Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Implementasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, yang dimaksud dengan

implementasi adalah sebagai berikut :

“Pelaksanaan; penerapan.”

Sedangkan menurut Usman (2002:7) pengertian implementasi adalah:

“Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya


mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu
kegiatan yang terencana untuk mencapai tujuan kegiatan.”

2.1.2 Auditing

2.1.2.1 Pengertian Auditing

Pengertian auditing menurut Arens (2015:2) adalah pengumpulan dan

evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat

kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus

dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.

Menurut Agoes (2012:4) auditing adalah:

“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematik, oleh pihak
yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya, dengan tujuan untuk memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut”

12
13

2.1.2.2 Tujuan Audit

Menurut Mulyadi (2002:73) tujuan umum audit atas laporan keuangan

adalah untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien disajikan secara

wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima

umum di Indonesia. Hubungan asersi manajemen dengan tujuan umum audit adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.1
Hubungan Asersi Manajemen dan Tujuan Umum Audit

Asersi Manajemen Tujuan Umum Audit

Keberadaan atau keterjadian Aktiva dan kewajiban entitas ada

pada tanggal tertentu, dan

transaksi pendapatan dan biaya

terjadi dalam periode tertentu.

Kelengkapan Semua transaksi dan akun yang

seharusnya telah disajikan dalam

laporan keuangan

Aktiva adalah hak entitas dan

Hak dan Kewajiban utang adalah kewajiban entitas

pada tanggal tertentu.

Komponen aktiva, kewajiban,

Penilaian atau alokasi pendapatan, dan biaya telah

disajikan dalam laporan keuangan

pada jumlah yang semestinya.


14

Komponen tertentu laporan

Penyajian dan pengungkapan keuangan telah digolongkan,

digambarkan, dan diungkapkan

secara secara semestinya.

2.1.2.3 Jenis Audit

Menurut Agoes (2012:10) jenis-jenis audit ditinjau dari luasnya

pemeriksaan yaitu sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Umum (General Audit)

Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP

independen dengan tujuan untuk bias memberikan pendapat mengenai

kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.

2. Pemeriksaan Khusus (Special Audit)

Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditee) yang

dilakukan oleh KAP yang independen, dan pada akhir pemeriksaannya

auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan

keuangan secara keseluruhan.

Sedangkan, jika ditinjau dari jenis pemeriksaan, audit dapat dibedakan atas:

1. Management Audit (Operational Audit)

Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk

kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh

manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah

dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.


15

2. Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit)

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah

menaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijan yang berlaku, baik yang

ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen, dewan komisaris)

maupun pihak eksternal (Pemerintah, Bapepam LK, Bank Indonesia,

Direktorat Jenderal Pajak, dan lain-lain).

3. Pemeriksaan Internal (Internal Audit)

Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik

terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun

ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan.

4. Computer Audit

Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data

akuntansinya dengan menggunakan Electronic Data Processing (EDP)

System.

2.1.2.4 Tipe Auditor

Menurut Islahuzzaman (2012:47), pengertian auditor adalah sebagai

berikut:

“Orang yang melakukan pemeriksaan terhadap kliennya. Pemeriksaan ini


dilakukan dengan surat penugasan/ perikatan/ perjanjian pemeriksaan.
Dalam audit, pihak yang melakukan atau memberikan jasa audit adalah
auditor dari Kantor Akuntan Publik (KAP).”
16

Mulyadi (2002:28) mengelompokkan jenis-jenis auditor yang berpraktik,

yaitu:

1. Auditor Independen

Auditor profesional yang menyediakan jasanya untuk masyarakat umum.

Untuk berpraktik sebagai auditor independen, seseorang harus memenuhi

persyaratan, yaitu lulusan fakultas ekonomi jurusan akuntansi atau mempunyai

ijazah yang dipersamakan, telah mendapat gelar akuntan dari Panitia Ahli

Pertimbangan Persamaan Ijazah Akuntan dan mendapat izin praktik dari Menteri

Keuangan.

2. Auditor Pemerintah

Auditor professional yang bekerja pada instansi pemerintah dengan tugas

pokok melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh

unit-unit organisasi pemerintahan. Pada tingkatan tertinggi terdapat BPK (Badan

Pemeriksa Keuangan) kemudian BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan) dan Inspektorat Jendral dan departemen-departemen pemerintah.

3. Auditor Internal

Auditor professional yang bekerja dalam perusahaan dengan tugas pokok

menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan manajemen puncak

telah dipatuhi. Pada BUMN, auditor internal berada di bawah Satuan Pengawasan

Internal (SPI).

Para auditor yang berpraktik memiliki tanggung jawabnya masing-masing

dalam memberikan jasanya. Sebagai auditor independen, dia memberikan jasanya

untuk kepentingan masyarakat secara umum. Berbeda dengan auditor pemerintah


17

yang memberikan jasanya untuk keperluan negara dan unit-unit organisasi negara.

Sedangkan, auditor internal memberikan jasanya berupa rekomendasi guna

peningkatan operasional perusahaan.

Menurut Mulyadi (2002:33), umumnya hirarki auditor dalam penugasan

audit di dalam KAP dibagi menjadi:

1. Partner, menduduki jabatan tertinggi dalam penugasan audit, bertanggung

jawab atas hubungan dengan klien dan bertanggung jawab secara

menyeluruh mengenai auditing. Partner menandatangani laporan audit dan

management letter dan bertanggung jawab terhadap fee audit dari klien.

2. Manajer, bertindak sebagai pengawas audit, bertugas untuk membantu

auditor senior dalam merencanakan program audit dan waktu audit, dan me-

review kertas kerja laporan audit. Biasanya manajer melakukan pengawasan

terhadap pekerjaan beberapa auditor senior, pekerjaan tidak berada di kantor

klien melainkan di kantor auditor dalam bentuk pengawasan terhadap

pekerjaan yang dilaksanakan para auditor senior.

3. Auditor senior, bertugas untuk melaksanakan audit, bertanggung jawab

untuk mengusahakan biaya audit dan waktu audit sesuai dengan rencana,

bertugas untuk mengerahkan dan me-review pekerjaan auditor junior.

4. Auditor junior, auditor yang melaksanakan prosedur audit secara rinci,

membuat kertas kerja untuk mendokumentasikan pekerjaan audit yang telah

dilaksanakan.

Di dalam KAP terdapat hirarki auditor untuk memenuhi tanggung jawab

sesuai dengan kapasitasnya. Partner atau rekan merupakan pemilik KAP sehingga
18

memiliki jabatan yang tertinggi dan bertanggung jawab secara keseluruhan

terhadap proses audit. Manajer sebagai pengawas audit ketika auditor senior

melaksakan proses audit. Sedangkan auditor junior bertugas untuk melaksanakan

prosedur audit secara rinci.

2.1.2.5 Akuntan Publik

Menurut Tuanakotta (2015:10-11) Akuntan Publik adalah seseorang yang

telah memperoleh izin untuk memberikan jasa-jasa sebagaimana diatur dalam

undang-undang. KAP adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan undang-

undang. Mengenai jasa-jasa yang dapat diberikan Akuntan Publik, undang-undang

menjelaskan, sebagai berikut.

1. “Jasa Assurans” adalah jasa Akuntan Publik yang bertujuan untuk memberikan

keyakinan bagi pengguna atas hasil evaluasi atau pengukuran informasi

keuangan dan nonkeuangan berdasarkan suatu kriteria.

2. “Jasa audit atas informasi keuangan historis” adalah perikatan asurans yang

diterapkan atas informasi keuangan historis yang bertujuan untuk memberikan

keyakinan memadai atas kewajaran penyajian informasi keuangan historis

tersebut dan kesimpulannya dinyatakan dalam bentuk pernyataan positif.

Informasi keuangan historis mencakup antara lain laporan keuangan, bagian

dari suatu laporan keuangan, atau laporan yang dilampirkan dalam suatu

laporan keuangan.

3. “Jasa reviu atas informasi keuangan historis” adalah perikatan asurans yang

diterapkan atas informasi keuangan historis yang bertujuan untuk memberikan


19

keyakinan terbatas atas kewajaran penyajian informasi keuangan historis

tersebut dan kesimpulannya dinyatakan dalam bentuk pernyataan negatif.

4. “Jasa asurans lainnya” adalah perikatan asurans selain jasa audit dan reviu atas

informasi keuangan historis. Yang termasuk jasa asurans lainnya antara lain

perikatan asurans untuk melakukan evaluasi atas kepatuhan terhadap peraturan,

evaluasi atas efektivitas pengendalian internal, pemeriksaan atas informasi

keuangan prospektif, dan penerbitan comfort letter untuk penawaran umum.

5. “Jasa lainnya yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, dan manajemen”

antara lain adalah jasa audit kinerja, jasa internal audit, jasa perpajakan, jasa

kompilasi laporan keuangan, jasa pembukuan, jasa prosedur yang disepakati

atas informasi keuangan, dan jasa sistem teknologi informasi.

2.1.2.6 Bentuk Opini Audit

Berdasarkan standar ISA (International Standards on Auditing) bentuk

opini audit dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Opini tanpa modifikasian (unmodified opinion)

Opini tanpa modifikasi merupakan opini yang diberikan apabila auditor

menyimpulkan bahwa laporan keuangan disusun, dalam segala hal yang

material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku

(applicable financial reporting framework) (Tuanakotta, 2015)

2. Opini modifikasian (modified opinion)

Auditor wajib memodifikasi opininya dalam laporan auditor jika (a) auditor

menyimpulkan atas dasar bukti yang diperoleh, bahwa laporan keuangan


20

secara keseluruhan tidak bebas dari salah saji yang material dan (b) auditor

tidak berhasil memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk

menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari

salah saji yang material (Tuanakotta, 2015). Dalam memodifikasi opininya,

auditor menentukan 3 tipe opini modifikasian diantaranya yaitu:

a. Opini Wajar dengan Pengecualian

Opini wajar dengan pengecualian diberikan jika (a) auditor, setelah

memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, menyimpulkan bahwa

salah saji, baik secara individual atau agregat adalah material, tetapi

tidak pervasif untuk laporan keuangan yang bersangkutan dan (b)

auditor tidak berhasil memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat

untuk dijadikan dasar pemberian pendapat, tetapi ia menyimpulkan

bahwa dampak salah saji yang tidak ditemukan mungkin material tapi

tidak pervasif.

b. Opini tidak wajar

Opini tidak wajar diberikan apabila auditor, setelah memperoleh bukti

audit yang cukup dan tepat, menyimpulkan bahwa salah saji, baik secara

individual atau agregat, adalah material dan pervasif untuk laporan

keuangan yang bersangkutan.

c. Opini tidak memberikan pendapat

Opini tidak memberikan pendapat diberikan jika auditor tidak berhasil

memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk dijadikan dasar
21

pemberian pendapat dan ia menyimpulkan bahwa dampak salah saji

yang tidak ditemukan bisa material dan pervasif.

2.1.2.7 KAP (Kantor Akuntan Publik)

Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah badan usaha yang telah mendapatkan

izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi akuntan publik dalam memberikan

jasanya. (https://id.wikipedia.org/wiki/Kantor_akuntan_publik). Arens (2015:28)

mengelompokkan empat kategori ukuran yang digunakan untuk menggambarkan

KAP, yaitu (a) Kantor Internasional Empat Besar; (b) Kantor nasional; (c) Kantor

regional dan dan kantor lokal yang besar; (d) Kantor lokal kecil. Dengan penjelasan

sebagai berikut:

a. Kantor Internasional Empat Besar, terletak di Amerika Serikat dan memiliki

cabang di seluruh dunia. KAP Empat Besar mengaudit hampir semua

perusahaan besar baik di Amerika Serikat dan seluruh dunia serta juga banyak

perusahaan yang lebih kecil juga. Keempat KAP tersebut adalah

Deloitte&Touche, Ernst&Young, Pricewaterhouse Coopers, dan KPMG.

b. Kantor nasional, memberikan jasa yang sama seperti KAP Empat Besar dan

bersaing secara langsung untuk mendapatkan klien. Setiap kantor nasional

berafiliasi dengan kantor di negara lain sehingga memiliki kemampuan bertaraf

internasional.

c. Kantor regional dan kantor lokal yang besar, memiliki staf profesional lebih

dari 50 orang. Diantara KAP tersebut ada yang hanya memiliki satu kantor

maupun yang memiliki cabang, beberapa diantaranya berafiliasi dengan


22

asosiasi KAP guna berbagi sumber daya untuk hal-hal seperti informasi teknis

dan pendidikan berkelanjutan.

d. Kantor lokal kecil, dimana hanya mempunyai kurang dari 25 tenaga

profesional pada kantor yang hanya memiliki satu cabang. KAP ini melakukan

audit dan jasa-jasa terkait terutama untuk usaha kecil dan usaha nirlaba.

Banyak kantor lokal kecil yang tidak melakukan audit, namun hanya

memberikan jasa akuntansi dan perpajakan bagi kliennya.

2.1.3 Standar Auditing

2.1.3.1 ISA (International Standards on Auditing)

ISA (International Standards on Auditing) adalah standar yang dikeluarkan

oleh International Auditing and Assurance Standards Board (IAASB) dari

International Federation of Accountant (IFAC). IFAC adalah organisasi yang

membidangi standar-standar akuntansi, auditing, kode etik, dan kendali mutu pada

tatanan global dengan 167 organisasi anggota di 127 negara, yang mewakili lebih

dari 2,5 juta akuntan di seluruh dunia. (Arens, 2015:36). Keanggotaan Indonesia di

IFAC diwakili oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Sebagai anggota IFAC

Indonesia memiliki kewajiban yang tertuang dalam Statement of Membership

Obligation (SMO). SMO berisi 7 kewajiban yang harus dipatuhi oleh seluruh

anggota IFAC untuk melaksanakan standar internasional yang telah ditetapkan

demi menghasilkan kualitas yang tinggi dan penguatan profesi akuntan. Dari

ketujuh SMO tersebut, SMO No. 3 yang menjadi dasar kewajiban IAPI untuk
23

menerapkan standar auditing berbasis internasional yaitu International Standards

on Auditing. (Sari dan Rustiana, 2016)

IAASB merupakan badan penetapan standar independen yang melayani

kepentingan umum dengan menetapkan standar internasional berkualitas tinggi

untuk bidang audit, pengendalian mutu, review, jasa asurans lain, dan jasa lain yang

terkait. Guna meningkatkan kualitas dan keseragaman praktek di seluruh dunia dan

memperkuat kepercayaan publik dalam profesi audit secara global, IAASB

menghasilkan beberapa standar, antara lain: (1) International Standards on

Auditing (ISAs), (2) International Standards on Review Engagements (ISREs), (3)

International Standards on Assurance Engagements (ISAEs), (4) International

Standards on Related Services (ISRSs), (5) International Standards on Quality

Control (ISQC1) (Sari dan Rustiana, 2016). IAASB berupaya meningkatkan

keseragaman praktik auditing dan jasa-jasa terkait di seluruh dunia dengan

mengeluarkan persyaratan mengenai berbagai fungsi audit dan atestasi serta dengan

mendorong penerimaannya di seluruh dunia. (Arens, 2015:36).

Berbeda dengan standar audit sebelumnya, SPAP berbasis ISA tidak

membagi standar audit ke dalam tiga kategori yakni, Standar Umum, Standar

Pekerjaan Lapangan, dan Standar Pelaporan. Namun, standar-standar yang

disajikan dalam SPAP berbasis ISA sudah mencerminkan proses pengerjaan

auditing yang dibagi kedalam 6 bagian dan 36 standar (Tuanakotta, 2013:28).


24

Tabel 2.2

Daftar International Standards on Auditing

ISA Standar

ISA 200-299 Prinsip-prinsip umum dan tanggung jawab

200 Tujuan keseluruhan auditor independen dan pelaksanaan


audit berdasarkan standar audit

210 Persetujuan atas ketentuan perikatan audit

220 Pengendalian mutu audit untuk audit atas laporan keuangan

230 Dokumentasi audit

240 Tanggung jawab auditor terkait dengan kecurangan dalam


suatu audit atas laporan keuangan

250 Pertimbangan atas peraturan perundang-undangan dalam


audit laporan keuangan

260 Komunikasi dengan pihak yang bertanggungjawab atas tata


kelola

265 Pengkomunikasian defisiensi dalam pengendalian internal


kepada pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola

ISA 300-450 Penilaian risiko dan respons terhadap risiko yang dinilai

300 Perencanaan suatu audit atas laporan keuangan

315 Pengidentifikasian dan penilaian kesalahan penyajian


material melalui pemahaman atas entitas dan lingkungannya

320 Materialitas dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan audit

330 Respons auditor terhadap risiko yang telah dimulai

402 Pertimbangan audit terkait dengan entitas yang


menggunakan suatu organisasi jasa

450 Pengevaluasian atas kesalahan penyajian yang diidentifikasi


selama audit
25

ISA Standar

ISA 500-580 Bukti Audit

500 Bukti audit

501 Bukti audit-pertimbangan spesifikasi atas unsur

505 Konfirmasi eksternal

510 Perikatan audit tahun pertama-saldo awal

520 Prosedur analitis

530 Sampling audit

540 Audit atas estimasi akuntansi, termasuk estimasi akuntansi


nilai wajar, dan pengungkapan yang bersangkutan

550 Pihak berelasi

560 Peristiwa kemudian

570 Kelangsungan usaha

580 Representasi tertulis

ISA 600-620 Penggunaan pekerjaan pihak lain

600 Pertimbangan khusus-audit atas laporan keuangan grup


(termasuk pekerjaan auditor komponen)

610 Penggunaan pekerjaan auditor internal

620 Penggunaan pekerjaan seorang pakar auditor

ISA 700-720 Kesimpulan audit dan pelaporan

700 Perumusan suatu opini atas laporan keuangan

705 Modifikasi terhadap opini dalam laporan auditor


independen

706 Paragraf penekanan suatu hal dan paragraf hal lain dalam
laporan auditor independen
26

ISA Standar

710 Informasi komparatif-angka korespondensi dan laporan


keuangan komparatif

720 Tanggung jawab auditor atas informasi lain dalam dokumen


yang berisi laporan keuangan dengan auditan

ISA 800-810 Area-area khusus

800 Pertimbangan khusus-audit atas laporan keuangan yang


disusun dengan kerangka bertujuan khusus

805 Pertimbangan khusus-audit atas laporan keuangan tunggal


dan unsur, akun atau pos spesifikasi dalam suatu laporan
keuangan

810 Perikatan untuk melaporkan ikhtisar laporan

Sumber: Audit Berbasis ISA, Tuanakotta (2013) & IAPI (2016)

Menurut Tuanakotta (2013: 10-13), ada beberapa contoh sifat perbedaan

antara ISA dan standar sebelumnya yang bersifat substantif dan mendasar,

diantaranya:

1. Auditing berbasis risiko

Risiko audit adalah risiko memberikan opini audit yang tidak tepat atas

laporan keuangan yang disalahsajikan secara material. Ciri yang paling menonjol

dari ISA ialah penekanan terhadap aspek risiko. Penekanan terhadap risiko sejak

auditor mempertimbangkan untuk menerima atau menolak suatu entitas dalam

penugasan audit sampai sesudah laporan yang beisi opini diterbitkan. ISA

berulang-ulang menegaskan kewajiban auditor dalam menilai risiko (to assessed

risk), dalam menanggapi risiko yang dinilai (to respond to assessed risk), dalam

mengevaluasi risiko yang ditemukan (detected risk), baik yang akan dikoreksi

maupun yang tidak dikoreksi entitas. Penegasan ini bermakna, jika auditor tidak
27

menjalankan kewajibannya, ia teledor (negligent). Sedangkan pada standar

sebelumnya lebih menekankan audit atas akun satu per satu dengan penekanan

pada akun-akun neraca.

2. Dari rules-based standards ke principles-based standard.

ISA dan IFRS adalah standar-standar berbasis prinsip yang merupakan

perubahan besari dari standar-standar sebelumnya yang berbasis aturan. Menurut

Tuanakotta (2015: 57) ada dua sifat yang membedakan standar berbasis aturan dan

standar berbasis prinsip. Pertama, standar berbasis aturan sangat “rumit”

(“jelimet”) dan kedua memberikan kesan eksak atau tepat.

3. Berpaling dari model matematis

Ciri dari semua buku teks auditing Amerika maupun buku-buku pedoman

dari KAP besar seperti the Big Four di era Assurance Model ialah membantu

auditornya memberikan model-model matematis dalam sampling, statistical

sampling maupun non-statistical sampling. Pendekatan matematis ini mempunyai

kelemahan yang serius yaitu membuat auditor menjadi robot serta kerumitannya.

Sedangkan ISA menekankan pada penggunaan professional judgment.

4. Kearifan profesional dan konsekuensinya

Konsekuensi dari ISA mewajibkan kearifan profesional ialah keterlibatan

auditor yang berpengalaman dalam praktik dan dalam praktik akuntan publik ini

berarti keterlibatan partner yang mempunyai pengalaman (jam terbang dan

kepakaran dalam industri tertentu atau jenis audit tertentu), pendidikan, dan

pelatihan dengan ciri-ciri kepribadian tertentu. Jika keputusan audit masih dibuat
28

oleh asisten yang belum mempunyai pengalaman yang memadai, ISA menegaskan

bahwa auditnya tidak sesuai dengan ISA.

5. Pengendalian internal

ISA menekankan bahwa kewajiban entitas dalam membangun, memelihara,

dan mengimplementasikan pengendalian internal dan kewajiban auditor dalam

menilai pengendalian internal dan menggunakan hasil penelitiannya serta

komunikasi dengan manajemen dalam hal auditor menemukan defisiensi dalam

pengendalian internal. Selain itu, ISA menekankan perubahan pola pikir contohnya

cara berpikir lama dapat dilihat dalam praktik di Indonesia. Akuntan Publik

mereviu sistem pengendalian internal dan produk yang dihasilkan ialah

rekomendasi perbaikan sistem. Auditor tidak melakukan hal yang penting, yaitu

tidak mengaitkan prosedur audit selanjutnya dengan hasil reviu atas pengendalian

internal.

6. Those Charged with Governance (TCWG)

TCWG merupakan orang atau lembaga dengan wewenang yang cukup

dengan mengawasi entitas. ISA menekankan perlu adanya TCWG dalam satu

entitas. Tujuannya adalah mewakili entitas untuk berkomunikasi secara efektif

dengan auditor.

2.1.4 Kualitas Audit

Menurut Watkins, et al (2004) mengidentifikasi beberapa definisi kualitas

audit. Di dalam literatur praktis, kualitas audit adalah seberapa sesuai audit denngan

standar pengauditan. Di sisi lain, peneliti akuntansi mengidentifikasi berbagai

dimensi kualitas audit. Dimensi-dimensi yang berbeda-beda ini membuat definisi


29

kualitas audit juga berbeda-beda. Ada empat kelompok definisi kualitas audit yang

diidentifikasikan oleh Watkins et all (2004). Pertama, adalah definisi yang

diberikan oleh De Angelo (1981). De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit

sebagai probabilitas nilai pasar bahwa laporan keuangan mengandung kekeliruan

material dan auditor akan menemukan dan melaporkan kekeliruan material

tersebut. Kedua, adalah definisi yang disampaikan oleh Lee, Liu, dan Wang (1999)

yang menyatakan bahwa kualitas audit adalah probabilitas bahwa auditor tidak akan

melaporkan laporan audit dengan opini wajar tanpa pengecualian untuk laporan

keuangan yang mengandung kekeliruan material. Definisi ketiga adalah definisi

yang diberikan oleh Titman dan Trueman (1986), Beaty (1986), Krinsky dan

Rotenberg (1989), dan Davidson dan Neu (1993) yang menyatakan bahwa kualitas

audit diukur dari akurasi informasi yang dilaporkan oleh auditor. Terakhir, kualitas

audit ditentukan dari kemampuan audit untuk mengurangi noise dan bias dan

meningkatkan kemurnian (fineness) pada data akuntansi. Berdasarkan penelitian

Jaffar et all (2005) yang menunjukkan bahwa faktor utama yag mempengaruhi

kualitas audit diantaranya, adalah: (1) Pengetahuan auditor tentang standar

akuntansi dan standar audit, (2) Kemampuan auditor dalam menginformasikan

perkembangan akuntansi dan pelaporan keuangan, (3) Ketaatan auditor pada

standar etika, dan (4) Pengetahuan auditor akan industri bisnis klien.

Menurut Rossieta dan Wibowo (2009) menyatakan bahwa salah satu cara

untuk mengukur kualitas hasil pekerjaan auditor adalah melalui keputusan-

keputusan yang diambil. Rossieta dan Wibowo menjelaskan bahwa untuk

mengukur kualitas hasil kerja auditor, perlu dilakukan evaluasi terhadap kualitas
30

keputusan-keputusan yang diambil. Kualitas hasil kerja auditor mengerucut pada

kualitas audit karena hasil kerja auditor didapat melalui proses kegiatan audit.

2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu

Tabel 2.3

Tinjauan Peneliti Terdahulu


No Peneliti Judul Variabel Hasil Perbedaan Persamaan
Penelitian Penelitian Penelitian
1. Kakande Perceived Variabel Hasil Objek Objek
Robert Compliance Independen penelitian penelitian: penelitian: ISA
Ashe J with (X): menunjukkan Persepsi atas dan Kualitas
International complience persepsi yang kepatuhan Audit
Arthur Standards on with ISA positif atas
Sserwan Auditing and Variabel kepatuhan
ga Quality of Dependen terhadap ISA
Auditing (Y): Audit pada KAP di
Baziz Quality Uganda,
Natamba persepsi positif
oleh audit
partner, dan
pengguna
informasi
keuangan yang
telah di audit
pada kualitas
audit di
Uganda dan
hubungan
positif yang
signifikan
antara
kepatuhan
terhadap ISA
dan kualitas
audit di
Uganda. Dari
hasil penelitian
ini jelas bahwa
ISA bisa di
aplikasikan
dan sebaiknya
31

KAP
mengikuti ISA
agar memiliki
kualitas audit
yang tetap.
2. Variabel Hasil Objek Objek
Independen penelitian penelitian: penelitian:
(X): menunjukkan Persepsi Perubahan
Persepsi bahwa adanya Investor peraturan ISA
investor perubahan dan SPAP dan
atas peraturan Metode Kualitas Audit.
Persepsi dampak berpengaruh penelitian:
Investor perubahan terhadap menggunakan
Sarsono Terhadap peraturan persepsi eksperimen pada
Kualitas audit di investor. mahasiswa S1
Yogy Audit : Indonesia Investor sebagai investor.
Budi Dampak Variabel beranggapan
Yudawij Perubahan Dependen dengan adopsi
aya Peraturan (Y): peraturan yaitu
Audit di Kualitas dari SPAP ke
Indonesia Audit ISA akan
meningkatkan
harapan
mereka
terhadap
tujuan
perusahaan.
3. Variabel Hasil Metode Objek
Independen penelitian pengumpulan penelitian:
(X): menunjukkan data: wawancara Penerapan ISA
Pemetaan Penerapan bahwa 50% dan kuesioner
Penerapan ISA pada dari KAP di
Caecilia Standar Audit KAP di Yogyakarta
Mesian Berbasis ISA Daerah berada pada
Anggit Pada Kantor Istimewa tahap
Sari Akuntan Yogyakarta mengetahui
Publik (KAP) (level 1), 17%
Rustiana Di Daerah pada tahap
Istimewa aplikasi (level
Yogyakarta 3), dan 33%
pada tahap
pendidikan
(level 4).
32

2.3 Kerangka Pemikiran

2.3.1 Hubungan antara Prinsip Umum dan Tanggungjawab Auditor dalam

Pelaksanaan Audit Programnya dengan Kualitas Audit

Menurut SA 200.3 mengenai tujuan keseluruhan auditor independen dan

pelaksanaan audit berdasarkan standar audit yaitu, tujuan suatu audit adalah untuk

meningkatkan tingkat keyakinan pengguna laporan keuangan yang dituju. Hal ini

dicapai melalui pernyataan suatu opini oleh auditor tentang apakah laporan

keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan suatu kerangka

pelaporan keuangan yang berlaku. Dalam hal kebanyakan kerangka bertujuan

umum, opini tersebut adalah tentang apakah laporan keuangan disajikan secara

wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka. Suatu audit yang

dilaksanakan berdasarkan SA dan ketentuan etika yang relevan memungkinkan

auditor untuk merumuskan opini.

Menurut SA 240.5 mengenai tanggungjawab auditor terkait dengan

kecurangan dalam suatu audit atas laporan keuanga, tanggung jawab auditor adalah

untuk memperoleh keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan secara

keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, yang disebabkan oleh

kecurangan atau kesalahan.. Keyakinan memadai merupakan suatu tingkat

keyakinan tinggi. Keyakinan tersebut diperoleh ketika auditor telah mendapatkan

bukti audit yang cukup dan tepat untuk menurunkan risiko audit (risiko bahwa

auditor menyatakan suatu opini yang tidak tepat ketika laporan keuangan

mengandung kesalahan penyajian material) ke suatu tingkat rendah yang dapat

diterima. Namun, keyakinan memadai bukan merupakan suatu tingkat keyakinan


33

absolut, karena terdapat keterbatasan inheren dalam audit yang menghasilkan

kebanyakan bukti audit, yang menjadi basis auditor dalam menarik kesimpulan dan

merumuskan opini, bersifat persuasif daripada konklusif.

Maka secara prinsipnya dalam melaksanakan audit, auditor harus mengikuti

pedoman yang ditetapkan oleh standar audit dan sesuai dengan etika profesi auditor,

serta melaksanakan seluruh tanggung jawab auditor sebagaimana yang ditetapkan

oleh standar untuk menghasilkan kualitas audit yang memadai.

2.3.2 Hubungan antara Penilaian Risiko dan Respons Auditor terhadap

Risiko yang Dinilai dengan Kualitas Audit

Risiko Audit adalah kemungkinan auditor memberikan pendapat yang

keliru (inappropiate audit opinion) atas laporan keuangan yang mengandung salah

saji yang material (Tuanakotta, 2013). Menurut SA 315 mengenai

pengidentifikasian dan penilaian kesalahan penyajian material melalui pemahaman

atas entitas dan lingkungannya, auditor harus melaksanakan prosedur penilaian

risiko untuk menyediakan suatu dasar bagi pengidentifikasian dan penilaian risiko

kesalahan penyajian material pada tingkat laporan keuangan dan asersi. Prosedur

penilaian risiko ini meliputi:

 Permintaan keterangan dari manajemen, dan personel lain dalam entitas

yang menurut pertimbangan auditor kemungkinan memiliki informasi yang

mungkin membantu dalam mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian

material karena kecurangan atau kesalahan.

 Prosedur analitis.

 Observasi dan inspeksi.


34

Didalam SA 330 mengenai respon auditor mengenai risiko yang telah

dinilai, tujuan auditor adalah untuk memperoleh bukti audit cukup dan tepat yang

berkaitan dengan penilaian risiko kesalahan penyajian material, melalui

pendesainan dan penerapan respons yang tepat terhadap risiko tersebut. Pada saat

para auditor memiliki kemampuan untuk menilai resiko yang dapat muncul, dan

dapat bertindak sesuai dengan resiko yang dimiliki, maka hal tersebut akan

membuat hasil audit yang dimiliki memiliki kualitas yang baik, karena auditor

mengetahui kelemahan dan resiko yang dapat muncul dari kegiatan audit tersebut,

dan melakukan tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk membatasi dampak

dari resiko terhadap pelaksanaan audit.

2.3.3 Hubungan antara Kecukupan Bukti Audit dengan Kualitas Audit

Menurut SA 500 mengenai bukti audit, bukti audit adalah Informasi yang

digunakan oleh auditor dalam menarik kesimpulan sebagai basis opini auditor.

Bukti audit mencakup baik informasi yang terkandung dalam catatan akuntansi

yang mendasari laporan keuangan maupun informasi lainnya. Auditor harus

merancang dan melaksanakan prosedur audit yang tepat sesuai dengan kondisi

untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. Ketepatan bukti audit

merupakan ukuran tentang kualitas bukti audit. Bukti audit dianggap berkualitas

jika bukti tersebut relevan dan andal dalam mendukung kesimpulan yang dijadikan

basis opini auditor.

Dengan demikian, bukti audit yang berkualitas akan menghasilkan opini

audit yang sesuai dengan kondisi perusahaan, sehingga kesesuaian opini tersebut

akan berdampak pada kualitas audit yang baik.


35

2.3.4 Hubungan antara Sikap Auditor atas Penggunaan Hasil Pekerjaan

Pihak Lain dengan Kualitas Audit

Menurut Tuanakotta (2015), dalam beberapa situasi auditor mungkin

memerlukan keahlian tertentu di luar bidang accounting dan auditing yang disebut

sebagai auditor’s expert. Auditor’s expert adalah seseorang atau suatu organisasi

yang memiliki keahlian (expertise) dalam suatu bidang di luar acccounting dan

auditing, yang pekerjaannya dalam bidang tersebut digunakan auditor/KAP untuk

membantunya memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. Contoh auditor’s

expert adalah sebagai berikut:

 Juru hitung persediaan dengan spesialisasi tertentu.

 Penilaian aset seperti tanah, bangunan, pabrik, pekerjaan seni, batu berharga

(precious stones), persediaan dan instrumen keuangan yang rumit.

 Pengukuran kuantitas atau kondisi fisik suatu aset, seperti mineral yang

disimpan dalam tumpukan (stockpiles), mineral di bawah tanah

(underground mineral) dan cadangan minyak bumi, serta sisa umur pabrik.

 Penentuan nilai dengan teknik khusus seperti penilaian aktuari (actuarial

valuation).

 Analisis atas masalah kepatuhan perpajakan yang rumit dan luar biasa

(complex or unusual tax-compliance issues).

 Pengukuran pekerjaan yang sudah selesai dan yang masih harus dikerjakan

untuk kontrak-kontrak dalam penyelesaian.

 Pendapat hukum (legal opinions) untuk menginterpretasikan perjanjian,

statuta dan peraturan.


36

Dengan demikian, adanya bantuan dari auditor’s expert informasi yang

terdapat dalam laporan audit akan lebih tepat dan dapat dipercaya karena informasi

ini diperoleh dari orang yang ahli dalam bidangnya masing-masing, sehingga

kualitas laporan auditnya pun dapat terjaga.

2.3.5 Hubungan antara Penyusunan Kesimpulan Audit dan Laporan oleh

Auditor dengan Kualitas Audit

Menurut SA 700 mengenai perumusan suatu opini atas laporan keuangan,

auditor harus merumuskan suatu opini tentang apakah laporan keuangan disusun,

dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang

berlaku. Untuk merumuskan opini tersebut, auditor harus menyimpulkan apakah

auditor telah memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan

secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan

oleh kecurangan maupun kesalahan. Kesimpulan tersebut harus memperhitungkan:

 Kesimpulan auditor, berdasarkan SA 330, apakah bukti audit yang cukup

dan tepat telah diperoleh;

 Kesimpulan auditor, berdasarkan SA 450, apakah kesalahan penyajian yang

tidak dikoreksi adalah material, baik secara invidual maupun secara

kolektif; dan

 Evaluasi. Auditor harus mengevaluasi apakah laporan keuangan disusun,

dalam semua hal yang material, sesuai dengan ketentuan dalam kerangka

pelaporan keuangan yang berlaku. Pengevaluasian tersebut harus mencakup

pertimbangan atas aspek kualitatif praktik akuntansi entitas, termasuk

indikator kemungkinan penyimpangan dalam pertimbangan manajemen.


37

2.3.6 Hubungan antara Pelaksanaan Audit dengan Tujuan Khusus dengan

Kualitas Audit

Menurut SA 800 mengenai pertimbangan khusus-audit atas laporan

keuangan yang disusun dengan kerangka bertujuan khusus, laporan auditor atas

laporan keuangan bertujuan khusus harus mencantumkan suatu paragraf penekanan

suatu hal yang memperingatkan pengguna laporan auditor bahwa laporan keuangan

disusun sesuai dengan suatu kerangka bertujuan khusus dan bahwa, sebagai

akibatnya, laporan keuangan belum tentu sesuai untuk tujuan lain. Auditor harus

mencantumkan paragraf ini dengan menggunakan suatu judul yang tepat.

Contoh-contoh kerangka bertujuan khusus antara lain:

 Suatu basis akuntansi perpajakan untuk satu set laporan keuangan yang

melampiri surat pemberitahuan tahunan (“SPT”) entitas;

 Basis akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas untuk informasi arus kas

yang diharuskan oleh kreditur;

 Ketentuan pelaporan keuangan yang ditetapkan oleh regulator untuk

memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh regulator tersebut; atau

 Ketentuan pelaporan keuangan suatu kontrak, seperti perjanjian obligasi,

perjanjian pinjaman, atau hibah untuk suatu proyek.

Dengan SA ini, auditor akan menginformasikan kepada pihak-pihak lain

selain yang bertujuan khusus bahwa auditor menggunakan standar yang disesuaikan

oleh pihak khusus seperti yang dijelaskan diatas, sehingga tidak akan menimbulkan

persepsi yang salah dan adanya perbedaan standar yang digunakan dalam laporan

tidak akan menurunkan kualitas audit.


38

Prinsip Umum dan Tanggung


Jawab Auditor dalam
Pelaksanaan Audit Programnya
(X1)

Penilaian Risiko dan


Respons Auditor terhadap
Risiko yang Dinilai (X2)

Kecukupan Bukti
Audit (X3)

Sikap Auditor atas


Kualitas Audit (Y)
Penggunaan Hasil Pekerjaan
Pihak Lain (X4)

Penyusunan Kesimpulan
Audit dan Laporan Audit
oleh Auditor (X5)

Pelaksanaan Audit
dengan Tujuan Khusus
(X6)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.4 Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2015:99), hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan

dalam bentuk kalimat pernyataan. Penjelasan mengenai kerangka pemikiran diatas,

maka dibuat hipotesis :

H1: Prinsip umum dan tanggungjawab auditor dalam pelaksanaan audit

programnya berpengaruh terhadap kualitas audit


39

H2: Penilian risiko dan respons auditor terhadap risiko yang dinilai berpengaruh

terhadap kualitas audit

H3: Kecukupan bukti audit berpengaruh terhadap kualitas audit

H4: Sikap auditor atas penggunaan hasil pekerjaan pihak lain berpengaruh

terhadap kualitas audit

H5: Penyusunan kesimpulan audit dan laporan audit oleh auditor berpengaruh

terhadap kualitas audit

H6: Pelaksanaan audit dengan tujuan khusus berpengaruh terhadap kualitas

audit

H7: Prinsip umum dan tanggungjawab auditor dalam pelaksanaan audit

programnya, penilaian risiko dan respons auditor terhadap risiko yang

dinilai, kecukupan bukti audit, sikap auditor atas penggunaan hasil

pekerjaan pihak lain, penyusunan kesimpulan audit dan laporan audit oleh

auditor, serta pelaksanaan audit dengan tujuan khusus berpengaruh terhadap

kualitas audit secara simultan.


40

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2011. Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh


Akuntan Publik Edisi 4 Buku 1. Jakarta: Salemba 4

Arens, Et Al. 2012. Auditing And Assurance Service: An Integrated Approach. Edisi
Keempat Belas. Jakarta: Erlangga

Arens, dkk. 2014. Auditing dan Jasa Assurance: Pendekatan Terintegrasi. Edisi
Kelima Belas. Jakarta: Erlangga.

Ashe J, et al. 2014. Perceived Compliance with International Standards on


Auditing and Quality of Auditing. International Journal of Academic
Research in Management (IJARM) Vol. 3, No. 1, 2014, Page: 95-109,
ISSN: 2296-1747.
Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahsa Indonesia. Edisi
Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Islahuzzaman. 2012. Istilah-Istilah Akuntansi Dan Auditing. Jakarta: Pt. Bumi
Aksara

Kusumawardhani, Agustina Prima. 2015. Implementasi International Standards on


Auditing (ISA) dan Dampaknya Pada Kualitas Audit. Skripsi.
Universitas Santa Dharma Yogyakarta.

Mulyadi, 2002. Auditing Buku 1. Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.

Sari dan Rustiana. 2016. Pemetaan Penerapan Standar Audit Berbasis ISA Pada
Kantor Akuntan Publik
41

Sarsono, Yudawijaya. Persepsi Investor Terhadap Kualitas Audit: Dampak


Perubahan Peraturan Audit di Indonesia. Jurnal Ekonomi STIE Wijaya
Mulya Surakarta.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed


Methods). Edisi 7. Bandung: Alfabeta.

Tuanakotta, Theodorus M. 2013. Audit Berbasis ISA (International Standards on


Auditing). Jakarta: Salemba Empat.

Tuanakotta, Theodorus M. 2015. Audit Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.

https://id.wikisource.org/wiki/Aturan_Etika_Kompartemen_Akuntan_Publi
k_Ikatan_Akuntan_Indonesia (diakses kamis, 24 november 2016)

www.iapi.or.id/standar-audit

Anda mungkin juga menyukai