PT. Artha Bhama Textindo adalah salah satu perusahaan di Kabupaten Bandung yang bergerak dibidang textile dengan jumlah karyawan saat ini mencapai kurang lebih 300 karyawan dengan perbandingan wanita lebih banyak dibandingkan karyawan pria (karyawan wanita 200 dan 100 karyawan pria). Proyek PT. Artha Bhama mulai berjalan sejak tahun 1993 dan mulai produksi pada tahun 1994. PT tersebut sempat mengalami pasang surut dalam masanya. PT.Artha Bhama merupakan investor dalam rangka penanaman modal dalam negeri (PMDN). Saat ini penjualan dalam negeri mencapai 80% dan penjualan eksport mencapai 20%. Harapannya seiring berjalannya waktu penjualan eksport dapat mencapai 80%. PT.Artha Bhama ini berlokasi di Jalan Raya Bandung Garut Km.28 Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Kegiatan utama pada PT ini adalah mulai dari persiapan hingga proses weaving (penenunan) dan kemudian barang dialihkan ke PT Artha Trimustika yang berperan untuk mengolah bahan setengah jadi tersebut. Proses pengolahan di mulai dari proses persiapan dying (celup), printing (percetakan) kain, hingga finishing. Kain yang banyak dihasilkan pada produksi bisnis tersebut adalah kain jenis Polyester dengan kapasitas produksi 12.750.000 Yds/tahun. Luas dari bangunan PT.Artha Bhama yakni 21.132 m2 dan telah memiliki sertifikat tanah yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Bandung, sedangkan jam kerja pada perusahaan ini dibagi menjadi tiga shift dengan jam pekerja sebagai berikut : 06.00 – 14.00 WIB (Shift I), 14.00 – 22.00 WIB (Shift II), dan 22.00 – 06.00 (Shift III). Karyawan yang bertugas di kantor atau administratif bekerja dari pukul 08.00 – 16.00 WIB (Non Shift). 2.2 Bagian dan Proses Produksi Perusahaan Bagian yang dikunjungi pada PT Artha Bhama Textindo adalah proses weaving dan inspecting yang dijelaskan sebagai berikut : 2.2.1 Bagian Weaving (Tenun) Weaving atau penenunan merupakan satu proses dalam tekstil melalui jalinan dua jenis benang yang dikenal sebagai benang lusi dan benang pakan untuk menghasilkan kain mentah. Pada dasarnya, hasil dari proses weaving belum bisa digunakan sebagai bahan pakaian atau keperluan tekstil lainnya. Terdapat 190 mesin tenun dengan 1 operator untuk 12 mesin tenun tersebut. Dibagian weaving, jumlah karyawan sebanyak 120 orang yang terdiri dari 80 wanita dan 40 pria. Satu mesin tenun dapat menghasilkan 4500-8000 yard kain, tetapi perusahaan ini memiliki target 55000-60000 yard per hari dan 1,55 juta-1,6 juta yard perbulan. Bahan yang dapat digunakan untuk membuat kain dapat berasal dari kapas, serat tanaman dan polyester, sedangkan kain yang diproduksi di PT. Artha Bhama adalah kain yang berasal dari polyester atau yang berasal dari minyak bumi atau turunan minyak bumi. Benang, kanji/sizing/marpozol merupakan bahan yang digunakan di PT Artha Bhama. Benang yang digunakan awalnya berupa benang beam (gulungan) besar kemudian di ganti menjadi gulungan benang kecil yang disebut benang lusi. Satu gulungan benang beam biasanya habis 12 minggu. Benang yang digunakan adalah benang polyester yang dibagi atas benang lusi atau (warp yan) dan benang pakan atau (weft yan). Kemudian benang yang sudah di gulung (reeling) dilakukan proses pensejajaran benang arah lusi (warping). Setelah itu agar benang lebih licin dan tidak mudah putus ketika bergesekan, maka di proses ke sizing machine untuk dikanji. Setelah kering dari pengkanjian, benang tersebut diproses menjadi beberapa beam benang untuk dilakukan proses tenun menggunakan mesin tenun sehingga menjadi sebuah bentuk anyaman atau kain polyester setengah jadi. Alat tenun tersebut menggunakan tenaga air untuk mengantarkan benang sedangkan tenaga listrik untuk motor penggerak pada alat. 2.2.2 Inspecting Inspecting adalah salah satu tindakan pengendalian kualitas yang dilakukan oleh pihak perusahaan dengan tujuan meminimkan produk yang rusak. Proses inspecting dilakukan dengan memeriksa dan memperbaiki kain-kain yang dihasilkan di proses weaving supaya layak untuk dijual. Tindakan perbaikan tersebut antara lain memotong benang-benang yang tidak tertata rapi, memperbaiki benang yang rusak, dan membersihkan kain. Perusahaan memiliki kriteria penilaian terhadap kualitas kain yang digolongkan pada 3 grade kain yaitu grade A memiliki tingkat kecacatan <4 point yang diberi label dengan tali kuning, grade B memiliki tingkat kecacatan 4-9 point yang diberi label dengan tali berwarna biru, sedangkan grade C dengan tingkat kecacatan >10 point yang diberi label tali berwarna merah. Dibagian inspekting, jumlah karyawan sebanyak 30 orang yang terdiri dari ± 10 wanita dan ± 17 pria.
2.3 Kondisi Ruangan
Ruangan weaving memiliki atap yang terbuat dari seng, ventilasi di ruangan tersebut tidak ada yang dapat menyebabkan sirkulasi udara di ruangan tersebut kurang baik. Pencahayaan di ruangan tersebut menggunakan lampu neon di setiap mesin tenun, lantai ruangan weaving terbuat dari keramik. Suhu di ruangan tersebut cenderung panas dan terdapat pajanan kebisingan yang disebabkan oleh suara dari mesin tenun tersebut. Resiko kecelakaan yang dapat terjadi yaitu tangan pekerja dapat terjepit ketika membenarkan benang yang kusut pada mesin tenun tersebut. Pada malam hari, kondisi suhu di ruangan tersebut dingin yang dapat menyebabkan kedinginan pada para pekerja karena mesin tenun tersebut menggunakan tenaga air. Pekerja selalu berdiri untuk melakukan pekerjaannya dan tidak disediakan tempat duduk di ruangan weaving tersebut. Ruangan inspecting memiliki kipas angin dan pencahayaannya lebih terang daripada ruangan weaving dikarenakan atap dari ruang inspecting terbuat dari seng tetapi ada bagian seng yang tembus cahaya. Lantai dari ruangan inspecting yaitu plesteran dan ventilasi di ruangan tersebut tidak ada. Pada ruangan inspecting terdapat 6 pekerja yang melakukan proses inspecting kain. Pekerja melakukan proses inspecting dengan cara duduk namun terkadang sedikit membungkuk/jongkok untuk mengecek kain tersebut.