Nomor :……../……/…../20…
Nomor :……../……/…../20…
Pada hari ini, ……… tanggal …….. bulan ……. Tahun ……. (….-….- 20..), telah dibuat dan
ditandatangani Perjanjian Sewa Menyewa Kapal Antara PT ……………… Dengan PT
…………………….. Nomor :……../……/…../20… Nomor :……../……/…../20… (untuk selanjutnya
disebut “Perjanjian”) oleh dan antara :
PT ABCD, suatu Perseroan Terbatas, didirikan menurut hukum dan perundang – undangan
Negara Republik Indonesia, berkedudukan di ……… , beralamat di ……………. , jalan………,
dalam hal ini diwakili oleh ………. yang bertindak dalam kedudukannya sebagai ……….., dari
dan oleh karenanya sah bertindak untuk dan atas nama PT …………… (selanjutnya disebut
sebagai “Pihak Pertama”).
PT EFGH, suatu Perseroan Terbatas, didirikan menurut hukum dan perundang – undangan
Negara Republik Indonesia, berkedudukan di ……… , beralamat di ……………. , jalan………,
dalam hal ini diwakili oleh ………. yang bertindak dalam kedudukannya sebagai ……….., dari
dan oleh karenanya sah bertindak untuk dan atas nama PT …………… (selanjutnya disebut
sebagai “Pihak Kedua”).
Untuk selanjutnya Pihak Pertama dan Pihak Kedua secara bersama-sama dalam Perjanjian ini
disebut sebagai “Para Pihak” dan secara sendiri-sendiri disebut “PIhak”.
Para Pihak dalam kedudukannya masing-masing tersebut di atas, terlebih dahulu menerangkan
hal-hal sebagai berikut:
Bahwa Pihak Pertama adalah suatu badan hukum Perseroan Terbatas yang didirikan
berdasarkan dan tunduk pada hukum Republik Indonesia serta bergerak dalam bidang layanan
transportasi dan logistic untuk produk-produk terkait energi.
Bahwa Pihak Kedua adalah suatu badan hukum Perseroan Terbatas yang didirikan
berdasarkan dan tunduk pada hukum Republik Indonesia serta bergerak dalam bidang
pertambangan batu bara.
Bahwa Pihak Pertama memiliki Tug Boat dan Barge yang mempunyai pengalaman di bidang
pengangkutan batu bara di wilayah Republik Indonesia.
Bahwa Pihak Kedua memiliki area pertambangan yang terletak di ……………, kecamatan
…………, kabupaten …….. (selanjutnya disebut sebagai “Area Tambang”) yang membutuhkan
jasa angkutan transportasi laut untuk mengangkut hasil tambang batu bara dengan tujuan
untuk meningkatkan berjalannya bisnis Pihak Kedua.
Bahwa Pihak Kedua menunjuk Pihak Pertama dalam menggunakan jasa Pihak Pertama
untuk mengangkut hasil tambang Pihak Kedua dari Area Tambang ke Stockpile yang akan
ditentukan oleh Pihak Kedua.
Bahwa Pihak Pertama setuju untuk mengangkut batu bara dan melaksanakan jasa-jasa terkait
sebagaimana tersebut diatas dan dalam Perjanjian ini untuk kepentingan Pihak Kedua.
Berdasarkan hal tersebut diatas, Para Pihak telah setuju dan sepakat untuk melakukan suatu kerja
sama sewa menyewa Tug Boat dan Barge yang dituangkan dalam Perjanjian ini dengan
ketentuan / syarat – syarat sebagai berikut :
PASAL 1
DEFINISI
1. Invoice adalah daftar tagihan yang dikeluarkan oleh Pihak Pertama yang berisi sejumlah biaya
yang harus dibayarkan oleh Pihak Kedua dengan bentuk sesuai dengan kebijakan Pihak
Pertama.
2. Hari Kerja adalah hari Senin sampai dengan hari Jumat dimana Bank Indonesia menjalankan
kegiatan dan melakukan kliring, tidak termasuk hari Sabtu, Minggu serta hari libur resmi yang
telah ditetapkan atau akan ditetapkan dikemudian hari oleh Pemerintah selama berlakunya
Perjanjian ini.
3. Hari Kalender adalah tiap-tiap hari dalam kalender termasuk hari libur nasional yang
ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia.
4. Batu bara adalah batuan organik yang berasal dari Area Tambang Pihak Kedua yang dikelola
oleh Pihak Kedua selanjutnya disebut “Hasil tambang”.
5. Tug Boat dan Barge adalah 1 (satu) set atau sepasang yaitu Barge (Tongkang) yang ditarik
dengan Tug Boat (Kapal Tunda).
6. Ship Particular adalah rincian data kapal lengkap identitas kapal termasuk General data,
Machinary data, Hull data dan Pemilik.
7. Transit adalah tempat persinggahan unit untuk sementara waktu yang akan dilanjutkan ke
tempat tujuan yang telah ditentukan.
8. Standart Operational Procedure atau SOP adalah suatu prosedur dan alur kerja yang
disepakati oleh Para Pihak sehubungan dengan suatu pelaksanaan teknis yang ditentukan
dalam Perjanjian ini.
9. Berita Acara adalah selama dalam kegiatan kapal/operasional kapal mengenai hal-hal tertentu
wajib adanya berita acara yang dibuat oleh Nakhoda dan diketahui oleh Pengawas dibuat
rangkap 3 (tiga) guna laporan kepada Pihak Pertama dan Pihak Kedua.
PASAL 2
RUANG LINGKUP PERJANJIAN
1. Ruang lingkup Perjanjian adalah meliputi pengadaan/penyediaan Tug Boat dan Barge dengan
dilengkapi Anak Buah Kapal dan Perlengkapan berlayar lainnya oleh Pihak Pertama untuk
memenuhi kebutuhan operasional Pihak Kedua.
2. Pihak Kedua akan mengoperasikan Tug Boat dan Barge milik Pihak Pertama pada zona/area
yang aman yang meliputi seluruh perairan Negara Republik Indonesia.
3. Pihak Pertama berkewajiban sejak dan setelah tanggal Perjanjian ini, memastikan bahwa
Hasil Tambang diangkut dan diantar dari Area Tambang ke Tempat Penyerahan dan atau
Stockpile yang ditentukan Pihak Kedua.
5. Pihak Pertama berkewajiban untuk menyediakan personil dalam jumlah yang cukup untuk
melaksanakan kewajiban-kewajiban berdasarkan Perjanjian.
6. Pihak Pertama menjamin kepemilikan Tug Boat dan Barge sebagai pemilik satu-satunya yang
dibuktikan dengan dokumen kepemilikan.
PASAL 3
SPESIFIKASI TUG BOAT DAN BARGE
1. Secara umum spesifikasi Tug Boat dan Barge terlampir dalam SHIP PARTICULAR :
TUG BOAT
NO. URAIAN DATA TEKNIS
1. Nama Kapal : TB
2. Tahun Pembuatan/Bendera : /Indonesia
3. Jenis BBM :HSD/Solar
4. Main Engine :
5. Konsumsi BBM : +/- liter/hari
6. Kapasitas Bunker : +/- liter
7. Kecepatan (ada muatan) :
8. BUILDER’S PLACE/YEAR
BARGE
NO. URAIAN DATA TEKNIS
1. Nama Kapal : BG
2. Tahun Pembuatan/Bendera : /Indonesia
3. GNT/NRT : / MT
4. Panjang : meter
5. Lebar : meter
6. Draft : meter
7. Kondisi :
2. Pihak Pertama akan mengirimkan surat penawaran besera salinan surat-surat Tug Boat dan
Barge kepada Pihak Kedua sebelum Perjanjian ini ditandatangani oleh Para Pihak.
3. Rincian Ship Particular Tug Boat dan Barge tersebut pada ayat 1 pasal ini akan dilampirkan
dalam Perjanjian ini yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan selanjutnya disebut
Lampiran 1.
4. Tug Boat dan Barge memiliki surat izin resmi dan layak operasi sebagaimana terlampir
dalam Perjanjian ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini.
PASAL 4
TEMPAT DAN TANGGAL ON HIRE / OFF HIRE TUG BOAT DAN BARGE
1. Para Pihak sepakat untuk mengadakan pertemuan dan serah terima Tug Boat dan Barge di-
Pelabuhan …………………… terhitung sejak tanggal…....(….......) bulan ……….. tahun
………(……) yang dibuktikan di berita acara serah terima Tug Boat dan Barge (On Hire
Certificate) sebagaimana terlampir dalam Lampiran 2 Perjanjian ini yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini.
2. Tug Boat dan Barge adalah Tug Boat dan Barge Pihak Pertama yang sudah dipastikan
kecocokannya dengan salinan surat-surat yang diberikan yang disebutkan dalam Pasal 3
ayat 2 Perjanjian.
3. Pihak Pertama menyerahkan kepada Pihak Kedua dalam keadaan lengkap semua sertifikat
Tug Boat dan Barge dan Anak Buah Kapal masih berlaku sewaktu meninggalkan Pelabuhan
….........
4. Tug Boat dan Barge tidak dapat dialihkan ataupun di pindah tangankan oleh Pihak Kedua
kepada Pihak lain tanpa persetujuan dari Pihak Pertama.
5. Tug Boat dan Barge diserah terimakan kembali oleh Pihak Kedua kepada Pihak Pertama
pada akhir masa sewa atau masa sewa masih berlaku atau penggunaan Tug Boat dan Barge
sudah selesai namun masa sewa masih berlaku di perlabuhan ……….. sesuai tanggal
tersebut dalam Off Hire Certificate.
6. Apabila tanggal penyerahan kembali Tug Boat dan Barge kepada Pihak Pertama oleh Pihak
Kedua lewat waktu dikarenakan Pihak Kedua harus melengkapi Voyage atau perjalanan
terakhirnya, maka lewat waktu atau kelebihan waktu tersebut akan dikenakan 1 (satu) bulan
sewa sebagai Ballast Bonus.
PASAL 5
HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK
Di dalam Perjanjian ini Para Pihak mempunyai hak dan kewajiban, yaitu sebagai berikut:
1. Perjanjian ini mulai berlaku sejak tanggal penandatanganan berita acara penerimaan atau
On Hire Certificate oleh Para Pihak dan berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun, serta
dapat diperpanjang jika ada kesepakatan Para Pihak berdasarkan hasil evaluasi, dengan
masa evaluasi 3 (tiga) bulan. (selanjutnya disebut sebagai “Jangka Waktu Perjanjian”).
2. Jangka Waktu Perjanjian dapat diubah atau diperpanjang berdasarkan kesepakatan tertulis
Para Pihak dengan dibuatkan addendum atau amandemen yang merupakan satu kesatuan
dan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini, dimana Pihak Kedua akan terlebih
dahulu memberitahukan dan harus mendapat persetujuan Pihak Pertama paling lambat 1
(satu) bulan sebelum jangka waktu perjanjian berakhir.
3. Dengan diakhirinya atau berakhirnya Perjanjian ini, hal tersebut tidak akan mengurangi atau
menghapuskan atau membebaskan Para Pihak untuk menyelesaikan kewajiban
Pekerjaannya sebagai akibat dari pelaksanaan Perjanjian ini;
4. Apabila tidak ada persetujuan dari Pihak Pertama maka perjanjian sewa menyewa berakhir
dan Pihak Kedua segera mengembalikan Tug Boat dan Barge tersebut kepada Pihak
Pertama dalam keadaan di atas deck tongkang baik dan bersih;
PASAL 7
BERAKHIRNYA PERJANJIAN
3. Atas kehendak atau keinginan salah satu Pihak dalam Perjanjian, dimaka Pihak yang
hendak mengakhiri Perjanjian ini sebelum jangka waktu yang ditetapkan memiliki kewajiban
untuk menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Pihak lainnya, paling lambat 30
(tiga puluh) Hari kerja sebelum tanggal pengakhiran Perjanjian yang dikehendaki.
4. PIHAK KEDUA dapat menangguhkan atau mengakhiri Perjanjian ini kapanpun dengan
pemberitahuan tertulis kepada PIHAK PERTAMA, tanpa dikenakan penalty dan tanpa
mengesampingkan hak-hak pemulihan-pemulihan lain PIHAK KEDUA sebagaimana
diberikan oleh hukum atau berdasarkan perjanjian ini, apabila :
a. PIHAK PERTAMA gagal melaksanakan secara baik kewajiban-kewajibannya kepada
PIHAK KEDUA berdasarkan Perjanjian ini dan kegagalan tersebut tidak diperbaiki dalam
jangka waktu 30 (tigapuluh) hari setelah dikirimkan pemberitahuan tertulis kepada PIHAK
PERTAMA yang menyatakan penyebab dari kegagalan tersebut.
b. PIHAK PERTAMA dinyatakan berasalah atas malapraktik atau terlibat dalam aktivitas
illegal sehubungan dengan lingkup kerja.
c. PIHAK PERTAMA menjadi insolven atau tidak mampu membayar hutang-hutang saat
jatuh tempo atau pailit atau menjadi subyek dari acara kepailitan atau insolvesi ,baik
secara sukarela maupun tidak.
5. PIHAK PERTAMA dapat menangguhkan atau mengakhiri Perjanjian ini kapanpun dengan
pemberitahuan tertulis kepada PIHAK KEDUA, tanpa dikenakan penalty atau
mengesampingkan hak-hak pemulihan-pemulihan lain yang dimiliki oleh PIHAK PERTAMA
sebagaimana diberikan oleh hukum atau berdasarkan Perjanjian ini, apabila :
a. PIHAK KEDUA gagal dalam melaksanakan secara baik kewajiban-kewajibannya kepada
PIHAK PERTAMA berdasarkan Perjanjian ini dan kegagalan tersebut tidak diperbaiki
dalam jangka waktu 30 (tigapuluh) hari setelah pengiriman sebuah pemberitahuan tertulis
yang menyatakan sifat dari kegagalan tersebut kepada PIHAK KEDUA.
b. Adanya pembatasan dari pihak ketiga seperti dari Pemerintah Lokal/Pusat,PIHAK
PERTAMA Gas dan Minyak serta masyarakat yang tidak dapat diselesaikan dalam
jangka waktu 30 (tigapuluh) hari.
c. Kadaluwarsa atau pengakhiran dari Perjanjian ini tidak akan membebaskan masing-
masing Pihak dari kewajiban pembayaran kepada Pihak lainnya yang timbul sebelum
tanggal kadaluarsa atau pengakhiran.
6. PARA PIHAK dengan ini mengesampingkan ketentuan Pasal 1266 dan 1267 dari Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia sejauh diperlukan penetapan pengadilan untuk
mengakhiri Perjanjian ini.
PASAL 8
PERPANJANGAN KERJASAMA
Apabila Para Pihak sepakat untuk memperpanjang jangka waktu Perjanjian, maka kesepakatan
untuk memperpanjang jangka waktu Perjanjian ini wajib dinyatakan secara tertulis oleh Para
Pihak paling lamat 3 (tiga) bulan sebelum tanggal Perjanjian ini berakhir.
PASAL 9
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
1. Monitoring dan evaluasi dalam rangka memperoleh data dan informasi perkembangan
pelaksaan program dan kegiatan serta memastikan pelaksaan kegiatan sesuai rencana yang
dikerjasamakan dalam Perjanjian ini akan dilakukan minimal dilakukan sekali dalam setahun.
3. Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini meliputi : Laporan Triwulan dan
Laporan Akhir Kerjasama.
PASAL 10
HARGA SEWA DAN CARA PEMBAYARAN
1. Para Pihak setuju bahwa harga sewa Tug Boat dan Barge adalah sebesar Rp.
……………….. (………………). Per bulan (setiap 30 hari kalender).
PASAL 11
PAJAK
Segala pajak yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan Perjanjian ini sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Para Pihak sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku di Negara Republik
Indonesia, dengan syarat dan ketentuan bahwa:
1. Komisi sebagaimana yang telah disepakati dalam Perjanjian ini sudah termasuk Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) apabila Pihak Kedua diwajibkan memungut Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dan terdaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).
2. Atas pembayaran seperti yang dimaksud ayat (1) pada pasal ini, Pihak Pertama akan
memotong Pajak Penghasilan (PPh) sesuai dengan ketentuan Pasal 23 Undang-undang
Pajak Penghasilan.
3. Pihak Pertama akan memberikan Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) kepada Pihak
Kedua setelah disetor dan dilaporkan oleh Pihak Pertama ke Kantor Pelayanan Pajak
Terdaftar.
4. Dalam hal terdapat perubahan ketentuan perpajakan, maka Para Pihak sepakat bahwa
Perjanjian ini akan mengikuti ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
PASAL 12
OFF HIRE DAN PERHITUNGAN PROPORSIONAL
2. Dalam kondisi “Off Hire” maka Para Pihak sepakat untuk melakukan
Perhitungan proporsional adalah berdasarkan pada perhitungan masa / waktu sewa pada
perbulan, dikurangi jumlah hari tidak beroperasinya kapal dikalikan dengan harga sewa,
adalah nilai sewa actual yang harus dibayar:
Catatan :
Off Hire diakui apabila Kapal tidak dapat beroperasi selama 1 Hari.
PASAL 13
KETERLAMBATAN
1. Apabila Pihak Pertama terlambat melakukan penyerahan atau pengembalian Tug Boat dan
Barge kepada Pihak Kedua yang menjadi objek sewa menyewa tersebut pada Pasal 1, maka
kepada Pihak Pertama dikenakan denda (penalty) sebesar 1% (satu persen) per 1 (satu) hari
keterlambatan yang dihitung dari besarnya harga sewa kapal perbulan.
2. Apabila Pihak Kedua terlambat melakukan pembayaran maka di kenakan denda 3% (tiga
persen) dari harga sewa per bulan.
3. Pihak Pertama diberikan hak untuk menarik Tug Boat dan Barge secara sepihak apabila
Pihak Kedua melakukan keterlambatan pembayaran harga sewa Tug Boat dan Barge atau
menyimpang dari Perjanjian, tanpa tuntutan dan syarat lain dari Pihak Kedua.
PASAL 14
PENGAWASAN
Pihak Kedua berkewajiban untuk menyertakan Tim Pengawas didalam Tug Boat dan Barge yang
bertujuan agar proses pengangkutan menggunakan Tug Boat dan Barge sesuai dengan SOP.
PASAL 15
KERUSAKAN
1. Apabila terjadi kerusakan mesin Tug Boat dan Barge sehingga tidak dapat beroperasi atau
out of order dengan pemakaian atau pengoperasian normal sesuai laporan Nakhoda dan
KKM dan Tim Pengawas Pihak Kedua, Pihak Kedua diwajibkan untuk langsung melaporkan
kerusakan kepada Pihak Pertama.
2. Pihak Pertama wajib mengganti Tug Boat dan Barge lainnya apabila Tug Boat dan Barge
sebelumnya yang disewa dan digunakan Pihak Kedua tidak bisa beroperasi sehingga
terhambatnya kegiatan usaha Pihak Kedua dalam mengirimkan Batu bara sesuai dengan
jadwal pengiriman Pihak Kedua.
PASAL 16
DAERAH OPERASI DAN LARANGAN
1. Pihak Kedua akan mengoperasikan Tug Boat dan Barge milik Pihak Pertama di perairan
…………………, Indonesia bagian ……………. Dengan tujuan dari ……… sampai
……………. Dan sebaliknya.
2. Pihak Kedua dilarang mengoperasikan Tug Boat dan Barge diluar zona atau daerah
operasional sebagaimana dimaksud pada ayat 1 Pasal ini, terkecuali telah mendapat
persetujuan tertulis dari Pihak Pertama.
PASAL 17
PENGALIHAN
Tidak satupun dari Para Pihak mempunyai hak untuk mengalihkan atau dengan cara lain
memindahkan hak-haknya, kepemilikan-kepemilikannya, kepentingan-kepentingan atau
kewajiban-kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini atau perjanjian manapun lainnya yang
dimaksudkan oleh Perjanjian ini tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Pihak lainnya
(dimana persetujuan tersebut sewajarnya tidak ditahan atau dihambat) dan setiap pengalihan
atau pemindahan yang bertentangan dengan Pasal ini dianggap batal demi hukum dan tidak
mempunyai kekuatan hukum apapun.
PASAL 18
PILIHAN HUKUM DAN DOMISILI HUKUM
1. Perjanjian ini dibuat, ditafsirkan dan dilaksanakan berdasarkan hukum Negara Republik
Indonesia.
2. Untuk segala urusan yang terkait dengan pelaksanaan Perjanjian ini degan segala
akibatnya, maka Para Pihak telah setuju dan sepakat untuk memilih domisili hukum yang
umum. Tetap dan tidak berubah pada Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri ……….. di
……….
3. Sewa menyewa Tug Boat dan Barge ini mulai berlaku semenjak saat penyerahan (Delivery)
sesuai dengan tanggal atau waktu yang tercantum di On Hire Certificate dan berakhir pada
saat penyerahan kembali (Redelivery) sesuai dengan tanggal atau waktu yang tercantum
dalam Off Hire Certificate.
PASAL 19
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Apabila timbul perselisihan pendapat mengenai penafsiran dan atau pelaksanaan Perjanjian
ini, maka Para Pihak sepakat untuk menyelesaikan perselisihan tersebut secara musyawarah
untuk mufakat.
2. Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari Kalender sejak dimulainya musyawarah,
Para Pihak tidak dapat menyelesaikan perselisihan tersebut, maka Para Pihak sepakat
bahwa semua sengketa yang timbul dari Perjanjian ini akan diselesaikan dan diputus oleh
Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI), menurut peraturan0peraturan administrasi dan
peraturan-peraturan prosedur arbitrase BANI yang keputusannya mengikat Para Pihak yang
bersengketa sebagai keputusan dalam tingkat pertama dan terakhir.
3. Perselisihan diantara Para Pihak tidak menghapuskan hak, kewajiban, tanggung jawab
masing-masing Pihak yang masih harus dilakukan dan atau diselesaikan berdasarkan
ketentuan-ketentuan dalam Perjanjian ini hingga Jangka Waktu Perjanjian ini berakhir.
PASAL 20
KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE)
1. Apabila Para Pihak tidak dapat memenuhi kewajiban-kewajiban yang tercantum dalam
Perjanjian ini, yang disebabkan oleh tindakan dan atau diakibatkan oleh kejadian di luar
kemampuan Para Pihak, termasuk namun tidak terbatas pada kejadian-kejadian seperti
bencana alam (antara lain gempa bumi, angina topan, banjir, dan letusan gunung berapi),
epidemic, sabotase, pemogokan masal, huru-hara, perang, revolusi, kebakaran atau
peledakan dan kekacauan yang disebabkan keadaan ekonomi, politik, sosial,
pemberontakan, perubahan pemerintahan secara inkonstitusional, perubahan peraturan
perundang-undangan, perubahan kebijakan ekonomi dan moneter yang secara langsung
berkaitan dengan pelaksaan Perjanjian ini, maka segala keterlambatan atau kegagalan
tersebut tidak dapat dianggap sebagai kelalaian dari Pihak yang mengalami keterlambatan
atau kegagalan tersebut dan tidak dapat dikenakan sanksi atau denda serta dibebaskan dari
segala tuntutan atau gugatan dari Pihak lainnya.
4. Apabila dalam jangka waktu 5 (lima) Hari Kerja sejak diterimanya pemberitahuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 Pasal ini, Pihak yang menerima pemberitahuan tidak
memberikan tanggapan baik secara lisan maupun tertulis, maka adanya keadaan
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 Pasal ini dianggap telah diketahui dan disetujui oleh
Pihak yang menerima pemberitahuan tersebut.
PASAL 21
PEMBERITAHUAN
1. Segala bentuk pemberitahuan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan sehubungan atau
mengenai Perjanjian ini, dianggap telah diketahui oleh Para Pihak, apabila disampaikan ke
alamat korespondensi sebagaimana tersebut di bawah ini :
Telpon :
Fax :
Email :
U.p :
Pihak Kedua PT EFGH
Departemen/Divisi/Unit :
Alamat :
Telpon :
Fax :
Email :
U.p :
2. Pemberitahuan atau surat-menyurat dapat disampaikan melalui kurir atau pos tercatat atau
faksimili dan dianggap telah diterima oleh Pihak yang dituju:
a. Pada tanggal penerimaan sebagaimana tertera dalam bukti penerimaan surat, apabila
dikirim dengan kurir.
b. Pada hari ke 5 (lima) apabila dikirim melalui pos tercatat, dibuktikan dengan tanggal yang
tertera pada resi pengiriman pos tercatat.
c. Pada tanggal pelaksanaan apabila melalui faksimili, dibuktikan dengan catatan
pengiriman dari mesin faksimili, yang membuktikan pengirman berhasil baik dan telah
dilakukan konfirmasi melalui telpon kepada Pihak yang dituju.
3. Para Pihak memiliki kewajiban untuk memberitahukan secara tertulis kepada Pihak lainnya
apabila terjadi perubahan alamat atau tempat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 Pasal ini, paling lambat 7 (tujuh) Hari Kerja sejak terjadinya perubahan tersebut.
Segala kerugian yang diderita oleh Pihak lainnya yang timbul sebagai akibat tidak
dilaksanakannya kewajiban tersebut, wajib ditanggung sepenuhnya oleh Pihak yang lalai
melaksanakan kewajiban tersebut.
PASAL 22
PERNYATAAN DAN JAMINAN
1. Para Pihak dengan ini menyatakan dan menjamin Pihak lainnya dalam Perjanjian ini
sebagaimana berikut:
b. Para Pihak dengan ini melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam Perjanjian ini dengan
penuh tanggung jawab dan profesionalisme dengan memperhatikan kepentingan dan
menjaga nama baik Para Pihak.
2. Para Pihak telah mengambil semua tindakan yang diperlukan sesuai dengan ketentuan
Anggaran Dasar Para Pihak diantaranya mengenai kewenangan untuk melaksanakan
Perjanjian ini dan subyek hukum yang menandatangani Perjanjian ini telah diberi wewenang
untuk berbuat demikian untuk dan atas nama Para Pihak.
PASAL 23
KETENTUAN LAIN
1. Keterpisahan
Jika suatu ketentuan atau syarat dari Perjanjian ini dinyatakan tidak sah atau
dipertentangkan, maka keabsahan dari ketentuan dan syarat-syarat lainnya dari Perjanjian ini
tidak akan terpengaruh. Dalam hal demikian dan jika suatu bagian dari Perjanjian ini karena
alasan apapun dinyatakan oleh pengadilan atau otoritas pemerintah sebagai tidak sah atau
dirasakan tidak mungkin dijalankan oleh Para Pihak, maka ketentuan yang tidak sah dan
atau tidak mungkin dijalankan tersebut akan sejauh yang memungkinkan berdasarkan hukum
yang berlaku digantikan dengan ketentuan yang sah dan atau dapat dijalankan yang paling
mendekati dengan ketentuan yang dinyatakan tidak sah dan atau tidak mungkin dijalankan.
2. Perubahan
a. Semua persyaratan dan ketentuan di Perjanjian termasuk lampiran-lampiran dan berita
acara yang telah disetujui oleh Para Pihak, akan dituangkan sebagai satu kesatuan yang
tidak terpisahkan dari Perjanjian ini.
b. Perubahan-perubahan dalam Perjanjian yang telah disetujui oleh Para Pihak apabila
diperlukan akan dituangkan dalam Perjanjian tambahan (selanjutnya disebut
“Addendum”) sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan dari Perjanjian ini.
c. Apabila satu atau lebih ketetapan yang tercantum menjadi tidak berlaku lagi secara
hukum atau tidak sah, maka Para Pihak akan melakukan perundingan kembali untuk
menetapkan satu ketentuan baru yang lebih baik. Hal tersebut tidak akan mengganggu
ketentuan-ketentuan lain yang sah dan berlaku secara hukum.
d. Interpretasi dan penafsiran mengenai isi Perjanjian pada Peraturan Perundang-undangan
Republik Indonesia.
e. Hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam Perjanjian ini akan diatur
kemudian melalui kesepakatan Para Pihak dalam bentuk Addendum dan menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini.
5. Bahasa
Para Pihak telah memilih Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang berlaku di dalam
Perjanjian ini. Jika Perjanjian ini dialihbahasakan ke dalam bahasa lain selain Bahasa
Indonesia, maka yang berlaku adalah Perjanjian dalam Bahasa Indonesia.
6. Pelaksanaan Perjanjian
Setiap hak dan kewajiban yang timbul di dalam Perjanjian ini adalah mengikat serta dapat
dilaksanakan oleh dan terhadap Para Pihak, para penerima dan para penggantinya yang
sah.
7. Keseluruhan Perjanjian
Perjanjian ini adalah perjanjian yang menyeluruh dari Para Pihak yang berkaitan dengan
kesepakatan kerjasama dan sebagaimana diatur dalam Perjanjian ini, dan akan
menggantikan seluruh perjanjian atau kesepakatan Para Pihak sebelumnya.
Demikianlah Perjanjian ini ditandatangani pada hari, tanggal, bulan, dan tahun seperti
tersebut pada awal Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) masing-masing bermeterai
cukup dan mempunyai kekuatan pembuktian yang sama bagi Para Pihak.