Anda di halaman 1dari 6

Richard Sambera Sagala

1605490
Pendidikan Teknik Elektronika Industri

Dioda sebagai Pelipat Tegangan


a. Dioda sebagai pelipat tegangan

Sebuah pengganda tegangan adalah rangkaian elektronik yang mengonversi daya


AC bertegangan rendah menjadi daya DC bertegangan tinggi. Rangkaian ini berbantuan
kapasitor dan diode yang dirangkai dengan jaringan tertentu. Pengganda ini umumnya
menghasilkan beberapa miliVolt hingga jutaan Volt. Penggunaannya antara lain untuk
penelitian fisika energi dan pengetesan proteksi terhadap petir. Pengganda tegangan
yang umum digunakan adalah pengganda deret setengah gelombang atau aliran Villard
(sebenarnya ditemukan oleh Heinrich Greinacher).

Dioda sebagai pelipat tegangan terdiri beberapa jenis, diantaranya adalah doubler,
tripler, dan quarter. Cara kerja berbagai jenis rangkaian di atas dijelaskan sebagai
berikut.

1. Dioda sebagai pelipat 2 tegangan

Saat tegangan trafo sekunder berpolarita positif (setengah siklus positif),


maka diode D1 menghantar dan diode D2 tidak menghantarkan. Dioda yang
menghantarkan dianggarkan short circuit. C1 diisi tegangan melalui D1
hingga Vm dengan polaritas sebagai berikut.

Saat setengah siklus berikutnya siklus negative, dioda D1 tidak


menghantar dan dioda D2 menghantar. Kapasitor C2 diisi tegangan dari trafo
sekunder sebesar Vm dan dari C1 diisi sebesar Vm. Total tegangan output
adalah 2 Vm.

Apabila output diberi beban RL maka tegangan di C2 turun selama siklus


positif, diisi kembali 2 Vm selama siklus negatif. Bentuk output pada C2
adalah bentuk output penyearah setengah gelombang dengan filter C.
Tegangan puncak invers (PIV) tiap diode adalah 2 Vm.
2. Dioda sebagai pelipat 3 tegangan

Selama siklus setengah gelombang positif pertama dari input sinyal AC,
Dioda D1 terbias maju dimana diode D2 dan D3 dibias terbalik. Karena itu,
diode D1 melewatkan arus listrik. Arus akan mengalir menuju C1 dan mengisi
hingga mencapai nilai puncak tegangan input.

Selama siklus setengah negative, diode D2 mengalami bias maju dan


diode D1 mengalami bias balik. Dioda D2 memungkinkan arus listrik
melaluinya. Arus ini masuk ke C2 dan diisi hingga 2Vm. Ini terjadi karena Vm
yang tersimpan di C1 habis selama siklus setengah negatif. Tegangan C1 dan
tegangan input (Vm) dijumlahkan di kapasitor C2 yaitu Vm + Vm = 2Vm.
Akibatnya, kapasitor C2 terisi 2Vm.

Selama siklus setengah positif kedua, diode D3 adalah bias maju dan
diode D1 dan D2 bias terbalik. Dioda D1 dibias balik karena tegangan pada X
negative, oleh karena pengisian tegangan Vm melewati C1 dan diode D2 di
bias balik karena orientasinya. Sebagai hasil, tegangan 2Vm yang melewati C2
dikosongkan. Muatan itu mengalir menuju C3 dan tegangan muatan ini
bernilai 2Vm.

Kapasitor C1 dam C3 adalah seri dan tegangan output ditaruh melalui 2


hubungan seri kapasitor C1 dan C3. Tegangan yang melalui C1 adalah Vm dan
C3 adalah 2Vm. Total tegangan output sama dengan penjumlahan tegangan C1
dan tegangan C3. VC1+VC3 = Vm + 2Vm = 3Vm.

3. Dioda sebagai pelipat 4 tegangan


Selama siklus setengah positif pertama dari input sinyal AC, diode D1
dibias maju sedangkan diode D2, D3, dan D4 adalah bias balik. Dioda D1
memungkinkan dilalui oleh arus listrik. Arus ini mengalir ke C1 dan diisi
hingga mencapai tegangan puncak input.

Selama siklus setengah negatif pertama, diode D2 terbias maju dan diode
D1, D3, dan D4 dibias terbalik. Dioda D2 dialiri oleh arus listrik. Arus listrik
masuk dan mengisi ke C2. Kapasitor C2 diis 2 kali tegangan input puncak
(2Vm). Ini karena yang Vm disimpan dalam C1 habis selama siklus setengah
negatif. Tegangan C1 (Vm) dan tegangan input (Vm) dijumlahkan ke C2.
Sehingga tegangan C2 = Vm + Vm = 2Vm.

Selama siklus setengah positif kedua, diode D3 terbias maju dan diode
D1, D2, dan D4 adalah terbias balik. Dioda D1 terbias balik karena tegangan
pada X negatif akibat tegangan muatan Vm, melalui C1 dan, diode D2 dan D4
terbias balik karena orientasinya. Sebagai hasil, tegangan (2Vm) yang melalui
kapasitor C2 dikosongkan. Muatan ini akan mengalir ke C3 dan mengisinya
dengan tegangan yang sama sebesar 2Vm.

Selama siklus setengah negatif kedua, diode D2 dan D4 terbias maju


dimana diode D1 dan D3 terbias balik. Sebagai hasil, muatan (2Vm) tersimpan
di kapasitor C3 dikosongkan. Muatan ini akan mengalir ke kapasitor C4 dan
mauatan itu tegangannya sama yaitu sebesar 2Vm.

Kapasitor C2 dan C4 adalah seri dan tegangan output ditaruh


bersebrangan 2 hubungan seri C2 dan C4. Tegangan yang melalui C2 adalah 2
Vm dan kapasitor C4 = 2Vm. Total tegangan output sama dengan penjumlahan
tegangan C2 dan tegangan C4 yaitu 2Vm+2Vm = 4Vm.

b. Astabil Multivibrator
1. Rangkaian Astabil Multivibrator
Rangkaian ini dibangun dengan IC pembangkit gelombang 555. IC ini
merupakan chip yang didesain khusus untuk keperluam pembangkitan pulsa pada
multivibrator dan timer. Rangkaian tank digunakan untuk membuat multivibrator
astabil dengan IC 555.

Rangkaian ini memerlukan 2 resistor dan 1 kapasitor. Pemasangan rangkaian


astabil multivibarator IC555 diperlihatkan sebagai berikut.
Penjelasan konfigurasi rangkaian di atas dideskripsikan sebagai berikut.
1. RA terpasang pada pin 8 (+VCC) dan pin 7 (discharge)
2. RB terpasang pada pin 7 (discharge) dan pin 6 (threshold)
3. Kapasitor dihubung pada pin 2 (trigger) dan ground.
4. Pin 6 (threshold) dan pin 2 (trigger) disatukan.
5. Pin 8 (+VCC) dan pin 4 (reset) disatukan.
6. Pin 1 (GND) dihubungkan ke ground.
7. Pin 3 adalah pin Output

2. Cara Kerja Rangkaian Astabil Multivibrator IC555

Pada saat sumber tegangan pertama kali diberikan, kapasitor akan terisi
melalui RA dan RB. Ketika tegangan pada pin 6 naik dari 2/3 VCC, maka terjadi
perubahan kondisi dari komparator 1. Hal ini menyebabkan flip-flop reset dan
outputnya menjadi positif. Output (pin 3) berubah LOW dan basis Q1 mendapat bias
maju. Q1 mengosongkan muatan C lewat RB menuju ground.

Saat VC turun 1/3 VCC, energy diberikan pada komparator 2. Antara trigger
(pin2) dan pin 6 terhubung bersama. Komparator 2 menyebabkan tegangan positif
pada input set flip-flop dan memberi output negatif. Output akan kembali seharga
+VCC. Terjadi proses pengosongan di pin 7. C kembali terisi dengan harga berkisar
1/3 s/d 2/3 VCC.
T adalah waktu total pengisian dan pengosongan kapasitor. Waktu pengisian
adalah t1 dan t3. Waktu pengosongan adalah t2 dan t4. Dengan demikian, frekuensi
1
output dapat diperoleh dengan f = T. RA dan RB bertujuan mengoperasikan astabil
multivibrator. Jika RB > ½ RA, rangkaian tidak berosilasi. Harga ini menghalangi
sinyak trigger turun dari 2/3 jadi 1/3 VCC. Ini berarti bahwa IC tidak akan dapat
beroperasi untuk kondisi selanjutnya.

3. Penurunan Rumus
a. Waktu naik (TRise)
t
Vc = Vfinal – Vinitial (1 − 𝑒 −RC ) + Vinitial
t
2 1 − 1
Vcc = (Vcc – Vcc)(1 − 𝑒 RC ) + Vcc
3 3 3
t
2 2 − 1
Vcc = Vcc (1 − 𝑒 RC ) + Vcc
3 3 3
t
2 1 2 −
Vcc - Vcc = Vcc (1 − 𝑒 RC )
3 3 3
t
1 2 −
Vcc = Vcc (1 − 𝑒 RC )
3 3
t 1 2

1−𝑒 RC = :
3 3
t 1 3

1−𝑒 RC = :
3 2
t 1

1−𝑒 RC =
2
t 1

−𝑒 RC = -1
2
t 1

−𝑒 RC =−
2
t
− 1
ln(𝑒 RC ) = ln(2)
𝑡
− 𝑅𝐶 = -0,693
t = 0,693RC
t = 0,693(RA+RB)C

b. Waktu turun (TDown)


t
Vc = (Vinitial – Vfinal) 𝑒 −RC
t
1 2 −
V
3 cc
= (3 Vcc – 0) 𝑒 RC

t
= 3 Vcc 𝑒 −RC
1 2
V
3 cc
t
1 2
𝑒 −RC = :
3 3
t
− 1 3
𝑒 RC = :
3 2
t
− 1
𝑒 RC =
2
t
− 1
ln(𝑒 RC ) = ln(2)
𝑡
− 𝑅𝐶 = -0,693
t = 0,693RC
t = 0,693RBC

c. Frekuensi Output
1
fo =
T
1
fo =
TR + TD
1
fo =
0,693(R A + R B )C + 0,693(R B )C
1
fo =
0,693C[(R A + R B ) + (R B )]
1
fo =
0,693C(R A + 2R B )
1,44
fo =
C(R A + 2R B )

d. Duty Cycle

t on t RISE
DC = × 100% = × 100%
T T
0,693C(R A + R B )
DC = × 100%
0,693C(R A + 2R B )
0,693C(R A + R B )
DC = × 100%
0,693C(R A + 2R B )

(R A + R B )
DC = × 100%
(R A + 2R B )

Anda mungkin juga menyukai