3 IP ADDRESS
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, setiap peralatan aktif jaringan seperti network
interface card ( NIC ), switch dan router memiliki MAC address untuk memberikan
identitas pada peralatan tersebut agar dapat dikenal dan ditemukan di dalam jaringan.
MAC address ini disebut juga alamat hadware karena merupakan identitas yang
diberikan oleh pabrik pembuat peralatan.
Agar pengaturan pemberian alamat pada peralatan lebih mudah dan fleksible,
dipergunakan alamat logika. Jika peralatan jaringan diganti, MAC address secara
otomatis berubah sesuai dengan dengan MAC address peralatan baru. Sedangkan, jika
menggunakan alamat logika, alamat logika yang sama tetap dapat dipakai walaupun
peralatan jaringan diganti. Jadi tampak bahwa penggunaan alamat logika memberikan
kemudahan administrasi pemberian alamat peralatan.
Oleh karena protocol TCP/IP adalah protocol yang paling banyak dipakai untuk
meneruskan ( routing ) informasi pada jaringan WAN dan internet, maka pengertian
yang mendalam mengenai IP address adalah sangat penting untuk tugas anda sebagai
administrator jaringan. Demikian pula, IP address merupakan topic yang penting untuk
persiapan ujian CCNA karena sering ditanya.
Di dalam dunia sehari hari, kita umumnya hanya mengnal angka decimal yang berupa
angka 0 sampai 9. Namun, di dalam dunia computer, disamping angka decimal sering
juga dipergunakan angka binary yang berupa angka 0 dan 1 serta angka hexadecimal
yang terdiri atas angka 0 sampai F.
Oleh sebab itu, perlu anda ketahui cara mengubah angka binary mejadi angka decimal
atau hexadecimal dan sebaliknya yang akan dibahas didalam sub bab ini.
3.1.1 Mengubah Angka Binari ke Desimal
Cara yang termudah adalah dengan memperhatikan langkah dan contoh dibawah ini.
Setiap angka binary 1 bergantung pada posisinya didalam kelompok binarinya, memiliki
nilai decimal tertentu seperti tampak pada table 3.1
Binari 1 1 1 1 1 1 1 1
Desimal 128 64 32 16 8 4 2 1
Contoh :
(1) 11001011
1 1 0 0 1 0 1 1
128 64 0 0 8 0 2 1 = 203
(2) 00111101
0 0 1 1 1 1 0 1
0 0 32 16 8 4 0 1 = 61
(3) 01000000
0 1 0 0 0 0 0 0
0 64 0 0 0 0 0 0 = 64
(4) 10000000
1 0 0 0 0 0 0 0
128 0 0 0 0 0 0 0 = 128
(5) 11000000
1 1 0 0 0 0 0 0
128 64 0 0 0 0 0 0 = 192
(6) 1111111
1 1 1 1 1 1 1 1
128 64 32 16 8 4 2 1 = 255
Contoh :
(1) 203
203 : 2 = 101 Sisa 1
101 : 2 = 50 Sisa 1
50 : 2 = 25 Sisa 0
25 : 2 = 12 Sisa 1
12 : 2 = 6 Sisa 0
6 :2 = 3 Sisa 0
3 :2 = 1 Sisa 1
1 diletakkan diposisi akhir 1
Angka binary adalah angka-angka sisa dibaca dari bawah, yaitu 11001011
(2) 61
61 : 2 = 30 Sisa 1
30 : 2 = 15 Sisa 0
15 : 2 = 7 Sisa 1
7 :2 = 3 Sisa 1
3 :2 = 1 Sisa 1
1 diletakkan diposisi akhir 1
Angka binary adalah angka-angka sisa dibaca dari bawah, yaitu 111101
(3) 64
64 : 2 = 32 Sisa 0
32 : 2 = 16 Sisa 0
16 : 2 = 8 Sisa 0
8 :2 = 4 Sisa 0
4 :2 = 2 Sisa 0
2 :2 = 1 Sisa 0
1 diletakkan diposisi akhir 1
Angka binary adalah angka-angka sisa dibaca dari bawah, yaitu 1000000
(4) 192
192 : 2 = 96 Sisa 0
96 : 2 = 48 Sisa 0
48 : 2 = 24 Sisa 0
24 : 2 = 12 Sisa 0
12 : 2 = 6 Sisa 0
6 :2 = 3 Sisa 0
3 :2 = 1 Sisa 1
1 diletakkan diposisi akhir 1
Angka binary adalah angka-angka sisa dibaca dari bawah, yaitu 11000000
HEXSADESIMAL BINARI
0 0000
1 0001
2 0010
3 0011
4 0100
5 0101
6 0110
7 0111
8 1000
9 1001
A 1010
B 1011
C 1100
D 1101
E 1110
F 1111
Untuk mengubah angka binary ke hexadecimal, susun angka binary menjadi kelompok
4 bit. Mulai pengelompokan dari bit paling kanan ke kiri. Jika jumlah bit kelompok
terakhir tidak cukup, tanbahkan 0 untuk mencukupi 4 bit.
Contoh :
(1) 11001011
1100 1011
C B
Jadi, angka binary 11001011 = angka hexsadesimal CB atau sering ditulis dengan notasi
ASCII hexsadesimal 0xCB
(2) 111101
0011 1101
3 D
Jadi, angka binary 111101 = angka hexsadesimal CB atau sering ditulis dengan notasi
ASCII hexsadesimal 0x3D
(3) 11011111110001
0011 0111 1111 0001
3 7 F 1
Untuk mengubah angka hexsadesimal ke binary, tulis nilai angka binary 4 bit ekivalen
dengan angka hexadecimal diatasnya.
Contoh :
(1) 0xCB
C B
110 1011
(2) 0xCB
3 D
0011 1101
(3) 0x37F1
3 7 F 1
0011 0111 1111 0001
Catatan :
Cara megubah angka hexadecimal ke decimal agak sulit dilakukan, maka untuk
mengubah angka hexadecimal ke decimal, angka hexadecimal tersebut diubah
dulu menjadi angka binary, baru kemudian diubah menjadi angka decimal.
Demikian pula sebaliknya ketika mengubah angka desimal ke hexadecimal.
11000000.00010000.00001010.00000001
Atau dapat juga ditulis dalam bentuk empat kelompok angka decimal ( 0 – 255 ),
misalnya :
19216.10.1
IP address yang terdiri atas 32 bit angka binary dikenal sebagai IP Version 4 ( Ipv4 ).
Secara simbolik, IP address tersebut dapat dituliskan sebagai 4 kelompok angka sebagai
berikut :
W X Y Z
Gambar 3.1 Empat kelompok IP address
IP address sebetulnya terdisi atas dua bagian yaitu network ID dan host ID, yaitu network
menentukan alamat jaringan, sedangkan host ID menentukan alamat host atau computer.
Oleh sebab itu, IP address memberikan alamat lengkap suatu computer berupa gabungan
alamat jaringan dan alamat host. Ini sama ibaratnya dengan alamat rumah anda yang
terdiri atas nama jalan dan nomor rumah, yaitu network ID adalah nama jalan dan host id
adalah nomor rumah.
Contoh jaringan dengan IP address yang tampak pada gambar 3.2. di dalam contoh ini,
network ID yang sering juga disebut network address adalah 192.16.10.0 sedangkan
alamat lengkap atau IP address masing masing host ( computer ) adalah 192.16.10.1,
192.16.10.2, 192.16.10.3 dan 192.16.10.4.
IP Address
` ` ` `
Berapa jumlah kelompok angka yang termasuk ID dan berapa yang termasuk host ID
adalah tergantung pada kelas IP address yang dipakai seperti tampak pada gambar 3.3
IP Address
192 16 10 1
Network ID Host ID
Agar peralatan dapat mengetahui kelas suatu IP address, maka setiap IP address harus
memiliki subnet mask. Angka decimal 255 atau binary 1111111 suatu default subnet
mask menandakan bahwa oktat yang bersangkutan dari IP address adalah untuk network
ID. Sedangkan angka 0 atau binary 00000000 default sebnet mask menandakan bahwa
oktat yang bersangkutan dari IP address adalah host ID. Dengan mempergantikan default
subnet yang diberikan, kelas suatu IP address dapat diketahui.
Catatan :
Selain tiga kelas A, B dan C yang sering dipakai, sebenarnya ada lagi kelas D dan
E yang jarang dipakai tetapi perlu anda ketahui. Kelas D dipergunakan untuk
alamat – alamat multicast dan kelas E dipersiapkan untuk experimantasi.
Untuk dapat membedakan kelas satu dengan kelas yang lainnya, maka dibuat beberapa
peraturan sebagai berikut :
Oktat pertama kelas A harus dimulai dengan angka binary 0
Oktat pertama kelas B harus dimulai dengan angka binary 10
Oktat pertama kelas C harus dimulai dengan angka binary 110
Oktat pertama kelas D harus dimulai dengan angka binary 1110
Oktat pertama kelas E harus dimulai dengan angka binary 1111
Oleh sebab itu, IP address masing masing kelas harus dimulai dengan angka decimal
atau binary pada oktat pertama. Kelompok oktat pertama untuk masing masing kelas
tampak pada tale 3.3.
Table 3.3 kelompok oktat pertama dalam bentuk angka decimal dan binary
Disamping itu, ada pula beberapa peraturan tambahan sebagai berikut yang perlu juga
anda ketahui, yaitu :
Angka 127 pada oktat pertama digunakan untuk loopback
Network ID tidak boleh semuanya terdiri atas angka 0 atau 1
Host ID tidak boleh semuanya terdiri atas angka 0 atau 1
Contoh :
(1) IP address 25 . 20 . 5 . 31
Default subnet mask 255 . 0. 0 . 0
Berada di kelas A
Jadi, kelas suatu IP address dapat anda tentukan dengan memperhatikan angka oktat
pertama dan subnet IP address yang bersangkutan.
Jika anda perhatikan, kelas A menyediakan jumlah network ID paling sedikit dan host
ID paling banyak karena hanya otat pertama yang dipakai sebagai network ID.
Sedangkan ketiga oktat lainnya dipakai untuk host ID. Sedangkan kelas C menyediakan
jumlah network ID yang paling banyak dan host ID yang paling sedikit seperti tampak
pada table 3.4
Di dalam dunia internet, IP address ini di pergunakan untuk memberikan alamat suatu
situs. Misalnya, situs cisco.com memiliki IP address 192.133.219.25. agar pemakaian IP
address ini seragam diseluruh dunia, maka pemberian IP address untuk dipergunakan di
internet diatur oleh sebuah badan international yang bernama International Assigned
number Authority (IANA) atau lembaga lembaga yang didelegasikannya. Di dalam
pemberian IP address ini, IANA hanya memberikan IP address dengan network ID saja,
sedangkan host ID nya diatur oleh pemilik IP address tersebut.
Agar dari suau nama situs dapat secara otomatis diketahui IP addressnya, maka
diperlukan suatu system penerjemah yang mengatur translasi antara nama situs dengan
IP addressnya. Pada jaringan yang menggunakan protocol TCP/IP, system penerjemah
ini disebut Domain Name System (DNS). Jadi, seperti contoh diatas, nama site cisco.com
ditranslasikan oleh DNS sebagai 198.133.219.25.
Disamping itu, IANA juga menyediakan kelompok kelompok IP address yang dapat
dipakai tanpa pendaftaran yang disebut private address ( alamat pribadi ) seperti tampak
pada table 3.5.
IP address yang dipilih dari kelompok private ini, hanya dapat digunakan untuk jaringan
pribadi ( private ) dan tidak dikenal oleh internet.
BROADCAST
Seperti telah dibahas di atas, bit-bit dari network ID maupun host ID tidak boleh
semuanya berupa angka binary 0 atau 1. oleh karena jika semua network ID dan host ID
semuanya berupa angka binary 1, yang dapat ditulis sebagai 255.255.255.255, maka
alamat ini disebut Flooded Broadcast.
Jika host ID semua berupa angka binary 0, IP address ini merupakan network ID
jaringan bersangkutan. Jika host ID semuanya berupa angka binari 1, IP address ini
ditujukan untuk semua host di dalam jaringan yang bersangkutan, yang digunakan
untuk mengirim pesan ( broadcast ) ke semua host yang berada di dalam jaringan local.
3.3 Subnetting
Jika seorang pemilik suatu IP address kelas B dengan network ID 130.200.0.0
memerlukan lebih dari satu network ID, ia harus mengajukan permohonan ke lembaga
IANA untuk mendapatkan IP address baru. Sedangkan persediaan IP address pada saat
ini sangat terbatas karena menjamurnya jumlah situs-situs di internet, untuk mengatasi
kesulitan ini dan menghindarkan anda untuk harus mengajukan permohonan baru ke
IANA, muncullah suatu metode untuk memperbanyak network ID dari satu network ID
yang telah anda miliki, yang dinamakan subnetting, yaitu sebagian host ID dikorbankan
untuk digunakan didalam membuat network ID tambahan.
Network ID Host ID
IP address 10000010 11001000 00000000 00000000
Subnet Mask 11111111 11111111 00000000 00000000
Cara membuat subnet-subnet baru dari IP address yang sudah anda miliki, misalnya
mengorbankan dua bit teratas host ID untuk dipakai oleh network ID sebagai bagian
subnet mask baru :
Network ID Host ID
IP address 10000010 11001000 00 000000 00000000
Subnet Mask 11111111 11111111 11 000000 00000000
Baru
Sunetting dengan bit mask ini memberikan kombinasi 00,01,10 dan 11. dengan
menggunakan kombinasi tersebut, 4 subnet baru dapat dibuat sebagai berikut :
Network ID Host ID
Subnet - 1 10000010 11001000 00 000000 00000000
Subnet - 2 10000010 11001000 01 000000 00000000
Subnet - 3 10000010 11001000 10 000000 00000000
Subnet - 4 10000010 11001000 11 000000 00000000
Subnet Mask 11111111 11111111 11 000000 00000000
baru
Network ID Host ID
Subnet - 1 10000010 11001000 01 000000 00000000
Subnet - 2 10000010 11001000 10 000000 00000000
Subnet mask 11111111 11111111 11 000000 00000000
Catatan :
Agar lebih jelas, angka binary yang yang merupakan bagian network ID ditulis
dengan huruf tebal ( Bold )
Subnet baru ini jika ditulis dengan angka decimal adalah sebagai berikut :
Oleh sebab itu, kelompok IP address yang tersedia untuk dua bit terselubung ( 2 bit
mask ) adalah :
Kelompok pertama :
130.200.64.1 sampai 130.200.127.254
Kelompok kedua adalah :
130.200.128.1 sampai 130.200.191.254
Selain menggunakan cara diatas untuk menentukan kelompok subnet baru, ada cara yang
lebih singkat yang dapat anda lakukan. Cara ini terutama perlu anda pergunakan waktu
ujian CCNA untuk menghemat waktu.
Pembahasan diatas ini harap anda serap betul-betul sebelum anda mempelajari bab-bab
lebih lanjut.
Dari penjelasan dan contoh contoh di atas, telah anda pelajari bahwa dengan subnetting,
anda dapat menyelubung dua atau lebih bit bit dari host ID selama masih tersedia bit
yang dapat diselubung. Bertambah banyak bit yang anda selubung, semakin banyak
network ID yang anda buat, hanya jumlah host ID akan berkurang seperti yang dapat
anda lihat dalam table 3.6, .7 dan 3.8
Kelas A
Jumlah bit Jumlah Subnet Subnet Mask Jumlah host per
masked subnet
1 Invalid Invalid -
2 2 255.192.0.0 4.194.302
3 6 255.224.0.0 2.097.150
4 14 255.240.0.0 1.048.574
5 30 255.248.0.0 524.286
6 62 255.252.0.0 262.142
7 126 255.254.0.0 131.070
8 254 255.255.0.0 65.534
9 510 255.255.128.0 32.766
10 1.022 255.255.192.0 16.382
11 2.046 255.255.224.0 8.910
12 4.094 255.255.240.0 4.094
13 8.910 255.255.248.0 2.046
14 16.382 255.255.252.0 1.022
15 32.766 255.255.254.0 510
16 6.5534 255.255.255.0 254
17 131.070 255.255.255.128 126
18 262.142 255.255.255.192 62
19 524.286 255.255.255.224 30
20 1.048.574 255.255.255.240 14
21 2.097.150 255.255.255.248 6
22 4.194.302 255.255.255.252 2
23 - 255.255.255.254 Invalid
24 - 255.255.255.255 Invalid
Kelas B
Jumlah bit Jumlah Subnet Subnet Mask Jumlah host per
masked subnet
1 Invalid - -
2 2 255.255.192.0 16.382
3 6 255.255.224.0 8.910
4 14 255.255.240.0 4.094
5 30 255.255.248.0 2.046
6 62 255.255.252.0 1.022
7 126 255.255.254.0 510
8 254 255.255.255.0 254
9 510 255.255.255.128 126
10 1.022 255.255.255.192 62
11 2.046 255.255.255.224 30
12 4.094 255.255.255.240 14
13 8.910 255.255.255.248 6
14 16.382 255.255.255.252 2
15 - 255.255.255.254 Invalid
16 - 255.255.255.255 Invalid
Kelas C
Jumlah bit Jumlah Subnet Subnet Mask Jumlah host per
masked subnet
1 Invalid Invalid -
2 2 255.255.255.192 62
3 6 255.255.255.224 30
4 14 255.255.255.240 14
5 30 255.255.255.248 6
6 62 255.255.255.252 2
7 - 255.255.255.254 Invalid
8 - 255.255.255.255 invalid
Table-table ini sangat berguna didalam mendesain pemberian IP address yang
menggunakan metode subnetting, karena dengan cepat anda dapat mencari jumlah
subnet dan host yang tersedia dari suatu kondisi yang diinginkan. Dalam pengambilan
ujian CCNA, table-table diatas perlu anda hafal karena table tersebut dapat membantu
anda dengan cepat menjawab berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan IP address.
Dalam ujian CCNA, anda tidak diperbolehkan menggunakan kalkulator atau kalkulator
yang disediakan oleh system operasi windows.
Namun, di samping menghafalkan table-table tersebut di atas, ada baiknya jika anda juga
mempelajari cara menghitung dan membuat table tersebut di atas.
Cara menghitungnya sangat mudah. Untuk menghitung jumlah subnetnya pergunakan
rumus :
Jumlah subnet = 2n – 2
Contoh :
Untuk kelas B dengan 3 bit diselubung, perhatikan subnet masknya adalah
1111111.11111111.11100000.00000000 atau 255.255.224.0
Di samping IP address yang umum dipakai seperti yang dibahas diatas, cisco
menggunakan notasi penulisan singkat dengan menggunakan prefix sebagai contoh
dibawah ini :
IP address 130.200.10.1 dengan subnet mask 255.255.0.0 dapat ditulis secara singkat
sebagai 130.200.10.1/16. angka 16 di belakang garis miring ( Prefix ) menandakan
bahwa 16 bit dari subnet mask diselubung dengan angka binary 1, yaitu
11111111.1111111.0000000.0000000
Notasi penulisan singkat ini berlaku untuk IP address yang menggunakan metode
subnetting seperti contoh dibawah ini :
IP address 172.16.10.1 dengan subnet mask 255.255.255.0 dapat ditulis secara singkat
sebagai 172.16.10.1/24, angka 24 di belakang garis miring menandakan bahwa 24 bit
subnet mask diselubung dengan angka binary 1, yaitu
11111111.1111111.11111111.00000000 atau 255.255.255.0
Oleh karena kwatir persediaan IPv4 berkelas tidak akan mencukupi kebutuhan,
diciptakan beberapa metode lain untuk memperbanyak persediaan IP address tersebut.
Pada tahun 1992, lembaga IEFT memperkenalkan suatu konsep baru yang dinamakan
supermetting atau classless inter-domain routing ( CIDR ).
CIDR menghindarkan cara pemberian IP address traditional yang mengunakan kelas A, B
dan C. CDIR menggunakan “network prefix” dengan panjang tertentu. Prefix – length
menetukan jumlah bit sebelah kiri yang akan dipergunakan sebagai network ID.
Sebagai contoh, jika suatu IP address memiliki 18 bit sebagai network ID, IP address
tersebut akan diberikan prefix-length 18 bit atau umumnya ditulis sebagai /18 dibelakang
IP address, seperti contoh :
125.25.10.1/18.
Oleh karena tidak mengenal kelas, CIDR dapat megalokasikan kelompok IP address
dengan lebih efektif
Sebagai contoh, suatu address blok 195.25.1.0/20 dengan traditional IP address berkelas
memberikan 4096 blok /20 dan harus dibagi menjadi 16 blok /24 setiap perusahaan
harus menerima blok IP address yang sama karena harus memenuhi peraturan kelas yang
sudah ditentukan, seperti contoh berikut :
Blok – 1 195.20.16.0/24
Blok – 2 195.20.17.0/24
Blok – 3 195.20.18.0/24
Blok – 4 195.20.19.0/24
Blok – 5 195.20.20.0/24
Blok – 6 195.20.21.0/24
Blok – 7 195.20.22.0/24
Blok – 8 195.20.23.0/24
Blok – 9 195.20.24.0/24
Blok – 10 195.20.25.0/24
Blok – 11 195.20.26.0/24
Blok – 12 195.20.27.0/24
Blok – 13 195.20.28.0/24
Blok – 14 195.20.29.0/24
Blok – 15 195.20.30.0/24
Blok – 16 195.20.31.0/24
Sedangkan pada lingkungan IP address tidak berkelas dengan metode CIDR, maka blok
195.25.16.0/20 tersebut dapat dibagi-bagi sesukanya bergantung pada kebutuhan
pemakai. Blok tersebut dapat dibagi menjadi 2 blok A dan B yang sama besar Blok A
dapat diberikan ke perusahaan yang memerlukan IP address yang besar jumlahnya.
Blok B kemudian dapat dibagi menjadi kelompok C dan D yang masing masing
mempinyai ¼ jumlah IP address. Blok C dapat dibagi lagi menjadi 2 blok E dan F yang
mempunyai 1/8 jumlah IP address dan seterusnya, seperti contoh berikut :
Blok – A 195.20.16.0/21 dengan 2048 IP address dan
Blok – B 195.20.24.0/21 dengan 2048 IP address
Blok B kemudian dapat dibagi dua menjadi kelompok – D dan E sebagai berikut :
Blok – D 195.20.24.0/22 dengan 1024 IP address dan
Blok – E 195.20.28.0/22 dengan 1024 IP address
Blok E - kemudian dapat dibagi menjadi dua menjadi blok – F dan G sebagai berikut :
Blok – F 195.20.28.0/23 dengan 512 IP address dan
Blok – G 195.20.30.0/23 dengan 512 IP address.
Network address yang menggunakan lebih dari satu subnet mask disebut Variable Length
Subnet Masks ( VLSM ).
Untuk jelasnya perhatikan contoh berikut ini. Suatu network address 150.20.0.0/16 akan
dipergunakan dengan metode VLSM.
Pertama-tama, dengan subnetting, bagi network address tersebut menjadi 16 blok address
yang sama besarnya, sebagai berikut :
Blok – 1 150.20.0.0/20
Blok – 2 150.20.16.0/20
Blok – 3 150.20.32.0/20
Blok – 4 150.20.48.0/20
Blok – 5 150.20.64.0/20
Blok – 6 150.20.80.0/20
…
Blok – 16 150.20.240.0/20
Berikutnya, blok – 3 150.20.32.0 akan dibagi lagi menjadi 16 blok address yang sama
besar sebagai berikut :
Blok – 3-1 150.20.32.0/24
Blok – 3-2 150.20.33.0/24
Blok – 3-3 150.20.34.0/24
Blok – 3-4 150.20.35.0/24
Blok – 3-5 150.20.36.0/24
Blok – 3-6 150.20.37.0/24
…
Blok – 3-16 150.20.47.0/24
Berikutnya, blok -3-4 150.20.35.0/24 akan dibagi lagi menjadi 8 blok address yang sama
besar sebagai berikut :
Blok 3 – 4 – 1 150.20.32.0/27
Blok 3 – 4 – 2 150.20.32.32/27
Blok 3 – 4 – 3 150.20.33.64/27
Blok 3 – 4 – 4 150.20.34.96/27
Blok 3 – 4 – 5 150.20.35.128/27
Blok 3 – 4 – 6 150.20.35.160/27
Blok 3 – 4 – 7 150.20.36.192/27
Blok 3 – 4 – 8 150.20.37.224/27
Jika anda perhatikan, metode CIDR dan VLSM mirip satu dengan yang lain, yaitu suatu
blok network address dapat dibagi lebih lanjut menjadi sejumlah blok IP address yang
lebih kecil.
Perbedaan CDIR dengan VLSM adalah pembagian blok pada metode VLSM dilakukan
oleh pemilik Network address yang memiliki blok network address yang telah
diberikan padanya, oleh sebab itu tidak dikenal oleh internet. Sedangkan dangan metode
CDIR, lembaga pemberi IP address yang membagikan blok blok IP address tersebut
sehingga dikenal oleh internet.
Oleh karena umumnya suatu host hanya mengenal IP address berkelas, maka untuk dapat
menggunakan metode CDIR maupun VLSM, jaringan harus memenuhi persyaratan-
persyaratan tertentu:
Routing protocol yang dipergunakan harus mampu membawa informasi mengenai
network-prefix untuk setiap rute yang disiarkan.
Semua router yang dipergunakan pada jaringan harus mampu mendukung
penggunaan metode CIDR atau VLSM dan menggunakan forward algorithm
( algoritma peneus ) yang sama berdasarkan “longest match”.
3.6 Skenario
Pengertian mendalam mengenai IP address dan subnetting adalah sangat penting. Oleh
sebab itu, beberapa persoalan didalam bentuk skenario akan dibahas di dalam bab ini,
dengan harapan agar anda dapat menguasai betul cara membuat subnet dan IP address.
Scenario 1
Anda mempunyai subnet dengan network address 193.20.32.0 dengan subnet mask
255.255.255.224.
a. Tentukan berapa jumlah subnet yang tersedia
b. Berapa host yang tersedia untuk setiap subnet
Jawaban :
a. Jumlah subnet adalah 6
Penjelasan :
Dari network address 193.20.32.0 dengan memperhatikan oktat pertamanya yaitu 193,
maka diketahui bahwa network address termasuk didalam kelas C.
Dengan memperhatikan subnet mask 255.255.255.224 atau
1111111.11111111.11111111.11100000 dapat diketahui bahwa F bit dari host ID
diselubung.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, maka jumlah subnet yang tersedia dapat dihitung
dengan rumus :
Jumlah subnet = 23 – 2 = 6
b. Jumlah host persubnet adalah 30
Penjelasan :
Dari subnet 255.255.255.224 dapat diketahui bahwa jumlah bit yang tidak terselubung
adalah 5, maka jumlah host persubnet dapat dihitung dengan rumus
Jumlah Host persubnet = 25 – 2 = 30
Scenario 2
Anda ditugaskan untuk mendesain subnet dan IP address untuk suatu WAN, yang
mempunyai sepuluh kantor dan setiap kantor mempunyai 255 workstation. Network
address yang tersedia adalah 164.10.0.0. di dalam tugas ini, anda juga diminta untuk
membuat subnet dengan jumlah subnet yang terbanyak.
Tugas anda adalah menetukan :
a. Subnet mask yang akan dipakai
b. Subnet address dan jumlah subnet yang tersedia dari subnet yang dibuat
c. Kelopmpok IP address yang tersedia
d. Broadcast address yang tersedia untuk setiap kelompok
Jawaban :
a. Subnet mask adalah 255.255.254.0
Penjelasan :
Oleh karena jumlah subnet harus sebanyak mungkin, maka didalam memilih subnet mask
yang akan dicapai, perhitungan dimulai dari menetukan host yang diminta, yaitu 255.
dengan rumus yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat dihitung jika jumlah bit yang
masih tersedia untuk host ID adalah 8. dengan demikian, jumlah host yang tersedia
adalah 254 per subnet. Jumlah ini tidak memenuhi persyaratan. Oleh sebab itu, bit yang
masih tersedia untuk host ID perlu ditambah satu menjadi 9 bit yang akan memberikan
jumlah host sebesar :
Jumlah Host persubnet = 29 – 2 = 510
Dengan demikian, subnet mask yang akan dipakai adalah 255.255.254.0 atau
111111.111111.11111110.000000
b. Subnet address yang tersedia adalah :
164.10.2.0
164.10.4.0
164.10.6.0
164.10.8.0
164.10.10.0
164.10.12.0
164.10.14.0
164.10.16.0
………………………….
Dan seterusnya sampai 164.10.252.0
Penjelasan :
Dari penjelasan sebelumnya, cara termudah untuk mencari network address suatu subnet
adalah dengan menghitung 256-254 = 2. dengan demikian, kelompok subnet yang dapat
dipakai adalah kelipatan 2, yaitu 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18 ……dan seterusnya sampai
252.
Sedangkan jumlah subnet yang tersedia dapat dihitung dengan rumus :
Jumlah subnet = 27 – 2 = 126
Atau dapat juga dicari dengan table 2.5 – subnetting untuk kelas B.
D. Alamat Broadcast
164.10.3.255
164.10.5.255
164.10.7.255
164.10.9.255
164.10.11.255
164.10.13.255
164.10.15.255
164.10.17.255
164.10.19.255
……………………..
Dan seterusnya sampai 164.10.255.255
Penjelasan :
Mencari alamat Broadcast yang termudah adalah dengan menambahkan angka 1 kepada
IP address yang terakhir satu kelompok subnet. Di dalam hal ini IP address terakhir
kelompok subnet pertama adalah 164.10.3.254, jadi alamat broadcast adalah
164.10.3.255. demikian seterusnya untuk alamat Broadcast kelompok lainnya.