Anda di halaman 1dari 19

Percobaan 10

MULTIVIBRATOR
(ASTABIL, MONOSTABIL, DAN PICU-SCHMITT)

Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY


E-mail : sumarna@uny.ac.id

Tujua :

1. Mempelajari cara kerja rangkaian multivibrator,


2. Menyusun rangkaian multivibrator,
3. Menyusun rangkaian picu Schmitt,
4. Mengamatai bentuk gelombang dan frekuensi keluaran multivibrator dan picu
Schmitt.

Alat-alat :

Catu daya dc +5 volt, breadboard, IC-7400, IC-7413 atau IC-7414, resistor,


kapasitor, osiloskop, multimeter, AFG (Audio Frequency Generator), dan kabel
penghubung.

Dasar Teori :
Multivibrator

Dalam dunia elektronik banyak proses yang pada prinsipnya sekedar


memutus atau menghubungkan suatu rangkaian listrik (proses pensaklaran). Proses
tersebut harus memenuhi syarat tertentu, yakni cepat (tidak timbul getaran) dan
tidak menimbulkan percikan bunga api listrik. Saklar mekanik atau manual tidak
dapat memenuhi persyaratan tersebut. Karena saklar mekanik memiliki
kelembaman yang relatif besar dan kecepatannya terbatas. Selain itu, saklar
mekanik juga menimbulkan percikan bunga api listrik yang dapat membakar
bahan yang bersinggungan. Proses pemsaklaran tersebut dapat kita jumpai pada
sistem pewaktu agar suatu rangkaian dapat bekerja ataupun tidak bekerja dalam
selang waktu tertentu. Misalkan rangkaian pewaktu untuk membuat agar sebuah
relay dapat tertutup atau terputus dalam selang waktu tertentu. Juga sering kita
dapat memodulasi lebar pulsa dan untuk penundaan waktu (time delay).

138
Rangkaian elektronik yang mempunyai kemampuan untuk membuat waktu tunda
atau lebar pulsa tertentu ini lebih jauh akan dipelajari dalam multivibrator
monostabil. Multivibrator sebenarnya merupakan rangkaian elektronik yang
menghasilkan gelombang kotak, atau gelombang lain yang bukan sinusoida seperti
gelobang segi empat dan gelombang gigi gergaji. Nama multivibrator diturunkan
dari kenyataan bahwa gelombang kotak terdiri dari sejumlah besar gelombang
sinusoida dengan frekuensi yang berbeda-beda (berdasarkan analisis deret
fourier).
Selain flip-flop dan monostabil, ada jenis multivibrator lain yang akan
kita pelajari yaitu multivibrator astabil dan picu Schmitt. Keduanya sering berperan
sebagai osilator yang menghasilkan pulsa kotak (square). Pulsa kotak yang stabil
dengan frekuensi tertentu dalam elektronika digital lebih dikenal sebagai detak
(clock). Detak ini penting, bahkan sangat penting, dalam operasi suatu piranti
elektronika digital seperti komputer dan kalkulator.
Selanjutnya kita akan mempelajari beberapa rangkaian multivibrator.
Meskipun flip-flop merupakan dasar dari monostabil, astabil dan picu Schmitt
tetapi akan kita pelajari lebih akhir. Hal ini disebabkan karena banyaknya jenis
flip-flop sehingga memerlukan tempat yang lebih banyak pula.

1. Multivibrator Monostabil

Sesuai dengan namanya, rangkaian multivibrator monostabil mempunyai


keluaran dengan satu keadaan stabil (mantap). Rangkaian tersebut tetap dalam
keadaan stabilnya sampai ada pemicu. Sekali dipicu, keluarannya berubah dari
keadaan stabilnya tadi ke keadaan tak stabil (keadaan baru). Keadaan tak stabil itu
bertahan selama waktu tertentu dan setelah itu dengan sendirinya kembali ke
keadaan stabilnya lagi. Ternyata monostabil merupakan rangkaian yang penting,
bahkan terlalu penting, untuk membangkitkan pulsa yang dapat diatur polaritas dan
lebarnya pada amplitudo tetap. Sebuatan lain untuk monostabil adalah eka-
mantap, one-shot, atau monoflop. Monostabil dapat dibuat dengan berbagai
cara, namun pada kesempatan ini kita akan membahas monostabil yang
menggunakan gerbang logika NAND yang dilengkapi dengan resistor dan

139
kapasitor sebagai komponen pewaktunya. Ada 2 jenis monostabil, yaitu monostabil
terpicu positif dan monostabil terpicu negatif. Perhatikan Gambar berikut.

R Q
K 1 3 Q
T 2

Gambar : Rangkaian monostabil terpicu positif

Anggaplah mula-mula masukan pemicu T = 0, keluaran Q = 1, dan keluaran Q = 0.


Perhatikan keluaran dari NAND-2 dalam keadaan 1 sehingga K = 1. Pada saat
masukan T berubah dari 0 ke 1 (terpicu positif) tentu saja kedua masukan
NAND-1 ada pada keadaan 1, sehingga Q berubah dari 1 ke 0. Tetapi begitu T
berubah dari 0 ke 1, maka keluaran dari NAND-2 juga berubah menjadi 0. Muatan
pada kapasitor C yang mula-mula memberikan K = 1 sedikit demi sedikit dilucuti
(dikosongkan) melalui resistor R sehingga tegangan pada K turun menuju 0.
Perubahan K dari 1 ke 0 ini akan melewati twgangan ambang yang akan
menyebabkan K dianggap 0. Pada saat ini keluaran NAND-1, yaitu Q , akan
kembali ke keadaan 1 lagi (keadaan sebelum dipicu). Lama pulsa t (keadaan tak
stabil) di Q tersebut tergantung pada resistansi R dan kapasitansi C yang
terpasang. Secara umum berlaku :
t = R.C.

Karena NAND-3 berperan sebagai NOT, maka antara Q dan Q saling komplemen,

artinya jika Q = 1 maka Q = 0, dan sebaliknya jika Q = 0 maka Q = 1. Kelemahan


dari monostabil terpicu positif adalah adanya syarat agar pulsa pemicu di T harus
lebih lama dari pada pulsa keluaran di Q . Hal ini diakibatkan oleh adanya
hubungan langsung T dengan salah satu masukan NAND-1 yang menyebabkan

140
jika T = 0 maka Q = 1. Sehingga jika T berubah ke 0 lagi sebelum pulsa pemicu T

mencapai tegangan ambang maka lebar pulsa keluaran Q tidak tepat sama dengan
R.C dan tentu saja harga t (lama tak stabil) pasti kurang dari pada R.C. Jenis
lain dari monostabil adalah yang terpicu negatif (dipicu dari 1 ke 0). Cara
menyusunnya antara lain dengan menambahkan NAND-4 seperti terlihat pada
Gambar di bawah ini.

R
B 1 3 Q
4 2
T A Q
C

Gambar : Rangkaian monostabil terpicu negatif


Menggunakan gerbang logika NAND

Mula-mula T = 1 dan Q = 1, keadaan ini adalah stabil. Jika T berubah dari 1 ke 0


maka keluaran NAND-4 dalam keadaan 1 (A = 1). Karena masukan NAND-1
keduanya dalam keadaan 1 maka Q = 0. Selanjutnya, tegangan di titik B semaki
lama semakin turun akibat lucutan muatan pada C melalui R. Sehingga pada saat
melewati tegangan ambang membuat Q = 1 kembali semula. Dengan demikian

keluaran Q menjadi tidak tergantung pada perubahan masukan T dari 0 ke 1,


oleh karenanya benar-benar berlaku bahwa lama keadaan tak stabilnya adalah t
= R.C. Untuk lebih jelasnya, perhatikan bentuk pulsa monostabil terpicu positif
dan terpicu negatif pada Gambar berikut.

141
T
T

K A

B
Tegangan
Q ambang

Q
Q
t
Q
(a)
t

(b)

Gambar : Bentuk pulsa pada monostabi (a) terpicu


Positif dan (b) terpicu negatif.

Masih banyak cara untuk menyusun monostabil dari gerbang logika lain, seperti
NOT ataupun NOR, bahkan dengan NAND dengan konfigurasi yang berbeda-
beda. Pada Gambar 8.4 tampak rangkaian monostabil dari gerbang NAND dengan
konfigurasi yang berbeda dari sebelumnya. Misalkan mula-mula Q adalah stabil
dalam keadaan 1. Ketika pulsa sempit 0 dikenakan pada masukan A, maka keluaran
NAND-1 menjadi 1 dan melalui C2 membuat kedua masukan NAND-2 dalam
keadaan 1. Hal ini menghasilkam keluaran pada NAND-2 menjadi 0 yang
menjamin keluaran NAND-1 tetap 1 meskipun pulsa masukan telah berakhir.
Sekarang C2 membuang muatan lewat R2 dan dengan demikian kedua masukan
NAND-2 menjadi 0. Keadaan ini membuat keluaran NAND-2 menjadi 1 dan
keluaran NAND-1 menjadi 0. Akhirnya, rangkaian tersebut mencapai keadaan
stabilnya lagi dengan masukan NAND-1 dalam keadaan 1 dan keluaran NAND-2
juga 1. Lama monostabil tersebut dalam keadaan tidak stabil ditentukan oleh nilai
R2 dan C2 .

142
+
Q
R1
C1
A C
B 1 Q
2
C2
R2

Gambar : Monostabil digital yang tersusun dari gerbang NAND

Contoh berikutnya adalah monostabil digital yang tersusun dari gerbang logika
NOR, dan salah satu konfigurasinya dapat diperhatikan pada Gambar berikut.

+
R
A
Q
1 M C

Gambar : Monostabil digital yang tersusun dari gerbang NOR.

Keadaan stabil dari monostabil pada gambar di atas adalah Q = 0 dan A = 0.


Selanjutnya, cobalah untuk menjelaskan cara kerja rangkaian tersebut dengan
memberikan pemicu singkat dengan transisi dari 0 ke 1 (pemicu positif).

143
2. Multivibrator Astabil

Multivibrator astabil merupakan suatu rangkaian yang keadaan pada


keluarannya tidak dapat stabil pada satu keadaan, tetapi berubah secara terus-
menerus dari keadaan 0 ke keadaan 1 berulang secara bergantian. Astabil biasa
digunakan sebagai osilator yang menghasilkan gelombang kotak (square). Masalah
yang biasa dihadapi adalah menyangkut kestabilan frekuensi keluaran astabil.
Astabil banyak digunakan dalam rangkaian digital untuk membangkitkan
rentetan gelombang kotak untuk keperluan pendetakan (clock). Rangkaian
digital seperti pencacah, register, dan lain-lain mutlak memerlukan gelombang
kotak yang dapat diandalkan.
Ada banyak cara untuk menyusun rangkaian astabil dengan gerbang logika.
Sebagai contoh pada Gambar di bawah ini disajikan rangkaian astabil dari
gerbang logika NAND yang dilengkapi dengan resistor R dan kapasitor C
sebagai penentu frekuensi.

C
A 1 2
D

R Q
3 4 Q
B

Gambar : Rangkaian multivibrator astabil


menggunakan gerbang NAND

Mula-mula masukan NAND-1 yaitu titik A = 0, maka titik B = 1 dan titik D = 0.


Oleh karena B = 1 dan dan A = 0 maka tegangan B lebih tinggi dari pada A dan
arus mengalir dari B ke A melalui R. Akibatnya kapasitor C aakan terisi dan
tegangannya naik sedikit demi sedikit hingga menuju 1. Pada saat A = 1, maka B
berubah dari 1 ke 0. Keadaan sekarang menjadi terbalik dari sebelumnya. Karena B

144
= 0 dan A = 1, maka arus mengalir dari A ke B melalui R sedemikian hingga
tegangan A turun sedikit demi sedikit. Ketika A = 0 maka B berubah dari 0 ke 1
lagi. Demikian seterusnya, peristiwa tersebut terjadi secara berulang sehingga
timbul osilasi. Gerbang NAND-3 dan NAND-4 berfungsi sebagai pembentuk
gelombang kotak. Bentuk gelombang dari rangkaian astabil tersebut dapat dilihat
pada Gambar berikut.

0 t1 t2 t3

Gambar : Bentuk gelombang astabil pada Gambar 8.6.

Antara 0 dan t tegangan titik A naik secara eksponensial yang berarti kapasitor C
terisi dan arus mengalir dari B ke A melalui R. Antara t dan t tegangan A turun
yang berarti arus mengalir dari A ke B atau kapasitor C dikosongkan. Astabil
yang menggunakan gerbang logika NAND pada gambar di atas bukanlah satu-
satunya konfigurasi.
Selain dengan gerbang NAND, multivibrator astabil digital juga dapat
disusun dari gerbang logika NOT atau NOR. Pada Gambar di bawah ini dapat
dilihat astabil yang tersusun dari gerbang logika NOR.

145
Q
R

A D
C R1

Gambar : Rangkaian astabil dengan gerbang NOR.

Cobalah untuk menjelaskan cara kerja astabil pada gambar di atas dengan
mengingat bahwa pengisian dan pengosongan muatan pada kapasitor C melalui
resistor R. Kedua komponen tersebut, yakni C dan R, dihubungkan dengan keluaran
astabil.

3. Picu Schmitt (Schmitt Trigger)

Picu Schmitt sebenarnya merupakan rangkaian bistabil (flip-flop) yang


keadaan keluarannya dikendalikan melalui tingkat tegangan pada masukannya.
Picu Schmitt sering digunakan untuk mengubah masukan gelombang sinus
menjadi gelombang kotak. Gelombang kotak tersebut dapat menyediakan pulsa
pemicu yang tajam untuk mengendalikan rangkaian lain. Picu Schmitt sangat baik
untuk pembentukan kembali pulsa-pulsa yang cacat pada tepi tepinya, atau dengan
kata lain picu Schmitt sangat handal untuk penghapusan desah (noise) yang
menumpang pada suatu isyarat.
Rangkaian picu Schmitt dapat dibuat dengan menggunakan gerbang logika
NAND 3 masukan sejumlah 3 buah, dan 2 di antara 3 tersbut dirangkai untuk
membuat bistabil. Rangkaian picu Schmitt seutuhnya dapat diperhatikan pada
Gambar berikut.

146
Vi
A. Q

Gambar : Rangkaian picu Schmitt dengan


gerbang NAND 3 masukan

Suatu bentuk rangkaian astabil yang sederhana dapat dibuat dengan menggunakan
picu Schmitt. Sebagai contoh astabil dari picu Schmitt 7413 dapat dilihat pada
Gambar berikut.

A
1 2 Q
B
C

Gambar : Astabil dengan picu Schmitt 7413.

Jika masukan NAND-1 yaitu A = 0, maka titik B = 1 dan arus akan mengalir dari
B ke A melalui R. Akibatnya keadaan A menjadi naik menuju 1. Jika A = 1,
maka B akan berubah dari 1 ke 0 dan arus mengalir dari A ke B melalui R.
Demikian seterusnya proses tersebut terjadi secara berulang-ulang. Jika
diperhatikan dengan seksama, keadaan Q selalu berkebalikan dengan keadaan B,

147
artinya jika B = 0 maka Q = 1 dan jika B = 1 maka Q = 0. Ternyata frekuensi
keluaran astabil yang tersusun dari picu Schmitt dapat diandalkan kestabilannya.
Picu Schmitt bersifat sebagai komparator yang memiliki dua tingkat
tegangan pada masukannya. Bila tingkat tegangan itu dilampaui oleh suatu isyarat
masukan maka keluarannya akan mengalami perubahan keadaan. Untuk lebih
jelasnya perhatikan Gambar berikut.

Vi
V+

V-

Vo

Vcc

Gambar 1 : Hubungan antara isyarat masukan


dan keluaran pada picu Schmitt.

V adalah tegangan ambang atas dan V menyatakan tegangan ambang bawah.


Jika tegangan masukan V > V maka keadaan keluarannya akan tinggi, dan
jika V < V maka keadaan keluarannya menjadi rendah. Karena ambang atas dan
bawah tidak sama mengakibatkan picu Schmitt memiliki histerisis. Kurva
histerisisnya tampak pada Gambar di bawai ini.

148
Vo

Vi
V- V+

Gambar : Kurva histerisis pada picu Schmitt.

Histerisis inilah yang menjadi ciri khas picu Schmitt, yaitu bahwa rangkaian tidak
segera menyambung balik sesudah isyarat masukan turun tepat di bawah suatu
tegangan ambang (atas) tetapi pada tingkat tegangan yang jauh lebih rendah
(pada ambang bawah). Lambang picu Schmitt dengan histerisis sebagai ciri
khasnya tampak pada Gambar di bawah ini.

atau

Gambar : Lambang picu Schmitt.

Cara lain untuk membangun rangkaian picu Schmitt adalah menggunakan suatu
penyangga (buffer) seperti CD-4050 dengan memasang balikan positif seperti
tampak pada Gambar berikut ini.

149
(Ri/Rf).Vcc
Vo
Rf
Vcc
Ri
4050

Vi
(a) V- Vcc/2 V+
(b)

Gambar : (a). Picu Schmitt menggunakan penyangga


(b). Kurva Histerisisnya.

Secara praktis, harga-harga tegangan ambang atas dan bawah dapat dinyatakan
sebagai :

Vcc ( Ri  Rf )
V+ =
2 Rf

Vcc ( Ri  Rf )
V- = Vcc - .
2 Rf

4. Rangkaian Terpadu Monostabil, Astabil, dan Picu Schmitt

Rangkaian monostabil, astabil dan picu Schmitt dapat disusun dengan


gerbang logika dengan menambhkan beberapa komponen diskrit resistor
maupun kapasitor sesuai dengan keperluan. Tetapi cara yang lebih mudah dan
praktis adalah memanfaatkan rangkaian tersebut yang telah tersedia dalam bentuk
IC. Banyak tersedia IC yang telah dirancang secara khusus sebagai monostabil,
astabil ataupun picu Schmitt, beberapa di antaranya akan dibahas sebagai
berikut.

150
Monostabil/Astabil CD-4047B

IC CD-4047B dapat dioperasikan sebagai salah satu dari monostabil atau


astabil. IC tersebut memerlukan kapasitor luar (dipasang antara kaki 1 dan 3) dan
resistor luar (dipasang antara kaki 2 dan 3) untuk menentukan lebar pulsa bila
sebagai monostabil dan menentukan frekuensi keluaran bila sebagai astabil.
Pengoperasiannya sebagai astabil adalah dengan memberikan keadaan tinggi
pada masukan ASTABLE (kaki 5) atau keadaan rendah pada masukan
ASTABLE (kaki 4). Frekuensi keluaran pada Q (kaki 10) dan Q (kaki 11)
ditentukan oleh rangkaian konstanta waktu (kapasitor dan resistor). Frekuensi 2
kali frekuensi keluaran Q tersedia pada keluaran OSCILLATOR (kaki 13).
Sedangkan peropersiannya sebagai monostabil diperoleh ketika pada IC CD-
4047B dipicu dengan transisi dari rendah ke tinggi pada masukan +TRIGGER (kaki
8) atau dengan transisi dari tinggi ke rendah pada masukan -TRIGGER (kaki 6). IC
dapat dipicu ulang dengan memberikan pulsa transisi dari rendah ke tinggi secara
bersamaan pada kedua masukan +TRIGGER dan RETRIGGER (kaki 12). Suatu
pulsa tinggi pada masukan EXT.RESET (kaki 9) akan me-reset keluaran Q
pada keadaan rendah dan Q pada keadaan tinggi. Diagram IC CD-4047B tampak
pada Gambar berikut.

13
5 3 1 2
12
4

11
6
10
8
9

Gambar : Diagram blok IC CD-4047B.

151
Picu Schmitt 7413

Untuk mendapatkan hasil operasi rangkaian digital yang terpercaya


diperlukan pulsa masukan dengan waktu transisi yang sangat cepat. Transisi tersebut
meliputi dari rendah ke tinggi (transisi positif) ataupun dari tinggi ke rendah
(transisi negatif). Pada daerah transisi tersebut sangat potensial untuk terjadinya
gangguan ataupun keadaan tidak stabil, sehingga daerah transisi merupakan
daerah yang kritis. Adanya pulsa dengan waktu transisi yang lambat banyak
menimbulkan masalah. Salah satu penyelesaiannya adalah menggunakan
komparator dengan balikan positif untuk menghasilkan histerisis. Tetapi ada
penyelesaian yang lebih praktis dan mudah, yaitu menggunakan IC picu
Schmitt, misalnya 7413, 7414 dan 40106.

Setiap IC 7413 terdiri dari 2 picu Schmitt yang identik. Secara logik, setiap
rangkaian picu tersebut merupakan gerbang NAND 4 masuan dengan mengenakan
balikan positif dan dengan ambang masukan yang berbeda untuk pulsa masukan
positif maupun negatif. Ambang transisi positifnya sekitar 1,7 volt dan ambang
transisi negatifnya sekitar 0,9 volt. Desah (noise) frekuensi timggi sering
menumpang pada sinyal informasi. Desah yang tidak diinginkan itu dapat
dihilangkan dengan menggunakan picu Schmitt yang cara menyusunnya tampak
pada Gambar di bawah ini.

R
masukan Keluara
n
C

Gambar : Picu Schmitt untuk menghilangkan desah.

152
Kapasitansi kapasitor C yang optimum tergantung dari sifat desah dan frekuensi
sinyal, sehingga perlu mengadakan percobaan untuk mendapatkan hasil yang
terbaik. Picu Schmitt 7413 juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber detak (clock)
yang rangkaiannya seperti tampak pada Gambar di bawah ini. Frekuensi
keluaran jika dipasang resistor balikan 390  dinyatakan dengan pendekatan
sebagai :
2000
f = , di mana C dalam F.
C

Keluara
n
C

Gambar : Picu Schmitt sebagai sumber detak.

Langkah-langkah Percobaan :

A. Astabil

1. Susunlah rangkaian multivibrator astabil seperti tampak pada gambar berikut.


Gunakanlah R = 100 , C = 1 F, IC-7400, dan Vcc = +5 volt.

A D
P
R
Q
B

153
2. Selidikilah gelombang yang dikeluarkan rangkaian itu dengan menghubungkan
saluran keluaran P dan Q masing-masing ke masukan osiloskop pada saluran 1
(CH-1) dan saluran 2 (CH-2). Tentukan besar frekuensi dan amplitudonya, serta
gambarlah bentuk gelombangnya.
3. Pasanglah kapasitor C = 10 F secara paralel dengan C semula sehingga
kapasitansi totalnya 11 F, dan ulangilah pengamatan seperti langkah 2 di atas.

B. Picu Schmitt

1. Susunlah rangkaian picu Schmitt seperti tampak pada gambar berikut.


Gunakanlah R = 330 , C = 4,7 F, IC-7413 atau IC-7414, dan Vcc = +5 volt.

C
Q
A B

2. Selidikilah gelombang yang dikeluarkan rangkaian itu dengan menghubungkan


saluran keluaran Q ke masukan osiloskop pada saluran 1 (CH-1) atau saluran 2
(CH-2). Tentukan besar frekuensi dan amplitudonya, serta gambarlah bentuk
gelombangnya.
3. Pasanglah kapasitor C = 2200 F secara paralel dengan C semula sehingga
kapasitansi totalnya 2204,7 F, dan ulangilah pengamatan seperti langkah 2 di
atas.
4. Apakah besar frekuensi hasil pengamatan sesuai dengan hasil perhitungannya
secara teoritis ? Berikan penjelasan.

154
C. Monostabil

1. Susunlah rangkaian multivibrator monostabil (picu positif) seperti tampak pada


gambar berikut. Gunakan RP = 300 , C = 1 F, Vcc = +5 volt, dan IC-7400.
Pulsa pemicunya digunakan gelombang kotak dengan frekuensi 400 Hz yang
diperoleh dari rangkaian picu Schmitt pada percobaan sebelumnya, atau berasal
dari AFG. Masukkan pemicu tersebut pada titik D. Sebelumnya letakkan
potensiometer RP pada kedudukan maksimum sehingga resistansinya 300 .

RP Q
D

2. Selidikilah pulsa yang dikeluarkan rangkaian itu dengan menghubungkan saluran


keluaran Q ke masukan osiloskop pada saluran 1 (CH-1) dan pulsa pemicu (titik
D) pada saluran 2 (CH-2). Amatilah kapan monostabil terpicu oleh pulsa
pemicu. Catat dan gambar semua tampilan yang teramati pada layar. Amati
berapa lama (t) pulsa yang terjadi. Apakah lama pulsa tersebut sesuai dengan
teori berdasarkan rumus t = RC detik ? Berikan penjelasan.
3. Pasanglah kapasitor C = 10 F secara paralel dengan C semula sehingga
kapasitansi totalnya 11 F, dan ulangilah pengamatan seperti langkah 2 di atas.
4. Ulangi semua langkah 2 tersebut dengan memutar kedudukan potensiometer RP
pada posisi yang semakin kecil, catat resistansinya !

5. Susunlah rangkaian multivibrator monostabil (picu negatif) seperti tampak pada


gambar berikut. Gunakan RP = 300 , C = 1 F, Vcc = +5 volt, dan IC-7400.
Pulsa pemicunya digunakan gelombang kotak dengan frekuensi 400 Hz yang
diperoleh dari rangkaian picu Schmitt pada percobaan sebelumnya, atau berasal

155
dari AFG. Masukkan pemicu tersebut dikenakan pada titik A. Sebelumnya
letakkan potensiometer RP pada kedudukan maksimum sehingga resistansinya
300 .

RP Q
A P
C

6. Selidikilah pulsa yang dikeluarkan rangkaian itu dengan menghubungkan saluran


keluaran Q ke masukan osiloskop pada saluran 1 (CH-1) dan pulsa pemicu (titik
A) pada saluran 2 (CH-2). Amatilah kapan monostabil terpicu oleh pulsa
pemicu. Catat dan gambar semua tampilan yang teramati pada layar. Amati
berapa lama (t) pulsa yang terjadi. Apakah lama pulsa tersebut sesuai dengan
teori berdasarkan rumus t = RC detik ? Berikan penjelasan.
7. Pasanglah kapasitor C = 10 F secara paralel dengan C semula sehingga
kapasitansi totalnya 11 F, dan ulangilah pengamatan seperti langkah 2 di atas.
8. Ulangi semua langkah 2 tersebut dengan memutar kedudukan potensiometer RP
pada posisi yang semakin kecil, catat resistansinya !

156

Anda mungkin juga menyukai