Anda di halaman 1dari 84

CHECK LIST PENILAIAN KETERAMPILAN

BANTUAN HIDUP DASAR

SKOR
NO ASPEK KETERAMPILAN YANG DINILAI
0 1 2
Memeriksa/ menentukan kesadaran pasien, dengan memanggil
namanya, menepuk bahu dll dan sekaligus menilai pola nafas
dengan look, listen, dan feel.
 A (alertness)
 V (verbal) : Pak, pak
 P (pain) : Rangsang nyeri pada sternum atau supraorbita
 U (unresponsive)
Berteriak minta tolong/aktivasi sistem emergensi
 “Tolong…tolong… ada korban laki – laki umur 50 tahun
dalam kondisi tidak sadar di perempatan bangjo Ngoresan”
 Telepon 811  “Halo, dengan bagian emergensi ? Tolong
segera kirim ambulans di perempatan bangjo Ngoresan.
Disini ada korban laki – laki umur 50 tahun dalam kondisi
tidak sadar setelah tertabrak motor”
Posisi pasien harus tidur terlentang, dipertahankan pada posisi
horisontal dengan alas yang keras dengan kedua tangan di
samping.
Posisi penolong, berlutut sejajar di samping kanan atau kiri
pasien.

Memastikan ada / tidaknya denyut jantung dengan memeriksa


denyut arteri karotis selama 10 detik
Raba Adam’s Apple  Geser 1 – 2 cm ke lateral
Bila tidak teraba lakukan pijat jantung
“Nadi tidak teraba, berarti saya akan melakukan kompresi dada
dengan perbandingan 30 kompresi : 2 ventilasi”
Menentukan titik tumpu, dengan meletakan tangan pertama
pada tengah sternum bagian bawah.
Lokasi : Setengah bawah sternum

Meletakkan telapak tangan yang satunya diatas tangan yang


lain dengan jari-jari tidak boleh menempel di dada.
 Posisi tangan dan jari saling mengunci
 Tangan yang dominan di atas tangan yang tidak dominan
 Jari – jari tidak boleh menempel pada costae

Melakukan pijat jantung luar dengan :


- Kecepatan minimal 100-120x/menit
- Frekuensi 30 kompresi : 2 ventilasi
- Kedalaman minimal 5-6 cm
- Memberikan dada kesempatan untuk
recoil sempurna
Periksa nadi kembali setiap 2 menit (5 siklus)
Membuka jalan nafas dengan cara head tilt dan chin lift atau
jaw thrust dan sebelumnya dilakukan finger swab terlebih
dahulu dengan cross finger.
Penilaian airway
Telinga didekatkan pada mulut, pandangan mata ke arah dada
 Look : Tidak ada gumpalan darah, cairan, atau benda asing.
Dinding dada bergerak simetris
 Listen : Ada / tidak ada suara napas. Ada / tidak ada stridor,
gurgling, snoring
 Feel : Ada / tidak ada udara yang keluar dari lubang hidung
atau mulut
Bersihkan sekret dengan jari yang dilapisi kain, ambil semua
benda asing yang menyumbat jalan napas
Head tilt – chin lift digunakan apabila tidak ada trauma spinal
 Tekan kening ke belakang dengan salah satu telapak tangan
 Angkat dagu ke atas dan ke depan dengan ujung jari

Jaw thrust digunakan apabila terdapat trauma spinal


 Letakkan ibu jari pada os zygomaticus
 Letakkan keempat jari yang lain pada angulus mandibulae
kemudian dorong ke depan secara perlahan

Penilaian breathing
Jika tidak ada napas selama 10 detik, maka segera berikan
napas buatan dengan mouth-to-mouth atau bag-and-valve mask
Mouth-to-mouth
 Pastikan jalan napas tidak tersumbat
 Jepit hidung dengan ibu jari dan telunjuk, lakukan head tilt –
chin lift atau jaw thrust
 Tarik napas panjang kemudian tempelkan bibir penolong ke
mulut korban dengan rapat
 Hembuskan napas selama 1 detik  Amati pengembangan
dinding dada

Bag-and-valve mask (E – C technique)


 C : Ibu jari dan jari telunjuk melingkari sungkup
 E : Jari tengah, jari manis, dan jari kelingking menopang
angulus mandibulae

1 atau 2 penolong : frekuensi tetap 30 kompresi : 2 ventilasi.


Ventilasi dengan terpasang advanced airway (ETT) : 1 kali nafas
tiap 6 detik (10x nafas/menit). Kompresi tetap 100-120x/menit
(Hitungan terpisah, tidak ada sinkronisasi antara pijat jantung
dan pemberi nafas).
Periksa nadi setiap 5 siklus (2 menit)
 Jika nadi belum teraba, maka lakukan kembali 30 kompresi :
2 ventilasi
 Jika ada napas dan nadi teraba, maka letakkan korban dalam
posisi mantap
 Jika nadi teraba tetapi belum ada napas, maka berikan 1 kali
napas setiap 6 detik (10 kali/menit)
Membaringkan pasien pada posisi mantap
SKOR TOTAL
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
PEMBEBATAN (BANDAGE)

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai Bobot
0 1 2
1. Berkomunikasi dengan pasien dan menjelaskan tujuan dari 2
pembebatan dan meminta persetujuan tertulis pasien dan/atau
keluarga (informed consent)
“Selamat siang, perkenalkan nama saya dr. Evan dokter yang
sedang jaga di rumah sakit ini”
 Ini dengan bapak siapa ?
 Umurnya berapa tahun ?
 Pekerjaan sehari – hari sebagai apa ?
 Datang kesini ada keluhan apa ?
“Untuk menindaklanjuti keluhan yang bapak alami, saya akan
memeriksa kaki Bapak dan apabila diperlukan, maka saya akan
memasang bebat (atau bidai) pada kaki Bapak. Tujuannya adalah
untuk menutup luka meminimalisasi gerakan sendi sehingga nyeri
dan bengkak nya bisa berkurang”
“Setelah saya berikan penjelasan tadi, apakah bapak bersedia ?”
2. Cuci tangan sesuai prosedur (sebelum dan setelah tindakan) 1
3. Inspeksi dan palpasi bagian tubuh yang terluka, memeriksa 1
neurovaskuler di bagian distal luka dan range of motion.
Bebat dilakukan apabila hanya luka atau keseleo, tidak ada fraktur
Inspeksi (Look)
 Terdapat hematoma dan edema pada regio cruris 1/3 distal
 (Tidak) ada deformitas
 Bagian distal luka tampak nomal dan tidak pucat
 Tidak ada jaringan nekrotik
Palpasi (Feel)
 “Nyeri atau tidak, pak ? Terdapat nyeri tekan”
 Suhu teraba hangat
ROM (Move)
 “Coba tolong lutut dan tumitnya digerakkan, Pak. Apakah terasa
nyeri atau lumpuh ?” Jika pasien tidak bisa menggerakkan, maka
lakukan ROM pasif
 “Terdapat keterbatasan fleksi dan eksteni genu karena nyeri”
 “(Tidak) ada krepitasi
Pemeriksaan neurovascular di bagian distal
 Palpasi bagian distal luka  Raba denyut nadi  Gerakkan sendi
 Pain dan pallor : “Bagian distal luka tidak nyeri dan tidak pucat”
 Pulse : “Denyut a. tibialis anterior dan a. dorsalis pedis teraba,
iramanya kuat dan regular”
 Paresthesia : “Sensibilitas normal, tidak mati rasa”
 Paralisis : “Tidak ada paralisis”

4. Perlindungan diri (sarung tangan steril) 1


”Sebelum memeriksa, saya akan memakai sarung tangan steril”
5. Memberikan perawatan pertama pada luka (dengan disinfektan, k
kasa steril, reposisi)
”Kemudian saya akan membersihkan luka dengan NaCl 0,9% dan
povidone iodine”

6. Memilih bebat yang sesuai dengan luka 2


Semakin lebar bebat, maka tekanannya semakin kecil
 Jari kaki dan tangan : 2,5 cm
 Leher dan pergelangan tangan : 5 cm
 Kepala, lengan atas, fibula, dan kaki : 7,5 cm
 Femur panggul : 10 cm
 Dada, abdomen, punggung : 10 – 15 cm
7. Melakukan pembebatan sesuai prosedur dan posisi anatomis yang 2
benar
Prinsip dasar
 Posisi pasien senyaman mungkin. Bagian yang akan dibebat
ditopang pada posisi segaris dengan sendi, sedikit fleksi
 Rol (gulungan) bebat menghadap ke atas
 Mulai dari distal ke proksimal, dari diameter kecil ke diameter
besar, dan dari medial ke lateral
Teknik bebat
 Spiral turns untuk bagian tubuh dengan diameter yang sama
misalnya lengan atas dan kaki

 Sirkular untuk mengunci bebat pertama kali

 Spiral reverse turns untuk bagian tubuh silindris dengan diameter


berbeda misalnya kaki yang berotot

 Recurrent turns untuk bagian bawah tubuh (tangan, jari) atau


bagian yang diamputasi
 Figure-eight untuk bagian sendi misalnya siku, lutut, tumit
8. Memeriksa hasil pembebatan : terlalu kencang? Mudah lepas? 2
Membatasi gerakan sendi normal?
 “Bagaimana, Pak ? Apakah sudah nyaman ? Apakah terlalu ketat
atau terlalu longgar ? Kakinya bisa digerakkan atau tidak ?”
 Atau masukkan pensil atau jari ke dalam bebat. Jika masih bisa
masuk, berarti tidak terlalu kencang
9. Edukasi pada pasien untuk menjaga stabilitas fraktur dan merujuk 2
pasien dengan kondisi terpasang bebat ke dokter bedah orthopaedi
 “Pemasangan bebat sudah selesai, Pak. Nanti di rumah, kakinya
diangkat secara rutin, ya Pak. Selain itu, bebatnya juga dijaga
tetap bersih, kering, serta jangan dibuka – buka. Setelah 3 hari,
tolong kembali kesini untuk follow up ya Pak”
 “Ini juga saya berikan obat untuk mengatasi nyeri dan gatal”
 “Kemudian kalau misalnya nyeri dan bengkaknya semakin berat,
sulit menggerakkan anggota tubuh, serta terasa kebas dan
kesemutan tolong segera ke klinik terdekat ya Pak”
PENILAIAN ASPEK PROFESIONALISME 0 1 2 3 4
JUMLAH SKOR
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
PEMBIDAIAN

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai Bobot
0 1 2
1. Berkomunikasi dengan pasien dan menjelaskan tujuan dari 2
tindakan dan meminta persetujuan tertulis pasien dan/atau
keluarga (informed consent)
2. Cuci tangan sesuai prosedur (sebelum dan setelah tindakan) 1
3. Inspeksi dan palpasi bagian tubuh yang terluka, memeriksa 1
neurovaskuler bagian distal luka, dan range of motion
Bidai dilakukan apabila fraktur
Tanda – tanda fraktur
 Look : Edema, hematoma, bagian distal pucat, ada
deformitas atau shortening
 Feel : Nyeri, gangguan sensorik, krepitasi
 Move : Tidak bisa digerakkan, paralisis
4. Perlindungan diri (sarung tangan steril) 1
5. Memberikan perawatan I pada luka (dengan disinfektan, kasa 1
steril, reposisi, menutup luka / pembebatan)
6. Memilih splint yang tepat dengan tulang yang patah 2
7. Melakukan prosedur pemasangan splint dengan benar meliputi 2
dua sendi di proksimal dan distal tulang yang patah
Prinsip pemasangan
 Lepas sepatu, jam tangan, atau accesories korban
 Bidai melalui 2 sendi, yaitu di bagian proksimal dan distal
dari tempat fraktur
Fraktur humerus
 Letakkan lengan bawah di dada dengan telapak tangan
menghadap ke dalam
 Bidai dari siku sampai bahu
 Lengan bawah ditopang dengan arm sling
 Jika siku juga patah, maka biarkan tangan menggantung

Fraktur antebrachii
 Letakkan tangan pada dada
 Bidai dari siku sampai dorsum manus
 Lengan ditopang dengan arm sling
8. Memeriksa hasil pemasangan splint: terlalu kencang? Mudah 2
lepas? Membatasi gerakan sendi normal? Mengimobilisasi
ekstremitas yang terluka?
“Bagaimana, Pak ? Apakah terlalu ketat atau terlalu longgar ?
Kemudian saya akan evaluasi kembali ekstremitas distal
 Warna kulit normal tidak pucat
 Masih bisa merasakan sentuhan, Pak ? Apakah mati rasa ?
 Kakinya bisa digerakkan atau tidak ?
 Denyut a. dorsalis pedis teraba, irama kuat dan regular
 Capillary refill time kurang dari 2 detik
9. Edukasi pada pasien untuk menjaga stabilitas fraktur dan 2
merujuk pasien dengan kondisi terpasang bidai ke dokter
bedah orthopaedi
“Pemasangan bidai sudah selesai, Pak. Jadi, pembidaian ini
hanya merupakan penanganan awal saja. Untuk penanganan
lebih lanjut, Bapak akan saya rujuk ke dokter ortopedi, ya?”
10. Menjelaskan masa penyembuhan tulang, waktu serta 1
keuntungan dan kerugian pemasangan bidai
 ”Untuk masa penyembuhannya, kira – kira sekian minggu.
 ”Selama penyembuhan, kakinya jangan terlalu banyak
begerak, ya Pak”
 ”Selain itu, sebaiknya juga mengonsumsi makanan yang
banyak mengandung protein, kalsium, vitamin D, vitamin
C, dan vitamin K seperti daging, ikan, telur, kacang, susu
dan olahannya, buah – buahan, dan sayuran hijau”
Waktu penyembuhan dengan Perkin’s time table
Jenis Fraktur Union Konsolidasi
Ekstremitas Spiral, oblique 3 minggu 6 minggu
superior Transversal 6 minggu 12 minggu
Ekstremitas Spiral, oblique 6 minggu 12 minggu
inferior Transversal 12 minggu 24 minggu
Cara Lainnya
Jenis Fraktur Konsolidasi
Ekstremitas Spiral, oblique 6 – 8 minggu
superior Transversal 7,5 – 10 minggu
Ekstremitas Spiral, oblique 12 – 16 minggu
inferior Transversal 15 – 20 minggu
PENILAIAN ASPEK PROFESIONALISME 0 1 2 3 4
JUMLAH SKOR
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
HETEROANAMNESIS

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai Bobot
0 1 2
1 Memberikan salam saat pertama kali bertemu 1
”Selamat pagi, perkenalkan saya dr. Evan yang jaga di
rumah sakit ini”
2 Menanyakan identitas penderita 1
Orang tua
 ”Ini dengan ibu siapa ?”
 ”Umurnya berapa tahun ?”
 ”Pekerjaan sehari – hari sebagai apa ?”
 ”Alamat rumahnya dimana ?”
Anak
 ”Nama anaknya siapa ?”
 ”Umur anaknya berapa tahun ?” (tahun – bulan)
 ”Jenis kelaminnya laki – laki atau perempuan ?”
3 Menanyakan berat badan / menimbang 1
”Terakhir kali ditimbang, berat badan anaknya berapa ?”
Menimbang berat badan
”Saya akan menimbang berat badan anak/bayi
menggunakan timbangan injak/baby scale. Sebelumnya,
saya akan melepaskan pakaian, melepaskan sepatu, dan
barang – barang yang tampak berat”
4 Menanyakan keluhan utama 2
”Anaknya dibawa kesini ada keluhan apa ?”
5 Menanyakan onset dan kronologi 2
”Keluhannya sudah berapa hari ?” Kemudian muncul secara
mendadak atau bertahap ?”
6 Menanyakan intake makanan/minum 2
 ”Anaknya mendapatkan ASI atau susu formula ?”
 ”Kenapa anaknya dikasih susu formula ? Apakah ada
alergi ASI ?”
 ”Nafsu makannya baik atau tidak ? ”Sehari minum ASI/
susu formula berapa kali ?”
 ”ASI nya lancar atau tidak ? Ada keluhan saat
memberikan ASI ? Misalnya anak rewel, tidak mau
menyusu, ASI tidak keluar, puting terasa nyeri ?”
 ”Sudah mendapatkan makanan lain ? Apa saja ? Sehari
makan berapa kali ? Porsinya banyak atau sedikit ?”
 ”Anaknya muntah atau tidak ? Sehari muntah berapa
kali ? Jumlahnya banyak atau sedikit ?”
7 Menanyakan riwayat penyakit lain yang dapat menimbulkan 2
keluhan utama
8 Menanyakan faktor-faktor yang memperberat keluhan 2
”Keluhannya memberat saat apa ?”
9 Menanyakan faktor-faktor yang meringankan keluhan 2
”Keluhannya lebih enakan kalau apa ? Apakah sudah
dikasih obat ? Kalau sudah, apakah sakitnya berkurang ?”
10 Menanyakan gejala penyerta 2
”Apakah ada keluhan lainnya ?”
11 Menanyakan riwayat penyakit dahulu yang relevan 2
”Apakah sebelumnya anaknya pernah sakit seperti ini ?
Apakah pernah mondok ? Ada alergi ?”
12 Menanyakan riwayat kelahiran 1
 ”Anaknya lahir dimana, bu ? Di rumah sakit, bidan,
puskesmas, atau dukun ?”
 ”Persalinannya normal atau caesar ? Apakah ada
masalah saat melahirkan ? Misalnya gak kuat mengejan,
pendarahan banyak, bayi sungsang, bayi susah keluar ?”
 ”Anaknya saat lahir cukup bulan atau tidak ?
Bayi kurang bulan : < 37 minggu
Bayi cukup bulan : 37 – 42 minggu
Bayi lebih bulan : > 42 minggu
 ”Berat badan saat lahir berapa, bu ?”
Normal : 2500 – 4000 gram
BBLR : < 2500 gram
Makrosomia : > 4000 gram
 ”Saat lahir, anaknya langsung nangis atau enggak ?”
 ”Saat lahir, kulit anaknya berwarna merah muda atau
kebiruan ?”
 Saat lahir, apakah anaknya bergerak aktif ?”
13 Menanyakan riwayat kehamilan ibu 1
 ”Sudah melahirkan berapa kali ? Apakah pernah
keguguran ?”
 ”Pernah sakit apa saat hamil ? Misalnya mual muntah,
tekanan darah tinggi,
 ”Pernah minum obat apa saja saat hamil ?”
 ”Rutin cek kehamilan atau tidak ?”
14 Menanyakan riwayat penyakit keluarga 1
”Apakah di keluarga ada yg mengalami sakit yang sama ?”
15 Menanyakan riwayat sosial ekonomi keluarga 1
 ”Lingkungan di sekitar rumah bagaimana bu ? Bersih
atau kotor ?”
 ”Di rumah ada berapa orang ?
 ”Rumahnya bersih atau kotor ?”
 ”Suaminya bekerja sebagai apa, bu ?”
16 Menanyakan riwayat vaksinasi 1
”Anaknya sudah dapat imunisasi apa saja ?” atau
”Imunisasinya sudah lengkap atau belum ?”
Imunisasi dasar pada anak
 Neonatus : Hepatitis B0, BCG, Polio 1
 2 bulan : Pentabio 1, Polio 2
 3 bulan : Pentabio 2, Polio 3
 4 bulan : Pentabio 3, Polio 4
 9 bulan : Campak
17 Menanyakan riwayat pertumbuhan & perkembangan 1
”Anaknya sudah bisa apa saja, bu ? Apakah sama seperti
teman lain yang seumuran ?”
 0 – 3 bulan : Mengangkat kepala, senyum
 3 – 6 bulan : Tengkurap, berguling, mengenggam pensil
 6 – 9 bulan : Duduk, merangkat, babbling
 9 – 12 bulan : Berdiri sendiri, berjalan dituntun
 12 – 18 bulan : Berjalan, mengucapkan 5 – 10 kata
 18 – 24 bulan : Makan sendiri, mengontrol BAB dan
BAK, bermain dengan anak lain
 2 – 3 tahun : Meloncat, memanjat
 3 – 4 tahun : Bicara dengan baik, memakai sepatu dan
kaos kaki, memakai celana dan kemeja
 4 – 5 tahun : Menghitung, menyebut hari, menyebut
nama lengkap
PENILAIAN ASPEK PROFESIONALISME 0 1 2 3 4
JUMLAH SKOR

LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA


PEMERIKSAAN TANDA VITAL DAN TANDA RANGSANG MENINGEAL

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai Bobot
0 1 2
1 Melakukan pendekatan kepada pasien sebelum 1
melakukan pemeriksaan fisik
”Baik, bu selanjutnya saya akan melakukan
pemeriksaan fisik pada anak ibu. Dalam pemeriksaan
ini, mungkin anaknya harus membuka baju dan agak
kurang nyaman. Apakah ibu dan adek bersedia ?”
2 Posisi pemeriksa di sebelah kanan pasien 1
3 Mencuci tangan sebelum pemeriksaan 1
4 Menilai kesan umum penderita 1
 Pasien tampak sakit ringan / sedang / berat karena
Ringan : Masih aktif
Sedang : Menangis, rewel
Berat : Letargis, diam saja
 Tidak ada tanda distress pernapasan : Tachypnea,
retraksi intercostae, napas cuping hidung
 Kulit tampak normal, tidak pucat, tidak sianosis,
tidak ikterus
Memeriksa tanda vital
5 Melakukan pengukuran tekanan darah 1
Lebar manset
 0 – 1 tahun : 5 cm
 > 1 – 5 tahun : 7,5 cm
 > 5 – 12 tahun : 10 cm
 > 12 tahun : 12,5 cm
Tekanan darah normal
 Neonatus : 80/45
 6 – 12 bulan : 90/60
 1 – 5 tahun : 95/65
 5 – 10 tahun : 100/60
 10 – 15 tahun : 115/60
6 Melakukan pemeriksaan nadi (frekuensi, irama, kualitas, 1
ekualitas nadi)
Diraba selama 1 menit
Arteri yang diperiksa
 A. Femoralis di regio inguinalis
 A. Brachialis di fossa cubiti
 Auskultasi jantung
Frekuensi
 Bayi : 130 – 160
 2 bulan – 1 tahun : 100 – 120
 3 – 8 tahun : 80 – 110
 > 10 tahun : < 110
Irama : Regular atau irregular
Ekualitas : Nadi pada keempat ekstremitas sama.
Pada coarctatio aorta, nadi di ekstremitas inferior lebih
rendah dan lebih lemah daripada di ekstremitas
superior
7 Melakukan pemeriksaan respirasi (tipe pernafasan, 1
frekuensi)
Cara pemeriksaan
 Inspeksi : Melihat dan menghitung gerakan dinding
dada selama 1 menit
 Palpasi : Tangan diletakkan pada dinding dada atau
abdomen, hitung gerakan napas selama 1 menit
 Auskultasi : Mendengarkan dan menghitung suara
napas selama 1 menit
Frekuensi napas
 Neonatus – 1 tahun : 30 – 60
 1 – 2 tahun : 25 – 50
 3 – 4 tahun : 20 – 30
 5 – 9 tahun : 15 – 30
  10 tahun : 15 – 30
Tipe pernapasan
 Normal

 Tachypnea : Napas cepat dan dangkal


Penyakit paru restriktif, gagal jantun anak

 Pernapasan Kussmaul : Napas cepat dan dalam


Asidosis metabolik karena ketoasidosis diabetikum

 Pernapasan Cheyne-Stokes : Napas cepat dan dalam


diikuti napas lambat dan dangkal
Neonatus, saat tidur, gagal jantung, kerusakan
kedua hemispherum cerebri, peningkatan TIK

 Pernapasan Biot (ataksik) : Irama irregular dan


terdapat apnea

Meningitis, ensefalitis, poliomyelitis


8 Melakukan pengukuran suhu badan (sublingual, rektal, 1
aksila)
Yang dipilih adalah per aksila
Memeriksa status gizi
9 Menimbang berat badan 1
”Selanjutnya saya akan menimbang berat badan.
Pertama – tama, saya akan melepas pakaian, melepas
sepatu, dan melepas benda yang tampak berat”
 Anak sudah dapat berdiri : Timbangan inja
 Bayi atau anak belum bisa berdiri : Baby scale
10 Mengukur panjang/tinggi badan 1
Infantometer untuk yang belum bisa berdiri
 Pastikan occipital, punggung, pantat, dan tumit
menempel tepat pada papan
 Vertex menempel pada papan
 Lutut lurus dan telapak kaki menempel tegak lurus
pada papan

Mikrotom atau stadiometer untuk yang bisa berdiri


 Posisi Frankfort plane : Margo inferior orbita dan
margo superior MAE terletak pada garis lurus
 Pastikan occipital, scapula, pantat, dan tumit
menempel tepat pada dinding

11 Menentukan status gizi 1


Plotting hasil pengukuran BB dan TB/PB pada grafik
WHO atau CDC
 < -3 SD : Sangat pendek, gizi buruk, sangat kurus
 -3 SD – < -2 SD : Pendek, gizi kurang, kurus
 -2 SD – 2 SD : Normal
 > 2 SD : Tinggi, gizi lebih, gemuk
Memeriksa adanya tanda rangsang meningeal
12 Melakukan pemeriksaan adanya kaku kuduk 2
 Satu tangan di bawah kepala pasien, tangan lain
pada dada  Fleksi kepala secara pasif
 Positif : Dagu tidak dapat menempel pada dada

13 Melakukan pemeriksaan Brudzinski I 2


 Satu tangan di bawah kepala pasien, tangan lain
pada dada  Fleksi kepala secara pasif
 Positif : Fleksi articulatio coxae dan genu
14 Melakukan pemeriksaan Brudzinski II 2
 Fleksi pada salah satu articulatio coxae dan genu
 Positif : Fleksi pada articulatio coxae dan genu
kontralateral

15 Melakukan pemeriksaan Kernig 2


 Fleksi articulatio coxae dan genu  Ekstensi
articulatio genu
 Positif : Lutut membentuk sudut < 1350

16 Mencuci tangan sesudah pemeriksaan 1


PENILAIAN ASPEK PROFESIONALISME 0 1 2 3 4
JUMLAH SKOR
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
PEMERIKSAAN KEPALA – LEHER

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
1 Mencuci tangan sebelum pemeriksaan
2 Menilai bentuk kepala
 Bentuk kepala tampak mesocephalus dan simetris
 Tidak ada pembengakakan seperti caput succedaneum,
cephalhematoma, atau pendarahan subgaleal

 Brachicephaly : Diameter biparietal > diameter occipitofrontal


 Dolicocephaly : Diameter occipitofrontal > diameter biparietal

3 Mengukur lingkar kepala


”Lingkar kepala diukur dari glabella ke protuberantia occipitalis
externa kemudian hasilnya diplotting pada kurva Nellhaus”

”Lingkar kepala bayi adalah sekian cm yang berarti normal. Tidak


macrocephalus seperti pada hidrocephalus dan makrosomia. Tidak
microcephalus seperti pada kraniosinostosis, dan infeksi kongenital”
4 Menilai kondisi fontanella (penutupan, cekung, cembung)
 Fontanella mayor (anterior) dan minor (posterior) belum menutup
 Diameternya sekian cm, teraba agak rata, pulsasi sulit diraba
 Tidak cekung seperti pada dehidrasi atau malnutrisi
 Tidak cembung seperti pada peningkatan TIK
Penutupan fontanella
 Fontanella anterior berdiameter 4 – 6 cm dan menutup pada umur
19 bulan
 Fontanella posterior berdiameter 1 – 2 cm dan menutup pada
umur 2 bulan
 Fontanella terlambat menutup pada rachitis, hidrosefalus, sifilis,
hipotiroidisme kongenita, osteogenesis imperfekta
5 Melakukan pemeriksaan mata
Bola mata
 Kedua mata ukurannya normal dan sama besar, tidak ada
microphtalmia, tidak ada buphtalmos seperti pada glaukoma
kongenital
 Posisi kedua mata di tengah dan sejajar, tidak ada deviasi seperti
pada strabismus, tidak ada ptosis dan exopthalmos
Konjunctiva
 Konjunctiva berwarna merah muda, tidak hiperemis, tidak anemis,
dan tidak ada sekret
 Tidak ada papil dan cobblestone seperti pada konjunctivitis vernal
Sklera
 Sklera berwarna putih, tidak hiperemis, tidak ikterik. Tidak ada
injeksi konjunctiva, injeksi ciliaris, atau injeksi episclera
 Kedua pupil berbentuk bulat, tepi regular, simetris kanan dan kiri,
ukurannya sama, tidak anisokoria
Refleks pupil
 Tangan diletakkan di bagian hidung. Arahkan cahaya pada salah
satu mata  Amati ukuran dan bentuk pupil  Ganti ke mata
yang lain  Amati bentuk dan ukuran pupil
 Pupil kanan mengecil atau miosis saat disinari langsung, pupil kiri
juga mengecil saat cahaya diarahkan pada mata kanan. Berarti
refleks pupil direct pada pupil kanan dan refleks pupil indirect
pada pupil kiri normal
6 Melakukan pemeriksaan hidung
 Kedua hitung tampak simetris
 Tidak ada deformitas, tidak ada deviasi septum nasi
Test for airway patency
 Mulut dan salah satu lubang hidung ditutup  Periksa udara yang
keluar dari hidung
 ”Anak tidak distress, ada udara keluar dari lubang hidung yang
terbuka berarti tidak ada obstruksi seperti pada atresia choana”
7 Melakukan pemeriksaan telinga
 Kedua telinga tampak simetris
 Ukurannya normal tidak ada anotia, makrotia, dan mikrotia
 Tidak ada deformitas seperti bat ear
 Tidak ada tanda inflamasi, bekas luka, dan massa
 MAE terbentuk, tidak ada atresia meatal, tidak ada sekret
 Tidak ada sinus preauricula atau preauricular tag
8 Melakukan pemeriksaan mulut dan gigi
Inspeksi bibir  Mulut dibuka  Masukkan tongue spatel  Inspeksi
mucosa mulut dan gigi  Elevasi kepala  Amati palatum

 Bibir tampak normal, berwarna merah muda, tidak sianosis, tidak


kering dan pecah – pecah, tidak ada labioschizis
 Mucosa mulut normal, tidak hiperemis. Tidak ada nodul, ulcus,
atau vesikel. Tidak ada oral thrush
 Gigi masih belum lengkap, susunannya teratur, tidak ada
misalignment. Bentuknya normal, tidak ada erosi, berwarna putih,
tidak ada karies, tidak ada protrusi maksila atau mandibula
 Palatum normal, terdapat Epstein’s pearl, tidak ada petechiae
seperti pada faringitis, tidak ada torus palatinus atau palatoschizis
9 Melakukan pemeriksaan tenggorokan
Menggunakan tongue spatel dan pen light  Pasien diminta untuk
bilang aaa
 Palatum molle terangkat simetris, uvula terletak di tengah, tidak
ada deviasi seperti pada paralisis n. vagus
 Mucosa orofaring tampak normal, tidak hiperemis, tidak edema,
tidak ada massa
Tonsil

 Ukuran tonsil kanan kiri normal, kira – kira T1, tidak membesar
 Berwarna merah muda, tidak hiperemis
 Permukaannya halus tidak berbenjol – benjol
 Tidak ada detritus dan eksudat seperti pada tonsilitis, tidak ada
pseudomembran seperti pada difteri
10 Memeriksa Chvostek sign
Ketuk ringan tepat atau sedikit di bawah arcus zygomaticus
”Chvostek sign negatif karena tidak terjadi kontraksi otot wajah,
berarti tidak ada tetanus atau hipokalsemia”

11 Melakukan pemeriksaan kelenjar parotis


 Kedua kelenjar parotis normal, tidak hiperemis, tidak bengkak
 Tidak ada nyeri tekan seperti pada parotitis (mumps)
12 Melakukan pemeriksaan kelenjar limfe leher (submentale,
submandibula, preaurikuler, retroaurikuler, servikalis, oksipital)
Submentalis  Submandibularis  Preauricula  Retroauricular 
Occipitalis  Cervicalis superficialis  Cervicalis profunda 
Cervicalis posterior  Supraclavicula

Dari hasil palpasi, tidak ditemukan pembesaran atau limfadenopati,


tidak nyeri tekan, konsistensi kenyal padat
13 Melakukan pemeriksaan JVP
14 Mencuci tangan sesudah pemeriksaan
PENILAIAN ASPEK PROFESIONALISME 0 1 2 3 4
JUMLAH SKOR
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
PEMERIKSAAN THORAKS

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
1 Mencuci tangan sebelum pemeriksaan
INSPEKSI
2 Statis : menilai bentuk dada (simetri/ asimetri, tumor, kelainan kulit,
deformitas bentuk dada)
 Bentuk dada normal tidak ada deformitas seperti pectus
excavatum (funnel chest) atau pectus carinatum (pigeon chest)
 Tidak ada luka, tanda – tanda inflamasi, dan massa

3 Dinamis : melihat adanya keterlambatan gerak, retraksi, retraksi,


frekuensi, irama, kedalaman, usaha napas, pola napas
abnormal
 Dinding dada bergerak simetris dan teratur, tidak ada
keterlambatan gerak
 Tidak ada retraksi seperti pada sesak napas berat
 Tidak ada usaha napas yang berlebihan
 Frekuensi napas sekian kali per menit, irama teratur
 Tidak ada pola napas abnormal seperti napas Kussmaul, Cheyne-
Stokes, Biot, dan sebagainya
4 Melihat dan melaporkan lokasi iktus kordis
Ictus cordis tidak terlihat
PALPASI
5 Memeriksa adanya nyeri tekan, krepitasi
 Tidak ada nyeri tekan seperti pada inflamasi
 Tidak ada massa
 Tidak ada krepitasi seperti pada fraktur costae
6 Memeriksa dan menilai pengembangan dinding dada
Letakkan ibu jari di sekitar arcus costae, jari yang lain di bagian lateral
 Geser ke arah medial dan angkat lipatan kulit  Minta pasien
bernapas dalam  Amati penyimpangan ibu jari saat ekspansi dada
 Kedua dinding dada mengembang secara simetris, tidak ada
bagian yang tertinggal
7 Memeriksa dan menilai fremitus taktil
Diperiksa saat menangis
 Fremitus taktil kanan kiri sama
 Tidak menurun seperti pada obstruksi bronkus, pneumothoraks
 Tidak meningkat seperti pada pneumonia
8 Memeriksa dan menilai adanya massa mediastinum/ retrosternal
Tidak terdapat massa mediastinum atau retrosternal
9 Melakukan palpasi iktus kordis (lokasi, diameter, amplitudo, durasi,
thrill)
Letakkan palmar atau bagian distal jari II, III, IV. Setelah ditemukan,
pindah ke ujung – ujung jari kemudian dengan satu ujung jari

 Ictus cordis terletak di SIC IV linea midclavicularis sinistra


 Diameter kurang dari 2,5 cm atau tidak lebih dari satu sela iga
 Amplitudo lembut dan cepat
 Durasi 2/3 sistole
 Tidak ada thrill
PERKUSI
10 Melakukan teknik pemeriksaan perkusi paru dengan benar

Pada perkusi, terdengar sonor di semua lapang paru


11 Melakukan pemeriksaan batas paru-hepar
Perkusi pada linea midclavicularis dextra dari atas ke bawag sampai
ada perubahan bunyi dari sonor ke pekak
Batas paru-hepar terletak di SIC VI linea midclavicularis dextra 2 cm di
bawah arcus costae

12 Melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan batas jantung


 Batas kiri : Perkusi dari lateral ke medial dari SIC V, IV, dan III
 Batas kanan : Perkusi ke arah cranial pada bagian kanan sternum
Batas – batas jantung
 Kiri bawah : SIC IV linea midclavicularis sinistra
 Kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra
 Kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dextra
 Kanan atas : SIC II linea parasternalis dextra
AUSKULTASI
13 Melakukan teknik pemeriksaan auskultasi dengan benar
14 Mengidentifikasi suara nafas dasar
 Terdengar suara vesikular pada semua lapang paru dimana
inspirasi lebih panjang daripada ekspirasi
 Suara bronchial di atas manubrium dimana ekspirasi lebih panjang
daripada inspirasi
15 Mengidentifikasi suara nafas tambahan
Tidak ada suara napas tambahan seperti wheezing, ronki, pleural rub
16 Mengidentifikasi bunyi jantung normal
Proyeksi katub jantung
 Katub mitral : SIC IV linea midclavicularis sinistra
 Katub trikuspidalis : SIC IV linea parasternalis sinistra
 Katub aorta : SIC II linea parasternalis dextra
 Katub pulmonal : SIC II linea parasternalis sinistra
Auskultasi pada proyeksi keempat katub jantung
 BJ1 terdengar paling keras di ictus cordis
 BJ2 terdengar paling keras di SIC II linea sternalis dextra et
sinistra, terdapat splitting saat inspirasi
17 Mengidentifikasi bunyi jantung tambahan
Tidak terdengar bunyi jantung tambahan seperti BJ3, BJ4, klik ejeksi,
opening snap
18 Mengidentifikasi dan melaporkan deskripsi bising jantung
Tidak terdengar bising jantung. Jika terdengar bising jantung, maka
dilaporkan kapan terdengar (sistole atau diastole), bentuk (crescendo,
decrescendo, holosistolik), lokasi bising yang paling keras, radiasi
bising, intensitas (derajat I – VI), nada (tinggi, sedanng, rendah) dan
kualitas bising (blowing, harshing,
19 Mencuci tangan sesudah pemeriksaan
PENILAIAN ASPEK PROFESIONALISME 0 1 2 3 4
JUMLAH SKOR
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
PEMERIKSAAN ABDOMEN – EKSTREMITAS

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
1 Mencuci tangan sebelum pemeriksaan
ABDOMEN
2 Menilai bentuk abdomen, adanya distensi, proyeksi gerakan usus di
dinding abdomen, adanya massa/ hernia (diafragma, umbilikal,
inguinal)
 Abdomen tampak simetris tidak ada distensi, tidak ada bulging
 Tidak ada luka, tanda – tanda inflamasi, dan massa
 Tidak ada darm contour (gambaran usus yang terlihat dari luar)
dan darm steifung (gerakan usus yang terlihat dari luar) seperti
ileeus atau anak yang sangat kurus
 Tidak ada kelainan kongenital seperti gastroschisis, omphalocele
3 Menilai peristaltik/ bising usus
Auskultasi di sekitar umbilicus selama 1 menit
 Bising usus 5 – 34 kali per menit yang berarti normal
 Bising usus meningkat pada diare dan menurun pada ileus paralitik
4 Melakukan perkusi abdomen dan menilai hasil pemeriksaan perkusi
abdomen
Perkusi pada 4 kuadran abdomen
Terdengar suara timpani pada keempat kuadran abdomen
5 Melakukan perkusi untuk pemeriksaan liver span
 Batas bawah : Perkusi dari linea midclavicularis dextra di sekitar
umbilicus ke arah cranial  Perubahan dari timpani ke pekak
 Batas atas : Perkusi dari linea midclavicularis dextra di sekitar
dinding dada ke arah caudal  Perubahan dari sonor ke pekak
 Liver span adalah 4 – 8 cm yang berarti normal, tidak ada
hepatomegali
6 Melakukan pemeriksaan turgor
Cubit perut di bawah arcus costae dan amati waktu kembalinya
 Turgor kulit baik karena cubitan perut kembali dengan cepat < 2
detik, berarti tidak ada dehidrasi
7 Melakukan palpasi hati
 Tekuk lutut
 Letakkan tangan kiri di belakang pasien, sejajar dan menopang
costae XI dan XII
 Letakkan tangan kanan di sebelah kanan sejajar dengan m. Rectus
abdominis, ujung jari menghadap ke cranial
 ”Tarik napas dalam, ya dek”  Raba tepi hepar

Teraba hepar dengan konsistensi lunak, permukaan halus, tidak


berbenjol – benjol, tepi lancip, tidak nyeri tekan
8 Melakukan palpasi lien
 Letakkan tangan kiri melingkar di belakang costae IX – X sinistra
 Letakkan tangan kanan di bawah margo costalis dextra, tekan ke
arah lien
 “Tarik napas yang dalam, ya dek”  Raba tepi lien
Tidak ada pembesaran lien. Jika ada pembesaran, maka diukur
dengan skala Schuffner
9 Melakukan palpasi ginjal
 Letakkan tangan kiri di belakang pasien, sejajar dan menopang
costae XII, ujung jari tepat di sudut costovertebrae
 Letakkan tangan kanan di kuadaran kanan atas di bagian lateral
sejajar dengan m. Rectus abdominis
 ”Tarik napas yang dalam, ya dek”  Tekanan tangan kanan kuat
dan dalam, raba ginjal kanan
Ginjal tidak teraba dan tidak nyeri tekan seperti pada pyelonefritis
EKSTREMITAS
10 Menilai adanya deformitas tulang ekstremitas
Tidak ada deformitas tulang seperti aplasia, hipoplasia, asimetris,
fokomelia, amelia, displasia panggul, talipes equinovarus
11 Menilai adanya anemia
Telapak tangan dan telapak kaki tidak pucat, berarti tidak ada anemia
12 Menilai adanya ikterus
Tekan kulit yang tampak coklat atau merah mudah. Blanching yang
berwarna kuning menunjukkan ikterus

Skala Kramer
 Derajat I : Sampai kepala dan leher
 Derajat II : Sampai dada dan punggung
 Derajat III : Sampai di bawah umbilicus dan lutut
 Derajat IV : Sampai lengan dan di bawah lutut
 Derajat V : Sampai tangan dan kaki

13 Menilai edema
Tekan dengan ibu jari di sekitar malleolus medialis atau tibia 
Diamkan satu menit  Lepaskan
“Tidak terdapat edema pada kedua ekstremitas”
Terdapat edema pitting pada e
14 Menilai adanya clubbing fingers
 Satukan jari telunjuk tangan kanan dan kiri
 Tidak terdapat clubbing fingers karena kedua ujung jari dapat
menempel erat dengan sedikit celah (Schamroth window), berarti
tidak ada sianosis berkepanjangan seperti pada tetralogi of fallot

15 Memeriksa pengisian kapiler


 Tekan kuku beberapa detik  Lihat waktu kembali menjadi merah
 CRT kembali dengan cepat < 2 detik berarti perfusi kulit baik
16 Melakukan pemeriksaan pulsasi arteria dorsalis pedis
Teraba a. dorsalis pedis dengan irama teratur dan intensitas kuat
17 Mencuci tangan setelah pemeriksaan
PENILAIAN ASPEK PROFESIONALISME 0 1 2 3 4
JUMLAH SKOR

LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA


PERTOLONGAN PERTAMA PADA KEJANG

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
1 Memastikan penderita mengalami kejang
”Pertama – tama saya akan memastikan bahwa pasien sedang
kejang. Pasien benar – benar kejang karena
 Muncul secara tiba – tiba (unprovoked)
 Kesadaran menurun atau hilang
 Gerakan ekstremitas sinkron : Kaku seluruh tubuh (tonik),
kelojotan (klonik), tiba – tiba jatuh (atonik), bengong (absent)
 Stereotipi gerakan
 Gerakan bola mata yang abnormal : Mendelik ke atas, melirik ke
kanan atau kiri
 Sianosis sekitar mulut, lidah tergigit, keluar buih, mengompol
2 Menempatkan penderita pada posisi yang nyaman (mencegah
terjadinya cidera)
 Catat waktu terjadinya kejang
 Minta orang – orang untuk menjauh dan pindahkan benda –
benda yang berbahaya
 Jangan memasukkan apapun ke dalam mulut
 Jangan berusaha menahan gerakan
 Letakkan bantal atau gulungan handuk di bawah atau di sekitar
kepala untuk mencegah benturan

3 Menjaga jalan nafas tetap terbuka


”Korban dimiringkan untuk menjaga jalan napas”
4 Memiringkan penderita

5 Melonggarkan pakaian yang ketat


 Longgarkan ikat pinggang
 Lepas sebagian kancing baju
6 Mengatasi kejang secepatnya (bila ada antikonvulsan)
”Jika ada antikonvulsan maka segera diberikan :
Anak
 Diazepam 5 mg per rektal untuk berat badan < 10 kg atau 10 mg
untuk berat badan > 10 kg
 Diazepam 0,25 – 0,5 mg/kgBB IV secara perlahan
Dewasa
 Diazepam 0,1 mg/kgBB IV secara perlahan dapat diulang
maksimal 3 kali setiap 30 – 60 menit
 Fenobarbital 3 – 5 mg/kgBB IM dapat diulang 2 – 3 kali
PENILAIAN ASPEK PROFESIONALISME 0 1 2 3 4
JUMLAH SKOR
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
PERTOLONGAN PERTAMA PADA TRAUMA SPINAL

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
1 Memanggil bantuan emergency
“Halo, dengan bagian emergensi ? Tolong segera kirim ambulans di
perempatan bangjo Ngoresan. Disini ada korban laki – laki umur 50
tahun dalam kondisi tidak sadar setelah tertabrak motor”
Tanda – tanda trauma spinal
 Jejas pada leher dan kepala
 Trauma kepala dengan gangguan kesadaran
 Nyeri di daerah tengkuk
 Tidak dapat menggerakkan leher, tangan kaki lemah, mengompol
 Jatuh dari ketinggian
 Whisplash injuryt
 Tertimpa benda berat pada punggung
2 Menjaga korban tetap pada posisinya, dengan memasang 2 bantal
tebal atau yang sejenis di kedua sisi leher korban
Pasang collar neck

Collar neck harus menempel pada dagu dan sternum


3 Menilai keadaan korban (A, B, C)
 Airway : Jalan napas bebas, tidak ada gumpalan darah atau cairan
 Breathing : Dada bergerak secara simetris, suara napas normal,
tidak ada gurgling, snoring, ata stridor, udara ekspirasi keluar dari
lubang hidung
 Circulation : Raba a. carotis
4 Membuka jalan nafas. Gunakan jari untuk membuka rahang dan
mengangkat dagu ke depan (lift chin)
Jaw thrust
 Letakkan ibu jari pada os zygomaticus
 Letakkan keempat jari yang lain pada angulus mandibulae
kemudian dorong ke depan secara perlahan
5 Bila henti nafas, lakukan RJP tanpa menarik kepala ke belakang
”Jika mengalami henti napas, maka dilakukan RJP dengan 30
kompresi : 2 ventilasi”
6 Bila perlu memutar korban, dilakukan minimal berdua dengan
gerakan secara bersama-sama; kepala, leher dan punggung tetap
segaris
Log roll technique
Dilakukan oleh 3 orang, tangan korban menyilang pada dada
 Penolong 1 : Tangan di bahu korban, lengan menjepit kepala
 Penolong 2 : Tangan di lengan korban dan di pelvis korban
 Penolong 3 : Tangan di pelvis korban dan di lutut korban

Komando dari penolong 1 : ”Dalam hitungan ketiga, korban


dimiringkan, 1...2...3”  Miringkan  Dekatkan spinal board 
”Dalam hitungan ketiga, korban dibaringkan, 1...2...3”  Penolong 2
memegang badan, penolong 3 memegang pelvis  ”Dalam hitungan
ketiga, korban ditarik ke atas, 1...2...3”

7 Stabilisasi korban
Ikat tali pada spinal board
8 Mempersiapkan transportasi korban
Selalu cek ABC
Airway
 Look : Kesadaran baik, tidak ada sianosis, tidak ada retraksi
intercostae, tidak ada cairan dan benda asing pada rongga mulut
 Listen : Tidak ada snoring, gurgling, dan str
 Feel : Trachea terletak di tengah
Breathing
 Dinding dada bergerak simetris, tidak ada keterlambatan gerak
 Frekuensi napas sekian kali per menit, irama regular
 Tidak ada penggunaan otot bantu napas
 Ada udara yang keluar dari hidung dan mulut
Circulation
 Cek a. Carotis  ”Denyut nadi teraba”
 Ekstremitas normal, tidak pucat, tidak dingin
 Capillary refill time baik
PENILAIAN ASPEK PROFESIONALISME 0 1 2 3 4
JUMLAH SKOR
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
PERTOLONGAN PERTAMA PADA PERDARAHAN

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
1 Baringkan penderita (pada pasien tidak sadar posisi mantap
sehingga darah tidak akan masuk jalan nafas)
2 Angkat bagian yang mengalami perdarahan
3 Menyingkirkan pakaian yang menghalangi darah
Pakaian disingkirkan untuk mengetahui sumber pendarahan lainnya
4 Melindungi luka dengan perban tekan yang bersih

 Balut tekan dengan kain + angkat bagian yang berdarah  Ikat


dengan tali  Pasang tongkat kecil  Putar pada sisi yang
berlawanan dengan luka
 Jika kain sudah basah, maka tumpuk dengan kain baru. Kain lama
tidak perlu dilepas untuk meminimalisasi kontak dengan udara
5 Mengatasi syok (bila ada)
Jika terdapat tanda – tanda syok seperti nadi lemah dan cepat, akral
dingin, napas cepat dan dangkal, dan CRT memanjang, segera
pasang 2 jalur IV dan berikan cairan kristaloid 2 – 4 ml
6 Melakukan pembebatan dengan torniket untuk perdarahan arteri
Tekan di daerah proksimal luka dengan torniquet
Diikat selama 15 menit dan dikendorkan selama 1 menit demikian
seterusnya sampai pendarahan berhenti
PENILAIAN ASPEK PROFESIONALISME 0 1 2 3 4
JUMLAH SKOR

LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA


PERTOLONGAN PERTAMA PADA TERSEDAK

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
1 Memastikan penderita benar tersedak (mengetahui gejala korban
tersedak)
”Pertama – tama saya akan memastikan bahwa pasien tersedak.
Pasien benar – benar tersedak karena
 Memegang tenggorokoan (universal choking sign)
 Tampak cemas dan distress
 Sulit berbicara dan bernapas
 Batuk – batuk
 Kulit menjadi pucat atau biru
 Akhirnya tidak sadar

2 Melakukan tepukan pada punggung minimal 5 kali dengan tumit


tangan
 Penolong berdiri di samping dan sedikit ke belakang
 Korban berdiri agak membungkuk
 Letakkan salah satu tangan pada dada korban
 Tepuk dengan tumit tangan di antara scapula 5 – 20 kali
3 Melakukan Heimlich maneuver sampai 4 kali dengan cepat
 Penolong berdiri di belakang korban
 Korban berdiri agak membungkuk
 Kepal tangan kanan, ibu jari di atas jari telunjuk membentuk knob,
letakkan pada processus xiphoideus

 Genggan dengan tangan kiri


 Tarik ke belakang dan ke atas

4 Dapat melakukan Heimlich maneuver pada orang hamil


Kepal tangan kanan, ibu jari pada sternum
5 Bila penderita menjadi tidak sadar, melakukan evakuasi korpus
alienum
Korban berbaring  Ambil corpus alineum dengan jari

6 Menyiapkan transportasi korban


”Setelah itu, saya akan mempersiapkan transportasi setelah :
 Jalan napas bebas, tidak ada benda asing
 Korban dapat bernapas spontan
 Nadi teraba
PENILAIAN ASPEK PROFESIONALISME 0 1 2 3 4
JUMLAH SKOR
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
PERTOLONGAN PERTAMA PADA GIGITAN ULAR BERBISA

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
1 Menghubungi UGD terdekat
“Halo, dengan bagian UGD ? Tolong segera kirim bantuan di hutan
Karanganyar. Disini ada korban laki – laki umur 50 tahun yang
tergigit ular berbisa dengan gejala keracunan”
2 Dapat mengidentifikasi gigitan ular dan gejala keracunan
 ”Pak, apakah tadi lihat ular ?”

 ”Digigit ular sejak jam berapa ? Apakah lebih dari 1 jam ?”


 ”Bekas gigitannya terasa nyeri atau tidak ? Seberapa nyeri ?”
 ”Tangan atau kaki bisa digerakkan ? Ada kedutan ?”
”Pasien terkena gigitan ular berbisa karena :
 Ada 1 atau 2 bekas gigitan yang dalam
 Tampak kemerahan dan bengkak
 Terasa sangat nyeri
 (Mungkin) terdapat blister, petechiae, vesikel hemorrhagik
Efek sistemik : Nyeri kepala, nyeri otot, nyeri perut, mual, muntah,
hipotensi, berkeringat, takikardia
Derajat Keracunan
 I : Satu atau lebih tanda gigitan, sedikit nyeri, < 1 inchi, edema
 II : Nyeri sedang sampai berat, 1 – 5 inchi, edema dan eritema
selama 12 jam pertama
 III : Nyeri hebat, 6 – 12 inchi, edema dan eritema selama 12 jam
pertama, muncul gejala sistemik
 IV : Nyeri hebat, > 12 inchi, edema dan eritema selama 12 jam
pertama, gejala sistemik, petechiae dan ekimosis menyeluruh
 V : Gejala sistemik, gagal ginjal, sekret bercampur darah,
koma, edema yang meluas
3 Melakukan torniket vena dan limfe
Pasang torniquet di bagian proksimal gigitan
4 Mengistirahatkan dan memfiksasi ekstremitas yang terkena gigitan
5 Melakukan insisi dengan alat yang tersedia dan menghisap
 Insisi vertikal pada bekas taring sekitar 2/3 cm dengan kedalaman
1/3 – 2/3 cm. Insisi tidak boleh menyilang
 Hisap dengan spuit yang dipotong, ujung spuit harus menutupi
semua gigitan. Hisap...buang....hisap....buang
6 Memasang infus
”Setelah petugas kesehatan datang, maka dilakukan pemasangan
infus. Infus sudah terpasang”
7 Memberikan anti venin
Hanya diberikan pada derajat II – V
”Kemudian saya akan memberikan antivenin intravena yang
dilarutkan dalam 500 ml normal saline atau glukosa 5%
 Pada derajat 2 diberikan 3 – 4 ampul
 Pada derajat 3 diberikan 5 – 15 ampul
8 Melakukan identifikasi masalah lain dan penanganannya
 Jika terdapat gejala neurotoksik (flaccid paralysis, refleks
menurun, ptosis), maka diberikan neostigmin
 Jika terdapat pendarahan, maka berikan transfusi darah,
fibrinogen, dan vitamin K
 Jika mengalami syok, maka berikan infus cairan kristaloid
 Jika mengalami gagal napas, maka lakukan ventilasi mekanik
 Jika terdapat gangguan ginjal (oliguria, anuria, serum kreatinin
meningkat), maka lakukan hemodialisis
 Jika terdapat gejala rhabdomyolisis (nyeri otot, lemah otot, urine
berwarna coklat), maka berikan kalsium glukonat
 Untuk nyeri dapat diberikan parasetamol atau tramadol
PENILAIAN ASPEK PROFESIONALISME 0 1 2 3 4
JUMLAH SKOR
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
PERTOLONGAN PERTAMA PADA SYOK ANAFILAKTIK

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
1 Menghubungi UGD terdekat
“Halo, dengan bagian UGD ? Tolong segera kirim bantuan di Jalan
Yang Lurus. Disini ada korban laki – laki umur 50 tahun yang diduga
mengalami syok anafilaktik
2 Melakukan posisi head down
Posisi kepala lebih rendah, bantal diletakkan di bawah kaki supaya
darah dapat mengalir ke organ vital seperti jantung, paru, otak

3 Membuka pakaian yang ketat


4 Mengamankan jalan nafas
 Look : Dada bergerak naik turun secara simetris
 Listen : Tidak ada suara napas tambahan seperti gurgling,
snoring, stridor
 Feel : Terasa udara yang keluar dari hidung dan mulut
 Jika perlu, lakukan head tilt – chin lift dan berikan napas buatan
 Berikan oksigen
5 Melakukan pemeriksaan tanda vital
 Denyut nadi sekian kali per menit  Nadi lemah dan cepat
 Tekanan darah < 90 mmHg
 Napas cepat dan dangkal, ada wheezing
 Jika tidak ada nadi, maka lakukan RJP
6 Memberikan suntikan adrenalin
 Saya akan memberikan epinefrin 1 : 1000 0,3 – 0,5 ml SC secara
perlahan. Jika belum merespons, maka dapat diulang 2 kali setiap
20 menit
 Jika mengalami gangguan napas berat atau hipotensi, maka
diberikan epinefrin 1 : 1000 0,5 ml sublingual atau IV pada v.
Jugularis interna atau melalui pia endotrachea dengan dosis 3 – 5
ml larutan 1 : 10.000
 Jika mengalami reaksi berat yang tidak segera merespons
terhadap terapi awal, maka diberikan infus epinefrin 1 mg dalam
250 ml dekstrosa 5%
7 Melakukan RJP bila penderita mengalami arrest
Pengobatan lainnya
 Cairan kristaloid 500 – 1000 ml
 Untuk mengatasi bronkospasme, berikan aminofilin 6 mg/kgBB IV
secara perlahan selama 20 menit
 Dapat diberikan difenhidramin HCl 25 – 50 mg IV setiap 6 jam
PENILAIAN ASPEK PROFESIONALISME 0 1 2 3 4
JUMLAH SKOR

LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA


PERTOLONGAN PERTAMA PADA HEAT STROKE

Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
1 Memastikan korban mengalami heat stroke
Ukur suhu tubuh  ”Korban mengalami heat stroke karena
 Suhu tubuh sangat tinggi  400C
 Kulit kering, panas, berwarna merah
 Tidak berkeringat
 Napas dalam nadi cepat kemudian napas dangkal nadi lemah
2 Memindahkan korban ke tempat sejuk dan berventilasi baik
”Saya akan memindahkan korban ke tempat yang sejuk dan
berventilasi baik, misalnya memasang kipas angin atau memindahkan
ke ruangan berAC. Setelah itu lepas pakaian”

3 Mengguyur penderita dengan air dingin


”Setelah itu, pakaian korban direndam dalam air dingin kemudian
digunakan untuk mengompres tubuh”
Atau bisa juga dengan menyemprotkan air dingin ke tubuh korban
Jika ada, letakkan ice pack pada ketiak, pangkal paha, dan leher

Minta pasien duduk atau berendam dalam air dingin  Guyur dengan
shower atau ember

4 Massage kulit untuk mengatasi efek vasokonstriksi dari air dingin dan
mempercepat aliran darah
5 Memeriksan suhu rektal setiap 10 menit jangan sampai kurang dari
38,50C (pertimbangan etis bisa dilakukan sublingual)
”Setelah 10 menit, termometer diletakkan di bawah lidah kemudian
ukur suhunya. Jangan sampai < 38,50C”
6 Memperhatikan penderita jangan sampai relaps
7 Pemberian obat jika perlu :
- Infus
- Sedatif bila kejang terus - menerus
Jika mengalami syok, maka diberikan infus cairan. Jika kejang terus –
menerus, diberikan diazepam 10 – 20 mg IV
PENILAIAN ASPEK PROFESIONALISME 0 1 2 3 4
JUMLAH SKOR
CONTOH ANAMNESIS
Diare
1. Anamnesis
 Sudah berapa hari ?
 Bisa diceritakan kenapa anaknya bisa diare ? Mungkin setelah makan minum apa atau
setelah bepergian kemana ?
 Sehari mencret berapa kali ? Jumlahnya banyak atau sedikit ?
 Konsistensinya encer atau padat ? Jumlah airnya banyak atau sedikit ?
 Warna tinjanya apa ? Ada lendir darah ? Berbau busuk ?
 Anaknya rewel atau tidak ? Saat sakit, apakah masih tetap menyusui ? Masih bisa
makan minum ? Porsinya bagaimana, tetap – meningkat – turun ? Sering muntah atau
tidak ?
 Diarenya semakin memberat saat apa ? Misalnya setelah makan minum apa ?
 Sudah dikasih obat apa saja untuk mengurangi mencret ?
 Sebelumnya pernah minum antibiotik dalam waktu yang lama ?
2. Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan tanda vital dan status gizi lengkap
 Pemeriksaan mata : Lembab atau kering, mata cekung
 Pemeriksaan mulut dan gigi
 Pemeriksaan abdomen superficial : Sosis sign dan dance sign pada intusepsi
 Pemeriksaan bising usus
 Pemeriksaan turgor kulit
 Pemeriksaan CRT
Batuk
1. Anamnesis
 Batuknya sudah berapa lama ?
 Bisa diceritakan kenapa bisa batuk ? Mendadak atau bertahap ? Terus – menerus atau
hilang timbul ? Berdahak atau tidak ?
 Jika hilang timbul, apakah sering muncul ? Munculnya saat kapan, hilangnya saat
kapan ?
 Apakah anaknya pernah tersedak sebelumnya ? Kapan tersedaknya ?
 Batuknya memberat saat kapan ?
 Sudah pernah dikasih obat sebelumnya ?
 Apakah ada gejala yang lain seperti pilek, sesak napas, atau suara ngik ngik ?
 Apakah sebelumnya pernah mengalami batuk seperti ini ?
 Apakah anaknya ada riwayat alergi ? Di keluarganya ada yang punya alergi ?
 Apakah di rumah ada yang mengalami batuk seperti ini ? Tetangganya ? Teman
sekolahnya ? Apakah ada orang dekat yang sakit TBC ?
 Anaknya sudah dapat imunisasi apa saja ? BCG, Pentabio, campak ?
 Anaknya rewel atau tidak ? Saat sakit, apakah masih tetap menyusui ? Masih bisa
makan minum ? Porsinya bagaimana, tetap – meningkat – turun ? Sering muntah atau
tidak ?
2. Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan tanda vital dan status gizi lengkap
 Pemeriksaan hidung
 Pemeriksaan mulut dan gigi
 Pemeriksaan tenggorokan
 Pemeriksaan thoraks lengkap
 Pemeriksaan abdomen superficial
 Palpasi hepar dan lien
 Pemeriksaan limfonodi
Demam
1. Anamnesis
 Sudah berapa lama ?
 Bisa diceritakan mengapa anaknya bisa demam ? Muncul mendadak atau bertahap ?
Terus – menerus atau hilang timbul ? Demamnya pernah turun atau tidak ?
 Beberapa hari terakhir, pernah bepergian ke daerah endemis malaria atau tidak ?
 Jika hilang timbul, apakah sering muncul ? Munculnya saat kapan, hilangnya saat
kapan ?
 Suhu tubuhnya pernah diukur dengan termometer ? Berapa ?
 Sudah pernah dikasih obat sebelumnya ?
 Kalau ada ruam : Ruamnya muncul kapan ? Sebelum atau setelah demam ?
 Apakah ada nyeri leher, nyeri kepala, nyeri telinga ?
 Kencing dan beraknya bagaiman ? Apakah lebih sering dari biasanya ?
 Pernah mimisan dan gusi berdarah ? Muntah darah atau seperti kopi ? Berak darah atau
berak berwarna hitam ?
 Sering mengorek – orek telinga ? Dari telinganya pernah keluar cairan atau tidak ?
Cairannya seperti apa ? Warnanya ? Kental atau encer ? Sering keluar atau tidak ?
 Apakah sebelumnya pernah batuk pilek ?
 Apakah sebelumnya pernah demam seperti ini ?
 Apakah di rumah ada yang mengalami demam seperti ini ? Tetangganya ? Teman
sekolahnya ? Apakah ada orang dekat yang sakit campak ?
 Anaknya rewel atau tidak ? Saat sakit, apakah masih tetap menyusui ? Masih bisa
makan minum ? Porsinya bagaimana, tetap – meningkat – turun ? Sering muntah atau
tidak ?
2. Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan tanda vital dan status gizi lengkap
 Pemeriksaan fontanella
 Pemeriksaan hidung
 Pemeriksaan mata
 Pemeriksaan telinga
 Pemeriksaan mulut dan gigi
 Pemeriksaan tenggorokan
 Pemeriksaan kelenjar parotis
 Pemeriksaan rangsang meningeal
 Palpasi hepar dan lien
 Palpasi ginjal dan sudut costovertebrae
 Pemeriksaan CRT
Kejang
1. Anamnesis
 Bisa diceritakan mengapa anaknya bisa kejang ? Munculnya mendadak atau
dipicu oleh sesuatu ? Kejangnya dimana ?
 Saat kejang, anaknya sadar atau tidak ? Saat dipanggil, merespons atau tidak ?
 Kejangnya terjadi selama berapa menit ? Sebentar atau lama ?
 Apakah sebelumnya pernah kejang seperti ini ? Seberapa sering ?
 Gerakan kejangnya seperti apa ? Menyeluruh atau terpusat pada bagian tertentu
? Kedua tangan dan kaki bergerak sinkron ? Atau anaknya sering bengong,
perhatiannya menurun, pandangan mata kosong ? Atau anaknya sering tiba –
tiba jatuh ?
 Setelah kejang, anaknya ngapain ? Langsung tertidur atau kembali sadar
penuh ?
 Apakah anaknya demam ? Demamnya terus – menerus
 Apakah anaknya demam ? Demamnya terjadi sebelum – bersamaan – setelah
kejang ? Demamnya sudah berapa hari ? Setelah kejang juga masih demam ?
 Apakah sebelumnya pernah sakit telinga ? Batuk pilek ?
2. Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan tanda vital dan status gizi lengkap
 Pemeriksaan kepala leher dan rangsang meningeal
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

Nama Mahasiswa : ………………………………… Nama Penguji : …………………………….


NIM : …………………………………. Tanda tangan : …………………………….
Bobo Skor
No Aspek Keterampilan yang Dinilai
t 0 1 2
Persiapan Resusitasi
1. Melakukan Informed consent 1
“Selamat pagi, perkenalkan saya dr. Evan yang jaga di rumah sakit
ini. Disini saya akan memberikan pertolongan pada bayi ibu untuk
memperbaiki fungsi pernapasan dan jantung bayi sehingga bisa
mengalirkan oksigen ke otak dan otak tidak rusak. Apakah ibu
bersedia ?”
2. Menanyakan informasi tentang faktor risiko ibu, janin, dan 2
antepartum
Faktor risiko ibu
 Ini kelahiran yang ke berapa ? Pernah keguguran ?
 Pernah sakit apa saja selama hamil misalnya tekanan darah
tinggi, kejang – kejang, sakit gula ?
 Saat hamil, pernah mengalami pendarahan atau tidak ? Jika
pernah, kapan ?
 Obat apa saja yang dikonsumsi saat hamil ?
Faktor risiko janin
 Bayinya lahir pada umur kehamilan berapa ?
 Berat bayi saat lahir berapa ?
 Apakah bayinya kembar ?
Faktor risiko antepartum
 Bayinya lahir dari vagina atau caesar ?
 Jika lahir dari vagina, apakah menggunakan bantuan alat ?
 Apakah ada masalah saat melahirkan ? Misalnya gak kuat
mengejan, pendarahan banyak, bayi sungsang, bayi susah keluar
 Apakah ibu diberikan obat bius saat akan melahirkan ?
 Air ketuban warnanya apa ? Berbau atau tidak ?
3. Mempersiapkan tim resusitasi 1
“Setelah saya akan mempersiapkan tim resusitasi yang terdiri dari 3
orang. Orang pertama menjaga airway dan breathing, orang kedua
menjaga circulation, dan orang ketiga mempersiapkan obat dan alat
4. Melakukan persiapan alat : penghangat/infant warmer, 2
penghisap/suction, alat ventilasi (balon mengembang sendiri/T-
piece/ jakson rees, alat intubasi, sungkup wajah), akses sirkulasi,
inkubator tanspor/peralatan metode kanguru, pelengkap (stetoskop,
pulse oxymetri), sumber gas (tabung oksigen)
Airway
 Suction
 Bulb syringe
 Aspirator meconium
Breathing
 Pulse oxymetry
 Bag and valve mask
 Jackon rees, T-piece resuscitator (Neopuff)
 Pipa endotrachea, laringoskop, sungkup wajah
 Tabung oksigen, oxygen blender, selang oksigen
Circulation
 Kateter umbilicus
 Obat – obatan : Adrenalin, atropin, normal saline, RL, NaHCO3
Pelengkap
 Stetoskop
 Alat periksa kadar glukosa
 Inkubator transport, infant warmer
 3 buah kain : Mengeringkan, menyelimuti, dan mengganjal bahu
 Kapas alkohol, gunting, plester, spuit dan jarum
 Handscoen steril dan alat pelindung diri
5. Melakukan pengecekan fungsi alat sebelum digunakan 1
“Semua alat berfungsi dengan baik”
6. Melakukan cuci tangan dan memakai alat pelindung diri 1
B Langkah Awal Resusitasi
7. Menerima bayi dan meletakkan di bawah infant warmer 2

8. Menilai bayi bernapas / menangis? 2


“Bayi tidak menangis”
9. Menilai tonus otot 1
“Tonus otot lemah”
10. Mengatur posisi bayi dan membersihkan jalan napas 2
 Jika bayi menangis dan tonus otot baik, maka keringkan,
hangatkan, dan observasi pernapasan
 Jika bayi tidak menangis atau tonus otot lemah, maka atur posisi
kepala, bersihkan jalan napas, keringkan, dan hangatkan
Posisi kepala
 “Karena tidak menangis dan tonus otot lemah, maka saya akan
memposisikan bayi telentang dengan kepala sedikit menengadah
sehingga faring, laring, dan trachea terletak pada garis lurus”
 “Bahu diganjal dengan gulungan kain untuk mencegah fleksi
leher dan sumbatan jalan napas”
Membersihkan jalan napas
 “Kemudian saya akan membersihkan jalan napas dengan bulb
syringe dari mulut kemudian hidung

11. Mengeringkan bayi 2

12. Memakaikan topi bayi dan menghangatkan dengan kain linen kering 1
Jika berat bayi saat lahir  1500 gram, maka bayi langsung
dibungkus plastik bening tanpa dikeringkan kecuali wajahnya.
Setelah itu, dipasang topi
13. Melakukan stimulasi pada bayi, dan memposisikan kembali 2
Stimulasi napas dengan menepuk telapak kaki atau menggosok
punggung atau perut

14. Menilai denyut jantung bayi, usaha napas dan tonus otot 2
Tanya ke penguji bagaimana denyut jantung bayi, tonus otot, dan
usaha napas
 Letakkan stetoskop pada a. umbilicalis  Hitung denyut nadi
selama 10 detik  Kalikan 6
 Jika bayi tidak bernapas atau megap – megap dan denyut
jantung < 100 kali/menit, maka berikan VTP
 Jika bayi bernapas spontan tapi mengalami distress, maka
berikan CPAP dengan tekanan 5 – 8 cmH2O
 Jika bayi bernapas spontan tapi ada sianosis sentral, maka
berikan suplementasi oksigen
15. Memantau saturasi oksigen 1
Langkah Resusitasi VTP
16. Melakukan ventilasi tekanan positif 2
 Petugas berdiri di sisi kepala atau samping bayi

 Posisi kepala bayi setengah menengadah


 Sungkup harus menutupi hidung dan mulut, tidak menekan mata,
dan tidak menggantung di dagu

 Pegang sungkup dengan benar. Ibu jari dan jari telunjuk


melingkari sungkup, jari manis dan jari kelingking mengangkat
dagu, jari yang lain pada angulus mandibulae
 Pompa dengan tekanan awal > 30 cmH2O kemudian 15 – 20 cm
H2O dengan frekuensi 20 – 30 kali/30 detik

Tekan….lepas…..lepas……tekan…..lepas…..lepas…..tekan
17. Melakukan penilaian pengembangan dada 1
18. Melakukan penilaian ulang denyut jantung bayi, usaha napas dan 2
tonus otot
Tanda keberhasilan ventilasi
 Dada mengembang secara simetris bilateral
 Suara napas terdengar dengan auskultasi
 Frekuensi jantung dan warna kulit meningkat
Langkah Resusitasi VTP dan kompresi dada
19. Melakukan ventilasi tekanan positif 2
 Jika denyut jantung < 60 kali/menit meskipun dada mengembang
adekut, maka lakuan VTP + kompresi
 Jika denyut jantung > 60 kali/menit, maka lakukan VTP saja
20. Melakukan kompresi dada 2
Diperlukan 2 orang yang bekerja sama, satu menekan dada dan
yang lain melanjutkan ventilasi
 “Saya akan melakukan kompresi pada sepertiga inferior sternum,
satu jari di bawah garis putting

 “Ditekan dengan kedalaman sepertiga diameter AP thoraks


dengan perbandingan 3 kompresi : 1 inflasi (90 kompresi dan 30
inflasi dalam 1 menit)
Teknik kompresi
 Teknik ibu jari : Ibu jari fleksi pada interphalanges distal. Jari
yang lain melingkar di bawah bayi untuk menyangga punggung

 Teknik satu jari : Ujung jari telunjuk dan jari tengah tegak lurus
dengan dinding thoraks

21. Melakukan penilaian pengembangan dada 1


22. Melakukan penilaian ulang denyut jantung bayi, usaha napas dan 2
tonus otot
 Jika bayi bernapas spontan tapi mengalami distress, maka
berikan CPAP dengan tekanan 5 – 8 cmH2O
 Jika bayi bernapas spontan tapi ada sianosis sentral, maka
berikan suplementasi oksigen
23. Melakukan cuci tangan setelah pemeriksaan 1
PENILAIAN ASPEK PROFESIONALISME 0 1 2 3 4
JUMLAH SKOR
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
KETERAMPILAN INJEKSI INTRAMUSKULER

Skor
No Aspek Ketrampilan yang Dinilai
0 1 2
Persiapan pasien
1. Menyapa pasien, mempersilakan pasien untuk duduk.
”Selamat pagi pak, perkenalkan saya dr. Evan yang jaga di rumah sakit
ini. Silakan duduk dulu, pak”
2. Mengecek kembali identitas pasien.
 ”Ini dengan bapak siapa ?”
 ”Umur nya berapa tahun ?”
 ”Pekerjaan sehari – hari sebagai apa ?”
 ”Datang kesini ada keluhan apa ?”
3. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan.
”Untuk mengatasi keluhan yang Bapak alami, saya akan menyuntikkan
obat xxx dengan dosis yyy pada bokong Bapak. Mungkin nanti terasa
agak nyeri. Kemudian untuk menjaga privasi, saya akan melakukannya di
kamar periksa
”Apakah Bapak bersedia ? Kalau bersedia, tolong celanannya dilepas dan
langsung ke bed, ya Pak”
4. Menanyakan riwayat alergi pasien.
 ”Apakah Bapak punya alergi obat ?”
 ”Dulu setelah minum atau disuntikkan obat, apakah pernah langsung
gatal – gatal, bengkak, atau sesak napas ?”
Persiapan obat
5. Mengecek nama, dosis, cara pemberian, tanggal kadaluwarsa obat,
kondisi fisik obat dan kontainernya.
”Jadi ini obatnya ya Pak”
 ”Nama obatnya adalah xxx dosisnya yyy. Nanti akan saya suntikkan
secara intramuscular”
 ”Tanggal kadaluarsanya masih cukup lama”
 ”Kondisi obat masih baik, tidak menggumpal, tidak mengkristal, tidak
berubah warna, tidak ada endapan”
 ”Kontainer masih baik, tidak ada yang pecah, segelnya tidak rusak,
label obat terbaca jelas”
6. Memilih jarum dan spuit yang digunakan untuk injeksi dengan tepat
”Saya akan menggunakan jarum ukuran 20 – 22 G yang panjanya 1 –
1,5 inchi. Volume spuit yang digunakan adalah 2,5 – 5 ml
7. Menyiapkan obat dan peralatan injeksi dalam 1 tray.
 Siapkan handscoen
 Buka sebagian kemasan jarum pada bagian pangkal. Jangan
menyentuh hub
 Kapas dan alkohol 70%. Tuang alkohol ke dalam cum kemudian
masukkan beberapa kapas
 Ketuk leher ampul secara perlahan sampai obat turun ke bawah

 Putar vial (bukan mengocok) dalam genggaman tangan untuk


homogenisasi
 Buka logam penutup pada karet vial
8. Mencuci tangan.
”Alat – alatnya sudah siap. Saya akan cuci tangan terlebih dahulu”
9. Mengenakan sarung tangan.
10. Memasang jarum pada spuit
”Selanjutnya saya akan memasang jarum pada spuit”
 Keluarkan spuit dari bungkusnya tanpa menyentuh batang plunger
dan adapter
 Pegang spuit dengan tangan kiri, tarik ujung batang plunger keluar
masuk barrel
 ”Segel karet melekat erat pada puncak plunger dan cukup rapat
menutup diameter barrel. Selain itu, plunger cukup mudah bergerak”
 Pasang hub jarum pada adapter. Bevel jarum menghadap sisi yang
sama dengan skala milimeter pada spuit
11. Melakukan aspirasi obat dari dalam vial/ ampul
Aspirasi obat dari vial
 Bersihkan tutup karet vial dengan kapas alkohol
 Lepaskan tutup jarum
 Masukkan udara ke dalam spuit sebanyak dosis obat yang diberikan
 Tusukkan jarum melewati tutup karet, bevel jarum menghadap ke
atas. Bagian hub jangan menyentuh tutup karet

 Masukkan udara ke dalam vial


 Balik vial kemudian aspirasi obat dengan menarik plunger perlahan
sesuai dosis + 0,2 ml. Pastikan ujung jarum tetap di bawah
permukaan cairan
 Indikator dosis adalah cincin atas

https://www.youtube.com/watch?v=__BVDcbIOoA
Aspirasi obat dari ampul
 Ketuk leher ampul secara perlahan sampai obat turun ke bawah
 Bersihkan leher ampul dengan kapas alkohol kemudian patahkan
leher ampul

 Lihat larutan obat di dalam ampul. Pastikan tidak ada pecahan kaca
 Jika jarum berukuran panjang, letakkan ampul pada meja datar,
pegang ampul dengan tangan kiri, kemudian aspirasi obat dengan
tanga kanan. Pastikan ujung jarum tetap di bawah permukaan cairan
 Jika jarum berukuran pendek, pegang ampul dengan tangan kiri, balik
ampul, kemudian aspirasi obat dengan tangan kanan
12. Menghilangkan gelembung udara
 Pasang tutup jarum, posisikan lubang jarum menghadap ke atas
 Tarik plunger perlahan sampai obat pada batang jarum masuk ke
dalam barrel
 Ketuk barrel perlahan sehingga gelembung udara naik ke atas
 Dorong plunger sampai sejumlah kecil obat terbuang
13. Mengecek kembali ketepatan dosis
”Dosis obat sudah tepat”
Melakukan injeksi intramuskuler dengan benar
14. Memilih lokasi injeksi dengan benar
”Kemudian saya akan menyuntikkan obat pada regio gluteus, tepatnya di
kuadaran superior lateral”
Regio gluteus
 Indikasi : Injeksi obat dengan volume besar sampai 5 ml
 Kontraindikasi : Balita, otot kecil
 Lokasi : Kuadran superior lateral gluteus
 Posisi tengkurap
M. Vastus lateralis
 Indikasi : Injeksi obat dengan volume sedang sampai 2 ml, neonatus,
bayi, balita
 Lokasi : Sepertiga tengah bagian anterolateral paha

M. Rectus femoris
 Indikasi : Autoinjeksi, injeksi volume sedang sampai 2 ml (jarang)
 Lokasi : Sepertiga medial anterior
M. Deltoideus
 Indikasi : Injeksi volume kecil maksimal 1 ml, pilihan lokasi terakhir
 Kontraindikasi : Orang yang kurus, otot kecil
 Lokasi : Bagian tengah segitiga yang terletak 2 jari di bawah acromion
 Lengan pasien diletakkan di pinggang
15. Desinfeksi lokasi injeksi dengan benar
”Pertama – tama saya akan membersihkan lokasi injeksi dengan kapas
alkohol”. Gerakan sirkular dari pusat ke tepi

16. Meregangkan kulit


”Kulit diregangkan untuk mempermudah masuknya jarum dan
mengurangi sensitivitas ujung – ujung saraf”
17. Memegang spuit
”Spuit dipegang dengan ibu jari dan jari telunjuk kanan”
18. Menginsersikan jarum (sudut insersi terhadap permukaan kulit 90o)
“Saya suntikkan obatnya sekarang ya Pak. Bapak rileks saja, tarik napas
dalam, Pak”
 Arah jarum tegak lurus terhadap permukaan kulit, bevel menghadap
ke atas
 Masukkan jarum sedalam 2/3 atau 3/4 panjang jarum

19. Melakukan aspirasi (cek ujung jarum masuk vena atau tidak)
”Saya lakukan aspirasi untuk mengecek apakah ujung jarum masuk ke
vena atau tidak”
20. Melakukan injeksi
Injeksi secara perlahan untuk mengurangi rasa sakit
21. Melakukan masase area injeksi
Masase tempat injeksi dengan kapas alkohol dari pusat ke tepi
22. Melakukan kontrol perdarahan

23. Melakukan observasi pasca injeksi


”Saya akan melakukan observasi pasca injeksi misalnya apakah
(keluhannya) berkurang, muncul kemerahan, bengkak – bengkak, atau
tanda – tanda syok (nadi lemah dan cepat, akral dingin, sesak napas)
24. Mencuci tangan
”Sudah selesai, Pak. Bapak bisa memakai celananya kembali dan duduk
di kursi. Saya akan cuci tangan terlebih dahulu”
25. Menyebutkan tindakan yang dilakukan manakala dihadapkan pada
komplikasi injeksi
 ”Pak, nanti kalau misal muncul kemerahan, memar, atau nyeri, bisa
dikompres dengan air hangat”
 ”Terus kalau misalnya muncul kemerahan di seluruh tubuh, bibirnya
bengkak, terasa lemas dan mau pingsan, dan sesak napas, segera
pakaiannya dilonggarkan, beri bau – bau / wewangian, dan segera
pergi ke klinik terdekat, ya Pak”
 ”Selain itu, kalau kaki (atau tangan) nya tiba – tiba lumpuh, kebas,
atau tidak bisa digerakkan, juga segera ke klinik terdekat, ya Pak”
PENILAIAN ASPEK PROFESIONALISME 0 1 2 3 4
JUMLAH SKOR
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
KETERAMPILAN INJEKSI SUBKUTAN

Nilai
No Aspek Ketrampilan yang Dinilai
0 1 2
Persiapan pasien
1. Menyapa pasien, mempersilakan pasien untuk duduk.
2. Mengecek kembali identitas pasien.
3. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan.
4. Menanyakan riwayat alergi pasien.
Persiapan obat
5. Mengecek nama, dosis, cara pemberian, tanggal kadaluwarsa obat,
kondisi fisik obat dan kontainernya.
6. Memilih jarum dan spuit yang digunakan untuk injeksi dengan tepat
”Saya akan menggunakan jarum ukuran 23 – 25 G yang panjanya
1/2 – 7/8 inchi. Volume spuit yang digunakan adalah 2,5 – 3 ml”
7. Menyiapkan obat dan peralatan injeksi dalam 1 tray.
8. Mencuci tangan.
9. Mengenakan sarung tangan.
10. Memasang jarum pada spuit
11. Melakukan aspirasi obat dari dalam vial/ ampul
12. Menghilangkan gelembung udara
13. Mengecek kembali ketepatan dosis
Melakukan injeksi subkutan dengan benar
14. Memilih lokasi injeksi dengan benar
”Kemudian, saya akan menyuntikkan obat pada area deltoid”
 Regio deltoid jika volume obat 0,5 – 1 ml
 Bagian anterolateral paha jika volume obat 1 – 3 ml
 Regio gluteus jika volume obat > 3 ml
15. Desinfeksi lokasi injeksi dengan benar
16. Mencubit kulit
”Kulit dicubit untuk stabilisasi tempat injeksi”
17. Memegang spuit
18. Menginsersikan jarum (sudut insersi terhadap permukaan kulit 45o)
 Arah jarum tegak lurus terhadap permukaan kulit, bevel
menghadap ke atas
 Masukkan jarum sedalam 3/4 panjang jarum
19. Melakukan aspirasi (cek ujung jarum masuk vena atau tidak)
20. Melakukan injeksi
21. Melakukan masase area injeksi
22. Melakukan kontrol perdarahan
23. Melakukan observasi pasca injeksi
24. Mencuci tangan.
25. Menyebutkan tindakan yang dilakukan manakala dihadapkan pada
komplikasi injeksi
PENILAIAN ASPEK PROFESIONALISME 0 1 2 3 4
JUMLAH SKOR

LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA


KETERAMPILAN INJEKSI INTRAKUTAN

Nilai
No Aspek Ketrampilan yang Dinilai
0 1 2
Persiapan pasien
1. Menyapa pasien, mempersilakan pasien untuk duduk.
2. Mengecek kembali identitas pasien.
3. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan.
4. Menanyakan riwayat alergi pasien.
Persiapan obat
5. Mengecek nama, dosis, cara pemberian, tanggal kadaluwarsa obat,
kondisi fisik obat dan kontainernya.
6. Memilih jarum dan spuit yang digunakan untuk injeksi dengan tepat
”Saya akan menggunakan jarum ukuran 25 – 27 G yang panjanya 1/4 –
1/2 inchi. Volume spuit yang digunakan adalah 1 ml”
7. Menyiapkan obat dan peralatan injeksi dalam 1 tray.
8. Mencuci tangan.
9. Mengenakan sarung tangan.
10. Memasang jarum pada spuit
11. Melakukan aspirasi obat dari dalam vial/ ampul
12. Menghilangkan gelembung udara
13. Mengecek kembali ketepatan dosis
Melakukan injeksi intrakutan dengan benar
14. Memilih lokasi injeksi dengan benar
”Kemudian saya akan menyuntikkan obat pada bagian volar lengan
bawah. ”Pak, tolong siku kanannya ditekuk dan telapak tangan
menghadap ke atas”
 Regio deltoid untuk vaksinasi BCG
 Bagian volar antebrachii untuk skin test dan lainnya
15. Desinfeksi lokasi injeksi dengan benar
16. Meregangkan dan memfiksasi kulit
17. Memegang spuit
18. Menginsersikan jarum (sudut insersi terhadap permukaan kulit 10-15°)

19. Melakukan injeksi sampai terjadi indurasi kulit


Jangan di massage
20. Melakukan kontrol perdarahan
21. Melakukan observasi pasca injeksi
22. Memberikan instruksi kepada pasien
”Pak, nanti di tempat suntikannya jangan digaruk, digosok, dibersihkan,
atau dibasahi, ya”
23. Mengidentifikasi reaksi yang diharapkan muncul
 Tes tuberkulin : ”Pak, nanti tolong datang kesini lagi 48 – 72 jam (2 –
3 hari) kemudian untuk melihat hasilnya ya”
 Skin test : ”Pak, tolong tunggu beberapa menit. Kalau muncul
kemerahan atau gatal, tolong beritahu ya”
24. Mencuci tangan.
25. Menyebutkan tindakan yang dilakukan manakala dihadapkan pada
komplikasi injeksi
PENILAIAN ASPEK PROFESIONALISME 0 1 2 3 4
JUMLAH SKOR
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
KETERAMPILAN INJEKSI INTRAVENA

Nilai
No Aspek Ketrampilan yang Dinilai
0 1 2
Persiapan pasien
1. Menyapa pasien, mempersilakan pasien untuk duduk.
2. Mengecek kembali identitas pasien.
3. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan.
4. Menanyakan riwayat alergi pasien.
Persiapan obat
5. Mengecek nama, dosis, cara pemberian, tanggal kadaluwarsa obat,
kondisi fisik obat dan kontainernya.
6. Memilih jarum dan spuit yang digunakan untuk injeksi dengan tepat
”Saya akan menggunakan jarum ukuran 22 – 23 G yang panjanya
3/4 – 1,5 inchi”
7. Menyiapkan obat dan peralatan injeksi dalam 1 tray.
8. Mencuci tangan.
9. Mengenakan sarung tangan.
10. Memasang jarum pada spuit
11. Melakukan aspirasi obat dari dalam vial/ ampul
12. Menghilangkan gelembung udara
13. Mengecek kembali ketepatan dosis
Melakukan injeksi intravena dengan benar
14. Mengidentifikasi vena lokasi injeksi
”Kemudian saya akan menyuntikkan obat pada v. Media cubiti karena
paling superficial dan mudah terlihat”
 Bolus : V. Media acubiti
 Infus intermitten dan kontinue : Vena yang lurus dan terfiksasi
15. Memasang torniket dengan benar
”Sebelum disuntik, pasang torniquet sekitar 2 – 3 inchi di atas
tempat injeksi”

16. Desinfeksi lokasi injeksi dengan benar


17. Memegang spuit dengan benar
18. Menginsersikan jarum (sudut insersi jarum terhadap permukaan kulit
15-30°)
19. Mengecek ujung jarum masuk vena atau tidak (darah tampak
mengalir ke dalam spuit)
”Saya lakukan aspirasi untuk mengecek apakah ujung jarum masuk
ke vena atau tidak. Jika benar masuk ke dalam vena, maka darah
yang masuk ke spuit berwarna merah gelap dan tidak berbuih”

 Masuk ke arteri : Darah berwarna merah cerah, agak berbuih,


dan memiliki tekanan  Segera tarik jarum dan tekan bekas
suntikan
 Belum masuk : Tidak ada darah  Masukkan jarum lebih dalam
atau ulangi prosedur
20. Melepas torniket setelah darah tampak mengalir ke dalam spuit

21. Melakukan injeksi perlahan-lahan


22. Melakukan kontrol perdarahan
Tekan dengan kapas
23. Memasang plester
24. Melakukan observasi pasca injeksi
25. Mencuci tangan.
26. Menyebutkan tindakan yang dilakukan manakala dihadapkan pada
komplikasi injeksi
PENILAIAN ASPEK PROFESIONALISME 0 1 2 3 4
JUMLAH SKOR

Anda mungkin juga menyukai