Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH MEKANIKA BATUAN LANJUT II

MIGRASI AIR TANAH

Disusun oleh :

DANU MIRZA REZKY 212190012

PROGRAM MAGISTER TEKNIK PERTAMBANGAN


KONSENTERASI GEOMEKANIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha


Esa karena dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini merupakan ulasan tentang Migrasi Air Tanah. Didalam Makalah ini,
akan dijelaskan mengenai proses migrasi air ke dalam tanah atau batuan, dan
pengujian untuk mengetahui proses migrasi air ke dalam tanah atau batuan dengan
rentang waktu tertentu. Serta melibatkan studi kasus dari penelitian terdahulu
tentang pengaruh air terhadap perilaku batuan.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik
dan saran penulis harapkan demi sempurnanya makalah ini, sehingga menjadi lebih
baik. Harapan penulis semoga laporan yang disusun ini dapat bermanfaat.

Yogyakarta, Maret 2020

Danu Mirza Rezky

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. v
BAB I MIGRASI AIR TANAH ........................................................................ 1
1.1 Pendahuluan ................................................................................................... 1
1.2 Permodelan penyerapan air ............................................................................ 2
1.2.1 Mechanical modelling ................................................................................. 2
1.2.2 Permodelan elemen hingga ......................................................................... 3
1.3 Migrasi air dan perubahan volumetrik ........................................................... 3
1.3.1 Drying testing procedure ............................................................................ 3
1.3.2 Teknik pemindaian X-Ray Computed Tomography (CT) ........................... 7
BAB II PENGARUH AIR PADA KARAKTERISTIK BATUAN ................. 11
2.1 Proses swelling ............................................................................................... 11
2.2 Perubahan karakteristik dan degradasi batuan. ............................................... 15
BAB III CATATAN PENUTUP ........................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 21

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Contoh beberapa masalah teknik pada batuan yang rentan terhadap
penyerapan / desorpsi air .................................................................. 1
Gambar 1.2 Model fisik dan mekanik untuk migrasi air selama proses
Pengeringan ...................................................................................... 4
Gambar 1.3 Pengaturan eksperimental untuk mengukur kadar air selama
Pengeringan ...................................................................................... 5
Gambar 1.4 Penentuan konstanta untuk variasi kadar air relatif selama
pengeringan batu Avanos tuff .......................................................... 6
Gambar 1.5 Penentuan konstanta untuk variasi kadar air relatif selama
pengeringan batu Ürgüp tuff ............................................................ 6
Gambar 1.6 Penentuan konstanta untuk variasi kadar air relatif selama
pengeringan batu Derinkuyu tuff ..................................................... 7
Gambar 1.7 X-Ray CT scan gambar dan distribusi nilai CT dengan ketinggian
pada interval waktu yang berbeda di Sampel tuf Asuwayama ........ 9
Gambar 1.8 CT scan X-Ray gambar dan distribusi nilai CT dengan tinggi pada
interval waktu yang berbeda sampel Oya tuff .................................. 10
Gambar 2.1 X-Ray CT scan gambar dan distribusi nilai CT dengan ketinggian
pada interval waktu yang berbeda sampel Zelve tuff ....................... 11
Gambar 2.2 Ilustrasi pengaturan eksperimental .................................................... 12
Gambar 2.3 Tes migrasi kadar air dan perumaterial volumetrik terkait di
Laboratorium .................................................................................... 12
Gambar 2.4 Pengaturan eksperimental untuk mengukur pembengkakan
(swelling) dan kadar air .................................................................... 13
Gambar 2.5 Gambar dari pengaturan eksperimental yang ditunjukkan pada
Gambar 2.4 ....................................................................................... 14
Gambar 2.6 Free-swelling response ..................................................................... 15
Gambar 2.7 Compression response ..................................................................... 15
Gambar 2.8 Hubungan antara berat unit kering dan berat unit jenuh ................... 16

iii
Gambar 2.9 Hubungan antara saturation dan wave velocity................................. 17
Gambar 2.10 Hubungan saturation dan uniaxial compressive strength ............... 17
Gambar 2.11 Hubungan antara saturasi dan modulus elastisitas .......................... 18
Gambar 3.1 Effect of moisture content on forces in rock cutting.......................... 20
Gambar 3.2 Effect of moisture content on Specific Energy of rock cutting ......... 20

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil XRD dari sampel Ürgüp (Kavak tuff) dan Avanos ..................... 5
Tabel 3.1 Pengaruh kadar air pada kinerja pemotongan ....................................... 19

v
BAB I
MIGRASI AIR TANAH

1.1. Pendahuluan
Air selalu ada dan tersimpan di dalam massa batuan di kerak bumi. Ketika
gradien hidraulik ada, air meresap melalui pori-pori, celah, kekar, patahan, dan
rongga yang menghasilkan pergerakan hidraulik dari air, mekanis, fisik, dan kimia
di dalam batuan.
Diketahui bahwa kandungan material lempung dan beberapa penguapan
batuan menyebabkan berbagai masalah teknis (Gambar 1.1). Batuan seperti batu
lumpur, napal, batulanau, serpih, tufa dan batuan beku yang kering dapat
diklasifikasikan sebagai batuan lempung. Sebagian besar mineral lempung
menunjukkan variasi volumetrik ketika menyerap air. Akibatnya, sifat fisik dan
mekanisnya bervariasi dengan jumlah air yang terkandung dalam material tersebut.
Uji ketahanan pelapukan diusulkan oleh Franklin & Chandra (1972) dan
diadopsi sebagai metode yang disarankan oleh ISRM sebagai uji indeks batuan
untuk karakterisasi tujuan. Namun, indeks semacam itu tidak cukup untuk menilai
struktur perilaku dan stabilitas struktur pada material yang memiliki mineral rentan
penyerapan air. Model yang tepat jelas membutuhkan informasi pada karakteristik
migrasi kelembaban material dan variasi sifat fisik dan mekanik mereka dengan
kadar air.

Gambar 1.1 Contoh beberapa masalah teknik pada batuan yang rentan terhadap
penyerapan / desorpsi air

1
Air sering menimbulkan masalah pada kegiatan penambangan, oleh
karenanya perlu untuk mengetahui pergerakan air yang terjadi di dalam tanah, dan
merumuskan model yang tepat untuk menangani migrasi air tersebut.
1.2. Pemodelan Penyerapan Air
Beberapa batu seperti batupasir butiran halus, batulumpur dan batulanau
mulai retak selama kehilangan kadar air mereka seperti yang diamati dalam banyak
tes laboratorium dan in-situ. Situasinya mirip dengan masalah (swelling). Dianggap
itu batu mengalami (squeezing) karena kehilangan kandungan airnya. Ini akibatnya
menginduksi hasil (squeezing) penyusutan regangan yang mengarah ke rekahan
batuan dalam ketegangan. Oleh karena itu, rumusan ditambah dari masalah
diperlukan.
1.2.1. Mechanical modeling
Variasi kadar air dalam batuan dapat dimodelkan sebagai masalah difusi
dengan persamaan yang ditulis sebagai berikut :
𝑑𝜃
= −∇. 𝑞 + 𝑄 (1.1)
𝑑𝑡

Dimana 𝜃, 𝑞, 𝑄 dan 𝑡 adalah kadar air, fluks kadar air, sumber dan kadar air waktu
masing-masing. Jika migrasi konten air mematuhi hukum Fick, hubungan keduanya
fluks q dan kadar air ditulis dalam bentuk berikut :
𝑞 = −𝑘∇𝜃 (1.2)
Dimana 𝑘 adalah koefisien difusi air. Jika beberapa kadar air diangkut oleh
rembesan air tanah atau aliran udara di ruang terbuka, ini dapat diperhitungkan
dalam bentuk derivative operator turunan material dalam Persamaan. (1.1). Namun,
mengevaluasi kecepatan rembesan atau aliran udara.
Jika variasi tegangan terjadi pada kecepatan lambat, persamaan gerak tanpa
inersia istilah dapat digunakan dalam bentuk tammaterial seperti yang diberikan di
bawah ini:
∇. 𝜎 = 0 (1.3)
Hukum konstitutif paling sederhana untuk batuan antara medan tegangan dan
regangan adalah hukum linier, di mana sifat-sifatnya batuan dapat dikaitkan dengan
kadar air dalam bentuk berikut (yaitu Aydan et al., 2004)
𝜎 = 𝐷(𝜃)𝜀𝑒 (1.4)

2
Variasi regangan volumetrik yang terkait dengan penyusutan pembengkakan
(inversely swelling) dapat terkait dengan medan regangan dalam bentuk berikut:
𝜀𝑒 = 𝜀 − 𝜀𝑠 (1.5)
1.2.2. Pemodelan elemen hingga
Bentuk elemen hingga dari migrasi kadar air mengambil bentuk berikut
setelah melakukan beberapa kombinasi Persamaan. (1.1) dan Persamaan. (1.2)
melalui prosedur elemen hingga biasa:

[𝑀]{𝑄} + [𝐻]{𝜃} = {𝑄} (1.6)

dimana

[𝑀] = ∫[𝑁]𝑇 [𝑁]𝑑𝑉; [𝐻] = 𝑘 ∫[𝐵]𝑇 [𝐵]𝑑𝑉; {𝑄} = ∫[𝑁]𝑇 {𝑞𝑛 }𝑑𝑇 (1.7)

Demikian pula, elemen hingga bentuk persamaan gerak tammaterial yang diberikan
oleh Persamaan. (3.6) diperoleh sebagai berikut:

[𝐾]{𝑈} = {𝐹} (1.8)

dimana

[𝐾] = ∫𝑣 [𝐵]𝑇 [𝐷][𝐵] 𝑑𝑉; {𝐹} = ∫𝑣 [𝐵]𝑇 [𝐷]{𝑒𝑠 }𝑑𝑉 + ∫𝑠 [𝑁]𝑇 {𝑡} 𝑑𝑆 (1.9)

1.3. Migrasi air dan perubahan volumetrik


Migrasi air dalam geomaterial terjadi dalam dua bentuk berbeda, yaitu
molekul difusi dan rembesan. Fenomena rembesan melibatkan gerakan relatif air
sehubungan dengan fase padat dan air bebas bergerak di dalam kerangka padat jika
ada ada gradien tekanan. Difusi molekuler adalah interaksi antara molekul air dan
fase padat dan air diserap atau dihilangkan dari fase padat.
Bagian ini berkaitan dengan pengembangan model teoritis untuk menentukan
properti migrasi kadar air dari geomaterial selama uji pengeringan atau saturasi.
Rincian metode ini dijelaskan dan hasil penerapannya menjadi actual tes disajikan
dalam bagian ini.
1.3.1. Drying testing procedure
Mari kita perhatikan sampel dengan volume V yang dikeringkan di udara
dengan volume tak terbatas seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.2 (Aydan,

3
2003). Air yang mengandung Q dalam sampel geo-material dapat diberikan dalam
bentuk berikut :
𝑄 = 𝜌𝑤 𝜃𝑤 𝑉 (1.10)
di mana 𝜌𝑤 , 𝜃𝑤 dan V adalah densitas air, rasio kadar air dan volume sampel,
masing-masing. Dengan asumsi bahwa kepadatan air dan volume sampel tetap
konstan, maka fluks q kadar air dapat ditulis dalam bentuk berikut:
𝑑𝑄 𝑑𝜃𝑤
𝑞= = −𝑝𝑤 𝑉 (1.11)
𝑑𝑡 𝑑𝑡

Udara diketahui mengandung molekul air 6 g / m3 ketika kelembaban relatif


100%. Ketika kelembaban relatif kurang dari 100%, air hilang dari geomaterial ke
udara. Jika situasi seperti itu terjadi, air yang hilang dari sampel ke udara dapat
diberikan dalam bentuk berikut menggunakan konsep yang mirip dengan hukum
pendingin Newton dalam dinamika termal:
𝑞 = 𝑝𝑤 𝐴𝑠 ℎ∆𝜃(𝜃𝑤 − 𝜃𝑎 ) (1.12)
di mana ℎ dan 𝐴𝑠 adalah koefisien kehilangan air dan luas permukaan sampel.

Gambar 1.2 Model fisik dan mekanik untuk migrasi air selama proses
pengeringan

4
Gambar 1.3 Pengaturan eksperimental untuk mengukur kadar air selama
pengeringan.

Tabel 1.1 Hasil XRD dari sampel Ürgüp (Kavak tuff) dan Avanos.

Sifat fisik dan mekanik material dapat diukur menggunakan konvensional


mesin uji seperti pengukuran kecepatan gelombang, kompresi uniaksial tes,
modulus elastis. Sampel tuff yang digunakan dalam tes berasal dari Avanos, Ürgüp
dan Derinkuyu dari Daerah Kapadokia di Turki dan Oya di Jepang. Sampel dari
Cappadocia wilayah dikumpulkan dari struktur batuan bawah tanah bersejarah dan
modern. Mereka mewakili bebatuan di mana struktur bawah tanah historis dan
modern ketika digali. Sampel tuff ini mengandung berbagai mineral tanah liat
seperti yang diberikan pada Tabel 3.1 (Temel, 2002; Aydan & Ulusay, 2003).
Seperti dicatat dari tabel, kandungan tanah liatnya cukup tinggi di Avanos tuff dan
sebagian besar mineral lempung adalah smektit.

5
Gambar 1.4. Penentuan konstanta untuk variasi kadar air relatif selama
pengeringan batu Avanos tuff.

Gambar 1.5. Penentuan konstanta untuk variasi kadar air relatif selama
pengeringan batu Ürgüp tuff.
Dalam eksperimen pengeringan, sampel yang mengalami swelling
dikeringkan dalam ruangan dengan suhu rata-rata 23◦C dan kelembaban relatif 65-
70. Gambar 1.4, 1.5 dan 1.6 menunjukkan hasil uji pengeringan untuk beberapa
sampel tuff dari wilayah Cappadocia di Turki. Seperti yang terlihat dari gambar,
dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk sampel tuff dari Avanos dibandingkan
dengan sampel Ürgüp dan Derinkuyu. Sampel Derinkuyu mengering dengan cepat
dari yang lain. Setiap sampel dikeringkan dua kali. Sekali lagi dicatat periode
pengeringan meningkat untuk tuff Avanos setelah setiap kali dijalankan sementara

6
tuff Derinkuyu cenderung mengering jauh lebih cepat di putaran kedua. Dari tes-
tes ini, dimungkinkan juga untuk tentukan karakteristik difusi masing-masing tuff.

Gambar 1.6. Penentuan konstanta untuk variasi kadar air relatif selama
pengeringan batu Derinkuyu tuff.
Teori yang diturunkan pada bagian sebelumnya dapat diterapkan pada
eksperimen hasil yang ditunjukkan pada Gambar 1.4, 1.5 dan 1.6. Untuk
mendapatkan konstanta model migrasi air sebagai berikut:
𝜃 −𝜃
𝑙𝑛 (𝜃 𝑤 −𝜃𝑎 ) = −𝛼𝑡 (1.13)
𝑤0 𝑎

Plot hasil eksperimen dalam ruang semi-logaritmik pertama menghasilkan


konstanta α, dari mana konstanta h dan koefisien difusi D dapat dihitung kemudian.
Hasilnya ditunjukkan pada Gambar 1.4, 1.5 dan 1.6. Unit parameter α, h dan D
masing-masing adalah 1 / jam, cm / jam dan cm2 / jam. Nilai parameter hitung α, h
dan D juga ditunjukkan dalam gambar yang sama.
1.3.2. Teknik pemindaian X-Ray Computed Tomography (CT)
Teknik pemindaian X-Ray Computed Tomography (CT) dapat digunakan
untuk memvisualisasikan proses penyerapan air dari sampel batuan lunak.
Selanjutnya, diharapkan hasil evaluasi dapat mengungkapkan mekanisme dasar
penyerapan air atau desorpsi dalam bentuk batuan lunak (Sato & Aydan, 2013).
Scanner X-Ray CT dapat digunakan untuk menyelidiki struktur internal
material dan berbagai proses tanpa gangguan (non destruktif tes) pada sampel
(Ketcham & Carlson, 2001). Perangkat ini merupakan sistem pemindai CT sinar-X
fokus-μ (TOSCANER-32300FPD) yang dioperasikan oleh Kumamoto University

7
(mis. Sato et al., 2011a, b). Sistem ini relatif lebih tinggi Emisi sinar-X (230 keV /
608 μA) dan jarak fokus minimum 4 μm tersedia. X-ray CT scanner adalah sistem
untuk mendeteksi distribusi kepadatan material. Namun, perbedaan kepadatan
besar di wilayah tomografi tidak dapat divisualisasikan dengan benar. Ini Teknik
ini digunakan untuk menyelidiki proses penyerapan dan difusi air pada batuan
lunak.
Sato & Aydan (2013) menyelidiki proses penyerapan air dari beberapa batuan
lunak sampel dari Turki dan Jepang menggunakan teknik pemindaian X-Ray CT.
Seperti yang telah disebutkan dalam pendahuluan, ini adalah upaya pertama untuk
mengevaluasi proses migrasi kelembaban dalam batuan lunak menggunakan
teknologi pemindaian X-Ray CT. Prosesnya bisa diselidiki tanpa merusak sampel,
yang membuat teknik ini sangat cocok untuk memvisualisasikan dan mengukur
proses penyerapan air oleh mineral atau batuan lunak yang berbutir halus. Proses
migrasi air di tuf Cappadocia cukup cepat dibandingkan dengan tuf Asuwayama
dan Oya dari Jepang. Batu kapur Bazda dari tambang-tambang antik Bazda dari
Turki barat daya juga cukup cepat. Jika numerik simulasi dilakukan untuk
mensimulasikan proses penyerapan divisualisasikan oleh X-Ray CT, ini juga bisa
menghasilkan informasi yang sangat berarti pada mekanisme proses degradasi
batuan, yang dapat digunakan untuk pelestarian struktur antik serta penilaian
stabilitas jangka panjang dari struktur teknik batuan melibatkan batuan lunak.
1. Pengaturan Eksperimental
Sampel diisolasi terhadap migrasi air dari tiap sisi dengan penyegelan dan
permukaan bagian bawah dan atas sampel terkena air dan udara, masing-masing.
CT scan pertama sampel kering dilakukan. Kemudian, sampel terpapar untuk air
dari bawah, dan pemindaian CT sampel terkena migrasi air diukur pada interval
waktu tertentu.
Berat sampel diukur pada masing-masing langkah waktu dan gambar CT
digunakan untuk mengevaluasi variasi kadar air dalam sampel. Perbedaan nilai CT
sampel dalam keadaan kering dan terkena migrasi air pada langkah waktu tertentu
digunakan untuk mengevaluasi variasi kadar air sampel. Perbedaan nilai CT
berkisar antara 200 dan 300. Rasio nilai CT air terhadap bahwa udara sekitar 1000.

8
Oleh karena itu, perbedaan nilai CT yang diukur menyiratkan bahwa kepadatan
spesifik sampel meningkat 0,2 hingga 0,3 kali.
2. Hasil dan Diskusi (percobaan sato,Aydan)
Proses penyerapan air di lima batuan lunak diukur menggunakan Teknik
pemindaian CT X-Ray dijelaskan dan hasilnya dibahas. Hasilnya disajikan sebagai
gambar pemindaian CT X-Ray dan variasi nilai CT dengan tinggi.
a. Asuwayama Tuff
Asuwayama tuff telah diekstraksi dari bukit Asuwayama di Kota Fukui dan
memang begitu secara komersial dikenal sebagai batu Shakutani. UCS dari tuf ini
sekitar 30 MPa dan itu padat. Gambar 1.8 menunjukkan gambar X-Ray CT scan
dan distribusi nilai CT tinggi pada interval waktu 1 jam, 2, 3 dan 4 jam. Seperti
yang diharapkan, air bermigrasi ke atas bertahap. Bagian depan penyerapan air
terlihat jelas pada gambar CT scan.
b. Oya Tuff
Oya tuff telah diekstraksi dari kota Oya di Kota Utsunomiya dan secara
komersial dikenal sebagai batu Oya. UCS dari tuf ini sekitar 10 MPa. Gambar 1.8
menunjukkan X-Ray CT memindai gambar dan distribusi nilai CT dengan tinggi
pada interval waktu 1 jam, 2, 3 dan 4 jam. Seperti yang diharapkan, air bermigrasi
ke atas secara bertahap. Walaupun depan penyerapan air jelas diamati dalam
gambar pemindaian CT, bagian depan tidak lurus. Ini mungkin karena inklusi dari
nodul yang sangat serap seperti tanah liat.

Gambar 1.7 X-Ray CT scan gambar dan distribusi nilai CT dengan ketinggian
pada interval waktu yang berbeda di Sampel tuf Asuwayama.

9
c. Bazda Limestone
Batu kapur Bazda telah diekstraksi dari tambang antik Bazda, yang mungkin
lebih berusia lebih dari 3000 tahun, di Pegunungan Tektek di barat daya Turki. UCS
dari batu kapur ini sekitar 15MPa dan relatif padat. Gambar 3.10 menunjukkan X-
Ray CT memindai gambar dan distribusi nilai CT dengan ketinggian pada interval
waktu 1 jam, 2, 3 dan 4 jam. Seperti yang diharapkan, air bermigrasi ke atas secara
bertahap dan bagian depan penyerapan air bermigrasi jauh lebih cepat dibandingkan
dengan tuff Oya dan Asuwayama. Itu permukaan resapan air terlihat jelas pada
gambar pemindaian CT.
d. Zelve Tuff
Zelve tuff ditemukan di wilayah Zelve Valley of Cappadocia di Turki. Ada
banyak permukiman antik di lembah ini, yang setidaknya sudah berusia lebih dari
1500 tahun. UCS tufa ini sekitar 4-5MPa dalam kondisi kering. Gambar 3.11
menunjukkan gambar-gambar CT scan X-Ray dan distribusi nilai CT dengan
ketinggian pada interval waktu 1 jam, 2, 3 dan 4 jam. Seperti yang diharapkan, air
bermigrasi ke atas secara bertahap dan bagian depan penyerapan air bermigrasi jauh
lebih cepat dibandingkan dengan tuff Oya dan Asuwayama. Itu permukaan resapan
air terlihat jelas pada gambar pemindaian CT.

Gambar 1.8 CT scan X-Ray gambar dan distribusi nilai CT dengan tinggi pada
interval waktu yang berbeda sampel Oya tuff.

10
BAB II
PENGARUH AIR PADA KARAKTERISTIK BATUAN

2.1. Proses Swelling


Pembengkakan (swelling) mineral dalam batuan dapat diklasifikasikan secara
luas ke dalam kelompok-kelompok berikut:
1. Mineral tanah liat (montmorillonit, bentonit, smektit, corensit): Di antara
tanah liat mineral, montmorillonite menunjukkan potensi pembengkakan
(swelling) terbesar. Di bawah tanpa tekanan menyatakan, ekspansi volumetrik
bervariasi dari 40 hingga 200% (Ozkol, 1965; Brekke, 1965;
Pasamehmetoglu et al., 1993; Yesil et al., 1993).

Gambar 2.1 X-Ray CT scan gambar dan distribusi nilai CT dengan ketinggian
pada interval waktu yang berbeda sampel Zelve tuff.

11
Gambar 2.2 Ilustrasi pengaturan eksperimental.

Gambar 2.3 Tes migrasi kadar air dan perumaterial volumetrik terkait di
laboratorium.
2. Mineral penguapan (anhydrite, gypsum): Transformasi anhydrite menjadi
gypsum menghasilkan ekspansi volumetrik 60% ketika menyerap air keadaan
tidak tertekan. Penurunan volumetrik terjadi ketika gipsum berubah menjadi
anhidrit karena kehilangan kandungan airnya (Vardar & Fecker 1986; Zanbak
& Arthur 1985).

12
Potensi pembengkakan (swelling) mineral dan batuan telah diuji oleh
beberapa peneliti (mis. Özkol, 1965; Brekke, 1965; Murayama & Yagi, 1966;
Marsden et al., 1992). Potensi pembengkakan (swelling) pada batuan umumnya
dianggap sebagai fungsi dari periode saturasi dan tekanan volumetrik tekan (Wittke,
1990; Franklin & Dusseault, 1989). Namun, potensi pembengkakan (swelling)
harus terkait dengan kadar air bukannya periode saturasi karena pembengkakan
(swelling) tergantung pada kadar air.
Aydan et al. (1993, 1994) melakukan penelitian eksperimental untuk
menentukan potensi pengembangan material geo yang diusulkan untuk
memodelkan efek mekanis dari swelling dari proses geo-material dalam masalah
teknik. Perangkat eksperimental dikembangkan oleh Aydan (2003a) digunakan
untuk menentukan parameter dari fungsi potensial pembengkakan (swelling)
diberikan di gambar bawah ini (Gambar 2.4 dan 2.5) :
𝜀𝑠𝑣 = 𝑓(𝜃, 𝜎𝑣 ) (2.1)
di mana 𝜀𝑠𝑣 : swelling strain; 𝜎𝑣 : tegangan volumetrik (atau tekanan), 𝜃: kadar air.

Gambar 2.4 Pengaturan eksperimental untuk mengukur pembengkakan (swelling)


dan kadar air.
Fungsi potensial pembengkakan (swelling) di atas dapat ditentukan dari
kombinasi uji pembengkakan (swelling) bebas dan uji kompresi pada sampel
tunggal, fungsi swelling secara khusus dipilih seperti yang diberikan di bawah ini:
𝜀𝑠𝑣 = 𝐴(1 − 𝑒 −𝐵𝜃 )𝑒 −𝐶𝜎𝑣 (2.2)

13
di mana A, B, C adalah konstanta yang ditentukan dari pengujian. Sejak stres
volumetrik 𝜎𝑣 adalah nol selama pengujian swelling bebas, konstanta A dan B dapat
dengan mudah ditentukan dari diukur regangan pembengkakan (swelling) dan
respon kadar air bersama-sama dengan kurva sederhana prosedur. Dengan menjaga
kadar air konstan dan menerapkan kompresi ke spesimen, konstanta C dapat
diperoleh dari tegangan dan regangan volumetrik Menanggapi dengan pemanfaatan
prosedur pemasangan kurva.
Perpindahan spesimen selama proses pembengkakan (swelling) dan kompresi
bebas diukur dengan transduser perpindahan laser. Selanjutnya kandungan airnya
selama proses pembengkakan (swelling) bebas diukur melalui variasi level tangki
pasokan air seperti yang diilustrasikan dalam Gambar 2.4 dan 2.5. Dalam percobaan
swelling, sampel tanah liat bentonit, yang awalnya dipanggang, sepenuhnya
terendam dalam air keran dengan nilai pH 7,6-7,8. Sampel disegel dengan cara
sehingga tidak terjadi kehilangan air selama pembengkakan (swelling) dan
kompresi proses. Gambar 2.6 dan 2.7 menunjukkan respons pembengkakan
(swelling) dan kompresi diukur selama salah satu percobaan pada material buffer
clay bentonite.

Gambar 2.5 Gambar dari pengaturan eksperimental yang ditunjukkan pada


Gambar 2.4.

14
Gambar 2.6 Free-swelling response.

Gambar 2.7 Compression response.


2.2. Perubahan Karakteristik dan Degradasi Batuan.
Sudah sangat dikenal bahwa sifat geomekanis batuan lunak dengan
penyerapan air karakteristik sangat dipengaruhi oleh jumlah kadar air. Itu
eksperimental menunjukkan bahwa modulus deformasi, tekan uniaksial dan
kekuatan tarik batuan lunak berkurang secara drastis seperti yang dilaporkan dalam
literatur (mis. Aydan, 2003; Aydan & Ulusay 2003, 2013).

15
Gambar 2.8 Hubungan antara berat unit kering dan berat unit jenuh.
Dilaporkan juga bahwa sifat geomekanik batuan yang sangat keras dapat
dipengaruhi oleh kadar air (mis. Colback & Wiid, 1965; Broch, 1979).
Diketahui bahwa kadar air dalam batuan dapat mempengaruhi mekanis sifat
batuan. Pengaruh kadar air pada beberapa fisik dan mekanik sifat-sifat Cappadocia
dan Oya tuff dijelaskan secara singkat di bawah ini. Satuan berat batuan berbeda
karena kadar airnya meningkat. Gambar 3.19 menunjukkan hubungan antara satuan
berat kering dan satuan berat tuf penuh. Ini relasi dapat diperkirakan melalui relasi
berikut berdasarkan campuran teori (mis. Aydan 1992; Aydan et al., 1996):
𝛾𝑠 = 𝛾𝑑 + 𝑛𝛾𝑤 (2.3)
di mana 𝛾𝑠 , 𝛾𝑑 , 𝛾𝑤 dan n adalah satuan berat sampel dan air jenuh dan kering,
dan fraksi volume, masing-masing. Pada gambar, dua garis digambar dengan
volume berbeda rasio fraksi. Karena fraksi volume sampel bervariasi antara 0,13
dan 0,30, garis yang dipasang harus relevan dengan hasil eksperimen.
Kecepatan gelombang elastis batuan berbeda ketika kadar airnya meningkat.
Hubungannya ditunjukkan pada Gambar 3.20 dapat diperoleh melalui penggunaan
teori campuran bersama dengan konsep model paralel dan seri (mis. Aydan, 1992;
Aydan et al., 1996):

Parallel Model
𝑉𝑝𝑚 𝑉𝑝𝑤
= 1 + 𝑛. 𝑆 (2.4)
𝑉𝑝𝑑 𝑉𝑑

16
Series Model
𝑉𝑝𝑚 𝑉𝑝𝑤 ⁄𝑉𝑝𝑑
= 𝑛.𝑆 𝑉 (2.5)
𝑉𝑑 𝑝𝑤 ⁄𝑉𝑝𝑑

di mana 𝑉𝑝𝑚 , 𝑉𝑝𝑑 , 𝑉𝑝𝑤 dan S adalah kecepatan gelombang sampel jenuh dan kering
dan air, dan koefisien saturasi, masing-masing. Pada (Gambar 2.9) kedua garis ini
adalah ditarik untuk n = 0,3 dan Vpw / Vpd = 1.2. Perbandingan hasil eksperimen
dengan prediksi teoritis menunjukkan bahwa kedua model mungkin sesuai.

Gambar 2.9 Hubungan antara saturation dan wave velocity.

Gambar 2.10 Hubungan saturation dan uniaxial compressive strength

17
(Gambar 2.10) menunjukkan hubungan antara saturasi (S) dan tekan
dinormalisasi kekuatan Cappadocia tuff oleh kekuatan tekan uniaksial saat kering.
Garis-garis yang ditarik pada gambar diperoleh dari relasi empiris berikut:
𝜎𝑐𝑤 𝑆
= 𝛼0 − (𝛼0 − 𝛼100 ) 𝑆+𝛽(100−𝑆) (2.6)
𝜎𝑐𝑑

di mana 𝜎𝑐𝑤 , 𝜎𝑐𝑑 , α0, 𝛼100 dan 𝛽 adalah kuat tekan uniaksial sampel yang
mengandung air, kuat tekan uniaksial pada keadaan kering, koefisien empiris,
masing-masing.

Gambar 2.11 Hubungan antara saturasi dan modulus elastisitas


Pada gambar yang sama, hasilnya untuk Oya tuff, yang merupakan soft rock
terkenal di Jepang juga diplot. Modulus elastisitas batuan berbeda ketika kadar
airnya meningkat. Gambar 2.11 menunjukkan hubungan antara saturasi dan
modulus elastis yang dinormalisasi Kapadokia tuf dengan modulus elastisitasnya
pada kondisi kering. Garis-garis yang digambar dalam gambar diperoleh dari
Persamaan 3.27 untuk 𝐸𝑤 ⁄𝐸𝑑 yaitu:
𝐸𝑤 𝑆
= 𝜂0 − (𝜂0 − 𝜂100 ) 𝑆+𝜃(100−𝑆) (2.7)
𝐸𝑑

di mana 𝐸𝑤 , 𝐸𝑑 , η0, 𝜂100 dan 𝜃 adalah modulus elastis dari sampel yang
mengandung air dan elastis modulus pada kondisi kering. Variasi sifat fisik dan
mekanik batuan tufan Avano lebih besar daripada tuf dari Oya, Ürgüp dan
Derinkuyu.

18
BAB III
CATATAN PENUTUP

Air memiliki peran penting pada batuan, pengaruh yang diberikan oleh air
bisa berdampak baik atau bisa juga berdampak buruk pada batuan. Sebagai ilustrasi
jika dalam proses pemberaian batuan air bisa melemahkan kekuatan batuan,
sehingga kegiatan pemberaian menjadi lebih efisien. Ataupun pada kegiatan
pemboran air juga diperlukan untuk melancarkan laju dari mata bor. Sebaliknya air
juga bisa berdampak buruk untuk jangka panjang pada batuan, yakni melemahkan
kekuatan batuan sehingga stabilitas lereng maupun terowongan bisa terganggu.
Oleh karena itu proses migrasi air tanah dipelajari agar dapat memperkirakan
pergerakan air dalam rentan waktu tertentu, sehingga tindakan preventif untuk air
yang dapat mengganggu stabilitas lereng dan terowongan dapat dilakukan.
Berikut sedikit ulasan dari penelitian yang membahas efek dari kadar air
terhadap kemampupotongan batuan dari (Mammen, Saydam, Hagan. 2009).
Penulis mengambil sampel batupasir dengan alat potong Road header.
Tabel 3.1 Pengaruh kadar air pada kinerja pemotongan

Berikut gambar 3.1 dan 3.2 menjelaskan isi tabel 3.1 melalui grafik tentang
pengaruh kadar air terhadap kinerja pemotongan batu. Pada gambar 3.1 memuat
hubungan antara kadar air dengan gaya (force) yang dikeluarkan alat potong,
sedangkan gambar 3.2 memuat hubungan antara kadar air dengan energy yang
dikeluarkan alat potong.

19
Gambar 3.1 Effect of moisture content on forces in rock cutting

Gambar 3.2 Effect of moisture content on Specific Energy of rock cutting


Dalam penelitian ini, peneliti menemukan kekuatan pemotongan dan normal
menurun dengan kadar air masing-masing hingga 40 dan 49% ketika memotong
sampel jenuh dibandingkan dengan sampel batuan kering. Penulis juga menemukan
bahwa dengan bertambahnya kadar air akan mereduksi atau mengurangi Force
(gaya) yang diberikan untuk memotong batu tersebut, serta akan mengurangi
jumlah energi yang dibutuhkan untuk memotong batu tersebut.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Aydan, Ö. (2003) The moisture migration characteristics of clay-bearing


geo-materials and the variations of their physical and mechanical properties
with water content. In: 2nd Asian Conference on Saturated Soils, UNSAT-
ASIA 2003. pp. 383 – 388.
2. Aydan. Ö. (2017) Time – dependency in rock mechanics and rock
engineering. CRC Press. UK
3. Aydan, Ö. & Minato, T. (2003) The swelling potential of a bentonitic buffer
material and its swelling induced cracking. In: 2nd Asian Conference on
Saturated Soils, UNSAT-ASIA 2003. pp. 187–192.
4. ISRM, 1981. Suggested methods for determining water content, porosity,
density, absorption and related properties, in Rock Characterization Testing
and Monitoring: ISRM Suggested Methods (ed: E T Brown), pp 81 -88
(Pergamon Press).
5. Mammen, J, Saydam, S, Hagan, P. (2009) A study on the effect of moisture
content on rock cutting performance. Coal Operators' Conference,
University of Wollongong & the Australasian Institute of Mining and
Metallurgy, 2009, 340-347.
6. Otsuka, N., Tsuruhara, H., Man & Aydan, Ö. (1990) Deformation behaviour
of swelling ground and its prediction (in Japanese). In: The 21st Rock
Mechanics Symposium of Japan. pp. 36–41.
7. Seiki, T. & Aydan, Ö. (2003b) Deterioration of Oya tuff and its mechanical
property change as building stone. In: International Symposium on
Industrial Minerals and Building Stones, Istanbul. pp. 329–336.
8. Vasarheyli, B, and Van, P, 2006. Influence of water content on strength of
rock, Engineering Geology, 84(1-2):70-74 (Elsevier).

21

Anda mungkin juga menyukai