Anda di halaman 1dari 22

Multivibrator adalah suatu rangkaian elektronika yang pada waktu tertentu hanya

mempunyai satu dari dua tingkat tegangan keluaran, kecuali selama masa transisi.
Peralihan (switching) di antara kedua tingkat tegangan keluaran tersebut terjadi
secara cepat. Dua keadaan tingkat tegangan keluaran multivibrator tersebut, yaitu
stabil (stable) dan Quasistable.
Disebut stabil apabila rangkaian multivibrator tidak akan mengubah tingkat
tegangan keluarannya ke tingkat lain jika tidak ada pemicu (trigger) dari luar
rangkaian.
Disebut quasistable apabila rangkaian multivibrator membentuk suatu pulsa
tegangan keluaran sebelum terjadi peralihan tingkat tegangan keluaran ke tingkat
lainnya tanpa satupun pemicu dari luar. Pulsa tegangan itu terjadi selama 1 periode
(T1), yang lamanya ditentukan oleh komponen-komponen penyusun rangkaian
multivibrator tersebut.
Ketika rangkaian multivibrator mengalami peralihan di antara dua tingkat keadaan
tegangan keluarannya maka keadaan tersebut disebut sebagai keadaan unstable
atau kondisi transisi.
Selain definisi-definisi tentang tingkat keadaan atau kondisi tegangan keluaran
rangkaian

multivibrator,

juga

terdapat

definisi-definisi

tentang

rangkaian

multivibrator itu sendiri, yaitu:


a. Multivibrator bistable (flip-flop):
Disebut sebagai multivibrator bistable apabila kedua tingkat tegangan keluaran
yang dihasilkan oleh rangkaian multivibrator tersebut adalah stabil dan rangkaian

multivibrator hanya akan mengubah kondisi tingkat tegangan keluarannya pada saat
dipicu. Tegangan keluarannya ditunjukkan dalam gamabr 1a.

b. Multivibrator monostable (one-shot)


Disebut sebagai multivibrator monostable apabila satu tingkat tegangan keluarannya (V1 dalam Gambar 1b) adalah stabil sedangkan tingkat tegangan keluaran yang
lain (V2 dalam Gambar 1b) adalah quasistable. Rangkaian tersebut akan beristirahat
pada saat tingkat tegangan keluarannya dalam keadaan stabil sampai dipicu menjadi
keadaan quasistable. Keadaan quasistable dibentuk oleh rangkaian multivibrator
untuk suatu periode T1 yang telah ditentukan sebelum berubah kembali ke keadaan
stabil. Sebagai catatan bahwa selama periode T 1 adalah tetap, waktu antara pulsapulsa tersebut tergantung pada pemicu. Tegangan keluaran multivibrator ini
ditunjukkan dalam Gambar 1b.

c. Multivibrator astable
Disebut sebagai multivibrator astable apabila kedua tingkat tegangan keluaran yang
dihasilkan oleh rangkaian multivibrator tersebut adalah quasistable. Rangkaian
tersebut hanya mengubah keadaan tingkat tegangan keluarannya di antara 2
keadaan,

masing-masing

keadaan

memiliki

periode

yang

tetap.

Rangkaian

multivibrator tersebut akan bekerja secara bebas dan tidak lagi memerlukan
pemicu. Tegangan keluaran multivibrator ini ditunjukkan dalam Gambar 1c. Periode
waktu masing-masing level tegangan keluarannya ditentukan oleh komponenkomponen penyusun rangkaian tersebut. Banyak metode digunakan untuk membentuk
rangkaian

multivibrator

astabil,

di

antaranya

adalah

dengan

Operational Amplifier, menggunakan IC 555, atau transistor NPN.


(a)
(b)

Trigger
Trigger

menggunakan

Gambar 1. Bentuk Gelombang Keluaran Multivibrator


Perancangan Rangkaian
Rangkaian multivibrator astabil yang dibuat dengan teknologi film tebal ini
memanfaatkan kombinasi dua buah transistor NPN, dua buah kapasitor, dan empat
buah resistor. Pada rangkaian multivibrator astabil ini. Dua buah transistor yang
digunakan akan dioperasikan sebagai suatu saklar ( switch). Nilai-nilai 4 buah
resistor yang digunakan, yaitu 2 buah digunakan sebagai resistansi kolektor dan 2
buah digunakan sebagai resistansi basis haruslah memiliki nilai resistansi yang tepat
untuk memastikan transistor akan on pada saat transistor berada dalam keadaan
saturasi (on) dan akan off pada saat berada dalam keadaan cutoff (tersumbat).
Resistor-resistor tersebut akan menentukan besarnya arus basis transistor, nilai
arus basis ini yang akan menentukan apakah transistor akan berada dalam keadaan
saturasi atau berada dalam keadaan tersumbat. Untuk menentukan periode masingmasing level tegangan keluaran, digunakan resistor dan kapasitor dengan nilai
tertentu.
Rangkaian multivibrator astabil tersebut disusun dengan menggunakan sepasang
transistor NPN yang disusun secara menyilang sebagai common emitter amplifier.

Apabila satu dari dua transistor tersebut memulai untuk menghantar, maka sinyal
umpan balik kepada basis transistor akan meningkat dan transistor tersebut akan
secepat mungkin berubah menjadi on. Dengan proses yang sama, transistor kedua
akan secepat mungkin berubah menjadi off. Susunan rangkaian multivibrator astabil
tersebut ditunjukkan dalam Gambar 2.

Gambar 2. Rangkaian Multivibrator Astabil

Dalam Gambar 2, keluaran transistor pertama (Q 1) yaitu vA, melalui kapasitor C1


dihubungkan ke masukan transistor kedua (Q 2). Untuk menganalisis rangkaian
tersebut, pada awalnya kedua transitor dianggap dalam keadaan saklar on, kedua
transistor tersebut berubah ke keadaan aktifnya. Kemudian, jika v A meningkat, vC
akan mengi-kutinya. Setelah itu v D akan turun yang akan menyebabkan v B juga ikut
turun, keadaan tersebut akan memperkuat peningkatan di v A. Jika komponenkomponen yang digunakan untuk menyusun rangkaian multivibrator tersebut dipilih
secara benar, maka dalam satu waktu satu transistor (Q 1) akan bekerja sampai
keadaan saturasi (on) dan transistor lainnya (Q2) akan berada dalam keadaan off.
Kondisi tersebut biasa disebut sebagai suatu kondisi regenerative switch.
Apabila digunakan suatu pendekatan nilai tegangan, maka untuk transistor yang
berada dalam keadaan on:

vA = VCE (on) = 0 V (1)


vB = VBE (on) = 0 V (2)
Sedangkan untuk transistor yang berada dalam keadaan off:
vC < 0 V (3)
vD = VCC (4)
Nilai tegangan-tegangan tersebut seperti yang ditunjukkan dalam diagram bentuk
gelombang dalam Gambar 3, pada t = 0. Sebagai catatan bahwa dengan ujung atas R 2
dihubungkan dengan VCC dan ujung bawah dihubungkan dengan v C (negatif), maka
arus akan mengalir melewatinya. Karena Q2 off, maka arus tersebut harus mengalir
melalui C1 dan Q1 ke bumi, sehingga transistor Q1 akan on.
Bagian yang penting rangkaian multivibrator pada waktu tersebut ditunjukkan dalam
Gambar 4. Nilai vA adalah telah tetap pada sekitar 0 V karena Q 1 telah berada
dalam keadaan saturasi, sehingga v C akan meningkat secara eksponensial dari nilai
negatif ke nilai VCC dengan t = C1R2 (dengan menganggap bahwa resistansi kolektoremitor transistor Q1 tidak diperhatikan pada saat mengalami keadaan saturasi).
Ketika vC mencapai nilai 0 V, transistor Q 2 menjadi on, sehingga vD akan turun dan
transisi kebalikannya akan terjadi yang menyebabkan Q 1 menjadi off dan Q2
menjadi on. Apabila 4 bentuk gelombang dalam Gambar 3 dilihat secara rinci lagi,
maka akan menunjukkan bahwa setelah Q 2 berubah menjadi on, tegangan
kolektornya (vD) akan turun dari VCC ke 0 V. Penurunan ini dikonduksikan ke vB melalui
C2, sehingga vB juga akan turun melalui V CC, tetapi penurunan tersebut dimulai dari 0V
menuju -VCC.

Gambar 3. Bentuk Gelombang Keluaran Multivibrator Astabil


Walaupun vA meningkat dari 0 V ke +VCC, vC tidak dapat mengikutinya karena vC telah
mencapai nilai 0 V dan membawa Q2 menjadi on. vC terpotong setelah basis-emitter

junction dari Q2 terhubung (on). Ketika nilai tegangan bagian kanan C 2 (Gambar 2)
turun, bagian kiri C2 tersebut dapat mengikutinya karena Q1 adalah off (rangkaian
terbuka). Akan tetapi ketika nilai tegangan bagian kiri C 1 meningkat dengan vA,
bagian kanan C1 tersebut tidak dapat mengikutinya karena v C telah terpotong oleh
arus basis pada Q2. Hal tersebut akan menyebabkan C1 harus mengisi muatan melalui
R1 oleh VCC agar vA meningkat dengan (= C1R1 pada bentuk gelombang vA. Pada saat Q1

off, maka Q2 on, dan vB berada pada nilai -VCC. Arusnya sekarang mengalir melalui R3
dan C2 dan melalui Q2, sehingga vB akan meningkat secara eksponensial dari -V CC
menuju +VCC dengan (= C2R3. Ketika vB mencapai nilai 0 V, Q1 akan kembali menhantar
sehingga Q1 akan on dan Q2 off.

Gambar 4. Jalur Arus Melewati C1 ketika Q1 on


Jika dilihat bentuk gelombang vB dalam Gambar 3, periode T1 adalah waktu vB untuk
mencapai setengah peningkatan dari -V CC ke +VCC, yaitu waktu yang digunakan untuk
mencapai nilai 0 V.
Untuk

melihat

ketidaksimetrian

keluaran

rangkaian

multivibrator

astabil,

ditentukan suatu siklus kerja (duty cycle) berdasarkan Persamaan (5).

D = W / T x 100% (5)
Besarnya W dan T ditunjukkan dalam Gambar 5 yang merupakan bentuk gelombang
keluaran multivibrator astabil. W merupakan waktu osilasi keluaran pada saat
mencapai tegangan VCC, sedangkan T merupakan periode osilasi keluaran.

Gambar 5. Bentuk Gelombang Keluaran Multivibrator Astabil


Siklus kerja (duty cycle) selalu berada di antara 50 dan 100 persen, tergantung
pada nilai-nilai komponen kapasitor dan resistor yang menyusunnya.
Komponen Surface Mount Device (SMD)
Teknologi film tebal tidak dapat digunakan untuk pembuatan komponen-komponen
aktif, seperti: dioda, transistor, dan komponen semikonduktor lainnya. Oleh karena
itu komponen-komponen aktif yang diperlukan dalam suatu rangkaian elektronika
yang dibuat harus ditambahkan sendiri ke dalam rangkaian tersebut. Komponenkomponen aktif yang cocok untuk digabungkan dalam proses teknologi film tebal ini
adalah yang berupa Surface Mount Device (SMD), karena SMD tidak memerlukan
lubang pada substrat untuk menempelkan kaki-kakinya. Apabila tidak digunakan
SMD atau hanya digunakan komponen standar, komponen-komponen tersebut
tentunya akan memerlukan lubang pada substrat. Proses pelubangan dilakukan
dengan menggunakan pengeboran ultrasonik atau oleh laser. Proses tersebut
memerlukan biaya yang sangat besar, oleh karena itu agar biaya pembuatan dapat
ditekan digunakanlah komponen SMD yang tentunya tidak memerlukan proses
pengeboran pada substrat.

Penempatan komponen SMD yang digunakan pada substrat adalah dengan cara
penyolderan SMD tersebut yang sebelumnya telah ditempatkan pada pad konduktor
yang telah tercetak. Penyolderan dilakukan dengan menggunakan pasta solder.
Di samping berupa komponen-komponen aktif, SMD juga menyediakan komponenkomponen pasif, seperti: resistor, kapasitor, dan induktor. Komponen-komponen
pasif tersebut disediakan untuk mengantisipasi terbatasnya bahan pasta yang
tersedia dalam proses pembuatan rangkaian hibrida film tebal.
Pembuatan Multivibrator Astabil
Perancangan dimulai dengan penentuan spesifikasi multivibrator astabil yang akan
dibuat. Rangkaian multivibrator astabil tersebut ditunjukkan dalam Gambar 3.

Penentuan spesifikasi multivibrator astabil ini harus memperhatikan batasanbatasan yang ada, yaitu:

1. Jenis pasta yang digunakan adalah pasta konduktor Palladium Perak dengan
nilaii resistansi lembar pasta 20 mW .
resistansi lembar pasta 10 W .
1

-1

, pasta resistor dengan nilai

-1

dan 1000 W . -1.

Komponen-komponen SMD (kapasitor dan transistor) yang tersedia adalah


kapasitor dengan nilai 10 m F/10V dan transistor BCW60B yang mempunyai
hFE antara 180-310.

2 Substrat yang digunakan adalah Alumina


3 Keterbatasan proses, yaitu proses pencetakan ( screen printing) dilakukan
secara manual dan tidak dilakukannya proses trimming pada resistor.
Dengan memperhatikan batasan-batasan tersebut, spesifikasi multivibrator astabil
baru dapat ditentukan setelah komponen-komponen penyusunnya, yaitu resistor,
kapasitor, dan transistor didapatkan nilainya.
Dalam Gambar 3 ditunjukkan bahwa rangkaian multivibrator astabil memiliki 4
resistor yaitu: R1, R2. R3, dan R4. Untuk membentuk suatu rangkaian yang simetris, R 1
dan R4 haruslah memiliki nilai resistansi yang sama, begitu pula dengan R 2 dan R3.
Keempat resistor tersebut harus memiliki nilai resistansi yang tepat untuk
memastikan transistor akan on pada saat transistor berada dalam keadaan saturasi
dan akan off pada saat berada dalam keadaan cutoff (tersumbat).
Tegangan catu (VCC) yang digunakan ditetapkan sebesar 5 volt, kemudian R 1 dan R4
(resistansi kolektor) ditetapkan bernilai 30 W . Penentuan nilai-nilai tersebut
berdasarkan

pertimbangan

karakteristik

komponen-komponen

SMD

yang

menyusunnya dan jenis pasta yang tersedia. Nilai R 2 dan R3 (resistansi basis) harus

cukup kecil untuk memastikan transistor akan berada dalam keadaan saturasi pada
saat on.
Untuk menentukan nilai R2 dan R3 (resistansi basis), dilakukan perhitungan sebagai
berikut:
R1 dan R4 = RC
R2 dan R3 = RB
Pada kondisi saturasi (transistor on),
IC (sat) = VCC /RC = 5V/30W = 167 mA
IB (sat) = I C (sat) /hFE (min) = 167 mA/180 = 0,928 mA
IB = IB(sat)
IB = 0,928 mA
Supaya transistor berada dalam keadaan saturasi pada saat on, arus basis IB
transistor haruslah lebih besar atau sama dengan I B(sat). Pada saat arus basis IB
transistor nol, transistor akan off dalam keadaan cutoff (tersumbat). Nilai
resistansi basis adalah :
RB1 = (VCC - VBE) / IB(sat) = (5V 0,7V) / 0,928 mA = 4650 W
RB harus (RB1 karena IB harus lebih besar atau sama dengan I B(sat). Berdasarkan hasil
tersebut dapat diketahui bahwa nilai R2 dan R3 (resistansi basis) yang diijinkan
adalah (4650 W . Untuk mendapatkan nilai R2 dan R3 yang tepat, yaitu supaya
rangkaian multivibrator astabil yang dirancang dapat menghasilkan bentuk pulsa
keluaran terbaik, maka digunakan bantuan komputer dengan memanfaatkan

software Spice untuk mensimulasikan rangkaian multivibrator astabil tersebut.

Perancangan Resistor
Rangkaian multivibrator astabil ini terdapat 4 buah resistor, yaitu R 1, R2, R3, dan R4,
dengan R1 = R4 dan R2 = R3. Berdasarkan hasil perancangan, ditunjukkan bahwa R1 =
R4 = 30 (dan R2 = R3 = 500 W . Untuk R1 dan R4 digunakan pasta resistor dengan nilai
resistansi lembar pasta 10W .&#157; -1, sedangkan untuk R2 dan R3 digunakan pasta
resistor dengan nilai resistansi lembar pasta 1000 W .&#157;

. Untuk R1 dan R4

-1

yang mempunyai nilai resistansi 30 (dan menggunakan pasta resistor dengan nilai
resistansi lembar pasta 10W . -1, dapat diketahui aspek rasio (perbandingan L/W)
R = Rs x (L/W)
(L/W) = R/Rs = 30/10 = 3
Sedangkan untuk R2 dan R3 yang mempunyai nilai resistansi 500 (dan menggunakan
pasta resistor dengan nilai resistansi lembar pasta 1000 W . -1, aspek rasio
dimensi resistor tersebut adalah:
R = Rs x (L/W)
(L/W) = R/Rs = 500/1000 = 1/2

Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa aspek rasio dimensi resistorresistor yang dirancang masih berada dalam batas yang diijinkan, yaitu berada di
antara 1/3 dan 3.
Setelah diketahui aspek rasio masing-masing resistor, langkah selanjutnya adalah
menghitung panjang (L) dan lebar (W) dimensi resistor-resistor tersebut.
Perhitungan didasarkan pada peraturan penggunaan dimensi minimum. Untuk
resistor, dimensi minimum berdasarkan aturan perancangan yang ada adalah LxW =

1mm x 1mm. Berdasarkan aturan perancangan tersebut, perhitungan dimensi


resistor-resistor adalah sebagai berikut:
Untuk R1 dan R4,
Aspek rasio = 3,
L/W = 3/1, dimensi terkecil adalah bagian lebar (W) = 1 mm,
berarti L = 3 mm, W = 1 mm.
Untuk R2 dan R3,
Aspek rasio = ,
L/W = , dimensi terkecil adalah bagian panjang (L) = 1 mm,
berarti L = 1 mm, W = 2 mm.
Setelah ditentukan dimensi masing-masing resistor, hal lain yang perlu diperhatikan
adalah masalah disipasi daya resistor. Dalam perancangan resistor ini harus
diketahui berapa besar daya maksimum yang dapat didisipasi oleh masing-masing
resistor agar kerja rangkaian normal dan usia resistor lebih panjang.
Perancangan Konduktor
Konduktor yang dirancang dalam pembuatan multivibrator astabil film tebal ini
berfungsi sebagai: jalur interkoneksi antar komponen, terminal resistor, pad devais
(SMD), dan pad eksternal. Dalam perancangan ini ditetapkan aturan sebagai
berikut :
1. Konduktor berbentuk segiempat dengan membentuk sudut 90(dan 0(dari arah
penyaputan (paralel dengan tepi substrat) supaya hasil konduktor yang
tercetak tidak melebar atau mblobor.

2. Jalur konduktor diusahakan sependek mungkin, lebar jalur konduktor 0,5 mm


(mi-nimum 0,4 mm) dan jarak antar jalur konduktor diusahakan lebih besar
dari 0,4 mm.
3. Untuk terminal resistor, konduktor dirancang lebih besar 0,5 mm ke segala
arah dari ujung-ujung resistor (minimum 0,4 mm).
4. Untuk pad komponen, konduktor dirancang lebih besar dari 0,5 mm ke segala
arah dari kaki-kaki komponen (minimum 0,25 mm). Komponen SMD yang
digunakan sebanyak 4 buah, yaitu 2 buah kapasitor (masing-masing 2 kaki)
dan 2 buah transistor (masing-masing 3 kaki).
5. Untuk pad eksternal, konduktor dirancang sebesar 1,5 mm x 2 mm. Pada
rangkaian ini dibuat 4 buah pad eksternal, yaitu untuk tegangan catu, ground,
keluaran 1,dan keluaran 2.

Pada rangkaian ini diperlukan suatu jalur crossover yang menghubungkan


antara kapasitor 2 (negatif) dan transistor 1 (basis). Sebagai jalur crossover
tersebut digunakan kawat, sehingga diperlukan 2 buah pad untuk menyolder
ujung-ujung kawat tersebut. Masing-masing pad berukuran 0,5mm x 0,5mm
dan berhubungan langsung dengan pad komponen yang dihubungkan.

Perancangan Layout Multivibrator Astabil


Setelah masing-masing resistor dan konduktor telah ditetapkan bentuk dan
ukurannya (berdasarkan aturan perancangan). selanjutnya dilakukan perancangan

layout keseluruhan rangkaian multivibrator astabil. Perancangan layout ini dilakukan


dengan menggunakan bantuan komputer, software yang digunakan adalah Visio

Technical versi 4.5 for Win95. Dalam perancangan ini diusahakan bentuk seluruh
rangkaian dalam ukuran yang sekecil mungkin dan simetris supaya tampak baik, akan
tetapi tidak boleh bertentangan dengan aturan perancangan yang ditetapkan.
Berdasarkan aturan perancangan, untuk mempermudah penggambaran rancangan dan
memberikan ketelitian yang lebih baik, ukuran layout yang dibuat merupakan
perbesaran dari ukuran yang sebenarnya. Pada penggambaran rancangan ini, ukuran

layout merupakan perbesaran 4 kali dari ukuran yang sebenarnya.

Gambar 6. Perancangan Layout: (a) Resistor 30 ((R1 dan R4) ;


(b) Resistor 500 ((R2 dan R3) ; (c) Konduktor.
Dari perancangan layout tersebut akan didapatkan 3 bagian layout yang terpisah
yaitu 2 layout resistor (30 (untuk R1 dan R4 dan 500 (untuk R2 dan R3) dan 1 layout
konduktor. Dibuat layout resistor dalam 2 bagian yang terpisah karena masingmasing nilai resistansi menggunakan pasta resistor yang berbeda nilai resistansi
lembar pastanya sehingga dalam proses pencetakan diperlukan 2 buah screen yang
berbeda untuk masing-masing nilai tersebut. Hasil perancangan layout tersebut
kemudian dicetak di atas kertas putih dengan menggunakan printer laser agar
didapatkan hasil yang baik. Gambar 6 menunjukkan hasil perancangan layout resistor
dan konduktor dalam ukuran yang sebenarnya. Langkah proses pembuatan
Multivibrator astabil dengan teknologi film tebal ditunjukkan dalam Gambar 7.

Listing program Spice adalah sebagai berikut:


*MULTIVIBRATOR ASTABIL
VCC 1 0 DC 5V
R1 1 2 30
R2 1 3 500
R3 1 4 500
R4 1 5 30
C1 2 3 10uF IC=5V
C2 5 4 10uF IC=0V
Q1 2 4 0 Q2N4124
Q2 5 3 0 Q2N4124
*QBCW60B = Q2N4124
.MODEL Q2N4124 NPN (Is=6.734f Xti=3 Eg=1.11 Vaf=74.03
+Bf=180 Ne=1.28 Ise=6.734 Ikf=69.35m Xtb=1.5 Br=.7214 Nc=2
+Isc=0 Ikr=0 Rc=1 Cjc=3.638p Mjc=.3085 Vjc=.75 Fc=.5 Cje=4.493p
+Mje=.2593 Vje=.75 Tr=238.3n Tf=301.3p Itf=.4 Vtf=4 Xtf=2 Rb=10)
.TRAN/OP 10MS 20MS UIC
.PLOT TRAN V(2) V(5)
.PROBE
.END
Dalam listing Spice tersebut, transistor yang digunakan adalah tipe 2N4124 yang
memiliki banyak persamaan dengan tipe BCW60B yang digunakan dalam pembuatan
rangkaian multivibrator astabil ini. Digunakannya transistor 2N4124 dalam listing
tersebut dikarenakan dalam library Spice tidak terdapat transistor BCW60B.

Berdasarkan hasil simulasi maka dapat ditentukan spesifikasi multivibrator astabil


yang akan dibuat, yaitu:
o Catu daya = DC 5 volt
o Duty cycle (siklus kerja) osilasi keluaran = 50 %
o Periode osilasi keluaran = 7 ms
o Frekuensi osilasi keluaran = 142,86 Hz

Kesimpulan
Hasil pengujian terhadap rangkaian yang telah dibuat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Dimensi resistor yang dihasilkan mengalami penyimpangan terhadap hasil
peran-cangan layout, yaitu untuk ukuran panjang (L) sekitar -8,88%,
sedangkan untuk lebar sekitar 6,45 %. Penyebab penyimpangan tersebut
adalah pola gambar pada screen tidak presisi, tekanan rakel pada saat
menyaput screen kurang optimal, keregangan screen kurang sesuai, dan
ukuran mesh screen kurang besar.

2. Hasil pengujian menunjukkan bahwa keluaran multivibrator astabil masih


mengalami penyimpangan dari spesifikasi yang telah ditentukan dalam
perancangan. Penyim-pangan tersebut disebabkan karena nilai resistansi
resistor film tebal yang dihasilkan tidak tepat dengan perancangan.
Nilai siklus kerja osilasi keluaran multivibrator astabil yang dihasilkan tidak
simetris. Hal tersebut disebabkan karena nilai resistansi kolektor dan
resistansi basis antara transistor 1 dan transistor 2 tidak sama, juga
disebabkan karena nilai resistansi konduktor film tebal cukup besar dan
kondisi komponen SMD yang kurang baik karena proses penyolderan.
Untuk mendapatkan kerja rangkaian yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditetapkan dalam perancangan, diperlukan beberapa perbaikan proses, yaitu
sebagai berikut:
1. Perancangan konduktor sebagai jalur interkoneksi antar komponen hendaknya
meng-gunakan aspek rasio yang lebih kecil atau sama dengan 3 supaya nilai
resistansi jalur konduktor yang dihasilkan tersebut tidak terlalu besar yang
dapat mempengaruhi kerja rangkaian.
2. Untuk proses screen printing lebih baik digunakan screen dengan mesh yang
besar (lebih besar dari 200) agar hasil cetakan lebih baik dengan
penyimpangan yang kecil, dan juga proses pembentukan pola gambar pada
screen (fotolitografi) harus dilakukan lebih teliti dan hati-hati supaya
didapatkan pola gambar yang presisi. Di samping itu, penggunaan mesin saat
penyaputan sangat dibutuhkan agar didapatkan tekanan rakel yang optimal.

3. Untuk proses firing, perlu ditingkatkan kecepatan kenaikan dan penurunan


suhu, sehingga perlu digunakan furnace dengan kemampuan yang lebih tinggi
daripada furnace yang digunakan dalam proses ini.
4. Untuk proses penyolderan komponen SMD, diperlukan suatu peralatan solder
khusus, agar waktu pemanasan solder cream sampai mencair tidaklah terlalu
lama yang dapat mengurangi kemampuan kerja komponen yang disolder.

Anda mungkin juga menyukai