Anda di halaman 1dari 12

“Penentuan Akar Penyebab Masalah dengan Diagram Fishbone”

FISHBONE ANALYSIS

Pendahuluan

Fishbone analisis merupakan alat sistematis yang menganalisis persoalan


dan faktor-faktor yang menimbulkan persoalan tersebut. Fishbone analysis
atau fishbone diagram ini menampilkan keadaan dengan melihat efek dan
sebab-sebab yang berkontribusi pada efek tersebut. Melihat dari definisi
tersebut Fishbone Diagram kemudian disebut sebagai cause-and-effect
diagram. Thomas Pyzdek dalam bukunya ”The Six Sigma Handbook” (2002,
p247) mengemukakan bahwa diagram sebab dan akibat adalah alat yang
digunakan untuk mengatur dan menunjukkan secara grafik semua
pengetahuan yang dimiliki sebuah kelompok sehubungan dengan masalah
tertentu.

Diagram sebab akibat berkaitan dengan pengendalian proses statistikal, di


mana dapat mengidentifikasi penyebab suatu proses out of control. Artinya,
diagram sebab akibat ini dipergunakan untuk menunjukkan faktor – faktor
penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh
faktor – faktor penyebab itu. Diagram sebab akibat ini sering juga disebut
sebagai Diagram Tulang Ikan (Fishbone diagram) karena bentuknya seperti
kerangka ikan atau diagram Ishikawa yang pertama kali diperkenalkan oleh
Prof. Kaoru Ishikawa dari Universitas Tokyo pada Tahun 1953.

Fishbone diagram atau diagram tulang ikan disebut demikian karena


bentuknya seperti kerangka ikan. Diagram ini sering juga disebut diagram
sebab akibat atau diagram Ishikawa sesuai nama penemunya, yaitu Prof.
Kaoru Ishikawa dari Universitas Tokyo pada tahun 1943. Pembuatan diagram
ini bertujuan untuk mencari faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab
dari suatu masalah. Dengan diketahui hubungan antara sebab dan akibat
dari suatu masalah, maka tindakan pemecahan masalah akan mudah
dilakukan.
Fishbone diagram akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu
efek atau masalah, dan menganalisis masalah tersebut melalui sesi
brainstorming. Masalah akan dipecah menjadi sejumlah kategori yang
berkaitan, misalnya berdasarkan teori H. L. Blum (Perilaku, Lingkungan,
Yankes, Genetik). Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu
diuraikan melalui sesi brainstorming. Diagram tulang ikan dapat digunakan
antara lain untuk:

Membuat pengelompokan penyebab masalah

Diagram tulang ikan dapat digunakan untuk membantu membuat


pengelompokan berbagai kemungkinan penyebab masalah atau untuk
menemukan akar penyebab masalah dari suatu masalah dengan cara yang
sistematis dan logis.

Mengembangkan kreativitas berpikir

Penggunaan diagram tulang ikan dalam menentukan penyebab masalah


dapat mengembangkan kreativitas berpikir secara sistematis kepada
kelompok pemecah masalah dalam menemukan atau mencari penyebab
atau akar penyebab masalah sehingga memudahkan pencarian solusi
pemecahan masalahnya.

Pengumpulan data
Diagram tulang ikan dapat pula digunakan sebagai petunjuk atau dasar
dalam pengumpulan data untuk pembuktian hubungan antara penyebab
masalah atau akar penyebab masalah dengan masalah. (Pohan,
2006)Langkah-Langkah Pembuatan

Menyepakati pernyataan masalah

Sepakati sebuah pernyataan masalah. Pernyataan masalah ini


diinterpretasikan sebagai “effect” atau secara visual dalam fishbone seperti
“kepala ikan”. Contoh : masalah mengenai tingginya HIV/AIDS.

Mengidentifikasi kategori-kategori

Dari garis horisontal utama, buat garis diagonal yang menjadi “cabang”.
Setiap cabang mewakili “sebab utama” dari masalah yang ditulis. Sebab ini
diinterpretasikan sebagai “cause” atau secara visual dalam fishbone seperti
“tulang ikan”

Kategori sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa sehingga


masuk akal dengan situasi. Jumlah kategori biasanya sekitar 4-6 kategori,
misalnya menggunakan teori H. L. Blum (Perilaku, Lingkungan, Yankes,
Genetik)

Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara brainstorming

Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi


brainstorming.

Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersama-sama dimana sebab


tersebut harus ditempatkan dalam fishbone diagram, yaitu tentukan di
bawah kategori yang mana gagasan tersebut harus ditempatkan.

Sebab-sebab ditulis dengan garis horisontal sehingga banyak “tulang” kecil


keluar dari garis diagonal.

Pertanyakan kembali “Mengapa sebab itu muncul?” sehingga “tulang” lebih


kecil (sub-sebab) keluar dari garis horisontal tadi.

Satu sebab bisa ditulis di beberapa tempat jika sebab tersebut berhubungan
dengan beberapa kategori.
Sebagai contoh :

Pada penyebab utama faktor lingkungan dapat disebabkan oleh ekonomi


yang rendah, dan masalah sosial. Pada ekonomi rendah dapat pula
disebabkan oleh pendapatan keluarga yang rendah. Sedangkan untuk
masalah sosial dapat disebabkan oleh pengaruh teman dekat yang dapat
menyebabkan pergaulan bebas dan dapat menyebabkan terkena HIV, serta
jenis pekerjaan yang dimana masih banyak masyarakat yang berprofesi
sebagai PSK

Pada penyebab utama faktor perilaku dapat disebabkan oleh pengetahuan


yang rendah, sikap yang kurang baik dan praktik secara langsung yang
dapat menyebabkan risiko terhadap HIV/AIDS. Pengetahuan yang rendah
dikarenakan oleh pendidikan yang rendah sehingga masih banyak
masyarakat yang belum mengetahui mengenai penyakit HIV/AIDS mulai dari
cara penularannya, gejala-gejalanya,pencegahan dan juga cara
pengobatannya. Dengan adanya sikap tidak peduli terhadap bahaya HIV
karena penderita itu sendiri pun tidak mengetahui gejala-gejala dari
HIV/AIDS dan juga sikap tidak setia terhadap pasangan dapat
menyebabkan timbulnya sikap bergonta ganti pasangan sehingga
menimbulkan risiko terhadap HIV/AIDS.

Pada penyebab utama pelayanan kesehatan disebabkan oleh kurrangnya


klinik VCT, tempat layanan kesehatan yang tidak terjangkau dan tenaga
kesehatan yang tidak profesional. Tenaga kesehatan yang tidak profeional
ini disebabkan dari proses transfusi darah yang tidak sesuai prosedur dan
kurangnya sosialisasi dari tenaga kesehatan.

Pada penyebab utama genetik disebabkan oleh penularan kongingetal, yaitu


dari ibu hamil yang mengidap HIV/AIDS melahirkan seorang anak sehingga
anak yang dilahirkan tersebut akan berisiko terkena HIV/AIDS pula.

Diagram tulang ikan dapat dipakai secara tersendiri dalam mencari


pemecahan masalah, akan tetapi biasanya diagram ini digunakan bersama-
sama dengan alat statistik lainnya. Sebaiknya saat menentukan pilihan
faktor-faktor penyebab apa yang kemungkinan besar merupakan faktor yang
paling berpengaruh terhadap masalah sedapat mungkin dilakukan pengujian
melalui alat-alat statistik lainnya (Kuswadi, 2004).
Kelebihan/ Kekurangan Diagram Fishbone

Kelebihan Fishbone diagram adalah dapat menjabarkan setiap masalah


yang terjadi dan setiap orang yang terlibat di dalamnya dapat
menyumbangkan saran yang mungkin menjadi penyebab masalah tersebut.
Sedang Kekurangan Fishbone diagram adalah:

Diagram dibuat terlalu rumit atau terlalu sederhana sehingga sering sulit
mengidentifikasi masalah.

Untuk diagram dengan tipe klasifikasi proses produksi sering sebab yang
sejenis tampak berulang-ulang dan variasi dari kemungkinan sebab sulit
digambarkan.

biasanya voting digunakan untuk memilih penyebab yang paling mungkin


yang terdaftar pada diagram tersebut.

Manfaat

Diagram fishbone pertama digunakan sebagai alat quality management


tools dengan 5 (lima) kategori yakni : Manpower, Machine, Method, Material,
Media. Perkembangan manajemen lebih lanjut, memunculkan beberapa
kategori seperti :

Motivation (soft competency) dan Money (Uang). Adapun kebutuhan-


kebutuhan yang mendasari penggunaan diagram fishbone ini adalah
sebagai berikut:

Membantu mengidentifikasi akar penyebab masalah.

Membantu untuk mendapatkan ide-ide (gathering ideas) untuk solusi.

Membantu untuk pencarian fakta lebih lanjut tentang masalah.


Pada diagram ini ada yang disebut sebagai tulang utama yaitu yangmewakili
akibat atau suatu masalah sedangkan tulang-tulang yang lain disebut
sebab-sebab, lalu ada sub-sub tulang yang mewakili sebab-sebab yang
lebih rinci lagi dan seterusnya. (Gasperz, 2002, p58).

Merupakan alat untuk mengumpulkan ide atau input – input kelompok,


merupakan metode dasar dari “brainstorming terstruktur”.

Dengan mengeelompokkan penyebab – penyebab yang mungkin, maka


kelompok dapat memikirikan banyak kemungkinan daripada hanya
menfokuskan pada beberapa area tipikal.

Membantu dimulainya fase analyze dengan mengidentifikasi beberapa


penyebab yang menjadi “tersangka utama”. (Pande, 2002, p281).
Metode

Metode yang digunakan dalam analisis tulang ikan (fishbone analysis) yakni
mencari akar masalah. Akar permasalahan dirumuskan dalam prinsip 5M+2
atau dikategorikan dalam 7 kategori, yakni Manpower, Machine, Method,
Material, Media.

Motivation (soft competency) Money.

Manpower (Tenaga Kerja).

Segala hal permasalahan yang terkait dengan aspek tenagakerja dilihat dari
aspek : lemahnya pengetahuan, kurang ketrampilan, pengalaman,
kelelahan, kekuatan fisik, lambatnya kecepatan kerja, banyak tekanan kerja,
stress dll.

Machine (Mesin, peralatan, Infrastruktur).

Segala masalah yang terkait dengan

aspek peralatan, mesin maupun physical

tools lainnya. Misalnya : perawatan

mesin-mesin, fasilitas pendukung mesin,

ketidaklengkapan mesin/peralatan, pengkalibrasian mesin/tools yang tidak


standar, daya tahan mesin yang lemah, kesulitan dalam penggunaan mesin,
mesin tidak user-operability, dst.

Methods (Metode dan prosedur kerja).

Segala hal masalah terkait dengan metode dan prosedur kerja. Misalnya
prosedur kerja tidak ada, prosedur kerja tidak jelas, metode sulit dipahami,
metode tidak standar, metode tidak cocok, metode yang bertentangan
dengan metode lainnya dll.

Materials (material bahan baku utama, bahan baku penolong).

Berkaitan dengan ketersediaan bahan baku utama atau bahan baku


penolong yang terkait dengan akar masalah, dengan melihat aspek: kualitas
bahan baku tidak sesuai standar, bahan baku tidak lengkap, kuantitas bahan
baku tidak seragam, ukuran dan spesifikasi tidak standar dst.

Media (media, lingkungan kerja, waktu kerja).

Melihat aspek tempat kerja, waktu, lingkungan yang tidak mendukung.


Biasanya yang termasuk kategori ini adalah : tempat yang kurang bersih,
keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan kurang terang, ventilasi dan
peredaran udara buruk, faktor kebisingan suara, faktor lantai yang
licin/bergelombang/tidak rata dst.

Motivation (motivasi, soft competency).

Berkaitan dengan sikap kerja, perilaku kerja, budaya kerja yang tidak benar
ataupun tidak kondusif. Bisa digolongkan seperti : tidak kreatif, tidak proaktif,
tidak mau bekerjasama dst.

Money (uang dan finansial).


Berkaitan dengan aspek keuangan dan finansial yang belum mendukung dan
mantap. Misalnya : ketidaktersediaan anggaran.

DAFTAR PUSTAKA

Delbecq A. L. and VandeVen A. H, (1971). A Group Process Model for


Problem Identification and Program Planning. Journal Of Applied Behavioral
Science VII (July/August, 1971), 466 -91

Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2014. Profil Kesehatan Kota Semarang


Tahun

2014.

Jayanti, Evi. 2008. Deskripsi Dan Faktor Yang Bepengaruh Terhadap Status
HIV Pada Pengguna Klinik-klinik Layanan Tes HIV di DKI Jakarta dan Bali.
Skripsi. Jakarta: FKM UI.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Laporan Triwulan Situasi Perkembangan


HIV/AIDS di Indonesia sd 30 Juni 2010.

Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak


Balita, Orang Dewasa, Usia Lanjut. Jakarta: Pustaka Obor Populer

Nursalam. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS.


Jakarta: Salemba Medika Jakarta.
Depkes RI. 2008. Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) KLB-Gizi Buruk.
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat: Direktorat Bina Gizi
Masyarakat.X

Kuswadi, dan Erna Mutiara. 2004. Delapan Langkah dan Tujuh Alat Statistik
untuk Peningkatan Mutu Berbasis Komputer. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo

Poerwanto,Hendra.2012.DiagramFishbone.[online].(
https://sites.google.com/site/kelolakualitas/Diagram-Fishbone)X

Pohan, Imbalo S. 2006. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan: Dasar-Dasar


Pengertian dan Penerapan. Jakarta: EGC

Sinthamurniwaty. 2006. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diare Akut pada Balita


(Studi Kasus di Kabupaten Semarang).Magister Epidemiologi Program Pasca
Sarjana Universitas Diponegoro Semarang. (Online) (
http://core.ac.uk/download/pdf/11715367.pd f) Diunduh pada 15 September
2015.X

Supriyanto dan Damayanti, 2006. Perencanaan dan Evaluasi. Surabaya:


Airlangga University Press

Tague, Nancy R. 2004. The Quality Toolbox, Second Edition. ASQ Quality
Press
TUGAS MANAJEMEN KEPERAWATAN

ANALISIS FISHBONE

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

A.RISKA MUTMAINNA ASRI YANTI

ALFRIDA DEVI RISTANTI

ANDI FITRIAH RAMDHANI DIRZAH


AULIASARI

ANDI KARTINI ELKARISNA NOVIA


LAMBA’
ANNISA CAHYANI ANDRA EVHI MARSELINA
NABEN

ARIFATUL FARIDA FITRIANA

ARLIN AFRIANTI HILMIYAH


PURNAMAPUTRI

INDAH ARMADANI RAHBI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN


KESEHATAN MAKASSAR
2016

Anda mungkin juga menyukai