Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

Arimatimatika geometri tak hingga

Nama Mahasiswa : Bayu Rinaldi


NIM : 5193230011
Nama Mahasiswa : Dosmar A. Manik
NIM : 5193530018

Dosen pengampu : Olnes Hosea Hutajulu, S.Spd. M.Eng


: Amirhud Dalimunthe, S.T. M.Kom

Program Studi S1 Teknik Elektro


Fakultas Teknik – Universitas Negeri Medan
Februari 2020

A. Materi Pembelajaran

Pola Bilangan, Barisan, Deret dan Notasi Sigma

1. Aturan yang dimiliki oleh deretan bilangan disebut pola bilangan pada
deretan itu.

2. Barisan bilangan real adalah suatu fungsi dengan domain himpunan


semua bilangan asli (N) dan kodomain himpunan semua bilangan real (R). Jika
U merupakan fungsi dari N ke R, maka barisannya sering ditulis dengan
U 1, U2, U 3,..., Un,.... Pada barisan U1, U 2, U3,..., U n,..., U n disebut unsur
ke n atau elemen ke n dari barisan itu.

3. Jika U1, U 2, U3,..., Un,... merupakan barisan bilangan real,


maka U1 + U2 + U 3,... + U n +...disebut deret, dan Un disebut suku ke
n barisan itu.
4. Jumlahan bilangan-bilangan dari deretan bilangan yang mempunyai pola

dapat dituliskan dengan notasi  (dibaca: sigma).

Barisan Aritmatika dan Deret Aritmatika

Kadang-kadang, suatu barisan mempunyai pola khusus. Pada barisan

1, 2, 3, 4, …, selisih antara unsur yang berurutan, yaitu: ke 1 dengan ke 2,

ke 2 dengan ke 3, ke n dengan ke n + 1, dan seterusnya adalah tetap, yaitu sama


dengan 1. Barisan semacam ini disebut barisan aritmatika. Secara matematik,
pengertian barisan arimatika dapat dituliskan sebagai berikut.

Definisi

Barisan U 1, U2, U3,..., Un,... disebut barisan aritmatika jika

Un - Un-1 = konstan,

dengan n = 2, 3, 4,.... Konstanta pada barisan aritmatika di atas disebut beda


dari barisan itu dan sering dinotasikan dengan b, dan U1 sering dinotasikan
dengan a.
Contoh 2.1

1. 1, 2, 3,... merupakan barisan aritmatika dengan beda, b = 1.

2. 1, 3, 5, … merupakan barisan aritmatika dengan beda, b = 2.

3. 1, -1, 1, -1,.... bukan barisan aritmatika sebab

U2 – U1 = -1 – 1 = -2  2 = 1 – (-1) = U 3 – U2

Menurunkan Rumus Unsur ke n Barisan Aritmatika

Jika U 1 = a, U2, U 3,..., U n,... merupakan barisan aritmatika, maka unsur

ke n dari barisan itu dapat diturunkan dengan cara berikut.

U1 = a

U2 = a + b

U 3 = U 2 + b = (a + b) + b = a + 2b U4 = U3
+ b = (a + 2b) + b = a + 3b U5 = U4 + b = (a
+ 3b) + b = a + 4b
.
.
.

Un = a + (n -1)b
Jadi rumus umum unsur ke n suatu barisan aritmatika dengan unsur pertama a
dan beda b adalah:
Un = a + (n -1)b

Contoh 2.2
Diketahui barisan aritmatika dengan unsur ke 2 adalah 10 dan beda = 2.
Tentukan unsur ke 7 barisan itu.
Penyelesaian:

Diketahui U2 = 10, b = 2. Dengan menggunakan rumus Un = a + (n -1)b, diperoleh


U2 = a + (2-1)b

U2 = a + b a =
U2 - b
= 10 - 2

= 8
U 7 = a + (7-1) b

=a+6b

= 8 + 6 (2)

= 8 + 12

= 20.

Jadi unsur ke 7 dari barisan adalah 20.

Contoh 2.3

Mulai tahun 2000, Pak Arman mempunyai kebun tebu. Penghasilan kebun tebu Pak
Arman pada akhir tahun 2000 adalah Rp 6.000.000,-. Mulai tahun
2001, Pak Arman memupuk kebun tebunya dengan pupuk kandang. Pak Arman
memperkirakan bahwa setiap akhir tahun, penghasilan kebun tebunya naik Rp 500.000,.
Berapa perkiraan penghasilan kebun tebu Pak Arman pada akhir tahun 2005?

Penyelesaian:

Misalkan:

a = penghasilan kebun tebu Pak Arman pada akhir tahun 2000.

b = perkiraan kenaikan penghasilan kebun tebu Pak Arman setiap akhir tahun.
P2005 = perkiraan penghasilan kebun Pak Arman pada akhir tahu 2005. Jadi a = Rp
6.000.000,-, b = Rp 500.000,-, dan P2005 akan dicari.
Karena perkiraan kenaikan penghasilan kebun tebu Pak Arman setiap akhir
tahun adalah tetap, maka untuk menentukan penghasilan kebun Pak Arman pada
akhir tahun 2005, kita dapat menerapkan rumus unsur ke n dari barisan aritmatika
dengan
U1 = a = a = Rp 6.000.000,-, b = Rp 500.000.

P2005 = U 6 = a + 5b

= 6.000.000 + 5(500.000)

= 6.000.000 + 2.500.000

= 8.500.000.
Jadi perkiraan penghasilan kebun tebu Pak Arman pada akhir tahun 2005

adalah Rp 8.500.000,-
Dengan adanya deret aritmatika, kita dapat membentuk barisan yang terkait
dengan deret tersebut. Barisan demikian disebut barisan aritmatika.
Definisi

Jika U 1, U2, U3, ..., Un, .... merupakan barisan aritmatka, maka

U 1 + U 2 + U 3 + ... + U n, ....

disebut deret aritmatika. Un disebut suku ke n dari deret itu.


Jika Sn menyatakan jumlah n suku pertama deret aritmatika U 1 + U 2 +

U3 + ... + Un, ...., maka Sn = U1 + U 2 + U 3 + ... + U n dapat diturunkan dengan cara


sebagai berikut.
Sn = Un + (U n - b) + (U n - 2b) + ... + a

Sn = a + (a - b) + (a + 2b) +..... + Un
+

2Sn = (a + U n) + (a + Un) + (a + Un) +... + (a + U n), sebanyak n suku.


2 Sn = n. (a + U n)
1
n( a  U n )
Sn = 2
1 1
n( a  U n ) n(2a  (n  1)b)
Jadi Sn = 2 atau Sn = 2

Barisan Geometri dan Deret Geometri


Rumus unsur ke n barisan geometri U 1, U2, U 3, U4,..., Un,.... dengan U1

= a dan rasio r dapat diturunkan dengan cara berikut.


U1 = a

U2 = a r
U 2
3 = U2 r = (a r)r = ar

U 2 3
4 = U3 r = (a r )r = ar

.
.
.
U n-1
n = Un-1 r = ar

Jadi rumus unsur ke n barisan geometri U1, U2, U3, U 4,..., U n,.... dengan

U1 = a dan rasio r adalah:

U n-1
n = ar
Definisi
Jika U1, U 2, U3, ..., Un,.... merupakan barisan geometri dengan unsur

pertama adalah a = U 1 dan rasio r, maka U1 + U2 + U3 + ... + U n + .... disebut deret


n-1
geometri dengan U n = ar
Rumus jumlah n suku pertama deret geometri dengan suku pertama a

dan rasio r, dapat diturunkan dengan cara sebagai berikut. Misalkan


Sn = U1 + U2 + U3 + ... + U n, maka
2 3 n-1
Sn = a + ar + ar + ..... + ar

r 3 4 n-1 n
Sn = ar + ar + ar + ..... + ar + ar

S n
n - r Sn = a - ar
n
(1 - r) Sn = (1 -r )a

Jadi rumus jumlah n suku pertama deret geometri dengan suku pertama

a dan rasio r adalah


a(1  r n ) a(r n  1)
Sn  Sn 
1 r untuk r < 1 atau r  1 untuk r > 1
Deret geometri tak hingga adalah deret geometri dengan | r | < 1
Jumlah deret geomatri tak hingga adalah :
a
S   lim S n 
n 1 r
Rumus pada deret geometri berlaku juga untuk n tak terhingga. Adapun untuk n tak
terhingga ada dua kasus :
a (1  0) a
S  
1. Jika -1 < r < 1, maka rn menuju 0 akibatnya 1 r 1 r
Deret geometri dengan -1 < r < 1 ini disebut deret geometri konvergen (memusat)
2. Jika r < -1 atau r > 1, maka untuk n   nilai rn makin besar akibatnya
a(1  )
S   
1 r
Deret geometri dengan r < -1 atau r > 1 disebut deret geometri divergen (memencar)

Contoh 3.1
Diketahui barisan 27, 9, 3, 1, .... Tentukanlah :
a. Rumus suku ke-n
b. Suku ke-8
Jawab :
1
a. Rasio pada barisan tersebut adalah tetap yaitu r = 3 sehingga barisan tersebut adalah
barisan geometri.
Rumus suku ke-n barisan geometri tersebut adalah
1
U n  27.( ) n 1
3

= 33.(3-1)n-1

= 33.3-n + 1

= 34 – n
b. Suku ke-8 barisan geometri tersebut adalah U8 = 34 – 8
= 3-4
1
= 81

B. Kegiatan Pembelajaran

Indikator : Disajikan beberapa masalah nyata terkait materi pola


bilangan dan jumlah pada barisan Aritmetika dan Geometri,
dengan konsep penyelesaian yang sama tetapi konteks
yang berbeda-beda.

Soal :

1. Suatu deret geometri mempunyai suku ke-5 sama dengan 64 dan suku ke-2
sama dengan 8. Tentukanlah jumlah 10 suku pertama dan jumlah n suku
pertama deret geometri tersebut.

2. Diketahui barisan 27, 9, 3, 1, .... Tentukanlah :

a. Rumus suku ke-n

b. Suku ke-8

Kunci Jawaban dan Skor

1. U2 = 8, berarti ar = 8
U3 = 64, berarti ar4 = 64
ar.r3 = 64
8r3 = 64
r3 = 8
didapat r = 2 dengan mensubstitusikan r = 2 ke persamaan ar = 8, akan didapatkan a.2
= 8 sehingga a= 4.
4(1  2 n )
Sn 
Jumlah n suku pertama deret ini adalah 1 2

4  4.2 n
= 1
= 4.2n – 4
= 22.2n – 4
= 22 + n – 4
Jumlah 10 suku pertama deret ini adalah S10 = 22+10 – 4
= 212 – 4
= 4096 – 4
= 4092
1
2. Rasio pada barisan tersebut adalah tetap yaitu r = 3 sehingga barisan tersebut
adalah barisan geometri.
a. Rumus suku ke-n barisan geometri tersebut adalah
1
U n  27.( ) n 1
3

= 33.(3-1)n-1
= 33.3-n + 1

= 34 – n
b. Suku ke-8 barisan geometri tersebut adalah U8 = 34 – 8
= 3-4
1
= 81

DAFTAR PUSTAKA
1. Sembiring, Suwah dan Marsito. 2016. Matematika untuk Siswa SMA-MA/SMK-
MAK Kelas X. Bandung: Yrama Widya.
2. KEMENDIKBUD. 2014. Matematika SMA/MA, SMK/MAK Kelas X (Edisi
Revisi 2014).
3. Kanginan, Maerthen. 2014. Matematika untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas
Kelompok Wajib. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Anda mungkin juga menyukai