Anda di halaman 1dari 13

Laporan Praktikum 15

A. Judul
Multivibrator

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat membentuk rangkaian Multivibrator menggunakan IC Timer
555.
2. Mahasiswa memahami prinsip kerja dari rangkaian Multivibrator.
3. Mahasiswa dapat menganalisis cara kerja dari rangkaian Multivibrator Astabil
dan Monostabil.

C. Alat dan Bahan


1. Papan percobaan
2. Catu daya DC
3. Kabel penghubung (jumper)
4. Osciloskop
5. Resistor 10kΩ, 4.7kΩ, 2kΩ, 1MΩ, 330Ω 1 buah
6. Kapasitor 100µF, 1µF, 0,01µF 1 buah
7. IC 555
8. Led merah 1 buah

D. Kajian Teoritis

Multivibrator

Dalam dunia elektronik banyak proses yang pada prinsipnya sekedar


memutus atau menghubungkan suatu rangkaian listrik (proses pensaklaran).
Proses tersebut harus memenuhi syarat tertentu, yakni cepat (tidak timbul
getaran) dan tidak menimbulkan percikan bunga api listrik. Saklar mekanik atau
manual tidak dapat memenuhi persyaratan tersebut. Karena saklar mekanik
memiliki kelembaman yang relatif besar dan kecepatannya terbatas. Selain itu,
saklar mekanik juga menimbulkan percikan bunga api listrik yang dapat
membakar bahan yang bersinggungan. Proses pemsaklaran tersebut dapat kita

1
jumpai pada sistem pewaktu agar suatu rangkaian dapat bekerja ataupun tidak
bekerja dalam selang waktu tertentu. Misalkan rangkaian pewaktu untuk
membuat agar sebuah relay dapat tertutup atau terputus dalam selang waktu
tertentu. Juga sering kita dapat memodulasi lebar pulsa dan untuk penundaan
waktu (time delay).

Rangkaian elektronik yang mempunyai kemampuan untuk membuat waktu


tunda atau lebar pulsa tertentu ini lebih jauh akan dipelajari dalam multivibrator
monostabil. Multivibrator sebenarnya merupakan rangkaian elektronik yang
menghasilkan gelombang kotak, atau gelombang lain yang bukan sinusoida
seperti gelobang segi empat dan gelombang gigi gergaji. Nama multivibrator
diturunkan dari kenyataan bahwa gelombang kotak terdiri dari sejumlah besar
gelombang sinusoida dengan frekuensi yang berbeda-beda (berdasarkan
analisis deret fourier).
Selain flip-flop dan monostabil, ada jenis multivibrator lain yang akan
kita pelajari yaitu multivibrator astabil dan picu Schmitt. Keduanya sering
berperan sebagai osilator yang menghasilkan pulsa kotak (square). Pulsa kotak
yang stabil dengan frekuensi tertentu dalam elektronika digital lebih dikenal
sebagai detak (clock). Detak ini penting, bahkan sangat penting, dalam operasi
suatu piranti elektronika digital seperti komputer dan kalkulator.
Selanjutnya kita akan mempelajari beberapa rangkaian multivibrator.
Meskipun flip-flop merupakan dasar dari monostabil, astabil dan picu Schmitt
tetapi akan kita pelajari lebih akhir. Hal ini disebabkan karena banyaknya jenis
flip-flop sehingga memerlukan tempat yang lebih banyak pula.
1. Multivibrator Monostabil
Sesuai dengan namanya, rangkaian multivibrator monostabil mempunyai
keluaran dengan satu keadaan stabil (mantap). Rangkaian tersebut tetap dalam
keadaan stabilnya sampai ada pemicu. Sekali dipicu, keluarannya berubah dari
keadaan stabilnya tadi ke keadaan tak stabil (keadaan baru). Keadaan tak stabil
itu bertahan selama waktu tertentu dan setelah itu dengan sendirinya kembali ke
keadaan stabilnya lagi. Ternyata monostabil merupakan rangkaian yang penting,
bahkan terlalu penting, untuk membangkitkan pulsa yang dapat diatur polaritas

2
dan lebarnya pada amplitudo tetap. Sebuatan lain untuk monostabil adalah
eka- mantap, one-shot, atau monoflop. Monostabil dapat dibuat dengan
berbagai cara, namun pada kesempatan ini kita akan membahas monostabil yang
menggunakan gerbang logika NAND yang dilengkapi dengan resistor dan
kapasitor sebagai komponen pewaktunya. Ada 2 jenis monostabil, yaitu
monostabil terpicu positif dan monostabil terpicu negatif. Perhatikan Gambar
berikut.

Gambar 1.1 Rangkaian monostabil terpicu positif

Anggaplah mula-mula masukan pemicu T = 0, keluaran Q = 1, dan


keluaran Q = 0. Perhatikan keluaran dari NAND-2 dalam keadaan 1 sehingga K
= 1. Pada saat masukan T berubah dari 0 ke 1 (terpicu positif) tentu saja kedua
masukan NAND-1 ada pada keadaan 1, sehingga Q berubah dari 1́ ke 0.
Tetapi begitu T berubah dari 0 ke 1, maka keluaran dari NAND-2 juga berubah
menjadi 0. Muatan pada kapasitor C yang mula-mula memberikan K = 1 sedikit
demi sedikit dilucuti (dikosongkan) melalui resistor R sehingga tegangan pada K
turun menuju 0. Perubahan K dari 1 ke 0 ini akan melewati twgangan
ambang yang akan menyebabkan K dianggap 0. Pada saat ini keluaran NAND-
1, yaitu Q , akan kembali ke keadaan 1 lagi (keadaan sebelum dipicu). Lama
pulsa t (keadaan tak stabil) di Q tersebut tergantung pada resistansi R dan
kapasitansi C yang terpasang. Secara umum berlaku :
t=R . C
Karena NAND-3 berperan sebagai NOT, maka antara Q́ dan Q saling
komplemen, artinya jika Q́ = 1 maka Q = 0, dan sebaliknya jika Q́ = 0 maka Q =
1. Kelemahan dari monostabil terpicu positif adalah adanya syarat agar pulsa
pemicu di T harus lebih lama dari pada pulsa keluaran di Q . Hal ini diakibatkan
oleh adanya hubungan langsung T dengan salah satu masukan NAND-1

3
yang menyebabkan jika T = 0 maka Q́ = 1. Sehingga jika T berubah ke 0 lagi
sebelum pulsa pemicu T mencapai tegangan ambang maka lebar pulsa
keluaran Q́ tidak tepat sama dengan R.C dan tentu saja harga t (lama tak
stabil) pasti kurang dari pada R.C. Jenis lain dari monostabil adalah yang
terpicu negatif (dipicu dari 1 ke 0). Cara menyusunnya antara lain dengan
menambahkan NAND-4 seperti terlihat pada Gambar di bawah ini.

Gambar 1.2 Rangkaian monostabil terpicu negatif Menggunakan gerbang logika NAND

4
Mula-mula T = 1 dan Q́ = 1, keadaan ini adalah stabil. Jika T berubah

dari 1 ke 0 maka keluaran NAND-4 dalam keadaan 1 (A = 1). Karena masukan


NAND-1 keduanya dalam keadaan 1 maka Q́ = 0. Selanjutnya, tegangan di titik
B semaki lama semakin turun akibat lucutan muatan pada C melalui R.
Sehingga pada saat melewati tegangan ambang membuat Q́ = 1 kembali

semula. Dengan demikian keluaran Q́ menjadi tidak tergantung pada


perubahan masukan T dari 0 ke 1, oleh karenanya benar-benar berlaku
bahwa lama keadaan tak stabilnya adalah t = R.C. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan bentuk pulsa monostabil terpicu positif dan terpicu negatif pada
Gambar berikut.

Gambar 1.3 Bentuk pulsa pada monostabi (a) terpicu Positif dan (b) terpicu negatif.

Masih banyak cara untuk menyusun monostabil dari gerbang logika lain,
seperti NOT ataupun NOR, bahkan dengan NAND dengan konfigurasi yang
berbeda- beda. Pada Gambar 8.4 tampak rangkaian monostabil dari gerbang
NAND dengan konfigurasi yang berbeda dari sebelumnya. Misalkan mula-mula
Q́ adalah stabil dalam keadaan 1. Ketika pulsa sempit 0 dikenakan pada
masukan A, maka keluaran NAND-1 menjadi 1 dan melalui C 2 membuat kedua
masukan NAND-2 dalam keadaan 1. Hal ini menghasilkam keluaran

5
pada NAND-2 menjadi 0 yang menjamin keluaran NAND-1 tetap 1
meskipun pulsa masukan telah berakhir. Sekarang C2 membuang muatan lewat
R2 dan dengan demikian kedua masukan NAND-2 menjadi 0. Keadaan ini
membuat keluaran NAND-2 menjadi 1 dan keluaran NAND-1 menjadi 0.
Akhirnya, rangkaian tersebut mencapai keadaan stabilnya lagi dengan masukan
NAND-1 dalam keadaan 1 dan keluaran NAND-2 juga 1. Lama monostabil
tersebut dalam keadaan tidak stabil ditentukan oleh nilai R2 dan C2 .

Gambar 1.4 Monostabil digital yang tersusun dari gerbang NAND

Contoh berikutnya adalah monostabil digital yang tersusun


dari gerbang logika NOR, dan salah satu konfigurasinya dapat
diperhatikan pada Gambar berikut.

Gambar 1.5 Monostabil digital yang tersusun dari gerbang NOR.

Keadaan stabil dari monostabil pada gambar di atas adalah Q = 0 dan A =


0. Selanjutnya, cobalah untuk menjelaskan cara kerja rangkaian tersebut dengan
memberikan pemicu singkat dengan transisi dari 0 ke 1 (pemicu positif).

6
2. Multivibrator Astabil

Multivibrator astabil merupakan suatu rangkaian yang keadaan pada


keluarannya tidak dapat stabil pada satu keadaan, tetapi berubah secara terus-
menerus dari keadaan 0 ke keadaan 1 berulang secara bergantian. Astabil biasa
digunakan sebagai osilator yang menghasilkan gelombang kotak (square).
Masalah yang biasa dihadapi adalah menyangkut kestabilan frekuensi keluaran
astabil. Astabil banyak digunakan dalam rangkaian digital untuk
membangkitkan rentetan gelombang kotak untuk keperluan pendetakan
(clock). Rangkaian digital seperti pencacah, register, dan lain-lain mutlak
memerlukan gelombang kotak yang dapat diandalkan.
Ada banyak cara untuk menyusun rangkaian astabil dengan gerbang
logika. Sebagai contoh pada Gambar di bawah ini disajikan rangkaian astabil
dari gerbang logika NAND yang dilengkapi dengan resistor R dan kapasitor
C sebagai penentu frekuensi.

Gambar 1.6 Rangkaian multivibrator astabil menggunakan gerbang NAND

Mula-mula masukan NAND-1 yaitu titik A = 0, maka titik B = 1 dan


titik D = 0. Oleh karena B = 1 dan dan A = 0 maka tegangan B lebih tinggi dari
pada A dan arus mengalir dari B ke A melalui R. Akibatnya kapasitor C aakan
terisi dan tegangannya naik sedikit demi sedikit hingga menuju 1. Pada saat A =
1, maka B berubah dari 1 ke 0. Keadaan sekarang menjadi terbalik dari
sebelumnya. Karena B = 0 dan A = 1, maka arus mengalir dari A ke B melalui
R sedemikian hingga tegangan A turun sedikit demi sedikit. Ketika A = 0 maka

7
B berubah dari 0 ke 1 lagi. Demikian seterusnya, peristiwa tersebut terjadi

secara berulang sehingga timbul osilasi. Gerbang NAND-3 dan NAND-4


berfungsi sebagai pembentuk gelombang kotak. Bentuk gelombang dari
rangkaian astabil tersebut dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 1.7 Bentuk gelombang astabil pada Gambar 8.6.

Antara 0 dan t tegangan titik A naik secara eksponensial yang berarti kapasitor C
terisi dan arus mengalir dari B ke A melalui R. Antara t dan t tegangan A turun
yang berarti arus mengalir dari A ke B atau kapasitor C dikosongkan. Astabil
yang menggunakan gerbang logika NAND pada gambar di atas bukanlah satu-
satunya konfigurasi.
Selain dengan gerbang NAND, multivibrator astabil digital juga dapat
disusun dari gerbang logika NOT atau NOR. Pada Gambar di bawah ini dapat
dilihat astabil yang tersusun dari gerbang logika NOR.

Gambar 1.8 Rangkaian astabil dengan gerbang NOR.

Cobalah untuk menjelaskan cara kerja astabil pada gambar di atas

8
dengan mengingat bahwa pengisian dan pengosongan muatan pada
kapasitor C melalui resistor R. Kedua komponen tersebut, yakni C dan R,
dihubungkan dengan keluaran astabil.

3. Picu Schmitt (Schmitt Trigger)

Picu Schmitt sebenarnya merupakan rangkaian bistabil (flip-flop) yang


keadaan keluarannya dikendalikan melalui tingkat tegangan pada masukannya.
Picu Schmitt sering digunakan untuk mengubah masukan gelombang sinus
menjadi gelombang kotak. Gelombang kotak tersebut dapat menyediakan pulsa
pemicu yang tajam untuk mengendalikan rangkaian lain. Picu Schmitt sangat
baik untuk pembentukan kembali pulsa-pulsa yang cacat pada tepi tepinya, atau
dengan kata lain picu Schmitt sangat handal untuk penghapusan desah (noise)
yang menumpang pada suatu isyarat.
Rangkaian picu Schmitt dapat dibuat dengan menggunakan gerbang
logika NAND 3 masukan sejumlah 3 buah, dan 2 di antara 3 tersbut dirangkai
untuk membuat bistabil. Rangkaian picu Schmitt seutuhnya dapat diperhatikan
pada Gambar berikut.

Gambar 1.9 Rangkaian picu Schmitt dengan gerbang NAND 3 masukan

Suatu bentuk rangkaian astabil yang sederhana dapat dibuat dengan


menggunakan picu Schmitt. Sebagai contoh astabil dari picu Schmitt 7413 dapat
dilihat pada Gambar berikut.

9
Gambar 1.10 Astabil dengan picu Schmitt 7413.

Jika masukan NAND-1 yaitu A = 0, maka titik B = 1 dan arus akan


mengalir dari B ke A melalui R. Akibatnya keadaan A menjadi naik menuju
1. Jika A = 1, maka B akan berubah dari 1 ke 0 dan arus mengalir dari A ke B
melalui R. Demikian seterusnya proses tersebut terjadi secara berulang-ulang.
Jika diperhatikan dengan seksama, keadaan Q selalu berkebalikan dengan
keadaan B, artinya jika B = 0 maka Q = 1 dan jika B = 1 maka Q = 0. Ternyata
frekuensi keluaran astabil yang tersusun dari picu Schmitt dapat diandalkan
kestabilannya.
Picu Schmitt bersifat sebagai komparator yang memiliki dua tingkat
tegangan pada masukannya. Bila tingkat tegangan itu dilampaui oleh suatu
isyarat masukan maka keluarannya akan mengalami perubahan keadaan. Untuk
lebih jelasnya perhatikan Gambar berikut.

Gambar 1.11 Hubungan antara isyarat masukan dan keluaran pada picu Schmitt.

V adalah tegangan ambang atas dan V menyatakan tegangan ambang


bawah. Jika tegangan masukan V > V maka keadaan keluarannya akan
tinggi, dan jika V < V maka keadaan keluarannya menjadi rendah. Karena
ambang atas dan bawah tidak sama mengakibatkan picu Schmitt memiliki
histerisis. Kurva histerisisnya tampak pada Gambar di bawai ini.

10
Gambar 1.12 Kurva histerisis pada picu Schmitt.

Histerisis inilah yang menjadi ciri khas picu Schmitt, yaitu bahwa
rangkaian tidak segera menyambung balik sesudah isyarat masukan turun
tepat di bawah suatu tegangan ambang (atas) tetapi pada tingkat tegangan
yang jauh lebih rendah (pada ambang bawah). Lambang picu Schmitt
dengan histerisis sebagai ciri khasnya tampak pada Gambar di bawah ini.

Gambar 1.13 Lambang picu Schmitt.

Cara lain untuk membangun rangkaian picu Schmitt adalah


menggunakan suatu penyangga (buffer) seperti CD-4050 dengan
memasang balikan positif seperti tampak pada Gambar berikut ini

Gambar1.14 (a). Picu Schmitt menggunakan penyangga (b). Kurva Histerisisnya.

E. Prosedur Praktik
a. Multivibrator Astabil

11
1. Buatlah rangkaian seperti gambar. Dengan nilai R1 = 4,7kΩ dan R2 =
10kΩ dan C = 100µF

2. Hubungkan bagian output ke osiloskop dan lihatlah sinyal yang


dihasilkan.
3. Berdasarkan sinyal di osiloskop hitunglah frekuensi yang dihasilkan.
4. Gantilah nilai R2 menjadi 2kΩ dan ulanglah ke-2 dan ke-3.
b. Multivibrator Monostabil
1. Hubungkanlah IC 555 dengan nilai R = 1MΩ dan C = 1µF seperti paa
gambar.

2. Hubungknalah output dengan sebuah led yang diseri dengan R 330Ω.


3. Berilah masukan dengan sebuah trigger negative dan lihatlah sinyal
keluaran pada osiloskop.
c. Aplikasi Multivibrator (Pembangkit Gelombang Segitiga)
1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar.

2. Analisa sinyal output dengan osiloskop, amati bentuk gelombang.


3. Atur R1 sampai menyediakan sinyal frekuensi sampai 10Khz, hingga
bentuk gelombang menyerupai sinyal segitiga.
F. Hasil Praktikum

G. Analisa
1. Simulasi

H. Pembahasan

I. Kesimpulan

12
REFERENSI

[1] Sumarna, “Percobaan 10 MULTIVIBRATOR,” Yogyakarta :


FMIPA UNY, 2007.

[2] Admin, “Astabil Multivibrator,” ELEKTRONIKA DASAR, 1 maret


2019, [online]. Tersedia : HTTPS://ELEKTRONIKA-DASAR.WEB.ID/ASTABIL-

MULTIVIBRATOR/ [Diakses pada 10 Maret 2020].

13

Anda mungkin juga menyukai