Anda di halaman 1dari 112

BASIC AIR CARGO

SKILLS AND PROSEDUR


Data Pribadi
Nama : Dwi Ario Anianto (Ario)
Alamat : Jln. Kasturi 2, Komp Karunia Indah
Blok B6, Kel. Syamsudin NooR.
Banjarbaru 70121 .
Kalimantan Selatan.
No. HP/WA : 0811.170.078
Email : arioga@live.com
ario.foo
@ArioFoo
PENDAHULUAN
Organisasi Penerbangan Dunia

ICAO, international civil aviation organization


Sebuah lembaga PBB (organisasi penerbangan civil dunia).
Mengatur, mengembangkan, merencanakan tehnik & prinsip navigasi
udara Internasional agar pertumbuhannya terencana Baik dan Safety.
PRODUK ICAO: ANNEX 1-19.

IATA, international air transport association


Organisasi perdagangan Internasional yang anggota nya maskapai
penerbangan dunia.
Membantu Maskapai-Maskapai Penerbangan bersaing secara sah/legal
dalam kesepakatan penetapan harga, dan menerbitkan
panduan/peraturan pengangkutan barang berbahaya.
PRODUK IATA: PAT, TACT, DGR, LAR ETC.
ICAO ANNEXES
TO THE CONVENTION (PRODUCT)
ANNEX 1 : PERSONAL LICENSING

ANNEX 2 : RULES OF THE AIR

ANNEX 3 : METEOROLOGY

ANNEX 4 : AERONAUTICAL CHARTS


ANNEX 5 : UNIT OF MEASUREMENT TO BE USED IN AIR-GROUND
COMMUNICATIONS
ANNEX 6 : OPERATION OF AIRCRAFT INTERNATIONAL AIR COMMERCIAl
TRANSPORT
ANNEX 7 : AIRCRAFT NATIONALITY AND REGISTRATION MARKS
ANNEX 8 : AIRWORTHINESS OF AIRCRAFT

ANNEX 9 : FACILITATION
ICAO ANNEXES
TO THE CONVENTION (PRODUCT)
ANNEX 10 : AERONAUTICAL TELECOMNMUNICATION
ANNEX 11 : AIR TRAFFIC SERVICES
ANNEX 12 : SEARCH AND RESCUE
ANNEX 13 : AIRCRAFT ACCIDENT INQUIRY
ANNEX 14 : AERODROMES
ANNEX 15 : AERONAUTICAL INFORMATION SERVICES
ANNEX 16 : ENVIRONMENTAL PROTECTION/AIRCRAFT NOISE
ANNEX 17 : SECURITY SAFEGUARDING INTERNATIONAL CIVIL
AVIATION AGAINST ACTS OF UNLAWFUL INTERFERENCE
ANNEX18 : THE TRANSPORT OF DANGEROUS GOODS BY AIR
ANNEX 19 : Safety MANAGEMENT SYSTEM
IATA Product

The Air Cargo Tariff (TACT) Rule


The Air Cargo Tariff (TACT) Rate
Passenger Air Tariff (PAT) by IATA & SITA
TACT Rule & TACT Rate merupakan panduan dalam memahami dan
mempelajari Basic Cargo Skill And Prosedur, Antara lain :

- Pengelompokkan cargo/barang
- Penggunaan Kemasan
- Pemberian Marka Dan Label
- Pembuatan Dokumen Pengiriman
- Penetapan biaya pengiriman
- Penempatan cargo/barang
- Prosedur penerimaan dan pengiriman cargo/barang
KARAKTERISTIK
MODA TRANSPORTASI

UDARA
Mahal, terpercaya, cepat-cocok untuk produk dengan margin / nilai
tinggi, mudah rusak krn waktu atau kondisi.

LAUT
Murah, lambat-cocok buat komoditi yang banyak /volume besar
dengan jarak jauh seperti gas, batubara.

DARAT
Relatif murah-cocok untuk perusahaan dengan produk sehari-hari
dengan jarak dekat.
Jenis – Jenis Pesawat Udara

1. Cargo Aircraft,
Pesawat udara khusus untuk mengangkut barang berupa cargo
tanpa penumpang kecuali crew/awak pesawat .
2. Passenger Aircraft,
Pesawat udara yang digunakan untuk mengangkut penumpang
beserta barang bawaannya ( bagasi ).
3. Passenger and Cargo Aircraft,
Pesawat udara yang digunakan untuk mengangkut penumpang dan
bagasi dan cargo.
DEFINISI
*FILOSOFI*
CARGO
UU No. 1 Tahun 2009
• CARGO
Adalah setiap barang yang diangkut oleh pesawat udara termasuk
hewan dan tumbuhan selain pos, barang kebutuhan pesawat selama
penerbangan, barang bawaan, atau barang yang tidak bertuan
• TERMINAL CARGO
Adalah salah satu fasilitas pokok pelayanan didalam bandar udara untuk
memproses pengiriman dan penerimaan muatan udara, domestik
maupun internasional yang bertujuan untuk kelancaran proses kargo
yang memenuhi persyaratan keamanan dan keselamatan penerbangan
CARGO HANDLING
Cargo Handling,
adalah suatu rangkaian proses pekerjaan penyelesaian kargo saat
mulai diterima sampai dimuat kedalam pesawat untuk diangkut
dari suatu kota ke kota (dalam atau luar negeri).

Cargo Handling, dapat berjalan baik apabila sistim dan prosedur


serta sarana dan prasarana yang dimiliki gudang dan pergudangan
dimasing – masing stasiun mencukupi dan pelaksanaan pekerjaan
dilakukan dengan benar sesuai Standar Operasional Prosedur
(SOP) yang telah ditetapkan.

Penerapan SOP ini sangat penting karena menjadi pedoman atau


petunjuk bagi pengelola pergudangan maupun stakeholdernya.
Cargo Udara
Cargo Udara (Air Cargo),
menurut IATA (International Air Transport Association)
didefinisikan sebagai barang-barang yang diangkut oleh pesawat
udara tetapi tidak termasuk surat-surat pos, barang-barang yang
dibawa oleh penumpang yang jumlahnya termasuk dalam tiket,
dan dikirimkan berdasarkan dokumen pengiriman cargo udara
(Airwaybill).
BAGASI
UU No. 1 Tahun 2009

Bagasi Tercatat,
adalah barang penumpang yang diserahkan oleh
penumpang kepada pengangkut untuk diangkut
dengan pesawat udara yang sama

Bagasi Kabin,
adalah barang yang dibawa oleh penumpang dan
berada dalam pengawasan penumpang sendiri
Latar belakang
Pertumbuhan Cargo angkutan udara

1. Pertumbuhan ekonomi baik dalam negeri maupun


luar negeri.
2. Pertumbuhan perusahaan penerbangan yang sangat
pesat.
3. Kebutuhan para konsumen (perseorangan, agent )
akan angkutan yang ideal yaitu :
a. Keamanan ( safety )
b. Kecepatan ( speed )
c. Ketepatan ( punctuality )
Warehouse Cargo
(Terminal Kargo)
adalah salah satu fasilitas pokok pelayanan di dalam bandar udara
untuk memproses pengiriman dan penerimaan muatan udara,
domestik maupun internasional, yang bertujuan untuk kelancaran
proses Cargo serta memenuhi persyaratan keamanan dan
keselamatan penerbangan.
JENIS – JENIS
CARGO
Jenis Cargo
General Cargo (GenCo)

Merupakan jenis barang kiriman yang bersifat umum dan tidak


memerlukan penanganan khusus misalnya :
- Produk elektronika biasa
- Tekstil dan Produk Tekstil (garment dll)
- Footwear
- Barang – barang lain yang tidak termasuk
special cargo.
Jenis Cargo
Special Cargo

Merupakan barang/cargo yang memerlukan penanganan khusus


misalnya :
 Perishable & Vulnerable Goods (barang yang mudah busuk dan peka
waktu).
 Live Animal (binatang hidup).
 Valuable Goods (barang berharga)
 Heavy Cargo (barang yang beratnya lebih dari 150 kg / koli.
 Human Remain ( jenazah ).
 Aircraft On Ground (AOG) Spare part yang harus dikirim untuk
pengganti apabila ada kerusakan pesawat.
 Cargo yang karena bentuknya memerlukan penanganan khusus.
Jenis Cargo
Barang Pos

Merupakan kiriman dari kantor pos yang dikemas


menggunakan kantong standar dan beratnya tidak
melebihi 30 kg/kantong dan isinya dapat berupa surat
atau paket.
Pada proses pengirimannya barang pos dikemas dalam
kantong pos dan diberi segel serta menggunakan
dokumen AV.7/CN38 asli.
Jenis Cargo
Dangerous Goods Cargo

Merupakan cargo / barang, benda atau zat yang berpotensi dapat


membahayakan secara nyata bagi kesehatan dan keselamatan manusia,
hak milik atau harta benda apabila diangkut dengan pesawat udara.
Dangerous goods cargo terbagi dalam 9 (sembilan) class antara lain :
1. Explosive
2. Gases
3. Flammable Liquids
4. Flammable Solids
5. Oxidising Subtance and Organic Peroxide
6. Toxic and Infectious Subtance
7. Radioactive Material
8. Corrosive
9. Miscellaneous
Abrevations
Setiap petugas cargo harus memahami betul dengan marka kode tiga
huruf (three letter code) yang tertera pada fisik cargo untuk
menempatkan cargo tersebut di compartemen pesawat agar tidak
membahayakan cargo atau barang lainnya.

-Three
AOG =letter
Aircraft
codeOn Ground
(kode tiga huruf) tersebut antara lain :
- AVI = Live Animals
- DIP = Diplomatic Cargo/Mail
- FIL = Undeveloped Film
- HEA = Heavy Cargo
- HEG = Hatcing Eggs
- HUM = Human Remain
- PER = Perishable Cargo
- PRS = Pressmaterial
- VAL = Valuable Cargo
CARGO HANDLING
Cargo Handling

Cargo Handling,
adalah suatu rangkaian proses pekerjaan penyelesaian kargo saat
barang mulai diterima sampai dimuat ke dalam pesawat untuk diangkut
dari suatu kota ke kota lain (di dalam dan luar negeri).
Penerimaan Cargo
Cargo/Barang yang diterima oleh pengangkut atau airlines secara
umum dibagi atas 3 (tiga) kelompok antara lain :

1. Melalui agent cargo IATA, dalam hal ini kiriman cargo/barang


dalam keadaan siap untuk diangkut (Ready For Carriage)
mengacu pada TACT Manual Rule Sub Section 2.1.2

2. Langsung dari pengirim (Directly From Shipper) dalam hal ini


cargo/barang dipersiapkan untuk keberangkatan.

3. Melalui Interline Carriers adalah cargo/barang yang siap untuk


diberangkatkan (Consigments Ready FoR Carriage), mengacu
TACT Manual Rule Sub Section 2.3.2.
Prosedur Penerimaan Cargo
(Acceptance)
A. Ketentuan Pemerintah mengatur antara lain:

Pemeriksaan secara umum ditekankan kepada peraturan


pemerintah mengenai Bea Cukai, Imigrasi, Karantina dan
Keselamatan Penerbangan.

Aturan Bea Cukai menyangkut peraturan kepabeanan.

Aturan Imigrasi menyangkut dokumen imigrasi.

Aturan karantina menyangkut perijinan keluar/masuk


barang.

Export dan Import bagi pengangkut flora dan fauna.


Prosedur Penerimaan Cargo
(Acceptance)
B. ICAO/IATA/ Airlines Rules
- TACT Rules, DGR, LAR dsb
- FIN (Flight Information Notice)
- HIN (Handling Information Notice)

antara lain :
a. Packing adalah kemasan yang dapat melindungi isi, pesawat dan
petugas penerbangan.
b. Marking adalah tanda pada packing untuk memberikan informasi
tentang pengiriman, jumlah, ukuran/dimemsi,berat dan alamat si
pengirim/penerima.
c. Labeling adalah petunjuk penanganan atau informasi tentang
isi/berat/tujuan/via dsb.
Prosedur Penerimaan Cargo
(Acceptance)
d. Berat dan Dimensi adalah berat cargo/barang yang harus diteliti
dan dicheck kembali untuk keselamatan penerbangan, perhitungan
tarif,floor limitions/contact area dan loading unloading equipment.
e. Isi cargo/Barang harus disampaikan yang sebenarnya untuk
dipisahkan penempatan dicompartmen pesawat dan menjaga
keselamatan cargo/barang tersebut.
f. Dokumen Pengiriman adalah data – data yang menjelaskan semua
informasi cargo/barang yang dituangkan ke dalam Surat Muatan
Udara (SMU) untuk pengiriman domestik, AirWayBill (AWB) untuk
pengiriman Internasional, bukti timbang barang (BTB), Notification
To Captain (NOTOC) & CN38 untuk pengiriman PT. POS INDONESIA.
g. Unit Load Device (ULD) adalah tempat atau wadah untuk
penyusunan/penempatan, pemuatan atau pembongakaran dan
delivery cargo/barang.

.
ALUR PROSEDUR PENERIMAAN CARGO

1 2 3 4 5
Avsec Non X-
Checker Accaptance Avsec X-Ray Ray
Checker
Pemeriksaan keamanan Checker Regulated
Proses Proses input data, kargo dengan Menempelkan label
Pencatatan/checklist timbang kargo serta Agent melaksanakan
menyesuaikan SMU & “security checked” serah terima kargo
menerbitkan BTB PTI
dan pos dengan
Menyerahkan SMU & Membongkar dan Checker Terminal
Memastikan Mencetak CSD
PTI ke petugas Avsec memeriksa kargo Kargo
Closing time cargo sec dec
yang dicurigai
Menandatangani
CSC/consignment sec
cert

Shipper Checker Accaptance Avsec X-Ray

Timbang barang DG Item PTI, CSD & SMU

Serah terima kargo


antara petugas RA
dengan petugas
Terminal Kargo
Cetak BTB Shipper
Prasyarat Cargo Siap Kirim
Syarat-syarat berikut ini harus dipenuhi agar supaya pengiriman
cargo/barang ready For Carriage adalah sebagai berikut :

a. Surat Muatan Udara (SMU)/ AirWayBill (AWB) Harus dibuat sesuai


dengan Rule Section 6.2, akurat dan lengkap didalam pengisian semua
yang ada didalam SMU/AWB tersebut.

b. Dokumentasi :
- Menetapkan nama cargo/barang
- Dokumen Eksport/Import dan transit yang diperlukan oleh
pengangkut untuk diserahkan kepada pihak Bea / Cukai harus
dilengkapi dan dilampirkan di AirWayBill
- Marking of Packages
- Packing
- Labeling of Packages
Prasyarat Cargo Siap Kirim
- Shippers Declaration for Dangerous Goods harus ditanda tangani seperti
yang dijelaskan didalam danferous goods regulations yang disiapkan oleh
pengiriman.
- Shippers Certification For Live Animal untuk kiriman berupa binatang
hidup.
- Kelengkapan dokumen-dokumen Pengangkut adalah sebagai berikut :
*Surat Muatan Udara (SMU) untuk cargo Domestik
*AirWaiy Bill (AWB) untuk cargo Internasional
*Pemberitahuan Tentang Isi (PTI)
*Bukti Timbang Barang (BTB)
*Cargo Lost Report (CLR)
*Cargo Damage Report (CDR)
*Cargo Charges Correction Advice (CCCA
*Notification To Captain (NOTOC)
*Shippers Declaration for Dangerous Goods (ShipDec)
*Shippers Certification for Live Animal
ALUR CARGO
DI BANDARA

OUTGOING INCOMING

TRANSIT/TRANSFER
OUTGOING CARGO
Prosedur Outgoing Cargo
Prosedur Outgoing Cargo
Checker & Acceptance
Petugas Acceptance/Checker merupakan saringan terakhir
terhadap kelayakan cargo yang akan diangkut dengan pesawat
udara, untuk itu dalam proses penerimaan harus mengikuti
prosedur pengecekan yang berlaku, antara lain :
Check fisik Cargo meliputi :
1. Isi kiriman cargo ( contens ), pengirim mengisi PTI/SLI.
2. Berat kargo ( weight ), petugas acceptance membuat BTB.
3. Ukuran ( dimensi ).
4. Pembungkus ( packaging ).
5. Marking
6. Labeling
Prosedur Outgoing Cargo
Checker & Acceptance

Kelengkapan dokumen
a. SMU/AWB
b. Kelengkapan dokumen sesuai persyaratan jenis barang ( cargo ) yang
bersangkutan, contoh :
1. Shipper Declaration for Dangerous Goods(Sipdec)
2. Shipper letter for Live Animals (AVI)
3. Packing list/invoice, housemanifest/AWB dll.
c. Dokumen Bea Cukai (PEB) untuk Cargo Export ( Intl Cargo)
Proses ini diberlakukan hanya untuk pengiriman cargo Internasional (export ),
pengirim/shipper diharuskan melaporkan cargo yang yang akan di export kepada
Bea dan Cukai, menggunakan form Pemberitahuan Export Barang ( PEB ) dan
setelah PEB tersebut disetujui petugas Bea dan Cukai mengeluarkan dokumen
Persetujuan Export ( PE ).
Prosedur Outgoing Cargo
Hal yang harus di
perhatikan dalam
pemberangkatan Cargo
Udara.

1. Fisik Cargo
2. PTI/SLI, BTB
3. SMU/AWB
4. Manifest Cargo
5. Other Dokumen
Prosedur Outgoing Cargo
Hal pengecekan tersebut
diatas sangat penting
dilakukan pada saat
penerimaan cargo karena
sangat erat sekali dengan
faktor safety.
(keselematan penerbangan
dan petugas yang
bersangkutan).

Pastikan Cargo yang diterima


sudah sesuai
ketentuan/aturan yang
berlaku.
Penjelasan Dokumen Cargo
BUKTI TIMBANG BARANG (
BTB )

BTB : Formulir/Dokumen yang dikeluarkan


oleh pihak pengangkut/Warehouse Operator,
Sebagai bukti hasil dari penimbangan serta
pengukuran dimensi barang/kargo
yang akan dikirim

Fungsi BTB :
1. Keselamatan Penerbangan
2. Perhitungan Tarif
3. Batas Muat Dasaran ( Contact Area )
4. Penentuan Loading/Unloading Equipment
P.T.I
(PemberitahuanTentang Isi)
PTI : Formulir yang dipergunakan oleh
Shipper/pengirim barang untuk menginstruksikan
kepada pengangkut (Airlines) agar menerbitkan
SMU/AWB, setelah dilakukan proses timbang
barang serta dibuatkan BTB

Fungsi PTI :
Menyediakan semua perincian data-data yang diperlukan untuk
membuat atau menerbitkan Surat Muatan Udara (SMU)

PTI
adalah Formulir digunakan untuk pengangkutan Cargo Domestik.
Penjelasan Dokumen Cargo
P.T.I
(PemberitahuanTentang Isi)
A. Pengertian dan fungsi dari PTI adalah sama dengan SLI hanya saja PTI
digunakan untuk kiriman barang/cargo domestik.
B. Cara melengkapi PTI ada 11 kolom yang harus diisi oleh pengirim
barang/cargo, kolom-kolom tersebut adalah :

1. Kolom NAMA PENGIRIM : diisi dengan nama lengkap pengirim.


2. Kolom ALAMAT : diisi alamat lengkap pengirim barang dengan
mencantumkan nama kota dan nomor telepon serta nomor
faksimili jika ada.
3. Kolom NAMA PENERIMA : diisi dengan nama lengkap penerima
barang/cargo.
P.T.I
(PemberitahuanTentang Isi)

4. Kolom ALAMAT : diisi alamat lengkap penerima barang dengan


mencantumkan nama kota, nomor telepon serta nomor faksimili jika ada.
5. Kolom NOMOR SMU : diisi dengan nomor SMU sesuai dengan
reservasi/pembukuan yang sudah dibuat.
6. Kolom JUMLAH :diisi dengan jumlah total koli dari kiriman.
7. Kolom SATUAN : diisi dengan ara apa kiriman tersebut dikemas/dipacking.
8. Kolom PENJELASAN ISI BARANG : harus diisi dengan perincian dari
kiriman tersebut, contoh : 75 Pot bunga segar, 4 Ekor ayam jago.
9. Kolom BERAT : ditulis dengan berat kotor dari kiriman sebagai hasil
proses penimbangan dalam satuan Kilogram ( Kg ).
10. Kolom JUMLAH BERAT : diisi dengan jumlah total berat dari kiriman.
11. Kolom TANGGAL DAN TANDA TANGAN: diisi dengan tanggal pada saat
pengirim menandatangani PTI .
S.L.I
(Shipper’s Letter of Instruction)
A. Definisi:
SLI adalah Formulir yang digunakan oleh Shipper/pengirim untuk
mengisntruksikan kepada pengangkut / Warehouse Operator untuk menerbitkan
AWB, setelah dilakukan proses timbang barang serta dibuatkan BTB.
Formulir SLI menyediakan semua perincian data-data yang diperlukan untuk atau
menerbitkant AWB. Formulir SLI digunakan untuk pengangkutan Cargo
International.
B. Formulir SLI :
Terdapat 16 kolom yang harus di lengkapi pada Formulir SLI, sebagai berikut :

1. Kolom Shipper : diisi nama lengkap shipper/pengirim, alamat, kota, negara dan
nomor telepon serta nomor faksimili jika ada.
2. Kolom Consignee : diisi nama lengkap consignee/penerima, alamat, kota, negara
dan nomor telepon serta nomor faksimili jika ada.
3. Kolom Airport of departure : mengisikan nama Airport atau kota keberangkatan
dengan lengkap.
S.L.I
(Shipper’s Letter of Instruction)
4. Kolom Airport of Destination : mengisikan nama Airport atau kota jika nama
Airport tidak diketahui. Dalam hal dimana ada nama kota yang sama digunakan
di lebih dari satu negara, agar menambahkan nama negara, contoh: London, UK (
United Kingdom ) dengan London, ONT ( Ontario, Canada ).
5. Kolom Request Routing/Request Booking : jika shipper tidak memasukan route
tertentu sesuai permintaan pembukuannya, maka ditulis menggunakan route
penerbangan. Contoh : MH 710/1 MAR atau MH 710.
6. Kolom Marks & Numbers : menuliskan jumlah dan tanda-tanda yang terdapat
dikemasan/packing untuk memberikan informasi tentang barang/cargo
tersebut.
7. Kolom No & Kind of Packages : menuliskan jumlah total koli pengiriman serta
memperlihatkan juga cara pengemasan barang tersebut, misalnya seperti
Kemasan karton, Kotak Peti, Koper.
8. Kolom Description of Goods : tiap-tiap isi barang kiriman harus dijelaskan secara
terperinci dengan keterangan data yang cukup/memadai untuk
memperlihatkan kebenarannya. Contoh: 300 pasang sepatu ADIDAS,2 Set PC
Computer merk ACER
S.L.I
(Shipper’s Letter of Instruction)
9. Kolom Gross Weight : menuliskan berat kotor dalam satuan Kilogram ( Kg )
10. Kolom Measurement : menuliskan ukuran dimensi dari barang/cargo meliputi
Panjang, Lebar dan Tinggi serta merinci tiap-tiap dimensi dari masing-masing
barang.
11. Kolom Air Freight Charge / Other Charges At Origin : Shipper harus
memperlihatkan/menuliskan apakah pembayaran dilakukan dengan Prepaid or
Collect seperti yang ditetapkan dalm TACT MANUALS RULES BOOK Sub Section
7.2.2 seandainya Shipper tidak menunjukkan salah satu pembayaran tersebut,
dengan demikian Shipper memberi kuasa kirimannya dikirim sebagai : “
CHARGES PREPAID ( Biaya dibayar dimuka ).
12. Kolom Declared Value for Carriage : menuliskan/menyatakan nilai barang yang
akan dikirim untuk pengangkut. Jika tidak ada value /nilai harga yang
dinyatakan, shipper harus menuliskan singkatan kata NVD (No Value Declar.
13. Kolom Declared Value for Customs : menuliskan/menyatakan nilai barang
sebagai acuan untuk pihak Bea dan Cukai negara tujuan dalam pemeriksaan
barang tersebut.
S.L.I
(Shipper’s Letter of Instruction)

14. Kolom Insurance – Amount Requestes : Jika pengangkut menyediakan


perlindungan asuransi maka jumlah asuransi yang diminta oleh Shipper
harus dimasukan didalam kolom ini.
15. Kolom Handling Information and Remarks : diisi bila ada informasi
tambahan yang diminta seperti : PLEASE CONTACT MRS SUSAN AT PHONE
NUMBER 3757320 WHEN ARRIVE AT AIRPORT OF DESTINATION. ( NOA ).
16. Kolom Date and Signature : Shipper harus menuliskan tanggal pada saat
menandatangani SLI tersebut.

END.
SMU.
Surat Muatan Udara
Prosedur Outgoing Cargo
Build-Up
Proses pemuatan cargo ke Unit Load Device (ULD) atau cart ( gerobak ),
sehingga Cargo siap berangkat ( Ready for Carriage).
Setiap kegiatan build-up harus tercatat dalam Build-Up Check List, bertujuan
untuk :
1. Mengetahui isi setiap ULD meliputi data :
- Nomor SMU/AWB
- Jumlah colli ( pieces )
- Berat per Shipment/pengiriman di ULD
- Jenis commodity
2. Mengetahui berat total ( nett, gross ) per ULD.
Build-Up Check List
Build-Up
Prosedur Outgoing Cargo
Report & Doc Processing
Reporting :
1. Melaporkan setiap berat ( per ULD, berat cargo yang akan dimuat ke bulk
compartmen ) kepada Unit Load Control ( Weight & Balanace ).
2. Melaporkan Manifest keberangkatan ( Outward Manifest ) kepada Bea dan Cukai
melalui system PDE ( berlaku untuk Cargo Internasional)
Document Processing :
1. Pembuatan Manifest Muatan Udara ( Cargo Manifest )
2. Persiapan SMU/AWB yang akan berangkat.
3. Membuat pelaporan manifest ( Outward Manifest ) kepada Bea & Cukai dengan input
data per AWB & PEB/PE ke system Pertukaran Data Electronic ( PDE ), berlaku untuk
cargo Internasional.
4. Mempersiapkan document laporan untuk Airlines dan File.
5. Mengirimkan pesan via FFM & FWB ke stasiun tujuan/transit adanya pengiriman
cargo melalui suatu penerbangan dimaksud, dalam pesan tersebut disampaikan
nomor SMU/AWB, jumlah cargo (koli, berat(kg)), jenis cargo dan stasiun akhir.
Cargo Delivery to Aircraft

 Proses ini dilakukan setelah cargo Ready for Carriage


 Waktu penyerahan ke Aircraft ( Airside ) mengikuti standard dari masing-masing
Airlines, lebih umum adalah –30 minutes sebelum pesawat mendarat.
 Proses penarikan dari warehouse ke airside dilakukan oleh Baggage Towing Tractor (
BTT )
 Proses penyerahan dilakukan oleh staff cargo dengan staff loading Master di airside,
menggunakan form “Cargo delivery”
Cargo siap diangkut pada Narrow Body Aircraft atau
Wide Body (yang akan dimuat di Bulk hold).
PENEMPATAN CARGO
DALAM KOMPARTEMEN
PESAWAT
Prosedur Penempatan Cargo
Dalam Kompartemen Pesawat
VEGETABLES and FRUITS
(Sayuran dan Buah-buahan)

Build Up / Loading:
• Loading di pallet agar ada sirkulasi udara di dalam pesawat.
• Tidak dicampur dengan HUM/DGR/AVI /Radio active material dan
barang lain yang bisa menimbulkan kerusakan / kontaminasi.
• Di letakkan di tempat yang teduh.
• Tidak meletakan cargo yang berat di atasnya.
Prosedur Penempatan Cargo
Dalam Kompartemen Pesawat
EGGS( Telur)

Build Up / Loading:
• Untuk menghindari kerusakan, sebaiknya loading dalam ULD (wide
body aircraft).
• Tidak diperbolehkan meletakan cargo lain di atasnya.
• Tidak diperbolehkan dicampur dengan HUM/DGR/AVI/Radio active
material/Dry Ice.
• Telur untuk konsumsi tidak boleh dicampur dengan HUM/DGR (
Toxic / Infection Substances) dan AVI.
• Telur tetas tidak boleh dicampur dengan DGR ( Dry Ice/ Cryogenic
Liquid)
• Tempatkan di tempat yang teduh
Prosedur Penempatan Cargo
Dalam Kompartemen Pesawat
FLOWERS ( Bunga)
 BUILD UP / LOADING

• Tidak diperbolehkan dicampur


dengan buah dan sayuran
dalam ULD yang sama karena
gas Ethylene yang keluar dari
sayuran dapat merusak bunga
tsb.
• Tidak diperbolehkan meletakan
cargo lain diatasnya karena
dapat menyebabkan kerusakan.
• Diletakkan di tempat yang
teduh setelah Build –Up.
Prosedur Penempatan Cargo
Dalam Kompartemen Pesawat
WET CARGO
( Fresh Fish, Meat Frozen)
• Loading dalam ULD yang telah diberi
alas Plastic Vinyl Sheets.  BUILD UP / LOADING
• Kiriman harus ditutup dengan Plastic
Vinyl Sheets.
• Loading sesuai posisi “ This Way Up”
• Beberapa penerbangan ada yang
mempunyai ULD yang berpendingin.
• Jika diperlukan Dry Ice dapat
ditempatkan diatasnya
• Suhu yang diperlukan :
• Fresh Meat 06oC – (minus) -05oC
• Frozen Meat dibawah – (minus)
12oC
Prosedur Penempatan Cargo
Dalam Kompartemen Pesawat
LIVE ANIMAL ( Binatang Hidup)

 BUILD UP / LOADING
• Tidak diperbolehkan loading dalam ULD tertutup.
• Tidak dicampur dengan binatang lain yang sifatnya bermusuhan
( Kucing dan Anjing).
• Loading tidak dicampur dengan Food Stuffs, Dry Ice, Poison,
Radio Active Material.
Prosedur Penempatan Cargo
Dalam Kompartemen Pesawat
DANGEROUS GOODS ( Barang Berbahaya)
 BUILD UP / LOADING
• Handling harus dalam pengawasan staff yang sudah mendapat
STKP / DGR Licence.
• Jika dimuat dalam ULD, harus dicatat dengan jelas pada label
ULD.
• Tidak diperbolehkan dicampur dengan AVI dan Food Stuff.
• Letakan ditempat yang tidak langsung terkena sinar matahari.
Prosedur Penempatan Cargo
Dalam Kompartemen Pesawat
DIPLOMATIC MAIL (Barang Diplomatik)

 BUILD UP / LOADING

• Dapat dimuat ke dalam ULD maupun Bulk (Gerobak).


• Beri alas dan tutup dengan Plastic Vinyl Sheets.
• Beri marking yang jelas pada label ULD.
Prosedur Penempatan Cargo
Dalam Kompartemen Pesawat
POS
 BUILD UP / LOADING

• Sebelum Loading dalam ULD dialasi / ditutup dengan Plastic


Vinyl Sheets guna menghindari Basah oleh hujan.
• Bisa di Loading dalam ULD maupun di Bulk / Gerobak
• Beri Marking pada Label ULD dengan jelas.
INCOMING CARGO
Prosedur Incoming Cargo
ALUR INCOMING CARGO
ALUR INCOMING CARGO
Keterangan proses
1. Setelah pesawat mendarat petugas Airlines atau Ground Handling
menjemput dokumen pengiriman cargo berupa Manifest cargo
tiba & memeriksa keberadaan cargo dimaksud di compartment
pesawat & meminta petugas Ground Handling (Porter, GSE) untuk
menurunkan Cargo (Unloading) dari Pesawat.
2. Petugas Ground Handling dalam hal ini GSE staf menarik Cargo tsb
(proses towing) ke gudang atau warehousing untuk dilakukan
pemeriksaan fisik dan serah terima kepada pihak pengelola
warehousing.
3. Petugas Airlines atau Ground Handling memeriksa semua
dokumen pengiriman dan kelengkapannya seperti dokumen
Custom (Bea Cukai) untuk pengiriman cargo import dan sertifikat
karantina untuk pengiriman cargo komoditi hasil pertanian atau
perikanan.
ALUR INCOMING CARGO
Keterangan proses

4. Petugas Airlines/Ground Handling atau petugas Warehousing


melakukan pemeriksaan & pengelompokan Cargo, untuk
selanjutnya melakukan Notice Of Arrival (NOA) kepada
consignee/penerima. (Pemberitahuan).
5. Consignee/penerima atau yang dikuasakan menjemput cargo di
warehousing dengan menunjukkan identitas atau surat kuasa
untuk pengeluaran cargo.
6. Petugas warehousing akan menyerahkan cargo ke
consignee/penerima atau yang dikuasakan setelah
mencocokkan semua data informasi cargo dengan data yang
diberikan oleh penerima.
TRANSIT CARGO
TRANSIT CARGO
Cargo Transit adalah Cargo yang tujuan akhirnya melalui stasiun
tertentu yang ditetapkan rutenya oleh perusahaan penerbangan
dimana dokumen pengiriman dan fisik cargonya tidak diturunkan
dari pesawat tersebut.
Contoh, cargo Garuda Indonesia dari Jakarta tujuan Biak melalui
Ujung Pandang (JKT – BIK via UPG)

Cargo Transfer adalah Cargo yang tujuan akhirnya melalui


stasiun tertentu yang telah ditetapkan rutenya oleh perusahaan
jasa pengiriman cargo yang akan dialihkan ke perusahaan
penerbangan lain untuk diangkut ke tujuan akhir.
Contoh cargo dari Jakarta tujuan Bau-Bau (JKT-BUW), dari JKT-
UPG via GA 654 dan UPG-BUW via MZ/MNA 789.
PACKING-PACKAGING
MARKING
LABELING
PACKING, MARKING & LABELLING

Packing/Packaging

 Isi dari setiap barang yang akan dikirim harus dikemas sesuai dengan peraturan
yang berlaku di IATA Regulation, hal ini untuk menghindari kejadian – kejadian yang
tidak diinginkan selama dalam penerbangan. Sebagai contoh : Pengiriman Dangerous
Goods harus menggunakan packing standar UN atau menggunakan packing Limited
Quantity (Ltd Qty ) yang berlaku pada Dangerous Goods Regulation. Demikian juga
untuk pengiriman Live Animals harus menggunakan packing standar pada Live
Animals Regulation.
 Pihak Airline berhak untuk menolak barang yang packingnya tidak standar dan tidak
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
 Khusus untuk barang berat ( Heavy Cargo ) selain packing nya harus menggunakan
kayu, juga bagian bawah atau alasnya harus disesuaikan dengan berat barang agar
tidak melebihi maximum floor load limitation 730 Kg / meter persegi ( untuk
pesawat narrow body ).
PACKING, MARKING & LABELLING

Packing/Packaging

76
PACKING, MARKING & LABELLING

Packing/Packaging

77
PACKING, MARKING & LABELLING

Marking

 Setiap kiriman harus dicantumkan nama dan alamat pengirim / penerima sesuai
dengan yang tercantum dalam SMU/AWB dan harus mengikuti peraturan yang
berlaku. Contohnya untuk kiriman dangerous goods marking harus mengikuti
peraturan yang terdapat dalam IATA Dangerous Goods Regulation Section 7 atau
kiriman binatang hidup ( Live Animals ) harus mengikuti peraturan yang terdapat
dalam IATA Live Animals Regulation.
 Tujuan dari marking adalah untuk mengidentifikasi apabila identification label pada
barang lepas atau rusak.
PACKING, MARKING & LABELLING

Labelling

Penggunaan Handling Label harus sesuai


dengan jenis cargo nya, contoh:
 Label Fragile & Side Up, di gunakan untuk
barang pecah belah.
 Label side up dan Live Animals digunakan
untuk kiriman binatang hidup.
 Label side-up & perishable label di gunakan
untuk kiriman Barang Perishable atau
barang yang mudah rusak.
 Label side-up & Hazard & Dangerous Goods
Label di gunakan untuk kiriman Barang
Dangerous Goods serta di sesuaikan dengan
Class dan Packing Group nya.
FIGURE 1 “ IDENTIFICATION LABEL ”
FIGURE 2 “ FRAGILE “
FIGURE 3 ” LIVE ANIMALS ”
FIGURE 4 ” PERISHABLE ”
FIGURE 5 ” THIS WAY UP ”
Kesalahan dan kecerobohan (tidak hati-hati) dalam menghandle kargo dengan
LABEL / MARKA / tanda spt ini atau penempatan kargo yang tidak sesuai
markanya di darat atau dalam compartement pesawat dapat menimbulkan
bahaya terhadap diri sendiri, petugas lain serta menimbulkan kerusakan pada
bagian pesawat serta membahayakan keselamatan penerbangan.
TARIF
KETENTUAN TARIFF

Ketentuan Dan Persyaratan Tarif Cargo


Domestik Berdasarkan Skala Berat.

Ketentuan Umum :

Tarif angkutan cargo dihitung berdasarkan tarif dari airport


keberangkatan ke airport tujuan untuk penerbangan langsung
atau penerbangan gabungan melalui airport antara
(intermediate point), untuk beberapa sektor ditetapkan
berdasarkan Time of Day. Hal ini berakibat tarif yang
diberlakukan untuk penerbangan hari tersebut tidak sama.
PENENTUAN TARIFF

Chargeable Weight

adalah Tarif yang harus dibayarkan berdasarkan Actual Gross


Weight atau Volume Weight :

- Apabila hasil perhitungan actual gross weight lebih besar dari


volume weight, maka yang dipergunakan sebagai dasar
penetapan perhitungan tarif adalah actual gross weight.

- Apabila hasil perhitungan volume weight lebih besar dari


actual gross weight, maka yang dipergunakansebagai dasar
penetapan perhitungan tarif adalah volume weight.
PENENTUAN TARIFF
ACTUAL GROSS WEIGHT

Yaitu dasar penetapan tarif untuk pengangkutan


suatu cargo/barang dari Airport ke Airport lain
yang ditetapkan berdasarkan jumlah berat kotor
dari cargo/barang tersebut (Actual Gross
Weight)
PENENTUAN TARIFF
VOLUME WEIGHT

Yaitu dasar penetapan tarif untuk pengangkutan suatu


cargo/barang dari Airport ke Airport lainnya yang ditetapkan
berdasarkan jumlah berat volume (Volume Weight) yaitu berat
yang dihitung berdasarkan dimensi atau ukuran dari
cargo/barang tersebut. Dan dibandingkan dengan Actual Gross
Weight.

Perhitungan volume weight dengan menggunakan rumus


sebagai berikut :

Panjang(cm) x Lebar(cm) x Tinggi(cm) = ..... KG


6000
PENENTUAN TARIFF
VOLUME WEIGHT

contoh :
Suatu barang mempunyai berat 150Kg, dengan volume ( P x L x T )=
162,2cm x 155,6cm x 141,4cm. Cara menghitungnya:

Lakukan prosedur pembulatan hasil perhitungan terlebih dulu yaitu


satu decimal dibelakang koma, dengan ketentuan sebagai berikut:
- Di atas atau sama dengan 0,5 dibulatkan keatas menjadi 1
- Dibawah 0,5 dibulatkan kebawah menjadi 0.

Sehingga (rumus volume): (162cm x 156cm x 141cm) : 6000


= 593,89 kg menjadi 594 kg
Bandingkan: 150Kg><594Kg, shg penghitungan tariff yang
digunakan adalah 594Kg.

REF: TACT rules 3.9.4)


KETENTUAN TOTAL TARIF

Setiap hasil perhitungan total tarif dihitung sesuai tarif yang


berlaku dan ditambah dengan PPn, Biaya Administrasi.
Hasil Total Tarif (hasil penjualan) tidak dibulatkan.

JENIS TARIF

1. Tarif Minimum (M): (Tarif cargo </= 10Kg)


Biaya pengiriman minimum yang diberlakukan untuk kiriman
cargo/barang dengan chargeable weight kurang dari atau sama
dengan 10 kg.

2. Tarif Normal (N) : (Tarif cargo >10Kg, tapi <45Kg)


Biaya pengiriman untuk cargo/barang dengan chargeable weight
lebih dari 10 kg tetapi kurang dari 45 kg. Tarif yang diberlakukan
adalah chargeable weight dikalikan tarif normal (N)/KG.
JENIS TARIF

3. Tarif Skala Berat :


Tarif yang diberlakukan berdasarkan skala berat dari cargo/barang
kiriman :
- Skala Berat 45 : CW >45 kg tetapi < 100 kg.
- Skala Berat 100: CW > 100 kg tetapi < 300 kg.
- Skala Berat 300: CW 300 kg atau lebih.

Contoh penerapan tarif skala berat 45, 100, 300 :


Cargo/barang kiriman rute UPG–SUB dengan berat 40kg :
Tarif UPG-SUB M IDR 17.000,00
Tarif per kg N IDR 1.700,00
Tarif Skala Berat 45 IDR 1.000,00
Tarif Skala Berat 100 IDR 800,00
Tarif Skala Berat 300 IDR 700,00
JENIS TARIF
Perhitungan Tarifnya :
40 kg x IDR 1.700 = 68.000,00 (Tarif Normal/kg)
45 kg x IDR 1.000 = 45.000,00 (Tarif skala berat 45 kg)
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka total tarif yang dikenakan
atas kiriman dengan chargeable weight 40 kg adalah IDR 45,000

*Note*
Tarif berskala berat berlaku untuk pengiriman barang – barang umum
(General Cargo).
Dan tidak berlaku untuk barang – barang khusus, antara lain :
a. Barang Berbahaya (Dangerous Goods)
b. Barang Berharga (Valuable Goods)
c. Plasma Darah
d. Jenazah (Human Remain)/Abu Jenazah
e. Heavy Cargo > 150 kg
f. Barang – barang yang mudah busuk/rusak
JENIS TARIF SPECIAL CARGO
*Tarif Cargo Dangerous Goods sektor domestik adalah :
a. Tarif Minimum (M):
10kg x 200% Tarif Normal (per kilo yang berlaku).
b. Tarif sesuai berat:
Chargeable Weight x 200% Tarif Normal (N) (per kilo yang berlaku).

*Tarif Cargo Plasma Darah :


a. Tarif Minimum (M) :
10 kg x 50% Tarif Normal (per kilo yang berlaku).
b. Tarif sesuai berat :
Chargeable Weight x 50% Tarif Normal (N) (per kilo yang berlaku).

*Tarif Jenazah (Uncremated)


a. Tarif sesuai berat :
Chargeable Weight x 200% Tarif Normal (N) (per kilo yang berlaku).
b. Tarif jika tidak ditimbang maka dihitung/ditetapkan :
200 kg x 200% Tarif Normal per kilo yang berlaku
JENIS TARIF SPECIAL CARGO
*Tarif Abu Jenazah (Cremated)
a. Tarif Minimum : 10 kg x 200% Tarif Normal (N) per kilo yang
berlaku.
b. Tarif Berat : Chargeable Weight x 200% Tarif Normal (N) per kilo
yang berlaku.

*Tarif Khusus Heavy Cargo :


Tarif berat : Chargeable Weight x 150% Tarif Normal (N) per kilo yang
berlaku.
Besarnya berat minimum per koli untuk heavy cargo sesuai ketentuan
dari masing – masing airlines.

*Tarif Organ manusia :


Organ Tubuh seperti Kornea Mata, Jantung, Ginjal pada beberapa
Airline hanya dikenakan biaya administrasi sedangkan Tarif/Biaya
angkutan dibebaskan (free).
(Masing-masing Airlines memiliki policy yang berbeda).
JENIS TARIF SPECIAL CARGO

*Tarif Cargo/Barang Berharga (Valuable Goods)


a. Tarif Minimum : 10 kg x 200% Tarif Normal (N)
per kilo yang berlaku.
b. Tarif sesuai berat : Chargeable weight x 200%
Tarif Normal (N) per kilo yang berlaku.

Cargo Valuable Goods menerapkan perhitungan pertanggungan


asuransi, yaitu jika nilai pertanggungan cargo/barang (claim) yang
diinginkan sesuai dengan nilai harga barang, maka pengirim wajib
melaporkan (Declared Value) dan mencantumkan nilai cargo/barang
kiriman tersebut kedalam Surat Muatan Udara (SMU) pada kolom
Value For Carrier.
Dan dikenakan tambahan (charge) yg disebut Valuation Charge.
JENIS TARIF SPECIAL CARGO
Untuk itu setiap kiriman cargo/barang berharga (valuable goods) yang
dikenakan Valuation Charge di hitung dengan rumus :
(DVC – (Aktual Berat x Rp.100.000,00 )) x 0,75% untuk pengiriman
Domestik.
(DVC – (Aktual Berat x USD 20,00)) x 0,75% untuk pengiriman
Internasional :

keterangan :
DVC adalah Declared Value for Carrier/ nilai yang dipertanggungkan.
Rp.100.000,00 adalah Maximum Liability (Ref, PP No.40 Tahun 1995)

contoh perhitungan :
Untuk pengiriman cargo/barang berharga (valuable goods) senilai
Rp.20.000.000,00 (Dua Puluh Juta Rupiah) dengan berat 2 (dua) kg
Valuation Charge = {20.000.000-(2x100.000)} x 0,75%
= 19.800.000 x 0,0075
= Rp. 148.500,-
KETENTUAN LAIN DARI TARIF
*Biaya-biaya lain yaitu dokumen per SMU, Fuel Surcharge, Security Charge,
Komisi Penjualan Agen, Pajak, Biaya Administrasi dan Biaya lain – lain.

*Irregularity, Jika terjadi Irregulities penerbangan (delay/cancled/overload),


sehingga menyebabkan kargo tersebut diangkut pada nomor penerbangan
berikutnya dengan tarif yang lebih tinggi, maka tidak dibebankan koreksi tarif,
kecuali tidak berlaku untuk kiriman yang diterima sebelumnya sebagai walking
shipment (go show) akan dibebankan koreksi tarif.
Jika nomor penerbangan berikutnya tarifnya lebih rendah maka, dikeluarkan
kredit memo kepada shipper/agen.

*Setiap SMU yang diissued dan dipergunakan untuk diterbangkan baik yang telah
booking atau go show di warehouse harus dicantumkan no. Penerbangan yang
akan dipergunakan, jika tidak dilakukan maka SMU & kargo yang dimaksud tidak
diizinkan untuk diangkut/diterbangkan.

*Masa Berlaku Tarif : Penentuan masa berlaku tarif diterapkan setelah dilakukan
sosialisasi dan ditentukan masa berlakunya (contoh 01 Jan 2012 sampai dengan
Des 2012) dan tarif sewaktu – waktu dapat berubah dengan pemberitahuan
kepada seluruh Branch Office sebelum diberlakukan.
KAPASITAS
KEMAMPUAN
PESAWAT
Batasan yang berkaitan Dengan
Kapasitas/Kemampuan Pesawat:

1. Kemampuan Daya Angkut (PayLoad)


2. Volume Ruang (compartment) untuk cargo
3. Ukuran Pintu Pesawat (cargo compartment door)
4. Maximum Floor Load Limitation

1. Kemampuan Daya Angkut (PayLoad)


Merupakan batasan kemampuan untuk mengangkut muatan
(penumpang, bagasi, cargo dan Spare part) suatu pesawat
sesuai dengan type pesawat.
contoh : B 737 – 400 PayLoadnya 50.000 kg
B 737 – 200 PayLoadnya 40.000 kg
Batasan yang berkaitan Dengan
Kapasitas/Kemampuan Pesawat:

2. Volume Ruang (compartment) untuk cargo/bagasi.


Merupakan ruang yang terdapat dibawah cabin compartment
untuk menempatkan bagasi dan cargo kapasitas ruang tersebut
berbeda – beda tergantung type pesawat.
Contoh : B 737 – 400 Volumenya 1.000 M3
B 737 – 200 Volumenya 900 M3

3. Ukuran Pintu Pesawat


Merupakan dimensi pintu compartment pesawat, ukuran dari
pintu pesawat berbeda – beda tergantung type pesawat.
Untuk penerimaan cargo harus disesuaikan dengan dimensi
pintu pesawat (Loading Chart)
Batasan yang berkaitan Dengan
Kapasitas/Kemampuan Pesawat:

4. Maximum Floor Load Limitation


Merupakan batas maximum daya angkut pada lantai pesawat.
Batasan berat tersebut berbeda – beda tergantung type
pesawat, batasan tersebut adalah sebagai berikut :

1. F-28 = 366 kg/m2

2. B737 – 300/400/500 = 732 kg/m2

3. DC-10 Bulk = 730 kg/m2

4. B747Bulk = 732 kg/m2

5. A330Bulk = 732 kg/m2


Batasan yang berkaitan Dengan
Kapasitas/Kemampuan Pesawat:

Contoh Perhitungan :
Berat Package = 630 kg
Dimension = 150 x 60 x 50 cm
Akan diangkut dengan pesawat B 737 – 400

Diketahui dimensi cargo sebagai berikut :


sisi A = 150cm x 60cm = 0,90 m2
sisi B = 150cm x 50cm = 0,75 m2
sisi C = 60cm x 50cm = 0,30 m2

Perhitungan contact area :


sisi A = 630 kg x 0,90 m2 = 700 kg/m2
sisi B = 630 kg x 0,75 m2 = 840 kg/m2
sisi C = 630 kg x 0,30 m2 = 2100 kg/m2
Batasan yang berkaitan Dengan
Kapasitas/Kemampuan Pesawat:

Jadi cargo tersebut bisa diletakkan tanpa menggunakan spreader


hanya pada sisi A (150 x 60cm) saja. Jika akan diletakkan pada sisi B
(150 x 50cm) maka harus menggunakan spreader, cara perhitungan
spreadernya sebagai berikut :

Berat barang = 630 kg


Berat Spreader = 10 kg +
640 kg
Panjang spreader yang dibutuhkan :
640 : 0,5 m = 1,75 m = 175 cm (jika lebar 50 cm)
732

640 : 0,6 m = 1,46 m = 146 cm (jika lebar 60 cm)


732
SAFETY
&
SECURE
Pencegahan Terjadinya Kecelakaan untuk
Keselamatan

1. Penerimaan sesuai prosedure


2. Packing sesuai standard
3. Isi sesuai dengan pemberitahuan
4. Berat/dimensi tidak dimanipulasi
5. Penempatan sesuai prosedure
6. Bongkar muat sebaik mungkin sesuai aturan
7. Handling cargo tidak menimbulkan kerusakan kebocoran di
gudang maupun dipesawat
Penyebab Terjadinya Kecelakaan

 Packing tidak standard


 Barang berbahaya tidak hati-hati dalam
handlingnya
 Salah Labeling
 Isi tidak sesuai PTI
 Berat dan Dimensi tidak sesuai
 Basah
 Bocor
 Handling tidak sesuai prosedure
Akibat dari Mengabaikan Keselamatan

 Terjadi kecelakaan
 Kerugian bagi perusahaan
 Hilangnya nyawa
 Cacat
 Penggantian claim (kerusakan barang)
 PHK
 Hilang kepercayaan pelanggan
KEADAAN YANG TIDAK KITA INGINKAN
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai