Anda di halaman 1dari 3

Basis set minimal mengandung fungsi basis minimum yang diperlukan untuk masing-masing

atom. Eh, iya, basis set minimal ini beda dengan small basis set lho. Contohnya :
H=1s
C=1s,2s,2px,2py,2pz
Minimal basis set mengunakan fixed-size orbital artinya orbital p ukurannya hanya itu, tidak
ada perbedaan ukuran untuk masing-masing orbital p. STO-3G adalah contoh dari basis set
minimal. Dia menggunakan 3 fungsi gaussian untuk 1 fungsi basis (3G). STO sendiri
merupakan singkatan dari Slater Type Orbital, yang pernah ngambil kimia komputasi pasti tak
asing dengan istilah ini kan? STO-3G menggunakan 3 fungsi gaussian untuk membentuk
orbital Slater.

Kelemahan dari basis set minimal ini adalah dia menganggap semua elektron di dalam atom
setara, padahal kita tahu kan yang namanya elektron valensi itu lebih berperan di dalam reaksi
pembentukan ikatan, sifat-sifat kimia dari pada elektron dalam. Nah, jika kita memperbesar
minimal basis set atau menambah fungsi gaussiannya maka akan dihabiskan banyak waktu untuk
kalkulasi, so thats not efficient.

Untuk mengatasi hal ini maka dibuatlah partisi antar elektron, di mana elektron-elektron pada
atom dibagi menjadi elektron bagian dalam (inner electron) dan elektron luar (outer electron). Di
mana elektron valensi di-treat dengan menggunakan lebih banyak fungsi daripada elektron
bagian dalam. Basis set yang demikian ini dinamakan dengan split valence basis set. Contohnya
6-31G dan 3-21G. Di mana satu contracted function digunakan untuk masing-masing elektron
bagian dalam dan dua contracted function untuk elektron valensi, di mana contracted function ini
mengandung dua primitive function dan yang satunya mengandung satu primitive function. 3-
21G juga dikenal sebagai double zeta. Karena menggunakan 2 contracted function untuk masing-
masing elektron valensi. Contoh lain adalah
H=1s,1s’
C=1s,2s,2s’,2px,2py,2pz,2px’,2py’2pz’

Di sini terlihat bahwa fungsi untuk elektron valensi lebih banyak dari pada elektron bagian
dalam. Oia, perbedaan antara yang menggunakan tanda ‘ dengan yang tidak hanya pada ukuran
saja. Double zeta polarization Dunning-Huzinaga (D95) membentuk semua orbital dari
kombinasi linear dua fungsi ukuran masing-masing orbital atom.
Jika ada dua atom saling berdekatan maka akan terjadi polarisasi dari satu atom ke atom lainnya.
Awan elektron dari satu atom akan dapat mempengaruhi awan elektron atom lain sehingga
menyebabkan terjadinya perubahan bentuk awan elektron tersebut. Split valence basis set
hanya akan memperbesar ukuran orbital tapi tidak dapat mengatasi perubahan bentuk
dari orbital, untuk itulah dimasukkan fungsi polarisasi ke dalam basis set. Fungsi polarisasi
menambahkan momentum angular di luar apa saja yang diperlukan ground state untuk
mendeskripsikan masing-masing atom. Sebagai contoh basis set dengan fungsi polarisasi
menambahkan orbital d dan f untuk logam-logam transisi dan beberapa juga menambahkan
orbital p untuk atom Hidrogen. Contohnya adalah 6-31g(d). basis set ini dikenal juga dengan 6-
31G*. pada 6-31G* satu fungsi polarisasi ditambahkan ke dalam basis set 6-31G. Contoh lainnya
adalah 6-31G(d,p) / 6-31G** di mana ditambahkan fungsi d untuk atom-atom berat dan p untuk
hidrogen.
Selain fungsi polarisasi ada juga yang dinamakan dengan fungsi difusi. Fungsi difusi adalah
fungsi basis dengan tingkatan spasial yang lebih besar atau fungsi difusi adalah versi ukuran
besar dari fungsi s dan p. Basis set dengan fungsi difusi digunakan ketika memodelkan
anion, atom dengan elektron tak berpasangan, atom dengan elektron yang tersebar jauh dari inti,
sistem yang bermuatan negatif, sistem dalam keadaan tereksitasi, keasaman absolut dll.
Contohnya adalah 6-31g+(d), basis set 6-31g(d) yang ditambahkan fungsi difusi. 6-31g++
(d) berarti pada hidrogen juga ditambahkan satu fungsi difusi.

Ada juga basis set yang high angular momentum basis set, yaitu dengan menambahkan lebih dari
satu fungsi polarisasi ke dalam basis set, contohnya 6-31g(2d), ke dalam basis set 6-31g
ditambahkan 2 fungsi polarisasi. Intinya semakin besar basis set yang kita gunakan maka waktu
yang diperlukan untuk running akan semakin lama karena semakin banyak fungsi-fungsi yang
akan dihitung, selain itu tidak ada garansi bahwa semakin besar basis set maka data yang
dihasilkan akan semakin akurat atau sesuai dengan eksperimen. Oleh karena itu, bijaksanalah
dalam memilih basis set :D.

Lalu bagaimanakah untuk atom dengan jumlah elektron banyak? Misalnya golongan lantanida,
aktinida, radioaktif dan periode ketiga ke bawah? Nah, ini lah pekerjaan teman-teman S2 dan S3
saya di lab, modelling molekul dengan nomor atom besar :). Untuk atom-atom tersebut harus
diperlakukan dengan sedikit berbeda karena jumlah elektron yang banyak. Elektron-elektron di
sekitar inti di-treat lewat apa yang disebut dengan Effective Core Potential (ECP) jadi fungsi-
fungsinya diganti dengan semacam satu fungsi yang telah mengakomodasi muatan dan interaksi
mereka, ya kira-kira konsep ini hampir sama dengan DFT di mana fungsi gelombang elektron
diganti dengan fungsional kerapatan elektron. Contoh basis set yang mengakomodasi hal ini
banyak, tapi yang paling terkenal adalah LANL2DZ. Sayangnya LANL2DZ hanya terbatas,
tidak sampai atom-atom yang telah melibatkan golongan f. Untungnya beberapa kampus di luar
negeri, terutama Stuttgart telah membuat basis set untuk atom-atom yang tidak bisa tercakup
oleh LANL2DZ. Oia, ECP sendiri nanti akan terbagi menjadi small dan large ECP.
Perbedaannya setahu saya hanya pada berapa banyak jumlah elektron yang akan digantikan oleh
fungsi ECP. Lalu mengapa harus ada ECP? Hal ini untuk mengefektifkan proses running,
menghitung semua fungsi elektron-elektron tentu tidak akan efektif, apalagi jika ternyata hanya
elektron-elektron terluar saja yang berperand dalam pembentukan ikatan.

Basis set tersedia secara online di internet, saya agak lupa webnya, namun googling saja dengan
keyword basis set exchange. Nanti akan muncul link ke EMSL basis set library. Selain itu, untuk
basis set ciptaan kampus Stuttgart, bisa dilihat di web kampus tersebut. GAUSSIAN sendiri telah
memiliki banyak database basis set standar, seperti yang telah dikatakan di atas sehingga hanya
cukup menyebutkan nama basis set di route section, lalu apakah ingin menambahkan fungsi
polarisasi atau tidak. Jika iya bisa menambahkan tanda * atau (d) [untuk 1 fungsi polarisasi].
Begitu juga dengan fungsi difusi, tinggal menambahkan tanda + untuk 1 fungsi difusi.

Jika basis set yang kita gunakan tidak ada di database GAUSSIAN lalu bagaimana? Jika tidak
salah, basis set yang bukan ciptaan Pople dkk, tidak ada di database GAUSSIAN 03. Misalnya
DZP Dunning tidak ada di data base sehingga harus dimasukkan secara manual. Untuk cara
menambahkan/ menggunakan basis set yang tidak ada di database GAUSSIAN, terutama
GAUSSIAN 03, insya ALLAH akan kita bahas di lain waktu. Oke 😀

Anda mungkin juga menyukai