Didalam artikel berjudul “Pancasila Jangkar Visi” karya Yudi Latif membahas bagaimana makna Pancasila itu sendiri. Dimana jika kita melihat saat ini, makna tersebut sudah semakin hilang dari peredaran berbangsa dan benegara. Yang menjadi pokok bahasan utama dalam artikel ini ialah bagaimana menangkat hubungan yang proporsional antara tujuan (ends) dan sarana (means), dan antara aspirasi dan kapabilitas. Dan hal itu tidak terlepas dari tipe landak (hedgehogs) dan tipe rubah (foxes).
Untuk menghubungkan kedua tipe itu penulis memberikan gambaran berupa
gambaran bagaimana pergerakan Pancasila di Indonesia saat ini karena menurut penulis saat ini Indonesia sudah kehilangan visi Pancasila yang sebenarnya. Yang mana Jika tipe landak maka bisa memberi arah kemana bangsa akan melangkah namun acap kali tidak dapat mendeteksi apa yang ada didepannya, sedangkan tipe rubah bertindak sesuai dengan penciumannya, maksudnya dapat mengetahui problem kedepannya namun bisa saja bersifat kontradiktif jika hanya terfokus pada penciuman saja.
Menurut penulis Krisis kepemimpinan negara Indonesia hari ini bukan
disebabkan kontradiksi antara tipe landak dan tipe rubah, melainkan karena (nyaris) kehilangan keduanya. Kita tak memiliki keajekan visi sebagai haluan direktif, saat yang sama seperti kehilangan sense of crisis untuk bisa merespons tantangan- tantangan segera. Para pemimpin politik terperangkap pusaran gelombang huru-hara hari ini. Yang mana ini menggambarkan bahwa para pemimpin politik di negara ini terperangkap pada pusaran huru hara yang terjadi di bangsa ini, terus berayun dari satu isu ke isu lain tanpa sungguh-sungguh mengatasi masalah yang muncul atau dengan kata lain visi di indonesia ini “mengambang”.
Setelah melihat permasalahan tersebut, sebenarnya Indonesia hanya perlu kembali ke
prinsip dasar Pancasila itu sendiri yakni gotong-royong. Dimana gotong royong sebagai refleksi budaya yang terbukti efektif dalam mengarungi kehidupan bersama dalam nilai pancasila. Gotong royong adalah landasan dari prinsip pancasila. Jika saja visi indonesia kembali digiring berdasar pada nilai pancasila secara ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan yang dilapisi pada budaya gotong royong maka akan tercipta visi yang berketuhanan toleransi, berkemanusiaan hak asasi, berbeda beda tapi tetap satu, berkerakyatan yang sejahtera dan berkeadilan terhadap seluruh rakyat. Maka layaklah indonesia menyematkan pancasila dengan landasan prinsip budaya gotong royong jangkar visi pancasila dimasa depan.
Dengan demikian maka akan terbentuk demokrasinya yang berjiwa gotong
royong seperti apa yang dikatakan oleh Soekarno bahwa “gotong royong adalah paham dinamis...”. Sehingga visi ini akan dapat bergerak mengikuti zaman.