Anda di halaman 1dari 3

1.

Luka Bakar Derajat II-III 90% karena Api pada Laki-laki 22 Tahun di Bagian Bedah
Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Moeloek Lampung. 2017.
Oleh : Stevan Wedi Kurniawan, Susianti Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
Alasan : Karena Pada pasien ini luas luka bakar sebesar 90% penatalaksanaan 24 jam
pertama untuk menghitung jumlah cairan yang masuk. dan untuk penanganan
dengan cepat dapat mengatasi terjadinya asfiksia dan syok hipovolemik. rumus
dipakai untuk menghitung kebutuhan cairan pasien luka bakar dengan cepat, sehingga
resusitasi cairan cepat terealisasi agar menghindari jawaban fatal dari luka bakar, salah
satunya adalah syok.
Rumus Baxter = Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 ml RL

2. GENERAL ANASTESI FACE MASK (GA FM) PADA PASIEN COMBUTIO GRADE II A
Oleh : I Dewa Gede Oka Darsana. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Rumah
Sakit Umum Daerah Bangli, 2019.
Alasan : Pasien ini akan melakukan operasi debridement dan dipuasakan selama 8 jam
untuk mencegah dehidrasi maka diberikan cairan yang sesuai dari perhitungan
menggunkan rumus baxter untuk menjaga dan mengembalikan perfusi jaringan tampa
menimbulkan edema.

3. The Rational of Colloid Requirements in Burn Patients : Literature Reviews


Oleh : Shiera Septrisya, Aditya Wardhana. Jakarta, Indonesia. 2012
Alasan : menggunakan rumus Parkland atau baxter dalam 24 jam pertama untuk
menyesuaikan volume cairan yang diberikan. Sesuai dengan variasi situasi pada pasien
luka bakar, penggunaan volume cairan yang berlebih cenderung terjadi untuk
meningkatkan pengeluaran urin. Pemberian cairan yang berlebihan dapat
mengakibatkan komplikasi edema. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk
optimasi titrasi dan jenis cairan yang digunakan, seperti pemakaian koloid atau larutan
garam hipertonik. Tujuannya adalah untuk menurunkan kebutuhan volume cairan

4. FLUID MANAGEMENT IN SEVERE BURNS PATIENTS


Oleh : Syafri Kamsul Arif. Department of Anesthesiology, Intensive Care and Pain
Management Faculty of Medicine Hasanuddin University, Makassar. 2009
Alasan : karena dlaam penelitian ini digunakan protokol resusitasi menggunakan
kombinasi kristaloid, koloid dan cairan hipertonik telah dikembangkan. Resusitasi cairan
isotonic kristaloid digunakan pada sebagian pusat penanganan luka bakar dan umumnya
memberikan hasil resusitasi yang adekuat. Bufer cairan kristaloid seperti ringer lactate
merupakan cairan yang paling popular untuk resusitasi sampai saat ini. Formula
resusitasi klasik yang dimodifikasi oleh broke dan parkland dikembangkan dari formula
Evans and Brooke yang menyarankan pemberian 2 ml/kg/% total tubuh yang terkena
luka bakar selama 24 jam pertama. Formula Brooke merupakan modifikasi dari formula
evans yang mengandung persentase kristaloid yang relatif lebih besar dibandingkan
koloid pada Formula Evans. Modifikasi formula Brooke murni menggunakan cairan
kristaloid.
Rumus BROOKE : dalam 24 jam pertama diberikan elektrolit : Ringer lactat1,5 ml/kgBB/
%luka bakar, koloid : 0,5 ml/kg BB/% luka bakar, glukosa dalam air 2000 ml

1. SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN TERAPI CAIRAN PADA PASIEN LUKA BAKAR

Oleh : Yulinda Risma Raras Dwi Wiyono. Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Departemen
Farmasi Klinis Surabaya, 2016.

Alasan : karena dalam penelitian ini Pada fase resusitasi, pasien dewasa dengan luas luka bakar
>15% TBSA dan pasien anak dengan luas luka bakar >10% TBSA membutuhkan cairan dengan
jumlah berdasarkan rumus Baxter,Pada fase pemeliharaan, pasien mendapatkan cairan dengan
jumlah berdasarkan kebutuhan cairan fisiologi dan IWL. Jenis cairan RL (91,67%) dan RA (50%)
banyak digunakan saat fase awal, sedangkan pada fase pemeliharaan lebih banyak digunakan
NS (58,33%), D5½NS (50%) dan RD5 (50%) untuk mendeskripsikan profil jenis, dosis, frekuensi
dan waktu penggunaan terapi cairan, serta mengkaji hubungan profil penggunaan cairan
dengan hasil terapi melalui data laboratorium dan data klinis pasien.

Rumus Baxter = Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 ml RL

2. PERBANDINGAN RESUSITASI CAIRAN MENGGUNAKAN RINGER LAKTAT DAN RINGER ASETAT


TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH DAN BASE EXCESS PADA PASIEN LUKA BAKAR DI RSUD
DR SOETOMO

Oleh : Yuanita Safitri Dianti, dr.Lobredia Zarasade, dr., Sp. BP-RE (KKF)Agus Santoso Budi, dr.,
Sp. BP-RE (K).PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS IBEDAH PLASTIK REKONSTRUKSI DAN
ESTETIKFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA /RSUD DR. SOETOMO, SURABAYA.
2016

Alasan : Dalam penelitian ini menggunakan resusitasi cairan dengan rumus baxter sesuai
dengan luas luka bakar dan berat badannya menggunakan cairan ringer laktat dan juga
menggunakan cairan ringer asetat. Formula baxter diberikan dengan cairan kristaloid dengan ½
diberikan 8 jam pertama, dan ½ diberikan 16 jam setelahnya, selanjutnya pada jam ke 18
diberikan cairan koloid (dextran). Lalu setelah resusitasi (24 jam setelah resusitasi) dengan
cairan yang diteliti, penderita dilakukan pemeriksaan asam laktat dan base excess darah.
Setelah hari ke lima, penderita dilakukan pemeriksaan asam laktat dan base excess darah.
Perlakuan 1 diberikan resusitasi dengan formula baxter menggunakan cairan ringer laktat.
Perlakuan 2 diberikan resusitasi dengan formula baxter menggunakan cairan ringer asetat.

Rumus Baxter = Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 ml RL

Luka Bakar DerajatII-III 90% karena Api pada Laki-laki 22 Tahun di


Bagian Bedah Rumah Sakit Umum DaerahAbdoel Moeloek Lampung

Oleh : Stevan Wedi Kurniawan, SusiantiFakultas Kedokteran, Universitas


Lampung.2017

Alasan:

karena Terapi yang diberikan pada pasien O2 3-4 L/menit Infus cairan Ringer
Lactat (RL) 8 jam pertama 8.000 cc selanjutnya 8.000 cc dalam
16 jam, injeksi ceftazidime 1 g/12 jam terlebih dahulu dilakukan
skin test, injeksi metronidazol 500 mg/8 jam, injeksi Gentamicin 80 mg/8 jam,
injeksi Ranitidin 50 mg/12 jam, drip ketorolak/8 jam.Sampai saat
laporan ini dibuat kondisi pasien masih dalam tahap perbaikan dan
kondisinya semakin membaik.

Anda mungkin juga menyukai