Bahan Devitalisasi Dan Sterilisasi
Bahan Devitalisasi Dan Sterilisasi
EASLICK PASTA
dan eugenol yang merupakan bahan utama dari pasta tersebut. Selain dua bahan tadi, bahan
lainnya yaitu procaine base 0,03 gr, powdered asbestos 0,05 gr, petroleum jelly 125 gr, dan
carmine.
Fungsi dari easlick pasta ini adalah untuk mumifikasi yaitu mematikan saraf dalam pulpa
yang fungsi ini didapat dari kandungan formaldehid, menghilangkan rasa sakit jaringan pulpa
yang fungsi ini didapat dari bahan eugenol, dan juga sebagai pemfiksasi jaringan.
Adapun sifat farmakologi dari pasta easlick terutama pada bahan utamanya, yaitu
formaldehid dan eugenol. Formaldehid merupakann antiseptik kuat berspektrum luas yang
memiliki kerja efektif tetapi lambat. Pemakaiannya terbatas karena dapat menyebabkan iritasi
pada mukosa dan kulit, menimbulkan bau yang tidak sedap, dan toksisitas, mutagenik dan
karsinogenik. Sifat yang dapat menimbulkan toksisitas yang menyebabkan saat ini mulai jarang
digunakan, serta sifat yang menyebabkan sensitisasi bila berkontak secara berulang-ulang.
Mekanisme kerja dari formaldehid adalah dengan mendenaturasi protein dan meracuni
protoplasma. Bahan utama lain adalah eugenol yang termasuk dalam golongan fenol. Eugenol ini
merupakan antiseptik yang memiliki aktivitas antimikroba dengan spektrum luas. Bahan ini
mudah mengiritasi kulit dan mata dan juga dapat diinaktivasi oleh debris organik.
Bahan lain yang dapat digunakan untuk devitalisasi gigi sulung selain Easlick Pasta
adalah:
a. Tricresol 10 ml
b. Cresol 20 ml
c. Glycerin 4 ml
d. Paraformaldehid 20 ml
e. Zinc Oxide 60 gr
a. Paraformaldehid 1 gr
b. Lignocaine 0,06 gr
e. Carmine
Dibandingkan dengan dua bahan ini, Easlick Pasta menjadi yang paling sering digunakan oleh
dokter gigi sebagai bahan devitalisasi. Adapun bahan lain sebenarnya memiliki komposisi yang
hampir sama dengan Easlick Pasta sehingga jika menggunakan bahan yang lain pun tidak ada
bagian yang terbuka dan ditutup rapat pada gigi sulung selama 1 atau minggu. Gas
paraformaldehid merembes melalui pulpa bagian mahkota dan akar sehingga jaringan terfiksasi.
Pada kunjungan pertama, bahan diletakkan pada gulungan kapas, diletakkan di atas daerah
perforasi dan kemudian di dalam kamar pulpa selama 10-14 hari. Bila bahan langsung diletakkan
di atas daerah perforasi, tindakan ini perlu dilakukan secara berhati-hati agar tidak menekan
pulpa. Namun, pasien tetap saja akan mengalami rasa tidak enak sehingga perlu diberikan
analgesik yang sesuai. Kemudian kavitas ditutup dengan bahan dressing ZnOE. Pada kunjungan
kedua, dressing dilepas dan pasta formokresol-ZnOE atau pasta Kri II dapat dimasukkan ke orifis
saluran akar, setelah sisa puloa yang nekrotik dibersihkan dan diirigasi serta dikeringkan
kavitasnya.
Komplikasi dari Easlick Pasta ini adalah setelah kunjungan pertama, nyeri mungkin dapat
timbul jika pasta devitalisasinya terlalu menekan pulpa. Oleh karena itu, dibutuhkan pemberian
analgesik dengan dosis yang tepat untuk anak, misalnya aspirin atau ibuprofen. Selain itu, pulpa
di mahkota juga dapat tidak seluruhnya menjadi non vital seperti yang diharapkan setelah 1
minggu aplikasi bahan devitalisasi. Hal ini bisa terjadi jika bahan devitalisasi tersebut bergeser
dari tempat yang seharusnya ketika meletakkan semen sementara atau efek bahan devitalisasi
yang kurang akibat pulpa terbuka yang kurang besar. Jika keadaan ini terjadi, operator dapat
mengulangi tindakan pada kunjungan pertama dan melakukan prosedur pulpotomi vital pada
kunjungan ketiga.
Bahan Sterilisasi Pulpa
Sterilisasi saluran akar secara kimia merupakan metode yang paling banyak dilakukan di
klinik. Saluran akar disterilkan dengan bahan-bahan sterilisasi. Bahan sterilisasi saluran akar
adalah obat atau medikamen intrasaluran akar sebagai tindakan pelengkap pada tindakan
desinfeksi saluran akar. Desinfeksi saluran akar merupakan tindakan untuk menghilangkan
mikroorganisme patogenik yang harus didahului oleh pembersihan pada jaringan pulpa dan
debris yang memadai, dilanjutkan pembersihan dan pelebaran saluran dengan cara biokimiawi,
dan pembersihan isinya dengan irigasi. Desinfeksi saluran akar adalah tahap penting dalam
perawatan endodontik.
Obat saluran akar mempunyai fungsi membantu mengeluarkan mikroorganisme,
mengurangi rasa sakit, menghilangkan eksudat apikal, mempercepat penyembuhan dan
pembentukan jaringan keras. Medikamen saluran akar digunakan dengan tujuan:
1. mengeliminasi bakteri yang tidak dapat dihancurkan dengan proses chemo-mechanical
seperti instrumentasi dan irigasi,
2. mengurangi inflamasi periradikular dan rasa sakit,
3. mengeliminansi eksudat apical,
4. mencegah atau menghentikan resorpsi akar,
5. mencegah infeksi berulang ketika restorasi sementara rusak.
Ada dua tipe dasar obat-obatan yang digunakan untuk membantu membersihkan bakteri
yaitu antibiotik dan antiseptik. Kelebihan dari antibiotik adalah antibiotik mempunyai indeks
terapeutik yang luas, tetapi kekurangannya adalah efeknya hanya mengenai organisme tertentu.
Antiseptik mempunyai spektrum aksi yang lebih luas tetapi umumnya lebih toksik terhadap
host.5
Adapun syarat suatu medikamen intrakanal yang ideal adalah:
- Tidak mengiritasi
- Sangat efektif sebagai germisid dan fungisid
- Tidak mempengaruhi jaringan periapikal
- Tidak merusak struktur gigi
- Dapat memasuki jaringan-jaringan yang lebih dalam
- Stabil dalam larutan
- Mudah dimasukkan ke dalam saluran akar
- Anodyne (obatperedasakit)
- Efek mikrobial lama dan dapat menyerang mikroorganisme dengan baik
- Aktif dengan adanya darah, serum, dan derivat protein jaringan
- Mempunyai tegangan permukaan rendah
1. FORMOKRESOL
Formokresol merupakan golongan aldehid dan menjadi salah satu pilihan dalam
perawatan pulpa. Bahan ini diperkenalkan oleh Buckley pada tahun 1904 dan sejak saat itu telah
digunakan sebagai medikasi untuk perawatan pulpa dengan tingkat keberhasilan yang tinggi.
Teknik pulpotomi dengan menggunakan formokresol digunakan oleh Sweet sebagai suatu
modifikasi metode perawatan pulpa pada tahun 1930. Saat itu, Sweet melaporkan bahwa adanya
keberhasilan penggunaan bahan ini sebesar 97 % pada 16.651 kasus.
Komposisi Bahan
Larutan formokresol yang memiliki tujuan dasar untuk memfiksasi jaringan pulpa yang
mengalami inflamasi dan mencegah masuknya mikroorganisme ini, terdiri atas beberapa
komponen, diantaranya yaitu:2-3
• Trikresol (35 % )
• Formaldehid (19 % )
• Gliserin ( 15 % )
• Aqua
Gliserin yang juga ditambahkan dalam larutan ini, digunakan sebagai pengemulsi
dan mencegah polimerisasi formaldehid menjadi paraformaldehid. Dimana
paraformaldehid yang terbentuk jika tidak ada gliserin ini, dapat menyebabkan larutan
menjadi keruh.
Indikasi:
Mensukhani melaporkan suatu penelitian secara histologis pada 43 gigi sulung dan gigi tetap
yang telah dilakukan perawatan pulpotomi vital dengan formokresol dan setelah 7-14 hari
terlihat tiga zona yang berbeda, yaitu:
Zona konsentrasi sel-sel radang yang luas, yang dijumpai di bawah zona pale staining kea rah
apeks gigi.
Pruhs menyatakan bahwa formokresol adalah bahan germicidal kuat yang dapat menyebabkan
fiksasi dari jaringan vital. Ketika ditempatkan pada sisi yang diamputasi, formokresol
menyebabkan nekrose koagulasi dari jaringan yang secara langsung berkontak dengannya.
Selanjutnya formokresol merembes ke saluran akar sehingga menyebabkan perluasan reaksi
jaringan yang diikuti dengan berkurangnya jumlah sel dan perubahan bentuk morfologi
pulpayang diakibatkan proses kalsifikasi dan resorpsi. Sekitar ujung akar terjadi penumpukan
sel-sel inflamasi dan pembentukan jaringan fibrous yang diikuti dengan penyembuhan pada
ujung akar. Reaksi ini terjadi empat hari setelah dilakukan perawatan pulpotomi vital.
Berdasarkan evaluasi mikroskopik yang dilakukan Emmerson, dkk pada tahun 1959, tentang
perbedaan lamanya waktu pemberian formokresol ketika melakukan perawatan pulpotomi vital,
diketahui bahwa fiksasi dari jaringan pulpa vital dapat terjadi dalam waktu lima menit.
Kelebihan Formokresol
Dengan adanya kandungan kresol dalam larutan formokresol, maka larutan ini memiliki efek
antiseptic yang dapat membunuh bakteri dengan baik. disamping itu, formokresol ini dapat
mengkoagulasi protein sehingga dapat berperan sebagai bakterisid yang kuat dan kaustik. Sifat
kaustik inilah yang dapat menyebabkan fiksasi bakteri dan jaringan pada sepertiga bagian atas
pulpa yang terlibat.
Beberapa penelitian klinis menyatakan bahwa medikamen yang tergolong aldehid ini
tidak terlalu efektif untuk mencegah atau mengendalikan rasa nyeri pada pemakaian
medikamen intrakanal. Larutan ini juga dikhawatirkan tingkat toksisitasnya baik secara local
maupun sistemis.
Dikatakan pula bahwa meskipun zat ini dapat memfiksasi jaringan, tapi aldehid tidak
begitu efektif dalam memfiksasi jaringan nekrotik atau jaringan yang mengalami
dekomposisi. Bahkan pada kenyataannya, ketika jaringan nekrotik terfiksasi oleh aldehid,
jaringan tersebut akan lebih toksik dan antigenic. Disamping itu, Menurut Ansari & Ranjpour
(2010), kegagalan formokresol lebih tinggi dibandingkan mineral trioxide aggregate sebab
pada penggunaan formokresol akan terjadi resorpsi internal.
2. FERRIC SULPHAT
3. GLUTARALDEHYDE
Komposisi Glutaraldehyde
Glutaraldehid atau 1,5-pentanedial adalah sebuah dialdehid yang sedikit asam didalam
keadaannya yang biasa. Pada alkaline buffer (PH 7,5-8,5), ini merupakan sebuah agen mikrobial
yang sangat efektif. Glutaraldehid alkaline merupakan bahan yang sangat umum dipakai pada
sterilisasi dingin pada medikal, surgikal dan peralatan kedokteran gigi (contoh produk: Cidex,
Aldesen, Hospex, Wavicide, Procide, Omnicide, dan Sonacide).
Glutaraldehid merupakan iritan yang kuat terhadap kulit, mata dan sistem respiratori. Kontak
langsung dapat menyebabkan kulit tersensitifitas yang dapat menyebabkan dermatitis kontak.
Menghirup uapnya dapat menyebabkan asma.
Glutaraldehid tidak bewarna, mempunyai bau yang ringan, titik penguapan nya 1830C-
1870C, soluble dan memproduksi keasaman yang ringan bila berkontaminasi. Glutaraldehid
merupakan reagen yang bingfusional, yang membentuk ikatan intra dan inter protein molekular
yang kuat, menyebabkan fiksasi yang unggul oleh cross linkage.
Penetrasi ke sekeliling jaringan periapikal terbatas oleh formasi protein dari cross linkage.
Distribusi sistemik Glutaraldehid juga terbatas. Glutaraldehid menyebabkan berkurangnya sifat
nekrotik, distropik, sitotoksi dan antigenin, adalah sebuah bakteriosit yang lebih baik, dan dapat
memperbaiki jaringan dengan cepat. Glutaraldehid memperlihatkan ikatan jaringan yang lemah
dan secara siap dimetabolisme. Sayangnya, larutan buffer pada Glutaraldehid tidak stabil
dikarenakan pendeknya shelf life dan harus freshly prepared.
Sifat
Merangsang jaringan periapikal dan menyebabkan jaringan menjadi nekrosis.
Indikasi
bahan fiksasi
antimikroba saluran akar
Kelebihan
cukup efektif untuk mendesinfeksi kavitas pulpa.
Sebagai antimikroba saluran akar.
Kekurangan
Sangat toksik pada jaringan periapikal
Bersifat mutagenic dan karsinogenik
Jika pengaplikasian berlebih dapat menyebabkan periodontitis
Komposisi Bahan
Liquid formaldehid
Cresol
Desinfektan yang lebih kuat daripada phenol, dapat membasmi dan
menghilangkan bau
Dapat dicampur dengan formaldehid dalam semua perbandingan
Menghilangkan rasa sakit, mengurangi efek rangsangan dari formaldehid
Bersifat saponifikasi, lemak dan asam lemak diubah menjadi antiseptik.
Sumber:
Harty FJ. 1992. Endodonti Klinis. 3rd ed. Alih Bahasa. Lilian Yuwono. Jakarta: Hipokrates.
Ingle Jl. 2002. Bakland LK. Endodontics. 5th ed. Ontario: BC Decker Inc.
Tandon, Shobhan. 2008. Textbook of Pedodontics. 2nd ed. India:Paras Medical Publisher
Hyderabad.
Tarigan R. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). 1st ed. Jakarta: Widya Medika.
Yagiela, J.A. Dowd, F.J., Neidle E.A. 2005. Pharmacology and Therapeutics for Dentistry.
5th ed.