Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Keperawatan, Volume III, No.

1, April 2012 ISSN 1907 - 0357

PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN TIDUR PASIEN
POST OPERASI DI RSD HM RYACUDU KOTABUMI
Heni Apriyani*

Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang, dan dapat mengalami
perubahan. Perubahan ini tergantung pada status fisiologis, psikologis, dan lingkungan fisik klien. Kualitas dan
kuantitas tidur seseorang dipengaruhi oleh penyakit, lingkungan, gaya hidup, kecemasan, alcohol, obat-obatan.,
dan diet. Tindakan operasi adalah salah satu indikasi yang membuat seseorang harus mengalami hospitalisasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara-faktor-faktor yang berpengaruh terhadap gangguan
pemenuhan kebutuhan tidur pasien post operasi yang dirawat di Ruang Bedah di RSD HM Ryacudu Kotabumi
Lampung Utara tahun 2011, selama bulan November – Desember. Desain penelitian adalah korelasi dengan
pendekatan cross sectional, yang melibatkan 40 responden melalui teknik accidental sampling.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada α = 0,05, ada hubungan yang signifikan antara penyakit dan gangguan pemenuhan
kebutuhan tidur pada pasien post operasi (nilai p=0,03), ada hubungan yang signifikan antara lingkungan dan
gangguan pemenuhan kebutuhan tidur pasien pot operasi (nilai p = 0.03), tidak ada hubungan yang signifikan
antara kecemasan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan tidur pasien pot operasi (nilai p = 1,00), tidak ada
hubungan yang signifikan antara diet dan gangguan pemenuhan kebutuhan tidur pasien post operasi (nilai p =
0,4), tidak ada hubungan yang signifikan antara obat dan gangguan pemenuhan kebutuhan tidur pasien pot
operasi (nilai p = 1,00), dan ada hubungan yang signifikan antara gaya hidup dan gangguan pemenuhan
kebutuhan tidur pasien pot operasi (nilai p = 0,006). Saran bagi pihak RS adalah melaksanakan intervensi
keperawatan untuk mengatasi nyeri post operasi, memodifikasi lingkungan dan mencegah kelelahan pada pasien.
Sedangkan rekomendasi bagi peneliti selanjutnya adalah memperbesar jumlah sampel dengan teknik probability
sampling.

Kata kunci : kebutuhan tidur, post operasi


 
LATAR BELAKANG Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan
dasar yang dibutuhkan oleh semua orang.
Sepertiga waktu hidup manusia Untuk dapat berfungsi secara normal, maka
dihabiskan untuk tidur. Sehingga dapat setiap orang memerlukan kebutuhan
dikatakan bahwa waktu istirahat bagi istirahat tidur yang cukup. Pada kondisi
seseorang mengambil porsi yang sangat istirahat dan tidur, tubuh melakukan proses
besar. Pentingnya tidur, dan mekanisme pemulihan untuk mengembalikan stamina
tidur sendiri masih merupakan misteri. tubuh hingga berada dalam kondisi yang
Sedangkan tidur dan istirahat sangat optimal.
berpengaruh terhadap kesehatan dan Pola istirahat dan tidur yang biasa dari
kondisi sakit seseorang (Craven & Hirnle, seseorang yang masuk RS atau fasilitas
2000). pelayanan kesehatan lain, dengan mudah
Tidur adalah kondisi tidak sadarkan dipengaruhi oleh penyakit atau rutinitas
diri yang relative, bukan hanya keadaan pelayanan kesehatan yang tidak dikenal.
penuh ketenangan tanpa kegiatan tetapi Perubahan ini tergantung pada status
lebih merupakan suatu siklus yang berulang fisiologis, psikologis, dan lingkungan fisik
dengan cirri adanya aktivitas minimal, klien (Potter & Perry, 1997).Gangguan pola
memiliki kesadaran bervariasi dan terdapat tidur dapat ditunjukkan dengan kondisi
proses fisiologis (Hidayat, 2006). Tidur yang memperlihatkan perasaan lelah,
dibutuhkan untuk fungsi fisiologis karena mudah terangsang, gelisah, lesu, apatis,
kebanyakan hormone pertumbuhan kehitaman di sekitar mata, konjungtiva
disekresi selama tidur (Reinstein, 2005).
[10]

 
Jurnal Keperawatan, Volume III, No. 1, April 2012 ISSN 1907 - 0357

merah, mata perih, konsentrasi terpecah, Ryacudu Kotabumi Lampung Utara tahun
sakit kepala dan sering mengantuk 2011.
(Hidayat, 2006). Menurut Potter & Perry Tujuan penelitian ini adalah untuk
(1997), Kualitas dan kuantitas tidur mengetahui hubungan antara-faktor-faktor
seseorang dipengaruhi oleh penyakit, yang berpengaruh terhadap gangguan
lingkungan, gaya hidup, kecemasan, pemenuhan kebutuhan tidur pasien post
alcohol, obat-obatan., dan diet. operasi di RSD HM Ryacudu Kotabumi
Tindakan operasi adalah salah satu Lampung Utara tahun 2011.
indikasi yang membuat seseorang harus
mengalami hospitalisasi. Data RSD HM METODE PENELITIAN
Ryacudu menunjukkan, pada tahun 2009
terdapat 540 pasien mengalami operasi, Rancangan penelitian ini adalah
atau rata-rata tiap bulannya sekitar 48 adalah kuantitatif dengan desain korelasi,
pasien. Pada tahun 2010 ada sebanyak 756 yaitu metode penelitian yang dilakukan
operasi (besar, sedang dan kecil). dengan tujuan mengungkapkan
Sedangkan pada tahun 2011, selama Januari kemungkinan adanya hubungan sebab
sampai Oktober terdapat 634 operasi. Hasil akibat antar variabel (Nursalam & Pariani,
presurvey pada bulan Mei 2011 di Ruang 2001). Pendekatan yang digunakan adalah
Bedah RSU Ryacudu Kotabumi cross-sectional , yaitu pada penelitian ini,
menunjukkan bahwa 7 dari 10 orang pasien peneliti ingin mengidentifikasi factor-faktor
post operasi mengeluhkan adanya gangguan yang berhubungan dengan gangguan
tidur. Melihat kondisi ini Perawat harus pemenuhan kebutuhan tidur pada pasien
selalu menyadari kebutuhan klien untuk operasi di RSD HM Ryacudu Kotabumi
istirahat. Kurang istirahat selama periode tahun 2011.
yang lama menyebabkan penyakit atau Penelitian dilakukan di Ruang Bedah
memperburuk penyakit yang ada. Perawat RSD HM Ryacudu Kotabumi Lampung
dapat membantu klien belajar mengenai Utara. Waktu penelitian dilaksanakan
pentingnya istirahat dan cara-cara untuk selama 1 bulan (November 2011).
meningkatkan istirahat saat berada di Populasi pada penelitian ini adalah semua
pelayanan kesehatan (Potter & Perry, pasien post operasi yang dirawat di Ruang
1997). Bedah RSD HM Ryacudu Kotabumi. Pada
Merujuk pada penelitian terdahulu penelitian ini melibatkan 40 orang
yang dilakukan oleh Lee, Low & Twinn responden.
(2008), menunjukkan bahwa pasien lansia Dalam penelitian ini teknik
yang dirawat di RS menunjukkan gangguan pengambilan sampel yang digunakan
tidur berupa keluhan sering terbangun saat adalah accidental sampling yaitu
tidur. Penelitian yang dilakukan oleh pengambilan sampel berdasarkan
Munardi (2002), dan Raharjo (2008), pertimbangan tertentu yang tidak dirancang
menunjukkan hasil bahwa terdapat pertemuannya terlebih dahulu (Arikunto,
hubungan antara factor-faktor yang 2006). Sampel yang dilibatkan pada
mempengaruhi tidur dengan gangguan penelitian ini adalah pasien post operasi
pemenuhan kebutuhan tidur lansia, dan yang memenuhi kriteria sebagai berikut: 1)
sakit fisik merupakan penyebab lansia Kesadaran compos-mentis, 2) Usia antara
mengalami gangguan tidur. 18 – 60 tahun, 3) Operasi menggunakan
Berdasarkan fakta-fakta diatas, maka anestesi umum atau spinal, 4) Bersedia
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian menjadi responden.
tentang factor-faktor yang berhubungan Alat yang digunakan dalam penelitian
dengan gangguan pemenuhan kebutuhan ini yaitu kuesioner yang sudah dilakukan
tidur pada pasien post operasi di RSD HM pengujian terhadap validitas dan reliabilitas.
Kuesioner A yang berisi pertanyaan tentang
[11]

 
Jurnal Keperawatan, Volume III, No. 1, April 2012 ISSN 1907 - 0357

gangguan pemenuhan kebutuhan tidur, Gangguan pemenuhan


Total
keb. tidur
kondisi penyakit, kenyamanan lingkungan,
Penyakit Tidak
dan gaya hidup (kelelahan). Kuesioner B Insomnia
Insomnia
N %
berisi pertanyaan tentang kecemasan sesuai N % N %
skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Tidak ada 3 60 2 40 5 100
Ada 4 11,4 31 88,6 35 100
Scale), yang terdiri dari 14 kelompok
Total 7 17,5 33 82,5 40 100
gejala. Untuk pertanyaan tentang
OR (95% CI) 11,6 (1,4 – 92,7)
penggunaan obat dan diet, digunakan Nilai p 0,03
lembar observasi yang didasarkan pada
studi dokumentasi. Hasil analisis hubungan antara
Analisis univariat digunakan untuk penyakit dan gangguan pemenuhan
mengetahui distribusi frekuensi masing- kebutuhan tidur, menunjukkan nilai p =
masing faktor penyebab gangguan 0.03, maka dapat disimpulkan ada
pemenuhan kebutuhan tidur. Sedangkan hubungan yang signifikan antara penyakit
analisa bivariat digunakan untuk dan gangguan pemenuhan kebutuhan tidur
mengetahui keeratan hubungan antara pasien pot operasi. Diperoleh nilai OR =
variabel dependen dan variabel independen. 11,6, yang berarti responden yang
Uji Fisher exact digunakan karena variabel mengalami nyeri mempunyai peluang 11,6
yang akan diuji bersifat kategorik dan kali untuk mengalami insomnia dibanding
kategorik dengan tingkat kepercayaan 95%. responden yang tidak mengalami nyeri.

HASIL PENELITIAN Hubungan antara lingkungan dan


gangguan pemenuhan kebutuhan tidur
Analisis Univariat
Tabel 2: Distribusi Responden menurut
Berdasarkan hasil analisis univariat Lingkungan dan Gangguan
maka diperoleh hasil: ada nyeri dan Pemenuhan Kebutuhan Tidur pada
gangguan napas (87,5%) dan tidak ada Pasien Post Operasi
(12,5%), lingkungan nyaman (45%) dan
tidak nyaman (55%), kecemasan ringan Gangguan pemenuhan
keb. tidur
(92,5%) dan berat (7,5%), diet puasa (60%) Lingkungan Tidak
Total
Insomnia
dan tidak puasa (40%), mendapat obat Insomnia
sedatif (7,5%) dan tidak mendapat obat n % n % n %
Nyaman 6 33,3 12 66,7 18 100
sedatif (7,5%), kelelahan (75%) dan tidak Tidak nyaman 1 4,5 21 95,5 22 100
kelelahan (25%), insomnia (82,5%) dan Jumlah 7 17,5 33 82,5 40 100
tidak insomnia (17,5%). OR (95%CI) 10,5 (1,12 – 97)
Nilai p 0,03
Analisis Bivariat
Hasil analisis hubungan antara
Hubungan antara penyakit dengan lingkungan dan gangguan pemenuhan
gangguan pemenuhan kebutuhan tidur kebutuhan tidur, menunjukkan nilai p =
0.03, maka dapat disimpulkan ada
Tabel 1: Distribusi Responden menurut hubungan yang signifikan antara
Penyakit dan Gangguan lingkungan dan gangguan pemenuhan
Pemenuhan Kebutuhan Tidur pada kebutuhan tidur pasien pot operasi.
Pasien Post Operasi Diperoleh nilai OR = 10,5, yang berarti
responden yang merasa tidak nyaman
dengan lingkungan ruang perawatan
mempunyai peluang 10,5 kali untuk
mengalami insomnia  dibanding
[12]

 
Jurnal Keperawatan, Volume III, No. 1, April 2012 ISSN 1907 - 0357

responden yang merasa nyaman dengan berarti responden yang puasa mempunyai
lingkungan ruang perawatan. peluang 2,3 kali untuk mengalami
insomnia dibanding responden yang tidak
Hubungan antara kecemasan dan puasa.
gangguan pemenuhan kebutuhan tidur
Hubungan antara obat dan gangguan
Tabel 3: Hubungan Kecemasan dengan pemenuhan kebutuhan tidur
Gangguan Pemenuhan Kebutuhan
Tidur pada Pasien Post Operasi Tabel 5: Distribusi Responden menurut
Obat dan Gangguan Pemenuhan
Gangguan pemenuhan Kebutuhan Tidur pada Pasien Post
keb. tidur
Total Operasi
Kecemasan Tidak
Insomnia
Insomnia
n % n % n % Gangguan pemenuhan
Total
Ringan 7 18,9 30 81,1 37 100 kebutuhan tidur
Sedang 0 0 3 100 3 100 Obat Tidak
Insomnia
Jumlah 7 17,5 33 82,5 40 100 Insomnia n %
OR (95%CI) - n % n %
Nilai p 1,00 Tidak menda-
7 18,9 30 81,1 37 100
pat sedatif
Mendapat
Hasil analisis hubungan antara 0 0 3 100 3 100
sedatif
kecemasan dan gangguan pemenuhan Jumlah 7 17,5 33 82,5 40 100
OR (95% CI)
kebutuhan tidur, diperoleh nilai p = 1,00, Nilai p 1,00
maka dapat disimpulkan tidak ada
hubungan yang signifikan antara Hasil analisis hubungan antara obat dan
kecemasan dengan gangguan pemenuhan gangguan pemenuhan kebutuhan tidur,
kebutuhan tidur pasien pot operasi. diperoleh nilai p = 1,00, maka dapat
disimpulkan tidak ada hubungan yang
Hubungan antara diet dan gangguan signifikan antara obat dan gangguan
pemenuhan kebutuhan tidur pemenuhan kebutuhan tidur pasien pot
Tabel 4: Distribusi Responden menurut operasi.
Diet dan Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Tidur pada Pasien Post Hubungan antara gaya hidup dan
Operasi gangguan pemenuhan kebutuhan tidur
Tabel 6: Distribusi Responden menurut
Gangguan pemenuhan Total
keb. tidur Gaya hidup dan Gangguan
Diet Tidak Insomnia Pemenuhan Kebutuhan Tidur pada
Insomnia n % Pasien Post Operasi
n % n %
Tidak puasa 3 25 12 75 16 100 Gangguan pemenuhan
Puasa 4 12,5  21  87,5 24 100 keb. tidur Total
Total 7 17,5 33 82,5 40 100 Gaya hidup
Tidak
OR (95%CI) 2,3 (0,4 – 12) Insomnia
Insomnia
Nilai p 0,40 n % n % n %
Tidak
Hasil analisis hubungan antara diet mengalami 5 50 5 50 10 100
kelelahan
dan gangguan pemenuhan kebutuhan tidur,
Kelelahan 2 6,7 28 93,3 30 100
menunjukkan nilai p = 0.4, maka dapat Jumlah 7 17,5 33 82,5 40 100
disimpulkan tidak ada hubungan yang OR (95% CI) 14 (2,1– 93,2)
signifikan antara diet dan gangguan Nilai p 0,006
pemenuhan kebutuhan tidur pasien pot
operasi. Diperoleh nilai OR = 2,3, yang
[13]

 
Jurnal Keperawatan, Volume III, No. 1, April 2012 ISSN 1907 - 0357

PEMBAHASAN mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang.


Berkurangnya stimulus lingkungan seperti
Hubungan antara penyakit dan suara dan kebisingan akan memudahkan
gangguan pemenuhan kebutuhan tidur seseorang untuk tidur.

Berdasarkan analisis bivariat diperoleh Hubungan antara kecemasan dan


hasil bahwa terdapat hubungan yang gangguan pemenuhan kebutuhan tidur
signifikan antara penyakit dan gangguan
pemenuhan kebutuhan tidur pada pasien Berdasarkan analisa bivariat ditemukan
post operasi (nilai p-0,03, pada α = 0,05). bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
Variabel penyakit dinilai dari ada tidaknya antara kecemasan dengan gangguan
keluhan nyeri atau gangguan pernapasan pemenuhan kebutuhan tidur pasien post
yang dialami pasien. operasi (nilai p = 1,00, pada α = 0,05). Hal
Hal ini sesuai pendapat Kozier (1991), ini tidak sesuai dengan pendapat Kozier
yang menyebutkan bahwa orang sakit (1991), yang menyebutkan bahwa
membutuhkan lebih banyak tidur daripada kecemasan dan depresi akan membuat tidur
orang yang sehat. Rasa nyeri dapat seseorang terganggu. Kecemasan akan
mempengaruhi keinginan seseorang untuk meningkatkan kadar norepineprin melalui
tidur. Kondisi respirasi juga mempengaruhi perangsangan sistem saraf simpatis.
tidur seseorang. Napas yang pendek Perubahan kimia ini akan mengakibatkan
membuat seseorang sulit tidur. Hasil ini fase IV NREM dan tidur REM berkurang,
juga sesuai dengan pendapat Craven & dan lebih sering terbangun. Hasil ini juga
Hirnle (2000), yang mengatakan bahwa tidak sependapat dengan yang dikatakan
nyeri dan ketidaknyamanan yang terjadi oleh Craven & Hirnle (2000), bahwa
pada malam hari akan mengganggu tidur kecemasan dapat menunda seseorang untuk
pasien. Perubahan hormonal juga tidur. Ketegangan karena stress psikologis
mempengaruhi pola tidur, seperti yang akan membuat seseorang mengalami
dialami pasien hyperthyroid. bangun cepat karena insomnia.
Hasil ini juga mendukung penelitian
yang dilakukan oleh Puji Raharjo (2008), Hubungan antara diet dengan gangguan
tentang factor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur
terjadinya insomnia pada lanjut usia di
Kabupaten Demak, yang menunjukkan Berdasarkan hasil analisis bivariat,
bahwa sakit fisik lebih mempengaruhi dapat disimpulkan bahwa tidak ada
terjadinya insomnia. hubungan yang signifikan antara diet
dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
Hubungan antara lingkungan dan tidur (nilai p = 0,4, pada α = 0,05) . Hal ini
gangguan pemenuhan kebutuhan tidur bertentangan dengan yang dikatakan Kozier
(1991), bahwa penurunan berat badan
Berdasarkan analisa bivariat ditemukan berhubungan dengan berkurangnya waktu
bahwa ada hubungan yang signifikan antara tidur, sedangkan kenaikan berat badan akan
lingkungan dan gangguan pemenuhan meningkatkan waktu tidur. Termasuk dalam
kebutuhan tidur pasien post operasi (p = hal ini kondisi puasa yang masih dialami
0,03). Hal ini sesuai dengan yang dikatakan pasien setelah operasi selesai dilakukan.
Kozier (1991), bahwa lingkungan yang Hasil ini juga tidak sesuai dengan
bising sangat mengganggu tidur. Tidak pendapat Craven & Hirnle (2000), yang
adanya rangsang dari luar akan membuat menyebutkan bahwa Rasa lapar dapat
seseorang tidur dengan nyenyak. Juga menyebabkan seseorang tidak dapat tidur.
mendukung apa yang dikatakan Craven & Sebaliknya seseorang yang kebanyakan
Hirnle (2000), bahwa lingkungan baru akan makan akan mengalami hal serupa.
[14]

 
Jurnal Keperawatan, Volume III, No. 1, April 2012 ISSN 1907 - 0357

Hubungan antara obat dengan gangguan penelitian ini. Diantaranya adalah Perawat
pemenuhan kebutuhan tidur dapat lebih memperhatikan intervensi
keperawatan untuk mengatasi nyeri yang
Berdasarkan analisis bivariat, dapat dialami pasien pot operasi baik
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan farmakologis maupun nonfarmakologis.
yang signifikan antara obat dan gangguan Selain itu, perawat dan pihak RS dapat
pemenuhan kebutuhan tidur pasien post melakukan modifikasi lingkungan sehingga
operasi (nilai p = 1,0, pada α = 0,05). Hal pasien dapat merasa nyaman dirawat di RS
ini tidak sesuai dengan pendapat Kozier dengan menjaga kerapihan dan kebersihan
(1991) dan Potter & Perry (1997), bahwa ruang perawatan sehingga membantu
obat-obatan khususnya golongan hipnotis pasien dapat beristirahat lebih tenang.
dan sedative akan mengganggu pola tidur. Perawat dapat melibatkan keluarga
Obat-obat hipnotik dan barbiturate akan dalam merawat dan memberi perhatian
menurunkan tidur REM secara abnormal. pada pasien post operasi, sehingga
Juga tidak mendukung pendapat Craven & menghindari kelelahan yang mungkin
Hirnle (2000), bahwa kebutuhan tidur dapat terjadi. Penunggu pasien sebaiknya orang
terganggu karena konsumsi obat-obatan terdekat yang dapat merawat pasien dan
yang mempermudah tidur. Selain itu memahami kebutuhan pasien selama
penggunaan alcohol juga dapat membuat perawatan, maksimal 2 orang. Hal ini
seseorang tidur lebih cepat. bertujuan mengurangi kebisingan yang
dapat mengganggu pasien terganggu
Hubungan antara gaya hidup dan kpemenuhan kebutuhan tidurnya jika
gangguan pemenuhan kebutuhan tidur penunggu pasien terlalu banyak.

Berdasarkan analisa bivariat, diperoleh


hasil bahwa ada hubungan yang signifikan * Dosen pada Prodi Keperawatan
antara gaya hidup dan gangguan Kotabumi Poltekkes Kemenkes
pemenuhan kebutuhan tidur pasien post Tanjungkarang
operasi (nilai p = 0,006, pada α = 0,05).
Gaya hidup dinilai dengan melihat ada
tidaknya kelelahan yang dialami pasien
setelah operasi. Hal ini sesuai dengan DAFTAR PUSTAKA
pendapat Kozier (1991) dan Potter & Perry
(1997), bahwa seseorang yang lelah Craven & Hirnle (2000). Fundamentals of
umumnya akan mudah untuk tertidur. nursing. Philadelpia : Lippincott.
Namun pada orang yang terlalu kelelahan,
pola tidur juga dapat terganggu. Hidayat (2003). Pengantar Kebutuhan dasar
manusia : aplikasi konsep & proses
keperawatan. Jakarta : Salemba
KESIMPULAN Medika.
Berdasarkan penelitian diatas, dapat Kozier, erb. (1991). Fundamentals of
disimpulkan bahwa terdapat hubungan nursing. Philadelpia : Addison Wesley
yang signifikan antara penyakit, lingkungan
dan gaya hidup, dengan gangguan Lee, C.Y., Low, L.P.L., & Twinn, S.
pemenuhan kebutuhan tidur pada pasien (2007). Older men’s experiences of
post operasi di RSD HM Ryacudu. sleep in the hospital. Journal of
Berkaitan dengan simpulan hasil penelitian Clinical Nursing, 16(2), 336-343.
diatas, ada beberapa hal yang dapat
disarankan untuk pengembangan dari hasil
[15]

 
Jurnal Keperawatan, Volume III, No. 1, April 2012 ISSN 1907 - 0357

Munardi. (2002). Faktor-faktor yang process and practice. 4thEd. St Louis :


berhubungan dengan gangguan Mosby.
pemenuhan kebutuhan tidur lansia di
RS dr. Zainoel Abidin Aceh. Reishtein, J.L. (2005). Critical care nursing
of north America, vol 17. No.3
Potter, P.A. & Perry, A.G. (1997).
Fundamentals of nursing : concept,

[16]

Anda mungkin juga menyukai