Anda di halaman 1dari 22

11 GENETIKA POPULASI

Pendahuluan
Pada bab 11 ini akan dibahas mengenai aplikasi prinsip genetika dan
pemanfaatan matematika dalam suatu populasi, meliputi hukum Keseimbangan
Hardy-Weinberg dan asumsi-asumsi yang digunakan dalam hukum Keseimbangan
Hardy-Weinberg. Juga akan dibahas cara menghitung frekuensi dua alel, frekuensi
alel ganda, frekuensi genotip, frekuensi sifat yang ekspresinya dipengaruhi oleh seks,
frekuensi gen terangkai pada kromosom-X , pengujian suatu lokus untuk
kesetimbangan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi gen menyangkut
mutasi, migrasi, seleksi alam, random genetic drift dan perkawinan tidak acak.

Pengertian Genetika Populasi


Prinsip-prinsip Genetika Mendel dapat digunakan baik dalam interpretasi data
yang telah dikumpulkan pada populasi alami maupun untuk membuat prediksi
tentang komposisi genetik populasi. Aplikasi prinsip genetika pada seluruh populasi
penyusun organisme merupakan persoalan yang dipelajari dalam Genetika Populasi.
Istilah populasi menunjuk pada suatu kelompok organisme dari spesies
yang sama yang hidup pada suatu wilayah tertentu. Suatu waktu pengertian
wilayah dapat sangat besar, seperti pada populasi burung gereja di Amerika Utara,
atau bahkan meliputi seluruh bumi, seperti populasi manusia. Pengertian wilayah
yang lebih umum ditentukan oleh suatu ukuran dimana individu anggota populasi
dapat menemukan pasangannya. Kelompok organsime yang melakukan inbreeding
yang hidup pada wilayah geografis yang jelas/tertentu sering disebut populasi lokal.
Seperangkat informasi genetik lengkap yang terdapat dalam anggota-anggota
suatu populasi disebut gene pool. Gene pool meliputi semua allel yang ada dalam
populasi.

170
Hukum Keseimbangan Hardy-Weinberg
G. H. Hardy adalah seorang ahli matematika berkebangsaan Inggris dan W.
Weinberg seorang ahli fisika berkebangsaan Jerman, secara terpisah menemukan
hukum yang berhubungan dengan frekuensi alel dan frekuensi genotip pada
populasi diploid, yang mengadakan perkawinan secara acak, populasi besar, tidak
terjadi mutasi atau migrasi, dan tidak ada seleksi.
Hukum yang dirumuskan memiliki tiga aspek :
1. Frekuensi alel pada lokus autosomal pada suatu populasi tidak akan berubah
dari satu generasi ke generasi berikutnya (keseimbangan frekuensi alel).
2. Frekuensi genotip populasi dapat ditentukan dengan cara memprediksi
frekuensi alel (keseimbangan frekuensi genotip).
3. Keseimbangan adalah netral. Jika tidak tercapai, akan establish kembali dalam
satu generasi perkawinan acak pada frekuensi alel baru (jika semua keperluan
lain terpenuhi).

Formula Hukum Keseimbangan Hardy – Weinberg :

p2 AA + 2pq Aa + q2 aa = 1

Keterangan : p = frekuensi allel A


q = frejuensi allel a

171
Asumsi-Asumsi Hukum Keseimbangan Hardy-Weinberg.

Asumsi-asumsi utama yang digunakan dalam hukum keseimbangan Hardy-Weinberg


adalah :
1. Perkawinan terjadi secara acak.
Asumsi pertama yang digunakan adalah bahwa indivdu-individu dalam
populasi dapat melakukan perkawinan secara acak diantara anggota populasinya.
Penyimpangan perkawinan secara acak terjadi karena dua alasan yaitu memilih atau
keadaan. Jika anggota populasi memilih fenotip tertentu melakukan perkawinan lebih
banyak atau kurang dari pada secara acak, populasi disebut assortative mating. Jika
individu dengan fenotip yang sama melakukan perkawinan lebih banyak daripada
secara acak, disebut positive assortative mating. Jika perkawinan terjadi antara
individu dengan penotip berbeda lebih sering daripada secara acak, disebut negative
assortative mating atau disassortative mating. Penyimpangan perkawinan secara acak
dapat juga muncul jika individu keduanya lebih erat secara genetis atau mempunyai
jarak yang lebih jauh daripada individu yang dipilih secara acak dari populasi.
Inbreeding adalah perkawinan individu-individu berkerabat dekat. Outbreeding
adalah perkawinan individu-individu yang secara genetis tidak berhubungan.
Inbreeding sebagai konskuensi ukuran populasi yang kecil. Assortative mating dan
inbreeding akan mengubah proporsi kombinasi genotip dari satu generasi ke generasi
berikutnya tetapi tidak akan mengubah alel yang diberikan ke generasi berikutnya.
Dengan demikian frekuensi genotip akan berubah (tidak untuk frekuensi alel) akibat
terjadinya perkawinan tidak acak.

2. Ukuran populasi besar dan jumlah individu tidak terbatas.


Asumsi kedua hukum keseimbangan Hardy-Weinberg adalah ukuran populasi
besar. Populasi yang besar menghasilkan sampel gamet yang berhasil juga besar.
Sampel yang besar memberikan kemungkinan frekuensi alel pada keturunan terwakili
secara tepat lebih besar. Jika populasi kecil atau allel sangat sedikit, perubahan dalam

172
frekuensi alel terjadi dengan sendirinya, perubahan semacam ini dikenal dengan
random genetic drift atau genetic drift.

3. Tanpa Mutasi atau Migrasi


Frekuensi alel dan frekuensi genotip akan berubah dengan kehilangan atau
penambahan alel melalui mutasi atau melalui migrasi (imigrasi atau emigrasi)
individu dari atau dalam suatu populasi. Asumsi ketiga dan keempat hukum
keseimbangan Hardy-Weinberg adalah tidak terjadi kehilangan atau penambahan alel
dalam populasi akibat kematian , mutasi, atau migrasi.

4. Tanpa Seleksi Alam


Asumsi yang juga digunakan dalam hukum keseimbangan Hardy-Weinberg
adalah tidak terjadi seleksi alam, semua individu memiliki kemampuan
reproduksi yang sama.

5. Viabilitas dan Fertilitas Sama


Semua genotip sama dalam viabilitas (kemampuan untuk bertahan hidup) dan
fertilitasnya.

6. Frekuensi Alel Sama


Frekuensi alel sama antara jantan dan betina.

Menghitung Frekuensi Alel


1. Lokus autosomal dengan dua alel
a. Alel Autosomal Kodominan
Jika alel berada dalam lokus autosomal diploid, spesies bereproduksi secara seksual,
frekeunsi alel dapat dihitung dengan dua cara :

173
1. Cara pertama, sangat sederhana dengan menghitung gen :

jumlah alel a
Frekuensi alel a = f (a) = ______________
Total jumlah alel

Distribusi fenotip tipe golongan darah MN (dikontrol oleh alel kodominan M dan N)
di antara 200 orang yang dipilih secara random adalah sebagai berikut :

Tipe M (genotip MM) = 114


Tipe MN (genotip MN) = 76
Tipe N (genotip NN) = 10
---------
Jumlah = 200

2 (114) + 76 304
p = f (M) = ---------------- = ------- = 0,76
2 (200) 400

2 (10) + 76 96
q = f (N) = ---------------- = ------ = 0,24
2 (200) 400

Dengan cara lain : frekuensi M dan N harus ditambahkan sehingga membentuk

p + q = 1

Jika p = 0,76, maka q = 1 – p


= 1 - 0,76 = 0,24.

174
2. Cara kedua, menghitung frekuensi alel didasarkan pada pengetahuan frekuensi
genotip, pada contoh ini :
114
f (MM) = ------ = 0,57
200

76
f (MN) = ------ = 0,38
200

10
f (NN) = ------ = 0,05
200

Penghitungan p dan q pada frekuensi genotip adalah sebagai berikut :

2 X jumlah MM + jumlah MN
p = f (M) = --------------------------------------
2 X total jumlah

2 X jumlah MM + jumlah MN
= -------------------- ------------------
2 X total jumlah 2 X total jumlah

= f (MM) + ½ f(MN)

2 X jumlah NN + jumlah MN
q = f (N) = --------------------------------------
2 X total jumlah

2 X jumlah NN + jumlah MN
= -------------------- ------------------
2 X total jumlah 2 X total jumlah

= f (NN) + ½ f(MN)

175
Dengan demikian frekuensi alel dapat dihitung dengan menjumlah frekuensi
homozigot dengan frekuensi heterozigot sebagai berikut :
p = f (MM) + ½ f(MN)
= 0,57 + (½) 0.38 = 0,76
q = f (NN) + ½ f(MN)
= 0,05 + (1/2)0,38 = 0,24
atau q = 1- p = 1 – 0,76 = 0,24.

b. Alel autosomal Dominan dan Resesif.


Fenotip dominan genotipnya adalah AA atau Aa
Fenotip resesif, genotipnya aa.
Contoh 1: Pada populasi kambing diketahui jumlah populasi ada 1296 ekor.
Kambing berwarna putih ada 1215 ekor. Sisanya berwarna hitam.
Pertanyaan :
a. Hitung frekuensi gen untuk warna putih dan hitam.
b. Berapa ekor diduga heterozigot ?
c. Berapa ekor diduga homozigot dominan ?
Jawab :
Jumlah kambing : 1296 ekor
Kambing putih : 1215 ekor
--------------- -
Kambing hitam : 81 ekor

Kesimpulan : Kambing putih dominan


Kambing hitam resesif
Misal : p = frekuensi alel dominan W (putih)
q = frekuensi alel resesif w (hitam), maka :

176
p2 WW + 2pq Ww + q2 ww = 1

81
q2 = -------- = 0,0625
1296

q = √ 0,0625 = 0,25

p=1–q
= 1 – 0,25 = 0,75

Jadi : a. Frekuensi alel W (putih) = p = 0,75


Frekuensi alel w (hitam) = q = 0,25
b. Kambing heterozigot : 2 pq Ww = 2 X 0,75 X 0,25 X 1296 ekor
= 486 ekor.
c. Kambing homozigot dominan : p2 WW = (0,75)2 X 1296 ekor
= 729 ekor.

Contoh 2 :
Perbandingan fenotip Drosophila sayap normal : sayap bengkok = 3 : 1.
Gen dominan Cu = gen untuk sayap nomal
Gen resesif cu = gen untuk sayap bengkok. Misal populasi tersebut berjumlah 3200
ekor, hitung :
a. Frekuensi gen Cu dan cu.
b. Frekuensi genotip Cu Cu, Cu cu, dan cu cu.
c. Banyaknya lalat Cu Cu, Cu cu, dan cu cu.
d. Apakah populasi sudah dalam keadaan setimbang atau belum ?

Jawab :
Banyaknya lalat Cu Cu dan Cu cu (lalat normal) = 0,75 = p2 + 2pq
Banyaknya lalat cu cu (bengkok) = 0,25 = q2

177
Andaikan : p = frekuensi alel Cu
q = frekeuensi alel cu, maka : q2 = 0,25
q = √ 0,25 = 0,5
p = 1 - q = 1 - 0,5 = 0,5.
Jadi :
a. Frekuensi alel Cu = p = 0,5
Frekuensi alel cu = q = 0,5
b. Frekuensi genotip Cu Cu = p2 = (0,5)2 = 0,25
Frekuensi genotip Cu cu = 2 pq = 2 (0,5)(0,5) = 0,5
Frekuensi genotip cu cu = q2 = (0,5)2 = 0,25.
c. Banyaknya lalat :
Genotip Cu Cu = 0,25 X 3200 = 800 ekor.
Genotip Cu cu = 0,5 X 3200 = 1600 ekor
Genotip cu cu = 0,25 X 3200 = 800 ekor.
d. Untuk mengetahui populasi sudah dalam keseimbangan atau belum
menggunakan rumus :
H2 = 4 DR
dimana :
H = frekuensi genotip heterozigot
D = frekuensi genotip homosigot dominan
R = frekuensi genotip homosigot resesif.

maka : H2 = 4 DR
(0,5) = 4 (0,25)(0,25)
0,25 = 0,25
Jadi populasi itu sudah setimbang.

178
c. Mencari Frekuensi Sifat-Sifat yang Ekspresinya Dipengaruhi oleh Seks.
Jari telunjuk lebih pendek dari jari manis pada laki-laki bersifat dominan dan resesif
pada wanita.
Genotip Laki-Laki Wanita
TT pendek pendek
Tt pendek panjang
tt panjang panjang

Contoh : Orang yang memilki jari telunjuk panjang pada laki-laki berjumlah 120
orang, yang berjari pendek ada 210 orang. Hitung frekuensi jari telunjuk
panjang dan pendek yang diharapkan pada wanita dalam populasi itu ?
Andaikan : p = frekeuensi alel T
q = frekeunsi alel t
p2 TT + 2 pq Tt + q2 tt = 1
Pada laki-laki, alel jari panjang t adalah resesif, maka :
120
q = √ q2 = √ --------------- = √ 0,3636 = 0,603
(120 + 210)

p = 1 – q = 1 – 0,6 = 0,4

Pada wanita, jari pendek bersifat resesif :


p2 = (0,4)2 = 0,16 atau 16 %.
Jari telunjuk panjang : 100% - 16 % = 84 %.

2. Mencari Frekuensi Alel Ganda.


a. Seri alel ganda mengatur rambut kelinci :
c+ = polos / normal
cH = Himalaya
c = albino

179
Dominansinya adalah : c+ > cH > c
Misal p = frekuensi alel c+
q = frekuensi alel cH
r = frekuensi alel c
Misal ada 3 jenis kelinci normal, Himalaya, dan albino yang kawin secara acak, maka
penyebaran alel-alelnya sbb :
♀ ♂ p c+ q cH rc
p c+ p2 c+ c+ pq c+ cH pr c+ c
q cH pq c+ cH q2 cH cH qr cH c
rc pr c+ c qr cH c r2 c c

Adapun frekuensi genotip dan fenotip sebagai berikut :


Frekuensi Genotip Genotip Fenotip
p2 c+ c+ Normal
2 pq c+ cH Normal
2 pr c+ c Normal
q2 cH cH Himalaya
2 qr cH c Himalaya
r2 cc Albino

r = frekuensi alel c = √ r2
q = frekeuensi alel cH
Frekuensi fenotip Himalaya = q2 + 2 qr
q2 + 2 qr + r2 = ( q + r )2
( q + r ) = √ q2 + 2qr + r2
q = √ q2 + 2qr + r2 - r
p = frekeuensi alel c+ = 1 – q – r

180
Misal diketahui suatu populasi kelinci terdiri dari 168 kelinci normal, 30 Himalaya
dan 2 albino. Hitung :
a. Frekuensi alel c+, cH, dan c.
b. Andaikan populasi lain frekuensi alel c+ = 0,5, cH = 0,1 dan c = 0,4, hitung
ratio genotip yang diharapkan diantara kelinci normal.

Jawab : 2 2
a. Frekuensi alel c = r = √ ------------------ = √ ------ = 0,1
168 + 30 + 2 200

30 + 2
q = √ q2 + 2qr + r2 – r = √ ----------- - 0,1 = 0,3
200

Frekeunsi alel c+ = p = 1 – q – r
= 1 – 0,3 – 0,1
= 0,6
b. p2 c+ c+ = (0,5)2 = 0,25
+ H
2 pq c c = 2 (0,5) (0,1) = 0,10
2 pr c+ c = 2 (0,5) (0,4) = 0,40
----------
Jumlah = 0,75

Dengan memperhatikan kelinci normal saja diharapkan :


0,25/0,75 c+ c+ = 33, 33 %
0,10/0,75 c+ cH = 13, 33 %
0,40/0,75 c+ c = 53, 33%
---------------------------
100% normal

b. Sistem golongan darah ABO ditentukan oleh seri alel ganda IA, IB dan i. Misal
pada penelitian golongan darah dari 1000 orang suku Jawa diperoleh hasil sebagai
berikut :

181
Golongan darah A = 320 orang
Golongan darah B = 150 orang
Golongan darah AB = 40 orang
Golongan darah O = 490 orang. Pertanyaannya adalah hitung :
a. Frekuensi alel : IA, IB, dan i.
b. Dari 320 orang bergolongan darah A, berapakah diperkirakan IAIA ?
c. Dari 150 orang bergolongan darah B, berapakah diperkirakan IBi ?

Jawab :
a. Misal : p = frekuensi alel IA
q = frekuensi alel IB
r = frekuensi alel i, maka :

p2 IAIA + 2 pr IA i + q2 IBIB + 2 qr IB i + 2 pq IAIB + r2 ii

490
2
r = frekuensi golongan darah O = ------- = 0,49
1000

r = √ 0,49 = 0,7

( p + r )2 = frekuensi golongan darah A + O

320 + 490
2
( p + r ) = ------------ = 0,81
1000

p + r = √ 0,81 = 0,9
p = 0,9 – 0,7

182
= 0,2

Oleh karena p + q + r = 1, maka : q = 1 – 0,7 – 0,2 = 0,1


Jadi : frekuensi alel IA = p = 0,2
frekuensi alel IB = q = 0,1
frekuensi alel i = r = 0,7
b. Frekuensi genotip IAIA = p2 = (0,2)2 = 0,04
Dari 320 golongan darah A diperkirakan homozigot IAIA =
0,04 X 1000 orang = 40 orang.
c. Frekuensi genotip IBi = 2 qr = 2 (0,1) (0,7) = 0,14
Dari 150 golongan darah B, diperkirakan heterozigot IB i =
0,14 X 1000 = 140 orang.

3. Menghitung Frekuensi Gen Terangkai Pada Kromosom – X.


Pada Drosophila lalat bermata putih disebabkan oleh gen resesif w pada kromosom–
X. Mata merah disebabkan gen dominan +. Suatu populasi lalat Drosophila terdiri
dari : 170 lalat jantan bermata merah dan 30 lalat jantan bermata putih. Pertanyaan :
a. Hitung frekuensi alel + dan w.
b. Persentase lalat betina pada populasi itu diharapkan mata putih ?

Jawab :
Jumlah Jantan Genotip Jantan Fenotip Jantan
170 +Y Mata merah
30 wY Mata putih
Total : 200

183
a. Jadi : 30 dari 200 kromosom X membawa alel w
30
q = ------ = 0,15 = 15 % alel w
200

p = 1 – 0,15 = 0,85 atau 85 % alel +

b. Lalat betina mempunyai dua kromosom X ( 2 alel), maka :


p2 ++ + 2 pq +w + q2 ww = 1
q2 = (0,15)2 = 0,0225 atau 2,25 %
Semua lalat betina bermata putih.

Pada kucing dikenal gen-gen terangkai-X, seperti gen dominan XB


(menyebabkan warna hitam pada rambut), dan alel resesif Xb (menyebabkan warna
kuning pada rambut). Kucing betina hitam mempunyai genotip XBXB, sedangkan
kucing jantan hitam mempunyai genotip XBY. Kucing betina kuning mempunyai
genotip XbXb, yang jantan XbY. Anehnya genotip XBXb (heterozigotik)
memnyebabkan kucing memiliki warna belang tiga (putih-kuning-hitam). Kucing
demikian disebut kucing Calico, boleh dikatakan selalu berkelamin betina karena
kucing jantan tidak mungkin heterozigotik XBXb, kecuali jika terjadi peristiwa
nondisjunction saat gametogenesis. Misal dalam suatu populasi kucing diketemukan
kucing dengan perincian sebagai berikut :

Kelamin Hitam Kuning Belang Tiga Jumlah


Jantan 311 42 - 333
Betina 277 7 54 338

Hitunglah frekuensi alel XB dan Xb pada populasi kucing itu.

184
Jawab :
Jumlah alel XB terdapat pada kucing : betina XBXB, jantan XBY, dan betina XBXb.
Jadi jumlah seluruh alel XB = 2 (277) + 311 + 54 = 919
Jumlah alel-alel pada kromosom-X = 2(388) + 353 = 1.029.

919
Jadi : frekuensi alel XB = --------- = 0,893
1.029

Frekuensi alel Xb = 1 – 0,893 = 0,107

Pengujian Suatu Lokus Untuk Kesetimbangan


Hasil penghitungan frekuensi gen dalkam suatu populasi perlu diuji apakah
hasil penghitungan itu sesuai dengan distribusi kesetimbangan genotip. Untuk
pengujiannya digunakan uji “Chi-square test”.
Fenotip bulu keriting pada suatu unggas didasarkan pada sebuah lokus gen
tunggal, yaitu gen untuk bulu keriting. Genotip hererozigot MNMF menghasilkan
fenotip keriting. Genotip homozigot MFMF menghasilkan bulu sangat keriting
sehingga dinamakan “wooly” (seperti wol). Adapun genotip homozigot lainnya
(MNMN) menghasilkan bulu normal. Misalnya, suatu populasi ayam ras sebanyak
1000 ekor, terdiri dari 800 ayam keriting, 150 normal, dan 50 wooly. Apakah
populasi itu dalam kesetimbangan ?

Jawab :
Andaikan : p = frekuensi alel MF
q = frekuensi alel MN
2 (50) + 800
p = -------------------- = 0,45
2(1.000)

q = 1 – 0,45 = 0,55

185
Jadi : frekuensi alel MF = p = 0,45
frekuensi alel MN = q = 0,55

---------------------------------------------------------------------------------------------------
Genotip Frekuensi Perhitungan Jumlah yang diharapkan
Kesetimbangan
---------------------------------------------------------------------------------------------------
MFMF p2 (0,45)2 0,2025 (1.000) = 202,5
MFMN 2pq 2(0,45)(0,55) 0,4950 (1.000) = 495,0
MNMN q2 (0,55)2 0,3205 (1.000) = 302,5

Hasil penghitungan dengan χ2 sebagai berikut :


Fenotip o e (o – e) (o – e)2 (o – e)2 / e
Wooly 50 202,5 -152,5 23,256 114,8
Keriting 800 495,0 +305,0 93,025 187,9
Normal 150 302,5 -152,5 23,256 76,9

χ2 = 379,6

Berdasarkan tabel distribusi χ2 df = 2, p < 0,01, maka hasil penghitungan berbeda


sangat nyata, berarti bahwa distribusi macam-macam ayam dalam populasi itu tidak
baik atau tidak setimbang.

186
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Gen.
Proses-proses berikut yaitu : mutasi, migrasi, seleksi alam dan random genetic
drift biasanya menghasilkan perubahan frekuensi alel.
1. Mutasi
Mutasi menyebabkan perubahan keseimbangan hukum Hardy-Weimberg, oleh
terjadinya perubahan satu alel menjadi alel yang lain, dengan demikian terjadi
perubahan frekeunsi alel dan genotip. Misal alel A mengalami mutasi menjadi a
dengan kecepatan μ (dibaca : mu), dan a menjadi A dengan kecepatan ν (dibaca : nu)
:
μ
A a
ν

Pada umumnya μ > ν

2. Migrasi
Migrasi mirip dengan mutasi, alel baru dapat dibentuk dalam populasi lokal,
alel berasal dari populasi lain. Migrasi organisme secara individual diantara populasi
sangat jarang terjadi, populasi lokal dapat terjadi variasi genetik. Variasi genetik
diantara populasi lokal dapat terjadi jika ada perbedaan frekuensi alel yang ada atau
jika masing-masing populasi membawa satu atau lebih alel yang lain yang tidak
diketemukan dalam populasi lain.

3. Seleksi alam
Sebagai pemicu evolusi adaptif adalah seleksi alam, akibat perbedaan heriditas
pada kemampuan individu organisme untuk mempertahankan hidup dan bereproduksi
pada lingkungannya. Konsep seleksi alam Charles Darwin direvisi dan diperluas,
kebanyakan berhubungan dengan konsep genetik. Formula modern kejadian seleksi
alam adalah :

187
a. Keturunan yang dihasilkan suatu organisme diharapkan dapat hidup dan
bereproduksi.
b. Kemampuan untuk hidup dan bereproduksi tiap organisme berbeda
c. Dalam setiap generasi, genotip yang bertahan dalam lingkungannya ada diantara
individu usia reproduktif dan memberi kontribusi pada anakan pada generasi
berikutnya. Alel yang tetap bertahan dan bereproduksi meningkat frekuensinya
dari generasi ke generasi, dan populasi menjadi lebih baik untuk hidup dan
bereproduksi dalam lingkungannya.
Seleksi alam mudah dipelajari pada populasi bakteri, sebab umur generasinya
pendek (sekitar 30 menit). Hasil kompetisi diantara dua genotip bakteri A dan B.
Genotip A adalah kompetitor super pada kondisi tertentu, frekuensi stran A
meningkat. Pada percobaan, kompetisi diikuti untuk 290 generasi, proporsi genotip A
(p) meningkat dari 0,60 menjadi 0,9995 dan genotip B menurun dari 0,4 menjadi
0,0005.

Gambar : 11.1. Penambahan frekuensi strain E. coli hasil dari seleksi


pertumbuhan populasi. Aksis y adalah jumlah sel A suatu waktu dibagi dengan
total sel (A + B). Perubahan frekuensi terbesar jika frekuensi strain A pada nilai
antara (Hartl, LD., 1991 : 196).

188
4. Random Genetic Drift
Genetic drift adalah perubahan secara acak pada frekuensi alel dan khususnya
penting dalam populasi kecil. Random genetic drift satu diantara proses-proses dalam
genetika populasi yang terjadi pada populasi yang terbatas, tetapi tidak tejadi pada
populasi yang besar (tidak terbatas). Perbanyakan individu pada satu generasi
menghasilkan gamet yang tidak terbatas. Frekuensi alel diantara gamet akan sama
dengan frekuensi alel dewasa, sebab untuk ukuran populasi yang terbatas hanya
relatif sedikit gamet berpartisipasi dalam fertilisasi untuk membentuk zigot pada
generasi berikutnya. Dengan kata lain ada proses sampling yang terjadi pada
perjalanan dari satu generasi ke generasi berikutnya, sebab ada perubahan variasi
diantara sampel, frekuensi alel diantara gamet dan diantara zigot mungkin berbeda.
Jika suatu populasi berisi 1000 pasang heterozigot acak (Aa), generasi
berikutnya akan berisi genotip kira-kira 25% AA, 50% Aa, dan 25% aa. Pada
populasi besar frekuensi A dan a akan selalu sama (pada 0,5). Jika populasi berisi
hanya satu pasang induk heterozigot dan hanya menghasilkan dua anakan, frekuensi
alel dapat berubah secara drastis. Pada kejadian ini frekuensi alel dan genotip pada
anakan dapat diperkirakan . Sepuluh dari 16 kali persilangan frekuensi alel akan
berganti. Dua dari 16 kali baik alel A maupun a akan hilang pada generasi tunggal.

Tabel : 11. 1. Semua kemungkinan pasangan Anakan yang dihasilkan oleh dua
induk heterozigot (Aa X Aa) (Klug, SW., 2000 : 701).

189
5. Nonrandom mating (perkawinan tidak acak)
Perkawinan nonrandom dapat mengubah frekuensi genotip tetapi tidak
mengubah frekeunsi alel. Keempat asumsi yang mendasari hukum Hardy-Weinberg
dalam bentuk seleksi, mutasi, migrasi dan genetic drift dapat menyebabkan frekuensi
alel berubah. Asumsi ke lima bahwa populasi mengadakan perkawinan secara acak
(random). Perkawinan nonrandom tidak secara langsung mengubah frekuensi alel. Ini
hanya akan mengubah frekuensi genotip populasi dan secara tidak langsung
menyebabkan evolusi.
Bentuk perkawinan nonrandom yang sangat penting adalah inbreeding,
perkawinan diantara sesamanya. Inbreeding menyebabkan penambahan proporsi
homozigot dalam populasi. Sampai suatu waktu dengan inbreeding lengkap, akan
hanya homozigot pada populasi. Bentuk inbreeding yang ekstrem adalah fertilisasi
diri sendiri (self-fertilization). Self-fertilization 4 generasi dengan individu
heterozigot tunggal untuk satu pasang alel, menunjukkan bahwa hanya sekitar 6
persen individu masih heterozigot, dan 94% populasi adalah homozigot. Dengan
catatan bahwa frekuensi alel A dan a masih selalu pada 50 % (Gambar 11. 2).

Gambar 11.2. Reduksi frekuensi heterozigot melalui self-fertilization. Setelah


generasi ke-n frekuensi genotip dapat dihitung dengan rumus pada baris
terakhir (Klug., 2000 : 702).

190
Rangkuman

Aplikasi prinsip genetika pada seluruh populasi penyusun organisme


merupakan persoalan yang dipelajari dalam Genetika Populasi. Istilah populasi
menunjuk pada suatu kelompok organisme dari spesies yang sama yang hidup pada
suatu wilayah tertentu. Dalam Genetika Populasi dibahas mengenai frekuensi alel dan
grekuensi genotip. Hukum yang berhubungan dengan frekuensi alel dan frekuensi
genotip pada suatu populasi dikenal dengan Hukum Keseimbangan Hardy-Weinberg

dengan formula p2 AA + 2pq Aa + q2 aa = 1, dimana p = frekuensi allel A dan


q = frejuensi allel a. Asumsi-asumsi utama yang digunakan dalam Hukum
Keseimbangan Hardy-Weinberg adalah bahwa populasi mengadakan perkawinan
secara acak, populasi besar, tidak terjadi mutasi atau migrasi, dan tidak ada seleksi.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan frekuensi gen adalah mutasi,
migrasi, seleksi alam, random genetic drift dan perkawinan tidak acak.

Soal Latihan
1. Berikan penjelasan mengenai persoalan yang dipelajari dalam Genetika
Populasi.
2. Berikan penjelasan mengapa perkawinan acak dapat digunakan sebagai
asumsi yang mendukung Hukum Keseimbangan Hardy-Weinberg ?
3. Hitung frekuensi alel pada suatu organisme sampel yang berisi individu 10
AA, 15 Aa, dan 4 aa ?
4. Sebutkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan frekuensi alel ?
Apa yang terjadi pada frekuensi alel jika tidak terjadi proses pada faktor-
faktor tersebut di atas ?
5. Apa yang dimaksud dengan random genetic drift dan mengapa dapat terjadi ?
6. Jelaskan bentuk-bentuk perkawinan tidak acak yang dapat menyebabkan
terjadinya perubahan frekuensi gen.

191

Anda mungkin juga menyukai