BENGKEL ELEKTRONIKA II
“SAKLAR SENTUH”
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bengkel Elektronika II
Disusun Oleh :
Dony Setiawan
3.32.18.1.08
Kelas EK-1B
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Setelah melaksanakan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mengetahui karakter, cara kerja, dan fungsi dari setiap komponen rangkaian pengontrol
temperatur sehingga dapat mengaplikasikannya dalam bentuk sebuah rangkaian.
2. Mengetahui dan memahami sistem dan cara kerja rangkaian pengontrol temperatur.
3. Mengetahui bagaimana cara membuat rangkaian pengontrol temperatur.
4. Dapat melakukan troubleshooting ketika rangkaian tidak bekerja sebagaimana mestinya.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Komponen
Untuk pembuatan rangkaian universal alarm, maka dibutuhkan komponen sebagai kebutuhan
pokok dalam rangkaian. Komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut.
2.1.1 IC-NE 555
Pada rangkaian ini IC 555 difungsikan sebagai Monostable multivibrator. Monostable
sendiri berasal dari kata mono yang berarti satu dan stable yang berarti stabil. Mengapa
dinamakan demikian karena sifat dari rangkaian ini IC 555 berfungsi menghasilkan satu
keadaan mantap (one-shot) pada outputnya (standby kondisi low dan high selama selang
waktu tertentu setelah dipicu). sifat ini dapat dimanfaatkan sebagai saklar sentuh, atau pada
rangkaian ini difungsikan sebagai pemicu kepada komponen selanjutnya.
Pada rangkaian monostable ini IC 555 memerlukan trigger/picu pada kaki no. 2 yaitu
kaki TRIG, untuk memberi picu ada beberapa cara, pada rangkaian ini cara yang digunakan
adalah dengan menggunakan plat sentuh.
2.1.2 D Flip-Flop
Data flip-flop merupakan pengembangan dari RS flip-flop, pada D flip-flop kondisi
output terlarang (tidak tentu) tidak lagi terjadi. Data flip-flop merupakan dasar dari
rangkaian utama sebuah memori penyimpan data digital. Input atau masukan pada RS flip-
flop adalah 2 buah yaitu R (reset) dan S (set), kedua input tersebut dimodifikasi sehingga
pada Data flip-flop menjadi 1 buah input saja yaitu input atau masukan D (data) saja. Model
modifikasi RS flip-flop menjadi D flip-flop adalah dengan penambahan gerbang NOT
(Inverter) dari input S ke input R pada RS flip-flop seperti telihat pada gambar dasar D flip-
flop berikut.
2.1.4 Transistor
Rangkaian switch dengan transistor banyak digunakan sebagai pengontrol relay, motor,
selenoid dan lampu atau sebagai driver input-output pada rangkaian IC digital (TTL). Cara
kerja transistor sebagai saklar berada pada 2 keadaan yaitu; kondisi Saturasi (switch ON)
dan kondisi Cut-Off (switch OFF), dapat perhatikan gambar grafik dibawah ini:
Gambar 2.5 Kurva karakteristik transistor
Kaki basis harus lebih positif dari emiter untuk transistor jenis NPN, dan untuk transistor
tipe PNP arus basis harus lebih negatif dari kolektor.
2.1.5 Kapasitor
A. PENGISIAN KAPASITOR
Pada saat pengisian kapasitor diperlukan sebuah sumber tegangan konstan (Vin) yang
digunakan untuk menyuplai muatan ke kapasitor dan sebuah resistor yang digunakan untuk
mengatur konstanta waktu pengisian (τ) serta membatasi arus pengisian.
Apabila sebelum pengisian tidak terdapat adanya tegangan awal pada kapasitor,
Vc(0)=0V, maka persamaan diatas menjadi :
Apabila digambarkan dalam grafik maka tegangan dan arus pada pengisian kapasitor
akan membentuk grafik eksponensial seperti berikut.
Berdasarkan rumus pengisian kapasitor untuk tegangan, bisa didapat pula hubungan
antara waktu pengisian terhadap persentase tegangan pada kapasitor yang dinyatakan
dalam tabel berikut
t Vc
0 0
0,7RC 50%
RC 63%
2RC 86,5%
3RC 95%
4RC 98,2%
5RC 99%
B. PENGOSONGAN KAPASITOR
Saat kapasitor sudah terisi oleh sebagian atau penuh muatan listrik maka kapasitor
tersebut dapat dikosongkan dengan cara menghubungkan saklar (S) pada ground.
Akibatnya tegangan kapasitor dan arus akan berkurang secara eksponensial sampai nol.
Apabila digambarkan dalam grafik maka tegangan dan arus pada pengosongan
kapasitor akan membentuk grafik eksponensial seperti berikut.
Untuk tabel hubungan antara waktu pengosongan terhadap persentase tegangan pada
kapasitor dinyatakan dalam tabel berikut.
t Vc
0 99%
RC 37%
2RC 14%
3RC 5%
4RC 2%
5RC 1%
BAB 3
PERANCANGAN DAN ASSEMBLY
3.1 Gambar Rangkaian
Gambar 4.3 Sentuh Pertama Kondisi Nyala Gambar 4.4 Sentuh Pertama Kondisi Padam
BAB V
ANALISA DATA
1. Kondisi Awal
Saat pertama dijalankan input trigger akan langsung teraliri arus listrik yang mengalir
melalui resistor R2. Kapasitor C2 yang terhubung ke Vcc threshold dan discharge akan
terisi.
2. Trigger/ Sentuhan Pertama
Ketika plat disentuh, maka tegangan pada input trigger akan turun dan mimicu ic 555
untuk mengosongkan kapasitor C2. Selama proses pengisian kapasitor C2, output ic 555
yaitu pin 3 akan menghasilkan output sampai kapasitor terisi penuh. Output ic 555 akan
diteruskan keada d flip-flop sebagai clock, sehingga memicu pergantian kondisi pada
output dari sebelumya rendah ke tinggi maupun kondisi sebaliknya yaitu kondisi rendah
ke tinggi, dan menahannya hingga clock selanjutnya masuk.
3. Trigger/ Sentuhan Kedua
Saat plat disentuh untuk kedua kalinya maka hal yang sama akan terjadi pada ic 555
yang sebagai monostable multivibrator. Input clock dari monostable multivibrator ic 555
akan membalikkan kondisi di output dan dikuatkan oleh transistor.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Monostable multivibrator berfungsi menghasilkan suatu keadaan atau pulsa pada
outputnya, dengan lebar pulsa berdasarkan dengan pengisian kapasitor yang
dihubungkan dengan threshold dan discharge.
2. Secara ringkas cara kerja dari D Flip-Flop pada rangkaian ini adalah meneruskan
kondisi atau data pada input D menuju Q disaat clock aktif
3. Cara kerja rangkaian ini seperti saklar on-off sekaligus secara bergantian.
6.2 Saran
1. Pahami skema rangkaian dengan benar sebelum melakukan praktikum.
2. Sebelum memulai praktikum, sebaiknya disesuaikan dengan prosedur dan K3.
3. Buatlah layout komponen sesuai dengan dimensi ukuran komponen sebenarnya, dan
sesuai dengan aturan pembuatan layout pcb, misalnya percabangan/belokan jalur layout
dihindari membentuk sudut 90 derajat atau kurang dari itu.
4. Periksa kembali jalur pengawatan rangkaian pada PCB sebelum proses pelarutan.
5. Sebaiknya saat melakukan penyolderan tiap-tiap komponen dilakukan dengan hati- hati
, karena komponen akan mudah rusak jika terkena solder yg terlalu panas. (terutama
transistor dan IC )
6. Saat akan melakukan uji coba sebaiknya dipahami terlebih dahulu langkah-langkah
praktikum dan dilaksanakan sesara berurutan.
7. Saat memasang atau melepas IC pada socket lebih berhati-hati karena IC sangat rawan
rusak karena kaki-kaki nya yg sangat tipis.
DAFTAR PUSTAKA
Kristalina, Prima.http://prima.lecturer.pens.ac.id/ElkaDigit2/Topik2.pdf
http://bagi-ilmu-elektronika.blogspot.com/2015/05/Karakteristik-dan-cara-kerja-
transistor-sebagai-swicth.html
LAMPIRAN