mempunyai satu dari dua tingkat tegangan keluaran, kecuali selama masa transisi.
Peralihan (switching) di antara kedua tingkat tegangan keluaran tersebut terjadi
secara cepat. Dua keadaan tingkat tegangan keluaran multivibrator tersebut, yaitu
stabil (stable) dan Quasistable.
Disebut stabil apabila rangkaian multivibrator tidak akan mengubah tingkat
tegangan keluarannya ke tingkat lain jika tidak ada pemicu (trigger) dari luar
rangkaian.
Disebut quasistable apabila rangkaian multivibrator membentuk suatu pulsa
tegangan keluaran sebelum terjadi peralihan tingkat tegangan keluaran ke tingkat
lainnya tanpa satupun pemicu dari luar. Pulsa tegangan itu terjadi selama 1 periode
(T1), yang lamanya ditentukan oleh komponen-komponen penyusun rangkaian
multivibrator tersebut.
Ketika rangkaian multivibrator mengalami peralihan di antara dua tingkat keadaan
tegangan keluarannya maka keadaan tersebut disebut sebagai keadaan unstable
atau kondisi transisi.
Selain definisi-definisi tentang tingkat keadaan atau kondisi tegangan keluaran
rangkaian
multivibrator,
juga
terdapat
definisi-definisi
tentang
rangkaian
multivibrator hanya akan mengubah kondisi tingkat tegangan keluarannya pada saat
dipicu. Tegangan keluarannya ditunjukkan dalam gamabr 1a.
c. Multivibrator astable
Disebut sebagai multivibrator astable apabila kedua tingkat tegangan keluaran yang
dihasilkan oleh rangkaian multivibrator tersebut adalah quasistable. Rangkaian
tersebut hanya mengubah keadaan tingkat tegangan keluarannya di antara 2
keadaan,
masing-masing
keadaan
memiliki
periode
yang
tetap.
Rangkaian
multivibrator tersebut akan bekerja secara bebas dan tidak lagi memerlukan
pemicu. Tegangan keluaran multivibrator ini ditunjukkan dalam Gambar 1c. Periode
waktu masing-masing level tegangan keluarannya ditentukan oleh komponenkomponen penyusun rangkaian tersebut. Banyak metode digunakan untuk membentuk
rangkaian
multivibrator
astabil,
di
antaranya
adalah
dengan
Trigger
Trigger
menggunakan
Apabila satu dari dua transistor tersebut memulai untuk menghantar, maka sinyal
umpan balik kepada basis transistor akan meningkat dan transistor tersebut akan
secepat mungkin berubah menjadi on. Dengan proses yang sama, transistor kedua
akan secepat mungkin berubah menjadi off. Susunan rangkaian multivibrator astabil
tersebut ditunjukkan dalam Gambar 2.
junction dari Q2 terhubung (on). Ketika nilai tegangan bagian kanan C 2 (Gambar 2)
turun, bagian kiri C2 tersebut dapat mengikutinya karena Q1 adalah off (rangkaian
terbuka). Akan tetapi ketika nilai tegangan bagian kiri C 1 meningkat dengan vA,
bagian kanan C1 tersebut tidak dapat mengikutinya karena v C telah terpotong oleh
arus basis pada Q2. Hal tersebut akan menyebabkan C1 harus mengisi muatan melalui
R1 oleh VCC agar vA meningkat dengan (= C1R1 pada bentuk gelombang vA. Pada saat Q1
off, maka Q2 on, dan vB berada pada nilai -VCC. Arusnya sekarang mengalir melalui R3
dan C2 dan melalui Q2, sehingga vB akan meningkat secara eksponensial dari -V CC
menuju +VCC dengan (= C2R3. Ketika vB mencapai nilai 0 V, Q1 akan kembali menhantar
sehingga Q1 akan on dan Q2 off.
melihat
ketidaksimetrian
keluaran
rangkaian
multivibrator
astabil,
D = W / T x 100% (5)
Besarnya W dan T ditunjukkan dalam Gambar 5 yang merupakan bentuk gelombang
keluaran multivibrator astabil. W merupakan waktu osilasi keluaran pada saat
mencapai tegangan VCC, sedangkan T merupakan periode osilasi keluaran.
Penempatan komponen SMD yang digunakan pada substrat adalah dengan cara
penyolderan SMD tersebut yang sebelumnya telah ditempatkan pada pad konduktor
yang telah tercetak. Penyolderan dilakukan dengan menggunakan pasta solder.
Di samping berupa komponen-komponen aktif, SMD juga menyediakan komponenkomponen pasif, seperti: resistor, kapasitor, dan induktor. Komponen-komponen
pasif tersebut disediakan untuk mengantisipasi terbatasnya bahan pasta yang
tersedia dalam proses pembuatan rangkaian hibrida film tebal.
Pembuatan Multivibrator Astabil
Perancangan dimulai dengan penentuan spesifikasi multivibrator astabil yang akan
dibuat. Rangkaian multivibrator astabil tersebut ditunjukkan dalam Gambar 3.
Penentuan spesifikasi multivibrator astabil ini harus memperhatikan batasanbatasan yang ada, yaitu:
1. Jenis pasta yang digunakan adalah pasta konduktor Palladium Perak dengan
nilaii resistansi lembar pasta 20 mW .
resistansi lembar pasta 10 W .
1
-1
-1
pertimbangan
karakteristik
komponen-komponen
SMD
yang
menyusunnya dan jenis pasta yang tersedia. Nilai R 2 dan R3 (resistansi basis) harus
cukup kecil untuk memastikan transistor akan berada dalam keadaan saturasi pada
saat on.
Untuk menentukan nilai R2 dan R3 (resistansi basis), dilakukan perhitungan sebagai
berikut:
R1 dan R4 = RC
R2 dan R3 = RB
Pada kondisi saturasi (transistor on),
IC (sat) = VCC /RC = 5V/30W = 167 mA
IB (sat) = I C (sat) /hFE (min) = 167 mA/180 = 0,928 mA
IB = IB(sat)
IB = 0,928 mA
Supaya transistor berada dalam keadaan saturasi pada saat on, arus basis IB
transistor haruslah lebih besar atau sama dengan I B(sat). Pada saat arus basis IB
transistor nol, transistor akan off dalam keadaan cutoff (tersumbat). Nilai
resistansi basis adalah :
RB1 = (VCC - VBE) / IB(sat) = (5V 0,7V) / 0,928 mA = 4650 W
RB harus (RB1 karena IB harus lebih besar atau sama dengan I B(sat). Berdasarkan hasil
tersebut dapat diketahui bahwa nilai R2 dan R3 (resistansi basis) yang diijinkan
adalah (4650 W . Untuk mendapatkan nilai R2 dan R3 yang tepat, yaitu supaya
rangkaian multivibrator astabil yang dirancang dapat menghasilkan bentuk pulsa
keluaran terbaik, maka digunakan bantuan komputer dengan memanfaatkan
Perancangan Resistor
Rangkaian multivibrator astabil ini terdapat 4 buah resistor, yaitu R 1, R2, R3, dan R4,
dengan R1 = R4 dan R2 = R3. Berdasarkan hasil perancangan, ditunjukkan bahwa R1 =
R4 = 30 (dan R2 = R3 = 500 W . Untuk R1 dan R4 digunakan pasta resistor dengan nilai
resistansi lembar pasta 10W . -1, sedangkan untuk R2 dan R3 digunakan pasta
resistor dengan nilai resistansi lembar pasta 1000 W .
. Untuk R1 dan R4
-1
yang mempunyai nilai resistansi 30 (dan menggunakan pasta resistor dengan nilai
resistansi lembar pasta 10W . -1, dapat diketahui aspek rasio (perbandingan L/W)
R = Rs x (L/W)
(L/W) = R/Rs = 30/10 = 3
Sedangkan untuk R2 dan R3 yang mempunyai nilai resistansi 500 (dan menggunakan
pasta resistor dengan nilai resistansi lembar pasta 1000 W . -1, aspek rasio
dimensi resistor tersebut adalah:
R = Rs x (L/W)
(L/W) = R/Rs = 500/1000 = 1/2
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa aspek rasio dimensi resistorresistor yang dirancang masih berada dalam batas yang diijinkan, yaitu berada di
antara 1/3 dan 3.
Setelah diketahui aspek rasio masing-masing resistor, langkah selanjutnya adalah
menghitung panjang (L) dan lebar (W) dimensi resistor-resistor tersebut.
Perhitungan didasarkan pada peraturan penggunaan dimensi minimum. Untuk
resistor, dimensi minimum berdasarkan aturan perancangan yang ada adalah LxW =
Technical versi 4.5 for Win95. Dalam perancangan ini diusahakan bentuk seluruh
rangkaian dalam ukuran yang sekecil mungkin dan simetris supaya tampak baik, akan
tetapi tidak boleh bertentangan dengan aturan perancangan yang ditetapkan.
Berdasarkan aturan perancangan, untuk mempermudah penggambaran rancangan dan
memberikan ketelitian yang lebih baik, ukuran layout yang dibuat merupakan
perbesaran dari ukuran yang sebenarnya. Pada penggambaran rancangan ini, ukuran
Kesimpulan
Hasil pengujian terhadap rangkaian yang telah dibuat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Dimensi resistor yang dihasilkan mengalami penyimpangan terhadap hasil
peran-cangan layout, yaitu untuk ukuran panjang (L) sekitar -8,88%,
sedangkan untuk lebar sekitar 6,45 %. Penyebab penyimpangan tersebut
adalah pola gambar pada screen tidak presisi, tekanan rakel pada saat
menyaput screen kurang optimal, keregangan screen kurang sesuai, dan
ukuran mesh screen kurang besar.