Anda di halaman 1dari 16

Case Study Penyusunan

Anggaran Pelayanan Kesehatan


Hikmawan Suryanto
Proses Penyusunan Anggaran

a. Penerbitan Pedoman  pedoman yang mengatur


pembuatan anggaran, biasanya ada di rencana strategis dan
disesuaikan dengan perkembangan zaman
b. Usulan Awal Anggaran  mengembangkan permintaan
anggaran yang disesuaikan dengan pedoman anggaran
c. Negoisasi  mendiskusikan usulan anggaran
d. Tinjauan dan persetujuan  menganalisis usulan anggaran
dengan mempelajari setiap poin dari usulan yang diajukan
e. Revisi Anggaran  jika hasil dari tinjauan atau anggaran yang
sudah disetujui, mengalami perubahan dari rencana awal
PENDEKATAN PENYUSUNAN ANGGARAN

1. TOP DOWN
2. BOTTOM UP
3. PARTICIPATORY
TOP DOWN
• Dari atas memiliki standar yang mana standar tersebut
diturunkan kebawah
• Atasan memberikan perencanaan dan target, kemudian
diturunkan ke bawahan
• seluruh kegiatan dan alokasi biaya untuk masing-masing
kegiatan ditentukan oleh top management, dalam hal ini
contohnya adalah Direktur RS/Kepala Puskesmas.
• Keuntungan pendekatan top-down adalah proses
penyusunan anggaran relatif cepat. Namun pendekatan
top-down juga memiliki kelemahan yaitu sangat kurangnya
keterlibatan staf sebagai pelaksana program.
• Akibatnya, komunikasi dan koordinasi kurang berjalan
lancar
BOTTOM UP
• Dari bawah yang menyampaikan informasi kepada atasan
• Dari bawah memberikan masukan kepada atasan
• Menentukan perencanaan dan target (ukuran pencapaian) berasal dari
manajemen tingkat menengah (midle) dan bawah (lower)
• Penyusunan anggaran dengan pendekatan bottom-up, masing-masing unit di
Puskesmas/RS dapat secara independen mengidentifikasi kegiatan dan
sumber daya yang dibutuhkan.
• Kemudian usulan anggaran dari setiap unit dikonsolidasikan di tingkat
Puskesmas/RS untuk mencapai kesepakatan anggaran pada periode
selanjutnya.
• Bottom up memiliki kelebihan karena midle and lower management lebih
memahami keadaan dilapangan dan mengetahui skill dari masing masing
anggota
• Terkadang, target dan perencanaan dari midle and lower management
bertentangan dengan upper management, karena strategy of thinking
(strategi berpikir) dimanajemen puncak bisa jadi berbeda.
PARTICIPATORY
• adalah kombinasi antara pendekatan top-down dan bottom-up
• Top (upper) management saling duduk bareng bersama midle and
lower management untuk bersama sama menyusun perencanaan dan
pencapaian target organisasi
• Penyusunan anggaran dimulai dengan penentuan parameter oleh
Direktur RS/Kepala Puskesmas sebagai acuan dalam penyusunan
anggaran, termasuk penentuan sasaran dan tujuan untuk tahun
mendatang. Kemudian, masing-masing unit di RS/Puskesmas
merencanakan anggaran dengan berpatokan parameter acuan yang
telah dibuat.
• KEUNTUNGAN : keseimbangan peran serta dari setiap tingkat
manajemen
• KELEMAHAN : cenderung menghambat inovasi staf karena top manajer
masih dominan dan membutuhkan waktu yang relative lama.
Tahap Penganggaran Berbasis Kinerja di
Pelayanan Kesehatan
A. Penetapan Rencana Strategis
Hal paling utama dilakukan dalam
pengimplementasian anggaran berbasis kinerja
adalah dengan merumuskan sasaran strategis yang
merujuk pada visi organisasi
B. Penetapan Program dan Kegiatan
Menerjemahkan Renstra menjadi program-program
dan kegiatan-kegiatan yang dirumuskan dan
ditetapkan prioritasnya
C. Penetapan Indikator
Indikator program harus jelas dan rinci
D. Penetapan Standar Biaya
Disusun sesuai dengan kebutuhan perhitungan
anggaran rumah sakit/puskesmas
E. Perhitungan Kebutuhan Anggaran
Dilakukan oleh tiap-tiap unit kerja yang
berhubungan langsung dengan kegiatan-kegiatan
yang telah ditetapkan sebelumnya
F. Pelaksanaan Kegiatan
Tahap realisasi anggaran, dimana kegiatan demi
kegiatan dilaksanakan
G. Pertanggung Jawaban
Laporan keuangan harus disajikan secara lengkap
dan terperinci
H. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja
Mengukur dan mengevaluasi kinerja
Fungsi Anggaran pada Sektor Publik
• Sebagai Alat Perencanaan (merencanakan program apa yang akan
dilakukan, biaya yang dibutuhkan, dan hasil yang diperoleh)
• Sebagai Alat Pengendalian (menghindari salah sasaran dalam alokasi
anggaran yang bukan prioritas)
• Sebagai Alat Kebijakan Fiskal (menstabilkan ekonomi dan mendorong
pertumbuhan ekonomi)
• Sebagai Alat Politik (komitmen eksekutif dan legislatif memutuskan
prioritas dalam penggunaan anggaran)
• Sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi (alat koordinasi antar bagian
dalam organisasi)
• Sebagai Alat Penilaian Kinerja (Kinerja organisasi akan dinilai
berdasarkan pencapaian target anggaran)
• Sebagai Alat Motivasi (alat memotivasi pimpinan dan staf agar
bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien)
Case Study di Puskesmas X
Puskesmas X merupakan UPT Dinas Kesehatan Kota Z yang sebagian secara
letak termasuk puskesmas pedesaan. Puskesmas X saat ini akan melakukan
perencanaan anggaran untuk 1 periode akuntansi tahun yang akan berjalan.
Sebelum melakukan perencanaan anggaran, bagian perencanaan
puskesmas melakukan analisis situasi keadaan masyarakat yang berkaitan
dengan pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya. Setelah semua data
terkumpul, ada beberapa masalah kesehatan yang ditemukan. Masalah
kesehatan tersebut antara lain:
BBLR, Stunting, Diare, Cakupan Imunisasi Dasar, Cakupan peserta KB, BAB
Sembarangan, DBD, kunjungan ibu hamil. Kemudian, kepala bagian
perencanaan melakukan identifikasi masalah dan penentuan prioritas
masalah. Berdasarkan hasil identifikasi masalah, didapatkan bahwa prioritas
masalah yang harus segera diselesaikan adalah DBD dan Diare. Puskesmas X
telah memiliki pedoman dalam pembuatan anggaran. Kemudian kepala
bagian perencanaan membuat KAK mengenai usulan program yang
berkaitan dengan DBD dan Diare. KAK diajukan ke kepala puskesmas untuk
ditinjau dan disetujui sebagai program kerja yang nantinya akan ada dalam
perencanaan anggaran. Singkat cerita, program usulan diterima dan berikut
tabel dalam perencanaan anggaran
Penganggaran Berbasis Kinerja di Puskesmas X
Program Indikator Output Rencana Output Satuan Anggaran Anggaran
Kinerja Capaian Rencana (Rp) Output Rencana
(Target) Capaian (Rp) Capaian
(Volume) (Rp)
Penyuluh Semua 12.000 85% 10.200 15.000 12.000 x 10.200 x
an PHBS Kepala KK diikuti 15.000 = 15.000 =
Keluarga kepala 180 jt 153 jt
Mendapa keluarga
t di
penyuluh Kecamata
an PHBS n
Mojoroto
Pemanta Semua 7000 75% 5.250 10.000 7000 x 5250 x
uan rumah rumah rumah 10.000 = 10.000 =
Jentik dipantau dapat 70 jt 52,5 jt
Nyamuk jentik dikunjun
nyamukn gi
ya jumantik
Case Study di RS X
RS X merupakan rumah sakit tipe B. RS X saat ini akan melakukan
perencanaan anggaran untuk 1 periode akuntansi tahun yang akan
berjalan. Sebelum melakukan perencanaan anggaran, bagian
perencanaan RS melakukan analisis situasi keadaan RS. Setelah
semua data terkumpul, ada beberapa hal yang harus diperbaiki oleh
manajemen RS. Kemudian, kepala bagian perencanaan melakukan
identifikasi masalah dan penentuan prioritas masalah. Berdasarkan
hasil identifikasi masalah, didapatkan bahwa prioritas masalah yang
harus segera diselesaikan adalah penurunan tingkat kambuh pasien
jantung dan pengolahan limbah RS. Sebelumnya, RS X telah memiliki
pedoman dalam pembuatan anggaran. Kemudian kepala bagian
perencanaan membuat KAK mengenai usulan program yang
berkaitan dengan program promosi kesehatan kepada pasien jantung
dan pengadaan alat pengolah limbah RS. KAK diajukan ke direktur RS
untuk ditinjau dan disetujui sebagai program kerja yang nantinya
akan ada dalam perencanaan anggaran. Singkat cerita, program
usulan diterima dan berikut tabel dalam perencanaan anggaran
Penganggaran Berbasis Kinerja di RS X
Program Indikator Output Rencana Output Satuan Anggaran Anggaran
Kinerja Capaian Rencana (Rp) Output Rencana
(Target) Capaian (Rp) Capaian
(Volume) (Rp)
Pengadaa Tersedian 1 1 alat 1 10 jt 10 jt 10 jt
n Sarana ya Alat pengolah
Pengelola pengolah limbah
an limbah RS
Limbah
RS

PKMRS Semua 30 Peserta 30 5000 30 x 5000 30 x 5000


Kesehata pasien yang ikut = =
n Jantung poli sebanyak 150.000 150.000
jantung 30 orang

Anda mungkin juga menyukai