Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEBIJAKAN POLITIK, EKONOMI,


SOSIALBUDAYA DAN HANKAM

Untuk memenuhi tugas mata kuliah yang dibina oleh :

Drs. Margono, M.Pd., M.Si.

Disusun oleh :

Kelompok/Offering : 4/A

1. Amelia Hapsari 190711637263


2. Anisa Nindi S 190711637270
3. Devina Oktavia A 190711637223

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN

SEPTEMBER 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Implementasi dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai pelaksanaan atau
penerapan. Pancasila adalah pandangan hidup bangsa yang mempunyai arti setiap warga
negara dalam kehidupannya menggunakan pancasila sebagai petunjuk hidup dalam rangka
mencapai daya saing bangsa, kesejahteraan dan keadilan, baik lahir maupun batin. Pada
zaman reformasi saat ini pengimplementasian pancasila sangat dibutuhkan masyarakat,
karena didalam pancasila terkandung nilai-nilai luhur bangsa indonesia yang sesuai dengan
kepribadian bangsa indonesia.

Selain itu, kini zaman globalisasi begitu cepat menjangkiti negara-negara di seluruh
dunia termasuk Indonesia. Gelombang demokratisasi, hak asasi manusia, neo-liberalisme,
serta neo-konservatisme dan globalisme bahkan telah memasuki cara pandang dan cara
berfikir masyarakat Indonesia. Hal demikian bisa meminggirkan pancasila dan dapat
menghadirkan sistem nilai dan idealisme baru yang bertentangan dengan kepribadian bangsa.
Implementasi pancasila dalam kehidupam bermasyarakat pada hakikatmya merupakan suatu
realisasi praksis untuk mencapai tujuan bangsa. Adapun pengimplementasian tersebut di rinci
dalam berbagai macam bidang antara lain politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan dan
kemananan (POLEKSOSBUDHANKAM) serta aspek Hak Asasi Manusia (HAM)

Implementasi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat pada hakikatnya merupakan


suatu realisasi praksis untuk mencapai tujuan bangsa. Pemahaman implementasi pancasila
diharapkan akan adanya tata kehidupan yang serasi dan harmonis dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana implementasi pancasila dalam bidang politik?


2. Apakah yang dimaksud dengan implementasi pancasila dalam bidang ekonomi?
3. Bagaimana implementasi pancasila dalam bidang sosial dan budaya?
4. Apa yang dimaksud dengan implementasi pancasila dalam bidang hankam?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Implementasi Pancasila dalam Kebijakan Politik

Dalam buku Pancasila dalam Makna dan Aktualisasi tahun 2015 dan pada buku
Materi Ajar Pendidikan Pancasila tahun 2013 menjelaskan bahwa pada pasal 26 ayat 1 dan 2,
27 ayat 1 dan 2, dan pasal 28 adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran kedaulatan rakyat
dan kemanusiaan yang adil dan beradab yang masing-masing juga merupakan pancaran dari
sila ke empat dan ke dua Pancasila. Pokok pikiran tersebut merupakan landasan bagi
kehidupan nasional bidang politik di negara Republik Indonesia.

Dari penjabaran pokok pikiran tersebut sehingga dalam pembuatan kebijakan negara
dalam bidang politik harus berdasar pada manusia yang subjek pendukung Pancasila. Dengan
kata lain, pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik di Indonesia harus
memperhatikan rakyat karena yang memegang kekuasaan atau kedaulatan berada di tangan
rakyat. Selain itu, sistem politik yang dikembangkan yaitu sistem yang memperlhatkan
Pancasila sebagai dasar-dasar moral politik. Dalam bidang ini harus bisa mewujudkan budi
pekerti kemanusiaan dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur untuk mencapai
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

(Winarno, 2016) Dalam kehidupan politik, bangsa Indonesia menjunjung tinggi nilai-
nilai demokrasi sebagaimana dengan negara lain sejalan dengan ideologinya, maka
demokrasi di Indonesia mendasarkan dirinya kepada ideologi politik yang dipunyai, yaitu
Pancasila yang disebut dengan demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila dalam arti yang
luas merupakan kedaulatan atau kekuasaan tertinggi ada pada rakyat yang
penyelenggaraannya dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan nilai keadilan sangat
mendukung jalannya demokrasi di Indonesia.

Pelaksanaan demokrasi Pancasila berdasar kepada pilar-pilarnya, yaitu :

a. Demokrasi yang Berketuhanan Yang Maha Esa


Pemimpin negara, pejabat negara maupun rakyat Indonesia dalam melaksanakan
demokrasi Pancasila tidak boleh sampai bertentangan dengan nilai-nilai agama dan
dituntut agar mempertanggung jawabkan segala tindakan atau perbuatan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
b. Demokrasi yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia
Demi terwujudnya keadilan dalam masyarakat demokrasi harus mengedepankan
harkat dan martabat manusia dalam bentuk jaminan dan perlindungan-perlindungan
hak asasi manusia.

c. Demokrasi yang mengutamakan kedaulatan rakyat


Pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara demokrasi adalah rakyat. Pelaksanaan
kedaulatan dengan melalui sistem perwakilan dan untuk mengisi lembaga perwakilan
ini perlu dilaksanakan pemilu.

d. Demokrasi yang didukung kecerdasan


Syarat mutlak mewujudkan negara demokrasi yaitu warga negara yang cerdas dan
terdidik secara politik. Oleh karena itu, pendidikan politik perlu dalam negara
demokrasi untuk membekali warga negara atas kesadaran hak dan kewajibannya.

e. Demokrasi yang menetapkan pembagian kekuasaan


Dalam negara demokrasi harus ada pembagian kekuasaan hal ini dikarenakan untuk
menghindari pemusatan kekuasaan dan memberikan kesempatan pada lembaga lain
untuk mengawasi jalannya pemerintahan.

f. Demokrasi yang menerapkan konsep hukum


Demokratis tidak bisa meninggalkan hukum, karena tanpa hukum kebebasan akan
mengacu pada anarkis. Dan untuk mewujudkan demokrasi berdasarkan hukum tidak
akan terlepas dari perlindungan konstitusional, badan peradilan yang bebas,
kebebasan berpendapat, berserkat, dan berkewarganegaraan.

g. Demokrasi yang menjamin otonomi daerah


Wujud demookrasi sendiri adalah tidak menitikberatkan pemerintah pusat saja namun
diserahkan kepada daerah. Dan dilaksanakan otonomi daerah maka perwujudan
demokrasi semakin nyata dan bertanggung jawab yang membuat demokrasi semakin
berkembang.
h. Demokrasi yang berkeadilan sosial
Demokrasi sosial yaitu demokrasi yang menghubungkan antar warga masyarakat
dan/atau warga negara yang harus dilandasi oleh penghormatan terhadap
kemerdekaan, persamaan, dan solidaritas antar manusia.

i. Demokrasi dengan kesejahteraan rakyat


Demokrasi ekonomi adalah sistem pengelolaan perekonomian negara berdasarkan
prinsip ekonomi, disini negara juga mengambil peran yang cukup dalam usaha
mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Implementasi pancasila dalam bidang politik yaitu, membudayakan demokrasi


berdasar kepada sila keempat Pancasila. Pemerintah dalam hal ini tidak boleh melepaskan
beban tanggung jawab, juga harus membudayakan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.

B. Implementasi dalam bidang Ekonomi

Dalam buku Pancasila dalam Makna dan Aktualisasi tahun 2015 dan pada buku
Materi Ajar Pendidikan Pancasila tahun 2013 menjelaskan bahwa pasal 27 ayat (2)
menyatakan bahwa tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan. Ketentuan ini memancarkan asas kesejahteraan atau asas keadilan sosial
dan kerakyatan yang merupakan hak asasi manusia atas penghidupan yang layak. Pada pasal
33 ayat (4) ditetapkan bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional.

Sesuai dengan pernyataan ayat (5) pasal ini, maka pelaksanaan seluruh ayat dalam
pasal 33 diatur dalam undang-undang. Adapun pada pasal 34 ayat (4) ditetapkan bahwa
negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak. Pelaksanaan mengenai isi pasal ini, selanjutnya diatur dalam
undang-undang, sebagaimana dinyatakan pada ayat (5) pasal 34 ini.

Pasal 27 ayat (2), pasal 33, dan pasal 34 di atas adalah penjabaran dari pokok-pokok
pikiran kedaulatan rakyat dan keadilan sosial yang masing-masing merupakan pancaran dari
sila keempat dan kelima Pancasila. Kedua pokok pikiran ini adalah landasan bagi
pembangunan sistem ekonomi Pancasila dan kehidupan ekonomi nasional.

Sistem perekonomian yang berdasar pada Pancasila dan yang hendak dikembangkan
dalam pembuatan kebijakan negara bidang ekonomi di Indonesia harus terhindar dari sistem
persaingan bebas, monopoli dan lainnya yang berpotensi menimbulkan penderitaan rakyat
dan penindasan terhadap sesama manusia. Sebaliknya, sistem perekonomian yang dapat
dianggap paling sesuai dengan upaya mengimplementasikan Pancasila dalam bidang
ekonomi adalah sistem ekonomi kerakyatan, yaitu sistem ekonomi yang bertujuan untuk
mencapai kesejahteraan rakyat secara luas.

(Winarno, 2016) Di bidang ekonomi, ekonomi bertumpu pada kapitalisme global


menjadi arus utama. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang telah mulai
berkenalan dengan kapitalisme global seiring dengan perekonomian global tersebut. Hal
demikian berlangsung sejak pemerintahan Orde Baru.

Sistem ekonomi indonesia secara normatif telah memiliki pijakannya, yakni sistem
ekonomi yang berdasar pancasila. Sistem ekonomi yang berdasar pada kerakyatan dan
keadilan. Dalam sistem ekonomi pancasila, pemerintah dan masyarakat memihak pada
(kepentingan) ekonomi rakyat sehingga terwujud pemerataan sosial dalam kemakmuran dan
kesejahteraan. Inilah sistem ekonomi kerakyatan yang demokratis yang melibatkan semua
orang dalam proses produksi, dan hasilnya dapat dinikmati oleh semua warga masyarakat.
Aturan main sistem ekonomi pancasila yang lebih ditekankan pada sila keempat menjadi
slogan baru yang diperjuangkan sejak reformasi.

Sistem ekonomi kerakyatan adalah subsistem dari ekonomi pancasila, yang


diharapkan mampu meredam akses kehidupan ekonomi yang liberal. Sistem ekonomi
pancasila berdasarkan pada pasal 33 UUD 1945 adalah sebagai berikut.

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asa kekeluargaan.


2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Rumusan pasal 33 (ayat) 1, 2, 3, UUD 1945 tersebut merupakan rumusan asli sejak awal
ditetapkan oleh PPKI tanggal 18 agustus 1945 dan tidak berubah hingga saat ini. Hanya saja
setelah perubahan keempat UUD 1945 tahun 2002 terdapat penambahan ayat sebagai berikut.

4. perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan


prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.

Upaya-upaya dalam rangka membudayakan pancasila di dalam aspek kehidupan


ekonomi, yaitu dengan mengadakan pengkajian, diskusi, dan dialog tentang Ekonomi
Pancasila dan penerapannya di indonesia baik tingkat nasional maupun di deerah-daerah.

Proses selanjutnya adalah menjadikan pancasila sebagai paradigma dalam


pembangunan ekonomi nasional, yaitu pancasila dijadikan acuan filosofis pembangunan
ekonomi indonesia. Sebagai acuan filosofis pembangunan ekonomi Indonesia perlu
memperhatikan ketentuan sebagai berikut :

a. Dasar moralitas ketuhanan dan kemanusiaan menjadi kerangka landasan


pembangunan ekonomi.
b. Mengembangkan sistem ekonomi yang berperi kemanusiaan.
c. Mengembangkan sistem ekonomi Indonesia yang bercorak kekeluargaan.
d. Ekonomi yang menghindarkan diri dari segala bentuk monopoli dan persaingan
bebas.
e. Ekonomi yang bertujuan keadilan dan kesejahteraan bersama.

C. Impelementasi Pancasila dalam Sosial – Budaya

Dalam buku Pancasila dalam Makna dan Aktualisasi tahun 2015 dan pada buku
Materi Ajar Pendidikan Pancasila tahun 2013 menjelaskan bahwa menurut Penjelasan
Undang-Undang Dasar, ayat (1) pasal 29 ini menegaskan kepercayaan bangsa Indonesia
terhadap Tuhan Yang mahaesa. Adapun dalam pasal 29 ayat (2) ditetapkan bahwa negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Ketentuan ini jelas merupakan
pernyataan tegas tentang hak asasi manusia atas kemerdekaan beragama.
Pasal 31 ayat (1) menetapkan setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
Ketentuan ini menegaskan bahwa mendapat pendidikan adalah hak asasi manusia.
Selanjutnya pada ayat (2) pasal ini dikemukakan bahwa setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar, dan pemerintah wajib membiayainya. Pasal 32 ayat (1) menyatakan negara
memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin
kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.

Pasal 29, pasal 31, dan pasal 32 di atas adalahpenjabaran dari pokok-pokok pikiran
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, dan persatuan yang masing-
masing merupakan pancaran dari sila pertama, kedua, dan ketiga Pancasila. Ketiga pokok
pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan bidang kehidupan keagamaan, pendidikan, dan
kebudayaan nasional. Pancasila sebagai sumber nilai dapat menjadi arah bagi kebijakan
negara dalam mengembangkan bidang kehidupan sosial budaya Indonesia yang beradab,
sesuai dengan sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab.

Selain itu, pengembangan sosial budaya harus dilakukan dengan mengangkat nilai-
nilai yang dimiliki bangsa Indonesia, yaitu nilai-nilai Pancasila. Hal ini tidak dapat
dilepaskan dari fungsi Pancasila sebagai sebuah sistem etika yang keseluruhan nilainya
bersumber dari harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab. Perbenturan
kepentingan politik dan konflik sosial yang pada gilirannya menghancurkan sendi-sendi
kehidupan bangsa Indonesia, seperti kebersamaan atau gotong royong dan sikap saling
menghargai terhadap perbedaan suku, agama, dan ras harus dapat diselesaikan melalui
kebijakan negara yang bersifat humanis dan
Beradab.

(Winarno, 2016) Sosial dan budaya adalah suatu kesatuan terikat yang sangat mudah
berubah, disebabkan karena seiringnya perkembangan zaman, seperti globalisasi yang dapat
memudahkan budaya luar masuk dan mempengaruhi negeri kita, perubahnya pola dan gaya
hidup, dan masuknya kebiasaan-kebiasaan negara lain yang bertentangan dengan kebiasaan
negara kita. Perubahan sosial dan budaya merupakan gejala yang sering terjadi dalam setiap
masyarakat, perubahan ini terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang ingin
selalu ada perubahan.

Dalam perkembangan dan pembangunan sosial-budaya harusnya didasari atas nilai-


nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Sekarang ini sering kita saksikan adanya
stagnasi nilai sosial-budaya dalam masyarakat, sehingga kita tak perlu heran bila terjadi
gejolak antar masyarakat yang cenderung anarkis. Oleh karenanya, pengembangan sosial-
budaya pasa masa ini haruslah mengangkat nilai-nilai dari pancasila. Dalam prinsip pancasila
hakikatnya bersifat humanistic, artinya nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila berasal
dari harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya.

Dalam hal ini pancasila memiliki pengaruh yang sangat besar dalam upaya
mempersatukan bangsa ini. Oleh karena itu, diperlukan pengendalian aktualisasi sosial-
budaya yang tepat antara budaya satu dengan budaya yang lain yang ada di Indonesia.
Meskipun seimbang pastinya ada wilayah yang harus diprioritaskan dalam pengendalian
aktualisasi pancasila. Luas wilayah Indonesia memaksakan kita untuk memprioritaskan
wilayah-wilayah tertentu yang masih tertinggal agar terjadi keseimbangan antar wilayah di
Indonesia.

Berikut ini beberapa contoh dalam membudayakan Pancasila didalam aspek kehidupan
sosial-budaya.

a. Penyuluhan tentang pentingnya persatuan dan kesatuan dalam negara ini khususnya
pada masyarakat dan wilayah yang sering terjadi konflik antar suku/warga.
b. Aktualisasi sosial-budaya pada nilai agama, karena masih banyaknya perselisihan
yang terjadi karena perbedaan beragama.
c. Selalu terbuka dalam menerima budaya lain sebagai upaya untuk mempersatukan
umat manusia di dunia.

Pembudayaan Pancasila dalam sosial-budaya dengan cara menjadikan Pancasila sebagai


paradigma pembangunan sosial-budaya. Arah pembangunan sosial budaya hendaknya
mendasar pada hal-hal berikut.

a. Pembangunan sosial budaya dilaksanakan demi terwujudnya masyarakat yang


demokratis, aman, tentram, dan damai.
b. Pembangunan sosial budaya yang menghargai kemajemukan masyarakat Indonesia.
c. Terbuka terhadap nilai-nilai luar yang positif untuk membangun masyarakat
Indonesia yang modern.
d. Memelihara nilai-nilai yang telah lama hidup dan relevan bagi kemajuan masyarakat.

D. Implementasi Pancasila Dalam Bidang HanKam


Dalam buku Pancasila dalam Makna dan Aktualisasi tahun 2015 dan pada buku
Materi Ajar Pendidikan Pancasila tahun 2013 menjelaskan bahwa pasal 27 ayat (3)
menetapkan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam pembelaan negara.
Pasal 30 ayat (1) menyatakan hak dan kewajiban setiap warga negara ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara. Pasal 27 ayat (3) dan pasal 30 di atas adalah penjabaran
dari pokok pikiran persatuan yang merupakan pancaran dari sila pertama Pancasila. Pokok
pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan bidang pertahanan keamanan nasional.
Berdasarkan penjabaran pokok pikiran persatuan tersebut, maka implementasi Pancasila
dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang pertahanan keamanan harus diawali dengan
kesadaran bahwa Indonesia adalah negara hukum.

Demi tegaknya hak-hak warga negara, diperlukan peraturan perundang-undangan


negara untuk mengatur ketertiban warga negara dan dalam rangka melindungi hak-hak warga
negara.Dalam hal ini, segala sesuatu yang terkait dengan bidang pertahanan keamanan.
Tujuannya untuk melindungi segenap wilayah dan bangsa indonesia.Secara sistematis,
pertahanan keamanan negara harus berdasar pada tujuan tercapainya kesejahteraan hidup
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa (Sila pertama dan kedua), berdasar pada
tujuan untuk mewujudkan kepentingan seluruh warga sebagai warga negara (Sila ketiga),
harus mampu menjamin hak-hak dasar, persamaan derajat serta kebebasan kemanusiaan (Sila
keempat), dan ditujukan untuk terwujudnya keadilan dalam hidup masyarakat (Sila kelima).

Semua ini dimaksudkan agar pertahanan dan keamanan dapat ditempatkan dalam konteks
negara hukum, yang menghindari kesewenang-wenangan negara dalam melindungi dan
membela wilayah negara dan bangsa, serta dalam mengayomi masyarakat.

(Winarno, 2016) Istilah pertahanan dan keamanan baru muncul pada saat era Orde
Baru ketika pemerintah menyatukan unsur Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara,
serta Kepolisian RI dalam Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Di era reformasi
sekarang pertahanan merupakan tugas TNI sedangkan keamanan dan ketertiban menjadi
tugas Kepolisian.

Hakikat pertahanan sendiri yaitu upaya pertahanan yang bersifat semesta dan
didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara, serta keyakinan pada
kekuatan sendiri. Aspek pertahanan merupakan faktor yang nyata dalam menjamin
kelangsungan hidup suatu negara dan jika tidak mampu mempertahankan diri terhadap
ancaman dari luar dan dari dalam negeri, suatu negara tidak akan dapat mempertahankan
keberadaanya.

Pertahanan negara bertujuan untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara,


keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan keselamatan segenap
bangsa dari segala bentuk ancaman. Pertahanan negara berfungsi untuk mewujudkan dan
mempertahankan seluruh wilayah NKRI sebagai satu kesatuan pertahanan.

Komponen dalam pertahanan negara ada tiga, yaitu :

a. Komponen utama adalah Tentara Nasional Indonesia yang siap digunakan untuk
melaksanakan tugas-tugas pertahanan.
b. Komponen cadangan adalah sumber daya nasional yang telah disiapkan untuk
dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat kekuatan dan
kemampuan komponen utama.
c. Komponen pendukung adalah sumber daya nasional yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kekuatan kemampuan komponen utama dan cadangan.

Pertahanan dan keamanan diatur dalam Pasal 30 UUD 1945 sebagai berikut :

1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.
2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.
3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan
Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara
keutuhan dan kedaulatan negara.
4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan
dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat,
serta menegakkan hukum.
5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik
Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga
negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, serta hal-hal yang terkait
dengan pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-undang.
UU pelaksanaannya yang berkaitan dengan hal di atas adalah :

 UU No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia


 UU No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, dan
 UU No.34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia
BAB III
ANALISIS KASUS DAN KESIMPULAN

A. Analisis Kasus

a. Analisis kasus dalam bidang politik


Implementasi pancasila dalam bidang politik yaitu seperti kasus yang menjerat Setya
Novanto. Dalam perspektif Pancasila perilaku Setya Novanto adalah telah benar-benar
menciderai nilai-nilai pancasila yang idealnya melekat didalam diri bangsa ini khususnya
pejabat negara sebagai suatu mesin yang menyelenggarakan pemerintahan negara ini.
Pancasila bukan hanya sebuah ideologi yang dihasilkan dari sebuah kesepakatan semata akan
tetapi pancasila juga sebagai falsafah negara yang mengatur, merumuskan kebijakan,
membuat perundang-undangan dan produk hukum lainnya.

perilaku seperti yang dilakukan oleh Ketua DPR tentu akan juga menghambat tujuan
daripada negara ini untuk memajukan kesejahteraan umum dan negara akan mengeluarkan
lebih banyak biaya untuk menuntaskan sebuah permasalahan korupsi apabila oknum yang
menjadi terduga berperilaku seperti ini semua dan juga akan menghambat proses
penyelesaian kasus korupsi lainnya, dengan terhambatnya penyelesaian kasus korupsi juga
berarti menghambat kesejahteraan sosial didalam masyarakat atau bangsa ini dan justru akan
memunculkan permasalahan permasalahan baru.

b. Analisis kasus dalam bidang ekonomi

Keadilan dalam bidang ekonomi di negara kita belum bisa terwujud sebagaimana
yang telah diharapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila. Kemiskinan ini
menjadi bukti dari penegakkan keadilan yang tidak sempurna padahal dalam konstisusi telah
ditetapkan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara, tapi pada
kenyataanya malah menyimpang dari apa yang telah ditetapkan pada konstitusi, fakir miskin
dan anak-anak terlantar dibiarkan keliaran dijalan-jalan untuk mengemis, bahkan mereka
tidur di bawah kolong jembatan hanya dengan beralaskan kardus bekas.

Masalah lain yang mencerminkan tidak adanya keadilan dalam bidang ekonomi
adalah pengeksploitasian terhadap buruh-buruh pabrik untuk bekerja selama berjam-jam
tetapi dengan tingkat upah yang sangat rendah. Sehingga dari eksploitasi tersebut perusahaan
memperoleh keuntungan yang sangat besar, karena perusahaan bisa mempekerjakan buruh
yang murah dan yang mau bekerja keras untuk kemajuan perusahaanya. Itulah sedikit potret
mengenai bukti dari implementasi dari sila ke-5 yang tidak sesuai dengan kondisi masyarakat
Indonesia saat ini.

c. Analisis kasus dalam bidang Sosial Budaya

Salah satu kasus yang terjadi adalah di daerah Maluku yang dimana sampai saat ini
masih dikenal dengan daerah yang masih memegang teguh budaya pela gandong sebagai
perekat hubungan persaudaraan. Di samping itu Maluku masih dihiasi dengan budaya
kekerasan yang tidak mencerminkan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Kurangnya ketegasan
dari aparat dan konsistensi menindak tegas pelaku kriminal yang berlindung dari kelompok
suku adat tertentu.

d. Analisis kasus dalam bidang HanKam


Di implemetasi pancasila dalam bidang hankam baru saja terjadi kasus tentang papua dan
disini mahasiswa turun tangan dengan mendesak polri untuk menangkap provokator yang
telah membuat kerusuhan di papua. Di aksi demo tersebut mereka menginginkan untuk polri
mendindak tegas untuk mereka yang telah membuat hasutan yang bertujuan untuk agar ada
timbulnya SARA sehingga bangsa ini menjadi terpecah belah. Jika pelaku rasis dan
provokator tidak segera di tangkap maka akan dikhawatirkan akan terjadinya stigma yang
negatif terhadap proses penegakan hukum di Indonesia.
B. Kesimpulan

Pancasila adalah pandangan hidup bangsa yang mempunyai arti setiap warga Negara
dalam kehidupannya menggunakan Pancasila sebagai petunjuk hidup dalam rangka mencapai
daya saing bangsa, kesejahteraan dan keadilan, baik dari lahir maupun dari batin. Oleh
karena itu politik, ekonomi, sosialbudaya, pertahanan dan keamanan Indonesia harus
diimplementasikan melalui nilai-nilai yang terdapat dalamsila Pancasila agar bias terwujud
kepribadian bangsa yang sebenarnya.

C. Saran

Pancasila adalah pandangan hidup bangsa yang mempunyai arti setiap warga negara
dalam kehidupannya menggunakan pancasila sebagai petunjuk hidup dalam rangka mencapai
daya saing bangsa, kesejahteraan dan keadilan, baik lahir maupun batin. Maka dari itu
sebagai masyarakat indonesia kita harus menerapkan nilai-nilai pancasila di dalam setiap
kegiatan apapun.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Santoso, Djoko. 2013. Materi Ajar Mata Kuliah Pendidikan Pancasila. Jakarta :
Kemendikbud

Surip, N. 2015. Pancasila Dalam Makna Dan Aktualisasi. Yogyakarta : Andi

Untoro, J. 2015. Implementasi Sila ke 5 yang Tidak Sesuai Harapan Rakyat.URL :


https://www.kompasiana.com/joko_untoro/implementasi-sila-ke5-yang-tidak-sesuai
harapan-rakyat_54f73ef7a3331158148b45dc.

Winarno. 2016. Paradigma Baru Pendidikan Pancasila. Malang : Bumi Merdeka

Anda mungkin juga menyukai