Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

BENGKEL ELEKTRONIKA II

“SAKLAR SENTUH”
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bengkel Elektronika II

Disusun Oleh :

Dony Setiawan

3.32.18.1.08

Kelas EK-1B

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRONIKA

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada saat ini, sudah mencapai
tingkatan yang jauh lebih baik daripada beberapa dekade sebelumnya. Hal ini terlihat dari
munculnya teknologi-teknologi modern yang semakin banyak diciptakan untuk membantu
pekerjaan manusia, yang tentunya tak bisa lepas dari rangkaian elektronika dan sistem digital.
Pengertian rangkaian dan sistem digital erat kaitannya dengan pengertian rangkaian dan
sistem pada bidang elektronika. Rangkaian elektronika didefnisikan sebagai kesatuan dari
komponen-komponen elektronika baik pasif maupun aktif yang membentuk suatu fungsi
pengolahan sinyal (signal processing). Dalam hal ini komponen pasif adalah komponen elektronika
yang dalam operasinya tidak memerlukan catu daya dan sifatnya tidak dapat melakukan penguatan
terhadap arus atau tegangan listrik, sedangkan komponen aktif adalah komponen elektronika yang
dalam operasinya memerlukan catu daya dan memiliki sifat dapat menguat kansinyal atau tegangan
listrik. Contoh komponen pasif adalah resistor, kapasitor, dan induktor, sedangkan contoh
komponen aktif adalah transistor. Jenis pengolahan sinyal antara lain adalah penguatan sinyal
(amplifcation), pembangkitan sinyal (oscillation), dan pemodulasian (modulation).
Salah satu pengaplikasiannya adalah rangkaian saklar sentuh (touch switch). Dengan media
yang digunakan sebagai saklar ini adalah plat logam, potogan pcb maupun komponen konduktor
lainnya. Dalam susunan rangkaian ini terdapat bagian bagian yang sangat penting untuk
berjalannya rangkaian yaitu antara lain ic 555 sebagai monostable multivibrator, D Flip-Flop,
resistor dan kapasitor.

1.2 Tujuan
Setelah melaksanakan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mengetahui karakter, cara kerja, dan fungsi dari setiap komponen rangkaian pengontrol
temperatur sehingga dapat mengaplikasikannya dalam bentuk sebuah rangkaian.
2. Mengetahui dan memahami sistem dan cara kerja rangkaian pengontrol temperatur.
3. Mengetahui bagaimana cara membuat rangkaian pengontrol temperatur.
4. Dapat melakukan troubleshooting ketika rangkaian tidak bekerja sebagaimana mestinya.
BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Komponen
Untuk pembuatan rangkaian universal alarm, maka dibutuhkan komponen sebagai kebutuhan
pokok dalam rangkaian. Komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut.
2.1.1 IC-NE 555
Pada rangkaian ini IC 555 difungsikan sebagai Monostable multivibrator. Monostable
sendiri berasal dari kata mono yang berarti satu dan stable yang berarti stabil. Mengapa
dinamakan demikian karena sifat dari rangkaian ini IC 555 berfungsi menghasilkan satu
keadaan mantap (one-shot) pada outputnya (standby kondisi low dan high selama selang
waktu tertentu setelah dipicu). sifat ini dapat dimanfaatkan sebagai saklar sentuh, atau pada
rangkaian ini difungsikan sebagai pemicu kepada komponen selanjutnya.

Gambar 2.1 Rangkaian Dasar Monostable Multivibrator


Prinsip utama rangkaian ini adalah memanfaatkan pengisian dan pengosongan
kapasitor sebagai waktu tundanya. untuk lamanya penundaan dapat dihitung dengan rumus
berikut :
𝑇𝑑 = 1,1 RC
Keterangan :
Td : time delay / waktu tunda (second)
R : resistor rangkaian (Ohm)
C : kapasitor rangkaian (Farad)

Pada rangkaian monostable ini IC 555 memerlukan trigger/picu pada kaki no. 2 yaitu
kaki TRIG, untuk memberi picu ada beberapa cara, pada rangkaian ini cara yang digunakan
adalah dengan menggunakan plat sentuh.
2.1.2 D Flip-Flop
Data flip-flop merupakan pengembangan dari RS flip-flop, pada D flip-flop kondisi
output terlarang (tidak tentu) tidak lagi terjadi. Data flip-flop merupakan dasar dari
rangkaian utama sebuah memori penyimpan data digital. Input atau masukan pada RS flip-
flop adalah 2 buah yaitu R (reset) dan S (set), kedua input tersebut dimodifikasi sehingga
pada Data flip-flop menjadi 1 buah input saja yaitu input atau masukan D (data) saja. Model
modifikasi RS flip-flop menjadi D flip-flop adalah dengan penambahan gerbang NOT
(Inverter) dari input S ke input R pada RS flip-flop seperti telihat pada gambar dasar D flip-
flop berikut.

Gambar 2. Rangkaian Dasar D Flip-Flop


Prinsip kerja dari rangkaian Data flip-flop dengan clock diatas adalahsebagai berikut.
Apabila input clock berlogika 1 “High” maka input pada jalur data akan di teruskan ke
rangkaian RS flip flop, dimana pada saat input jalur Data 1 “High” maka kondisi tersebut
adalah Set Q menjadi 1 “High” dan pada saat jalur Data diberikan input 0 “Low” maka
kondisi yang terjadi adala Reset Q menjadi 0 “Low”. Kemudian Pada saat input Clock
berlogika rendah maka data output pada jalur Q akan ditahan (memori 1 bit) walaupun logika
pada jalur input Data berubah. Kondisi inilah yang disebut sebagai dasar dari memor 1 bit.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel Data flip-flop berikut.
Clock/Enable D Q Keterangan
0 0 Q-1 Menahan kondisi Q Terakhir
0 1 Q-1 Menahan kondisi Q Terakhir
1 0 0 Reset Q ke 0
1 1 1 Set Q ke 1

Gambar 2.2 D Flip-Flop Pada Rangkaian Saklar Sentuh


Gambar 2.3 Pewaktu D Flip-Flop Pada Rangkaian
2.1.3 Resistor
Resistor merupakan salah satu komponen yang paling sering ditemukan dalam
Rangkaian Elektronika. Hampir setiap peralatan Elektronika menggunakannya. Pada
dasarnya Resistor adalah komponen Elektronika Pasif yang memiliki nilai resistansi atau
hambatan tertentu yang berfungsi untuk membatasi dan mengatur arus listrik dalam suatu
rangkaian Elektronika.

Gambar 2.4 Bentuk dan Simbol Resistor


Fungsi yang paling utama dari resistor adalah menghambat aliran arus listrik. Dua
karakteristik utama dari resistor adalah resistansi atau hambatan (R) dengan satuan Ohm dan
rating daya (P) dengan satuan Watt. Dalam rangkaian elektronika, resistor dengan nilai
hambatan yang lebih tinggi memiliki rating Watt yang lebih rendah karena arusnya lebih
kecil.

2.1.4 Transistor
Rangkaian switch dengan transistor banyak digunakan sebagai pengontrol relay, motor,
selenoid dan lampu atau sebagai driver input-output pada rangkaian IC digital (TTL). Cara
kerja transistor sebagai saklar berada pada 2 keadaan yaitu; kondisi Saturasi (switch ON)
dan kondisi Cut-Off (switch OFF), dapat perhatikan gambar grafik dibawah ini:
Gambar 2.5 Kurva karakteristik transistor

1) Wilayah Fully-Off (Cut-Off) Transistor


Ketika arus yang masuk ke kaki basis sangat kecil bahkan mendekati nol, kondisi
ini mengakibatkan transistor berada pada dkondisi Cut-Off sehingga arus pada kolektor
mejadi nol dan besar tegangan antara kaki kolektor dan emitter sama dengan supply
(VCC). kondisi ini tidak ada arus mengalir antara kaki kolektor dan emiter seperti saklar
terbuka atau OFF.

Gambar 2.6 Cut-off Transistor


Karakteristik Cut-Off Transistor
a) Tegangan basis emiter (VBE) kurang dari 0,7V.
b) kondisi forward bias antara kaki Basis dan kaki Emiter
c) kaki basis - kolektor pada kondisi reverse bias
d) Tidak ada arus yang mengalir ke kolektor atau IC = 0
e) Vout = VCE = VCC = 1
f) Transistor beroperasi seperti saklar terbuka.
g) Kaki basis harus lebih negatif dari emiter untuk transistor jenis NPN, dan untuk
transistor tipe PNP arus basis harus lebih positif dari kolektor.
2) Wilayah Saturasi Transistor
Transistor akan berada pada kondisi saturasi jika arus yang masuk ke kaki basis
sangat besar, bahkan sampai ketitik jenuh sehingga arus pada kaki kolektor akan
maksimum (IC=VCC/RL). Kondisi seperti ini diibaratkan seperti saklar pada posisi ON.
Perhatikan gambar berikut:

Gambar 2.7 Saturasi Transistor

Karakteristik Saturasi Transistor


a) Tegangan basis - emiter (VBE) lebih besar dari 0,7V
b) Kondisi Basis - emiter adalah forward bias
c) Kondisi basis - kolektor adalah forward bias
d) Arus yang mengalir pada kolektor adalah maksimum (Ic = Vcc/RL)
e) Tegangan kolektor - emiter (VCE = 0)
f) VOUT = VCE = 0
g) Transistor beroperasi seperti saklar tertutup.

Kaki basis harus lebih positif dari emiter untuk transistor jenis NPN, dan untuk transistor
tipe PNP arus basis harus lebih negatif dari kolektor.
2.1.5 Kapasitor
A. PENGISIAN KAPASITOR
Pada saat pengisian kapasitor diperlukan sebuah sumber tegangan konstan (Vin) yang
digunakan untuk menyuplai muatan ke kapasitor dan sebuah resistor yang digunakan untuk
mengatur konstanta waktu pengisian (τ) serta membatasi arus pengisian.

Gambar 2.8 Pengisian Kapasitor


Pada rangkaian pengisian kapasitor diatas, saat saklar (S) ditutup maka akan ada arus
yang mengalir dari sumber tegangan (Vin) menuju ke kapasitor. Besarnya arus ini tidak
tetap karena adanya bahan dielektrik pada kapasitor. Arus pengisian akan menurun seiring
dengan meningkatnya jumlah muatan pada kapasitor, dimana Vc≈Vin saat i=0.
Secara umum, rumus pengisian kapasitor untuk tegangan dan arus dapat dinyatakan
seperti berikut :
a. Tegangan kapasitor saat t detik

Apabila sebelum pengisian tidak terdapat adanya tegangan awal pada kapasitor,
Vc(0)=0V, maka persamaan diatas menjadi :

b. arus pengisian setelah t detik

Apabila digambarkan dalam grafik maka tegangan dan arus pada pengisian kapasitor
akan membentuk grafik eksponensial seperti berikut.

Berdasarkan rumus pengisian kapasitor untuk tegangan, bisa didapat pula hubungan
antara waktu pengisian terhadap persentase tegangan pada kapasitor yang dinyatakan
dalam tabel berikut
t Vc
0 0
0,7RC 50%
RC 63%
2RC 86,5%
3RC 95%
4RC 98,2%
5RC 99%

B. PENGOSONGAN KAPASITOR
Saat kapasitor sudah terisi oleh sebagian atau penuh muatan listrik maka kapasitor
tersebut dapat dikosongkan dengan cara menghubungkan saklar (S) pada ground.
Akibatnya tegangan kapasitor dan arus akan berkurang secara eksponensial sampai nol.

Gambar2.9 Pengosongan Kapasitor


Lamanya proses pengosongan kapasitor ini juga ditentukan oleh nilai R-C yang dipakai
pada rangkaian. Berikut adalah rumus umum untuk pengosongan kapasitor
a. tegangan kapasitor saat dikosongkan selama t detik, VC(t)

Vs adalah tegangan kapasitor sebelum dikosongkan. Vs akan bernilai sama dengan


tegangan input pengisi kapasitor apabila kapasitor diisi sampai penuh (fully charged).
b. arus pengosongan setelah t detik

Apabila digambarkan dalam grafik maka tegangan dan arus pada pengosongan
kapasitor akan membentuk grafik eksponensial seperti berikut.
Untuk tabel hubungan antara waktu pengosongan terhadap persentase tegangan pada
kapasitor dinyatakan dalam tabel berikut.
t Vc
0 99%
RC 37%
2RC 14%
3RC 5%
4RC 2%
5RC 1%
BAB 3
PERANCANGAN DAN ASSEMBLY
3.1 Gambar Rangkaian

Gambar 2.1. Rangkaian skematik saklar sentuh

3.2 Daftar Komponen/Bahan


No. Nama Komponen Ukuran/Seri Bahan Jumlah
1. Resistor 2k2 Ω ±5% Karbon 1
2. Resistor 10k Ω ±5% Karbon 2
3. Resistor 33k Ω ±5% Karbon 1
4. Kapasitor 1uF Elektrolit 1
5. Kapasitor 10uF Elektrolit 1
6. Pin Header Male Logam Tembaga 3
7. Transistor BD 139 Semikonduktor 1
8. Transistor BC 107 Semikonduktor 1
9. Dioda 1N4004 Semikonduktor 1
10. IC Timer 555 NE555 Semikonduktor 1
11. IC D Flip-Flop 7474 Semikonduktor 1

3.3 Daftar Peralatan


1. PCB polos 8. Amplas Kertas
2. Solder 9. Ferric Chloride (FeCl3)
3. Tennol 10. Power Supply DC
4. Setrika
5. Mesin Bor
6. Mata Bor
7. Tang Potong
3.4 Pembuatan PCB
1. Pembuatan layout PCB menggunakan aplikasi bernama EAGLE.
2. Desain layout tersebut dicetak di mika transparansi menggunakan print laser.
\
Gambar 2.2.Silk Komponen(Kanan); Jalur Rangkaian(Kiri)
3. Amplas pemukaan PCB hingga bersih dari kotoran.

Gambar 2.3. Mengamplas PCB


4. Colokkan kabel setrika ke stopkontak dan tunggu hingga panas.
5. Tempelkan layout ke PCB dan atur posisinya hingga pas.
6. Setrika layout tersebut perlahan-lahan, hingga benar-benar menempel.

Gambar 2.4. Menyetrika Layout Jalur


7. Dinginkan PCB apabila masih panas.
8. Lepaskan mika yang menempel dengan hati-hati, dan pastikan layout tertempel dengan benar.
9. Larutkan PCB menggunakan Ferric Chloride (FeCl3) hingga lapisan tembaga yang tidak
tertutup layout hilang, dan cuci hingga bersih.

Gambar 2.6. Pelarutan PCB


10. Amplas kembali PCB hingga tinta film hilang.
11. Bila diinginkan dapat ditambahkan silk komponen. Dengan cara sama dengan langkah ke-5
sampai langkah ke-8.
12. Bor pada titik-titik yang telah ditentukan
13. Pasang komponen pada tempat yang ditentukan (perhatikan komponen-komponen yang
memiliki polaritas apakah sudah terpasang dengan benar).
14. Lakukan penyolderan komponen (disarankan penyolderan transistor dan ic dilakukan saat
terakhir dan untuk ic dapat menggunakan socket ic).
BAB 4
UJI COBA RANGKAIAN
4.1 Langkah Kerja Uji Coba
Langkah-langkah uji coba rangkaian dalam praktikum ini adalah.
1. Periksa kembali rangkaian PCB.
2. Pasang IC NE555 dan IC 7474 pada socket sesuai tempatnya.
3. Hubungkan pin output dengan modul lampu yang disediakan.
4. Hubungkan catu daya 12v (perhatikan polaritasnya).
5. Terdapat dua kemungkinan kondisi awal, yaitu lampu menyala atau padam.
6. Sentuh plat pada PCB, jika kondisi awal menyala maka lampu akan mati, begitunjuga
kebalikannya.
7. Selesai.

4.2 Hasil Uji Coba

Gambar 4.1 Hasil Pemasangan Komponen Gambar 4.2 Kondisi Awal

Gambar 4.3 Sentuh Pertama Kondisi Nyala Gambar 4.4 Sentuh Pertama Kondisi Padam
BAB V

ANALISA DATA
1. Kondisi Awal
Saat pertama dijalankan input trigger akan langsung teraliri arus listrik yang mengalir
melalui resistor R2. Kapasitor C2 yang terhubung ke Vcc threshold dan discharge akan
terisi.
2. Trigger/ Sentuhan Pertama
Ketika plat disentuh, maka tegangan pada input trigger akan turun dan mimicu ic 555
untuk mengosongkan kapasitor C2. Selama proses pengisian kapasitor C2, output ic 555
yaitu pin 3 akan menghasilkan output sampai kapasitor terisi penuh. Output ic 555 akan
diteruskan keada d flip-flop sebagai clock, sehingga memicu pergantian kondisi pada
output dari sebelumya rendah ke tinggi maupun kondisi sebaliknya yaitu kondisi rendah
ke tinggi, dan menahannya hingga clock selanjutnya masuk.
3. Trigger/ Sentuhan Kedua
Saat plat disentuh untuk kedua kalinya maka hal yang sama akan terjadi pada ic 555
yang sebagai monostable multivibrator. Input clock dari monostable multivibrator ic 555
akan membalikkan kondisi di output dan dikuatkan oleh transistor.
BAB VI

PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Monostable multivibrator berfungsi menghasilkan suatu keadaan atau pulsa pada
outputnya, dengan lebar pulsa berdasarkan dengan pengisian kapasitor yang
dihubungkan dengan threshold dan discharge.
2. Secara ringkas cara kerja dari D Flip-Flop pada rangkaian ini adalah meneruskan
kondisi atau data pada input D menuju Q disaat clock aktif
3. Cara kerja rangkaian ini seperti saklar on-off sekaligus secara bergantian.
6.2 Saran
1. Pahami skema rangkaian dengan benar sebelum melakukan praktikum.
2. Sebelum memulai praktikum, sebaiknya disesuaikan dengan prosedur dan K3.
3. Buatlah layout komponen sesuai dengan dimensi ukuran komponen sebenarnya, dan
sesuai dengan aturan pembuatan layout pcb, misalnya percabangan/belokan jalur layout
dihindari membentuk sudut 90 derajat atau kurang dari itu.
4. Periksa kembali jalur pengawatan rangkaian pada PCB sebelum proses pelarutan.
5. Sebaiknya saat melakukan penyolderan tiap-tiap komponen dilakukan dengan hati- hati
, karena komponen akan mudah rusak jika terkena solder yg terlalu panas. (terutama
transistor dan IC )
6. Saat akan melakukan uji coba sebaiknya dipahami terlebih dahulu langkah-langkah
praktikum dan dilaksanakan sesara berurutan.
7. Saat memasang atau melepas IC pada socket lebih berhati-hati karena IC sangat rawan
rusak karena kaki-kaki nya yg sangat tipis.
DAFTAR PUSTAKA

Subandono.2015.Komponen Elektronika 1.Semarang:Politeknik Negeri Semarang

Heranudin.2008.Rancang Bangun Sistem Keamanan Ruangan Menggunakan Radio


Frequency Identifikasi (RFID) Berbasis Mikrokontroler
AT89C51[SKRIPSI].Depok:Universitas Indonesia

Kristalina, Prima.http://prima.lecturer.pens.ac.id/ElkaDigit2/Topik2.pdf

Hodkinson, G.L.1979.Technician Electrical Principles 2.London:Cassel

http://bagi-ilmu-elektronika.blogspot.com/2015/05/Karakteristik-dan-cara-kerja-
transistor-sebagai-swicth.html
LAMPIRAN

1. Gambar Skematik Rangkaian


2. Tata Letak Komponen dan Layout PCB
3. Datasheet Transistor BD139
4. Datasheet IC NE555
5. Datasheet IC 7474

Anda mungkin juga menyukai