Anda di halaman 1dari 35

MODUL PRAKTIK : NASO GASTRIC TUBE (NGT)

Nama klompok :
1. Rossy faritha octariani rs
2. Seftianah

Tingkat : 1 B
Dosen Pembimbing :Miskiyah,SKM.,M.bmd

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


PRODI D3 KEBIDANAN MUARA ENIM
TAHUN PELAJARAN 2020/2021
BAB 1
NASO GASTRIC TUBE (NGT)

1.PENDAHULUAN

A. Standart Kompetensi (SK)


Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa harus mampu memahami dan
melakukan prosedur pemberian nutrisi enteral secara tepat

B. Deskripsi
Modul ini membahas tentang konsep pemberian nutrisi enteral. Pengalaman belajar
diperoleh melalui pengalaman belajar ceramah, penelaahan kasus, simulasi, role play, praktik
laboratorium, praktik klinik, praktik lapangan dan penugasan perorangan maupun kelompok untuk
peningkatan pemahaman dan keterampilan klinis mahasiswa dalam pemeberian nutrisi enteral via
NGT sebagai hasil kolaborasi ditatanan pelayanan kesehatan.
Setelah proses pembelajaran ini, akan dilakukan evaluasi dalam bentuk tes formatif dan
tugas,serta lembar kerja yang harus diselesaikan. Kemampuan yang dihasilkan sangat dipengaruhi
oleh ketetapan dalam mengerjakan evaluasi yang diberikan.
Dengan memperhatikan dan mengikuti penjelasan modul ini akan dapat menambah
pemahaman tentang materi yang disajikan. Tentunya dengan diadakan keaktifan dan
pengembangan dalam materi sehingga akan tercapai hasil yang optimal sesuai tujuan
pembelajaran.

C. Petunjuk Penggunaan Modul


1. Bacalah standar kompetensidan materi pokok pembelajaran yang ada diawal setiap
modul untuk pedoman untuk belajar
2. Pelajari dengan seksama uraian materi sampai benar – benar menguasai materi tersebut.
3. Persiapan alat yang dibutuhkan dalam pembelajaran sebelum dimulainya proses
pembelajaran

D. Tujuan Pembelajaran

1. bacalah standar kompetensi dan materi pembelajaran yang ada diawal setiap modul untuk
pedoman belajar.
2. pelajari dengan seksama uraian materi sampai benar-benar menguasai materi tersebut.
3. persiapkan alat yang dibutuhkan dalam pembelajaran sebelum dimulainya proses
pembelajaran
4. kalau mengalami kesulitan dalam mempelajari suatu materi, berkonsultasilah kepada guru/
fasilitator
5. kerjakan semua soal latihan tugas-tugas dengan seksama sendiri karena kompetensi akan
meningkatkan melalui proses internal dalam diri sendiri
6. nilailah pekerjaan bersama fasilitator/guru secara jujur untuk mengukur kemampuan dalam
menguasai kompetensi
7. jika berdasarkan skor-skor tersebut disarankan mengulang, mengulanglah dengan lapang
dada. Dan jika direkomendasikan untuk melanjutkan, silakan melanjutkan.
8. jujurlah kepada diri sendiri karena keberhasilan akan ditentukan oleh kempetensi yang
dimiliki,bukan oleh skor/nilai yang diperoleh secara tidak semestinya

E. Tujuan Akhir
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan definisi dari tindakan pemasangan NGT dengan tepat.
b. Menyebutkan tujuan dari tindakan pemasangan NGT dengan tepat
c. Menyebutkan indikasi dan tindakan pemasangan NGT dengan tepat.
d. Menyebutkan dan menyiapkan alat-alat yang diperlukan untuk pemasangan NGT dengan
benar.
e. Mendemonstrasikan tindakan pemasangan NGT dengan benar.
f. Mengetahui dan memahami kebutuhan kalori dan nutrisi dalam keadaan istirahat dan
sakit.
g. Mendemontrasikan pemberian nutrisi via NGT secara benar

F. Cek Kemampuan
a. Apa yang anda ketahi tentang tindakan pemasangan NGT?
b. Sebutkan tujuan dari tindakan pemasangan NGT?
c. Sebutkan indikasi dari tindakan pemasangan NGT?
d. Sebutkan alat-alat yang diperlukan untuk pemasangan NGT?
e. Bagaimana langkah-langkah dalam prosedur tindakan pemasangan NGT?
f. Jelaskan cara perhitungan kebutuhan kalori dan nutrisi dalam keadaan istirahat dan sakit?
g. Bagaimana prosedur pemberian nutrisi via NGT?

II. PEMBELAJARAN

A. Rencana Belajar Peserta Didik


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Mata Kuliah : Kebutuhan Dasar Manusia
Kode Mata Kuliah : WAT 4. 03
Beban Studi : 3 SKS (T:1, P:2)
Penempatan : Semester I
Standar Kompetensi : Melakukan prosedur pemberian nutrisi enteral

Kompetensi Dasar : Melaksanakan tindakan pemasangan NGT

Materi Pokok :
a. Definisi dari tindakan pemasangan NGT
b. Tujuan tindakan pemasangan NGT dengan tepat.
c. Indikasi dari tindakan pemasangan NGT
d. Persiapan alat-alat yang diperlukan untuk pemasangan
NGT
e. Prosedur tindakan pemasangan NGT
f. Kebutuhan kalori dan nutrisi dalam keadaan istirahat dan
sakit
g. Prosedur pemberian nutrisi via NGT

KA P
Melaksanaka Mahasiswa dapat 1. Defisini V 2x60 Ceramah LCD Tes Amilul, Azis
n Tindakan mengidentifikasi dari tindakan menit Curah for A2006.
Pemasangan pelaksanaan pemasangan Pendapa mat Pengantar
NGT tindakan NGT V t Diskusi if Kebutuhan
pemasanganNGT Manusia
dan pemberian 2. Tujuan Buku.
nutrisi enteral tindakan 1&2 .Jakarta
pemasangan emba
NGT dengan V Medika
tepat IqbaWahit

3. Indikasi
dari tindakan V
pemasangan
NGT
4. Persiapan
alat alat yang V
diperlukan
untuk
pemasangan
NGT V

5. Prosedur
tindakan
pemasangan V
NGT

6. Kebutuhan
kalori dan
nutrisi dalam
keadaan
istirahat dan
sakit

7. Prosedur
pemberian
nutrisi via
NGT

B. Kegiatan Belajar

1. Tujuan kegiatan pembelajaran


a. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dari tindakan pemasangan NGT dengan tepat.
b. Mahasiswa mampu menyebutkan tujuan dari tindakan pemasangan NGT dengan tepat.

c. Mahasiswa mampu menyebutkan indikasi dari tindakan pemasangan NGT dengan


tepat.
d. Mahasiswa mampu menyebutkan dan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk
pemasangan NGT dengan benar.

e. Mahasiswa mampu mendemonstrasikan tindakan pemasangan NGT dengan benar


f. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami kebutuhan kalori dan nutrisi
dalamkeadaan istirahat dan sakit.
g. Mahasiswa mampu mendemonstrasikan pemberian nutrisi via NGT secara benar

2. Uraian materi
PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE

a. Pengertian Pemasangan Naso Gastric Tube

Pemasangan selang nasogastrik (NGT = Naso Gastric Tube) adalahprosedur


invasive yang berguna untuk tujuan terapeutik dan diagnostik. Dua tujuan umum
pemasangan NGT di layanan klinis adalah memberikan nutrisi yang diperlukan untuk pasien
yang tidak dapat melalui mulut, dan untuk melakukan evaluasi dari isi perut pasien dengan
curiga perdarahan pada gastrointestinal bagian atas. Pemasangan selang nasogastrik untuk
tujuan ini dan lainnya dianggap lebih mudah dan kurang traumatis bagi pasien dibandingkan
dengan penempatan tabung orogastric, dengan syarat tindakan ini dilakukan dengan hati-hati.
Komplikasi serius, seperti
seperti aspirasi isi lambung dapat terjadi, tetapi hal ini dapat diminimalkan ketika
pasien kooperatif, posisi yang benar, dan cukup siap untuk prosedur ini. Perlindungan jalan
napas sangat penting pada pasien koma atau tidak sadar. Selang Nasogastrik atau NG tube
adalah suatu selang dimasukkan melalui hidung sampai kelambung. Sering digunakan untuk
memberi nutrisi dan obat-obatan seseorang yang tidak mampu untuk mengkonsumsi
makanan, cairan,dan obat-obatan secara oral. Juga dapat digunakan untuk mengeluarkan isi
dari lambung dengan cara diaspirasi/dialirkan.

b. Tujuan dan Manfaat Tindakan


Nasogastic Tube digunakan untuk:
1. Memungkinkan evakuasi isi lambung (cairan, darah,racun) dan atau kumbah lambung.
2. Untuk memasukkan cairan( memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi) dan obat-obatan
oral.
3. Untuk membantuh memudahkan diagnosa klinik melalui analisa subtansi isi lambung.
4. Persiapan sebelum operasi dengan general anasthesia.
5. Menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang sedang melaksanakan operasi
pneumonectomy untuk mencegah muntah dan kemungkinan aspirasi isi lambung sewaktu
recovery (pemulihan dari general anasthesia).

c. Indikasi
1. pasien tidak sadar.
2. pasien dengan masalah saluran cerna bagian atas (misal : stenosis esofagus, tumor pada
mulut, tumor pada faring atau tumor pada esofagus).
3. pasien dengan kesulitan menelan.
4. pasien paska bedah pada mulut, faring atau esofagus.
5. pasien yang mengalami hematemesis.
6. pasien yang mengalami IFO ( intoksikasi fosfat organic )

d. Pengertian :

1. riwayat masalah sinus atau nasal ( infeksi , sumbatan , polip dll)


2. kesadaran
3. Refleks Vagal
4. Pendarahan karena prosedur yang agresif
5. Selang NGT masuk ke trakea
6. Diharapkan pasien telah menerima penjelasan yang cukup tentangprosedur dan tujuan
tindakan
7. Pasien yang telah mengetahui dengan jelas segala sesuatu tentang tindakan yang akan
dilakukan pasien atau keluarga diharuskan menandatangani informed consent

e. Cara mengukur panjang NGT

Menentukan panjang selang yang akan di masukan pada setiap pasien dapat dilakukan dengan
2metode , yaitu :
a) Diukur dari hujung hidung kedaun telinga lalu ke procesus xyphoideus
b) Diukur dari ubun-ubun besar ke ujung hidung lalu ke procesusxyphoideus.

f. Cara memastikan NGT sudah tepat masuk lambung

Setelah terpasang sesuai panjang yang telah ditentukan , anjurkan klien untuk rileks ,dan lakukan
tes untuk mengetahui posisi selang NGT sudah benar dan tepat dilambung , dengan cara sebagai
berikut:
1. Masuk udara 10-15 cc dengan spuit ke dalam lambung (lakukan doble check).
2. Aspirasi cairan lambung dengan spuit ( bila perlu lakukan pemeriksaan PH cairan
lambung )
3. X ray
g. Perencanaan keperawatan untuk menghindari Beberapa komplikasi

1. Komplikasi Mekanis

 Agar tidak tersumbat


Perawat atau pasien harus teratur membersikan sode dengan menyemprotkan air
atau the sedikitnya tiap 24 jam, bila aliran nutrisi enteral sementara terhenti ,sode
harus dibersikan setiap 30 menit dengan menyemprotkan air atau teh.

 Agar sode tidak mengalami dislokasi


Sode harus dilekatkan dengan sempurna di sayap hidung dengan pelaster yang
baik tanpa menimbulkan rasa sakit dan iritasi dan posisi kepala pasien lebih tinggi
dari alas tempat tidur

2. Komplikasi pulmonal aspirasi

A. Kecepatan aliran nutrisi enternal tidak boleh terlalu tinggi dengan memakai gaya
gravitasi
B. Letak sode mulai hidung sampai kelambuang harus sempurna , untuk
menggontrol letak sode tepat dilambung , kita menggunakan stetoskop guna
auskultasi lambung sambil menyemprot udara melalui sode .

3. Komplikasi yang disebabkan oleh tidak sempurnanya kedudukan sode


a) Sebelum sode di masukan ,harus diukur dulu secara individual (pada setiap pasien
) dan beri tanda dengan plaster .
b) Sode harus diberitanda setinggi permukaan lubanh hidung
c) Sonde harus diletakan dengan sempurn di sayap hidung dengan pelaster yang baik
tanpa menimbulkan rasa sakit
d) Perawat dan pasien harus selalu mengontrol letak letak tanda dari sonde ,apakah
masih tetap tidah berubah (tergeser)

h. Pernafasan NGT

Insersi slang nasogastrik meliputi slang plastic lunak melalui nasofaring klien kedalam
lambung . slang mempunyai lumen berongga yang memungkinkan baik pembuangan sekret
gastrik dan pemasukan cairan ke dalam lambung
pelaksanaan harus seorang prefesional kesehatan yang berkompeten dalam prosedur
dan pekerjaannya. Pengetahuan dan keterampilan dibutuhkan untuk melakukan prosedur dengan
aman adalah kehati-hatian dalam prosedur pemasangan dan kebijaksanaan penatalaksanaan NGT
. pengetahuan yang mendalam pada pasien (misalnya : perunahan anatomi dan fisiologi yang
dapat membuat sulitnya pemasangan NGT

i. Persiapan Pasien

1. Perkenalan diri dan mengucapkan salam


2. Anamnesis untuk mengetahui riwayat pasien
3. Informed consent, menerangkan hal-hal yang terkait dengan
-Arti dan tujuan pemasangan NGT
-Perkiraan lama pemasangan NGT, penggantian 5-7 hari
-Kemungkinan timbulnya rasa sakit / tidak nyaman sewaktu insersi (pemasukan)
-Meminta pasien untuk kooperatif
-Menyampaikan anjuran kepada pasien untuk melaporkan apabila :
 Selang Naso Gastric tube terlepas
 Fiksasi tidak kuat atau terlepas
-Menyampaikan larangan pada pasien untuk :
 Menarik, mencabut atau menindih selang naso gastric

j. Peralatan
1. NGT ( feeding tube ) sesuai ukuran :
a. Dewasa : 6-18 Fr
b. Anak-anak : 9-10 Fr
2. 1 buah handuk kecil.
3. 1 buah perlak.
4. Jelly/lubricant.
5. Sarung tangan bersih.
6. Spuit 50 cc.
7. Plester atau hipafix.
8. Benang wol bila ada.
9. Gunting.
10. Tongue spatel.
11. Penlight atau senter.
12. Stetoskop.
13. Bengkok.

k. Langkah Pemasangan
1. a. Mengkaji kebutuhan klien untuk pemasangan NGT
b. Mengkaji apakah pasien kooperatif
c. Inspeksi keadaan rongga mulut dan rongga hidung
d. Palpasi abdomen.
2. Cek kembali hasil kolaborasi dengan Dokter, kebutuhan pemasangan NGT.
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan pemasangan NGT serta hal-hal yang harus
dilaporkan dan dihindari pada klien dan keluarga.
4. Mempersipkan alat-alat dan mengatur posisinya disamping tempat tidur,
memindahkan peralatan yang tidak diperlukan.
5. Menjaga privacy klien dengan memasang penghalang atau menutup pintu.
6. Mencuci tangan dan memasang sarung tangan.
7. a. Berdiri disamping klien, disisi yang sama dengan lubang hidung yang akan
diinsersidan dekatkan alat-alat.
b. Atur klien dalam posisi Fowler ( kecuali ada kontraindikasi )
c. Pasang perlak diatas bantal dan handuk diatas dada.
d. Letakkan bengkok disamping pasien.
8. Tentukan panjang selang yang akan dimasukkan dan beri tanda dengan plaster.
Terdapat 2 metode :
 Diukur dari ujung hidung kedaun telinga lalu ke procesus xyphoideus
 Diukur dari ubun-ubun besar keujung hidung lalu ke procesus xyphoideus
9. Beri jelly pada selang yang akan dipasang.
10. a. instruksikan klien agar kepala dalam posisi ekstensi lalu masukkan selang
dengan hati-hati melalui lubang hidung ( klien mungkin merasa ingin muntah )
b. bila terasa ada tahanan masukkan selang sambil diputar(jangan dipaksakan).
11. a. Bila sudah terasa melewati batas kerongkongan, minta klien untuk membuka
mulut dan lihat dengan bantuan tongue spatel dan senter apakah selang melingkar
didalam kerongkongan atau mulut.
b. Bila selang melingkar dalam kerongkongan atau mulut, maka tarik kembali
selang anjurkan klien istirahat kemudian olesi selang dengan jelly dan pasang
pada lubang hidung yang
mengetahui apakah posisi selang NGT sudah benar, dengan cara sebagai lain
dengan cara yang sama.
c. Bila tidak, fleksikan kepala klien ( sampai posisi kepala dan leher lurus )
kemudian masukkan selang sampai melewati nasofaring, saat dimasukkan
anjurkan klien untuk menelan ( bila pasien sadar ) .
12. a. Masukkan terus selang sampai panjang yang telah ditentukan.
b. perhatikan bila klien batuk-batuk dan sianosis ( jika batuk-batuk dan sianosis
dimungkinkan masuk dalam jalan nafas, sehingga tarik selang.
13. Setelah selang terpasang sesuai panjang yang telah ditentukan, anjurkan klien
untuk rileks, kemudian lakukan tes untuk berikut.
 Masukkan udara 10-15 cc dengan spuit kedalam lambung ( lakukan double check)
 Aspirasi cairan lambung dengan spuit ( bila perlu lakukan pemeriksaan Ph cairan
lambung )
 X ray
 Fiksasi selang dengan plester yang telah disediakan atau dengan benang lalu
fiksasi kembali benang dengan plester
14. Merapikan klien dan tempat tidur klien
15. Membersihkan dan mengembalikan alat-alat pada tempat semula
16. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
17. Dokumentasikan tindakan pada status klien

Pemberian Nutrisi Enternal Melalui Naso Gastric Tube


a. Pengertian
Suplai nutrisi setiap hari secara adekuat memegang peranan penting untuk pasien
kritis dan pasien yang dalam perawatan baik di Pusat Pelayanan Primer ( puskesmas )
maupun di Rumah Sakit pada umumnya. Adapun tujuan dari pemberian nutrisi ini adalah
untuk memelihara kesehatan pasien dan untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap
penyakit. Nutrisi dapat diberikan secara enteral ataupun parenteral. Nutrisi enteral artinya
pemberian nutrisi diberikan melalui jalur saluran gastrointestinal, bisa per oral ataupun
melalui pemasangan NGT ( nasogastric tube ) jika pemberian per oral mengalami
gangguan. Namun, apabila jalur enteral tidak adekuat ataupun tidak memungkinkan,
maka pemberian nutrisi pasien dapat dilakukan secara parenteral.
Jenis nutrisi yang diberikan tergantung berdasarkan cara pemberiannya, kondisi
pasien, dan aktivitas pasien tersebut. Apabila terjadi gangguan komposisi tubuh akibat
pemberian makronutrien yang tidak adekuat ( karbohidrat, lemak, protein ) ataupun
mikronutrien (vitamin, mineral, trace element) yang disebut dengan kondisi malnutrisi,
akan mengakibatkan penurunan berat ( massa ) badan, massa organ dan yang terpenting
adalah menyebabkan terjadinya penurunan fungsi organ. Untuk itu, bantuan nutrisi sangat
dibutuhkan agar dapat menghindarkan pasien dari kekurangan ataupun kelebihan kalori,
meminimalkan efek starvasi, dan menyedikan kebutuhan makronutrien dan mikronutrien
dalam jumlah yang tepat.
Penghitungan kalori dan kebutuhan makro/mikronutrien harus berdasarkan
kebutuhan pasien. Pada modul ini fokus utama yang akan dipelajari adalah penghitungan
kalori dan kebutuhan makronutrien dari seseorang. Adapun pemberian terapi nutrisi
dipertimbangkan apabila kondisi pasien sudah mulai stabil, misalnya perdarahan sudah
terkontrol, ataupum sudah teresusitasi dari keadan syok. Beberapa literatur menyebutkan
pemberian makanan enteral dini 24-72 jam. ( NB : Starvasi adalah suatu keadaan dimana
terjadi kekurangan asupan energy dan unsur-unsur nutrisi esensial yang diperlukan tubuh
dalam beberapa hari sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan proses
metabolisme unsur-unsur utama didalam tubuh )
Pemberian nutrisi enteral diberikan pada pasien yang sama sekali tidak bisa
makan, makanan yang masuk tidak adekuat, pasien dengan sulit menelan, pasien dengan
luka bakar yang luas. Pada pasien dengan keadaan trauma berat, luka bakar dan status
katabolisme, maka pemberian nutrisi enteral sebaiknya sesegera mungkin dalam 24jam.
Kontra indikasi pemberian nutrisi enteral adalah keadaan dimana saluran cerna
tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, kelainan anatomi saluran cerna, iskemia
saluran cerna, dan peritonitis berat. Pada pasien dengan pembedahan, pemberian nutrisi
enteral harus dikonfirmasikan dengan tanda munculnya flatus. Pada prinsipnya,
pemberian formula enteral dimulai dengan dosis rendah dan ditingkatkan secara bertahap
sampai mencapai dosis maksimum dalam waktu seminggu. Makanan enteral yang telah
disediakan sebaiknya dihabiskan dalam waktu maksimal 4 jam, waktu selebihnya akan
membahayakan karena kemungkinan makanan tersebut telah terkontaminasi bakteri.
b. Kebutuhan Makronutrien :

Karbohidrat : 60-70 % dari kebutuhan kalori, menghasilkan energi 4 kkal/gram


1. Lipid : 30-40% total kalori, menghasilkan energi 9 kkal/g.
- Dibanding makronutrien lainnya, lipid menghasilkan energi lebih banyak penting untuk
integritas dinding sel, sintesa prostaglandin, vitamin larut lemak dan obat-obatan. Bila
tidak digunakan sebagai sumber energi dapat terjadi difisiensi asam lemak essensial yang
dapat menyebabkan: dermatitis, alopecia, penurunan immunologis, serta pelemalan hati.
2. Protein : kebutuhan protein 1,5g /kg/hari.
-protein merupakan sumber nitrogen
-pada pasien dengan penyakit hati dan ginjal proporsi kebutuhan protein dikurangi
Sebagai tambahan, untuk kebutuhan elektrolit:
- Natrium : Kebutuhan 1 meq/kg/hr
- Kebutuhan : 1-2 meq/kg/hr
- Kalsium : Krbutuhan 0,2 meq/kg/hr
- Fosfat : kebutuhan 0,7 meq/kg/hr
- Mg : Kebutuhan 0,1 meq/kg/hr
- Klorida dan asetat
Apabila dapat kekurangan asam folat dapat menyebabkan pansitopenia. Kekurangan
tiamin menyababkan terjadinya encefelopati dan defisiensi vitsmin K menyebabkan
terjadi pendarahan. Trace Elemen: Zinc, Besi/ferrum, Tembaga, Mc, Co, Yod, Cr,
Molybdenum, Se

c. Dasar penentuan kebutuhan nutrisi


Kebutuhan energi dipengaruhi oleh matunitas, derajat stres, adanya sepsis atau kondisi
kritis besarnya energi yang diperlukan dihitung berdasarkan BB ideaql menurut TB. Pada
bayi prematur memerlukan 150 kalori per kg BB, sedangkan beyi dengan BB normal
memerlukan 100-120 kalori per kg BB , kebutuhan energi akan meningkat ataupun menurun
tergantung pada faktor aktifitas, komposisi tubuh dan stadium penyakit.
Komponen energi ekspenditur harian pada anak adalah : metabolisme besar, aktifitas
fisik, energi untuk pertumbuhan , efek termik dari makan, termoregulasi, kehilangan (feses).
Perkiraan resting energy Expenditure (REE) adalah berdasarkan jenis kelamin, BB, TB, Dan
umur. Selanjutnya

d. Cara penghitungan resting Energy Experditure (REE)

1. Menurut Harris Benedict BMR


- Laki-laki :6.47+13.75BB+5.0TB-6.76U
- Perempuan :655.1+9.65BB+1.85TB-4.68U

2. WHO pada anak


- REE Laki-laki 0-3 tahun : 60.9BB-54
- 3-10 tahun : 22.7BB+495
- Perempuan 0-3 tahun : 61BB-51
- 3-10 tahun : 22.5BB+499

3.Altman dan Dittmer


- REE Laki-laki 3-16 tahun : 19.56BB+506.16
- Perempuan berumur 3-16 tahun : 18.67BB+578.64

4.Maffeis
- REE Laki-laki berumur 6-10 tahun : 1287+28,6BB+23.6H-69.1A
- Perempuan berumur 6-10 tahun : 1552+35.8BB+15.6H-36.3A

REE ditentukan sesuai umur sebagai berikut:


Umur (tahun) REE (kkal/kgBB/hari)
-0.1 : 55
- 1-3 : 57
- 4-6 : 48
- 7-10 : 40
- 11-14 (laki/perempuan) : 32/28
- 15-18 (laki/perempuan) : 27/25

e. Faktor-faktor penembahan pada REE:


Faktor perkalian
- Pemeliharaan : 0.2
- Aktifitas : o.1-0.2
- Demam : 0.13/per derajat > 38oC
- Trauma sederhana : 0.2
- Luka multipel : 0.4
- Terbakar : 0.5-1
- Pertumbuhan : 0.5

f. Rumus kebutuhan energi:

Total faktor = Pemeliharaan + activitas + Demam + Trauma sederhana + Luka Multipel +


Terbakar + pertumbuhan

Pemberian kalori yang memadai akan memberikan pertumbuhan banyi/anak yang


memadai. Protein diberikan secara bertahap. Pada pemberian awal, sebaiknya
diberikan protein 1,2-1,5 g/kgBB/hari. Pemberian mikromutrien terindikasi bila anak
hanya mendapatkan volume makanan dalam jumlah yang sedikit.

Untuk penghitungan kebutuhan kalori, ada dua rumus yang dapat digunakan
1. Kebutuhan kalori = BEE. X aktifitas x stress
-BEE= BMR=Besar Energy Expenditure
Laki-laki : 66,47+ 13,7 BB+ 5TB – 6,76U
Perempuan : 665.1+ 9.56BB + 1.85TB – 4,67U
-Aktifitas :
-Tempat tidur/ TT : 1,2
-Turun dari TT : 1,3
-Stress
Operasi kecil : 1,2
Trauma otot atau tulang : 1,35
Sepsis berat : 2,1
2. Rule of thumb
Kebutuhan kalori : 25-30 Kkal/kgBB/Hr

g. Komposisi formula untuk makanan enteral

Makanan enteral sebaiknya mempunyai komposisi yang seimbang. Kalori non protein
dari sumber karbohidrat berkisar 60-70%; bisa merupakan polisakarida, disakarida maupun
monasakarida. Glukosa polimer merupakan karbohidrat yang lebih mudah diabsorpasi.
Sedangkan komposisi kalori non protein dari sumber lemak berkisar antara 30-40%; bisa
merupakan lemak bersumber dari asam lemak esensial ( ALE/EFA). Lemakl ini mempunya
konsentrasi kalori yang tinggi tetapi sipat absorpasinya buruk. Lemak MCT merupakan
bentuk lemak yang mudah diabsorpsi. Protein diberikan dalam bentuk polimerik
( memerlukan emzim pankreas) atau peptida. Protein whay terhidrolisis merupakan bentuk
protein yang lebih mudah diabsorsi dari pada bentuk asam amino bebas. Pada formula juga
perlu ditambahkan serat; serat akan mengurangi resiko diare dan mengurangi resiko
konstipasi, memperlambat waktu transit makanan pada saluran cerna, merupakan kontrol
glikenik yang baik, serat juga mempromosikan fermentasi di usus besar sehingga
menghasilkan SCFA yang merupakan fakroe trofik.SCFA menyediakan energi untuk sel
epitel untuk memelihara integritas dinding usus.

h. Jenis-jenis cairan dan kndungan nutrisi

Nama Kalori KH Lemak Protein


Penenteral (KH 48.6%) 436 462 30.6
Ensure (KH 62.9%) 540 318 35.3
Peptisol (KH 80.6%) 672 162 55.9
Entrasol (KH 75.7%) 672 216 28
Protein ( KH 67.7%) 521.6 248.4 47.2
Peptamen ( KH 58.1%) 500 360 30
GlucernaSR (KH 528 327.6 50
61.7%)
Diabetasol (KH 71%) 596 243 31
Nefrisol ( KH 71%) 723.2 207 19.2
Hepatosol (KH 88.7%) 765 97 34.5
I. Pemberian nutrisi enternal
Keuntungan:
- Merupakan alur fisiologis
- Memberikan efek  trophik pada GI, yang dapat mencegah terjadinya atropi usus,
serta mencegah terjadinya translokasi mikroba
- Mencegah komplikasi metabolik dan infeksi
- Dapat menjaga fungsi hepar
- Mempermudah pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit
- Dapat memberikan nutrisi secara lebih lengkap
- Lebih murah

Jenis pipa yang digunakan untuk pemberian enteral: polyvinylchloride (PVC), silicone,
polyurethane. Nutrisi yag dapat diberikan secara enteral: susu formula, nutrisi suplemen
Pemberian nutrisi enteral dapat  dilakukan: continuous feeding (CF) dan intermitten
tube feeding (ITF)
Pertimbangan pemilihan continous feeding (CF)
- Lebih mudah ditoleransi terutama untuk pasien  dengan gangguan absorbsi,serta
lebih jarang terjadinya refluk
- Pada penderita yang dalam keadaan kritis, sebaiknya diawali dengan
continuousfeeding  baru dilanjutkan dengan intermittent kalau kondisi klinisnya
sudah membaik
- Dianjurkan pada pemberian nutrisi yang langsung dimasukkan ke usus kecil
- Dianjurkan pada  bayi aterm/prematur yang menderita intoleransimakanan yang
persisten, instabilitas sistem nafas, atau mengalami reseksiusus secara bermakna

Pertimbangan pemilihan intermittent tube feeding (ITF)


- Lebih Fisiologis dan praktis untuk dilanjutkan di rumah
- Pada penderita yang secara medis sudah lebih stabil
- Penderita dapat lebih bebas bergerak
- Merangsang hormon gastrin, yang terutama perlu untuk bayi prematur guna
pematangan gastrointestinal

j. Pedoman pemberian continuous feeding (CF)

Berat badan Tetesan awal Penambahan Kecepatan


sesuai umur tetesan / hari yangharus
dicapai
2,0-15 kg 2-15 cc/jam 2-15 cc/jam 15-55 cc/jam
1 cc/kg/jam 1 cc/kg
16-30 kg 8-25 cc/jam 8-16 cc/jam 45-90 cc/jam
(0,5- (0,5 cc/kg)
1cc/kg/ja
m)

30-50- kg 15-25 cc/jam 15-12 c/jam 70-130 cc/jam


(0,5 (0,5 cc/kg)
cc/kg/jam
)
>50 kg 25 cc/jam 25 cc/jam 90-150 cc/jam
Persiapan alat
- Spuit 50 cc atau corong /  tempat makanan cair yang ada ukurannya.(
- Makanan cair.
- Obat oral (bila ada).
- Tissue makan.
- Perlak.
- Stetoskop.
- Bengkok.
- Syringe pump (continous tube feeding )

Langkah – langkah
1.  a.  Cek instruksi Dokter. 
b. Cek jadwal pemberian makanan atau obat.
c. Kaji posisi selang NGT untuk menentukan ketepatan selang.
d. Auskultasi bising usus.
e. Palpasi abdomen.
2. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien dan keluarga.
3. Mempersiapkan alat-alat dan mengatur posisinya di samping tempat tidur.
4. Mencuci tangan
5. a.Terdiri di samping  klien dan dekatkan alat-alat.
b. Atur klien dalam posisi  semifowler (kecuali terdapat kontraindikasi)   dengan
meletakkan
bantal dibelakang kepala dan bahu.
c. Pasang perlak di atas bantal, tissue di atas dada dan bengkok di samping  klien.
6. a. Dengan spuit ambil residu lambung (atau buka penutup selang dan biarkan residu
mengalir dengan sendirinya), kemudian ukur dan buang.
b.  Bila residu  lambung >50cc, warna residu kehitaman atau warna dan bentuk residu 
lambung  sama  dengan  warna  makanan pada pemberian sebelumnya, segera lapor
pada  Dokter.
c. Bila residu <50 cc, warna tidak kehitaman, lanjutkan dengan pemberian makanan.
7. a. Letakkan ujung selang di atas kepala klien dan sambungkan ujungselang dengan
spuit 50 cc atau dengan corong.
b. Biarkan makanan masuk  ke lambung secara lambat sesuai gaya gravitasi.
c. Setelah selesai tutup kembali ujung selang.
8. Merapikan klien dan tempat tidur klien.
9. Membersihkan dan mengembalikan alat-alat pada tempat semula.
10. Mencuci tangan.
11. Dokumentasikan tindakan pada status klien.

Rangkuman
Pemasangan selang nasogastrik (NGT= Naso Gastric tube)adalah prosedur invasif  ya
ng berguna  untuk tujuan  terapeutik dandiagnostik. Dua tujuan umum pemasangan NGT
diayananklinis adalah
memberikan nutrisi yang diperlukan  untuk pasien yang tidak dapat melalui mulut, dan
untuk melakukan evaluasi dari isi  perut pasien dengancuriga perdarahan pada
gastrointestinal bagian atas.
Pemberian nutrisi enteral diberikan pada pasien yang sama sekali tidak bisa makan,
makanan yang masuk tidak adekuat, pasien dengan sulit menelan, pasien dengan luka bakar
yang luas. Pada pasien dengan keadaan trauma berat, luka bakar dan status katabolisme.
Maka pemberian nutrisi enteral sebaiknya sesegera mungkin dalam 24jam.
 
4.Tugas
Bentuklah  kelompok dengan masing- masing kelompok 10 mahasiswa.
Buat skenario kasus dan analisis kasusnya serta lakukan simulasi  pemberian pengobatan.

7. Lembar Kerja
Setelah  mempelajari modul ini,peserta didik harusbisa mengidentifikasi langkah
pemberian tindakan pengobatan dan mampu mendemonstrasikan prosedur
pemberianpengobatan.

URAIAN
PEMASANGAN SELANG NASOGASTRIK TUBE ( NGT )

Berilah nilai untuk setap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :
0 = Tidak melakukan
1 = Dilakukan tidak tepat
2 = Dilakukan dengan tepat

Kriteria Point

Langkah Kegiatan Nilai


No 0 1 2
A. Sikap dan Perilaku
1. Menunjukkan sikap sopan dan ramah
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan maksud dan tujuan pemasangan NGT
B. Penilaian materi
4. Mempersiapkan alat dan bahan :
 Phantom NGT
 Pengalas
 Bak instrumen (dilapisi kassa)
 Klem
 Penduga lambung ( NGT ) No. 14 atau 16
 Sepasang sarung tangan steril
 Kassa
 Celstop ( Tisu yang dilipat-lipat kecil )
 Kom kecil
 Kom sedang (berisi air )
 Jeli
 Bengkok
 Stetoskop
 Spuid ukuran 10-100 cc
 Gelas berisi makanan cairan
 Gelas berisi minuman cairan
 Plester
 Gunting perban
 Sudip lidah
 Senter

C. Penilaian Teknik
5. Memberitahu pasien
6. Mencuci tangan
7. Pasang sampiran
8. Bantu pasien pada posisi semi fowler
9. Pasang pengalas pada dada pasien dan letakkan bengkok
dekat pasien
10. Bersihkan lubang hidung dengan tisu
11. Tuangkan jeli ke kassa
12. Memakai sarung tangan
13. Mengukur selang yang akan dimasukkan dari pangkal hidung
ke processus xiphoideus, lalu ukur lagi dari pangkal hidung ke
telinga pasien , beri tanda pada panjang selang yang sudah
diukur dengan dikepit tangan
14. Oleskan jeli pada NGT sepanjang 10-20 cm
15. Masukkan selang melalui lubang hidung yang telah
ditentukan.
16. Lanjutkan memasukkan selang sepanjang rongga hidung .
jika terasa agak tertahan , putarlah selang dan jangan
dipaksakan untuk dimasukkan.
17. Lanjutkan memasang selang sampai melewati nasofaring
( belakang hidung), setelah melewati nasofaring (3-4 cm)
anjurkan klien untuk menekuk leher dan menelan.
18. Periksa posisi selang dibelakang tenggorokan dengan
menggunakan sudip lidah dan senter ( tindakan ini dilakukan
untuk pasien yang koma atau tidak sadarkan diri ).
19. Setelah selang seluruhnya masuk ke dalam lambung ,
kemudian di jepit menggunakan klem agar udara tidak masuk.
20. Singkirkan bengkok dari pasien , kemudian jika telah selesai
memasang NGT sampai ujung yang telah ditentukan ,
anjurkan pasien untuk rileks dan bernafas normal.
21. Periksa selang dengan :
 Memasang spuid pada ujung NGT , memasang
bagian diafragma stetoskop pada ujung perut di
kuadran kiri atas pasien (lambung) kemudian
suntikkan 10-20 cc udara bersamaan dengan
auskultasi abdomen (apabila ada buyi berarti sudah
masuk dalam lambung)
 Mrngaspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi
lambung
 Memasukkan ujung bagian luar selang NGT ke
dalam kom yang berisi air. Jika terdapat gelembun
udara , berarti selang masuk ke dalam paru-paru
,jika tidak terdapat gelembung udara berarti selang
masuk ke dalam lambung.
22. Kemudian setelah selesai selang di klem lagi, lalu lepas
sarung tagan.
23. Fiksasi selang dengan plester dan hindari penekanan pada
hidung.
24. Lakukan aspirasi cairam lambung sebelum memberikan
makanan, bila banyak cairan lambung,buanglah seluruh cairan
lambung (pasien sementara dipuasakan). Bila cairan lambung
sedikit, baru berikan makanan cairyang sudah disediakan.
25. Lakukan tindakan pemberian makanan dengan cara
memasukkan makanan dengan menggunakan spuid sonde
yang disambungkan dengan pipa sonde perlahan-lahan (bila
spuid sonde akan diisi makanancair lagi selang di klem
dahulu)
26. Jika makana cair sudah selesai diberikan, selang dibilas
dengan air minum +30 cc. Biarkan spuid terpasang di ujung
selang NGT jangan dilepas.
27. Merapikan pasien
28. Bereskan alat
29. Mencuci tangan
Total skore
Nilai Akhir = Total skore x 100 % = ........
Total point penilaian

N= ------------------------------------- X 100

KRITERIA PENILAIAN
Baik sekali : 85-100
Baik : 75-81
Cukup : 60-74
Kurang : <56

TUGAS MANDIRI
  1.    Pemasangan NGT bertujuan untuk ...
a.     Memindahkan/memasukkan darah seorang donor dasar kepada orang lain  (pasien yang
memerlukan) melalui vena
b.     Memberikan makanan cair kedaLam lambung
c.      Memasukkan cairan hangat kedalam colon descanden dengan menggunakan kanula recti
melalui anus
d.     Memasukkan cairan hangat melalui anus rectum  

2. Sebelum melakukan tindakan kepada pasien untuk pemasangan NGT yang pertama
dilakukan yaitu ...
a.     Siapkan alat dan bahan
b.     Memasang sampiran
c.      Memberi tahu pasien/ keluarga atas tindakan yang akan dilakukan
d.     Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir

3. Seorang laki-laki berusia 45 tahun di rawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan
mual dan mutah. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengeluh makan terasa pahit, dan
langsung muntah kalau di isi makanan, nyeri dalam menelan, perut kembung, TD 100/80
mmHg, frekuensi nadi 90x/menit, frekuensi napas 19x/menit, suhu 37,3oC, Hb: 9 gr/dl,
Pertanyaan: apakah metode pemberian makanan yang tepat pada kasus tersebut?
a.  NGT
b.  Peroral
c.  Transfusi
d.  Parenteral
e.  Sedikit-sedikit tapi sering

4. Tujuan pemasangan NGT dibawah ini salah, kecuali:


a. Untuk membantu mengeluarkan muntah pasien
b. Untuk mengeluar cairan /isi lambung dan gas yang ada dalam lambung
c. Untuk membantu pasien mengeluarkan dahak dan air liurnya
d. Untuk memberikan keringanan pasien dalam memasukkan makanan
e. Untuk membiasakan pasien makan menggunakan selang.

5. NGT biasanya dipasangkan pada pasien yang dibawh ini, kecuali:


a. Pasien yang malas makan
b. Pasien mengalami kesulitan menelan
c. Pasien yang tidak sadar
d. Pasien koma
e. Bayi prematur

6. Alat-alat dibawah ini merupakan alat yang harus ada pada pemasangan NGT, yaitu:
a. Selang NGT, spuit, stethoscope ,pinset, spatel dan jelly
b. Klem, pinset, air putih, tissue, dan nierbeken dan selang NGT
c. NGT, plester, jelly, senter ,spatel dan nierbeken
d. NGT, pinset, air putih , nierbeken dan spatel lidah
e. Spatel lidah, senter, jelly, air putih, dan NGT

7. Dibawah ini merupakan hal-hal yang harus diperhatikan saat pemasangan NGT
adalah, kecuali :
a. Selang NGT jangan dilepas sebelum di fiksasi
b. Fiksasi dimulai dan diakhiri di lobang hidung
c. Evaluasi terdiri dari sebelum dan sesudah tindakan
d. Insersi NGT dengan pinset
e. Tindakan tidak harus berurutan dengan catatan yang tidak perinsip

8. Dibawah ini merupakan cara mengetes dan memastiksn selang NGT sudah masuk
tepat di dalam gaster adalah :
a. Adanya gelembung udara ketika ujung selang diletakkan di air
b. Adanya pengeluaran angin dari ujung selang NGT
c. Saat dilakukan aspirasi dengan menggunkan spuit terdapat cairan lambung
d. Saat dilakukan palpasi pada abdomen keluar cairan lambung
e. Adanya pengeluaran udara diujung selang

9. Hal-hal yang didokumentasikan pada pemberian makanan melalui NGT dibawah ini
adalah, kecuali :
a. Catat jumlah residu yang dihasilkan
b. Catat jumlah makan yang diberikan
c. Catat rute pemberian
d. Catat formula dan respon pasien
e. Yang diatas benar semua
MODUL PRAKTIK ; PEMASANGAN INFUS

BAB II
PEMASANGAN INFUS

1. PENDAHULUAN
A.   LatarBelakang
Pemberian cairan intravena adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh ke
dalam pembuluh vena untuk memperbaiki atau mencegah gangguan cairan dan
elektrolit,darah, maupun nutrisi (Perry & Potter, 2006). Pemberian cairan intravena
disesuaikandengan kondisi kehilangan cairan pada klien, seberapa besar cairan tubuh
yang hilang.Pemberian cairan intravena merupakan salah satu tindakan invasif yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Pemberian cairan melalui infuse adalah pemberian cairan yang diberikan pada pasien
yang mengalami pengeluran cairan atau nutrisi yang berat. Tindakan ini membutuhkan
kesteril-an mengingat langsung berhubungan dengan pembuluh darah. Pemberian cairan
melalui infus dengan memasukkan kedalam vena (pembuluh darah pasien) diantaranya
vena lengan (vena sefalika basal ikadan median akubiti), pada tungkai (vena safena) atau
vena yang ada dikepala, seperti vena temporalis frontalis (khusus untuk anak-anak).
Selain pemberian infuse pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan, juga dapat
dilakukan Pada pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu.Dalam penulisan makalah
ini akan di jelaskan pengertian pemberian cairan infuse, jenis-jenis cairan intravena,
indikasi dan kontraindikasi, dan prosedur pemberian cairan infuse, cara mengihitung
cairan infus.
B.Rumusan Masalah:
1.   Pengertian terapi cairan/infus
2.   Tujuan pemberian terapi cairan/infus
3.   Mengetahui macam-macam cairan infus
4.   Mengetahui komposisi cairan infus, indikasi, dan kapan penggunaan
5.   Mengetahui cara pemakaian infus

C.TUJUAN
1.Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit.
2.Infuse pengobatan dan pemberian nutrisi
3.Memperbaiki volume komponen-komponen darah
4.Memperbaiki keseimbangan asam-basa
5.Memonitor tekanan vena sentral (CVP)

D.MANFAAT
1.Dapat dijadikan sebagai sumber bacaan bagi pembaca
2.Dapat menambah pengetahuan mengenai infus
3.Mengetahui pengertian terapi cairan infus
4.,Mengetahui komposisi cairan infu,indikasi.
5.mengetahui bagaimana penggunaan dan pemakaian infus

2. LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian
Fungsi vena merupakan tekhnik penusukan vena melalui transkutan dengan stilet
tajam yang kaku seperti angiokateter atau dengan jarum yang disambungkan pada spuit.
(Eni Kusyati 2006. hal:267)
Pemberian cairan intravena merupakan pemberian cairan melalui alat
intravena untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, obat-obatan,
pemantauan hemodinamik, serta mempertahankan fungsi jantung dan
ginja(Schaffer, dkk, 2000). Pasien yang mendapat cairan intravena di rumah
sakit mencapai 50% dari total seluruh pasien yang dirawat setiap tahunnya
(Schaffer, dkk, 2000).
Pada kondisi tertententu, pemberian cairan intra vena diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Langkah ini efektif untuk memenuhi kebutuhan
cairan eksternal secara langsung. Secara umum, tujuan terapi intra vena adalah untuk
memenuhi kebutuhan cairan pada klien yang tidak mampu mengkonsumsi cairan oral
secara adekuat, menambah asupan elektrolit untuk menjaga kesimbangan elektrolit,
menyediakan glukosa untuk kebutuhan energi dalam proses metabolisme, memenuhi
kebutuhan vitamin larut air, serta menjadi media untuk pemberian obat melalui vena.
Lebih khusus, terapi intra vena di berikan pada pasien yang mengalami syok,intoksikasi
berat, pasien pra dan pasca bedah, atau pasien yang membutuhkan pengobatan
tertentu(Mubarok, Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin.2007 Hal:92-94)
Pemberian cairan infuse dapat di berikan pada pasien yang mengalami
pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat. Pemberian cairan infuse ke dalam vena
(pembuluh darah pasien) di antaranya pada vena lengan (vena safalika basilea dan
mediana kabiti), pada tungkai (vena sakena), atau pada vena yang ada di kepala, seperti :
vena temporalis krontolis (khusus untuk anak-anak). Selain pemberian infuse pada pasien
yang mengalami pengeluaran cairan, juga dapat dilakukan pada pasien yang mengalami
syok, intoksikasi berat, pra dan pasca bedah, sebelum transfusi darah, atau pasien yang
membutuhkan pengobatan tertentu

3. PEMBAHASAN
3.1. Indikasi
Pada seseorang dengan penyakit berat, pemberian obat melalui intravena langsung
masuk ke dalam jalur peredaran darah. Misalnya pada kasus infeksi bakteri dalam
peredaran darah (sepsis). Sehingga memberikan keuntungan lebih dibandingkan
memberikan obat oral. Namun sering terjadi, meskipun pemberian antibiotika intravena
hanya diindikasikan pada infeksi serius, rumah sakit memberikan antibiotika jenis ini
tanpa melihat derajat infeksi. Antibiotika oral (dimakan biasa melalui mulut) pada
kebanyakan pasien dirawat di RS dengan infeksi bakteri, sama efektifnya dengan
antibiotika intravena, dan lebih menguntungkan dari segi kemudahan administrasi RS,
biaya perawatan, dan lamanya perawatan.

1. Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas dalam darah jika


dimasukkan melalui mulut) yang terbatas. Atau hanya tersedia dalam sediaan
intravena (sebagai obat suntik). Misalnya antibiotika golongan aminoglikosida
yang susunan kimiawinya “polications” dan sangat polar, sehingga tidak dapat
diserap melalui jalur gastrointestinal (di usus hingga sampai masuk ke dalam
darah). Maka harus dimasukkan ke dalam pembuluh darah langsung.
2. Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat menelan
obat (ada sumbatan di saluran cerna atas). Pada keadaan seperti ini, perlu
dipertimbangkan pemberian melalui jalur lain seperti rektal (anus), sublingual (di
bawah lidah), subkutan (di bawah kulit), dan intramuskular (disuntikkan di otot).
3. Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak—obat masuk ke
pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.
4. Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui
injeksi bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat
konsentrasi obat dalam darah tercapai. Misalnya pada orang yang mengalami
hipoglikemia berat dan mengancam nyawa, pada penderita diabetes mellitus.
Alasan ini juga sering digunakan untuk pemberian antibiotika melalui
infus/suntikan, namun perlu diingat bahwa banyak antibiotika memiliki
bioavalaibilitas oral yang baik, dan mampu mencapai kadar adekuat dalam darah
untuk membunuh bakteri.
5. Klien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus melalui
IV.

Persiapan
I. Persiapan Klien
1) Cek perencanaan Keperawatan klien
2) Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
II. Persiapan Alat
1)      Standar infus
2)      Ciran infus dan infus set sesuai kebutuhan
3)      Jarum / wings needle / abocath sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan
4)      Bidai / alas infus
5)      Perlak dan tourniquet
6)      Plester dan gunting
7)      Bengkok
8)      Sarung tangan bersih
9)      Kassa seteril

PERSIAPAN PASIEN/LINGKUNGAN

1. klien diberi penjelasan tenteng hal-hal yang dilakukan saat pemasangan infuse
dengan menggunakan komunikasi yang terapeutik.jika keadaan memungkinkan.
2. pakaian klien pada daerah yang akan di pasang infuse, harus di buka (untuk
mempermudah saat pemasangan infus) dan mencari venanya
3. identifikasi vena yang dapat di akses untuk tempat pemasangan jarum IV atau
kateter :

1. hindari daerah penonjolan tulang


2. gunakan vena dibagian yang paling distal terlebih dahulu
3. hindarkan pemasangan selang intra vena di pergelangan tangan
klien, di daerah yang mengalami peradangan, di ekstermitas yang
sensasinya menurun
4. bila pada lingkungan banyak klien, perlu dipasang sampiran
D. Pelaksanaan Pemasangan Infus

 cuci tangan
 Memberitahu tindakan yang akan dilakukan dan pasang sampiran
 Mengisis selang infus
 Membuka plastik infus set dengan benar
 Tetap melindungi ujung selang seteril
 Menggantungkan infus set dengan cairan infus dengan posisi cairan infus mengarah
keatas
 Menggantung cairan infus di standar cairan infus
 Mengisi kompartemen infus set dengan cara menekan ( tapi jangan sampai terendam )
 Mengisi selang infus dengan cairan yang benar
 Menutup ujung selang dan tutup dengan mempertahankan keseterilan
 Cek adanya udara dalam selang
 Pakai sarung tangan bersih bila perlu
 Memilih posisi yang tepat untuk memasang infus
 Meletakan perlak dan pengalas dibawah bagian yang akan dipungsi
 Memilih vena yang tepat dan benar
 Memasang tourniquet
 Desinfeksi vena dengan tekhnik yang benar dengan alkohol dengan tekhnik sirkuler atau
dari atas ke bawah sekali hapus
 Buka kateter ( abocath ) dan periksa apakah ada kerusakan
 Menusukan kateter / abocath pada vena yang telah dipilih dengan apa arah dari arah
samping
 Memperhatikan adanya darah dalam kompartemen darah dalam kateter, bila ada maka
mandrin sedikit demi sedikit ditarik keluar sambil kateter dimasukan perlahan-lahan
 Torniquet dicabut
 Menyambungkan dengan ujung selang yang telah terlebih dahulu dikeluarkan cairannya
sedikit, dan sambil dibiarkan menetes sedikit
 Memberi plester pada ujung plastik kateter / abocath tapi tidak menyentuh area
penusukan untuk fiksasi
 Membalut dengan kassa bethadine seteril dan menutupnya dengan kassa seteril kering
 Memberi plester dengan benar dan mempertahankan keamanan kateter / abocath agar
tidak tercabut
 Mengatur tetasan infus sesuai dengan kebutuhan klien
 Untuk pemberian cairan IV, atas kecepatan aliran sampai tetesan yang tepat permenit.
 Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan
 Alat-alat dibereskan dan perhatikan respon klien
 cuci tangan
 Catat tindakan yang dilakukan
Infus

N Langkah Kegiatan Nilai


O 1 2
0
A Sikap dan prilaku
1 Menunjukan sikap sopan dan ramah
2 Memperkenalkan diri
3 Menjelaskan maksud dan tujuan infus
B Penilaian Materi
4 Mempersiapkan alat dan bahan :
- Infus set steril
- Cairan NACL
- Abocath
- Kapas alcohol dalam tempatnya
- Karet pembendung (Kornikuet)
- Perlak dan alasnya
- Bengkok
- Bak instrument
- Kain kasa steril dalam tempatnya
- Korentang dalam tempatnya
- Plester
- Perban
- Gunting Perban
- Bidai yang sudah di balut
- Betadin
- Tiang infus
C Penilaian Teknik
5 Memberitahu pasien
6 Mendekatkan alat
7 Membuka pakaian yang akan di pasang infus
8 Perlak dan alasnya

No Langkah Kegiatan Nilai


9 Tiang infus di siapkan 0 1 2
10 Menggantungkan cairan infus pada standar infus
11 Menyiapkan plester untuk fiksasi infus
12 Mencuci tangan
13 Membuka infuse set dan mengeluarkan selang
infus
14 Selang infuse diklem dengan rodanya
15 Tutup botol dihapus hamakan
16 Pangkal selang ditusuk kebotol dan roda klem di
buka
17 Udara dalam selang di keluarkan dengan
mengalirkan cairannya kedalam bengkok
18 Gelas pengatur tetesan dipijit-pijit hingga terisi
cairan setengahnya
19 Perhatikan : alas penetes jangan sampai
terendam
20 Selang di klem lagi dengan rodanya dan jarum
ditutup dengan penutup jarum
21 Lengan sebelah atas diikat dengan pembendung
vena sehingga vena terlihat jelas
22 Daerah yang akan ditusuk di desinfektan dengan
kapas alcohol
23 Abocath ditusukan kedalam vena yang dimaksud
24 Bila daerah terlihat keluar dalam abocath tarik
jarum dalam abocath dikit saja lalu masukan
abocath seluruhnya kedalam vena
25 Pembendung vena diangkat
26 Jarum abocath di cabut seluruhnya dari dalam
abocath
27 Pangkal abocath dihubungkan dengan ujung
selang infus
28 Periksa sekali lagi lancer tidaknya tetesan cairan
terjadi pembekakan atau tidak
29 Kemudian abocath dipertahankan letaknya
dengan plester
30 Teteskan sesuai dengan permintaan dokter
31 Pasang bidai lalu dibalut
32 Sediakan cairan infuse berikutnya
33 Merapikan pasien

E. Pelaksanaan Pelepasan Infus


Perhatikan kelancaran infus, dan perhatikan juga respon klien terhadap pemberian
tindakan.
F. Evaluasi
Perhatikan kelancaran infus, dan perhatikan juga respon klien terhadap pemberian
tindakan.
G. Dokumentasi
Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, hasil tindakan, reaksi
respon klien terhadap pemasangan infus, cairan dan tetesan yang diberikan, nomor
abocath, vena yang dipasang, dan perawat yang melakukan ) pada catatan dokumentasi
Contoh dokumentasi :
Tgl Implementasi/tindakan keperawatan
08/11/2012  Memasang infuse (tipe cairan)
Jam 09.30  Tempat insersi (melalui IV)
 Kecepatan aliran (tetesan/menit)
 Respon klien setelah dilakukan tindakan pemasangan infuse

H.   Perhatian Bidan


Fungsi vena merupakan kontradiksi di tempat yang menunjukkan tanda infeksi,
infiltrasi/trombosis infeksi ditandai memerahan nyeri tekan, bengkak dan hangat.

4. PENUTUP

A.   Kesimpulan
Pemasangan infus merupakan teknik yang mencakup penusukan vena melalui transkutan
dengan stilet tajam yang kaku seperti angiokateter atau dengan jarum yang
disambungkan.
Pemberian infus melalui vena.
Tujuan : Untuk mengembalikan kembali cairan tubuh yang hilang dan Sebagai pengganti
nutrisi.
Indikasi : kecepatan aliran infus harus di pantau tiap jam
Kontraindikasi : Pada pasien dehidrasi berat

B.  Saran
Seorang ahli kesehatan atau paramedis mampu dalam melakukan tindakan
pemasanganinfus secara tepat dan benar serta steril

5. TUGAS MANDIRI
1. Bagaimana pedoman pemilihan vena saat menginfus?
2. Bagaimana cara menstabilkan vena yang akan di infus?
3. Apa penyebab macetnya infus?
4. Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan dalam memberikan terapi intravena?
5. Kontraindikasi pemasangan infus pada daerah?

Anda mungkin juga menyukai