Anda di halaman 1dari 5

FENOMENA PERTENTANGAN KEPENTINGAN ANTAR KELAS DAN FAKTOR

PENYEBABNYA

Soerjono Soekanto membagi konflik sosial menjadi lima bentuk yaitu:

1. Konflik atau pertentangan pribadi, yaitu konflik yang terjadi antara dua individu atau lebih
karena perbedaan pandangan dan sebagainya.

2. Konflik atau pertentangan rasial, yaitu konflik yang timbul akibat perbedaan-perbedaan ras.

3. Konflik atau pertentangan antara kelas-kelas sosial, yaitu konflik yang terjadi disebabkan
adanya perbedaan kepentingan antar kelas sosial.

4. Konflik atau pertentangan politik, yaitu konflik yang terjadi akibat adanya kepentingan atau
tujuan politis seseorang atau kelompok.

5. Konflik atau pertentangan yang bersifat internasional, yaitu konflik yang terjadi karena
perbedaan kepentingan yang kemudian berpengaruh pada kedaulatan Negara

Kelas sosial merupakan suatu strata atau lapisan masyarakat yang memiliki kedudukan sama
dalam rangkaian kesatuan status sosial. Kelas sosial merupakan bagian integral dari suatu
masyarakat. Di mana ada masyarakat, maka di situ ada pula kelas sosial. Kelas sosial dapat
muncul karena adanya beberapa perbedaan anggota masyarakat, seperti jenis kelamin, pekerja
atau buruh dan majikan, kekayaan, dan lain sebagainya. Munculnya beberapa kelas dalam
masyarakat dan adanya hubungan di antara kelas-kelas tersebut disebut dengan sistem kelas atau
class system. Artinya adalah bahwa setiap anggota masyarakat memiliki kedudukan dalam
masyarakat, mengetahuinya dengan sadar, dan diakui oleh anggota masyarakat (Soekanto,
1987:260).

Marx dan Weber mendefinisikan bahwa yang menentukan strata kelas anggota masyarakat
adalah aspek ekonomi. Artinya adalah bahwa strata anggota masyarakat dibedakan berdasarkan
pada kekayaan yang dimiliki. Apabila seseorang memiliki kekayaan yang melimpah dan serba
berkecukupan, maka ia menempati kaum atas atau termasuk dalam kategori kelas tinggi (high
class). Namun sebaliknya apabila seseorang memiliki kekayaan yang pas-pasan dan cenderung
kekurangan, maka ia termasuk dalam kategori kelas menengah (middle class), atau kelas rendah
(lower class) (Sunarto, 1993:115). Status seseorang dalam masyarakat dapat diperoleh melalui
tiga cara, yaitu kelahiran (ascribed status), perjuangan (aschieved status), dan pemberian atau
penghormatan (assigned status). Dalam kehidupan sosial, munculnya kelas sosial adalah sebuah
keniscayaan. Artinya adalah bahwa selama manusia itu hidup bermasyarakat, maka pembagian
kelas sosial akan selalu ada. Kelas sosial akan muncul secara alamiah, sehingga dalam
kenyataannya munculnya kelas sosial telah menjadi bagian dari hukum alam (Setiadi, dan
Usman, 2011:424-425). Hukum pembagian status sosial itu ada seiring dengan tingkat keinginan
manusia yang selalu menginginkan kehidupan yang layak dan lebih baik. Upaya-upaya itulah
yang mengantarkan pembentukan pola-pola pembagian status sosial yang akan berkaitan dan
beriringan dengan kemampuan dan kualifikasi intelektual serta fisik manusia yang berbeda-beda.
Jika diperhatikan bentuk pemilahan manusia menurut bentuk fisik, maka akan muncul manusia
dengan tingkat klasifikasi cantik, tampan, biasa saja, atau jelek. Berdasarkan hal ini maka dapat
kita ketahui bahwa tingkat kualitas manusia akan sangat berhubungan dengan kapasitas mental
intelektual, kemampuan, dan bentuk rupa fisiknya (Setiadi dan Usman, 2011:425).

Stratifikasi dan Konflik Sosial

Kajian stratifikasi sosial ini, secara khusus menggunakan tulisan Vincent Jeffries and H. Edward
Ransford yaitu Social Stratification a multiple hierarchy approach khususnya tentang The
Multiple Hierarchy Model dan The Ideology of Ethnic Stratification. Beberapa model kajian
stratifikasi sosial adalah; pertama, model stratifikasi sosial yang ada di masyarakat yaitu model
hirarki tunggal (Single Hierarchy Model) dan model hirarki majemuk (Multiple Hierarchy
Model). Model hirarki tunggal, terdapat dua asumsi, bahwa keluarga adalah unit yang tepat
untuk mengadakan studi terhadap sistem stratifikasi sosial dan mengasumsikan bahwa semua
ketidak samaan dalam masyarakat ditentukan faktor ekonomi. Sedangkan model hirarki
majemuk (lihat bagan) bahwa stratifikasi sosial sebagai hasil interaksi sosial dari berbagai faktor
seperti kelas, kesukuan, jenis kelamin dan usia, kedua pendekatan yang membagi tiga klasifikasi
sosial yaitu values, norms dan beliefs. Ketiga klasifikasi ini akan diuraikan secara makro beserta
data-data pendukung (lihat Figure 1-2).

Konsep stratifikasi sosial dalam masyarakat dapat berupa stratifikasi kelas, etnik, jenis kelamin
atau usia. Konsep kelas menunjuk pada stratifikasi sosial berdasarkan perbedaan pendapatan,
posisi pekerjaan, tingkt pendidikan dan gaya hidup. Stratifikasi kelas ini, menurut Rossides
mendeskripsikannya ke dalam lima struktur kelas; kelas atas, kelas menengah ke atas, kelas
menengah ke bawah, kelas pekerja dan kelas bawah. Masing-masing struktur kelas mempunyai
ciri-ciri identitas sosial; kelas atas bercirikan penghasilan besar dan kaya, punya otoritas
menentukn kebijakan, latar belakang pendidikan yang tinggi, kelas menengah atas bercirikan
mempunyai penghasilan yang tinggi, profesional, manager, mempunyai naluri bisnis tinggi dan
berpendidikan universitas. Kelas menengah ke bawah adalah berpenghasilan rata-rata memiliki
usaha dalam skala kecil dan tingkat pendidikan setingkat sekolah kanjutan, sedangkan bagi kelas
pekerja pendapatan rendah dan bekerja semi terampil dan bagi kelas bawah pendapatan sangat
kecil dan bekerja sebagai buruh yang tidak terampil yang riskan menjadi pengangguran.

1. Stratifikasi Kelas Sosial


Menurut Marx, kelas sosial terdiri dari orang bebas dan budak, bangsawan dan rakyat biasa,
tuan dan hamba, penindas dan yang ditindas selalu bertentangan satu sama lain yang berlangsung
tidak putus-putusnya dalam satu pertarungan yang kadang-kadang tersembunyi, kadang-kadang
terbuka. Pertentangan tersebut terjadi karena setiap tingkatan kelas sosial tentu memiliki tujuan
dan kepentingan yang berbeda-beda.

Konflik ini muncul karena adanya perbedaan kepentingan di antara kelas-kelas yang ada di
masyarakat. Misalnya konflik antara karyawan dengan perusahaannya untuk menuntut kenaikan
upah. Konflik antar kelas sosial biasanya berupa konflik yang bersifat vertikal, yaitu konflik
antara kelas sosial yg memiliki kekuasaan lebih tinggi dengan kelas sosial bawah. Biasanya kelas
sosial yg lebih tinggi cenderung tidak sejalan dalam ide atay gagasan dengan kelas sosial bawah
krn kelas sosial yang lebih tinggi merasa memiliki wewenang kekuasaan dan berada pada strata
yang tingkatnya lebih tinggi.

Jadi konflik antar kelas merupakan pertentangan yang terjadi antara dua kelas sosial yg berbeda,
seperti penguasa dengan rakyat atau tuan tanah dengan hamba. Karena setiap tingkatan sosial
memiliki kepentingan dan tujuan yang berbeda, maka muncullah perbedaan-perbedaan tertentu
yang tidak sejalan antara keduanya sehingga dua kelas sosial tersebut berselisih untuk mencapai
keinginan dan tujuannya masing-masing (Abidin dan Saebani).

2. Arena Konflik: Tiga Ruang Kekuasaan

Konflik sosial bisa berlangsung pada aras antar-ruang kekuasaan. Terdapat tiga ruang kekuasaan
yang dikenal dalam sebuah sistem sosial kemasyarakatan, yaitu “ruang kekuasaan negara”,
“masyarakat sipil atau kolektivitas-sosial”, dan “sektor swasta” (Bebbington, 1997; dan
Luckham, 1998). Konflik sosial bisa berlangsung di dalam setiap ruangan ataupun melibatkan
agensi atau struktur antar-ruangan kekuasaan. Selanjutnya Gambar 1 berikut dapat diamati
sebagai berikut. Gambar 1. Tiga Ruang dimana Konflik Sosial Dapat Berlangsung (diadopsi
dengan modifikasi dari Bebbington, 1997).
Dengan mengikuti model konflik sosial berperspektifkan ruang-kekuasaan dari 13 Bebbington
(1997) sebagaimana skemanya tergambar pada Gambar 1 di atas, maka konflik sosial antar
“pemangku kekuasaan” dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu:

a. Warga masyarakat sipil atau kolektivitas sosial berhadap-hadapan melawan negara dan
sebaliknya. Dalam hal konflik sosial dapat terjadi dalam bentuk protes warga masyarakat atas
kebijakan publik yang diambil oleh negara/pemerintah yang dianggap tidak adil dan merugikan
masyarakat secara umum. Perlawanan asosiasiPekerja/buru melawan Pemerintah Bengkulu soal
UMR.

b. Konflik sosial yang berlangsung antara warga masyarakat atau kolektivitas sosial melawan
swasta dan sebaliknya. Contoh klasik dalam hal ini adalah Contoh klasik dalam hal ini adalah
perseteruanyang terus berlangsung (bahkan hingga kini) antara komunitas lokal melawan
perusahaan perkebunan (Kasus PT. Sandabi). “perseteruan berdarah” yang terus berlangsung
(bahkan hingga kini) antara komunitas lokal melawan perusahaan pertambangan multi-nasional
di Papua. Kasus serupa juga ditemui dalam “Tragedi Pencemaran Teluk Buyat” yang
memperhadapkan warga lokal yang menderita kesakitan akibat pencemaran air terus-menerus
dari limbah tailing aktivitas penambangan emas oleh perusahaan swasta asing di Sulawesi Utara
di awal dekade 2000an.

c. Konflik sosial yang berlangsung antara swasta berhadap-hadapan melawan negara dan
sebaliknya. Berbagai tindakan yang diambil oleh Pemerintah/Negara dalam mengawal jalannya
sebuah kebijakan, biasanya memakan biaya sosial berupa konflik tipe ini secara tidak terelakkan.
Contoh: Konflik pengusaha angkutan batubara dengan pemerintah Bengkulu soal penggunaan
bahan bakar solar

Anda mungkin juga menyukai