Anda di halaman 1dari 13

Aplikasi Elektronika Digital Dasar 61

BAB Aplikasi Elektronika Digital

2 Dasar

2.1. Tujuan Instruksional

Setelah materi ini, diharapkan mahasiswa dapat:

 Memahami cara kerja rangkaian yang menggunakan picu


Schmitt

 Memahami cara kerja rangkaian yang menggunakan


monostabil

 Menyatakan cara kerja berbagai rangkaian astabil yang


dibuat dari pintu NAND, pinto NOR, picu Schmitt

 Menganalisis rangkaian timer 555 untuk rangkaian


monostabil dan astabil

 Menganalis rangkaian pencacah naik dam turun

susilosumarto@mail.unnes.ac.id
62 Elektronika Digital

2.2. Pengertian Aplikasi Elektronika Digital Dasar

Pada bab II telah dibahas tentang dasar-dasar elektronika


digital, yaitu tentang pintu-pintu logika dan bistabil. Kita juga
telah mempelajari tentang pelaksanaan pintu logika di dalam IC
berupa rangkaian digital TTL (Transistor-Transistor Logic) dan
CMOS (Complementary Metal Oxyde Semiconductor). Dengan
memahami rangkaian di dalam IC kita dapat memahami
masalah-masalah DC maupun AC yang timbul dalam
menghubungkan dua komponen digital.

Dengan pintu logika NAND dan NOR kita dapat


membentuk bermacam-macam rangkaian logika seperti penjumlah,
latch, flip-flop, dan lain-lain. Pada awal bab ini kita akan
melanjutkan lebih jauh pembahasan kita tentang multivibraor yaitu
dengan membahas trigger/picu Schmitt, monostabil dan astabil.
Ketiga macam multivibrator ini merupakan bagian-bagian amat
penting di dalam peralatan digital.

Pada bagian selanjutnya bab ini kita akan bahas penerapan


flip-flop untuk membuat pencacah dan register geser. Dengan
pencacah kita dapat mencacah denyut, mencacah frekuensi dan
memperagakan besaran analog secara digital. Pada akhir bab ini
Anda akan belajar tentang multiplekser dan decoder serta
bagaimana membuat pencacah frekuensi.

Dengan bab I dan bab II diharapkan Anda dapat memahami


cara kerja rangkaian elektronika digital, merakitnya, dan
membuatnya bekerja. Beberapa hal yang belum terbahas dalam
kedua bab ini Anda akan dapat mempelajari sendiri dengan cepat.
FMIPA Univrsitas Negeri Semarang
Aplikasi Elektronika Digital Dasar 63

2.3. Multivibrator

Disamping pintu-pintu logika, dalam sistem digital orang juga


nenggunakan konponon-komponen digital yang dikelonpokkan
dengan nama MULTIVIBRATOR. Ada satu IC yang dapat
digunakan untuk membuat flip-flop, monostabil, astabil dan trigger
schmitt.

2.3.1 Trigger Schmitt

Trigger schmitt mempunyai dua keadaan stabil. Keadaan stabil


yang diambil oleh trigger schmitt bergantung pada kedaan
masukannya. Trigger schmitt bersifat seperti komparator akan tetapi
keadaan keluarannya adalah pada level TLL atau CMOS
bergantung pada keluaran logikanya (logic family) .

Tigger schmitt punya satu tingkat tegangan pada masukannya, bila


tingkat ini di lampaui oleh isyarat masukan maka keluaran akan
berubah keadaannya. Ini ditunjukan pada Gambar 2-1.

Gambar 2-1. Hubungan antara isyarat masukan dan keluaran


susilosumarto@mail.unnes.ac.id
64 Elektronika Digital

Bila Vin ≥ (V+) maka isyarat keluaran akan HIGH, dan bila
Vin ≤ (V-) isyarat keluaran menjadi LOW. Tampak bahwa ambang
atas (V+) tak sama dengan ambang bawah (V-). Dikatakan terjadi
histerisis. Kita membuat trigger schmitt dengan suatu buffer seperti
CD4050 dan memasang feedback positif seperti pada Gambar 2-2.

(a) (b)
Gambar 2-2. (a) trigger schmitt dengan buffer, (b) kurva histerisis

Kurva histeresis ini merupakan ciri khas trigger schmitt,


sehingga dilukis- kan sebagai simbolnya. Beberapa pintu logika
khusus dibuat sebagai trigger Schmitt seperti CMOS CD4093 (quad
two input NAND schmitt), CD4584 (hex inverter schmitt). Dua
contoh IC TTL, schmitt adalah 7413 (dual four input NAND
schmitt ) dan 7414 (hex shcmitt inverter).

Beberapa pemakaian trigger Schmitt ditunjukan pada gambar


dibawah ini:

FMIPA Univrsitas Negeri Semarang


Aplikasi Elektronika Digital Dasar 65

Gambar 2-3. Trigger Schmitt untuk zero crossing.

Pada Gambar 2-3 pembagi tegangan R1 dan R2 dipasang agar


isyarat ac menumpang pada VCC sehingga ambang schmitt tepat
ditengah isyarat masukan.

Pemakaian lain dari trigger schmitt adalah untuk deteksi tepi


(edge detector), seperti pada Gambar 2-4. Kapasitor C dan resistor
R berlaku sebagal diferensiator, sehingga dapat menghasilkan pulsa
yang sempit. Kegunaan yang lain dalah untuk contack debounce.

Gambar 2-4. Detektor tepi positif

susilosumarto@mail.unnes.ac.id
66 Elektronika Digital

Bila suatu saklar dihubungkan maka tegangan yang


dihubungkan akan nengalami bouncing, seperti pada Gambar 2-5.
Jika ini dibiarkan akan penutupan saklar akan dianggap sebagai
beberapa pulsa, yang akan mengakibatkan alat tidak bekerja seperti
seharusnya. Gambar 5 (b) menunjukan bagaimana masalah ini.

(a) (b)
Gambar 2-5. (a) Bouncing pada Vo dengan ditutupnya saklar S
(b) Saklar dengan debouncing Schmitt

2.3.2 Monostabil

Multivibrator ini hanya mempunyai satu keadaan stabil. Jika


pada isyarat masukan terjadi transisi maka keluaran akan
nenghasilkan satu pulsa. Lebar pulsa ditentukan oleh resistor dan
kapasitor yang dipasang pada atau dalam rangkaian monostabil ini.
Monostabil juga dikenal sebagai one-shot atau monoflop. Pada
dasarnya detektor pinggir (edge detector) seperti pada Gambar 2-6
adalah suatu monostabil. Akan tetapi detektor pinggir hanya dapat
bekerja bila lebar pulsa masukan jauh lebih besar dari pada lebar
pulsa keluaran. Oleh sebab itu detektor pinggir disebut setengah
monostabil (half monostable). Suatu mnostabil dapat dibuat dengan

FMIPA Univrsitas Negeri Semarang


Aplikasi Elektronika Digital Dasar 67

menggunakan pintu NOR atau pintu NAND. Rangkaian


monostabil dengan pintu NOR ditunjukan pada Gambar 2-6.

Gambar 2-6. Monostabil dengan pintu NOR

Cara kerja rangkaian diatas dapat diterangkan dengan


menggunakan diagram timing pada Gambar 2-7. Mula-mula
kapasitor C1 kosong dan d ada pada keadaan H, dan LOW. Jika
pada b terjadi transisi L ke H, maka pada c terjadi transisi H ke L
dan kapasitor tegangan d akan naik eksponensial oleh karena arus
nengisi kapasitor C1. Lebar pulsa keluaran sebanding dengan
tetapan waktu  = RC.

Gambar 2-7. Diagram timing untuk monostabil.

susilosumarto@mail.unnes.ac.id
68 Elektronika Digital

Satu rangkaian monostabil yang tak bergantung pada tegangan


ambang transisi IC adalah seperti pada Gambar 2-8.

Gambar 2-8. Monostabil terkompensasi

Monostabil juga dapat dibuat dengan menggunakan 1 flip-flop,


seperti ditunjukan pada Gambar 2-9. Suatu tepi positif akan menset
flip-flop D. Akibatnya keluaran Q nenjadi H yang akan mengisi
kapasitor C melalui R. Setelah tegangan pada C cukup tinggi maka
akan direset (clear) . Pada keadaan ini kapasitor akan dikosongkan
dengan cepat melalui dioda D. Monostabil ini nempunyai waktu
recovery, dalam saat mana monostabil tak dapat ditrigger.
Dikatakan bahwa monostabil ini non-retrigerable.

Gambar2-9. Monostabil nonretriggerable dan timing diagram

FMIPA Univrsitas Negeri Semarang


Aplikasi Elektronika Digital Dasar 69

Dengan menggunakan rangkaian seperti pada Gambar 2-10


kita peroleh suatu monostabil yang retrigerable .

(a) (b)
Gambar 2-10. (a) Rangkaian retriggerable, (b) Diagram timing

2.3.3 Multivibrator Astabil

Multivibrator astabil mempunyai dua keadaan, dua - duanya


tidak stabil. Astabil selalu berganti keadaan sehingga digunakan
sebagai osilator. Kita dapat menggunakan pintu logika seperti
NOR, NAND dan NOT untuk menbuat nonostabil. Rangkaiannya
mirip dengan rangkaian monostabil. Bandingkan dengan rangkaian
astabil dengan monostabil pada Gambar 2-11.

(a) (b)
Gambar 2-11. (a) Rangkaian astabil (b) Rangkaian monostabil
susilosumarto@mail.unnes.ac.id
70 Elektronika Digital

Jelas terlihat perubahan nyata yaitu resistor R mengisi


capasitor C, dihubungkan dengan keluaran pada astabil. Sedang
pada monostabil resistor ini dihubungkan dengal V CC. Selain itu
pada astabil kedua masukan dihubungkan agar kedua pintu berlaku
sebagai suatu inverter.

(a) (b)
Gambar 2-12. (a) Astabil menggunakan inverter
(b) Astabil ter-gate

Pada Gambar 2-12 jika gate pada keadaan H maka B menjadi


non aktif sehingga keluaran selalu nenjadi H.

Bentuk keluaran isyaratnya pada Gambar 2-13.

Gambar 2-13. Bentuk-bentuk isyarat keluaran untuk


Gambar 2-12 a

Bentuk rangkaian astabil sederhana dapat digunakan sebagai


rangkaian schmitt trigger yaitu pada Gambar 2-14.
FMIPA Univrsitas Negeri Semarang
Aplikasi Elektronika Digital Dasar 71

Gambar 2-14. Astabil dengan schmitt trigger

Astabil dapat juga dibentuk dari IC 74123 seperti Gambar 2-15


dibawah ini nenunjukkan suatu VCO yaitu Voltage Regulator
Controlled Oscillator.

Gambar 2-15. VCO dengan menggunakan IC 74123

Soal:

susilosumarto@mail.unnes.ac.id
72 Elektronika Digital

1. Perhatikan rangkaian di bawah ini.

a. Lukiskan lengkung histerisis


b. Hitung lebar histerisis.
c. Apakah manfaat histerisis.

2. Perhatikan rangkaian di bawah ini.

a. Lukiskan bentuk sinyal masukan pada ranggkaian picu


schmiti.
b. Hitung lebar pulsa keluaran.

3. Perhatikan rangkaian di bawah ini.

a. Tentukan nilai C agar didapat lebar pulsa keluaran 100 F.

FMIPA Univrsitas Negeri Semarang


Aplikasi Elektronika Digital Dasar 73

b. Lukis bentuk isyarat pada titik-titik U, T dan W.

4. Perhatikan rangkaian di bawah ini.

a. Lukis bentuk isyarat di titik a.


b. Lukis bentuk isyarat di titik b.
c. Hitung frekuensi isyarat keluaran Vo.

5. Perhatikan rangkaian di bawah ini.

a. Lukis bentuk isyarat di titik a.


b. Lukis bentuk isyarat di titik b.
c. Berapa buah denyut dihasilkan pada keluaran.

susilosumarto@mail.unnes.ac.id

Anda mungkin juga menyukai