”

Takwa ini maksudnya adalah Sempurna Amal. Jadi atas dasar prinsip ini, Abu Bakar RA tidak
rela dijamannya agama ini berkurang sedikitpun walaupun itu hanya seutas tali yang mengikat
leher hewan korban. Fikirnya Abu Bakar RA ini adalah bagaimana agama dapat sempurna
diamalkan oleh umat islam ketika itu. Inilah prinsip yang digunakan untuk menghadapi orang-
orang islam yang tidak mau membayar zakat. Jadi mereka diancam akan diberantas jika mereka
tidak mau membayar zakat.

Prinsip Tawakkul :

“Keluarkan semua laki-laki untuk pergi di jalan Allah. Nanti biar Allah yang menjaga Ummul
mukminin, keluarga nabi dan wanita-wanita di madinah.”

Abu Bakar RA lebih rela melihat keluarga Nabi dalam bahaya, dibanding harus melihat agama
dalam bahaya. Jadi bagi Abu Bakar RA, derajat Agama ini lebih utama dibanding keluarga Nabi
SAW dan ummat islam itu sendiri. Agama lebih penting untuk diselamatkan dibandingkan
ummat itu sendiri. Abu Bakar RA, mengirimkan semua laki-laki keluar dijalan Allah dan
berserah diri kepada Allah atas keadaan di Madinah inilah Tawakkalnya Abu Bakar RA. Prinsip
ini yang digunakan untuk menghadapi orang murtad, nabi palsu, dan musuh islam yang mau
menyerang madinah dari luar.

Disinilah terdapat 2 perbedaan pemikiran dan menyangkut kepada masalah keimanan. Dimana
Abu Bakar RA yakin jika semua pergi di jalan Allah mendakwahkan agama Allah, maka nanti
Allah akan selesaikan semua masalah : orang murtad, nabi palsu, yang tidak mau bayar zakat,
dan pasukan romawi yang sudah siap menyerang. Hanya dalam waktu tempo 3 hari saja setelah
semua pergi di jalan Allah akhirnya masalah terselesaikan : Madinah tetap aman, 100.000 orang
murtad masuk islam lagi, orang membayar zakat lagi, Nabi palsu dapat ditumpas, dan Pasukan
Romawi mundur. Jadi risaunya Abu Bakar RA ini adalah Islamnya atau Agamanya dulu, bukan
orang-orang Islamnya. Hari ini ada pemikiran seperti yang terjadi ketika sahabat berbeda
pendapat dahulu. Sekarang kebanyakan kita ini risaunya adalah orang-orang islamnya, seperti
orang islam ada yang dibunuh, diperkosa, diperangi, hak-haknya dirampas, kekurangan makan,
miskin keadaannya, pengungsi-pengungsi, ini boleh saja. Tetapi seharusnya yang lebih penting
lagi adalah risau atas islamnya. Akibat islamnya tidak dijaga, sehingga Allah tidak menjaga
ummat islam. Ini karena islam itu sendiri sudah diacuhkan oleh orang islam. Kita lihat hari ini
orang islam kebanyakan tidak sholat, mesjid kosong. Sholat berjamaah di masjid sudah tidak
diacuhkan oleh umat saati ini. Lalu sunnah-sunnah Rasullullah SAW sudah ditinggalkan oleh
orang islam, bahkan dianggap aneh bagi yang mengamalkannya. Kehidupan orang islam sudah
seperti kehidupan orang yahudi dan nasrani, tidak ada bedanya dengan cara-cara atau kehidupan
orang kafir, sulit dibedakan mana yang beriman dan mana yang kafir. Semua kehidupan sunnah
Nabi SAW sudah ditinggalkan oleh ummat islam itu sendiri. Tetapi begitu terjadi musibah,
semua orang berpikir sama, “Apa dosa saya ? Kenapa ini bisa terjadi, musibah seperti ini ?
Kenapa Allah tidak tolong kita ?”. Ummat islam diusir, dibunuh, dijajah, diperkosa hak-haknya,
tetapi fikirnya hanya diri mereka sendiri saja (“Apa dosa saya ?”). Padahal jemaah-jemaah
dakwah sudah datang mengajak kepada sunnah, kembali kepada amal Nabi SAW, amalkan
islam, taat pada perintah Allah. Walaupun perkara-perkara ini sudah didengar berkali-kali, tetapi
tetap saja sama tidak ada peningkatan amal. Ditaskil, diminta untuk keluar di jalan Allah tidak
mau, maka itulah akibatnya, musibah banyak datang. Tetapi fikirnya “Apa dosa saya ?”.
Islamnya sudah kita tinggalin, kita acuhkan, tetapi ketika musibah tiba-tiba datang tidak terpikir
amal-amal kita yang buruk, bahkan bertanya, “Kenapa Allah tinggalkan kita ? kenapa Allah
tidak tolong kita ?”

Inilah sifat manusia, ketika senang mereka beramai-ramai meninggalkan perintah Allah,
melupakan Allah, tidak mempedulikan kehendakNya. Tetapi ketika musibah datang baru nangis-
nangis kepada Allah minta ditolong. Sudah menjadi sifat manusia hanya ingat kepada Allah
dikala susah dan suka melupakan Allah dikala senang. Bahkan ketika kesusahan itu datang
bisanya hanya merengek minta tolong tetapi tidak mau memikirkan apa yang Allah kehendaki
atas dirinya saat itu dan tidak mau memikirkan kekurangan atau keburukan amal yang telah dia
perbuat. Orang seperti ini bagaimana do’anya mau di dengar oleh Allah ? Jadi kalau mau
masalah ummat selesai, kirimkan rombongan untuk pergi di jalan Allah sebanyak-banyaknya
secara bergiliran. Nanti Allah akan selesaikan masalah yang ada pada ummat ini sebagaimana
Allah selesaikan masalah yang terjadi pada kekhalifahan Abu Bakar RA.

Mudzakaroh “Learning By Doing” – Belajar dengan Beramal

Hari ini banyak orang yang membicarakan tentang pengorbanan Nabi SAW dan para sahabat RA
untuk agama. Namun masalahnya pada hari ini tidak semua orang yang mengerti dan memahami
maksud dan kepentingan dari pengorbanan Nabi SAW dan para Sahabat RA tersebut. Ini
disebabkan karena kita tidak melakukan pengorbanan yang sama seperti mereka. Untuk bisa
merasakan pengorbanan Nabi SAW dan Sahabat dalam memperjuangkan agama maka kita harus
ikuti napak tilas mereka. Seperti pelatih renang dan orang yang baru mau belajar berenang.
Walaupun si pelatih ini juara dunia dan juara olimpiade renang dan ahli dalam menjelaskan
tentang air dan teknik renang kepada muridnya, tetapi jika si murid renang ini tidak terjun ke air
maka dia tidak akan mampu memahami apa yang dikatakan dan dijelaskan gurunya. Tetapi jika
si murid sudah terjun ke air, maka dia akan tau apa yang dirasakan dan dimaksud gurunya.
Semakin dicoba dan diusahakan semakin mengerti dia akan penjelasan gurunya, sampai pada
akhirnya dia bisa berenang bahkan menjadi sehebat gurunya. Ini karena si murid tersebut sudah
merasakannya langsung pengorbanan gurunya ketika berada di dalam air. Begitu juga mengapa
hari ini umat sangat jauh dari agama, sehingga yang tinggal hanya pengetahuan atau teori saja,
bangunan-bangunan saja, tulisan-tulisan saja, ini dikarenakan umat tidak dilibatkan dalam
pengorbanan untuk agama sebagaimana Nabi SAW telah melibatkan para sahabat dalam
pengorbanan untuk agama. Sehingga hari ini umat hanya tahu saja tetapi tidak ada kefahaman
dan kerisauan terhadap agama.

Tujuan dari keluar di jalan Allah itu sendiri sebagai individu adalah dalam rangka islah atau
perbaikan diri, sebagaimana trainingnya atau latihannya seorang tentara yang dikirim ke barak
untuk peningkatan qualitas. Ketika tentara ini balik ke barak maka dia akan di evaluasi
kekurangannya dan akan menjalankan traning atau latihan-latihan kembali dalam rangka
meningkatkan kualitas. Sehingga ketika tentara balik ke medan pertempuran maka kemampuan
dan kesiapannya akan menjadi lebih tambah baik lagi. Jadi kita perlu mengembalikan umat islam
ini kepada baraknya agar bisa dilatih kembali dan ditingkatkan qualitasnya. Namun hari ini
permasalaannya ummat hari ini sedang terjangkit penyakit lemah Iman. Asbab lemah Iman ini
ummat tidak ada gairah atau tidak ada kekuatan untuk memperbaiki diri, atau meningkatkan
amal ibadah. Maka untuk mengobati lemah iman ini perlu perawatan khusus. Ibarat orang sakit
maka mesjid ini adalah rumah sakitnya orang beriman agar orang beriman ini dapat terperbaiki
Iman dan Hatinya. Jika kita sakit badan maka kita bisa pergi ke dokter dan tinggal di rumah
sakit. Tetapi rusaknya hati atau iman ini hanya Allah yang bisa memperbaiki yaitu di rumah
sakitnya orang beriman, di mesjid. Jika mesjid tempat pabriknya perbaikan untuk orang beriman
sudah tidak digunakan lagi, maka bisa dijamin bahwa kehidupan ummat saat ini sudah terjangkit
banyak penyakit hati dan penyakit iman. Mengapa diri kita bisa terperbaiki dengan keluar di
jalan Allah ? Dengan keluar di jalan Allah maka kita akan mempunyai waktu khusus untuk
memperbaiki keimanan dan amaliat kita. Kita keluar di jalan Allah ini adalah latihan
meninggalkan perkara-perkara yang kita cintai sebagaimana sahabat telah meninggalkan
perkara-perkara yang mereka cintai demi agama Allah. Dengan demikian akan terbentuk dalam
diri kita keyakinan bahwa bukan kitalah yang memelihara keluarga kita tetapi Allah lah yang
memelihara keluarga kita. Dengan keluar di jalan Allah kita akan mendapatkan kefahaman dan
perasaan yang dirasakan oleh sahabat ketika mereka berkorban untuk agama di jalan Allah
sampai tidak ada lagi yang bisa mereka korbankan untuk agama Allah.

Semakin bertambah pengorbanan kita maka akan semakin bertambah pemahaman kita atas
pengorbanan sahabat untuk agama Allah. Sampai pada akhirnya kecintaan pada agama akan
timbul, ketaqwaan dalam menjalankan perintah Allah akan meningkat, dan kehidupan agama
kita, keluarga kita, kerabat kita, tetangga kita, akan terperbaiki. Dengan keluar di jalan Allah kita
akan mendapatkan banyak pelajaran seperti dari bertemu dengan ulama-ulama untuk
mendapatkan pengajaran dari mereka, berteman dengan orang-orang sholeh, menambah
pertemanan, meningkatkan ilmu dan wawasan, menambah pengalaman, merasakan napak tilas
nabi dan sahabat sehingga wujud didalam diri kita kecintaan sahabat pada agama, kerisauan Nabi
SAW terhadap ummat, dan lain-lain.

Da’i ini hanya mempunyai 2 keadaan saja :

Maqomi
Khuruj Fissabillillah

Khuruj Fissabillillah atau Keluar di Jalan Allah ada 2 cara :

Nishab Waktu Keluar yang di istiqomahkan


Takaza Pembentangan Kepentingan Agama

Namun untuk dapat menggerakkan ummat ke arah kebaikan ini diperlukan risau dan fikir yang
sungguh-sungguh, sebagaimana risau dan fikir Nabi SAW. Begitu juga dalam menyiapkan
Ummat ini diperlukan sifat-sifat Nabi SAW dan Sahabat. Para Sahabat ini dimuliakan oleh Allah
karena memiliki sifat-sifat dan qualitas-qualitas yang Allah sukai. Jika kita bisa mendapatkan
qualitas atau sifat ini, maka kemuliaan yang Allah berikan kepada para Sahabat RA, juga akan
Allah berikan kepada kita. Sifat, Risau, dan Fikir ini akan datang melalui keadaan-keadaan
mujahaddah atas agama, pengalaman berjuang untuk agama.
Bagaiaman cara mendapatkan Sifat, Risau, dan Fikir ini :

Pergi Khuruj Fissabillillah ( Keluar di jalan Allah )


Membuat Amal Maqomi

Inilah kepentingan kita bawa fikir ketika kita pergi di jalan Allahingan ketika ah dengan amal-
amal agama.dijalan ALlah ak, berbeda dengan air yang bergerak atau mengalir. h. etang h :

Bagaimana diri kita bisa terperbaiki atau meningkat qualitasnya


Bagaimana Amal Maqomi dapat wujud di mesjid yang dikunjungi

3. Bagaimana rombongan dari mesjid itu bisa keluar di jalan Allah

Sedangkan maksudnya Dakwah ini adalah untuk memenuhi takaza ( pembentangan atau
penawaran kerja agama ) yang ada, bukan nishab ( waktu yang di istiqomahkan untuk keluar )
saja. Jika waktunya nishab tetapi datang takaza, maka tinggalkan nishab untuk memenuhi takaza.
Sahabat-sahabat RA menurut ulama, nishab harian mereka itu 12 jam untuk agama, sisanya buat
selain agama. Sahabat meluangkan waktu mereka untuk mesjid itu 12 jam, sedangkan takazanya
mereka 24 jam, kapan saja diminta mereka siap tinggalkan semua. Jadi sahabat ini nishab 12
jam, sedangkan kesiapan mereka untuk ditaskil ( dipanggil ) memenuhi takaza, yaitu 24 jam. Jadi
dengan gerak yang dilakukan seperti sahabat ini maka Allah akan tolong ummat islam. Maksud
daripada Dakwah ini adalah memenuhi takaza, dimana daerah yang belum islam, dimana daerah
yang belum mengucapkan syahadat, dimana daerah yang belum dimasuki jemaah, dimana daerah
yang belum hidup amal mesjid Nabawi ? kita siap berangkat kapan saja. Keadaan sahabat itu
seperti itu, siap kapan saja berangkat ketika dibentangkan takaza.

Dari riwayat Tirmidzi, Allah berfirman :

“Wahai anak Adam jadikan seluruh hidupmu untuk beribadah kepadaKu, niscaya Aku akan
penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku akan penuhi kebutuhanmu. Dan apabila engkau tidak
mengerjakannya, niscaya Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak akan
memenuhi kebutuhanmu.”

Keadaannya di jaman Nabi ini beda dengan kita, ketika itu para sahabat selalu dalam keadaan
siap mengambil takaza lagi dan lagi. Sekali taskil sahabat itu lamanya mereka pergi di jalan
Allah adalah 4 bulan full, yaitu di jaman Umar RA. Ketika mereka pulang dari ambil takaza,
ternyata ada takaza lagi, sehingga mereka berangkat lagi 4 bulan di jalan Allah. Inilah kehidupan
sahabat dalam memenuhi takaza agama. Dalam setahun berarti sahabat ini 8 bulan di jalan Allah
dan hanya 4 bulan saja tinggal di kampungnya. Sahabat ini 4 bulan dikampungnya adalah 2
bulan untuk mesjid, dan sisanya 2 bulan lagi adalah 1 bulan di rumah bersama keluarga dan 1
bulan ( 24 jam x 30 hari = waktu sahabat di pasar / di sawah selama 1 tahun ) lagi untuk buat
kerja yang mampu memenuhi keperluan untuk 1 tahun. Allah telah ringkaskan buat sahabat kerja
untuk 1 tahun dapat dilakukan dalam 1 bulan saja. Ini karena apa ? ini adalah berkat amalan
dakwah sehingga kehidupan sahabat ini penuh dengan keberkahan. Sedangkan kita kini kerja
satu tahun tidak cukup untuk satu bulan, berbeda dengan keberkahan yang didapat oleh para
Sahabat RA. Inilah yang terjadi jika ummat telah meninggalkan kerja dakwah ini, maka Allah
akan cabut keberkahan rizki dari kehidupan ummat. Kalau ummat islam ini kembali kepada
amalan dakwah, sibuknya mengambil takaza, maka kerja 3 hari saja bisa mencukupi kerja satu
bulan. Tetapi jika ummat islam sibuk mengurusi dunia saja, tinggalkan amalan dakwah, tidak
mau mengambil takaza agama, maka kerja 1 bulan tidak bisa mencukupi keperluan 3 hari, tidak
ada keberkahan. Ini semuanya karena manusia sudah melecehkan Allah dan perjuangan untuk
agama Allah. Padahal semua rezki itu datang dari Allah, dan sedangkan syetan itu hanya
menakut-nakuti kita.

Allah berfirman :

“Inna syaithon ya adzikumul fakro waya’murukum bil fahsya…”

artinya :

“Setan itu menakut-nakuti kamu dengan kefakiran.”

Setan akan membisikkan : “Kalau kamu korban, ambil takaza lagi, lalu ambil takaza lagi, maka
miskin kamu nantinya. Bangkrut nanti usaha kamu. Terlantar nanti rumah tangga kamu.”
Masalahnya hari ini kita lebih percaya pada perkataan syetan dibanding percaya pada perkataan
Allah. Sedangkan Allah menjanjikan kepada yang pergi di jalan Allah ampunan dan keuntungan-
keuntungan.

Keuntungan Dunia-Akherat :

Keuntungan dunia Rizki yang berkah


Keuntungan Akherat Ampunan ( masuk surganya Allah )

Allah berfirman :

“Walladzina’amanu wahajaru wajahadu fissabillillahi walladzina awawwa nasharu ulaika humul


mukminuna haqqan lahummaghfirotuw warizqun kariim.” ( 8 : 74 )

Artinya :

“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah ( Muhajjir ) serta berjuang pada jalan Allah, dan
orang-orang yang memberi tempat kediaman ( Anshor ) dan memberi pertolongan (kerja sama
antara Muhajjir dan Anshor / orang tempatan), mereka itulah orang-orang yang beriman dengan
Haq ( yang benar-benar beriman ). Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia.”

Keadaan dalam kerja dakwah ini hanya 2 saja :

1. Muhajjir orang-orang yang Hijrah untuk agama Allah

2. Anshor orang-orang yang Nushroh ( memberi pertolongan )


Orang yang melakukan 2 keadaan ini, merekalah orang-orang yang beriman dengan sebenarnya,
Iman yang Haq. Apa yang Allah ganjarkan untuk mereka ? Allah akan ampuni dosa-dosa mereka
dan Allah akan berikan mereka rizki yang mulia. Siapa bilang orang yang dakwah akan menjadi
miskin ? Sedangkan Allah mengatakan akan memberikan ampunan dan rizki yang mulia lagi.
Bagaimana datangnya rizki yang mulia ? itu adalah kerjanya Allah, bukan kerjanya kita.
Sedangkan kerja kita :

1. Buat Amalan Dakwah Maqomi dan Intiqoli ( Khuruj Fissabillillah )

2. Nusroh Menolong para Muhajjirin / Pendatang

Kita jangan memikirkan kerjanya Allah. Allah itu Maha Tahu bagaimana cara mendatangkan
rizki yang mulia itu. Kerja Dakwah ini bukan kerja yang susah, tetapi kerja yang sangat mudah.
Sangking mudahnya dapat diberikan dan dibawa oleh semua orang dari yang Raja, yang jelata,
yang cendikia, yang tidak pernah sekolah, yang tua, yang muda, yang miskin, yang kaya, yang
ulama, yang awam, yang sehat, dan yang sakit sekalipun. Lalu bagaimana caranya ? mudah saja,
yaitu ngikut saja, ikutin saja programnya. Dengan cara ikut-ikutan saja, mengikuti jalan ini,
maka dia akan faham dan mengerti maksudnya.

Contoh :

Seperti di kampung, ketika seseorang belajar bagaimana menanam padi. Dia tidak dikasih kuliah
ama petani, atau dimasukin ke kampus pertanian. Bagaimana cara nyangkul, cara menggaruk,
cara menyebar benih, cara menanam, cara membersihkannya, cara mengatur air, ini tidak ada
kuliahnya sama sekali. Lalu bagaimana cara belajarnya ? yaitu dengan mengikuti bapak kita atau
petani ke sawah, belajar langsung dengan mengikuti apa yang mereka lakukan di sawah. Belajar
langsung dengan pengamalannya, “Learning by Doing”. Bapak pagi-pagi bangun habis sholat
bawa cangkul langsung ke sawah, maka kitapun demikian juga bawa cangkul ke sawah. Bapak
mencangkul disawah, kita lihat sebentar, lalu kita ikut nyangkul. Ini caranya, ikutin saja,
amalkan saja, lama-lama mahir juga, lama-lama faham juga, karena sehari-hari begitu saja
kerjanya maka lama-kelamaanpun jadi bisa. Tanpa kuliah, tanpa masuk keperguruan tinggi,
seseorang bisa langsung menjadi petani. Sekarang kalau kita lihat orang-orang yang lulus dari
perguruan tinggi bidang pertanian, dengan gelar professor, doktor, ahli pertanian, yang nanam
padi juga bukan mereka, tetapi menanam orang kampung juga, para petani lapangan lansung
yang tidak pernah sekolah. Yang mengirim beras ke kota itu siapa ? yang mengirim beras kepada
orang-orang pintar di kota itu adalah orang bodoh-bodoh juga dari desa yang mengirimkannya.
Justru beras datangnya dari mereka yang tidak pernah kuliah dikirim kepada ahli-ahli pertanian
yang kuliah.

Ashabul Kahfi adalah satu rombongan pemuda yang risau terhadap iman, dan bagaimana
menyelamatkan Iman. Mereka bermusyawarah, mengambil keputusan untuk melarikan diri dari
kemaksiatan yang ada. Mereka hijrah ke gunung, dan kehutan-hutan. Mereka mengambil
keputusan tidak mau mati dikampungnya demi menyelamatkan iman mereka. Dalam perjalanan
ikutlah seekor anjing, karena ngikut saja, mengekor perjalanan pemuda ashabul kahfi ini, maka
anjingpun Allah selamatkan juga. Pemuda-pemuda ini adalah mereka yang cinta pada Allah dan
cinta kepada Iman. Mereka ini risau atas keselamatan iman mereka. Sehingga mereka buat
keputusan bahwa mereka harus pergi dari kampung mereka, menjauhi suasana kemaksiatan, dan
tinggal di goa. Atas fikir mereka ini, maka Allah selamatkan mereka. Sedangkan anjing yang
cuman ngikut-ngikut mereka saja, Allah selamatkan juga. Inilah keberkahan dengan mengikuti
jejak langkah orang yang pergi di jalan Allah untuk menyelamatkan Iman. Anjing ini binatang
najis, dan tidak berakal, tidak mengerti apa-apa, tetapi karena dia ngikut saja, maka selamat juga.
Ketika pemuda itu berjalan, si anjing berjalan juga. Ketika si pemuda berhenti, si anjing berhenti.
Ketika pemuda-pemuda itu masuk ke dalam goa, si anjingpun ikut-ikutan masuk juga. Ketika
para pemuda itu tidur, maka si anjingpun ikut tidur. Akhirnya ditidurkan oleh Allah selama 309
tahun. Anjing Ashabul Kahfi ini adalah satu-satunya anjing yang masuk surga. Kalau anjing saja
ikut pergi dijalan Allah diselamatkan, apalagi kita yang beriman mau keluar di jalan Allah.
Sedangkan kita ini ummat yang da’i, modal kita bukan tinggal dihutan, masuk kegoa
mengucilkan diri, tidur disana, kita ini bukan yang seperti itu. Kita bukan lari dari tempat yang
penuh dengan kemungkaran dan kemaksiatan, bahkan kita tetap berada ditempat yang seperti itu
dengan buat kerja untuk merubah tempat itu menjadi tempat yang penuh dengan ketaatan kepada
Allah. Nanti Allah akan tolong kita dan selamatkan kita. Sedangkan orang-orang yang ikut-ikut
kitapun juga akan Allah selamatkan, walaupun tidak mengerti apa-apa, tidak pernah ke
madrasah, tidak bisa ngaji, Insyaallah akan diselamatkan juga. Jadi kerja ini sangat mudah, ikut
saja dengan rombongan, lalu ikutin amalannya, seperti anjingnya ashabul kahfi yang Allah
selamatkan juga. Jika anjing yang mengikuti ahli ibadah saja selamat, apalagi anjing yang
mengikutin para ahlul dakwah.

Mudzakaroh Pentingnya Memakmurkan Mesjid

Nabi SAW sudah memberikan kita warning, peringatan, kepada kita dalam mahfum hadits
dikatakan nanti di akhir zaman jika kita tidak buat dakwah, maka akan terjadi :

1. Tidak tertinggal dari Islam melainkan hanya sekedar nama saja

Hari ini di KTP orang Indonesia banyak yang menyatakan agamanya Islam tetapi kelakuan dan
kehidupannya jauh dari yang dicontohkan Nabi SAW

2. Tidak tertinggal dari Al Qur’an hanya sekedar tulisannya saja

Hari ini berapa banyak mesjid yang ramai dari ukiran-ukiran kaligrafi Al Qur’an tetapi kosong
dari amal agama mesjidnya.

3. Tidak tertinggal dari mesjid melainkan hanya bangunan-bangunan megah saja

Hari ini orang berlomba-lomba membangun mesjid tetapi tidak memikirkan bagaimana
memakmurkannya, sehingga mesjidnya kosong dari jemaah.

Hari ini mesjid banyak dimana-mana tetapi kosong dari amal agama. Di Kordova, Spanyol,
Mesjid Kordova pernah menjadi pusat perkembangan Islam di dunia, namun kini telah menjadi
pusat pariwisata, bahkan didalamnya terdapat gereja. Ini asbab ditinggalkannya Dakwah
sehinggah fungsi mesjid telah hilang dan orang tidak ada lagi yang peduli dengan mesjid. Di
Indonesia saja ada ± 300.000 mesjid, dan di jakarta berapa banyak mejid mewah dan megah.
Namun berapa banyak mesjid yang 5 waktu orang ramai sholat berjamaah. Dan berapa banyak
yang sudah makmur hidup dengan Amalan mesjid Nabawi ? Hari ini orang ke mesjid bukan
bertambah keimanannya, tetapi malah makin rusak seperti dipakai untuk berbisnis,
membicarakan aib orang lain, dipakai sebagai sarana untuk politik, hujat menghujat orang lain.
Hari ini di Mesjid bukan terlihat suasana akherat tetapi malah suasana maksiat kepada Allah
seperti wanita yang memakai pakaian yang terlihat auratnya. Padahal di jaman Nabi, ketika
orang kafir masuk mesjid ke mesjid Nabi, setelah keluar telah bisa menjadi orang beriman. Di
zaman Nabi SAW setiap ada masalah bisa langsung ke mesjid, lalu pulang-pulang masalah bisa
terselesaikan dan hati bisa tenang. Beda kita hari ini, orang kafir ke mesjid malah dipakai foto-
foto untuk pariwisata, dan ketika orang Islam ke mesjid bukannya hilang masalah malah tambah
masalah, seperti ditagih sumbanganlah, musti berpihak pada siapalah dan lain-lain. Mengapa hari
ini kita lihat orang ke mesjid buat melaksanakan ibadah tetapi ketika keluar dari mesjid masih
terus bermaksiat dan tidak berhenti dari berbuat dosa. Padahal Mesjid ini Allah perintahkan
dibangun atas dasar Taqwa, Takut kepada Allah. Tetapi mengapa ketaqwaan kita tidak
bertambah ketika kita masuk ke mesjid. Ini dikarenakan mesjid tersebut tidak mempunyai ruh.
Apa itu ruh dari mesjid yaitu amal-amal agama, dan inilah yang dibentuk oleh Nabi SAW
dimesjid Nabawi yaitu membuat Amal Mesjid. Apa itu Amal Mesjid Nabawi yaitu Dakwah,
Taklim, Dzikir Ibadah, dan Khidmat. Sehingga orang yang tadinya kafir masuk ke mesjid nabawi
keluar-keluar sudah masuk Islam. Ini dikarenakan di mesjid hidup amal-amal agama. Nabi SAW
itu sendiri adalah Ketua Mesjid pertama, Awallun Takmir Mesjid, yang kerjanya memikirkan
bagaimana Mesjid Nabawi ini dan mesjid-mesjid kecil disekitar Madinah bisa makmur dengan
jemaah dan amal-amal agama. Caranya adalah dengan mengirimkan rombongan Dakwah dan
menerima rombongan orang-orang yang mau belajar agama. Inilah fikir Nabi SAW, bahkan
ketika hijrah ke madinah yang Nabi SAW fikirkan pertama kali bukannya tempat tinggal untuk
dirinya, dimana keluarga dia tinggal, tetapi bagaimana mesjid dapat berdiri. Di sekitar Madinah
ini ada mesjid-mesjid kecil dimana Nabi SAW mengirim rombongan dakwah ke mesjid-mesjid
itu dan menerima rombongan atau perorangan dari mesjid-mesjid itu buat belajar agama kepada
beliau SAW.

Madinah sebelum Islam masuk merupakan kota yang tidak kalah Jahilnya dari Mekkah. Di
Madinah ketika islam belum masuk terdapat banyak sekali rumah-rumah perjudian, pelacuran,
bahkan orang-orangnya bisa dibilang Jahil dan Barbar. Namun asbab dihidupkannya Dakwah
dari Mesjid Madinah oleh Nabi SAW, ini seperti cahaya yang menerangi kegelapan. Jadi
bagaimana kita bisa menghilangkan kegelapan, maka perlu kita hadirkan amalan nuraniat, atau
amalan yang dapat menghadirkan nur cahaya dari Allah. Jika cahaya masuk kegelapan pasti
hilang. Sehingga lambat laun rumah-rumah yang mempunyai bendera putih atau lambang
kemaksiatan ketika itu perlahan-lahan lenyap dari kota madinah asbab dakwahnya Nabi SAW
dan para Sahabat RA. Lalu penduduknya menjadi orang-orang yang Allah muliakan dan kotanya
diberi gelar Al Munawaroh yaitu tempat terpancarnya Cahaya atau Hidayah. Begitu juga kalau
kita sering ke mesjid, maka sepulangnya kita dari mesjid, kita akan menjadi sarana untuk
menghantarkan nur rahmat dan hidayah Allah kepada rumah-rumah kita. Mesjid ini adalah pusat
turunnya rahmat dan nur hidayah Allah. Jadi Mesjid ini adalah generatornya Nur Hidayah dan
kita adalah kendaraannya untuk menyebar Nur Hidayah tersebut. Jika generatornya mati, maka
matilah sarana penyebar rahmat dan hidayah. Bagaimana caranya kita bisa memakmurkan atau
menghidupkan mesjid ? yaitu dengan menghidupkan amalan-amalan mesjid Nabi SAW.

Apa itu Amal Mesjid Nabawi :

1. Dakwah Illallah

Mengajak manusia taat kepada Allah

2. Taklim wa Taklum

Belajar dan Mengajar

3. Dzikir Ibadah

Dzikir, Baca Qur’an, Sholat berjamaah, Do’a, Sholat Sunnat, Adab-adab

4. Khidmat

Melayani Mesjid dan Memenuhi Hajat Orang

Mesjid ini adalah jantung dari suatu kota atau desa atau daerah. Jika mesjidnya baik dalam artian
hidup amal-amal agama seperti amal mesjid Nabawi, maka baiklah daerah itu. Tetapi jika
mesjidnya mati, gersang dari jemaah dan amal-amal agama, berarti matilah daerah itu,
maksudnya daerah itu bisa di asumsikan terdapat banyak masalah. Mesjid yang hidup dengan
amal agama dan ramai jemaahnya, maka daerahnya akan makmur, seperti hidup sillaturhami,
ukhwah yang baik, rukun, tentram, dan damai. Setiap ada masalah maka dapat diselesaikan oleh
jemaah mesjid itu melalui musyawarah, sillaturahmi, dan gotong royong. Tetapi daerah yang
mesjidnya mati dari amal agama dan sepi dari jemaah, maka daerahnya akan timbul banyak
masalah seperti permusuhan antar tetangga, ketidak pedulian sosial, dan kejahatan akan
berkembang dari premanisme, perjudian, permabukan, sampai perzinaan akan tersebar di daerah
itu. Dan ini adalah suatu kenyataan yang terjadi dibanyak daerah. Jika yang haq tidak ditegakkan
dan disebar, maka yang bathil akan masuk dan tersebar. Jika tidak ada dakwah atas yang haq
maka dakwah yang bathil akan masuk. Apa itu dakwah yang bathil yaitu ajakan untuk berjudi,
membeli minuman keras, dan lain-lain, secara terang-terangan ataupun sembunyi-sembunyi.

Penting saat ini kita fikirkan bagaimana mesjid-mesjid yang ada ini dapat makmur dengan amal
agama. Allah perintahkan pada kita di dalam Al Qur’an untuk memakmurkan mesjid-mesjid
Allah bukan hanya satu tetapi setiap orang memakmurkan banyak mesjid. “Innama ya’muru
masajidallahu man amanna billahi wal yaumil akhir…” ( 9:17 ). Dari mesjid ini kebaikan akan
tersebar. Hidupkan dakwah dari mesjid maka nanti Allah akan perbaiki keadaan umat. Jika setiap
dari kita ini sungguh-sungguh dalam dakwah maka nanti Allah akan perbaiki amal-amal kita.
“Wahai orang-orang yang beriman takutlah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang
benar ( qoulan sadida ), niscaya Allah akan memperbaiki bagimu amal-amalmu dan mengampuni
bagimu dosa-dosamu…”( 33 : 70-71 ). Apa itu perkataan yang benar atau Qoulan Sadida yang
bisa memperbaiki amal-amal ibadah kita dan menjadi asbab ampunan terhadap dosa kita ? Allah
berfirman “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang mengajak untuk taat
kepada Allah ( dakwah à waman Ahsanu Qoulan mimman da’a Illallah )” ( 41 : 33 ).

Jadi kita ajak orang kepada Allah bukan kepada figur, kepada organisasi, kepada partai, kepada
harta benda, tetapi hanya kepada Allah. Sedangkan segala sesuatu selain Allah ini adalah dunia
atau mahluk. Hari ini orang saling ajak mengajak kepada golongannya, ini malah akan memecah
belah islam. Seperti firqoh-firqoh atau aliran-aliran yang ada, mereka mengajak orang kepada
golongannya masing-masing. Apa yang mereka lakukan adalah membenarkan firqoh mereka dan
menyalahkan yang lain sehingga terpecah belah semuanya. Jika ummat sudah terpecah belah
maka pertolongan Allah tidak akan turun, dan jika umat sudah saling menghujat maka jatuhlah
mereka dari pandangan Allah. Pada hakekatnya, yang benar itu hanya Rasullullah SAW dan
sahabatnya saja, itulah yang seharusnya jadi acuan kita, bukan alirannya. Kalau ditanya siapa
yang paling benar, jawab saja yang paling benar itu adalah Nabi SAW dan sahabat RA, cukup itu
saja. Kita ikuti saja Nabi SAW dan para Sahabat RA, yaitu mereka yang sudah jelas-jelas ada
jaminannya dari Allah. Bukan aliran kita, atau aliran saya, atau guru saya, atau pendapat saya
yang bener, tetapi yang bener itu hanya Nabi SAW dan para sahabatnya. Jadi bagaimana semua
aliran yang ada sama-sama bahu membahu bersatu bersama memikul tanggung jawab dakwah
ini. Jangan sampai perbedaan yang ada malah membuahkan perpecahan antar umat dan
terhalangnya umat dari tanggung jawab meneruskan risalat kenabian. Tetapi jadikan perbedaan
ini sebagai rahmat dan wacana keilmuan untuk dipelajari.

Pernah dalam suatu riwayat tentang 2 pimpinan Islam terbesar di Indonesia yaitu Buya Hamka
dari Muhammadiyah dan KH. Idham Khalid dari Nahdlatul Ulama pergi Haji bersama. Ketika
sholat subuh hari pertama maka KH Idham Khalid memimpin sholat subuh berjamaah sebagai
Imam. Ketika itu KH Idham Khalid menyadari dibelakangnya ada Buya Hamka dari
Muhammadiyah yang menganut faham sholat subuh tanpa Qunut. Walaupun KH Idham Khalid
adalah dari NU yang menganut Qunut ketika subuh, tetapi ketika itu malah melakukan sholat
subuh tanpa Qunut seperti Muhammadiyah. Hari esoknya, ketika Buya Hamka menjadi Imam
Subuh, beliau menyadari dibelakangnya ada KH Idham Khalid dari NU yang memakai Qunut
ketika subuh, maka ketika itu beliau memilih melakukan Subuh tidak seperti biasanya ala
muhammadiyah tetapi ala NU yaitu dengan menggunakan Qunut. Inilah toleransi dan akhlaq
yang baik yang dicontohkan oleh 2 ulama besar dalam menghadapi perbedaan. Bukannya kita
malah saling menyalahkan atau saling menghujat dengan keyakinan, “saya yang paling benar”.
Kebenaran itu pada hakekatnya hanya Allah yang tau, dan siapa yang paling benar yaitu Nabi
SAW dan para sahabatnya RA. Selama dia mengakui Allah dan Rasulnya maka mereka saudara
kita. Jangan kita pernah merasa menjadi yang paling baik dan paling benar karena ini sifatnya
setan. Posisikan diri kita sebagai orang yang ingin menambah ilmunya, dengan demikian kita
akan siap menerima perbedaan. Inilah maksud dari hadits Nabi SAW bahwa perbedaan diantara
umatku ini adalah Rahmat. Sedangkan yang bukan rahmat dan mendatangkan Laknat adalah jika
perbedaan menjadi perpecahan dan permusuhan.

Jadi kerja dakwah ini adalah kerja untuk seluruh umat islam. Inilah tanggung jawab umat
Muhammad SAW sebagai penerus risalat kenabian. Atas perkara ini perlu kita keluar di jalan
Allah untuk bisa melatih diri kita menghidupkan Amal Mesjid Nabawi dari latihan 3 hari, 40 hari
sampai, 4 bulan, tergantung kesiapannya. Inilah salah satu tujuan kita keluar di jalan Allah
bagaimana mesjid-mesjid yang didatangi oleh rombongan khuruj fissabillillah dapat hidup amal-
amal mesjid Nabawi.
Mengapa Kita harus Menghidupkan Amal Maqomi

Tujuan menghidupkan amal Maqomi adalah bagaimana kita bisa menghidupkan suasana agama
di lingkungan mesjid kita. Terutama bagi yang pulang dari Khuruj Fissabillillah penting bagi
mereka menghidupkan amal maqomi untuk menjaga dan memelihara keimanan mereka. Jadi
tujuan dari membuat amal maqomi bukan untuk merubah lingkungan tetapi untuk mewarnai
lingkungan yaitu lingkungan yang hidup dengan amal agama.

3 Perkara yang dibuat Nabi SAW setelah Hijrah :

1. Membangun Mesjid

2. Meluangkan Masa untuk Mesjid

3. Membuat Amalan Mesjid

Apa itu Amalan Mesjid :

1. Dakwah Illallah

2. Taklim Wa Taklum

3. Dzikir Ibadah

4. Khidmat

Sedangkan 4 Amal Mesjid Nabawi ini dapat diwujudkan dengan 6 cara ( 6 Amal Maqomi ) :

I. Amal Maqomi Harian :

1. Musyawarah à Keadaan Agama : Kargozari, Usul, Program.

Fadhilah : Fikir sesaat lebih baik dari 70 tahun ibadah sunnat

2. Taklim Mesjid & Rumah à untuk Islah diri, keluarga, dan ummat.

Fadhilah : siapa yang memudahkan langkah kaki ke majelis Ilmu maka Allah akan memudahkan
langkah kakinya menuju Surga.

3. 2.5 Jam à Dakwah harian melalui Sillaturrahmi dan Ihtilat

Fadhilah : Mereka yang bertemu dan berpisah karena Allah akan Allah dudukkan di mimbar-
mimbar Cahaya dan akan mendapatkan naungan Arasy Allah di padang Mahsyar.

II. Amal Maqomi Mingguan :


4. Jaulah (keliling) di Mesjid Sendiri dan Jaulah di Mesjid tetangga : Memancing hidayah turun
di Mesjid kita dan mesjid tetangga.

Fadhilah : Sepagi sepetang di jalan Allah lebih baik dari pada seluruh dunia beserta isinya.

III. Amal Maqomi Bulanan :

5. Keluar 3 Hari keluar Fissabillillah : Ishlah diri, menyediakan 1/10 waktu untuk agama setiap
30 hari

Fadhilah : Setiap amal ibadah dan harta yang dikorbankan di jalan Allah, Allah gandakan dari
700.000 kali sampai sebanyak yang Allah mau.

Untuk dapat mempunyai kekuatan dalam melakukan kerja Maqomi dengan baik maka kita harus
menjaga 5 Amalan Infirodhi (Dzikir Ibadah) :

1. Menjaga Sholat 5 waktu berjamaah tidak tertinggal Takbiratul Ulla

2. Menjaga Sholat Tahajjud tiap malam

3. Menjaga Bacaan Qur’an minimal 1 juz tiap hari

4. Menjaga Amalan Dzikir dan Wirid Pagi dan Petang

5. Menjaga Adab-adab ( Terutama menjaga pandangan )

Target dan Tujuan dari membuat amal intiqoli, amal maqomi, dan amal infirodhi ini adalah
bagaimana di diri kita ini dapat terbentuk 6 Qualitas Utama Sahabat RA :

1. Qualitas Yakin Sahabat : La Illaha Illallah Muhammadurrasullullah

2. Qualitas Sholat Sahabat : Khusyu’ wa Khudu’

3. Qualitas Makrifat Sahabat : Ilmu dan Dzikir

4. Qualitas Akhlaq Sahabat : Iqromul Muslimin (Memuliakan Saudara Muslim)

5. Qualitas Keikhlasan Sahabat : Tashihun Niat

6. Qualitas Pengorbanan Sahabat : Dakwah Khuruj Fissabillillah

Untuk dapat mewujudkan ini semua maka diperlukan 6 perkara :

1. Yakin yang benar

2. Cara Nabi SAW atau Sunnah


3. Niat yang Ikhlas

4. Tawajjuh

5. Mengedepankan nilai Amal

6. Mujahaddah atas Nafsu

Jika suatu mesjid sudah hidup amal-amal agama maka rahmat Allah akan turun di kampung
tersebut bercurah-curah. Keadaan kampung akan aman, tentram, dan sejahtera. Bukan dengan
cara perbaikan ekonomi, fasilitas kota, keamanan, tetapi dengan perbaikan amalan mesjid, baru
keadaan masyarakat di daerah itu terperbaiki. Sebagaimana terperbaikinya kehidupan kota
madinah yang jahil asbab hidupnya amal-amal mesjid Nabawi.

7 Jaminan Allah SWT berikan bagi yang menghidupkan Amalan Mesjid :

1. Keberkahan Rizki dan pertolongan dari arah yang tidak disangka-sangka

2. Allah akan menjaga rumah kita sebagaimana Allah menjaga Baitullah

3. Allah akan jaga istri dan anak kita sebagaimana Allah jaga istri dan anak Ibrahim AS

4. Allah akan menangkan yang Haq dan hancurkan yang Bathil

5. Allah akan jadikan diri kita sebagai asbab hidayah

6. Allah akan jaga anak keturunan kita hingga 11 keturunan

7. Allah akan lindungi keluarga dan kampung kita dari fitnah dajjal

Target dari Usaha Nubuwah

Target yang paling penting adalah bagaimana kehidupan kita ini tidak telalu ketinggalan jauh
dari kehidupan para sahabat RA. Jadi penting kita mempunyai target dalam melaksanakan kerja
kenabian ini.

Diantaranya target dari usaha Nubuwah adalah :

Bagaimana Ummat dapat mengamalkan agama secara sempurna selama 24 jam.


Bagaimana Ummat dapat melanjutkan Risalat Kenabian yaitu Kerja Dakwah
Bagaimana Ummat dapat mengikuti Napak Tilas Pengorbanan Kehidupan Sahabat

Sehingga nanti semua manusia dapat selamat dunia dan akherat. Inilah yang namanya jalan
keselamatan. Apa itu Jalan keselamatan yaitu Jalan Hidayah atau Sunnanul Huda. Allah telah
berikan kepada Nabi SAW Sunnanul Huda : jalan-jalan petunjuk atau jalan-jalan hidayah, agar
manusia bisa mendapatkan yang namanya kebahagiaan dan keselamatan. Siapa saja yang
berjalan diluar Sunnanul Huda niscaya mereka akan tersesat dan jauh dari petunjuk Allah. Jika
kita tidak diberi petunjuk maka kita akan sengsara hidup di dunia ini dan di akherat nanti. Seperti
orang buta yang kehilangan tongkat, jalannya akan menderita, nabrak sana nabrak sini, terjatuh-
jatuh. Begitulah orang yang hidup tanpa hidayah. Sedangkan Dakwah ini adalah salah satu
Sunnah Nabi SAW yang akan mendatangkan hidayah atau petunjuk kepada manusia.

Hari ini orang islam banyak yang hidup dengan cara Yahudi dan Nasrani, padahal satu-satunya
kehidupan yang di ridhoi Allah dan yang Allah telah jamin hanya kehidupan Nabi SAW.
Kehidupan Nabi SAW ini adalah suatu kehidupan yang didasari atas wahyu Allah, langsung
petunjuknya dari Allah. Sehingga ketika Nabi SAW mengamalkan petunjuk atau wahyu itu
dengan sempurna maka kehidupan Nabi SAW penuh dengan keberkahan dan pertolongan Allah.
Beda dengan kehidupan kita hari ini yang penuh dengan kesulitan dan tidak ada pertolongan
Allah. Hari ini kita setiap ada masalah baru lari ke ulama minta do’a karena merasa do’anya
tidak didengar oleh Allah. Tetapi setelah minta do’a, ketika pulang kehidupannya tidak berubah,
sama saja dengan sebelumnya seperti kehidupan Yahudi dan Nasrani. Bagaimana Allah akan
tolong kita jika kita masih seperti itu cara hidupnya. Beda dengan sahabat setiap ada masalah
langsung lari kepada Allah, diselesaikan dengan sholat dan do’a, maka pertolongan Allah
langsung turun saat itu juga. Mengapa doa sahabat ijabah dan sedangkan doa kita tidak ? padahal
Tuhannya sama, Nabinya sama, Kitabnya sama, Kiblatnya sama. Ini disebabkan kehidupan yang
kita jalani berbeda dengan sahabat RA.

Usaha ini adalah usaha atas napak tilas pergerakan dan pengorbanan para sahabat. Seseorang
pernah bertanya kepada seorang Masyaikh dari pakistan, Maulana Yunus, “Apa batasan atau
kapan akhir dari perjalanan seseorang ini dalam membuat Amal Maqomi dan Amal Intiqoli ?”
jadi maksudnya apa batasan akhir amalan dakwah ini sehingga orang sudah dapat dikatakan
sampai pada maksud dan tujuannya. Maulana Yunus katakan “Yaitu ketika pengorbanan ummat
ini sudah sampai pada level seperti pengorbanan para sahabat.” Sangking tingginya pengorbanan
para sahabat ini sehingga mereka bisa menarik langsung apa saja yang ada dari khazanah Allah
kapanpun mereka perlukan. Iman mereka ini, para sahabat RA, sudah sampai pada taraf
walaupun diperlihatkan pada mereka surga dan neraka, maka Iman mereka sudah tidak dapat
naik lagi ataupun berkurang. Namun selama kita ketika ditaskil masih ada rasa berat, masih
merasa memerlukan ini dan itu, dan masih terkesan hati kita pada selain Allah, berarti kerja atas
nishab waktu 40 hari, 4 bulan, ini adalah yang terbaik bagi dia untuk dilakukannya dalam rangka
islah dan dalam rangka perjalanan mendekati kepada kehidupan sahabat RA. Jika dia sudah bisa
ditaskil, sudah mempunyai kesiapan untuk berangkat kapan saja diperlukan untuk agama, maka
ketika itu nishab waktu sudah tidak berlaku lagi buat dia. Jika dalam hidupnya tidak ada lagi
yang lebih penting dari perintah Allah dan rasulnya, ketika itu baru kapanpun diperlukan dia
akan siap meninggalkan semua perkara yang dicintai demi agama. Sahabat ini kapan saja ada
takaza atau permintaan untuk fissabillillah mereka selalu siap. Sehingga tidak ada nishab waktu
diantara sahabat, yang ada kapan dibutuhkan mereka selalu siap dan tidak ada keraguan
sedikitpun meninggalkan yang mereka punya. Sahabat sudah meletakkan hidupnya untuk
mencapai maksud, sehingga siap mengorbankan segala-galanya kapan saja diminta untuk
fissabillillah. Inilah sahabat, sedangkan kita belum bisa seperti itu. Mereka, para sahabat RA,
sudah tidak terkesan lagi pada apa yang mereka miliki, tetapi hanya pada apa yang Allah
janjikan.
Seseorang ulama bertanya kepada Masyeikh yang juga seorang Syeikhul Hadits, “Mengapa anda
mau ikut dalam usaha ini yang tidak ada haditsnya mengenai tentang nishab 40 hari, 4 bulan, di
jalan Allah tersebut ?” Lalu Masyeikh katakan mahfum, “Kerja dakwah ini adalah ijhtihad dari
Maulana Ilyas, dan saya merasa cocok dengan ijtihad beliau. Andaikata ada suatu usaha lain
yang lebih baik daripada usaha ini dalam memperbaiki kehidupan ummat maka saya akan bantu
dan ikut dalam perjuangan usaha tersebut !” Tetapi masalahnya saat ini yang ada dan banyak
membawa ummat kepada perbaikan hanyalah usaha ini dan telah nampak hasilnya. Dan usaha
atas amar ma’ruf atau kerja dakwah ini adalah usaha yang paling diperlukan ummat saat ini.

Maulana Ilyas Rah.A ketika memulai usaha ini asbab fikirnya atas agama dan risaunya terhadap
kondisi ummat saat itu di mewat, beliau telah melakukan beberapa usaha atas perbaikan ummat :

1. Usaha Atas Ilmu Mendirikan Madrasah

Namun ketika itu yang beliau temui adalah kegagalan, dan tidak effektif. Seperti ketika beliau
membangun madrasah, salah seorang muridnya yang terbaik setelah lulus pergi kekota, dengan
harapan murid tersebut dapat memberikan perbaikan terhadap kehidupan ummat di kota.
Ternyata setelah bertemu kembali beberapa lama kemudian, si murid yang terbaik yang telah
tinggal di kota ini, ketika bertemu telah hilang dari dirinya ciri-ciri keislamannya. Ini
menunjukkan kegagalan atau ketidak effektifan usaha atas madrasah dalam memperbaiki ummat.
Ketika si murid dibawa kepada suasana kota dimana amal agama tidak ada maka akan terjadi
kemerosotan Iman.

2. Usaha atas Dzikir Ibadah Mengajarkan Amalan Dzikir Tarekat

Beliau mempunyai murid dalam membuat amalan dzikir, karena beliau sendiri juga adalah
seorang Mursyid tarekat. Namun masalahnya adalah murid-murid tarekat ini mempunyai
kecenderungan untuk menyendiri, melakukan uzlah dengan membuat amalan dzikir. Sehingga
perbaikan atas kehidupan ummatpun juga tidak nampak melalui cara ini.

3. Usaha atas Kerja Dakwah Usaha atas Amar Ma’ruf & Fissabillillah

Asbab fikir beliau yang kuat atas agama dan kerisauannya atas ummat yang sudah rusak ini,
sehingga Allah telah memberi petunjuk, ilham, kepada beliau untuk memulai kembali usaha
nubuwah. Usaha Nubuwah yaitu usaha yang dibuat Rasulullah SAW pada waktu kurun awal
islam berkembang. Apa itu usaha Nubuwah ? yaitu kerja dakwah, menyiapkan ummat
melanjutkan risalah kenabian. Rombongan dikirim untuk Fisabillillah agar dapat membuat dan
membawa suasana agama sehingga orang tertarik kembali untuk menghidupkan amal-amal
agama di dalam rumahnya, lingkungannya, dan di seluruh alam. Caranya dengan membuat amal
maqomi dan amal intiqoli, yaitu usaha atas ketaatan, amar ma’ruf, dan usaha atas pengorbanan,
khuruj fissabillillah.

Nabi SAW ditarbiyah oleh Allah agar gantungannya benar dengan cara memutuskan hubungan
beliau dengan orang-orang yang disekitarnya dan yang dicintainya. Beliau SAW sebelum
berdakwah diberi gelar oleh orang-orang “Al Amin”, “Yang Terpercaya”. Dan dicintai oleh
banyak orang. Namun setelah datang perintah untuk berdakwah, orang yang sama yang memberi
beliau gelar Al Amin memberi gelar yang baru menjadi “Al Majnun”, “Orang Gila”. Dan orang-
orang yang mencintainya menjadi orang-orang yang paling benci dengannya bahkan dari
kalangan keluarganya sendiri. Dari kecil Beliau SAW di tarbiyah agar selalu mempunyai
gantungan yang benar agar tidak tawajjuh kepada selain Allah. Belum lahir, ayahnya tempak
seorang anak bergantung sudah wafat. Lalu baru sesaat bertemu ibunya ditengah perjalanan
pulang ibunya wafat. Pamannya yang selalu melindunginya ketika saat-saat dibutuhkan dalam
dakwah beliau juga Allah wafatkan. Istri beliau, Khadijah R.ha, yang selalu mendukungnya
dalam kerja dakwah dan yang selalu menghiburnya dikala susah juga Allah wafatkan pada kurun
masa awal kenabian. Beliau telah kehilangan segalanya dan kehilangan tempat bergantung selain
kepada Allah. Bagaimana Allah mentarbiyah sahabat agar mempunyai tarbiyah yang sama
seperti Nabi SAW sehingga gantungannya hanya kepada Allah, Sahabat RA diperintahkan untuk
hijrah bersama Nabi SAW meninggalkan segalanya dari anak, istri, harta, jabatan, kampung
halaman, dan lain-lain.

Lalu bagaimana teguhnya Nabi SAW mempertahankan kerja dakwah ini yaitu ketika beliau
ditawarkan harta, jabatan, dan wanita oleh para petinggi quraish, apa jawab Nabi SAW,
“Walaupun engkau mampu meletakkan bulan ditangan kananku dan matahari ditangan kiriku,
Aku tidak akan tinggalkan kerja dakwah ini walaupun hanya sekejap saja. Pilihannya hanya dua
yaitu mati dalam mendakwahkan agama Allah, atau hidup melihat agama tersebar.” Inilah
keteguhan Nabi SAW memegang usaha dakwah. Inilah maksud dari usaha ini bagaimana fikir
nabi menjadi fikir kita, risau nabi menjadi risau kita, kesedihan nabi menjadi kesedihan kita,
kecintaan nabi menjadi kecintaan kita, mijaz nabi menjadi mijaz kita. Ini diperlukan
pengorbanan dan training khusus yang dilakukan secara terus menerus sampai pada akhirnya
wujud dalam diri kita. Inilah mengapa kita penting keluar di jalan Allah dan membuat amal
maqomi di mesjid kita.

Dengan Usaha Nubuwah ( Kerja Dakwah ) ini bagaimana kita dapat mewujudkan kehidupan
Nabi SAW ke dalam kehidupan kita. Bagaimana caranya ? yaitu dengan ikut dari pada Napak
Tilas kehidupan Nabi dan Sahabat. Untuk perkara ini maka kita harus menjadikan maksud hidup
nabi menjadi Maksud hidup kita, Kerja Nabi menjadi kerja kita, Fikir Nabi menjadi Fikir kita,
Amal Nabi menjadi Amal kita, Perasaan Nabi menjadi Perasaan kita, Pola hidup nabi menjadi
Pola hidup kita dan Do’a Nabi menjadi Do’a kita. Dengan cara inilah baru kehidupan Nubuwah
akan wujud dalam kehidupan kita sebagaimana hidup di dalam kehidupan sahabat RA. Inilah
targetnya yaitu menghidupkan kembali kehidupan nubuwah yang diamalkan oleh para sahabat
RA kedalam kehidupan kita sehari-hari. Apa itu kehidupan Nubuwah yaitu kehidupan Nabi
SAW selama 24 jam.

Apa itu Maksud Hidup Nabi :

Dakwah à Menyampaikan Agama, memberi peringatan dan kabar gembira tentang Allah dan
kehidupan Akherat.

Apa itu Amal Nabi :


Seluruh Sunnah Nabi SAW dari ujung rambut sampai ujung kaki
Seluruh Kehidupan Nabi SAW selama 24 jam
Seluruh Perjalanan Hidup Nabi, Risau Nabi dan Fikir Nabi

Apa itu Kerja Nabi :

Dakwah Illallah
Taklim wa Taklum
Dzikir Ibadah
Khidmat

Apa itu Fikir Nabi :

Bagaimana umat dari yang pertama lahir sampai yang terakhir mati di hari kiamat dapat
mengucapkan La Illaha Illallah

Bagaimana umat dapat selamat dari Adzab Allah Ta’ala dunia dan akherat dan masuk ke dalam
SurgaNya Allah Ta’ala

Bagaimana seluruh manusia dapat mengamalkan agama secara sempurna.

Bagaimana umat ini dapat melanjutkan tugas Dakwah

Maka untuk dapat mewujudkan ini diperlukan usaha agar kehidupan Nabi SAW dapat wujud
dalam kehidupan kita. Mengapa kita perlu mengusahakan ini ? karena seluruh aspek kehidupan
Nabi SAW itulah yang namanya Agama. Tanpa usaha maka kehidupan nabi tidak akan bisa
wujud dalam kehidupan kita. Methode yang diajarkan oleh Nabi SAW dalam mewujudkan
Agama ini adalah “Learning By Doing”. Belajar dengan cara Pengamalan. Seperti orang yang
belajar membawa mobil dengan praktek dan orang yang belajar mobil dengan membaca. Orang
yang membaca cara membawa mobil belum tentu bisa membawa mobil dibandingkan dengan
orang yang belajar membawa mobil dengan praktek. Yang mengamalkan membawa mobil
dengan praktek dia akan lebih memahami apa yang harus dilakukan jika ada keadaan-keadaaan.
Seperti apa yang harus dia lakukan dengan gas, gigi, dan fasilitas mobil lainnya ketika mobil
jalan, atau sedang berhenti, atau sedang dalam keadaan berbelok. Sedangkan yang dengan
membaca, dia akan terseok-seok dalam membawa mobil ketika diberi keadaan-keadaan. Inilah
perbedaan antara orang yang mengetahui dan memahami.

Ciri-ciri Orang yang faham akan agama, adalah Jika Allah memberi dia ujian atau cobaan, maka
dia akan mengerti bagaimana cara menghadapi masalah atau ujian tersebut. Sedangkan orang
yang hanya tau teori agama, dia akan panik atau bingung menghadapi masalah atau keadaan
tersebut sebagaimana orang yang bingung membawa mobil karena hanya belajar dari buku saja.
Ini dikarenakan tidak adanya latihan atau praktek pengamalan agama. Sehingga ketika dia diberi
ujian oleh Allah, dia tidak memahami kemauan Allah atas diri dia dalam keadaan tersebut. Ilmu
agama akan memberikan kefahaman kepada kita jika diamalkan. Kefahaman ini hasilnya adalah
keyakinan atas amal yang kita buat. Namun orang akan faham agama jika dia sudah amalkan
agama. Seperti orang yang tau rasanya membawa mobil dengan praktek dan orang yang hanya
membaca buku tentang membawa mobil. Hanya dengan Praktek membawa mobil baru kita bisa
faham membawa mobil. Begitu juga dengan Agama hanya dengan praktek pengamalan, baru kita
bisa siap terhadap keadaan dan ujian yang Allah kasih. Dengan mengamalkan kehidupan Nabi
SAW, baru kehidupan Nabi SAW akan wujud dalam kehidupan kita dan memahami pentingnya
kehidupan Nabi SAW dalamkehidupan kita. Nabi SAW dikatakan sebagai Al Qur’an berjalan
karena seluruh kehidupan Al Qur’an wujud dalam diri Nabi SAW. Begitu juga Sahabat yang
mencontoh seluruh aspek dari kehidupan Nabi Muhammad SAW, merekapun adalah Al-Qur’an
berjalan. Maka dalam rangka mewujudkan ini diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dan terus
menerus sampai sempurna. Tidak bisa hanya dengan latihan 3 hari, 40 hari, atau 4 bulan itu
hanya sarana saja seperti bilangan 6 tahun di SD, 3 tahun di SMP, dan 3 tahun di SMA, namun
yang namanya menyempurnakan ilmu atau belajar atau latihan itu dilakukan sampai mati tidak
ada bilangannya.

Tertib Pergi di Jalan Allah

Untuk mencapai kesuksesan perbaikan diri maka diperlukan tertib aturan yang mengatur
seseorang ketika keluar di jalan Allah. Maka ketika keluar di jalan Allah tertib atau ushul ini
perlu dijalankan sebagai tolak ukur perbaikan :

I. Yang Ditingkatkan

1 Dakwah Illallah
2 Taklim wa Taklum
3 Dzikir Ibadah
4 Khidmat

II. Yang Dikurangi :

Waktu Makan dan Minum


Waktu Tidur dan Istirahat
Memenuhi Hajat keluar Mesjid
Bicara dunia dan sia-sia

III. Yang Dijaga :

Ketaatan pada Amir selama Amir taat pada Allah dan Rasul
Amalan Istima’i (bersama) dibanding Infirodhi (individu)
Kehormatan dan Kemuliaan Mesjid
Sabar dan Tahammul (Tahan Uji)

IV. Yang Ditinggalkan :

Berharap kepada Mahluk hanya berharap kepada Allah


Meminta kepada Mahluk hanya minta kepada Allah
Memakai barang tanpa izin
Boros dan Mubazir
V. Yang Dihindari :

Bicara Politik dalam dan luar negeri


Bicara Khilafiyah
Bicara Aib (Jemaah atau Masyarakat)
Bicara Status Sosial dan Derma

VI. Yang Didekati :

Ahli Ilmu (Ulama)


Ahli Dzikir (Mursyid Tarekat)
Ahli Dakwah (Mubaligh)
Ahli Penulis Kitab (Mussanif)

VII. Yang Di jauhi:

Mencela atau menghina Aliran Agama


Mengkritik Aliran Agama
Membanding-bandingkan Aliran Agama
Menerima atau Menolak Dalil Ulama sebelum di konfirmasikan

Azas dan Fondasi dari Usaha Nubuwah ini :

1 Usaha atas Hati bukan Akal


2 Usaha atas Diri bukan Harta
3 Usaha atas Musyawarah bukan Perintah
4 Usaha atas Diam-diam / Tersembunyi bukan Propaganda / Pamer Kekuatan
5 Usaha atas Bil Ma’ruf bukan Nahi Mungkar
6 Usaha atas Persamaan/Kesatuan bukan Perbedaan/Perpecahan
7 Usaha atas Berita Gembira (Fadhilah) bukan Ancaman
8 Usaha atas Gerak bukan Tulisan
9 Usaha atas Individu bukan Kelompok / Perkumpulan
10 Usaha atas Kedamaian bukan Peperangan
11 Usaha atas Kerendah Hatian bukan kesombongan
12 Usaha atas Umum (akar / dasar) bukan Teknis (cabang / bagian )
13 Usaha atas penjelasan yang singkat (ringkas) bukan detail

Perumpamaan Agama :

“Agama itu seperti pohon. Pohon itu bukan tumbuh karena perintah dan larangan. Pohon tumbuh
karena diletakkan pada tempat yang baik, lingkungan yang baik, pemupukan, dan pengairan.
Begitu juga agama jika di letakkan pada tempat yang benar dan pada lingkungan baik, maka dia
akan tumbuh dengan baik. Dakwah dengan tertib yang benar ini adalah tempatnya, lalu buat
suasana amal. Kerja Dakwah ini mensuasanai lingkungan bukan merubah lingkungan. Cara
mensuasanai lingkungan ini adalah dengan menghidupkan sunnah dan amal ibadah.
Pengairannya adalah dengan menghidupkan Taklim, agar hati manusia ini ada gairah untuk
beribadah. Pemupukannya adalah dengan sillaturrahmi, bina hubungan, dan akhlaq yang baik.
Baru dengan ini agama akan wujud, dan orang akan datang. Jadi Agama bukannya tumbuh
dengan perintah dan larangan tetapi karena suasana amal dan akhlaq yang baik.”

“Agama itu tidak bisa dipaksakan. Semua orang kalo di perintah dan di larang-larang, maka
kecenderungan mereka akan menolak, menentang, berontak, bahkan mendebat. Kita harus satu
bahasa dulu dengan mereka, cari persamaan, jangan memaksa. Hanya ada satu bahasa yang bisa
buat semua orang ngerti dan sefaham, yaitu kebaikan. Semua orang kalo disuruh-suruh gak bisa
satu bahasa, tetapi kalo dikasih hadiah, kue, baju, minyak wangi semuanya bakal ngerti. Di hati
orang itu akan berkata, “..Oh rupanya Orang ini mau berbuat baik kepada saya”. Ketika ini baru
Agama dapat masuk setelah ada kesan kebaikan kita pada diri mereka”

“ Agama ini harus kita dulu yang bawa. Jika kita sudah merasa senang dengan agama dan tidak
merasa terbebani, nanti orang lain akan ikut dan nanya-nanya. Seperti orang yang sedang makan
es krim. Kalo yang makan sudah senang maka yang lain akan minta dan nanya-nanya. Tetapi
jika yang makan tidak suka bagaimana yang lain mau datang untuk minta atau nanya-nanya.
Begitu juga agama jika kita yang membawa agama sudah tidak suka bagaimana yang lain bisa
suka. Jangan kita buat standard yang sulit untuk di ikuti oleh orang lain tetapi kita harus bisa
menunjukkan kepada mereka bahwa agama itu mudah diamalkan dan diikuti. Lalu seiring waktu
kita buat suasana agar mereka mau untuk meningkatkan pengorbanan.”

Mengapa Kita harus berpartisipasi dalam pergerakan ini

Yang perlu kita sadari adalah bahwa hampir lebih dari 80 % kandungan Al Qur’an itu isinya
mengenai perjuangan para Nabi AS dalam berdakwah, kisah-kisah ummat yang menolak dakwah
para Nabi AS. Tidak ada diterangkan di dalam Al Qur’an ini mengenai jumlah ibadah Nabi-
Nabi, berapa banyak sholatnya ? berapa banyak dzikirnya ? berapa banyak puasanya ? tetapi
justru yang diceritakan adalah kebanyakan daripada pengorbanan para Nabi. Ini karena Allah
ingin kita belajar dari pada pengorbanan para Nabi-nabi ini. Napak tilas pengorbanan merekalah
yang telah mendapatkan ridho Allah ini yang patut kita ikuti. Bahkan jantung daripada Al Qur’an
itu sendiri yaitu surat yassin, isinya menjelaskan kisah seorang pemuda yang mengajak kaumnya
untuk mengikuti daripada ajakan, dakwah, nabi-nabi yang telah datang kepada mereka. Sekarang
caranya bagaimana kita mengikuti Napak Tilas mereka yang telah di ridhoi Allah ini.

Allah berfirman :

“ Orang-orang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islam) diantara orang-orang Muhajirin
dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka
dan Allah menyediakan bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Dan
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” ( 9 : 100 )

Dan dalam ayat ini Allah telah menggambarkan orang-orang yang telah Allah Ridhoi :

1. Orang islam yang terdahulu dan yang pertama masuk islam ( Awallun Muslimin )

2. Orang-orang Muhajjir dan Anshor


3. Orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik

Jadi yang perlu kita lakukan sekarang adalah dengan meniru-niru pergerakan mereka yaitu
menjadi orang-orang yang Muhajjrih ( hijrah membawa agama ) dan jika tidak pergi di jalan
Allah kita bisa menjadi Anshor ( orang-orang yang menerima Muhajjirin ). Dengan pergi di jalan
Allah ini meniru-niru daripada pergerakan dan perjuangan merka yang telah di ridhoi Allah ini,
mudah-mudahan Allah juga golongkan kita termasuk daripada “Orang-orang yang mengikuti
mereka ( Nabi dan Sahabat, Muhajjir dan Anshor ) dengan baik.” Untuk perkara inilah penting
kita ikut mengambil bagian dari pada usaha nubuwah ini.

Allah berfirman :

“Walladzina’amanu wahajaru wajahadu fissabillillahi walladzina awawwa nasharu ulaika humul


mukinuna haqqan lahummaghfirotuw warizqun kariim.” ( 8 : 74 )

Artinya : Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah ( Muhajjir ) serta berjuang pada jalan
Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman ( Anshor ) dan memberi pertolongan
(kerja sama antara Muhajjir dan Anshor / orang tempatan), mereka itulah orang-orang yang
beriman dengan Haq ( yang benar-benar beriman ). Mereka memperoleh ampunan dan rezeki
yang mulia.

Jadi orang-orang yang beriman ini, mereka tidak ada keraguan dalam menjalankan perintah
Allah dan mereka buktikan dengan berkorban di jalan Allah. Allah telah bahwa orang yang mau
berjuang di jalan Allah lah yang Imannya adalah Haq, Iman yang sebenarnya. Kita tidak bisa
mengklaim diri kita beriman jika kita belum bisa membuktikan diri kita kepada Allah, bahwa
kita mau berkorban di jalannya sebagaimana nabi SAW dan para Sahabat RA dahulu yang telah
membuktikan keimanan mereka dengan pengorbanan yang nyata di jalan Allah.

Allah berfirman :

“Apakah Kamu mengira bahwa kamu akan masuk Surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-
orang yang berjihad diantaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.” ( 3:142)

Rasullulah SAW bersabda mahfum :

“Permisalan seorang yang melakukan Jihad di jalan Allah adalah seperti orang yang berpuasa di
siang hari, menghabiskan masanya membaca qur’an dalam sholat, bersedekah secara terus
menerus sampai si Mujahid itu kembali. Itupun orang yang pergi di jalan Allah masih melebihi
daripada itu.”

Allah Swt berfirman :

“Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan
mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan
hari kemudian serta bejihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada kaum yang zalim (At-Taubah-19)”
Ayat ini turun asbab ketika Rasullah Saw hijrah, parah orang kafir Quraish mencibir bahwa Nabi
SAW sudah meninggalkan amalan yang besar ke tempat yang tidak ada sama sekali keutamaan
yaitu Madinah. Mereka berpendapat bahwa tinggal di Mekkah itu lebih mulia dan melayani
orang ibadah haji tentu nilainya lebih tinggi dibanding hijrah ke Madinah untuk berdakwah.
Maka Allah bantahlah cibiran kafir Quraish ini bahwa tidak sama nilainya, lebih tinggi orang-
orang yang pergi di jalan Allah. Padahal sholat di masjidil haram ini nilaninya 100.000 kali lebih
tinggi di banding mesjid-mesjid di luar tanah haram, belum lagi nilainya bertambah ketika bulan
Ramadhan, namun semuanya itu ditinggalkan oleh Nabi Saw dan para Sahabat RA demi takaza
dakwah. Apalagi kalau dibandingkan hanya meninggalkan kantor, meninggalkan pesantren,
wong keutamaan masjidil haram di bulan ramadhan dan berkhidmat untuk jemaah Haji aja di
tinggalkan demi Takaza Dakwah.

Jangan sampai yang namanya Dunia menghalangi kita dari Kerja Dakwah ini dan dari berjuang
di jalan Allah. Apa itu yang namanya dunia ? segala sesuatu selain Allah yang dapat menjauhkan
kita dari perintah Allah adalah dunia.

Allah berfirman :

“Katakanlah : Jika Bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, kaum


keluargamu, harta kekayaanmu yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiaannya, rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari pada
Allah dan rasulNya dan dari berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusanNya. Dan Allah tidak akan memberi petunujuk kepada orang-orang yang fasik.” (9 :
24)

Inilah definisi dunia menurut sebagian ulama, dan bagaimana dengan teknologi, ekonomi,
kekuasaan, dan kekuatan militer ? Itu hanyalah keperluan manusia saja bahkan hanya seperti
hiasan dunia saja. Jadi jangan sampai kita salah faham, bukan berarti kita tidak perlu teknologi,
ekonomi, kekuasaan, dan kekuatan militer, hanya saja itu bukan sebagai maksud kita, tetapi
hanya sebagai keperluan saja.

Allah berfirman :

“Sesungguhnya kami telah jadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar kami
menguji mereka siapakah diantara mereka yang terbaik perbuatannya.” (18 : 7)

Dari riwayat Tirmidzi, Allah berfirman dalam Hadits Qudsi :

“Wahai anak Adam jadikan seluruh hidupmu untuk beribadah kepadaKu, niscaya Aku akan
penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku akan penuhi kebutuhanmu. Dan apabila engkau tidak
mengerjakannya, niscaya Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak akan
memenuhi kebutuhanmu.”

Rasullullah SAW bersabda mahfum :


“Apabila engkau membaktikan dirimu hanya untuk kepentingan perniagaan, dan menyebar
lembu-lembumu untuk pertanian, dan engkau puas dengannya, dan meninggalkan Jihad, maka
Allah akan melimpahkan kehinaan ke atasmu. Kehinaan ini tidak akan diangkat sehingga engkau
kembali kepada agamamu ( dan berjihad di jalannya )”. ( HR Abu Dawud )

Orang-orang yang sibuknya hanya memperbaiki memperbaiki keperluan saja dan melupakan
maksud, maka pasti dan pasti kehidupannya akan dipenuhi masalah. Kalau memperbaiki
keperluan ini dijadikan maksud maka yang terjadi adalah masalah akan bermunculan. Seperti
seorang turis yang naik kapal pesiar lalu dia transit di suatu pulau. Kalau si turis ini ketika dia
turun kepulau tersebut lalu membangun rumah membeli mobil dan semua peralatan hidup maka
hidupnya akan menjadi masalah ketika dia harus meninggalkan pulau untuk pergi ke kota yang
dia tuju. Ini karena transit di pulau itu bukan maksud hanya keperluan, dan itu semua harus kita
tinggalkan untuk menuju tempat tujuan terakhir yaitu akheratnya Allah. Jadi harta, teknologi,
ekonomi, semua ini hanya keperluan saja bahkan menjadi ujian buat kita, karena semua itu hanya
perhiasan dunia yang suatu saat harus kita tinggalkan menuju kampung akherat. Namun bukan
berarti kita melupakan keperluan kita di dunia ini, karena walau bagaimanapun yang namanya
keperluan ini adalah sarana untuk dapat mencapai maksud.

Ibarat / Kiasan :

Kapal adalah alat atau kendaraan menuju kampung akherat. Namun yang terpenting dari kapal
ini yang perlu di jaga agar jangan sampai terjadi adalah bagaimana agar kapal ini jangan sampai
bolong sehingga air dapat masuk kedalam kapal. Sehingga menyebabkan kapal bisa tenggelam.
Air ini adalah dunia, tanpa air kapal tidak bisa jalan, namun jika air masuk kedalam kapal, maka
kapal bisa karam. Jadi penting kita usahakan bagaimana hati kita ini tidak bolong kemasukan air
dunia. Jika dunia sudah masuk kedalam hati maka hati kita akan tenggelam sebagaimana
tenggelammnya kapal yang kemasukan air. Jadi dunia ini hanya keperluan saja agar kapal kita
bisa sampai pada tujuannya yaitu akherat. Orang yang hatinya sudah kemasukan dunia ini akan
terjangkit penyakit wahan. Apa itu penyakit Wahan yaitu penyakit cinta dunia (Hubbud Dunia)
dan Takut Mati. Lalu bagaimana mengatasi penyakit ini, ulama buat ijtihad yaitu dengan
meninggalkan dunia yang kita cintai ini sementara saja dengan pergi di jalan Allah. Pergi di jalan
Allah meninggalkan dunia yang kita cintai ini hanya latihan saja sebelum maut menjemput dan
kita harus meninggalkan dunia selamannya. Inilah cara kita mempersiapkan diri.

Allah berfirman :

“Wahai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan satu perniagaan yang dapat
menyelamatkan kamu dari adzab yang pedih ? yaitu kamu beriman kepada Allah dan RasulNya,
lalu kamu berjuang di jalan Allah dengan harta dan diri kamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu
andaikan jika kamu mengetahuinya. Allah akan mengampuni dosa-dosamu, dan Allah akan
memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan tempat tinggal
yang baik di dalam surga. Itulah Keuntungan ( kemenangan dan kejayaan ) yang besar.”

( 61 : 10 – 12 )
Disini Allah menawarkan kepada orang beriman suatu perdagangan dengan Allah, berbisnis
dengan Allah, yang dapat menyelamatkan kita dari pada siksa Allah yang pedih. Padahal Allah
tidak memerlukan kita. Jadi tawaran ini hanya sebagai kasih sayang Allah kepada kita agar mau
beramal. Tawaran perniagaan yang seperti apa yang Allah tawarkan :

1. Beriman kepada Allah dan RasulNya

2. Berjuang di jalanNya dengan harta dan diri kita

Maka keuntungannya dari perniagaan ini hingga Allah katakan sebagai keuntungan,
kemenangan, kejayaan yang besar andaikan saja kita mengetahuinya. Apa keuntungan itu :

1. Ampunan dosa-dosa kita

2. Dimasukkan kedalam Surga

Jadi derajat mereka yang mau berkorban di jalan Allah ini sangat tinggi sekali di sisi Allah,
sehingga Allah menawarkan Jihad Fissabillillah ini sebagai suatu perniagaan yang dapat
memberikan keuntungan bagi kita. Bahkan Allah mengancam bagi mereka yang tidak mau
berkorban di jalan Allah atau mau berhenti atau istirahat daripada jalan Allah ini :

Allah berfirman :

“ Dan belanjakanlah hartamu di jalan Allah, dan janganlah kamu melemparkan diri kamu ke
dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik. “ ( 2 : 195 )

Asbabun Nuzul daripada ayat ini adalah ketika seorang sahabat hendak cuti atau istirahat, atau
tidak mau ikut pergi di jalan Allah karena sedang mempunyai urusan. Sehingga turunlah ayat ini
untuk mereka yang ada terlintas untuk istirahat atau berhenti dari berjuang di jalan Allah.

Di dalam Al Qur’an Allah berfirman :

“ Sesungguhnya Kalian adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru
kepada yang Ma’ruf (dakwah), dan mecegah yang mungkar, dan beriman kepada Allah…”

(3 :111)

Disini Allah bilang kita sebagai Choiru Ummat atau Umat terbaik tentu ada sebabnya. Ini
dikarenakan kita diamanahkan untuk memikul suatu kerja yang tidak diamanah kepada umat
sebelumnya yaitu kerja kenabian atau kerja dakwah. Menyeru manusia kepada yang Ma’ruf dan
mencegah yang mungkar atau dakwah ini adalah identitas umat Nabi SAW sebagai pelanjut
risalat kenabian. Jika kita tidak melakukan tugas ini maka ini seperti polisi yang berpakaian
polisi tetapi tidak mau mengerjakan tugasnya, hanya mau duduk-duduk saja diwarung, pasti dia
akan dimarahi atasannya. Baju Polisi yang melambangkan identitas seorang polisi ini seperti
kerja dakwah yang merupakan identitas umat ini. Jika kita tidak melakukan tugas yang menjadi
identitas kita sebagai umat Nabi SAW maka kita akan dimurkai Allah Ta’ala.

Dalam Mahfum Hadits, Dari Aisyah R.ha berkata mendengar Nabi SAW bersabda :

“ Hai Manusia, Allah SWt berfirman kepada kalian : “Serulah (dakwahlah) kepada manusia
untuk berbuat kebaikan dan cegahlah mereka dari perbuatan mungkar”, sebelum datang kepada
kalian (akibatnya) dimana kalian berdo’a kepadaKu tetapi Aku tidak akan menerima do’a kalian,
kalian meminta kepadaKu tetapi Aku tidak akan memenuhi permintaan kalian, kalian memohon
pertolongan kepadaKu tetapi Aku tidak akan menolong kalian.” (At Targhib)

Dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda mahfumnya :

“Apabila umatku sudah mengagungkan dunia (maksudnya : mendahulukan dunia dibanding


perintah Allah), maka tercabutlah dari mereka dari kehebatan islam. Apabila umatku
meninggalkan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar (Dakwah), maka diharamkan bagi mereka
keberkahan wahyu (Kefahaman Agama). Dan apabila umatku sudah saling caci mencaci (hujat
menghujat) satu sama lain, maka jatuhlah mereka dari pandangan Allah Ta’ala.” (HR Hakim dan
Tirmidzi)

Dari Abu Said Al Khudri, Nabi SAW bersabda :

“Barangsiapa melihat suatu kemungkaran maka hendaklah cegah dengan tangannya. Jika tidak
mampu cegahlah dengan lidahnya. Jika tidak mampu hendaklah dia merasa benci dalam hatinya
dan ini adalah selemah-lemahnya Iman.” (HR Muslim)

Oleh karena itu penting ada diantara kita yang siap melakukan inisiatif untuk mengajak manusia
kearah perbaikan seperti yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW. Walaupun itu hanya
segolongan orang yang memulainya demi tegaknya agama dan perbaikan atas ummat.

Allah berfirman :

“Dan hendaklah ada diantara kalian segolongan ummat (jemaah) yang menyeru kepada
kebaikan, menyeru kepada yang Ma’ruf, dan mencegah kemungkaran, dan merekalah orang-
orang yang beruntung.” (3:104)

Disini bahkan Allah bilang bagi orang yang mau menyeru manusia kepada kebaikan ini sebagai
orang-orang yang beruntung. Dan hanya orang-orang yang mencintai Allah, Rasul, dan
Agamanya Allah saja yang mampu berfikir ke arah tersebut dan mau membuat usaha perbaikan
atas Ummat. Tanda-tanda kecintaan seseorang kepada Allah yaitu terlihat dari keinginan dia
mengikuti orang yang paling Allah cintai agar dia bisa mendapatkan cinta dari Allah kepadanya.

Allah berfirman :

“Katakanlah (hai Muhammad SAW) : Jika kamu mencintai Allah , ikutilah Aku, niscaya Allah
akan mengasihimu, dan mengampuni dosa-dosamu..” (3:31)
Inilah yang Allah minta kepada orang yang mengaku cinta kepada Allah yaitu dengan mengikuti
jalan orang yang paling dicintaiNya yaitu Nabi SAW. Hanya dengan cara Nabi SAW kita akan
mendapatkan cinta Allah SWT, ini karena Allah telah mewariskan kepada Nabi Sunnanul Huda
atau Jalan-jalan Hidayah (Petunjuk). Jika kita berjalan diluar Sunnanul Huda niscaya tersesatlah
kita. Sekarang bagaimana cara mengikuti Nabi SAW ? Apa itu jalan Nabi SAW ?

Allah berfirman :

“Katakanlah (hai Muhammad SAW) : ini adalah jalanku, Aku dan orang-orang yang
mengikutiku mengajak (manusia) kepada Allah dengan Hujjah yang nyata…” (12:108)

Allah telah perintahkan kepada Nabi SAW untuk menjelaskan jalan hidupnya kepada manusia
agar mereka mengikutinya. Apa itu jalan hidup Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya yaitu
mengajak orang untuk taat kepada Allah dan semua Perintah-perintahNya. Inilah yang namanya
Dakwah yaitu mengajak orang kepada Allah saja dan untuk taat kepada perintah-perintahNya.
Inilah maksud dikirimkan rombongan-rombongan dakwah ke seluruh pelosok dunia. Jadi jalan
dakwah ini adalah jalan hidup kenabian dan salah satu sunnah Nabi SAW. Hanya dengan
mengikuti jalan yang orang kita cintai baru cinta kita ini dapat dibenarkan. Bagaimana kita bisa
mengaku cinta sementara kita tidak mau mengikuti orang yang kita cintai.

Dalam Hadits Mahfum Nabi SAW bersabda :

“Barang siapa yang mengamalkan sunnahku berarti dia mencintaiku, dan barang siapa yang
mencintaiku maka dia akan di surga bersamaku.” (Al Hadits)

“Semua orang dari ummatku akan masuk surga kecuali yang menolak.” Para sahabat bertanya,
“Siapakah yang menolak ya Rasullullah SAW ?” Nabi SAW menjawab, “Mereka yang menolak
Sunnahku.” (Al Hadits)

Sedangkan Dakwah ini adalah Sunnah Nabi SAW yang nyata, bahkan kita ini disunnahkan
dalam suatu riwayat nabi SAW :
“Balighul Anni Walau Ayyat”

Artinya : “ Sampaikanlah kepada mereka walaupun hanya satu ayat ”

Dalam Haji Wada, Haji Nabi SAW yang pertama dan yang terakhir Nabi SAW bersabda
mahfum kepada para sahabat yang hadir :

“Sudahkah aku sampaikan kepada kamu perintah-perintah Allah ?” para sahabat RA semua
menjawab, “Ya, engkau telah menyampaikan risalah itu !” lalu Baginda Nabi SAW berkata : “Ya
Allah, saksikanlah ini ( pengakuan umatku ).” Nabi SAW bersabda kembali : “Hendaklah yang
hadir disini menyampaikan kepada yang tidak hadir disini…”

Inilah sign, tanda, dari Nabi SAW agar kita siap untuk menyampaikan agama ke suluruh
permukaan bumi. Inilah sebabnya banyak maqam sahabat ditemukan di luar negeri. Dari 114.000
sahabat hanya 14.000 sahabat yang ditemukan makamnya antara Mekkah dan Madinnah,
selebihnya di luar negeri. Seperti Saad bin Abi Waqqash RA makamnya ditemukan di Cina,
Ayub Al Anshori di Turkey, Tariq bin Ziyad RA di Spanyol, dan lain-lain. Andaikata sahabat ini
hanya memikirkan ibadah saja di mesjidil haram dan mesjid nawabi maka islam tidak akan
tersebar dan kita kemungkinan masih menyembah patung dan kuburan.

Imam Malik Rah. A berkata :

“Tidak ada cara lain untuk memperbaiki ummat ini selain menggunakan cara Nabi SAW ketika
memperbaiki Ummat pada kurun Awal.”

Jadi hanya dengan dakwah ummat akan terperbaiki karena dakwah ini adalah sarana atau alat
untuk mempromosikan atau menyebar luaskan agama. Sudah tertulis dalam sejarah setiap ummat
terdahulu setelah tidak ada lagi kerja dakwah dari nabi-nabi mereka maka kecenderungan mereka
akan menjadi kafir melalui tahapan :

Tahap Pertama manusia akan meninggalkan amal ibadah

Tahap Kedua manusia akan mengerjakan maksiat atau perbuatan mungkar

Tahap Ketiga manusia akan meninggalkan agama menjadi kafir atau murtad karena sudah tidak
ada lagi keyakinan pada agama bahwa agama dapat menyelesaikan masalah.

Tanpa Dakwah maka agama lambat laun akan pudar hingga tidak ada lagi orang yang
mengamalkannya. Bahkan ketika ada yang mengamalkannya akan nampak aneh, bahkan yang
mengamalkannya akan dicap seperti orang gila. Jika tidak ada dakwah maka tidak ada orang
yang saling ingat mengingati karena Allah. Padahal di dalam Al Qur’an dibilang bahwa
peringatan itu baik buat orang beriman. Tanpa Dakwah, agama ini seperti barang bagus tetapi
tidak laku atau tidak ada yang mau membeli. Ini karena tidak ada yang mempromosikannya
sehingga tidak ada yang mau membeli. Dakwah ini adalah sarana untuk mempromosikan
manfaat-manfaat agama dan menjelaskan kerugian yang terjadi bila kita meninggalkannya. Jadi
Dakwah ini adalah tulang punggung agama. Tanpa Dakwah yang Haq maka Dakwah yang Bathil
akan masuk. Jika Dakwah yang bathil sudah masuk seperti promosi minuman keras, perjudian,
prostitusi, pakaian-pakaian yang vulgar, dan lain-lain, maka keimanan orang akan menurun. Jika
Iman sudah menurun maka Amal Ibadah akan berkurang, akhlaq manusia akan menjadi buruk,
muamalah dan muasyaroh manusia akan rusak. Ketika itu maka do’a tidak akan didengar dan
pertolongan Allah tidak akan datang, yang ada hanya kerusakan yang terjadi dalam kehidupan
manusia. Ketika itu semua masalah akan berdatangan. Namun dengan Dakwah maka keimanan
akan datang, agama akan tersebar, amal agama akan meningkat, akhlaq manusia akan bagus,
perdagangan dan hubungan antar manusia akan baik, dan pertolongan Allah akan datang kepada
ummat ini. Atas perkara ini penting kita membantu agama Allah agar Allah perbaiki kehidupan
kita.

Allah berfirman :

“Hai orang-orang beriman jika kamu membantu agama Allah maka Allah akan menolongmu dan
menguatkankan kedudukanmu.” (47:7)
ini adalah janji Allah bagi mereka yang mau membantu agama Allah maka Allah akan menolong
kehidupan kita memperbaiki keadaan rusak dan Allah akan menyelesaikan seluruh masalah yang
dihadapi oleh seluruh manusia. Inilah yang dianjurkan ulama yaitu belajar menyelesaikan
masalah dengan amal agama. Belajar menyelesaikan masalah dengan pertolongan Allah.
Bagaimana cara mendatangkan pertolongan Allah yaitu dengan menjalankan perintahnya. Setiap
perintah Allah dibaliknya pasti ada pertolongan Allah. Seperti seorang duta negara yang
diperintahkan negaranya jika terjadi sesuatu pasti negara tersebut akan menolong dutanya karena
si duta bertindak berdasarkan perintah negara. Apalagi dengan menolong agama Allah, pasti
Allah akan menolong kita balik. Hanya dengan agama Allah saja semua permasalahan dapat
terselesaikan. Namun syaratnya harus ada niat dan kesungguhan usaha dari ummat tersebut
untuk memperbaiki keadaan.

Allah berfirman :

“…Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan nasib suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…” (13 : 11)

Jadi Allah baru mau membantu merubah suatu kaum setelah kaum itu mau berusaha untuk
merubah kehidupannya sendiri. Allah akan mendatangkan perbaikan pada suatu kaum jika kaum
itu mau buat usaha perbaikan. Apa yang harus diperbaiki pertama kali yaitu kondisi agamanya,
karena baik atau buruknya manusia tergantung pada kondisi agama yang ada diri mereka.
Sedangkan Agama ini adalah solusi yang Allah berikan untuk menyelesaikan seluruh masalah
manusia sampai hari kiamat.

Hidupkan amal-amal mesjid nabawi di setiap mesjid maka akan datang perbaikan dan
peningkatan qualitas hidup bagi orang-orang yang tinggal di kampung itu. Sebagaimana
terperbaikinya kehidupan ummat di madinah pada jaman Nabi SAW. Bagaimana kehidupan para
sahabat terperbaiki dan meningkat qualitasnya setelah Agama tersebar melalui mesjid Nabawi.
Syaratnya harus ada orang yang mau bergerak mengajak manusia kepada kebaikan.

Dari Anas RA :

Kami para sahabat RA bertanya “Ya Rasullullah SAW kami tidak akan menyuruh orang untuk
berbuat baik sebelum kami sendiri mengamalkan semua kebaikan dan menjauhi semua
kemungkaran.” Maka Nabi SAW bersabda, “ Tidak, bahkan serulah orang untuk berbuat baik,
meskipun kalian belum mengamalkan semuanya. Dan cegahlah kemungkaran, meskipun kalian
belum menghindari semuanya.”

(HR Thabrani)

Inilah isyarat dari Nabi mengenai pentingnya kerja dakwah walaupun kita belum sempurna
mengerjakan kebaikan dan belum sempurna meninggalkan kemaksiatan. Dan hanya dengan
mendakwahkan agama saja keadaan akan terperbaiki bukan dengan ekonomi, teknologi,
kebudayaan atau dengan kekuasaan itu hanya keperluan saja. Kalau masih memerlukan itu
berarti agama belum sempurna karena tidak bisa menyelsaikan masalah manusia. Sedangkan
Agama ini sudah sempurna Allah berikan kepada manusia sebagai solusi untuk menyelesaikan
seluruh masalah. Siapa saja yang mencari solusi diluar solusi yang telah Allah berikan kepada
manusia maka yang akan terjadi hanyalah masalah. Selain dengan agama maka manusia hanya
menyelesaikan masalah dengan masalah, bukan masalah selesai tetapi hanya akan menambah
masalah.

Allah berfirman :

“…Pada hari ini telah aku sempurnakan untukmu agamamu dan telah Aku sempurnakan
nikmatKu kepadamu dan telah Aku relakan islam menjadi agamamu…” (5 : 3)

Semua sudah sempurna Allah berikan dari rumus dan methode untuk menyelesaikan seluruh
masalah yang di hadapi oleh manusia sampai hari kiamat, tidak ada cara lain. Selain cara Allah
dapat dipastikan akan menemukan kegagalan. Seperti kaum ad yang sukses membuat usaha atas
kesehatan dan kekuatan tetapi ingkar terhadap Agama maka mereka berakhir binasa. Kaum
Madyan yang sukses membuat usaha atas perbaikan ekonomi dan keuangan juga berakhir binasa
karena mereka ingkar terhadap Allah dan AgamaNya. Kaum Saba yang sukses membuat usaha
atas pertanian namun ingkar terhadap perintah Allah maka mereka Allah binasakan. Kaum Luth
yang sukses membuat usaha atas peningkatan qualitas seksualitas untuk mencapai kebahagiaan,
merekapun Allah binasakan. Kaum Tsamud yang sukses membuat usaha atas teknologi arsitektur
juga Allah telah hancurkan. Firaun dan Namrud yang sukses membuat usaha atas kekuasaan,
sangking berkuasa sampai mengaku sebagai tuhan, juga Allah hancurkan. Qorun yang sukses
membuat usaha atas peningkatan harta dan kebendaan juga Allah telah hancurkan. PM Hamman
Laknatullah Alaih yang sukses membuat usaha atas karir politik juga telah Allah hancurkan
karena ingkar terhadap perintah Allah. Abrahah yang sukses membuat usaha atas kekuatan
militer juga telah Allah hancurkan. Hanya dengan cara Nabi dan para sahabat saja keadaan akan
terperbaiki selain itu akan berakibatkan kebinasaan. Hanya dengan amal-amal agama saja
keadaan terperbaiki, bahkan akan Allah buat ummat islam berkuasa kembali. Lalu Allah akan
menukar keadaan mereka yang susah dan penuh dengan masalah dan penderitaan menjadi
keadaan yang aman dan sentosa. Dan ini adalah janji Allah yang mutlak kepastiannya. Caranya
mendapatkannya bagaimana ? yaitu dengan menghidupkan amal-amal agama didalam kehidupan
ummat saat ini.

Allah berfirman :

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang beriman diantara kamu dan yang mengerjakan
amal-amal sholeh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi,
sebagaimana mereka telah menjadikan orang-orang sebelum kamu berkuasa, dan sungguh dia
akan menguhkan bagi mereka Agama yang telah di RidhoiNya untuk mereka, dan Dia benar-
benar akan menukar keadaan mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman
sentausa… ” ( 24 : 55 )

Apa yang perlu kita fikirkan dan kita risaukan saat ini. Bagaimana umat yang 6 milyar, tetapi
hanya 1.5 milyar yang muslim. Dari 1.5 milyar berapa banyak yang sudah melakukan sholat.
Lalu berapa banyak orang yang mati tiap hari tanpa mengucapkan La Illaha Illallah. Tiap hari
kurang lebih 200.000 orang mati tanpa mengucapkan La Illaha Illallah, ini siapa yang
bertanggung jawab. Kita ini Allah kasih islam bukannya gratis tetapi datang dengan tanggung
jawab untuk menyampaikan agama kepada yang belum tau. Akherat adalah tempat untuk saling
menagih Hak, nanti asbab orang tidak dakwah ini maka ini bisa menjadi asbab orang tersebut
masuk kedalam Neraka. Anaknya, Saudaranya, tetangganya, temannya dan umat akan menagih
haknya kenapa tidak disampaikan atau diajak dalam berbuat kebaikan ketika di dunia, kenapa
mereka tidak diperingatkan. Asbab ini Allah bisa kirim kita ke Neraka. Tetapi ada orang yang
dosanya sejauh mata memandang, tetapi Allah tunjukan suatu buku amalan yang penuh dengan
amal Ibadah orang lain asbab dia mengajak satu orang lain untuk tobat dan orang ini mengajak
yang lainnya dalam amal dan ibadah. Sehingga Allah duplikatkan amal ibadah mereka kepada
orang pertama yang mengajak mereka.

Jika tidak ada risau dan fikir maka agama tidak bisa bergerak atau berkembang. Kalau Kerja
Agama tidak jalan maka kerusakan akan timbul dimana-mana. Tanpa agama manusia ini akan
rusak dan merusaki, jauh lebih jahat dari binatang sebagaimana kaum jahiliyah terdahulu yang
menjadikan ibu hamil sebagai ladang judi. Ibu hamil ini di belah perutnya hidup-hidup lalu
diambil anaknya untuk sebagai bahan perjudian. Jadi tanpa Dakwah atas yang Haq maka
Dakwah terhadap yang Bathil akan tegak dan merajalela. Seperti Iklan yang ada di TV
menawarkan baju-baju ketat yang tidak pantas bagi wanita dikenakan. Dulu di Indonesia tahun
1970-an jika ada orang pakai rok mini atau baju ketat yang terlihat auratnya maka orang ini akan
dibilang tidak punya moral. Tetapi kini orang yang berpakaian demikian akan dibilang maju dan
modern. Hari ini karena tidak ada usaha atas agama, perempuan bangga memperlihatkan aurat
mereka, sehingga laki-laki mudah tergoda untuk bermaksiat. Maksiat dimana-mana, perjudian,
perzinahan, dan minum-minuman keras dimana-mana sudah menjadi hal biasa. Saat ini dalam
diri ummat sudah ada rasa kebanggaan ketika melanggar perintah Allah, inilah yang namanya
Dzoluman Jahula, yaitu Kebodohan yang Paling Jahil. Sahabat dibilang jahil karena belum
mengenal agama, sedangkan kita lebih super jahil dari mereka karena kita sudah tahu
perintahnya tetapi masih dilanggar. Ini karena tidak ada Kerja Agama atau Dakwah.

Berdasarkan perkiraan, dulu tahun 1980-an jika orang ditanya berapa persen penduduk Indonesia
jawabnya 90% penduduk Indonsia adalah orang Islam ( 90% dari 200Jt = 180Jt). Tetapi kini
tahun 2003 karena tidak ada kerja Dakwah, umat Islam tinggal 85 % menurut pendataan
penduduk. Ini siapa yang salah, butuh berapa lama lagi untuk umat Islam di Indonesia pindah
agama jika dalam 20 tahun terjadi penurunan 5% dari jumlah total umat Islam. 5% dari 200 juta
orang berarti 10 juta orang pindah agama dalam kurun waktu kurang lebih 20 tahun. Ini berarti
satu juta orang tiap 2 tahun lari dari agama Islam. Ini perlu jadi fikir kita jika tidak maka nanti
tanpa kita sadari cucu-cucu kita telah tidak kenal Allah lagi. Salah siapa, ini salah kita karena
kurang sungguh-sungguh dalam kerja agama. Hanya dengan Dakwah, yang bathil akan hilang
dan yang Haq akan tegak. Namun hanya Dakwah yang dicontohkan oleh Nabi SAW yang akan
effective dalam menumpas kebathilan. Perancis tidak ada dakwah, maka gereja mereka dijadikan
Night Club. Dan inipun bisa terjadi pada kita di indonesia yang mayoritas islam jika kita tidak
mau mengerjakan Kerja Dakwah dan Tabligh ini. Di Perancis tahun 1960-an Mesjid hanya satu
namun asbab ada kerja dakwah dari orang-orang India yang mengirimkan rombongan jemaah
tabligh kesana, sekarang di Paris saja terdapat 700 mesjid, dan diseluruh Perancis terdapat 2000
mesjid. Dulu Nabi SAW asbab kerja bermulai dari 5 orang sahabat dengan sungguh-sungguh
berapa banyak umat Islam kini termasuk kita yaitu tidak kurang 1.5 milyar orang telah masuk
kedalam Islam. Jika ada Fikir dan Risau yang sungguh-sungguh maka Agama akan wujud dalam
diri kita dan dalam diri umat.
Nikmat yang paling tinggi bagi umat ini adalah diwarisinya umat ini atas kerja nubuwah atau
kerjanya para Nabi. Nabi tidak diwariskan harta dan takhta, tetapi Nabi dan umat ini diwarisi
kerja Nubuwat oleh Allah Ta’ala. Asbab kerja ini umat ini diangkat derajatnya oleh Allah
sebagai “Choiru Ummah : Umat Terbaik”, dan telah diberitakan dalam kitab-kitab terdahulu
yang membuat nabi-nabi iri terhadap umat ini. Penting kita jadikan Kerja Nubuwat ini menjadi
kerja kita, karena ini adalah identitas kita sebagai Umat Nabi SAW dan Amanah dari Allah
Ta’ala. Dan semua nikmat di dunia ini akan dihisab oleh Allah Ta’ala termasuk Nikmat terbesar
umat ini yaitu kerja Dakwah. Sahabat karena telah menjadikan Kerja, Fikir, dan Maksud Nabi
menjadi Kerja, Fikir, dan Maksud hidup mereka, maka kemuliaanpun dan kejayaan Allah
datangkan di bawah kaki mereka. Bilal RA sebelumnya menjadi budak lalu meninggal sebagai
Gubernur di Yamman. Jaman Umar RA, Romawi dan Persia beserta kemewahannya takluk
dibawah kaki Umar RA.

Allah berfirman :

Artinya : Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjuang di jalan Allah dengan harta dan
diri mereka adalah lebih tinggi derajat mereka di sisi Allah, dan mereka itulah yang mendapatkan
kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari padaNya,
keridhoanNya, dan Surga, mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang kekal. ( 9 : 20-21 )

Sahabat telah korbankan segala-galanya, anak, istri, harta, dan diri mereka agar kita dapat
selamat dari adzab Allah, tetapi lihat kini apa yang kita lakukan, hanya duduk saja sibuk dengan
urusan kita masing2x, tidak ada waktu sama sekali buat agama. Apa yang akan kita katakan nanti
kepada mereka jika bertemu dengan para Sahabat. Bagaimana Jika sahabat tidak buat kerja
Agama. Apa yang terjadi jika kita tidak memeluk Islam pada hari ini, ketika Mati Allah buang
kita ke neraka selama-lamanya. Bagaimana perasaan orang yang dilempar Allah ke dalam
Neraka selama-lamanya karena kita belum sempat menyampaikan perkara ini kepada mereka.

Nabi SAW menangisi kita tiap hari dan selalu mendo’akan kita hingga kakinya bengkak bengkak
dan matanya menjadi sembab karena kebanyakan menangis. Ketika hidupnya, Nabi SAW sudah
mengatakan kita sebagai kekasih dan mereka yang lebih beruntung dari Sahabat, yang Imannya
paling afdhol, karena mereka tidak pernah melihat Aku dan mukjizatku kata nabi, tetapi mereka
beriman kepadaku. Kitalah yang dirindukan dan dirisaukan oleh Nabi SAW siang dan malam
dalam do’anya. Sebelum beliau wafat menjelang sakratul maut yang di ingatnya adalah umatnya,
Nabi SAW bekata kepada Jibril jika ini sakit yang dirasakan umatku maka timpakanlah seluruh
sakit umatku sampai hari kiamat kepadaku saja. Inilah fikir dan risau Nabi. Sebelum Nabi SAW
wafat kata-kata terakhir yang keluar dari mulut Nabi SAW adalah “ummati…ummati : umatku,
umatku”. Ketika dibangkitkan yang diingat Nabi SAW pertama kali adalah umatnya, bukan
istrinya, keluarganya, sahabatnya tetapi umatnya. Ketika umat Nabi SAW berjatuhan di shirath
seperti hujan, Nabi SAW menunggu di ujung shirath sambil bersujud kepada Allah berdo’a :
Selamatkan umatku, selamatkan umatku ya Allah. Inilah fikir dan risau Nabi terhadap kita. Jika
kita duduk-duduk saja nanti ketemu nabi apa yang akan kita katakan kepadanya.

Allah telah mudahkan agama ini untuk kita, beda dengan sahabat yang harus menjalankan agama
dengan sempurna 100%. Inilah standard sahabat dalam menjalankan agama, kurang sedikit maka
Allah akan turunkan adzab dan dapat menjadi asbab tercampaknya mereka kedalam neraka.
Tetapi kalau kita dalam sebuah mahfum hadits cukup dengan 10% saja sudah bisa menjadi asbab
kita selamat dari adzab Allah Ta’ala. Tetapi cara dan modelnya harus sama dengan sahabat. 10%
dari 1 tahun adalah 40 hari, 10 persen dari 1 bulan adalah 3 hari. 10% dari 24 jam adalah 2.5 jam,
dan ini yang harus kita jaga minimal. Yang penting adalah keistiqomahan kita untuk menjaga
10% waktu kita buat agama Allah. Sehingga Fikir Nabi dan Risau Nabi masuk kedalam diri kita.

Posted in BayanTinggalkan komentar

Wasiat 7 – Tidak Meminta-minta


Posted on 24/06/2015

Wasiat 7 – Tidak Meminta-minta. Meminta-minta adalah sikap yang sama sekali tidak diajarkan
oleh Rasulullah Saw.. Demikian juga para nabi dan rasul sebelum beliau, tidak ada yang
mengajarkan untuk meminta-minta kepada manusia. Para utusan Allah Swt. justru memberikan
keteladanan berupa kemandirian.

Sejak belia, nabi Muhammad Saw. sudah bekerja sebagai penggembala. Saat beranjak dewasa,
beliau bekerja sebagai pedagang. Bagaimana dengan nabi-nabi sebelumnya? Nabi Nuh AS.
adalah seorang tukang kayu, nabi Musa AS. adalah penggembala, dan nabi Daud AS. adalah
seorang pandai besi. Ini adalah sebagian keteladanan yang dicontohkan oleh para utusan Allah
Swt. dimana mereka mengajarkan kepada kita untuk tidak hidup dari meminta-minta kepada
manusia.

Dalam salah satu haditsnya, Rasulullah Saw. bersabda,

“Sungguh, seseorang dari kalian mengambil talinya lalu membawa seikat kayu bakar di atas
punggungnya, kemudian ia menjualnya, sehingga dengannya Allah menjaga kehormatannya. Itu
lebih baik baginya daripada ia meminta-minta kepada manusia. Mereka memberinya atau tidak
memberinya”.[HR. Bukhari]

Saudaraku yang dirahmati Allah, sesungguhnya meminta-minta itu bukanlah perbuatan yang
diajarkan dalam Islam. Bahkan, hukum asalnya pun adalah haram. Meminta-minta hanya
dibolehkan untuk keperluan yang berkenaan dengan kepentingan umum umat Islam, seperti
untuk pembangunan sarana peribadatan, pendidikan, bantuan untuk fakir-miskin dan anak-anak
yatim.

Namun, untuk kepentingan seperti tersebut di atas pun, tetap harus diperhatikan cara
melakukannya. Yaitu, dengan cara mendatangi orang-orang yang memiliki kelebihan harta
kekayaan kemudian membicarakan keperluan-keperluan itu dengan baik. Atau dengan
mengumumkan keperluan-keperluan itu di masjid, atau cara lain yang sesuai dengan apa yang
dicontohkan oleh Rasulullah Saw. dan para sahabatnya. Fenomena meminta-minta yang
seringkali kita temukan saat ini di mana banyak sekali bagian dari umat ini yang meminta-minta
di jalanan, itu bukanlah hal yang patut dilakukan. Karena, selain tidak dicontohkan oleh
Rasulullah Saw., tata cara seperti itu juga bisa menimbulkan citra yang kurang baik bagi Islam
dan kaum muslimin.
Namun, apakah umat Islam dilarang secara total dari perbuatan meminta-minta atau adakah
golongan yang dikecualikan? Salah seorang sahabat Rasulullah Saw. yaitu Qabishah bin
Mukhariq al Hilali RA. meriwayatkan bahwasanya Rasulullah Saw. pernah berkata kepadanya,

“Wahai, Qabishah! Sesungguhnya meminta-minta tidak dihalalkan kecuali bagi salah seorang
dari tiga macam: (1) seseorang yang menanggung hutang orang lain, ia boleh meminta-minta
sampai ia melunasinya, kemudian ia berhenti (tidak meminta-minta lagi), (2) seseorang yang
ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan
sandaran hidup, dan (3) orang yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga ada tiga orang yang
berakal dari kaumnya mengatakan “Si Fulan telah ditimpa kesengsaraan,” ia boleh meminta-
minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup. Meminta-minta selain tiga hal itu, wahai
Qabishah, adalah haram, dan orang yang memakannya adalah memakan yang haram”.[HR.
Muslim]

Betapa tidak terhormatnya sikap meminta-minta ini hingga Rasulullah Saw. bersabda,

“Seseorang senantiasa minta-minta kepada orang lain hingga ia akan datang pada hari Kiamat
dengan tidak ada sekerat daging pun di wajahnya”.[HR. Bukhari]

Dalam hadits ini Rasulullah Saw. bermaksud untuk menegaskan betapa buruknya perilaku
kebiasaan meminta-minta kepada manusia. Dengan hadits tersebut di atas, Rasulullah Saw.
menyampaikan bahwa di akhirat kelak, wajah orang-orang yang terbiasa meminta-minta kepada
manusia selama hidup di dunia, tidak akan terdapat daging pada wajahnya, yang nampak
hanyalah bagian tengkoraknya saja.

Kondisi ini adalah hukuman bagi orang-orang yang enggan melepaskan diri dari kebiasan untuk
meminta-minta tanpa sedikitpun ada rasa malu di dalam dirinya.

Islam mensyariatkan kepada para pemeluknya dari sikap mental peminta-minta. Maksud sikap
meminta-minta ini adalah ketika seseorang terbiasa hidup dari meminta-minta kepada orang lain,
baik uang ataupun hal-hal lainnya, meski sebenarnya hal-hal yang dia pinta itu bukanlah sesuatu
yang ia butuhkan secara mendesak.

Di dalam Al Quran Allah Swt. berfirman:

“(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak
dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang Kaya Karena
memelihara diri dari minta-minta. kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka
tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan, apa saja harta yang baik yang kamu
nafkahkan (di jalan Allah), Maka Sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.” (QS. Al Baqarah [2]:
273).

Tentang ayat ini, Ibnu Katsir menerangkan bahwa di dalam ayat ini Allah Swt. berkehendak agar
umat-Nya tidak memelas dalam meminta-minta kepada manusia dan juga supaya mereka tidak
meminta dengan memaksa kepada manusia, meminta sesuatu yang sebenarnya tidak mereka
butuhkan. Karena, orang yang meminta-minta padahal sebenarnya dia memiliki sesuatu yang
bisa mencegahnya dari meminta-minta, maka sungguh orang itu termasuk yang meminta-minta
kepada manusia secara paksa.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah RA., Rasululah Saw. bersabda, “Barangsiapa
yang meminta-minta harta orang lain untuk dikumpulkannya maka sungguh dia telah meminta
barak api jahannam, maka hendaklah dia mempersedikitkannya atau memperbanyakannya”.
[HR. Muslim]

Untuk memperkuat penjelasan tentang jeleknya sikap meminta-minta, mari kita simak ulasan
Abu Hamid Al Ghazali.Ia memaparkan, “Pada dasarnya meminta-minta itu adalah haram, namun
dibolehkan karena adanya tuntutan atau kebutuhan yang mendesak yang mengarah kepada
tuntutan, sebab meminta-minta berarti mengeluh terhadap Allah, dan di dalamnya terkandung
makna remehnya nikmat yang dikaruniakan oleh Allah kepada hamabaNya dan itulah keluhan
yang sebenarnya. Pada meminta-minta terkandung makna bahwa peminta-minta menghinakan
dirinya kepada selain Allah Ta’ala dan biasanya dia tidak akan terlepas dari hinaan orang yang
dipinta-pinta, dan terkadang dia diberikan oleh orang lain karena faktor malu atau riya, dan ini
adalah haram bagi orang yang mengambilnya”.

Dari Samuroh bin Jundub RA. bahwa Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya meminta-minta itu
sama seperti seseorang menggores wajahnya sendiri kecuali jika dia meminta kepada penguasa
atau meminta karena darurat”. [HR. At Tirmidzi]

Di dalam kehidupan kita saat ini, kita menemukan bahwa meminta-minta tidak lagi hanya
didasarkan karena keterpaksaan belaka. Ada orang-orang yang menjadikan cara meminta-minta
kepada manusia sebagai cara mereka memperoleh penghidupan. Mereka meminta-minta dalam
keadaan yang tidak terpaksa karena sebenarnya mereka tidak sedang benar-benar membutuhkan
apa yang mereka pinta. Bahkan, ada juga yang menjadi peminta-minta padahal kehidupannya
tidak terkategori sebagai orang yang kekurangan.

Dalam salah satu haditsnya, Nabi Muhammad Saw. telah menjelaskan standar kaya yang
mengharamkan seseorang untuk meminta-minta.

Hadits ini diriwayatkan oleh Sahl bin Hanzhalah, bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda,
“Barangiapa yang meminta-minta padahal dia memiliki apa yang membuatnya berkecukupan
maka sesungguhnya dia memperbanyak meminta neraka jahannam. Para sahabat bertanya,
“Apakah ukuran yang menjadikan seseorang dikatakan berkecukupan?” Rasulullah Saw.
menjawab, “Apa yang bisa membuat dia makan dan menyambung hidupnya”.

Sahabatku yang mulia, sesungguhnya panutan kita, Muhammad Saw. sangat menghargai dan
menyukai pekerjaan seseorang meskipun hanya menghasilkan upah yang sedikit, ketimbang
orang yang hanya menengadahkan tangannya kepada orang lain. Meskipun pekerjaan seseorang
itu hanya pedagang asongan, buruh bangunan, atau pekerjaan-pekerjaan lainnya yang menurut
sebahagian pandangan masyarakat kita dinilai sebagai pekerjaan yang remeh, itu adalah sebuah
kebaikan yang teramat besar dibandingkan orang yang hanya mengandalkan hidupnya dari
meminta-minta kepada orang lain.
Dalam sebuah keterangan dari Zubair bin Awwam RA. Disebutkan bahwasanya Rasulullah Saw.
bersabda, “Seandainya salah seorang dari kalian mencari kayu bakar dan memanggulnya di atas
punggungnya, sehingga dengannya ia dapat bersedekah dan mencukupi kebutuhannya (sehingga
tidak meminta kepada) orang lain, itu lebih baik daripada ia meminta-minta kepada orang lain,
baik ia memberinya atau menolak permintaannya. Karena tangan yang di atas itu lebih utama
dibanding tangan yang di bawah. Dan mulailah (nafkahmu dengan) orang-orang yang menjadi
tanggung jawabmu.” [HR. Muttafaqun ‘alaih]

Saudara-saudaraku yang dicintai Allah, demikianlah ketujuh wasiat yang disampaikan oleh suri
teladan kita Muhammad Saw. kepada sahabatnya yaitu Abu Dzar Al Ghifari RA.. Meskipun
wasiat atau nasehat ini ditujukan kepada Abu Dzar RA., akan tetapi yang dimaksud oleh
Rasulullah Saw. adalah seluruh umatnya hingga masa kini dan masa nanti. Termasuk kita,
termasuk anda, termasuk saya.

Segala yang diwasiatkan Rasulullah Saw. tiada lain dan tiada bukan adalah sebagai pedoman
bagi kita untuk bisa meraih kebahagiaan hidup baik di dunia dan di akhirat. Tak ada satupun
wasiat yang beliau sampaikan dengan tanpa tujuan apalagi dengan kesia-siaan. Semoga kita bisa
mengamalkan ke-tujuh wasiat Rasulullah Saw. ini sehingga kita menjadi bagian dari golongan
orang-orang yang oleh Allah Swt. diberi kebahagiaan dunia dan akhirat. Amin.

Posted in BayanTagged tidak meminta mintaTinggalkan komentar

Wasiat 6 – Tidak Takut Celaan Ketika Berdakwah di


Jalan Allah
Posted on 24/06/2015

Wasiat 6 – Tidak Takut Celaan Ketika Berdakwah di Jalan Allah. Saudaraku yang dimuliakan
Allah, tentu kita masih tahu bagaimana tantangan dan rintangan yang menimpa Muhammad Saw.
ketika beliau melakukan dakwahnya. Rintangan dakwah seperti tidak hanya dihadapi oleh
Rasulullah Saw., melainkan juga oleh para nabi dan rasul sebelum beliau.

Sejatinya, dakwah memang selalu menemui rintangan dan tantangan, bagaimanapun bentuknya,
dari mulai cibiran, gunjingan, hinaan, celaan hingga rintangan-rintangan yang bersifat fisik.
Rintangan dan tantangan itu terutama datang dari mereka yang tidak berkenan melihat
dakwahIslam berlangsung dengan baik dan lancar.

Meski begitu, Rasulullah Saw. mengajarkan kepada kita untuk tetap bersikap berani menghadapi
berbagai rintangan dan tantangan dakwah. Keberanian ini beliai contohkan dengan sikap tidak
pantang mundur dalam melakukan dakwahnya yang beliau jalani dengan dakwah secara rahasia
kemudian dilanjutkan dengan dakwah secara terbuka.

Di dalam Al Qur`ân, Allah Swt. menyinggung tentang orang-orang yang menyampaikan risalah
Allah tanpa ada rasa takut di dalam dirinya. Allah Swt. berfirman:
“(Yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan
tidak merasa takut kepada siapa pun selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pembuat
perhitungan”. (QS. Al Ahzaab [33]: 39].

Allah Swt. juga menyampaikan bahwa orang-orang yang tidak takut dicela hanya karena
mengutarakan suatu kebenaran dari ajaran-Nya, merupakan orang yang dicintai oleh-Nya. Allah
Swt. berfirman,

“Wahai orang-orang yang beriman! Barangsiapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari
agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka
pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi
bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut
kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa
yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui.” [QS. Al
Mâidah [5]: 54].

Apabila celaan-celaan menyerang kita karena aktifitas dakwah yang kita lakukan, maka Allah
Swt. sudah secara lugas memberikan petunjuk-Nya supaya kita bisa menghadapi situasi seperti
ini. Allah Swt. berfirman,

“Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabb-mu Dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.” (QS. An Nahl [16]: 125).

Posted in BayanTagged Dakwah, dijalan allahTinggalkan komentar

Wasiat 5 – Berani Berkata Benar Meskipun Pahit


Posted on 24/06/2015

Wasiat 5 – Berani Berkata Benar Meskipun Pahit. Saudaraku yang dirahmati Allah, seringkali
manusia, bahkan mungkin termasuk kita sendiri, bertemu dengan situasi di mana sulit sekali
untuk menyatakan bahwa ini adalah suatu kebenaran dan ini adalah suatu kesalahan. Latar
belakangnya bisa macam-macam. Bisa karena ada rasa sungkan, atau rasa segan karena yang
sedang kita hadapi adalah orang yang kita hormati atau jabatan atau kedudukannya berada di atas
kita.

Padahal semestinya, sepahit apapun kebenaran, ia tetap haruslah diungkap baik ditujukan kepada
diri sediri maupun orang lain.

Sesungguhnya jihad yang paling utama ialah mengatakan kalimat yang haq (kebenaran) kepada
penguasa. Banyak sekali terjadi di sekitar kita, di mana seseorang, bahkan sekali lagi mungkin
termasuk diri kita sendiri, yang tiba-tiba seolah bisu ketika harus menyatakan kebenaran kepada
atasan atau pemimpin kita. Padahal Rasulullah Saw. di dalam salah satu haditsnya bersabda,
“Jihad yang paling utama ialah mengatakan kalimat yang haq (kebenaran) kepada penguasa yang
zhalim”. [HR. Ahmad].

Lantas, bagaimanakah cara menyampaikan suatu kebenaran kepada atasan, pemimpin atau
penguasa? Caranya adalah dengan mengunjungi mereka dan memberi nasehat kepada mereka
dengan cara yang baik. Jika cara ini tidak bisa dilakukan, maka dapat dilakukan dengan menulis
surat atau melalui orang yang menjadi wakil mereka. Bila cara ini bisa dilakukan, maka tidak
perlu menyampaikannya dengan mengadakan orasi, provokasi dan demonstrasi. Apalagi,
penyampaian masukan secara persuasif biasanya jauh lebih efektif dibandingkan
menyampaikannya dengan cara berteriak-teriak di jalanan.

Islam adalah agama yang paripurna, mencakup segala aspek kehidupan manusia. Islam
memberikan petunjuk tentang bagaimana aturan dalam setiap sendi-sendi kehidupan kita.
Termasuk di dalamnya petunjuk tentang bagaimana cara menyampaikan nasehat kepada seorang
pemimpin, atasan atau penguasa.

Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa yang ingin menasihati penguasa, janganlah ia


menampakkan dengan terang-terangan. Hendaklah ia pegang tangannya lalu menyendiri
dengannya. Kalau penguasa itu mau mendengar nasihat itu, maka itu yang terbaik. Dan bila si
penguasa itu enggan (tidak mau menerima), maka sungguh ia telah melaksanakan kewajiban
amanah yang dibebankan kepadanya” [HR. Ahmad].

Posted in BayanTagged berani berkata benarTinggalkan komentar

Wasiat 4 – Memperbanyak Ucapan Laa Haula Walaa


Quwwata Illa Billah.
Posted on 24/06/2015

Wasiat 4 – Memperbanyak Ucapan La Haula Walaa Quwwata Illa Billah. Saudaraku yang
berbahagia, mengapakah dalam wasiat Rasulullah Saw. kepada Abu Dzar RA. ini beliau
menyebutkan kalimat Lâ haulâ wa lâ quwwata illâ billâh?

Hal ini tiada lain adalah untuk mengingatkan kita bahwasanya sudah semestinya kita meyakini
bahwa apa yang kita lakukan semata-mata terjadi adalah karena kehendak Allah Swt.. Tiada hal
apapun juga, besar ataupun kecil, yang terjadi di alam raya ini tanpa kehendak-Nya. Sehingga
sungguh tiadalah pantas bagi siapapun untuk merasa sombong dan tinggi hati atas apa yang telah
dilakukannya.

Kalimat ini juga untuk meneguhkan kepada kita semua bahwasanya hanya Allah-lah satu-
satunya Dzat yang Maha Kuasa memberikan pertolongan kepada seluruh makhluk-Nya. Inilah
makna kalimat yang kita ucapan setiap kali melakukan shalat,

“Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan”. [QS.
Al Fâtihah [1]: 5].
Tanpa kehendak dan pertolongan Allah Swt. tentulah kita tidak akan pernah bisa mencapai
segala apa yang kita rencanakan dan kita upayakan. Bahkan, suatu upaya yang kita lakukan pun
sesungguhnya terjadi berkat pertolongan-Nya.

Seorang penuntut ilmu tidak akan bisa mencapai dan duduk di suatu masjlis keilmuan jika tidak
ada pertolongan Allah Swt. yang menyampaikannya ke tempat itu. Demikian pula dengan
seorang guru atau pendidik, ia tidak akan bisa memainkan perannya secara baik jika tanpa
adanya pertolongan dari Allah Swt..

Oleh karena itu, apapun peran dan pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manusia, tidak
selayaknya ia merasa sombong. Tidak seharusnya ia merasa bahwa apa yang berhasil diraihnya
semata-mata adalah murni hasil kerja keras dan jerih payahnya. Sesungguhnya selalu ada Allah
Swt. di balik setiap peristiwa yang terjadi pada diri manusia.

Artinya, ketika seseorang mengucapkan kalimat, “La Haula Walaa Quwwata Illa Billah (tidak
ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah),” dengan sepenuh hati, maka
sesungguhnya ia telah mengakui ketidakberdayaan dan kelemahan dirinya di hadapan Allah
Swt.. Selain itu, ia juga menunjukkan bahwa sesungguhnya dirinya adalah benar-benar
senantiasa membutuhkan pertolongan dari Allah Swt..

Posted in BayanTagged Laa Haula Walaa Quwwata Illa BillahTinggalkan komentar

Wasiat 3 – Menyambung Tali Silahturahim


Posted on 24/06/2015

Wasiat 3 – Menyambung Tali Silahturahim. Silaturahim adalah ibadah yang teramat agung,
mulia lagi mudah dan memberikan banyak berkah bagi yang melakukannya. Kita hendaknya
tidak melalaikan ibadah yang satu ini. Apalagi kita merupakan makhluk yang senantiasa tidak
bisa luput dari keterikatan dengan manusia lainnya.

Di dalam Al Quran, Allah Swt. berfirman, “Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An Nisaa’ [4]: 1).

Selain itu, Rasulullah Saw. bersabda di dalam salah satu haditsnya, “Wahai sekalian manusia,
tebarkanlah salam, memberi orang makan , sambungkanlah silaturahim, solatlah ketika manusia
sedang tidur, niscaya kamu akan masuk surga dengan selamat.” [HR. At Tirmidzi].

Saudaraku, silaturahim merupakan fitrah manusia. Karena silaturahim dapat menyempurnakan


kebutuhan manusia akan interaksi sosial di antara sesama mereka. Bahkan, sebagaimana hadits
di atas, silaturahim itu memiliki banyak sekali manfaat bagi orang yang melakukannya, salah
satunya dapat mengantarkan orang yang melakukannya menuju surga dengan selamat.

Terlebih lagi kita hidup di tengah zaman yang sudah sedemikian canggih dan maju. Berbagai
moda transportasi sudah ditemukan dan semakin dikembangkan. Demikian halnya dengan alat-
alat komunikasi yang kian hari kian canggih saja. Berbagai moda transportasi dan alat-alat
komunikasi sebenarnya bisa semakin memberi kemudahan untuk kita menjalin silaturahim
dengan teman, sahabat, saudara dan karib kerabat tanpa terhalang jarak dan waktu.

Perkembangan teknologi transportasi dan komunikasi ini benar-benar sudah membantah


kesulitan kita untuk menyambung jalinan tali silaturahim. Sudah semestinya, kita justru semakin
giat menjalin dan memperkuat silaturahim kita dengan saudara-saudara kita. Apalagi Allah Swt.
menjanjikan ganjaran kebaikan yang besar bagi kita yang melakukannya.

Lebih jauh, Allah Swt. memperingatkan orang yang memutuskan silaturahim dan mengancam
orang seperti ini dengan laknat dan adzab-Nya. Tentang peringatan dan ancaman ini Allah Swt.
berfirman,

“Maka, apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan
memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan
ditulikan-Nya telinga mereka, dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.” (QS. Muhammad [47]:
22-23).

Sahabatku yang dimuliakan Allah, masih tentang manfaat dari silaturahim, Rasulullah Saw.
bersabda,

“Barangsiapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan
umurnya), maka hendaklah ia menyambung (tali) silaturahim.” [HR. Bukhari].

Barangkali kita sempat bertanya-tanya, bagaimana mungkin ajal bisa diakhirkan, atau bagaimana
mungkin umur seseorang bisa ditambahkan. Bukankah ajal telah ditetapkan dan tidak dapat
bertambah dan berkurang sebagaimana firman-Nya,

“Maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun
dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS. Al A’raf [7]: 34).

Para ulama memberikan penjelasan tentang masalah ini. Di antaranya,

Pertama. Yang dimaksud dengan tambahan di sini, yaitu tambahan berkah dalam umur.
Kemudahan melakukan ketaatan dan menyibukkan diri dengan hal yang bermanfaat baginya di
akhirat, serta terjaga dari kesia-siaan.

Kedua. Berkaitan dengan ilmu yang ada pada malaikat yang terdapat di Lauh Mahfudz dan
semisalnya. Umpama usia si fulan tertulis dalam Lauh Mahfuzh berumur 60 tahun. Akan tetapi
jika dia menyambung silaturahim, maka akan mendapatkan tambahan 40 tahun, dan Allah telah
mengetahui apa yang akan terjadi padanya (apakah ia akan menyambung silaturahim ataukah
tidak). Inilah makna firman Allah Ta’ala ,

“Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki).” (QS.
Ar Ra’d [13]: 39).
Demikian ini ditinjau dari ilmu Allah. Apa yang telah ditakdirkan, maka tidak akan ada
tambahannya. Bahkan tambahan tersebut adalah mustahil. Sedangkan ditinjau dari ilmu
makhluk, maka akan tergambar adanya perpanjangan atau penambahan usia.

Dan, yang ketiga. Maksudnya bahwa namanya akan tetap diingat dan disanjung. Sehingga
seolah-olah ia tidak pernah mati. Demikianlah yang diceritakan oleh Al Qadli, dan riwayat ini
dha’if (lemah) atau bathil. Wallahu a’lam. [Shahih Muslim dengan Syarah Nawawi, bab
Shilaturrahim Wa Tahrimu Qathi’atiha (16/114)].

Namun, di luar penjelasan tersebut di atas, Ibnu Hajar RA. memberikan tanggapannya tentang
permasalahan ini, “Berkata Ibnu Tin, ‘Secara lahiriah, hadits ini bertentangan dengan firman
Allah,

“Maka apabila telah datang ajal mereka, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat
pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS. Al A’raf [7]: 34).

Untuk mencari titik temu kedua dalil tersebut di atas, dapat ditempuh melalui dua jalan. Pertama,
tambahan umur yang dimaksud merupakan kinayah dari usia yang diberi berkah, karena
mendapat taufiq (kemudahan) menjalankan ketaatan, menyibukkan waktunya dengan hal yang
bermanfaat untuk di akhirat kelak, serta menjaga waktunya dari kesia-siaan.

Kesimpulannya, silaturahim dapat menjadi sebab mendapatkan taufiq (kemudahan) menjalankan


ketaatan dan menjaga dari kemaksiatan, sehingga nama orang yang melakukan silaturahim itu
akan tetap dikenang dengan mulia. Seolah-olah orang itu tidak pernah mati.

Kedua, tambahan itu secara hakiki atau sesungguhnya. Hal itu berkaitan dengan ilmu malaikat
yang diberi tugas mengenai umur manusia. Adapun yang ditunjukkan oleh ayat pertama di atas,
maka hal itu berkaitan dengan ilmu Allah Ta’ala . Umpamanya dikatakan kepada malaikat, umur
si fulan 100 tahun jika ia menyambung silaturahim, dan 60 tahun jika ia memutuskannya.

Dalam ilmu Allah telah diketahui bahwa fulan tersebut akan menyambung atau memutuskan
silaturahim, maka yang ada dalam ilmu Allah tidak akan maju atau mundur, sedangkan yang ada
dalam ilmu malaikat itulah yang mungkin bisa bertambah atau berkurang. Demikianlah yang
diisyaratkan oleh firman Allah Swt.,

“Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan
di sisi-Nya-lah tedapat Ummul Kitab (Lauh Mahfudz).” (QS. Ar Ra’d [13]: 39).

Berdasarkan nukilan ini, jelaslah, bahwa para ulama Rahimahumullah mempunyai tiga pendapat
dalam menafsirkan penambahan umur. Pendapat pertama, keberkahan. Pendapat kedua,
perpanjangan hakiki atau sesungguhnya. Pendapat ketiga, keharuman nama setelah
meninggalnya.

Akhirnya, hal terpenting yang wajib kita jadikan jalan keluar dari perbedaan makna
memanjangkan umur baik bermakna hakikat ataupun majazi (kiasan) ini, yaitu memperpanjang
umur tersebut dengan menggunakan dan menghabiskannya untuk mendapatkan tambahan
kebaikan. Adapun seseorang yang panjang umurnya tetapi jelek amalannya, maka ia termasuk
orang-orang yang merugi.

Keutamaan silaturahim yang lainnya, dijelaskan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam


banyak hadits. Diantaranya ialah :

Pertama. Silaturahim merupakan salah satu tanda dan kewajiban iman. Sebagaimana dijelaskan
Rasulullah Saw. dalam hadits Abu Hurairah RA., beliau bersabda,

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah bersilaturahim.” (HR.
Mutafaq ‘alaihi).

Kedua. Mendapatkan rahmat dan kebaikan dari Allah Ta’ala . Sebagaimana sabda Rasulullah
Saw., “Allah menciptakan makhluk-Nya, ketika selesai menyempurnakannya, bangkitlah rahim
dan berkata, “Ini tempat orang yang berlindung kepada Engkau dari pemutus rahim.” Allah
menjawab, “Tidakkah engkau ridha, Aku sambung orang yang menyambungmu dan memutus
orang yang memutusmu?” Dia menjawab,“Ya, wahai Rabb.” (HR. Mutafaqun ‘alaihi).

Ibnu Abi Jamrah berkata,“Kata ‘Allah menyambung’, adalah ungkapan dari besarnya karunia
kebaikan dari Allah kepadanya.”

Sedangkan Imam Nawawi menyampaikan perkataan ulama dalam uraian beliau, “Para ulama
berkata, ‘hakikat shilah adalah kasih-sayang dan rahmat. Sehingga, makna kata ‘Allah
menyambung’ adalah ungkapan dari kasih-sayang dan rahmat Allah.” [Lihat syarah beliau atas
Shahih Muslim 16/328-329].

Ketiga. Silaturahim adalah salah satu sebab penting masuk syurga dan dijauhkan dari api neraka.
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw., “Dari Abu Ayub Al Anshari, beliau berkata, seorang
berkata, ”Wahai Rasulullah, beritahulah saya satu amalan yang dapat memasukkan saya ke
dalam syurga.” Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam menjawab, “Menyembah Allah dan tidak
menyekutukanNya, menegakkan shalat, menunaikan zakat dan bersilaturahim.” [Diriwayatkan
oleh Jama’ah].

Silaturahim adalah ketaatan dan amalan yang mendekatkan seorang hamba kepada Allah Ta’ala,
serta tanda ketundukkan seorang hamba kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Dan
orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan
mereka takut kepada Rabbnya dan takut kepada hisab yang buruk.” (QS. Ar Ra’d [13]: 21).

Demikianlah sebagian keutamaan silaturahim. Setelah mengetahui berbagai macam


keutamaannya dan juga ancaman Allah Swt. terhadap orang yang memutuskan silaturahim,
sungguh tak ada alasan lagi bagi kita untuk tidak menggiatkan diri menyambungkan tali
silaturahim.

Posted in BayanTagged SilahturahimTinggalkan komentar


Wasiat 2 – Melihat Pada Orang yang Lebih Rendah Dalam
Hal Materi
Posted on 24/06/2015

Wasiat 2 – Melihat Pada Orang yang Lebih Rendah Dalam Hal Materi. Wasiat Kedua dari
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kepada Abu Dzar Al Ghifari RA. adalah Melihat Pada
Orang yang Lebih Rendah Dalam Hal Materi dan Penghidupan.

Saudaraku yang dirahmati Allah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memerintahkan kita
agar senantiasa melihat orang yang berada di bawah kita dalam masalah kehidupan dunia dan
mata pencaharian. Tujuan dari hal itu adalah supaya kita tetap mensyukuri nikmat yang telah
Allah berikan kepada kita. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di
atasmu, karena yang demikian lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang
telah diberikan kepadamu” . [HR. Bukhari].

Melalui hadits ini, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengingatkan umatnya untuk tidak
menengadahkan pandangan kepada mereka yang kehidupannya berada pada tempat lebih tinggi
dalam segi keduniawian. Orang-orang yang dimaksud ini adalah orang-orang yang hidup di
dalam gelimang harta kekayaan yang melimpah, posisi atau kedudukan atau jabatan yang tinggi,
dan lain sebagainya.

Disadari atau tidak, kita seringkali lupa untuk mengikuti perintah Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam ini. Kita seringkali melihat kepada orang-orang yang berada di atas kita. Padahal ini
merupakan salah satu jebakan syaitan yang bisa menjerumuskan kita ke dalam jurang kerugian.
Bagaimana hal itu terjadi? Yaitu ketika kita silau melihat mereka yang hidupnya menurut kita
jauh lebih enak, nyaman dan tentram, sehingga kita pun lupa untuk mensyukuri segala karunia
Allah Swt. yang sudah kita miliki.

Ketika kita tinggal di rumah kontrakan dan terpukau melihat mereka yang tinggal di rumah
sendiri yang megah nan mewah, maka ingatlah selalu bahwa di luar sana masih banyak saudara-
saudara kita yang hidup tidak lebih baik dari kita. Yaitu, mereka yang tinggal di kolong-kolong
jembatan dan di emperan pertokoan.

Atau, ketika kita melihat orang lain yang memiliki penghasilan lebih besar daripada kita
kemudian timbul rasa iri hati pada diri kita, maka ingatlah bahwa di luar sana masih begitu
banyak orang-orang yang bekerja serabutan, orang-orang tidak memiliki pekerjaan, dan orang-
orang yang tidak tahu darimana dan bagaimana ia dapat uang esok hari.

Akan tetapi lain halnya apabila kita berbicara dalam urusan agama, ketaatan, pendekatan diri
kepada Allah Swt.. Dalam urusan ini sudah seharusnya kita melihat kepada orang yang berada di
atas kita, yaitu para nabi, para sahabat, para syuhada, dan orang-orang shaleh. Mengapa? Supaya
kita termotivasi untuk meneladani kesungguhan dan kegigihan mereka dalam meningkatkan
kualitas ibadah terhadap Allah Swt.. Bahkan, sudah semestinya kita berlomba-lomba untuk
melakukannya. Allah Swt. berfirman,

“Dan untuk yang demikian itu, hendaknya orang berlomba-lomba”. (QS. Al Muthaffifîn [83]:
26).

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memerintahkan kita untuk melihat kepada orang yang
berada di bawah kita dalam masalah dunia. Hal ini dimaksudkan agar kita menjadi orang-orang
yang senantiasa bersyukur dan qana’ah. Yaitu, orang yang senantiasa merasa cukup dengan apa
yang Allah telah karuniakan kepada kita, tanpa perasaan iri dan dengki terhadap manusia.

Abu Dzar RA. adalah teladan kita dalam hal ini. Beliau mencari makan untuk hari yang sedang
dijalaninya. Adapun untuk keesokan harinya beliau akan mencarinya lagi. Beliau melakukan
yang demikian itu terus-menerus dalam kehidupannya. Mudah-mudahan Allah Swt. meridhai
beliau.

Posted in BayanTagged wasiat rasulullahTinggalkan komentar

Wasiat 1 – Mencintai Orang Miskin


Posted on 24/06/2015

Wasiat 1 – Mencintai Orang Miskin. Di dalam Al Quran Allah Swt. berfirman, “Tahukah kamu
(orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak
menganjurkan memberi makan orang miskin” (QS. Al Maa’uun [107] : 1-3).

Tentang penjelasan ayat-ayat ini, Sayyid Quthb menegaskan: “Bila keimanan seseorang benar-
benar meresap kuat dalam dada, ia tidak akan menghardik anak yatim, dan tidak akan
membiarkan orang-orang miskin kelaparan. Masalah keimanan bukanlah hanya semboyan dan
ucapan, melainkan perubahan dalam hati yang melahirkan kebaikan dalam hidup bersama
dengan manusia yang lain, terutama mereka yang sangat membutuhkan bantuan. Allah tidak
ingin keimanan hamba-Nya hanya kalimat yang diucapkan, melainkan harus diterjemahkan
dalam perbuatan nyata. Bila tidak, keimanan itu menjadi sekedar buih yang tidak bermakna dan
tidak berpengaruh apa-apa.” (Fi dzilalil Qur’an, vol.6, hal. 3985).

Wasiat yang Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tujukan kepada Abu Dzar ini hakikatnya
adalah wasiat untuk umat Islam secara umum. Dalam hadits ini, Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam berwasiat kepada Abu Dzar agar mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan
mereka. Kita sebagai umat Islam hendaknya menyadari bahwa nasihat beliau ini tertuju kepada
kita semua.

Orang-orang miskin yang dimaksud adalah mereka yang hidupnya tidak berkecukupan, tidak
punya kepandaian untuk mencukupi kebutuhannya, dan mereka tidak mau meminta-minta
kepada manusia. Pengertian ini sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. ,
“Orang miskin itu bukanlah mereka yang berkeliling meminta-minta kepada orang lain agar
diberikan sesuap dan dua suap makanan dan satu-dua butir kurma.” Para sahabat bertanya: “Ya
Rasulullah, (kalau begitu) siapa yang dimaksud orang miskin itu?” Beliau menjawab,”Mereka
ialah orang yang hidupnya tidak berkecukupan, dan dia tidak mempunyai kepandaian untuk itu,
lalu dia diberi shadaqah (zakat), dan mereka tidak mau meminta-minta sesuatu pun kepada orang
lain.”

Islam menganjurkan umatnya berlaku tawadhu` terhadap orang-orang miskin, duduk bersama
mereka, menolong mereka, serta bersabar bersama mereka.

Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkumpul bersama orang-orang miskin, datanglah
beberapa pemuka Quraisy hendak berbicara dengan beliau Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam., tetapi mereka enggan duduk bersama dengan orang-orang miskin itu, lalu mereka
menyuruh beliau agar mengusir orang-orang fakir dan miskin yang berada bersama beliau.
Maka, masuklah dalam hati beliau keinginan untuk mengusir mereka, dan ini terjadi dengan
kehendak Allah Ta’ala. Lalu turunlah ayat:

“Janganlah engkau mengusir orang yang menyeru Rabb-nya di pagi dan petang hari, mereka
mengharapkan wajah-Nya”. (QS. Al – An’âm [6] : 52).

Mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka, yaitu dengan membantu dan menolong
mereka, bukan sekedar dekat dengan mereka. Apa yang ada pada kita, kita bagi dan kita berikan
kepada mereka karena kita akan diberikan kemudahan oleh Allah Ta’ala dalam setiap urusan,
dihilangkan kesusahan pada hari Kiamat, dan memperoleh ganjaran yang besar.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa menghilangkan satu kesusahan


dunia dari seorang mukmin, Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat.
Dan barangsiapa yang memudahkan kesulitan orang yang dililit hutang, Allah akan memudahkan
atasnya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim)

Dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah RA., Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda, “Orang yang membiayai kehidupan para janda dan orang-orang miskin
bagaikan orang yang berjihad fii sabiilillaah.” –Saya (perawi) kira beliau bersabda-, “Dan
bagaikan orang yang shalat tanpa merasa bosan serta bagaikan orang yang berpuasa terus-
menerus”. [HR. Bukhari dan Muslim].

Semasa hidupnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam selalu berkumpul berdampingan dengan
orang-orang miskin. Bahkan beliau memohon kepada Allah agar dihidupkan dalam keadaan
tawadhu’, yang beliau ucapkan dengan kata “miskin”. Sebagaimana hadits sabda beliau,

“Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, matikanlah aku dalam keadaan miskin, dan
kumpulkanlah aku bersama rombongan orang-orang miskin”. [HR. Ibnu Majah].

Ini adalah doa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam agar Allah Ta’ala memberinya sifat
tawadhu` dan kerendahan hati, serta agar beliau tidak termasuk orang-orang yang sombong lagi
zhalim apalagi menjadi termasuk kalangan orang-orang kaya yang melampaui batas. Hadits ini
tidaklah bermakna bahwa beliau meminta untuk dijadikan manusia yang miskin. Sebagaimana
dijelaskan oleh Ibnu Atsir RA., bahwa kata “miskin” dalam hadits di atas bermakna tawadhu[1].
Hal ini diperkuat dengan hadits lain di mana Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memohon
perlindungan kepada Allah Swt. dari kefakiran.

Permohonan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ini bukanlah tanpa alasan. Sesungguhnya
beliau telah mengetahui bahwa terdapat perbedaan jarak waktu antara orang-orang miskin dan
orang-orang kaya dari kalangan kaum muslimin ketika memasuki surga. Dimana orang-orang
miskin akan setengah hari lebih cepat memasuki surga dibandingkan orang-orang kaya. Kadar
waktu setengah hari ini adalah lima ratus tahun. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

“Orang-orang faqir kaum Muslimin akan memasuki surga sebelum orang-orang kaya (dari
kalangan kaum Muslimin) selama setengah hari, yaitu lima ratus tahun”. [HR. At Tirmidzi dan
Ibnu Majah]

Mengapa bisa seperti ini, dan orang-orang miskin seperti apakah yang akan masuk surga dengan
lebih cepat itu? Hal ini terjadi karena orang-orang kaya akan terlebih dahulu menghadapi
perhitungan dan pertanggungjawaban tentang bagaimanakah harta kekayaan mereka itu
dipergunakan, dimanakah harta kekayaan mereka itu dibelanjakan. Apakah mereka
mempergunakannya untuk beribadah kepada Allah Swt., ataukah untuk bermaksiat terhadap-
Nya.

Adapun orang–orang miskin yang dimaksud dalam hadits di atas adalah mereka yang senantiasa
berupaya dengan segenap kemampuan untuk melakukan amal perbuatan yang merupakan bentuk
ketaatan mereka kepada Allah Swt.. Mereka adalah orang-orang miskin yang meskipun dengan
keadaan mereka yang serba kekurangan, akan tetapi kekurangan mereka itu tidak menghalangi
mereka untuk tetap berpegang kepada Sunnah dan menghindari perbuatan-perbuatan bid’ah.
Keterbatasan mereka tidak lantas membuat mereka terjerumus kepada perbuatan munkar.
Mereka tetap berkomitmen menunaikan perbuatan ma’ruf.

Dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu alaihi wasallam meminta kepada Allah Swt. agar
beliau dijadikan orang yang mencintai orang-orang miskin. Beliau bersabda,
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu agar aku dapat melakukan perbuatan-perbuatan baik,
meninggalkan perbuatan munkar, mencintai orang miskin, dan agar Engkau mengampuni dan
menyayangiku. Jika Engkau hendak menimpakan suatu fitnah (malapetaka) pada suatu kaum,
maka wafatkanlah aku dalam keadaan tidak terkena fitnah itu. Dan aku memohon kepada-Mu
rasa cinta kepada-Mu, rasa cinta kepada orang-orang yang mencintaimu, dan rasa cinta kepada
segala perbuatan yang mendekatkanku untuk mencintai-Mu”. [HR. Ahmad].

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga menginformaskan kepada kita semua bahwasanya
Allah Swt. akan melimpahkan rezeki-Nya kepada kita apabila kita memberikan pertolongan
kepada orang-orang miskin dan orang-orang yang membutuhkan uluran tangan kita. Rasulullah
Saw. bersabda,

“Kalian hanyalah mendapat pertolongan dan rezeki dengan sebab adanya orang-orang lemah dari
kalangan kalian”.[HR. Bukhari]
Bahkan dalam sabdanya yang lain, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberitahukan
bahwa betapa besar peran yang diberikan oleh orang-orang yang hidup dalam keterbatasan,
terhadap umat ini. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

“Sesungguhnya Allah menolong ummat ini dengan sebab orang-orang lemah mereka di antara
mereka, yaitu dengan doa, shalat, dan keikhlasan mereka”.[HR. An Nasai]

Sepanjang usianya, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tak pernah luput untuk berempati
kepada kaum miskin. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam teramat mencintai mereka. Maka
tak heran apabila beliau senantiasa berwasiat kepada sahabat-sahabatnya untuk senantiasa
mencintai mereka yang kekurangan secara ekonomi. Wasiat Rasulullah Saw. itu sebagaimana
yang beliau sampaikan kepada Abu Dzar RA., salah seorang sahabatnya.

Besarnya perhatian Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kepada kaum papa ini menginspirasi
Ibn Majah untuk mebuat bab khusus yang membahas keutamaan orang-orang miskin, yaitu bab
Fadlul Faqr (keutamaan kefakiran), bab Manzilatul Fuqara’ (derajat orang-orang miskin), dan
bab Mujalasatul Fuqara (bergaul dengan orang-orang miskin) di dalam kitab karyanya.

Dalam suatu riwayat dari Ibnu ‘Umar disebutkan bahwa pada suatu ketika sahabat-sahabat
Rasulullah Saw. yang miskin dari kalangan kaum muhajirin menceritakan betapa beruntungnya
sahabat-sahabat mereka yang kaya, di mana mereka memiliki kesempatan yang lebih lapang
untuk melakukan kebajikan sehingga bisa memperoleh pahala lebih banyak dibandingkan
mereka.

Mendengar hal itu, Rasulullah Saw. langsung bersabda: “Wahai orang-orang yang miskin, aku
akan memberikan kabar gembira kepada kalian, bahwa orang mukmin yang miskin akan masuk
surga lebih dahulu dari pada orang mukmin yang kaya, dengan tenggang waktu setengah hari, itu
sama dengan lima ratus tahun. Bukankah Allah berfirman: Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu
adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS. Al Hajj [22] : 47).

Lantas, bagaimanakah dengan kehidupan Rasulullah Saw. sendiri. Apakah beliau termasuk
orang-orang yang hidup di dalam kemiskinan ataukah bergelimang harta kekayaan? Rasulullah
Saw. hidup di dalam kesederhanaan dan kebersahajaan. Bahkan, isteri beliau yaitu ‘Aisyah RA.
pernah menceritakan bahwa di rumah mereka pernah tidak mengepul asap (tidak memasak)
selama satu bulan lamanya. ‘Aisyah RA. menceritakan bahwa ketika itu ia dan sang suami
tercinta hanya meminum air dan makan beberapa butir kurma.

Ada salah satu doa Rasulullah Saw. yang berbunyi, “Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan
miskin, matikanlah dalam keadaan miskin dan kumpulkanlah dengan orang-orang miskin.” [HR.
Ibnu Majah]. Maksud dari “miskin” dalam hadits ini bukanlah keadaan tidak memiliki apa-apa,
melarat, sengsara atau maksud lainnya yang dipahami sebagian orang terhadap kata “miskin”.
Miskin dalam hadits ini seperti yang dijelaskan Imam Baihaqi bahwa maksudnya adalah khusyu’
dan tawadlu.
Jadi, dalam hadits tersebut di atas, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam meminta kepada Allah
Swt. supaya beliau dijadikan sebagai orang yang senantiasa hidup di dalam keadaan yang
menjadikan diri beliau sebagai orang yang khusyu dan tawadlu.

Kepada sahabat-sahabatnya, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam selalu menceritakan bahwa


diri dan keluarganya tidak pernah mempunyai harta yang jumlahnya mencapai satu Sha’ (3751
gram) biji-bijian atau kurma. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa beliau hanya mempunyai
harta sebanyak satu Mud (938 gram) makanan[2].

Mencintai orang-orang miskin adalah bukti dari keimanan kita kepada Sang Khaliq. Apabila
ajaran mulia dari Rasulullah Saw. ini sudah benar-benar dipahami dan diamalkan oleh kita
semua, tentulah kita tidak akan menyaksikan bayi yang ditahan rumah sakit hanya karena orang
tuanya tidak bisa menebus biaya persalinan. Tentulah juga kita tidak akan menyaksikan orang-
orang miskin yang akhirnya meregang nyawa karena ditolak berobat oleh rumah sakit sebab
kendala biaya.

Mari kita perhatikan, ternyata fenomena-fenomena sosial tersebut hampir setiap hari kita
temukan baik di hadapan mata kita secara langsung, maupun informasi memalui media-media.
Semoga kita termasuk umat Rasulullah Saw. yang senantiasa meneladani beliau dalam mencintai
orang-orang miskin dan kaum lemah.

[1] An Nihâyah fî Gharîbil Hadîts (II/385), Imam Ibnul-Atsir RA..


[2] Sunan Ibnu Majah : 4147-8.

Posted in BayanTagged Mencintai Orang Miskin, orang miskinTinggalkan komentar

7 wasiat rasulullah
Posted on 24/06/2015

7 Wasiat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam

Segala puji hanya milik Allah Swt. yang telah mengirimkan utusan-Nya bernama Muhammad
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebagai suri teladan untuk seluruh umat manusia. Seorang
insan yang telah memberikan contoh berperikehidupan mulia bagi seluruh alam.

Melalui ribuan haditsnya, Muhammad Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah


mengabadikan wasiat tentang nilai-nilai kebajikan sebagai pedoman hidup bagi umatnya dan
juga bagi seluruh manusia. Salah satunya adalah wasiat yang beliau sampaikan kepada salah
seorang sahabatnya yaitu Abu Dzar Al Ghifari RA..

Dari Abu Dzar RA., ia berkata: “Kekasihku (Rasulullah) Shallallahu ‘alaihi wa sallam berwasiat
kepadaku dengan tujuh hal:

(1) supaya aku mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka,
(2) beliau memerintahkan aku agar aku melihat kepada orang yang berada di bawahku dan tidak
melihat kepada orang yang berada di atasku,

(3) beliau memerintahkan agar aku menyambung silaturahimku meskipun mereka berlaku kasar
kepadaku,

(4) aku dianjurkan agar memperbanyak ucapan lâ haulâ walâ quwwata illâ billâh (tidak ada daya
dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah),

(5) aku diperintah untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit,

(6) beliau berwasiat agar aku tidak takut celaan orang yang mencela dalam berdakwah kepada
Allah, dan

(7) beliau melarang aku agar tidak meminta-minta sesuatu pun kepada manusia”.

Hadits ini diriwayatkan oleh imam-imam ahli hadits, diantaranya adalah Imam Ahmad, Imam
Ath Thabrani, Imam Ibnu Hibban, Imam Abu Nu’aim, dan Imam Al Baihaqi.

Allahu akbar. semoga kita bisa mengamalkan dan menyampaikan …

Posted in BayanTagged wasiat rasulullah1 Komentar

Bayan Ustad Lutfi


Posted on 01/06/2015

Bayan Ust. Muhammad Luthfi Al Banjari Syuro Indonesia

Assalamu ‘alaikum. Wr. Wb. (ba’da muqadimah)

Ada dua kiat menghadirkan Nusrotullah karena tidak ada satupun yang bisa kita selesaikan tanpa
pertolongan Allah SWT. Bahkan Nabi SAW menganjurkan kepada kita untuk memperbanyak
dzikir bacaan “La Haula Wala Quwwata Illa Billah” ( tidak ada kekuatan selain kekuatan Allah).
Ini maksudnya apa ? Maksudnya adalah tidak ada satu kekuatan kita untuk melakukan ketaatan
ataupun menghindari kemaksiatan selain dari pertolongan Allah.

Lanjutkan membaca Bayan Ustad Lutfi

Posted in BayanTagged Bayan Ustad LutfiTinggalkan komentar

Bayan KH Uzairon
Posted on 27/04/2015
Bayan KH Uzairon Thoifur Abdillah Bayan Markaz Trangkil versi teks. nasehat agar amalan kita
mendapatkan nusratullah

Lanjutkan membaca Bayan KH Uzairon

Posted in BayanTagged bayan kh uzairon, bayan kh uzairon 2014, bayan kyai uzairon, bayan
kyai uzairon mp3, Ceramah KH Uzairon, kh uzairon meninggal, kh uzairon temboro, kh uzairon
thoifur abdillah1 Komentar
Bayan Maulana Tariq Jamil Pakistan Terjemah
Text Indonesia
Posted on 16/03/2015

Bayan Maulana Tariq Jamil Pakistan Terjemah Text Indonesia. Saudara-saudaraku,


sempurnakanlah ibadah kalian. Lalu, sempurnakanlah akhlak kalian.

Jika kalian berakhlak baik, maka angin Islam akan bertiup. Jadilah orang yang berguna bagi
orang lain.

Salah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah


“Ya Rasulullah, aku ingin menjadi orang yang terbaik di antara yang lain.” Rasulullah S.A.W.
bersabda “Sempurnakan akhlakmu maka kau akan menjadi yang terbaik di antara orang-orang.”

Salah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah


“Ya Rasulullah, aku ingin tetap teguh dalam imanku dan aku berharap dapat memenuhinya.”
Rasulullah S.A.W. bersabda “Sempurnakan akhlaqmu, maka imanmu akan lengkap.”

Jadi saudara-saudaraku, kita melihat banyak orang yang shalat dan puasa, banyak yang memakai
sorban dan berjenggot lebat, tapi kita jarang menemukan orang-orang yang berakhlak baik.
Orang-orang yang mau memaafkan sudah menjadi langka di dunia ini.

Ketika seorang istri marah, maka dia ngambek kepada suaminya, ketika seorang suami marah dia
pun ngambek kepada istrinya, ketika anak-anak marah, mereka berkata kasar pada orangtuanya,
ketika orangtua marah, mereka memukuli anaknya, padahal sikap itu dapat mempengaruhi sisi
psikologis si anak.

Di dekat rumahku, ada dua orang saudara kandung yang hidup berdekatan. Salah satunya
meninggal dunia, namun saudara yang satunya tidak mau menghadiri pemakamannya. Aku
berkata kepada dia dan anak laki-lakinya “Setelah dia wafat, perselisihan di antara kalian juga
berakhir, jadi kau harus menghadiri pemakamannya.”

Dia berkata “Tidak, kami belum pernah bertatap muka selagi dia masih hidup, jadi apa tujuannya
sekarang?” Aku berkata “Dia sudah wafat sekarang. Setidaknya, ingatlah susu ibumu dimana
kalian dulu sering berbagi.” Aku sudah memohon kepadanya, tapi dia tetap tidak mau
menghadirinya. Dunia ini terisi dengan orang-orang seperti itu.

Namun kelakuan kita adalah: Mengucapkan salam kepada mereka yang mengucapkan salam,
namun jika dia tidak memulai salam duluan, maka kita tidak mau mengucapkannya. Siapapun
yang tersenyum pada kita, maka kita balik membalas senyumnya, namun siapapun yang
mencibir kita, maka kita menimpuknya dengan bata. Itulah kelakuan kita.

Rasulullah S.A.W. bersabda


“Seseorang dengan akhlak yang baik melampaui seseorang yang shalat Tahajjud dan berpuasa
seumur hidupnya.” Kenapa? Karena sifat ini sangat jarang ditemui.

Intisari dari akhlak yang baik adalah menjaga lidah maka semua akhlak yang lain akan
mengikutinya. Jika kalian menjaga lidah pada saat marah atau bahagia, berbicara hanya yang
perlu, maka tidak ada seorang pun yang derajatnya lebih tinggi daripada kalian. Tak ada seorang
pun yang dapat mengejar kalian, bahkan dengan shalat Tahajjud, berpuasa, haji, dan umrah.

Ketika kalian melihat macet di jalan, kalian memilih jalan alternatif, bukankah begitu? Bahkan
GPS memberitahu kita untuk mencari jalan lain. Ketika jalannya kosong, maka kalian mengebut.
Jika jalannya kosong, kenapa kalian tidak memanfaatkannya?

Sebagai contoh:
Pada jalan shalat selalu dipadati orang. Jalan puasa, jalan haji, jalan ilmu pengetahuan juga, jalan
membaca Qur’an dan hadist juga padat. Tapi ada satu jalan yang kosong, yaitu jalan akhlak,
karena tidak mudah menjadi orang yang sabar dan mau memaafkan.

Meskipun kalian mengendarai Bajaj, masih terasa lebih cepat daripada Mercedez Benz, karena
mobil Mercedez benz terjebak macet, sementara Bajaj yang kalian kendarai tetap jalan.

Jadi demi Allah, jika kalian memperbaiki akhlak, maka tidak akan ada yang dapat mengejar
kalian.

Semoga bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai