Anda di halaman 1dari 4

BAB II

HASIL KUNJUNGAN

2.1 Profil Perusahaan


PT. Artha Bhama Textindo adalah salah satu perusahaan di Kabupaten
Bandung yang bergerak dibidang textile dengan jumlah karyawan saat ini
mencapai kurang lebih 300 karyawan dengan perbandingan wanita lebih banyak
dibandingkan karyawan pria (karyawan wanita 200 dan 100 karyawan pria).
Proyek PT. Artha Bhama mulai berjalan sejak tahun 1993 dan mulai produksi
pada tahun 1994. PT tersebut sempat mengalami pasang surut dalam masanya.
PT.Artha Bhama merupakan investor dalam rangka penanaman modal dalam
negeri (PMDN). Saat ini penjualan dalam negeri mencapai 80% dan penjualan
eksport mencapai 20%. Harapannya seiring berjalannya waktu penjualan eksport
dapat mencapai 80%.
PT.Artha Bhama ini berlokasi di Jalan Raya Bandung Garut Km.28
Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Kegiatan utama pada PT ini adalah
mulai dari persiapan hingga proses weaving (penenunan) dan kemudian barang
dialihkan ke PT Artha Trimustika yang berperan untuk mengolah bahan setengah
jadi tersebut. Proses pengolahan di mulai dari proses persiapan dying (celup),
printing (percetakan) kain, hingga finishing. Kain yang banyak dihasilkan pada
produksi bisnis tersebut adalah kain jenis Polyester dengan kapasitas produksi
12.750.000 Yds/tahun.
Luas dari bangunan PT.Artha Bhama yakni 21.132 m2 dan telah memiliki
sertifikat tanah yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional Kabupaten
Bandung, sedangkan jam kerja pada perusahaan ini dibagi menjadi tiga shift
dengan jam pekerja sebagai berikut : 06.00 – 14.00 WIB (Shift I), 14.00 – 22.00
WIB (Shift II), dan 22.00 – 06.00 (Shift III). Karyawan yang bertugas di kantor
atau administratif bekerja dari pukul 08.00 – 16.00 WIB (Non Shift).
2.2 Bagian dan Proses Produksi Perusahaan
Bagian yang dikunjungi pada PT Artha Bhama Textindo adalah proses
weaving dan inspecting yang dijelaskan sebagai berikut :
2.2.1 Bagian Weaving (Tenun)
Weaving atau penenunan merupakan satu proses dalam tekstil melalui jalinan
dua jenis benang yang dikenal sebagai benang lusi dan benang pakan untuk
menghasilkan kain mentah. Pada dasarnya, hasil dari proses weaving belum bisa
digunakan sebagai bahan pakaian atau keperluan tekstil lainnya. Terdapat 190
mesin tenun dengan 1 operator untuk 12 mesin tenun tersebut. Dibagian weaving,
jumlah karyawan sebanyak 120 orang yang terdiri dari 80 wanita dan 40 pria.
Satu mesin tenun dapat menghasilkan 4500-8000 yard kain, tetapi perusahaan ini
memiliki target 55000-60000 yard per hari dan 1,55 juta-1,6 juta yard perbulan.
Bahan yang dapat digunakan untuk membuat kain dapat berasal dari kapas, serat
tanaman dan polyester, sedangkan kain yang diproduksi di PT. Artha Bhama
adalah kain yang berasal dari polyester atau yang berasal dari minyak bumi atau
turunan minyak bumi. Benang, kanji/sizing/marpozol merupakan bahan yang
digunakan di PT Artha Bhama.
Benang yang digunakan awalnya berupa benang beam (gulungan) besar
kemudian di ganti menjadi gulungan benang kecil yang disebut benang lusi. Satu
gulungan benang beam biasanya habis 12 minggu. Benang yang digunakan adalah
benang polyester yang dibagi atas benang lusi atau (warp yan) dan benang pakan
atau (weft yan). Kemudian benang yang sudah di gulung (reeling) dilakukan
proses pensejajaran benang arah lusi (warping). Setelah itu agar benang lebih licin
dan tidak mudah putus ketika bergesekan, maka di proses ke sizing machine untuk
dikanji. Setelah kering dari pengkanjian, benang tersebut diproses menjadi
beberapa beam benang untuk dilakukan proses tenun menggunakan mesin tenun
sehingga menjadi sebuah bentuk anyaman atau kain polyester setengah jadi. Alat
tenun tersebut menggunakan tenaga air untuk mengantarkan benang sedangkan
tenaga listrik untuk motor penggerak pada alat.
2.2.2 Inspecting
Inspecting adalah salah satu tindakan pengendalian kualitas yang dilakukan
oleh pihak perusahaan dengan tujuan meminimkan produk yang rusak. Proses
inspecting dilakukan dengan memeriksa dan memperbaiki kain-kain yang
dihasilkan di proses weaving supaya layak untuk dijual. Tindakan perbaikan
tersebut antara lain memotong benang-benang yang tidak tertata rapi,
memperbaiki benang yang rusak, dan membersihkan kain. Perusahaan memiliki
kriteria penilaian terhadap kualitas kain yang digolongkan pada 3 grade kain yaitu
grade A memiliki tingkat kecacatan <4 point yang diberi label dengan tali kuning,
grade B memiliki tingkat kecacatan 4-9 point yang diberi label dengan tali
berwarna biru, sedangkan grade C dengan tingkat kecacatan >10 point yang diberi
label tali berwarna merah. Dibagian inspekting, jumlah karyawan sebanyak 30
orang yang terdiri dari ± 10 wanita dan ± 17 pria.

2.3 Kondisi Ruangan


Ruangan weaving memiliki atap yang terbuat dari seng, ventilasi di ruangan
tersebut tidak ada yang dapat menyebabkan sirkulasi udara di ruangan tersebut
kurang baik. Pencahayaan di ruangan tersebut menggunakan lampu neon di setiap
mesin tenun, lantai ruangan weaving terbuat dari keramik. Suhu di ruangan
tersebut cenderung panas dan terdapat pajanan kebisingan yang disebabkan oleh
suara dari mesin tenun tersebut. Resiko kecelakaan yang dapat terjadi yaitu tangan
pekerja dapat terjepit ketika membenarkan benang yang kusut pada mesin tenun
tersebut. Pada malam hari, kondisi suhu di ruangan tersebut dingin yang dapat
menyebabkan kedinginan pada para pekerja karena mesin tenun tersebut
menggunakan tenaga air. Pekerja selalu berdiri untuk melakukan pekerjaannya
dan tidak disediakan tempat duduk di ruangan weaving tersebut. Ruangan
inspecting memiliki kipas angin dan pencahayaannya lebih terang daripada
ruangan weaving dikarenakan atap dari ruang inspecting terbuat dari seng tetapi
ada bagian seng yang tembus cahaya. Lantai dari ruangan inspecting yaitu
plesteran dan ventilasi di ruangan tersebut tidak ada. Pada ruangan inspecting
terdapat 6 pekerja yang melakukan proses inspecting kain. Pekerja melakukan
proses inspecting dengan cara duduk namun terkadang sedikit
membungkuk/jongkok untuk mengecek kain tersebut.

Anda mungkin juga menyukai