A. Judul
Pulser
B. Tujuan
1. Memahami cara kerja pulser
2. Merakit sebuah pulser
D. Kajian Teoritis
Multivibrator
1
Rangkaian elektronik yang mempunyai kemampuan untuk membuat waktu
tunda atau lebar pulsa tertentu ini lebih jauh akan dipelajari dalam multivibrator
monostabil. Multivibrator sebenarnya merupakan rangkaian elektronik yang
menghasilkan gelombang kotak, atau gelombang lain yang bukan sinusoida
seperti gelobang segi empat dan gelombang gigi gergaji. Nama multivibrator
diturunkan dari kenyataan bahwa gelombang kotak terdiri dari sejumlah besar
gelombang sinusoida dengan frekuensi yang berbeda-beda (berdasarkan
analisis deret fourier).
Selain flip-flop dan monostabil, ada jenis multivibrator lain yang akan
kita pelajari yaitu multivibrator astabil dan picu Schmitt. Keduanya sering
berperan sebagai osilator yang menghasilkan pulsa kotak (square). Pulsa kotak
yang stabil dengan frekuensi tertentu dalam elektronika digital lebih dikenal
sebagai detak (clock). Detak ini penting, bahkan sangat penting, dalam operasi
suatu piranti elektronika digital seperti komputer dan kalkulator.
Selanjutnya kita akan mempelajari beberapa rangkaian multivibrator.
Meskipun flip-flop merupakan dasar dari monostabil, astabil dan picu Schmitt
tetapi akan kita pelajari lebih akhir. Hal ini disebabkan karena banyaknya jenis
flip-flop sehingga memerlukan tempat yang lebih banyak pula.
1. Multivibrator Monostabil
Sesuai dengan namanya, rangkaian multivibrator monostabil mempunyai
keluaran dengan satu keadaan stabil (mantap). Rangkaian tersebut tetap dalam
keadaan stabilnya sampai ada pemicu. Sekali dipicu, keluarannya berubah dari
keadaan stabilnya tadi ke keadaan tak stabil (keadaan baru). Keadaan tak stabil
itu bertahan selama waktu tertentu dan setelah itu dengan sendirinya kembali ke
keadaan stabilnya lagi. Ternyata monostabil merupakan rangkaian yang penting,
bahkan terlalu penting, untuk membangkitkan pulsa yang dapat diatur polaritas
dan lebarnya pada amplitudo tetap. Sebuatan lain untuk monostabil adalah
eka- mantap, one-shot, atau monoflop. Monostabil dapat dibuat dengan
berbagai cara, namun pada kesempatan ini kita akan membahas monostabil yang
menggunakan gerbang logika NAND yang dilengkapi dengan resistor dan
kapasitor sebagai komponen pewaktunya. Ada 2 jenis monostabil, yaitu
2
monostabil terpicu positif dan monostabil terpicu negatif. Perhatikan Gambar
berikut.
3
menambahkan NAND-4 seperti terlihat pada Gambar di bawah ini.
4
Gambar 1.2 Rangkaian monostabil terpicu negatif Menggunakan gerbang logika NAND
Gambar berikut.
Gambar 1.3 Bentuk pulsa pada monostabi (a) terpicu Positif dan (b) terpicu negatif.
5
Masih banyak cara untuk menyusun monostabil dari gerbang logika lain,
seperti NOT ataupun NOR, bahkan dengan NAND dengan konfigurasi yang
berbeda- beda. Pada Gambar 8.4 tampak rangkaian monostabil dari gerbang
NAND dengan konfigurasi yang berbeda dari sebelumnya. Misalkan mula-mula
Q́ adalah stabil dalam keadaan 1. Ketika pulsa sempit 0 dikenakan pada
masukan A, maka keluaran NAND-1 menjadi 1 dan melalui C 2 membuat kedua
masukan NAND-2 dalam keadaan 1. Hal ini menghasilkam keluaran
pada NAND-2 menjadi 0 yang menjamin keluaran NAND-1 tetap 1
meskipun pulsa masukan telah berakhir. Sekarang C2 membuang muatan lewat
R2 dan dengan demikian kedua masukan NAND-2 menjadi 0. Keadaan ini
membuat keluaran NAND-2 menjadi 1 dan keluaran NAND-1 menjadi 0.
Akhirnya, rangkaian tersebut mencapai keadaan stabilnya lagi dengan masukan
NAND-1 dalam keadaan 1 dan keluaran NAND-2 juga 1. Lama monostabil
tersebut dalam keadaan tidak stabil ditentukan oleh nilai R2 dan C2 .
6
Gambar 1.5 Monostabil digital yang tersusun dari gerbang NOR.
2. Multivibrator Astabil
7
Gambar 1.6 Rangkaian multivibrator astabil menggunakan gerbang NAND
8
Antara 0 dan t tegangan titik A naik secara eksponensial yang berarti kapasitor C
terisi dan arus mengalir dari B ke A melalui R. Antara t dan t tegangan A turun
yang berarti arus mengalir dari A ke B atau kapasitor C dikosongkan. Astabil
yang menggunakan gerbang logika NAND pada gambar di atas bukanlah satu-
satunya konfigurasi.
Selain dengan gerbang NAND, multivibrator astabil digital juga dapat
disusun dari gerbang logika NOT atau NOR. Pada Gambar di bawah ini dapat
dilihat astabil yang tersusun dari gerbang logika NOR.
9
Rangkaian picu Schmitt dapat dibuat dengan menggunakan gerbang
logika NAND 3 masukan sejumlah 3 buah, dan 2 di antara 3 tersbut dirangkai
untuk membuat bistabil. Rangkaian picu Schmitt seutuhnya dapat diperhatikan
pada Gambar berikut.
10
artinya jika B = 0 maka Q = 1 dan jika B = 1 maka Q = 0. Ternyata frekuensi
keluaran astabil yang tersusun dari picu Schmitt dapat diandalkan kestabilannya.
Picu Schmitt bersifat sebagai komparator yang memiliki dua tingkat
tegangan pada masukannya. Bila tingkat tegangan itu dilampaui oleh suatu
isyarat masukan maka keluarannya akan mengalami perubahan keadaan. Untuk
lebih jelasnya perhatikan Gambar berikut.
Gambar 1.11 Hubungan antara isyarat masukan dan keluaran pada picu Schmitt.
11
Gambar 1.12 Kurva histerisis pada picu Schmitt.
Histerisis inilah yang menjadi ciri khas picu Schmitt, yaitu bahwa
rangkaian tidak segera menyambung balik sesudah isyarat masukan turun tepat di
bawah suatu tegangan ambang (atas) tetapi pada tingkat tegangan yang jauh
lebih rendah (pada ambang bawah). Lambang picu Schmitt dengan histerisis
sebagai ciri khasnya tampak pada Gambar di bawah ini.
12
E. Prosedur Praktik
F. Hasil Praktikum
Kapasitor Resistor Frekuensi Periode
1 µF 1 MΩ 0.565 Hz 1,76 s
1 µF 100 KΩ 5.85 Hz 0,17 s
1 µF 47 KΩ 12.50 Hz 0,08 s
1 µF 27 KΩ 20.84 Hz 0,047 s
Table 1.1 hasil praktikum
Gambar
Kapasitor Resistor Frekuensi
Rangkaian Avometer
1 µF 1 MΩ 0.565 Hz
1 µF 100 KΩ 5.85 Hz
13
1 µF 47 KΩ 12.50 Hz
1 µF 27 KΩ 20.84 Hz
14
frekuensi yang berbeda hasil perhitungan dengan rumus sebagai
berikut
Saat R=1 MΩ dapat diketahui perioda dengan perhitungan :
T =2,2 × R ×C
T =2,2 ×106 ×10−6
T =2,2 s
Saat R=1 MΩ dapat diketahui ferkuensi dengan perhitungan :
1
f=
2,2× R× C
1
f=
2,2× 106 × 10−6
f =0,45 Hz
Saat R=100 KΩ dapat diketahui perioda dengan perhitungan :
T =2,2 × R ×C
T =2,2 ×105 ×10−6
T =0,22 s
Saat R=100 KΩ dapat diketahui ferkuensi dengan perhitungan
1
f=
2,2× R× C
1
f=
2,2× 105 × 10−6
f =4,54 Hz
Saat R=47 KΩ dapat diketahui perioda dengan perhitungan :
T =2,2 × R ×C
T =2,2 ×47 × 103 × 10−6
T =0,103 s
Saat R=47 KΩ dapat diketahui ferkuensi dengan perhitungan :
1
f=
2,2× R× C
1
f=
2,2× 47 ×10 3 ×10−6
f =9,67 Hz
Saat R=27 KΩ dapat diketahui perioda dengan perhitungan :
T =2,2 × R ×C
15
T =2,2 ×27 ×10 3 ×10−6
T =0,059 s
Saat R=27 KΩ dapat diketahui ferkuensi dengan perhitungan :
1
f=
2,2× R× C
1
f=
2,2× 27 ×103 ×10−6
f =16,83 Hz
2. Simulasi
Kapasitor Resistor Frekuensi Periode
1 µF 1 MΩ - -
1 µF 100 KΩ - -
1 µF 47 KΩ - -
1 µF 27 KΩ - -
1 µF 1 MΩ
1 µF 100 KΩ
1 µF 47 KΩ
1 µF 27 KΩ
16
a) Simulasi rangkaian ini dilakukan dengan menggunakan software
Multisim 14.0 dan Proteus 8, rangkaian disusun sesuai jobsheet sebagai
berikut :
17
contohnya seperti rangkaian pencacah biner. Pada rangkaian ini digunakan IC
7400 yang merupakan gerbang NAND yang digunakan 2 gerbang dengan
dibuat setiap inputnya dihubungkan paralel sehingga berfungsi sebagai
gerbang NOT.
Nilai C pada kapasitor dibuat tetap dan nilai R diubah-ubah untuk
mendapatkan nilai frekuensi yang berbeda. Sebagai pembanding nilai resistor
diubah-ubah untuk mendapatkan frekuensi yang berbeda untuk praktikum,
perhitungan, dan simulasi sebagai berikut
Frekuensi (Hz) Periode (s)
Kapasitor Resistor Prakti Perhitunga Prakti Perhitunga
Simulasi Simulasi
k n k n
1 µF 1 MΩ 0.565 0,45 - 1,76 2,2 -
1 µF 100 KΩ 5.85 4,54 - 0,17 0,22 -
1 µF 47 KΩ 12.50 9,67 - 0,08 0,103 -
1 µF 27 KΩ 20.84 16,83 - 0,047 0,059 -
Table 1.6 perbandingan hasil praktikum
Berdasarkan tabel perbandingan diatas terdapat selisih (Δ) untuk hasil
percobaan praktikum dan perhitungan, bersarnya selisih semakin besar saat
frekuensi juga semakin besar, karena banyaknya pengulangan clock maka akan
semakin besar akumulasi selisih dari setiap clock nya. Selisih yang terjadi
diakibatkan oleh kondisi sistem yang tidak ideal dan nilai toleransi yang ada
dari tiap-tiap komponen seperti resistor dan kapasitor, selain itu selisih hasil
pengukuran frekuensi juga diakibatkan oleh nilai toleransi pada alat ukur yang
digunakan yakni multimeter.
1) Kondisi R=1 MΩ
a) Pada kondisi kapasitor tetap C=1 µF dan resistor R=1 MΩ frekuensi
terukur pada multimeter yaitu f =0,565 Hz dan didapatkan frekuensi
berdasarkan perhitungan yaitu f =0,45 Hz. Untuk hasil simulasi
terjadi error sehingga tidak didapatkan nilai frekuensi.
1
b) Periode didapatkan dengan menggunakan persamaan ¿ , dengan
f
demikian periode pada hasil praktikum yaitu T =1,76 s sedangkan
periode pada hasil perhitungan yaitu T =2,2 s. Untuk hasil simulasi
terjadi error sehingga tidak didapatkan nilai periode.
18
c) Selisih yang terjadi untuk R=1 M Ω masih tergolong kecil karena
banyaknya pulsa clock relatif lebih rendah sehingga tidak
mempengaruhi output frekuensi secara signifikan.
2) Kondisi R=100 KΩ
a) Pada kondisi kapasitor tetap C=1 µF dan resistor R=100 KΩ
frekuensi terukur pada multimeter yaitu f =5,85 Hz dan didapatkan
frekuensi berdasarkan perhitungan yaitu f =4,54 Hz. Untuk hasil
simulasi terjadi error sehingga tidak didapatkan nilai frekuensi.
1
b) Periode didapatkan dengan menggunakan persamaan ¿ , dengan
f
demikian periode pada hasil praktikum yaitu T =0,17 s sedangkan
periode pada hasil perhitungan yaitu T =0,22 s. Untuk hasil simulasi
terjadi error sehingga tidak didapatkan nilai periode.
c) Selisih yang terjadi untuk R=100 K Ω masih tergolong kecil karena
banyaknya pulsa clock relatif lebih rendah sehingga tidak
mempengaruhi output frekuensi secara signifikan.
3) Kondisi R=47 KΩ
a) Pada kondisi kapasitor tetap C=1 µF dan resistor R=47 KΩ frekuensi
terukur pada multimeter yaitu f =12,50 Hz dan didapatkan frekuensi
berdasarkan perhitungan yaitu f =9,67 Hz. Untuk hasil simulasi
terjadi error sehingga tidak didapatkan nilai frekuensi.
1
b) Periode didapatkan dengan menggunakan persamaan ¿ , dengan
f
demikian periode pada hasil praktikum yaitu T =0,08 s sedangkan
periode pada hasil perhitungan yaitu T =0,103 s. Untuk hasil simulasi
terjadi error sehingga tidak didapatkan nilai periode.
c) Selisih yang terjadi untuk R=47 K Ω mulai tergolong besar karena
banyaknya pulsa clock relatif lebih banyak sehingga mulai signifikan
mempengaruhi output frekuensi.
4) Kondisi R=27 KΩ
a) Pada kondisi kapasitor tetap C=1 µF dan resistor R=27 KΩ frekuensi
terukur pada multimeter yaitu f =20,84 Hz dan didapatkan frekuensi
19
berdasarkan perhitungan yaitu f =16,83 Hz. Untuk hasil simulasi
terjadi error sehingga tidak didapatkan nilai frekuensi.
1
b) Periode didapatkan dengan menggunakan persamaan ¿ , dengan
f
demikian periode pada hasil praktikum yaitu T =0,047 s sedangkan
periode pada hasil perhitungan yaitu T =0,059 s. Untuk hasil simulasi
terjadi error sehingga tidak didapatkan nilai periode.
c) Selisih yang terjadi untuk R=27 K Ω tergolong besar karena
banyaknya pulsa clock relatif lebih banyak sehingga mempengaruhi
output frekuensi secara signifikan.
J. Kesimpulan
Dengan melakukan praktikum ini Mahasiswa dapat membuat
rangkaian pulser astable multivibrator dari NAND gate dan membandingkan
hasil datri rangkaian dengan hasil perhitungan rumus
Pulser dapat dibuat dengan susunan NAND gate, resistor, dan
kapasitor. Nilai dari resistor dan kapasitor mempengaruhi periode dan
frekuensi sehingga dapat diubah untuk mendapatkan hasil periode dan
frekuensi yang diinginkan.
REFERENSI
20