Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

MANAJEMEN NYERI NONFARMAKOLOGI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Profesi Ners


Praktek Keperawatan Medikal Bedah

Oleh :

Kelompok II Profesi B

1. Adi Nugraha 4006190017


2. Ismi Aditya 4006190011
3. Fakhtiyatul Fitriah 4006190093
4. Ghina Gaisani 4006190055
5. Muhammad Rahmat Nur Alam 4006190058
6. Lia Awalia Yuliawati 4006190095
7. Listari 4006190020
8. Wika Widia Astuti 4006190053
9. Ftri Windyantika 4006190014

PROGRAM PROFESI NERS

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA BANDUNG

2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
MANAJEMEN NYERI NON FARMAKOLOGI

Masalah : Manajemen Nyeri Nonfarmakologi


Pokok Bahasan : Manajemen Nyeri Nonfarmakologi
Sub Pokok Bahasan :
1. Definisi Nyeri
2. Klasifikasi Nyeri
3. Tanda dan Gejala Nyeri
4. Skala Nyeri
5. Manajemen Nyeri Nonfarmakologi
Hari/ tanggal : Desember 2019
Sasaran : Keluarga Pasien yang mempunyai derajat nyeri ringan sampai
nyeri sedang di Ruang Fresia 2
Tempa : Ruang Fresia 2

I Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit diharapkan peserta mampu
mengetahui tentang Manajemen Nyeri Nonfarmakologi

II Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, peserta mampu :
1. Menyebutkan Definisi Nyeri
2. Menyebutkan Klasifikasi Nyeri
3. Menyebutkan Tanda dan Gejala Nyeri
4. Menyebutkan Skala nyeri
5. Menyebutkan Manajemen Nyeri Nonfarmakologi

III Kegiatan
No Tahap Waktu Kegiatan penyuluh Kegiatan peserta Media
1. Pra 5 menit a. Menyiapkan Menempati tempat Laptopp
LCD
sarana dan penyuluhan
Leaflet
perlengkapan
b. Set ruangan
2. Pembukaan 2 menit a. Memberikan salam Menjawab salam
b. Kontrak Waktu Memperhatikan
c. Memperkenalkan Berpartisipasi aktif
diri Memperhatikan
d. Menjelaskan tujuan
dari pertemuan
3. Isi materi 8 a. Menggali Mengutarakan ide Laptopp
LCD
menit pemahaman peserta dan pendapat
Leaflet
penyuluhan tentang
nyeri dan
manajemen nyeri
b. Menyimpulkan Memperhatikan
pendapat peserta
tentang nyeri
c. Menjelaskan tentang Memperhatikan
Manajemen nyeri
nonfarmakologi :
1) Definisi nyeri
2) Klasifikasi nyeri
3) Tanda dan gejala
nyeri
4) Skala nyeri

5) Manajemen nyeri
nonfarmakologi
d. Memberi
kesempatan peserta Bertanya

untuk bertanya
e. Memberikan
pertanyaan kepada Menjawab

peserta pertanyaan.

5 Penutup 5 menit a. Menyimpulkan Memperhatikan


materi bahasan yang
telah disampaikan.
b. Melakukan Memperhatikan
evaluasi : Peserta
mampu
menyebutkan
manajemen nyeri
nonfarmakologi
c. Menutup pertemuan

IV. Materi penyuluhan


Terlampir

V. Metode dan Media


a. Metoda
Ceramah
b. Media
Laptopp
LCD
Leaflet

VI. Pengorganisasian
Pembimbing : Usan Daryaman, S.Kep., Ners., M.Kep
Penyaji : Muhammad Rahmat Nur Alam
Moderator : Adi Nugraha
Observer dan Notulen : Ghina Gaisani
Dokumentasi : Ftri Windyantika
Fasilitator : 1. Adi Nugraha
2. Fakhtiyatul Fitriah
3. Lia Awalia Yuliawati
4. Listari
5. Wika Widia Astuti

VII. Kriteria Evaluasi


1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan media yang akan digunakan
b. Persiapan  tempat yang akan digunakan
c. Kontrak waktu
d. Persiapan SAP

2. Evaluasi Proses
a. Selama penyuluhan peserta memperhatikan penjelasan yang disampaikan
b. Selama penyuluhan peserta aktif bertanya tentang penjelasan yang
disampaikan

3. Evaluasi Hasil Akhir


a. Peserta mampu menyebutkan indikator yang ada di tatanan rumah tangga

VIII. Referensi

Smeltzer & Bare. (2009). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Suddarth & Brunner. (2009). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta:
EGC.
Tamsuri, A. (2010). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC.
Lampiran Materi

MANAJEMEN NYERI NON FARMAKOLOGI

A. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan sensasi tidak menyenangkan yang terjadi bila kita
mengalami cedera atau kerusakan pada tubuh kita. Nyeri dapat terasa sakit,
panas, gemetar, kesemutan seperti terbakar, tertusuk, atau ditikam.
B. SKALA NYERI
Mengetahui skala nyeri menjadi penting karena metode ini membantu
para tenaga medis untuk mendiagnosis penyakit, menentukan metode
pengobatan, hingga menganalisis efektivitas dari pengobatan tersebut. Dalam
dunia medis, ada banyak metode penghitungan skala nyeri. Berikut ini beberapa
cara menghitung skala nyeri yang paling populer dan sering digunakan.
1. Visual Analog Scale (VAS)
Visual Analog Scale (VAS) adalah cara menghitung skala nyeri yang
paling banyak digunakan oleh praktisi medis. VAS merupakan skala linier yang
akan memvisualisasikan gradasi tingkatan nyeri yang diderita oleh pasien.
Pada metode VAS, visualisasinya berupa rentang garis sepanjang kurang
lebih 10 cm, di mana pada ujung garis kiri tidak mengindikasikan nyeri,
sementara ujung satunya lagi mengindikasikan rasa nyeri terparah yang mungkin
terjadi. Selain dua indicator tersebut, VAS bisa diisi dengan indikator redanya
rasa nyeri.
VAS adalah prosedur penghitungan skala nyeri yang mudah untuk
digunakan. Namun, VAS tidak disarankan untuk menganalisis efek nyeri pada
pasien yang baru mengalami pembedahan. Ini karena VAS membutuhkan
koordinasi visual, motorik, dan konsentrasi.
Berikut adalah visualisasiVAS:

2. Verbal Rating Scale (VRS)

Verbal Scale (VRS) hampir sama dengan VAS, hanya, pernyataan


verbal dari rasa nyeri yang dialami oleh pasien ini jadi lebih spesifik. VRS
lebih sesuai jika digunakan pada pasien pasca operasi bedah karena
prosedurnya yang tidak begitu bergantung pada koordinasi motorik dan
visual.

Skala nyeri versi VRS:

3. Numeric Rating Scale (NRS)

Kalau tadi penghitungan skala nyeri didasari pada pernyataan, maka


metode Numeric Rating Scale (NRS) ini didasari pada skala angka 1-10
untuk menggambarkan kualitas nyeri yang dirasakan pasien. NRS diklaim
lebih mudah dipahami, lebih sensitif terhadap jenis kelamin, etnis, hingga
dosis. NRS juga lebih efektif untuk mendeteksi penyebab nyeri akut
ketimbang VAS dan VRS.
Skala nyeri dengan menggunakan NRS:

4. Wong-Baker Pain Rating Scale

Wong-Baker Pain Rating Scale adalah metode penghitungan skala


nyeri yang diciptakan dan dikembangkan oleh Donna Wong dan Connie
Baker. Cara mendeteksi skala nyeri dengan metode ini yaitu dengan melihat
ekspresi wajah yang sudah dikelompokkan ke dalam beberapa tingkatan rasa
nyeri.

Saat menjalankan prosedur ini, dokter akan meminta pasien untuk


memilih wajah yang kiranya paling menggambarkan rasa nyeri yang sedang
mereka alami.

Seperti terlihat pada gambar, skala nyeri dibagi menjadi:

 Raut wajah 1, tidak ada nyeri yang dirasakan


 Raut wajah 2, sedikit nyeri
 Raut wajah 3, nyeri
 Raut wajah 4, nyeri lumayan parah
 Raut wajah 5, nyeri parah
 Raut wajah 6, nyeri sangat parah
C. Klasifikasi Nyeri
1. Nyeri akut  (< 6 bulan)
Nyeri akut biasanya terjadi secara tiba- tiba dan umumnya berkaitan dengan
cedera spesifik. Nyeri akut merupakan nyeri yang berlangsung dari beberapa detik
hingga enam bulan.
2. Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau menetap sepanjang suatu periode waktu.
Nyeri kronik merupakan nyeri yang dirasakan selama lebih dari 6 bulan.
D. Tanda dan Gejala Nyeri
1. Suara
a. menangis
b. merintih
c. menarik/ menghembuskan nafas
2. Ekspresi Wajah
a. meringis
b. menggigt lidah , mengatupkan gigi
c. tertutup rapat/membuka mata atau mulut
d. menggigit bibir
3. Pergerakan Tubuh
a. kegelisahan
b. mondar-mandir
c. gerakan menggosok atau berirama
d. bergerak melindungi tubuh
e. otot tegang
4. Interaksi Sosial
a. menghindari percakapan dan kontak sosial
b. berfokus aktivitas untuk mengurangi nyeri
c. disorientasi waktu
E. Manajemen Nyeri Nonfarmakologi
 Distraksi
Distraksi adalah teknik untuk mengalihkan perhatian terhadap hal – hal
lain sehingga lupa terhadap nyeri yang dirasakan. Contoh :
1. Membayangkan hal – hal yang menarik dan indah
2. Membaca buku sesuai dengan keinginan
3. Mengobrol dengan keluarga yang merawat di rs
4. Menyanyi
5. Berdoa
 Relaksasi
Teknik relaksasi memberi individu control diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri, stres fisik dan emosi pada nyeri Sejumlah teknik relaksasi
dapat dilakukan untuk mengendalikan rasa nyeri ibu dengan meminimalkan
aktivitas simpatik dalam system saraf otonom .
Tahapan relaksasi nafas dalam adalah sebagai berikut :
1. Ciptakan lingkungan yang tenang
2. Usahakan tetap rileks dan tenang
3. Menarik nafas dalam dari hidung dan hitung selama 3 detik
4. Perlahan-lahan hembuskan dari mulut
5. Usahakan agar tetap konsentrasi atau memejamkan mata
6. Ulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
7. Sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali pengulangan.
 Teknik Relaksasi Hand Massage
Hand Massage merupakan langkah yang paling efektif untuk
meningkatkan relaksasi dan dijadikan sebagai terapi paliatif. Hand Massage
artinya memberikan stimulasi dibawah jaringan kulit dengan memberikan
sentuhan dan tekanan yang lembut untuk memberikan sentuhan dan tekanan
yang lembut untuk memberika rasa nyaman. Cara kerja dari masase ini
menyebabkan terjadinya pelepasan endorfin, sehingga memblok transmisi
stimulus nyeri.
Teknik untuk melakukan Hand Massage:
Memberikan tekanan yang lembut dan gesekan diseluruh telapak tangan
klien dengan melibatkan gerakan melingkar kecil dengan menggunakan
ujung jari atau ibu jari perawat dalam waktu 5-10 menit.
 Teknik Relaksasi Genggam Jari
Relaksasi genggam jari dapat mengurangi ketegangan fisik dan emosi,
karena genggaman jari akan menghangatkan titik-titik keluar dan masuknya
energi meridian (energy channel) yang terletak pada jari jari kita.
Teknik untuk melakukan Relaksasi Genggam Jari
Menggenggam jari sambil mengatur napas (relaksasi) dilakukan selama
kurang lebih 3-5 menit.
 Teknik Refleksi warna Hijau
Refleksi warna hijau akan memberikan suasana yang nyaman pada
seseorang sehingga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu distraksi imajinasi
terbimbing untuk mengurangi rasa nyeri pada lansia dengan penyakit rheumatoid
arthritis.
Teknik untuk melakukan distraksi refleksi warna hijau:
1. Pejamkan mata
2. Bayangkan berada dilingkungan yang penuh dengan hijau rerumputan dan
pohon dengan udara yang segar
3. Diikuti dengan napas tarik napas dalam dan hembuskan secara perlahan
4. Lalu ketegangan otot dan ketidaknyamanan dikeluarkan secara perlahan

 Terapi Kompres Jahe


Terapi kompres jahe dapat meningkatkan aliran darah untuk
mendapatkan efek analgesik dan relaksasi otot sehingga proses inflamasi
berkurang. Terapi kompres jahe dapat dilakukan pada stadium sub akut dan
kronis pada osteosrthritis untuk mengurangi penekanan dan nyeri pada sendi.
Teknik pemberian Kompres jahe
1. Masukan washlap atau handuk kecil kedalam baskom rebusan jahe hangat
2. Peras washlap atau handuk kecil sampai lembab
3. Tempelkan pada area yang sakit hingga kehangatan washlap atau handuk
kecil terasa berkurang
4. Ulangi langkah-langkah tersebut hingga 15 menit

Anda mungkin juga menyukai