Anda di halaman 1dari 102

MODUL RINGKAS

KIMIA
Disusun Oleh:

Ignatio Glory
KSN-K SMA/MA 2021
SEMAKIN DEKAT!
Segera persiapkan dirimu dengan belajar materi dan pembahasan soal-soal sesuai silabus
KSN-K terbaru.

Download GRATISSS!!! MODUL RINGKAS dan SOAL PREDIKSI KSN-K SMA 2021 untuk
semua bidang pada link bit.ly/PaketJuaraKSN.

Olympia Gold Academy juga menyediakan REKAMAN VIDEO PELATIHAN KSN-K yang
dapat kamu simak sebagai bahan belajar sebagai PENJELASAN DARI MODUL RINGKAS INI.
Termasuk soal prediksi juga dibahas disana. Lengkap untuk semua bidang! Materi
disampaikan oleh para tutor berprestasi. Profil tutor, judul semua materi, dan cuplikan rekaman
video dapat dilihat pada akun INSTAGRAM @olympiagoldacademy.
Simak CUPLIKAN REKAMAN masing-masing bidang.
CHECK IT OUT!

MATEMATIKA : https://www.instagram.com/p/CMjQ96NBMtj/

FISIKA : https://www.instagram.com/p/CMjQlcIBfbl/

KIMIA : https://www.instagram.com/p/CMjQVn2BkTY/

BIOLOGI : https://www.instagram.com/p/CMjP1DEBIZz/

ASTRONOMI : https://www.instagram.com/p/CMjPH7jhbfN/

GEOGRAFI : https://www.instagram.com/p/CMjOsLLhrjw/

KEBUMIAN : https://www.instagram.com/p/CMjN4HEhNgh/

EKONOMI : https://www.instagram.com/p/CMjLaWjBj6N/

INFORMATIKA : https://www.instagram.com/p/CMjJXRUBHNG/

FYI, semua akun INSTAGRAM berisi REKAMAN LENGKAP di-set dalam MODE TERKUNCI.
Kamu bisa mendapatkan akses untuk menonton rekaman lengkap tersebut dengan membayar
biaya membership sebesar IDR 499K/akun/bidang studi. CUKUP SEKALI BAYAR, AKSES
SEUMUR HIDUP.

Segera hubungi admin di nomor


085314573245 (WA chat only).
DAFTAR ISI

BAB 1 STRUKTUR ATOM & SISTEM PERIODIK UNSUR ....................................................... 3

BAB 2 IKATAN KIMIA & TATA NAMA SENYAWA .................................................................. 14

BAB 3 PERSAMAAN REAKSI & STOIKIOMETRI ...................................................................... 22

BAB 4 TERMOKIMIA .......................................................................................................................... 30

BAB 5 ANALISIS KUALITATIF & SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ........................................ 38

BAB 6 LAJU REAKSI ............................................................................................................................ 48

BAB 7 KESETIMBANGAN ...................................................................................................... 56

BAB 8 ASAM-BASA ............................................................................................................................. 62

BAB 9 KELARUTAN & HASIL KALI KELARUTAN ................................................................... 69

BAB 10 REDUKSI-OKSIDASI & ELEKTROKIMIA ....................................................................... 73

BAB 11 KIMIA ORGANIK .................................................................................................................... 83

2
BAB 1
STRUKTUR ATOM & SISTEM PERIODIK UNSUR

A. PERKEMBANGAN TEORI ATOM


1. Teori Atom Dalton / Bola Pejal
a. Atom adalah partikel terkecil suatu materi yang tidak dapat
dibagi lagi dan berbentuk seperti bola pejal.
b. Unsur adalah materi yang terdiri atas atom sejenis.
c. Senyawa adalah materi yang terdiri dari 2 atom atau lebih
dengan perbandingan tertentu.
d. Atom tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan. Reaksi kimia hanyalah
penataan ulang atom-atom.
2. Teori Atom Thomson / Roti Kismis
Atom terdiri atas materi yang bermuatan positif dengan
elektron-elektron bermuatan negatif yang tersebar seperti
kismis di dalam roti kismis.
3. Teori Atom Rutherford
a. Atom terdiri atas inti atom dan elektron yang beredar
mengelilingi inti pada jarak yang relatif jauh.
b. Sebagian besar atom terisi oleh ruang kosong.
c. Inti atom terdiri dari proton yang bermuatan positif dan
neutron yang bermuatan netral.
4. Teori Atom Bohr
a. Di dalam atom, elektron mengelilingi inti pada lintasan
atau tingkat energi tertentu.
b. Selama mengelilingi inti, elektron tidak menyerap
maupun melepas energi.

3
c. Elektron dapat pindah ke tingkat energi lebih tinggi (eksitasi) dengan menyerap
energi dan pindah ke tingkat energi lebih rendah dengan memancarkan energi.
d. Tingkat energi elektron disebut dengan kulit atom yang ditandai dengan bilangan
bulat (n). Kulit pertama (n=1) disebut dengan kulit K, kulit kedua (n=2) disebut
dengan kulit L, dan seterusnya.
5. Teori Atom Modern / Mekanika Kuantum
a. Elektron dapat bersifat sebagai partikel maupun gelombang.
b. Tidak mungkin kecepatan dan posisi elektron diketahui
sekaligus secara pasti. Yang dapat ditentukan hanyalah
kebolehjadian menemukan elektron di daerah sekitar inti
(orbital).

B. BILANGAN KUANTUM
Bilangan kuantum adalah bilangan yang digunakan untuk menentukan lokasi suatu
elektron di dalam atom.
1. Bilangan Kuantum Utama (n)
Bilangan ini menyatakan nomor kulit (tingkat energi) yang dihuni oleh elektron. Nilai
ini dilambangkan dengan kulit K (n=1), kulit L (n=2), kulit M (n=3), dan seterusnya.
2. Bilangan Kuantum Azimut (l)
Bilangan ini menyatakan jenis subkulit (subtingkat energi) yang dihuni oleh elektron.
Nilainya dimulai dari 0 sampai maksimal (n–1). Masing-masing jenis subkulit
dilambangkan dengan huruf s (l=0), huruf p (l=1), huruf d (l=2), dan huruf f (l=3).
3. Bilangan Kuantum Magnetik (m)
Bilangan ini menyatakan orbital mana yang dihuni elektron pada suatu subkulit.
Nilainya mencakup semua bilangan bulat dari –l sampai +l.
• Pada subkulit s (l=0), nilai m=0, maka subkulit s hanya terdiri dari 1 orbital.
• Pada subkulit p (l=1), nilai m=-1, 0, +1, maka subkulit p terdiri dari 3 orbital.
• Pada subkulit d (l=2), nilai m=-2, -1, 0, +1, +2, maka subkulit d terdiri dari 5
orbital.

4
• Pada subkulit f (l=3), nilai m=-3, -2, -1, 0, +1, +2, +3, maka subkulit f terdiri dari
7 orbital.
4. Bilangan Kuantum Spin (s)
Bilangan ini menyatakan arah rotasi elektron. Terdapat dua kemungkinan rotasi
elektron, yaitu searah jarum jam atau spin ke bawah (s=–1/2) dan berlawanan jarum
jam atau spin ke atas (s=+1/2).

C. PARTIKEL SUBATOMIK DAN NOTASI ATOM


Partikel penyusun atom serta sifat-sifatnya ditunjukkan pada tabel berikut.
Partikel (Lambang) Massa (sma) Muatan
Proton (p) 1,00728 +1
Neutron (n) 1,00866 0
Elektron (e) 0,00055 -1

Suatu unsur ditulis dengan notasi berikut.


Dengan X = lambang atom atau unsur
A = nomor massa = jumlah neutron + jumlah proton
Z = nomor atom = jumlah proton = jumlah elektron saat netral
Terdapat beberapa istilah mengenai susunan notasi atom ini, yaitu:
1. Isotop : unsur-unsur dengan nomor atom sama, tetapi nomor massa berbeda.
Contoh: 23Na dan 24Na
2. Isobar : unsur-unsur dengan nomor massa sama, tetapi nomor atom berbeda.
Contoh: 14C dan 14N
3. Isoton : unsur-unsur dengan jumlah neutron yang sama.
Contoh: 31P dan 32S
4. Isoelektron : unsur atau ion dengan jumlah elektron yang sama.
Contoh: 24Al3+, 20Ne, dan 16O2-

5
D. KONFIGURASI ELEKTRON
Konfigurasi elektron adalah urutan tingkatan energi yang diisi oleh elektron dalam
sebuah atom. Terdapat 3 kaidah pengisian yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Prinsip Aufbau
Pengisian elektron dimulai dari tingkat energi rendah ke tingkat energi yang lebih
tinggi. Urutan kenaikan tingkat energi orbital adalah:
• 1s 2s 2p 3s 3p 4s 3d 4p 5s 4d 5p 6s 4f 5d 6p 7s 5f 6d 7p
• Atau diurutkan berdasarkan anak panah pada gambar berikut

2. Larangan Pauli
a. Tidak ada dua elektron dalam suatu atom yang boleh memiliki empat bilangan
kuantum yang sama. Jika 2 elektron mengisi satu orbital yang sama, maka
bilangan kuantum spin-nya harus berbeda (s=+1/2 dan s=–1/2).
b. Dengan larangan ini, dapat dikatakan bahwa suatu orbital maksimal ditempati
oleh 2 elektron, sehingga:
• Subkulit s (1 orbital) maksimal ditempati 2 elektron.
• Subkulit p (3 orbital) maksimal ditempati 6 elektron.
• Subkulit d (5 orbital) maksimal ditempati 10 elektron.
• Subkulit f (7 orbital) maksimal ditempati 14 elektron.
3. Aturan Hund
Elektron mengisi orbital secara sendiri-sendiri hingga seluruh orbital terisi setengah
penuh, baru kemudian berpasangan.

6
Contoh: pengisian 4 buah elektron pada orbital p, sebagai berikut.

Selain 3 kaidah di atas, terdapat beberapa hal juga yang perlu diperhatikan dalam
konfigurasi elektron, yaitu:
1. Subkulit umumnya diurutkan berdasarkan tingkat energi.
Contoh: untuk 27Co, konfigurasinya adalah 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d7
2. Konfigurasi elektron bisa disingkat dengan konfigurasi gas mulia, antara lain He
(Z=2), Ne (Z=10), Ar (Z=18), Kr (Z=36), dan Xe (Z=54).
Contoh: untuk 11Na, konfigurasinya adalah 1s2 2s2 2p6 3s1 atau disingkat [Ne] 3s1
3. Terdapat pengecualian untuk konfigurasi d4 dan d9 akibat kestabilan orbital dalam
keadaan penuh atau setengah penuh.
Contoh: untuk 24Cr, konfigurasi [Ar] 4s2 3d4 (salah)
konfigurasi [Ar] 4s1 3d5 (benar karena orbital terisi ½ penuh)
untuk 29Cu, konfigurasi [Ar] 4s2 3d9 (salah)
konfigurasi [Ar] 4s1 3d10 (benar karena orbital terisi penuh)
4. Konfigurasi ion positif dan negatif
• Ion positif berasal dari atom yang melepaskan elektronnya. Elektron yang
dilepaskan diurutkan dari kulit terluar (n terbesar) terlebih dahulu.
Contoh: 23V : [Ar] 4s2 3d3
23V+ : [Ar] 4s1 3d3 (elektron yang dilepas berasal dari orbital 4s)
23V3+ : [Ar] 3d2 (elektron yang dilepaskan adalah 2 elektron 4s dan 1
elektron 3d)
• Ion negatif berasal dari atom yang menerima elektron dari luar. Elektron yang
diterima ditambahkan sesuai urutan pada prinsip Aufbau.
Contoh: 8O : 1s2 2s2 2p4 8O2- : 1s2 2s2 2p6
8O- : 1s2 2s2 2p5

7
E. SISTEM PERIODIK UNSUR
• Sistem periodik unsur modern disusun berdasarkan kenaikan nomor atom dan
kemiripan sifat. Sistem ini terbagi atas baris horizontal yang disebut periode dan
kolom vertikal yang disebut golongan.
• Terdapat 7 periode dan 16 golongan, yang terdiri dari 8 golongan utama (IA sampai
VIIIA) dan 8 golongan transisi (IB sampai VIIIB).
• Unsur dengan jumlah kulit yang sama ditempatkan pada periode yang sama. Periode
dapat dicari dari nilai kulit (n) terbesar.
• Untuk menentukan golongan, unsur dapat dibagi menjadi berikut.
1. Golongan utama (A)
• Unsur golongan utama memiliki konfigurasi elektron yang berakhir pada
subkulit s (blok s) atau subkulit p (blok p).
• Nomor golongan dihitung dengan menjumlahkan elektron di kulit terakhir (s+p).
• Berikut tabel contoh konfigurasi elektron dari beberapa golongan.
Golongan Nama Elektron Terakhir
IA Alkali s1
IIA Alkali tanah s2
VIIA Halogen s2 p5
VIIIA Gas Mulia s2 p6

• Pengecualian dimiliki oleh hidrogen (1H: 1s1) yang terkadang tidak digolongkan
sebagai alkali, serta helium (2He: 1s2) yang termasuk gas mulia.
2. Golongan transisi (B)
• Unsur golongan transisi memiliki konfigurasi elektron yang berakhir pada
subkulit d (blok d).
• Nomor golongan dihitung dengan menjumlah elektron-elektron terakhir (s+d).
• Pengecualian dimiliki oleh unsur-unsur dengan konfigurasi berikut:
• s2 d7 : meski s+d = 9, namun tergolong dalam golongan VIIIB
• s2 d8 : meski s+d = 10, namun tergolong dalam golongan VIIIB

9
• s1 d10 : meski s+d = 11, namun tergolong dalam golongan IB
• s2 d10 : meski s+d = 12, namun tergolong dalam golongan IIB
3. Golongan transisi dalam
• Unsur golongan transisi dalam memiliki konfigurasi elektron yang berakhir pada
subkulit f (blok f).
• Unsur yang berakhir pada orbital 4f disebut lantanida, sedangkan unsur yang
berakhir pada orbital 5f disebut aktinida.

F. SIFAT PERIODIK UNSUR


1. Jari-jari atom
• Jari-jari atom adalah jarak dari inti atom sampai kulit elektron terluarnya.
• Semakin ke kiri dalam satu periode, jari-jari atom semakin besar akibat jumlah
proton yang semakin sedikit (dengan jumlah kulit yang sama) memperlemah
gaya tarik inti.
• Semakin ke bawah dalam satu golongan, jari-jari atom semakin besar akibat
jumlah kulit yang juga bertambah.
2. Energi ionisasi
• Energi ionisasi adalah energi yang dibutuhkan untuk melepaskan satu elektron
terluar dalam fasa gas.
• Semakin ke kanan dalam satu periode, energi ionisasi semakin besar akibat
jumlah proton yang semakin banyak (dengan jumlah kulit yang sama)
membutuhkan energi lebih besar untuk melepas elektron.
• Semakin ke atas dalam satu golongan, energi ionisasi semakin besar akibat
jumlah kulit yang semakin sedikit menyebabkan elektron lebih susah dilepaskan.
• Pengecualian dimiliki oleh energi golongan IIA > golongan IIIA serta energi
golongan VA > golongan VIA akibat kestabilan konfigurasi elektron yang penuh
dan setengah penuh.
3. Afinitas elektron

10
• Energi ionisasi adalah energi yang dibutuhkan untuk melepaskan satu elektron
terluar dalam fasa gas.
• Semakin ke kanan dalam satu periode, energi ionisasi semakin besar akibat
jumlah proton yang semakin banyak (dengan jumlah kulit yang sama)
membutuhkan energi lebih besar untuk melepas elektron.
• Semakin ke atas dalam satu golongan, energi ionisasi semakin besar akibat
jumlah kulit yang semakin sedikit menyebabkan elektron lebih susah dilepaskan.
• Pengecualian dimiliki oleh afinitas golongan IIA > golongan IIIA serta afinitas
golongan VA > golongan VIA akibat kestabilan konfigurasi elektron yang penuh
dan setengah penuh.
4. Elektronegativitas / Kelektronegatifan
• Elektronegativitas adalah ukuran kecenderungan suatu atom untuk menarik
elektron.
• Semakin ke kanan dalam satu periode, elektronegativitas semakin besar akibat
jumlah proton yang bertambah (dengan jumlah kulit yang sama) memperkuat
gaya tarik inti.
• Semakin ke atas dalam satu golongan, elektronegativitas semakin besar akibat
jumlah kulit yang semakin sedikit memperkuat gaya tarik inti.
• Pengecualian dimiliki oleh golongan VIIIA yang tidak bersifat elektronegatif
akibat konfigurasi elektronnya yang sudah penuh dan stabil tidak perlu menarik
elektron.
5. Sifat logam dan nonlogam
• Sifat logam berhubungan dengan kemampuan atom membentuk ion positif,
sedangkan sifat nonlogam berhubungan dengan kemampuan membentuk ion
negatif.
• Semakin ke kanan dalam satu periode, sifat logam berkurang akibat atom
semakin susah melepas elektron membentuk ion positif, namun sebaliknya sifat
nonlogam bertambah.

11
• Semakin ke atas dalam satu periode, sifat logam berkurang akibat jumlah kulit
yang berkurang menyebabkan elektron lebih susah dilepas membentuk ion
positif, namun sebaliknya sifat nonlogam bertambah.
• Golongan IA, IIA, serta golongan transisi merupakan logam (kecuali hidrogen).
• Golongan VIA, VIIA, dan VIIIA merupakan nonlogam.
• Golongan IIIA, IVA, dan VA mengandung campuran nonlogam, logam, dan
semilogam.

LATIHAN SOAL
1. Di antara unsur berikut yang memiliki ion dengan muatan +2 dengan konfigurasi
elektron 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 adalah ...
A. K D. Ca
B. Si E. Ge
C. Zn
2. Konfigurasi elektron ion X2+ yang memiliki nomor massa sebanyak 45 dan neutron
sebanyak 24 adalah ...
A. [Ar] 4s2 3d1 D. [Ar] 4s2 3d2
B. [Ar] 4s1 E. [Ar] 4s2 3d3
C. [Ar] 3d1
3. Di antara konfigurasi elektron berikut yang menunjukkan unsur logam adalah ...
A. 1s2 2s2 2p5 D. 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s2 4p1
B. 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 E. 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s2 4p6
C. 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d2 4s2
4. Unsur X dengan nomor atom 47 berada pada ...
A. n=4, l=2, m=+2, s=+1/2 D. n=4, l=2, m=–2, s=+1/2
B. n=5, l=0, m=0, s=+1/2 E. n=5, l=2, m=+2, s=–1/2
C. n=5, l=0, m=0, s=–1/2
5. Dalam atom Ni dengan nomor atom 28 terdapat elektron tak berpasangan sebanyak
...

12
A. 1 D. 4
B. 2 E. 5
C. 3
6. Di antara molekul atau ion berikut ini: SO3, CO2, NO2+, dan ClO2−, yang isoelektronik
adalah ...
A. SO3 dan CO2 D. NO2+ dan SO3
B. NO2+ dan ClO2− E. CO2 dan ClO2−
C. CO2 dan NO2+
7. Di antara pernyataan berikut yang benar adalah ...
A. 18O dan 19F mempunyai jumlah neutron sama.
B. 14C dan 14N adalah isotop karena nomor massanya sama.
C. 18O2- mempunyai jumlah elektron yang sama dengan 20Ne.
D. A dan B benar.
E. A dan C benar.
8. Konfigurasi elektron ion L3+ adalah [Ar] 3d3. Dalam sistem periodik, atom unsur L
terletak pada ...
A. Periode 3, golongan VIA D. Periode 4, golongan VIA
B. Periode 3, golongan VIB E. Periode 4, golongan VIB
C. Periode 4, golongan IIIB

9. Dari serangkaian diagram berikut ini, diagram yang terbaik untuk menjelaskan jari-
jari relatif dari atom dan ion natrium serta atom klor dan ion klorida adalah ...

13
10. Pernyataan yang benar mengenai sifat-sifat unsur dalam satu golongan dari atas ke
bawah mempunyai kecenderungan ...
A. Jari-jari atom berkurang D. Energi ionisasi berkurang
B. Elektronegativitas bertambah E. Sifat logamnya berkurang
C. Afinitas elektron bertambah

14
BAB 2
IKATAN KIMIA & TATA NAMA SENYAWA

A. ATURAN OKTET
• Selain menggunakan jenis orbital seperti pada bab sebelumnya, konfigurasi elektron
dapat ditulis hanya dengan jumlah elektron tiap kulitnya. Dengan cara ini, elektron
valensi dapat ditentukan dengan lebih mudah.
Contoh: 6C :24 13Al :283 20Ca :2882
• Kelompok unsur yang memiliki konfigurasi elektron paling stabil adalah gas mulia
(golongan VIIIA) dengan elektron terluarnya (valensi) terisi penuh sebanyak 8 buah
(kecuali helium).
• Aturan oktet menyebut bahwa atom-atom ingin memiliki konfigurasi stabil seperti
gas mulia, yaitu dengan 8 elektron valensi. Hal ini bisa dilakukan dengan membentuk
ikatan dengan atom lain.
• Pengecualian dimiliki oleh atom hidrogen (H), litium (Li), dan berilium (Be) yang
ingin memiliki konfigurasi elektron seperti helium (He), dengan hanya 2 elektron
saja.

B. IKATAN ION / ELEKTROVALEN


Ikatan ion terbentuk melalui gaya tarik-menarik elektrostatik antara ion positif
(kation) dan ion negatif (anion). Ikatan ini umumnya terbentuk antara unsur logam
dengan nonlogam.
1. Kation terbentuk jika suatu atom melepaskan elektron. Dengan cara ini, unsur logam
dapat memiliki 8 elektron valensi sesuai aturan oktet.
Contoh: 19K :2881 19K+ :288
12Mg :282 12Mg2+ :28
2. Anion terbentuk jika suatu atom menerima elektron. Dengan cara ini, unsur
nonlogam dapat memiliki 8 elektron valensi sesuai aturan oktet.

15
Contoh: 17Cl :287 17Cl- :288
8O :26 8O2- :28
3. Muatan positif dan negatif pasangan ion ini harus seimbang. Jika muatannya berbeda,
maka ion tersebut harus dikalikan hingga muatannya sama.

C. IKATAN KOVALEN
• Ikatan kovalen terbentuk melalui pemakaian bersama pasangan elektron, sehingga
terbentuk konfigurasi elektron seperti gas mulia.
• Ikatan ini umumnya terbentuk antara unsur-unsur nonlogam.
• Elektron yang terlibat pada pembentukan ikatan ini adalah elektron pada kulit
terluar (valensi).
Contoh: pembentukan molekul H2O
Atom H terdiri dari 1 elektron dan butuh 1 lagi agar stabil (seperti He).
Atom O terdiri dari 6 elektron valensi dan butuh 2 elektron agar oktet.
Maka 2 atom H akan berikatan dengan atom O, agar semuanya stabil.

• Ikatan kovalen dapat dibagi menjadi 3, yaitu:


1. Ikatan kovalen polar
Ikatan ini terbentuk jika elektron tertarik ke salah satu atom yang lebih
elektronegatif. Ciri-ciri ikatan ini, antara lain:
a. Terdiri dari atom-atom dengan elektronegativitas yang jauh berbeda;
b. Memiliki distribusi elektron yang tidak merata;
c. Memiliki struktur yang tidak simetris;
d. Umumnya memiliki pasangan elektron bebas (PEB) di atom pusat.
Contoh: HCl, H2O, NH3, dan PCl3
2. Ikatan kovalen nonpolar
Ikatan ini terbentuk jika elektron tersebar merata dan tidak tertarik ke salah satu
atom saja. Ciri-ciri ikatan ini, antara lain:

16
a. Terdiri dari atom-atom dengan elektronegativitas yang sama atau mirip;
b. Memiliki distribusi elektron yang merata;
c. Memiliki struktur yang simetris;
d. Umumnya tidak memiliki pasangan elektron bebas (PEB) di atom pusat.
Contoh: H2, BF3, CH4, dan PCl5.
3. Ikatan kovalen koordinasi
Ikatan ini terbentuk jika hanya salah satu atom saja yang menyumbangkan pasangan
elektron. Contohnya dapat dilihat jika molekul NH3 bergabung dengan BF3 berikut.

D. TATA NAMA SENYAWA


1. Tata nama senyawa biner dari ikatan kovalen (nonlogam-nonlogam)
Penamaan dilakukan dengan menyebut nama masing-masing atom. Atom terakhir
diberi akhiran “-ida”. Jika terdapat lebih dari satu atom, digunakan awalan angka
dalam bahasa Yunani berikut.
1 = mono; 2 = di; 3 = tri; 4 = tetra; 5 = penta;
6 = heksa; 7 = hepta; 8 = okta; 9 = nona; 10 = deka.
Contoh: NO : nitrogen monoksida N2O3 : dinitrogen trioksida
NO2 : nitrogen dioksida N2O5 : dinitrogen pentaoksida
2. Tata nama senyawa biner dari ikatan ion (logam-nonlogam)
Nama atom logam disebut dahulu, diikuti dengan nama atom nonlogam diakhiri “-
ida”. Bila atom logam dapat membentuk lebih dari satu ion (logam transisi), maka
muatan ion logam harus dituliskan dengan huruf romawi.
Contoh: FeS : besi (II) sulfida MgS : magnesium sulfida
Fe2S3 : besi (III) sulfida Na2S : natrium sulfida

17
3. Tata nama ion khusus
Beberapa ion memiliki nama khusus, terutama ion-ion dengan jumlah atom yang
banyak. Tabel berikut menunjukkan contoh nama-nama ion khusus ini.
Rumus ion Nama ion Rumus ion Nama ion
H+ Asam OH- Hidroksida
ClO- Hipoklorit ClO3- Klorat
ClO2- Klorit ClO4- Perklorat
NO3- Nitrat SO42- Sulfat
NO2- Nitrit SO32- Sulfit
PO43- Fosfat CO32- Karbonat
PO33- Fosfit NH4+ Amonium

E. GEOMETRI MOLEKUL
1. Teori VSEPR
• VSEPR adalah singkatan dari Valence Shell Electron Pair Repulsion atau tolakan
pasangan elektron kulit valensi. Teori ini menganggap elektron-elektron valensi yang
bebas maupun yang berikatan akan tolak-menolak hingga diperoleh sudut terjauh.
• Seringkali digunakan notasi AXE untuk mempermudah penyebutan geometri. A
adalah atom pusat, X adalah atom cabang, dan E adalah pasangan elektron bebas.
Domain merupakan jumlah orbital yang ditempati elektron di atom pusat, atau setara
dengan total X+E.
• Dari teori ini, diperoleh bentuk molekul sebagai berikut.

Jumlah Domain Notasi AXE Bentuk Molekul Contoh


2 AX2 Linear BeCl2
Segitiga datar /
AX3 BCl3
3 Trigonal planar
AX2E Bengkok / Huruf V NO2-
4 AX4 Tetrahedral CH4

18
AX3E Trigonal piramida NH3
AX2E2 Bengkok / Huruf V H2O
AX5 Trigonal bipiramida PCl5
Jungkat-jungkit /
AX4E SF4
5 Tetrahedral terdistorsi
AX3E2 Huruf T IF3
AX2E3 Linear XeF2
AX6 Oktahedral SF6
6 AX5E Segiempat piramida IF5
AX4E2 Segiempat datar XeF4

2. Teori Hibridisasi
• Hibridisasi adalah proses pembentukan orbital gabungan dari dua atau lebih orbital
atom. Contohnya adalah molekul CH4 berikut ini.

• Peristiwa hibridisasi tersebut terjadi agar terdapat 4 orbital setengah penuh untuk
berikatan dengan atom H. Keempat orbital ini nantinya membentuk 4 ikatan C-H.
• Beberapa kemungkinan hibridisasi dan bentuk geometrinya adalah sebagai berikut.
Orbital hibrida Jumlah domain Bentuk geometri
sp 2 Linear

19
Segitiga datar /
sp2 3
Trigonal planar
sp3 4 Tetrahedral
sp3d 5 Trigonal bipiramida
sp3d2 6 Oktahedral

F. INTERAKSI ANTARMOLEKUL
1. Ikatan hidrogen
Ikatan hidrogen adalah interaksi antarmolekul pada atom H yang berikatan dengan
atom yang sangat elektronegatif (F, O, dan N). Contohnya, HF, NH3, dan H2O.

2. Interaksi Van der Waals


a. Gaya dipol-dipol, yaitu gaya yang terjadi antara molekul polar.
Contoh: +HBr- --- +HBr-
b. Gaya dipol-dipol terimbas / terinduksi, yaitu gaya yang terjadi antara molekul
polar dan nonpolar.
Contoh: +H2O- --- +O2-
c. Gaya London, yaitu gaya yang terjadi antara molekul nonpolar.
Contoh: CH4 --- CH4
• Interaksi antarmolekul ini umumnya dihubungkan dengan titik didih molekul
tersebut. Urutan titik didih dapat dicari menggunakan poin-poin berikut:
a. Semakin kuat ikatannya, semakin tinggi titik didihnya.
Ikatan antaratom: ikatan ion > kovalen polar > kovalen nonpolar.
Interaksi antarmolekul: ikatan hidrogen > gaya dipol-dipol > gaya dipol-dipol
terimbas > gaya London.

20
b. Jika kekuatan ikatannya sama, molekul dengan Mr yang lebih tinggi memiliki titik
didih yang lebih tinggi.

LATIHAN SOAL
1. Dua buah unsur memiliki notasi 13X dan 17Y. Bila kedua unsur ini berikatan, maka
rumus senyawa yang dihasilkan adalah ...
A. XY2 D. X2Y3
B. XY3 E. X2Y
C. X2Y
2. Di antara kelompok senyawa berikut ini, yang merupakan senyawa ionik adalah ...
A. N2O4, NH3, NH4Cl D. AsH3, AlCl3, PCl3
B. NH4Cl , NaCl, Na2O2 E. NCl3, NaCl, CaC2
C. NF3, (NH4)2SO4, PCl3
3. Beberapa unsur dengan nomor atom masing-masing: K = 8, L = 9, M = 11, N = 16, O =
19. Pasangan yang dapat membentuk senyawa dengan ikatan ion adalah ...
A. K dengan M D. K dengan N
B. M dengan O E. L dengan N
C. K dengan L
4. Sebuah atom netral X mempunyai konfigurasi elektron 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5. Jika unsur
tersebut membentuk hidrida, maka senyawa yang terbentuk kemungkinan adalah ...
A. Ionik dengan rumus XH2 D. Kovalen dengan rumus XH
B. Ionik dengan rumus XH E. Kovalen dengan rumus XH3
C. Kovalen dengan rumus XH2
5. Berdasarkan geometri molekulnya, di antara ion atau molekul berikut yang
mempunyai momen dipol paling besar adalah ...
A. NO3− D. BF4−
B. SO2 E. PCl5
C. SiH4
6. Panjang ikatan O−O yang paling pendek terdapat dalam molekul ...

21
A. O2 D. O2F2
B. O3 E. H2S2O8
C. H2O2
7. Ditentukan ion-ion pembentuk senyawa: NH4+, Fe2+, Al3+ serta NO3-, SO42-, PO43-.
Rumus kimia senyawa yang benar adalah ...
A. Al(NO3)3 D. FePO4
B. (NH4)3NO3 E. Fe2(SO4)2
C. Al2(PO4)3
8. Iodium (I2) dapat dibuat melalui reaksi:
MnO2 + 2 NaI + 2 H2SO4 → MnSO4 + Na2SO4 + 2 H2O + I2
Nama salah satu senyawa pereaksi yang paling tepat dari persamaan reaksi tersebut
adalah ...
A. Mangan (IV) oksida D. Natrium sulfat
B. Mangan oksida E. Natrium iodat
C. Mangan (II) sulfat
9. Jika NaBr larut dalam air, maka jenis gaya antarmolekul yang harus diputuskan
adalah ...
A. Gaya ion-ion D. Gaya ion-ion dan ikatan hidrogen
B. Ikatan hidrogen E. Dipol-dipol
C. Gaya ion-dipol
10. Di antara padatan berikut ini, yang memiliki interaksi antarmolekul hanya melalui
gaya van der Waals adalah ...
A. CO2 D. MgO
B. SiO2 E. CH3CH2OH
C. Cu

22
BAB 3
PERSAMAAN REAKSI & STOIKIOMETRI

A. MASSA ATOM DAN MASSA MOLEKUL RELATIF


• Massa atom relatif (Ar) adalah perbandingan massa suatu unsur dengan 1/12 massa
isotop atom C-12.
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1 𝑎𝑡𝑜𝑚 𝑋
𝐴𝑟 𝑋 =
1
12 × 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1 𝑎𝑡𝑜𝑚 𝐶 − 12
• Massa atom relatif dapat dilihat di Tabel Periodik Unsur sebagai nomor massa.
• Untuk menentukan massa atom rata-rata dari isotopnya di alam dapat menggunakan
rumus berikut.
% 𝑋1 ∙ 𝐴𝑟1 + % 𝑋2 ∙ 𝐴𝑟2
𝐴𝑟 𝑋 =
100%
• Massa molekul relatif (Mr) adalah penjumlahan dari massa relatif atom-atom
penyusunnya.
Contoh: Mr N2O5 = 2 Ar N + 5 Ar O = 2 x 14 + 5 x 16 = 108

B. KONSEP MOL
• Mol adalah satuan yang menyatakan jumlah partikel suatu zat.
• Satu mol suatu zat mengandung partikel sebanyak bilangan Avogadro, atau 6,02 x
1023. Maka mol (n) dapat dihitung dengan rumus berikut.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙
𝑛=
6,02 × 1023
• Massa yang dimiliki oleh satu mol zat disebut dengan massa molar. Nilai dari massa
molar setara dengan nilai Ar atau Mr dengan satuan gram/mol. Maka mol (n) dapat
dihitung dengan rumus berikut.
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝑛=
𝐴𝑟 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑀𝑟

23
• Mol dapat pula dihubungkan dengan tekanan dan volume menggunakan rumus gas
ideal berikut ini.
𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇
Keterangan: P = tekanan (atm) n = mol (mol) T = suhu (Kelvin = oC + 273)
V = volume (L) R = tetapan gas ideal (0,082 L atm/mol K)
• Dalam keadaan standar atau STP (Standard Temperature & Pressure) yaitu suhu 0oC
dan tekanan 1 atm, rumus dapat disingkat menjadi seperti berikut.
𝑉 = 𝑛 × 22,4 𝐿/𝑚𝑜𝑙
• Dalam kondisi ruang (RTP) atau ambien (ATP) yaitu suhu 25oC dan tekanan 1 atm,
rumus dapat pula disingkat menjadi seperti berikut.
𝑉 = 𝑛 × 24,4 𝐿/𝑚𝑜𝑙
• Perbandingan mol gas sama dengan perbandingan volumenya pada tekanan dan
suhu yang sama, serta sama dengan perbandingan tekanannya pada volume dan
suhu yang sama. Dengan kata lain, dapat diperoleh rumus sebagai berikut.
𝑛1 𝑉1 𝑃1
= =
𝑛2 𝑉2 𝑃2

C. PERSAMAAN DAN REAKSI KIMIA


• Reaksi kimia adalah proses perubahan suatu zat menjadi zat yang lain.
• Persamaan kimia adalah penggunaan simbol kimia untuk menunjukkan apa yang
terjadi pada reaksi.
Contoh: Hidrogen terbakar di udara (bereaksi dengan oksigen) membentuk air
Reaksi: H2 + O2 → H2O
• H2 dan O2 disebut reaktan (pereaksi), sedangkan H2O disebut produk (hasil reaksi).
• Persamaan tersebut belum lengkap karena tidak diberi tanda fasa. Fasa dapat ditulis
dengan huruf g (gas), l (liquid atau cairan), s (solid atau padatan), serta aq (aqueous
atau larutan).
Contoh: H2(g) + O2(g) → H2O(l)

24
• Reaksi tersebut belum setara karena jumlah atom oksigen yang tidak seimbang. Di
sebelah kiri (reaktan), terdapat 2 atom O, sedangkan di sebelah kanan (produk),
terdapat 1 atom O.
• Cara menyetarakan reaksi kimia adalah sebagai berikut.
1. Pastikan reaktan dan produk memiliki rumus molekul yang benar dan tetap.
2. Mulai penyetaraan dengan mengubah koefisien zat.
3. Lihat unsur yang sama harus memiliki jumlah yang sama dari reaktan dan produk.
4. Periksa semua unsur apakah telah setara.
Contoh: Reaksi H2(g) + O2(g) → H2O(l) memiliki perbedaan jumlah atom O. Agar
jumlah atom O menjadi sama, O2 pada reaktan dapat dikali dengan
koefisien ½.
Reaksinya menjadi H2(g) + ½ O2(g) → H2O(l).
Persamaan di atas dapat dikali angka lain, asalkan perbandingannya tetap.
Jika dikali 2, reaksinya menjadi 2 H2(g) + O2(g) → H2O(l).

D. STOIKIOMETRI
1. Komposisi Zat
Karena perbandingan massa unsur di dalam senyawa selalu tetap, persentase
komposisi massa unsur dapat dihitung. Nilai persentase ini didasarkan pada
perbandingan jumlah massa atom relatif (Ar) suatu unsur terhadap massa molekul
relatif (Mr) senyawa tersebut.
Contoh: Tentukan persentase massa unsur C dalam glukosa (C6H12O6)
(Ar C = 12, H = 1, O = 16)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑛𝑠𝑢𝑟 × 𝐴𝑟 𝐶 6 × 12
%𝐶 = × 100% = × 100% = 40%
𝑀𝑟 𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 180
2. Rumus Empiris dan Rumus Molekul
• Rumus empiris merupakan rumus perbandingan paling sederhana dari unsur-
unsur dalam suatu senyawa. Langkah-langkah menentukan rumus empiris
adalah:

25
a. Menentukan massa atau komposisi setiap unsur dalam senyawa.
b. Membagi massa dengan Ar-nya sehingga diperoleh perbandingan mol tiap unsur.
c. Mengubah perbandingan mol menjadi bilangan sederhana.
Contoh: Tentukan rumus empiris dari 1,5 gram senyawa hidrokarbon yang
mengandung 0,3 gram hidrogen dan 1,2 gram karbon. (Ar C = 12, Ar H = 1)
Mol C = massa : Ar = 1,2 : 12 = 0,1 mol
Mol H = massa : Ar = 0,3 : 1 = 0,3 mol
Perbandingan mol C : mol H = 0,1 : 0,3 = 1 : 3
Maka rumus empirisnya adalah CH3.
• Rumus molekul menggambarkan jumlah atom tiap unsur yang membentuk
molekul senyawa. Rumus ini adalah kelipatan dari rumus empiris, sehingga
dapat dihitung jika massa molekul relatifnya (Mr) diketahui.
Contoh: Tentukan rumus molekul dari hidrokarbon pertanyaan sebelumnya jika
massa molekul relatifnya senilai 30 gram/mol.
Mr rumus molekul = Mr rumus empiris x n (kelipatannya)
30 = (Ar C + 3 Ar H) x n
30 = (12 + 3 x 1) x n
n =2
Maka rumus molekulnya adalah (rumus empiris)n yaitu (CH3)2 atau C2H6.
3. Perhitungan Kimia
• Koefisien di dalam persamaan reaksi merupakan perbandingan jumlah molekul,
maka: 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑜𝑙 = 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛
• Untuk menyelesaikan perhitungan kimia, langkah-langkahnya adalah:
a. Menuliskan persamaan reaksi dan menyetarakan koefisiennya.
b. Mengubah satuan zat yang diketahui menjadi mol.
c. Mencari mol zat yang ditanya dengan cara membandingkan koefisien.
d. Mengubah satuan mol menjadi satuan lain yang diinginkan.
Contoh: Tentukan massa H2O yang dihasilkan jika pada reaksi pembakaran H2
digunakan 22,4 L gas O2 pada STP. (Ar H = 1, Ar O = 16)

26
2 H2 + O2 → 2 H2O
Mol O2 = 22,4 : 22,4 = 1 mol
Mol H2O = 2 x mol O2 = 2 x 1 = 2 mol
Massa H2O = mol x Mr = 2 x (2 Ar H + Ar O) = 2 x (2 x 1 + 16) = 36 gram.
4. Pereaksi Pembatas
Dalam suatu reaksi, perbandingan mol reaktan yang ditambahkan tidak selalu sama
dengan perbandingan koefisien reaksinya. Hal ini menyebabkan ada salah satu
reaktan yang habis terlebih dahulu dan reaktan lain yang tersisa. Reaktan yang habis
ini disebut pereaksi pembatas.
Contoh: Satu mol larutan NaOH direaksikan dengan 1 mol larutan H2SO4 sesuai
reaksi:
2 NaOH + H2SO4 → Na2SO4 + 2 H2O
Tentukan mol semua senyawa yang tersisa setelah reaksi selesai.
Karena NaOH : H2SO4 = 2 : 1 maka mol yang bereaksi juga harus 2 : 1,
sehingga
2 NaOH + H2SO4 → Na2SO4 + 2 H2O
Mula2 1 mol 1 mol - -
Reaksi 1 mol 0,5 mol 0,5 mol 1 mol
Sisa - 0,5 mol 0,5 mol 1 mol
Dalam reaksi ini karena NaOH telah habis terlebih dahulu, maka NaOH
disebut sebagai pereaksi pembatas. Maka mol yang tersisa di akhir reaksi
adalah 0,5 mol H2SO4, 0,5 mol Na2SO4, dan 1 mol H2O.

LATIHAN SOAL

27
1. Berikut ini adalah rumus struktur guanidin yang terdapat dalam urin dari hasil
metabolisme protein:

Persen massa nitrogen dalam guanidin adalah ...


A. 79,66 % D. 71,19 %
B. 77,78 % E. 69,49 %
C. 73,33 %
2. Di antara senyawa oksida nitrogen berikut ini, yang mengandung 36,4% massa
oksigen adalah ...
A. NO D. N2O4
B. N2O E. N2O5
C. N2O3
3. Sebanyak 1,50 g sampel suatu bijih yang mengandung perak dilarutkan. Semua Ag
yang larut diubah menjadi 0,124 g Ag2S. Persen massa Ag dalam bijih tersebut adalah
...
A. 4,15% D. 8,27%
B. 6,41% E. 10,8%
C. 7,20%
4. Volume larutan H3PO4 0,1 M yang tepat bereaksi dengan larutan 50 mL Ba(OH)2 0,25
M adalah ...
A. 50 mL D. 150 mL
B. 83,3 mL E. 250 mL
C. 125 mL
5. Di laboratorium, gas klor dapat dibuat dari reaksi antara HCl dengan MnO2.
Persamaan reaksi setara adalah:
MnO2(s) + 4HCl(aq) → Cl2(g) + MnCl2(aq) + 2H2O(l)

28
Bila reaksi berlangsung sempurna, massa larutan HCl pekat (36,0% berat) yang
diperlukan untuk menghasilkan Cl2 sebanyak 2,50 g adalah ...
A. 5,2 g D. 19,4 g
B. 9,6 g E. 26,4 g
C. 14,3 g
6. Massa CaCl2 yang dibutuhkan untuk membuat 500 mL larutan CaCl2 yang
konsentrasinya 0,200 M adalah ...
A. 0,100 g D. 11,1 g
B. 0,200 g E. 22,2 g
C. 5,55 g
7. Larutan natrium sulfat dapat bereaksi dengan larutan barium klorida sesuai
persamaan reaksi yang setara berikut:
Na2SO4(aq) + BaCl2(aq)  2NaCl(aq) + BaSO4(s)
Seorang siswa mencampurkan larutan yang mengandung 10,0 g Na2SO4
dicampurkan dengan larutan yang mengandung 10,0 g BaCl2, dan diperoleh 12,0 g
BaSO4. Persen hasil (rendemen) dari reaksi ini adalah ...
A. 60,0% D. 93,3%
B. 73,1% E. >100%, karena endapan barium
C. 82,4 % sulfat yang diperoleh masih basah.
8. Suatu sampel gas sebanyak 0,238 g dalam 100 mL wadah pada temperatur 14 oC
memberikan tekanan sebesar 600 mmHg. Gas tersebut adalah ...
A. Nitrogen D. Xenon
B. Argon E. Kripton
C. Klor
9. Pada suhu kamar dan tekanan atmosfer, 1 gram oksigen mengisi ruang 0,764 liter,
sedangkan 0,5 gram oksida nitrogen dalam kondisi yang sama mengisi ruang 0,266
liter. Berdasarkan hal tersebut, maka rumus oksida nitrogen termaksud adalah ... (Ar
N = 14, Ar O = 16)
A. NO2 B. NO3

29
C. NO5 E. N2O5
D. N2O3
10. Hasil analisis senyawa berupa gas menunjukkan kandungan (% massa) 33,0% Si dan
67,0% F. Pada temperatur 35oC, sebanyak 0,210 L senyawa tersebut memberikan
tekanan 1,70 atm. Jika massa 0,210 L senyawa tersebut adalah 2,40 g, maka rumus
molekulnya adalah ...
A. SiF4 D. Si2F6
B. SiF3 E. Si3F9
C. Si2F8

30
BAB 4
TERMOKIMIA

A. SISTEM DAN LINGKUNGAN


• Sistem adalah sesuatu yang menjadi pusat perhatian langsung dalam suatu
eksperimen.
• Lingkungan adalah segala hal di luar sistem yang bisa mempengaruhi sistem.
• Terdapat 3 jenis sistem, yaitu:
1. Sistem terbuka, yaitu sistem yang dapat bertukar energi dan materi dengan
lingkungan.
Contoh: air di dalam gelas yang terbuka
2. Sistem tertutup, yaitu sistem yang dapat bertukar energi, namun tidak bisa bertukar
materi dengan lingkungan.
Contoh: air di dalam gelas yang ditutup
3. Sistem terisolasi, yaitu sistem yang tidak dapat bertukar energi maupun materi
dengan lingkungan.
Contoh: air di dalam termos

B. PERSAMAAN TERMOKIMIA
• Entalpi (H) adalah jumlah total energi kalor yang terkandung dalam sistem.
• Entalpi tidak dapat dihitung, namun perubahan entalpi (ΔH) dapat dihitung melalui
selisih entalpi produk dengan reaktan.
• Perubahan entalpi (ΔH) menyatakan jumlah kalor yang diterima atau dilepas dalam
suatu reaksi pada tekanan tetap.

31
• Terdapat 2 jenis reaksi termokimia, yaitu:
1. Reaksi eksoterm
Reaksi eksoterm adalah reaksi kimia yang menghasilkan / melepaskan kalor. Kalor
berpindah dari sistem ke lingkungan. Karena kalor sistem berkurang, perubahan
entalpi ditandai dengan tanda negatif (ΔH –).
Contoh: CH4(g) + 2 O2(g) → CO2(g) + 2 H2O(l) ΔH = -890,37 kJ
2. Reaksi endoterm
Reaksi endoterm adalah reaksi kimia yang membutuhkan / menyerap kalor. Kalor
berpindah dari lingkungan ke sistem. Karena kalor sistem bertambah, perubahan
entalpi ditandai dengan tanda positif (ΔH +).
Contoh: AgBr(s) → Ag(s) + ½ Br2(l) ΔH = +99,96 kJ
• Penting diketahui bahwa di dalam reaksi termokimia, koefisien selalu menunjukkan
jumlah mol sebenarnya.
• Reaksi eksoterm dan endoterm bisa ditampilkan dalam diagram koordinat reaksi
seperti berikut.

• Selisih energi dari hasil reaksi dan pereaksi merupakan perubahan entalpi. Nilainya
bisa positif (endoterm), maupun negatif (eksoterm).
• Energi aktivasi merupakan energi awal minimal yang dibutuhkan agar reaksi bisa
berjalan.

32
C. JENIS-JENIS ENTALPI
1. Entalpi pembentukan standar (ΔHof)
Entalpi pembentukan standar menyatakan jumlah kalor yang terlibat dalam
membentuk satu mol senyawa dari unsur-unsurnya pada keadaan standar (298 K, 1
atm).
Contoh: 2 C(s) + H2(g) → C2H2(g) ΔH = -226,7 kJ
2. Entalpi penguraian standar (ΔHod)
Entalpi penguraian standar menyatakan jumlah kalor yang terlibat dalam
menguraikan satu mol senyawa menjadi unsur-unsurnya pada keadaan standar (298
Kelvin, 1 atm).
Contoh: C6H6(g) → 6 C(s) + 3 H2(g) ΔH = +48,99 kJ
3. Entalpi pembakaran standar (ΔHoc)
Entalpi pembakaran standar menyatakn jumlah kalor yang terlibat dalam
pembakaran satu mol zat pada keadaan standar (298 K, 1 atm).
Contoh: C(s) + O2(g) → CO2(g) ΔH = -393,5 kJ
4. Entalpi pelarutan standar (ΔHosol)
Entalpi pelarutan standar menyatakan jumlah kalor yang terlibat dalam melarutkan
satu mol zat pada keadaan standar (298 K, 1 atm).
Contoh: NaCl(s) → NaCl(aq) ΔH = +3,9 kJ

D. PENENTUAN HARGA PERUBAHAN ENTALPI


1. Berdasarkan kalorimetri
Dalam eksperimen dengan kalorimeter, terdapat beberapa istilah, yaitu:
a. Kalor jenis (c), yaitu kalor yang dibutuhkan satu gram zat untuk menaikkan suhu
sebesar 1oC.
b. Kapasitas kalor kalorimeter (C), yaitu kalor yang dibutuhkan kalorimeter untuk
menaikkan suhu sebesar 1oC.
Dengan begitu, dapat diperoleh rumus sebagai berikut.
𝑄 = 𝐶 ∙ ∆𝑇 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑄 = 𝑚 ∙ 𝑐 ∙ ∆𝑇 = 𝜌 ∙ 𝑉 ∙ 𝑐 ∙ ∆𝑇

33
Keterangan: Q = kalor (J) m = massa (g)
C = kapasitas kalor (J/oC) c = kalor jenis (J/g oC)
ρ = massa jenis (g/mL) V = volume (mL)
ΔT = perubahan temperatur (oC)
Karena kalor yang diukur adalah kalor lingkungan, maka entalpi sistem bernilai
negatif dari kalor lingkungan, seperti ditunjukkan dalam rumus berikut.
𝑄
∆𝐻 = −𝑄 𝑎𝑡𝑎𝑢 ∆𝐻 = −
𝑚𝑜𝑙

2. Berdasarkan Hukum Hess


Kalor reaksi tidak bergantung pada jalannya reaksi, melainkan hanya tergantung
pada keadaan awal dan akhir reaksi. Contohnya pada gambar berikut.

Berdasarkan hukum Hess, ΔH2 = ΔH1 + ΔH3

3. Berdasarkan entalpi pembentukan standar (ΔHof)


Entalpi suatu reaksi dapat dicari dengan entalpi pembentukan produk dikurangi
entalpi pembentukan reaktan, sesuai rumus berikut.

∆𝐻 = ∑ ∆𝐻𝑓 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 − ∑ ∆𝐻𝑓 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛

Contoh: untuk reaksi CH4 + 2 O2 → CO2 + 2 H2O dapat dicari dengan rumus berikut.
∆𝐻 = (∆𝐻𝑓 𝐶𝑂2 + 2 ∆𝐻𝑓 𝐻2 𝑂) − (∆𝐻𝑓 𝐶𝐻4 + 2 ∆𝐻𝑓 𝑂2

34
4. Berdasarkan energi ikatan
Energi ikatan adalah energi rata-rata yang dibutuhkan untuk memutuskan satu mol
ikatan kimia dalam fasa gas. Entalpi dapat dihitung dengan menghitung energi ikat
reaktan dikurangi energi ikat produk, sesuai rumus berikut.

∆𝐻 = ∑ 𝐸𝑖𝑘𝑎𝑡 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛 − ∑ 𝐸𝑖𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

Contoh: untuk reaksi CH4 + 2 O2 → CO2 + 2 H2O dapat dicari dengan rumus berikut.
∆𝐻 = (4 𝐸𝑐−𝐻 + 2 𝐸𝑂=𝑂 ) − (2 𝐸𝐶=𝑂 + 2 × 2 𝐸𝑂−𝐻 )

LATIHAN SOAL
1. Jika energi disosiasi rata-rata dari ikatan C-H adalah 416 kJ/mol, berapa energi
disosiasi dari ikatan C-C dalam etana?
Senyawa ΔHof (kJ/mol)
C2H6 (g) -84,7
H (g) 217,9
C (g) 718,4
A. 164 kJ/mol D. 386 kJ/mol
B. 285 kJ/mol E. 404 kJ/mol
C. 333 kJ/mol
2. Kalor pembentukan timbal(II) karbonat adalah 699 kJ/mol. Persamaan reaksi yang
paling tepat untuk proses tersebut adalah ...
A. Pb(s) + C(s) + O2(g)  PbCO3(s)
B. Pb(s) + C(s) + 3/2 O2(g)  PbCO3(s)
C. Pb(s) + 2 C(s) + 3 O2(g)  2 PbCO3(s)
D. PbCO3(s)  Pb(s) + C(s) + 3/2 O2(g)
E. 2 PbCO3(s)  2 Pb(s) + 2 C(s) + 3 O2(g)
3. Bila nilai Ho untuk reaksi: Mg(s) + Cl2(g)  2MgCl2(s) adalah –1283,6 kJ, maka
entalpi pembentukan standar, Hof, magnesium klorida adalah ...
A. 0 kJ/mol B. –321 kJ/mol

35
C. – 641,8 kJ/mol E. –1283,6 kJ/mol
D. 1283,6 kJ/mol
4. Dalam reaksi berikut ini:
NO(g) → ½ N2(g) + ½ O2(g) H1
2 NO(g) → N2O(g) + ½ O2(g) H2
Pernyataan manakah yang benar?
A. H1 = H2 D. Hf untuk N2O(g) = H2 – 2H1
B. Hf untuk NO(g) = H1 E. Semua salah
C. Hf untuk N2O(g) = H2
5. Perubahan entalpi (H) untuk reaksi A + B + C → D + E + F, digambarkan pada kurva
entalpi reaksi di bawah ini.

Berdasarkan kurva tersebut terlihat bahwa entalpi D + E + F lebih besar


dibandingkan entalpi A + B + C. Data ini menunjukkan bahwa ...
A. Reaksi ini bersifat eksotermik.
B. Reaksi ini bersifat endotermik.
C. Energi aktivasi untuk reaksi ke kiri lebih tinggi daripada untuk reaksi ke kanan.
D. Reaksi ini tidak memerlukan katalis.
E. Kompleks teraktifkan untuk reaksi ke kiri adalah spesi yang berbeda dari reaksi
ke kanan.

36
6. Berdasarkan data kalor pembentukan H2O(g) = –241,8 kJ/mol, kalor disosiasi H2(g)
= +436 kJ/mol, dan kalor disosiasi O2(g) = +498 kJ/mol, maka energi ikatan O–H
adalah ...
A. 221,6 kJ/mol D. 587,9 kJ/mol
B. 443,2 kJ/mol E. 926,8 kJ/mol
C. 463,4 kJ/mol
7. Entalpi pembentukan standar (Hof) timbal(II) karbonat adalah −699 kJ/mol.
Pernyataan persamaan termokimia yang paling tepat untuk proses tersebut adalah
...
A. Pb(s) + C(s) + O2(g)  PbCO3(s) Hof = +699 kJ/mol
B. Pb(s) + C(s) + 3/2 O2(g)  PbCO3(s) Hof = −699 kJ/mol
C. 2 Pb(s) + 2 C(s) +3 O2(g)  2 PbCO3(s) Hof = −1398 kJ/mol
D. PbCO3(s)  Pb(s) + C(s) + 3/2 O2(g) Hof = −699 kJ/mol
E. 2 PbCO3(s)  2 Pb(s) + 2 C(s) +3 O2(g) Hof = −1398 kJ/mol
8. Berdasarkan data pada 25oC di bawah ini:
2 NOCl(g) → 2 NO(g) + Cl2(g) ∆Ho = +75,56 kJ
2 NO(g) + O2(g) → 2 NO2(g) ∆Ho = -113,05 kJ
2 NO2(g) → N2O4(g) ∆Ho = -58,03 kJ
Hitung berapa ∆Ho pada 25oC untuk reaksi:
N2O4(g) + Cl2(g) → 2 NOCl(g) + O2(g)
A. +95,52 kJ D. -246,65 kJ
B. -85,52 kJ E. -186,8 kJ
C. +299 kJ
9. Berikut ini diberikan tabel entalpi disosiasi ikatan (EDI):
Ikatan EDI Ikatan EDI
(kJ/mol) (kJ/mol)
H–H 432 O–O 146
O–H 467 O=O 495

37
Nilai entalpi pembentukan, ∆Hºf untuk H2O(g) adalah ...
A. –934 kJ/mol D. –429 kJ/mol
B. –858 kJ/mol E. –255 kJ/mol
C. –510 kJ/mol
10. Diketahui energi ikatan: C=C = 614 kJ/mol; C–Cl = 328 kJ/mol; C–C = 348 kJ/mol;
Cl–Cl = 244 kJ/mol; C–H = 413 kJ/mol
Perubahan entalpi bagi reaksi berikut adalah ...
H2C=CH2(g) + Cl2(g) → ClH2C–CH2Cl(g)
A. 31 kJ/mol D. 124 kJ/mol
B. 62 kJ/mol E. 146 kJ/mol
C. 93 kJ/mol

38
BAB 5
ANALISIS KUALITATIF & SIFAT KOLIGATIF

A. ANALISIS KUALITATIF
1. Analisis Kation
• Terdapat beberapa ketentuan mengenai kelarutan kation dalam air, di antaranya:
a. Kation logam alkali (Li+, Na+, K+, Rb+, Cs+) dan kation amonium (NH4+) larut
dalam air.
b. Kation lain mengendap dengan sebagian besar anion, kecuali nitrat (NO3-),
bikarbonat (HCO3-), dan asetat (CH3COO-).
• Analisis kation tertentu bisa dilakukan dengan membentuk endapan hidroksidanya.
Warna endapan dan sifat yang dihasilkan berbeda-beda, tergantung kationnya.
Contoh: NH4OH : larut namun menghasilkan gas NH3 yang berbau tajam
Cr(OH)3 : endapan hijau
Cu(OH)2 : endapan biru
Fe(OH)2 : endapan hijau yang mudah berubah menjadi warna cokelat Fe3+
Fe(OH)3 : endapan cokelat
• Untuk mendeteksi kation logam tertentu, khususnya alkali yang selalu larut, dapat
dilakukan pula uji nyala. Uji nyala suatu kation menghasilkan warna yang berbeda.
Contoh: Li+ : merah Ca2+ : oranye
Na+ : kuning Cu2+ : hijau kebiruan
K+ : ungu Mg2+ : putih
2. Analisis Anion
• Terdapat beberapa ketentuan mengenai kelarutan anion dalam air, di antaranya:
a. Anion nitrat (NO3-), bikarbonat (HCO3-), dan asetat (CH3COO-) larut dalam air.
b. Anion halida (Cl-, Br-, I-) larut dalam air, kecuali bereaksi dengan Ag+, Hg22+, dan
Pb2+.

39
c. Anion sulfat (SO42-) larut dalam air, kecuali bereaksi dengan Ag+, Hg22+, Pb2+,
Ca2+, Sr2+, dan Ba2+.
d. Anion karbonat (CO32-), fosfat (PO43-), kromat (CrO42-), dan sulfida (S2-) hanya
larut dengan kation logam alkali dan amonium, sedangkan sisanya tidak larut.
e. Anion hidroksida (OH-) hanya larut dengan kation logam alkali, amonium, dan
Ba2+, sedangkan sisanya tidak larut.
• Endapan yang dihasilkan oleh ion sulfat (SO42-), karbonat (CO32-), dan fosfat (PO43-)
umumnya berwarna putih.
• Endapan yang dihasilkan oleh ion sulfida (S2-) umumnya berwarna hitam, kecuali ZnS
yang berwarna putih dan CdS yang berwarna kuning.
• Ion kromat (CrO42-) adalah ion yang stabil dalam suasana basa dan berwarna kuning.
Ion ini mengalami kesetimbangan dengan ion dikromat (Cr2O72-) yang stabil dalam
suasana asam dan berwarna oranye. Reaksinya ditunjukkan seperti berikut.
2 CrO42-(aq) + 2 H+(aq)  Cr2O72-(aq) + H2O(l)
Cr2O72-(aq) + 2 OH-(aq)  2 CrO42-(aq) + H2O(l)
• Analisis ion halida dapat dilakukan dengan ion Ag+, membentuk endapan dengan
warna yang berbeda-beda.
Contoh: AgCl : putih AgBr : krem AgI : kuning
3. Analisis Halogen
• Molekul fluorin (F2) memiliki wujud gas berwarna kuning dan sangat reaktif.
• Molekul klorin (Cl2) memiliki wujud gas berwarna hijau dan reaktif.
• Molekul bromin (Br2) memiliki wujud cairan berwarna cokelat.
• Molekul iodin (I2) memiliki wujud padatan berwarna hitam keunguan dan dalam
larutannya melepaskan uap ungu.
4. Analisis Gas
• Terdapat beberapa senyawa yang tidak stabil saat dihasilkan dan mudah membentuk
gas, di antaranya:

40
a. Amonium hidroksida (NH4OH) terurai membentuk air dan gas NH3.
Contoh: NH4Cl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) + NH3(g)
b. Asam karbonat (H2CO3) terurai membentuk air dan gas CO2.
Contoh: NaHCO3(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) + CO2(g)
c. Asam sulfit (H2SO3) terurai membentuk air dan gas SO2.
Na2SO3(aq) + 2 HCl(aq) → 2 NaCl(aq) + H2O(l) + SO2(g)
d. Asam sulfida (H2S) berwujud gas saat dihasilkan.
K2S(aq) + 2 HCl(aq) → 2 KCl(aq) + H2S(g)

B. KONSENTRASI LARUTAN
• Larutan adalah campuran homogen antara 2 komponen zat atau lebih.
• Komponen zat yang paling banyak disebut pelarut, sedangkan komponen zat yang
lebih sedikit disebut zat terlarut.
• Banyaknya zat terlarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi. Nilai
konsentrasi ini dapat menggunakan beberapa satuan, antara lain:
1. Molaritas (M)
Molaritas adalah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Nilai molaritas dapat
dirumuskan sebagai berikut.
𝑛 % × 10 × 𝜌
𝑀= =
𝑉 𝑀𝑟
Keterangan: M = molaritas (M) % = persentase massa (%)
n = mol (mol) ρ = massa jenis / densitas (g/mL)
V = volume (L) Mr = massa molar (g/mol)
2. Molalitas (m)
Molalitas adalah mol zat terlarut dalam 1 kg pelarut. Nilai molalitas dapat
dirumuskan sebagai berikut.
𝑚𝑜𝑙 𝑔 1000
𝑚= = ×
𝑘𝑔 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑀𝑟 𝑝

41
Keterangan: m = molalitas (m) Mr = massa molar (g/mol)
g = massa zat terlarut (g) p = massa pelarut (g)
3. Fraksi mol (X)
Fraksi mol menyatakan perbandingan mol suatu zat dengan mol total zat dalam
larutan. Nilainya dapat dirumuskan seperti berikut.
𝑚𝑜𝑙 𝐴 𝑚𝑜𝑙 𝐴
𝑋𝐴 = =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚𝑜𝑙 𝐴 + 𝑚𝑜𝑙 𝐵 + 𝑚𝑜𝑙 𝐶 + ⋯
4. Persentase massa (%)
Persentase massa menyatakan perbandingan massa suatu zat dengan massa total
larutan dalam persen. Nilainya dapat dirumuskan seperti berikut.
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐴
%𝐴 = × 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

C. PERUBAHAN KONSENTRASI
Konsentrasi zat dapat berubah akibat hal-hal berikut ini:
1. Pengenceran (penambahan pelarut)
Ketika suatu zat diencerkan, volume larutan akan bertambah, namun mol zat terlarut
tidak akan berubah. Oleh karena itu, mol sebelum dan sesudah pengenceran akan
sama, sehingga:
𝑚𝑜𝑙 1 = 𝑚𝑜𝑙 2
𝑀1 𝑉1 = 𝑀2 𝑉2
2. Pencampuran larutan sejenis
Ketika 2 larutan sejenis dicampurkan, mol dan volumenya akan berubah. Molnya
akan menjadi mol total 2 larutan awal, sedangkan volumenya juga menjadi volume
total 2 larutan awal. Oleh karena itu, rumusnya adalah:
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚𝑜𝑙 1 + 𝑚𝑜𝑙 2 𝑀1 𝑉1 + 𝑀2 𝑉2
𝑀𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = = =
𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑉1 + 𝑉2 𝑉1 + 𝑉2

42
D. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
• Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang hanya bergantung dari konsentrasi
atau jumlah partikel zat terlarut, bukan bergantung pada jenis zat terlarut tersebut.
• Terdapat 4 sifat koligatif larutan, yaitu:
1. Penurunan tekanan uap
• Tekanan uap suatu larutan lebih rendah daripada tekanan uap pelarut murninya.
Hal ini disebabkan karena molekul zat terlarut menghalangi gerak molekul
pelarut untuk menguap, seperti ditunjukkan gambar di bawah ini.

• Tekanan uap larutan dapat dihitung dengan rumus berikut ini.


𝑃 = 𝑃𝑜 . 𝑋𝑝
Keterangan: P = tekanan uap larutan Xp = fraksi mol pelarut
Po = tekanan uap murni pelarut
2. Kenaikan titik didih
• Karena larutan lebih sukar menguap daripada pelarut murni, maka titik didihnya
pun semakin tinggi.
• Kenaikan titik didih larutan dapat dituliskan dengan rumus berikut.
∆𝑇𝑏 = 𝐾𝑏 ∙ 𝑚 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑇𝑏 = 𝑇𝑏𝑜 + ∆𝑇𝑏
Keterangan: ΔTb = kenaikan titik didih (oC)
Kb = tetapan kenaikan titik didih (oC/m)
m = molalitas larutan (m)
Tbo = titik didih pelarut (oC)
Tb = titik didih larutan (oC)

43
3. Penurunan titik beku
• Karena terhalang oleh partikel zat terlarut, larutan lebih sukar membeku
daripada pelarut murni. Hal ini menyebabkan titik beku larutan lebih rendah.
• Penurunan titik beku larutan dapat dituliskan dengan rumus berikut.
∆𝑇𝑓 = 𝐾𝑓 ∙ 𝑚 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑇𝑓 = 𝑇𝑓𝑜 − ∆𝑇𝑓
Keterangan: ΔTf = penurunan titik beku larutan (oC)
Kf = tetapan penurunan titik beku (oC/m)
m = molalitas larutan (m)
Tfo = titik beku pelarut (oC)
Tf = titik beku larutan (oC)
4. Tekanan osmosis
• Osmosis adalah perpindahan partikel dari konsentrasi rendah / encer ke
konsentrasi tinggi / pekat.
• Kedua larutan dengan konsentrasi berbeda dipisahkan dengan membran
semipermeabel. Membran ini hanya dapat dilalui oleh molekul pelarut, tetapi
tidak dapat dilalui oleh zat terlarut.
• Tekanan osmosis adalah tekanan yang dibutuhkan untuk mencegah proses
osmosis, seperti digambarkan dalam gambar berikut.

44
• Tekanan osmosis dapat dihitung dengan rumus berikut.
𝜋 =𝑀∙𝑅∙𝑇
Keterangan: M = molaritas larutan (M) T = suhu (K)
R = tetapan gas ideal (0,082 L.atm/mol.K)

E. FAKTOR VAN’T HOFF


• Senyawa elektrolit adalah senyawa yang dapat terurai menjadi ion-ion dalam
larutan. Senyawa ini mencakup senyawa ion apa pun, yaitu asam, basa, dan garam.
• Khusus untuk larutan elektrolit, perhitungan sifat koligatif membutuhkan satu faktor
yang menunjukkan besarnya ionisasi zat terlarut dalam larutan. Faktor ini disebut
faktor Van’t Hoff (i).
• Faktor Van’t Hoff (i) dapat dirumuskan sebagai berikut.
𝑖 = 1 + (𝑛 − 1)𝛼
Keterangan: i = faktor Van’t Hoff α = derajat disosiasi
n = jumlah ion
• Untuk itu, rumus sifat koligatif untuk larutan elektrolit menjadi sedikit berbeda,
seperti berikut.
1. Fraksi mol pelarut
𝑛𝑝 𝑛𝑝
𝑋𝑝 = =
𝑛𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑛𝑝 + 𝑛𝑡 ∙ 𝑖
Keterangan: Xp = fraksi mol pelarut nt = mol zat terlarut (mol)
np = mol pelarut (mol) i = faktor Van’t Hoff

2. Kenaikan titik didih 4. Tekanan osmosis


∆𝑇𝑏 = 𝐾𝑏 ∙ 𝑚 ∙ 𝑖 𝜋 =𝑀∙𝑅∙𝑇∙𝑖
3. Penurunan titik beku
∆𝑇𝑓 = 𝐾𝑓 ∙ 𝑚 ∙ 𝑖

45
LATIHAN SOAL
1. Campuran reaktan berikut ini dapat menghasilkan gas, kecuali ...
A. HCl dengan Na2CO3 D. NH4Cl dengan NaOH
B. HCl dengan Na2SO3 E. CH3Cl dengan NaOH
C. HCl dengan Na2S
2. Dengan mencampurkan 0,1 M larutan di bawah ini, yang manakah yang akan
membentuk endapan berwarna?
A. BaCl2 dan CH3COOH D. CuCl2 dan CH3COOH
B. BaCl2 dan Na2CO3 E. CuCl2 dan Na2CO3
C. CH3COOH dan Na2CO3
3. Sn(IV) iodida dapat dibuat dengan mendidihkan 0,04 mol Sn (refluks) dengan 0,03
mol I2 yang dilarutkan dalam 50 mL tetraklorometan (titik didih 77oC). Reaksinya
adalah:
Sn + 2 I2 → SnI4
Hasilnya adalah kristal kuning yang diperoleh dengan menyaring saat larutan
campuran reaksi masih panas, dan kemudian filtratnya didinginkan. Berikut ini,
manakah yang dapat menunjukkan bahwa reaksi telah sempurna?
A. Titik didih campuran adalah 77oC
B. Tidak terdapat Sn tersisa dalam wadah reaksi
C. Kristal mulai dideposisi / mengendap dari pelarut yang mendidih
D. Tidak tampak uap berwarna ungu lebih lanjut
E. Tidak ada sisa cairan dalam wadah reaksi
4. Suatu senyawa organik bernama nitrokarbol mengandung atom C, H, N, dan O.
Senyawa ini digunakan sebagai bahan bakar kendaraan pebalap maupun roket.
Senyawa ini dapat disintesis dengan mereaksikan natrium monokloroasetat dengan
natrium nitrit dan air. Produk samping reaksi ini adalah natrium klorida dan natrium
bikarbonat. Tentukan rumus kimia senyawa ini.
A. CH3NO C. CH3N2O
B. CH3NO2 D. C2H5NO2

46
E. C2H5N2O
5. Halogen dapat bereaksi dengan sesama unsur dalam golongannya, membentuk
senyawa interhalogen. Senyawa X adalah senyawa interhalogen berbentuk piramida
segiempat yang terdiri dari unsur Y dan Z. Unsur Y merupakan halogen yang sangat
reaktif, sedangkan unsur Z adalah halogen yang berwarna ungu pada fase gas.
Apakah rumus senyawa X?
A. BrF5 D. ICl5
B. BrCl5 E. IBr5
C. IF5
6. Berikut ini larutan 0,10 M manakah yang akan memberikan daya hantar listrik paling
besar?
A. CH3COOH D. C2H5OH
B. Na2SO4 E. Semua larutan punya daya
C. NaHCO3 hantar yang sama
7. Di antara larutan dalam air berikut ini yang memiliki titik didih paling tinggi adalah
...
A. 3,0 molal glukosa, C6H12O6 D. 2,0 molal asam sulfat, H2SO4
B. 3,0 molal asam sianida, HCN E. 1,5 molal asam fosfat, H3PO4
C. 2,0 molal asam karbonat, H2CO3
8. Kerapatan dari 2,45 M larutan metanol (CH3OH) ialah 0,976 g/mL. Berapa molalitas
larutan
tersebut?
A. 1,89 m D. 2,94 m
B. 2,52 m E. 3,21 m
C. 2,73 m
9. Berikut ini manakah larutan yang tekanan uapnya paling rendah?
A. 1,0 L Na2SO4 0,25 M
B. 1,0 L Al2(SO4)3 0,20 M
C. 4,0 L CH3COONa 0,25 M

47
D. 8,0 L CH3COOH 0,125 M (Ka = 1,8 x 10-5)
E. 1,0 L [Cu(NH3)4]SO4 0,35 M
10. Sebanyak 15 g etanol (C2H5OH, 46 g/mol) dilarutkan dalam 750 g asam format
(HCOOH, 46 g/mol). Titik beku larutan yang terbentuk adalah 7,20oC. Bila titik beku
asam format murni adalah 8,40oC, maka nilai tetapan penurunan titik beku molal
(Kf) dari asam format adalah ...
A. 1,20 oC/m D. 4,20 oC/m
B. 3,57 oC/m E. 3,13 oC/m
C. 2,76 oC/m

48
BAB 6
LAJU REAKSI

A. LAJU REAKSI
• Laju reaksi adalah cepat lambatnya suatu reaksi berlangsung.
• Sepanjang reaksi reaktan akan terus berkurang, sementara produk akan terus
bertambah, maka laju reaksi juga bisa disebut sebagai “berkurangnya reaktan atau
bertambahnya produk per satuan waktu”.
• Pada suatu reaksi A → B, laju reaksinya adalah sebagai berikut.
∆[𝐴] ∆[𝐵]
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 (𝑣) = − =+
∆𝑡 ∆𝑡

B. PERSAMAAN LAJU REAKSI


• Hubungan antara konsentrasi reaktan dan lajunya dituliskan dalam persamaan laju
atau hukum laju reaksi.
• Untuk reaksi A + B → C + D, maka hukum lajunya adalah:
𝑣 = 𝑘[𝐴]𝑥 [𝐵]𝑦
Keterangan: v = laju reaksi k = tetapan / konstanta laju
[A] = konsentrasi zat A [B] = konsentrasi zat B
x = orde reaksi terhadap A y = orde reaksi terhadap B
Catatan: Orde reaksi (x dan y) dapat berbeda nilainya dengan koefisien reaksi.
Orde reaksi total dihitung dengan menjumlahkan semua orde (x+y).
• Orde reaksi dapat bernilai bilangan bulat apa pun, namun umumnya dipelajari 3 jenis
orde berikut.
1. Reaksi orde nol
Perubahan konsentrasi reaksi tidak mempengaruhi kecepatan. Laju reaksi selalu
tetap meski konsentrasinya berubah-ubah, karena memiliki hukum laju sebagai
berikut.

49
𝑣 = 𝑘[𝐴]0 = 𝑘
2. Reaksi orde satu
Perubahan konsentrasi reaksi berbanding lurus dengan kecepatan. Contohnya, jika
konsentrasi diperbesar 2 kali lipat, laju juga menjadi 2 kali lebih cepat. Hukum
lajunya adalah seperti berikut.
𝑣 = 𝑘[𝐴]1 = 𝑘[𝐴]
3. Reaksi orde dua
Perubahan konsentrasi reaksi berbanding kuadrat dengan lajunya. Contohnya, jika
konsentrasi diperbesar 2 kali, maka lajunya menjadi 4 kali lebih cepat. Hukum
lajunya adalah seperti berikut.
𝑣 = 𝑘[𝐴]2
• Jika digambarkan dalam diagram, maka reaksi dengan berbagai orde akan tampak
seperti berikut.

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI


1. Konsentrasi
Semakin besar konsentrasi, partikel zat semakin banyak sehingga tumbukan antar
partikel semakin sering terjadi. Dengan begitu reaksi berlangsung makin cepat.
2. Luas Permukaan / Bidang Sentuh
• Padatan dalam bentuk bongkahan memiliki bidang sentuh yang lebih kecil karena
reaksi hanya terjadi melalui permukaan luar bongkahan terlebih dulu.

50
• Sementara itu, reaktan dalam bentuk serbuk memiliki bidang sentuh yang jauh lebih
besar karena reaksi bisa langsung terjadi meingkupi seluruh sisi serbuk. Maka
semakin besar luas permukaan / bidang sentuhnya, semakin cepat reaksi
berlangsung.
3. Suhu / Temperatur
• Semakin tinggi temperatur, energi kinetik partikel akan semakin besar sehingga
tumbukan antar partikel pun semakin sering terjadi. Dengan begitu, reaksi
berlangsung makin cepat.
• Arrhenius merumuskan hubungan antara tetapan laju (k) dengan suhu (T) sebagai
berikut.
𝐸𝑎 𝐸𝑎
𝑘 = 𝐴 ∙ 𝑒 −𝑅𝑇 𝑎𝑡𝑎𝑢 ln 𝑘 = ln 𝐴 −
𝑅𝑇
Keterangan: k = tetapan laju reaksi R = tetapan gas ideal (8,314 J/K)
A = tetapan Arrhenius T = temperatur (K)
Ea = energi aktivasi (J)
4. Katalis
• Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi, tetapi dapat diperoleh kembali di
akhir reaksi.
• Katalis mempercepat suatu reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasinya.
Gambar berikut menunjukkan perbandingan contoh reaksi penguraian H2O2 menjadi
H2O dan O2 tanpa katalis dan dengan katalis HBr.

51
• Terdapat 2 tipe katalis, yaitu:
5. Katalis homogen, yaitu katalis yang memiliki fasa yang sama dengan reaktan
(biasanya gas atau larutan). Contohnya, gas NO sebagai katalis pada penguraian gas
ozon (O3).
6. Katalis heterogen, yaitu katalis yang memiliki fasa yang berbeda dari reaktan
(biasanya padatan). Contohnya, serbuk V2O5 pada proses kontak pembuatan asam
sulfat (H2SO4).

D. MEKANISME REAKSI
• Mekanisme reaksi adalah urutan langkah kejadian (reaksi) yang menjelaskan proses
suatu reaktan berubah menjadi produk.
• Reaksi dapat berlangsung dalam satu atau beberapa tahap, yang disebut sebagai
tahap reaksi elementer.
• Contohnya, untuk reaksi NO2 + CO → NO + CO2 mengandung beberapa tahap berikut.
Tahap 1: NO2 + NO2 → NO3 + NO (lambat)
Tahap 2: NO3 + CO → NO2 + CO2 (cepat)
• Senyawa yang bukan merupakan reaktan dan produk, tetapi ada di tengah-tengah
tahap reaksi, disebut sebagai intermediet. Dalam reaksi di atas, NO3 adalah
intermediet.
• Tahap yang menentukan laju keseluruhan reaksi adalah tahap reaksi paling lambat.
Oleh karena itu, hukum laju reaksi dapat disimpulkan dari tahap tersebut. Koefisien
reaksi dalam tahap reaksi elementer akan sama dengan orde reaksinya.
• Karena tahap 1 adalah tahap paling lambat, maka hukum lajunya adalah seperti
berikut.
𝑣 = 𝑘[𝑁𝑂2 ][𝑁𝑂2 ] = 𝑘[𝑁𝑂2 ]2

52
LATIHAN SOAL
1. Pada reaksi A + B → C, ternyata bila konsentrasi A dinaikkan 2 kali, laju reaksinya
tetap (tidak berubah). Dapat dikatakan bahwa:
A. Laju reaksinya adalah orde nol terhadap [B]
B. Laju reaksinya adalah orde nol terhadap [A]
C. Laju reaksinya adalah orde satu terhadap [B]
D. Laju reaksinya adalah orde satu terhadap [A]
E. [A] adalah katalis
2. Berdasarkan persamaan reaksi hipotesis berikut: A + 2B  C, laju reaksi tetap
konstan ketika konsentrasi A dikalikan dua dari konsentrasi awal dan konsentrasi B
dijaga konstan. Namun laju reaksi menjadi dua kalinya ketika konsentrasi B dikalikan
dua dari konsentrasi awal dan konsentrasi A dijaga konstan. Bagaimanakah
persamaan laju reaksinya?
A. r = k[A] D. r = k[A]2[B]
B. r = k[B] E. r = k[A][B]2
C. r = k[A][B]
3. Suatu reaksi dijalankan dengan mereaksikan 1 gram logam Zn granular dengan HCl
berlebih pada temperatur 30oC. Tentukan apa perubahan kondisi dalam reaksi yang
akan mempercepat lajunya.
A. Bila digunakan bubuk Zn D. Encerkan larutan HCl dengan air
B. Bila digunakan 0,5 gram Zn E. Jawaban A sampai D betul
C. Ditambahkan inhibitor
4. Untuk reaksi pada volume tetap: A(g) + B(g) → Produk, laju awal reaksinya adalah
0,056 M/s. Kemudian reaksi tersebut didiamkan beberapa lama, dan setelah 10
menit diukur kembali lajunya. Ternyata laju reaksinya tetap 0,056 M/s. Berapa orde
reaksi tersebut?
A. Orde nol D. Orde negatif
B. Orde kesatu E. Tak dapat ditentukan
C. Orde kedua

53
5. Dalam suatu reaksi, konsentrasi O2(g) diketahui berkurang sebesar 0,042 M/menit.
Berapa laju perubahan konsentrasi dari gas nitrogen dioksida?
2 NO(g) + O2(g) → 2 NO2(g)
A. Bertambah sebesar 0,021 M/menit
B. Berkurang sebesar 0,021 M/menit
C. Bertambah sebesar 0,084 M/menit
D. Berkurang sebesar 0,084 M/menit
E. Tidak dapat ditentukan tanpa mengetahui hukum laju reaksinya
6. Perhatikan 3 reaksi yang berlangsung dalam 3 wadah berikut ini.

Persamaan hukum laju reaksi dalam ketiga wadah tersebut diberikan oleh:

Berdasarkan persamaan reaksi yang diberikan, berikut ini manakah pernyataan yang
benar?
A. Laju reaksi A = Laju reaksi B
B. Laju reaksi A = Laju reaksi C
C. Laju reaksi B = Laju reaksi C
D. Laju reaksi A = Laju reaksi B = Laju reaksi C
E. Laju reaksi A, B, dan C tidak dapat ditentukan
7. Percobaan yang melibatkan reaksi oksidasi NO menjadi NO2 berlangsung sesuai
persamaan reaksi berikut: 2 NO(g) + O2(g) → 2 NO2(g)
Data yang diperoleh dari percobaan tersebut adalah sebagai berikut.
Percobaan [O2] (M) [NO] (M) Laju NO2 (M/detik)
1 0,001 0,001 7,10
2 0,004 0,001 28,40

54
3 0,004 0,003 255,6
4 0,002 0,002 X

Nilai X dalam tabel adalah ...


A. 3,65 D. 56,80
B. 14,20 E. 85,20
C. 28,40
8. Tabel berikut menunjukkan hasil eksperimen yang diperoleh dari reaksi:
2 XO + O2 → 2 XO2
Tekanan parsial XO (satuan bebas) 100 100 50 50
Tekanan parsial O2 (satuan bebas) 100 25 100 ?
Laju relatif 1,0 0,25 0,50 0,125

Berapakah nilai yang hilang dari tekanan parsial O2 dalam tabel ini?
A. 12,5 D. 50
B. 25 E. 75
C. 40
9. Dalam larutan aqueous, ion peroksidisulfat (S2O82-) bereaksi dengan ion iodida
sesuai reaksi berikut: S2O82-(aq) + 3 I-(aq) → 2 SO42-(aq) + I3-(aq)
Suatu larutan disiapkan dengan komposisi 0,050 M ion S2O82- dan 0,072 M ion I-, dan
kemajuan reaksi diamati dengan mengukur [I-]. Diperoleh data seperti pada tabel
berikut.
Waktu (detik) 0 400 800 1200 1600
[I-] (M) 0,072 0,057 0,046 0,037 0,029

Konsentrasi S2O82- yang tersisa pada saat 800 detik adalah ...
A. 0,015 M D. 0,004 M
B. 0,041 M E. 0,046 M
C. 0,076 M

55
10. Percobaan penentuan laju reaksi: 2 H2(g) + 2 NO(g) → 2 H2O(g) + N2(g), memberikan
data sebagai berikut:
Percobaan ke- [H2] (M) [NO] (M) Laju reaksi (Ms-1)
1 0,01 0,02 32
2 0,02 0,02 64
3 0,02 0,04 256

Harga tetapan laju reaksi (M-2s-1) dari reaksi tersebut adalah ...
A. 4 x 104 D. 8 x 106
B. 2 x 106 E. 4 x 107
C. 4 x 106

56
BAB 7
KESETIMBANGAN

A. KEADAAN SETIMBANG
• Reaksi kesetimbangan ditandai dengan panah bolak-balik (⇌) karena reaksi dapat
berjalan ke arah kanan maupun kiri.
Contoh: 2 SO2(g) + O2(g) ⇌ 2 SO3(g)
• Seiring bertambahnya waktu, konsentrasi reaktan akan berkurang dan konsentrasi
produk akan bertambah.
• Karena reaktan berkurang, laju ke kanan juga semakin berkurang. Dan karena
produk bertambah, laju ke kiri jadi semakin bertambah.
• Ketika laju ke kanan = laju ke kiri, maka konsentrasi produk dan reaktan akan
menjadi tetap. Keadaan inilah yang disebut sebagai keadaan setimbang, seperti
ditunjukkan pada gambar berikut.

• Secara makroskopis, tidak ada perubahan yang dapat dilihat, namun secara
mikroskopis, reaksi berlangsung terus menerus ke kiri dan ke kanan secara
seimbang.

57
B. TETAPAN KESETIMBANGAN
• Menurut hukum kesetimbangan, “hasil kali konsentrasi setimbang zat-zat di ruas
kanan dibagi zat-zat di ruas kiri, masing-masing dipangkatkan koefisien reaksinya,
memiliki nilai yang tetap pada suhu tetap.”
• Contohnya, nilai tetapan kesetimbangan (Kc) untuk reaksi A(g) + 2 B (g) ⇌ 3 C(g)
adalah:
[𝐶]3
𝐾𝑐 =
[𝐴][𝐵]2
• Nilai Kc hanya berlaku untuk fasa gas (g) dan larutan (aq). Senyawa dengan fasa
padat (s) dan cair (l) tidak dilibatkan karena konsentrasi / densitasnya selalu tetap.
Contoh: nilai Kc untuk reaksi CaCO3(s) + H2O(l) ⇌ Ca(OH)2(aq) + CO2(g)
𝐾𝑐 = [𝐶𝑎(𝑂𝐻)2 ][𝐶𝑂2 ]
• Selain dengan konsentrasi, tetapan kesetimbangan juga bisa dihitung dengan
tekanan. Tetapan ini kita sebut dengan Kp.
• Contohnya, nilai tetapan kesetimbangan (Kp) untuk reaksi A(g) + 2 B (g) ⇌ 3 C(g)
adalah:
(𝑃𝐶 )3
𝐾𝑝 =
𝑃𝐴 ∙ (𝑃𝐵 )2
• Nilai Kp hanya berlaku untuk fasa gas (g) karena senyawa dengan fasa lain (aq, s, l)
hanya memiliki sedikit pengaruh terhadap tekanan.
Contoh: MgCO3(s) ⇌ MgO(s) + CO2(g)
𝐾𝑝 = 𝑃𝐶𝑂2
• Hubungan antara tetapan kesetimbangan Kp dan Kc dapat dirumuskan sebagai
berikut.
𝐾𝑝 = 𝐾𝑐 ∙ (𝑅𝑇)∆𝑛
Keterangan: R = tetapan gas ideal = 0,082 L.atm/mol.K
T = suhu (K)
Δn = koefisien gas produk – koefisien gas reaktan

58
• Nilai tetapan kesetimbangan suatu reaksi, baik Kp atau Kc, akan berubah jika
reaksinya diubah. Hubungan antara reaksi-reaksi ini diwujudkan seperti berikut.
1. Jika reaksi kesetimbangan 1 & 2 dijumlah, maka tetapan kesetimbangan reaksi total
menjadi perkaliannya.
Contoh: A + B ⇌ C K1 = 20
C+D⇌E K2 = 5
A+B+D⇌E Ktotal = K1 x K2 = 20 x 5 = 100
2. Jika reaksi kesetimbangan dikali suatu angka, maka tetapan kesetimbangannya
dipangkatkan angka tersebut.
Contoh: A + B ⇌ C K = 20
2A + 2B ⇌ 2C K’ = K2 = 202 = 400
3. Jika reaksi kesetimbangan dibalik, maka tetapan kesetimbangannya menjadi 1/K.
Contoh: C + D ⇌ E K=5
E⇌C+D K’ = 1/5 = 0,2

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESETIMBANGAN


1. Konsentrasi
Jika konsentrasi salah satu zat ditambah atau dikurangi, reaksi kesetimbangan akan
bergeser ke arah konsentrasi yang lebih kecil (dari yang seharusnya).
Contoh: 2 SO2(g) + O2(g) ⇌ 2 SO3(g)
Jika [SO2] ditambah, maka reaksi bergeser ke arah produk.
Jika [SO2] dikurangi, maka reaksi bergeser ke arah reaktan.
Jika [SO3] ditambah, maka reaksi bergeser ke arah reaktan.
Jika [SO3] dikurangi, maka reaksi bergeser ke arah produk.
2. Tekanan
Jika tekanan ditambah, volume akan berkurang sehingga kesetimbangan bergeser ke
jumlah mol yang lebih sedikit. Sebaliknya jika tekanan dikurangi, volume akan
bertambah sehingga kesetimbangan bergeser ke jumlah mol yang lebih besar.
Contoh: 2 SO2(g) + O2(g) ⇌ 2 SO3(g)

59
Jika tekanan ditambah, maka reaksi bergeser ke arah produk (2 mol).
Jika tekanan dikurangi, maka reaksi bergeser ke arah reaktan (3 mol).
3. Volume
Jika volume diperbesar, kesetimbangan bergeser ke jumlah mol yang lebih besar.
Seblaiknya jika volume dikurangi, kesetimbangan bergeser ke jumlah mol yang lebih
kecil. Volume berbanding terbalik dengan tekanan.
Contoh: 2 SO2(g) + O2(g) ⇌ 2 SO3(g)
Jika volume ditambah, maka reaksi bergeser ke arah reaktan (3 mol).
Jika volume dikurangi, maka reaksi bergeser ke arah produk (2 mol).
4. Suhu
Jika suhu dinaikkan, reaksi bergeser ke arah reaksi endoterm (ΔH +). Jika suhu
diturunkan, reaksi bergeser ke arah reaksi eksoterm (ΔH –).
Contoh: 2 SO2(g) + O2(g) ⇌ 2 SO3(g) ΔH = –x kJ/mol
Jika suhu ditambah, maka reaksi bergeser ke arah reaktan (ΔH +).
Jika suhu dikurangi, maka reaksi bergeser ke arah produk (ΔH –).

LATIHAN SOAL
1. Suatu reaksi berada dalam keadaan setimbang apabila ...
A. Reaksi ke kanan dan ke kiri telah berhenti.
B. Mol reaktan selalu sama dengan mol produk.
C. Laju reaksi ke kanan sama dengan laju reaksi ke kiri.
D. Volume zat reaktan sama dengan volume zat produk.
E. Konsentrasi zat reaktan sama dengan konsentrasi zat produk.
2. Perhatikan reaksi kesetimbangan hipotetis berikut ini:
A(g) + 2B (g) ⇌ 3C (g) + D(g)
Sebanyak 5 mol A dan 3 mol B ditempatkan dalam suatu wadah dan kemudian
didiamkan. Setelah terjadi kesetimbangan, ternyata terdapat 1 mol B. Jumlah mol A,
C dan D pada kesetimbangan adalah ....
A. 1,0 mol A, 3,0 mol C, 1,0 mol D B. 4,0 mol A, 3,0 mol C, 1,0 mol D

60
C. 1,0 mol A, 6,0 mol C, 1,0 mol D E. 4,0 mol A, 3,0 mol C, 4,0 mol D
D. 3,0 mol A, 2,0 mol C, 2,0 mol D
3. Perhatikan reaksi kesetimbangan berikut:
2NOBr(g)  2NO(g) + Br2(g) Keq = 0,064
Pada kesetimbangan, wadah tertutup yang volumenya 1,00 L mengandung 0,030 mol
NOBr dan 0,030 mol NO. Jumlah mol Br2 dalam wadah tersebut adalah ...
A. 0,0019 mol D. 0,470 mol
B. 0,030 mol E. 0,090 mol
C. 0,064 mol
4. Pada 500 K, terjadi reaksi kesetimbangan sebagai berikut.
H2(g) + I2(g) → 2 HI(g)
Sebanyak 2,2 mol gas H2 dan 2,5 mol gas I2 didiamkan hingga terjadi kesetimbangan.
Pada akhir reaksi diperoleh sisa mol H2 sebesar 0,2 mol. Jumlah mol I2 dan HI pada
akhir reaksi adalah ...
A. 0,2 mol I2 dan 0,4 mol HI D. 0,5 mol I2 dan 4,0 mol HI
B. 0,5 mol I2 dan 0,4 mol HI E. 2,3 mol I2 dan 0,4 mol HI
C. 0,5 mol I2 dan 2,0 mol HI
5. Reaksi PCl5(g) ⇌ PCl3(g) + Cl2(g) mempunyai Kp = 1,25 pada 150oC. Pada suhu
tersebut tekanan parsial dari gas PCl5 dan gas PCl3 saat kesetimbangan adalah 0,90
atm dan 0,75 atm. Maka tekanan parsial gas Cl2 (dalam atm) adalah ...
A. 0,15 D. 1,50
B. 0,75 E. 1,65
C. 0,90
6. Dalam ruangan 2 liter terdapat 0,4 mol fosgen yang terurai menurut reaksi:
COCl2(g) ⇌ CO(g) + Cl2(g)
Bila dalam keadaan setimbang terdapat 0,1 mol CO. Tetapannya adalah ...
A. 0,167 D. 6
B. 0,0167 E. 60
C. 0,6

61
7. Tetapan kesetimbangan untuk reaksi gas 2 A + B ⇌ C + D pada suhu tertentu adalah
4. Bila pada suhu tetap, volume diubah menjadi setengah volume awal, maka tetapan
kesetimbangan adalah ...
A. ½ D. 8
B. 2 E. 16
C. 4
8. Sampel SO2Cl2 diletakkan dalam piston dengan tekanan dijaga pada 1,00 atm dan
suhu 450 K. Volume bertambah sepanjang sulfuril klorida bereaksi setimbang
menurut reaksi endotermik berikut.
SO2Cl2(g)  SO2(g) + Cl2(g) ΔH > 0
Perubahan apa yang akan mengurangi mol SO2Cl2(g) dalam piston saat setimbang?
I. Suhu sistem dinaikkan menjadi 500 K.
II. Sampel Ar(g) dimasukkan ke dalam piston.
A. Hanya I D. Tidak semuanya
B. Hanya II E. Tidak bisa ditentukan
C. I dan II
9. Diketahui suatu sistem kesetimbangan 2 A2B3(g) + B2(g) ⇌ 4 AB2(g) ΔH > 0
Agar pergeseran kesetimbangan berlangsung ke kanan, tindakan yang dilakukan
adalah ...
A. Diberi katalis D. Volume dikurangi
B. Suhu sistem dinaikkan E. Konsentrasi B2 dikurangi
C. Tekanan ditingkatkan
10. Uap hidrogen dari iodin berada dalam kesetimbangan dengan hidrogen iodida pada
temperatur konstan dengan reaksi: H2(g) + I2(g)  2 HI(g)
Yang manakah berikut ini akan bertambah besar bila tekanan dinaikkan pada
temperatur konstan? (Asumsikan campuran gas bersifat ideal)
A. Energi aktivasi D. Tekanan parsial dari HI
B. Perubahan entalpi E. Laju untuk reaksi ke kanan
C. Nilai Kp

62
BAB 8
ASAM-BASA

A. TEORI ASAM-BASA
1. Teori Arrhenius
• Asam adalah zat yang menghasilkan ion H+ dalam air.
Contoh: HCl, CH3COOH, H2SO4, dan lain-lain
• Basa adalah zat yang menghasilkan ion OH- dalam air.
Contoh: NaOH, NH4OH / NH3, Ca(OH)2, dan lain-lain
2. Teori Bronsted-Lowry
• Asam adalah zat yang mendonorkan proton (donor ion H+).
• Basa adalah zat yang menerima proton (akseptor ion H+).
Contoh: H2SO4 + H2O → HSO4- + H3O+
H2SO4 memberikan H+ kepada H2O, maka H2SO4 disebut asam.
H2O menerima H+ dari H2SO4, maka H2O disebut basa.
• Setelah memberikan H+, HSO4- disebut basa konjugasi.
• Setelah menerima H+, H2O disebut asam konjugasi.
• H2SO4 dan HSO4-, lalu H2O dan H3O+ disebut sebagai pasangan asam-basa konjugasi.
3. Teori Lewis
• Asam adalah zat yang menerima (akseptor) pasangan elektron.
• Basa adalah zat yang memberikan (donor) pasangan elektron.
Contoh:

• Senyawa H2O merupakan basa karena memberikan pasangan elektron dan H+ adalah
asam karena menerima pasangan elektron.

63
B. DERAJAT KEASAMAN (pH) LARUTAN ASAM-BASA
• Derajat asam-basa suatu larutan dapat diketahui melalui konsentrasi ion H+ atau ion
OH-. Untuk mempermudah penggunaan nilainya, digunakan ukuran pH dan pOH
dengan rumus seperti berikut.
𝑝𝐻 = − log[𝐻 + ] 𝑝𝑂𝐻 = − log[𝑂𝐻 − ]
• Hubungan antara pH dan pOH dapat ditunjukkan dengan persamaan berikut.
H2O(l) → H+(aq) + OH-(aq) Kw = 10-14
𝐾𝑤 = [𝐻 + ][𝑂𝐻 − ] = 10−14
− log 𝐾𝑤 = − log[𝐻 + ] − log[𝑂𝐻 − ] = − log(10−14 )
𝑝𝐻 + 𝑝𝑂𝐻 = 14
• Skala pH berkisar dari 0 sampai 14, dengan ketentuan berikut.
1. Air murni yang netral memiliki [H+] = [OH-] = 10-7 M, sehingga pH = 7.
2. Larutan asam memiliki [H+] > [OH-], sehingga pH < 7.
3. Larutan basa memiliki [H+] < [OH-], sehingga pH > 7.
• Larutan asam-basa dapat dibedakan menjadi:
1. Asam kuat
• Asam kuat adalah asam yang terurai sempurna menjadi ion-ionnya.
• Terdapat 6 molekul asam kuat, yaitu: HCl, HBr, HI, HNO3, H2SO4, dan HClO4.
• Konsentrasi ion H+ dihitung melalui rumus berikut.
[𝐻 + ] = 𝑀𝑎 × 𝑣𝑎𝑙
Keterangan: val = jumlah ion H+ yang dilepaskan
Ma = konsentrasi asam (M)
2. Basa kuat
• Basa kuat adalah basa yang terurai sempurna menjadi ion-ionnya.
• Molekul basa kuat tersusun dari unsur golongan IA dan IIA serta ion OH-, di
antaranya LiOH, NaOH, KOH, RbOH, CsOH, Ca(OH)2, Sr(OH)2, dan Ba(OH)2.
• Konsentrasi ion OH- dihitung melalui rumus berikut.
[𝑂𝐻 − ] = 𝑀𝑏 × 𝑣𝑎𝑙

64
Keterangan: val = jumlah ion OH- yang dilepaskan
Mb = konsentrasi basa (M)
3. Asam lemah
• Asam lemah adalah asam yang hanya terionisasi sebagian karena bereaksi secara
kesetimbangan.
• Terdapat banyak sekali molekul asam lemah, di antaranya HF, HCN, CH 3COOH,
H2S, H2CO3, dan H3PO4.
• Konsentrasi ion H+ dihitung melalui tetapan kesetimbangannya, seperti berikut.
Contoh: HA(aq) → H+(aq) + A-(aq)
[𝐻 + ][𝐴− ]
𝐾𝑎 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 [𝐻 + ] = √𝐾𝑎 × [𝐻𝐴]
[𝐻𝐴]
4. Basa lemah
• Basa lemah adalah basa yang hanya terionisasi sebagian karena bereaksi secara
kesetimbangan.
• Terdapat beberapa molekul basa lemah, di antaranya NH3 atau NH4OH, serta
Mg(OH)2.
• Konsentrasi ion OH- dihitung melalui tetapan kesetimbangannya, seperti berikut.
Contoh: NH4OH(aq) → NH4+(aq) + OH-(aq)
[𝑁𝐻4+ ][𝑂𝐻 − ]
𝐾𝑏 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 [𝑂𝐻 − ] = √𝐾𝑏 × [𝑁𝐻4 𝑂𝐻]
[𝑁𝐻4 𝑂𝐻]

C. LARUTAN PENYANGGA / BUFER


• Larutan penyangga / bufer adalah larutan yang memiliki pH yang tidak mudah
berubah. Larutan ini dapat terdiri dari:
1. Campuran asam lemah dengan garamnya (basa konjugasinya)
Contoh: HF dengan NaF atau F-, serta H3PO4 dengan KH2PO4 atau H2PO4-
2. Campuran basa lemah dengan garamnya (asam konjugasinya)
Contoh: NH3 dengan NH4Br atau NH4+, serta CH3NH2 dengan CH3NH3Cl atau CH3NH3+

65
• Derajat asam-basa dari larutan penyangga / bufer dapat dihitung dengan tetapan
kesetimbangan asam / basa lemahnya, seperti berikut.
[𝐻 + ][𝐴− ] [𝐵 + ][𝑂𝐻 − ]
𝐾𝑎 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾𝑏 =
[𝐻𝐴] [𝐵𝑂𝐻]
Dengan menyusun ulang persamaan di atas, diperoleh:
[𝐻𝐴] [𝐵𝑂𝐻]
[𝐻 + ] = 𝐾𝑎 × 𝑎𝑡𝑎𝑢 [𝑂𝐻 −]
= 𝐾𝑏 ×
[𝐴− ] [𝐵 + ]

D. HIDROLISIS GARAM
• Hidrolisis garam adalah penguraian suatu garam oleh air sehingga menghasilkan
larutan yang bersifat asam atau basa.
• Dalam reaksi hidrolisis, komponen garam yang berasal dari asam atau basa lemah
bereaksi dengan air menghasilkan ion OH- atau H+.
• Terdapat 4 jenis kombinasi garam yang bisa terbentuk dari asam-basa kuat dan
lemah, yaitu:
1. Garam dari asam kuat dan basa kuat
Garam dari asam dan basa kuat tidak mengalami hidrolisis sehingga pH yang
dihasilkan akan sama dengan pH netral air, yaitu 7.
Contoh: NaCl → Na+ + Cl-
2. Garam dari asam lemah dan basa kuat
Komponen asam lemah dari garam ini mengalami hidrolisis menghasilkan pH basa.
Contoh: NaF → Na+ + F-
F- + H2O  HF + OH- Kh

𝐾𝑤 [𝐻𝐹][𝑂𝐻 − ] −]
𝐾𝑤
𝐾ℎ = = 𝑎𝑡𝑎𝑢 [𝑂𝐻 = √ × [𝐹 − ]
𝐾𝑎 [𝐹 − ] 𝐾𝑎

3. Garam dari asam kuat dan basa lemah


Komponen basa lemah dari garam ini mengalami hidrolisis menghasilkan pH asam.
Contoh: NH4Cl → NH4+ + Cl-
NH4+ + H2O  NH4OH + H+ Kh

66
𝐾𝑤 [𝑁𝐻4 𝑂𝐻][𝐻 + ] 𝐾𝑤
𝐾ℎ = = + 𝑎𝑡𝑎𝑢 [𝐻 + ] = √ × [𝑁𝐻4+ ]
𝐾𝑏 [𝑁𝐻4 ] 𝐾𝑏

4. Garam dari asam lemah dan basa lemah


Komponen asam lemah dan basa lemah dari garam ini mengalami hidrolisis. pH yang
dihasilkan bergantung dari kekuatan asam dan basa lemah (Ka dan Kb) garam
tersebut.
• Jika Ka > Kb, maka pH < 7 dan larutan bersifat asam.
• Jika Ka = Kb, maka pH = 7 dan larutan bersifat netral.
• Jika Ka < Kb, maka pH > 7 dan larutan bersifat basa.
Contoh: NH4F → NH4+ + F-
NH4+ + H2O  NH4OH + H+ Kh = Kw : Kb
F- + H2O  HF + OH- Kh = Kw : Ka

𝐾𝑤 × 𝐾𝑎
[𝐻 + ] = √
𝐾𝑏

LATIHAN SOAL
1. Di antara asam berikut ini yang mempunyai basa konjugasi paling kuat adalah ...
A. Asam askorbat, Ka = 8,0 x 10-5
B. Asam benzoat, Ka = 6,5 x 10-5
C. Asam 3-klorobenzoat, Ka = 1,5 x 10-4
D. Asam 2-hidroksibenzoat, Ka = 1,1 x 10-3
E. Asam kloroasetat, Ka = 1,4 x 10-3
2. Jika anda mencampurkan natrium hidroksida, NaOH, dan asam asetat CH 3COOH
dalam jumlah molar yang sama, maka spesi utama yang terdapat dalam larutan yang
dihasilkan adalah ... (Ka CH3COOH = 2 x 10-5)
A. Na+, CH3COO-, OH-, dan H2O
B. Na+, CH3COOH, OH-, dan H2O
C. Na+, CH3COO-, H3O+, dan H2O

67
D. Na+, CH3COOH, H3O+, dan H2O
E. Na+, CH3COO-, CH3COOH, OH-, dan H2O
3. Larutan garam-garam di bawah ini masing-masing konsentrasinya adalah 0,1 M.
Larutan yang memiliki nilai pH paling tinggi adalah ...
A. Larutan NH4Cl (Kb NH4OH = 2,0 x 10-5)
B. Larutan (NH4)2SO4 (Kb NH4OH = 2,0 x 10-5)
C. Larutan NaClO (Ka HClO = 3,4 x 10-8)
D. Larutan NaCN (Kb HCN = 4,0 x 10-10)
E. Larutan Na2S (Kb H2S = 1,3 x 10-20)
4. Berapa pH dari larutan HF 1,00 M? (Ka HF = 7,2 x 10-4)
A. 1,00 D. 2,01
B. 1,58 E. 2,67
C. 1,74
5. Diketahui bahwa H2S adalah asam yang lebih kuat daripada HCN.
(H2S: Ka1 = 1,0 x 10-7; Ka2 = 1,3 x 10-13; Ka HCN = 6,0 x 10-10).
Tentukanlah bila memungkinkan, ke arah manakah kesetimbangan berikut berada:
HCN(aq) + HS- (aq)  CN-(aq) + H2S(aq)
A. Kesetimbangan mengarah ke kiri
B. Kesetimbangan mengarah ke kanan
C. Kesetimbangan sempurna setimbang ke arah kiri dan kanan
D. Dapat ditentukan bila keasaman relatif HS- diketahui
E. Tidak dapat ditentukan
6. Diketahui reaksi kesetimbangan berikut cenderung bergeser ke kanan.
C6H5NH3+ + NH3  C6H5NH2 + NH4+
C6H5NH3+ + CH3NH2  C6H5NH2 + CH3NH3+
NH4+ + CH3NH2  NH3 + CH3NH3+
Berdasarkan informasi tersebut, urutan kekuatan basa nitrogen ini adalah ...
A. NH3 > CH3NH2 > C6H5NH2 C. CH3NH2 > NH3 > C6H5NH2
B. NH3 > C6H5NH2 > CH3NH2 D. C6H5NH2 > NH3 > CH3NH2

68
E. C6H5NH2 > CH3NH2 > NH3
7. Asam nitrit memiliki tetapan kesetimbangan asam, Ka sebesar 4,0 x 10-4. Agar larutan
memiliki pH 4,0, maka perbandingan konsentrasi ion nitrit terhadap asam nitrit
haruslah sama dengan ...
A. 0,25 D. 2
B. 0,5 E. 4
C. 1
8. Di antara larutan penyangga berikut ini, perbandingan HF/NaF yang memberikan pH
paling asam adalah ... (Ka HF = 7,2 x 10-4)
A. 0,1 molar / 0,1 molar D. 1 molar / 0,1 molar
B. 0,1 molar / 1 molar E. 1 molar / 1 molar
C. 0,5 molar / 0,5 molar
9. Berapa pH larutan NaF 0,30 M? (Ka HF = 7,2 x 10-4)
a. 5,69 D. 8,31
b. 6,31 E. 8,64
c. 7,88
10. Berapa pH larutan yang terbentuk bila sebanyak 0,06 mol NaOH ditambahkan ke
dalam 1 L larutan HCl 0,05 M?
A. 3,45 D. 12,78
B. 8,90 E. 13,50
C. 12,00

69
BAB 9
KELARUTAN & HASIL KALI KELARUTAN

A. KELARUTAN
• Kelarutan adalah konsentrasi maksimal yang dapat dimiliki suatu zat terlarut
sebelum zat itu mengendap.
• Kelarutan disimbolkan dengan huruf s dan memiliki satuan g/L atau M.
• Larutan dengan konsentrasi senilai harga kelarutannya disebut larutan jenuh.
• Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain:
1. Jenis zat yang digunakan
Senyawa polar akan lebih mudah larut dalam pelarut polar, sedangkan senyawa
nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar.
2. Konsentrasi ion sejenis
Jika di dalam larutan sudah terdapat ion yang sejenis / sama dengan ion dalam zat
terlarut, maka kelarutan zat tersebut akan turun.
3. Suhu
Kelarutan suatu zat umumnya akan semakin besar jika suhu dinaikkan akibat adanya
peningkatan energi kinetik molekul.

B. HASIL KALI KELARUTAN


• Hasil kali kelarutan (Ksp) adalah tetapan kesetimbangan dari reaksi pelarutan suatu
padatan.
• Sama seperti tetapan kesetimbangan lainnya, Ksp bernilai konsentrasi produk dibagi
reaktan, dengan dipangkatkan koefisiennya. Namun karena reaktannya selalu
padatan, maka reaktan tidak pernah dilibatkan.
Contoh: BaCO3(s) → Ba2+(aq) + CO32-(aq) Ksp = [Ba2+][CO32-]
PbI2(s) → Pb2+(aq) + 2 I-(aq) Ksp = [Pb2+][I-]2
Ca3(PO4)2(s) → 3 Ca2+(aq) + 2 PO43-(aq) Ksp = [Ca2+]3[PO43-]2

70
• Nilai Ksp juga dapat dihitung dengan satuan kelarutan (s). Ketika suatu padatan larut
sebanyak s molar, konsentrasi ion-ion yang dihasilkan dapat dihitung berdasarkan
perbandingan koefisien.
Contoh: BaCO3(s) → Ba2+(aq) + CO32-(aq) Ksp = [Ba2+][CO32-] = s.s = s2
PbI2(s) → Pb2+(aq) + 2 I-(aq) Ksp = [Pb2+][I-]2 = s (2s)2 = 4s3
Ca3(PO4)2(s) → 3 Ca2+(aq) + 2 PO43-(aq) Ksp = [Ca2+]3[PO43-]2 = (3s)3(2s)2
Ksp = 27s3 x 4s2 = 108s5

C. KUOSIEN REAKSI KELARUTAN


• Kuosien reaksi kelarutan (Qsp) adalah hasil kali konsentrasi ion-ion pangkat koefisien
pada keadaan apa pun (belum tentu saat setimbang atau saat larutan jenuh).
• Rumus dari Qsp sama persis dengan rumus Ksp.
Contoh: BaCO3(s) → Ba2+(aq) + CO32-(aq) Qsp = [Ba2+][CO32-]
PbI2(s) → Pb2+(aq) + 2 I-(aq) Qsp = [Pb2+][I-]2
Ca3(PO4)2(s) → 3 Ca2+(aq) + 2 PO43-(aq) Qsp = [Ca2+]3[PO43-]2
• Kuosien Qsp ini digunakan untuk mengetahui kondisi larutan apakah telah jenuh atau
belum, sesuai ketentuan berikut.
1. Jika Qsp < Ksp, larutan belum jenuh (masih dapat larut).
2. Jika Qsp = Ksp, larutan tepat jenuh (tidak dapat larut lagi, namun belum ada endapan).
3. Jika Qsp > Ksp, larutan lewat jenuh (sudah terbentuk endapan).

LATIHAN SOAL
1. Yang manakah berikut ini mempunyai pengaruh terkecil / terendah untuk kelarutan
padatan dalam pelarut cair?
A. Temperatur D. Sifat alami pelarut
B. Tekanan E. Tidak dapat diperkirakan
C. Sifat alami zat terlarut

71
2. Setiap garam berikut ini mempunyai nilai Ksp 1,00 x 10-9. Garam manakah yang paling
mudah larut dalam air?
A. XY D. XY3
B. XY2 E. X2Y3
C. X3Y
3. Tetapan hasil kali kelarutan perak azida (AgN3), timbal azida (Pb(N3)2), dan
stronsium fluorida (SrF2) adalah sama pada temperatur yang sama. Jika kelarutan
dinyatakan dengan s, maka pada temperatur yang sama ...
A. s AgN3 = s Pb(N3)2 = s SrF2 D. s AgN3 < s Pb(N3)2 < s SrF2
B. s AgN3 = s Pb(N3)2 > s SrF2 E. s AgN3 < s Pb(N3)2 = s SrF2
C. s AgN3 > s Pb(N3)2 > s SrF2
4. Ke dalam 100 mL larutan AlX3 0,002 M ditambahkan 100 mL larutan M2SO4 0,004 M.
Jika Ksp MX = 10-5, maka ...
A. MX tidak mengendap D. Tidak terjadi reaksi
B. MX mengendap E. Terbentuk senyawa MX2
C. Larutan tepat jenuh dengan MX
5. Kelarutan barium sulfat akan paling kecil jika dilarutkan ke dalam ...
A. Air D. Barium klorat 0,1 M
B. Kalium sulfat 0,15 M E. Barium klorida 0,2 M
C. Barium nitrat 0,05 M
6. Dalam 2,0 L larutan jenuh nikel karbonat (NiCO3) terkandung 0,90 g garam ini.
Berapakah nilai Ksp untuk NiCO3?
A. 7,58 x 10-4 D. 1,44 x 10-7
B. 3,79 x 10-4 E. 2,87 x 10-8
C. 5,74 x 10-7
7. Diketahui Ksp Fe(OH)2 = 3,2 x 10-14 (Mr = 90 g/mol). Kelarutan zat tersebut dalam
satuan g/L adalah ...
A. 1,26 x 10-7 C. 1,80 x 10-5
B. 1,13 x 10-5 D. 1,80 x 10-4

72
E. 1,80 x 10-3
8. Nilai Ksp dari basa sukar larut Mn(OH)2 adalah 2,0 x 10-13. Pada pH berapa Mn(OH)2
mulai mengendap bila pada awalnya dalam larutan mengandung 0,01 M ion Mn2+?
A. 5,8 D. 8,2
B. 6,3 E. 12,7
C. 7,0
9. Larutan jenuh X(OH)2 memiliki pH 9. Hasil kali kelarutan (Ksp) dari X(OH)2 adalah ...
A. 1 x 10-10 D. 5 x 10-16
B. 5 x 10-11 E. 1 x 10-18
C. 1 x 10-15
10. Kelarutan molar nikel(II) hidroksida (Ksp = 1,6 x 10-16) dalam suatu larutan
penyangga dengan pH = 10 adalah ...
A. 1,6 x 10-4 D. 1,6 x 10-10
B. 1,6 x 10-6 E. 1,6 x 10-12
C. 1,6 x 10-8

73
BAB 10
REDUKSI-OKSIDASI & ELEKTROKIMIA

A. KONSEP REDUKSI-OKSIDASI
• Reduksi dapat didefinisikan sebagai reaksi yang:
1. Melepas oksigen; contoh: 2 CaO → 2 Ca + O2
2. Mengikat hidrogen; contoh: CH3CHO + H2 → CH3CH2OH
3. Menerima elektron; contoh: Cu2+ + 2 e- → Cu
4. Mengalami penurunan muatan / bilangan oksidasi.
• Oksidasi dapat didefinisikan sebagai reaksi yang:
1. Mengikat oksigen; contoh: 2 Ca + O2 → 2 CaO
2. Melepas hidrogen; contoh: CH3CH2OH → CH3CHO + H2
3. Melepaskan elektron; contoh: Cu → Cu2+ + 2 e-
4. Mengalami kenaikan muatan / bilangan oksidasi.
• Bilangan oksidasi suatu unsur dapat dihitung dengan ketentuan berikut ini.
1. Unsur bebas memiliki bilangan oksidasi = 0.
Contoh: bilangan oksidasi H dalam H2 adalah 0.
2. Hidrogen mempunyai bilangan oksidasi = +1, kecuali dalam senyawa hidrida, seperti
NaH, CaH2, atau AlH3, bilangan oksidasinya = -1.
3. Oksigen memiliki bilangan oksidasi = -2, kecuali pada senyawa peroksida, seperti
H2O2 dan Na2O2 dengan bilangan oksidasi = -1, serta pada senyawa superoksida,
seperti KO2, bilangan oksidasinya = -½.
4. Bilangan oksidasi unsur dalam ion tunggal = muatannya.
Contoh: bilangan oksidasi K dalam K+ = +1.
5. Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur dalam ion poliatomik = muatan ionnya.
Contoh: dalam ion NO3-, bilangan oksidasi N + 3 O = -1.
6. Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur dalam senyawa netral = 0.
Contoh: dalam NH3, bilangan oksidasi N + 3 H = 0.

74
7. Unsur golongan IA dan IIA dalam senyawa memiliki bilangan oksidasi berturut-turut
senilai +1 dan +2.
Contoh: dalam NaCl, bilangan oksidasi Na = +1
dalam CaBr2, bilangan oksidasi Ca = +2
• Terdapat beberapa istilah dalam reaksi reduksi-oksidasi, yaitu:
1. Reduktor, yaitu senyawa yang mengalami oksidasi (menyebabkan zat lain tereduksi).
Contoh: C2H4 + H2 → C2H6 (H2 bertindak sebagai reduktor)
2. Oksidator, yaitu senyawa yang mengalami reduksi (menyebabkan zat lain
teroksidasi).
Contoh: C2H4 + 3 O2 → 2 CO2 + 2 H2O (O2 bertindak sebagai oksidator)
3. Reaksi autoredoks atau disproporsionasi, yaitu reaksi dengan reduktor dan
oksidator yang sama.
Contoh: Cl2 + H2O → HCl + HClO
(Cl2 bertindak sebagai reduktor & oksidator sekaligus)
4. Reaksi anti-autoredoks atau komproporsionasi, yaitu reaksi dengan hasil reduksi
dan hasil oksidasi yang sama.
Contoh: CuO + Cu → Cu2O
(Cu2O bertindak sebagai hasil reduksi & hasil oksidasi sekaligus)

B. PENYETARAAN REAKSI REDUKSI-OKSIDASI


• Dengan metode setengah reaksi
1. Dalam suasana asam
a. Pisahkan persamaan reaksi menjadi setengah reaksi reduksi dan oksidasi.
b. Setarakan jumlah atom yang mengalami perubahan bilangan oksidasi.
c. Setarakan jumlah atom O dengan menambahkan H2O pada sisi yang kekurangan
atom O.
d. Setarakan kelebihan atom H dengan menambahkan ion H+ di sisi lainnya.
e. Setarakan jumlah muatan pada kedua ruas dengan menambahkan elektron.

75
f. Samakan jumlah elektron yang dilepas dan diterima pada reaksi reduksi dan
oksidasi.
g. Jumlahkan kedua reaksi reduksi dan oksidasi.
2. Dalam suasana basa
a. Pisahkan persamaan reaksi menjadi setengah reaksi reduksi dan oksidasi.
b. Setarakan jumlah atom yang mengalami perubahan bilangan oksidasi.
c. Setarakan jumlah atom O dengan menambahkan H2O pada sisi yang kelebihan
atom O.
d. Tambahkan ion OH- sebanyak 2 kali lipat H2O pada sisi lainnya.
e. Setarakan jumlah muatan pada kedua ruas dengan menambahkan elektron.
f. Samakan jumlah elektron yang dilepas dan diterima pada reaksi reduksi dan
oksidasi.
g. Jumlahkan kedua reaksi reduksi dan oksidasi.
• Dengan metode bilangan oksidasi
a. Tentukan unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi.
b. Setarakan atom-atom yang mengalami perubahan bilangan oksidasi.
c. Tentukan jumlah kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi.
d. Samakan kenaikan dan penurunan bilangan itu dengan mengalikan suatu angka.
e. Setarakan atom atau spesi lain, lalu atom oksigen, dan terakhir atom hidrogen.

C. SEL VOLTA / SEL GALVANI


• Sel volta / sel galvani adalah sel elektrokimia di mana reaksinya berjalan secara
spontan dan menghasilkan energi listrik.
• Sel volta biasa disusun dalam suatu rangkaian dengan ketentuan berikut.
1. Senyawa yang mengalami reduksi dan oksidasi dipisahkan dalam dua wadah
berbeda, disambungkan dengan katoda dan anoda, serta dapat diukur dengan
voltmeter.

76
2. Katoda merupakan elektroda tempat terjadinya reduksi, sedangkan anoda
merupakan elektroda tempat terjadinya oksidasi.
3. Elektron dilepaskan dari anoda dan mengalir menuju katoda.
4. Jembatan garam yang berisi elektrolit kuat menghubungkan kedua larutan untuk
menetralkan muatan di antara keduanya.
• Gambar rangkaian sel volta dapat dilihat pada contoh berikut ini.

• Pada contoh rangkaian di atas, Zn mengalami oksidasi di anoda menjadi Zn 2+,


sementara Cu2+ mengalami reduksi di katoda menjadi Cu. Rangkaian ini dapat
disederhanakan dalam notasi sel kimia seperti berikut.
𝑍𝑛(𝑠)|𝑍𝑛2+ (𝑎𝑞)||𝐶𝑢2+ (𝑎𝑞)|𝐶𝑢(𝑠)
Keterangan: Anoda | Reaksi oksidasi || Reaksi reduksi | Katoda
| : batas antar fasa (elektroda & larutan)
|| : batas antar larutan / jembatan garam
• Ukuran kekuatan tiap unsur atau molekul dalam menghasilkan potensial listrik
diwujudkan dalam potensial reduksi standar (Eored). Potensial ini diukur dalam
kondisi standar 1 atm dan 25oC.
• Sebagai patokan, nilai Eored dari reaksi 2H+(aq) → H2(g) bernilai 0 V.
• Deret yang menunjukkan urutan potensial reduksi unsur-unsur disebut sebagai
deret Volta. Deret ini memiliki urutan sebagai berikut.

77
Li-K-Ba-Ca-Na-Mg-Al-Mn-H2O-Zn-Cr-Fe-Cd-Co-Ni-Sn-Pb-(H)-Sb-Bi-Cu-Hg-Ag-Pt-Au
• Semakin ke kiri unsur dalam deret ini, semakin mudah dia teroksidasi. Sebaliknya,
semakin ke kanan unsurnya dalam deret Volta, semakin mudah dia tereduksi. Dari
kiri ke kanan, potensial reduksinya semakin besar.
Contoh: Cu berada di sebelah kanan Zn di deret Volta
Maka Cu akan mengalami reduksi dan Zn akan mengalami oksidasi
Cu2+(aq) + Zn(s) → Cu(s) + Zn2+(aq)
Reaksi sebaliknya tidak dapat berlangsung spontan
Cu(s) + Zn2+(aq) → (tidak terjadi reaksi spontan)
• Untuk menhitung potensial listrik total yang dihasilkan oleh sel Volta, dihitung
potensial sel (Esel) dengan rumus berikut. Nilai ini harus positif agar reaksinya dapat
berjalan spontan.
𝐸𝑠𝑒𝑙 = 𝐸𝑟𝑒𝑑 𝑘𝑎𝑡𝑜𝑑𝑎 − 𝐸𝑟𝑒𝑑 𝑎𝑛𝑜𝑑𝑎

D. SEL ELEKTROLISIS
• Sel elektrolisis adalah sel elektrokimia di mana reaksinya berjalan secara tidak
spontan dan membutuhkan energi listrik.
• Gambar rangkaian sel volta dapat dilihat pada contoh berikut ini.

• Rangkaian dalam sel elektrolisis memiliki ketentuan berikut.


1. Senyawa yang tereduksi dan teroksidasi umumnya berada dalam wadah yang sama.

78
2. Larutan dalam wadah ini disambungkan dengan baterai untuk mengalirkan listrik
melalui anoda dan katoda.
3. Katoda merupakan elektroda tempat terjadinya reduksi, sedangkan anoda
merupakan elektroda tempat terjadinya oksidasi.
4. Elektron dialirkan oleh baterai menuju katoda, lalu di anoda elektron akan
dilepaskan dan kembali ke baterai.
• Reaksi yang terjadi pada sel elektrolisis memiliki beberapa ketentuan, yaitu:
1. Reaksi di katoda
a. Jika senyawa yang dielektrolisis berada dalam wujud cairan atau lelehan, maka
kationnya tereduksi.
Contoh: reaksi elektrolisis lelehan NaCl di katoda
Na+(l) + e- → Na(s)
b. Jika senyawa yang dielektrolisis berada dalam wujud larutan, maka:
• Jika kationnya merupakan ion golongan IA, IIA, Al3+, atau Mn2+, maka terjadi
reaksi reduksi H2O.
Contoh: reaksi elektrolisis larutan NaCl di katoda
2 H2O(l) + 2 e- → 2 OH-(aq) + H2(g)
• Jika kationnya merupakan ion lainnya, maka ion tersebut tereduksi.
Contoh: reaksi elektrolisis larutan CuCl2 di katoda
Cu2+(aq) + 2 e- → Cu(s)
2. Reaksi di anoda
a. Jika elektroda yang digunakan mudah bereaksi atau tidak inert (selain unsur C,
Pt, dan Au), maka elektroda tersebut teroksidasi.
Contoh: reaksi elektrolisis larutan NaCl dengan elektroda Zn
Zn(s) → Zn2+(aq) + 2 e-
b. Jika elektroda yang digunakan sukar bereaksi atau inert (C, Pt, atau Au), maka:
• Jika anionnya merupakan sisa asam oksi (SO42-, NO3-, CO32-, dan lain-lain), maka
terjadi reaksi oksidasi H2O.

79
Contoh: reaksi elektrolisis larutan Na2SO4 di anoda dengan elektroda C
2 H2O(l) → 4 H+(aq) + O2(g) + 4 e-
• Jika anionnya merupakan ion lainnya, maka ion tersebut teroksidasi.
Contoh: reaksi elektrolisis larutan NaCl di anoda dengan elektroda Pt
2 Cl-(aq) → Cl2(g) + 2 e-
• Untuk melakukan perhitungan pada sel elektrolisis, dilakukan stoikiometri biasa.
Muatan elektron dapat dihubungkan dengan molnya. Jumlah muatan 1 mol elektron
disebut dengan tetapan Faraday (F), yaitu sebesar 96485 Coulomb, atau biasa
dibulatkan menjadi 96500 Coulomb.
• Dari nilai Faraday tersebut dapat diperoleh rumus:
𝑞 𝐼×𝑡
𝑀𝑜𝑙 𝑒 − = =
𝐹 96500
Keterangan: q = muatan listrik (C) I = arus listrik (A)
F = tetapan Faraday (96500 C/mol) t = waktu elektrolisis (s)

LATIHAN SOAL
1. Reaksi berikut ini: HClO + HClO3 → 2 HClO2 merupakan contoh dari reaksi ...
A. Komproporsionasi D. Reduksi
B. Disproporsionasi E. Oksidasi
C. Auto-redoks
2. Ion bromat dan ion bromida bereaksi membentuk bromin dalam suasana asam.
Setelah reaksi disetarakan, manakah pernyataan yang tepat mengenai H +(aq) di
bawah ini?
H+(aq) + BrO3-(aq) + Br-(aq) → Br2(aq) + H2O(l)
A. Koefisien H+(aq) dua kali lipat lebih besar daripada koefisien Br-(aq).
B. Koefisien H+(aq) dua kali lipat lebih besar daripada koefisien Br2(aq).
C. Koefisien H+(aq) dua kali lipat lebih besar daripada koefisien BrO3-(aq).
D. Koefisien H+(aq) adalah penjumlahan dari koefisien BrO3-(aq) dan H2O(l).

80
E. Koefisien H+(aq) adalah penjumlahan dari koefisien BrO3-(aq), Br2(aq), dan Br-
(aq).
3. Ketika reaksi berikut disetarakan dalam suasana basa, berapa perbandingan antara
koefisien reaksi S2O82- dan OH-?
CrO2-(aq) + S2O82-(aq) → CrO42-(aq) + SO42-(aq)
A. 1 : 2 D. 2 : 5
B. 1 : 3 E. 3 : 8
C. 1 : 6
4. Perhatikan reaksi redoks berikut ini.
C2H5OH + 2 Cr2O72- + 16 H+ → 2 CO2 + 4 Cr3+ + 11 H2O
Setiap atom karbon akan kehilangan ...
A. 1 elektron D. 6 elektron
B. 2 elektron E. 0 elektron
C. 4 elektron
5. Perhatikan gambar sel elektrokimia berikut ini.

Bila sel tersebut dioperasikan, elektron akan mengalir ke arah ...


A. Elektroda Pb, di mana Pb akan dioksidasi
B. Elektroda Cd, di mana Cd akan dioksidasi
C. Elektroda Pb, di mana Pb2+ akan direduksi
D. Elektroda Cd, di mana Cd2+ akan direduksi

81
E. Elektroda Pb, di mana Cd2+ akan dioksidasi
6. Suatu sel elektrokimia memiliki notasi sel sebagai berikut:
Pt | Pu3+(aq), Pu4+(aq) || Cl2(g), Cl-(aq) | Pt
Potensial sel standar yang terukur adalah 0,35 V, dan potensial reduksi klor adalah
1,36 V. Potensial reduksi standar dari Pu4+/Pu3+ adalah ...
A. +2,37 V D. -1,01 V
B. +1,01 V E. +1,71 V
C. -1,71 V
7. Diberikan data sebagai berikut.
Ag+(aq) + e- → Ag(s) Eo = 0,80 V
Mg2+(aq) + 2e- → Mg(s) Eo = -2,37 V
Suatu sel Galvani terdiri atas 30 g elektroda Mg dalam larutan magnesium nitrat 1,0
M dan 50 g elektroda Ag dalam larutan perak nitrat 1,0 M. Berapa E osel dari sel
elektrokimia ini pada 25oC?
A. 2,67 V D. 3,33 V
B. 2,99 V E. 3,67 V
C. 3,17 V
8. Larutan CrCl3 dielektrolisis dengan elektroda platina hingga diperoleh endapan krom
seberat 20,8 g. Pada reaksi ini, volume gas yang dihasilkan pada suhu 25oC dan
tekanan 1 atmosfer adalah ...
A. 0,82 L D. 14,66 L
B. 1,23 L E. 19,54 L
C. 9,77 L
9. Sejumlah lelehan garam klorida dielektrolisis dengan arus listrik sebesar 3,00 A.
Jumlah deposit logam manakah yang memerlukan waktu elektrolisis terlama?
A. 50 g Mg D. 125 g Fe
B. 75 g Al E. Jawaban A, B, C, dan D benar
C. 100 g Ca semua

82
10. Arus listrik sebesar 1,20 A dilewatkan ke dalam larutan berisi kation logam.
Sebanyak 3,92 gram logam tersebut mengendap setelah reaksi berjalan selama 153
menit. Tentukan unsur logam tersebut.
A. Ni D. Rh
B. Cu E. Ba
C. Zr

83
BAB 11
KIMIA ORGANIK

A. KEISTIMEWAAN ATOM KARBON


• Atom karbon memiliki sifat sebagai berikut:
1. Memiliki 4 elektron valensi dan membentuk 4 ikatan kovalen;
2. Dapat membentuk ikatan tunggal, rangkap dua, atau rangkap tiga dengan atom
karbon lainnya;
3. Dapat membentuk rantai karbon lurus, bercabang, atau melingkar (siklik);
4. Berukuran relatif kecil sehingga mudah dikelilingi atom lainnya;
5. Dapat membentuk isomer.
• Atom karbon dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
1. Atom C primer, yaitu atom C yang mengikat langsung 1 atom C lainnya.
2. Atom C sekunder, yaitu atom C yang mengikat langsung 2 atom C lainnya.
3. Atom C tersier, yaitu atom C yang mengikat langsung 3 atom C lainnya.
4. Atom C kuarterner, yaitu atom C yang mengikat langsung 4 atom C lainnya.
Contoh:
Atom C primer : 1, 6, 7, 8, dan 9
Atom C sekunder : 2 dan 4
Atom C tersier :5
Atom C kuarterner :3

• Senyawa yang dibentuk atom karbon ini sering disebut sebagai senyawa organik, dan
terdiri dari beberapa jenis, antara lain:
1. Hidrokarbon alifatik, yaitu senyawa hidrokarbon dengan rantai C yang terbuka.
Senyawa ini terdiri atas hidrokarbon jenuh (seluruh rantainya berikatan kovalen
tunggal) serta hidrokarbon tak jenuh (terdapat ikatan rangkap dua atau rangkap
tiga).

84
2. Hidrokarbon alisiklik, yaitu senyawa hidrokarbon dengan rantai C yang melingkar.
3. Hidrokarbon aromatik, yaitu senyawa hidrokarbon dengan rantai melingkar dan
ikatan rangkap selang-seling. Jumlah elektron pada ikatan rangkap senyawa
hidrokarbon haruslah senilai 4n+2. Senyawa aromatik tidak digolongkan dalam
alisiklik karena perbedaan sifat dan reaksinya.
4. Senyawa organik heteroatom, yaitu senyawa karbon yang tidak hanya mengandung
atom H dan C, tetapi juga atom lain, seperti O dan N.

B. ALKANA
• Alkana adalah golongan senyawa hidrokarbon yang hanya mengandung ikatan
kovalen tunggal dengan rantai terbuka.
• Alkana memiliki rumus umum CnH2n+2 atau bisa juga ditulis R-H, dengan R adalah
gugus rantai cabang atau alkil.
• Penamaan alkana dilakukan dengan ketentuan berikut.
1. Tentukan rantai utamanya, yaitu rantai karbon dengan jumlah atom C terbanyak.
2. Namai rantai utama tersebut dengan awalan berikut ini, ditambahkan akhiran “-ana”
untuk alkana.
Jumlah Atom C Awalan Jumlah Atom C Awalan
1 Met- 6 Heks-
2 Et- 7 Hept-
3 Prop- 8 Okt-
4 But- 9 Non-
5 Pent- 10 Dek-
3. Rantai selain rantai utama disebut sebagai rantai cabang atau gugus alkil. Tata nama
gugus alkil menggunakan awalan yang sama seperti tabel di atas, namun dengan
akhiran “-il”.
4. Nomori rantai utama dari ujung ke ujung, sehingga rantai cabangnya memiliki nomor
urut yang kecil.

85
5. Beri nama dengan urutan: No. Cabang – Gugus Alkil – Rantai Utama
6. Jika terdapat beberapa gugus alkil, urutkan namanya sesuai alfabet. Jika terdapat
lebih dari satu gugus alkil yang sejenis, dapat ditambahkan awalan “di-“, “tri-“, “tetra-
”, dan seterusnya.
Contoh:

3,3,5-trimetilheksana 4-etil-2-metilheksana
• Semakin besar massa molar suatu alkana, titik didih dan titik lelehnya semakin tinggi.
Jika ditemui 2 alkana berbeda dengan massa molar sama, alkana dengan rantai lurus
memiliki titik didih dan titik leleh lebih tinggi.
• Terdapat beberapa reaksi alkana, yaitu:
1. Pembakaran
Jika direaksikan dengan O2 yang cukup, pembakaran berlangsung sempurna
menghasilkan CO2 dan H2O. Namun jika O2 yang diberikan kurang, pembakaran
berlangsung tidak sempurna menghasilkan CO dan H2O.
Contoh: C3H8 + 5 O2 → 3 CO2 + 4 H2O (sempurna)
C3H8 + 3,5 O2 → 3 CO + 4 H2O (tidak sempurna)
2. Perengkahan (cracking)
Pada suhu tinggi, alkana dapat terurai menjadi molekul-molekul lebih kecil, seperti
alkana dengan rantai lebih pendek, alkena, serta molekul hidrogen.
Contoh: C4H10(g) → 2 CH2=CH2 + H2
3. Substitusi halogen (halogenasi)
Salah satu atom H pada alkana dapat diganti dengan atom halogen dengan reaktan
X2. Reaksi ini terjadi dengan bantuan sinar ultraviolet, sehingga disebut reaksi terang.
Contoh: C2H6 + Cl2 → C2H5Cl + HCl

86
C. ALKENA
• Alkena adalah golongan senyawa hidrokarbon rantai terbuka yang mengandung
ikatan rangkap dua.
• Alkena memiliki rumus umum CnH2n.
• Penamaan alkena dilakukan dengan ketentuan berikut.
1. Tentukan rantai utamanya, yaitu rantai karbon dengan jumlah atom C terbanyak.
2. Namai rantai utama tersebut dengan awalan yang sama seperti di dalam tabel,
ditambahkan akhiran “-ena” untuk alkena.
3. Nomori rantai C dari ujung ke ujung sehingga atom C yang berikatan rangkap
memiliki nomor yang kecil.
4. Nomor ikatan rangkap diletakkan di depan nama rantai utama alkena.
5. Jika jumlah ikatan rangkap dua lebih dari satu, maka diberi akhiran “-diena”, “-
triena”, dan seterusnya.
6. Gugus alkil dinamai persis seperti pada alkana.
Contoh:

2-metilpropena 4-metil-1,3-pentadiena
• Reaksi alkena umumnya adalah reaksi adisi, menggantikan ikatan rangkap dua
dengan ikatan kovalen tunggal dengan reaktannya.
Contoh:

• Terdapat aturan Markovnikov dalam reaksi adisi ini, bunyinya, “jika alkena bereaksi
dengan HX, atom hidrogen akan masuk ke sisi atom C dengan lebih banyak H.”
• Kebalikan dari aturan Markovnikov, yaitu anti-Markovnikov, bisa diperoleh jika ke
dalam reaksi tersebut ditambahkan senyawa peroksida.

87
Contoh:
(Markovnikov)
+

(Anti-Markovnikov)

D. ALKUNA
• Alkuna adalah golongan senyawa hidrokarbon rantai terbuka yang mengandung
ikatan rangkap tiga.
• Alkuna memiliki rumus umum CnH2n-2.
• Penamaan alkuna dilakukan persis seperti alkena, hanya saja diberi akhiran “-una”.
• Sama seperti alkenam, alkuna umumnya juga bereaksi adisi, namun dapat bereaksi
dua kali. Ikatan rangkap tiga berubah menjadi ikatan rangkap dua, lalu berubah
menjadi ikatan kovalen tunggal.
Contoh:

E. ISOMER
• Isomer adalah senyawa-senyawa yang berbeda, namun memiliki rumus molekul
yang sama.
• Terdapat 5 macam isomer dalam kimia organik, antara lain:
1. Isomer rantai, yaitu isomer yang memiliki perbedaan rantai utamanya.
Contoh: isomer C5H12 adalah pentana, 2-metilbutana, dan 2,2-dimetilpropana.
2. Isomer posisi, yaitu isomer yang berbeda pada posisi gugus fungsinya.
Contoh: isomer posisi C4H8 adalah 1-butena dan 2-butena.
3. Isomer gugus fungsi, yaitu isomer yang berbeda pada jenis gugus fungsinya.

88
Contoh: alkena dan sikloalkana, alkuna dan alkadiena, alkohol dan eter, aldehida dan
keton, serta asam karboksilat dan ester
4. Isomer geometri / cis-trans, yaitu isomer yang dimiliki oleh alkena akibat posisi dua
gugus yang mengikat C ikatan rangkap ini berbeda. Contohnya seperti berikut.

5. Isomer optik, yaitu isomer yang dimiliki senyawa akibat perbedaan putaran bidang
polarisasi. Senyawa yang memutar bidang polarisasi ke kiri diberi lambang (-), dan
senyawa yang memutar bidang polarisasi ke kanan diberi lambang (+). Isomer ini
dimiliki oleh senyawa dengan atom C kiral atau asimetrik, yaitu atom C yang
mengikat 4 gugus berbeda. Contohnya seperti berikut.

F. SENYAWA ORGANIK HETEROATOM


• Terdapat beberapa gugus fungsi senyawa organik yang mengandung atom oksigen,
seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Rumus struktur Rumus molekul Nama trivial Nama IUPAC
R-OH CnH2n+2O Alkohol Alkanol
R-O-R’ CnH2n+2O Eter Alkoksi alkana
R-CHO CnH2nO Aldehida Alkanal
R-(CO)-R’ CnH2nO Ester Alkanon
R-COOH CnH2nO2 Asam karboksilat Asam alkanoat
R-COO-R’ CnH2nO2 Ester Alkil alkanoat

89
• Terdapat banyak sekali reaksi senyawa organik heteroatom, di antaranya:
1. Reaksi alkohol
a. Reaksi dengan natrium
R-OH + Na → R-O-Na + ½ H2
b. Reaksi pembentukan haloalkana
R-OH + HX → R-X + H2O
3 R-OH + PX3 → 3 R-X + H3PO3
R-OH + PX5 → R-X + HX + POX3
c. Reaksi oksidasi
Alkohol primer → Aldehida → Asam karboksilat
Alkohol sekunder → Keton
Alkohol tersier → (tidak dapat dioksidasi)
d. Reaksi esterifikasi
R’-OH + R-COOH → R-COO-R’ + H2O
Alkohol + asam karboksilat → Ester + air
e. Reaksi dengan asam sulfat pekat
Pada suhu 140oC dengan asam sulfat pekat, 2 R-OH → R-O-R + H2O
Pada suhu 180oC dengan asam sulfat pekat, R-OH → Alkena + H2O
2. Reaksi eter
a. Berbeda dari alkohol, eter tidak dapat bereaksi dengan natrium.
b. Reaksi pembentukan haloalkana
R-O-R’ + PCl5 → R-Cl + R’-Cl + POCl3
c. Reaksi dengan asam halida, terutama HI
Jika asam halidanya terbatas, R-O-R’ + HI → R-OH + R’-I
Jika asam halidanya berlebih, R-O-R’ + 2 HI → R-I + R’-I + H2O
3. Reaksi aldehida
a. Reaksi oksidasi membentuk asam karbosilat
Oleh Fehling (CuO), R-CHO + 2 CuO → R-COOH + Cu2O (endapan merah bata)
Oleh Tollens (Ag2O), R-CHO + Ag2O → R-COOH + 2 Ag (cermin perak)

90
b. Reaksi reduksi
Oleh hidrogen, R-CHO + H2 → R-CH2-OH (alkohol primer)
Oleh pereaksi Grignard (RMgX), reaksinya seperti berikut.

4. Reaksi keton
a. Berbeda dari aldehid, keton tidak dapat dioksidasi, sehingga dengan Fehling dan
Tollens, tidak membentuk endapan merah bata maupun cermin perak.
b. Reaksi reduksi / adisi oleh hidrogen

c. Reaksi reduksi oleh pereaksi Grignard

5. Reaksi asam karboksilat


a. Reaksi esterifikasi
R-COOH + R’-OH → R-COO-R’ + H2O
b. Reaksi pembentukan alkanoil halida
3 RCOOH + PX3 → 3 R-CO-X + H3PO3
RCOOH + PX5 → R-CO-X + POX3 + HX
RCOOH + SOX2 → R-CO-X + SO2 + HX

91
c. Reaksi reduksi
Asam karboksilat → Aldehid → Alkohol primer
6. Reaksi ester
a. Berbeda dari asam karboksilat, ester tidak bersifat asam dan dapat terurai jika
dihidrolisis seperti berikut.
R-COO-R’ + H2O → R-COOH + R’-OH
Ester + air → Asam karboksilat + alkohol
b. Reaksi dengan amonia
R-COO-R’ + NH3 → R-CO-NH2 + R’-OH
Ester + amonia → Amida + alkohol
c. Reduksi dengan hidrogen
R-COO-R’ + 2 H2 → R-CH2-OH + R’-OH
d. Reduksi dengan pereaksi Grignard
R-COO-R’ + R’’-MgX + H2O → R-CO-R’’ + R’-OH + Mg(OH)X
7. Reaksi haloalkana (R-X)
a. Reaksi pembentukan alkana (Sintesis Wurtz)
2 R-X + Na → R-R + 2 NaX
b. Reaksi pembentukan alkena
Reaksi ini membutuhkan R-O-Na/NaOH pada suhu tinggi
R-X → Alkena + HX
c. Reaksi pembentukan alkohol
R-X + NaOH → R-OH + NaX
d. Reaksi pembentukan eter
R-X + R’-ONa → R-O-R’ + NaX
8. Reaksi lainnya
a. Hidrolisis hidrokarbon tak jenuh
Ketika hidrokarbon tak jenuh bereaksi dengan air, ikatan rangkapnya putus
digantikan oleh gugus H- dan -OH, sehingga reaksinya seperti berikut.

92
• Alkena + H2O → Alkohol
• Alkuna + H2O → Keton
b. Reduksi nitril oleh hidrogen
R-CN + 2 H2 → R-CH2-NH2
Nitril + hidrogen → amina

G. BENZENA
• Benzena (C6H6) adalah senyawa karbon lingkar 6 dengan ikatan rangkap yang
selang-seling (terkonjugasi).
• Ikatan rangkap terkonjugasi menyebabkan elektron terdelokalisasi dan membentuk
kestabilan benzena sebagai senyawa aromatik.
• Benzena memiliki bentuk molekul seperti berikut.

• Senyawa turunan benzena adalah senyawa yang dihasilkan dari substitusi atom
hidrogen benzena. Beberapa contohnya antara lain ditunjukkan dalam gambar.

93
• Gugus alkil turunan dari benzena juga memiliki bentuk dan nama seperti berikut.

• Terdapat banyak reaksi pada benzena, antara lain:


1. Halogenasi (katalis FeX3)
Benzena + X2 → Halobenzena + HX
2. Nitrasi (katalis H2SO4)
Benzena + HNO3 → Nitrobenzena + H2O
3. Alkilasi (katalis AlCl3)
Benzena + R-Cl → Alkilbenzena + HCl
4. Sulfonasi (katalis H2SO4)
Benzena + SO3 → Asam benzenasulfonat
• Untuk benzena dengan banyak substituen / cabang, tata namanya memiliki
ketentuan berikut.
1. Rantai utama senyawa turunan benzena ditentukan dengan prioritas cabangnya.
Urutan prioritasnya adalah -SO3H > -COOH > -CHO > -OH > -R > -NO2 > -NH2 > -X
2. Beri nomor dari angka 1 sampai 6. Angka 1 menunjukkan gugus utama (prioritas).
Atur agar nomor gugus cabang sekecil mungkin.
3. Jika hanya ada 2 substituen, urutan cabang 1,2- dapat diganti dengan nama orto-
(o-), urutan cabang 1,3- dapat diganti dengan nama meta- (m-), dan urutan cabang
1,4- dapat diganti dengan nama para- (p-).
Contoh:

94
LATIHAN SOAL
1. Pernyataan yang TIDAK benar mengenai senyawa berikut ini adalah ...

A. Memiliki 8 ikatan sigma antar atom karbon dan 4 ikatan rangkap dua
terkonjugasi
B. Nama senyawa tersebut adalah 4-vinil-1,3,5-heptatriena
C. Dapat mengikat 8 atom klor jika direaksikan dengan Cl2/CCl4 berlebih
D. Memiliki 4 ikatan pi dengan nama 4-propenil-1,3,5-heksatriena
E. Memiliki 8 ikatan sigma antar atom karbon dan dapat mengalami reaksi adisi
elektrofilik jika direaksikan dengan larutan HBr dalam air
2. Berapa jumlah isomer dari senyawa dengan rumus molekul C4H6?
A. 5 D. 8
B. 6 E. 9
C. 7
3. Hidrogen manakah yang jika disubstitusi dengan atom Cl memberikan molekul kiral?

A. Hanya I D. Tidak semuanya


B. Hanya II E. Tidak bisa ditentukan
C. I dan II

95
4. Apa nama IUPAC dari senyawa berikut?

A. 2,3-dimetil-3-pentena D. 2-etilen-3-metilbutana
B. 3,4-dimetil-2-pentena E. 3-etilen-2-metilbutana
C. 3-isopropil-2-butena
5. Reaksi antara propena dengan Br2 cair menghasilkan ...
A. Propil bromida D. 2-bromopropana
B. Propuna E. 1,2-dibromopropana
C. 1-bromopropena
6. Senyawa alkil halida mana yang hanya dapat memberikan satu produk eliminasi
melepaskan HI?
A. 3-iodo-2,2,4,4-tetrametilpentana D. 3,3-dimetil-1-iodoheptana
B. 2-etil-1-iodosikloheksana E. 2,2-dimetil-4-iodoheksana
C. 3-iodo-2-metilheksana
7. Reaksi kesetimbangan berikut ini termasuk ke dalam jenis reaksi ...

A. Substitusi D. Eliminasi
B. Adisi Markovnikov E. Radikal
C. Adisi Anti-Markovnikov
8. Di antara spesi berikut yang merupakan ion karbonium tersier adalah ...
A. (CH3)2CHCH2+ D. (CH3)2C+(C2H5)
B. (CH3)CH+(CH3) E. C2H5+
C. CH3+

96
9. Produk yang akan dihasilkan jika 3-metil-1-pentena direaksikan dengan Cl2 dengan
adanya sinar UV adalah ...
A. 5-kloro-3-metil-1-pentena D. 1,2-dikloro-3-metilpentana
B. 4-kloro-3-metil-1-pentena E. 1-kloro-3-metilpentana
C. 3-kloro-3-metil-1-pentena
10. Di antara senyawa berikut yang dapat dibuat dari reaksi antara bromoetana dengan
kalium sianida dan kemudian produk yang terbentuk direduksi lebih lanjut adalah ...
A. CH3CH3 D. CH3CH2CH2NH2
B. CH3CH2NH2 E. CH3CH2CH2CH2NH2
C. CH3CH2CH3
11. Nama IUPAC untuk senyawa ini adalah: HO-CH2-C(CH3)=C(CH3)-CH2-CH3
A. 2,3-dimetil-2-pentenol D. 3-etil-2-metanol-2-butena
B. 3,4-dimetil-3-penten-5-ol E. 4-metanol-3-metil-3-pentena
C. 2-metanol-3-metil-2-pentena
12. Pasangan isomer dari senyawa dengan rumus molekul C3H6O adalah ...
A. Propanal dan propanol D. Aseton dan propanon
B. Propanol dan metoksi etana E. Asetaldehid dan aseton
C. Propanon dan propanal
13. Di antara kelompok senyawa berikut yang termasuk aldehida, asam, dan alkohol
(tidak perlu berurutan) adalah ...
A. HCOOH, CH3COOCH3, CH3CH2OH D. HCHO, CH3COOH, CH3CHO
B. HCHO, CH3CH2OH, CH3COOCH3 E. HCHO, CH3COOH, CH3CH2OH
C. CH3COOH, CH3OH, CH3CH2OH
14. Urutan keasaman yang paling tepat untuk senyawa-senyawa berikut adalah ...

A. I > III > II B. I > II > III

97
C. II > I > III E. III > I > II
D. II > III > I
15. Senyawa 2-butena hendak dioksidasi untuk menghasilkan asetaldehid. Oksidator
yang tepat untuk pereaksi tersebut adalah ...
A. KMnO4 pada suasana basa dan suhu rendah
B. KMnO4 pada suasana basa dan suhu sedang
C. KMnO4 pada suasana basa dan suhu tinggi
D. O3 diikuti oleh (CH3)2S
E. O3 diikuti oleh H2O2
16. Di antara pereaksi di bawah ini yang dapat digunakan untuk membedakan fenol
dengan asam benzoat adalah ...
A. CH3Cl, FeCl3 D. Cl2, FeCl3
B. HNO3, H2SO4 E. NaHCO3
C. CH3COCl, FeCl3
17. Jika benzena disubstitusi sebanyak 3 kali dengan substituen yang berbeda,
berapakah jumlah isomer yang mungkin terbentuk?
A. 3 D. 9
B. 6 E. 10
C. 7
18. Anilin jika direaksikan dengan NaNO2 dan HCl akan menghasilkan ...
A. Benzena D. Hidroksi anilin
B. Diamino benzena E. Benzoat
C. Benzenadiazonium
19. Mekanisme manakah yang paling tepat untuk reaksi benzil klorida (C7H7Cl) dengan
natrium etoksida (C2H5O-Na+)?
A. Adisi nukleofilik D. Substitusi elektrofilik
B. Adisi elektrofilik E. Penataan ulang (rearrangement)
C. Substitusi nukleofilik

98
20. Yang manakah dari reaksi berikut yang merupakan reaksi adisi elektrofilik?
CH2=CH2 + Br2 → CH2BrCH2Br (1)
CH2=CH2 + H2SO4 → CH3CH2OSO3H (2)
C6H6 + HNO3 → C6H5NO2 + H2O (3)
A. Reaksi 1 saja D. Reaksi 2 dan 3
B. Reaksi 1 dan 2 E. Semua reaksi
C. Reaksi 1 dan 3

99

Anda mungkin juga menyukai